STRATEGI KOMUNIKASI PESANTREN SALAFIYAH AL … · Sambil menunggu yasinan dimulai, tokoh-tokoh...

24
81 STRATEGI KOMUNIKASI PESANTREN SALAFIYAH AL-MUNAWAR BANI AMIN DALAM MENINGKATKAN PERANNYA UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN DI PROVINSI BANTEN Strategi Komunkasi Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani Amin Malam itu, sekitar pukul 18.30 selesai sholat Magrib, rombongan Kyai Wawang bersiap memenuhi undangan di kampung sebelah. Beliau diminta memimpin pembacaan surah Yasin, memperingati setahun meninggalnya seorang tokoh masyarakat. Ritual ini disebut “ngehol”. Acaranya dilangsungkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) tempat bersemayam almarhum. Tepat pukul 19.00, Kyai tiba di depan pekuburan. Kedatangan Kyai disambut hangat oleh ratusan tamu yang sudah berkumpul di situ, mereka mendekati, bergantian mencium tangan Kyai. Kyai dipersilahkan duduk di dipan khusus, sebuah kursi panjang dan agak lebar, alasnya terbuat dari anyaman bambu, ditopang dengan kayu di keempat kakinya, diletakkan di antara makam-makam yang ada, diatasnya digelar kasur kapuk dibalut kain batik yang masih terlihat baru, terkesan seperti singgasana kehormatan. Telah tersedia pula berbagai jenis hidangan makanan dan minuman di hadapan Kyai. Terpisah dari dipan-dipan tamu lainnya, namun semuanya saling berhadapan dan melingkar. Di seberang jalan, berhadapan dengan TPU, tempat tinggal almarhum juga sudah dipenuhi ibu-ibu dan ratusan tamu lainnya. Sambil menunggu yasinan dimulai, tokoh-tokoh masyarakat di lingkaran pertama dimana Kyai duduk mulai berbincang, membicarakan segenap persoalan masyarakat, masalah kenaikan harga, pemilihan Wali Kota Serang yang sebentar lagi akan dilangsungkan, dan politik uang yang merajalela menjelang pemilukada. Tidak berapa lama, acara dimulai. Selama lima belas menit, surah Yasin dan tahlilan dibacakan bersama. Setelah selesai, Kyai bermunajat, berdoa untuk keselamatan almarhum di alam kubur dan keselamatan bagi semua yang masih hidup. Selesai berdoa, Kyai memberikan tausiyah singkat kepada warga. Setelah semua ritual terjalani, hidangan makan malam dihantarkan ke kuburan untuk disantap bersama. Sebelum pulang, rombongan Kyai disuguhi oleh-oleh makanan untuk dibawa pulang. Pamitnya Kyai juga menjadi sedikit ritual yang panjang, karena kembali semua warga mendekat, bersalaman mencium tangan. Selepas acara ngehol, perjalanan dilanjutkan ke kampung Kresek, Tangerang, menghadiri undangan Walimatul Khitan (sunatan) dan memberikan Tausiyah Rajaban. Sepanjang perjalanan menuju Kresek, Kyai dan kami yang ada di mobil berbincang, tidak habis pikir membahas kondisi jalan yang kami lalui rusak parah, padahal belum setahun diperbaiki. Setelah satu jam menempuh perjalanan, mobil yang kami tumpangi memasuki gerbang kampung. Mobil Kyai diparkir tepat di muka kampung. Selanjutnya, kami bejalan kaki, dipandu oleh beberapa pemuda yang telah menunggu. Suasana penyambutan Kyai sangat terasa. Di kanan kiri kami, telah dipasang berjajar obor terbuat dari bambu setinggi pinggang orang dewasa, pengganti ketiadaan lampu penerangan jalan, di tengah rapatnya perkebunan bambu sepanjang

Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI PESANTREN SALAFIYAH AL … · Sambil menunggu yasinan dimulai, tokoh-tokoh...

81

STRATEGI KOMUNIKASIPESANTREN SALAFIYAH AL-MUNAWAR BANI AMIN

DALAM MENINGKATKAN PERANNYA UNTUK MENDUKUNGPEMBANGUNAN DI PROVINSI BANTEN

Strategi Komunkasi Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani Amin

Malam itu, sekitar pukul 18.30 selesai sholat Magrib, rombongan KyaiWawang bersiap memenuhi undangan di kampung sebelah. Beliau dimintamemimpin pembacaan surah Yasin, memperingati setahun meninggalnya seorangtokoh masyarakat. Ritual ini disebut “ngehol”. Acaranya dilangsungkan di TempatPemakaman Umum (TPU) tempat bersemayam almarhum. Tepat pukul 19.00, Kyaitiba di depan pekuburan. Kedatangan Kyai disambut hangat oleh ratusan tamu yangsudah berkumpul di situ, mereka mendekati, bergantian mencium tangan Kyai. Kyaidipersilahkan duduk di dipan khusus, sebuah kursi panjang dan agak lebar, alasnyaterbuat dari anyaman bambu, ditopang dengan kayu di keempat kakinya, diletakkandi antara makam-makam yang ada, diatasnya digelar kasur kapuk dibalut kain batikyang masih terlihat baru, terkesan seperti singgasana kehormatan. Telah tersedia pulaberbagai jenis hidangan makanan dan minuman di hadapan Kyai. Terpisah daridipan-dipan tamu lainnya, namun semuanya saling berhadapan dan melingkar. Diseberang jalan, berhadapan dengan TPU, tempat tinggal almarhum juga sudahdipenuhi ibu-ibu dan ratusan tamu lainnya.

Sambil menunggu yasinan dimulai, tokoh-tokoh masyarakat di lingkaranpertama dimana Kyai duduk mulai berbincang, membicarakan segenap persoalanmasyarakat, masalah kenaikan harga, pemilihan Wali Kota Serang yang sebentar lagiakan dilangsungkan, dan politik uang yang merajalela menjelang pemilukada. Tidakberapa lama, acara dimulai. Selama lima belas menit, surah Yasin dan tahlilandibacakan bersama. Setelah selesai, Kyai bermunajat, berdoa untuk keselamatanalmarhum di alam kubur dan keselamatan bagi semua yang masih hidup. Selesaiberdoa, Kyai memberikan tausiyah singkat kepada warga. Setelah semua ritualterjalani, hidangan makan malam dihantarkan ke kuburan untuk disantap bersama.Sebelum pulang, rombongan Kyai disuguhi oleh-oleh makanan untuk dibawa pulang.Pamitnya Kyai juga menjadi sedikit ritual yang panjang, karena kembali semua wargamendekat, bersalaman mencium tangan.

Selepas acara ngehol, perjalanan dilanjutkan ke kampung Kresek, Tangerang,menghadiri undangan Walimatul Khitan (sunatan) dan memberikan TausiyahRajaban. Sepanjang perjalanan menuju Kresek, Kyai dan kami yang ada di mobilberbincang, tidak habis pikir membahas kondisi jalan yang kami lalui rusak parah,padahal belum setahun diperbaiki. Setelah satu jam menempuh perjalanan, mobilyang kami tumpangi memasuki gerbang kampung. Mobil Kyai diparkir tepat di mukakampung. Selanjutnya, kami bejalan kaki, dipandu oleh beberapa pemuda yang telahmenunggu.

Suasana penyambutan Kyai sangat terasa. Di kanan – kiri kami, telahdipasang berjajar obor terbuat dari bambu setinggi pinggang orang dewasa, penggantiketiadaan lampu penerangan jalan, di tengah rapatnya perkebunan bambu sepanjang

82

mata memandang. Pendaran cahaya obor menerangi langkah-langkah kaki yangterjejak agar tidak terjerembab di lubang dan beceknya tanah yang basah terguyurhujan sepanjang sore tadi. Suasananya begitu sepi. Di beberapa ruas jalan yang rusakparah, tumpukan batu sengaja ditaruh agar kondisi jalan tidak terlalu buruk. Setelahsepuluh menit berjalan, suasana terlihat berbeda. Tampak masyarakat ramaiberkumpul, meriah, terang oleh berbagai lampu listrik dan gantungan-gantunganpetromak. Menuju panggung acara, puluhan pemuda berbaris, berseragam putihlengan panjang, memakai sarung dan kopiah menyambut kedatangan Kyai. Tidakketinggalan tabuhan musik rebana turut mengiringi kedatangan Kyai, dimainkansekelompok pemuda dengan atraktif.

Pelataran mushola kampung telah disulap menjadi ruang tunggu Kyai. Sebuahpermadani digelar khusus untuk Kyai, di antara karpet mushola yang sudah lusuh.Hidangan makan dengan beragam lauk pauk sudah disiapkan. Kami dipersilahkanbersantap terlebih dahulu. Selama bersantap, tokoh-tokoh masyarakat menemani danberbicang membicarakan berbagai masalah yang aktual di masyarakat, terutamapersolan merebaknya aliran-aliran yang dianggap sesat merusak akidah umat. Di luarMushollah, sambil menunggu Kyai memberikan Tausiyah, lantunan ayat-ayat sucidiperdengarkan oleh Qori dan Qoriah secara bergantian. Semakin malam, masyarakatyang datang bertambah dari kampung sebelah. Ketika tausiyah berlangsung, suasanabegitu khidmat dan hening, tidak ada warga yang beranjak hingga selesai.

Selesai memberikan Tausiyah jam menunjukkan pukul 00.30 WIB. Sebelumrombongan Kyai Pamit, barisan pemuda yang tadi menyambut kedatangan Kyai,kembali berbaris melepas kepergian Kyai. Kali ini lebih banyak lagi berbagaibungkusan makanan yang telah disiapkan tuan rumah untuk dibawa pulang Kyai.Selepas dari memberikan Tausiyah disepatan, Tangerang, perjalanan dilanjutkanmenuju Kasemen, Kota Serang, daerah yang terkenal sebagai lumbung padi KotaSerang. Kali ini Kyai diundang untuk memberikan tausyiah dalam acara pernikahan.Tepat pukul 02.20 WIB rombongan tiba di tempat acara berlangsung. Tidakmenunggu lama, Kyai naik ke mimbar selama satu jam. Setelah itu, rombongan Kyaidipersilahkan singgah di salah satu rumah tokoh masyarakat. Kembali berbincangtentang segenap persoalan masyarakat dan saling menukar informasi, sambilbersantap berbagai hidangan yang telah disediakan.

Selesai acara di Kasemen Serang, sebenarnya Kyai Wawang masih ada satuundangan lagi, yakni memberikan Tausiyah ba’da subuh di Pandeglang, sekitar duajam perjalanan dari Kasemen. Namun Kyai sudah mengkonfirmasi ke pemangkuhajat bahwa ia tidak bisa datang. juga empat undangan yang tidak didatanginya dipagi hingga sore tadi. Semenjak lima bulan lalu, kesehatannya terus menurun. Olehsebab itu ia membatasi undangan memberikan tausiyah sehari hanya di tiga tempat,dijadwalkan malam hari, ujar Kyai Wawang. Siang hari ia gunakan untuk beristirahatdan memanfaatkan waktunya mengajar santri mengaji. Suatu saat, perjuangandakwah ini mesti saya wariskan ke Ustadz yang sudah mampu melakukannya, sayasendiri ingin khusyu mengajar santri saja, ujar Kyai Wawang kembali.

Tidak ada yang dapat menggantikan tugas dan peran Kyai jika belum dimintaoleh Kyai atau karena Kyai benar-benar berhalangan. Manajemen tradisional yangberjalan memang tidak mengarah kepada pelimpahan wewenang secara otomatis.

83

Prosedural formal dalam organisasi Pesantren Salafiyah tidak nampak. Kyai menjaditumpuan dalam manajemen pengelolaan dan operasional Pesantren Salafiyah.Keterlibatan Ustadz dalam menentukan jadwal Tausiyah Kyai hanya padapenjadwalan Tausiyah yang dicatat secara rapih untuk diingat kembali oleh Kyai.Pada beberapa agenda tausiyah yang dijadwalkan namun tidak bisa dihadiri olehKyai, ditawarkan Ustadz pengganti yang dianggap mampu, jika pihak pengundangmau, maka Ustadz yang dipercaya Kyai akan menggantikannya. Secara internalkomunikasi yang berjalan begitu fleksibel, tanpa ambisi dan berjalan dalam alurkekeluargaan yang saling menjunjung serta saling menghormati.

Strategi Komunikasi OrganisasiPesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amin

Manajemen Pesantren Salafiyah dan sistem pembelajarannya mempunyaikarakteristik tersendiri, tidak menganut ketentuan-ketentuan formalistik danprosedural yang ketat. Hal ini karena organisasi sistem pembelajaran itu sendiriterbentuk sebagaimana kebutuhan dalam keluarga. Tidak ada struktur formal. Semuabertumpu kepada Kyai. Kendati, bukan berarti tidak ada kecenderungan atau orientasipembagian tugas di dalam Pesantren Salafiyah itu sendiri. Setidaknya strategikomunikasi yang berkaitan dengan pembagian tugas dan wewenang Kyai terhadapkeseluruhan tugas yang diemban Kyai, pada tahap perencanaan dilimpahkan kepadaUstadz, sebagi berikut:

Gambar 8.1 Strategi Komunikasi Organisasi Pesantren Salafiyah Al-Munawar BaniAmin

Kyai

Ustadz 1 wakil danpersonifikasi Kyai

dlm semua urusan

Ustadz 2

Masalah santri danpengajian internal

ponpes

Utadz 2 Urusan EksternalPonpes: sosial

kemasyarakatan

Ustadz 3

Menangani PHBI

Ustadz 4

Logistikdan

Usaha

Ustadz 5

Menggantikan Kyaiketika berhalangan

bertausiyah

84

Strategi komunikasi organisasi Pesantren Salafiyah Salafiyah Al-MunawarBani Amin dapat dikaji Pentad Analysisnya sebagai berikut:

Tabel 8.1 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi Organisasi

Teori KajianScene Kyai Pesantren Salafiyah memegang peranan penting dan utama

dalam melihat dan menentukan Ustadz yang dapat mewakilinyauntuk kepentingan dan kebutuhan pengelolaan pesantren dalamurusan mengajar menggantikan posisi Kyai, mewakili Kyai dalamurusan sosial keagamaan ketika berhalangan, termasuk dalam halperingatan hari besar keagamaan. Termasuk untuk urusan logistikdan bisnis Kyai.

Agent Kyai pimpinan Pesantren SalafiyahAct Motivasi dan pemikirannya adalah kemampuan untuk menggantikan

Kyai secara proporsional keilmuan dan kematagannyaAgency Instrumennya adalah Kyai pimpinan Pesantren SalafiyahPurpose Menggantikan peran Kyai

Strategi Komunikasi Internal Pesantren SalafiyahAl Munawar Bani Amin

Walau tidak secara kaku komunikasi pembagian tugas dijalankan namun bisadipastikan bahwa orientasi dari pelimpahan wewenang antara Kyai dengan Ustadzberjalan dengan baik dengan masing-masing orientasi pembagian tugas yang jelas.Dari gambaran strategi komunikasi dalam hal pembagian tugas tadi, maka gambaranstrategi komunikasi internal terjalin dalam permasalahan yang sangat dalammenyangkut masalah-masalah yang lebih pribadi, melibatkan elemen penting didalam pesantren, yakni Kyai, santri, Ustadz dan Masjid (pengelola), sebagai berikut:

Gambar 8.2 Strategi Komunikasi Internal

KyaiSantri

MasalahPendidikan

MasalahKeluarga

Santri

MasalahPribadi Santri

Ustadz

MasalahPonpes

MasalahKeluargaUstadz

MasalahEkonomi Ustadz

Pengembangandiri Ustadz

Guru

PengelolaMasjid

PHBI Kepengurusann

IbadahRutin

85

Strategi komunikasi internal yang dijalin dan terjalin di dalam PesantrenSalafiyah memiliki kekuatan strategi yang baik mengingat saluran komunikasi yangterjadi selain dua arah, juga memuat kebutuhan komunikasi yang sangat dekat karenabukan saja membahas dan membicarakan hal-hal yang formal mengenai prosesbelajar mengajar di Pesantren tetapi juga berkaitan masalah keseharian pelaku didalamnya atas dasar saling mempercayai.

Strategi komunikasi internal Pesantren Salafiyah Salafiyah Al-Munawar BaniAmin dapat dikaji Pentad Analysisnya sebagai berikut:

Tabel 8.2 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi Internal

Teori KajianScene Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amin sebagai lembaga

pendidikan juga sebagai satu kesatuan keluarga besar dari keluargagurunya kyai, kyai dan keluarganya, keluarga santri dan Ustadz.Dimana dalam satu satuan keluarga besar ini biasanya semua masalahdibicarakan secara terbuka dengan Kyai yang menyangkut bukan sajamasalah kependidikan di pesantren tapi juga menyangkut persoalankeluarga, ekonomi, hal-hal yang bersifat pribadi, terutama yangberkaitan dengan pengembangan dan ibadah santri.

Agent Guru Kyai memiliki pengaruh yang besar selain kyai sendiri diPesantren Salafiyah Al-Munawat Bani Amin untuk menggerakkanpesantren yang diharapkan memiliki pengaruh kepada keluargamasing-masing di pesantren. Sementara secara formal hubungan yanglebih longgar (diluar keluarga santri dan Ustadz) dengan masyarakatdapat lebih terjalin dengan masyarakat melalui pengurusan masjiddilingkungan pesantren melalui ibadah rutin seperti ibadah limawaktu, peringatan hari besar islam, dan sebagainya.

Act Motivasi, karakteristik dan pemikiran dalam situasi ini adalahimplementasi berjamaah sebagai praktek keseharian ibadah

Agency Guru Kyai, Kyai dan institusi masjid dalam pesantrenPurpose Tujuannya adalah kemampuan membangun dan membentuk banteng

masyarakat yang kokoh atas kebutuhan implementasi nilai-nilaikeagamaan.

Strategi Komunikasi Eksternal Pesantren SalafiyahAl Munawar Bani Amin

Komunikasi eksternal yang dimaksud adalah suatu pola komunikasi yangdijalin elemen-elemn dasar Pesantren Salafiyah kepada pihak luar yang terdekat.Sudah menjadi suatu pola umum bahwa kebutuhan komunikasi yang diterapkan olehpesantren, terutama Kyai syarat dengan makna pembelajaran yang dimulai dengankalangan terdekat lebih dahulu sebagai contoh teladan bagi kalangan terdekat barukemudian tertransmisikan kepada masyarakat yang lebih luas.

86

Strategi komunikasi eksternal Pesantren Salafiyah Salafiyah Al-MunawarBani Amin dapat dikaji Pentad Analysisnya sebagai berikut:

Tabel 8.3 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi Eksternal

Teori KajianScene Komunikasi dengan pihak eksternal merupakan kebutuhan dari suatu

kepentingan syiar agama yang mesti dilakukan oleh PesantrenSalafiyah. Interaksi ini biasanya dijalin melalui lingkungan terdekatlebih dahulu sepertihalnya Nabi ketika memulai dakwanya dulu.Dimulai dengan pengajian dilingkungan terdekat pesantren,kemudian warga kamg di seputaran pesantren hingga masyarkatdiluar yang bias saja lintas daerah bahkan Negara. Kesederhanaandan model komunikasi tradisional yang dilangsungkan jugaberdampak kepada hubungan komunikasi dan interaksi kepadapemerintah yang terbatas pada aparat dilingkungannya.

Agent Kyai dan institusi Pesantren SalafiyahAct Motivasi dan karakteristik komunikasi eksternal yang dimulai secara

sederhana ini merupakan hal yang dicontoh pada saat zaman NabiMuhammad memulai dakwanya dari lingkungan terdekat hinggapada seluruh dunia.

Agency Instrumen yang digunakan adalah Kyai, santri dan UstadzPurpose Mensyiarkan agama islam

Secara eksternal, strategi komunikasi Pesantren Salafiyah Al Munawar BaniAmin menjadikan setiap elemen komunikasi lainnya sebagai bagian dari transmisiuntuk tersampaikannya pesan yang sama kepada pihak atau masyarakat lain. Halyang dijaga dalam komunikasi eksternal ini adalah keteladanan yang ditunjukkankepada pihak yang paling dekat lebih dahulu secara geografis dan kedekatanemosionalnya. Hal inilah yang kemudian menjadi pancaran transmisi yang mampumemberikan gambaran dan personifikasi nilai-nilai budaya yang dirasakan nyamanoleh masyarakat sehingga dibutuhkan.

Kemampuan berstrategi secara eksternal ini menjadi dasar bagi PesantrenSalafiyah Almunawar Bani Amin untuk menguatkan pola strategi komunikasi dalamrangka kaderisasi dan pemantapan kapasitas organisasinya dapat dikaji PentadAnalysisnya sebagai berikut:

87

Tabel 8.4 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi kaderisasi

Teori KajianScene Kyai pimpinan Pesantren Salafiyah menjadi faktor yang paling

menentukan terhadap keberhasilan santri yang dianggap telah cukupdan dapat melanjutkan ke pesantren lain untuk melengkapi ataumeneruskan keilmuannya, bagi santri yang dianggap telah cukupmenimba ilmunya, mau bagi santri yang dianggap mampu dandiminta untuk membuka Pesantren Salafiyah ditempat lain.Kaderisasi ini secara otomatis membuka peluang bagi masyarakatuntuk memberikan predikat bagi santri-santri tersebut pada berbagaipredikat baru setelah lulus dari pesantren, seperti Ustadz. Bagi santriyang membuka Pesantren Salafiyah baru, lama kelamaan masyarakatsesuai dengan proses dan lamanya waktu akan memberikan predikatKyai

Agent Kyai, Santri, UstadzAct Motivasi dan pemikirannya adalah kembali mengamalkan ilmu di

pesantren yang sudah di dapat oleh santriAgency Santri –santri yang telah lulus Pesantren SalafiyahPurpose Mengamalkan ilmunya dan istiqomah di dalam kehidupan

masyarakat

Komuniksi eksternal yang dilakukan menjelaskan bagaimana eksistensiPesantren Salafiyah ditengah gempuran modernisasi pembangunan danmasyarakatnya. Komunikasi strategi kaderisasi dalam Pesantren Salafiyah berjalansecara sederhana dalam konsep komunikasi tatap muka yang menangandalkanpembicaraan dalam budaya keluarga dari mulut ke mulut. Strategi ini menjadi lebihmurah secara biaya namun efektif dan efisien dalam memilih dan merekrut elemen-elemen penting dalam Pesantren Salafiyah secara utuh.

Pada dasarnya, strategi komunikasi yang dibangun, baik secara internal maueksternal, merupakan suatu syiar agama, baik dalam perkataan mau perbuatan. Darimulai adab berbicara, makan, minum, bebersih diri, bermasyarakat dan lainsebagainya. Ketika komunikasi internal dan eksternal tertransimikan menjadi suatukomunikasi massa, maka hal ini menjadi komunikasi yang strategis, yakni dakwahyang melibatkan massa secara luas, dihadiri oleh masyarakat dari berbagai stratapendidikan, ekonomi, pekerjaan dan gender. Kemampuan berdakwa, bisa dibilangsebagai jalan memperkukuh budaya dan keagamaan yang fundamental darikeberadaan Pesantren Salafiyah di Banten, baik di perkampungan maupun perkotaan.Di perkotaan sendiri, mengundang Kyai dan santri Salafiyah menjadi hal yangmenarik karena dianggap unik dan asli Banten. Syiar agama melalui komunikasimassa dapat di kaji secara Pentad Analysis sebagai berikut:

88

Tabel 8.5 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi massa

Teori KajianScene Peran aktif yang diperankan oleh kyai dan Ustadz dalam mengisi

berbagai kebutuhan sisi religi masyarakat baik dalam bentuk tausiyahdan acara keagamaan lainnya berhasil merangkul kedekatan dalamlandasan keyakinan di berbagai strata sosial ekonomi masyarakatterhadap pesan pembangunan dan persepsi serta sensitifitas bersama.Kebersamaan dalam beragama menciptakan komunikasi massa yangintens terutama dalam event-event rutin keagamaan.

Agent Kyai dan UstadzAct Motivasi, pemikiran dan karakteristik dalam situasi ini adalah

keinginan dan kebersamaan menyikapi secara bersama persoalansosial, ekonomi dan budaya masyarakat secara bersama.

Agency Instrumennya adalah Kyai dan event keagamaanPurpose Penyikapan bersama secara kuantitas atas persoalan kemasyarakatan

Dalam setiap syiar agama yang disampaikan, menyampaikan visi PesantrenSalafiyah dan menceritakan keberadaannya kepada masyarakat menjadi pesan yangselalu disampaikan di sela-sela penyampaian pesan-pesan lainnya dalam suatutausiyah. Dan biasanya, cepat atau lambat, dari pesan tersebut berdampak kepadaPesantren Salafiyah yang dipimpinnya dengan adanya orang tua yang tertarikmenitipkan anaknya sampai kepada pemberian bantuan kepada pesantren secaraperorangan.

Strategi Komunikasi Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani AminDalam Bidang Budaya dan Keagamaan

Strategi komunikasi massa yang disampaikan melalui syiar agama menjadipenjabaran visi Pesantren Salafiyah dan latar komunikasi massa yang mudahdikenali. Mengundang Kyai Salafiyah dengan honor seikhlasnya, bandingkan denganUstadz selebritis yang menentukan dan mematok dana infaq yang harus dikeluarkanpihak pengundang, misalnya. Panitia tidak perlu repot, menyiapkan akomodasi hotel,menjemput atau mengantar pulang, memberikan contoh-contoh perilaku ke-islamanyang memang dilakukan oleh Kyai di pesantren dalam keseharian bermasyarakat.Kemudian, visi Salafiyah tersampaikan secara imlementatif tanpa mengkritik ataumenyindir secara tajam atas praktek-praktek pembangunan yang janggal. Syiar agamaini masuk ke setiap lapisan masyarakat disetiap lapis stratanya, baik itu usia,pekerjaan, jenis kelamin, dan ekonomi.

Syiar agama yang dilakukan rutin hampir setiap hari seiring denganpermintaan masyarakat yang tiada henti. Hal ini membuktikan bahwa PesantrenSalafiyah merupakan kekuatan budaya lokal yang memiliki jaringan komunikasi yangluas. Sebagai kekuatan budaya lokal, Pesantren Salafiyah di Bantenmerepresentasikan sub kultur Indonesia yang lebih adaptatif dan menghargai tradisi

89

dan kearifan budaya lokal. Menjadi rujukan atas keislaman dalam akar budaya yangcinta damai, toleran, dan ramah.

Komunikasi pembangunan di Banten, seperti di wilayah lainnya, melibatkaninteraksi tiga komponen. Pertama, birokrasi pemerintahan, masyarakat, wakil rakyat,pihak yudikatif (komunikator pembangunan). Kedua, ide atau programpembangunan yang disampaikan diberbagai media dan forum lainnya (pesanpembangunan). Ketiga, masyarakat di setiap tingkat strata sosialnya baik yang tinggaldi kota mau desa (sasaran pembangunan). Secara normatif dan teoritis, pembangunaningin dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya. Dari aspek inipembangunan sebenarnya bersifat pragmatis pada upaya membangkitkan inovasi bagikebutuhan masyarakat pada masa kini dan yang akan datang. Oleh karena itu,komunikasi berfungsi menata sikap dan perilaku manusia di dalamnya sebagai subjekmaupun sebagai objek pembangunan. Dalam konteks interaksi dan komunikasikomponen pembangunan seperti yang sudah diulas, Pesantren Salafiyah merupakansarana yang dipilih masyarakat, terutama di desa untuk menaggulangi kerasnyazaman dan pragmatismenya pembangunan serta tidak menentunya perkembanganekonomi. Pesantren Salafiyah mejadi pelindung ancaman nilai-nilai budaya yangmerugikan dari luar. Contoh, pelaksanaan Istighotsah yang dhadiri massa di salahsatu lapangan di Anyer, Banten (2013) dalam rangka menolak penambangan pasiryang merugikan masyarakat pantai. Pesantren menjadi simbol budaya keislamanyang mencerdaskan manusia secara lahir dan batin. Sebagai kekuatan budaya, strategikomunikasi yang berlangsung di Pesantren Salafiyah dikaji secara Pentad Analysissebagai berikut:

Tabel 8.6 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi Budaya dan Keagamaan

Teori KajianScene Dalam bidang budaya dan keagamaan, kyai dan Pesantren Salafiyah

mendapat tempat yang lebih baik dan berakar. Dukungan yangdiberikan bukan saja dari masyarakat baik pedesaan mau perkotaan,tetapi juga meliputi pemerintah, politisi, pengusaha, organisasi sosialkeagamaan, media, seniman dan kalangan pariwisata. Hal ini terjadikarena Pesantren Salafiyah telah menjadi kekuatan budaya yang telahmemproduksi berbagai bentuk kesenian yang diakui dan berakar dimasyarakat, seperti ritual tahlilan, delailan, marhabanan, terbanggede, panjang mulud, rajaban, lebaran anak yatim. Pada bentukkesenian tertentu, seperti panjang mulud telah dijadikan eventpariwisata resmi dan rutin pemerintahan

Agent Kyai dan Pesantren SalafiyahAct Berbagai bentuk kesenian dan budaya islamAgency Instrumen kesenianPurpose Menyampaikan berbagai syiar islam dalam bentuk kesenian dan ritual

dalam bermasyarakat

90

Kemampuan Pesantren Salafiyah menjadi salah satu kekuatan budaya lokal diBanten tidak bisa dilepaskan dari adanya jaringan komunikasi segenap elemenpembangunan yang secara signifikan membantu atau menaruh minat pada berbagaikegiatan budaya yang berlangsung dan menjadi agenda rutin Pesantren Salafiyah.Ditengah hingar bingarnya budaya pop masyarakat dengan tayangan-tayangantelevisi yang seringkali dikritik tidak mendidik, potensi kekerasan masyarakat yangsemakin meningkat, kesenian dan kehidupan tradisional Pesantren Salafiyah menjadidaya tarik tersendiri bagi masyarakat yang biasanya terekspos secara terbuka padamoment tertentu, seperti panjang mulud, memperingati hari kelahiran NabiMuhammad dengn menggelar arak-arakkan berbagai barang kebutuhan sehari-hari,mulai dari bahan makanan hingga barang-barang mewah, seperti kulkas, motor dansebagainya. Barang-barang ini setelah diarak dikumpulkan di satu titik temu bersama,biasanya di Masjid, kemudian barang-barang tersebut dibagikan kepada anak yatimpiatu, masyarakat miskin, pesantren dan Kyai yang disegani.

Kesenian lain yang juga dimiliki oleh Pesantren Salafiyah dan diminatimasyarakat adalah Terbang Gede, suatu grup musik tradisional yang terdiri atas enamsamai sepuluh orang penabuh alat-alat musik tabuh, mengiringi seseorang yangmelantunkan puji-pujian. Beberapa agenda rutin kesenian yang lahir dari PesantrenSalafiyah dijadikan event rutin pariwisata pemerintah provinsi Banten dalam rangkamenarik minat wisatawan lokal, seperti panjang mulud.

Strategi Komunikasi Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani AminDalam Bidang Pendidikan

Sebagai kekuatan pendidikan, Pesantren Salafiyah diakui menjadi lembagapendidikan moral tanpa cacat. Diakui atau tidak, moralitas merupakan pangkal darikrisis multidimensi yang berkepanjangan yang melanda bangsa Indonesia saat ini.Pemerintah, wakil rakyat, pejabat lemah dalam hal moralitas. Akibatnya, korupsisemakin tidak tertandingi, lalai dalam menegakkan hukum, keadilan tidak segeratercapai, nepotisme dan kolusi merajalela. Pembunuhan, konflik agama, pertengkaranmerupakan dampak dari rendahnya moralitas bangsa. Agama dijadikan komoditaspolitik, legitimasi penguasa yang despotik, perampasan hak-hak asasi dan lainsebagainya. Oleh karena itu, sebagai pusat studi agama, Pesantren Salafiyah memilikiidentitas khas selaku key player yang concern dalam mencetak generasi bermoral-baik.

Strategi komunikasi Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani Amin dalambidang pendidikan dilakukan secara terbatas atau tidak secara langsung, tidak sepertikomunikasi yang dilakukan dalam bidang budaya dan keagamaan. Kemungkinan,cara ini menjadi ciri khas islam tradisional yang telah dilakukan oleh parapendahulunya, seperti Wali Songo di pulau Jawa, menyebarkan Islam melalaui jalurbudaya. Kemungkinan kedua, dari ketertarikan budaya ini diharapkan masyarakatmempertimbangkan pendidikan tradisional Salafiyah kembali. Kemungkinan ketiga,jika strategi komnikasi pendidikan dilakukan secara terbuka, bisa menyebabkanadanya perbedaan nilai-nilai mendasar pendidikan ditingkat orientasi, tujuan dan

91

aplikasi yang dimiliki dalam pendidikan modern dari pola, cara dan metodepembelajarannya, sehingga menyebabkan pertentangan yang tidak perlu, dimanapemerintah, masyarakat secara luas, politisi memberikan dukungan mereka padabentuk dan model pendidikan modern. Sebagai lembaga pendidikan tradisional,Pesantren Salafiyah mempertahankan komunikasi dengan masyarakat pedesaan dansedikit pengusaha yang masih simpatik kepada Pesantren Salafiyah, dan bisadikatakan memiliki andil dalam menjaga pesantren Salafiah. Strategi komunikasi dibidang pendidikan dapat dikaji secara Pentad Analysis sebagai berikut:

Tabel 8.7 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi dibidang pendidikan

Teori KajianScene Pesantren Salafiyah lebih dikenal sebagai lembaga yang memiliki

kekuatan dalam menyelenggarakan pendidikan keagamaan secarakonsisten sejak ratusan tahun lalu. Kemampuannya menelurkanberbagai disiplin ilmu intelektual islam juga telah dikenal, mulai darikeahlian ilmu alat, yakni ilmu yang digunakan untuk membaca,memahami dan menafsirkan ilmu Al-Quran dan kitab gundul lainnyalangsung dari gramatika dan bahasanya langsung, tidak dariterjemahannya, kemudian penguasaan ilmu hadist, penguasaan ilmutahfidz. Pendidikan yang diselengarakannya diadakan secara gratis,dimana santri yang terserap lebih banyak dari kalangan miskin desadan perkotaan. Dalam bidang ini, strategi komunikasi yang diusunghanya mendapat dukungan dari organisasi sosial keagamaan dansedikit pengusaha yang dekat dengan pesantren.

Agent Lembaga pendidikan Pesantren SalafiyahAct Motivasi, pemikiran dan karakteristik yang ingin dibangun adalah

menjaga dan meneruskan prinsip-prinsip Salafiyah dalammenegakkan syiar agama

Agency Instrumenya adalah Pesantren Salafiyah dengan pengelolaan yanggratis dan sederhana namun berkualitas

Purpose Menegakkan syariat islam

Masyarakat pedesaan dan organisasi sosial keagamaan seperti NahdatulUlama menjadi pendukung setia dari perjalanan pendidikan tradisional PesantrenSalafiyah. Kedua elemen ini memiliki korelasi langsung yang signifikan. Masyarakatpedesaan menjadi basis utama dari rekruitmen santri. Santri-santri dari pedesaanbiasanya datang dari kalangan petani miskin, anak-anak buruh tani serabutan danprofesi-profesi informal lainnya. Walau ada juga santri dari masyarakat kota dankalangan mampu, tapi jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Desa juga menjadi basis utama dari keberadaan santri, termasuk pendiriankembali Pesantren Salafiyah ketika santri sudah selesai mondok dan mendapat izazah

92

(pesan atau amanat) untuk mendirikan pesanten Salafiyah kembali. Sementaraorganisasi Nahdatul Ulama yang meyakini dirinya sebagai organisasi ulama, secaraideal mengandalkan pucuk kepemimpinan ditingkat Rois Syuriyah dari kalanganPesantren Salafiyah yang dianggap matang dari sisi keilmuan agama dankewibawaannya di masyarakat sebagai tokoh agama. Secara garis besarKepengurusan Nahdlatul Ulama terdiri struktur pengurus Syuriyah sebagai pemegangkebijakan tertinggi dan pengurus tanfidziyah sebagai pelaksana kebijakan. PengurusSyuriyah terdiri atas pengurus harian yang dipimpin oleh seorang Rois Syuriyah,disamping a’wan syuriyah yang berkedudukan sebagai anggota dan pembantu fungsikesyuriyahan. Sedangkan Pengurus Tanfidziyah dipimpin oleh seorang Ketua untukmelaksanakan tugas organisasi, pengurus Tanfidziyah membentuk lembaga danlajnah yang berfungsi sebagai departemen.

Dalam suatu perdebatan musyawarah kerja Pengurus Wilayah NahdatulUlama Provinsi Banten ke tiga, Juni 2013 lalu, persoalan kaderisasi pengurus roissyuriyah NU dan basis perekrutannya dari Pesantren Salafiyah menjadi perdebatanhangat, mengingat NU merasa bahwa Pesantren Salafiyah merupakan indikator darikeberadaan dan keberhasilan NU wilayah, terutama dalam regenerasi di tingkat RoisSyuriyah. Namun hal ini menjadi kendala karena pesantren-Pesantren Salafiyah yangada di Banten hampir tidak terperhatikan oleh pemeritah mau oleh NU Bantensendiri.

Strategi Komunikasi Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani Amindi Bidang Sosial

Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani Amin tidak selalu menggunakan semuahubungan sosial yang dimilikinya, tetapi disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang ingindicapainya atau menyesuaikan diri pada konteks sosialnya dalam rangka mencapaitujuan dengan mengikuti konfigurasi jaringan hubungan sosial tertentu. Dalamstrategi komunikasi pada aspek sosial, Pesantren Salafiyah berkomunikasi sesuaidengan kebutuhan dan pengalamannya. Oleh karena itu, siapa memilih siapaatau siapa dipilih siapa merupakan hal yang penting. Muatan sosial yang terjadidalam komunikasi mengalir mengikuti arus alamiahnya, dalam hal apa Kyai memilihmembina hubungan sosial dengan seseorang atau pihak tertentu dan tidak kepadayang lain. Konteks sosial yang dibangun dirancang pada upaya membentukjaringan hubungan sosial berdasarkan pertimbangan syariah dan pembentukanhubungan keagamaan. Dalam setiap hubungan sosial yang terbina belum tentu atautidak selalu bersifat "timbal balik" (resiprokal).

Pertimbangan strategi komunkasi di bidang sosial didasari atas realitas,dimana kehidupan modern yang terbuka dan dinamis seperti sekarang, tentu saja bagisebagian orang, terutama anak muda, menjadi hal yang membosankan ketika merasaterkungkung oleh nilai-nilai tradisonal dan sakral di dalamnya. Alasannya karenaagama bukanlah hal yang patut dipublikasikan atau ditawarkan, tetapi lebih kepadapanggilan. Seperti, berkain sarung, berkopiah, taat dan tekun beribadah,meninggalkan hal-hal yang dapat menjauhkan seseorang dari agama. Ditengah situasisosial yang terbelah dengan nilai-nilai asing, dimana kebebasan, individualisme dan

93

nilai lainnya menjadi patokan semua elemen masyarakat, maka hal ini bertentangandengan kehidupan sosial yang hidup, tumbuh dan berkembang di Pesantren Salafiyah.Ketidak cocokan nilai-nilai dasar sosial tadi menyebabkan strategi komunikasi yangdipilih Pesantren Salafiyah sebagai kekuatan sosial membatasi diri kepada masyaratpedesaan dan organisasi sosial keagamaan yang ada dan lekat di daerahnya secarageografis dan ideologis dapat dikaji secara Pentad Analysis sebagai berikut:

Tabel 8.8 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi dibidang sosial

Teori KajianScene Kehidupan sosial Pesantren Salafiyah biasanya lebih dekat pada

sosiologis pedesaan, dimana dalam kehidupan tersebut PesantrenSalafiyah berkepentingan untuk mempertahankan nilai sosial yangdianut memiliki kekuatan dan karakteristik yang dapatmengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan di dalam perubahan danpembangunan.

Agent Kyai, Ustadz, Santri dan lembaga pesantren saafiyahAct Motivasi, pemikiran dan karakteritik sosial yang dibangun adalah

solidaritas dalam beragamaAgency Pesantren Salafiyah sebagai lembaga socialPurpose Terbangunnya kesadaran masyarakat atas kehidupan sosial

keagamaan

Kemungkinan besar strategi komunikasi sosial dibangun seperti ini agar santriterhindar dari pengaruh langsung mau tidak langsung budaya Western yang saat inisudah pula memasuki kampung-kampung. Namun tidak bisa dinafikkan bahwalulusan Pesantren Salafiyah memiliki peran multi-sektor terhadap pembangunanbangsa. Lulusan Pesantren Salafiyah selalu terpakai dalam kehidupan sosialkemasyarakatannya, karena ditempatkan sebagai aktor dengan indikator nilaikeagamaan dan budaya yang diidamkan, diharapakan dan dijaga oleh masyarakat.Oleh karena itu, keberadaannya seringkali menjadi tokoh keagamaan, dan pemimpinmasyarakat. Pesantren sebagai tempat pendidikan agama memiliki basis sosial yangjelas karena keberadaannya menyatu dengan masyarakat. Pada umumnya, pesantrenhidup dari, oleh, dan untuk masyarakat. Visi ini menuntut adanya peran dan fungsipesantren yang sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, bangsa, dan negarayang terus berkembang.

Sementara itu, sebagai suatu komunitas, pesantren telah berperan menjadipenggerak bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat mengingat pesantrenmerupakan kekuatan sosial yang jumlahnya cukup besar. Secara umum, akumulasitata nilai dan kehidupan spiritual Islam di pesantren pada dasarnya adalah lembagatafaqquh fid din yang mengemban untuk meneruskan risalah Nabi Muhammad sawsekaligus melestarikan ajaran Islam. Sebagai elit sosial, Kyai menjadi panutan dansekaligus pelindung masyarakat dari tindakan kesewenang-wenangan pemerintah.Multi peran seperti inilah yang seringkali menjadikan Kyai bersikap serba salah dan

94

dilematis dalam kehidupan sosial. Peran dan tanggung jawab Kyai terhadap agama,negara dan masyarakat secara bersamaan, tidak jarang menimbulkan benturankepentingan yang menjadikan pada posisi sulit. Pada saat hubungan pemerintahdengan rakyat tidak harmonis, di mana dominasi negara sangat kuat, Kyai yang tidakmembela dan memperjuangkan kepentingan masyarakat akan dijauhi oleh masyarakatdan santrinya. Hal ini berarti Kyai akan kehilangan sumber otoritas, kewibawaan danlegitimasi sebagai Kyai, yang apabila tidak di manage dengan baik, Kyai akankehilangan posisi daya tawarnya, tidak hanya di hadapan pemerintah, tetapi dihadapan masyarakat.

Strategi Komunikasi Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani Amindi Bidang Politik

Politik pada dasarnya adalah soal pengaruh mempengaruhi, sementarapengaruh itu ditentukan oleh kuasa atau power yang dimiliki. Power sendiri bisamuncul dari berbagai sumber, sejak dari yang paling abstrak, pengetahuan, keturunan,moralitas, dukungan massa hingga kapital, termasuk senjata. Mereka yang memilikisalah satu atau sebagian darinya akan memiliki power, dan power akan menghasilkanpengaruh di masyarakat, baik karena terpaksa atau sukarela. Kekuatan politikbiasanya ditandai dengan kemampuan seseorang atau kelompok atas posisi tawaryang dimiliki untuk mempengaruhi suatu kebijakan atau dalam kerangka memperolehakumulasi kekuasaan atas sumber daya pembangunan baik secara sukarela mauterpaksa.

Kyai dengan dukungan massa yang sangat besar, dipandang sebagai simbolkekuatan moral dalam politik yang sangat signifikan, potensi seperti itu dianggapstrategis ditarik ke ranah politik, baik sebagai pemain langsung atau sebagaikekuatan yang mampu mempengaruhi massa dan sekaligus pemberi legitimasi moral.Hal ini merupakan kekuatan Kyai yang riil, hanya saja kekuatan itu seringkaliberakibat negatif, karena dengan powernya itu ia selalu dicurigai. Di sisi lain dayatarik politik yang besar itu seringkali dimanfaatkan secara pragmatis, untukmelegitimasi kebijakan pihak atau kelompok tertentu, bukan sebaliknya untukmenekan negara untuk membebaskan rakyat. Belum lagi ketika kekuatan politikmoral itu ditarik menjadi politik praktis, sehingga membuat banyak Kyai yangterserap ke partai politik.

Dalam ranah politik, Kyai menjadi pilar kultural utamanya. pemain politikberupaya menempatkan beberapa Kyai sebagai motor penggerak atau sekedarlegitimator moral. Kecenderungan tersebut tampaknya juga terjadi pada arena politiklokal, Dalam kasus-kasus pemilihan kepala daerah, Kyai banyak terlibat dalam upayamembangun dukungan politik bagi calon-calon tertentu. Para calon kepala daerahsendiri, bupati atau gubernur, juga tidak henti berupaya melakukan hal yang samasebagaimana dilakukan para politisi partai. Namun sepak terjang Kyai dalam kancahpolitik praktis ternyata membawa perubahan pada penilaian masyarakat terhadapKyai pesantren. Kyai yang dulunya sangat disegani oleh masyarakat, bisa tidak lagidisegani, karena terjun ke dalam politik praktis. Alasan yang biasa disampaikan oleh

95

masyarakat adalah karena perilaku Kyai sudah berubah, tidak lagi menjadi panutan.Meski kasusnya tidak banyak, tetapi figur Kyai menjadi turun. Jika dulu Kyaimenjadi tuntunan, bisa menjadi tontonan. Oleh karena itu, strategi komunikasiPesantren Salafiyah di bidang politik dapat dikaji secara Pentad Analysis sebagaiberikut:

Tabel 8.9 Kajian Pentad Analysis Peran Pesantren Salafiyah Al-Munawar Bani Amindalam strategi komunikasi dibidang politik

Teori KajianScene Ketaatan masyarakat terhadap arahan dan perkataan Kyai pimpinan

Pesantren Salafiyah seringkali menjadi kebutuhan dunia politikpraktis terhadap legitimasi moral para politisi mau elit politik.Ketaatan masyarakat sendiri tercipta kuat dengan pesantrendikarenakan hubungan yang erat dengan masyarakat diserangkaiankegiatan sosial keagamaan yang ada menjadi incaran atas keyakinandunia politik

Agent KyaiAct Moralitas Kyai untuk mendapatkan kepercayaan masyarakatAgency Kyai dan Pesantren SalafiyahPurpose Mendapatkan dukungan politik

Dalam kehidupan politik, Kyai dan tokoh pesantren sering kali menjadisasaran para politisi dalam membangun basis dukungan politik pada setiap pemilihanumum. Kyai berpotensi besar menjadi power yang berpengaruh atas kemenanganpolitik. Sosok Kyai menjadi incaran para politisi untuk dimintai restunya, ataubahkan melibatkannya dalam kepengurusan partai. Tim sukses yang telah dibentukpara leader partai sekarang ini menunjukkan bahwa peran para Kyai yang signifikanakan dapat meraup suara. Sosok Kyai awalnya hanya dalam lingkup pesantren yangmentransformasikan nilai-nilai agama pada masyarakat lokal, ternyata ketika di ranahpolitik menjadi posisi yang strategis. Karena para Kyai dianggap dapatmengubah mind-set masyarakat yang lebih luas dalam berbagai bidang, termasukpolitik di Indonesia. Memang terbukti bahwa Kyai dalam tradisi pesantren mampumembangun sistem kekerabatan yang berlangsung cukup efektif, sehingga tradisi itudapat berkembang menjadi sistem sosial yang berpengaruh dalam masyarakat luas.Selama ini masyarakat memposisikan Kyai sebagai sosok teladan, sumber hukum,serta pendorong perkembangan ekonomi dan politik. Dengan , semua tindakan untukkepentingan umum hampir pasti minta restu dan izin dari Kyai.

Konseptual Strategi Komunikasi Pesantren Salafiyah

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa strategi komunikasi PesantrenSalafiyah dapat dibedakan menjadi strategi yang bersifat terencana, dinamis danterbuka (dibidang budaya dan keagamaan) dan strategi yang bersifat tergantung padaaspek sosiologis (dibidang sosial, pendidikan dan politik). Dalam aspek teoritis,

96

strategi yang menjadi pilihan Pesantren Salafiyah Al Munawar Bani Aminmendapatkan kerangka konseptualnya, seperti yang dikatakan oleh Whittington(2001) menyebutkan ada empat teori tentang strategi yakni: teori klasik,evolusioner, proses, dan sistem. Teori Klasik menekankan pada perencanaan, evolusimenekankan keterbukaan. Teori proses menekankan pada sifat dinamis danspontanitas langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan. Sedangkan teori sistemmenekankan pada sosiologi dan perilaku manusia. seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 8.3 Konseptual Strategi Komunikasi Pesantren Salafiyah Al-MunawarBani Amin

Eksistensi Pesantren Salafiyah yang kokoh pada aspek budaya dan keagamaantidak bisa dilepaskan dari strategi komunikasi pembangunan yang dilakukan secaraterbuka, dinamis dan konsisten. Hal ini terjadi karena, aspek budaya dan keagamaanmerupakan dimensi paling dasar dari strategi komunikasi pembangunan PesantrenSalafiyah. Dalam kategori ini strategi disusun dalam suatu catatan panjang sejarahdan kultur Salafiyah itu sendiri dan dilaksanakan oleh kumpulan masyarakat tertentuyang terikat dengan budaya tersebut. Strategi dalam kategori ini menempatkan prosespenentuan kebijakan pada bidang budaya. Dimana kebijakan tersebut merupakanhasil dari proses berkelanjutan dari proses trust.

Mengapa kemudian Pesantren Salafiyah lebih tergantung pada aspeksosiologis pada strategi komunikasinya pada aspek sosial, pendidikan dan politik,karena gabungan dari dimensi sumber daya ekonomi organisasi pembuat strategi,proses manajerial organisasi, informasi, proses pemikiran dan pemaknaan secarabersungguh-sungguh hanya akan handal melalui melalui sebuah doktrin, sementarapondasi pada aspek ini, Pesantren Salafiyah berdiri pada keikhlasan yang tidak bisamenerima doktrin. Terutama pada keterkaitan politik dengan konflik.

Dikaji dari sisi Komunikasi dan pembangunan, maka strategi komunikasiPesantren Salafiyah Al Munawar Bani Amin, baik yang terbuka mau tergantungsecara sosiologis saling berkaitan. Keduanya mempunyai andil penting dalammerencanakan dan mengelola suatu kehendak perubahan yang diinginkan danmemberi manfaat bagi kehidupan suatu masyarakat. Perubahan yang dimaksud tentusaja kearah yang lebih baik dari kondisi sebelumnya, termasuk proses dan arahperubahan tersebut. Strategi komunikasi yang telah digunakan diharapkan dapat

Pesantren Salafiyah

Strategi KomunikasiPembangunan

Terencana, Dinamis,Terbuka

Tergantung padaaspek sosiologis

Aspek Pendidikan,Budaya danKeagamaan

Aspek Ekonomi,Sosial, Politik

97

menjadi perekat dalam memahami kebutuhan dan antisipatif laju pembangunanlahiriah dan batiniah. Strategi komunikasi yang telah dimainkan oleh PesantrenSalafiyah Al Munawar Bani Amin, mencerminkan proses perubahan sikap, pendapatdan perilaku pesantren tersebut meliputi peran dan fungsi komunikasi sebagai suatuaktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat denganpemerintah, dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasipembangunan. Dalam arti terbatas, penerapan strategi terbuka pada aspek budaya dankeagamaan merupakan segala upaya dan cara serta teknik penyampaian gagasan danketerampilan komunikasi pembangunan yang berasal dari pihak pesantren terhadappihak yang memprakarsai pembangunan dan diwujudkan pada masyarakat yangmenjadi sasaran dapat memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan,keberhasilan aspek keagamaan dan budaya merupakan keberhasilan dalam aspekpermanen pembangunan yang akan secara cepat dan mudah diikuti oleh masyarakat(Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, 1991).

Strategi Komunikasi yang TergantungPada Kondisi Sosiologis Masyarakat

Peristiwa Musrenbang

Strategi komunikasi Pesantren Salafiyah tidak semuanya bersifat terbuka dandinamis, setidaknya pada aspek pendidikan, sosial dan politik tergantung pada sifat,perilaku dan perkembangan masyarakatnya (sosiologis). Kondisi ini diperoleh darigambaran sebagai berikut: 150 meter dari pesantren Al Munawar Bani Amin adalahkantor Desa. Di kantor inilah biasanya berbagai pertemuan antar warga digelar,termasuk Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) sebagai forum yangdianggap sangat penting untuk mengangkat dan mengakomodir kepentinganmasyarakat Desa. Setiap diadakan Musrenbang, Kyai Wawang selalu diundang.Namun dari sesemakin undangan Musrenbang, hanya dua kali ia turut menghadiriacara tersebut, yakni tahun 2011 dan 2012 lalu. Pada saat pertama Kyai datang dalamMusrenbang, ia merasa bersemangat. Karena ia tahu forum ini dapat diandalkanuntuk memberikan ide, permasalahan dan usulan dalam pembangunan desanya. Iatelah mempersiapkan usulan agar pembangunan desa tidak hanya memfokuskan padapembangunan fisik namun juga membangun mentalitas spiritualitasnya.

Tapi siapa sangka, bahwa usulannya tersebut justru bertepuk sebelah tanganhingga pada musrenbang selanjutnya. Hampir semua yang hadir justru bersepakatmemfokuskan usulan pembangunan pada hal-hal yang bersifat fisik. Alasanya selaindapat terlihat, terasakan dan memberikan efek secara langsung bagi masyarakat maupengusaha-pengusaha lokal yang ada dikampung tersebut. Hal ini kemudianmenimbulkan dugaan kuat bahwa Musrenbang memang telah dijadikan forumlegitimasi atas perencanaan pengerjaan berbagai proyek. Selanjutnya, adalahtimbulnya kekecewaan yang kedua Kyai, ketika Musrenbang harus diputuskandengan voting bukan dengan musyawarah.

Kedatangannya yang kedua di Musrenbang, kekecewaan Kyai nampak lebihbesar, bahkan ketika Musrenbang belum dimulai. Karena ia merasa bahwa peserta

98

yang hadir saat itu bukan representasi dari perwakilan masyarakat sesungguhnya.Tapi dari sebuah upaya rekayasa pihak tertentu agar forum dapat diarahkan padavoting atas kepentingan usulan pembangunan fisik kembali. Dari sinilah Kyai merasabahwa kehadirannya hanya menciptakan kemubaziran, karena Musrenbang adalahforum yang menempatkan kepentingan tertentu dalam pembangunan Desa yangtersistematis dengan kepentingan penggarapan program-program di desa tersebutdengan jaringan pengusaha diluar desa tersebut dan adanya kongkalikong denganpemerintah.

Musrenbang adalah salah satu fungsi aplikatif komunikasi pembangunan padaaspek perencanaan. Musrenbang mesti dilakukan karena telah menjadi amanat UUNomor 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional. MelaluiMusrenbang ini, proses pembangunan dapat digagas dari bawah dengan partisipasiaktif masyarakat. Oleh karena itu, proses penyusunan kebijakan skala prioritasprogram pembangunan perlu diperkuat pada proses komunikasi yang meliputi:MUSBANGDES (Musyawarah Pembangunan Desa) atau istilah lainnyaMUSRENBANGDES (Musyawarah Rencana Pembangunan Desa). Perencanaanpembangunan dimulai dari tingkat desa, yang biasanya dihadiri oleh mereka yangditunjuk oleh peraturan perundang-undangan, atau sesuai dengan kebijakan darikabupaten, namun seringkali dalam prakteknya hanya menjadi semacam lipsservice belaka.

Pesantren Bani Amin Al-Munawar tahu ada Musbangdes yangdiselenggarakan rutin dan tahu fungsi dari musbangdes tersebut. Namun menurutKyai kegunaan dari musbangdes ini masih perlu dipertanyakan. Mestinya sebelumdilakukan musyawarah di tingkat desa, ketua-ketua RT dan RW, termasuk tokoh-tokoh masyarakat diajak berembuk dengan warga mengenai kebutuhan apa saja yangharus diajukan sebagai usulan kepada pemerintah desa, lalu dilakukanlahmusyawarah pembangunan di tingkat desa tersebut. Sekarang ini, masyarakat di desaini menganggap bahwa pembangunan yang dilakukan di tempatnya seringkali“dikatakan sebagai bantuan”, padahal memang pembangunan tersebut telah menjadihak warga masyarakat untuk mendapatkannya, dan sekali lagi bukan “bantuanpembangunan” sebagaimana yang seringkali digulirkan oleh para elit politik, baikdari lingkungan partai atau pemerintah. Mana ada partai politik yang memberikanbantuan pembangunan, sedangkan mereka dalam menjalankan roda organisasi sajabelum bisa mandiri, masih disupport oleh pemerintah baik melalui APBD mauAPBN.

Musrenbangdes yang dilaksanakan di Desa Pabuaran Jati, sebenarnya selalumengundang Kyai sebagai tokoh masyarakat. Namun dari SerangkaianMusranbangdes yang ada, biasanya hanya dilaksanakan ketika akan ada dana bantuanyang turun, tidak dilakukan secara kontinyu sebagai sebuah penyerapan aspirasi daribawah. Musyawarah di desa ini juga biasanya hanya membahas kebutuhanpembangunan desa secara fisik dari waktu ke waktu, karena hal ini dinaggapmenguntungkan (proyek) oleh lingkungan tersebut. Ditambah mekanisme pertemuanbiasanya dibenturkan pada pemungutan suara untuk menentukan program yang akandilaksanakan bukan pada mekanisme seharusnya yakni musyawarah untuk mencapaikakta mufakat. Pelaksanaan voting biasanya juga sudah dipersiapkan dengan

99

hadirnya orang-orang yang sengaja untuk memenuhi kepentingan pemungutan suarasaja. Atas dasar alasan inilah Kyai beranggapan bahwa Musrenbangdes di desanyanyaris tanpa substansi dan keasadaran atas apa yang diinginkan oleh masyarakat itusendiri.

Peristiwa Reses DPRD Banten

Desa Pabuaran Jati berada di Kecamatan Kragilan diwakili oleh para anggotaDewan Pewakilan Rakyat Daerah dari PAN satu orang, PKS satu orang, PartaiDemokrat dua orang dan Partai Gerindra dua orang. Namun keberadaan wakil rakyattersebut, terutama dari parpol Islam belum menjadi representasi Pesantren Salafiyahdi wilayah tersebut. Keberadaan para anggota dewan ini perlu dibahas dalam kontekskomunikasi politik yang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan komunikasipembangunan secara umum dalam rangka mengusung pembangunan dan kemajuandaerah yang berlandaskan moralitas dan etika politik serta kepentingan masyarakatsecara lebih luas, khususnya Pesantren Salafiyah sebagai kekuatan budaya di Banten.Oleh karena itu landasan pijak komunikasi politik ini berangkat dari upaya peneguhankembali penegakkan keinginan dan aspirasi sebagian besar masyarakat Banten untukmengaktualisasikan cita-cita kehidupan masa depan yang lebih baik, setelah berpisahdengan Jawa Barat dan membentuk suatu propinsi tersendiri.

Tidak terkecuali di Desa Pabuaran Jati ini, seperti daerah lainnya, memilikikeinginan agar sistem penyelenggaraan pemerintahan yang terwujud mempunyaidaya responsif dan kompetensi yang kuat untuk mengusung kepentingan masyarakatDesa. Dalam konteks politik lokal, diberlakukannya otonomi daerah (Otda) melaluiUndang-undang No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, saat ini belummenampakkan efektifitas dan efisiensinya yang maksimal bagi kepentingan rakyat.Kyai wawang sendiri mengkhawatirkan munculnya wakil wakil rakyat yang tidakpeduli dengan Desa yang diwakilinya. Kekhawatiran itu menjadi bukti. Para wakilrakyat yang mewakili Desa Pabuaran Jati periode 2009-2014 akhir-akhir ini seringdipertanyakan kinerjanya, terutama menyangkut hasil reses.

Reses adalah masa dimana para wakil rakyat untuk turun ke wilayahpemilihannya masing-masing untuk berkomunikasi dan menyerap aspirasimasyarakat dan mengoreksi kembali segenap aktifitas pembangunan yang sudahdilakukan sebelumnya. Hal ini menjadi penting untuk dilihat pada satu kebutuhanbagaimana penyerapan aspirasi dan kepentingan elemen masyarakat dapat terangkatdan terwakili persoalannya ditingkat sistem dan decision maker pembangunan.Namun sekali lagi, bahwa reses dapat dikatakan bukanlah salah satu mekanisme yangdapat diandalkan dalam komunikasi pembangunan di Banten untukmenciptakankeberhasilan mau mengkomunikasikan berbagai persoalan dalampembangunan.

100

Komunikasi dengan Media Lokal

Kyai Wawang memahami bahwa media massa lokal di Banten memiliki peranstrategis dalam menyampaikan pesan-pesan pemerintah dalam pembangunan. Iamerasa bahwa Koran yang ada mulai dari Radar Banten, Baraya Post, Banten Pos,Tangerang Ekspress dan yang lainnya tidak bisa berdiri secara ajeg untuk mengkritisipemerintah karena kuatnya hegemoni pemerintah melalui belanja iklan yang begitumahal. Hal ini ia perhatikan karea seringkali di setiap Koran yang ia baca iklan-iklanpembangunan dari pemerintah terliput secara besar-besaran. Kyai Wawang meyakiniini tidak mungkin gratis. Namun ia masih optimis bahwa Koran-koran tersebut maumenjembatani isu-isu moral yang sangat penting untuk diperhatikan pemerintah.Biasanya jalinan komunikasi dengan wartawan media lokal dilakukan dalamhubungan keorganisasian diluar pesantren.

Di mata media lokal di Banten, Pesantren Salafiyah adalah sosok lembagapendidikan tradisional yang sederhana, dikenal sebagai kaum sarungan denganmetode belajar tersendiri yang berbeda dengan sekolah formal. Beberapa tokoh KyaiPesantren Salafiyah terbilang dekat dengan kalangan media lokal di Banten.Terutama tokoh-tokoh Kyai yang secara langsung juga terlibat atau terkait denganorganisasi sosial keagamaan seperti Nahdatul Ulama dan Majelis PesantrenSalafiyah. Hampir tidak tidak ada Kyai yang berinteraksi dengan mediamengatasnamakan langsung Pesantren Salafiyah yang diasuhnya. Keterlibatanpeliputan wartawan langsung di Pesantren Salafiyah terbilang jarang, jika terjadibiasanya pada kesempatan – kesempatan peringatan atau acara keagamaan yangcukup besar melibatkan massa dan pejabat penting dalam pemerintahan.

Keterlibatan atau peran Pesantren Salafiyah selalu terwakili oleh Kyai sepuhdalam suatu komunitas Kyai pemimpin Salafiyah. Sesuai dengan budaya yang terjagadalam kebiasaan selama ini bahwa tokoh yang tertua dan dianggap mumi dalamkeilmuannya menjadi representasi yang lain. Taklid dan taat pada kepemimpinanketokohan yang ada. Hampir keseluruhan pesan pesan yang tersampaikan lewatmedia massa adalah persoalan sosial keagamaan. Cenderung menghindar daripolemik politik, setidaknya diplomatis dalam uruan politik.

Dalam perspektif media, suara atau pendapat Pesantren Salafiyah merupakansecond opinion, yang sangat diperlukan dalam rangka menyeimbangkan atau mencaripendapat masyarakat sesungguhnya dari masyarakat. Representasi PesantrenSalafiyah sebagai suara masyarakat memang tidak bisa diragukan. Karena intesitaspesantren-Pesantren Salafiyah ternama menerima tamu masyarakat dengan segalapersoalannya cukup tinggi.

Ada terpaan media pada elemen lain di Pesantren Salafiyah, seperti santri atauUstadz terbilang cukup minim. Santri nyaris tidak bersentuhan dengan media, baikcetak mau elektronik mengingat keseharian santri yang cukup padat dalam beribadahmau menimba ilmu. Kondisi ekonomi santri dan pesantren juga menyebabkanpemanfaatan media terbilang cukup mahal untuk mereka. Disamping persepsi santridan Ustadz terhadap media belum dianggap sebagai institusi yang merepresentasikandari keberadaan informasi yang sepenuhnya benar. Mereka menganggap bahwa

101

media adalah suatu usaha yng bergerak dibidang jual beli berita yang tentu saja akanberpihak kepada informasi terhadap yang mampu atau memiliki akses terhadapmedia. Dengan kata lain, peran media dalam pembangunan sebagai agen pembaharu(agent of sosial change) atau membantu memperkenalkan perubahan sosial. Dalamhal ini media massa untuk merangsang proses pengambilan keputusan,memperkenalkan usaha modernisasi dan membantu mempercepat proses peralihanmasyarakat yang tradisional menjadi masyarakat yang modern serta menyampaikanpada masyarakat program-program pembangunan pada Pesantren Salafiyah belummembentuk satu polarisasi yang respon yang diharapkan.

Ada kebuntuan yang terjadi dalam peran media massa lokal terhadapPrasarana dan sarana media massa yang digunakan dalam pembangunan di Bantenyang menjadi tidak berarti dimana khalayak besar dari Pesantren Salafiyah yangdituju tidak dapat menerima pesan-pesan pembangunan yang disampaikan olehkarena terbatasnya daya jangkau media. Beragamnya bahasa dan konflik politikmembosankan dalam media tanpa kejelaan penyelesaian persoalan hukumnyamenjadi kendala tersendiri dalam usaha menjangkau lebih banyak lagi masyarakatyang dapat menerima informasi yang bermanfaat dalam usaha pembangunan.Masyarakat yang menerima informasi sangat beragam tingkat pendidikan danatitudenya sehingga. pesan-pesan pembangunan yang harus disampaikan oleh mediamassa belum dibentuk serupa untuk menjadi mudah untuk dipahami supaya dapatmenimbulkan perubahan atitude dan perilaku pada satu kebutuhan dan kepentinganmenjembatani potensi pesantren dalam pembangunan melalui media massa.Dengan secara prinsip dapat disimpulkan peranan media komunikasi massa lokaldalam pembangunan yaitu dalam peran merangsang proses pengambilan keputusanpada upaya penguatan budaya lokal di Banten masih jauh pangggang dari api. Bisajadi kendala ini juga disebabkan persoalan struktural internal media lokal sendiri yangjuga sulit didefinisikan, apakah yang dimaksud dengan lokalitas dalam media massalokal, karena semua media lokal yang ada di Banten adalah anggota dari grup besarusaha media nasional.

Media massa lolal masih terjebak pada konsep dapat memperkenalkan usaha-usaha modernisasi dengan tujuan mengubah kebiasaan, sikap, pola pikir yang jelekmenjadi baik. Dimana media massa sebagai alat penyampaian pada masyarakatprogram-program pembangunan namun masih terjebak pada kepentinganmaterialisasi yang mengkolaborasikan kepentingan kekuasaan dan pengusaha yangbelum tentu berpihak kepada masyarakat. Pesantren Salafiyah dalam dinamikainteraksi sosial politik yang materialistik seperti yang terjadi saat ini bukanlahinstitusi yang dianggap menguntungkan. Baik secara politik mau ekonomi. Presisidengan posisi masyarakat yang posisi tawarnya tidak berdaya berhadapan dengankekuatan kekuasaan dan pengusaha. Walau seringkali dalam event politik, pesantenSalafiyah dijadikan naungan atau kekuatan spiritual yang mendukung suatu eventpolitik dengan doa-doa yang dipercaya makbul, namun praktek politik yangmengedepankan praktek tidak pantas atau salah seperti jual beli suara tetap dilakukanoleh pasangan yang meminta doa pada Kyai tersebut. Media akan memdukung apaperilaku pasangan calon tersebut selama secara bisnis menguntungkan. Kendati ada

102

pula Pesantren Salafiyah yang terjebak pada materialisasi dinaika sosial politik yangterjadi, dikena dengan sebutan pesantren proposal, karena sang Kyai di sindir bukanmembawa kitab tetapi membawa proposal.

Kebuntuan media lokal juga terjadi pada satu penyikapan pencitraan yangdiperlukan dalam membangun kebaikan kepemimpinan pembangunan yang selamaini dianggap salah kaprah oleh Pesantren Salafiyah. Peran media yang mendukungdan mengamini bahkan terlibat dalam memoles dan memberikan kosmetika politikpada pihak pihak tertentu yang memiliki sumber daya untuk membeli danmenciptakancitra tersebut dianggap membuat miris. Betapa tidak. Pada kasus-kasustertentu, dimana seseorang yang dianggap tidak berpihak kepada masyarakat, tidakberprestasi dan memiliki perilaku tidak baik tetap tampil prima dan santun denganberbagai atribut kesholehanya di media. Banyak pemimpin Pesantren Salafiyah yangberanggapan bahwa hal itu terjadi bukan karena media lokal tidak tahu namun terbeli.

Berbeda dengan citra yang terbangun dari Pesantren Salafiyahah dalam prosespanjang bermasyarakat dalam proses pembangunan. Membentuk citra yang tidak bisadibantah. Berdampak pada suatu kekuatan yang mampu menggerakkan masyarakat.Bahkan tampilnya politisi dengan seorang Kyai di media lokal dapat dibaca sebagaisuatu dukungan politik. Namun jika hal ini terjadi biasanya pesantren tersebutmenjadi gunjingan tersendiri di antara peantren Salafiyah mau masyarakat.

Pesantren Salafiyah bisa dikatakan masih belum optimal memanfaatkan mediasebagai bagian dari proses pembangunan yang berlangsung untuk menjangkau setiaplapisan elemen masyarakat Pesantren Salafiyah yang terbawah. Termasukmembangun budaya baca pada kebutuhan informasi aktual proses pembangunan.Dengan kata lain, surat kabar dan berita belum menjadi bagian dari kepentinganmembangun suatu budaya pendidikan. Respon terhadap ekses pembangun yangdiberikan Kyai terbilang reaktif, hanya pada bila suatu kasus telah terjadi ataumembesar.

Tertinggal secara informasi dalam suatu era informasi. Terbalap oleh pesantrenyang telah memodifikasi dirinya menjadi lebih terbuka menjadi pesantren modern.Memang seringkali ada stigma bahwa keterlibatan Pesantren Salafiyah dalam suatuinteraksi dengan pemerintahan membuat suatu Pesantren Salafiyah tidak independent.Bahkan ada stigma yang lebih jauh lagi, yakni tugas Kyai dan Pesantren Salafiyahdalam masyarakat adalah urusan keagamaan bukan urusan politik, kendati stigma iniakan sulit sekali dibuktikan karena dalam beragama dibutuhkan siasah dalammemahami kondisi sosial masyarakat yang ada.

Media sendiri belum menjadi jembatan budaya antara kekuatan potensiPesantren Salafiyah dengan peran pemerintah yang diharapkan mampu hdir untukmenciptakansuatu kondisi pembangunan yang lebih kondusif, terutama pada bidangpenerapan pendidikan karakter sebagai basis nilai dari pembangunan yang akandijalankan. Sinergi antara Pesantren Salafiyah, pemerintah dan media lokal sangatmembantu dari setiap upaya penggerusan kemungkinan nilai budaya yang telahtumbuh sejak 300 tahun lalu dalam institusi tradisional Pesantren Salafiyah di Banten.

103

Memandang Slogan Pembangunan

Media iklan menggunakan berbagai sarana luar ruang seperti spanduk,baligo, dsb merupakan sarana persuasi yang masih dianggap efektif dalammengkomunikasikan berbagai pesan dalam pembangunan, baik dalam tahapperencanaan, pelaksanaan maupun pada tahapan evaluatif. Banten, di antaranyaadalah sebuah provinsi yang dihiasi oleh spanduk dan baliho. Jalan raya di ibukotaprovinsi sangatlah meriah, baliho iklan, papan pengumuman, spanduk penuh jargon,dan semacamnya penuh sesak. Baik sebagai sarana penyampai pesan pembangunanatas keberhasilannya, perlawanan terhadap korupsi, narkoba, dsb, serta pesanterhadap semanagt perubahan dalam suatu kompetisi politik.

Bagi Kyai Wawang berbagai iklan yang penuh sesak dijalan raya ini adalahkemubaziran dan bersifat riya. Kemeriahan jalan raya itu masih ditambah denganbaliho besar berpampangkan foto-foto para pejabat politik. Teknologi digital danpercetakan telah sangat memungkinkan setiap orang untuk membuat baliho denganfoto diri berukuran cukup besar, dengan biaya yang meski cukup mahal namun bisadijangkau oleh mereka yang memiliki cukup anggaran. Para pejabat daerah (bupati,gubernur, sekda), atau mereka yang sedang mengincar posisi-posisi publik ataukepala daerah dalam pilkada, berlomba-lomba unjuk diri lewat baliho berpampangkanfoto mereka, disertai kalimat-kalimat jargonis yang — seperti biasa — kerap minimmakna.

Tujuan utama baliho semacam ini sangat jelas: mengenalkan para pejabatpublik, atau mereka yang mengincar jabatan publik, kepada masyarakat yang telahatau akan menjadi target konstituen mereka. oleh karena itu, terpampangnya wajahpara tokoh ini jauh lebih penting ketimbang pesan ideologis atau program untukdisampaikan pada masyarakat. Hampir tidak ada implikasi dari efektifitas yangdianggap ada dalam persuasi pesan pembangunan seperti ini. Mengingat, Pertama,membanjirnya baliho dengan foto besar para tokoh ini sangat mungkinmengindikasikan masih jauhnya langkah untuk membangun sistem politik yangterstruktur. Pola komunikasi politik yang dibangun lewat baliho-baliho bergambar itusangat jelas memampangkan politik yang masih belum beranjak dari mekanismepersonal, dimana pribadi seorang tokoh lebih dipentingkan ketimbang visi danprogramnya.

Baliho-baliho ini tanpa ragu berpijak pada misi utama untuk menonjolkanfisik seorang tokoh, serta penjejalan sosok sang tokoh ke dalam memori masyarakatluas. Tentu saja, para politisi ini belajar dari pengalaman pemilu, pilpres dan pilkadasebelumnya, dimana kerapkali kebagusan dan kecantikan tampang seorang tokoh jauhlebih menentukan kemenangannya ketimbang faktor-faktor lain. Padahal kekautanbudaya pesantren yang kerap kali menjadi panutan masyarakat lebih mengakar danmencibir keberadaan bentuk komunikasi seperti ini.

Baliho-baliho jual tampang itu menambah lagi variabel yang menyebabkanmahalnya prosedur demokrasi di negeri tercinta. Prosedur-prosedur demokrasi yangkita pilih semenjak tahun 1998 memang membuka peluang partisipasi politik yangsemakin luas dan transparan. Sayangnya, prosedur-prosedur tersebut juga berbiaya

104

sangat tinggi. Sekali lagi, itu baru biaya formal yang terkait dengan logistik pilkadalangsung. Biaya lain yang juga sangat besar terkait dengan upaya peraupan suara olehpara politisi dan calon politisi. Tingginya biaya kampanye mereka, baik yang resmimau yang tidak resmi, bisa mengundang decak heran yang tidak ada habisnya. salahsatu yang menyumbang pada pembengkakan biaya peraupan suara itu adalahnarsisme para politisi dan tokoh yang kini berlomba-lomba memasang tampang dibaliho-baliho di jalan raya. Akan semakin runyam kalau kita amati bahwa sangatboleh jadi, sebagian biaya baliho itu dibebankan pada anggaran negara. Para politisiyang tengah menjabat kerap muncul di balik unjuk prestasi pembangunan daerah,yang ditampilkan dengan foto mereka secara sangat dominan. Anggaran dinas telahdigunakan untuk ditumpangi dengan tujuan-tujuan narsistik para politisi.