Strategi Komunikasi Komunitas SIPAS dalam Pelestarian Tradisi...

19
26 BAB V STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS SIPAS DALAM MELESTARIKAN BUDAYA WARISAN NENEK MOYANG DI KOTA SOLO Komunitas SIPAS (SEMUT IRENG POP ARCHERY SRIWEDARI) didirikan sebagai salah satu wujud kepedulian terhadap budaya warisan nenek moyang, dalam hal ini jemparingan. Jemparingan berasal dari bahasa Jawa yang artinya panahan atau bermain panah. Komunitas SIPAS didirikan dengan visi menjadi wadah kebersamaan sehingga bersama-sama bisa saling mendukung dan memotivasi satu sama lain. Sementara misinya adalah melestarikan warisan nenek moyang khususnya jemparingan agar warisan ini tidak hilang begitu saja. Sebagai upaya mewujudkan misi tersebut komunitas SIPAS menerapkan berbagai strategi komunikasi, baik strategi internal maupun strategi eksternal. Strategi komunikasi internal dalam hal ini strategi komunikasi yang dibangun komunitas untuk mempererat anggota dalam komunitas itu sendiri, sedang strategi eksternal adalah strategi yang dibangun untuk menarik minat masyarakat agar bergabung dalam komunitas SIPAS. Strategi komunikasi dapat dipahami sebagai segala aktifitas yang akan dilakukan komunikator dalam menstransmisikan pesan kepada komunikan dengan tujuan tertentu yang telah digariskan sebelumnya, dengan media apa, perumusan pesan yang bagaimana dan efek yang akan dicapai, yang pada akhirnya tercapai apa yang diinginkan sesuai dengan rumusan tujuan itu (Moeljono, 2007). Strategi pada hakekatnya adalah rencana cermat tentang suatu kegiatan guna meraih suatu target atau sasaran. Sasaran atau target tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi, terlebih dalam target komunikasi (Uchjono, 2000). Namun untuk mencapai sasaran atau target tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi juga menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.

Transcript of Strategi Komunikasi Komunitas SIPAS dalam Pelestarian Tradisi...

26

BAB V

STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS SIPAS DALAM

MELESTARIKAN BUDAYA WARISAN NENEK MOYANG

DI KOTA SOLO

Komunitas SIPAS (SEMUT IRENG POP ARCHERY SRIWEDARI)

didirikan sebagai salah satu wujud kepedulian terhadap budaya warisan nenek

moyang, dalam hal ini jemparingan. Jemparingan berasal dari bahasa Jawa yang

artinya panahan atau bermain panah.

Komunitas SIPAS didirikan dengan visi menjadi wadah kebersamaan

sehingga bersama-sama bisa saling mendukung dan memotivasi satu sama lain.

Sementara misinya adalah melestarikan warisan nenek moyang khususnya

jemparingan agar warisan ini tidak hilang begitu saja.

Sebagai upaya mewujudkan misi tersebut komunitas SIPAS menerapkan

berbagai strategi komunikasi, baik strategi internal maupun strategi eksternal.

Strategi komunikasi internal dalam hal ini strategi komunikasi yang dibangun

komunitas untuk mempererat anggota dalam komunitas itu sendiri, sedang strategi

eksternal adalah strategi yang dibangun untuk menarik minat masyarakat agar

bergabung dalam komunitas SIPAS.

Strategi komunikasi dapat dipahami sebagai segala aktifitas yang akan

dilakukan komunikator dalam menstransmisikan pesan kepada komunikan dengan

tujuan tertentu yang telah digariskan sebelumnya, dengan media apa, perumusan

pesan yang bagaimana dan efek yang akan dicapai, yang pada akhirnya tercapai

apa yang diinginkan sesuai dengan rumusan tujuan itu (Moeljono, 2007).

Strategi pada hakekatnya adalah rencana cermat tentang suatu kegiatan

guna meraih suatu target atau sasaran. Sasaran atau target tidak akan mudah

dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu

tidak terlepas dari strategi, terlebih dalam target komunikasi (Uchjono, 2000).

Namun untuk mencapai sasaran atau target tersebut, strategi tidak berfungsi

sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi juga menunjukkan

bagaimana taktik operasionalnya.

27

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa strategi komunikasi

yang dibangun oleh Komunitas SIPAS adalah stragegi internal dan eksternal.

Dijelaskan oleh Effendi (2000), strategi internal disebut juga sebagai strategi

mikro (single communication medium strategy), sedang strategi eksternal disebut

juga sebagai strategi makro (planned multimedia strategy). Strategi komunikasi

semacam ini mempunyai fungsi ganda, yaitu:

1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan

instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang

optimal.

2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap), yaitu kondisi yang

terjadi akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya

media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai yang

dibangun.

5.1. Strategi internal

Firdaus (2008) mengatakan strategi internal atau pendekatan mikro lebih

memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan sub unit pada suatu organisasi.

Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota

kelompok, komunikasi untuk memberi orientasi dan latihan, komunikasi untuk

menjaga iklim, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan

komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan dalam bekerja.

5.1.1 rapat rutin 2 minggu 1 kali

Strategi internal yang dikembangkan Komunitas SIPAS selama ini

adalah dengan melakukan rapat rutin yang diadakan setiap 2 minggu sekali pada

hari Sabtu mulai pukul 18.30 s/d selesai. Tujuan dari kegiatan ini selain

membahas berbagai permasalahan yang ditemukan selama kegiatan di lapangan,

membahas strategi komunikasi dalam menarik lebih banyak anggota, juga

membahas tentang persiapan gladhen alit dan ageng yang selalu diadakan setiap

Sabtu Legi, untuk gladhen alit setiap 1 bulan sekali, sementara untuk gladhen

ageng diadakan setiap 3 bulan sekali pada hari yang sama. Pada saat gladhen alit

biasanya peserta hanya lingkup daerah Solo, sedang gladhen ageng lingkup

pesertanya dapat lebih luas, bahkan sering dihadiri peserta dari luar Kota Solo.

28

Pada kegiatan rapat tersebut dihadiri oleh pengurus dan anggota. Dalam

kegiatan rapat tersebut semua pihak yang terlibat dapat memberikan berbagai

masukan, sehingga tidak ada kesan rapat hanya terpusat pada satu orang saja

(pimpinan/penasehat), tetapi semua orang yang terlibat dapat mengeluarkan

pendapat. Kemudian bagi anggota yang tidak dapat hadir mendapat informasi

hasil rapat melalui handphond yang ada aplikasi WA (whatshap ). Rapat rutin

yang dilakukan oleh komunitas SIPAS 2 minggu sekali, hal ini seperti yang

diutarakan oleh Eddy Roostopo selaku penasehat dari komunitas SIPAS dalam

wawancara pada tanggal 5 Agustus 2016.

“Disini juga ada rapat rutinnya mas, Selain melakukan rapat-rapat rutin

yang biasanya diadakan sebulan 2 (dua) kali pada hari Sabtu biasanya

dimulai pukul 07.30 s/d selesai dengan lokasi rapat bergantian di

rumah-rumah anggota.”

Sebagai contoh rapat yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 21 Mei

2016 mulai pukul 19.00 s/d selesai di tempat Bapak Edy Roostopo membahas

tentang masalah pengajuan peminjaman tempat di Pura Mangkunegara untuk even

jemparingan, membahas rancangan kegiatan yang akan dilakukan, membahas

tentang berbagai perlengkapan yang akan digunakan pada saat even di Pura

Mangkunegara. Pada saat rapat berlangsung setiap anggota bebas mengemukan

pendapat atau ide yang mereka miliki kepada pimpinan rapat yang saat itu

dipimpin oleh Bapak Eko Riyanto. Rapat tanggal 4 Juni 2016 mulai pukul 19.00

s/d selesai di tempat Bapak Faukon dilakukan pada jam dan waktu yang sama.

Dalam tersebut dibahas tentang evaluasi acara gladen jemparingan. Evaluasi

tersebut membahas tentang masalah manajemen waktu yang kurang diperhatikan

oleh peserta jemparingan, dan masalah penggantian beberapa peralatan

jemparingan yang sudah tidak layak pakai.

Rapat rutin biasanya dipimpin ketua yaitu Bapak Eko Riyanto, misalkan

ketua tidak hadir biasanya rapat dipimpin oleh penasehat. Rapat yang dilakukan

biasanya membahas agenda-agenda yang akan datang, serta evaluasi terhadap

pelaksanaan kegiatan jemparingan yang telah dilakukan, Adapun agenda rapat

membahas tentang masalah manajemen waktu yang kurang diperhatikan oleh

29

peserta jemparingan, dan masalah penggantian beberapa peralatan jemparingan

yang sudah tidak layak pakai. Rapat rutin biasanya dilakukan melalui undangan

yang disampaikan oleh pengurus kepada anggota, selain itu undangan rapat dapat

dikomunikasikan lewat Watshapp. Jika dikaitkan dengan strategi komunikasi efek

yang diharapkan dengan adanya rapat rutin ini adalah masalah-masalah yang

terjadi dapat segera di atasi, serta agenda-agenda yang akan datang lebih dapat

dipersiapkan dengan matang. Selain itu dengan adanya rapat rutin yang berganti-

ganti lokasi diharapkan dapat mempererat hubungan silaturahmi atau

persaudaraan antar anggota maupun pengurus, selain mengetahui dengan pasti

tempat kediaman masing-masing anggota secara pasti. Disisi lain manfaat yang

dapat diperoleh adalah secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai media

promosi untuk mengenalkan komunitas SIPAS kepada masyarakat secara lebih

luas. hal tersebut diatas merupakan agenda agenda yang dilakukan komunitas

SIPAS seperti yang telah dikemukakan oleh narasumber utama yakni Eddy

Roostopo dalam wawancara pada tanggal 5 Agustus 2016.

“Kalau disini berbicara tentang Agenda rapat ya tentu banyak yang

dibicarakan seperti membahas perkembangan acara kedepan yang

diadakan komunitas ini, serta evaluasi acara acara yang sudah dilakukan

komunitas ini mas dan menarik anggota lebih banyak lagi sih mas itu

dengan cara apa dan bagaimana, seperti acara gladhen yang sering

dilakukan komunitas ini sebagai salah satu bentuk pelestarian tradisi.”

Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi ini

termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing. Sebab

pelaksanaannya dilakukan berulang-ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk

menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah

sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki. Sementara jika dilihat

dari bentuk isinya, maka strategi ini termasuk dalam metode persuasive (Fajar,

2009).

30

5.1.2 Melakukan kegiatan latihan rutin

Latihan rutin diadakan setiap hari di belakang Taman Sriwedari. Latihan

ini diadakan mulai dari siang hari sampai malam hari yang boleh diikuti oleh

semua kalangan masyarakat. Pada latihan ini Komunitas SIPAS menyediakan 1

(satu) trainer guna memberikan latihan berbagai skill untuk olahraga jemparingan

ini. Selain itu pihak SIPAS juga menyediakan berbagai sarana prasarana yang

dibutuhkan dalam kegiatan ini, seperti: tikar panjang, tempat duduk untuk

pemanah, dan target panah/ sasaran untuk melepaskan anak panah (Gambar 5.1).

Gambar 5.1

Kegiatan latihan sebagian anggota SIPAS

Latihan rutin diadakan setiap hari di belakang Taman Sriwedari mulai

dari siang hari sampai malam hari yang boleh diikuti oleh semua kalangan

masyarakat, pihak SIPAS biasanya menyediakan 1 orang trainer guna

memberikan latihan berbagai skill untuk olahraga jemparingan tersebut. Adapun

trainer yang sering tampil di latihan belakang Taman Sriwedari adalah Bapak

Riyadi dan Bapak Tri Haryanto. Selain itu pihak SIPAS juga menyediakan

berbagai sarana prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ini, seperti: tikar

31

panjang, tempat duduk untuk pemanah, dan target panah/ sasaran untuk

melepaskan anak panah. Latihan rutin tersebut merupakan salah strategi yang

dipandang cukup baik untuk diterapkan karena selama dilakukan latihan rutin

tersebut banyak masyarakat yang antusias untuk melihat jalannya latihan yang

dilakukan. Bahkan diantara mereka banyak yang bergabung menjadi komunitas

karena sering melihat latihan yang dilakukan oleh Komunitas SIPAS di belakang

Taman Sriwedari. Misal: Mas Arif umur 26 tahun pekerjaan wiraswasta

berdomisili di daerah Kalitan Solo, dan Mas Fauzan umur 35 tahun pekerjaan

wiraswasta domisi di daerah Irengan Solo. Keduanya tertarik mengikuti dan

bergabung di Komunitas SIPAS karena sering melihat acara latihan di belakang

Taman Sri Wedari Solo. Kegiatan latihan rutin yang dilakukan oleh komunitas

SIPAS ini setiap harinya seperti dengan penjelasan diatas tentang bagaimana

latihan bersama dilakukan, hal ini yang telah diutarakan oleh narasumber Eddy

Roostopo selaku penasehat komunitas SIPAS dalam wawancara pada tanggal 5

Agustus 2016.

“Aktivitas rutin komunitas SIPAS pertama itu ada kegiatan latihan

jemparingan bersama di lapangan belakang Taman Sriwedari, itu

biasanya dilakukan setiap hari dari siang sampai malam hari (09.00),

sampai pemanah itu bosan atau istilahe sak kesele seng manah. kegiatan

latihan bersama jemparingan iki biasanya terdapat 1 (satu) orang trainer

yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelatihan,

bertanggung jawab terhadap penyediaan sarana prasarana yang

dibutuhkan selama kegiatan berlangsung. Selain itu, tugas dari trainer

juga memiliki tanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan

pada saat itu.”

Dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi latihan

rutin di belakang taman Sriwedari termasuk dalam metode redundancy

(repetition), dan metode canalizing. Sebab pelaksanaannya dilakukan berulang-

ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan,

kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah

yang kita kehendaki. Kemudian jika dilihat dari bentuk isinya, maka strategi

tersebut termasuk dalam kelompok metode edukatif (Fajar, 2009).

32

5.2. Strategi Eksternal

Menurut Firdaus (2008), strategi eksternal atau pendekatan makro berarti

organisasi dipandang struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Strategi eksternal (pendekatan makro) yang dijalankan oleh Komunitas SIPAS

terdiri dari berbagai hal.

5.2.1. Melakukan lomba

Isilah lomba dalam hal ini adalah gladhen, yaitu gladen alit dan gladhen

ageng yang diadakan setiap Sabtu Legi, untuk gladhen alit diadakan setiap 1 bulan

sekali, sementara untuk gladhen ageng diadakan setiap 3 bulan sekali pada hari

yang sama. Pada gladhen alit biasanya peserta hanya lingkup daerah Solo, sedang

gladhen ageng lingkup pesertanya dapat lebih luas, bahkan sering dihadiri peserta

dari luar Kota Solo. Kegiatan ini biasanya disponsori sendiri oleh komunitas

SIPAS.

Berikut foto tentang peserta dan pengurus SIPAS saat akan dilakukan

acara gladhen alit. Foto ini diambil tepatnya di belakang Taman Sri Wedari Solo

(Gambar 5.2). Selain itu foto di bawahnya (Gambar 5.3) merupakan foto

pemberian hadiah kepada peserta jemparingan yang menang saat gladhen alit.

Gambar 5.2

33

Foto acara gladhen jemparingan

Gambar 5.3

Pemenang acara gladhen jemparingan

Melakukan lomba rutin yang selalu diadakan oleh komunitas SIPAS

setiap sabtu legi ini, sama seperti yang telah diungkapkan oleh Eddy Roostopo

selaku penasehat dikomunitas SIPAS dan sekaligus narasumber dalam wawancara

pada tanggal 5 Agustus 2016.

“Komunitas ini juga aktif dalam hal Lomba rutin atau dengan istilah

jawane niku gladhen mas, gladhen itu ada 2 yang pertama gladhen alit

dan yang kedua gladhen ageng. Kegitan gladhen atau lomba ini yang

menjadi senjata utama komunitas ini untuk aktif dibidang pelestarian

tradisi sedangkan kegiatan ini biasanya dapat disaksikan pada setiap

sabtu legi di belakang Taman Sriwedari Solo. Ada hal uniknya disini

dalam jemparingan saat gladhen atau Lomba jemparingan dengan

mengenakan pakaian ala adat jawa dengan belangkon dan jarik.”

Pada wawancara dengan narasumber beliau menjelaskan Terdapat dua

jenis gladden dalam olahraga jemparingan, yaitu gladen alit dan gladhen ageng.

Acara gladden biasanya diadakan setiap Sabtu Legi, untuk gladhen alit diadakan

setiap 1 bulan sekali, dan untuk gladhen ageng diadakan setiap 3 bulan sekali pada

hari yang sama. Pada gladhen alit biasanya peserta hanya lingkup daerah Solo,

sedang gladhen ageng lingkup pesertanya dapat lebih luas, bahkan sering dihadiri

34

peserta dari luar Kota Solo. Kegiatan ini biasanya disponsori sendiri oleh

komunitas SIPAS. Dalam setiap acara gladden, biasanya ketua SIPAS dalam hal

ini Bapak Eko Riyanto berkenan membuka acara dengan memberikan sambutan

kepada peserta maupun penonton. Pesan yang disampaikan komunitas dalam

pelaksanaan acara ini adalah menjujung sportifitas dalam olahraga jemparingan.

Selain itu adanya acara-acara gladen ini diharapkan dapat memperluas pengaruh

komunitas di kalangan masyarakat, sebab dengan diadakan gladhen-gladhen

tersebut kalayak umum juga banyak ikut menonton acara tersebut. Misal: Bapak

Wanto tempat tinggal di Nusukan tidak pernah ketinggalan untuk melihat acara

gladhen alit atau gladhen ageng. Bapak dua anak ini menilai kegiatan ini positif

karena nguri-nguri kabudayan jawa, Bapak Tugiman tempat di daerah Mojosongo

Solo senang melihat acara ini selain unik (menggunakan atribut mataraman) juga

menarik, dan jarang ditemui di tempat lain.

Berpijak dari hal tersebut pihak komunitas juga menyediakan beberapa

haiah bagi para pemenang lomba yang berhasil memanah sasaran dengan baik

atau dengan poin yang terbanyak dari beberapa pemanah yang mengikuti lomba

gladhen jemparingan sabtu legi. Namun disini hadiah hanyalah sebuah apresiasi

yang diberikan oleh pihak Komunitas SIPAS sebgai pengacu permainan olahraga

ini supaya mereka akan lebih baik lagi dalam hal melakukan panahan.

Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi gladen

ini termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing.

Sebab pelaksanaannya dilakukan berulang-ulang, dan mempengaruhi khalayak

untuk menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan

merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki (Fajar, 2009).

Sedang jika dilihat dari bentuk isinya strategi ini termasuk dalam metode

persuasif dan edukatif.

5.2.2. Menghadiri undangan-undangan

“Komunitas SIPAS juga melakukan strategi eksternal dengan

menghadiri undangan-undangan oleh pihak lain. Undangan yang sering

diterima biasanya dari pihak hotel. Dalam undangan tersebut selain

penasehat/pimpinan yang hadir juga terdapat beberapa anggota. Isi

undangan tersebut biasanya pihak komunitas diperkenankan untuk

menampilkan olahraga jemparingan dihadapan tamu-tamu hotel. Selain

35

undangan dari hotel, undangan lain yang pernah diterima komunitas,

yaitu dari pihak TNI AU dalam rangka menyambut hari HUT TNI AU

ke 69 di Boyolali.”

Hal tersebut diatas didukung dengan Hasil Wawancara Peneliti dengan

Bapak Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku

penasehat, Bapak Faukon selaku sekretaris pada tanggal 5 agustus 2016.

Dalam hasil wawancara dengan bapak Eddy dan bapak kusuma putra

Dalam setiap undangan yang diterima dari berbagai pihak eksternal biasanya

dihadiri oleh beberapa pengurus, seperti: Bapak Eko Riyanto, Bapak Edy

Roostopo, Bapak Kusuma, Bapak Faukon berserta para anggota senior, yaitu

anggota-anggota yang dipandang telah memiliki kemampuan yang lebih oleh

pengurus. Misal undangan yang pernah didapatkan oleh komunitas SIPAS pada

saat acara HUT TNI AU Bapak Eko Riyanto, Bapak Edy Roostopo, Bapak

Kusuma, Bapak Faukon berserta 15 orang anggota senior ikut menyemarakkan

acara tersebut. Dalam acara tersebut biasanya pihak komunitas diperkenankan

untuk menampilkan satu rambahan olahraga jemparingan dihadapan petinggi-

petinggi TNI AU serta tamu-tamu maupun masyarakat luar yang mengikuti acara

tersebut. Kegiatan ini dipandang oleh komunitas sebagai sebuah strategi

komunikasi yang baik khususnya dalam rangka memperkenalkan olahraga

jemparingan di kalangan masyarakat menengah ke atas. Banyaknya masyarakat

menengah ke atas yang tertarik akan olahraga ini mempercepat proses pengenalan

budaya jemparingan ke masyarakat lainnya. Sebab dengan ketertarikan mereka

terhadap olahraga jemparingan ini secara tidak langsung akan membantu kondisi

keuangan komunitas yang saat ini hanya berasal dari iuran rutin dan sukarela dari

anggota, penonton saat pelaksanaan gladhen alit dan ageng. Banyaknya bantuan

keuangan yang mengalir dari berbagai pihak tersebut diharapkan dapat

memperlancar usaha pengenalan olahraga ini di tengah-tengah masyarakat secara

lebih luas lagi, selain memperlancar berbagai kegiatan rutin yang dilakukan

komunitas.

Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi

menghadiri undang-undangan termasuk dalam metode canalizing. Sebab strategi

36

pelaksanaan strategi hanya dilakukan untuk mempengaruhi khalayak untuk

menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah

sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki. Sedang jika dilihat dari

bentuk isinya strategi ini termasuk dalam metode persuasif (Fajar, 2009).

5.2.3. Melakukan talk show melalui media radio

Komunitas SIPAS juga melakukan talk show melalui media radio.

Dalam acara ini biasanya komunitas diwakili oleh penasehat, seperti: BRM

Kusuma Putra SH.MH, Laurentius Eddy Roostopo, dan Muhammad Syafrudin

Prawiro Negoro. Kegiatan ini biasanya dilakukan di Stasiun Radio JPI FM di

Kota Solo. Acara ini masuk dalam kategori acara Kabudayan Jawa yang

ditayangkan mulai pukul 16.00 s/d pukul 16.45 (Hasil wawancara peneliti dengan

Bapak Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku

penasehat, Bapak Faukon selaku sekretaris, sekaligus hasil observasi peneliti).

Berikut gambar foto sebelum acara talk show di JPI FM yang diwakili

oleh pengurus SIPAS (Bapak Eddy, dan Bapak Kusuma), dan Bapak Irfan sebagai

pembawa acara talk show.

Gambar 5.4

Saat acara talkshow di radio JPI FM

37

Dalam kegiatan yang dilakukan oleh komunitas SIPAS seperti halnya

melakukan talk show diradio hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh bapak

Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas SIPAS dalam wawancara pada

tanggal 5 Agustus 2016.

“Komunitas ini rutin melakukan talkshow diradio walau dalam

kenyataannya acara talksow diradio ini dilakukan 2minggu sekali saya

sangat bersyukur mas karena apa? Disisi lain selain masyarakat

mendengarkan pengetahuan tentang jemparingan dan jangkauan radio kan

bisa sangat luas dan saya dan teman-teman merasa senang apabila talksow

ini menjadi kegiatan rutin walau hanya 2 minggu sekali saja. Acara

talkshow ini biasanya dilakukan di Stasiun Radio JPI FM di Kota Solo.

Biasanya acara ini masuk dalam kategori acara Kabudayan Jawa yang

biasanya ditayangkan mulai pukul 16.00.s/d pukul 16.45 biasanya yang

mewakili untuk datang pada saat talkshow ini ya seperti saya pak Kusuma

Putra , mas faukon dan pak syafirudin.”

Pada wawancara dengan narasumber beliau mengatakan bahwa pada

dasarnya Talk show melalui media radio JPI FM di Kota Solo merupakan satu

kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas SIPAS. Dalam acara ini biasanya

komunitas diwakili oleh penasehat, seperti: Bapak BRM Kusuma Putra SH.MH,

Bapak Laurentius Eddy Roostopo, dan Bapak Muhammad Syafrudin Prawiro

Negoro. Acara ini masuk dalam kategori acara Kabudayan Jawa yang ditayangkan

mulai pukul 16.00 s/d pukul 16.45 yang dipandu oleh Bapak Irfan sebagai

pembawa acara talk show. Kegiatan talk show pada media radio dipandang

Komunitas SIPAS sebagai sesuatu hal yang baik sebagai sebuah strategi

komunikasi untuk memperkenalkan olahraga jemparingan di kalangan masyarakat

secara lebih luas. Sebab bagaimanapun juga radio merupakan salah satu bentuk

media yang digunakan untuk komunikasi massa yang memiliki manfaat utama,

yaitu dapat lebih banyak menjangkau khalayak, cepat dalam menyampaikan

berita, media utama bagi khalayak bermobil, cepat dan fleksibel, menyakinkan

karena disertai dengan suara manusia, dan isinya mudah dicerna.

Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi talk

show melalui radio ini termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan

metode canalizing. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaannya dilakukan berulang-

ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan,

38

kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah

yang kita kehendaki (Fajar, 2009). Kemudian jika dilihat dari bentuk isinya,

strategi ini termasuk dalam metode persuasif dan edukatif.

5.2.4. Melakukan kerjasama dengan sekolah dan perguruan tinggi

“Melakukan kerjasama dengan guru olahraga untuk siswa SD, SMP, dan

SMA dalam rangka memperkenalkan olahraga jemparingan.

Dalam kegiatan ini komunitas biasanya diwakili oleh

penasehat/pimpinan/wakilpimpinan/bagianhumas. Kegiatan pengenalan

olahraga ini biasanya dilakukan pada saat guru olahraga melakukan

kegiatan olahraga di lapangan. Sementara untuk memperkenalkan

olahraga jemparingan pada siswa TK biasanya dilakukan kerjasama

dengan guru TK bersangkutan. Kemudian untuk kalangan mahasiswa

dalam rangka memperkenalkan olahraga jemparingan, pengurus

komunitas bekerjasama dengan pihak universitas yang diwakili oleh

BEM mahasiswa setempat.”

Kegiatan kerjasama dengan sekolah dan perguruan tinggi tersebut diatas

merupakan Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Eddy Roostopo selaku

penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku penasehat, Bapak Faukon selaku

sekretaris pada tanggal 5 agustus 2016.

Dalam hasil wawancara kepada beliau Upaya memperkenalkan olahraga

jemparingan melalui kerjasana dengan dengan guru olahraga untuk siswa TK, SD,

SMP, dan SMA serta universitas. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan oleh

penasehat/pimpinan/wakil pimpinan/bagian humas Komunitas SIPAS. Untuk

kegiatan di sekolah SD, SMP, dan SMA, kegiatan pengenalan olahraga ini

biasanya dilakukan pada saat guru olahraga melakukan kegiatan olahraga di

lapangan. Untuk memperkenalkan olahraga jemparingan pada siswa TK biasanya

dilakukan kerjasama dengan guru TK bersangkutan. Sedang untuk kalangan

mahasiswa biasanya pengurus komunitas bekerjasama dengan pihak universitas

yang diwakili oleh BEM mahasiswa setempat. Strategi ini dinilai baik untuk

memperkenalkan olahraga jemparingan kepada anak-anak muda sebagai generus

bangsa. Sebab saat ini banyak anak-anak bangsa ini sudah banyak yang

melupakan bahkan meninggal warisan budaya nenek moyang. Mengenalkan

39

budaya lewat generasi muda sebenarnya merupakan tugas dari pemerintah, namun

saat ini peran pemerintah untuk melakukan upaya tersebut hampir tidak pernah

terlihat. Sehingga dengan adanya komunitas yang peduli tentang warisan budaya

bangsa dan juga berkenan memperkenalkannya di semua kelompok masyarakat

adalah suatu langkah yang baik dan bijaksana bagi keberlangsungan budaya

bangsa ini di masa-masa mendatang.

Apabila dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi ini

termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing. Sebab

pelaksanaannya dilakukan berulang-ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk

menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah

sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki (Fajar, 2009). Sedang

jika dilihat dari bentuk isinya, strategi tersebut dapat dimasukkan dalam metode

persuasif dan edukatif.

5.2.5. Melakukan kegiatan sosial

Strategi eksternal terakhir yang diterapkan adalah dengan melakukan

kegiatan social, seperti halnya dalam hasil wawancara peneliti dengan Bapak

Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku penasehat,

Bapak Faukon selaku sekretaris pada tanggal 5 Agustus 2016.

“disini komunitas juga melakukan kegiatan sosial agar masyarakat

merespon baik terhadap komunitas SIPAS ini yang merupakan pelestari

jemparingan yang berada disolo. Dengan melakukan kerja bakti atau

bersih bersih kota bersama pengurus, anggota, dan masyarakat. Lokasi

kerja bakti biasanya dilakukan di sekitar Kota Solo. Kita disini tidak

semata mata melakukan kegiatan sosial ini dengan begitu saja tetapi

tujuan kami disini merupakan komunitas yang positif. Belum lama ini

komunitas ingin sekali juga melakukan kegiatan sosial yang lainnya

yang belum tersampaikan seperti dengan melakukan”buka bersama

dengan anak yatim piatu” nah itu merupakan impian dari komunitas

ditaun selanjutnya karna kan ya kita ketahui bulan ramadhan itu sudah

hampir habis dan disisi lain SIPAS juga ada agenda terdekat yakni

gladhen ini yang menjadi ciri kas dari komunitas ini sebagai pelestari

tradisi.”

Dalam wawancara tersebut dengan narasumber beliau berpendapat

bahwa Komunitas juga aktif melakukan kegiatan social, seperti halnya kegiatan

kerja bakti bersih-bersih yang diadakan oleh masyarakat Kota Solo. Misal: saat

40

menyambut kegiatan Sekatenan, Saparan, maupun kerja bakti lain dalam rangka

bersih-bersih kota. Setiap kegiatan sosial diikuti Komunitas SIPAS selalu

mengenakan atribut berupa kaos yang bergambarkan logo komunitas. Acara-acara

tersebut biasanya dipimpin oleh penasehat-penasehat SIPAS, seperti: Bapak Edy

Roostopo, Bapak Kusuma Putra, dan Bapak Syafirudin. Melalui kegiatan tersebut,

selain ikut berperan serta dalam kegiatan social masyarakat, sekaligus juga dapat

digunakan sebagai media promosi untuk memperkenalkan keberadaan komunitas

di kalangan masyarakat secara lebih luas. Sebab dengan menggunakan atribut

Komunitas SIPAS dalam bentuk lukisan pada koas yang dikenakan oleh tiap-tiap

anggota yang ikut melakukan kegiatan sosial, secara tidak langsung komunitas

SIPAS memperkenalkan dirinya kepada masyarakat.

Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi ini

termasuk dalam metode canalizing. Sebab pelaksanaannya dilakukan dengan

tujuan mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan,

kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah

yang kita kehendaki (Fajar, 2009). Sementara jika dikaitkan dengan bentuk isinya

stretegi tersebut termasuk dalam kelompok metode persuasif.

Uraian tersebut di atas merupakan berbagai strategi komunikasi yang

selama ini dijalankan oleh Komunitas SIPAS dalam rangka Mendukung

pelestarian tradisi jemparingan di Kota Solo Jawa Tengah. Melalui berbagai

strageti komunikasi tersebut di atas yang sebelumnya komunitas ini hanya

beranggotakan pengurus dan 20 orang saja, saat ini anggota komunitas sudah

mencapai 75 orang yang terdaftar secara resmi, sementara untuk anggota yang

tidak resmi berjumlah hampir ratusan. Anggota resmi dalam hal ini merupakan

anggota yang secara jelas tercatat dalam buku administrasi komunitas. Untuk

menjadi anggota resmi, pihak komunitas memberikan beberapa persyaratan,

seperti:

1. Menyerahkan KTP

2. Mengisi formulir pendaftaran

3. Membayar biaya pendaftaran anggota sebesar Rp. 75.000

41

4. Setiap bulan wajib iuaran sebesar Rp. 30.000,- untuk biaya perawatan alat

dan sisanya untuk disimpan sebagai uang kas untuk keperluan kegiatan-

kegiatan komunitas.

Berikut berbagai tata tertib panahan yang dikeluarkan oleh Komunitas

SIPAS dan wajib ditaati oleh anggota resmi maupun belum resmi dalam

melakukan kegiatan jemparingan,

1. Setiap pemanah wajib mengikuti pakem dan teknik panahan sesuai busur

yang digunakan.

2. Setiap pengguna lapangan jarak 5,10 m dan 30 m wajib mengisi buku tamu /

buku kegiatan panahan harian yang telah di sediakan di sekretariat.

3. Non Anggota SIPAS yang akan menggunakan lapangan jarak 30 m dikenai

biaya perawatan sarana sebesar Rp 5.000 / hadir. adapun Bagi anggota SIPAS

di di kenai biaya Rp 30.000 / bulan sebagai biaya perawatan dan pengadaan

iven gladen jemparingan setu legi.

4. Jadwal latihan jarak 30 m di buka tiap hari senin - sabtu jam 08.00 – 17.15.

5. Bagi para pemanah putra wajib berpakaian olah raga, bagi pemanah

tradisional disertai pemakaian iket kepala / udeng / blangkon sesuai Norma

Hukum dan kesusilaan saat latihan panahan. peserta putri menyesuaikan

kondisi busana yang di kenakan (sopan).

6. Pengurus SIPAS Tidak bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan dan

kecelakaan atau akibat yg timbul dari kesalahan pemakaian alat dan lapangan

jemparingan Sriwedari yang tidak sesuai dengan prosedur dan tata tertib di

atas.

7. Jika di dapati latihan panahan non Anggota SIPAS pada lapangan jarak 30 m

yang tidak terdaftar dalam buku tamu, maka akan di beri teguran dan

himbauan langsung oleh pengurus.

8. Apabila teguran dan himbauan tesebut tidak di perhatikan dan di ulangi

berturut-turut di hari berikutnya, maka pengurus atau penasehat SIPAS

berhak untuk melarang latihan dengan sarana dan tempat yang telah

disediakan Pengurus.

42

Jika diperhatikan dalam menyusun strategi komunikasinya, komunitas

SIPAS telah memperhatikan 4 (empat) faktor, yaitu: mengenal khalayak,

menyusun pesan, menetapkan metode, dan pemilihan media komunikasi, seperti

yang dikemukan oleh Fajar (2009). Khalayak yang menjadi sasaran komunitas

SIPAS adalah semua kalangan masyarakat, baik dari tingkat pendidikan TK

sampai Universitas, petinggi-petinggi serta anggota TNI, serta masyarakat umum

baik dari Kota Solo maupun dari luar Kota Solo. Pesan inti yang ingin

disampaikan komunitas SIPAS kepada khalayak, yaitu melestarikan warisan

nenek moyang khususnya jemparingan dengan motto “Olah Roso, Olah Jiwo,

Olah Rogo“.

Cara atau metode yang digunakan oleh komunitas selama ini, yaitu:

mengadakan rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan bersama

anggota komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota Solo,

melakukan gladen jemparingan sabtu legi, bekerjasama dengan sekolah dan

universitas, serta pihak-pihak lain, selain itu komunitas juga aktif dalam kegiatan

social kemasyarakatan, seperti: bersih-bersih kota. Sedang media komunikasi

yang dipilih oleh komunitas, yaitu: tatap muka, undangan, group whatsapp, radio.

Kemudian jika dilihat dari beberapa metode atau cara yang selama ini

diterapkan oleh komunitas SIPAS, maka jika metode tersebut dikelompokkan

menurut cara pelaksanaannya, maka metode yang digunakan Komunitas SIPAS

termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing.

1. Metode redundancy (repetition) adalah cara mempengaruhi

khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan pada khalayak

(Fajar, 2009). Adapun yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:

rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan bersama

anggota komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota

Solo, dan melakukan gladen jemparingan sabtu legi, talk show

lewat radio, serta bekerjasama dengan sekolah dan universitas,

serta pihak-pihak lain.

2. Metode canalizing yaitu mempengaruhi khalayak untuk

menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-

43

lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita

kehendaki (Fajar, 2009). Adapun yang termasuk dalam metode

ini adalah rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan

bersama anggota komunitas setiap hari di belakang Taman

Sriwedari Kota Solo, dan melakukan gladen jemparingan sabtu

legi, serta talk show lewat radio, ditambah dengan metode

lainnya, yaitu aktif dalam kegiatan social kemasyarakatan,

seperti: bersih-bersih kota.

Rapat rutin yang dilakukan setiap hari Sabtu dua minggu sekali, latihan

bersama anggota komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota Solo,

dan melakukan gladen jemparingan sabtu legi, serta talk show lewat radio yang

selama ini diterapkan oleh komunitas SIPAS menurut peneliti juga dapat

dimasukkan dalam kelompok metode canalizing, sebab metode atau cara yang

diterapkan oleh komunitas ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan ke dalam, dan

tujuan keluar, misalkan: latihan rutin yang diadakan di belakang Taman

Sriwedari, selain bertujuan untuk melatih anggota, sekaligus juga digunakan

sebagai media untuk menarik perhatian masyarakat, bersih-bersih kota juga

demikian, selain memiliki tujuan untuk menjaga kebersihan kota, sekaligus

metode ini digunakan sebagai strategi untuk mengenalkan masyarakat pada

komunitas SIPAS, juga digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan solidaritas

atau kebersamaan anggota.

Kemudian jika dilihat dari bentuk isinya, metode yang dijalankan

komunitas SIPAS ini dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1) Metode informatif, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran

khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa: keterangan,

penerangan, berita, dan sebagainya, contoh: talk show lewat radio.

2) Metode persuasif yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan

membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikiran maupun perasaannya,

contoh: rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan bersama anggota

komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota Solo, dan melakukan

gladen jemparingan sabtu legi, serta talk show lewat radio, bekerjasama dengan

44

sekolah dan universitas, serta pihak-pihak lain, selain itu komunitas juga aktif

dalam kegiatan social kemasyarakatan, seperti: bersih-bersih kota.

3) Metode edukatif, memberikan sesuatu idea kepada khalayak

berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat

dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur dan

berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang

diinginkan, contoh: latihan bersama anggota komunitas setiap hari di belakang

Taman Sriwedari Kota Solo, dan melakukan gladen jemparingan sabtu legi, serta

talk show lewat radio, bekerjasama dengan sekolah dan universitas, serta pihak-

pihak lain (Fajar, 2009)