STRATEGI DA’I DALAM MENGAJARKAN AL-QUR’AN DI DESA … · 2020. 12. 5. · Dan hendaklah ada...
Transcript of STRATEGI DA’I DALAM MENGAJARKAN AL-QUR’AN DI DESA … · 2020. 12. 5. · Dan hendaklah ada...
ii
STRATEGI DA’I DALAM MENGAJARKAN AL-QUR’AN DI DESA
DODA KECAMATAN LORE TENGAH KABUPATEN POSO
SULAWESI TENGAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
AGUS SUPIANTO
NIM : 105270001015
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/ 2020 M
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
AGUS SUPIANTO. 2020. Strategi da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Poso Prov. Sulawesi tengah (pembimbing oleh Dr. Abbas L.C., MA dan Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I)
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui. 1. Bagaimana gambaran kegiatan masyarakat di pedalaman Doda Sulawesi tengah. 2. Bagaimana kegiatan da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di pedalaman Doda Sulawesi tengah. 3. Bagaimana strategi da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di pedalaman Doda Sulawesi tengah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah Kab. Poso Prov. Sulawesi tengah.
Penelitian ini bersifat deskritif kualitatif yaitu sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur yang didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni. Penelitian ini berlokasi di, Desa Doda kecamatan lore Tengah, Kabupaten Poso. Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 10 orang.
Adapun hasil penelitian ini ialah menunjukkan adanya pelaksanaan keagamaan masyarakat dalam mempelajari al-Qur’an serta lebih giat dalam mengembangkan ilmu agama. Dan sebagian diantara mereka banyak yang melanjutkan sekolahnya di pondok-pondok pesantren yang sederajat smp, sma, dan perguruan tinggi.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah swt., Tuhan semesta alam. Peneliti
sangat bersyukur kepada Allah swt., karena atas limpahan rahmat,
hidayah-Nya serta taufikNya sehingga karya tulis yang berjudul “Model
komunikasi Efektif Dalam Pembinaan Santri Dipesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Desa Ponre Waru, Kec. Wolo, Kab. Kolaka”, dapat
penulis selesaikan dengan baik. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun bagi masyarakat luas. Demikian pula salawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan umat manusia
yakni baginda Rasulullah saw, para keluarga, sahabatnya dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menghadapi hambatan
dan kendala, tetapi dengan pertolongan Allah swt., dan motivasi serta
dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ini meskipun penulis masih menyadari masih ada kekurangan yang
tidak lupuk dari pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharap masukan dan kritikan yang membangun dalam melengkapi
serta menutupi segala kekurangna yang masih perlu diperbaiki. Kemudian
penulis menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih terutama
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
viii
2. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd,I selaku Dekan 1 Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Abbas, Lc., MA, selaku Ketua Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I selaku wakil Ketua Prodi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar, beserta seluruh staf
Jurusan Pendidikan Agama Islam yang banyak membantu
peneliti dalam menyesaikan segala administrasi.
5. Dr. Abbas, Lc., MA, selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dr.
Abdul Fattah, S.Th.I., M.Th.I selaku Dosen Pembimbing kedua,
yang banyak meluangkan waktu serta pikiranya dalam
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan penulisan karya ini.
6. Kepada para dosen Universitas Muhammadiyah Makassar,
khususnya para dosen Fakultas Agama Islam yang banyak
memberikan ilmu bagi peneliti sehingga peneliti dapat menjadi
orang yang berguna sesuai dengan khazanah keilmuannya.
7. Kepada Bapak, Ibu tercinta yang lansung maupun tidak lansung
membantu dan begitu banyak memberikan motivasi, inspirasi,
nasehat serta yang membiayai penulis, sehingga karya ini dapat
diselesaikan dengan baik.
ix
8. Kepada saudara dan keluarga tercinta yang begitu banyak
memberikan motivasi, inspirasi, serta nasehat kepada penulis,
sehingga karya ini dapat diselesaikan dengan baik.
9. Kepada seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan
universitas Muhammadiyah Makassar, yang memberikan
pelayanan bagi penulis dalam menyiapkan segala referensi
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan karya ini.
MAKASSAR, 02 Rabi’ul Awwal 1442 H 20 Oktober 2020 M
Peneliti,
AGUS SUPIANTO NIM: 105270001015
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ....................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. v
ABSTRAK ........................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ............................................................ 1
B. Rumusan masalah .................................................................... 4
C. Tujuan penelitian ....................................................................... 5
D. Manfaat penelitian ..................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Da’i .......................................................................... 6
B. Tugas dan fungsi Da’i................................................................ 7
C. Sifat-sifat Da’i ............................................................................ 8
D. Unsur-unsur Da’i ....................................................................... 8
E. Strategi Dakwah ........................................................................ 12
F. Tahap-tahap strategi ................................................................. 14
G. Dakwah ..................................................................................... 15
xi
H. Sumber metode Dakwah ........................................................... 19
I. Tujuan dakwah .......................................................................... 19
J. Dasar hukum Dakwah ............................................................... 21
K. Prinsip-prinsip Dakwah.............................................................. 25
L. Unsur-unsur Dakwah................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan lokasi penelitian ........................................................ 31
B. Pendekatan penelitian .............................................................. 32
C. Sumber Data ............................................................................. 32
D. Metode pengumpulan Data ....................................................... 33
E. Instrument penelitian ................................................................. 34
F. Teknik pengolahan dan analisis data ........................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Letak geografis .......................................................................... 36
B. Gambaran kegiatan masyarakat ............................................... 37
C. Kegiatan da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an ............................. 39
D. Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an ............................... 41
E. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pengajaran Al-Qur’an di
desa Dodo Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso serta solusi
yang dilakukan untuk mengatasinya ......................................... 42
xii
F. Memberikan motivasi kepada masyarakat terutama yang baru
mengenal baca tulis Al-Qur’an sehingga meningkat minat belajar
.................................................................................................. 44
G. Pembinaan Da’i terhadap santri Desa Doda kecamatan Lore
Tengah ...................................................................................... 47
H. Modernisasi proses belajar ....................................................... 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 49
B. Saran......................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 52
LAMPIRAN .......................................................................................... 55
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan
memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan
ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Keharusan tetap
berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat itu
sendiri, merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap manusia
Muslim, yaitu sebagai penerus risalah Nabi Muhammad Saw., untuk
menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah, jalan keselamatan
dunia akhirat. Disamping fungsi hidup sebagai khalifah di muka bumi ini.
Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah yang
merupakan tugas sebagai manusia Muslim sudah tercantum dalam kitab
suci al-Qur’an, surat al- Imron ayat104 :
إلى يدعون ة أم نكم م ب ٱولتكن ويأمرون عن ٱلخير وينهون لمعروف ١٠٤لمفلحون ٱئك هم ر وأول لمنك ٱ
Terjemahnya:
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar merekalah orang-orang yang beruntung.”1
1 Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahnya, (Cet. Ke-3, Jawa Barat, CV Penerbit DiPonegoro, 2013), h. 63
1
2
Dalam melaksanakan tugas untuk mengajak manusia ke jalan
Allah, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, seringkali jalan
yang ditempuh tidak mulus, dan selalu menemui hambatan dan rintangan.
Untuk itu dalam melaksanakan dakwah Islamiyah, diperlukan adanya
siasat cermat dan strategi dakwah yang jitu, diantaranya dengan
memahami kondisi mad’u yang dihadapi dengan begitu dakwah yang kita
sampaikan akan mudah diterima oleh mad’u. Untuk menunjang
keberhasilan dakwah, perlu diusahakan usaha-usaha yang cepat dan
konkrit, baik dalam bentuk metode atau alat yang akan dipakaiuntuk
berdakwah. Salah satu usaha untuk dapat memenuhi harapan itu, yang
perlu diperhatikan adalah semakin lajunya ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Demikian pula dakwah dalam menyebarluaskan agama Islam, juga
perlu memperhatikan hal tersebut. Dimana untuk mencapai tujuan
tersebut maka harus mempertimbangkan media dan tidak lupa juga situasi
dan kondisi masyarakat.
Pada zaman modern ini, bermacam teknologi telah bermunculan
seperti televisi, radio dan internet, berbagai macam media tersebut dapat
dipandang sebagai media yang dapat berperan penting dalam
mensukseskan, atau bahkan sebagai penghambat bagi dakwah itu
sendiri.
Dari sisi perannya, maka sebenarnya teknologi semacam televisi,
radio, internet dan lain sebagainya dapat menjangkau masyarakat yang
3
sangatluas di Indonesia ini bahkan dunia. Dari luasnya jangkauan televisi,
radio, internet maupun media massa lainnya inilah, peluang kita terbuka
untuk dapat menyebarluaskan Islam kepada seluruh masyarakat baik
dalam maupun luar negeri.
Dari sisi penghambat lajunya dakwah, teknologi membuat dunia
yang kelihatannya sangat jauh terasa bagai tak berjarak. Bagaimana
tidak, kita dapat menyaksikan secara cepat berbagai kejadian maupun
peristiwa penting yang ada diluar negeri.2
Begitupun dalam melakukan pengajaran al-Qur’an kepada
masyarakat tentu memiliki siasat serta strategi yang jitu, hal ini sudah
tercantum dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 121
ءاتين ٱ أول لكت ٱهم لذين تلاوته حق يتلونه به ب يكفر ومن به يؤمنون ئك
١٢١سرون لخ ٱ هم ئك فأول
Terjemahnya:
Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya,
mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi3
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa orang yang telah Allah
berikan al-Qur’an kepadanya kemudian ia berpegang teguh kepadanya
2Sufirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, (Pustaka Yogyakarta, Cet. ke- I, 1995), h.5
3Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Op. Cit, h. 19
4
dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedomannya merekalah orang-orang
yang beruntung, dan barang siapa yang ingkar kepadanya maka
merekalah orang yang merugi.
Begitupun dalam hadist Nabi SAW, sangat dianjurkan dalam
mempelajari al-Qur’an serta mengajarkanya, diantaranya:
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Terjemahnya:
Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an
dan mengajarkannya4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, ada
beberapa permasalahan yang akan di kaji dalam Permasalahan ini
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kegiatan keagamaan masyarakat di Desa
Doda’ Kecamatan Lore Tengah?
2. Bagaimana kegiatan Da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di Desa
Doda’ Kecamatan Lore Tengah?
3. Bagaimana strategi Da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di Desa
Doda’ Kecamatan Lore Tengah?
4Tim Da’I Zulfah Saudi Arabia, 100 Hadist Populer Untuk Hafalan, (Pustaka Surabaya, Cet. Ke-20, 2016), h. 84
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran kegiatan keagamaan masyarakat di
Desa Doda’ Kecamatan Lore Tengah
2. Untuk mengetahui kegiatan Da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di
Desa Doda Kecamatan Lore Tengah
3 Untuk mengetahui strategi Da’i dalam mengajarkan al-Qur’an di
Desa Doda’ Kecamatan Lore Tengah
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penilitian ini adalah:
1. Sebagai masukan dalam upaya pembinaan kehidupan keagamaan
masyarakat Islam di Kecamatan Lore Tengah yang menyimpang
dan tidak sesuai dari ajaran Islam.
2. Sebagai masukan dalam rangka peningkatan pemahaman
masyarakat Islam sehingga dapat berguna bagi perkembangan
ajaran Islam di Kecamatan Lore Tengah
3. Sebagai sumbanngsih pemikiran penulis, kepada semua pihak,
khususnya bagi penulis dan masyarakat Islam di Kecamatan Lore
Tengah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Da’i
Pendakwah adalah orang yang melakukan dakwah ia disebut juga
da’i. Dalam ilmu komunikasi pendakwah adalah komunikator yaitu orang
yang menyampaikan pesan komunikasi massage kepada orang lain.
Secara ideal, pendakwah adalah orang mukmin yang menjadikan
Islam sebagai agamanya, al-Qur’an sebagai pedomannya, Nabi
Muhammad rasulullah SAW. Sebagai pemimpin dan teladan baginya, ia
benar-benar mengamalkannya dalam tingkah laku dan perjalanan
hidupnya, kemudian ia menyampaikan Islam yang meliputi akidah,
syariah, dan akhlak kepada seluruh manusia. Definisi ini menuntut
pendakwah untuk mengamalkan ajaran Islam sebelum menyampaikannya
kepada orang lain.5
Da’i berasal dari bahasa arab yang berarti orang yang mengajak.
Arti tersebut masih umum sifatnya belum berkait dengan unsur lain yang
mengikutinya. Dalam pengertian seperti tersebut masih termasuk orang
yang mengajak ketidak baikan. Dalam pengertian yang khusus
(pengertian Islam) da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain
baik secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan
atau tingkah laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat
5Moh. Ali Aziz,. ilmu dakwah,( cet.ke-5; Jakarta: PT fajar interpratama mandiri, 2016), h. 216-217.
6
7
al-Qur’an dan as-Sunnah. Dalam pengrtian khusus tersebut da’i identik
dengan orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar.6
B. Tugas Dan Fungsi Da’i
Pada dasarnya tugas yang pokok seorang da’i adalah meneruskan
tugas Rasul SAW. Ia adalah pewaris Nabi (warotsatul anbiya) yang berarti
harus menyampaikan ajaran-ajaran Allah, lebih tegas lagi bahwa tugas
da’i adalah merealisasikan ajaran-ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah di
tengah masyarakat sehingga al-Qur’an dan as-Sunnah dijadikannya
sebagai pedoman dan penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat
dari berpedoman pada ajaran-ajaran lain yang tidak dibenarkan oleh al-
Qur’an dan as-Sunnah, menghindarkan masyarakat dari berpedoman
pada ajaran-ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain yang
tidak dibenarkan oleh al-Qur’an dan as-Sunnah. Tugas da’i sangatlah
berat karna ia harus mampu menterjemahkan bahasa al-Qur’an dan as-
Sunnah kedalam bahasa yang dapat dimengerti oleh masyarakatnya.
Namun dibalik keberatan tugas itu terhampar kemuliaan yang penuh
rahmat sang pencipta Allah SWT.7 Tersebut dalam surah an Nahl ayat 97:
ص عمل أنثى من أو ذكر ن م فلنحيينه لحا مؤمن طيبة حيو ۥوهو ة ٩٧سن ما كانوا يعملون ولنجزينهم أجرهم بأح
6Slame, prinsip prinsip metodologi dakwah, (cet, ke-1; Surabaya: al ikhlas, 1994), h. 57.
7Slame, Ibid, h. 58-60
8
Terjemahnya:
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan kami Terjemahnya: berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri alasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”8
C. Sifat-Sifat Da’i
Kalau meminjam peristilahan dalam ilmu komunikasi, da’i dapat
dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan
menyampaikan informasi-informasi dari sumber (source) melalui saluran
yang sesuai (chanel).
Pada komunikan (receiver).Untuk menjadi komunikator yang baik
maka padanya dituntut adanya kredibilitas yang tinggi yaitu suatu tingkat
kepercayaan yang tinggi padanya dari komunikanya. Komuniktor yang
baik adalah komunikator yang mampu meyampaikan informasi atau
pesan(messege) kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan.9
D. Unsur-Unsur Da’i
Da’i bisa secara individual, kelompok, organisasi atau lembaga
yang dipanggil untuk melakukan tindakan dakwah. 10 Tuhan adalah yang
memanggil melalui isyarat-isyaratnya dalam al-Qur’an, sementara yang
dipanggil untuk brdakwah adalah umat Islam sesuai kemampuan dan
kapasitas masing-masing umat.
8Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 278
9slamet, Op. Cit, h. 67-68
10Acep Aripudin, pengembangan metode dakwah,( cet. ke-1; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016), h. 12
9
Ada empat cara bagaimana seorang da’i dinilai oleh mad’unya11.
1. Da’i dinilai dari reputasi yang mendahuluinya. Apa yang sudah
dilakukan oleh da’i, bagaimana karya-karyanya, apa latar belakang
pendidikannya, apa jasanya dan bagaimana sikapnya. Apakah
sikapnya seorang da’i memperindah atau menghancurkan
reputasinya.
2. Melalui perkenalan atau informasi tentang diri da’i. Seorang da’i
dinilai mad’unya dari innformasi yang diterimanya. Bagaimana
informasi tentang da’i diterima dan bagaimana da’i
memperkenalkan dirinya sangat menentukan kreadibilitas
seseorang da’i.
3. Melalui apa yang diucapkannya.” Al-lisan mizan al-insan” (lisan
adalah ukuran seorang manusia), begitu ungkapan Ali bin Abi
Tholib. Apabila seorang da’i mengungkapkan kata-kata kotor, kasar
dan rendah, maka seperti itu pula kualitasnya. Da’i memiliki
kreadibilitas apabila ia konstan dalam menjaga ucapannya yang
selaras dengan perilaku keseharian.
4. Melalui bagaimana cara da’i menyampaikan pesan dakwahnya.
Penyampaian dakwah yang sistematis dan terorganisir member
kesan pada da’i bahwa ia menguasai persoalan, materi dan
metodologi dakwah.
11Syukriadi sambas, Matan Wilayah Kajian Dakwah Islam, (Bandung: KP-Hadid,1995), h. 24.
10
Seorang da’i yang kredibel adalah seorang yang memiliki
kompetensi di bidangnya, integritas kepribadian, ketulusan jiwa dan
memiliki status yang cukup. Da’i harus menjadi saksi kebenaran, menjadi
teladan umat dan berakhlak baik yang mencerminkan nilai-nilai Islam.12
1. Sasaran Dakwah (Mad’u)
Manusia sebagai sasaran dakwah (mad’u) tidak lepas dari kultur
kehidupan yang melingkupinya yang harus dipertimbangkan dalam
pelaksanaan. Situasi teologis, cultural dan structural mad’u (masyarakat)
dalam dakwah Islam bahkan selalu memunculkan dinamika dalam
dakwah, karena dakwah islam dilakukan dalam situasi sosiokultural
tertentu bukan dalam masyarakat nihil budaya dan nihil system. Situasi
structural dan kultural yang dimaksud seperti system kekuasaan (al-mala),
keadaan masyarakat tertindas atau lemah (al-mustad’afin) dan penguasa
ekonomi atau konglomerasi (al-mutrafin).13
2. Unsur Materi Dakwah (Maudu’)
Materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam sebagaimana termaktub
dalam Qur’an dan hadis, atau mencakup pendapat para ulama atau lebih
12Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (cet. ke-1; Jakarta: PT rajagravindo persada, 2011), h. 5. lihat juga Alwi shihab, Islam Inklusif, (Bandung,mizan, 1999), h.254.
13Acep Aripudin, Ibid, h.6. lihat juga syukriadi, Matan Wilayah Kajian Dakwah Islam, (Bandung: KP-Hadid, 1995), h.53.
11
luas dari itu. Dalam Qur’an yang dijadikan salah satu rujukan dakwah
banyak ditemukan term-term dalam berbagai bentuk, seperti term khayr,14
Kata khayr dimaknai sebagai sesuatu yang sangat diingini
(diharapkan) oleh manusia, seperti akal, kebebasan dan keailan atau
sesuatu yang bermanfaat.15 Dengan demikian, kata khayr ialah suatu
kebijakan yang sangat diharapkan sekali oleh ummat manusia, seperti
akal (kecerdasan), keadilan, keutamaan dan sesuatu yang bermanfaat.
Kebijakan tersebut ada yang mutlaq (tak terbatas) seperti surga yang
diharapkan setiap orang, maupun yang muqayyad (bergantung pada
sebab lain), seperti harta yang bisa menjadi baik maupun mencelakakan16
3. Unsur metode (Uslub al-dawah)
Metode (Arab: thariqat atau manhaj) diartikan tatacara17. Metode
ialah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan
suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.18Metode dakwah
adalah cara yang digunakan da’i untuk menyampaikan materi dakwah
(Islam). Metode dakwah sangat penting peranannya dalam dalam
menyampaian dakwah. Metode yang tidak benar, meskipun materi yang
14Asep muhyiddin, Istilah-Istilah Dakwah Dalam Quran (Bandung: Pustaka Setia 2005), h. 23
15Al-Raghib al-Isfahani, Mu’jam Mufradat Li Alfazh Al-Quran, (Beirut: Dar Fikr, tt), h.163
16Awis Karni, Dakwah Islam, Studi Kasus Yayasan Wakaf Paramadina, (Jakarta: disertasi SPS UIN Jakarta, 2000), h. 43.
17M. Yunan Yusuf, Metode Dakwah Sebuah Pengantar Kajian, dalam Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), h.10.
18Tim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1986), h. 649
12
disampaikan baik, maka pesan baik tersebut bisa ditolak. Seorang da’i
mesti jeli dan bijak dalam memilih metode, karna metode sangat
mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah.19
4. Media Dakwah ( Wasilah Dakwah )
Media dakwah adalah sarana yang digunakan dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Disebutkan Deddy Mulyana
bahwaa media bisa merujuk pada alat maupun bentuk pesan, baik verbal
maupun nonverbal, seperti cahaya dan suara. Saluran juga bisa merujuk
pada cara penyajian, seperti tatap muka (langsung) atau lewat media,
seperti surat kabar majalah, radio, telepon dan televisi.20 Sering pula
disebut bahwa apa yang di kategorikan sebagai media juga disebut sebai
cara atau metode. Cara dakwah dengan menerangkan maupun
menginformasikan, terutama menginformasikan lewat lisan misalnya,
sering disebut dakwah bi al- lisan, karena menginformasikan dan
menerangkannya dengan lisan
E. Strategi Dakwah
Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan strategi adalah ilmu
menggunakan sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan
19 Awis Karni, Dakwah Islam di Perkotaan, Studi Kasus Yayasan Wakaf Paramadina, (Jakarta, disertasi UIN Jakarta, 2000), tidak diterbikan, h. 45 .
20Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi suatu pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2000), h.64
13
kebijakan tertentu di peperangan, atau rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.21
Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Terjemahnya,
arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan. 22Kata strategi adalah turunan dari kata dalam bahasa yunani
yaitu, strategos. Adapun kata strategos dapat diterjemahkan sebagai
komandan militer pada zaman Athena.
Demikian pula dengan pelatih sepak bola, ia akan menentukan
strategi yang dianggapnya tepat untuk memenangkan suatu
pertandingansetelah ia memahami segala potensi timnya.23
Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan, bahwa strategi digunakan
untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan.
Dari beberapa pendapat dibawah ini, yang dimaksud strategi
adalah sebagai berikut:
Kata strategi sebenarnya berasal dari yunani “Stretehgos” yang
diambil dari kata stratus berarti Militer atau Ag yang berarti memimpin.
Dari strtegi ini dalam konteks awalnya diartikan sebagai general prinsip
21Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet.3; Jakarta: Balai Pustaka, 2015), h. 1092
22Moh.Ali Aziz. ilmu dakwah,(cet. ke-5; Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016), h.349-350.
23Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Predia Media Group, 2007), h. 12
14
yang artinya, sesuatu yang dikerjakan oleh para jendral dalam membuat
rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.24
Strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial
yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.25
Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan
akhir.26
Strategi dakwah sebagai metode, siasat, taktik, yang dipergunakan
dalam (aktivitas) kegiatan dakwah.27
F. Tahap-Tahap Strategi
Proses strategi meliputi tahapan-tahapan berikut:
1. Perumusan
Pada tahap ini adalah proses merancang dan menyeleksi
berbagai strategi yang akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan
tujuan organisasi.
2. Implementasi
Implementasi strategi disebut juga sebagai tindakan dalam
strategi, karena implementasi berarti mobilitas untuk mengubah strategi
yang dirumuskan menjadi suatu tindakan, maka dibutuhkan disiplin,
motivasi, dan kerja keras.
24Purnomo Setiawan Hari, Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996), h. 8
25David Hunger dan Thomas L. Wheelen. Manajemen Strategi (Yogyakarta: Andi, 2003), h.
26Murad, Strategic Manajemen and Bussines policy, (Jakarta: Erlangga, 1994), h.9
27Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 2002), h. 32
15
3. Evaluasi
Evalusi strategi adalah proses dimana manager membandingkan
antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan.
Tahap akhir dalam strategi adalah mengevaluasi strategi yang telah
dirumuskan sebelumnya.28
G. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, dakwah Islam berasal dari bahasa arab,
yaitu da’a, yad’u, da’wan, du’a,29 Yang diartikan sebagai
mengajak/menyeru, memanggil, seruan, permohonan, dan
pemerintaan. Istilah ini sering di beri arti yang sama dengan istilah-
istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi munkar, mau’idzah hasanah,
tabsyir, indzar, ta’lim, dan khutbah.
Dakwah mengandung arti panggilan dari Allah SWT, dan
Rasulullah SAW. Untuk umat manusia agar percaya kepada ajaran
Islam dan mewujudkan ajaran yang di percayainya itu dalam segala
segi kehidupannya.30
28Freed R. David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhallindo, 2002), h. 5
29M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta :Kencana, 2009), h. 17
30Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Cet, 1; Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 3
16
digunakan oleh para pendakwah sekalipun alat komunikasi modern
telah tersedia.31
a. Penerapan Metode Dakwah Bil Hikmah
Metode bi-al-Hikmah (Wisdom) yang dimaksusd dalam
penelitian ini adalah metode dakwah dalam bentuk kata-kata maupun
perbuatan da’i yang bernilai Islami.32 Menurut M. Natsir, metode
hikmah digunakan sebagai metode dakwah untuk semua golongan,
golongan cerdik maupun awam dan kelompok antara keduanya. Oleh
karena itu, metode daakwah bi-al-hikmah bisa berarti hikmah dalam
berbicara sesuai keadaan mad’u yang dihadaapi seperti dalam
ceramah. Begitu pula hikmah ketika dakwah dengan akhlak daan
metode member contoh. Sayid Qutub mendefinisikannya sebagai
dakwah yang memerhatikan keadaan dan tingkat kecerdasan
penerima dakwah juga memerhatikan kadar materi yanag
disampaikan aagar tidak memebebani.33
1. Metode Memberi Contoh Dengan Akhlak Yang Baik.
Sikap dan perilaku atau akhlak (behavior) saangat efektif
dijaikan cara dakwah hamper pada setiap golongan dan strata mad’u.
31Moh.Ali aziz , ilmu dakwah, (PT fajar interpratama mandiri, Jakarta), cetakan ke-5, april 2016, hal. 357-359.
32Julian Milie menyebutnya “Islamic oratory “, yaitu penyampaian pesan-pesan Islam dengan menggunakan media lisan. Julian Milie, Bahasa da’i dalam Dakwah di Jawa Barat, (Bandung- Monash Univercity,2009), hasil penelitian tidak dipublikasikan. “Juga disebut komunikasi verbal” (verbal communication). Deddy Mulyana, ilmu komunikasi suatu pengantar (Bandung,Rosdakaraya,2000), h. 239.
33Salmadanis,Kemali keakar Rumpun Metode Dakwah Surat an-Nahl 125 (Padang, Makalah, 2005), h .9
17
Akhlak yang baik terhadap umat Islam maupun terhadap penganut
beda agama sebagai cara dakwah dilakukan,misalnya oleh da’i.34
2. Al-Mau’idza Al-Hasaanah
Terminologi mau’izhah hasanah dalam perspektif dakwah
sangat populer, bahkan dalam acara-acara seremonial keagamaan
(baca dakwah atau tabligh) seperti Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, “acara
yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara dan biasa menjadi
salah satu target keberhasilan sebuah target. Namun demikian agar
tidak menjadi kesalah pahaman, maka akan dijelsaskan pengertian
mau’izah hasanah. Secara bahasa, mau’zhah hasanah terdiri dari dua
kata, yaitu mau’izhah dan hasanah. Kata mau’izhah berasal dari kata
wa’adza-ya’idzu- wa’dzan-idzatan yang berarti ; nasihat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan35. Adapun pengertian secara istilah, ada
beberapa pendapat antara lain;
1. Menurut Imam Abdullah bin Ahmad an- Nasafi yang dikutip oleh H.
Hasanuddin “al- Mau’izhah al- Hasanah” adalah (perkataan-perkataan)
yang tidak tersembunyi bagi mereka, bahwa engkau member nasehat
dan menghendaki manfaat kepada mereka atau dengan al-quran.36
34Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah, (PT Raja Gravindo Pesada, Jakarta), cetakan ke-1, November 2011, h. 72
35 M. Munir, Metode Dakwah, ( Fajar Interpratama, Jakarta), cetakan ke-3, Februari 2009- ke2, Februari 2006, ke-1, Februari 2003, h.15.lihat juga Lois Ma’luf, Munjid fi al-lughah wa A’lam (Beirut,Dar fikr.1986) h.907,Ibnu Mandzur,Lisan al-Arab,jilid VI (Beirut, Dar Fikr,1990) h.466.
36Hasanuddin,Hukum Dakwah (Jakarta,Pedoman Ilmu jaya,1996) h.37.
18
2. Menurut Abd. Hamid al-Bilali “al-Mau’izhah al-Hasanah”. Merupakan
salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk mengajak kejalan
Allah dengan memberikan nasihat atau bimbingan dengan lemah
lembut agar mereka mau berbuat baik.37 Mau’izhah hasanah dapatlah
diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan,
pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-
pesan positif (wasyat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan
agar mendapatkan keselamatan dinia dan akhirat.38
3. Al-Mujadalah Bi-al-lati Hiya Ahsan. Dari segi etomologi (Bahasa) lafazh
mujadalah terambil dari kata “Jadala” yang bermakna memintal, melilit.
Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa
ala,”jaa dala” dapat bermakna berdebat,dan “ mujaadalah” perdebatan.39
Dari pengertian diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-
Mujadalah diartikan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara
sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan
menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan
bukti yang kuat. Antara satu dengan lainnya saling menghargai dan
37Abdul Hamid al-Bilali,Fiqh al-Dakwah fi ingkari al-mungkar(Kuwait, Dar al-Dakwah,1989) h.260.
38M. Munir,Metode Dakwah,( Fajar Interpratama,Jakarta), cetakan ke-3, Februari 2009- ke-2, Februari 2006-ke1, Februari 2003, h.17.
39Ahmad Warson al-Munawwir, al-Munawwir, (Jakarta, pustaka progresif,1997), cetakan ke-14,h.175.lihat juga pada kamus al-Bisri, karangan K.H.Adib Bisri dan K.H. Munawwir AF,(Pustaka progresif,2000,)h.67 dan ini berarti sama pula dengan lafazh al-Khiwaar yang berarti jawaban,al-Mukhaawaroh; Tanya jawab,perdebatan.Lebih jelas lihat kamus al-Bisri,h.140.
19
menhormati pendapat keduanya berpegang kepada kebenaran, mengakui
kebenaran pihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.
H. Sumber Metode Dakwah
1. Al-Qur’an
Di dalam al-Quran banyak sekali ayat yang membahas tentang
masalah dakwah. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang berhubungan
dengan kisah para rasul dalam menghadapi umatnya, ada ayat-ayat yang
ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW. ketika beliau melancarkan
dakwahnya. Semua ayat-ayat tersebut menunjukan metode yang harus
dipahami dan dipelajari oleh setiap muslim.40
I. Tujuan Dakwah
Mengenai tujuan dari dakwah Islam para pakar dan penulis Islam
tentang dakwah masing-masing mengemukakan dan menjabarkan secara
berbeda-beda. Kendatipun demikian, secara esensial mempunyai tujuan
yang sama, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang
mungkar. Dalam arti yang lebih luas bahwa dakwah bertujuan untuk
melakukan perubahan kondisi yang lebih baik agar manusia memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat.
Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak umat manusia
kejalan Allah SWT, jalan yang benar, yaitu Islam disamping itu, dakwah
bertujuan untuk mempengaruhi cara berfikir manusia, secara merasa, cara
bersikap dan bertindak agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-
40M.munir,metode dakwah,(Fajar Interpratama Jakarta,), cetakan ke-3 februari 2009, ke-2 februari 2006, ke-1 februari 2003.h.19.
20
prinsip Islam.41 Sehubungan dengan hal tersebut, HM. Arifin
mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah untuk menumbuhkan
pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang
dibawakan oleh aparat da’i atau penerang agama.42Berbeda dengan
Wahdi Bachtiar bahwa tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang
adil dan makmur serta mendapat ridha Allah swt. 43 Tujuan dakwah juga
adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan
pandangan hidup ini akan berubah pula pada fikir dan pola sikap. Allah
SWT , berfirman dalam QS. al-Anfal: 24
٢٨ عنده أجر عظيم � ٱوأن دكم فتنة لكم وأول علموا أنما أمو ٱو Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.”44
Berdasarkan ayat tersebut, tegaslah bahwa yang menjadi inti
semua dakwah adalah menyadarkan manusia akan arti yang sebenarnya
dari hidup ini. Bukanlah hidup ini hanya semata-mata untuk makan dan
buat minum, yang hanya makan makan dan minum hanyalah binatang.45
41Rofiuddin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.32
42Lihat, HM. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara 1994), h.3
43Lihat Wahdi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, (Cet. 1; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997) h. 3
44Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjmahannya, h. 179
45H. Mahfudh Syamsul Hadi dan Kawan-kawan, Rahasia Keberhasilan Dakwah K.H. ZAINUDDIN M.Z, (Surabaya : Ampel Suci, 1994), h. 133
21
Dari beberapa penjelasan tentang tujuan dakwah di atas, Asmuni
Syukri membagi tujuan dakwah kepada dua bentuk, yaitu:
1. Tujuan umum (Mayor Objektive ), yaitu mengajak seluruh umat
manusia yang meliputi orang mukmin, kafir, fasik dan lain-lain ke jalan
yang benar yang diridhoi oleh Allah SWT. Agar dapat hidup sejahtera di
dunia dan akhirat.
2. Tujuan khusus (Minor Obyektive), yaitu merupakan penjabaran
perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam
pelaksanaan seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui ke mana
arahnya, ataupun kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa
berdakwah dengan cara bagaimana dan sebagainya secara terperinci.46
J. Dasar Hukum Dakwah
Para ulama sepakat tentang kewajiban berdakwah. Diantara ayat-
ayat dakwah yang menyatakan kewajiban dakwah secara tegas adalah,
surat Ali Imran ayat 104, dan surat Al-Maidah ayat 78 dan 79.
1. Surat an-Nahl ayat 125
إلى ٱ ب دع ربك و ٱسبيل وج لحسنة ٱلموعظة ٱلحكمة ب هي ٱدلهم لتي ١٢٥لمهتدين ٱأحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم ب
Terjemahnya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”47
46Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Ikhlas), h.60
47Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 271
22
2. Surat Ali Imran ayat 104
إلى و يدعون ة أم نكم م ب ٱلتكن ويأمرون عن ٱلخير وينهون لمعروف ١٠٤لمفلحون ٱئك هم لمنكر وأول ٱ
Terjemahnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.48
3. Surat Al-Maidah ayat 78
بن مريم ٱ د وعيسى لسان داو ءيل على لذين كفروا من بني إسر ٱ◌عن لكانوا يعتدون ذ ٧٨لك بما عصوا و
Terjemahnya:
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas”.49
4. Surat Al-Maidah ayat 79.
نكر فعلوه لبئس ما كانوا يفعلون ٧٩كانوا لا يتناهون عن مTerjemahnya:
“Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu:.50
Ayat-ayat di atas secara tegas memerintahkan kita untuk
melaksanakan dakwah Islam. Perintah tersebut ditujukan dalam bentuk
kata perintah dan kecaman bagi yang meninggalkan dakwah. Kata
perintah (fi’il amr) disebut dalam surat an-Nahl ayat 125 dengan kata
48Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 63
49Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 121
50Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 121
23
“serulah” sedangkan dalam surat Ali Imran ayat 104 kata perintahnya
berupa “dan hendaklah ada diantara kamu sekolompok orang yang
menyeru. Perintah yang pertama lebih tegas dari pada perintah yang
kedua. Perintah pertama menghadapi subjek hokum yang hadir,
sedangkan subjek hukum dalam perintah kedua tidak hadir. Selain itu,
pesan dari perintah pertama lebih jelas, yakni “berdakwalah”, sedangkan
dari perintah pertamanya “hendaklah ada sekelompok orang yang
berdakwah”.
Dalam surah Al-Maidah ayat 78-79 tersebut mengecam dengan
keras Bani Israil yang meninggalkan dakwah. Mereka tidak memiliki
kepedulian sama sekali kepada aktivitas dakwah. “Mereka tidak melarang
kemungkaran” perintah ini juga tidak lebih tegas dibanding kedua ayat
tersebut. Surat Al-Maidah ayat 78-79 tersebut hanya menampilkan contoh
nyata dari umat terdahulu yang disiksa karena mengabaikan perintah
mencegah kemungkaran. Meskipun kecaman tidak ditujukan kepada umat
Nabi SAW.tetapi ia berlaku kepada umat Nabi SAW.karena umat
terdahulu masih berlaku selama belum diganti.51
Akan tetapi ulama berbeda pendapat dalam masalah apakah
dakwah hukum dakwah fardhu kifayah atau fardhu a’in ulama yang
berpendapat bahwa hukum dakwah adalah fardhu kifayah. Pendapat ini
berdasarkan ayat al-Quran surat Ali Imran ayat 10
51Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), cet. 5, h. 145-147
24
إلى يدعون ة أم نكم م ب ٱولتكن ويأمرون عن ٱلخير وينهون لمعروف ١٠٤لمفلحون ٱئك هم لمنكر وأول ٱ
Terjemahnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar52; merekalah orang-orang yang beruntung”.53
Ayat ini dipahami menekankan kata “minkum” yang berarti
sebagian, sehingga tidak semua atau setiap orang Islam memikul
tanggung jawab berdakwah. Pendapat ini di perkuat dengan ayat lain,
yaitu al-Quran surat At-taubah ayat 122
كان كافة ٱوما لينفروا طائفة لمؤمنون نهم م فرقة كل من نفر فلولا يتفقهوا في ين ولينذروا قومهم إذا رجعوا ٱل ١٢٢ إليهم لعلهم يحذرون لد
Terjemahnya
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.54
Kedua ayat tersebut memeberikan pengertian bahawa dakwah
berarti menjadi tanggung jawab orang saja, tidak perlu semua umat Islam
berdakwah. Dakwah dalam konteks ini adalah sebagaimana digambarkan
memberikan peringatan kepada kaum menyangkut penjagaan diri (dari
52Ma’ruf ialah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan mungkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan dari Allah.
53Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h.64
54Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 206
25
dosa).55Adapun ulama yang berpendapat hukum dakwah adalah fardhu
a’in, ini mengatakan bahwa berdakwah dengan segala bentuknya adalah
wajib bagi setiap muslim. Misalnya amr ma’ruf nahi munkar, berjihad
memberi nasehat dan sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syariat atau
hukum Islam tidak mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan
hasil semaksimalAnya, akan tetapi usahanyalah yang diwajibkan
semaksimalnya sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Adapun
orang yang diajak, ikut ataupun tidak ikut itu urusan Allah swt sendiri.
Pendapat ini berdasarkan dalil dalam al-Quran, seperti dalam surah at-
Tahrim ayat 6.
وقودها ٱأيها ي نارا وأهليكم أنفسكم قوا ءامنوا و ٱلذين لحجارة ٱلناس غلاظ شداد لا يعصون ئك عليها مل ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون ٱة �
٦ Terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.56
K. Prinsip-Prinsip Dakwah
Dakwah adalah usaha meyakinkan kebenaran kepada orang lain.
Bagi orang yang didakwahi, pesan dakwah yang tidak dipahami tak lebih
maknanya dari bunyi- bunyian. Jika dakwahnya berupa informasi maka ia
dapat memperoleh pengertian, tetapi jika seruan dakwahnya merupakan
55 Ropingi el Ishaq, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jatim: Madani 2016), h. 26-27
56 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 560
26
panggilan jiwa, maka ia harus keluar dari jiwa juga. Penjahat yang
berkhutbah tentang kebaikan, maka pesan kebaikan itu tak akan pernah
masuk kedalam jiwa pendengarnya. Berbeda dengan aktor yang ukuran
keberhasilannya jika berhasil berperan sebagai orang lain, maka seorang
da’i harus berperan sebaagai dirinya. Seorang da’i harus terlebih dahulu
menjalankan petunjuk agama sebelum member petunjuk kepada orang
lain. Ia harus seperti minyak wangi, mengharumkan orang lain tapi dirinya
memang lebih harum, atau seperti api, bisa memanaskan besi, tetapi
dirinya memang lebih panas. Oleh karena itu, untuk menjadikan dakwah
itu efektif, masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami
prinsip-prinsip dakwah sebagai berikut:57
1. Berdakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (ibda’ binafsik) dan
kemudian menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat.
2. Secara mental, da’i harus siap menjadi pewaris para nabi, yakni
mewarisi perjuangan yang beresiko, al ‘ulama waratsatul anbiya ; Semua
nabi harus juga mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya
meski sudah dilengkapi dengan mu’jizat.
3. Da’i harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan waktu untuk
dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu dakwah pun harus
memerhatikan tahapan-tahapan, sebagaimana dulu Nabi Muhammad
SAW harus melalui tahapan periode Mekkah dan periode Madinah.
57Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Pengantar, Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana), cet. 2, h. X-II
27
4. Da’i juga harus menyelami alam pikiran masyarakat sehingga
kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logoka
masyarakat, sebagaimana pesan Rasul; khotib an nas ‘ala qodri ‘uqulihim.
5. Dalam menghadapi kesulitan da’i harus bersabar, jangan bersedih atas
kekafiran masyarakat dean jangan sesak nafas terhadap tipu daya
mereka.
6. Da’i harus memerhatiakan tertib urutan pusat perhatian dakwah, yaitu
prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal yang bersifat
universal, yakni al khair (kebajikan), yad’una ila al-khair, baru kepada amr
ma’ruf dan kemudian nahi munkar (QS. 3: 104)
إلى يدعون ة أم نكم م ب ٱولتكن ويأمرون وينهو ٱلخير عن لمعروف ن ١٠٤لمفلحون ٱئك هم لمنكر وأول ٱ
Terjemahannya:
“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung58
L. Unsur-Unsur Dakwah
1. Subjek Dakwah
Subjek dakwah sering dikenal dengan sebuah istilah da’i, juru
dakwah, pelaksanaan dakwah, atau istilah lainnya, subjek dakwah ini
merupakan orang atau sekelompok orang yang melakukan tugas dakwah,
yang berfungsi sebagai pelaku dakwah.59 Secara umum kata da’i sering
58Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 63
59Siti Uswatun Khasanah, Berdakwalah Dengan Jalan Debat, (Purwakerto: STAIN Purwakerto Pess), h.28
28
disebut sebagai muballigh (orang yang menyampaikan ajaran Islam).
Namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena
masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang
menyampaikan ajaran Isalam melalui lisan, sebagai penceramah, khatib
dan sebagainya.60 Pelaksanaan dakwah atau subjek dakwah ini bisa
perorangan atau kelompok yang bersedia dan mampu melaksanakan
tugas dakwah dan sebagainya. Pribadi atau sosok subjek adalah sosok
manusia yang mempunyai nilai keteladanan yang baik dalam segala hal.
Maka seorang Muballigh mempunyai tanggung jawab moral serta
mempertahankan diri sebagai sebaik-baik ummat. Setiap orang adalah
pemimpin, karena itu ia akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya kelak ketika menghadapi Allah SWT.
Untuk mencapai sebuah keberhasilan yang maksimal dalam
berdakwah maka harus mempunyai kemampuan manajemen professional,
diantara ciri pokok seorang da’i yang mempunyai bekal kemampuan dan
keahlian dalam memimpin (leadership and managerial skill). Nilai-nilai
leadership dakwah tersebut dalah sebai berikut.61
a. Mempunyai ilmu pengetahuan yang luas.
b. Bersikap dan bertindak bijaksana
c. Berpengetahuan luas.
d. Bersikap dan bertindak adil.
60 M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manjemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. 2, h. 22
61 A.Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h.38
29
e. Berpendirian teguh
f. Mempunyai keyakinan bahwa mkisinya akan berhasil.
g. Berhati ikhlas.
h. Memiliki kondisi fisik yang baik.
i. Mampu berkomunikasi.
2. Obyek Dakwah
Objek dakwah adalah yang dijadikan sasaran untuk menerimah
dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan obyek dakwah
yang sering kita kenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik
ideology, pendidikan, status social, kesehatan, usia dan sebainya.62 Atau
obyek dakwah adalah seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun
mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun mudah, seorang bayi
yang baru lahir atau pun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah
obyek dakwah (mad’u).63
Dalam proses pelaksanaan dakwah, mad’u dapat bersifat individu
ataupun kolektif. Individu karena memang tujuan adalah mengajak dan
mendorong manusia untuk mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari agar memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Bersifat kolektif karena dakwah juga bertujuan untuk membentuk
tatan kehidupan masyarakat yang bersendikan Islam. Masyarakat Islami
tidak hanya terbentuk manakala tidak didukung oleh anggota yang tidak
62I’anatut Thoifah, Manajemen Dakwah, (Malang: Madani Press, 2015), h.47
63Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah Yang Tegar di jalan Allah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka, 2005), h. 24
30
Islami, demikian juga sebaliknya, individu yang Islami tidak akan terbentuk
di dalam masyarakat yang tidak menghargai Islam.64
3. Metode Dakwah
Metode dakwah dalam arti luas mencakup strategi dan tehnik
dakwah.65 Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang telah
memiliki pengertian.” Suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang
ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan,
rencana system, tata fikir manusia.”66 Atau jalan atau cara yang dipakai
juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah Islam.67
64Aris Saefullah, Gusdur vs Amin Rais, (Yogyakarta: Laela Thinkers, 2003), h.48
65Cahyadi Takariawan, Op. Cit, h. 24
66M. Syafaa’at Habib, Buku Pedoman Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. 1, h. 160
67M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Cet. 2, h. 23
31
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat
kualitatif Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menitik beratkan
pada keutuhan (entity) sebuah fenomena.68 Dalam rangka mengkaji
perilaku suatu individual atau kondisi sosialnya dengan segala
subjektivitas pemaknaannya, individu dalam pilihan sikap dan
tindakannya tidaklah berdiri sendiri tapi memiliki keterkaitan.
Metode penelitian ini merupakan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bertujuan
menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa
menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari
sampling lainnya.69
68Suardi Endswarsa,Metodologi Penelitian Kebudayaan,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003), hal.16
69Rahmat Kriyatono,Teknik Praktis Riset Komunikasi,dengan kata pengantar oleh Burhan Bungin, Edisi Pertama, (Cet, IV; Jakarta: Kencana, 2009), hal. 259
32
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Poso, Desa Doda. Fokus
kepada Strategi Da’i dalam membentuk masyarakat cinta al-Qur’an
Di Kecamatan Lore tengah.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengunakan pendekatan komunikasi antar pribadi,
Penelitian ini menempatkan cinta al-Qur’an sebagai obyek penelitian
tentang bagaimana strategi da’i dalam memngajarkan al-Qur’an.
C. Sumber Data
1 Data Primer
Data Primer, yaitu data yang di dapatkan langsung dari
sumbernya, baik melalui wawancara, dan observasi secara langsung.
Penelitian ini menggunakan istilah sosial situation atau situasi sosial
sebagai obyek yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: tempat (place),
pelaku (actors), dan aktivitas (activity), yang berinteraksi secara
sinergi.70
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung data primer yang
diperoleh dari literatur, baik buku-buku, dokumen, foto, maupun
referensi yang terkait dengan penelitian.
70Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D, (Cet VI; Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 297
33
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat, menganalisa secara sistematis
terhadap gejala/ fenomena/ obyek yang diteliti.71 Sutrisno Hadi
mengemukakan bahwa, observasimerupakan suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proes biologis dan
psihologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.72
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data
dalam metode survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara
lisan terhadap informan. Wawancara atau interview merupakan
metode pengumpulan data untuk mendapatkan keterangan lisan
melalui tanya jawab dan berhadapan langsung kepada orang yang
dapat memberikan keterangan. Teknik ini memberikan data sekunder
dan data primer yang akan mendukung penelitian.
Maka yang akan di wawancarai adalah Tokoh Agama, Tokoh
Adat, Muballig/Da’i, Para Orang Tua/Warga Masyarakat, Kepala Desa,
Kepala Departemen Agama, Kepala Kecamatan, dan orang yang
71Abu Achmadi dan Narbuko Cholid, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 70.
72Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Cet VI; Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 145.
34
melakukan dakwah Islamiyah dalam pembinaan kehidupan
keagamaan masyarakat Islam di lokasi penelian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara
melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen yang berisi data yang
menunjang analisis dalam penelitian.73
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan meneliti yakni mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan lebih mudah.
Adapun wujud dari instrumen penelitian yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data-data yang ada berkaitan dengan obyek
yang akan diteliti adalah hasil observasi, pedoman wawancara
(interview guided), dan telaah kepustakaan (buku, teks, foto, arsip-
arsip, dan artikel), dibantu dengan peralatan penelitian seperti kamera,
alat perekam, dan buku catatan.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Berdasrkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yakni
mengambarkan secara komprehensif. Didasari bahwa ciri penelitian
kualitatif menempatkan peneliti sebagai instrumen utama dalam proses
penelitian, maka penelitian ini data dianalisis sejak penelitian
berlangsung hingga berakhirnya proses pengumpulan data.
73Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Cet VI; Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), hal. 23
35
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah,
menganalisa serta mengambil kesimpulan dari data yang telaht
erkumpul. Tujuan analisa data dalam penelitian ini adalah untuk
memfokuskan dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi
data yang teratur dan tersusun secara rapi dan berarti.
Dalam menganalisa data yang telah terkumpul penulis
menggunakan metode analisa data kualitatif. Metode kualitatif adalah
suatu analisa yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang
dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam
pelaksanaannya penulis menggunakan cara berfikir induktif dan
deduktif.74
Analisis ini dilakukan secara interkatif dan berlangsung secara
terus-menerus sampai tuntas, sampai data dianggap cukup. Kemudian
pada tahap akhir, melakukan reduksi data yakni merangkum dan
memilih data yang diperoleh guna menyusun rencana kerja lebih
lanjut. Maka pada tahap ini tentunya data yang tidak relevan dengan
pertanyaan dasar penelitian dapat dipisahkan.
74Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kerjasana Apik dengan PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 99
36
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Letak Geografis
Desa Doda Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso, terletak
di pedesaan yang memiliki lembah yang sangat luas. Daerah ini masih
sangat kental dengan adat istiadat kemasyarakatannya, tepatnya desa
Doda Kecamatan Lore Tengah, yang memiliki ketinggian dan dibatasi
oleh gunung yang sangat tinggi. Desa Doda memiliki beragam agama,
daerah ini masih dikuasai oleh non muslim. Daerah ini memiliki delapan
desa dan ibu kota kecamatanya bertempat di Doda, selain itu desa ini
masih kurang dalam rumah ibadah, memiliki desa yang banyak namun
kurang tempat ibadah. Di desa Doda Kecamatan Lore Tengah
Kabupaten Poso, hanya memiliki satu rumah ibadah, hal ini yang
membuat pergerakan dakwah sulit untuk merangkul setiap masyarakat
muslimnya. Luas wilayah berkisar 976,37km2, dengan julah penduduk
berkisar4.532 jiwa. Dengan jumlah masyarakat Muslim 200 jiwa,
selainnya memeluk Agama Hindu dan Budha, serta Nasrani.
37
Tabel Nama-Nama Desa Kecamatan Lore Tengah
Kelurahan/ Desa Kode Pos
Desa Bariri 94653
Desa Katu 94653
Desa Rompo 94653
Desa Torire 94653
Desa Doda 94654
Desa Hanggira 94654
Desa Lempe 94654
Desa Pendele 94654
Sumber: data Desa
B. Gambaran Kegiatan Keagamaan Masyarakat
Masyarakat di desa Doda Kec. Lore Tengah Kabupaten Poso,
selalu mengadakan kegiatan keagamaan yang bekerja sama dengan
KUA, dan DEPAG setempat yang mana kegiatannya FASIH atau
Festifal Anak Shaleh, serta kegiatan diantara majelis taklim. Hal ini
membantu masyarakat dalam memahami ajaran Islam yang benar,
serta mampu memberi nilai positif terhadap akhlak mereka. Untuk itu
masyarakat desa Doda selalu berusaha dalam bidang keagamaan
untuk membendung pergerakan agama yang lain, agar mampu
memberikan kader di setiap masyarakat. Da’i juga berusaha sekuat
kemampuan dalam hal dakwah dilapangan. Yang patut disyukuri
adalah setelah datangnya da’i di daerah mendatangkan manfaat yang
38
sangat besar kenapa demikian, desa Doda kecamatan Lore Tengah,
kurang dalam pemahaman agama masi berbaur degan nasrani hari
besar mereka, ketika hari natal, yang muslim masi megucapkan
selamat natal, bukan hanya itu, ketika ada undangan dari nasrani yang
masuk dalam hal ibada di gereja mereka menghadirinya. Alhamdulillah
setelah di utusnya da’i di daerah, masyarakat yang mashi melakukan
hal yang diharamkan biasa di bendung dan bisa memberikan
pengajaran dan pelatihan untuk para muallaf.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Tokoh agama
setempat, atau imam Desa tersebut bahwa masyarakat Doda selalu
mengadakan kegiatan Festival anak shaleh (FASIH), hal ini menurut
beliau untuk memberikan pengetahuan ilmu agama. Menurut imam
Desa tersebut bahwa pelaksaan itu berujuan untuk memperkuat ikatan
persaudaraan antara muslim dengan muslim yang lain nya.75
Menurut da’i KUA, bahwa mereka juga sering mengadakan HBI,
atau hari besar Islam kegiatan ini dilakukan setiap tahun dan
mengundang seluruh kaum muslimin daerah lore bersaudara.76 Ada
juga daiyah yang mengatakan bahwa meraka pernah melakukan
kegiatan yang mempersatukan ummat beragama dengan kegiatan nya
‘HALAL BIHALAL’ kegiatan ini, ummat beragama seperti nasrani
75 Hasil wawancara pak Mansur Kodi, tanggal 23, o3 2018
76 Hasil wawancara pak Ihjan, tanggal 17, 03, 2018
39
memberikan bantuan kepada ummat muslim agar mengadakan satu
kegiatan yg mempererat hubungan masyarakat mereka.77
C. Kegitan Da’i Dalam Menagjarkan Al-Qur’an
Kegiatan da’i di desa Doda kecamatan lore tengah, sangat
mempengaruhi terbentuknya akhlak dan moral masyarakat. Kenapa
demikian, karena kegiatan yang dilakukan seperti, membentuk TPQ,
atau Tempat Pengajiaan Qur’an, membentuk majelis taklim. Disamping
itu kegiatan seorang da’i memberikan pengajaran terhadap masyarakat
terutama yang tidak mampu membaca al-Qura’an serta menuliskannya
dengan baik. Desa Doda kecamatan lore tengah kabupaten poso,
sangat membutuhkan seorang da’i yang dapat memberikan dakwah
yang biasa memberikan pemahaman agama yang baik, seperti yang
da’i lakukan dilapangan. Seperti pengajaran yang dilakukan kepada
muallaf. Pengajaran yang di lakukan adalah pengajaran al-Qur’an, tata
cara wudhu yang benar, tata cara shalat, dan memberikan ceramah di
setiap hari jum’at, pengajian ini khusus untuk para ibu –ibu. Bukan
hanya orang tua yang dapat pengajaran dari da’i anak-anakpun di
rangkul dan di beri pembelajaran yang khusus, membuat pesantren
kilat, pesantren kilat ini di lakukan pada saat bulan ramadhan, membuat
kegiatan di sekolah, seperi permohonan untuk menjadi pengajar di
daerah dengan bidang materi agama islam. di Sekolah juga seorang
da’i bias memberikan pengajaran al-Qur’an, sehigga dakwah yang
77 Hasil wawancara Ibu Fantri, tanggal 15, 03, 2018
40
dilakukan secara umum, begitu juga dakwa kepada non muslim.
Seorang da’i mendatangi rumah-rumah mereka dan mengajak
berdiskusi tentang agama, hal ini sekali dalam sepekan. Yang di
ketahui adalah di desa Doda kecamatan lore tengah kabupaten Poso,
ummat muslim hanya 21 rumah tangga dan nasrani yang lebih
menonjol dalam bidang keagamaan, serta dalam kepegawaian desa,
Aparat desa keseluruhan adalah yang non muslim, sehinga pergerakan
dakwa sangat teliti dalam penyampaian kalimat serat kata-kata yang
disampaikan pada saat ceramah keagamaan.
Hal dakwalah yang sangat dibutuhkan di daerah pedalaman,
masyarakat Doda sangat berharap dalam pengiriman da’i, yang mereka
inginkan adalah adanya pengajaran sehimngga anak-anak mereka
selalu di bekali ilmu agama.
Menurut seorang da’i yang berada di Desa Doda, bahwa kegiatan
yang dia lakukan dalam mengajarkan al-qur’an adalah seperti:
1.Melakukan pelatihan baca tulis al-Qur’an dengan kitab iqra’
2.Melakukan kajian kitab Fiqh hal ini dilakukan dikalangan ibu-ibu.78
Dari hal diatas kami memberikan sumbangsi pikiran bahwa daerah
ini sangat memerlukan da’i yang baik dalam memahami ilmu agama
sehingga agama yang hak bias dijalankan dengan baik.
78 Hasil wawancara pak Tasbih Laba, 17,10,2017
41
D. Strategi Da’i Dalam Mengajarkan Al-Qur’an
Berdasarkan hasil analisis peneliti dilapangan, dari penelitian yang
berjudul (Strategi da’i dalam mengajarkan Al-Qur’an di desa Doda Kec.
Lore tengah Kab. Poso), dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pelaksanaan nya jalan nya kegiatan pembelajaran baca tulis al-
Qur’an di desa Doda Kec. Lore tengah, masih kurang dalam segi
pengajaran yang lebih baik, kegiatan ini dilaksanakan tiga kali dalam
sepekan yang mana kegiatan bukan hanya pengajaran al-Qur’an,
melainkan dengan materi-materi Islami agar mereka memiliki
pemahaman yang baik. Pembelajaran nya dirancang berdasarkan
yang telah diberikan seorang da’i, dan diatur berdasarkan kondisi
masyarakat. Seperti seorang da’i melihat berbagai sisi masyarakat,
terkadang masyarakat memiliki ego yang sangat tinggi sehingga
sangat susah diajak dalam beribadah dan belajar al-Qur’an.
Beberapa hal yang telah dimodifikasi atau dilihat dari keadaan
Masyarakat adalah:
a. Modifikasi materi pembelajaran; yaitu selain materi-materi umum
seperti ilmu tajwid, do’a sehari-hari dan lain sebagainya.
b. Modifikasi kelompok; yaitu kelompok kelas khusus sebagai kelas
persiapan dan kelompok umum seperti TPA. Kelompok khusus
terdiri dari orang dewasa.
Berdasarkan hasil wawancara langsung kepada seorang da’i
yang berada di Doda, bahwa menurut beliau dia melakukan strategi
42
dengan memberikan beberapa waktu pembelajaran, bahkan
memberikan kelas-kelas sehingga pembelajaran al-Qur’an dapat
terkontrol dengan baik seperti:
1.Membagi kelas dewasa dengan memberikan pengajaran yang
baik dan sangat disiplin waktu.
2.Membagi kelas untuk anak-anak adapun materi yang diberikan
adalah baca al-Qur’an dan ilmu agama.79
E. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pengajaran Al-Qur’an
di Desa Doda Kecematan Lore Tengah Kabupaten Poso serta
Solusi yang Dilakukan untuk mengatasinya.
Tentunya disetiap kegiatan dakwah memiliki tantangan yang
berbeda, sebagaimana yang peneliti lihat langsung di daerah. Faktor
pendukung kemungkinan masyarakat masih membutuhkan ilmu agama
sehingga dari hal seperti itulah da’i dapat masuk, dan memberikan
pembekalan agama. Adapun faktor penghambat sebagaimana yang
peneliti lihat langsung, kurang nya rasa minat untuk belajar al-Qur’an,
ini diakibatkan pergaulan disekitar masyarakat apalah lagi masyarakat
disana masih berbaur dengan agama lain sehingga kebiasaan agama
lain merusak moral dan akidah mereka.
a. Pendukung: Menurut imam Desa selaku Pembina dalam
pengajaran al-Qur’an bahwa salah satu pendukung yaitu memiliki da’i
yang berkualitas, dan cerdas dalam menyampaikan serta dalam
79 Hasil wawancra pak Ihjan,20,03,2017
43
pengajaran sehingga Masyarakat dapat memahami dan menerima
dakwahnya dengan baik. Para pengajar dan santrinya tinggal dalam
satu lokasi, dan diberikan kelompok, kelompok anak-anak, dan
kelompok orang tua, sehingga strategi pengajaran bisa tepat sasaran.
Dari hasil analis peneliti menyimpulkan bahwa, antusiasnya
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran al-Qur’an yang
mana kegiatan dakwah sepenuhnya dibantu oleh Masyarakat.
b. Penghambat: masih minimnya media pembelajaran yang
tersedia,
sistem pengelompokan santri yang belum merata, kurangnya alokasi
waktu yang tersedia, minat dan keaktifan santri yang masih kurang,
kedisiplinan para santri yang masih kurang, dan faktor kesehatan. Serta
kurangnya minat orang tua dalam mempelajari al-Qur’an hal ini dapat
mempengaruhi anak-anak yang memiliki minat mempelajari al-Qur’an,
seperti yang terjadi di Desa Doda Kecamatan Lore Tengah,80
c. Solusi: memberikan waktu yang porposional sesuai dengan
kebutuhan santri, adanya keterbukaan antara ustadz dengan para
Masyarakat atau orang tua santri, memaksimalkan kesempatan yang
telah diberikan oleh Masyarakat. Dan memberikan pemahaman kepada
Masyarakat sehingga mereka merasakan nikmatnya ketika kita
berinteraksi kepada al-Qur’an. Dan tentu yang harus dilakukan seorang
da’i adalah mengadakan kegiatan kepada Masyarakat, kegiatan
80 Hasil wawancara pak Mansur Kodo,30,11 2017
44
keagamaan terutama daerah Doda memiliki ke kristenaan yang besar
hal ini harus di bendung dengan baik.
F. Memberikan motivasi kepada Masyarakat terutama yang baru
mengenal baca tulis Al-Qur’an sehingga meningkat minat belajar.
Tentu seorang da’i memiliki kemampuan dalam bidang konseling,
dengan demikian da’i dapat memberikan dorongan serta motivasi dalam
belajar. Adapun Visi dan Misinya da’i adalah:
a. Visi
Terwujudnya peserta didik yang berakhlakul karimah, dan unggul dalam
bidang keagamaan.
Adapun indicator Visi tersebut sebagai berikut:
1) Terwujudnya generasi yang mampu membaca al-Qur’an dengan baik
2) Terwujudnya generasi yang tekun melaksanakan ibadah wajib
maupun sunnah.
3) Terwujudnya generasi yang santun dalam bertutur sapa, dan
berperilaku Islami.
4) Terwujudnya generasi yang unggul dalam prestasi akademik dan non
Akademik sebagai bekal melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi.
c. Misi
1) Menyelenggarakan pengajaran yang berkualitas agar tercapai hasil
yang diharapkan.
45
2) Mewujudkan pembelajaran, pembiasaan dalam mempelajari al-
Qur’an dan menjalankan syariat Islam.
Dalam rangka mencapai visi, dan misi, dan tujuan di atas, maka
seorang da’i harus pintar dalam menerapkan pengajaran yang dapat
diminati oleh Masyarakat sehingga menumbuhkan hasil yang diinginkan.
Terutama dalam lembaga pendidikan maka da’i harus bekerja sama
dengan sekolah, agar mengagendakan atau melaksanakan reformasi
sekolah, terutama desa yang kurang pengajar Islam. Diantaranya
sebagai berikut:
1 .Modernisasi pengelolaan sekolah Islami desa Doda Kecamatan
Lore Tengah Hali ini dilakukan dengan cara menerapkan manajemen,
hal ini menjalani hubungan kerja sama dengan Masyarakat dan
Departemen agama. Komite ini berfungsi untuk memberi masukan
kepada pihak pemerintahan sesuai peningkatan mutu berbasis sekolah
Islami dengan cara membentuk komite sekolah, dimana sekolah dengan
aspirasi masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah, khususnya yang
berkaitan dengan pendanaan. Agar terwujudnya sekolah berbasis
Islami. Agar dapat memberikan kader yang handal dalam bidang
dakwah, terutama yang memiliki kekeristenan yang banyak.
46
2. Modernisasi guru (da’i)
Guru merupakan faktor utama dalam pendidikan di sekolah. Oleh
sebab itu, sekolah telah melakukan upaya-upaya yang dapat disebut
modernisasi guru dengan cara:
a. Menekankan pada guru untuk mengikuti program penyetaraan
ijzah S1, sebab banyak diantara guru pengangkatannya program S1
menggunakan ijazah SLTA. Karena itu mereka sangat ditekankan untuk
mengambil kuliah lagi.
b. Mengikutkan para guru pada latihan seperti seminar dan kegiatan-
kegiatan lainnya yang dapat memperbaruhi pola pikir dan model
pengajarannya dikelas.
c. Meningkatkan supervises akademik dengan tujuan untuk
perangkat mengajar sekaligus mengadakan evaluasi dan meningkatkan
mutu pengajaran guru atau da’i. Hal ini dapat membantu dalam
perkembangan pengajaran dalam masyarakat pada umumnya
sehingga menghasilkan da’i yang berprofesional dalam bidang
dakwahnya. Dari hasil supervise ini, kemudian dilakukan evaluasi untuk
masing-masing guru atau da’i, sekaligus memberikan masukan atau
saran dan pembinaan pada kader yang kita ininginkan pada
Masyarakat tersebut demi peningkatan mutu pengajaran dikelas dan di
Masyarakat umum.
47
G. Pembinaan Da’i terhadap Santri Desa Doda Kecamatan Lore
Tengah
Dari hasil analisis peneliti yang menyangkut pembinaan da’i di desa
Doda, da’i melakukan pembinaan terhadap akhlak mereka, yang mana
daerah tersebut masih kurang dalam pembinaan moral serta etika dalam
berinteraksi bersama orang tua mereka. Hal ini di akibatkan kurangnya
didikan dari orang tua.
Dari hasil wawan cara peneliti dengan da’i yang berada di desa,
bahwa ada pembinaan yang dilakukan terhadap santri bahkan melakukan
pembinaan secara umum seperti:
a. Pembinaan yang dilakukan adalah memberikan materi ceramah
kepada para Santri, dan dimintai untuk dihafalkan agar menjadi modal
dalam bidang dakwah anak-anak. Kegiatan ini dilakukan setiap hari
jum’at ba’da shalat ashar dengan durasi 20 menit. Melalui kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi siswa dan santri memberi
masukan dan pembinaan pada aktivitas pelatihan dalam bidang
keagamaan.
Selain itu, pembinaan da’i di Doda belum bisa dikatakan sukses
karena masih banyak diantara Masyarakat yang belum bisa baca al-
Qur’an, sehingga daerah ini memerlukan da’i yang bisa memberikan
pengajaran al-Qur’an dan menghalangi misyionaris yang terjadi di
daerah Doda.
48
Dan pembinaan da’i yang dilakukan pada Masyarakat belum
sukses, karena diantara Masyarakat masih ada yang murtad, hal ini
diakibatkan kurangnya pembinaan dari lembaga keagamaan (DEPAG
dan KUA setempat).
b. Tadarrus Alqur’an
Kegiatan Tadarrus Alqur’an di Desa Doda Kecamatan Lore Tengah
Kabupaten Poso, dilaksanakan pada waktu sore hingga mendekati
magrib, hal ini bertujuan untuk melahirkan kader-kader dalam
masyarakat terutama pada masyarakat yang kurang berinteraksi dengan
alqur’an.81
H. Modernisasi proses belajar
Terkait dengan kegiatan da’i yang dilakukan di sekolah telah
mengambil langkah-langkah:
a. Pengadaan media pengajaran, melengkapi sarana dan prasarana
seperti bertambahnya kitab-kitab alqur’an dan kitab iqro’ hal ini dapat
membantu seorang da’i dalam melaksanakan pengajarannya disekolah
maupun pada masyarakat secara umum.
b. Menyiapakan Masjid sebagai tempat ibadah, media peningkatan ilmu
keagamaan terutama pada saat kajian kitab yang dilakukan oleh seorang
da’i. sekaligus sarana menggali khazanah islam.
81 Hasil wawancara,Pak Ihjan,27,03,2018
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Masyarakat Doda masih sangat kental dengan adat istiadatnya,
bahkan Masyarakat muslimnya masih melaksanakan tahlilan tujuh dan
seratus harinya, masih melakukan kesyirikan dengan mendatangi dukun
dari kaum Nasrani, serta masih sering membaca al-Qur’an dikuburan.
Hal seperti ninilah yang sangat diprihatinkan, saya beranggapan bahwa
ini diakibatkan oleh seorang da’i yang tidak memiliki ilmu syari’, yang
hanya mengandalkan dari nenek moyang mereka. Dan mereka masih
sering mendatangi undangan peribadatan dari agama lain, itu sebabnya
perlulah kita semua untuk menempatkan da’i-da’i yang memiliki
pemahaman yang baik serta mengajarkan pemahaman sunnah.
2. Dalam hasil pelaksanaannya, strategi da’i dalam mengajarkan
al-Qur’an di desa Doda Kecamatan Lore Tengah, masih sangat
memprihatinkan, karena da’i yang ditempatkan didaerah tersebut kurang
dalam segi ilmu agama, hal inilah yang menjadi kendala dalam
pengajaran mereka terhadap para santri dalam mengajarkan al-Qur’an
yang mana mereka melakukan pengajaran tidak rutin, terkadang da’i
tersebut melakukan pengajaran tiga kali dalam seminggu, bahkan lebih
dari itu. Hal seperti inilah yang membuat Masyarakat enggan dalam 51
49
50
mempelajari Alqur’an. Sehingga perluhnya bagi kita semua untuk
menempatkan da’i dengan akidah yang baik dan pemahaman dalam
sunnah. Bukankah keberhasilan Masyarakat dalam mempelajari ilmu
tergantung dari siapa yang mengajarkan ilmu tersebut . Hal inilah yang di
inginkan oleh kita semua kenapa demikian karena, Desa Doda
Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso, daerah yang dikuasi oleh
nonMuslim, yang daerahnya sangat membutuhkan pendakwah.
Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah, yang mana Allah
memberikan pertolongan kepada saudara Muslim kita yang berada di
daerah kekeristenan, dengan adanya seorang da’i.
3. Didalam pengaajaran Alqur’an da’i menggunakan metode Iqra’,
dengan hanya membacakan tanpa ada perbaikan lebih lanjut karena
pengajaran ilmu tajwid yang parsial.
B. Saran.
Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, perlu kiranya penulis
memberikan sumbangan pemikiran berupa saran-saran bagi semua
pihak terhadap Strategi Da’i dalam Mengajarkan Alqur’an di Desa Doda
Kecamatan Lore Tengah.
1. Kepada KUA Lore Tengah
Perlunya pemantauan, dan ikut serta dalam pembinaan Masyarakat
yang kurang memahami baca tulis Alqur’an, terutama dikalangan
Muallaf. Sehingga pengajarannya mendapatkan hasil yang lebih baik.
51
2. Kepada Tokoh agama yang berada di Daerah tersebut.
Kiranya bisa mengadakan pembelajaran baca tulis Alqur’an,
terutama pada Santri dan Santriwati, sehingga kader Dakwah bisa
berlanjut seperti yang Da’i harapkan. Karena hanya Dakwahlah yang
bisa menjadikan karekter anak dekat dengan sang pencipta.
52
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Abu dan Narbuko Cholid. 2007. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara
Al-Raghib al-Isfahani, Tth,.Mu’jam Mufradat Li Alfazh Al-Quran, Beirut: Dar
Fikr
Ali, Moh. Ali Aziz, 2016. ilmu dakwah, Jakarta: PT fajar interpratama
mandiri
Ardhana, Sufirman Eka.1995. Jurnalistik Dakwah, Pustaka Yogyakarta
Arifin, M. 1994. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bumi
Aksara
Aripudin, Acep. 2016. pengembangan metode dakwah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
.Aziz, Moh. Ali. 2016. ilmu dakwah, Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016
Bachtiar, Wahdi. 1997. Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Danis, Salma. 2005, Kenali keakar Rumpun Metode Dakwah Surat an-
Nahl 125 Padang, Makalah
David, Freed R. David. 2002. Manajemen Strategi Konsep, Jakarta:
Prenhallindo
Departemen Agama RI. 2013. Alquran dan terjemahnya, Jawa Barat, Penerbit di Ponegoro
Endswarsa, Suardi. 2003. Metodologi Penelitian Kebudayaan,
Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Habib, M. Syafaa’at. 1992. Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: Wijaya
Hadi, Mahfudh Syamsul dan Kawan-kawan. 1994. Rahasia Keberhasilan
Dakwah K.H. ZAINUDDIN M.Z, Surabaya : Ampel Suci
53
Hamid, Abdul. 1989. al-Bilali,Fiqh al-Dakwah fi ingkari al-mungkar, Kuwait: Dar al-Dakwah
Hari, Purnomo Setiawan. 1996. Manajemen Strategi: Sebuah Konsep
Pengantar, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Hasanuddin,1996. Hukum Dakwah, Jakarta: Pedoman Ilmu jaya
Hunger, David dan Thomas L. Wheelen.2003. Manajemen Strategi,
Yogyakarta: Andi I’anatut Thoifah, 2015. Manajemen Dakwah, Malang: Madani Press
Karni, Awis. 2000. Dakwah Islam, Studi Kasus Yayasan Wakaf
Paramadina, Jakarta: disertasi SPS UIN Jakarta
Khasanah, Siti Uswatun . Tth. Berdakwalah Dengan Jalan Debat, Purwakerto: STAIN Purwakerto Pess
Kriyatono, Rahmat. 2009, Teknik Praktis Riset Komunikasi,dengan kata
pengantar oleh Burhan Bungin, Jakarta: Kencana
Ma’luf, 1986. Munjid fi al-lughah wa A’lam, Beirut: Dar fikr
Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu komunikasi suatu pengantar, Bandung:
Rosdakarya
Mulyiddin, Asep. 2005. Istilah-Istilah Dakwah Dalam Quran Bandung: Pustaka Setia
Munir, M. 2006. metode dakwah, Fajar Interpratama Jakarta
Munir, M dan Wahyu Ilaihi, 2009. Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana
Murad, 1994. Strategic Manajemen and Bussines policy, Jakarta:
Erlangga
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, 2015, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Rofiuddin dan Maman Abdul Djalil, 1997.Prinsip dan Strategi Dakwah,
Bandung: Pustaka Setia
Ruslan, Rosady. 2008. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo
54
Saefullah,Aris. 2003. Gusdur vs Amin Rais, Yogyakarta: Laela Thinkers
Sambas, Syukriadi. 1995. Matan Wilayah Kajian Dakwah Islam, Bandung: KP-Hadid
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses
Pendidikan, Jakarta: Kencana Predia Media Group Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali Pers
Shaleh, A.Rosyad. 1997. Manajemen Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang
Slame. 1994. prinsip prinsip metodologi dakwah, Surabaya: al ikhlas
Sugiyono. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D, Bandung: Alfabeta Syukir, Asmuni. 2002. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas Takariawan, Cahyadi. 2005, Prinsip-prinsip Dakwah Yang Tegar di jalan
Allah, Yogyakarta: Izzan Pustaka Warsito, Hermawan. 1992. PengantarMetodologiPenelitian, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama Yunan, M. Yunan Yusuf. 2003. Metode Dakwah Sebuah Pengantar
Kajian, Jakarta: Rahmat Semesta
DOKUMENTASI
1. Profil Mesjid Ijtihad Desa Doda Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso Sulawesi Tengah
2. Kegiatan pengajaran al-Qur’an di Desa Doda Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso Sulawesi Tengah bersama santriwan dan santri wati
3. Kegiatan pengajaran Al-Qur’an gabungan antar 3 desa
58
RIWAYAT HIDUP
Agus Supianto lahir didesa Kalumbatan 01 Agustus
1995 kecamatan Totikum Selatan Kabupaten Banggai
Kepulauan Sulawesi Tengah, dari pasangan suami
istri Kamruddin dan Fdlun Al-bugis. Anak kedua dari
enam bersaudara. Adapun pendidikan yang telah
ditempuh oleh penulis adalah SDN 1 Inpres Kalumbatan dan lulus pada
tahun 2007, kemudian melanjutkan kesekolah SMPN 1 Totikum dan lulus
pada tahun 2010, setelah itu lanjut SMAN 1 Totikum pada program studi
ilmu pengetahuan sosial dan lulus pada tahun 2013, kemudian penulis
melanjutkan pendidikan pada salah satu lembaga pendidikan Bahasa
Arab di Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar dan berhasil
meraih gelar Diploma II dengan nilai akhir yang memuaskan pada tahun
2015. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang S1 Pada
Fakultas Agama Islam Prodi Komunikasi Dan Prenyiaran Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar dan dinyatakan lulus dengan nilai yang
memuaskan pada tahun 2020.