Strategi Komunikasi Komunitas SIPAS dalam Pelestarian Tradisi...
Transcript of Strategi Komunikasi Komunitas SIPAS dalam Pelestarian Tradisi...
26
BAB V
STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS SIPAS DALAM
MELESTARIKAN BUDAYA WARISAN NENEK MOYANG
DI KOTA SOLO
Komunitas SIPAS (SEMUT IRENG POP ARCHERY SRIWEDARI)
didirikan sebagai salah satu wujud kepedulian terhadap budaya warisan nenek
moyang, dalam hal ini jemparingan. Jemparingan berasal dari bahasa Jawa yang
artinya panahan atau bermain panah.
Komunitas SIPAS didirikan dengan visi menjadi wadah kebersamaan
sehingga bersama-sama bisa saling mendukung dan memotivasi satu sama lain.
Sementara misinya adalah melestarikan warisan nenek moyang khususnya
jemparingan agar warisan ini tidak hilang begitu saja.
Sebagai upaya mewujudkan misi tersebut komunitas SIPAS menerapkan
berbagai strategi komunikasi, baik strategi internal maupun strategi eksternal.
Strategi komunikasi internal dalam hal ini strategi komunikasi yang dibangun
komunitas untuk mempererat anggota dalam komunitas itu sendiri, sedang strategi
eksternal adalah strategi yang dibangun untuk menarik minat masyarakat agar
bergabung dalam komunitas SIPAS.
Strategi komunikasi dapat dipahami sebagai segala aktifitas yang akan
dilakukan komunikator dalam menstransmisikan pesan kepada komunikan dengan
tujuan tertentu yang telah digariskan sebelumnya, dengan media apa, perumusan
pesan yang bagaimana dan efek yang akan dicapai, yang pada akhirnya tercapai
apa yang diinginkan sesuai dengan rumusan tujuan itu (Moeljono, 2007).
Strategi pada hakekatnya adalah rencana cermat tentang suatu kegiatan
guna meraih suatu target atau sasaran. Sasaran atau target tidak akan mudah
dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu
tidak terlepas dari strategi, terlebih dalam target komunikasi (Uchjono, 2000).
Namun untuk mencapai sasaran atau target tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi juga menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.
27
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa strategi komunikasi
yang dibangun oleh Komunitas SIPAS adalah stragegi internal dan eksternal.
Dijelaskan oleh Effendi (2000), strategi internal disebut juga sebagai strategi
mikro (single communication medium strategy), sedang strategi eksternal disebut
juga sebagai strategi makro (planned multimedia strategy). Strategi komunikasi
semacam ini mempunyai fungsi ganda, yaitu:
1. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan
instruktif secara sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang
optimal.
2. Menjembatani “kesenjangan budaya” (cultural gap), yaitu kondisi yang
terjadi akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya
media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai yang
dibangun.
5.1. Strategi internal
Firdaus (2008) mengatakan strategi internal atau pendekatan mikro lebih
memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan sub unit pada suatu organisasi.
Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota
kelompok, komunikasi untuk memberi orientasi dan latihan, komunikasi untuk
menjaga iklim, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan
komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan dalam bekerja.
5.1.1 rapat rutin 2 minggu 1 kali
Strategi internal yang dikembangkan Komunitas SIPAS selama ini
adalah dengan melakukan rapat rutin yang diadakan setiap 2 minggu sekali pada
hari Sabtu mulai pukul 18.30 s/d selesai. Tujuan dari kegiatan ini selain
membahas berbagai permasalahan yang ditemukan selama kegiatan di lapangan,
membahas strategi komunikasi dalam menarik lebih banyak anggota, juga
membahas tentang persiapan gladhen alit dan ageng yang selalu diadakan setiap
Sabtu Legi, untuk gladhen alit setiap 1 bulan sekali, sementara untuk gladhen
ageng diadakan setiap 3 bulan sekali pada hari yang sama. Pada saat gladhen alit
biasanya peserta hanya lingkup daerah Solo, sedang gladhen ageng lingkup
pesertanya dapat lebih luas, bahkan sering dihadiri peserta dari luar Kota Solo.
28
Pada kegiatan rapat tersebut dihadiri oleh pengurus dan anggota. Dalam
kegiatan rapat tersebut semua pihak yang terlibat dapat memberikan berbagai
masukan, sehingga tidak ada kesan rapat hanya terpusat pada satu orang saja
(pimpinan/penasehat), tetapi semua orang yang terlibat dapat mengeluarkan
pendapat. Kemudian bagi anggota yang tidak dapat hadir mendapat informasi
hasil rapat melalui handphond yang ada aplikasi WA (whatshap ). Rapat rutin
yang dilakukan oleh komunitas SIPAS 2 minggu sekali, hal ini seperti yang
diutarakan oleh Eddy Roostopo selaku penasehat dari komunitas SIPAS dalam
wawancara pada tanggal 5 Agustus 2016.
“Disini juga ada rapat rutinnya mas, Selain melakukan rapat-rapat rutin
yang biasanya diadakan sebulan 2 (dua) kali pada hari Sabtu biasanya
dimulai pukul 07.30 s/d selesai dengan lokasi rapat bergantian di
rumah-rumah anggota.”
Sebagai contoh rapat yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 21 Mei
2016 mulai pukul 19.00 s/d selesai di tempat Bapak Edy Roostopo membahas
tentang masalah pengajuan peminjaman tempat di Pura Mangkunegara untuk even
jemparingan, membahas rancangan kegiatan yang akan dilakukan, membahas
tentang berbagai perlengkapan yang akan digunakan pada saat even di Pura
Mangkunegara. Pada saat rapat berlangsung setiap anggota bebas mengemukan
pendapat atau ide yang mereka miliki kepada pimpinan rapat yang saat itu
dipimpin oleh Bapak Eko Riyanto. Rapat tanggal 4 Juni 2016 mulai pukul 19.00
s/d selesai di tempat Bapak Faukon dilakukan pada jam dan waktu yang sama.
Dalam tersebut dibahas tentang evaluasi acara gladen jemparingan. Evaluasi
tersebut membahas tentang masalah manajemen waktu yang kurang diperhatikan
oleh peserta jemparingan, dan masalah penggantian beberapa peralatan
jemparingan yang sudah tidak layak pakai.
Rapat rutin biasanya dipimpin ketua yaitu Bapak Eko Riyanto, misalkan
ketua tidak hadir biasanya rapat dipimpin oleh penasehat. Rapat yang dilakukan
biasanya membahas agenda-agenda yang akan datang, serta evaluasi terhadap
pelaksanaan kegiatan jemparingan yang telah dilakukan, Adapun agenda rapat
membahas tentang masalah manajemen waktu yang kurang diperhatikan oleh
29
peserta jemparingan, dan masalah penggantian beberapa peralatan jemparingan
yang sudah tidak layak pakai. Rapat rutin biasanya dilakukan melalui undangan
yang disampaikan oleh pengurus kepada anggota, selain itu undangan rapat dapat
dikomunikasikan lewat Watshapp. Jika dikaitkan dengan strategi komunikasi efek
yang diharapkan dengan adanya rapat rutin ini adalah masalah-masalah yang
terjadi dapat segera di atasi, serta agenda-agenda yang akan datang lebih dapat
dipersiapkan dengan matang. Selain itu dengan adanya rapat rutin yang berganti-
ganti lokasi diharapkan dapat mempererat hubungan silaturahmi atau
persaudaraan antar anggota maupun pengurus, selain mengetahui dengan pasti
tempat kediaman masing-masing anggota secara pasti. Disisi lain manfaat yang
dapat diperoleh adalah secara tidak langsung dapat dijadikan sebagai media
promosi untuk mengenalkan komunitas SIPAS kepada masyarakat secara lebih
luas. hal tersebut diatas merupakan agenda agenda yang dilakukan komunitas
SIPAS seperti yang telah dikemukakan oleh narasumber utama yakni Eddy
Roostopo dalam wawancara pada tanggal 5 Agustus 2016.
“Kalau disini berbicara tentang Agenda rapat ya tentu banyak yang
dibicarakan seperti membahas perkembangan acara kedepan yang
diadakan komunitas ini, serta evaluasi acara acara yang sudah dilakukan
komunitas ini mas dan menarik anggota lebih banyak lagi sih mas itu
dengan cara apa dan bagaimana, seperti acara gladhen yang sering
dilakukan komunitas ini sebagai salah satu bentuk pelestarian tradisi.”
Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi ini
termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing. Sebab
pelaksanaannya dilakukan berulang-ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk
menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah
sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki. Sementara jika dilihat
dari bentuk isinya, maka strategi ini termasuk dalam metode persuasive (Fajar,
2009).
30
5.1.2 Melakukan kegiatan latihan rutin
Latihan rutin diadakan setiap hari di belakang Taman Sriwedari. Latihan
ini diadakan mulai dari siang hari sampai malam hari yang boleh diikuti oleh
semua kalangan masyarakat. Pada latihan ini Komunitas SIPAS menyediakan 1
(satu) trainer guna memberikan latihan berbagai skill untuk olahraga jemparingan
ini. Selain itu pihak SIPAS juga menyediakan berbagai sarana prasarana yang
dibutuhkan dalam kegiatan ini, seperti: tikar panjang, tempat duduk untuk
pemanah, dan target panah/ sasaran untuk melepaskan anak panah (Gambar 5.1).
Gambar 5.1
Kegiatan latihan sebagian anggota SIPAS
Latihan rutin diadakan setiap hari di belakang Taman Sriwedari mulai
dari siang hari sampai malam hari yang boleh diikuti oleh semua kalangan
masyarakat, pihak SIPAS biasanya menyediakan 1 orang trainer guna
memberikan latihan berbagai skill untuk olahraga jemparingan tersebut. Adapun
trainer yang sering tampil di latihan belakang Taman Sriwedari adalah Bapak
Riyadi dan Bapak Tri Haryanto. Selain itu pihak SIPAS juga menyediakan
berbagai sarana prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan ini, seperti: tikar
31
panjang, tempat duduk untuk pemanah, dan target panah/ sasaran untuk
melepaskan anak panah. Latihan rutin tersebut merupakan salah strategi yang
dipandang cukup baik untuk diterapkan karena selama dilakukan latihan rutin
tersebut banyak masyarakat yang antusias untuk melihat jalannya latihan yang
dilakukan. Bahkan diantara mereka banyak yang bergabung menjadi komunitas
karena sering melihat latihan yang dilakukan oleh Komunitas SIPAS di belakang
Taman Sriwedari. Misal: Mas Arif umur 26 tahun pekerjaan wiraswasta
berdomisili di daerah Kalitan Solo, dan Mas Fauzan umur 35 tahun pekerjaan
wiraswasta domisi di daerah Irengan Solo. Keduanya tertarik mengikuti dan
bergabung di Komunitas SIPAS karena sering melihat acara latihan di belakang
Taman Sri Wedari Solo. Kegiatan latihan rutin yang dilakukan oleh komunitas
SIPAS ini setiap harinya seperti dengan penjelasan diatas tentang bagaimana
latihan bersama dilakukan, hal ini yang telah diutarakan oleh narasumber Eddy
Roostopo selaku penasehat komunitas SIPAS dalam wawancara pada tanggal 5
Agustus 2016.
“Aktivitas rutin komunitas SIPAS pertama itu ada kegiatan latihan
jemparingan bersama di lapangan belakang Taman Sriwedari, itu
biasanya dilakukan setiap hari dari siang sampai malam hari (09.00),
sampai pemanah itu bosan atau istilahe sak kesele seng manah. kegiatan
latihan bersama jemparingan iki biasanya terdapat 1 (satu) orang trainer
yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelatihan,
bertanggung jawab terhadap penyediaan sarana prasarana yang
dibutuhkan selama kegiatan berlangsung. Selain itu, tugas dari trainer
juga memiliki tanggung jawab terhadap segala kegiatan yang dilakukan
pada saat itu.”
Dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi latihan
rutin di belakang taman Sriwedari termasuk dalam metode redundancy
(repetition), dan metode canalizing. Sebab pelaksanaannya dilakukan berulang-
ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan,
kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah
yang kita kehendaki. Kemudian jika dilihat dari bentuk isinya, maka strategi
tersebut termasuk dalam kelompok metode edukatif (Fajar, 2009).
32
5.2. Strategi Eksternal
Menurut Firdaus (2008), strategi eksternal atau pendekatan makro berarti
organisasi dipandang struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Strategi eksternal (pendekatan makro) yang dijalankan oleh Komunitas SIPAS
terdiri dari berbagai hal.
5.2.1. Melakukan lomba
Isilah lomba dalam hal ini adalah gladhen, yaitu gladen alit dan gladhen
ageng yang diadakan setiap Sabtu Legi, untuk gladhen alit diadakan setiap 1 bulan
sekali, sementara untuk gladhen ageng diadakan setiap 3 bulan sekali pada hari
yang sama. Pada gladhen alit biasanya peserta hanya lingkup daerah Solo, sedang
gladhen ageng lingkup pesertanya dapat lebih luas, bahkan sering dihadiri peserta
dari luar Kota Solo. Kegiatan ini biasanya disponsori sendiri oleh komunitas
SIPAS.
Berikut foto tentang peserta dan pengurus SIPAS saat akan dilakukan
acara gladhen alit. Foto ini diambil tepatnya di belakang Taman Sri Wedari Solo
(Gambar 5.2). Selain itu foto di bawahnya (Gambar 5.3) merupakan foto
pemberian hadiah kepada peserta jemparingan yang menang saat gladhen alit.
Gambar 5.2
33
Foto acara gladhen jemparingan
Gambar 5.3
Pemenang acara gladhen jemparingan
Melakukan lomba rutin yang selalu diadakan oleh komunitas SIPAS
setiap sabtu legi ini, sama seperti yang telah diungkapkan oleh Eddy Roostopo
selaku penasehat dikomunitas SIPAS dan sekaligus narasumber dalam wawancara
pada tanggal 5 Agustus 2016.
“Komunitas ini juga aktif dalam hal Lomba rutin atau dengan istilah
jawane niku gladhen mas, gladhen itu ada 2 yang pertama gladhen alit
dan yang kedua gladhen ageng. Kegitan gladhen atau lomba ini yang
menjadi senjata utama komunitas ini untuk aktif dibidang pelestarian
tradisi sedangkan kegiatan ini biasanya dapat disaksikan pada setiap
sabtu legi di belakang Taman Sriwedari Solo. Ada hal uniknya disini
dalam jemparingan saat gladhen atau Lomba jemparingan dengan
mengenakan pakaian ala adat jawa dengan belangkon dan jarik.”
Pada wawancara dengan narasumber beliau menjelaskan Terdapat dua
jenis gladden dalam olahraga jemparingan, yaitu gladen alit dan gladhen ageng.
Acara gladden biasanya diadakan setiap Sabtu Legi, untuk gladhen alit diadakan
setiap 1 bulan sekali, dan untuk gladhen ageng diadakan setiap 3 bulan sekali pada
hari yang sama. Pada gladhen alit biasanya peserta hanya lingkup daerah Solo,
sedang gladhen ageng lingkup pesertanya dapat lebih luas, bahkan sering dihadiri
34
peserta dari luar Kota Solo. Kegiatan ini biasanya disponsori sendiri oleh
komunitas SIPAS. Dalam setiap acara gladden, biasanya ketua SIPAS dalam hal
ini Bapak Eko Riyanto berkenan membuka acara dengan memberikan sambutan
kepada peserta maupun penonton. Pesan yang disampaikan komunitas dalam
pelaksanaan acara ini adalah menjujung sportifitas dalam olahraga jemparingan.
Selain itu adanya acara-acara gladen ini diharapkan dapat memperluas pengaruh
komunitas di kalangan masyarakat, sebab dengan diadakan gladhen-gladhen
tersebut kalayak umum juga banyak ikut menonton acara tersebut. Misal: Bapak
Wanto tempat tinggal di Nusukan tidak pernah ketinggalan untuk melihat acara
gladhen alit atau gladhen ageng. Bapak dua anak ini menilai kegiatan ini positif
karena nguri-nguri kabudayan jawa, Bapak Tugiman tempat di daerah Mojosongo
Solo senang melihat acara ini selain unik (menggunakan atribut mataraman) juga
menarik, dan jarang ditemui di tempat lain.
Berpijak dari hal tersebut pihak komunitas juga menyediakan beberapa
haiah bagi para pemenang lomba yang berhasil memanah sasaran dengan baik
atau dengan poin yang terbanyak dari beberapa pemanah yang mengikuti lomba
gladhen jemparingan sabtu legi. Namun disini hadiah hanyalah sebuah apresiasi
yang diberikan oleh pihak Komunitas SIPAS sebgai pengacu permainan olahraga
ini supaya mereka akan lebih baik lagi dalam hal melakukan panahan.
Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi gladen
ini termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing.
Sebab pelaksanaannya dilakukan berulang-ulang, dan mempengaruhi khalayak
untuk menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan
merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki (Fajar, 2009).
Sedang jika dilihat dari bentuk isinya strategi ini termasuk dalam metode
persuasif dan edukatif.
5.2.2. Menghadiri undangan-undangan
“Komunitas SIPAS juga melakukan strategi eksternal dengan
menghadiri undangan-undangan oleh pihak lain. Undangan yang sering
diterima biasanya dari pihak hotel. Dalam undangan tersebut selain
penasehat/pimpinan yang hadir juga terdapat beberapa anggota. Isi
undangan tersebut biasanya pihak komunitas diperkenankan untuk
menampilkan olahraga jemparingan dihadapan tamu-tamu hotel. Selain
35
undangan dari hotel, undangan lain yang pernah diterima komunitas,
yaitu dari pihak TNI AU dalam rangka menyambut hari HUT TNI AU
ke 69 di Boyolali.”
Hal tersebut diatas didukung dengan Hasil Wawancara Peneliti dengan
Bapak Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku
penasehat, Bapak Faukon selaku sekretaris pada tanggal 5 agustus 2016.
Dalam hasil wawancara dengan bapak Eddy dan bapak kusuma putra
Dalam setiap undangan yang diterima dari berbagai pihak eksternal biasanya
dihadiri oleh beberapa pengurus, seperti: Bapak Eko Riyanto, Bapak Edy
Roostopo, Bapak Kusuma, Bapak Faukon berserta para anggota senior, yaitu
anggota-anggota yang dipandang telah memiliki kemampuan yang lebih oleh
pengurus. Misal undangan yang pernah didapatkan oleh komunitas SIPAS pada
saat acara HUT TNI AU Bapak Eko Riyanto, Bapak Edy Roostopo, Bapak
Kusuma, Bapak Faukon berserta 15 orang anggota senior ikut menyemarakkan
acara tersebut. Dalam acara tersebut biasanya pihak komunitas diperkenankan
untuk menampilkan satu rambahan olahraga jemparingan dihadapan petinggi-
petinggi TNI AU serta tamu-tamu maupun masyarakat luar yang mengikuti acara
tersebut. Kegiatan ini dipandang oleh komunitas sebagai sebuah strategi
komunikasi yang baik khususnya dalam rangka memperkenalkan olahraga
jemparingan di kalangan masyarakat menengah ke atas. Banyaknya masyarakat
menengah ke atas yang tertarik akan olahraga ini mempercepat proses pengenalan
budaya jemparingan ke masyarakat lainnya. Sebab dengan ketertarikan mereka
terhadap olahraga jemparingan ini secara tidak langsung akan membantu kondisi
keuangan komunitas yang saat ini hanya berasal dari iuran rutin dan sukarela dari
anggota, penonton saat pelaksanaan gladhen alit dan ageng. Banyaknya bantuan
keuangan yang mengalir dari berbagai pihak tersebut diharapkan dapat
memperlancar usaha pengenalan olahraga ini di tengah-tengah masyarakat secara
lebih luas lagi, selain memperlancar berbagai kegiatan rutin yang dilakukan
komunitas.
Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi
menghadiri undang-undangan termasuk dalam metode canalizing. Sebab strategi
36
pelaksanaan strategi hanya dilakukan untuk mempengaruhi khalayak untuk
menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah
sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki. Sedang jika dilihat dari
bentuk isinya strategi ini termasuk dalam metode persuasif (Fajar, 2009).
5.2.3. Melakukan talk show melalui media radio
Komunitas SIPAS juga melakukan talk show melalui media radio.
Dalam acara ini biasanya komunitas diwakili oleh penasehat, seperti: BRM
Kusuma Putra SH.MH, Laurentius Eddy Roostopo, dan Muhammad Syafrudin
Prawiro Negoro. Kegiatan ini biasanya dilakukan di Stasiun Radio JPI FM di
Kota Solo. Acara ini masuk dalam kategori acara Kabudayan Jawa yang
ditayangkan mulai pukul 16.00 s/d pukul 16.45 (Hasil wawancara peneliti dengan
Bapak Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku
penasehat, Bapak Faukon selaku sekretaris, sekaligus hasil observasi peneliti).
Berikut gambar foto sebelum acara talk show di JPI FM yang diwakili
oleh pengurus SIPAS (Bapak Eddy, dan Bapak Kusuma), dan Bapak Irfan sebagai
pembawa acara talk show.
Gambar 5.4
Saat acara talkshow di radio JPI FM
37
Dalam kegiatan yang dilakukan oleh komunitas SIPAS seperti halnya
melakukan talk show diradio hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh bapak
Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas SIPAS dalam wawancara pada
tanggal 5 Agustus 2016.
“Komunitas ini rutin melakukan talkshow diradio walau dalam
kenyataannya acara talksow diradio ini dilakukan 2minggu sekali saya
sangat bersyukur mas karena apa? Disisi lain selain masyarakat
mendengarkan pengetahuan tentang jemparingan dan jangkauan radio kan
bisa sangat luas dan saya dan teman-teman merasa senang apabila talksow
ini menjadi kegiatan rutin walau hanya 2 minggu sekali saja. Acara
talkshow ini biasanya dilakukan di Stasiun Radio JPI FM di Kota Solo.
Biasanya acara ini masuk dalam kategori acara Kabudayan Jawa yang
biasanya ditayangkan mulai pukul 16.00.s/d pukul 16.45 biasanya yang
mewakili untuk datang pada saat talkshow ini ya seperti saya pak Kusuma
Putra , mas faukon dan pak syafirudin.”
Pada wawancara dengan narasumber beliau mengatakan bahwa pada
dasarnya Talk show melalui media radio JPI FM di Kota Solo merupakan satu
kegiatan yang dilakukan oleh Komunitas SIPAS. Dalam acara ini biasanya
komunitas diwakili oleh penasehat, seperti: Bapak BRM Kusuma Putra SH.MH,
Bapak Laurentius Eddy Roostopo, dan Bapak Muhammad Syafrudin Prawiro
Negoro. Acara ini masuk dalam kategori acara Kabudayan Jawa yang ditayangkan
mulai pukul 16.00 s/d pukul 16.45 yang dipandu oleh Bapak Irfan sebagai
pembawa acara talk show. Kegiatan talk show pada media radio dipandang
Komunitas SIPAS sebagai sesuatu hal yang baik sebagai sebuah strategi
komunikasi untuk memperkenalkan olahraga jemparingan di kalangan masyarakat
secara lebih luas. Sebab bagaimanapun juga radio merupakan salah satu bentuk
media yang digunakan untuk komunikasi massa yang memiliki manfaat utama,
yaitu dapat lebih banyak menjangkau khalayak, cepat dalam menyampaikan
berita, media utama bagi khalayak bermobil, cepat dan fleksibel, menyakinkan
karena disertai dengan suara manusia, dan isinya mudah dicerna.
Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi talk
show melalui radio ini termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan
metode canalizing. Hal tersebut dikarenakan pelaksanaannya dilakukan berulang-
ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan,
38
kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah
yang kita kehendaki (Fajar, 2009). Kemudian jika dilihat dari bentuk isinya,
strategi ini termasuk dalam metode persuasif dan edukatif.
5.2.4. Melakukan kerjasama dengan sekolah dan perguruan tinggi
“Melakukan kerjasama dengan guru olahraga untuk siswa SD, SMP, dan
SMA dalam rangka memperkenalkan olahraga jemparingan.
Dalam kegiatan ini komunitas biasanya diwakili oleh
penasehat/pimpinan/wakilpimpinan/bagianhumas. Kegiatan pengenalan
olahraga ini biasanya dilakukan pada saat guru olahraga melakukan
kegiatan olahraga di lapangan. Sementara untuk memperkenalkan
olahraga jemparingan pada siswa TK biasanya dilakukan kerjasama
dengan guru TK bersangkutan. Kemudian untuk kalangan mahasiswa
dalam rangka memperkenalkan olahraga jemparingan, pengurus
komunitas bekerjasama dengan pihak universitas yang diwakili oleh
BEM mahasiswa setempat.”
Kegiatan kerjasama dengan sekolah dan perguruan tinggi tersebut diatas
merupakan Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Eddy Roostopo selaku
penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku penasehat, Bapak Faukon selaku
sekretaris pada tanggal 5 agustus 2016.
Dalam hasil wawancara kepada beliau Upaya memperkenalkan olahraga
jemparingan melalui kerjasana dengan dengan guru olahraga untuk siswa TK, SD,
SMP, dan SMA serta universitas. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan oleh
penasehat/pimpinan/wakil pimpinan/bagian humas Komunitas SIPAS. Untuk
kegiatan di sekolah SD, SMP, dan SMA, kegiatan pengenalan olahraga ini
biasanya dilakukan pada saat guru olahraga melakukan kegiatan olahraga di
lapangan. Untuk memperkenalkan olahraga jemparingan pada siswa TK biasanya
dilakukan kerjasama dengan guru TK bersangkutan. Sedang untuk kalangan
mahasiswa biasanya pengurus komunitas bekerjasama dengan pihak universitas
yang diwakili oleh BEM mahasiswa setempat. Strategi ini dinilai baik untuk
memperkenalkan olahraga jemparingan kepada anak-anak muda sebagai generus
bangsa. Sebab saat ini banyak anak-anak bangsa ini sudah banyak yang
melupakan bahkan meninggal warisan budaya nenek moyang. Mengenalkan
39
budaya lewat generasi muda sebenarnya merupakan tugas dari pemerintah, namun
saat ini peran pemerintah untuk melakukan upaya tersebut hampir tidak pernah
terlihat. Sehingga dengan adanya komunitas yang peduli tentang warisan budaya
bangsa dan juga berkenan memperkenalkannya di semua kelompok masyarakat
adalah suatu langkah yang baik dan bijaksana bagi keberlangsungan budaya
bangsa ini di masa-masa mendatang.
Apabila dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi ini
termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing. Sebab
pelaksanaannya dilakukan berulang-ulang, dan mempengaruhi khalayak untuk
menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-lahan merubah
sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita kehendaki (Fajar, 2009). Sedang
jika dilihat dari bentuk isinya, strategi tersebut dapat dimasukkan dalam metode
persuasif dan edukatif.
5.2.5. Melakukan kegiatan sosial
Strategi eksternal terakhir yang diterapkan adalah dengan melakukan
kegiatan social, seperti halnya dalam hasil wawancara peneliti dengan Bapak
Eddy Roostopo selaku penasehat komunitas, Bapak Kusuma selaku penasehat,
Bapak Faukon selaku sekretaris pada tanggal 5 Agustus 2016.
“disini komunitas juga melakukan kegiatan sosial agar masyarakat
merespon baik terhadap komunitas SIPAS ini yang merupakan pelestari
jemparingan yang berada disolo. Dengan melakukan kerja bakti atau
bersih bersih kota bersama pengurus, anggota, dan masyarakat. Lokasi
kerja bakti biasanya dilakukan di sekitar Kota Solo. Kita disini tidak
semata mata melakukan kegiatan sosial ini dengan begitu saja tetapi
tujuan kami disini merupakan komunitas yang positif. Belum lama ini
komunitas ingin sekali juga melakukan kegiatan sosial yang lainnya
yang belum tersampaikan seperti dengan melakukan”buka bersama
dengan anak yatim piatu” nah itu merupakan impian dari komunitas
ditaun selanjutnya karna kan ya kita ketahui bulan ramadhan itu sudah
hampir habis dan disisi lain SIPAS juga ada agenda terdekat yakni
gladhen ini yang menjadi ciri kas dari komunitas ini sebagai pelestari
tradisi.”
Dalam wawancara tersebut dengan narasumber beliau berpendapat
bahwa Komunitas juga aktif melakukan kegiatan social, seperti halnya kegiatan
kerja bakti bersih-bersih yang diadakan oleh masyarakat Kota Solo. Misal: saat
40
menyambut kegiatan Sekatenan, Saparan, maupun kerja bakti lain dalam rangka
bersih-bersih kota. Setiap kegiatan sosial diikuti Komunitas SIPAS selalu
mengenakan atribut berupa kaos yang bergambarkan logo komunitas. Acara-acara
tersebut biasanya dipimpin oleh penasehat-penasehat SIPAS, seperti: Bapak Edy
Roostopo, Bapak Kusuma Putra, dan Bapak Syafirudin. Melalui kegiatan tersebut,
selain ikut berperan serta dalam kegiatan social masyarakat, sekaligus juga dapat
digunakan sebagai media promosi untuk memperkenalkan keberadaan komunitas
di kalangan masyarakat secara lebih luas. Sebab dengan menggunakan atribut
Komunitas SIPAS dalam bentuk lukisan pada koas yang dikenakan oleh tiap-tiap
anggota yang ikut melakukan kegiatan sosial, secara tidak langsung komunitas
SIPAS memperkenalkan dirinya kepada masyarakat.
Jika dikaitkan dengan metodenya, maka cara pelaksanaan strategi ini
termasuk dalam metode canalizing. Sebab pelaksanaannya dilakukan dengan
tujuan mempengaruhi khalayak untuk menerima pesan yang disampaikan,
kemudian secara perlahan-lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah
yang kita kehendaki (Fajar, 2009). Sementara jika dikaitkan dengan bentuk isinya
stretegi tersebut termasuk dalam kelompok metode persuasif.
Uraian tersebut di atas merupakan berbagai strategi komunikasi yang
selama ini dijalankan oleh Komunitas SIPAS dalam rangka Mendukung
pelestarian tradisi jemparingan di Kota Solo Jawa Tengah. Melalui berbagai
strageti komunikasi tersebut di atas yang sebelumnya komunitas ini hanya
beranggotakan pengurus dan 20 orang saja, saat ini anggota komunitas sudah
mencapai 75 orang yang terdaftar secara resmi, sementara untuk anggota yang
tidak resmi berjumlah hampir ratusan. Anggota resmi dalam hal ini merupakan
anggota yang secara jelas tercatat dalam buku administrasi komunitas. Untuk
menjadi anggota resmi, pihak komunitas memberikan beberapa persyaratan,
seperti:
1. Menyerahkan KTP
2. Mengisi formulir pendaftaran
3. Membayar biaya pendaftaran anggota sebesar Rp. 75.000
41
4. Setiap bulan wajib iuaran sebesar Rp. 30.000,- untuk biaya perawatan alat
dan sisanya untuk disimpan sebagai uang kas untuk keperluan kegiatan-
kegiatan komunitas.
Berikut berbagai tata tertib panahan yang dikeluarkan oleh Komunitas
SIPAS dan wajib ditaati oleh anggota resmi maupun belum resmi dalam
melakukan kegiatan jemparingan,
1. Setiap pemanah wajib mengikuti pakem dan teknik panahan sesuai busur
yang digunakan.
2. Setiap pengguna lapangan jarak 5,10 m dan 30 m wajib mengisi buku tamu /
buku kegiatan panahan harian yang telah di sediakan di sekretariat.
3. Non Anggota SIPAS yang akan menggunakan lapangan jarak 30 m dikenai
biaya perawatan sarana sebesar Rp 5.000 / hadir. adapun Bagi anggota SIPAS
di di kenai biaya Rp 30.000 / bulan sebagai biaya perawatan dan pengadaan
iven gladen jemparingan setu legi.
4. Jadwal latihan jarak 30 m di buka tiap hari senin - sabtu jam 08.00 – 17.15.
5. Bagi para pemanah putra wajib berpakaian olah raga, bagi pemanah
tradisional disertai pemakaian iket kepala / udeng / blangkon sesuai Norma
Hukum dan kesusilaan saat latihan panahan. peserta putri menyesuaikan
kondisi busana yang di kenakan (sopan).
6. Pengurus SIPAS Tidak bertanggung jawab terhadap penyalahgunaan dan
kecelakaan atau akibat yg timbul dari kesalahan pemakaian alat dan lapangan
jemparingan Sriwedari yang tidak sesuai dengan prosedur dan tata tertib di
atas.
7. Jika di dapati latihan panahan non Anggota SIPAS pada lapangan jarak 30 m
yang tidak terdaftar dalam buku tamu, maka akan di beri teguran dan
himbauan langsung oleh pengurus.
8. Apabila teguran dan himbauan tesebut tidak di perhatikan dan di ulangi
berturut-turut di hari berikutnya, maka pengurus atau penasehat SIPAS
berhak untuk melarang latihan dengan sarana dan tempat yang telah
disediakan Pengurus.
42
Jika diperhatikan dalam menyusun strategi komunikasinya, komunitas
SIPAS telah memperhatikan 4 (empat) faktor, yaitu: mengenal khalayak,
menyusun pesan, menetapkan metode, dan pemilihan media komunikasi, seperti
yang dikemukan oleh Fajar (2009). Khalayak yang menjadi sasaran komunitas
SIPAS adalah semua kalangan masyarakat, baik dari tingkat pendidikan TK
sampai Universitas, petinggi-petinggi serta anggota TNI, serta masyarakat umum
baik dari Kota Solo maupun dari luar Kota Solo. Pesan inti yang ingin
disampaikan komunitas SIPAS kepada khalayak, yaitu melestarikan warisan
nenek moyang khususnya jemparingan dengan motto “Olah Roso, Olah Jiwo,
Olah Rogo“.
Cara atau metode yang digunakan oleh komunitas selama ini, yaitu:
mengadakan rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan bersama
anggota komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota Solo,
melakukan gladen jemparingan sabtu legi, bekerjasama dengan sekolah dan
universitas, serta pihak-pihak lain, selain itu komunitas juga aktif dalam kegiatan
social kemasyarakatan, seperti: bersih-bersih kota. Sedang media komunikasi
yang dipilih oleh komunitas, yaitu: tatap muka, undangan, group whatsapp, radio.
Kemudian jika dilihat dari beberapa metode atau cara yang selama ini
diterapkan oleh komunitas SIPAS, maka jika metode tersebut dikelompokkan
menurut cara pelaksanaannya, maka metode yang digunakan Komunitas SIPAS
termasuk dalam metode redundancy (repetition), dan metode canalizing.
1. Metode redundancy (repetition) adalah cara mempengaruhi
khalayak dengan jalan mengulang-ulang pesan pada khalayak
(Fajar, 2009). Adapun yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:
rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan bersama
anggota komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota
Solo, dan melakukan gladen jemparingan sabtu legi, talk show
lewat radio, serta bekerjasama dengan sekolah dan universitas,
serta pihak-pihak lain.
2. Metode canalizing yaitu mempengaruhi khalayak untuk
menerima pesan yang disampaikan, kemudian secara perlahan-
43
lahan merubah sikap dan pola pemikirannya ke arah yang kita
kehendaki (Fajar, 2009). Adapun yang termasuk dalam metode
ini adalah rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan
bersama anggota komunitas setiap hari di belakang Taman
Sriwedari Kota Solo, dan melakukan gladen jemparingan sabtu
legi, serta talk show lewat radio, ditambah dengan metode
lainnya, yaitu aktif dalam kegiatan social kemasyarakatan,
seperti: bersih-bersih kota.
Rapat rutin yang dilakukan setiap hari Sabtu dua minggu sekali, latihan
bersama anggota komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota Solo,
dan melakukan gladen jemparingan sabtu legi, serta talk show lewat radio yang
selama ini diterapkan oleh komunitas SIPAS menurut peneliti juga dapat
dimasukkan dalam kelompok metode canalizing, sebab metode atau cara yang
diterapkan oleh komunitas ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan ke dalam, dan
tujuan keluar, misalkan: latihan rutin yang diadakan di belakang Taman
Sriwedari, selain bertujuan untuk melatih anggota, sekaligus juga digunakan
sebagai media untuk menarik perhatian masyarakat, bersih-bersih kota juga
demikian, selain memiliki tujuan untuk menjaga kebersihan kota, sekaligus
metode ini digunakan sebagai strategi untuk mengenalkan masyarakat pada
komunitas SIPAS, juga digunakan sebagai strategi untuk meningkatkan solidaritas
atau kebersamaan anggota.
Kemudian jika dilihat dari bentuk isinya, metode yang dijalankan
komunitas SIPAS ini dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1) Metode informatif, lebih ditujukan pada penggunaan akal pikiran
khalayak, dan dilakukan dalam bentuk pernyataan berupa: keterangan,
penerangan, berita, dan sebagainya, contoh: talk show lewat radio.
2) Metode persuasif yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan
membujuk. Dalam hal ini khalayak digugah baik pikiran maupun perasaannya,
contoh: rapat rutin setiap hari sabtu dua minggu sekali, latihan bersama anggota
komunitas setiap hari di belakang Taman Sriwedari Kota Solo, dan melakukan
gladen jemparingan sabtu legi, serta talk show lewat radio, bekerjasama dengan
44
sekolah dan universitas, serta pihak-pihak lain, selain itu komunitas juga aktif
dalam kegiatan social kemasyarakatan, seperti: bersih-bersih kota.
3) Metode edukatif, memberikan sesuatu idea kepada khalayak
berdasarkan fakta-fakta, pendapat dan pengalaman yang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kebenarannya dengan disengaja, teratur dan
berencana, dengan tujuan mengubah tingkah laku manusia ke arah yang
diinginkan, contoh: latihan bersama anggota komunitas setiap hari di belakang
Taman Sriwedari Kota Solo, dan melakukan gladen jemparingan sabtu legi, serta
talk show lewat radio, bekerjasama dengan sekolah dan universitas, serta pihak-
pihak lain (Fajar, 2009)