STRATEGI FUNDRAISING DI LAZNAS DOMPET DHUAFA ...NIP.19701020 199503 1 001 NIP.19810514 200710 1 001...

112
STRATEGI FUNDRAISING DI LAZNAS DOMPET DHUAFA JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Jurusan Manajemen Dakwah (MD) Oleh: Rizka Yasin Yusuf 131311034 FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2018

Transcript of STRATEGI FUNDRAISING DI LAZNAS DOMPET DHUAFA ...NIP.19701020 199503 1 001 NIP.19810514 200710 1 001...

  • STRATEGI FUNDRAISING DI LAZNAS DOMPET DHUAFA JAWA

    TENGAH

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

    Oleh:

    Rizka Yasin Yusuf

    131311034

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

    SEMARANG

    2018

  • ii

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jl. Prof. Dr. H. HamkaSemarang 50185

    Telepon (024) 7606405, Faksimili (024) 7606405, Website : www.fakdakom.walisongo.ac.id

    NOTA PEMBIMBING

    Lamp : 5 (lima) eksemplar

    Hal : Persetujuan Naskah Skripsi

    Kepada.

    Yth.DekanFakultasDakwahdanKomunikasi

    UIN Walisongo

    di Semarang

    Assalamu’alaikumwr.wb.

    Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikansebagaimanamestinya, maka

    kami menyatakan bahwa skripsi saudara:

    Nama : Rizka Yasin Yusuf

    NIM : 131311034

    Fak/Jur : Dakwah danKomunikasi/Manajemen Dakwah

    JudulProposal : Strategi Fundraising Di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah

    Dengan ini telah kami setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian atas

    perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

    Wassalamu’alaikumwr.wb.

    Semarang, 28 Desember 2017

    Pembimbing,

    BidangSubstansiMateri Bidang Metodologi dan Penelitian

    Drs. H. Anasom, M.Hum. Dr. H. Abdul Choliq, M.T., M.Ag

    NIP. 19661225 199403 1 004 NIP. 19540823197903 1 001

  • iii

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

    FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jl. Prof. Dr. H. HamkaSemarang 50185

    Telepon (024) 7606405, Faksimili (024) 7606405, Website : www.fakdakom.walisongo.ac.id

    SKRIPSI

    STRATEGI FUNDRAISING DI LAZNAS DOMPET DHUAFA JAWA TENGAH

    Disusun Oleh:

    Rizka Yasin Yusuf

    131311034

    Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

    pada tanggal 2017dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat

    guna memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

    Susunan Dewan Penguji

    Ketua Sekretaris

    NIP.19701020 199503 1 001 NIP.19810514 200710 1 001

    Penguji I Penguji II

    NIP.19760510 200501 2 001 NIP. 19770709 200501 1 003

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. H. Anasom, M.Hum. Dr. H. Abdul Choliq, M.T., M.Ag

    NIP.19661225 199403 1 004 NIP. 19540823197903 1 001

  • iv

    PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di

    dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

    suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil

    penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan

    dan daftar pustaka.

    Semarang, 28 Desember 2017

    Rizka Yasin Yusuf

    NIM 131311034

  • v

    KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah mari kita panjarkan kehadirat Allah SWT, yang telah

    melimpahkan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.

    Sholawat serta salam senantiasa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

    memberikan cahaya terang bagi umat Islam dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana

    strata satu (S1) pada jurusan Manajemen Dakwah (MD) Fakultas Dakwah dan Komunikasi

    Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

    Perjalanan penulisan skripsi ini telah penulis lalui, banyak hal yang bersifat godaan

    dan tantangan yang cukup menguras tenaga. Alhamdulillah akhirnya kerja keras

    membuahkan hasil dengan terselesainya skripsi yang berjudul “Strategi Fundraising di

    Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah”. Untuk itu tiada kata yang pantas penulis ucapkan

    kepada pihak-pihak yang telah menaungi dan membantu proses penyusunan skripsi ini

    kecuali dengan ucapan terima kasih yang mendalam kepada:

    1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag., selaku Rektor UIN Walisongo Semarang.

    2. Dr. H. Awaludin Pimay, Lc., M. Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

    beserta jajarannya yang telah membantu proses belajar di Fakultas ini.

    3. Saerozi, S.Ag., M.Pd. dan Dedy Susanto, S. Sos. I., M. S. I., selaku

    KetuaJurusandanSekretarisJurusan yang memberi arahanbagi kami.

    4. Drs. H. Anasom, M.Hum.,selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. H. Abdul Choliq, M.T.,

    M.Ag, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

    tanpa mengenal lelah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi

    ini.

    5. Para dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah dan Komunikasi

    UIN Walisongo Semarang yang telah membantu dalam penyelesaian proses perkuliahan,

    urusan birokrasi selama menuntut ilmu di sini.

    6. Imam Baihaqi selaku branch manager Dompet Dhuafa Jawa Tengah dan seluruh staf

    karyawan, yang telah meluangkan waktu dan menerima penulis menjadi bagian dari

    keluarga ini selama beberapa waktu lamanya.

    7. Ayahanda, Ibunda, saudara dan seluruh keluarga besar bapak Asmuni dan ibu

    Masturiyah, yang senantiasa memberikan doa disetiap perjalanan penulis dalam

    menjalani hidup.

  • vi

    8. Keluarga besar Kordais, MD 2013, sahabat mushola an nur (Jatmiko, Kang Saeful, kang

    Jamil, bang Qudsi)dan kawan-kawan yang senantiasa menemani penulis meresapi arti

    kehidupan.

    9. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

    dapat penulis sebutkan dalam lembaran kertas kecil ini.

    Semoga kebaikan dan keikhlasan semua pihak yang telah membantu dalam proses

    penyusunan skripsi ini mendapat balasan dari Allah SWT. akhirnya kepada Allah penulis

    berharap, semoga apa yang telah ada dalam skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis secara

    pribadi dan para pembaca pada umumnya. Amin.

    Semarang, 28 Desember 2017

    Rizka Yasin Yusuf

    131311034

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan karya ini teruntuk mereka

    Ayahanda Asmuni dan Ibunda Masturiyah, yang tak pernah lelah berjuang dan mendoakan

    anak-anaknya. Semoga skripsi ini dapat menjadi pelipur lara dan penyembuh atas seluruh

    duka yang tercipta selama ananda menuntut ilmu.

    Saudara perempuanku, Nailil Karomah yang telah bersuami Ulil Albab, serta keponakan

    Galang Saikhul Bilad. Saudara laki-lakiku Khamid Sirojul Munir dan adik perempuan Maria

    Ulfa. Semoga persembahanku ini menjadi kemanfaatan, semoga pula kesuksesan bisa kita

    jemput sedari awal untuk kebahagiaan orang tua kita.

  • viii

    MOTTO

    َوَمْن َكاَن فِـْي َحاَجِة أَِخْيِه ، َكاَن هللاُ فِْي َحاَجتِهِ

    "Barangsiapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allâh Azza wa Jalla senantiasa

    akan menolongnya."(HR. Bukhâri)

  • ix

    ABSTRAK

    Rizka Yasin Yusuf. 131311034. Strategi Fundraising di LaznasDompet Dhuafa Jawa

    Tengah.

    Kemiskinan menjadi masalah yang krusial sepanjang sejarah Indonesia. Pembangunan

    telah banyak dilakukan oleh pemerintah untuk mengurai kondisi tersebut, namun angka-

    angka kemiskinan setiap tahunnya masih cukup tinggi. Strategi pengentasan kemiskinan yang

    dicanangkan pemerintah belum bisa mengatasi kemiskinan yang ada sekarang.Perlu dicarikan

    cara guna mengatasi problematika tersebut. Salah satunya adalah implementasi manajemen

    zakat untuk mengentaskan kemiskinan dan memenuhi kewajiban pada mustahik. Strategi

    yang dipilih untuk mengoptimalkan zakat dalam pencapaian tujuan adalah dengan

    penggunaan strategi fundraising dalam penggalangan dananya. Rumusan masalah dari

    penelitian ini adalah bagaimana strategi fundraising di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah

    dan bagaimana kendala-kendala dalam menggalang dana di Laznas Dompet Dhuafa Jawa

    Tengah.

    Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena penelitian ini lebih menekankan

    analisis terhadap suatu fenomena dan berorientasi untuk menjawab pertanyaan penelitian

    melalui cara berfikir formal dan argumentatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

    menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul,

    langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan pendekatan manajemen

    strategi, dengan tahapan analisis yaitu reduksi data, penyajian data (data display) dan

    penarikan kesimpulan.

    Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah penggunaan metode dengan cara

    penerapan strategi fundraising dan kemitraan membuat Dompet Dhuafa Jawa Tengah dapat

    diterima masyarakat. Pencapaian ini tidak lepas dari kerja keras pihak karyawan dan para

    pendukung-pendukung Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Dengan penyesuaian dari kebiasaan

    masyarakat dalam penggalangan dana membuat pengelolaan zakat semakin meningkat dan

    lebih baik lagi. Akan tetapi penyesuaian masih belum bisa maksimal apabila strategi-strategi

    baru tidak ditemukan untuk menggalang dana.Faktor penghambat dalam penggalangan dana

    ziswaf dapat teratasi dengan menggunakan manajemen strategi, strategi kemitraan dan

    strategi fundraising. Dompet Dhuafa Jawa Tengah menggunakan Manajemen Strategi untuk

    membuat pekerjaan menjadi terarah, Strategi Kemitraan bertujuan untuk menambah donatur

    yang loyal demi mengentaskan kemiskinan dengan cepat, menggunakan Metode Fundraising

    untuk penggalangan ziswaf dapat maksimal.

    Salah satu kendala yang berat dialami oleh Dompet Dhuafa Jawa Tengah adalah

    pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang ziswaf.Pengetahuan zakat pada masyarakat

    menjadi penting karena penerimaan dana tergantung dari pemahaan donatur mengenai

    ziswaf. Maka dari itu faktor dari internal perlu dibenahi terutama pelatihan SDM agar lebih

    baik lagi dalam penggalangan dana ziswaf.

    Key word: Manajemen Strategi, Fundraisingzakat

  • x

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

    Transliterasi huruf-huruf Arab ke huruf-huruf latin yang dipakai dalam penyusunan

    skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri

    Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.

    A. Konsonan Tunggal

    Huruf Arab

    Nama

    Huruf Latin

    Keterangan

    ا

    ة

    ت

    ث

    ج

    ح

    خ

    د

    ذ

    ز

    ش

    س

    ش

    ص

    ض

    ط

    ظ

    ع

    Alif

    Bā‟

    Tā‟

    Ṡā‟

    Jīm

    Ḥā‟

    Khā‟

    Dāl

    Żāl

    Rā‟

    Zāi

    Sīn

    Syīn

    Ṣād

    Ḍād

    Ṭā‟

    Ẓā‟

    Tidak dilambangkan

    b

    t

    j

    kh

    d

    ż

    r

    z

    s

    sy

    Tidak dilambangkan

    be

    te

    es (dengan titik di atas)

    je

    ha (dengan titik di bawah)

    ka dan ha

    de

    zet (dengan titik di atas)

    er

    zet

    es

    es dan ye

    es (dengan titik di bawah)

    de (dengan titik di bawah)

    te (dengan titik di bawah)

    zet (dengan titik di bawah)

  • xi

    غ

    ف

    ق

    ك

    ل

    و

    ٌ

    و

    هـ

    ء

    ي

    „Ain

    Gain

    Fā‟

    Qāf

    Kāf

    Lām

    Mīm

    Nūn

    Wāwu

    Hā‟

    Hamzah

    Yā‟

    g

    f

    q

    k

    l

    m

    n

    w

    h

    '

    y

    koma terbalik di atas

    ge

    ef

    qi

    ka

    „el

    „em

    „en

    w

    ha

    apostrof

    Ye

    B. Konsonan Rangkap karena Syaddah Ditulis Rangkap

    يـتعّددة

    عّدة

    ditulis

    ditulis

    Muta‘addidah

    ‘iddah

    C. Tā’marbūtah di akhir kata

    Semua tā’ marbūṭahditulis dengan h, baik berada pada akhir kata tunggal ataupun berada

    di tengah penggabungan kata (kata yang diikuti oleh kata sandang “al”). Ketentuan ini tidak

    diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa indonesia, seperti shalat,

    zakat, dan sebagainya kecuali dikehendaki kata aslinya.

    حكًة

    عهّـة

    كسايةاألونيبء

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    Ḥikmah

    ‘illah

    karāmah al-auliyā’

    D. Vokal Pendek dan Penerapannya

  • xii

    ---- َ ---

    ---- َ ---

    ---- َ ---

    Fatḥah

    Kasrah

    Ḍammah

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    a

    i

    u

    فع م

    ذ كس

    ي رهت

    Fatḥah

    Kasrah

    Ḍammah

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    fa‘ala

    zukira

    yazhabu

    E. Vokal Panjang

    1. fatḥah + alif

    جبههـيّة

    2. fatḥah + yā‟ mati

    نسى تـ

    3. Kasrah + yā‟ mati

    كسيـى

    4. Ḍammah + wāwu mati

    فسوض

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    Ā

    : jāhiliyyah

    ā

    : tansā

    ī

    : karīm

    ū

    : furūḍ

    F. Vokal Rangkap

    1. fatḥah + yā‟ mati

    ثـينكى

    2. fatḥah + wāwu mati

    قول

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    Ai

    bainakum

    au

    qaul

    G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof

    أأنـتى

    ا عّدت

    نئنشكستـى

    ditulis

    ditulis

    ditulis

    a’antum

    u‘iddat

    la’in syakartum

  • xiii

    H. Kata Sandang Alif + Lam

    1. Bila diikuti huruf Qamariyyah maka ditulis dengan menggunakan huruf awal “al”

    انقسأٌ

    انقيبس

    ditulis

    ditulis

    Al-Qur’ān

    al-Qiyās

    2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis sesuai dengan huruf pertama Syamsiyyah

    tersebut

    انّسًبء

    انّشًس

    Ditulis

    Ditulis

    as-Samā’

    asy-Syams

    I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

    Ditulis menurut penulisannya

    ذوىبنفسوض

    أهالنّسـنّة

    Ditulis

    Ditulis

    Zawi al-furūḍ

    ahl as-sunnah

    J. Pengecualian

    Sistem transliterasi ini tidak berlaku pada:

    1. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam Kamus Umum

    Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur‟an, hadis, mazhab, syariat, lafaz.

    2. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan oleh penerbit, seperti

    judul buku al-Hijab.

    3. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negara yang

    menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad Syukri Soleh

    4. Nama penerbit di Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Toko Hidayah,

    Mizan.

  • xiv

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii

    HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................ iv

    KATA PENGANTAR ................................................................................................... v

    PERSEMBAHAN .......................................................................................................... vi

    MOTTO ......................................................................................................................... viii

    ABSTRAK ...................................................................................................................... ix

    PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .......................................................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................................. xiv

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xvi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 5

    D. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6

    E. Metode Penelitian ............................................................................... 9

    F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 11

    BAB II Kerangka Teori: Strategi Fundraising di Laznas Dompet Dhuafa Jawa

    Tengah .............. ........................................................................................................ 14

    A. Strategi ................................................................................................. 14

    1. Pengertian Strategi............................................................ .............. 14

    2. Manajemen Strategi.......................................................... .............. 16

    B. Strategi Fundraising .......................................................................... 19

    1. Pengertian Strategi Fundraising .................................................... 19

    2. Strategi Fundraising Zakat.............................................. .............. 20

    3. Tujuan Fundraising Zakat ............................................................. 21

    4. Model Fundraising Zakat .............................................................. 23

    5. Unsur-unsur Fundraising Zakat..................................................... 26

  • xv

    C. Organisasi Pengelolaan Zakat ........................................................... 26

    1. Pengertian Zakat ............................................................................ 26

    2. Organisasi pengelola zakat ............................................................ 27

    BAB III Gambaran Umum Dan Strategi Fundraising Di Laznas Dompet Dhuafa

    Jawa Tengah......................................................... ........................................................ 30

    A. Profil Lasnas Dompet Dhuafa Jawa Tengah .................................... 30

    1. Sejarah Singkat Dompet Dhuafa Jawa Tengah ............................. 30

    2. Legalitas Dompet Dhuafa .............................................................. 32

    3. Visi dan Misi Dompet Dhuafa Jawa Tengah ................................ 33

    4. Struktur Organisasi ....................................................................... 34

    5. Pembagian Tugas........................................................................... 35

    6. Program Kerja Dompet Dhuafa Jawa Tengah ............................... 37

    B. Strategi Fundraising di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah ...... 45

    1. Strategi Fundraising di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah ...... 45

    2. Upaya Devisi Fundraising dalam mengembangan Dompet

    Dhuafa Jawa Tengah ...................................................................... 54

    C. Faktor Pendukung dan Penghambat strategi fundraising

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah......................................................... .. 57

    1. Faktor pendukung Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah........ ..... 57

    2. Faktor penghambat Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah.......... . 59

    BAB IV Analisis Pelaksanaan Strategi Fundraising, Faktor Pendukung dan

    Penghambat di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah .......................... 60

    A. Analisis Pelaksanaan Strategi Fundraising di Laznas Dompet

    Dhuafa Jawa Tengah ............................................................................. 60

    1. Analisis Pelaksanaan Manajemen Strategi di Dompet Dhuafa

    Jawa Tengah .................................................................................. 62

    2. Analisis Pelaksanaan Strategi Kemitraan ...................................... 66

    3. Analisis Pelaksanaan Strategi Fundraising .................................. 67

    4. Analisis Majalah Mutiara Harapan ............................................... 73

    B. Analisis faktor pendukung dan pengahambat dalam menggalang

    dana di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah ...................................... 74

    1. Analisis faktor pendukung Dompet Dhuafa Jawa Tengah.... ........ 75

    2. Analisis faktor penghambat Dompet Dhuafa Jawa Tengah....... .... 77

  • xvi

    BAB V Penutup ........................................................................................................ 80

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 80

    B. Saran .................................................................................................... 81

    C. Penutup ................................................................................................ 82

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • xvii

    DAFTAR SKEMA

    Skema 1.1 Proses Fundraising ...................................................................................... 63

    Skema 1.2 tingkat kepuasan ............................................................................................ 68

  • xviii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 penerimaan dana dari mulai tahun 2012-2016 .......................... ..................... 66

  • xix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Struktur Organisasi ....................................................................................... 33

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kemiskinan masih menjadi masalah klasik di negeri ini yang belum bisa

    terselesaikan. Banyak masyarakat Indonesia yang masih hidup di bawah garis

    kemiskinan, baik yang hidup di pedesaan maupun perkotaan. Problematika umat yang

    kompleks ini terbungkus lama dalam bentuk yang namanya kemiskinan.1 Dalam hal

    demikian, salah satu agenda sosial untuk mewujudkan keseimbangan sosial dan

    ekonomi masyarakat adalah zakat. Zakat menghendaki kesejahteraan masyarakat dan

    pemerataan pendapatan, sehingga kekayaan tidak hanya terpusat dan berputar pada

    kelompok masyarakat tertentu saja. Zakat merupakan suatu mekanisme yang

    mengontrol keseimbangan atau stabilitas dalam dinamika masyarakat, yang juga

    diharapkan dapat meningkatkan atau menumbuhkan perekonomian baik di level

    individu maupun masyarakat.2

    Zakat juga menjaga stabilitas hubungan antara golongan kaya dan golongan

    miskin, sebagai alat untuk sosialisasi bagi setiap individu dan tentu saja fungsi

    utamanya berperan sebagai ibadah bagi manusia sesuai dengan tuntunan Allah SWT.3

    Zakat membuat tercapainya keseimbangan sosial antara si miskin dan si kaya. Maka

    dari itu, untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara

    melembaga sesuai dengan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian

    hukum, terintegrasi dan akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan

    efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Maka dari itu, di Indonesia dibentuklah

    Undang-Undang Pengelolaan Zakat Presiden Rebuplik Indonesia nomor 23 tahun

    2011.

    Berdasarkan Undang-Undang Presiden Rebuplik Indonesia nomor 23 tahun

    2011 tentang pengelolaan zakat, menyatakan bahwa menunaikan zakat merupakan

    kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan syariat Islam; bahwa zakat

    merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan

    kesejahteraan masyarakat; bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil

    guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam.4 Ketentuan

    1 M. Zen, dkk, zakat dan wirausaha, (Jakarta: Centre Entrepreneurship Development, 2015), hlm. 46

    2Nuruddin, Zakat Sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal (Jakarta: Raja Grafindo,2006), hlm. 2.

    3Mustafa Edwin Nasution, Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Seminar "Potensi Lembaga

    Keuangan", Universitas Islam Negeri, Rabu 17 januari 2007, hlm. 2 4Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

  • 2

    yang diatur dalam Undang-undang tentang pengelolaan zakat pada bab satu pasal satu

    nomor delapan, menyatakan bahwa “Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut

    LAZ adalah Lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu

    pengumpulan pengelolaan zakat secara nasional”. Lembaga Amil Zakat sangatlah

    penting dalam hal membantu pengumpulan zakat, yang mana lembaga ini sudah

    bertahan dari tahun ke tahun dan bisa bertahan dari perkembangan masyarakat.

    Daya tahan yang luar biasa ini mampu mengalami perkembangan pasang surut

    organisasi dalam membiayai seluruh program dan operasional organisasi selama

    bertahun-tahun. Ada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang memiliki dana cukup

    besar, karena para pencetus dan pendirinya telah menyediakan dana kegiatan

    organisasi yang cukup panjang. Namun ada juga OPZ yang hanya bermodalkan

    semangat untuk meraih mimpi mendapat simpati dan kepercayaan masyarakat dengan

    modal biaya yang sangat kecil sekali, bahkan bisa dikatakan tidak ada. Oleh karena

    itu, bagi organisasi pengelola zakat yang tidak memiliki dana awal yang cukup, maka

    pengumpulan dana untuk membiayai program dan kegiatan menjadi sebuah keharusan

    bagi organisasi tersebut.

    Pengumpulan dana atau sering disebut fundraising adalah kegiatan yang sangat

    penting bagi lembaga pengelolaan zakat, infaq dan sedekah. Apabila kegiatan

    fundraising tidak dilakukan oleh sebuah lembaga pengelola zakat, bisa dipastikan

    kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar. Karena fundraising ini tidak identik

    dengan uang semata, melainkan ruang lingkupnya lebih luas dan mendalam. Istilah

    fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan atau tindakan menghimpun atau

    menggalang dana zakat, infaq, dan sadaqah serta sumber daya lainnya dari

    masyarakat baik individu, kelompok dan organisasi yang akan disalurkan dan

    didayagunakan untuk mustahik.5

    Penyaluran dan pendayagunaan dana ziswaf untuk mustahik dapat direalisasikan

    dalam berbagai program. Berbagai program dibuat untuk penerima zakat (mustahik)

    sesuai dengan surat at Taubah ayat 60 yakni fakir, miskin, amil, muallaf,

    memerdekakan budak, gorim, fisabilillah, dan ibnu sabil. Program ini bertujuan untuk

    mengangkat harkat dan martabat mustahik yang dibuat oleh Lembaga Pengelola zakat

    yang sudah berkompeten dan legal di Indonesia.

    5Didin Hafidhuddin dan Ahmad Juwaeni, Membangun Peradaban Zakat, (Jakarta: IMZ, 2006), hlm.

    47.

  • 3

    Salah satu Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia yaitu Dompet Dhuafa

    Republika (DD) yang membuka cabang diberbagai daerah, telah menerapkan konsep

    fundraising. Maka dalam hal ini, proses fundraising diharapkan dapat menjadi konsep

    yang tepat guna sehingga dana dapat terkumpul secara maksimal. Tidak hanya itu,

    konsep fundraising diharapkan mampu menjadikan lembaga lebih berkembang dalam

    meningkatkan dana zakat. Pengembangan dan peningkatan dalam berbagai sisi akan

    terus digapai guna menjadikan manfaat yang lebih bagi masyarakat luas akan adanya

    LAZ Dompet Dhuafa Republika.

    Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia

    yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana

    ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal,

    dari perorangan, kelompok, perusahaan atau lembaga).6 Meluasnya cakupan wilayah

    kerja dan manfaat, Dompet Dhuafa membuka kantor cabang di beberapa wilayah,

    salah satunya adalah Jawa Tengah. Pada bulan Juni tahun 2012, resmi dibuka kantor

    cabang Dompet Dhuafa Jawa Tengah yang beralamat di Jalan Abdulrahman Saleh No

    199 D Manyaran Semarang. Dan pindah kantor yang baru di Jl. Pamularsih Raya No.

    18B, Semarang, Jawa Tengah sejak tanggal 15 April 2017.7

    Berkembangnya dinamika kehidupan di masyarakat yang semakin kompleks

    dan beranekaragam, membuat Dompet Dhuafa Jawa Tengah harus ekstra untuk

    mengikuti perkembangan zaman. Semangat untuk membantu mustahik agar

    meninggalkan jurang kemiskinan menjadi hal yang sangat dominan sebagai motivasi

    bekerja yang amanah. Akan tetapi, pengembangan strategi dalam hal penghimpunan

    dana harus disesuaikan dengan kondisi yang ada atau realita muzaki di daerah.

    Penyesuaian terhadap muzaki di daerah harus dibarengi dengan manajemen dan

    strategi yang baik untuk bisa berkembang dengan memanfaatkan sumberdaya yang

    ada, agar Dompet Dhuafa Jawa Tengah bisa dikenal amanahnya oleh masyarakat dan

    bisa membantu mengentaskan kemiskinan.8

    Semangat dalam mengentaskan kemiskinan menjadi motivasi yang lebih bagi

    lembaga pengelola zakat. Banyak lembaga pengelola zakat yang muncul dan memiliki

    kriteria sendiri-sendiri khususnya di wilayah Semarang Jawa Tengah. Strategi dalam

    6Sejarah berdirinya Dompet Dhuafa Replubika dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Dompet_Dhuafa_

    Republika, diakses pada tanggal: 2 mei 2017 pukul 21.40 7Sejarah Dompet Dhuafa dalam http://jateng.dompetdhuafa.org/sejarah/ diakses tanggal: 2 mei 2017

    pukul 21.50 8Wawancara dengan Imam Baihaqi, di Kantor Dompet Dhuafa Jawa Tengah, tanggal 13 Juni 2017

    https://id.wikipedia.org/wiki/Zakathttps://id.wikipedia.org/wiki/Infaqhttps://id.wikipedia.org/wiki/Shadaqahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Wakafhttps://id.wikipedia.org/wiki/Dompet_Dhuafa_%20Republikahttps://id.wikipedia.org/wiki/Dompet_Dhuafa_%20Republikahttp://jateng.dompetdhuafa.org/sejarah/

  • 4

    menggalang dananya juga berbeda-beda menurut kesepakatan dari lembaga tersebut.

    Sama-sama berada di kota Semarang dan memiliki program kerja untuk

    mengentaskan kemiskinan. Akan tetapi semua lembaga dapat berkembang dan

    mengena dihati masyarakat kota Semarang. Semua lembaga pengelola zakat memiliki

    strategi penggalangan sendiri-sendiri dan bahkan bisa jadi berbeda satu sama lainnya.

    Beberapa strategi fundraising yang digunakan di beberapa lembaga pengelola

    zakat yakni dengan mempromosikan program pengentasan kemiskinan, menyebarkan

    kotak sedekah (kencleng), memberikan pengajian-pengajian rutin di majelis taklim,

    bekerjasama dengan berbagai mitra dan lain sebagainya. Strategi tersebut dimiliki

    berbagai lembaga amil zakat untuk menarik donatur sehingga menyalurkan dananya.

    Tak terkecuali Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah yang memiliki strategi

    fundraising cukup unik dan berbeda dengan yang lain. Strategi tersebut adalah

    membangun mitra dengan lembaga atau yayasan yang sudah ada di kota maupun

    daerah. Tujuan dibangunnya mitra ini agar Dompet Dhuafa Jawa Tengah tidak

    dianggap sebagai pesaing dari lembaga yang lebih dahulu telah ada, akan tetapi

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah lebih menginginkan untuk membangun masyarakat

    bersama agar pengentasan kemiskinan dapat teratasi secara maksimal.9

    Salah satu yang menjadi pokok dalam hal kerjasama adalah Dompet Dhuafa

    Jawa Tengah bermitra dengan BMT (KSPPS) dan yayasan lokal yang dipercaya untuk

    mengelola dana zakat di daerah masing-masing. Kerjasama ini dibentuk dan

    disepakati oleh mitra sehingga menjadi ikatan yang dinamakan MPZ (Mitra Pengelola

    Zakat. Dana yang sudah terkumpul nantinya akan dikelola oleh Dompet Dhuafa Jawa

    Tengah dan MPZ, 10 persen dana yang dikumpulkan oleh MPZ akan diserahkan ke

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah dengan tujuannya adalah untuk membuat program

    bersama. Harapan ini, akan mampu menjadikan program lebih besar pemanfaatannya

    di wilayah Jawa Tengah.

    Diantara program tersebut salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi

    pertanian, perkebunan dan mengacu pada potensi lokal yang ada di daerah. Setiap

    kawasan yang mempunyai potensi dikembangkan lagi dan bergilir disetiap daerah.

    Pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi ini menjadi daya tarik donatur dan

    masyarakat luas untuk setia dalam menyalurkan dananya di Dompet Dhuafa Jawa

    Tengah.

    9 Wawancara dengan Imam Baihaqi, di Kantor Dompet Dhuafa Jawa Tengah, tanggal 13 Juni 2017

  • 5

    Kepercayaan donatur untuk Dompet Dompet Dhuafa Jawa Tengah ini tidak

    disia-siakan begitu saja karena hal tersebut akan menjadi dorongan untuk

    melaksanakan program selanjutnya. Segala bentuk dana yang di kumpulkan dan

    program-program yang telah dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa Jawa Tengah akan

    dilaporkan oleh donatur di dalam Majalah Mutiara Harapan. Majalah ini akan

    diberikan kepada donatur untuk menyampaikan bahwa dana yang telah dikumpulkan

    telah direalisasikan dalam berbagai program di Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    Majalah Mutiara Harapan berisi tentang informasi dan kegiatan yang telah dilakukan

    oleh Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Pelayanan ini membuat para donatur menjadi

    percaya kepada Dompet Dhuafa Jawa Tengah sehingga membuat Dompet Dhuafa

    Jawa Tengah tetap berkembang di tengah-tengah masyarakat Jawa Tengah.

    Berangkat dari fenomena ini penulis bermaksud menjadikan strategi Dompet

    Dhuafa Jawa Tengah ini sebagai objek penelitian skripsi dengan judul Strategi

    Fundraising Di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana Strategi Fundraising di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah?

    2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam menggalang dana di

    Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis susun, maka tujuan penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui secara mendalam bagaimana strategi fundraising di Laznas

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang di alami

    oleh Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut ;

    1. Manfaat teoritis

    Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk rujukan dalam proses

    perkuliahan di UIN Walisongo Semarang. Khususnya Fakultas Dakwah dan

    Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah, serta diharapkan bagi mahasiswa

  • 6

    lainnya dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai strategi dalam

    menggalang dana bagi lembaga amil zakat.

    2. Manfaat praktis

    a. Bagi lembaga

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dan bahan

    pertimbangan bagi Dompet Dhuafa Jawa Tengah dan lembaga amil zakat

    lainnya dalam membuat strategi fundraising lembaga amil zakat di masa

    yang akan datang.

    b. Bagi anggota

    Bagi anggota hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan

    dalam rangka mengetahui dan mengevaluasi segala proses manajemen

    strategi dalam menggalang dana bagi lembaga amil zakat Dompet Dhuafa

    Jawa Tengah.

    c. Bagi masyarakat

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi secara luas

    kepada masyarakat tentang lembaga amil zakat Dompet Dhuafa Jawa

    Tengah serta upaya-upaya dalam menggalang dana zakat.

    D. Tinjauan Pustaka

    Untuk menghindari plagiarisme dan kesamaan, maka berikut ini penulis

    sampaikan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi dengan

    penelitian ini, antara lain sebagai berikut :

    1. Dewi Mayang Sari, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta dengan penelitiannya di tahun 2010 yang berjudul

    Kajian Strategi Fundraising Bazis Provinsi DKI Jakarta Terhadap Peningkatan

    Pengelolaan Dana ZIS.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan

    menggunakan pendekatan dokumen (content analisys) yaitu menggumpulkan

    data dan informasi melalui pengujian arsip dan dokumen. Pada penelitian tersebut

    Dewi Mayang Sari menggambarkan dan menjelaskan tentang strategi fundraising

    BAZIS Provinsi DKI Jakarta dalam pentingnya pengelolaan ZIS. BAZIS DKI

    selalu berinovasi dan mencari sumber-sumber zis baru, karena potensi zis di

    Jakarta masih belum banyak terjamah.

    2. Penelitian Aprizal jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015 tentang Strategi

  • 7

    Fundraising Dalam Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil

    Zakat Al-Azhar Peduli Ummat. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

    dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini tentang strategi fundraising dalam

    meningkatkan penerimaan dana zakat Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli

    Ummat. Dengan menerapkan strategi dalam membuat program, menyentuh hati

    donatur, memitrai perusahaan dan strategi membuat layanan baik, sehingga

    penerimaan dana zakat Al-Azhar Peduli Umat semakin meningkat tiap tahunnya.

    3. Novianti Asiyah N.S Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Syari’ah Dan

    Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tahun 2014 tentang

    Mekanisme Fundraising Dana Zakat, Infaq Dan Shadaqah Pada Lembaga

    Yayasan Dana Sosial Cabang Sidoarjo. Penelitian ini dianalisis menggunakan

    metode analisis deskriptif analitik dengan pola pikir induktif. Bahwa mekanisme

    yang dilakukan oleh YDSF terhadap donatur ada berbagai cara yaitu: diambil

    petugas juram (juru ambil), donatur datang ke kantor YDSF, donatur membayar

    kepada koordinator donatur, donatur mentransfer ke rekening bank, dan donatur

    bayar di gerai. Namun, pelayanan yang di berikan oleh YDSF kepada donatur

    lebih menitikbertakan pada petugas juram (juru ambil). Setiap bulan petugas

    juram ini mengambil dana donatur di rumah dan kantor para donatur. Adanya

    kelemahan dalam penghimpunan dana yaitu pemberian tanda terima yang kurang

    diperketat.

    4. Helmi Program Studi D3 Jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah Dan

    Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, Riau, Pekanbaru tahun

    2014 tentang Kajian Strategi Fundraising Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh

    Muhammadiyah (Lazismu) Kota Pekanbaru Terhadap Peningkatan Pengelolaan

    Dana Zakat Infaq Shodaqoh (ZIS). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

    kualitatif dan menggunakan pendekatan dokumen (content analisys). Strategi

    fundraising LAZISMU Kota Pekanbaru ini membuahkan hasil yang

    menguntungkan baik dari muzaki maupun mustahik dan LAZISMU Pekanbaru

    mendapatkan hasil dari program yang dimilikinya, hingga berkurangnya mustahik

    dilingkungan sekitar. Salah satunya adalah komunikatif, langsung menemui

    muzaki, penghitungan zakat, dan penyaluran zakat produktif. Dalam meyakinkan

    muzaki, amil zakat menjelaskan terlebih dahulu keutamaan-keutamaan dalam

    berzakat serta memberikan pengetahuan-pengetahuan tentang zakat. Jadi seorang

    amil harus memiliki pengetahuan yang lebih tentang zakat.

  • 8

    5. Sabar Waluyo Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

    Institut Agama Islam Negeri Purwokerto tahun 2016. Analisis Strategi

    Fundraising Lembaga Amil Zakat Infaq Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu)

    Ajibarang Kabupaten Banyumas Dalam Mendapatkan Muzaki. Penelitian ini

    termasuk penelitian lapangan. Dalam pengumpulan data, penulis memperoleh

    data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dalam analisis

    data menggunakan teori Miles dan Hubeman, yaitu mulai dari reduksi data,

    penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.Bahwastrategi

    fundrasing Lazismu Ajibarang dalam mendapatkan muzaki secara garis besar

    dikelompokkan menjadi dua bagian: yakni strategi fundraising langsung (direct

    fundraising) dan strategi fundraising tidak langsung (indirect fundraising).

    Strategi fundraising seperti: direct mail, presentasi langsung, bayar langsung,

    jemput zakat ke pihak donatur, kotak infak atau amal, counter atau gerai,

    pemotongan gaji karyawan, dan kerja sama pemanfaatan atau penyaluran dana

    zakat. Sementara itu, strategi fundraising tidak langsung (indirect fundraising)

    seperti: membuat brosur atau poster, membuat buku, jurnal atau majalah,

    membuat aksesoris, mengadakan event, dan sponshorship. Selain itu, faktor

    pendukungnya adalah Lazismu Ajibarang mempunyai jejaring yang jelas,

    mempunyai payung hukum yang jelas, dan mempunyai segmentasi donatur.

    Faktor penghambatnya adalah banyak pengurus yang belum mempunyai

    kesadaran, minimnya respon pimpinan, minimnya kapasitas sumber daya manusia

    yang dimiliki.

    Penelitian yang telah dilaksanakan di atas, memiliki persamaan dengan

    penelitian yang akan peneliti laksanakan. Persamaan dengan penelitian yang

    pertama, kedua, ketiga dan keempat adalah menerapkan strategi fundraising dan

    mengevaluasi strategi tersebut. Sementara dalam hal pendekatan strategis,

    penelitian ini sama dengan penelitian yang kelima.

    Perbedaan dengan penelitian-penelitian di atas, yaitu belum ada yang

    meneliti tujuan fundraising zakat melalui melalui strategi fundraising. Penelitian

    yang pertama sampai lima hanya meneliti strategi fundraising dengan

    menggunakan beberapa strategi saja. Penelitian ini akan menjadi hal yang baru

    dari penelitian sebelumnya terutama masalah strategi fundraising zakat di

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

  • 9

    E. Metode Penelitian

    1. Jenis dan Pendekatan

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mana menekankan

    pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, maupun

    deskripsi tentang suatu fenomena, dan disajikan secara narratif.10

    Disebut metode

    kualitatif karena data yang dihasilkan merupakan analisis yang bersifat kualitatif

    atau kualitas dan bukan bersifat kuantitas atau jumlah. Data yang dihasilkanpun

    dalam penelitian kualitatif ini tidak menggunakan analisis statistika (perhitungan)

    seperti yang ada dalam penelitian kuantitatif.11

    Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan stadi kasus. Studi

    kasus adalah penelitian mengenai subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu

    fase spesifik atau khas dari keseluruhan bagian. Subyek penelitian ini mencakup

    individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat yang ruang lingkupnya

    meliputi segmen atau bagian tertentu atau mencakup keseluruhan siklus

    kehidupan dengan penekanan faktor-faktor kasus tertentu maupun meliputi

    keseluruhan faktor-faktor dan fenomena-fenomena.12

    2. Sumber dan Jenis Data

    Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data

    sekunder. Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari

    mana data itu dapat diperoleh.13

    Data-data penelitian dikumpulkan penelitian

    langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian.14

    a) Sumber data primer

    Sumber data primer meliputi strategi fundraising, kendala-kendala

    menggalang dana ziswaf, dan profil Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Data

    primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subyek penelitian.15

    Data yang dimaksud untuk mengetahui bagaimana strategi fundraising di

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah. Data ini dilakukan dengan cara observasi,

    wawancara, dan dokumentasi. Penggalian data primer dilakukan melalui

    10

    Muri A Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, (Jakarta: Kencana,

    2014), hlm. 392. 11

    Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 14. 12

    Andi Prastowo, Memahami Metode-Metode Penelitian, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 127. 13

    Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian. Suatu pendekatan Praktik,(Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

    hlm. 129. 14

    Sugiyono, 2009 hlm 137 15

    Jusuf Soewandi, Pengantar Metodologi penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hlm. 147.

  • 10

    wawancara dengan pimpinan Dompet Dhuafa Jawa Tengah yaitu bapak Imam

    Baihaqi dan bapak Satriya Prajab selaku karyawan yang bekerja di Dompet

    Dhuafa Jawa Tengah bagian staff fundraiser.

    b) Sumber data sekunder

    Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

    langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian.16

    Sumber data

    sekunder diperoleh melalui buku, jurnal, profil lembaga, arsip-arsip, dokumen

    dan semua informasi yang berkaitan dengan strategi fundraising di Laznas

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    3. Teknik dan Pengumpulan Data

    a) Observasi Non-Partisipan

    Suatu bentuk observasi dimana pengamat (peneliti) tidak terlibat

    langsung dalam kegiatan kelompok, atau dapat juga dikatakan pengamat tidak

    ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.17

    Kegiatan yang dilakukan oleh

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah akan diamati melalui foto kegiatan, dokumen-

    dokumen dan lain sebagainya yang berhubungan dengan penelitian ini, guna

    untuk melengkapi penelitian yang akan dibuat.

    b) Wawancara

    Wawancara adalah bentuk komunikasi atara dua orang, melibatkan

    seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

    mengajukan pertanyaan-Pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.18

    Interaksi

    antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang

    diwawancarai (interview) melalui komunikasi langsung, di mana pewawancara

    bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang

    sebelumnya.19

    Wawancara akan dilakukan dengan pimpinan Dompet Dhuafa

    Jawa Tengah yaitu bapak Imam Baihaqi dan bapak Satriya selaku karyawan

    yang bekerja di Dompet Dhuafa Jawa Tengah bagian staff fundraiser. Data

    yang akan diambil dalam wawancara yaitu data yang berkaitan dengan 1)

    strategi fundraising di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah. 2) kendala-

    kendala dalam menggalang dana di Laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    16

    Wahyu Purhantara, Metode Penelitian untuk Bisnis, (Yogjakarta: Graha Ilmu, 2010), hlm. 79.

    17

    Muri A.Yusuf, Op. Cit., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, hlm. 384. 18

    Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm

    180. 19

    Muri A.Yusuf, Op. Cit., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, hlm. 372.

  • 11

    c) Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu

    yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa teks tertulis, artefacts, gambar,

    maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah kehidupan (life

    histories), biografi, karya tulis, dan cerita, disamping itu material budaya, atau

    hasil karya seni merupakan sumber informasi.20

    Data yang lainya mencakup

    surat-surat pribadi, catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah, brosur,

    buletin.21

    Semua data tersebut akan dikumpulkan oleh peneliti yang

    berhubungan dengan Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    4. Teknik Analisis Data

    Analisis data mengikuti model analisis Miles dan Heberman. Analisis data

    terdiri dari tiga sub proses yang saling terkait, yaitu; reduksi data, penyajian data

    dan pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Proses ini dilakukan sebelum

    pengumpulan data, tepatnya pada saat menentukan rancangan dan perencanaan

    penelitian; pada saat proses pengumpulan data dan analisis awal; dan setelah

    tahap pengumpulan akhir.22

    a) Reduksi data

    Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

    memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan

    demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

    dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

    dan mencarinya bila diperlukan.

    b) Penyajian data

    Setelah data direduksi, kemudian langkah selanjutnya adalah mendisplay

    (menyajikan) data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

    singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Dengan mendisplay

    data, akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

    kerja selanjutnya.

    c) Kesimpulan dan verifikasi

    Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan langkah terakhir.

    Tahap verifikasi dilakukan penetapan makna dari data yang tersedia.

    20Muri A.Yusuf, Op. Cit., Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, hlm. 391.

    21

    Deddy Mulyana, Op. Cit., Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 195.

    22

    Lexy J. Moleong, Metode Penelitian kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 330-

    331.

  • 12

    Penelitian diharapkan dapat menjelaskan rumusan penelitian dengan lebih

    jelas berkaitan dengan pelaksanaan strategi fundraising di laznas Dompet

    Dhuafa Jawa Tengah. Selanjutnya peneliti akan melaporkan hasil penelitian

    dengan mendeskripsikan melalui kalimat yang baik. Setelah peneliti

    mengumpulkan data kemudian disusun sesuai dengan kenyataan dan

    berdasarkan urutan dalam buku panduan, setelah itu menyederhanakan dan

    menyusun secara sistematis. Langkah selanjutnya adalah menjabarkan hal-hal

    yang penting untuk selanjutnya data diolah sesuai dalam sistematis penulisan

    dalam usaha memahami kenyataan yang ada dalam usaha menarik kesimpulan.

    F. SISTEMATIKA PENELITIAN

    Untuk memudahkan dalam memahami gambaran secara menyeluruh tentang

    penelitian ini, maka peneliti menyusun sistematika penelitian skripsi yang terbagi

    dalam tiga bagian, yaitu: Bagian Awal yang terdiri dari halaman sampul, halaman

    judul, halaman nota pembimbing, halaman persetujuan atau pengesahan, halaman

    pernyataan, halaman abstraksi, halaman kata pengantar, dan halaman daftar isi.

    Bagian Utama yang terdiri dari:

    Bab I : Pendahuluan

    Bab ini memuat beberapa sub bab yaitu latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan dan manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka,

    metodologi penelitian dan sistematika penelitian skripsi.

    Bab II : Kerangka Teori

    Bab ini merupakan bagian yang mencakup tentang kerangka teori dari

    skripsi ini. Adapun sub bab yang dibahas berkaitan dengan pengertian

    strategi, fundraising,dan organisasi pengelola zakat

    Bab III : Gambaran Umum Objek Penelitian

    Bab ini terdiri dari uraian tentang objek yang diteliti, yakni Dompet

    Dhuafa Jawa Tengah. Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan perihal

    profil Dompet Dhuafa Jawa Tengah secara umum, seperti sejarah

    berdirinya, visi misi dan tujuan Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    Selanjutnya akan menjelaskan bagaimana strategi fundraising di laznas

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah serta kendala-kendala dalam menggalang

    dana.

  • 13

    Bab IV : Analisis

    Bab ini berisi tentang analisa hasil penelitian mengenai bagaimana

    strategi laznas Dompet Dhuafa Jawa Tengah dalam menggalang dana

    bagi organisasinya dan kendala-kendala dalam menggalang dana di

    Dompet Dhuafa Jawa Tengah.

    Bab V : Penutup

    Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.

    Bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran dan biodata

    peneliti.

  • 14

    BAB II

    STRATEGI FUNDRAISING DI LAZNAS DOMPET DHUAFA JAWA TENGAH

    A. Strategi

    1. Pengertian Strategi

    Strategi dalam bahasa Inggrisnya strategy1 berasal dari kata Yunani yaitu

    strategos yang artinya “a general set of maneuvers cried aut over come a enemy

    during combat” yaitu semacam ilmunya para jenderal untuk memenangkan

    pertempuran.2 Sedangkan dalam kamus Belanda-Indonesia, strategi berasal dari

    kata majemuk, yang artinya siasat perang. Istilah strategi tersebut digunakan

    dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam

    hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.3

    Kata strategi bermula dari kalangan militer dan secara populer digunakan

    para jenderal untuk memenangkan suatu peperangan yang dihadapi. Saat ini

    istilah strategi sudah digunakan di berbagai lini kehidupan dan dengan

    berkembangnya zaman pengertian semula tetap dipertahankan hanya saja

    disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya.4 Strategi bagi

    menejemen organisasi ialah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan

    masa depan yang jauh serta ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan

    organisasi berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi

    persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaiaan tujuan dan

    berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.5 Ada beberapa pendapat lain

    tentang pengertian strategi, antara lain:

    a) H. M Arifin. Med. Memberikan pengertian strategi adalah sebagai segala

    upaya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu untuk

    mencapai hasil secara maksimal.6

    b) Strategi didefinisikan sebagai garis besar haluan Negara bertindak untuk

    mencapai sasaran yang ditetapkan.7

    1Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Daftar Kumulatif Istilah, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

    Pengembangan Bahasa, 1994), hlm. 204. 2John M Bryson, Perencanaan Strategis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. XV.

    3Datje Rahajoekoesoemah, Kamus Belanda-Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 1388.

    4Sondang P. Siagian, Manajemen Strategik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 16.

    5Ibid, hlm. 17.

    6M. Arifin, Ilmu pendidikan Islam, Suatu Pendekatan Teoritik dan Praktis Berdasarkan Interdisipliner

    (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 58.

  • 15

    c) Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

    sasaran tertentu.8

    Secara garis besar, dapat disimpulkan pengertian “strategi” adalah segala

    bentuk upaya yang digunakan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, baik

    dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial atau lainnya. Strategi

    tersebut digunakan untuk meningkatkan segala usaha pada perkembangan lain

    yang lebih baik dengan memaksimalkan kekuatan yang di punyai.

    Strategi dasar dari setiap usaha-usaha itu mencakup 4 hal yang diungkapkan

    oleh Newman dan Logan sebagai berikut:

    a) Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi serta kualifikasi hasil yang

    harus dicapai dan menjadikan sasaran usaha dengan memperhatikan

    aspirasi dan selera masyarakat.

    b) Pertimbangan dan pemilihan jalan pendekatan yang ampuh dalam

    mencapai sasaran.

    c) Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang harus ditempuh

    dalam mencapai sasaran.

    d) Pertimbangan dan penetapan tolak ukur yang beku untuk mengukur

    tingkat keberhasilan.9

    Setiap organisasi pastinya ingin menggapai keberhasilan dengan

    memaksimalkan SDM dan SDA yang sudah ada. Pastinya keuntunganlah yang

    ingin dicapai dari segala sisi dan mengurangi kegagalan organisasi. Untuk

    meminimalisir kegagalan yang akan terjadi selama kegiatan berlangsung, maka

    perlu adanya perencanaan yang sistematik. Yang dimaksud rancangan sistematik

    dalam sebuah organisasi tersebut yakni “Perencanaan Strategik”10

    Hakikat dari perencanaan strategik dalam organisasi nirlaba adalah

    menentukan apa yang harus dicapai, serta bagaimana cara pemenuhan yang

    sesuai agar bisa terwujud sebagai tanggapan dari lingkungan yang selalu

    dinamis.11

    Perencanaan strategik mempunyai unsur-unsur yang terdiri dari visi,

    7Tabrani Rusyah, Atang K., Zainal A, Penekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT.

    Remaja Rosada Karya, 1992), hlm. 209. 8Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Cet II, 1989), hlm. 859.

    9Tabrani Rusyah, Penekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, hlm. 213.

    10Nawawi Hadari, Manajemen Strategik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm. 148.

    11Michael Allison, Jude Kaye, terj, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta: Yayasan

    Obor Indonesia, 2005), hlm. 7.

  • 16

    misi, tujuan strategik dan strategi utama (induk) organisasi.12

    Perencanaan

    Strategis mempunyai proses yakni ;

    a) Memrakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis.

    b) Mengidentifikasi mandat organisasi.

    c) Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.

    d) Menilai lingkungan eksternal: peluang dan ancaman.

    e) Menilai lingkungan internal: kekuatan dan kelemahan.

    f) Menghadapi isu strategis yang dihadapi organisasi.

    g) Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu.

    h) Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan.

    Delapan langkah ini harus mengarah pada tindakan, hasil dan evaluasi pada

    tiap-tiap langkah. Dengan kata lain, implementaasi dan evaluasi tidak harus

    menunggu hingga akhir, tetapi harus menjadi bagian yang menyatu dan dilakukan

    secara terus-menerus.13

    2. Manajemen Strategi

    a) Pengertian Manajemen Strategi

    Dari sudut etimologi (asal kata), penggunaan kata “strategi” dalam

    manajemen sebuah organisasi, dapat diartikan sebagai kiat, cara dan taktik

    utama yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi

    manajemen yang terarah pada tujuan strategi organisasi. Menurut David

    Manajemen strategi adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,

    mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas

    fungsional yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan.14

    Manajemen strategi berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi,

    pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta

    mengalokasikan sumber daya untuk menerapakan kebijakan dan

    merencanakan pencapaian tujuan organisasi.

    Berikut ini beberapa pengertian manajemen strategi dari berbagai ahli:

    1) Manajemen Strategi adalah suatu proses yang dirancang secara

    sistematis oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan

    12

    Ibid hal 149 13

    M. Miftahudin, Terj. Perencanaan Strategis bagi Organisasi Sosial, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

    2005), hlm. 55-56. 14

    Fred R David, terj, Strategic Manajement:Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat,

    2016), hlm. 6.

  • 17

    strategi dan mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai-nilai

    yang terbaik bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi

    organisasi.15

    2) Manajemen Strategi adalah sebagai suatu seni dan ilmu dalam hal

    pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi

    (evaluating) keputusan-keputusan strategis antara fungsi yang

    memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa yang

    akan datang.16

    3) Manajemen Strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajer

    dan karyawan untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi

    dalam penyediaan costumer value terbaik untuk mewujudkan visi

    organisasi,17

    b) Tujuan Manajemen Strategi

    Ada empat tujuan dari manajemen strategi menurut M Suwandiyanto yaitu:18

    1. Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi

    Manajer strategi diharapkan mampu menunjukkan kepada semua pihak

    arah tujuan organisasi yang jelas agar dapat dijadikan acuan dalam

    bekerja dan akhirnya dapat dievaluasi dalam menentukan keberhasilan

    organisasi.

    2. Mengantisipasi setiap perubahan yang merata

    Melalui manajemen strategi memberikan kejelasan kepada pemimpin

    untuk siap sedia dalam menghadapi perubahan. Pemimpin sebisa

    mungkin menyiapkan pedoman dan pengendalian guna menghadapi

    perubahan yang akan datang sehingga kontribusi akan diberikan secara

    baik di waktu yang akan datang.

    3. Berhubungan dengan efisiensi dan efektifitas

    Manajemen strategi memungkinkan bagi manusia untuk memberi

    perhatian kepada pekerjaannya berjalan secara baik, efektif dan efisien.

    c) Proses Manajemen Strategi

    Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu :19

    15

    Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, (Malang: Banyumedia Publising, 2003), hlm. 3 16

    Husein Umar, Riset Strategi Perusahaan, (Jakarta: PT. GPU, 1999), hlm. 86 17

    Mulyadi, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi Ketiga, (Jakarta: Salemba

    Empat, 2001), hlm. 40. 18

    http://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-tujuan-dan-proses-manajemen-strategi.html di

    akses pada 22/10/2017 pukul 20.00

    http://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-tujuan-dan-proses-manajemen-strategi.html%20di%20akses%20pada%2022/10/2017http://www.kajianpustaka.com/2016/11/pengertian-tujuan-dan-proses-manajemen-strategi.html%20di%20akses%20pada%2022/10/2017

  • 18

    1) Perumusan Strategi

    Perumusan strategi adalah tahap awal pada manajemen strategi.

    Kegiatan ini bisa mengembangkan visi dan misi organisasi,

    mengidentifikasi peluang serta ancaman internal dan eksternal organisasi,

    menemukan kekutan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan

    tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif

    untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Cakupan

    perumusan strategi meliputi obyek baru yang akan dikerjakan,

    mengalokasikan sumber daya baik finansial maupun non finansial,

    memutuskan kebutuhan yang tepat dan memutuskan wilayah eksekusi

    dari perumusan strategi.

    Organisasi juga harus menyiapkan strategi alternatif yang bisa

    memberikan dampak positif yang terbaik supaya kegagalan dapat ditekan

    sekecil mungkin. Dan yang paling utama untuk dilakukan adalah sebuah

    strategi harus memberikan keunggulan komparatif dan pada akhirnya bisa

    memberikan keunggulan kompetitif dalam jangka panjang, hal ini

    menjadi penting bagi manajemen strategi.

    2) Pelaksanaan Strategi

    Tahap kedua dari manajemen strategi adalah pelaksanaan strategi yang

    berarti meletakkan strategi menjadi kegiatan. Dalam konteks pelaksanaan

    strategi maka organisasi diharuskan untuk menetapkan sasaran, membuat

    kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya

    sehingga strategi dapat dilaksankan dengan baik. Pelaksanaan strategi

    mencakup pengembangan budaya yang mendukung strategi, penciptaan

    struktur organisasi yang efektif, mengalokasikan sumber daya,

    pengarahan kembali usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran,

    pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta menghubungkan

    kompensasi untuk karyawan dengan kinerja organisasi.

    Pelaksanaan strategi sering disebut tahap tindakan dalam manajemen

    strategi. Pelaksanaan strategi sering dianggap tahap yang paling sulit

    dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitmen dan pengorbanan

    pribadi. Keberhasilan pelaksanaan strategi tergantung pada kemampuan

    19

    Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), hlm. 6.

  • 19

    manajer untuk memotivasi para karyawan. Hal ini lebih merupakan seni

    dari pada ilmu. Kemampuan manajer dalam melimpahkan wewenang

    terhadap karyawan harus diberi batasan yang jelas. Kreatifitas karyawan

    juga perlu dikembangkan, karena tanpa adanya usaha dari karyawan

    kegiatan tidak akan bermakna. Oleh karena itu pembatasan wewenang

    yang jelas dan tegas harus dibuat untuk pengalihan wewenang dan

    tanggung jawab. Jangan sampai strategi-strategi yang dirumuskan tetapi

    tidak dilaksanakan tidak akan memberikan manfaat.20

    3) Evaluasi Strategi

    Tahap akhir dalam manajemen strategis adalah evaluasi dari strategi

    yang telah ditentukan pada awal kegiatan dalam organisasi. Evaluasi

    dilakukan di berbagai bagian dari sebuah organisasi, dari mulai

    kelembagaan organisasi sampai staff-staff organisasi. Para manajer harus

    benar-benar mengetahui alasan strategi-strategi tertentu tidak dapat

    dilaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, evaluasi strategi adalah cara

    pertama untuk memperoleh informasi. Semua strategi dapat diubah

    sewaktu-waktu karena faktor-faktor eksternal dan internal selalu berubah.

    Evaluasi strategi meliputi:

    (a) Mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang merupakan

    dasar bagi setiap strategi yang sedang dijalankan.

    (b) Mengukur kinerja yang sudah dijalankan.

    (c) Mengambil sebuah tindakan perbaikan apabila terjadi

    ketidaksesuaian.

    B. Strategi Fundraising

    1. Pengertian Strategi Fundraising

    Fundraising memiliki arti sendiri dalam kamus bahasa Inggris–Indonesia

    adalah pengumpulan dana, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut

    fundraiser.21

    Menurut Michael Norton mendefinisakan strategi fundraising

    20

    Sentot Imam Wahyono, Manajemen Tata Kelola Manajemen Bisnis, (Surabaya: Indeks, 2008), hlm.

    61. 21

    Arman Marwing, “Pendekatan Psikologi Dalam Peningkatan Fundraising Zakat”, Dalam Ejournal

    IAIN Tulungagung,Vol. 02, No. 01, Oktober 2015, hlm.5.

  • 20

    “Fundraising strategy is a long term plan of action designed to acthieve a

    particular fundraising goal”22

    Strategi penggalangan dana adalah rencana tindakan jangka panjang yang

    dirancang untuk mewujudkan tujuan penggalangan dana tertentu.

    Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan

    pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan mengumpulkan; perhimpunan;

    pengerahan.23

    Menurut April Purwanto mendefiniskan fundraising sebagai proses

    memengaruhi masyarakat baik perseorangan sebagai individu atau perwakilan

    masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah

    organisasi.24

    Fundraising dalam arti lain juga sebagai kegiatan dalam rangka menghimpun

    dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu,

    kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) dana tersebut akan

    digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional organisasi

    sehingga mencapai tujuannya. Fundraising dalam pengertian ini memiliki ruang

    lingkup lebih luas, fundraising tidak hanya mengumpulkan dana semata,

    melainkan dalam bentuk barangpun bisa dimanfaatkan untuk keperluan dan

    kepentingan lembaga.

    Fundraising merupakan kegiatan yang sangat penting bagi lembaga atau

    organisasi nirlaba dalam upaya mendukung jalannya program dan jalannya roda

    operasional agar lembaga atau organisasi nirlaba tersebut dapat mencapai maksud

    dan tujuan yang telah digariskan.25

    Begitu pentingnya peran fundraising itu

    sendiri dapat dikatakan sebagai faktor pendukung organisasi dalam membiayai

    program dan membiayai kegiatan operasional organisasi. Program pada setiap

    lembaga dapat berjalan lancar karena, konsep dari fundraising adalah mencari

    dana.

    Konsep fundraising itu sendiri berakar dan dikenal baik pada organisasi

    nirlaba, dimana penghimpunan dana dimaksudkan untuk membantu dalam

    22

    Michael Norton terj, Menggalang Dana: Penuntun bagi Lembaga Swada Masyarakat dan Organisasi Sukarela di Negara-negara Selatan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia 2002), hal 2

    23Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 602.

    24 April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelola Zakat, (Jakarta: Teras, 2009),

    hlm. 12 25

    Atik Abidah, “Analisis Strategi Fundraising Terhadap Peningkatan Pengelolaan Zis Pada Lembaga

    Amil Zakat Kabupaten Ponorogo”, Dalam Jurnal Stain Ponorogo, Volume 10 No. 1 Tahun 2016, hlm. 6.

  • 21

    pencapaian tujuan organisasi. Fundraising berhubungan dengan kemampuan

    perorangan, organisasi, badan hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang

    lain sehingga menimbulkan kesadaran dan kepedulian mereka. Keharmonisan

    dengan orang lain harus dijalin agar mereka dapat menerima organisasi yang

    dimiliki. Dalam hal ini lembaga perlu membangun etika fundraising dengan

    mengacu pada misi lembaga.26

    2. Fundraising Zakat

    Fundraising tidak identik dengan uang semata, ruang lingkupnya begitu luas

    dan mendalam, karena pengaruhnya sangat berarti bagi eksistensi sebuah lembaga

    apapun. Dana ZIS dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka

    mengentaskan kemiskinan dan mempersempit jarak antara si kaya dengan si

    miskin. Oleh sebab itu, fundraising sangat memengaruhi dalam penggalangan

    dana di lembaga pengelola zakat.

    Penghimpunan dana zakat boleh dikatakan selalu menjadi tema besar bagi

    organisasi pengelola zakat. Untuk menangkap dan menjemput “zakat” sudah

    mereka siapkan berbagai alat kerja lengkap dengan tabel-tabel kalkulasi zakat.27

    Adapun dalam konteks lebih kompleks, aktifitas fundraising, yaitu penggalangan

    dana atau daya akan dilakukan dengan manajemen pemasaran (marketing),

    motivasi dan relasi. Dalam hal ini pengalangan dana atau daya tidak hanya

    bersifat pemberian semata yang sangat dipengaruhi oleh pertimbangan calon

    donatur (muzaki). Dengan kata lain, fundraising pada sebuah organisasi

    pengelola zakat (OPZ) dapat diartikan sebagai segala upaya atau proses kegiatan

    dalam rangka menghimpun dana zakat, infaq, dan shodaqah serta sumber daya

    lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi dan perusahaan yang

    akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik.28

    Pengertian tersebut menunjukkan kedudukan fundraising menjadi tidak bisa

    ditawar lagi mengingat, dalam sejarah perkembangan pengelolaan nirlaba,

    khususnya organisasi-organisasi zakat terdapat hubungan erat antara kemampuan

    menggalang dana (fundraising) dengan jumlah dana yang dihimpun sekaligus

    kegiatan organisasi tersebut. Hal ini, dapat diartikan bahwa baik tidaknya sebuah

    26

    Darwina Widjajanti, Rencana Strategis Fundraising, (Jakarta : Piramedia, 2006), hlm. 4. 27

    Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Malang:

    UIN Maliki Press, 2010), hlm. 176. 28

    Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Direktorat Jenderal

    Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI , 2009), hlm. 65.

  • 22

    organisasi pengelola zakat tetap berjalan dengan kegiatan-kegiatannya sangatlah

    bergantung pada proses fundraising yang selanjutnya dana yang diperoleh

    nantinya akan dipergunakan untuk membiayai kegiatan, program dan operasional

    organisasi.

    3. Tujuan Fundraising

    Adapun tujuan fundraising bagi sebuah organisasi zakat:29

    a) Menghimpun Dana Ziswaf

    Tujuan utama dalam gerakan fundraising adalah pengumpulan dana.

    Sesuai dengan maknanya (fundraising) yaitu pengumpulan uang, namun

    yang di maksud disini bukanlah uang semata, tetapi merupakan dana dalam

    arti yang lebih luas, termasuk di dalamnya barang atau jasa yang memiliki

    nilai manfaat, meski dana dalam arti uang memiliki peran yang sangat

    penting, karena sebuah organisasi zakat tanpa adanya dana tentunya tidak

    akan bisa berjalan dengan baik, karena dalam operasional membutuhkan

    dana dalam arti uang. Sebuah organisasi zakat yang tidak dapat

    mengumpukan uang dalam proses fundraisingnya adalah termasuk organisasi

    yang gagal, meskipun dia memiliki keberhasilan yang lain.

    b) Menghimpun Muzaki

    Fundraising juga bertujuan untuk menambah jumlah muzaki atau

    donatur. OPZ yang baik adalah OPZ yang memiliki data pertambahan muzaki

    dan donatur tiap hari. Sebenarnya yang dibutuhkan adalah pertambahan

    jumlah dana untuk program-program mereka juga operasionalnya. Ada dua

    hal yang bisa dilakukan OPZ dalam hal ini, pertama; menambah jumlah

    sumbangan pada setiap donatur dan muzaki, dan yang kedua; menambah

    jumlah donatur atau muzaki.

    c) Membentuk dan meningkatkan citra lembaga, secara langsung atau tidak

    langsung.

    Fundraising adalah garda terdepan dalam menyampaikan informasi

    dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan

    membentuk citra lembaga dalam masyarakat yang menggakibatkan dampak

    positif bagi organisasi. Jika dampak positif dapat ditunjukkan organisasi,

    maka dukungan akan mengalir dengan sendirinya.

    29

    Ahmad Juwaini, Panduan Direct Mail untuk Fundraising, (Jakarta: Piramedia), hlm 5-7.

  • 23

    d) Menghimpun volunteer dan pendukung

    Seorang atau kelompok orang yang telah berinteraksi dengan aktifitas

    fundraising yang dilakukan oleh sebuah Organisasi Pengelola Zakat, jika

    memiliki kesan yang positif dan bersimpati terhadap lembaga tersebut, dapat

    menjadi pendukung lembaga meskipun tidak menjadi muzaki. Kelompok

    seperti ini harus diperhitungkan dalam aktifitas fundraising, meskipun mereka

    tidak berdonasi, mereka akan berusaha melakukan dan berbuat apa saja untuk

    mendukung lembaga dan akan fanatik terhadap lembaga. Kelompok seperti

    ini pada umumnya secara natural bersedia menjadi promotor atau informasi

    positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok seperti ini sangat

    dibutuhkan oleh lembaga sebagai pemberi kabar informasi kepada orang yang

    memerlukan. Dengan adanya kelompok ini, maka kita telah memiliki jaringan

    informal yang sangat menguntungkan dalam aktifitas fundraising.

    e) Memuaskan muzaki

    Kepuasan muzaki akan memengaruhi jumlah dana yang akan di

    donasikan kepada lembaga. Mereka akan mendonasikan dananya kepada

    lembaga secara berulang-ulang, bahkan mereka juga akan menyampaikannya

    kepada orang lain secara positif tentang kepuasannya, sehingga pekerjaan

    fundraiser menjadi lebih terbantu.30

    Disamping itu, para donatur yang loyal

    ini menjadi tenaga fundraiser alami (tanpa diminta, dilantik, dan dibayar).

    Oleh karenanya, keadaan ini harus diperhatikan, karena fungsi pekerjaan

    fundraising lebih banyak berinteraksi dengan muzaki, maka secara otomatis

    kegiatan fundraising juga harus bertujuan akan memuaskan muzaki.

    Dari berbagai strategi tersebut, ada hal yang patut direnungkan oleh para

    lembaga nirlaba termasuk OPZ mengenai pernyataan Ekaterina Kim yang dikutip

    oleh Michael Norton dalam buku menggalang dana: “Menggalang dana adalah

    sebuah ilmu, tetapi aturannya lebih seperti seperti pelangi dari pada sebuah

    rumus. Anda harus melukis dengan paduan warna dan perasaan yang halus. Dan

    anda pasti sukses bila anda melukis dengan rasa kasih dan persahabatan".31

    Pernyataan tersebut Ekaterina Kim seakan menunjukkan bahwa fundraising

    bukan hanya soal strategi melainkan sebuah seni pendekatan yang lebih

    30Suparman, "Manajemen Fundraising Penghimpunan Harta Wakaf", 2009, dalam http://bwi.or.id

    /index.php/ar/publikasi/artikel/394-manajemen-fundraising-dalam-penghimpunan-harta-wakaf-bagian-1.html,

    diakses pada 16 april 2017 31

    Michael Norton terj, Menggalang Dana: , hal 11

  • 24

    menitikberatkan faktor psikologis dalam memahami donatur dan perilakunya

    dalam memberikan donasi.

    4. Model Strategi Fundraising

    Mengingat urgensi fundraising yang sangat penting, pelbagai organisasi amil

    zakat berupaya mencanangkan starategi fundraising yang kreatif dan inovatif

    demi menghimpun donasi sebanyak-banyaknya dan juga kelancaran program-

    program yang dibuat oleh organisasi. Merencanakan strategi akan mempermudah

    dalam langkah-langkah yang akan ditempuh selanjutnya. Setidaknya terdapat dua

    strategi atau model utama yang diperguanakan oleh organisasi nirlaba terutama

    organisasi pengelola zakat di dalam proses fundraising.

    a) Strategi Fundraising Langsung (direct fundraising)

    Strategi ini adalah dengan menggunakan teknik atau cara yang

    melibatkan partisipasi donatur secara langsung, yaitu bentuk-bentuk

    fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon

    donatur bisa seketika (langsung) dilakukan. Apabila dalam diri donatur

    muncul keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan promosi

    dari fundraiser organisasi, maka segera dapat dilakukan dengan mudah dan

    semua kelengkapan informasi yang diperlukan untuk melakukan donasi

    sudah tersedia. Sebagai contoh dari metode adalah: direct mail, direct

    advertising, telefundraising dan presentasi langsung.

    b) Strategi Fundraising Tidak Langsung (Indirect Fundraising).

    Strategi tidak langsung adalah suatu metode yang menggunakan teknik-

    teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi donatur secara

    langsung, yaitu bentuk-bentuk fundraising dimana tidak dilakukan dengan

    memberikan daya akomodasi langsung terhadap respon donatur seketika.

    Metode ini misalnya dilakukan dengan cara promosi yang mengarah kepada

    pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa secara khusus diarahkan untuk

    menjadi transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode ini

    adalah:Advertorial, Image Campaign, dan penyelenggaraan Event.32

    Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua model strategi fundraising

    ini (langsung dan tidak langsung). Karena keduanya memiliki kelebihan dan

    tujuannya sendiri. Strategi fundraising langsung diperlukan karena tanpa metode

    32Murtadho Ridwan, "Analisis Model Fundraising Dan Distribusi Dana Zis Di Upz Desa Wonoketingal

    Karanganyar Demak", dalam Jurnal STAIN Kudus, Vol. 10, No. 2, Agustus 2016, hlm. 7.

  • 25

    langsung, donatur akan kesulitan untuk mendonasikan dananya. Sedangkan jika

    semua bentuk fundraising dilakukan secara langsung, maka akan tampak donatur

    dan berpotensi menciptakan kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan

    secara fleksibel dan semua lembaga harus mampu dalam mengkombinasikan

    kedua model strategi tersebut.

    Lembaga Pengelola Zakat perlu melakukan kerja cerdas dan inovatif guna

    mendapatkan calon muzaki dan guna menghimpun dana ziswaf. Metode

    konvensional dengan menunggu dan hanya melakukan penggalangan dana pada

    saat puasa Ramadhan hanya untuk menghimpun zakat fitrah saja, sudah tidak

    cukup, perlu melakukan upaya jemput bola dan menggunakan teknologi

    informasi untuk menjaring calon muzaki dalam menggalang dana ziswaf.

    Penggunaan media baik sosial maupun cetak merupakan pilihan yang sangat

    diperlukan pada saat ini, karena masyarakat sudah sangat paham dengan media

    informatika dan telekomunikasi.

    Eri Sudewo membagi manajemen pengumpulan zakat menjadi dua, yaitu

    manajemen penggalangan dana dan layanan donatur. Manajemen penggalangan

    dana yang dimaksud adalah:33

    a) Kampanye.

    Proses kampanye adalah proses membangkitkan kesadaran pembayaran

    zakat.

    b) Kerjasama Program.

    Kerjasama bisa dilakukan dengan lembaga atau perusahaan lain yang

    berbentuk aktivitas fundraising.

    c) Seminar dan diskusi.

    Dalam sosialisasi zakat, galang dana juga dapat melakukan kegiatan

    seminar atau diskusi dengan tema yang relevan dengan kegiatan.

    d) Pemanfaatan Rekening Bank.

    Bermaksud memberikan kemudaham donatur menyalurkan dana.

    Sedangkan manajemen pelayanan donatur yang dapat dilakukan antara lain:34

    a) Melakukan pendataan donatur dengan sistem dokumentasi yang rapi.

    b) Menerima keluhan donatur dan masyarakat luas.

    33Eri Sudewo, 2004, Manajemen Zakat: Tinggalkan 15 Tradisi, Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Jakarta:

    Institute Manajemen Zakat), hlm. 190-200.

    34

    Eri Sudewo, Ibid, hlm. 201-204.

  • 26

    c) Follow up keluhan-keluhan yang ada.

    Senada dengan yang disampaikan Eri Sudewo, kampanye menjadi salah satu

    bagian manajemen pengumpulan dana zakat. Langkah-langkah kampanye yang

    dapat dilakukan antara lain dengan melakukan sosialisasi melalui:35

    a) Media massa

    b) Film dan Video

    c) Leaflet/brosur/booklet

    d) Portalwebsite

    e) Billboard/banner/baliho/spanduk

    f) Khutbah Jum’at

    g) Orientasi pengurus lembaga pengelola zakat

    h) Gerakan sadar zakat

    i) Desa binaan zakat

    5. Unsur-unsur Fundraising Zakat

    Agar calon muzaki dapat terpengaruh dan mau memberikan dananya kepada

    OPZ, maka OPZ perlu melakukan beberapa hal yang merupakan unsur-unsur

    Fundraising, yaitu:36

    a) Identifikasi Calon Donatur/Calon Muzaki

    Pengenalan calon muzaki diperlukan untuk memperoleh gambaran

    tentang perilaku berderma calon muzaki. Dalam mengidentifikasi calon

    muzaki perlu adanya indikasi-indikasi untuk mengetahui calon muzaki.

    Misalnya, siapa donatur, apa yang menarik mereka berdonasi, kapan dan

    dimana menyumbang, berapa sering donatur menyumbang. Pertanyaan-

    pertanyaan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi donatur

    sehingga mempermudah dalam membuat strategi fundraising. Disisi

    lain, OPZ juga dapat memiliki database dari setiap muzaki.

    b) Penggunaan Strategi Fundraising

    Setelah mengidentifikasi calon donatur, OPZ dapat menentukan

    metode-metode yang tepat untuk menghimpun dana ziswaf dari muzaki.

    Pemilihan strategi yang tepat akan memperoleh hasil yang memuaskan.

    35Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan

    Zakat, Standarisasi Manajemen Zakat, (Jakarta: tnp., 2007), hlm. 91-94. 36

    Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV.Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 41.

  • 27

    C. Organisasi Pengelolaan Zakat

    1. Pengertian Zakat

    Zakat menurut lughah (bahasa), berarti kesuburan, kesucian, keberkatan, dan

    berarti juga mensucikan.37

    Zakat dari segi istilah berarti sejumlah harta tertentu

    yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.38

    Tujuan zakat ada tiga, diantaranya adalah:

    a) Tujuan zakat bagi muzaki

    (1) Zakat mensucikan dan membebaskan jiwa dari sifat kikir karena

    kecintaan terhadap harta.

    (2) Zakat membiasakan diri untuk berinfaq dan berbagi.

    (3) Zakat merupakan wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat

    rizki yang telah diberikan-Nya.

    (4) Zakat mendatangkan kecintaan. Terdapat hubungan baik antar

    sesama.

    (5) Zakat mensucikan harta, (menghilangkan hak orang lain), harta yang

    halal bukan harta yang haram.

    (6) Zakat mengembangkan dan menambah harta.

    b) Tujuan zakat bagi mustahik

    (1) Zakat membebaskan mustahik dari kesulitan yang menimpanya.

    (2) Zakat menghilangkan sifat benci dan dengki.

    c) Tujuan zakat bagi masyarakat

    (1) Zakat dan tanggung jawab sosial. Membantu sesama ikut dalam

    mengentaskankemiskinan.

    (2) Zakat dan aspek ekonominya. Merangsang pemilik harta untuk selalu

    bekerja dan membagikan sebagian rizkinya untuk orang lain.

    (3) Zakat dan kesenjangan sosial ekonomi. Zakat dapat meredam

    kesenjangan ekonomi yang terjadi di masyarakat.39

    2. Organisasi pengelola zakat

    Pengelolaan zakat yang baik dan nyata manfaatnya untuk mengentaskan

    kemiskinan mustahik maka harus dikelola secara manajemen dan aturan yang

    jelas. Maka dalam upaya mendukung penyempurnaan sistem pengelolaan zakat,

    37

    Hasbi Ash- Shiddieqy, Pedoman Zakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), hlm. 24. 38

    Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2004), hlm. 34. 39

    Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015), hlm. 16-21.

  • 28

    maka pemerintah membuat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

    Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Di dalam Undang-undang tersebut,

    disebutkan bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

    dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

    zakat.40

    Pengelolaan zakat juga diatur dalam PP No. 14 tahun 2014, yang

    menjelaskan keberadaan OPZ pada setiap struktur BAZNAS, yaitu dari pusat

    hingga kabupaten atau kota.

    Organisasi pengelola zakat dibagi menjadi dua, yaitu:

    a) Bada