STRATEGI BADAN KEAMANAN LAUT (BAKAMLA) DALAM …digilib.unila.ac.id/29917/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of STRATEGI BADAN KEAMANAN LAUT (BAKAMLA) DALAM …digilib.unila.ac.id/29917/3/SKRIPSI TANPA BAB...
STRATEGI BADAN KEAMANAN LAUT (BAKAMLA) DALAM
MEWUJUDKAN KEAMANAN PERAIRAN INDONESIA (STUDI SELAT
MALAKA 2010-2015)
(Skripsi)
Oleh
GATRI SELLA MENTARI
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
STRATEGI BADAN KEAMANAN LAUT (BAKAMLA) DALAM
MEWUJUDKAN KEAMANAN PERAIRAN INDONESIA (STUDI SELAT
MALAKA 2010-2015)
Oleh
GATRI SELLA MENTARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
Pada
Jurusan Hubungan Internasoional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
STRATEGI BADAN KEAMANAN LAUT (BAKAMLA) DALAM
MEWUJUDKAN KEAMANAN PERAIRAN INDONESIA (STUDI SELAT
MALAKA 2010-2015)
Oleh
GATRI SELLA MENTARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Badan Keamanan Laut
(Bakamla) dalam mewujudkan keamanan perairan Indonesia dilihat dari Monitoring,
Controlling, Surveillance di Selat Malaka tahun 2010-2015 yang dianalisis melalui
Maritime Security.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data sekunder serta analisis dara yang dilakukan secara
deskriptif. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data primer melalui
wawancara, dan data sekunder melalui jurnal, buku, publikasi dan informsi resmi dari
website Bakamla.
Hasil penelitian ini adalah, strategi-strategi Bakamla yakni Monitoring,
Controlling, Surveillance yang dijalankan Bakamla mampu menekan angka ancaman
kejahatan di wilayah perairan Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya
perompakan sebanyak 76% kasus, pencemaran laut turun 70% kasus, penyelundupan
manusia turun 90%, penangkapan liar turun 75% kasus, pembalakan liat turun 85%
kasus dan peningkatan ketertiban pelayaran sebesar 85%. Dengan terciptanya
kemanan laut di wilayah Indonesia mampu menekan kerugian negara baik dibidang
ekonomi, lingkungan dan politik
Kata Kunci: Bakamla, Maritime Security, Selat Malaka
ABSTRACT
THE STUDY OF COAST GUARD (BAKAMLA) CREATING MARITIME
SECURITY OF INDONESIA (STUDY OF MALACCA STRAIT 2010-2015)
The aim of this study is to find out the strategy of coast guard in creating
maritime security of Indonesia through Monitoring, Controlling, Surveillance in
Malacca Strait 2010-2015 which analyzed by using Maritime Security
The data of this research is primer and sekunder data. The collecting data
sekunder were analyzed by using descriptif. In this research, the researcher
colllected the primer data by using interview while the sekunder data by using
journal, book, publication and information from official Bakamla website,
The result showed Bakamla's strategy which is Monitoring, Controlling,
Surveillance who operated by Bakamla were able to press the rate of crime threat
in Indonesia area. The case can be seen from the decrease of Armed Robbery 76%,
Pollution Sea 70%, Smugling Human 90% cases, Catching Illegal 75% cases,
illegal logging. 85% cases, and the increase of voyage law is about 85%. Through
the Indonesian coast guard, it presses the financial loss of country in Economy,
Environment and Politic.
Keywords: Bakamla, Maritime Security, Malacca Strait
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis Gatri Sella Mentari. Lahir di
Bandar Lampung, pada tanggal 29 September 1994,
sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, buah hati
dari pasangan Bapak Ir. Johan Effendi, MM. dan Ibu
Rosiyah.
Pendidikan formal yang pernah penulis tempuh
adalah Taman Kanak-Kanak Bhayangkari II Kota
Bandar Lampung, Sekolah Dasar Negeri 2 Palapa Kota Bandar Lampung,
Sekolah Menengah Pertama Al-Kautsar Kota Bandar Lampung pada tahun
2010, Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar Kota Bandar Lampung diselesaikan
pada tahun 2013 dan melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri) penulis menjadi mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.
PERSEMBAHAN
Dengan hati yang tulus kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang
yang kukasihi serta mengasihiku :
Allah SWT,
Atas kehendak-Nya semua ini ada
Atas anugerah-Nya semua ini aku dapatkan
Atas kekuatan dari-Nya aku bisa bertahan
Ibunda dan Ayahanda Tercinta
Bapak Ir.Johan Effendi, MM dan Ibu Rosiyah
Karya ini sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga kepada Mama dan Papa yang telah memberikan kasih sayang, segala
dukungan, cinta kasih, dan selalu memanjatkan doa kepada putriMu tercinta
dalam setiap sujudnya. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat
Mama dan Papa bahagia.
Kakak-Kakakku
Agung Aji Perdana, SKM., M.Epid. dan Briptu Arif Aji Darmawan
Terimakasih kepada kakak-kakakku tercinta atas doa dan dukungan kalian
selama ini. Tanpa dukungan kalian adik kecilmu ini takkan bisa sampai pada
langkah ini.
Kepada kamu, yang Terkasih. Terimakasih untuk selalu ada dan menjadi
tempat keluh kesah selama proses perskripsian ini, menjadi pendengar yang
baik serta dukungan yang sangat luar biasa.
Sahabat dan teman-temanku, terimakasih atas kebersamaan dan dukungannya
selama ini
Serta Almamaterku tercinta, terimakasih telah memberikan pengalaman-
pengalaman paling berharga.
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Strategi Badan keamanan Laut
(BAKAMLA) Dalam Mewujudkan Keamanan Perairan Indonesia (Studi
Selat Malaka 2010-2015).” Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW atas cahaya kebenaran yang dibawa oleh beliau.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi dan
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai perbaikan
pada skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat terselesaikan
dengan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada:
1. Allah SWT. Atas segala kebesaran, kuasa, serta kesehatan dan petunjuk
yang selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW. Atas risalah dan
cahaya kebenaran sejati yang disampaikan kepada kami.
2. Kepada kedua orangtuaku, ibu periku tercinta Ibu Rosiyah dan cinta
pertamaku Bapak Ir.Johan Effendi yang dengan ketulusan, segala jerih
payah dan pengorbanan serta kasih sayangnya memberikanku bimbingan
dan dukungan yang tanpa henti.
3. Kepada kakak-kakaku tercinta, sayap pelindungku, Agung Aji Perdana,
SKM., M.Epid dan Briptu Arif Aji Darmawan yang terus mendukung
semua keinginan adik bungsunya. You are my best family, ever.
4. Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
5. Drs. Aman Toto Dwijono, M.H., selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
6. Dwi Wahyu Handayani, M.Si., selaku Pembimbing Akademik saya yang
telah memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing saya.
7. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing utama saya
yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikiran dan juga
memberikan banyak sekali masukan, saran serta bimbingan yang berharga,
sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Fitri Juliana Sanjaya, MA., selaku Dosen Pembimbing kedua saya yang
telah meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikiran dan juga memberikan
banyak sekali masukan, saran serta bimbingan yang berharga, sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Dr. Bambang Utoyo S, M.Si., selaku Dosen Pembahas saya yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan masukan, kritik, dan saran
perbaikan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih banyak.
10. Seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung terutama pada Jurusan
Ilmu Hubungan Internasional.
11. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku terkasih “Gadis”. Agustin, Adys,
Ajeng, Regina, Rullita, Desna, Oktavia, Nabila C, Rika, Peggy untuk tawa,
suka dan duka selama ini, terimakasih sudah menjadi pendengar yang baik
serta pelukan hangat kalian . I really love you guys!
12. Terimkasih untuk Sinamalay (Fika, Firda, Dhiya, Desma, Putri) dan
Sambalado Band ( Firda, Putri, Haikal ) untuk bantuan, perhatian, tawa dan
canda selama masa perkuliahan.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu. Semoga Allah S.W.T. membalas seluruh
ketulusan dan kebaikan yang telag diberikan kepada penulis dan semoga
skripsi ini bermafaat.
Bandar Lampung, 8 Januari 2018
Penulis,
Gatri Sella Mentari
i
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 8
B. Landasan Teoritis ......................................................................................... 14
a. Maritime Security...................................................................................... 14
b. Strategi ...................................................................................................... 18
c. Ancaman ................................................................................................... 19
d. Laut Teritorial Indonesia di Selat Malaka ................................................ 21
e. Tugas dan Fungsi Badan Keamanan Laut (BAKAMLA)......................... 22
C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 25
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 27
B. Fokus Penelitian ........................................................................................... 27
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 28
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 28
E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 29
IV. GAMBARAN UMUM DAN PERMASALAHAN DI SELAT MALAKA
A. Profil Selat Malaka ....................................................................................... 32
B. Sejarah Penguasaan Selat Malaka ................................................................ 34
C. Masalah-Masalah di Selat Malaka ................................................................ 36
ii
a. Masalah Keselamatam Pelayaran dan Lingkungan .................................. 37
b. Masalah Pencurian Ikan (Illegal Fishing) ................................................ 39
c. Masalah Penyelundupan dan Lalu Lintas Narkotika ................................ 41
d. Masalah Pembajakan dan Perompakan .................................................... 45
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Strategi Bakamla .......................................................................................... 48
a. Strategi Bakamla Dalam Bidang Monitoring ........................................... 48
b. Strategi Bakamla Dalam Bidang Controlling ........................................... 51
c. Strategi Bakamla Dalan Bidang Surveillance ........................................... 55
B. Capaian Bakamla Dalam Menggelar Strategi Monitoring, Controlling,
Surveillance ................................................................................................ 57
VI. KESIMPULAN .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir .............................................................................................. 26
2. Peta Wilayah Selat Malaka. .......................................................................... 31
3. Peta Titik Rawan Pelanggaran ...................................................................... 36
iv
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik Kasus Perompakan di Selat Malaka Tahun 2000-2015 ...................... 4
2. Grafik Penurunan Kasus di Selat Malaka Tahun 2010-2015 ....................... 58
v
DAFTAR TABEL
1. Tabel Data Masalah Keselamatan Pelayaran dan Lingkungan..................... 37
2. Tabel Data Pencurian Ikan di Selat Malaka ................................................. 40
3. Tabel Data Penyelundupan dan Lalu Lintas Narkoba .................................. 42
4. Tabel Data Kasus Perompakan di Selat Malaka ........................................... 46
vi
DAFTAR SINGKATAN
AIS : Automatic Information System
ALKI : Alur Laut Kepulauan Indonesia
AMF : Asean Maritime Forum
BAKAMLA : Badan Keamanan Laut
BAKORKAMLA : Badan Koordinasi Keamanan Laut
FCZ : Free Commercial Zone
FGD : Forum Grup Disscusion
GAM : Gerakan Aceh Merdeka
GMDSS : Global Maritime Distress and Safety System
GS : Ground Station
IMB : International Maritime Bureau
IMO : International Maritime Organization
LRC : Long Range Camera
MMEA : Malaysia Maritime Enforcment Agency
MRCC : Maritime Regional Crisis Center
NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia
OBST : Operasi Bersama Sepanjang Tahun
PATKOR : Patroli Koordinasi
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PIM : Pusat Informasi Maritim
PUSKODAL : Pusat Komando dan Pengendalian
RCC : Regional Crisis Center
SEKBER : Surat Keputusan Bersama
SLOC : Sea Line of Comunication
SLOT : Sea Line of Trade
SPCG : Singapore Police Coast Guard
vii
SPKKL : Stasiun Pemantauan dan Keselamatan Laut
TNI AL : Tentara Negara Indonesia Angkatan Laut
UNCLOS : United Nations Convention on The Law Of Sea
ZEE : Zona Ekonomi Eksklusif
ZPPI : Zona Potensi Penangkapan Ikan
1
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lautan dalam sejarahnya telah menjadi jembatan bagi manusia untuk
melakukan berbagai aktivitas terkait dengan upaya untuk mendapatkan sumber
makanan hingga sebagai mitra untuk manusia berpindah dari satu tempat ke
tempat lain.1 Dari masa penjelajahan samudera oleh bangsa Eropa hingga saat ini
keberadaan laut menjadi salah satu kawasan yang sangat vital untuk mendukung
berbagai kegiatan ekonomi manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah lautan
telah menjadi salah satu tempat bagi manusia untuk melakukan berbagai aktivitas
tidak dapat dilepaskan dari berbagai gangguan maupun ancaman terhadap
aktivitas tersebut. Seiring dengan hal itu, berbagai upaya dilakukan seperti
menggelar patroli terkoordinasi yang dilakukan oleh angkatan TNI AL (Tentara
Negara Indonesia Angkatan Laut) dalam menegakkan hukum dan menjaga
keamanan wilayah lautan baik lautan berupa wilayah teritorial sebuah negara
maupun lautan lepas untuk kepentingan negara maupun masyarakat internasional.
Selat Malaka merupakan selat terpadat sebagai Sea Line of Comunication
(SLOC) dan sebagai Sea Line of Trade (SLOT). Sejak dahulu letak geografis
Selat Malaka begitu penting bagi kepentingan negara-negara yang ada di dunia
1 Nurdin, Angga. “Keamanan Global: Transformasi Isu Keamanan Pasca Perang Dingin”.
Bandung : Alfabeta.
2
dalam kegiatan ekonomi, lalu lintas perdagangan, maupun strategi militer
terutama negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang dan India. Bagi
Indonesia, Selat Malaka sangat menjadi perhatian penting karena perairan ini
berada di lintasan wilayah Indonesia serta lokasi geografis Selat Malaka sehingga
menjadikan Selat Malaka rapuh terhadap praktik perompakan dan aksi kejahatan.
Perairan Indonesia kaya akan sumber daya alam yang terkandung di
dalamnya menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Sumber daya alam yang
dikelola dengan baik dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Namun
di sisi lain hal itu juga mengundang kerawanan atau ancaman berupa adanya
tindak pelanggaran dan tindak kejahatan laut seperti pembajakan (piracy),
perompakan (armed and robbery), penyelundupan (senjata, amunisi, narkotika
atau barang psitropika), kejahatan lintas negara (transnational crime), terorisme
melalui laut, pencemaran lingkungan laut, penggunaan bahan peledak, terorisme,
sabotase objek vital, dan musibah kecelakaan di laut. Bahkan ada keinginan
negara lain untuk memanfaatkan kekayaan laut Indonesia seperti illegal fishing
yang dilakukan kapal laut asal Tiongkok di Laut Natuna, Kepulauan Riau dan
berhasil digagalkan oleh Indonesia pada bulan Mei tahun 2016 yang lalu.2 Bagi
Indonesia, laut memiliki arti penting yakni laut sebagai pemersatu bangsa, laut
sebagai media perhubungan, laut sebagai media pertahanan dan keamanan dan
juga sebagai media diplomasi.
Hal ini merupakan kewajiban negara Indonesia dalam menjaga keamanan dan
memanfaatkan Selat Malaka untuk kepentingan perekonomian, pertahanan dan
2 Liputan6, RI Kembali Tangkap Kapal Pencuri Ikan Asal Tiongkok. www.bisnis.liputan6.com
(diakses pada tanggal 8 Oktober 2016)
3
keamanan negara. Tercatat pada tahun 20003, Selat Malaka menjadi selat paling
berbahaya dan titik perhatian keamanan maritim di dunia. Hal ini disebabkan
kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka, rawan terhadap ancaman kejahatan di
atas laut. Ancaman kejahatan di Selat Malaka biasanya berupa pembajakan kapal,
perompakan kapal, penculikan awak kapal, perdagangan manusia dan
penyelundupan senjata. Lebih dari 50.000 kapal per tahun melintasi Selat
Malaka, mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia.
Sebanyak setengah dari minyak yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat
ini. Inilah yang menyebabkan kawasan Selat Malaka menjadi target perompakan
dan kemungkinan target terorisme.4 Pembajakan dan perompakan menjadi salah
satu fenomena gangguan di laut yang telah ada sejak manusia mulai
memanfaatkan lautan sebagai jalur pelayaran. Perompakan telah menjadi simbol
dari absennya penegakan hukum di lautan.
International Maritime Bureau (IMB) mendefinisikan perompakan sebagai
tindakan untuk menaiki atau percobaan untuk menaiki kapal dengan tujuan
mencuri atau kejahatan lain dengan atau kemampuan memaksa menggunakan
senjata dalam tindakan tersebut5 . Definisi tersebut dimaksudkan tidak hanya
tindakan atas kapal selama berlayar namun juga pada saat kapal berada di dalam
pelabuhan saat berhenti. IMB juga memberi cakupan yang lebih luas unutk
memasukkan penyerangan dalam jangka waktu waktu lama (pembajakan) untuk
tujuan mencuri atau bentuk kejahatan lainnya dengan ancaman atau penggunaan
3 “Efektivitas Malacca Strait Sea Patroli (MSSP) Dalam Menanggulangi Masalah Perompakan di
Selat Malaka”. www.academia.edu, (diakses pada 29 September 2016) 4 Merdeka, Ganas Perompak Selat Malaka Membuat Malaysia, RI, dan Singapura Bersatu.
www.merdeka.com (diakses pada tanggal 8 Oktober 2016) 5 Nurdin, Angga. “Keamanan Global: Transformasi Isu Keamanan Pasca Perang Dingin”.
Bandung : Alfabeta.
4
kekerasan terhadap penumpang atau kru kapal dimana setiap tindakan yang terkait
dengan upaya untuk mengganggu kapal baik yang sedang berada di laut lepas
maupun berada di wilayah kedaulatan sebuah negara dikategorikan sebagai
tindakan perompakan.
Ancaman keamanan yang dilaporkan International Maritime Bureau (IMB)
di wilayah perairan indonesia sejauh ini tercatat telah terjadi 119 kasus
perompakan (piracy) dan perampokan bersenjata (armed robbery) pada tahun
2000. Pada tahun 2001 kasus ini menurun menjadi 91 kasus dan mengalami
penaikan lagi pada tahun 2002 menjadi 103 kasus. Peningkatan angka kasus
perompakan ini terus terjadi pada tahun 2003 meningkat menjadi 121 kasus.
Sehingga Indonesia pada tahun 2003 berada di urutan pertama di dunia untuk
kasus perompakan di laut.6
Grafik 1.1 Kasus Perompakan Selat Malaka tahun 2000-2015
Sumber: ICC, Piracy and Armed Robbery Against Ships Annual Report
Di Selat Malaka, IMB melaporan bahwa pada tahun 2000 terjadi 75 kasus
perompakan. Kemudian pada tahun 2001 terdapat 17 kasus dan 16 kasus pada
tahun 2002. Pada tahun 2003 terdapat 28 kasus dan terus mengalami kenaikan
6 ICC, Piracy and Armed Robbery Against Ships, Annual Report 1 January-31 December
(2004,2005 and 2006), Paris : International Chamber of Commerce, International Maritime
Bureau, 2005, 2006, 2007
75
17 16
28
37
12 11 7
2 2 2 1 2 1 1 5
0
20
40
60
80
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Perompakan Selat Malaka
5
pada tahun 2004 sebanyak 37 kasus. Pada tahun 2005 mengalami penurunan
menjadi 12 kasus dan 11 kasus pada tahun 2006. Angka tersebut terus mengalami
penurunan secara signifikan pada tahun-tahun berikutnya.7
Dalam penyelenggaraan keamanan di atau lewat laut wilayah perairan
Indonesia dan di wilayah yurudiksi Indonesia, pada tahun 1972 telah dibentuk
kerjasama antar kementerian/lembaga dalam menangani tindak pelanggaran dan
tindak pidana di atau lewat laut dalam rangka menjaga aset sumber daya laut
maupun sumber kekayaan alam Indonesia. Oleh sebab itu dibuat Surat Keputusan
Bersama (Sekber) yang ditandatangani oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan
Panglima Angkatan Bersenjata, Menteri Perhubungan, Menteri keuangan, Menteri
Kehakiman,dan Jaksa Agung tentang Pembentukan Badan Koordinasi Keamanan
di Laut dan Komando Pelaksana Operasi Bersama Keamanan di Laut dan TNI AL
sebagai penegak kedaulatan sekaligus sebagai penegak hukum di laut.
Adanya perkembangan tentang pengesahan Konvensi PBB Hukum Laut
Internasional United Nations Convention on The Law Of Sea (UNCLOS) yang
memerlukan Indonesia untuk mengatur kembali badan yang telah dibentuk
sebelumnya. Pada tanggal 29 Desember 2005, ditetapkan peraturan presiden
nomor 81 tahun 2005 tentang Badan Koordinasi Keamanan Laut
(BAKORKAMLA). Namun Indonesia masih menghadapi kompleksitas
permasalahan bidang kemaritiman, kendala yang ditemukan oleh
BAKORKAMLA yakni masih adanya instansi pemangku kepentingan yang
belum atau kurang dalam pemberian dukungan pada BAKORKAMLA. Hal ini
dikarenakan beberapa pemangku kepentingan yang terkait dengan keamanan laut
7 Ibid
6
beranggapan bahwa Bakorkamla hanya berdasarkan peraturan presiden sedangkan
pemangku kepentingan terkait keamanan laut berdasarkan undang-undang.
Hal tersebut menjadikan Bakorkamla dalam menjalankan peran, tugas dan
fungsi belum cukup efektif dimana pada saat itu Indonesia masih menggunakan
Multi-Agent System yang merupakan sistem kelembagaan yang didalamnya
terdapat lebih dari satu institusi atau lembaga yang secara bersama-sama untuk
mencapai dan menyelesaikan masalah yang sama. Lembaga-lembaga tersebut
memiliki landasan hukum masing-masing yang isinya hampir bersinggungan.
Meskipun demikian, dalam menjalankan fungsinya sebagai penegak hukum di
wilayah laut Indonesia, aktivitas mereka belum terintegrasi sehingga pengamanan
dan penegakkan hukum belum berjalan maksimal. Masing-masing instansi atau
kementerian terkait mempunyai kebijakan, sarana prasarana, serta sumber daya
manusia yang berbeda-beda. Hal tersebut menyebabkan sering terjadi tumpang
tindih kewenangan.
Perubahan sistem kelembagaan dari Multi System menjadi Single Sytem yang
merupakan sistem yang menggunakan satu institusi untuk menjalankan tugas dan
kewenangan pertahanan dan keamanan. Maka dengan hal tersebut Indonesia pada
tanggal 8 Desember 2014 merevitalisasi Bakorkamla yang tadinya hanya menjadi
koordinator menjadi Badan Keamanan Laut Indonesia (BAKAMLA) dengan
wewenang yang lebih luas sampai dengan kewenangan untuk menindaklanjuti
segala bentuk kejahatan di laut. Saat ini Bakamla masih terus berupaya untuk
menempatkan diri sebagai badan dalam melakukan pengamanan di atau lewat
laut.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian yaitu : ”Bagaimana strategi BAKAMLA RI dalam
rangka mewujudkan keamanan perairan Indonesia khususnya Selat
Malaka?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana strategi
BAKAMLA dalam upaya mengamankan perairan Selat Malaka
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis, Diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam disiplin ilmu hubungan
internasional, perspektif dan masalah perompakan dan dapat menjadi
sumber informasi publik, kalangan penstudi hubungan internasional dan
semua kalangan secara umum, serta sumber informasi bagi pemerintah,
khusunya dalam masalah perompakan
2. Secara Praktis, Diharapkan melengkapi penelitian sebelumnya terkait
peran BAKAMLA RI dalam mengamankan perairan indonesia dan
sekaligus juga dapat memberikan kontribusi untuk menjadi bahan
tambahan dalam penelitian yang lebih mendalam di masa yang akan
datang.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang menjelaskan tentang bagaimana upaya dalam menjaga
keamanan laut nasional Indonesia khususnya Selat Malaka sudah banyak
dilakukan.
Pertama8, penelitian yang dilakukan oleh Usman Arief, seorang mahasiswa
pascasarjana studi pengkajian ketahanan nasional pada Universitas Indonesia,
yang berjudul Kerjasama Tiga Negara Indonesia-Malaysia-Singapura Mengenai
Selat Malaka dan Ketahanan Nasional. Penelitian ini membahas bagaimana
kerjasama antara Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam menjaga keamanan di
Selat Malaka dimana Selat Malaka merupakan Selat terpenting bagi
perekonomian ketiga negata. Dalam penelitian ini menitikberatkan pada
kerjasama yang sudah ada maupun yang perlu diadakan untuk mengatasi secara
bersama-sama kerawanan-kerawanan yang terdapat pada Selat Malaka guna
meningkatkan ketahanan nasional masing-masing negara, khususnya ketahanan
nasional Indonesia.
Usman Arief mengemukakan Selat Malaka yang memiliki nilai strategik
menjadikan Indonesia menhadapi berbagai masalah yang juga merupakan masalah
8 Arief, Usman. “Kerjasama Tiga Negara Indonesia-Malaysia-Singapura Mengenai Selat Malaka
dan Ketahanan Nasional”. http://www.lib.ui.ac.id (Diakses pada tanggal 8 Oktober 2016)
9
bersama yang harus dihadapi oleh Malaysia dan Singapura sehingga ketiga negara
melakukan kerjasama. Penelitian ini hanya mengkaji bagaimana kejahatan yang
terjadi di perairan Selat Malaka khususnya perampokan, penyelundupan,
pencurian ikan dan pelanggaran wilayah dan menjadikan hukum laut Internasional
sebagai sandaran dalam kajian tersebut. Penelitian ini menjelaskan bahwa
kerjasama ketiga negara mampu memperkecil angka-angka kejahatan yang terjadi
di Selat Malaka.
Kedua9, penelitian yang dilakukan oleh Katinawati, mahasiswi Hubungan
Internasional, Universitas Mulawarman yang berjudul “Peran Asean Maritime
Forum (AMF) Dalam Keamanan Perairan Di Asia Tenggara”. Dalam penelitiann
ini menjelaskan bahwa Asia tenggara dipandang sebagai kawasan strategis
dimana Asia Tenggara memiliki jalur pelayaran perdagangan internasional yakni
Selat Malaka yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Namun pada
kenyataannya masih terjadi kejahatan yang terjadi di laut. Katinawati menjelaskan
bagaimana pentingnya ASEAN dalam mengantisipasi kemungkinan adanya
pembajakan yang akan semakin meningkat karena dalam hal ini sarana maritim
semakin dimanfaatkan oleh penjahat dan teroris sehingga tingkat ancamannya pun
meningkat
Dalam konteks ini prosedur dan tindakan pencegahan, penangkalan,
penolakan, deteksi, penampungan atau respons akan berfungsi untuk mencegah
ancaman keamanan pada tingkat yang memadai. Dalam jurnal ini Kartinawati
menilai jika kekhawatiran terbesar dalam isu keamanan maritim adalah masalah
9 Katinawati. :Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Di Asia Tenggara”.
eJournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013. http://ejournal.hi.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/09/JURNAL%20(09-02-13-05-06-50).pdf (diakses pada
tanggal 14 Oktober 2016)
10
perompakan yang terjadi di Selat Malaka. Menghadapi isu tersebut ASEAN
membentuk sebuah komunitas ASEAN Maritime Forum (AMF) yang diharapkan
mampu menjadi sebuah awal untuk menuju ASEAN dan kawasan Asia Tenggara
lebih memperhatikan wilayah keamanan lautnya. AMF merupakan tempat
konferensi atau seminar untuk semua anggota ASEAN dalam melakukan dialog
yang berkaitan dengan isu-isu maritim serta memberikan konsep kerjasama di
bidang perairan untuk mengurangi kejahatan dan memberikan memberikan solusi
terhadap masalah yang dihadapi.
Dengan adanya AMF ini keamanan yang stabil dan lancarnya kegiatan
ekonomi akan tercipta. Melalui perannya AMF dapat mengatasi semua masalah
yang berhubungan dengan maritim melalui usaha bersama, semangat kesetaraan
dan kemitraan dalam rangka memperkuat landasan bagi terciptanya masyarakat
yang makmur dan damai di kawasan Asia Tenggara dan dengan hal ini mampu
terjalin kerjasama yang saling menguntungkan termasuk di sektor maritim yang
memiliki arti penting bagi negara-negara anggota ASEAN untuk dapat
mempromosikan pembangunan kawasan yang stabil dan dinamis.
Ketiga10
, penelitian yang berjudul Kerjasama Keamanan Indonesia-
Malaysia-Singapura Dalam Menciptakan Keamanan Jalur Pelayaran Di Selat
Malaka Pasca Peristiwa 11 September 2001-2010 yang dilakukan oleh Andi
Meganingratna, Mahasiswa Program Studi Magister Hubungan Internasional,
Universitas Indonesia. Dalam penelitian ini membahas bagaimana efektifitas
kerjasama yang dibentuk oleh Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam
10
Meganingratna, Andi. ”Kerjasama Keamanan Indonesia-Malaysia-Singapura Dalam
Menciptakan Keamanan Jalur Pelayaran Di Selat Malaka Pasca Peristiwa 11 September 2001-
2010”. http://www.lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 8 Oktober 2016)
11
pengamanan Selat Malaka setelah terjadinya peristiwa 11 September 2001 hingga
2010.
Andi Meganingratna daalm penelitiannya mengatakan bahwa secara historis
perompakan dan terorisme maritim memang bukan merupakan masalah yang
dianggap penting sehingga tidak terdapat keinginan untuk bekerjasama pada isu
tersebut namun dengan adanya peristiwa 11 september 2001 dan kejadian-
kejadian yang lainnya memaksa littoral states mengubah persepsinya yang
tadinya menganggap perompakan dan terorisme bukan ancaman menjadi isu yang
sangat penting dan menginterpretasikan kerjasama keamanan maritim secara luas
dan diharapkan dapat menjawab tantangan dan perkembangan maritim dalam
batas teritorial setiap negara.
Keempat11
, Penelitian yang berjudul “Potensi Ancaman di Alur Laut
Kepulaian Indonesia (ALKI) Dalam Perspektif Ketahanan Nasional” yang
dilakukan oleh Syarif Thoyib mahasiswa Pascasarjana Program Studi Kajian
Strategik Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia. Dalam penelitian ini Syarif
Thoyib menjelaskan bahwa Konsepsi Wawasan Nusantara yang diusung oleh
Indonesia menjadi salah satu prinsip yang diterima dan diakui dalam hukum laut
internasional. Penetapan Alur Laur Kepulauan Indonesia (ALKI) selain
memberikan dampak positif bagi kegiatan pembangunan nasional untuk
kesejahteraan rakyat dapat juga memberikan dampak negatif yaitu munculnya
potensi ancaman terhadap kepentingan nasional Indonesia. Kondisi geografi
Indonesia yang memiliki posisi terbuka yang setiap saat dapat menjadi peluang
11
Thoyib, Syarif. “Potensi Ancaman di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) Dalam Perspektif
Ketahanan Nasional”. http://www.lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 8 Oktober 2016)
12
bagi negara lain untuk masuk dan melakukan aktivitasnya di wilayah indonesia
dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya.
Penelitian ini menjelaskan beberapa ancaman baik ancaman tradisional
maupun ancaman non tradisional di wilayah laut Indonesia yang menjadi
tanggung jawab negara Indonesia yakni 1) Masalah pelanggaran wilayah, 2)
Masalah penangkapan ikan secara illegal (illegal fishing), 3) Masalah
penyelundupan senjada dan perdagangan manusia. Sehingga dalam hal ini upaya
pengamanan ALKI membutuhkan kemampuan pencegahan dan penangkalan
melalui kerjasama dan koordinasi yang melibatkan peran seluruh instansi yang
berwenang di dalam negeri karena melalui kerjasama dengan negara-negara lain
dalam hal dukungan teknis berkaitan dengan peningkatan kontrol dan
pengendalian keamanan di ALKI.
Kelima12
, Penelitian yang berjudul “Pengelolan Bersama Keamanan di
Wilayah Perairan Selat Malaka” yang dilakukan oleh Jusuf Dharma Senoputro
mahasiswa Pascasarjana Hubungan Internasional, Universitas Indonesia. Dalam
penelitian ini, menjelaskan bagaimana kondisi Selat Malaka serta bentuk
perompakan yang ada di Selat Malaka namun, fokus penelitian ini hanya dari
tahun 2003-2004 saja. Jusuf Dharma menjelaskan bahwa apabila alur-alur
pelayaran yang ada di Indonesia terganggu maka dapat dibayangkan kerugian
yang ditimbulkan baik di bidang ekonomi, lingkungan serta kerugian politik dan
diplomasi yang tentunya dapat merugikan Indonesia.
12
Senoputro, Jusuf Dharma. ”Pengelolaan Bersama Keamanan di Wilayah Perairan Selat
Malaka”. http://lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 6 Mei 2016)
13
Masalah keamanan sepanjang selat ini merupakan tanggung jawab negara
pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapura. Ketiga negara ini telah
melakukan kerjasama pengamanan di wilayah perairan dalam bentuk Patroli
Terkoordinasi (Patkor) Malindo antara Indonesia dengan Malaysia dan Patkor
Indosin antara Indonesia dengan Singapura. Kemudian Patkor tersebut kembali
ditingkatkan dari kerjasama bilateral menjadi kerjasama trilateral yaitu Patkor
Malsindo (Malaysia, Singapura dan Indonesia) yang diresmikan pada tanggal 20
Juli 2004 di Selat Malaka
Dari kelima penelitian terdahulu yang telah disajikan diatas, maka dapat
diketahui bahwa penelitian terdahulu memiliki berbagai pandangan terhadap
bagaimana keamanan laut indonesia khususnya di Selat Malaka. Penelitian-
penelitian tersebut membahas bagaimana pentingnya dalam mengamankan
wilayah laut indonesia serta menjelaskan bagaimana kebijakan ataupun bentuk
kerjasama yang dilakukan Indonesia dalam mengamankan wilayah yuridiksinya.
Terdapat kemiripan pembahasan dengan penelitian yang akan dilakukan namun
dalam hal ini belum ada penelitian yang secara spesifik menjelaskan bagaimana
peran maupun kinerja instansi-instansi dalam negeri yang membantu Indoneia
dalam menjaga keamanan laut. Penelitian yang akan dilakukan lewat skripsi ini
akan memfokuskan kepada pengamanan laut dari tindak perompakan khususnya
di Selat Malaka serta menggambarkan bagaimana peran instansi membantu negara
dalam masalah keamanan maritim.
14
B. Landasan Teoritis
a. Maritime Security
Konsep keamanan menjadi sangat meluas terkait dengan berkembangnya
konsepsi serta ancaman yang muncul didalam kehidupan manusia yang pada
akhirnya membutuhkan penanganan untuk menghilangkan ancaman tersebut
dengan tujuan menciptakan keamanan. Barry Buzan mengatakan bahwa
keamanan tidak hanya berbatas terhadap keamanan saja namun terdapat beberapa
aspek yakni militer, ekonomi, sosial dan keamanan lingkungan.13
Konsep keamanan maritim pertama kali digunakan oleh Geofrey Till pada
pertengahan tahun 1990-an.14
Geofrey Till mengatakan istilah operasi keamanan
maritim merupakan sebuah frasa baru. Hal ini dikatakan karena akhir-akhir ini
terdapat pandangan bahwa aspirasi terhadap maritim kini tidak hanya bersifat
tradisional seperti keinginan untuk melakukan pengendalian (sea control) dan
pengiriman ekspidisi operasi militer jangka pendek (expeditionary operations).
Selain dua aspirasi ini terdapat pula keinginan untuk mewujudkan pemeliharaan
tatanan di perairan laut (maintaining good order at sea) karena laut kini tidak
hanya sebagai wilayah untuk mengamankan wilayah dataran tetapi juga sebagai
sumber daya alam, medium transportasi dan sebagai suatu aspek yang penting dari
13 Barry Buzan, People, States and Fear: An Agenda for International Security Studies in The Post
Cold War Era(2nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 19-20 14
Mangindaan, Robert. “Indonesia dan Keamanan Maritim: Apa Arti Pentingnya?”.
http://www.fkpmaritim.org/indonesia-dan-keamanan-maritim-apa-arti-pentingnya/ (diakses pada
tanggal 11 Oktober 2016)
15
lingkungan hidup.15
Meskipun demikian Geofrey Till mengatakan masih sangat
sulit untuk menyelesaikan perdebatan mengenai maritime security
Maritime Security dimaknai berbeda oleh tiap individu maupun organisasi
tergantung pada berbagai kepentingan yang termasuk di dalamnya. Namun, disisi
lain maritime security merupakan bagian dari perluasan perdebatan makna
security. Maritime Security itu sendiri tidak pernah diidentifikasikan sebagai
sektor isu yang independen.16
Dari perspektif militer keamanan maritim secara
tradisional merujuk kepada perhatian keamanan nasional yang dalam arti
melindungi integritas teritorial sebuah negara dari ancaman angkatan bersenjata
atau penggunaan kekuatan bersenjata dan melindungi kepentingan nasional negara
dimanapun berada (di wilayah lautan).17
Yang artinya dalam hal ini tujuan yang
ingin dicapai atau diciptakan adalah menjamin kebebasan navigasi, aktivitas
pelayaran, dan melindungi sumber daya yang ada di lautan sebagaimana
mengamankan kawasan lautan dari ancaman negara lain, terorisme, perdagangan
obat terlarang dan kejahatan transnasional, perompakan, kerusakan lingkungan
dan masuknya imigran gelap melalui laut.
Sementara dalam perspektif sipil yang dalam hal ini adalah stake holder
terkait dengan lautan keamanan maritim menjelaskan secara spesifik kepada
keamanan sistem transportasi maritim dan kaitannya dengan keselamatan muatan
15
Keliat, Makmur. “Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakan Bagi Indonesia”. Jurnal Ilmu
Sosial dan Politik, Volume 13, No.1 Juli 2009, http://download.portalgaruda.org (diakses pada
tanggal 11 Oktober 2016) 16
Ikhtiari, Richarunia Wenny. “Strategi Keamanan Maritim Indonesia Dalam Menanggulangi
Ancaman Non-Traditional Security, Studi Kasus; Illegal Fishing Periode Tahun 2005-2010”.
www.lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 11 Oktober 2016) 17
Nataline Klein, Joanna Massop dan Donald R Rothwel, Australia, ”Maritime Security:
International Law and Policy Perspectives from Australia and New Zealand, (London: Routledge,
2010) hal. 5
16
yang diangkut ke tujuannya tanpa adanya gangguan atau menjadi sasaran tindakan
kriminal. K.G Hawkes mendefinisikan keamanan maritim sebagai upaya yang
dilakukan oleh pemilik, operator dan administrator kapal, pelabuhan, fasilitas
lepas pantai dan organisasi maritim yang dibentuk untuk melindungi dari
penyerangan, sabotase, perompakan, pencurian, serta gangguan.18
PBB memberikan identifikasi terhadap aktivitas-aktivitas secara umum yang
dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan maritim. Dalam Report of The
Secretary General on Oceans and the Law of the Sea (March, 10 2008).19
Dalam
laporannya Sekretaris Jenderal PBB mengidentifikasikan setidaknya terdapat 7
ancaman yang spesifik terhadap keamanan maritim.
1. Pembajakan dan perompakan bersenjata terhadap kapal-kapal yang secara
spesifik membahayakan kesejahteraan pelaut dan keamanan navigasi serta
perdagangan
2. Kegiatan terorisme yang menargetkan kapal, instalasi lepas pantai, atau
kepentingan maritim yang memberikan efek luas termasuk aspek ekonomi
atas serangan yang dilakukan
3. Perdagangan illegal atas senjata dan senjata pemusnah massal
4. Perdagangan obat-obatan terlarang, bahan psikotropika dimana hampir
70% dari barang-barang tersebut dilakukan melalui laut
5. Penyelundupan dan perdagangan manusia
18
Nurdin, Angga. “Keamanan Global: Transformasi Isu Keamanan Pasca Perang Dingin”.
Bandung : Alfabeta. 19
Ocean & Law of the Sea United Nation. “Report of the Secretary General”.
http://www.un.org/depts/los/general_assembly/general_assembly_reports.htm (diakses pada
tanggal 11 Oktober 2016)
17
6. Illegal Fishing, Unreported Fishing, Unregulted Fishing yang menjadi
ancaman bagi ketersediaan ikan terkait dengan perdamaian dan keamanan
internasional
7. Kerusakan lingkungan laut yang disengaja dan melanggar hukum yang
mengancam keamanan satu atau lebih negara terkait dampak secara sosial
dan ekonomi bagi negara yang ada di sekitarnya
Keamanan laut bukan hanya tentang bagaimana penegakan hukum di laut saja
namun dalam artian luas laut merupakan wilayah yang aman digunakan oleh
pengguna serta bebas dari ancaman atau gangguan terhadap penggunaan atau
pemanfaatan laut antara lain :
a) Laut yang bebas dari ancaman kekerasan, yaitu ancaman yang
menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisir dan memiliki
kemampuan untuk mengganggu serta membahayakan personel atau
negara. Ancaman tersebut berupa pembajakan, perompakan, sabotase
objek vital, peranjauan dan aksi teror
b) Laut yang bebas dari ancaman navigasi, ancaman yang ditimbulkn oleh
kondisi geografi dan hidrografi sehingga dapat mengancam keselamatan
pelayaran
c) Laut yang bebas dari ancaman terhadap sumber daya laut, yaitu berupa
pencemaran dan perusakan ekosistem laut yang akan berdampak bagi
masyarakat sekitar
18
d) Laut yang bebas dari ancaman pelanggaran umum, yaitu dipatuhinya
hukum nasional maupun internasional yang berlaku di perairan.20
Dengan memperhatikan pemahaman serta definisi tentang keamanan laut
terlihat bahwa upaya untuk membangun sebuah sistem pertahanan yang nantinya
dikembangkan untuk menghadapi segala ancaman dalam perspektif keamanan
maritim berkembang menjadi semakin luas yang tidak hanya sekedar masalah
penegakan hukum di laut saja. Oleh karena itu membutuhkan sebuah upaya serta
suatu organisasi, manajemen maupun sarana dan prasarana yang memadai melalui
suatu pengelolaan yang baik dan berkesinambungan.
b. Strategi
Teori strategi berkembang seiring dengan perkembangan peradaban bangsa-
bangsa sejak zaman kerajaan Mesir kuno, Persia, Yunani dan Roma. Berawal dari
peperangan-peperangan di Eropa setelah abad pertengahan telah banyak
melahirkan teori-teori tentang strategi perang dan taktik.21
Menurut Liddell Hart, Strategi merupakan seni menggunakan kekuatan militer
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh kebijaksanaan politik. Menurutnya,
mencapai tujuan perang hanya dengan pertempuran adalah bertentangan dengan
akal sehat.22
Seiring perkembangan kini strategi tidak hanya berbatas dengan
kekuatan militer saja.
20
“Keamanan Laut dan Tanggung Jawab Indonesia: Tantangan dan Kendala. Makalah TNI-AL
yang disampaikan pada Lokakarya Hukum Laut Internasional, Yogyakarta, 13-15 Desember 2004 21
Hary, Bagyo. “Perang Abad 21 dan Sishankamrata”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama 22
“Transformasi Peran Angkatan Darat Konsepsi & Pemikiran Perwira TNI AD”. Jurnal
Yudhagama Vol. 33. No. 1 Maret 2013.
https://www.tniad.mil.id/majalah/yudhagamapdf/Maret13.pdf (diakses pada tanggal 13 Desember
2016)
19
John P. Lovell membagi strategi menjadi dua komponen.23
Pertama, strategi
ofensif yang bertujuan untuk meraih keuntungan ketika mengambil suatu tindakan
dengan memperhitungkan kerugian-kerugian yang mungkin timbul dari suatu aksi
atau tindakan. Kedua, strategi defensif yaitu suatu rencana yang bertujuan
mencegah atau memperkecil kerugian atau kekalahan yang dilakukan oleh negara
lain yang mungkin mengancam kepentingan negara.
c. Ancaman
Munculnya globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi dan informasi sangat berpengaruh terhadap
pola dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang awalnya
bersifat konvensional saat ini berkembang menjadi multidimensional (fisik dan
non fisik).
Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul ”People State And Fear: An
Agenda For International Security Studies in Post Cold Era yang menjelaskan
setidaknya terdapat 5 bentuk ancaman yang mempengaruhi keamanan nasional
suatu negara yakni :
1. Ancaman militer; dalam hal ini berbentuk pelanggaran batas teritorial,
perebutan batas teritorial yang memicu konflik terjadi antar negara
2. Ancaman politik; ancaman politik dibagi menjadi dua yaitu ancaman
politik yang berasal dari dalam negeri dan ancaman yang berasal dari luar
negeri
23
John P, Lovell. “Foreign Policy In Perspective”. New York 1970.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Analysing%20Foreign%20Policy.pdf (diakses pada
tanggal 13 Desmber 2016)
20
3. Ancaman sosial; adanya perbedaan bahasa, agama dan kultur mampu
menimbulkan gejolak sosial
4. Ancaman ekonomi
5. Ancaman lingkungan; berupa bencana alam seperti gempa bumi, banjir,
angin topan, dan musim kemarau
Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan
negara, ancaman merupakan permasalahan yang berasal bukan hanya dari luar
negeri melainkan dalam negeri pula yang bersumber baik dari permasalahan
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun permasalahan keamanan yang
terkait dengan kejahatan internasional antara lain terorisme, imigran gelap, bahaya
narkotika, pencurian kekayaan alam, pembajakan dan perompakan serta
perusakan lingkungan yang hampir kesemuanya merupakan kejahatan lintas
negara (Transnational Crime).24
Sehingga hal tersebut dinilai mampu
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa.25
Ancaman merupakan pelbagai situasi, kondisi, tindakan baik alamiah atau
hasil rekayasa, berbentuk fisik ataupun non fisik, yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri, baik langsung maupun tidak langsung yang diantisipasi
sebagai potensi ancaman yang dapat menghambat, menganggu, merusak,
merubah, menghancurkan identitas, integritas, eksistensi, kepentingan,
24
“Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara”. (http://buk.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/Penjelasan-Undang-
Undang-No-3-Tahun-2002.pdf) diakses pada tanggal 11 Oktober 2016 25
Sukoco. “Potensi Ancaman Di Selat Malaka Terhadap Kepentingan Indonesia”.
(http://lib.ui.ac.id) diakses pada tanggal 11 Oktober 2016
21
perjuangan, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta pembangunan nasional
berdasakan Pancasila dan UUD 1945 dalam rangka pencapaian tujuan nasional.26
Dapat dilihat bahwa ancaman-ancaman yang berkembang bersifat non-militer,
kemampuan negara dalam menangkal sebuah ancaman tidak hanya ditentukan
dengan kekuatan alutsista, anggaran pertahanan yang besar dan jumlah personil
yang dimiliki tetapi juga ditentuntukan oleh strategi pertahanan yang tepat guna
menciptakan rasa aman sebagai upaya penyelenggaraan stabilitas keamanan.
d. Laut Teritorial Indonesia di Selat Malaka
Bagi negara-negara lain yang akan menuju atau melewati Indonesia
khususnya melalui laut terdapat empat choke point yakni melalui Selat Malaka,
Selat Sunda, Selat ombai, dan Selat Wetar. Indonesia secara legal memiliki Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang terdiri dari ALKI-I (Selat Sunda, Selat
Karimun. Laut Natuna & Laut Cina Selatan), ALKI-II (Selat Lombok, Selat
Makasar & Laut Sulawesi), ALKI-III (Laut Sawu, Selat Ombai, Laut Banda, Laut
Seram, Laut Maluku dan Samudera Pasifik).27
Selat Malaka memiliki panjang kurang lebih 900mil laut dengan lebar rata-
rata 8,3 mil laut dimana tempat tersempit terletak antara Pulau Karimun Kecil
(Indonesia) dan Pulau Kutub (Malaysia) yang lebarnya hanya 8,4 mil laut,
sedangkan tempat tersempit di Selat Singapura berada antara Pulau Semang
26
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Intelijen Negara”.
http://www.bin.go.id/asset/upload/UU_2011_17.pdf (diakses pada tanggal 13 Oktober 2016) 27
Sulistyaningtyas, Tri., Susanto., Munaf, Dicky R. “Sinergitas Paradigma Lintas Sektor di
Bidang Keamanan dan Keselamatan Laut”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama (Hal 21-22)
22
(Singapura) dan Pulau Takong Besar (Indonesia) selebar 3,2 mil laut serta antara
Pulau St. John dan Pulau Anak Sambo selebar 3,4 mil laut.28
Di sekitar Selat Malaka yang merupakan wilayah Indonesia (Pulau Sumatera)
yang berhadapan dengan Selat Malaka adalah Provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Riau, Jambi dan Kepulauan Riau.29
Diakuinya Indonesia sebagai negara
kepulauan maka cakupan wilayah NKRI yang semula hanya memiliki lebar laut
wilayah 3 mil laut diukur dari garis air rendah dari pulau-pulau dalam wilayah
Indonesia yang menjadikan setiap pulau lainya terpisah karena terdapat laut yang
berstatus sebagai laut lepas telah berubah menjadi 12 mil laut. Sehingga Selat
Malaka yang sebelumnya terdapat laut yang berstatus sebagai laut lepas telah
menjadi laut wilayah atau teritorial Indonesia yang merupakan kedaulatan mutlak
Indonesia.30
e. Tugas dan Fungsi BAKAMLA
Bakorkamla (Badan Koordinasi Keamanan Laut) RI sebagai institusi sipil
nonmiliter dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI. No. 6 Tahun 1996 tentang
Perairan dan Peraturan Presiden No. 81 tahun 2005 tentang Bakorkamla RI yang
mengkordinir 12 stakeholder terkait di bidang keamanan dan keselamatan laut,
agar seluruh stakeholder dapat memahami serta memberikan dukugan yang
optimal dalam penyelenggaaan peran, tugas dan fungsi masing-masing sektor
28
Solvay Gerke & Hans-Dieter Evers. “Selat Malaka: Jalur Sempit Perdagangan Dunia”. Jurnal
Akademika. Edisi 81(1) Tahun 2011. http://journalarticle.ukm.my/1877/1/jademik-81-01-lock.pdf
(diakses pada tanggal 13 Desember 2016) 29
Ibid 30
Ibid
23
dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional dan bukan kepentingan
sektoral.31
Kurangnya dukungan antar instansi terhadap Bakorkamla sehingga
Bakorkamla RI dinyatakan dirubah menjadi BAKAMLA berdasarkan Undang-
Undang RI. No. 32 tahun 2014 tentang Kelautan serta Peraturan Presiden No. 178
tahun 2014 tentang BAKAMLA. Tujuannya adalah Puskodal (Pusat Komando
dan Pengendalian) BAKAMLA sebagai pusat infornasi maritim nasional yang
dapat diamanfaatkan serta diakses oleh seluruh stakeholder terkait, guna
mendukung penyelenggaraan pengendalian laut secara optimal.32
BAKAMLA RI bersama stakeholder terkait terus bersatu dan bersinergi satu
sama lain serta berkomitmen untuk memberdayakan Puskodal BAKAMLA RI
sebagai Pusat Informasi Keamanan Maritim Nasional. BAKAMLA RI telah
membangun dan mengopersikan berbagai sarana dan prasarana pengawasan dan
mengoperasikan berbagai sarana dan prasarana pengawasan dan pengendalian
yang berbasis Sistem Peringatan Dini (Monitoring, Controlling, Surveillance).33
Kegiatan Monitoring (Pemantauan) yang dilakukan oleh BAKAMLA
meliputi:
a. Membangun stasiun bumi Ground Station (GS) di Bangka Belitung dan
Bitung berbasis satelit guna pemantauan
b. Membangun alat deteksi radar dan Komunikasi Maritime Regional Crisis
Center (MRCC) di Batam, Ambon dan Bitung
31
Sulistyaningtyas, Tri., Susanto., Munaf, Dicky R. “Sinergitas Paradigma Lintas Sektor di
Bidang Keamanan dan Keselamatan Laut”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama (hal. 22-25) 32
Sulistyaningtyas, Tri., Susanto., Munaf, Dicky R. “Sinergitas Paradigma Lintas Sektor di
Bidang Keamanan dan Keselamatan Laut”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama (hal. 22-25) 33
Ibid (hal. 5)
24
c. Membangun kantor satgas Timkorkamla I Batam guna pemantauan di
ALKI-I dan Selat Malaka, satgas Timkorkamla II di Batam guna
pemantauan ALKI-II dan satgas Timkorkamla III di Ambon guna
pemantauan ALKI-III
Dalam kegiatan Controlling (Pemeriksaan) meliputi :
a. Melakukan gelar operasi bersama dengan instansi keamanan laut yang
terkait yang dilakukan lima kali operasi dalam kurun waktu setahun.
Adapun kegiatan operasi bersama tersebut yakni: Operasi Gurita, Operasi
Bersama Sepanjang Tahun (OBST), Operasi Raksamanhiva, Operasi
Bilateral, dan Operasi Mandiri
Kegiatan Surveillance (Pengamatan) meliputi :
a. Membangun dan menggelar alat komunikasi Regional Crisis Center
(RCC) di Aceh, Tanjung Balai Karimun, Natuna, Sambas, Tarakan,
Jayapura, Merauke, Tual, jupang, dan Bali yang masing-masing
dilengkapi dengan Long Range Camera (LRC) yang dapat memunculkan
objek yang tertangkap oleh RCS dan Automatic Identification System
(AIS) yang merupakan alat pendeteksi kapal atau objek yang
memancarkan lokasi beserta informasi kapal-kapal yang keluar atau
masuk di wilayah perairan Indonesia.
Adapun tugas dan fungsi dari BAKAMLA yakni.34
Tugas :
Melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia
dan wilayah yurisdiksi Indonesia.
34
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 178 Tahun 2014 Tentang Badan Keamanan Laut.
http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2015/01/28/p/e/perpres_no.178-2014.pdf (diakses
pada tanggal 13 Desember 2016)
25
Fungsi :
1. Menyusun kebijakan nasional di bidang keamanan dan keselamatan di
wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
2. Menyelenggarakan sistem peringatan dini keamanan dan keselamatan di
wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
3. Melaksanakan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan
pelanggaran hukum di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi
Indonesia;
4. Menyinergikan dan memonitor pelaksanaaan patroli perairan oleh instansi
terkait;
5. Memberikan dukungan teknis dan operasional kepada instansi terkait;
6. Memberikan bantuan pencarian dan pertolongan di wilayah perairan
Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
7. Melaksanakan tugas lain dalam sistem pertahanan nasional.
C. Kerangka Pikir
Dari konsep Maritime Security yang sudah dijelaskan sebelumnya
didapatkan sebuah pemahaman mengenai keamanan laut yang merupakan
kewajiban negara untuk mengatasi isu perompakan. Perompakan yang terjadi di
Selat Malaka mampu menjadi sebuah ancaman tersendiri bagi negara Indonesia
sehingga dengan hal tersebut Indonesia membentuk sebuah instansi yakni Badan
Keamanan Laut (BAKAMLA) yang memiliki tugas dan fungsi dalam menjaga
keamanan laut di Indonesia. Dengan itu BAKAMLA menjalankan sebuah strategi
26
melalui sistem peringatan dini yang terdiri dari Monitoring, Controlling, dan
Surveillance sehingga mampu terciptanya keamanan laut di Indonesia khususnya
Selat Malaka. Dari penjelasan di atas maka penulis menganalisa permasalahan
tersebut sebagai berikut :
Gambar 1.1. Kerangka Pikir
ANCAMAN PEROMPAKAN SELAT
MALAKA
MARITIME SECURITY
STRATEGI BAKAMLA
MEWUJUDKAN KEAMANAN
LAUT MELALUI SISTEM
PERINGATAN DINI
Monitoring Controlling Surveillance
TERCIPTANYA KEAMANAN LAUT
DI SELAT MALAKA
27
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif. Dalam metode deskriptif terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat, menganalisis dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang
ini terjadi atau ada, yang bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada
dan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel-variabel
yang diteliti.
B. Fokus Penelitian
Penulis berfokus membahas masalah yang berbatas pada tahun 2010-2015.
Dimana pada awal tahun 2000 terjadi lonjakan kasus perompakan di wilayah Selat
Malaka. Hal ini dikarenakan penulis dapat melihat bagaimana strategi yang dibuat
oleh BAKAMLA RI mampu menurunkan angka perompakan di Selat Malaka.
Strategi tersebut meliputi Monitoring (Pemantauan) dengan cara membangun alat
deteksi radar dan komunikasi serta membangun kantor satgas timkorkamla guna
28
melakukan pemantauan wilayah ALKI I,II dan III. Controlling (Pemeriksaan)
merupakan kegiatan operasi bersama yang dilakukan BAKAMLA dengan 11
instansi keamanan laut yang terkait yakni Kementerian Luar Negeri, Kementerian
Pertahanan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, TNI
AL, TNI AU, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perhubungan Laut, Bea
Cukai, Kejaksaan Agung, dan POLRI. Surveillance (Pengamatan) membangun
dan menggelar alat komunikasi yang dilengkapi oleh Long Range Camera
sehingga mampu memantau kapal-kapal yang keluar dan masuk di wilayah
perairan Indonesia
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah jenis data sekunder dan data primer. Penulis
memperoleh data melalui sumber-sumber baik berupa jurnal, buku, laporan
tertulis dan dokumen-dokumen berkaitan dengan objek yang diteliti, terutama
yang menyangkut ancaman-ancaman yang ada di Selat Malaka. Sedangan data
primer diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Badan Keamanan Laut RI
(BAKAMLA). Data ini kemudian penulis gunakan untuk menjawab permasalahan
dalam penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
29
a. Wawancara
Dalam melakukan wawancara peneliti memiliki kesulitan wawancara dengan
Kepala Bakamla, sehingga wawancara dilakukan dengan sekretaris Kepala Bidang
Kebijakan & Strategi yaitu Bpk Hutomo
b. Studi Kepustakaan & Studi Dokumentasi
Yaitu mempelajari literatur, dokumen dan laporan lain mengenai pelaksanaan
kegiatan yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan dengan
mencari bahan-bahan dalam bentuk buku, jurnal, situs internet dan sumber-
sumber kepustakaan lainnya
E. Teknik Analisis Data
Penyajian data kualitatif ini dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks,
grafik, jaringan dan bagan, sehingga kemudian penganalisis dapat melihat apa
yang sedang terjadi dan kemudian dapat menentukan apakah menarik kesimpulan
sudah benar ataukah harus terus melakukan analisis demi mendapatkan
kesimpulan yang valid.35
Data yang relevan berdasarkan hasil seleksi dan klasifikasi kemudian disusun
dan dirinci guna mendeskripsikan fenomena secara utuh dan tertata sehingga
mudah untuk dipahami serta dapat menggambarkan perkembangan suatu
kegiatan. Setelah data dideskripsikan, selanjutnya dilakukan analisis secara
35
Silalahi, U. 2006, Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press
30
mendalam terhadap data tersebut sehingga bisa diketahui bagaimana sebuah
masalah menimbulkan masalah lainnya. Dalam menganalisis data, penulis
melakukan analisis yang bersifat kualitatif untuk mengamati hubungan sebab
akibat sebuah peristiwa yang dikaji.
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data triangulasi yang diartikan
sebagai teknik yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber yang telah ada. Penulis mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
63
VI. KESIMPULAN
Pada bagian akhir dalam skripsi ini, peneliti akan mengemukakan beberapa
kesimpuan yang didasarkan pada temuan hasil penelitian dan analisa yang telah
peneliti paparkan pada bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data pada pembahasan yang telah
disampaikan maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
strategi yang dijalankan oleh Bakamla (Monitoring, Controlling,
Surveillance) cukup efektif dalam menekan angka ancaman keamanan di
wilayah perairan Indonesia.
2. Strategi Bakamla dinilai cukup efektif karena dalam melakukan strategi
tersebut Bakamla masih memiliki kendala baik itu dalam sarana maupun
prasarana, serta terjadi penurunan angka ancaman kejahatan di wilayah
perairan Indonesia, hal tersebut dapat dilihat dari :
a. Perompakan turun 76% dari 30 kasus menjadi 7 kasus
b. Penangkapan liar turun 75% dari 2.120 kasus menjadi 530 kasus
c. Pembalakan liar turun 85% dari 1.842 kasus menjadi 276 kasus
64
d. Pencemaran di laut turun 70% dari 155 menjadi 47 kasus
e. Penyelundupan manusia dari dan ke Indonesia turun 90% dari
1.124 kasus menjadi 112 kasus
3. Dalam menekan angka ancaman kejahatan di perairan Indonesia, Bakamla
dan 11 stakeholder (Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan,
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, TNI AL,
TNI AU, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Perhubungan Laut, Bea
Cukai, Kejaksaan Agung, POLRI) bekerjasama dalam menjaga keamanan
laut sehingga tercipta keamanan laut yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Barry Buzan, People, States and Fear: An Agenda for International Security Studies
in The Post
Cold War Era(2nd edition), (London: Harvester Wheatsheaf, 1991), hal 19-20
Fajri, EM Zul. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Jakarta : Difa Publisher
Djoko Pramono, Budaya Bahari (Gramedia Pustaka Utama: Gramedia Pustaka
Utama, 2005) Hlm 19
Hary, Bagyo. “Perang Abad 21 dan Sishankamrata”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Nurdin, Angga. “Keamanan Global: Transformasi Isu Keamanan Pasca Perang
Dingin”. Bandung : Alfabeta.
Silalahi, U. 2006, Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press
Silalahi, U. 2006, Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press
Sulistyaningtyas, Tri., Susanto., Munaf, Dicky R. “Sinergitas Paradigma Lintas
Sektor di Bidang Keamanan dan Keselamatan Laut”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
JURNAL :
Aparajita, Biswas. “Small Arms and Drug Trafficking In The Ocean Region”.
Working Paper No.4 Mumbai, Center for African Studies, 15.
David Singer. “The Level-of-Analysis Problem In International Relations”. World
Politics, Vol. 14, No. 1 (1961). Hal. 77-92
Daniel P. Fin., dan Y. Hanayana. “Oil Pollution From Tankers in The Straits of
Mallaca”. Honobulu : East-West Center. hlm 20
Hamzah, Ahmad. “The Straits of Mallaca: International Co-operation in Trade.
Funding and Navigational Safety”. (Kuala Lumpur: Maritime Institute of
Malaysia,1997). Hlm.5
Katinawati. :Peran ASEAN Maritime Forum (AMF) Dalam Keamanan Di Asia
Tenggara”. eJournal Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013.
http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2013/09/JURNAL%20(09-02-13-05-06-50).pdf (diakses pada
tanggal 14 Oktober 2016)
Keamanan Laut dan Tanggung Jawab Indonesia: Tantangan dan Kendala. Makalah
TNI-AL yang disampaikan pada Lokakarya Hukum Laut Internasional, Yogyakarta,
13-15 Desember 2004
Keliat, Makmur. “Keamanan Maritim dan Implikasi Kebijakan Bagi Indonesia”.
Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, Volume 13, No.1 Juli 2009,
http://download.portalgaruda.org (diakses pada tanggal 11 Oktober 2016)
K.L. Koh. “Straits in International Navigation Coastrary Issues”. (London: Occean
Publication Inc, 1982). Hlm. 54
Nataline Klein, Joanna Massop dan Donald R Rothwel, Australia, ”Maritime
Security: International Law and Policy Perspectives from Australia and New
Zealand, (London: Routledge, 2010) hal. 5
Palma, Mary Ann E., “Legal and Political Responses to Maritime Security Challenge
in the Straits of Malacca and Singapore”. Philippines : CANCAPS Papier
Solvay Gerke & Hans-Dieter Evers. “Selat Malaka: Jalur Sempit Perdagangan
Dunia”. Jurnal Akademika. Edisi 81(1) Tahun 2011.
http://journalarticle.ukm.my/1877/1/jademik-81-01-lock.pdf (diakses pada tanggal 13
Desember 2016)
Usmahadi., “Peninjauan Kembali Pemanfaatan Selat Malaka”. Jurnal Hukum dan
Pembangunan No. 1 (XXIII). 1993
Yancov. Y.L. Vertzberger, Coastal States, Regional Power, Super Power and
Malacca-Singapore Straits, (Berkeley: Institute of East Asian Studies, University of
California, 1984), Hal 5
INTERNET :
Arief, Usman. “Kerjasama Tiga Negara Indonesia-Malaysia-Singapura Mengenai
Selat Malaka dan Ketahanan Nasional”. http://www.lib.ui.ac.id (Diakses pada
tanggal 8 Oktober 2016)
”Concern over Strait of Malacca”. The Jakarta Post, 9 Juni 2004 (diakses pada
tanggal 14 Juli 2017)
Data Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tahun 2010-2016.
http://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_home/Media_Release/Media%20Release%20KNKT%202
016/Media%20Release%202016%20-%20IK%20Pelayaran%2020161130.pdf (diakses pada
tanggal 12 Agustus 2017)
“Efektivitas Malacca Strait Sea Patroli (MSSP) Dalam Menanggulangi Masalah
Perompakan di Selat Malaka”. www.academia.edu, (diakses pada 29 September
2016)
ICC, Piracy and Armed Robbery Against Ships, Annual Report 1 January-31
December (2004,2005 and 2006), Paris : International Chamber of Commerce,
International Maritime Bureau, 2005, 2006, 2007
Ikhtiari, Richarunia Wenny. “Strategi Keamanan Maritim Indonesia Dalam
Menanggulangi Ancaman Non-Traditional Security, Studi Kasus; Illegal Fishing
Periode Tahun 2005-2010”. www.lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 11 Oktober
2016)
Liputan6, RI Kembali Tangkap Kapal Pencuri Ikan Asal Tiongkok.
www.bisnis.liputan6.com (diakses pada tanggal 8 Oktober 2016)
Mangindaan, Robert. “Indonesia dan Keamanan Maritim: Apa Arti Pentingnya?”.
http://www.fkpmaritim.org/indonesia-dan-keamanan-maritim-apa-arti-pentingnya/
(diakses pada tanggal 11 Oktober 2016)
Meganingratna, Andi. ”Kerjasama Keamanan Indonesia-Malaysia-Singapura Dalam
Menciptakan Keamanan Jalur Pelayaran Di Selat Malaka Pasca Peristiwa 11
September 2001-2010”. http://www.lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 8 Oktober
2016)
Merdeka, Ganas Perompak Selat Malaka Membuat Malaysia, RI, dan Singapura
Bersatu. www.merdeka.com (diakses pada tanggal 8 Oktober 2016)
Ocean & Law of the Sea United Nation. “Report of the Secretary General”.
http://www.un.org/depts/los/general_assembly/general_assembly_reports.htm
(diakses pada tanggal 11 Oktober 2016)
“Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 Tentang
Pertahanan Negara”. (http://buk.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/05/Penjelasan-
Undang-Undang-No-3-Tahun-2002.pdf) diakses pada tanggal 11 Oktober 2016
“Perdagangan Narrkoba Merajalela di Daerah Segitiga Emas”.
http://indonesia.cri.cn/201/2013/11/04/1s143319.htm(diakses 23 Agustus 2017)
Poedjo Purnomo. “Selat Malaka di Mata Pelaut”. KOMPAS, 18 Agustus 2004
(diakses pada 12 Juli 2017)
“Port Klang, “Pintu Surga” bagi Barang Selundupan ke Indonesia”. Kompas, 30
Maret 2004 (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)
John P, Lovell. “Foreign Policy In Perspective”. New York 1970.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Analysing%20Foreign%20Policy.pdf (diakses pada
tanggal 13 Desmber 2016)
Senoputro, Jusuf Dharma. ”Pengelolaan Bersama Keamanan di Wilayah Perairan
Selat Malaka”. http://lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 6 Mei 2016)
Simatupang, Patar. “Efektivitas Organisasi Pada Sekretariat Negara Republik
Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-5/20425933-D807-
Patar%20Simatupang.pdf. (diakses tanggal 13 oktober 2016)
Sukoco. “Potensi Ancaman Di Selat Malaka Terhadap Kepentingan Indonesia”.
(http://lib.ui.ac.id) diakses pada tanggal 11 Oktober 2016
Thoyib, Syarif. “Potensi Ancaman di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) Dalam
Perspektif Ketahanan Nasional”. http://www.lib.ui.ac.id (diakses pada tanggal 8
Oktober 2016)
“Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Intelijen
Negara”. http://www.bin.go.id/asset/upload/UU_2011_17.pdf (diakses pada tanggal
13 Oktober 2016