Strabismus kelompok

23
KATA PENGATAR “Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul Gangguan pada Mata “ Strabismus “ ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya hingga hari kiamat. Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri. Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini dapatbermanfaat bagi para penggunanya Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”. Raha, Maret 2013 Penyusun ~ 1 ~

Transcript of Strabismus kelompok

Page 1: Strabismus kelompok

KATA PENGATAR

“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang

berjudul “Gangguan pada Mata “ Strabismus “ ini dapat terselesaikan sebagaimana yang

diharapkan. Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya

hingga hari kiamat.

Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan suatu

asuhan keperawatan sehingga nanti dilapangan dalam hal mempraktekan segala tindakan

yang berhubungan dengna penyakit ini dapat melakukannya dengan baik.Oleh karena itu,

penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator

pembelajaran Etika Keperawatan itu sendiri.

Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini

masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun

guna penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga

makalah ini dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB

MUNA”.

Raha, Maret 2013

Penyusun

~ 1 ~

Page 2: Strabismus kelompok

DAFTAR ISI

SAMPUL HALAMAN ..................................................................................KATA PENGANTAR.....................................................................................

BAB I PENDAHULUANLatar Belakang...............................................................................Rumusan Masalah.........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

a. Konsep MedisDefenisi.....................................................................................Etiologi......................................................................................PatofisiologiManifestasi klinis.......................................................................Klasifikasi...................................................................................Pemeriksaan Penunjang............................................................Penatalaksanaan.......................................................................Pemeriksaan Penunjang............................................................

b. Konsep Askep

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.................................................................................Saran..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

~ 2 ~

Page 3: Strabismus kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangKata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu

cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas. Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR ANOMALIES”.Telah dikemukakan bahwa untuk dapat melihat secara normal diperlukan sarat bahwa visus kedua mata adalah sama baiknya, faal ototnya baik dan susunan saraf pusat cukup baik untuk mensitesa bayangan yang dikirimkan oleh kedua mata kita. Pengobatan terhadap penderita dengan strabismus adalah bertujuan untuk mengembalikan penglihatan birokuler yang normal, hingga pengobatan terhadap strabismus adalah memenuhi persyaratan untuk mencapai penglihatan binokuler tersebut diatas : dengan kata lain secara terhadap memperbaiki visus kedua matanya, kemudian memperbaiki posisi kedua mata hingga mencapai kedudukan “orthophoria” dan terakhir melatih penderita menyatukan dua bayangan dari kedua matanya.

B.Tujuan

Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit strabismus Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan strabismusMampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesaMampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan

c. Batasan Masalah

Pengertian tentang konsep penyakit strasbismus

pengkajian keperawatan pada klien dengan penyakt strasbismusdiagnosa keperawatan penyakit strasbismusrencana keperawatanpenyakit strasbismus

~ 3 ~

Page 4: Strabismus kelompok

BAB I

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIK

1. Pengertian

Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa

terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi

untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi pada semua

arah dan jarak penglihatan.

Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu

cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang

disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas.

Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR

ANOMALIES”.

2. Etiologi

1. Faktor Keturunan yakni “Genetik Pattern”nya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik, maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula

2. Kelainan Anatomi a. Kelainan otot ekstraokulerb. Over developmentc. Under developmentd. Kelainan letak insertio otot

3. Kelainan pada “vascial structure”a. Adanya kelaian hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat

menyebabkan penyimpangan posisi bola mata.b. Kelainan dari tulang-tulang orbitac. Kelainan pembentukan tulang orbita menyebabkan bentuk

danorbital abnormal, sehingga menimbulkan penyimpangan bola mata.

4. Kelainan pada saraf pusat yang tidak bisa mensintesa rangsangan.a. Fovea tidak dapat menangkap bayangan.b. Kelainan kwantitas stimulus pada otot bola mata.c. Kelainan SensorisKelainan Inervasi

5. Gangguan proses transisi dan perseps.

3.klasifikasi

a. Menurut Arah Deviasi

1. Exotropia (Strabismus Divergen)

Frekuensi lebih sedikit daripada esotropia

Sering suatu exotropia dimulai dari exoforia yang kemudian mengalami

~ 4 ~

Page 5: Strabismus kelompok

progresifitas menjadi intermittent exotopia yang pada akhirnya menjadi

exotropia yang konstan, bila tidak diberi pengobatan.

2. Esotropia

Non Paralytic (Comitant)

Non Akomodatif Esotropia

▶ Dibagi menjadi :

Esotropia Infantil

Paling sering dijumpai. Sesuai kesepakatan agar memenuhi syarat

batasan, maka terjadinya esotropia harus sebelum umur 6 bulan.

Penyebab belum diketahui secara pasti.

Esotropia Didapat

Esotropia Dasar

Timbulnya pada masa anak-anak, tetapi tidak ada faktor akomodasi.

Sudut strabismusnya mula-mula lebih kecil daripada esotropia

kongenital tetapi akan bertambah besar.

Esotropia Miopia

Timbulnya pada orang dewasa muda dan ada diplopia untuk

memandang

jauh, yang lambat laun akan untuk memandang dekat.

▶ Tanda klinik :

Pada yang monokuler : anomali refraksinya sering lebih menyolok pada

satu mata (anisometropia).

Pada yang alternating : anomali refraksinya hampir sama pada kedua

mata.

▶ Pengobatan :

Oklusi : tujuannya adalah menyamakan visus kedua mata yang ditutup

ialah mata yang baik. Oklusi ini dapat dikombinasikan dengan

Orthoptica untuk mengembagkan fungsi binokuler

Operasi

Akomodatif Esotropia

Terjadi bila ada mekanisme akomodasi fisiologis yang normal, tetapi

ada divergensi fusi relatif yang kurang untuk mempertahankan mata

supaya tetap lurus.

Ada 2 mekanisme patofisiologi yang terjadi :

Hiperophia tinggi yang memerlukan akomodasi kuat agar bayangan

menjadi jelas, sehingga timbul esotropia.

Rasio KA/A yang tinggi, yang mungkin disertai kelaina refraksi.

Kedua mekanisme ini dapat timbul pada satu penderita

Esotropia akomodatif karena hiperophia

~ 5 ~

Page 6: Strabismus kelompok

Hiperophia ini khas, timbulnya pada usia 2-3 tahun, tetapi dapat juga

terjadi pada bayi / usia yang lebih tua

Esotropia akomodatif karena rasio KA/A yang tinggi

Terjadi reaksi knvergensi abnormal sewaktu sinkinesis dekat. Kelainan

refraksinya mungkin bukan hiperophia, meskipun sering ditemukan

hiperophia sedang.

Karena penyebabnya hypermetropia, maka pengobatannya adalah

kacamata. Bila pengobatan ditunda sampai dari 6 bulan dari onsetnya,

sering terjadi amblypobia. Untuk amblypobia pengobatannya dengan

oklusi terlebih dahulu.

Kombinasi Keduanya

Paralytic (Non-Comitant)

Pada strabismus selalu ada salah satu / lebih otot ekstra okuler yang

paralitik dan otot yang paralitik selalu salah satu otot rectus lateral,

biasanya sebagai akibat paralisis syaraf abdusen.

Penyebabnya :

Dewasa : CVA, Tumor (CNS, Nasopharyng), Radang CNS (Central

Nervous System), Trauma.

Bayi atau anak-anak : trauma kelahiran, kelainan kongenital.

Pengobatan :

Operasi pada parese yang permanen

Pada orang dewasa yang mengalami strabismus tiba-tiba, karena

trauma dapat ditunggu sampai ± 6 bulan, karena kemungkinan ada

perbaikan sendiri. Selama periode ini dapat dilakukan oklusi pada

mata yang paralitik untuk menghindari diplopia.

3. Hypotropia

Deviasi satu mata kebawah yang nyata dengan pemberian nama deviasi

vertical berdasarkan kedudukan mata mana yang lebih tinggi tanpa

memperhitungkan penyakit spesifik yang menyebabkan arah pandangan

satu mata ke bawah (juling ke bawah).

4. Hypertropia : juling ke atas

Deviasi satu mata keatas yang nyata

Penyebab :

Kelainan anatomi congenital

Pelekatan pita fibrosa abnormal

Cidera kepala tertutup

Tumor orbita, kerusakan batang otak dan penyakit sistemik seperti

miastemia gravis ,sklerosis multiple dan penyakit grave.

~ 6 ~

Page 7: Strabismus kelompok

b. Menurut Manifestasinya

1. Heterotropia : strabismus manifes (sudah terlihat)

Suatu keadaan penyimpangan sumbu bola mata yang nyata dimana kedua

penglihatan tidak berpotongan pada titik fikasasi.

Penyebab:

Herediter

Anatomik

Kelainan refraksi

Kelainan persyarafan, sensorimotorik

Kombinasi factor diatas

2. Heterophoria : strabismus laten (belum terlihat jelas)

Penyimpangan sumbu penglihatan yang tersembunyi yang masih dapat

diatasi dengan reflek fusi.

c. Menurut Sudut Deviasi

1. Comitant Strabismus : sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi

2. Non Comitant Strabismus : sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan

kasus disebabkan kelumpuhan otot ekstraokuler, karenaya sering disebut

“paralytic strabismus”.

d. Menurut Kemampuan Fiksasi Mata

1. Unilateral Strabismus : bila suatu mata yang berdeviasi secara konstan

2. Alternating Strabismus : bila kedua mata berdeviasi secara bergantian

e. Menurut Waktu Berlangsungnya Strabismus

1. Permanent : mata tampak berdeviasi secara konstan

2. Pada keadaan tertentu misalnya lelah, demam, dll. Mata kadang-kadang

tampak berdeviasi, kadang-kadang normal.

f. Sindrome “A” dan “V”

Pada pola “A” terlihat lebih banyak esodeviasi / lebih sedikit exodeviasi

pada pandangan keatas dibandingkan dengan pandangan ke bawah.

Pola “V” menunjukkan lebih sedikit esodeviasi / lebih banyak exodeviasi

pada pandangan ke atas dibandingan dengan pandangan kebawah.

4.patofisiologis

~ 7 ~

Page 8: Strabismus kelompok

Strabismus dapat disebabkan ketika saraf kranial III (oculomotor), IV (troklearis), atau VI (abducens) memiliki lesi. Sebuah strabismus disebabkan oleh lesi di salah satu dari hasil saraf pada kurangnya persarafan ke otot mata dan menghasilkan perubahan posisi mata. Strabismus mungkin merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial, seperti CN VI sangat rentan terhadap kerusakan dari pembengkakan otak, seperti berjalan di antara clivus dan batang otak. [2] Tanda utama dari strabismus adalah misalignment terlihat dari mata, dengan satu mata balik dalam, keluar, atas, bawah atau pada sudut miring.Ketika misalignment dari mata besar dan jelas, strabismus disebut "besar-angle," mengacu pada sudut deviasi antara garis pandang dari mata lurus dan bahwa mata sejajar. Ternyata mata kurang jelas disebut kecil-sudut strabismus.Biasanya, konstan besar sudut strabismus tidak menyebabkan gejala seperti ketegangan mata dan sakit kepala karena hampir tidak ada upaya oleh otak untuk meluruskan mata. Karena itu, besar sudut strabismus biasanya menyebabkan ambliopia parah di mata berubah jika dibiarkan tidak diobati.Dalam kebanyakan kasus, satu-satunya pengobatan yang efektif untuk giliran mata konstan adalah operasi strabismus. Esotropia (mata juling) perlu dirawat sejak dini untuk mencegah ambliopia.Kasus kurang terlihat kecil-sudut strabismus lebih mungkin menyebabkan gejala visual mengganggu, terutama jika strabismus adalah intermiten atau bolak-balik. Selain sakit kepala dan ketegangan mata, gejala mungkin termasuk ketidakmampuan untuk dibaca dengan nyaman, kelelahan ketika membaca dan tidak stabil atau "gelisah" visi. Jika kecil-sudut strabismus konstan dan unilateral, dapat menyebabkan amblyopia signifikan pada mata yang berdeviasi.Kedua strabismus sudut-besar dan kecil-sudut psikologis dapat merusak dan mempengaruhi harga diri anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi, karena mengganggu kontak mata normal dengan orang lain, sering menyebabkan rasa malu, kemarahan,dan kecanggungan.

5.Manifestasi Klinis

a. Gerak mata terbatas, pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja. Hal ini menjadi nyata pada kelumpuhan total dan kurang nampak pada parese. Ini dapat dilihat, bila penderita diminta supaya matanya mengikuti suatu obyek yang digerakkan ke 6 arah kardinal, tanpa menggerakkan kepalanya (excurtion test). Keterbatasan gerak kadang-kadang hanya ringan saja, sehingga diagnosa berdasarkan pada adanya diplopia saja.

b. Deviasi yakni Kalau mata digerakkan kearah lapangan dimana otot yang lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal. Deviasi ini akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.

c. Mata melihat lurus kedepan, esotropia mata kanan nyata. Mata melihat kekiri tak tampak esotropia. Mata melihat kekanan esotropia nyata sekali.

d. Parese m.rektus lateral mata kanan Mata kiri fiksasi (mata sehat) mata kanan ditutup (mata sakit) deviasi mata kanan=deviasi mata primer Mata kiri yang sehat ditutup, mata kanan yang sakit fiksasi, deviasi mata kiri = deviasi sekunder, yang lebih besar dari pada deviasi primer.

e. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih nyata bila mata digerakkan kearah ini.

~ 8 ~

Page 9: Strabismus kelompok

f. Ocular torticollis (head tilting).Penderita biasanya memutar kearah kerja dari otot yang lumpuh. Kedudukan kepala yang miring, menolong diagnosa strabismus paralitikus. Dengan memiringkan kepalanya, diplopianya terasa berkurang.

g. Proyeksi yang salah. Mata yang lumpuh tidak melihat obyek pada lokalisasi yang benar. Bila mata yang sehat ditutup, penderita disuruh menunjukkan suatu obyek yang ada didepannya dengan tepat, maka jarinya akan menunjukkan daerah disamping obyek tersebut yang sesuai dengan daerah lapangan kekuatan otot yang lumpuh. Hal ini disebabkan, rangsangan yang nyata lebih besar dibutuhkan oleh otot yang lumpuh, untuk mengerjakan pekerjaan itu dan hal ini menyebabkan tanggapan yang salah pada penderita.

h. Vertigo mual-mual, disebabkan oleh diplopia dan proyeksi yang salah. Keadaan ini dapat diredakan dengan menutup mata yang sakit.

6.Pemeriksaan Diagnostik

Strabismus

▶ E-chart / Snellen ChartPemeriksaan dengan e-chart digunakan pada anak mulai umur 3 - 3,5 tahun, sedangkan diatas umur 5 – 6 tahun dapat digunakan Snellen chart.

▶ Untuk anak dibawah 3 th dapat digunakan cara a. Objektif dengan optal moschopeb. Dengan observasi perhatian anak dengan sekelilingnyac. Dengan oklusi / menutup cat mata

▶ Menentukan anomaly refraksi Dilakukan retroskopi setelah antropinisasidengan atropin 0,5 % - 1 %

▶ Retinoskop Sampai usia 5 tahun anomali refraksi dapat ditentukan secara objectif dengan retinoskopi setelah atropinisasi dengan atropin 0,5 % - 1 %, diatas usia 5 tahun ditentukan secara subbjektif seperti pada orang dewasa.

▶ Cover Test : menentukan adanya heterotropia▶ Cover Uncovertest : menentukan adanya heterophoria▶ Hirsberg Test▶ Pemeriksaan reflek cahaya dari senter pada permukaan kornea. Cara :

a. Penderita melihat lurus ke depanb. Letakkan sebuah senter pada jarak 1/3 m = 33 cm di depan setinggi kedua

mata pederitc. Perhatika reflek cahaya dari permukaan kornea penderita.d. Prisma + cover tese. Mengubah arah optic garis pandang▶ Uji Krimsky Mengukur sudut deviasi pada juling dengan meletakkan

ditengah cahaya refleks kornea dengan prisma.▶ Pemeriksaan gerakan mata▶ Pemeriksaan pergerakan monokuler Satu mata ditutup dan mata yang

lainnya mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah pandangan,sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini biasanya karena para usis otot atau karena kelainan mekanik anatomic

▶ Pemeriksaan pergerakan binokuler Pada tiap-tiap mata ,bayangan yang ditangkap oleh fovea secara subjektif terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek yang berlainan ditangkap oleh 2 fovea, kedua objek akan terlihat seperti terletak lurus didepan .apabila ada 2 objek akan terlihat saling tindih,tetapi jika ada ketidak samaan menyebabkan fusi tidak memberikan kesan tunggal.

~ 9 ~

Page 10: Strabismus kelompok

7.Penatalaksanaan Medis

Strabismus

▶ Orthoptica. Oklusi yakni Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan

mata yang ambliop.oklusi sebagian juga harus bisa dilakukan dengan membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai cara.

b. Pleoticc. Obat-obatand. Latihan dengan synoptophone

▶ Memanipulasi akomodasi a. Lensa plus / dengan miotik Menurunkan beban akomodasi dan

konvergensi yang menyertai b. Lensa minus dan tetes siklopegik Merangsang akomodasi pada anak-anak

▶ Penutup Mata Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahunPrisma

▶ Suntikan toksin botulin▶ Operatif▶ Recession : memindahkan insersio otot▶ Resertion : memotong otot ekstraokuler

B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan Keperawatan

           2 Analisa Data

No. Data Analisis Data Masalah Keperawatan1. Subyektif :

-       Anak menangis dan rewel

Obyektif :

-       Pergerakan bola mata tidak simetris

Cerebral Palsy

 

Kerusakan nervus okulomotorius

 

Strabismus

Gangguan persepsi sensori visual

2. Subyektif :

-       Anak menangis dan rewel

Obyektif :

-       Gangguan saraf motorik

-       Gangguan pergerakan ekstremitas kanan

Cerebral palsy

 

Kerusakan pada saraf muskuloskeletal

 

Kelumpuhan ekstremitas kanan

Kerusakan mobilitas fisik

~ 10 ~

 

Page 11: Strabismus kelompok

 

Hemiplegi kanan3. Subyektif :

-           Anak tampak sulit berkata-kata

Obyektif :

-          Klien tidak mampu merespon pertanyaan pemeriksa

Cerebral Palsy

 

 

Kecacatan multifaset

 

Gangguan tumbuh kembang

Gangguan tumbuh kembang

 

2.9.2        Intervensi

a.)    Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan strabismus

Tujuan                         :

1. meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu2. mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhdap perubahan 3. mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan

Kriteria Hasil               :

1. peningkatan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu2. klien memahami dengan gangguan sensori yang dialami dan dapat beradaptasi3. bahaya disekitar klien terminimalisir

No Intervensi Rasional1. Tentukan ketajaman penglihatan,

apakah satu atau kedua mata terlibat

Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif. Bila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda, tetapi biasanya hanya satu mata diperbaiki per prosedure.

2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain diareanya

Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan, menurunkan cemas dan disorientasi pascaoperasi

3. Observasi tanda-tanda dan gejala disorientasi, pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar pulih.

Mengurangi resiko bingung/jatuh karena gangguan persepsi

4. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang tak dioperasi.

Memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk pertolongan bila diperlukan

 

b. ) Diagnosa keperawatan: kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiplegi kanan

~ 11 ~

 

Page 12: Strabismus kelompok

Tujuan                         :

1. meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin

2. mempertahankan posisi fungsional3. meningkatkan kekuatan/ fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh

Kriteria Hasil               :

1. Mobilitas klien dapat meningkat atau bertahan2. Klien merasa nyaman dengan posisi di tempat tidur3. Kekuatan/fungsi bagian tubuh yang sakit dapat meningkat

No. Intervensi Rasional1. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan

oleh cedera/ pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi

Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi/ intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.

2. Intruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien/ aktif pada ekstrimitas yang sakit dan yang tak sakit.

Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi mencegah kontraktur/atrofi dan resorpsi kalsium karena tidak digunakan

3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tak sakit

Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot. Catatan: latihan ini dikontraksikan pada peredaran akut/edema

4. Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk /napas dalam.

Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/ pernapasan ( dekubitus, atelektasis, pneumonia)

C. Diagnosa keperawatan :Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kecacatan multifaset

     Tujuan: Klien tidak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan

    Kriteria Hasil : Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak mengalami keterlambatan dan  sesuai dengan tahapan usia

 

NO Intervensi Rasional1

 

2.

 

 

3.

Memberikan diet nutrisi untuk pertumbuhan ( asuh )

Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak ( asah )

Memberikan kasih sayang (asih)

Mempertahankan berat badan agar tetap stabil

Agar perkembangan klien tetap optimal

Memenuhi kebutuhan psikososial

BAB 3

3. Pengkajian

~ 12 ~

Page 13: Strabismus kelompok

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN “STRABISMUS” ( MATA JULING )

A. Pengkajian

Pengkajian Ketajaman Penglihatan

Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu Snellen.

Pasien duduk dengan dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen dengan satuv mata ditutup.

Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu, mulai dari barisv paling atas kebawah,dan tentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya dengan benar.

Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas (terbesar) maka dilakuan uji hitung jari dari jarak 6 meter.

Jika pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 6 meter, maka jarak dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien 1 meter.

Jika pasien tetap tidak bisa melihat,dilakukan uji lambaian tangan,dilakukan uji dengan arah sinar.

Jika pengelihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar,maka dikatakan pengelihatanya adalah 0 (nol) atau buta total.

Penilaian :

Tajam pengelihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf dalam kartu Snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca selurunya bertanda 30 maka dikatakan tajam pengelihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 meter. Bila dalam uji hitung jari pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pad jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam pengelihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 meter.

Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam pengelihatan adalah 1/300.

Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja,tidak dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai satu per minus. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak terhingga.

Pengkajian Gerakan Mata

Uji Menutup, salah satu mata pasien di tutup dengan karton atau tanganv pemeriksa, dan pasien di minta memfokuskan mata yang tidak tertutup pada satu benda diam sementara mata yang di tutup karton/tangan tetap terbuka. Kemudian karton atau tangan tiba-tiba di singkirkan, dan akan nampak gerakan abnormal mata. Bila mata, saat di tutup bergeser ke sisi temporal, akan kembali ke titik semula ketika penutup di buka. Sebaliknya, bila bergeser ke sisi nasal, fenomena sebaliknya akan terjadi. Kecenderungan mata untuk bergeser, ketika di tutup, ke sisi temporal, di namakan eksoforia; kecenderungan mata untuk bergeser ke sisi nasal di sebut esoforia. Lirikan Terkoordinasi, benda di gerakkan ke

~ 13 ~

Page 14: Strabismus kelompok

lateral ke kedua sisiv sepanjang sumbu horizontal dan kemudian sepanjang sumbu oblik. Masing-masing membentuk sumbu 60 derajat dengan sumbu horizontal. Tiap posisi cardinal lirikan menggambarkan fungsi salah satu dari keenam otot ekstraokuler yang melekat pada tiap mata. Bila terjadi diplopia (pandangan ganda), selama transisi dari salah satu posisi cardinal lirikan, pemeriksa dapat mengetahui adanya salah satu atau lebih otot ekstraokuler yang gagal untuk berfungsi dengan benar. Keadaan ini bias juga terjadi bila salah satu mata gagal bergerak bersama dengan yang lain.

Pengkajian Lapang Pandang,

pemeriksa dan pasien duduk dengan jarak 1 sampai 2 kaki, saling berhadapan. Pasien di minta menutup salah satu mata dengan karton, tanpa menekan, sementara ia harus memandang hidung pemeriksa. Sebaliknya pemeriksa juga menutup salah satu matanya sebagai pembanding. Bila pasien menutup mata kirinya, misalnya, pemeriksa menutup mata kanannya. Pasien di minta tetap melirik pada hidung pemeriksa dan menghitung jumlah jari yang ada di medan superior dan inferior lirikan temporal dan nasal. Jari pemeriksa di gerakkan dari posisi luar terjauh ke tengah dalam bidang vertical, horizontal dan oblik. Medan nasal, temporal, superior dan inferior di kaji dengan memasukkan benda dalam penglihatan dari berbagai titik perifer. Pada setiap manuver, pasien memberi informasi kepada pemeriksa saat ketika benda mulai dapat terlihat sementara mempertahankan arah lirikannya ke depan.

Pemeriksaan Fisik Mataa. Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan matab. Buku Mata, posisi dan distribusinyac. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata.d. Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara

bersama.

e. Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.

B. Diagnosa

Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/gangguan status organ indera

Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala, kelelahan pada mata)

Kurang pengetahuan/informasi berhubungan dengan kondisi, prognosis dan pengobatan

C. Intervensi

1. DX I: Gangguan persepsi diri berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/perubahan status organ indera

a. Kaji derajat dan durasi gangguan visual

Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien

b. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru

Rasional: Memberikan peningkatan kenyamanan, kekeluargaan serta kepercayaan klien-perawat

c. Dorong klien mengekspresikan perasaan tentang gangguan penglihatan

Rasional: meningkatkan kepercayaan klien-perawat dan penerimaan diri

d. Lakukan tindakan untuk membantu klien menangani gangguan penglihatannya

~ 14 ~

Page 15: Strabismus kelompok

Rasional: Menurunkan kemungkinan bahaya yang akan tejadi sehubungan dengan gangguan penglihatan

2. DX II: Ansietas/ketakutan berhubungan dengan perubahan status kesehatan (nyeri pada kepala, kelelahan pada mata)

a. Orientasikan klien pada lingkungan yang baru

Rasional: Membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan keamanan

b. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya

Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya dan mengurangi ansietas

c. Beritahu klien tentang tindakan pengobatan yang akan dilakukan.

Rasional: Mengurangi ansietas klien

3. DX III: Kurang pengetahuan/informasi tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

a. Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis dan pengobatan

Rasional: Meningkatkan pemahaman perawat tentang kondisi klien.

b. Beritahu klien tentang perjalanan penyakitnya serta pengobatan yang akan dilakukan

Rasional: Memberikan informasi kepada klien tentang penyakitnya.

c. Anjurkan klien menghindari membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat.

Rasional: Membaca terlalu lama dan membaca dengan posisi tidur, menonton TV dengan jarak terlalu dekat dapat mengakibatkan kelelahan pada mata.

D. Evaluasi

1. Menyatakan penerimaan diri sehubungan dengan perubahan sensori

2. Mampu memakai metode koping untuk menghilang ansietas

3. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan pengobatan

~ 15 ~

Page 16: Strabismus kelompok

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Strabismus atau juling berarti suatu kelainan posisi bola mata dan bisa

terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan posisi

untuk penglihatan jarak jauh saja atau ke arah atas saja, atau terjadi pada semua

arah dan jarak penglihatan.

Kata strabismus pada saat ini sering digunakan dalam pengertian suatu

cabang ilmu penyakit mata yang nempelajari kelainan penglihatan binokular yang

disebabkan oleh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut tersebut di atas.

Nama lain yang lebih tepat untuk strabismus adalah “VISUAL SENSORIMOTOR

ANOMALIES”.

B. Saran Dapat dimanfaatkan sebaik – baiknya dan dapat menjadi bahan bantu ajar

dalam mata kuliah KMB II

~ 16 ~

Page 17: Strabismus kelompok

DAFTAR PUSTAKA

INTERNETDi Akses tanggal 4 Maret 2013

Tim Dokter Fakultas Unair.1984.Ilmu Penyakit Mata.Airlangga University:Surabaya

http://argitauchiha.blogspot.com/2011/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-Hordeolum .html

http://usfinit-engky.blogspot.com/2011/12/askep-strabismus. html

~ 17 ~