Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM...

12
1 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA TAHUN 2015/2016 Jurnal Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika Oleh RAYSA SATRIA DEWANGGA 202011053 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Transcript of Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM...

Page 1: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

1

STRATEGI GURU

DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN

BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI

SALATIGA TAHUN 2015/2016

Jurnal

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

RAYSA SATRIA DEWANGGA

202011053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria
Page 3: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria
Page 4: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

4

Page 5: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

5

STRATEGI GURU

DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA

TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA

)Raysa Satria Dewangga, 2) Wahyudi, 3) Tri Nova Hasti Yunianta

1)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2),3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana 1)[email protected]

2)[email protected] 3)[email protected]

ABSTRAK

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi pembelajaran yang

digunakan guru dalam membelajarkan pecahan bagi siswa tunarungu kelas VI B di SLB

Negeri Salatiga. Subyek pada penelitian ini adalah guru kelas VI B yang juga mengampu

mata pelajaran matematika. Teknik penentuan subyek yang digunakan adalah purposive

sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi, yaitu observasi

partisipatif, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan

Huberman yaitu Data Reduction, Data Display, Conclution drawing. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian yaitu strategi guru dalam membelajarkan pecahan secara umum sama

dengan sekolah regular, tetapi pelaksanaanya lebih banyak menggunakan teknik komunikasi

bagi siswa tunarungu atau memanfaatkan indra pengelihatan siswa. Strategi guru

diimplementasikan melalui metode ceramah, tanya jawab dan latihan. Metode tersebut

diimplementasikan menggunakan teknik komunikasi oral dan total. Strategi guru juga

didukung oleh media media yang digemari oleh siswa seperti kertas lipat yang di gunakan

untuk media. Dikarenakan tingkat ketunarunguan siswa berbeda-beda maka guru

menggunakan strategi yang berbeda beda pula. Siswa yang memiliki tingkat ketunarungan

yang ringan akan ditambahkan pengayaan atau soal tambahan agar mengimbangi dengan

siswa yang memiliki ketunarungan yang tinggi. Berdasarkan rata-rata nilai yang tertulis siswa

kelas VI B menunjukan strategi yang di implementasikan guru bagi setiap siswa yang

didasarkan pada tingkat ketunarunguan dan karakteristik masing masing siswa tersebut dapat

membantu siswa dalam menunjukan apa yang sudah dipahami dan mampu dikerjakan siswa

sesuai dengan kemampuan dalam menerima materi pembelajaran. Rata-rata nilai tertulis dan

PR kelas VI B juga menujukan tingkat ketunarunguan siswa berpengaruh terhadap nilai yang

di peroleh siswa.

Kata Kunci :strategi pembelajaran, siswa tunarungu ,pecahan

Page 6: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

6

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh

setiap anak tak terkecuali anak berkebutuhan khusus (Agustina, 2012). Anak dengan “special

needs” seperti anak tunagrahita, tunalaras, tunarungu, tunanetra, autis, tunadaksa, tuna

ganda, kesulitan belajar, hyperactive, dan anak berbakat merupakan anak yang relatif

mengalami hambatan dalam perkembangan sehingga membutuhkan layanan pendidikan

khusus yaitu pendidikan luar biasa (Suharsimi, 2009).

Wina Sanjaya (2006: 125) mengemukakan strategi pada mulanya digunakan dalam dunia

militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan

suatupeperangan. Penulis menyimpulkan pendapat tersebut jika dikaitkan dalam strategi

pembelajaran, strategi adalah sebuah usaha yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Menurut Kemp (Sanjaya, 2006: 126) strategi pembelajaran adalah suatau

kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa. Senada dengan pendapat di

atas, Dicky dan Carey (Sanjaya, 2006: 126) mengatakan bahwa strategi pembelajaran adalah

suatu pengaturan materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama

untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan yang sudah direncanakan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pendidikan luar biasa adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang secara

khusus diselenggarakan bagi siswa yang menyandang kelainan fisik, mental atau perilaku.

Lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan luar biasa tersebut adalah Sekolah Luar

Biasa (SLB) dengan jenjang pendidikan TKLB, SDLB, SPMLB, dan SMALB (Mangunsong,

dkk, 1998; Kemham, 2012). Direktorat pembinaan pendidikan luar biasa mengklasifikasikan

setiap jenjang pendidikan di SLB berdasarkan ketunaan yang diderita siswa, antara lain SLB-

A untuk tunanetra dan SLB-B untuk tunarungu, dan SLB-C untuk tunagrahita, SLB-D untuk

tunda daksa , SLB-E untuk tunaganda (Nugroho, 2009).

Tunarungu merupakan salah satu jenis kelainan fisik dalam hal pendengaran yang

ditangani oleh SLB . Rinjani, dkk (2012) memaparkan siswa tunarungu adalah siswa yang

mengalami gangguan atau kehilangan pendengaran yang diakibatkan oleh tidak berfungsinya

sebagian atau seluruh indra pendengaran, baik secara permanen maupun tidak, sehingga

mengalami hambatan dalam perkembangan menerima pesan maupun berkomunikasi dengan

siswa normal atau orang lain. Keterbatasan fungsi pendengaran yang dialami siswa tunarungu

tersebut tentunya akan banyak menghambat siswa dalam menerima materi pelajaran secara

cepat akibat kondisi tersebut menuntut guru SLB untuk kreatif dalam menyampaikan materi

pelajaran termasuk pelajaran matematika yang menuntut kemampuan daya logika dan

abstraksi (Suharsimi, 2009;38-39; Hartono & Samiadi, 2008).

Tunarungu juga dapat diartiakan sebagai keadaan dari seorang individu yang

mengalami kerusakan pada indra pendengaran dan mengakibatkan tidak bisa menangkap

rangsangan suara atau rangsang lain melalui pendengaran (Suharsimi, 2009). Anak tunarungu

adalah anak yang kehilangan pendengaran sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya

(deaf) yang menyebabkan pendengaranya tidak memiliki nilai fungsional dalam kehidupan

sehari-hari (Ulya & Yuliati, 2013). Menurut Moores dalam aprilia (2001) ketunarunguan

terjadi sebelum dan sesudah masa bahasa. Ketunarunguan sebelum masa bahasa (prelingual

deafness) berhubungan dengan kondisi seseorang yang mengalami ketunarunguan sejak lahir

atau terjadi pada usia sebelum perkembangan bicara dan bahasa (postlingual deafness)

berhubungan dengan kondisi seseorang yang mengalami ketunarunguan sesuadah menguasai

bicara dan bahasa). Ketunarunguan yang terjadi tersebut memilikin beberapa penyebab.

Smith dalam Sugiarmin & Baihaqi (2006: 278) mengungkapakan ada dua penyebab

gangguan pendengaran yaitu penyebab genetik dan penyebab dari lingkungan / pengalaman.

Page 7: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

7

Faktor- faktor tersebut dapat terjadi sebelum kelahiran, selama proses kelahiran, dan setelah

kelahiran.

Siswa yang menyandang gangguan pendengaran tersebut, dalam dunia pendidikan luar

biasa lebih akrab dengan sebutan tunarungu. Delphie (2006) mengungkapkan mimik siswa

tunarungu berbeda dengan siswa berkebutuhan khusus lainnya, karena mereka tidak pernah

mendengar atau menggunakan panca indra telinga dan mulut. Oleh karena itu mereka tidak

begitu paham dengan apa yang akan dikatakan orang lain.

Salah satu sekolah luar biasa di Salatiga adalah SLB N Salatiga yang menyelenggarakan

pendidikan dari jenjang TKLB-SMALB. Berdasarkan hasil observasi pada bulan November

2015 kelas VB merupakan salah satu kelas di tingkat sekolah dasar di SLB Negeri Salatiga

yang menampung siswa tunarungu. Pada semester ini mengacu pada SK dan KD di SLB

materi pembelajaran sudah masuk kepada materi pecahan. Jumlah siswa di kelas tersebut

adalah 4 siswa laki- laki. Kelas VI B diajar guru kelas yang mengampu semua mata

pelajaran, termasuk mata pelajaran matematika. Guru kelas VI B di SLB Negeri Salatiga

merupakan guru yang baru mengajar di kelompok tunagrahita. Berdasarkan hasil wawancara,

siswa kelas VI B memiliki tingkat ketunarunguan yang berbeda beda. Hal tersebut

mengakibatkan daya tangkap siswa berbeda beda, sedangkan guru kelas VI B juga masih

sedikit kesulitan dalam membangun komunikasi dengan siswa karena terhitung baru menjadi

guru di jurusan tunarungu. Guru juga kesulitan mengajarkan materi matematika yang

berkaitan dengan konsep, terlebih harus mengajarkan kepada siswa tunarungu. Materi

matematika yang menurut pemahaman konsep salah satunya adalah materi pecahan yang

akan diajarkan di semester ini. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa Tunarungu

Kelas VI B di SLB-B Negeri Salatiga”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode kualitatif deskriptif

digunakan untuk mendeskripsikan secara mendalam tentang strategi guru dalam

membelajarkan pecahan serta interaksi yang terjadi antara guru dan siswa saat proses belajar

mengajar berlangsung di kelas VI B di SLB-B Negeri Salatiga ( Sugiyono, 2010).

Penelitian dilakukan di SLB-B Negeri Salatiga, yang terletak di jl. Hasanudin III,

Banjaran, Manggunsari, Salatiga. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015-

selesai. Subjek dalam penenlitian ini adalah guru kelas VI B yang juga mengampu

matapelajaran matematika. Subjek bertindak sebagai sumber data atau sebagai informan.

Teknik penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling atau

teknik sampling bertujuan, yaitu pengambilan sample ditentukan berdasarkan subjek yang

sesuai dengan tujuan dan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Penentuan subjek

dilakukan dengan mempertimbangkan hal berikut, yaitu subjek dianggap sebagai orang yang

paling tahu dan dapat memberikan informasi yang di butuhkan peneliti, subjek bersedia untuk

terlibat dalam penelitian dan subjek bersedia meluangkan waktu untuk peneliti dalam

mendapatkan sumber data.

Penelitian ini menggunakan triangulasi untuk teknik pengumpulan data. Teknik triangulasi

dalam teknik pengumpulan data sekaligus mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data (Sugiyono, 2010). Triangulasi meliputi:

1. Observasi partisipatif

2. Wawancara

3. Dokumentasi

Page 8: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

8

Analisis data kualitatif deskriptif adalah usaha yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikannya, memilah milah menjadi satuan yang dapat di kelola,

mengintensiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan

memutuskan apa yang dapat di ceritakan orang lain (Moelong, 2005).

Miles and Hubermen dalam Sugiyono (2010) memaparkan tahapan analisis kualitatif

deskriptif melalui tiga alur, yaitu data reduction, data display, dan conclution drawing/

verification.

1. Data Reduction (Reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal hal yang pokok, memfokuskan pada hal

hal yang penting, mencari tema dan polanya ,dan membuang yang tidak perlu. Langkah

sebelum mereduksi data adalah data collection dengan mengubah data rekaman saat

wawancara kedalam bentuk tulisan secara rinci. Mereduksian data dalam penelitian ini adalah

mendisekripsikan kurikulum dan RPP, materi, strategi yang mencakup metode, teknik

komunikasi, media, pengelolaan kelas, dan evaluasi yang digunakan guru, serta interaksi guru

dengan siswa yang diteliti, memilih hal hal pokok berdasarkan jawaban dan respon guru

dalam wawancara, memfokuskan hal penting mengenai strategi guru dalam membelajarkan

materi bagi siswa tunarungu kelas VI B.

2. Data Display (penyajian data)

Data yang sudah di reduksi selanjutnya di sajikan. Penyajian data bisa di lakukan dengan

uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowcard, dan sejenisnya. Miles and

huberman namun menyatakan yang paing sering untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif adalah teks yang bersifat narasi. Penyajian data dalam penelitian ini dalam bentuk

uraian secara rinci mengenai strategi guru yang mencakup metode, teknik komunikasi, media,

pengelolaan kelas dan evaluasi yang di gunakan guru dalam membelajarkan pecahan bagi

siswa tuna rungu kelas VI B.

3. Conclution drawing (verifikasi)

Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin diharapkan merupakan

temuan baru yang sebelumya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran objek yang sebelumya belum jelas menjadi jelas setelah di teliti. Penarikan

kesimpulan dalam penelitian ini adalah dengan melihat penyajian data dan merumuskan

strategi guru dalam membelajarakan materi bagi siswa tunarungu kelas VI B.

HASIL PENELITIAN

Penelitiaan dilaksanakan tanggal 7-12 Januari 2016. Penelitian dilakukan dalam dua

tahap yaitu observasi terhadap kegiatan pembelajaran matematika materi pecahan yang

dilaksanakan pada jam efektif di kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran

matematika yang juga mejadi guru kelas di kelas VI B yang dilakukan di-luar jam efektif

supaya kegiatan pembelajaaran tidak terganggu

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ida selaku guru kelas dan guru pelajaran

matematika, kurikulum yang digunakan adalah KTSP untuk SLB, yang perpedoman pada

standar isi (SI) yang mengatur standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) mata

pelajaran untuk siswa tunarungu. Kurikulum untuk siswa tunarungu hampir sama dengan

siswa sekolah dasar regular yang membedakan adalah tingkat kesukaran soal yang di berikan.

Kurikulum tersebut kemudian menjadi dasar guru untuk menyusun program semester.

Program semester memuat SK, KD dan rincian waktu pelaksanan pembelajaran yang disusun

sendiri oleh guru, sedangkan silabus pembelajaran yan digunakan pedoman guru yaitu

berdasarkan koodinasi guru guru PLB tingkat jawa tengah. Silabus pembelajaran matematika

yang di gunakan guru memuat Kompetensi dasar, materi dan uraian materi, pengalaman

Page 9: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

9

belajar, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber. Silabus

pembelajaran tersebut merupakan dasar bagi guru dalam mengajarkan matematika. Format

RPP di SLB Negeri Salatiga sama seperti sekolah regular hanya materinya di sesuaikan

dengan kurikulum KTSP untuk SLB dan memepertimbangkan kebutuhan siswa tunarungu.

Hasil wawancara mengungkapkan guru hanya menggunakan sumber buku paket

matematika SD regular untuk kelas VI SD dan MI karangan Indriyastuti, sedangkan soal soal

yang diberikan dibuat sendiri oleh guru. Materi pelajaran yang di ajarkan mengenai

pengenalan pecahan, menyerdehranakan pecahan, mengurutkan pecahan dan pecahan senilai,

pengurutan materi berdasarkan materi yang ada pada buku paket halaman 73-78. Guru juga

menyebutkan bahwa guru tidak membatasi materi, akan tetapi keluasan dan kedalaman

materi pada pengajaran materi pecahan di sesuaikan dengan kemampuan siswa masing

masing hal ini diperjelas dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sekaligus guru

kelas VI B.

Guru memahami karakteristik masing masing siswa dengan HomeVisite atau dengan

mengunjungi rumah masing masing siswa dan bertanya kepada orangtua masing masing

siswa. Strategi pembelajaran yang dimaksud mencakup metode yang di gunakan guru dan

teknik komunikasi yang digunakan dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran, serta

pendayagunaan komponen strategi pembelajaran yaitu media pembelajaran den pengelolaan

kelas yang digunakan guru dalam membelajarkan pecahan.

Ditunjukan pada Gambar 1 dan Gambar 2 metode pembelajaran yang digunakan guru

dalam membelajarkan materi bagi siswa tunarungu kelas VI B yang mengimplementasikan

strategi guru dalam membelajarkan pecahan adalah ceramah, tanya jawab dan pemberian

tugas.

Gambar 1 Gambar 2

Guru Menggunakan Metode Ceramah Guru Memberikan Tugas

Dalam Mengimplementasikan Strategi Pembelajaran

Seperti tertera dalam “Gambar 3” dan “Gambar 4” teknik komunikasi yang di gunakan

guru di kelas dalam membelajarkan materi yaitu dengan komunikasi total dengan

mengunakan oral dan total namun bu Ida lebih menguasai dengan teknik komunikasi total.

Alasan bu Ida menggunakan komunikasi total adalah karena lebih mudah dimengerti oleh

siswa.

Page 10: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

10

Gambar 3 Gambar 4

Isyarat Komunikasi Total “Tidur” Isyarat Komunikasi “Benar”

Lingkungan kelas VI B cukup kondusif untuk belajar. Kelas VI B mesipun kecil namun

tetap selalu bersih karena setiap pagi siswa bergantian piket untuk membersikan ruangan

kelas. Kelas yang di keramik dan di cat dengan warna hijau memberikan kesan selalu segar

dan sejuk di dalam ruangan. kelas juga di lengkapi dengan white board untuk menulis, kaca

untuk melihan apakah betul pengucapan kata yang keluar dari mulut siswa, dan posisi tempat

duduk yang diatur sejajar agar mudah guru untuk membimbing masing masing siswa.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukan SK dan KD yang digunakan guru dalam RPP sudah sesuai

dengan kurikulum KTSP untuk SLB. SK dan KD tersebut kemudian menjadi pedoman bagi

guru dalam menyusun materi pecahan bagi siswa kelas VI, sedangkan pelaksanaan

pembelajaran yang berlangsung tidak sesuai dengan RPP yang disusun guru. Ketidak-

sesuaian terletak pada materi ajar dan urutan kegiatan pembelajaran.

Hasil wawancara menunjukan guru hanya menggunakan satu buku pedoman dalam

mengajarkan pecahan, sedangkan menurut Haryati (2007; 12) menyusun materi pelajran

KTSP kurang tepat jika hanya bergantung pada satu buku teks dan dianggap sebagai satu

satunya sumber ajar. Guru hendaknya menggunakan banyak referensi untuk sumber bahan

ajar karena bukan hanya untuk kesesuaian materi dalam satu buku, tetapi juga membantu

siswa mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan .

Strategi guru dalam menyampaikan materi pecahan bagi siswa kelas VI B dengan

memberikan soal dan contoh pengerjaannya terlebih dahulu bagi semua siswa, setelah guru

memberikan contoh pengerjaannya, setelah itu baru guru memberikan soal yang berbeda

sesuai dengan tingkat ketunarunguan yang berbeda pula. Strategi yang digunakan guru dalam

membelajarkan pecahan dapat dilihat dari metode yang digunakan dengan teknik komunikasi

total yang digunakan guru dalam mengimplementasikan metode pembelajaran serta

pendayagunaan strategi pembelajaran dengan pengelolaan kelas. Strategi pembelajaran di

implementasikan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan latihan, selanjutnya metode

tersebut di padukan dengan cara penyampaian dengan komunikasi total bagi siswa tunarungu,

hal ini hampir sama dalam segi metode pembelajaran untuk sekolah reguler, hanya teknik

penyampaian materinya yang berbeda yaitu menggunakan teknik komunikasi total dan oral.

Strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan pendayagunaan secara tepat dan

optimal semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran sehingga pembelajran

berlangsung dengan efektif. Guru juga mengungkapkan strategi yang di gunakan untuk setiap

siswa berbeda pula tergantung dari tingkat ketunarungan siswa, semakin berat gangguan

pendengaran yang di derita siswa makas semakin banyak membutuhkan bibingan guru. Nilai

Page 11: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

11

yang di peroleh setiap siswa juga merupakan dampak dari strategi yang sudah

diimplementasikan guru bagi setiap siswa yang didasarkan pada tingkat ketunarunguan dan

karakteristik masing masing siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan temuan dalam penelitian mengenai

strategi guru dalam membelajarkan pecahan bagi siswa tunarungu kelas VI B di SLB-B

Negeri Salatiga ini dapat di simpulkan bahwa strategi yang di gunakan guru secara umum

sama seperti sekolah regular, tetapi pelaksanaannya lebih menggunakan teknik komunikasi

untuk siswa tunarungu atau memanfaatkan indra pengelihatan siswa. Strategi guru

diimplementasikan melalui metode ceramah, tanya jawab, dan latihan. Metode tersebut

selanjutnya diimplementasikan menggunakan teknik komunikasi oral dan komunikasi total.

Strategi guru juga didukung penggunaan media media pembelajaran yang digemari siswa

seperti penggabungan materi dengan kegiatan motorik seperti kerajinan tangan menggunakan

kertas lipat. Pengelolaan kelas menyangkut pengoorganisasian ruang kelas dan pengelolaan

kegiatan. Guru mengunakan pengelolaan kegiatan individual, karena siswa kelas VI B

memiliki tingkat ketunarunguan yang berbeda-beda yang menyebabkan daya tangkap siswa

berbeda beda juga sehingga guru harus membimbing satu persatu. Hal tersebut menjadi dasar

bagi guru menggunakan strategi yang berbeda beda dalam membelajarkan pecahan dengan

menyesuaikan tingkat ketunarunguan yang diderita siswa dan karakteristik yang di tunjukan

siswa.

Strategi guru yang berbeda beda dalam membelajarkan pecahan dapat dilihat dari proses

pembelajaran yang terjadi ketika guru memangil nama siswa, melakukan tanya jawab dengan

siswa, membimbing siswa dalam mengucapkan kata, dan saat memberikan soal latihan

kepada siswa. Semakin berat gangguan pendengaran siswa maka guru dituntut untuk

melakukan segala cara dalam mengimplementasikan metode, teknik komunikasi, dan media

agar siswa tunarungu dapat menerima materi dengan mudah. Strategi pembelajaran yang

digunakan guru sudah memenuhi kebutuhan pendidikan dan layanan siswa tunarungu yaitu

menyesuaikan dengan karakteristik, kemampuan, dan ketidakmampuan siswa. Adapun

strategi guru tersebut meliputi metode pembelajaran menggunakan metode ceramah, tanya

jawab, dan latihan ataupun pengerjaan LK, untuk teknik komunikasi guru menggunakan

teknik komunikasi total atau teknik yang menggunakan bahasa tubuh untuk melakukan

percakapan, namun sayang untuk media pembelajaran guru tidak menggunakan media

apapun karena untuk media pembelajaran seperti sempoa, jarimatika dan lainya harus

diajarkan dulu dari kelas yang lebih rendah.

Hasil atau dampak dari strategi yang mengimplementasikan guru ditunjukan oleh nilai

yang diperoleh siswa. Berdasarkan hasil rata-rata nilai yang di peroleh siswa kelas VI B

menunjukan bahwa strategi yang digunakan guru sudah memenuhi bagi setiap siswa yang di

dasarkan pada tingkat ketunarunguan masing masing siswa tersebut dalam menerima materi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, L. K, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta: PT Prestasi

Pustakarya.

Cawton, Stephani W. 2001.Teaching Strategies in Inclusif Classrooms With deaf Students.

University of wisconsis- Madison

Page 12: Strategi Guru dalam Membelajarkan Pecahan bagi Siswa ...€¦ · 5 STRATEGI GURU DALAM MEMBELAJARKAN PECAHAN BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI B DI SLB-B NEGERI SALATIGA )Raysa Satria

12

Delphie, Bandi. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika

Aditama.

Moelong, L. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munawar, Yuliana. Strategi Guru Dalam Membelajarkan Matematika Bagi Siswa Tunarungu.

Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana.

Rinjani, G, dkk. 2012. Implementasi Metode Maternal Reflektif dalam Pembelajaran

membaca siswa tunarungu SDLB-B Dharma Asih Pontianak. Pontianak: Pendidikan

Bahasa dan Sastra, FKIP Untan.

Suharmini, Tin. 2009. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Kanwa Publisher

Sugiyono. 2008 Metode penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Ulya, A. R & Yulianti. 2013. Model Induktif Kata-Bergambar (Picture-Word Induktive

Model) Terhadap Penguasaan Kosakata Anak Tunarungu. Jurnal pendidikan

Khusus, Pendidikan Luar Biasa, FIP, UNESA.

Uno, Hamzah B. 2008. Model Pembelajran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang

Kreatif Dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group