STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN ...repository.ub.ac.id/6961/1/Rahayuningtyas, Mukti.pdfrice...
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN ...repository.ub.ac.id/6961/1/Rahayuningtyas, Mukti.pdfrice...
STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DALAM
MENSOSIALISASIKAN PROGRAM BUDIDAYA PADI
SECARA ORGANIK DI DESA PAYAMAN
KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI
SKRIPSI
OLEH:
MUKTI RAHAYUNINGTYAS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DALAM
MENSOSIALISASIKAN PROGRAM BUDIDAYA PADI ORGANIK
DI DESA PAYAMAN KECAMATAN PLEMAHAN KABUPATEN KEDIRI
Oleh
MUKTI RAHAYUNINGTYAS
135040118113006
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian Strata Satu (S-1)
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
MALANG
2017
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan
hasil penelitian dari saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi
ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di Perguruan Tinggi manapun
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 26 Maret 2017
Mukti Rahayuningtyas
135040118113006
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
v
LEMBAR PENGESAHAN
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
i
RINGKASAN
MUKTI RAHAYUNINGTYAS. 135040118113006. Strategi Komunikasi
Penyuluh Pertanian dalam Mensosialisasikan Program Budidaya Padi
Organik Di Desa Payaman Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri. Di
bawah bimbingan Reza Safitri, S.Sos., M.Si.,Ph.D
Revolusi hijau telah membawa perubahan yang sangat besar bagi
Indonesia dan negara berkembang lainnya. Melalui revolusi hijau, pada tahun
1984 Indonesia mampu mencapai swasembada beras yang merupakan titik
keberhasilan pembangunan ekonomi khususnya pembangunan ekonomi pertanian.
Kebijakaan pemerintah dalam pencapaian swasembada beras pada masa ini
mengarah pada penerapan panca usahatani yang bergantung pada penggunaan
bahan kimia sintesis secara besar-besaran. Budidaya yang menggunakan bahan
kimia tinggi berdampak negatif baik segi lingkungan maupun kesehatan. Kini
masyarakat sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia dan
menjadikan pertanian organik menarik perhatian.
Pada tahun 2016 di bawah bimbingan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Kecamatan Plemahan, Desa Payaman pertama kali dijadikan sebagai desa
percontohan budidaya padi organik khususnya pada Kelompok Tani Jati Makmur.
Hal ini dikarenakan memilki kelembagaan yang aktif dibandingkan dengan
kelompok lain, sehingga memudahkan dalam mengorganisasikan sistem ini.
Namun program pertanian organik yang digalakkan oleh penyuluh pertanian, kini
masih belum diterapkan sebagiab besar petani. Hal ini dipengaruhi oleh sikap dan
kesadaran petani yang masih sulit meninggalkan kebiasaan menggunakan pupuk
dan pestisida kimia sintesis.
Selain itu, cara penyuluh menyampaikan pesan tidak memberikan kesan
yang kuat yang menyebabkan petani tidak memperhatikan isi pesan, sehingga
pesan yang disampaikan penyuluh tidak dapat diserap secara maksimal.
Mengetahui hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi
komunikasi penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan program budidaya padi
organik dan hambatan atau kendala yang dialami penyuluh pertanian dalam
mensosialisasikan program budidaya padi organik.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan
selama satu bulan yaitu bulan April-Mei 2017. Informan dalam penelitian ini
ditentukan secara purposive samplingsesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti
menggunakan key informant dan support informant yang menjadi sumber dari
berbagai informasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini melalui observasi
partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles dan
Huberman. Sementara untuk keabsahan data dilakukan menggunakan teknik
triangulasi sumber data dan teknik.
ii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluh pertanian telah melakukan
beberapa langkah dalam merumuskan strategi komunikasi sosialisasi melalui
mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, hingga seleksi dan
penggunaan media. Mengenal khalayak dilakukan dengan melakukan observasi
partisipan dan melalui intensitas pertemuan rutin kelompok. Dalam menyusun
pesan penyuluh menggunakan penyajian verbal dan nonverbal. Sementara jenis
metode penyampaian yag diterapkan adalah studi bandingdan demplot dan media
yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan pesan menggunakan media
leafleat dengan memaparkan power point presentation serta pendekatan
kelompok.
Seiring dengan jalannya penetapan strategi komunikasi, akan umum
ditemukan berbagai permasalahan atau hambatan. Adapun hambatan yang
dihadapi penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan program adalah hambatan
teknis dan hambatan penerima pesan.Keterbatasan alat yang digunakan dalam
kegiatan sosialisasi berupa LCD. Hambatan lain adalah hambatan dari penerima
pesan.Pada sumber daya manusia yang relatif rendah tingkat pendidikannya yang
menjadi penghambat terutama ketika petani-petani tersebut menerima inovasi
baru yang bagi mereka belum terbukti menguntungkan secara nyata.
iii
SUMMARY
MUKTI RAHAYUNINGTYAS. 135040118113006. Communcation Strategy
of Agriculture Organic Rice Cultivation Program In Payaman Village
Plemahan District Kediri Regency. Supervised by Reza Safitri, S.Sos., M. Si.,
Ph. D
The green revolution has brought enormous changes to Indonesia and other
developing countries. Through the green revolution, in 1984 Indonesia was able to
achieve rice self-sufficiency which is the point of success of economic
development, especially agricultural economic development. The government's
policy of achieving rice self-sufficiency during this period has led to the adoption
of five farming systems that depend on the use of synthetic chemicals on a large
scale. Cultivation using high chemicals has a negative impact both in terms of
environment and health. Now people are aware of the dangers posed by the use of
chemicals and make organic farming attract attention.
In 2016 under the guidance of Agricultural Counseling Center (BPP)
Plemahan District, Payaman Village was first used as a pilot village of organic
rice cultivation, especially at Jati Makmur Farmer Group. This is because it has an
active institution compared to other groups, making it easier to organize this
system. However, organic farming programs promoted by agricultural extension
workers are still not applied to large farmers. This is influenced by the attitude
and awareness of farmers who are still difficult to leave the habit of using
chemical fertilizers and synthesis pesticides.
In addition, the way extension to convey the message does not give an
interesting impression that causes farmers do not pay attention to the contents of
the message, so the message conveyed extension can not be absorbed optimally.
So this study aims to find out the communication strategy of agricultural
extension in socializing the organic rice cultivation program and obstacles or
constraints experienced by agricultural extension in socializing the organic rice
cultivation program.
The type of this research is descriptive qualitative. This research is
conducted for one month that is April-May 2017. Informant in this research is
determined by purposive sampling according to research purpose. Researchers use
the key informant and support informant which is the source of various
information. Data used in this study through participant observation, in-depth
interviews, and documentation. Data analysis method used in this research use
interactive model Miles and Huberman. As for the validity of the data is done
using triangulation techniques of data sources and techniques.
The results showed that agricultural extension officers have made several
steps in formulating socialization communication strategies through knowing the
audience, composing messages, setting methods, to the selection and use of
iv
media. Know the audience is done by observing participants and the intensity of
group meetings. In composing an extension message using verbal and nonverbal
presentations. While the type of delivery method applied there are three
comparative studiesand demplot and media used by extension workers in
delivering messages using leafleat media by exposing the power point
presentation.
Along with the way of setting communication strategy, will be commonly
found various problems or obstacles. The obstacles faced by agricultural
extension workers in socializing the program are technical barriers and barriers to
the message. Limitations of tools used in socialization activities in the form of
LCD. Another obstacle is the resistance of the recipient of the message. In
relatively low human resources the level of education becomes a barrier especially
when the farmers receive new innovations which for them have not proven to be
profitable.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan proposal penelitian dengan judul”Strategi Komunikasi Penyuluh
Pertanian dalam Mensosialisasikan Program Budidaya Padi Organik di Desa
Payaman Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri” telah selesai. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu persyaratan untuk melakukan penelitian guna meraih
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.
Skripsi penelitian dilatarbelakangi mengenai pentingnya strategi
komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan
program ke petani. Strategi komunikasi yang tepat, mampu mempengaruhi
pemahaman dan kesadaran petani dalam menerima informasi yang dijadikan
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam budidaya padi secara
organik. Skripsi membahas tentang kerangka konsep dan metode penelitian yang
akan dilakukan. Skripsi juga berisikan tentang teknik analisis data yang dibuat
jelas agar pembaca dapat memahami alur analisis yang akan digunakan, sehingga
hasil yang didapat menjadi baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurngan. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
sehingga penulis dapat meningkatkan kualitas tulisannya. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca maupun penulis.
Malang, Juni 2017
Penulis
vi
MUKTI RAHAYUNINGTYAS, Lahir pada tanggal 21
Maret 1995, di Kediri Jawa Timur. Penulis merupakan anak
ke 4 dari 4 bersaudara, dari pasangan Maskur dan Sutiyah
(Alm).Penulis pertama kali masuk pendidikan formal di SDN
Ngampel 2 pada tahun 2001 dan tamat pada tahun 2007. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP
Negeri 1 Plemahan dan tamat pada tahun 2010. Setelah tamat SMP, penulis
melanjutkan ke SMA negeri 1 Plemahan dan tamat pada tahun 2013. Dan pada
tahun yang sama penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Strata-1 Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ......................................................................................................... i
SUMMARY .......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 5
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3. Batasan Masalah .......................................................................................... 7
1.4. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 8
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu .................................................................... 8
2.2. Tinjauan Teoritis ....................................................................................... 10
2.2.1. Penyuluhan Pertanian ........................................................................... 10
2.2.2. Konsep Komunikasi ............................................................................. 12
2.2.3. Unsur-unsur Komunikasi .................................................................... 16
2.2.4. Strategi Komunikasi ............................................................................. 17
2.2.5. Hambatan Komunikasi ......................................................................... 21
2.2.6. Pertanian Organik 23
2.3. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 23
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 28
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................................... 28
3.2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 28
3.3.Teknik Penentuan Informan ....................................................................... 29
3.4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 30
3.5. Teknik Analisis Data ................................................................................. 31
3.6. Keabsahan Data ......................................................................................... 33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 34
4.1.Keadaan Umum Daerah Penelitian ............................................................ 34
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Desa Payaman ........................... 34
4.1.2. Monografi Desa Payaman .................................................................... 34
4.1.3. Karateristik Informan .......................................................................... 36
4.1.4. Gambaran Umum Kelompok Tani Jati Makmur ................................. 40
4.1.5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Jati Makmur .............................. 40
4.1.6. Proses Menemukan Informan ........42
viii
4.2. Program Budidaya Padi Organik .............................................................. 46
4.3. Strategi Komunikasi oleh Penyuluh Pertanian .......................................... 52
4.4. Hambatan yang dialami Penyuluh Pertanian ............................................ 79
4.5. Sintesa ........82
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 85
5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 85
5.2. Saran .......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Isi Halaman
1. Data Distribusi Luas Lahan dan Produksi Komoditas Pangan di ..................... 3
2. Proporsi Penggunaan Lahan ............................................................................. 34
3. Komposisi Penduduk Desa Payaman Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 35
4. Komposisi Penduduk Desa Payaman Berdasarkan Umur ................................ 35
5. Komposisi Penduduk Desa Payaman Berdasarkan Mata Pencaharian ............. 36
6. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur Petani Padi.................................... 37
7. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Padi ............. 38
8. Karakteristik Informan Berdasarkan Luas Lahan Petani Padi .......................... 38
9. Karakteristik Informan Berdasarkan Pengalaman Petani Padi ......................... 39
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Isi Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................................. 27
2. Komponen Analisis Data .................................................................................. 32
3. Susunan Struktur Kelompok Tani Jati Makmur................................................ 41
4. Sintesa ............................................................................................................... 82
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Isi Halaman
1. Informan Penelitian ........................................................................................... 92
2. Dokumentasi Kegiatan Wawancara Informan .................................................. 95
3. Pedoman dan Hasil Wawancara Informan ........................................................ 96
4. Presensi Kehadiran Kelompok Tani Jati Makmur .......................................... 127
5. Media dalam Sosialisasi .................................................................................. 128
6. Potensi Desa .................................................................................................... 129
7. Peta Desa Payaman ........................................................................................ 132
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Revolusi hijau telah membawa perubahan yang sangat besar bagi Indonesia
dan negara berkembang lainnya. Melalui revolusi hijau, pada tahun 1984
Indonesia mampu mencapai swasembada beras yang merupakan titik keberhasilan
pembangunan ekonomi khususnya pembangunan ekonomi pertanian. Menurut
Rusli (1989) dalam Sadono (2008) hal tersebut merupakan prestasi yang besar
karena Indonesia dikenal sebagai pengimpor beras terbesar di dunia dengan
nominal lebih dari satu juta ton. Rahayu (2014) mengatakan bahwa keberhasilan
pembangunan pertanian mampu merubah ketersediaan beras dari 96 kg/kapita
pada tahun 1968 menjadi 154 kg/kapita tahun 1992. Hal ini telah merubah posisi
Indonesia dari negara pengimpor terbesar menjadi negara swasembada beras.
Kebijakan pemerintah dalam pencapaian swasembada beras mengarah pada
penerapan panca usahatani. Panca usahatani memiliki lima tahapan yang harus
dilakukakan agar tanaman mendapatkan hasil terbaik sesuai dengan aturan
penanaman diantaranya penggunaan bibit unggul, pupuk buatan, pengendalian
hama dan penyakit, dan pembangunan jaringan irigasi teknis. Pemanfaatan
teknologi revolusi hijau memungkinkan produksi padi meningkat dari 2 ton
menjadi 6 ton/ha (Rahayu, 2014). Sistem usahatani pada masa ini menjadi sangat
bergantung pada penggunaan pupuk dan pestidsida kimia sintesis secara besar-
besaran. Menurut Sumarno (2007) revolusi hijau membuktikan bahwa
penggunaan pupuk dan pestisida kimia dapat meningkatkan produksi secara cepat.
Budidaya pertanian yang mengandalkan bahan kimia seperti pupuk dan
pestisida kimia yang berlebihan dalam jangka panjang menimbulkan berbagai
dampak negatif yang merugikan, baik bagi lingkungan maupun kesehatan.
Sumarno (2007) mengatakan revolusi hijau memiliki beberapa dampak negatif
sampai pada tingkat tertentu, terutama pada keselamatan petani, kelestarian
lingkungan, keamanan konsumsi pangan, keberlanjutan sistem pertanian bahkan
kelestarian keanekaragaman hayati. Hal-hal seperti inilah yang perlu ditangani,
agar produksi yang tinggi dapat tercapai secara berkelanjutan.
2
Seiring dengan perkembangan zaman, kini masyarakat mulai sadar akan bahaya
yang ditimbulkan akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Masyarakat
semakin bijaksana dalam memilih produk pangan yang aman dan sehat untuk
dikonsumsi. Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan
kimia menjadikan pertanian organik menarik perhatian baik bagi kesehatan
individu maupun lingkungan (Mayrowani, 2012).
Pertanian organik saat ini menjadi tren pertanian global yang
mengedepankan aspek ekologi dan motif ekonomi. Gerakan pertanian organik ini
sudah diatur oleh Departemen Pertanian (2013) pada Peraturan Menteri Pertanian
No. 64/Permentan/OT140/5/2013. Penerapan sistem pertanian organik lebih
menekankan pada penggunaan input sisa hasil panen dan tidak menggunakan
bahan kimia sintesis untuk memenuhi kebutuhan sistem. Penerapan sistem
pertanian organik dinilai lebih menguntungkan secara ekonomis, karena memiliki
harga jual produk yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatka pendapatan
petani. Kelebihan lain dari sistem pertanian organik ialah sustainable atau ramah
terhadap lingkungan, tidak merusak keanekaragaman hayati serta aman dan sehat
untuk dikonsumi. Menurut Mayrowani (2012) masyarakat merasakan bahwa
manfaat pertanian organik mampu mendongkrak pendapatan petani hingga 20-
30%.
Menurut Badan Pusat Statistik atau BPS (2015) Jawa Timur merupakan
penghasil padi terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat. Pada tahun 2015 Jawa
Timur mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap produksi padi nasional
sebesar 70,8 juta ton GKG (Gabah Kering Giling). Melihat potensi yang ada,
maka Jawa Timur memiliki peluang yang besar untuk budidaya padi secara
organik. Salah satu daerah penghasil padi di wilayah Jawa Timur yang memiliki
produktivitas tinggi dibandingkan dengan daerah lain sekaligus termasuk dalam
sepuluh besar penghasil padi tertinggi adalah Kabupaten Kediri (BPS, 2015).
Menurut Katalog BPS Kabupaten Kediri (2016) disebutkan bahwa Kabupaten
Kediri mengalami surplus beras sebanyak 48 kw/ton. Mayoritas penduduk
Kabupaten Kediri bermata pencaharian utama sebagai petani khususnya di daerah
pedesaan. Komoditas unggulan di Kabupaten Kediri adalah tanaman pangan
3
khususnya komoditas padi. Berikut data distribusi luas lahan dan produksi
komoditas tanaman pangan di Kabupten Kediri.
Tabel 1. Data Distribusi Luas Lahan dan Produksi Komoditas Pangan di
Kabupaten Kediri Tahun 2016
Tanaman Pangan Luas Panen (%) Produksi (Ton)
Padi
Jagung
Kacang Tanah
Ubi Jalar
Ubi kayu
Kedelai
48
44.7
2.60
0.28
3.99
1.06
335.425
324.262
4.321
10.990
143.431
1.689
Kediri 100 820.028
Sumber: Katalog BPS Kabupaten Kediri, 2016
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa distribusi luas panen terbesar di
Kabupaten Kediri adalah tanaman pangan komoditas padi sebesar 48%.
Komoditas padi sangat cocok dibudidayakan di Kabupaten Kediri karena
didukung oleh iklim yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman padi. Menurut
BKP3 (2009) syarat tumbuh tanaman padi adalah tanaman padi membutuhkan
rata-rata curah hujan 133,3 mm/tahun dan memerlukan suhu optimum yang
berkisar antara 24-29 0C. Hal ini sesuai dengan kondisi iklim di Kabupaten Kediri
memiliki suhu rata-rata setahunnya sebesar 27,2 0C. Curah hujan rata-rata
pertahunnya sebesar 130-150 mm (Katalog BPS Kediri, 2014).
Menurut Katalog BPS Kabupaten Kediri (2016) Kecamatan Plemahan
merupakan salah satu penghasil padi terbesar di Kabupaten Kediri dengan
produksi padi sebesar 7,76 % pada tahun 2016. Sebagai sentra penghasil padi di
Kabupaten Kediri, Kecamatan Plemahan memiliki potensi yang sangat baik untuk
pengembangan pertanian organik berbasis komoditas tanaman pangan khususnya
padi. Kecamatan Plemahan terdiri dari 19 desa, salah satu desa yang memiliki
produktivitas padi tertinggi adalah Desa Payaman (BPP Plemahan, 2016).
Pada tahun 2016 di bawah bimbingan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)
Kecamatan Plemahan, Desa Payaman pertama kali dijadikan sebagai desa
percontohan budidaya padi secara organik. Hal ini dikarenakan Desa Payaman
memiliki kelembagaan kelompok tani aktif dibandingkan dengan desa lain,
4
sehingga mudah dalam mengorganisasikan penerapan sistem pertanian organik
ini. Selain itu Desa Payaman memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar dan
jumlah petani yang banyak yaitu 586 orang (BPP Plemahan, 2016).
Namun program pertanian organik yang digalakkan oleh penyuluh pertanian
kini masih belum diterapkan oleh petani Desa Payaman. Hal ini dikarenakan cara
penyampaian penyuluh dalam sosialisasi program pertanian organik memberikan
kesan tidak menarik yang menyebabkan petani tidak mempeerhatikan isi pesan.
Oleh sebab itu, penyuluh pertanian sebagai subjek paling bawah yang memegang
peran sangat penting dalam mensosialisasikan inovasi baru kepada petani untuk
mensukseskan program budidaya padi secara organik.
Kegiatan penyebarluasan teknologi tergantung dari proses difusi yaitu
proses dimana ide-ide baru disebarkan kepada individu atau kelompok melalui
penyuluhan (Rogers, 1958). Peran penyuluh pertanian menjadi penting, karena
bertugas melaksanakan kegiatan penyuluhan yang membantu petani dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Dalam mewujudkan keberhasilan
program penerapan budidaya padi secara organik, diperlukan tenaga penyuluh
yang handal dan profesional agar dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan
dengan baik. Menurut Slamet (2003) dalam Rambe dkk (2013) penyuluhan adalah
proses pendidikan artinya penyuluhan harus dapat membawa perubahan perilaku
petani.
Dalam proses penyebaran inovasi pertanian kepada petani, strategi
komunikasi memegang peranan penting. Suatu inovasi baru tidak akan diadopsi
oleh petani apabila tidak disebarkan secara intensif. Agar proses penyebaran
inovasi baru berjalan efektif, maka diperlukan adanya strategi komunikasi
penyuluh pertanian yang tepat, sehingga akses informasi dan inovasi yang ada
lebih terbuka dan mudah diterima oleh masyarakat (Kifli, 2007). Strategi
komunikasi memiliki peran penting dalam proses adopsi.
Penyampaian informasi tidak hanya ditentukan oleh pembekalan materi
saja, melainkan juga teknik penyampaian serta media dan metode yang
digunakan. Penentuan media dan metode yang yang tepat dapat mempengaruhi
5
keputusan petani dalam penerapan budidaya padi organik. Oleh karena itu,
diperlukan strategi komunikasi yang tepat untuk mensosialisasikan kepada petani
terkait penerapan budidaya padi secara organik dengan berbagai pendekatan
media atau metode yang benar sesuai dengan karakteristik sasaran, guna
menujang keberhasilan program.
Fajar (2009) mengatakan bahwa strategi komunikasi yang efektif dalam
proses komunikasi inovasi adalah publik relation dan komunikasi intrapersonal
yang meliputi 4 komponen strategi yaitu mengenal khalayak, menyusun pesan,
menetapkan metode, dan seleksi penggunaan media. Strategi komunikasi tersebut
digunakan juga oleh penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan program kepada
petani. Pemilihan komponen strategi yang digunakan penyuluh pertanian
dianggap efektif, karena mampu mempengaruhi pola pikir petani dalam
menerapkan budidaya padi secara organik. Dengan demikian pesan yang
disampaikan penyuluh pertanian dapat diterima dengan baik oleh petani.
Pentingnya penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi komunikasi yang
paling tepat bagi penyuluh pertanian dalam mempengaruhi keputusan petani
menerapkan sistem budidaya padi secara organik. Penerapan budidaya padi secara
organik ini telah terbukti mampu memberikan keuntungan yang lebih besar
kepada petani baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Diharapkan dengan
menerapkan sistem pertanian organik maka petani di Desa Payaman akan lebih
sejahtera.
1.2. Rumusan Masalah
Desa Payaman merupakan daerah yang cukup potensial untuk
pengembangan padi organik mengingat Desa Payaman memiliki luas lahan sawah
yang luas dan sistem irigasi yang baik dalam kegiatan budidaya. Selain itu, desa
ini merupakan salah satu desa yang pertama kali dijadikan sebagai percontohan
penerapan budidaya padi secara organik di Kecamatan Plemahan. Salah satu
kelompok tani yang menerapkan budidaya organik ini adalah Kelompok Tani Jati
Makmur. Hal ini dikarenakan kelembagaan kelompok tani tersebut aktif dalam
organisasi, sehingga memudahkan penyuluh pertanian dalam mengorganisasikan
6
sistem pertanian. Keaktifan petani dalam hal ini terlihat dalam presensi kehadiran
mengikuti sosialisasi.
Berdasarkan survei lapang diperoleh informasi mengenai gambaran
karateristik petani Desa Payaman. Hasil menunjukkan bahwa sosialisasi
penerapan program pertanian organik yang dilakukan oleh penyuluh pertanian
tidak memberikan kesan yang menarik. Hal ini dikarenakan penyampaiannya
pelan dan monoton yang menyebabkan petani tidak memperhatikan isi pesan,
sehingga pesan yang disampaikan penyuluh tidak dapat diserap dengan baik.
Kemampuan petani dalam menyerap pesan antara lain dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan usia. Rata-rata petani Kelompok Tani Jati Makmur
mengenyam pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkat
pendidikan yang rendah, wawasan yang dimiliki petani menjadi terbatas yang
menyebabkan pemahaman terhadap suatu informasi lemah. Selain itu, faktor usia
juga mempengaruhi tingkat pemahaman petani dalam menerima informasi. Petani
di Desa Payaman umumnya berusia kurang lebih antara ≥ 46 tahun. Pada usia
tersebut, petani termasuk ke dalam golongan petani lanjut, sehingga dalam
penyampaian pesan harus dengan pendekatan atau metode yang tepat pada
sasaran. Hal ini dikarenakan petani pada usia tersebut dalam berusahatani akan
berdasarkan pada pengalaman terdahulu yang menyebabkan petani sulit menerima
inovasi baru. Pernyataan ini sejalan dengan Widiyanti, dkk (2016) bahwa semakin
tua umur seseorang maka semakin berkurang motivasi, sedangkan yang lebih
muda cenderung lebih bersemangat untuk menerima informasi-informasi baru
untuk diterapkan. Petani yang lebih muda cenderung miskin terhadap pengalaman
dan keterampilan, namun lebih progresif terhadap inovasi baru.
Dalam mensosialisasikan program budidaya padi secara organik diperlukan
strategi komunikasi penyuluh pertanian yang tepat. Strategi komunikasi yang
tepat akan mempengaruhi pemahaman petani dalam menerima informasi yang
akan dijadikan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan penerapan
budidaya padi secara organik. Berdasarkan karateristik petani Desa Payaman,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strategi yang diterapkan penyuluh pertanian
sangat penting dalam mensosialisasikan program ke petani hingga petani dapat
7
menerima pesan yang disampaikan dengan baik. Mendasari pentingnya strategi
komunikasi yang diterapkan oleh penyuluh dalam mensosialisasikan program agar
diterima oleh petani menjadikan strategi komunikasi menarik untuk diteliti.
Berdasarkan uraian diatas, maka disusun pertanyaan penelitian (Research
Question) dalam penelitian ini:
1. Bagaimana strategi komunikasi penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan
program budidaya padi secara organik di Desa Payaman Kecamatan Plemahan
Kabupaten Kediri?
2. Bagaimana hambatan yang dihadapi penyuluh pertanian dalam
mensosialisasikan program budidaya padi secara organik di Desa Payaman
Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri?
1.3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan dalam penelitian nantinya maka diperlukan batasan
masalah yang jelas, guna menghindari kesalahan dalam penafsiran yakni :
1. Periode waktu yang digunakan pada program kegiatan penyuluhan pertanian
organik terhitung mulai bulan November hingga Maret 2017.
2. Penelitian membahas strategi dengan menggunakan empat komponen strategi
yaitu mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, dan seleksi
media.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis strategi komunikasi penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan
program budidaya padi secara organik di Desa Payaman Kecamatan Plemahan
Kabupaten Kediri.
2. Menganalisis hambatan yang dihadapi penyuluh pertanian dalam
mensosialisasikan program budidaya padi secara organik di Desa Payaman
Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Salah satu tujuan dalam penelitian terdahulu adalah untuk mengetahui
strategi komunikasi penyuluhan pertanian. Beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan topik penelitian digunakan untuk membantu mengarahkan pada
penelitian yang akan dilakukan sebagai referensi bagi penulis. Beberapa penelitian
terdahulu memiliki pokok bahasan yang serupa tetapi berbeda pandangan. Berikut
beberapa telaah penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan:
Penelitian Pertama dilakukan oleh Lailatul dkk (2014) yang berjudul
Strategi Komunikasi Pemasaran Kusuma agrowisata dalam Meningkatkan Jumlah
Pengunjung. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui strategi
komunikasi pemasaran Kusuma Agrowisata Batu dan hambatan komunikasi
pemasaran yang mereka hadapi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Sumber data diperoleh melalui data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui informan yang telah ditetapkan dalam penelitian. Data sekunder
diperoleh melalui dokumentasi, angket, dan arsip. Pemilihan informan dipilih
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Data dianalisis
dengan menggunakan teknik analisa Miles dan Huberman dengan reduksi data,
penyajian dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan teknik
tringulasi data. Hasil penelitian menjelaskan strategi komunikasi pemasaran
kusuma growisata batu adalah mengidentifikasi target market dengan memilih
strategi komunikasi yang target pokoknya pelajar (anak sekolah). Menggunakan
strategi direct sales (salescomm) menjadi strategi utama mereka dalam
mendapatkan custumer, serta didukung juga material support yang dibawa oleh
para salescomm Kusuma Agrowisata. Sedangkan hambatan yang dihadapi adalah
tidak maksimalnya buah apel di kebun wisata Kusuma.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Arif (2012) yang berjudul
Strategi Komunikasi Pedagang Kaki Lima Peratau Minangkabau dan Penduduk
Asli. Salah satu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui strategi komunikasi
9
yang efektif bagi pedagang kaki lima. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer yang dilakukan dengan penyebaran kuisisoner dan
wawancara kepada pembeli, kemudian dianalisis menggunakan SPSS. Sampel
yang digunakan sebanyak 60 orang pembeli yang dipilih secara convenience
sampling atau kebetulan. Hasil penelitian menunjukkan strategi yang paling
efektif bagi PKL adalah berteriak, menyapa, mempersilahkan, tersenyum, posisi
tubuh, memanjang dan memasang harga.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Jalil (2014) dengan topik penelitian
Strategi Komunikasi Tokoh Masyarakat dalam Menyelesaikan Konflik Sengketa
Tanah di Desa Pasir Belengkong Kecamatan Pasir Belengkong Kabupaten Paser.
Salah satu tujuan dari penelitian tersebut untuk mengetahui tentang strategi
komunikasi masyarakat dalam menyelesaikan konflik sengketa tanah. Data
penelitian diolah dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara, kemudian dianalisis dengan model interaktif dari
Metthew B. Miles dan A Michel Huberman. Jenis penelitian pendekatan deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa starategi komunikasi yang tepat
digunakan dalam menyelesaikan konflik sengketa tanah melalui konsiliasi,
negosiasi dan mediasi. Ketiga strategi tersebut mampu menyelesaikan masalah
dengan baik, melalui musyawarah untuk mencapai mufakat oleh tokoh
masyarakat dan tokoh adat.
Penelitian oleh Firmansyah dkk (2017) yang berjudul Strategi Komunikasi
Dalam Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pada Pengelolaan Lahan Gambut
Melalui Peningkatan Sumberdaya Manusia Di Sektor Pertanian Kalimantan
Selatan. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi
komunikasi untuk memperkuat kapasitas kelembagaan melalui peningkatan
sumberdaya manusia pada pengelolaan lahan gambut di sektor pertanian.
Pemilihan informan dilakukan secara purposive sampling dengan metode
snowball sampling. Analisis data dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding)
meliputi proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan
cara baru. Sumber data diperoleh melalui komunikasi dialogis, diskusi (FGD),
riwayat hidup topikal serta data sekunder. Hasil menunjukkan bahwa strategi
10
komunikasi untuk memperkuat kapasitas kelembagaan melalui peningkatan
sumberdaya manusia pada pengelolaan lahan gambut di sektor pertanian adalah
peningkatan dukungan penyuluh pertanian sebagai komunikator, peningkatan
kedinamisan kelompok sebagai kelompok belajar dan penyebaran informasi
pertanian (media), penganekaragaman sumber-sumber informasi dan teknologi
pertanian (materi) dan peningkatan kapasitas petani dalam kegiatan penyuluhan
(Komunikan).
Kifli (2007) dengan topik penelitian Strategi Komunikasi Pembangunan
Pertanian Pada Komunitas Dayak di Kaliman Barat. Salah satu tujuan dari
penelitian ini untuk mengidentifikasi strategi komunikasi pembangunan pertanian
pada komunitas Dayak di Kalimantan Barat. Data yang digunakan dalam
penelitian melalui data primer dengan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa strategi komunikasi yang efektif dilakukan
melalui pendekatan komunikasi yang meliputi pemberdayaan tokoh adat Dayak
sebagai liaison person atau penghubung, revitalisasi komunikasi massa serta
pendekatan komunikasi kelompok.
Berdasarkan penjelasan penelitian terdahulu, terdapat sejumlah persamaan
dan perbedaan penelitian mengenai strategi komunikai penyuluh pertanian dalam
mensosialisasikan program budidaya padi organik dengan penelitian tedahulu.
Persamaan dalam penelitian ini terletak pada teknik pengumpulan data dan
metode analisis yang digunakan. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini
terletak pada informan yang diteliti dan lokasi penelitian. Informan dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yakni informan kunci (penyuluh
pertanian dan ketua Ketua Kelompok Tani Jati Makmur) dan informan pendukung
(Anggota Kelompok Tani Jati Makmur) dan mengambil lokasi penelitian di Desa
Payaman, Kabupate Kediri.
2.2. Tinjauan Teoritis
2.2.1. Penyuluhan Pertanian
Menurut Ban dan Hawkins (2005) penyuluhan merupakan kegiatan yang
melibatkan seseorang dalam melakukan komunikasi informasi secara sadar
dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga dapat
11
membuat suatu keputusan yang benar. Selain itu menurut Mulyana (2012)
penyuluhan merupakan usaha pendidikan nonformal untuk mengajak orang mau
melaksanakan gagasan yang sifatnya baru. Sedangkan pengertian penyuluhan
menurut UU No. 16 Tahun 2006 adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
dengan pelaku usaha dalam melakukan interaksi dan mengorganisasikan dirinya
mengenai akses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Dari ketiga defini diatas dapat disimpulkan bahwa penyuluhan berarti
mengajak, mendidik dam memotivasi para petani untuk melakukan hal-hal baru
yang lebih mudah.
Menurut Ban dan Hawkins (2005) tujuan pengaturan sistem penyuluhan
meliputi pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial
yaitu:
1. Memperkuat pengembangan pertanian, perikanan, serta kehutanan yang maju
dan modern dalam sistem pembangunan yang berkelanjutan.
2. Memberdayakan pelaku utama dan pelaku usaha dalam peningkatan
kemampuan, penumbuhan motivasi, pengembangan potensi, pemberian
peluang, peningkatan kesadaran, dan fasilitas serta pendampingan.
3. Memberikan kepastian hukum bagi penyuluhan yang produktif, efektif,
efisien, partisipatif, berswadaya, terbuka, dan bertanggung jawab dalam
menjalin terlaksananya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.
4. Memberikan perlindungan dan keadilan, serta kepastian hukum bagi pelaku
utama maupun pelaku usaha dalam mendapatkan pelayanan penyuluhan.
5. Mengembangakan sumber daya manusia yang maju sejahtera sebagai pelaku
dan sasaran utama dalam pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Menurut Ban dan Hawkins (2005) dalam menyampaikan pesan kepada
khalayak penyuluh harus memutuskan cara menggunakan metode-metode yang
dirasa mudah dipahami oleh penerima pesan. Gagasan yang disampaikan akan
membantu dalam pengambilan keputusan. Teknik penyuluhan antara lain
menggunaan media massa melalui kelompok atau forum individu atau tatap muka.
12
Penggunaan media massa dalam program penyuluhan, harus mempertimbangkan
peranan dan penggunaana media tersebut. Aspek terpenting adalah efek yang
diharapkan dan cara menggunakannya untuk menjamin agar pesan arti pesan
menjadi jelas dan mudah dipahami. Metode penyuluhan kelompok lebih
menguntungkan daripada media massa, karena terdapat umpan balik yang lebih
baik yang meminimumkan tingkat terjadinya kesalahan yang bisa berkembang
antara penyuluh dan petani. Metode penyuluhan pribadi paling cocok baik untuk
mendiskusikan masalah sosioemosional maupun aspek teknis. Metode ini
berdasarkan pada tingkat kepercayaan yang tinggi antara petani dan penyuluh
dengan artian bahwa petani tidak mau menerima informasi dari penyuluh apabila
penyuluh tidak menaruh kepercayaan pada meraka.
2.2.2. Konsep Komunikasi
Kegiatan komunikasi dilakukan dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia.
Bentuk komunikasi dalam kehidupan masyarakat dapat berbeda-beda tergantung
pada lingkungan dan budidaya yang ditempatinya. Komunikasi memiliki banyak
arti sesuai dengan sudut pandang para ahli yang mengkonsepkan. Wood (2013)
mengatakan komunikasi (communication) adalah proses interaksi seseorang untuk
saling mempengaruhi satu sama lain dengan atau melalui simbol guna untuk
meciptakan dan menafsirkan sebuah makna. Menurut Suranto (2013) komunikasi
adalah sebuah proses bertukar ide, gagasan, simbol dan informasi yang dikirimkan
oleh komunikator dan disampaikan kepada komunikan untuk maksud dan tujuan
tertentu. Sedangkan menurut pendapat Riswandi (2009) komunikasi adalah proses
interaksi yang melibatkan pelaku dalam menembus ruang dan waktu untuk
mendapatkan tujuan tertentu. Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi
tersebut diatas maka dapat tarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses
interaksi antara dua orang atau lebih dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan
yang sama.
Komunikasi sebagai sebuah aktivitas, proses, atau kegiatan yang terbentuk
memiliki beberapa unsur yang terdapat dalam proses komunikasi. Menurut
Suryanto (2015) unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, pesan, saluran
atau media, komunikan atau peneriman informasi, umpan balik. Informasi akan
13
melibatkan sumber atau komunikan sebagai pembuat pesan informasi. Tujuan
komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama, namun tidak harus
menyetujui tetapi dengan adanya komunikasi terjadi perubahan sikap, opini dan
perilaku secara sosial (Fajar, 2009).
Menurut Fajar (2009) komunikasi juga bertujuan sebagai perubahan
perilaku, perubahan pendapat, perubahan sikap, dan perubahan sosial. Menurut
Cangara (2006) dalam Nurdianti (2014) ada tiga fungsi dasar yang menjadi
penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi. Pertama, adanya hasrat
manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat
mengetahui peluang-peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara dan
menghindar pada hal-hal yang mengancam alam sekitarnya.
Menurut Suryanto (2015) bentuk-bentuk komunikasi dapat diklasifikasikan
menurut jumlah pihak yang terlibat dalam proses komunikasi yang meliputi:
1. Komunikasi intrapersonal (diri sendiri) yaitu proses komunikasi yang terjadi
dalam diri sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibat internal
secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolis dari pesan-pesan yang
diproduksi melalui proses pemikiran internal individu. Dalam komunikasi
intrapersonal seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri.
2. Komunikasi interpersonal yaitu proses penyampaian pesan dari seseorang
kepada orang lain (pihak lain). Komunikasi interpersonal mengehendaki
informasi atau pesan dapat tersampaikan dan hubungan diantara orang yang
berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu, setiap orang dituntut memiliki
keterampilan komunikasi interpersonal agar dapat berbagi informasi, bergaul,
dan menjalin kerja sama untuk bertahan hidup.
3. Menurut Mulyana (2005) dalam Suryanto (2015) komunikasi kelompok yaitu
proses komunikasi yang berlangsung dalam satu kelompok yang mempunyai
tujuan bersama yang berinteraksi sstu sama lain untuk mencapai tujuan
bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagian
bagian dari kelompok tersebut. Contohnya diskusi kelompok, seminar, sidang
kelompok, keluarga, dan sebagainya.
14
4. Komunikasi massa yaitu komunikasi yang melibatkan banyak orang, namun
ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa komunikasi massa adalah
komunikasi yang menggunakan media massa.
Menurut Liliweri, Alo (2011) dalam Suryanto (2015) tujuan mempelajari
komunikasi dapat dikategorikan menjadi 2 aspek yaitu aspek umum dan aspek
khusus. Aspek umum, memperoleh pemahaman tentang ilmu komunikasi yang
berkaitan dengan proses komunikasi. Aspek Khusus, menuntun manusia untuk
mengubah sikap (to change the attitude), mengubah opini atau pandangan (to
change the opinion), mengubah perilaku (to change the behaviour) dan mengubah
masyarakat (to change the society), sedangkan menurut Mulyana (2012) dalam
Suryanto (2015) menyatakan bahwa tujuan komunikasi sebagai berikut:
1. Informasi yang disampaikan dapat di pahami orang lain. Komunikator yang
baik dapat menjelaskan pada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas
sehingga mereka dapat mengerti dan mengikuti hal-hal yang dimaksudkan.
2. Memahami orang lain. Komunikator harus mengerti aspirasi masyarakat
tentang hal-hal yang diinginkan tidak menginginkan kemauannya.
3. Agar gagasan dapat diterima orang lain komuniktor harus berusaha menerima
gagasan orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan
kehendak.
4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, dengan kegiatan yang
mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu yag dilakukan dengan cara
yang baik.
Sedangkan beberapa fungsi yang melekat dalam proses komunikasi menurut
Effendy (1996) dalam Suryanto (2015) sebagai berikut:
1. Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data,
gambar, fakta, pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar dapat
dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang
lain sehingga mengambil keputusan yang lain.
2. Sosialisasi menyediakan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinan orang
bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif sehingga
sadar akan fungsi sosialnya dan dapat aktif dalam masyarakat.
15
3. Motivasi menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek ataupun
jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihan dan keinginanya
mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama
yang akan dikerjakan.
4. Debat dan diskusi menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan
untuk memungkinkan persetujuan atau menyelasaikan perbedaan pendapat
mengenai masaah publik menyediakan bukti-bukti relevan yang diiperlukan
untuk kepentingan umum agar masyarakat lebih melibatkan diri dengan
masalah yang menyangkut kepentingan bersama.
5. Pendidikan pengalihan ilmu pengetahuaan dapat mendorong perkembangan
intelektual, pembentukan watak, serta pembentukan ketrampilan dan
kemahiran yang diperlukan dalam semua bidang kehidupan.
6. Memajukan kehidupan, menyebarkan hasil kebudayaan dan seni dengan
tujuan melestarikan warisan masa lalu, mengembangkan kebudayaan dengan
memperluas horizon seseorang serta membangun imajinasi dan mendorong
kreativitas dan kebutuhan estetikanya.
7. Hiburan, penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan imajinasi dari drama, tari,
kesenan, kesustraan, musik, olahraga , kesenangan, kelompok, dan individu.
8. Integrasi menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan
untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar saling mengenal,
mengerti, serta menghargai kondisi pandangan dan keinginan orang lain.
Menurut Rasyid (2012) terdapat tiga metode yang digunakan dalam
penyuluhan pertanian diantaranya:
1. Pendekatan Kelompok
Metode ini sangat efektif dibandingkan dengan metode lain dikarenakan
petani dibimbing dan diarahkan secara berkelompok untuk melakukan kegiatan
yang lebih produktivitas atas dasar kerjasama, namun keberadaan kelompok di
pedesaan cukup baik dan terorganisir dengan baik. Metode dengan pendekatan
kelompok lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik dan
interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun
pengaruh terhadap anggotanya. Pada metode ini pengoraganisasian dalam
16
kegiatan penyuluhan diarahkan pada upaya mempercepat pemerataan teknologi
pada tiap tingkat sasaran binaan.
2. Pendekatan Perseorangan
Metode berdasarkan pendekatan perorangan ini dalam kegiatan penyuluhan
dilaksanakan dengan menggunakan metode penyuluhan sistem latihan dan
kunjungan, atau sering disebut dengan sistem LAKU.
3. Pendekatan Massal
Metode pendekatan massal ini memakan waktu lebih banyak, biaya lebih
besar, namun metode ini langsung dapat dirasakan oleh oleh khalayak sasaran.
Ditinjau dari efisiensinya penyampaian pesan atau informasi melalui media
penyiaran radio ini memang sangat tepat karena dapat menjangkau seluruh
wilayah binaan masing-masing. Akan tetapi cara seperti ini sering kali mengalami
distorsi karena informasi yang disampaikan bersifat penerangan dan tidak
mengena kepada aspek kognitif dan psikomotorik dari khalayak sasarannya.
2.2.3. Unsur-unsur Komunikasi
Menurut Fajar (2009) berdasarkan perspektif model Laswell unsur-unsur
komunikasi yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi terhadap perubahan
yaitu:
1. Sumber (Source)
Sumber sebagai pihak yang menyampaikan ide atau gagasan yang dilandasi
dengan kepercayaan dan daya tarik. Maksud dari kepercayaan dalam diri
komunikator adalah memiliki kemampuan dalam bidangnya, sehingga pesan yang
disampaikan memiliki daya rangsang dan mendorong pada perubahan yang
diinginkan. Sedangkan daya tarik yang dimaksudkan adalah berhubungan dengan
penampilan atau pesona dalam diri komunikator sehingga pesan yang
disampaikan dapat diterima dan ditangkap oleh komunikan.
2. Pesan (Message)
Pesan yang baik adalah pesan yang dapat dipahami dan ditangkap baik oleh
komunikan. Proses pengiriman pesan selalu mempertimbangkan kondisi
komunikan, sehingga mampu mengkaitkan tanggapan yang diinginkan. Pesan
harus menarik dan logis, serta layak disampaikan, pesan harus sesuai dengan
kemampuan dan pengalaman dengan menggunakan lambang yang mudah
17
dipahami, pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi, dan pesan harus
menyarankan solusi dalam memecahkan masalah.
3. Saluran (Channel)
Saluran komunikasi adalah sarana atau alat yang digunakan dalam
menyampaikan pesan sebagai media perantara baik bahasa, gambar, bunyi,
maupun cahaya. Pandangan lain menyebutkan bahwa saluran komunikasi bisa
merujuk pada komunikasi kelompok atau komunikasi massa tergantung pada
kebutuhan. Pemilihan saluran komunikasi yang tepat akan membantu menentukan
jenis dan komposisi pesn yang diperlukan.
4. Khalayak (Audience)
Khalayak atau komunikan adalah sasaran dalam komunikasi yang
merupakan kunci untuk mendapatkan tindakan perubahan yang diinginkan oleh
komunikator. Untuk memudahkan dalam penyampaian informasi maka perlu
diidentifikasi sasaran yang ingin dituju. Agar perubahan perilaku dapat tercapai,
sangat dianjurkan menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan dalam diri khalayak
dengan menonjolkan kekuatan yang dimiliki, dan juga memposisikan sebagai
mitra kerja yang setara sehingga menimbulkan keterbukaan dan keterbukaan
dalam proses komunikasi.
5. Efek (Effect)
Komunikasi dianggap berhasil atau efektif apabila pesan yang disampaikan
dan diterima mampu mengubah pola pikir, sehingga memberi kesan baik dan citra
positif dalam diri khalayak. Tahap efeklah yang mampu memberi jalan pada
khalayak dalam mengambil keputusan yang tepat. Pada tingkat ini, maka akan
terjadi penambahan, penguatan bahkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah
laku antara pihak komunikasi.
2.2.4. Strategi Komunikasi
Strategi merupakan rencana tindakan jangka panjang yang digunakan
sebagai acuan bagi kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dengan harapan
untuk mencapai hasil yang maksimal (Martinov, 2016). Menurut Mulyana (2016)
strategi adalah tindakan perencanaan yang disusun berdasarkan tujuan dan
kebijakan untuk mencapai tujuan itu sendiri. Berdasarkan pengertian diatas dapat
18
disimpulkan bahwa strategi adalah perencanaan yang disusun untuk mencapai
tujuan yang ingin dikehendaki agar mencapai hasil yang maksimal.
Menurut Mulyana (2005) dalam Fajar (2009), strategi komunikasi
merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manjemen untuk mencapai
tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka harus dapat menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan. Dalam artian bahwa
pendekatan dilakukan secara berbeda-beda, bergantung pada situasi dan kondisi.
Martinov (2016) mengatakan bahwa strategi komunikasi adalah tahapan proses
perencanaan yang melibatkan komponen-komponen komunikasi.
Menurut Fajar (2009) perumusan strategi komunikasi yang efektif dalam
proses komunikasi terutama dalam komunikasi inovasi, publik relation, dan
komunikasi intrapersonal adalah:
1. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak merupakan syarat pertama bagi komunikator dalam
melakukan komunikasi yang efektif. Proses komunikasi antara komunikator dan
komunikan, keduanya harus saling aktif dan mempengaruhi, sehingga
menghasilkan tujuan yang sama. Untuk mencapai tujuan yang sama, maka
komunikator harus dapat memahami karakteristik khalayak secara tepat dan
seksama. Erat kaitannya dengan usia, pendidikan, pengetahuan, hubungan sosial,
status sosial dan lain-lain.
2. Menyusun Pesan
Menyusun pesan artinya merumuskan strategi dalam menentukan materi
atau tema yang akan disampaikan kepada khalayak, bertujuan mempengaruhinya,
sehingga mampu membangkitkan perhatian. Efektivitas dalam komunikasi adalah
terpusat pada perhatian khalayak terhadap pesan-pesan yang disampaikan. Jadi
proses komunikasi bermula dari perhatian, sehingga pesan komunikasi yang tidak
menarik perhatian komunikan, maka tidak menciptakan efektivitas komunikasi.
Fajar (2009) syarat-syarat berhasilnya pesan adalah:
a. Pesan telah direncanakan dan disampaikan semenarik mungkin, agar dapat
menarik perhatian sasaran.
19
b. Pesan haruslah didasarkan pada pengalaman yang sama antara sumber dan
sasaran, sehingga kedua bisa saling pengertian dan bertemu.
c. Pesan haruslah membangkitkan kebutuhan pribadi daripada sasaran dan
menyarankan cara-cara untuk mencapai kebutuhan itu.
d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang
layak bagi situasi kelompok, yang mana digerakkan untuk memberikan
jawaban yang dikendaki.
3. Menetapkan Metode
Menetapkan metode, selain bergantung pada isi pesan dan mengenal
khalayak, maka akan juga dipengaruhi oleh metode penyampaian kepada sasaran
dalam mencapai efektivitas komunikasi,. Metode penyampaian dipengaruhi oleh
dua aspek yaitu menurut cara pelaksanaannya dan bentuk isinya. Menurut cara
pelaksanaannya diwujudkan ke kedalam dua bentuk yaitu metode redudancy dan
canalizing, sedangkan menurut bentuknya dikenal sebagai metode informatif,
persuasif, edukatif dan kursif.
Mengiringi hal tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa komunikasi dilihat dari
segi pelaksanaan dan bentuk isinya. Menurut cara pelaksanaannya komunikasi
diwujudkan dalam dua bentuk yaitu:
a. Redudancy (Repetition)
Metode redudancy adalah cara mempengaruhi khalayak dengan cara
mengulang-ulang pesan kepada khalayak. Manfaat dari metode ini adalah khayak
tidak akan mudah melupakan hal penting yang telah disampaikan berulang-ulang.
Selanjutnya dengan menggunakan metode ini, komunikator dapat memperoleh
kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dalam
penyampaian sebelumnya.
b. Canalizing
Metode canalizing pada metode ini, komunikator terlebih dahulu mengenal
khalayaknya dan mulai menyampaikan ide, tujuan dam manfaat pesan tersebut.
Memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak.
Maksudnya bahwa berhasilnya komunikasi, maka harus dimulai dari memenuhi
nilai-nilai dan standar kelompok secara berangsur-angsur merubahnya ke arah
yang dikendaki.
20
Menurut Suryanto (2015) bentuk isinya komunikasi diwujudkan dalam dua
bentuk yaitu:
a. Informatif
Metode informatif dalam komunikasi adalah salah satu bentuk pesan yang
bertujuan untuk mempengaruhi khalayak dengan cara memberikan penerangan
atau gambaran yang jelas. Penerangan yang dimaksud menyampaikan sesuatu
dengan apa adanya yang didukung dengan fakta-fakta dan data-data yang benar.
b. Persuasif
Persuasif adalah mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan perilaku khalayak
dengan jalan merayu atau membujuk sehingga seseorang bertindak sesuai dengan
apa yang diinginkan. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikiran maupun
perasaanya. Metode persuasif merupakan suatu cara mempengaruhi komunikan
dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis. Tujuannya agar khalayak dapat
terpengaruh secara tidak sadar atau situasi dimana komunikan udah kena sugesti.
c. Edukatif
Metode edukatif adalah salah satu cara untuk mempengaruhi khalayak dari
suatu pernyataan umum yang disampaikan. Metode mendidik berarti memberikan
suatu ide kepada khalayak, fakta-fakta, pendapat, dan pengalaman yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tujuan dari metode ini untuk mengubah
tingkah laku manusia ke arah yang ingin dikehendaki.
d. Kursif
Metode kursif adalah mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Dalam
hal ini khalayak dipaksa, tanpa perlu berpikir lebih banyak lagi untuk menerima
gagasan atau ide yang disampaikan. Metode kursif biasanya disajikan dalam
bentuk peraturan, perintah, dan intimidasi. Pelaksanaan dari metode kursif agar
berjalan dengan lancar biasanya dibententengi dengan suatu kekuatan yang cukup
tangguh.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Penggunaan media sebagai sarana penyalur ide dalam mempengaruhi
masyarakat. Menyusun pesan dari komunikasi harus menyesuaikan keadaan dan
kondisi khalayak. Hal ini dikarenakan setiap sasaran yang akan disoroti, masing-
masing memiliki kemampuan dan kelemahan tersendiri sebagai alat. Penggunaan
21
media yang dimaksud adalah pers, film, televisi, dan radio sebagai medium
publistik, erat kaitannya dengan kemampuan dan kelemahan sosial-psikologis dari
audience.
1.2.5. Hambatan Komunikasi
Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut sebagai
dengan hambatan. Kata atau kalimat yang diucapkan secara tidak tepat oleh
seorang penyiar akan mengganggu komunikasi dengan pendengarnya (Nurdianti,
2014). Penggunaan kata-kata asing yang sulit dimengerti juga merupakan bagian
dari gangguan yang harus dihindari oleh komunikator.
Pada hakikatnya kebanyakan gangguan timbul bukan dari sumber atau
salurannya, tetapi pada audiance (penerima). Menurut Fajar (2009) dalam
bukunya yang berjudul ilmu komunikasi, teori, dan praktik ada beberapa
hambatan dalam komunikasi, yaitu:
a. Hambatan dari pengirim pesan, maksudnya pesan yang disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim pesan. Hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional sehingga mempengaruhi motivasi yang mendorong
seseorang untuk bertindak sesuai dengan keinginan, kebutuhan atau
kepentingan.
b. Hambatan dalam penyandian atau simbol, hal ini dapat terjadi karena bahasa
yang digunakan tidak terlalu jelas sehingga memiliki makna lebih dari satu
atau bersifat ambigu. Simbol yang digunakan antara pengirim dengan
penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit
menyebabkan apa yang disampaikan oleh komunikator dengan yang diterima
komunikan menimbulkan pemahaman yang berbeda.
c. Hambatan media adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media
komunikasi. Dalam hal ini misalnya gangguan suara radio yang menyebabkan
pendengar tidak dapat mendengarkan pesan yang disampaikan dengan jelas.
d. Hambatan bahasa sandi, maksudnya hambatan yang terjadi dalam
menafsirkan bahasa sandi oleh penerima.
22
e. Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurang perhatiannya pada saat
menerima atau mendengarkan pesan, tanggapan yang keliru dan tidak
mencari informasi yang lebih lanjut.
Sedangkan menurut Suryanto (2015) terdapat macam-macam hambatan
dalam proses komunikasi diantaranya:
a. Hambatan teknis atau mekanis adalah gangguan yang timbul pada alat
penyampaian komunikasi yang digunakan. Cara mengatasi hambatan ini
adalah dengan menggunakan techincal communiction redudancy. Dimana
pada teknik ini komunikator melakukan pengulangan kata yang perlu
sehingga penerima dapat menangkap dan memahami terhadap pesan yang
disampaikan.
b. Hambatan psikologis adalah gangguan atau hambatan yang bersifat kejiwaan
yang cenderung negatif. Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang
mengganggu komunikasi, misalnya perbedaan nilai-nilai serta harapan yang
berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
c. Hambatan biogenetis yaitu gangguan komunikasi yang di pengaruhi oleh
pancaindera, faktor naluri, dan sistem saraf.
d. Hambatan sosiologis merupakan gangguan yang timbul dalam masyarakat
terdiri dari berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan
dalam status sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan,
dan sebagainya yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran
komunikasi.
e. Hambatan antropologis adalah komunikasi akan berjalan lancar jika suatu
pesan yang disampaikan komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas,
yaitu diterima dalam pengertian received atau secara inderawi, dan dalam
pengertian accepted atau secara rohani.
f. Hambatan ekologis merupakann hambatan yang disebabkan kondisi
lingkungan yang ada pada saat terjadinya proses komunikasi. Misalnya
bisingnya suara, petir dan lain-lain.
23
1.2.6. Pertanian Organik
Menurut Susanto (2006) pertanian organik adalah suatu sistem produksi
pertananaman berdasarkan daur-daur ulang secara hayati dan menghindarkan
bahan dan pupuk kimia yang beracun, bertujuan untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang sehat. Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah
mengembangkan prinsip-prinsip memberi makan pada tanah dan selanjutnya
tanah memberikan makan bagi tanaman. Jadi kesimpulannya adalah membangun
kesuburan tanah yang telah lama rusak.
Kegunaan budidaya organik adalah meniadakan atau membatasi dampak
negatif yang ditimbulkan dari proses budidaya secara kimiawi. Pertanian organik
banyak memberikan keuntungan, ditinjau dari segi lingkungan maka
peningkatkan kesuburan tanah dan dapat mempertahankan keseimbangan
ekosistem, dan dari segi ekonomi lebih menghemat devisa negara untuk
mengimpor pupuk, bahan kimia pertanian, serta memberikan banyak kesempatan
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, sudah
saatnya petani di Indonesia memperhatikan sistem pertanian yang sepadan baik
dari lingkungan maupun sosial ekonomi.
Budidaya organik dalam segala aspeknya memberikan keuntungan kepada
pembangunan pertanian rakyat dan menjaga lingkungan dengan baik. Namun,
dalam penerapannya tidak mudah dan banyak menghadapi kendala.
Memperhatikan pengalaman pertanian tradisional studi agroekoteknologi di
wilayah tropika basah, maka prinsip ekologi dapat digunakan untuk
mengembangkan pertanian organik.
2.3. Kerangka Pemikiran
Desa Payaman merupakan wilayah yang berpotensi untuk dijadikan sebagai
desa percontohan penerapan budidaya padi secara organik, dikarenakan memiliki
sarana dan prasarana yang mendukung. Terdapat mesin tanam dan mesin panen
yang mampu mendukung penerapan budidaya padi organik dapat dilihat pada
lampiran 2. Selain itu, terdapat kelembagaan kelompok tani di Desa Payaman
yaitu Kelompok Tani Jati Makmur. Kelembagaan kelompok tani tersebut
tergolong aktif, sehingga memudahkan penyuluh dalam mengorganisasikan sistem
24
pertanian ini. Keaktifan petani dalam hal ini terlihat dalam presensi kehadiran
mengikuti sosialisasi dapat dilihat pada lampiran 4.
Presensi atau daftar kehadiran dapat menjadi salah satu indikator sukses
atau tidaknya suatu program penyuluhan. Namun demikian, hal ini tidak
sepenuhnya mencerminkan keberhasilan program tersebut. Hal ini terlihat dari
budidaya padi organik yang ternyata masih kurang diminati oleh masyarakat
petani, padahal sudah terbukti menguntungkan dan berkelanjutan baik dari segi
ekonomi maupun lingkungan. Untuk itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai
strategi komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian.
Strategi komunikasi menjadi salah satu faktor yang penting dalam
mensosialisasikan program ke petani. Dengan adanya strategi komunikasi yang
tepat, maka akan dapat menarik perhatian petani untuk mau menerapkan budidaya
padi secara organik. Strategi komunikasi yang efektif terdiri dari empat komponen
strategi yakni mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, dan
seleksi dan penggunaan media.
Mengenal khalayak yang dimaksud adalah mengenali sasaran yang akan
dituju untuk diberikan sosialisasi. Mengenal khalayak bertujuan untuk mengenali
dan memahami karakteristik khalayak, sehingga pesan dapat diterima dengan baik
oleh khalayak (petani). Pesan yang disampaikan perlu dirumuskan atau disusun
guna mempengaruhi khalayak, agar pesan yang disampaikan oleh penyuluh
pertanian dengan apa yang diterima petani menghasilkan pemahaman yang sama.
Selain bergantung pada mengenal khalayak dan menyusun pesan juga dipengaruhi
oleh metode penyampaian dan media yang digunakan dalam mencapai
pemahaman yang sama. Penggunaan metode penyampaian yang tepat, maka akan
mempengaruhi sikap dan pola pikir petani secara perlahan-lahan ke arah yang
dikendaki oleh penyuluh pertanian. Sedangkan pemilihan media yang tepat akan
membantu proses penyampaian pesan. Pemilihan media harus menyesuaikan pada
keadaan khalayak. Hal ini dikarenakan setiap individu memiliki tingkat
kemampuan dan pemahamn yang berbeda.
25
Keputusan petani dalam budidaya padi secara organik di Desa Payaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan, umur, dan pengalaman petani.
Berkenaan dengan hal tersebut, hambatan yang terdapat di lokasi penelitian
utamanya adalah yang berkenaan dengan adopsi inovasi. Dimana hal ini secara
langsung dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menjadi atribut petani yang telah
disebutkan sebelumnya, misalnya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang
dimiliki petani tergolong rendah yang menyebabkan wawasan yang dimiliki
menjadi terbatas, sehingga petani kesulitan dalam menangkap dan memahami
pesan yang disampaikan dalam kegiatan sosialisasi, terutama materi yang
berkenaan dengan inovasi. Faktor lain yang memiliki pengaruh yang cukup besar
adalah usia dan pengalaman. Usia petani kurang lebih antara 47-51 tahun. Petani
dalam kegiatan budidaya padi, cenderung berorientasi pada pengalaman
terdahulu. Hal ini dikarenakan rata-rata usia petani sudah cukup tua yang
menyebabkan petani kurang mau menerima program baru yang disosialisasikan
oleh penyuluh.
Pada umumnya, petani zaman dahulu lebih menginginkan adanya bukti
nyata bahwa suatu inovasi dalam kegiatan usaha tani adalah benar-benar
menguntungkan dan berhasil mencapai produksi yang maksimal. Selain itu,
Penyuluh tidak bisa memberikan cara penyampaian pesan yang membuat petani
lebih rileks atau santai. Hal tersebut akan berpengaruh kepada penyampaian pesan
yang menjadi tidak tepat, sehingga petani cenderung akan lebih mudah melupakan
sesuatu yang sifatnya membosankan atau monoton.
Bagaimanapun, dari jalannya penetapan strategi komunikasi tersebut, akan
umum ditemukan berbagai kendala atau permasalahan. Permasalahan yang
dimaksud adalah berbagai hal teknis maupun non-teknis yang muncul dan
menjadi penghambat dalam kegiatan sosialisasi oleh penyuluh pertanian. Dengan
diketahuinya permasalahan yang dimaksud, maka akan dapat dirumuskan solusi
apa saja yang dibutuhkan untuk memperbaiki strategi komunikasi agar sosialisasi
dapat berjalan dengan lebih baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
26
Munculnya permasalahan ini, nantinya diharapkan setelah adanya strategi
komunikasi, penyampaian pesan dalam program budidaya padi organik dapat
terserap dengan baik oleh petani, sehingga dapat mempengaruhi sikap petani
dalam pengambilan keputusan dan menjadi antusias untuk menerapkan budidaya
padi organik pada usahataninya. Berikut merupakan gambaran atau skema tentang
kerangka penelitian yang disajikan pada gambar 1.
27
Desa Payaman Kecamatan
Plemahan
Penyuluhan Pertanian Desa
Payaman
Kendala
1. Kegiatan budidaya petani
berdasarkan pengalaman.
2. Petani sulit menerima
inovasi (petani kolot).
Potensi
1. Dukungan sarana dan
prasarana untuk budidaya
organik.
2. Kelompok tani yang aktif
Strategi Penyuluh dalam
Mensosialisasikan Program
Mengenal Khalayak
Pelaksanaan Strategi komunikasi Metode Analisis Deskriptif
Miles & Hubermaan
Kendala dalam berkomunikasi/
Hambatan Penyuluh
Program dapat tersampaikan dengan baik sehingga petani
antusias untuk menerapkan padi organik
Menyusun Pesan
Mengenal Khalayak
Menetapkan Metode
Mengenal Khalayak
Seleksi Media
Mengenal Khalayak
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan
Alur Pemikiran
Alur Analisis
27
28
28
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian tentang strategi komunikasi penyuluh pertanian dalam
mensosialisasikan program budidaya padi secara organik menggunakan jenis
penelitian kualitatif, dengan jenis data yang dikumpulkan bersifat non-numerikal.
Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Satori
dan Komariah (2014) menyatakan bahwa metode kualitatif mendiskripsikan
objek, fenomena, atatu setting social dalam suatu tulisan yang berbentuk kata atau
gambar daripada angka-angka. Pemilihan metode kualitatif ini didasarkan
pertimbangan pada tujuan penelitian yang ingin dianalisis terkait dengan strategi
komunikasi penyuluh pertanian. Mempertimbangkan hal tersebut, penggunaan
jenis penelitian kualitatif ini diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai
informasi dengan deskripsi analisa yang diteliti, sehingga dapat mempermudah
peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis data. Demikian dengan
penggunaan teknik deskriptif kualitatif adalah metode yang tepat untuk
melakukan penelitian tentang “Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian dalam
Mensosialisasikan Program Budidaya Padi secara Organik di Desa Payaman
Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri”.
3.2. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Payaman Kecamatan Plemahan Kabupaten
Kediri. Penentuan lokasi ini dilakukan secara purposive sampling, Pemilihan Desa
Payaman sebagai objek penelitian dengan pertimbangan bahwa Desa Payaman
pertama kali dijadikan sebagai kawasan percontohan budidaya padi organik di
Kecamatan Plemahan dan memiliki sarana yang mendukung yaitu terdapat mesin
tanam dan mesin panen padi. Selain itu juga memiliki luas lahan pertanian yang
luas sebesar 230,85 ha dibandingkan dengan Desa Sebet 219,13 ha. Penelitian ini
dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2017 tepatnya tanggal 16 April-
15 Mei 2017.
29
1.3. Teknik Penentuan Informan
Metode penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel dengan teknik
purposive sampling dalam penentuan informan didasarkan pada pertimbangan
tertentu yakni keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, sehingga penelitian tidak
dapat melakukan pengambilan sampel yang besar. Satori dan Komariah (2014)
menjelaskan metode purposive sampling menentukan subjek atau objek sesuai
tujuan unit yang dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui individu atau
kelompok yang akan dijadikan subjek penelitian.
Peneliti menggunakan key informant atau informan kunci dan support
informant atau informan pendukung sumber dalam menggali informasi. Peneliti
menggunakan 9 informan dalam penelitian strategi komunikasi dalam
mensosialisasikan program budidaya padi organik. Rincian dari 9 orang yang
dimaksud terdiri dari 2 orang berperan sebagai informan kunci yaitu penyuluh
pertanian dan ketua Kelompok Tani Jati Makmur. Sementara 7 orang sebagai
informan pendukung yaitu anggota Kelompok Tani Jati Makmur.
Pemilihan pihak-pihak ini sebagai informan dengan pertimbangan bahwa
mereka adalah orang yang terlibat dalam kegiatan sosialisasi program budidaya
padi organik dan mampu memberikan jawaban terkait dengan tujuan penelitian,
sehingga dapat memberikan informasi yang jelas.
Selain menggunakan informan kunci juga mewawancarai informan
pendukung sebagai penguat penelitian. Informan pendukung adalah orang-orang
selain informan kunci yang memiliki informasi yang bersifat mendukung atau
melengkapi pernyataan yang diberikan informan kunci. Adapun informan ini
didasari oleh kriteria-kriteria yang ditentukan dan berlaku sebagai batasan, yang
dimaksudkan agar informasi yang didapatkan telah valid dan reliabel. Kriteria
yang dimaksud adalah petani tersebut tergabung sebagai anggota kelompok tani,
telah memiliki pengalaman mengikuti kegiatan penyuluhan (sekurang-kurangnya
2 kali), telah memiliki pengalaman membudidayakan tanaman padi sekurang-
kurangnya delapan tahun sebelum sosialisasi pertanian organik dilakukan (untuk
memastikan bahwa petani memiliki kemampuan penilaian yang baik untuk
30
membandingkan bagaimana program usahatani konvensional dahulu dengan
pertanian organik yang sekarang tengah berjalan), dan merupakan petani pemilik
lahan yang memiliki kuasa penuh atas aktivitas usahataninya.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan faktor penting yang menunjang proses berlangsungnya
penelitian. Pengumpulan data penting dilakukan, guna memperoleh data-data
yang dibutuhkan dalam penelitian yang kemudian disajikan sebagai hasil dari
penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada
empat metode yaitu:
1. Observasi Partisipan
Menurut Satori dan Komariah (2014) observasi partisipan adalah
berkunjung ke tempat kegiatan secara langsung, sehingga semua kegiatan yang
sedang berlangsung atau objek yang ada tidak salah dari perhatian dan dapat
dilihat secara nyata. Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan secara
langsung terhadap keadaan yang ada di lapangan dan petani yang ada di
Kelompok Tani Jati Makmur. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
petani yang sebenarnya terkait dengan topik penelitian. Dengan melakukan
pengamatan lapang, peneliti dapat mengetahui karakteristik masing-masing
petani, kegiatan yang dilakukan petani, serta mengikuti kegiatan penyuluhan. Hal
ini bertujuan agar bisa menyaksikan bagaimana strategi komunikasi yang
dilakukan penyuluh dalam mensosialisasikan program.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah teknik untuk memperoleh informasi kepada pihak
pertama yang dipandang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan Satori dan Komariah (2014). Metode wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini berupa wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan tanya
jawab kepada informan secara langsung untuk menggali berbagai informasi yang
lengkap, sehingga mampu menjawab tujuan dari penelitian. Pedoman wawancara
dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan secara langsung kepada informan
yang telah dibuat sebelumnya guna untuk mempermudah wawancara.
Anggota
Kelompok
Tani
31
Adapun data yang diambil selama proses wawancara berlangsung adalah
profil Desa Payaman, profil petani, informasi mendalam program budidaya
organik, mengenai strategi komunikasi yang digunakan oleh penyuluh pertanian
dan dampak yang dirasakan petani terhadap program yang disosialisasikan serta
hambatan yag dihadapi penyuluh dalam mensosialisasikan program. Pelaksanaan
wawancara ini, peneliti dapat memperoleh tambahan data atau informasi yang
lebih banyak, sehingga peneliti dapat memahami informasi yang disampaikan
oleh informan.
3. Dokumentasi
Menurut Sutari dan Komariah (2014) dokumentasi adalah catatan kejadian
yang sudah lampau yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan, dan karya
bentuk. Dokumentasi digunakan sebagai data pendukung data atau penguat proses
wawancara. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi. Dokumentasi
ditunjukkan pada kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan sosialisai dan
wawancara. Jenis data dokumentasi dalam penelitian ini berupa gambar, video,
dan dokumen-dokumen tertulis yang digunakan sebagai data pelengkap yang akan
memberikan informasi tambahan mengenai subjek penelitian. Data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain data geografis dan data kependudukan
Desa Payaman Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri. Data-data tersebut
diperoleh dari Kelurahan Desa Payaman.
3.5. Teknik Analisis Data
Tahapan pengolahan data didahului dengan pengumpulan dan penyortiran
data-data terkait. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap data tersebut. Adapun
teknik yang digunakan untuk menganalisis data dari penelitian ini adalah model
interaktif sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman dan Saldana
(2014) dalam deskriptif mencakup beberapa hal:
32
Sumber: Miles dan Huberman dan Saldana, 2014
Adapu penjelasan dari bagan tersebut sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Mengumlpulkan data-data dari lapangan meliputi hasil wawancara,
dokumentasi, dan sumber-sumber yang relevan pada penelitian.
2. Kondensasi Data (Data Condensation)
Kodensasi data adalah proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data “kasar” yang diperoleh di lapangan. Data yang diperoleh di
lapangan direduksi berdasarkan 3 tahapan yang berlaku pada metode ini, tahapan
yang dimaksud adalah a) meringkas data, b) menyusun catatan-catatan yang
berkaitan dengan penelitian yang dikaji hingga pada akhirnya menemukan tema
dan, c) menyusun gugusan dan penjelasan mengenai tema data yang
bersangkutan. Meringkas data dilakukan dengan cara mengurangi data yang tidak
diperlukan dalam pembahasan, yang tidak memiliki kaitan baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kegiatan sosialisasi. Selanjutnya, dilakukan
pengerucutan data sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, hingga akhirnya
menemukan pokok bahasan yang akan dikehendaki. Tahap terakhir adalah
Data
Collection Data Display
Data
Condensation
Coclusions:
drawing/
verifying
Gambar 1. Komponen Analisis Data
33
penyusunan data yang telah diolah, yang dilakukan dengan menyusun sesuai
dengan sistematika tujuan penelitian.
3. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah presentasi semua
bentuk data yang didapatkan dalam wawancara, yang telah dianalisis sesuai
dengan keadaan di lapang. Setiap data yang dimaksud merupakan data-data yang
telah dipahami. Dengan demikian, dapat dimunculkan rincian mengenai deskripsi
strategi komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian kepada petani.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Coclusions drawing and verifying)
Penarikan kesimpulan dilakukan melalui pengambilan ide pokok pada
pengetahuan yang dapat diperoleh berdasarkan data yang telah disajikan.
Penarikan kesimpulan ini diletakkan setelah data yang disajikan selesai dianalisis.
Dengan demikian muncul gambaran yang jelas mengenai pokok bahasan.
3.6. Keabsahan Data
Teknik pengujian keabsahan data digunakan untuk menguji keterpercayaan
data. Keabsahan data sangat mendukung dalam menentukan hasil akhir penelitian.
Hal ini didasarkan pada pendapat Pujilaksono (2016) yang menyatakan bahwa
teknik triangulasi data sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang
dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan
perspektif yang berbeda. Menindaklanjuti pendapat tersebut, teknik yang
digunakan untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik triangulasi data. Dalam penelitian strategi komunikasi penyuluh pertanian
dalam mensosialisasikan program budidaya padi secara organik, peneliti
menggunakan jenis triangulasi sumber data dan teknik.
Triangulasi sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini menggunakan
dua macam informan yaitu informan kunci dan informan pendukung. Informan
kunci yang dimaksud penyuluh pertanian dan ketua Kelompok Tani Jati Makmur,
sedangkan informan pendukung yang dimaksud adalah anggota Kelompok Tani
Jati Makmur. Triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek atau data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian dilakukan dengan menggunakan observasi partisipan, wawancara, dan
dokumentasi.
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
1.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Desa Payaman
Desa Payaman merupakan desa yang terletak di Kabupaten Kediri. Desa
Payaman merupakan salah satu desa di Kecamatan Plemahan yang pertama kali
digunakan sebagai desa percontohan budidaya padi organik, karena memiliki
kelembagaan kelompok tani yang aktif. Desa ini memiliki luas lahan pertanian
sebesar 230,85 ha. Desa Payaman terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Jati Rejo,
Dusun Sawahan dan Dusun Payaman. Berdasarkan keadaan geografis, Desa
Payaman memiliki batas wilayah sebagai berikut:
Sebalah utara : Berbatasan dengan Desa Ngino
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Sebet dan Puhjarak
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Mejono
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Bogo Kidul
1.1.2. Monografi Desa Payaman
1. Penggunaan Lahan
Desa Payaman merupakan wilayah yang dikelilingi persawahan. Desa
Payaman memiliki tipologi desa yang termasuk ke dalam persawahan. Berikut ini
merupakan penggolongan lahan di Desa Payaman:
Tabel 1. Proporsi Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Luas Lahan Persentase (%)
Sawah
Tegal
Pekarangan
115,69
47,81
76,35
50,11
20,71
29,17
Total 230,85 100
Sumber: BPP Plemahan, 2016
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan tertinggi di
Desa Payaman adalah lahan sawah yaitu dengan persentase sebesar 50% yang
digunakan sebagai kegiatan budidaya pertanian. Selain itu terdapat tegal yang
digunakan sebagai kegiatan budidaya pertanian dengan persentase sebesar
20,71%. Lebih kecil dari lahan persawahan. Hal ini terbuktu bahwa Desa
35
Payaman adalah mempunyai bidang pertanian yang tinggi pada penggunaan lahan
sawahnya.
2. Keadaan penduduk
Penggolongan penduduk di Desa Payaman berdasarkan jumlah penduduk,
umur dan mata pencaharian. Berikut ini penggolongan penduduk di Desa
Payaman sebagai berikut:
a. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk
Penduduk adalah sejumlah orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah
geografi dan ruang tertentu. Pada tabel 3 di bawah ini menggambarkan komposisi
jumlah penduduk Desa payaman berdasarkan jenis kelamin:
Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Payaman Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki
Perempuan
1.896
1.959
49,18
50,82
Total 3.855 100
Sumber: Data Desa Payaman, 2016
Jumlah penduduk di Desa Payaman pada tahun 2016 sebesar 3.855 jiwa.
Jumlah penduduk terbanyak berjenis kelamin perempuan sebesar 1.896 jiwa
dengan pesentase sebesar 49,18% dari total jumlah penduduk. Sedangkan jumlah
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 1.959 jiwa atau memiliki
persentase sebesar 50,82% dari total penduduk.
b. Keadaan Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Payaman Berdasarkan Umur
Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Usia 0-20 tahun
Usia 21-40 tahun
Usia 41-60 tahun
> 61 tahun
1.336
1.245
1.022
339
33,89
31,58
25,92
8,59
Total 3.942 100
Sumber: Data Profi Desa Payaman, 2016
Desa Payaman memiliki penduduk dengan beragam rentan usia.
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa jumlah usia terbanyak adalah rentan usia 0-20
tahun sebanyak 1.336 jiwa. Diikuti jumlah penduduk terbesar kedua adalah rentan
usia 21-40 tahun sebesar 1.245 jiwa, sedangkan terkecil adalah usia 61 tahun
keatas sebesar 339 jiwa.
36
c. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian merupakan kegiatan manusia untuk memperoleh taraf
hidup yang layak, dimana antara daerah satu dengan daerah yang lainnya berbeda
sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografis. Total
keseluruhan penduduk di Desa Payaman adalah 3.438 jiwa yang memiliki
beranekaraga pekerjaan atau mata pencaharian yang berbeda-beda. Berikut
beberapa macam mata pencaharian penduduk yang di Desa Plemahan:
Tabel 4. Komposisi Penduduk Desa Payaman Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata pencaharian Jumlah Persentase (%)
1
2
3
4
5
Petani
Buruh Tani
PNS
TNI/Polri
Pedagang
Penjahit
Pegawai Swasta
Belum/Tidak Bekerja
2.525
1.526
21
8
130
171
973
792
41,08
24,82
0,34
0,13
2,11
2,78
15,83
12,88
Total 6.146 100
Sumber: Data Profil Desa Payaman, 2016
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah mata pencaharian yang
paling banyak adalah sebagai petani sejumlah 2.525 jiwa dari total keseluruhan.
Sedangkan jumlah paling sedikit adalah bermata pencaharian sebagai TNI/Polri
yaitu sebanyak 8 orang dari total keseluruhan penduduk.
1.1.3. Karateristik Informan
Karakteristik informan adalah ciri yang melekat pada individu informan
sejak ia dilahirkan yang membedakan dengan individu lainnya. Karakteristik
informan digunakan sebagai informasi mengenai variabel yang mempengaruhi
pemahaman individu dalam menerima informasi program budidaya padi secara
organik. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini diantaranya umur, tingkat
pendidikan, luas lahan, dan pengalaman petani. Karateristik informan dipaparkan
dalam bentuk wawancara mendalam pada saat penelitian berlangsung dengan
menggunakan kuesioner.
37
1. Karakteristik Berdasarkan Umur Petani
Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya
khususnya padi. Hal ini disebabkan karena umur berpengaruh besar dalam
pengambilan keputusan. Umur berkaitan dengan kemudahan seseorang dalam
menerima inovasi baru. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutarto (2008) faktor
umur akan mempengaruhi fisik dan respon terhadap hal-hal yang baru dalam
menjalankan usahataninya. Petani dengan umur yang lebih muda akan cepat
merespon suatu perubahan. Sebaliknya, petani dengan umur lebih tua akan sulit
menerima suatu inovasi baru yang belum terbukti menguntungkan.
Penelitian yang dilakukan di Desa Payaman menghasilkan beberapa
tingkatan jenjang umur untuk petani yang menerapkan budidaya padi secara
organik. Berikut jenjang umur petani responden sebagaimana yang disajikan pada
tabel.
Tabel 5. Karakteristik Informan Berdasarkan Umur Petani Padi
No. Umur Petani
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
Petani
Tidak
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
1
2
3
≤46
47-51
≥52
0
3
2
0
83,33
16,67
0
0
3
0
0
100
Total 5 100 2 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Berdasarkan hasil analisis sampel petani padi pada tabel 6 dapat diketahui
bahwa sebagian besar informan yang menerapkan budidaya padi secara organik
berumur 47-51 tahun, sedangkan petani yang berumur ≥52 tahun tidak
menerapkan budidaya secara organik. Dapat disimpulkan bahwa faktor usia
mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan untuk kegiatan budidaya
padi organik. Menurut Rambe dkk (2013) bahwa kondisi ini mempengaruhi
perilaku (baik pengetahuan, sikap, dan keterampilan), pola pengambilan
keputusan, cara berpikir, serta minat untuk mengadopsi suatu inovasi teknologi.
38
2. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi pola pikir dan perubahan sikap seseorang dalam pengambilan
keputusan. Kusumahadi (2008) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin kritis dan terbuka dalam berpikir sehingga cepat menerima terhadap
inovasi baru yang masuk. Sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan seseorang sulit untuk menerima inovasi baru. Berikut data tingkat
pendidikan petani responden di Desa Payaman:
Tabel 6. Karakteristik Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani Padi
No. Tingkat
pendidikan
Petani
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
Petani tidak
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
1
2
3
SD
SMP
SMA
0
0
5
0
0
100
0
2
1
0
66,7
33,3
Total 5 100 3 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
3. Karakteristik Informan Berdasarkan Luas Lahan Petani
Luas lahan adalah areal yang digunakan sebagai kegiatan budidaya
pertanian yang dapat dinyatakan dala satuan meter persegi (m2). Wangke dkk
(2016) menyatakan bahwa petani yang memiliki luas lahan yang luas, umumnya
lebih cepat mengadopsi teknologi baru dibandingkan dengan petani yang
memiliki luas lahan yang sempit hal ini dikarenakan petani tidak mau mengambil
resiko yang besar. Petani yang memiliki luas lahan yang luas lebih berani
mengambil resiko karena apabila mereka mengalami gagal panen masih tetap
mampu mencukupi kebutuhan keluarganya . Berikut ini luas lahan petani
responden padi di Desa Payaman pada tabel.
Tabel 7. Karakteristik Informan Berdasarkan Luas Lahan Petani Padi
No. Luas
Lahan
Petani
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
Petani tidak
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
1
2
3
<970
971-1741
>1742
3
1
1
60
0
40
2
1
0
100
0
0
Total 5 100 3 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
39
Berdasarkan data tabel 7, mengkategorikan petani padi yang menerapkan
sistem organik (5 orang) dan petani padi yang tidak menerapkan sistem organik
(3 orang). Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa jumlah petani informan
penerap padi organik yang memiliki luas lahan pertanian kurang dari 970 lebih
banyak daripada penerap tidak organik. Petani padi yang menerapkan sistem
organik dengan luas lahan kurang dari 970 sebanyak 3 orang, sedangkan petani
yang tidak menerapkan sistem organik memiliki luas lahan kurang dari 970
sebanyak 2 orang. Petani padi penerap sistem organik yang memiliki luas lahan
sebesar lebih dari 1742 sebanyak 1 orang. Tidak terdapat informan petani yang
tidak menerapkan organik dengan luasan lahan pertanian lebih dari 1742. Dari
data tersebut, diketahui bahwa luasan lahan pertanian mempengaruhi keputusan
petani untuk menerapkan organik. Mereka yang memiliki lahan luas cenderung
lebih berani mengambil resiko apabila terjadi kegagalan dalam berusahatani.
4. Karakteristik Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Padi
Pengalaman berusahatani padi merupakan lamanya petani menekuni
usahatani padi yang dihitung dalam satuan tahun. Petani yang memiliki
pengalaman puluhan tahun umumnya sulit menerima inovasi baru dibandingkan
dengan petani yang pengalaman usahataninya sedikit. Hal ini berkaitan dengan
pengalaman usahatani padi yang lebih lama akan lebih sulit mengubah sistem
usahataninya, dikarenakan tidak ingin mengambil resiko yang terbukti belum
menguntungkan secara ekonomis. Sebaliknya petani yang memiliki pengalaman
usahatani lebih sedikit akan berani menanggung resiko, karena sebagai proses
pembelajaran berusahatani (Rambe dkk, 2013). Berikut ini pengalaman usahatani
padi responden terlihat pada tabel.
Tabel 8. Karakteristik Informsn Berdasarkan Pengalaman Petani Padi
No. Pengalaman
Usahatani
Padi
(Tahun)
Petani
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
Petani tidak
Menerapkan
Organik
Persentase
(%)
1
2
3
≤12
13-16
≥17
4
1
0
80
20
0
0
3
0
0
100
0
Total 5 100 3 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
40
Berdasarkan data pada tabel 9, ditunjukkan bahwa sebagian besar petani
padi yang menggunakan sistem organik dengan pengalaman berusahatani padi
<12 tahun sebanyak 4 orang. Adapun petani padi yang tidak menggunakan sistem
organik dengan pengalaman berusahatani padi antara 13-16 tahun adalah
sebanyak 3 orang. Kemudian petani padi organik dengan pengalaman usahatani
padi antara 13-16 tahun adalah sebanyak 1 orang. Dari data tersebut, diketahui
bahwa pengalaman berusahatani padi yang lebih lama menyebabkan petani sulit
mengubah sistem pertanian yang mereka tekuni, karena mereka cenderung tidak
ingin mengambil resiko yang relatif besar.
1.1.4. Gambaran Umum Kelompok Tani Jati Makmur
Kelompok Tani Jati Makmur adalah kelompok tani yang beralamatkan di
Dusun Jati Rejo Desa Payaman Kecamatan Plemahan. Kelompok ini berdiri sejak
tahun 2008 dengan sejarah awal untuk menghidupkan kembali kegiatan kelompok
yang telah lama vakum. Proses menghidupkan kembali kelompok tani sangat
sulit, karena untuk mengumpulkan anggota saja mengalami kesulitan.
Kemudian tahun 2010 Kelompok Tani Jati Makmur mulai hidup kembali,
yang diketuai oleh Informan kunci ST. Keaktifan dan pertisipasi Informan kunci
ST mampu menjadikan kelompok tani tersebut maju dan aktif kembali. Memang
menjadi seorang pemimpin tidak ada persyaratan penting, namun diperlukan
sesorang yang mampu merangkul dan mengayomi serta dapat dipercaya oleh
seluruh anggota.
Jadwal pertemuan rutin Kelompok Tani Jati Makmur dilakukan setiap satu
bulan sekali yang dilaksanakan disalah satu rumah kelompok tani secara
bergiliran. Pertemuan ini dibarengi dengan diadakannya arisan kelompok tani,
agar petani antusias untuk menghadiri acara tersebut. Pertemuan rutin membahas
tentang masalah atau kendala yang dihadapi petani dalam teknis budidaya dan
materi-materi lain yang petani belum mengetahui.
41
1.1.5. Struktur Organisasi Kelompok Tani Jati Makmur
Kelompok tani merujuk pada sekumpulan orang yang terbentuk atas dasar
kesamaan kepentingan yang saling berhubungan untuk menghasilkan kepentingan
bersama. Sebagaimana terdapat dalam bagan struktur organisasi Kelompok Tani
Jati Makmur yang dimana masing-masing individu memiliki peran serta tugas
sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengorganisasian dan
menyalurkan informasi yang datang dari luar sehingga tujuan kelompok dapat
terwujud.
Fungsi dari ketua kelompok adalah sebagai koordinator yang mengatur
jalannya kelompok tani, informasi yang datangnya dari luar diterima dahulu oleh
ketua kelompok lalu pengurus dan diteruskan ke seluruh anggota. Sedangkan
sekretaris mencatat hal-hal penting dari membuat dan memelihara notulen dalam
rapat atau kegiatan, menyelenggrakan adriminstrasi rancangan usaha kelompok,
dan menyusun laporan laporan akhir tahunan atau kegiatan. Bendahara bertugas
menangani seluruh kegiatan keuangan gapoktan termasuk menyalurkan dan
mengelola dana dan menyusun laporan akhir tahunan atau bulanan keuangan
kelompok.
Bendahara
Parnadi
Sekretaris
Purnomo
Anggota
Ketua
Sutrisno
Gambar 1. Susunan Struktur Kelompok Tani Jati Makmur
42
4.1.6. Proses Menemukan Informan
Informan merupakan orang yang menjadi sumber dari berbagai informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian. Para informan tersebut berperan sebagai
narasumber di dalam penelitian ini, yang dibagi menurut peran masing-masing
yaitu informan kunci (key informants) dan informan pendukung (support
informants). Informan kunci adalah orang-orang utama yang terlibat penuh dalam
program penyuluhan dan paling banyak mengetahui informasi terkait dengan
pokok bahasan penelitian. Adapun informan pendukung adalah orang-orang selain
infroman kunci yang memiliki informasi yang bersifat mendukung atau
melengkapi pernyataan yang diberikan informan kunci.
Peneliti menggunakan 9 orang informan yang berpartisipasi sebagai
informan di dalam penelitian ini. Adapun 9 orang informan yang dimaksud terdiri
dari penyuluh pertanian dan petani padi di Desa Payaman. Rincian dari 9 orang
yang dimaksud adalah 1 orang penyuluh dan 1 orang ketua kelompok tani selaku
informan kunci, serta 4 orang pengguna budidaya padi organik dan 3 orang
penerap budidaya padi konvensional selaku informan pendukung. Penentuan
jumlah informan kunci didasari oleh fakta bahwa setiap kelompok tani yang ada
di desa dalam wilayah Kecamatan Plemahan dibina oleh 1 orang penyuluh serta
memiliki 1 orang ketua kelompok tani, dimana keduanya memiliki informasi yang
paling banyak mengenai program penyuluhan padi organik. Lebih lanjut lagi,
narasumber lain berupa 7 petani sebagai informan pendukung diperoleh
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
Proses menemukan informan ini didasari oleh kriteria-kriteria yang
ditentukan dan berlaku sebagai batasan, yang dimaksudkan agar informasi yang
didapatkan telah valid dan reliabel. Kriteria yang dimaksud adalah petani tersebut
tergabung sebagai anggota kelompok tani, telah memiliki pengalaman mengikuti
kegiatan penyuluhan (sekurang-kurangnya 2 kali), telah memiliki pengalaman
membudidayakan tanaman padi sekurang-kurangnya beberapa puluh tahun
sebelum sosialisasi pertanian organik dilakukan (untuk memastikan bahwa petani
memiliki kemampuan penilaian yang baik untuk membandingkan bagaimana
program usahatani konvensional dahulu dengan pertanian organik yang sekarang
43
tengah berjalan), dan merupakan petani pemilik lahan yang memiliki kuasa penuh
atas aktivitas usahataninya.
Penentuan informan dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa teknik purposive sampling
berdasarkan pada pertimbangan tertentu. Penentuan informan dilakukan secara
sengaja dengan peneliti dalam menggali informasi. Kemudian peneliti melakukan
penelitian selama satu bulan di Desa Payaman. Penelitian diawali dengan
melakukan observasi langsung kemudian dilanjutkan wawancara mendalam
kepada narasumber yang dipilih sebagai informan. Peneliti dalam melakukan
wawancara, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dalam
bentuk kuisioner terbuka, dapat dilihat pada lampiran 3. Selain itu, pada saat
wawancara berlangsung peneliti juga menggunakan alat perekam suara guna
untuk membantu memudahkan dalam penulisan transkrip.
Mempertimbangkan pemaparan di atas, profil dan status informan yang
berperan dalam penelitian dapat dijelaskan secara lebih spesifik sebagai berikut:
A. Informan Kunci (Key Informant)
1. Informan Kunci S
Informan kunci S (37) merupakan seorang penyuluh pertanian yang
membina beberapa kelompok tani di Desa Payaman, salah satu di antara
kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Jati Makmur. Pendidikan terakhir
beliau adalah S1. Beliau menjabat sebagai penyuluh pertanian di desa tersebut
sejak tahun 2013. Beliau termasuk pihak yang paling mengerti dan memahami
mengenai perencanaan strategi komunikasi dalam mensosialisikan program
budidaya organik untuk memberikan data dan nformasi.
2. Informan Kunci ST
Informan Kunci ST (49) merupakan ketua Kelompok Tani Jati Makmur
yang menjabat sejak 2010. Beliau merupakan pelopor yang menerapkan budidaya
padi secara organik di Desa Payaman, sehingga beliau dapat memberikan
informasi mengenai program budidaya organik. Pendidikan terakhir yang
ditempuh informan ST adalah SMA (Sekolah Menengah Atas). Selain bekerja
sebagai petani, beliau juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak
44
burung. Luas lahan yang digarapnya adalah seluas 2.500 m2. Beliau merupakan
pelopor atau orang pertama yang menggunakan sistem bududaya padi organik.
Beliau memilih menerapkan organik karena misi dari budidaya organik adalah
memperbaiki struktur tanah dan produk dari pertanian organik apabila dikonsumsi
oleh rumah tangga tidak menimbulkan residu kimia, sehingga aman dan sehat
untuk dikonsumsi.
B. Informan Pendukung (Support Informant)
1. Informan PR
Informan PR (45) merupakan bendahara Kelompok Tani Jati Makmur.
Tugas dari beliau adalah mencatat kas masuk dan keluar serta menyusun anggaran
biaya kelompok tani. Mata pencaharian beliau sebagai petani yang mengelola
lahannya sendiri. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh beliau adalah SMA
(Sekolah Menengah Atas). Luas lahan yang dimilikinya seluas 500 m2. Beliau
menerapkan sistem budidaya padi organik, hal ini dikarenakan prosek dari sistem
tersebut jauh lebih bagus dibandingkan konvensinal.
2. Informan M
Informan M (52) adalah anggota Kelompok Jati Makmur sudah sejak lama
10 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuhnya adalah SMP (Sekolah Menengah
Pertama). Pekerjaan utama beliau adalah sebagai petani. Luas lahan yang
digarapnya seluas 250 m2. Beliau termasuk yang tidak menerapkan sistem
budidaya padi organik. Hal ini dikarenakan beliau belum memahami teknis
budidayanya dan khawatir akan resiko kegagalan. Kewatiran tersebut timbul dari
program yang baru masuk dan persepsi yang beranggapan sebagai ajang
percobaan atau praktek.
3. Informan SH
Informan SH (51) merupakan informan pendukung yang merupakan
anggota kelompok Jati Makmur. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh beliau
adalah SMP. Pekerjaan utama beliau adalah petani. Adapun luas lahan yang
digarapnya seluas 300 m2. Beliau termasuk belum menerapkan budidaya padi
organik. Hal ini disebabkan karena program tersebut baru masuk atau digalakkan,
sehingga menyebabkan kekhawatiran akan gagal panen yang dirasakan. Untuk itu
45
beliau memutuskan untuk tidak menggunakan terlebih dahulu, namun apabila
rekan-rekan berhasil musim tanam berikutnya menerapkan sistem organik ini.
4. Informan PM
Informan PM (49) merupakan sekretaris Kelompok tani Jati Makmur yang
ikut menerapkan program budidaya padi organik. Alasan beliau menerapkan
budidaya padi secara organik adalah sehat bagi kesehatan maupun lingkungan.
Produksi dari sistem organik terbukti bagus dan meningkatkan hasil. Pendidikan
terakhir yang ditempuh adalah tamatan SMA. Mata pencaharian beliau sebagai
petani. Luas lahan yang dimilikinya adalah sebesar 200 m2.
5. Informan SP
Informan SP (42) merupakan anggota dari Kelompok Tani Jati Makmur yang
menerapkan program budidaya padi secara organik. Alasan menggunakan sistem
budidaya padi organik adalah memiliki prospek yang bagus dalam jangka
panjang. Selain itu dapat memperbaiki struktur tanah yang mengalami kerusakan
akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. Mata pencaharian utamanya
adalah sebagai petani. Selain menjadi petani, beliau juga memiliki pekerjaan
sampingan yaitu borek beras. Pendidikan terakhir yang ditempuh adalah SMA
(Sekolah Menengah Atas). Luas lahan yang digarapkan seluas 2.000 m2 dan
merupakan tanah milik sendiri.
6. Informan SW
Informan SW (53) merupakan anggota Kelompok Tani Jati Makmur yang
tidak menerapkan program budidaya padi secara organik. Hal ini dikarenakan
program ini terikat dengan perjanjian PT. KAR sehingga menyebabkan beliau
kurang tertarik untuk mengikuti. Selain itu lahan yang dimilikinya relatif sempit,
yakni seluas 200 m2. Pendidikan terakhir yang ditempuh adalah SMP (Sekolah
Menengah Pertama). Pekerjaan utama beliau adalah sebagai petani.
7. Informan DR
Informan DR (46) merupakan informan pendukung yang terakhir dan
termasuk anggota dari Kelompok Tani Jati Makmur yang menerapkan program
budidaya padi organik. Hal ini dikarenakan misi dari pertanian organik adalah
aman dan sehat untuk dikonsumsi oleh keluarga. Pendidikan terakhir yang
46
ditempuh adalah SMA. Pekerjaan utama beliau adalah sebagai petani. Adapun
luas lahan yang digarapnya adalah sekitar 750 m2.
4.2. Program Budidaya Padi Organik pada Kelompok Tani Jati Makmur
Berjalannya program budidaya padi organik di Kelompok Tani Jati Makmur
diawali dari kesadaran petani mengenai pentingnya budidaya padi organik.
Kesadaran tersebut diperoleh berdasarkan informasi yang beredar mengenai
berbagai manfaat budidaya organik. Informasi yang dimaksud merupakan peran
serta dari ketua kelompok tani dan jajarannya selaku perintis yang menerapkan
budidaya padi organik. Perintis tersebut memperoleh informasi dari petani organik
lain yang telah memperoleh sertifikat LSO.
Melihat hal tersebut, ketua kelompok tani tertarik kemudian mengadaptasi
sistem padi organik. Dalam pengembangannya, ketua kelompok tani mengajak
bendahara untuk menerapkan budidaya padi organik. Kedua orang tersebut
berperan sebagai pelopor budidaya padi organik di Kelompok Tani Jati Makmur,
yang diikuti oleh 15 orang dari keseluruhan anggota kelompok tani tersebut.
Sebagai salah satu program yang bergerak di bidang pertanian memiliki
peran penting dalam mensejahterakan petani dengan berusahatani menggunakan
sistem organik untuk meningkatkan hasil pertanian. Hal penting ini tidak terlepas
dari adanya strategi komunikasi yang dilakukan demi menunjang pelaksanaan
program. Program tersebut diperkenalkan kepada khalayak, agar mengetahui dan
memahami mengenai program budidaya padi organik dengan jelas.
“...saya mengadakan pertemuan dengan Kelompok Tani Jati Makmur BPP
Plemahan. Lalu, saya memberikan sosialisasi kepada petani mengenai
pedoman budidaya padi organik. Kemudian melakukan pendataan kepada
petani yang mengikuti program tersebut. Kemudian ketua Kelompok
menegaskan kepada anggotanya untuk menyalurkan informasi yang telah
saya sampaikan.
(Informan Kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Berdasarkan cuplikan dari informan kunci S bahwa penyebarluasan
informasi mengenai program budidaya padi organik dilakukan oleh penyuluh
pertanian sebelum program tersebut dilaksanakan. Terlebih ditegaskan lagi oleh
ketua kelompok tani kepada para anggotanya, agar seluruh petani memahami
47
informasi yang baru masuk mengenai program yang diselenggarakan. Kemudian
untuk memperluas informasi, maka diadakan pertemuan rutin kelompok tani yang
dihadiri oleh penyuluh pertanian beserta anggota kelompok tani.
Hadirnya program budidaya padi organik mampu merubah sistem tanam
dalam kegiatan usahatani secara perlahan. Sebelum program dicanangkan, dalam
kegiatan budidaya petani masih menerapkan sistem konvensional. Kondisi ini
dapat menekan terjadinya kerusakan akibat penggunaan bahan kimia sintetis yang
berlebihan. Selain itu, juga meningkatkan pendapatan petani karena harga jual
beras organik yang mahal. Hal ini akan menunjang kesejahteraan bagi petani yang
berpartisipasi dalam program ini.
Sosialisasi program penyuluhan padi organik merupakan kegiatan yang
dicanangkan oleh pemerintah pusat. Maksud dari program ini adalah agar petani
padi bersedia berpindah dari sistem pertanian konvensional dan mengaplikasikan
kaidah budidaya organik dalam aktivitas usahataninya. Mengingat visi dan misi
program sejalan dengan kementrian pertanian. Visi dan misinya tidak hanya pada
peningkatan nilai ekonomi dan produktifitas tetapi juga memperbaiki kesuburan
tanah. Hal ini tercermin pada tujuan program penyuluhan di Desa Payaman yang
memiliki 3 jangka waktu (jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang),
sebagaimana yang diutarakan oleh Informan kunci S (37) selaku penyuluh
pertanian Desa Payaman bahwa:
“Tujuan jangka pendek program ini adalah mengajak petani untuk
menerapkan teknologi budidaya padi organik, karena tidak semua petani
mau menerima program ini.”
“Jangka menengahnya adalah melihat berapa persen target yang mau
menerapkan budidaya padi organik dari yang semula berjumlah kecil hingga
menjadi lebih besar”.
“Tujuan jangka panjangnya adalah mengembalikan sistem keseimbangan
ekosistem dan memperbaiki struktur tanah dan mengurangi residu kimia.
Jangka waktunya sangat lama yakni 3-4 tahun.”
(Informan Kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
48
Pernyataan dari Informan kunci S di atas menunjukkan bahwa terdapat
harapan agar pelaksanaan program budidaya padi organik dapat mempengaruhi
petani dalam pengambilan keputusan. Keputusan tersebut yang nantinya akan
dijadikan petani dalam memilih untuk menerapkan atau tidak menerapkan
budidaya padi secara organik. Menindaklanjuti hal tersebut, untuk dapat
menjalankan program penyuluhan dengan baik, maka disusunlah rangkaian
strategi komunikasi oleh penyuluh untuk berinteraksi dengan khalayak petani padi
di Desa Payaman. Fakta diatas sesuai dengan pernyataan Ban dan Hawkins (2005)
yang menyatakan bahwa salah satu tujuan dari penyuluhan pertanian adalah
mengembangkan sumber daya manusia yang maju sejahtera sebagai pelaku dan
sasaran utama dalam pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Berdasarkan
fakta tersebut diketahui bahwa tujuan dari pelaksanaan program budidaya organik
adalah untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem alam dan menciptakan
pertanian yang sehat. Dengan demikian, adanya program ini dapat menarik
kesadaran petani untuk menggunakan sistem buudidaya organik dalam kegiatan
budidaya untuk membangun pertanian yang berkelanjutan.
Penyampaian informasi mengenai program budidaya padi organik kepada
petani dilakukan oleh penyuluh pertanian dan juga ketua kelompok tani. Hal ini
dikarenakan apabila hanya dibebankan kepada satu orang saja, maka akan
memberikan hasil yang kurang maksimal. Dengan demikian dilakukan penegasan
berulang kali agar petani tidak mudah melupakan sesuatu yang telah
diinformasikan.
Pada saat kegiatan sosialisasi berlangsung diperlukan dukungan dan
partisipasi semua pihak yang terlibat dalam penerapan program. Dukungan yang
diberikan diwujudkan dalam bentuk sumber daya manusia. Hal ini ditegaskan
oleh informan kunci S bahwa:
“...Program budidaya padi organik merupakan program dari pemerintah
mbak. Lalu hadir PT. KAR sebagai fasilitator saja untuk meyakinkan petani
bahwa program ini benar-benar ada dan dilakukan pengembangan. Namun
nanti yang melakukan sosialisasi dalam program ini adalah penyuluh dan
ketua kelompok tani”.
(Informan kunci S, 49, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41)
49
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh informan kunci ST selaku
ketua Kelompok Tani Jati Makmur yang telibat dalam kegiatan sosialisasi sebagai
berikut:
“...yang hadir dalam sosialisasi ada penyuluh, petani, dan pihak dari
perusahaan yang melakukan promosi produk seperti PT. KAR. Sosialisasi
ini dihadiri oleh PT.KAR, bawahsanya agar petani percaya bahwa program
budidaya organik ini memang benar-benar ada dan bukan untuk uji coba
kepada petani”. Pada waktu itu perangkat desa pun juga saya undang mbak,
soalnya berhubungan dengan penggunaan lahan. Kadang-kadang petani
agak susah kalau disuruh menginvestasikan lahannya. Apalagi lahannya
digunakan sebagai usahatani dengan sistem baru kalau belum terbukti
menguntungkan baginya. Penyampaian informasi sepenuhnya dijelaskan
oleh penyuluh pertanian.
(Informan kunci ST, 49, Laki-Laki, Interview 17 April 2017, 10.20)
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas dijelaskan bahwa penyampaian
informasi mengenai program juga dijelaskan oleh PT. KAR secara rinci dan jelas.
Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan petani agar mereka percaya akan program
tersebut. Dalam penyampaiannya pihak perusahaan menggandeng penyuluh
pertanian dan ketua kelompok tani untuk mendetailkan informasi yang telah
disampaikannya kepada petani. Tujuannya agar petani yang hadir maupun tidak
hadir dalam kegiatan sosialisasi tidak ketinggalan informasi.
Selain perlu mengetahui pihak-pihak yang hadir dan terlibat dalam kegiatan
sosialisasi juga diperlukan untuk mengetahui pelaksanaan sosialisasi. Pelaksanaan
sosialisasi yang dimaksud adalah berapa kali kegiatan sosialisasi program
budidaya padi organik dilakukan. Hal ini dijelaskan oleh penyuluh pertanian dan
petani padi Kelompok Tani Jati Makmur.
“Sosialisasi sudah dilakukan sebanyak 4 kali ini mbak, kegiatan ini
dilakukan pertama kali pada awal dilaksanakannya program, sekitar bulan
Agustus 2016 di BPP Plemahan sebanyak 2 kali, di Balai Desa, dan terakhir
rumah kelompok tani. Dilakukan pada awal musim tanam agar petani yang
berminat bisa mengikuti”.
(Informan kunci S, 49, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41)
50
“...sudah empat kali ini mbak penyuluh pertanian melakukan sosialisasi.
Sosialisasi pertama kali dilakukan di BPP selama dua kali, satu kali di Balai
Desa Payaman, dan terakhir di rumah saya. Dalam empat kali sosialisasi
saya selalu aktif mengikuti, karena saya sebagai ketua yang menjadi panutan
bagi anggota-anggota kelompok tani binaan saya. Selain itu, saya juga
berkewajiban untuk menyebarluaskan informasi yang saya dapatkan dari
hasil sosialisasi ke petani-petani yang berhalangan hadir dalam sosialisasi”.
(Informan kunci ST, 49, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 10.20 WIB)
“Penyuluh melakukan sosialisasi sudah 4 kali mbak, saya mengikuti hanya 2
kali saja soalnya waktu itu lagi sibuk di rumah”.
(Informan PR, 45, Laki-laki, Interview 18 April 2017, 10.10 WB)
“Sosialisasi dilakukan sebanyak 4 mbak. Saya mengikuti sosialisasi hanya 2
kali saja”. Karena saya tidak telaten menghadiri pertemuan-pertemuan
mbak. Dan Terakhir pada saat pertemuan di balai desa payaman. Karena
pada saat itu saya lagi ada kepentingan di sawah. Selain itu mau mendatangi
sosialisasi selanjutnya juga belum ada niatan, karena belum paham dengan
cakupan materi tentang budidaya dan SOP organik.
(Informan MR, 52, Laki-Laki, Interview 20 April 2017, 10.24 WIB)
“Sosialisasi dilakukan sebanyak 4 kali mbak, dan saya selalu
menyempatkan hadir untuk mengikuti sosialisasi tersebut”.
(Informan PM, 49, Laki-Laki, Interview 23 April 2017, 10.05 WIB)
“Seinget saya sosialisasi dilakukan oleh penyuluh lapang sebanyak 4 kali
mbak, saya selalu hadir apabila tidak sibuk”. Pertemuan itu dilakukan
dibeberapa tempat, yakni BPP, balai desa, dan rumah petani mbak.
(Informan SP, 42, Laki-Laki, Interview 26 April 2017, 10.07 WIB)
Beberapa informan diatas menjelaskan mengenai pelaksanaan program
budidaya padi organik disosialisasikan. Masing-masing petani menjelaskan
mengenai kehadiran selama proses sosialisasi dilaksanakan. Informan ST, PM,
dan SP mengatakan bahwa selalu menghadiri sosialisasi sebanyak empat kali.
Akan tetapi MR dan DR tidak sepenuhnya menghadiri kegiatan sosialisasi dengan
alasan bahwa MR tidak telaten dalam menghadiri pertemuan, dan berbeda dengan
DR yang tidak bisa menghadiri karena sibuk ada kegiatan di rumah. Hal ini
tercermin bahwa karakteristik masing-masing petani berbeda-beda. Perbedaan ini
dapat dilihat dari presensi kehadiran petani dalam mengikuti sosialisasi.
51
Untuk mempermudah penyebaran informasi kepada petani, sosialisasi tidak
hanya dilakukan di rumah kelompok tani atau balai pertemuan saja, melainkan
juga dilakukan di lapangan ketika petani melakukan kegiatan budidaya. Hal ini
dijelaskan oleh Informan kunci S dalam pernyataannya bahwa:
“Sosialisasi program padi organik ini tidak semata hanya dilakukan di BPP,
rumah petani atau balai pertemuan saja, namun juga dilakukan di lapangan
bersamaan dengan petani yang sedang melaksanakan kegiatan usahatani
padi organik. Kegiatan ini didampingi oleh penyuluh guna untuk
memperlancar jalannya program budidaya padi organik. Tugas dari
penyuluh sendiri adalah memantau setiap kegiatan yang dilakukan petani
pada saat di lapangan dan membantu petani yang mengalami kesulitan atau
masalah di lapangan terkait dengan teknis budidaya padi organik.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41)
Saat kegiatan sosialisasi program mulai berjalan, kegiatan tersebut
diselenggarakan diberbagai tempat yaitu BPP, balai desa, rumah kelompok tani,
dan di lapangan. Sosialisasi program dilaksanakan sebanyak 4 kali. Peran
penyuluh pertanian selain sebagai penyebar atau pemberi informasi juga sebagai
seorang teknisi yang berarti memberikan saran atau demostrasi kegiatan usahatani
yang bersifat teknis. Dengan adanya seorang penyuluh pertanian maka akan
memudahkan petani untuk sharing atau memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapi. Informan kunci S menambahkan lagi mengenai pihak-phak yang
memberikan sosialisasi tambahan atau pengetahuan, mengungkapan bahwa:
“...jadi, petani tidak hanya mendapatkan informasi dari penyuluh pertanian,
tetapi juga dari perusahaan yang melakukan kegiatan promosi pada saat
kegiatan sosialisasi berlangsung. Pihak perusahaan juga akan memberikan
informasi kepada petani mengenai aspek teknis budidaya untuk
meningkatkan usahataninya. Dengan demikian petani mendapatkan sumber
informasi dan berbagai informasi yang dapat dijadikan sebagai referensi
dalam budidaya padi organik”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41)
Cuplikan wawancara diatas menjelaskan bahwa petani berpartisipasi aktif
dalam kegiatan penyuluhan, guna untuk mendapatkan informasi dari berbagai
sumber informan. Salah satunya dari perusahaan yang melakukan sales
promotion. Selain melakukan promosi, juga memberikan tambahan informasi
52
mengenai aspek teknis budidaya. Dengan demikian wawasan dan pengetahuan
petani akan semakin bertambah, sehingga akan memudahkan petani dalam
mengambil keputusan untuk penggunaan teknologi inovasi baru.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan mulai pukul 10.00-12.00 WIB. Pemilihan
waktu tersebut sangat cocok, karena waktu tersebut dimana petani sudah mulai
istirahat dari lahannya. Penyuluh pertanian menambahkan alasan diadakan
pertemuan pada waktu tersebut:
“Sengaja saya menentukan waktu sosialisasi di siang hari. Karena pada saat
itu petani sudah mulai beristirahat dari lahannya. Namun, apabila
dilaksanakan pada sore hari, maka petani yang menghadiri akan lebih
sedikit karena terbengkalai oleh aktivitasnya masing-masing. Selain itu juga
agar petani bisa melanjutkan atau mempersiapkan aktivitas ke lahannya
kembali. Sehingga pertemuan saya jadwalkan pada siang hari dan tidak ada
yang sore ataupun malam hari.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Pemilihan waktu yang ditentukan penyuluh pertanian sudah tepat karena
pada waktu tersebut petani sudah mulai beristirahat dari sawahnya. Kemungkinan
besar semua petani bisa menghadiri pertemuan rutin yang telah dijadwalkan oleh
penyuluh. Waktu yang diberikan pada saat penyuluhan dalam pertemuan
kelompok hanya dua jam, termasuk singkat. Hal ini dikarenakan melihat
karakteristik petani Indonesia memiliki sifat bosan apabila terlalu lama disuguhi
materi maka semakin tidak terserap isi pesan yang disampaikan.
4.3. Strategi Komunikasi oleh Penyuluh Pertanian
Pada dasarnya tujuan komunikasi adalah untuk membangun atau
menciptakan pemahaman atau pengertian secara bersama, melakukan persuasi,
serta mengubah persepsi dan sikap khalayak agar selaras dengan tujuan dari
program yang tengah disosialisasikan (Fajar, 2009). Hal ini sejalan dengan tujuan
sosialisasi program budidaya padi organik yang disampaikan oleh Informan kunci
S selaku penyuluh pertanian Desa Payaman, yang mengungkapkan bahwa:
53
“Tujuan dari kegiatan sosialisasi untuk menginformasikan mengenai
dicanangkannya program budidaya padi organik, mengajak petani untuk
mengikuti program budidaya padi organik agar dalam sistem pertaniannya
dari sistem konvensional beralih ke organik, dan untung ruginya menjadi
petani organik.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Untuk mencapai tujuan tersebut, sekaligus sebagai bentuk strategi
komunikasi, penyuluh pertanian melakukan kegiatan sosialisasi kepada petani
pada bulan Agustus 2016, atau sebelum program ini resmi berjalan di Desa
Payaman. Tujuan kegiatan tersebut adalah agar petani dapat mengenal dan
memahami terlebih dahulu mengenai manfaat dari budidaya padi organik, tujuan
dan teknis budidayanya. Dimaksudkan agar petani lebih siap saat menerima
informasi dalam kegiatan penyuluhan lanjutan. Informan kunci S selaku penyuluh
pertanian mengatakan bahwa:
“...sebenarnya program pertanian organik ada sejak tahun 2013, namun baru
masuk dan disosialisasasikan di Desa Payaman, tepatnya kepada Kelompok
Tani Jati Makmur pada Agustus tahun 2016. Sosialisasi ini bertujuan untuk
mengenalkan inovasi baru kepada petani mengenai untung ruginya sistem
pertanian organik. Selain itu, juga dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman mengenai tujuan daripada penggunaan pertanian organik
dibandingkan sistem konvensional. Tujuan dari program budidaya padi
organik adalah mengembalikan sistem keseimbangan ekosistem,
mengurangi residu kimia dan untuk kesehatan anak cucu kita, karena sistem
organik tidak mengandung bahan kimia sintesis.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Cuplikan dari penyuluh pertanian menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan
sosialisasi adalah untuk memperkenalkan program budidaya padi organik kepada
petani khususnya Kelompok Tani Jati Makmur. Hal ini dilakukan agar petani bisa
merubah sistem tanam dalam berusahatani padi. Berikutnya, disusun suatu strategi
komunikasi agar kegiatan penyuluhan dapat lebih mengena kepada khalayak
petani. Upaya untuk mencapai target tersebut dilakukan melalui berbagai kegiatan
yang diemphasiskan kepada dua jenis aktivitas. Kedua jenis aktivitas atau
kegiatan yang dimaksud adalah melalui pertemuan langsung (kegiatan sosialisasi
dan demplot).
54
Dengan adanya kegiatan sosialisasi dan demplot maka petani akan
mendapatkan informasi terbaru untuk usahatani padi yang dilakukannya. Petani
lebih menginginkan kegiatan sosialisasi, bukan hanya sekedar informasi saja.
Apabila hanya melalui kegiatan penyuluhan saja tanpa adanya praktek di lapangan
maka petani akan menganggap bahwa program tersebut hanya sebagai informasi
yang tidak benar. Sosialisasi bertujuan untuk mengubah masyarakat, tidak hanya
persepsi, pengetahuan, sikap, tindakan tetapi juga perubahan perilaku melalui
sosialisasi praktek secara langsung (Jumriansah, 2016).
Selain petani dapat memahami dan menangkap informasi yang disampaikan
oleh penyuluh, petani juga dapat melihat secara langsung mengenai teknis
budidaya atau penggunaan inovasi. Sehingga petani dapat mengubah pola pikir
dan membandingkan apa yang dilihat dengan apa yang dijelaskan secara langsung
oleh penyuluh. Dengan demikian petani akan dapat menentukan dalam
pengambilan keputusan untuk menerapkan budidaya organik atau tidak. Menurut
Informan kunci S, rincian kegiatan yang berlangsung pada dua jenis kegiatan
tersebut tercantum dalam beberapa tahapan, sebagaimana yang dipaparkan dalam
pernyataan berikut:
“a. Sosialisasi kepada Kelompok Tani Jati Makmur
Tahapan proses pengenalan ilmu tentang budidaya padi secara organik,
akibat daripada penggunaan bahan kimia dalam jangka panjang serta akses
pasar organik, tahapan pendekatan kepada petani dalam memberikan materi
tentang pertanian organik, tahapan pengenalan berbagai macam cara
pembuatan pupuk atau pestisida untuk digunakan sebagai proses kegiatan
budidaya, tahapan pengenalan cara kerja berbagai macam alat untuk
budidaya, dan tahapan penerapan aplikasi ilmu yang sudah disampaikan
sampai pada proses tahapan panen.”
“b. Pengamatan demplot
Hamparan lahan milik petani perintis budidaya padi organik ditunjukkan
kepada petani lain yang tergabung menjadi anggota Kelompok Tani Jati
Makmur. Dengan dilakukannya hal ini, diharapkan petani-petani terebut
tertarik mengikuti budidaya organik yang diterapkan oleh petani perintis.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
55
Pernyataan yang diungkapkan oleh penyuluh pertanian menjelaskan bahwa
kegiatan sosialisasi program budidaya organik tercantum dalam dua tahapan,
yakni pemaparan materi sosialisasi dan pengamatan demplot. Penyuluh
menjelaskan berbagai materi mengenai tahapan proses budidaya organik, akses
pasar, dan aspek lainnya yang belum pernah didapatkan oleh petani. Berikutnya,
pada tahap kedua diadakan pengamatan demplot milik petani perintis oleh petani-
petani lain yang didampingi oleh fasilitator sebagai pengarah atau pemantau
kegiatan.
Dalam mengikuti sosialisasi sebuah program, petani harus memahami
program terlebih dahulu. Tujuan dari sosialisasi adalah pembekalan materi yang
dapat dijadikan sebagai pandangan petani agar supaya petani memiliki gambaran
umum mengenai budidaya padi organik. Selain aspek pemahaman, juga
diperlukan adanya bukti langsung untuk menunjukkan cara atau teknis budidaya
organik yang tepat. Dengan bukti secara langsung maka akan mempengaruhi
petani dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan budidaya padi secara
organik atau tidak.
Menurut Mulyana (2016) strategi komunikasi merupakan panduan dari
perencanaan komunikasi dan manjemen untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan. Dalam artian bahwa pendekatan
dilakukan secara berbeda-beda, bergantung pada situasi dan kondisi. Penetapan
strategi dalam perencanaan komunikasi tidak terlepas dari komponen atau unsur
komunikasi. Menurut Suranto (2013) unsur-unsur komunikasi meliputi
komunikator, pesan, saluran atau media, komunikan atau peneriman informasi,
umpan balik dan gangguan.
Untuk menunjang keberhasillan program, maka ada empat komponen yang
harus diperhatikan dalam strategi komunikasi agar dapat mencapai hasil yang
maksimal mengacu pada buku berjudul “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik”
Fajar (2009), yaitu: 1) mengenal khalayak; 2) menyusun pesan; 3) menetapkan
metode; serta 4) seleksi dan penggunaan media.
56
1. Mengenal Khalayak
Penting bagi penyuluh pertanian untuk mengenal khalayak. Hal ini
disebabkan khalayak adalah sasaran utama yang menjadi penentu berhasil atau
tidaknya strategi komunikasi yang dijalankan. Tahap pengenalan khalayak akan
lebih baik dilakukan melalui observasi sebelum pelaksanaan penyusunan atas
strategi komunikasi. Agar strategi komunikasi dapat berjalan efektif sejak awal
suatu program sosialisasi dijalankan oleh penyuluh. Mengiringi hal tersebut,
penyuluh pertanian juga akan mengenal karakteristik khalayak dengan lebih baik
seiring jalannya program dengan mengadakan intensitas pertemuan rutin kepada
khalayak. Intensitas pertemuan rutin dilakukan pada saat sosialisasi langsung
dengan petani. penyuluh pertanian menjelaskan terkait dengan tahapan mengenal
khalayak petani.
“...tahapan dalam mengenal petani melalui pertemuan rutin kelompok mbak.
Melihat respon petani terhadap informasi yang saya sampaikan, apakah
mereka cepat tanggap atau tidak. Dari situ dapat terlihat bagaimana masing-
masing karakteristik petani, sehingga saya bisa memahami dan membuat
strategi yang tepat untuk mempengaruhi petani agar sejalan dengan tujuan
yang saya kehendaki. Selain itu, saya juga melakukan pendataan pada diri
petani secara spesifik misalnya dari segi pendidikan, umur, dan lain-lain”.
Penyuluh akan dapat mengetahui secara lebih spesifik berbagai atribut dari
individu pada suatu khalayak, diantaranya melalui tingkat pendidikan, umur, dan
pengalaman berusahatani padi. Setelah mengetahui berbagai atribut dari khalayak
yang dituju, maka akan dapat menentukan kriteria yang sesuai untuk khalayak
dengan tujuan program yang akan disosialisasikan. Dengan demikian, penyuluh
akan dapat menerima informasi pendukung dan feedback yang lebih baik,
terutama saat kegiatan penyuluhan berlangsung. Pada saat kegiatan sosialisasi
berlangsung penyuluh pertanian menggunakan bahasa campuran (perpaduan
antara bahasa indonesia dan jawa), yang bertujuan untuk memudahkan petani
dalam menerima atau menangkap informasi yang disampaikan. Hal ini
dikarenakan setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Informan
kunci ST mengungkapkan bahwa:
57
“...kalau penyuluh menyampaikan materi kadang ada yang paham apa yang
dimaksudkan dan ada juga yang tidak paham. Ada juga yang tidak
menanyakan langsung kepada penyuluh, namun kepada petani lain,
termasuk kepada saya mbak”.
(Informan ST, 49, Laki-Laki, Interview 17 April 2017, 10.20)
“...biasanya kalau saya tidak mengerti apa yang disampaikan penyuluh, saya
akan bertanya kepada ketua kelompok saya mbak, soalnya saya bingung dan
tidak bisa rileks apabila langsung bertanya dengan penyuluh langsung.
(Informan MR, 52, Laki-Laki, Interview 20 April 2017, 10.24 WIB)
“...saya kalau tidak mengerti ya langsung tanya kepada penyuluh mbak, tapi
kalau sudah dijelaskan tetap tidak mnegerti ya nanti saya pertegas lagi di
ketua kelompok”.
(Informan PM, 49, Laki-Laki, Interview 23 April 2017, 10.05 WIB)
Berdasarkan cuplikan wawancara diatas diketahui bahwa karakteristik
masing-masing petani berbeda. Hal ini dapat dibuktikan saat petani menerima
informasi dari penyuluh. Beberapa petani ada yang terbuka dan juga tertutup
dalam menangkap isi pesan. Sifat tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur
dalam menyusun strategi yang tepat bagi penyuluh untuk mempengaruhi petani
dalam menangkap pesan atau informasi.
Petani tidak hanya mengandalkan informasi dari penyuluh saja, namun dari
pihak lain yang dianggap mengerti dan bisa diajak sharing atau berdiskusi. Hal ini
merupakan wujud bahwa rasa ingin tahu petani terhadap pesan yang baru masuk
tinggi. Dengan demikian, informasi yang dimiliki petani akan semakin bertambah
adanya berbagai sumber yang dijadikan sebagai rekan berdiskusi.
Pemahaman sebagian besar petani mengenai budidaya organik masih
terbatas. Mereka tidak mengetahui dengan pasti apa yang dimaksud dengan
budidaya organik dan bagaimana manfaat dari budidaya padi organik. Mereka
hanya mengetahui bahwa budidaya organik sulit untuk diterapkan, produksi
rendah, dan perawatan sulit. Hal ini dapat disimpulkan dengan menggunakan
bahan organik tanaman akan sulit untuk fase pertumbuhan (mengalami
kegagalan). Informan kunci S mengungkapkan pada saat sosialisasi kepada petani
sebelum program organik dicanangkan.
58
“...ketika saya menanyakan kepada beberapa petani tentang apa itu budidaya
organik, jawaban mereka tidak ada yang benar. Pengetahuan dan
pemahaman tentang pertanian organik memang masih sangat terbatas”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Beberapa topik yang disampaikan oleh penyuluh dalam kegiatan sosialisasi
program budidaya organik antara lain gambaran umum dari budidaya organik,
manfaat dan tujuan budidaya organik serta teknis budidaya organik. Namun
beberapa petani masih ada yang belum memahami dengan benar mengenai
budidaya padi organik. Rendahnya pemahaman petani dikarenakan oleh tingkat
pendidikan petani rendah dan umur yang relatif tua. Dengan kondisi tersebut
maka pola pikir petani terhadap inovasi menjadi melambat, sehingga
menyebabkan pemahaman terhadap inovasi baru menjadi melemah.
2. Menyusun Pesan
Setelah tahap mengenal khalayak, langkah selanjutnya adalah menyusun
pesan yaitu menentukan tema dan materi yang akan dikaji. Menurut Wijaya
(2015), pesan adalah segala sesuatu yang disampaikan seseorang dalam bentuk
simbol yang dipersepsikan dan diterima oleh khalayak dalam serangkaian makna.
Penentuan materi pesan penting untuk disusun secara sistematis dan jelas, karena
tidak semua khalayak memiliki kemampuan yang sama dalam menerima atau
memahami informasi yang disampaikan oleh komunikator. Penyuluh menjelaskan
mengenai penyusunan pesan yang digunakan dalam penyuluhan.
“Dalam menyusun pesan pada saat sosialisasi, saya membuat rang-rang’an
atau susunan materi terlebih dahulu mbak. Menyusun bahasa dan kata-kata
yang Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah petani dalam menangkap
informasi yang saya sampaikan. Masing-masing petani memiliki
kemampuan dan daya tangkap yang berbeda. Sehingga penyusunan startegi
ini harus benar-benar diperhatikan. Penyajiannya dalam bentuk sosialisasi
dan menggunakan media mbak”.
(Informan Kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Penyusunan pesan atau materi dalam program budidaya padi organik
disusun dengan menarik, karena merupakan program baru yang tengah
disosialisasikan. Penyusunan pesan dalam program tersebut menggunakan
penyajian verbal dan non verbal. Penyajian pesan verbal dilakukan dengan cara
59
sosialisasi langsung kepada petani oleh penyuluh pertanian. Sosialisasi
menjelaskan mengenai sistematika program secara runtut dan diakhiri dengan sesi
tanya jawab. Sementara dalam penyajian non verbal, penyuluh menggunakan
media leafleat denngan memaparkans power point, sebagai media atau alat untuk
menyampaikan materi. Media tersebut dibagikan kepada petani yang hadir dalam
sosialisasi. Hal ini bertujuan untuk menambah wawasan petani dan menciptakan
budaya membaca bagi petani.
Sebelum pesan disusun, hal pertama yang harus dirumuskan adalah
menyusun materi yang akan disampaikan terlebih dahulu. Selain materi harus
menarik, materi yang disusun oleh penyuluh pertanian juga harus menyesuaikan
dengan media yang digunakannya. Jika menggunakan media elektronik yang
dipaparkan dalam bentuk power point, maka materi dikemas semenarik mungkin
dengan menampilkan gambar, video ataupun flowcchart. Hal ini bertujuan untuk
menarik perhatian petani akan pesan yang disampaikan. Namun apabila dengan
sosialisasi langsung, maka penyampaian materi dibuat lebih padat, ringkas dan
menarik. Maksud dari penyusunan materi tersebut untuk mengantisipasi
kejenuhan pada diri audience.
Penyuluh dalam menyusun topik-topik mengenai program budidaya padi
organik disusun secara sistematis sesuai program. Bentuk pemaparan dan bahasa
penyampaian dibuat jelas dan menarik, disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan petani. Dengan demikian diharapkan pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan baik dan memperoleh hasil yang optimal. Hal ini senada dengan
pernyataan Wijaya (2015), suatu pesan yang dikemas dengan cantik, kemudian
ditawarkan dengan daya persuasi maka komunikan akan tertarik untuk memiliki
ide.
Informan pendukung dalam pernyataannya mengungkapkan mengenai
tanggapan dari kegiatan sosialisasi program padi organik yang disampaikan oleh
penyuluh. Informan SW (53) dan Informan kunci ST (49) selaku ketua kelompok
tani mengungkapkan bahwa:
60
“Menurut saya, penyuluh dalam menyampaikan materi terlalu lirih dan
kalem, sehingga membuat petani niku menjadi ngantuk dalam menerima
informasi.”
(Informan SW, 53, Laki-Laki, Interview 17 April 2017, 10.05 WIB)
“Materi yang disampaikan oleh penyuluh menurutku terlalu kalem mbak.
Bahasa yang digunakan penyuluh yo bahasa sehari-hari sakjane tapi kaleme
lan lirih e loh. Kadang disela-sela atau setalah memberi materi yo ditakoni
“paham nopo mboten pak angsalaken kulo nyampekaken materi, wonten
pertanyaan nopo mboten?”. Cara penyampaiannya penyuluh juga membuat
petani ngantuk mbak soale lirir tur kalem. Terkesan monoton dalam
menyampaikan materi, sehingga petani ongap-angop dan omong dewe-
dewe, dadine sing dijelasno kae mau masuk teng pikirane petani opo tidak
saya tidak tahu, tapi kemungkinan besar yang jelas tidak masuk 100%”.
(Informan kunci ST, 49, Laki-Laki, Interview 18 April, 10.20 WIB)
Artinya:
“Menurut saya materi yang disampaikan oleh PPL terlalu kalem, penyuluh
cara membawakannya juga terlalu monoton, sehingga menyebabkan petani
bosan dan ngantuk. Akhirnya pesan yang disampaikan oleh penyuluh
dengan apa yang diterima oleh petani akan tidak sama.”
“Materi yang disampaikan oleh penyuluh menurut saya terlalu kalem.
Disela-sela beliau menjelaskan atau setelah memberikan materi juga
diberikan waktu untuk bertanya terkait dengan materi yang belum jelas.
Cara menyampaikannya juga membuat petani ngantuk, karena waktu
menjelaskan tidak ada candaan yang mengakibatkan suasana menjadi
hening. Terkesan monoton, yang menyebabkan petani menjadi bosan dan
asyik ngobrol sendiri, sehingga pesan yang disampaikan tidak terserap
dengan baik.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa petani yang
tergabung dalam Kelompok Tani Jati Makmur tidak sepenuhnya dapat
menangkap informasi yang disampaikan oleh penyuluh pertanian. Hal ini salah
satunya dipengaruhi oleh cara penyuluh menyampaikan pesan kepada petani yang
tidak tegas, sehingga menyebabkan petani menjadi tidak memperhatikan isi pesan.
Selain itu dipengaruhi oleh faktor usia, dimana hal tersebut juga menjadi dasar
pembagian strata dalam kelompok tani yang digolongkan dalam tiga kelompok
umur. Ketiga kelompok umur yang dimaksud adalah golongan pemula (≤ 46),
madya (47-51), dan lanjut (≥ 52). Dari hasil observasi melalui sosialisasi,
61
diketahui bahwa mayoritas petani yang hadir dalam kegiatan ini adalah termasuk
petani golongan tua atau late majority. Pada kondisi ini, petani cenderung akan
mengalami kesulitan dalam menerima atau menangkap informasi tentang inovasi
baru.
Mempertimbangkan hal tersebut, strategi yang seharusnya dilakukan adalah
membagi petani berdasarkan penggolongan kelas menjadi tiga kelompok,
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Golongan petani pemula atau
muda memiliki kecenderungan untuk lebih mudah dipengaruhi pola pikirnya
dengan relatif cepat. Strategi yang diberikan cukup dengan menggunakan
pendekatan kelompok dalam pertemuan rutin kelompok untuk mendorong
kemampuan berpikirnya. Disisi lain, golongan tua memerlukan pendekatan secara
beberapa kali terlebih dahulu agar lebih siap saat masuk ke materi program dan
menerima materi program. Disusun strategi berdasarkan penggolongan kelas
dalam kelompok maka akan lebih efektif dalam penyerapan informasi meskipun
sumber daya petani rendah.
Penyuluh tidak bisa memberikan cara penyampaian materi yang membuat
petani lebih rileks atau santai namun memberi kesan yang kuat. Hal tersebut akan
berpengaruh kepada penyampaian materi yang menjadi tidak menarik sehingga
petani cenderung akan lebih mudah melupakan sesuatu yang sifatnya
membosankan atau monoton. Hal ini selaras dengan pernyataan Fajar (2009)
bahwa salah satu syarat berhasilnya pesan adalah telah direncanakan dan
disampaikan dengan semenarik mungkin. Tujuannya adalah agar pesan tersebut
dapat menarik perhatian sasaran. Cara penyampaian pesan yang tidak menarik
akan menyebabkan penerima tidak merespon, sehingga cenderung akan
berinteraksi dengan orang lain. Akibatnya pesan tidak dapat tersampaikan dengan
baik apabila dalam penyampaiannya tengah tidak diselipkan candaan kecil.
Selain cara berkomunikasi, sikap penyuluh terhadap suatu program menjadi
hal yang perlu diperhatikan dalam strategi komunikasi. Penyuluh pertanian sangat
kooperatif dalam program. Terbukti bahwa penyuluh selalu hadir dalam setiap
kegiatan baik formal maupun non-formal. Penyuluh selalu mendampingi petani
dalam setiap kegiatan budidaya dan juga memantau setiap kegiatan yang
62
dilakukan oleh petani. Tujuannya agar petani lebih bersungguh-sungguh dalam
melakukan usahatani padi organik. Selain itu, apabila petani mengalami kesulitan
atau masalah dalam teknis budidaya mereka juga tidak akan kebingunggan. Hal
ini senada dengan pernyataan Rasyid (2012) yang menyatakan bahwa adanya
pengorganisasian akan mempermudah koordinasi, memperlancar arus informasi
sekaligus menjalin kerja sama antar penyuluh di lapangan. Dengan demikian
adanya pengorganisasian penyuluhan juga akan mempermudah himpunan
penyuluh dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sekaligus dalam melakukan
evaluasi atas kegiatan yang sedang dan telah dilaksanakan.
Penyuluh pertanian menanggapi positif dan ikut serta dalam mendukung
program pertanian organik yang dicanangkan oleh pemerintah. Harapannya agar
semua petani antusias dengan menerapkan program inovasi budidaya padi organik
ini. Outputnya pada petani adalah dalam kegiatan budidaya dapat beralih ke
sistem organik. Kemampuan penyuluh dalam menyampaikan materi diperjelas
oleh Informan PR (42) selaku anggota Kelompok Tani Jati Makmur mengatakan
bahwa:
“Pengetahuan penyuluh terhadap program budidaya padi organik sangat
bagus. Wawasan yang dimilikinya sangat luas. Meskipun programnya
tentang padi organik, namun tidak melulu mengenai itu saja.
(Informan PR, 42, Laki-Laki, Interview 19 April 2017, 10.10 WIB)
“Hm..pengetahuan sing diduweni penyuluh terhadap program niki apik
mbak. Bedo karo penyuluh sing tahun biyene. Penyuluh sing ini luweh
seneng nguwehi informasi-informasi luas lan seneng jelasno ngunu pada
pertemuan forum”.
(Informan SW, 53, Laki-Laki, Interview 17 April 2017, 10.05 WIB)
Artinya:
“Pengetahuan yang dimiliki oleh penyuluh terhadap program bagus.
Berbeda dengan penyuluh yang pada tahun lalu. Penyuluh yang ini lebih
suka memberikan informasi-informasi yang luas dan suka memberikan
penjelasan-penjelasan pada saat forum.
63
Selain hal yang telah disebutkan, kapabilitas penyuluh pertanian akan
tercermin dalam pengetahuan atau wawasan yang dimilikinya di bidang tersebut.
Oleh karena itu, pengetahuan penyuluh pertanian merupakan hal lain yang harus
diperhatikan sebagai penentu keberhasilan strategi komunikasi. Dalam
menjalankan strategi komunikasi, pengetahuan teknis maupun non teknis yang
dimiliki penyuluh akan membantu untuk dapat menjalin obrolan dengan berbagai
macam topik, sehingga membut petani tertarik. Seperti yang dijelaskan oleh
Suranto (2013) komunikasi adalah sebuah proses bertukar ide, gagasan, simbol
dan informasi yang dikirimkan oleh komunikator dan disampaikan kepada
komunikan untuk maksud dan tujuan tertentu.
Kesadaran petani akan tumbuh dengan baik apabila mereka mendapatkan
informasi yang lengkap dan akurat mengenai budidaya organik dengan berbagai
macam aspek di dalamnya dari penyuluh pertanian. Disisi lain, penerimaan dan
pemahaman petani terhadap berbagai informasi yang disampaikan berkaitan erat
dengan tingkat pendidikan, pengalaman, dan usia. Informan kunci ST
menjelaskan mengenai karakteristik Kelompok Tani jati Makmur.
“...kami menyadari bahwa karakteristik masing-masing petani memang
berbeda-beda. Ada hal mendasari yang menjadi kendala ketika kami
berbicara tentang budidaya organik. Informasi organik seringkali dipahami
dengan pertanian yang tidak berhasil karena mereka menganggap
berusahatani yang tidak menggunakan bahan kimia tidak akan berhasil
usahataninya dan kemungkinan berhasilnya sangat kecil”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 17 April 2017, 08.41 WIB)
Kendala tersebut menjadi tantangan yang harus disikapi dengan baik dan
menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan strategi komunikasi kegiatan
sosialisasi program budidaya padi organik, khususnya pada penyusunan pesan
yang akan disampaikan. Penyampaian pesan terjadi pada saat sosialisasi program
organik. Pesan yang disampaikan oleh penyuluh antara lain mengenai tujuan dan
manfaat program, pengenalan teknologi inovasi, teknis budidaya, dan jenis
bantuan yang mendukung kegiatan usahatani selama program berlangsung serta
untung ruginya menerapkan budidaya secara organik. Penyampaian isi pesan yang
64
disampaikan oleh penyuluh pertanian diperjelas melalui pemaparan Informan
kunci S (37) dan Informan PR (45).
“...menyampaikan materi yang isinya mengenai untung ruginya menjadi
petani organik dan memperkenalkan inovasi baru agar petani Indonesia
lebih maju dan bisa berpikir kritis sebagai petani yang sejahtera. Namanya
teknologi itu kan terus berkembang, nanti apabila kita semua tidak
mengikuti perubahan tersebut, maka kita akan ketinggalan jaman, apalagi
kalau inovasi ini memiliki manfaat yang sangat bagus untuk prospek
kedepannya. Salah satunya teknologi budidaya padi organik. Inovasi ini
sangat menguntungkan baik dari segi ekonomomi maupun lingkungan”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Berikut tanggapan dari informan petani mengenai materi yang telah
dipaparkan saat selesai sosialisasi program. Informan PM dan Informan PR
mengungkapkan bahwa:
“…nggih suae mbak, materine yo dijelasno. Materine lek jelasno sampek
detail, sehingga saget dipahami. Runtut mbak, pertama jelasno materi disek,
mari ngunu pertanyaan, selanjutnya diskusi”.
(Informan PM, 49, Laki-Laki, Interview 21 April 2017, 10.00 WIB)
“Nggih sae mbak, sae sanget. Angsalaken nerangke materi nggeh mudah
dipahami mbak. Tiange sabar dan telaten, dadose misale sampun jelasne
nggih ditangkleti “wonten sing dereng paham” penyuluh ngendiko ngoten
nik”.
(Informan PR, 47, Laki-Laki, Interview 19 April 2017, 10.10 WIB)
Artinya:
“...materi yang dijelaskan bagus mbak. Dalam menjelasakan sangat detail
sehingga petani mudah dalam memahami. Istilahnya sistematis dan runtun,
berawal dari penjelasan materi terlebih dahulu, setelah itu kesempatan
bertanya untuk petani, dan tahap akhir diskusi bersama”.
“...ya bagus mbak. Pada waktu menjelaskan materi sangat mudah dipahami.
Karena setelah memberikan materi, beliau memberikan pertanyaan ulang
“apakah sudah jelas? Apakah ada yang mau bertanya”. Penyuluh berkata
seperti itu. Karakteristik dari PPL adalah sabar dan telaten”.
65
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, secara garis besar petani
berpendapat bahwa pesan yang disampaikan oleh penyuluh sudah bagus dan
mudah dipahami. Petani dapat memahami dengan benar mengenai aspek budidaya
organik. Fakta diatas sesuai dengan pernyataan Fajar (2009) yang menyatakan
bahwa pesan yang baik adalah yang dapat dipahami dan ditangkap baik oleh
komunikan. Pesan yang menarik akan memusatkan perhatian komunikan untuk
dapat berfokus pada pesan tersebut, sehingga akan menciptakan suatu komunikasi
yang efektif. Dengan demikian, maka dapat dipahami bahwa pesan yang baik dan
menarik haruslah direncanakan dan disusun sesuai dengan tema atau materi yang
akan disampaikan kepada khalayak, sehingga akan mampu membangkitkan
perhatian.
Strategi menyusun pesan yang dilakukan sudah sesuai, hal tersebut terbukti
dari hasil wawancara yang diutarakan oleh beberapa petani. Petani-petani yang
dimaksud menyatakan bahwa penyusunan pesan yang disampaikan oleh penyuluh
pertanian dalam kegiatan sosialisasi sudah cukup jelas dan mudah dipahami. Hal
ini dikarenakan materi yang dibawakan telah disesuaikan dan disusun secara
runtut, sesuai dengan sistematika program sosialisasi. Berangkat dari
penyampaian materi, kemudian dilanjutkan pada sesi tanya jawab oleh penyuluh
maupun petani, dan diakhiri dengan sharing atau diskusi bersama. Dengan
demikian, dapat dipastikan bahwa petani telah benar-benar memahami materi dan
dapat menyerap pesan yang disampaikan.
3. Menetapkan Metode
Langkah ketiga, selain bergantung pada isi pesan dan mengenal khalayak
dalam mencapai efektivitas komunikasi adalah menetapkan metode. Menurut
Fajar (2009) ada dua dasar metode yang digunakan untuk menyampaikan pesan
kepada sasaran, yakni berdasarkan cara pelaksanaannya dan berdasarkan bentuk
isinya. Berdasarkan pelaksanaannya, metode penyampaian pesan terbagi lagi
menjadi dua, yaitu metode redudancy dan canalizing. Adapun berdasarkan bentuk
isi pesan, pesan terbagi atas infomatif, persuasif, edukatif, dan kursif.
Didasari oleh berbagai jenis metode penyampaian tersebut, penyuluh
pertanian merumuskan metode studi banding dan demplot dalam menjalankan
66
program budidaya padi organik yang telah digalakkan ke lapangan. Pertimbangan
utama dari penggunaan metode tersebut adalah aga petani lebih mudah
mengadopsi suatu inovasi. Hal ini dikarenakan metode tersebut berwujud nyata,
sehingga petani bisa melihat secara langsung dan memperoleh gambaran yang
jelas mengenai usahatani padi organik. Sistem ini diterapkan oleh penyuluh dalam
melaksanakan kegiatan penyuluhan, yang bertujuan agar kegiatan yang
dilaksanakan dapat berjalan berkesinambungan. Selain itu, diharapkan adanya
peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap keterbukaan petani, serta
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapai di lapang.
Penyusunan strategi komunikasi dalam sosialisasi program padi organik
didasarkan pada situasi dan kondisi kelompok sasaran berupa karakteristik sasaran
dan tujuan yang ingin dicapai. Proses komunikasi yang dilaksanakan tidak lepas
dari berbagai rintangan atau hambatan. Oleh karena itu, penyusunan komunikasi
dimaksudkan untuk mengatasi rintangan atau gangguan yang ada guna mencapai
efektivitas komunikasi. Hal tersebut akan diperlukan untuk mengimplementasikan
program yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyuluh
pertanian, diketahui bahwa terdapat beberapa strategi yang digunakan dalam
kegiatan penyuluhan. Hal ini diungkapkan oleh penyuluh pertanian sebagai
berikut”
“...dalam mensukseskan program ini, saya menggunakan beberapa metode
atau cara untuk mempengaruhi petani dalam berusahatani padi oganik.
Beberapa diantaranya studi banding dan demplot mbak. Masing-masing
studi ini memiliki tujuan dan hasil yang berbeda-beda”.
(Informan Kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Berdasarkan cuplikan wawancara dari penyuluh pertanian masing-masing
strategi yang dimaksud akan mencerminkan suatu rangkaian prioritas tertentu,
yang menunjukkan mengenai bagaimana komunikasi untuk mencapai kebutuhan-
kebutuhan program budidaya organik.
a. Studi Banding
Strategi yang digunakan penyuluh dalam meningkatkan ketrampilan petani
salah satunya adalah dengan metode studi banding. Pemilihan strategi ini
didasarkan pada karakteristik dan tujuan yang ingin dicapai. Strategi ini
67
diterapkan oleh penyuluh untuk mempengaruhi petani padi. Hal ini dikarenakan
dengan melakukan studi banding atau kunjungan ke wilayah percontohan maka
diharapkan petani bisa membandingkan metode, teknologi, dan teknis budidaya
apa saja yang menjadikannya lebih maju. Manfaat lebih lanjut adalah petani dapat
mengadaptasi kegiatan usahatani untuk diterapkan sendiri. Hal ini senada dengan
pernyataan informan kunci S.
“Dalam kegiatan sosialisasi menggunakan metode studi banding yang
dilakukan di dua tempat yakni Jombang dan Magetan selama dua kali.
Pelaksanaan diikuti oleh seluruh Kelompok Tani Jati Makmur. Kegiatan ini
diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani agar terus berupaya dan
mengembambangkan usahataninya ke arah yang lebih maju dan
berkelanjutan”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 17 April 2017, 08.41 WIB)
Tujuan dari kegiatan studi banding tersebut selaras dengan pendapat Sudana
(2014), yang menyatakan bahwa kegiatan studi banding dilakukan oleh kelompok
kepentingan untuk mengunjungi atau menemui obyek tertentu yang sudah
disiapkan dan berlangsung dalam waktu relatif singkat. Intinya adalah untuk
membandingkan kondisi obyek studi di tempat lain dengan kondisi yang ada di
tempat sendiri. Hasilnya berupa pengumpulan data dan informasi sebagai bahan
acuan dalam perumusan konsep yang diinginkan.
Studi banding dilakukan di dua lokasi, yaitu kawasan percontohan yang
terdapat di Jombang dan Magetan. Pada kegiatan ini petani diajarkan tentang
bagaimana teknis budidaya padi organik yang benar, kemudian mengikuti setiap
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tani pada saat itu. Dalam kegiatan ini
petani dituntut aktif untuk berinteraksi dengan petani percontohan, agar wawasan
yang diperoleh semakin bertambah guna mempermudah petani dalam melakukan
teknis budidaya padi organik.Dengan adanya kegiatan studi banding diharapkan
dapat memotivasi petani untuk meralih ke sistem organik.
Adapun tujuan dari strategi ini adalah agar petani dapat merintis serta
belajar mengenai organisasi, teknologi, dan pengelolaan yang dilakukan oleh
kelompok tani. Hal ini dikarenakan, pembelajaran petani sebelumnya hanya
68
didasarkan pada satu orang perintis saja, sehingga tidak semua petani dapat
mencapai informasi tersebut dan mau untuk menerapkan. Dengan adanya
kunjungan ini diharapkan mereka yang masih merintis dapat mengadopsi inovasi
dengan cepat.
Melalui metode studi banding ini, mula-mula petani disambut dan diarahkan
ke lahan tempat mereka melakukan kegiatan budidaya. Tujuanya adalah agar
petani dapat melihat dan mengobservasi langsung tanaman yang dibudidayakan.
Disisi lain, kegiatan ini juga disisipi dengan sesi tanya jawab atau diskusi antar
petani.
b. Demplot (Demostrasi Ploting)
Strategi berikutnya yang digunakan oleh penyuluh dalam mensukseskan
program budidaya padi organik adalah demplot. Demplot ini merupakan
pendukung dari sosialisasi agar adopsi inovasi lebih cepat. Maksudnya petani
kurang tertarik apabila tidak ditunjukkan hasil atau bukti secara langsung.
Demplot sistem budidaya padi organik ini dilakukan oleh ketua kelompok tani
yang dibantu oleh penyuluh pertanian. Demplot dilakukan di lahan milik ketua
kelompok seluas 0,1 ha. Ketika mengetahui hasilnya bagus akhirnya petani
perintis mengundang dan mengajak petani lain untuk melihat hasil dari demostrasi
lapang. Selain itu juga ilmu yang diperoleh ditularkan kepada petani lain agar
petani merasa tertarik, sehingga mengikuti budidaya padi organik. Hal ini sesuai
dengan pemaparan penyuluh pertanian pada saat diwawancarai.
“Strategi demplot juga digunakan mbak. Hasil dari demplot diperlihatkan ke
petani-petani agar mereka bisa melihat kenampakan tanaman secara
langsung. Metode ini bertujuan merangsang petani untuk menerapkan
sistem budidaya padi organik. Dimaksudkan agar petani percaya bahwa
program ini menguntungkan dalam segala aspek.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Strategi demplot ini merupakan salah satu alternatif yang bisa diterapkan
untuk mengatasi berbagai masalah di bidang pertanian, seperti halnya cukup
banyaknya teknologi yang muncul. Akan tetapi pemanfaatan teknologi tersebut
masih tergolong kurang diperhatikan. Hal ini dikarenakan informasi mengenai
teknologi belum sampai ke petani atau petani masih meragukan akan teknologi
69
inovasi tersebut, sehingga menyebabkan petani khawatir akan kegagalan apabila
menerapkan teknologi inovasi baru. Petani memerlukan contoh yang nyata dari
kegiatan budidaya. Oleh karena itu metode demplot penting untuk dilakukan.
Agar petani tertarik untuk menerapkan sistem budidaya padi organik dalam
usahataninya.
Penyuluh pertanian menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam
kegiatan penyuluhan. Penyuluh mengungkapkan bahwa dalam kegiatanya
menerapkan metode studi banding dan demplot:
“...Ya disini metode yang sering digunakan dalam kegiatan penyuluhan
adalah studi banding dan demplot mbak. Dengan menggunakan metode
tersebut petani akan lebih respek terhadap inovasi baru.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh beberapa petani mengenai
penggunaan metode studi banding dan demplot sebagai berikut:
“...saya menyukai metode studi banding mbak. Karena dengan metode ini
maka saya akan mendapatkan pengalaman yang banyak dan dapat mengenal
lingkungan di luar yang bisa dijadikan sebagai rekomendasi dan
menambahkan wawasan yang kurang dari diri saya”.
(Informan kunci ST, 49, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 10.10 WIB)
“...saya menyukai metode studi banding dan demplot. Penggunakan metode
ini, saya rasa sudah tepat dalam mempengaruhi petani. Jadi petani tidak hanya
mendapatkan sosialisasi saja, namun mengetahui pelatihan atau prakteknya”.
(Informan DR, 47, Laki-Laki, Interview 25 April 2017, 10.07 WIB)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
penyuluh pertanian menggunakan metode studi banding dan demplot dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan petani. Karena melalui
metode tersebut, maka petani akan lebih bisa menangkap pesan atau ilmu yang
disampaikan oleh penyuluh pertanian. Ilmu yang diberikan juga lebih mudah
dikembangkan, karena sudah dilakukan pengamatan di lapangan. Fakta yang ada
di lapang adalah penyuluh selalu membimbing petani dalam melakukan teknis
budidaya, melakukan pendampingan pada usahataninya, dan saling berbagi
70
pengetahuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ini
dapat mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan dalam sistem budidaya
padi organik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Fajar (2009) bahwa penggunaan metode
canalizing mampu memepengaruhi khalayak. Maksudnya berhasilnya komunikasi
harus dimulai dari nilai-nilai dan standar yang berlaku pada kelompok yang akan
dikehendaki. Melalui kedua metode tersebut khalayak akan menerima pesan yang
disampaikan. Kemudian secara perlahan-lahan akan merubah sikap dan pola pikir
ke arah yang dikendaki oleh sumber informasi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode ini dapat mempengaruhi khalayak dalam
pengambilan keputusan sistem budidaya padi secara organik.
4. Strategi Seleksi dan Penggunaan Media
Strategi komunikasi penyuluhan dengan menggunakan media merupakan
strategi komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian kepada petani.
Melalui beberapa media yang digunakan dalam kegiatan program, diharapkan
keberhasilan program tersebut dapat tercapai. Agar berjalan dengan lancar, maka
penyusunan media harus dilakukan secara selektif dan disesuaikan dengan
kondisi khalayak. Mempertimbangkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa
seleksi dan penggunaan media berperan untuk membantu mewujudkan
penyampaian pesan yang efektif.
Sosialisasi program budidaya organik di Desa Payaman dilakukan melalui
berbagai bentuk kegiatan dengan menggunakan berbagai media atau alat
komunikasi. Penggunaan media komunikasi disesuaikan dengan karakteristik
sasaran dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi wilayah dimana petani
berada. Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain sosialisasi Bentuk
kegiatan tersebut dimaksudkan untuk membangun kesadaran, pengetahuan, dan
ketrampilan petani. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Informan kunci S
mengenai sosialisasi:
71
“Dalam sosialisasi, kami memberikan materi-materi kepada petani. Hal ini
diharapkan petani memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dengan
adanya bentuk kegiatan ini”. Utamanya pengetahuan mengenai dampak
penggunaan sistem usahatani kovensional bagi ekosistem lingkungan.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Kepedulian petani terhadap aspek lingkungan utamanya pada aspek tanah
sangat kurang. Terbukti bahwa sebagain petani masih menggunakan bahan kimia
sintesis dalam kegiatan budidaya. Penggunaan bahan kimia sintesis secara
berlebihan akan merusakan tanah maupun ekosistem lingkungan. Melalui
sosialisasi, petani diharapkan mendapatkan pemahaman yang menyeluruh
mengenai apa itu organik, bagaimana manfaatnya, dan bagaimana dampak yang
ditimbulkan dalam jangka panjang. Pemahaman mengenai hal tersebut sangat
penting, mengingat tidak semua petani mengetahui informasi yang benar dan
menyeluruh tentang aspek budidaya padi secara organik.
Proses sosialisasi juga disampaikan melalui pendekatan kelompok dalam
pertemuan rutin. Informan kunci S mengungkapkan mengenai pendekatan
kelompok yang dilakukan.
“Pendekatan kelompok tampaknya cocok dan mudah dilaksanakan. Kami
dapat menyampaikan informasi kepada sekelompok orang. Dengan begitu
penyampaiannya akan lebih mudah. Apalagi kalau pesertanya aktif, kami
akan lebih senang lagi.”
(Informan Kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kelompok.
Pendekatan kelompok ini dilakukan dalam bentuk pertemuan rutin petani.
Pendekatan kelompok bertujuan untuk merangsang dan memotivasi petani selaku
peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses tersebut. Peserta diajak untuk
mengunjungi kondisi di daerah percontohan lain untuk melihat bagaimana
budidaya organik yang terjadi untuk dibandingkan dengan daerahnya. Selaras
dengan pernyataan Rasyid (2012) bahwa dengan penggunaan pendekatan
kelompok maka akan lebih menguntungkan, karena terdapat umpan balik dan
interaksi kelompok yang memberikan kesempatan untuk bertukar pengalaman
maupun pengaruh terhadap anggotan. Selain itu juga akan mempermudah
72
koordinasi, memperlancar arus informasi serta menjalin kerja sama antar
penyuluh sehingga metode ini sangat efektif untuk diterapkan.
Selain pendekatan kelompok, kegiatan komunikasi lain yang dilakukan
dalam sosialisasi melalui media leafleat atau selembaran kertas yang dibagikan
kepada petani sebagai referensi dapat dilihat pada lampiran 5. Media tersebut
diberikan secara gratis kepada petani dalam berbagai kesempatan. Seperti yang
diungkapkan oleh Informan kunci S bahwa:
“Banyak hal media komunikasi yang kami gunakan dalam melakukan
sosialisasi program. Ada media komunikasi yang berlangsung satu arah
maupun dua arah tergantung kapasitas atau jumlah orang yang ada dan
menyesuaikan dengan jumlah alat komunikasi yang disediakan di Badan
Penyuluhan Pertanian. Sosialisasi melalui satu arah melalui media massa
berupa media leafleat mbak. Sementara komunikasi dua arah, menggunakan
menggunakan komunikasi langsung yaitu sosialisasi. Semua itu dilakukan
karena setiap individu khalayak memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
menerima informasi yang disampaikan.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview, 16 April 2017, 08.41 WIB)
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suranto (2013) bahwa bentuk komunikasi
dapat diklasifikasikan menurut jumlah pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi yang meliputi komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal,
komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Media komunikasi yang digunakan
dalam sosialisasi perlu memperhatikan jangkauan dan kebutuhan petani. Melalui
hasil wawancara yang dilakukan oleh penyuluh pertanian, diketahui bahwa media
yang digunakan untuk mensosialisasikan program adalah leafleat. Sedangkan alat
yang digunakan dalam menjelaskan kepada para petani dengan memaparkan
power point presentation. Pemaparan dalam bentuk power point presentation
yang ditampilkan pada layar LCD jarang digunakan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan sarana yang dimiliki oleh BPP. BPP hanya memilki satu LCD,
sedangkan kelompok tani Kecamatan Plemahan jumlahnya lebih dari 30
kelompok. Hal ini menyebabkan kegiatan sosialisasi menjadi tidak efisien, karena
hanya menggunakan satu alat yang dioperasikan secara bergantian.
73
Lebih lanjut lagi, Informan kunci S menambahkan bahwa pemilihan media
komunikasi yang digunakan untuk sosialisasi didasarkan pada kelebihan dan
kekurangan yang dipertimbangkan dari media tersebut. Hal tersebut dijelaskan
pada pernyataan di bawah ini:
“Penggunaan media komunikasi sebagai saluran komunikasi baik media
cetak maupun elektronik memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa
media yang saya gunakan dalam sosialisasi tersebut sangat cocok. Karena
dengan menggunakan alat-alat tersebut maka petani bisa langsung melihat
gambar atau video secara real daripada apa yang kita sajikan. Ada bentuk
gambarnya, petani bisa mengetahuinya. Dengan melihat langsung
penampilan dari tanaman padi petani akan lebih cepat menangkap daripada
hanya dijelaskan tanpa ada alat sebagai penunjang. Jika hanya dengan cerita
saja maka membuat petani menjadi malas dan ngantuk. Hanya saja alat
tersebut bersifat terbatas. Informasi yang disampaikan melalui media
elektronik, cetak maupun pendekatan kelompok dianggap penting demi
menunjang keberhasilan sosialisasi program, sehinggga dengan berbagai
media komunikasi yang digunakan maka penyampaian program budidaya
padi organik bisa sampai kepada petani sesuai dengan apa yang sampaikan
penyuluh dan diterima petani menghasilkan pemahaman yang sama”.
(Informan kunci S , 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Diketahui bahwa salah satu media komunikasi yang digunakan penyuluh
dalam sosialisasi dapat membantu proses komunikasi adalah media cetak atau
tertulis, yakni berupa leafleat. Proses komunikasi yang baik akan memperbesar
kemungkinan berhasilnya strategi komunikasi, disisi lain penggunaan media
komunikasi yang tepat oleh petani akan membantu memaksimalkan pemahaman
petani dalam menerima informasi. Namun demikian, penggunaan media
komunikasi akan lebih maksimal apabila difasilitasi dengan peralatan yang
memadai. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapto (2006) dalam Suryani (2013),
yang menyatakan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi proses komunikasi.
Faktor yang dimaksud adalah the agency (perantara) yang menyatakan bahwa
alat-alat yang digunakan dalam komunikasi dapat membangun terwujudnya
komunikasi. Alat tersebut dapat berupa alat komunikasi tertulis.
Kemudahan petani dalam memahami informasi melalui media atau alat
komunikasi yang difasilitiasi oleh penyuluh pertanian juga dapat mempengaruhi
74
strategi komunikasi. Alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
materi oleh penyuluh pertanian menurut Informan SW (53) dan Informan MR
(52) dijelaskan dalam pernyataan berikut:
“Sementara saya menggunakan media leaflaet dengan memaparkan power
point presentation pada saat menjelaskan. Pemaparan power point
presentation menggunakan LCD, dilakukan hanya pada saat pertemuan
besar saja, mengingat keterbatasan alat.”
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Dilanjutkan pernyataan dari beberapa petani mengenai media atau alat
yang digunakan penyuluh pertanian dalam menjelaskan materi dalam kegiatan
sosialisasi.
“Waktu sosialisasi iko diwenehi selembaran kertas ono tulisane mbak.
Kertase iku mau disebar ning petani-petani, mari ngunu penyuluh nerangke.
Asline aku yo males moco mbak umpomo diwei kertas-kertas ngunu kui”.
(Informan MR, 52, Laki-Laki, Interview 20 April 2017, 10.24 WIB)
“Waktu sosialisasi penyuluh pertanian nyebarke kertas-kertas sing wonten
tulisane mbak. Setelah kertas dibagikan ning petani, penyuluh menerangkan
materi pada lembaran tersebut. Hm..aku jenuh mbak umpomo diwei
woconan-woconan ora telaten”
(Informan SW, 53, Laki-Laki, Interview 24 April 2017, 10.03 WIB)
Artinya:
“Pada saat sosialisasi berlangsung penyuluh pertanian menggunakan media
komunikasi berupa selembaran kertas (leafleat) yang dibagikan kepada
petani sebagai alat bantu mengantarkan petani pada materi yang akan
dikaji”. Sebenarnya saya malas apabila diberi tulisan-tulisan seperti itu.
“Pada saat sosialisasi berlangsung penyuluh pertanian menggunakan leafleat
atau selembaran kertas sebagai bahan atau refensi bagi petani. Setelah itu
penyuluh pertanian menjelaskan isi dari leafleat. Hm.. saya jenuh apabila
dibr bacaan-bacaan seperti itu, tidak telaten dan tidak kelihatan karena
tulisannya kecil-kecil.
Informan kunci MR (52) dan Informan SW (53) selaku petani anggota
Kelompok Tani Jati Makmur memberikan tanggapan mengenai alat komunikasi
75
yang digunakan oleh penyuluh dalam sosialisasi. Media komunikasi yang
digunakan oleh penyuluh pertanian dalam proses sosialisasi berupa leafleat.
Media ini tidak disukai oleh petani dikarenakan petani tidak suka membaca terlalu
banyak dan lebih suka mendengarkan penjelasan dari penyuluh pertanian daripada
harus membaca yang penjang lebar. Dengan demikian, media ini menjadi kurang
efektif apabila digunakan untuk mempengaruhi petani.
Dalam menjelaskan materi, penyuluh menggunakan bantuan media
elektronik berupa LCD dengan bantuan power point presentation. Diketahui
bahwa alat komunikasi LCD mudah ditangkap oleh petani.
“Media LCD yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan berisikan tentang
cara pengaplikasi dan disajikan dalam bentuk gambar-gambar serta
keterangan pendukung lainnya”. Alat tersebut dirasa mudah dipahami”.
(Informan kunci ST, 49, Laki-Laki, Interview 17 April 2017, 10.20 WIB)
“Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah LCD. Media ini paling
mudah dipahami oleh petani mbak. Karena bisa dijelaskan menggunakan
PPT. Bisa diputarkan gambar-gambar yang berisikan tentang alat-alat yang
digunakan dalam proses budidaya. Bibar diputarke dari LCD terus diwei
pemahaman maksud dari penjelasan yang ada di LCD ”.
(Informan PR, 45, Laki-Laki, Interview 18 April 2017, 10.10 WIB)
“Media yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi adalah LCD. Namun
saya lebih menyukai menggunakan ceramah mbak. Karena penyuluh pada
saat menerangkan bisa sambil menulis. Beda sama LCD mbak, kalau LCD
tidak ada coretan tulisan yang membuat petani menjadi ingat”.
(Informan SH, 51, Laki-Laki, Interview 22 April 2017, 10.30 WIB)
“Media yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan adalah LCD. Media ini
menurut saya simple, menarik, dan mudah dipahami. Disamping penyuluh
menjelasakan berbagai macam materi, penyuluh juga bisa menulis pokok-
pokok bahasa yang tidak dimengerti oleh petani”.
(Informan PM, 49, Laki-Laki, Interview 23 April 2017, 10.05 WIB)
Berdasarkan cuplikan hasil wawancara memperlihatkan bahwa media yang
digunakan dalam kegiatan sosialisasi berupa media leafleat dengan memaparkan
power point. Alat tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada sebagian
petani yang menyukai media LCD tersebut dan ada juga yang tidak. Informan
76
kunci ST dan Informan PR mengatakan bahwa media komunikasi yang paling
mudah dipahami menggunakan LCD. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan
media LCD maka petani bisa melihat tampilan gambar, video atau flowchart
secara langsung. Petani akan memiliki gambaran akan mateti yang disampaikan.
Berbeda dengan menggunakan ceramah yang hanya dijelaskan dan ditulis namun
tidak ada medianya, sehingga membuat petani tidak ada gambaran dalam berpikir.
Setiap kegiatan komunikasi pasti memiliki efek. Dalam konsep komunikasi
disebutkan bahwa komunikasi adalah sebuah aktivitas, proses, atau kegiatan yang
terbentuk memiliki beberapa unsur serta dampak-dampak tertentu. Adapun
aktivitas-aktivitas yang memiliki dampak antara lain sosialisasi, pemutaran video,
pendidikan dan lain-lain. Dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh penyuluh
pertanian maka diharapkan pesan yang disampaikan dapat diterima, dipahami, dan
diikuti oleh petani.
Petani merasakan dampak dari strategi komunikasi yang diterapkan oleh
penyuluh pertanian. Dampak dari pesan yang disampaikan membuat petani akan
menentukan suatu pilihan. Pemilihan yang dimaksud adalah keputusan untuk
menerapkan budidaya secara organik atau tidak. Dengan demikian, tanggapan dari
petani terkait strategi komunikasi akan menjadikan rekomendasi bagi penyuluh
pertanian untuk menggunakan strategi komunikasi yang efektif.
Efek adalah perbedaan antara yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan
oleh penerima sebelum atau sesudah menerima pesan. Sampai tidaknya pesan
sosialisasi akan terlihat pada efek yang telah dirasakan oleh petani. Efek
komunikasi dapat diketahui melalui tanggapan dari petani terhadap program
budidaya padi organik. Efek yang dirasakan akan berpengaruh positif dan negatif.
Efek positif artinya petani dapat menerima program yang diberikan, sedangkan
efek negatif petani kurang merespon secara baik program yang telah
disosialisasikan akibatnya mereka tidak respek akan program yang diberikan.
Beberapa petani ada yang menanggapi positif mengenai program budidaya
organik artinya petani menerapkan budidaya padi secara organik dan ada juga
yang belum menanggapi artinya petani belum menerapkan budidaya organik.
77
Berikut tanggapan dari Kelompok Tani Jati Makmur antara lain Informan PR
(45), Informan Informan M (52), Informan PM (49), Informan SH (51).
“...Program yang diberikan menarik perhatian mbak, menyebabkan saya
pribadi antusias untuk menerapkan sistem budidaya organik mbak.
Prospeknya sangat menunjang bagi padi masa depan. Untuk musim tanam
berikutnya tetap menggunakan organik lagi”.
(Informan PR, 45, Laki-Laki, Interview 18 April 2017, 10.10 WIB)
“...Program pertanian organik niku sae mbak, namun kulo pribadi dereng
menerapkan padi organik. Terus terang misale petani digawe percobaan,
saya tidak setuju mbak. Karena tidak mau menanggung resiko gagal panen,
sehingga belum ada niatan untuk menggunakan padi organik. Tetapi
misalnya sudah ada yang menanam dan hasilnya bagus, kemungkinan besar
tahun depan berani menanam mbak”.
Artinya:
“...Program pertanian organik bagus mabak, namun saya pribadi belum
menerapkan sistem budidaya secara organik. Terus terang misalnya petani
hanya dibuat bahan percobaan, saya tidak stuju mbak. Karena saya tidak
mau menanggung resiko gagal panen. Hal ini yang menyebabkan belum ada
niatan untuk menerapkan budidaya padi organik. Namun misalnya sudah
ada yang menerapkan dan hasilnya terbukti bagus, kemungkinan musim
tanam selanjutnya saya berani menerapkan mbak”.
(Informan MR, 52, Laki-Laki, Interview 20 April 2017, 10.24 WIB)
“...Pelaksanaan program pertanian organik sangat menarik, penjelasan yang
diberikan oleh penyuluh juga jelas dan mudah dipahami membuat saya
tertarik untuk menerapkan padi organik. Menanan organik niki niatan kulo
kepingin meningkatkan hasil dan saget dikonsumsi kaleh keluarga karena
mboten bahaya bagi kesehatan serta dapat memperbaiki struktur tanah.
Sejatine tanah di Desa Payaman ini sudah rusak akibat pupuk kimia mbak,
sinten maleh sing ajenge memperbaiki lek mboten kito sedoyo. Tahun depan
umpama diadakan program organik lagi kulo nggih derek mbak”.
(Informan PM ,49, Laki-Laki, Interview 23 April 2017, 10.05 WIB)
“...Program pertanian organik menurut kulo sae mbak. Dalam melakukan
penyuluhan program juga bagus namun kulo dereng ndamel padi organik.
Masalahnya program niki tasik baru, dadose kulo tasik ragu. Tetapi
umpamane kanca-kanca berhasil, mungkin kulo nggih nderek menerapkan
padi organik. Itungane niki kan masih tahap percobaan sehingga kulo ajrih
78
ajenge melu-melu, wedi gagal. Musim berikutnya Insha Allah ndamel, kok
mireng suarane kanca-kanca terose hasile sae dan memuaskan”.
Artinya:
“...Menurut saya program pertanian organik bagus mbak. Dalam melakukan
penyuluhan program juga sangat bagus, namun saya belum menerapkan
program budidaya padi organik. Permasalahannya program ini masih baru,
sehingga membuat saya ragu. Namun apabila teman-teman berhasil, mungki
saya tertarik untuk menggunakan sistem budidaya organik. Ibaratnya ini
masih tahap percobaan, sehingga membuat saya takut untuk mengikuti,
takut akan kegagalan. Mungkin musim tahun selanjutnya saya menerapkan,
karena dengar-dengar sistem tanam organik membawa hasil yang bagus dan
memuaskan.
(Informan SH, 51, Laki-Laki, Interview 22 April 2017, 10.30 WIB)
Berdasarkan tanggapan beberapa petani maka dapat diketahui bahwa ada
petani yang tertarik atau antusias dengan program padi organik dan ada juga yang
tidak dengan pembuktian bahwa petani mau atau tidak menerapkan budidaya
secara organik. Faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam berbudidaya
padi diantaranya pendidikan, usia, dan pengalaman. Rata-rata petani yang
menerapkan padi organik berumur 46-51 tahun dan yang tidak menerapkan petani
yang berumur lebih dari 52 tahun.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumadjo dkk (2010) bahwa umur
merupakan salah satu karakteristik pribadi yang berpengaruh langsung terhadap
kompetensi. Umur berbanding lurus dengan pengalaman. Artinya semakin tua
umurnya, maka pengalaman juga semakin lama, sehingga kompetensinya juga
semakin baik. Faktor umur sangat mempengaruhi petani dalam pengambilan
keputusan. Umur yang relatif tua akan enggan menerapkan padi organik karena
pengalaman bertaninya cukup lama dan unsur budidaya jaman dahulu sangat
melekat yang menyebabkan petani tidak mau menerima inovasi baru yang belum
terbukti menguntungkan.
Faktor lain adalah pendidikan petani, umumnya petani yang berpendidikan
tinggi akan lebih mudah untuk mengadopsi inovasi baru. Fakta diatas petani yang
menerapkan padi organik adalah rata-rata lulusan SMA dan yang tidak
79
menerapkan adalah lulusan SMP. Faktor pendidikan juga memiliki pengaruh yang
cukup kuat dalam pengambilan keputusan untuk berbudidaya padi organik. Petani
yang mengeyam pendidikan hingga tamat SMA adalah petani yang menerapkan
padi organik dan sebaliknya petani yang mengenyam pendidikan hingga pada
tingkat SMP yang tidak menerapkan padi organik. Hal ini selaras dengan
pendapat Kusumahadi (2008) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
semakin kritis dan terbuka dalam berpikir sehingga cepat menerima terhadap
inovasi baru yang masuk. Sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan seseorang sulit untuk menerima inovasi baru.
4.4. Hambatan yang dialami Penyuluh Pertanian
Seiring dengan jalannya penetapan strategi komunikasi, akan umum
ditemukan berbagai permasalahan. Permasalahan yang dimaksud adalah hambatan
yang muncul dan menjadi kendala dalam kegiatan sosialisasi oleh penyuluh
pertanian. Menurut Suryanto (2015) komunikasi tidak selamanya lancar, tentunya
akan terdapat berbagai hambatan atau gangguan. Hambatan dalam proses
komunikasi yang dimaksud adalah hambatan teknis atau mekanis, hambatan
psikologis, hambatan biogenetis, hambatan sosiologis, hambatan antropologis,
dan hambatan ekologis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa hambatan yang
dialami penyuluh pertanian dalam melakukan kegiatan sosialisasi berupa
hambatan teknis dan hambatan penerima pesan.
1. Hambatan Teknis
Hambatan yang dimaksud adalah adanya keterbatasan pada alat komunikasi
yang digunakan dalam kegiatan sosialsiasi, adalah LCD. Seperti yang dinyatakan
oleh informan kunci S selaku penyuluh pertanian sebagai berikut:
“Hambatan yang muncul dalam kegiatan penyuluhan pertama mengenai
peralatan yang digunakan mbak. Peralatan yang kami gunakan sangat
terbatas, yakni LCD. Jumlah LCD dalam satu kecamatan hanya ada satu.
Padahal jumlah kelompok tani dalam satu Desa sangat banyak, sehingga
menyebabkan ketidakefisien terkait dengan peralatan penyuluhan”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 10.20 WIB)
80
Penggunaan LCD dalam strategi komunikasi merupakan bagian yang
menjadi intisari, hal ini dikarenakan alat tersebut menjadi komponen penting
dalam strategi komunikasi, yakni selaku media utama yang dipergunakan dalam
sosialisasi. Menurut pendapat Effendy dalam Tahoba (2011), bahwa salah satu
komponen komunikasi yang perlu diperhatikan supaya komunikasi efektif adalah
saluran atau media komunikasi yang digunakan. Penggunaan media komunikasi
tentunya akan mempermudah masyarakat untuk mengerti isi pesan yang
disampaikan oleh petani.
2. Hambatan Penerima Pesan
Hambatan dari penerima pesan adalah gangguan yang timbul dari
komunikator yang disebakan oleh kurang perhatiannya pada saat menerima atau
mendengarkan pesan, tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi yang
lebih lanjut Fajar (2009). Hambatan lain adalah penerima pesan, yaitu hambatan
pada sumber daya manusia yang relatif rendah tingkat pendidikannya. Tingkat
pendidikan petani di Desa Payaman mayoritas SD hingga SMP. Hal ini menjadi
penghambat terutama ketika petani-petani tersebut menerima inovasi baru yang
bagi mereka belum terbukti menguntungkan secara nyata.
Menurut Hadi (1991) dalam Lionberger dan Gwin (1991) mengemukakan
bahwa peubah personal yang mempengaruhi proses perubahan perubahan perilaku
petani baik perubahan sikap, pengetahuan ataupun keterampilannya, yaitu
pendidikan, kemampuan manajerial, tempat tinggal, pekerjaan orang tua,
kesehatan, umur, dan sikap. Hambatan kedua yang dihadapi oleh penyuluh
pertanian dalam kegiatan sosialisasi adalah hambatan dari penerima. Informan
kunci S menegaskan bahwa hambatan lain adalah.
“Permasalahan lain adalah sumber daya manusia yang rendah. Rata-rata
tingkat pendidikan petani Desa Payaman tergolong rendah. Apabila kami
membicarakan ilmu pertanian dan pengembangan teknologi saat ini, mereka
tidak bisa mengikuti. Maka cara yang seharusnya saya gunakan agar petani
memahami apa yang saya maksudnya salah satunya menggunakan metode
demplot, baru meraka akan paham. Namun apabila dengan menggunakan
ceramah saja mereka tidak akan paham”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017 08.41 WIB)
81
Berdasarkan pernyataan yang telah disebutkan, dapat diketahui bahwa
kendala yang dihadapi Informan kunci S (37) selaku penyuluh adalah berupa
pengadaan media dan tingkat pendidikan khalayak. Menurut pendapat Fajar
(2009) terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi. Beberapa diantara
hambatan tersebut adalah media dan hambatan penerima pesan. Hambatan media
merupakan kendala yang terkait dengan penggunaan media komunikasi,
sedangkan hambatan dari penerima pesan adalah adanya tanggapan yang keliru
atau kurangnya perhatian penerima pesan. Seperti pendapat Suryanto (2015)
bahwa hambatan teknis/mekanis merupakan hambatan yang timbul pada alat
komunikasi yang digunakan komunikator.
Kedua pendapat ini selaras dengan kendala yang dihadapi oleh penyuluh
pertanian di kutipan pernyataan sebelumnya. Dikarenakan oleh berbagai hambatan
yang dialami oleh penyuluh dalam mensosialisasikan program, penyuluh telah
merumuskan dan menerapkan strategi dan cara tertentu untuk mengatasinya.
Solusi yang diberikan pada hambatan teknis adalah mengganti alat LCD dengan
media lain yang dianggap lebih sederhana, sesuai, dan bisa diterima oleh petani.
Adapun solusi lainnya adalah dengan mengadakan kunjungan demplot ke petani
perintis atau petani yang sudah mantap dalam berusahatani padi secara organik,
sehingga dapat menjadi bukti bagi petani lainnya agar mau mengadopsi inovasi
yang ditawarkan dalam program. Seperti yang diungkanpkan oleh Informan kunci
S bahwa:
“...Cara mengatasi masalah terkait dengan SDM petani adalah
menggolongkan petani berdasarkan kelas umur mbak, bawahsannya petani
muda lebih mudah diberikan sosialiasasi, namun usia lanjut perlu adanya
pendekatan secara berualng kali mbak karena pikirannya sudah tidak
berfungsi dengan maksimal karena juga faktor umur”.
(Informan kunci S, 37, Laki-Laki, Interview 16 April 2017, 08.41 WIB)
Adanya faktor penghambat yang ditemui oleh penyuluh pertanian tidak bisa
dihindari karena pada dasarnya petani memiliki keputusan untuk menentukan
suatu pilihan. Pemilihan tersebut berdasarkan pada pemahaman dan kesadaran,
serta sikap petani terhadap program yang diberikan. Kondisi ini bisa dirubah
namun secara bertahap karena setiap petani memiliki tingkat pengetahuan yang
82
berbeda-beda. Ada petani yang apabila diberikan informasi baru mereka merespon
dengan cepat dan ada juga yang apabila diberi informasi baru mereka justru
menolak.
4.3. Sintesa
Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan, diketahui bahwa strategi
komunikasi yang digunakan oleh penyuluh pertanian pada program budidaya padi
organik cukup bagus. Hal ini dapat diketahui dari efek atau dampak yang
dirasakan oleh petani penerap padi organik. Terbukti bahwa sebagian petani padi
konvensional mulai antusias untuk menerapkan sistem ini, dikarenakan petani
penerap padi organik terbukti mendapatkan hasil yang tidak jauh beda dengan
konvensional. Pemaparan strategi komunikasi penyuluh dapat dilihat pada gambar
4.
Gambar 2. Sintesa
Strategi Komunikasi Penyuluh dalam Mensosialisasikan Program
Budidaya Padi Organik
1. Observasi
2. Pertemuan
rutin
1. Verbal
2. Non Verbal
Mengenal
khalayak
Menyusun
Pesan
Menetapkan
Metode
Seleksi
Media
1. Studi banding
2. Demplot
1. Leafleat
2. Power point
3. Pendekatan
Kelompok
Hambatan yang dialami Penyuluh
Pertanian dalam Mensosialisasikan
Prorgram
Gambar 4. Sintesa
83
Berdasarkan gambar 4 dapat diketahu bahwa terdapat empat komponen
strategi yang digunakan penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan program
budidaya oragnik. Empat diantaranya sebagai berikut:
1. Mengenal Khalayak
Khalayak adalah sasaran utama yang menjadi penentu berhasil atau tidaknya
strategi komunikasi yang dijalankan. Tahap pengenalan khalayak dilakukan
melalui observasi sebelum pelaksanaan penyusunan atas strategi komunikasi.
Mengiringi hal tersebut, penyuluh mengenal kharakteristik khalayak melalui
intensitas pertemuan rutin. Penyuluh akan dapat mengetahui secara lebih spesifik
berbagai atribut dari individu pada suatu khalayak, diantaranya tingkat
pendidikan, umur, dan pengalaman. Setelah mengetahui berbagai atribut dari
khalayak yang dituju, maka akan dapat menentukan kriteria yang sesuai untuk
khalayak dengan tujuan program yang akan disosialisasikan. Dengan demikian
diharapkan petani dapat memahami dan menangkap informasi yang disampaikan.
2. Menyusun Pesan
Penyajian pesan dalam program budidaya padi organik menggunakan pesan
verbal dan non verbal. Pesan verbal digunakan pada saat sosialisasi kepada petani.
Penyajian ini diberikan pada saat penyuluh melakukan sosialisasi kepada petani
dengan cara menjelaskan isi pesan secara merinci, jelas, dan lengkap. Semantara
pesan non-verbal menggunakan media leaflet berupa lembaran kertas yang
dibagikan kepada petani yang mengikuti sosialisasi. Media ini sebagai bahan
pengantar materi sekaligus referensi bagi petani dalam menggali informasi yang
belum dimengerti.
3. Menetapkan Metode
Dari berbagai jenis metode penyampaian tersebut, penyuluh pertanian Desa
Payaman menetapkan menggunakan studi banding dan demplot dalam
menjalankan program budidaya padi organik yang telah digalakkan. Sistem ini
diterapkan oleh penyuluh dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi. Hal ini
bertujuan agar kegiatan yang dilaksanakan oleh penyuluh pertanian
berkesinambungan dan juga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap petani, serta untuk memecahkan masalah yang dihadapai saat di lapangan.
Penyusunan metode strategi komunikasi dalam sosialisasi program budidaya padi
84
organik di Desa Payaman didasarkan pada situasi dan kondisi kelompok sasaran
berupa karakteristik sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ini mampu mempengaruhi
keputusan petani dalam menerapkan budidaya padi organik dalam usahataninya.
3. Seleksi Media
Sosialisasi program budidaya organik di Desa Payaman dilakukan melalui
berbagai bentuk kegiatan dengan menggunakan berbagai media atau alat
komunikasi. Media yang digunakan penyuluh pada saat proses sosialisasi
menggunakan media leafleat dengan memaparkan power point. Media ini tidak
disukai oleh petani dikarenakan petani tidak suka membaca terlalu banyak dan
lebih suka mendengarkan penjelasan dari penyuluh pertanian daripada harus
membaca penjang lebar. Dalam menjelaskan materi, penyuluh menggunakan
bantuan media elektronik berupa LCD dengan bantuan power point presentation.
Diketahui bahwa alat komunikasi LCD dapat berjalan dengan efektif dan mudah
ditangkap oleh petani.
Seiring dengan jalannya penetapan strategi komunikasi, akan umum
ditemukan berbagai permasalahan atau hambatan. Adapun hambatan yang
dihadapi penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan program adalah hambatan
teknis dan hambatan penerima pesan. Hambatan teknis yang dimaksud pada
keterbatasan alat yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi berupa LCD.
Hambatan lain adalah hambatan dari penerima pesan. Hambatan yang dimaksud
yaitu hambatan pada sumber daya manusia yang relatif rendah tingkat
pendidikannya yang menjadi penghambat terutama ketika petani-petani tersebut
menerima inovasi baru yang bagi mereka belum terbukti menguntungkan secara
nyata.
85
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, penulis akhirnya dapat
menarik kesimpulan dari penelitian mengenai Strategi Komunikasi Penyuluh
Pertanian dalam Mensosialisasikan Program Budidaya Padi Organik sebagai
berikut:
1. Strategi yang dilakukan penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan program
budidaya padi organik berfokus pada empat komponen yaitu mengenal
khalayak dengan cara melakukan observasi lapang dan melalui intensitas
pertemuan rutin kelompok tani. Menyusun pesan yang disajikan dalam
sosialisasi melalui penyajian bentuk sosialisasi langsung dan media leafleat.
Adapun penetapan metode dengan digunakan adalah studi banding dan
demplot. Media atau alat yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi
digolongkan ke dalam media cetak dan media elektronik berupa leafleat dan
LCD serta pendekatan kelompok. Penggunaan peralatan tersebut dinilai
cukup baik karena mampu menarik perhatian petani untuk menerapkan sistem
budidaya padi organik dalam usahataninya. Meskipun petani yang
menetapkan sistem tersebut masih sejumlah kecil, hal ini dapat dipahami
karena program ini masih berjalan selama satu muisim sejak penelitian
dilakukan.
2. Hambatan yang dihadapi penyuluh dalam mensosialisasikan program
budidaya padi organik adalah hambatan teknis, yaitu keterbatasan pengadaan
peralatan elektronik yang bersifat substansial (LCD) sebagai penunjang
jalannya kegiatan penyuluhan. Hal tersebut menyebabkan kegiatan
penyaluran informasi dan inovasi menjadi tidak efisien. Selain itu, terdapat
hambatan lain yaitu hambatan dari penerima pesan, yakni sumber daya
manusia rendah. Hal ini tercermin dari terbatasnya wawasan yang dimiliki
petani, sehingga mereka kesulitan menerima adanya program atau inovasi
baru.
86
5.2. Saran
1. Dalam kegiatan sosialisasi masih terdapat keterbatasan alat berupa LCD
sebagai penunjang jalannya kegiatan penyuluhan, sebaiknya pihak BPP lebih
banyak mengalokasikan dana operasional untuk pengadaan alat. Dengan
demikian, diharapkan kegiatan penyuluhan berjalan dengan lebih lancar dan
menjadi semakin baik lagi kedepannya.
2. Sumber daya manusia rendah yang menyebabkan penyerapan informasi
menjadi tidak maksimal. Sebaiknya penyuluh pertanian membagi atau
menggolongkan berdasarkan kelas dalam kelompok yang terdiri dari pemula,
madya, dan lanjut. Penggolongan kelas dalam kelompok didasarkan pada
umur. Untuk kelas pemula atau berusia muda akan lebih mudah dipengaruhi.
Namun untuk kelas lanjut, perlu adanya pendekatan beberapa kali untuk masuk
ke materi program. Dengaan disusun sedemikian rupa bisa terlihat lebih tepat
dalam penyampain pesan meskipun sumber daya petani rendah.
87
DAFTAR PUSTAKA
Arif, E. 2012. Strategi Komunikasi Pedagang Kaki Lima Perantau Minangkabau
Dan Penduduk Asli. Jurnal Komunikasi Pembangunan, Jurnal Komunikasi
Pembangunan. IPB, Bogor. 10 (1): ISSN. 1693-3699.
Badan Ketahanan Pangan Dan Penyuluh Pertanian Aceh. 2009. Budidaya
Tanaman Padi. Aceh.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Padi Indonesia.
http://www.bps.go.id/site/resultTab (online). Malang. Diakses tanggal 27
Februari 2016.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kediri. 2016. Produksi Padi Indonesia.
http://www.bps.go.id/site/resultTab (online). Malang. Diakses tanggal 27
Februari 2016.
Katalog Badan Pusat Statistik Kediri. 2013. Kota Kediri dalam Aangka. Kediri.
BPS Kota Kediri.
Badan Pusat Statistik. 2015. Produktivitas Padi di Indonesai Pada Tahun 2105.
http://www.bps.go.id/Brs/view/id/1157. Malang. Diakses tanggal 27
Februari 2016.
Balai Penyuluhan Pertanian Plemahan. 2016. Pontensi Sumber Daya Kecamatan
Plemahan. Kediri.
Ban, Van den dan Hawkins, H.S. 2015. Penyuluhan Pertanian. Edisi 5.
Yogyakarta. Kanisus.
Departemen Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian No. 64/Permentan/
OT140/5/2013 tentang sistem pertanian organik. Departemen Pertanian.
Jakarta.
Dinas Pertanian Kediri. 2015. Produksi Padi per Kecamatan Kabupaten Kediri,
Jawa Timur Tahun 2015. Kediri.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Edisi Pertama.
Yogyakarta. Graha Ilmu.
Firmansyah, H., Yulianti, M., Alif, M. 2017. Strategi Komunikasi Dalam
Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pada Pengelolaan Lahan Gambut
Melalui Peningkatan Sumberdaya Manusia Di Sektor Pertanian
Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu Komunikasi. Unlam. Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik. 2 (1) ISSN: 2356-4490.
Hadi, A.P. 1991. Studi Proses Adopsi Inovasi (Kasus Supra Insus di WKBPP
Rumak Kabupaten Lombok Barat). Skripsi. Mataram: Fakultas
Pertanian Universitas Mataram.
88
Irwan. 2013. Faktor Penentu Dan Keputusan Petani Dalam Memilih Varietas
Benih Kedelai Di Kabupaten Pidie. Universitas Syariah Kuala Lumpur.
Fakultas Pertanian, Banda Aceh. Sosial Ekonomi Pertanian, 14 (1).
Jalil, M. 2014. Strategi Komunikasi Tokoh Masyarakat Dalam Menyelesaikan
Konflik Sengketa Tanah Di Desa Pasir Belengkong Kecamatan Pasir
Belengkong Kabupaten Paser. Jurnal Ilmu Komunikasi. Unmul. Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik. 2 (4): 15-29.
Jumriah, 2016. Peran Komunikasi Tenaga Penyuluh Lapangan Dalam Budidaya
Ikan Di Keramba Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu. Jurnal Ilmu
Komunikasi. Unmul. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Ilmu Komunikasi. 4
(1): 15-29.
Kifli, G.C. 2007. Strategi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pada Komunitas
Dayak Di Kalimantan Barat. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
Kalimantan Barat. 14 (2): 117-125.
Kotler dan Susanto. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 2. (Damos).
Kusumahadi, D. 2008. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Petani yang
Mempengaruhi Tingkat Adopsi Panca Usaha Peternakan Sapi Perah.
Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Fakultas Pertanian. Produksi
Ternak. 8 (1): 15-22.
Lailatul, Aminullo, A., Yasak, E., M. 2014. Strategi Komunikasi Pemasaran
Kusuma Agrowisata Dalam Meningkatkan Jumlah Pengunjung. Jurnal
Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Tribuana Tunggadewi. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. 3 (1): ISSN. 2442-6962.
Martinov, Ariga. 2016. Strategi Komunikasi Riau Vaper Community Dalam
Kampanye Anti Rokok Pada Usia Remaja Di Kota Pekanbaru. Universitas
Riau. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Ilmu Komunikasi, Pekan Baru
3 (2).
Mayrowani, H., Supriyati, T. Sugiono. 2010. Analisa Usahatani Padi Organik di
Kabupaten Sragen. Laporan Penelitian. JIRCAS.
Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Bogor.
Forum Penelian Agro Ekonomi. Volume 3 No. 2, 2 Desember 2012: 91-108
Miles., M B, Huberman., A M, dan Saldana., Johnny. 2014. Qualitative Data
Analysis: A Methods Sourcebook, Third Editions. Sage Publications. USA
Mulyana, Deddy. 2012. Komunikasi Pembangunan. Edisi 3. Bandung. Simbiosa
Rekatama Media.
Mulyana, Slamet. 2016. Sosialisasi Kebijakan Penghapusan Human Trafficking di
Kabupaten Indramayu. Bandung.
89
Nurdianti, Siti. 2014. Analisis Faktor-Faktor Hambatan KomunikasiDalam
Sosialisasi Program Keluarga Berencana Pada Masyarakat Kebon Agung-
Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi.Unmul. Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik. Ilmu Komunikasi, Kalimantan Timur. 2 (2): 145-159.
Pujilaksono, Sugeng. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi 2. Malang
Kelompok Instrans Publishing.
Rahayu, E.S. 2014. Good Governance Menuju Kesejahteraan Dan Kemandirian
Pertanian Indonesia. Surakarta.
Rambe, S.R., Siagian, I.C., dan Dinata, K. 2013. Peranan Metode Temu Lapang
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Petani Di Kawasan Pengembangan
Jeruk Rimbo Pengadang. BPTP Bengkulu.
Rasyid, A. 2012. Metode Komunikasi Penyuluhan Pada Petani Sawah.
Universitas Riau. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Ilmu Komunikasi,
Pekan Baru. 1 (1) 1-55.
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Rogers, Everett M, 1958. Diffusion and Inovation . The Free. New York.
Satori, D., Komariah A. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung.
Alfabeta.
Sadono, D. 2008. Paradigma Baru penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jurnal
penyuluhan. 4 (1): ISSN: 1858-2664.
Slamet. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press.
Bogor.
Sudana. 2014. Studi Banding. Binus University.
http://www.pembicarainternetmarketing.com/menambah-cakrawala-
berfikir-manfaat-studi-banding-kunjungan-ke-tatawarna-com/ Diakses 27
Februari 2017.
Sumardjo, dkk. 2010. Model Pengembangan Kompetensi Penyuluh Berbasis
Pemanfaatan Media. Garut
Sumarno. S. 2007. Teknologi Revolusi Hijau Lestari untuk Ketahanan Pangan
Nasional di Masa Depan. Bogor, 14-15 September 2006. Iptek Tanaman
pangan. 2 (2).
Suranto, Aw. 2013. Komunikasi Sosial Budaya. Edisi pertama. Yogyakarta.
Graha Ilmu.
Suryani, W. 2013. Komunikasi Antar Budaya yang Efektif. Jurnal Dakwah
Tabligh. 14 (1) 91-100.
Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung. Edisi Pertama. Pustaka
Setia.
90
Susanto, Rachman. 2006. Penerapan Pertanian Organik. Yogyakarta. Kanisius.
Sutarto, M. 2008. Hubungan Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi
Inovasi Teknologi Komoditas Jagung Sidoharjo Wonogiri. Agritexts 24.
Tahoba. 2011. Strategi Komunikasi Dalam Program Pengembangan Masyarakat.
Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian, Universitas Papua. ISBN:
978-602-98439-2-7.
Wangke, W.M., Olfie, B., Suzana, L. 2016. Adopsi Petani Terhadap Inovasi
Tanaman Padi Sawah Organik Di Desa Molompar Kecamatan Tombatu
Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara. 12 (2) 143-145.
Widiarta, A., Adiwiboso, S., Widodo. 2013. Analisis Keberlanjutan Praktik
Pertanian Organik Di Kalangan Petani. Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat. Bogor.
Widiyanti, M.N.Z., Baga, L.M., Suwarsinah, H.K. 2016. Kinerja Usahatani dan
Motivasi Petani dalam Penerapan Inovasi Varietas Jagung Hibrida
padaLahan Kering di Kabupaten Lombok Timur.Jurnal Penyuluhan,
Bogor. 12 (1).
Wijaya, I.S. 2015. Perencanaan dan Strategi Komunikasi dalam Kegiatan
Pembangunan. IAIN. Fakultas Ushuluddin.18 (1).
Wood, Julia. T, 2013. Komunikasi Teori dan Praktik (Komunikasi dalam
Kehidupan kita). Edisi 6. Jakarta. Salemba Humanika.