STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... -...

24
ii STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN DALAM MENYELESAIAKAN SENGKETA TERITORIAL PULAU TAKESHIMA / DOKDO Abstrak Sengketa atas kepulauan yang terjadi di wilayah kelautan di Asia Timur tidak hanya pada perebutan oleh China dan Jepang, melainkan juga terjadi sengketa atas pulau tak berpenghuni yang diperebutkan oleh Jepang dan Korea Selatan yaitu Pulau Takeshima / Dokdo di Laut Jepang (Laut Timur). Sengketa atas pulau Dokdo yang terjadi sejak tahun 1905 belum terselesaikan hingga sekarang. Korea mengklaim bahwa secara geografis, hukum internasional, dan sudut pandang sejarah, Dokdo merupakan milik Korea. Sedangkan Jepang juga menyatakan pulau tersebut milik Jepang. Ketegangan antara Korea dan Jepang semakin memanas pada tahun 2005 setelah Dewan Prefektur Shimane mengesahkan peraturan yang menyatakan kepulauan itu merupakan bagian wilayah Shimane, pernyataan tersebut memicu gelombang demonstrasi di Seoul. Pada bulan Agustus 2012, President Korea Selatan saat itu, Lee Myung Bak, mengunjungi pulau – pulau terpencil yang disengketakan. Hal ini memicu kemarahan Jepang disertai dengan menarik duta besarnya dari Seoul. Langkah pemerintah Jepang terhadap Korea yaitu Jepang bersikukuh mengajukan sengketa pulau Takeshima/Dokdo ke mahkamah internasional untuk penyelesaian sengketa. Namun, Korea menolak untuk menyelesaikan sengketa Pulau Takeshima/Dokdo ke mahkamah internasional. Dalam tulisan ini dibahas tentang alasan Korea Selatan bersikukuh menggunakan perundingan bilateral dan Jepang bersikukuh menyerahkan sengketa ke Mahkamah Internasional dalam sengketa Pulau Dokdo/Takeshima. Kata Kunci : Kepentingan atas Pulau Takeshima/Dokdo, Penyelesaian Sengketa secara Bilateral, Penyelesaian Sengketa melalui Mahkamah Internasional

Transcript of STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... -...

Page 1: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

ii

STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN DALAMMENYELESAIAKAN SENGKETA TERITORIAL PULAU TAKESHIMA /

DOKDO

Abstrak

Sengketa atas kepulauan yang terjadi di wilayah kelautan di Asia Timur tidakhanya pada perebutan oleh China dan Jepang, melainkan juga terjadi sengketa ataspulau tak berpenghuni yang diperebutkan oleh Jepang dan Korea Selatan yaituPulau Takeshima / Dokdo di Laut Jepang (Laut Timur). Sengketa atas pulau Dokdoyang terjadi sejak tahun 1905 belum terselesaikan hingga sekarang. Koreamengklaim bahwa secara geografis, hukum internasional, dan sudut pandangsejarah, Dokdo merupakan milik Korea. Sedangkan Jepang juga menyatakan pulautersebut milik Jepang. Ketegangan antara Korea dan Jepang semakin memanaspada tahun 2005 setelah Dewan Prefektur Shimane mengesahkan peraturan yangmenyatakan kepulauan itu merupakan bagian wilayah Shimane, pernyataan tersebutmemicu gelombang demonstrasi di Seoul. Pada bulan Agustus 2012, PresidentKorea Selatan saat itu, Lee Myung Bak, mengunjungi pulau – pulau terpencil yangdisengketakan. Hal ini memicu kemarahan Jepang disertai dengan menarik dutabesarnya dari Seoul. Langkah pemerintah Jepang terhadap Korea yaitu Jepangbersikukuh mengajukan sengketa pulau Takeshima/Dokdo ke mahkamahinternasional untuk penyelesaian sengketa. Namun, Korea menolak untukmenyelesaikan sengketa Pulau Takeshima/Dokdo ke mahkamah internasional.Dalam tulisan ini dibahas tentang alasan Korea Selatan bersikukuh menggunakanperundingan bilateral dan Jepang bersikukuh menyerahkan sengketa ke MahkamahInternasional dalam sengketa Pulau Dokdo/Takeshima.

Kata Kunci : Kepentingan atas Pulau Takeshima/Dokdo, PenyelesaianSengketa secara Bilateral, Penyelesaian Sengketa melalui MahkamahInternasional

Page 2: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

iii

Dalam interaksi sesama manusia, konflik atau sengketa adalah hal yang

lumrah terjadi. Sengketa yang terjadi antara Jepang dan Korea Selatan yang

memperebutkan sebuah pulau yang dinamakan Takeshima oleh Jepang dan Dokdo

oleh Korea Selatan (Steven J. Barber, 2009, Dokdo – Takeshima Island : A Brief

Introduction to Korea’s Dokdo [Takeshima] Island) Pulau karang tersebut terletak

di arah timur pulau Ullung Korea Selatan dan di bagian tenggara pulau Oki Jepang

menjadi sengketa dan pengeklaiman atas kepemilikan yang diperebutkan oleh

Jepang dan Korea Selatan. Masing – masing negara mengeklaim pulau tersebut

berdasarkan geografi, histori, dan hukum internasional (Lee, Ran Key, 1998,

"Korea's Territorial Rights to Tokdo History and International Law." Korea

Observer XXIX-1).

Pulau Dokdo/Takeshima memiliki arti penting bagi Jepang dan Korea

Selatan. Ada sumber daya dasar laut Pulau Takshima/Dokdo yang kaya karena

memiliki nilai (value) yang besar karena wilayah perairan Laut Timur Jepang (Laut

Jepang) mengandung gas hydrates. Seperti yang telah kita ketahui, antara Jepang

dan Korea Selatan, keduanya kekurangan minyak dan sumber daya gas. Oleh

karena itu terdapat kepentingan untuk mengeksploitasi sumber daya gas yang

terdapat di wilayah yang telah menjadi sengketa antara Jepang dan Korea Selatan

sejak lama (http://www.petro-online.com/news/fuel-for-

thought/13/aberdeen_university/gas_exploration_off_dokdo/9409/ diakses pada tgl 13

April 2013).

Saat ini, terdapat peningkatan akan kebutuhan dan kepentingan atas gas hidrat

karena minyak semakin sedikit dan langka serta adanya peningkatan kebutuhan

Page 3: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

iv

akan sumber – sumber energi bersih untuk perlindungan lingkungan, sehingga pada

tahun 2005, Korea Selatan meluncurkan dan mempublikasi Gas Hydrate R&D

Organization untuk pengembangan teknologi gas hidrat berkerjasama dengan

Amerika Serikat (HeeMin Kim, A New Approach to the Territorial Dispute

Involving a Former Colonizer-Colony Pair: The Case of the Dokdo-Takeshima

Dispute between Japan and Korea,2009,hal 13).

Pada tahun 2007, pemerintah Korea Selatan menemukan sebanyak 600 juta

ton gas hidrat (dapat digunakan selama 30 tahun). Kekayaan gas ini terletak pada

100 Km dari arah selatan Pulau Ullung yang terletak 130.3 Km dari pulau utama

Korea (Jukbyun) dan hal ini menjadi perdebatan kepemilikan atas kekayaan alam

ini oleh Korea Selatan atau Jepang atas pengeklaiman Pulau Dokdo/Takeshima

(Enegry Times, 19 September 2008).

Gambar : Peta Pulau Dokdo / Takeshima

Kekayaan alam yang dimiliki oleh Pulau Takeshima/Dokdo serta letaknya

yang berada diantara Jepang dan Korea Selatan, membuat pulau ini menjadi

perdebatan oleh Jepang dan Korea Selatan atas kepemilikan pulau

Page 4: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

v

Takeshima/Dokdo yang mencakup penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam

ataupun sumber daya laut yang kaya yang ada didalamnya.

Pada tahun 1954 Korea Selatan mulai memfokuskan administrasi setelah

Amerika Serikat memberikan konfirmasi atas Perjanjian damai San Fransisco

tersebut bahwa Jepang tidak mengklaim atas pulau yang dipersengketakan tersebut.

Di tahun yang sama, Jepang mengajukan masalah sengketa pulau ini kepada

Mahkamah Internasional, namun Korea Selatan menolak dikarenakan Korea

Selatan beranggapan bahwa sebenarnya tidak ada sengketa wilayah atas Pulau

Dokdo, dengan demikian Korea Selatan melihat tidak perlunya upaya dan

perundingan diplomatik antara Korea Selatan sendiri dan Jepang. Pada tahun 1962,

sekali lagi Jepang mengajukan masalah sengketa Pulau ini kepada Mahkamah

Internasional, namun Korea Selatan juga menolak dengan alasan yang sama seperti

pada pengajuan Jepang kepada Mahkamah internasional pada tahun 1954.

Persengketaan pulau Takeshima/Dokdo ini kembali memanas pada tahun

2005 yaitu saat Jepang mengesahkan suatu peraturan yang menyatakan bahwa

pulau Takeshima/Dokdo merupakan bagian dari perfektur Shimane oleh Dewan

Perfektur Shimane dan diperkuat oleh pemerintah Jepang dengan mempublikasikan

sebagai “Takeshima Day” atau Hari Takeshima dan hal ini menyulut kemarahan

rakyat Korea Selatan. Pada tanggal 24 April tahun 2006, Jepang berencana untuk

melakukan survei maritim di sekitar kepulauan Liancourt (Pulau

Takeshima/Dokdo). Korea Selatan mengancam akan menangkap penjaga pantai

Jepang jika Jepang terus berusaha untuk melakukan survei maritim dan Korea

Selatan juga akan mengirim 20 kapal meriam jika survei tersebut tetap

Page 5: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

vi

diberlakukan. Berselang sehari, pada tanggal 25 April 2006, Presiden Korea Selatan

saat itu, Roh Moo-hyun, meminta Jepang untuk minta maaf atas kolonialisasi yang

dilakukan Jepang sebelumnya atas pulau – pulau dan Korea Selatan secara

keseluruhan (Nitin Philip, The General Assembly : Dokdo/ Takeshima Islands

Dispute (Japan – S. Korea),2013,hal 5)

Korea Selatan justru mendeklarasikan atas penggunakan “quiet diplomacy”

untuk mengahadapi provokasi Jepang dengan diplomasi dan menghasilkan

perundingan dalam negosiasi di akhir bulan April dan pertengahan bulan Juni 2006

saat kebijakan luar negeri Jepang yang semakin tegas terhadap kepulauan

Takeshima/Dokdo (David Kang & Ji-Young Lee,Japan-Korea Relations: More

Squabbling, Little Progress.E-Journal,2010,Hal.3). Pada bulan Juli 2006,

Pemerintahan Korea Selatan mengirim kapal penelitian untuk mengumpulkan data

di sekitar Pulau Takeshima/Dokdo. Hal ini menuai protes oleh rakyat Jepang yang

melakukan protes didepan kedutaan Korea Selatan dan meminta Korea Selatan

lebih mempertimbangkan lagi atas pengiriman marinir untuk menggantikan

kepolisian di pulau yang menjadi sengketa tersebut.

Di tahun 2008, Jepang mempertegas klaimnya dengan cara memasukkan

kepuluan Dokdo ke dalam buku kurikulum pendidikan sekolah menengah Jepang.

Hal ini menunjukan bahwa Jepang melakukan pengenalan untuk anak sekolah

menengah atas leagalitas Jepang terhadap Pulau Takeshima dan negara lain

termasuk Korea Selatan tidak berhak atas pulau Takeshima dan hal ini menuai

protes dari Korea Selatan (Jeffrey Hays,Tensions Over the Takeshima-Dokdo

Islands, 2013 dalam

Page 6: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

vii

http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=2922&catid=22&subcatid=149#552

diakses hari Senin, 11 Maret 2013).

Kemudian pada tahun 2012, Presiden Korea Selatan saat itu, Lee Myung Bak

melakukan kunjungan ke pulau tersebut dan menunjukkan bahwa presiden pertama

yang mengunjungi pulau tersebut. Pada tahun 2012, Jepang mengajukan masalah

sengketa Pulau Takehima/Dokdo ini ke Mahkamah Internasional, namun sekali lagi

ditolak oleh Korea Selatan. Pemerintahan Korea Selatan menyatakan bahwa

permasalahan Pulau Dokdo tidak akan diangkat menuju Mahkamah Internasional.

Korea Selatan lebih memfokuskan pada pengumpulan dokumentasi yang

menunjukkan bukti serta pengumpulan peta kepemilikan wilayah Korea Selatan

yang dapat dijadikan acuan untuk membuktikan bahwa Pulau Takeshima dan Pulau

Dokdo merupakan wilayah Korea Selatan.

Dalam tulisan ini, penulis hendak membahas alasan Jepang bersikukuh tetap

membawa sengketa teritorial ke Mahkamah Internasional dan Korea Selatan

bersikukuh menolak pengajuan penyelesaian sengketa ke Mahkamah Internasional

dan memilih dengan cara penyelesaian secara diplomatik.

Kepentingan Korea Selatan terhadap Pulau Dokdo / Takeshima

Kepentingan Korea Selatan yang melatarbelakangi pengeklaiman Pulau

Takeshima/Dokdo yaitu kepentingan atas sejarah dan national pride (HeeMin

Kim,A New Approach to the Territorial Dispute Involving a Former Colonizer-

Colony Pair: The Case of the Dokdo-Takeshima Dispute between Japan and

Korea,2009,hal.14).

Page 7: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

viii

Bagi Korea Selatan, kepemilikan Takeshima/Dokdo merupakan suatu

pengakuan dari dunia internasional bahwa Korea Selatan merdeka dari Jepang, jika

Jepang masih bersikukuh tidak mengakui sejarah yang dimiliki oleh Korea Selatan,

hal ini berarti Jepang belum mengakui wilayah tersebut sepenuhnya milik Korea

Selatan dari Jepang dan berdampak pada kepentingan Korea Selatan untuk

pemanfaatan secara optimal wilayah Takeshima/Dokodo (Lim Tai Wei,Korea-

Japan Relations : The Dokdo (독도/獨島) Issue From The Korean

Perspective,2008, hal.7). Pemanfaatan tersebut dapat berpengaruh pada geopolitik

negara atas beberapa faktor sesuai dengan teori geopolitik negara yaitu populasi,

ekonomi, teknologi, kekuatan militer, dan karakter pemerintah. Serta pada dasarnya

setiap negara berupaya untuk mendapatkan kekuatan dan ruang. Dalam

pembahasan kali ini terdapat faktor – faktor yang dominan yang mempengaruhi

Korea Selatan berupaya untuk mendapatkan kekuatan dan ruang (Francis

P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

Publisher, New Jersey,2002,hal.3).

Kepulauan Takeshima/Dokdo yang hanya memiliki luas secara keseluruhan

yaitu seluas 186.121 km² dan memiliki dua pulau utama terletak pada jarak kurang

lebih 89 km dari pantai Ullengdo memiliki potensi wisata yang sangat besar dan

setiap tahun arus wisata ke pulau tersebut selalu meningkat dan dalam hal ini

termasuk faktor atau nilai ekonomi. Nilai ekonomi yang terkandung salah satunya

yaitu nilai pangan budidaya perikanan. Kekayaan ikan – ikan laut yang melimpah

di wilayah Pulau Takeshima/Dokdo menjadikan wilayah pulau tersebut mempunyai

nilai pangan hasil laut yang sangat tinggi. Meskipun habitat di daratan Pulau

Takeshima/Dokdo tidak beragam dan bervariasi, namun dan di lautan wilayah

Page 8: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

ix

tersebut arus dingin dari wilayah utara bumi dan arus panas dari wilayah selatan

bumi bertemu di daerah sekitar pulau Takeshima/Dokdo dan hal tersebut

menyebabkan jumlah plankton yang melimpah. Kemudian karena jumlah plankton

yang melimpah, akhirnya terdapat banyak ikan – ikan yang bermigrasi dan jumlah

ikan melimpah serta bervariasi. Hasil tangkapan ikan di perairan Takeshima/Dokdo

tercatat sekitar kurang lebih 20.000 ton ikan yang ditangkap secara rutin dan

dijadikan sebagai bahan makanan pokok oleh penduduk Korea Selatan di daerah

tersebut. Tumbuhan laut di wilayah ini berbeda dari laut utara Pulau Jeju, wilayah

perairan Takeshima/Dokdo memiliki karakteristik yang mirip dengan zona iklim

subtropis di belahan bumi utara. Kekayaan laut yang melimpah ini yang belakangan

ini dapat dijadikan sektor industri yang dimanfaatkan dan dijadikan sebagai

cadangan penghasilan negara lain (Kim Hoo-ran, Dokdo Open To Visitor, Korea

Now.16 April 2005).

Kepulauan tersebut juga masih memiliki potensi lainnya, yaitu mempunyai

peran yang sangat penting sebagai penghasil energi alternatif bagi Korea Selatan.

Dalam hal ini, penting untuk memahami energi alam yang terkandung dalam lautan

dalam di sekitar Pulau Takeshima/Dokdo dan menjadikan daerah ini menjadi sangat

berarti bagi Korea Selatan.

Wilayah perairan laut timur (laut Jepang) sangat mungkin mengandung gas

hidrat (Youngbae Ahn,The Secret of the Layer of Natural Gases in Korea’s East

Sea,Shin-Donga September,1998,hal.414). Gas hidrat pertama kali ditemukan pada

tahun 1930-an namun tidak mendapatkan banyak perhatian karena ketersediaan

minyak mentah dan gas alam yang masih banyak. Hingga saat ini, tidtak ada

satupun dari negara – negara yang diyakini memiliki teknologi untuk

Page 9: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

x

mengembangkan gas hidrat secara komersial. Namun saat ini ada peningkatan

perhatian untuk gas hidrat karena minyak sudah semakin menipis dan ada

permintaan yang besar untuk sumber – sumber energi bersih untuk melindungi

lingkungan. Pemerintah Korea Selatan meluncurkan Organisasi Gas Hidrat R&D di

tahun 2005 untuk pengembangan teknologi gas hidrat yang bekerjasama denga

Amerika Serikat.

Penggunaan Negosiasi Bilateral (Diplomatik) Sebagai Penyelesaian Sengketa

Teritorial Pulau Takeshima/Dokdo

Dalam penyelesaian sengekta teritorial Pulau Takeshima/Dokdo, Korea

Selatan menggunakan jalur politik atau secara diplomatik dengan negosiasi bilateral

dengan Jepang. Korea Selata sudah tiga kali menolak pengajuan Jepang ke

Mahkamah Internasional untuk penyelesaian sengketa Pulau Takeshima/Dokdo.

Penolakan atas pengajuan sengketa Pulau Takeshima/Dokdo ke Mahkamah

Internasional terjadi pada tahun 1954, 1962, dan 2012. Pada tahun 1954, saat mulai

terjadi pengeklaiman wilayah antara Korea Selatan dan Jepang melalui dokumen

dan perjanjian damai San Fransisco dan Jepang mulai mengajukan sengketa ke

Mahkamah Internasional namun ditolak oleh Korea Selatan dengan alasan Korea

Selatan tidak mengakui adanya sengketa wilayah atas kepulauan Takeshima/Dokdo

karena pulau tersebut milik Korea Selatan sehingga tidak perlu adanya upaya dan

perundingan (Nitin Philip, 2013). Kemudian pada tahun 1962, Jepang mengajukan

kembali ke Mahkamah Internasional namun ditolak oleh Korea Selatan dengan

alasan yang sama seperti tahun 1954 dan kemudian tedapat perjanjian dasar

hubungan Jepang dan Korea Selatan. Pada tahun 2012, sekali lagi Jepang

Page 10: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xi

mengajukan masalah sengketa ke Mahkamah Internasional, namun tetap ditolak

oleh Korea Selatan.

Modalitas Korea Selatan dalam Pilihan Penggunaan Negosiasi Bilateral

Modalitas dan pengeklaiman Korea Selatan selanjutnya yaitu berdasarkan

Scapin No.677 pada tahun 1946. Dalam SCAPIN No.667, Pulau Takeshima/Dokdo

ditempatkan diluar kontrol administratif Jepang. Sebagai tambahan, pemerintah

Korea Selatan mengatakan Pulau Dokdo adalah salah satu dari pulau milik Korea

yang direbut oleh Jepang ketika masa penjajahannya (1910 – 1945) dan harus

dikembalikan oleh Jepang kepada Korea Selatan bersamaan dengan kemerdekaan

Korea dari Jepang setelah Perang Dunia II. Buktinya adalah Pulau Ullung dan

Pulau Cheju yang disebutkan bersamaan dengan Pulau Dokdo dalam SCAPIN

No.667 sudah kembali menjadi wilayah Korea Selatan saat ini disertai bukti – bukti

sejarah dan juga penduduk dan polisi Korea yang saat ini tinggal di Pulau Dokdo.

Modalitas selanjutnya yaitu SCAPIN No.1033 yang bersisi tentang larangan

untuk Jepang untuk mengeksploitasi sumber daya laut yang berdekatan dengan

kepulauan Liancout Rocks. Kemudian SCAPIN No.1778 menjelaskan lebih jauh

atas pengeklaiman pulau tersebut untuk digunakan oleh sekutu sebagai rentang bom

atau batas wilayah untuk pengeboman oleh the Far East Air Force.

Dalam hal legalitas, pemerintah Korea mengesahkan Undang - Undang

tentang pemanfaatan yang berkelanjutan untuk Pulau Dokdo pada Mei 2005. Pada

bulan Mei 2006, setelah menyelesaikan rencana dasar, pemerintah Korea telah

melaksanakan berbagai proyek dengan anggaran sebesar 34.3 milyar Won selama

lima tahun menjalankan perencanaan. Secara keseluruhan, Korea Selatan tidak

Page 11: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xii

melihat masalah Dokdo sebagai masalah hukum melainkan sebagai isu politik yang

sudah terjadi sejak puluhan tahun dari periode saat Jepang menduduki Korea.

Pemerintah Korea juga sedang mempelajari kelayakan pembangunan hotel,

peningkatan jumlah penduduk di Pulau Dokdo, dan memelihara bangunan

perumahan bagi para nelayan (Korea.net, Various measures to be taken to preclude

any dispute over Dokdo,diakses tgl 31 Mei 2013). Selanjutnya, pemerintah Korea

Selatan meluncurkan Organisasi Gas Hidrat R&D di tahun 2005 untuk

pengembangan teknologi gas hidrat yang bekerjasama denga Amerika Serikat

(HeeMin Kim,A New Approach to the Territorial Dispute Involving a Former

Colonizer-Colony Pair: The Case of the Dokdo-Takeshima Dispute between Japan

and Korea,2009,hal.14).

Penyelesaian sengketa secara diplomatik (negosiasi) diyakini oleh Korea

Selatan dengan membuat beberapa kesepakatan dengan Jepang sebagai harapan

untuk dapat menyelesaiakan sengketa. Terdapat beberapa kesepakatan –

kesepakatan dan upaya yang telah dilakukan oleh Korea Selatan untuk

mendapatkan kepentingannya atas Pulau Dokdo/Takeshima.

Kepentingan Jepang terhadap Pulau Dokdo / Takeshima

Jepang justru mempunyai latar belakang pengeklaiman karena national

humiliation atau penghinaan nasional yang dilakukan oleh Korea Selatan karena

melakukan pengeklaiman atas Pulau Takeshima/Dokdo (HeeMin Kim, 2009 : 14).

Bagi Jepang, Pulau Takeshima/Dokdo secara resmi tidak termasuk wilayah yang

harus dikembalikan ke Korea Selatan saat Jepang kalah dalam Perang Dunia II dan

tidak termasuk suatu perselisihan yang harus diselesaikan oleh hukum internasional

Page 12: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xiii

(Yamasaki Daku, Japan has taken steps over a long-time period in order to bring

the Takeshima issue to the International Court of Justice, and ultimately the

international community will judge this issue,Jung-ang Daily,14 Agustus 2008).

Jepang menganggap wilayah Takeshima/Dokdo merupakan terra nullius

(wilayah tak bertuan dan tidak dimiliki oleh negara manapun) dan didaftarkan oleh

Jepang ke dalam prefektur Shimane pada tanggal 22 Februari 1905 (Sean

Fern,Tokdo or Takeshima? The International Law of Territorial Acquisition in the

Japan-Korea Island Dispute, 2005,hal. 82). Jepang telah menetapkan Perda melalui

Prefektur Shimane bahwa tanggal 22 Februari ditetapkan sebagai Hari Takeshima.

Penetapan ini merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan kekuasaan teritorial

atas Pulau Takeshima/Dokdo. Saat Jepang menyatakan wilayah Pulau

Takeshima/Dokdo merupakan terra nullius dan Jepang mulai mendaftakan wilayah

tersebut, Korea Selatan tidak protes. Terlebih lagi pada versi final Perjanjian Damai

San Fransisco, penghapusan wilayah Takeshima/Dokdo sebagai wilayah yang harus

diserahkan Jepang kembali kepada Korea Selatan, hal ini menjadikan Jepang

merasa memiliki pulau tersebut karena kedaulatannya atas pulau tersebut sudah

diakui internasional (I Ue,An Island Dispute with a Past, Yomiuri Shimbun 20

March 2005). Jepang memiliki kepentingan membawa kelegalan atas wilayah Pulau

Takeshima/Dokdo ke Mahkamah Internasional, dengan mengajukan proposal

Exchange of Notes constituting an agreement between the two countries concerning

the settlement of disputes. Namun sayangnya Korea Selatan menolak untuk

pengajuan proposal Jepang tersebut untuk bersama – sama menyelesaiakan

sengketa dan legalitas Pulau Takeshima/Dokdo.

Page 13: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xiv

Jepang lebih memanfaatkan nasionalitas penduduknya untuk mendukung

pernyataan klaimnya atas Pulau Takeshima. Jepang merasa memiliki Pulau

Takeshima atas wilayahnya berdasarkan dokumen – dokumen sejarah yang

membuktikan Jepang telah memiliki Pulau tersebut tanpa adanya protes dari pihak

Korea Selatan dan perjanjian damai San Fransisco yang tidak menyebutkan Pulau

Takeshima/Dokdo merupakan wilayah yang harus dikembalikan Jepang kepada

Korea Selatan atas kolonialisasinya terhadap Korea Selatan. Dari hal tersebut

Jepang mempunyai kepentingan untuk mengesahkan seutuhnya dan Jepang

menginginkan agar tidak terjadi pelanggaran oleh Korea Selatan.

Penggunaan Pengajuan Sengketa ke Mahkamah Internasional Sebagai

Penyelesaian Sengketa Teritorial Pulau Takeshima/Dokdo

Dalam Mahkamah Internasional, dari beberapa sengketa wilayah yang pernah

diselesaikan oleh Mahkamah Internasional, hakim yang mengadili sengketa

wilayah biasanya mendasarkan putusannya pada prinsip penemuan (discovery),

pendudukan dengan pengawasan efektif (effective control), pendudukan tanpa

protes (prescription), dan konektivitas geografis (contiguity) (Jon M. Van

Dyke,Legal Issue Related to Sovereignty over Dokdo and its Maritim Boundary,

Ocean Development & International Law,2007,hal.158).

Hakim biasanya akan mempertimbangkan dua jenis bukti yang diajukan

untuk memperkuat klaim, yaitu dokumen perjanjian dan pengawasan yang efektif.

Perjanjian akan menjadi sebuah bukti yang kuat untuk klaim atas suatu wilayah,

contohnya Perjanjian San Fransisco 1951 yang digunakan Jepang sebagai dasar

klaim atas Pulau Dokdo. Akan tetapi, sebuah perjanjian dapat dibatalkan,

Page 14: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xv

diperdebatkan, sehingga legalitasnya mudah untuk disanggah oleh pihak lain.

Sehingga, biasanya hakim akan lebih mempertimbangkan bukti yang menunjukkan

adanya pendudukan dengan pengawasan yang efektif (effective control) dalam

mengadili sengketa wilayah.

Dalam sengketa Pulau Takeshima/Dokdo, Jepang yang mengklaim bahwa

Pulau Dokdo dulunya adalah wilayah terra nullius yang kemudian diokupasi oleh

Jepang dan secara resmi memasukkan pulau tersebut sebagai bagian dari wilayah

negaranya pada tahun 1905, mempunyai ada dua unsur pokok yang harus dipenuhi

dalam okupasi, yaitu penemuan (discovery) dan pengawasan yang efektif (effective

control). Dalam sengketa Pulau Dokdo, hakim Mahkamah Internasional juga

menggunakan prinsip pendudukan dengan pengawasan yang efektif sebagai dasar

keputusannya. Jepang dapat mengajukan klaimnya ke Mahkamah Internasional atas

Pulau Takeshima/Dokdo berdasarkan Pasal 2 Perjanjian San Fransisco 1951 yang

pada dasarnya merupakan bukti yang cukup kuat. Namun selama periode tahun

1951 hingga sekarang, Pemerintah Jepang tidak pernah melakukan kegiatan apapun

di Pulau Dokdo, hal ini merupakan kelemahan Jepang atas sengketa Pulau

Takeshima/Dokdo di Mahkamah Internasional.

Modalitas Jepang dalam Pilihan Penggunaan Pengajuan Sengketa ke

Mahkamah Internasional

Jepang mengeklaim bahwa kedaulatan atas kepulauan Takeshima/Dokdo bagi

Jepang tercatat sejak pada abad ketujuh belas. Pada awalnya Pulau

Takeshima/Dokdo dibawah kontrol orang Jepang, yaitu saat beberapa keluarga

nelayan memanfaatkan Pulau Takeshima/Dokdo untuk mendapatkan ikan dan

Page 15: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xvi

orang – orang Korea tidak pernah menggunakan daerah tersebut. Ada bukti sejarah

dan catatan bahwa pulau itu kadang-kadang dikunjungi oleh nelayan Jepang panen

abalone dan singa laut. Catatan kedaulatan tersebut menjadi bukti sejarah atas

kepemilikan Jepang atas Pulau takeshima/Dokdo yang pertama kali muncul pada

tahun 1650.

Selanjutnya Kementerian Luar Negeri Jepang menetapkan bahwa Pulau

Takeshima/Dokdo secara formal menjadi wilayah Jepang dan ditetapkan pada

tanggal 22 Februari 1905 dan menyatakan bahwa wilayah kepulauan tersebut

merupakan bagian dari Perfektur Shimane dan dibawah yurisdiksi Pulau Oki

(http://dokdo-research.com/page4.html diakses pada tanggal 2 Juni 2013).

Penetapan ini juga merupakan keputusan Kabinet Perfektur Shimane dalam upaya

untuk mengekang jumlah singa laut berburu berlangsung. Jepang menganggap

Pulau Takeshima/Dokdo ini sebagai wilayah terra nullius (wilayah yang tidak

bertuan). Jepang mengeklaim pendudukan Korea saat ini sebagai tindakan "ilegal".

Keputusan Kabinet Perfektur Shimane tersebut merupakan Keputusan

Pemberitahuan Nomor 40, yang berganti nama dari Liancourt Rocks sebagai

Takeshima dan menempatkan mereka di bawah kontrol administratif lokal

berwenang di Kepulauan Oki. Keputusan Prefektur itu didasarkan pada 28 Januari

1905 Keputusan DPR mengenai penggabungan wilayah Pulau Liancourt ke wilayah

Jepang, yang diklaim sebagai res nullius, tanah yang tandus dan tidak ada bukti

yang dalam kepemilikan negara lain. Pemerintah Jepang mengklaim bahwa

pemerintah Korea tidak menentang penggabungan pada waktu itu (Michael A.

Launius,The Politics of Competing Territorial Claims to Tokdo,Paper presented for

delivery at the 1st World Congress of Korean Studies, 18-20 July 2002).

Page 16: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xvii

Jepang juga mengklaim bahwa Pulau Takeshima/Dokdo merupakan bagian

dari wilayah negaranya berdasarkan Pasal 2 Perjanjian Damai San Francisco 1951

yang merupakan versi awal dan Perjanjian Damai San Fransisco tersebut berbunyi :

“Japan recognizing the independence of Korea, renounces all right, title andclaim to Korea, including the islands of Quelpart, Port Hamilton and Dagelet.”

(Jepang mengakui Kemerdekaan Korea, dan melepaskan semua hak,kepemilikan dan klaim atas Korea, termasuk Pulau Quelpart, Pelabuhan Hamiltondan Dagelet.)

Berdasarkan isi Pasal 2 tersebut, Jepang berpendapat bahwa Jepan hanya

mengakui kemerdekaan Korea, sedangkan kewajiban untuk mengembalikan Pulau

Takeshima/Dokdo tidak tercantum dalam Perjanjian Damai tersebut. Pengeklaiman

oleh jepang berlanjut berdasarkan versi final dari Perjanjian Damai San Fransisco.

Penghapusan wilayah Takeshima/Dokdo sebagai wilayah yang harus diserahkan

Jepang kembali kepada Korea Selatan dalam versi final perjanjian Damai San

Fransisco tersebut menjadikan Jepang merasa memiliki pulau tersebut karena

kedaulatannya atas pulau tersebut sudah diakui internasional (I Ue, 2005)

Kesimpulan

Sengketa Pulau Takeshima/Dokdo yang diperebutkan oleh Jepang dan Korea

Selatan masih belum berakhir sampai sekarang. Sengketa Pulau Dokdo/Takeshima

dimulai sejak tahun 1954 yang berawal dari Perjanjian Damai San Fransisco.

Dalam perjanjian damai San Fransisco, Pulau Takeshima/Dokdo tidak tercantum

dalam pulau yang harus dikembalikan Jepang atas Korea Selatan meskipun Korea

Selatan telah merdeka pada tahun 1945 atas penjajahan Jepang. Meskipun Korea

Selatan sudah menjadi negara yang merdeka, namun masih terdapat satu pulau yang

Page 17: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xviii

masih belum jelas statusnya apakah termasuk dalam wilayah Jepang atau wilayah

Korea Selatan yang harus dikembalikan oleh Jepang karena Perjanjian Damai San

Fransisco. Berbagai klaim – klaim yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Jepang

dalam memperebutkan Pulau Takeshima/Dokdo serta berbagai upaya yang

dilakukan untuk menyelesaiakan sengketa tersebut namun sampai saat ini sengketa

pulau tersebut belum dapat terselesaikan.

Jepang telah melakukan berbagai upaya dalam menyelesaikan sengketa Pulau

Takeshima/Dokdo yaitu dengan mengajukan ke Mahkamah Internasional pada

tahun 1954, 1962, dan tahun 2012. Namun Korea Selatan menolak atas proposal

Jepang yang mengajak Korea Selatan juga mengajukan penyelesaian sengketa ke

Mahkamah Internasional meskipun beberapa kali Jepang mengajukan sengketa

tersebut. Korea Selatan lebih memilih menggunakan cara diplomatik (negosiasi

bilateral) untuk menyelesaiakan sengketa wilayah Pulau Takeshima/Dokdo dengan

Jepang. Dalam penelitian ini membahas tentang alasan kedua negara tersebut

bersikukuh memilih cara masing – masing dalam penyelesaian sengketa, yaitu

dengan mengajukan ke Mahkamah Internasional oleh Jepang dan secara diplomatik

atau negosiasi bilateral oleh korea Selatan.

Penelitian ini terlebih dahulu berusaha menjawab dan menjelaskan mengenai

faktor – faktor yang menjadi kepentingan kedua negara atas Pulau

Takeshima/Dokdo yang akhirnya membuat kedua negara memperebutkan wilayah

tersebut dan bersengketa sampai saat ini. Permasalahan tersebut dianalisis dengan

menggunakan teori geopolitik. Analisis dilakukan secara terpisah berdasarkan

potensi geopolitik dari sudut pandang masing – masing negara. Potensi geopolitik

ini kemudian menjadi dorongan bagi kedua negara untuk memperebutkan wilayah

Page 18: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xix

Pulau Takeshima/Dokdo sesuai dan demi kepentingan masing – masing negara.

Hipotesis pada Bab I menyatakan bahwa dalam menyelesaikan sengketa Pulau

Dokdo/Takeshima, Korea Selatan memilih menyelesaiakan sengketa secara

diplomatik dengan negosiasi dan Jepang memilih dengan mengajukan sengketa ke

Mahkamah internasional. Selanjutnya penelitian ini berusaha menjawab dan

menjelaskan mengapa Korea Selatan menggunakan cara diplomatik (negosiasi

bilateral) sedangkan Jepang memilih mengajukan sengketa ke Mahkamah

Internasional. Analisis dilakukan secara terpisah dengan menggunakan teori

penyelesaian sengketa internasional secara diplomatik (non-yurisdiksi) untuk Korea

Selatan dan teori penyelesaian sengketa internasional secara hukum (yurisdiksi).

Hipotesis pada Bab I menyatakan bahwa Korea Selatan memilih menyelesaiakan

sengketa secara diplomatik (negosiasi bilateral) karena Korea Selatan

berkepentingan terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang terkandung disekitar

pulau tersebut yaitu pemanfaatan gas hidrat, serta penyelesaian secara politis

(diplomatik) merupakan cara yang lebih menguntungkan bagi Korea Selatan.

Sedangkan Jepang memilih menyelesaiakan sengketa melalui mengajukan sengketa

ke Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa karena pangakuan

kedaulatan terhadap sengketa Pulau Takeshima/Dokdo berimplikasi terhadap

yurisdiksi Jepang untuk memanfaatkan Pulau Takeshima/Dokdo sesuai dengan

hukum internasional yang berlaku.

Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam bab sebelumnya, hipotesis yang

diajukan penulis terbukti dan didukung data – data. Wilayah kepulauan

Takeshima/Dokdo memiliki potensi geopolitik sumber daya alam yang melimpah.

Kepulauan Takeshima/Dokdo memiliki banyak potensi alam dan sumber daya alam

Page 19: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xx

mulai dari potensi pariwisata, hasil kekayaan ikan yang melimpah, sampai hasil

sumber daya alam untuk energi alternatif yaitu gas hidrat yang melimpah dan

diperkirakan dapat menjadi konsumsi energi selama 30 tahun. Berdasarkan analisis

yang dilakukan dalam bab II, hipotesis yang diajukan penulis terbukti dan didukung

oleh data. Korea Selatan memiliki kepentingan atas potensi geopolitik Pulau

Takeshima/Dokdo dan memiliki modalitas – modalitas yang mendukung dan

berpengaruh terhadap pilihan Korea Selatan menyelesaikan masalah secara

diplomatik (negosiasi bilateral). Pengeklaiman Korea Selatan atas Pulau

takeshima/Dokdo didasarkan pada kepentingan, sejarah, dan national pride. Pulau

Dokdo bagi Korea Selatan merupakan suatu pengakuan kemerdekaan oleh dunia

internasional secara seutuhnya dan bukan hanya pulau utama Korea Selatan yang

dikembalikan oleh Jepang. Selanjutnya Korea Selatan memiliki kepentingan

pariwisata, perikanan, dan yang paling menonjol yaitu dalam hal pemanfaatan

sumber daya alam yang berupa gas hidrat. Korea Selatan meluncurkan organisasi

gas hidrat R&D di tahun 2005 untuk pengembangan teknologi gas hidrat dengan

Amerika Serikat. Melalui penyelesaian sengketa secara diplomatik atau negosiasi,

Korea Selatan berharap dapat tetap memanfaatkan dan mengembangkan teknologi

gas hidrat secara optimal, hal ini dapat dikarenakan Korea Selatan merupakan

negara pemakai minyak terbesar keempat sehingga Korea Selatan harus mencari

sumber energi alternatif agar tidak sangat bergantung pada impor dan dapat

memenuhi kebutuhan energi mereka sebagai penanggulangan krisis energi.

Sebenarnya Korea Selatan juga berpeluang di Mahkamah Internasional, namun

Korea Selatan terlihat tidak ingin mengambil resiko atas pilihan ke Mahkamah

Internasional yang jika pada akhirnya akan kehilangan kesempatan untuk

Page 20: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xxi

pengembangan teknologi gas hidrat dan kehilangan upaya – upaya yang telah

dilakukan dalam pemanfaatan dan pemeliharaan di Pulau Takeshima/Dokdo.

Dengan negosiasi Korea Selatan juga berharap agar mendapatkan kesepakatan yang

menguntungkan dan tetap berpedoman bahwa Pulau Dokdo merupakan bagian dari

wilayahnya sejak dulu.

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab III, hipotesis yang diajukan

penulis terbukti dan didukung oleh data. Jepang memilih mengajukan sengketa

Pulau Takeshima/Dokdo ke Mahkamah Internasional dengan harapan Jepang

mendapatkan kekuasaan teritorial atas Pulau Takeshima/Dokdo karena bagi Jepang,

Korea Selatan telah melakukan national humiliation atau penghinaan nasional

karena telah melakukan pengeklaiman dan pemanfaatan sumber daya alam di

wilayah Pulau Takeshima/Dokdo dan bagi Jepang hal tersebut merupakan suatu

pelanggaran atas yurisdiksi kedaulatan Jepang. Jepang memandang Pulau

Takeshima/Dokdo bukan merupakan wilayah yang harus dikembalikan oleh Jepang

karena berdasarkan atas Perjanjian damai San Fransisco meskipun terdapat

deklarasi Cairo yang menyatakan bahwa pulau tersebut harus dikembalikan kepada

Korea Selatan, namun Jepang hanya mengakui Perjanjian Damai San Fransisco.

Melalui Mahkamah internasional, Jepang berharap agar wilayah Pulau

Takeshima/Dokdo secara sah ditetapkan sebagai bagian dari kedaulatan Jepang

karena dalam Mahkamah Internasional, keputusan hakim yang mengadili

mendasarkan putusannya pada prinsip penemuan (discovery), pendudukan dengan

pengawasan efektif (effective control), pendudukan tanpa protes (prescription), dan

konektivitas geografis (contiguity). Dari putusan hakim tersebut Jepang mengakui

kepulauan tersebut merupakan terra nullius sehingga diokupasi oleh Jepang serta

Page 21: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xxii

kemudian secara resmi masuk kedalam wilayah Jepang pada tahun 1905, dan hal

ini masuk dalam prinsip penemuan (discovery) dan pengawasan efektif (effective

control) berdasarkan okupasi yang telah dilakukan Jepang. Perjanjian damai San

Fransisco yang tidak menyebutkan bahwa Pulau Takeshima/Dokdo harus

dikembalikan kepada Korea Selatan merupakan bukti yang cukup kuat. Namun

Jepang memiliki kelemahan karena tidak melakukan kegiatan apapun di Pulau

Takeshima/Dokdo. Kemudian Jepang juga dapat menyertakan penemuannya bahwa

Pulau Takeshima/Dokdo tidak dikutip Korea Selatan dalam dinasti Chosesn sebagai

Dokdo, serta Jepang juga dapat mengajukan pelanggaran yang dilakukan atas

kunjungan Presiden Korea Selatan yang mengunjungi Pulau Takeshima pada tahun

2012. Jepang percaya dengan mengajukan sengketa ke Mahkamah Internasional

akan dapat menyelesaikan sengketa antara Jepang dan Korea Selatan dan mencakup

yurisdiksi dan kedaulatan Jepang atas Pulau Takeshima.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Adolf, Huala, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional (Jakarta : Sinar Grafika,2005)

Barber, Steven J, Dokdo – Takeshima Island : A Brief Introduction to Korea’sDokdo [Takeshima] Island, 2009

Buana, Mirza Satria, Hukum Internasional Teori dan Praktek (Bandung :Nusamedia, 2007)

Boermauna, Hukum Internasional : Pengertian Peranan dan Fungsi dalam EraDinamika Global (Bandung : Penerbit Alumni, 2003)

Page 22: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xxiii

O’Shea, Paul, Playing the Sovereignty Game:Understanding Japan's TerritorialDisputes (South Yorkshire : School of East Asian Studies, University ofSheffield, 2012)

Phartiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional (Bandung : Penerbit MandarMaju, 2003)

Roy, S.L, Diplomasi (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995)

Sempa, Francis P, Geopolitics:from the Cold War to the 21st century (New Jersey:Transaction Publishers, 2002)

Starke, J.G, Pengantar Hukum Internasional (Edisi kesepuluh, 2000)

Walliman, Nicholas, Your Research Project: A Step-by-Step Guide for the First-Time Researcher. 2001.

Wei, Lim Tai, Korea-Japan Relations : The Dokdo (독도/獨島) Issue From TheKorean Perspective, 2008

Yoon, Yang Seung & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak awal abad hinggamasa kotemporer, 2003.

Jurnal

Arjanto Dwi, Berebut Si Sunyi (Koran Tempo, 21 April 2006)

Ahn, Youngbae, The Secret of the Layer of Natural Gases in Korea’s East Sea,Shin-Donga September, 1998.

Collins, Randall, Conflict and Critical Theory,http://www.sagepub.com/upmdata/13296_Chapter_7_Web_Byte_Randall_Collins.pdf. (diakses pada tangal 4 April 2013)

Daku Yamasaki, Japan has taken steps over a long-time period in order to bringthe Takeshima issue to the International Court of Justice, and ultimatelythe international community will judge this issue, (Jung-ang Daily, 14Agustus 2008)

Dyke, Jon M. Van, Legal Issue Related to Sovereignty over Dokdo and its MaritimBoundary, Ocean Development & International Law, 2007

Emmers, Rafl, Japan-Korea Relations and the Tokdo/Takeshima Dispute : theInterplay of Nationalism and Natural resources, 2010

Fern, Sean, Tokdo or Takeshima? The International Law of Territorial Acquisitionin the Japan-Korea Island Dispute, 2005

Hays, Jeffrey, Tensions Over the Takeshima-Dokdo Islands,2013 dalamhttp://factsanddetails.com/japan.php?itemid=2922&catid=22&subcatid=149#552 (diakses hari Senin, 11 Maret 2013)

Hoo-ran, Kim, Dokdo Open To Visitor (Korea Now, 16 April 2005)

Page 23: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xxiv

IFAIR, The Dokdo/Takeshima Dispute – Power, Institutions, and Identities in EastAsia’s ‘other’ territorial conflict, N.p., 2012.http://ifair.wordpress.com/2012/11/24/the-dokdotakeshima-dispute-power-institutions-and-identities-in-east-asias-other-territorial-conflict/ (diakses hariSenin, 11 Maret 2013)

Kim, HeeMin, A New Approach to the Territorial Dispute Involving a FormerColonizer-Colony Pair: The Case of the Dokdo-Takeshima Disputebetween Japan and Korea, 2009.

Koo, Min Gyo, Liberal Peace and the Scramble for the Rocks: TheDokdo/Takeshima, Senkaku/Diaoyu, and Paracel and Spratly IslandsDisputes, 2005.

Launius, Michael A, The Politics of Competing Territorial Claims to Tokdo,Paperpresented for delivery at the 1st World Congress of Korean Studies, 18-20July 2002.

Le Billion, Phillippe, The Geopolitics of Resource Wars: Resources Dependence,Governance and Violence (London : Frank Cass, 2005)

Lee, Ran Key, Korea's Territorial Rights to Tokdo History and International Law.(Korea Observer XXIX-1, 1998)

Lee, David Kang & Ji-Young, Japan-Korea Relations: More Squabbling, LittleProgress.E-Journal, 2010.

MFA Japan, 2004.

Philip, Nitin, The General Assembly : Dokdo/ Takeshima Islands Dispute (Japan –S. Korea), 2013

Ue, I, An Island Dipute with a Past,Yomiuri Shimbun, 2005.

Kuliah Umum

Juwana, Hikmahanto, Hukum Internasional Sebagai Instrumen Politik : BeberapaPengalaman Indonesia Sebagai Studi kasus, (dalam pidato Dies Nataliske-39 Universitas Pancasila, 2009)

Website :

Dokdo – Takeshima Island : A Brief Introduction to Korea’s Dokdo [Takeshima]Island, 2009. [online] dalam

http://www.dokdo-takeshima.com/ (diakses tgl 31 Mei 2013)

Dokdo of Korea [online] dalam

www.dokdo.go.kr/Board.do?command=detail&langType=KR&oMenuCode=MENU_CODE200811091&oBIdx=7114&start=0&mode=&oSea(diakses tgl 30 Mei 2013)

Page 24: STRATEGI JEPANG DAN KOREA SELATAN ... - journal.unair.ac.idjournal.unair.ac.id/filerPDF/jahi5e5f455eaa2full.pdf · P.Sempa,Geopolitics : from the Cold War to the 21st century, Transaction

xxv

Efendi, Ahmad Sahrul, 2011.Sengketa Internasional [online] dalamhttp://www.docstoc.com/docs/102076305/SENGKETA-INTERNASIONAL (diakses tanggal 30 April 2013)

Kementerian Luar Negeri Jepang (MOFA), Takehsima Issue [online] dalamhttp://www.mofa.go.jp/region/asia-paci/takeshima/position.html (diaksestgl 1 Juni 2013)

Park Changgwon, 2005. Simulation Tokdo [online] dalam

Cyber Dokdo: www.cybertokdo.com and www.dokdo.go.kr (diaksestanggal 28 Mei 2013)

Petro Industry News, 2010. Gas exploration off Dokdo [online] dalam

http://www.petro-online.com/news/fuel-for-thought/13/aberdeen_university/gas_exploration_off_dokdo/9409/(diakses pada tanggal 13 April 2013)

Penyelesaian Sengketa Internasional secara Diplomatik [online] dalamhttp://www.scribd.com/doc/47345274/ian-Sengketa-Internasional-Secara-Diplomatik (diakses tanggal 30 April 2013)

The Territorial Dispute Over Dokdo [online] dalam

http://dokdo-research.com/page4.html (diakses pada tanggal 2 Juni 2013)

Various measures to be taken to preclude any dispute over Dokdo, 2008. [online]dalam http://www.korea.net/ (diakses tgl 31 Mei 2013)