STRATEGI KOMUNIKASI DINAS SOSIAL CILEGON …repository.fisip-untirta.ac.id/787/1/STRATEGI KOMUNIKASI...
Transcript of STRATEGI KOMUNIKASI DINAS SOSIAL CILEGON …repository.fisip-untirta.ac.id/787/1/STRATEGI KOMUNIKASI...
i
STRATEGI KOMUNIKASI DINAS SOSIAL CILEGON DALAM
MENSOSIALISASIKAN PROGRAM KERJA PEMERINTAH TERHADAP
PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DI CILEGON
(Studi Kasus Kelompok Penyanyi Jalanan Kota Cilegon)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
Septa Susanti Lubis
66622102968
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
i
ii
iii
iv
ABSTRAK
Septa Susanti Lubis. 6662102968. Strategi Komunikasi Dinas Sosial Cilegon Dalam
Mensosialisasikan Program Kerja Pemerintah Terhadap Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial di Cilegon (Studi Kasus Kelompok Penyanyi Jalanan Kota Cilegon.
Pembimbing I : Iman Mukhroman S.Sos, M.Si. Pembimbing II : Andien Nesia S.IK,
M.Ikom
Permasalahan kesejahteraan sosial yang begitu cepat meningkat dan berkembang adalah
menigkatnya jumlah masyarakat miskin khususnya masyarakat miskin, anak terlantar,
gelandangan, pengamen, usia lanjut terlantar, pengemis, tuna susila, anak jalanan dan
penyandang sosial lainnya. Dan pemerintah melalui Dinas Sosial Cilegon mengadakan program
kerja untuk mengurangi permasalahan kesejahteraan sosial di Ciegon yang bertujuan untuk
memberikan pembinaan atau pelatihan keterampilan kepada PMKS terutama kepada anak
jalanan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan
Dinas Sosial Cilegon. Fokus penelitian ini untuk mengetahui strategi komunikasi yang
dikemukakan Arifin Anwar yaitu bagaimana pengenalan khalayak , strategi menyusun pesan,
penggunaan metode komunikasi serta seleksi dan penggunaan media yang digunakan Dinas
Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan Program Kerja Pemerintah. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti mengumpulkan data
dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah (1) Dinas Sosial
Cilegon melakukan analisis khalayak demografis khalayak sasaran. (2) Dinas Sosial Cilegon
dalam menyusun pesan dengan dengan memperhatikan bahasa dan unsure-unsur lain, seperti
gambar dan video. (3) Dinas Sosial Cilegon dalam penyampaian pesan komunikasi dengan
metode informative, edukatif dan persuasif. (4) Dinas Sosial Cilegon melakukan seleksi dan
penggunaan media melihat media tersebut adalah media resmi, baik media cetak, elektronik
ataupun online.
Kata Kunci :
Mensosialisasikan ,Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS),
Anak Jalanan
v
ABSTRACT
Septa Susanti Lubis. 6662102968. Communication Strategy of Social Service Cilegon In
Socializing the Government Work Program Against Persons with Social Problems in Cilegon
(A Case Study of Cilegon Street Singer Group). Supervisor I. Iman Mukhroman S.Sos, M.Si.
Supervisor II. Andien Nesia S.IK, M.Ikom
Social welfare issues and evolve so rapidly increasing is the growing number of poor people,
especially the poor, abandoned children, homeless, neglected elderly, beggars, prostitutes, street
children and others. And the government through the Cilegon Social Department with aims to
provide guidance or training skill to SWIP (Social Welfare Issues Persons) mainly on the street
children. The purpose of this study to find out how the communication strategy conducted by the
CilegonSocial Department is. The focus of this study is to determine the communication strategy
proposed by Anwar Arifin, namely how the audiences, composing message strategy, use the use
of communication method as well as the selection and use of the media used by the Cilegon
Social Department in socializing the government work program. The research method used is the
descriptive method with qualitative approach. The researcher collected datathrough interview,
observation and documentation. The result of this study are (1) Cilegon Social Departement
analyzed the demographic of target audience (2) Cilegon Social Department in composing
message by taking into language and other elements such as images and video (3) Cilegon
Social Department in delivering communication message with informative, educative and
persuasive method (4) Cilegon Social Department selecting and using the media considering that
media is the official media, either in print or electronic/online.
Keywords : Socializing, Social Welfare Issues Persons (SWIP), Street Children
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat ujian sidang S1 Konsentrasi
Humas Ilmu Komunikasi.
Dalam pelaksanaan penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak
bantuan,bimbingan,dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan anugrahnya bagi penulis, sehingga tugas
akhir ini dapat selesai dengan baik.
2. Bapak Dr.Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Ibu Rahmi Winangsih., M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Iman Mukhroman., S.Sos., M.Si. selaku dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengarahkan, memberikan masukan, kritikan dan saran-saran dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Andin Nesia, S.Ikom, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan, memberikan masukan, kritikan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Terima kasih kepada Bapak Burhannudin selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan pengarahan ataupun solusi di setiap masalah dalam perakademikan.
vii
7. Bapak Sudaryo selaku KabidyanRehsos, Bapak Romli selaku Sekretaris dan Ibu Ida
selaku Kasubag Program dan Evaluasi Dinas Sosial Kota Cilegon yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk peneliti wawancarai, peneliti semakin tahu tentang Dinas
Sosial dan PMKS.
8. Bapak/Ibu dosen Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti ucapkan
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan.
9. Terimakasih kepada Dinas Sosial Kota Cilegonyang telah memberikan izin sebagai objek
penelitian dalam skripsi ini.
10. Terimakasih kepada anggota Kelompok Penyanyi Jalanan, khususnya Kang Iwan, Kang
Daenk, Kang Jango, Kang Sardi dan Saropah atas waktu dan penjelasannya mengenai
KPJ Cilegon.
11. Keluarga tercinta Bapak, Mama yang sabar dan menanti hingga aku mendapatkan gelar
sarjana, kedua Abang, Abang Ampe dan Abang Andi, kakak perempuanku, Kak Sri yang
telah membantu penulis dengan doa, dukungan materi dan perhatian dalam berbagai hal.
12. Sahabat kecilku Missyeni yang selalu setia mendengarkan keluhan dan memberiku
semangat dalam penyusunan skripsi.
13. Keluarga keduaku di kampus, UKM PSM. Agung, Fenny, Ka Isman, Novi Nurjanah,
April, Cipto Hadi Prawiro, KaAnas, Fian, Niji, Uci, Alan, Lave, Mona dan yang lainnya
yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Teman-teman Ilmu Komunikasi Angkatan
2010 Kelas G Humas, Putri Delia, Imel, Mumu, Mita, Gambreng, Agung, Rangga dan
teman seperjuangan lain dari awal hingga masuk kuliah sampai saat ini.
viii
14. Teman-teman di organisasi gereja, Novi, Lilis, Ka Erika dan lain-lain yang tidak bisa
disebutkan satu per satu atas semangat, doa, bantuan serta motivasi yang diberikan
selama penyusunan skripsi ini.
Semoga semangat, motivasi, bantuan, dan doa yang telah diberikan menjadi amal ibadah
bagi keluarga, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan dari Tuhan Yang MahaEsa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritikdan saran yang membangun untuk kesempurnaan
laporan atau tulisan penulis berikutnya.Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca serta
dapat dijadikan sebagai literatur Ilmiah dalam studi Ilmu Komunikasi.
Serang, Agustus 2016
Septa SusantiLubis
Nim : 6662102968
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................................ 6
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1.4.1 Maksud Penelitian ................................................................................ 7
1.4.2 Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................................... 8
1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 9
BAB II
2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi .................................................................... 10
2.1.1.Pengertian Komunikasi ....................................................................... 10
2.1.2Tujuan Komunikasi .............................................................................. 12
2.2.Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok .................................................. 13
2.3 Tinjauan tentang Strategi Komunikasi ........................................................ 15
2.3.1Pengertian Strategi Komunikasi ......................................................... 15
2.4 Proses Komunikasi ......................................................................................... 19
x
2.5 Perumusan Strategi Komunikasi .................................................................. 22
2.6 Dinas Sosial .................................................................................................... 31
2.7 Anak Jalanan ................................................................................................. 31
2.8 Mensosialisasikan ........................................................................................... 36
2.9 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ................................. 36
2.10 Hambatan Komunikasi .............................................................................. 37
2.11 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ........................................................................................... 46
3.2 Paradigma Penelitian ..................................................................................... 48
3.3 Teknik Penelitian ........................................................................................... 49
3.3.1 Data Primer .......................................................................................... 49
3.3.2 Data Sekunder ..................................................................................... 51
3.4. Informan Penelitian ...................................................................................... 52
3.5 Uji Keabsahan Data ....................................................................................... 53
3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................................... 53
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................................... 54
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Kelompok Penyanyi Jalanan Kota Cilegon ..................... 55
4.2 4.1.1.KPJ Kota Cilegon ................................................................................. 55
4.1.2 Visi dan Misi ........................................................................................ 55
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................... 56
4.1.4 Struktur Organisasi Kelompok Penyanyi Jalanan Cilegon ............ 57
4.1.5 4Bidang Kewenangan Kelompok Penyanyi Jalanan ....................... 60
4.1.6 Kewenangan Dinas Sosial Cilegon ..................................................... 60
4.1.7 Program Taujam dan PANPRES Kelompok
xi
Penyanyi Jalanan Cilegon ................................................................... 65
4.2 Deskripsi Data ............................................................................................... 65
4.3 Analisa Hasil Penelitian ................................................................................. 67
4.3.1Analisis Khalayak yang dilakukan Dinas Sosial Kota Cilegon ........ 69
4.3.2 Strategi Menyusun Pesan yang dilakukan Dinas Sosial Cilego ....... 78
4.3.3 Penggunaan Metode yang dilakukan oleh Dinas Sosial Cilegon ..... 83
4.3.4 Strategi Seleksi dan Pengunaan Media yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Cilegon ....................................................................................... 86
4.4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mensosialisasikan Program
Pembinaan Terhadap Anak Jalanan ........................................................ 93
4.5 Tanggapan Anak Jalanan di Kecamatan Cilegon mengenai Program
Pembinaan Pelatihan dan Keterampilan ................................................... 95
4.5. Hasil dari Strategi Dinsos Cilegon Menurut Teori Laswell ..................... 97
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 98
5.2. Saran ........................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA MAHASISWA
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Lasswell .......................................................................... 41
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ............................................................... 42
Gambar 4.1 Sosialisasi HIV/AIDS Bagi PMKS .......................................... 74
Gambar 4.2 Warga PSKS Mengantri Bantuan Pemerintah ......................... 74
Gambar 4.3 Apa itu PKH ............................................................................. 81
Gambar 4.4 Sosialisasi Walikota Cilegon bagi PMKS
di Radio Mandiri FM Cilegon ................................................. 88
Gambar 4.5 Rapat Penguatan Data PMKS .................................................. 90
Gambar 4.6 Warga Terlantar Dibawa ke RSUD Cilegon ............................ 90
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian…………………………………………………… 54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kartu Bimbingan
Lampiran 2 Pedoman Observasi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Kabid Rehsos Dinas Sosial Cilegon
Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Kasubag Program dan Evaluasi
Lampiran 6 Hasil Wawancara dengan Sekretaris Dinas Sosial Cilegon
Lampiran 7 Transkip Wawancara Anak Jalanan
Lampiran 8 Biodata Anak Jalanan
Lampiran 9 Dokumentasi
Lampiran 10 Biodata Mahasiswa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan kota, khususnya Cilegon yang menuju kota
semakin mandiri sesuai dengan slogannya, kota baja ini menjadi sebuah daya tarik
yang kuat yang dapat menjanjikan berbagai harapan dan tujuan, sehingga muncullah
jiwa-jiwa baru yang dapat memacu pertumbuhan populasi komunitas masyarakat
marginal yang semakin pesat, maka mau tidak mau Cilegon akan diperhadapkan
dengan berbagai macam persoalan kesejahteraan sosial yang semakin kompleks yang
mengakibatkan sebagian anggota masyarakat baik secara individu, keluarga maupun
kelompok tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Permasalahan kesejahteraan sosial yang begitu cepat meningkat dan
berkembang adalah meningkatnya jumlah masyarakat miskin, anak terlantar,
gelandangan, pengamen, usia lanjut terlantar, pengemis, tuna susila, anak jalanan dan
penyandang sosial lainnya. Dan hal tersebut berpengaruh terhadap semua aspek
kehidupan masyarakat, diantaranya keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga
integritas sosial serta ketertiban dan keamanan.
Pemerintah Cilegon dalam hal mengatasi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS), dalam penelitian ini adalah anak jalanan atau yang
2
tergabung dalam sebuah kelompok yaitu kelompok penyanyi jalanan cilegon,
melalui Dinas Sosial, program pemberian pembinaan keterampilan dan pelatihan ini
sudah ada sejak tahun 2011. Program ini dilakukan Dinsos yang merupakan salah
satu instansi pemerintah yang bergerak di bidang sosial. Program yang ditawarkan
berupa pelatihan perbengkelan, cuci steam, sablon dan petukangan. Semua alat
difasilitasi oleh Dinas Sosial Cilegon dan program ini dibantu juga oleh Disbudpar
Cilegon kepada anak jalanan dan hal ini adalah Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ)
Cilegon.
Kelompok Penyanyi Jalanan atau yang biasa disebut dengan KPJ ini lahir
pada 02 Mei 1982 di Bulungan,area Gelanggang Remaja Jakarta Selatan. Pendiri
kelompok penyanyi jalanan ini adalah Anto Baret dan Yoyik sekaligus menjadi ketua
pertama penyanyi jalanan di Indonesia. Alasan didirikan kelompok penyanyi jalanan
ini untuk terbebas dari pemerasan para preman. Tujuan pokoknya adalah
menyatukan visi dan mengadakan pembinaan kreativitas para anggotanya serta agar
para penyanyi jalanan itu tak hanyut dalam rutinitas dan menampung bagi mereka
yang mempunyai masalah hidup atau mereka yang tidak memiliki pekerjaan atau
kesibukan tetap. Keahlian bernyanyi dan kepiawaian mereka bermain alat musik
khususnya gitar merupakan modal utama untuk masuk ke dalam kelompok penyanyi
jalanan tersebut untuk bisa ‘ngamen’ dari tenda ke tenda dari rumah ke rumah bahkan
dari bus satu ke bus yang lain. Kelompok Penyanyi Jalanan ini terbuka tidak
3
memandang latar belakang keluarga atau pendidikan mereka, asal memiliki hobi yang
sama bisa masuk ke dalam kelompok tersebut.
Ada empat motivasi mengapa seseorang mengamen, yang pertama adalah
untuk karir, kemudian untuk batu loncatan, iseng dan profesi. Mereka yang ‘ngamen’
untuk karir adalah pengamen yang datang dari daerah dengan membawa karya-karya
sendiri, malam ‘ngamen’ siangnya menawarkan karyanya ke produser. Untuk jenis
yang ini, beberapa nama telah muncul, seperti Kuntet mangkulangit, Younky RM,
John Dayat, dan lain-lain. Adapun ‘ngamen’ sebagai batu loncatan, menurut Anto
adalah mereka yang datang dari daerah ke Jakarta untuk mencari kerja, malam
‘ngamen’ siangnnya memasukkan lamaran ke perusahaan. Sedangkan mereka yang
‘ngamen’ karena iseng biasanya anak-anak sekolah atau mahasiswa untuk mengisi
waktu luang. Jenis keempat adalah mereka yang menggantungkan hidup
sepenuhnyadari ‘ngamen’. (kelompokpenyanyijalanan.blogspot.co.id/2008/02/awal-
mula-menjadi-kpj diakses pada 15 Oktober 2016 pukul 11:10 WIB).
Seiring berjalannya waktu, Kelompok Penyanyi Jalanan semakin tersebar
luas di berbagai kota, mulai dari Bogor, Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan meluas
ke Pulau Jawa khususnya kota Cilegon. Kelompok Penyanyi Jalanan Cilegon
terbentuk pada tahun 1992 dan diresmikan pada tahun 1998. Dibentuknya kelompok
ini atas dasar inisiatif mereka sendiri dan sebagai wadah berkumpulnya orang-orang
yang memiliki hobi yang sama. “Pada saat itu kurang lebih ada 20 orang yang masuk
ke KPJ , usianya rata-rata 20-30 tahun”, ujar Daenk.
4
Setahun setelah diresmikannya KPJ Cilegon, pada tahun 1999, KPJ Cilegon
dipercaya mengisi acara-acara penting seperti sambutan tamu dari luar kota,
pelantikan, peresmian bahkan hari ulang tahun kota Cilegon. Alasan Pemerintah
Kota, dalam hal ini Walikota Cilegon tertatik memilih KPJ adalah karena dirasa
Kelompok Penyanyi Jalanan ini memiliki kepeduliaan tinggi terhadap kegiatan
sosial seperti membantu korban bencana tsunami di Aceh , melakukan bakti sosial
dan lain sebagianya. Pada tahun yang sama , KPJ Cilegon untuk pertama kalinya
mengisi acara ulang tahun Cilegon yang ke satu tahun . Tidak sebatas mengisi hari
jadi kota saja di setiap tahunnya, KPJ Cilegon juga kerap diundang mengisi acara
dengan bentuk kepedulian, kemanusiaan dan kegiatan sosial lainnya.
Selain memiliki kepeduliaan tinggi, Kelompok Penyanyi Jalanan Cilegon
juga sudah mengukir prestasinya di tahun 2000-an, salah satunya adalah juara 2
Festival Musik di Bandung dan Yogyakarta dengan membawa alat musik tradisional
dan membawa nama kota Cilegon. Cilegon pun bangga memiliki KPJ karena
penyanyi jalanan atau pengamen identik dengan kriminalitas, namun mereka bisa
membuktikan bahwa mereka bukan hanya bisa bernyanyi tetapi memiliki prestasi dan
mengharumkan nama baik kota Cilegon.
KPJ Cilegon sampai saat ini memiliki kurang lebih 200 anggota, mulai dari
umur belasan hingga puluhan tahun, mereka tidak berebut dalam menyalurkan
bakatnya namun ada giliran dan waktunya. KPJ Cilegon memiliki 3 zona, zona A
5
berada di Terminal Seruni, zona B di Lesehan dan Pasar Kranggot Cilegon, zona C di
Damkar (Dekat Tol Cilegon Barat) dan zona D di Merak.
Alasan penulis mengangkat Kelompok Penyanyi Jalanan sebagai studi kasus
dalam penelitian ini adalah karena KPJ berbeda dengan pengamen lain, mereka
sudah diakui keberadaannya oleh Polres Cilegon dan setiap anggota juga memiliki
kartu keanggotaan, disana juga tertera peraturan dan ketentuan yang harus dijalankan
oleh setiap pemilik kartu anggota. Peraturan dan ketentuan di dalam kartu anggota
KPJ Cilegon adalah sebagai berikut :
Peraturan :
1. Bersikap sopan santun
2. Tidak mengkonsumsi miras, narkoba atau sejenisnya saat beraktivitas
3. Tidak membawa senjata tajam di saat beraktivitas
4. Tidak melakukan tindakan criminal
5. Berkarya
Ketentuan :
1. Pemegang kartu ini adalah keluarga besar KPJ Cilegon
2. Apabila pemegang kartu anggota ini melakukan tindakan criminal,
kepengurusan akan memberikan sanksi yang telah disepakati
6
3. Apabila masa aktif kartu ini sudah habis dan anggota tidak memperpanjang ,
maka bukan tanggung jawab kepengurusan KPJ Cilegon lagi.
4. Anggota yang tidak mematuhi peraturan yang tertera diatas akan dikenakan
sanksi sesuai dengan peraturan organisasi
5. Segera laporkan ke pengurus apabila kartu hilang
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Strategi Komunikasi Dinas Sosial Cilegon dalam Mensosialisasikan
Program Kerja Pemerintah Terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial di Cilegon (Studi Kasus Kelompok Penyanyi Jalanan Kota Cilegon).”
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi
masalah yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi mengenal khalayak yang digunakan Dinas
Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan Program Kerja Pemerintah bagi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ? Bagaimana strategi komunikasi
menyusun pesan yang digunakan Dinas Sosial Cilegon dalam
mensosialisasikan Program Kerja Pemerintah bagi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial ?
7
2. Bagaimana strategi komunikasi menetapkan metode yang digunakan Dinas
Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan Program Kerja Pemerintah bagi
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ?
3. Bagaimana strategi komunikasi seleksi dan penggunaan media yang
digunakan Dinas Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan Program Kerja
Pemerintah bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ?
4. Apa faktor pendukung dan penghambat Dinas Sosial Cilegon dalam
mensosialisasikan Program Pelatihan dan Keterampilan ?
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.4.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menguraikan dan
mengetahui tentang bagaimana Strategi Komunikasi Dinas Sosial Cilegon dalam
Mensosialisasikan Program Kerja Pemerintah bagi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial di Cilegon.
1.4.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui stategi komunikasi mengenai khalayak yang digunakan
oleh Dinas Sosial Cilegon dalam menyosialisasikan Program Kerja
Pemerintah bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Cilegon.
8
2. Untuk mengetahui strategi komunikasi menyusun pesan yang digunakan
Dinas Sosial Cilegon dalam mensosialisakan Program Kerja Pemerintah bagi
Penyandang Masalah Kesejateraan Sosial di Cilegon.
3. Untuk mengetahui strategi komunikasi menetapkan metode yang digunakan
Dinas Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan Program Kerja Pemerintah
bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Cilegon.
4. Untuk mengetahui strategi komunikasi seleksi dan penggunaan media yang
digunakan Dinas Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan Program Kerja
Pemerintah bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Cilegon.
5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan pengghambat Dinas Sosial
Cilegon dalam mensosialisasikan program pelatihan dan keterampilan.
1.5. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan hasil
yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan penelitian di atas. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat mengembangkan
kajian Studi Ilmu Komunikasi secara umum. Selain itu pula dapat menjadi acuan dan
9
dapat memperdalam pengetahuan dan teori mengenai informasi yang berhubungan
dengan Studi Ilmu Komunikasi .
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi peneliti mengenai
betapa pentingnya menghargai profesi seseorang walaupun hanya seorang anak
jalanan atau pengamen.
b. Manfaat Bagi Universitas
Untuk pihak universitas khususnya Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi
Humas berguna sebagai literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan
penelitian yang sama. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk seluruh
mahasiswa untuk meningkatan pengetahuan mahasiswa memberikan pengetahuan
tentang tema yang sama.
c. Kegunaan Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat luas,
khususnya bagi para pendengar atau penumpang di dalam bis kota agara bisa
menghargai dan memahami kondisi sosial ekonomi anak jalanan atau pengamen
dalam melakukan aktivitasnya sehingga saling tercipta ketentraman.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang artinya
membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Komunikasi juga berasal dari
akar kata communico yang artinya membagi.
Menurut salah satu pakar sosiologi, Everett M. Rogers (1985) yang kemudian
lebih banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi khususnya dalam hal
penyebaran inovasi membuat definisi komunikasi, yakni:
”Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada
satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”
Definisi ini kemudian dikembangkan bersama dengan Lawrence D. Kincaid
(1981) sehingga melahirkan suatu definisi yang lebih maju dengan menyatakan:
”Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.”
10
11
Jadi jelaslah bahwa komunikasi itu tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena
berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung pada struktur
keseimbangan seseorang dalam masyarakat.
Sedangkan istilah komunikasi dalam bahasa asing menurut pakar , yakni Carl
I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai berikut:
“The process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal symbols) to modify the behavior of other individuals (communicatess).”
(Proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya
lambang bahasa) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan) (Cangara,
2013:33).
Berdasarkan dari definisi di atas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah
proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya
lambang bahasa) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberitahu,
tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan
tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).
Seperti yang dikatakan Wilbur Schramm pada buku Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi tentang field of experience (bidang pengalaman) merupakan faktor yang
amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang pengalaman komunikator
sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar.
12
Sebaliknya, jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman
komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain atau akan terjadi
miscommunication dan banyak lagi faktor-faktor lain yang menyebabkan terjadinya
miskomunikasi (Effendy, 2003:30-31)
2.1.2 Tujuan Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy, tujuan dari komunikasi adalah:
1. Perubahan sikap (attitude change);
2. Perubahan pendapat (opinion change);
3. Perubahan perilaku (behavior change);
4. Perubahan social (social change).
(Effendy, 2003: 55)
Sedangkan tujuan komunikasi pada umumnya menurut Hafied Cangara adalah
mengandung hal-hal sebagai berikut:
a. Supaya yang disampaikan dapat dimengerti
Seorang komunikator harus dapat menjelaskan kepada komunikan (penerima)
dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang
dimaksud oleh pembicara atau penyampai pesan (komunikator).
13
b. Memahami orang
Sebagai komunikator harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa
yang diinginkannya. Jangan hanya berkomunikasi dengan kemauan sendiri.
c. Supaya gagasan dapat diterima oleh orang lain
Komunikator harus berusaha agar gagasan dapat diterima oleh orang lain
dengan menggunakan pendekatan yang persuasif bukan dengan memaksakan
kehendak.
d. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu
Menggerakkan sesuatu itu dapat berupa kegiatan yang lebih banyak
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kita kehendaki. (Hafied,
2002: 22)
2.2. Tinjauan Tentang Komunikasi Kelompok
Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi kelompok adalah: “komunikasi
yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang
jumlahnya lebih dari dua orang”. (Effendy, 2003: 75).
Definisi diatas menunjukan bahwa, sekelompok orang yang menjadi
komunikan bisa sedikit dan bisa berjumlah banyak. Apabila jumlah orang dalam
kelompok itu sedikit, maka kelompok tersebut disebut kelompok kecil dan
komunikasi yang berlangsung disebut komunikasi kelompok kecil (small group
14
communications). Berlaku juga sebaliknya, apabila jumlah orang dalam kelompok itu
banyak maka kelompok tersebut disebut kelompok besar dan komunikasi yang
berlangsung disebut komunikasi kelompok besar (large group communications).
Pada komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukan pesannya ke
dalam benak atau pikiran komunikannya, misalnya; di dalam perkuliahan, ceramah,
diskusi, seminar, rapat, dan lain-lain. Dalam situasi komunikasi seperti itu logika dari
komunikan dan komunikator berperan penting. Komunikan akan dapat menilai logis
atau tidaknya uraian atau penjelasan dari komunikator, dengan begitu proses
komunikasi yang berlangsung bersifat sirkuler dan dialogis. Umpan balik terjadi
secara verbal, komunikan dapat menanggapi uraian dari komunikator seperti bertanya
apabila tidak mengerti, dan menyanggah bila tidak setuju.
Pada komunikasi kelompok besar, pesan yang disampaikan oleh komunikator
ditujukan kepada afeksi (perasaan) komunikan, misalnya rapat raksasa di sebuah
lapangan. Dalam situasi komunikasi seperti itu, komunikan yang diterpa suatu pesan
komunikasi lebih banyak menanggapi dengan perasaan daripada pikiran. Proses
komunikasi yang berlangsung bersifat linear, dan satu arah, sehingga dalam situasi
komunikasi yang seperti itu terjadi yang disebut dengan “infectious exaltation” atau
hipnotis secara kolektif yang mempengaruhi pikiran dan tindakan.
15
2.3 Tinjauan tentang Strategi Komunikasi
2.3.1 Pengertian Strategi Komunikasi
Perlu diketahui bahwa arah sasaran komunikasi berorientasi pada efek
yang positif atau efektivitas, untuk itu dalam mencapai efektifitas komunikasi
diperlukan atau pendekatan atau strategi operasional tertentu. Dengan
demikian penulis terlebih dahulu mengetengahkan suatu hal yang mendasar
dalam penulisan penelitian ini, yaitu pengertian strategi. Hal yang dimaksud
untuk mendapatkan gambaran mengenai pengertian strategi dalam
hubungannya dengan komunikasi.
Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus, sedangkan
menurut Arifin Anwar (1994:10) dalam bukunya “Strategi Komunikasi”
mengatakan bahwa strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang
tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan, jadi merumuskan suatu
strategi komunikasi berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan
waktu) yang dihadapi dan yang akan dihadapi dimasa depan, guna mencapai
efektivitas. Dengan strategi komunikasi ini berarti dapat ditempuh dengan
beberapa cara dengan menggunakan komunikasi secara sadar untuk
menciptakan perubahan diri khalayak dengan mudah dan cepat
16
Selain itu pakar komunikasi lainnya, Effendy mengemukakan bahwa
strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi juga
harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda
sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Dari beberapa pengertian
diatas, maka strategi komunikasi erat hubungan dan kaitannya antara tujuan
yang hendak dicapai dengan konsekuensi- konsekuensi (masalah) yang harus
diperhitungkan, kemudian merencanakan bagaimana mencapai konsenkuensi-
konsenkuensi sesuai dengan hasil yang diharapkan atau dengan kata lain
tujuan yang hendak dicapai. Perencanaan strategi komunikasi harus senantiasa
disusun secara sistematis, sebagai upaya merubah pengetahuan, sikap dan
tingkah laku khalayak atau sasaran. Dibawah ini akan kita lihat sebagai suatu
usaha untuk merubah suatu sasaran. Pertama yang harus diperhitungkan
adalah :
1. Asas dan generalisasi menegenai unsur – unsur pokok dalam situasi
komunikasi serta kombinasinya kedalam.
2. Kemudian merubah tingkah laku yang terjadi sebagai hasil atau akibat
komunikasi.
17
Widjaja (1986 : 96) mengemukakan dalam hubungan ini dimaklumi
bahwa setiap organisasi yang berada dalam proses institution building/
institusional straturenya harus secara terus menerus dilakukan antara lain :
1. Mengetahui sikap, cita rasa , kepentingan dari lingkungannya (masyarakat/
publik / klien )
2. Mengakomodasikan , mengubah, membentuk, membina sikap, cita rasa,
dan kepentingan lingkungan (masyarakat, publik, klien), sehingga viability
dari organisasi itu tetap terjaga dengan baik dalam mencapai tujuannya secara
efisien dan efektif.
Untuk mencapai itu , setiap organisasinya harus mampu :
1. Menentukan dan merumuskan kebijaksanaan dalam bahasa yang dipahami (
komunikatif ) dalam lingkungannya.
2. Merumuskan program kegiatan yang menciptakan interdepensi dengan
lingkungannya serta menarik partisipasi dengan lingkungannya itu.
Apabila semua karakteristik yang dimiliki dapat dipahami dengan baik dan
dapat dijalankan sebagaimana mestinya, maka strategi komunikasi disusun secara
baik pula. Untuk mendapat dukungan masyarakat yang menjadi khalayak atau
sasaran, maka arah kebijaksanaan dan strategi harus sesuai dengan aspirasi
masyarakat. Mengingat bahwa masyarakat terus berkembang dan berubah sesuai
18
dengan tuntutan hidup, ruang dan waktu, maka konsep strategi dan kebijaksanaan
harus merupakan konsep yang bersifat dinamis untuk dapat menampung
perkembangan – perkembangan yang baru. Untuk dapat menanggapi tuntutan –
tuntutan baru yang ditimbulkan oleh perubahan keadaan atau zaman, maka kita
memerlukan strategi dan kebijaksanaan untuk dapat menunjang pencapaian tujuan
dengan terlebih dahulu menetapkan :
a. Sasaran yang hendak dicapai
b. Jalan yang hendak ditempuh
c. Sasaran- sasaran yang perlu disediakan
d. Program – program yang didasarkan atas sarana yang tersedia.
Rencana atau perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan
(merancangkan) (http://kbbi.web.id/rencana diakses pada 26 Oktober 2015
pk.14.35) sebuah konsep yang harus dikaji.
Selain itu, dalam penerapan strategi komunikasi perlu diketahui tujuan sentral
strategi komunikasi seperti yang dikemukakan oleh R.Wayne Pace, Brent D.
Petersondan M.Dallas Burnet dalam Effendy (2006 : 32) bahwa tujuan sentral
komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama yaitu :
a. To Secure Understanding,
b. To Establish Acceptance,
19
c. To Motivate action.
Pertama adalah to secure understanding, memastikan bahwa komunikan
mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat mengerti dan
menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish acceptance).
Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action)
2.4 Proses Komunikasi
Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yaitu secara primer dan secara
sekunder.
a. Proses Komunikasi Secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang ( simbol ) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam
proses komunikasi adalah bahasa, kial, syarat, gambara, warna, dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan. Bahwa bahasa yang paling
banyak dipergunakan dalam proses komunikasi adalah jelas karena
bahasalah yang mampu menerjemahkan pikiran seseoarng kepada orang
lain. Apakah itu berbentuk idea, informasi, atau opini : baik mengenai hal
yang konkrit maupun yang abstrak : Bukan saja tentang hal atau peristiwa
20
yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan
masa yang akan datang.
Pikiran atau perasaan seseorang baru akan diktehui oleh dan akan
dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikandengan menggunakan
media primer, yakni lambang – lambang. Dengan kata lain. Pesan (mesagge)
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikasn terdiri atas isi (
Content) dan lambang ( symbol ). Media primer atau lambang yang paling
banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa (Effendy, 2006:11-12)
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah suatu proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada
ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks,
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.
Pada umunya kalau kita berbicara dikalangan masyarakat, yang
dinamakan media komunikasi itu adalah media kedua sebagaimana
direngkan diatas. Jarang sekali orang menganggap bahasa adalah media
21
komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang ( symbol)
beserta isi (content ) - yakni pikiran atau perasaan yang dibawahnya
menjadi totalitas pesan ( message), yang tampak tak dapat dipisahkan.
Tidak seperti media dalam bentuk surat, telepon, radio, dan lain – lainnya
yang jelas tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah – olah orang tak
mungkin berkomunikasi tanpa bahasa, tetapi orang mungkin dapat
berkomunikasi tanpa surat, telepon, dan sebagainya.
Akan tetapi, para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan
keefisiensian komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-
pesan yang bersifat informatif. Karena menurut mereka, yang efektif dan
efisien dalam menyampaikan pesan persuasive adalah komunikasi tatap
muka karena kerangka acuan (frame of reference), komunikan dapat
diketahui oleh komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya,
umpan balik berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator
menanggapi reaksi komunikan pada saat itu juga. Dengan demikian,
proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat
diklasifikasikan sebagai media massa (massmedia) dan media nirmassa
atau media nonmasa (non-mass media (Effendy, 2006:16-18).
22
2.5 Perumusan Strategi Komunikasi
Suatu strategi adalah keputusan kondisional tentang tindakan yang akan
dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain
diperlukan perumusan tujuan yang jelas, kondisi dan situasi khalayak juga harus.
Itulah sebabnya maka langkah pertama yang diperlukan ialah mengenal khalayak atau
sasaran. Kemudian seorang komunikator juga dipilih sesuai dengan kondisi dan
situasi khalayak, agar pesan-pesan yang disampaikan dapat dipahami dan dimengerti.
Menurut Arifin (1994:58), agar pesan yang disampaikan kepada sasaran (
publik ) menjadi efektif, Arifin menawarkan strategi – strategi komunikasi sebagai
berikut :
1. Mengenal khalayak
Untuk mencapai hasil yang positif dalam proses komunikasi, maka komunikator
harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan
metode dan media. Untuk menciptakan persamaan kepentingan tersebut, maka
komunikator harus mengerti dan memahami, pola pikir ( frame of reference ) dan
lapangan pengalaman (field of experince ) khalayak secara tepat dan seksama
meliputi :
a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak yang terdiri atas :
1. Pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
23
2. Pengetahuan khalayak untuk menerima pesan – pesan lewat media yang
digunakan
3. Pengetahuan khalayak terutama pembendaharaan kata yang digunakan
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai – nilai dan norma – norma
dalam kelompok dan masyarakat yang ada.
c. Situasi dimana kelompok itu berada.
Dalam observasi atau penelitian, publik dapat diidentifikasikan dari berbagai segi,
dari segi pengetahuan khalayak misalnya terdapat pesan – pesan yang disampaikan
dapat ditemukan khalayak yang tidak memiliki pengetahuan, memiliki hanya sedikit,
memiliki banyak, dan yang ahli tentang masalah yang disajikan. Sedang dari segi
sikap khalayak terhadap isi pesan yang disampaikan dapat ditemukan khalayak yang
setuju, ragu- ragu, dan yang menolak.
Demikian juga dari segi kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya
mengenai inovasi ( ide – ide baru), dengan melalui penelitian dapat diperoleh
identifikasi publik atau khalayak. Dalam hal ini Schonfeld ( 1998 : 52 )
mengemukakan klasifikasi khalayak sebagai berikut :
a. Innovator atau penemuan ide adalah orang yang kaya akan ide baru, dan karenanya
mudah atau sukar menerima ide baru orang lain.
24
b. Early Adopters atau orang – orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa yang
dianjurkan kepadanya.
c. Early Mayority atau kelompok orang- orang yang mudah menerima ide- ide baru
asal saja sudah diterima oleh orang kebanyakan.
d. Mayority atau kelompok dalam jumlah terbanyak yang menerima atau menolak ide
baru, terbatas pada suatu daerah.
e. Non – Adopters atau orang –orang yang tidak suka menerima ide baru dan
mengadakan perubahan – perubahan atas pendapatnya semula.
Mengenal pengaruh kelompok dan nilai – nilai kelompok, memang merupakan hal
yang harus dikenal dan diteliti oleh komunikator untuk menciptakan komunikasi yang
efektif, sebab manusia hidup dalam dan dari kelompoknya.
Dalam identifikasi publik ini dapat dilihat, bahwa makin modern hidup seseorang
makin banyak kelompok referensinya (reference group), selanjutnya semakin luas
pula lingkungan referencenya (frame of reference). Sebaliknya semakin tradisional
seseorang, makin kecil kelompok referencenya, makin sempit pula lingkungan
referencenya. Artinya makin modern seseorang makin kurang dan renggang
hubungannya dengan kelompok, sebaliknya makin tradisional seseorang makin kuat
dan erat hubungannya dalam kelompoknya.
25
Pengenalan mengenai khalayak sangat diperlukan, unsur manusia dalam proses
komunikasi adalah unsur yang sangat penting dan merupakan inti dari komunikasi.
2. Menyusun pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya ialah
menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat utama dalam
mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian.
Perhatian ialah pengalaman yang terpusat. Karena itu tidak semua yang
diamati dapat menimbulkan perhatian. Dengan demikian, awal dari suatu afektivitas
komunikasi ialah bangkitnya perhatian dari khalayak terhadap pesan-pesan yang
disampaikan. Hal ini sesuai dengan AA. Procedure atau From Attention To Action
Procedure. Artinya membangkitkan perhatian (attention) untuk selanjutnya
menggerakkan seseorang atau banyak orang melakukan suatu kegiatan ( Action )
sesuai tujuan yang dirumuskan.
Selain AA. Procedure, dikenal pula rumus klasik AIDDA yang juga dikenal
dengan adoption process, yaitu attention, Interest, desire, decision, dan Action.
Artinya dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention), kemudian
menimbulkan minat dan kepentingan (interest), sehingga banyak memiliki hasrat
(desire), untuk menerima keputusan untuk mengamalkan dalam tindakan (action).
Menurut Schram (1984 : 68 – 69), syarat- syarat berhasilnya suatu pesan sebagai
berikut :
26
1. Pesan harus direncanakan dan disampaikan sedemikian rupa sehingga pesan
itu dapat menarik perhatian yang ditujukan.
2. Pesan haruslah menggunakan tanda–tanda yang dirasakan pada pengalaman
yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga kedua pengertian bertemu.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pada sasaran dan
menyarankan cara – cara mencapai kebutuhan itu.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh suatu kebutuhan
yang layak bagi situasi kelompok dimana sasaran pada saat digerakkan untuk
memberi jawaban yang dikehendaki.
Selanjutnya Schram mengemukakan apa yang disebut availability (mudahnya
diperoleh ) dan contras (perbedaan yang menyolok ). Kedua hal ini ditujukan
terutama dalam penggunaan tanda –tanda komunikasi (sign of communication) dan
penggunaan medium.
Availability, berarti pesan itu mudah diperoleh dalam persoalan yang sama orang
selalu memilih yang paling gampang, yaitu tidak terlalu banyak meminta energi atau
biaya. Sedang contrast menunjukkan, bahwa pesan itu disampaikan dengan
menggunakan tanda – tanda dan medium memiliki perbedaan yang tajam dengan
keadaan sekitarnya, sehingga ia kelihatan atau kedengaran sangat menyolok, dan
dengan demikian itu mudah ditangkap oleh panca indra.
27
3. Menetapkan Metode
Setelah mengidentifikasikan situasi dan kondisi khalayak serta telah menyusun pesan
sedemikian rupa, maka tahap selanjutnya adalah memilih metode penyampaian yang
sesuai. Pemilik metode ini harus disesuaikan dengan bentuk pesan, keadaan khalayak,
fasilitas dan biaya.
Arifin ( 1984 : 73 ) menawarkan merode komunikasi yang efektif yaitu :
1. Redundancy ( repetition )
Adalah mempengaruhi khalayak dengan cara mengulang – ulang pesan kepada
khalayak. Dengan metode ini banyak manfaat yang dapat ditarik. Manfaat itu antara
lain bahwa khalayak akan lebih memperhatikan pesan itu, karena justru
berkonsentrasi pada pesan yang diulang – ulang, sehingga ia akan lebih banyak
menarik perhatian. Manfaat lainnya, bahwa khalayak tidak akan mudah melupakan
hal yang penting disampaikan berulang – ulang itu. Selanjutnya dengan metode
repetition ini, komunikator memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan –
kesalahan yang tidak disengaja dalam penyampaian- penyampaian sebelumnya.
2. Canalizing
Untuk mempengaruhi khalayak haruslah lebih dahulu mengerti tentang kerangka
referensinya dan lapangan pengalaman dari khalayak tersebut dan kemudian
menyusun pesan dan metode sesuai dengan itu. Hal tersebut dimaksudkan, agar
28
khalayak tersebut pada permulaan dapat menerima pesan yang dikehendaki.
Maksudnya komunikator menyediakan saluran – saluran tertentu untuk menguasai
motif – motif tertentu yang ada pada khalayak, juga termasuk dalam proses canalizing
ialah memahami dan meneliti pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak.
3. Informatif
Dalam dunia komunikasi massa dikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat
informatif, yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi khalayak
dengan cara ( metode ) memberikan penerangan. Penerangan berarti penyampaian
suatu apa adanya, apa sesungguhnya. Dengan kata lain, penyampaian sesuatu sesuai
dengan fakta – fakta dan data – data yang benar serta pendapat – pendapat yang
benar. Jadi dengan penerangan ( information ) berarti pesan – pesan yang dilontarkan
itu berisi tentang fakta – fakta dan pendapat – pendapat yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sehingga bagi komunikan dapat diberi
kesempatan untuk menilai, menimbang- nimbang dan mengambil keputusan atas
dasar pemikiran – pemikiran yang sehat.
4. Persuasif
Persuasif berarti, mempengaruhi khalayak dengan cara membujuk. Dalam hal ini
khalayak digugah baik pikirannya, terutama perasaannya. Metode persuasif ini
merupakan suatu cara untuk mempengaruhi komunikasi dengan tidak diberi
kesempatan untuk banyak berfikir kritis, bahkan kalau perlu khalayak itu dapat
29
terpengaruh secara tidak sadar ( suggestive). Dengan demikian, metode ini
komunikator terlebih dahulu menciptakan situasi dimana komunikan mudah terkena
sugesti ( suggestible ). Untuk terjadinya sugesti pada individu atau khalayak dapat
dipermudah dengan jalan :
1. Menghambat ( inhibition )
2. Memecah belah ( dissociation ) proses berfikirnya.
3. Hambatan dalam proses berfikir terjadi karena :
a. Kelelahan
b. Perangsang – perangsang emosionil
5. Edukatif Method ( metode pendidikan )
Salah satu usaha untuk mempengaruhi khalayak dari suatu pertanyaan umum yang
dilontarkan, dapat diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat – pendapat,
fakta – fakta, dan pengalaman – pengalaman. Metode ini dapat juga disebut metode
mendidik. Mendidik berarti memberikan ide kepada khalayak, apa adanya dari segi
kebenarannya, dengan sengaja, teratur dan berencana, dengan tujuan mengubah
tingkah laku manusia kearah yang diinginkan.
30
6. Cursive Method
Yang berarti mempengaruhi khalayak dengan cara memaksa. Dalam hal ini khalayak
dipaksa, tanpa perlu berfikir lebih banyak lagi, untuk menerima gagasan – gagasan
atau ide – ide yang dilontarkan, oleh karena itu pesan dari komunikator ini selain
pendapat – pendapat juga berisi ancaman –ancaman. Metode kursif ini biasanya
dimanifestasikan dalam bentuk peraturan – peraturan, perintah – perintah, dan
intimidasi – intimidasi dan untuk pelaksanaannya yang lebih lancar, biasanya
dibelakangnya berdiri kekuatan yang cukup tangguh.
4. Seleksi dan penggunaan Media
Sebelum suatu pesan atau kebijaksanaan lembaga disampaikan kepada masyarakat
perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran yang paling efektif.
Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung ( face to face ) dan media
massa. Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa orang saja dan lokasinya dapat
dijangkau saja digunakan komunikasi langsung, termaksud jika sasarannya internal
publik biasa digunakan pertemuan – pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan
tersebar dimana – mana, maka salurannya yang sesuai adalah media massa.
Sebagaimana dalam penyusunan pesan kita harus selektif dalam artian menyesuaikan
keadaan dan kondisi khalayak, maka dengan sendirinya dalam penggunaan mediapun
harus demikian adanya.
31
2.6 Dinas Sosial
Dinas Sosial Kota Cilegon merupakan salah satu unit kerja di lingkungan
Pemerintah Kota Cilegon sesuai Peraturan Daerah No.07 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Cilegon, berdasarkan peraturan tersebut,
Dinas Sosial Kota Cilegon mempunyai tugas pokok dan fungsi merumuskan
kebijakan operasional di bidang Kesejahteraan Sosial dan melaksanakan sebagian
kewenangan Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial di Lingkungan Pemerintah
Daerah Kota Cilegon.
Dinas Sosial Kota Cilegon terletak di Jl. Pasar Baru No.1 Cilegon tepat berada
disamping BRI (Bank Rakyat Indonesia) Cilegon.
2.7 Anak Jalanan
Menurut Departemen Sosial RI , anak jalanan adalah anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat
umum . Anak jalanan mempunyai cirri-ciri, berusia 5 sampai dengan 18 tahun,
melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kusam dan pakaian
tidak terurus, mobilitasnya tinggi.
32
Berdasarkan pengelompokan, anak jalanan dibedakan menjadi 3, yakni :
1. Children on The Street
Anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di
jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orangtuanya
atau bisa dibilang sebagai penyangga keluarga.
2. Children of The Street
Anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial
maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan
dengan orang tuanya tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu.
3. Children from Family of The Street
Anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Meskipun
anak-anak ini mempunyai hubungan keluarga yang cukup kuat, tetapi
hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan
segala resiko yang ada.
Departemen Sosial RI (2001:25-26), menyebutkan bahwa penyebab
keberadaan anak jalanan ada 3 macam, yakni faktor pada tingkat mikro (immediate
causes), faktor pada tingkat masso (underlying causes), dan faktor pada tingkat
makro (basic causes).
33
a. Tingkat mikro (immediate causes)
Faktor pada tingkat mikro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan anak
dan keluarganya. Departemen Sosial (2001 : 25-26) menjelaskan pula bahwa
pada tingkat mikro, sebab yang bisa diidentifikasikan dari anak dan keluarga
yang berkaitan tetapi juga berdiri sendiri, yakni :
1. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah
putus , berpetualangan, bermain-main atau diajak teman.
2. Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua
menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau
kekerasan di rumah, terpisah dari orang tua yang mengakibatkan anak
menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial.
3. Melemahnya keluarga besar, dimana keluarga besar tidak mampu lagi
membantu terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh
pergeseran nilai, kondisi ekonomi dan kebijakan pembangunan
pemerintah.
4. Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tua
sudah tidak mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak, telah
menyebabkan anak-anak mencari kebebasannya sendiri.
34
b. Tingkat messo (underlying causes)
Faktor pada tingkat messo ini yaitu faktor yang ada di masyarakat.
Menurut Odi Shalahudin (2001 : 25-26), pada tingkat messo (masyarakat),
sebab yang dapat diidentifikasi meliputi :
1. Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu
peningkatan pendapatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerja yang
menyebabkan drop out dari sekolah.
2. Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi kebiasaan dan anak-anak
mengikuti kebiasaan itu.
3. Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon criminal.
c. Tingkat makro (basic causes)
Faktor pada tingkat makro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan
struktur makro . Depsos RI (2001 :25 -26) menjelaskan bahwa pada tingkat
makro, sebab yang dapat diidentifikasikan adalah :
1. Ekonomi, adalah adanya peluang pekerjaan sector informal yang tidak
terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama di jalanan dan
meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang
mendorong urbanisasi.Hal ini mengakibatkan anak-anak mereka terlempar
ke jalanan.
35
2. Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanah atau rumah
mereka dengan alasan “demi pembangunan”, mereka semakin tidak
berdaya dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang lebih
mementingkan segelintir orang.
3. Pendidikan, adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang
diskriminatif dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang
mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka anak putus
sekolah karena alasan ekonomi telah mendorong sebagian anak untuk
menjadi pencari kerja dan jalanan mereka jadikan salah satu tempat untuk
mendapatkan uang.
4. Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan
antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan
kesejahteraan) dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai
trouble maker atau pembuat masalah (security approach/pendekatan
keamanan).
5. Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga jaring
pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi
kesulitan.
6. Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan,
taman dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa pada daerah-
36
daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai
ajang bermain dan bekerja (eprints.uny.ac.id diakses pada hari Selasa 26
Juli 2016 pkl. 13:58)
2.8 Mensosialisasikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi merupakan upaya
memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh
masyarakat; pemasyarakatan. Sedangkan mensosialisakan, ada dua imbuhan kata
yaitu me- dan –kan yang artinya membuat atau menjadikan, yang artinya adalah
menjadikan atau memperlakukan secara sosialisme. (http://kbbi.web.id/sosialisasi
diakses pada hari Selasa 26 Juli 2016 pkl. 14:15)
Jadi mensosialisasikan yang dimaksudkan adalah membuat sosialisasi atau
suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok maupun
organisasi agar dikenal dan dipahami oleh masyarakat dalam menyampaikan
pesannya secara sosialisme. Untuk mensosialisasikan hal tersebut, maka
dibutuhkan perencanaan atau strategi komunikasi yang matang, mulai dari
pembuatan pesan, penyebaran, umpan balik dan evaluasi.
2.9 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Penyandang Masalah Kesejatheraan Sosial atau yang biasa disebut dengan
PMKS adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu
hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
37
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani maupun
sosial secara memadai dan wajar.
Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan,
keterlantaran , kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan
perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti
terjadinya bencana. (http://wordpress.com/2009/11/02/pengertian-pmks-dan-psks
diakses pada hari Selasa 26 Juli 2016 pkl. 14:32)
2.10 Hambatan Komunikasi
Dalam komunikasi, tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara
efektif. Bahkan sering sekali terjadi kesalahpahaman antara komunikator dan
komunika. Tidak dapat diterimanya pesan, dikarenakan adanya perbedaan lambang
atau bahasa antara kedua belah pihak atau lebih. Atau terdapat hambatan lain dari
keduanya sehingga komunikasi tidak berjalan dengan efektif.
Berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang
harus menjadi perhatian bagi komunikator :
a. Hambatan dari proses komunikasi
Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan
belum jelas bagi dirinya, bahasa yang dipergunakan tidak jelas atau terlalu
sulit, hambatan media missal terjadi dalam media komunikasi, seperti
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
38
pesan. Hambatan ini juga bisa berasal dari komunikan, misalnya
kurangnya perhatian pada saat menerima pesan, hal ini dapat disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan atau rendahnya tingkat pendidikan oleh
komunikan. Kegagalan komunikasi dapat pula terjadi dikarenakan faktor-
faktor, feed backnya ( hasil tidak tercapai ), medium barrier ( media atau
alat dipergunakan kurang tepat ) dan decoding barrier ( hambatan untuk
memahami pesan secara tepat ).
b. Hambatan fisik
Sarana fisik dapat menghambat komunikasi yang efektif, misalnya
pendengaran kurang tajam dan gangguan pada sistem dan gangguan pada
sistem pengeras suara ( sound system) yang sering terjadi dalam suatu
ruangan kuliah / seminar / pertemuan, dll. Hal ini dapat membuat pesan –
pesan tidak efektif samapi dengan tepat kepada komunikannya.
c. Hambatan semantic
Hambatan jenis ini bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak, dalam hal ini adalah bahasa atau lambang.
Mungkin saja yang bahasa yang disampaikan terlalu teknis atau formal
sehingga menyulitkan komunikan yang tingkat pengetahuan atau
pendidikannya kurang ataupun sebaliknya tingkat pengetahuan
komunikatornya kurang.
39
d. Hambatan psiko-sosial
Adanya perbedaan yang cukup luas dalam aspek kebudayaan, adat-
istiadat, persepsi, kebiasaan dan nilai-nilai sehingga harapan dari kedua
belah pihak yang berkomunikasi juga berbeda. Misalnya, seorang
komunikator (pembicara) menyampaikan kata “ momok “ yang dalam kamus
besar bahasa Indonesia sudah benar. Nyatanya kata tersebut dalam bahasa
sunda berkonotasi karang baik. Jika kata tersebut diucapkan pada pidato /
kata sambutan dalam sebuah acara formal yang dihadiri para pejabat, tokoh
dan sesepuh masyarakat sunda, maka citra yang bersangkutan ( komunikator )
dapat turun karena adanya salah pengertian bahasa.
2.11 Kerangka Berpikir
Komunikasi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat, mulai
dari masyarakat kecil dalam bentuk keluarga sampai masyarakat besar seluas dengan
negara dan seluas dunia. Maka selain pemerintah, komunikasi berati pula
pengumuman, penerangan, penyuluhan, perintah, instruksi, komando, nasehat, ajakan
, bujukan, rayuan, dan sebagainya. Komunikasi tidak lagi merupakan upaya agar
seseorang tahu, tetapi juga ia melakukan sesuatu atau melaksanakan kegiatan tertentu.
Strategi komunikasi erat hubungannya antara tujuan yang hendak dicapai
dengan konsekuensi – konsekuensi ( masalah ) yang harus diperhatikan, kemudian
merencanakan bagaimana konsekuensi – konsekuensi sesuai dengan hasil yang
diharapkan atau tujuan yang akan dicapai.
40
Strategi pada hakikatnya harus dibangun berdasarkan tahapan analisis yang
mengarahkan, merencanakan dan memfokuskan upaya pada tujuan khusus serta
menempatkan pada jalur yang jelas dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan. Akan tetapi, untuk mecapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu
menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka model komunikasi yang bisa kita
kaitkan, dengan strategi komunikasi adalah model atau formula yang dikemukakan
oleh Lasswell dalam Efendy (1999 : 10) yaitu : who, says what, in which channel, to
whom, with what effect (siapa, berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan
bagaimana efeknya )
Model ini termasuk model mekanistis, dimana menurut perspektif mekanistis,
komunikasi secara umum memiliki 5 (lima) unsur, yaitu:
a. Komunikator atau sumber
b. Komunike (pesan)
c. Komunikan atau sasaran atau khalayak
d. Media atau saluran, dan
e. Efek atau balikan
41
Teori komunikasi yang mendukung dalam strategi komunikasi adalah yang
dikemukakan Harold D. Laswell, segala sesuatunya harus memperhatikan komponen
– komponen yang merupakan jawaban dari pertanyaan dalam rumus Laswell, seperti :
Gambar 2.1
- Who (siapa), siapakah komunikatornya, dalam penelitian ini adalah
Kabid Rehsos
- Says what (mengatakan apa), pesan apa yang akan disampaikan oleh
Kabid Rehsos, misalnya pengertian pembinaan dan pentingnya sebuah
keterampilan dan meningkatkan motivasi yang merupakan salah satu
upaya mengurangi kesenjangan sosial
- Which channel (melalui apa), media apa yang digunakan oleh Dinsos
Cilegon dalam menyampaikan pesan, dalam hal ini ada dua jenis media
massa (TV, radio dan koran local) serta media nirmassa (leaflet, flier,
poster, pin, signboard, baliho)
- To whom (kepada siapa), siapa komunikannya, dalam penelitian ini
adalah anak jalanan kota cilegon
Siapa Dan apa
akibatnya
Kepada siapa Melalui apa Mengatakan
apa
42
- With what effect (apa akibatnya), efek apa yang diharapkan , adanya
pengetahuan dan pemahaman tentang upaya untuk mengurangi
kesenjangan sosial yang ada di Cilegon sehingga menimbulkan perubahan
perilaku pada kelompok tersebut menuju hal yang lebih baik (Effendy,
2002:29-30)
Adapun kerangka konseptual penulis yang berkaitan dengan hal yang diteliti sebagai
berikut :
Gambar 2.2
Dari gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa Dinas Sosial Cilegon melalui ke
empat strategi yang digunakan dari Anwar Arifin; mengenal khalayak, menyusun
pesan, menetapkan metode dan seleksi dan penggunaan media merupakan langkah
tepat untuk mencapai sebuah tujuan yaitu sosialisasi Program Kerja Pemerintah Kota
Cilegon, dalam hal ini adalah Dinsos Cilegon terhadap anak jalanan di kota Cilegon.
Dinas Sosial
Cilegon
Strategi
Komunikasi :
1. Mengenal
Khalayak
2. Menyusun
Pesan
3. Menetapkan
Metode
4. Seleksi dan
penggunaan
media
Anak Jalanan
Sosialisasi
Program Kerja
Pemerintah
43
Strategi pada hakikatnya adalah suatu perencanaan dan manajemen untuk
mencapai tujuan tertentu dalam praktek operasionalnya. Komunikasi secara efektif
dan strategis pada prinsipnya :
1. Bagaimana mengubah sikap
2. Mengubah opini
3. Mengubah perilaku
Untuk mencapai tujuan strategi komunikasi harus dapat menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan
bisa berbeda sewaktu – waktu, bergantung kepada situasi dan kondisi
Menurut Arifin (1994:58) Strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional
tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam
merumuskan strategi komunikasi , selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas,
juga memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. Itulah sebabnya maka langkah
pertama yang diperlukan adalah mengenal khalayak dan sasaran. Kemudian
berdasarkan pengenalan serta komunikator dipilih, sesuai dengan kondisi dan situasi
yang ada. Langkah – langkahnya sebagai berikut :
1. Mengenal Khalayak
Mengenal khalayak haruslah merupakan langkah pertama bagi komunikator
dalam usaha komunikasi yang efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam
44
proses komunikasi, khalayak itu sama sekali tidak pasif, melainkan aktif sehingga
antara komunikator dan komunikan bukan hanya terjadi hubungan, tetapi juga saling
mempengaruhi. Artinya, khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator tetapi
komunikator juga dapat dipengaruhi oleh komunikan atau khalayak. Untuk menjalin
komunikasi antara komunikator dengan komunikan harus terdapat persamaan
kepentingan. Berarti komunikator harus mengerti dan memahami kerangka
pengalaman dan referensi khalayak secara tepat dan saksama.
2. Menyusun Pesan
Setelah mengenal khalayak dan situasinya, maka langkah selanjutnya dalam
perumusan strategi, ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat
utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu
membangkitkan perhatian.
3. Menetapkan Metode
Seperti telah disinggung bahwa mencapai efektivitas dari suatu komunikan
selain akan tergantung dari kemampuan isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi
khalayak dan sebagainya, maka akan turut dipengaruhi oleh metode – metode
penyampaiannya kepada sasaran.
Dalam dunia komunikasi metode penyampaian / mempengaruhi itu dapat
dilihat dari dua aspek yaitu : menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk
isinya. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa yang pertama, semata – mata
45
melihat komunikasi iti dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi
pesannya. Sedang yang kedua, yaitu melihat komunikasi itu dari segi bentuk
pernyataan atau pesan dan maksud yang dikandung. Oleh karena itu yang pertama (
menurut cara pelaksanaannya ), dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu metode
pengulangan dan metode penyediaan saluran. Sedang yang kedua ( menurut bentuk
isinya) dikenal metode informatif, persuasif, edukatif dan koersif.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Penggunaan medium sebagai alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh
dalam masyarakat, dalam awal abad 21 adalah suatu hal yang merupakan keharusan.
Sebab selain media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak, juga dewasa
ini rasanya kita tak dapat lagi hidup tanpa surat, radio, film, dan televisi. Semua alat
itu telah menjadi alat komunikasi massa yang sejati selain berfungsi sebagai alat
penyalur, juga mempunyai fungsi sosial yang kompleks. Selain kita harus berpikir
dalam jalinan faktor – faktor komunikasi juga hubungannya dengan situasi sosial-
psikologis, harus diperhitungkan dikarenakan masing – masing medium tersebut
mempunyai kemampuan dan kelemahan – kelemahan tersendiri sebagai alat.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu upaya untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Bogdam dan Taylor, metode
kualitatif merupakan “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata – kata tertulis atau lisan dari orang, kata dan perilaku yang dapat diamati”.
Menurut pendapatnya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara utuh (holistic). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi ke dalam variable atau hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagian dari
sesuatu yang utuh. Jadi, dengan metode kualitatif, penelitian ini akan
mendeskripsikan segala sesuatu mengenai strategi komunikasi Dinas Sosial Cilegon
dalam menyosialisasikan program kerja Pemerintah terhadap penyandang masalah
kesejahteraan sosial di Cilegon.
Menurut definisi lain dikemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan
“penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami
sikap pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang”. Sehingga
peneliti pun melakukan teknik wawancara mendalam serta melakukan observasi
47
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini (Moleong,
2006:24-25).
Metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
bersifat umum terhadapa kenyataan sosial dan perspektif partisipan. Pemahaman
tersebut tidak ditentukan terlebih dahulu tetapi diperoleh setelah melakukan analisis
terhadap kenyataan sosial yang menjadi focus penlitian. Kemudian ditarik suatu
kesimpulan berupa pemahaman umum tentang kenyataa-kenyataan tersebut. Hal ini
yang akan dilakukan peneliti dengan melakukan pengumpulan data dan analisis dari
lembaga Dinas Sosial Cilegon pada penyandang masalah kesejahteraan sosial
bagaimana strategi yang digunakan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti berupaya untuk memperoleh informasi
secara mendalam dan terperinci mengenai strategi komunikasi yang digunakan oleh
Dinas Sosial dalam menyosialisasikan program kerja pemerintah terhadap
penyandang masalah kesejahteraan sosial dengan mengumpulkan data dan informasi
secara lengkap, mendalam, kredibel serta dapat dibuktikan dengan sebuah fakta
sehingga dapat memenuhi tujuan dari penelitian.
Penelitian kualitaif ini, penulis menggunakan jenis metode deskriptif, dimana
penelitian hanya memaparkan situasi atau peristiwa dan tidak mencari atau
menjelaskan hubungan serta tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
48
Metode deskriptif ini ditujukan untuk :
1. Mengumpulkan informasi actual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-
praktek yang berlaku
3. Membuat perbandingan dan evaluasi
4. Menentukan apa yang dilakukan orang laindalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang
(Rakhmat Jalaluddin, 1999:27).
3.2 Paradigma Penelitian
Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk menemukan
kebenaran atau untuk lebih memperkuat suatu kebenaran yang ada. Untuk
mengamati strategi komunikasi Dinas Sosial dalam upayanya, peneliti
menggunakan paradigm post-positivisme, dimana paradigma ini merupakan
pemikiran untuk mencari realitas dibalik data kehidupan masyarakat Cilegon
khususnya bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial, dalam hal ini
adalah anak jalanan yang digunakan sebagai langkah awal dalam penelitian
ini.
49
Paradigma post-positivisme ini adalah sebuah pemikiran yang melihat
realitas sebagai hal yang benar-benar ada dalam kenyataan. Dimana pengamat
tidak mungkin mencapai suatu kebenaran apabila pengamat berdiri di
belakang layar, tanpa ikut campur dengan subjek yang diteliti secara langsung
(Yesmil Anwar,2008:56). Namun demikian, dengan sebuah catatan peneliti
tetap bersifat netral untuk mengurangi subjektivitas dalam hasil penelitian.
Dalam paradigma ini, realitas sosial yang menjadi objek penelitian
tidak harus bersifat perilaku sosial yang kasat mata saja, melainkan juga
makna cultural yang simbolik termasuk tindakan yang tidak kasat mata. Jadi
sumber perilaku sosial itu seperti yang dikatakan Suprayogo dan Tobroni,
tidak hanya berasal dari luar individu yang semata-mata mengikuti hukum
kausalitas, namun bersumber pula dari dalam diri subjek dan makna
pengalaman individu (Imam Prayogo & Tobroni,2001:101). Dengan kata lain,
realitas dalam penelitian ini ditentukan sendiri oleh objek yang diteliti.
3.3 Teknik Penelitian
Ada dua jenis data yang dikumpulan dalam penelitian ini, yaitu data
primer dan sekunder
3.3.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
objek penelitian, untuk data primer dengan tiga cara, yaitu:
50
` 1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang yang
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan tujuan tertentu.
Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari narasumber yang sudah ditentukan
sebagai informan. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam
pada penelitian ini untuk mendaptkan informasi sebanyak-banyaknya
tentang apa yang diperlukan. Peneliti mengajukan pertanyaan-
pertanyaan seputar strategi Dinas Sosial Kota Cilegon kepada
informan yang sudah ditentukan sebelumnya tetapi tidak menutup
kemungkinan peneliti bertanya tentang hal-hal yang tidak terlalu erat
kaitannya dengan permasalahan penelitian. Peneliti pun akan mencari
informasi dari informan lain bilamana informasi yang diperoleh dirasa
belum mencukupi.
2. Observasi
Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan non
partisipasi (non participant observation) yakni melakukan observasi
tanpa melibatkan diri atau tidak menjadi bagian dari lingkungan sosial
yang diamati
51
Peneliti hanya memperhatikan gejala-gejala atau fenomena.
Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk memberikan gambaran
awal mengenai Dinas Sosial Kota Cilegon sebelum peneliti melakukan
penelitian lebih lanjut.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dokumen
dokumen penting yang berguna bagi peneliti dalam penelitian ini.
Dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun rekaman yang dapat
digunakan untuk melengkapi data tambahan penelitian, seperti buku-
buku, tulisan-tulisan dan profil perusahaan.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah
jadi (tersedia) melalui publikasi atau informasi yang dikeluarkan dari
berbagai organisasi atau perusahaan.
Untuk memperoleh dan menunjang data sekunder, maka dalam
penelitian ini peneliti menggunaknan beberapa teknik pengumpulan
yaitu pengumpulan data kepustakaan yang digunakan untuk
mempermudah mendapatkan data-data , teori-teori, metode-metode
penelitian dari buku-buku yang berkaitan serta menunjang penelitian
serta mencari data-data yang diperlukan melalui internet.
52
Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai seseorang yang
ingin memperoleh informasi dari narasumber yang sudah ditentukan
sebagai informan. Peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam
pada penelitian ini untuk mendaptkan informasi sebanyak-banyaknya
tentang apa yang diperlukan.
3.4. Informan Penelitian
Penentuan informan adalah mereka yang terlibat langsung
dalam aktivitas yang menjadi objek perhatian yang berfungsi untuk
menjaring sebanyak-banyaknya informasi yang akan bermanfaat bagi
bahan analisis penelitian. Peneliti menentukan kelompok responden
yang akan dijadikan subjek dan key informan dan individu-individu
subjek serta informan peneliti. Hal ini dimaksudkan apabila ada
individu berasal dari luar kelompok responden maka data dan
informasi yang diberikan selalu terbuka dan diterima oleh peneliti.
Dalam penelitian ini yang menjadi key informan adalah Bapak
M. Sudaryo selaku Kepala Bidang Rehabilitasi di Dinas Sosial
Cilegon. Untuk menambah berbagai informasi tambahan yang
dibutuhkan peneliti, maka peneliti membutuhkan informan lain
seperti, Sekretaris Dinas Sosial Cilegon dan Kasubag Program dan
Evaluasi dan anak jalanan Cilegon.
53
3.5 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian sering hanya ditekankan
pada uji validitas dan reliabilitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu
realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah sehingga
tidak ada yang konsisten dan berulang seperti semula.
Heraclites dalam Nasution (1998) menyatakan bahwa “kita
tidak bisa dua kali masuk sungai yang sama” air mengalir terus, waktu
terus berubah, situasi senantiasa berubah dan demikian pula perilaku
manusia yang terlibat dalam situasi sosial, dengan demikian tidak ada
satu data tetap atau konsisten atau stabil.Penentuan informan adalah
mereka yang terlibat langsung dalam aktivitas yang menjadi objek
perhatian yang berfungsi untuk menjaring sebanyak-banyaknya
informasi yang akan bermanfaat bagi bahan analisis penelitian
(Sugiyono,2009:269).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara , catatan lapangan
dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit , melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
54
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
peneliti maupun pembaca.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu
analisis berdasarkan data yang diperoleh , selanjutnya dikembangkan
menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara
berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah
hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan apa yang
terkumpul dan dalam kenyataannya, analisis data kualitatif
berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai
pengumpulan data
3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kota Cilegon Dinas
Sosial Kota Cilegon di Jl. Pasar baru No.5 dan Terminal Seruni
Cilegon.
Januari Februari Mei Juni Agustus September
Bab 1-3
Sidang
Outline
Observasi
Sidang
Skripsi
55
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Singkat Kelompok Penyanyi Jalanan Kota Cilegon
4.1.1. KPJ Kota Cilegon
KPJ Cilegon lahir pada tahun 1992 dan diresmikan pada tahun 1998
dengan anggota berkisar 20-30 orang anggota. Mereka membentuk komunitas
ini atas dasar inisiatif mereka sendiri. Selama berdirinya KPJ Cilegon, mereka
sudah mulai dipercaya Pemkot Cilegon dalam mengisi hari-hari besar seperti
salah satunya adalah Hari Ulang Tahun Kota Cilegon dan lain sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, KPJ juga telah mengukir prestasi dengan
membawa nama baik kota Cilegon. KPJ sudah diakui keberadaannya oleh
Pemkot Cilegon khususnya Dinas Sosial Cilegon dan Polres Cilegon. Sampai
saat ini, KPJ Cilegon sudah memiliki kurang lebih 200 anggota. Alamat
kesekretariatan KPJ Cilegon saat ini berada di kediaman Ketua Umum KPJ
Cilegon tepatnya disamping SMP N 1 Cilegon.
4.1.2. Visi dan Misi
Visi Kelompok Penyanyi Jalanan Cilegon adalah : “Mensejahterakan
setiap anggota KPJ Cilegon”.
56
Visi ini mengandung arti bahwa setiap kegiatan atau usaha yang
dilakukan baik telah , sedang ataupun akan dilakukan oleh setiap anggota KPJ
ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan guna hidup yang lebih baik ,
untuk itu misi Kelompok Penyanyi Jalanan Cilegon adalah :
- Mengangkat derajat hidup anak jalanan
- Mendirikan tata usaha jalan atau TAUJAM (Tata Usaha Jalanan Mandiri)
- Mengapresiasi kemampuan anggota dengan PANPRES (Panggung
Apresiasi)
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok, KPJ Cilegon menyelenggarakan
fungsi :
- Perumusan arah gerak dan strategi pencapaian visi dan misi organisasi
- Pemandatan kepada jajaran kepengurusan organisasi dalam pelaksanaan,
pencapaian program kerja sesuai yang telah direncanakan dan
- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Ketua Umum KPJ Cilegon sesuai
dengan tugas dan fungsinya dibantu oleh ketua, sekretaris, bendahara dan
humas.
-
57
4.1.4 Struktur Organisasi Kelompok Penyanyi Jalanan Cilegon
Ketua Umum KPJ Cilegon
Riki Bascom
Ketua KPJ Cilegon
Yadi (Gembel)
Sekretaris
Kang Alay
Bendahara
Supri
Humas
Kang Bontong
Korlap Zona A :
Terminal Seruni
Gembel
Korlap Zona B :
Lesehan dan
Pasar
Deni alias Kebo
Korlap Zona C :
Damkar
Kiki alias Peot
Korlap Zona D :
Merak
Sam
Anggota Kelompok Penyanyi Jalanan Kota
Cilegon
58
1. Ketua Umum KPJ Cilegon
2. Ketua KPJ Cilegon :
a. Menjelaskan hasil rapat besar dalam bentuk kebijakan umum selama satu
periode
b. Merumuskan arah gerak dan strategi pencapaian visi dan misi organisasi
c. Menetapkan struktur kepengurusan
d. Menandatangani surat menyurat, sikap dan keputusan atas nama organisasi
e. Penanggung jawab tertinggi atas segala kegiatan organisasi dan
mempertanggung jawabkan hasil kerjanya kepada musyawarah
3. Sekretaris
a. Bertanggung jawab kepada ketua atas instruksi , tugas dan mandat yang
didelegasikan
b. Mengolah surat menyurat dan menjaga arsipan serta mengendalikan lalu
lintas dokumen organisasi
c. Mempersiapkan , mengelola, menginformasikan serta mensosialisasikan
hasil-hasil rapat yang dilaksanakan kepada seluruh pengurus dan anggota
d. Bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan kesekretariatan organisasi
59
4. Bendahara
a. Mengolah arus dana kas organisasi
b. Menyusun rencana anggaran pendapatan, pengeluaran dan belanja
organisasi
c. Mencatat setiap pengeluaran dana organisasi
d. Bersama sekretaris mengelola kegiatan organisasi yang berkaitan dengan
manajemen keuangan
e. Bertanggung jawab dan mengkoordinir pencarian dana , penerimaan dana
dan pendayagunaan dana organisasi
5. Humas
a. Memberikan informasi tentang perkembangan organisasi
b. Memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak lain dalam kaitan
kebijakan organisasi
c. Mengumpulkan informasi untuk kepentingan organisasi
6. Korodinator Lapangan :
a. Memegang penuh tanggung jawab yang diberikan oleh Ketua Umum KPJ
Cilegon
60
b. Mengontrol kegiatan ‘mengamen’ di setiap zona masing-masing
c. Mengkondisikan penyanyi jalanan agar bersikap sopan dan mentaati
peraturan
7. Angggota Kelompok Penyanyi Jalanan
4.1.5 Bidang Kewenangan Kelompok Penyanyi Jalanan
1. Perencanaan kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota Kelompok
Penyanyi Jalanan di kota Cilegon
2. Bimbingan Sosial
3. Pendirian Tata Usaha Jalanan Mandiri (Taujam)
4. Pengapresiasian kemampuan anggota dengan PANPRES
(Panggung Apresiasi)
5. Monitoring , evaluasi dan pelaporan hasil kepada ketua umum KPJ
Cilegon
4.1.6 Bidang Kewenangan Dinas Sosial Cilegon
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), meliputi :
1. Anak Balita Terlantar
61
Permasalahan pokok yang berkaitan dengan anak balita terlantar
antara lain kondisi gizi yang buruk, keterbatasan jangkauan pelayanan sosial
bagi anak balita, disamping itu semakin terbatasnya waktu kedua orang tua
untuk memberikan perhatian penuh bagi keberlangsungan tumbuh
kembangnya anak dalam lingkungan keluarganya.
2. Anak Terlantar
Pelayanan sosial yang diberikan yaitu Pembinaan yang diberikan
kepada anak terlantar yaitu pemberdayaan anak terlantar melalui pemberian
bantuan usaha ekonomis produktif dan kelompok usaha bersama serta
pemberian latihan keterampilan melalui Panti Sosial Bina Remaja.
3. Anak Berhadapan dengan Hukum
Orang yang telah berumur 12 tahun tetapi belum mencapai umur 18
tahun, meliputi anak yang disangka, didakwa atau dijatuhi pidana karena
melakukan tindak pidana dan anak yang menjadi korban tindak pidana atau
yang melihat dan/atau mendengar sendiri terjadinya suatu tindak pidana.
4. Anak Jalanan
Anak yang rentan bekerja di jalanan, anak yang bekerja dan hidup di
jalanan yang menghasilkan sebagian besar waktunya untuk melakukan
62
kegitan hidup sehari-hari. Pelayanan sosial yang diberikan kepada anak
jalanan berupa pemberian latihan keterampilan dan pembinaan.
5. Tuna Susila
Penanganan terhadap tuna susila atau PSK yang terjaring melalui razia
diberikan pembinaan melalui panti dan non panti. Pelayanan sosial yang
diberikan adalah pemberian latihan dan keterampilan, tempat biasanya di Aula
Dinas Sosial Cilegon.
6. Gelandangan
Di Kota Cilegon, gelandangan yang tercatat berdasarkan pendataan
tahun 2014 berjumlah 42 orang. Penanganan yang telah dilaksanakan oleh
Dinas Sosial yaitu melakukan pengawasan dan penertiban terhadap
gelandangan serta pemberdayaan gelandangan beserta keluarganya melalui
pemberian bantuan modal usaha.
7. Eks Korban Penyalahgunaan Napza
Eks Korban Penyalahgunaan Napza adalah seseorang yang pernah
menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk
minuman keras di luar tujuan pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter
yang berwenang. Korban Penyalahgunaan Napza di Cilegon dilatih
jurnalistik.
63
8. Penyandang Cacat
Jumlah penyandang cacat di Kota Cilegon adalah 30 orang.Pelayanan
sosial yang diberikan bagi penyandang cacat adalah pelatihan dan
keterampilan perbengkelan dan pemberian kursi roda.
9. Usia Lanjut Terlantar
Penanganan terhadap lanjut usia terlantar yang masih produktif yaitu
pemberdayaan lanjut usia melalui pemberian bantuan Usaha Ekonomi
Produktif (UEP).
10. Wanita Rawan Sosial Ekonomi
Wanita Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang wanita dewasa berusia
18 – 59 tahun belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Di Cilegon, WRSE
diberi pembinaan dan bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
11. Keluarga Rentan Sosial Ekonomi
Populasi keluarga rentan sosial ekonomi di Kota Cilegon yang tercatat
pada Dinas Sosial adalah 1.079 KK, pelayanan sosial yang diberikan bagi
keluarga miskin yaitu pengembangan potensi keluarga miskin, pemberian
latihan keterampilan berusaha bagi keluarga miskin, pendampingan KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) fakir miskin.
64
12. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologi
Adalah keluarga yang hubungan antar anggota keluarganya terutama
suami-isteri kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak
dapat berjalan wajar. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis yang tercatat
pada Dinas Sosial yaitu 193 jiwa.
13. Korban Tindak Kekerasan
Adalah orang baik individu, keluarga, kelompok maupun kesatuan
masyarakat tertentu yang mengalami tindak kekerasan, baik sebagai akibat
perlakuan salah, eksploitasi, diskriminasi, bentuk-bentuk kekerasan lainnya
ataupun dengan membiarkan orang berada dalam situasi berbahaya sehingga
menyebabkan fungsi sosialnya terganggu.
14. Pengemis
Adalah orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta
di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas
kasihan dari orang lain.
15. Bekas Warga Binaan
Seseorang yang telah selesai menjalani masa pidananya sesuai dengan
keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri
65
kembali dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk
mendapatkan pekerjaan atau kehidupannya secara normal.
4.1.7 Program Taujam dan PANPRES Kelompok Penyanyi Jalanan
Cilegon
Taujam atau Tata Usaha Jalanan Mandiri yang sudah ada sejak
berdirinya KPJ Cilegon ini mendapat tanggapan yang positif dari anggota KPJ
yang lain, pasalnya selain ‘ngamen’ mereka juga bisa sambil berusaha,
misalnya berjualan , baik itu makanan, pakaian ataupun pulsa dan
sebagainya.Selain taujam, KPJ Cilegon punya program lain yang baru-baru
ini dicanangkan pada 11 November 2016 yaitu PANPRES atau Panggung
Apresiasi. Maksud dan tujuan diadakannya PANPRES ini adalah “teman-
teman KPJ punya wadah sebagai pemusik dan lain-lain dan mindset ke
depannya itu minimal rekan-rekan bisa mengembangkan warna musiknya
masing-masing”, ujar Aco salah satu anggota KPJ Cilegon.
4.2 Deskripsi Data
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah strategi komunikasi Dinas
Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan program kerja pemerintah terhadap
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial khususnya bagi anak jalanan. Dalam
penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi terlebih
dahulu, dimana peneliti terjun langsung ke tempat kegiatan yang diamati. Peneliti
66
melakukan wawancara dan menanyakan tentang strategi komunikasi Dinas Sosial
Cilegon dalam melakukan sosialisasinya terhadap anak jalanan, wawancara yang
dilakukan untuk mengetahui bagaimana analisis khalayak, strategi penyusunan pesan,
penggunaan metode komunikasi serta seleksi dan penggunaan media yang digunakan.
Selain melakukan wawancara, peneliti juga meminta dokumentasi kepada pihak
terkait berupa foto-foto kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial
Cilegon.
Peneliti melakukan wawancara langsung pada tanggal 06 Juni 2016. Peneliti
mewawancarai key informan yaitu Kabid Rehabilitasi Sosial, sedangkan informan
pendukungnya adalah Kasubag Program dan Evaluasi Dinas Sosial dan Sekretaris
Dinas Sosial. Dalam wawancara tersebut, peneliti mendapatkan data atau informasi
mengenai bagaimana strategi komunikasi Dinas Sosial Cilegon dalam
mensosialisasikan program kerja pemerintah terhadap PMKS khususnya bagi anak
jalanan.
Pada wawancara yang dilakukan, peneliti sudah siap dengan pertanyaan yang
akan diajukan lengkap dengan telepon genggam untuk merekam jawaban atau
informasi dari informan. Daftar pertanyaan dan jawaban dari narasumber dapat dilihat
di lembar lampiran. Data diambil dari hasil wawancara yang diperoleh dari tiga
narasumber dan key informan yang merupakan sumber pokok dalam penelitian,
sedangkan hasil dokumentasi peneliti mendapatkan langsung dari Dinas Sosial
Cilegon.
67
4.3 Analisa Hasil Penelitian
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian yaitu mengenai
strategi komunikasi Dinas Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan program kerja
pemerintah bagi PMKS khususnya anak jalanan, dimana hasil penelitian ini
berdasarkan wawancara, observasi dan dokumentasi. Berikut profil dari narasumber
yang diwawancarai.
1. Nama : M. Sudaryo, SE, M.Si
Jabatan : Kabid Rehsos
Tempat/tanggal lahir : 04 September 1958
Alamat : Kp. Griya Praja Mandiri Blok B2 No.8
No.Handphone : 087771150571
Tugas : Merehabilitasi PMKS yang ada di wilayah hukum
kota Cilegon
2. Nama : Ida Kristianti, SE, M.Si
Tempat/tanggal lahir : 20 desember 1962
Jabatan : Kasubag Program dan Evaluasi
Alamat : Jl.Nusa Indah 12 Blok J7 no.23 BBS II
Tugas : Menghimpun program kegiatan yang ada di dinas
sosial
No.Handphone : 087809389574
68
3. Nama : Drs. H. Romli Rohani, M.Pd
Jabatan : Sekretasris Dinas Sosial Cilegon
Alamat : Kp. Taman Sijaga No.10 Serang
Tugas : Mengurusi atau mengelola kepegawaian, keuangan
dan rumah tangga di dinas sosial
Sebagai instansi yang bergerak di bidang sosial, melalui Dinas Sosial, seluruh
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di kota Cilegon dibina oleh
Dinas Sosial Cilegon, salah satunya adalah anak jalanan atau biasa disebut dengan
anjal. Program pembinaan dan pelatihan keterampilan pun sudah berjalan sejak 4
tahun terakhir, kegiatan pembinaan dan pelatihan keterampilan terhadap anak jalanan
direspon baik oleh anak jalanan, mulai dari kegiatan pelatihan perbengkelan,cuci
steam, sablon dan petukangan. Dinas Sosial selalu peduli terhadap anak jalanan
apalagi bagi mereka yang berusia dibawah 18 tahun, seperti disampaikan Bu Ida
sebagai Kasubag program dan Evalusi:
“Mereka termasuk cepet nanggep sih ya, karena mereka tuh kreatif-kreatif,
yang anak kecilnya juga dibantu sama senior-seniornya yang ada di KPJ.”
Untuk mensukseskan program atau sosialisasi tersebut memang tidak mudah,
dibutuhkan beberapa strategi , dimana salah satunya straregi komunikasi yang
69
menjadi jembatan anatara Dinas Sosial Kota Cilegon dengan anak jalanan yang ada di
kecamatan Cilegon.
Untuk mencapai tujuan dalam mensosialisasikan “ Program pembinaan dan
pelatihan keterampilan”, maka Dinas Sosial Cilegon perlu didukung oleh suatu
strategi komunikasi yang efektif agar hal – hal yang disampaikan dalam rangka
sosialisasi ini dapat berjalan dengan baik kepada anak jalanan di kota Cilegon. Dalam
hal ini pengenalan khalayak. Seperti yang dikemukakan dalam bab 1 ( kerangka
konseptual ) maka dalam penyusunan suatu strategi komunikasi, ada empat hal yang
merupakan inti dalam penyusunan suatu strategi komunikasi yaitu :
1. Mengenal khalayak
2. Menyusun pesan
3. Menetapkan metode
4. Seleksi dan Penggunaan Media
Dengan menggunakan keempat hal tersebut maka kita dapat mengetahui
strategi komunikasi yang digunakan Dinas Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan
program pembinaan dan keterampilan.
4.3.1 Analisis Khalayak yang dilakukan Dinas Sosial Kota Cilegon
Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa mengenal khalayak
merupakan langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang
70
efektif. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa proses komunikasi khalayak itu
sama sekali tidak pasif melainkan aktif sehingga antara komunikator atau
komunikan bukan saja terjadi hubungan melainkan juga terjadi proses saling
mempengaruhi, artinya khalayak dapat dipengaruhi oleh komunikator dan
juga komunikator dapat dipengaruhi oleh komunikan. Kemudian untuk
menciptakan saling mempengaruhi tadi terhadap anak jalanan, melakukan
pengenalan khalayak terlebih dahulu adalah dirasa penting, sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Pak Daryo :
“Penting, karena kita kalo mau memberikan sosialisasi atau sesuatu
atau misalnya klo ada pelatihan, keterampilan, pembinaan, itu
datanya harus bener dulu, ada gak orang itu disitu gitu nah baru kita
utk melaksanakan kegiatan, jadi harus fix dulu datanya.”
Dinas Sosial Cilegon telah melaksanakan berbagai kegiatan seperti :
melakukan pembinaan kepada anak jalanan, contohnya memberikan wadah
bagi mereka untuk melebarkan sayap di dunia perbengkelan, cuci steam
maupun petukangan. Namun untuk melakukan kegiatan itu perlu dialukan
pengenalan khalayak terlebih dahulu, seperti yang disampaikan Pak Daryo :
“Yaa analisis, ya mengidentifikasi dulu kemudian mengevaluasi atau
mengklarifikasi data pmks, karena kalo ini kan data pmks itu kan
mobile, sekarang ada disini besok pergi lagi gitu jadi pasti datanya
tidak statis, kan namanya pmks apalagi anjal hari ini disini besok
dimana gitu, karena kalo liat di identifikasi data anjal itu kebanyakan
71
dari luar cilegon, yang sudah jadi warga cilegon dia punya KTP tapi
yang belum kadang-kadang tidak punya KTP.”
Strategi yang dilakukan Dinas Sosial Kota Cilegon dalam mengenal
khalayak sasarannya adalah berdasarkan demografis khalayak, karena anak
jalanan memiliki latar belakang pendidikan ataupun keluarga yang berbeda-
beda pula. Seperti yang disampaikan Pak Romli :
“Khalayak sasaran kita ya semua anak jalanan, tapi memang kita
harus kenal dulu sama mereka. Kan mereka kan punya latar pendidikan yang
berbeda-beda, terlahir dari keluarga yang berbeda juga, apa mereka tamatan
SD, SMP atau SMA kan kita gak tau, jadi pengenalan atau pendekatan
tersebut penting sebagai permulaan.”
Klasifikasi khalayak Dinas Sosial Kota Cilegon adalah semua anak
jalanan, tidak ada yang dibeda-bedakan karena Dinas Sosial merupakan
wadah bagi mereka penyandang masalah kesejahteraan sosial untuk
memberikan pelayanan kepada PMKS khususnya anak jalanan berupa
pelatihan dan keterampilan dan informasi itulah yang perlu diketahui oleh
anak jalanan, analisis khalayak yang dilakukan Dinas Sosial Kota Cilegon
akan menentukan penyampain materi yang akan disampaikan, ini sesuai
dengan yang diungkapkan oleh Pak Daryo :
“Yang jadi sasaran kita ya semua anak jalanan, karna ini kan tugas
kita amanah dari pemerintah kota untuk kita kasih mereka pembinaan atau
pelatihan atau keterampilan tadi. Kita ngga beda-bedain mereka, mereka
semua sama dapet pembinaan atau pelatihan dari kita.”
72
Dalam melakukan sosialisasi atau kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Kota Cilegon, pengenalan terhadap siapa yang akan menjadi sasaran
khalayak adalah penting dalam upaya membangun pemahaman masyarakat
khususnya anak jalanan. Pengenalan yang dilakukan agar pesan yang akan
disampaikan dapat berjalan dengan baik dan jelas sekali bahwa respon dari
anak jalanan tersebut positif seperti yang dikatakan Pak Daryo :
“ Sejauh ini sih baik yah, mereka itu nerima-nerima aja program dari
kita, kita mau bikin pelatihan atau keterampilan apapun itu mereka selalu
merespon dengan baik, artinya selama ini kegiatan yang dilakukan Dinsos ya
dianggap positif. Bukan sama anak jalanan aja ya, sama semua PMKS yang
lain juga responnya sama.”
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa Dinas Sosial terlibat
langsung dalam sosialisasi program ini.
Sebelum melakukan sosialisasi, perlu diketahui dalam mengenal
khalayak ini hal yang perlu dilakukan ialah mengenal terlebih dahulu
kerangka referensi (frame of reference) serta situasi dan kondisi yang layak.
Hal ini dapat diketahui melalui observasi, penjajakan, atau penelitian.
Hal ini telah dilakukan oleh Dinas Sosial agar sasaran sosialisasinya
dalam mensosialisasikan pembinaan terhadap anak jalanan menjadi efektif
dan tepat sasaran. Dengan demikian, mengenal khalayak merupakan proses
73
yang sangat penting, sebab merekalah yang akan menerima ide – ide baru
tersebut.
Berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Cilegon
untuk mengurangi dan menangani permasalahan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS). Melalui Dinas Sosial Kota Cilegon, kegiatan
atau sosialisasi yang telah diselenggarakan yang mendapat respon baik yang
didapat dari data Dinas Sosial Cilegon adalah sebagai berikut :
1. Launching program pemberdayaan sosial
2. Pelatihan tata boga bagi anggota KUBE
3. Pembinaan dan pelatihan Taruna Siaga Bencana (TAGANA) se-
kota Cilegon
4. Pelatihan jurnalistik bagi korban penyalahgunaan NAPZA
5. Sosialisasi HIV/AIDS bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS)
6. Pelatihan perbengkelan bagi penyandang disabilitas
7. Program keluarga harapan bagi Rumah Tangga Sangat Miskin
8. Pembinaan pelatihan dan keterampilan bagi anak jalanan
9. Pemberian bahan pangan bagi korban bencana
74
10. Talkshow Walikota Cilegon di radio Mandiri 102.0 FM Cilegon
11. Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) bagi Rumah
Tangga Sasaran (RTS)
Gambar 4.1
(Kegiatan Sosialisasi bagi PMKS di Aula Dinas Sosial Cilegon)
Gambar 4.2
75
(Warga Program Simpanan Keluarga Sejahtera/PSKS yang
Mengantri Bantuan dari Pemerintah Cilegon melalui Dinas Sosial)
Kegiatan komunikasi tidak akan berjalan dengan baik apabila langkah
pertama yaitu analisis khalayak tidak dilakukan. Analisis khalayak penting
karena untuk mengenal siapa yang akan menjadi sasaran atau komunikannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti melihat
bahwa Dinas Sosial Kota Cilegon mengenal betul siapa saja yang menjadi
khalayak sasaran mereka, karena seperti sudah dijelaskan diatas bahwa anak
jalanan memiliki latar kehidupan yang berbeda, mulai dari pendidikan,
keluarga dan lain sebagainya.
Kemudian sebelum melakukan sosialisasi, perlu diketahui dalam
mengenal khalayak ini hal yang perlu dilakukan ialah mengenal terlebih
dahulu kerangka referensi (frame of reference) serta situasi dan kondisi yang
layak secara tepat, antara lain sebagai berikut :
a. Kondisi kepribadian dan kondisi fisik khalayak
Pertama adalah pengetahuan khalayak mengenai pokok persoalan
yaitu bagaimana masyarakat atau anak jalanan paham mengenai pembinaan
atau pelatihan yang diberikan. Karena penting bagi Dinas Sosial mengetahui
76
sejauh mana pemahaman masyarakat atau anak jalanan dari segi pengetahuan
khalayak mengenai pesan yang disampaikan, sikap khalayak atau
perbendaharaan kata yang digunakan, seperti yang disampaikan oleh Pak
Romli :
“Hmmm pada dasarnya anjal itu apa ya semacam upaya untuk
hiduplah dengan keterbatasan yang ada tentunya bagaimana upaya kita
untuk meningkatkan taraf mereka, kita liat himpunan mereka itu kan ada
seperti Paket B, Paket C, Paket A melalui Dindik, artinya mereka memang
nyambung, mau untuk hidup lebih maju dan bersedia menerima pesan.”
Hal serupa juga diungkapakan oleh Pak Daryo :
“ iya memang kita biasanya gini sesuai dengan minat bakat peserta
yang akan jadi peserta, dinilai tingkat kemampuannya sampai mana kan
mungkin ada yang SD, SMP ada yang SMA, nanti instrukturnya
menyesuaikan misalnya ngasih keterampilan buat anjal bengkel sepeda
motor, nanti bahasanya maupun tekniknya disesuaikan dengan mereka, jadi
sistemnya bottom uplah bukan top down dari bawah dulu oh begini baru
disimpulkan.”
b. Pengaruh kelompok dan masyarakat serta nilai-nilai dan norma-norma
dalam kelompok dan masyarakat yang ada
Untuk mengetahui pengaruh kelompok ataupun nilai-nilai kelompok
merupakan hal yang harus komunikator lakukan teliti terlebih dahulu demi
terciptanya komunikasi yang efektif.
77
c. Situasi dimana kelompok itu berada
Dalam penelitian, public dapat diidentifikasikan dari berbagai segi,
dari segi pengetahuan khalayak, segi sikap khalayak dan juga dari segi
kesediaan khalayak menerima pengaruh, khususnya mengenai inovasi (ide-ide
baru). Dalam hal ini, anak jalanan adalah termasuk ke dalam Early Adopters
atau orang-orang yang cepat bersedia untuk mencoba apa yang dianjurkan
kepadanya, sama seperti yang diungkapkan oleh Bu Ida :
“Hmm anjal di kita sih termasuk orang yang cepat menerima ide ya,
mereka tuh kalo kita kasih ini misal ada ini ada ini ada pelatihan gitu , respon
mereka bagus ko mau nerima.”
Meskipun Dinas Sosial tidak membeda-bedakan sasaran khalayak
dalam penyampaian pesan, tetapi penting dilakukan pendataan atau
pengklarifikasian bagi anak jalanan, mulai dari identitas, usia, alamat ataupun
latar belakang pendidikannya, karena ini menentukan pesan atau materi yang
akan disampaikan.
Peneliti melihat bahwa hubungan antara Dinas Sosial dan anak jalanan
sampai sejauh ini terbilang cukup baik karena seperti yang sudah dijelaskan
diatas bahwa anak jalanan cepat ataupun bersedia menerima program ataupun
pelatihan yang diberikan, walaupun tak dapat dipungkiri ada saja yang belum
mengetahui pembinaan tersebut .
78
Dinas Sosial Cilegon berupaya dan berharap bahwa seluruh
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dapat diminimalisir setiap
tahunnya demi terwujudnya Kota Cilegon yang mandiri karena Dinas Sosial
Cilegon sadar bahwa masyarakat memiliki status sosial, kepribadian dan latar
belakang yang berbeda-beda.
4.3.2 Strategi Menyusun Pesan yang dilakukan Dinas Sosial Cilegon
Setelah mengenal khalayak maka langkah selanjutnya dalam
perumusan strategi adalah menyusun pesan – pesan. Dalam penyusunan pesan
ini hal utama yang akan dilakukan adalah bagaimana menarik perhatian.
Perhatian ialah pengalaman yang terpusat. Karena itu tidak semua yang
diamati dapat menimbulkan perhatian. Hal ini sesuai dengan AA (From
Attention to Action), artinya membangkitkan perhatian (Attention) untuk
selanjutnya menggerakkan seseorang atau banyak orang melakukan suatu
kegiatan (Action) sesuai tujuan yang dirumuskan dan AIDDA (Attention
Interest Desire Decision dan Action), artinya dimulai dengan membangkitkan
perhatian (Attention) kemudian menimbulkan minat dan kepentingan
(Interest) sehingga banyak memiliki hasrat (Desire) untuk menerima
keputusan untuk mengamalkan dalam tindakan (Action). Dalam hal ini, anak
jalanan termasuk ke dalam AA, seperti yang diutarakan oleh Bu Ida :
“Mereka termasuk cepet nanggep sih ya, karena mereka tuh kreatif-
kreatif, yang anak kecil juga dibantu sama senior-seniornya, jadi menurut
79
pandangan ibu mereka tuh pake AA ya from attention to action tadi, dari
kasih perhatian dulu kalo ada ini ini baru mereka melakukan tindakan.”
Pak Daryo juga menambakan :
“Hmm untuk membangun perhatian mereka itu ya dengan
mengumpulkan mereka, pernah waktu itu sama-sama dengan Polres, BNN
,dikumpulin, kita ngasih pengarahan bareng-bareng, jadi mereka itu ada
perhatianlah dari kita bahwa kita itu ada pembinaan, pembinaan itu tidak tok
dari Dinsos aja, Polresnya BNNnya juga ikut campur, supaya mereka itu
hidup luruslah tidak terjebak oleh narkoba, tidak terjebak dengan hal-hal
pidana.Nah walopun anak-anak juga, kita tetep harus pengertian kepada
mereka.”
Hal serupa juga dikatakan Pak Romli :
“Hmmm kita ngajak mereka untuk berkomunikasi disini untuk
pelatihan, kita undang kesini atau kita yang datang ke basecamp mereka
untuk diskusi dan sebagainya.”
Terkait dalam penyusunan pesan, menyusun pesan dalam suatu
komunikasi juga sangat penting karena ada maksud dan tujuan yang akan
dicapai disana, untuk itu perlu strategi dalam menyusun pesan, sepeti yang
disampaikan oleh Pak Daryo :
“Kalo menyusun pesan kan berdasarkan hasil pendataan terakhir ya
dievaluasi nanti setelah dikasih pembinaan atau pelatihan nah seperti apa itu
pesannya memang harapan kami ya dinsos itu menjadi orang yang tidak terus
menerus menjadi anjal sehingga mereka merubah mindset mereka sehingga
menjadi orang yang bisa menerapkan apa yang sudah diberikan, misalnya
sudah diberikan pelatihan steam motor, diharapkan bisa menerapkan usaha
itu tidak mengamen selamanya”.
80
Setelah membangkitkan perhatian, selanjutnya untuk menumbuhkan
minat dan kepentingan anak jalanan diperlukan langkah-langkah agar mereka
paham mengenai pembinaan yang diberikan, seperti yang dijelaskan oleh Pak
Daryo :
“Langkah-langkahnya ya seperti ini, pertama dari hasil pendataan ya,
mereka tuh mau apa sih, sehingga kita punya misalnya pak saya mau ini, kalo
kita memberikan program tidak dimanfaatkan oleh mereka kan mubazir ya,
contohnya : pengen steam ya dilatih steam , perbengkelan pernah, sablon
pernah, perkayuan pernah nah itu yang pernah dilakukan dinsos sehingga
kita sistemnya mendata mereka mendekati mereka dan meminta apa sih yang
akan dilakukan oleh mereka sesuai dengan minat bakat mereka supaya bisa
diaplikasikan di mereka juga.”
Dalam membangkitkan atau menarik perhatian anak jalanan, pasti ada
saja kendala yang dihadapi mengenai kegiatan atau sosialisasi yang diberikan,
berikut penuturan Pak Daryo terkait kendala yang dihadapi dan bagaimana
cara Dinas Sosial mengatasinya :
“Kendalanya ada sebetulnya , mereka itu kan udah biasa hidup di
jalanan dengan segala sesuatu yang bebas, trus latar belakang pendidikan
kan beda-beda, trus dari anak keluarga-keluarga yang sifatnya berbeda, itu
yang jadi hambatan, sehingga konsolidasinya cukup sulit , perlu ada
waktulah untuk menyatukan mereka. Karen itu basic latar belakang beda
semua, latar belakang daerah, dari padang misalnya dari jawa, dari kita, nah
sehingga watak karakter itu beda. Ya solusinya kita mendekati mereka,
misalnya kita bekerja sama dengan senior-senior mereka ya di KPJ, mau
dibawa kemana sih mereka itu.”
Dalam penyusunan pesan, Dinas Sosial juga menambahkan unsur-
unsur lain seperti gambar, video, perbendaharaan kata ataupun kalimat dalam
81
penyampaian pesan agar pesan tersebut dapat dipahami oleh seluruh
masyarakat khususnya bagi anak jalanan, seperti yang disampaikan oleh Pak
Daryo :
“oh iya ada, ya misalnya kalo kita masalah pembinaan, itu kan sama
dengan Polres itu masalah kenakalan remajanya misalnya, nah klo kita
pembinaan seperti apa, nah kalo dari BNN itu memberikan motivasi jangan
sampai terjerat hal-hal pidana, diberikan power point lengkap dengan
gambar-gambarnya.”
Dari uraian wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa Dinas Sosial
dalam strategi menyusun pesan sudah sangat baik, sangat memperhatikan
unsur-unsur penting dalam penyampaian pesan, mulai dari membangkitkan
perhatian, pendataan, bekerja sama dengan pihak lain seperti kepolisian dan
BNN , memperhatikan kata-kata bahkan menambahkan unsur gambar dan
video serta bahasa yang mudah dimengerti yang bertujuan untuk terciptanya
pemahaman antara komunikator dan khalayak. (masukin gambar PKH)
Gambar 4.3
82
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
dengan menanyakan langsung kepada Dinas Sosial Kota Cilegon mengenai
bagaimana strategi Dinas Sos ial Kota Cilegon dalam penyusunan pesan
berdasarkan pada mengapa, siapa dan bagaiman pesan tersebut dapat
tersampaikan kepada khalayak.
Dalam mensosialisasikan program kerja pemerintah, maka langkah
pertama yang dilakukan Dinas Sosial Kota Cilegon adalah mengenal terlebih
dahulu siapa yang akan menjadi khalayak mereka seperti yang disampaikan
oleh Pak Daryo, kemudian menentukan pesan yang akan disampaikan dan
bagaimana cara penyampaiannya, mulai dari memperhatikan kata-kata,
bahasa, penggunaan huruf serta menambahkan unsur gambar ataupun video
didalamnya, ini bertujuan untuk untuk mempermudah khalayak dalam
menyerapp informasi yang disampaikan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon.
Peneliti melihat, Dinas Sosial Kota Cilegon sudah melakukan strategi
yang baik dalam penyusunan pesan, mereka paham betul siapa yang akan
menjadi sasaran khalayak mereka, apakah itu berdasarkan usia, status, latar
pendidikan ataupun latar keluarga. Karena setiap individu berbeda-beda,
sehingga pengenalan khalayak dirasa penting dan ini menentukan materi apa
yang akan disampaikan. Penggunaan bahasa, kata-kata maupun unsur gambar
83
dan video juga sangat diperhatikan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon dan
strategi untuk menarik atau membangjkitkan perhatian khalayak dengan cara
mendekati mereka dan memberikan pembinaan sehingga sosialisasi
mengenai program yang diberikan pemerintah dapat tersampaikan.
4.3.3 Penggunaan Metode yang dilakukan oleh Dinas Sosial Cilegon
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menjabarkan cara penyampaian
yang dilakukan oleh Dinas Sosial Cilegon kepada seluruh Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya bagi anak jalanan. Menurut
Arifin Anwar, memilih metode penyampaian yang sesuai adalah harus
disesuaikan dengan bentuk pesan, sesuai dengan yang dikatakan oleh Bu Ida :
“Informatif sih ya karena kan kita disini memberikan informasi
mengenai apa saja yang boleh menjadi hak mereka, karna kan dari
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 8 Tahun 2012 tentang PMKS dan UU
Nomor 11 Tahun 2009 kan PMKS itu ; anak terlantar, jalanan dan
sebagainya itu perlu dibina. Nah itu tanggung jawab kita, anjal misalnya
butuh apa ya kita kasih, ya tadi seperti keterampilan dan pembinaan tadi, ya
perbengkelan, jahit menjahit dan sebagainya. Intinya sih mereka tau kalo ada
kita yang siap membantu keluhan mereka.”
Metode komunikasi yang digunakan dalam penyampaian pesan yang
dilakukan Dinas Sosial Cilegon dalam prosesnya adalah informative, karena
pesan yang mereka sampaikan adalah sebuah informasi, ini digunakan agar
terjadinya pemahaman dan PMKS mengerti bahwa ada wadah untuk
84
menaungi mereka demi keberlangsungan hidup yang sejahtera. Selain metode
informatif, Dinas Sosial juga kerap menggunakan metode edukatif dengan
bekerja sama dengan pihak kepolisian (Polres Cilegon) dan Badan Narkotika
Nasional (BNN) tentang bagaimana penanggulangan kenakalan remaja saat
ini.
Selain metode edukatif, metode edukasi juga diberikan kepada anak
jalanan. Edukasi yang diberikan adalah mengenai pembinaan bagi anak
jalanan, seperti mengadakan kegiatan pelatihan dan perbengkelan, cuci steam,
sablon, dan petukangan.
Selanjutnya dalam strategi komunikasi ialah menetapkan metode.
Dalam menetapkan metode ini, Ida Kristianti mengatakan bahwa :
“Dalam menetapkan metode, kami memilih metode pengulangan
(redundancy)., kalau dirasa belum cukup, kita biasanya mengadakan rapat
koordinasi lagi, ini sih bertujuan untuk agar pesan yang disampaikan itu
melekat pada diri mereka.”
Metode yang digunakan oleh Dinas Sosial Cilegon dalam
menyampaikan pesan tentang program ini, pada prinsipnya sudah tepat, mulai
dari metode informatif yang bertujuan untuk memberikan informasi yang
akan disampaikan sesuai dengan fakta dan data. Penyampaian informasi ini
merupakan suatu informasi yang perlu diketahui khalayak ramai secara
gamblang.
85
Metode informative yang digunakan bertujuan untuk membujuk
khlalayak dengan cara memberikan penjelasan, yakni menjelaskan tugas dan
fungsi Dinas Sosial Cilegon serta memberikan kepada khalayak khususnya
bagi PMKS mengenai semua program pemerintah melalui Dinsos Cilegon.
Ini bertujuan untuk memberikan kepada mereka bahwa ada wadah atau
naungan bagi mereka khususnya bagi anak jalanan.
Metode edukatif juga merupkan bentuk penyampain pesan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial Cilegon, mengingat latar pendidikan anak
jalanan tidak menentu, ada mereka yang lulusan SD, SMP ataupun SMA.
Jadi metode edukatif dirasa penting diberikan sesuai dengan pengalaman dan
dapat mengubah pola pikir mereka sesuai dengan yang diharapkan.
Metode edukasi yang digunakan adalah dengan bekerjasama dengan
pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Cilegon dan BNN. Edukasi tersebut
mengenai betapa pentingnya tahu bagaimana cara menanggulangi kenakalan
remaja saat ini, baik itu penyalahgunaan narkotika, pergaulan bebas dan
tindak criminal lainnya. Peneliti melihat bahwa metode edukasi sangat
penting dilakukan karena supaya anak jalanan dapat diarahkan, seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Daryo selaku Kabid Rehsos Dinsos Cilegon bahwa :
“Sebetulnya edukatif juga, persuasive juga penting sehingga ada
preventif ada persuasivf tuh supaya mereka tuh dari yang sebelumnya gak
86
paham jadi paham, itu salah satu metode kitalah supaya mereka tuh dapat
diarahkan.”
Hal serupa juga dikatakan oleh Pak Romli :
“Edukatif. Sih ya kita makenya, mengajak mereka dengan program-
program yang ada. Tapi mereka itu sebenernya cukup komunikatif, bahkan
mereka itu sering ke kita untuk konsultasi, artinya mereka memang cukup
dekat dan mau berkomunikasi dengan kita, ngobrolin tentang pameran atau
membicarakan tentang program mereka, ada anjal yg sakit dan sebagainya.
4.3.4 Strategi Seleksi dan Pengunaan Media yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Cilegon
Strategi seleksi dan penggunaan media dirasa penting karena sebagai
alat penyalur ide, dalam rangka merebut pengaruh dalam masyarakat
merupakan suatu keharusan sebab selain media massa dapat menjangkau
jumlah besar khalayak, juga dewasa ini rasanya kita tak dapat lagi hidup
tanpa surat kabar, radio, film dan juga televisi.
Berdasarkan hasil penelitian pada Dinas Sosial Cilegon, strategi
seleksi dan penggunaan media juga dilakukan agar terciptanya
kesinambungan antara media dan masyarakat sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam hal keterkaitan dalam program pembinaan ini, Dinas Sosial tentunya
tidak lepas dari mitra kerjanya yakni media dalam mensosialisasikan program
pembinaan tersebut, Bu Ida memaparkan :
87
“Kita kerjasama sama surat kabar sih ada Kabar Banten, Radar
Banten, majalah Teras kalo sama media elektroniknya paling Mandiri FM
juga, itu semua PMKS ya bukan anak jalanan aja.”
Hal serupa juga disampaikan Pak Daryo :
“Kalo media sih kita kerjasama dengan Koran ya, ada Kabar Banten,
Radar Banten, Majalah Teras baru-baru ini sama kalo media lainnya bisa
diakses di dinsos.scilegon.go.id atau cilegon online. Itu sih isinya tentang
acara Dinsos apa yang sudah Dinsos lakukan, kegiatan-kegiatan ada disitu.”
Lanjut Pak Romli selaku Sekretaris Dinsos Cilegon :
“Media yang kita gunakan ada dari media cetak, eletronik dan media
masaa ataupun contact centre kita ya, kalo media cetaknya kita bekerjasama
dengan Koran local ada Kabar Banten, Radar Banten, kalo elektroniknya kita
make Mandiri FM kalo media massanya kita punya website sendiri yaitu di
www.dinsos.cilegon.go.id trus juga ada di cilegon online, trus kalo contact
centrenya bisa dihubungi di 0254-389209. Siapapun bisa menghubungi
contact centre kita, karena ini kan hak mereka juga untuk mendapat
pembinaan dari kita, mereka ada keluhan apa boleh ke kita.”
Pemilihan media cetak / elektronik oleh Dinas Sosial Cilegon dalam
mensosialisasikan program pembinaan sudah tepat karena dapat
mempengaruhi pikiran dan tingkah laku khalayak. Seperti pemilihan media
cetak dan elektronik, yaitu Kabar Banten dan Radar Banten serta radio
Mandiri FM , Mandiri FM merupakan Lembaga Penyiaran Publik Lokal
(LPPL) yang dimiliki oleh Pemkot Cilegon, hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Pak Romli :
88
“Karena pemerintah menyiapkan fasilitas itu, karena Mandiri FM
adalah punya kita, jadi semua Dinas yang ada di Cilegon kalo mau nyiarin
apa-apa ya bisa ke Mandiri FM.”
Lanjut Pak Daryo juga menambahkan :
“Kenapa Kabar sama Radar Banten ya karna di kalangan Pemda
Cilegon, memang yang familiar dan sering kita gunakan ya itu tadi.”
Gambar 4.4
(Kegiatan Sosialisasi Walikota Cilegon bagi Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial di Radio 102 Mandiri FM Cilegon)
Dalam interaksinya dengan warga, Iman yang didampingi Asda I
Pemkot Cilegon, Kepala BPMKP , Kepala Dinsos, Kepala Kesbanglinmas
dan Kepala Bagian Kominfo, Sakri Jasiman menjadi juru bicara visi dan
misi pemerintahannya yang mampu mengkomunikasikan pesan secara integral
89
kepada pendengar. Ia , juga memaparkan program-program yang dikeluarkan
oleh Pemkot Cilegon melalui Dinas-dinas yang ada, Iman Ariadi kemudian
selanjutnya membuka layanan telepon dan berdialog langsung dengan
pendengar. Beberapa pendengar memanfaatkan dialog tersebut untuk
mengupas infrastruktur, ekonomi, pendidikan bahkan permasalahan
penyandang masalah kesejahteraan sosial. (Koran Lokal Kabar Banten 15
November 2015 Hal.)
Melihat antusias dari pendengar di radio, diharapkan dapat diadakan
sesering mungkin agar para pendengar merasa bahwa ada wadah untuk
menampung keluh kesah mereka, karena seperti kita ketahui masyarakat
terdiri dari berbagai klasifikasi yang berbeda-beda.
Selain melalui radio, Dinas Sosial juga bekerjasama dengan media
cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Seperti
acara Rapat Koordinasi Pendataan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) yang diselenggarakan pada 11 Agustus 2015, ini bertujuan tentang
bagaimana teknis pelaksanaan pendataan, waktu pelaksanaan kegiatan hingga
personil pendata di tingkat keluarahan, dengan mengundang wartawan dari
media cetak, seperti Kabar Banten dan Majalah Teras. Selain itu juga,
kegiatan atau sosialisasi yang telah dilakukan Dinsos Cilegon dimuat di Koran
lokal tersebut.
90
Gambar 4.5
(Rapat PMKS oleh Ketua Dinas Sosial Cilegon di Aula Dinas Sosial)
Gambar 4.6
(Warga Terlantar yang Dibawa ke RSUD Cilegon)
91
Selain media cetak, Dinsos Cilegon juga menggunakan media online.
Media online yang digunakan Dinsos Cilegon adalah, diantarnya adalalah
website Dinas Sosial Cilegon, www.dinsos.cilegon.go.id dan
www.beritacilegon.co.id. Kemudian contact centre yang bisa dihubungi
adalah 0254-389209 yang merupakan media komunikasi dimana masyarakat
bisa menyampaikan keluh kesah mereka kepada Dinas Sosial Cilegon untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan khususnya bagi mereka Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).
Seleksi media yang digunakan Dinas Sosial Cilegon juga berdasarkan
pada khalayak sasarannya, kerena media yang dipilih mempengaruhi
bagaimana masyarakat menerima pesan, seperti yang dipaparkan oleh Pak
Daryo :
“Kami tentu memilih media tidak asal-asalan, kami memilih media
berdasarkan peminat atau pendengarnya, karena ini menyangkut pada
pemahaman mereka mengenai program yang diberikan pemerintah. Seperti
koran lokal Kabar dan Radar Banten kan itu harganya terjangkau, ekonomi
menengah ke bawah pun bisa membelinya.”
Strategi seleksi dan penggunaan media yang dilakukan Dinas Sosial
Cilegon dalam melakukan komunikasi merupakan langkah yang dirasa
penting demi terciptanya pemahaman antara audiens dan media tersebut.
Karena media merupakan alat atau sarana komunikasi baik cetak, elektronik
maupun massa. (kbbi.web.id/media diakses pada hari Senin, 25 Juli 2016)
92
Kemudian peran media juga dianggap memiliki andil besar dalam
mensosialisasikan program pemerintah kepada masyarakat, seperti yang
diungkapkan oleh Pak Daryo :
“Media disini sangat penting dan berperan besar ya, karena kan
melalui media kita bisa merangkul masyarakat khususnya bagi PMKS
ataupun anjal agar mereka paham mengenai pembinaan yang diberikan.”
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa media memiliki
manfaat besar bagi Dinas Sosial Cilegon dalam mensosialisasikan program
kerja pemerintah kepada masyarakat. Dalam hal ini, Dinas Sosial Cilegon
memanfaatkan media cetak, elektronik dan online sebagai media sosialisasi
mereka.
Selain menggunakan media, Dinas sosial juga bekerjasama dengan
instansi pemerintah lain dalam mensosialisasikan program tersebut. Hal
tersebut dikatakan oleh Bu Ida :
“Apa ya, paling sama disbudpar aja sih, kayak misalnya ada anjal yg
punya bakat atau seni lain misalnya nari gitu ya ke disbudpar.”
Alat komunikasi massa pada dasarnya mempunyai pengaruh yang
cukup besar karena merupakan salah satu kebutuhan vital manusia sebagai
tuntutan dunia modern, sebagaimana membutuhkan komunikasi sebagai
kebutuhan vital dalam hidupnya, maka media massa mempunyai potensi yang
sangat besar dalam membentuk watak, sikap, dan kepribadian manusia.
93
4.4. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mensosialisasikan Program
Pembinaan Terhadap Anak Jalanan
A. Faktor Pendukung Dalam Sosialisasi Program Pembinaan
Faktor yang mendukung sosialisasi program pembinaan terhadap anak
jalanan ini adalah adanya dukungan dari pemerintah kota Cilegon, seperti
yang disampaikan oleh Pak Daryo :
“Faktor pendukungnya ya pertama kita dana ada lah, kemudian yang
kedua adalah memang kewajiban kita bahwa PMKS/ anak jalanan itu sudah
tugas Dinsos, jadi untuk meminimalisir untuk tidak jadi PMKSlah tidak jadi
anjal terus, jadi setahun dua tahun tiga tahun empat tahun kita punya
targetlah , apa setahun 20 20 20, 5 tahun 100 orang , malah jangan sampai
nambah lagi gitu ya cuma kenyataannya hilang satu tumbuh seribu, tapi kita
berusaha meminimalisir jumlah PMKS itu.”
Lebih lanjut juga dikatakan Bu Ida :
“Faktor pendukungnya ya itu tadi mereka mau menerima atau
merespon dengan baik kegiatan dari dinsos itu sendiri.”
Dengan adanya dukungan dari pemerintah maka proses sosialisasi
program pembinaan terhadap anak jalanan ini akan lebih cepat
ditangani.Sebab mereka perlu dibina, mengingat usia atau latar pendidikan
mereka yang berbeda-beda.
94
Faktor lain yang mendukung adalah adanya instansi pemerintah yang
lain yang bisa diajak bekerja sama untuk mensosialisasikan program
pembinaan terhadap anak jalanan . Seperti Pemerintah Kota Cilegon maupun
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cilegon.
B. Faktor Penghambat Dalam Sosialisasi Program Pembinaan
Tidaklah mudah memang untuk melakukan komunikasi secara efektif,
bahkan seringkali terjadi kesalahpahaman antara komunikator dan
komunikan. Seperti yang dikeluhkan oleh Bu Ida :
“Kalo faktor penghambatnya ya mereka kan siang itu jadi malem ,
malem jadia siang, kalo kita ngundang mereka siang ada acara sosialisasi
apa gitu kadang suka males datang, ada yang masih tidur dan lain
sebagainya.”
Berbeda dengan yang diutarakan dengan Pak Daryo, beliau mejelaskan
faktor penghambatnya adalah dari psiko-sosial, hambatan psiko-sosial adalah
perbedaan yang cukup luas dalam aspek kebudayaan, adat-istiadat, persepsi,
kebiasaan dan nilai-nilai sehingga terjadi ketidakpahaman antar dua belah
pihak. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Pak Daryo :
“Penghambat, ya hambatannya kadang-kadang anak itu tidak
berpendidikan, kalo berpendidikan juga sudah lama mungkin ,kadang-
kadang tidak tamat SD, SMP, jadi sulitnya ini, anak ini mau disetarakan
dengan SMA atau SMP atau SD gitu.”
95
Mengenai faktor penghambat dalam sosialisasi program pembinaan
terhadap anak jalanan, kurangnya pemahaman anak tentang pentingnya
program ini bagi mereka, hal ini disebabkkan sebagian besar masyarakat
pengetahuannya masih rendah.
Walaupun demikian, dengan adanya faktor pendukung dan
penghambat dalam sosialisasi ini diharapkan bisa menjadi acuan Dinas Sosial
dalam menyusun suatu kerangka konsep yang jelas mengenai sosialisasi
program pembinaan terhadap anak jalanan sehingga tujuan dapat tercapai
dengan baik.
4.4. Tanggapan Anak Jalanan di Kecamatan Cilegon mengenai Program
Pembinaan Pelatihan dan Keterampilan
Sosialisasi yang telah digunakan oleh pihak Dinas Sosial bagi anak
jalanan selama 4 tahun belakangan ini banyak menuai pendapat, ada mereka
yang senang dengan program ini ada yang tidak suka.
Menurut salah satu informan yang saya wawancarai, Daeng dan Ovi ,
mengatakan :
“Seneng sih karena disamping ada bantuan dari pemerintah buat anjal
buat keterampilan, ya tapi kan cuma sebatas ada acara aja, selesai acara ya kita
begini lagi.”
96
Lain halnya bagi mereka yang tidak suka dengan program yang
dijalankan oleh Dinas Sosial Cilegon, Ferry Irawan mengatakan :
“Sebenernya mah tau mah tau kalo Dinsos tuh ngadain pembinaan dan
latihan segala macem, tapi gue ga pernah ikut dan gak akan pernah ikut, karna
hasil dari prokernya itu ya begitu-begitu aja, pemerintah tuh Cuma bisa ngadain
tapi gak bisa buka sarana atau lapangan kerja buat anak jalanan.”
Kekesalan lain juga dituturkan oleh Gimbal :
“ Tau sih tau, Cuma ya kurang seneng aja gitu, karena programnya tiap
tahun ya itu-itu aja.”
Hal serupa juga disampaikan oleh Donny dan Babay, mereka mengatakan :
“ Tau, tau dari Dinsosnya sendiri, Dinsosnya yang ke sekre. Tapi gue ga
begitu seneng karena gue terkekang dan gak bebas. Dari segi keuntungan sesaat
sih seneng, kalo tindak lanjut gak ada ya percuma juga, suka gak suka soalnya
hidup sehari mati sebulan.”
Hal yang diungkapkan oleh Ferry Irawan mewakili dari pernyataan yang
sama dari Donny dan Babay, mereka mengharapkan perubahan yang mereka
alami bukan hanya sekarang tetapi sampai ke depannya.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan diatas, maka ke
depannya untuk program ini menurut Ferry adalah :
“Harapannya ya simple, gak selamanya orang pengen di jalanan, Cuma
orang bodoh yang pengen di jalanan, cuma ngeluarin unek-unek atau nyalurin
bakat doang. Gak perlu deh yang namanya ada pelatihan, tapi tolong bukakan
97
usaha atau lapangan pekerjaan buat kita sebagai anak jalanan, Cuma bisa
otomotif atau steam doang misalnya tapi gak bisa berkembang kan percuma.”
Hal serupa juga disampaikan oleh Daenk :
“ Jelasnya pengennya jangan cuma dijanjikan aja, kalau mau dibina ya
dibina sekalian.”
4.5. Hasil dari Strategi Dinsos Cilegon Menurut Teori Laswell
Dari teori Laswell yang digunakan Dinsos Cilegon, pada alur kelima
with what effect, sudah dijelaskan pada Bab 2 yaitu untuk memberikan
pemahaman dan pengetahuan tentang kesenjangan sosial, namun pada
kenyataannya , hasil program yang dilakukan oleh Dinas Sosial Cilegon tidak
begitu berpengaruh bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
khususnya bagi anak jalanan kota Cilegon. Dari pembinaan dan keterampilan
yang diberikan bagi anjal seperti perbengkelan, cuci steam, petukangan dan lain
sebagainya hanya untuk meramaikan program pemerintah saja,pada nyatanya
hampir semua dari mereka kembali ke jalanan setelah mengikuti program
pemerintah yang diadakan satu tahun sekali yang diikuti oleh 20 orang setiap
tahunnya. Mereka mengeluhkan program pemerintah yang ‘begitu-begitu saja’,
mereka menginginkan pemerintah membukakan lapangan pekerjaan bagi
mereka bukan hanya diberikan pelatihan saja, oleh sebab itu dari hampir 100
lebih anggota KPJ memilih untuk kembali ke jalanan, selain menyalurkan bakat
dan mencari nafkah, KPJ juga sudah seperti keluarga kedua bagi mereka.
98
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil penelitian yang telah digambarkan dalam bab- bab
sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengenalan Khalayak
Dalam kegiatan sosialisasi tentang pembinaan dan keterampilan anak
jalanan, dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh Dinas
Sosial Cilegon dalam pengenalan khalayak adalah berdasarkan demografis
khalayak karena anak jalanan memiliki usia dan latar pendidikan ataupun
keluarga yang berbeda-beda (usia dari 15 sampai 35 tahun keatas dan latar
pendidikan dari yang putus sekolah sampai SMA). Dari hasil pengamatan
dan wawancara, sebelumnya Dinas Sosial Cilegon melakukan identifikasi
dengan meminta KTP anggota KPJ guna terciptanya sosialisasi yang baik
dan berkesinambungan.
2. Menyusun Pesan
Strategi komunikasi yang dilakukan Dinsos Cilegon dalam menyusun
pesan adalah menggunakan AA (From Attention to Action), yaitu
membangkitkan perhatian (Attention) untuk selanjutnya menggerakkan
99
seseorang atau banyak orang untuk melakukan suatu kegiatan (Action)
sesuai tujuan yang dirumuskan. Penyajian unsur lain seperti gambar, video
ataupun perbendaharaan kata atau kalimat dalam penyampian pesan juga
diperhatikan oleh Dinsos Cilegon sesuai dengan pembinaan atau
keterampilan apa yang akan diberikan. Hal ini terlihat dalam setiap
kegiatan sosialisasi terhadap anak jalanan, seperti keterampilan
perbengkelan, steam motor, petukangan dan lain sebagainya.
3. Menetapkan Metode
Strategi penggunaan metode dalam mensosialisasikan program kerja
pemerintah terhadap PMKS khususnya anak jalanan dengan menggunakan
dua metode, pertama secara informative karena bertujuan untuk
memberikan informasi yang akan disampaikan agar terjadinya
pemahaman dan semua PMKS mengerti bahwa ada wadah untuk
menaungi mereka demi keberlangsungan hidup yang sejahtera. Sedangkan
yang kedua adalah secara edukatif, selain mendapatkan informasi, anjal
juga mendapatkan edukasi mengenai pembinaan seperti bagaimana
menerapkan kegiatan pelatihan perbengkelan, cuci steam, sablon maupun
petukangan dengan baik dan benar.
4. Seleksi dan Penggunaan Media
100
Strategi seleksi dan penggunaan media yang dilakukan oleh Dinsos
Cilegon merupakan salah satu poin penting karena sebagai alat penyalur
ide dalam mempengaruhi masyarakat dan agar terciptanya kesinambungan
antara media dan masyarakat. Seleksi dan penggunaan media yang
digunakan dibagi menjadi tiga, yakni media cetak, elektronik dan online.
Media cetak yang digunakan adalah koran dan majalah. Koran salah
satunya ada Kabar Banten dan Radar Banten, sedangkan majalah, ada
Majalah Teras. Media elektronik yang digunakan ada radio 102 Mandiri
FM Cilegon sertaa media online seperti website yaitu
www.dinsos.cilegon.go.id.
5. Faktor pendukung dalam sosialisasi program pembinaan adalah adanya
dukungan dari Pemerintah Cilegon berupa dana, dalam hal ini Walikota
Cilegon serta adanya respon yang baik dari anak jalanan mengenai
kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Dinsos. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah dari psikososial, artinya ada perbedaan yang cukup
luas dalam aspek kebudayaan, adat istiadat, persepsi, kebiasaan dan nilai-
nilai.
101
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti berikan kepada Dinas Sosial Sosial
Cilegon adalah sebagai berikut :
1.Dinas Sosial Cilegon diharapkan bisa merangkul anak-anak jalanan lebih lagi,
terutama beri mereka lapangan pekerjaan atau usaha yang layak sesuai dengan
pelatihan yang diberikan. Kemudian dalam menyusun strategi komunikasi sebaiknya
Dinas Sosial Cilegon masih perlu perbaikan – perbaikan melihat sistem atau pesan-
pesan yang disampaikan kurang menyentuh anak jalanan.
2. Berita sosialisasi selain Dinas Sosial mengunjungi kesekretariatan anak jalanan
Cilegon, perlu juga dibuatnya spanduk yang berisi slogan tentang pembinaan dan
pelatihan keterampilan.
3. Dalam menggunakan metode sebaiknya selain metode pengulangan berupa
pensosialisasian melalui media elektronik maupun cetak yang dipergunakan, ada
baiknya dinas sosial lebih kreatif dan inovasi dengan mengunjungi atau mengadakan
sosialisasi lebih intensif, sehingga dapat mendorong minat masyarakat atau PMKS
untuk membina dan memberikan pelatihan atau keterampilan.
102
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Yesmil. 2008. Pengantar Sosiologi Hukum. Jakarta. PT. Grasindo
Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas, Bandung.
Armico
Cangara, Hafied. 2013. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta. Raja
Grafindo Persada
Effendy, Onong Uchjana.2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. Citra
Aditya Bakti
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta.PT.Graha
Ilmu
Jalaludin, Rakhmat. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT. Remaja
Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya
103
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. CV.
Alfabeta
Suprayogo, Imam. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Edisi Revisi. Jakarta.
Rineka Cipta
Sumber lainnya :
1. http://kbbi.web.id/rencana diakses pada 26 Oktober 2015
2. eprints.uny.ac.id diakses pada hari Selasa 26 Juli 2016
3. dinsos.cilegon.go.id
4. http://kbbi.web.id/sosialisasi diakses pada hari Selasa 26 Juli 2016
5. http://wordpress.com/2009/11/02/pengertian-pmks-dan-psks diakses pada hari
Selasa 26 Juli 2016
6. kelompokpenyanyijalanan.blogspot.co.id/2008/02/awal-mula-menjadi-kpj
diakses pada 15 Oktober 2016 pukul 11:10 WIB
7. Odi Shalahudin , Depsos RI (2001:25-26)
104
LAMPIRAN
LAMPIRAN 2
PEDOMAN OBSERVASI
1. Mengamati dan mencari tahu strategi komunikasi Dinas Sosial Cilegon dalam
mensosialisasikan program kerja pemerintah terhadap penyandang masalah kesejahteraan
sosial khususnya bagi anak jalanan.
2. Mengamati dan mencari tahu bagaimana Dinas Sosial Cilegon mengenal khalayak
sasaran
3. Mengamati dan mencari tahu bagaimana Dinas Sosial Cilegon menyusun pesan yang
akan disampaikan keopada khalayak agar semakin paham tentang program yang diadakan
oleh Dinas Sosial
4. Mengamati dan mencari tahu teknik dan metode komunikasi yang digunakan oleh Dinas
Sosial Cilegon dalam melakukan sosialisasi kepada PMKS yang menjadi sasaran
5. Mencari tahu bagaimana Dinas Sosial Cilegon memilih dan menggunakan media untuk
menyampaikan pesan agar anak jalanan menyadari bahwa ada wadah untuk membina
mereka
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA
Analisis Khalayak
1. Apakah sebelum melaksanakan kegiatan sosialisasi tentang pembinaan terhadap anak
jalanan, melakukan analisis khalayak terlebih dahulu?
2. Apakah analisis khalayak sangat penting sebelum melakukan kegiatan sosialisasi
dilakukan? Mengapa ?
3. Bagaimana dinas sosial cilegon melakukan analisis khalayak?
4. Siapa saja yang menjadi sasaran khalayak Dinas Sosial dalam kegiatan sosialisasi
tersebut?
5. Bagaimana kepribadian dan kondisi khalayak, apakah mereka bersedia menerima pesan
yang disampaikan?
6. Bagaimana pengetahuan mereka mengenai perbendaharaan kata-kata yang digunakan
Strategi Menyusun Pesan
1. Strategi seperti apa sih yang dilakukan Dinas Sosial Cilegon dalam menyusun pesan?
2. Bagaimana cara Dinas Sosial Cilegon dalam membangun perhatian anak jalanan terhadap
sosialisasi tentang pembinaan dan keterampilan?
3. Langkah apa saja yang dilakukan Dinas Sosial Cilegon untuk menumbuhkan minat dan
kepentingan anak jalanan terhadap sosialisasi tersebut?
4. Ada gak sih kendala dalam proses menarik perhatian anak jalanan agar paham mengenai
sosialisasi yang diberikan?
5. Bagaimana cara Dinas Sosial Cilegon mengatasi kendala tersebut?
6. Apakah dalam penyampaian pesan, Dinas Sosial Cilegon menggunakan media tambahan
seperti gambar, video atau media suara lainnya?
Penggunaan Metode Komunikasi
Bentuk pesan seperti apa yang digunakan dalam mensosialisasikan pembinaan dan
keterampilan bagi anak jalanan?
1. Apakah bentuk metode informatif?
2. Metode persuasif?
3. Metode edukatif?
4. Atau kuarsif?
5. Lalu mengapa memilih metode tersebut?
Strategi Seleksi dan Penggunaan Media
1. Media apa saja yang digunakan oelh Dinas Sosial Cilegon untuk mempublikasikan
tentang pembinaan dan keterampilan terhadap anak jalanan?
2. Mengapa Dinas Sosial Cilegon memilih media tersebut?
3. Seberapa besar sih peran media tersebut dalam mempublikasikan kegiatan atau yang
sudah dilakukan oleh Dinas Sosial Cilegon?
Faktor Pendukung dan Penghambat
1. Apa saja faktor pendukung dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Cilegon?
2. Apa saja faktor penghambatnya? Sebutkan dan jelaskan
Tanggapan Anak Jalanan Mengenai Program Pembinaan dan Keterampilan
1. Sebelumnya tau gak sihkalo ada program ini dari pemerintah? Kalo gak tau kenapa?
Kalo tau, taunya dari mana?
2. Seneng gak adanya program ini? Kalo seneng kenapa? Kalo gak seneng kenapa?
3. Harapan ke depannya maunya kayak gimana sih sama pemerintah? Apa mau diperhatiin
terus apa gimana?
LAMPIRAN 4
TRANSKIP WAWANCARA
Key Informan : Bapak Sudaryo Kabid Rehsos Dinas Sosial Kota Cilegon
1. Apakah sebelum melaksanakan kegiatan sosialisasi tentang pembinaan terhadap anak
jalanan, melakukan analisis khalayak terlebih dahulu?
Yaa analisis, ya mengidentifikasi dulu kemudian mengevaluasi atau mengklarifikasi data
pmks, karena kalo ini kan data pmks itu kan mobile, sekarang ada disini besok pergi lagi
gitu jadi pasti datanya tidak statis, kan namanya pmks apalagi anjal hari ini disini besok
dimana gitu, karena kalo liat di identifikasi data anjal itu kebanyakan dari luar cilegon,
yang sudah jadi warga cilegon dia punya KTP tapi yang belum kadang-kadang tidak
punya KTP.
2. Apakah analisis khalayak sangat penting sebelum melakukan kegiatan sosialisasi
dilakukan? Mengapa?
Penting, karena kita kalo mau memberikan sosialisasi atau sesuatu atau misalnya klo ada
pelatihan, keterampilan, pembinaan, itu datanya harus bener dulu, ada gak orang itu disitu
gitu nah baru kita utk melaksanakan kegiatan, jadi harus fix dulu datanya.
3. Siapa saja yang menjadi sasaran khalayak Dinas Sosial Cilegon dalam kegiatan
tersebut?
Yang jadi sasaran kita ya semua anak jalanan, karna ini kan tugas kita amanah dari
pemerintah kota untuk kita kasih mereka pembinaan atau pelatihan atau keterampilan
tadi. Kita ngga beda-bedain mereka, mereka semua sama dapet pembinaan atau pelatihan
dari kita.
4. Mengetahui bagaimana kepribadian dan kondisi khalayak :
a. Bagaimana kemampuan masyarakat dalam menerima pesan-pesan lewat media yang
digunakan?
Sejauh ini sih baik yah, mereka itu nerima-nerima aja program dari kita, kita mau
bikin pelatihan atau keterampilan apapun itu mereka selalu merespon dengan baik,
artinya selama ini kegiatan yang dilakukan Dinsos ya dianggap positif. Bukan sama
anak jalanan aja ya, sama semua PMKS yang lain juga responnya sama.
b. Menurut Bapak, bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai perbendaharaan
kata-kata yang digunakan?
Iya memang kita biasanya gini sesuai dgn minat bakat peserta yg akan jd peserta,
dinilai tingkat kemampuannya sampai mana kan mgkn ada yg sd smp ada yg sma,
nanti instrukturnya menyesuaikan misalnya ngasih keterampilan buat anjal bengkel
sepeda motor, nanti bahasanya maupun tekniknya disesuaikan dgn mereka, jadi
sistemnya bottom up lah bukan top down dari bawah dulu oh begini baru
disimpulkan.
5. Strategi seperti apa yang dilakukan Dinas Sosial Cilegon dalam menyusun pesan?
Kalo menyusun pesan kan berdasarkan hasil pendataan terakhir ya dievaluasi nanti
setelah dikasih pembinaan atau pelatihan nah seperti apa itu pesannya memang harapan
kami ya dinsos itu menjadi orang yang tidak terus menerus menjadi anjal sehingga
mereka merubah mindset mereka sehingga menjadi orang yang bisa menerapkan apa
yang sudah diberikan, misalnya sudah diberikan pelatihan steam motor, diharapkan bisa
menerapkan usaha itu tidak mengamen selamanya.
6. Bagaimana cara Dinas Sosial Cilegon dalam membangu perhatian anak jalanan
terhadap sosialisasi tentang pembinaan dan keterampilan?
“Hmm untuk membangun perhatian mereka itu ya dengan mengumpulkan mereka,
pernah waktu itu sama-sama dengan Polres, BNN ,dikumpulin, kita ngasih pengarahan
bareng-bareng, jadi mereka itu ada perhatianlah dari kita bahwa kita itu ada pembinaan,
pembinaan itu tidak tok dari Dinsos aja, Polresnya BNNnya juga ikut campur, supaya
mereka itu hidup luruslah tidak terjebak oleh narkoba, tidak terjebak dengan hal-hal
pidana.Nah walopun anak-anak juga, kita tetep harus pengertian kepada mereka.
7. Langkah apa saja yang dilakukan Dinas Sosial Cilegon untuk menumbuhkan minat dan
kepentingan anak jalanan terhadap sosialisasi tersebut?
Langkah-langkahnya ya seperti ini, pertama dari hasil pendataan ya, mereka tuh mau apa
sih, sehingga kita punya misalnya pak saya mau ini, kalo kita memberikan program tidak
dimanfaatkan oleh mereka kan mubazir ya, contohnya : pengen steam ya dilatih steam ,
perbengkelan pernah, sablon pernah, perkayuan pernah nah itu yang pernah dilakukan
dinsos sehingga kita sistemnya mendata mereka mendekati mereka dan meminta apa sih
yang akan dilakukan oleh mereka sesuai dengan minat bakat mereka supaya bisa
diaplikasikan di mereka juga.
8. Apa kendala dalam proses menarik perhatian anak jalanan agar paham mengenai
sosialisasi tersebut?
Kendalanya ada sebetulnya , mereka itu kan udah biasa hidup di jalanan dengan segala
sesuatu yang bebas, trus latar belakang pendidikan kan beda-beda, trus dari anak
keluarga-keluarga yang sifatnya berbeda, itu yang jadi hambatan, sehingga
konsolidasinya cukup sulit , perlu ada waktulah untuk menyatukan mereka. Karena itu
basic latar belakang beda semua, latar belakang daerah, dari padang misalnya dari jawa,
dari kita, nah sehingga watak karakter itu beda. Ya solusinya kita mendekati mereka,
misalnya kita bekerja sama dengan senior-senior mereka ya di KPJ, mau dibawa kemana
sih mereka itu.
9. Bagaimana Dinas Sosial mengatasi kendala tersebut?
Ya solusinya kita mendekati mereka, misalnya kita bekerja sama dengan senior-senior
mereka ya di KPJ, mau dibawa kemana sih mereka itu.
10. Apakah dalam penyampaian pesan, Dinas Sosial Cilegon menggunakan media tambahan
? Misalnya gambar, video atau media suara lainnya?
Oh iya ada, ya misalnya kalo kita masalah pembinaan, itu kan sama dengan Polres itu
masalah kenakalan remajanya misalnya, nah klo kita pembinaan seperti apa, nah kalo dari
BNN itu memberikan motivasi jangan sampai terjerat hal-hal pidana, diberikan power
point lengkap dengan gambar-gambarnya.
11. Bentuk pesan seperti apa yang digunakan dalam mensosialisasikan pembinaan dan
keterampilan bagi anak jalanan?
a. Apakah bentuk metode informatif?
b. Metode persuasif?
c. edukatif?
d. Atau kuarsif?
Lalu mengapa memilih metode tersebut?
Sebetulnya edukatif juga, persuasive juga penting sehingga ada preventif ada persuasivf
tuh supaya mereka tuh dari yang sebelumnya gak paham jadi paham, itu salah satu
metode kitalah supaya mereka tuh dapat diarahkan.
12. Media apa saja yang digunakan oleh Dinas Sosial Cilegon untuk mempublikasikan
tentang pembinaan terhadap anak jalanan?
Kalo media sih kita kerjasama dengan Koran ya, ada Kabar Banten, Radar Banten,
Majalah Teras baru-baru ini sama kalo media lainnya bisa diakses di
dinsos.scilegon.go.id atau cilegon online. Itu sih isinya tentang acara Dinsos apa yang
sudah Dinsos lakukan, kegiatan-kegiatan ada disitu.
13. Mengapa Dinas Sosial memilih media tersebut?
Kenapa Kabar sama Radar Banten ya karna di kalangan Pemda Cilegon, memang yang
familiar dan sering kita gunakan ya itu tadi.
14. Dalam kegiatan sosialisasi tentang pembinaan dan keterampilan, apakah Dinas Sosial
Cilegon menyesuaikan media yang digunakan dengan khalayak sasaran?
Kami tentu memilih media tidak asal-asalan, kami memilih media berdasarkan peminat
atau pendengarnya, karena ini menyangkut pada pemahaman mereka mengenai program
yang diberikan pemerintah. Seperti koran lokal Kabar dan Radar Banten kan itu
harganya terjangkau, ekonomi menengah ke bawah pun bisa membelinya.
15. Seberapa besar sih peran media tersebut dalam mempublikasikan kegiatan sosialisasi
tentang pembinaan dan keterampilan?
Media disini sangat penting dan berperan besar ya, karena kan melalui media kita bisa
merangkul masyarakat khususnya bagi PMKS ataupun anjal agar mereka paham
mengenai pembinaan yang diberikan.
16. Menurut Bapak, faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan sosialisasi tersebut
apa sih pak ?
Faktor pendukungnya ya pertama kita dana ada lah, kemudian yang kedua adalah
memang kewajiban kita bahwa PMKS/ anak jalanan itu sudah tugas Dinsos, jadi untuk
meminimalisir untuk tidak jadi PMKSlah tidak jadi anjal terus, jadi setahun dua tahun
tiga tahun empat tahun kita punya targetlah , apa setahun 20 20 20, 5 tahun 100 orang ,
malah jangan sampai nambah lagi gitu ya cuma kenyataannya hilang satu tumbuh seribu,
tapi kita berusaha meminimalisir jumlah PMKS itu.
Penghambat, ya hambatannya kadang-kadang anak itu tidak berpendidikan, kalo
berpendidikan juga sudah lama mungkin ,kadang-kadang tidak tamat SD, SMP, jadi
sulitnya ini, anak ini mau disetarakan dengan SMA atau SMP atau SD gitu.
LAMPIRAN 5
TRANSKIP WAWANCARA
Informan PendukungI : Ida Kristianti selaku Kasubag Program dan
Evaluasi Dinas Sosial Kota Cilegon
1. Hmmm anak jalanan menurut Ibu itu seperti apa sih klasifikasiny khalayaknya? Apakah
mereka yang cepat menerima ide baru? Apa orang yang cepat bersedia untuk mencoba
apa yang dianjurkan atau orang yang tidak suka menerima ide dan mengadakan
perubahan?
Hmm anjal di kita sih termasuk orang yg cepat menerima ide ya, mereka tuh klo kita
kasih ni missal ada ini ada ini ada pelatihan gitu , respon mereka bagus ko mau nerima
2. Mengenai menyusun pesan, syarat utama dalam mempengaruhi khalayak kan salah
satunya adalah membangkitkan perhatian, nah dari Dinas Sosial Cilegon sendiri, pakai
apa sih Bu?
Mereka termasuk cepet nanggep sih ya, karena mereka tuh kreatif-kreatif, yang anak
kecil juga dibantu sama senior-seniornya, jadi menurut pandangan ibu mereka tuh pake
AA ya from attention to action tadi, dari kasih perhatian dulu kalo ada ini ini baru mereka
melakukan tindakan.
3. Seperti apa sih bentuk pesan yang digunakan dalam sosialisasi? Apakah informative?
persuasif? edukatif atau kuarsif? Dan mengapa memilih bentuk pesan tersebut?
Informative sih ya karena kan kita disini memberikan informasi mengenai apa saja yang
boleh menjadi hak mereka, karna kan dari Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 8 Tahun
2012 tentang PMKS dan UU Nomor 11 Tahun 2009 kan PMKS itu ; anak terlantar,
jalanan dan sebaginya itu perlu dibina. Nah itu tanggung jawab kita, anjal misalnya butuh
apa ya kita kasih, ya tadi seperti keterampilan dan pembinaan tadi, ya perbengkelan, jahit
menjahit dan sebagainya. Intinya sih mereka tau kalo ada kita yg siap membantu keluhan
mereka.
4. Lalu bagaimana metode penyampaian pesan yang dilakukan pihak Dinsos Cilegon dalam
melakukan sosialisasi tersebut? Apakah dengan cara redundancy (mengulang-ulang
pesan) apa canalizing (menyusun pesan dan metode dengan pengalaman dari khalayak
tersebut? Apainformatif apa persuasif atau kuarsif?
Dalam menetapkan metode, kami memilih metode pengulangan., kalau dirasa belum
cukup, kita biasanya mengadakan rapat koordinasi lagi, ini sih bertujuan untuk agar pesan
yang disampiakn itu melekat pada diri mereka.
5. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam sosialisasi tersebut ?
Faktor pendukungnya ya itu tadi mereka mau menerima atau merespon dengan baik
kegiatan dari dinsos itu sendiri.Kalo faktor penghambatnya ya mereka kan siang itu jadi
malem , malem jadia siang, kalo kita ngundang mereka siang ada acara sosialisasi apa
gitu kadang suka males datang, ada yang masih tidur dan lain sebagainya.
6. Apakah Dinas Sosial bekerja sama dengan media lain dalam mensosialisasikan ini?
Dengan media apa saja?
Hmm kita kerjasama sama surat kabar sih ada Kabar Banten, Radar Banten, sama Radio
Mandiri FM juga, itu semua pmks ya bukan anak jalanan saja.
7. Apakah Dinas Sosial bekerjasama dengan instansi atau pihak lain dalam membangun
pemahaman tentang PMKS khususnya anjal?
Apa ya, paling sama disbudpar aja sih, kayak misalnya anjal yg punya bakat atau seni
lain misalnya nari gt ya ke Disbudpar.
LAMPIRAN 6
TRANSKIP WAWANCARA
Informan PendukungII :H. Romli selaku Sekretaris Dinas Sosial Kota
Cilegon
1. Bagaimana strategi komunikasi dalam analisis khalayak yang dilakukan oleh Dinsos
khususnya Sekretaris Dinsos sendiri agar anjal paham tentang pentingnya pembinaan
dan keterampilan ?
Khalayak sasaran kita ya semua anak jalanan, tapi memang kita harus kenal dulu sama
mereka. Kan merekan kan punya latar pendidikan yang berbeda-beda, terlahir dari
keluarga yang berbeda juga, apa mereka tamatan SD, SMP atau SMA kan kita gak tau,
jadi pengenalan atau pendekatan tersebut penting sebagai permulaan.
2. Menurut bapak, bagaimana sih pengetahuan khalayak khususnya anjal mengenai pokok
persoalan saat ini? Apakah cuek? Biasa saja? Mereka tuh sebenernya bersedia gak sih
menerima pesan ?
Hmmm pada dasarnya anjal itu apa ya semacam upaya untuk hiduplah dengan
keterbatasan yang ada tentunya bagaimana upaya kita untuk meningkatkan taraf
hidupnya, kita liat himpunan mereka itu kan ada seperti Paket B, Paket C, Paket A
melalui Dindik, artinya mereka memang nyambung, mau untuk hidup lebih maju dan
bersedia.
3. Seperti apa sih metode penyampaian pesan yang disampaikan Pak? Apa informative
atau persuasive atau edukatif?Apakah dalam penyampaian pesan, dari Dinsos sendiri
memilah-milih perbendaharaan kata-kata?
Edukatif.Mengajak mereka dengan program-program yang ada.
Ya.Tapi mereka itu sebenarnya cukup komunikatif, bahkan mereka itu sering ke kita
untuk konsultasi, artinya mereka memang cukup dekat dan mau berkomunikasi dengan
kita, ngobrolin tentang pameran atau membicarakan tentang program mereka, ada anjal
yang sakit dan sebagainya.
4. Bagaimana strategi pesan yang dibuat oleh dinsos dalam pemahaman tentang
pembinaan dan keterampilan anjal ?
Hmm kita ngajak dia untuk berkomunikasi disini untuk pelatihan, kita undang kesini
atau kita yang datang ke basecamp mereka untuk diskusi dan sebagainya.
5. Di dinsos sendiri, media apa saja yang digunakan dalam membangun pemahaman
masyarakat pmks khusunya anjal ttg pembinaan ini ?
Media yang kita gunakan ada dari media cetak, eletronik dan media masaa ataupun
contact centre kita ya, kalo media cetaknya kita bekerjasama dengan Koran local ada
Kabar Banten, Radar Banten, kalo elektroniknya kita make Mandiri FM kalo media
massanya kita punya website sendiri yaitu di www.dinsos.cilegon.go.id trus juga ada di
cilegon online, trus kalo contact centrenya bisa dihubungi di 0254-389209. Siapapun bisa
menghubungi contact centre kita, karena ini kan hak mereka juga untuk mendapat
pembinaan dari kita, mereka ada keluhan apa boleh ke kita.
6. Mengapa memilih media tersebut ?
Karena pemerintah menyiapakan fasilitas itu, karena Mandiri FM adalah punya kita,
jadi semua Dinas yang ada di Cilegon kalo mau nyiarin apa-apa ya bisa ke Mandiri FM.
LAMPIRAN 7
TRANSKIP WAWANCARA
1. Sebelumnya tau gak sih kalo ada program ini dari pemerintah? Kalo gak tau kenapa?
Kalo tau, taunya dari mana?
Sebenernya mah tau mah tau kalo Dinsos tuh ngadain pembinaan dan latihan segala
macem, tapi gue ga pernah ikut dan gak akan pernah ikut, karna hasil dari prokernya itu
ya begitu-begitu aja, pemerintah tuh Cuma bisa ngadain tapi gak bisa buka sarana atau
lapangan kerja buat anak jalanan.
Tau, tau dari Dinsosnya sendiri, Dinsosnya yang ke sekre.Tapi gue ga begitu seneng kang
dan gak bebas.Dari segi keuntungan sesaat sih seneng, kalo tindak lanjut gak ada ya
percuma juga, suka gak suka soalnya hidup sehari mati sebulan.
2. Seneng gak adanya program ini? Kalo seneng kenapa? Kalo gak seneng kenapa?
Seneng sih karena disamping ada bantuan dari pemerintah buat anjal buat keterampilan,
ya tapi kan cuma sebatas ada acara aja, selesai acara ya kita begini lagi.
3. Harapan ke depannya maunya kayak gimana sih sama pemerintah? Apa mau diperhatiin
terus apa gimana?
Harapannya ya simple, gak selamanya orang pengen di jalanan, cuma orang bodoh yang
pengen di jalanan, cuma ngeluarin unek-unek atau nyalurin bakat doang. Gak perlu deh
yang namanya ada pelatihan, tapi tolong bukakan usaha atau lapangan pekerjaan buat kita
sebagai anak jalanan, Cuma bisa otomotif atau steam doang misalnya tapi gak bisa
berkembang kan percuma.
Jelasnya pengennya jangan cuma dijanjikan aja, kalau mau dibina ya dibina sekalian.
LAMPIRAN 8
BIODATA ANAK JALANAN
1. Nama : Gimbal
Usia : 26 tahun
Alamat : Keranggot, Cilegon
Mulai mengamen : Sejak usia 8 tahun
2. Nama : Ferry Irawan (Kopong)
Usia : 34 tahun
Alamat : PCI Blok C 49 No.7
Mulai mengamen : SMP kelas 2
3. Nama : Oviuli
Usia : 20 tahun
Alamat : Ketileng, Cilegon
Mulai mengamen : SMP kelas 3
4. Nama : Donny (Don’t Cry)
Usia : 25 tahun
Alamat : Pegantungan Baru, Cilegon
Mulai mengamen : Dari tahun 2007
5. Nama : Baynasir (Babay)
Usia : 28 tahun
Alamat : Link. Telu, Cilegon
Mulai mengamen : Dari usia 8 tahun
6. Nama : Nadira (Daenk)
Usia : 35 tahun
Alamat : Pegantungan Baru, Cilegon
Mulai mengamen : Dari tahun 2001
BIODATA MAHASISWA
Data Pribadi
Nama Lengkap : Septa Susanti Lubis
Tempat/Tanggal Lair : Serang, 21 September 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Komp. Bumi Panggung Indah BloK M
No.12, Cilegon – Banten
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
- SD Mardi Yuana Cilegon
- SMP Mardi Yuana Cilegon
- SMK N 1 Kota Serang
- Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan
Ilmu Komunikasi, Program Strata-1 (S1)
Pengalaman Organisasi
- Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa