Strabismus kelompok
-
Upload
operator-warnet-vast-raha -
Category
Documents
-
view
1.465 -
download
10
Transcript of Strabismus kelompok
KATA PENGATAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang
berjudul “Gangguan pada Mata “ Strabismus “ ini dapat terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya
hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu
asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan
yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik.Oleh karena itu,
penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator
pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini
masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun
guna penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga
makalah ini dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB
MUNA”.
Raha, Maret 2013
Penyusun
~ 1 ~
DAFTAR ISI
SAMPUL HALAMAN ..................................................................................KATA PENGANTAR.....................................................................................
BAB I PENDAHULUANLatar Belakang...............................................................................Rumusan Masalah.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Konsep MedisDefenisi.....................................................................................Etiologi......................................................................................PatofisiologiManifestasi klinis.......................................................................Klasifikasi...................................................................................Pemeriksaan Penunjang............................................................Penatalaksanaan.......................................................................Pemeriksaan Penunjang............................................................
b. Konsep Askep
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.................................................................................Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
~ 2 ~
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu
cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas. Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR ANOMALIES”.Telah dikemukakan bahwa untuk dapat melihat secara normal diperlukan sarat bahwa visus kedua mata adalah sama baiknya, faal ototnya baik dan susunan saraf pusat cukup baik untuk mensitesa bayangan yang dikirimkan oleh kedua mata kita. Pengobatan terhadap penderita dengan strabismus adalah bertujuan untuk mengembalikan penglihatan birokuler yang normal, hingga pengobatan terhadap strabismus adalah memenuhi persyaratan untuk mencapai penglihatan binokuler tersebut diatas : dengan kata lain secara terhadap memperbaiki visus kedua matanya, kemudian memperbaiki posisi kedua mata hingga mencapai kedudukan “orthophoria” dan terakhir melatih penderita menyatukan dua bayangan dari kedua matanya.
B.Tujuan
Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit strabismus Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan strabismusMampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesaMampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan
c. Batasan Masalah
Pengertian tentang konsep penyakit strasbismus
pengkajian keperawatan pada klien dengan penyakt strasbismusdiagnosa keperawatan penyakit strasbismusrencana keperawatanpenyakit strasbismus
~ 3 ~
BAB I
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIK
1. Pengertian
Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa
terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi
untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi pada semua
arah dan jarak penglihatan.
Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu
cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang
disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas.
Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR
ANOMALIES”.
2. Etiologi
1. Faktor Keturunan yakni “Genetik Pattern”nya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula
2. Kelainan Anatomi a. Kelainan otot ekstraokulerb. Over developmentc. Under developmentd. Kelainan letak insertio otot
3. Kelainan pada “vascial structure”a. Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat
menyebabkan penyimpangan posisi bola mata.b. Kelainan dari tulang-tulang orbitac. Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk
danorbital abnormal, sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.
4. Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.a. Fovea tidak dapat menangkap bayangan.b. Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.c. Kelainan SensorisKelainan Inervasi
5. Gangguan proses transisi dan perseps.
3.klasifikasi
a. Menurut Arah Deviasi
1. Exotropia (Strabismus Divergen)
Frekuensi lebih sedikit daripada esotropia
Sering suatu exotropia dimulai dari exoforia yang kemudian mengalami
~ 4 ~
progresifitas menjadi intermittent exotopia yang pada akhirnya menjadi
exotropia yang konstan, bila tidak diberi pengobatan.
2. Esotropia
Non Paralytic (Comitant)
Non Akomodatif Esotropia
▶ Dibagi menjadi :
Esotropia Infantil
Paling sering dijumpai. Sesuai kesepakatan agar memenuhi syarat
batasan, maka terjadinya esotropia harus sebelum umur 6 bulan.
Penyebab belum diketahui secara pasti.
Esotropia Didapat
Esotropia Dasar
Timbulnya pada masa anak-anak, tetapi tidak ada faktor akomodasi.
Sudut strabismusnya mula-mula lebih kecil daripada esotropia
kongenital tetapi akan bertambah besar.
Esotropia Miopia
Timbulnya pada orang dewasa muda dan ada diplopia untuk
memandang
jauh, yang lambat laun akan untuk memandang dekat.
▶ Tanda klinik :
Pada yang monokuler : anomali refraksinya sering lebih menyolok pada
satu mata (anisometropia).
Pada yang alternating : anomali refraksinya hampir sama pada kedua
mata.
▶ Pengobatan :
Oklusi : tujuannya adalah menyamakan visus kedua mata yang ditutup
ialah mata yang baik. Oklusi ini dapat dikombinasikan dengan
Orthoptica untuk mengembagkan fungsi binokuler
Operasi
Akomodatif Esotropia
Terjadi bila ada mekanisme akomodasi fisiologis yang normal, tetapi
ada divergensi fusi relatif yang kurang untuk mempertahankan mata
supaya tetap lurus.
Ada 2 mekanisme patofisiologi yang terjadi :
Hiperophia tinggi yang memerlukan akomodasi kuat agar bayangan
menjadi jelas, sehingga timbul esotropia.
Rasio KA/A yang tinggi, yang mungkin disertai kelaina refraksi.
Kedua mekanisme ini dapat timbul pada satu penderita
Esotropia akomodatif karena hiperophia
~ 5 ~
Hiperophia ini khas, timbulnya pada usia 2-3 tahun, tetapi dapat juga
terjadi pada bayi / usia yang lebih tua
Esotropia akomodatif karena rasio KA/A yang tinggi
Terjadi reaksi knvergensi abnormal sewaktu sinkinesis dekat. Kelainan
refraksinya mungkin bukan hiperophia, meskipun sering ditemukan
hiperophia sedang.
Karena penyebabnya hypermetropia, maka pengobatannya adalah
kacamata. Bila pengobatan ditunda sampai dari 6 bulan dari onsetnya,
sering terjadi amblypobia. Untuk amblypobia pengobatannya dengan
oklusi terlebih dahulu.
Kombinasi Keduanya
Paralytic (Non-Comitant)
Pada strabismus selalu ada salah satu / lebih otot ekstra okuler yang
paralitik dan otot yang paralitik selalu salah satu otot rectus lateral,
biasanya sebagai akibat paralisis syaraf abdusen.
Penyebabnya :
Dewasa : CVA, Tumor (CNS, Nasopharyng), Radang CNS (Central
Nervous System), Trauma.
Bayi atau anak-anak : trauma kelahiran, kelainan kongenital.
Pengobatan :
Operasi pada parese yang permanen
Pada orang dewasa yang mengalami strabismus tiba-tiba, karena
trauma dapat ditunggu sampai ± 6 bulan, karena kemungkinan ada
perbaikan sendiri. Selama periode ini dapat dilakukan oklusi pada
mata yang paralitik untuk menghindari diplopia.
3. Hypotropia
Deviasi satu mata kebawah yang nyata dengan pemberian nama deviasi
vertical berdasarkan kedudukan mata mana yang lebih tinggi tanpa
memperhitungkan penyakit spesifik yang menyebabkan arah pandangan
satu mata ke bawah (juling ke bawah).
4. Hypertropia : juling ke atas
Deviasi satu mata keatas yang nyata
Penyebab :
Kelainan anatomi congenital
Pelekatan pita fibrosa abnormal
Cidera kepala tertutup
Tumor orbita, kerusakan batang otak dan penyakit sistemik seperti
miastemia gravis ,sklerosis multiple dan penyakit grave.
~ 6 ~
b. Menurut Manifestasinya
1. Heterotropia : strabismus manifes (sudah terlihat)
Suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata dimana kedua
penglihatan tidak berpotongan pada titik fikasasi.
Penyebab:
Herediter
Anatomik
Kelainan refraksi
Kelainan persyarafan, sensorimotorik
Kombinasi factor diatas
2. Heterophoria : strabismus laten (belum terlihat jelas)
Penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat
diatasi dengan reflek fusi.
c. Menurut Sudut Deviasi
1. Comitant Strabismus : sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi
2. Non Comitant Strabismus : sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan
kasus disebabkan kelumpuhan otot ekstraokuler, karenaya sering disebut
“paralytic strabismus”.
d. Menurut Kemampuan Fiksasi Mata
1. Unilateral Strabismus : bila suatu mata yang berdeviasi secara konstan
2. Alternating Strabismus : bila kedua mata berdeviasi secara bergantian
e. Menurut Waktu Berlangsungnya Strabismus
1. Permanent : mata tampak berdeviasi secara konstan
2. Pada keadaan tertentu misalnya lelah, demam, dll. Mata kadang-kadang
tampak berdeviasi, kadang-kadang normal.
f. Sindrome “A” dan “V”
Pada pola “A” terlihat lebih banyak esodeviasi / lebih sedikit exodeviasi
pada pandangan keatas dibandingkan dengan pandangan ke bawah.
Pola “V” menunjukkan lebih sedikit esodeviasi / lebih banyak exodeviasi
pada pandangan ke atas dibandingan dengan pandangan kebawah.
4.patofisiologis
~ 7 ~
Strabismus dapat disebabkan ketika saraf kranial III (oculomotor), IV (troklearis), atau VI (abducens) memiliki lesi. Sebuah strabismus disebabkan oleh lesi di salah satu dari hasil saraf pada kurangnya persarafan ke otot mata dan menghasilkan perubahan posisi mata. Strabismus mungkin merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti CN VI sangat rentan terhadap kerusakan dari pembengkakan otak, seperti berjalan di antara clivus dan batang otak. [2] Tanda utama dari strabismus adalah misalignment terlihat dari mata, dengan satu mata balik dalam, keluar, atas, bawah atau pada sudut miring.Ketika misalignment dari mata besar dan jelas, strabismus disebut "besar-angle," mengacu pada sudut deviasi antara garis pandang dari mata lurus dan bahwa mata sejajar. Ternyata mata kurang jelas disebut kecil-sudut strabismus.Biasanya, konstan besar sudut strabismus tidak menyebabkan gejala seperti ketegangan mata dan sakit kepala karena hampir tidak ada upaya oleh otak untuk meluruskan mata. Karena itu, besar sudut strabismus biasanya menyebabkan ambliopia parah di mata berubah jika dibiarkan tidak diobati.Dalam kebanyakan kasus, satu-satunya pengobatan yang efektif untuk giliran mata konstan adalah operasi strabismus. Esotropia (mata juling) perlu dirawat sejak dini untuk mencegah ambliopia.Kasus kurang terlihat kecil-sudut strabismus lebih mungkin menyebabkan gejala visual mengganggu, terutama jika strabismus adalah intermiten atau bolak-balik. Selain sakit kepala dan ketegangan mata, gejala mungkin termasuk ketidakmampuan untuk dibaca dengan nyaman, kelelahan ketika membaca dan tidak stabil atau "gelisah" visi. Jika kecil-sudut strabismus konstan dan unilateral, dapat menyebabkan amblyopia signifikan pada mata yang berdeviasi.Kedua strabismus sudut-besar dan kecil-sudut psikologis dapat merusak dan mempengaruhi harga diri anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi, karena mengganggu kontak mata normal dengan orang lain, sering menyebabkan rasa malu, kemarahan,dan kecanggungan.
5.Manifestasi Klinis
a. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal ini menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. Ini dapat dilihat, bila penderita diminta supaya matanya mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa menggerakkan kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja.
b. Deviasi yakni Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.
c. Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.
d. Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer.
e. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata bila mata digerakkan kearah ini.
~ 8 ~
f. Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa berkurang.
g. Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.
h. Vertigo mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.
6.Pemeriksaan Diagnostik
Strabismus
▶ E-chart / Snellen ChartPemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan diatas umur 5 – 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.
▶ Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara a. Objektif dengan optal moschopeb. Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnyac. Dengan oklusi / menutup cat mata
▶ Menentukan anomaly refraksi Dilakukan retroskopi setelah antropinisasidengan atropin 0,5 % - 1 %
▶ Retinoskop Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara objectif dengan retinoskopi setelah atropinisasi dengan atropin 0,5 % - 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara subbjektif seperti pada orang dewasa.
▶ Cover Test : menentukan adanya heterotropia▶ Cover Uncovertest : menentukan adanya heterophoria▶ Hirsberg Test▶ Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea. Cara :
a. Penderita melihat lurus ke depanb. Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan setinggi kedua
mata pederitc. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.d. Prisma + cover tese. Mengubah arah optic garis pandang▶ Uji Krimsky Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakkan
ditengah cahaya refleks kornea dengan prisma.▶ Pemeriksaan gerakan mata▶ Pemeriksaan pergerakan monokuler Satu mata ditutup dan mata yang
lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini biasanya karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic
▶ Pemeriksaan pergerakan binokuler Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara subjektif terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea, kedua objek akan terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan terlihat saling tindih,tetapi jika ada ketidak samaan menyebabkan fusi tidak memberikan kesan tunggal.
~ 9 ~
7.Penatalaksanaan Medis
Strabismus
▶ Orthoptica. Oklusi yakni Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan
mata yang ambliop.oklusi sebagian juga harus bisa dilakukan dengan membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai cara.
b. Pleoticc. Obat-obatand. Latihan dengan synoptophone
▶ Memanipulasi akomodasi a. Lensa plus / dengan miotik Menurunkan beban akomodasi dan
konvergensi yang menyertai b. Lensa minus dan tetes siklopegik Merangsang akomodasi pada anak-anak
▶ Penutup Mata Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahunPrisma
▶ Suntikan toksin botulin▶ Operatif▶ Recession : memindahkan insersio otot▶ Resertion : memotong otot ekstraokuler
B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan Keperawatan
2 Analisa Data
No. Data Analisis Data Masalah Keperawatan1. Subyektif :
- Anak menangis dan rewel
Obyektif :
- Pergerakan bola mata tidak simetris
Cerebral Palsy
Kerusakan nervus okulomotorius
Strabismus
Gangguan persepsi sensori visual
2. Subyektif :
- Anak menangis dan rewel
Obyektif :
- Gangguan saraf motorik
- Gangguan pergerakan ekstremitas kanan
Cerebral palsy
Kerusakan pada saraf muskuloskeletal
Kelumpuhan ekstremitas kanan
Kerusakan mobilitas fisik
~ 10 ~
Hemiplegi kanan3. Subyektif :
- Anak tampak sulit berkata-kata
Obyektif :
- Klien tidak mampu merespon pertanyaan pemeriksa
Cerebral Palsy
Kecacatan multifaset
Gangguan tumbuh kembang
Gangguan tumbuh kembang
2.9.2 Intervensi
a.) Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan strabismus
Tujuan :
1. meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu2. mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhdap perubahan 3. mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan
Kriteria Hasil :
1. peningkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu2. klien memahami dengan gangguan sensori yang dialami dan dapat beradaptasi3. bahaya disekitar klien terminimalisir
No Intervensi Rasional1. Tentukan ketajaman penglihatan,
apakah satu atau kedua mata terlibat
Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedure.
2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya
Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi
3. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi, pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar pulih.
Mengurangi resiko bingung/jatuh karena gangguan persepsi
4. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi.
Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan
b. ) Diagnosa keperawatan: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi kanan
~ 11 ~
Tujuan :
1. meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2. mempertahankan posisi fungsional3. meningkatkan kekuatan/ fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh
Kriteria Hasil :
1. Mobilitas klien dapat meningkat atau bertahan2. Klien merasa nyaman dengan posisi di tempat tidur3. Kekuatan/fungsi bagian tubuh yang sakit dapat meningkat
No. Intervensi Rasional1. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan
oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi
Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/ intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
2. Intruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/ aktif pada ekstrimitas yang sakit dan yang tak sakit.
Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi mencegah kontraktur/atrofi dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan
3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit
Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan: latihan ini dikontraksikan pada peredaran akut/edema
4. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk /napas dalam.
Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/ pernapasan ( dekubitus, atelektasis, pneumonia)
C. Diagnosa keperawatan :Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kecacatan multifaset
Tujuan: Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Kriteria Hasil : Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan sesuai dengan tahapan usia
NO Intervensi Rasional1
2.
3.
Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan ( asuh )
Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak ( asah )
Memberikan kasih sayang (asih)
Mempertahankan berat badan agar tetap stabil
Agar perkembangan klien tetap optimal
Memenuhi kebutuhan psikososial
BAB 3
3. Pengkajian
~ 12 ~
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN “STRABISMUS” ( MATA JULING )
A. Pengkajian
Pengkajian Ketajaman Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.
Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satuv mata ditutup.
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari barisv paling atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji hitung jari dari jarak 6 meter.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan uji lambaian tangan,dilakukan uji dengan arah sinar.
Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.
Penilaian :
Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam pengelihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja,tidak dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga.
Pengkajian Gerakan Mata
Uji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tanganv pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal, akan kembali ke titik semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser ke sisi nasal, fenomena sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan mata untuk bergeser, ketika di tutup, ke sisi temporal, di namakan eksoforia; kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal di sebut esoforia. Lirikan Terkoordinasi, benda di gerakkan ke
~ 13 ~
lateral ke kedua sisiv sepanjang sumbu horizontal dan kemudian sepanjang sumbu oblik. Masing-masing membentuk sumbu 60 derajat dengan sumbu horizontal. Tiap posisi cardinal lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot ekstraokuler yang melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda), selama transisi dari salah satu posisi cardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah satu atau lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar. Keadaan ini bias juga terjadi bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan yang lain.
Pengkajian Lapang Pandang,
pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa juga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila pasien menutup mata kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah lirikannya ke depan.
Pemeriksaan Fisik Mataa. Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan matab. Buku Mata, posisi dan distribusinyac. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.d. Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara
bersama.
e. Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.
B. Diagnosa
Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status organ indera
Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala, kelelahan pada mata)
Kurang pengetahuan/informasi berhubungan dengan kondisi, prognosis dan pengobatan
C. Intervensi
1. DX I: Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/perubahan status organ indera
a. Kaji derajat dan durasi gangguan visual
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien
b. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-perawat
c. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan
Rasional: meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri
d. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya
~ 14 ~
Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan penglihatan
2. DX II: Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala, kelelahan pada mata)
a. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru
Rasional: Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan
b. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas
c. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
Rasional: Mengurangi ansietas klien
3. DX III: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan
Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.
b. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan
Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.
c. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.
Rasional: Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.
D. Evaluasi
1. Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori
2. Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas
3. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
~ 15 ~
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa
terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi
untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi pada semua
arah dan jarak penglihatan.
Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu
cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang
disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas.
Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR
ANOMALIES”.
B. Saran Dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya dan dapat menjadi bahan bantu ajar
dalam mata kuliah KMB II
~ 16 ~
DAFTAR PUSTAKA
INTERNETDi Akses tanggal 4 Maret 2013
Tim Dokter Fakultas Unair.1984.Ilmu Penyakit Mata.Airlangga University:Surabaya
http://argitauchiha.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-Hordeolum .html
http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/askep-strabismus. html
~ 17 ~