STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis...

80
Jenis : Dokumen SRAP REDD+ Aceh No. Dokumen : A.1.P.01 SRAP Aceh Tanggal : 12 Desember 2013 STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH TIM PENYUSUN 1. Dr. Husnan, ST. MP 2. Nanda Yuniza, ST, MT 3. M. Daud, S.Hut, M.Si 4. Win Rima Putra S. Hut 5. Muhammad Fadhil, ST, MT 6. Marthunis, ST, DEA 7. Ir. Anggria Zultina Rosa, M.Si 8. Zulharidsyah, S.Hut 9. Dedek Hadi Ismanto, S.Hut, M.Si 10. Dr. Ir. Hairul Basri, M.Sc. 11. Dr. Ir. Syakur, MP 12. Abdul Syakur 13. Maidar, SP 14. Lestari Suci DS, S.Si, MT 15. Umri Praja Muda, S.Hut, M.Si 16. Fikri Arief Utama, ST 17. Ir. Agus Halim, M.Si 18. Dahlan, S.IP 19. Erwanto Kasyah, SE, MA 20. Dewa Gumay TIM PENGUMPUL DATA 1. Heldi Syukriadi, ST 2. Fatriansyah 3. Imed Badradul, SP 4. Hery Yanto, S.Hut 5. Yudi Armanda, S.Hut 6. Aryandi, SE 7. Nanda Maulina, S.Si 8. Ary Herfiansyah, ST 9. Maida Fithria, ST 10. Bambang Arianto, S.Hut 11. Farwiza 12. Rahmadani 13. Milda Agustina

Transcript of STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis...

Page 1: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

Jenis : Dokumen SRAP REDD+ Aceh

No. Dokumen : A.1.P.01 SRAP Aceh

Tanggal : 12 Desember 2013

STRATEGI DAN RENCANA AKSIPROVINSI (SRAP) REDD+

ACEH

TIM PENYUSUN1. Dr. Husnan, ST. MP2. Nanda Yuniza, ST, MT3. M. Daud, S.Hut, M.Si 4. Win Rima Putra S. Hut5. Muhammad Fadhil, ST, MT6. Marthunis, ST, DEA 7. Ir. Anggria Zultina Rosa, M.Si 8. Zulharidsyah, S.Hut 9. Dedek Hadi Ismanto, S.Hut, M.Si 10. Dr. Ir. Hairul Basri, M.Sc.11. Dr. Ir. Syakur, MP 12. Abdul Syakur13. Maidar, SP 14. Lestari Suci DS, S.Si, MT 15. Umri Praja Muda, S.Hut, M.Si 16. Fikri Arief Utama, ST 17. Ir. Agus Halim, M.Si18. Dahlan, S.IP19. Erwanto Kasyah, SE, MA20. Dewa Gumay

TIM PENGUMPUL DATA1. Heldi Syukriadi, ST 2. Fatriansyah 3. Imed Badradul, SP 4. Hery Yanto, S.Hut 5. Yudi Armanda, S.Hut 6. Aryandi, SE 7. Nanda Maulina, S.Si 8. AryHerfiansyah,ST9. Maida Fithria, ST 10. Bambang Arianto, S.Hut 11. Farwiza 12. Rahmadani 13. Milda Agustina

Page 2: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations
Page 3: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga dokumen Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Aceh

telah dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun SRAP

REDD+ Aceh yang telah bekerja keras menyelesaikan dokumen ini dalam waktu

yang terbatas. Apresiasi dan ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Satuan Tu-

gas (Satgas) REDD+ dari Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengenda-

lian Pembangunan (UKP4) yang telah memberikan dukungan teknis, serta UNDP

(United Nation for Development Program) yang mendukung pendanaannya.

REDD+ merupakan mekanisme baru, setelah memasukkan unsur konservasi,

pengelolaan hutan lestari, dan pengayaan cadangan karbon. Keberhasilan REDD+ di

Aceh memerlukan perubahan paradigma yang cukup mendasar. Perubahan ini akan

melibatkan transformasi kelembagaan, aspek hukum dan kebijakan serta sistem tata

kelola yang terkait dengan implementasi REDD+.

Dokumen SRAP REDD+ merupakan dokumen sinergis yang diharapkan

menjadi acuan dalam pengarusutamaan isu perubahan iklim dalam sistem peren-

canaan pembangunan daerah. Dengan demikian ada jaminan SRAP REDD+ dapat

diimplementasikan pada kegiatan di SKPA/SKPK maupun stakeholders lainnya,

serta menjaga dokumen tetap mengikuti perkembangan dinamika sosial, politik

dan ekonomi maka secara periodik akan dilakukan peninjauan ulang.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Banda Aceh, November 2013

Kepala BAPPEDA Aceh,

Prof. Dr. Ir. Abubakar Karim, M.S.

Page 4: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEHiv

Page 5: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

v

DAFTAR ISI

Nomor Tubuh Utama Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................ v

DAFTAR SINGKATAN .................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2. Maksud dan Tujuan ................................................................ 3

1.3. Dasar Hukum ............................................................................ 4

1.4. Ruang Lingkup .......................................................................... 6

1.5. Metodologi ................................................................................ 7

BAB II KONDISI DAN PERMASALAHAN .................................. 9

2.1. Kondisi Kawasan Hutan di Aceh ............................................ 9

2.2. Kondisi Perizinan Sektor Kehutanan di Aceh ........................ 13

2.3. Kondisi Deforestasi dan Degradasi Hutan Aceh .................... 15

2.4. Emisi dari Sektor Penggunaan Lahan dan Hutan di Aceh .... 22

2.5. Penyusunan Baseline Emisi GRK .......................................... 28

2.6. Penyebab Deforestasi dan Degradasi Hutan di Aceh .............. 29

BAB III STRATEGI REDD+ ACEH ................................................ 37

3.1. Keterkaitan REDD+ Aceh dengan Program Lain ..................... 37

3.2. Kerangka Strategi REDD+ Aceh ............................................... 41

BAB IV PELAKSANAAN STRATEGI RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH ..................................................... 55

.1. Skenario Penurunan Emisi.......................................................... 55

4.2. Strategi Rencana Aksi Penurunan Emisi.................................. 57

4.3. Pelaksanaan REDD+ ................................................................. 58

BAB V PENUTUP ....................................................................... 69

Page 6: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEHvi

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman

Tabel 2.1 Luas Kawasan Hutan Aceh Menurut Fungsi dan Sebarannya........ 12 di Kabupaten/Kota Berdasarkan SK Menhutbun No.170/Kpts-II/2000 Dihitung Secara Planimetris

Tabel 2.2. Daftar IUPHHK-Hutan Alam di Provinsi Aceh .............................. 14

Tabel 2.3. Daftar IUPHHK-HTI di Provinsi Aceh ............................................ 15

Tabel 2.4. Situasi Deforestasi Hutan Aceh periode 1945 – 2009 .................... 17

Tabel 2.5. Tutupan Lahan, Deforestasi dan Degradasi Hutan Aceh ............... 19

Tabel 2.6. Luas Kelas Kekritisan Lahan Propinsi Aceh Tahun 2010 ............... 21

Tabel 2.7. Luas Kekritisan Lahan menurut Fungsi Kawasan di Aceh ............. 22

Tabel 2.8. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah Aceh ........... 24

Tahun 2011

Tabel 2.9. Data yang Digunakan untuk Memperkirakan Emisi Bidang .......... 25 Kehutanan dan Lahan Gambut

Tabel 2.10. Hasil Kalkulasi Sumbangan Emisi Kehutanan dari ....................... 25 Masing-Masing Kawasan

Tabel 2.11. Hasil Kalkulasi Sumbangan Emisi Kehutanan dari ........................ 26 Masing-Masing Alih Guna Lahan

Tabel 2.12. Rangking dan Kumulatif Sumbangan Emisi Kehutanan dan Gambut 27

Tabel 2.13. Rekapitulasi Kebutuhan Kayu Per Kabupaten/Kota Propinsi........ 34 Nanggroe Aceh Darussalam untuk Tahun 2008

Tabel 3.1. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Kelembagaan REDD+ Aceh .. 47

Tabel 3.2. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Kerangka Hukum dan ........... 49 Peraturan REDD+ Aceh

Tabel 3.3. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas untuk Program-Program Strategis 50

Tabel 3.4. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Perubahan Paradigma .......... 52 dan Budaya Kerja

Tabel 3.5. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Pelibatan Para Pihak ............. 54

Tabel 4.1. Program pembangunan Aceh yang berkaitan dengan Emsi CO2 .......

56

Tabel 4.2. Strategi dan Rencana Aksi Pelaksanaan REDD+ Aceh ................... 61

Page 7: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman

Gambar 1.1. Tahapan dan metoda yang digunakan dalam penyusunan ......... 7

dokumen SRAP REDD+

Gambar 2.1. Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Provinsi D.I. Aceh ............. 11

Gambar 2.2. Peta Kawasan Hutan Aceh SK Gubernur Aceh No. 19, ............... 13

Tanggal 19 Mei 1999 dan SK Menhutbun RI No. 170/Kpts-II/2000

Gambar 2.3. Peta Deforestasi Aceh PeriodeTahun 1945 s/d 2006 .................. 17

Gambar 2.4. Peta Deforestasi Aceh PeriodeTahun 2006 s/d 2009 ................. 18

Gambar2.5. GrafikPerkiraanEmisiGasMetan(CH4) dari Lahan Sawah ...... 24

Aceh Tahun 2011

Gambar 3.1. Keterkaitan SRAP REDD+ Aceh dengan Program lain ................ 40

Gambar 3.2. Kerangka Strategi dan Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh ...... 41

Gambar 3.3. Usulan Kelembagaan REDD+ Aceh ............................................. 43

Gambar4.1. GrafikBAUHistorical di Provinsi Aceh ........................................... 55

Gambar4.2. GrafikBAUForward looking dan Skenario Penururnan Emisi ....... 56

di Provinsi Aceh

Page 8: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEHviii

Page 9: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

ixBAB I

DAFTAR SINGKATAN

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

APL : Areal Penggunaan Lain

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

BAU : Business As Usual (sebagaimana digunakan selama ini)

BPDAS : Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai

BPKEL : Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser

BPM : Badan Pemberdayaan Masyarakat

BPN : Badan Pertanahan Nasional

COP : Conference of the Parties (Konferensi Para Pihak)

CFLF : Climate Friendly Legal Framework

DAS : Daerah Aliran Sungai

DDPI : Dewan Daerah Perubahan Iklim

D.I. : Daerah Istimewa

DPRA : Dewan Perwakilan Rakyat Aceh

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahDriver DD : Driver Deforestation and DegradationFFI : Flora Fauna IndonesiaFGD : Focus Discussion Group

FPIC/ PADIATAPA : Free, Prior and Informed Consents/ Persetujuan atas dasar informasi awal tanpa paksaan

GRK : Gas Rumah KacaHCVFs/As : High Concervation Value of Forest/Areas (Kawasan Hutan

dengan Nilai Konser vasi Tinggi)HGU : Hak Guna Usaha

HPH : Hak Pengusahaan Hutan

UPHHK : Ijin Usaha Pemanfataan Hasil Hutan Kayu

IPCC : Intergovernmental Panel on Climate Change

KLHS : Kajian Lingkungan Hidup StrategisLULUCF : Land Use, Land Use Change and Forestry (Penggunaan Lahan,

Perubahan Penggunaan Lahan dan Kehutanan) Menhut : Menteri Kehutanan

MTEF : Medium Term Expenditure Framework

MP3EI : Master Plan Percepatan dan Pengembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia

MDGs : Millennium Development Goals

Page 10: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEHx

MRV : Measurement, Reporting, Verification (Pengukuran, Pelaporan danVerifikasi)

Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan

PHL : Pengelolaan Hutan Lestari

RAD-GRK : Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

RAN-GRK : Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

RDTR : Rencana Detil Tataruang

REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations and Forest Degradation

REL : Reference Emission Level

Renstra SKPD : Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

RKL/RPL : Rencana Kelola Lingkungan/Rencana Pemantauan Lingkungan

RKPD : Rencana Kerja Pembangunan Daerah

RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

RTRWK Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

RPJPA : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh

RPJP Daerah : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJMA : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh

RTH : Ruang Terbuka Hijau

RTRWA : Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh

SATGAS REDD+ : Satuan Tugas REDD+

SDA : Sumber Daya Alam

SIS : Sistem Informasi Safeguard

SKPA/SKPD : Satuan Kerja Perangkat Aceh/ Satuan Kerja Perangkat Daerah

STRANAS/ STRADA : Strategi Nasional/Strategi Daerah

SRAP : Strategi dan Rencana Aksi Provinsi

SVLK : Sistem VerifikasiLegalitasKayu

TGHK : Tataguna Hutan Kesepakatan

TIPERESKA : Tim Penyusunan Rencana Strategis Kehutanan Aceh

Tier : Tingkat Ketelitian

UNDRIP : United Nation on the Right od Indigenous People

UPTD KPH : Unit Pelaksana Teknis Daerah Kawasan Pemangkuan Hutan

UKP4 : Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan

UPL/UKL : Upaya Pemantauan Lingkungan/ Upaya Pengelolaan Lingkungan

UNFAO : United Nations Food and Agriculture Organization

UNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change (Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim)

YLI : Yayasan Leuser International

UU : Undang-undang

Page 11: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

1BAB I

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan iklim adalah fenomena global yang telah menjadi perhatian berbagai

pihak baik di tingkat global, nasional, maupun lokal. Dampak yang ditimbulkan oleh

fenomena ini mendorong komunitas internasional untuk mengatasi penyebabnya

(mitigasi) dan mengantisipasi akibatnya (adaptasi). Penyebab perubahan iklim adalah

meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon dioksida (CO2) yang

terjadi karena pembakaran bahan bakar fosil dan alih guna lahan, khususnya deforestasi

hutan tropis.

Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) melaporkan bahwa

secara global dalam periode 2002-2005 kontribusi kegiatan penggunaan lahan, alih

guna lahan dan kehutanan (LULUCF) adalah sekitar 17% dari total emisi per tahun

sebesar 32,3 Gt CO2e (IPCC 2007).

Sejak pemerintah Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Para Pihak ke-13

(13th Conference of Parties/COP 13) Konvensi Kerangka Perubahan Iklim Perserikatan

Bangsa-Bangsa (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC)

di Bali tahun 2007 yang lalu, pemahaman masyarakat mengenai perubahan iklim

berangsur-angsur membaik. Apalagi ketika pengurangan emisi dari deforestasi dan

degradasi hutan (Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation/

REDD) menjadi salah satu keputusan COP 13 dan menjadi bagian penting dalam

Rencana Aksi Bali (Bali Action Plan/BAP) untuk mitigasi perubahan iklim. Hutan

menjadi pokok pembicaraan yang menarik dalam konteks perubahan iklim. Biaya

penurunan emisi dari sektor LULUCF yang relatif murah di negara berkembang. (Stern

2007) menunjukkan bahwa mitigasi perubahan iklim melalui sektor LULUCF dapat

diprioritaskan dengan tetap memanfaatkan peluang-peluang ekonomi. Selanjutnya

konsep REDD ini berkembang menjadi REDD+ yang diakui dalam Kesepakatan

Kopenhagen (Copenhagen Accord) pada COP 15.

Dalam Prioritas Nasional 2009-2014, perubahan iklim adalah salah satu bagian

penting dari Prioritas 9. Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana. Saat pertemuan

G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah

mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas Rumah

Kaca (GRK) sebesar 26% berdasarkan skenario Business As Usual (BAU). Ditambahkan

pula, jika negara-negara industri bersedia membantu, emisi tersebut dapat diturunkan

sampai sebesar 41%.

Page 12: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH2

REDD adalah sebuah mekanisme yang baru, apalagi setelah berubah menjadi

REDD+ karena memasukkan unsur konservasi, pengelolaan hutan lestari, dan pengayaan

cadangan karbon. Keberhasilan REDD+ di Aceh memerlukan perubahan paradigma

yang cukup mendasar. Perubahan lintas sektoral ini akan melibatkan transformasi

kelembagaan, aspek hukum dan kebijakan serta sistem tata kelola yang terkait dengan

implementasi REDD+.

Arsitektur REDD+ perlu dirancang bangun dengan strategi daerah yang utuh

dan memberikan pilihan-pilihan kebijakan yang mengutamakan efektivitas penurunan

emisi dan peningkatan cadangan karbon hutan, efisien secara ekonomis sehingga

memberikankeuntunganfinansial, sertamemberikanmanfaat tambahan (co-benefit)

secara sosial dan ekologis. Bagi Aceh, arsitektur REDD+ sebenarnya adalah desain ulang

tata ruang dan tata kelola hutan.

Dalam konteks tersebut, skema REDD+ memungkinkan terciptanya paradigma

baru dalam tata kelola hutan yang mengutamakan dialog dengan para pihak melalui

pendekatan ‘pengarusutamaan gender’ (Gender adalah konsep yang mengacu pada

peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat

berubah oleh keadaan sosial dan budaya masyarakat. Pengarusutamaan gender

adalah salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan

dan keadilan gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan

permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan

dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, proyek dan kegiatan di berbagai bidang

kehidupan dan pembangunan).

Paradigma baru ini memungkinkan aspek-aspek yang terkait dengan Tujuan

Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) terintegrasi dalam

tatakelolahutan.Pendekatan ini sejalandengandasarhukumyang telahdiratifikasi

oleh Pemerintah RI pada Beijing Conference 1995 sebagai kebijakan global maupun

aturan manifestasinya melalui Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2000 tentang

Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional dan Undang-undang lainnya.

Penyusunan Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ Aceh diharapkan dapat

memberi arah solusi bagi tumpang tindih kewenangan lintas sektor dan benturan

kepentingan antara pelaku bisnis dan masyarakat lokal, dan memperjelas kewenangan

dan koordinasi antara kementerian/lembaga pusat dan antara pemerintah pusat dan

daerah.

Page 13: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

3BAB I

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ ini disusun dengan maksud, sebagai

berikut:

1. Mendukung pencapaian komitmen Presiden RI dari sisi kontribusi sektor

kehutanan untuk mencapai target penurunan emisi sebesar 26% di bawah

proyeksi emisi tahun 2020 berdasarkan skenario BAU;

2. Menindaklanjuti Bali Action Plan, Copenhagen Accord dan Keputusan COP

16 UNFCCC di Cancun;

3. Menyiapkan sistem kelembagaan dan pengelolaan yang efektif untuk

melaksanakan program REDD+. Sistem ini akan memastikan bahwa

penguranganemisidapatdiukur,dilaporkandandiverifikasi,dandidukung

dengan instrumen pendanaan yang dapat dipertanggunggugatkan

(accountable);

4. Memberi dasar dan arahan bagi sistem tata kelola dan peraturan yang

terintegrasi untuk menaungi pelaksanaan skema REDD+ yang dijalankan oleh

masyarakat, korporasi, organisasi masyarakat sipil, dan pemerintah daerah;

5. Mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan melalui pendekatan

yang didasarkan pada perspektif masyarakat lokal, termasuk perempuan

dan kelompok rentan yang terkait dengan skema REDD+, sehingga skema

REDD+ dapat memberikan manfaat pada semua kelompok secara adil serta

mendorong rasa memiliki pada masyarakat;

6. Membangun proses yang partisipatif dan pendekatan yang sistematis dan

terkonsolidasi bagi upaya-upaya penyelamatan hutan alam Aceh dalam

konteks perubahan nilai lahan dan harga komoditi yang sangat dinamis; dan

7. Memberikan acuan bagi pengembangan investasi oleh semua pihak pada

semua skala dalam bidang pemanfaatan lahan hutan dan gambut baik untuk

komoditi kehutanan dan/atau pertanian serta jasa lingkungan (ecosystem

service) termasuk penyerapan dan pemeliharaan stok karbon.

Secara keseluruhan, Strategi Nasional REDD+ menjadi acuan untuk memastikan

bahwa implementasi REDD+ dapat mengatasi penyebab mendasar dari deforestasi

dan degradasi hutan dan lahan gambut di Aceh serta menjamin pencapaian target-

target penurunan emisi GRK nasional. Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ Aceh

merupakan bagian dari Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN

GRK) yang memayungi secara umum upaya penurunan emisi karbon sesuai komitmen

26%.

Page 14: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH4

1.2.2 Tujuan

Secara garis besar tujuan penyusunan Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+

Acehdiklasifikasikankedalam3(tiga)tahapanyaitu:

1. Tujuan jangka pendek (2011-2013): pelaksanaan REDD+ adalah untuk

memperbaiki kondisi tata kelola kehutanan secara keseluruhan agar Aceh

dapat memberikan sumbangsih pencapaian komitmen Indonesia dalam

pengurangan emisi sebesar 26 - 41% pada tahun 2020.

2. Tujuan jangka menengah (2014-2020) adalah untuk mempraktekkan

mekanisme tata kelola dan pengelolaan hutan secara luas yang telah ditetapkan

dan dikembangkan dalam tahap sebelumnya agar target-target penurunan

emisi tahun 2020 dapat dicapai.

3. Tujuan jangka panjangnya (2021-2030) adalah mengubah peran hutan

Aceh dari net emitter sector menjadi net sink sector pada tahun 2030 dan

keberlanjutan fungsi ekonomi dan pendukung jasa ekosistem lainnya dari

hutan.

1.3. Dasar Hukum

Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ Aceh yang disusun saat ini, tentu

tidak lepas dari sebuah landasan hukum yang telah ada di Indonesia saat ini, antara lain:

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 4 ayat

(1);

2. Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan

Pengelolaan Sumberdaya Alam jo. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/ 2003

tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 Sampai Dengan Tahun 2002;

3. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria;

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya;

5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations

Framework Convention on Climate Change;

6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;

7. Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase danUndang-

Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

Page 15: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

5BAB I

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara;

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto

atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-bangsa tentang Perubahan

Iklim;

10. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

11. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;

12. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025;

13. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh;

14. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

15. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi

danGeofisika;

16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup;

17. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pangan

Berkelanjutan;

18. Peraturan Pemerintah Nomor 54 tahun 2000 tentang Lembaga Penyelesaian

Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan;

19. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 01/2001 tentang Mediasi di

Pengadilan;

20. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan

Kehutanan;

21. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau

Hibah Luar;

22. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional;

23. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan

Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;

24. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang;

25. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan

Hutan;

Page 16: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH6

26. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014;

27. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 170/Kpts- II/2000

tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Propinsi Daerah

Istimewa Aceh;

28. Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang pembangunan yang

berwawasan gender;

29. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132 Tahun 2003 tentang Pedoman

umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di

Daerah;

30. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 14 Tahun 2002 tentang

Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam;

31. Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 15 Tahun 2002 tentang

Perizinan Kehutanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

32. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh Tahun 2012-2017. Lembaran

Daerah Tahun 2012 Nomor 121.

1.4. Ruang Lingkup

Strategi dan Rencana Aksi ini dirancang sebagai sebuah arahan yang bersifat

sistematis, logis, objektif, dan pragmatis. Dengan mengacu kepada prinsip-prinsip

tersebut maka pengurangan emisi akan dilaksanakan melalui strategi pembangunan

rendah karbon yang terpadu (hulu sampai hilir) dan komprehensif (multi aspek).

Prinsip yang mendasari perumusan strategi ini merupakan prinsip pembangunan

berkelanjutan, yaitu: (1) Pembangunan ekonomi yang bertumpu pada desentralisasi

bertanggung jawab, (2) Pemeliharaan keseimbangan fungsi ekologis dan (3) Keadilan

antar generasi.

Kerangka pelaksanaan pengurangan emisi melalui REDD+ meliputi: (1) Penurunan

emisi dari deforestasi, (2) Penurunan emisi dari degradasi hutan, (3) Penguatan peran

konservasi, (4) Penguatan peran pengelolaan berkelanjutan terhadap sumber daya

hutan, dan (5) Peningkatan simpanan karbon melalui restorasi dan rehabilitasi. Kelima

tema penting tersebut akan didekati dengan pendekatan pengurangan sumber emisi

(source) dan meningkatkan simpanan (sink) karbon.

Dengan mengacu kepada berbagai permasalahan yang diuraikan pada BAB

II, maka strategi daerah REDD+ Aceh terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: (1)

Page 17: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

7BAB I

Pemenuhan prasyarat penerapan REDD+, (2) Peningkatan dan penguatan kondisi

pemungkin (enabling conditions), dan (3) Reformasi pembangunan sektor, terutama

sektor kehutanan (hutan produksi, hutan lindung, dan hutan konservasi) dan sektor

pengguna lahan lainnya (perkebunan dan pertanian, pertambangan, serta infrastuktur).

1.5. Metodologi

Penyusunan dokumen STRADA REDD+ Aceh ini dilakukan dengan dukungan

kombinasi teknik pendekatan, yaitu: (a) studi data primer dan data sekunder, seperti

laporan dan juga peraturan kebijakan terkait (on desk study) dari tingkat Nasional,

Provinsi dan Kabupaten/Kota, dilanjutkan dengan (b) pelaksanaan konfirmasi data/

informasi yang telah dihimpun (dan sebagian diolah) dengan para pihak (stakeholders)

dan Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) terkait; serta (c) konsultasi draft laporan

melalui diskusi terfokus (Focused Group Discussion/FGD) dalam lokakarya yang diikuti

parapihak (Akademisi, Organisasi Non Pemerintah, Masyarakat) dan SKPD terkait di

tingkat Provinsi serta Kabupaten/Kota.

Tahapan dan metoda yang digunakan dalam penyusunan dokumen SRAP

REDD+ ini secara lengkap disajikan pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1. Tahapan dan metoda yang digunakan dalam penyusunan dokumen SRAP

REDD+

Page 18: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH8

Sebagai catatan, walaupun dokumen SRAP REDD+ Aceh ini berkaitan dengan

arahan strategi dan rencana aksi Provinsi untuk tujuan jangka pendek (2011-2013);

jangka menengah (2014-2020) dan jangka panjang (2021-2030), akan tetapi tidak

berartibahwadokumenyangdihasilkanbersifatfinal.Akandilakukanpemantauandan

evaluasi sesuai dengan dinamika sosial, politik dan ekonomi (lokal, nasional dan bahkan

global) dan oleh karenanya secara periodik dalam hal ini pada setiap 5 (lima) tahun

sekali akan dilakukan tinjauan ulang dan bilamana perlu akan dilakukan revisi.

Page 19: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

9BAB II

BAB IIKONDISI DAN PERMASALAHAN

2.1. Kondisi Kawasan Hutan di Aceh

Hutan merupakan anugerah dari Allah SWT, sebagai salah satu sumberdaya

alam yang dapat diperbaharui dan memegang peranan penting dalam memberikan

jaminan kelangsungan hidup manusia dan lingkungan. Sebagai salah satu sumberdaya

alam hutan memiliki fungsi ekonomi dan sosial sekaligus mempunyai fungsi lindung

dalam perannya sebagai pengatur tata air, penahan erosi, produser oksigen, pengikat

dan penyerapan gas rumah kaca yang berpotensi menimbulkan perubahan iklim, dan

sebagaihabitatbagifloradanfauna.

Sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) hutan

yang terdiri dari berbagai jenis pohon dan biodiversity di dalamnya memiliki siklus dan

interaksi yang berjalan secara berimbang, melalui pembagian peranan dalam tatanan

ekosistem yang saling mempengaruhi. Hilangnya salah satu komponen penyusun dalam

ekosistem hutan akan berpengaruh langsung pada tatanan dan siklus keseimbangan

ekosistem sehingga berpengaruh pada penurunan daya dukung hutan yang sekaligus

juga berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Implikasi konkret dari degradasi

dan penurunan fungsi ekologi hutan diantaranya adalah terjadinya peningkatan

frekuensi bencana alam seperti banjir, kekeringan, longsor dan bencana ekologi lainnya.

Hutan Aceh terbentang dari ujung Barat pulau Sumatera, sampai dengan

perbatasan wilayah administrasi propinsi Sumatera Utara. Hutan Aceh memiliki

karakteristikberbedaantarasatuwilayahdenganwilayahlainnyasecarabiofisik,struktur

penyusun, fungsi maupun peruntukannya yang sebagian besar dipengaruhi faktor faktor

edafismaupunklimatis.WilayahpesisirAcehmerupakanwilayahdataranrendahyang

memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan memiliki wilayah hutan yang tidak begitu

luas. Sedangkan sebagian besar wilayah dataran tinggi Aceh merupakan areal hutan

yang sangat luas yang terbentang dari wilayah ekosistem Ulu Masen di bagian Utara

dan Barat meliputi 6 kabupaten (Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Jaya, Aceh Barat

dan sebagian kecil pada wilayah Aceh Tengah) serta wilayah Ekosistem Leuser di bagian

Selatan, Tengah dan Tenggara Aceh meliputi 13 kabupaten/kota (Aceh Barat, Nagan

Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam, Aceh Singkil, Aceh Utara, Aceh

Timur, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues)

Sejarah kawasan hutan di Aceh dimulai sejak zaman Belanda dimana pada zaman

Page 20: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH10

Belanda telah ditetapkan kawasan hutan di Provinsi Aceh sebanyak 3 (tiga) kelompok

hutan, yaitu :

1. Kroeengatjeh Utara, yang ditunjuk dengan Gouvernementsbesluit van 15 Juli 1933 Nomor 15, proses verbal tanggal 3 Agustus 1939 dan tanggal 8 September 1939, ditetapkan tanggal 18 Desember 1939 seluas 14.685 hektar;

2. Kroeengatjeh Timur, yang ditunjuk dengan Gouvernementsbesluit van 12 Desember 1929 Nomor 19, proses verbal tanggal 26 April 1940 dan tanggal 27 April 1940, ditetapkankan tanggal 5 Agustus 1940 seluas 29.745 hektar;

3. Oost – Langsa, yang ditunjuk dengan Gouvernementsbesluit van 26 November 1936 Nomor 141/Agr, proses verbal 3 Oktober 1938, yang disahkan tanggal 26 Oktober 1938 dan ditetapkan tanggal 6 Desember 1938 seluas 29.795 hektar.

Atas kesepakatan multi stakeholder, pada tahun 1982 dibuat Tata Guna Kesepakatan (TGHK) Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Tata Guna Hutan Kesepakatan tersebut disepakati dan ditandatangani oleh :

1. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

2. Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

3. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

4. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

5. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

6. Kepala Direktorat Agraria Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

7. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

8. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Istimewa Aceh;

9. Kepala Balai Planologi Kehutanan Wilayah I.

Hasil kesepakatan tersebut selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 924/Kpts/Um/12/1982 tanggal 12 Desember 1982 dimana Wilayah Hutan Aceh luasnya mencapai ± 3.475.010 hektar. Tata Guna Hutan kesepakatan tersebut disajikan pada Gambar 2.1.

Page 21: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

11BAB II

Gambar 2.1. Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Provinsi D.I. Aceh

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Pemerintah Provinsi diamanatkan untuk menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Sesuai dengan amanat UU tersebut Pemerintah Provinsi D.I. Aceh Menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Daerah Istimewa Aceh yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor 9 Tahun 1995.

Terdapat beberapa ketidakselarasan antara kawasan hutan di dalam Peta RTRWP Aceh dengan Peta TGHK yang telah ditetapkan sebelumnya. Menindaklanjuti hal tersebut Menteri Dalam Negeri melalui Surat Edaran Nomor 050/1752/Bangda tanggal 21 Agustus 1998 dan surat Nomor 050/2221/Bangda tanggal 9 September 1998 memerintahkan untuk melakukan paduserasi antara RTRWP dengan TGHK dan kemudian dilakukan paduserasi antara TGHK dengan RTRWP Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

Page 22: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH12

Hasil paduserasi secara prinsip disetujui oleh DPRD Provinsi D.I. Aceh yang dituangkan dalam Surat Ketua DPRD D.I. Aceh Nomor 650/2216 Tanggal 8 Mei 1999 tentang Persetujuan Prinsip Penyesuaian Arahan Fungsi Hutan ke dalam RTRWP Daerah Istimewa Aceh. Hasil paduserasi tersebut selanjutnya ditetapkan oleh Gubernur Aceh melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh Nomor 19 Tahun 1999 tentang Penyeseuaian Arahan Fungsi Hutan ke dalam RTRWP Daerah Istimewa Aceh.

Berdasarkan hasil paduserasi TGHK dengan RTRWP Daerah Istimewa Aceh yang telah disetujui oleh DPRD dan telah ditetapkan oleh Gubernur Aceh, maka ditunjuk kembali kawasan hutan dan perairan di Provinsi Aceh dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 170/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Aceh seluas ± 3.332.047 hektar dengan rincian sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 2.1. dan pada Gambar 2.2.

Tabel 2.1 Luas Kawasan Hutan Aceh Menurut Fungsi dan Sebarannya di Kabupaten/Kota

Berdasarkan SK Menhutbun No.170/Kpts-II/2000 Dihitung Secara Planimetris

Sebagian besar kawasan hutan tersebut berfungsi sebagai hutan lindung (55,30%) dan hutan konservasi (25,56%) sedangkan sisanya sebagai hutan produksi tetap (18,03%) dan hutan produksi terbatas (1,11%). Permasalahan pengelolaan kawasan hutan di Aceh sebagian besar dipicu dari tidak jelasnya status hukum kawasan hutan di lapangan yang disebabkan belum terselesaikannya proses pengukuhan dan penetapan kawasan hutan setelah lahirnya penunjukan kawasan hutan (TGHK/1982) dan selanjutnya melalui (SK. Menhut No. 170 tahun 2000). Kepastian hukum kawasan hutan di lapangan yang disepakati dan dipahami secara multi pihak mutlak diperlukan dalam upaya perbaikan tata kelola sektor kehutanan ke arah yang lebih baik.

Page 23: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

13BAB II

Gambar 2.2. Peta Kawasan Hutan Aceh SK Gubernur Aceh No. 19, Tanggal 19 Mei 1999

dan SK Menhutbun RI No. 170/Kpts-II/2000

2.2. Kondisi Perizinan Sektor Kehutanan di Aceh

Filosofi dalam penebangan hutan (logging exploitation) adalah bahwa hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbarui (renewable resources) melalui pengelolaan tertentu. Pohon sebagai individu penyusun hutan mempunyai grafikpertumbuhan berbentuk sigmoid. Artinya, setelah pada umur tertentu mencapai laju pertumbuhan maksimalnya, pohon akan mengalami penurunan laju perumbuhan dan pada akhirnya menuju kepada kematian alami (over maturity).

Pohon-pohon yang mati tersebut akan digantikan oleh pohon lain yang lebih muda (suksesi alami), dan hal ini berlangsung sepanjang waktu. Tanpa ditebangpun pada akhirnya pohon-pohon yang berada di hutan yang sudah mencapai kondisi klimaks

Page 24: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH14

akan mati dan digantikan oleh pohon lain. Jadi, penebangan pohon yang dilakukan secara terencana dan terukur dimaksudkan sebagai pemanfaatan dan peningkatan efisiensidarikemubaziranprosesalamiahyangterjadipadahutan.

Dalam kontek pengurusan dan pengelolaan hutan, dasar pemikiran di atas diinterpretasi dan diimplementasikan dalam aktifitas pemanfaatan hutan (forest utilization). Seperti halnya pengelolaan hutan di Indonesia secara umum, kebijakan pemanfaatan hutan alam dan hutan tanaman di Aceh juga mengikuti kebijakan nasional. Namun permasalahan kondisi keamanan dan kondisi konflik bersenjata, berdampakpada pemanfaatan hutan alam dan hutan tanaman tidak berjalan secara optimal seperti halnya di luar Aceh.

Konflik menyebabkan kegiatan investasi di sektor kehutanan mengalamistagnasi meskipun secara terbatas tetap beroperasi dan berproduksi dalam skala yang lebih kecil. Beberapa perizinan dan atau konsesi pemanfaatan hutan alam dan tanaman diberikan sebelum tahun 2007 atau sebelum kebijakan moratorium logging diterapkan oleh Pemerintah Aceh. Sejak kebijakan moratorium logging diterapkan di Aceh mulai tanggal 6 Juni 2007, praktis tidak ada satupun izin pemanfaatan hutan alam dan hutan tanaman yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat di Aceh.

Berdasarkan statistik Dinas Kehutanan Aceh tahun 2011, konsesi pemanfaatan hutan yang masih berlaku izin terdiri dari Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) sebanyak 5 unit izin dengan luas areal kerja ± 312.460 hektar (Tabel 2.2) dan IUPHHK-HT sebanyak 8 unit izin dengan luas areal kerja ± 247.265 hektar (Tabel 2.3).

Tabel 2.2. Daftar IUPHHK-Hutan Alam di Provinsi Aceh

No. Nama Perusahaan No.SK HPH/Tanggal

Luas (Ha)

Izin HPHBerakhir Lokasi

Sisa Berakhir

IzinAktifitas

1 PT. Hargas Industries Ind

741/Menhut-IV/19946 Juni 1994 59.910 6 Juni 2014 Kota Subulus-

salam ± 4 Tahun Tidak Aktif

2 PT. Lamuri Timber 863/Kpts-VI/199912 Oktober 1999 44.400 14 Nopember

2034Kab. A. Jaya, A. Barat, Pidie ± 24 Tahun Tidak Aktif

3 PT. Aceh Inti Timber 859/Kpts-VI/199912 Oktober 1999 80.804 9 Juli 2049 Kab. Aceh

Jaya ± 39 Tahun Tidak Aktif

4 PT. Raja Garuda Mas Unit II

851/Kpts-VI/199911 Oktober 1999 96.500 11 Agustus

2052Kab. Aceh Barat ± 42 Tahun Tidak Aktif

5 K o p o n t r e n Najmussalam

876/kpts-II/199914 oktober 1999 30.846 14 Oktober

2054 Kab. Bireun ± 44 Tahun Tidak Aktif

Jumlah 312.460

Sumber: Dinas Kehutanan Aceh, 2011

Page 25: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

15BAB II

Tabel 2.3 Daftar IUPHHK-HTI di Provinsi Aceh

No Nama Perusahaan No. SK. HPHTI/ Tanggal Luas (Ha) Izin Berakhir

L u a s Tanaman s.d saat ini (Ha)

Lokasi Keterangan

1 PT. Gunung Medang RayaUtama Timber

495/Kpts-II/19921 Juni 1992

7.300,00 1 Juni 2045 3.627,00 Kab. Aceh Timur -

2 PT. Tusam Hutani Lestari

556/Kpts-II/19971 September 1997

97.300,00 12 Mei 2035 13.158,00 Kab. A. Tengah Kab. B. Meriah

-

3 PT. Aceh Nusa Indrapuri

95/Kpts-V/199717 Februari 1997

111.000,00 5 Agust 2035 22.458,00 Kab. A. Besar Kab. Pidie

-

4 PT. Rimba Wawasan Permai

558/Kpts-II/19971 September 1997

5.200,00 15 Juli 2035 1.600,00 Kab. Aceh Timur -

5 PT. Rimba Penyangga Utama

195/Kpts-II/19974 April 1997

6.150,00 21 Peb 2035 2.474,00 Kab. Aceh Timur -

6 PT. Rimba Timur Sentosa

262/Kpts-II/19974 April 1997

6.250,00 25 Sept 2053 2.130,00 Kab. Aceh Timur -

7 PT. Aceh Swaka WanaNusa Prima

529/Kpts-II/199715 Agustus 1997

7.050,00 21 Sept 2035 1.343,00 Kab. Aceh Utara Telah dicabut (SK MenhutN o . S K . 2 5 0 /M E N H U T -II/2011tanggal 3 Mei 2011)

8 PT. Mandum Payah Tamita

522/052/200323 Desember 2003

8.015,00 23 Des 2053 - Kab. Aceh Utara -

Jumlah 247.265,00 46.790,00

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Aceh, 2011

2.3. Kondisi Deforestasi dan Degradasi Hutan Aceh

Menurut UN FAO, deforestasi adalah suatu kondisi dimana tutupan kanopi area berhutanberkurangsebesar10%ataukurangdariitu.Merujukpadadefinisiini,hutandi Indonesia sudah tergolong rusak. Selama tahun 1990-2000, tingkat deforestasi sudah mencapai 1,2% dibandingkan dengan total deforestasi dunia sebesar 0,2% (Bulte and Engel, 2006).

Dalam tatanan Aceh, sebelum kebijakan moratorium logging diberlakukan pada tanggal 6 Juni 2007, fakta kondisi hutan Aceh sudah pada posisi yang memerlukan perhatian secara serius, hal ini dapat dilihat dari trend kehilangan tutupan hutan yang dipantau oleh berbagai pihak, serta jika didasarkan atas beberapa indikator lainnya seperti intensitasbanjirdanlongsor,kebakaranhutandanlahan,sertakonflikkepentingandi

Page 26: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH16

sektor kehutanan yang terus meningkat. Terdapat beberapa kepentingan yang saling kontradiktif dan bersifat dilematis dalam pengelolaan disektor kehutanan. Satu sisi, adamasalahbencanadankonflikyangmenimbulkankerugianyangtidaksedikitdandisisi lain ada dorongan melakukan ekstraksi terus menerus untuk memenuhi kebutuhan kayu guna rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh, selain sektor kehutanan selama ini sudah distigmakan sebagai sumber pendapatan bagi pusat dan daerah.

Salah satu penyebab deforestasi adalah buruknya pengelolaan dan kinerja pengoperasian konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam (dulu disebut HPH). Lemahnya sistem pengawasan dan pelaksanaan silvikultur pada hutan alam, maupun hutan tanaman menjadikan sumberdaya hutan terkesan diektraksi tanpa koridor dan aturan yang berakibat terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas tutupan hutan alam yang diusahakan, bahkan pada beberapa kasus terjadi konversi terhadap kawasan hutan.

Selain buruknya pengelolaan IUPHHK-HA/HPH, laju kerusakan hutan juga dipicu oleh aktivitas illegal logging yang terus terjadi. Pada tahun 2006, terdapat sekitar 120.209,50 m3 kayu dari hasil illegal logging berhasil disita. Angka ini mengalami kenaikan empat kali lipat dari tahun sebelumnya, yaitu sekitar 33.249,25 m3. Berdasarkan data kajian spatial Tipereska (Tim terpadu) tahun 2008, tutupan hutan Aceh pada tahun 1945 tercatat 4.908.019 ha, sampai dengan tahun 1980 hutan Aceh tersisa hingga 4.085.741 ha atau kehilangan luas hutan sekitar 822.278 ha. Dengan demikian, laju kerusakan hutan pada periode tersebut adalah 23.494 ha per tahun. Sedangkan pada periode 1980 sampai dengan tahun 1990 total deforestasi hutan Aceh sebesar 383.436 ha atau 38.344 ha per tahun, karena hutan yang tersisa adalah 3.702.305 ha.

PadasaatberlangsungnyakonflikbersenjatadiAceh pada periode 1990 hingga 2000, hutan Aceh terdeforestasi sebesar 346.426 ha atau laju kerusakan pada periode yang sama adalah 34.643 ha per tahun. Pada periode 2000 hingga 2006 total deforestasi hutan Aceh selama kurang lebih 6 tahun adalah sebesar 184.560 ha, laju kerusakan hutan Aceh mencapai 30.760 ha per tahun, dan pada tahun 2006 existing tutupan hutan Aceh yang tersisa adalah ± 3.171.319 ha.

Selanjutnyapadapascakonflikperiodetahun2006hingga2009totaldeforestasihutan Aceh sebesar 92.497 ha atau laju kerusakan hutan Aceh sebesar 23.124 ha per tahunnya. Secara keseluruhan uraian situasi deforestasi di atas dapat dilihat pada Tabel 2.4. dan Gambar 2.3.

Page 27: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

17BAB II

Tabel 2.4. Situasi Deforestasi Hutan Aceh periode 1945 – 2009

Tahun Luas Hutan (ha) Deforestasi (ha) Laju deforestasi (ha/tahun)

1945 4.908.019 - -1945 – 1980 4.085.741 822.278 23.4941981 – 1990 3.702.305 383.436 38.3441991 – 2000 3.355.879 346.426 34.6432001 – 2006 3.171.319 184.560 30.760Rata-rata deforestasi 1945 – 2009 1.684.384 26.318Rata-rata deforestasi sebelum konflik (1945 – 1990) 1.205.714 34.449Rata-rata deforestasi selama konflik (1990 – 2006) 914.422 57.151

Sumber: Kajian Spatial Tipereska 2008, dan working group analysis deforestasi hutan Aceh

(Dinas Kehutanan Provinsi Aceh, Aceh Green, BPKEL, FFI, dan YLI tahun 2009)

Gambar 2.3. Peta Deforestasi Aceh PeriodeTahun 1945 s/d 2006

Page 28: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH18

Dampak yang ditimbulkan akibat deforestasi tersebut memberikan efek ganda (multiplier effect) khususnya di lingkungan Provinsi Aceh. Beberapa dampak yang memberikan kerugian langsung adalah kebencanaan seperti banjir dan tanah longsor, hingga kebakaran hutan dan lahan. Akibat yang ditimbulkan tidak saja mengancam kehidupan masyarakat sekitar namun juga berpengaruh pada stabilitas sosial dan ekonomi di Provinsi Aceh. Kondisi luas tutupan lahan, deforestasi dan degradasi lahan di Aceh dapat dilihat pada Tabel 2.5. dan Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Peta Deforestasi Aceh PeriodeTahun 2006 s/d 2009

Page 29: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

19BAB II

Ta

bel

2.5

. Tu

tup

an

La

ha

n, D

efo

rest

asi

da

n D

egra

da

si H

uta

n A

ceh

NoKE

TERA

NGAN

Jeni

s Hut

an

Kaw

asan

Hut

an

APL

TOTA

LHu

tan

Teta

pHP

KJu

mlah

KSA-

KPA

HLHP

THP

Jum

lahJu

mlah

%

12

34

56

78

910

1112

13

1Lu

as P

enut

upan

Laha

n (h

a) Ta

hun

2009

/2010

A. H

utan

780,

700

1,630

,400

25,70

037

2,300

2,809

,100

-2,8

09,10

037

6,70

03,1

85,8

0057

- H

utan

Prim

er53

5,500

638,

200

400

7,400

1,181

,500

-1,1

81,50

05,5

001,1

87,0

0021

- H

utan

Seku

nder

239,

500

990,

300

21,20

032

7,300

1,578

,300

-1,5

78,30

035

6,60

01,9

34,9

0034

- H

utan

Tana

man

5,700

200

-

37

,600

43,50

0-

43,50

014

,600

58,10

01

B. N

on H

utan

71,9

0021

4,10

011,

600

227,2

0052

4,80

0-

524,

800

1,907

,500

2,432

,300

43

C. Ti

dak A

da D

ata

-

-

-

1,7

001,7

00-

1,700

4,80

06,

500

-

Tota

l Lua

s Pen

utup

an La

han

Perio

de 20

09/20

1085

2,600

1,844

,500

37,30

060

1,200

3,335

,600

-3,3

35,6

002,2

89,0

005,6

24,6

0010

0

2An

gka D

egra

dasi

Huta

n Pe

riode

2006

-20

09 (h

a/th

)

A. H

utan

Prim

er- H

utan

seku

nder

3.73.7

--

-3.7

- Hut

an La

han

Kerin

g Prim

er- s

ekun

der

-3.7

-

-3.7

-

--

3.7

- Hut

an R

awa P

rimer

- sek

unde

r-

--

--

--

--

- Hut

an M

angg

rove

prim

er- S

ekun

der

--

--

--

--

-

B. H

utan

Prim

er- H

utan

Lain

nya

--

--

--

--

-

- Hut

an La

han

kerin

g prim

er- L

ainny

a-

--

--

--

--

- Hut

an R

awa p

rimer

- Lain

nya

--

--

--

--

-

- Hut

an M

angg

rove

Prim

er- L

ainny

a-

--

--

--

-

C. H

utan

Seku

nder

- Hut

an La

inny

a-

--

--

--

--

- Hut

an La

han

Kerin

g sek

unde

r- La

inny

a-

--

--

--

--

- Hut

an R

awa S

ekun

der-

Lain

nya

--

--

--

--

-

- Hut

an M

angg

rove

Seku

nder

- Lain

nya

--

--

--

--

Tota

l Ang

ka D

egra

dasi

Perio

de 20

06-20

09

3.7

--

3.7

3.7

Page 30: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH20

NoKE

TERA

NGAN

Jeni

s Hut

an

Kaw

asan

Hut

an

APL

TOTA

LHu

tan

Teta

pHP

KJu

mlah

KSA-

KPA

HLHP

THP

Jum

lahJu

mlah

%

12

34

56

78

910

1112

133

Angk

a De

fore

stas

i Hu

tan

Perio

de 2

006-

2009

(ha/

th)

A. H

utan

Prim

er-

--

--

--

--

- H

utan

Laha

n Ke

ring P

rimer

--

--

--

--

- -

Hut

an R

awa P

rimer

--

--

--

--

- -

Hut

an M

angg

rove

Prim

er-

--

--

--

--

B. H

utan

Seku

nder

2,757

.03,3

49.6

618.

22,3

58.5

9,08

3.3-

8,90

1.622

,993

.131

,894

.7-

- H

utan

Laha

n Ke

ring S

ekun

der

1,338

.13,0

91.6

618.

22,2

85.4

7,333

.3

- 7

,333.3

12,17

6.1

19,50

9.4

- H

utan

Raw

a Sek

unde

r1,4

18.9

149.

4-

-1,5

68.3

-

1,56

8.3

10,8

17.0

12,38

5.3 -

Hut

an M

angg

rove

Seku

nder

-10

8.6

-73

.118

1.7

- 1

81.7

66.0

247.3

C. H

utan

Lain

nya*

--

-12

.512

.5

- 1

2.51,5

14.0

Tota

l Ang

ka D

efor

esta

si Hu

tan

Perio

de 20

06-20

092,7

57.0

3,349

.661

8.2

2,371

.09,

095.8

-

9,0

95.9

23,0

60.5

31,9

08.7

Sum

ber

:

- B

uku

Rek

alku

lasi

Pen

utup

an L

ahan

Ind

ones

ia T

ahun

200

9/20

10,

-

Buk

u P

engh

itun

gan

Deg

rada

si H

utan

Ind

ones

ia P

erio

de 2

00

6-20

09

-

Buk

u P

engh

itun

gan

Def

ores

tasi

Ind

ones

ia P

erio

de 2

00

6-20

10

-

Dir

ekto

rat J

ende

ral P

lano

logi

Keh

utan

an K

emen

tria

n K

ehut

anan

Tah

un 2

011

-

Dir

ekto

rat I

nven

tari

sasi

dan

Pem

anta

uan

Sum

ber

Day

a H

utan

Page 31: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

21BAB II

Kondisi deforestasi dan degradasi hutan di Aceh juga dapat diindikasikan dari sebaran lahan kritis yang berada di wilayah Aceh, seperti terlihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6. Luas Kelas Kekritisan Lahan Propinsi Aceh Tahun 2010

No Kelas Kekritisan Lahan Luas (ha) Persen

1. Tidak Kritis 376,829.39 7.562. Potensial Kritis 2,379,533.58 47.713. Agak Kritis 1,595,885.10 32.004. Kritis 528,021.00 10.595. Sangat Kritis 107,091.53 2.15

Jumlah 4,987,360.60 100.00

Sumber : BPDAS Kr. Aceh, Tahun 2010

Data pada Tabel 2.6 menunjukkan bahwa wilayah yang tidak termasuk kategori kritis (potensial kritis dan tidak kritis) mempunyai luas yang cukup dominan, yaitu 55,27%, sedangkan yang termasuk kategori kritis (termasuk kelas agak kritis, kritis dan sangat kritis) meliputi 44,73 % luas wilayah SWP DAS Krueng Aceh.

Sedangkan jika didasarkan atas fungsi kawasan, sebaran lahan kritis di Aceh terluas berada di luar kawasan hutan dengan luas 1.258.363 hektar (25 % dari total luas wilayah pengelolaan BPDAS Kr. Aceh), dan di dalam kawasan hutannya dengan luas 983,470 Ha (19.72 % dari total luas wilayah pengelolaan BPDAS Kr. Aceh). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa terdapat praktek-praktek pengelolaan lahan skala luas yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi telah menyebabkan lahan kritis di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan seluas 2,241,833 ha atau sebesar 44.95 % dari total wilayah BPDAS Kr. Aceh yang luasnya 4,987,361 Ha. Sebaran lahan kritis di Aceh secara detil dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Page 32: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH22

Tabel 2.7. Luas Kekritisan Lahan menurut Fungsi Kawasan di Aceh

FUNGSI KAWASAN Luas (Ha) PersenA. DALAM KAWASAN 2,912,017 58.391. Hutan Lindung 1,768,592 35.46- Sangat Kritis 14,316 0.29- Kritis 108,008 2.17- Agak Kritis 391,224 7.84- Potensial Kritis 1,170,862 23.48- Tidak Kritis 84,182 1.692. Hutan Produksi 631,605 12.66- Sangat Kritis 46,417 0.93- Kritis 130,010 2.61- Agak Kritis 160,924 3.23- Potensial Kritis 285,042 5.72- Tidak Kritis 9,212 0.183. Hutan Konservasi 475,000 9.52- Sangat Kritis 4,925 0.10- Kritis 19,403 0.39- Agak Kritis 86,333 1.73- Potensial Kritis 354,966 7.12- Tidak Kritis 9,373 0.194. Hutan Produksi Terbatas 36,820 0.74- Sangat Kritis 6,120 0.12- Kritis 6,365 0.13- Agak Kritis 9,425 0.19- Potensial Kritis 14,910 0.30- Tidak Kritis - -B. LUAR KAWASAN 2,075,344 41.61- Sangat Kritis 35,023 0.70- Kritis 260,535 5.22- Agak Kritis 962,805 19.30- Potensial Kritis 580,042 11.63- Tidak Kritis 236,939 4.75 TOTAL 4,987,361 100.00

Sumber: Analisa Spasial Penentuan Lahan Kritis Tahun 2010 (BPDAS Kr. Aceh tahun 2010)

2.4. Emisi dari Sektor Penggunaan Lahan dan Hutan di Aceh

Hutan Aceh mempunyai peranan penting dalam mempangaruhi iklim secara global. Perubahan iklim global seperti yang terjadi pada dekade terakhir ini diperkirakan karenaterganggunyakeseimbanganenergiantarabumidanatmosfirakibatmeningkatnyakonsentrasi gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO

2). Meningkatnya konsentrasi

CO2 disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang tepat, seperti pembukaan dan

pembakaran hutan dalam skala luas, pengeringan dan pembukaan lahan gambut untuk

Page 33: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

23BAB II

dialih-fungsikan menjadi lahan perkebunan dan pertanian. Oleh karena itu dalam perencanaan dan pengelolaan yang berkelanjutan, pengetahuan tentang ilmu dasar sangat diperlukan agar kebijakan pengelolaan sumberdaya alam (SDA) berorientasi pada pemanfaatan yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan. Bahkan sistem pengelolaan SDA yang berkelanjutan dapat memberikan nilai tambah pada pemulihan kerusakan lingkungan dan mengurangi emisi C (karbon) lepas ke udara.

Hutan alami merupakan penyimpan karbon tertinggi bila dibandingkan dengan lahan pertanian atau perkebunan. Hutan alami dengan keragaman jenis yang terdiri atas pepohonan berumur panjang merupakan gudang penyimpan C (karbon) tertinggi dibandingkan dengan lahan agroforestri maupun lahan pertanian lainnya. Hutan bila diubah fungsinya menjadi lahan-lahan pertanian, perkebunan atau bentuk fungsi yang lain maka jumlah karbon yang tersimpan akan terus mengalami penurunan. Padahal hutan alami (hutan primer) yang telah mengalami kerusakan, untuk pulih kembali ke bentuk struktur dan komposisi semula akan memerlukan waktu yang cukup lama (ratusan tahun).

Hutan berperan penting dalam siklus karbon global dan dapat berfungsi sebagai penghasil emisi (emitter) maupun penyerap emisi. Hasil inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) nasional dengan berbasis (base-year) tahun 2000 menunjukkan bahwa sektor kehutanan merupakan pengemisi GRK (net emitter) tertinggi, berasal dari deforestasi, degradasi, dan kebakaran hutan termasuk lahan gambut (2nd National Communication, 2009). Gambaran kontribusi emisi dari sektor penggunaan lahan dan hutan di Aceh diuraikan dalam dua sektor yaitu (1) sektor pertanian dan (2) sektor hutan dan lahan gambut.

2.4.1. Sektor Pertanian

Kegiatan pertanian dalam arti luas yang berkembang di wilayah Aceh dan diperkirakan menimbulkan tekanan terhadap lingkungan adalah pertanian tanaman pangan (padi dan palawija), perkebunan (besar dan rakyat), peternakan dan perikanan. Tekananterhadaplingkungantidakhanyaterjadisecarafisikakibatpenggunaanlahan(perluasan dan teknis pengolahan tanah), tetapi juga secara biologi dan kimia antara lain sebagai dampak penggunaan pestisida dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta penyediaan unsur hara melalui pemupukan.

Pada pembahasan emisi sektor pertanian ini, tidak dibicarakan emisi dari pupuk maupun pestisida. Hasil perhitungan emisi dalam RAD-GRK Provinsi Aceh Tahun 2012, perkiraan emisi gas Metan (CH

4) dari lahan sawah Aceh dapat dilihat pada Tabel 2.8 dan

Gambar 2.5.

Page 34: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH24

Tabel 2.8. Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah Aceh Tahun 2011

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh dan Bapedal Aceh Tahun 2011

Gambar 2.5. Grafik Perkiraan Emisi Gas Metan (CH4) dari Lahan Sawah Aceh Tahun 2011

Page 35: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

25BAB II

2.4.2. Sektor Hutan dan Lahan Gambut

Sektor hutan dan lahan gambut memberikan kontribusi terhadap peningkatan emisi Carbon. Perhitungan emisi berbasis lahan dilakukan berdasarkan metode Stock Difference, dengan menggunakan data tutupan lahan 2003 dan 2010 dari Badan Planologi Kementerian Kehutanan, serta data kawasan yang diturunkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) (Tabel 2.9). Dari ketiga data tersebut, diperoleh informasi luasan perubahan tutupan lahan dari tahun 2003 ke 2010 berdasarkan masing-masing kawasan. Hasil kalkulasi menunjukkan sumbangan emisi hutan dan lahan gambut dari masing-masing kawasan dapat dilihat dalam Tabel 2.10.

Tabel 2.10. memberikan informasi bahwa areal penggunaan lain dengan luas 2.148.033,94 ha (38,4%) dari luas total wilayah Aceh (5.593.797,40 ha) memberikan kontribusi emisi yang terbesar dibandingkan kawasan lainnya yaitu sebesar 61,5%)

Tabel 2.9. Data yang Digunakan untuk Memperkirakan Emisi Bidang Kehutanan dan

Lahan Gambut

No. Jenis Data Tahun Sumber

1. Hasil Intrepetasi Tutupan lahan dari Citra Landsat (Tier 2) 2003, 2010 Badan Planologi Kementerian Kehutanan

2. Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) (Tier 3) 2012 Bappeda ACEH3. Rata-rata cadangan karbon pada beberapa tipe tutupan lahan

(Tier 2)2012 Badan Planologi Kementerian

Kehutanan

Sumber : RAD-GRK Prov. Aceh 2012

Tabel 2.10. Hasil Kalkulasi Sumbangan Emisi Kehutanan dari Masing-Masing Kawasan

KAWASAN Luasan (ha) F r a k s i luas

Emisi historis per tahun (tCO2-eq) SHARE

Cagar Alam 16.445,56 0,3% 0,00 0,0%Hutan Lindung 1.749.934,17 31,3% 1.698.185,40 11,3%Hutan Negara Bebas 80,90 0,0% 0,00 0,0%Area Penggunaan Lain 2.148.033,94 38,4% 9.209.060,61 61,5%Hutan Produksi 736.317,69 13,2% 1.465.601,60 9,8%Hutan Produksi Terbatas 38.065,45 0,7% 256.205,47 1,7%Hutan Suaka dan Wisata 1.133,28 0,0% 19.691,03 0,1%Suaka Margasatwa 45.158,54 0,8% 292.738,61 2,0%Taman Buru 85.300,59 1,5% 1.199,28 0,0%Taman Hutan Rakyat 5.718,09 0,1% 12.541,06 0,1%Taman Nasional 596.161,62 10,7% 467.735,35 3,1%Taman Wisata Alam/Hutan Wisata 26.624,28 0,5% - 0,0%Gambut Kawasan Hutan 48.39,77 0,9% 169.180,32 1,1%Gambut non Kawasan Hutan 96.023,51 1,7% 1.392.794,42 9,3%

Total 5.593.737,40 100% 14.984.933,15 100%

Sumber: Hasil Analisa RAD-GRK Prov. Aceh 2012

Page 36: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH26

Berdasarkan sumbangan emisi dari masing-masing kawasan hutan, maka sumbangan emisi terbesar dari sektor Areal Penggunaan Lain (APL) yaitu sebesar 9.209.060,61 ton CO2. Emisi yang dihasilkan dari kegiatan deforestasi yang paling besar berasal dari kegiatan deforestasi yang tidak direncanakan seperti perambahan kawasan, peladang berpindah dan pembukaan wilayah perkebunan.

Kalkulasi Baseline Historical dilakukan untuk mendapatkan informasi emisi aktual yang terjadi akibat perubahan tutupan lahan. Kalkulasi ini menghasilkan perkiraan emisi dari perubahan tutupan hutan dan lahan, dari kalkulasi ini didapatkan perkiraan total emisi yang terjadi adalah 14.984.933,15 ton CO

2-e.

Hasil penghitungan mempergunakan software Abacus jumlah total persentase share (sumbangan) emisi kehutanan dari alih guna lahan untuk 5 (lima) kawasan adalah 83,29%, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Tabel 2.11. Hasil Kalkulasi Sumbangan Emisi Kehutanan dari Masing-Masing Alih Guna

Lahan

No.Sumber Utama

ShareDari Menjadi

1 Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 35.12%

2 Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur 19.29%

3 Hutan Rawa Sekunder Belukar Rawa 16.66%4 Hutan Rawa Sekunder Tanah Terbuka 5.22%5 Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering 7.00%Total 83.29%

Sumber: Hasil Analisa RAD-GRK Prov. Aceh 2012

Sedangkan sumbangan/share emisi kawasan kehutanan dan gambut secara rangking dan kumulatif dapat dilihat pada Tabel 2.12.

Page 37: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

27BAB II

Tabel 2.12. Rangking dan Kumulatif Sumbangan Emisi Kehutanan dan Gambut

Kawasan Penggunaan Lahan Sebelumnya Penggunaan Lahan Baru Emisi Rank Sumbangan Sumbangan kumulatifHutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 2,826,354 1 18.9% 18.9%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur 2,159,816 2 14.4% 33.3%Hutan Penggunaan Lain Hutan Rawa Sekunder Belukar Rawa 2,013,359 3 13.4% 46.7%Hutan Produksi Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 1,122,697 4 7.5% 54.2%Hutan Lindung Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 1,091,592 5 7.3% 61.5%Hutan Penggunaan Lain Hutan Rawa Sekunder Tanah Terbuka 767,962 6 5.1% 66.6%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering 580,240 7 3.9% 70.5%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Tanah Terbuka 524,146 8 3.5% 74.0%Hutan Lindung Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur 418,355 9 2.8% 76.8%Gambut non Kawasan HutBelukar Rawa Belukar Rawa 403,161 10 2.7% 79.5%Taman Nasional Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering 309,303 11 2.1% 81.5%Suaka Margasatwa Hutan Rawa Sekunder Belukar Rawa 292,739 12 2.0% 83.5%Gambut non Kawasan HutPerkebunan Perkebunan 257,241 13 1.7% 85.2%Gambut non Kawasan HutHutan Rawa Sekunder Belukar Rawa 146,618 14 1.0% 86.2%Hutan Produksi Terbatas Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur 145,662 15 1.0% 87.1%Gambut non Kawasan HutSemak Belukar Semak Belukar 141,265 16 0.9% 88.1%Gambut non Kawasan HutPertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering 118,265 17 0.8% 88.9%Hutan Produksi Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur 111,289 18 0.7% 89.6%Gambut non Kawasan HutPertanian Lahan Kering Campur Pertanian Lahan Kering Campur 110,970 19 0.7% 90.4%Hutan Produksi Terbatas Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 105,958 20 0.7% 91.1%Hutan Produksi Hutan Lahan Kering Sekunder Perkebunan 103,508 21 0.7% 91.8%Hutan Lindung Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering 92,346 22 0.6% 92.4%Gambut Kawasan Hutan Belukar Rawa Belukar Rawa 86,534 23 0.6% 93.0%Gambut non Kawasan HutPertanian Lahan Kering Campur Pertanian Lahan Kering 86,334 24 0.6% 93.5%Taman Nasional Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 83,276 25 0.6% 94.1%Hutan Produksi Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering 62,333 26 0.4% 94.5%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Hutan Tanaman 57,718 27 0.4% 94.9%Taman Nasional Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur 55,186 28 0.4% 95.3%Hutan Penggunaan Lain Hutan Rawa Sekunder Pertanian Lahan Kering 44,456 29 0.3% 95.6%Hutan Penggunaan Lain Hutan Mangrove Sekunder Belukar Rawa 39,847 30 0.3% 95.8%Gambut Kawasan Hutan Hutan Rawa Sekunder Belukar Rawa 35,158 31 0.2% 96.1%Gambut non Kawasan HutBelukar Rawa Perkebunan 33,006 32 0.2% 96.3%Gambut Kawasan Hutan Perkebunan Perkebunan 32,116 33 0.2% 96.5%Hutan Produksi Hutan Lahan Kering Sekunder Tanah Terbuka 30,756 34 0.2% 96.7%Gambut non Kawasan HutHutan Rawa Sekunder Pertanian Lahan Kering 28,060 35 0.2% 96.9%Hutan Penggunaan Lain Hutan Rawa Sekunder Perkebunan 25,801 36 0.2% 97.1%Hutan Penggunaan Lain Hutan Mangrove Sekunder Tambak 25,228 37 0.2% 97.2%Hutan Penggunaan Lain Pertanian Lahan Kering Campur Pertanian Lahan Kering 24,816 38 0.2% 97.4%Gambut non Kawasan HutSawah Sawah 24,084 39 0.2% 97.5%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Pertambangan 22,059 40 0.1% 97.7%Hutan Produksi Hutan Mangrove Sekunder Tambak 20,864 41 0.1% 97.8%Hutan Penggunaan Lain Belukar Rawa Tanah Terbuka 20,063 42 0.1% 98.0%Hutan Lindung Hutan Lahan Kering Sekunder Tanah Terbuka 20,049 43 0.1% 98.1%Gambut non Kawasan HutBelukar Rawa Pertanian Lahan Kering 19,851 44 0.1% 98.2%Hutan Suaka dan Wisata Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 19,691 45 0.1% 98.4%Hutan Lindung Hutan Rawa Sekunder Perkebunan 19,540 46 0.1% 98.5%Hutan Lindung Hutan Mangrove Sekunder Tambak 18,291 47 0.1% 98.6%Taman Nasional Hutan Lahan Kering Primer Semak Belukar 15,947 48 0.1% 98.7%Hutan Penggunaan Lain Perkebunan Tanah Terbuka 15,731 49 0.1% 98.8%Hutan Lindung Belukar Rawa Tambak 15,360 50 0.1% 98.9%Hutan Penggunaan Lain Hutan Mangrove Sekunder Air 15,228 51 0.1% 99.0%Hutan Lindung Hutan Rawa Sekunder Tanah Terbuka 14,212 52 0.1% 99.1%Hutan Penggunaan Lain Hutan Mangrove Sekunder Pertanian Lahan Kering Campur 12,717 53 0.1% 99.2%Taman Hutan Rakyat Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 12,541 54 0.1% 99.3%

Page 38: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH28

2.5. Penyusunan Baseline Emisi GRK

Pengertian tentang Skenario Baseline Emisi (yang selanjutnya disebut dengan Baseline) yang digunakan dalam kegiatan ini mengikuti Buku Referensi Bappenas tentang Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Thamrinetal, 2011) yaitu: Sebuah perkiraan tingkat emisi dan proyeksi GRK dengan skenario tanpa intervensi kebijakan dan teknologi mitigasi dari bidang-bidang yang telah diidentifikasi dalam kurun waktu yang disepakati.

Baseline akan digunakan untuk menentukan target pengurangan emisi dan bersamaan dengan itu juga untuk mengkuantifikasikan dampak aksi mitigasi ataukebijakan yang dilaksanakan. Periode waktu yang digunakan adalah tahun 2011 sebagai tahun awal dan tahun 2021 sebagai tahun penutup.

Gambut non Kawasan HutPermukiman Permukiman 12,503 55 0.1% 99.4%Gambut Kawasan Hutan Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering 10,138 56 0.1% 99.4%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Perkebunan 9,996 57 0.1% 99.5%Hutan Penggunaan Lain Hutan Mangrove Sekunder Tanah Terbuka 7,837 58 0.1% 99.6%Gambut non Kawasan HutHutan Rawa Sekunder Perkebunan 5,934 59 0.0% 99.6%Hutan Produksi Belukar Rawa Tambak 5,655 60 0.0% 99.6%Hutan Produksi Terbatas Hutan Lahan Kering Sekunder Pertanian Lahan Kering 4,585 61 0.0% 99.7%Hutan Lindung Hutan Rawa Sekunder Belukar Rawa 4,446 62 0.0% 99.7%Hutan Penggunaan Lain Semak Belukar Pertanian Lahan Kering Campur 4,231 63 0.0% 99.7%Taman Nasional Hutan Rawa Sekunder Belukar Rawa 4,023 64 0.0% 99.8%Gambut non Kawasan HutSemak Belukar Pertanian Lahan Kering Campur 3,821 65 0.0% 99.8%Gambut Kawasan Hutan Sawah Sawah 3,516 66 0.0% 99.8%Hutan Produksi Hutan Tanaman Semak Belukar 3,128 67 0.0% 99.8%Hutan Produksi Hutan Mangrove Sekunder Tanah Terbuka 2,890 68 0.0% 99.8%Hutan Penggunaan Lain Pertanian Lahan Kering Sawah 2,787 69 0.0% 99.9%Hutan Produksi Hutan Mangrove Sekunder Belukar Rawa 2,420 70 0.0% 99.9%Hutan Penggunaan Lain Hutan Rawa Sekunder Semak Belukar 1,815 71 0.0% 99.9%Hutan Penggunaan Lain Belukar Rawa Pertanian Lahan Kering 1,627 72 0.0% 99.9%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Permukiman 1,533 73 0.0% 99.9%Gambut non Kawasan HutSemak Belukar Pertanian Lahan Kering 1,502 74 0.0% 99.9%Hutan Lindung Hutan Lahan Kering Primer Tanah Terbuka 1,326 75 0.0% 99.9%Gambut Kawasan Hutan Hutan Rawa Sekunder Perkebunan 1,258 76 0.0% 99.9%Hutan Penggunaan Lain Hutan Rawa Sekunder Sawah 1,233 77 0.0% 100.0%Taman Buru Hutan Lahan Kering Sekunder Semak Belukar 1,199 78 0.0% 100.0%Hutan Lindung Hutan Mangrove Sekunder Belukar Rawa 1,185 79 0.0% 100.0%Hutan Lindung Pertanian Lahan Kering Campur Pertanian Lahan Kering 787 80 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Semak Belukar Pertanian Lahan Kering 741 81 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Pertanian Lahan Kering Campur Sawah 539 82 0.0% 100.0%Hutan Lindung Hutan Rawa Sekunder Semak Belukar 488 83 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Semak Belukar Tanah Terbuka 470 84 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Hutan Tanaman Semak Belukar 358 85 0.0% 100.0%Gambut Kawasan Hutan Pertanian Lahan Kering Campur Pertanian Lahan Kering 269 86 0.0% 100.0%Hutan Lindung Hutan Lahan Kering Primer Hutan Lahan Kering Sekunder 208 87 0.0% 100.0%Gambut Kawasan Hutan Semak Belukar Semak Belukar 191 88 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Pertanian Lahan Kering Permukiman 180 89 0.0% 100.0%Gambut non Kawasan HutBelukar Rawa Pertanian Lahan Kering Campur 154 90 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Hutan Lahan Kering Sekunder Air 138 91 0.0% 100.0%Hutan Produksi Sawah Tanah Terbuka 47 92 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Belukar Rawa Pertanian Lahan Kering Campur 31 93 0.0% 100.0%Gambut non Kawasan HutHutan Rawa Sekunder Semak Belukar 26 94 0.0% 100.0%Hutan Produksi Pertanian Lahan Kering Campur Rumput 8 95 0.0% 100.0%Hutan Produksi Belukar Rawa Pertanian Lahan Kering 7 96 0.0% 100.0%Hutan Penggunaan Lain Pertanian Lahan Kering Campur Rumput 4 97 0.0% 100.0%Gambut non Kawasan HutRawa Rawa - 98 0.0% 100.0%

Page 39: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

29BAB II

Baseline disusun berdasarkan data dan informasi teknis dari Bidang Pertanian, Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut. Sebagai referensi acuan dan perangkat bantu (tools) teknis yang digunakan adalah software Abacus versi 1.1.4.

Khusus untuk Bidang Pertanian dan Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut mempergunakan software bantu lainnya yaitu program Geographic Information Systems (GIS) yang dimanfaatkan untuk mencari perhitungan luas dari berbagai kombinasiperubahanlahan.LuasperubahanlahaninidigunakansebagaiDataAktifitas(Activity Data). Selanjutnya kalkulasi untuk mendapatkan gambaran mengenai BAU dengan pendekatan historical dan forward looking diuraikan pada BAB IV.

2.6. Penyebab Deforestasi dan Degradasi Hutan di Aceh

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa Hutan Aceh tidak luput dari ancaman deforestasi dan degradasi. Hal ini tidak hanya menyebabkan luas hutan Aceh mengalami penciutan melainkan juga dapat menimbulkan berbagai bencana alam seperti kekeringan, banjir, longsor dan kebakaran hutan. Dampak yang ditimbulkan tersebut tidak hanya bersifat lokal, melainkan juga bersifat regional, nasional, maupun internasional. Analisis penyebab deforestasi dan degradasi Hutan Aceh yang dihasilkan melaluiFGDpadaTahun2011dantelahdomodifikasiolehtimpenyusunSRAPAcehsebagai berikut :

2.6.1. Kepatuhan Terhadap Tata Ruang Yang Masih Lemah

RencanaTata Ruang Wilayah Aceh ditetapkan melalui suatu kesepakatan-kesekapatan yang melibatkan berbagai macam stakeholder, baik yang berada pada level kabupaten, provinsi, maupun pusat. Keputusan penetapan perencanaan ruang tersebut berperan sebagai cetak biru (blue print) dalam melaksanaan kegiatan pembangunan di Wilayah Provinsi Aceh. Pembangunan di Wilayah Aceh harus mengacu pada perencanaan ruang yang sudah disepakati bersama sehingga tidak menimbulkan tumpang tindih kepentingan yang pada akhirnya akan berdampak pada kerusakan lingkungan dan kelestarian dari sumberdaya alam.

Kepatuhan terhadap Tata Ruang mutlak diperlukan agar ruang yang tersedia dipergunakan sesuai dengan peruntukannya sehingga dapat menunjang kegiatan pembangunan yang optimal guna mendapatkan hasil pembangunan yang maksimal. Kepatuhan yang dimaksud tidak hanya pada tataran perencanaan pembangunan melainkan juga pada saat implementasi kegiatan pembangunan di lapangan.

Pada saat ini Aceh masih tergolong relatif lemah dalam hal kepatuhannya terhadap tata ruang. Berbagai penyimpangan telah terjadi. Fenomena tersebut menggambarkan bahwa pelaksanaan pembangunan di Aceh masih memberikan skala prioritas yang tinggi hanya untuk suatu sektor tertentu sehingga kepentingan untuk sektor lainnya kadang dilupakan. Penegakan hukum dengan prinsip memberikan efek jera bagi

Page 40: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH30

pelanggaran tata ruang sebagai produk kesepakatan bersama mutlak diperlukan, selain juga dalam proses penyusunan revisi tata ruang yang saat ini sedang berjalan sedapat mungkin harus dapat melibatkan seluruh elemen yang terlibat, sebagai jaminan dalam membangun kesadaran dan konsistensi dalam penerapannya.

2.6.2. Konflik Tanurial

Konflik pemanfaatan lahan seringkali terjadi baik antara pemerintah denganmasyarakat, pemerintah dengan swasta, dan pihak swasta dengan masyarakat. Hal ini tidak hanya menyangkut dengan komitmen dalam pengaturan tata ruang, tetapi juga dalam hal proses penetapan areal untuk keperluan kegiatan investasi bagi privat sektor seperrti HGU untuk perkebunan, hutan tanaman industri, dan pertambangan.

Bila proses tersebut tidak berjalan dengan benar maka berpotensi menimbulkan konflik antara pihak perusahaan dengan masyarakat lokal sehingga masyarakatkehillangan assetnya untuk berusaha. Hal ini tentu akan menyebabkan masyarakat yang berada di sekitar hutan kehidupannya akan semakin sulit karena lahan usahanya tidak bisa dimanfaatkan lagi. Kondisi seperti itu tentu akan menimbulkan kerawanan terhadap kelestarian hutan akibat perambahan hutan dan illegal logging. Selain beberapa hal tersebut, permasalahan kepastian hukum kawasan hutan khususnya yang berbatasan langsung dengan areal budidaya masyarakat dan privat sektor juga belum terselesaikan.

Batas luar kawasan hutan pasca penunjukannya, harus ditetapkan melalui proses pengukuhan dengan kegiatan tata batas di lapangan yang tentunya harus mempertimbangkan hak-hak masyarakat lokal dan pihak ketiga lainnya. Saat ini, belum secara keseluruhan batas luar kawasan hutan di Aceh dikukuhkan dan atau ditetapkan, sehingga interpretasi terhadap batas kawasan yang dipahami dan disepakati secara multi pihak belum terbangun, belum lagi dtambah permasalahan sumber peta acuan yang digunakan berbeda-beda. Hal ini berakibat pada semakin maraknya kegiatan ektrasi dan ekplotasi terhadap sumberdaya hutan dan sumberdaya alam lainnya, sebagai akibat tidakjelasnyabataskawasanhutandanwilayahkelolayangsecarafisikdanadministrasidi pahami dan disepakati.

Pengabaian hak-hak masyarakat adat dalam hal ini adalah mukim atau dengan sebutan lainnya di Aceh juga memicu terjadinya permaslahan dalam pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya hutan. Sehingga perlu pengakuan dan keterlibatan secara penuh terhadap entitas masyarakat adat seperti mukim atau sebutan lainnya di Aceh dalam pengelolaan sumber daya alam dan hutan secara lebih konkret.

2.6.3. Institusi Pengelola Hutan yang Belum Efektif

Keberadaan institusi pemerintah yang berkaitan dengan pengelolaan hutan di Provinsi Aceh tidak hanya bersifat lokal tetapi juga bersifat nasional. Dalam memberikan pelayanannya, institusi-institusi tersebut seyogyanya beroperasi secara efektif dan efisien.Halinitidakhanyamenyangkutsistemmanajemeninternaldarimasinginstitusipengelolaan hutan melainkan bagaimana masing institusi tersebut dapat berinteraksi

Page 41: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

31BAB II

dan bersinergi dengan baik untuk menciptakan suatu keterpaduan program pengelolaan hutan Aceh.

Untuk meningkatkan sistem manajemen internal harus didukung dengan ketersediaan sumberdaya manusia yang sesuai dan memiliki kemampuan profesionalitas yang tinggi. Tidak semua institusi pengelolaan hutan dijalankan oleh SDM yang memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai sehingga dalam menjalankan tugasnya kurang profesional danmemilikimotivasi dan kreatifitas yang rendah. Ada kecenderunganbahwa penempatan personil di dalam institusi pengelolaan hutan tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai sehingga operasional kelembagaan berjalan kurang efektif, baik dari segi subtantif program maupun dalam manejemen keuangan.

Selain hal tersebut di atas, permasalahan kelembagaan pengelola hutan pada tingkat tapak menjadi kebutuhan dan tuntutan, sebagai jaminan dalam operasional pengelolaanhutanyangdapatdijalankansecaraefektif,efisiendanlestari.Penanganankehutanan di Aceh saat ini dilaksanakan oleh Dinas yang menangani sektor kehutanan yang berada di provinsi dan 23 kabupaten/kota, dan dalam operasionalnya lebih fokus dalam pengurusan hutan (forest administration) serta belum secara optimal mampu melaksanakan tugas pengelolaan hutan (forest management) yang meliputi: tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan (forest utilization), penggunaan kawasan hutan (forest use for non forestry purpose), rehabilitasi, reklamasi, perlindungan hutan serta konservasi alam.

Pembentukan lembaga pengelolaan hutan pada unit terkecil (tingkat tapak) akan dapat menjalankan fungsi pengawasan, pembinaan, perlindungan, konservasi dan kegiatanpengelolaanhutanlainnyasecaralebihefektifdanefisien,sehinggamenjadikankawasan hutan memiliki penanggung jawab dalam kontek pemangkuan kawasan serta lebih akomodatif dengan kondisi eksisting ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat.

2.6.4. Transformasi Mata Pencarian Pasca Konflik Belum Optimal

Konflik yang berkepanjangan terjadi di Provinsi Aceh telah menimbulkankorban jiwa yang besar baik dari kalangan masyarakat luas, para pejuang, maupun aparat keamanan. Selain itu konflik yang berkepanjanganmenyebabkanmasyarakatAceh cenderung terfragmentasi kedalam 2 kutub, yaitu: (1) masyarakat yang hidup secara normal dan terlibat dalam proses kegiatan pembangunan dan (2) masyarakat yang berjuang untuk memenuhi keinginan aspirasi perjuangannya dan cenderung terkonsentrasi pada wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh aparat keamanan.

Pasca perdamaian telah mendorong kelompok-kelompok masyarakat yang berjuang kembali berbaur dengan masyarakat Aceh lainnya. Dalam hal ini diperlukan suatu proses transformasi sosial dan ekonomi sehingga masyarakat Aceh kembali berbaur secara sempurna dan terlibat di dalam aktivitas pembangunan di Aceh secara normal. Proses tersebut tampaknya belum berjalan lancar sehingga sebagian kelompok masyarakat tersebut masih termajinalisasikan sehingga menimbulkan masalah-masalah sosial,sepertipenganggurandankonfliksosial.

Page 42: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH32

Hal ini tentu harus dapat difasilitasi oleh pemerintah secara baik sehingga tidak berdampak terhadap kelestarian sumberdaya alam akibat kegiatan illegal dalam ekstraksi sumberdaya alam untuk memenuhi tuntutan ekonomi dalam kehidupan se hari-hari. Oleh sebab itu Pemerintah harus dapat menciptakan sumber-sumber alternatif usaha baru, beserta bimbingan teknis dan fasilitasi yang dapat memberdayakan kelompok masyarakat tersebut menuju kemandirian, dengan program dan kegiatan yang tentunya tidak menimbulkan masalah baru dalam aspek lingkungan dan sumberdaya hutan sehingga mereka dapat berkontribusi dalam pelaksanaan pembangunan di Aceh.

2.6.5. Skema Insentif dan Disinsentif Belum Dijalankan

Konsep pelaksanaan pembangunan pada saat ini masih terfragmentasi berdasarkan administrasi pemerintahan sehingga pertimbangan keterpaduan ekologi sering terabaikan. Dengan kondisi seperti itu bisa saja tanggungjawab untuk menjaga kelestarian lingkungan tidak langsung melekat kepada penggunanya. Sebagai contoh dalam pengelolaan suatu DAS para pengguna jasa lingkungan yang berada di sebelah hilir dari suatu DAS tidak bertanggungjawab untuk menjaga kelestarian dari daerah hulunya (cacthment area) karena dibatasi oleh aspek administrasi pemerintahan. Begitupula halnya dengan kabupaten-kabupaten yang memiliki areal kawasan lindung yang relatif luas dimana dalam pelaksanaan pembangunan lebih banyak melakukan kegiatan program konservasi daripada kegiatan ekonomi karena ketersediaan lahan terbatas.

Oleh sebab itu perlu diciptakan skema insentif dan disinsentif sehingga proses subsidi silang dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini tentu dapat memberikan gairah bagi wilayah-wilayah yang berbatasan dengan kawasan konservasi untuk melaksanakan pembangunan dengan baik lewat dukungan pendanaan yang memadai, dengan lebih meminimalisir ektraksi sumberdaya alam.

2.6.6. Goverment (Political Will)

Kelestarian kawasan hutan Aceh juga sangat ditentukan oleh keberpihakan pemerintah terhadap penanganan berbagai issue tentang lingkungan dan kaitannya dengan aspek kehutanan. Cara pandang (paradigma) pemerintah yang baik terhadap keberadaan sumberdaya hutan tentu sangat baik dalam menciptakan kondisi yang kondusif untuk menyelamatkan hutan dari berbagai intervensi kegiatan sektor lainnya. Sebagai contoh kebijakan Moratorium Logging yang telah diberlakukan.

Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, Kebijakan Moratorium Logging tersebut telah berhasil memberhentikan aktivitas HPH yang beroperasi di Kawasan Hutan Aceh. Pada saat pemberlakukan kebijakan tersebut Pemerintah Aceh telah berhasil menekan laju kerusakan hutan akibat degradasi hutan dan deforestasi, hanya saja permasalahannya adalah moratorium logging tersebut diberlakukan hanya untuk meghentikan atau memberikan jeda tebang bagi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam /IUPHHK-HA (HPH), sehingga perlu kebijakan yang lebih efektif

Page 43: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

33BAB II

untukmenekandanmeminimalisiraktifitasyangmengancamkelestariansumberdayaalam yang lebih komprehensif seperti melalui penerapan kebijakan moratorium konversi.

Lahirnya sebuah kebijakan yang akan menentukan kualitas pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam, sangat dipengaruhi oleh pemahaman dari pengambil kebijakan itu sendiri, sehingga internalisasi konsep pengelolaan sumberdaya alam yang proporsional dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk dijalankan baik secara struktural, maupun secara fungsional.

2.6.7. Konflik Regulasi Kewenangan

Aceh melalui UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh memiliki kewenangan dalam pengelolaan sumber daya alam yang berada di wilayah aceh. Mengingat regulasi tersebut belum memilki aturan pelaksanaan sampai dengan saat ini, sehingga pemerintah pusat masih menerapkan peraturan dan perundangan dalam pengelolaan sumberdaya alam yang bersifat nasional dengan kecenderungan diseragamkan dan mengabaikan kewenangan yang dimiliki Pemerintah Aceh, serta nilai-nilailokalitasbiofisik,sosialdanbudayayangadadiAceh.

Implikasi selanjutnya adalah tupoksi yang saling tumpang tindih sebagai akibat lahirnya kebijakan tersebut yang belum memiliki pengaturan yang jelas, sehingga institusi-institusi yang menangani pengelolaan sumber daya alam dan hutan cenderung berjalan kurang efektif. Oleh sebab itu diperlukan upaya sinkronisasi sehingga kelembagaan pengelolaan hutan Aceh dapat berjalan secara harmonis dan saling bersinergi dengan baik dengan institusi-institusi lain dalam pengelolaan hutan Aceh.

2.6.8. Persepsi Terhadap Kawasan Hutan dan Sumber Daya Alam yang dibatasi Secara Administratif

Hutan sebagai suatu sistem ekologi di alam secara alami memiliki bentuk interaksi yang saling terkait dalam hubungan saling ketergantungan yang unik. Pola tersebut menjadi penyeimbang yang sangat efektif dalam sistem kehidupan yang lebih luas. Fungsi dari ekosistem hutan tersebut memiliki struktur yang sangat berbeda dengan sistem administratif yang dikembangkan sebagai pembatas wilayah teritorial kekuasaan dan kewenangan.

Penggunaan batas administratif sebagai dasar dalam mendileniasi areal/wilayah pengelolaan sumber daya alam tentunya akan mengesampingkan karakteristik ekosistem pendukunganya. Hal ini mengakibatkan mekanisme pemanfaatan sumberdaya alam (hutan) menjadi tidak terkontrol, susah untuk dipulihkan baik secara alami maupun melalui intervensi. Kondisi tersebut juga membentuk paradigma politis dan sektoral yang memposisikan hutan sebagai aset ekonomi dan komoditi semata. Masing-masing wilayah administratif memandang hutan dan sumber daya alam hanya sebagai barang/

Page 44: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH34

komoditi yang harus digunakan sebesar-besarnya untuk mendongkrak pembangunan wilayah, tanpa mempertimbangkan dampak bagi ekosistem yang tentunya jauh melintasi sekat-sekat batas administrasi yang diciptakan.

2.6.9. Sumber Alternatif Kayu.

Tingkat kebutuhan kayu Provinsi Aceh mencapai 394.511 m3 kayu olahan dan 732.941,33 m3 kayu bulat. Beberapa kabupaten/kota membutuhkan kayu yang relatif besar yaitu Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat, dan Kabupaten Aceh Tamiang untuk kayu olahan dan kayu bulat. Rekapitulasi kebutuhan kayu per kabupaten/kota untuk tahun 2008 di Provinsi Aceh dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Rekapitulasi Kebutuhan Kayu Per Kabupaten/Kota Propinsi Nanggroe Aceh

Darussalam untuk Tahun 2008.

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan kayu tersebut maka akan memberikan tekanan terhadap sumberdaya hutan Aceh. Oleh sebab itu perlu dipikirkan strategi bagaimana untuk mengalihkan ke sumber-sumber non kayu secara bertahap untuk penggunaan tertentu di dalam konstruksi suatu bangunan. Proses pengalihan tersebut dapat dilakukan dengan upaya sosialisasi teknologi terhadap hal di atas dan disertai dengan pemberian insentif ekonomi. Insentif tidak hanya diberikan kepada penggunan

STRATEGI DAN RENCANA AKSI REDD+ ACEH I II- 32

Tingkat kebutuhan kayu Provinsi Aceh mencapai 394.511 m3 kayu olahan dan

732.941,33 m3 kayu bulat. Beberapa kabupaten/kota membutuhkan kayu yang

relatif besar yaitu Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh

Barat, dan Kabupaten Aceh Tamiang untuk kayu olahan dan kayu bulat.

Rekapitulasi kebutuhan kayu per kabupaten/kota untuk tahun 2008 di Provinsi

Aceh dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13. Rekapitulasi Kebutuhan Kayu Per Kabupaten/Kota Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk Tahun 2008.

Untuk memenuhi kebutuhan permintaan kayu tersebut maka akan memberikan

tekanan terhadap sumberdaya hutan Aceh. Oleh sebab itu perlu dipikirkan

strategi bagaimana untuk mengalihkan ke sumber-sumber non kayu secara

bertahap untuk penggunaan tertentu di dalam konstruksi suatu bangunan.

Proses pengalihan tersebut dapat dilakukan dengan upaya sosialisasi teknologi

terhadap hal di atas dan disertai dengan pemberian insentif ekonomi. Insentif

tidak hanya diberikan kepada penggunan tetapi kepada pihak pemroduksi yang

terlibat dalam menghasilkan produk non kayu, misalnya lewat skema kredit

Page 45: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

35BAB II

tetapi kepada pihak pemroduksi yang terlibat dalam menghasilkan produk non kayu, misalnya lewat skema kredit perbankan, kemudahan dalam perizinan serta insetif lainnya yang mampu menstimulus pengembangan alternatif subtitusi dari kayu hutan alam dimaksud.

Selain beberapa hal tersebut di atas, pengembangan sumber-sumber penghasil kayu yang berasal dari proses budidaya pada lahan-lahan yang tidak produktif di dalam maupun di luar kawasan hutan (Hutan Rakyat, Hutan Tanaman Rakyat dll) perlu didorong melalui pemberian insentif dalam bentuk: regulasi, teknis dan pasar, sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan kayu yang ada di Provinsi Aceh.

2.6.10. Penegakan Hukum Masih Lemah

Dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya hutan maka aspek monitoring dan pengawasan sangat diperlukan. Dengan menggunakan sistem monitoring berlapis (remote sensing, foto udara, dan ground check) maka kondisi hutan Aceh yang relatif luas dapat diketahui dengan cepat dan tepat, termasuk berbagai sumber ancaman yangsignifikanterjadidiKawasanHutanAceh. Seyogyanyainformasiyangberhargadari hasil monitoring perlu segera ditindaklanjuti dengan aspek penegakan hukum di lapangan. Dalam proses tersebut tentu institusi pengelola hutan harus bekerjasama dengan pihak aparat keamanan untuk melakukan pengawasan.

Aspek penegakan hukum terhadap kawasan hutan Aceh relatif masih lemah. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan jumlah personil penegak hukum di lapangan tetapi juga terkait dengan sistem penanganan kasus dan profesionalitas dari aparat penegak hukum. Secara lebih konkret, penanganan tindak pidana lingkungan dan sumber daya alam harus mendapatkan penanganan prioritas dalam upaya penegakan hukumnya, serta bisa memberikan efek jera bagi para pelakunya.

Page 46: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH36

Page 47: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

37BAB III

BAB IIISTRATEGI REDD+ ACEH

Dengan banyaknya aspek yang perlu diperhatikan dan untuk menjaga kredibilitas serta efektivitas pelaksanaan REDD+, secara umum tahapan pelaksanaan REDD+ di Aceh akan meliputi: (1) Penyusunan strategi yang mencakup strategi daerah dan rencana aksi daerah REDD+, (2) Membangun kesiapan dan pelaksanaan tindakan awal berupa pembangunan infrastruktur prasyarat REDD+, pemenuhan kondisi pemungkin dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan awal, dan (3) Implementasi yang mencakup pengarusutamaan REDD+ dalam pembangunan, integrasi REDD+ ke dalam RPJMA dan implementasi penuh berdasarkan kriteria yang ditentukan.

Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ Aceh akan efektif apabila dapat diintegrasikan ke dalam proses perencanaan pembangunan dan pengambilan kebijakan serta pembangunan mekanisme penerapan REDD+. Selain itu, dukungan pembiayaan juga merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan REDD+. Untuk mengawal pelaksananaan Strategi dan Rencana Aksi REDD+ berjalan dengan baik, perlu disusun kerangka kerja monitoring dan evaluasi sebagai pedoman monitoring dan evaluasi Strategi Daerah dan Rencana Aksi Daerah REDD+. Penerapan Strategi Daerah dan Rencana Aksi hanya akan efektif bilamana masuk dalam sistem perencanaan. Oleh karena itu pengarusutamaan Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ dalam sistem perencanaan merupakan suatu keniscayaan.

3.1. Keterkaitan REDD+ Aceh dengan Program Lain

Kerangka strategi REDD+ Aceh dibangun dan dikembangkan selaras dengan strategi nasional REDD+ Indonesia, strategi tersebut dikembangkan untuk mencapai tujuan jangka panjang yang dijabarkan sebagai berikut:

(1) Menurunkan emisi GRK yang berasal dari sektor pengguna lahan dan perubahannya serta kehutanan (Land Use, Land Use Change, and Forestry/LULUCF);

(2) Meningkatkan simpanan karbon;

(3) Meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati; dan

(4) Meningkatkan nilai dan keberlanjutan fungsi ekonomi hutan.

Strategi nasional REDD+ yang dijabarkan kedalam 5 pillar strategis merupakan acuan, dan selanjutnya diterjemahkan secara lebih rinci dalam strategi dan rencana aksi REDD+ Provinsi Aceh.

Page 48: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH38

Inventarisasi permasalahan perubahan iklim serta pengembangan program-program penanggulangan telah diintegrasikan ke dalam Rencana Kerja Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA). Hal ini merupakan mandat dari beberapa peraturan perundang-undangan nasional yang memberikan aturan terkait tata ruang, kehutanan dan lingkungan hidup, yaitu UU 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Perpres 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, dan Perpres 71 tahun 2011 tentang Inventarisasi Gas Rumah Kaca.

Aturan perundang-undangan ini mengamanatkan Rencana Strategi REDD+ dikembangkan untuk menjadi acuan utama pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan perubahan iklim dalam bidang kehutanan dan pemanfaatan lahan.

Pada tingkat Provinsi Aceh, RAN GRK telah diterjemahkan melalui Peraturan Gubernur Nomor 85 Tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Aceh (RAD GRK). Khusus untuk REDD+, Stranas REDD+ dan RAD GRK dituangkan menjadi Strategi dan Rencana Aksi Implementasi REDD+ Aceh untuk kemudian diadopsi ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan APBD.

3.1.1. Rencana Aksi Daerah (RAD) GRK

RAD-GRK merupakan dokumen yang menyediakan arahan bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan penurunan emisi, baik berupa kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam kurun waktu tertentu.

Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca ACEH (RAD-GRK ACEH) mengimplikasikan aksi mitigasi di empat bidang prioritas, yaitu:1. Bidang Pertanian;

2. Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut;

3. Bidang Energi dan Transportasi; serta

4. Bidang Industri dan Pengelolaan Limbah,

Penyusunan dokumen RAD-GRK ACEH berpedoman pada RAN-GRK dan ditetapkan melalui Peraturan Gubernur ACEH. Dimana rencana mitigasi masing-masing bidang prioritas terintegrasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang ACEH (RPJPA) 2005-2025, Rencana Tata Ruang Wilayah ACEH (RTRWA) 2012-2032 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah ACEH (RPJMA) 2012-2017.

Oleh karena itu, terkait dengan penyusunan dokumen Strategi REDD+ Aceh adalah bersumber dari RAD-GRK Aceh khususnya bidang kehutanan dan lahan gambut

Page 49: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

39BAB III

3.1.2 Strategi Nasional REDD+

REDD+ akan dikembangkan dalam kerangka pembangunan rendah karbon dan ekonomi hijau untuk memastikan bahwa upaya penanganan perubahan iklim dari sektor penggunaan lahan dilakukan sejalan dengan kebijakan dan kebutuhan pembangunan berkelanjutan Indonesia. Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 26 persen dari skenario pembangunan Business as Usual (BAU) pada tahun 2020 dengan dana sendiri tanpa mengorbankan pembangunan di sektor lain, atau 41 persen jika mendapatkan bantuan internasional. Pemerintah akan melakukan ini sejalan dengan upaya memacu pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen per tahun. Untuk mewujudkan komitmen ini pemerintah telah mengeluarkan Perpres 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Perpres 71/2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional. REDD+ mendukung pencapaian target RAN-GRK dalam bidang pengelolaan hutan, lahan gambut dan pertanian.

Kerangka program REDD+ terdiri dari lima pilar strategis. Kelima pilar saling terkait satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan REDD+. Kelima pilar tersebut dibagi menjadi 2 fase, yaitu; fase persiapan sebagai pra-syarat dan fase implementasi untuk mencapai tujuan jangka panjang REDD+.

1. Fase Persiapan

a. Kelembagaan dan Proses

b. Kerangka Hukum dan Peraturan

2. Fase Implementasi

a. Program-program Strategis

b. Perubahan Paradigma dan Budaya Kerja

c. Pelibatan Para pihak

Alur pikir keterkaitan strategi dan rencana aksi REDD+ Aceh dengan program lain dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Page 50: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH40

Gambar 3.1. Keterkaitan SRAP REDD+ Aceh dengan Program lain

Pera

(1

(2

(3

(4

(5

Strate(Memperbaatas ssistemyang tpenge

aturan Perun

) UU 26 tahRuang,

) UU 41 tahKehutana

) UU 32 tahPerlindunLingkung

) Perpres 6Rencana Emisi Ga

) Perpres 7Inventaris

Peratu2012Penu

P

(Merupa2011 Penu

egi Nasionalpunyai mandikan dan pen

seluruh aturam kelembagaterkait dengaelolaan hutan

ndang-Undan

hun 2007 ten

hun 1999 tenan, hun 2009 tenngan dan Penan Hidup, 61 tahun 201Aksi Nasions Rumah Ka71 tahun 201sasi Gas Rum

uran Gubern tentang Ren

urunan EmisiProvinsi Aceh

kan turunan tentang Renrunan Emisi

l REDD+: dat untuk menyelarasan yn perundang

aan sektor daan tata kelolan dan peman

Strategi

Renc

TINGKAT

TINGKAT

ngan Nasion

ntang Penata

ntang

ntang ngelolaan

1 tentang nal Penurunaaca, dan

1 tentang mah Kaca.

ur Nomor 85ncana Aksi Di Gas Rumahh (RAD GRK

dari Perpresncana Aksi N

Gas Rumah

elakukan yang diperlukg-undangan dan non-sektoa dan nfaatan lahan

dan Rencan

cana Kerja P

T PROVINS

NASIONAL

nal

aan

an

5 Tahun Daerah h Kaca K).

s 61 tahun asional

h Kaca)

kan dan

or

n)

na Aksi RED

Pemerintah (

I

L

RP2

PrioritLingkuPenge

RPJM A

(9) SuBe

(10) kuda

D+ Aceh

RKP)

PJM Nasiona2010 – 2014 tas ke-semb

ungan Hidupelolaan Benc

Aceh 2012 –Prioritas;

umber Daya erkelanjutan,ualitas lingkuan kebencana

al

bilan p dan cana

2017

Alam dan ngan aan

Page 51: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

41BAB III

3.2. Kerangka Strategi REDD+ Aceh

Strategi REDD+ Aceh merupakan penjabaran dari strategi nasional REDD+ dan Rencana Aksi Daerah (RAD GRK) Provinsi Aceh, oleh karena itu baseline dari emisi GRK dari sektor pengguna lahan dan perubahannya serta kehutanan (Land Use, Land Use Change, and Forestry/LULUCF) dan driver atau sumber persoalan dari deforestasi dan degradasi hutan di Aceh pada dokumen RAD GRK akan menjadi baseline atau titik acuan.

Sedangkan kerangka Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Aceh dibangun dengan menggunakan pendekatan lima pillar strategi nasional REDD+, dan dilaksanakan melalui dua tahapan atau fase, yaitu; (i) tahapan persiapan (enabling condition) sebagai prasyarat mutlak yang harus dipenuhi kemudian (ii) tahapan implementasi, yang akan dilakukan setelah kondisi pemungkinnya tercapai. Kerangka penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Aceh dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Kerangka Strategi dan Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh

3.2.1. Kelembagaan REDD+ Aceh

Keberhasilan penerapan REDD+ di Provinsi Aceh sangat bergantung pada transformasi kelembagaan. Saat ini, kegiatan-kegiatan terkait dengan REDD+ (langsung dan tidak langsung) tersebar di berbagai Dinas/Badan/Instansi di Provinsi dan daerah.

Page 52: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH42

Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi lintas lembaga pemerintahan di daerah, agar penerapan REDD+ dapat berjalan sinergis dan terkoordinasi dalam suatu sistem yang terpadu.

Lembaga REDD+ akan menjadi badan pusat independen yang bertanggung jawab langsung kepada Gubernur untuk memimpin dan mengoordinasikan kinerja daerah dalam melaksanakan pengurangan emisi Gas Rumah Kaca akibat deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia. Untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif, lembaga REDD+ membutuhkan mandat dan kewenangan dengan dasar hukum yang kuat.

Lembaga REDD+ merupakan bagian dari lingkup penerapan REDD+ yang lebih besar, karena itu perlu dikoordinasikan secara ketat dengan instrumen pendanaan dan institusi MRV. Lebih lanjut, lembaga ini harus dapat menjamin harmonisasi dengan berbagai Instansi/Dinas/Badan dan pemangku kepentingan utama lain yang terkait, melalui hubungan kelembagaan dalam struktur tata kelolanya.

Sistem kelembagaan REDD+ perlu dirancang dengan mengutamakan azas-azas: (1) tata kelola yang baik (good governance), (2) inklusif dengan memastikan partisipasi dari para pemangku kepentingan untuk efektivitas pencapaian pengurangan emisi, (3) efisiensi biaya untukmencapai tujuan (cost effectiveness), dan (4) akuntabilitas dari pelaksanaan seluruh urusan terkait REDD+ di Aceh.

Di samping keempat azas umum di atas, rancangan awal Lembaga REDD yang dapat terdiri dari tiga bagian dengan fungsi yang berbeda dan penting: 1) Fungsi Pengarah adalah bertugas memberikan arahan dalam perumusan, perencanaan dan pelaksaan REDD+, 2) Fungsi Pelaksana adalah bertugas menjalankan mandat sebagaimana diuraikan sebelumnya, 3) Fungsi Pengawas adalah bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan REDD+.

Lembaga REDD dibentuk dengan tujuan:

1) Memayungi seluruh kegiatan REDD+ di Provinsi Aceh sebagai tata kelola pemerintahan provinsi dan badan koordinasi.

2) Menjadi katalis untuk mendorong percepatan perbaikan sistem tata kelola hutan, lahan gambut dan APL yang memungkinkan penurunan deforestasi dan degradasi hutan dalam upaya penurunan emisi GRK.

3) Memastikan manfaat berupa peningkatan kesejahteraan dan prospek ekonomi untuk masyarakat melalui kepastian pelayanan pembiayaan yang efektif dan distribusi manfaat yang adil bagi pihak-pihak yang menjalankan program/proyek/kegiatan REDD+ dengan pemenuhan persyaratan- integritas sistem pelaksanaan REDD+ (audit dan safeguards).

Di mana misi-misi tersebut dibuat untuk mendorong adanya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berkesinambungan sebagai aset nasional yang dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Mengingat kompleksitas penerapan REDD+, maka dapat disimpulkan bahwa Lembaga REDD+ membutuhkan mandat lintas Dinas/Badan/Instansi dan lintas sektor

Page 53: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

43BAB III

yang kuat, agar penerapan Strategi Daerah REDD+ dapat berjalan komprehensif dan koheren di seluruh wilayah yang relevan. Lembaga REDD+ bertanggung jawab terhadap seluruh upaya koordinasi dalam membangun dan menerapkan REDD+, serta memiliki fokus dan prioritas pada isu REDD+ tanpa melanggar perundang-undangan yang berlaku.

Kelembagaan REDD+ Aceh yang akan dibentuk setidaknya mempunyai empat fungsi dalam menjalankan kewenangannya, selain fungsi koordinatif yang melekat, yaitu;

1. Sebagai payung atau wadah dari semua kegiatan REDD+ di Aceh

2. Mempunyai fungsi sebagai fund raising atau pendanaan untuk kegiatan REDD+

3. MempunyaifungsiatauperandalamMonitoring,Reporting,danVerification(MRV)

4. Lembaga/Pelaksana ditingkat tapak/project.

Secara garis besar kelembagaan REDD+ Aceh dapat bersifat permanent melalui pembentukan Qanun Aceh yang mengatur tentang legalitasnya yang bertanggungjawab langsung kepada Gubernur Aceh. Jika Badan REDD+ Aceh dibentuk dengan kelembagaankhusus,makauntukfungsiMonitoring,Reporting,danVerification(MRV)akan dibentuk melalui kelembagaan yang sudah ada yaitu fungsi melekat pada Bappeda, Dishutbun, dan Bapedal Aceh. Masing-masing kelembagaan ini bertanggungjawab kepada Gubernur, sementara satu dengan yang lain bersifat koordinatif.

Lembaga REDD+ Aceh dipimpin oleh Kepala Badan dan dibantu oleh sekretariat untuk administratif, sementara untuk urusan teknis dibantu oleh bidang tematik. Untuk lebih jelasnya rencana usulan lembaga REDD+ Aceh dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Usulan Kelembagaan REDD+ Aceh

Lembaga MR

Bidang Tematik

Kele

Pelak

RV

mbagaan R

ksana Prog

Level P

Guber

KepaREDD

BiTe

REDD+ Ace

gram/Proye

Provinsi

rnur Aceh

la Badan D+ Aceh

dang ematik

eh Level K

ek/Kegiata

Sekret

abupaten/K

n REDD+ A

tariat REDD+Aceh

Bidang Tematik

Kota

Aceh

+

Page 54: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH44

Untuk dapat mencapai tujuannya dengan efektif, Lembaga REDD+ memiliki mandat untuk:

(1) Menjalankan fungsi-fungsi strategis terkait dengan pelaksanaan program REDD+ yang selama ini belum ada, yaitu:

a. Menetapkan strategi, kebijakan dan program REDD+ Aceh dan mendorong penyusunan Strategi Daerah REDD+. Lembaga REDD+ akan secara periodik melakukan kajian atas strategi, kebijakan dan program-program terkait dengan REDD+;

b. Membangun dan melakukan tata kelola sistem integrasi data dan peta, persetujuan dan registry untuk program/proyek REDD+ dan VER/CER, dan validasi informasi dari sistem MRV. Lembaga REDD+ akan mengembangkan protokol-protokol yang diperlukan untuk konsolidasi data dan peta yang merupakan pra-kondisi bagi implementasi program REDD+ yang kredibel, proses persetujuan dan registrasi proyek REDD+, serta pendaftaran VER/CER;

c. Memfasilitasi pembentukan lembaga dan sistem pelaksanaan MRV. Sistem MRV Aceh juga akan mengadopsi ukuran-ukuran yang mencerminkan implementasi financial (keuangan), serta pengaman sosial dan lingkungan(social and environmental safeguards) yang berperspektif gender. Khusus untuk environmental safeguard dan untuk keperluan membuat dasar penilaian bagiprogrammanfaat tambahan (co-benefit)dariREDD+, sistemMRVakanmemuat indicator terkait dengan keanekaragaman hayati;

d. Memastikan pembangunan lembaga dan sistem pengelolaan pendanaan REDD+ yang menarik bagi para donor dan investor, memiliki sistem pengelolaan dana yangefektifdanefisien,dandapatmendistribusikandanakelapangan,Selainitu, Lembaga REDD+ akan memfasilitasi penyusunan kriteria untuk persetujuan program dan proyek yang akan disponsori oleh dana kemitraan REDD+, serta menyusun mekanisme distribusi manfaat untuk mendorong adanya penyaluran dana yang adil dan berimbang;

e. Memfasilitasi pembangunan dan koordinasi pelaksanaan system integritas (safeguard dan audit) untuk bidang keuangan, sosial dan lingkungan hidup untuk pelaksanaan program/proyek REDD+. Jika diperlukan, Lembaga REDD+ dapat membentuk "Safeguard Steering Group" yang berada diluar Lembaga REDD+ dan secara independen memonitor pelaksanaan safeguard untuk program dan proyek REDD+. Safeguard Steering Group terdiri dari profesional yang relevan dan beberapa perwakilan para pihak, termasuk lembaga donor, masyarakat sipil, dan Lembaga REDD+;

f. Sistem safeguard bagi REDD+ Aceh akan dirancang dengan tujuan mengantisipasi resiko-resiko yang terkait dengan pengelolaan aspek-aspek fiduciary, sertadampak sosial dan lingkungan hidup dari kegiatan REDD+ yang dilakukan, dan merumuskan langkah-langkah penanganan risiko yang diantisipasi tersebut untuk kemudian dijalankan sesuai dengan pelaksanaan proyek dan dinilai

Page 55: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

45BAB III

secara berkala. Perumusan dan penetapan standar-standar safeguard dan sistem audit yang dilakukan bersama dengan pihak donor, lembaga-lembaga keuangan internasional dan para pihak yang relevan akan menghasilkan sistem yang dapat diterima secara internasional dan dapat diimplementasikan di lapangan;

g. Membangun/memfasilitasi sistem pengembangan kapasitas profesional dan kelembagaan terkait REDD+ serta membangun rencana aksi, target dan program REDD.

(2) Mengefektifkan fungsi-fungsi koordinasi tematik antara SKPA Pemerintah Aceh dan antara Aceh dengan kabupaten/kota dan melakukan trouble shooting/debottlenecking terkait pelaksanaan program REDD+:

a. Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program antara SKPA Pemerintah Aceh, dan antara Aceh dengan kabupaten/kota, terutama tetapi tidak terbatas pada hal-hal terkait dengan penataan ruang dan perizinan pemanfaatan lahan;

b. Menyusun rencana dan melaksanakan koordinasi penegakan hukum untuk perlindungan hutan dan lahan gambut, terutama tetapi tidak terbatas pada hal-hal yang mencakup pembalakan liar (illegal logging), pemanfaatan lahan, dan penggunaan api dalam pembukaan lahan. Fungsi koordinasi penegakan hukum dalam kelembagaan REDD+ lebih difokuskan pada isu kejahatan kehutanan;

c. Mengoordinasikan pelaksanaan lnpres tentang Penundaan Pemberian lzin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut moratorium. Dalam masa jeda pemberian izin baru, Lembaga REDD+ akan mengoordinasikan proses konsolidasi informasi dan peta izin-izin pemanfaatan lahan, pemanfaatan atau rasionalisasi lahan-lahan berizin yang ditelantarkan, penataan ulang proses perizinan pemanfaatan lahan, dan proses penyelesaian konflikpenguasaanlahandantumpangtindihalokasipenggunaanlahan;

d. Mengoordinasikan upaya-upaya penyelarasan system insentif (re-alignment of incentive system) untuk memastikan sinergi antar kebijakan/program Pemerintah Aceh terkait implementasi REDD+. Lembaga REDD+ akan mengoordinasikan proses peninjauan ulang (review) dan jika diperlukan, revisiberbagaimekanisme transferfiscaldaripusatkedaerahyang sekarangberlaku (Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus Kehutanan dan Perubahan lklim). Tujuan dari penyelarasan ini adalah agar pada tahap implementasi penuhREDD+,terdapatstrukturinsentiffinansialyangkoherendankonsistenantara transfer fiscal ke daerah dan pembayaran untuk proyek implementasiREDD+. Lembaga REDD+ akan menginisiasi pembuatan kebijakan insentif dan de-bottlenecking faktor-faktor yang menghambat pemberian dan efektivitas insentif bagi:

(i) Pemerintah kabupaten/kota yang mendukung perluasan dan pengelolaan hutan lindung serta kawasan konservasi;

Page 56: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH46

(ii) Pengusaha hutan yang mendapatkan sertifikat pengelolaan hutan lestari(PHL),SistemVerifikasiLegalitasKayu(SVLK),dansistemlainnya;

(iii) Pemerintah kabupaten/kota yang berkomitmen menjadikan wilayahnya sebagai kabupaten konservasi dengan kriteria-kriteria tertentu.

(3) Menjalankan komunikasi dan pelibatan para pemangku kepentingan yang efektif dengan para pemangku kepentingan di dalam dan luar negeri

a. Membangun sistem, menjalankan program komunikasi yang efektif dengan pemangku kepentingan di dalam negeri serta memelihara hubungan dengan pemangku kepentingan di luar negeri;

b. Mengoordinasikan pengembangan kebijakan dan positioning Aceh terkait REDD+ untuk menghadapi forum-forum internasional dan strategi dalam menjalankan international affairs;

c. Memastikan komunikasi yang sistematis dan efektif dengan pemerintah kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan REDD+ di lapangan.

d. Menyelenggarakan kampanye edukasi yang komprehensif.

Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah berdirinya Lembaga REDD+, kewenangan dan hubungan kelembagaan Lembaga REDD+ dengan format koordinasi tematik sudah dikomunikasikan dengan pemerintah kabupaten/kota mengenai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dan pelaksanaan kewenangan Lembaga REDD+.

Lembaga REDD+ Aceh mengoordinasikan implementasi berbagai kewenangan yang akan dilimpahkan ke pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kesiapan kapasitasnya yang antara lain mencakup, tapi tidak terbatas pada, bidang-bidang berikut:

1. Koordinasi perencanaan kegiatan dan pengembangan pembiayaan REDD+ di daerah yang melibatkan juga stakeholders dari tingkat kabupaten;

2. Koordinasi pengembangan kriteria dan mekanisme lokal untuk persetujuan dan pendaftaran program/proyek/kegiatan dan status lembaga pelaksananya;

3. Koordinasi penerimaan hasil M (monitoring) dan R (reporting) yang disiapkan oleh lembaga pelaksana REDD-i- dan kegiatan V (verification) yang akandilakukan oleh penilai independen yang terakreditasi;

4. Koordinasipenyelenggaraanauditfinancialdanimplementasisafeguardsyangteringtegrasi dengan pelaksanaan MRV;

5. Koordinasi penyelenggaraan pembuatan dan konsolidasi data, peta dan informasi lain terkait pengelolaan dan pemanfaatan lahan di daerah;

6. Koordinasi penyelenggaraan kegiatan pengembangan kapasitas profesional dan kelembagaan di daerah terkait dengan implementasi REDD+;

Page 57: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

47BAB III

Tabel 3.1. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Kelembagaan REDD+ Aceh

Kategori Strategi Prioritas Rencana Aksi

Kondisi Pemungkin

Pembentukan Kelembagaan REDD+ dan Peraturan Terkait.

Design kelembagaan REDD+ Aceh dan payung hukumnya;Penggalian berbagai sumber pendanaan; Perumusan kebijakan-peraturan yang mampu mengawal proses internalisasi REDD+.

P e m b e n t u k a n / P e n g e m b a n g a n Metodologi REDD+

Penggalian berbagai metodologi ilmiah (Scientific based) REDD+; Penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan pedoman teknis (Juknis) pembangunan sistem MRV;Penyiapan/pengadaan tools pendukung system MRV.

3.2.2. Kerangka Hukum dan Peraturan

Untuk dapat melaksanakan skema REDD+ secara efektif dan efisien secaraberkelanjutan diperlukan penguatan landasan hukum serta pembenahan kebijakan dan peraturan-perundangan. Kedua hal itu diperlukan untuk penataan ulang tata ruang wilayah, tata guna lahan, penataan hak-hak atas lahan, perbaikan tata kelola perizinan,penyelesaianberbagaikonflik sertaberbagaipersoalan teknisdi lapangan,serta penegakan hukum. Karena itu dimandatkan kepada Lembaga REDD+ untuk mewujudkan kerangka hukum yang berkesinambungan dengan konteks perubahan iklim (climate friendly legal framework/CFLF).

3.2.2.1. Penataan dan Penggunaan Ruang

Percepatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota (RTRWK) terkait dengan kepastian terhadap penggunaan dan pemanfaatan ruang di Provinsi Aceh;

Percepatan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang telah dimandatkan di dalam Undang Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

Percepatan pelaksanaan UU No.4/2011 tentang Informasi Geo-Spasial terkait mandat integrasi peta dan pemetaan dengan mewujudkan penggunaan satu peta acuan untuk semua jenis perizinan pemanfaatan kawasan hutan dan/atau APL oleh semua instansi yang memiliki kewenangan pemberian rekomendasi dan izin pemanfaatan lahan;

Page 58: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH48

Telaah atau evaluasi perizinan dan kebijakan serta peraturan-perundangan dengan mengacu kepada kerangka hukum yang berkesinambungan dengan perubahan iklim yang telah disusun sebelumnya sebagai perangkat penting dalam penyelesaian konflikpenggunaanruang,danditindaklanjutidengan:

(1) Penindakan secara hukum (administratif, perdata, maupun pidana) hasil telaah perizinan yang mengindikasikan pelanggaran hukum, sesuai dengan ketentuan sanksi yang telah diatur melalui UU Nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang, UU Nomor 31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi, UU Nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta peraturan lain yang terkait;

(2) Pengembangan sistem perizinan yang transparan, akuntabel dan terintegrasi, dan penyederhanaan peraturan serta kejelasan birokrasi maupun administrasi sehingga terwujudpelayananpublikyangefisiendanikliminvestasiyangkondusif,terutamabagi pengembangan usaha kecil dan menengah dari masyarakat lokal.

3.2.2.2. Penataan Tenurial

Kejelasan atas tata batas dan hak kelola masyarakat terhadap sumber daya alam adalah hak konstitusional. Penataan tenurial atau hak-hak atas lahan dilakukan dengan tujuan menciptakan prakondisi yang penting bagi keberhasilan pelaksanaan REDD+.

Melakukan penyelarasan dan penyesuaian (revisi) dalam peraturan dan kebijakan lain yang terkait secara langsung dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam untuk menginternalisasi prinsip dan menjalankan proses Persetujuan Dengan Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA) dalam penetapan perizinan pemanfaatan sumber daya alam.

3.2.2.3. Moratorium Konversi Hutan

Revisi Instruksi Gubernur Nomor 5 Tahun 2007 tentang Jeda Tebang untuk di tingkatkan menjadi moratorium konversi hutan, hal ini selaras dengan Instruksi Presiden terkait penundaan perijinan di hutan dan lahan gambut.

Moratorium konversi hutan selaras dengan Instruksi Presiden terkait penundaan izin-izin baru di hutan dan lahan gambut, selain itu moratorium konversi hutan tidak hanya terbatas pada moratorium di sektor kehutanan, tetapi lebih menyeluruh kepada sector-sektor yang memanfaatkan lahan dan hutan.

3.2.2.4. Kebijakan terkait Benefit Sharing dan PADIATAPA

PADIATAPA/FPIC merupakan standard yang dideklarasikanpada United Nations Declaration on the Rights of Indigenous Peoples atau disingkat UNDRIP. Pada pasal 32, butir (1) document UNDRIP, 2007, masyarakat adat memiliki hak untuk menentukan dan mengembangkan prioritas dan strategi untuk pembangunan dan pemanfaatan tanah dan sumberdaya alam lainnya di wilayah adat mereka.

Page 59: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

49BAB III

Untukmemastikanterciptanyamekanismedistribusibenefityangadildanefektif,makamekanismedistribusibenefitharusefektifdalammengatur seluruhaktoryangbertanggungjawab terhadap terjadi deforestasi dan degradasi hutan. Untuk itu maka mekanisme ini harus: Menciptakan sistem reward berbasiskan kinerja; Memastikan adanya insentif bagi kinerja yang lebih baik dibandingkan tanpa skenario penurunan (reference scenario); Memberikan kompensasi secara memadai bagi para pihak yang mengalami kerugian akibat adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh pelaksanaan REDD+; Tidak hanya mempertimbangkan aspek ekonomis melainkan juga aspek lingkungan dan sosial, termasuk hak masyarakat adat dan lokal serta peranserta berbagai pihak untuk memastikan agar penurunan deforestasi dan degradasi efektif serta bersifat permanen; Bersifat sederhana serta mengintegrasikan prinsip-prinsip transparansi sehingga memudahkan pemantauan dan meminimalisasi penyalahgunaan di tingkat implementasi.

Tabel 3.2. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Kerangka Hukum dan Peraturan REDD+

Aceh

Kategori Strategi Prioritas Rencana Aksi

Kondisi Pemungkin

Penataan dan Penggunaan Ruang

Percepatan Rencana Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota;Percepatan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di Provinsi dan Kabupaten/Kota;Percepatan pelaksanaan “One Map” integrasi peta dan pemetaan untuk perijinan;Evaluasi perijinan, penindakan, dan pengembangan system perijinan yang baik.

Penataan Tenurial

Memperjelas dan mempertegas pengakuan terhadap tenurial masyarakat/kelembagaan lokal melalui regulasi setingkat Qanun atau Pergub;Penyusunan petunjuk pelaksanaan (Juklak) dan pedoman teknis (Juknis) terhadap proses pengakuan tenurial masyarakat;

Moratorium Konversi Hutan

Revisi INGUB No.5 Tahun 2007 tentang “Jeda tebang” untuk direvisi menjadi Moratorium Konversi Hutan;Penyusunan peta indikatif moratorium konversi hutan Provinsi Aceh.

Kebijakan terkait Benefit Sharing dan Persetujuan di Awal Tanpa Paksaan

Design Mekanisme benefit Sharing;Design atau mekanisme PADIATAPA;Regulasi atau norma hukum Benefit sharing dan PADIATAPA.

3.2.3. Program – Program Strategis

Program-programstrategisberorientasipadapeningkatanefektifitaspengelolaanlanskap berkelanjutan, pelaksanaan sistem ekonomi pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, dan konservasi dan rehabilitasi lahan; beserta perubahan seluruh pra-kondisi yang memungkin ketiganya dapat dicapai. Strategi prioritas dan rencana aksi untuk program-program strategis disajikan pada Tabel 3.3.

Page 60: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH50

3.2.3.1. Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan

Pendekatan ini berbasis pada sistem pengelolaan lanskap yang memadukan beberapa sektor dan kepentingan dalam jangka panjang. Tujuan pembangunan secara terpadu di berbagai sektor, khususnya industri, kehutanan, agroforestri, pertanian, dan pertambangan, adalah menuju ekonomi hijau (green economy) yang menghasilkan emisi karbon rendah.

3.2.3.2. Pelaksanaan sistem ekonomi pemanfaatan SDA secara berkelanjutan

Strategi ini bertumpu pada cara-cara terbaik (best practices) dari pengelolaan lahan pertanian, perkebunan, penebangan dan silvikultur serta pertambangan. Prinsipnya adalah untuk meningkatkan produktivitas per unit luasan tanpa menambah emisi atau risiko kerusakan lingkungan lainnya tanpa mengurangi manfaat jangka panjang, sehingga kebutuhan perluasan lahan dapat ditekan.

3.2.3.3. Konservasi dan Rehabilitasi

Program strategis konservasi bertujuan meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati dan keseluruhan jasa ekosistem hutan maupun lahan bergambut di dalam kawasan hutan dan APL. Hutan dan lahan gambut dengan nilai konservasi tinggi (High Conservation Value Forest/HCVF) mendapatkan prioritas khusus dengan fokus pada:

1. Pemantapan fungsi kawasan lindung. Area hutan dan lahan gambut dengan cadangan karbon dan tingkat keanekaragaman hayati tinggi dilindungi dengan mengubah statusnya menjadi kawasan lindung.

2. Pengendalian konversi dan pembalakan hutan. di luar kawasan lindung dengan perlindungan HCVF dan telaah ulang atas izin, pada area yang tidak dibebani hak dengan pengetatan pengendalian pembangunan pertanian, dan pada area berizin yang belum dikonversi dengan mendorong land swap.

Tabel 3.3. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas untuk Program-Program Strategis

Kategori Strategi Prioritas Rencana Aksi

Implementasi

Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan

Membangun database kebakaran hutan dan lahan gambut;Membangun kelembagaan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan gambut di tingkat tapak.

Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan

Memperbaiki tata-kelola hutan produksi melalui sertifikasi SVLK dan FSC;Pemberdayaan ekonomi lokal bagi masyarakat di dalam dan sekitar Hutan;Pengembangan kebijakan CSR yang lebih memberdaya-kan masyarakat.

Konservasi dan RehabilitasiPercepatan pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) ditingkat tapak; Rehabilitasi hutan dan lahan.

Page 61: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

51BAB III

3.2.4. Perubahan Paradigma dan Budaya Kerja

Dengan tingginya emisi dari aktivitas LULUCF, diperlukan perubahan paradigma dan budaya kerja yang mendasar di sektor ini. Tantangan juga muncul dalam kaitannya dengan kapasitas pada tingkat individu yang mencakup kompetensi (kemampuan, kualifikasi, dan pengetahuan), sikap dan perilaku (attitude), serta integritas (etos kerja dan motivasi), maupun jiwa kepemimpinan sumber daya manusia yang memiliki tanggung jawab dalam organisasi sebagai ujung tombak pengelolaan hutan dan lahan bergambut di lapangan. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Perubahan Paradigma dan Budaya Kerja dapat dilihat pada Tabel 3.4.

3.2.4.1. Penguatan Tata Kelola Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan

Pengembangan program pelaksanaan Undang – Undang tentang Keterbukaan Informasi Publik untuk mendorong transparansi dan memastikan adanya informasi yang akurat sebagai bahan untuk berpartisipasi, seperti:

1. Program peningkatan transparansi dalam: (i) proses pembuatan peraturan; (ii) proses pengambilan kebijakan; dan (iii) proses pemberian izin di sektor kehutanan;

2. Peningkatan ruang transparansi dan partisipasi secara khusus bagi kelompok yang potensial terkena dampak seperti masyarakat adat, orang miskin, perempuan dan anak;

3. Peningkatan kapasitas masyarakat terutama kelompok yang potensial terkena dampak, khususnya pada kelompok perempuan dan kaum rentan untuk: (i) memahami informasi yang ada; dan (ii) dapat berpartisipasi secara efektif dalam proses pengambilan keputusan;

Penyediaanmekanismeresolusikonflikyangefektifuntukmewadahiberbagaiperbedaan pandangan dan kepentingan dalam proses pelibatan pemangku kepentingan.

3.2.4.2. Kampanye untuk Aksi “Penyelamatan Hutan Aceh”

Untuk meningkatkan dukungan publik diperlukan kampanye untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat luas terhadap pentingnya hutan untuk menyangga kehidupan. Perubahan paradigma masyarakat luas dari semua tingkatan sosial dan umur diperlukan untuk mengetahui nilai pentingnya keberadaan hutan sebagai penyeimbang kehidupan.

Kampanye akan dilakukan oleh Lembaga REDD+ bekerja sama dengan pihak-pihak yang memiliki keahlian di bidang komunikasi publik. Kampanye dilakukan melalui:

1. Pembuatan perangkat informasi populer yang akan menjadi bahan informasi di berbagai kalangan tentang pentingnya hutan dan mekanisme REDD+;

2. Kerjasama dengan media massa (cetak maupun elektronik) terkait dengan penyiaran informasi yang objektif dari berbagai perspektif terkait dengan upaya penyelamatan hutan Indonesia dan mekanisme REDD+;

Page 62: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH52

3. Penyelenggaraan pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan baik melalui jalur formal dan non-formal, maupun pendidikan pada tingkat komunitas secara langsung.

3.2.4.3. Pengembangan Insentif

Dorongan untuk dapat mengubah budaya kerja dapat dilakukan apabila terdapat “imbalan” (reward) yang disediakan. Hal tersebut akan dilakukan pada kehutanan dan pemanfaatan lahan dengan cara:

1. Pemberian penghargaan dan insentif finansial secara tahunan kepadaPemerintah Daerah dan badan usaha yang memiliki kinerja baik dalam pengelolaan hutan dan pemanfaatan lahan.

2. Insentif kepada pemerintah kabupaten/kota atau pengelolaan pada level tapak yang berhasil dalam pengembangan program REDD+

Tabel 3.4. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Perubahan Paradigma dan Budaya Kerja

Kategori Strategi Prioritas Rencana Aksi

Implementasi

Penguatan Tata Kelola Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan

Mengembangkan Sistem Informasi yang diakses public;Mengembangkan mekanisme Complain Handling pada sector kehutanan dan pemanfaatan lahan;Pelaksanaan mekanisme PADIATAPA dalam proses pengambilan keputusan di tingkat tapak.

Kampanye Untuk Aksi “Penyelamatan Hutan Aceh”

Diseminasi informasi terkait pentingnya hutan dan REDD+;Memasukkan isu hutan dan lingkungan kedalam kurikulum muatan local pada jenjang tingkat pendidikan.

Pengembangan Insentif

Mengembangkan mekanisme dan indikator untuk insentif pemerintah kabupaten/kota yang berhasil mengembangkan program REDD+; Mengembangkan program-program yang bersifat kompetisi antar kabupaten/kota atau pada level tapak untuk program REDD+.

3.2.5. Pelibatan Para Pihak

Sebagai bagian dari prinsip inklusif dan kolaboratif, pelibatan masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan wajib dilakukan dalam pelaksanaan REDD+. Dengan memperhatikan kondisi dan karakter wilayah serta potensi kompleksitas akibat banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat, format pelibatan para pemangku kepentingan tersebut perlu dirancang sejak awal. Strategi dan rencana aksi prioritas pelibatan para pihak apat dilihat pada Tabel 3.5.

Page 63: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

53BAB III

3.2.5.1. Interaksi dan Strategi Pelibatan Para Pihak

Upaya pengambilan keputusan secara kolaboratif. Lembaga REDD+ akan mengembangkan kemitraan strategis dengan berbagai kelompok pemerhati kehutanan dan forum-forum multipihak yang ada di Aceh, hal ini untuk memastikan bahwa pelibatan para pihak berjalan secara efektif dan kelompok-kelompok masyarakat rentan mendapat perlakuan yang adil.

3.2.5.2. Pelaksanaan Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA)

Lembaga REDD+ menetapkan prinsip dan pelaksanaan PADIATAPA menjadi bagian pelaksanaan program dan proyek REDD+, dan mengkoordinasikan pengembangan protokol pelaksanaannya. Tujuan PADIATAPA dalam pelaksanaan program/proyek/kegiatan REDD+ ialah untuk memastikan keadilan dan akuntabilitas dari pelaksanaan program/proyek/kegiatan REDD+ bagi masyarakat adat/lokal yang kehidupan dan hak-haknya akan terkena pengaruh.

3.2.5.3. Penerapan dan Pembangunan Sistem Informasi Pelaksanaan Kerangka Pengaman

Penyiapan instrumen kerangka pengaman (safeguard) bertujuan untuk memastikan adanya acuan dalam pelaksanaan penilaian risiko kegiatan/proyek/ program REDD+ dan penyiapan langkah-langkah penanggulangan terkait tata kelola program dan akuntabilitas finansial, dampak pada hubungan dan posisi sosial bagi kelompokmasyarakat rentan, dan dampak terhadap lingkungan hidup. Kerangka pengaman merupakan sekumpulan kriteria dan indicator untuk memastikan pelaksanaan REDD+ tidak menyimpang dari tujuan awalnya.

3.2.5.4. Pembagian Manfaat

Strategi pembagian manfaat yang adil didasarkan pada: (i) Setiap pemegang hak atas kawasan/wilayah tapak yang berada pada lokasi program/proyek/kegiatan REDD+ berhak mendapatkan pembayaran; (ii) Jasa yang diberikan kepada individu selain sebagai pekerja yang dibayar oleh penyelenggara program/proyek/kegiatan REDD+. Manfaat yang didasarkan pada pendekatan ‘service-based’ ini dapat juga diberikan secara kolektif, apabila jasa itu diberikan secara kolektif pula; (iii) Komunitas yang berkontribusi bagi pencapaian VER/CER di wilayah keberadaannya dalam bentuk kepemilikan kolektif atas lahan dan/atau penyediaan jasa pemeliharaan hutan secara kolektif di mana komunitas tidak mendapat pembayaran sebagai pekerja; (iv) Sistem dan mekanisme pendistribusian manfaat dilakukan secara terbuka dan akuntabel agar terhindar dari kesalahan alokasi manfaat.

Page 64: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH54

Tabel 3.5. Strategi dan Rencana Aksi Prioritas Pelibatan Para Pihak

Kategori Strategi Prioritas Rencana Aksi

Implementasi

Interaksi dan Strategi Pelibatan Para Pihak

Identifikasi para pihak yang terkait pengembangan REDD+ di Aceh;Sosialisasi dan diseminasi informasi melalui forum-forum pemerhati kehutanan dan terkait;

Pelaksanaan Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (PADIATAPA)

Pelaksanaan PADIATAPA pada tingkat tapak, terutama pada wilayah pengembangan REDD+.Monitoring dan evaluasi PADIATAPA.

Penerapan dan Pembangunan Sistem Informasi Pelaksanaan Kerangka Pengaman

Membangun Sistem Informasi Safeguard (SIS), meliputi indicator sosial ekonomi hutan dan informasi terkait jasa lingkungan.

Pembagian Manfaat

Menetapkan kriteria dan indikator penerima manfaat REDD+;Identifikasi penerima manfaat dari program REDD+;Pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi pembagian manfaat.

Page 65: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

55BAB IV

BAB IVPELAKSANAAN STRATEGI RENCANA AKSI

PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH

4.1. Skenario Penurunan Emisi

Kalkulasi ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran mengenai BAU dengan pendekatan historical dan forward looking serta estimasi penurunan emisi melalui skenario mitigasi dan adaptasi. Hasil perhitungan pendugaan emisi dengan pendekatan historical dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Grafik BAU Historical di Provinsi Aceh

Emisi yang terjadi akibat perubahan lahan tahun 2006 ke 2011 adalah sebesar 26.287.689 ton CO

2e. Proyeksi dengan pendekatan historical dari angka ini,

emisi yang akan terjadi pada tahun 2021 sebesar 36.366.935 ton CO2e.

Untuk kalkulasi pendugaan emisi dengan pendekatan forward looking, hasil kalkulasi emisi tahun 2006 ke 2011 sama dengan pendekatan historical, yang menjadi perbedaan dengan pendekatan forward looking ini adalah dengan memproyeksikan perubahan tutupan lahan yang mungkin terjadi di tahun 2021 tidak berdasarkan pola-pola yang terjadi di tahun 2006 ke 2011, namun dengan mengakomodir rencana pembangunan di Provinsi Aceh. Hasil kalkulasi pendugaan emisi untuk BAU forward looking dengan skenario penurunan emisinya dapat dilihat di Gambar 4.2.

Pada tahun 2021, emisi yang mungkin terjadi dengan pendekatan forward looking adalah sebesar 181,834,675 ton CO

2e. Sementara penurunan emisi berdasarkan

skenario pembangunan Aceh diperkirakan akan menurunkan emisi di tahun 2021 menjadi sebesar 172,500.00 ton CO2e atau sebesar 5,13 %.

Page 66: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH56

Gambar 4.2. Grafik BAU Forward looking dan Skenario Penururnan Emisi di Provinsi Aceh

Berdasarkan RPJM Aceh 2012-2017, program-program yang berpotensi melepaskan emisi CO

2 antara lain: program-program di sektor pertanian/perkebunan,

peternakan dan pertambangan. Sedangkan program-program yang berpotensi menurunkan emisi CO

2 meliputi beberapa sektor antara lain : sektor kehutanan,

lingkungan hidup, kelautan dan perikanan (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Program pembangunan Aceh yang berkaitan dengan Emsi CO2

PROGRAM PEMBANGUNANA. Diprediksi Menurunkan Emisi CO2 B. Diprediksi Menaikkan Emisi CO2

No. Nama program SKPA Pelaksana

No. Nama program SKPA Pelaksana

1 Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

Dinas Kehutanan

1 Pengembangan minyak dan gas bumi

Dinas Pertambangan dan Energi

2 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan

Dinas Kehutanan

2 Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Dinas Perindustrian dan Perdagangan

3 Rehabilitasi Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan

3 Peningkatan Produksi (Pertanian /perkebunan)

Dinas Perkebunan

4 Perencanaan dan Pengembangan Hutan

Dinas Kehutanan

4 Peningkatan Produksi Peternakan

Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan

5 Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan

Bapedal 5 Peningkatan Penerapan Teknologi (Pertanian/ Perkebunan)

Dinas Perkebunan

6 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup

Bapedal 6 Program peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan)

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan

7 Program Perlindungan dan Konservasi SDA

Bapedal 7 Program pemanfaatan geologi dan sumberdaya mineral

Dinas Pertambangan dan Energi

8 Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam

Bapedal

9 Program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Bapedal

10 Program Pengembangan Ekowisata dan Jasa lingkungan di kawasan-kawasan Lindung/ konservasi laut dan hutan

Bapedal.Dinas Kehutanan. Dinas Kelautan dan Perikanan

Sumber : RPJM Aceh 2012-2017 (2013)

Page 67: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

57BAB IV

4.2. Strategi Rencana Aksi Penurunan Emisi

4.2.1. Penyusunan Rencana Aksi Daerah REDD+

Rencana Aksi Daerah REDD+ merupakan salah satu dokumen operasional pelaksanaan REDD+ yang merupakan penerjemahan Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+. Dengan demikian, Rencana Aksi Daerah REDD+ ini akan memberikan informasi lebih jauh tentang Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+, yaitu antara lain:

1. Kegiatan-kegiatan turunan dari kegiatan-kegiatan utama yang secara indikatif telah tercantum dalam Strategi Rencana Aksi ProvinsiREDD+;

2. Tujuan dan sasaran masing-masing kegiatan;

3. Penanggungjawab atau lokus dari masing-masing kegiatan;

4. Indikator kinerja berdasarkan pencapaian keluaran, hasil, dampak dan manfaat dari setiap kegiatan-kegiatan

4.2.2. Persiapan Pelaksanaan REDD+

Kesiapan pelaksanaan REDD+ sebagaimana telah termuat secara eksplisit dari strategi terdiri dari dua bagian penting, yaitu:

1. Terpenuhinya infrastruktur prasyarat REDD+, dan

2. Terpenuhi kondisi pemungkin untuk dapat terselenggaranya berbagai perbaikan sektor penggunaan lahan.

Kedua kegiatan tersebut merupakan syarat keharusan untuk dapat terlaksananya kegiatan REDD+ di Aceh. Dengan demikian, kegiatan-kegiatan pokok dalam menumbuhkan kesiapan pelaksanaan REDD+ ini adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan infrastruktur REDD+, dilakukan melalui pembentukan kelembagaan dan kebijakan REDD+, penyiapan metodologi untuk berbagai aspek penyelenggaraan REDD+ (REL, MRV, registrasi, pendanaan) dan pembangunan skema pembagian tanggung jawab dan manfaat yang transparan.

2. Pemenuhan kondisi pemungkin, pada umumnya didekati melalui instrumen kebijakan dan perencanaan di sektor penggunaan lahan.

Kesiapan Aceh dalam pelaksanaan REDD+ berarti merupakan kesiapan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Upaya untuk menumbuhkan kesiapan ini dipastikan akan membutuhkan waktu cukup panjang.

Page 68: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH58

4.2.3. Pelaksanaan Tindakan Awal

Tindakan awal terutama diarahkan pada upaya penurunan emisi dari sektor penggunanaan lahan, hutan dan lahan gambut di Aceh yang ditetapkan berdasarkan angka REL dan potensi besaran kontribusinya terhadap pencapaian target penurunan emisi sebesar 26% dan atau 41% dari BAU. Beberapa bentuk kegiatan awal yang diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Pendirian lembaga REDD+;

2. Persiapan instrument dan mekanisme pendanaan;

3. Persiapan pembentukan lembaga MRV (monitorable, reportableand, verifiable, atau termonitor, terlaporkan dan terverifikasi) REDD+ yangindependen dan terpercaya;

4.3. Pelaksanaan REDD+

4.3.1. Pengarusutamaan REDD+ dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh ditujukan untuk melanjutkan, mengkonsolidasi dan menyempurnakan berbagai upaya dan kebijakan pengurangan emisi yang berasal dari deforestasi dan degradasi hutan agar mempunyai dampak yang kongkrit bagi pencegahan pemanasan global dan keberlangsungan pembangunan berkelanjutan. Strategi Rencana Aksi dimaksud telah dirumuskan melalui pelibatan aktif dari berbagai pemangku kepentingan, seperti: masyarakat sipil dan kalangan dunia usaha, selain peran aktif dari pemerintahan, namun lebih jauh dari itu, pelibatan para pemangku kepentingan secara inklusif perlu terus dipertahankan dalam setiap tahapan siklus pembangunan.

Prinsip umum yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pengarustamaan tersebut adalah:

1. Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh merupakan bagian dari sistem perencanaan dan penganggaran daerah dan karenanya harus bersinergi dan terinternalisasi dengan dokumen perencanaan yang ada.

2. Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Stranas REDD+.

3. Perencanaan dengan pendekatan demokratis, teknokratis, politis, partisipatif top-down, dan bottom-up.

4. Penanganan masalah dengan pendekatan holistik dan pendekatan sistem lokal.

Page 69: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

59BAB IV

Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh merupakan dokumen panduan dari rangkaian kegiatan strategis dan terintegrasi bagi sektor terkait dan menjadi dokumen yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2012-2017 serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJPA) 2005-2025. Hal ini diupayakan untuk memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai untuk pelaksanaan Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh.

Proses pembentukan Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh dilakukan setelah RPJMA 2012-2017 tersusun, sehingga menimbulkan kesenjangan pengaturan substansi terkait pengurangan emisi yang berasal dari deforestasi dan degradasi hutan dalam RPJMN 2010-2014. Lebih jauh lagi, karena pada saat ini sistem perencanaan dan penganggaran telah menerapkan Medium Term Expenditure Framework (MTEF), maka konsekuensinya adalah resource envelope yang telah ditetapkan dalam kerangka RPJMA mengikat selama periode perencanaan. Hal ini tentunya mempengaruhi pengalokasian dalam Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPA yang nomenklatur dan pagunya mengacu kepada RPJMA.

Pengintegrasian Strategi Rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh ke dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran akan dilakukan melalui kegiatan utama:

1. Penyusunan Analisa Kesenjangan (Gap Analysis) antara Rencana Aksi REDD+ dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh

2. Penyusunan Analisa Kesenjangan antara Rencana Aksi REDD+

3. dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh

4. Pengintegrasian Stranas REDD+ kedalam RPJMN 2015- 2019

5. Penetapan Abatement Cost sebagai bahan dalam Pengalokasian Pendanaan RPJMN 2015-2019.

4.3.2. Penerapan REDD+ Secara Penuh

Pelaksanaan Rencana Aksi REDD+ perlu disertai dengan pemberian insentif bagi kabupaten/kota yang berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan khususnya menurunkan emisi dalam bentuk fasilitasi dalam menjalankan program. Selain itu, keterbatasan sumber daya yang dimiliki Aceh dalam penerapan REDD+ mengharuskan pemberian fasilitasi penerapan REDD+ dipilih berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan kabupaten/kota dengan kemungkinan tingkat keberhasilan tertinggi. Untuk itu perlu ditetapkan kriteria kesiapan (readiness) yang kemudian menjadi dasar pemilihan kabupaten/kota yang difasilitasi. Penentuan kabupaten/kota perlu memperhatikan studi kelayakan yang dilaksanakan oleh setiap kabupaten/ kota.

Page 70: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH60

Dengan demikian, kegiatan utama dalam menentukan kabupaten/kota penerapan REDD+ adalah:

1. Pembuatan kriteria dan indikator yang akan digunakan untuk menilai kesiapan kabupaten/kota untuk mengimplementasikan REDD+ (readiness)

2. Penyusunan mekanisme untuk memfasilitasi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melaksanakan REDD+ ditingkat kabupaten/kota

Strategi dan rencana aksi pelaksanaa REDD+ Aceh dikelompokkan ke dalam 3 fase yakni: (1) fase pra persiapan, (2) fase persiapan dan (3) fase implementasi. Pada setiap fase tersebut diuraikan tentang strategi, rencana aksi, indikator kinerja, waktu pelaksanaan, lokasi dan instansi pelaksana yang secara rinci disajikan pada Tabel 4.2.

Strategi pada fase pra persiapan adalah penyusunan strategi dan rencana Aksi Provinsi REDD+ Aceh. Strategi pada fase persiapan adalah pembentukan Badan/Lembaga REDD+ Aceh dan pembentukan Lembaga Pendanaan REDD+ Aceh serta turunan dari Driver DD di sektor LULUCF. Strategi pada fase implementasi antara lain : pelaksanaan konservasi dan rehabilitasi lahan, pengelolaan lanskap yang berkelanju-tan, penguatan tata kelola kehutanan dan pemanfaatan lahan, pemberdayaan ekonomi lokal dengan prinsip berkelanjutan dan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap kelestarian lingkungan.

Page 71: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

61BAB IV

Ta

bel

4.2

. S

tra

tegi

da

n R

enca

na

Ak

si P

ela

ksa

na

an

RE

DD

+ A

ceh

Stra

tegi

Renc

ana

Aksi

Indi

kato

r Kin

erja

Pila

r Str

ateg

i RE

DD+

Aceh

Tata

Wak

tuLo

kasi

Inst

ansi

Pend

ek(1

tahu

n)M

enen

gah

(5 ta

hun)

Panj

ang

(20

tahu

n)

FASE

PRA

PER

SIAP

AN

Peny

usun

an S

trat

egi &

Ren

cana

Ak

si Pr

ovin

si RE

DD+

Aceh

Men

yusu

n SR

AP A

ceh

deng

an m

elib

atka

n se

luru

h st

akeh

olde

r ter

kait.

Men

gint

egra

sikan

do

kum

en S

RAP

Aceh

ke

dala

m R

PJM

ting

kat

prov

insi

dan

kabu

pate

n/ko

ta

Ters

edia

nya

doku

men

SRA

P Ac

eh

Terin

tegr

asin

ya

doku

men

SRA

P Ac

eh

1√

Band

a Ac

ehBa

pped

a,

Bape

dal,

Dina

s Ke

huta

nan,

Ak

adem

isi, N

GO’s

FASE

PER

SIAP

ANPe

mbe

ntuk

an B

adan

/Lem

baga

RE

DD+

Aceh

Mer

evisi

tupo

ksi S

urat

Ke

putu

san

Gube

rnur

No

mor

050

/717

/201

2 Te

ntan

g Pe

mbe

ntuk

an T

im

Task

For

ce R

EDD+

Ace

h.

Ters

edia

nya

Qan

un

Pem

bent

ukan

Ba

dan/

Lem

baga

RE

DD+

Aceh

1√

Band

a Ac

ehB

ap

pe

da

, B

ap

ed

al,

Din

as

Kehu

tana

n,

Biro

Hu

kum

, DPR

A

Mem

bent

uk le

mba

ga

REDD

+ Ac

eh d

an M

enyu

sun

deta

il str

uktu

r dan

tupo

ksi

Biro

O

rgan

isasi,

B

ap

pe

da

, B

ap

ed

al,

Din

as

Kehu

tana

n,

Biro

Hu

kum

, DPR

APe

mbe

ntuk

an L

emba

ga

Pend

anaa

n RE

DD+

Aceh

Mem

bent

uk le

mba

ga

pend

anaa

n RE

DD+

Aceh

Terb

entu

knya

le

mba

ga p

enda

naan

1√

√Ba

nda

Aceh

Lem

baga

RE

DD+

Aceh

Peni

ngka

tan

kepa

tuha

n te

rhad

ap ta

ta ru

ang

Sosia

lisas

i ren

cana

tata

ru

ang

wila

yah

(Pro

vins

i dan

ka

b/ko

t)

Pene

gaka

n hu

kum

te

rhad

ap p

elan

ggar

an ta

ta

ruan

gPe

nyus

unan

renc

ana

deta

il ta

ta ru

ang

(RDT

R)

Men

ingk

atny

a ke

patu

han

terh

adap

ta

ta ru

ang

Ters

usun

nya

RDTR

Berk

uran

gnya

alih

fu

ngsi

laha

n

1√

√Ba

nda

Aceh

Dina

s Ci

pta

Kary

a,

Lem

baga

RE

DD+

Aceh

, Ba

pped

a,

Insp

ekto

rat,

Lem

baga

Pe

nega

k Hu

kum

Page 72: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH62

Stra

tegi

Renc

ana

Aksi

Indi

kato

r Kin

erja

Pila

r Str

ateg

i RE

DD+

Aceh

Tata

Wak

tuLo

kasi

Inst

ansi

Pend

ek(1

tahu

n)M

enen

gah

(5 ta

hun)

Panj

ang

(20

tahu

n)Pe

rcep

atan

pen

yele

saia

n ko

nflik

te

nuria

lM

enyu

sun

SOP

peny

eles

aian

kon

flik

tenu

rial

Men

yusu

n qa

nun

pert

anah

an A

ceh

Mem

bent

uk b

adan

pe

rtan

ahan

Ace

hM

enyu

sun

one m

ap (s

atu

peta

acu

an) A

ceh

Iden

tifik

asi d

an v

alid

asi H

ak

peng

guas

aan

laha

n ol

eh

mas

yara

kat a

dat

Ters

usun

nya

SOP

peny

eles

aian

kon

flik

tenu

rial

Ters

usun

nya

qanu

n pe

rtan

ahan

Ace

hTe

rben

tukn

ya b

adan

pe

rtan

ahan

Ace

hTe

rsus

unny

a on

e map

(s

atu

peta

acu

an)

Aceh

Terin

dent

ifika

sinya

ha

k pe

ngua

saan

la

han

oleh

m

asya

raka

t ada

t

2√

√Ba

nda

Aceh

Biro

Huk

um, B

appe

da,

Dish

ut,

Disb

un,

Dist

ambe

n,

DKP,

Bi

ro

Adm

inist

rasi

Pe

mb

an

gu

na

n,

BPN,

Bi

ro

Tata

Pe

mer

inta

han,

Dist

an

Peni

ngka

tan

Kapa

sitas

Inst

itusi

Peng

elol

a Hu

tan

Men

ingk

atka

n ka

pasit

as

SDM

pen

gelo

la h

utan

Ope

rasio

nalis

asi le

mba

ga

peng

elol

aan

huta

n di

tin

gkat

tapa

k (U

PTD

KPH)

Men

ingk

atka

n ke

terli

bata

n m

asya

raka

t da

lam

per

enca

naan

pe

mba

ngun

an ya

ng

berb

asis

laha

n da

n hu

tan

Men

ingk

atny

a ka

pasit

as S

DM

peng

elol

a hu

tan

Berf

ungs

inya

le

mba

ga p

enge

lola

an

huta

n di

ting

kat

tapa

k (U

PTD

KPH)

Men

ingk

atny

a ke

terli

bata

n m

asya

raka

t da

lam

per

enca

an

pem

bang

unan

yang

be

rbas

is la

han

dan

huta

n

1 & 2

√√

Band

a Ac

ehDi

shut

, Bap

peda

, UPT

Ke

men

hut,

Bape

dal,

Peng

emba

ngan

skem

a in

sent

if da

n di

sinse

ntif

peng

elol

aan

sum

ber d

aya

alam

Men

yusu

n qa

nun

inse

ntif

dan

disin

sent

if Te

rsus

unny

a qa

nun

inse

ntif

dan

disin

sent

if

2√

√Ba

nda

Aceh

Dish

ut,

Bapp

eda,

Ba

peda

l, DP

RA,

Biro

Hu

kum

, Ka

bupa

ten/

Kota

Page 73: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

63BAB IV

Stra

tegi

Renc

ana

Aksi

Indi

kato

r Kin

erja

Pila

r Str

ateg

i RE

DD+

Aceh

Tata

Wak

tuLo

kasi

Inst

ansi

Pend

ek(1

tahu

n)M

enen

gah

(5 ta

hun)

Panj

ang

(20

tahu

n)In

tern

alisa

si ko

nsep

pe

mba

ngun

an b

erw

awas

an

lingk

unga

n da

lam

dok

umen

re

ncan

a pe

mba

ngun

an w

ilaya

h

Men

gint

egra

sikan

ke

bija

kan

pem

bang

unan

be

rwaw

asan

lingk

unga

n da

lam

dok

umen

renc

ana

pem

bang

unan

wila

yah

Ters

edia

nya

doku

men

pe

renc

anaa

n pe

mba

ngun

an ya

ng

pro-

lingk

unga

n

3√

√√

Pro

v/K

ab

-Ko

taBa

pped

a Pr

ovin

si da

n Ba

pped

a Ka

b/ko

ta

Harm

onisa

si at

uran

per

unda

ng-

unda

ngan

pen

gelo

laan

sum

ber

daya

ala

m (p

usat

/pro

v/ka

b-ko

ta)

Sink

roni

sasi,

regu

lasi

peng

elol

aan

sum

berd

aya

alam

ber

kela

njut

an

Men

yusu

n at

uran

pe

laks

ana

peng

elol

aan

sum

ber d

aya

alam

sesu

ai

deng

an U

U PA

Sosia

lisas

i UU

PA d

alam

pe

ngel

olaa

n su

mbe

rday

a al

am

Terw

ujud

nya

regu

lasi

peng

elol

aan

sum

berd

aya

alam

be

rkel

anju

tan

seca

ra

terp

adu

Ters

usun

nya

regu

lasi

peng

elol

aan

sum

berd

aya

alam

be

rkel

anju

tan

Terla

ksan

anya

so

sialis

asi U

U PA

da

lam

pen

gelo

laan

su

mbe

rday

a al

am

√√

Mem

bang

un m

ekan

isme

peng

elol

aan

sum

berd

aya

alam

be

rbas

is ek

osist

em

Men

yusu

n sk

ema

peng

elol

aan

sum

berd

aya

alam

ber

basis

eko

siste

m

Sosia

lisas

i mek

anism

e pe

ngel

olaa

n su

mbe

rday

a al

am b

erba

sis e

kosis

tem

Ters

usun

nya

skem

a pe

ngel

olaa

n su

mbe

rday

a al

am

berb

asis

ekos

istem

Terla

ksan

anya

so

sialis

asi

mek

anism

e pe

ngel

olaa

n su

mbe

rday

a al

am

berb

asis

ekos

istem

√√

FASE

IMPL

EMEN

TASI

Page 74: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH64

Stra

tegi

Renc

ana

Aksi

Indi

kato

r Kin

erja

Pila

r Str

ateg

i RE

DD+

Aceh

Tata

Wak

tuLo

kasi

Inst

ansi

Pend

ek(1

tahu

n)M

enen

gah

(5 ta

hun)

Panj

ang

(20

tahu

n)Pe

laks

anaa

n ko

nser

vasi

dan

reha

bilit

asi la

han

Mel

aksa

naka

n ko

nser

vasi

huta

n da

n la

han

Reha

bilit

asi la

han-

laha

n kr

itis,

terd

egra

dasi

dan

terd

efor

esta

si

Peng

emba

ngan

hut

an

kem

asya

raka

tan

Peng

emba

ngan

has

il hut

an

buka

n ka

yu (H

HBK)

Peng

emba

ngan

tana

man

M

ulti

Purp

ose T

ree S

pecie

s (M

PTS)

Peni

ngka

tan

kegi

atan

pe

nelit

ian

dan

peng

emba

ngan

kon

serv

asi

sum

berd

aya

alam

Men

urun

nya

luas

la

han

kriti

s

Men

urun

nya

luas

laha

n ya

ng

terd

egra

dasi

dan

te

rdef

ores

tasi

Men

ingk

atny

a lu

as h

utan

ke

mas

yara

kata

n

Men

ingk

atny

a HH

BK

dan

MPT

S

Ters

edia

nya

data

dan

te

khno

logi

dal

am

peng

emba

ngan

ko

nser

vasi

sum

berd

aya

alam

3√

√Pr

ovin

si Ac

ehBa

pped

a,

Bape

dal,

Dina

s Ke

huta

nan,

Di

nas

Perk

ebun

an,

Dina

s Pe

rtan

ian,

Pe

rgur

uan

Ting

gi

Peng

elol

aan

lans

kap

yang

be

rkel

anju

tan

Pem

bang

unan

Rua

ng

Terb

uka

Hija

u di

Ka

bupa

ten/

Kota

(Min

imal

30

% da

ri lu

as w

ilaya

h)Pe

ngaw

asan

terh

adap

pe

man

faat

an Ta

ta R

uang

Ters

edia

nya

RTH

min

imal

30

% m

asin

g-m

asin

g ka

b/ko

ta

Men

ingk

atny

a pe

ngaw

asan

ter-

hada

p pe

man

-faat

an

ruan

g

3√

√Ka

b/Ko

taBa

pped

a,

Bape

dal,

Dina

s Ke

huta

nan,

Di

nas

Perk

ebun

an,

Dina

s Pe

rtan

ian,

Bin

a M

arga

da

n Ci

pta

Kary

a

Page 75: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

65BAB IV

Stra

tegi

Renc

ana

Aksi

Indi

kato

r Kin

erja

Pila

r Str

ateg

i RE

DD+

Aceh

Tata

Wak

tuLo

kasi

Inst

ansi

Pend

ek(1

tahu

n)M

enen

gah

(5 ta

hun)

Panj

ang

(20

tahu

n)Pe

ngua

tan

tata

kel

ola

kehu

tana

n da

n pe

man

faat

an

laha

n

Peng

enda

lian

illega

l logg

ing

dan

illega

l min

ing

Peng

enda

lian

pera

mba

han

kaw

asan

hut

anPe

ning

kata

n ka

pasit

as

kele

mba

gaan

dan

pe

ngel

ola

huta

nM

endu

kung

keb

erla

njut

an

kebi

jaka

n m

orat

oriu

m

logg

ing

Inse

ntif

dan

disin

sent

if pe

ngel

olaa

n hu

tan

Pem

bata

san

pem

beria

n izi

n pe

mba

ngun

an d

i are

al

kaw

asan

lindu

ng

Men

urun

nya

kegi

atan

illeg

al

logg

ing

dan

illega

l m

inin

g.M

enin

gkat

nya

kapa

sista

s ke

lem

baga

an d

an

peng

elol

a hu

tan

Terla

ksan

anya

re

gula

si in

sent

if da

n di

sinse

ntif

peng

elol

aan

huta

n.M

enur

unny

a pe

mba

ngun

an

di a

real

kaw

asan

lin

dung

4√

√Ka

b/Ko

taBa

pped

a,

Bape

dal,

Dina

s Ke

huta

nan,

Di

nas

Perk

ebun

an,

Dina

s Pe

rtan

ian,

Di

nas

Pert

amba

ngan

, DP

RA, B

iro H

ukum

Pem

berd

ayaa

n ek

onom

i loka

l de

ngan

prin

sip b

erke

lanj

utan

Pem

anfa

atan

laha

n te

rlant

ar u

ntuk

sekt

or

pert

ania

nPe

ngen

dalia

n sis

tem

la

dang

ber

pind

ahPe

ning

kata

n ka

pasit

as

mas

yara

kat s

ekita

r hut

anIn

tens

ifika

si pe

rtan

ian

Men

ingk

atny

a pe

man

faat

an la

han

terla

ntar

Men

urun

nya

syst

em p

erla

dang

an

berp

inda

hM

enin

gkat

nya

upay

a in

tens

ifika

si ya

ng

men

gede

pank

an

tekn

olog

i.

5√

√Ka

b/Ko

taBa

pped

a,

Bape

dal,

Dina

s Ke

huta

nan,

Di

nas

Perk

ebun

an,

Dina

s Pe

rtan

ian,

P

em

er

in

ta

h Ka

bupa

ten

Peni

ngka

tan

pem

aham

an

mas

yara

kat t

erha

dap

kele

star

ian

lingk

unga

n

Sosia

lisas

i dan

pen

yulu

han

peny

elam

atan

hut

an

Pelib

atan

med

ia d

alam

so

sialis

asi

Men

ingk

atka

n pe

-m

aham

an m

asya

-kat

te

ntan

g pe

ntin

g-ny

a ke

lest

aria

n lin

gkun

gan.

4√

√Ka

b/Ko

taPe

mer

inta

h Ac

eh d

an

Kabu

pate

n/ko

ta

Page 76: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH66

Stra

tegi

Renc

ana

Aksi

Indi

kato

r Kin

erja

Pila

r Str

ateg

i RE

DD+

Aceh

Tata

Wak

tuLo

kasi

Inst

ansi

Pend

ek(1

tahu

n)M

enen

gah

(5 ta

hun)

Panj

ang

(20

tahu

n)M

elak

ukan

inte

raks

i den

gan

berb

agai

kel

ompo

k (p

emer

inta

h re

gion

al, s

osia

l sw

asta

, or

gani

sasi

non

pem

erin

tah,

m

asya

raka

t ada

t/sos

ial d

an

inte

rnas

iona

l)

Pelib

atan

per

an se

rta

mas

yara

kat a

dat d

alam

pe

ngel

olaa

n hu

tan

Peni

ngka

tan

pera

n Pe

mer

inta

h Ka

bupa

ten/

Kota

dan

stak

ehol

der

lain

nya

Men

ingk

atny

a pe

ran

mas

yara

kat a

dat d

an

pem

erin

tah

kab/

kota

da

lam

pen

gelo

laan

hu

tan.

5√

√Pr

ovin

si Ac

ehPe

mer

inta

h Ac

eh d

an

Kabu

pate

n/ko

ta

Men

gem

bang

kan

sosia

l pe

ngam

an (s

afeg

uard

s) so

sial

dan

lingk

unga

n

Peng

awal

an te

rhad

ap

dana

Ben

efit

Shar

ing

(pem

bagi

an m

anfa

at)

Peng

awal

an te

rhad

ap

impl

emen

tasi

UKL

dan

UPL

doku

men

AM

DAL

Men

ingk

atny

a pe

man

faat

an d

ana

un

tuk

kese

jaht

eraa

n m

asya

raka

t.Te

rlaks

anan

ya

kegi

atan

UKL

dan

UP

L se

suai

Am

dal.

5√

√√

Prov

insi

Aceh

Pem

erin

tah

Aceh

dan

Ka

bupa

ten/

kota

Men

gusa

haka

n pe

mba

gian

m

anfa

at (b

enef

it sh

arin

g) se

cara

ad

il

Peny

usun

an p

ergu

b at

au

qanu

n ya

ng m

endu

kung

pe

mba

gian

man

faat

Ters

edia

nya

perg

ub

atau

qan

un te

ntan

g pe

mba

gian

man

faat

ja

sa lin

gkun

gan.

5√

√Pr

ovin

si Ac

ehPe

mer

inta

h Ac

eh d

an

Kabu

pate

n/ko

ta s

erta

DP

RA

Perli

ndun

gan

satw

a lia

r yan

g di

lindu

ngi

Pem

etaa

n je

nis s

atw

a lia

r ya

ng d

ilindu

ngi

Sosia

lisas

i reg

ulas

i pe

rlind

unga

n sa

twa

liar

Ters

edia

nya

data

je

nis s

atw

a lia

r yan

g di

lindu

ngi

Terla

ksan

anya

so

sialis

asi

tent

ang

regu

lasi

perli

ndun

gan

satw

a lia

r yan

g di

lindu

ngi

4√

√Pr

ovin

si Ac

ehPe

mer

inta

h Ac

eh d

an

Kabu

pate

n/ko

ta s

erta

UP

T Ke

huta

nan

Page 77: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

67BAB IV

Stra

tegi

Renc

ana

Aksi

Indi

kato

r Kin

erja

Pila

r Str

ateg

i RE

DD+

Aceh

Tata

Wak

tuLo

kasi

Inst

ansi

Pend

ek(1

tahu

n)M

enen

gah

(5 ta

hun)

Panj

ang

(20

tahu

n)Pe

nyed

iaan

alte

rnat

ive

mat

a pe

ncah

aria

n ya

ng

berk

esin

ambu

ngan

pas

ca

konf

lik

Men

geva

luas

i pol

a ba

ntua

n la

ngsu

ng ya

ng te

lah

berja

lan

Men

ingk

atka

n ka

pasit

as

pene

rima

man

faat

Pem

bina

an d

an

pend

ampi

ngan

Inse

ntif

finan

sial

kelo

mpo

k m

asya

raka

t ya

ng m

empr

akte

kkan

re

habi

litas

i hut

an

Mem

pero

leh

reko

men

dasi

pola

ya

ng te

pat d

alam

pe

nyed

iaan

alte

rnat

if m

ata

penc

ahar

ian

Men

ingk

atny

a ka

pasit

as p

ener

ima

man

faat

5√

√√

Band

a Ac

ehBP

M,

Disb

un,

Dist

an,

Dish

ut,

DKP,

Din

sos,

Dis

nake

rmob

duk,

Ak

adem

isi

Men

urun

kan

kete

rgan

tung

an

terh

adap

kay

u al

amPe

nggu

naan

mat

eria

l no

n-ka

yu se

baga

i bah

an

bang

unan

Men

gem

bang

kan

kayu

ya

ng b

eras

al d

ari h

utan

ke

mas

yara

kata

n

Berk

uran

gnya

pe

man

faat

an

mat

eria

l kay

u se

baga

i bah

an

bang

unan

Men

ingk

atny

a pe

man

faat

an

mat

eria

l kay

u da

ri hu

tan

kem

asya

raka

tan

3√

Peni

ngka

tan

pene

gaka

n hu

kum

M

enin

gkat

kan

kapa

sitas

pe

nega

k hu

kum

Men

ingk

atka

n pe

ran

mas

yara

kat d

alam

pe

ngam

anan

hut

an d

an

peng

elol

aan

sum

berd

aya

alam

seca

ra p

artis

ipat

if

Men

urun

nya

tingk

at p

elan

ggar

an

huku

m te

rhad

ap

pem

anfa

atan

su

mbe

rday

a al

amM

enin

gkat

nya

pera

n m

asya

raka

t dal

am

peng

aman

an h

utan

da

n pe

ngel

olaa

n su

mbe

rday

a al

am

seca

ra p

artis

ipat

if

5√

Page 78: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH68

Page 79: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

69BAB V

BAB VPENUTUP

REDD+ merupakan salah satu upaya mitigasi perubahan iklim. Sebagai pendekatan baru yang terkait dengan pengelolaan hutan pada khususnya dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada umumnya, pendekatan ini memerlukan pemahamandan penerapanyang tepat. Pendekatan yang diawali dari suatu komitmen global untuk pengurangan emisi sudah selayaknya memperoleh perhatian khusus bagi Pemerintah Aceh dengan tetap mengedepankan kepentingan dan manfaat secara optimal. Pendekatan ini harus dianggap sebagai pendekatan yang komplementer dengan pendekatan yang sudah dijalankan selama ini dengan prinsip dalam rangka penyempurnaan dan perbaikan kebijakan maupun strategi yang sudah ada.

Sebagai bagian dari komitmen Aceh untuk memberikan kontribusi suka rela dalam pengurangan emisi global, Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ Aceh disusun dengan dasar penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan sembari meningkatkan serapan (sink) karbon dan mempertahankan simpanan (stock) yang berada dihutan. Strategi didasarkan atas kajian masalah dan sumber masalah sehingga menampilkan strategi prioritas beserta program yang harus dilakasanakan selama kurun waktu sampai dengan tahun 2020. Pendekatan dengan penyempurnaan dan pembentukan kondisi mungkin dilanjutkan dengan penyempurnaan pengelolaan sumberdayaalamsesuaidengansektordiharapkanakanmemberikandayaefektifitastinggi.

Penerapan Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ Aceh hanya akan efektif bila mana masuk dalam sistem perencanaan baik di tingkat Pemerintah Aceh maupun pemerintah kabupaten/kota. Oleh karena itu pengarus utamaan Strategi Daerah dan Rencana Aksi REDD+ Aceh dalam sistem perencanaan merupakan suatu keniscayaan.

Page 80: STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ … · KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis LULUCF : ... RDTR : Rencana Detil Tataruang REDD+ : Reducing Emissions from Deforestations

STRATEGI DAN RENCANA AKSI PROVINSI (SRAP) REDD+ ACEH70