Status Saraf
-
Upload
mila89matrial -
Category
Documents
-
view
427 -
download
0
Transcript of Status Saraf
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 1/20
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kegawatan merupakan suatu keadaan dimana seseorang berada dalam keadaan
kritis dan apabila tidak dilakukan suatu usaha atau tindakan akan menyebabkan kematian.
Salah satu kegawatdaruratan di bidang neurologi adalah status epileptikus walaupun di
Indonesia belum merupakan problem kesehatan masyarakat yang besar.
Sebelum membahas penyakit ini, terlebih dahulu diingatkan kembali mengenai
batasan dari epilepsi. Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure)
berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermitten yang
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara
paroksismal dan disebabkan oleh berbagai etiologi. 1
Status epileptikus ditegakkan apabila kejang yang terjadi bersifat kontinu, berulang
dan disertai gangguan kesadaran dengan durasi kejang yang berlangsung lebih dari 30
menit.2
Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius karena terjadi terus-
menerus tanpa berhenti dimana terdapat kontraksi otot yang sangat kuat, kesulitan bernapas
sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas sehingga apabila
status epileptikus tidak dapat ditangani dengan segera, maka besar kemungkinan dapat
terjadi kerusakan jaringan otak yang permanen dan dapat menyebabkan kematian. Oleh
karena itu, gejala ini harus dapat dikenali dan ditanggulangi secepat mungkin. Rata-rata
15% penderita meninggal, walaupun pengobatan dilakukan secara tepat. Lebih kurang 60
-80% penderita yang bebas dari kejang setelah lebih dari 1 jam akan menderita cacat
neurologis atau berlanjut menjadi penderita epilepsi.
I.2 Tujuan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 1
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 2/20
Referat ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman
tentang status epileptikus serta menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Syaraf Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
I.3 Manfaat
Semoga referat ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi pembaca dan
bermanfaat bagi rekan-rekan co-ass dalam menambah ilmu pengetahuan tentang status
epileptikus dan dengan bertambahnya pengetahuan mengenai status epileptikus, diharapkan
penyakit ini dapat ditangani secara lebih efektif .
BAB II
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 2
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 3/20
STATUS EPILEPTIKUS
II.1 Definisi
Pada konvensi Epilepsy Foundation of America(EFA), status epileptikus
didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian kejang tanpa
adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang yang berlangsung lebih
dari 30 menit. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika seseorang mengalami kejang
persisten atau seseorang yang tidak sadar kembali selama lima menit atau lebih harus
dipertimbangkan sebagai status epileptikus.3
II.2 Epidemiologi
Status Epileptikus merupakan masalah kesehatan umum yang diakui meningkat
akhir-akhir ini. Hal ini berhubungan dengan mortalitas yang tinggi dimana pada 152.000
kasus yang terjadi tiap tahunnya di USA menghasilkan kematian. Angka kejadian status
epileptikus kira-kira 60.000 – 160.000 kasus dari status epileptikus tonik-klonik umum
yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya.4
Pada sepertiga kasus, status epileptikusmerupakan gejala yang timbul pada pasien yang mengalami epilepsi berulang dimana
orang-orang dengan epilepsi ini berada pada peningkatan risiko tinggi untuk status
epileptikus, biasanya karena ketidakteraturan dalam memakan obat antikonvulsan.
Mortalitas yang berhubungan dengan aktivitas kejang sekitar 1-2 persen, tetapi mortalitas
yang berhubungan dengan penyakit yang menyebabkan status epileptikus kira-kira 10
persen. Pada kejadian tahunan menunjukkan suatu distribusi bimodal dengan puncak pada
neonatus, anak-anak dan usia tua.
Dari data epidemiologi menunjukkan bahwa etiologi dari Status Epileptikus dapat
dikategorikan pada proses akut dan kronik. Pada usia tua, Status Epileptikus kebanyakan
sekunder karena adanya penyakit serebrovaskuler, disfungsi jantung, dementia. Pada
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 3
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 4/20
Negara miskin, epilepsi merupakan kejadian yang tak tertangani dan merupakan angka
kejadian yang paling tinggi.5
II.3 Klasifikasi
Klasifikasi status epileptikus sangat penting untuk penanganan yang tepat, karenan
penanganan yang efektif tergantung pada tipe dari status epileptikusnya. Berdasarkan
lokasi, awal bangkitan status epileptikus terjadi dari area tertentu dari korteks (Partial
onset) atau kedua hemisfer otak (Generalized onset), sedangkan jika berdasarkan
pengamatan klinis, status epileptikus terbagi atas konvulsif (bangkitan umum tonik-klonik)
dan non-konvulsif (bangkitan bukan umum tonik-klonik).6
Banyak pendekatan klinis yang diterapkan untuk mengklasifikasikan status
epileptikus yaitu status epileptikus umum (tonik-klonik, mioklonik, absens,atonik,akinetik)
dan status epileptikus parsial (sederhana dan kompleks).4,7
II.4 Etiologi
Status epileptikus dapat disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab status epileptikus
sangat bervariasi tiap individu antara lain :
• Penghentian obat-obatan antikonvulsan secara tiba-tiba
• Kelainan serebrovaskular
• Gangguan metabolik
• Infeksi SSP
•
Gangguan iskemik-hipoksik
• Tumor
• Trauma
• Idiopatik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 4
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 5/20
Sumber : Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf
II.5 Patofisiologi8
Pada status epileptikus terjadi kegagalan mekanisme normal untuk mencegah
kejang. Kegagalan ini terjadi bila rangsangan bangkitan kejang (Neurotransmiter eksitatori:
glutamat, aspartat dan acetylcholine) melebihi kemampuan hambatan intrinsik (GABA)
atau mekanisme hambatan intrinsik tidak efektif.
Pada level neurokimia, bangkitan terjadi akibat ketidakseimbangan antara eksitasi
berlebihan dan kurangnya inhibisi. Neurotransmiter eksitasi yang terbanyak ditemukan
adalah glutamate dan juga turut dilibatkan disini adalah reseptor subtype NMDA (N-
methyl-D-aspartate). Neurotransmiter inhibisi yang terbanyak ditemukan adalah gamma-
aminobutyric acid (GABA). Kegagalan proses inhibisi merupakan mekanisme utama pada
status epileptikus.
Inhibisi yang diperantarai reseptor GABA berperanan dalam normalnya terminasi
bangkitan. Aktivasi reseptor NMDA oleh glutamate sebagai neurotransmitter eksitasi
dibutuhkan dalam perambatan bangkitan. Aktivasi reseptor NMDA meningkatkan kadar
kalsium intraseluler yang menyebabkan cedera sel saraf pada status epileptikus. Sejumlah
penelitian menyimpulkan bahwa semakin lama durasi status epileptikus maka semakin sulit
dikontrol. Hal ini dikatakan sebagai akibat peralihan dari transmisi GABAergik inhibisi
yang inadekuat ke transmisi NMDA eksitasi yang berlebihan.
Suatu lepas muatan simpatis akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan
bertambahnya denyut jantung. Autoregulasi peredaran darah otak hilang, mengakibatkan
turunnya resistensi serebrovaskuler. Aliran darah ke otak sangat bertambah didorong oleh
tingginya tekanan darah dan tidak adanya mekanisme autoregulasi. Sebaliknya tekanan
darah sistemik akan turun, bila kejang berlangsung terus dan mengakibatkan turunnya
tekanan perfusi, yang selanjutnya menyebabkan iskemi otak. Hal ini dan berbagai faktor
lain akan menyebabkan hipoksi sel-sel otak. Kejang otot yang luas dan melibatkan otot
pernafasan, selain mengganggu pernafasan secara mekanis juga menyebabkan inhibisi pada
pusat pernafasan di medulla oblongata. Disamping itu kegiatan lepas muatan saraf otonom
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 5
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 6/20
menyebabkan sekresi bronkus berlebihan dan aspirasi, mengakibatkan gangguan difusi
oksigen melalui dinding alveolus. Perubahan fisiologis lain yang paling penting ialah
adanya penggunaan energi yang sangat banyak. Neuron yang terus menerus terpacu
menyebabkan bertambahnya metabolisme otak secara berlebihan, sehingga persediaan
senyawa fosfat energi tinggi terkuras. Hipotensi dan hipoksi akan memperburuk keadaan,
yang berakhir dengan kematian sel-sel neuron. Selanjutnya hal ini dapat mengakibatkan
aritmia jantung, hipoksia otak yang berat dan kematian. Kejang otot dan gangguan
otoregulasi lain, juga menimbulkan komplikasi kerusakan otot, edema paru dan nekrosis
tubuler mendadak. Status epileptikus yang berlangsung lama menimbulkan kelainan yang
sama dengan apa yang terjadi pada hipoglikemia berat atau hipoksi. Sel-sel neuron yang
mengalami iskemi selalu terdapat di daerah sektor Sommer hipokampus, lapisan 3, 4 dan 6
korteks serebri, kornu Ammon, amigdala, talamus dan sel-sel Purkinje
Secara klinis dan berdasarkan EEG, status epileptikus dibagi menjadi lima fase.5
Fase pertama terjadi mekanisme kompensasi, seperti peningkatan aliran darah otak
dan cardiac output , peningkatan oksigenase jaringan otak, peningkatan tekanan darah,
peningkatan laktat serum, peningkatan glukosa serum dan penurunan pH yang diakibatkan
asidosis lakta dan terjadi perubahan syaraf yang bersifat reversibel pada tahap ini. Setelah
30 menit, ada perubahan ke fase kedua, kemampuan tubuh beradaptasi menjadi berkurangdimana tekanan darah , pH dan glukosa serum kembali normal. Terjadilah kerusakan syaraf
bersifat irreversibel pada tahap ini.
Pada fase ketiga, aktivitas kejang berlanjut mengarah pada terjadinya hipertermia
(suhu meningkat), perburukan pernafasan dan peningkatan kerusakan syaraf yang
irreversibel.
Aktivitas kejang yang berlanjut diikuti oleh mioklonus selama tahap keempat, ketika
peningkatan pernafasan yang buruk memerlukan mekanisme ventilasi. Keadaan ini diikuti
oleh penghentian dari seluruh klinis aktivitas kejang pada tahap kelima, tetapi kerusakan
syaraf dan kerusakan otak berlanjut.
II.6 Gambaran Klinik
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 6
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 7/20
Pengenalan terhadap status epileptikus penting pada awal stadium untuk mencegah
keterlambatan penanganan. Status tonik-klonik umum (Generalized Tonic-Clonic)
merupakan bentuk status epileptikus yang paling sering dijumpai, hasil dari survei
ditemukan kira-kira 44 sampai 74 persen, tetapi bentuk yang lain dapat juga terjadi.4,8,9
A. Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized tonic-clonic Status
Epileptikus)
Ini merupakan bentuk dari Status Epileptikus yang paling sering dihadapi dan
potensial dalam mengakibatkan kerusakan. Kejang didahului dengan tonik-klonik umum
atau kejang parsial yang cepat berubah menjadi tonik klonik umum. Pada status tonik-
klonik umum, serangan berawal dengan serial kejang tonik-klonik umum tanpa pemulihan
kesadaran diantara serangan dan peningkatan frekuensi.
Setiap kejang berlangsung dua sampai tiga menit, dengan fase tonik yang
melibatkan otot-otot aksial dan pergerakan pernafasan yang terputus-putus. Pasien menjadi
sianosis selama fase ini, diikuti oleh hyperpnea retensi CO2. Adanya takikardi dan
peningkatan tekanan darah,hyperpireksiamungkin berkembang. Hiperglikemia dan
peningkatan laktat serum terjadi yang mengakibatkan penurunan pH serum dan asidosis
respiratorik dan metabolik. Aktivitas kejang sampai lima kali pada jam pertama pada kasus
yang tidak tertangani.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 7
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 8/20
Gambar 1. Kejang tonik-klonik umum
B. Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status Epileptikus)
Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik umum mendahului fase
tonik dan diikuti oleh aktivitas klonik pada periode kedua.
C. Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus)
Status epilepsi tonik terjadi pada anak-anak dan remaja dengan kehilangan kesadaran tanpa
diikuti fase klonik. Tipe ini terjai pada ensefalopati kronik dan merupakan gambaran
dari Lenox-Gestaut Syndrome.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 8
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 9/20
D. Status Epileptikus Mioklonik
Biasanya terlihat pada pasien yang mengalami enselofati. Sentakan mioklonus adalah
menyeluruh tetapi sering asimetris dan semakin memburuknya tingkat kesadaran. Tipe dari
status epileptikus tidak biasanya pada enselofati anoksia berat dengan prognosa yang
buruk, tetapi dapat terjadi pada keadaan toksisitas, metabolik, infeksi atau kondisi
degeneratif.
Gambar 3. Kejang mioklonik
E. Status Epileptikus Absens
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 9
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 10/20
Bentuk status epileptikus yang jarang dan biasanya dijumpai pada usia pubertas atau
dewasa. Adanya perubahan dalam tingkat kesadaran dan status presen sebagai suatu
keadaan mimpi (dreamy state) dengan respon yang lambat seperti menyerupai“slow
motion movie” dan mungkin bertahan dalam waktu periode yang lama. Mungkin ada
riwayat kejang umum primer atau kejang absens pada masa anak-anak. Pada EEG terlihat
aktivitas puncak 3 Hz monotonus (monotonous 3 Hz spike) pada semua tempat. Respon
terhadap status epileptikus Benzodiazepin intravena didapati.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 10
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 11/20
Gambar 4. Absans
F. Status Epileptikus Non Konvulsif
Kondisi ini sulit dibedakan secara klinis dengan status absens atau parsial kompleks, karena
gejalanya dapat sama. Pasien dengan status epileptikus non-konvulsif ditandai dengan
stupor atau biasanya koma. Ketika sadar, dijumpai perubahan kepribadian dengan
paranoia,delusional , cepat marah, halusinasi, tingkah laku impulsif (impulsive behavior ),
retardasi psikomotor dan pada beberapa kasus dijumpai psikosis. Pada EEG
menunjukkan generalized spike wave discharges, tidak seperti 3 Hz spike wave
discharges dari status absens.
G. Status Epileptikus Parsial Sederhana
a. Status Somatomotorik
Kejang diawali dengan kedutan mioklonik dari sudut mulut, ibu jari dan jari-jari
pada satu tangan atau melibatkan jari-jari kaki dan kaki pada satu sisi dan
berkembang menjadi jacksonian marchpada satu sisi dari tubuh. Kejang mungkin
menetap secara unilateral dan kesadaran tidak terganggu. Pada EEG sering tetapi
tidak selalu menunjukkan periodic lateralized epileptiform dischargespada
hemisfer yang berlawanan (PLED), dimana sering berhubungan dengan proses
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 11
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 12/20
destruktif yang pokok dalam otak. Variasi dari status somatomotorik ditandai
dengan adanya afasia yang intermitten atau gangguan berbahasa (status afasik).
b. Status Somatosensorik
Jarang ditemui tetapi menyerupai status somatomotorik dengan gejala sensorik
unilateral yang berkepanjangan atau suatu sensory jacksonian march.
H. Status Epileptikus Parsial Kompleks
Dapat dianggap sebagai serial dari kejang kompleks parsial dari frekuensi yang cukup
untuk mencegah pemulihan diantara episode. Dapat terjadi otomatisme, gangguan
berbicara, dan keadaan kebingungan yang berkepanjangan. Pada EEG terlihat aktivitas
fokal pada lobus temporalis atau frontalis di satu sisi, tetapi bangkitan epilepsi sering
menyeluruh. Kondisi ini dapat dibedakan dari status absens dengan EEG, tetapi mungkin
sulit memisahkan status epileptikus parsial kompleks dan status epileptikus non-konvulsif
pada beberapa kasus.
II.7 Diagnosis 1
Anamnesis :
• Riwayat epilepsi berulang.
• Riwayat penyakit sistemik atau SSP
• Riwayat putus obat atau gagalnya pengobatan yang sudah berjalan
• Riwayat trauma
Pemeriksaan Klinis :
• Cara yang paling penting untuk membedakan status epileptikus dari suatu
bangkitan umum biasa adalah dengan memeriksa aktivitas susunan saraf
simpatis. Menetapnya takikardi, hipertensi, berkeringat, hipersalivasi
merupakan gambaran umum status epileptikus.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 12
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 13/20
Pemeriksaan Penunjang10 :
Pemeriksaan penunjang pada status epileptikus, yang diarahkan pada identifikasi
penyebabnya, termasuk :
• EEG :
o Untuk mengkonfirmasi diagnosis, terutama pada kasus refrakter,
yang mungkin fungsional, yaitu pseudostatus dan tidak menunjukkan
kelainan EEG
o Untuk memantau pengobatan, melakukan titrasi obat anesthesia
sampai pola burst-suprpresion dicapai
• Kadar obat antikonvulsan :
o Yang harus dipantau untuk menjamin konsentrasi serum yang
adekuat
o Segera setelah status epileptikus dapat dikendalian, pada pasien
dengan epilepsy yang sudah ada sebelumnya, regimen antikonvulsan
oral yang biasa dipakai, dapat diberikan kembali
II.8 Penatalaksanaan
Status epileptikus merupakan salah satu kondisi neurologis yang membutuhkan
anamnesa yang akurat, pemeriksaan fisik, prosedur diagnostik, dan penanganan segera
mungkin dan harus dirawat pada ruang intensif (ICU). Protokol penatalaksanaan status
epileptikus pada makalah ini diambil berdasarkan consensus Epilepsy Foundation of
America (EFA). Lini pertama dalam penanganan status epileptikus menggunakan
Benzodiazepin. Benzodiazepin yang paling sering digunakan adalah Diazepam (Valium),
Lorazepam ( Ativan), dan Midazolam (Versed ). Ketiga obat ini bekerja dengan peningkatan
inhibisi dari g-aminobutyric acid (GABA) oleh ikatan pada Benzodiazepin-GABA dan
kompleks Reseptor-Barbiturat.6,11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 13
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 14/20
Berdasarkan penelitian Randomized Controlled Trials(RCT) pada 570 pasien yang
mengalami status epileptikus yang dibagi berdasarkan empat kelompok (pada tabel di
bawah), dimana Lorazepam 0,1 mg/kg merupakan obat terbanyak yang berhasil
menghentikan kejang sebanyak 65 persen.
Nama obat Dosis (mg/kg) Persentase
1. Lorazepam 0,1 65 %
2. Phenobarbitone 15 59 %
3. Diazepam + Fenitoin 0.15 + 18 56 %
4. Fenitoin 18 44 %
Lorazepam memiliki volume distribusi yang rendah dibandingkan dengan Diazepam dan
karenanya memiliki masa kerja yang panjang. Diazepam sangat larut dalam lemak dan
akan terdistribusi pada depot lemak tubuh. Pada 25 menit setelah dosis awal, konsentrasi
Diazepam plasma jatuh ke 20 persen dari konsentrasi maksimal. Mula kerja dan kecepatan
depresi pernafasan dan kardiovaskuler (sekitar 10 %) dari Lorazepam adalah sama.
Pemberian antikonvulsan masa kerja lama seharusnya dengan menggunakan
Benzodiazepin. Fenitoin diberikan dengan 18 sampai 20 mg/kg dengan kecepatan tidak
lebih dari 50 mg dengan infus atau bolus. Dosis selanjutnya 5-10 mg/kg jika kejang berulang. Efek samping termasuk hipotensi (28-50 %), aritmia jantung (2%). Fenitoin
parenteral berisi Propilen glikol, Alkohol dan Natrium hidroksida dan penyuntikan harus
menggunakan jarum suntik yang besar diikuti dengan NaCl 0,9 % untuk mencegah lokal
iritasi : tromboplebitis dan “purple glove syndrome”. Larutan dekstrosa tidak digunakan
untuk mengencerkan fenitoin, karena akan terjadi presipitasi yang mengakibatkan
terbentuknya mikrokristal.6,11
Penatalaksanaan status epileptikus selain berusaha menghentikan kejang, juga harus dicari
apa yang menjadi latar belakang terjadinya status epileptikus. Selama dilakukan usaha
untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi vital, alloanamnesis dilakukan untuk
memperoleh keterangan mengenai riwayat penyakit sebelumnya. Adanya kemungkinan
riwayat epilepsi, penggunaan alkohol, obat penenang, trauma, radang otak dan penyakit
lain yang ada kaitannya dengan status epileptikus dimana tahap ini sangat penting untuk
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 14
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 15/20
menentukan prognosis.
Protokol Penatalaksanaan Status Epileptikus
(EFA, 1993)6
Pada : menit-menit pertama
1. Bersihkan jalan nafas, jika ada sekresi berlebihan segera bersihkan (bila perlu intubasi)
a. Periksa tekanan darah
b. Mulai pemberian Oksigen
c. Monitoring EKG dan pernafasan
d. Periksa secara teratur suhu tubuh
e. Anamnesa dan pemeriksaan neurologis
2. Kirim sampel serum untuk evaluasi elektrolit, Blood Urea Nitrogen, kadar glukosa,
hitung darah lengkap, toksisitas obat-obatan dan kadar antikonvulsan darah; periksa
AGDA (Analisa Gas Darah Arteri)
3. Infus NaCl 0,9% dengan tetesan lambat
4. Berikan 50 mL Glukosa IV jika didapatkan adanya hipoglikemia, dan Tiamin 100 mg IV
atau IM untuk mengurangi kemungkinan terjadinya wernicke’s encephalophaty
5. Lakukan rekaman EEG (bila ada)
6. Berikan Lorazepam ( Ativan) 0,1 sampai 0,15 mg per kg (4 sampai 8 mg) intravena
dengan kecepatan 2 mg per menit atau Diazepam 0,2 mg/kg (5 sampai 10 mg). Jikakejang tetap terjadi berikan Fosfenitoin (Cerebyx) 18 mg per kg intravena dengan
kecepatan 150 mg per menit, dengan tambahan 7 mg per kg jika kejang berlanjut. Jika
kejang berhenti, berikan Fosfenitoin secara intravena atau intramuskular dengan 7 mg
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 15
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 16/20
per kg per 12 jam. Dapat diberikan melalui oral atau NGT jika pasien sadar dan dapat
menelan.
Pada : 20 sampai 30 menit, jka kejang tetap berlangsung
1. Intubasi, masukkan kateter, periksa temperatur
2. Berikan Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg per kg intravena dengan kecepatan 100
mg per menit
Pada : 40 sampai 60 menit, jika kejang tetap berlangsung
Mulai infus Fenobarbital 5 mg per kg intravena (dosis inisial), kemudian bolus intravena
hingga kejang berhenti, monitoring EEG; lanjutkan infus Pentobarbital 1 mg per kg per
jam; kecepatan infus lambat setiap 4 sampai 6 jam untuk menetukan apakah kejang telah
berhenti. Pertahankan tekanan darah stabil.
Atau
Berikan Midazolam (Versed ) 0,2 mg per kg, kemudian pada dosis 0,75 sampai 10 mg per
kg per menit, titrasi dengan bantuan EEG.
Atau
Berikan Propofol ( Diprivan) 1 sampai 2 mg per kg per jam. Berikan dosis pemeliharaan
berdasarkan gambaran EEG.
II.9 Komplikasi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 16
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 17/20
II.10 Prognosis
Prognosis status epileptikus adalah tergantung pada penyebab yang mendasari
status epileptikus. Pasien dengan status epileptikus akibat penggunaan antikonvulsan
atau akibat alkohol biasanya prognosisnya lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan
dengan cepat dan dilakukan pencegahan terjadi komplikasi. Pasien dengan meningitis
sebagai etiologi maka prognosis tergantung pada prognosis dari meningitis tersebut.12
II.11 Status Epileptikus Refrakter
Pada umumnya sekitar 80% pasien dengan status epileptikus konvulsif dapat
terkontrol dengan pemberian benzodiazepim atau fenitoin. Bila bangkitan kejang masih
berlangsung, maka disebut status epileptikus refrakter sehingga diperlukan penanganan
segera di ICU untuk tindakan anestesi.1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 17
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 18/20
Tabel. Tindakan anestesi untuk status epileptikus refrakter 1
OBAT DOSIS UNTUK DEWASA
Midazolam 0,1-1,0 mg/kgBB dengan kecepatan pemberian 4 mg/menit
dilanjutkan dengan pemberian per infuse 0,05-0,4 mg/kgBB/jam
Thiopenthone 100-250 mg bolus, diberikan dalam 20 detik, kemudian dilanjutkan
dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit sampai bangkitan teratasi.
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian per infuse 3-5
mg/kgBB/jam
Phenobarbital 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan 25 mg/menit, kemudian 0,5-1
mg/kgBB/jam ditingkatkan samapai 1-3 mg/kgBB/jam
Propofol 2 mg/kgBB kemudian ditingkatkan menjadi 5-10 mg/kgBB/jam
Sumber : Pedoman Tatalaksana Epilepsi PERDOSSI 2008
BAB III
KESIMPULAN
Status epileptikus adalah keadaan dimana terjadinya dua atau lebih rangkaian
kejang tanpa adanya pemulihan kesadaran diantara kejang atau aktivitas kejang yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 18
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 19/20
berlangsung lebih dari 30 menit. Status epileptikus merupakan suatu kegawatdaruratan di
bidang neurologi yang harus segera ditangani karena dapat menyebabkan kerusakan saraf
dan otak yang dapat menyebabkan kematian.
Status epileptikus dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti pemberhentian
pemakaian obat antikonvulsan yang mendadak, kelainan serebrovaskular, kelainan
metabolik, infeksi SSP, konsumsi alkohol, tumor, trauma dan keadaan iskemik-hipoksik.
Status epileptikus terjadi karena adanya kegagalan dari mekanisme normal untuk mencegah
kejang yaitu rangsangan bangkitan kejang (Neurotransmiter eksitatori: glutamat, aspartat
dan acetylcholine) melebihi kemampuan hambatan intrinsik (GABA) atau mekanisme
hambatan intrinsik tidak efektif.
Penanganannya bukan hanya sebatas menghentikan kejang, akan tetapi juga harus
mengidentifikasikan penyakit dasar dari status tersebut dimana hal ini penting untuk
menentukkan prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. Harsono, Sp.S, dr.Endang Kustiowati, Sp.S, dr. Suryani Gunadarma,
Sp.S,Pedoman dan Tatalaksana Epilepsi,edisi tiga, PERDOSSI,Jakarta,2008.
2. Dr.George Dewanto, Sp.S, dr.Wita J, Sp.S, dr.Budi Riyanto, Sp.S< dr.Yuda Turana,
Sp.S, Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf, Penerbit Buku Kedokteran
EGC,2009.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 19
5/10/2018 Status Saraf - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/status-saraf 20/20
3. Schweich PJ, Zempsky WT. Selected topic in emergency medicine.Dalam:
McMilan JA, DeAngelis CD, Feigen RD, Warshaw JB, Ed. Oski’s pediatrics.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 1999, h, 566-89.
4. Ramsay RE. Acute treatment of seizure. In; Weiner.ed.Emergent and urgent
neurology. Philadelphia:JB Lippincott Company,1992:112-118
5. Setiawan.Status epileptikus.Epilepsi 1996.Vol1 No.1
6. Budiarto G.Patofisiologi epilepsi dalam Penatalaksanaan kejang yang rasioenal,
Surabaya, FK Unair 1998: 1-20
7. Gilroy J. Basic Neurology, 2end ed.Singapore:Mc Graw-Hill Inc, 1992:67-81
8. Wasterlain CO,et al.Pathophysiological mechsnidm of brain damaged from status
epilepticus.Epilepsia 1993;34 (supll II) 37-53
9. Hadinoto S.Pengelolaan Status Epileptikus.Epilepsi 1996.Vol 1.No 1
10.Ginsberg, Lionel. Lecture Note Neurologi, Edisi delapan, Jakarta: Penerbit
Erlangga.2007.
11.Huff, Steven. Status Epilepticus. Available
from: http://emedicine.medscape.com/diakses Juni 2011
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf 20