STRATEGI DINAS PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN …repository.fisip-untirta.ac.id/867/1/STRATEGI DINAS...
Click here to load reader
Transcript of STRATEGI DINAS PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN …repository.fisip-untirta.ac.id/867/1/STRATEGI DINAS...
STRATEGI DINAS PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN POTENSI PERIKANAN
TANGKAP DI KECAMATAN WANASALAM KABUPATEN LEBAK
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Sierfi Rahayu
NIM. 6661131309
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Mei 2017
ABSTRAK
Sierfi Rahayu. 6661131309. Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I Dr. Ipah Ema Jumiati., S.IP,. M.Si. Dosen Pembimbing II Riny Handayani., M.Si
Indonesia sebagai negara maritim, memiliki potensi perikanan tangkap yang baik, namun dalam pengembangan belum maksimal. Seperti kondisi di Kecamatan Wanasalam untuk pengembangan potensi perikanan tangkap belum optimal. Masih kurangnya Sumber Daya Manusia pengelola kegiatan dalam pendampingan kelompok nelayan, masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan Ikan dan Pelabuhan Pendaratan Ikan, belum adanya kegiatan untuk pemberdayaan kelompok nelayan di bidang perikanan tangkap, masih rendahnya dukungan perbankan terhadap permodalan nelayan, kurangnya respon pemerintah daerah terhadap pentingnya program pengembangan sistem perikanan tangkap. Penelitian ini untuk mengetahui strategi Dinas Perikanan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) dikutip dari Siagian (2007:172). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan belum optimal, dan strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap yaitu melakukan kerjasama dengan pemerintah dan nelayan, mengoptimalkan kerjasama dengan investor dan perbankan, membuat aturan yang jelas untuk nelayan pendatang dan industri, mengadakan kegiatan untuk nelayan. Saran penelitian agar strategi Dinas Perikanan lebih optimal adalah meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Kata kunci : Strategi, Pengembangan, Potensi, Perikanan Tangkap
ABSTRACT
Sierfi Rahayu. 6661131309. Strategy Department of Fisheries in the Development of the Potential of Fisheries in Wanasalam Regency of Lebak. Department of Public Administration. Faculty of Social and Political Science. The Dr. Ipah Ema Jumiati., S.IP,. M.Si. Riny Handayani., M.Si
Indonesia as the country’s maritime, fisheries has the potential are good, but the development has not been good. As conditions in the Wanasalam for the development of the potential of fisheries not optimal. Still the lack of human resources managers in mentoring activities of fishermen’s group, still the limited facilities and infrastructure supporting, yet the existence of activities for the empowerment of a group of fishermen in the sector fisheries, still low of banking support against the fishing capital, and the lack of response of the local authorities of the importance of capture fisheries system development program. This research is to now the strategies Department of Fisheries in the Development of the potential of fisheries in Wanasalam. This research use the Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) analysisquotes from Siagian (2007:172). This research uses qualitative descriptive method. The results showed not optimal, and the right strategy to be applied in the development of the potential of fisheries i.e. cooperation with the government and fishermen, optimize the cooperation with investors and banking, create clear rules for fishermen and industry entrants, hold the activities for the fishermen. Advise on research so that more optimal Depertment Fisheries strategy is to enhance coordination with the central government, the provinces, and counties in improving the welfare of fishermen.
Keyword : Strategy, Development, Potential, Fisheries sector
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-
NYA, beserta ijin-NYA, saya dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Strategi
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam Pengembangan Potensi Perikanan
Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
Strategi dalam sebuah organisasi itu penting untuk dimiliki karena strategi
merupakan suatu langkah terbaik untuk mencapai suatu tujuan sebuah organisasi,
sehingga diperlukan strategi yang baik dalam organisasi agar program dan
kegiatan yang ada bisa berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis juga
mengharapkan kritik dan saran untuk memotivasi penulis dalam penyempurnaan
lebih lanjut, demikian skripsi ini penulis ajukan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Rahmawati, M.Si. Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ii
4. Imam Mukhroman, S.Ikom., M.Ikom. Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan
Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si. Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
6. Listyaningsih, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7. Riswanda,Ph.D Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
8. Dr. Ipah Ema Jumiati M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang mengarahkan,
memberikan ilmunya, memberikan masukan dengan sabar, dan memberikan
semangat hingga penelitian ini dapat terselesaikan.
9. Riny Handayani, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang mengarahkan,
memberikan ilmunya, memberikan masukan dengan sabar, dan memberikan
semangat hingga penelitian ini dapat terselesaikan.
10. Semua Dosen dan Staf Tata Usaha Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
11. Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yang telah memberikan data informasi
kepada peneliti
12. Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak yang telah membantu dan memberi data
dalam penelitian ini
13. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Lebak
yang telah memberikan data dan informasi kepada peneliti
14. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Lebak
yang telah memberikan data dan informasi kepada peneliti
15. Camat Kecamatan Wanasalam yang telah membantu dan memberikan data
dan informasi kepada peneliti
16. Sekretaris Desa Muara yang telah membantu dan memberikan data dan
informasi kepada peneliti
iii
17. Pihak Bank BRI cabang Cikeusik yang telah memberikan data dan informasi
kepada peneliti
18. Nelayan di Desa Muara Kecamatan Wanasalam yang telah membantu proses
penelitian ini
19. Kedua Orangtuaku tercinta Bapak H. Sismanto, DM dan mama Hj. Haeroni
yang selalu memberikan doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun
materiil
20. Kakakku Heffi Hermanto dan Kakak ipar Tri Handayani yang telah bersedia
membantu dan mendukung dalam penelitian ini
21. Keluarga Bapak Epi yang telah bersedia rumahnya untuk menginap selama
penelitian di Kecamatan Wanasalam, dan membantu dalam penelitian ini
22. Ibu-ibu pengajian “Al-Barokah” yang selalu mendoakan dan memberi
semangat untuk menyelesaikan penelitian ini
23. Sahabat-sahabat Alimun (Ranita, Murni Agustini, Anggit Puspitasari, Linah
Nurul Khotimah, Firda Amalia, Dyah Pratiwi, Fadliyah, Ika Nurhikmah, Aan,
Ferdy, Haikal) dan kawan Kelas B ANE 2013 atas doa, semangat dan
supportnya
24. Kawan-kawan KKM Mandiri Kelompok 12 Untirta
25. Serta kawan-kawan mahasiswa Administrasi Negara UNTIRTA angkatan
2013 yang telah membantu dan memberi dukungan dalam penelitian ini.
26. Bapak dan pegawai Photocopy “Zahra” yang telah membantu dalam penelitian
ini
Serang, Maret 2017
Penulis
Sierfi Rahayu
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................... 35
1.3 Pembatasan Masalah ......................................................................... 35
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................. 36
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 36
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................ 36
1.7 Sistematika Penulisan ....................................................................... 37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Landasan Teori ................................................................................. 41
2.1.1 Teori Manajemen ...................................................................... 42
2.1.2 Definisi Strategi ........................................................................ 44
2.1.3 Definisi Manajemen Strategi .................................................... 46
v
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Manajemen Strategi ................................. 49
2.1.5 Model Manajemen Strategi ....................................................... 50
2.1.6 Analisis SWOT ......................................................................... 57
2.1.7 Konsep Perikanan Tangkap ...................................................... 61
2.1.8 Pengelolaan dan Sifat Perikanan ............................................... 66
2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 68
2.3 Kerangka Berfikir ............................................................................. 74
2.4 Asumsi Dasar Penelitian ................................................................... 78
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 79
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 80
3.3 Lokasi Penelitian ............................................................................. 81
3.4 Variabel Penelitian............................................................................ 82
3.4.1 Definisi Konsep ........................................................................ 82
3.4.2 Definisi Operasional ................................................................. 83
3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 83
3.6 Informan Penelitian .......................................................................... 87
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 89
3.6.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 94
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 96
3.7.1 Teknik Analisis Data................................................................. 96
3.7.2 Uji Kredibilitas Data ................................................................ 99
3.8 Waktu Penelitian .............................................................................. 102
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................... 104
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lebak .......................... 104
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Wanasalam ............................... 109
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ............. 113
4.2 Deskripsi Data .................................................................................. 119
vi
4.3 Informan Penelitian .......................................................................... 122
4.4 Analisis Hasil Penelitian ................................................................... 124
4.4.1 Strenghts (Kekuatan) ................................................................ 125
4.4.2 Weaknesses (Kelemahan).......................................................... 141
4.4.3 Oppotinities (Peluang) .............................................................. 162
4.4.4 Treaths (Ancaman) ................................................................... 170
4.5 Pembahasan ...................................................................................... 184
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 223
5.2 Saran ................................................................................................ 224
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah dan Nama Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Provinsi Banten . ..5 Tabel 1.2 Hasil Produksi Ikan Laut di Kabupaten Lebak tahun 2013-2015 ......... ..8 Tabel 1.3 Data Pembanding Jumlah Rumah Tangga Perikanan dan
Jumlah Nelayan di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang .............. ..9 Tabel 1.4 Hasil Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut yang Dilelang
tahun 2014 dan 2015 ............................................................................ 11 Tabel 1.5 Jumlah Nelayan Wilayah Pesisir di Kabupaten Lebak ......................... 12 Tabel 1.6 Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Lebak .............................................. 14 Tabel 1.7 Jumlah Rumah Tangga Perikanan dan Perahu/Kapal Perikanan Laut Berdasarkan Kepemilikan, Jenis, dan Bobot Perahu/Kapal Kabupaten Lebak Tahun 2015................................................................................. 16 Tabel 1.8 Pendapatan Rata-rata Nelayan di Kabupaten Lebak Tahun 2011-2015
(Triwulan III) ........................................................................................ 29
Tabel 1.9 Target dan Realisasi Pendapatan Dinas Perikanan Kabupaten
Lebak tahun Anggaran 2016................................................................. 32
Tabel 2.1 Matrik SWOT ....................................................................................... 59
Tabel 3.1 Koding Informan ................................................................................... 86
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara….. ...................................................................... 90
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian……………………………………………………..101
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak menurut Jenis Kelamin
Tahun 2015…………………………………………………………..106
Tabel 4.2 Luas Wilayah Pembagian Daerah Administrasi di Kabupaten Lebak Tahun 2015 ………………………………………………………….107 Tabel 4.3 Nama Desa dan Luas Wilayah di Kecamatan Wanasalam ………….111 Tabel 4.4 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Wanasalam ……………………………………………..112 Tabel 4.5 Informan Penelitian …………………………………………………123 Tabel 4.6 Capaian Target Pendapatan SKPD Pengelola PAD tahun 2016 …....134 Tabel 4.7 Matriks SWOT ……………………………………………………...204 Tabel 4.8 Faktor Pendukung Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak ………………………….211 Tabel 4.9 Faktor Penghambat Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak ………………………….212 Tabel 4.10 Ringkasan Pembahasan ……………………………………………217
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Elemen-elemen Dasar Proses Manajemen Strategi ........................... 51
Gambar 2.2 Model Manajemen Strategi .............................................................. 52
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir .............................................................................. 77
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif .................................................................. 99
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kecamatan Wanasalam ……………………….110
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak …………117
Gambar 4.3 Kegiatan pelatihan aplikasi Nelayan pintar (NelPin) …………….130
Gambar 4.4 Komoditas Ikan untuk Ekspor di TPI Binuangeun ………………172
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi
2. Matriks sebelum reduksi data
3. Matriks setelah reduksi data
4. Membercheck
5. Surat Pernyataan
6. Surat balasan dari Dinas
7. Surat izin mencari data dari Fakultas
8. Pedoman Wawancara
9. Catatan Bimbingan
10. Dokumen pendukung
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia dengan sebutan negara maritim serta memiliki coastal line
yang hampir seperlima panjang pantai dunia memiliki potensi perikanan dan
kelautan yang cukup besar. Indonesia juga dikenal kaya dengan marine
diversity dimana lebih dari 450 spesies coral dan lebih dari 2000 spesies ikan
berada di wilayah perairan Indonesia. Selain itu, Indonesia adalah negara
kepulauan, yang terdiri dari 17.506 pulau, panjang garis pantai lebih dari
80.570 km, luas laut teritorial sekitar 285.005 km, luas laut perairan Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejumlah 2.692.762 km, luas perairan dalam
pedalaman 2.012.392 km, dan luas daratan 2.012.402 dengan luas total
perairan Indonesia adalah 5.877.879 km. (http://ilmupengetahuanumum.com.
Negara-kepulauan-terbesar-di-dunia. 10 Oktober 2016. 10.30 WIB).
Khusus untuk perikanan tangkap potensi Indonesia dapat diharapkan
menjadi sektor unggulan perekonomian nasional. Oleh sebab itu, potensi
tersebut harus dimanfaatkan secara optimal dan lestari, ini merupakan
tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, bahkan pengusaha guna
meningkatkan pendapatan masyarakat dan penerimaan negara yang mengarah
pada kesejahteraan rakyat.
2
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019, pembangunan dilaksanakan dengan mengedepankan peran
ekonomi kelautan dan sinergitas pembangunan kelautan nasional dengan
sasaran : termanfaatkannya sumber daya kelautan untuk pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir. Sebagai
pelaksanaan dari sasaran RPJMN tersebut, Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam Perencanaan Strategis (Renstra) tahun 2015-2019
menyebutkan bahwa tercapainya kesuksesan pembangunan Indonesia sebagai
negara maritim tercermin salah satunya pada : meningkatnya keberlanjutan
usaha perikanan tangkap dan budidaya.
Disamping itu, untuk mengoptimalkan pemanfataan sumber daya
kelautan terutama perikanan tangkap agar tetap lestari, beberapa kebijakan
telah dikeluarkan yaitu : (1) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
(Permen-KP) Nomor 10 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 56/Permen-KP/2014 tentang
penghentian sementara (moratorium) perizinan usaha perikanan tangkap di
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara Republik Indonesia. (2)
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen-KP) Nomor 2 Tahun
2015 tentang larangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela (trawls)
dan pukat tarik (seine nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara
Republik Indonesia. (3) Surat Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
B.622.MEN/KP/XI/2014 tentang permohonan kepada seluruh Gubernur dan
Bupati/Walikota untuk mengelola sumber daya secara berkelanjutan (sumber:
3
setkab.go.id). Oleh karena itu, supaya potensi perikanan tangkap akan tetap
lestari dan itu juga alasan utama untuk adanya pengembangan potensi
perikanan tangkap yaitu sebagai sektor unggulan dalam kemajuan
perekonomian dan pembangunan nasional.
Provinsi Banten adalah salah satu provinsi yang ada di Indonesia.
Banten adalah sebuah provinsi di Tatar Pasundan, serta wilayah paling barat
di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi Banten terdiri dari 4 kota, 4 kabupaten,
154 kecamatan, 262 kelurahan, dan 1273 desa. (http://wikipedia.org. Banten.
17 Maret 2016. 10.30 WIB). Dalam pembagian zona potensi wilayah,
Provinsi Banten ini dibagi ke beberapa zona, seperti dalam hal sumber daya
alam gas alam, emas, minyak bumi, dan bidang perikanan berada pada
Banten Selatan. Dalam bidang industry, Provinsi Banten memiliki potensi
yang sangat baik, terbukti dengan banyak industri yang sudah ada di kawasan
Cilegon, Serang, dan Tangerang. Seperti yang sudah ada pembagiannya,
karena memang setiap kabupaten/kota yang ada di Banten memiliki potensi
yang berbeda-beda sesuai dengan sumber daya yang ada di wilayahnya.
Provinsi Banten sebagai wilayah daratan yang dikelilingi tiga lautan
besar (laut Jawa di bagian utara, laut Selat Sunda di bagian Barat, laut Hindia
di bagian selatan), dan memiliki garis pantai kurang lebih 517,42 km.
Pasalnya, selain pertanian dan industri pengolahan, Banten juga memiliki
sumberdaya kelautan dan perikanan yang bernilai ekonomi tinggi. Direktur
jenderal (Dirjen) Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP)
Kementerian Kelautan dan Perikanan berpendapat, Banten merupakan daerah
4
yang paling strategis di sektor kelautan dan perikanan di seluruh wilayah
Indonesia. Banten memiliki potensi kelautan dan perikanan yang besar seperti
potensi terumbu karang, pantai, rumput laut, karanghijau, ikan tangkap, dan
ikan budidaya. Menurut Martani, Banten memiliki potensi menjadi produsen
perikanan daerah dan potensi itu bisa dijadikan sebagai ujung tombak
pembangunan. Apalagi, Kementerian Kelauatan dan perikanan hingga tahun
2014 menargetkan peningkatan produksi ikan tangkap maupun budidaya
sebesar 353 persen dari rata-rata produksi saat ini sekitar 8.000.000 pertahun.
Banten merupakan daerah potensial untuk mendukung tercapainya target
tersebut. (https://cakrawalamediabanten.wordpress.com.Laut-sebagai-ujung-
tombak-banten. 10 Oktober 2016. 10.45 WIB ).
Provinsi Banten juga memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI), karena
adanya Tempat Pelelangan Ikan ini bisa dilihat potensi perikanan tangkap
yang ada di Provinsi Banten. Perikanan tangkap ini pun selalu berkaitan
dengan keberadaan Tempat Pelelangan Ikan, disitulah nanti hasil tangkapan
ikan akan dijual dan distribusikan. Berikut tabel nama dan jumlah Tempat
Pelangan Ikan setiap Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Banten.
5
Tabel 1.1
Jumlah dan Nama Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Provinsi Banten
Nama Kabupaten/Kota
Nama Tempat Pelelangan Ikan Jumlah TPI
Kabupaten Lebak 1. Binuangeun 2. Tanjung Panto 3. Sukahujan 4. Cipunaga 5. Panyaungan 6. Situregen 7. Bayah 8. Pulomanuk 9. Sawarna 10. Cibareno 11. Citarate
11 TPI
Kabupaten Pandeglang
1. Labuan 1 2. Labuan 2 3. Labuan 3 4. Sidamukti 5. Sumur 6. Carita 7. Citeureup 8. Tamanjaya 9. Panimbang 10. Cikeusik
10 TPI
Kabupaten Serang 1. Pulomanuk, Tamansari 2. Bojonegara, Penjagalan
2 TPI
Kota Serang 1. Karangantu, Kasemen 2. Banten Lama 3. Pulokali, Puloampel 4. Tenjoayu, Tanara 5. Lontar, Tirtayasa
5 TPI
Kabupaten Tangerang
1. Kronjo 2. Tanjung pasir, Teluk Naga 3. Tanjung Kait 4. Dadap, Kosambi 5. Cituis, Pakuhaji
5 TPI
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Dari tabel 1.1 di atas kita bisa melihat, banyaknya Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) di Provinsi Banten, Kabupaten Lebak memiliki Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) paling banyak dengan jumlah 11 TPI, dan Kabupaten Serang yang
6
paling sedikit dengan 2 TPI. Apabila melihat tabel 1.1 tersebut, dilihat bahwa
Provinsi Banten memang memiliki potensi dalam hal perikanan tangkap.
Apalagi Kabupaten Lebak yang memiliki jumlah Tempat Pelelangan Ikan
terbanyak di Provinsi Banten. Dengan jumlah Tempat Pelelangan Ikan ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Lebak memiliki potensi perikanan yang baik,
dibandingkan dengan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten lainnya.
Kabupaten Lebak adalah kabupaten yang berada di Provinsi Banten.
Ibukotanya adalah Rangkasbitung. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Serang dan Kabupaten Tangerang di Utara, Kabupaten Bogor dan
Kabupaten Sukabumi di Timur, Samudera Hindia di Selatan, serta Kabupaten
Pandeglang di Barat. Kabupaten Lebak terdiri dari 28 kecamatan, yang
terbagi atas 340 desa dan 5 kelurahan. Kabupaten Lebak juga bagian utaranya
merupakan dataran rendah, sedangkan bagian selatannya merupakan
pegunungan.
Kabupaten Lebak ini salah satu kabupaten yang memiliki wilayah
pesisir. Tepatnya wilayah yang ada di sebelah selatan, mayoritas wilayah
pesisir. Selain itu, daerah ini pun memiliki potensi perikanan laut dengan
panjang pantai dari Muara Binuangeun - Cibareno, daerah yang berbatasan
dengan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sehingga Kabupaten Lebak bagian
selatan kaya akan hasil tangkapan ikannya, dan sumber daya alam lainnya
yang melimpah seperti gas alam dan minyak bumi.
7
Kabupaten Lebak ini salah satu kabupaten yang masih belum maju
dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Banten, dilihat dari
tingkat pendidikan yang masih kurang, dan tingkat pengangguran yang masih
banyak, tetapi dengan kekurangan dari daerah tersebut itulah disisi lain
Kabupaten Lebak ini tersimpan sumber daya alam yang baik. Oleh sebab itu,
Kabupaten Lebak adalah salah satu kabupaten menjadi incaran dari investor
bahkan investor asing. Walaupun Kabupaten Lebak masih terbilang
kabupaten yang belum maju, namun karena sumber daya alam yang baik,
maka para investor pun tertarik untuk berinvestasi di Kabupaten Lebak. Tak
heran memang Kabupaten Lebak khususnya daerah Lebak Selatan ini
terkenal dengan potensi pertambangan gas alam dan emas, namun selain itu
Kabupaten Lebak ini juga memiliki potensi untuk bidang perikanan
tangkapnya. Apalagi memang Lebak bagian Selatan disana terdapat Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) terbesar di Kabupaten Lebak, tepatnya Desa Muara di
Kecamatan Wanasalam.
Kabupaten Lebak salah satu kabupaten yang memiliki potensi bidang
perikanan yang baik, bisa dilihat dari jumlah Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
sebanyak 11 TPI. Potensi sumberdaya ikan laut di Kabupaten Lebak cukup
besar, dengan panjang garis pantai 91,42 km. Kewenangan Kabupaten Lebak
dalam pengelolaan laut sepanjang 4 mil dari garis pantai. Luas laut
Kabupaten Lebak mencapai 677,24 km2.
Potensi lestari untuk perairan pantai dan Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE) sebesar 10.557,25 ton/tahun yang terdiri dari : Potensi lestari perairan
8
pantai sebesar 3.712,40 ton/tahun, dan Potensi Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) sebesar 6.844,84 ton/tahun (sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lebak, 2016).
Pemanfaatan dan pengembangan potensi kelautan dan perikanan di
Kabupaten Lebak dikembangkan dengan penerapan sistem dan pendekatan
pada komoditas pewilayahan dengan tujuan untuk mempercepat pemerataan
pembangunan sehingga akan lebih efektif. Potensi perikanan di Kabupaten
Lebak bisa dilihat salah satunya dengan melihat hasil produksi dan nilai
produksi. Sesuai data statistik dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Lebak sebagai berikut :
Tabel 1.2
Hasil Produksi Ikan Laut di Kabupaten Lebak Tahun 2013-2015
No Sektor Produksi Produksi (Kg)
2013 2014 2015
1 Penangkapan Ikan laut 4,734,256 4,968,049 5,283,575
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Berdasarkan data tabel 1.2 menunjukkan bahwa produksi perikanan
laut mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikan 318,526
Kg per tahun. Produksi tertinggi dicapai pada tahun 2015 sebesar 5.283.575
Kg atau sebesar 50,90% dari potensi lestari perikanan laut, namun produksi
sudah melebihi dari potensi lestari perairan pantai. Oleh karena itu
peningkatan produksi perikanan laut dapat diarahkan pada penangkapan ikan
di ZEE dan budidaya ikan laut di perairan pantai. Melihat potensi untuk
perikanan tangkap di Kabupaten Lebak bagian Selatan ini baik, maka dari itu
9
memang perlulah pengembangan di perikanan tangkap ini, supaya potensi
bisa dioptimalkan dan dilakukan secara efisien karena untuk kelestarian dari
keberlanjutan perikanan tangkap.
Untuk melihat potensi perikanan tangkap yang ada di Kabupaten
Lebak ini memiliki potensi yang baik, kita bisa bandingkan salah satunya
dengan wilayah lain di Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Serang. Memilih
dibandingkan dengan Kabupaten Serang, karena sama-sama wilayah pesisir.
Tabel 1.3
Data Pembanding Jumlah Rumah Tangga Perikanan dan Jumlah Nelayan di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang
No Nama Wilayah
Jumlah Rumah Tangga Perikanan
(RTP) Jumlah nelayan
2014 2015 2014 2015 1 Kabupaten Lebak 776 863 3380 3325 2 Kabupaten Serang 405 443 4779 4849
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Serang, 2016
Berdasarkan tabel 1.3 kita bisa lihat bahwa Kabupaten Lebak
memiliki jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) lebih banyak dibandingkan
dengan Kabupaten Serang yaitu tahun 2014 dengan jumlah 776 orang, dan
tahun 2015 sebanyak 863 orang. Sedangkan untuk jumlah nelayan,
Kabupaten Serang memang lebih dibandingkan dengan Kabupaten Lebak
yaitu tahun 2014 sebanyak 4779 orang, sedangkan untuk tahun 2015 4849
orang. Namun demikian, kita bisa lihat bahwa Kabupaten Lebak lebih aktif
dalam melakukan unit usaha perikanan, dengan melihat banyaknya jumlah
Rumah Tangga Perikanan (RTP), dan lebih banyak melakukan kegiatan
10
lelang dibandingkan dengan Kabupaten Serang. Oleh karena itu, potensi
perikanan tangkap di Kabupaten Lebak ini memang baik, namun memang
belum dijalankan dengan optimal.
Wilayah Kabupaten Lebak khususnya bagian Selatan secara geografis
daerahnya berbatasan dengan Samudera Hindia, sehingga memiliki potensi
yang besar dalam bidang perikanan terutama perikanan tangkap. Kabupaten
Lebak bagian Selatan ini meliputi daerah Wanasalam, Bayah, Malingping,
Cihara, Cilograng, Cigemblong, Panggarangan dan Cijaku. Namun dari
ketujuh daerah, yang termasuk kedalam wilayah pesisir Kabupaten Lebak
bagian Selatan yaitu daerah Wanasalam, Bayah, Cihara, Panggarangan, dan
Cilograng. Daerahnya memang langsung berbatasan dengan Samudera
Hindia, sehingga untuk pengembangan potensi ditekankan pada usaha
peningkatan hasil produksi ikan tangkap. Kecamatan Wanasalam memang
terkenal dengan kawasan pantai yang indah. Selain itu juga, Kecamatan
Wanasalam juga termasuk daerah penghasil ikan tangkap terbesar di
Kabupaten Lebak.
Kecamatan Wanasalam salah satu kecamatan yang terletak di wilayah
pesisir Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Luas wilayah 53.885 Ha atau 4,2%
dari seluruh luas wilayah Kabupaten Lebak. Potensi yang dimiliki oleh
Kecamatan Wanasalam seperti perikanan, perkebunan, pangan, kehutanan,
perdagangan, peternakan, dan pariwisata. Namun memang potensi dalam
bidang perikanan inilah yang sangat baik. Berdasarkan pusat pengembangan
wilayah untuk Lebak Selatan berada di Kecamatan Wanasalam, dengan sub
11
pusat wilayah pengembangannya di Kecamatan Bayah. Wilayah yang
berperan aktif sebagai pendukung daerah pusat pertumbuhan yaitu
Kecamatan Cijaku, Cigemblong, Malingping, Cihara, Panggarangan, Cibeber
dan Cilograng.
Tabel 1.4
Hasil Produksi dan Nilai produksi Perikanan Laut yang Dilelang tahun 2014 dan 2015
No Kecamatan Hasil Produksi (Kg) Nilai Produksi (Rp.) 2014 2015 2014 2015
1 Kecamatan Wanasalam
4.779.777 3.441.026 111.972.313.900 76.001.314.458
2 Kecamatan Cihara
35.443 549.793 856.442.200 11.961.575.851
3 Kecamatan Panggarangan
7.072 82.122 170.134.000 1.795.822.267
4 Kecamatan Bayah
110.115 1.110.865 2.609.988.500 25.365.463.693
5 Kecamatan Cilograng
35.640 99.772 871.803.300 2.163.189.731
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Berdasarkan tabel 1.4 menunjukkan bahwa hasil produksi dan nilai
produksi tertinggi di wilayah pesisir Kabupaten Lebak yaitu Kecamatan
Wanasalam pada tahun 2015 hasil produksi 3.441.026 Kg/tahun dengan nilai
produksi sebesar Rp. 76.001.314.458. Potensi yang unggul memang bidang
perikanan tangkapnya kalau untuk daerah Kecamatan Wanasalam
dibandingkan dengan kecamatan lainnya di wilayah pesisir Kabupaten
Lebak. Di Kecamatan Wanasalam ini ada Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Kabuapten Lebak yang berada di Desa Muara dan 2 Tempat Pelelangan Ikan
(TPI). Setiap kabupaten/kota memiliki Pangkalan Pelabuhan Ikan (PPI) 1
buah. Salah satu alasan Pangkalan Pelabuhan Ikan (PPI) Kabupaten Lebak
lokasinya di Kecamatan Wanasalam, karena memang melihat potensi
12
perikanan yang tinggi berada di Kecamatan Wanasalam, dibandingkan
dengan kecamatan lainnya. Jadi memang di Kecamatan Wanasalam ini
mayoritas pekerjaan masyarakatnya sebagai nelayan. Bahkan nelayan ini
menjadi pekerjaan utama mereka. Dikarenakan wilayah yang dominan
disana itu adalah pesisir dan laut. Selain itu juga, alasan konsentrasi dalam
hal bidang perikanan Kabupaten Lebak ada di Kecamatan Wanasalam
karena terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Penunjang untuk pengembangan potensi perikanan tangkap yaitu
dengan melihat jumlah nelayan, jenis alat tangkap dan kepemilikan
kapal/perahu yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Wanasalam.
Jumlah nelayan di Kecamatan Wanasalam ini paling banyak dibandingkan
dengan Kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Lebak. berikut tabel
jumlah nelayan per kecamatan di Kabupaten Lebak :
Tabel 1.5
Jumlah nelayan wilayah pesisir di Kabupaten Lebak
No Nama Kecamatan Jumlah nelayan 2013 2014 2015
1 Kecamatan Wanasalam 1994 1975 1926 2 Kecamatan Cihara 368 368 390 3 Kecamatan Panggarangan 102 102 111 4 Kecamatan Bayah 712 701 759 5 Kecamatan Cilograng 234 234 139 Jumlah 3410 3380 3325
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Berdasarkan tabel 1.5 bisa kita lihat bahwa Kecamatan Wanasalam
ini memiliki jumlah nelayan paling banyak dengan jumlah tahun 2013
sebanyak 1994 orang atau 58,47% dari seluruh jumlah nelayan yang ada di
wilayah pesisir Kabupaten Lebak, tahun 2014 sebanyak 1975 orang atau
13
58,43% dari seluruh jumlah nelayan, dan tahun 2015 sebanyak 1926 orang
atau 57,92% dari seluruh nelayan yang ada di wilayah pesisir Kabupaten
Lebak. Dapat disimpulkan bahwa 50 % jumlah nelayan yang ada di wilayah
pesisir Kabupaten Lebak itu dari Kecamatan Wanasalam Apabila melihat
dengan jumlah Tempat Pelelangan Ikan di Kecamatan Wanasalam hanya
ada 2 TPI yaitu TPI Binuangeun dan TPI Tanjung Panto. Dibanding dengan
Kecamatan Cihara dan Bayah yang memiliki jumlah TPI sebanyak 3. Oleh
sebab itulah, alasan pusat pengembangan potensi bidang perikanan tangkap
yang ada di Kabupaten Lebak berada di Kecamatan Wanasalam. Alasan ini
jugalah Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Kabupaten Lebak ditempatkan di
Kecamatan Wanasalam.
Selanjutnya yaitu jenis alat tangkap juga bisa kita perhatikan, karena
memang sudah sejauh mana para nelayan disana menggunakan alat tangkap,
apakah sudah banyak menggunakan alat tangkap modern atau bahkan alat
tangkap yang masih tradisional. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu nelayan di TPI Binuangeun yang bernama Bapak Mulyani, mengatakan
bahwa nelayan di Kecamatan Wanasalam sudah banyak yang menggunakan
alat tangkap modern, namun memang masih dalam ukuran yang kecil,
karena di Kecamatan Wanasalam ini banyaknya nelayan kecil dimana para
nelayan ini menggunakan kapal-kapal kecil alat tangkap yang digunakan
pun masih ukuran yang kecil, kalau nelayan tradisional sudah sedikit, karena
itu mereka yang menggunakan alat tangkap tradisional dan perahunya pun
masih sederhana.
14
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak pun dalam pemberian bantuan
untuk kelompok nelayan memang berupa alat tangkap yang berukuran kecil,
sesuai dengan Perencanaan Strategis (Renstra) tahun 2014-2019 dimana
bantuan yang diberikan berupa : jaring udang sebanyak 133 buah, jaring
rampus 140 buah, dan gillnet 100 buah. Berikut jenis alat tangkap yang
digunakan di Kabupaten Lebak :
Tabel 1.6
Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Lebak
No Jenis alat tangkap 1 Payang 2 Pukat Cincin (Purse Seine) 3 Gill Net/Jaring Insang Hanyut 4 Jaring Insang Tetap (rampus) 5 Trammel Net 6 Bagan Perahu 7 Pancing Rawai Tuna 8 Rawai Hanyut Hanyut Selain Rawai Tuna 9 Pancing Rawai Tetap
10 Pancing Lainnya 11 Jaring Udang 12 Serok 13 Sero 14 Bubu 15 Alat Perangkap Lainnya 16 Alat Pengumpul Rumput Laut 17 Lainnya
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Berdasarkan tabel 1.6 kita bisa melihat jenis alat tangkap di
Kabupaten Lebak. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak Bapak Oktody Pamungkas
Bidang Pengembangan Sumber Daya Pesisir dan Laut mengatakan bahwa
Kabupaten Lebak ini memang masih lebih banyak jenis alat tangkap untuk
kapal-kapal kecil dibandingkan dengan jenis alat tangkap untuk kapal besar.
15
Oleh karena itu nelayan kecilnya lebih banyak dibanding dengan nelayan
besar. Karena memang untuk kapal besar itu dermaga yang dimiliki oleh
Kabupaten Lebak belum bisa menampung banyak, paling hanya satu kapal
saja. Kita bisa melihat dari jumlah alat tangkap sebanyak 17 jenis, hanya ada
satu jenis alat tangkap yang digunakan oleh kapal besar, sedangkan sisanya
sebanyak 16 jenis itu termasuk jenis alat tangkap yang masih berada di
kapal kecil, atau biasa juga digunakan oleh nelayan kecil.
Jadi dapat disimpulkan Kabupaten Lebak ini sampai tahun 2015
masih mayoritas dengan nelayan kecil. Karena dilihat dari jenis alat tangkap
kebanyakan digunakan oleh kapal-kapal kecil. Dinas Kelautan dan
Perikanan pun dalam hal ini sebagai salah satu institusi yang menangani
masalah bidang perikanan akan terus meningkatkan dalam hal pemberian
bantuan, walaupun memang masalah utama Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lebak ini yaitu mengenai anggaran yang terbatas dari
Pemerintah Daerah, sehingga harus memiliki skala prioritas untuk dalam
pemberian bantuan jenis alat tangkap.
Untuk kepemilikan kapal/perahu di Kabupaten Lebak ini sudah
banyak, ditambah dengan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lebak yang diberikan sesuai dengan Perencanaan Strategis
(Renstra) tahun 2014-2019 bantuan yang diberikan untuk kelompok nelayan
yaitu berupa mesin kapal 5.5 PK, mesin tempel 15 PK, dan kapal perikanan
≤ 5 GT. Berikut tabel 1.6 jumlah kepemilikan kapal/perahu di Kabupaten
Lebak.
16
Tabel 1.7
Jumlah Rumah Tangga Perikanan dan Perahu/Kapal Perikanan Laut Berdasarkan Kepemilikan, Jenis dan Bobot Perahu/Kapal Kabupaten Lebak
Tahun 2015 No. Rincian
Item Jumlah Perahu
Jukung Motor
Tempel Kapal Motor
< 5 GT
5-10 GT
10-20 GT
20-30 GT
30-50 GT
1. Rumah Tangga
Perikanan (RTP)
863
- 574
13
177
9
-
3
2. Perahu / Kapal
920
- 709
13
179
9
-
3
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Berdasarkan tabel 1.7 juga kita bisa melihat Rumah Tangga Perikanan
atau biasa disebut juragan kapal mayoritas memiliki kapal dibawah 10 GT
yaitu sebanyak 190 buah, dimana berarti termasuk kapal-kapal kecil.
Sedangkan yang kapal besar hanya ada 12 buah. Dari tabel 1.4 juga berarti
bisa berkesimpulan bahwa Kabupaten Lebak ini masih mayoritas nelayan
kecil. Namun memang kebanyakan nelayan kecil Kabupaten Lebak ini sangat
berpengaruh terhadap pengembangan potensi perikanannya. Karena dengan
kapal kecil itu untuk menampung hasil tangkapan akan lebih sedikit
dibanding dengan kapal besar. Sehingga potensinya pun akan terlihat optimal
dalam pengembangannya.
Sesuai dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 tahun 2014
mengenai Pemerintahan Daerah. Perubahan ini memiliki dampak pada
perubahan struktur organisasi dan tata kelola Dinas. Mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah,
mulai tahun 2016 Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak
17
Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kabupaten Lebak. Adanya perubahan tersebut, maka mulai bulan
Januari 2017 Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak berubah
menjadi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak.
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak memiliki tugas dan fungsi untuk
melaksanakan tugas di bidang pemberdayaan perikanan, khususnya untuk
pengembangan potensi perikanan tangkap yang berada di Kecamatan
Wanasalam, sehingga diharapkan oleh para nelayan bisa membuat suatu
strategi tertentu untuk melakukan pengembangan potensi perikanan tangkap
dan senantiasa memenuhi kebutuhan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak.
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 5 Tahun
2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Lebak Tahun 2014–2019; dengan mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2014-2019
kemudian dibuatkan Perubahan Perencanaan Strategis (Renstra) Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak tahun 2017-2019. Rencana Strategis (Renstra)
dipergunakan sebagai acuan perencanaan operasional kegiatan satuan kerja
yang dituangkan dalam Rencana Kerja (Renja) satuan kerja setiap tahunnya.
Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
dan Provinsi Banten menjadi bahan acuan dalam penyusunan Rencana
Strategis Dinas Perikanan Kabupaten Lebak.
18
Potensi sumberdaya perikanan tangkap yang dimiliki Kabupaten
Lebak belum dimanfaatkan secara optimal sehingga belum mampu berperan
besar dalam meningkatkan perekonomian daerah. Permasalahan utama dalam
pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap antara lain :
masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha perikanan,
rendahnya produktivitas usaha perikanan, masih rendahnya sistem alih
teknologi pengolahan produk hasil perikanan, kurangnya informasi akses
pasar untuk mendistribusikan produk perikanan, masih terbatasnya sarana dan
prasarana perikanan baik secara kualitas maupun kuantitas, dan terbatasnya
jumlah sumberdaya manusia aparatur bidang Perikanan
Terkait Perencanaan Strategis (Renstra), berarti disesuaikan dengan
visi dan misi Pemerintah Daerah, yaitu dengan visi “Menuju Kabupaten yang
Maju dan Berdaya Saing dan Religius melalui Pemantapan Pembangunan
Perdesaan dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan”, misi yang terkait
dengan tugas dan fungsi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu
“Meningkatnya perekonomian masyarakat yang kuat berbasis ekonomi
kerakyatan”.
Sebagaimana tercantum dalam Perencanaan Strategis (Renstra) tahun
2014-2019, visi dari Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu “Terwujudnya
Kabupaten Lebak sebagai Penghasil Komoditas Perikanan yang Optimal,
Maju, Berdaya Saing dan Berkelanjutan Berbasis Pengembangan Potensi
Wilayah”. Kemudian untuk mencapai visi, maka ditetapkan pula misi Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak tahun 2014-2019 yaitu (1) meningkatkan
19
kapasitas kelembagaan, sumber daya manusia aparatur dan pelaku usaha
perikanan, (2) memanfaatkan potensi sumber daya perikanan secara optimal
dan berkelanjutan, (3) meningkatkan peran sektor dan perikanan dalam
perekonomian daerah, (4) mengembangkan usaha perikanan yang maju dan
berdaya saing. Sudah seharusnya memang dari pemerintah khususnya Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak bisa mengoptimalkan potensi yang ada di setiap
daerah yang ada di Kabupaten Lebak khususnya di Kecamatan Wanasalam
ini terutama dalam bidang perikanannya.
Dalam Perencanaan Strategis (Renstra) tahun 2014-2019 Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak memiliki program untuk pengembangan di
bidang perikanan tangkap yaitu program pengembangan perikanan sistem
perikanan tangkap, dimana didalamnya pun ada beberapa kegiatan yang akan
dilakukan diantaranya : (1) pendampingan pada kelompok nelayan perikanan
tangkap, (2) pemeliharaan tempat pelelangan ikan, (3) rehabilitasi
sedang/berat tempat pelelangan ikan, (4) pengembangan prasarana perikanan
tangkap. Kegiatan ini akan dilakukan dalam jangka waktu 5 tahun kedepan,
dan program ini pun selalu hasil dari evaluasi yang dilakukan. Selain itu juga,
berdasarkan Petunjuk Teknis (Juknis) dan Petunjuk Pelaksana (Juklak) Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak. Dengan melihat program prioritas di dalam
Perencanaan Strategis (Renstra) yang mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah tahun 2014-2019, dimana semuanya mengarah
untuk pengembangan potensi di bidang perikanan Kabupaten Lebak
khususnya Kecamatan Wanasalam.
20
Berdasarkan hasil observasi awal, maka peneliti menemukan
permasalahan atau kendala. Permasalahan peneliti ini dilihat dari dua aspek,
yaitu internal dan eksternal, sebagai berikut :
Pertama permasalahan dari aspek internal, berdasarkan observasi
awal dan menganalisis isi dari Perencanaan Strategi (Renstra) Dinas
Perikanan tahun 2014-2019, yaitu masih kurangnya Sumber Daya Manusia
(SDM) pengelola kegiatan dalam pendampingan kelompok nelayan. Kegiatan
pendampingan kelompok nelayan ini dilakukan oleh tim pengelola kegiatan.
Hanya ada 6 orang di dalam tim pengelola kegiatan tersebut. Tim pengelola
kegiatan ini terdiri dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) 1 orang biasanya
Kepala Bidang, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) 1 orang yaitu
penanggung jawab kegiatan pendampingan tersebut, dalam PPTK juga terdiri
dari staf PPTK yaitu staf teknis dan staf administrasi, untuk staf teknis ada 2
orang, dan staf administrasi 1 orang, dan Pejabat Penatausahaan Keuangan
ada 1 orang, jumlah seluruh pegawai dalam tim pengelola kegiatan ini hanya
ada 6 orang. Jumlah pegawai yang sedikit tidak sebanding dengan jumlah
kelompok nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam. Itulah salah satu
masalah Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pendampingan kelompok
nelayan.
Berdasarkan hasil wawancara saya dengan Bapak Rhama A. Permana
sebagai Kepala Sub Bidang Prasarana Pelabuhan Perikanan yang dilakukan
pada 4 November 2016, mengatakan bahwa memang di Dinas Kelautan dan
Perikanan ini sangat kekurangan Sumber Daya Manusia khususnya memang
21
pada bidang kelautan dan perikanan tangkap Di bidang perikanan tangkap ini
jumlah pegawai dalam tim pengelola kegiatan ada 6 orang saja, tidak sesuai
dengan jumlah kelompok nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam yaitu
sebanyak 100 kelompok nelayan.
Program pendampingan kelompok nelayan kegiatannya terdiri dari
pendampingan pada kelompok nelayan itu sendiri dan kegiatan pemberian
bantuan sarana penangkapan ikan. Untuk kegiatan pendampingannya itu
terdiri dari : pembinaan Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang berupa
sharing informasi, dan penyampaian masalah-masalah kelompok nelayan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Rhama A. Permana mengatakan
bahwa untuk kegiatan pendampingan tidak semua kelompok nelayan yang
ikut dalam pendampingan tersebut, karena memang terlalu banyak, dan tim
pengelola kegiatan kekurangan dalam sumber dayanya. Waktu pelaksanaan
pendampingan ini selalu lebih dari satu hari, karena banyaknya kelompok
nelayan dan tim pengelola kegiatan kekurangan sumber daya sehingga harus
membaginya.
Begitupula pendapat yang sama disampaikan oleh Bapak Oktody
Pamungkas Kepala Sub Bidang Sumber Daya Pesisir dan Laut,
menyampaikan bahwa memang di Dinas Kelautan dan Perikanan kekurangan
Sumber Daya Manusia, khususnya untuk tim pengelola kegiatan
pendampingan kelompok nelayan. Sebab itulah dari 100 kelompok nelayan
tidak semua mengikuti pendampingan kelompok nelayan, kecuali kelompok
22
nelayan yang mengirimkan proposal kepada Unit Pelaksana Terpadu Daerah
(UPTD), namun yang mengirimkan proposal ke UPTD saja belum tentu
semuanya mengikuti pendampingan kelompok nelayan ini. Itulah salah satu
cara untuk bisa menjalankan kegiatan pendampingan ini dengan jumlah
sumber daya yang terbatas.
Jumlah sumber daya tim pengelola kegiatan ini tidak sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukannya yaitu pendampingan kelompok nelayan. Dari
pihak Dinas Perikanan pun sudah pernah mengajukan untuk penambahan
pegawai ke Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lebak, namun memang
belum mendapat respon, dikarenakan juga untuk penerimaan pegawai di
Kabupaten Lebak itu sedikit, sehingga memang banyak dinas-dinas yang
kekurangan sumber daya manusia termasuk Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lebak.
Kedua dari aspek masalah internal yaitu, masih terbatasnya sarana dan
prasarana penunjang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI). Mengingat Dinas Perikan Kabupaten Lebak ini
sebagai instansi untuk mengurus dan pengadaan sarana dan prasarana Tempat
Pelelangan Ikan dan Pangkalan Pendaratan Ikan.
Oleh sebab itu, sarana dan prasarana Tempat Pelelangan Ikan dan
Pangkalan Pendaratan Ikan harus diperhatikan. Fasilitas ini adalah salah satu
penunjang yang sangat penting untuk pengembangan potensi perikanan yang
ada di Kecamatan Wanasalam. Karena dengan fasilitas kita bisa melihat baik
23
atau kurang baiknya. Di Kecamatan Wanasalam ini, karena memang dilihat
dari fasilitas saja masih terbatas, sehingga potensi bidang perikanan tangkap
ini untuk pengembangannya belum baik. Dikarenakan Kecamatan
Wanasalam ini adalah tempat Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kabupaten
Lebak. sehingga Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) termasuk kedalam
pelabuhan perikanan yang tipe D.
Berdasarkan Petunjuk Teknis (Juknis) Penggunaan Dana Alokasi
Khusus (DAK) kabupaten/kota Bidang Perikanan tahun 2017, tercantum
bahwa fasilitas Tempat Pelengan Ikan meliputi : bangunan TPI, lantai,
drainase, instalasi listrik dan penerangan, air bersih, dan lahan parkir.
Sedangkan fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang seharusnya ada
sesuai dengan berdasarkan Peratutan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia nomor PER.08/MEN/2012 tentang kepelabuhan
perikanan. Dijelaskan bahwa kepelabuhan memiliki fasilitas yang terdiri dari
: fasilitas pokok seperti penahan gelombang (breakwater), turap (revetment),
groin, dermaga, jetty, kolam pelabuhan, alur pelayaran, jalan komplek,
drainase dan lahan. Sedangkan untuk fasilitas fungsional itu terdiri dari :
Tempat Pamasaran Ikan, navigasi pelayaran dan komunikasi, air bersih,
instalasi Bahan Bakar Minyak, es, instalasi listrik, tempat pemeliharaan kapal
dan alat penangkapan ikan. Kemudian fasilitas penunjang terdiri dari : balai
pertemuan nelayan, wisma nelayan, dan pos jaga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rhama A. Permana
Kepala Sub Bidang prasarana pelabuhan perikanan, mengatakan bahwa untuk
24
fasilitas di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) maupun di Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) belum cukup memadai, bisa dilihat dari fasilitas TPI seperti lahan
parkir yang belum ada, dan fasilitas yang lainnya sudah ada namun kurang
terawat dengan baik. Sedangkan untuk fasilitas PPI seperti : dermaga yang
kurang besar, belum adanya pabrik es, belum adanya SPBN dan fasilitas
fungsional lainnya juga yang belum ada seperti instalasi pengolahan air
limbah, Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Karena memang untuk
kelengkapan sarana dan prasarana dan untuk kelayakan masih kurang.
Sama halnya dengan hasil wawancara salah satu nelayan yang ada di
TPI Binuangeun Bapak Mulyani mengatakan bahwa untuk fasilitas di Tempat
Pelelangan Ikan masih terbatas, salah satunya yaitu mengenai lahan parkir,
karena Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun ini setiap harinya ramai
dikunjungi oleh masyarakat wanasalam, satu wilayah juga dengan pasar
Binuangeun. Maka dari itu lahan parkir disana kurang, sehingga
menimbulkan kemacetan di daerah Tempat Pelelangan Ikan (TPI), namun
masih ada juga fasilitas yang kurang dirawat, sehingga untuk penggunaannya
pun tidak maksimal. Tetapi ada juga sarana dan prasarana yang sudah cukup
memadai seperti ada air bersih dan drainase. Kalau Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) fasilitasnya masih kurang, karena banyak yang belum ada seperti
dermaga yang masih kecil, belum adanya pabrik es, gudang beku, dan untuk
pengolahan limbah. Oleh sebab itu masih kurang fasilitas yang tersedia baik
untuk Tempat Pelelangan Ikan (TPI) maupun Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI).
25
Adanya peraturan baru yaitu Undang-Undang nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah. Dimana Pemerintah Daerah harus segera
mempersiapkan penyesuaian mengenai kelembagaan, tata kelola, dan sumber
daya manusia terkait berlakunya Undang-Undang tersebut. Oleh sebab itu,
salah satu perubahan yang dialami oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
mengenai mulai tahun 2017 adanya pengambilalihan Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) oleh Provinsi Banten. Jadi pengelolaan Pangkalan Pendaratan Ikan
nantinya akan dikelola oleh provinsi, kabuapten hanya mengelola Tempat
Pelelangan Ikan (TPI). Jadi memang diharapkan untuk tahun depan Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak bisa lebih baik dan optimal lagi untuk
memperbaiki sarana dan prasarana TPI, karena beban berkurang dengan
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sudah dikelola oleh provinsi. Semua sarana
dan prasarana lembaga maupun bidang perikanan akan sangat membantu
dalam pengembangan potensi perikanan yang ada di Kabupaten Lebak
khususnya di Kecamatan Wanasalam.
Ketiga dari aspek permasalahan internal yaitu belum adanya kegiatan
untuk pemberdayaan kelompok nelayan di bidang perikanan tangkap. Di
dalam Perencanaan Strategis (Renstra) tahun 2014-2019 untuk program
pengembangan sistem perikanan tangkap belum terdapat kegiatan
pemberdayaan kelompok nelayan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Rhama A. Permana pada tanggal 4 November 2016 mengatakan
bahwa dinas memang belum pernah mengadakan kegiatan pemberdayaan
kelompok nelayan, dikarenakan tidak ada anggaran untuk kegiatan
26
pemberdayaan, karena keterbatasan anggaran itulah kegiatan pemberdayaan
belum pernah diadakan. Padahal kegiatan pemberdayaan ini akan berdampak
baik apabila diadakan. Contohnya seperti pelatihan atau pembinaan kelompok
nelayan. Ditambah antusias nelayan juga baik apabila diadakannya pelatihan.
Selama ini kegiatan pemberdayaan hanya dilakukan oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, kalau untuk kegiatan yang
dilakukan oleh dinas belum pernah ada. Kegiatan dari kementerian pun jarang
untuk tahun 2016 hanya baru ada satu kali pelatihan yaitu pelatihan
pembuatan jaring. Namun pelatihan jaring ini pun tidak berkelanjutan, karena
memang dilakukan hanya satu kali, dan nelayan terkendala dalam hal modal
untuk membeli bahan pembuatan jaring ini. Sebetulnya apabila
dimaksimalkan pembinaan dan pelatihan untuk kelompok nelayan, akan
membantu para nelayan itu mandiri, tidak hanya mengandalkan bantuan dari
Dinas Perikanan saja. Kemandirian disini berarti tidak bergantung pada
pemerintah, kelompok nelayan ini apabila mempunyai bekal keterampilan,
baik itu dalam pembuatan jaring atau pembuatan kapal, lebih membuat
nelayan terampil bahkan mereka bisa maju tanpa harus banyak bantuan dari
pemerintah. Misalnya disediakan anggaran oleh Pemerintah Daerah, Dinas
Perikanan ini akan membuat kegiatan pembinaan dan pelatihan untuk
pembuatan kapal viber, pihak dinas pernah mengajukan, namun ditolak oleh
Pemerintah Daerah.
Melihat jumlah nelayan memang kecamatan yang ada di wilayah
Lebak Selatan seperti Kecamatan Wanasalam, Panggarangan, Cihara, Bayah,
27
Cilograng. Kecamatan Wanasalam memiliki jumlah nelayan paling banyak di
Kabupaten Lebak dengan jumlah nelayan di TPI Binuangeun sebanyak 1.742
orang dan TPI Tanjung Panto sebanyak 351 orang (sumber : Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak). Kemudian para nelayan ini membentuk kelompok
nelayan, jumlah kelompok nelayan untuk daerah Kecamatan Wanasalam
sebanyak 120 kelompok, dimana anggotanya minimal 10 orang per
kelompok. Banyaknya kelompok nelayan ini akan lebih optimal lagi apabila
memang diisi dengan keterampilan yang nelayan punya, namun kegiatan
pelatihan saja belum ada di Dinas Perikanan Kabupaten Lebak bagaimana
nelayan disana bisa terampil dan mandiri, nelayan disana hanya
mengandalkan bantuan dari pemerintah daerah saja. Jumlah nelayan yang
paling banyak di Kecamatan Wanasalam ini memang potensi untuk perikanan
tangkapnya baik, apabila ditunjang dengan kompetensi dan keterampilan
yang dimiliki oleh para nelayan disana dalam menangkap ikan.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang
perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak
garam. Adanya Undang-Undang ini pun pemerintah pusat tahun ini
mengadakan program asuransi jiwa untuk para nelayan. Program ini yang
mengadakan pemerintah pusat langsung, sedangkan pemerintah daerah belum
ada program yang mengacu pada kesejahteraan nelayan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Oktody Pamungkas, S.Pi Kepala Sub Bidang
Pengelolaan wilayah pesisir mengatakan bahwa untuk program dari
pemerintah daerah belum ada, karena terkendala anggaran, hanya dari
28
pemerintah daerah setiap tahunnya memberikan bantuan berupa kapal, dan
alat tangkap. Ada juga program bantuan bencana, seperti pemberian beras
atau bahan pokok lainnya. Hanya itu program yang ada dari pemerintah
daerah.
Seperti yang diungkapkan dalam wawancara peneliti dengan seorang
nelayan Kecamatan Wanasalam yang bernama Bapak Epi mengatakan bahwa
untuk kegiatan pemberdayaan nelayan dilakukan hanya oleh Kementerian
Kelautan dan Perikanan, sedangkan kalau dinas yang mengadakan belum
pernah ada kegiatan pemberdayaan nelayan.
Dibutuhkan memang kegiatan untuk pemberdayaan kelompok nelayan
tersebut, karena akan memiliki dampak yang baik bahkan bisa meningkatkan
kesejahteraan nelayan kalau kegiatan pemberdayaan itu diadakan pada
kelompok nelayan. Nelayan di Kecamatan Wanasalam pun nantinya akan
memiliki bekal inovasi dan keterampilan untuk bisa maju.
Keempat dari aspek permasalahan eksternal yaitu masih rendahnya
dukungan perbankan terhadap permodalan nelayan. Perbankan disini untuk
membantu permodalan para nelayan baik itu dalam usahanya maupun dalam
penangkapan ikan. Karena selama ini para nelayan menggunakan modal
sendiri. Untuk peralatan nelayan dalam menangkap ikan terbilang besar,
karena peralatan yang mahal dan untuk perbekalan selama menangkap ikan.
Melihat kondisi nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam, mayoritas
dalam hal kesejahteraan yang masih kurang.
29
Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kabupaten Lebak,
kesejahteraan nelayan di Kecamatan Wanasalam ini masih belum cukup,
karena penghasilan mereka dari hasil tangkap itu digunakan kembali untuk
modal mencari ikan kembali. Itulah yang menyebabkan masih rendahnya
kesejahteraan nelayan. Kesejahteraan ini harus diperhatikan, karena
kesejahteraan suatu daerah akan mencerminkan daerah tersebut sudah maju
atau belum. Kesejahteraan nelayan bisa dilihat dari aspek pendapatan per
hari, aspek kesehatan, aspek pendidikan dan bantuan-bantuan untuk
kehidupan para nelayan dari pemerintah. Berikut tabel pendapatan rata-rata
nelayan :
Tabel 1.8
Pendapatan Rata-rata nelayan Di Kabupaten Lebak tahun 2011-2015 (triwulan III)
Tahun Nilai Produksi (Rp.)
RTP Nelayan (orang)
Pendapatan Rata-rata (Rp/orang/tahun)
2011 53,467,284,500 3,505 15,254,575 2012 63,767,814,500 3,607 17,678,906 2013 113,475,908,000 3,654 31,055,257 2014 116,480,681,900 3,642 31,982,614 2015 117,287,366,000 3,592 32,651,021 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Keterangan : RTP : Rumah Tangga Perikanan
Berdasarkan tabel 1.8 kita bisa melihat bahwa penghasilan seorang
nelayan per tahunnya Rp. 15.254.575 berarti apabila per bulan seorang
nelayan pendapatannya sebesar Rp. 1.271.214. Pada zaman sekarang yang
serba mahal, ditambah biaya tanggungan anak menempuh pendidikan, dengan
30
pendapatan Rp. 1.271.214 terbilang masih kurang. Berdasarkan hasil
wawancara saya dengan Bapak Oktody Pamungkas, S.Pi Kepala Sub Bidang
Pengelolaan wilayah pesisir mengatakan bahwa kesejahteraan nelayan saat ini
masih menuju kearah yang lebih baik lagi. Sehingga memang para nelayan
disana ada yang sudah berkecukupan ada juga yang masih kurang.
Sehingga dengan rendahnya dukungan perbankan juga, akan
mempersulit nelayan dalam hal permodalan. Sesuai dengan hasil wawancara
peneliti dengan nelayan yang bernama Bapak Mulyani mengatakan bahwa
modal yang selama ini digunakan untuk penangkapan ikan menggunakan
modal sendiri, karena bank jarang yang memberikan pinjaman kredit.
Alasannya karena nelayan itu kerjanya tidak tentu, karena sesuai dengan
kondisi alam.
Selain itu juga, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rhama A
Permana sebagai Kepala Sub Bidang Prasarana Pelabuhan Perikanan
menyatakan bahwa selama ini dinas kabupaten belum bekerja sama atau
mendapat dukungan dari pihak perbankan untuk membantu nelayan. Selama
ini, hanya dinas provinsi saja yang melakukan kerjasama dengan pihak
perbankan. Karena dinas kabupaten tidak ada bagian yang mengurusi untuk
perbankan. Di dinas provinsi ada bagian Konsultan Keuangan Mitra Bank
(KKMB), dimana itu berperan untuk membuka akses dalam permodalan
khususnya perbankan.
31
Dimana memang modal inilah menjadi kebutuhan penting dalam hal
kegiatan penangkapan ikan. Kurangnya modal ini juga bisa menyebabkan
tidak akan bisa berkembangnya kehidupan nelayan yang ada di Kecamatan
Wanasalam. Karena dengan adanya pinjaman modal dari pihak perbankan
nelayan bisa membuka usaha terkait hasil tangkapan ikan dan optimal dalam
kegiatan penangkapan ikan. Kalau kekurangan modal, bagaimana nelayan
akan berorientasi ke depan untuk memperluas usaha mereka selain hanya
sebagai nelayan saja, karena untuk kehidupan sehari-hari saja seperti makan,
mereka masih kekurangan.
Kelima permasalahan dari aspek eksternal yaitu kurangnya respon
Pemerintah Daerah terhadap pentingnya program pengembangan sistem
perikanan tangkap. Di bidang kelautan dan perikanan tangkap memiliki 1
program dan 4 kegiatan. Program pengembangan sistem perikanan tangkap
terdiri dari kegiatan : (1) pendampingan pada kelompok nelayan perikanan
tangkap, (2) pemeliharaan tempat pelelangan ikan, (3) rehabilitasi
sedang/berat tempat pelelangan ikan, dan (4) pengembangan prasarana
perikanan tangkap.
Namun dari keempat kegiatan tersebut tidak ada kegiatan yang
bersifat pelatihan keterampilan untuk para nelayan, karena Pemerintah
Daerah disini tidak menyetujui beberapa kegiatan yang ada dalam program
pengembangan sistem perikanan tangkap, seperti adanya kegiatan pelatihan
dan pembinaan kelompok nelayan. Alasan mereka tidak menyetujui karena
kegiatan itu bukan bersifat fisik, sehingga beranggapan akan memboroskan
32
anggaran saja, oleh sebab itu Pemerintah Daerah lebih mengarahkan pada
kegiatan yang bersifat fisik. Fisik yang dimaksud yaitu seperti pengadaan
kapal atau alat tangkap.
Sesuai dengan hasil wawancara bapak Rhama A. Permana yang
dilakukan pada tanggal 4 November 2016, mengatakan bahwa Pemerintah
Daerah masih kurang dalam merespon program pengembangan sistem
perikanan tangkap hal itu bisa dilihat dari anggaran yang diberikan untuk
program ini terbatas, sedangkan berbanding terbalik dengan kontribusi yang
diberikan oleh bidang kelautan dan perikanan tangkap ini sebesar 90%
Pendapatan Asli Daerah di dalam Dinas Perikanan. Sesuai dengan tabel
berikut :
Tabel 1.9
Target dan Realisasi Pendapatan Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Tahun Anggaran 2016
No Pendapatan Target (Rp.) Realisasi (Rp.) 1 Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah 31.700.000 16.900.000
2 Retribusi Tempat Pelelangan Ikan
890.409.600 1.054.228.992
3 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
18.500.000 12.500.000
Jumlah 940.609.600 1.083.628.992 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Berdasarkan tabel 1.9 bisa dilihat bahwa kontribusi pendapatan untuk
bidang kelautan dan perikanan tangkap pada tahun anggaran 2016 sebesar Rp.
1.054.228.992 dari target Rp. 890.409.600 untuk retribusi Tempat Pelelangan
Ikan, atau bahkan hampir 97% dari seluruh pendapatan Dinas Perikanan
33
Kabupaten Lebak yang dikontribusikan oleh perikanan tangkap. Besarnya
kontribusi oleh diberikan oleh perikanan tangkap, pemerintah daerah bisa
lebih respon untuk hal-hal yang memiliki potensi besar untuk lebih
dikembangkan.
Kurangnya respon Pemerintah Daerah salah satunya juga ditunjukkan
dengan tidak menyetujui kegiatan pelatihan dan pembinaan kelompok
nelayan dalam program pengembangan sistem perikanan tangkap. Pemerintah
Daerah ini dengan melihat kontribusi yang diberikan bidang kelautan dan
perikanan tangkap kepada Dinas Perikanan cukup besar, bisa lebih
memperhatikan dan peka terhadap peluang yang ada. karena dengan
kontribusi yang besar, bisa dilihat juga potensi yang bisa dikembangkan oleh
bidang kelautan dan perikanan tangkap juga cukup besar.
Bahkan respon Pemerintah Daerah juga dibutuhkan karena, dengan
melihat peluang yang ada, potensi perikanan tangkap bisa menjadi salah satu
sektor unggulan di Kabupaten Lebak yang bisa dikembangkan selain bidang
pertanian dan pariwisata. Namun, dalam hal ini respon Pemerintah Daerah
masih rendah terhadap program pengembangan sistem perikanan tangkap.
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Winda Triana sebagai Kepala
Bidang Kelautan dan Perikanan Tangkap menyatakan bahwa respon
pemerintah daerah untuk program pengembangan sistem perikanan tangkap,
salah satunya bisa dilihat dari jumlah anggaran yang memang terbatas.
34
Apabila tidak ada kegiatan yang bersifat pembinaan dan pelatihan
terhadap kelompok nelayan, maka nelayan yang ada di Kabupaten Lebak
khususnya di Kecamatan Wanasalam tidak akan memiliki bekal keterampilan.
Sehingga potensi yang ada pun tidak bisa dikembangkan tanpa adanya
keterampilan yang dimiliki oleh nelayan. Disayangkan memang salah satu
bidang di Dinas Perikanan memiliki kontribusi yang cukup besar, namun
dalam programnya tidak ada kegiatan yang bisa meningkatkan kemampuan
keterampilan para nelayan, karena itu tidak akan sejalan dengan potensi yang
besar tapi kemampuannya masih kurang.
Pemaparan peneliti sebelumnya mengenai Strategi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak terlihat bahwa sebagai instansi
yang memang terfokus di bidang kelautan dan perikanan sungguh sangat
disayangkan apabila kurang maksimalnya strategi dari Dinas Perikanan ini
dalam pengembangan potensi perikanan. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk membahas masalah-masalah tersebut dengan mengkaji lebih dalam
mengenai stretagi Dinas Perikanan dalam hal untuk pengembangan potensi
perikanan dengan judul Strategi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan
Wanasalam Kabupaten Lebak.
35
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti sampaikan
sebelumnya, terdapat masalah yang peneliti temukan, yaitu :
1. Masih kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola kegiatan dalam
pendampingan kelompok nelayan
2. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
3. Belum adanya kegiatan untuk pemberdayaan kelompok nelayan di bidang
perikanan tangkap
4. Masih rendahnya dukungan perbankan terhadap permodalan nelayan
5. Kurangnya respon Pemerintah Daerah terhadap pentingnya program
pengembangan sistem perikanan tangkap
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, peneliti
memfokuskan permasalahan untuk menjaga agar permasalahan dalam
penelitian ini tidak terlalu luas dan pembahasan lebih mengarah pada
pemahaman yang lebih baik maka, dalam penelitian ini membatasi masalah
pada ruang lingkup permasalahan mengenai Strategi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.
36
1.4 Rumusan Masalah
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan maka dapat dipastikan terdapat
adanya suatu permasalahan / kendala yang dihadapi, hal ini termasuk pula
dalam Strategi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam Pengembangan
Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.
Permasalahan yang ada tentunya memerlukan pembahasan, analisis dalam
rangka mencari solusi atau jalan keluar pemecahannya.
Berkenaan dengan itu maka dalam penelitian ini penulis merumuskan
masalahnya yaitu, Bagaimana Strategi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian Strategi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam Pengembangan
Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak
yaitu, “Untuk mengetahui Strategi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam
Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak”.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang peneliti lakukan antara lain :
1. Secara teoris
37
a. Pengembangan Ilmu Administrasi Negara
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk wawasan dan
pengetahuan, yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara.
b. Penelitian lebih lanjut
Hasil dari penelitian ini diharapkan semoga dapat dijadikan
referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih
lanjut dengan topik yang sama.
2. Secara praktis, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan penguasaan
ilmu pengetahuan yang pernah diperoleh selama perkuliahan pada
program Studi Ilmu Adminstrasi Negara Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
b. Bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang
berkaitan dengan Strategi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam
Pengembangan Potensi Perikanan di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian
ini yang bertujuan untuk mempermudah dalam memahami secara keseluruhan
isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian
mengenai Strategi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam Pengembangan
38
Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak,
tersusun atas sistematika sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab 1 ini berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah yang menggambarkan ruang lingkup serta kedudukan masalah yang
akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif. Kemudian bab ini
membahas identifikasi masalah untuk melihat aspek permasalahn yang
muncul dan berkaitan dengan judul penelitian. Pembatasan dan perumusan
masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi
mencapai hasil penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Tujuan
penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan
dilaksanakannya penelitian ini terhadap masalah yang telah dirumuskan.
Manfaat penelitian yaitu menjelaskan menafaat praktis dan teoritis yang
berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika
penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi dari
penelitian secara keseluruhan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
ASUMSI DASAR
Dalam bab II mengkaji berbagai teori yang relevan dengan
permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian
terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang
dilakukan dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya, kerangka teori
menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori yang relevan dalam
39
penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan kesimpulan penelitian
sementara. Selanjutnya, asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal
peneliti terhadap suatu masalah atau kejaian yang diteliti. Biasanya untuk
memperjelas maksud peneliti, peneliti menggunakan presentasedalam asumsi
dasar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab III terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian. Ruang lingkup penelitian menjelaskan tentang
fokus yang diteliti oleh peneliti. Selanjutnya lokasi penelitian menjelaskan
tempat penelitian dilakukan sesuai dengan focus yang telah ditetapkan.
Teknik pengumpulan data menjelaskan tentang teknik dalam mendapatkan
atau mengumpulkan data. Disini teknik yang digunakan adalah observasi,
wawancara, studi kepustakaan, dan dokumetasi. Selanjutnya instrument
penelitian menjelaskan tentang instrument penelitian yang dipakai oleh
peneliti dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen
penelitian yang digunakan adalah peneliti itu sendiri. Informan penelitian
menjelaskan informan penelitian yang mana yang memberikan berbagai
macam informasi atau data yang dibutuhkan. Selanjutnya teknik pengolahan
dan anlisa data menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang
sesuai dengan sifat data yang diteliti. Selanjutnya uji keabsahan data
menjelaskan pernyataan tentang pengujian keabsahan data. Pada penelitian ini
lebih menekankan pada aspek realibilitas yang berkenaan dengan derajat
konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Jadwal penelitian menjelaskan
40
tentang waktu penelitian dari pelaksanaan penelitian sampai penelitian
tersebut berakhir.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini memuat penjelasan mengenai deskripsi obyek
penelitian menjelaskan obyek penelitian yang meliputi alokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian
ini menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang
berhubungan dengan obyek penelitian. Selanjutnya, deskripsi data
menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
mempergunakan teknik analisa data yang relevan. Temuan lapangan
menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif. Selanjutnya, pembahasan
merupakan pembahasan lebih lanjut dari lebih rinci terhadap hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini memuat penjelasan mengenai kesimpulan yang dibuat
secara singkat, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti
memberikan saran yang memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan
penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara
praktis. Saran praktis biasanya lebih operasional sedangkan pada aspek
teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
41
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kumpulan teori-teori yang akan
digunakan oleh peneliti untuk menjawab masalah atau fenomena yang sedang
diteliti. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep maka peneliti memiliki
konsep penelitian yang jelas. Menurut William Wiersman (1986) dalam
Sugiyono (2012:41) menjelaskan bahwa “A theory is a generalization by
which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner”. Teori
adalah generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai
fenomena secara sistematik.
Untuk meningkatkan kualitas kajian teori, pembahasan perlu dikaitkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai acuan penelitian
yang akan dilakukan. Kemudian, dalam bagian ini akan disertakan kerangka
pemikiran, dimana kerangka pemikiran tersebut adalah penjelasan secara
sistematis tentang hubungan antar fenomena penelitian. Selain itu juga, dalam
bagian ini akan ada asumsi dasar, yang merupakan jawaban sementara
terhadap permasalahan yang diteliti, dan akan diuji kebenarannya. Asumsi
dasar dirumuskan berdasarkan kajian teori dan kajian konseptual serta
kerangka berpikir.
42
2.1.1 Teori Manajemen
Istilah manajemen berasal dari kata management (bahasa inggris),
turunan dari kata “to manage” artinya : mengurus/tata
laksana/ketatalaksanaan. Manajemen diartikan bagaimana cara manajer
(orangnya) mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang
menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen menurut James A.F Stoner dalam Sedarmayanti (2014:1)
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian upaya dari anggota organisasi dan penggunaan semua sumber
daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Menurut Hasibuan (2011:2) manajemen adalah ilmu
dan seni mengatur proses pemanfataan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sedangkan manajemen menurut G.R.Terry dalam Hasibuan (2011:2)
adalah
“Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determina and accomplish stated objectivies by the use of human being and other resources. (Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya).”
43
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1980:3) dalam Siswanto
(2011:2) memberikan penjelasan tentang manajemen yaitu
“Management as working with and through individuals and groups to accomplish organizational goals (sebagai usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi).”
Hersey dan Blanchard lebih menekankan bahwa definisi tersebut
tidaklah bermaksud hanya untuk satu jenis organisasi saja, tetapi dapat
diterapkan pada berbagai jenis organisasi tempat individu dan kelompok
tersebut menggabungkan diri untuk mewujudkan tujuan bersama.
Definisi manajemen menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan
(2009:2) menjelaskan yaitu
“Management is general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by any organization in order to coordinate the varied resouces of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service”. (Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan. Pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambil keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.”
Opini lain tentang manajemen yang didefinisikan oleh Hasibuan
adalah sebagai berikut, menurut Hasibuan (2009:3) menjabarkan pengertian
manajemen secara ringkas yaitu :
1. Manajemen mempunyai tujuan yang akan dicapai 2. Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni
44
3. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinasi, koperatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya
4. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan kerjasama dalam suatu organisasi
5. Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tuhas, dan tanggung jawab
6. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi 7. Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan
Definisi manajemen menurut Mary Parker Follet dalam Sedarmayanti
(2014:1) adalah suatu seni, karena untuk melakukan pekerjaan melalui orang
lain butuh keterampilan khusus. Sedangkan menurut Makmur (2013:9)
mendefinisikan :
“Manajemen sebagai suatu konsep pemikiran, tujuan utamanya adalah bagaimana melaksanakan suatu kegiatan yang dimotori oleh manusia dengan menggunakan berbagai fasilitas yang tersedia untuk menacapi suatu tujuan yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia.” Berdasarkan definisi manajemen yang sudah dikemukakan oleh para
ahli, maka dapat peneliti simpulkan bahwa manajemen merupakan suatu
disiplin ilmu yang sangat penting dalam sebuah organisasi, karena tidak
hanya ilmu saja yang diterapkan tetapi juga manajemen ini lebih kepada seni
untuk mengatur sebuah organisasi. Jadi memang seni disini yaitu, cara yang
digunakan untuk mengatur manusianya dalam hal seperti apa perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, dan pengarahan dalam suatu organisasi
tersebut untuk mencapai tujuannya.
2.1.2 Definisi Strategi
Strategi adalah rencana jangka panjang, diikuti tindakan yang
ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah
45
“kemenangan”. Asal kata “strategi” turunan dari kata dalam bahasa Yunani
“strategos” menurut Sedarmayanti (2014:2). Strategi adalah cara
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Ia merupakan sebuah
rencana untuk sebuah kegiatan. Didalamnya termasuk formulasi tujuan dan
kumpulan rencana kegiatan. Hal itu mengindikasi adanya upaya memperkuat
daya saing pekerjaan bisnis dalam mengelola organisasi dan mencegah
pengaruh luar yang negative pada kegiatan organisasi menurut
Mangkuprawira (2014:14).
Menurut Chandler dalam Rangkuti (2013:3) adalah strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan
tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber
daya.
Sedangkan menurut George Steiner dalam Rachmat (2014:2) adalah
secara umum kita mendefinisikan strategi sebagai cara mencapai tujuan.
Strategi merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan. Strategi
terdiri atas aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Menurut James Brian Quiin dalam Iriantara (2004:12) mengatakan bahwa
strategi adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan pokok,
kebijakan, dan rangkaian sebuah organisasi ke dalam satu kesatuan yang
kohesif.
Menurut Sedarmayanti (2014:2), pengertian strategi dibagi menjadi
dua, yaitu secara umum dan secara khusus.
“Pengertian strategi secara umum merupakan proses penentuan rencana pemimpin puncak berfokus pada tujuan jangka panjang
46
organisasi, disertai penyusunan cara/upaya bagaimana agar tujuan dapat dicapai. Sedangkan secara khusus strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat, terus-menerus, dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan pelanggan di masa depan. Strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.”
Sedangkan menurut Glueck dan Jauch dalam Sedarmayanti (2014:2)
mengemukakan :
“Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan, dirancang untuk memastikan tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi.” Berdasarkan definisi-definisi strategi yang telah dipaparkan, maka
peneliti menyimpulkan bahwa strategi yaitu suatu langkah atau upaya terbaik
untuk mencapai suatu tujuan sebuah organisasi. Karena memang organisasi
itu banyak memiliki program atau kegiatan, sehingga dibutuhkan langkah
terbaik atau rencana agar program atau kegiatan berjalan dengan baik dan
berhasil maka perlulah suatu strategi. Oleh sebab itu, strategi juga nanti
membantu organisasi dalam mengoptimalkan kelebihan dan peluang yang
ada, dan mengantisipasi kelemahan serta ancaman yang terjadi. Adanya
strategi juga supaya program dan kegiatan ini berjalan sesuai dengan tujuan
dari organisasi tersebut.
2.1.3 Definisi Manajemen Strategi
Menurut Hunger & Wheelen (2003:3) manajemen strategi adalah
serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja
47
perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan
lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan
jangka panjang), implementasi strategi dan evaluasi strategi serta
pengendalian. Manajemen strategi menekankan pada pengamatan dan
evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan
kelemahan perusahaan.
Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai
suatu set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan
implementasi rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan
menurut Pearce and Robbins (2011:5). Menurut Siagian dalam Rachmat
(2014:14) manajemen strategic adalah serangkaian keputusan dan tindakan
mendasar yang dibuat oleh manajemen puncak dan diimplemetasikan oleh
seluruh jajaran organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi
tersebut.
Menurut Ansoff (1990:15) dalam Nana Herdiana (2015:199)
menyatakan bahwa manajemen strategi adalah
“A systematic approach to a major and increasingly important responsibility of general management to position and relate the firm to its environment in away which will assure its continued success and make if secure form surprise”. (Manajemen strategi adalah pendekatan yang sistematis bagi tanggung jawab manajemen, mengkondisikan organisasi pada posisi yang dipastikan mencapai tujuan dengan cara yang meyakinkan keberhasilan yang berkelanjutan yang mebuat perusahaan menjamin atau mengamankan format yang mengejutkan).
48
Menurut Nawawi dalam Sedarmayanti (2014:3) manajemen strategi
sebagai berikut :
“Perencanaan berskala besar (perencanaan strategi) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (visi), dan ditetapkan sebagai keputusan pimpinan tertinggi (keputusan mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (misi), dalam usaha menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional untuk menghasilkan barang atau jasa serta pelayanan) berkualitas, diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (strategi) dan berbagai sasaran (tujuan operasional) organisasi.”
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2014:4), manajemen strategi
mendefinisikan :
“Mengintegrasikan antara perencanaan strategi dengan upaya yang bersifat selalu meningkatkan kualitas organisasi, efisiensi anggaran, optimalisasi penggunaan sumber daya organisasi, evaluasi program, pemantauan dan penilaian kinerja serta pelaporan kinerja.”
Menurut Michael A. Hitt, R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoslisson
dalam Rachmat (2014:15) menyebutkan bahwa :
“Manajemen strategik adalah proses untuk membantu perusahaan dalam mengidentifikasi hal-hal yang ingin dicapai dan cara mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategic semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibandingkan dengan masa-masa ini dibandingkan dengan masa-masa senelumnya.” Menurut Hitt (1997) dalam Mursi.Skripsi (2016:22) ada lima tugas
manajemen strategi, yaitu :
1. Memutuskan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh badan atau organisasi dan menentukan visi strategi
2. Mengkonversi visi dan misi strategi kedalam bentuk kinerja yang telah ditargetkan dengan sasaran yang terukur
3. Menetapkan strategi untuk mencapai hasil yang diharapkan (crafting)
49
4. Mengimplemetasikan dan melaksanakan strategi yang telah dipilih secara efisien dan efektif
5. Evaluasi kinerja, tinjauan (reviewing) pengembangan baru, memulai melakukan penyesuaian koreksi dalam bentuk petunjuk, tujuan, strategi atau implementasi dalam bentuk pengalaman yang betul-betul nyata, kondisi yang berubah, ide baru dan peluang baru.
Berdasarkan definisi dari manajemen strategi peneliti dapat
menyimpulkan bahwa manajemen strategi yaitu suatu keputusan dan tindakan
supaya diimplementasikan dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan
dalam jangka panjang. Manajemen strategi juga merupakan suatu proses yang
berawal dari perencanaan sampai evaluasi suatu oragnisasi dengan upaya-
upaya yang terbaik yang dipilih oleh organisasi tersebut agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Manajemen Strategi
Manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk lebih
proaktif dalam membentuk masa depan sendiri. Hal itu memungkinkan suatu
organisasi untuk mengawali dan mempengaruhi aktivitas sehingga dapat
mengendalikan tujuannya sendiri menurut Fred R.David (2004).
Tujuan manajemen menurut Rachmat (2014:21), antara lain :
1. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang dipilih secara efisien dan efektif
2. Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan strategi
3. Memperbarui strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan perkembangan lingkungan eksternal
4. Meninjau kembali kekuatan, kelemahanm peluang dan ancaman bisnis yang ada
50
5. Melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera konsumen.
Menurut Greenley (dalam Rachmat 2014:22) manfaat manajemen
strategi adalah :
1. Memungkinkan untuk identifikasi, penentuan prioritas dan eksploitasi peluang
2. Memberikan pandangan objektif atas masalah manajemen 3. Merepresentasikan kerangka kerja untuk aktivitas control dan koordinasi
yang lebih baik 4. Meminimalkan efek kondisi dan perubahan yang jelek 5. Memungkinkan agar keputusan besar dapat mendukung tujuan yang telah
ditetapkan 6. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang lebih efektif untuk
peluang yang telah teridentifikasi 7. Memungkinkan alokasi sumber daya dan waktu yang lebih sedikit untuk
mengoreksi keputusan yang salah dan tidak terencana 8. Menciptakan kerangka kerja untuk komunikasi internal antar staf 9. Membantu mengintegrasikan perilaku individu ke dalam usaha bersama 10. Memberikan dasar untuk mengklarifikasi tanggung jawab individu 11. Mendorong pemikiran ke masa depan 12. Menyediakan pendekatan kooperatif, terintegrasi, dan antusias untuk
menghadapi masalah dan peluang 13. Mendorong terciptanya sikap positif terhadap perubahan 14. Memberikan tingkat kedisiplinan dan formalitas kepada manajemen suatu
bisnis
2.1.4 Model Manajemen Strategi
Menurut Hunger dan Wheelen (2003:9) proses manajemen strategi
meliputi empat elemen dasar yaitu (1) pengamatan lingkungan, (2)
perumusan strategi, (3) implementasi strategi, (4) evaluasi dan pengendalian.
Berikut gambar elemen-elemen dasar dari proses manajemen strategi :
51
Gambar 2.1
Elemen-elemen dasar proses manajemen strategis
Sumber : Hunger dan Wheelen, 2003:11
Pada level korporasi, proses manajemen strategi meliputi aktivitas-
aktivitas mulai dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja.
Manajemen mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kesempatan dan
ancaman dan mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan
kelemahan, dengan mengamati dua lingkungan ini yaitu eksternal dan
internal, agar diketahui bahwa suatu strategi tersebut tepat atau tidak untuk
bisa mencapai target yang telah ditentukan oleh perusahaan atau organisasi
tersebut. Faktor-faktor yang paling penting untuk masa depan perusahaan
disebut faktor strategis dan diringkas dengan singkatan S.W.O.T yang berarti
Strength (kekuatan), Weaknesses (kelamahan), Opportunities (kesempatan),
Threats (ancaman). Berikut gambar yang menunjukkan model manajemen
strategis menurut Hunger dan Wheelen (2003:9-19) :
Pengamatan Lingkungan
Perumusan Strategi
Implementasi Strategi
Evaluasi dan pengendalian
52
Gambar 2.2
Model Manajemen Strategis
Pengamatan
Lingkungan
Perumusan Strategi Implementasi Strategi Evaluasi dan
Pengendalian
Eksternal Misi
Lingkungan Tujuan
Sosial Strategi
Lingkungan Kebijakan
Tugas Program
Internal Anggaran
Struktur Prosedur
Budaya Kinerja
Sumber
Daya
Umpan balik
Sumber : Hunger dan Wheelen, 2013:12
Berdasarkan gambar 2.2 bisa kita lihat bahwa model manajemen
strategi menurut Hunger dan Wheelen (2013:9-19). Adapun penjelasannya
sebagai berikut :
1. Pengamatan Lingkungan
a) Analisis Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri dari variabel (kesempatan dan ancaman)
yang berada diluar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel
tersebut membentuk keadaan dalam organisasi dimana organisasi ini
53
hidup. Lingkungan eksternal memiliki dua bagian yaitu : lingkungan
kerja dan lingkungan sosial.
Lingkungan kerja terdiri dari elemen atau kelompok yang secara
langsung berpengaruh atau dipengaruhi oleh operasi-operasi utama
organisasi. Beberapa elemen tersebut adalah pemegang saham,
pemerintah, pemasok, komunitas lokal, pesaing, pelanggan, serikat
buruh, kelompok kepentingan khusus dan asosiasi perdagangan.
Lingkungan sosial terdiri dari kekuatan umum, kekuatan itu tidak
berhubungan langsung dengan aktivitas jangka pendek organisasi
tetapi dapat dan sering mempengaruhi keputusan jangka panjang.
b) Analisis internal
Lingkungan internal terdiri dari variabel (kekuatan dan kelemahan)
yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam
pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel
tersebut membentuk suasana dimana pekerjaan dilakukan. Variabel itu
meliputi struktur, budaya, dan sumber daya organisasi.
Struktur itu adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan yang
berkenaan dengan komunikasi, wewenang, dan arus kerja. Struktur
sering disebut rantai pemerintah dan digambarkan secara grafis
dengan menggunakan bagan organisasi. Sedangkan budaya
merupakan pola keyakinan, pengharapan dan nilai-nilai yang
dibagikan oleh anggota organisasi. Norma organisasi secara khusus
memunculkan dan mendefinisikan perilaku yang dapat diterima
54
anggota dari manajemen puncak sampai karyawan operatif. Kemudian
sumber daya merupakan aset yang merupakan bahan baku bagi
produksi barang dan jasa organisasi. Aset itu meliputi keahlian
seseorang, kemampuan dan bakat manajerial, seperti halnya aset
keuangan dan fasilitas pabrik dalam wilayah fungsional.
Tujuan utama dalam manajemen stategi adalah memadukan variabel-
variabel internal perusahaan untuk memberikan kompetensi unik,
yang memapukan perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif
secara terus menerus, sehingga menghasilkan laba.
2. Perumusan Strategi
Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang untuk
manajemen afektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan, dilihat dari
kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dalam perumusan strategi yang
harus diperhatikan adalah :
a) Misi
Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi hidup.
Pernyataan misi yang disusun dengan baik mendefinisikan tujuan
mendasar dan unik yang membedakan suatu perusahaan dengan
perusahaan lain dan mendefinisikan jangkauan operasi perusahaan
dalam produk yang ditawarkan dan pasar yang dilayani.
b) Tujuan
Adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Tujuan merumuskan apa
yang akan diselesaikan dan kapan akan diselesaikan dan sebaiknya
55
diukur jika memungkinkan. Pencapaian tujuan perusahaan merupakan
hasil dari penyelesaian bersaing.
c) Strategi
Merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana
perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan
memaksimalkan keunggulan kompetitif dan meminimalkan
keterbatasan bersaing.
d) Kebijakan
Kebijakan menyediakan pedoman luas untuk pengambilan keputusan
organisasi secara keseluruhan. Kebijakan juga merupakan pedoman
luas untuk divisi guna mengikuti strategi perusahaan. Kebijakan
tersebut menginterpretasikan dan diimplementasikan melalui strategi
dan tujuan divisi masing-masing. Divisi kemudian akan
mengembangkan kebijakannya sendiri, yang akan menjadi pedoman
bagi wilayah fungsionalnya untuk diikuti.
3. Implementasi Strategi
Adalah proses dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakannya
dalan tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.
Proses tersebut mungkin meliputi perubahan budaya secara menyeluruh,
struktur dan atau sistem manajemen dari organisasi secara keseluruhan.
Dalam implementasi strategi terdapat beberapa poin yang harus
diperhatikan diantaranya :
a) Program
56
Merupakan pernyataan aktivitas-aktivitas atau langkah-langkah yang
diperlukan untuk menyelesaikan perencanaan sekali pakai. Program
melibatkan restrukturisasi perusahaan, perubahan budaya internal atau
awal dari suatu usaha penelitian baru.
b) Anggaran
Adalah program yang dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap
program akan dinyatakan secara rinci dalam biaya, yang dapat
digunakan oleh manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan.
Anggaran tidak hanya memberikan perencanaan rinci dari strategi
baru dalam tindakan, tetapi juga menentukan dengan laporan
keuangan porforma yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan
dari kondisi keuangan perusahaan.
c) Prosedur
Prosedur kadang disebut juga Strandard Operating Prosedures (SOP)
yaitu sistem langkah-langkah atau teknik-teknik yang berurutan yang
menggambarkan secara rinci bagaimana suatu tugas atau pekerjaan
diselesaikan. Prosedur secara khusus merinci berbagai aktivitas yang
harus dikerjakan untuk menyelesaikan program-program perusahaan.
4. Evaluasi dan Pengendalian
Adalah proses yang melaluinya aktivitas-aktivitas perusahaan dan hasil
kinerja dimonitor dan kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja
yang diinginkan. Karena memang evaluasi disini sangat penting, dimana
nantinya hasil dari evaluasi ini bisa digunakan organisasi untuk
57
memperbaiki baik itu dalam hal kinerja atau program yang telah
dilaksanakan. Sehingga akan disusun kembali strategi yang tepat untuk
lebih baik lagi kedepannya. Walaupun evaluasi dan pengendalian
merupakan elemen akhir yang utama dari manajemen strategis, elemen itu
juga dapat menunjukkan secara tepat kelemahan-kelemahan dalam
implementasi strategi sebelumnya dan mendorong proses keseluruhan
untuk dimulai kembali.
2.1.5 Analisis SWOT
Menurut salah satu pakar SWOT Indonesia, Fredy Rangkuti dalam
Rachmat (2014:285) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada hubungan atau interaksi antar unsur internal, yakni kekuatan dan
kelemahan, terhadap unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman. Petunjuk
umum yang sering diberikan untuk perumusan adalah memanfaatkan
kesempatan dan kekuatan. Analisis ini diharapkan membuahkan rencana
jangka panjang, dengan cara mengatasi dan mengurangi ancaman dan
kelemahan. Analisis ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek,
yaitu rencana perbaikan.
Menurut Siagian (2007:172) menjelaskan bahwa analisis SWOT
merupakan :
“Salah satu instrument analisis yang ampuh apabila digunakan dengan tepat. SWOT merupakan akronim untuk kata Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threats (ancaman). Faktor kekuatan dan kelemahan terdapat dalam tubuh suatu organisasi
58
termasuk satuan bisnis tertentu atau dilihat dari internal suatu organisasi tersebut, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan atau satuan bisnis yang bersangkutan.” Jika analisis SWOT dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam
melakukan analisis strategis, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan
para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor
kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat
untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan
menekankan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Jika para
penentu strategi perusahaan mampu melakukan kedua hal tersebut dengan
tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menetukan strategi yang efektif dan
efisien akan membuahkan hasil yang diharapkan oleh organisasi.
Selain itu menurut Siagian (2007:172) Strengths (kekuatan)
merupakan kekuatan yang dimiliki perusahaan antara lain kompetensi khusus,
sumber, keterampilan, produk, andalan dan sebagainya yang membuatnya
lebih kuat dari para pesaing. Weakness (kelemahan) merupakan keterbatasan
atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan, dan kemampuan menjadi
penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan.
Opportunities (peluang) merupakan berbagai situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Threats (ancaman) merupakan
faktor-faktor lingkungan yang tidakk menguntungkan suatu satuan bisnis.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2014:109-110) mendefinisikan
analisis SWOT adalah :
59
“Pendekatan tradisional untuk analisis internal dan eksternal. Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal di mana manajer menciptakan gambaran umum secara tepat mengenai situasi strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternal (peluang dan ancaman). Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.” Berdasarkan definisi analisis SWOT menurut Sedamayanti
menjelaskan bahwa suatu strategi ini didasarkan pada kesesuaian yang baik
antara sumber daya internal yaitu kekuatan dan kelemahan dengan situasi
eksternal yaitu peluang dan ancaman, karena dengan kesesuaian ini akan
memaksimalkan kekuatan dan peluang dan meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Sedangkan menurut Rachmat (2014:284) pengertian analisis
SWOT sebagai berikut :
“Identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor kekuatan dan kelemahan organisasi serta peluang dan ancaman lingkungan luar dan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, perusahaan dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus memperkecil atau mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang ada.”
Berdasarkan pendapat dari Rachmat (2014:284) mengenai analisis
SWOT menjelaskan bahwa sebuah identifikasi, dimana nanti menyajikan
strategi itu hasil dari kombinasi dari faktor kekuatan, kelemahan dengan
peluang dan ancaman lingkungan luar. Nantinya diketahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi apa saja, sehingga strategi yang
60
dihasilkan bisa memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil
keuntungan dari peluang-peluang yang ada, sekaligus juga memperkecil atau
mengatasi kelemahan yang dimilikinya untuk menghindari ancaman yang
ada. Jadi strategi yangditentukan oleh organisasi tersebut bisa tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tabel 2.1
Matrik SWOT
Faktor-
faktor
internal
Kekuatan (S)
Daftarkan 5-10 kekuatan
internal disini
Kelemahan (W)
Daftarkan 5-10
kelemahan internal
disini Faktor-
faktor
eksternal
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
Daftarkan 5-10 peluang
eksternal disini
Buat strategi disini yang
menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Buat strategi disini
memanfaatkan peluang
untuk mengatasi
kelemahan
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
Daftarkan 5-10 ancaman
eksternal disini
Buat strategi disini yang
menggunakan kekuatan
untuk menghindari
ancaman
Buat strategi disini
yang meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman
Sumber : Hunger dan Wheelen, 2003:231
Berdasarkan tabel 2.1 bisa dilihat matrik SWOT menggambarkan
bagaimana manajemen dapat mencocokan peluang-peluang dan ancaman-
61
ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi tertentu dengan kekuatan
dan kelemahan internalnya, untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif
strategis.
1. Strategi S-O yaitu dengan memikirkan cara-cara tertentu perusahaan
dapat menggunakan kekuatan-kekuatannya untuk mengambil manfaat
dari peluang-peluang yang ada.
2. Strategi S-T untuk mendapatkan strategi ini, sebagai perbandingan kita
mempertimbangkan kekuatan-kekuatan perusahaan untuk menghindari
ancaman-ancaman.
3. Strategi W-O yaitu untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada
dengan mengatasi berbagai kelemahan perusahaan.
4. Strategi W-T sebagai strategi defensif (bertahan) untuk meminimalisasi
kelemahan dan menghindari ancaman.
2.1.6 Konsep Perikanan Tangkap
Menurut Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 perikanan adalah
semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan. Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang
penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta tanaman air.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 penangkapan
ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
62
kegiatan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkan. Penangkapan
adalah kegiatan penangkapan atau mengumpulkan ikan atau binatang air
lainnya serta tanaman air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas
dan bukan milik perorangan. Pada umumnya penangkapan ditujukan pada
ikan atau binatang air lainnya serta tanaman air yang masih hidup.
Pengumpulan kerang dan lain-lain juga termasuk sebagai penangkapan.
Komponen perikanan tangkap disebut dengan elemen/subsistem yang
saling berkaitan dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Menurut
Kesteven (1973) dalam Setiawan.Skripsi (2011:6-7) sistem perikanan terdiri
atas sub sistem :
1. Sarana produksi
Salah satu indikator berkembangnya usaha perikanan tangkap sangat
tergantung pada berjalannya fungsi sarana produksi dengan optimal.
Sarana produksi merupakan salah fasilitas yang menunjang
berlangsungnya kegiatan perikanan. Sarana produksi seperti : penyediaan
alat tangkap, pabrik es, galangan, instalasi listrik, dan pendidikan
pelatihan tenaga kerja.
2. Usaha penangkapan
Usaha penangkapan terdiri atas unit penangkapan dan unit sumber daya.
Unit penangkapan adalah kesatuan teknis dalam suatu operasi
penangkapan yang terdiri dari kapal,alat tangkap, dan nelayan. unit
63
sumber daya terdiri atas spesies, habitat seperti mangrove, terumbu
karang serta musim.
3. Prasarana (pelabuhan)
Pelabuhan perikanan beserta fasilitasnya merupakan indikator penting
dalam keberhasilan usaha penangkapan ikan. Kondisi dermaga, kolam
pelabuhan, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), suplai air tawar, SPBN, kios
perbekalan, bengkel alat atau docking merupakan fasilitas penentu
kesinambungan usaha penangkapan ikan di laut.
4. Unit pengolahan
Unit pengolahan sering disebut sebagai unit agroindustry perikanan,
merupakan rantai yang tidak terpisahkan dari usaha penangkapan ikan.
Hasil tangkapan selain dijual segar, sebagian lainnya perlu proses
pengawetan atau perubahan produk sesuai permintaan pasar. Fasilitas ini
perlu memiliki jenis dan kapasitas terpasang yang memadai.
5. Unit pemasaran
Unit pemasaran merupakan unit penentu harga dan pendapatan usaha
penangkapan. Unit pemasaran mengkaji terbentuknya pasar yang
sempurna dengan kapasitas yang memadai serta proses rantai
pemasarannya.
6. Masyarakat Pembina/penyedia layanan pendukung
Peran lembaga pemerintah, peran sistem informasi, asper peraturan dan
kapasitas usaha penangkapan ikan. Masyarakat juga berperan sebagai
konsumen.
64
Konsep sistem perikanan menurut Nurani (2008) dalam
Setiawan.Skripsi (2011), mencakup tiga subsistem, yaitu (1) subsistem
kegiatan usaha perikanan, (2) subsistem pelabuhan perikanan : fungsionalitas
dan aksesibilitas, (3) subsistem kebijakan dan kelembagaan.
Pengertian dari usaha penangkapan merupakan segala pengorbanan
yang ditujukan untuk memperoleh hasil laut dengan maksud untuk
meningkatkan pendapatan nelayan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 45 tahun 2009 menjelaskan
nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan. Nelayan adalah orang-orang yang aktif dalam melakukan kegiatan pada
sub sector perikanan dan ini dilakukan dalam usaha ekonomi, oleh karena itu
indikator yang digunakan untuk menentukan bahwa seseorang termasuk
nelayan apabila seluruh atau sebagian besar penghasilan pendapatan rumah
tangganya merupakan kontribusi dari pendapatan yang diperoleh dari sub
sector perikanan. Berdasarkan klasifikasi nelayan menurut Statistik Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai berikut :
a) Nelayan penuh yaitu nelayan tipe ini hanya memiliki satu mata
pencaharian, yaitu sebagai nelayan. hanya menggantungkan hidupnya
dengan profesi kerjanya sebagai nelayan dan tidak memiliki pekerjaan
dan keahlian selain menjadi seorang nelayan.
b) Nelayan sambilan utama yaitu tipe ini mereka menjadikan nelayan
sebagai profesi utama tetapi memiliki pekerjaan lainnya untuk tambahan
penghasilan. Apabila sebagian besar pendapatan seseorang berasal dari
65
kegiatan penangkapan ikan ia disebut sebgai nelayan. (Mubyarto,
2002:18)
c) Nelayan sambilan tambahan yaitu biasanya memiliki pekerjaan lain
sebagai sumber penghasilan, sedangkan pekerjaan sebagai nelayan hanya
untuk tambahan penghasilan. (sumber:http://mukhtar-
api.blogspot.co.id/2014/07/klasifikasi-jenis-nelayan.html?m=1 diakses
pada 30 Oktober 2016 pukul 10.30 WIB)
Kemudian berdasarkan perahu penangkap ikan, nelayan pemilik
dibagi menjadi dua yaitu nelayan tradisional dan nelayan bermotor. Nelayan
tradisional yaitu nelayan yang memakai perahu tanpa mesin/motor.
Sedangkan nelayan bermotor yaitu nelayan yang memakai perahu
mempunyai mesin (motor) tang disebut perahu motor. Berdasarkan besarnya
mesin (motor) yang digunakan, diukur dengan GT (Gross Tonage), perahu
motor dibagi menjadi :
1) Perahu kecil yaitu 5 GT-10 GT
2) Perahu sedang yaitu 10 GT-30 GT
3) Perahu besar yaitu lebih dari 30 GT
Selanjutnya dilihat dari segi kemampuan usaha nelayan berdasarkan
jenis alat tangkap yang digunakan oleh para nelayan Indonesia dapat
dibedakan antara usaha nelayan kecil, menengah dan besar. Berikut jenis alat
tangkap yang digunakan di Kabupaten Lebak yaitu : payang, pukat cincin
(purse seine), gill net/jaring insang hanyut, jaring insang tetap (rampus),
trammel net, bagan perahu, pancing rawai tuna, rawai hanyut selain rawai
66
tuna, pancing rawai tetap, pancing lainnya, jaring udang, serok, sero, bubu,
alat perangkap lainnya, alat pengumpyl rumput laut, dan lainnya (sumber :
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak).
Berdasarkan jenis alat tangkap yang sudah dipaparkan, yang termasuk
kedalam alat tangkap untuk perahu besar hanya ada satu yaitu alat tangkap
jenis pukat cincin (purse seine). Jadi memang alat tangkap yang ada di
Kabupaten Lebak ini mayoritas untuk perahu kecil dan sedang.
2.1.7 Pengelolaan dan Sifat Perikanan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 pasal 2
pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan asas manfaat, keadilan,
kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian
yang berkelanjutan.
Sesuai Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 pasal 3 Pengelolaan
perikanan dilaksanakan dengan tujuan :
a. Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil pembudi daya ikan kecil
b. Meningkatkan penerimaan dan devisa negara
c. Mendorong perluasan dan kesempatan kerja
d. Meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan
e. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan
f. Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing
g. Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan
67
h. Mencapai pemanfataan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan
lingkungan sumber daya ikan secara optimal
i. Menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan
tata ruang.
Menurut sifatnya sumber daya alam dapat dibedakan yaitu sumber
daya dapat pulih (renewable resources) seperti sumber daya hayati, hutan dan
sebagainya. Serta sumber daya yang tidak dapat pulih (exhausitible
resources) misalnya barang tambang, nikel, tembaga dan sebagainya.
Sedangkan menurut kepemilikannya sumber daya alam terdiri dari sumber
daya alam yang dimiliki (property right) dan sumber daya milik bersama
adalah dikuasai oleh masyarakat (common property resouces).
Perikanan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui atau
dapat dipulihkan (renewable resource) yang berarti bahwa apabila tidak
terganggu maka secara alami kehidupan ikan akan terjadi keseimbangan dan
akan sia-sia bila tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu dibutuhkan usaha
pengelolaan dalam melestarikan sumber daya alam tersebut yang dilakukan
secara terpadu dan menyeluruh agar dapat mempertahankan dan
mengembangkan populasi ikan secara optimal dan berkelanjuttan terus-
menerus sepanjang masa serta terjaminnya kelestarian sumber daya ikan
dalam Mawuntu Skripsi (2015).
Perikanan merupakan salah satu sumber daya alam yang sifatnya open
acses yaitu sumber daya alam yang pengambilannya tidak dibatasi yang
berarti setiap orang secara bebas dapat mengambil sumber daya alam, oleh
68
karena itu perikanan disebut juga sumber daya alam milik bersama. Oleh
karena sumber daya perikanan ini milik semua orang, maka tidak seorang pun
yang memilikinya.
Termasuk dalam kategori “milik bersama” adalah pembagian hal
milik atas sumber daya alam, sehingga beberapa pemilik mempunyai hak
yang sama untuk menggunakan sumber daya tersebut. Kepemilikan dalam
arti ini hanya sebatas menggunakan, tidak termasuk hak untuk
memeliharanya menurut Ciriacy-Wantrup dan Bihsop (1975:713-716) dalam
Supriyadi dan Alimuddin (2011:61). Penggunaan barang ini tidak memenuhi
prinsip-prinsip kepemilikan barang yang mendorong ke arah alokasi yang
efisien. Barang milik bersama ini menitikberatkan pada alokasi dan
penggunaan barang tersebut dan efek yang ditimbulkan. Eksploitasi “barang
milik bersama” cenderung menguntungkan siapa yang lebih dulu
melakukannya dan akan terus mengeruk keuntungan yang masih bisa
diperoleh dengan mengabaikan pihak lain dan dampak yang ditimbulkan.
(sumber : www.academia.edu/9966267/sumber_daya_alam)
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah kajian penelitian yang pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya yang dapat diambil dari berbagai sumber ilmiah,
baik skripsi, tesis, disertasi atau jurnal penelitian. Dalam penelitian ini fokus
penelitian terdahulu dijadikan acuan adalah yang terkait dengan permasalahan
69
pengembangan perikanan tangkap. Untuk itu peneliti akan mencantumkan
beberapa penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti, yaitu :
Skripsi Danang tahun 2011 dari Institut Pertanian Bogor yang
berjudul “Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten Pacitan
Berbasis pada Distribusi Ikan yang Didaratkan di PPP Tamperan”. Penelitian
ini menjelaskan bahwa distribusi dan pemasaran produk merupakan faktor
kunci yang sangat berperan dalam menjamin keberlanjutan dan
kesinambungan usaha perikanan tangkap. Namun demikian, dalam aktivitas
di lapangan masih banyak ditemui kendala.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui aktivitas pemasaran hasil
tangkapan di PPP Tamperan dan strategi pengembangannya. Penelitian ini
menggunakan metode survey untuk mengetahui aktivitas pemasaran,
sedangkan untuk menentukan strategi pengembangan pemasaran digunakan
analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunities, threats) dan QSPM
(quantitive strategic planning matrix). Hasil analisis menunjukkan bahwa ada
empat saluran pemasaran dan saluran pemasaran ketiga yang terdiri dari
nelayan, pengambek, pedagang lokal Pacitan dan konsumen merupakan
saluran pemasaran yang paling efektif dengan nilai fisherman’s share
tertinggi yaitu 70% sedangkan margin terbesar terdapat pada saluran 1 yang
terdiri dari nelayan pengambek, pabrik, dan ekspor dengan total margin
sebesar Rp. 27.000,00. Berdasarkan analisis SWOT dan QSPM strategi yang
dapat diambil untuk pengembangan pemasaran di PPP Tamperan yaitu
melengkapi fasilitas cold storage dan pasar ikan lengkap dengan tempat
70
wisata kuliner bahari, menarik investor untuk membangun pabrik pengolahan
dan ekspor ikan di Pacitan, serta memanfaatkan sumber daya ikan yang ada
secara optimal dan menjaga kelestariannya dengan cara mengawasi kegiatan
penangkapan ikan.
Persamaan dengan penelitian peneliti yaitu mengenai pengembangan
perikanan tangkap. Melihat kesamaan tersebut peneliti dapat menjadi lebih
memahami bagaimana pengembangan perikanan tangkap. Perbedaan
penelitian ini dengan peneliti yaitu fokus penelitiannya, kalau penelitian ini
pada strategi pengembangannya, sedangkan penelitian peneliti mengenai
strategi Dinas Perikanan.
Selanjutnya skripsi Eka Oktarina tahun 2011 dari Universitas Negeri
Semarang yang berjudul Strategi Pengembangan Sektor Perikanan Tangkap
di Kabupaten Demak Tahun 2009. Penelitian ini menunujakan bahwa
Kabupaten Lebak memiliki daerah pantai dibagikan utara Pulau Jawa dengan
kehidupan masyarakat sebagian besar bermata pencaharian dibidang
perikanan, baik bidang budidaya tambak maupun bidang penangkapan di laut.
Peranan sektor perikanan dalam pembangunan ekonomi sangat penting
karena sebagaian besar anggota masyarakat di Kabupaten Demak banyak
yang menggatungkan hidupnya pada sektor perikanan. Melihat dari data laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Demak dalam kurun waktu tiga tahun ini
sektor perikanan mengalami penurunan.
Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana profil dari nelayan
tangkap di Kabupaten Demak, kendala yang dihadapi dalam pengembangan
71
sektor perikanan tangkap, serta bagaimana bentuk program dan strategi
pengembangan sektor perikanan tangkap di Kabupaten Demak.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 16.288 orang nelayan dan
juragan di Kabupaten Demak, sedangkan sampel yang diambil dalam
penelitian sebanyak 99 dengan teknik Proporsional Cluster Random
Sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan kuesioner, wawancara
dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan analisis deskriptif
presentase dan analisis SWOT.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme strategi
pengembangan sektor perikanan tangkap di Kabupaten Demak dilakukan
secara trickle down effect. Kendala-kendala yang dihadapi dalam
pengembangan sektor perikanan tangkap antara lain harga bahan bakar yang
mahal, modal usaha juragan yang masih rendah, harga beli ikan oleh
pedagang yang murah serta alat tangkap ikan yang masih sederhana. Selain
itu lokasi geografis, di Kabupaten Demak kurang strategis dan kondisi jalan
yang rusak dan cuaca, terbatasnya sarana dan prasarana untuk mendukung
proses produksi perikanan di Kabupaten Demak, dan yang terlahir adalah
menurunnya daya dukung masyarakat pada sektor perikanan.
Strategi yang ditarik dalam pengembangan sektor perikanan laut
adalah jumlah permintaan ikan yang semakin bertambah seharusnya nelayan
dan pemerintah lebih menjalin kerja sama dengan bantuan pemerintah
nelayan akan menghasilkan tangkapan ikan yang lebih optimal sehingga
pendapatan nelayan akan meningkat. Selain itu, pemerintah pusat harus lebih
72
memperhatikan nasib para nelayan salah satu caranya dengan cara pemberian
modal dengan bunga ringan, pembenahan sistem agar para nelayan tidak
selalu terjerat dalam sistem ijon, dan koordinasi yang baik antara pemerintah
dengan para nelayan.
Saran bagi pemerintah Kabupaten Demak hendaknya meningkatkan
lagi fasilitas yang ada di PPP Morodemak dan pemerintah lebih
memperhatikan nasib nelayan kecil misalnya dengan memberikan bantuan
kredit kapal dan bantuan kredit lainnya dengan bunga ringan kepada nelaya
kecil.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu mengenai
pengembangan perikanan tangkap, sehingga dengan kesaan itulahmembantu
peneliti dalam memahami mengenai pengembangan perikanan tangkap
seperti apa. Perbedaannya yaitu fokusnya kalau penelitian ini strategi
pengembangannya, sedangkan penelitian peneliti strategi Dinas Perikanan,
serta locus juga berbeda, kalau penelitian ini di Kabupaten Demak, sedangkan
kalau penelitian peneliti di Kabaputen Lebak. selain itu, metode penelitian
pun berbeda kalau penelitian ini menggunakan kuantitatif, sedangkan
penelitian penelitian peneliti kualitatif.
Kemudian skripsi Mursi 6661110054 Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa yang berjudul “Strategi Dinas Kesehatan dalam Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Kota Serang”. Penelitian ini mengenai kondisi
kesehatan lingkungan di Kota Serang masih dalm keadaan yang belum
optimal. Masih rendahnya kepemilikan sanitasi dasar yang mencakup
73
kepemilikan jamban, kepemilikan tempat sampah, kepemilikan pembuangan
air limbah, serta tingginya angka penyakit berbasis lingkungan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis strategi yang tepat yang dilakukan Dinas
Kesehatan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang.
Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada analisis SWOT yang
dikemukakan oleh Siagian dalam penentuan alternatif strategi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskrptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah model Miles & Huberman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk
diterapkan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan di Kota Serang
adalah strategi penguatan manajemen organisasi Dinas Kesehatan Kota
Serang, strategi memperkuat kerjasama lintas sektor dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan, strategi mendorong peran serta msyarakat untuk
berperan aktif dalam menangani permasalahan kesehatan lingkungan, strategi
penguatan kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai kesehatan
lingkungan. Saran yang dapat diberikan yaitu memberikan perhatian khusus
terhadap program kesehatan lingkungan, meningkatkan kerjasama lintas
sektor, keterlibatan dan peran serta komunitas sosial serta melakukan
sosialisasi yang terus menerus secara masif dan kreatif.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti yaitu mengenai
strategi pemerintah, sehingga peneliti lebih mengetahui strategi pemerintah
seperti apa. Kesamaan lainnya yaitu metode penelitian dengan kualitatif, serta
74
kesamaan lainnya yaitu teori yang digunakan yaitu analisis SWOT.
Perbedaannya yaitu fokusnya, karena penelitian ini strategi Dinas Kesehatan,
sedangkan penelitian peneliti yaitu strategi Dinas Perikanan. Perbedaan
lainnya yaitu lokus penelitian, karena kalau penelitian ini dilakukan di Kota
Serang, sedangkan penelitian peneliti dilakukan di Kabupaten Lebak.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir bisa juga disebut dengan alur berpikirnya peneliti.
Kerangka berpikir menggambarkan konsep penelitian tentang “Strategi Dinas
Perikanan dam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan
Wanasalam Kabupaten Lebak”. Untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan dalam penelitian, memang diperlukan sebuah kerangka konsep
atau model penelitian. Dimana untuk ditujukan untuk menjawab rumusan
masalah dan mencapai tujuan di dalam penelitian yang akan dilakukan.
Terdapat pula permasalahan-permasalahan yang ada terlait Strategi Dinas
Perikanan dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan
Wanasalam Kabupaten Lebak, diantaranya:
1. Masih kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola kegiatan
dalam kegiatan pendampingan kelompok nelayan
2. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
3. Belum adanya program untuk pemberdayaan kelompok nelayan di bidang
perikanan tangkap
75
4. Masih rendahnya dukungan perbankan terhadap permodalan nelayan
5. Kurangnya respon Pemerintah Daerah terhadap pentingnya manfaat
program pengembangan perikanan tangkap
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka memang
dibutuhkan suatu pendekatan untuk mengetahui Strategi Dinas Perikanan
dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan teori teknik
analisis SWOT yang dikutip dalam Siagian (2007:172), terdapat empat
variabel dari analisis SWOT yang terdiri dari,
(1) Strengths (kekuatan),
(2) Weakness (kelemahan),
(3) Opportunities (peluang),
(4) Threats (ancaman).
Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan dalam
pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam maka
peneliti menggunakan teknik analisis SWOT. Selain itu juga analisis SWOT
ini yang akan membantu peneliti dalam menjawab permasalahan yang telah
dipaparkan sebelumnya serta dinilai dan dianggap rasional dan tepat. Karena
dari analisis SWOT akan menjelaskan dan menganalisis faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi keberhasilan suatu strategi baik dilihat dari faktor
internal maupun eksternal menjadi langkah-langkah strategi yang tepat dalam
penyelesaian masalah tersebut.
76
Apabila melihat faktor internal, berarti akan menentukan aspek-aspek
yang menjadi Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan). Sedangkan
untuk faktor eksternalnya berarti akan menentukan aspek-aspek yang menjadi
Opportunities (peluang) dan Threaths (ancaman), dengan begitu akan dapat
ditentukan berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijadikan
dalam pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam
sehingga optimalnya pengembangan potensi perikanan, baik itu dalam hal
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, program dan kegiatan bidang
perikanan tangkap, dukungan perbankan untuk permodalan nelayan dan
respon Pemerintah Daerah dalam pengembangan potensi perikanan tangkap.
Setelah diidentifikasi apa saja kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancamannya, nanti dibuat strategi-strategi yang tepat supaya bisa mencapai
tujuan yang telah ditentukan oleh organisasi tersebut, yaitu bisa untuk
meningkatkan potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir
di bawah ini :
77
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir
Sumber : Peneliti, 2016
Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan Potensi Perikanan di
Kecamatan Wanasalam Kebupaten Lebak
Permasalahan :
1. Masih kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan pendampingan kelompok nelayan
2. Masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
3. Belum adanya program untuk pemberdayaan kelompok nelayan di bidang perikanan tangkap
4. Masih rendahnya dukungan perbankan terhadap permodalan nelayan
5. Kurangnya respon Pemerintah Daerah terhadap pentingnya manfaat program pengembangan perikanan tangkap
Teori mengenai teknik analisis SWOT yang dikutip
dari Siagian (2007:172) dengan empat variabel
yaitu:
(1)Strengths (kekuatan), (2)Weakness (kelemahan), (3)Opportunities (peluang), (4) Threats (ancaman)
Output :
Meningkatnya Potensi Perikanan Tangkap di
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak
78
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dipaparkan tersebut,
peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Asumsi
yang disimpulkan berdasarkan pada pengamatan peneliti di lapangan yang
menunjukan berbagai permasalahan yang ada. selain itu juga peneliti menarik
asumsi berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan dimana peneliti
melakukan wawancara awal dengan informan tersebut dan menentukan
berbagai permasalahan.
Berdasarkan permasalahan dan kerangka berpikir yang telah
dipaparkan, maka peneliti berasumsi bahwa Strategi Dinas Perikanan dalam
Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak belum berjalan secara optimal.
79
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang
bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses
berpikir induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali
subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini, peneliti terlibat dalam situasi dan setting fenomena yang
diteliti. Peneliti diharapkan selalu memusatkan perhatian pada kenyataan atau
kejadian dalam konteks yang diteliti. Setiap kejadian merupakan sesuatu yang
unik, berbeda dengan yang lain, karena perbedaan konteks menurut Basrowi
dan Suwandi (2008:1-2).
Menurut Sugiyono (2011:3) metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan
tertentu. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006:4)
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
80
Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat utama dalam
pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun kelapangan
mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang diteliti
berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai
partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan
penelitiannya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif,
yaitu berusaha mendapatkan informasi selengkap mungkin mengenai Strategi
Dinas Perikanan dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. Pendekatan kualitatif dalam
penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pendekatan kualitatif
relevan dan cocok dengan masalah penelitian. Selanjutnya digunakan untuk
membangun pemahaman dan memberikan eksplanasi terhadap fenomena
yang diteliti.
Langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau
setting social terjewantah dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya
data, fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar daripada angka-angka.
Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa, dan
bagaimana sutau kejadian terjadi menurut Satori dan Komariah (2010:28)
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah bagian yang membatasi dan
menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Ruang
81
lingkup penelitian digunakan sebagai batasan penelitian agar dapat fokus
pada fokus penelitian yang dilakukan mengenai “Strategi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak”.
Ruang lingkup dibatasi berdasarkan pada permasalahn yang dibahas
pada latar belakang yang dijelaskan secara terperinci, kemudian diringkas
dalam bentuk identifikasi masalah. Penelitian atau fokus penelitian ini adalah
menjabarkan bagaimana strategi Dinas Perikanan dalam pengembangan
potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak secara
mendalam.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini menjelaskan locus penelitian yang akan
dilakukan nanti, termasuk menjelaskan tempat dan alasan memilihnya.
Penelitian ini dilakukan di Dinas Perikanan Kabupaten Lebak. alasanya
dipilih sebagai lokasi penelitian, karena sesuai berdasarkan permasalahan-
permasalahan yang dijelaskan pada latar belakang yaitu : masih kurangnya
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam pendampingan kelompok nelayan,
masih terbatasnya sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), belum adanya kegiatan untuk
pemberdayaan kelompok nelayan di bidang perikanan tangkap, masih
rendahnya dukungan perbankan terhadap permodalan nelayan, dan kurangnya
respon Pemerintah Daerah terhadap pentingnya program pengembangan
82
sistem perikanan tangkap. Dinas Perikanan Kabupaten Lebak diwajibkan
untuk memperbaiki strategi yang dijalankan agar terciptanya solusi untuk
permasalahan tersebut.
Selain itu juga Kecamatan Wanasalam sebagai wilayah dengan
produksi ikan tangkap terbesar di Kabupaten Lebak yaitu pada tahun 2015
sebesar 3,441,023 Kg. Kemudian secara letak geografis, arah selatan
Kecamatan Wanasalam ini langsung berbatasan dengan Samudera Hindia,
tentu saja mempengaruhi pada pengembangan potensi perikanan tangkap di
Kecamatan Wanasalam tersebut.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan pengertian tentang konsep dari
variabel yang akan diteliti menurut pendapat peneliti berdasarkan kerangka
teori yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan
penelitian mengenai Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan Potensi
Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak. Adapun
teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis SWOT dalam
Siagian (2008:172) dimana menjelaskan empat variabel yang mempengaruhi
keberhasilan strategi yang telah digunakan, yaitu Strengths (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), Threats (ancaman). Empat
variabel ini dinilai tepat untuk menjawab permasalahan yang ada dalam
penelitian ini.
83
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Variabel penelitian
dilengkapi dengan tabel matriks variabel, indikator, sub indikator, dan nomor
pertanyaan sebagai lampiran. Penelitian kualitatif tidak perlu dijabarkan
menjadi indikator maupun sub indikator tetapi cukup menjabarkan fenomena
yang akan diamati. Dalam penelitian ini, mengenai Strategi Dinas Perikanan
dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak peneliti menggunakan teknik analisis SWOT dimana
analisis SWOT ini merupakan salah satu cara menganalisis faktor baik itu
secara internal maupun eksternal menjadi upaya strategi dalam
memaksimalkan usaha.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
Menurut Irawan (2006:10.3), dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen terpenting adalah peneliti itu sendiri. Sedangkan menurut Moleong
(2007), pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama.
Menurut Nasution (1996:9) dalam Satori dan Komariah (2010:62)
menegaskan hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami makna
84
interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai
yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Jadi peneliti adalah
merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.
Dijelaskan diatas bahwa instrumen penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Dalam penelitian tidak bersifat subjektif. Sehingga posisi peneliti
adalah sangat penting sebagai instrumen penelitian ini. Konsep instrumen
penelitian adalah peneliti itu sendiri dipahami sebagai alat yang dapat
mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak ada alat yang paling elastis dan
tepat untuk mengungkapkan data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri.
Lincoln dan Guba (1985) dalam Satori dan Komariah (2010) menjelaskan
bahwa manusia sebagai instrumen pengumpulan data memberikan
keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat
menggunakan keseluruhan alat indera yang dimilikinya untuk memahami
sesuatu.
Sehingga peneliti dalam penelitian kualitatif dituntut untuk memahami
metode penelitian kualitatif, wawancara terhadap bidang yang diteliti serta
kesiapan untuk memasuki lapangan penelitian karena yang melakukan
validasi atau uji ketepatan data adalah peneliti sendiri. Oleh karena itu
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan.
Validasi terhadap penliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik
85
secara akademik maupun logistik. Peneliti sebagai human instrument,
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semua temuannya dalam
Sugiyono (2012:222).
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2012:224) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3) Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Karena memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5) Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatanm untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6) Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7) Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
86
Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara
mendalam terhadap narasumber/informan yang bersangkutan dengan fokus
penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth
interview) adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan
penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai pewawancara dengan
informan atau yang memberi informasi dalam konteks observasi partisipasi
menurut Satori dan Komariah (2010:131). Selain hasil wawancara mendalam,
sumber data dalam penelitian ini juga didapat dari hasil observasi, dimana
sumber data dari hasil wawancara dan observasi merupakan sumber data
primer. Sedangkan sumber data yang lainnya juga didapat dari hasil
dokumentasi dan studi literatur/pustaka sebagai data sekunder.
Jenis data yang dikumpulkan berupa jenis data primer dan sekunder.
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2006:157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistik. Adapun alat-alat bantu yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data adalah alat perekam (handphone),
pedoman wawancara, buku catatan dan kamera handphone yang digunakan
untuk membantu peneliti mengumpulkan data selama penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Strategi
Dinas Perikanan dalam Mengembangkan Potensi Perikanan Tangkap di
Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.
87
3.6 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, informan merupakan sumber data
penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, penentuan informan yang
terpenting adalah bagaimana menentukan situasi sosial tertentu yang sarat
informasi sesuai dengan focus penelitian. Penelitian mengenai Strategi Dinas
Perikanan dalam Pengembangan Potensi Perikanan di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak, penentuan informannya bersifat purposive. Purposive
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial
yang diteliti. Menurut Satori dan Komariah (2010:50) penentuan sumber data
secara purposive, yaitu ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan
penelitian atau tujuan tertentu. Jadi, penentuan informan dalam penelitian
kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama
penelitian peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan
memberikan data yang diperlukan, adapun yang menjadi informan penelitian
dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Dinas Perikanan Kabupaten Lebak 2. Unit Pelaksana Teknis Daerah Tempat Pelelangan Ikan (UPTD TPI)
Kabupaten Lebak 3. Nelayan Kecamatan Wanasalam 4. Perbankan 5. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak 6. Masyarakat
88
Tabel 3.1
Koding Informan
Koding Kategori Koding Jabatan / Status sosial informan
Fungsi dan peran informan
Dinas Perikanan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Memimpin, mengendalikan, Pengambil kebijakan/keputusan
Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Unsur pembantu Pimpinan, pembuat perencanaan strategis
Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
Pelaksana, pengendalian, pengawasan, pengembangan, dan pemberdayaan nelayan
Kepala Bidang Perizinan, Sarana dan Prasarana Perikanan, dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Pelaksana, pengendalian, pengawasan, pengembangan, dan pengelolaan sarana prasarana Tempat Pelelangan Ikan
Pegawai Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
Pelaksana tugas
Pegawai Bidang Perizinan, Sarana dan Prasarana Perikanan, dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Pelaksana tugas
Unit Pelaksana Teknis Daerah Tempat Pelelangan Ikan (UPTD TPI) Kabupaten Lebak
Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak
Pelaksana, pengawasan, dan pelaporan tugas UPTD TPI
Pegawai UPTD PPI Kabupaten Lebak
Pelaksana tugas
Nelayan Kecamatan Wanasalam
Nelayan kecil Pemberi kritik dan saran, penerima kegiatan
Nelayan besar Pemberi kritik dan saran, penerima kegiatan
Perbankan Pimpinan Bank Pengambil keputusan dalam pemberian pinjaman kreditur
Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak
Mengevaluasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD
Masyarakat Mengawasi, pemberi saran, kritik
Sumber : peneliti, 2016
89
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Metode penelitian kualitatif terdapat beberapa teknik pengumpulan data, yaitu
sebagai berikut :
1. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan wawancara baik
mendalam maupun bertahap guna mendapatkan informasi yang lebih
banyak, valid, dan mendalam secara langsung dari pihak yang terkait
dengan penelitian. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi
pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi
jawaban atas pertanyaan itu menurut Basrowi dan Suwandi (2008:127).
Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu
berbagai keperluan yang dibutuhkan oleh informan, kriteria-kriteria
informan dan pedoman wawancara yang disusun rapih dan terlebih dahulu
dipahami oleh peneliti.
Dalam Satori dan Komariah (2010:130) wawancara adalah suatu
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari
sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara
dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin
mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari informan.
90
Sedangkan menurut Mc. Millan dan Schumacher (2001:443) dalam
Satori dan Komariah (2010:130) menjelaskan bahwa, wawancara yang
mendalam adalah Tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data
tentang maksud hati partisipan, bagaimana menggambarkan dunia mereka
dan bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya
tentang kejadian-kejadian penting dalam hidupnya.
Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan secara
mendalam. Ada dua jenis wawancara dalam penelitian kualitatif, yaitu
wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul
data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan dalam Sugiyono (2011:138-
140).
Sedangkan menurut Satori dan Komariah (2010:133) ada tiga jenis
wawancara yaitu wawancara terstandar, semi standar, dan tidak
terstandar. Wawancara terstandar atau wawancara terstruktur adalah
wawancara baku terbuka, adalah wawancara dengan menggunakan
sejumlah pertanyaan yang terstandar secara baku. Wawancara semi
standar atau semi struktur adalah wawancara bebas terpimin. Wawancara
91
yang merupakan kombinasi wawancara terpimpin dan tak terpimpin.
Yang menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan, namun dalam
pelaksanaan interviewer mengajukan pertanyaan secara bebas.
Wawancara tidak terstandar atau tidak terstruktur , wawancara ini
menggunakan tujuan penelitian sebagai pedoman wawancara, dengan
bentuk pertanyaan tergantung pada spontanitas, bahkan informannya tidak
menyadari bahwa ia sedang diwawancara.
Hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada
informan untuk melakukan wawancara dan menghindari keasingan serta
rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jelas dan
jujur. Selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh
dengan cara pemendekkan kata-kata dan merangkainya kembali dalam
bentuk kalimat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara
secara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai
acuan bagi peneliti dalam melakukan wawancara dengan informan dalam
penelitian. Berikut adalah pedoman wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini :
92
Tabel 3.2
Pedoman Wawancara
No Indikator Pertanyaan Informan
1 Strengths (kekuatan)
Apa saja strengths (kekuatan) yang dimiliki oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ?
Apa saja manfaat program pengembangan sistem perikanan tangkap ?
Apa saja kegiatan unggulan Dinas Perikanan untuk pengembangan potensi perikanan?
Bagaimana bentuk kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan manfaatnya bagi pengembangan potensi perikanan tangkap ?
2 Weaknesses (kelemahan)
Apa saja weaknesses (kelemahan) yang dimiliki oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ?
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan Ikan dan Pangkalan Pendaratan Ikan ?
Bagaimana cara untuk mengatasi kurangnya Sumber Daya Manusia dalam pendampingan kelompok nelayan ?
Apa saja yang dilakukan untuk mendapat dukungan dari perbankan untuk permodalan nelayan ?
Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan respon pemerintah daerah dalam program pengembangan sistem perikanan tangkap
3 Opportunities (peluang)
Apa saja peluang yang dimiliki oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ?
Bagaimana Dinas Perikanan memanfaatkan peluang yang didapatkan ?
4 Threats (ancaman)
Apa ancaman yang dihadapi oleh Dinas Perikanan untuk potensi perikanan tangkap ?
Bagaimana cara Dinas Perikanan menghadapi ancaman tersebut ?
93
2. Pengamatan/Observasi
Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana
yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan
reliabilitasnya dalam Alwasilah (2006:211). Sedangkan menurut Basrowi
dan Suwandi (2008:94) observasi merupakan salah satu netode
pengumpulan data dimana peneliti melihat mengamati secara visual
sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer.
Adapun proses pelaksana observasi yang dilakukan dalam penelitian ada
observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang mereka katakan dan
berpartisipasi dalam kegiatan mereka. Namun dalam pengambilan data
observasi ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif pasif dimana
peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati namun tidak
terlibat dalam kegiatan tersebut. Sehingga peneliti tidak terlibat langsung
di lapangan penelitian dan hanya menjadi pengamat yang indipenden.
Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data
yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Dalam Satori dan
Komariah (2010:105), beberapa pemahaman observasi berdasarkan para
ahli :
1) Nasution (2003:53) mengungkapkan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
2) Hadi. S dalam Sugiyono (2005:166) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
94
Observasi dilakukan untuk pembuktian terhadap informasi yang
diberikan dengan fakta di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan
metode ilmiah dan bukan melakukan pengamatan biasa. Pengamatan
tersebut mempunyai kriteria sebagai berikut : pengamatan digunakan
untuk penelitian dan telah direncanakan secara sistematis, pengamatan
berkaitan dengan tujuan yang telah direncanakan. Pengamatan tersebut
dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proporsi umum dan
bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja.
Ada beberapa hal yang mendasar bagi peneliti untuk
memanfaatkan teknik observasi/pengamatan ini dalam penelitian, seperti
yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2005:126),
sebagai berikut :
1) Teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung
2) Memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya
3) Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data tersebut
4) Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang didapatnya ada yang bias
5) Memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang kompleks sekaligus
6) Dalam kasus-kasus tertentu dimana teknik komunikasi lainnya tidak dapat memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
95
Observasi memiliki kelebihan dibandingkan dengan teknik interview,
apa yang diperoleh lewat interview dari kenyataan di lapangan terpisah jarak
dan waktu, sementara itu melalui observasi peristiwa yang sedang diteliti
dapat terlihat dan terekam langsung menurut Satori dan Komariah
(2010:107).
3. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan studi dokumentasi
berupa foto, rekaman dan laporan-laporan dari pihak resmi terkait. Studi
dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan dokumen
resmi melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-
lembaga yang menjadi objek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-
peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun
dokumen elektronik (rekaman).
Menurut Guba dan Lincoln dalam Moleong (2006:216-217)
dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang
tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dokumen
digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam hal
dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan.
4. Studi Kepustakaan
Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara
memperoleh data dari karya ilmiah, media massa, text book, dan masih
banyak lagi untuk menambah atau mendukung sumber informasi atau data
96
yang diperlukan dalam penelitian ini untuk memperkuat aspek validitas
data yang dihasilkan menurut Fuad dan Nugroho (2014:61).
3.6.2 Jenis dan Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah data primer dan
data sekunder. Sumber data primer adalah data-data yang diperoleh langsung
dari lapangan dan masih bersifat data mentah. Sumber data sekunder
merupakan sumber data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan studi
dokumentasi. Alat pendukung yang digunakan peneliti yaitu catatan
lapangan, alat perekam, dan kamera.
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, kegitan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian.
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam metode ilmiah, karena
analisis data digunakan untuk memecahkan masalah penelitian menurut
Basrowi dan Suwandi (2008:192). Analisis data dilakukan secara terus
menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat jenuh.
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisa data yang digunakan
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah. Menurut Bogdan dan Biklen
(1982) dalam Irawan menyatakan bahwa analisa data adalah proses mencari
dan mengatur secara sistematis transkip interview, catatan di lapangan dan
bahan-bahan lain yang anda didapatkan, yang kesemuanya itu anda
97
kumpulkan untuk meningkatkan pemahaman anda (terhadap suatu fenomena)
dan membantu anda untuk mempresentasikan penemuan anda kepada orang
lain.
Analisa data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai di lapangan. Teknik
analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisa data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan
oleh Miles dan Huberman (2009). Menurut kedua tokoh tersebut, bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga
sampai tuntas dan datanya jenuh. Selama dalam prosesnya, pengumpulan data
dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya : reduksi data, penyajian data,
dan verifikasi.
1) Reduksi data (data reduction)
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi
merupakan bagian dari analisis, bukan terpisah. Fungsinya untuk
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik. Dalam proses
reduksi ini peneliti benar-benar mencari data yang benar-benar valid.
Ketika peneliti menyangsikan kebenaran data yang diperoleh akan dicek
ulang dengan informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui.
98
2) Penyajian data (data display)
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.Namun dalam
penelitian ini penyajian data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini
adalah bentuk teks narasi. Dalam tahap ini peneliti melakukan penyajian
data secara sistematik, agar lebih mudah untuk dipahami interaksi antar
bagian-bagiannya dalam konteks yang utuh bukan segmental atau
fragmental terlepas satu dengan lainnya.
3) Verifikasi (verification)
Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari
hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik
kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan
dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama proses
pengumpulan data masih terus berlangsung. Dalam tahap ini, peneliti
membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika,
mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan
mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan
data yang telah terbentuk dan proposisi yang telah dirumuskan menurut
Basrowi dan Suwandi (2008:210). Berikut gambar proses kegiatan analisa
data menurut Miles dan Huberman (2009:20) :
99
Gambar 3.1
Model Analisis Interaktif
Sumber : Miles dan Huberman, 2009:20
3.7.2 Uji Kredibilitas Data
Uji kredibilitas atau yang biasa disebut uji keabsahan dan reliabilitas
data memiliki keterikatan antara deskripsi dan eksplanasi.Uji kredibilitas data
memiliki dua fungsi, yaitu melaksanakan pemeriksaan sedemikian rupa
sehingga tingkat kepercayaan penemuan kita dapat dicapai dan
mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan kita dengan jalan
pembuktian terhadap kenyataan ganda yang sedang diteliti menurut Prastowo
(2011:266). Untuk menguji kredibilitas data, dapat dilakukan dengan tujuh
teknik, yaitu dengan cara perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan
dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus
negative, member check dan menggunakan bahan referensi menurut Prastowo
(2011:265). Pada penelitian ini, menggunakan uji kredibilitas dengan teknik
triangulasi dan member check.
Penyajian Data
Pengumpulan Data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi Reduksi Data
100
1) Triangulasi
Dalam penelitian ini, pengujian terhadap keabsahan datanya dilakukan
dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber, trangulasi teknik, dan triangulasi
waktu.
Triangulasi dengan waktu menurut Patton (1987) dalam Moleong
(2003:330) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan cara :
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
Berdasarkan Moleong (2006:330) triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.
101
Triangulasi yang bisa juga dilakukan adalah triangulasi teknik, berarti
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Kemudian
triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Serta triangulasi waktu dimana
mendapatkan data dari sumber yang sama namun waktu yang berbeda.
Pada penelitian ini peneliti melakukan triangulasi dalam memperoleh
data untuk mengetahui data yang diperoleh tersebut konsisten atau tidak.
Oleh karena itu dengan menggunakan teknik triangulasi akan lebih
meningkatkan kekuatan data, dibandingkan hanya dengan menggunakan
satu pendekatan.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menggunakan 2 jenis dalam
triangulasi yaitu triangulasi sumber dimana peneliti akan mendapatkan
data dari sudut pandang Dinas Perikanan, Unit Pelayanan Terpadu Daerah
(UPTD) PPI, nelayan, perbankan, dan Pemerintah Daerah. Selain itu juga
peneliti menggunakan triangulasi teknik, dimana peneliti menggunakan
teknik wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan
untuk memperoleh data dimana teknik-teknik ini untuk mengetahui apakah
terjadi perbedaan atau tidak.
102
2) Membercheck
Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, dalam Sugiyono
membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Selain itu, membercheck yang diperoleh akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai
tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan
membercheck.
Peneliti melakukan pengecekan kembali data-data yang telah
diperoleh dari informan penelitian dan bertujuan menvalidasi data dengan
yang telah diberikan oleh informan, sehingga data yang didapat menjadi
valid dan dapat dipercaya.
3.8 Waktu Penelitian
Penelitian mengenai “Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan
Potensi Perikanan di Kecamatan Wanasalam” dilaksanakan penelitian yaitu
dari Bulan September 2016 hingga Mei 2017.
103
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun Tahun 2016 2017
Sept Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar Apr Mei
1. Pengajuan Judul
2. Observasi Awal
3. Bimbingan Bab 1
4. Bimbingan Bab 2
5. Bimbingan Bab 3
6. Seminar Proposal
7. Pengumpulan data
8. Pengolahan dan analisis data
9. Bimbingan Bab 4
10. Bimbingan Bab 5
11. Sidang Skripsi Sumber : Peneliti, 2016
104
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek
penelitian yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan
gambaran umum Kabupaten Lebak, gambaran umum Kecamatan Wanasalam,
gambaran umum Dinas Perikanan Kabupaten Lebak. Hal tersebut akan
dipaparkan dibawah ini :
4.1.1 Gambaran umum Wilayah Kabupaten Lebak
Kabupaten Lebak dengan luas wilayah 304.472 Ha yang terbentuk
pada tanggal 2 Desember 1828 berdasarkan dengan lahirnya Keputusan
DPRD Nomor 14/172.2/D-II/SK/X/1986. Kabupaten Lebak sebagai bagian
dari wilayah Kesultanan Banten, maka sejarahnya tidak akan dapat
dipisahkan dari sejarah Kesultanan Banten. Ibukota Kabupaten Lebak pada
tahun 1851 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Nomor 15 tanggal 17 Januari 1849 ibukota Kabupaten Lebak yang saat itu
berada di Warunggunung dipindahkan ke Rangkasbitung. Pelaksanaan
pemindahannya secara resmi baru dilaksanakan pada tangga 31 Maret 1851.
Untuk ketinggian dari permukaan laut, 0-200 meter untuk wilayah
sepanjang Pantai Selatan, 201-500 meter untuk wilayah Lebak Tengah, dan
105
501-1000 meter dan lebih unutk wilayah Lebak Timur dengan puncaknya
yaitu Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
Kabupaten Lebak memiliki letak geografis 105˚ 25’-106˚ 30’ BT dan
6˚ 18’-7˚ 00’ LS dengan batas administratif sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serang
b. Sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia
c. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pandeglang
d. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang, Kabupaten
Bogor, dan Kabupaten Sukabumi
Kabupaten lebak memiliki 28 kecamatan yang dibagi lagi atas 340
desa dan 5 kelurahan dengan RW 1.618 RT 5.656 jumlah Kepala Keluarga
(KK) 361.416. Jumlah penduduk berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Lebak dalam angka tahun 2016 sebanyak 1.269.812 . Pusat
pemerintahan di Kecamatan Rangkasbitung. Kota ini dilintasi jalur kereta api
Jakarta-Merak. Sungai Ciujung mengalir ke arah utara, merupakan sungai
terpanjang di Banten. Baduy merupakan salah satu objek wisata yang dimiliki
Kabupaten Lebak dan sering dikunjungi wisatawan mancanegara karena
memiliki keunikan tersendiri.
106
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Lebak Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Malingping 33.044 31.489 64.533 2 Wanasalam 27.686 26.199 53.885 3 Panggarangan 18.950 18.352 37.302 4 Cihara 16.050 15.327 31.377 5 Bayah 21.801 21.177 42.978 6 Cilograng 17.289 16.328 33.617 7 Cibeber 29.173 27.818 56.991 8 Cijaku 14.435 14.191 28.626 9 Cigemblong 10.641 10.363 21.004 10 Banjarsari 30.921 29.343 60.264 11 Cileles 25.028 24.139 49.167 12 Gunung Kencana 17.792 16.833 34.625 13 Bojongmanik 11.544 11.202 22.746 14 Cirinten 13.737 12.699 26.436 15 Leuwidamar 27.183 25.869 53.052 16 Muncang 17.109 16.431 33.540 17 Sobang 15.409 14.756 30.165 18 Cipanas 24.399 23.424 47.823 19 Lebak Gedong 11.943 11.146 23.089 20 Sajira 25.023 23.815 48.838 21 Cimarga 32.684 31.296 63.980 22 Cikulur 24.872 24.236 49.108 23 Warunggunung 28.265 26.728 54.993 24 Cibadak 31.401 29.561 60.962 25 Rangkasbitung 62.749 58.985 121.734 26 Kalanganyar 17.597 16.323 33.920 27 Maja 27.715 25.438 53.153 28 Curugbitung 16.472 15.432 31.904
Jumlah 650.912 618.900 1.269.812 Sumber : Kabupaten Lebak dalam Angka, 2016
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Lebak menurut jenis kelamin lebih banyak penduduk laki-laki
dibandingkan dengan jenis kelamin perempuannya. Bahkan setiap kecamatan
pun lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuannya.
107
Tabel 4.2
Luas Wilayah Pembagian Daerah Administrasi di Kabupaten Lebak
Tahun 2015
No Kecamatan Luas wilayah (K )
Presentase terhadap Luas Kabupaten
Lebak (%) 1 Malingping 92,17 3,03 2 Wanasalam 134,29 4,41 3 Panggarangan 163,36 5,37 4 Cihara 159,57 5,24 5 Bayah 153,74 5,05 6 Cilograng 107,20 3,52 7 Cibeber 383,15 12,58 8 Cijaku 74,36 2,44 9 Cigemblong 75,29 2,47 10 Banjarsari 145,31 4,77 11 Cileles 124,98 4,10 12 Gunung Kencana 145,77 4,79 13 Bojongmanik 58,21 1,91 14 Cirinten 91,12 2,99 15 Leuwidamar 146,91 4,83 16 Muncang 84,98 2,79 17 Sobang 107,20 3,52 18 Cipanas 75,38 2,48 19 Lebak Gedong 62,55 2,05 20 Sajira 110,79 3,64 21 Cimarga 183,43 6,02 22 Cikulur 66,06 2,17 23 Warunggunung 49,53 1,63 24 Cibadak 41,34 1,36 25 Rangkasbitung 49,51 1,63 26 Kalanganyar 25,91 0,85 27 Maja 59,87 1,97 28 Curugbitung 72,55 2,38
Jumlah 3.044,72 100 Sumber : Kabupaten Lebak dalam angka, 2016
Pembagian wilayah menurut wilayah pembangunan di Kabupaten
Lebak ada 4 wilayah pembangunan yaitu :
108
1. Wilayah pembangunan Lebak Utara, yang meliputi Kecamatan
Rangkasbitung, Kecamatan Warunggunung, Kecamatan Cikulur,
Kecamatan Cimarga, Kecamatan Maja, Kecamatan Curugbitung dan
Kecamatan Kalanganyar. Ditujukan sebagai wilayah perdagangan dan
industri baik industri hulu maupun industri hilir, diharapkan pula sebagai
industri pengolahan hasil-hasil pertanian.
2. Wilayah pembangunan Lebak Selatan, wilayah ini meliputi Kecamatan
Malingping, Kecamatan Wanasalam, Kecamatan Cijaku, Kecamatan
Panggarangan, Kecamatan Bayah, Kecamatan Cilograng, Kecamatan
Cibeber, Kecamatan Cigemblong dan Kecamatan Cihara. Dengan
karakteristik yang unik yaitu sebagian berada di pegunungan (Gunung
Gede dan Gunung Sanggabuana) dan sebagian merupakan daerah
berpantai. Wilayah ini diperuntukan sebagai wilayah pembangunan yang
berpotensi dibidang pertanian tanaman pangan, perikanan laut,
pertambangan dan pariwisata.
3. Wilayah pembangunan Lebak Timur, meliputi Kecamatan Cipanas,
Kecamatan Muncang, Kecamatan Sobang, Kecamatan Sajira, Kecamatan
Leuwidamar, Kecamatan Bojongmanik, Kecamatan Lebakgedong, dan
Kecamatan Cirinten. Wilayah ini merupakan daerah perbukitan
dipegunungan Kendeng sehingga baik untuk perkebunan kecil dan
perkebunan besar.
109
4. Wilayah pembangunan Lebak Barat, wilayah pembangunan ini meliputi
Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Gunungkencana, dan Kecamatan
Cileles. Wilayah ini masih memiliki hutan lindung, dengan kontur tanah
yang ada, wilayah ini baik untuk perkebunan besar dan kecil.
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Wanasalam
Kecamatan Wanasalam merupakan Kecamatan hasil pemekaran dari
wilayah Induk Kecamatan Malingping pada Tahun 2004, Kecamatan
Wanasalam memilki luas Wilayah Kecamatan Wanasalam memiliki luas
wilayah 134,29 km2 (sekitar 4,41 persen) dari luas wilayah Kabupaten, tujuan
yang dilakukannnya Pemekaran adalah dalam rangka meningkatkan
efektifitas penyelenggaraan Pemerintahan peningkatan efektipitas dilakukan
mengingat jarak antara Pusat Kecamatan dan Desa yang cukup variatif serta
semakin meningkatnya Kepadatan penduduk pada beberapa Kecamatan.
Kecamatan merupakan wilayah kerja Camat sebagai perangkat Daerah
Kabupaten, Camat berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah.
Secara geografis Kecamatan Wanasalam terletak pada 06050’40” -
06054’40” Lintang Selatan dan 105052’40”-105058’40” Bujur Timur,
dengan batas-batas sebagai berikut:
Selatan : Samudera Indonesia
Utara : Kecamatan Banjarsari
Timur : Kecamatan Malingping
Barat : Kabupaten Pandeglang
110
Gambar 4.1
Peta Administrasi Kecamatan Wanasalam
Sumber : Buku Profil Kecamatan Wanasalam, 2016
Berdasarkan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa secara administrasi
Kecamatan Wanasalam memilki 13 Desa yaitu :
111
Tabel 4.3
Nama Desa dan Luas Wilayah di Kecamatan Wanasalam
No Desa Luas Wilayah (Ha) 1 Muara 1.210 2 Wanasalam 1.283 3 Sukatani 1.067 4 Cipedang 1.027 5 Cisarap 1.354 6 Bejod 1.337,40 7 Cikeusik 919 8 Cipeucang 906 9 Cilangkap 831,70 10 Parungsari 1.006 11 Parungpanjang 1.113 12 Katapang 585 13 Karangpamidangan 818,32 Jumlah 13.429
Sumber : Buku Profil Kecamatan Wanasalam, 2016
Kantor Kecamatan Wanasalam merupakan salah satu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Lebak. Hal ini diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor: 15 Tahun 2007 tentang
Organisasi Tata Kerja Kecamatan serta Kelurahan di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Lebak. Diktum a yang berisi salah satu jenis perangkat daerah
yang melaksanakan otonomi daerah adalah kecamatan dan kelurahan.
Tipologi Kecamatan Wanasalam terbagi kedalam tiga bagian yaitu:
sawah, ladang dan pesisir pantai. Jadi penduduknya selain bertani juga
sebagai nelayan, terutama desa muara yang sebagian besar masyarakatnya
mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
dan ketergantungannya pada pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir.
112
Jumlah penduduk Kecamatan Wanasalam berdasarkan Desa dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga Kecamatan Wanasalam
No Desa Jumlah KK Laki-laki Perempuan Total
1 Muara 2.537 5.719 5.689 11.408 2 Wanasalam 1.828 3.280 3.104 6.384 3 Sukatani 1.344 2.691 2.711 5.402 4 Cipedang 1.126 1.906 1.915 3.821 5 Cisarap 1.060 1.836 1.745 3.581 6 Bejod 1.783 2.751 2.731 5.482 7 Cikeusik 813 1.551 1.559 3.110 8 Cipeucang 686 1.273 1.302 2.575 9 Cilangkap 674 1.182 1.078 2.260 10 Parungsari 7.24 1.524 1.425 2.949 11 Parungpanjang 987 2.272 1.990 4.262 12 Katapang 824 1.786 1.745 3.531 13 Karangpamidangan 537 1.230 1.130 2.360
Jumlah 14.923 29.001 28.124 57.125 Sumber : Buku Profil Kecamatan Wanasalam, 2016
Letak geografis Kecamatan Wanasalam berada dibagian selatan
Kabupaten Lebak dengan jarak tempuh sekitar 98 km, dari Ibukota kabupaten
Lebak. Bentuk topografi pada umumnya merupakan dataran dan pantai, yang
dilalui 1 sungai besar, dan sekitar 8 anak sungai, dengan ketinggian berkisar
antara 2-62 meter di atas permukaan laut (mdpl).
113
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 sebagaimana ada
perubahan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mengenai
Pemerintahan Daerah. Oleh sebab itu, awalnya Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabuapten Lebak, dengan adanya perubahan Undang-Undang maka mulai
Januari 2017 menjadi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak.
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak merupakan unsur pelaksana tugas
Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak di bidang perikanan yang dipimpin oleh
Kepala Dinas dan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati dan Wakil Bupati. Dasar hukum pembentukan Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak yaitu Peraturan Daerah Kabupaten lebak Nomor 8 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Lebak
yang berlokasi di Jalan Siliwangi Pasir Ona (Belakang Stadion Ona).
1) Visi dan Misi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategis, merupakan
suatu langkah penting dalam perjalanan suatu dinas. Visi adalah cara
pandang jauh ke depan kemana instansi pemerintah harus dibawa agar
dapat eksis, antisipatis, dan inovatif. Visi juga merupakan gambaran yang
menantang keadaan masa depan yang diinginkan oleh instansi pemerintah
berupa komitmen murni tanpa adanya rasa paksaan. Maka Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak menetapkan visi :
114
“Terwujudnya Kabupaten Lebak Sebagai Penghasil Komoditas
Perikanan yang Optimal, Maju, Berdaya Saing dan Berkelanjutan
Berbasis Pengembangan Potensi Wilayah”.
Untuk mencapai visi tersebut, maka ditetapkan misi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak sebagai berikut :
a) Meningkatkan kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia aparatur
dan pelaku usaha perikanan;
b) Memanfaatkan potensi sumber daya perikanan secara optimal dan
berkelanjutan;
c) Meningkatkan peran sektor Perikanan dalam perekonomian daerah;
d) Mengembangkan usaha perikanan yang maju dan berdaya saing.
2) Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, mulai tahun 2016 Struktur Organisasi, Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lebak.
A. Tugas
115
Dalam melaksanakan fungsinya maka Dinas Perikanan Kabupaten
Lebak mempunyai tugas, sebagai berikut :
1) Melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang
pemberdayaan Perikanan berdasarkan azas otonomi;
2) Melaksanakan tugas pembantuan di bidang Perikanan yang
diserahkan kepada Pemerintah Daerah.
B. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, maka Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
mempunyai fungsi yaitu :
1) Perumusan kebijakan pemberdayaan nelayan kecil dan usaha kecil
pembudidayaan ikan, penerbitan SIUP di bidang pembudidayaan ikan
yang usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten, pengelolaan dan
penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pengelolaan
pembudidayaan ikan;
2) Pelaksanaan kebijakan pemberdayaan nelayan kecil dan usaha kecil
pembudidayaan ikan, penerbitan SIUP di bidang pembudidayaan ikan
yang usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten, pengelolaan dan
penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pengelolaan
pembudidayaan ikan;
3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pemberdayaan nelayan kecil dan
usaha kecil pembudidayaan ikan, penerbitan SIUP di bidang
116
pembudidayaan ikan dan yang usahanya dalam 1 (satu) daerah
kabupaten, pengelolaan dan penyelenggaraan Tempat Pelelangan
Ikan (TPI), dan pengelolaan pembudidayaan ikan;
4) Pelaksanaan administrasi Dinas Perikanan Kabupaten; dan
5) Pelaksanaan fungsi lain yang terkait bidang perikanan yang diberikan
oleh Bupati.
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak terdiri dari :
a. Kepala Dinas b. Sekretariat :
1.Sub Bagian Program dan Keuangan; 2.Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan : 1.Seksi Peningkatan Kapasitas Nelayan dan Pembudidaya Ikan; 2.Seksi Kelembagaan; 3.Seksi Kemitraan Usaha Pelaku Utama Perikanan.
d.Bidang Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan, dan Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan :
1.Seksi Perijinan dan Pencatatan Usaha Perikanan; 2.Seksi Sarana Prasarana Perikanan; 3.Seksi Pengelolaan TPI.
e. Bidang Pengelolaan Pembudidayaan Ikan: 1.Seksi Pengembangan Kawasan Budidaya Ikan; 2.Seksi Konservasi dan Kesehatan Ikan; 3.Seksi Budidaya Ikan.
f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
117
Gambar 4.2
Struktur Organisasi
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Keterangan :
Garis Kedudukan Garis Koordinasi
1. UPTD BBI 2. UPTD TPI
DINAS PERIKANAN
KABUPATEN LEBAK
SEKRETARIAT
BIDANG Pemberdayaan Nelayan
Kecil dan
Pembudidaya Ikan
BIDANG Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan dan Pengelolaan
TPI
BIDANG Pengelolaan
Pembudidayaan Ikan
SEKSI Peningkatan
Kapasitas
Nelayan Kecil
dan
Pembudidaya
Ikan
SEKSI
Kelembagaan
SEKSI Kemitraan Usaha
Pelaku Utama
Perikanan
SEKSI Perijinan dan
Pencatatan Usaha
Perikanan
SEKSI Sarana Prasarana
Perikanan
SEKSI Pengelolaan TPI
SEKSI Pengembangan
Kawasan Budidaya
Ikan
SEKSI Konservasi dan
Kesehatan Ikan
SEKSI Budidaya Ikan
SUBBAGIAN Kepegawaian
dan Umum
SUBBAGIAN Program dan
Keuangan
Kelompok
Jabatan
Fungsional
118
3) Tugas dan Fungsi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bupati dalam urusan Pemerintahan di bidang Perikanan yang menjadi
kewenangan Daerah Kabupaten dan tugas pembantuan yang
ditugaskan kepada Daerah Kabupaten.
2. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam
mengelola program, keuangan, kepegawaian, dan umum, serta
melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh Kepala
Dinas.
3. Bidang Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
Bidang Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi, fasilitasi
perumusan dan kebijakan, evaluasi serta pelaporan dan
pemberdayaan nelayan kecil dan usaha kecil pembudidayaan ikan.
4. Bidang Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan dan Pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Bidang Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan dan Pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi, fasilitasi perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi serta pelaporan pelaksanaan penerbitan SIUP di
bidang pembudidayaan ikan yang usahanya dalam 1 (satu) daerah
119
kabupaten, pembangunan/rehab sarana prasarana perikanan serta
pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
5. Bidang Pengelolaan Pembudidaya Ikan
Bidang Pengelolaan Pembudidaya Ikan mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan koordinasi, fasilitasi perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta pelaporan pelaksanaan
pengelolaan pembudidayaan ikan.
4.2 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian adalah penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses
penelitian berlangsung. Penelitian mengenai Strategi Dinas Perikanan dalam
Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak, peneliti menggunakan teori analisis SWOT yang dikutip
dari Siagian (2008:172). Teori tersebut memberikan gambaran atas komponen
penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi untuk
menjamin dapat berjalan dalam sebuah organisasi. Strategi yang sesuai atau
efektif itu mencakup antara hubungan yang konsisten dengan terdiri dari
faktor-faktor strategis yaitu secara internal ada strengths, weaknesses dan
secara eksternal yaitu, opportunities, threats dari suatu organisasi. Dalam
penentuan strategi peneliti awalnya menentukan faktor yang termasuk
strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah organisasi
penyelenggara pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan
120
Wanasalam Kabupaten Lebak. kemudian peneliti mencocokkan peluang
dengan ancaman yang dihadapi oleh organisasi tersebut dengan kekuatan dan
kelemahan ke dalam matriks SWOT untuk menghasilkan empat rangkaian
alternatif strategis yang akan memberikan gambaran yang jelas tentang
keberhasilan strategi tersebut.
Analisis dan jenis data yang digunakan dalam peneltitian ini adalah
pendekatan kualitatif, sehingga data yang diperleh pun bersifat deskriptif
berbentuk kata dan kalimat dari hasil observasi lapangan, hasil wawancara,
dan data atau hasil dokumentasi lainnya. Penelitian ini kata dan tindakan
informan penelitian yang diwawancarai merupakan sumber utama dalam
penelitian ini. Berdasarkan teknik analisis data kualitatif, data tersebut
dianalisa selama penelitian berlangsung, dimana data-data itu merupakan data
yang berkaitan dengan strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan
Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak.
setelah data-data tersebut didapatkan kemudian dianalisa sehingga nantinya
akan menghasilkan pemahaman baru dari data yang diperoleh.
Sumber data dari informan dicatat menggunakan alat tulis dan
direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber
data sekunder yang didapat berupa dokumentasi, seperti Rencana Strategis
Dinas Perikanan tahun 2014-2019. Kemudian dalam bentuk foto lapangan
dimana foto tersebut merupakan foto kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan
Wanasalam.
121
Dalam penelitian kualitatif ini data yang sudah didapatkan kemudian
diuji kembali dengan metode triangulasi. Kemudian data dari hasil observasi,
wawancara, kajian pustaka, dipaparkan dalam bentuk tertulis lalu di reduksi
data untuk mendapatkan pola serta diberi kode-kode pada aspek tertentu
berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan
permasalahan penelitian serta dilakukan kategorisasi data.
Menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bersamaan
selama proses pengumpulan data berlangsung. Oleh karena itu, proses
analisis datanya menggunakan model dari Miles dan Huberman yang terdiri
dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan reduksi data, maka peneliti
memberikan kode-kode pada aspek tertentu. Kode tersebut ditentukan
berdasarkan jawaban yang sama dan berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Adapun kode-kode tersebut diantaranya :
a. Kode Q menunjukkan daftar urutan pertanyaan
b. Kode , , dan seterusnya menunjukkan urutan pertanyaan
c. Kode I menunjukkan informan
d. Kode , , dan seterusnya menunjukkan daftar urutan informan
Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, selanjutnya
penyajian data, supaya peneliti dapat mudah melihat gambaran secara
keseluruhan atau bagian dari data penelitian. Data tersebut nanti dipilah
122
menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis untuk
ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang ada, termasuk nanti
kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi. Kemudian
triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data dengan sumber
data lainnya. Setelah semua proses analisis data dilakukan peneliti dapat
melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir ini dapat diambil ketika
peneliti telah merasabahwa data peneliti sudah sampai jenuh.
4.3 Informan Penelitian
Seperti yang sudah dijelaskan pada Bab 3 sebelumnya, bahwa
penelitian ini informan penelitiannya ditentukan dengan teknik purposive,
yaitu suatu teknik pengambilan informan dengan pertimbangann tertentu dari
pihak peneliti yang memahami objek dan fokus penelitian. Informan dalam
penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik pemerintah daerah
sebagai pengambil kebijakan dan fasilitator, pelaksana penyelenggaraan
pengembangan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Lebak yang
dijadikan informan dalam penelitian ini. Adapun informan yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
123
Tabel 4.5
Informan Penelitian
No Kode Informan
Nama Informan Pekerjaan/Jabatan Informan
1. Drs. Tb. Saepudin, M.Si ( Kepala Dinas Perikanan Enok Maesaroh, BA ( Kasubag Umum dan
Kepegawaian H. Haris Perdana, SP ( Kasubag Program dan
Keuangan Hassan Lubis, S.Pd., MM ( Kabid Pemberdayaan
Nelayan Kecil dan Pembudidayaan Ikan
Dadang Lesmana, S.ST ( Kabid Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan dan
Pengelolaan TPI Winda Triana, S.Pi., M.Si ( Kabid Pengelolaan
Pembudidayaan Ikan Rizal Ardiansyah, S.Pi ( Kasi Peningkatan Kapasitas
Nelayan Kecil dan Pembudidayaan Ikan
Oktody Pamungkas, ST ( Kasi Pengelolaan TPI 2. Ahmad Hadi ( Kepala UPTD TPI
Kabupaten Lebak 3. Mulyani ( Nelayan Kecamatan
Wanasalam Wading Riana ( Nelayan Kecamatan
Wanasalam Epi ( Nelayan Kecamatan
Wanasalam Salim ( Nelayan Kecamatan
Wanasalam 4. Prayogo Pangestu Adjie ( Mantri BRI Unit
Wanasalam 5. Nurul Hakim ( Sekretaris BPKAD
Kabupaten Lebak Achmad Baijuri ( Kasubid Perekonomian dan
SDA II BAPPEDA Kabupaten Lebak
6. H. Karnaen,. S.IP,. M.Si ( Camat Kecamatan Wanasalam
Atmo Sudirjo, S.Pd ( Sekretaris Desa Muara Sumber : Peneliti, 2017
124
4.4 Analisis Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dari hasil wawancara,
observasi maupun dokumen yang diperoleh selama penelitian. Analisis data
dilakukan terus menerus dari sejak awal dikumpulkan sampai dengan
penelitian berakhir. Untuk memperkuat dalam analisis data peneliti dalam
penelitian yang berjudul Strategi Dinas Perikanan dalam Pengembangan
Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak
peneliti menggunakan analisis SWOT menurut Siagian (2008:172), dimana
analisis SWOT terdiri dari strengths, weaknesses, opportunities, threats atau
terdiri dari dua faktor yaitu internal dan eksternal.
Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara, peneliti dapat melihat
kondisi potensi perikanan yang ada sekarang ini baik itu bisa dilihat dari
jumlah nelayan yang mayoritas ada di Kecamatan Wanasalam, dan potensi
alam yang dengan jumlah jenis ikan yang banyak serta hasil produksi yang
baik setiap tahunnya. Namun memang dalam hal pengembangan potensinya itu
yang belum optimal, bisa dilihat dari jumlah pegawai teknis yang masih
kurang, sarana prasarana Tempat Pelelangan Ikan yang belum optimal,dan
tingkat kesejahteraan nelayan yang masih rendah. Hal sudah dikembang oleh
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ini, yaitu salah satunya dengan program
atau kegiatan untuk kepentingan nelayan. Supaya lebih jelasnya, saya
menggunakan analisis SWOT ini.
125
4.4.1 Strenghts (Kekuatan)
Strenghts (Kekuatan) adalah kondisi kekuatan yang terdapat dalam
sebuah organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang
dianalisis merupakan faktor internal dalam sebuah organisasi. Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak memiliki Strenghts atau kekuatan dalam penyelenggaraan
pengembangan potensi perikanan tangkap supaya bisa berjalan dengan efektif
dan efisien. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan
Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan :
“SDM aparatur dan SDM pelaku utama perikanan, kemudian potensi wilayah, karena berada di pesisir. SDM aparatur disini untuk pegawai di Dinas Perikanannya. Untuk SDM pelaku utama disini yaitu jumlah nelayan yang banyak di Kecamatan Wanasalam.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, 6 Februari 2017, pukul 09.05 WIB di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, Dinas Perikanan
memiliki Sumber Daya Manusia pegawainya cukup, dan Sumber Daya
Manusia berdasarkan jumlah nelayan pun banyak untuk di Kecamatan
Wanasalam. Selain itu juga Kecamatan Wanasalam ini berada di wilayah
pesisir. Peneliti juga melakukan pengecekan untuk pegawai yang berada di
Dinas Perikanan, dengan melakukan wawancara Bidang Kepegawaian. Berikut
pernyataannya dari Kepala Bidang Kepegawaian :
“Dari jumlah untuk SDM perikanan PNS semuanya ada 26 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan PNS 4 orang, non penyuluh berarti pegawai struktural ada 22 orang. Kalau penyuluh termasuk ke jabatan fungsional. Sekarang pegawai non PNS 20 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat 7 orang, ada tenaga
126
kerja sukarela sebanyak 13 orang. Jadi secara keseluruhan ada 46 orang.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Kepegawaian, 6 Februari 2017, Pukul 13.15 WIB , di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dilihat memang untuk jumlah
pegawai di Dinas Perikanan sudah cukup. Seluruh jumlah pegawai yang ada di
Dinas Perikanan itu sebanyak 46 orang, yang terdiri dari 26 pegawai PNS dan
20 pegawai non PNS. Hal lainnya juga ditambahkan dengan pernyataan dari
Kepala Bidang Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Kita sudah punya SDM yang latar belakang lulusan perikanan, untuk bidang secara teknis semua lulusan perikanan, kalau bidang sekretariat kan bersifat umum jadi campur. Hampir 90 % pegawai yang sesuai lulusan. Sarana dan prasarana cukup, dengan sumber daya yang ada kita masih bisa bergerak. Jumlah nelayannya, dari luas pantai 91,18 jumlah nelayan 3.600 se kabupaten Lebak.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil dari wawancara dapat diketahui bahwa Dinas
Perikanan hampir 90% sudah lulusan perikanan karena memang diharapkan
secara teknis dari lulusan perikanan, kalau bidang sekretariat bersifat umum
jadi campur, tidak hanya lulusan perikanan saja. Diketahui juga untuk jumlah
nelayan se-kabupaten Lebak ada 3.600 nelayan, dengan panjang pantai 91,18
km. Sesuai juga dengan pernyataan dari Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan
Kecil yaitu :
“Potensi sumber daya ikan lestari di selatan pulau jawa, sumber daya ikan, potensi ikannya, potensi perairannya relatif belum ada pencemaran. Kualitas perairan masih bagus. Untuk SDM terutama di wanasalam, dengan jumlah nelayan yang 1900, hampir 60% dari jumlah seluruh jumlah nelayan di Kabupaten Lebak.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017,
127
Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui juga untuk jumlah
nelayan di Kecamatan Wanasalam yaitu 1900 orang atau hampir 60% dari
seluruh jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Lebak. Selain itu juga potensi
alam yang ada di wilayah selatan pulau Jawa. Jumlah nelayan dan potensi alam
disana yang baik ini di Kecamatan Wanasalam, salah satu untuk
pengembangan potensi perikanan tangkapnya lebih optimal. Terkait pernyataan
tersebut, peneliti juga melakukan pengecekan kebenaran dengan
mewawancarai perangkat Desa Muara untuk mengkonfirmasi informasi yang
didapatkan dari Dinas Perikanan. Berikut pernyataan dari Sekretaris Desa
Muara yaitu :
“Jumlah nelayan sampai tahun 2016 kurang lebih ada 2.000 orang untuk di desa muara. Kebanyakan memang pekerjaannya nelayan, petani juga ada tapi sedikit kurang lebih ada 100 orang. Karena faktor wilayah juga desa muara ini wilayah pesisir” Wawancara dengan Sekretaris Desa Muara, 24 Februari 2017, Pukul 14.15 WIB, di Kantor Desa Muara
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa jumlah nelayan di
Kecamatan Wanasalam khususnya Desa Muara itu kurang lebih 2.000 orang.
pekerjaan utamanya pun sebagai nelayan. Sedangkan untuk pekerjaan petani
sedikit kurang lebih 100 orang, disebabkan salah satunya ini karena salah satu
desa di Kecamatan Wanasalam ini yaitu desa muara berada di pesisir pantai.
Melihat jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) baik itu dilihat dari
jumlah aparatur Dinas Perikanannya atau pun dari jumlah nelayan yang ada di
128
Kecamatan Wanasalam, memang keduanya sudah cukup terutama aparatur
dinas disini sudah cukup baik itu dilihat dari lulusan perikanan yang lebih
banyak, seharusnya memang ini menjadi modal dinas dalam pengembangan
potensi perikanan di Kabupaten Lebak, khususnya di Kecamatan Wanasalam.
Karena dengan sudah cukupnya aparatur dinas ini, bisa memberikan tanggung
jawab dan komitmen dalam pekerjaan mereka di Dinas Perikanan. Sehingga
dinas pun nantinya mengadakan program atau kegiatan untuk pengembangan
perikanan tangkap bisa optimal dengan dilihat dari jumlah aparatur dinasnya.
Selain itu juga melihat jumlah nelayan mayoritas ada di Kecamatan
Wanasalam, khususnya Desa Muara menjadi penguatan juga dalam
pengembangan potensi perikanan tangkap yang ada disana. Karena dengan
didukung jumlah nelayan yang banyak, potensi yang ada di Kecamatan
Wanasalam juga akan semakin baik lagi untuk dioptimalkan. Dibandingkan
dengan 5 kecamatan yang berada di wilayah pesisir lain Kecamatan
Wanasalam memiliki potensi perikanan tangkap yang bisa dikembangkan.
Karena didukung oleh potensi alamnya juga yang baik, sehingga memang
wilayah pesisir yang potensinya baik untuk dikembangkan yaitu Kecamatan
Wanasalam. Kemudian disesuaikan juga dengan program atau kegiatan dari
Dinas Perikanan, supaya potensi yang ada bisa dioptimalkan dengan baik.
Program pengembangan sistem perikanan tangkap memiliki 4 jenis
kegiatan yaitu pendampingan pada kelompok nelayan perikanan tangkap,
pemeliharaan tempat pelelangan ikan, rehabilitasi sedang/berat tempat
pelelangan ikan, pengembangan prasarana perikanan tangkap. Keempat
129
kegiatan ini sangat bermanfaat bagi nelayan dalam rangka pengembangan
potensi perikanan tangkap, sesuai dengan pernyataan dari Kepala Sub Bagian
Program dan Kegiatan sebagai berikut :
“Untuk kegiatan yang pertama pendampingan kelompok nelayan, bisa memberikan edukasi atau pendidikan, memberikan keterampilan kepada nelayan, penguatan SDM nelayan, walaupun lebih kuatnya dari bantuan APBN kementerian, sedangkan untuk kontribusi dari kabupaten itu berupa penyediaan alat tangkap ikan. Peningkatan alat tangkap ikan diharapkan jangkauan area penangkapan bisa lebih luas lagi, sehingga hasilnya bisa maksimal.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Progran dan Keuangan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05 WIB, di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, program
pengembangan sistem perikanan tangkap ada yang bersifat pelatihan dan
pemberian alat tangkap ikan. Untuk pendampingan itu sendiri untuk
memberikan edukasi untuk keterampilan nelayan, sedangkan pemberian alat
tangkap agar jangkauan area penangkapan bisa lebih luas sehingga nantinya
hasilnya bisa maksimal. Namun memang lebih banyak kontribusi dari APBN,
dibandingkan dengan kabupaten. Kabupaten hanya dalam bentuk pemberian
bantuan alat tangkap ikan, sedangkan untuk pelatihan itu lebih banyak pusat
yang mengadakan. Salah satu kegiatan yang sudah pernah dilakukan oleh pusat
yaitu Kementerian Kelautan yaitu kegiatan pelatihan aplikasi Nelayan Pintar
(NelPin). Peneliti juga menggunakan dokumentasi untuk memperkuat pendapat
dari Kepala Sub Bagian Program dan Keuangan, sebagai berikut :
130
Gambar 4.3
Kegiatan pelatihan aplikasi Nelayan pintar (NelPin)
Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, 2016
Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa salah satu kegiatan
yang pernah dilakukan oleh pusat atau Kementerian Kelautan yaitu pelatihan
aplikasi nelayan pintar, kegiatan ini dilakukan pada tahun 2016, serta diikuti
oleh perwakilan nelayan yang ada di wilayah Kabupaten Lebak. manfaat dari
pelatihan ini nantinya nelayan akan diajak untuk berubah ke arah yang lebih
baik lagi, karena aplikasi nelayan pintar ini berupa sistem informasi berbasis
multimedia atau menggunakan handphone. Manfaatnya yaitu nelayan nantinya
bisa mengetahui berbagai informasi seperti : cuaca perairan, harga produksi
ikan, dan informasi pelabuhan. Dibutuhkan memang pelatihan seperti ini,
namun memang hanya pusat yang biasa mengadakan kegiatan seperti ini,
karena kabupaten terhambat oleh anggaran, pusat pun belum tentu satu tahun
ada kegiatan. Jadi diperlukan pelatihan lainnya yang bisa mengembangkan
131
kemampuan dan pengetahuan nelayan, supaya nelayan ini bisa berpikir lebih
modern lagi. Hal serupa juga ditambahkan oleh Kepala Seksi Pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sebagai berikut :
“Manfaat jelas, karena kita memberikan bantuan-bantuan dan seharusnya itu menjadi stimulus untuk nelayan. Sarana prasarana penangkapan ikan, sarana prasarana infrastrukturnya, memberikan pelatihan-pelatihan nelayan maupun pengolah. Harapannya nelayan menjadi tidak orang perorang namun menjadi kelompok dengan koperasi sehingga bisa saling membantu nantinya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan TPI, 3 Februari 2017, Pukul 09.05 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui, Dinas Perikanan
memberikan bantuan atau pelatihan itu sebagai stimulus nelayan, supaya
nelayan bisa lebih giat lagi, bukan malah ketergantungan terhadap bantuan
yang diberikan pemerintah. Selain itu juga untuk manfaatnya itu salah satu
penunjang dalam pengembangan potensi perikanan tangkap yang semakin
baik. Hal ini juga dikatakan oleh Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, yaitu :
“Jelas bermanfaat, terkait banyak elemen kepada nelayan. pendampingan itu untuk nelayan, kita bisa memberikan bantuan hibah berupa sarana penangkapan akan meningkatkan pendapatan nelayan dan kesejahteraan nelayan, rehabilitasi terkait sarana yang digunakan oleh nelayan untuk aktifitas lelang, ketika kita menyediakan nelayan bisa menggunakan fasilitas tersebut. Jadi kita menyediakan tempat untuk digunakan nelayan.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa manfaat dari semua
kegiatan itu untuk kemajuan nelayan, seperti halnya pendampingan kelompok
itu berupa pemberian bantuan itu untuk meningkatkan pendapatan nelayan
132
tersebut, sedangkan untuk kegiatan rehab TPI diperuntukkan untuk aktifitas
lelang nelayan, jadi menyediakan untuk segala kegiatan lelang nelayan. Hal
yang sama juga ditambahkan oleh Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan Kecil
sebagai berikut :
“Dilihat dari intervensi pemerintah daerah khususnya untuk nelayan, jenis-jenis bantuan bertujuan untuk menambah armada, dan meremajakan alat tangkap yang digunakan. Diharapkan dengan adanya bantuan untuk memudahkan nelayan dalam menangkap ikan, mengefisienkan cara kerja mereka, seperti GPS. Bisa dilihat manfaatnya, dirasakan oleh penerima bantuan.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa manfaat dari
pemerintah daerah lebih pada untuk penambahan armada, dan untuk
meremajakan alat tangkap yang digunakan. Selain itu juga untuk
mengefisiensikan cara kerja nelayan, seperti halnya bantuan berupa Global
Positioning System (GPS), sehingga akan lebih memudahkan nelayan dalam
menangkap ikan. Hal serupa juga ditambahkan oleh Kepala Bidang
Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, sebagai berikut :
“Manfaatnya banyak, mengenai hasil tangkapan ikan, sesuai dengan target dalam renstra, dan juga untuk peningkatan pendapatan asli daerah berasal dari retribusi tempat pelelangan ikan, dan untuk mensejahterakan nelayan secara umumnya.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, 6 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa manfaat lain dari
program atau kegiatan ini yaitu untuk membantu dalam pencapaian target yang
133
sudah ditentukan dalam Renstra, dan juga untuk peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang berasal dari retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan
juga untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Kemudian peneliti juga
melakukan konfirmasi atas informasi yang didapatkan dari Dinas Perikanan,
seperti yang ditambahkan oleh Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Lebak, sebagai berikut :
“Retribusi itu sendiri dikenakan 3% ke PAD. Pada tahun 2016 untuk kontribusi Dinas Perikanan ke PAD itu sebesar Rp. 1.083.628.992 dari seluruh PAD Kabupaten Lebak sebesar Rp. 341.992.393.885 atau 0,3% dari keseluruhan PAD yang diterima Kabupaten Lebak dari Dinas Perikanan. Kalau dilihat masih kecil, dibandingkan dengan retribusi dari RSUD dan pasar.”(Wawancara dengan Sekretaris BPKAD Kabupaten Lebak, 1 Maret 2017, Pukul 09.00 WIB, di Ruang Sekretaris BPKAD)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa retibusi yang diberikan
dari Dinas Perikanan masih terbilang kecil, Tahun 2016 untuk kontribusi
Dinas Perikanan ke PAD itu sebesar Rp. 1.083.628.992 dari seluruh PAD
Kabupaten Lebak sebesar Rp. 341.992.393.885 atau 0,3% dari keseluruhan
PAD yang diterima Kabupaten Lebak dari Dinas Perikanan. Peneliti juga
menggunakan data sekunder untuk memperkuat pendapat dari Sekretaris
BPKAD Kabupaten Lebak, sebagai berikut :
134
Tabel 4.6
Capaian Target Pendapatan SKPD Pengelola PAD tahun 2016
No SKPD Target Realisasi 1 Dinas Kesehatan 51.638.730.000 56.425.125.892 2 RSUD Dr. Adjidarmo 173.623.140.000 171.806.008.046 3 Dinas Bina Marga 500.000.000 814.186.500 4 Dinas Cipta Karya 2.000.000.000 3.096.297.700 5 KPAB 1.308.381.000 1.354.851.890 6 BAPPEDA 0 0 7 Dinas Perhubungan 1.319.422.500 1.275.467.120 8 Dinas Kebersihan 286.390.000 330.380.000 9 BLH 432.883.000 468.569.000
10 Disporapar 131.312.500 131.312.500 11 Sekretariat Daerah 667.480.000 713.430.000 12 DPPKD 83.529.744.935 100.881.467.830 13 Dinas Pertanian 255.000.000 256.674.500 14 Dinas Peternakan 32.000.000 32.300.000 15 DKP 940.609.600 1.083.628.992 16 Disperindag 3.502.121.040 3.322.693.915
Jumlah 320.167.214.575 341.992.393.885 Sumber : BPKAD, 2016
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa untuk kontribusi Pendapatan
Asli Daerah dari Dinas Perikanan masih terbilang kecil, karena untuk
kontribusi tertinggi dari RSUD Dr. Adjidarmo dengan Rp. 171.806.008.046
sedangkan untuk Dinas Perikanan hanya Rp. 1.083.628.992 atau 0,3 % dari
keseluruhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lebak.
Dalam pengembangan potensi perikanan tangkap, Dinas Perikanan pun
terus meningkatkan atau berusaha memperbaharui alat tangkap atau
perlengkapan lain, supaya nelayan dalam melaut bisa lebih mudah dan efisien,
karena dengan memajukan dalam hal teknologi, akan sangat membantu
nelayan bisa lebih maju lagi pola pikirnya, dan ingin terus belajar. Salah satu
135
pemberian bantuan berupa Global Positioning System (GPS) itu untuk
mempermudah nelayan dalam alur pelayaran untuk nelayan.
Selain itu juga program atau kegiatan ini juga dalam pengembangan
potensi perikanan tangkap, manfaatnya akan membantu dalam hal peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihasilkan dari retribusi TPI. Untuk
retribusi itu sendiri dikenakan 3% ke PAD. Karena dengan melihat kontribusi
yang diberikan ke PAD besar atau kecil, itu juga akan terlihat potensi yang ada
itu apakah sudah dioptimalkan atau belum. Pada tahun 2016 untuk kontribusi
Dinas Perikanan ke PAD itu sebesar Rp. 1.083.628.992 dari seluruh PAD
Kabupaten Lebak sebesar Rp. 341.992.393.885 atau 0,3% dari keseluruhan
PAD yang diterima Kabupaten Lebak dari Dinas Perikanan. Oleh sebab itulah,
program atau kegiatan ini bisa terus nantinya meningkatkan kontribusi dalam
hal PAD.
Dalam hal manfaat dari program atau kegiatan ini bersifat ada yang
keterampilan nelayan dengan pemberian batuan alat tangkap. Apabila kita
melihat keterampilan nelayan disini, nantinya supaya nelayan yang ada di
Kecamatan Wanasalam ini bisa memiliki ilmu atau keterampilan, baik itu
berupa pembuatan jaring atau kapal, atau juga pelatihan dalam penggunaan
teknologi baru. Karena itu penting, untuk bekal nelayan kedepannya. Supaya
nelayan di Kecamatan Wanasalam ini bisa lebih baik lagi ke depannya.
Di dalam program atau kegiatan yang direncanakan oleh Dinas
Perikanan itu ada program unggulan atau prioritas, dimaksudkan untuk menjadi
136
lebih perhatian dari kegiatan lainnya. Supaya juga program unggulan dari
program pengembangan sistem perikanan tangkap bisa terus realisasikan sesuai
dengan rencana awal. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak, sebagai berikut :
“Kegiatan pendampingan, membantu memberikan alat bantu atau menghibahkan seperti alat tangkap, jaring, perahu, walaupun belum secara keseluruhan mendapatkan bantuan tersebut disalurkan kepada kelompok nelayan. Diharapkan kelompok ini bisa berkembang, secara perorangan juga makin berkembang.”(Wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, 20 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Ruang Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa untuk program
unggulan Dinas Perikanan itu kegiatan pendampingan kelompok nelayan,
dengan salah satunya pemberian alat bantu atau menghibahkannya. Diharapkan
nelayan ini bisa berkembang secara kelompok terlebih dahulu sebelum
nantinya berkembang juga secara individu. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Kepala Sub Bagian Program dan Keuangan, yaitu :
“Kegiatan pendampingan, karena rehab TPI itu sebagai penunjang untuk distribusikan hasil. Namun yang diutamakan selama ini kita penyediaan sarananya lebih ke fisik, untuk softskill belum terlalu rutin, paling seperti untuk penggunaan GPS atau semacam edukasi yang diperbolehkan dalam penangkapan ikan.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bagian Program dan Kegiatan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05 WIB, di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa memang kegiatan
pendampingan dalam hal ini pemberian bantuan lebih menjadi program atau
kegiatan unggulan. Kegiatan rehab TPI itu sebagai penunjang saja, sedangkan
yang utama adalah sarana alat tangkap yang baik. Selain itu juga yang
137
diutamakan itu lebih ke bersifat fisik seperti bantuan jaring atau kapal,
sedangkan untuk pelatihan atau keterampilan belum terlalu rutin dilakukan
oleh kabupaten. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Bidang
Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Kalau menurut saya, pendampingan yang menjadi prioritas karena kita memberikan bantuan hibah untuk meningkatkan hasil tangkapnnya, kalau rehabilitasi masih kita bisa alokasikan tahun depan.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa tetap program atau
kegiatan yang mempunyai prioritas memang dalam hal pendampingan karena
dalam rangka memberikan bantuan hibah untuk meningkatkan hasil tangkapan
dari nelayan itu. Rehab TPI itu tidak harus setiap tahun dilakukan, dan
dialokasikannya pun kalau tidak untuk tahun ini masih bisa tahun depan.
Sedangkan kalau pemberian hibah bantuan itu, tidak bisa ditunda dengan
menunggu tahun depan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Seksi
Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil yaitu :
“Bantuan sarana penangkapan ikan, pembangunan prasarana pelabuhan, yaitu fasilitas TPI seperti alur pelayaran, kolam pelabuhan di dermaga.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui memang bahwa selain
kegiatan pemberian bantuan atau hibah sarana penangkapan ikan, juga yang
menjadi unggulan yaitu kegiatan pembangunan prasarana pelabuhan, seperti
fasilitas TPI, lalu alur pelayaran dan kolam pelabuhan ikan. Prasarana ini juga
138
penting untuk membantu dalam pengembangan potensi perikanan tangkap di
Kecamatan Wanasalam. Hal serupa juga ditambahkan oleh Kepala Seksi
Pengelolaan TPI sebagai berikut :
“Pertama bantuan, sarana dan prasarana termasuk alat tangkap, kapal. Kedua kartu nelayan, bagian dari program pengembangan potensi perikanan tangkap, karena dengan kartu itu bisa memperoleh beasiswa pendidikan, mendapatkan bahan bakar. Ketiga asuransi nelayan, manfaatnya untuk kepentingan yang bisa mendukung mengembangkan diri. Sasaran program untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan TPI, 3 Februari 2017, Pukul 09.05 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa yang menjadi program
unggulan bukan hanya sarana dan prasarana seperti kapal dan jaring saja,
melainkan program kartu nelayan ini juga bagian dari program untuk
pengembangan potensi perikanan tangkap, karena dengan memiliki kartu
nelayan akan dapat memperoleh beasiswa pendidikan bagi nelayan yang tidak
mampu. Selain kartu nelayan juga, ada program lain yang cukup penting yaitu
asuransi nelayan, dimana manfaatnya untuk kepentingan yang bisa mendukung
mengembangkan diri. Sasaran dari program itu juga untuk meningkatkan
kesejahteraan nelayan.
Secara keseluruhan memang program atau kegiatan yang menjadi
unggulan ini lebih bersifat fisik langsung seperti pengadaan bantuan kapal atau
jaring. Dua bantuan itu memang penting untuk nelayan, karena itu bisa
meringankan beban dari nelayan, dan menjadi salah satu faktor dalam
pengembangan potensi perikanan tangkap. Selain bantuan berupa fisik tadi,
139
tidak kalah pentingnya perbaikan untuk prasarana pelabuhan seperti fasilitas
Tempat Pelelangan Ikan, lalu alur pelayaran, dan kolam pelabuhan ikan.
Namun, dengan berlakunya Undang-Undang nomor 23 tahun 2014
mengenai pemerintahan daerah, lalu mengacu pada peraturan pemerintah no 18
tahun 2016 tentang organisasi perangkat daerah, dan berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak nomor 8 tahun 2016 tentang pembentukan organisasi
dan tata kerja dinas daerah Kabupaten Lebak, maka dari itu mulai tanggal 1
Januari 2017 untuk urusan kepelabuhan diserahkan ke pihak provinsi. Jadi
pemerintah kabupaten hanya dalam hal pengelolaan TPI saja, sehingga untuk
sarana dan prasarana pelabuhan pihak kabupaten hanya bisa
merekomendasikannya ke pihak provinsi. Sedangkan untuk sarana prasarana
TPI baru kabupaten yang mengurusinya.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 7 tahun 2016 tentang
perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak
garam, maka ada program asuransi nelayan. Dimana program ini juga menjadi
program unggulan, karena memang untuk membantu kesejahteraan nelayan,
baik itu kesejahteraan dalam perlindungan dan pemberdayaan nelayan itu.
Sesuai dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 2016 pasal 39 dan 40 dimana
mengenai jaminan keamanan dan keselamatan nelayan. Oleh sebab itu,
diadakanlah salah satunya program asuransi nelayan, dalam rangka
mengaplikasikan dari Undang-Undang nomor 7 tahun 2016 ini.
140
Program atau kegiatan yang sudah direncanakan dalam Rencana
Strategis juga berdasarkan hasil dari kerjasama dengan pemerintahan daerah
yang berkaitan, seperti halnya koordinasi atau komunikasi yang dilakukan
dengan Organisasi Perangkat Daerah lainnya yang ada di Kabupaten Lebak.
hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
sebagai berikut :
“Kita mengusulkan mengenai anggaran, lalu kita meyakinkan pemerintah daerah bahwa nelayan ini masih butuh bantuan, disampaikan melalui rapat-rapat koordinasi apakah itu dilakukan ketika perencanaan penganggaran oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) koordinatornya di BAPPEDA. Karena keterbatasan anggaran program atau kegiatan yang kita adakan tidak semuanya bisa terakomodir. Kita juga memerlukan bantuan yang bersifat dari pusat/provinsi.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, 20 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Ruang Kepala Dinas)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa Dinas Perikanan
melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah berupa koordinasi dan
komunikasi. Biasanya dalam hal pengusulan anggaran, dan meyakinkan
pemerintah daerah bahwa nelayan ini memang masih butuh diberikan bantuan.
Itu semua disampaikan ketika ada rapat koordinasi dengan Tim Anggaran
Pemerintah Daerah, dimana koordinatornya di BAPPEDA. Selain itu juga
dilakukan dengan pihak provinsi dan pusat, karena memang pemerintah daerah
ini keterbatasan anggaran, maka kami juga memerlukan bantuan dari provinsi
atau pusat. Hal serupa juga ditambahkan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan
Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
141
“Dari dinas dengan pemerintah daerah itu biasanya yang dikoordinasikan dari sisi perencanaan dengan BAPPEDA, untuk program-program dengan Sekretariat Daerah, dan anggaran/keuangan dengan BPKAD.” ( Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, 6 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa bentuk kerjasama
dari Dinas Perikanan ke pemerintah daerah biasanya koordinasi dari sisi
perencanaan itu dengan BAPPEDA, untuk program-program biasanya dengan
Sekretariat Daerah, dan mengenai anggaran atau keuangan itu dengan BPKAD.
Kerjasama ini dilakukan memang agar program atau kegiatan yang dilakukan
oleh Dinas Perikanan bisa sesuai dengan visi dan misi dari Kabupaten Lebak.
karena dengan kerjasama inilah akan terjadi sinkronisasi antara program atau
kegiatan Dinas Perikanan dengan pemerintah daerah. Hal yang sama juga
disampaikan oleh Kepala Bidang Pembudidaya Ikan yaitu :
“Kita koordinasi lintas sektoral macam-macam, kita dengan kecamatan koordinasi terkait program-program kecamatan, dengan bagian umum, dengan dinas disperindag kaitan dengan masalah perdagangan, kemudian dinas lingkungan hidup terkait pengelolaan wilayah pesisir, ini yang di pemda kan yah. Dinas koperasi juga terkait dengan kelembagaan, sudah mendorong kelompok untuk membentuk koperasi yang berbasis KUB sudah ada 2 di Bayah dan di Wanasalam. Karena untuk mekanisme penerimaan hibah atau bansos.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Dinas Perikanan ini
melakukan kerjsama dengan dinas lain pun sudah dilakukan, seperti dengan
kecamatan itu kerjasama dengan koordinasi terkait program-program
142
kecamatan, kemudian dengan Disperindag itu mengenai perdagangan, lalu
dengan Dinas Lingkungan Hidup itu tentang pengelolaan wilayah pesisir,
Dinas Koperasi juga kita kerjasama mengenai kelembagaan, karena dalam
pemberian bantuan dari pemerintah sekarang harus melewati koperasi, karena
harus lembaga yang berbadan hukum. Karena selama itu program atau kegiatan
Dinas Perikanan ada kaitannya dengan dinas lain maka memang akan
dilakukan kerjasama dalam hal koordinasi. Supaya dalam pengembangan
potensi perikanan ini bisa berjalan baik, atas kerjasama dari semua pihak yang
terkait.
Peneliti juga melakukan wawancara dengan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) untuk mengkonfirmasi informasi yang
didapat dari Dinas Perikanan tentang hal kerjasama dalam bentuk koordinasi.
Adapun hasil wawancara dengan Kepala Sub Bidang Perekonomian dan
Sumber Daya Alam sebagai berikut :
“Dalam hal koordinasi program dan kegiatan. Fungsi BAPPEDA itu sendiri lebih koordinasi dengan instansi. Kebetulan bidang ekonomi dan SDA kebetulan dinas perikanan ada disini. Mengarahkan agar tidak keluar dari rencana yang telah dibuat dari tahun 2014-2019.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam, 27 Februari 2017, Pukul 09.30 WIB, di Ruang Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa memang Dinas
Perikanan melakukan kerjasama dalam hal koordinasi dengan BAPPEDA, itu
biasanya dalam hal program dan kegiatan . kebetulan Dinas Perikanan ini
termasuk dalam Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam. Bidang ini
143
nantinya yang mengarahkan agar tidak keluar dengan rencana yang sudah
ditetapkan pada tahun 2014-2019 oleh pemerintah daerah Kabupaten Lebak.
jadi memang fungsi dari BAPPEDA itu lebih koordinasi dengan instansi lain.
Sehingga koordinasi dilakukan ketika dimulai dari perencanaan program atau
kegiatan setiap instansi itu.
Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk mengkonfirmasi
informasi yang didapatkan dari Dinas Perikanan. Adapun hasil wawancara
dengan Sekretaris BPKAD Kabupaten Lebak, sebagai berikut :
“Koordinasi yang dilakukan pada saat penyusunan APBD, tapi hanya untuk mengetahui bagaimana uang yang ada digunakan. Untuk penyusunan, sebenarnya kita sudah bisa melihat dari penyusunan RKPD, KUA-PPAS. Serta evaluasi di BPKAD itu seperti apakah anggaran itu sudah terserap apa belum.” (Wawancara dengan Sekretaris BPKAD Kabupaten Lebak, 1 Maret 2017, Pukul 09.00 WIB, di Ruang Sekretaris BPKAD)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Dinas Perikanan ini
melakukan koordinasi dengan BPKAD pada saat penyusunan APBD, tapi
memang BPKAD ini hanya untuk mengetahui bagaimana uang yang ada itu
digunakan, serta biasanya BPKAD ini melakukan evaluasi dalam hal apakah
anggaran itu sudah terserap apa belum. Dalam hal penyusunan RKPD, KUA-
PPAS dari situ kita bisa melihat anggaran yang ada itu untuk apa dari setiap
SKPD khususnya Dinas Perikanan. Koordinasi yang dilakukan itu untuk tidak
ada kesalahan dalam penyusunan anggarannya, dan evaluasi dilakukan juga
karena dikhawatirkan anggaran yang ada tidak digunakan semestinya.
144
Sehingga program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan awal, supaya dapat membantu pemerintah daerah dalam
pengembangan potensi yang dimilikinya. Anggaran yang diterima pun bisa
efisien digunakannya untuk menjalankan program atau kegiatan dari setiap
Organisasi Perangkat Daerah masing-masing
4.4.2 Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses (Kelemahan) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam
sebuah organisasi, bisa dapat berupa keterampilan dan kemampuan yang
menjadi penghalang untuk kinerja organisasi yang baik dan memuaskan.
Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor internal organisasi tersebut.
Dinas perikanan dalam penyelenggaraan pengembangan potensi perikanan
tangkap masih memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki agar
kualitas penyelenggaraan dapat berjalan lebih baik lagi, seperti yang
diungkapkan oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu :
“SDM masih kurang, kemudian operasional dinas untuk pembinaan nelayan itu masih rendah, anggaran yang dikelola masih jauh dari apa yang diharapkan. Karena dari program banyak yang kita buat tapi kenyataannya tidak bisa dilaksanakan.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, 20 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Ruang Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa rendahnya Sumber Daya
Manusia (SDM), sehingga pembinaan untuk nelayan masih rendah. Selain itu
juga mengenai anggaran yang dikelola masih jauh dari apa yang diharapkan
oleh dinas, akibatnya memang dengan banyaknya program yang dibuat tapi
145
pada kenyataannya tidak bisa dilaksanakan. Hal serupa juga diungkapkan oleh
Kepala Bidang Pmberdayaan Nelayan kecil dan Pembudidaya Ikan yaitu :
“Kelemahan banyak, salah satunya tadi itu SDM yang handal, yang serba bisa, masih kurang. Karena kita masih sedikit untuk tenaga, dengan berbagai disiplin ilmu yang campur. Kita kan dibidang tangkap, harusnya kita bisa tahu cara penangkapan yang baik. Selanjutnya dana, kita mengandalkan dari Dana Alokasi Khusus (DAK).” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, 6 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa Sumber Daya
Manusia yang kurang disini dalam hal kemampuan, dan yang serba bisa.
Karena disini masih dari berbagai disiplin ilmu. Kita contohnya berada
dibidang perikanan khususnya tangkap, harusnya bisa tahu cara penangkapan
ikan yang baik. Selain itu juga Dinas Perikanan ini mengandalkan Dana
Alokasi Khusus (DAK), karena anggaran dari APBD itu cukup kecil. Kalau di
DAK itu sudah tahu anggarannya harus digunakan untuk apa, jelas aturannya.
Kalau APBD memang, dinas ini yang harus pintar dalam mengelola anggaran
tersebut, supaya program dan kegiatan dinas bisa berjalan sesuai rencana. Hal
yang sama juga diungkapkan Kepala Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI
sebagai berikut :
“Sumber daya manusia, mereka para nelayan disini masih merasa alatnya masih tradisional, kemampuan para nelayan belum begitu terampil, peralatan digunakan seperti ada jaring, pancing mereka itu kadang-kadang sudah usang atau rusak. Kemudian personil/tenaga jumlah 11 petugasnya hanya 1, PPL itu berbarengan untuk budidaya juga, sangat terbatas. Tugasnya melaporkan yang berhubungan nelayan, sebulan sekali ada rapat dinas.” (Wawancara dengan Kepala Bidang
146
Perizinan dan Pengelolaan TPI, 14 Februari 2017, Pukul 09.10 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa Sumber Daya
Manusia (SDM) dilihat dari nelayannya, dimana nelayan disini masih belum
memiliki keterampilan, seperti perlatan jaring, atau pancing yang digunakan itu
sudah using atau rusak. Apabila melihat dari Sumber Daya Manusia (SDM)
yang ada di dinas untuk personil atau tenaga ada 11 orang tapi yang petugasnya
hanya 1 orang. Untuk PPL juga itu bersamaan dengan perikanan budidaya,
sehingga masih terbatas. Hal serupa juga ditambahkan oleh Kepala Bidang
Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Perilaku, Sikap dan Keterampilan (PSK) dari nelayan, keterampilan nelayan yang masih rendah dalam perikanan. Nelayan kita masih banyak yang belum memiliki sertifikat-sertifikat, sedangkan untuk berlayar apalagi kapal diatas 5 GT harus ada sertifikat berlayar, yang mengeluarkan sertifikat itu dinas perhubungan, selanjutnya anggaran sebenernya kita hanya mengandalkan dari DAK, APBD kita rendah.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa selain nelayan yang
masih rendah dalam hal Perilaku, Sikap, dan Keterampilan (PSK) dari nelayan
juga rendah. Selain itu nelayan masih banyak yang belum memiliki sertifikat,
sedangkan untuk berlayar, apalagi kapal yang yang diatas 5 GT harus ada
sertifikat berlayar. Selanjutnya anggaran juga kita masih mengandalkan dari
Dana Alokasi Khusus (DAK), karena APBD kabupaten rendah. Hal serupa
juga diungkapkan oleh Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil,
sebagai berikut :
147
“Kelemahan itu banyak faktor, apabila dilihat dari faktor alami karena disitu wilayah samudera dengan wilayah yang luas dikenal dengan mempunyai gelombang yang tinggi, seperti gelombang tinggi, angin, cuaca, musim. Faktor infrastruktur, seperti pembangunan alur pelayaran, belum optimal belum 100% lengkap, masih ada hal yang kurang, seperti sekelas TPI dermaga kurang panjang, belum ada SPBN. Faktor budaya masyarakat nelayan, umumnya di wilayah lain kampung nelayan identik dengan wilayah yang kumuh, dan berada di bawah garis kemiskinan, wilayah kita juga seperti itu, dan budaya yang tidak menabung terlalu berlebihan. Faktor SDM dalam hal pendidikan, lulus SD atau SMP saja syukur, ada yang tidak bersekolah. Akhirnya jadi pilihan terakhir, karena sekolah gak bisa akhirnya ikut melaut bersama bapaknya. Akhirnya turun menurun untuk pekerjaan sebagai nelayan.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa kelemahan untuk
pengembangan potensi perikanan tangkap itu bisa dilihat dari berbagai faktor,
seperti faktor alami itu karena wilayah pesisir yang langsung berhadapan
dengan Samudera Hindia, jadi mempunyai gelombang tinggi, angin, cuaca, dan
musim juga. Selain itu ada faktor infrastruktur yang 100% belum lengkap.
Seperti kurang panjangnya dermaga untuk kapal bersandar, dan belum adanya
SPBN. Ada juga dari faktor budaya masyarakat nelayan, umumnya memenag
identic dengan wilayah yang kumuh dan berada di bawah garis kemiskinan,
kemudian budaya yang tidak suka menabung, itu pun terjadi di nelayan yang
ada di Kecamatan Wanasalam. Selain itu juga ada faktor dari Sumber Daya
Manusia (SDM) nelayannya, dalam hal pendidikan, karena sekolah tidak bisa,
akhirnya anak-anaknya ikut bapaknya melaut dan akhirnya menjadi turun
menurun pekerjaan nelayan tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI sebagai berikut :
148
“Nelayan, baik itu dalam hal pendidikan keterampilan, maupun pengetahuan. Masih keterbatasan anggaran, sehingga program-program kita hanya yang bersifat stimulus, nelayan kita masih kemampuannya masih minim dan tradisional. Dalam hal pengawasan untuk di lapangan, masih kesulitan mengawasi perikanan tangkap. Masih belum menjangkau sepenuhnya.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI, 3 Februari 2017, Pukul 09.05 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa yang masih harus
diperbaiki dalam hal pendidikan keterampilan nelayan dan pengetahuan.
Kemudian dengan keterbatasan anggaran juga, program-program dari dinas itu
hanya sebagai stimulus, karena nelayan kita kemampuannya masih minim dan
tradisional. Hal lain pun mengenai pengawasan di lapangan yang dilakukan
oleh dinas itu masih kesulitan karena kurangnya aparatur dinas yang di
lapangan, sehingga belum menjangkau sepenuhnya. Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak, sebagai berikut :
“Yang perlu diperbaiki ke depannya yaitu keterbatasan petugas/personil di lapangan dari dinas, SDM nelayan masih rendah dalam hal ilmu. Sehingga saya ini harus bekerja tanpa hari libur, karena dengan jumlah 11 TPI yang ada di Kabupaten Lebak, dan itu jaraknya yang jauh antar wilayahnya, jadi saya memang susah dalam menjangkaunya. Dan itu dilakukan oleh saya 1 orang saja. ”(Wawancara dengan Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak, 23 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Kantor UPTD TPI Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa personil atau
petugas di lapangan dari dinas itu masih sedikit, karena dengan jumlah 11 TPI
di Kabupaten Lebak, dengan jarak yang jauh antar wilayahnya itu hanya ada 1
orang, sehingga Kepala UPTD nya merasa kurang maksimal dalam hal
149
pengawasan yang dilakukan. Hal serupa juga diungkapkan oleh seorang
nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam sebagai berikut :
“Petugas yang sedikit. Belum adanya sarana prasarana seperti cold storage, SPBN kan kalau beli di pom bensin harus pake surat-surat, surat kecamatan, dari syahbandar, per tahun harus diperpanjang. Sedangkan kalau nelayan kecil kan beli bahan bakarnya sedikit, kalau harus pake surat ribet dan kasian.” (Wawancara dengan nelayan Kecamatan Wanasalam, 24 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB di rumahnya)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa nelayan juga
merasa kalau petugas di lapangan itu sedikit, dengan dirasakannya kurang
maksimal dalam pengawasan yang dilakukan. Lalu yang perlu diperhatikan
yaitu belum lengkapnya sarana dan prasaran seperti belum adanya cold
storage. Selain itu juga aturan-aturan yang membuat nelayan kecil kerepotan,
seperti pembelian bahan bakar untuk kapal mereka.
Dengan beragamnya hal-hal yang perlu diperbaiki untuk ke depannya
oleh Dinas Perikanan, karena kelemahan yang dimiliki oleh dinas itu sendiri
maupun oleh nelayan akan mempengaruhi dari pengembangan potensi
perikanan tangkap yang ada di Kecamatan Wanasalam. Upaya yang dilakukan
oleh dinas untuk kelemahan yang ada didalam dinas itu masih kurang, seperti
pengajuan untuk penambahan pegawai untuk lapangan, namun memang usaha
tersebut masih belum bisa berhasil, sehingga harus mencari solusi bagi
kekurangan aparatur atau personil lapangan dari dinas, agar nantinya
pelaksanaan pengawasan yang dilakukan pun bisa maksimal dengan
menjangkau seluruh wilayah.
150
Selain itu juga dinas harus lebih memperhatikan dalam hal
keterampilan nelayan, bukan hanya sekedar memberikan bantuan, namun
nelayan disana juga harus di beri bekal untuk kedepannya. Kemudian merubah
pola pikir nelayan, yang tidak suka menabung, dikenal dengan wilayah yang
kumuh, dan berada di bawah garis kemiskinan. Hal-hal seperti belum
lengkapnya sarana prasarana yang ada di TPI maupun di Pelabuhan, juga harus
diperbaiki agar nantinya kedepannya bisa lebih baik.
Dalam pengembangan potensi perikanan tangkap juga tidak lepas dari
diperlukan langkah-langkah dalam meningkatkan sarana dan prasarana
penunjang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan Pangkalan Pendaratan Ikan
(PPI), seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Program dan
Keuangan sebagai berikut :
“Identifikasi keterbatasan sarana prasarana TPI tersebut, mana yang sudah layak mana yang belum layak. Yang tidak layak ini kita perhatikan dengan juga dengan aktifitas nelayannya, apabila aktifitas nelayan tinggi dan sarana prasarana tidak layak, ini yang akan perbaiki.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05, di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa langkah dalam
meningkatkan sarana dan prasarana dengan mengidentifikasi keterbatasan
sarana prasarana TPI tersebut, mana yang sudah layak mana yang belum layak.
Kemudian untuk yang tidak layak ini kita perhatikan dengan aktifitas
nelayannya, apabila aktifitas nelayan tinggi dan sarana prasarana tidak layak,
ini yang akan di perbaiki. Jadi dalam memperbaiki itu dilihat juga dari
151
keaktifan nelayan menggunakan TPI tersebut. Hal serupa juga diungkapkan
oleh Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil sebagai berikut :
“Langkah yang sudah dilakukan oleh dinas perikanan, merehab TPI yang rusak, membangun TPI yang baru, yaitu TPI Cibareno. Menambah luas kolam pelabuhan.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam meningkatkan
sarana prasarana TPI salah satunya dengan merehab TPI yang mengalami
kerusakan, kemudian membangun TPI yang baru, seperti halnya TPI Cibareno.
Kemudian untuk sarana prasarana pelabuhan itu yang sudah dilakukan
menambah luas kolam pelabuhan. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala
Seksi Bidang Pengelolaan TPI sebagai berikut :
“Dengan melakukan pemeliharaan atau rehab rutin setiap tahun, fasilitas TPI secara rutin. Kedua, dari sisi manajerial TPI supaya aktifitas pelelangan di TPI bisa berjalan dengan baik, jadi ada 2 secara administrasi dan manajerial.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI, 3 Februari 2017, Pukul 09.05 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa langkah yang dilakukan
seperti melakukan pemeliharaan atau merehab TPI rutin setiap tahun, dengan
11 TPI yang ada, kami melihat keadaan untuk setiap tahunnya. Selanjutnya
pemeliharaan fasilitas TPI secara rutin juga. Kemudian dilihat dari sisi
manajerial TPI supaya aktifitas pelelangan ikan di TPI bisa berjalan dengan
baik. Jadi langkah untuk meningkatkan perbaikan dalam sarana prasarana TPI
ini secara adminstrasi dan manajerial. Hal serupa ditambahkan dengan Kepala
Bidang Pembudidaya Ikan yaitu :
152
“Kita memang sekarang lebih perbaikan pengelolaan TPI sebenernya, jadi kalau dulu dikelola sendiri, sekarang kita bekerjasama dengan pihak ketiga, koperasi. Karena untuk pengelolaan TPI itu kita butuh modal, karena belum ada anggarannya jadi oleh pihak ketiga, kita lihat setahun dua tahun, kalau kita bisa mulai mengelola sendiri, kita akan kelola.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dinas perikanan ini lebih
fokus pada perbaikan pengelolaan TPI, sedangkan untuk pelabuhannya
menjadi fokus dari provinsi. Untuk sekarang pengelolaan TPI ini dinas
bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu koperasi. Alasannya mengenai
permodalan yang dibutuhkan ketika pengelolaan TPI tersebut. Dalam
pengelolaan TPI ini terhambat oleh modal, sehingga bekerjasama dengan pihak
ketiga tersebut. Pihak dinas pun melihat satu dua tahun, kalau kita sanggup
untuk mengelola TPI tersebut akan dikelola sendiri oleh dinas. Untuk
pengelolaan TPI oleh koperasi ini baru dilakukan di TPI Binuangeun
Kecamatan Wanasalam, karena TPI tersebut, terbilang paling aktif aktifitas
pelelangannya dibandingkan dengan 10 TPI lainnya. Hal serupa juga
ditambahkan oleh nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam yaitu :
“Kalau bapak ingin adanya cold storage. Kalau ikan banyak bisa ditampung disitu dulu gitu. Disini mah kekurangnnya listrik. Es juga disini kualitasnya masih jelek, listriknya belum stabil disini sering mati lampu. Esnya itu cepat cair, jadi kan jelek. Kalau dari serang itu awet, meskipun agak mahal tetap dibeli, per balok 28.000. menurut bapak, kebutuhan nelayan itu yang paling rutin, kalau semua sudah stabil. Yang luar biasa itu nelayannya bukan hasil tangkapannya. Yang utama itu memang nelayan. misalnya ribuan ton es, garam, siapa yang beli nelayan. itu rutin semuanya. Kalau sepi Jakarta juga tembus. Cuma nelayan mah memang kurang pintar saja.” (Wawancara dengan nelayan
153
Kecamatan Wanasalam, 24 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di rumahnya)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa nelayan di
Kecamatan Wanasalam ini melihat sarana prasarana belum lengkap, seperti
ingin dibangunkannya cold storage, kemudian adanya pabrik es juga tapi
memiliki kualitas yang kurang baik, dengan gampang cairnya dan banyak
ngandung zak kapurnya, sehingga nelayan masih kekurangan dalam memenuhi
kebutuhannya, dan nelayan pun terpaksa karena belum adanya cold storage
ketika mendapatkan banyak hasil tangkapan, langsung dijual ke perusahaan-
perusahaan, sedangkan ketika musim paceklik tiba, stok ikan ikan ini dapat beli
di Jakarta dikirim ke Kecamatan Wanasalam. Selanjutnya untuk memenuhi
kebutuhan es, nelayan ini lebih membeli ke pandeglang atau serang karena es
nya lebih tahan untuk mencair.
Di dalam kegiatan pendampingan kelompok nelayan memang terjadi
kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) pegawai teknis di lapangan. Dalam
hal ini cara mengatasi kurangnya Sumber Daya Manusia dalam pendampingan
kelompok nelayan, seperti diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Program dan
Keuangan sebagai berikut :
“Cara mengatasinya, untuk pegawai teknis biasanya ada undangan pelatihan dari provinsi, misalkan untuk pelatihan teknis kapal, navigasi kapal. Kemudian pelatihannya berupa studi banding. Kalau di kabupaten hanya pendidikan struktural aparatur seperti kepemimpinan saja.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05 WIB, di Ruang Sekretariat)
154
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa salah satu cara untuk
mengatasi kurangnya Sumber Daya Manusia di pendampingan kelompok
nelayan dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pihak provinsi, karena
biasanya yang diadakan oleh provinsi ini kegiatan untuk pegawai teknis.
Sedangkan untuk pelatihan atau pendidikan yang diadakan oleh kabupaten itu
hanya berupa pendidikan struktural berupa kepemimpinan. Hal serupa juga
disampaikan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan
Pembudidaya Ikan yaitu :
“Mengusulkan untuk menambahkan tenaga, mengirimkan tenaga bimtek dari pusat atau provinsi, tapi mereka kan sudah ada tugasnya kapan mereka akan bekerja. Pernah juga mengusulkan ke pemerintah daerah yaitu Badan Kepegawaian Daerah (BKD) namun selalu pending.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, 6 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa Dinas Perikanan
ini pernah mengusulkan untuk ada penambahan tenaga ke pihak pusat atau
provinsi, namun mereka ini sudah mengutus tenaga pendamping untuk waktu
tertentu saja, jadi tidak bisa setiap saat membantu pihak Dinas Perikanan.
Selain itu juga Dinas Perikanan pernah mengusulkan ke Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Lebak, namun memang sampai sekarang masih pending,
karena untuk setiap dinas pun tidak hanya Dinas Perikanan yang kekurangan
pegawai, dinas lain pun sama. Dengan demikian, apapun caranya agar bisa
memanfaatkan Sumber Daya Manusia yang ada dapat bekerja semaksimal
mungkin dalam pekerjaannya. Hal yang sama ditambahkan oleh Kepala Bidang
Perizinan dan Pengelolaan TPI sebagai berikut :
155
“Harus banyak menambah personil untuk dialokasikan yang di Binuangeun dan Bayah terutama di Binuangeun karena disitu tempat paling rame, dan paling besar jumlah nelayannya. Tidak lupa juga harus ditempatkan yang memiliki potensi baik. Jangan sampai personil itu ditempatkan yang tidak berpotensi untuk maju, nanti kan malah sanatai-santai kerjanya, sedangkan kalau ditempatkan di tempat yang memiliki potensi yang baik, dan juga rame personil tersebut akan mendapatkan pekerjaan yang sesuai.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI, 14 Februari 2017, Pukul 09.10 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa untuk
penambahan personil perlu dilakukan, apalagi untuk dialokasikan terutama ke
daerah Binuangeun, karena daerahnya paling banyak nelayannya, dan paling
aktif dalam pelelangannya. Selain itu juga, penempatan personil harus
memperhatikan potensial wilayahnya, jangan sampai banyak personil namun
ditempatkan di daerah yang potensi perikanan tangkapnya sedikit atau kurang
ramai, jadi harus pas antara penempatan personil dengan potensi wilayah
tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Pembudidaya
Ikan sebagai berikut :
“Kita coba dengan jejaring kerja, kita punya whatsapp kita berusaha gunakan untuk komunikasi, karena jarak yang jauh. Kita bisa gunakan untuk kerjasama, contohnya pengawasan kita bisa bekerjasama dengan pol air, kita bisa kerjasama dengan lintas sektoral.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa, salah satu cara untuk
mengatasi kekurangan Sumber Daya Manusia, pihak dinas memanfaatkan
kemajuan teknologi seperti halnya melalui whatsapp untuk menjalin
komunikasi, karena jarak yang jauh antara kantor Dinas Perikanan dengan
156
wilayah pesisir yang ada di Kabupaten Lebak, khususnya Kecamatan
Wanasalam. Selain itu, untuk pengawasan bisa digunakan kerjasama melalui
lintas sektoral, seperti dengan pol air. Hal yang sama juga ditambahkan oleh
Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan kecil sebagai berikut :
“Menambah sumber daya aparatur, untuk membina membangun memberdayakan. Karena kurang proporsional dari jumlah pelaku perikanan dengan aparat pemerintah daerah yang bekerja di daerah perikanan.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dibutuhkan memang
aparatur untuk membina, membangun, dan memberdayakan nelayan. karena
selama ini itu kurang proporsional antara jumlah pelaku perikanan dengan
aparat pemerintah daerah yang bekerja di Dinas Perikanan. Jumlah nelayan di
Kecamatan Wanasalam saja kurang lebih ada 2.000 orang, dan ada 11 TPI se-
Kabupaten Lebak, dengan jarak yang jauh antara wilayah pesisir lainnya
kemudian dilakukan oleh 1 orang yaitu Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak.
Dalam hal ini peneliti melakukan konfirmasi atas informasi yang
didapat dari Dinas Perikanan kepada Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak,
sesuai yang diungkapkan yaitu :
“Karena memang kekurangan personil di lapangan, saya membuat schedule/jadwal yang non stop, tidak mengenal hari libur. Kita juga suka mengadakan pelatihan ke nelayan baik mengenai alat tangkap, pengggunaan kapal penggunaan mesin, baik tingkat kabupaten, provinsi, atau pusat. Selalu melakukan anjang sono, minimal seminggu sekali untuk tetap menjalin komunikasi yang baik dengan nelayan.”
157
(Wawancara dengan Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak, 23 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB,di Kantor UPTD TPI Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa ternyata benar
untuk aparatur dinas di lapangan itu kurang, sampai kepala UPTD TPI
Kabupaten Lebak ini membuat jadwal kerjanya non stop dan tidak mengenal
libur. Selain itu juga untuk menjaga komunikasi dengan nelayan tetap baik,
biasanya ada kegiatan anjang sono ke perkumpulan nelayan, dan kegiatan ini
biasanya bersifat mendadak, karena kumpulnya nelayan itu tidak menentu,
dikarenakan waktu untuk melaut lebih banyak dibandingkan dengan waktu
santai di lingkungan rumahnya.
Itulah salah satu cara untuk mengatasi kurangnya Sumber Daya
Manusia (SDM) pegawai teknis di lapangan. Diuntungkan juga dengan
perkembangan zaman, dimana teknologi sudah semakin maju, sehingga
komunikasi juga bisa menggunakan aplikasi whatsapp, karena memang untuk
menunggu penambahan pegawai yang belum pasti, memang apapun caranya
dengan keterbatasan pegawai harus tetap maksimal dalam pemberian
pelayanan, dan pengawasan yang dilakukan. Walaupun sedikit tapi untuk
penyelesaian tugas itu tetap berjalan dengan baik.
Untuk pengembangan potensi perikanan tangkap ini sebetulnya
memiliki sesuatu yang baik untuk bisa dikembangkan. Namun dalam
memanfaatkan potensi alam yang dimiliki seperti dalam permodalan untuk bisa
menghasilkan hasil tangkapan yang maksimal, memang dibutuhkan modal
yang besar untuk nelayan sekali melautnya. Pemerintah pusat memiliki
158
program Kelompok Usaha Rakyat (KUR) dimana program ini bekerjasama
dengan perbankan. KUR ini bisa dimanfaatkan baik itu untuk nelayan atau
siapapun dalam membantu permodalan usahanya. Namun memang untuk
dukungan perbankan ini di nelayan kecil masih kecil, karena adanya agunan
atau jaminan itu. Seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Bidang
Pemberdayaan Nelayan dan Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Nelayan di kita mayoritas nelayan yang tidak memiliki agunan, paling untuk bantuan perbankan itu untuk juragan, karena mereka ada jaminan. Sedangkan untuk nelayan, perbankan tidak percaya, karena dengan hasil tangkapan yang tidak tentu, dan tidak memiliki agunan atau jaminan.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, 6 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa nelayan ini banyak yang
tidak memiliki sertifikat, terutama nelayan kecil. Sehingga untuk bantuan
permodalan dari perbankan itu hanya juragan-juragan saja yang
menggunakannya, karena pihak perbankan juga adanya ketidakpercayaan
kepada nelayan kecil dengan hasil tangkapan yang tidak menentu, dan takutnya
nanti menghambat dalam membayar angsuran kalau ikut dalam bantuan
perbankan, karena nelayan kecil ini banyak yang tidak memiliki sertifikat,
pihak perbankan pun ragu untuk memberikan pinjaman permodalan, karena
tidak ada jaminannya. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Bidang
Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Selama ini akses perbankan untuk nelayan kecil belum ada, tetapi kita punya program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah), sertifikat itu
159
adalah akses untuk permodalan itu, sertifikat itu sebagai jaminan, sertifikat itu dianggunkan untuk dapat pinjaman.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB,di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa memang untuk
akses ke perbankan bagi nelayan kecil belum ada, namun dari Kementerian ada
program Sertifikat Hak Atas Tanah (SEHAT) bagi nelayan, dimana sertifikat
itu nantinya bisa membuka akses permodalan dari perbankan, bisa dijadikan
jaminan untuk mendapat pinjaman. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan sebagai berikut :
“Sampai saat ini pemerintah daerah sedang mengusahakan agar adanya akses untuk permodalan, dengan cara salah satunya pemerintah pusat ada program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah) Nelayan. Sampai tahun 2016 masih berjalan. Itu tujuannya selain membuat legalitas tanah, dan sebagai agunan untuk mendapatkan pinjaman. Untuk saat ini hanya dibawah 0,5% nelayan yang menggunakan sertifikat tanah itu untuk menambah modal tersebut.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui memang pemerintah daerah
sedang mengusahakan untuk akses permodalan bagi nelayan kecil ini. Salah
satunya dengan program dari pemerintah pusat yaitu Sertifikat Hak Atas Tanah
(SEHAT), sampai dengan tahun 2016 masih berjalan. Tujuannya selain
membuat legalitas tanah dan sebagai agunan untuk mendapat pinjaman.
Samapai saat ini masih di bawah 0,5% nelayan yang menggunakan serifikat
tanah tersebut untuk bantuan permodalan.
160
Selain itu juga peneliti melakukan konfirmasi atas informasi yang
disampaikan oleh Dinas Perikanan kepada pihak bank, seperti halnya yang
diungkapkan oleh Mantri KUR Bank BRI unit Cikeusik sebagai berikut :
“Ada 3 jenis KUR, KUR Mikro paling banyak digunakan nelayan karena maksimal untuk pinjaman 25juta, KUR Ritel itu jarang karena dikelola oleh cabang bukan unit, dan KUR TKI pasti khusus untuk TKI. Untuk bunga 0,4 % per bulan dan 9% per tahun. Sekitar 50% lebih, itupun paling nelayan yang memiliki pekerjaan lain seperti buka toko, kalau nelayan penuh perbankan menghindari karena khawatir akan macet untuk pembayaran.” (Wawancara dengan Mantri KUR Bank BRI unit Cikeusik, 24 Februari 2017, Pukul 08.30 WIB, di Kantor Unit Cikeusik)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa untuk macam
KUR itu ada KUR Mikro yang memang lebih diminati oleh nelayan, karena
KUR Mikro ini diurusnya oleh unit bukan cabang, alasannya memang nelayan
ini banyak yang tidak mau untuk mengurus ke cabang karena jarak yang jauh,
sehingga lebih memilih KUR Mikro karena diurusnya cukup di unit. Bunga
KUR 0,4% perbulan atau 9% prer tahun. Saat ini sudah 50% lebih untuk yang
sudah menggunakan pinjaman dari perbankan untuk modal, naum itupun
nelayan yang memiliki pekerjaan sambilan, tidak nelayan penuh. Kalau
nelayan penuh perbankan menghindari karena khawatir akan memperhambat
dalam pembayaran.
Walaupun untuk program KUR ini sebetulnya tidak agunan atau
jaminan, itu juga dibilang oleh pemerintah pusat. Namun dalam
pelaksanaannya tetap saja menggunakan agunan atau jaminan tersebut, karena
pendapatan nelayan yang tidak menentu itu juga menjadi salah satu faktor
161
penyebabnya, kemudian memang nelayan ini tidak hanya mengandalkan
bantuan dari bantuan perbankan untuk permodalan ini, seperti yang
diungkapkan oleh salah satu nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam
sebagai berikut :
“Terbagi 3 bagaian, modal sendiri, perbankan, ada dari para juragan/langgan. Dipresentasekan itu sekitar modal sendiri 25 %, perbankan 25%, dan modal dari juragan atau langgan itu 50%.” (Wawancara dengan salah satu nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam, 23 Februari 2017, Pukul 20.15 WIB, di Rumahnya)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, nelayan ini selain
menggunakan bantuan dari perbankan, ada juga nelayan yang sudah modal
sendiri, tapi juga ada yang menggunakan permodalannya dari juragan atau
langgan. Nelayan kecil ini, karena mereka tidak ada sertifikat yang digunakan
untuk jaminan, sehingga nelayan ini lebih meminjam kepada juragan mereka
atau langgan, dengan meminjam kepada juragan atau langgan memang tidak
membutuhkan jaminan, namun akan dipotong dari hasil tangkapan yang
mereka hasilkan selama sehari itu. Jadi memang di kalangan nelayan ini, ada 3
jenis dalam permodalan mereka yang digunakan.
Selanjutnya ada pun langkah-langkah yang dilakukan untuk
meningkatkan respon pemerintah daerah dalam program pengembangan sistem
perikanan tangkap, karena dengan respon pemerintah inilah kita bisa melihat
bahwa seberapa besar dukungan yang diberikan oleh pemerintah daerah dan
seberapa pentingkah program tersebut dalam mendukung kemajuan pemerintah
162
daerah khususnya untuk Dinas Perikanan. Seperti yang diungkapkan oleh
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak sebagai berikut :
“Karena selama ini baik saja respon dari pemerintah daerah, dilihat dari peran aktif pemerintah daerah yang selama ini ada, dalam kegiatan pengembangan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Lebak.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Kabupaten Lebak, 20 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Ruang Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa selama ini respon
pemerintah sudah baik, bisa dilihat dari peran aktif yang ada dari pemerintah
daerah, sehingga untuk langkah-langkah yang dilakukan pun hanya bagaimana
bisa mempertahankan respon pemerintah bisa tetap baik, bahkan lebih baik
lagi. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Program dan
Keuangan sebagai berikut :
“Responnya baik, pemda sering mendorong kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di lapangan, dan mengkomunikasikan dengan pusat apa saja yang dibutuhkan. Jadi langkahnya memang cara untuk bisa tetap baik saja respon dari pemerintah ini.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05 WIB, di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa respon dari pemerintah
baik, dengan ditunjukkan pemerintah daerah ini sering mendorong kebutuhan
apa saja yang dibutuhkan di lapangan, dan mengkomunikasikan dengan pusat
apa saja yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, langkah yang dilakukan untuk bisa
tetap baik saja respon dari pemerintah ini. Dinas Perikanan akan menunjukkan
peningkatan dalam hal hasil produksi, dan kontribusi untuk PAD akan lebih
baik lagi. Hal serupa juga ditambhakan dari Kepala Bidang Pembudidaya Ikan
sebagai berikut :
163
“Potensi perikanan tangkap di wanasalam cukup tinggi, diketahui bahwa produksi dominan di Kabupaten lebak itu ikan tuna tongkol dan cakalang sangat diminati untuk ekspor, banyak yang meminta untuk mengirim ikan tersebut, kebetulan wanasalam itu jalur migrasi ikan-ikan cakalang tersebut. Sangat potensial untuk dikembangkan produksi perikanan. Kabupaten lebak itu sudah bekerja sama nota kesepakatan antara Perindo dengan bupati lebak sepakat untuk mengembangkan industri yang ada di kabuapten lebak. kalau gak salah rencananya Perindo itu akan membangun cold storage, pabrik es, dan SPBN. Karena kita potensi perikanan tangkapnya cukup tinggi, tapi fasilitasi belum menunjang. Fasilitas ada tapi belum bisa mengakomodir potensi perikanan tersebut.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa salah satu langkah
yang dilakukan untuk meningkatkan respon pemerintah yaitu dengan
bekerjsama dengan Perindo salah satunya, karena Kecamatan Wanasalam ini
merupakan jalur imigrasi ikan cakalang, produksi yang dominan juga seperti
ikan tuna, tongkol, dan cakalang sangat diminati untuk kebutuhan ekspor.
Sehingga potensial untuk bisa dikembangkan produksi perikanan di Kecamatan
Wanasalam. Karena fasilitas yang ada selama ini belum bisa mengakomodir
potensi perikanan tersebut.
Selanjutnya peneliti pun melakukan konfirmasi atas informasi yang
didapatkan dari Dinas Perikanan kepada pihak pemerintah daerah, salah
satunya seperti yang diungkapkan oleh Sekretaris Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Lebak sebagai berikut :
“Dalam segi pengajuannya tidak ada masalah, tapi dalam pengelolaan di internalnya dinas tidak tahu, karena itu internal dinas. Kalau kita selagi ada untuk dianggarkan kita tidak masalah. Untuk setiap SKPD
164
penghasil PAD pemda juga memberikan insentif 5% dari PAD yang dihasilkan. Jadi memang baik saja dalam melihat Dinas Perikanan, sama dengan dinas lainnya” (Wawancara dengan Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Dearah Kabupaten Lebak, 1 Maret 2017, Pukul 09.00 WIB, di Ruang Seretaris BPKAD )
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dilihat dari
pengajuannya tidak ada masalah, sedangkan dalam pengelolaan di dalam dinas
itu tidak tahu, karena dikelola oleh internal dinasnya. Kalau kita BPKAD
selama itu dianggarkan kita tidak masalah. Untuk dinas penghasil PAD,
pemerintah juga memberikan insentif sebesar 5% dari PAD untuk dinas
tersebut. Jadi selama ini baik sama melihat Dinas Perikanan karena sama
dengan dinas lainnya. Hal serupa juga ditambahkan seperti dari salah satu
nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam sebagai berikut :
“Menurut bapak, kalau sekarang ini agak mending. Mudah-mudahan kedepannya bisa lebih baik.” (Wawancara dengan salah satu nelayan di Kecamatan Wanasalam, 24 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Rumahnya)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa nelayan juga sudah
merasa lebih baik untuk sekarang. Karena tahun sebelum-sebelumnya seperti
bantuan alat tangkap atau kapal yang datang dari pemerintah suka tidak tepat
sasaran dalam pemberian bantuan. Kalau untuk sekarang untuk bantuan sudah
mulai tetap sasaran kepada nelayan yang membutuhkan
4.4.3 Opportunity (Peluang)
Opportunity (Peluang) adalah kondisi peluang yang berkembang di
masa mendatang. Peluang itu sendiri merupakan faktor eksternal suatu
165
organisasi. Dikembangkannya potensi perikanan tangkap di Kecamatan
Wanasalam menimbulkan berbagai macam peluang yang menguntungkan baik
untuk Dinas Perikanan maupun untuk nelayan. Untuk mengembangkan potensi
perikanan tangkap ini perlu mengoptimalkan segala peluang yang ada guna
mencapai visi misi dari Dinas Perikanan tersebut, seperti yang ungkapkan oleh
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak sebagai berikut :
“Potensi alam yang luar biasa, Cuma peluang untuk masih banyak dengan meningkatkan sumber daya manusia di didik dan dilatih, karena masih kurang nelayan kita yang mau melaut selama 7 hari, 5 hari sudah mau pulang, dibandingkan dengan kapal dari sibolga bisa sebulan atau 2 bulan. Kita berikan kapal 10 GT tapi tidak bisa berjalan, karena para nelayannya tidak ada kemauan” (Wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, 20 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Ruang Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa memang yang
menguntungkan dalam hal perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam ini
yaitu potensi alam yang luar biasa. Apalagi didukung dengan Sumber Daya
Manusia yang mau dididik dan dilatih. Kita memberikan kapal 10 GT, tapi
tidak dijalankan kapalnya karena tidak ada kemauan dari nelayan tersebut. Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan
Kecil dan Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Kewenangan wilayah penangkapan sampai 18 mil, asalkan menggunakan kapal kecil. Bekerjasama dengan pihak lain, misalnya di bayah ada pabrik semen merah putih, kemudian karena ada dermaga kapal yang terganggu, maka adanya kerjasama untuk memperbaiki dermaga tersebut.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan, 6 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan )
166
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa yang menguntungkan
nelayan di Kecamatan Wanasalam yaitu kewenangan wilayah penangkapan
sampai 18 mil, asalkan menggunakan kapal kecil, karena untuk kapal yang
diatas 5 GT itu provinsi yang mengelola. Serta adanya kerjasama juga, kalau
daerah Kecamatan Bayah itu karena ada pabrik semen merah putih, maka kalau
misalnya dermaga ada yang rusak itu mendapat bantuan dari pabrik tersebut.
Sehingga ada keuntungan yang didapatkan. Hal yang sama juga ditambahkan
oleh Kepala Bidang Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Nah itu tadi kerjasama dengan Perindo, dari swasta juga ada yang membangun SPBN, kemudian pihak swasta juga bila ada yang berinvestasi. Kan kalau Perindo itu BUMN.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa hal lainnya yang
menguntungkan yaitu dengan adanya kerjasama dengan pihak lain seperti
Perindo dari BUMN, karena rencananya akan dibangun SPBN di dekat TPI
Binuangeun. Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Seksi Bidang
Pemberdayaan Nelayan Kecil yaitu :
“Seperti datangnya Menteri BUMN dengan membawa jajarannya di bidang BUMN, seperti perusahaan-perusahaan BUMN contohnya Perindo, Perinus. Akan merencanakan cold storage.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dengan adanya
kunjungan-kunjungan pejabat baik itu dari pusat atau provinsi akan
menguntungkan bagi pemerintah daerah melakukan kerjasama, seperti
167
kunjungan dari Menteri BUMN ke Kabupaten Lebak khususnya ke TPI
Binuangeun pada tanggal 26 Oktober 2016, itu adalah salah satu peluang untuk
dimanfaatkan oleh pemerintah Kabupaten Lebak dalam pengembangan potensi
perikanan tangkap. Hal yang sama juga ditambahkan oleh salah satu nelayan
yang ada di Kecamatan Wanasalam sebagai berikut :
“Kalau peluang di darat, harus mengadakan cold storage yang stabil, kalau banyak ikan harus menampung kita. Kalau banyak ikan, bos-bos besar saja yang bisa menyimpannya. Kalau tidak ada ikan, kita tetap membeli dari bos-bos itu atau dari Jakarta.” (Wawancara dengan salah satu nelayan di Kecamatan Wanasalam, 24 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Rumahnya)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa memang hasil
tangkapan yang banya juga menjadi salah hal yang menguntungkan bagi
nelayan di Kecamatan Wanasalam. Namun memang masalahnya, ketika hasil
tangkapan banyak kita tidak bisa menampung ikan dalam cold storage karena
belum ada, sehingga langsung menjualnya ke bos-bos atau ke Jakarta. Mereka
semua yang menampung, ketika musim hasil tangkapan sedikit, nelayan yang
ada di Kecamatan Wanasalam membeli ikan yang ada di Jakarta dengan harga
mahal untuk dikirim lagi ke Kecamatan Wanasalam. Hal yang serupa juga
diungkapkan oleh nelayan yang di Kecamatan Wanasalam juga yaitu :
“Sebetulnya sangat bagus, pertama pelabuhan menjadi no 1 di kabupaten, kalau karangantu memang karena kelas pelabuhan kelas PPN. Tapi kalau jumlah kapal, hasil produksi kita masih bisa bersaing. Peluang itu sangat baik disini, jenis ikan pun banyak untuk kualitas ekspor. Harusnya pemerintah ini membuka akses, karena kita hanya selaku supplier eksportir belum menjadi eksportir.”(Wawancara dengan nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam, 23 Februari 2017, Pukul 20.15 WIB, di Rumahnya)
168
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa di Kecamatan
Wanasalm pelabuhan menjadi no 1 di Kabupaten Lebak, bahkan paling aktif.
Kalau kita bandingkan dengan pelabuhan yang di Karangantu memang beda
tipe yaitu PPN kalau di Karangantu, tapi untuk jumlah kapal dan hasil produksi
kita masih bisa bersaing. Selain itu juga jenis ikan pun banyak untuk kualitas
ekspor, tapi kita ini sampai sekarang hanya sebagai supplier ke eksportir,
belum menjadi eksportir. Hal serupa juga ditambahkan oleh salah satu dari
masyarakat yaitu Sekretaris Desa Muara sebagai berikut :
“Dilihat dari perkembangan teknologi, sekarang sudah ada GPS untuk melaut, lebih modern, lebih mudah. Bisa membuat nelayan juga berkembang lagi sesuai dengan zaman” (Wawancara dengan Sekretaris Desa Muara, 24 Februari 2017, Pukul 14.15 WIB, di Kantor Desa Muara)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hal yang
menguntungkan untuk nelayan yaitu dengan adanya perkembangan teknologi,
seperti sekarang ini sudah ada GPS untuk melaut, sehingga nelayan itu lebih
modern dan lebih mudah lagi dalam melaut, dan juga bisa membuat nelayan
ikut berkembang sesuai dengan zaman sekarang.
Dari semua hal yang bisa menguntungkan baik itu untuk nelayan, dan
pemerintah daerah, disini tepatnya Dinas Perikanan akan membantu untuk
kedepannya bisa lebih mengembangkan potensi perikanan tangkap yang ada di
Kecamatan Wanasalam khususnya dan Kabupaten Lebak pada umumnya.
Karena memang kita ini memiliki potensi perikanan tangkap yang baik, tinggal
pengembangannya yang lebih dikelola, supaya pengembangan itu lebih
169
mendukung kemajuan untuk perikanan tangkap. Salah satunya memanfaatkan
hal yang menguntungkan tersebut, supaya bisa dimanfaatkan dengan baik.
Oleh sebab itu ada cara bagaimana memanfaatkan peluang yang ada
untuk bisa lebih mengembangkan potensi perikanan tangkap. Seperti halnya
yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan sebagai
berikut :
“Memberikan kapal dengan kapasitas yang lebih besar, kita mengusulkan ke pusat. Karena paling kabupaten untuk 5 GT kebawah, dan dengan keterbatasan anggaran juga.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05 WIB, di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, salah satu cara
untuk memanfaatkan potensi alam yang baik di Kecamatan Wanasalam ini,
maka dari Dinas Perikanan akan memberikan kapal yang kapasitasnya besar,
supaya jangkauan kapal bisa lebih jauh lagi, dan mendapatkan hasil tangkapan
yang lebih banyak. Namun memang kendala disini, untuk memberikan
pemahaman kepada nelayan itu tidak bisa langsung, harus ada tahapannya
sehingga nelayan itu bisa menerimanya dengan baik, seperti halnya yang
diungkapkan oleh Kepala Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI yaitu :
“Memperkenalkan dulu ke nelayan, melihat, lalu menikmati atau masuk. Misalnya memperkenalkan GPS, setelah diperkenalkan bisa ketahuan ini bisa saling menguntungkan lalu melihat seperti ini GPS. Setelah itu pasti akan ingin memiliki GPS tersebut.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI, 14 Februari 2017, Pukul 09.10 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan Ikan)
170
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa memang dalam
memberikan bantuan kepada nelayan itu tidak bisa secara langsung disuruh
menggunakan, karena nelayan itu berbeda, harus ada perkenalan, lalu sampai
ke nelayan itu mau untuk menggunakan bantuan tersebut, faktor pendidikan
juga kalangan nelayan yang susah untuk memahami sesuatu hal yang baru. Itu
salah satunya cara untuk memanfaatkan peluang yang ada, seperti yang
diungkapkan oleh Kepala Bidang Pembudidaya Ikan yaitu :
“Kita terus berkoordinasi dengan pihak Perindo dan investor. Kita membantu secara regulasi, memfasilitasi regulasi-regulasi apa saja yang akan dibutuhkan.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa cara untuk
memanfaatkan peluang yang ada yaitu dengan terus berkoordinasi dengan
pihak Perindo atau dengan pihak investor, karena dengan berkoordinasi terus,
kita akan melihat prospek untuk kedepannya sudah sampai mana, dan kita tidak
akan menghindari miskomunikasi antara dinas dengan pihak investor tadi.
Selain itu juga, pemerintah daerah atau disini Dinas Perikanan akan membantu
secara regulasi atau aturan-aturan, serta memfasilitasi regulasi apa saja akan
dibutuhkan. Kita sebagai tuan rumah, mengetahui regulasi mana saja yang
harus disesuaikan dengan rencana-rencana pembangunan tersebut. Hal serupa
juga ditambahkan oleh Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil
sebagai berikut :
“Tentunya kita terbuka, artinya mereka menghubungi dinas perikanan mendukung bila akan dibuat pembangunan infrastruktur perikanan
171
tangkap. Begitu pun investasi dalam hal penangkapan ikan, seperti swasta yang ingin bawa kapal di daerah wanasalam.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa cara untuk
memanfaatkan peluang yang ada untuk pengembangan potensi perikanan
tangkap yaitu dengan terbuka, artinya mereka datang ke Dinas Perikanan, lalu
kita mendukungnya. Namun memang harus sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah kita. Begitupun dengan investasi yang mengenai penangkapan ikan,
seperti swasta yang ingin membawa kapalnya untuk di daerah Wanasalam, kita
membolehkan, asal memang sesuai aturan yang sudah ditetapkan. Hal serupa
juga disampaikan oleh Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI sebagai berikut :
“Dengan mempermudahnya, yaitu salah satunya dengan memberikan rekomendasi-rekomendasi asalkan sesuai dengan tata ruang kita. Namun untuk diizinkan atau tidak, sesuai dengan dinas tata ruang.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI, 3 Februari 2017, Pukul 09.05 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dengan memudahkan
para investor itu untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi yang sesuai,
dan tentunya harus disesuaikan juga dengan tata ruang wilayah Kabupaten
Lebak, khususnya Kecamatan Wanasalam. Nantinya diizinkan atau tidaknya
itu yang menentukan adalah Dinas Tata Ruang. Jadi Dinas Perikanan hanya
memberikan berupa rekomendasi yang diinginkan oleh investor tersebut. Hal
yang sama juga ditambahkan oleh Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak sebagai
berikut :
172
“Mereka para nelayan ini harus mengikuti persyaratan layak dari perusahaan, seperti kualitas ikan, jenis ikan. Untuk tetap mempertahankan kepercayaan dari perusahaan tersebut” (Wawancara dengan Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak, 23 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Kantor UPTD TPI Kabupaten Lebak
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa salah satu cara
untuk memanfaatkan peluang, bahwa hasil tangkap nelayan di Kecamatan
Wanasalam ini banyak permintaan untuk ekspor. Sehingga memang caranya itu
nelayan harus mengikuti persyaratan layak dari perusahaan, seperti kualias
ikannya, dan jenis ikan yang dibutuhkan, karena dengan begitu nelayan bisa
tetap mempertahankan kepercayaan dari perusahaan tersebut, dan ketika
perusahaan itu tetap percaya maka nelayan itu aka nada peluang untuk
memasarkan hasil tangkapnnya ke ekspor. Peneliti juga menggunakan
dokumentasi untuk memperkuat pendapat dari Kepala UPTD TPI Kabupaten
Lebak yaitu :
Gambar 4.4
Komoditas Ikan untuk Ekspor di TPI Binuangeun
Sumber : Peneliti, 2016
173
Berdasarkan gambar 4.4 bisa dilihat kualitas ikan ekspor yang ada di
Kecamatan Wanasalam ini sudah baik, nelayan juga harus mengikuti inginnya
perusahaan, jadi harus benar-benar dalam menentukan jenis ikan kualitas
ekspor. Biasanya yang banyak untuk ekspor yaitu jenis ikan tuna, marlin,
tongkol, dan cakalang. Kalau ikan diatas itu yaitu ikan cakalang besar. Namun,
kendala yang tidak bisa diprediksi oleh nelayan yaitu cuaca, untuk
mendapatkan ikan seperti yang di gambar 4.3 ini sesuai musim dan cuaca,
sehingga memang dibutuhkan cold storage untuk penyimpanan ikan tersebut.
Untuk memanfaatkan peluang atau hal yang menguntungkan bagi
nelayan maupun pemerintah daerah itu memang dibutuhkan cara tertentu,
karena tidak mudah dalam memanfaatkan peluang ada supaya bisa
dimanfaatkan secara maksimal dan baik. Kadang cara tersebut salah untuk
memanfaatkan peluang tersebut, sehingga peluang yang belum bisa tergali
semua. Selain itu juga memang Dinas Perikanan disini harus tetap menjalin
kerjasama dengan pemerintah daerah atau dinas terkait, untuk tetap
bekerjasama dalam memajukan Kabupaten Lebak, terutama dalam bidang
perikanan tangkapnya. Tanpa adanya kerjasama yang baik dengan pihak
terkait, dalam pengembangan potensi perikanan ini tidak bisa berjalan dengan
optimal.
4.4.4 Treaths (Ancaman)
Treaths (Ancaman) adalah kondisi yang mengancam dari luar
organisasi. Ancaman ini dapat juga mengganggu organisasi tersebut. Ancaman
174
ini bisa berupa dari persaingan, kebijakan pemerintah, atau kondisi lingkungan
sekitar. Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam pengembangan potensi
perikanan tangkap juga memiliki hambatan yang disebabkan oleh faktor
eksternal, sehingga akibatnya pengembangan potensi perikanan tangkap ini
belum optimal. Salah satu hambatan tersebut adalah perkembangan industri,
seperti halnya diungkapkan oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
sebagai berikut :
“Berkembang industri yang menggunakan fasilitas laut diantaranya seperti pabrik semen atau pabrik yang dibangun di pinggir pantai yang menggunakan transportasi laut sehingga banyak kapal-kapal tongkang yang mengganggu nelayan, dan membuat kabur ikan-ikan.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, 20 Februari 2017, 10.00 WIB, di Ruang Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa hal yang
mengancam dari luar organisasi Dinas Perikanan yaitu salah satunya
perkembangan industri, dimana industri ini menggunakan fasilitas laut,
diantaranya seperti di Bayah ada pabrik semen, atau pabrik lainnya yang
dibangun di pinggir pantai, ditambah menggunakan transportasi laut seperti
kapal tongkang, akibatnya akan mengganggu nelayan, dan ikan-ikan juga akan
kabur. Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Program dan
Keuangan sebagai berikut :
“Terganggunya wilayah area penangkapan ikan, contohnya dengan berdirinya pabrik semen, bisa mengganggu area penangkapan ikan, bisa juga pendakalan alur pelayaran. Untuk di Kecamatan Wanasalam, kemaren itu ada rencana pengeboran minyak, yang katanya hasilnya itu akan diangkut melalui Wanasalam, otomatis akan mengganggu.”
175
(Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05 WIB, di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa selain di
Kecamatan Bayah yang ada pabrik semen, di Kecamatan Wanasalam juga
pernah ada aktifitas pengeboran minyak, dimana nanti hasilnya itu akan
diangkut melalui Wanasalam, hal itu pun akan mengganggu wilayah area
penangkapan ikan, dan nelayan sekitar akan terganggu dengan adanya aktifitas
tersebut. Hal yang sama juga ditambahka oleh Kepala Bidang Pembudidaya
Ikan sebagai berikut :
“Ketika kita tidak bisa memenuhi, dengan keterbatasan armada ukuran yang besar sedikit, sehingga perubahan cuaca. Kapal-kapal juga terbatas dalam melakukan penangkapan. Nah itu supply, untuk permintaan kan tetap sehingga supply nya dari luar Jakarta, nah ini mengganggu dalam hal kualitas dari ikan berasal tersebut, dikhawatirkan mengandung formalin. Supplier dari Jakarta, ikan –ikannya itu tidak menjamin kualitasnya. Karena permintaan ikan di kita cukup tinggi sedangkan perubahan cuaca, jadi secara otomatis produksi menurun sedangkan permintaan tetap tinggi, jadi supply ke yang lain.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa hal yang mengancam
salah satunya dengan perubahan cuaca, dan keterbatasan armada ukuran yang
besar, sehingga kapal juga dalam penangkapan ikan akan terbatas. Kondisi
seperti ini, untuk permintaan atas ikan itu kan tetap besar, namun memang
persediaan yang kurang, akhirnya pada mengirim ikan dari Jakarta.akibatnya
memang kita tidak bisa menjamin kesegaran dari ikan tersebut, dan
kekhawatiran dalam penggunaan formalin pada ikan. Resiko yang dihadapi
oleh para nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam. Hal serupa juga
176
ditambahkan oleh Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil sebagai
berikut :
“Penurunan kualitas perairan, seperti di Bayah ada pabrik semen, yang buang limbah ke sungai. Adanya industrialisasi. Persaingan bisnis, persaingan usaha karena keterbatasan armada.di wanasalam menggunakan kapal dibawah 5GT, namun nelayan pendatang seperti dari Jakarta, Sumatera kapal besar, dan ada alat tangkap yang memadai.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan Nelayan Kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan )
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa salah satu ancaman
yaitu penurunan kualitas perairan, dengan adanya pabrik semen yang
membuang limbahnya ke sungai, inilah satu akibat dari insudtrialisasi.
Kemudian persaingan bisnis, persaingan usaha karena keterbatasan armada
yang ada di Kecamatan Wanasalam, mayoritas menggunakan kapal di bawah 5
GT, namun nelayan pendatang seperti dari Jakarta, Sumatera, Jawa kapal-kapal
besar, dilengkapi dengan alat tangkap yang memadai. Hal yang sama
ditambahkan oleh Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI sebagai berikut :
“Cuaca dan alam karena kita samudera. Cuaca ekstrem yang melanda. Adanya industri-industri, asalkan kewajiban-kewajiban seperti ada CSR tidak masalah.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI, 3 Februari 2017, Pukul 09.05 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa faktor dari luar yang
bisa mengancam yaitu cuaca dan alam, karena Kecamatan Wanasalam ini
sebelah utaranya langsung berbatasan langsung dengan Samudera Hindia,
maka cuaca ekstrem yang melanda. Selanjutnya adanya industri-industri yang
177
berkembang, namun apabila memang Cooperate Social Responsibility (CSR)
yang diberikan untuk wilayah setempat, itu tidak masalah, yang perlu
diperhatikan industri tersebut tidak mengganggu atau merusak wilayah sekitar.
Hal yang sama ditambahkan oleh salah satu nelayan yang ada di Kecamatan
Wanasalam yaitu :
“Seperti bom, bukan orang sini tapi dari lampung yang ada di pulau tinjil. Sampai sekarang masih ada, segala sesuatu akan terjadi walaupun tidak diperbolehkan. Tapi kita sarana belum memadai, seperti kapal patrol, untuk kesananya. Hanya ada kantornya saja. Dilakukan selalu sengaja, supaya hasil tangkapan besar.” (Wawancara dengan nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam, 24 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Rumahnya)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa yang mengancam
nelayan itu salah satunya, ancaman bom di laut, itu yang melakukan bukan
orang Wanasalam, tapi orang Lampung biasanya di Pulau Tinjil, sekarang pun
itu masih suka ada, padahal memang tidak diperbolehkan. Tapi kelemahan kita
sarana yang belum memadai seperti kapal patroli, sehingga kalau ada kejadian
itu, tidak ada yang langsung menindak, karena mereka langsung kabur dengan
kapal cepatnya. Alasannya menggunakan bom tersebut, yaitu untuk
mendapatkan tangkapan ikan yang besar. Hal yang sama juga ditambahkan
oleh salah satu nelayan juga di Kecamatan Wanasalam sebagai berikut :
“Kita tersaingi oleh kapal dengan alat tangkap yang modern. Disini kebanyakan alat tradisional. Kalau ada pendatang yang menggunakan alat tangkap modern, disitulah kami merasa terancam, kami tidak bisa menyaingi, seperti kapal besar, walaupun itu ZEE tapi ada dampak karena disana mereka membuat rumah ikan, sehingga ikan itu terhalang.” (Wawancara dengan nelayan di Kecamatan Wanasalam, 23 Februari 2017, Pukul 20.15 WIB, di Rumahnya)
178
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa nelayan yang ada
di Kecamatan Wanasalam ini mayoritas menggunakan alat tangkap tradisional,
sedangkan mereka tersaingi oleh kapal lain yang sudah menggunakan kapal
dengan alat tangkap yang modern. Biasanya yang sudah modern ini adalah
pendatang. Walaupun memang itu wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),
tapi ada dampaknya. Kapal besar itu membuat rumah ikan, sehingga ikan akan
terhalang, dan nelayan kecil mendapatkan ikan yang sedikit. Hal yang sama
juga ditambahkan oleh salah satu masyarakat yaitu Sekretaris Desa Muara
sebagai berikut :
“Dilihat dari teknologi juga, kadang ada persaingan. Selanjutnya mengenai kebijakan atau aturan yang ada Misalnya tidak diperbolehkannya menangkap benur (bayi lobster), sekarang lagi trendnya penangkapan benur. Sekarang nelayan tidak menangkap ikan lagi, pada beralih ke penangkap benur. Benur juga lebih mahal dijualnya,” (Wawancara dengan Sekretaris Desa Muara, 24 Februari 2017, Pukul 14.15 WIB, di Kantor Desa Muara)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa selain teknologi juga
yang menjadi ancaman karena akan ada persaingan, namun untuk sekarang ada
kebijakan pemerintah atas pelarangan mengambil benur/bayi lobster, karena
nelayan disini khususnya wilayah TPI Tanjung Panto hampir semuanya pindah
ke penangkapan benur, bukan lagi ikan yang diburu. Adanya pelarangan oleh
pemerintah, akhirnya nelayan-nelayan ini melakukan hal yang illegal. Padahal
benur ini harganya lebih mahal dijualnya, nantinya benur ini akan di kirim ke
Vietnam untuk dikembangkan menjadi lobster, dan nanti dibeli lagi oleh
Indonesia.
179
Sangat disayangkan memang, kita memiliki potensi yang luar biasa tapi
kenapa negeri kita sendiri tidak bisa mengembangkannya, karena baru Vietnam
yang bisa, untuk mengembangkan benur ini. Seharusnya Indonesia bisa
melakukan studi banding misalnya kesana, untuk mempelajari, dan nantinya
diterapkan di negeri sendiri. Dalam penangkapan benur juga akan lebih
meningkatkan kesejahteraan nelayan, karena harga jualnya yang tinggi, namun
sekarang terhalang oleh kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Hal-hal yang mengancam dari luar organisasi Dinas Perikanan itu,
maka memang dibutuhkan cara untuk menghadapi hal yang manjadi ancaman
dari luar organisasi ini, seperti halnya yang diungkapkan oleh Kepala Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak sebagai berikut :
“Ya karena kita keterbatasan kewenangan, paling kita bisa istilahnya “berteriak” kepada mereka yang telah mengganggu kehidupan nelayan supaya bisa ada kontribusi kepada nelayannya seperti CSR.” (Wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan Kabuapten Lebak, 20 Februari 2017, Pukul 10.00 WIB, di Ruang Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa, dalam menghadapi
ancaman tersebut, kurang maksimal karena memang keterbatasan kewenangan,
dinas hanya bisa berbicara atau penengah kepada mereka yang telah
mengganggu kehidupan nelayan, supaya nantinya ada kontribusi untuk
nelayan, seperti adanya Coorporate Social Responsibility (CSR) ini. Seperti
yang diungkapkan oleh Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan sebagai
berikut :
180
“Kita harus mengidentifikasi, lalu kita sampaikan. Walaupun saya tidak tahu untuk mengenai musyawarah perizinan pengeboran tersebut, biasanya hanya pihak kecamatan yang diundang.” (Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Program dan Keuangan, 9 Februari 2017, Pukul 15.05 WIB, di Ruang Sekretariat)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa seperti adanya mengenai
pengeboran minya itu, pihak dinas harus mengidentifikasi, lalu kita sampaikan
ke pihak perusahaan, di hadapan nelayan juga. untuk solusi ke depannya,
biasanya dinas ini sebagai fasilitatornya, karena memang adanya keterbatasan
kewenangan tadi. Hal yang sama juga ditambahkan oleh Kepala Bidang
Pembudidaya Ikan sebagai berikut :
“Sebetulnya supplier dari luar tidak masalah, Cuma kita harus benar-benar meningkatkan dalam hal pengawasan, kita bekerjasama dengan disperindag juga mengantisipasi masuknya ikan yang berformalin.” (Wawancara dengan Kepala Bidang Pembudidaya Ikan, 13 Februari 2017, Pukul 13.40 WIB, di Ruang Bidang Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa memang untuk adanya
supply dari luar tidak masalah, namun memang hal yang mengancam itu
mengenai penggunaan formalin tadi, sehingga Dinas Perikanan harus
bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak
dalam mengawasi ikan-ikan yang dipasok dari luar, dan mengantisipasi supaya
sampai tidak terjadi. Memang disini yang harus benar-benar dilakukan dalam
pengawasannya. Hal yang serupa juga ditambahkan oleh Kepala Seksi
Pemberdayaan Nelayan Kecil sebagai berikut :
“Harus mengikuti teknologi, harus meningkatkan kapasitas diri sendiri dengan belajar lebih banyak yang lebih canggih dan modern, dan menggunakan alat tangkap yang efisien tapi tidak menggunakan alat
181
tangkap dilarang.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pemberdayaan Nelayan kecil, 3 Februari 2017, Pukul 10.10 WIB, di Ruang Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan)
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa cara untuk menghadapi
ancaman yang terjadi dari luar organisasi yaitu salah satunya dengan mengikuti
teknologi, serta meningkatkan kapasitas diri sendiri dengan belajar lebih
banyak lagi, supaya bisa lebih canggih dan menjadi modern. Selain itu juga
menggunakan alat tangkap yang efisien, namun tetap yang tidak melanggar
aturan berlaku. Hal yang sama juga ditambahkan oleh Kepala Seksi Bidang
Pengelolaan TPIsebagai berikut :
“Lebih waspada, karena dari alam. Kalau cuaca sudah ekstrem tidak usah dipaksakan. Kalau untuk industri, dinas disini lebih mengingatkan mengenai langkah-langkah AMDAL, dan kewajiban-kewajiban perusahaan yang harus dipenuhi.” (Wawancara dengan Kepala Seksi Bidang Pengelolaan TPI, 3 Februari 2017, Pukul 09.05 WIB, di Ruang Bidang Perizinan dan Pengelolaan TPI)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa untuk ancaman
dari luar, tepatnya alam seperti cuaca ekstrem, dinas mengingatkan kepada
nelayan untuk tidak melaut, dan jangan mengambil resiko. Sedangkan untuk
pengembangan industri dinas mengingatkan kepada oihak industri untuk
melaksanakan langkah-langkah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
(AMDAL), serta kewajiban yang perlu dipenuhi oleh pihak industri tersebut.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak yaitu :
“Untuk masalah cuaca kami menghimbau dengan program simail, kepada para nelayan hanya diminta no hp lalu nanti diberikan info cuaca dari BMKG. Kemudian UPTD yang mengirim broadcastnya.”
182
(Wawancara dengan Kepala UPTD TPI Kabupaten Lebak, 23 Februari 2017, Pukul 14.00 WIB, di Kantor UPTD TPI Kabupaten Lebak
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa memang untuk ancaman
dari cuaca itu, UPTD TPI memiliki sebuah program, yaitu namanya Simail.
Jadi nanti nelayan ini hanya diminta no Hp nya, nanti kemudian akan diberikan
informasi mengenai cuaca. Untuk info cuaca ini langsung dari BMKG, kita
kerjasama. Selanjutnya UPTD ini nanti mengirimkan broadcastnya, supaya
nanti nelayan mengetahui kondisi cuaca untuk hari itu, apakah aman untuk
melaut atau tidak. Hal serupa juga diungkapkan oleh pihak masyarakat yaitu
Sekretaris Desa Muara sebagai berikut :
“Bingung juga kalau mengenai kebijakan atau aturannya, harus dibenahi dulu. Melakukan evaluasi, dan perencanaan ulang. Sehingga harus berpikir bahwa kenapa negara lain bisa mengembangkan benur, tapi kenapa di Indonesia belum, lebih respon atas apa yang terjadi.” (Wawancara dengan Sekretaris Desa Muara, 24 Februari 2017, Pukul 14.15 WIB, di Kantor Desa Muara)
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa, selaku
masyarakat bingung mengenai ancaman yang berupa kebijakan dari
pemerintah. Harus adanya kajian lagi mengenai kebijakan tersebut, melakukan
evaluasi, dan perencanaan ulang. Sehingga harus bisa berpikir bahwa kenapa
Indonesia belum bisa mengembangkan benur, sedangkan negara lain.
Kemudian lebih respon atas apa yang terjadi sebenernya di lapangan.
Akan menjadi kerugian, kalau kita mempunyai potensi yang besar
namun tidak bisa memanfaatkan potensi tersebut untuk memajukan Indonesia,
khususnya mensejahterakan masyarakat nelayan. adanya kerjasama yang baik
183
antara pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat dalam perumusan kebijakan.
Ditambah benur ini juga mempunyai harga jual yang tinggi, jangan sampai
nelayan di kita terbiasa melakukan hal yang illegal, karena untuk kebutuhan
hidup mereka.
Hal-hal yang mengancam terjadi di luar dari organisasi itu, dalam
bidang perikanan memang tidak jauh beda dengan bidang lain. Seperti halnya
karena faktor alam, adanya persaingan, kemudian mengenai kebijakan
pemerintah. Itu semua yang harus pemerintah daerah dalam hal ini Dinas
Perikanan dalam menghadapi ancaman tersebut, karena apabila tidak dihadapi
ancaman tersebut selalu akan datang, dan kalau tidak dihadapi dengan baik,
ancaman tersebut akan merugikan masyarakat nelayan, bahkan pemerintah
daerah Kabupaten Lebak. Harus adanya kerjasama yang pula antara pemerintah
daerah dengan nelayan yang di Kecamatan Wanasalam, kerjasama yang baik
juga akan menghasilkan yang baik untuk semuanya, tidak ada pihak yang
dirugikan satu sama lain terhadap ancaman tersebut.
Keterbatasan dalam pemahaman bagi nelayan ini, menjadi tantangan
untuk pemerintah, harus menemukan cara untuk bisa nelayan ini bisa paham,
dan mau ikut diajak kerjasama, karena nelayan ini mempunyai watak yang
keras, bagaimana pemerintah mencari solusi untuk hal itu. Supaya bisa
memanfaatkan peluang dan menghidari ancaman dengan cara yang baik dan
efisien untuk dilaksanakannya.
184
4.5 Pembahasan
Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang
peneliti dapatkan di lapangan serta disesuaikan dengan teori yang digunakan
dalam penelitian ini. Pembahasan hasil penelitian ini dilakukan untuk
memberikan penjelasan terhadap yang hasil yang diperoleh selama penelitian
berlangsung. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teori analisis SWOT
dalam Siagian (2008:172) dimana teori ini memberikan gambaran yang
berguna atas komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh
pimpinan organisasi dalam memutuskan strategi itu dapat berjalan di
organisasi tersebut. Strategi yang efektif ini mencakup hubungan yang
konsisten baik itu dari faktor internal organisasi yaitu strengths dan
weaknesses dengan faktor eksternal organisasi yaitu opportunities dan
threats.
Berdasarkan selama penelitian ini berlangsung, peneliti dapat melihat
kondisi potensi perikanan yang ada sekarang ini baik, itu bisa dilihat dari
jumlah nelayan yang mayoritas ada di Kecamatan Wanasalam, dan potensi
alam yang dengan jumlah jenis ikan yang banyak serta hasil produksi yang
baik setiap tahunnya. Namun memang dalam hal pengembangan potensinya
itu yang belum optimal, bisa dilihat dari jumlah pegawai teknis yang masih
kurang, sarana prasarana Tempat Pelelangan Ikan yang belum optimal dan
belum lengkap, dan tingkat kesejahteraan nelayan yang masih rendah. Hal ini
sudah dikembang oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, yaitu salah satunya
185
dengan program atau kegiatan untuk kepentingan nelayan. Supaya lebih
jelasnya, peneliti menggunakan analisis SWOT ini.
Strenghts (Kekuatan)
Strenghts atau kekuatan yang berkaitan dengan keunggulan yang
dimiliki suatu organisasi. Temuan di lapangan terlihat bahwa kekuatan atau
keunggulan yang dimiliki Dinas Perikanan Kabupaten Lebak diantaranya
Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur dinas, dilihat dari jumlah untuk SDM
perikanan PNS semuanya ada 26 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh
perikanan PNS 4 orang, non penyuluh berarti pegawai struktural ada 22
orang. kalau penyuluh termasuk ke jabatan fungsional. Sekarang pegawai non
PNS 20 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat 7
orang, ada tenaga kerja sukarela sebanyak 13 orang. Jadi secara keseluruhan
ada 46 orang. Selain itu juga aparatur dinas dilihat dari latar belakang
pendidikan sudah sesuai, karena untuk lulusan dari perikanan sudah hampir
90%, terutama untuk secara teknisnya. Kalau di bidang sekretariat, sifatnya
umum, jadi masih campur bukan perikanan saja. Namun apabila seluruhnya
itu yang memenuhi kualifikasi baru 40% dan yang belum 60%, karena
lulusan dari perikanan juga kalau tidak memiliki pengalaman akan kalah,
karena pengalaman banyak juga akan membantu seseorang lebih paham,
lebih mengerti. Oleh sebab itu, walaupun tidak sesuai asalkan pengalamannya
baik, akan tetap bisa bekerja dengan baik. Lulusan perikanan itu sebagai
penunjang dalam nanti pegawai tersebut menjalankan tugas dan fungsinya di
Dinas Perikanan.
186
Selain aparatur dinas yang bisa menjadi kekuatan, tapi dilihat dari
Sumber Daya Manusia (SDM) pelaku perikanan, atau nelayan juga menjadi
kekuatan, karena Kecamatan Wanasalam ini memiliki nelayan paling banyak
di Kabupaten Lebak sebanyak kurang lebih 1900 orang dari seluruh jumlah
nelayan yang ada di Kabupaten Lebak sebanyak kurang lebih ada 3300 orang,
hampir 60% lebih nelayan itu berada di Kecamatan Wanasalam. Banyaknya
nelayan ini juga menjadi salah satu penunjang untuk pengembangan potensi
perikanan tangkap, karena dengan nelayan yang banyak maka potensi yang
ada juga semakin banyak dioptimalkan.
Potensi wilayah dan potensi ikan yang ada di Kecamatan Wanasalam
menjadi salah satu kekuatan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap,
potensi wilayah yaitu dengan panjang garis pantai 91,42 km di Kabupaten
Lebak, secara geografis kabupaten lebak arah selatan langsung berbatasan
dengan Samudera Hindia. Di Kabupaten Lebak ini yang termasuk wilayah
pesisir ini ada 5 Kecamatan, yaitu Wanasalam, Bayah, Panggarangan, Cihara,
dan Cilograng. Memiliki 11 Tempat Pelelangan Ikan dan 1 Pelabuhan
Pendaratan Ikan. Dari 11 Tempat Pelelangan Ikan itu, Kecamatan Wanasalam
memiliki 2 TPI yaitu TPI Binuangeun dan TPI Tanjung Panto. Namun paling
aktif di kabupaten memang TPI Binuangeun, sedangkan untuk TPI Tanjung
Panto ini sudah vakum selama 2 tahun. Jadi memang terlihat sangat berbeda
antara TPI Binuangeun dengan TPI Tanjung Panto. Selain itu juga 2 TPI
dalam satu desa, yaitu Desa Muara. Di Kecamatan Wanasalam ini desa yang
memiliki pesisir memang ada 3 desa yaitu Muara, Sukatani, dan Wanasalam.
187
Tapi wilayah pesisir yang paling ramai memang Desa Muara. Untuk ikan
yang dihasilkan pun di Kecamatan Wanasalam ini sudah kualitas ekspor,
seperti ikan tuna, tongkol dan cakalang. Kebetulan memang Wanasalam ini
sebagai tempat migrasinya ikan cakalang, jadi memang banyak di perairan
Wanasalam, namun ikan ciri khas dari Kecamatan Wanasalam itu ikan layur,
atau biasa orang menyebutnya layur Binuangeun.
Walaupun sekarang Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dikelola oleh
provinsi, kabupaten itu sekarang hanya pengelolaan TPI saja. Namun, karena
PPI ini adanya di Kecamatan Wanasalam, nelayan disana tetap diuntungkan,
karena nelayan tetap bisa menggunakan aset atau sarana prasarana PPI
tersebut. Dengan adanya PPI di Kecamatan Wanasalam itu menguntungkan
msyarakat disana, karena selalu ramai. Itulah salah satu keuntungannya.
Kemudian adanya kerjasama dengan nelayan itu juga salah satu kekuatan
yang dimiliki oleh Dinas Perikanan, karena apabila kerjasama sudah terjalin
dengan baik, nantinya kalau ada permasalahan apapun akan terbuka, dan
saling mengingatkannya juga enak, karena sudah merasa dekat. Nelayan itu
memiliki watak keras, dan jarang sekali berada di rumah. Oleh sebab itu,
apabila nelayan sudah bisa diajak kerjasama, adalah salah satu keuntungan
yang dimiliki oleh dinas.
Dibagian perikanan tangkap, Dinas Perikanan membuat program
dengan nama program pengembangan perikanan tangkap, dimana terdiri dari
empat kegiatan, yaitu pendampingan kelompok nelayan, pemeliharaan TPI,
rehab TPI, dan pengembangan sarana prasarana perikanan. Apabila dilihat
188
setiap kegiatan, ini memiliki manfaatnya masing-masing seperti halnya
pendampingan kelompok nelayan, karena itu kegiatannya berisi pemberian
bantuan. Manfaatnya lebih ingin mensejahterakan nelayan, dengan bantuan
atau hibah seperti kapal, jaring dan lainnya. Untuk meningkatkan pendapatan
nelayan. Selain itu juga pendampingan kelompok ini untuk memberikan
pendidikan atau pelatihan kepada nelayan. untuk kegiatan ini memang lebih
banyak dilakukan oleh provinsi atau pusat, sedangkan untuk kabupaten ini
hanya pemberian bantuan saja. Kegiatan yang pernah dilakukan oleh pusat itu
yaitu program Nelayan Pintar (NelPin), itu dilakukan perwakilan nelayan
yang ada di Kabupaten Lebak, tidak khusus untuk nelayan Wanasalam.
Sedangkan untuk kegiatan rehab TPI itu manfaatnya untuk menjaga aktifitas
nelayan supaya tetap baik. Secara keseluruhan memang dilihat program ini
memberikan manfaat yang banyak untuk nelayan, dimana untuk kesejateraan
dan untuk aktifitas nelayan juga.
Dari empat kegiatan itu yang menjadi unggulan yaitu kegiatan
pemberian bantuan alat penangkapan ikan, karena memang dinilai itu akan
sangat penting digunakan untuk nelayan. Seharusnya memang kegiatan yang
berupa fisik ini harus diimbangi dengan kegiatan yang memerlukan
keterampilan dan pengetahun nelayan, jangan hanya jaring sama kapal saja
yang diberikan, kalau keterampilan dan pengetahuan nelayannya tidak
berkembang. Sebaiknya juga lebih baik lagi koordinasinya dengan pusat
maupun provinsi, minimal sering ke provinsi untuk membicarakan kegiatan
untuk mengasah keterampilan dan pengetahuan nelaya, supaya nelayan di
189
Kecamatan Wanasalam ini dengan jumlah yang banyak bisa memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang baik, sehingga nantinya nelayan yang
ada di Kabupaten Lebak bisa terbawakan kearah yang lebih baik lagi. Karena
akan berdampak juga kalau tidak dibarengi dengan bekal keterampilan dan
pengetahuan, ketika diberi bantuan berupa kapal yang agak besar, nelayan
disana tidak mau menjalankannya karena belum tahu harus bagaimana
menggunakannya.
Selama ini juga hal-hal yang dikerjasamakan atau dikoordinasikan
dari Dinas Perikanan atau pemerintah daerah berupa koordinasi mulai dari
perencanaan sampai ke anggaran yang dibutuhkan. Lebih sering Dinas
Perikanan ini berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) dengan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD). Kalau di Bappeda lebih kepada perencanaan awal, seperti
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) yang per lima tahun, sampai ke
Rencana Kerja (Renja) untuk per tahunnya. Renstra dan Renja ini merupakan
hasil dari koordinasi antara dinas dengan Bappeda. Fungsi Bappeda ini lebih
pada koordinasi dan mengarahkan agar sesuai dengan rencana awal yang dari
tahun 2014-2019. Kalau untuk Bpkad ini merupakan bendaharanya
pemerintah daerah. Kerjasama yang dilakukan pun sama berupa koordinasi
mengenai penyusunan APBD, KUA-PPAS, serta mengenai pengelolaan
keuangan. Selama ini kerjasama ini akan terus dilakukan baik itu kepada
Bappeda maupun Bpkad atau bahkan dengan dinas terkait dengan program
dan kegiatan Dinas Perikanan.
190
Weaknesses (Kelemahan)
Weaknesses atau kelemahan berkaitan dengan keterbatasan dalam hal
sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang akan menjadi penghalang
dalam kinerja organisasi. Pada temuan di lapangan menunjukkan bahwa
Dinas Perikanan masih kurang Sumber Daya Manusia (SDM) pegawai
teknisnya. SDM disini memang bisa menjadi kelemahan dan kelebihan.
Kelemahan disini jumlah pegawai teknisnya, karena untuk perikanan tangkap
dengan pegawai PNS nya itu hanya satu yaitu Kepala UPTD TPI Kabupaten.
Satu orang harus mengawasi 11 TPI dari 5 Kecamatan, dan jarak yang antar
wilayahnya cukup jauh. Sampai Kepala UPTD TPI ini bilang, tidak ada
waktu libur untuk tetap bekerja. Karena memang tidak ada orang lagi, selain
itu juga untuk menyempatkan Kepala UPTD TPI ini bersilaturahmi dengan
nelayan yang ada di 5 Kecamatan ini, sering melakukan anjang sono
(silaturahmi), seperti secara spontan menghadiri perkumpulan nelayan.
Ditambah waktu untuk nelayan itu sulit, karena mereka harus melaut, jadi
ketika waktu luang dan sedang ada perkumpulan nelayan, beliau hadir
sekedar mendengar permasalahan yang ada. Masalah kekurangan personil ini,
sudah disampaikan kepada Kepala Dinas Perikanan, namun memang mau
tidak mau harus menerima karena itu tugas. Sebaiknya memang, di Dinas
Perikanan untuk perikanan di bagi 2 yaitu perikanan tangkap dengan
perikanan budidaya, kalau bisa memang personil yang ada di budidaya bisa
membantu untuk di perikanan tangkap. Untuk penempatan personil juga
191
memang harus memperhatikan potensi yang bisa dikembangkan di
bidangnya. Jangan sampai ada bidang yang memang kurang personilnya.
Kelemahan lainnya yaitu masih tradisionalnya nelayan yang ada di
Kecamatan Wanasalam, bisa dilihat dari alat tangkap yang digunakan,
kemudian untuk kemampuan dan keterampilan juga masih rendah, karena
pendidikan disana masih kurang, kemudian budaya masyarakat nelayan itu
kumuh dan dibawah garis kemiskinan, karena nelayan ini tidak dibiasakan
untuk menabung, dan juga nelayan masih banyak yang belum memiliki
sertifikat tanah, karena mereka ini masih menumpang diatas tanah
juragannya.
Selain itu juga dilihat dari sarana prasarana yang ada di pelabuhan
atau TPI belum optimal dan belum lengkap. Seperti yang sudah ada pabrik es,
namun disini belum optimal, karena kualitas es yang dihasilkan kurang baik,
es nya gampang cair dan lebih banyak mengandung zat kapurnya. Sehingga
nelayan ini lebih memilih membeli es dari luar seperti Pandeglang dan
Serang, walaupun harga agak mahal tapi tahan lama. Jadi memang pabrik es
yang ada, namun belum optimal. Sedangkan sarana prasarana yang belum
lengkap seperti belum adanya cold storage, SPBN. Dua hal ini yang penting
ada, seperti cold storage manfaatnya digunakan untuk menyimpan ikan agar
tetap segar, untuk persediaan ada musim paceklik, karena selama ini ketika
hasil tangkapan banyak, itu langsung dijual saja ke bos atau Jakarta,
sedangkan mereka yang menyimpan ikan tersebut, ketika musim paceklik
nelayan di Wanasalam membeli ikan yang dari Jakarta itu, dan harganya pun
192
sudah beda lebih mahal. Itu kerugian yang dialami oleh nelayan. Kalau
SPBN, itu juga salah satu yang penting ada di pelabuhan, karena untuk
membeli bahan bakar itu, nelayan harus menggunakan surat keterangan dari
kecamatan, syahbandar, dan setiap tahunnya harus diperpanjang. Sedangkan
untuk nelayan kecil, karena membeli bahan bakar juga tidak banyak, kalau
memang harus menggunakan persyaratan itu akan membuat repot nelayan
kecil, karena kalau SPBN sudah ada di pelabuhan, para nelayan itu tidak
perlu menggunakan surat-surat tersebut, dan lebih memudahkan nelayan.
Selain sarana prasarana dalam TPI juga yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan TPI itu. Dikarenakan mulai tahun 2017 ini TPI Binuangeun
dikelola oleh koperasi, karena alasan tidak ada modal, sehingga menjalin
kerjasama dengan koperasi dalam pengelolaan TPI. Kalau dilihat koperasi ini
juga baru aktif kembali mulai tahun 2017 ini, dan langsung diberikan
kepercayaan untuk mengelola TPI yang bisa terbilang besar, sedangkan untuk
mengelola koperasi itu sendiri tidak maksimal. Contohnya, seharusnya
koperasi adalah organisasi yang berwirausaha, dimana nantinya ada produk
yang dihasilkan dari koperasi itu. Dikhawatirkan memang dengan barunya
koperasi ini nanti akan tidak fokus dalam pengembangan koperasi itu sendiri,
karena nantinya koperasi juga bisa menjadi salah satu faktor untuk
pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam. Tapi
pihak dinas juga baru mencoba pengelolaan koperasi ini dikelola oleh
koperasi, diharapkan memang semua TPI ini bisa terus aktif atas pengelolaan
dari dinas. Seperti permasalahan TPI Tanjung Panto, TPI ini sudah tidak aktif
193
lagi selama 2 tahun, sehingga proses lelang pun tidak dilakukan dengan
adanya pengawasan dari pihak dinas. Di TPI Tanjung Panto ini ada proses
lelang, namun hanya berupa kesepakatan saja, nantinya hasil dari TPI
Tanjung Panto ini dilelang di TPI Binuangeun dengan harga tinggi. Karena
pemerintah kabupaten ini sekarang lebih fokus ke TPI, sedangkan PPI sudah
dialihkan kewenangannya ke provinsi, memang harapannya pemerintah
kabupaten ini akan lebih baik lagi dalam pengelolaan TPI nya, karena beban
untuk PPI sudah tidak menjadi kewajiban kabupaten.
Kelemahan selanjutnya yaitu mengenai permodalan nelayan. untuk
dukungan perbankan memang ada program dari pemerintah yaitu Kredit
Usaha Rakyat (KUR) bagi nelayan. Permasalahan disini dari pihak bank tidak
memberikan pinjaman kepada pekerjaannya nelayan penuh, karena itu
dikhawatirkan akan menghambat dalam pembayaran angsurannya, sehingga
bank ini lebih kepada nelayan yang mempunyai usaha lain, minimal 1 tahun
usaha itu sudah berjalan. Selain itu juga nelayan penuh ini mayoritas nelayan
kecil, dimana nelayan kecil ini masih banyak yang belum mempunyai
seritifikat. Inilah alasan selanjutnya bank tidak memberikan pinjaman untuk
nelayan kecil, karena tidak adanya jaminan. Pemerintah pusat dan pihak bank
itu sendiri juga mengakui kalau KUR ini tidak membutuhkan jaminan atau
agunan. Tapi pada pelaksanaannya tetap saja menggunakan jaminan, karena
tidak mau mengambil resiko tadi. Maka dari itu nelayan ini, untuk
permodalan mereka ada 3 jenis yaitu modal sendiri, modal bank, dan modal
juragan/langgan. Paling banyak memang menggunakan modal dari
194
juragannya. Sistem untuk modal dari juragan ini yaitu langsung ada
pemotongan dari hasil tangkapan pada hari itu juga, biasanya dari
penangkapan di potong 5%. Untuk bagi hasil itu kesepakatan antara nelayan
dan juragan ada yang 50:50, ada juga 60:40. Sehingga memang kerugian
menggunakan modal dengan juragan atau langgan ini nelayan ini pasti akan
banyak hutang, itu salah satu sebabnya kehidupannya nelayan terus akan
miskin, tidak ada kemajuan. Namun untuk juragan dengan langgan ini
berbeda, kalau juragan dia bisa juga menjadi nelayan, pergi melaut bawa
kapal sendiri. Sedangkan kalau langgan itu belum tentu nelayan, pokoknya
orang yang memberikan modal, biasanya nanti yang menjual hasil tangkapan
nelayan di TPI itu langgannya bukan nelayannya. Jadi itulah permodalan
nelayan selama ini.
Dalam melihat respon pemerintah daerah dalam pengembangan
potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam itu baik saja, dilihat dari
peran aktif yang dilakukan, dalam hal pemberian bantuan untuk nelayan.
Bahkan Kecamatan Wanasalam ini sudah menjadi kawasan minapolitan itu
berdasarkan Keputusan Bupati. Kecamatan Wanasalam ini satu-satunya
kecamatan yang ada di Kabupaten Lebak yang dijadikan kawasan
minapolitan. Alasannya karena, Wanasalam ini termasuk kecamatan yang
lengkap untuk potensinya. Dibidang perikanan tangkapnya potensial,
perikanan budidaya juga potensial di Cikoncang. Kawasan minapolitan ini
satu wilayah itu saling terintegrasi, mulai dari hulu sampai hilir. Jadi dari
195
produksi sampai ke pengolahan itu ada dalam satu wilayah. Itulah salah satu
respon yang bisa dirasakan dari pemerintah daerah untuk Dinas Perikanan.
Opportunities (Peluang)
Opportunities atau peluang yang berkaitan dengan berbagai situasi
yang menguntungkan bagi suatu organisasi. Pada temuan di lapangan bahwa
peluang yang dimiliki untuk Dinas Perikanan yaitu, potensi alamnya, dimana
bisa dilihat jenis ikan yang dihasilkan di Kecamatan Wanasalam banyak dan
sudah termasuk pada kualitas ekspor, dengan sumber daya ikan yang
melimpah. Karena kebanyakan untuk ekspor itu ikan tuna, tongkol, dan
cakalang. Di Wanasalam sudah ada kualitas untuk ekspornya.
Selain itu juga pemerintah daerah sudah bekerjasama dengan salah
satu BUMN yaitu Perindo. Bahkan sudah tandatangan nota kesepahaman,
mengenai pembangunan SPBN di Wanasalam. Perindo ini mulai melirik,
sejak kunjungan Menteri BUMN datang langsung melihat ke TPI
Binuangeun, karena melihat potensi yang baik disana, sehingga Perindo pun
memutuskan untuk bekerja sama. Rencananya mulai tahun 2017 ini akan
dibangun SPBN. Investor untuk perikanan tangkap hanya Perindo saja,
sedangkan untuk tambak udang yang sudah banyak peminatnya. Entah karena
akses yang susah untuk ke Wanasalam sehingga investor belum bisa
menginvestasikan di Wanasalam, padahal untuk potensi memang memiliki
potensi yang baik. Hanya saja dalam pengembangan yang belum optimal.
196
Hal yang menguntungkan Kecamatan Wanasalam yaitu dengan
adanya Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) ada disana, dan TPI yang terbesar
dan ramai di Kabupaten Lebak ada di Kecamatan Wanasalam juga. dengan
dua hal ini tadi, sehingga memang Kecamatan Wanasalam ini bisa terus ramai
oleh pengunjung, baik itu dari daerah Kabupaten Lebak, atau dari luar
Kabupaten Lebak, karena itulah salah satu faktor yang menyebabkan
Wanasalam ini ramai terus. Misalnya di Wanasalam tidak ada TPI
Binuangeun kemungkinan akan sepi, karena untuk wisata saja, sepanjang
pantai Kecamatan Wanasalam belum dikelola dengan baik. Hambatan Dinas
Pariwisata salah satunya yaitu karena lahan yang ada di 200m dari pinggir
pantai itu ada pemiliknya, sehingga Dinas Pariwisata kesulitan untuk
mendapatkan izin mengelola, oleh karena itu tempat pelelangan itu bisa
menjadi alternatif wisata juga ke Wanasalam.
Kemudian ada hal lain yang menguntungkan yaitu adanya
perkembangan teknologi. Hal ini menguntungkan bagi nelayan, karena akan
semakin mudah dan efisien dalam melakukan penangkapan ikan. Seperti
nelayan sekarang sudah menggunakan GPS dalam melaut. Adanya GPS ini
akan lebih memudahkan nelayan, dalam menjalankan kapalnya karena
penunjuk arah yang sudah jelas. Baru-baru ini ada lagi alat, namun belum
disosialisasikan yaitu alat yang bisa mendeteksi keberadaan ikan. Jadi dengan
alat itu nelayan tidak usah repot lagi mencari tempat yang banyak ikannya.
Inilah pengaruh dari perkembangan teknologi, dengan begitu sedikit-sedikit
nelayan di Kecamatan Wanasalam akan lebih maju lagi.
197
Adanya hal-hal yang menguntungkan, namun harus ada juga cara
untuk memafaatkan hal tersebut, supaya hal tersebut bisa dimanfaatkan secara
maksimal oleh nelayan dan pemerintah daerah. Salah satunya cara yaitu
dengan memberikan pelatihan kembali kepada nelayan, agar nelayan ini
dibekali pengetahuan dan pemahaman yang sesuai ketika adanya
perkembangan teknologi. Kemudian dengan memberikan kapal yang agak
besar kepada nelayan, supaya jangkauan area penangkapan bisa lebih jauh
lagi. Namun kendala dari nelayan, apabila ada bantuan berupa kapal besar, itu
pasti tidak ada yang mau menjalankannya, karena memang masalah modal
tadi, semakin besar itu kapal maka akan semakin besar juga untuk biaya
operasionalnya. Inginnya nelayan, kapal tersebut dikelola oleh pemerintah,
jadi nelayan itu sebagai buruh saja, sehingga tidak mengeluarkan banyak
biaya. Kalau memang tidak seperti itu, nelayan lebih mengharapkan bantuan
kapal kecil tapi banyak jumlahnya, daripada datang bantuan kapal besar tapi
cuma satu, dan tidak akan terpakai juga kapalnya.
Terkait kerjasama dengan Perindo, salah satu cara memanfaatkannya
dengan terus berkoordinasi dan komunikasi terjalin, supaya apabila terus
terjalin kita akan mengetahui prospek kemajuan dalam perencanaannya,
sehingga kita juga bisa menilai sudah sejauh mana yang dilakukan oleh pihak
investor, jangan sampai hilang kontak, karena akan merugikan pihak kita,
walaupun sudah ada tandatangan nota kesepahaman tapi tidak dilanjutkan
komunikasinya, investor itu akan tidak meneruskannya atau membatalkan.
Komunikasi yang baik juga nantinya supaya tidak ada yang dirugikan dari
198
salah satu pihak. Bisa membaginya dengan adil, nantinya simbiosis
mutualisme, saling menguntungkan antara pemerintah daerah dengan piak
Perindo.
Treaths (Ancaman)
Treaths atau ancaman berkaitan dengan faktor-faktor yang merugikan
suatu organisasi. Pada temuan di lapangan ancaman yang akan
mempengaruhi dalam pengembangan potensi perikanan tangkap di
Wanasalam yaitu dengan berkembangnya industri di pinggir pantai. Kenapa
itu akan merugikan, karena kalau pinggir pantai sudah dikuasai oleh industri
maka masyarakat tidak bisa melihat pemandangan pantai lagi karena sudah
terhalang. Hal tersebut bisa saja tidak dilakukan, asal dari awal investor ini
membuat komitmen dengan masyarakat setempat dengan fasilitatornya dari
pihak dinas. Komitmen untuk pekerja yang ada di industri tersebut harus dari
masyarakat setempat, tidak boleh dari luar. Namun memang masalah inilah
yang muncul, karena kebutuhan dari pihak industri itu suka berbeda dengan
kemampuan masyarakat sekitar. Misalnya industri ini sedang membutuhkan
sarjana perikanan, sedangkan masyarakatnya tidak ada yang sarjana
perikanan, terpaksa industri tersebut mengambil dari luar. Oleh sebab itu, kita
juga harus mempersipkan yang diinginkan oleh industri, salah satunya dengan
memberikan beasiswa untuk mendapatkan pendidikan.
Hal lainnya yang mengancam ketika nelayan Kecamatan Wanasalam
tidak bisa memenuhi permintaan ikan karena cuaca buruk, ditambah belum
199
adanya cold storage sehingga tidak ada ikan cadangan. Akhirnya pada
membeli dari Jakarta, padahal ikan dari Jakarta juga ikan dari Wanasalam,
karena mereka ada cold storage sehingga ketika musim paceklik persediaan
tersebut dikeluarkan dan dijual dengan harga mahal. Kemudian yang
dikhawatirkan membeli dari Jakarta itu menggunakan formalin, karena
pernah ada kejadian di pasar Binuangeun ketika di cek berformalin, setelah
ditelusuri itu ikan dari Jakarta. Itulah resiko membeli dari luar, kita tidak bisa
menjamin kesegaran dan kesehatan ikan tersebut. Perlu dalam hal ini
pengawasan yang dilakukan Dinas Perikanan bekerjasama dengan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, untuk menghindari ikan
yang mengandung formalin.
Munculnya industrialisasi di kawasan pantai selain merusak
pemandangan, namun karena adanya limbah yang dibuang ke sungai,
kemudian setiap sungai juga bermuara ke laut. Itu yang mengakibatkan
adanya penurunan kualitas perairan, dampak dari penurunan kualitas tersebut,
ikan pun tidak akan banyak lagi, karena akan berpindah pada tempat yang
masih bersih. Akibatnya nelayan akan mendapatkan tangkapan yang kecil.
Selain itu juga karena Kecamatan Wanasalam ini arah selatan langsung
berhadapan dengan Samudera Hindia, maka cuaca ekstrem sering muncul
seperti angin, gelombang tinggi, itu juga menjadi salah satu yang menganggu
dalam pengembangan potensi perikanan tangkap.
Hal lainnya yaitu adanya kapal pendatang yang lebih besar dan alat
tangkap yang sudah modern, itu akan memunculkan persaingan dengan
200
nelayan pribumi. Kapal yang lebih besar itu jangkauan area penangkapan
lebih jauh, dan biasanya juga nelayan pendatang ini suka membuat rumah
ikan, dimana nantinya ikan tersebut akan terhalang oleh jaring yang mereka
bentangkan. Akibatnya nelayan pribumi yang melaut tidak sampai jauh akan
mendapatkan ikan yang sedikit karena ikan telah terhalang. Selain membuat
rumah ikan juga, kadang nelayan dari Lampung menggunakan bom dalam
penangkapan ikan, biasanya dekat dengan Pulau Tinjil. Karena dengan
menggunakan bom akan banyak ikan yang didapat, kerugian untuk nelayan
pribumi, mendapatkan ikan lebih sedikit. Sedangkan untuk penggunaan bom
itu, nelayan pribumi ini tidak bisa langsung menangkapnya, karena bukan
kewenangan kita, itu ada di pol air yang mengurusinya, namun karena pol air
kita belum ada kapal patroli, nelayan pendatang itu selalu berhasil kabur. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu kerjasama dengan pihak terkait, misal dengan
pol air bagian tindak pelanggaran di laut.
Kemudian yaitu mengenai kebijakan pemerintah yang tidak
memperbolehkan nelayan menangkap benur atau bayi lobster. Namun pada
kenyataannya masih banyak yang melakukan penangkapan benur, karena
mereka menganggap benur itu lebih mahal harga jualnya. Sehingga nelayan
disana banyak yang melakukan illegal. Seperti di TPI Tanjung Panto, itu
hampir semuanya pindah menjadi penangkap benur, dari pada menangkap
ikan. Sampai ada kasus penangkapan nelayan karena hal tersebut, sampai
sekarang nelayannya masih dipenjara. Tapi dengan kejadian itu nelayan
masih belum kapok untuk berhenti menangkap benur. Prosesnya juga tidak
201
terlalu cape dalam penangkapannya. Cukup mengulurkan jaring sampai dasar,
lalu sudah ditinggal sampai nanti besok pagi jam 5 subuh diangkat. Nelayan
disana itu berangkat jam 5 sore sampai ke dermaga itu jam 7an. Kalau di TPI
Binuangeun memang jarang untuk benur, tapi kalau di TPI Tanjung Panto itu
hampir semuanya beralih ke penangkap benur. Cara untuk menghadapi
ancaman seperti itu, bingung juga karena memang kalau kebijakan itu telah
disahkan dari pusat. Seharusnya ada evaluasi atas kebijakan mulai dari pihak
kabupaten, ke provinsi dan terakhir disampaikan ke pusat, karena memang
kebijakan ini dinilai akan merugikan nelayan, karena harga benur itu tinggi,
sehingga kesejahteraan nelayan nantinya bisa meningkat juga. Selain itu
nantinya benur ini akan dikirim ke Vietnam untuk dikembangkan, karena
Indonesia belum bisa mengembangkannya. Disayangkan memang potensi itu
ada di Indonesia tapi di ekspor ke luar, nanti sama Indonesia dibeli kembali
dengan harga yang lebih mahal. Seharusnya memang Indonesia itu
melakukan studi banding, agar nantinya bisa mengembangkan sendiri. Juga
pemerintah Indonesia supaya bisa lebih respon lagi, atas apa yang terjadi di
lapangan, dengan melakukan kajian ulang akan lebih baik. Itulah hal-hal yang
mengancam atau menganggu dalam pengembangan potensi perikanan
tangkap, dan bisa juga mengganggu dari Dinas Perikanan, tapi dengan cara
yang sesuai akan bisa menghadapi ancaman tersebut.
Berdasarkan strategi yang telah dipaparkan maka peneliti mendukung
startegi yang akan dijalankan oleh Dinas Perikanan ke depannya. Strategi itu
sudah sejalan dengan teori dari analisis SWOT dalam Siagian (2008:172)
202
yang terdiri dari faktor internalnya : strengths, weaknesses, dan dari faktor
eksternalnya : opportunities, threats karena strategi itu akan membantu Dinas
Perikanan memperbaiki kelemahan dari strategi yang sedang dijalankan
sekarang seperti meningkatkan sarana prasarana dalam mendukung
pengembangan perikanan tangkap dan memanfaatkan peluang yang ada untuk
Dinas Perikanan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap seperti
melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti investor.
Maka dari itu, strategi tersebut akan memanfaatkan kekuatan yang
dimiliki Dinas Perikanan untuk memperbaiki kelemahan yang masih ada
dalam Dinas Perikanan serta akan memanfaatkan peluang yang ada seperti
adanya investor dan perkembangan teknologi yang semakin baik, dan
meminimalisir ancaman yang akan diterima Dinas Perikanan.
Strategi yang akan dijalankan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
ini kedepannya sudah melalui pengamatan lingkungan, baik secara
lingkungan internal dan lingkungan eksternalnya. Dimana memang untuk
lingkungan internalnya itu terdiri dari kekuatan dan kelemahan dalam Dinas
Perikanan, sedangkan untuk lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan
ancama yang timbul dari luar Dinas Perikanan tersebut.
Kemudian strategi yang akan digunakan Dinas Perikanan Kabupaten
Lebak ke depannya merupakan pengembangan rencana dalam waktu jangka
panjang, karena nantinya akan lebih mengembangkan potensi perikanan
tangkap di Kecamatan Wanasalam. Strategi ini juga merupakan perwujudan
203
dari visi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu Terwujudnya Kabupaten
Lebak sebagai penghasil komoditas perikanan yang optimal, maju, berdaya
saing dan berkelanjutan berbasis pengembangan potensi wilayah. Dengan
misi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu meningkatkan kapasitas
kelembagaan, sumberdaya manusia aparatur dan pelaku usaha perikanan,
memanfaatkan potensi sumber daya perikanan secara optimal dan
berkelanjutan, meningkatkan peran sektor Perikanan dalam perekonomian
daerah, mengembangkan usaha perikanan yang maju dan berdaya saing.
Selain itu, strategi yang akan dilaksanakan oleh Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak tersebut berdasarkan dari hasil evaluasi dan pengawasan
atas strategi sebelumnya. Evaluasi dan pengawasan ini dilakukan agar dapat
memperbaiki kekurangan yang muncul pada strategi sebelumnya, sehingga
nantinya strategi untuk ke depannya nanti bisa berjalan dengan lebih baik lagi
serta dapat mengembangkan potensi perikanan tangkap khususnya di
Kecamatan Wanasalam, umumnya di Kabupaten Lebak. Hasil evaluasi ini
dilakukan menunjukkan secara tepat kekurangan yang dimiliki strategi
sebelumnya sehingga mendorong untuk melakukan perbaikan dan
menyelesaikan permasalahan yang timbul pada strategi sebelumnya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis SWOT dalam
penelitiannya, dikarenakan disesuaikan dengan permasalahan yang ada, Oleh
sebab itu peneliti membuat matriks SWOT ini, sehingga nanti akan
menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis. Berikut dibuat pula
matriks analisis SWOT seperti di bawah ini :
204
Tabel 4.7
Matriks SWOT
Faktor-faktor
internal
Kekuatan (S)
a) Potensi wilayah
b) Aset atau sarana
prasarana yang dimiliki
c) SDM aparatur dan SDM
pelaku perikanan
d) Potensi Sumber Daya
Ikan Lestarinya
e) Pendistribusian hasil
tangkapan
f) Adanya kerjasama dengan
masyarakat nelayan
Kelemahan (W)
a) SDM pegawai teknis
masih kurang
b) Alat tangkap
nelayan masih
tradisional
c) Pengetahuan dan
kemampuan nelayan
yang belum terampil
d) Nelayan masih
banyak belum
mempunyai
sertifikat
e) Sarana prasarana
belum optimal dan
belum lengkap
f) Budaya masyarakat
nelayan yang kumuh
g) Faktor turun
menurunnya
pekerjaan nelayan
h) Belum
terjangkaunya
wilayah
penangkapan ikan
dalam pengawasan
i) Belum adanya
dukungan perbankan
untuk nelayan kecil
j) Masih sedikit
program untuk
keterampilan
nelayan
k) Masih menjadi
Faktor-
faktor
eksternal
205
supplier belum
menjadi eksportir
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
a) Potensi alam
b) Kerjasama dengan
Perindo
c) Kunjungan Menteri
BUMN ke TPI
Binuangeun
d) Jenis ikan untuk kualitas
ekspor
e) Pelabuhan Pendaratan
Ikan ada di Kecamatan
Wanasalam
f) TPI Binuangeun,
merupakan TPI terbesar
dan paling aktif di
Kabupaten Lebak
g) Adanya perkembangan
teknologi seperti, GPS
a) Memanfaatkan potensi
wilayah untuk
mengembangkan potensi
alam
b) Meningkatkan aset dan
sarana prasarana untuk
menghasilkan jenis ikan
yang kualitas ekspor
c) Melakukan kerjasama
dengan lembaga
pemerintah dan nelayan
untuk bisa kerjasama
dengan pihak investor
d) Memanfaatkan SDM
aparatur dan pelaku
perikanan untuk bisa
mengembangkan
teknologi
a) Menambah SDM
pegawai teknis
b) Memanfaatkan
perkembangan
teknologi untuk
kemajuan nelayan
c) Mengoptimalkan
kerjasama dengan
investor dalam
perbaikan dan
pengadaan sarana
prasana
d) Membangun
koordinasi baik itu
pusat maupun
provinsi untuk
program nelayan
e) Meyakinkan
perbankan untuk
kerjasama dengan
nelayan
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
a) Berkembangnya industri
di pinggir pantai
b) Membeli ikan dari Jakarta
c) Penurunan kualitas
perairan
d) Cuaca ekstrem
e) Adanya kapal pendatang
yang lebih besar dan alat
tangkap modern
f) Pembuatan rumah ikan
oleh nelayan pendatang
g) Penggunaan bom oleh
a) Melakukan pertemuan
dan membuat perjanjian
dengan nelayan
pendatang
b) Pengadaan cold storage
c) Melakukan evaluasi
kebijakan dengan pihak
provinsi dan pusat
d) Membuat aturan untuk
industri di kawasan
pinggir pantai
a) Meningkatkan
pembinaan serta
pertemuan antara
industry dengan
nelayan
b) Mengadakan
workshop atau
kegiatan lainnya
untuk nelayan
c) Meningkatkan
kerjasama dengan
lintas sektoral
206
nelayan luar dalam
penangkapan
h) Kebijakan mengenai
benur
Sumber : Peneliti, 2017
1) Strategi SO (Strenghts-Opportunities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa strategi pengembangan potensi perikanan tangkap di
Kecamatan Wanasalam berdasarkan strategi SO (Strenghts-Opportunities)
yang dapat dilakukan diantaranya adalah, memanfaatkan potensi wilayah
untuk mengembangkan potensi alam, karena secara geografis Kecamatan
Wanasalam ini sebelah selatan langsung berbatasan dengan Samudera
Hindia, tentunya dengan hal itu potensi untuk perikanan tangkapnya pun
baik, dilihat dari jenis ikan yang banyak ragamnya, itulah sebabnya
memanfaatkan potensi wilayah untuk lebih mengembangkan potensi alam
atau perikanan tangkap yang ada.
Meningkatkan aset dan sarana prasarana untuk menghasilkan jenis
ikan yang kualitas ekspor, soalnya masih sedikit kapal yang bisa
menjangkau area penangkapan ikan yang jauh, mayoritas nelayan di
Kecamatan Wanasalam ini menggunakan kapal kecil di bawah 5 GT,
sehingga area penangkapan ikan pun belum jauh. Selain kapal yang masih
banyak yang kecil, untuk alat tangkap seperti jaring pun, nelayan disana
menggunakan jaring-jaring kecil, karena itulah untuk menghasilkan ikan
yang kualitas ekspor masih sedikit yang dihasilkan, karena tidak didukung
207
oleh sarana prasana yang menunjang. Melakukan kerjasama dengan
lembaga pemerintah dan nelayan untuk bisa menjalin kerjasama dengan
pihak investor, disini dilakukan kerjasama dengan nelayan terlebih dahulu,
karena untuk menyamakan tujuan antara dinas dengan nelayan, ketika
kerjasama dengan nelayan sudah baik, ke depannya pun akan baik, seperti
menjalin kerjasama dengan investor, nantinya investor ini bisa untuk
menguntungkan nelayan maupun dinas, baik dari segi sarana prasarana
maupun kemajuan nelayan. Memanfaatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
aparatur dan pelaku perikanan untuk bisa mengembangkan teknologi,
dengan perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern, hal itu
bisa kita ikuti dengan Sumber Daya Manusia yang cukup. Pada dasarnya
manusia ini selalu ingin berkembang, dengan semakin banyak manusia
akan semakin mudah dan cepat untuk bisa mengembangkan suatu
teknologi, karena akan banyak juga yang ingin mengembangkannya
2) Strategi WO (weaknesses-Opportinities)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa strategi pengembangan potensi perikanan tangkap di
Kecamatan Wanasalam berdasarkan strategi WO (weaknesses-
Opportinities) yang dapat dilakukan diantaranya : menambah Sumber
Daya Manusia (SDM) pegawai teknis, karena untuk pegawai teknis hanya
ada satu orang, sedangkan beban kerja yang ditanggungnya cukup besar,
dimana harus mengawasi 11 TPI yang ada di Kabupaten Lebak, dan juga
jarak yang jauh antar wilayahnya. Hal tersebut menyebabkan pengawasan
208
yang dilakukan kurang optimal. Memanfaatkan perkembangan teknologi
untuk kemajuan nelayan, adanya perkembangan teknologi yang semakin
baik, hal ini bisa membantu dalam hal kemajuan untuk nelayan, nantinya
nelayan ini tidak berpikiran tradisional lagi, karena dibutuhkan memang
nelayan yang pemikirannya sudah maju, seperti halnya sekarang nelayan
sudah ada yang menggunakan GPS pada saat melaut, sehingga nelayan
dipermudah dalam menentukan arah pelayarannya, dengan begitu nelayan
banyak yang merasakan manfaatnya. Mengoptimalkan kerjasama dengan
investor dalam perbaikan dan pengadaan sarana prasarana, disini pihak
dinas bersifat terbuka terhadap investor, dan membantu investor tersebut,
supaya investor ini nantinya akan senang bekerjasamanya, dengan bantuan
investor inilah dinas akan terbantu dalam hal perbaikan atau pengadaan
sarana prasarana perikanan, karena dilihat dari anggaran dinas masih
kurang untuk adanya pengadaan sarana prasarana yang kurang.
Membangun koordinasi baik dengan pusat maupun provinsi untuk
program nelayan, karena keterbatasan anggaran dinas juga, maka Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak harus membangun koordinasi yang baik,
dengan begitu nanti kegiatan dari pusat atau provinsi mengenai kegiatan
nelayan, akan selalu diikutsertakan dalam kegiatan tersebut, hal ini pun
menguntungkan baik itu untuk dinas maupun nelayan. Meyakinkan
perbankan untuk kerjasama dengan nelayan, dinas disini harus bisa
meyakinkan pihak perbankan kalau nelayan kecil juga berhak
mendapatkan pinjaman modal, karena selama ini perbankan ini tidak mau
209
memberikan pinjaman ke nelayan kecil, karena masalah tidak adanya
jaminan yang bisa digunakan.
3) Strategi ST (Strengths-Treahts)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa strategi pengembangan potensi perikanan tangkap di
Kecamatan Wanasalam berdasarkan strategi ST (Strengths-Treahts) yang
dapat dilakukan diantaranya : melakukan pertemuan dan membuat
perjanjian dengan nelayan pendatang, dengan cara musyawarah inilah
permasalahan dengan nelayan pendatang bisa diatasi, karena selama ini
nelayan disini selalu berdiam, paling membicarakannya dengan nelayan
lagi, tidak disampaikan ke pihak dinas, supaya nanti dinas sebagai
penengah dalam permasalahan ini. Dicari nanti solusi terbaik, supaya tidak
ada pihak yang dirugikan satu sama lain.
Pengadaan cold storage, karena itu salah satu yang dibutuhkan
oleh nelayan, apalagi sekarang sedang musim yang tidak menentu,
sehingga hasil tangkapan pun berkurang. Adanya cold storage ini
diharapkan nantinya,bisa menyimpan ikan supaya tetap segar untuk
persediaan pada musim paceklik atau tidak mendapat hasil tangkapan.
Selain itu juga, supaya tidak sampai membeli ke Jakarta untuk pemenuhan
permintaan ikan. Melakukan evaluasi kebijakan dengan pihak provinsi
maupun pusat, kebijakan disini mengenai pelarangan dalam menangkap
benur/bayi lobster. Sebetulnya benur ini lebih bisa meningkatkan
210
kesejahteraan nelayan, karena harga jual yang lebih tinggi, yang
disayangkan memang Indonesia belum bisa untuk mengembangkan benur
ini, sehingga nelayan disini biasanya mengekspor benur ini ke Vietnam,
setelah itu nanti kembali ke Indonesia dengan harga yang jauh lebih
mahal, disayangkan memang Indonesia yang memiliki potensi itu namun
negara lain yang merasakan keuntungannya. Membuat aturan untuk
industri di kawasan pinggir pantai, seperti sekarang di Kecamatan
Wanasalam ini sudah mulai banyak investor untuk tambak udang, namun
permasalahan disini semua investor itu memilih yang berada di pinggir
pantai semua, oleh sebab itu dikhawatirkan suatu saat nanti masyarakat
Kecamatan Wanasalam ini sudah bisa merasakan indahnya melihat laut,
karena terhalang. Disinilah dibutuhkan aturan yang jelas untuk para
investor ini, supaya tetap bisa menjaga kelestarian alam di Kecamatan
Wanasalam.
4) Strategi WT (Weaknesses-Treahts)
Berdasarkan hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik
wawancara bahwa strategi pengembangan potensi perikanan tangkap di
Kecamatan Wanasalam berdasarkan strategi WT (Weaknesses-Treahts)
yang dapat dilakukan diantaranya yaitu, meningkatkan pembinaan serta
pertemuan antara industri dengan nelayan, perlunya sebuah kesepakatan
antara keduanya, supaya pihak industri ini bisa menjalani usahanya dengan
baik tetapi nelayan juga tidak merasa dirugikan dengan adanya industri
tersebut. Nelayan disini juga sebagai tuan rumah atas wilayahnya, maka
211
hal apa saja yang dijalankan oleh industri tersebut, sebelum mendirikan
usahanya. Mengadakan workshop atau kegiatan lainnya untuk nelayan,
dengan adanya kegiatan seperti itu akan lebih membuka mindset dari
nelayan tersebut, lebih mengarah ke depan bagaimana caranya untuk maju,
karena nelayan juga butuh untuk diberikan kegiatan seperti itu, dengan
latar pendidikan nelayan banyak yang masih rendah, kegiatan tersebut
akan lebih membantu nelayan, untuk bisa lebih percaya diri lagi atas
kemampuan yang dimilikinya.
Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektor, hal ini berkaitan
dengan program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas
Perikanan, seperti halnya kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup,
BPKAD, Dinas Kebersihan, dengan dinas lain yang berkaitan dengan
program atau kegiatan nelayan. Kerjasama inilah nanti bisa
mengoptimalkan pelaksanaan program atau kegiatan dari Dinas Perikanan
yang berkaitan dengan pengembangan potensi perikanan tangkap.
Tabel 4.8
Faktor Pendukung Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak
Faktor Pendukung Faktor Internal Faktor Eksternal
1. Adanya kebijakan yang jelas untuk Dinas Perikanan
1. Potensi wilayah dan potensi Sumber Daya Ikan
2. Sumber Daya Manusia aparatur dan Sumber Daya Manusia pelaku perikanan yang cukup
2. Pendistribusian hasil tangkapan
3. Aset dan sarana prasarana yang dimiliki
3. Kerjasama dengan Perindo
4. Perkembangan teknologi Sumber : Peneliti, 2017
212
Tabel 4.9
Faktor Penghambat Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak
Faktor Penghambat Faktor Internal Faktor Eksternal
1. Sumber Daya Manusia (SDM) pegawai teknis masih kurang
1. Penurunan kualitas perairan
2. Anggaran yang terbatas untuk kegiatan nelayan
2. Cuaca ekstrem
3. Belum optimalnya sarana prasarana
3. Membeli ikan dari Jakarta
4. Belum adanya dukungan permodalan
4. Adanya kapal pendatang yang lebih besar dan canggih
5. Belum terjangkaunya wilayah penangkapan ikan dalam pengawasan
5. Masih sedikitnya nelayan yang memiliki sertifikat
6. Budaya masyarakat nelayan 6. Pengetahuan dan keterampilan nelayan yang masih rendah
7. Masih menjadi supplier belum eksportir
7. Pembuatan rumah ikan oleh nelayan pendatang
8. Kebijakan mengenai benur 9. Sarana prasarana belum lengkap
dan optimal 10. Dukungan perbankan masih
rendah untuk permodalan nelayan kecil
11. Adanya industri yang menggunakan transportasi laut
Sumber : Peneliti, 2017
213
Sesuai dengan Perencanaan Strategis (Renstra) tahun 2014-2019 Dinas
Perikanan Kabupaten Lebak memiliki program untuk pengembangan potensi di
bidang perikanan tangkap yaitu program pengembangan perikanan sistem
perikanan tangkap, dimana didalamnya pun ada beberapa kegiatan yang akan
dilakukan diantaranya : (1) pendampingan pada kelompok nelayan perikanan
tangkap, (2) pemeliharaan tempat pelelangan ikan, (3) rehabilitasi sedang/berat
tempat pelelangan ikan, (4) pengembangan prasarana perikanan tangkap. Dari
empat kegiatan tersebut peneliti menemukan beberapa temuan lapangan selama
penelitian dilakukan.
Untuk kegiatan pendampingan pada kelompok nelayan perikanan
tangkap, seperti temuan lapangan peneliti yaitu yang menjadi kekuatan dalam
hal, Sumber Daya Manusia dari Aparatur dinas yang memadai, dilihat dari jumlah
pegawai dinas sebanyak 46 pegawai termasuk PNS dan non PNS, PNS semuanya
ada 26 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan PNS 4 orang, non
penyuluh berarti pegawai struktural ada 22 orang. Kalau penyuluh termasuk ke
jabatan fungsional. Sekarang pegawai non PNS 20 orang, dibagi lagi menjadi
penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat 7 orang, ada tenaga kerja sukarela
sebanyak 13 orang. Sedangkan Sumber Daya Manusia dari pelaku perikanan
seperti nelayan yang cukup, dengan jumlah 1926 nelayan pada tahun 2015.
Jumlah ini paling banyak dibanding dengan wilayah pesisir lain di Kabupaten
Lebak. Selain itu juga hal yang menjadi kekuatan yaitu adanya kerjasama
dengan masyarakat nelayan yang baik, karena itu salah satu hal yang penting
untuk bisa saling mengerti antara nelayan dengan pihak dinas perikanan,
214
dengan kerjasama yang baik itulah nantinya seperti ada informasi mengenai
kegiatan atau bantuan, bisa langsung dikomunikasikan dengan perwakilan
masyarakat nelayan.
Namun masih terdapat permasalahan untuk kegiatan pendampingan
pada kelompok nelayan, dimana akan menjadi kelemahan dari internal Dinas
Perikanan yaitu Sumber Daya Manusia apabila dilihat dari pegawai teknis
masih kurang, karena hanya terdapat satu orang, sedangkan untuk beban kerja
yang banyak, seperti hal mengurusi 5 wilayah pesisir, dengan 11 Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di Kabupaten Lebak. kemudian belum
terjangkaunya wilayah penangkapan ikan dalam pengawasan, dikarenakan
jarak yang jauh antar wilayahnya dari ujung Wanasalam samapai ke ujung
Cibareno dan di tambah kekurangan personil dalam hal pengawasan.
Sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
temuan lapangan peneliti, yaitu dilihat bisa menjadi sebuah peluang seperti
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Binuangeun merupakan TPI terbesar dan paling
aktif di Kabupaten Lebak, kebetulan juga TPI Binuangeun ini berdekatan
dengan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sehingga TPI Binuangeun paling aktif
dan ramai di Kabupaten Lebak, juga merupakan TPI terbesar yang ada di
Kabupaten Lebak, TPI tersebut juga tepatnya berada di Kecamatan
Wanasalam. Oleh sebab itu, kegiatan pemeliharaan Tempat Pelelangan Ikan ini
harus dilakukan ke semuanya, karena di Kecamatan Wanasalam ini ada 2 TPI
yaitu TPI Binuangeun dan TPI Tanjung Panto, namun untuk TPI Tanjung
Panto disini masih kurang dalam pemeliharaannya, mengakibatkan TPI
215
Tanjung Panto ini sudah vakum hampir 2 tahun dari proses pelelangan, dan
bangunan TPI nya tidak terurus.
Untuk kegiatan rehabilitasi sedang atau berat Tempat Pelelangan Ikan
(TPI), temuan lapangan yang peneliti dapatkan yaitu belum adanya fasilitas
seperti lahan parkir untuk Tempat Pelelangan Ikan, karena TPI ini berdekatan
dengan pasar Binuangeun, sehingga untuk mengakses ke Tempat Pelelangan
Ikan cukup sulit karena terhalang oleh kendaraan yang terparkir sembarangan.
Kegiatan rehabilitasi ini supaya tersedianya fasilitas Tempat Pelelangan Ikan
untuk memenuhi kebutuhan nelayan, selain itu juga fasilitas seperti bangunan
TPI, lantai, drainase, instalasi listrik dan penerangan, dan air bersih semua
sudah ada namun perlu perawatan atau pemeliharaan yang baik, karena banyak
yang sudah mulai usang dan perlu peremajaan fasilitas Tempat Pelelangan
Ikan.
Selanjutnya untuk kegiatan pengembangan prasarana perikanan
tangkap, temuan lapangan peneliti yaitu yang menjadi kekuatan seperti aset
dan sarana prasarana yang dimiliki baik, salah satu aset yang dimiliki yaitu
adanya Pangkalan Pendaratan Ikan di Kecamatan Wanasalam, sedangkan
untuk kecamatan lainnya tidak ada, sehingga untuk ukuran dermaganya pun
lebih panjang, dan memiliki pabrik es, sedangkan untuk kecamatan lain tidak
ada. Namun terdapat beberapa permasalahan seperti sarana prasarana belum
optimal dan belum lengkap, untuk belum optimal disini yaitu adanya pabrik es
di Kecamatan Wanasalam ini, namun pabrik es ini belum optimal karena
kualitas es yang dihasilkan masih kurang baik, seperti gampang mecairnya es,
216
kemudian masih banyak mengandung zat kapur, akibatnya nelayan yang ada di
Kecamatan Wanasalam ini membeli esnya ke luar Wanasalam seperti daerah
Pandeglang atau Serang. Untuk sarana prasarana yang belum lengkap seperti
belum adanya SPBN dan cold storage (lemari penyimpanan), kedua sarana
prasarana ini sangat dibutuhkan oleh nelayan apalagi cold storage karena, hal
ini akan membantu nelayan ketika musim paceklik tiba, nantinya mereka
memiliki persediaan ikan untuk menghadapi musim paceklik.
Dari keempat kegiatan yang direncanakan dalam Perencanaan Strategis
(Renstra) 2014-2019 oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak untuk
pengembangan potensi perikanan tangkap, namun dalam pelaksanaannya
masih terdapat beberapa permasalahan yang terjadi, namun selain itu juga
terdapat beberapa kekuatan bahkan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk
meminimailkan kelemahan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap.
Berikut merupakan ringkasan pembahasan mengenai Strategi Dinas Perikanan
dalam Pengembangan Potensi Perikanan Tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak dengan menggunakan teori mengenai teknik analisis SWOT
yang dikutip dari Siagian (2008:172) sebagai berikut :
217
Tabel 4.10
Ringkasan Pembahasan
Analisis SWOT Dimensi Temuan Lapangan
Strengths (Kekuatan) 1. Sumber Daya Manusia dari Aparatur dinas yang memadai, dilihat dari jumlah pegawai dinas sebanyak 46 pegawai termasuk PNS dan non PNS, PNS semuanya ada 26 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan PNS 4 orang, non penyuluh berarti pegawai struktural ada 22 orang. Kalau penyuluh termasuk ke jabatan fungsional. Sekarang pegawai non PNS 20 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat 7 orang, ada tenaga kerja sukarela sebanyak 13 orang. Sedangkan Sumber Daya Manusia dari pelaku perikanan seperti nelayan yang cukup, dengan jumlah 1926 nelayan pada tahun 2015. Jumlah ini paling banyak dibanding dengan wilayah pesisir lain di Kabupaten Lebak.
2. Aset atau sarana prasarana yang dimiliki baik, salah satu aset yang dimiliki yaitu adanya Pangkalan Pendaratan Ikan di Kecamatan Wanasalam, sedangkan wilayah pesisir lain tidak memiliki. Sarana prasarana lain, seperti ukuran dermaga yang lebih panjang dan memiliki pabrik es, sedangkan kalau yang di wilayah pesisir Kabupaten Lebak belum ada.
3. Potensi wilayah yang baik, karena Kecamatan Wanasalam ini salah satu wilayah berupa pesisir dan arah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
4. Potensi sumber daya ikan yang sangat baik, karena Kecamatan Wanasalam ini menjadi tempat imigrasi ikan cakalang dan tongkol, dan ikan-ikan besar seperti tuna, layaran, bahkan ada marlin. Sedangkan wilayah pesisir lain tidak seperti itu, oleh karenanya nelayan yang di wilayah pesisir lain sering berada di sekitaran Wanasalam.
5. Pendistribusian hasil tangkapan sudah baik, bisa dilihat dari pendistribusian hasil tangkapan ikan untuk ekspor, seperti ke Vietnam, Malaysia. Paling sering untuk distribusi ekspor itu memang ikan seperti tuna, layaran besar, marlin, cakalang.
6. Adanya kerjasama dengan masyarakat nelayan yang baik, karena itu salah satu hal yang penting untuk bisa saling mengerti antara nelayan dengan pihak dinas perikanan, dengan kerjasama yang baik itulah nantinya seperti ada informasi mengenai kegiatan atau bantuan, bisa langsung dikomunikasikan dengan perwakilan masyarakat nelayan
Weaknesses (Kelemahan)
1. Sumber Daya Manusia dari pegawai teknis masih kurang, karena hanya terdapat satu orang, sedangkan untuk beban kerja yang banyak, seperti hal mengurusi 5 wilayah
218
pesisir, dengan 11 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang ada di Kabupaten Lebak
2. Belum terjangkaunya wilayah penangkapan ikan dalam pengawasan, dikarenakan jarak yang jauh antar wilayahnya dari ujung Wanasalam sampai ke ujung Cibareno dan di tambah kekurangan personil dalam hal pengawasan
3. Masih sedikit program atau kegiatan untuk keterampilan nelayan, karena selama ini program atau kegiatan yang dilakukan hanya berupa pemberian bantuan saja, sedangkan untuk kegiatan meningkatkan keterampilan nelayan belum pernah dilakukan oleh dinas Kabupaten, adapun kegiatan pelatihan itu dari Kementerian Kelautan, dan itu belum tentu satu tahun ada kegiatan seperti itu, seharusnya memang dinas perikanan kabupaten juga jangan terlalu fokus ke kegiatan pemberian bantuan saja. Sedikit sekali memang kegiatan pelatihan keterampilan untuk nelayan ini.
4. Sarana prasarana belum optimal dan belum lengkap, dalam hal sarana prasarana yang belum optimal yaitu sudah adanya pabrik es, namun disini pabrik es belum bisa menghasilkan es yang kualitas baik, dikarenakan es yg diproduksi disini masih gampang untuk cair, banyak mengandung zat kapur, sehingga nelayan di Wanasalam pun tetap membeli es dari luar wilayah Wanasalam seperti ke Serang atau Pandeglang. Untuk sarana prasarana yang belum lengkap, yaitu seperti belum adanya cold storage, dimana fungsinya yaitu untuk menyimpan ikan agar tetap segar untuk persediaan ikan ketika nelayan pada masa paceklik, kemudian yang belum ada juga yaitu lahan parkir, karena tempat pelelangan ini dekat dengan pasar, namun lahan untuk parkir tidak ada, suka macet ketika masuk ke tempat pelelangan ikan,karena banyak yang parkir sembarangan.
5. Alat tangkap nelayan masih tradisional, di Wanasalam memang mayoritas nelayan tradisional, karena alat tangkap yang mereka gunakan pun seperti pancing, dan jaring yangukuran kecil, untuk kapal/perahu yang digunakan pun dibawah ukuran 5 GT atau biasa disebut perahu kincang. Hanya ada sedikit yang sudah menggunakan alat tangkap modern, sekitar 75% nelayan tradisional dan 25% nelayan yang sudah modern
6. Pengetahuan dan kemampuan nelayan yang belum terampil, hal tersebut karena masih sedikitnya program atau kegiatan untuk meningkatkan kemampuan atau pengetahuan nelayan. Seperti nelayan disana masih sangat sedikit untuk membuat kapal, atau merancang jaring. Kebanyakan mereka langsung membeli jadi, sehingga kemampuan dan pengetahuan nelayan pun tidak berkembang, atau tidak memiliki keterampilan
219
7. Nelayan masih banyak yang belum mempunyai sertifikat, hal tersebut menjadi salah satu kendala nelayan yang ada di Kecamatan Wanasalam, karena kalau nelayan disana itu mayoritas nelayan yang tinggal di atas tanah juragannya, sehingga sertifikat tanah pun tidak ada, salah satu kerugian yang dirasakan yaitu nelayan itu sulit mendapat pinjaman dari perbankan, karena syarat dari bank itu harus adanya jaminan, sedangkan salah satu jaminan itu adalah sertifikat tadi. Kalau ada bantuan dari pemerintah mengenai Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) atau program Sertifikat Hak Atas Tanah (SEHAT) nelayan juga tidak akan bisa didapatkan karena tidak adanya sertifikat sendiri
8. Budaya masyarakat nelayan yang kumuh, lingkungan nelayan dimana pun memang dikenal dengan kotor, kumuh,termasuk di Wanasalam karena sudah budaya memang, jadi apabila kita ke lingkungan nelayan itu agak berbeda memang, biasanya rumah pun banyak sampah, dikarenakan memang nelayan itu kebanyakan hidupnya di laut, sedangkan berada di rumah itu hanya sedikit, jadi kebanyakan nelayan disana itu tidak mengurus rumahnya, sehingga terlihat lingkungan yang kumuh.
9. Faktor turun menurun pekerjaan sebagai nelayan, pola pikir nelayan untuk memajukan anaknya supaya lebih sukses itu disana belum ada, seperti halnya ada banyak juragan disana, istilahnya kalau untuk menyekolahkan anaknya ada sebenarnya, minimal tidak sama dengan orangtuanya, namun di Wanasalam itu menyuruh anaknya untuk melaut mengikuti ayahnya dibanding dengan sekolah, dari situlah terjadi budaya turun menurun
10. Belum adanya dukungan perbankan untuk permodalan nelayan kecil, hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya sertifikat yang dimiliki, sehingga pihak bank pun tidak mau memberikan pinjaman, karena dikhawatirkan dalam membayar angsuran nantinya malah tidak berjalan lancar, apalagi kalau nelayan kecil ini pekerjaan nelayannya penuh tidak memiliki usaha sambilan, sedangkan kalau pendapatan nelayan itu tidak menentu. Paling bank itu memberikan pinjaman ke yang bukan nelayan penuh, dimana memiliki usaha sambilan, dan rata-rata itu bukan nelayan kecil.
11. Masih menjadi supplier belum eksportir, karena kalau menjadi supplier itu nelayan tersebut harus mengirim dulu ke perusahaan yang mau mengekspor hasil tangkapan ikan nya, sedangkan kalau eksportir, nantinya nelayan ini bisa mengirim langsung ke luar tanpa perantara lagi. Namun selama ini memang nelayan yang di Wanasalam itu masih mengirim hasil tangkapan ikan yang sudah kualitas ekspor ini ke daerah Jakarta tepatnya ke Muara Angke, disana ada perusahaan yang sudah berlangganan, dari perusahaan tersebut baru proses ekspor dilakukan, tapi nelayan disini
220
hanya sebatas mengirim ke perusahaan tersebut. Opportunities (Peluang) 1. Adanya kerjasama dengan Perindo, kerjasama ini dalam
hal pembangunan SPBN, karena melihat potensi yang baik di Wanasalam, sehingga pihak Perindo ini mau bekerjasama. Tahun 2017 ini sedang proses untuk hal regulasi-regulasi.
2. Adanya kunjungan Menteri BUMN ke TPI Binuangeun, dengan adanya kunjungan seperti pejabat pemerintahan pusat akan menarik perhatian para investor, karena dengan adanya kunjungan kerja seperti ini akan ada hal yang dibicarakan antara pemerintah pusat dengan daerah untuk memajukan potensi yang ada di daerah. Salah satunya seperti Perindo ini, awalnya mereka ragu, karena setelah adanya kunjungan Menteri BUMN lalu mengajak Perindo supaya bisa bekerjsama akhirnya bisa memantapkan Perindo tersebut.
3. Jenis ikan dengan kualias ekspor, yang sering menjadi incaran para perusahaan untuk di ekspor yaitu ikan tuna, layaran besar, cakalang, bahkan sejenis marlin pun di Kecamatan Wanasalam ini ada.
4. Adanya Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), karena dengan adanya PPI di Kecamatan Wanasalam, salah satu peluang untuk bisa memajukan wilayahnya, karena untuk tingkat kabupaten PPI ini hanya ada satu, dan Kabupaten Lebak adanya di Kecamatan Wanasalam, dengan ini juga nantinya Wanasalam ini akan lebih ramai, dibandingkan dengan wilayah pesisir lain di Kabupaten Lebak
5. TPI Binuangeun merupakan TPI terbesar dan paling aktif di Kabupaten Lebak, kebetulan memang TPI Binuangeun ini tempatnya berdekatan dengan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sehingga TPI Binuangeun paling aktif dan ramai di Kabupaten Lebak, juga merupakan TPI terbesar yang ada di Kabupaten Lebak, TPI tersebut juga tepatnya berada di Kecamatan Wanasalam.
6. Adanya perkembangan teknologi, hal ini merupakan yang bisa dimanfaatkan oleh para nelayan di Wanasalam,karena zaman pun akan semakin maju, apabila tidak diimbangi dengan teknologi yang canggih pun akan kalah maju dengan wilayah lain. Contoh teknologi yang sudah muali digunakan oleh nelayan Wanasalam yaitu seperti adanya GPS dikapal/perahu mereka, karena dengan begitu nelayan tidak bingung untuk mencari arah yang tepat, sehingga bisa lebih efisien dalam melaut.
7. Potensi alam, karena potensi alam yang baik di Kecamatan Wanasalam, seperti di bidang perikanan tangkap ada, perikanan budidaya juga ada, untuk persawahan juga ada. karena potensi itu lah Kecamatan Wanasalam ini menjadi kawasan minapolitan sesuai dengan tata ruang Kabupaten Lebak, berdasarkan juga keputusan Bupati mengenai kawasan minapolitan tersebut.
221
Threats (Ancaman) 1. Berkembangnya industri di pinggir pantai, untuk saat ini memang sudah mulai banyak industri baru yang berada di pesisir pantai, namun lebih banyak ke usaha tambak udang, hal tersebut bisa akan merugikan masyarakat Wanasalam apabila tidak ada kerjasama yang baik antara masyarakat dengan industri seperti halnya untuk pekerja berasal dari Wanasalam itu sendiri, jangan sampai industri ini malah mengahmbat untuk mengembangkan potensi yang ada di Kecamatan Wanasalam.
2. Membeli ikan dari Jakarta, hal tersebut bisa terjadi ketika terjadi musim paceklik untuk nelayan, dimana nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang tidak banyak, sedangkan permintaan ikan tetap meningkat. Biasanya nelayan di Wanasalam membeli ikan dari Jakarta, resiko yang dirasakan yaitu nelayan ini tidak mengecek kesegaran ikan tersebut, sehingga pernah ada kejadian ikan yang mengandung formalin. Ketika di cek oleh dinas ikan tersebut bukan dari ikan Wanasalam, melainkan dari luar.
3. Penurunan kualitas perairan, karena banyaknya masyarakat yang kurang memperhatikan dalam pembuangan melalui sungai, seperti limbah pabrik dibuang ke sungai, karena sungai itu akan bermuara ke laut, oleh sebab itu, lama kelamaan kualitas air laut akan semakin menurun.
4. Cuaca ekstrem, karena wilayah Kecamatan Wanasalam ini langsung arah selatannya berbatasan dengan Samudera Hindia, jadi seperti angina, dan gelombang tinggi lebih sering terjadi
5. Adanya kapal pendatang yang lebih besar dan alat tangkap yang modern, karena nelayan di Kecamatan Wanasalam ini mayoritas menggunakan kapal/perahu kecil dan alat tangkap yang masih tradisional, sehingga kapal pendatang ini biasanya ukuran kapal yang lebih besar, sehingga untuk area penangkapan ikan juga lebih jauh, kalau nelayan Wanasalam itu paling 4 mil, karena menggunakan perahu kecil, kalau kapal pendatang ini bisa mencapai 12 mil, untuk hasil tangkapan pun akan kalah, karena semakin jauh area penangkapal akan semakin beragam ikan yang didapat.
6. Pembuatan rumah ikan oleh nelayan pendatang, dikarenakan pendatang ini menggunakan kapal yang besar, biasanya nelayan pendatang ini membuat rumah ikan, dimana aka nada jaring yang dibentangkan supaya ikan terhalang dan masuk ke rumah ikan tersebut. Akibatnya nelayan di Wanasalam ini mendapat hasil tangkapan yang berkurang, karena sudah terhalang terlebih dahulu
7. Penggunaan bom oleh nelayan luar dalam penangkapan ikan, selain membuat rumah ikan juga, kadang ada nelayan dari luar biasanya dari wilayah Lampung
222
menggunakan bom dalam penangkapan ikan, namun nelayan Wanasalam ini tidak bisa berbuat apa-apa karena untuk melapor ke pol air pun nelayan dari luar ini sudah kabur, dan pol air di Wanasalam ini juga belum ada kapl patrolinya sehingga sulit untuk langsung menindaknya
8. Kebijakan mengenai benur/bayi lobster, kebijakan ini dibuat oleh Menteri Kelautan. Mengenai kebijakan tersebut memang pro dan kontra, namun kalau di Kecamatan Wanasalam, itu kontra dengan adanya kebijakan tersebut, karena dilihat dari harga jual saja benur ini memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan ikan. Apalagi untuk di TPI Tanjung Panto ini hampir 90% pindah ke menangkap benur daripada ikan. Kalau di TPI Binuangeun hanya sedikit saja. Bahkan di TPI Tanjung Panto ini ada kasus penangkapan nelayan karena menangkap benur ini oleh kepolisian, namun nelayan disana tidak kapok dengan adanya kasus tersebut. Perlu memang dikaji kembali mengenai kebijakan tersebut, karena nelayan di Wanasalam juga setelah menangkap benur ini dikirim ke perusahaan lalu di ekspor ke Vietnam, karena di Indonesia sendiri belum bisa mengembangkan benur ini, disayangkan memang Indonesia memiliki potensi yang luar biasa, namun yang mengembangkan negara lain, lalu nanti dikirim kembali ke Indonesia dengan harga yang lebih mahal. Nelayan di Wanasalam ini menilai menangkap benur ini akan lebih meningkatkan kesejateraan nelayan dibandingkan dengan menangkap ikan. Sumber : Peneliti, 2017
223
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang ada di lapangan, maka
peneliti menarik kesimpulan bahwa strategi Dinas Perikanan dalam
pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam
Kabupaten Lebak belum berjalan dengan optimal. Strategi yang dilakukan
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu melalui pendampingan pada
kelompok nelayan, pemeliharaan dan rehabilitasi Tempat Pelelangan ikan, dan
pengembangan prasarana perikanan tangkap. Untuk pencapaian strategi yang
belum optimal ini tidak terlepas dari faktor-faktor dalam penerapan startegi
tersebut, yaitu faktor internal juga dari faktor eksternal.
Dilihat dari faktor internal seperti masih kurangnya Sumber Daya
Manusia untuk pegawai teknis, masih belum optimal dan belum lengkapnya
sarana prasana Tempat Pelelangan Ikan dan Pangkalan Pendaratan Ikan, dan
masih sedikit program atau kegiatan untuk keterampilan dan pengetahuan nelayan.
Sedangkan dari faktor eksternalnya seperti belum adanya dukungan perbankan
untuk permodalan nelayan kecil, dan masih kurangnya respon Pemerintah
Daerah dalam melihat potensi yang dimiliki untuk bidang perikanan tangkap.
Apabila melihat dari faktor internal dan eksternal, maka yang masih banyak
permasalahan yaitu pada faktor secara internal dibanding dengan eksternalnya.
224
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan mengenai strategi Dinas Perikanan dalam
pengembangan potensi perikanan tangkap di Kecamatan Wanasalam, maka
peneliti mencoba untuk memberikan saran-saran mengenai hasil penelitiannya
agar dapat membantu pihak Dinas Perikanan dalam pengembangan potensi
perikanan tangkap, sebagai berikut :
1. Adanya perekrutan personil lapangan. Bisa juga kerjasama dengan cara
mengikutsertakan pegawai dari bidang budidaya untuk perikanan tangkap,
karena dengan 1 orang untuk mengawasi 11 Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
yang ada di Kabupaten Lebak ditambah dengan jarak yang jauh, sebaiknya
dinas mengadakan rapat internal terkait hal itu. Akibatnya akan tidak
maksimal dalam pengawasan yang dilakukan di setiap area penangkapan
ikan. Untuk personil lapangan ini minimal ada 3 orang, karena dengan
jumlah 11 TPI, untuk lebih efisien dan efektif dalam bekerja juga.
2. Adanya pengaktifan kembali aktifitas pelelangan di TPI Tanjung Panto,
supaya tidak ada yang membedakan antara nelayan Binuangeun dengan
Tanjung Panto, diharapkan kedua TPI yang ada di Kecamatan Wanasalam
ini bisa sama-sama maju. Untuk langkah awal bisa dilakukan musyawarah
antara nelayan yang ada di Tanjung Panto dengan pihak dinas, karena
untuk mencari permasalahan yang selama ini terjadi, dan mencari solusi
terbaik. Selama ini tidak ada keterbukaan antara nelayan Tanjung Panto
dengan pihak Dinas Perikanan.
225
3. Meningkatkan kegiatan untuk lebih meningkatkan kemampuan,
pengetahuan nelayan. Seperti mengadakan kegiatan pelatihan pembuatan
kapal, dan pelatihan untuk mengkreasikan jaring. Dilihat dari latar
belakang pendidikan nelayan yang masih rendah, namun nelayan ini
memiliki ide yang luar biasa, hanya untuk mengimbangi ide yang baik juga
harus dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan nelayan itu sendiri
4. Meningkatkan kerjasama Dinas Perikanan dengan pihak perbankan dan
pemerintah daerah dalam hal permodalan nelayan kecil. Nelayan kecil ini
banyak yang tidak memiliki sertifikat tanah sehingga nelayan ini tidak
memiliki jaminan untuk peminjaman modal, jadi pihak dinas dengan
perbankan bisa mencari solusi terbaiknya. Selain itu juga kerjasama dengan
pemerintah baik itu kabupaten, provinsi, atau pusat mengenai permasalahan
tersebut karena ini akan menghambat seperti ada program seperti Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) atau program Sertifikat Hak Atas Tanah
(SEHAT) nelayan. Akibatnya nelayan tidak ada perubahan ke yang lebih
baik, karena program yang ada dari pemerintah ini tetap tidak sampai untuk
nelayan yang membutuhkan. Nanti juga sama akan dicari solusi untuk
permasalahan tersebut. Kerjasama yang baik pun harus terjalin antara Dinas
Perikanan dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Lebak,
karena untuk Dinas Perikanan itu tugasnya mendata, kemudian Badan
Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Lebak ini yang nantinya akan
membuat sertifikat, supaya nanti adanya kesesuaian antara data dengan
sertifikat yang dibutuhkan.
226
5. Meningkatkan kerjasama antara nelayan dengan Dinas Perikanan mengenai
pemberian bantuan. Seperti adanya kegiatan musyawarah untuk
menentukan bantuan yang diperlukan, karena disini nelayan merasa adanya
ketidak sesuaian antara bantuan dengan kebutuhan nelayan
6. Dalam hal pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sebaiknya Dinas
Perikanan membantu, karena koperasi ini baru dibentuk, sehingga
mengenai pengelolaan belum paham seperti secara administrasi. Dalam hal
membantu ini karena dikhawatirkan koperasi ini lebih fokus pada
pengelolaan TPI, sedangkan untuk mengelola koperasi itu sendiri malah
tidak berjalan. Sebetulnya kalau koperasi ini bisa lebih fokus untuk
mengelolanya, nanti koperasi ini juga bisa bermanfaat untuk nelayan,
seperti adanya usaha-usaha yang dijalan kan oleh anggota koperasi, lalu
bisa membuka koperasi mart untuk nelayan. Sehingga nantinya ada produk
yang dihasilkan dari koperasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdurahaman, N. H. (2015). Manajemen Strategi Pemasaran . Bandung: CV. Pustaka Setia.
Alimuddin, S. d. (2011). Hukum Perikanan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Alwasilah, C. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Basrowi, S. d. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
David, F. R. (2011). Manajemen Strategis Konsep Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat.
Fauzi, A. (2005). Kebijakan Perikanan dan Kelautan Isu, Sintesis, dan Gagasan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hasibuan, M. (2011). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Huberman, M. B. (2009). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Irawan, P. (2006). Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Iriantara, Y. (2004). Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Komariah, D. S. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Makmur. (2013). Teori Manajemen Stratejik dalam Pemerintahan dan Pembangunan. Bandung: PT. Refika Aditama.
Mangkuprawira, T. S. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moleong, J. L. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nugroho, A. F. (2014). Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Prastowo, A. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rachmat. (2014). Manajemen Strategik. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Rangkuti, F. (2013). Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Robinson, P. d. (2011). Manajemen Strategis Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Sedarmayanti. (2014). Manajemen Strategi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siagian, S. P. (2007). Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta.
. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Wheelen, J. D. (2003). Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi.
Dokumen :
Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan
Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan
nelayan, pembudi daya ikan, dan petambak garam
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
PER.08/MEN.2012 tentang Kepelabuhan Perikanan
Perencanaan Strategis (Renstra) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak
tahun 2014-2019
Sumber Lain :
Apriliany, V. (2015). Manajemen Startegi Dinas Perhubungan dalam
Pemanfaatan Bus Trans Jabodetabek di Kota Tangerang. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Mawuntu, Vivi Christovani. (2015). Profil Perikanan Tangkap dan Startegi
Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Tangkap di Karimun Jawa, Jawa
Tengah. Universitas Dipenogoro: Skripsi yang tidak dipublikasi.
Mursi. (2016). Strategi Dinas Kesehatan dalam Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan di Kota Serang. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: Skripsi
yang tidak dipublikasikan.
Oktarina, E. (2011). Strategi Pengembangan Sektor Perikanan Tangkap di
Kabupaten Demak Tahun 2009. Universitas Negeri Semarang: Skripsi
yang tidak dipublikasikan.
Setiawan, D. (2011). Strategi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten
Pacitan Berbasis pada Distribusi Ikan yang Didaratkan di PPP
Tamperan. Institut Pertanian Bogor: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
http://ilmupengetahuanumum.com. Negara-kepulauan-terbesar-di-dunia. (Diakses
pada 10 Oktober 2016. 10.30 WIB)
http://wikipedia.org. Banten. (Diakses pada 17 Maret 2016. 10.30 WIB)
https://cakrawalamediabanten.wordpress.com.Laut-sebagai-ujung-tombak-banten.
(Diakses pada 10 Oktober 2016. 10.45 WIB )
http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2014/07/klasifikasi-jenis-nelayan.html?m=1
(Diakses pada 30 Oktober 2016. 10.30 WIB)
www.academia.edu/9966267/sumber_daya_alam (Diakses pada 31 Oktober 2016.
20.30WIB)
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Gambar 1. Peneliti wawancara dengan Kepala Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak
Gambar 2. Peneliti wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan
Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
Gambar 3. Peneliti wawancara dengan Camat Kecamatan Wanasalam
Gambar 4. Peneliti wawancara dengan Sekretaris Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Lebak
Gambar 5. Kondisi TPI Binuangeun
Gambar 6. Kondisi TPI Tanjung Panto
Gambar 7. Suasana di TPI Binuangeun
Gambar 8. Suasana di TPI Tanjung Panto
Gambar 9. Ada kunjungan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten ke pabrik es di TPI Binuangeun
Gambar 10. Proses pengisian es ke kapal dan es nya beli dari luar
Wanasalam
Gambar 11. Peneliti Wawancara dengan Kepala Seksi Pemberdayaan
Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Gambar 12. Peneliti Wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan TPI
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Gambar 13. Peneliti wawancara dengan Kepala Bagian Program dan Keuangan Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Gambar 14. Peneliti Wawancara dengan salah satu nelayan di Kecamatan
Nelayan sekaligus Ketua Koperasi Bina Muara Sejahtera
Gambar 15. Peneliti Wawancara dengan Sekretaris Desa Muara
Gambar 16. Peneliti Wawancara dengan Mantri KUR Bank BRI
Matriks Hasil Wawancara Sebelum Reduksi Data
I
Q
Pendapat bapak, mengenai kekuatan dinas perikanan dalam potensi perikanan tangkap ? Potensi wilayah, dengan panjang pantai 92 km, terus punya nelayan 3.600 nelayan, SDM
Dilingkup dinas itu sendiri kekuatan yang dimiliki seperti apa ? Kita punya SDM penyuluh 11, untuk PNS 4 dan non PNS 7
Menurut bapak manfaat dari program pengembangan sistem perikanan tangkap itu apa ? Yang jelas untuk meningkatkan pendapatan para nelayan, agar kehidupan para nelayan makin meningkat kesejahteraannya. Karena selama ini nelayan melaut itu berjalan turun menurun, sekarang diberikan pendidikan dengan pengetahuan, lalu diberikan alat tangkap menurut keilmuannya lebih membantu seperti GPS
Kegiatan unggulan dari dinas untuk potensi perikanan tangkap itu apa saja ? Kegiatan pendampingan, membantu memberikan alat bantu atau menghibahkan seperti alat tangkap, jaring, perahu, walaupun belum secara keseluruhan mendapatkan bantuan tersebut disalurkan kepada kelompok nelayan. Diharapkan kelmpok ini bisa berkembang, secara perorang juga makin berkembang
Koordinasi dan komunikasi yang dilakukan dari dinas perikanan ke pemerintah daerah ? Kita mengusulkan mengenai anggaran, lalu kita meyakinkan pemerintah daerah bahwa nelayan ini masih butuh bantuan, disampaikan melalui rapat-rapat koordinasi apakah itu dilakukan ketika perencanaan penganggaran oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) koordniatornya di BAPPEDA. Karena keterbatasan anggaran program atau kegiatan yang kita adakan tidak semuanya bisa terakomodir. Kita juga memerlukan bantuan yang bersifat dari pusat/provinsi
Apakah sering berkoordinasi dengan pihak provinsi atau pusat ? Sering kita lakukan koordinasi dengan provinsi, karena masih perlu sakal uluran bantuan dari provinsi atau pusat. Setiap tahun kita usulkan, mana saja yang kegiatan yang tidak mampu dari APBD kita, selebihnya kita usulkan ke provinsi atau pusat
Tapi selama ini responnya baik pak ?
Baik-baik aja, malah kalau kita bandingkan lebih banyak dari pusat dibandingkan dari APBD.
Kelemahan dari dinas perikanan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ? SDM masih kurang, kemudian operasional dinas untuk pembinaan nelayan itu masih rendah, anggaran yang dikelola masih jauh dari apa yang diharapkan. Karena dari program banyak yang kita buat tapi kenyataannya tidak bisa dilaksanakan
Dilihat dari hal apa SDM yang kurang ini ? Kuantitasnya termasuk kualitas juga, sekarang kita punya 1 UPTD itu pun hanya pelelangan, sekarang ini kan kewenangan pembinaan nelayan ada di kita, kewenangan pembangunan laut itu ada di provinsi, seperi apa yang nelayan butuhkan belum maksimal sehingga kita harus mengusulkan ke provinsi, itu juga salah satu penunjang kesejahteraan nelayan seperti pelabuhan, memang pelabuhan ini kita belum maksimal, pelabuhan kita itu tipe D, sekarang kewenangannya 100% oleh provinsi
Berarti kabupaten itu hanya TPI saja pak ? Iya TPI, itu juga salah satu kelemahan karena keterbatasan kewenangan, karena dalam mengusulkan anggaran pun kita tidak bisa untuk pelabuhannya, tidak bisa tuntutan yang sifatnya pembangunan di laut/di pantai karena kewenangan provinsi
Langkah apa saja yang dilakukan dalam meningkatkan sarana prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI ) ? Sarana prasarana mah sudah cukup lah, dengan jumlah kapal yang ada masih mumpuni. Namun pelelangan itu kan daya beli para bakul masih kurang sehingga tiap pelelangan permasalahanya ada di permodalan, kita sudah mengupayakan dengan perbankan termasuk yang dikelola oleh pemerintah daerah yaitu BPR, kita sudah menghubungi semoga bisa terealisasi dengan suku bunga yang rendah yang tidak menggunakan anggunan, kalau nelayan itu dari mana, lagi mengupayakan untuk permodalan
Sampai saat ini untuk permodalan perbankan sudah ada yang mau ? Baru ke juragan saja, tapi untuk ke nelayan belum
Cara untuk meningkatkan kurangnya Sumber Daya Manusia seperti apa ? Kita adakan bimbingan dan pelatihan-pelatihan, sosialisasi-sosialisasi, untuk tahun ini ada tentang perizinan. Kita punya gedung sekaya maritim, temat berkumpul, usaha perikanan, nelayan, sosialisasi memberikan informasi yang aktual mengenai cuaca
Kalau untuk segi aparatur dinas seperti apa ? Aparatur dinas sudah cukup
Untuk mengatasi kekurangan penyuluh ? Penyuluh 4 orang dari kita, 7 orang dari pusat penggajian pun dari pusat
Apakah sudah cukup dengan 4 orang penyuluh untuk perikanan tangkap ? Perikanan tangkap hanya 1 orang, tapi menurut saya untuk penyluh sudah cukup. Tapi yang susah yaitu merubah perilaku nelayannya
Bagaimana cara menjaga koordniasi dan komunikasi yang dilakukan agar tetap baik dengan pemerintah daerah ? Selama ini baik saja
Peluang seperti apa untuk potensi perikanan tangkap ? Potensi alam yang luar biasa, Cuma peluang untuk masih banyak dengan meningkatkan sumber daya manusia di didik dan dilatih, karena masih kurang nelayan kita yang mau melaut selama 7 hari, 5 hari sudah mau pulang, dibandingkan dengan kapal dari sibolga bisa sebulan atau 2 bulan. Kita berikan kapal 10 GT tapi tidak bisa berjalan, karena para nelayannya tidak ada kemauan
Cara memanfaatkan peluang itu tadi seperti apa ? Memberikan pelatihan kepada nelayan
Untuk ancaman itu sendiri seperti apa pak ? Berkembang industri yang menggunakan fasilitas laut diantaranya seperti pabrik semen atau pabrik yang dibangun di pinggir pantai yang menggunakan transpotasi laut sehingga banyak kapal-kapal tiongkang yang mengganggu nelayan, membuat kabur ikan.
Bagaimana menghadapi ancaman tersebut ? Ya karena kita keterbatasan kewenangan, paling kita bisa berteriak kepada mereka yang telah mengganggu kehidupan nelayan supaya bisa ada kontribusi kepada nelayannya seperti CSR
Dibandingkan dengan perikanan budidaya, lebih potensial mana perikanan tangkap atau budidaya ? Dua-dua nya sama berpotensi, kalau budidaya perlu pengembangannya seperti pinggir pantai seperti kerapu, udang. Kalau lihat sungai-sungai kita bisa gunakan dengan ikan payau. Namun belum ada yang mau membuat budidaya besar-besaran yang ada sekarang baru perorangan saja. Perusahaan belum ada yang melirik, entah karena transportasi yang sulit
Menurut bapak bagaimana Wanasalam dijadikan kawasan minapolitan ? Bagus, baik. Kalau saya ngomong tidak baik nanti saya bertentang dengan kebijakan pusat
Menurut bapak, menentukan strategi dinas yang tepat itu seperti apa ? Strategi itu sesuai dengan keinginan masyarakat, kita bottom up karena kita menyerap keinginan dari bawah
Bapak sebagai pengambil keputusan, koordinasi dan komunikasi seperti apa yang dilakukan dengan pegawai yang ada disini dalam meningkatkan kinerja ? Kita setiap bulan ada rapat, senin briefing, selain di apel, ada rapat dinas
Itu rutin pak ?
Rutin, tadi juga kita rapat mengenai semuanya kita bahas Bagaimana cara menentukan kegiatan-kegiatan dinas untuk setiap
tahunnya ? Kegiatan ada juga yang sama, kalau memang sifatnya terus menerus, sesuai kebutuhan dan kebutuhan itu hasil dari pertemuan dari brifing atau rapat dinas, atau hasil aspirasi, seperti besok juga kita ada acara forum perangkat daerah termasuk camat, kecamatan pun hasil musrenbangdes. Hasil dari bawah kita bawa dengan lintas SKPD adanya di BAPPEDA
Melihat daya saing dengan wilayah lain di luar banten untuk perikanan tangkap ? Dengan Pandeglang kita masih unggul, bisa dilihat dari PAD yang dihasilkan
Kendala yang dihadapi dalam mengambil keputusan apa saja pak ? Tidak ada kendala, lancar-;ancar aja. Karena kita selalu dalam pengambil keputusan mendengar dari bawah, kita serap dari bawah barulah keputusan itu diambil
Kan pasti banyak pendapat itu pak, bagaimana cara mengatasinya ? Dari bawah kita memperhatikan dengan pimpinan kita padukan bagaimana caranya ke bawah enak, ke atas juga enak. Selama ini tidak pernah ada permasalahan. Karena sekecil apaun saya selalu mengundang dari bawah, itulah karakter saya
I
Q
Untuk SDM di dinas perikanan itu seperti apa ? Dari jumlah untuk SDM perikanan PNS semuanya ada 26 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan PNS 4 orang, non penyuluh berarti pegawai struktural ada 22 orang. kalau penyuluh termasuk ke jabatan fungsional. Sekarang pegawai non PNS 20 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat 7 orang, ada tenaga kerja sukarela sebanyak 13 orang. jadi secara keseluruhan ada 46 orang
Penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat khusus untuk perikanan tangkap atau budidaya juga ada ? PPB pusat dibiayai oleh pusat, namun untuk tugas karena berada di wilayah kita jadi kita yang menungaskan di wilayah mananya. Tugas pokok penyuluh yaitu sebagai pendamping kepada nelayan atau kepungusaha ikan, mendata, memfasilitasi pendampingan, Lebih banyak untuk perikanan tangkapnya
Untuk jumlah, apakah selalu berubah ? Setiap tahun berganti, karena memang kontraknya setahun. Namun ada
yang lama juga keterima kembali Apakah tupoksi penyuluh dan tenaga sukarela berbeda ?
Kalau penyuluh tupoksinya langsung dari pusat, tetapi memang unutk sukarela tupoksi berasal dari dinas perikanan kabupaten
Di kecamatan wanasalam ada berapa penyuluh perikanan bantu dan tenaga sukarela ? Jumlah TKS di daerah TPI Binuangeun tenaga sukarela ada 2 orang, dan 3 orang untuk penyuluh bantu
Apakah ada program pelatihan untuk penyuluh dan tenaga sukarela ? Iya ada pelatihan, namun untuk penyuluh perikanan bantu itu memang harus ada, sebelum melakukan tugas merka dikasih pelatihan pendidikan di bandung selama seminggu
Bagaimana di dinas perikanan melihat spesialisasi pekerjaan dengan gelar pendidikan yang mereka miliki, apakah sudah sesuai ? Seharusnya memang seperti itu, yang paling memang dari lulusan perikanan, khusunya untuk bidang secara teknis, seperti 3 bidang yang ada.kalau di secretariat itu kan umum, jadi memang di prioritasnya dari teknik perikanan, kalau yang umum kan banyak jadi campur
I
Q
Menurut bapak, langkah-langkah menentukan strategi dinas itu seperti apa ? Sumber Daya Manusia (SDM) dulu yang dibenahi, pengembangan SDM nya, peningkatan sarana dan prasarana perikanan, lalu bagaimana caranya mengoptimalkan SDM yang ada dengan sarana dan prasarana yang ada
Kekuatan yang dimiliki oleh Dinas Perikanan untuk pengembangan perikanan tangkap saat ini khususnya ? SDM dan aset atau sarana prasara yang kita miliki. SDM yang sesuai dengan kualifikasi teknis untuk mengelola sumber daya perikanan. Yang sesuai dengan kualifikasi 40 % kalau yang 60% lain lebih ke pengalaman. Aset perikanan, walaupun beberapa aset telah dilimpahkan ke provinsi, namun seperti bangunannya atau sarana prasarana masih berada di wilayah kita, jadi masih bisa pakai dan dimanfaatkan oleh kita seperti Pendaratan Pelabuhan Ikan (PPI), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), untuk distribusi ada pasar, sarana pendukung untuk penunjang seperti ketersediaan es.
Menurut bapak, apa manfaat dari program pengembangan sistem perikanan tangkap ? Untuk kegiatan yang pertama pendampingan kelompok nelayan, bisa memberikan edukasi atau pendidikan, memberikan keterampilan kepada nelayan, penguatan SDM nelayan, walaupun lebih kuatnya dari bantuan APBN kementerian, sedangkan untuk kontribusi dari kabupaten itu berupa penyediaan alat tangkap ikan, peningkatan alat tangkap ikan diharapkan jangkauan area penangkapan bisa lebih luas lagi, sehingga hasilnya bisa maksimal
Peningkatan sarana dan prasana disini lihat dari hal apanya ? Lihat dari jumlahnya, kalau kapasitas tidak bisa diperbanyak. Karena kabupaten anggarannya kecil, untuk kapasitas tidak bisa nambah. Misalnya tahun ini memberikan 5 kapal, tahun depan bisa sama atau 6 kapal
Kegiatan keterampilan itu dari pusat atau dari kabupaten ? Untuk tenaga pandamping atau SDM dari kementerian, kalau kita sebagai penyelenggara. Anggarannya dari APBN namun untuk pengelolaan dari kabupaten
Dengan peningkatan sarana dan prasarana setiap tahunnya, apakah bapak ada kekhawatiran kepada nelayan dengan adanya ketidakmandirian ? Memang kekhawatiran tetap ada, namun tetap optimis. Sebenarnya bantuan itu sebagai stimulus atau perangsang untuk lebih berkembang, misalnya diberikan bantuan jaring atau alat tangkap yang lain, kan nelayan bisa mandiri menyisihkan sebagian keuntungannya untuk membeli alat tangkap yang lain. Memang belum ada evaluasi dari dinas, apakah bantuan itu bisa membuat nelayan lebih mandiri atau tidak.
Dari empat kegiatan, mana kegiatan unggulan untuk perikanan tangkap ? Kegiatan pendampingan, karena rehab TPI itu sebagai penunjang untuk distribusikan hasil. Namun yang diutamakan selama ini kita penyediaan sarananya lebih ke fisik, untuk softskill belum terlalu rutin, paling seperti untuk penggunaan GPS atau semacam edukasi yang diperbolehkan dalam penangkapan ikan
Apakah rutin dilakukan untuk pelatihan-pelatihan ? Tidak terlalu rutin memang untuk pelatihan, paling sosialisasi mengenai eduksi hampair setiap tahun. Ada pelatihan itu kemarin mengenai GPS
Kalau ada kegiatan selalu di Wanasaalm tau tidak ? Sering di Wanasalam, namun sering juga ada pengiriman perwakilan nelayan
Hal apa saja yang dikoordinasikan ke pemerintah daerah Biasanya yang berkaitan dengan kebutuhan nelayan, untuk penyediaan sarana dan prasana baik yang pokok atau penunjang, laporan hasil produksi, larangan-larangan dari pemerintah pusat lalu disampaikan ke pemerintah daerah,lalu minta solusinya seperti apa. seperti misalnya kemarin ada alat tangkap lobster yang tidak diperbolehkan, lalu dikomunikasikan ke pemerintah daerah, supaya pemberian bantuan sarana dan prasarananya tidak yang dilarang oleh pemerintah pusat. Kalau penentuan program itu sebelum adanya renstra oleh dinas dan tim dari Bappeda
Kegiatan yang ada di program dinas, apakah dari dinas yang menentukan ? Dinas yang menetukan dengan kordinasi dengan bappeda dan disesuaikan dengan aturan yang berlaku. Mana yang jadi prioritas atau tidak semuanya dibahas dengan bappeda. Pertama untuk kegiatan prioritasnya dari usulan masyarakat. Usulan lewat musrenbang desa, kecamatan, kabupaten, baru di dinas kita analisis untuk diajukan, dan dibahas dengan bappeda
Kegiatan di program selalu sama atau tidak ? Untuk program sama, namun dengan penjabaran dari program berbeda karena setiap tahun berbeda-beda
Untuk potensi, menurut bapak lebih potensial mana perikanan tangkap dengan budidaya ? Kalau dari pengelolaan dari hasil produksi untuk menggerakkan perekonomian lebih ke perikanan tangkap untuk pergerakan dan hasilnya lebih maksimal. Setiap tahun lebih tinggi
Hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan sarana prasarana Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ? Identifikasi keterbatasan sarana prasarana TPI tersebut, mana yang sudah layak mana yang belum layak. Yang tidak layak ini kita perhatikan dengan juga dengan aktifitas nelayannya, apabila aktifitas nelayan tinggi dan sarana prasarana tidak layak, ini yang akan perbaiki.
Untuk TPI di Wanasalam Binuangeun dan Tanjung Panto saapa saja rana dan prasarana yang ada tp belum optimal, dengan yang belum ada ? Yang ada seperti tempat perbaikan kapal, itu kan kadang waktu tertentu overload sudah melampui kapasitasnya, selanjutnya perilaku nelayan yang susah diatur, seperti setelah selesai aktivitas lelang tidak ada lagi aktifitas lalu bersihkan dibersihkan tempat lelangnya, terus mengenai disana juga tersedianya pasar namun dipergunakan barang-barang tidak dipergunakan sebagai kegiatan jual beli, mengenai kebersihan kesadaran untuk menjaga kebersihan, kenyamanan. Kalau belum ada, penyediaan SPBN penyediaan bahan bakar khusus untuk nelayan, namun dalam rencananya akan mengundang pihak swasta, namun belum ada.
Selanjutnya belum ada cold starage penyimpanan beku, karena ikan kita selalu habis, namun belum diperlukan, jadi dikirim-dikirim aja
Untuk kontribusi ke Pad dari perikanan tangkap, presentase yang disumbangkan ? Dari target pencapaian 900 jt realisasi 900 jt lebih, jadi 95 % lebih dari sektor perikanan tangkap
Kelemahan apa saja untuk potensi pengembangan perikanan tangkap ? SDM jg menjadi kelemahan, perlu pembenahan peningkatan kualifikasi perlu ditingkatkan
Pendapat bapak mengenai pegawai yang 40% sesuai dengan kualifikasi dan 60% hanya pengalaman ? Pada akhirnya dengan kondisi yang ada menerima namun berusaha untuk mengoptimalkan, yang belum sesuai dengan kualifikasi dan tuntunan tugasnya bisa ikut pelatihan atau kegiatan yang sesuai
Langkah apa saja yang dilakukan dinas untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia di dinas ? Untuk pegawai teknis ada undangan dari provinsi, misalkan untuk pelatihan teknis kapal, navigasi kapal. Kemudian pelatihannya berupa studi banding. Di kabupaten pendidikan structural aparatur seperti kepemimpinan.
Berarti lebih sering pihak provinsi yang mengadakan pelatihan-pelatihan ? Iya provinsi yang lebih sering
Kalau untuk di dinas itu sendiri apa sudah ada program untuk meningkatkan SDM ? Tidak ada pelatihan, cuma untuk menambah pengetahuan personil dinas maupun nelayan, mengundang lembaga yang lebih berkompeten, seperti mengundang lembaga pendidikan dan pelatihan. Sampai sekarang belum ada kegiatan pelatihan untuk SDM
Untuk pendampingan nelayan ? Biasanya mengundang tim ahli untuk lebih spesifik, dari lembaga diklat. Kalau mengenai sosialisasi kelembagaan misalnya, kita sampaikan ke bidang kelembagaan yang ada di dinas, karena tupoksinya ada di bidang tersebut
Untuk penempatan kerja yang ada di dinas seperti apa ? Dilantik atau dipilih oleh kabupaten atas pertimbangan dari pimpinan dinas
Menurut bapak, sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan ? Kebersihan TPI, pelabuhan
Bagaimana dukungan perbankan dalam permodalan nelayan ? Walaupun saya belum punya data, berapa saja kelompok nelayan yang pengajuan perbankan. Kayaknya masih kecil
Apa dinas yang dilakukan untuk menarik perbankan ? Mengdakan sosialisasi dengan pihak perbankan, mungkin lebih banyak ke juragan,
Selama ini respon pemerintah bagaimana terhadap potensi perikanan tangkap ? Responnya baik, pemda sering mendorong kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di lapangan, dan mengkomunikasikan dengan pusat apa saja yang dibutuhkan
Dilihat dari hal apa respon pemerintah itu baik ? Dengan peran aktif pemerintah dalam mengajukan usulan ke pemerintah pusat, dan menetapkan APBD untuk perikanan tangkap, seperti rehab TPI. Sebagai fasilitator, dengan sinkronkan program pusat
Untuk saat ini peluang yang dimiliki dinas untuk perikanan tangkap itu apa ? Pengembangan potensi perikanan yang lebih luas lagi, untuk area penangkapan ikan lebih luas
Hal apa saja yang sudah dilakukan oleh dinas untuk memperluas area penangkapan ikan ? Memberikan kapal dengan kapasitas yang lebih besar, kita mengusulkan ke pusat
Bagaimana cara memberikan bantuan ke kelompok nelayan yang begitu banyak ? Melalui koperasi, jadi koperasi mengelola kelompok-kelompok. Untuk dinas hanya mengevaluasi
Untuk ancaman dari luar untuk dins khususnya perikanan tangkap ? Terganggunya wilayah area penankapan ikan, contohnya dengan berdirinya pabrik semen, bisa mengganggu area penangkapan ikan, bisa juga pendakalan alur pelayaran. Untuk di Wanasalam, kemaren itu ada rencana pengeboran minyak, yang katanya hasilnya itu akan diangkut melalui Wanasalam, otomatis mengganggu
Cara mengatasinya ? Kita harus mengidentifikasi, lalu kita sampaikan. Walaupun saya tidak tahu untuk mengenai musyawarah perizinan pengeboran tersebut, biasanya hanya pihak kecamatan yang diundang
Koordinasi dan komunikasi di dinas perikanan ini seperti apa ? Secara resmi melalui rapat-rapat koordinasi langsung, dilakukan 1 bulan 2 kali
Untuk komitmen pegawai, tentang pemahaman dengan pekerjaanya bagaimana ? Sebagian besar paham, yang perlu ditingkatkan tanggung jawab atas pekerjaan, kewajiban pekerjaannya, kewajiban sebagai aparaturnya perlu ditingkatkan, kalau hasil pekerjaan cukup
Menentukan strategi yang tepat untuk dinas itu seperti apa ? Peningkatan kualifikasi, keterampilan, pengetahuan, konsistensi tetap ditingkatkan
Memilih strategi itu hasil evaluasikah atau hasil pengawasan ? Berdasarkan evaluasi, peningkatan dengan SDM dan sarana prasarana
I
Q
Menurut pendapat bapak apa kekuatan yang dimiliki oleh dinas perikanan untuk potensi perikanan tangkap khususnya ? SDM aparatur dan SDM pelaku utama perikanan, kemudian potensi wilayah, karena berada di pesisir
Dilihat dari hal apa pelaku utama disini pak ? Perlunya pelatihan seperti bimtek, untuk pelaku utama tentang pelatihan perizinan, sosialisasi dengan pihak terkait, misalnya dengan perbankan untuk permodalan
Menurut bapak, manfaat dari program pengembangan sistem perikanan tangkap apa ? Manfaatnya banyak, mengenai hasil tangkapan ikan, sesuai dengan target dalam renstra, dan juga untuk peningkatan pendapatan asli daerah berasal dari retribusi tempat pelelangan ikan, dan untuk mensejahterakan nelayan secara umumnya
Lebih potensial mana perikanan tangkap atau budidaya untuk dikembangkan ? Karena sekarang berubah haluan, jadi untuk sekarang budidaya ikan karena untuk kewenangannya pun utuh dikelola oleh kabupaten, sedangkan untuk perikanan tangkap ada sebagian kewenangan yang dikelola oleh provinsi
Kegiatan unggulan untuk pengembangan potensi perikanan tangkap ? Pemberian bantuan, untuk tahun ini ada 10 kapal ukuran 3 GT serta alat tangkapnya seperti jaring. Untuk rehab TPI rencananya tahun ini ada 2, TPI Situregen dan TPI Citarate
Hal apa saja yang dikoordinasikan dari pihak dinas dengan pihak pemerintah daerah ? Dari sisi anggaran, perencanaan dengan bappeda, untuk program-program dengan setda, dan anggaran/keuangan dengan BPKAD
Kelemahan yang dimiliki oleh dinas perikanan untuk pengembangan potensi perikanan tangkap ? Banyak, salah satunya tadi itu SDM yang handal, yang serba bisa, masih kurang. Karena kita masih sedikit untuk tenaga, dengan berbagai disiplin ilmu yang campur. Kita kan dibidang tangkap, harusnya kita bisa tahu cara penangkapan yang baik. Selanjutnya dana, kita mengandalkan dari
Dana Alokasi Khusus (DAK) Untuk dana, mana yang lebih besar untuk dalam bentuk fisik atau
seperti pendampingan ? Lebih besar untuk fisik, karena memang sesuai dengan juknis dari DAK itu langsung dari pusat. 10% untuk fisik dari DAK dan 3% DAU untuk program pelatihan
Ada tidak kekhawatiran kepada nelayan dengan ketidakmandirian atas pemberian bantuan dari pemerintah ? Memang tidak mandiri, tapi karena nelayan itu bekerja tidak full satu tahun paling 8-9 bulan, belum lagi jaring terkena karang, sedangkan nelayan butuh cepat ada gantinya, dan mereka tidak sanggup untuk membeli. Khawatir tidak mandiri memang, namun karena dibutuhkan juga, jadi mau bagaimana
Langkah-langkah apa saja dilakukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana penunjang tempat pelelangan ikan ? Dengan pembinaan, monitoring, evaluasi, pembinaan yang dilakukan oleh tim kabupaten, bisa melihat perkembangan hasil tangkapan dengan bekerjasama dengan pihak terkait, seperti pol air, sahbandar
Koordinasi seperti apakah yang dilakukan pihak dinas perikanan dengan UPTD TPI ? karena memang UPTD terletak di kecamatan wanasalam Untuk koordinasi dilakukan dengan melakukan rapat sebulan sekali wajib, membahas evaluasi yang terjadi dan apa yang harus dilakukan
Cara untuk mengatasi kekurangan Sumber Daya Manusia ? Mengusulkan untuk menambahkan tenaga, mengirimkan tenaga bimtek, pernah juga mengusulkan ke pemerintah daerah yaitu Badan Kepegawaian Daerah (BKD) namun selalu pending
Menurut bapak, apakah SDM yang ada di dinas perikanan sudah cukup ? Belum, karena untuk idealnya 1 kasi ada 2 staf dan sudah PNS dan dibantu oleh operator computer, namun pada kenyataannya tidak, di bidang ini 3 kasi dan staf hanya ada 3 satu sudah PNS, kebanyakan bukan PNS
Mengenai spesialisasi pekerjaan dengan gelar pendidikan, apakah sudah sesuai ? Secara umum, kadang keilmuan tidak nyambung dengan pekerjaan. Untuk presentase 60% tidak sesuai dan 40% yang sesuai. Kalau untuk fungsional sudah mencapai 90% sudah sesuai
Langkah apa saja yang dilakukan untuk mendapat dukungan dari perbankan mengani permodalan nelayan ? Nelayan di kita mayoritas nelayan yang tidak memiliki agunan, paling untuk bantuan perbankan itu untuk juragan, karena mereka ada jaminan. Sedangkan untuk nelayan, perbankan tidak percaya, karena dengan hasil
tangkapan yang tidak tentu, dan tidak memiliki agunan atau jaminan Bagaimana respon pemerintah daerah dalam melihat potensi
perikanan tangkap ? Insya Allah baik, karena kalau tidak target kita tidak akan tercapai. Lalu pembinaan untuk nelayan, komunikasi dengan juragan kapal, setiap bulan kepala dinas melaporkan ke pemerintah daerah
Peluang yang dimiliki oleh dinas perikanan untuk pengembangan perikanan tangkap ? Kewenangan wilayah penangkapan sampai 18 mil, asalkan menggunakan kapal kecil. Bekersama dengan pihak lain, misalnya di bayah ada pabrik semen merah putih, kemudian karena ada dermaga kapal yang terganggu, maka adanya kerjasama untuk memperbaiki dermaga tersebut
Bagaimana cara memanfaatkan peluang yang didapatkan ? Membantu memberikan kapal, alat tangkap, lalu GPS. Adanya perencanaan dari pihak swasta akan ada pembangunan SPBN si wanasalam
Untuk ancaman itu pak, apa saja ? Adanya perbedaan pendapat dengan ormas, LSM dengan nelayan setempat. Mengganggu keberlangsungan, biasanya dalam hal bagi hasil
Cara mengatasinya bagaimana ? Mengkomunikasikan mengkoordinasikan dengan ormas tokoh masyarakat
Bagaimana cara bapak untuk mengkoordinasikan dengan kasi dan pegawai ? Biasanya mengadakan rapat internal seminggu sekali, kasi maupun pegawai memberikan masukan, kalau ada hal yang penting rapat atau brifing bisa dilakukan dengan lebih sering
I
Q
Menurut bapak, kekuatan dinas perikanan untuk potensi perikanan tangkap seperti apa ? Saya selaku kabid perijinan, sarana prasarana, dan pengelolaan TPI. Jadi kami ini mengelola TPI, jumlah TPI ada 11 yang besar itu ada TPI Binuangeun PAD nya 884.053.600 itu TPI paling besar. Dibawahnya ada TPI Bayah mempunyai target 500jt, ketiga TPI Cibareno. Jumlah motor kapal/perahu ukuran 5 GT kebawah itu kewenangan kabupaten.kalau diatas 5GT kewenangan provinsi. Jumlah perahu keseluruhan 705. Binuangeun 186, tanjung panto 67, sukahujan 28, cipunaga 37, situregen 53, panyaungan 32, bayah 140, pulomanuk 38, sawarna 53, cibareno 36, citarate 35. Kapal motor di binuangeun 140.
Untuk perijinan di bidang saya, khususnya budidaya arealnya harus mempunyai SIUP harus 2 Ha, dibawah 2 Ha cuma untuk terdaftar saja, surat pernyataan dari kepala desa. Dinas Perikanan cuma memberi persyaratannya
Manfaat dari program pengembangan potensi perikanan tangkap ? Rehab dulu, untuk TPI yang sudah tidak layak diajukan untuk rehab, karena terutama Binuangeun, ada gedung TPI nya, sangat diperlukan sebagai kantor. Pendampingan, yang namanya kantor, karena ada UPTD disitu yang bertugas mengontrol dan mengawasi dibawah wewenang UPTD, lalu ke bidang sini perijinan dan pengelolaan TPI
Mana yang lebih penting dari kegiatan-kegiatan tersebut ? Saling berkaitan erat, ada rehab ada pendampingan
Hal apa saja yang biasanya dikoordinasikan dari dinas perikanan ke pemerintah daerah ? Masalah PAD itu, karena kita mempunyai target. Ketika tidak tercapai itu harus ada alasannya, contohnya misal TPI bayah, 1 karena cuaca, alat perlengkapan pada rusak
Kelemahan yang dimiliki apa saja ? Sumber daya manusia, mereka para nelayan disini masih merasa alatnya masih tradisional, kemampuan para nelayan belum begitu terampil, peralatannya di pake kan ada jaring, pancing mereka itu kadang-kadang sudah usang atau rusak. Kemudian personil/tenaga jumlah 11 petugasnya hanya 1, PPL itu berbarengan untuk budidaya juga, sangat terbatas. Tugasnya melaporkan yang berhubungan nelayan, sebulan sekali ada rapat dinas
Nah kan ada kegiatan pemberian bantuan, itu bagaimana ? Iya kita lihat mana TPI atau nelayan yang tidak mampu. Yang sering itu jaring, perahu, motor tempel
Hal apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan sarana prasarana TPI ? Harus ada pengawasan yang rutin, mengadakan pelatihan
Pelatihan apa pak ? iya pelatihan nelayan yang diperlukan nelayan.
Cara mengatasi sumber daya manusia atau personil bagaimana pak ? Harus banyak menambah personil untuk dialokasikan yang di Binuangeun dan Bayah. Harus ditempatkan yang potensi
Untuk pengajuan menambah personil itu kemana pak ? Ke pemerintahan kabupaten, pernah tapi kan disini juga tidak dinas
perikanan saja, tapi ada dinas lain, segini juga sudah cukup, bisa dipegang oleh seseorang. Pemerintah juga terbatas
Permodalan nelayan terhadap dukungan perbankan seperti apa ? Yang dikatakan KUR dari budidaya ada, kalau untuk nelayan karena saya baru baru 2 bulan, penyerapannya masih rendah. Kalau dari APBN atau APBD banyak
Melihat respon pemerintah terhadap potensi perikanan tangkap di wanaslama seperti apa ? Respon sangat tinggi, menjadi andalan di dinas perikanan yang di binuangeun, kan kalau di pemda tidak terlihat mana yang paling andalan, tapi kalau di dinas perikanan yaitu TPI Binuangeun
Respon yang baik itu dilihat dari apa ? Dalam hal bantuan yang dialokasikan sudah banyak ke dinas perikanan, perbaikan TPI, pembangunan talud, pembangunan rumpon, pembanguna sekaya maritime
Setiap tahun ada pemabngunan-pembangunan pak ? Ada, sekarang saja di bidang ini ada 3 TPI yang direhab yaitu situregen,
Peluang saat ini yang dimiliki dinas perikanan dalam potensi perikaann tangkap ? Ketika peralatannya bagus, pengetahuannya luas, hasil tangkap akan semakin bagus lagi, Bianguangen paling startegis, jangkauan lautnya tidak terlalu jauh cuma untuk perubahan itu tidak bisa sekaligus, harus pelan-pelan, masih bingung kalau di kasih sekaligus, harus dikasih pengetahuannya dulu, baru dikasih peralatannya. Nanti malah tidak akan jalan nanti itu kapalnya, kalau sekaligus. Menurut saya, dinas yang tidak memakai modal atau apapun itu cuma dinas perikanan, karena tinggal mengambil dilaut, kemudian dijual
Cara memanfaatkan peluang yang ada ? Memperkenalkan dulu ke nelayan, melihat menikmati atau masuk. Misalnya memperkenalkan koperasi, setelah diperkenalkan saling menguntungkan lalu melihat seperti ini koperasi. Setelah itu pasti akan ingin memiliki
Ancaman yang datang untuk potensi perikanan tangkap ? Belum ada, paling untuk nelayan dengan kehidupan yang terbatas seharusnya jangkauan penangkapan ikan jauh, karena peralatan masih terbatas juga
Kalau seperti pihak swasta, ada pak ? Nah itu di kabupaten lebak untuk ancaman belum ada, ada juga yang memberikan bantuan, seperti pabrik semen, memberikan bantuan kepada nelayan. Ancaman itu, ketika mau berangkat melaut, tetapi tidak ada modal akhirnya pinjam kembali ke juragan.
Respon adanya koperasi bagi nelayan ? Waduuh sangat baik, dengan adanya perubahan-perubahan
Cara menghadapi ancaman ? tidak ada
Bagaimana untuk pemahaman pegawai ? Untuk pemahaman sangat baik, bapak baru masuk 2 bulan saja sudah bisa menyesuaikan diri, bapak senang karena pembudidayaan dengan perikanan tangkap itu saling keterkaitan
Cara menentukan strategi di dinas perikanan seperti apa ? Apa yang dibutuhkan nelayan, wilayah budidaya atau tangkap, penetuan wilayah jangan disamakan budidaya dengan tangkap. Terprogram terencana
Kendala yang dihadapi ? Berkaitan dengan personil yang kurang, contohnya seperti budidaya ada 28 kecamatan yang penyuluh hanya ada 5 orang saja
Selama ini strategi di dinas selalu tepat ? Kalau ketepatan selalu tepat, baik tepat waktu dari tadinya dinas perikanan tidak terdengar, kesatuan dan persatuan dinas perikanan sudah menyatu, sebab pencerahan kedepan apa, manfaat kita kedepan itu apa
I
Q
Menurut ibu, kekuatan yang dimiliki Dinas Perikanan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap apa saja ? Kita sudah punya SDM lah yang latar belakang lulusan perikanan, untuk bidang saya semua lulusan perikanan, kalau bidang secretariat kan bersifat umum. Hampir 90 % pegawai yang sesuai lulusan. Sarana dan prasarana cukup, dengan sumber daya yang ada kita masih bisa bergerak. Jumlah nelayannya, dari luas pantai 91,18 jumlah nelayan 3.600 se kabupaten Lebak. kita punya TPI 11 PPI 1. jumlah SDM yang kurang dengan wilayah sangat luas, ada 6 kecamatan pesisir untuk penyuluh perikanan ada hanya 1, itu faktor kelemahan. Kalau sarjana perikanan cukup, tapi kalau jumlah kurang
Bu, sekarang kan PPI dikelola oleh provinsi, apakah tetep jadi kekuatan dinas ? Kaitannya dengan kewenangan, ketika PPI diserahkan ke provinsi berarti kan beban kerja lebih berkurang untuk kabupaten. Kita bisa lebih fokus. Disesuaikan dengan beban kerja semakin beban kerja kita berkurang, jadi kita lebih maksimal. Kita mengurusi TPI dan pemberdayaan nelayan saja
Ketika PPI dikelola kita, apakah masih kekurangan sumber daya ? PPI tidak diserahkan ke provinsi. Kaitannya hanya dengan retribusi saja, fasilitas jasa penggunaan fasilitas, yang semula ada pendapatan yang masuk ke kabupaten, sekarang tidak ada itu saja sih sebenernya
Apa manfaat dari program pengembangan sistem perikanan
tangkap ? Yang jelas sangat bermanfaat, terkait banyak elemen kepada nelayan. pendampingan itu untuk nelayan, kita bisa memberikan bantuan hibah berupa sarana penangkapan akan meningkatkan pendapatan nelayan dan kesejatreaan nelayan, rehabilitasi terkait sarana yang digunakan oleh nelayan untuk aktifitas lelang, ketika kita menyediakan nelayan bisa menggunakan fasilitas tersebut. Jadi kita menyediakan tempat untuk digunakan nelayan.
Kendala dari program pengembangan sistem perikanan tangkap itu apa bu ? Dalam hal faktor kelembagaan kelompok nelayan, jadi ketika kita akan melakukan kegiatan pendampingan kepada nelayan, karena kita tidak hanya ke perorangan tapi sebenarnya ke kelompok jadi kita memberikan aset itu akan menjadi aset kelompok,secara kelembagaan belum kuat, jadi belum bida mengelola aset tersebut, belum maksimal dalam mengelola aset, bagaimana bisa mendapat pendapatan kelompok, mindset nya masih perorangan/pribadi.
Misalnya kalau ada kapal rusak, dibiarkan gitu bu ? Nah karena akhirnya tidak bekerja kelompok, bantuan-bantuan itu tidak bermanfaat, tiak berkembang. Bisa jadi kapal tadi jadi mangkrak, karena tidak ada rasa memiliki secara bersama, memnafataakannya tidak bersama-sama. Secara administrasi juga masih rendah, cara mengelola kelompok
Usaha dari dinas yang sudah dilakukan apa saja ? Kita sebenernya sudah melakukan pembinaannya melalui penyuluh, kita juga meminta bantuan penyuluh, karena kalau dari kita, itu tadi walapun sarjana perikanan banyak tapi jumlah sedikit, kelompok nelayan banyak, wilayah luas, jadi kita kurang concern juga. dengan penyuluh hanya 1. Itu dari PNS Pemda, penyuluh mulai 2017 mulai dikelola oleh pusat
Dari keempat kegaiatan yang ada di program pengembangan potensi perikanan tangkap, yang menjadi prioritas yang mana ? Kalau menurut saya, pendampingan yang menjadi prioritas karena kita memebrikan bantuan hibah untuk meningkatkan hasil tangkapnnya, kalau rehabilitasi masih kita bisa alokasikan tahun depan.
Bentuk koordinasi dan komunikasi dari dinas perikanan ke pemerintah daerah seperti apa ? hal apa saja ? Kita koordinasi lintas sektoral macem-macem, kita dengan kecamatan koordinasi terkait program-program kecamatan, dengan bagian umum, dengan dinas disperindag kaitan dengan masalah perdagangan, kemudian dinas lingkungan hidup terkait pengelolaan wilayah pesisir, ini yang di
pemda kan yah. Dinas koperasi juga terkait dengan kelembagaan, sudah mendorong kelompok untuk membentuk koperasi yang berbasis KUB sudah ada 2 di Bayah dan di Wanasalam. Karena untuk mekanisme penerimaan hibah atau bansos
Kelemahan dinas perikanan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ? Jumlah SDM penyuluhnya, dari dinas cukup, kemudian Perilaku, Sikap dan Keterampilan (PSK) dari nelayan, keterampilan nelayan yang masih rendah dalam perikanan. Nelayan kita masih banyak yang belum memiliki sertifikat-sertifikat, sedangkan untuk berlayar apalagi kapal diatas 5 GT harus ada sertifikat berlayar, yang mengeluarkan sertifikat itu dinas perhubungan, selanjutnya anggaran sebenernya kita hanya mengandalkan dari DAK, APBD kita rendah
Itu karena banyak yang tidak tahu atau karena apa ? Sebenarnya tahu, karena memang untuk mengikuti diklatnya itu sebulan, kalau nelayan setiap hari yang harus melaut tentu repot ngasih makan kelaurganya dengan apa. Kita sudah menjalin kerjasama dengan balai yang milik kementerian di Semarang. Mereka sendiri jumlah terbatas, 2016 pernah ada kegiatan pelatihan jaring
Untuk balai itu di kabupaten Lebak bu ? Kita ada balai, tapi bukan balai penelitian kita hanya ada balai pertemuan ada di Binuangeun namanya balai sekaya maritime
Mengenai anggaran, pernah dikomunikasikan dengan pemerintah daerah ? Untuk DAK memang sudah ditentukan karena itu dari pusat. Sedangkan DAU dari APBD yang dari PAD kita terbatas kita tidak bisa mengadakan kegiatan-kegiatan yang cukup besar, jadi hanya kegiatan-kegiatan kecil yang kita laksanakan, karena keterbatasan anggaran
Langkah-langkah untuk menunjang Tempat Pelelangan Ikan itu apa saja bu ? Kita memang sekarang lebih perbaikan pengelolaan TPI sebenernya, jadi kalau dulu dikelola sendiri, sekarang kita bekerjasama dengan pihak ketiga, swasta koperasi. Karena untuk pengelolaan TPI itu kita butuh modal, karena belum ada anggarannya jadi oleh pihak ketiga, kita lihat setahun dua tahun, kalau kita bisa mulai mengelola sendiri, kita akan kelola.
Itu pertimbangannya apa abu ? Tadi masalah operasional belum ada
Apakah ada pengaruhnya kalau bekerjasama dengan pihak ketiga, apakah retribusinya dipotong ? Untuk retribusi tidak dipotong, ya udah di cancel aja tadi yang pihak ketiga itu. Jadi intinya pengelolaan secara lebih professional, administrasi lebih tertib, misalnya penggunaan timbangan, mulai dari pola pelaksanaanya. Higienitas, sistem sanitasinya belum baiklah, seperti
contoh terkait sistem rantai dingin, kadang ikan masih tergeletak di lantai sedangkan itu akan bakteri banyak, bagaimana memperlaukan ikan belum ke arah sana belum bisa melakukan dengan baik ketika ikan itu diturunkan dari kapal. Belum memperhatikan tata cara yang baik
Untuk pengawasan itu dari dinas langsung ? Iya dari dinas, UPTD itu dinas yang lebih dekat ke lokasi, karena kan kalau dinas itu sendiri jauh harus memantaunya
Sarana dan prasarana TPI apa saja yang ada tapi belum optimal dan yang belum ada ? Sebenernya sudah ada tapi belum optimal, seperti alat penyemprot lantai kita sudah berikan tapi tidak digunakan.
Itu kenapa bu, dari petugasnya malas atau apa ? Mereka ingin lebih praktis aja sih, jadi masih manual saja seperti di siram-siram saja
Untuk sarana prasarana lainnya sudah lengkap bu ? Sudah, dalam hal dalam pengelolaan lebih baik lagi
Di wanasalam kan ada 2 TPI, bagaimana sarana prasarananya ? Lebih lengkap di Binuangeun, Karena lebih ramai. Kalau di TPI tanjung panto itu hanya kapal-kapal kecil saja. Tapi untuk aturan mainnya sama saja
Cara mengatasi kurangnya jumlah SDM yang kurang bagaimana bu seperti apa ? Kita coba dengan jejaring kerja, kita punya whatshap kita berusaha gunakan untuk komunikasi, karena jarak yang jauh. Kita bisa gunakan untuk kerjasama, contohnya pengawasan kita bisa bekerjasama dengan pol air, kita bisa kerjasama dengan lintas sektoral.
Untuk penambahan penyuluh seperti apa bu ? Kita ada PPB (penyuluh perikanan bantu ) itu dari kementerian, stand by disana yang dekat dengan sentra nelayannya. Tetap belum cukup, karena dengan jumlah nelayan yang banyak, kita maksimal saja yang ada
Selama ini untuk dukungan perbankan dalam permodalan nelayan seperti apa ? Selama ini akses perbankang untuk nelayan kecil belum ada, tetapi kita punya program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah), sertifikat itu adalah akses untuk permodalan itu, sertifikat itu sebagai jaminan, sertifikat itu dianggunkan untuk dapat pinjaman
Hambatan perbankan untuk nelayan kecil apa karena itu ? Sebenernya resiko usaha, bedanya nelayan dengan petani, resiko usaha nelayan itu lebih tinggi, karena petani itu tidak kemana-mana lahannya ada disitu, tapi kalau nelayan ketika tidak dapat hasil, faktor kesulitan mendapat permodalan seperti itu. Pemerintah pusat sudah ada kebijakan mengenai kapal diatas 10GT itu bisa dijaminkan, gross aktenya
Selama ini melihat respon pemerintah daerah mengenai potensi perikanan tangkap di Wanasalam seperti apa ? Potensi perikanan tangkap di wanasalam cukup tinggi, diketahui bahwa prosuksi dominan di Kabupaten lebak itu ikan tuna tongkol dan cakalang
sangat diminati untuk ekspor, banyak yang meminta untuk mengirim ikan tersebut, kebetulan wanasalam itu jalur migrasi ikan-ikan cakalang tersebut. Sangat potensial untuk dikembangkan produksi perikanan. Kabupaten lebak itu sudah bekerja sama nota kesepakatan antara PERINDO dengan bupati lebak sepakat untuk mengembangkan industry yang ada di kabuapten lebak. kalau gak salah rencananya PERINDO itu akan membangun cold storage, pabrik es, dan SPBN. Karena kita potensi perikanan tangkapnya cukup tinggi, tapi fasilitasi belum menunjang. Fasilitas ada tapi belum bisa mengakomodir potensi perikanan tersebut.
Untuk industry perikanan, saat ini masih sedikit atau bagaimana ? Awalnya kita belum mencapai skala yang besar cukup domestic, sementara kalau sudah professional, pelabuhan ditingkatkan statusnya, bisa menningkat lagi.
Dengan melihat anggaran yang sedikit bagaimana ? Nah, karena kita tidak mungkin untuk mencapai kesana sehingga kita kerjasama dengan PERINDO
Tapi untuk respon pemerintah daerah selama ini bagaimana bu ? Responnya baik, dengan membentuk kawasan minapolitan sesuai dengan SK bupati. Jadi kawasan minapolitan itu adalah kawasan yang terintegrasi mulai dari budidayanya, penangkapannya, pengolahannya sampai industry perikanannya. Di Kabupaten Lebak kawasan minapolitan hanya ada di kecamatan wanasalam, kita memang menetapkan menjadi kawasan minapolitan sejak tahun 2009 juga sudah ada
Peluang yang dimiliki untuk pengembangan potensi perikanan tangkap ? Nah itu tadi kerjasama dengan PERINDO, dari swasta juga ada yang membangun SPBN, swasta juga ada yang berinvestasi. Kan kalau PERINDO itu BUMN
Cara untuk memanfaatkan peluang itu ? Kita terus berkoordinasi dengan pihak PERINDO dan investor. Kita membantu secara regulasi, memfasilitasi regulasi-regulasi
Ancaman untuk saat ini dalam pengembangan potensi ? Ketika kita tidak bisa memenuhi, dengan keterbatasan armada ukuran yang besar sedikit, sehingga perubahan cuaca. Kapal-kapal juga terbatas dalam melakukan penangkapan. Nah itu supply, untuk permintaan kan tetap sehingga supply nya dari luar Jakarta, nah ini mengganggu dalam hal kualitas dari ikan berasal tersebut, dikhawatirkan mengandung formalin. Supplier dari Jakarta, ikan –ikannya itu tidak menjamin kualitasnya. Karena permintaan ikan di kita cukup tinggi sedangkan perubahan cuaca, jadi secara otomatis produksi menurun sedangkan permintaan tetap tinggi, jadi supply ke yang lain
Untuk menghadapi ancaman tersebut ? Sebenernya supplier dari luar tidak masalah, Cuma kita harus bener-bener meningkatkan dalam hal pengawasan, kita bekerjasama dengan disperindag juga mengantisipasi masuknya ikan yang berformalin
Itu pernah ada kejadian bu ?
Ada, di pasar-pasar ikannya berformalin setelah di cek ternyata ikannya bukan dari kita tapi dari luar
Cara menentukan strategi yang tepat untuk dinas itu seperti apa ? Kita memperkuat dari SDM nya dalam hal ini dari dinas, kapasitas nelayannya, kelemmbgaan juga ditingkatkan, mencari peluang-peluang usaha, pemasaran. Kita memperkuat semua daya dukung mulai dari kelembagaan nelayan.
Apakah koperasi 1 di wanasalah cukup ? Kurang sih, karena kita ada 6 kecamatan pesisir saya pengennya setiap kecamatan ada koperasinya.
Ada pertimbangan khusus untuk mendirikan koperasi ? Kita ini hanya mendorong KUB lebih kelompok itu orientasinya tidak hanya sekedar menerima bantuan, tetapi juga orientasinya bisnis gitu, jadi bener berpikir untuk tidak saat ini, tapi keberlanjutannya. Oleh sebab itu kita mendirikan lembaga yang professional yaitu koperasi.
I
Q
Menurut bapak kekuatan untuk bidang potensi perikanan tangkap saat ini ? Potensi sumber daya ikan lestari di selatan pulau jawa, sumber daya ikan, potensi ikannya, potensi perairannya relative belum ada pencemaran. Kualitas perairan masih bagus. Untuk SDM terutama di wanasalam, dengan jumlah nelayan yang 1900, hampir 60% dari jumlah seluruh jumlah nelayan di Kabupaten Lebak
Apakah ada perbedaan jenis ikan untuk daerah samudera hindia dengan laut jawa bagian utara ? Berbeda, terutama jenis ikan karang dengan ukuran besar. Karena kalau disana karang yang udah rusak dan ada pencemaran. Kalau di selatan relatif potensi ikan karang masih bagus, jenis ikan karena di samudera wilayah yang luas dan ombak besar dihuni oleh ikan ukuran besar, dari ukuran cakalang ke atas, seperti tuna, marlin. Kalau di daerah jawa marlin tuna itu dirasa gak ada. paling ukuran ikan kecil. Seperti kembung, tongkol
Menurut bapak manfaat dari program pengembangan sistem perikanan tangkap apa ? Dilihat dari intervensi pemerintah daerah khususnya untuk nelayan, jenis-jenis bantuan bertujuan untuk menambah armada, dan meremajakan alat tangkap yang digunakan. Diharapkan dengan adanya bantuan untuk memudahkan nelayan dalam menangkap ikan, mengefisienkan cara kerja
mereka, seperti GPS. Bisa dilihat manfaatnya, dirasakan oleh penerima bantuan.
Dari 4 kegiatan yang ada di program sistem pengembangan perikanan tangkap, mana yang paling penting ? Bantuan sarana penangkapan ikan, pembangunan prasarana pelabuhan, yaitu fasilitas TPI seperti alur pelayaran, kolam pelabuhan di dermaga
Seperti apa kerjasama dinas perikanan dengan pemerintah daerah ? Dinas dalam hal ini mewakili pemerintah kabupaten lebak untuk urusan perikanan, bukan kerjasama karena kita itu bagian dari pemerintah daerah. Yang ditugaskanoleh bupati dan wakil bupati untuk pemberdayaan nelayan, perikanan.
Kelemahan yang dimiliki dinas perikanan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ? Kelemahan itu banyak faktor, apabila dilihat dari faktor alami karena disitu wilayah samudera dengan wilayah yang luas dikenal dengan mempunyai gelombang yg tinggi, seperti gelombang tinggi, angin, cuaca, musim. Faktor infrastruktur, seperti pembangunan alur pelayaran, belum optimal belum 100% lengkap, masih ada hal yang kurang, seperti sekelas TPI dermaga kurang panjang, belum ada SPBN. Faktor budaya masyarakat nelayan, umumnya di wilayah lain kampung nelayan identik dengan wilayah yang kumuh, dan berada di bawah garis kemiskinan, wilayah kita juga seperti itu, dan budaya yang tidak menabung terlalu berlebihan. Faktor SDM dalam hal pendidikan, lulus SD atau SMP saja syukur, ada yang tidak bersekolah. Akhirnya jadi pilihan terakhir, karena sekolah gak bisa akhirnya ikut melaut bersama bapaknya. Akhirnya turun menurun untuk pekerjaan sebagai nelayan.
Di kecamatan wanasalam lebih banyak nelayan penuh atau nelayan sambilan ? Kalau di wanasalam nelayan penuh atau nelayan utama. Kalau di daerah lain 50% nelayan penuh 50% nelayan sambilan.
Nelayan di wanasalam kebanyakan nelayan tradisional tidak pak ? Iya kebanyakan nelayan tradisional, namun yang semi tradisional juga ada. karena untuk alat seperti GPS itu ada, namun kebanyakan nelayan tidak bisa menggunakannya. Karena tidak ada kemampuan. Paling yang bisa untuk menggunakan alat hanya 2 orang dalam 1 kapal, biasanya yang bisa menggunakan itu pengemudi sama yang bagian mesin saja, namun seperti ABK itu pada tidak bisa.
Langkah apa saja yang sudah dilakukan dalam meningkatkan sarana dan parasana perikanan tangkap ? Langkah yang sudah dilakukan, merehab TPI yang rusak, membangun
TPI yang baru, yaitu TPI Cibareno. Menambah luas kolam pelabuhan Apakah kurang menurut bapak SDM dalam pendampingan
kelompok nelayan ? Untuk kegiatan di lapangan dinas di bantu oleh penyuluh dan orang dinas yang ditugaskan di lapangan. Kita punya nelayan 3600 di lebak, di damping penyuluh yang tidak lebih dari 10 orang. untuk mengoptimalkan pemberdayaan nelayan memang kurang,
Cara mengatasi kekurangan SDM untuk pendampingan nelayan ? Menambah sumber daya aparatur, untuk membina membangun memberdayakan. Kurang proporsional dari jumlah pelaku perikanan dengan aparat pemerintah daerah yang bekerja di daerah perikanan
Permodalan nelayan apakah masih menggunakan modal sendiri atau sudah mendapat bantuan dari perbankan ? Sampai saat ini pemerintah daerah sedang mengusahakan agar adanya akses untuk permodalan, dengan cara salah satunya pemerintah ada program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah Nelayan ) pernah diintervensi oleh pemerintah pusat. Sampai tahun 2016 masih berjalan. Itu tujuannya selain membuat legalitas tanah, dan sebagai anjuran untuk mendapatkan pinjaman. Untuk saat ini hanya dibawah 0,5% nelayan yang menggunakan sertifikat tanah itu untuk menambah modal tersebut.
Apakah selama ini pemerintah daerah sudah respon terhadap potensi perikanan tangkap ? Iya sudah, dengan memberi jalan itu.
Program apa saja yang dilakukan oleh pemerintah daerah ? Bantuan sarana prasana dan pembangunan TPI
Langkah apa saja yang dilakukan dengan pemerintah daerah dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ? Dengan mengkomunikasikan, salah satunya dengan program-program. Dari awal program tersebut dalam perencanaan sampai evaluasi oleh bappeda, dan dengan dpkad untuk mengelola anggaran sesuai dengan ususlan-usulan program, dan juga mengelola pendapatan.
Peluang apa saja yang dimiliki oleh perikanan tangkap ? Seperti datangnya Menteri BUMN dengan membawa jajarannya di bidang BUMN, seperti perusahaan-perusahaan BUMN contohnya Perindo, Perinus. Akan merencanakan cold storage
Cara memanfaatkan peluang yang ada ? Tentunya kita terbuka, artinya mereka menghubungi dinas perikanan mendukung bia akan dibuat pembangunan infrastruktur perikanan tangkap. Begitu pun investasi dalam hal penangkapan ikan, seperti swasta yang ingin bawa kapal di daerah wanasalam
Ancaman untuk potensi perikanan tangkap ? Penurunan kualitas perairan, seperti di Bayah ada pabrik semen, yang buang limbah ke sungai. Adanya industrialisasi. Persaingan bisnis, persaingan usaha karena keterbatasan armada.di wanasalam menggunakan kapal dibawah 5GT, namun nelayan pendatang seperti dari
Jakarta, Sumatera kapal besar, dan ada alat tangkap yang memadai Cara menghadapi ancaman pak ?
Harus mengikuti teknologi, harus meningkatkan kapasitas diri sendiri dengan belajar lebih banyak yang lebih canggih dan modern, dan menggunakan alat tangkap yang efisien tapi tidak menggunakan alat tangkap dilarang
Alat tangkap apa saja yang dilarang ? Sekarang yang lagi heboh yang itu ada cantrang, dogol. Jenis jaring pukat karena jenis itu merusak habitat tidak selektif, ukuran mata jaringnya kecil. Dugol sama dengan cantrang, Cuma turunannya.
Perbedaan antara RTP, RTBP dengan nelayan ? RTP itu dikategorikan pemilik kapal, kalau yang punya melaut juga disebut nelayan juga. RTBP itu ABK yang mengoperasikan kapal itu.
I
Q
Hal apa saja yang akan dikelola awalnya oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak sekarang oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten ? Sebagian kewenangan dalam hal kelautan akan dikelola oleh pihak provinsi, kelautan disini seperti pesisir sampai dari 0-12 mil termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan juga. Adapun kabupaten yang masih berkaitan dengan kelautan hanya nelayan kecil, kapal-kapal kecil dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Apakah sekarang nama UPTD PPI yang ada di Kecamatan Wanasalam menjadi UPTD TPI ? Iya betul, sekarang menjadi UPTD TPI
Menurut bapak kekuatan apa saja yang dimiliki Dinas Perikanan untuk menunjang pengembangan potensi perikanan tangkap untuk saat ini ? Kekuatan perikanan tangkap Kabupaten Lebak, kesatu yaitu SDM, karena untuk sekarang sudah banyak yang jurusan kelautan dan perikanan, dengan latar belakang itu dan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kedua dari infrastruktur perikanan tangkap, kita sudah ada pelabuhan, itu salah satu modal untuk aktifitas terkait perikanan tangkap. Infrastruktur yang memadai diharapkan bisa berjalan dengan baik. Ketiga yaitu SDA, kebetulan kita berada di posisi samudera hindia, potensi sumber daya ikan cukup melimpah, hal itu terbukti dengan hasil produksi perikanan dari tahun ke tahun meningkat.
Apakah ada perbedaan hasil penangkapan dari wilayah samudera hindia dengan laut jawa atau laut selat sunda ? Kalau dilihat dari jenis ikan banyak yang tidak berbeda, Cuma kalau di laut jawa dengan tingkat kepadatan yang tinggi sudah terjadi overfishing di laut. Sedangkan kita disini dengan yang lebih luas jangkauannya, sehingga ketersediaan ikan masih cukup belum terlalu overfishing. Namun untuk SDA yang lain seperti mangrove, dan rumput laut, di kita memang sedikit, karena wilayah yang karakteristiknya berbeda, karena kita samudera
Apa manfaat dari program pengembangan sistem perikanan tangkap ? Manfaat jelas, karena kita memberikan bantuan-bantuan dan seharusnya itu menjadi stimulus untuk nelayan. sarana prasarana penangkapan ikan, sarana prasarana infrastrukturnya, memberikan pelatihan-pelatiahn nelayan maupun pengolah. Harapannya nelayan menjadi tidak orang perorang namun menjadi kelompok dengan koperasi sehingga bisa saling membantu nantinya.
Jumlah koperasi ada berapa ? Ada 2, di Wanasalam 1 dan di Bayah 1. Karena membentuk koperasi tidak mudah, sekarang kita baru merintis, mulai dari 2015 berjalan. Karena jumlah nelayan di Wanasalam paling banyak, dan di Bayah jumlah nelayan kedua terbanyak. Harapannya nelayan dari daerah lain, bisa bergabung dengan koperasi di Bayah atau Wanasalam
Kegiatan unggulan untuk pengembangan potensi perikanan tangkap saat ini ? Pertama bantuan, sarana dan prasarana termasuk alat tangkap, kapal. Kedua kartu nelayan, bagian dari program pengembangan potensi perikanan tangkap, karena dengan kartu itu bisa memperoleh beasiswa pendidikan, mendapatkan bahan bakar. Ketiga asuransi nelayan, manfaatnya untuk kepentingan yang bisa mendukung mengembangkan diri. Sasaran program untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan.
Bentuk kerjasama dengan pemerintah daerah dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ? Dinas perikanan kan bagian dari pemerintah daerah, jadi bentuk kegiatan yang dilakukan dinas itu adalah program dari pemerintah daerah di bidang kelautan dan perikanan. Bagian yang tidak terpisahkan dinas perikanan dengan pemerintah daerah. Sesuai dengan visi misi bupati dan wakil bupati mengenai program yang berkaitan dengan perikanan.
Kelemahan yang dimiliki oleh Dinas Perikanan dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ?
Nelayan, baik itu dalam hal pendidikan keterampilan, maupun pengetahuan. Masih keterbatasan anggaran, sehingga program-program kita hanya yang bersifat stimulus, nelayan kita masih kemampuan masih minim dan tradisional. Dalam hal pengawasan untuk di lapangan, masih kesulitan mengawasi perikanan tangkap. Masih belum menjangkau sepenuhnya.
Ada berapa tenaga lapangan untuk saat ini ? Ada 2 PNS, yaitu dari kepala UPTD dan penyuluh perikanan untuk mengcover 6 kecamatan, kita sangat kerepotan. Seharusnya kan 1 kecamatan itu oleh 2 orang.
Harus PNS memang pak ? Iya, karena kalau untuk tenaga pendamping itu hanya untuk program pendampingan, ketika tidak ada program atau kegiatan pendamping tidak ada kewajiban untuk membantu.
Langkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana TPI ? Dengan melakukan pemeliharaan atau rehab rutin setiap tahun, fasilitas TPI secara rutin. Kedua, dari sisi manajerial TPI supaya aktifitas pelelangan di TPI bisa berjalan dengan baik, jadi ada 2 secara administrasi dan manajerial.
Bagaimana caranya mengatasi kurangnya SDM ? Paling kita berkoodinasi dengan tenaga pendamping, kita mencoba untuk mengoptimalkan peran serta mereka dalam membantu dinas perikanan. Secara lisan kita berkoordinasi dengan dinas provinsi, dalam hal mencari informasi.
Apakah untuk kegiatan pendampingan kelompok cukup untuk 1 hari apabila SDM memadai ? Tidak, karena memang nelayan ini sulit untuk mencari waktunya. Mereka berangkat pagi, pulang sore, dan malem cape karena harus besok pagi berangkat lagi, itu salah satu kendala yang dialami yaitu, sangat sulit bertemu langsung dengan nelayan. sehingga salah satu pada saat terangbulan, nelayan tidak melaut. Kalau tidak yang mewakili kelompok nelayan itu.
Untuk saat ini dukungan permodalan dari perbankan kepada nelayan bagaimana ? Kalau secara langsung memang belum, namun nanti ada program pusat. Seperti asuransi nelayan, dan program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah Nelayan), karena selama ini nelayan dikenal tidak ada yang bisa jadi jaminan. Membantu akses untuk permodalan.
Apa program yang sudah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk permodalan nelayan ? Memberikan sosialisasi dengan mengundang pihak perbankan, untuk pengolah. Tapi untuk nelayan bukan hal yang mudah, karena nelayan jaminannya suka tidak ada, waktunya susah paling sore atau malem baru
ada di rumah. Langkah apa saja yang dilakukan untuk respon pemerintah daerah
dalam melihat potensi perikanan tangkap ? Memang dalam hal kontribusi perikanan tangkap untuk pendapatan besar di dinas perikanan, namun kalau sudah masuk kas daerah, itu tidak hanya perikanan tangkap saja, tetap saja masih kecil, sehingga memang untuk sebagian kewenangan yang dialihkan ke provinsi itu bisa tidak meringankan pengeluaran anggaran
Apakah sudah baik respon pemerintah daerah terhadap pengembangan potensi perikanan tangkap ? Iya sudah, seperti halnya akan diadakan kawasan minapolitan, yang bisa dikembangkan dan terkoneksi dari hulu sampe hilir. Suatu kawasan yang dijadikan basis industry atau aktifitas perikanan yang terhubung dari hulu sampai hilir.jadi dalam satu wilayah itu lengkap, dari yang mengolah, memasarkan. Terintegrasi dalam satu wilayah. Itulah salah satu komunikasi yang dilakukan oleh dinas perikanan dengan pemerintah daerah
Peluang apa saja dalam pengembangan potensi perikanan ? Peluang cukup besar, bisa dilihat dari sudah banyaknya investor yang melirik. Seperti sudah ada tambak udang di sepanjang jalan Binuangeun. Kebanyakan investor dari Jakarta. Tapi untuk perikanan tangkap belum banyak, Karena hasil tangkap belum terlalu banyak dihasilkan.
Bagaimana dinas memanfaatkan peluang yang ada dalam pengembangan potensi perikanan ? Dengan mempermudahnya, yaitu salah satunya dengan memberikan rekomendasi-rekomendasi asalkan sesuai dengan tata ruang kita.namun untuk diizinkan atau tidak, sesuai dengan dinas tata ruang.
Ancaman untuk pengembangan potensi perikanan tangkap ? Cuaca, alam karena kita samudera. Cuaca ekstrem yang melanda. Adanya industry-industri, asalkan kewajiban-kewajiban seperti ada CSR tidak masalah.
Cara menghadapi ancaman tersebut ? Lebih waspada, karena dari alam. Kalau cuaca sudah ekstrem tidak usah dipaksakan. Kalau untuk industry, lebih mengingatkan mengenai langkah-langkah AMDAL, kewajiban perusahaan.
I
Q
Kekuatan yang dimiliki oleh dinas saat ini apa untuk potensi
perikanan tangkap ? Kita adanya kerjasama dengan masyarakat sekitar, lalu kita adanya silaturahmi dan sosialisasi
Kerjasama dalam hal apa ? Dari sisi penangkapan ikan, hasil tangkapan yaitu pelelangan itulah terwujud komunikasi tadi, kan kalau pemerintah pengen A misalnya belum tentu semuanya mau, tapi kalau dengan baik-baik, sosialisasi, silaturahmi sedikit-sedikit dipahami oleh mereka karena kebiasaan mereka tidak bisa dilhilangkan begitu saja, sedikit-sedikit mereka sadar, paham oh iya. Apa yang disarankan atau dampak itu semua sudah jelas. Misalnya mengenai alat tangkap yang tidak diperbolehkan, tidak bisa sekaligus, diberi pemahaman dan mereka sadar. Akan terjadi ketidakharmonisan nantinya apabila pakai cara yang kita paksakan
Dilihat dari SDM nya bagaimana pak ? Itulah dampak dari SDM nya, karena masyarakat nelayan itu pendidikannya pun kurang, saya bukan untuk mengecilkan yah. Memnag kebanyakan hanya bisa membaca dan menulis, kecuali turun keturunannya. Kalau SDM dinas itu otomatis, disitu kita dikerjakan minimal dikerjakan berdasarkan pengalaman, karena tidak mungkin lulusan administrasi tapi kerja dilapangan, karena teori dan di lapangan itu berbeda
Manfaat untuk program pengembangan sistem perikanan tangkap apa ? Manfaatnya keterbatasan petugas dinas, luas cakupan yang harus benear-benar dilaksanakan, sasaran yang akan dicapai seoptimal mungkin itu nyampe ke sasarana atau tujuan, mengenai data, setidaknya mendekati keakuratan dengan adanya pendampingan, walaupun masih belum 100%
Pendampingan itu kan ke KUB, apa itu sekaligus atau tidak ? Tidak, kita tetap tadi adanya kunjungan, kalau kita fokus pada satu titik kebanyakan orang tidak mengertinya ketimbang ngertinya, kadang-kadang ngobrolkan sama yang lain. Kalau di masing-masing titik, kita sampaikan ke RT atau mereka yang datang kesini, karena mereka punya keinginan, jadi kita timbal balik. Tapi awal untuk bekerja kita selalu melalui pendekatan
Kalau ada pendampingan apakah semua anggota KUB kumpul semua ? Harus kumpul semua, namun minimal 7 orang hadir karena berbeda kegiatan, prioritas itu pengurus yang hadir
Kalau nelayan per orangan tidak bisa pak ? Tidak bisa, harus berbentuk kelompok, entah itu beda kampung tidak apa-
apa yang penting betul-betul nelayan, dengan persyaratan kartu nelayan, mereka belum tersentuh dengan program itu yang kami laksanakan. Yang penting ini semua ada di proposal
Apa ada sosialisasi kepada nelayan untuk membentuk sebuah KUB ? Kan program ini mulai tahun 2012, kalau dulu iya siapa aja. Semua wajib berbentuk kelompok sejak tahun 2012
Bagaimana caranya kalau kelompok itu pernah atau tidak mendapatkan bantuan ? Kita ada datanya,
Masih ada KUB yang belum pernah mendapatkan bantuan sampai sekarang ? Masih, karena setiap tahun kuota terbatas, jadi tidak ada yang KUB yang pernah dapat kembali dapat bantuan
Pembentukan kelompok harus dari awal tidak boleh berubah ? Iya betul, anggota harus dari awal
Ada nelayan yang tidak memiliki kelompok ? Nah itu diluar sepengetahuan saya, jadi kalau nelayan itu ingin mendapat bantuan persyaratannya harus berbentuk kelompok dan membuat proposal. Nanti kita yang verifikasi
Presentase untuk nelayan yang sudah memiliki kelompok sama yang belum ? Kalau untuk di wanasalam sekitar 75%, karena ada masyarakat yang tidak peduli, dan tidak mau ribet buat proposal, karena mampu, susah mencari anggota
Apakah usaha selama ini sudah maksimal dalam pembentukan KUB ? Selama saya bertugas, banyak nelayan yang masih menjual barang-barang elektronik. Kalau ada peningkatan, ya memang ada peningkatan, karena awalnya yang tidak punya kapal jadi punya
KUB yang di binuangeun sama di tanjung panto ada berapa pak masing-masing ? Saya kurang tau begitu detail, yang jelas 45 KUB 1 kelompok koperasi. Karena program dari pusat seperti itu, bantuan dari pusat itu harus melalui koperasi. Bertanggung jawab atas bantuan, yang tidak terpakai akan di berikan ke kelompok lain. Kembali ke orde baru, kembali ngacu ke pusat, provinsi, kabupaten. Kita dinas hanya memfasilitasi
Manfaat untuk rehab TPI ? Setiap tahun saya mengajukan TPI mana saja yang harus di rehab, jadi tidak bisa dipaksakan, menunggu tahapan-tahapannya. Dibawah 200 jt tetap menggunakan perusahaan tidak menggunakan lelang, tapi di atas 200jt itu dilelang, jadi semua perusahaan bisa mengetahui
Kegiatan unggulan saat ini ? Saat ini hanya alat tangkap yang ramah lingkungan, tidak dilarang oleh pemerintah, karen kalau berbicara hasil tangakapan bisa berubah-ubah
apalagi dibarengi dengan terang bulan Sekarang tidak ada nelayan yang menggunakan alat tangkap yang
dilarang kan ? Iya tidak ada, bahkan kalau ada bukan kami yang memprotesnya, tapi masyarakat sendiri yang menghakimi, tapi kami menyelesaikan dengan undang-undang
Kerjasama dengan dinas lain ? Kami tidak lepas, dengan BPN dengan program SEHAT, jalan dengan ke dinas PU
Apakah nelayan ini mempunyai hak tanah sendiri ? Nah disini itu mereka tidak memiliki pekarangan, cukup luas bangunan rumah mereka saja, itu pun mensosialisasikan dengan punya kartu nelayan, SPPT, kwitansi pembelian dan yang belum pernah ada memiliki sertifikat
Kelemahan yang dimiliki saat ini ? Keterbatasan petugas/personil di lapangan dari dinas, SDM nelayan masih rendah dalam hal ilmu
Sudah pernah mengajukan pak ? Sudah, tapi malah dipindahkan.
Cara mengatasinya pak ? Saya membuat schedule/jadwal yang non stop, tidak mengenal hari libur
Cara mengatasi dengan kurangnya ilmu dari nelayan itu ? Dilakukan dengan door to door, atau dengan ajang sono, atau ke TPI-TPI memberikan pemahaman
Langkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan sarana prasarana TPI ? Dari semua kebutuhan, dari karcis lelang. Adanya pengelola TPI dan anggota, sarana prasarana
TPI tanjung Panto aktif pak ? ada petugasnya ? Aktif, ada ketua sekretaris, dan bendahara, TPI binuangeun dikelola oleh koperasi. Kita ada 2 koperasi yang diakui, wilayah binuangeun oleh mina muara sejahtera dan untuk wilayah timur oleh pantai muara selatan di bayah. TPI sukahujan, cipunaga panyauangan
Kenapa TPI tanjung panto tidak dikelola juga oleh koperasi ? Karena kekurangan SDM
Perbedaan TPI binuangeun dengan tanjung panto ? Kapal-kapalnya saja sudah diatas 5GT, kalau di tanjung panto dibawah 5GT. Adapun besar itu untuk mengangkut hasil tangkapan dari bagang
Pengelolaan TPI ? Dulu dikelola oleh paguyuban tidak berbadan hukum, sekarang oleh koperasi. Bekerjasama dengan pemerintah daerah
Kendala apa pak, sehingga harus koperasi yang mengelola ? KSO atau kerjasama, karena mereka mengerjakan ada perjanjian pake aset pemerintah maka untuk pemda harus disetorkan 3 % karena menggunakan punya pemerintah
Kendala selama ini apa memang pak ?
Permodalan, karena dilelang itu uang berputar, Petugas TPI bukan dari dinas ?
Bukan, dinas hanya mengawasi, membawahi, mengontrol kebutuahn karcis 3%
Apa memang dinas tidak mengelola secara langsung TPI ? Bisa saja, tapi keterbatasan petugas, mangkannya kita limpahkan ke orang yang mau mengelola konsekuensinya siapapun yang mengelola wajib menyetor 3%
Cara mengatasi kurangnya SDM tadi ? Suka mengadakan pelatihan ke nelayan baik mengenai alat tangkap, pengggunaan kapal penggunaan mesin, baik tingkat kabupaten, provinsi, atau pusat. Selalu melakukan anjang sono, minimal seminggu sekali
Selama ini modal nelayan bagaimana pak ? Ada yang modal juragan, bapak angkat, sistem bagi hasi
Berapa nelayan yang memiliki sertifikat tanah ? 300 rumah, program SEHAT 2014 dan program pronadesa
Dukungan perbankan sudah baik ? Sekitar 100 lebih yang menggunakan anggunan ke bank
Dari kapan ? Semenjak ada program SEHAT. Untuk mengikis keuntungan juragan sama tengkulak
Respon pemerintah selama ini dalam perikanan tangkap ? Bagus, dibuktikan denga hasil setiap tahun hasil produksi
Apresiasi seperti apa pemda ini ? Dengan membuat program-program sesuai kebutuhan, termasuk alat tangkap atau kapal
Peluang yang dimiliki ? Hasil tangkapan ekspor, ke jepang korea ikan tuna biasanya
Cara memanfaatkan peluang ? Mereka harus mengikuti perusahaan, seperti kualitas ikan, jenis ikan
Paling banyak dikirim untuk diekspor ? Kena 2 ton tuna
Ancaman saat ini ? Hanya dilihat cuaca, kita tidak bisa menjangkau ketika cuaca kurang baik
Cara menghadapi ancaman ini ? Kami menghimbau dengan program simail para nelayan diminta no hp lalu diberikan info cuaca dari bmkg. Uptd yang mengirim broadcast
Nelayan pendatang atau pribumi ? Pribumi kalau pendatang itu musiman
Nelayan penuh atau tidak ? Nelayan penuh, kalau tidak melaut tidak makan, mata pencahariannya betul-betul
Karakteristik yang khas dari nelayan wanasalam ? Salah satunya tadi mereka tanpa kelaut tanpa makan, mayoritas nelayan to’
Lebih potensial mana pak ? Lebih jelas tangkap, mereka orientasinya tidak fokus kearah ekonomi
Investasi belum ada ? Belumada, dulu banyak cerita banyak yang bangkrut, orientasi alam beda dengan budidaya
Potensi perikanan bagaimana ? Selalu meningkat, tapi kalau per bulan fluktuatif, bisa dilihat dari PAD selalu meningkat
Harapan pengelolaan oleh provinsi ? Sarana fasilitas yang ada itu jelas bisa lebih baik, dan secepat mungkin
Harapannya untuk TPI ? Lebih fokus, tahun 2017 mau ke 2018 minimal pengelola-pengelola TPI dipegang oleh koperasi, dinas hanya mengawasi
I
Q
Menurut bapak, kekuatan perikanan tangkap di Wanasalam apa ? Alat tangkap, seperti jaring ada jaring rampus, gillnet, millennium, udang
Setiap jaring hasil tangkapn ikannya sama atau beda ? Sama aja, tapi kalau misalkan pake jaring udang ikan juga dapat, paling ikannya kecil. Kalau gillnet ikan besar biasanya, kalau rampus, ikannya campur kebanyakan ikan layur. Kalau millennium, biasanya ikan tenggiri
Ikan yang dihasilkan berdasarkan musim apa tidak pak ? Iya, kalau sekarang lagi musim ikan tongkol, tapi biasanya juga sekarang musim layur, namun memang sekarang musim yang tidak menentu, akan berdampak pada hasil tangkapan ikan yang tidak menentu juga. Cuaca menjadi kendala, kalau panas panjang akan banyak ikan itu airnya juga jernih. Kalau musim hujan, laut akan keruh
Manfaat dari kegiatan pendampingan kelompok, pemberian bantuan, dan rehab TPI itu apa pak ? Sekarangkan bantuan harus melewati koperasi dari pemerintah, seperti bantuan jaring mesin. Yang mengelola koperasi. Kalau sekarangkan pengurus koperasi itu nelayan, jadi akan tidak salah sasaran, akan tepat sasaran, karena kita tahu mana nelayan yang sudah pernah dapat bantuan, mana yang belum pernah.
Itu diberikan ke perorangan atau kelompok pak ? Kelompok, kalau perorangan mah kuotanya sedikit paling 5 orang. Kalau kelompok banyak, seperti 50 kelompok
Dari pusat, provinsi atau kabupaten itu ? Dari semuanya, tapi tidak dalam waktu yang bersamaan. Bulan kemarin ada bantuan dari kabupaten jaring, sekarang juga masih ada jaringnya. Nanti dipilih siapa yang dapat menerima bantuan ini
Persyaratannya apa aja untuk mendapatkan bantuan ? Proposal yang dibuat oleh kelompok
Udah ada berapa kelompok pak sekarang ? Sekarang udah ada 40 kelompok, satu kelompok 10 orang. berarti sekitar ada 400 orang nelayan yang anggota koperasi
Kan nelayan disini banyak, kenapa baru 400 orang yang masuk ke koperasi ? Karena secara bertahap, dan ada juga nelayan yang tidak mau. Tapi kalau tidak ada kelompok, maka nelayan itu tidak berhak untuk diberi bantuan. Jadi kalau mau bantuan, harus membentuk kelompok. Jadi kalau sekarang ini masalahanya, anggota kelompok tidak mau nanya ke kelompoknya, kalau tidak dapat bantuan ya sudah diem saja, padahal bisa saja nelayan itu dapat bantuan. Sehingga ada saja nelayan yang tidak mendapat bantuan, padahal dapat lewat kelompoknya itu. Kalau memang yang tidak memiliki kelompok, biasanya mereka pada diem saja
Misalnya ada bantuan kapal, itu bagaimana kelompok menggunakannya sedangkan setiap kelompok hanya 1 kapal ? Memang menurut bapak pemerintah itu memberikan kapal ini satu orang dapat satu kapal, kalau pemerintahannya kuat mah. Juga bantuan jangan kapal besar ukuran 12 GT, karena kalau besar jumlah yang diberikan sedikit. Inginnya bapak mah, kapal-kapal kecil misal 5 GT saja tapi banyak jumlahnya, supaya semakin banyak kelompok yang mendapatkan bantuan. Karena sekarang pun banyak kapal besar yang tidak terpakai
Kenapa itu pak, apakah tidak bisa menjalankan atau apa ? Bukan, tapi karena permodalan. Kalau kapal besar, berarti modal pun harus besar juga. Kalau yang kapal kecil kan operasional juga harus 2 juta. Sedangkan kalau yang kapal besar mah harus yang mampu saja, tapi yang mampu itu kan bukan nelayannya
Maksudnya pak bukan nelayan ? Iya karena yang sudah-sudah, kapal besar itu di dapatkan oleh orang yang bukan nelayan, tapi lebih ke langgan. Karena memang tidak tepat sasaran, maka kapal itu tidak bisa dimanfaatkan. Kalau saja diberikan teapt sasaran ke nelayan, pasti sama nelayan itu kapal tersebut akan diulik terus
Bisa jadi pak pemerintah itu memberikan kapal besar, supaya nelayan disini bisa maju ? Betul, tapi naggung. Pengen bapak mah yang mengelola kapal ini pemerintah lagi. Seperti di Pekalongan memang sudah tidak ada lagi kapal kecil, karena resiko semuanya ada di pemerintahan
Berarti kalau sama pemerintah untuk modal pemerintah yang berikan ? Iya, jadi nelayan itu jadi pekerjanya saja atau buruh
Sekarang yang 12 GT ada berapa ? Ada 9
Yang paling besar ada yang berapa GT disini ? 15 GT
Itu tidak terpakai pak ? Yang sudah-sudah iya, tidak digunakan bukan karena tidak diusahakan, jadi kendalanya bukan nelayan tadi. Kan kalau sama nelayan misal sama jaring ini tidak berhasil, berarti harus pake jaring ini. Jadi kalau bukan nelayan kalau sudah tidak berhasil sudah saja dibiarkan
Tapi nelayan ingin mengoperasikan kapal besar ? Ingin, tapi itu permodalan tadi
Kalau koperasi sudah bisa membantu pak ? Kalau mampu mah, tapi sekarang belum mampu. Modal dari mana, kalau ada bantuan dana dari pemerintah, baru bisa. Sekarangkan TPI juga sama koperasi dikelolanya
Bagaimana pendapat bapak mengenai pengelolaan TPI dikelola oleh koperasi ? Baik, karena untuk awalnya ada dana seperti dana kesehatan atau kesehatan kecil. Tapi sekarang lumayan besar
Memang koperasi mendapat berapa persen dari TPI ? 10 % dari retribusi. Bakul 3% nelayan 5% rincian nelayan 1% simpanan nelayan, 1 % dana paceklik, 3 % hak TPI. Yang dari bakul di diberikan ke pemerintah daerah, kalau dari nelayan untuk koperasi. Misal sebulan itu ada 10 juta, berarti untuk koperasi 1 juta
Menurut bapa kegiatan unggulan apa untuk pengembangan potensi perikanan tangkap ? Alat tangkapnya, kalau nelayan mah macam-macam sih. Kadang-sama alat tangkap ini berhasil, sama yang lain tidak
Memang yang utama untuk nelayan itu berupa alat tangkap pak ? Iya yang utama memang alat tangkapnya, mesin juga. Pokoknya satu paket itu, kapal mesin sama alat tangkap
Hal apa saja yang biasanya dikoordinasikan dengan pemerintah daerah ? Yang asli nelayan mah harus punya kartu nelayan, lalu asuransi takut ada kecelakaan atau meninggal dunia
Itu program dari pemerintah pak ? Iya dari pemerintah, asuransi ini untuk satu tahun pertama gratis, tapi untuk seterusnya tidak gratis. Kalau meninggal sampai 100 juta. Syaratnya kartu nelayan, ktp, dan kartu keluarga
Udah banyak pak yang dapat asuransi ini ? Iya sudah, kan itu awalnya untuk 1 tahun pertama gratis, tidak bayar lagi. Baru tahun ini
Itu nanti tidak apa-apa pak untuk tahun berikutnya harus bayar ?
Iya tidak apa-apa asalkan terjangkau sama nelayannya Kelemahan untuk perikanan tangkap itu apa pak ?
Belum adanya sarana prasarana seperti cold storage, SPBN kan kalau belum di pom bensin harus pake surat-surat, surat kecamatan dari syahbandar, per tahun harus diperpanjang. Sedangkan kalau nelayan kecil kan beli bahan bakarnya sedikit, kalau harus pake surat mah kasian
Biasanya habis berapa liter solar per hari pak ? Biasanya mah 20-30 liter, kalau misalnya 2-4 hari 150-300 liter
Sekali berangkat berapa modal yang disiapkan ? Sekali berangkat minimal 4 hari 4 juta, seperti persiapan beras rokok kopi es
Tapi nanti pas pulang hasil tangkapan bisa menutupi modal itu kan pak ? Iya menutupi, tapi namanya juga usaha ada untung sama ruginya
Kalau misalnya nelayan tidak mempunyai modal, biasanya bagaimana pak ? Sekarang begini, kan disini banyak langgan termasuk bapak juga kadang jadi langgan. Kan langgan ini katanya tidak ada lunasnya. Biasanya langgan mengambil 10% dari nelayan. kalau mah utang itu dicicil oleh nelayan, ini mah tidak yang ada utang semakin menumpuk. Tapi langgan ini bukan seperti rentenirm kalau langgan ini kerjasama dengan nelayan, kan modalnya yang besar langgan, malah nelayan yang enak. Orang nelayan mau melaut saja pinjam ke langgan bukannya itu seperti kerjasama. Kalau rentenir mengeluarkan uang, rentenir itu tinggal tidur makan tidur makan saja, kalau langgan kan modalin terus menerus
Kalau misalnya nelayan itu tidak sanggup bayar ke langgan bagaimana itu ? Ya, misalnya nelayan mau nge es, modalnya harus 3 juta ke langgan dikasih belanjanya berapa, hasil tangkapnya nanti di potong
Apa bedanya juragan dengan langgan pak ? Kalau juragan mah bisa juga sekaligus nelayan, tapi kalau langgan belum tentu jadi nelayan
Langkah-langkah untuk meningkatkan sarana prasarana TPI ini apa saja pak ? Pengennya bapak, adanya cold storage itu. Kalau ikan banyak bisa ditampung disitu dulu gitu. Disini mah kekurangnnya listrik. Es juga disini kualitasnya masih jelek, listriknya belum stabil disini sering mati lampu. Esnya itu cepat cair, jadi kan jelek. Kalau dari serang itu awet, meskipun agak mahal tetap dibeli, per balok 28.000. menurut bapak, kebutuhan nelayan itu yang paling rutin, kalau semua sudah stabil. Yang luar biasa itu nelayannya bukan hasil tangkapannya. Yang utama itu memang nelayan. misalnya ribuan ton es, garam, siapa yang beli nelayan. itu rutin semuanya. Kalau sepi Jakarta juga tembus. Cuma nelayan mah memang kurang pintar saja
Apakah sudah ada di wanasalam yang melakukan investasi ? Belum ada
Padahalkan potensi yang bisa dikembangkan banyak disini tapi kenapa belum ada yang tertarik untuk investasi ? Kurang tau, belum ada aja. Jadi nelayan mah terserah saja. Ada yang peduli, tapi bukan nelayan. kalau ada bangunan dari pemerintah itu jangan ditolak, karena belum tentu kita bisa bangun
Pak kan di wanasalam ada 2 TPI, tapi kenapa TPI tanjung panto sepi kalah sama TPI binuangeun ? Kan nelayannya banyak di binuangeun, kapal juga kecil-kecil di tanjong panto itu. Pengen bapa mah udah satukan saja. Kalau ada 2 itu malah suka bermusuhan
Koperasi mengelola TPI tanjung panto juga tidak pak ? Belum, baru binuangeun. Pemasukannya juga tidak ada. ikan yang disana juga di bawa ke binuangeun, tidak ada bakul. Kalau di binuangeun mah raman yang masuk besar
Kalau dilihat dari SDM nya bagaimana pak ? belum mencukupi, masih banyak belum ada air bersih. Untuk minum kan pake galon, kalau sekarang mah lagi musim hujan, jadi pakai air hujan
Untuk kesejahteraan nelayan, bagaimana pak ? Masih kurang, karena memang penghasilan nelayan yang tidak menentu
Per hari nelayan mendapat pengahsilan berapa pak ? Dapat aja walaupun kecil, minimal untuk sehari-hari
Menurut bapak, SDM dinas perikanan sudah cukup atau belum ? Cukuplah, dengan seringnya kunjungan dinas ke daerah sini
Cara meningkatkan SDM seperti apa menurut bapak ? Harus stabil kalau nelayan alat tangkapnya. Pengalaman bapak sebagai nelayan, dulu 10 piece jaring aja dapat hasil yang luar biasa. Tapi sekarang 50 piece jaring ikan yang dihasilkan belum tentu banyak
Tapi untuk kemampuan pemahaman nelayan bagaimana pak ? Ya bisa, Cuma kendalanya modal. Dikasih perahu besar harus sesuai dengan dana operasionalnya. Kecuali dikelola oleh pemerintah. Harus ada dukungan permodalan
Disini paling besar berapa GT untuk kapal ? Disini mah paling 15 GT, rencananya mau ada pengerukan mau dipanjangkan dermaganya. Karena kalau sekarang percuma, kapal besar pun belum bisa bersandar, dan masih dangkal
Untuk potensi mah perikanan seperti apa ? Banyak potensinya, tapi kita seperti buah-buahan. Kalau lagi musim, pasti banyakyang dihasilkan. Setiap tahun berbeda, kalau kemarau panjang, ikan lumayan banyak, tapi untuk petani kan menurun. Jadi berbanding terbalik dengan petani
Bapak punya kapal ? Punya tapi kecil, ada 2. Cuma 5 GT, tiap hari beroperasi, untuk sekarang jarang melaut. Untuk ABK ada 6 orang
Dukungan dari perbankan untuk modal apakah sudah ada pak ? Kurang paham bapak mah. Gak mau susah sih, langsung aja
Kan di bank ada program KUR, pernah ikut pak ?
Bapak mah belum pernah, bapa belum paham aturan-aturannya. Memang banyak yang ngambil, Cuma kalau bapak belum sih. Wilayah sini sudah banyak
Biasanya pake agunan tidak pak ? Pake, ada surat tanah
Itu sudah banyak pak ? Banyak sih, tapi kalau seperti bapak orang bodo ini tidak mau ribet, dengan tidak penjelasan dulu. Bapak udah 2 kali mau ikut tapi tidak jadi, karena ribet akhirnya bapak tidak jadi. Menurut bapak, orang yang benar justru dipersulit, sedangkan orang yang sulit malah dipermudah. Malahan itu yang akan merugikan
Menurut bapak respon pemerintah dalam melihat potensi perikanan tangkap di wanasalam bagaiamana ? Menurut bapak, kalau sekarang ini agak mending. Mudah-mudahan kedepannya
Awalnya memang bagaimana pak ? Bantuan itu tidak kurang, tapi hanya kurang sasaran saja. Kalau sekarang benar. Masa kemarin itu ada tukang ojek yang dapat. Kalau sekarang kana da koperasi, yang terus koordinasi
Peluang yang dimiliki perikanan tangkap itu apa saja ? Kalau peluang di darat, harus mengadakan cold storage yang stabil, kalau banyak ikan harus menampung kita. Kalau banyak ikan, bos-bos besar saja yang bisa menyimpannya. Kalau tidak ada ikan, kita tetap membeli dari bos-bos itu atau dari Jakarta
Cara memanfaatkan peluangnya seperti apa pak ? Ya itu harus punya modal, kasihan nelayan. kalau lagi banyak ikan, harga ikan itu murah, tapi kalau lagi tidak ada kita harus membeli dari luar. Kan kalau cold storage akan enak nantinya
Ancaman apa saja yang terjadi ? Seperti bom, bukan orang sini tapi dari lampung yang ada di pulau tinjil. Sampai sekarang masih ada, segala sesuatu akan terjadi walaupun tidak diperbolehkan. Tapi kita sarana belum memadai, seperti kapal patrol, untuk kesananya. Hanya ada kantornya saja. Dilakukan selalu sengaja, supaya hasil tangkapan besar
Cara mengahadapinya bagaimana pak ? Itu harus ada kapal patrol, karena selama ini belum ada kapal tersebut. Kapal lawan itu sangat cepat, sehingga kita tidak bisa mengejarnya
Kendala dalam pengelolaan TPI itu apa untuk koperasi? Belum sih, satu bulan juga belum ini
Selama ini bagaimana melihatnya pak ? Semua petugas dari anggota koperasi, tidak ada masalah
Di koperasi ada simpanan wajib, nah itu untuk apa saja ? Untuk biaya dalam pengambilan bantuan ke dinas
Laporan pertanggung jawaban koperasi berapa kali dalam setahun ? Setiap bulan tidak ada, paling per 6 bulan sekali, dan nanti pas RAT
Menurut bapak potensial mana perikanan tangkap atau budidaya ?
Tentunya perikanan tangkap, kalau budidayakan tempat juga susah Yang membedakan nelayan wanasalam dengan daerah lain ?
Masalah bagi hasil, bayah cilograng. Kalau di bayah pendapatan yang punya itu, kalau yang melaut 2 dibagi 3. Yang punya dapet satu bagian. Kalau disini minimal 2 bagian, atau di bagi 2. Misal nelayan 500 yang punya 500
Disini kebanyakan nelayan pendatang atau pribumi ? Pendatang kalau banyak ikan baru pada datang, jadi sifatnya musiman
Nelayan penuh atau nelayan sambilan kalau disini ? 80% nelayan penuh, kalau sepi juga ke laut saja
Semua ikan boleh diambil pak sesuai aturan ? Aturan sekarang ada yang tidak boleh, seperti hiu capit tidak boleh, pari cawang yang besar tidak boleh
Ikan yang khas di wanasalam itu apa pak ? Ikan layur binungeun, semua orang yang kesini pasti carinya ikan ini. Karena katanya ikan layur disini itu gurih, enak
Cara menentukan ikan itu masih segar atau tidak bagaimana pak ? Itu bisa dilihat dari insangnya. Kalau masih merah, berarti masih segar. Tapi kadang orang juga suka dari matanya dan menekan bagian tubuh ikan. Namun itu masih suka kurang akurat dibandingkan dengan melihat insangnya. Udang juga sama, misal kakinya lepas itu mati dibelinya harganya rendah. Misalnya kepiting kalau udah lepas capitnya, habis itu dagingnya, karena darahnya akan habis
Kita udah mengekspor belum pak ? Tidak, paling di bawa ke Jakarta ke muara angke. Itu harus hidup sampai nanti ekspor kalau udang, yang mati jauh harganya. Kalau lobster kuatnya sama pasir pantai kering, bisa 1 hari bahkan sampai nanti malamnya akan tetap hidup. Kalau ikan laut sama ikan tawar juga beda. Karena kalau ikan laut cepat mati dibandingkan dengan ikan air tawar
Harapan bapak untuk kabupaten hanya mengelola TPI saja ? Kalau aturannya sudah begitu, ya tidak apa-apa. Harapannya yang penting kita bisa bekerja sama untuk mencukupi kebutuhan nelayan
Ada berapa KUB nih pak di komplek nelayan ? Ada 40 KUB, memang kebanyakan disini KUB nya, hampir 90% nelayan disini
Di komplek nelayan ini awalnya para pendatang pak ? Iya, bapak juga pendatang. Dari Jawa banyaknya, kalau disini sedikit sekali pribuminya. Sekarang mah banyaknya dari pendatang, seperti kepala desanya dari Cilegon, bukan orang sini. Memang daerah pantai itu kebanyakan pendatang dimana pun juga
I
Q
Menurut bapak, apa kekuatan yang dimiliki oleh perikanan tangkap ? Dari sarana alat tangkap
Kita sudak baik kah ? Cukup baik, baik sih belum. Artinya belum maksimal masih banyak masyarakat nelayan yang kekuarangan dalam alat tangkap. Keterbatasan alat tangkap
Apalagi kekuatannya pak ? Market, sudah cukup baik. Kita sudah sampe ekspor. Ikan-ikan hasil tangkapan sudah banyak untuk ekspor
Kita sudah bisa langsung ngirim untuk ekspor itu pak ? Tidak, kita hanya supplier ke eksprotir, belum sampai langsung sebagai eksportir
Sudah ada berapa perusahaan ? Kurang lebih udah ada 3-4 perusahaan
Kalau dilihat dari SDM nelayan pak itu masuk ke kekuatan atau kelemahan ? Termasuk menjadi faktor kekuatan, kalau lemah itu akan berpengaruh juga. kalau SDM nya minim tidak bisa menjalankan sistem dari pemerintah
Apakah nelayan di kita sudah banyak yang paham ? berapa presentasenya ? Sudah, kurang lebih 60:40%
Sebelumnya ada pelatihan atau sosialisasi dulu pak ? Kadang ada sosialisasi baik dari pemerintah, untuk pengenalan, cara kegunaan
Untuk kemajuan nelayan sudah dari tahun berapa di wanasalam ? Mungkin sudah dari 2005
Itu dimulai dari hal apa pak ? Karena SDM sudah mulai ada peningkatan mungkin mereka banyak yang berpikir, punya gagasan dengan alat tangkap yang lain apabila alat tangkap sebelumnya belum berhasil. Dari 4 tahun ke belakang, belum ada jaring millennium, ketika ada orang dengar dari wilayah lain, lalu mereka punya inisiatif untuk mengikuti, penghasilan mereka pun meningkat
Nelayan kita maju, berarti salah satu faktornya dilihat dari kemajuan nelayan wilayah lain juga ? Iya salah satunya itu, kedua bukan hanya itu saja mereka ciptakan alat tangkap lain. Misal alat tangkap pancing, mereka ciptakan sendiri
Manfaat dari program pengembangan sistem perikanan tangkap itu
apa ? Selama ini kami sangat bersyukur kepada pemerintah. Tapi memang untuk membantu kesejahteraan masih kecil, banyaknya masyarakat nelayan dengan keterbatasan anggaran
Untuk bantuan berapa kira-kira pak per tahun ? Relatif, tergantung anggaran, apa itu APBN atau APBD
Walaupun dari APBN dan APBD itu masih sangat kecil untuk meningkatkan kesejateraan nelayan pak ? Iya sangat kecil
Lebih rutin APBN atau APBD pak untuk bantuan ? Rutin APBD walaupun kecil tapi ada aja. Setiap tahun ada aja. Kalau untuk APBN itu berapa tahun sekali, jarang. Kita siasati dengan lembaga koperasi, ketika ada bantuan masuk ke koperasi, disini sistemnya ketika tahun ini mendapatkan tahun depan tidak dapat
Tapi untuk data nelayan yang sudah dapat sama yang belum ada pak ? Ada semua arsip, karena kita laporan ke pemerintah terkait, seperti ke dinas
Program unggulan untuk perikanan tangkap itu apa pak ? Sarana alat tangkap, yang paling memang unggulan
Hal apa saja yang dikerjasamakan dari nelayan ke pemerintah ? Banyak hal, tentang legalitas perahu kemudian diharuskan masuk ke pellangan, kewajiban kami memberikan kontribusi ke pemrintah
Kelemahan untuk perikanan tangkap apa pak ? Masih kurangnya program sarana tangkap yang betul-betul kami butuhkan
Setiap tahun kan ada usulan yang disampaikan, lalu tindak lanjut dari pemerintah daerah itu seperti apa ? Betul, kami sering menyampaikan aspirasi. Tapi banyak kejadian ketika aspirasi itu disampaikan ketika tahun anggaran datang itu tidak sesuai dengan aspirasi yang dibutuhkan. Belum sinkron antara aspirasi dengan realisasi
Memangnya tidak melalui pemerintah daerah dulu pak ? Hanya rekomendasi kalau pemerintah daerah, sesuai yang diusulkan
Langkah apa saja yang sudah dilakukan untuk meningkatkan sarana prasarana TPI ? Kebetulan koperasi baru masuk. TPI kemarin ada masalah, polemic ada masa transisi. Entah apa dasarnya kami ditawarkan untuk mengelola. Koperasi terima. Dalam hal pengelolaan TPI 1 bulan saja belum, masih tahap penjajakan koperasi juga
Rencana dari koperasi dalam pengelolaan TPI seperti apa ? Sistem yang baika akan dipertahankan, kita akan membuat lebih baik dalam hal ini kita menjalankan dalam pengelolaan TPI sesuai aturan yang ada. Kedepannya fasilitas akan kami usulkan untuk diperbaiki supaya tempatnya lebih layak, pemerintah tidak mau mendengarkan aspirasi masyarakat. Kami akan berusaha dengan pemerintah supaya sinkron.
Akan menjalin harmonisasi dengan kabupaten atau provinsi Rencana apalagi pak kira-kira ?
Penataan pelabuhan, sementara ini ketika kapal bongkar, terganggu dengan kapal yang diam. Akan di tata itu semua
Menurut bapak, SDM aparatur dinas sudah cukupkah ? Kalau SDM cukup lumayan, mungkin karena ini personil yang kurang
Caranya bagaimana pak agar personil tersebut tidak kurang ? Harus ada penambahan personil
Sudah pernah bilang pak ? Sudah beberapa kali kita sampaikan, saya sempat mengusulkan ke kepala dinas. Karena kepala UPT ini membawahi 11 TPI dengan jarak yang jauh, jadi sangat sulit terhadap melayani. Kalau disini banyak personil, jadi dibagi per TPI
Bagaimana tanggapan pak Kepala dinas dalam permasalahan ini ? Tanggapannya, Cuma sederhana mau tidak mau harus bekerja. Harus dipaksakan. Tidak ada langkah untuk menambahkan
Bagaimana melihat respon pemerintah dalam potensi perikanan tangkap di wanasalam ? Responnya bagus. Tapi langkah-langkah solusi untuk pengembangan dianggap kurang, entah kalau sudah oleh provinsi. Karena 2016 kebelakang pihak provinsi ini menganak tirikan wanasalam, entah itu karena jauh atau apa
Untuk peluang perikanan tangkap apa pak ? Sebetulnya sangat bagus, pertama pelabuhan kelas menjadi no 1 di provinsi, kalau karangantu memang karena kelas pelabuhan kelas PPN. Tapi kalau jumlah kapal, hasil produksi. Peluang itu sangat baik disini, jenis ikan pun banyak untuk kualitas ekspor. Harusnya pemerintah ini membuka akses, karena kita hanya selaku supplier eksportir belum menjadi eksportir
Memanfaatkan peluang tersebut seperti apa ? Menjalin kerjasama, dengan berbagai pihak. Tidak hanya pemerintah saja pemerintah butuh swasta atau pihak lain
Pihak swasta apa sudah ada pak disini ? Mngkin bukan swasta Perindo dan Perinus, mereka sudah survey mereka akan menggali potensi yang ada disini. Sampai ke permodalan
Bagaimana nelayan mendapatkan permodalan? Terbagi 3 bagaian, modal sendiri, perbankan, ada dari para juragan/langgan
Kalau dipresentasekan pak ? 25% modal sendiri, 50% juragan/langgan, 25% perbankan
Bagaimana sistem untuk permodalan dari juragan pak ? Pertama dia akan ada hutang, lalu dari penghasilan ada potongan hari itu juga. Kalau juragan atau pemilik bertindak sebagai nelayan sendiri, bawa sendiri. Kalau langgan misal operasional 1 juta ketika mereka pulang hasil tangakapn akan dijual oleh langgan, misal 3 juta, dipotong 1 juta, dipotong lagi 8-10% fee untuk langgan. Untuk hasil aturannya berbeda-
beda, ada 60:40, 50:50 Tapi ada tradisi tersendiri gak pak mengenai bagi hasil tadi ?
Disini tanjung panto 50:50, kalau di binuangeun banyak 60:40 tapi ada juga yang 50:50
Ancaman yang dihadapi apa saja ? Kita tersaingi oleh kapal dengan alat tangkap yang modern. Disini kebanyakan alat tradisional. Kalau ada pendatang yang menggunakan alat tangkap modern, disitulah kami merasa terancam, kami tidak bisa menyaingi, seperti kapal besar, walaupun itu ZEE tapi ada dampak karena disana mereka membuat rumah ikan, sehingga ikan itu terhalang
Paling jauh berapa mil kalau nelayan disini pak ? Ada sampai yang ke ZEE dengan kapal 6-7 GT, semingggu kadang 10 hari. Kalau yang PP bolak balik itu paling 4-6 mil
Untuk menghadapi ancaman seperti apa ? Kami belum ada solusi
Koperasi itu mengelola TPI binuangeun aja atau sama tanjung panto ? Sementara ini cuma binuangeun, karena ketua tanjung panto juga bapak. Karena pertama beberapa tahun ini vakum, karena aktivitas masyarakat tidak layak melakukan
Mulai kapan vakumnya pak TPI tanjung panto itu ? 3 tahun, semenjak tidak banyak hasil lagi, kemudian mereka tidak mengambil ikan, tapi mengambil udang. Hampir semua jenis udang lobster tidak dilakukan transaksi di pelelangan, karena ini sangat sensitive, dibutuhkan di Jakarta itu keadaan hidup, sangat riskan. Mati harga turun drastis sampai 80%
Terus nelayan ini langsung jual kemana ? Langsung ke orang penampung, dia sudah puya tempatnya
Nelaya di tanjung panto itu apa tidak terbiasa untuk melelang ikan di TPI atau bagaimana ? Bukan tidak terbiasa, kalau mendapatkan ikan saja
Perkiraan berkurangnya produksi ikan di tanjung panto kenapa pak ? Ada beberapa hal, 1 beralih ke udang tadi, kedua cuaca sangat mempengaruhi, faktor cuaca La Nina. Nelayan ini banyak istirahat di rumah
Memang karakteristik lautnya beda pak, kan binuangeun sama tanjung panto itu satu laut ? Tetap beda
Tapi unutk kepengurusan TPInya masih berlaku pak ? Masih, karena vakum
Sampai kapan itu pak ? Saya mengharapakan, kembali ke aktivitas nelayan biasa, tapi kita tidak bisa memaksakannya
Apa ada protes dari bakul-bakul yang ada di tanjung panto ? Tidak ada sih, karena memang bakul-bakul itu pindah ke binuangeun
Awalnya alasan pada pindah ke udang itu karena apa ? Jadi, dulu pernah masa paceklik selama 2 tahun. Banyak yang keluar wanasalam, kerja serabut. Ada sebuah ide timbul dari beberapa orang, ketemulah itu
Dikira saya, karena sepanjang jalan ke tanjung panto itu banyak tambak udang, mungkin disini ciri khasnya udang, ternyata tidak begitu pak ? Tidak juga, karena beda jenisnya udang tambak itu udang paname, kalau udah di laut itu lobster. Harga jualnya paling tinggi diantara udang lainnya
Cara melakukan pelelangan itu seperti pak tahapannya ? Ada juru lelang, ketika nelayan datang kita lakukan pelelangan, siapa yang mendapat harga tinggi dia yang dapat lelangnya, setelah itu juru lelang ini, diurus secara adminstrasi, dilakukan pencatatan. Untuk merealisasi hasil lelang ke kasir 2 mengenai bayaran daripada ke nelayan, nelayan cash and carry disini pemenang lelang kontribusi 3% untuk pemda, si pemenang ini tidak membayar langsung, itu kita talangin dulu. Harus menyediakan talangan, dikasih batas waktu 2 hari harus udah bayar
Kalau misalnya 2 hari belum bisa bayar, bagaimana ? Kita stop tidak boleh ikut lelang. Harus bayar dulu
Itu sudah berlaku sebelum koperasi mengelola atau setelah koperasi yang mengelola ? Dari dulu emang begitu, sementara karena sebuah tradisi saya mendengar sistem lelang itu tidak seperti itu, harusnya calon pelelang ini memberikan jaminan. Karena tradisi jadi kami tidak menggunakan itu. Saling menguntungkan saja, kita mmberikan jasa talangin dulu, dan mereka menguntungkan untuk pemda
Petugas pelelangan itu anggota koperasi ? Iya karyawan koperasi
Penjual yang ada di TPI itu langgan bukan pak ? Iya langgan itu, mereka mengawasi pelelangannya
Usaha apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi TPI tanjung panto ? Saya meyarankan kepada warga masyarakat supaya beraktivitas untuk mengambil ikan, tapi ketika mengambil udang terus-menerus, karena riskan
Tapi pernah mengumpulkan nelayan untuk musyawarah dengan permasalahan ini ? Sementara ini kita hanya secara individu saja, langkah kita secara formil dalam forum belum pernah dari setelah vakum
Bagaimana struktur organisasi koperasi ini pak ? Ketua badan pengawas, anggota pengawas, ketua, wakil ketua, sekretris 1 dan 2, bendahara, manajer, dan anggota
Tugasnya manajer apa ? Yang mengatur semua unit-unit usaha koperasi
Jumlah KUB sampai sekarang ada berapa pak ?
Kurang lebih 40 KUB Kalau dipresentasikan KUB yang ada di tanjung panto dengan
binuangeun berapa pak ? Itu paling 10:90. Masih banyak yang individu, nelayan banyak. Yang daftar juga banyak, karena dianjurkan anggotanya berbasis kelompok itu yang menjadi kesulitan. Banyak di kelompok juga yang tidak harmonis. Minimal 10 orang boleh dari beda kampung juga
Yang lain belum tertarik atau bagaimana ? Ada beberapa faktor, salah satunya kurang harmonisasi intern kelompok itu
Untuk pembentukan KUB itu atas mereka sendiri kan pak ? Iya, ada saja konflik mah. Berbeda pendapat karena memang ketika mereka program, orangnya banyak anggarannya terbatas. Itulah terjadinya tidak harmonis
Bolehkah anggota pindah kelompok lain ? Tidak masalah, tapi harus berdasarkan pemberitahuan pernyataan dan di ttd oleh ketua kelompok. Ketika sudah masuk kelompok lain, bahwa tidak akan pindah lagi ke kelompok lain. Ada toleransi tahun 2016, kesananya tidak bisa
Untuk simpanan di koperasi itu apa saja pak ? dan berapa ? Simpanan wajib 10 ribu per bulan, simpanan pokok 50 ribu
Biasanya digunakan untuk apa simpanan ini ? Untuk kebutuhan koperasi, untuk pengembangan usaha, untuk proses legalitas. Asuransi tidak termasuk ke simpanan ini
Kalau untuk keuntungan yang dimiliki oleh anggota koperasi seperti ketika meninggal dunia akan dapat santunan, atau bagaimana ? Itu paling ada di unit usaha kita, kalau TPI hampir semua nelayan, dari dana TPI itu ada dana sosial
Nelayan sudah pada tahu pak mengenai dana sosial ini ? Sudah, karena kita buat transparansinya, seperti pelaporan. 0,5 % untuk dansos. Ada iuran nelayan 5%, terdiri dari untuk tabungan nelayan 1 % H-7 hari raya dibagikan, dana paceklik 1% H-7 idul adha dibagikan, o.5% dansos, 2,5% biaya operasional TPI didalamnya untuk insentif karyawan, profit koperasi, kebersihan dan administrasi. Perincian untuk 2,5% : kebersihan 10%, profit koperasi 10%, administrasi 15%, dan 65 % insentif karyawan
Dari awal apakah anggota mengetahuinya ? Kita diawal buat kesepakatan, dibuat berita acara semua kita sampaikan
Untuk pelaporan koperasi per bulan itu disampaikan kemana ? Tidak, nanti di gedung TPI ada papan informasi
Apakah itu tempatnya strategis pak ? Iya karena mayoritas KUB berada di binuangeun 90% nelayan disini. Dari 98% nelayan, 2% bukan nelayann yaitu kami pengurus koperasi
Unit usaha apa saja yang sudah berjalan dimiliki koperasi ? Salah satunya pengelolaan TPI, karena kita baru. Dari penangkapan ikan, kita ada aset dari pemerintah, kita kerjasamakan dengan anggota
Penangkapan disini bagaimana pak ? Kita memberi salah satu alat tangkap, kerjsamakan alat tangkap yang dikasih ke koperasi. Anggota itu memberikan kontribusi ke kas koperasi. Bukan sewa tapi ada presentasi hasil 5% dari hasil bersih, karena itu aset koperasi. Lebih awal usaha penangkapan ini dibanding dengan pengelolaan TPI
Ada batas waktu tidak pak ? Tidak, selagi itu digunakan. Kalau memnag tidak diberdayakan kita tarik, lalu diberikan ke yang mau memberdayakannya
Berarti itu tidak ada kesempatan untuk nelayan lain gunakan ? Iya tidak ada, karena memang semuanya butuh. Jadi yang paling dulu saja. Kalau dalam 1 kelompok bisa, tapi kalau antar kelompok tidak bisa
Bagaimana kalau aset itu rusak ? Mereka yang memperbaikinya, selama diberdayakan itu rusak mereka tanggung jawab. Kalau mereka tidak memberdayakan, kita bisa ambil alih. Karena sewaktu-waktu ditanyakan harus ada aset itu, tidak boleh hilang
Tapi untuk unit usaha dalam bidang industry sudah ada ? Belum, karena kita terbentur permodalan, karena baru masih banyak yang perlu kita penuhi kebutuhan lain. Kita sempat mau mendobrak membangun SPBN ke kementerian, tapi belum berhasil. Ketika saya sharing orang-orang pengalaman di SPBU, akhirnya saya batalkan. Kalau ada modal, planning kita akan pengadaan sembako untuk nelayan, dan pengadaan alat-alat tangkap nelayan
Sudah ada produk dari koperasi disini ? Belum ada, tapi dalam hal ini ada kelompok pengolah, mengajurkan kepada pemerintah untuk masuk koperasi, tapi sampai saat belum ada koperasi
Apakah tertarik untuk mengikuti program KUR ? Kami tertarik, Cuma pemerintah itu mengeluarkan program yang abu-abu. Mereka mengatakan prosesnya itu sangat mudah, nyatanya sangat rumit, salah satunya KUR mikro pemerintah menganjurkan tidak dengan agunan, tapi fakta manajemen bank itu diharuskan, kalau tidak diberikan tidak direalisasikan. Tidak sinkron antara pemerintah dengan perbankan
Disini untuk kepemilikan hak tanah sendiri sudah berapa banak pak ? Banyak juga yang numpang, ketika ada program RTLH juga sulit terealisasi
Kebanyakan nelayan pribumi atau pendatang pak ? Sekarang ini sudah 50:50, pribumi itu tersaingi oleh pendatang. Komplek nelayan itu pendatang semua. Pribumi tetap nelayan, tapi banyak pendatang
Karakteristik apa yang membedakan antara nelayan wanasalam dengan wilayah lain ? Kalau hari jumat nelayan bayah, sampai cilograng itu tidak ada yng beraktivitas. Kalau disini tidak ada liburnya. Karena memang susah
mempertahankan budaya tradisional, masyarakat disini sudah majemuk. Pribumi kalah sama pendatang. Seiring dengan perkembangan zaman, mulai pola pikir yang ortodoks mulai terkikis. Termasuk peringatan hari nelayan, dulu kita potong kepala kerbau samapi tengah laut, sekarang sudah mulai hilang. Sebenarnya masyarakat ini ingin mempertahankan tradisi tersebut, tapi memang seiring berkembangnya zaman
Mayoritas nelayan penuh apa nelayan sambilan pak ? Nelayan penuh, kalau musim paceklik perabotan yang ada di dalam rumah banyak yang dijualin. Seharusnya memang tidak penuh, supaya ketika paceklik bisa bekerja yang lain
Bagaimana untuk pendidikan ? 70% sudah baik
I
Q
Kalau retribusi terus masuk pak ? Iya, setiap bulan ada retribusi kapal 100 ribu. Tergantung yang punya kapalnya, misalnya punya 2 kapal berarti 200 ribu
Pengurusnya siapa pak untuk di TPI Tanjung Panto ? Ada, pak Wading
Bagaimana kondisi nelayan disini pak ? Nelayannya disini mah pada nakal, untuk diajak iuran 100 ribu tadi itu tapi pada tidak bayar
Emang uangnya buat digunakan apa nantinya ? Kan untuk menangkap benur itu masalah, sebenarnya. Sampai ada kasus nelayan dibawa ke polres
Bapak ikut koperasi tidak ? Tidak
Kenapa pak ? Kalau disini mah petugas tidak ada, kantor aja tidak ada yang isi, pengurus dari masyakat bukan dari nelayannya jadi tidak tahu permasalahan sebenarnya. Kalau di Binuangeun mah benar. Disini dasar mah tidak keurus nelayannya. Terus nelayan disini mah tidak sukanya itu, pengurus tidak terbuka. Pertamanya kan dikumpulkan nelayan, bakul, dengan bos kalau adanya koperasi, tiap bulan sudah bayar, tapi pengeluarannya itu tidak transparan untuk apa
Dibayarkan ke siapa itu pak ? Ke bendahara, atau sekertaris. Lalu tidak musyawarah lagi sama nelayan, uangnya untuk apa. Waktu di rapatkan di Rangkas bapak Kapolres sudah
memberitahu bahwa kalau ada kecelakaan nanti dari uang koperasi itu, tapi ini mah tidak sesuai dengan kenyataannya. Nelayan kecelakaan dibiarkan
Berarti nelayan disini mah tidak ada yang masuk koperasi pak ? Tidak ada
Tapi ada yang kepengurusannya ? Ada, ketua pak Wading, Sekretaris, dan Bendahara. Tapi itu tadi, ketika uang itu digunakan tidak pemberitahuan untuk apa. Seharusnya kan manggil perwakilan nelayan untuk memberitahu hal tersebut. Jadi wajar aja kalau nelayan disini nakal, tidak ada yang ngaturnya. Sebenarnya nelayan ini paling gampang diajak untuk musyawarahnya, tapi kalau udah kecewa nelayan bisa lebih parah
Bagaimana mengenai masalah bantuan pak ? Ada, tapi para ketua yang dapat mah. Kalap tempel ada 3 misalnya, kalau emang dijual, dijual semuanya, nanti uangnya dibagikan. Tapi kalau tidak kebagian itu disimpen aja. Ini mah, ada yang beli itu para yag punya uang, atuh nelayan mah uang darimana. Disini pernah 2 kelompok yang dapat, itu ketua lagi ketua lagi, sekertaris lagi, bendahara lagi
Tapi nelayan pernah complain tidak pak sama pengurus ? Pernah, tapi gitu nelayan ini pada segan ke pengurus. Pengennya dari pengurus yang mengumpulkan nelayan, jadi nelayan selama ini hanya berbicara dibelakang saja
Emang nelayan Tanjung Panto seperti apa ? Dasar mah nelayan disini susah dapat bantuan, beda dengan di Binuangeun bantuan mah tiap tahun ada. tapi dari pemerintah tidak ada tindak lanjutnya
Tapi nelayan ini sering kumpul sesame nelayan ? Iya kumpul, tapi memang rasa segan
I
Q
Bagaimana cara menjual benur ? Per biji, 1 benur mutiara benur 55 ribu, 1 benur pasir 13 ribu
Sehari bisa dapet berapa itu ? Kalau ada mah bisa mencapai 2000 benur, tapi sekarang mah lagi susah dapatnya. Kadang Cuma 5 benur aja, malah kadang tidak dapat
Itu berkurang karena apa ? Cuaca
Ada dimana itu benur ? Di dasar laut, 20 m juga ada sampai 40 m
Sering dapat yang benur mutiara ? Jarang, paling dari 100 benur yang didapat hanya ada 9 paling
Dijual kemana itu ? Ada aja yang beli, udah ada channel. Nanti di kembangkan sampai lobster
Apakah susah untuk dikembangkan sendiri ? Susah, saya aja mencoba selama 5 bulan 1 ons setengah, tapi ukurannya segitu aja. Indonesia memang belum bisa mengembangkannya, paling ke Vietnam. Jenis lobster emang sulit. Beda dengan udang paname jenis tambak, itu gampang untuk dikembangkan. Bisa sekali panen 9 ton per 3 bulan
I
Q
Berapa macam-macam KUR itu ? Ada 3, KUR Mikro paling banyak digunakan nelayan karena maksimal untuk pinjaman 25juta, KUR Ritel itu jarang karena dikelola oleh cabang bukan unit, dan KUR TKI pasti khusus untuk TKI
Berapa persen untuk nelayan yang sudah menggunakan KUR ? Sekitar 70%, paling nelayan yang memiliki pekerjaan lain seperti buka toko, kalau nelayan penuh perbankan menghindari karena khawatir akan macet untuk bayar
Bagaimana KUR untuk bank BRI ? Penyalur KUR, kuota terbesar BRI dengan 70%
Persyaratan untuk KUR ? Pas foto, Fotokopi e-ktp, fotokopi KK, fotokopi surat keterangan nikah, surat keterangan usaha/SIUP
Bagaimana mengenai agunan untuk KUR ? Tidak ada agunan untuk KUR sebenarnya, cuma bank menghindari resiko kredit kalau tidak menyimpan agunan lalu bank akan percaya ke apa
Minimal untuk agunan itu apa ? Biasanya rata-rata BPKB cuma kita tidak mematok harus apa, sebenarnya tidak ada agunan itu
Kalau misalnya nelayan tadi memiliki usaha sambilan, tetapi nelayan ini tidak memiliki hak tanah milik sendiri bagaimana ? sedangkan tadi yang diberikan pinjaman itu yang memiliki usaha sambilan Yang penting ada surat keterangan usaha, dan keterangan domisili. Lama usaha minimal 1 tahun, sebelum 1 tahun itu tidak bisa.karena kita bukan mau membiayai usaha yang baru berjalan, karena kalau sudah berjalan 1
tahun kita akan bisa mengukur pendapatan berapa, yang harus dibayar berapa. Kalau KUR dari 1-25 juta
Pemerintah kan memiliki program SEHAT itu, apakah itu akan berpengaruh untuk pinjaman KUR ? Gak tau ya, karena kita belum tahu. Pokoknya KUR ini cari amanlah
Program KUR itu sudah berapa lama ? Saya kurang tau, karena itu ada di buku, dan bukunya di pinjam mahasiswa hukum
Proses untuk pencairan dana KUR ? Nasabah datang ke bank mengajukan permohonan dan persyaratan dilengkapi, setelah ini kita analisa di kantor sini lalu diperiksa apakah nasabah ini punya kredit lain ke BI, survey ke lapangan dengan wawancara dengan nasabah dan warga sekitar untuk memastikan, kecuali nasabah lama, setelah itu berapa modal dan penghasilan. Kita tanyakan mau berapa pinjamannya, KUR itu bukan konsumtif sifatnya. Aman untuk angsurannya aman juga ke dapurnya, diproses oleh pihak administrasi untuk pencairan
Dibuktikan dengan apa kalau nasabah ini tidak ada pinjaman dari bank lain ? Data-data ini diperiksa ke bank checking BI, disitu ketahuan semua
Berapa lama dari pengajuan sampai pencairan ? Sesuai aturannya 7 hari. Tapi kita tidak melama-lamakan proses selagi semua sudah sesuai, kalau lama biasanya nasabah itu berpotensi atau tidak untuk diberi pinjaman. Bank juga tidak serta merta memberikan pinjaman usahanya
Ini kan dilihat dari persyaratan untuk per orang, tetapi bagaimana untuk seperti koperasi mengenai pinjaman KUR ? Tidak bisa, kalau kita bank lebih ke personalnya. Kalau misalnya belum menikah pun harus minimal 21 tahun
Untuk koperasi apakah tidak bisa ke KUR Ritel ? Tidak ada, Biasanya kita ke perusahaan, dan biasanya itu ke cabang
Paling banyak nelayan pinjam kisaran berapa ? 5-25 juta, bervariasi sebenarnya
Bagaimana kalau usaha nelayan ini sedang turun, dan tidak bisa membayar yang tidak bulan itu ? Kalau bank ya gak mau tau, harus bayar. Karena kredit itu berkaitannya dengan kepercayaan, tugas kita memberi tahu, dan memberikan penjelasan jangka panjang, karena akan merugikan nasabah itu
Untuk pembayaran, ada inisiatif untuk datang langsung ke bank atau bagaimana ? Biasanya datang kesini
Untuk bunga dari KUR itu berapa pak ? 0,4 % per bulan dan 9% per tahun
Untuk sosialisasi dari pemerintah itu rutin atau tidak biasanya ? Kita tetap mempromosikan ke nasabah, karena kan uang nya milik BRI bukan pemerintah, tapi di subsidi oleh pemerintah.
Misalnya nelayan ini sudah pinjam KUR diawal, tapi kurang ingin pinjam lagi, bagaimana itu ? Harus lunas dulu yang awal, boleh pinjam lagi asalkan maksimal 75 juta jadi 25 juta sudah 3 kali dipinjamkan
Berapa jumlah nelayan yang sudah mndapatkan pinjaman KUR ? Dari total ada 50% nelayan, cuma tetap seleksinya ke nelayan yang ada usaha sampingan
Apakah sudah ada nelayan penuh yang melakukan pinjaman KUR ? Ada, paling itu nasabah lama, sekitar 10% dari 50% tadi
Nelayan yang mayoritas domisili di wanasalam atau campur ? Wanasalam, khususnya desa muara, 5% dari muara 2 yaitu daerah cikeusik pandeglang
Apakah untuk nelayan hanya ada program KUR saja ? Kalau diatas 25 juta itu ada KuPedes itu maksimal sampai 200 juta, persyaratannya sama cuma ada agunana seperti hak tanah, kalau di bawah 100 juta agunannya boleh dibawah 100 juta. Tapi kalau diatas 100juta agunannya harus diatas 100 juta
Nah apakah program SEHAT itu sudah ada yang menggunakannya ? Belum ada samasekali, belum ada surat edarannya
Tadikan katanya ketika pembayaran nasabah ke kantor, tapi ko ini masih ke lapangan ? Iya untuk mengingatkan, karena ada saja nelayan yang malas untuk ke bank, kita samperin kerumahnya daripada tidak bayar. Tapi tidak dibiasakan seperti itu
Pak dilihat dari setiap angsuran di brosur kan itu tidak bulat seperti 87,453 berarti nelayan ini harus bayar berapa ? Biasanya dibuletin jadi 90,000. Bayar ke simpanan dulu nanti otomatis kepotong dari simpanan ke pinjaman. Sebaiknya nambahin 5,500 atau 10,000 setiap bayar angsuran. Jadi setelah selesai nanti mereka memiliki tabungan
Apakah ada nasabah yang bayar sekaligus 2 bulan ? Ada, tapi tetep ditulusnya per bulan. Yang riskan itu sebelum jatuh tempo sudah diambil di atm
Untuk bunga KUR fluktuatif yah pak ? Tidak, flat kalau bunga per tahun 9%
Bedanya KUR Ritel dengan KuPedes apa ? Beda bunga, ada 1% 1,2% dan 1,6%
Kenapa yang dari KUR Mikro diarahkannya untuk dilanjutkan ke KuPedes tidak ke KUR Ritel ? Kalau ritel kan diurusnya ke cabang, sedangkan KUR Mikro diurus ke unit dan biasanya nasabah tidak mau ke cabang karena jauh, jadi ke unit saja, dan nasabah ingin tetap dengan setoran yang kecil. Kalau KUR Ritel
setorannya lumayan besar. Tapi kelebihan KUR Ritel itu ada asuransinya, jadi ketika nasabah meninggal dunia semua tagihan dihilangkan, sedangkan kalau KUR Mikro itu tidak ada asuransi, jadi kalau nasabah tersebut meninggal dunia, tagihan tetap dibayar oleh ahli warisnya.
I
Q
Bagaimana proses pengelolaan keuangan daerah pak ? Mulai dari APBD dasarnya itu, bagaimanacaranya melaksanakan digunakan itu masuk ke sini. Dari sisi pengelolaan itu tergantung dari mereka awal menyusunnya perencanaan, turun dari APBD itu tergantung yang direncanakan. Lalu di SPJ kan baru kita cairkan anggaran tersebut. Mengenai SPJ juga itu diserahkan ke SKPD masing-masing jadi kita serahkan ke mereka. Dinas perikanan tidak jauh beda pengelolaannya seperti SKPD yang lain
Apakah itu manual pak untuk penyusunannya ? Tidak, kita ada sistemnya, yaitu sistem pengelolaan keuangan daerah
Apakah sesuai anggaran yang direncanakan dengan yang direalisasikan ? Sesuai dengan rencana diawal, karena acuan kita adalah APBD
Apakah APBD ini per tahun pak turunnya ? Iya per tahun, APBD itu dibuat setelah Renja, KUA-PPAS. Kewenangan kita dalam pengelolaan itu
Apakah ada pengaruhnya untuk penyumbang PAD terbesar terhadap anggaran yang diberikan ? Sebenanrnya pengaruh juga, program prioritas itu tergantung dari target RPJMD apakah sudah tercapai atau belum, kita lihat itu nanti sebagai program prioritas. Apakah dengan anggran yang kita berikan sudah tercapai atau belum. Sebenarnya anggaran yang kita berikan lebih besar dibandingkan dengan PAD yang mereka hasilkan. Tidak lebih rendah. Karena kita melihat dari prioritas dan kontribusi yang diberikan
Untuk tahun 2016 lebih prioritas kemana pak ? Tahun 2016 saya kira BAPPEDA telah menetapkan kearah ekonomi sama sumber daya Manusia.berdaasarkan titik ketemunya di BAPPEDA, karena dari perencanaan
Apakah prioritas itu setiap tahun akan sama ? Setiap tahun hampir mirip tapi beda, tergantung tema pembangunannya
Hal apa saja yang dikoordinasikan dari SKPD ke BPKAD ? Pada saat penyususnan APBD, tapi hanya untuk mengetahui bagaimana uang yang ada digunakan. Untuk penyusunan, sebenarnya kita sudah bisa melihat dari penyusunan RKPD, KUA-PPAS
Kalau tambahan anggaran bisa tidak pak ? Tambahan anggaran, jadi kalau sudah APBD bisa diajukan di perubahan. Misalnya tidak pas, atau tidak sesuai. Bisa dilaksanakan pergesaran kalau dikita namanya, itu untuk menggeser alokasi anggaran tersebut yang sudah dialokasikan tapi tidak loncat belanja
Biasanya berapa lama dari penetapan APBD untuk melakukan pergeseran ? Bisa langsung, tapi karena pergeseran itu tidak dewan jadi tidak boleh jenis belanja, untuk modal ya untuk modal. Dari bulan januari, karena nunggu dari SKPD lain juga
Jadi kalau ada perubahan anggaran itu bisa langsung mengurusnya ke BPKAD pak ? Iya
Untuk tahun 2016 kontribusi PAD yang besar dari SKPD mana pak ? Dari rumah sakit tapi itu pelayanan jasa, kalau dinas terbesar ada dinas kesehatan, DKP lumayan, pasar
Untuk presentase kontribusi PAD Dinas Perikanan dari seluruh SKPD berapa pak ? Kira-kira 0,3 %
Dalam pengelolaan keuangan daerah, kendala yang di hadapi seperti apa ? Pertama, kepatuhan penarikan anggaran sesuai rencana, jadi kadang ada yang melakukan pergeseran, karena dalam sistem dari awal kita sudah tentukan ditarik kapan. Tapi dinas kadang langsung saja dibagi 12, sedangkan januari februari itu tidak mungkin akan sama untuk penarikannya. Kedua, karena SPJ itu diserahkan ke SKPD masing-masing, nah kita tidak tahu mana SPJ yang sudah selesai atau belum pencairannya. Kita hanya dalam bentuk laporan mereka saja kita tidak bisa mengontrol, dan itu tanggung jawab setiap SKPD. Ketiga, adanya SKPD dalam penggunaan anggaran tidak sesuai post nya, karena kita sudah ada aplikasi yang sudah diakui oleh BPK, jadi keuangan itu sudah muali tertib, tidak bisa nakal.
Untuk dinas perikanan, dalam pengelolaan keuangannya apakah sudah baik pak ? Dalam segi pengajuannya tidak ada masalah, tapi dalam pengelolaan di internalnya dinas tidak tau, karena itu internal dinas. Kalau kita selagi ada untuk dianggarkan kita tidak masalah. Untuk setiap SKPD penghasil PAD pemda juga memberikan insentif 5% dari PAD yang dihasilkan
Untuk insentif itu dari APBD pak ?
Dari APBD untuk dinas penghasil PAD Itu masing-masing 5% SKPD penghasil PAD pak ?
Iya masing-masing. PBB kita berikan, kepala desa kita berikan Tema pembangunan itu kan tadi berbeda, disesuaikan dengan apa
biasanya tema pembangunan apa dilihat dari potensi wilayah per kecamatan atau apa ? Disesuaikan dengan target RPJMD per tahunnya. Dilihat juga RPJMD Nasional, Provinsi, Kabupaten, nanti kelihatan target yang akan dicapai
Tahun 2017 pak target RPJMD apa ? Mungkin pemantapan pembangunan ekonomi
Menurut bapak, apa pengaruhnya setelah kewenangan kelautan diserahkan ke provinsi ? Disatu sisi mungkin kita akan kehilangan pendapatan, retribusi. Tapi disisi lain, provinsi uangnya lebih banyak, sehingga akan lebih baik, dilihat dari nantinya kesejahteraan, sarana prasarananya. Kalau yang lainnya tidak masalah. Kabupaten lebih bisa fokus
Bagaimana tanggapan bapak, mengenai SKPD yang mengeluh dalam penyusunan program atau kegiatan disesuaikan dengan anggaran, karena mereka selalu bilang kurang anggarannya ? Sebenarnya kurang atau lebihnya tidak melihat kebutuhannya untuk apa, karena relatif pemanfaatan uang itu tidak efektif, banyak belanja yang tidak sesuai dengan kebutuhan , banyak belanja yang tidak menjawab permasalahan yang dihadapi. Tapi sebebernya karena keinginan bukan karena kebutuhan masyarakat, karena memang selama ini kita kasih uang banyak target RPJMD tercapai, begitu pun ketika kita kasih uang sedikit target RPJMD tercapai juga, artinya memang ini lebih efektif karena tidak akan terjadi kebocoran. Pemda ini sudah mengefisiensikan belanja, untuk program atau kegiatan seperti bimtek itu dikurangi, walaupun masih ada tapi tidak banyak
Bagaimana cara BPKAD menilai antara keinginan dengan kebutuhan ? Pada saat penyusunan KUA-PPAS kita pilah mana yang penting dan tidak penting. Kalau sudah jadi APBD tinggal melaksanakan yang ada di KUA-PPAS saja. Penting dan tidak pentingnya kita lihat targetnya ada atau tidak di RPJMD, kita evaluasi apakah mencapai target atau tidak, apakah uang yang kita berikan memberikan dampak. Kalau memang tidak ada kita akan berhentikan program atau kegiatan tersebut, dianggarkan ke kegiatan lain
Kapan melakukan evaluasi dengan setiap SKPD ? Per tahun, itu di BAPPEDA biasanya dari hasil musrenbang itu akan banyak sekali usulan-usulan, kita pilah sesuai dengan target RPJMD kalau usulan itu tidak sesuai, maka kita akan ganti. Semuanya itu kita akan lihat
Dalam melakukan evaluasi pihak BPKAD ke setiap SKPD langsung atau bagaimana pak ? Tidak, dari BAPPEDA biasanya, lebih melihat outputnya apakah sesuai
dengan targetnya, aapaka sudah berjalan, apakah ada peningkatan. Kalau di Setda bagian pembangunan apakah kualitas kegiatannya bagus atau tidak. Ada lagi inspektorat, bagian mengevaluasi apakah kegiatan itu sesuai tidak dengan peruntukkannya. Kalau evaluasi di BPKAD itu seperti apakah anggaran itu sudah terserap apa belum. Misal 100 juta, tapi terserap 90 juta, itu kenapa apakah itu ada tender atau apa, seperti itu yang kita lakukan
Kalau misalnya tadi sisa 10 juta, itu uangnya di kemanakan pak ? Biasanya masuk ke Silpa
Menurut bapak, bagaimana melihat dinas perikanan dalam menentukan keinginan dan kebutuhan seperti apa ? Jadi begini, misalnya budidaya kita punya BBI. Tapi kita beli benih ke sukabumi, kenapa kita tidak bisa. Alasan mereka air misalnya, kita sudah tahu masalahnya itu air, berarti tidak perlu kita perbaiki jalan. kalau di kelautan, beri bantuan jaring, gillnet, perahu, Cuma masalahnya apakah itu sudah sesuai yang dibutuhkan masyarakat, toh kemiskinan masih saja, misalnya perahu diberikan ke yang miskin, tapi tidak bisa membeli bensinnya. Apakah uang yang diberika selama ini untuk proyek semata atau memang kebutuhan masyarakat. Harusnya itu bisa menjawab masalah. Kalau keinginan itu, kita ingin ini itu tapi tidak menyelesaikan masalah
Sudah sejauh mana dinas perikanan dalam menentukan keinginan dan kebutuhan ? Sebetulnya diketahuinya pada saat penyusuan RKA, kita mencoba melihat mana keinginan dan kebutuhan. Pada saat DKP anggarannya itu besar dari DAK dan itu sudah jelas untuk apanya, jelas untuk apa peruntukkannya, kalau DAU nya sedikit. Tapi setidaknya tidak terlalu besar target mereka selalu tercapai, tidak ada masalah. Ketika penyusunan KUA-PPAS harus sesuai dengan RPJMD
Bagaimana melihat potensi perikanan tangkap di kecamatan wanasalam ? Lengakp sebenarnya, tangkap ada budidaya ada. karena memang PPI ada di wanasalam, dan TPI terbesar ada di Wanasalam dibanding dengan TPI yang lain
I
Q
Hal apa saja yang dilakukan dari BAPPEDA dengan dinas perikanan ? Dalam hal koordinasi
Hal apa saja yang dikoordinasikan ? Koordinasi program dan kegiatan. Fungsi BAPPEDA itu sendiri lebih
koordinasi dengan instansi. Kebetulan bidang ekonomi dan SDA kebetulan dinas perikanan ada disini
Dinas perikanan membuat program dan kegiatan, lalu yang dilakukan oleh bidang ekonomi ini seperti apa ? Kalau untuk program itu kan ada di RPJMD, itu adalah gambaran umum dari Renstra dinas, dijabarkan kegiatannya, Renstra nanti dijabarkan lagi ke Renja. Acuannya dari Renstra tidak lepas dari RPJMD karena mengenai ketersediaan anggaran. Kita juga itu sistemnya bottom up, dari musrenbang desa, ke kecamatan, masuk ke OPD lalu muncul Renja, namun program kegiatannya tidak lepas dari Renstra dinas
Peranan bidang ekonomi di BAPPEDA untuk dinas perikanan ? Lebih koordinasi, biar mengarahkan agar tidak keluar dari rencana yang telah dibuat dari tahun 2014-2019
Emang selama ini ada tidak program atau kegiatan yang kurang mengarah ? Tidak, karena sesuai jalurnya. Ada renstra, karena renja itu kan dari Renstra. Misalnya bantuan untuk budidaya, itu sebaiknya masuk ke program kegiatan apa, apakah sesuai untuk pengembangan perikanan kabupaten, dinas mengkaji. Tingga BAPEEDA nanti mengecek lagi, apakah sesuai dengan program Lebak pintar, Lebak sejahtera, dan Lebak sehat
Evaluasi itu dilakukan biasanya kapan pak ? Setiap tahun, tapi untuk penyusunan kegiatan program itu setiap bulan juga ada. Apalagi sekarang, penyusunan Renja tahun 2018 lebih intens
Adakan kendala yang dihadapi dalam melakukan koordinasi dengan dinas perikanan ? Ada aja sih, paling susah untuk komunikasi. Bisa juga kita lagi ada acara lain di luar.
Hasil dari koordinasi seperti apa pak nantinya ? Itu tadi kalau per tahun kita ada Renja itu hasilnya
Untuk memilah program kegiatan per tahun dinas itu seperti apa ? Sudah terarah di Renstra, misalnya program pengembangan perikanan. Kalau itu kan nanti ada target yang dicapainya setiap tahun, kalau memang target itu sudah tercapai dari ditargetkan itu bisa dialihkan ke kegiatan lain untuk mendukung agar target lain bisa tercapai
Apakah untuk pemberian bantuan akan sekaligus diberikan ? Adanya dibarengkan, dilihat dari kebutuhan. Setiap tahun itu ada program prioritas
Untuk tahun ini program prioritas di dinas perikanan itu pak ? Pengembangan budidayanya
Lebih potensial mana antara perikanan tangkap dengan budidaya ? Budidaya, melihat dengan luas wilayah kabupaten lebak. tapi kalau cuaca bersahabat tangkap lebih besar potensi. Dilihat dari hasil produksi, dan selama ini selalu naik hasil produksinya itu
Dilihat dari aspek apa dinas perikanan masuk ke bidang ekonomi di Bappeda ? Untuk rumpun hijau, untuk koordinasi. Ada 9 instansi untuk koordinasi. Dilihat juga dengan kesesuainnya. Sesuai dengan struktur organisasi
Dari 9 instansi, bisa dilihat perkembangan dinas perikanan seperti apa dalam hal koordinasi? Sama saja, malah kita jemput bola. Rutin setiap tahun ada karena ada Renja ada juga perubahannya
Yang lebih potensial untuk dikembangkan ? Kalau PAD ya rumpun hijau lebih potensial, pertanian, perikanan peternakan
Ada pengaruhnya tidak pak setelah kewenangan kelautan oleh provinsi ? Lebih enak, kita lebih fokus ke budidaya
Prosesnya bagaimana dalam hal pelaporannya ? Langsung dari dinas ke BAPPEDA. Kita lebih koordinasi antar bidang saja
Bagaimana proses pembuatan Renja ? Mulai di awal tahun, dari musrenbang desa, kecamatan, forum SKPD, forum lintas SKPD, musrenbang Kabupaten. Dari Januari-Maret untuk penyusunan Renja. Setelah di sahkan bulan Juni. Septemter ada perubahan biasanya, nanti di buat DPA
Dalam penyusunan Renstra atau Renja apa kendala yang dihadapi ? Selama ini tidak ada, itu aja kesesuainnya program saja, misal program ini lebih baik kesini. Selama ini sudah terarah
Bagaimana dilihat dari perencanaan selama ini dinas perikanan ? Sama saja, karena pemerintah itu sudah terarah
Dalam penyusunan pelaporannya apakah sudah paham pegawai dinas perikanan atau belum ? Dari sisi pemahaman sudah cukup
Apakah ada rapat internal bidang ekonomi dengan SKPD terkait ? Iya ada, biasanya per triwulan. Hanya sebatas mengevaluasi, sudah sejauh mana mengerjakannya
I
Q
Adakah program dari pemerintah daerah untuk perikanan tangkap
? Ada setiap tahun juga bantuan perikanan tangkap
Pandangan bapak, bagaimana melihat untuk potensi perikanan ? Dilihat dari peningkatan atau kemajuan, memang kurang cepat untuk nelayan yang kecil mah, disini memang pelabuhan itu dari mana-mana berbagai suku, kenapa miskin terus. Kalau juragannya mah iya. Terkait pendidikan, kesehatannya. Kenapa juga pada diam di atas tanah milik orang lain. Misal ada program RTLH tapi itu tidak bisa dijalankan, termasuk program untuk SEHAT. Kebanyakan berada di tanah juragannya, sehingga tidak bisa diterapkan program itu. Karena permasalahan status tanah. Untuk potensi laut, kita panjang pantai mulai Binuangeun-Cibareno, itu panjang sekali. Ada kecamatan wanasalam, cihara, bayah, panggarangan, cilograng
Yang potensial itu memang di wanasalam pak ? Ya wanasalam oke, termasuk di bayah juga sudah mulai ada dermaga dari pabrik semen itu, di cilograng juga mau dibangun dermaga dengan yang perbatasan sukabumi
Kalau di wanasalam apakah sudah ada investor di perikanan pak ? Sekarang ini mulai rame, tapi tambak udang. Pantai-pantai sekarang sudah dibebaskan garapannya. Karena disini akan jadi minapolitan sesuai dengan tata ruang wilayah
Tambak udang yang sudah ada itu milik siapa pak ? Pak heji, orang wanasalam. Pertama bangun itu sekitar 3 Ha
Apakah nantinya dampak setelah pinggir pantai dikuasai oleh para investor ? Iya memang nanti akan terhalang, tapi kami sudah bilang agar dibolongin agar pantainya masih terlihat, jangan sampai seperti di Anyer, mana laut. Itu action dari satpol PP nantinya
Tapi sudah mengingatkan pak ke pihak tersebut ? Sudah, tapi sekarang ada yang masih ditutup, udah ada juga yang dibolongin. Tapi inginkan itu dibolongkan saja. Supaya masyarakat tahu pemandagan laut itu
Bagaimana pendapatnya mengenai resiko wilayah apabila ingin maju memang harus seperti itu pak ? Iya memang betul, tapi agak sulit untuk seperti penguasa yang menguasainya. Beliau ini juga pernah meramaikan pencalonan kepala desa namun kalah, dan aslinya itu orang Nias, tinggal lama di wanasalam.
Baru 1 orang itu pak yang sudah menginvestasi disini ? Tidak, barusan ini ada suratnya yaitu PT. Raja Udang dari Jakarta
Malingping 50 Ha rencananya. Nantinya semua pinggir pantai itu akan dikuasai buat kedepannya. Tapi harapan dari masyarakat, tetap dulunya lahan itu ada pepohonan, supaya tetap ada pohon yang tumbuh, atau ada pembicaraan ke masyarakat nantinya
Itu lahannya milik siapa pak ? Bukan milik, tapi ini lahan garapan masyarakat. Misalnya ada garapan warga seperti jagung-kacang-kacangan itu kalau mau dibangun, tunggu panen itu dulu baru bisa di bangun
Tapi selama ini masyarakat setuju dengan banyaknya investor disana pak ? Iya setuju, tapi itu tadi kalau mau panen nunggu panen dulu. Supaya menghasilkan keringat petani dulu
Keuntungan yang dimiliki oleh masyarakat itu apa pak ? Akan kerja di usaha investor ini, karena dari awal ada komitmen boleh disini asal masyarakat dipekerjakan disitu. Jangan sampe pribumi hanya penonton, malah pendatang yang manguasai itu yang kita hindari. Tapi itu tadi, kita harus menyiapkan dulu, kebutuhan yang akan dibutuhkan oleh pihak perusahaan, bidang apa saja. Misalnya dibutuhkan sarjana perikana, kalau di wanasalam tidak ada, nah itu kan terpaksa ngambil diluar wanasalam. Jangan sampe disalahkan ke perusahaan, kita yang harus menyiapkan
Lebih potensial mana pak perikanan tangkap atau budidaya ? Dari laut, tapi untuk budidaya disini ada bendungan Cikoncang, dan akan dikembangkan untuk pariwisata disana juga, seperti restoran tapi bisa melihat pemndangan ikan dibawahnya
Apakah setiap desa disini memilki potensi yang beda pak ? Iya berbeda, kaya diwanasalam ada wisata laut, pantainya. Desa sukatani, wanasalam, muara punya pantai karena sepanjang wilayahnya pantai. Kalau desa cipeudang, cisarap pesawahan ada lumbung padi sepanjang mata memandang itu hamparan padi, tapi kemarin ada musibah banjir, petani merugi. Tapi bapak perhatikan disini itu sebagai petaninya bukan sebagai pemilik lahannya. Kebanyakan punya orang lain, bukan orang wanasalam, tapi dari malingping, bayah, pandeglang. Disini mah kuli taninya
Berapa persen pak kira-kira ? Hampir 50:50, mangkannya begitu panen ditungguin sama bosnya. Masyrakat mah hanya menerima uang, dan cepat habiskan kalau uang. Pola pikirnya harus diubah. Terus desa cikeusik, cilangkap cipeucang, karang pamindangan itu kebun kelapa, pengolah kelapa. Kerjasama dengan perusahaan
Modal mereka selama ini dari mana pak ? Kerjassama dengan perbankan, tapi kalau dengan bank, pihak bank juga menginginkan adanya agunan itu. Presiden bilangnya tidak ada agunan tapi tetap saja dalam pelaksanaannya. KUR juga tetap ada agunan
Semua bank juga seperti itu pak ?
Iya semua bank daerah juga. mangkannya masyarakat lebih ke koperasi simpan pinjam, tapi bunganya tinggi
Kalau dilihat secara ekonomi, lebih maju mana nelayan atau petani pak ? Nelayan yang lebih diuntungkan. Kalau petani itu, misal bapak punya sawah kalau tidak ada yang mengolahnya bapak akan rugi, jadi petani mah banyak ruginya
Dari 13 desa yang paling maju yang mana ? Desa muara, paling luas, paling padat pendudukannya, sehingga paling maju diantara yang lain. 6 dess tertinggal, 6 desa sangat tertinggal, dan 1 maju yaitu muara
Untuk memaksimalkan potensi, kan desa muara itu sudah maju bagaimana mempertahankannya yang dilakukan oleh kecamatan wanasalan itu seperti apa ? Koordinasi, dan mendorong potensi desa yang masih tertinggal, karena sekarang perangkat desa itu ada gajinya. Dari DD dan ADD setiap tahun meningkat itu. 16 M untuk kecamatan wanasalam. Tinggal pengawasannya pengeola itu, masyarakat harus diawasi, takut ada pelanggaran. Tahun ini desa muara mendapat 1, 396 M paling besar. Menjadi barometer dengan desa lain
Memang di muara paling maju dibandingkan dengan 2 desa seperti sukatani dan wanasalam ? Iya, karena memang 2 desa tersebut tidak ada dermaga, paling besar memang muara
I
Q
Kekuatan apa saja pak yang dimiliki perikanan tangkap ? Untuk bantuan alat tangkap, kalau dilihat dari jumlah bantuan, desa muara lebih menjadi prioritas dalam pemberian bantuan
Setiap tahun rutin pak bantuan yang di berikan dari pemerintah ? Rutin, dari kabupaten provinsi dan pusat. Kemarin ada bantuan jaring dari pusat
Kalau dari pusat bagaimana pak bantuannya ? Tidak seperti pemerintah kabupaten, kalau pusat jarang. Yang sering itu satu set komplit. Jadi ada tahapannya dalam pemberian bantuan, karena di peroleh satu set komplit. Misal bulan 1-3 itu yang diberikan alat angkap terlebih dahulu. Itu diberikan ke beberapa kelompok
Manfaat dari program pengembangan perikanan tangkap ?
Kalau untuk asuransi lebih ke individu, lebih ke tenaga kerjanya, karena berbeda dengan tenaga kerja di laut dan di darat. Untuk rehab dilihat dari pengembangan usaha, ketika ada kunjungan dari pihak tertentu dan lebih pada kenyamanan pengunjung
Kalau untuk program SEHAT itu sudah ada pak ? iya da dari kementerian. Kemarin itu ada kegiatan dari kementerian mengenai rapat koordinasi. Disitu kita mengajukan beberapa program seperti perbaikan jalan ke PPI, lalu pembangunan balai sekaya maritim,kemudian akhirnya direalisasikan oleh pemerintah pusat
Program SEHAT dari tahun berapa pak ? 2016, namun waktu kegiatan temu koordinasi dengan kementerian itu terdapat kendalanya yaitu mengenai lahan. Di badan pertanahan provinsi juga ada program RTLH, namun sama kendalanya mengenai lahan. Yang sudah terealisasi sudah 400
Manfaat dari program SEHAT itu apa pak ? Untuk menunjang perekonomian nelayan juga, ketika tidak ada modal bisa diajukan sebagai agunan/jaminan. Untuk pengembangan modal nelayan
Apakah sudah disosialisasikan dengan pihak perbankan ? Iya kemarin juga sudah, sebelum ada menteri BUMN itu, sudah di sampaikan di PPI. Jadi sudah saling tahu baik itu dari pemerintah, perbankan, dan nelayan. bahkan dari BPN kabupaten itu malah mereka mengapresiasi tingkat kredit hampir 80 % mengajukan ke BRI. Kata BPN juga kalau ada sertifikat itu jangan disimpan di rumah, tapi dimanfaatkan/ dikembangkan untuk modal
Dari seluruh jumlah nelayan wanasalam yang hampir 2.600 nelayan sudah berapa orang yang sudah mendapatkan program SEHAT itu ? Sekitar 300 lebih, kendalanya memang nelayan masih banyak yang berada di lahan orang lain, kepemilikan orang lain
Kalau di presentasekan berapa nelayan yang berada di lahan milik sendiri dengan milik orang lain ? Antara perbandingan 50% 50 %
Di wanasalam kebanyakan nelayan pribumi atau nelayan pendatang pak ? Pendatang, tapi sudah jadi pribumi. Karena sudah lama disini
Apa pribuminya lebih memilih untuk bekerja diluar daerah pak ? Sebagian seperti itu, kerja di tkw, pembantu rumah tangga
Program unggulan nelayan atau perikanan tangkap itu apa ? Dari hasil tangkapan, pengolah yang sudah berkembang. Disini sudah ada pengolah abon ikan tuna sudah masuk ke nasional juga ke presiden juga
Tapi untuk pengolah yang ada di wanasalam masih sedikitkah ?
Masih terbatas, dendeng lebih bagus pemasarannya, baso dan abon. Sejauh ini yang sudah bagus itu abon ibu beda itu, dari ikan marlin tuna, kerupuk cumi
Dengan adanya koperasi, apakah tidak ada kerjasama dengan para pengolah ini ? Untuk kedepannya pengen seperti itu, tapi belum tau
Biasanya hal apa saja yang dikoordinasikan dengan pemerintah daerah, atau kecamatan dari desa ? Pembangunan, perkembangannya, memang dari profil juga seperti jumlah nelayan, jumlah penangkapan ikan, jenis ikan nya per tahun dengan nilai rupaiahnya, itu ada di profil desa
Kelemahannya untuk perikanan tangkapa seperti apa ? Dari musim, belum adanya sarana cold storage. ketika penangkapan berkurang kita memasok dari luar seperti ke muara angke jakarta. Ketika kita penangkapan banyak, kenapa ibaratnya tidak disimpan untuk persediaan masa paceklik
Cara meningkatkan sumber daya manusia yang kurang baik itu dari aparatur dinasnya ? Sekarang memang tingkat pendidikan agak meningkat, tapi sebelum itu pendidikan anaknya diabaikan, malah disuruh ikut orang tuanya melaut
Secara umum kesejahteraan nelayan disini bagaimana pak ? Disini memang kalau perekonomian itu masalah tengkulaknya dibandingkan dengan nelayannya. Karena tengkulak itu akan lebih mahal menjualnya dari nelayan tersebut. Jadi disini itu, pendidikan anaknya selalu tidak dipikirkan, dan tidak memanfaatkan kemampuan dalam finansial orangtuanya. Kalau orangtuanya lulusan SMA minimal anaknya nanti S1 sarjana perikanan. Ini tidak, anak itu disuruh ikut bapaknya melaut saja. Kadang orangtua menyemangati anaknya untuk bersekolah tapi anaknya tidak mau, begitupun sebaliknya
Secara keseluruhan tingkat perekonomian desa muara dengan 12 desa lainnya bagaimana ? Peringkat 1, dilihat dari perkembangan ekonominya, jumlah penduduknya, pengguna hak pilih ada 7000, sedangkan desa lain hanya 1000 atau 2000. Kepadatan penduduk pun tinggi, dengan luas wilayah yang tidak begitu luas tapi jumlah penduduk paling tinggi di kecamatan wanasalam
Untuk di desa muara potensi yang dimiliki itu apa aja pak ? Perikanan, kalau petani memang sedikit untuk persawahan hanya 16 Ha dari seluruh luas wilayah desa muara, karena desa muara ini bukan lahan persawahan yang banyak, dalam 1 tahun paling maksimal 2 kali panen, karena irigasi yang kurang
Untuk dukungan perbankan yang baik, sudah berapa persen jumlah nelayan yang menggunakan bantuan perbankan untuk modal mereka ? Mayoritas sudah, 75% sudah menggunakan bantuan perbankan
Biasanya yang sering dijadikan agunan itu apa pak ?
Antara sertifikat tanah, membuat akta. Jadi mereka itu walaupun memiliki tanah tidak luas pun ingin di buatkan sertifikatnya, karena memang untuk dijadikan agunan ke perbankan
Misalnya kalau tanah nelayan itu milik juragan bagaimana pak ? Ada program KUR itu, maksimal 10 juta kebawah. Kartu keluarga, ktp, surat istri atau suami, dan barang-barang yang mereka miliki. Bagusnya BRI ini untuk angsurannya kecil dan untuk hidup mereka juga masih ada, jadi tidak memberatkan
Melihat respon pemerintah terhadap potensi perikanan tangkap di desa muara seperti apa ? Kalau dilihat dari bantuan-bantuan alat tangkap bagus sih, setiap tahun ada bantuan. Namun, disini yang kurang itu dalam hal pengelolaan pariwisata, karena mayoritas tanahnya milik sendiri bukan punya pemerintah
Padahal itu kan pinggir pantai kan ? Dilihat dari pasang surut hanya 100 m dari pinggir itu milik pemerintah. Sehingga sulit juga untuk pengembangannya. Di wanasalam juga karena ada pelelangan saja rame, setelah membeli ikan lalu dibakar di pinggir pantai. Kalau memang tidak ada pelelangan wanasalam ini tidak menarik utnuk dikunjungi
Potensi yang berada di desa muara berarti hanya perikanan pak ? Iya, walaupun kalau pertanian walaupun ada potensinya tapi belum bisa jadi lumbung padi di wanasalam. Kalau pariwisata mengelola dan penataannya yang belum, kita desa kombinasi dengan dinas perikanan kabupaten, paling kita ada juga palawija seperti jagung
Apakah ada pariwisata awalnya sudah ada tapi sekarang sudah hilang ? Laut gitu aja, belum ada penataan. Bisa juga kita kerja sama dengan yang punya lahan, ada surat pernyataan dengan pemilik tanah akan mengelola lahan di pinggir pantai, mau kerjasama atau tidak. Rencananya akan dibuatkan saung-saung untuk tempat makan, atau bersantai di pinggir pantai
Tapi bagaimana respon si pemilik lahan ini ? Belum, kami sedang mengusahakan karena kebanyakan lahan milik sendiri. Kalau kita tetap bangun tanpa ada persetujuan dari pemilik takutnya lahan tersebut jadi masalah sengketa
Untuk peluang yang dimiliki ? Dilihat dari perkembangan teknologi, sekarang sudah ada GPS untuk melaut, lebih modern, lebih mudah
Tahun berapa nelayan disini sudah mulai modern ? Dari 2015. Kemarin dari Jakarta ada alat untuk mendeteksi keberadaan ikan
Bagaimana mengenai pemahaman bagi nelayan tersebut dalam kemajuan teknologi ? Hanya beberapa orang saja, kecuali ABK dalam 1 kapal itu paling 1 orang. yang lain itu hanya mengikut saja
Cara memanfaatkan peluang tersebut bagaimana ? Meningkatkan perekonomian nelayan, alat tangkap lebih modern
Untuk ancaman seperti apa untuk perikanan tangkap ? Dilihat dari teknologi juga, kadang ada persaingan, aturan yang ada Misalnya tidak diperbolehkannya menangkap benur, sekarang lagi trendnya penangkapan benur. Sekarang nelayan tidak menangkap ikan lagi, pada beralih ke penangkap benur. Benur juga lebih mahal dijualnya
Yang menemukan benur itu siapa ? sampai banyak orang yang beralih ke benur ? Kurang tau juga, memang kan 2 tahun terakhir itu sempet vakum. Benur itu kan dikirim ke luar negeri. Tapi kenapa indonesia tidak bisa mengembangkan benur. Tetapi di kita belum bisa. Bisa juga melakukan studi banding ke negara lain. Benur juga bisa sebagai meningkatkan perekonomian nelayan karena dengan harga jual yang tinggi
Pemerintah tidak membolehkan diambil itu karena apa pak? Karena benur itu yang harus diambil berukuran 2 gram 1 ekornya
Apa yang membedakan TPI tanjung panto dengan TPI binuangeun ? Jumlah kapal, ukuran kapal yang masuk TPI. Kalau dilihat dari nelayan, kapal-kapal juga di bianungeun, ada yang pakai gill net, tapi kalau di tanjung panto hanya kapal kincang
Untuk TPI nya masih dikelola pak ? Masih, namun tampak sepi
Yang beralih ke benur itu nelayan mana saja ? Semuanya tidak hanya di wanasalam
Cara menghadapi ancaman itu ? Bingung juga kalau aturannya, harus dibenahi. Sehingga harus berpikir bahwa kenapa negara lain bisa mengembangkan benur, tapi kenapa di indonesia belum saja, lebih respon
Bagaimana desa cara menyikapinya dengan masalah seperti pelanggaran aturan ? Sulit, karena ada undang-undangnya. Nelayan juga sudah tahu ada aturannya
Pembangunan dan pengembangan yang dilakukan desa itu apa saja pak terkait perikanan tangkap ? Walaupun ada anggaran dana desa, pembangunan tidak besar memang karena anggaran. Misalnya pembangunan jalan desa, mck
Bagaimana cara merealisasikan sebuah program itu ? Diawali dari musrenbang, lalu nanti dipilih mana yang lebih diprioritaskan mana dulu, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Biasanya per tahun dapat merealisasikan berapa kegiatan ? Dana anggaran ini kan dibagi lagi, seperti gaji pegawai, rt, dan banyak lagi
Maksimal pernah mengadakan berapa kegiatan dalam 1 tahun ? Realisasi ada 13 kegiatan dari APBDes
Desa muara kan paling tinggi tingkat kesejahteraan di kecamatan wanasalam, lalu apakah dijadikan bahan acuan ?
Iya, karena 2017 anggaran hampir 1,4 milyar. Sehingga itu harus digunakan sebaik mungkin
Apakah perdesa sama dalam anggaran dana desanya ? Beda, dilihat jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, tingkat perekonomian, sama pajak. Desa muara untuk pajak 60 juta lebih. Tapi untuk tingkat kemiskinan juga tinggi, dilihat dari ketika bantuan dari pemerintah datang, semua orang mengaku miskin
Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data
I. Kekuatan/Strengths
Q
I
Apa saja strengths (kekuatan) yang dimiliki oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Lebak ?
Potensi wilayah, dengan panjang pantai 92 km, terus punya nelayan 3.600 nelayan, SDM
Dari jumlah untuk SDM perikanan PNS semuanya ada 26 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan PNS 4 orang, non penyuluh berarti pegawai struktural ada 22 orang. kalau penyuluh termasuk ke jabatan fungsional. Sekarang pegawai non PNS 20 orang, dibagi lagi menjadi penyuluh perikanan bantu (PPB) pusat 7 orang, ada tenaga kerja sukarela sebanyak 13 orang. jadi secara keseluruhan ada 46 orang
SDM dan aset atau sarana prasara yang kita miliki. SDM yang sesuai dengan kualifikasi teknis untuk mengelola sumber daya perikanan. Yang sesuai dengan kualifikasi 40 % kalau yang 60% lain lebih ke pengalaman. Aset perikanan, walaupun beberapa aset telah dilimpahkan ke provinsi, namun seperti bangunannya atau sarana prasarana masih berada di wilayah kita, jadi masih bisa pakai dan dimanfaatkan oleh kita seperti Pendaratan Pelabuhan Ikan (PPI), Tempat Pelelangan Ikan (TPI), untuk distribusi ada pasar, sarana pendukung untuk penunjang seperti ketersediaan es
SDM aparatur dan SDM pelaku utama perikanan, kemudian potensi wilayah, karena berada di pesisir
Saya selaku kabid perijinan, sarana prasarana, dan pengelolaan TPI. Jadi kami ini mengelola TPI, jumlah TPI ada 11 yang besar itu ada TPI Binuangeun PAD nya 884.053.600 itu TPI paling besar. Dibawahnya ada TPI Bayah mempunyai target 500jt, ketiga TPI Cibareno. Jumlah motor kapal/perahu ukuran 5 GT kebawah itu kewenangan kabupaten.kalau diatas 5GT kewenangan provinsi. Jumlah perahu keseluruhan 705. Binuangeun 186, tanjung panto 67, sukahujan 28, cipunaga 37, situregen 53, panyaungan 32, bayah 140, pulomanuk 38, sawarna 53, cibareno 36, citarate 35. Kapal motor di binuangeun 140. Untuk perijinan di bidang saya, khususnya budidaya arealnya harus mempunyai SIUP harus 2 Ha, dibawah 2 Ha cuma untuk terdaftar saja,
surat pernyataan dari kepala desa. Dinas Perikanan cuma memberi persyaratannya
Kita sudah punya SDM lah yang latar belakang lulusan perikanan, untuk bidang saya semua lulusan perikanan, kalau bidang sekretariat kan bersifat umum. Hampir 90 % pegawai yang sesuai lulusan. Sarana dan prasarana cukup, dengan sumber daya yang ada kita masih bisa bergerak. Jumlah nelayannya, dari luas pantai 91,18 jumlah nelayan 3.600 se kabupaten Lebak. kita punya TPI 11 PPI 1. jumlah SDM yang kurang dengan wilayah sangat luas, ada 6 kecamatan pesisir untuk penyuluh perikanan ada hanya 1, itu faktor kelemahan. Kalau sarjana perikanan cukup, tapi kalau jumlah kurang
Potensi sumber daya ikan lestari di selatan pulau jawa, sumber daya ikan, potensi ikannya, potensi perairannya relative belum ada pencemaran. Kualitas perairan masih bagus. Untuk SDM terutama di wanasalam, dengan jumlah nelayan yang 1900, hampir 60% dari jumlah seluruh jumlah nelayan di Kabupaten Lebak
Kekuatan perikanan tangkap Kabupaten Lebak, kesatu yaitu SDM, karena untuk sekarang sudah banyak yang jurusan kelautan dan perikanan, dengan latar belakang itu dan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Kedua dari infrastruktur perikanan tangkap, kita sudah ada pelabuhan, itu salah satu modal untuk aktifitas terkait perikanan tangkap. Infrastruktur yang memadai diharapkan bisa berjalan dengan baik. Ketiga yaitu SDA, kebetulan kita berada di posisi samudera hindia, potensi sumber daya ikan cukup melimpah, hal itu terbukti dengan hasil produksi perikanan dari tahun ke tahun meningkat
Kita adanya kerjasama dengan masyarakat sekitar, lalu kita adanya silaturahmi dan sosialisasi
Alat tangkap, seperti jaring ada jaring rampus, gillnet, millennium, udang Dari sarana alat tangkap. Market, sudah cukup baik. Kita sudah sampe
ekspor. Ikan-ikan hasil tangkapan sudah banyak untuk ekspor Untuk potensi laut, kita panjang pantai mulai Binuangeun-Cibareno, itu
panjang sekali. Ada kecamatan wanasalam, cihara, bayah, panggarangan, cilograng
Untuk bantuan alat tangkap, kalau dilihat dari jumlah bantuan, desa muara lebih menjadi prioritas dalam pemberian bantuan. Jumlah nelayan sampai tahun 2016 kurang lebih ada 2.000 orang untuk di desa muara. Kebanyakan memang pekerjaannya nelayan, petani juga ada tapi sedikit kurang lebih ada 100 orang. Karena faktor wilayah juga desa muara ini wilayah pesisir
Q
I
Apa saja manfaat program pengembangan sistem perikanan
tangkap?
Yang jelas untuk meningkatkan pendapatan para nelayan, agar kehidupan para nelayan makin meningkat kesejahteraannya. Karena selama ini nelayan melaut itu berjalan turun menurun, sekarang diberikan pendidikan dengan pengetahuan, lalu diberikan alat tangkap menurut keilmuannya lebih membantu seperti GPS
Untuk kegiatan yang pertama pendampingan kelompok nelayan, bisa memberikan edukasi atau pendidikan, memberikan keterampilan kepada nelayan, penguatan SDM nelayan, walaupun lebih kuatnya dari bantuan APBN kementerian, sedangkan untuk kontribusi dari kabupaten itu berupa penyediaan alat tangkap ikan, peningkatan alat tangkap ikan diharapkan jangkauan area penangkapan bisa lebih luas lagi, sehingga hasilnya bisa maksimal
Manfaatnya banyak, mengenai hasil tangkapan ikan, sesuai dengan target dalam renstra, dan juga untuk peningkatan pendapatan asli daerah berasal dari retribusi tempat pelelangan ikan, dan untuk mensejahterakan nelayan secara umumnya
Rehab dulu, untuk TPI yang sudah tidak layak diajukan untuk rehab, karena terutama Binuangeun, ada gedung TPI nya, sangat diperlukan sebagai kantor. Pendampingan, yang namanya kantor, karena ada UPTD disitu yang bertugas mengontrol dan mengawasi dibawah wewenang UPTD, lalu ke bidang sini perijinan dan pengelolaan TPI
Yang jelas sangat bermanfaat, terkait banyak elemen kepada nelayan. pendampingan itu untuk nelayan, kita bisa memberikan bantuan hibah berupa sarana penangkapan akan meningkatkan pendapatan nelayan dan kesejahteraan nelayan, rehabilitasi terkait sarana yang digunakan oleh nelayan untuk aktifitas lelang, ketika kita menyediakan nelayan bisa menggunakan fasilitas tersebut. Jadi kita menyediakan tempat untuk digunakan nelayan
Dilihat dari intervensi pemerintah daerah khususnya untuk nelayan, jenis-jenis bantuan bertujuan untuk menambah armada, dan meremajakan alat tangkap yang digunakan. Diharapkan dengan adanya bantuan untuk memudahkan nelayan dalam menangkap ikan, mengefisienkan cara kerja mereka, seperti GPS. Bisa dilihat manfaatnya, dirasakan oleh penerima bantuan
Manfaat jelas, karena kita memberikan bantuan-bantuan dan seharusnya itu menjadi stimulus untuk nelayan. sarana prasarana penangkapan ikan, sarana prasarana infrastrukturnya, memberikan pelatihan-pelatiahn nelayan maupun pengolah. Harapannya nelayan menjadi tidak orang perorang namun menjadi kelompok dengan koperasi sehingga bisa saling membantu nantinya
Manfaatnya keterbatasan petugas dinas, luas cakupan yang harus benear-benar dilaksanakan, sasaran yang akan dicapai seoptimal mungkin itu
nyampe ke sasarana atau tujuan, mengenai data, setidaknya mendekati keakuratan dengan adanya pendampingan, walaupun masih belum 100%
Sekarangkan bantuan harus melewati koperasi dari pemerintah, seperti bantuan jaring mesin. Yang mengelola koperasi. Kalau sekarangkan pengurus koperasi itu nelayan, jadi akan tidak salah sasaran, akan tepat sasaran, karena kita tahu mana nelayan yang sudah pernah dapat bantuan, mana yang belum pernah
Selama ini kami sangat bersyukur kepada pemerintah. Tapi memang untuk membantu kesejahteraan masih kecil, banyaknya masyarakat nelayan dengan keterbatasan anggaran
KUR itu ada 3, KUR Mikro paling banyak digunakan nelayan karena maksimal untuk pinjaman 25juta, KUR Ritel itu jarang karena dikelola oleh cabang bukan unit, dan KUR TKI pasti khusus untuk TKI
Kalau untuk asuransi lebih ke individu, lebih ke tenaga kerjanya, karena berbeda dengan tenaga kerja di laut dan di darat. Untuk rehab dilihat dari pengembangan usaha, ketika ada kunjungan dari pihak tertentu dan lebih pada kenyamanan pengunjung
Q
I
Apa saja program unggulan Dinas Kelautan dan Perikanan untuk
pengembangan potensi perikanan?
Kegiatan pendampingan, membantu memberikan alat bantu atau menghibahkan seperti alat tangkap, jaring, perahu, walaupun belum secara keseluruhan mendapatkan bantuan tersebut disalurkan kepada kelompok nelayan. Diharapkan kelmpok ini bisa berkembang, secara perorang juga makin berkembang
Kegiatan pendampingan, karena rehab TPI itu sebagai penunjang untuk distribusikan hasil. Namun yang diutamakan selama ini kita penyediaan sarananya lebih ke fisik, untuk softskill belum terlalu rutin, paling seperti untuk penggunaan GPS atau semacam edukasi yang diperbolehkan dalam penangkapan ikan
Pemberian bantuan, untuk tahun ini ada 10 kapal ukuran 3 GT serta alat tangkapnya seperti jaring. Untuk rehab TPI rencananya tahun ini ada 2, TPI Situregen dan TPI Citarate
Saling berkaitan erat, ada rehab ada pendampingan Kalau menurut saya, pendampingan yang menjadi prioritas karena kita
memebrikan bantuan hibah untuk meningkatkan hasil tangkapnnya, kalau rehabilitasi masih kita bisa alokasikan tahun depan
Bantuan sarana penangkapan ikan, pembangunan prasarana pelabuhan, yaitu fasilitas TPI seperti alur pelayaran, kolam pelabuhan di dermaga
Pertama bantuan, sarana dan prasarana termasuk alat tangkap, kapal. Kedua kartu nelayan, bagian dari program pengembangan potensi
perikanan tangkap, karena dengan kartu itu bisa memperoleh beasiswa pendidikan, mendapatkan bahan bakar. Ketiga asuransi nelayan, manfaatnya untuk kepentingan yang bisa mendukung mengembangkan diri. Sasaran program untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan
Saat ini hanya alat tangkap yang ramah lingkungan, tidak dilarang oleh pemerintah, karen kalau berbicara hasil tangakapan bisa berubah-ubah apalagi dibarengi dengan terang bulan
Alat tangkapnya, kalau nelayan mah macam-macam sih. Kadang-sama alat tangkap ini berhasil, sama yang lain tidak
Sarana alat tangkap, yang paling memang unggulan Dari hasil tangkapan, pengolah yang sudah berkembang. Disini sudah ada
pengolah abon ikan tuna sudah masuk ke nasional juga ke presiden juga
Q
I
Bagaimana bentuk kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan
manfaatnya bagi pengembangan potensi perikanan tangkap ?
Kita mengusulkan mengenai anggaran, lalu kita meyakinkan pemerintah daerah bahwa nelayan ini masih butuh bantuan, disampaikan melalui rapat-rapat koordinasi apakah itu dilakukan ketika perencanaan penganggaran oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) koordniatornya di BAPPEDA. Karena keterbatasan anggaran program atau kegiatan yang kita adakan tidak semuanya bisa terakomodir. Kita juga memerlukan bantuan yang bersifat dari pusat/provinsi
Biasanya yang berkaitan dengan kebutuhan nelayan, untuk penyediaan sarana dan prasana baik yang pokok atau penunjang, laporan hasil produksi, larangan-larangan dari pemerintah pusat lalu disampaikan ke pemerintah daerah,lalu minta solusinya seperti apa. seperti misalnya kemarin ada alat tangkap lobster yang tidak diperbolehkan, lalu dikomunikasikan ke pemerintah daerah, supaya pemberian bantuan sarana dan prasarananya tidak yang dilarang oleh pemerintah pusat. Kalau penentuan program itu sebelum adanya renstra oleh dinas dan tim dari Bappeda
Dari sisi anggaran, perencanaan dengan bappeda, untuk program-program dengan setda, dan anggaran/keuangan dengan BPKAD
Masalah PAD itu, karena kita mempunyai target. Ketika tidak tercapai itu harus ada alasannya, contohnya misal TPI bayah, 1 karena cuaca, alat perlengkapan pada rusak
Kita koordinasi lintas sektoral macem-macem, kita dengan kecamatan koordinasi terkait program-program kecamatan, dengan bagian umum, dengan dinas disperindag kaitan dengan masalah perdagangan, kemudian dinas lingkungan hidup terkait pengelolaan wilayah pesisir, ini yang di
pemda kan yah. Dinas koperasi juga terkait dengan kelembagaan, sudah mendorong kelompok untuk membentuk koperasi yang berbasis KUB sudah ada 2 di Bayah dan di Wanasalam. Karena untuk mekanisme penerimaan hibah atau bansos
Dinas dalam hal ini mewakili pemerintah kabupaten lebak untuk urusan perikanan, bukan kerjasama karena kita itu bagian dari pemerintah daerah. Yang ditugaskan oleh bupati dan wakil bupati untuk pemberdayaan nelayan, perikanan
Dinas perikanan kan bagian dari pemerintah daerah, jadi bentuk kegiatan yang dilakukan dinas itu adalah program dari pemerintah daerah di bidang kelautan dan perikanan. Bagian yang tidak terpisahkan dinas perikanan dengan pemerintah daerah. Sesuai dengan visi misi bupati dan wakil bupati mengenai program yang berkaitan dengan perikanan
Kami tidak lepas, dengan BPN dengan program SEHAT, jalan dengan ke dinas PU
Yang asli nelayan mah harus punya kartu nelayan, lalu asuransi takut ada kecelakaan atau meninggal dunia
Banyak hal, tentang legalitas perahu kemudian diharuskan masuk ke pelelangan, kewajiban kami memberikan kontribusi ke pemrintah
Pada saat penyususnan APBD, tapi hanya untuk mengetahui bagaimana
uang yang ada digunakan. Untuk penyusunan, sebenarnya kita sudah bisa melihat dari penyusunan RKPD, KUA-PPAS. Evaluasi di BPKAD itu seperti apakah anggaran itu sudah terserap apa belum
Koordinasi program dan kegiatan. Fungsi BAPPEDA itu sendiri lebih koordinasi dengan instansi. Kebetulan bidang ekonomi dan SDA kebetulan dinas perikanan ada disini. Mengarahkan agar tidak keluar dari rencana yang telah dibuat dari tahun 2014-2019
Koordinasi, dan mendorong potensi desa yang masih tertinggal, karena sekarang perangkat desa itu ada gajinya. Dari DD dan ADD setiap tahun meningkat itu. 16 M untuk kecamatan wanasalam. Tinggal pengawasannya pengeola itu, masyarakat harus diawasi, takut ada pelanggaran. Tahun ini desa muara mendapat 1, 396 M paling besar. Menjadi barometer dengan desa lain
Pembangunan, perkembangannya, memang dari profil juga seperti jumlah nelayan, jumlah penangkapan ikan, jenis ikan nya per tahun dengan nilai rupaiahnya, itu ada di profil desa
II. Kelemahan/Weaknesses
Q
I
Apa saja weaknesses (kelemahan) yang dimiliki oleh Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Lebak ?
SDM masih kurang, kemudian operasional dinas untuk pembinaan nelayan itu masih rendah, anggaran yang dikelola masih jauh dari apa yang diharapkan. Karena dari program banyak yang kita buat tapi kenyataannya tidak bisa dilaksanakan
Seharusnya memang seperti itu, yang paling memang dari lulusan perikanan, khusunya untuk bidang secara teknis, seperti 3 bidang yang ada.kalau di secretariat itu kan umum, jadi memang di prioritasnya dari teknik perikanan, kalau yang umum kan banyak jadi campur
SDM juga menjadi kelemahan, perlu pembenahan peningkatan kualifikasi perlu ditingkatkan
Banyak, salah satunya tadi itu SDM yang handal, yang serba bisa, masih kurang. Karena kita masih sedikit untuk tenaga, dengan berbagai disiplin ilmu yang campur. Kita kan dibidang tangkap, harusnya kita bisa tahu cara penangkapan yang baik. Selanjutnya dana, kita mengandalkan dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
Sumber daya manusia, mereka para nelayan disini masih merasa alatnya masih tradisional, kemampuan para nelayan belum begitu terampil, peralatannya di pake kan ada jaring, pancing mereka itu kadang-kadang sudah usang atau rusak. Kemudian personil/tenaga jumlah 11 petugasnya hanya 1, PPL itu berbarengan untuk budidaya juga, sangat terbatas. Tugasnya melaporkan yang berhubungan nelayan, sebulan sekali ada rapat dinas
Jumlah SDM penyuluhnya, dari dinas cukup, kemudian Perilaku, Sikap dan Keterampilan (PSK) dari nelayan, keterampilan nelayan yang masih rendah dalam perikanan. Nelayan kita masih banyak yang belum memiliki sertifikat-sertifikat, sedangkan untuk berlayar apalagi kapal diatas 5 GT harus ada sertifikat berlayar, yang mengeluarkan sertifikat itu dinas perhubungan, selanjutnya anggaran sebenernya kita hanya mengandalkan dari DAK, APBD kita rendah
Kelemahan itu banyak faktor, apabila dilihat dari faktor alami karena disitu wilayah samudera dengan wilayah yang luas dikenal dengan mempunyai gelombang yg tinggi, seperti gelombang tinggi, angin, cuaca, musim. Faktor infrastruktur, seperti pembangunan alur pelayaran, belum optimal belum 100% lengkap, masih ada hal yang kurang, seperti sekelas TPI dermaga kurang panjang, belum ada SPBN. Faktor budaya
masyarakat nelayan, umumnya di wilayah lain kampung nelayan identik dengan wilayah yang kumuh, dan berada di bawah garis kemiskinan, wilayah kita juga seperti itu, dan budaya yang tidak menabung terlalu berlebihan. Faktor SDM dalam hal pendidikan, lulus SD atau SMP saja syukur, ada yang tidak bersekolah. Akhirnya jadi pilihan terakhir, karena sekolah gak bisa akhirnya ikut melaut bersama bapaknya. Akhirnya turun menurun untuk pekerjaan sebagai nelayan
Nelayan, baik itu dalam hal pendidikan keterampilan, maupun pengetahuan. Masih keterbatasan anggaran, sehingga program-program kita hanya yang bersifat stimulus, nelayan kita masih kemampuan masih minim dan tradisional. Dalam hal pengawasan untuk di lapangan, masih kesulitan mengawasi perikanan tangkap. Masih belum menjangkau sepenuhnya
Keterbatasan petugas/personil di lapangan dari dinas, SDM nelayan masih rendah dalam hal ilmu
Petugas yang sedikit. Belum adanya sarana prasarana seperti cold storage, SPBN kan kalau beli di pom bensin harus pake surat-surat, surat kecamatan dari syahbandar, per tahun harus diperpanjang. Sedangkan kalau nelayan kecil kan beli bahan bakarnya sedikit, kalau harus pake surat mah kasian
Masih kurangnya program sarana tangkap yang betul-betul kami butuhkan
Dilihat dari peningkatan atau kemajuan, memang kurang cepat untuk nelayan yang kecil mah, disini memang pelabuhan itu dari mana-mana berbagai suku, kenapa miskin terus. Kalau juragannya mah iya. Terkait pendidikan, kesehatannya. Kenapa juga pada diam di atas tanah milik orang lain. Misal ada program RTLH tapi itu tidak bisa dijalankan, termasuk program untuk SEHAT. Kebanyakan berada di tanah juragannya, sehingga tidak bisa diterapkan program itu. Karena permasalahan status tanah
Dari musim, belum adanya sarana cold storage. ketika penangkapan berkurang kita memasok dari luar seperti ke muara angke jakarta. Ketika kita penangkapan banyak, kenapa ibaratnya tidak disimpan untuk persediaan masa paceklik
Q
I
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan
sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan Ikan dan
Pangkalan Pendaratan Ikan ?
Sarana prasarana mah sudah cukup lah, dengan jumlah kapal yang ada masih mumpuni. Namun pelelangan itu kan daya beli para bakul masih kurang sehingga tiap pelelangan permasalahanya ada di permodalan, kita sudah mengupayakan dengan perbankan termasuk yang dikelola oleh pemerintah daerah yaitu BPR, kita sudah menghubungi semoga bisa
terealisasi dengan suku bunga yang rendah yang tidak menggunakan anggunan, kalau nelayan itu dari mana, lagi mengupayakan untuk permodalan
Identifikasi keterbatasan sarana prasarana TPI tersebut, mana yang sudah layak mana yang belum layak. Yang tidak layak ini kita perhatikan dengan juga dengan aktifitas nelayannya, apabila aktifitas nelayan tinggi dan sarana prasarana tidak layak, ini yang akan perbaiki
Dengan pembinaan, monitoring, evaluasi, pembinaan yang dilakukan oleh tim kabupaten, bisa melihat perkembangan hasil tangkapan dengan bekerjasama dengan pihak terkait, seperti pol air, sahbandar
Harus ada pengawasan yang rutin, mengadakan pelatihan Kita memang sekarang lebih perbaikan pengelolaan TPI sebenernya, jadi
kalau dulu dikelola sendiri, sekarang kita bekerjasama dengan pihak ketiga, koperasi. Karena untuk pengelolaan TPI itu kita butuh modal, karena belum ada anggarannya jadi oleh pihak ketiga, kita lihat setahun dua tahun, kalau kita bisa mulai mengelola sendiri, kita akan kelola
Langkah yang sudah dilakukan, merehab TPI yang rusak, membangun TPI yang baru, yaitu TPI Cibareno. Menambah luas kolam pelabuhan
Dengan melakukan pemeliharaan atau rehab rutin setiap tahun, fasilitas TPI secara rutin. Kedua, dari sisi manajerial TPI supaya aktifitas pelelangan di TPI bisa berjalan dengan baik, jadi ada 2 secara administrasi dan manajerial
Dari semua kebutuhan, dari karcis lelang. Adanya pengelola TPI dan anggota, sarana prasarana
Pengennya bapak, adanya cold storage itu. Kalau ikan banyak bisa ditampung disitu dulu gitu. Disini mah kekurangnnya listrik. Es juga disini kualitasnya masih jelek, listriknya belum stabil disini sering mati lampu. Esnya itu cepat cair, jadi kan jelek. Kalau dari serang itu awet, meskipun agak mahal tetap dibeli, per balok 28.000. menurut bapak, kebutuhan nelayan itu yang paling rutin, kalau semua sudah stabil. Yang luar biasa itu nelayannya bukan hasil tangkapannya. Yang utama itu memang nelayan. misalnya ribuan ton es, garam, siapa yang beli nelayan. itu rutin semuanya. Kalau sepi Jakarta juga tembus. Cuma nelayan mah memang kurang pintar saja
Kebetulan koperasi baru masuk. TPI kemarin ada masalah, polemik ada masa transisi. Entah apa dasarnya kami ditawarkan untuk mengelola. Koperasi terima. Dalam hal pengelolaan TPI 1 bulan saja belum, masih tahap penjajakan koperasi juga
Q Bagaimana cara untuk mengatasi kurangnya Sumber Daya Manusia
I dalam pendampingan kelompok nelayan ?
Kita adakan bimbingan dan pelatihan-pelatihan, sosialisasi-sosialisasi, untuk tahun ini ada tentang perizinan. Kita punya gedung sekaya maritim, temat berkumpul, usaha perikanan, nelayan, sosialisasi memberikan informasi yang aktual mengenai cuaca
Iya ada pelatihan, namun untuk penyuluh perikanan bantu itu memang harus ada, sebelum melakukan tugas merka dikasih pelatihan pendidikan di bandung selama seminggu
Untuk pegawai teknis ada undangan dari provinsi, misalkan untuk pelatihan teknis kapal, navigasi kapal. Kemudian pelatihannya berupa studi banding. Di kabupaten pendidikan struktural aparatur seperti kepemimpinan
Mengusulkan untuk menambahkan tenaga, mengirimkan tenaga bimtek, pernah juga mengusulkan ke pemerintah daerah yaitu Badan Kepegawaian Daerah (BKD) namun selalu pending
Harus banyak menambah personil untuk dialokasikan yang di Binuangeun dan Bayah. Harus ditempatkan yang potensi
Kita coba dengan jejaring kerja, kita punya whatshap kita berusaha gunakan untuk komunikasi, karena jarak yang jauh. Kita bisa gunakan untuk kerjasama, contohnya pengawasan kita bisa bekerjasama dengan pol air, kita bisa kerjasama dengan lintas sektoral
Menambah sumber daya aparatur, untuk membina membangun memberdayakan. Kurang proporsional dari jumlah pelaku perikanan dengan aparat pemerintah daerah yang bekerja di daerah perikanan
Paling kita berkoodinasi dengan tenaga pendamping, kita mencoba untuk mengoptimalkan peran serta mereka dalam membantu dinas perikanan. Secara lisan kita berkoordinasi dengan dinas provinsi, dalam hal mencari informasi
Saya membuat schedule/jadwal yang non stop, tidak mengenal hari libur. Suka mengadakan pelatihan ke nelayan baik mengenai alat tangkap, pengggunaan kapal penggunaan mesin, baik tingkat kabupaten, provinsi, atau pusat. Selalu melakukan anjang sono, minimal seminggu sekali
Harus stabil kalau nelayan alat tangkapnya. Pengalaman bapak sebagai nelayan, dulu 10 piece jaring aja dapat hasil yang luar biasa. Tapi sekarang 50 piece jaring ikan yang dihasilkan belum tentu banyak
Harus ada penambahan personil Sekarang memang tingkat pendidikan agak meningkat, tapi sebelum itu
pendidikan anaknya diabaikan, malah disuruh ikut orang tuanya melaut
Q Apa saja yang dilakukan untuk mendapat dukungan dari perbankan
I untuk permodalan nelayan ?
Baru ke juragan saja, tapi untuk ke nelayan belum Walaupun saya belum punya data, berapa saja kelompok nelayan yang
pengajuan perbankan. Kayaknya masih kecil Nelayan di kita mayoritas nelayan yang tidak memiliki agunan, paling
untuk bantuan perbankan itu untuk juragan, karena mereka ada jaminan. Sedangkan untuk nelayan, perbankan tidak percaya, karena dengan hasil tangkapan yang tidak tentu, dan tidak memiliki agunan atau jaminan
Yang dikatakan KUR dari budidaya ada, kalau untuk nelayan karena saya baru 2 bulan, penyerapannya masih rendah. Kalau dari APBN atau APBD banyak
Selama ini akses perbankan untuk nelayan kecil belum ada, tetapi kita punya program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah), sertifikat itu adalah akses untuk permodalan itu, sertifikat itu sebagai jaminan, sertifikat itu dianggunkan untuk dapat pinjaman
Sampai saat ini pemerintah daerah sedang mengusahakan agar adanya akses untuk permodalan, dengan cara salah satunya pemerintah ada program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah Nelayan ) pernah diintervensi oleh pemerintah pusat. Sampai tahun 2016 masih berjalan. Itu tujuannya selain membuat legalitas tanah, dan sebagai anjuran untuk mendapatkan pinjaman. Untuk saat ini hanya dibawah 0,5% nelayan yang menggunakan sertifikat tanah itu untuk menambah modal tersebut
Kalau secara langsung memang belum, namun nanti ada program pusat. Seperti asuransi nelayan, dan program SEHAT (Sertifikat Hak Atas Tanah Nelayan), karena selama ini nelayan dikenal tidak ada yang bisa jadi jaminan. Membantu akses untuk permodalan
Sekitar 100 lebih yang menggunakan anggunan ke bank Kurang paham bapak mah. Gak mau susah sih, langsung aja Terbagi 3 bagaian, modal sendiri, perbankan, ada dari para
juragan/langgan. Dipresentasekan itu modal 25 %, perbankan 25%, dan modal dari juragan atau langgan itu 50%
Sekitar 70%, paling nelayan yang memiliki pekerjaan lain seperti buka toko, kalau nelayan penuh perbankan menghindari karena khawatir akan macet untuk bayar
Kerjasama dengan perbankan, tapi kalau dengan bank, pihak bank juga menginginkan adanya agunan itu. Presiden bilangnya tidak ada agunan tapi tetap saja dalam pelaksanaannya. KUR juga tetap ada agunan
Mayoritas sudah, 75% sudah menggunakan bantuan perbankan
Q Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan
I respon pemerintah daerah dalam program pengembangan sistem
perikanan tangkap ?
Karena selama ini baik saja respon dari pemerintah daerah, dilihat dari peran aktif pemerintah daerah yang selama ini ada, dalam kegiatan pengembangan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Lebak.
Responnya baik, pemda sering mendorong kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di lapangan, dan mengkomunikasikan dengan pusat apa saja yang dibutuhkan
Insya Allah baik, karena kalau tidak target kita tidak akan tercapai. Lalu pembinaan untuk nelayan, komunikasi dengan juragan kapal, setiap bulan kepala dinas melaporkan ke pemerintah daerah
Respon sangat tinggi, menjadi andalan di dinas perikanan yang di binuangeun, kan kalau di pemda tidak terlihat mana yang paling andalan, tapi kalau di dinas perikanan yaitu TPI Binuangeun
Potensi perikanan tangkap di wanasalam cukup tinggi, diketahui bahwa produksi dominan di Kabupaten lebak itu ikan tuna tongkol dan cakalang sangat diminati untuk ekspor, banyak yang meminta untuk mengirim ikan tersebut, kebetulan wanasalam itu jalur migrasi ikan-ikan cakalang tersebut. Sangat potensial untuk dikembangkan produksi perikanan. Kabupaten lebak itu sudah bekerja sama nota kesepakatan antara PERINDO dengan bupati lebak sepakat untuk mengembangkan industry yang ada di kabuapten lebak. kalau gak salah rencananya PERINDO itu akan membangun cold storage, pabrik es, dan SPBN. Karena kita potensi perikanan tangkapnya cukup tinggi, tapi fasilitasi belum menunjang. Fasilitas ada tapi belum bisa mengakomodir potensi perikanan tersebut
Iya sudah, dengan memberi jalan itu Memang dalam hal kontribusi perikanan tangkap untuk pendapatan besar
di dinas perikanan, namun kalau sudah masuk kas daerah, itu tidak hanya perikanan tangkap saja, tetap saja masih kecil, sehingga memang untuk sebagian kewenangan yang dialihkan ke provinsi itu bisa tidak meringankan pengeluaran anggaran
Bagus, dibuktikan dengan hasil setiap tahun hasil produksi Menurut bapak, kalau sekarang ini agak mending. Mudah-mudahan
kedepannya bisa lebih baik Responnya bagus. Tapi langkah-langkah solusi untuk pengembangan
dianggap kurang, entah kalau sudah oleh provinsi. Karena 2016 kebelakang pihak provinsi ini menganak tirikan wanasalam, entah itu karena jauh atau apa
Dalam segi pengajuannya tidak ada masalah, tapi dalam pengelolaan di internalnya dinas tidak tahu, karena itu internal dinas. Kalau kita selagi ada untuk dianggarkan kita tidak masalah. Untuk setiap SKPD penghasil PAD pemda juga memberikan insentif 5% dari PAD yang dihasilkan
Iya ada, biasanya per triwulan. Hanya sebatas mengevaluasi, sudah sejauh
mana mengerjakannya Kalau dilihat dari bantuan-bantuan alat tangkap bagus sih, setiap tahun
ada bantuan. Namun, disini yang kurang itu dalam hal pengelolaan pariwisata, karena mayoritas tanahnya milik sendiri bukan punya pemerintah
III. Peluang/Opportunities
Q I
Apa saja peluang yang dimiliki oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lebak dalam pengembangan potensi perikanan tangkap
?
Potensi alam yang luar biasa, Cuma peluang untuk masih banyak dengan meningkatkan sumber daya manusia di didik dan dilatih, karena masih kurang nelayan kita yang mau melaut selama 7 hari, 5 hari sudah mau pulang, dibandingkan dengan kapal dari sibolga bisa sebulan atau 2 bulan. Kita berikan kapal 10 GT tapi tidak bisa berjalan, karena para nelayannya tidak ada kemauan
Pengembangan potensi perikanan yang lebih luas lagi, untuk area penangkapan ikan lebih luas
Kewenangan wilayah penangkapan sampai 18 mil, asalkan menggunakan kapal kecil. Bekerjasama dengan pihak lain, misalnya di bayah ada pabrik semen merah putih, kemudian karena ada dermaga kapal yang terganggu, maka adanya kerjasama untuk memperbaiki dermaga tersebut
Ketika peralatannya bagus, pengetahuannya luas, hasil tangkap akan semakin bagus lagi, Bianguangen paling startegis, jangkauan lautnya tidak terlalu jauh cuma untuk perubahan itu tidak bisa sekaligus, harus pelan-pelan, masih bingung kalau di kasih sekaligus, harus dikasih pengetahuannya dulu, baru dikasih peralatannya. Nanti malah tidak akan jalan nanti itu kapalnya, kalau sekaligus. Menurut saya, dinas yang tidak memakai modal atau apapun itu cuma dinas perikanan, karena tinggal mengambil dilaut, kemudian dijual
Nah itu tadi kerjasama dengan PERINDO, dari swasta juga ada yang membangun SPBN, swasta juga ada yang berinvestasi. Kan kalau PERINDO itu BUMN
Seperti datangnya Menteri BUMN dengan membawa jajarannya di bidang BUMN, seperti perusahaan-perusahaan BUMN contohnya Perindo, Perinus. Akan merencanakan cold storage
Peluang cukup besar, bisa dilihat dari sudah banyaknya investor yang melirik. Seperti sudah ada tambak udang di sepanjang jalan Binuangeun. Kebanyakan investor dari Jakarta. Tapi untuk perikanan tangkap belum
banyak, Karena hasil tangkap belum terlalu banyak dihasilkan Hasil tangkapan ekspor, ke jepang korea ikan tuna biasanya Kalau peluang di darat, harus mengadakan cold storage yang stabil, kalau
banyak ikan harus menampung kita. Kalau banyak ikan, bos-bos besar saja yang bisa menyimpannya. Kalau tidak ada ikan, kita tetap membeli dari bos-bos itu atau dari Jakarta
Sebetulnya sangat bagus, pertama pelabuhan kelas menjadi no 1 di kabupaten bahkan provinsi, kalau karangantu memang karena kelas pelabuhan kelas PPN. Tapi kalau jumlah kapal, hasil produksi kita masih unggul. Peluang itu sangat baik disini, jenis ikan pun banyak untuk kualitas ekspor. Harusnya pemerintah ini membuka akses, karena kita hanya selaku supplier eksportir belum menjadi eksportir
Kalau ritel kan diurusnya ke cabang, sedangkan KUR Mikro diurus ke unit dan biasanya nasabah tidak mau ke cabang karena jauh, jadi ke unit saja, dan nasabah ingin tetap dengan setoran yang kecil. Kalau KUR Ritel setorannya lumayan besar. Tapi kelebihan KUR Ritel itu ada asuransinya, jadi ketika nasabah meninggal dunia semua tagihan dihilangkan, sedangkan kalau KUR Mikro itu tidak ada asuransi, jadi kalau nasabah tersebut meninggal dunia, tagihan tetap dibayar oleh ahli warisnya.
Sekarang ini mulai rame, tapi tambak udang. Pantai-pantai sekarang sudah dibebaskan garapannya. Karena disini akan jadi minapolitan sesuai dengan tata ruang wilayah
Dilihat dari perkembangan teknologi, sekarang sudah ada GPS untuk melaut, lebih modern, lebih mudah
Q
I
Bagaimana Dinas Kelautan dan Perikanan memanfaatkan peluang
yang didapatkan ?
Memberikan pelatihan kepada nelayan Memberikan kapal dengan kapasitas yang lebih besar, kita mengusulkan
ke pusat Membantu memberikan kapal, alat tangkap, lalu GPS. Adanya
perencanaan dari pihak swasta akan ada pembangunan SPBN di wanasalam
Memperkenalkan dulu ke nelayan, melihat menikmati atau masuk. Misalnya memperkenalkan koperasi, setelah diperkenalkan saling menguntungkan lalu melihat seperti ini koperasi. Setelah itu pasti akan ingin memiliki
Kita terus berkoordinasi dengan pihak PERINDO dan investor. Kita membantu secara regulasi, memfasilitasi regulasi-regulasi
Tentunya kita terbuka, artinya mereka menghubungi dinas perikanan mendukung bila akan dibuat pembangunan infrastruktur perikanan
tangkap. Begitu pun investasi dalam hal penangkapan ikan, seperti swasta yang ingin bawa kapal di daerah wanasalam
Dengan mempermudahnya, yaitu salah satunya dengan memberikan rekomendasi-rekomendasi asalkan sesuai dengan tata ruang kita.namun untuk diizinkan atau tidak, sesuai dengan dinas tata ruang
Mereka para nelayan harus mengikuti persyaratan layak dari perusahaan, seperti kualitas ikan, jenis ikan
Ya itu harus punya modal, kasihan nelayan. kalau lagi banyak ikan, harga ikan itu murah, tapi kalau lagi tidak ada kita harus membeli dari luar. Kan kalau cold storage akan enak nantinya
Menjalin kerjasama, dengan berbagai pihak. Tidak hanya pemerintah saja pemerintah butuh swasta atau pihak lain
Meningkatkan perekonomian nelayan, alat tangkap lebih modern
IV. Ancaman/Threats
Q
I
Apa ancaman yang dihadapi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
untuk potensi perikanan tangkap ?
Berkembang industri yang menggunakan fasilitas laut diantaranya seperti pabrik semen atau pabrik yang dibangun di pinggir pantai yang menggunakan transpotasi laut sehingga banyak kapal-kapal tongkang yang mengganggu nelayan, membuat kabur ikan
Terganggunya wilayah area penankapan ikan, contohnya dengan berdirinya pabrik semen, bisa mengganggu area penangkapan ikan, bisa juga pendakalan alur pelayaran. Untuk di Wanasalam, kemaren itu ada rencana pengeboran minyak, yang katanya hasilnya itu akan diangkut melalui Wanasalam, otomatis mengganggu.
Adanya perbedaan pendapat dengan ormas, LSM dengan nelayan setempat. Mengganggu keberlangsungan, biasanya dalam hal bagi hasil
Belum ada, paling untuk nelayan dengan kehidupan yang terbatas seharusnya jangkauan penangkapan ikan jauh, karena peralatan masih terbatas juga
Ketika kita tidak bisa memenuhi, dengan keterbatasan armada ukuran yang besar sedikit, sehingga perubahan cuaca. Kapal-kapal juga terbatas dalam melakukan penangkapan. Nah itu supply, untuk permintaan kan tetap sehingga supply nya dari luar Jakarta, nah ini mengganggu dalam hal kualitas dari ikan berasal tersebut, dikhawatirkan mengandung formalin. Supplier dari Jakarta, ikan –ikannya itu tidak menjamin kualitasnya. Karena permintaan ikan di kita cukup tinggi sedangkan perubahan cuaca, jadi secara otomatis produksi menurun sedangkan permintaan tetap tinggi, jadi supply ke yang lain
Penurunan kualitas perairan, seperti di Bayah ada pabrik semen, yang buang limbah ke sungai. Adanya industrialisasi. Persaingan bisnis, persaingan usaha karena keterbatasan armada.di wanasalam menggunakan kapal dibawah 5GT, namun nelayan pendatang seperti dari Jakarta, Sumatera kapal besar, dan ada alat tangkap yang memadai
Cuaca, alam karena kita samudera. Cuaca ekstrem yang melanda. Adanya industry-industri, asalkan kewajiban-kewajiban seperti ada CSR tidak masalah
Hanya dilihat cuaca, kita tidak bisa menjangkau ketika cuaca kurang baik Seperti bom, bukan orang sini tapi dari lampung yang ada di pulau tinjil.
Sampai sekarang masih ada, segala sesuatu akan terjadi walaupun tidak diperbolehkan. Tapi kita sarana belum memadai, seperti kapal patrol, untuk kesananya. Hanya ada kantornya saja. Dilakukan selalu sengaja, supaya hasil tangkapan besar
Kita tersaingi oleh kapal dengan alat tangkap yang modern. Disini kebanyakan alat tradisional. Kalau ada pendatang yang menggunakan alat tangkap modern, disitulah kami merasa terancam, kami tidak bisa menyaingi, seperti kapal besar, walaupun itu ZEE tapi ada dampak karena disana mereka membuat rumah ikan, sehingga ikan itu terhalang
Tidak ada agunan untuk KUR sebenarnya, cuma bank menghindari resiko kredit kalau tidak menyimpan agunan lalu bank akan percaya ke apa
Iya memang nanti akan terhalang, tapi kami sudah bilang agar dibolongin agar pantainya masih terlihat, jangan sampai seperti di Anyer, mana laut. Itu action dari satpol PP nantinya
Dilihat dari teknologi juga, kadang ada persaingan, aturan yang ada Misalnya tidak diperbolehkannya menangkap benur, sekarang lagi trendnya penangkapan benur. Sekarang nelayan tidak menangkap ikan lagi, pada beralih ke penangkap benur. Benur juga lebih mahal dijualnya
Q
I
Bagaimana cara Dinas Kelautan dan Perikanan menghadapi
ancaman tersebut ?
Ya karena kita keterbatasan kewenangan, paling kita bisa berteriak kepada mereka yang telah mengganggu kehidupan nelayan supaya bisa ada kontribusi kepada nelayannya seperti CSR
Kita harus mengidentifikasi, lalu kita sampaikan. Walaupun saya tidak tahu untuk mengenai musyawarah perizinan pengeboran tersebut, biasanya hanya pihak kecamatan yang diundang
Mengkomunikasikan mengkoordinasikan dengan ormas tokoh masyarakat
tidak ada Sebenernya supplier dari luar tidak masalah, Cuma kita harus bener-bener
meningkatkan dalam hal pengawasan, kita bekerjasama dengan disperindag juga mengantisipasi masuknya ikan yang berformalin
Harus mengikuti teknologi, harus meningkatkan kapasitas diri sendiri dengan belajar lebih banyak yang lebih canggih dan modern, dan menggunakan alat tangkap yang efisien tapi tidak menggunakan alat tangkap dilarang
Lebih waspada, karena dari alam. Kalau cuaca sudah ekstrem tidak usah dipaksakan. Kalau untuk industry, lebih mengingatkan mengenai langkah-langkah AMDAL, kewajiban perusahaan
Kami menghimbau dengan program simail para nelayan diminta no hp lalu diberikan info cuaca dari bmkg. Uptd yang mengirim broadcast
Itu harus ada kapal patrol, karena selama ini belum ada kapal tersebut. Kapal lawan itu sangat cepat, sehingga kita tidak bisa mengejarnya
Kami belum ada solusi Bingung juga kalau aturannya, harus dibenahi. Sehingga harus berpikir
bahwa kenapa negara lain bisa mengembangkan benur, tapi kenapa di indonesia belum saja, lebih respon
Tabel Pedoman Wawancara
No Indikator Pertanyaan Informan
1 Strengths (kekuatan)
Apa saja strengths (kekuatan) yang dimiliki oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ?
Apa saja manfaat program pengembangan sistem perikanan tangkap ?
Apa saja kegiatan unggulan Dinas Perikanan untuk pengembangan potensi perikanan?
Bagaimana bentuk kerjasama dengan Pemerintah Daerah dan manfaatnya bagi pengembangan potensi perikanan tangkap ?
2 Weaknesses (kelemahan)
Apa saja weaknesses (kelemahan) yang dimiliki oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ?
Apa saja langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan sarana dan prasarana penunjang Tempat Pelelangan Ikan dan Pangkalan Pendaratan Ikan ?
Bagaimana cara untuk mengatasi kurangnya Sumber Daya Manusia dalam pendampingan kelompok nelayan ?
Apa saja yang dilakukan untuk mendapat dukungan dari perbankan untuk permodalan nelayan ?
Langkah-langkah apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan respon pemerintah daerah dalam program pengembangan sistem perikanan tangkap
3 Opportunities (peluang)
Apa saja peluang yang dimiliki oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dalam pengembangan potensi perikanan tangkap ?
Bagaimana Dinas Perikanan memanfaatkan peluang yang didapatkan ?
4 Threats (ancaman)
Apa ancaman yang dihadapi oleh Dinas Perikanan untuk potensi perikanan tangkap ?
Bagaimana cara Dinas Perikanan menghadapi ancaman tersebut ?
RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014-2019
PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DINAS PERIKANAN
2016
PERUBAHAN
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 1
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk
menentukan strategi atau arahan, serta mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber
dayanya (termasuk modal dan sumber daya manusia) untuk mencapai strategi ini.
Perencanaan Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat manajemen yang digunakan
untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan,
sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari
kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan ( Kerzner , 2001 ).
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan
RENSTRA SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode lima (5) tahun, yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta berpedoman
kepada arah, kebijakan dan program-program kerja daerah yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2014-2019. Rencana strategis
(renstra) dipergunakan sebagai acuan perencanaan operasional kegiatan satuan kerja yang
dituangkan dalam Rencana Kerja (Renja) Satuan Kerja setiap tahunnya. Rencana strategis
Kementerian Perikanan dan Provinsi Banten menjadi bahan acuan dalam penyusunan
Rencana strategis Dinas Perikanan Kabupaten Lebak.
Perubahan Renstra mengacu pada perubahan RPJMD sesuai dengan berlakunya
Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 mengenai Pemerintahan Daerah. Perubahan ini
memiliki dampak pada perubahan struktur organisasi dan tata kelola Dinas serta sasaran-
sasaran yang telah ditetapkan.
1.2. Landasan Hukum
Rencana Strategis Dinas Perikanan Kabupaten Lebak tahun 2014-2019 disusun untuk
mencapai tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lebak. Dasar
hukum perencanaan strategis Dinas Perikanan Kabupaten Lebak tahun 2009-2014 mengacu
pada beberapa produk perundang-undangan sebagai berikut :
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 2
2
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 45, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahnu 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
9. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 3
3
10. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
11. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 61, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
12. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
13. Undang-undang Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4575);
14. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4576);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerpan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 4
4
21. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
24. Peraturan Presiden Nomor 02 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 20111 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
27. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 26 Tahun 2016 tentang Pedoman
Nomenklatur Perangkat Daerah Dan Unit Kerja Pada Perangkat Daerah Provinsi Dan
Kabupaten/Kota Yang Melaksanakan Urusan Pemerintahan Di Bidang
Kelautan Dan Perikanan;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Lebak;
29. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 5 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Lebak;
30. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 19 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lebak Tahun 2005-2025;
31. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 2 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lebak;
32. Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebak Tahun 2014–2019.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 5
5
1.3. Maksud dan Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebak,
merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai daerah dalam kurun waktu lima tahun.
Perubahan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perikanan Kabupaten Lebak adalah dokumen
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yang berjangka
waktu lima tahun setelah diadakan evaluasi terhadap capaian Renstra dan disusun dalam
rangka mengoperasionalkan Perubahan RPJMD Kabupaten Lebak sesuai tugas dan fungsi
Dinas. Substansi utama Renstra Dinas Perikanan Kabupaten Lebak memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan.
Penetapan tujuan Perubahan Renstra Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dimaksudkan
untuk memberikan gambaran yang jelas kepada seluruh aparatur Dinas Perikanan serta
masyarakat yang berkepentingan terhadap pelaksanaan tugas–tugas di Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lebak selaku kepala SKPD dan sebagai alat pengukur
kinerja Dinas sesuai dengan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan dalam Renstra.
Maksud dan tujuan dari penyusunan Perubahan Rencana Strategis Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak Tahun 2014-2019 yaitu :
1. Menyediakan acuan resmi bagi seluruh Aparatur Dinas dalam menyusun program dan
kegiatan selama kurun waktu lima tahun;
2. Memudahkan seluruh jajaran Dinas dalam mencapai tujuan dengan melaksanakan program
dan kegiatan.
3. Memudahkan seluruh jajaran Aparat Dinas memahami dan menilai program dan kegiatan
operasional tahunan dalam rentang waktu lima tahunan sesuai dengan Peraturan yang
berlaku;
4. Memberikan arahan bagi pelaksanaan pembangunan jangka menengah lima tahun
kedepan;
5. Menjadi instrument penilaian kinerja tahunan dalam kurun waktu lima tahunan.
1.4. Sistematika Penulisan
Substansi Perubahan Rencana Strategis Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Tahun
2014-2019 menyangkut potensi, kondisi, peluang dan kendala di sektor Perikanan yang
dihadapi oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak serta pengalihan kewenangan pengelolaan
sumberdaya kelautan kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Selanjutnya
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 6
6
ditetapkan visi dan perubahan misi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak beserta seluruh uraian
yang menyertainya dan tahapan-tahapan pencapaian periodik berikut tolok ukur kinerjanya.
Sistematika penulisan Rencana Startegis Dinas Perikanan Kabupaten Lebak sebagai
berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Sistematika Penulisan
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD
2.2. Sumberdaya SKPD
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
BAB III. ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
SKPD
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
1.1. Visi dan Misi SKPD
1.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
1.3. Strategi dan Kebijakan SKPD
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU KEPADA TUJUAN
DAN SASARAN RPJMD
BAB VII. PENUTUP
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 7
7
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PERIKANAN
2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Perikanan
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang
Organisasi Perangkat Daerah, mulai tahun 2016 Struktur Organisasi, Tugas
Pokok dan Fungsi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak berdasarkan Peraturan
Daerah Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lebak. Berdasarkan Perda
tersebut Dinas Perikanan Kabupaten Lebak mempunyai tugas dan fungsi
sebagai berikut :
1. Tugas
a. Melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan
Perikanan berdasarkan azas otonomi;
b. Melaksanakan tugas pembantuan di bidang Perikanan yang diserahkan kepada
Pemerintah Daerah.
1.2.Fungsi
a. Perumusan kebijakan pemberdayaan nelayan kecil dan usaha kecil
pembudidayaan ikan, penerbitan SIUP di bidang pembudidayaan ikan yang
usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten, pengelolaan dan penyelenggaraan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pengelolaan pembudidayaan ikan;
b. Pelaksanaan kebijakan pemberdayaan nelayan kecil dan usaha kecil
pembudidayaan ikan, penerbitan SIUP di bidang pembudidayaan ikan yang
usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten, pengelolaan dan penyelenggaraan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pengelolaan pembudidayaan ikan;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pemberdayaan nelayan kecil dan usaha
kecil pembudidayaan ikan, penerbitan SIUP di bidang pembudidayaan ikan dan
yang usahanya dalam 1 (satu) daerah kabupaten, pengelolaan dan
penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan pengelolaan
pembudidayaan ikan;
d. Pelaksanaan administrasi Dinas Perikanan Kabupaten; dan
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 8
8
e. Pelaksanaan fungsi lain yang terkait bidang perikanan yang diberikan oleh
Bupati.
Adapun susunan organisasi Dinas Perikanan adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat :
1. Sub Bagian Program dan Keuangan;
2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
c. Bidang Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan :
1. Seksi Peningkatan Kapasitas Nelayan dan Pembudidaya Ikan;
2. Seksi Kelembagaan;
3. Seksi Kemitraan Usaha Pelaku Utama Perikanan.
d. Bidang Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan, dan Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan :
1. Seksi Perijinan dan Pencatatan Usaha Perikanan;
2. Seksi Sarana Prasarana Perikanan;
3. Seksi Pengelolaan TPI.
e. Bidang Pengelolaan Pembudidayaan Ikan:
1. Seksi Pengembangan Kawasan Budidaya Ikan;
2. Seksi Konservasi dan Kesehatan Ikan;
3. Seksi Budidaya Ikan.
f. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 9
9
Susunan Organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dapat di lihat pada
Gambar 2.1.
Susunan Organisasi
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Keterangan :
Garis Kedudukan
Garis Koordinasi
Gambar 2.1. Bagan Susunan Organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Berdasarkan
Perda Kabupaten Lebak Nomor 8 Tahun 2016.
1. UPTD BBI 2. UPTD TPI
DINAS PERIKANAN
KABUPATEN LEBAK
SEKRETARIAT
BIDANG Pemberdayaan
Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
BIDANG Perijinan, Sarana
Prasarana Perikanan dan Pengelolaan TPI
BIDANG Pengelolaan
Pembudidayaan Ikan
SEKSI Peningkatan
Kapasitas Nelayan Kecil
dan Pembudidaya
Ikan
SEKSI
Kelembagaan
SEKSI Kemitraan Usaha
Pelaku Utama
Perikanan
SEKSI Perijinan dan
Pencatatan Usaha
Perikanan
SEKSI Sarana Prasarana
Perikanan
SEKSI
Pengelolaan TPI
SEKSI Pengembangan
Kawasan Budidaya Ikan
SEKSI Konservasi dan
Kesehatan Ikan
SEKSI Budidaya Ikan
SUBBAGIAN Kepegawaian
dan Umum
SUBBAGIAN Program dan
Keuangan
Kelompok
Jabatan
Fungsional
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 10
10
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bupati dalam
urusan Pemerintahan di bidang Perikanan yang menjadi kewenangan Daerah
Kabupaten dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah Kabupaten.
2. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam mengelola
program, keuangan, kepegawaian, dan umum, serta melaksanakan tugas kedinasan
lain yang diperintahkan oleh Kepala Dinas.
3. Bidang Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
Bidang Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil dan Pembudidaya Ikan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi, fasilitasi perumusan dan
kebijakan, evaluasi serta pelaporan dan pemberdayaan nelayan kecil dan usaha kecil
pembudidayaan ikan.
4. Bidang Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan dan Pengelolaan Tempat Pelelangan
Ikan (TPI)
Bidang Perijinan, Sarana Prasarana Perikanan dan Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan koordinasi,
fasilitasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta pelaporan
pelaksanaan penerbitan SIUP di bidang pembudidayaan ikan yang usahanya dalam
1 (satu) daerah kabupaten, pembangunan/rehab sarana prasarana perikanan serta
pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
5. Bidang Pengelolaan Pembudidaya Ikan
Bidang Pengelolaan Pembudidaya Ikan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi, fasilitasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi
serta pelaporan pelaksanaan pengelolaan pembudidayaan ikan.
2.2. Sumber Daya Dinas Perikanan
2.2.1. Susunan Kepegawaian
Berdasarkan data dari Sub Bagian Kepegawaian pada Bulan Agustus tahun 2016
komposisi pegawai Dinas Perikanan Kabupaten Lebak tercatat sebanyak 54 orang,
terdiri dari :
1). Berdasarkan pangkat :
a. Gol. I : -
b. Gol. II : 6 orang
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 11
11
c. Gol. III : 21 orang
d. Gol. IV : 5 orang
e. Non Pangkat/Gol. : 22 orang
2). Berdasarkan status kepegawaian :
a. PNS : 29 orang
b. CPNS : 3 orang
c. Penyuluh Perikanan Bantu : 9 orang
d. TKS : 13 orang
3). Berdasarkan usia pegawai :
a. 20 s.d 30 tahun : 15 orang
b. 31 s.d 40 tahun : 16 orang
c. 41 s.d 50 tahun : 10 orang
d. 51 s.d 56 tahun : 12 orang
e. Lebih dari 56 tahun : 1 orang
5). Berdasarkan pendidikan :
a. Pasca Sarjana (S2) : 4 orang
b. Sarjana (S1)/DIV : 28 orang
c. Sarjana Muda (Diploma III) : 3 orang
d. SLTA : 19 orang
e. SLTP : -
6). Berdasarkan jenis kelamin
a. Laki-laki : 40 orang
b. Wanita : 14 orang
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 12
12
2.2.2. Aset yang Dikelola Dinas Perikanan
Aset yang dikelola Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ditampilkan pada
Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Aset yang Dikelola Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
No Jenis Peralatan/Barang Jumlah Keterangan 1 2 3 4 1.
2. 3.
TANAH 1. Tanah Kantor Dinas 2. Tanah Balai Benih Ikan :
- Cikoncang - Cipanas - Kalanganyar
3. Tanah Kolam Pemancar Ikan : - Maja - Cipanas
4. Tanah Runing Water Cipanas 5. Tanah Cirinten 6. Tanah Bangsal Pengolahan Ikan 7. Tanah Tempat Pelelangan Ikan :
- TPI Binunageun - TPI Bayah - TPI Suka Hujan - TPI Sawarna - TPI Panyaungan - TPI Cibareno - TPI Tanjung Panto - TPI Cipunaga - TPI Situregen - TPI Pulomanuk - TPI Cireundeu
8. Tanah Balai Sekaya Maritim BANGUNAN 1. Gedung Kantor 2. Tempat Pelelangan Ikan 3. Rumah Jaga Balai Benih Ikan 4. Rumah Jaga Running Water 5. Bangsal Pengolahan Ikan 6. Pasar Ikan Tradisional 7. Gudang Pakan 8. Balai Sekaya Maritim KENDARAAN 1. Roda empat 2. Roda dua
2.000
20.000 5.102 9.405
3.250 1.200
500 15.404 1.000
± 13.148
442 785,5
± 2.000 100
3.000 100
1 140
1 1
2.000
1 11 3 2 1 2 1 1
6 11
m²
m² m² m²
m² m² m² m² m²
m² m² m² m² m² m² m² unit m² unit unit m² unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
RB=1 unit RB=2 unit, Hilang 1 unit
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 13
13
4. PERALATAN KANTOR 1. Jam Dinding 2. Komputer 3. Sound System 4. Wireless 5. Jet Pump 6. Turen 7. Magnetik Kompas 8. Peta Laut 9. Global Positioning System (GPS) 10. Teropong Gino Culator Bosma 11. Printer 12. Televisi 13. Notebook
5
10 1 2 1 1 2 4 1 2
12 1
16
Buah Unit Unit Unit Unit Unit Buah Buah Buah Buah Buah Unit Unit
RB=7 buah RB=1 buah RB=9 bh, RB=6 unit
14. Mesin Tik 15. Kipas angin 16. Kamera Digital 17. Handycam 18. Faximile
4 11 6
1 1
Unit Buah Buah Buah Buah
RB=2 buah, RB=6 buah RB=4 buah Hilang=1 buah RB=1 RB=1
5. UPTD BBI : A). Bangunan Gedung : 1. Kantor BBI 2. Rumah Pimpinan 3. Rumah Tunggu/Jaga 4. Rumah Pellet 5. Bangunan Indoor 6. Garasi 7. Gudang 8. Rumah Gen Set
B). Mesin dan Peralatan : 1. Traktor 2. Gen Set 3. Pompa Air 4. Mesin Cetak Pellet 5. Mesin Penepung/Penggiling 6. Mesin Pengaduk Pellet/Pencampur 7. Peralatan Kualitas Air 8. Peralatan Hyphopysasi 9. Mesin rumput 10. Tabung oksigen besar 11. Tabung oksigen kecil
1 1 1 1 3 1 1 1
1 3 1 1 1 1 3 1 3 6 6
Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Set Unit Unit Unit
2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Perikanan
Jenis pelayanan secara umum sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak yaitu :
1) Melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang pemberdayaan Perikanan;
2) Melaksanakan pembinaan teknis dan pengembangan teknis di bidang Perikanan;
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 14
14
3) Menyusun rencana dan pelaksanaan program pembangunan bidang Perikanan;
4) Melaksanakan pengawasan teknis bidang Perikanan;
5) Melaksanakan pembinaan dan pelayanan perijinan di bidang Perikanan;
6) Melaksanakan pembinaan terhadap pemberdayaan sumberdaya Perikanan;
7) Mengelola administrasi umum yang meliputi ketatausahaan, keuangan,
kepegawaian, perlengkapan dan peralatan Dinas;
8) Melaksanakan pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
A. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang telah dilakukan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu :
1. Pelayanan penyediaan benih ikan dilaksanakan oleh BBI Cikoncang, BBI Cipanas dan
BBI Kalanganyar;
2. Penerbitan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) perikanan budidaya yang dilaksanakan
oleh bidang Perikanan Budidaya.
3. Pendaftaran Usaha Perikanan bidang perikanan tangkap untuk kegiatan penangkapan
ikan dengan ukuran kapal kurang dari 5 GT.
B. Pendapatan Asli Daerah
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor : 1 Tahun 2012 tentang Restribusi
bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lebak dari sektor Perikanan di
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak berasal dari 3 (tiga) jenis restribusi yaitu :
1. Restribusi Jasa Usaha, yang terdiri dari Restribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi
Tempat Pelelangan Ikan dan Restribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.
a. Restribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang dilaksanakan oleh Bidang Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Perikanan dengan jenis pelayanan:
- Bangsal Pengolahan Ikan
b. Retribusi Tempat Pelelangan Ikan
Retribusi Tempat Pelelangan Ikan yang dilaksanakan oleh UPTD TPI meliputi 11
Tempat Pelelangan Ikan yaitu :
1) Tempat Pelelangan Ikan Binuangeun
2) Tempat Pelelangan Ikan Tanjungpanto
3) Tempat Pelelangan Ikan Sukahujan
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 15
15
4) Tempat Pelelangan Ikan Cipunaga
5) Tempat Pelelangan Ikan Situregen
6) Tempat Pelelangan Ikan Panyaungan
7) Tempat Pelelangan Ikan Bayah
8) Tempat Pelelangan Ikan Pulomanuk
9) Tempat Pelelangan Ikan Sawarna
10) Tempat Pelelangan Ikan Cireundeu
11) Tempat Pelelangan Ikan Cibareno
c. Restribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah yang meliputi :
1) Balai Benih Ikan Cikoncang
2) Balai Benih Ikan Cipanas
3) Balai Benih Ikan Kalanganyar
4) Jaring apung ikan konservasi
2. Restribusi Perizinan Tertentu, yang terdiri dari Restribusi Izin Usaha Perikanan,
dilaksanakan oleh Bidang Perikanan Budidaya dengan jenis pelayanan:
- Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) pada usaha Pembudidayaan Ikan
C. Capaian Kinerja Pelayanan Dinas Perikanan
Tingkat capaian kinerja pelayanan Dinas Perikanan Kabupaten Lebak ditampilkan
pada Tabel 2.2. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Lebak disajikan pada Tabel 2.3.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 16
Tabel 2.2. Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak
N
o
Indikator Kinerja
sesuai Tugas dan
Fungsi SKPD
Target
SPM
Target
IKK
Target
Indik.
Lainnya
Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
1 Meningkatnya
produksi budidaya
ikan (ton)
- 16.971,72 - 3.345,16 3.378,14 3.395,08 3.416,73 3.436,61 3.404,67 3.466,15 3.512,62 3.526,72 3.535,40 1,02 1,03 1,04 1,03 1,03
2 Meningkatnya
produksi perikanan
tangkap (ton)
- 18.761,52 - 3.083,14 3.385,67 3.718,84 4.085,42 4.488,45 2.990,05 3.407,71 4.363,53 4.621,64 4.735,36 0,97 1,01 1,17 1,13 1,06
3 Meningkatnya
konsumsi ikan
(kg/kapita/th)
- 14,20 - 11,94 12,80 13,22 13,97 14,20 12,01 13,03 13,38 14,02 14,40 1,01 1,02 1,01 1,00 1,00
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 17
Tabel 2.3. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak (xRp.1000.000)
Uraian Anggaran pada tahun ke- Realisasi Anggaran pada tahun ke- Rasio Antara Realisasi dan Anggaran tahun ke-
Rata-rata pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 Anggaran Realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Prog. Pelayanan Adm.Perkantoran 327,7 394,2 405,2 306,6 332,6 320,4 390,0 401,9 296,0 309,3 0,98 0,98 0,99 0,97 0,93 0,02 0,03
Prog.Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur 17,5 15,0 15,0 15,0 115,0 17,5 15,0 13,2 14,7 113,6 1 1 0,88 0,98 0,99 2,16
6,58
Prog.Peningk.Disiplin Aparatur - - - - 8.6 - - - - 8,6 - - - - 1 - -
Prog.Pengemb. dan Pengelolaan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
20,0 15,0 15,0 7,5 18,8 20,0 14,9 15,0 7,3 18,8 1 0,99 1 0,97 1 0,19 0,81
Prog.Pengemb. dan Pengelolaan SDKP 3.283,1 - - - - 3.264,5 - - - - 0,99 - - - - (0,25) (1,0)
Prog.Pengemb. Budidaya Perikanan - 1.338,7 1.970,7 1.810,8 1.404,0 - 1.329,3 1.944,8 1.784,0 1.391,3 - 0,99 0,99 0,99 0,99 0,04 0,16
Prog.Pengembangan Perikanan Tangkap - 1.945,9 1,714,8 1.621,5 1.882,3 - 1.923,4 1.661,9 1.603,4 1.832,8 - 0,99 0,97 0,99 0,98 - 6,88
Prog.Pengemb.Sistem Penyuluhan Perikanan - - 200,0 - - - 199,7 - - - - 0,99 - - (0,25) (1,00)
Prog.Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan
- 324,6 212,0 208,5 1.139,6 - 322,5 210,1 198,4 1.125,1 - 0,99 0,99 0,95 0,99 1,03 4,27
Prog.Perencanaan Pemb. di Bidang Kelautan dan Perikanan
- 100,0 141,8 109,6 587,6 - 100,0 141,3 105,8 582,8 - 1 0,99 0,97 0,99 1,14 4,67
Prog.Pengadaan Lahan Perikanan - - 200,0 - - - - 196,8 - - - - 0,98 - - (0,25) (1,00)
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 18
18
Berdasarkan Tabel 2.1 bahwa rasio capaian target produksi perikanan secara umum
lebih dari 1, artinya capaian produksi ikan terhadap target yang telah ditetapkan mencapai
lebih dari 100%. Pada tahun 2009 rasio capaian produksi perikanan tangkap sebesar 0,97
artinya capaian produksi perikanan tangkap sebesar 97 persen dari target produksi perikanan
tangkap. Rasio capaian konsumsi ikan masayarakat mencapai angka lebih dari 1 setiap
tahunnya yang berarti capaian konsumsi ikan mencapai lebih dari 100% dari target.
Pencapaian konsumsi ikan didukung oleh peningkatan produksi perikanan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi capaian target produksi ikan antara lain : 1). meningkatnya sarana dan
prasarana budidaya dan penangkapan ikan, 2). Meningkatnya kemampuan modal kerja
pembudidaya ikan, nelayan, pengolah dan pemasar ikan melalui program bantuan modal
kerja secara langsung. Faktor yang mempengaruhi penurunan capaian target produksi ikan
diantaranya 1). Beralihnya lahan perikanan menjadi non perikanan, 2). Kurangnya
pengetahuan dan keterampilan pembudidaya ikan, nelayan, pengolah dan pemasar ikan, 3).
Kurang optimalnya usaha perikanan.
Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dijelaskan bahwa rasio antara realisasi dan anggaran
secara umum dapat dikatan baik karena bernilai rasio 0,9 dan ada yang bernilai 1, artinya
realisasi penyerapan anggaran mencapai lebih dari 90% bahkan ada yang mencapai 100%.
Program Peningkatan Disiplin Aparatur, Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan dan
Pengadaan Lahan Perikanan hanya memperoleh satu kali pengganggaran selama lima tahun
yaitu pada tahun 2009 dan 2011 disesuaikan dengan kebutuhan dan pengembangan potensi
perikanan. Program pengembangan dan pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
(SDKP) mendapatkan anggaran pada tahun 2009, kemudian pada tahun 2010 sampai dengan
2013 diganti menjadi tiga program yaitu Pengembangan Budidaya Perikanan, Pengembangan
Perikanan Tangkap dan Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Ikan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja pengelolaan pendanaan pelayanan SKPD diantaranya
terbatasnya sumberdaya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas dan terlambatnya
progres pelaksanaan program.
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Perikanan
2.4.1. Tantangan
Pembangunan Kelautan dan Perikanan sebagaimana ditegaskan dalam Rencana
Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014 (Permen KKP Nomor
PER.06/MEN/2010), tujuan pembangunan Kelautan dan Perikanan adalah suatu keadaan
dimana Indonesia merupakan penghasil produk Perikanan terbesar di dunia pada 2015 dan
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 19
19
sejalan dengan itu, diharapkan masyarakat Kelautan dan Perikanan pun akan meningkat
kesejahteraannya.
Sedangkan tujuan pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Banten, dalam rangka
melaksanakan pembangunan Kelautan dan Perikanan mempunyai visi, yaitu : terwujudnya
usaha Perikanan yang maju dan berdaya saing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah.
Lingkup substansi rencana struktur dan pola ruang Kabupaten Lebak yang terkait
dengan pengembangan sektor Perikanan berbasis kewilayahan yaitu pusat-pusat pertumbuhan
wilayah diarahkan bukan hanya ke wilayah Utara, tetapi juga ke Selatan untuk
mengakomodasi perkembangan yang akan terjadi dan investasi-investasi baru dengan adanya
jalan lingkar ke arah wilayah Selatan Kabupaten Lebak dan pengembangan industri
pertambangan.
Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 15 ayat 1 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, menegaskan Pemerintah Pusat dan Daerah
wajib membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah atau kebijakan, rencana maupun program, oleh karenanya KLHS digunakan
untuk dan/atau program yang akan atau sudah ditetapkan. KLHS digunakan untuk
menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan
risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
Dengan memperhatikan uraian tersebut di atas, maka tantangan yang dihadapi dalam
pelayanan SKPD sektor Perikanan sebagai berikut :
1. Menurunnya kualitas dan kuantitas sumberdaya Perikanan;
2. Belum meratanya pembangunan ekonomi sektor Perikanan, terutama pembangunan
perikanan budidaya;
3. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan pelaku usaha di sektor Perikanan;
4. Rawannya konflik antar kepentingan yang dapat mengganggu pengembangan sektor
Perikanan, sehingga perlu dilakukan revitalisasi dan pembinaan/sosialisasi peraturan
perundang-undangan perikanan;
5. Resiko bencana alam seperti tsunami dan banjir yang dapat mengganggu pembangunan
sektor Perikanan;
6. Meningkatnya biaya kegiatan sektor Perikanan seperti biaya BBM untuk nelayan dan
biaya pakan ikan untuk budidaya ikan;
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 20
20
2.2.4.2 Peluang
Potensi dan pemanfaatan areal pengembangan budidaya ikan dan perairan umum di
Kabupaten Lebak disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Data Potensi, Pemanfaatan Areal, Produksi dan Produktifitas Budidaya
Ikan di Kabupaten Lebak Tahun 2011-2013
N
o Jenis Potensi Potensi
Pemanfaatan Lahan Produksi (ton) Produktifitas
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
1 Tambak (ha) 301 32,90 37,90 37,90 11,45 17,70 20,40 0,35 0,47 0,53
2 Kolam (ha) 1.762 641,63 650,10 650,10 2.859,17 2.885,20 2.934,70 4,46 4,44 4,51
3 Sawah (ha) 14.330 3.262,56 3.261,70 3.261,70 46,11 26,02 7,20 0,01 0,008 0,002
4 Jaring apung
(unit)
408 30 39 39 505,55 503,00 502,90 16,85 12,90 12,89
5 Keramba
(unit)
950 1.162 940 940 38,79 55,00 56.70 0,03 0,059 0,06
6 Kolam air
deras (unit)
10 8 8 8 51,55 39,80 13,50 6,44 4,98 1,69
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa produktifitas tertinggi pada tahun
2013 di sektor budidaya jaring apung sebesar 12,89 ton/unit jaring apung, kolam air tenang
4,51 ton/ha dan kolam air deras 1,69 ton/unit. Produktivitas budidaya ikan di keramba jaring
apung mengalami penurunan rata-rata dari tahun 2011-2013 sebesar 1,97 ton/unit.
Produktifitas budidaya ikan di kolam air deras mengalami penurunan rata-rata dari tahun
2011-2013 sebesar 2,38 ton/unit. Produktifitas budidaya ikan di kolam mengalami
penurunan rata-rata dari tahun 2011-2013 sebesar 0,005 ton/ha. Menurunnya produktifitas
budidaya ikan diantaranya disebabkan mahalnya biaya pakan dan adanya gangguan hama dan
penyakit ikan. Berdasarkan tingkat pemanfaatan lahan tahun 2013 di sektor budidaya jaring
apung sebesar 39 unit (9,56 %) dari total potensi 408 unit, kolam air deras sebesar 8 unit
(80%) dari total potensi sebesar 10 unit, sedangkan untuk sektor budidaya ikan di kolam
sebesar 650,10 ha (36,90 %) dari total potensi kolam sebesar 1.762 ha. Berdasarkan data
potensi yang ada dan produktifitas budidaya ikan, maka produksi dan produktifitas dapat
ditingkatkan melalui kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi budidaya ikan dengan
penerapan teknologi yang tepat guna.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 21
21
Potensi sumberdaya ikan laut di Kabupaten Lebak cukup besar, dengan panjang garis
pantai 91,42 km. Kewenangan Kabupaten Lebak dalam pengelolaan laut sepanjang 4 mil
dari garis pantai. Luas laut Kabupaten Lebak mencapai 677,24 km2. Potensi lestari untuk
perairan pantai dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebesar 10.557,25 ton/tahun yang terdiri
dari :
a. Potensi lestari perairan pantai sebesar 3.712,40 ton/tahun
b. Potensi ZEE sebesar 6.844,84 ton/tahun
Data produksi perikanan laut dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 disajikan
pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Produksi Ikan Laut di Kabupaten Lebak Tahun 2013-2015
No Sektor Produksi Produksi (ton)
2013 2014 2015
1 Penangkapan Ikan laut 4.734,26 4.968,01 5.373,72
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa produksi perikanan laut mengalami
kenaikan setiap tahunnya dengan rata-rata kenaikan 319,73 ton per tahun. Produksi tertinggi
dicapai pada tahun 2015 sebesar 5.373,70 ton atau sebesar 50,90% dari potensi lestari
perikanan laut, namun produksi sudah melebihi dari potensi lestari perairan pantai. Oleh
karena itu peningkatan produksi perikanan laut dapat diarahkan pada penangkapan ikan di
ZEE dan budidaya ikan laut di perairan pantai.
Berdasarkan data tahun 2014 menunjukkan bahwa pendapatan nelayan mencapai
Rp. 2.588.000/orang/bulan mengalami kenaikan sebesar 5,60 % pada tahun 2015 menjadi
sebesar Rp. 2.732.934/orang/bulan, sedangkan pendapatan pembudidaya ikan pada
tahun 2014 hanya mencapai Rp. 439.000/orang/bulan meningkat sebesar 7,78% menjadi
Rp. 473.116/orang/bulan. Pendapatan pembudidaya ikan masih berada di bawah upah
minimum kabupaten masih yang berada pada kisaran Rp. 1.300.000/orang/bulan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peluang bagi pengembangan pelayanan
SKPD sektor Perikanan pada lima tahun ke depan antara lain :
1) Peningkatan produksi dan produktivitas perikanan yang berkelanjutan.
2) Peningkatan kesejahteraan pembudidaya ikan dan nelayan kecil.
3) Peningkatan daya saing dan pemasaran produk Perikanan.
4) Penguatan kelembagaan dan sumberdaya manusia.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 22
22
Kelompok sasaran yang menjadi target pelayanan sesuai dengan tugas dan fungsi
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan wilayah meliputi wilayah pesisir pantai, dataran tinggi dan dataran rendah.
- Kelompok sasaran di wilayah pesisir pantai yaitu nelayan (Rumah Tangga Perikanan
Laut/Rumah Tangga Buruh Perikanan Laut), pembudidaya ikan air laut dan payau
(Rumah Tangga Perikanan Budidaya/Rumah Tangga Buruh Perikanan Budidaya),
pengolah dan pemasar ikan serta masyarakat pesisir;
- Kelompok sasaran di wilayah dataran tinggi dan rendah yaitu pembudidaya ikan air
tawar (Rumah Tangga Perikanan Budidaya/Rumah Tangga Buruh Perikanan
Budidaya).
b. Berdasarkan pelaku usaha dan jasa
- Pelaku usaha pembudidaya ikan sebanyak 10.984 orang
- Pelaku usaha penangkapan ikan sebanyak 3.654 orang
- Kelompok usaha pemasar ikan non konsumsi (ikan hias) 6 kelompok
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 23
23
BAB III. ISU – ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
Dinas Perikanan
Potensi sumberdaya Perikanan yang dimiliki Kabupaten Lebak belum dimanfaatkan
secara optimal sehingga belum mampu berperan besar dalam meningkatkan perekonomian
daerah. Permasalahan utama dalam pengembangan dan pengelolaan sumberdaya Perikanan
antara lain :
1) Masih rendahnya pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha perikanan
2) Rendahnya produktivitas usaha perikanan
3) Masih rendahnya sistem alih teknologi pengolahan produk hasil perikanan
4) Lemahnya kelembagaan dan posisi tawar pelaku usaha perikanan
5) Belum optimalnya pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan non ikan
6) Kurangnya informasi akses pasar untuk mendistribusikan produk perikanan
7) Masih terbatasnya sarana dan prasarana perikanan baik secara kualitas maupun kuantitas
8) Terbatasnya jumlah sumberdaya manusia aparatur bidang Perikanan
9) Masih rendahnya pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (SDKP)
3.2. Telaah Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yaitu ” Menuju Kabupaten Lebak yang
Maju dan Berdaya Saing melalui Pemantapan Pembangunan Perdesaan dan Pengembangan
Ekonomi Kerakyatan”. Misi yang terkait dengan tugas dan fungsi Dinas Perikanan
Kabupaten Lebak : ”Meningkatkan perekonomian yang kokoh berbasis ekonomi kerakyatan”.
Tujuannya yaitu meningkatkan perekonomian masyarakat berbasis ekonomi kerakyatan.
Sasarannya yaitu : 1). Meningkatkan kualitas dan kuantitas investasi, 2). Meningkatkan status
ketahanan pangan daerah dan pengembangan perekonomian masyarakat.
Faktor penghambat dan pendorong pelayanan yang dapat mempengaruhi pencapaian
visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah diantaranya :
Faktor pendorong/pendukung :
1) Ketersediaan sumberdaya Perikanan
2) Ketersediaan sarana dan prasarana Perikanan
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 24
24
3) Ketersediaan sumberdaya manusia Perikanan baik aparatur maupun pelaku usaha
perikanan
Faktor penghambat :
1) Kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia yang masih terbatas
2) Kuantitas dan kualitas sarana/prasarana Perikanan yang masih terbatas
3) Mahalnya biaya operasional penangkapan ikan sehingga cakupan daerah penangkapan
ikan (fishing ground) menjadi terbatas
4) Harga pakan ikan mahal dan terbatasnya bibit ikan unggul sehingga mempengaruhi hasil
produksi perikanan budidaya.
5) Ketersediaan data sumber daya perikanan masih terbatas.
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi
Tujuan pembangunan Kelautan dan Perikanan nasional adalah suatu keadaan dimana
Indonesia merupakan penghasil produk Kelautan dan Perikanan terbesar di dunia pada 2015
dan sejalan dengan itu, diharapkan masyarakat Kelautan dan Perikanan pun akan meningkat
kesejahteraannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka beberapa langkah rekayasa sosial
harus dilakukan yaitu :
1) Kelembagaan dan sumberdaya manusia yang terintegrasi
2) Pengelolaan sumberdaya Kelautan dan Perikanan yang berkelanjutan
3) Produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan
4) Akses pasar domestik dan internasional menjadi lebih luas
Sedangkan tujuan pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten
sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Banten, dalam rangka
melaksanakan pembangunan Kelautan dan Perikanan diwujudkan dalam visi, yaitu :
terwujudnya usaha Kelautan dan Perikanan yang maju dan berdaya saing untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam rangka mewujudkan pembangunan Kelautan dan
Perikanan sebagaimana tersebut diatas, juga mempunyai misi, yaitu :
1. Meningkatkan mutu dan kinerja DKP yang berwibawa dalam mendukung tata kelola
pemerintahan daerah yang baik dan bersih (M1)
2. Meningkatkan kesejahteraan pelaku utama sektor Kelautan dan Perikanan (M2)
3. Meningkatkan daya saing dan pemasaran produk Kelautan dan Perikanan (M3)
4. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara
berkelanjutan (M4).
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 25
25
Dari tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah disebutkan di atas maka
relevansi visi pembangunan nasional dan provinsi di sektor Kelautan dan Perikanan dengan
pembangunan Perikanan di Kabupaten Lebak diantaranya : 1). Peningkatan produksi dan
produktivitas perikanan yang berkelanjutan, 2). Peningkatan kesejahteraan pembudidaya
ikan, nelayan, pengolah dan pemasar ikan, 3). Peningkatan daya saing dan pemasaran produk
Perikanan, 4). Penguatan kelembagaan dan sumberdaya manusia.
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Rencana struktur dan pola ruang RTRW Kabupaten Lebak hasil revisi :
1) Diarahkan untuk mengakomodasi penetapan sebagai wilayah pengembangan sektor
pertanian, pertambangan, pariwisata dan pendidikan dengan memperhatikan infrastruktur
penunjangnya;
2) Pusat-pusat Pertumbuhan Wilayah diarahkan bukan hanya ke wilayah Utara, tetapi juga
ke wilayah Selatan untuk mengakomodasi perkembangan yang akan terjadi dan
investasi-investasi baru dengan adanya jalan lingkar ke arah wilayah Selatan Kabupaten
Lebak dan pengembangan industri pertambangan;
3) Pariwisata akan dikembangkan ke wilayah-wilayah baru seperti pantai di wilayah
Selatan;
4) Pemukiman perkotaan dikembangkan ke poros wilayah Utara, Barat, Timur dan Selatan;
5) Wilayah pertambangan ditetapkan pada areal yang lebih luas dengan peryaratan khusus
untuk eksplorasi, karenanya akan ditetapkan sebagai wilayah pertambangan bersyarat;
6) Pengembangan infrastruktur pengairan untuk pertanian dengan adanya Waduk Karian
selain untuk memenuhi kebutuhan suplay air ke wilayah Tangerang, Cilegon, Serang
bahkan Jakarta.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program (UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Butir 10). Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) bertujuan untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan.
KLHS digunakan untuk merencanakan dan mengevaluasi kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan,
sedangkan dalam evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 26
26
mengidentifikasi dan memberikan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program yang menimbulkan dampak dan/atau risiko negatif terhadap lingkungan.
KLHS bermanfaat untuk memfasilitasi dan menjadi media proses belajar bersama antara
pelaku pembangunan, dimana seluruh pihak yang terkait penyusunan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program dapat secara aktif mendiskusikan seberapa jauh substansi
kebijakan, rencana dan/atau program yang dirumuskan telah mempertimbangkan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Melalui proses KLHS, diharapkan pihak-pihak yang
terlibat dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program dapat
mengetahui dan memahami pentingnya menerapkan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam setiap penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program.
Faktor-faktor pendorong dan penghambat pembangunan Perikanan relevansinya
dengan RTRW dan KLHS diantaranya : 1) Potensi sumberdaya Perikanan yang cukup besar,
2). Ketersediaan sarana dan prasarana Perikanan, 3). Ketersediaan sumberdaya manusia
bidang Perikanan, 4). Ancaman peningkatan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
meliputi sumberdaya air, lahan dan laut, 5). Dampak perubahan iklim, 6). Menurunnya
keanekaragaman hayati, 7). Menurunnya daya dukung lahan dapat menyebabkan banjir,
longsor dan kekeringan.
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
Isu-isu strategis yang terkait dengan pembangunan Perikanan di Kabupaten Lebak :
1) Masih rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan;
2) Masih rendahnya ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
3) Perlunya pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal, efisien, lestari dan
berkelanjutan;
4) Perlunya pengembangan usaha perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing;
5) Perlunya pengembangan ekonomi lokal berbasis perikanan;
6) Perlunya pengembangan kawasan komoditas unggulan;
7) Rendahnya akses permodalan bagi pelaku usaha perikanan;
8) Perlunya pengembangan infrastruktur sektor perikanan yang representatif, seperti Balai
Benih Ikan, dan Kolam Air Deras dan Tempat Pelelangan Ikan;
9) Rendahnya kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia;
10) Perlunya peran aktif para pemangku kepentingan dalam rangka konservasi sumberdaya
Perikanan;
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 27
27
11) Rendahnya penerapan sanitasi dan sistem rantai dingin dalam penanganan ikan di atas
kapal, dan Tempat Pelelangan Ikan;
12) Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana perikanan baik secara kualitas maupun
kuantitas;
13) Ancaman penggunaan bahan kimia berbahaya dalam penanganan ikan;
14) Ancaman abrasi pantai, kerusakan ekosistem pantai dan bencana alam;
15) Belum tersedianya data bidang perikanan yang valid;
16) Ancaman dan gangguan terhadap biota laut yang dilindungi dari tindak para
pelaku/oknum yang tidak bertanggung jawab;
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 28
28
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak, sebagai sub sistem dari suatu sistem pemerintahan
daerah. Oleh karena itu perencanaan strategis yang disusun merupakan komponen yang
menunjang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebak
tahun 2014-2019. Visi dan misi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak mengambil dari
penjabaran visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Kesamaan persepsi
terhadap batasan–batasan visi, misi, sasaran dan tujuan, strategi dan kebijakan serta program
kegiatan yang merupakan tindak lanjut perbaikan dalam penyusunan akuntabilitas kinerja
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak.
4.1. Visi dan Misi
Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategis, merupakan suatu
langkah penting dalam perjalanan suatu Dinas. Mulai pada waktu karya sampai pada
kehidupan organisasi selanjutnya yang tentunya sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan internal dan eksternal. Oleh sebab itu visi disesuaikan dengan perubahan tersebut
sehingga dapat diubah dan disempurnakan.
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana instansi pemerintah harus dibawa
agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi juga merupakan gambaran yang menantang
keadaan masa depan yang diinginkan oleh instansi pemerintah berupa komitmen murni tanpa
adanya rasa terpaksa. Visi juga merupakan mental mode masa depan, sehingga visi harus
menjadi milik bersama dan diyakini oleh seluruh karyawan.
Visi yang tepat bagi masa depan suatu organisasi pemerintah akan mampu
menjadi akselerator kegiatan instansi termasuk perancangan rencana strategis secara
keseluruhan, pengelolaan sumber daya, pengembangan indikator kinerja, cara pengukuran
kinerja, evaluasi pengukuran kinerja, yang akan diintegrasikan menjadi sinergis yang
diperlukan oleh instansi.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 29
29
Untuk menghasilkan visi yang baik, dimulai dengan perumusan visi yang jelas
dan mampu antara lain :
a. Menarik komitmen dan menggerakkan anggota organisasi;
b. Memberikan makna bagi kehidupan anggota organisasi;
c. Membentuk suatu standar keunggulan;
d. Menjembatani keadaan sekarang dan keadaan masa depan.
Untuk tercapainya visi tersebut di atas, terdapat misi yang harus dilaksanakan
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu :
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada pengembangan potensi
ekonomi lokal.
Berdasarkan analisa potensi, peluang, kendala dan hambatan yang dihadapi serta
dengan memperhatikan pengertian umum dan rumusan visi serta mengacu pada visi dan misi
Kabupaten Lebak diatas, maka Dinas Perikanan Kabupaten Lebak menetapkan Visi sebagai
berikut :
“Terwujudnya Kabupaten Lebak Sebagai Penghasil Komoditas Perikanan yang Optimal,
Maju, Berdaya Saing dan Berkelanjutan Berbasis Pengembangan Potensi Wilayah”
Untuk mencapai visi, maka ditetapkan misi Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia aparatur dan pelaku usaha
perikanan;
2. Memanfaatkan potensi sumber daya perikanan secara optimal dan berkelanjutan;
3. Meningkatkan peran sektor Perikanan dalam perekonomian daerah;
4. Mengembangkan usaha perikanan yang maju dan berdaya saing.
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah
Tujuan jangka menengah Dinas Perikanan Kabupaten Lebak yaitu:
1. Meningkatkan profesionalisme aparatur;
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pelaku usaha perikanan;
3. Terpeliharanya sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan;
4. Meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan;
5. Meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan;
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 30
30
Sasaran yang akan dicapai oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak:
1. Terwujudnya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan bidang perikanan yang
efektif, efisien dan akuntabel;
2. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan administrasi pemerintahan serta
pengelolaan keuangan dan aset daerah yang akuntabel;
3. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan, nelayan dan pembudidaya ikan;
4. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya perikanan melalui teknologi yang ramah
lingkungan;
5. Meningkatnya peluang usaha sektor perikanan;
6. Meningkatnya produksi budidaya ikan;
7. Meningkatnya produksi penangkapan ikan;
8. Meningkatnya produksi laut non ikan;
9. Meningkatnya sarana dan prasarana perikanan;
10. Meningkatnya konsumsi ikan;
11. Meningkatnya pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan;
12. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD);
13. Berkembangnya komoditas unggulan yang berorientasi pasar;
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 31
Tabel 4.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Dinas Perikanan
No. Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Target Kinerja Sasaran pada Tahun ke- Target
Transisi Realisasi
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1
Meningkatkan profesionalisme aparatur
1. Terwujudnya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan bidang Perikanan yang efektif, Efisien dan akuntabel
Persentase pencapaian perencanaan,pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan yang efektif,efisien dan akuntabel
100%
100%
100%
100%
100%
100% 100% 100%
2. Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan administrasi pemerintahan serta pengelolaan keuangan dan aset daerah yang akuntabel
Persentase pencapaian pengelolaan keuangan dan aset daerah yang Akuntabel
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
2
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan Keterampilan nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar hasil perikanan dan masyarakat pesisir
3. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan nelayan, pembudidaya, pengolah, pemasar hasil perikanan dan masyarakat pesisir
Jumlah pelaku usaha 25 org 25 org 25 org 25 org 25 org 25 org 27org 30 org
3 Terpeliharanya sumberdaya kelautan dan Perikanan yang berwawasan lingkungan
4. Meningkatnya pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (SDKP) melalui teknologi yang ramah lingkungan
Persentase pencapaian penerapan teknologi ramah lingkungan
88% 90% 93% 0% 0% 0% 100% 100%
5. Meningkatnya pengendalian dan pengawasan Sumberdaya Perikanan (SDKP)
Jumlah POKMASWAS 1 Klp 1 Klp 1 Klp 0 Klp 0 Klp 0 klp 3 klp 3 klp
4
Meningkatkan produksi dan Produktivitas Perikanan
6. Meningkatnya produksi budidaya ikan
Produksi Ikan Budidaya (ton)
3.540,00 3.552,00 3.564,00 3.567,00 3.588,00 3.600,00 3.535,40 3.544,70
7. Meningkatnya produksi penangkapan ikan
Produksi Ikan Tangkap (ton)
4,946.81 5,194.04 5,453.87 5,726.70 6,012.93 6.313,66 4.969,42 5.373,78
8.Meningkatnya produksi hasil laut non ikan
Jenis dan jumlah produksi hasil laut non ikan
-
Rumput laut 5 ton
Rumput laut 7 ton
Rumput laut 10 ton
Rumput laut 12 ton
Rumput laut 14 ton
5,4 ton 149,6 ton
5
Meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha perikanan,kelautan dan
9.Meningkatnya konsumsi ikan
Kg/kapita/tahun 15,01 15,72 16,45 17,23 18,04 18,89 15,05 16,30
10.Meningkatnya sarana dan prasarana perikanan
Persentase peningkatan sarana
88% 90% 93% 95% 98% 100% 90% 90%
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 32
Masyarakat pesisir dan prasarana perikanan
11.Meningkatnya peluang usaha bidang Perikanan
Jumlah kelompok usaha pengolahan dan pemasaran ikan
10 klp 10 klp 10 klp 10 klp 10 klp 10 klp 75 klp 75 klp
12.Meningkatnya pendapatan asli daerah
Pendapatan Asli Daerah (xRp.1.000)
552.200 490.176 489.176 491.826 494.476 496.576 726.894 861.755
6 Meningkatkan kapasitas sentra-sentra produksi Perikanan yang memiliki komoditas unggulan
13.Berkembangnya komoditas unggulan yang berorientasi pasar
Jenis dan jumlah komoditas unggulan
Ikan mas, nila,lele, gurame, abon ikan, baso ikan (6 komoditas)
Ikan mas, nila,lele, gurame, abon ikan, baso ikan (6 komoditas)
Ikan mas, nila,lele, gurame, abon ikan, baso ikan (6 komoditas)
Ikan mas, nila,lele, gurame, abon ikan, baso ikan (6 komoditas)
Ikan mas, nila,lele, gurame, abon ikan, baso ikan (6 komoditas)
Ikan mas, nila,lele, gurame, abon ikan, baso ikan (6 komoditas)
Ikan mas, nila,lele, abon ikan, baso ikan
Ikan mas, nila,lele, abon ikan, baso ikan
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 33
33
4.3 Strategi dan Kebijakan
Strategi pembangunan adalah suatu cara untuk mencapai visi dan misi yang
dirumuskan dalam bentuk strategi sehingga dapat meningkatkan kinerja. Strategi
pembangunan perikanan yang telah ditetapkan untuk mencapai visi dan misi dinas adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan SDM aparatur perikanan melalui peran serta dalam
pendidikan dan pelatihan;
2. Meningkatkan kemampuan SDM pelaku usaha perikanan melalui pembinaan, dan
pelatihan teknis;
3. Penerapan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan;
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya
perikanan;
5. Meningkatkan produktivitas pelaku usaha perikanan;
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perikanan;
7. Meningkatkan akses permodalan bagi pelaku usaha perikanan;
8. Meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha sektor perikanan;
9. Meningkatkan sarana dan prasarana sentra produksi.
Kebijakan pembangunan sektor perikanan Kabupaten Lebak didasarkan pada
pendekatan pembangunan berbasis potensi wilayah yang meliputi :
1. Mendayagunakan secara optimal pemanfaatan SDM aparatur;
2. Mengembangkan peran pelaku usaha perikanan, dan masyarakat pesisir;
3. Mengelola dan mengembangkan sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan;
4. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana perikanan;
5. Memberikan dukungan fasilitas sarana dan prasarana kepada pelaku usaha sektor
perikanan;
6. Pengembangan usaha perikanan berbasisi komoditas unggulan.
Rumusan visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan Dinas untuk lima tahun ke depan
disajikan pada Tabel 4.2.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 34
Tabel 4.2 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan
Visi : Terwujudnya Kabupaten Lebak sebagai Penghasil Komoditas Perikanan yang Optimal, Maju, Berdaya Saing dan Berkelanjutan berbasis Pengembangan Potensi Wilayah Misi I : Meningkatkan kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia aparatur dan pelaku usaha perikanan, dan masyarakat pesisir
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan 1. Meningkatkan profesionalisme 1. Terwujudnya perencanaan, 1.Meningkatkan kemampuan SDM 1. Mendayagunakan secara optimal
Aparatur Pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan aparatur Perikanan pemanfaatan SDM aparatur Bidang perikanan yang melaui peran serta dalam pendidikan Efektif, efisien dan akuntabel dan pelatihan 2.Terwujudnya kelembagaan dan Ketatalaksanaan administrasi Pemerintahan serta pengelolaan Keuangan dan asset daerah yang Akuntabel
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap 1. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan 1.Meningkatkan kemampuan SDM 1.Mengembangkan peran pelaku usaha dan keterampilan pelaku usaha Keterampilan pelaku usaha perikanan pelaku usaha perikanan melalui Perikanan dan masyarakat Perikanan pembinaan, penyuluhan dan pelatihan Pesisir teknis
Misi II : Meningkatkan peran sektor Perikanan dalam perekonomian daerah Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1.Meningkatkan produksi dan 1.Meningkatnya produksi budidaya 1. Meningkatkan produktivitas 1. Peningkatan dan pengembangan Produktivitas perikanan Ikan pelaku usaha perikanan sarana dan prasarana dan
2.Meningkatnya produksi penangkapan 2.Meningkatkan kualitas dan kuantitas perikanan Ikan sarana dan prasarana dan perikanan 3.Meningkatnya produksi hasil laut Non ikan 4.Meningkatnya sarana dan prasarana Perikanan
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 35
Misi III : Mengembangkan usaha perikanan yang maju dan berdaya saing Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
1.Meningkatkan kesejahteraan pelaku 1.Meningkatnya konsumsi ikan 1.Meningkatkan akses permodalan 1. Memberikan dukungan fasilitas usaha perikanan 2.Meningkatnya peluang usaha bidang bagi pelaku usaha perikanan sarana dan prasarana kepada pelaku
Perikanan 2.Meningkatkan kualitas dan kuantitas usaha sektor perikanan 3.Meningkatnya pendapatan asli daerah usaha sektor perikanan 2.Mengembangkan komoditas 1.Berkembangnya sentra-sentra produksi 1.Meningkatkan sarana dan prasarana 1.Pengembangan usaha perikanan unggulan sektor perikanan komoditas unggulan sentra produksi berbasis komoditas unggulan
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 36
36
BAB V. RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
Proyeksi alokasi anggaran belanja Dinas Perikanan Kabupaten Lebak berdasarkan
sumber pendanaan dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang
Perikanan. Perubahan Rencana Program dan Kegiatan Dinas Perikanan Kabupaten Lebak
Tahun 2014-2019 beserta Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai berikut :
1. Program pelayanan administrasi perkantoran
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
3. Program peningkatan disiplin aparatur
4. Program peningkatan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
5. Program pengembangan data/informasi
6. Program pembangunan perencanaan daerah
7. Program perencanaan pembangunan ekonomi
8. Program pemberdayaan masyaraat dalam pengawasan dan pengendalian sumberdaya
kelautan
9. Program pengembangan budidaya perikanan
10. Program pengembangan sistem perikanan tangkap
11. Program pengembangan sistem penyuluhan perikanan
12. Program pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar
13. Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi hasil perikanan
14. Program perencanaan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan
Sedangkan rencana program bidang perikanan dalam Rencana Strategis Tahun
2014-2019 Perubahan selama periode sisa tahun 2017-2019 terdiri dari 10 program, sebagai
berikut :
1. Program pelayanan administrasi perkantoran
2. Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur
3. Program peningkatan disiplin aparatur
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 37
37
4. Program peningkatan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
5. Program pengembangan data/informasi
6. Program pembangunan perencanaan daerah
7. Program perencanaan pembangunan ekonomi
8. Program pengembangan budidaya perikanan
9. Program pengembangan sistem perikanan tangkap
10. Program optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi hasil perikanan
Rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan
indikatif bidang Perikanan selama kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu tahun 2014-2019 disusun
dalam bentuk matriks disajikan pada Tabel 5.1.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 38
38
BAB VI.
INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU KEPADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
Indikator kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sebagai alat untuk menilai
keberhasilan pembangunan secara kuantitatif maupun kualitatif, merupakan gambaran yang
mencerminkan capaian indikator kinerja program (outcomes/ hasil) dari kegiatan (output/
keluaran). Indikator kinerja program adalah sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil lebih
utama daripada sekedar keluaran, karena hasil (outcomes) menggambarkan tingkat
pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin mencakup kepentingan banyak pihak.
Dengan indikator hasil (outcomes) organisasi akan mengetahui apakah hasil yang telah
diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan
memberikan kepuasan bagi masyarakat banyak.
Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebak
tahun 2014-2019 adalah 1). Meningkatkan kualitas pelayanan dasar, 2). Membangun
sumberdaya manusia yang menguasai IPTEK, kompetitif dengan tetap mempertahankan ciri
masyarakat yang santun dan berbudaya, 3). Meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan yang efektif dan efisien, 4). Meningkatkan perekonomian yang kokoh berbasis
kerakyatan, 5). Meningkatkan ketersediaan dan kualitas insfrastruktur, 6). Meningkatkan
ketersediaan dan kualitas infrastruktur transportasi, 7). Meningkatkan kelestarian lingkungan
hidup, 8). Meningkatkan ketangguhan dalam penanggulangan bencana, 9). Meningkatkan
stabilitas keamanan dan ketertiban di daerah
Indikator kinerja SKPD Dinas Perikanan Kabupaten Lebak mengacu pada tujuan dan
sasaran RPJMD Kabupaten Lebak :
1) Meningkatnya produksi penangkapan ikan menjadi sebesar 6.012,93 ton pada tahun 2018
2) Meningkatnya produksi budidaya ikan menjadi sebesar 3.588,00 ton pada tahun 2018
3) Meningkatnya konsumsi ikan perkapita sebesar 18,04 kg pada tahun 2018
Indikator kinerja Renstra Dinas Perikanan Kabupaten Lebak disajikan pada Tabel 6.1.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 39
39
orelasi RPJTabel 6.1
Indikator Kinerja Dinas Perikanan yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
No. Indikator Sasaran
Kondisi Kinerja pada awal periode
RPJMD (2013)
Target Kinerja Sasaran pada Tahun ke-
2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Produksi Ikan Budidaya (ton)
3.535,40 3.540,00 3.552,00 3.564,00 3.576,00 3.588,00 3.600,00
2 Produksi Ikan Tangkap (ton)
4.735,36 4,946.81 5,194.04 5,453.87 5,726.70 6,012.93 6.313,66
3 Meningkatnya konsumsi ikan (kg/kapita)
14,41 15,01 15,72 16,45 17,23 18,04 18,89
BAB VII.
PENUTUP
Perubahan Renstra Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Tahun 2014-2019 merupakan
suatu dokumen yang disusun oleh Dinas Perikanan Kabupaten Lebak, sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Perubahan Renstra ini mengacu pada hasil evaluasi capaian pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lebak, visi serta misi Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih serta mengacu pada Undang-undang No. 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur mengenai pembagian kewenangan antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten.
Disadari bahwa keberhasilan pelaksanaan pembangunan perikanan tidak hanya
ditentukan dengan adanya dokumen Renstra, melainkan diperlukan dukungan sektor terkait
lainnya dan masyarakat luas. Akhirnya, kebersamaan dan kerja keras dari seluruh jajaran
Dinas Perikanan Kabupaten Lebak dengan semua pihak pemangku kepentingan diperlukan
dalam rangka mewujudkan harapan untuk mensejahterakan nelayan, pembudidaya ikan,
pengolah dan pemasar hasil perikanan, serta masyarakat pesisir lainnya melalui pemanfaatan
dan pengelolaan sumber daya Perikanan secara berkelanjutan dapat terwujud.
Perubahan Renstra Tahun 2014-2019 40
40
L A M P I R A N
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Sierfi Rahayu Kewarganegaraan Indonesia NIM 6661131309 Jenis Kelamin Perempuan
Alamat
Jl. Raya Pandeglang Km.4, Kp. Pasir Gendok 04/01,
Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Lebak-Banten
No Hp 08987560952/ 082113771352
Tempat, Tanggal
Lahir Lebak, 16 Mei 1995 Status Belum Menikah
Agama Islam Email [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN Pendidikan Nama sekolah/Universitas Tahun Lulus/Tidak
S-1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2013-2017 Lulus SMA SMAN 1 Rangkasbitung 2013 Lulus SMP SMPN 1 Rangkasbitung 2010 Lulus SD SDN Kaduagung Timur 1 2007 Lulus
PENGALAMAN ORGANISASI Nama Organisasi Periode
Anggota Paskibra SMPN 1 Rangkasbitung 2009 Anggota Paskibra SMAN 1 Rangkasbitung 2012
Anggota Koperasi Kesejahteraan Mahasiswa (KOKESMA) Untirta
2016