Status Ujian Ispa

55
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 Jakarta 13650 STATUS UJIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS PERIODE 15 DESEMBER 2014 – 28 FEBRUARI 2015 Hari /Tanggal pengambilan data : 22 Januari 2015 Hari/Tanggal Intervensi : 28 Januari 2015 Masalah kesehatan : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Wilayah Masalah : RT 05/ RW 08 Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur Hari / tanggal ujian : Februari 2015 Tempat ujian : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Status Ujian Ilmu Kedokteran Komunitas Halaman 1 Nama : Geraldine Kenyo Estuworo NIM : 0961050006 Tanda tangan :

description

status ujian ispa

Transcript of Status Ujian Ispa

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Jl. Mayjen Sutoyo No. 2 Jakarta 13650

STATUS UJIAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

PERIODE 15 DESEMBER 2014 28 FEBRUARI 2015Hari /Tanggal pengambilan data: 22 Januari 2015Hari/Tanggal Intervensi

: 28 Januari 2015Masalah kesehatan

: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Wilayah Masalah

: RT 05/ RW 08 Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo,

Jakarta TimurHari / tanggal ujian

:

Februari 2015Tempat ujian : Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Di Amerika ISPA menempati peringkat ke-6 dari semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi, di Spanyol angka kematian mencapai 25%, di Singapura mencapai 10,6%,di Jepang mencapai 10% sedangkan di Indonesia ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 4 tahun(Depkes,1985). Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena ISPA.Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada baduta (>35%). ISPA terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA sebesar 24,73% dan untuk Jawa Tengah sebesar 29,08%.ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70% yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA. Sebanyak 40-60% kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,2000). Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survey mortalitas yang dilakukan oleh subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian masyarakat.ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,2002). Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah yang berlangsung sampai 14 hari.. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai penyebab ISPA.Perjalanan klinis penyakit ISPA dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah diperberat pada keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah tidak baik.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya penyakit, timbul gejala demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyakit : keadaan berlanjut jika infeksi saluran pernapasan tidak diatasi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor resiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orangtua), status gizi, tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Sedangkan Depkes (2002) menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah BBLR, status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik.Lingkungan yang berpengaruh dalam proses terjadinya ISPA adalah lingkungan perumahan, dimana kualitas rumah berdampak terhadap kesehatan anggotanya. Kualitas rumah dapat dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian dan jenis bahan bakar masak yang dipakai. Selain itu, keadaan sosial juga ikut berperan, seseorang yang memiliki status ekonomi yang kurang, sangat rentan dengan ISPA, ditambah lagi dengan tempat tinggal yang buruk dan pendidikan serta pengetahuan yang kurang mengenai ISPA. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak higiene.KLASIFIKASI ISPAProgram Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang non pneumonia. Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin.Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :

PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

PNEUMONIA BERAT : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam.

BUKAN PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepatISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin dan udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Dalam menurunkan angka kejadianan ISPA diperlukan peran aktif petugas Kesehatan dalam menyampaikan informasi terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA, dimana salah satu faktor yang perlu diketahui adalah cara pencegahan dan perawatan ISPA. Peran aktif petugas disini dapat menyampaikan melalui promosi kesehatan seperti perbaikan dan peningkatan gizi, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan dan tindakan preventif seperti isolasi penderita penyakit ISPA dan pemberian imunisasi. Kita harus mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang ISPA dan motivasi keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA di rumah, karena perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kehendak, motivasi dan niat Menurut Hendrik L Blum, terjadinya ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

1.Lingkungana. Pencemaran udara di lingkungan

ISPA berkaitan dengan mekanisme pertahanan saluran pernapasan (defence mechanism). Mekanisme ini akan terganggu jika ada kondisi-kondisi tertentu, diantaranya polusi udara. Polusi udara akan memperburuk kondisi saluran pernapasan, sehingga mekanisme pertahanannya pun akan terganggu/turun. Contoh sederhananya adalah asap rokok (terutama untuk perokok pasif). Tobacco smoke dapat menurunkan mekanisme pertahanan saluran pernapasan, jadi anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan banyak asap rokok, akan lebih mudah terserang ISPA. Begitu juga kalau kita berada di tempat umum misalnya di angkutan umum, polusi kendaraan sering kita hirup, sehingga lambat laun dapat menurunkan sistem pertahanan pada saluran pernapasan.b. Kepadatan hunianKepadatan hunian seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko untuk ISPA.Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian memperngaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).c. Keadaan ventilasi rumah yang kurang baikVentilasi berperan penting dalam menjaga udara di dalam rumah tetap segar. Terutama mengatur pertukaran O2 dan CO2. Disamping itu buruknya sistem ventilasi rumah akan menyebabkan kelembapan udara didalam ruangan meningkat. Ruangan yang lembab merupakan tempat perkembangbiakan kuman yang sangat baik. Sehingga dapat meningkatkan kemungkinan terjangkit ISPA. Dikenal 2 macam ventilasi, yakni :

1. Ventilasi alamiah

2. Ventilasi buatan

d. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i) Cahaya alamiah yaitu matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.2.Perilaku Kesehatan

Pada kasus ISPA, penularan tertinggi disebabkan oleh penghirupan droplet saat seorang penderita ISPA batuk atau sedang bersin. Kebiasaan tidak menggunakan masker, menutup mulut saat batuk dan membuang dahak secara sembarangan dapat menyebabkan orang lain di sekitar orang yang batuk tersebut dapat menghirup droplet yang dihasilkan percikan batuk penderita tersebut. Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara yang paling efektif untuk memutus rantai penyebaran kuman adalah dengan menutup mulut saat batuk dan tidak membuang dahak sembarangan.ISPA yang dibiarkan tanpa diobati dengan tuntas dapat menimbulkan ISPA kronik dan memyebabkan kematian. Selain itu, keadaan gizi juga ikut mempengaruhi kejadian penyakit ISPA, jika seseorang keadaan gizi dan daya tahan tubuh yang kurang baik, orang tersebut akan mudah terserang ISPA.3. Pelayanan kesehatan

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dapat ditanggulangi oleh pelayanan kesehatan dengan mengadakan penyuluhan pada masyarakat. Dibutuhkan peran aktif dan keikutsertaan dari petugas kesehatan dan masyarakat.Konsep segitiga epidemiologi digunakan untuk menganalisis terjadinya suatu penyakit. Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Agen penyakit (faktor etiologi):

a. Zat nutrisi

b. Agen kimiawi

c. Agen fisik

d. Agen infeksius

2. Faktor pejamu (mempengaruhi pajanan, kerentanan, respons terhadap agen):

a. Genetik

b. Usia

c. Jenis kelamin

d. Ras

e. Status imunulogis

f. Perilaku manusia

g. Penyakit lain yang sudah pernah ada

3. Faktor lingkungan (mempengaruhi keberadaan agen, pajanan atau kerentanan terhadap agen):

a. Lingkungan fisik (iklim)

b. Lingkungan biologis (populasi manusia, flora, fauna)

c. Lingkungan sosial ekonomi (pekerjaan, bencana alam)

Analisa penyakit ISPA menggunakan segitiga epidemiologi, sebagai berikut:

1. Agen penyakit pada kasus ISPA yaitu agen infeksius berupa bakteri, virus.

2. Faktor pejamu pada kasus ISPA ini adalah dapat ditularkan melalui air ludah, bersin dan udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya.

3. Faktor lingkungan pada kasus ISPA yang harus di perhatikan yaitu ventilasi, jendela rumah, kamar tidur, kamar mandi, tempat sampah, daerah padat penduduk /tidak, luas rumah, jumlah penghuni rumah, lingkungan rumah.

B. DATA GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

DATA GEOGRAFI

1. Luas Wilayah

Adapun Kecamatan Pasar Rebo yang terdiri dari 5 (lima) Kelurahan, berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989, tertanggal 18 September 1989, Luas Wilayah seluruhnya menjadi 1.297,70.Ha, dengan perincian Luas Perkelurahan adalah sebagai berikut:Tabel 1 Luas Wilayah dan KK di Puskesmas Pasar Rebo

No.KelurahanRTRWKKLuas Wilayah (Ha)

1. Gedong1171211.683263,40

2. Cijantung1091113.097238,57

3. Baru80108.186188,55

4. Kalisari1021012.458289,45

5. Pekayon1161013.467317,73

JUMLAH5245354.1181.297,70

Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 20132. Batas Wilayah

Batas Wilayah Kecamatan Pasar Rebo berdasarkan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1227 Tahun 1989 adalah sebagai berikut:

Batas Utara:

:Jl.Tengah,Jl.BalaRakyat,Jl.Condet,Jl.H.Nasih,Jl.Mandor Baning,Jl.H.Taiman Timur,Jl.Trikora II.

Batas Timur:Kali Cipinang,Jl.Raya Bogor,Kecamatan Ciracas.

Batas Selatan:Setu Tipar Desa Mekar Sari, Pilar Batas DKI dengan Jawa Barat, PT. Panasonick Desa Tugu/Palsi Gunung,SetuArman/DesaRumbut,Kecamatan.Cimanggis Kotamadya Depok.

Batas Barat:Kali Ciliwung, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta

Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 20133. Keadaan Wilayah

Sesuai dengan SK Gubernur DKI Jakarta Nomor: 1227 Tahun 1989 tentang Pemecahan dan Perubahan Batas-Batas Kelurahan serta Pembentukan Kelurahan Baru di wilayah Kecamatan Pasar Rebo dan Kramat Jati Wilayah Kotamadya Jakarta Timur, maka luas wilayah Kelurahan Baru adalah= 188, 55 hektar yang terbagi dalam 10 RW dan 80 RT, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Tabel 2. Batas Wilayah Kecamatan Pasar Rebo

No.BagianBatas Wilayah

1. Sebelah UtaraKelurahan Cijantung dan Kelurahan Baru

2. Sebelah TimurKelurahan Pekayon

3. Sebelah SelatanKelurahan Pekayon dan Kelurahan Palsi Gunung Selatan (Depok-Jawa Barat)

4. Sebelah BaratKali Ciliwung (Pejaten-Jakarta Selatan)

Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013C. DATA DEMOGRAFI1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Pasar Rebo Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2013 berjumlah 204.599 jiwa terdiri dari laki-laki 103.348 jiwa dan perempuan 101.251 jiwa, sedangkan jumlah kepala keluarga 54.118 KK.

Jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Baru selama Tahun 2013 adalah 25.331 jiwa, terdiri dari 5197 KK; 12880 penduduk laki-laki; 12451 penduduk perempuan, dengan perincian sebagai berikut : TABEL 3. DATA PENDUDUK KECAMATAN PASAR REBO TAHUN 2013NO.KELURAHANJUMLAH

1. Gedong41.658

2. Cijantung46.252

3. Baru25.331

4. Kalisari44.861

5. Pekayon46.497

JUMLAH204.599

Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 20132. Struktur PendudukDiagram 1. Piramida Penduduk Kecamatan Pasar Rebo Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2013Jumlah penduduk menurut golongan umur di Wilayah Kecamatan Pasar Rebo pada akhir Tahun 2013 dapat kami uraikan sebagai berikut :TABEL 4. JUMLAH PENDUDUK MENURUT UMUR DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013NOKELOMPOK UMUR (TAHUN)JUMLAH PENDUDUK

LAKI-LAKIPEREMPUANLAKI-LAKI + PEREMPUAN

10 410.39910.04620.445

25 99.1588.88618.044

310 147.6757.45615.131

415 197.1177.38414.501

520 248.4979.01617.513

625 2910.56910.64321.212

730 3411.18710.65521.842

835 399.4829.17818.660

940 448.0567.94115.997

1045 496.8176.60313.420

1150 545.6165.17610.792

1255 593.9253.5927.517

1360 642.2842.0544.338

1465 691.3611.2672.628

1570 747207121.432

1675+4856421.127

JUMLAH103.348101.251204.599

Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013Tabel 5 DATA FASILITAS KESEHATANNoSaranaPekayonKalisariBaruCijantungGedongJml

1Rumah Sakit----22

2Rumah Bersalin1---12

3Puskesmas211116

4Pos Kesehatan--221317

5BKIA11-1-3

6Apotik3114110

7Poliklinik2223110

8Praktek Dokter3585223

9Posyandu2321163015105

10Bidan8858-28

Sumber: Profil Kesehatan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013

Tabel 6. Data Sekolah di Wilayah Kecamatan Pasar Rebo Tahun 2013NoNama PendidikanGedongCijantungBaruKalisariPekayon

1Taman Kanak-kanak7124108

2SD141681318

3SLTP56133

4SLTA/SMU612224

5SLB-2---

6UNIV/ST/Akademi111--

Jumlah3349162833

Sumber: laporan tahunan puskesmas kecamatan Pasar Rebo tahun 2013TABEL 7. JUMLAH PEYAKIT TERBESAR DI PUSKESMAS KECAMATAN PASAR REBO

Sumber: laporan tahunan puskesmas Kecamatan Pasar Rebo tahun 2013\ KELURAHAN BARUA. DATA GEOGRAFI

Kelurahan Baru terletak di Kecamatan Pasar Rebo wilayah Jakarta TimurTABEL 8. JUMLAH PENDUDUK MENURUT UMUR dan JENIS KELAMIN DI KELURAHAN BARUNo.UsiaJumlah PendudukJumlah

Laki-LakiPerempuan

1.0-4155413532907

2.5-14226621454411

3.15-446684696913653

4.45-64205417953849

5.65260251511

Jumlah126701266125331

Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Baru Tahun 2013TABEL 9. DATA PEKERJAAN PENDUDUK DI KELURAHAN BARUNOPEKERJAANJUMLAH/JIWA

1Bidang Pertanian936

2Bidang Industri/Pabrik257

3Bidang Perdagangan1328

4Pegawai Negeri2184

5Pegawai Swasta1932

6TNI/Polri3379

7Buruh Harian5712

8Wiraswasta2113

9.Lain-lain208

JUMLAH18049

Sumber: laporan tahunan puskesmas Kelurahan Baru tahun 2013TABEL 10. FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KELURAHAN BARU TAHUN 2013NO.JENISJUMLAH

1Rumah Sakit0

2Puskesmas1

3Pos Kesehatan0

4Posyandu10

5Poli Klinik2

6Bidan1

7Balai Kesehatan0

8Rumah Bersalin4

9Praktek Dokter1

10Apotek1

Sumber: Laporan Tahunan Kelurahan Baru tahun 2013

TABEL11. DATA 10 PENYAKIT TERBANYAK PUSKESMAS KELURAHAN BARU TAHUN 2013NoNama penyakitJumlah%

1Infeksi akut saluran pernapasan bagian atas423840.00%

2Pulpa dan Jaringan Periapikal183517.00%

3Penyakit Sistem Otot dan Jaringan Ikat116711.00%

4Hipertensi9879.00%

5PENY.PD SAL.PERNAFASAN ATAS7988.00%

6Diare4604.00%

7Tonsilitis4274.00%

8Penyakit Kulit Alergi3513.00%

9Penyakit Mata2162.00%

10Penyakit Kulit Infeksi1852.00%

Total25331100.00%

Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Baru Tahun 2013DIAGRAM 2. 10 PENYAKIT TERBANYAK DI PUSKESMAS KELURAHAN BARU TAHUN 2013

Sumber : Laporan Tahunan Kelurahan Baru Tahun 2013II. DIAGNOSIS MASALAH

Masalah Kesehatan: ISPAWilayah Masalah : RT 05/RW 08 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo,Jakarta TimurSasaran: Warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta TimurJumlah KK: 96 KKJumlah Sasaran: 320 jiwa

Target sasaran: 25 orang

Jumlah yang hadir: 20 orangTabel I. Data Jumlah Warga yang Menjawab Benar Mengenai Pengetahuan Hipertensi Sebelum Dilakukan IntervensiNoPENGETAHUANN%

1.Mengetahui tentang penyakit ISPA1260

2.Mengetahui mengenai penyebab ISPA 1155

3.Mengetahui gejala ISPA735

4.Mengetahui cara penularan ISPA 5

25

5.Mengetahui Organ yang termasuk Saluran Napas Atas1365

6.Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang ISPA1575

7.Mengetahui cara mencegah penularan ISPA840

8.Mengetahui komplikasi penyaki ISPA 1050

9.Mengetahui Pengobatan yang tepat untuk ISPA1050

10.Mengetahui Lingkungan yang perburuk penyakit ISPA1575

Berdasarkan hasil pretest didapatkan :

1. 12 dari 20 responden (60%) mengetahui tentang penyakit ISPA2. 11 dari 20 responden (55%) mengetahui penyebab ISPA.3. 7 dari 20 responden (35%) mengetahui gejala ISPA 4. 5 dari 20 responden (25%) mengetahui cara penularan ISPA.5. 13 dari 20 responden (65%) mengetahui Organ yang termasuk Saluran Napas Atas 6. 15 dari 20 responden (75%) mengetahui siapa saja yang dapat terserang ISPA7. 8 dari 20 responden (40%) mengetahui cara mencegah penularan ISPA8. 10 dari 20 responden (50%) mengetahui komplikasi ISPA.

9. 10 dari 20 responden(50%) mengetahui pengobatan yang tepat untuk ISPA.

10. 15 dari 20 responden (75%) mengetahui tentang Lingkungan yang memperburuk ISPATabel II. Hasil PretestNoNilai Pre Test

150

260

360

470

570

680

750

860

970

1060

1170

1240

1360

1470

1570

1670

1760

1880

1960

2070

Jumlah 1280

Rata rata64

Tabel III. .Kriteria Penilaian

No.NilaiKategori

1.< 65Kurang

2.65 75Cukup

3.> 75Baik

Keterangan :Tingkat pengetahuan masyarakat dilihat berdasarkan nilai rata-rata pretest responden

Nilai rata-rata: 50 + 60 + 60 + 70 + 70 + 80 + 50 + 60 + 70 + 60 + 70 + 40 + 60 + 70 + 70 + 70 + 60 + 80 + 60 + 70 = 1280 = 64

20

Keterangan : Pengetahuan Warga RT 005 /RW 003 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur mengenai ISPA kurang

III. PERUMUSAN MASALAH

Pengetahuan warga masyarakat terutama warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur terhadap ISPA masih kurang.IV. PERENCANAAN PENYELESAIAN MASALAH

1. Masalah Intervensi: ISPA2. Rencana Intervensi: Penyuluhan tentang ISPA3. Tujuana. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo mengenai ISPA.

b. Tujuan Khusus :

Meningkatkan pengetahuan warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo mengenai Cara Penularan ISPA Meningkatkan pengetahuan warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo mengenai gejala ISPA

Meningkatkan pengetahuan warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo mengenai mencegah penularan ISPA4. Sasaran: Warga di RT 05/RW 08, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo5. Jumlah Target: 25 Orang

6. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Hari/Tanggal

: Rabu, 28 Januari 2015 Waktu

: 09.00 10.00

Tempat

: Rumah Warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo Acara

: Penyuluhan tentang ISPA

Alat Peraga

: Laptop, LCD, flipchart, layar putih, Leaflet7. Sumber Daya

: Dokter Muda

: 1 orang Kader

: 1 orang Petugas Kelurahan: 1 orang8. Biaya operasionalNoKeteranganJumlah

1.Fotocopy pretest dan post-test 2 x 3 lembar x 25 @ Rp 100,-Rp. 15.000,-

2.FlipchartRp. 100.000,-

3.Leaflet 25 x 1000Rp. 25.000

4.Konsumsi (25 @ Rp. 5.000,-)Rp. 125.000,-

5. Alat Tulis 2 lusin x 15.000Rp. 30.000,-

TOTALRp. 295.000,-

9. Evaluasi

: Membandingkan nilai pre-test dan post-test setelah penyuluhan.

V. PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH

1. Pelaksanaan Intervensi Masalah yang diintervensi: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Kegiatan

: Penyuluhan

Target peserta

: 25 orang

Jumlah peserta yang hadir: 20 orang

Hari/Tanggal

: Rabu, 28 Januari 2015 Waktu

: 09.00 10.00 WIB

Tempat

: Rumah Warga di RT 05/RW 08 Kelurahan Baru

Kecamatan Pasar Rebo Materi yang diberikan

: - Pengertian ISPA

-Penyebab ISPA

- Perjalanan ISPA

- Faktor resiko ISPA

-Klasifikasi ISPA

- Cara penularan ISPA

- Siapa saja yang dapat terserang ISPA Tanda dan gejala ISPA

Pencegahan ISPA

Perawatan ISPA di rumah

Tanda bahaya ISPA

2. Sumber Daya

Dokter Muda

: 1 orang

Kader

: 1 orang

Petugas Kelurahan

: 1 orangAlat Peraga

: Flipchart & LeafletBiaya Operasional:

NoKeteranganJumlah

1.Fotocopy pretest dan post-test 2 x 3 lembar x 20 @ Rp 75,-Rp. 9.000,-

2.FlipchartRp. 100.000,-

3.Leaflet 25x1000Rp. 25.000

4.Konsumsi (20 @ Rp. 5.000,-)

Rp. 100.000,-

5.Alat Tulis (2x9000)Rp. 18.000,-

TOTALRp. 252.000,-

4.Evaluasi: membandingkan nilai pretest dan post test setelah penyuluhanVI. EVALUASI

A. Input

SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter muda Geraldine Kenyo Estuworo, S.Ked sebagai penyuluh dan narasumber, 1 orang kader, dan 1 petugas kelurahan sesuai dengan perencanaan. Jumlah Peserta yang hadir 20 orang dan jumlah peserta yang sudah ditargetkan yaitu 25 orang dikarenakan tidak semua bisa hadir dalam acara penyuluhan. Tidak sesuai dengan Perencanaan Materi yang diberikan saat intervensi tentang ISPA dengan menggunakan alat peraga flipchat karena tidak ada tempat listrik yang terdekat untuk memasang lcd. Tidak sesuai dengan perencanaan Dana yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan bersumber dari dokter muda dan berubah dari perencanaan, yaitu dari Rp. 295.000,- menjadi Rp. 252.000,-, karena ketika fotocopy menemukan tempat yang lebih murah dan penjualan 1 lusin alat tulis lebih murah. Tidak sesuai dengan Perencanaan Telah ditentukan diagnosis masalah kesehatan melalui kuesioner pretest-postest yaitu ISPA sesuai dengan perencanaanB. Proses

Dilakukan kegiatan penyuluhan pada hari Rabu, 28 Januari 2015 sesuai dengan perencanaan. Penyuluhan dilaksanankan di Rumah warga RT 05/RW 08 sesuai dengan perencanaan. Kegiatan penyuluhan yang dijalankan dimulai sesuai jadwal yang direncanakan. Kegiatan berlangsung sekitar 60 menit. Pelaksanaan kegiatan berupa pre-test, penyuluhan mengenai ISPA dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diakhiri dengan post-test untuk mengetahui keberhasilan intervensi sesuai dengan perencanaan. 3 Pertanyaan : Bagaimana penanganan segera jika terjadi ISPA?Jika sudah positif terserang ISPA yaitu dilihat dari keluhannya, sebaiknya tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan , misalnya minuman dingin, rasa gurih, makanan yang terlalu manis dan segera dibawa ke dokter. Bagaimana mencegah agar tidak terkena ISPA?Seperti yang sudah saya jelaskan, tentunya menjaga lingkungan sekitar karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyakit ISPA seperti lingkungan rumah yang bebas dari asap rokok, membersihkan rumah dengan baik. Selain itu menjaga pola makan yang bergizi agar daya tahan tubuh kita tidak menurun sehingga tidak mudah terkena ISPA Apakah Imunisasi Influenza boleh diberikan ke semua orang ?Imunisasi Influenza bisa diberikan kepada semua orang, baik itu anak, maupun dewasa. Tentunya dalam pada saat imunisasi dalam keadaan sehat.

Jumlah peserta tidak sesuai dengan target yang direncanakan. Hal ini dikarenakan beberapa peserta adanya kesibukan yang tidak dapat ditinggalkan Tidak ada masalah berarti selama penyuluhan. Penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan masyarakat mengikuti penyuluhan dengan antusias. Situasi penyuluhan juga cukup kondusif, peserta mengikuti penyuluhan tanpa kegaduhan. Pemecahan masalah : Dokter muda mempersingkat penyuluhan tetapi isi penyuluhan tetap padat dan peserta tetap antusias mendengarkan.C. OutputTabel I Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test

No Nilai Pre testNilai Post test

15080

26090

36070

47090

57080

680100

75080

86090

97080

106080

1170100

124090

136080

147090

157080

167080

176090

188080

196080

207080

Jumlah 12801870

Rata-rata6493,5

Berdasarkan data tabel tersebut diatas terdapat kenaikan rata-rata hasil pretest dan post test dari 64 menjadi 93,5 kenaikan nilai sebesar 29.5 point. Dengan presentase sebesar 46,09%Penilaian: post test pre test= 93,5 - 64

= 29,5Presetase kenaikan:

{(Post testPretest ) / pretest } x 100% = {(93,5 64) /64}x100%

= 46,09 %TABEL II

HASIL KENAIKAN INTERVENSINoPENGETAHUANSebelum IntervensiSesudah IntervensiKenaikan

Intervensi

N%N%N%

1.Mengetahui tentang penyakit ISPA126520100835

2.Mengetahui mengenai penyebab ISPA 115520100945

3.Mengetahui gejala ISPA7351890355

4.Mengetahui cara penularan ISPA 5

2517851260

5.Mengetahui Organ yang termasuk Saluran Napas Atas13651995230

6.Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang ISPA15751995420

7.Mengetahui cara mencegah penularan ISPA84018901050

8.Mengetahui komplikasi penyaki ISPA 10501995945

9.Mengetahui Pengobatan yang tepat untuk ISPA10501890840

10.Mengetahui Lingkungan yang perburuk penyakit ISPA15751995420

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan warga diRT 05/RW 08 Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur mengenai ISPA masuk dalam kategori Kurang (64). Sedangkan setelah dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat meningkat menjadi kategori Baik (93,5) berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden sebesar 46,09%. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai yang diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden. Sebelum dilakukan intervensi khususnya mengenai cara penularan, hasil pretest dalam persentase dari responden adalah 5 responden (25%) dan masuk dalam kategori kurang. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post test dalam presentase dari responden adalah 17 (85%) dan menjadi kategori baik. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden sebesar 60%. Hal ini menandakan penyuluhan ISPA khususnya cara penularan yang diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden.

Sebelum dilakukan intervensi khususnya mengenai gejala ISPA, hasil pretest dalam persentase dari responden adalah 7 responden (35%) dan masuk dalam kategori kurang. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post test dalam presentase dari responden adalah 18 (90%) dan menjadi kategori baik. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden sebesar 55%. Hal ini menandakan penyuluhan ISPA khususnya gejala ISPA yang diberikan telah berhasil menambah pengetahuan responden

2. Saran

Kepada Masyarakat RT05/ RW 08, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur : Agar dapat menyebarkan informasi yang telah didapat kepada warga lain ataupun kepada anggota keluarga yang beresiko terkena Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Agar masyarakat mengikuti pola hidup yang sehat dan dapat mencegah terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut dengan tepat sesuai dengan penyuluhan yang sudah disampaikan.

Dapat terlebih dahulu menerapkan apa yang telah didengar dalam kehidupan pribadi dan dapat menjadi contoh baik bagi keluarga maupun lingkungan sekitar

Rutin memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat

Kepada Petugas Kesehatan :

Agar dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan yang berkaitan dengan Infeksi Saluran Pernafasan akut.

Agar dapat memberikan penyuluhan secara berkala mengenai Infeksi Saluran Pernafasan AtasDAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1985). Angka kunjungan Penderita ISPA di Indonesia. http://www. Terbaca.com/angka-kunjungan-ispa.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Angka kunjungan Penderita ISPA di Indonesia. www.angkapenderita.ispa.2000.com.3. Hidayat, M. N, (2009). Hubungan Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA. http;//journal-kesehatan-ispa.html

4. Dunduh dari : http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126838-S-5827-Faktor%20risiko-Pendahuluan.pdf, Februari 20155. http://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/teori-blum-tentang-kesehatan- masyarakat/(judul: TeoriHendrik L Blum, Tahun:2010)6. Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo tahun 2013

7. Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Baru tahun 2013

LAMPIRAN 1

KUISIONER STATUS KESEHATAN MASYARAKAT

ISPA

Nama:

Tanggal:Usia:

No Kuesioner:Alamat:

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING BENAR

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit ISPA?

a. Infeksi saluran pernafasan atas

b. Infeksi saluran pernafasan akut

c. Infeksi saluran pencernaan akut

d. Bukan salah satu di atas

2. Yang manakah yang dapat menyebabkan penyakit ISPA?

a. Asap rokok

b. Virus

c. Cacing

d. Kurang gizi

3. Apakah gejala penyakit ISPA?

a. Sesak nafas

b. Demam

c. A dan B benar

d. Tidak tahu

4. ISPA dapat ditularkan melalui :

a. Udara

b. Makanan

c. Sentuhan langsung dengan penderita ispa

d. Memakai barang-barang milik penderita ispa

5. Organ tubuh mana yang merupakan bagian dari saluran pernapasan atas?

a. Mata

b. Telinga

c. Hidung

d. Tenggorokan

6. Siapa saja yang dapat terkena ISPA?

a. Balita

b. Anak usia sekolah

c. Dewasa

d. Semua benar

7. Pencegahan apa yang dilakukan agar ISPA tidak menular kepada orang lain?

a. Menggunakan masker

b. Makan makanan bergizi

c. Mengatur pola makan

d. Minum suplemen

8. Komplikasi dari penyakit ISPA adalah :

a. Kematian

b. Penyakit paru obstruktif kronis

c. Maag

d. Sulit buang air besar

9. Menurut anda apa pengobatan yang tepat untuk ISPA

a. Anti Muntah

b. Antibiotik

c. Antivirus

d. Anti demam

10. Bagaimana lingkungan yang menurut anda dapat memperburk ISPA?

a. Lingkungan yang panas dan gersang

b. Lingkungan yang sejuk

c. Lingkungan yang lembab dan ventilasi yang kurang

d. Semua jawaban di atas benar

LAMPIRAN 2

Nama: Geraldine Kenyo Estuworo

NIM: 0961050006

Tanda tangan:

GENETIK

LINGKUNGAN

PELAYANAN KESEHATAN

ISPA

FISIK : VENTILASI, JENDELA RUMAH, KAMAR TIDUR, KAMAR MANDI, TEMPAT SAMPAH, DAERAH PADAT PENDUDUK /TIDAK, LUAS RUMAH, JUMLAH PENGHUNI RUMAH, LINGKUNGAN RUMAH

BIOLOGIK : VIRUS, BAKTERI

SOS-BUD-EK : TINGKAT PENDIDIKAN, EKONOMI YANG RENDAH

PROMOTIF : PENGETAHUAN

PREVENTIF : IMUNISASI INFLUENZA

KURATIF : MENYARANKAN PASIEN YANG TERKENA ISPA UNTUK BEROBAT KE PUSKESMAS ATAU DOKTER

REHABILITATIF: MENGANJURKAN UNTUK MENIMUM OBAT YANG DIBERIKAN SECARA TERATUR

PERILAKU

PENGETAHUAN : PENYEBAB, FAKTOR RISIKO, PENYEBARAN, PENCEGAHAN, PENGOBATAN

SIKAP : TIDAK MENGHINDARI PENCETUSNYA, TIDAK MENCEGAH TERJADINYA PENULARAN

PRAKTEK : TIDAK MEMBUKA JENDELA SETIAP HARI, JIKA SAKIT TIDAK BEROBAT KE DOKTER, TIDAK TERATUR MINUM OBAT, TIDAK MENGGUNAKANMASKER

Status Ujian Ilmu Kedokteran Komunitas ISPAHalaman 1