Strategi BTN

12
BTN Siapkan Strategi Hadapi Suku Bunga Bank Sumber: Kompas Cyber Media, 08 Februari 2011 10/02/2011 Bank Tabungan Negara (BTN) telah menyiapkan beberapa strategi menghadapi naiknya suku bunga bank dengan kebijakan bank Indonesia yang menaikkan suku bunga menjadi 6,75 persen. BTN sebelumnya berjanji tidak akan menaikkan bunga kredit rumah terkait kebijakan tersebut. Bank Tabungan Negara (BTN) telah menyiapkan beberapa strategi menghadapi naiknya suku bunga bank dengan kebijakan bank Indonesia yang menaikkan suku bunga menjadi 6,75 persen. BTN sebelumnya berjanji tidak akan menaikkan bunga kredit rumah terkait kebijakan tersebut. Menurut Direktur Utama Bank Tabungan Negara, Iqbal Latanro strategi yang telah disiapkan pihaknya mencakup beberapa terobosan baru. "Terobosan yang kami lakukan harus bersaing tingkat bunga yang punya daya saing dengan bank-bank lain," kata Iqbal. Terobosan lainnya, lanjut Iqbal, dengan memperluas jaringan dan lewat proses one day approval. "Dengan ini kami jadi lebih cepat dalam pemberian pembiayaan perumahan," ujarnya. Inovasi baru dalam produk BTN, kata Iqbal menjadi terobosan ketiga. "Seperti yang dilihat dalam pameran BTN Property Expo 2011 ini, diikuti juga oleh pengusaha furniture dan elektronik. Ini untuk menunjang BTN ada program rumah beserta isinya," kata Iqbal. Sementara menurut Ketua Umum Dewan Pembina Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) Teguh Satria, suku bunga bank secara umum mempengaruhi sektor supply dan demand dalam bidang properti. Untuk pembeli perumahan, suku bunga sangat mempengaruhi karena diatas 95 persen pembeli menggunakan KPR."Dengan naiknya BI rate,

Transcript of Strategi BTN

BTN Siapkan Strategi Hadapi Suku Bunga BankSumber: Kompas Cyber Media, 08 Februari 2011 10/02/2011Bank Tabungan Negara (BTN) telah menyiapkan beberapa strategi menghadapi naiknya suku bunga bank dengan kebijakan bank Indonesia yang menaikkan suku bunga menjadi 6,75 persen. BTN sebelumnya berjanji tidak akan menaikkan bunga kredit rumah terkait kebijakan tersebut. Bank Tabungan Negara (BTN) telah menyiapkan beberapa strategi menghadapi naiknya suku bunga bank dengan kebijakan bank Indonesia yang menaikkan suku bunga menjadi 6,75 persen. BTN sebelumnya berjanji tidak akan menaikkan bunga kredit rumah terkait kebijakan tersebut.

Menurut Direktur Utama Bank Tabungan Negara, Iqbal Latanro strategi yang telah disiapkan pihaknya mencakup beberapa terobosan baru. "Terobosan yang kami lakukan harus bersaing tingkat bunga yang punya daya saing dengan bank-bank lain," kata Iqbal.

Terobosan lainnya, lanjut Iqbal, dengan memperluas jaringan dan lewat proses one day approval. "Dengan ini kami jadi lebih cepat dalam pemberian pembiayaan perumahan," ujarnya.

Inovasi baru dalam produk BTN, kata Iqbal menjadi terobosan ketiga. "Seperti yang dilihat dalam pameran BTN Property Expo 2011 ini, diikuti juga oleh pengusaha furniture dan elektronik. Ini untuk menunjang BTN ada program rumah beserta isinya," kata Iqbal.

Sementara menurut Ketua Umum Dewan Pembina Pusat (DPP) Real Estate Indonesia (REI) Teguh Satria, suku bunga bank secara umum mempengaruhi sektor supply dan demand dalam bidang properti. Untuk pembeli perumahan, suku bunga sangat mempengaruhi karena diatas 95 persen pembeli menggunakan KPR."Dengan naiknya BI rate, pengembang juga akan mengevaluasi karena konsumen turun. Tidak bijaksana kalau pengembang menaikkan harga rumah, yang ada memberi diskon," ujarnya. (Natalia Ririh)

http://www.btn.co.id/ContentPage/Berita/BTN-Siapkan-Strategi-Hadapi-Suku-Bunga-Bank.aspx

Strategi Bank BTN dalam Pembiayaan Perumahan dan Rumah Susun SederhanaWritten by admin

Oleh Kodradi

KEBUTUHAN perumahan rakyat di Indonesia cukup besar, dengan jumlah penduduk Indonesia lebih dari 220 juta, akumulasi kebutuhan rumah yang belum terpenuhi s/d tahun 2005 sekitar 7,2 juta unit di samping itu tambahan kebutuhan rumah mencapai + 800 ribu unit/tahun. Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah hanya terserap rata rata 80 ribu unit/tahun.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan akan perumahan rakyat masih sangat jauh dari memadai sehingga perlu adanya komitmen dan keseriusan dari berbagai pihak untuk melakukan percepatan pembangunan perumahan rakyat yang berkelanjutan, mengingat masih adanya permasalahan dalam pembangunan perumahan rakyat tersebut antara lain yaitu: pendanaan, penyediaan lahan, perizinan, belum optimalnya dukungan dari institusi terkait dan daya beli konsumen yang masih rendah.

Pada akhir tahun 2003, Pemerintah mencanangkan kebijakan Gerakan Nasional Pengembangan Sejuta Rumah (GNPSR) yang mulai dilaksanakan dalam tahun 2004. Target pembangunan perumahan rakyat dalam RPJM Nasional 2005 2009 sebanyak 1.350.000 unit terdiri dari RS/RSH 1.265.000 unit, Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) 60.000 rusun, Rumah Susun Sederhana Milik (Rusunami) 25.000 sarusun.

Solusi yang ideal untuk menunjang percepatan pembangunan perumahan rakyat yang berketanjutan antara lain dengan mengoptimalkan peranan dari beberapa pihak yaitu Pemerintah, baik Pusat maupun Daerah (selaku regulator), Pengembang (setaku pelaksana pembangunan perumahan) dan Institusi terkait, seperti Lembaga keuangan khususnya perbankan dalam mendukung aspek pembiayaannya dan institusi lainnya sepertil PLN, PDAM, Telkom, Jamsostek, Taspen, YKPP sebagai pendukung pembangunan perumahan.

Daerah perkotaan di Indonesia yang laju urbanisasinya mencapai 4,4 % pertahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan meningkat pesat sedangkan ketersediaan lahan menjadi semakin langka dan mahal, sehingga pemerintah kota dituntut untuk dapat memanfaatkan lahan secara efisien dengan meningkatkan intensitas penggunaannya.

Salah satu alternatif  untuk memecahkan kebutuhan hunian di perkotaan adalah dengan mengembangkan model hunian secara vertikal berupa bangunan rumah susun yang untuk masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah adalah dalam bentuk rumah susun sederhana baik dalam skim rumah susun sewa (rusunawa) maupun rumah susun milik (rusunami).

Pendanaan atau Pembiayaan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan

perumahan berkelanjutan termasuk pengembangan rumah susun. Pembiayaan perumahan maupun rumah susun ini meliputi antara lain pembiayaan untuk pembangunannya (tanah, perizinan & perencanaan, infrastruktur, bangunan) dan penyediaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bagi masyarakat (konsumen).

Ketersediaan fasilitas KPR sangatlah diperlukan, hal ini mengingat bahwa kemampuan ekonomi masyarakat untuk membeli/memiliki rumah termasuk rumah susun secara kontan "cash" masih rendah. KPR  adalah jenis kredit yang sifatnya jangka panjang, untuk itu bank pemberi KPR  harus mempunyai dana yang sifatnya jangka panjang dan Stabil. Kondisi ini merupakan permasalahan tersendiri bagi bank pemberi KPR  yang secara teknis perbankan disebut maturity mismatch dan harus dicarikan solusinya, karena di pasar belum tersedia dana yang sama panjang jangka waktunya dengan jangka waktu KPR  yang diberikan.

Program Pembiayaan KPR Bersubsidi

Untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan akan perumahan sederhana layak huni dan terjangkau oleh masyarakat, terutama golongan bawah, maka Pemerintah melaksanakan program bantuan perumahan dalam bentuk KPR  bersubsidi yang dimulai sejak tahun 1976.

Melalui program ini, sampai saat ini (per 30 Juni 2007) lebih dari 1,88 juta masyarakat telah mempunyai rumah melalui KPR  Bersubsidi. Pada awalnya skim KPR  Bersubsidi adalah dengan menggunakan pola dimana Pemerintah memberikan pinjaman dana jangka panjan, dengan bunga yang cukup rendah (0   9%) kepada bank pelaksana KPR  bersubsidi. Pinjaman Pemerintah tersebut diberikan melalui berbagai skim antara lain Penyertaan Modal Pemerintah/PMP (1976¬-1991), Kredit Likuiditas Bank Indonesia/KLBI (1976 1999), Bank Dunia melalui two step loan (1986 1991) dan Rekening Dana Investasi/RDI (1991 2001). Dana tersebut dicampur dengan sebagian dana pihak III yang komposisinya sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam perjalanannya dari tahun 1976 sampai sekarang baik sumber maupun pangsa dana murah mengalami beberapa perubahan sesuai dengan kebijakan Pemerintah.

Tahun 2002 sampai saat ini, untuk menghindari penyediaan dana yang besar karena keterbatasan kemampuan keuangan negara, Pemerintah mengganti pola KPR  bersubsidi dengan pola subsidi selisih bunga (interest buy down subsidy). Pada pola ini Pemerintah hanya memberikan subsidi bunga senilai selisih antara angsuran dengan bunga pasar dengan angsuran dengan bunga subsidi yang diberikan kepada debitur dalam jangka waktu tertentu (4 s/d 10 tahun).

Permasalahan Pembiayaan Perumahan

Pertumbuhan KPR  yang pesat di satu pihak menciptakan peluang bagi dunia perbankan untuk membiayannya. Namun di lain pihak juga dapat mengakibatkan ancaman apabila terus memperbesar komposisi kredit yang berkaitan dengan perumahan yang berjangka panjang di dalam portofolio asetnya.

Ancaman ini pada dasarnya disebabkan oleh sebagian besar komposisi portofolio sumber dana yang diperoleh industri perbankan di Indonesia untuk membiayai KPR saat ini yaitu berasal dari dana pihak ketiga yang berjangka waktu pendek dan relatif berfluktuasi tingkat bunganya.

Dengan berdirinya Lembaga Secondary Mortgage Facility (SMF) yang menyelenggarakan kegiatan penyaluran dana jangka menengah dan/atau panjang kepada Kreditor Asal (Bank) dengan melakukan sekuritisasi (transformasi aset yang tidak likuid menjadi likuid dengan cara pembelian Aset Keuangan dari Kreditur Asal dan penerbitan Efek Beragun Aset), diharapkan dapat menjawab permasalahan dalam pembiayaan perumahan sehingga peranan bank dalam pembiayaan perumahan termasuk rumah susun dapat semakin meningkat.

Permasalahan Pembiayaan Rumah Susun Sederhana (Rusuna)

Terbatasnya lahan dan tingginya harga tanah di pusat kota sehingga pembangunan rusuna sangat sulit dilakukan di kota kota besar. Biaya pembangunan rumah susun sangat besar yaitu 3 (tiga) kali biaya pembangunan rumah biasa. Akibat tingginya harga lahan dan mahalnya biaya pembangunan rumah susun sehingga harga rumah susun menjadi sangat mahal dan makin tidak terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah yang menjadi konsumennya /sasaran rumah susur. Konsumen lebih cenderung untuk membeli Rumah Sederhana dengan pertimbangan harga yang terjangkau dan masih mungkin untuk rumah tumbuh sekalipun jaraknya jauh dari tempat kerja mereka.

Bagi yang belum mampu untuk membeli rumah mereka cenderung untuk kost/sewa di dekat tempat kerja. Proses perijinan/IMB khusus untuk pembangunan rusur, masih melalui prosedur yang relatif sulit. Belum jelasnya ketentuan aspek perencanaan ruang yang meliputi rencana detail tata ruang kota, revaluasi batasan ketinggian bangunan, pembenahan pola dan sistem transportasi publik, perancangan dan pembangunan rusun jarak rusun dengan transportasi publik, fasilitas umum dan sosial, dan ketersediaan jaringan air minum dan BBM yang relatif murah. Belum optimalnya insentif yang memadai bagi pengembang untuk membangun rumah susun sehingga lebih memilih investasi portfolio yang memberikan nilai imbal lebih tinggi.

Peranan Bank BTN dalam Penyediaan Pembiayaan Perumahan

Sejarah perjalanan Bank BTN yang panjang berawal dari lembaga yang bernama “Postspaarbank” didirikan tahun 1897 pada masa pendudukan Belanda. Setelah melalui perjalanan yang panjang di tahun 1963 nama Bank Tabungan Negara mulai diundangkan melalui lembaran negara. Kiprah Bank BTN dalam pemberian kredit perumahan khususnya perumahah sederhana dimulai sejak 1976, sewaktu Bank BTN ditunjuk oleh Pemerintah sebagai penyalur KPR  bersubsidi. Sejak tahun 1976 sampai saat ini (per 15 Juli 2007), KPR bersubsidi yang berhasil disalurkan oleh Bank BTN telah mencapai lebih dari 1,88 juta unit dengan nilai lebilh dari Rp18,53 trilyun.

Seiring dengan perkembangan jaman, sejak tahun 1990 Bank BTN juga menyalurkan Kredit perumahan perorangan dengan bunga komersial dan kredit lain yang masih terkait dengan perumahan, antara lain Kredit Griya Utama/KGU (KPR nonsubsidi), Kredit Griya Multi/KGM, dan lainnya. Dari tahun 1990 sampai saat ini tanggai 15 Juli 2007, kredit perumahan perorangan komersial yang berhasil disalurkan oleh Bank BTN telah mencapai lebih dari Rp17,44 trilyun, untuk sekitar 623 ribu debitur.

Pada awalnya Bank BTN hanya menyalurkan kredit KPR nya saja, namun mulai tahun 1992 untuk menjamin kelancaran pasokan perumahannya, Bank BTN juga menyalurkan kredit untuk pembangunan rumah bagi pengembang (Developer) yaitu melalui kredit konstruksi perumahan atau Kredit Yasa Griya (KYG). Sampai dengan tanggal 15 Juli 2007, total penyaluran KYG yang berhasil direalisasikan oleh Bank BTN sebesar lebih dari Rp10,50 trilyun.

Visi Bank BTN adalah Menjadi bank yang terkemuka dalam pembiayaan perumahan dan mengutamakan kepuasan nasabah. Dan sebagai komitmen untuk dapat mewujudkan visi tersebut, Bank BTN dalam menetapkan rencana pemberian kredit Tahun Anggaran 2007 (belum termasuk syariah) memberikan porsi terbesar untuk kredit perumahan dan pendukung perumahan, yakni Rp 6,92 trilyun (93.53% dari total rencana Rp7,40 trilyun).

Disamping menyediakan kredit yang sifatnya terkait secara langsung dengan industri perumahan yaitu KPR dan kredit konstruksi, Bank BTN juga menyediakan kredit yang diperuntukkan bagi industri industri yang terkait dengan industri perumahan (housing related), yaitu Kredit Pendukung Perumahan (KPP). KPP ini dapat diberikan dalam skim kredit investasi maupun modal kerja kepada pengusaha yang bergerak di bidang yang terkait dengan perumahan (misalnya: industri genteng, batu bata, batako, semen, penggalian pasir, kayu, dll), baik industrinya maupun perdagangannya.

Untuk dapat lebih mendorong tumbuhnya pembangunan RSH, sejak bulan Mei 2005 Bank BTN menetapkan kebijakan untuk memberikan fasilitas kredit lahan bagi pengembang yang membangun perumahan RSH (KPR bersubsidi).

Selama ini Bank BTN lebih dikenal sebagai bank yang menyediakan KPR  RSH untuk masyarakat berpenghasilan rendah, dan dalam memenuhi kebutuhan hunian yang semakin beragam, maka mulai bulan Februari 2007, Bank BTN juga menyediakan KPR BTN Platinum sebagai pilihan yang tepat untuk mewujudkan citra hunian eksklusif bagi keluarga Indonesia.

Peranan Bank BTN dalam Penyediaan Pembiayaan Rumah Susun

Secara umum Bank BTN tetap mempunyai komitmen dan kepedulian yang tinggi untuk mensukseskan Program Pemerintah khususnya dalam bidang perumahan termasuk rumah susun, baik pembiayaan untuk pembangunan rumah susun maupun kepemilikan rumah susun, asal calon debitur (pengembang dan konsumen) memenuhi persyaratan dan ketentuan teknis perbankan.

Selama ini Bank BTN telah berperan dalam pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Susun untuk beberapa lokasi antara lain Rusun Kebon Kacang Tanah Abang Jakarta, Rusun Kemayoran Jakarta, Rusun Klender Jakarta, Rusun Ilir Barat Palembang dan beberapa rusun lainnya di Indonesia.*** (Penulis adalah Direktur Utama Bank BTN)

http://madina.co.id/index.php/opini/1924-strategi-bank-btn-dalam-pembiayaan-perumahan-dan-rumah-susun-sederhana.html

Etos Kerja dengan Semangat untuk Berkompetitisi

http://www.bumntrack.com/index.php/rubrik/show_rubrik_detail/30/229

PT Bank Tabungan Negara (BTN) Tbk masih akan tetap setia sebagai bank yang menjadi penyalur kredit perumahan. Alasannya, menurut Direktur Utama Bank BTN, Iqbal Latanro, Bank BTN harus melihat potensi yang ada. Sebagai bank yang sudah masuk pada kelompok 10 bank terbesar di Indonesia, sudah pasti banyak hal yang harus dilakukan perseroan agar harga jual Bank BTN terus membaik di mata investor dan stakeholder.

Untuk itu Bank BTN akan mengembangkan bisnis di luar pembiayaan perumahan. Saat ini portfolio sektor non perumahan Bank BTN sebesar 9,1 % dan diharapkan dua atau tiga tahun mendatang sektor non perumahan ini bisa meningkat menjadi 15%.

Bagaimana strategi Bank BTN untuk tetap menjadi pemimpin pasar, berikut petikan wawancara BUMN Track dengan Iqbal Latanro.

Strategi apa yang akan dilakukan tahun ini? Kita punya program- program khusus. Program ini, tentu berdampak jangka panjang terhadap bisnis model dan corporate culture, sehingga ke depan kita mengharapkan siapapun pemimpinnya perusahaan ini dapat berkembang dengan lebih baik.

Kita sudah meletakkan dasar-dasar serta standard operational procedure (SPO) serta mempersiapkan Sumber Daya Manuasia (SDM ) yang punya keinginan dan motivasi yang bagus serta integritas yang tinggi.

Apa yang menjadi prioritas tahun ini?Kita akan menyempurnakan program yang sudah diujicobakan pada tahun lalu, antara lain, pertama, Program POLA PRIMA yang dijadikan corporate culture bagi Bank BTN. POLA PRIMA berupa Pelayanan Prima (Service Excellence), InOvasi (Innovation), KeteLAdanan (Role Model), PRofesionalisme (Professionalism), Integritas (Integrity), dan KerjasaMA (Teamwork).

Kedua, kita ingin meningkatkan infrastruktur di bidang IT. Ketiga setelah IPO, etos kerja sudah berubah sekarang lebih banyak ke arah semangat berkompetisi, baik internal dan eksternal. Hal-hal seperti ini terus ditumbuhkan, sehingga kita betul-betul mendapat manfaat dari sebuah perusahaan terbuka.

Setelah IPO, manfaat apa yang di peroleh?IPO teryata memberi quantum effect bagi Bank BTN, baik bisnis, transparansi , good corporate governance (GCG) dan etos kerja pegawai menjadi lebih baik. IPO itu bukan tujuan Bank BTN, tapi IPO menjadi alat atau media perubahan agar menjadi lebih baik. Sebagai perusahaan terbuka, kita dituntut untuk selalu lebih baik. Kita harus menerapkan prinsip hari esok harus lebih baik dari pada hari ini.

Seberapa jauh perubahan yang sudah dilakukan?Tahun ini adalah tahun evaluasi untuk proses penyempurnaan di tahun-tahun mendatang. Kalau ditanya apakah ini sudah selesai? Tentu belum. Masih banyak yang harus disempurnakan, karena persaingan kian hari kian ketat. Competitiveness kalau tidak ada improvement, akan selalu kalah dari yang lain. Kita juga tidak berdiri sendiri tapi menjadi bagian dari satu lingkungan bisnis yang ada.

Bagaimana saham Bank BTN dan prediksi saham ke depan?Harga saham dipengaruhi oleh faktor fundamental dan non fundamental. Bagi kami, berkewajiban untuk memberikan penguatan terhadap faktor yang sifatnya fundamental yang lebih dipacu oleh kondisi internal perusahaan. Kita sadar, ada faktor eksternal yang di luar kendali kami. Tapi secara internal, kami ingin berbuat optimal.

Banyak bank yang mengubah core business. Bank BTN tertarik untuk mengubahnya?Kalau ditanya, jelas tergoda. Tetapi kita harus melihat potensi yang kita miliki sebagai bank yang baru berkembang dengan aset yang tidak terlalu besar, tentu punya pilihan yang sangat terbatas. Kita mengenalkan risk appetite yang bagus dengan budaya mitigasi risiko. Jangan kita masuk ke segmen yang baru, tetapi kita tidak tahu risikonya.

Selain itu, mengenalkan apa kompetensi kita karena kita punya target bahwa kita tetap sebagai pelaku utama di perumahan dengan market yang tinggi. Walau kita juga menyadari bahwa kita tidak bisa meletakkan harapan hanya pada satu sektor saja, karena risikonya sangat tinggi. Sehingga, kita bisa mengembangkan sektor non perumahan dalam jumlah yang terbatas. Saat ini portfolio sektor non perumahan Bank BTN meningkat menjadi 9,1 %. Diharapkan dua atau tiga tahun mendatang portfolio pada sektor non perumahan ini bisa meningkat menjadi 15%.

Bagaimana menghadapi persaingan yang semakin ketat?Sebagai sebuah lembaga, mereka mempunyai hak untuk melakukan bisnisnya. Bank BTN tidak punya hak untuk melarang mereka. Bank BTN hanya bisa meningkatkan daya saing, sehingga kami punya nilai-nilai kompetitif yang spesifik. Dengan itu, diharapkan Bank BTN bisa mempertahankan market share di sektor ini. Kita memposisikan diri sebagai market leader di bidang pembiayaan perumahan, walau tidak 100%. Harus diakui bahwa kompetisi menguntungkan konsumen, sehingga ke depan harus siap memperbaiki diri.

Apa nilai lebih Bank BTN dibandingkan yang lain? Bank BTN punya pengalaman yang cukup panjang. Disamping itu SDM dan infrastruktur yang cukup kuat untuk mendukung bisnis KPR. Dulu pernah ada jargon ingat rumah ingat BTN. Istilah KPR itu pertama kali diberikan oleh Bank BTN sejak realisasi pertama kali pada tahun 1976, lebih dari 30 tahun, Bank BTN menjadi pemain utama pemberian kredit perumahan. Ke depan, secara bertahap kita harus siap menghadapi pesaingan. Kita sadar itu, sehingga kita akan melakukan improvement pada teknologi, budaya kerja, layanan, dan pengembangan produk.

Selain pembiayaan perumahan, sektor apa yang akan digarap?

Ada beberapa hal, seperti kredit yang diberikan oleh perbankan syariah maupun kredit usaha rakyat (KUR).

Berapa jumlah KUR yang sudah disalurkan? Sesuai dengan komitmen Bank BTN didasarkan pada alokasi KUR yang ada, Bank BTN sudah menyalurkan sekitar Rp 750 miliar

Apa yang menjadi kendala dalam menyalurkan KUR? Produk ini merupakan hal baru bagi Bank BTN karena memang bukan kompetensinya disini dan kita baru menyalurkan. Selain itu, masyarakat masih beranggapan bahwa KUR tidak perlu dikembalikan alias pemberian. Padahal ini adalah bisnis. Kita harus berubah, karena ada paradigma bagi Bank BTN lebih mudah menyalurkan kredit perumahan dibanding menyalurkan KUR. Tapi tahun lalu Bank BTN melampaui target dan tahun ini kami berkomitmen untuk dapat melampaui target.

Langkah apa yang dilakukan Bank BTN untuk mencegah fraud ?Langkah yang kita lakukan adalah dengan menegakkan SOP, kontrol, dan semacamnya. Kita tidak segan melakukan audit secara rutin. Bank BTN juga menerapkan budaya untuk mengenali bawahan dan mengenali atasannya, sehingga akan diketahui sejak awal ketika ada perubahan gaya hidup bawahannya. Perubahan gaya hidup itu bisa mempengaruhi kemungkinan untuk fraud. Kita harus lebih dekat dengan bawahan, sehingga hal-hal semacam itu bisa dicegah sebelum menjadi konsumsi publik.