Strain
-
Upload
banny-larasati -
Category
Documents
-
view
125 -
download
15
Transcript of Strain
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan karena atas berkat dan rahmat-Nya pada kesempatan ini
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “STRAIN” tepat pada waktunya
dan untuk memenuhi tugas KMB II dibidang keperawatan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih
kepada :
1. Ibu Desak Nyoman Sithi, Skp. MARS selaku direktur S1 keperawatan UPN ”veteran”
jakarta.
2. Bapak Ns. Seven Sitorus. Skep selaku kordinator dan dosen mata ajar KMB II.
3. Teman-teman yang telah memberikan saran dan ide serta berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran bagi pembaca yang
sekiranya dapat membantu meningkatkan kualitas isi dari makalah ini.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat
menambah wawasan serta informasi yang ada dalam makalah ini.
Jakarta, November 2007
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan penulisan................................................................................... 1
C. Ruang lingkup....................................................................................... 2
D. Metode panulisan.................................................................................. 2
E. Sistematika penulisan........................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Definisi................................................................................................. 3
B. Etiologi................................................................................................. 4
C. Patofisiologi.......................................................................................... 5
D. Tanda dan gejala................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan.................................................................................... 6
F. Pemeriksaan diagnostic........................................................................ 8
G. Pencegahan........................................................................................... 8
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN........................................................... 7
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN GAMBAR
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit yang berkaitan dengan otot adalah cedera otot. Cedera otot banyak
dialami mereka yang beraktivitas di dunia olahraga seperti atlet. Tetapi, tidak
menutup kemungkinan orang biasa juga mengalami cedera otot saat berolahraga.
Cedera ini umumnya disebabkan karena kesalahan dalam berolahraga atau karena
kecelakaan akibat benturan dengan lawan seperti pemain sepakbola. Bisa juga
disebabkan terjatuh dalam posisi yang tidak baik, sehingga kaki atau tangan terkilir.
Bila seseorang mengalami cedera otot, otot akan mengalami peregangan.
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan
atau stress yang berlebihan. Strain aadalah robekan mikroskopis tidak komplek
dengan perdarahan ke dalam jaringan. Pasien-pasien mengalami rasa sakit atau nyeri
mendadak dengan nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric.
Oleh karena alasan tersebut diatas maka penulis tertarik membahas masalat
tersebut untuk dijadikan suatu makalah.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
a. Untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai apa itu strain.
b. Dapat memecah masalah yang timbul dengan menggunakan proses
keperawatan.
c. Memperoleh informasi atau gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan masalah strain.
2. Tujuan khusus
a. mampu malakukan pengkajian pada klien dengan strain.
3
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien strain.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada lien strain.
C. RUANG LINGKUP
Pembahasan makalah ini membahas tentang definisi dari strain, etiologi, tanda
dan gejala, penatalaksanaan, pemeriksaan diahnostik, pencegahan serta membahas
asuhan keperawatan strain.
D. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan cara
mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan kemudian menyajikan
dalam bentuk narasi. Adapun langkah-langkah yang diambil dalam penulisan
makalah ini adalah studi literature yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan
dengan strain dan asuhan keperawatan dengan membaca buku-buku diklat jurnal
keperawatan maupun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan strain.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini terdiri dari:
BAB I: PENDAHULUAN
Yang terdiri dari : latar belakang, tujuan panulisan, ruang lingkup
penulisan, metode penulisan, dan sistematika panulisan.
BAB II: PEMBAHASAN
Yang terdiri dari : definisi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik, pencegahan.
BAB III: ASUHAN KEPERAWATAN
Yang terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi.
BAB IV: PENUTUP
Yang terdiri dari : kesimpulan dan saran.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau
tidak langsung (overloading). Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk
pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi (www.promosikesehatan.com).
Strain adalah hasil dari penggunaan otot atau struktur sambungan lain yang
melebihi kemampuan fungsional. Strain dapat terjadi pada suatu cedera (akut) atau
dapat terjadi karena efek komulatif dari penggunaan berlebihan yang berangsur-
angsur sampai dengan serangan mendadak. ( gerlach pless burrell,1996)
Strain adaalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan,
atau stress yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan
perdarahan ke dalam jaringan. Pasien mengalami rasa sakit dan nyeri mendadak
dengan nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric. (Brunner &
suddarth, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strain
adalah kerusakan pada jaringan otot yang terjadi baik secara langsung maupun tidak
langsung akibat dari peregangangan atau penggunaan yang berlebihan.
Cedera strain terbagi menjadi derajat satu, dua dan tiga.
1. Strain derajat pertama, peregangan ringan dari otot/tendon menghasilkan
ketegangan pada saat dipalpitasi, memungkinkan ketegangan otot, tetapi tidak
mengalami kehilangan rentang gerak sendi ( ROM), edema, atau ekimosis.
Penangannannya adalah mengukur kenyamanan dengan tindakan pengompresan
5
dingin secara intermitten pada 24 jam pertama, kemudian pengompresan hangat,
relaksan otot, analgesic ringan dan obat anti imflamasi.
2. Strain derajat kedua, peregangan sedang atau sobekan pada otot atau tendon yang
mengasilkan spasme otot yang berat, nyeripada gerakan yang pasif, dan edema
segera setelah luka, diikuti dengan ekimosis. Penangannannya sama dengan strain
derajat pertama, kecuali pada penggunaan es digunakan secara intermediet selama
lebih dari 48 jam, setelah kompres hangat dilakukan. Mobilitas dibatasi selama 4-
6 minggu, kemudian diikuti latihan yang bertahap. Tindakan pembedahan
diperlukan pada kasus berat.
3. Strain derajat ketiga, peregangan berat dan penggerusan komplit dari tendon/ otot
yang menyebabkan spasme otot, ketegangan, edema, dan kehilangan pergerakan.
Penanganannya sama dengan derajat kedua.
Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba
pada bagian otot yang mengaku. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa
berkontraksi dan terbentuk benjolan. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera
memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan
warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami
kekejangan.
B. ETIOLOGI
Sebagai penyebabnya adalah persendian tulang dipaksa melakukan suatu gerak
yang melebihi jelajah sendi atau range of movement normalnya. Trauma langsung ke
persendian tulang, yang menyebabkan persendian bergeser ke posisi persendian yang
tidak dapat bergerak.
6
DAYA
Pembuluh darah
C. PATOFISIOLOGI
7
LANGSUNG
TendonOtot
CEDERA
Peningkatan ketegangan
OVER LOADING
TIDAK LANGSUNG
TRAUMA
Ruptur Bengkak/Memar
BENTURAN
Saraf
anastesi
TerputusTertekan
RistiIntegritas
kulit
Risti disfungsiNeurovaskuler
perifer
Reseptor NyeriGangguan
Rasa Nyaman
Nyeri
Keterbatasan Mobilitas
fisik
Tertutup Kerusakan
PD
Kerusakan neurovaskuler
Hematom
Risti disfungsiNeurovaskuler
perifer
Nyeri Iskemik jar perifer
Nyeri
Saraf Perifer
Medulla Spinalis
Otak
Peningkatan histamine & Bradikinin
Vasodilatasi Kebocoran cairan dan
protein plasma ke jaringan
Peningkatan permeabilitas
kapiler
D. TANDA DAN GEJALA
Memar, bengkak di sekitar persendian tulang yang terkena cedera, termasuk
perubahan warna kulit. Terjadi haemarthrosis atau perdarahan sendi. Nyeri pada
persendian tulang, nyeri bila anggota badan digerakkan atau diberi beban, fungsi
persendian terganggu, terjadi kekakuan sendi, ketidakstabilan persendian tergantung
jenis cederanya.
E. PENATALAKSANAAN
Terapi yang harus dilakukan adalah rest atau istirahat, ice atau mendinginkan area
cedera, compression atau balut bagian yang cedera, elevasi atau meninggikan, dan
membebaskan dari beban. Jika nyeri dan bengkak berkurang 48 jam setelah cedera,
gerakkan persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cedera
sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5
minggu untuk cedera berat). Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika
berjalan.
Es mengurangi nyeri dan pembengkakan melalui beberapa cara. Daerah yang
mengalami cedera mengalami pembengkakan karena cairan merembes dari dalam
pembuluh darah. Dengan menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah, maka dingin
akan mengurangi kecenderungan merembesnya cairan sehingga mengurangi jumlah
cairan dan pembengkakan di daerah yang terkena. Menurunkan suhu kulit di sekitar
daerah yang terkena bisa mengurangi nyeri dan kejang otot. Dingin juga akan
mengurangi kerusakan jaringan karena proses seluler yang lambat.
Pengompresan dengan es batu terlalu lama bisa merusak jaringan. Jika suhu
sangat rendah (sampai sekitar 15 derajat Celsius), kulit akan memberikan reaksi
sebaliknya, yaitu menyebabkan melebarkan pembuluh darah. Kulit tampak merah,
teraba hangat dan gatal, juga bisa terluka. Efek tersebut biasanya terjadi dalam waktu
9-16 menit setelah dilakukan pengompresan dan akan berkurang dalam waktu sekitar
4-8 menit setelah es diangkat.
8
Zat kimiaPerangsang nyeri
Edema
Pijat tidak hanya menghilangkan ketegangan otot
Siapapun dan apapun pekerjaannya anda pasti pernah mengalami saat-saat yang
penuh stress dan melelahkan. Stress mental dan fisik dapat timbul dari beban kegiatan
fisik maupun kegiatan mental, dan juga suasana kejiwaan. Stress pada otot tentu saja
sangat terasa tidak nyaman dan pijat adalah salah satu terapi terbaik yang dapat
mengatasinya. Sebenarnya pijat tidak hanya bertujuan mengendurkan otot yang
tegang, tetapi juga membawa manfaat lain seperti:
a. Mengurangi rasa kaku pada otot
b. Mengurangi rasa sakit dan nyeri pada otot dan persendian
c. Mempercepat penyembuhan persendian yang sakit/bengkak
d. Meningkatkan kinerja otot saat berolahraga
e. Melancarkan aliran darah dan cairan getah bening
f. Memperbaiki postur tubuh
g. Mengurangi ketegangan mental
h. Menciptakan mood (suasana hati) positip, dan lain-lain.
Jangan diurut
Apabila terjadi cedera otot, sering kali ditemukan kasus-kasus ini ditangani
dengan pengurutan. Padahal, tidak selalu harus demikian. Orang yang mengalami
cedera, bisa saja ada pembuluh darah pada jaringan otot yang robek sehingga timbul
perdarahan. Sebaiknya, dalam kasus ini bagian yang cedera jangan diurut atau diberi
param karena cedera justru akan semakin parah.
Pengurutan hanya akan menimbulkan inflamasi yang pada akhirnya malah
menjadi bengkak karena pembuluh darah yang robek makin melebar dan biasanya
menjadi lama sembuhnya. Padahal, jika dikompres dengan es, pembuluh darah yang
pecah pun tidak semakin pecah, justru bisa makin kuat karena terjadi pembekuan.
Bila cedera otot ini sudah cukup berat maka tindakan dokter adalah memberikan gips,
karena biasanya cedera sudah mengarah pada keretakan tulang dan sendi.
9
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
1. CT scan
2. MRI
3. Artroskopi
4. Elektromiografi
5. Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan
sendi.
G. PENCEGAHAN
Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu
yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas.
Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik,
serta latihan yang tidak berlebihan. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang
melakukan olahraga dengan jenis yang paling sering adalah strain dan sprain dengan
derajat dari yang ringan sampai berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah
dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dasar-dasar pengkajian:
1. Aktivitas/istirahat
Tanda: keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
2. Sirkulasi
Tanda:
a. Takikardi (respon stres, hipovolemia).
b. Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera.
3. Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/sensori, kebas/kesemutan (parstesis)
Tanda: spasme otot.
4. Nyeri/ketidak nyamanan
Gejala: nyeri berat tiba-tiba saat cedera.
Tanda: spasme otot.
5. Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan lokal.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ganguan rasa nyaman nyeri b.d bengkak pada daerah ekstremitas.
2. Keterbatasan mobilitas fisik b.d daerah yang nyeri.
3. Resti terhadap disfungsi nerovaskular perifer b.d bengkak.
4. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d bengkak
11
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
Dx: 1
1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
pembebat, traksi (rujuk ke dokter; trauma).
Rasional: menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang/tegangan jaringan yang cedera.
2. Evaluasi keluhan nyeri/ketidaknyamanan. Perhatikan karakteristik, termasuk
intensitas (skala 0-10). Perhatikan petunjuk nyeri nonverbal (perubahan pada
tanda vital dan perilaku/emosi).
Rasional: mempengaruhi pilihan/pengawasan keefektifan intervensi. Tingkat
ansietas dapat mempengaruhi persepsi/reaksi terhadap nyeri.
3. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
Rasional: meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan nyeri.
4. Dorong klien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
Rasional: membantu untuk menghilangkan ansietas. Pasien dapat merasakan
kebutuhan untuk mneghilangkan pengalaman kecelakaan.
5. Jelaskan prosedur sebelum memulai.
Rasional: memungkinkan pasien untuk siap secara mental untuk aktifitas juga
berpartisipasi dalam mengontrol ketidak nyamanan.
6. Lakukan dan awasi latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional: memperhatikan kekuatan/mobilitas otot yang sakit dan
memudahkan resolusi inflamasi pada jaringan.
7. Berikan alternative tindakan kenyamanan. Contoh: pijatan punggung,
perubahan posisi).
8. Selidiki adanya keluhan nyeri tiba-tiba/tidak biasa, lokasi progresif/buruk
tidak hilang dengan analgesik.
Rasional: dapat menandakan komplikasi. Contoh: infeksi, iskemia jaringan,
sindrom kompartemen.
12
9. Kolaborasi berikan obat anti nyeri
a. Asetilsalisilat (Aspirin)
Rasional : ASA bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesic ringan
dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilistas. ASA harus
dipakai secara regular untuk mendukung kadar dalam darah teraupetik.
Riset mengindikasikan ASA memiliki “indeks toksisitas” yang paling
rendah dari NSAID lain yang diresepkan.
b. NSAID lainnya mis: Ibuprofen (motrin); naproksen (naprosin); sulindak
(clinoril); piroksikam (feldene); Fenoprofen (nalfon).
Rasional : dapat digunakan bila pasien tidak memberikan respon dari
aspirin, atau untuk meningkatkan efek dari aspirin.
Dx: 2
1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan
persepsi terhadap imobilitas.
Rasional: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan.
2. Dorong partisipasi pada aktifitas terapeutik/rekreasi, pertahankan rangsangan
lingkungan. Contoh: radio, tv, koran, barang milik pribadi/lukisan, jam,
kalender.
Rasional: memberi kesempatan untuk mengeluarkam energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri.
Dx : 3
1. Kaji aliran kapiler, warna kulit dan kehangatan distal pada strain.
Rasional: kembalinya warna harus cepat (3-5 detik), warna kulit putih
menunjukan gangguan arterial, sianosal diduga ada gangguan vena.
2. Pantau TTV, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum/kulit
dingin/perubahan mental.
13
Rasional: ketidak adekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem
perfusi jaringan.
3. Dorong klien untuk secara rutin latihan jari/sendi distal cedera. Ambulasi
segera mungkin.
Rasional: meningkatkan sirkulasi dan menurunkan pengumpulan darah
khususnya pada ekstremitas bawah.
4. Kaji keseluruhan panjang ekstremitas yang cedera untuk pembengkakan dan
pembentukan edema. Ukur ekstremitas yang cedera dan dibandingkan
dengan yang tidak cedera. Perhatikan penampilan/luasnya.
Rasional: peningkatan lingkar ekstremitas yang cedera dapat diduga ada
pembengkakan jaringan/edema umum tetapi dapat menunjukan perdarahan.
Catatan: peningkatan 1 inchi pada paha orang dewasa dapat sama dengan
akumulasi 1 unit darah.
5. Berikan kompres es sekitar strain sesuai indikasi.
Rasional: menurunkan edema/pembentukan hematoma, yang dapat
mengganggu sirkulasi.
Dx: 4
1. Mandiri
a. Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau
kegemukan / kurus
Rasional : kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas fisik
dan gangguan status nutrisi
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan
c. Ubah posisi sering ditempat tidur atau kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif atau aktif
Rasional : memperbaiki sirkulasi / menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah
d. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban /
ekskresi
14
Rasional : terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat
kerusakan
e. Periksa sepatu atau sandal kesempitan dan ubah sesuai kebutuhan
Rasional : edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit,
meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kali
f. Hindari obat intramuskuler
Rasional : edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorpsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/ terjadinya infeksi.
2. Kolaborasi
Berikan tekanan alternative atau kasur, kulit domba, perlindungan siku atau
tumit.
Rasional : menurunkan tekanan pada kulit dapat memperbaiki sirkulasi kulit.
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Strain adaalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan,
atau stress yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan
perdarahan ke dalam jaringan. Pasien mengalami rasa sakit dan nyeri mendadak
dengan nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric. Sebagai
penyebabnya adalah persendian tulang dipaksa melakukan suatu gerak yang melebihi
jelajah sendi atau range of movement normalnya. Memar, bengkak di sekitar
persendian tulang yang terkena cedera, termasuk perubahan warna kulit. Terjadi
haemarthrosis atau perdarahan sendi. Terapi yang harus dilakukan adalah rest atau
istirahat, ice atau mendinginkan area cedera, compression atau balut bagian yang
cedera, elevasi atau meninggikan, dan membebaskan dari beban.
B. SARAN
Untuk setiap orang yang melakukan olahraga disarankan untuk menggunakan
sepatu yang sesuai, melakukan peregangan atau streching sebelum malakukan
aktivitas altletik, dan latihan yang tidak berlebihan untuk menghindari cedera strain.
Gunakan RICE (rest, ice, compression, elevation) untuk menangani cedera.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC. Jakarta
Burrell, gerlach pless,1996. Adult nursing. USA. library of congress
Corwin, elizabeth J, 2000. “Buku Saku Patofisiologi”. EGC. Jakarta.
Doengoes E. Marilyn, 2000. ”Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien”. Edisi 3. EGC. Jakarta
FK.UI. 2001. ”Kapita Selekta Kedokteran”. Jilid 2. Edisi ke-3. Media Aesculaplus.
www.promosikesehatan.com/tips.php, Kamis, 15 November 2007, jam 18.25 pm.
http://health.yahoo.com/health/Diseases and Conditions/Disease Feed Data/Leg Pain,
Sabtu, 17 november 2007, jam 17.45 pm.
17
LAMPIRAN
Gambar
18
Ketegangan otot
19
20