STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK...

150
STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN PURI (PERIKSA URIN SENDIRI) MENGGUNAKAN GRAFIK WARNA URIN PADA REMAJA KELAS 1 DAN 2 DI SMAN 63 JAKARTA TAHUN 2015 Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : DONNA PERTIWI 1111101000129 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H

Transcript of STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK...

Page 1: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK BERDASARKAN HASIL

PENGUKURAN PURI (PERIKSA URIN SENDIRI) MENGGUNAKAN

GRAFIK WARNA URIN PADA REMAJA KELAS 1 DAN 2 DI SMAN 63

JAKARTA TAHUN 2015

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

DONNA PERTIWI

1111101000129

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/ 1436 H

Page 2: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

i

Page 3: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

ii

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Gizi Masyarakat

Skripsi, Oktober 2015

Donna Pertiwi, NIM : 1111101000129

Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Hasil Pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) Menggunakan Grafik Warna Urin pada Remaja

Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015.

xix + 100 Halaman, 17 tabel, 2 Bagan, 5 Lampiran

ABSTRAK

Dehidrasi jangka pendek adalah kehilangan cairan yang berlebihan dari

jaringan tubuh dalam jangka waktu yang pendek. Apabila terjadi

ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, maka akan timbul kejadian dehidrasi

atau kehilangan air secara berlebihan. Dampak dehidrasi jangka pendek bila

dibiarkan, maka akan berdampak buruk bagi tubuh. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran

PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

sectional yang dilaksanakan pada bulan Januari 2015 – Juni 2015. Sampel

penelitian ini berjumlah 75 responden. Analisis data dalam penelitian ini terdiri

dari analisis data univariat dan analisis data bivariat dengan menggunakan uji

statistik chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta yang mengalami dehidrasi jangka pendek sebanyak 45.3%. Berdasarkan

analisis bivariat diketahui bahwa obesitas (Pvalue = 0.036), konsumsi cairan

(Pvalue = 0.000), pengetahuan tentang air dan dehidrasi (Pvalue = 0.000)

memiliki hubungan yang bermakna dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (periksa warna urin) menggunakan grafik

warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta.

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang bisa diberikan adalah pihak

sekolah dapat melakukan perencanaan program berbasis kesehatan dengan

memasukkan materi dehidrasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan rohani,

remaja sebaiknya meningkatkan pengetahuan tentang air dan dehidrasi terutama

pencegahan dari dehidrasi, siswa yang obesitas dan kegemukan (overweight)

diharapkan melakukan penurunan berat badan dan siswa meningkatkan konsumsi

cairannya berdasarkan angka kecukupan gizi, kecukupan air untuk laki-laki

sebesar 2200 ml/hari dan perempuan sebesar 2100 ml/hari dan meningkatkan

konsumsi buah dan sayur yang mengandung banyak air.

Kata Kunci : Dehidrasi, Remaja, Konsumsi Cairan

Daftar bacaan : 57 (1994-2014)

Page 4: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

iii

Faculty of Medicine and Health Sciences

Public Health Study Program

Nutrition Society

Undergraduate Thesis, October 2015

Donna Pertiwi, NIM: 1111101000129

Dehydration Status in Short term Based on Measurement Result PURI

(Check Urine Alone) Using Urine Colour Chart In Adolescents Grade 1 And

2 In 63 Senior High School Jakarta 2015.

xix + 100 Pages, 17 tables, 2 charts, 5 Annex

ABSTRACT

Dehydration status in short term is an excessive loss of fluid from body

tissues in the short term. The dehydration or excessive water loss occurs when the

body experiences an imbalance of fluid. The impact of dehydration couldn’t be

ignored, it will be bad for the body. The purpose of this study is dehydration

status in short term based on measurement result puri (check urine alone) using

urine colour chart in adolescents grade 1 and 2 in 63 senior high school jakarta

2015.

This is a quantitative study with cross sectional design that was

implemented from January 2015 to June 2015. The sample of this study are 75

respondents. Analysis of the data in this study consisted of univariate and

bivariate data analysis using the chi-square test.

The results showed that 45.3% adolescents grade 1 and 2 in 63 Senior

High School Jakarta was categorized as dehydrated status in short term. Based on

bivariate analysis known that obesity (Pvalue = 0.036), the consumption of liquids

(Pvalue = 0.000), knowledge of water and dehydration (Pvalue = 0.000) had a

significant association with dehydration status in short term based on

measurement result puri (check urine alone) using urine colour chart in

adolescents grade 1 and 2 in 63 senior high school jakarta 2015.

Based on the study, the advices that can be given is the school be able to

conduct planning based program of health by incorporating the material

dehydration on the subjects of physical education and spiritual, adolescents should

increase knowledge about water and dehydration especially for prevention of

dehydration, obesity and overweight student are recommended to loss some

weight and students increase consumption of liquids based nutritional adequacy

rate, sufficient water 2200 ml/day for boys and 2100 ml/day for girls and increase

consumption of fruit and vegetables that contain a lot of water.

Keyword : Dehydration, Adolescents, Consumption of liquids

Reading list: 57 (1994-2014)

Page 5: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

iv

Page 6: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

v

Page 7: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Donna Pertiwi

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Palembang, 18 Maret 1993

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

PENDIDIKAN FORMAL

1998 - 2000 : TK ROSI PALEMBANG

2000 - 2005 : SDN 51 PALEMBANG

2005 - 2008 : SMPN 19 PALEMBANG

2008 - 2011 : MAN 3 PALEMBANG

2011 - Sekarang : Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb,

Segala puji bagi Allah semesta alam, pemilik segala apa yang ada di langit

dan bumi. Shalawat serta salam dilimpahkan selalu kepada teladan kita nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikutnya. Semoga Allah SWT

selalu melimpahkan keberkahan kepada kita semua. Aamiin. Atas perkenan-Mu

jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “status

dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin

Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015”. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang

telah mendukung tersusunnya skripsi ini. Terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan di setiap

harinya. Selalu memberikan apa yang dibutuhkan penulis, memberikan

semangat, memberiku bahagia setelah kesedihan, memberiku solusi saat

ada masalah, yang selalu menemaniku setiap saat. Terima kasih atas

kehidupam ini ya Rabb dengan segala nikmat yang telah diberikan kepada

hamba-Mu ini. Tanpa takdir-Mu aku takkan berada di sini hingga saat ini.

Tanpa perlindungan dari-Mu aku takkan sekuat ini. Terima kasih Rabb.

2. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang telah memberikan doa dan

dukungan dalam berbagai hal.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Febrianti, Sp, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah dengan

sabar memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, motivasi, dan

meluangkan waktunya untuk membimbing saya hingga skripsi ini selesai.

Page 9: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

viii

Terima kasih untuk segala masukan dan nasihat ibu. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang setimpal dan semoga ibu sehat selalu.

5. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan saya bimbingan hingga skripsi ini selesai. Terima kasih

untuk masukan dan nasihat yang telah bapak berikan. Semoga bapak sehat

selalu.

6. Bapak/Ibu penguji yang telah memberikan masukan demi penyempurnaan

dan perbaikan dari laporan skripsi ini.

7. Terima kasih juga untuk segenap dosen pengajar di Program Studi

Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan penulis wawasan dan ilmu

pengetahuan selama masa perkuliahan.

8. Pihak sekolah SMAN 63 Jakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Pemerintah Musi Banyuasin Sumatera Selatan dan Kementerian Agama.

10. Teman-teman seperjuangan santri jadi dokter MUBA 2011.

11. Teman-teman seperjuangan GIZI 2011, kakak-kakak dan adik-adik serta

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

memberikan motivasi kepada peneliti.

Page 10: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

ix

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih kurang

dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

demi kemajuan dimasa yang akan datang. Terima kasih.

Wassalamualaikum. Wr.wb.

Ciputat, Oktober 2015

Penulis

Page 11: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN. .................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................................................ ii

ABSTRACT .............................................................................................................. iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI ....................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xix

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 4

C. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 4

D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

1. Tujuan Umum .............................................................................. 6

2. Tujuan Khusus ............................................................................. 6

E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 7

1. Bagi Civitas Akademik Sekolah .................................................. 7

2. Bagi Mahasiswa ........................................................................... 8

F. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 8

Page 12: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 9

A. Fungsi air bagi tubuh............................................................................... 9

B. Kebutuhan air .......................................................................................... 11

C. Keseimbangan air .................................................................................... 11

D. Dehidrasi Jangka Pendek ........................................................................ 13

1. Pengertian ......................................................................................... 13

2. Tingkatan Dehidrai ........................................................................... 14

2. Pengukuran Dehidrasi ....................................................................... 15

3. Tanda Dan Gejala Dehidrasi ............................................................. 19

4. Patofisiologis Dehidrasi .................................................................... 20

E. Dampak Dehidrasi ................................................................................... 21

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi dehidrasi jangka pendek .................. 23

1. Obesitas ............................................................................................. 23

2. Usia ................................................................................................... 27

3. Jenis kelamin ..................................................................................... 28

4. Aktifitas fisik .................................................................................... 29

5. Konsumsi cairan ............................................................................... 31

6. Pengetahuan tentang air .................................................................... 34

7. Suhu tubuh ........................................................................................ 36

8. Wilayah ekologi ................................................................................ 37

9. Pengeluaran air ................................................................................. 38

F. Kerangka Teori ........................................................................................ 40

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

DAN HIPOTESIS .................................................................................................... 42

A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 42

B. Definisi Operasional .................................................................................. 45

C. Hipotesis .................................................................................................... 47

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 48

A. Desain Penelitian ....................................................................................... 48

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 48

1. Waktu penelitian ............................................................................... 48

2. Lokasi Penelitian ............................................................................... 48

Page 13: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xii

C. Populasi dan sampel .................................................................................. 48

1. Populasi ............................................................................................. 48

2. Sampel .............................................................................................. 49

D. Tehnik Sampling ....................................................................................... 50

E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 50

1. Jenis Data .......................................................................................... 50

2. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 51

F. Alur Pengumpulan Data Primer dan Sekunder .......................................... 56

G. Manajemen Data ....................................................................................... 57

H. Analisis Data ............................................................................................. 59

BAB V HASIL .......................................................................................................... 61

A. Hasil Analisis Univariat ............................................................................ 61

1. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil

pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna

urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 ............ 61

2. Gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015 ................................................................................................ 62

3. Gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.................................................................................... 63

4. Gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.................................................................................... 64

5. Gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.................................................................................... 65

6. Gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas

1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 ................................................. 67

B. Hasil Analisis Bivariat ............................................................................... 68

1. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015 .............................................................................. 68

2. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

Page 14: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xiii

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015 .............................................................................. 69

3. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015 .............................................................................. 70

4. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015 .............................................................................. 71

5. Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan

status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja

kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 ....................................... 72

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................... 74

A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 74

B. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran

PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja

kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 .............................................. 74

C. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan

grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015 ................................................................................................................ 78

D. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan

grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015 ................................................................................................................ 80

E. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan

grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015 ................................................................................................................ 83

Page 15: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xiv

F. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.......................................................................................... 85

G. Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status

dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin

Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015 ........................................................................ 87

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 90

A. Simpulan .................................................................................................... 90

B. Saran .......................................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 94

LAMPIRAN .............................................................................................................. 100

Page 16: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 11

Tabel 2.2 Persentase Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda

dan Gejalanya

20

Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Remaja Menurut WHO-

NCHS Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

Menurut Umur (IMT/U) Anak Umur 5-18 tahun

27

Tabel 2.4 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik dengan Nilai

Physical Activity Level

31

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian 45

Tabel 4.1 Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian

Sebelumnya

49

Tabel 5.1 Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek Pada

Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

Tahun 2015

61

Tabel 5.2 Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek

Berdasarkan Jenis Kelamin

62

Tabel 5.3 Distribusi Obesitas Pada Remaja Kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

62

Tabel 5.4 Distribusi Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin 63

Tabel 5.5 Distribusi Jenis Kelamin Pada Remaja Kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

63

Page 17: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xvi

Tabel 5.6 Distribusi Aktivitas Fisik Pada Remaja Kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

64

Tabel 5.7 Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis

Kelamin

64

Tabel 5.8 Distribusi Konsumsi Cairan Pada Remaja Kelas

1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

65

Tabel 5.9 Distribusi Konsumsi Cairan Berdasarkan Jenis

Kelamin

65

Tabel 5.10 Distribusi Konsumsi Cairan 66

Tabel 5.11 Distribusi Pengetahuan tentang air dan dehidrasi

Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015

67

Tabel 5.12 Distribusi Pengetahuan air dan dehidrasi

berdasarkan Jenis Kelamin

68

Tabel 5.13 Hubungan obesitas dengan dengan Status

Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

68

Tabel 5.14 Hubungan Jenis Kelamin dengan Status

Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

69

Tabel 5.15 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status

Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

70

Tabel 5.16 Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status

Dehidrasi Jangka Pendek pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

71

Page 18: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xvii

Tabel 5.17 Hubungan Pengetahuan tentang Air dan

Dehidrasi dengan Status Dehidrasi Jangka

Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015

72

Page 19: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xviii

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori 41

Bagan 3.1 Kerangka Konsep 44

Page 20: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Tabel Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik

Lampiran 3 Data berat badan dan tinggi badan responden

Lampiran 4 Output SPSS

Lampiran 5 Foto/Dokumentasi

Page 21: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dehidrasi adalah kehilangan cairan yang berlebihan dari jaringan

tubuh. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, maka akan

timbul kejadian dehidrasi atau kehilangan air secara berlebihan (Tamsuri,

2009). Dehidrasi juga merupakan gangguan yang umum terjadi pada bayi dan

anak-anak ketika keluaran cairan total tubuh melebihi asupan cairan total

(Muscari, 2005). Hal ini didukung dengan Brenna dkk (2012) yang

menyebutkan bahwa dehidrasi adalah kondisi dimana tubuh kehilangan cairan

atau defisit volume cairan sebanyak 1 % atau lebih dari berat badan.

Berdasarkan penelitian The Indonesian Regional Hydration Study

(THIRST) tahun 2010 yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia, Jakarta

menempati angka dehidrasi terbesar kedua setelah Makassar yaitu sebesar

53,1% pada penduduk Indonesia dan dehidrasi ringan atau jangka pendek

ternyata lebih banyak terjadi pada kelompok usia remaja (15-18 tahun) sebesar

49,5%. Dehidrasi dapat terjadi tanpa disadari di saat melakukan aktivitas

(D’Anci et al, 2009). Kehilangan tersebut, sebagian besar berupa kehilangan

cairan ekstraselular. Selain itu, remaja lebih sering mengalami dehidrasi

dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan

cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan (Briawan

dkk, 2011).

Page 22: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

2

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan

Januari tahun 2015 terhadap 30 orang siswa siswi kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta didapatkan bahwa 33,3% siswa siswi mengalami dehidrasi jangka

pendek. Penelitian dilakukan di sekolah ini karena lokasi sekolah yang mudah

mengakses makanan dan minuman, kelengkapan fasilitas sekolah dan

banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sehingga banyaknya aktivitas yang

dilakukan oleh siswa siswi yang diharapkan menjadi pendukung data

penelitian. Di samping itu, belum pernah ada penelitian mengenai status

dehidrasi pada wilayah tersebut.

Dampak dehidrasi jangka pendek ini bila dibiarkan, maka akan

berdampak buruk bagi tubuh karena dehidrasi jangka pendek bisa

melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi dan takikardia, kesulitan

berbicara, bahkan sampai pingsan. Dehidrasi jangka pendek yang terjadi terus

menerus juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal, infeksi saluran kencing,

kanker usus besar dan konstipasi (Popkin et al, 2010). Dampak dari dehidrasi

jangka pendek bila dibiarkan secara terus menerus dapat menyebabkan

kejadian stroke. Darah dalam tubuh terdiri dari 90% air, apabila darah tubuh

kekurangan air maka darah menjadi lebih kental. Pengentalan darah membuat

persediaan oksigen yang diantarkan ke otak berkurang dan memungkinkan

terjadinya stroke. Dampak dari dehidrasi jangka pendek juga dapat

mempengaruhi performa kognitif, menurunkan daya tahan fisik dan

psikomotor (Grandjean, 2007). Menurut Murray (2007) juga memaparkan

bahwa dehidrasi berpengaruh pada perubahan termoregulator suhu pada

tubuh.

Page 23: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

3

Dehidrasi jangka pendek dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya dehidrasi jangka pendek diantaranya

yaitu obesitas, wilayah ekologi, suhu tubuh, pengeluaran air, jenis kelamin,

usia, pengetahuan air dan dehidrasi, aktivitas fisik serta konsumsi cairan

(Santoso dkk, 2012 ; Tamsuri, 2009; Berman dkk, 2009; Hardinsyah dkk,

2009; Brenna dkk, 2012).

Dehidrasi jangka pendek adalah kondisi ketika tubuh kehilangan

cairan karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan dalam jangka

waktu yang pendek. Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan

hipotonik, yaitu volume air keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium yang

keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan tonisitas plasma oleh karena

adanya peningkatan kadar natrium plasma hipernatremia. Akibat peningkatan

tonisitas plasma, air intrasel akan bergerak menuju ektrasel sehingga volume

cairan intrasel berkurang sehingga menyebabkan dehidrasi (Santoso dkk,

2012). Pengeluaran air harus diseimbangkan dengan pemasukan air melalui

mekanisme keseimbangan dimana cairan di dalam tubuh berusaha setiap

waktu untuk tetap seimbang dan konstan jumlahnya. Keseimbangan cairan

tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan cairan yang

keluar dari tubuh. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh,

akan timbul kejadian dehidrasi (Almatsier, 2009).

Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa

Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

Page 24: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

4

B. Rumusan Masalah

Remaja merupakan kelompok yang rentan terjadinya penurunan

kandungan air. Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh,

maka akan timbul kejadian dehidrasi. Hasil penelitian studi pendahuluan di

SMAN 63 Jakarta didapatkan bahwa siswa siswi yang mengalami dehidrasi

jangka pendek sebesar 33,3%. Selain itu, dehidrasi jangka pendek dapat

berdampak buruk bagi tubuh karena bisa melemahkan anggota gerak,

hipotonia, hipotensi dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai

pingsan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan

hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik

warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015?

2. Bagaimana gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015 ?

3. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015 ?

4. Bagaimana gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015 ?

Page 25: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

5

5. Bagaimana gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

6. Bagaimana gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

7. Apakah ada hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015?

8. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin

Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

9. Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin

Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

10. Apakah ada hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin

Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

11. Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi

dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran

PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015?

Page 26: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil

pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna

urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

b. Diketahuinya gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

c. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

d. Diketahuinya gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

e. Diketahuinya gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi

pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

f. Diketahuinya hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin

Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

g. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan status

dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

Page 27: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

7

h. Diketahuinya hubungan antara aktivitas fisik dengan status

dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

i. Diketahuinya hubungan antara konsumsi cairan dengan status

dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

j. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan tentang air dan

dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil

pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik

warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Civitas Akademik Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015 sehingga pihak sekolah dapat

melakukan upaya dalam menghadapi masalah dehidrasi jangka pendek

pada siswa siswi. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi masukan

untuk dasar pelaksanaan pengembangan kegiatan di sekolah untuk

meningkatkan program gizi berbasis sekolah.

Page 28: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

8

2. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa memperoleh wawasan dan pengetahuan baru dalam

ilmu kesehatan masyarakat mengenai dehidrasi jangka pendek pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015, khususnya pada

anak sekolah dan penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk

melakukan penelitian lanjutan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi peminatan gizi program studi

kesehatan masyarakat untuk mengetahui status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan

grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

Penelitian ini dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan di

SMAN 63 diketahui status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2

cukup tinggi yaitu sebesar 33,3%. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari

2015 – Juni 2015 di SMAN 63 Jakarta dengan menggunakan jenis penelitian

kuantitatif dengan desain studi cross sectional dan analisis data bivariat

dengan menggunakan chi square. Data primer dikumpulkan dengan cara

melakukan pengambilan urin, menyebarkan kuesioner dan melakukan

pengukuran antropometri (tinggi badan dan berat badan) kepada responden,

serta melakukan Food recall 1x24 jam untuk melihat konsumsi cairan dan

recall aktivitas fisik selama 1x24 jam.

Page 29: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi Air Bagi Tubuh

Menurut Santoso dkk (2012) air mempunyai fungsi penting bagi tubuh

manusia, yaitu:

1. Air sebagai pembentuk sel dan cairan tubuh

Peran penting air adalah sebagai pembentukan berbagai cairan tubuh,

seperti darah, cairan lambung, hormon, enzim, dan lainnya. Selain itu

air juga terdapat dalam otot dan berfungsi untuk menjaga tonus otot

sehingga otot mampu berkontraksi.

2. Air sebagai pengatur suhu tubuh

Fungsi air sebagai pengatur suhu tubuh karena air menghasilkan panas,

menyerap dan menghantarkan panas ke seluruh tubuh sehingga dapat

menjaga suhu tubuh tetap stabil. Melalui produksi keringat yang

sebagian besar terdiri atas air dan garam, air turut mendinginkan suhu

tubuh. Air juga membantu mendinginkan tubuh melalui penguapan.

Ketika tubuh memproduksi keringat, penguapan dari permukaan kulit

menyebabkan suhu tubuh menurun sehingga tubuh tetap merasa

dingin.

3. Air sebagai pelarut

Air sebagai pelarut zat-zat gizi lainnya yang membantu proses

pencernaan makanan. Mulai dari membantu produksi air liur saat

makanan tiba di mulut, melarutkan makanan dan membantu melumasi

makanan agar dapat masuk ke kerongkongan karena air merupakan zat

Page 30: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

10

anorganik, yang tidak dicerna. Air dengan cepat melewati usus halus

dan sebagian besar diserap kemudian turut berfungsi sebagai salah satu

komponen mukus agar sisa zat makanan dapat keluar sebagai feses.

4. Air sebagai pelumas dan bantalan

Air berfungsi juga sebagai pelumas atau lubrikan dalam bentuk cairan,

yang memungkinkan sendi untuk bergerak dengan baik dan meredam

gesekan antar sendi. Tulang rawan yang terdapat di ujung tulang

panjang mengandung banyak air yang berfungsi sebagai pelumas. Saat

tulang rawan mengalami kurang air, maka kerusakan akibat gesekan

dapat meningkat dan pada akhirnya menyebabkan nyeri sendi. Air

berfungsi sebagai bantalan tahan getar pada jaringan tubuh, misalnya

pada otak, medulla spinalis, mata, dan kantong amnion dalam rahim.

Air menjaga agar organ tersebut tidak mengalami banyak getaran

sehingga dapat berfungsi dengan baik.

5. Air sebagai media transportasi

Air merupakan media transportasi di dalam sel, sehingga air sebagai

media transportasi yang efektif (Carrier) dalam membantu

pertumbuhan dan regenerasi sel.

6. Air sebagai media eliminasi sisa metabolisme

Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang tidak diperlukan

termasuk toksin. Sehingga air berfungsi sebagai media eliminasi untuk

mengeluarkan sisa metabolisme melalui saluran kemih, saluran cerna,

saluran nafas dan kulit.

Page 31: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

11

B. Kebutuhan Air

Keseimbangan air di dalam tubuh perlu dijaga melalui pemenuhan

kebutuhan air. Kebutuhan air bagi setiap individu akan berbeda-beda,

tergantung dari ukuran fisik, umur, jenis kelamin, aktivitas fisik dan

lingkungannya. Perkiraan kebutuhan air tubuh biasanya berdasarkan asupan

energi, luas permukaan tubuh, atau berat badan tubuh (Santoso dkk, 2012).

Kebutuhan air sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah energi

yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Pemenuhan

kebutuhan air diperlukan untuk menggantikan pengeluaran air dari

pernapasan, kulit, ginjal (urin), serta saluran pencernaan. Untuk remaja usia

15 tahun dibutuhkan sebanyak 70 sampai 85 mL/kg/hari, sedangkan untuk

remaja usia 18 tahun adalah 40 sampai 50 mL/kg/hari (Hany, 2005). Adapun

tabel kebutuhan air yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Angka kecukupan Gizi (AKG) 2013

Jenis kelamin Umur AKG air (mL)

Laki-laki 13-15 tahun 2000

16-18 tahun 2200

19-29 tahun 2500

Perempuan 13-15 tahun 2000

16-18 tahun 2100

19-29 tahun 2300

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun 2014

C. Keseimbangan Air

Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah

cairan yang masuk dan keluar tubuh. Keseimbangan air di dalam tubuh

dipengaruhi oleh konsumsi cairan dan pengeluaran air. Melalui mekanisme

Page 32: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

12

keseimbangan, tubuh berusaha agar cairan di dalam tubuh setiap waktu

berada di dalam jumlah yang tetap/konstan. Kontrol keseimbangan air di

dalam tubuh sangat penting untuk mengatur osmolalitas cairan ekstraselular

(CES). Setiap keadaan yang menyebabkan perubahan osmolalitas cairan

ekstraselular (CES). Jika terjadi defisit air di cairan ekstraselular, maka

osmolalitas akan meningkat. Untuk mengembalikan menjadi kondisi normal,

air berpindah secara osmosis dari intrasel menuju ekstrasel sehingga volume

cairan intraselular berkurang yang disebut dehidrasi (Sherwood, 2011).

Terdapat dua regulator dalam mekanisme pengaturan keseimbangan

air dan natrium di dalam tubuh manusia yaitu regulator osmotik dan regulator

volume. Regulator osmotik tugasnya mengatur pengeluaran air melalui ginjal,

sedangkan regulator volume mengatur ekskresi natrium melalui ginjal

(Santoso dkk, 2012).

Regulator osmotik merupakan regulator yang sangat peka terhadap

perubahan osmolalitas plasma dengan kata lain osmolalitas plasma

merupakan pemicu dari regulator ini. Perubahan osmolalitas plasma ini akan

dirasakan oleh sensor dari regulasi osmotik atau osmoreseptor dan pusat rasa

haus yang terletak di hipotalamus. Osmoreseptor akan berefek terhadap

sekresi Antidiuretic Hormone (ADH) dan pusat rasa haus. ADH dan

kepekaan rasa haus disebut juga sebagai efektor regulasi osmotik.

Osmolalitas plasma yang meningkat akan meningkatkan sekresi ADH dan

kepekaan rasa haus oleh hipotalamus, sebaliknya osmolalitas plasma

menurun akan meredam sekresi ADH dan kepekaan rasa haus. ADH memiliki

Page 33: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

13

reseptor yang disebut reseptor-V2 terletak di duktus koligentes merupakan

bagian distal dari nefron ginjal (Santoso dkk, 2012).

Regulator volume merupakan regulator yang sangat peka terhadap

perubahan volume sirkulasi efektif, dengan kata lain volume sirkulasi efektif

merupakan pemicu dari regulator ini. Perubahan volume sirkulasi efektif ini

akan dirasakan oleh sensor dari regulasi volume atau disebut baroreseptor

yang terletak di 1) sinus karotikus, berfungsi untuk mengatur aktivitas

simpatis dan pada derajat yang lebih rendah merangsang atau meredam

sekresi ADH, 2) arteri aferen glomerulus, berfungsi mengatur aktivitas sistem

renin-angiotensin-aldoteron, 3) atrium dan ventrikel, berfungsi mensekresi

Atrial/Natriuretic Peptide (ANP) bila terjadi peningkatan tekanan dalam

atrium/ventrikel. Secara singkat bahwa pengaturan oleh regulator osmotik dan

regulator volume adalah untuk mengembalikan volume air tubuh ke posisi

sebelum terjadi perubahan keseimbangan (Santoso dkk, 2012).

Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan timbul

kejadian dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan). Konsumsi air terdiri

atas air yang diminum dan yang diperoleh dari makanan sebagai hasil

metabolisme yang keluar dari tubuh termasuk yang dikeluarkan sebagai urine,

air di dalam feses, dan air yang dikeluarkan melalui kulit dan paru-paru

(Almatsier, 2009).

D. Dehidrasi Jangka Pendek

1. Pengertian

Dehidrasi adalah kehilangan cairan atau kekurangan cairan dari

jaringan tubuh yang berlebihan. Status dehidrasi jangka pendek adalah

Page 34: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

14

suatu kondisi atau keadaan yang menggambarkan jumlah cairan dalam

tubuh seseorang dalam jangka waktu pendek yang dapat diketahui dari

warna urin. Dehidrasi merupakan gangguan yang umum terjadi pada bayi

dan anak-anak ketika keluaran cairan total tubuh melebihi asupan cairan

total (Muscari, 2005). Dehidrasi terjadi bila keluaran airnya adalah cairan

hipotonik, yaitu volume air keluar jauh lebih besar dari jumlah natrium

yang keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan tonisitas plasma oleh

karena adanya peningkatan kadar natrium plasma hipernatremia. Akibat

peningkatan tonisitas plasma, air intrasel akan bergerak menuju ektrasel

sehingga volume cairan intrasel berkurang yang disebut sebagai dehidrasi

(Santoso dkk, 2012).

2. Tingkatan Dehidrasi

Derajat keparahan dehidrasi menurut AFIC (1999) dalam Kit dan Teng

(2008), yaitu :

a. Dehidrasi Ringan/ Dehidrasi Jangka Pendek

Ditandai dengan rasa haus, sakit kepala, kelelahan, wajah

memerah, mulut dan kerongkongan kering. Dehidrasi ringan ini

merupakan dehidrasi yang terjadi dalam jangka waktu pendek dan

tidak terlalu parah tetapi apabila dibiarkan maka akan berdampak

buruk bagi kesehatan tubuh.

b. Dehidrasi Sedang

Ditandai dengan detak jantung yang cepat, pusing, tekanan

darah rendah, lemah, volume urin rendah namun konsentrasinya

tinggi.

Page 35: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

15

c. Dehidrasi berat/ Dehidrasi Jangka Panjang

Ditandai dengan kejang otot, lidah bengkak (swollen

tongue), sirkulasi darah tidak lancar, tubuh semakin melemah dan

kegagalan fungsi ginjal. Dehidrasi berat ini merupakan dehidrasi

jangka panjang yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan

bahkan dapat menyebabkan kematian.

3. Pengukuran Dehidrasi

Berbagai metode yang digunakan untuk penilaian kecukupan air

tubuh, antara lain penurunan berat badan (body mass loss), air tubuh total

(total body water) dengan pemeriksaan isotop (D2O), analisis aktivitas

neutron, multiple frequency bioelectrical impedance, volume darah,

perubahan volume plasma, osmolalitas plasma, berat jenis urin,

osmolalitas urin, konduktivitas urin, volume urin 24 jam, warna urin, urine

dipsticks (variabel tambahan), pemeriksaan klinis mengenai status hidrasi,

rasa haus (Santoso dkk, 2012). Dari semua metode yang telah disebutkan

di atas metode dengan akurat tinggi adalah metode isotop, analisis

aktivitas neutron, osmolalitas plasma atau urin, perubahan volume plasma.

Akan tetapi metode-metode tersebut memerlukan keahlian dan biaya yang

tinggi serta risiko yang tinggi terhadap subyek (Santoso dkk, 2012).

Ada lima metode yang mampu dan sering digunakan yaitu

penurunan berat badan, berat jenis urin, volume urin 24 jam, warna urin,

dan rasa haus. Metode penurunan berat badan lebih cocok digunakan pada

subyek yang mengalami kurang air tubuh mendadak atau akut (olahraga

sedang/berat dan muntah/diare). Pengukuran volume urin 24 jam lebih

Page 36: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

16

sesuai diterapkan pada subyek pasien rawat inap. Metode rasa haus sangat

subjektif dan dipengaruhi umur. Rasa haus muncul setelah tubuh

mengalami kurang air sekitar 0,5% (Santoso dkk, 2012). Metode warna

urin menggunakan nomor skala yang menunjukkan rentang warna urin

mulai dari jernih dengan skala 1 hingga yang pekat (coklat kehijauan)

dengan skala 8 (Armstrong, 2005).

Metode berat jenis urin berkorelasi kuat dengan metode

osmolalitas urin. Osmolalitas urin mungkin tidak secara akurat

mencerminkan status dehidrasi (Armstrong, 2005). Selain itu, warna urin

berkorelasi kuat dengan berat jenis urin (r2=0,80) maupun osmolalitas urin

(r2=0,82). Oleh karena itu, pada tingkat laboratorium, metode berat jenis

urin dapat digunakan sedangkan pada tingkat masyarakat, metode warna

urin dapat digunakan untuk penilaian kecukupan air (Santoso dkk, 2012).

Metode warna urin untuk menentukan dehidrasi jangka pendek

dipengaruhi oleh bahan makanan atau minuman yang dikonsumsi dan

obat-obatan. Menurut Amstrong (2005) bahan makanan yang dapat

mempengaruhi warna urin tersebut adalah :

1. Warna kecoklatan dapat dipengaruhi dari minuman teh

(kafein). Kafein memberikan efek diuretik dan dehidrasi bila

dikonsumsi dalam dosis besar (lebih dari 500 mg / 4 cangkir).

Namun jumlah yang diminum di dalam secangkir kopi atau teh

tidak secara langsung memberikan efek dehidrasi dan

mempengaruhi perubahan urin secara langsung.

Page 37: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

17

2. Warna oranye dapat dipengaruhi zat makanan dari wortel, labu,

suplement vitamin C dan suplement B kompleks. Konsumsi

wortel dan labu dalam sehari agar tidak menyebabkan

perubahan warna urin yaitu tidak lebih dari 400 mg.

3. Warna merah dapat dipengaruhi dari makanan boysen berries,

dan sereal buatan mengandung silica, diuretik alami yang akan

menyerap air kemudian mengeluarkannya melalui urin serta

minuman yang mempunyai zat pewarna merah seperti sirup

dan minuman sachet (minuman bersoda) tidak secara langsung

memberikan efek dehidrasi dan mempengaruhi perubahan urin

secara langsung.

Namun, penggunaan metode warna urin akurat karena memiliki

nilai sensitifitas sampai 80 % sebagai indikasi adanya dehidrasi jangka

pendek. Hal tersebut karena disebabkan ginjal menyaring urin dengan

konsentrasi yang tinggi sehingga warna urin menjadi semakin gelap.

Semakin gelap warna urin, tubuh berada dalam kondisi yang semakin

asam dan semakin membahayakan sel di dalam tubuh, sehingga

mengalami risiko dehidrasi yang semakin berat. Warna ekstrim urin yaitu

warna jingga dan cokelat. Jika seseorang terhidrasi dengan baik maka

warna urin akan semakin jernih dan transparan (Feltz dkk, 2006).

Sehingga pada penelitian ini menggunakan warna urin untuk

mengukur dehidrasi jangka pendek karena praktis dan mudah digunakan

untuk peneliti. Warna urin dapat digunakan sebagai indikator untuk

menentukan status dehidrasi seseorang secara praktis. Hasil pengukuran

Page 38: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

18

warna urin berasal dari pemeriksaan warna urin, dikatakan dehidrasi jika

skala warna urin 4-8 dan dikatakan tidak dehidrasi jika skala warna urin 1-

3 (PT. Tirta investana dan PDGMI, 2011). Pengambilan sampel

menggunakan botol kaca bening, pemeriksaan warna urin dilakukan

dengan menggunakan PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna

urin. Cara pemeriksaan warna urin yaitu sebagai berikut :

a. Tampung urin dalam wadah yang bening atau transparan (pot

urin botol bening) ketika berkemih.

b. Perhatikan warna urin dalam wadah bening di bawah cahaya

matahari atau di bawah lampu neon putih yang terang.

c. Bandingkan dengan tabel PURI grafik warna urin.

Menurut Amstrong (2005) kafein tidak terbukti dapat

menyebabkan dehidrasi kecuali jika meminumnya dalam jumlah

berlebihan. Jumlah yang berlebihan yaitu lebih dari 4 cangkir minuman

kafein (masing-masing berukuran 200 ml) per hari atau 500 mg kafein.

Jumlah yang berlebihan inilah yang dapat mengakibatkan meningkatnya

risiko dehidrasi.

Salah satu alasan minuman yang mengandung kafein seperti kopi,

teh, cokelat dan minuman energi dapat memberikan efek buruk terhadap

dehidrasi karena kafein memberikan efek diuretik bila dikonsumsi dalam

dosis besar (lebih dari 500 mg). Namun jumlah yang diminum di dalam

secangkir kopi atau teh tidak secara langsung memberikan efek dehidrasi

dan mempengaruhi perubahan urin secara langsung.

Page 39: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

19

Menurut Amstrong (2005) bahwa kafein yang merubah warna urin

menyebabkan ketidakseimbangan cairan tubuh dan elektrolit tetapi tidak

terbukti mempengaruhi status cairan harian secara keseluruhan. Hal ini

terbukti dengan studi di Inggris bahwa tidak ada perbedaan tingkat hidrasi

antara konsumsi minum kafein dalam jumlah sedang memberikan efek

hidrasi tak jauh berbeda dengan konsumsi cairan air putih.

Kafein memiliki sifat diuretik sehingga meningkatkan kebutuhan

untuk buang air kecil. Hal inilah yang menyebabkan kafein dapat

menyebabkan dehidrasi karena hilangnya cairan saat terlalu banyak

mengeluarkan cairan saat buang air kecil.

4. Tanda Dan Gejala Dehidrasi

Rasa lemah, cepat lelah, haus, dan kram otot dan hipotensi

ortostatik (pandangan menjadi gelap pada posisi berdiri lama) karena

berkurangnya volume cairan ektrasel akibat hipovolemia pada tingkat

yang ringan. Pada tingkat yang lebih berat (kurang air ≥ 6% berat badan),

juga dapat menyebabkan otot lemah, bicara tak lancar, bibir membiru,

renjatan (shock), bahkan fatal (Santoso dkk, 2012).

Page 40: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

20

Tabel 2.2

Persentase Kehilangan Air Tubuh Dengan Tanda dan Gejalanya

% kehilangan berat badan

karena Air

Tanda-tanda yang ditimbulkan

1-2 Rasa haus yang kuat, kehilangan cita

rasa, perasaan tidak nyaman.

3-5 Mulut kering, pengeluaran urin

berkurang, bekerja dan konsentrasi

lebih sulit, kulit merasa panas,

gemetar berlebihan, tidak sadar,

mengantuk, muntah, ketidakstabilan

emosi.

6-8 Peningkatan suhu tubuh, peningkatan

denyut jantung dan pernapasan,

pusing, sesak nafas, bicara tak

lancar, pusing, otot lemah, bibir

membiru.

9-11 Kejang, berhalusinasi, lidah

bengkak, keseimbangan dan sirkulasi

yang lemah, kegagalan ginjal,

menurunnya volume dan tekanan

darah Sumber: Thomson Janice, Manore Melinda, Vaughan Linda dalam santoso dkk

(2012)

5. Patofisiologis Dehidrasi

Menurut Muscari (2005) patofisiologi bergantung pada tipe dehidrasi.

a. Dehidrasi isotonik

1) Kehilangan cairan terutama melibatkan komponen ektrasel dan

volume darah sirkulasi, menyebabkan anak rentan terhadap

syok hipovolemik.

2) Kadar natrium serum menurun atau tetap dalam batas normal,

kadar klorida (Cl) menurun dan kadar kalium (K) tetap normal

atau menurun.

Page 41: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

21

b. Dehidrasi hipertonik

1) Kehilangan air yang berlebihan dibandingkan elektrolit,

mengakibatkan perpindahan cairan dari kompartemen intrasel

ke ekstrasel, yang dapat menyebabkan gangguan neurologis

seperti kejang.

2) Kadar natrium serum meningkat, kadar kalium (K) serum

bervariasi dan kadar klorida (Cl) meningkat.

c. Dehidrasi hipotonik

1) Pada dehidrasi hipotonik, cairan berpindah dari kompartemen

ekstrasel ke kompartemen intrasel sebagai usaha

mempertahankan keseimbangan osmorik, yang selanjutnya

dapat meningkatkan kebocoran CES dan secara umum

mengakibatkan syok hipovolemik.

2) Kadar natrium dalam serum menurun, klorida (Cl) menurun

dan kadar kalium bervariasi.

E. Dampak Dehidrasi

Dampak dehidrasi jangka pendek bila dibiarkan, maka akan

berdampak buruk bagi tubuh karena dehidrasi bisa melemahkan anggota

gerak, hipotonia, hipotensi dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai

pingsan. Dehidrasi jangka pendek yang terjadi terus menerus juga bisa

meningkatkan risiko batu ginjal, infeksi saluran kencing, kanker usus besar

dan konstipasi (Popkin et al, 2010). Dampak dari dehidrasi jangka pendek

juga dapat mempengaruhi performa kognitif, menurunkan daya tahan fisik dan

psikomotor (Grandjean, 2007). Menurut Murray (2007) juga memaparkan

Page 42: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

22

bahwa dehidrasi jangka pendek berpengaruh pada perubahan termoregulator

suhu pada tubuh.

Pada dehidrasi jangka pendek, mulanya adalah rasa haus yang muncul

dan tubuh kehilangan air sekitar 2 persen cairan tubuh, mulut dan lidah

menjadi kering, air liur pun berkurang. Pada saat itulah otak memberikan

perintah untuk segera minum sebagai pengganti cairan yang hilang. Pusat rasa

haus dikontrol oleh hipotalamus yang juga mengatur sekresi vasoperin

sekaligus. Keduanya bekerja secara terpadu memantau osmolaritas cairan di

sekitarnya yang kemudian akan mencerminkan konsentrasi keseluruhan

lingkungan cairan intrasel. Seiring dengan kebutuhan tubuh yang terus

meningkat dan peningkatan osmolaritas karena tubuh mengalami defisit air

maka sekresi vasopresin dan rasa haus harus diaktifkan. Akibatnya terjadi

reabsorpsi air pada tubulus distal dan koligentes meningkat sehingga tubuh

menghemat cadangan air, keadaan seperti ini akan memacu dehidrasi semakin

berat. Dehidrasi ringan yang dibiarkan secara terus menerus akan menjadi

dehidrasi yang jangka panjang mengakibatkan kegagalan multi organ dan

mengakibatkan kematian (Sherwood, 2011).

Dehidrasi dalam waktu yang lama juga dapat menyebabkan stroke.

Darah dalam tubuh terdiri dari 90% air. Saat terjadi dehidrasi, aliran darah

yang masuk dan keluar di otak tak seimbang. Pembuluh darah balik dari otak

menuju serambi jantung mengalami kolaps atau kempot karena kekurangan

cairan. Dalam jangka panjang, kolaps melambatkan aliran darah. Apabila

darah tubuh kekurangan air maka darah menjadi lebih kental. Pengentalan

darah membuat persediaan oksigen yang diantarkan ke otak berkurang dan

Page 43: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

23

memungkinkan terjadinya stroke. Di otak, darah yang mengental sangat sulit

untuk bersirkulasi, karena sel-sel otak sangat boros mengkonsumsi makanan

dan oksigen yang hanya bisa diperoleh dari darah, maka aliran darah yang

lambat ini bisa menyebabkan sel-sel otak cepat mati sehingga risiko serangan

stroke lebih besar (Sherwood, 2011).

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dehidrasi Jangka Pendek

1. Obesitas

Obesitas adalah Kondisi dimana tubuh mengalami penumpukan

lemak yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh di atas

normal. Obesitas yang dimaksud pada penelitian ini merupakan

obesitas umum, menurut Riskesdas (2007) istilah obesitas umum

digunakan untuk gabungan kategori berat badan lebih (overweight) dan

obese.

Obesitas merupakan faktor risiko untuk terjadinya berbagai jenis

penyakit degeneratif (Harmanto, 2006). Kelebihan berat badan

sebanyak 20% akan berdampak pada risiko kesehatan. Efek obesitas

yang merugikan kesehatan bukan hanya berhubungan dengan berat

badan total tetapi juga dengan distribusi simpanan lemak. Lemak

sentral atau lemak viseral berkaitan dengan risiko kesehatan yang jauh

lebih besar bila dibandingkan dengan akumulasi lemak yang

berlebihan dalam jaringan subkutan (Mitchell, 2006).

Obesitas merupakan gangguan pada keseimbangan energi. Kalau

energi yang berasal dari makanan melampaui pengeluaran energi,

kalori yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk trigliserida di

Page 44: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

24

dalam jaringan adiposa (Mitchell, 2006). Orang yang obesitas sangat

rentan terhadap kehilangan air. Kekurangan air (dehidrasi) dapat

terjadi dengan cepat selama berlangsungnya mekanisme kehilangan air

seperti berkeringat, demam, diare dan muntah (Slonane, 2004).

Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan

seseorang, yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih

tinggi pada orang kurus. Jumlah air di luar sel pada orang kurus,

kurang lebih 25 % berat badan. Pada orang yang memiliki berat badan

sedang 20 % berat badan. Sedangkan pada orang yang gemuk hanya

15 % berat badan (Almatsier dkk, 2011). Hal tersebut juga didukung

oleh penjelasan Santoso dkk (2012) yaitu pada orang obesitas dan

kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih banyak jika

dibandingkan dengan seseorang yang tidak obesitas. Dengan demikian,

kekurangan air lebih cenderung terjadi pada seseorang yang gemuk

dan obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di

SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi

observasional dengan desain studi cross sectional didapatkan bahwa

terdapat perbedaan status hidrasi antara obesitas dan non obesitas (p=

0,024), kejadian dehidrasi lebih banyak dialami pada remaja obesitas

yaitu sebesar 83,9 %.

Peningkatan konsumsi air dapat membantu proses metabolisme

cadangan lemak. Mekanismenya ialah saat konsumsi air kurang, ginjal

akan bekerja cukup keras dan bergantung pada hati untuk

menggantikan tugasnya sehingga hati tidak lagi melakukan tugasnya

Page 45: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

25

memecah lemak dalam tubuh. Ketika hati bekerja, lemak tubuh akan

cenderung disimpan dan bukan dipecah sehingga kurangnya konsumsi

cairan akan meningkatkan cadangan lemak pada bagian tertentu,

penyebaran lemak tubuh pada perempuan dan laki-laki berbeda (Ega

dkk, 2012).

Secara umum, respon metabolik pada laki-laki dan perempuan

cenderung sama, namun perempuan mengoksidasi lebih banyak lemak

daripada laki-laki selama latihan fisik, 63% cairan disimpan di otot

walaupun tidak kelihatan namun perempuan bergantung lebih banyak

pada glukosa darah dan kekurangan otot yang mengandung glikogen

daripada laki-laki. Hal ini yang menyebabkan perbedaan persen lemak

tubuh pada laki-laki dan perempuan karena laki-laki memiliki lebih

banyak otot daripada perempuan yang memiliki lebih banyak lemak

(Ega dkk, 2012).

Obesitas dapat dinilai dengan beberapa metode pengukuran

antropometri, yaitu dengan pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh),

metode ini sangat sering digunakan karena adanya kemudahan dalam

melakukannya. Pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh) membutuhkan

dua pengukuran sekaligus yaitu pengukuran berat badan yang diukur

menggunakan timbangan seca ketelitian 0.1 kg dan pengukuran tinggi

badan yang diukur menggunakan microtoise ketelitian 0.1 cm. Untuk

mendapatkan nilai IMT, diperlukan ukuran berat badan, dan tinggi

badan. Berikut masing-masing ukuran antropometri tersebut, antara

lain:

Page 46: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

26

a. Berat badan

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak,

air dan mineral pada tulang (Gibson, 2005). Berat badan ini

diukur menggunakan timbangan sebagai alat ukur.

b. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi

keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak

diketahui dengan tepat (Supariasa dkk, 2002). Alat ukur untuk

menentukan tinggi badan adalah microtoise. Tinggi badan

dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki,

kedua tangan merapat ke badan, punggung dan pantat

menempel pada dinding dan pandangan diarahkan ke depan.

Kedua tangan bergantung relaks disamping badan. Potongan

kayu (atau logam), bagian dari alat pengukur tinggi badan

digeser, kemudian diturunkan hingga menyentuh bagian atas

(verteks) kepala. Sentuhan harus diperkuat jika subjek

berambut tebal (Arisman, 2007).

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang standar antropometri penilaian

status gizi anak, diketahui bahwa penilaian status gizi remaja

didasarkan pada Indeks IMT/U (Kemenkes, 2011). IMT (Indeks massa

tubuh) merupakan hasil dari pembagian antara berat badan dengan

tinggi badan yang dikuadratkan, seperti pada rumus berikut:

Page 47: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

27

Pengukuran status gizi anak umur diatas 5-18 tahun diukur

berdasarkan Z score dengan perbandingan indeks massa tubuh

terhadap umur (IMT/U). Status gizi dikategorikan menjadi sangat

kurus, kurus, normal, gemuk, dan obesitas (WHO, 2007). Indeks

IMT/U diatas, dikategorikan menjadi lima kategori, yaitu (Kemenkes,

2011):

Tabel 2.3

Klasifikasi Status Gizi Remaja Menurut WHO-NCHS

Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Anak

Umur 5-18 tahun

Klasifikasi Ambang Batas (Z-score)

Sangat Kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk > 1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas > 2 SD Sumber : Kementrian Kesehatan RI tahun 2011

2. Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,

usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,

kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa

pertumbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar

dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang

diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar

dibandingkan orang dewasa (Tamsuri, 2009). Pada masa remaja,

proses perubahan anatomis dan fisiologis berlangsung dengan cepat.

Peningkatan kecepatan dalam pertumbuhan akan meningkatkan proses

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Page 48: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

28

metabolik dan mengakibatkan sejumlah air dihasilkan sebagai produk

akhir metabolisme (Potter, 2005).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah dkk

(2012) di Indonesia menggunakan desain cross sectional study

didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kelompok umur

dengan kejadian dehidrasi (p>0,05).

3. Jenis kelamin

Total air tubuh juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran

tubuh. Orang dengan persentase lemak tubuh lebih tinggi mempunyai

cairan tubuh yang lebih sedikit karena sel lemak mengandung sedikit

atau tidak ada air, dan jaringan tidak berlemak mengandung banyak

air. Wanita secara proporsional mempunyai lemak tubuh yang lebih

banyak dan air tubuh yang kurang dibanding pria. Air terhitung sekitar

60 persen dari berat badan seorang pria, tetapi hanya 50 persen dari

berat badan wanita dewasa. Pada orang yang obesitas, perhitungan

tersebut makin kurang, sekitar 30-40 persen dari berat badan orang

tersebut (Berman dkk, 2009).

Usia lebih dari 12 tahun akan mempengaruhi total air tubuh antara

laki-laki dan perempuan, dimana pada laki-laki lebih banyak

kandungan air tubuhnya dibandingkan perempuan karena laki-laki

mempunyai massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan perempuan

(Briawan dkk, 2011). Hal tersebut akan mempengaruhi kebutuhan

cairan yang lebih tinggi pada laki-laki, juga kebutuhan akan zat gizi

lainnya sehingga memicu terjadinya obesitas. Menurut penelitian yang

Page 49: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

29

dilakukan oleh Tate et al (2012) menunjukkan kejadian obesitas lebih

banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki. Menurut hasil

penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia

menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa pada

remaja menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin

dengan status dehidrasi (p<0,05). Namun hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al

Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi observasional dengan

desain studi cross sectional yang diketahui bahwa tidak terdapat

perbedaan status hidrasi berdasarkan jenis kelamin (p=0,186).

4. Aktivitas fisik

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan

cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses

metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan peningkatan

haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan

yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yang

tidak disadari (inseble water loss) juga mengalami peningkatan akibat

peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat (Tamsuri,

2009).

Baik aktivitas tinggi maupun rendah, keduanya memiliki peluang

terhadap dehidrasi. Aktivitas fisik yang rendah juga dapat

menyebabkan berkurangnya konsumsi minum sehingga terdapat

peluang untuk terjadinya dehidrasi (Briawan, dkk, 2011). Kehilangan

air melalui keringat dapat meningkatkan 3 L/jam selama aktivitas berat

Page 50: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

30

dan lingkungan yang panas dan jika asupan air yang tidak mencukupi

dapat menimbulkan hypohydration persistent. Volume air yang

direkomendasikan umumnya antara 100-150% dari volume yang

hilang untuk menggantikan kehilangan air setelah melakukan aktivitas

fisik (Sharp, 2007).

Remaja lebih sering mengalami dehidrasi dikarenakan banyaknya

aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan cairan tubuh,

sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan (Briawan dkk,

2011). Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan

timbul kejadian dehidrasi (Almatsier, 2009).

Penelitian di Amerika pada orang dewasa menunjukkan bahwa

aktivitas luang memiliki hubungan dengan intake air putih dan total

asupan air. Menurut Kant et al (2009) aktivitas yang tinggi memiliki

hubungan dengan air dari minuman dan total asupan airnya. Aktivitas

fisik memiliki hubungan dengan asupan air. Namun hal ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah dkk

(2012) di Indonesia menggunakan desain cross sectional study

didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi

dengan tingkat aktivitas fisik (p>0,005), hal ini karena aktivitas fisik

pada subjek penelitian berada pada tingkat ringan dan hanya sedikit

yang aktivitasnya berat.

Total Volume aktivitas fisik dapat diukur dengan satuan Metabolic

Energy Turnover (MET) baik perhari maupun perminggu. Cara

Page 51: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

31

perhitungan ini sering digunakan dalam menghitung total aktivitas

fisik dengan menggunakan kuesioner.

Rumus Tingkat Aktivitas Fisik:

PAL=

Keterangan :

PAL : Physical Activity Level (Tingkat Aktivitas Fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan

untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu.

Tabel 2.4

Kategori Tingkat Aktivitas Fisik dengan Nilai Physical Activity Level

Kategori Aktivitas Fisik Nilai PAL

Ringan 1,40 ≤ PAL ≤ 1,69

Sedang 1,70 ≤ PAL ≤ 1,99

Berat 2,00 ≤ PAL ≤ 2,40 Sumber : FAO/WHO/UNU, 2001

5. Konsumsi cairan

Konsumsi cairan sangat dibutuhkan oleh tubuh karena air memiliki

banyak fungsi yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai medium

transportasi, pengatur suhu tubuh, pembentuk sel dan cairan tubuh

serta sebagai pelarut (Santoso dkk, 2012). Apabila air yang keluar dari

tubuh tidak digantikan dengan jumlah konsumsi cairan yang cukup

maka sel-sel tubuh akan kehilangan air, kehilangan air inilah yang

menyebabkan dehidrasi (Brenna dkk, 2012).

Page 52: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

32

Total cairan tubuh adalah cairan yang menempati ruang intrasel

dan ekstraseluler, yang terdiri dari sekitar 0,6 L/Kg (63,3%) dari massa

tubuh (Amstrong et al, 2005). Konsumsi air diatur oleh rasa haus dan

kenyang. Hal ini terjadi melalui perubahan yang dirasakan oleh mulut,

hipotalamus (pusat otak yang mengontrol pemeliharaan keseimbangan

air dan suhu tubuh) dan perut. Bila konsentrasi bahan-bahan di dalam

darah terlalu tinggi, maka bahan-bahan ini akan menarik air dan

kelenjar ludah. Mulut menjadi kering, dan timbul keinginan untuk

minum guna membasahi mulut. Bila hipotalamus mengetahui bahwa

konsentrasi darah terlalu tinggi, maka timbul rangsangan untuk

minum. Pengaturan minum dilakukan oleh saraf lambung (Almatsier,

2009).

Orang obesitas lebih mudah mengalami kekurangan air

dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Kebutuhan air

mengalami obesitas sebaiknya 2 gelas lebih banyak dibandingkan

kondisi normal (Santoso dkk, 2012). Penelitian yang dilakukan

Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang

menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross

sectional bahwa terdapat perbedaan total konsumsi cairan pada remaja

obesitas dan non obesitas (p=0.035). Konsumsi cairan lebih tinggi

pada remaja obesitas yaitu sebesar 2074,6 ml dibanding non obesitas

sebesar 1896,6 ml. Namun tidak ditemukan perbedaan konsumsi air

putih, konsumsi minuman lainnya dan cairan dari makanan pada

remaja obesitas dan non obesitas (p=0,744; p=0,097; p=0,318).

Page 53: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

33

Menurut penelitian oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia dengan

menggunakan desain cross sectional study didapatkan bahwa asupan

air pada remaja tidak berbeda signifikan terhadap kejadian dehidrasi

(p>0,05).

Pengukuran konsumsi cairan menggunakan food recall selama 24

jam, Menurut Supariasa dkk (2002) Prinsip dari metode food recall 24

jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang

dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan URT (ukuran

rumah tangga) seperti sendok, gelas, piring dan lain-lain atau ukuran

lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Recall dilakukan

berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut. Kelebihan

menggunakan metode recall 24 jam, yaitu :

a. Mudah melaksanakannya serta tidak terlalu membebani

responden

b. Biaya relatif murah

c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden

d. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf

Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi

individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Konsumsi

cairan yang berasal dari makanan dikonversikan kedalam kandungan

air dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).

Adapun konversi yang digunakan untuk mengukur konsumsi cairan

dengan menggunakan rumus (Hardinsyah dan Briawan, 1994) :

Page 54: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

34

KGij = (BJ/100) x Gij x (BDD/100)

Keterangan :

KGij = kandungan air dalam bahan makanan

Bj = berat makanan yang dikonsumsi (gram)

Gij = kandungan air dalam 100 gram BDD bahan makanan

BDDj = bagian bahan makanan yang dapat dimakan

6. Pengetahuan tentang air dan dehidrasi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi konsumsi cairan baik

dalam hal kualitas maupun kuantitas, serta dalam kebiasaan minum

sehari-harinya. Pengetahuan yang semakin baik akan mendorong

seseorang untuk mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan dan memiliki

kebiasaan minum yang lebih baik pula sehingga risiko mengalami

dehidrasi lebih kecil (Hardinsyah dkk, 2009).

Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi

kesehatan tubuh juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak

memperhatikan air putih bagi tubuhnya (Maulana, 2010). Menurut

penelitian oleh Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia dengan desain

Page 55: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

35

cross sectional study didapatkan bahwa pada remaja dan total subyek

menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan tingkat

pengetahuan subyek (p<0,05). Hal ini juga sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14

Semarang menggunakan metode studi observasional dengan desain

studi cross sectional menyatakan bahwa pengetahuan tentang cairan

diketahui signifikan mempengaruhi perbedaan status hidrasi

(p=0,003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket dan kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan

yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan di atas (Arikunto, 2009).

Penilaian pengetahuan dapat dilihat dari setiap item pertanyaan

yang akan diberikan peneliti kepada responden. Menurut Khomsan

(2003) dalam Diyani (2012) kategori pengetahuan dapat ditentukan

dengan kriteria :

a. Pengetahuan Rendah : apabila nilai ≤ 80 % dari semua

jawaban yang benar.

b. Pengetahuan Tinggi : apabila nilai > 80 % dari semua jawaban

yang benar.

Page 56: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

36

7. Suhu tubuh

Kehilangan cairan melalui penguapan bergantung pada suhu serta

kelembaban lingkungan atau wilayah ekologi. Makin tinggi suhu dan

makin rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan cairan,

sedangkan makin rendah suhu dan makin tinggi kelembaban akan

menurunkan jumlah kehilangan cairan. Tingkat kelembaban yang

tinggi pada suhu yang sama atau hampir sama dengan suhu tubuh

dapat menyebabkan pengeluaran air melalui paru (Santoso dkk, 2012).

Suhu tubuh dapat berubah pada waktu kerja dan pada suhu

lingkungan ekstrem, karena mekanisme pengaturan suhu tidak 100%

efektif. Bila dihasilkan panas yang berlebihan pada tubuh akibat kerja

yang berat suhu rektum dapat meningkat sampai setinggi 101-104oF,

tubuh akan mengeluarkan keringat sehingga tubuh memerlukan air

dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya pada keadaan sangat dingin

dapat turun sampai 98oF (Gibson, 2002). Air membantu mendinginkan

tubuh melalui penguapan dan permukaan kulit, membawa kelebihan

panas keluar tubuh (Santoso dkk, 2012).

Suhu tubuh yaitu antara 36-37,5oC. Dalam sehari dapat terjadi

perubahan suhu tubuh dalam beberapa jam dan maksimum pada sore

hari. Pola ini bervariasi pada setiap orang, namun hal ini tidak berubah

jika seseorang bekerja pada malam hari (Gibson, 2002). Menurut hasil

penelitian dari Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia menggunakan

desain cross sectional study didapatkan bahwa pada remaja tidak

terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan suhu tubuh (p<0,05).

Page 57: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

37

Pengukuran suhu tubuh dapat dengan menggunakan termometer

suhu badan yang merupakan termometer yang digunakan untuk

mengukur suhu tubuh manusia. Termometer ini mempunyai skala ukur

mulai dari 35oC - 42

oC. Tiap skala dibagi lagi atas skala yang lebih

kecil sehingga kenaikan dan penurunan suhu dapat diketahui secara

teliti. Termometer suhu badan ada juga yang berbentuk penunjuk

digital sehingga suhu badan dapat dibaca lebih mudah (Umar, 2008).

8. Wilayah Ekologi

Wilayah ekologi tempat tinggal seseorang akan berpengaruh

terhadap status dehidrasi seseorang. Makin tinggi suhu dan semakin

rendah kelembaban akan meningkatkan kehilangan air sehingga terjadi

dehidrasi (Santoso dkk, 2012). Orang sakit dan orang yang melakukan

aktivitas berat berisiko mengalami ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit bila suhu lingkungan tinggi. Cairan yang keluar melalui

keringat meningkat pada lingkungan yang panas karena usaha tubuh

untuk menghilangkan panas. Pengeluaran cairan ini bahkan terjadi

lebih banyak pada orang yang belum bisa menyesuaikan diri dengan

iklim lingkungan (Berman dkk, 2009). Menurut penelitian dari

Hardinsyah dkk (2012) di Indonesia menggunakan desain cross

sectional study didapatkan bahwa terdapat hubungan antara status

dehidrasi dan wilayah ekologi pada remaja (p<0,05) hal ini karena

kehilangan air melalui penguapan bergantung pada suhu serta

kelembaban lingkungan.

Page 58: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

38

9. Pengeluaran Air

Pengeluaran air tubuh dapat berupa keluaran air wajib dan keluaran

air kehendak sendiri (alektif). Keluaran air wajib yaitu yang berasal

dari urin, kulit, saluran nafas, dan feses. Keluaran air alektif yaitu

pengeluaran air tubuh yang biasanya dipengaruhi oleh aktivitas fisik

dan suhu. Dalam keadaan sehat dengan fungsi ginjal yang normal

asupan harus seimbang dengan keluaran air, apabila terjadi

ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh maka akan timbul kejadian

dehidrasi (Santoso dkk, 2012).

Pengeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus

mengatur konsetrasi garam di dalam darah, merangsang kelenjar

pituari mengeluarkan hormon antidiuretika ADH. ADH dikeluarkan

bilamana konsentrasi garam tubuh terlalu tinggi, atau bila volume

darah atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk

menahan atau menyerap kembali air dan mengedarkannya kembali ke

dalam tubuh. Jadi, semakin banyak air dibutuhkan tubuh, semakin

sedikit yang dikeluarkan (Altmatsier, 2009).

Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan

darah akan turun. Sel-sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin

mengaktifkan protein di dalam darah yang dinamakan

angiostensinogen ke dalam bentuk aktifnya angiotensin. Angiotensin

akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga tekanan darah

akan naik. Di samping itu, angiotensin mengatur hormon aldosteron

dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk

Page 59: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

39

menahan natrium dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air,

akan lebih sedikit air dikeluarkan dari tubuh (Altmatsier, 2009).

Mekanisme ini tidak akan berjalan, bila seseorang tidak minum air

dalam jumlah cukup. Tubuh paling kurang harus mengeluarkan 500 ml

air sehari melalui urine yaitu jumlah minimal yang diperlukan untuk

mengeluarkan bahan sisa sehari sebagai aktivitas metabolisme di

dalam tubuh. Di luar jumlah ini, pengeluaran air harus diseimbangkan

dengan pemasukan air. Bila seseorang minum air dalam jumlah lebih

banyak, urine akan lebih encer. Di samping melalui urine, tubuh

kehilangan air melalui paru-paru sebagai uap, melalui kulit sebagai

keringat, dan sedikit melalui feses. Jumlah air hilang rata-rata tiap hari

sebanyak 2 ½ liter (Altmatsier, 2009).

Secara klinis pengukuran air tubuh atau besarnya pengeluaran air

sulit dilakukan. Anamnesis, pengamatan asupan cairan harian dan

pengukuran pengeluaran urine, muntah, diare dan fistula saluran cerna

sering sudah dapat memberikan penjelasan mengenai gangguan cairan

tubuh. Perhitungan kesetimbangan cairan harus mencakup pengeluaran

air yang tidak dirasakan (Insensible Water Loss) melalui keringat dan

menembus kulit (Sacher, 2004). Pengukuran pengeluaran air dapat

menggunakan pemeriksaan laboratorium dengan sampel whole blood,

plasma, serum, urine, keringat, feses dan cairan tubuh. Pemeriksaan

pada whole blood biasanya dilakukan bersama dengan pemeriksaan pH

dan gas darah dan harus segera diperiksa (kurang dari 1 jam). Sampel

serum, plasma atau urine dapat disimpan pada refrigerator dalam

Page 60: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

40

tabung tertutup pada suhu 2oC-8

oC dan dihangatkan kembali pada suhu

ruangan (15oC-30

oC) sebelum diperiksa. Sampel feses harus dicair,

disaring dan diputar (sentrifugasi) sebelum dilakukan pemeriksaan

(Yaswir dkk, 2012).

c. Kerangka Teori

Kerangka teori ini merupakan gabungan dari berbagai teori atau

sumber yang disebutkan pada tinjauan pustaka tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi status dehidrasi. Menurut Santoso dkk (2012) yaitu obesitas,

faktor wilayah ekologi, faktor suhu tubuh dan faktor pengeluaran air, menurut

Tamsuri (2009) yaitu usia dan aktivitas fisik, menurut Berman dkk (2009)

yaitu faktor jenis kelamin, menurut Hardinsyah dkk (2009) yaitu faktor

pengetahuan air dan dehidrasi, serta menurut Brenna dkk (2012) yaitu faktor

konsumsi cairan. Berikut ini merupakan kerangka teori hasil adaptasi dari

beberapa teori:

Page 61: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

41

Bagan 2.1 kerangka teori

Sumber : Adaptasi Santoso dkk (2012), Tamsuri (2009), Berman dkk (2009),

Hardinsyah dkk (2009) dan Brenna (2012).

Pengetahuan

DEHIDRASI

JANGKA

PENDEK

Wilayah ekologi

Suhu Tubuh

Konsumsi Cairan Pengeluaran air

Aktivitas Fisik

Jenis Kelamin

Obesitas

Usia

Page 62: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

42

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah dehidrasi jangka

pendek sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya adalah

obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air

dan dehidrasi. Berikut merupakan alasan dari pemilihan variabel yang diteliti:

1. Variabel obesitas diteliti karena orang yang obesitas sangat rentan

terhadap kehilangan air, kandungan air di dalam sel lemak lebih

rendah dari kandungan air di dalam sel otot. Sehingga, orang yang

obesitas sangat rentan terhadap kehilangan air (dehidrasi).

2. Variabel jenis kelamin diteliti karena orang dengan persentase lemak

tubuh lebih tinggi mempunyai cairan tubuh yang lebih sedikit karena

sel lemak mengandung sedikit atau tidak ada air, dan jaringan tidak

berlemak mengandung banyak air. Wanita secara proporsional

mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang kurang

dibanding pria.

3. Variabel aktivitas fisik diteliti karena remaja lebih sering mengalami

dehidrasi dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat

menguras tenaga dan cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya

konsumsi cairan sehingga rentan dengan kejadian dehidrasi.

4. Variabel konsumsi cairan diteliti karena konsumsi cairan yang kurang

berisiko untuk terjadinya risiko dehidrasi.

Page 63: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

43

5. Variabel pengetahuan air dan dehidrasi juga diteliti karena kurangnya

pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan

tubuh juga memberikan peluang bagi remaja untuk tidak

memperhatikan air putih bagi tubuhnya sehingga berisiko terjadi

dehidrasi.

Adapun variabel lainnya seperti usia, pengeluaran air, wilayah

ekologi dan suhu tubuh yang secara teori memiliki pengaruh terhadap

dehidrasi jangka pendek seseorang namun tidak dijadikan variabel untuk

diteliti. Variabel usia tidak diteliti karena rata-rata usia remaja ditempat

penelitian adalah 15-18 tahun sehingga dianggap homogen. Variabel

Pengeluaran air tidak diteliti karena pengeluaran air terlalu sulit dihitung

sebab terdapat beberapa sumber pengeluaran air seperti feses, kulit (keringat),

dan paru-paru (pernapasan) yang membutuhkan alat dan biaya yang mahal

serta pengawasan dalam pengambilan data pengeluaran air tersebut. Selain

itu, pengeluaran air melalui keringat dan paru-paru merupakan pengeluaran

yang tidak dapat dikontrol oleh tubuh dan membutuhkan pemeriksaan

laboratorium dengan menggunakan sampel whole blood, plasma, serum,

urine, keringat, feses dan cairan tubuh. Sedangkan variabel wilayah ekologi

tidak diteliti karena pada saat penelitian status dehidrasi jangka pendek

dilakukan, subjek berada pada lokasi penelitian yang sama sehingga lokasi

ekologinya sama yaitu di kota Jakarta. Variabel Suhu tubuh juga tidak diteliti

karena suhu tubuh dalam kondisi tidak normal (demam) tidak dapat diteliti

karena adanya perubahan fungsional dari tubuh sehingga masuk dalam

kriteria eksklusi penelitian. Disamping itu, kriteria inklusi sampel adalah

Page 64: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

44

siswa dan siswi yang sehat (tidak menderita sakit/demam) oleh karena itu

variabel suhu tubuh dianggap sama (homogen), karena sampel semuanya

dalam keadaan sehat.

Variabel Independen Variabel Dependen

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Obesitas

Konsumsi Cairan

Jenis Kelamin

Aktivitas fisik

Pengetahuan air

dan dehidrasi

DEHIDRASI

JANGKA

PENDEK

Page 65: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

45

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel Dependen

1. Dehidrasi

Jangka

Pendek

Kondisi dimana

kekurangan

jumlah cairan

yang dibutuhkan

dan dikeluarkan

oleh tubuh

dalam jangka

waktu pendek

dinilai dengan

indikator warna

urin.

Pemeriksaan

warna urin.

Kartu PURI

(Periksa Urin

Sendiri)

dengan grafik

warna urin.

1. Dehidrasi, jika

skala warna urin

4-8

2. Tidak dehidrasi,

jika skala warna

urin 1-3 ( PT.

Tirta investana

dan PDGMI,

2011).

Ordinal

Variabel Independen

2. Obesitas Kondisi dimana

tubuh

mengalami

penumpukan

lemak yang

berlebih

sehingga berat

badan seseorang

jauh di atas

normal yang

diukur dari berat

badan dan tinggi

badan,

dikategorikan

obesitas jika di

dapatkan Z

score > 2 SD

Pengukuran

Antropometri

Timbangan

Digital dan

Microtoise

1. Ya, obesitas

(obesitas

didapatkan Z

score > 2 SD

2. Tidak obesitas

(tidak obesitas

didapatkan Z

score ≤ 2 SD

(Kemenkes RI,

2011)

Ordinal

3. Jenis

kelamin

Identitas

biologis

responden yang

dapat dilihat

dari penampilan

fisik

Pengisian

kuesioner

Kuesioner 1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

4. Aktivitas

Fisik

Seluruh

kegiatan yang

melibatkan fisik

selama 24 jam

Pengisian

Kuesioner

Physical

Activity Level

(PAL) dengan

form recall

1. Ringan, apabila

1,40 ≤ PAL ≤

1,69

2. Sedang, apabila

Ordinal

Page 66: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

46

yang ditentukan

dengan

menghitung

pengeluaran

energi

dinyatakan

dengan nilai

PAL

aktivitas fisik

1x24 jam

1,70 ≤ PAL ≤

1,99

3. Berat, apabila

2,00 ≤ PAL ≤

2,40

(FAO/WHO/UNU,

2001).

5. Konsumsi

Cairan

Jumlah asupan

rata-rata air

yang berasal

dari air putih,

minuman

lainnya selain

air putih atau

minuman

berwarna seperti

sirup, kopi, susu

dll) dan yang

berasal dari

makanan

Wawancara Form Food

recall 1x24

jam yang

dilakukan

selama 1 hari.

1. Kurang:

laki-laki

<2200 ml,

Perempuan

<2100 ml

2. Cukup:

Laki-laki

≥2200 ml

Perempuan

≥2100 ml

(Widyakarya

Nasional Pangan

dan Gizi

(WNPG) Tahun

2014)

Ordinal

6. Pengetahuan

air dan

dehidrasi.

Jawaban dari

hasil kuesioner

yang dijawab

oleh responden

mengenai

pemahaman

tentang

dehidrasi dan

sumber zat gizi

air.

Pengisian

kuesioner

Kuesioner 1. Rendah (skor ≤

80%) dari

seluruh

jawaban benar

2. Tinggi (skor >

80%) dari

seluruh

jawaban yang

benar

(Khomsan, 2003

dalam Diyani,

2012)

Ordinal

Page 67: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

47

C. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015.

2. Adanya hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015.

3. Adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015.

4. Adanya hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin

Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

5. Adanya hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan

status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja

kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

Page 68: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

48

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, yaitu data

yang menyangkut variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan

dan diamati dalam waktu yang bersamaan. Variabel dependen yang diteliti

adalah dehidrasi jangka pendek, sedangkan variabel independen yang diteliti

adalah obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan

pengetahuan air dan dehidrasi. Desain studi cross sectional digunakan

berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2015 – Juni 2015.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMAN 63 Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini merupakan seluruh siswa siswi

kelas 1 dan kelas 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

Page 69: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

49

2. Sampel

Untuk jumlah sampel menggunakan uji hipotesis beda

proporsi (Ariawan, 1998):

Keterangan:

n = besar sampel yang diharapkan

Z1-α /2 = tingkat kemaknaan pada α = 5% ( Z score = 1,96)

Z1-β = kekuatan uji pada β = 80 %

P = P1+P2/2

P1 = proporsi dehidrasi jangka pendek dengan aktivitas

fisik tinggi yaitu 8,7 %

P2 = proporsi dehidrasi jangka pendek dengan aktivitas

fisik rendah yaitu 57,6 %

(Nilai P1 dan P2 diperoleh dari penelitian Riance, 2012).

Tabel 4.1

Besar Minimal Sampel Berdasarkan Penelitian Sebelumnya

Variabel

independen

P1 P2 Jumlah

sampel

Sumber

Obesitas 0,84 0,52 33 Prayitno dkk 2012

Jenis

Kelamin

0,70 0,31 25 Nursita, 2013

Aktivitas

Fisik 0,87 0,57 Riance, 2012

Konsumsi

Cairan

0,37 0 17 Ratnasari dkk, 2012

Pengetahuan

air dan

dehidrasi.

0,91 0,33 10 Riance, 2012

221

22121111122/1

PP

PPPPZPPZn

34

Page 70: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

50

Dengan menggunakan rumus tersebut didapatkan besar sampel

minimal yaitu sebesar 34 responden. Berhubung rumus sampel yang

digunakan adalah proporsi untuk 2 kelompok, maka hasil besar sampel

minimal tersebut dikalikan dua menjadi 68 responden untuk mewakili

masing-masing kelompok. Sebagai antipasi jika terdapat kesalahan ataupun

tidak lengkapnya data yang diinginkan baik pengukuran berat badan, tinggi

badan, status dehidrasi dan pengisian kuesioner, maka peneliti menambahkan

jumlah sampel sebesar 10% sehingga diperoleh total sampel sebanyak 75

responden.

D. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian dengan menggunakan metode

simple random sampling sehingga semua responden mendapatkan

kesempatan yang sama. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun frame sampling yang berisi daftar nama seluruh

siswa siswi SMAN 63 Jakarta.

2. Melakukan pengambilan secara acak/pengundian terhadap

beberapa siswa siswi sebagaimana terdaftar dalam kerangka

sampel sampai terambil 75 orang responden. Nama-nama yang

terambil merupakan sampel dalam penelitian ini.

E. Pengumpulan Data

1. Jenis data

Pengumpulan data menggunakan data primer dengan

melakukan pengisian kuesioner oleh responden yang telah dipilih

sebelumnya, dan akan dimintai ketersediannya dalam mengisi

Page 71: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

51

kuesioner. Data primer terdiri dari beberapa hal terkait variabel-

variabel yang diteliti seperti dehidrasi jangka pendek, obesitas, jenis

kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air dan

dehidrasi.

Selain kuesioner terkait data-data mengenai variabel tersebut,

pengumpulan data juga dilakukan dengan melakukan penimbangan

berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk mendapatkan data

indeks massa tubuh (IMT) sehingga dapat mengetahui status obesitas

serta dilakukannya pemeriksaan warna urin untuk melihat status

dehidrasi.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Variabel Dehidrasi Jangka Pendek

1. Instrumen/alat ukur : Alat pemeriksaan warna urin

yaitu dengan menggunakan Kartu PURI (Periksa Urin

Sendiri) dengan grafik warna urin. Warna urin telah teruji

keakuratannya oleh PDGMI (Persatuan Dokter Medik

Indonesia) pada tahun 2011 dan memiliki nilai sensitifitas

sampai 80 % sebagai indikasi adanya dehidrasi jangka

pendek, warna urin berkorelasi kuat dengan berat jenis

urin (r2=0.80) maupun osmolalitas urin (r

2=0.82). Pada

penelitian ini, metode warna urin tidak dipengaruhi oleh

obat-obatan karena siswa yang mengonsumsi suplemen

multivitamin tidak diteliti dan hanya meneliti siswa yang

sehat tidak mengkonsumsi obat-obatan serta siswa yang

Page 72: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

52

mengkonsumsi sirup, jumlahnya tidak sampai

menimbulkan perubahan warna urin.

2. Cara Ukur : Dilakukan dengan cara pemeriksaan warna

urin. Pengambilan sampel menggunakan botol kaca

bening (pot urin), pemeriksaan warna urin dilakukan

dengan menggunakan PURI (Periksa Urin Sendiri)

dengan grafik warna urin.

3. Hasil Ukur : Hasil pengukuran warna urin berasal dari

pemeriksaan warna urin, dikatakan dehidrasi jika skala

warna urin 4-8 dan dikatakan tidak dehidrasi jika skala

warna urin 1-3 ( PT. Tirta investana dan PDGMI, 2011).

b. Variabel Obesitas

1. Instrumen/alat ukur: Penimbangan berat badan dengan

timbangan berat badan electrik merk Seca buatan jerman

dengan ketelitian 0,1 Kg (Weta dkk, 2009) dan

pengukuran tinggi badan dengan menggunakan

Microtoise dengan ketelitian 0,1 Cm (Weta dkk, 2009).

2. Cara Ukur : responden melakukan penimbangan dengan

menggunakan timbangan berat badan kemudian

responden melakukan pengukuran tinggi badan yang

dapat diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas

kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan

pantat menempel pada dinding dan pandangan diarahkan

ke depan. Kedua tangan bergantung relaks disamping

Page 73: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

53

badan. Potongan kayu (atau logam), bagian dari alat

pengukur tinggi badan digeser, kemudian diturunkan

hingga menyentuh bagian atas (verteks) kepala. Sentuhan

harus diperkuat jika subjek berambut tebal (Arisman,

2007). Setelah hasil antropometri berupa berat badan dan

tinggi badan didapatkan, kemudian digunakan penentuan

indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U) dengan

obesitas jika di dapatkan Z score > 2 SD.

3. Hasil Ukur: ya, obesitas dan tidak obesitas.

c. Variabel Jenis kelamin

1. Instrumen/alat ukur : kuesioner

2. Cara ukur : responden mengisi kuesioner pada kolom

identitas responden dan dilihat dari identitas biologis

responden dari penampilan fisik

3. Hasil ukur : jenis kelamin dikategorikan menjadikan

laki-laki dan perempuan.

d. Variabel Aktivitas Fisik

1. Instrumen/alat ukur: kuesioner variabel aktivitas fisik

yang diukur dengan menggunakan standar kuesioner

Physical Activity level (PAL) metode recall 1x24 jam

yang di recall pada hari sekolah dinyatakan dengan nilai

PAL dengan nilai r = 0,07 dan 0,13 untuk korelasi 24 jam

aktivitas fisik recall tetapi untuk semua pemeriksaan usia

korelasi disesuaikan dengan r = 0,17 (Bandmann, 2008).

Page 74: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

54

2. Cara Ukur : mencatat seluruh kegiatan yang melibatkan

fisik dan diperoleh melalui metode recall aktivitas fisik

1x24 jam kemudian aktivitas fisik yang dilakukan

seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam Physical

Activity level (PAL) dengan menggunakan rumus

Physical Activity level (PAL).

3. Hasil Ukur: aktivitas ringan, apabila 1,40 ≤ PAL ≤ 1,69,

aktivitas Sedang, apabila 1,70 ≤ PAL ≤ 1,99 dan aktivitas

berat, apabila 2,00 ≤ PAL ≤ 2,40 (FAO/WHO/UNU,

2001).

e. Variabel Konsumsi Cairan

1. Instrumen/alat ukur: sumber Form 1x24 jam Food

Recall berasal dari kuesioner Riset Kesehatan Dasar

tahun 2010 untuk melihat konsumsi cairan yang

dilakukan 1 kali. Untuk validitas dan reliabilitas

kuesioner konsumsi makan (Food Recall) ini telah diuji

oleh kementerian kesehatan sehingga dapat digunakan.

2. Cara Ukur : food recall dilakukan sebanyak 1 kali

pengukuran untuk melihat semua asupan dari jenis

makanan dan minuman. Dalam membantu responden

mengingat apa yang dimakan dan diminum di luar rumah,

pewawancara melakukan konversi dari URT kedalam

ukuran berat (gram). Dalam menaksir atau

memperkirakan ke dalam ukuran berat pewawancara

Page 75: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

55

menggunakan berbagai alat bantu seperti piring, gelas,

sendok dan food model, makanan yang dikonsumsi dapat

dihitung dengan alat bantu ini. Menganalisa bahan

makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM), kemudian

membandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG).

3. Hasil Ukur : konsumsi cairan kurang apabila laki-laki

<2200 ml, Perempuan <2100 ml dan konsumsi cairan

cukup apabila Laki-laki ≥2200 ml, Perempuan ≥2100 ml

(Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) Tahun

2014).

f. Variabel Pengetahuan air dan dehidrasi

1. Instrumen/alat ukur: Kuesioner berasal dari penelitian

Diyani (2012) dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya.

2. Cara Ukur : Dilakukan dengan cara mengisi kuesioner

tentang pengetahuan yang mana soal pengetahuan pada

kuesioner berjumlah 12 pertanyaan. Setiap pertanyaan

yang benar akan diberikan skor 1 dan yang salah akan

diberi skor 0. Dari total skor jawaban yang benar akan

dijumlahkan dan kemudian akan dibagi total soal yaitu 12

kemudian dikalikan 100% sehingga akan didapatkan nilai

total pengetahuan.

3. Hasil Ukur: Apabila skor pengetahuan rendah apabila ≤

80% dari semua jawaban yang benar dan tinggi apabila >

Page 76: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

56

80% dari semua jawaban yang benar ( Khomsan, 2003

dalam Diyani, 2012).

F. Alur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terlebih dilakukan seperti sebagai berikut:

1. Mengurus perizinan ke program studi yang dipilih sebagai

tempat penelitian (Perizinan pengambilan data di sekolah yang

akan dituju).

2. Menyusun frame sampling berdasarkan absen sekolah untuk

mendapatkan sampel.

Sedangkan pengumpulan data primer dalam penelitian ini, yaitu:

1. Berdasarkan jumlah sampel yang diperlukan, kemudian dipilih

secara acak dari masing-masing kelas sesuai dengan jumlah

yang diperlukan.

2. Nama-nama dari absen tersebut yang telah terpilih kemudian

akan dipanggil dan diminta kesediaannya untuk ikut serta

dalam penelitian yang akan dilakukan.

3. Dilakukannya pengumpulan data berupa pengisian kuesioner,

wawancara untuk food recall, pengukuran antropometri, recall

aktivitas fisik dan pengambilan urine.

4. Data yang telah diperoleh dan hasil pengukuran yang telah

dikumpulkan kemudian di cek kembali dan kemudian akan di

analisis.

Page 77: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

57

G. Manajemen Data

Manajemen atau pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan manual maupun dengan menggunakan bantuan software komputer

guna memudahkan prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari:

1. Editing data

Editing dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang telah diisi

dilihat dan dikoreksi kelengkapan jawaban, sebelum dilakukan proses

pemasukan data.

2. Coding data

Coding data dilakukan untuk membuat kelompok jawaban dan

memberi kode jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner

sebelum di masukkan data ke dalam komputer. Fungsi coding data

dalam penelitian ini agar memudahkan pengolahan data setelah data

tersebut sudah masuk ke komputer.

Variabel dehidrasi jangka pendek diukur berdasarkan

pemeriksaan warna urin dilakukan dengan menggunakan PURI

(Periksa Urin Sendiri) dengan grafik warna urin. Diberikan coding 1

yang artinya dehidrasi jika skala warna urin 4-8 dan diberikan coding 2

yang artinya tidak dehidrasi jika skala warna urin 1-3 ( PT. Tirta

investana dan PDGMI, 2011).

Variabel obesitas di ukur berdasarkan data antropometri

responden terkait berat badan dan tinggi badan dengan menggunakan

program software WHO anthroplus sebagai alat penghitung IMT/U

dengan kategori obesitas jika di dapatkan Z score > 2 SD sehingga

Page 78: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

58

data lebih akurat yang hasilnya akan di coding dengan 1 yang artinya

Ya obesitas, sedangkan Coding dengan 2 yang artinya tidak obesitas.

Variabel Jenis Kelamin diukur dari identitas biologis responden

yang dapat dilihat dari penampilan fisik diberikan coding 1 yaitu laki-

laki dan coding 2 yaitu perempuan.

Variabel Aktivitas Fisik di Coding 1 Ringan, apabila 1,40 ≤

PAL ≤ 1,69 diberikan coding 2 berarti Sedang, apabila 1,70 ≤ PAL ≤

1,99 dan diberikan coding 3 yang berarti Berat, apabila 2,00 ≤ PAL ≤

2,40. Variabel konsumsi cairan diukur dengan cara melakukan

wawancara terhadap responden tersebut dengan menggunakan form

Food Recall yang hasilnya akan di coding dengan 1 yang artinya

kurang (laki-laki <2200 ml, Perempuan <2100 ml) dan coding dengan

2 yang artinya Cukup (laki-laki >2200 ml, Perempuan >2100 ml).

Variabel pengetahuan air dan dehidrasi didapatkan dari hasil

kuesioner skor didapatkan dari jumlah soal yang dijawab benar dibagi

jumlah soal dikali dengan seratus persen, kemudian di coding 1 yaitu

skor pengetahuan rendah apabila ≤ 80% dari semua jawaban yang

benar dan coding 2 yaitu skor pengetahuan tinggi apabila > 80% dari

semua jawaban yang benar.

3. Data struktur dan data file

Data file berupa membuat template sesuai dengan format yang

digunakan.

Page 79: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

59

4. Entry data

Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam template

yang telah disediakan. Agar mudah disusun dan ditata untuk disajikan

dan dianalisis.

5. Cleaning data

Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data yang telah

di entry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak ada kesalahan

baik dalam pengcodingan maupun membaca kode sehingga jika

ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan perbaikan dan

penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan.

H. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisis

univariat dan analisis bivariat.

1. Analisis data univariat

Analisis data univariat dilakukan pada setiap variabel, adapun

variabel dependen yaitu dehidrasi jangka pendek sedangkan variabel

independen yaitu obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik, konsumsi

cairan, dan pengetahuan air dan dehidrasi. Analisis ini digunakan agar

dapat menjelaskan atau mendeskripsikan data secara sederhana yang

bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-

masing variabel yang diteliti yang disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

Page 80: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

60

2. Analisis data bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya

hubungan yang bermakna antara variabel dependen, yaitu dehidrasi

jangka pendek dengan variabel independen, yaitu obesitas, jenis

kelamin, aktivitas fisik, konsumsi cairan, dan pengetahuan air dan

dehidrasi. Pembuktian dengan uji Chi Square dapat menggunakan

rumus: (Hastono, 2007).

Rumus Uji Chi Square adalah:

Keterangan:

X2 = Chi square

O = Nilai observasi

E = Nilai Ekspektasi

K = Jumlah kolom

b = Jumlah baris

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam

penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antar dua

variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai P ≤ 0,05 artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel independen.

Namun sebaliknya, bila nilai P > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan yang

bermakna antara variabel dependen dan variabel independen.

Df = (b-1) (k-1) X2 = Σ (O – E)

2

E

Page 81: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

61

BAB V

HASIL

A. Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran

dari variabel dependen dan variabel independen. Hasil analisis univariat berikut ini

terdiri dari status dehidrasi jangka pendek, obesitas, jenis kelamin, aktivitas fisik,

konsumsi cairan serta pengetahuan tentang air dan dehidrasi.

1. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran

PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Distribusi status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di

SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1

Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek Pada Remaja Kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta Tahun 2015

Status Dehidrasi Jangka

Pendek

Jumlah (n) Persentase (%)

Dehidrasi 34 45.3

Tidak dehidrasi 41 54.7

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebanyak 34 siswa (45.3%)

mengalami dehidrasi jangka pendek. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa

yang mengalami dehidrasi jangka pendek lebih sedikit daripada siswa yang

tidak mengalami dehidrasi. Dari 34 siswa (45.3%) yang mengalami dehidrasi

jangka pendek, didapatkan bahwa ada sebanyak 13 siswa yang berjenis

Page 82: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

62

kelamin laki-laki yang mengalami dehidrasi jangka pendek. Adapun gambaran

distribusi frekuensi status dehidrasi jangka pendek berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2

Distribusi Status Dehidrasi Jangka Pendek Berdasarkan Jenis

Kelamin

Status Dehidrasi

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

n % n %

Dehidrasi 13 50 21 42.9

Tidak Dehidrasi 13 50 28 57.1

Total 26 100 49 100

2. Gambaran obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015

Distribusi obesitas pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini :

Tabel 5.3

Distribusi Obesitas Pada Remaja Kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Obesitas Jumlah (n) %

Obesitas 6 8

Tidak obesitas 69 92

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebanyak 6 siswa (8%)

mengalami obesitas. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa yang

mengalami obesitas lebih sedikit daripada siswa yang tidak mengalami

obesitas. Dari 6 siswa (8%) siswa yang mengalami obesitas, didapatkan bahwa

ada sebanyak 4 siswa yang berjenis kelamin laki-laki mengalami obesitas.

Page 83: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

63

Adapun gambaran distribusi frekuensi obesitas berdasarkan jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4

Distribusi Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin

Obesitas

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

N % n %

Obesitas 4 15.4 2 4.1

Tidak Obesitas 22 84.6 47 95.9

Total 26 100 49 100

3. Gambaran jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015

Distribusi jenis kelamin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini :

Tabel 5.5

Distribusi Jenis Kelamin Pada Remaja Kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 26 34.7

Perempuan 49 65.3

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebanyak 49 siswa (65.3%)

berjenis kelamin perempuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa berjenis kelamin perempuan.

Page 84: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

64

4. Gambaran aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015

Distribusi aktivitas fisik pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini :

Tabel 5.6

Distribusi Aktivitas Fisik Pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

tahun 2015

Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%)

Ringan 63 84

Sedang 10 13.3

Berat 2 2.7

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebanyak 63 siswa (84%)

memiliki aktivitas fisik ringan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar siswa memiliki aktivitas fisik ringan. Dari 63 siswa (84%) didapatkan

bahwa ada sebanyak 43 siswa berjenis kelamin perempuan memiliki aktivitas

fisik ringan. Adapun gambaran distribusi frekuensi aktivitas fisik berdasarkan

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.7

Distribusi Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis Kelamin

Aktivitas Fisik

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

N % n %

Ringan 20 76.9 43 87.8

Sedang 4 15.4 6 12.2

Berat 2 7.7 0 0

Total 26 100 49 100

Page 85: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

65

5. Gambaran konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015

Distribusi konsumsi cairan pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :

Tabel 5.8

Distribusi Konsumsi Cairan Pada Remaja Kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Konsumsi Cairan Jumlah (n) Persentase (%)

Kurang 48 64

Cukup 27 36

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebanyak 48 siswa (64%)

memiliki konsumsi cairan yang kurang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa memiliki konsumsi cairan yang kurang. Dari 48 siswa

(64%) didapatkan bahwa ada sebanyak 17 siswa berjenis kelamin laki-laki

memiliki konsumsi cairan yang kurang. Adapun gambaran distribusi frekuensi

konsumsi cairan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 5.9

Distribusi Konsumsi Cairan Berdasarkan Jenis Kelamin

Konsumsi Cairan

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

N % n %

Kurang 17 65.4 31 63.3

Cukup 9 34.6 18 36.7

Total 26 100 49 100

Page 86: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

66

Tabel 5.10

Distribusi Konsumsi Cairan

Jenis Kelamin Konsumsi Cairan (mL)

Mean Persentase (%)

Laki-laki

Konsumsi cairan dari

makanan

450.963 20.4

Konsumsi cairan dari

Minuman

1438.84 65.4

Konsumsi cairan dari

Makanan dan

minuman

1934.81 87.9

Perempuan

Konsumsi cairan dari

makanan

515.077 24.5

Konsumsi cairan dari

Minuman

1260.33 60

Konsumsi cairan dari

Makanan dan

minuman

1775.31 84.5

Pada hasil analisis yang didapatkan dari food recall diketahui bahwa

rata-rata konsumsi cairan dari makanan dan minuman pada siswa laki-laki

ialah 1934.81 mL (87.9%), dimana konsumsi cairan tersebut bersumber dari

konsumsi cairan dari minuman sebesar 1438.84 mL (65.4%) dan konsumsi

cairan dari makanan sebesar 450.963 mL (20.4%). Selain itu, pada siswa

perempuan diketahui bahwa rata-rata konsumsi cairan dari makanan dan

minuman yaitu sebesar 1775.31 mL (84.5%), dimana konsumsi cairan tersebut

bersumber dari konsumsi cairan dari minuman sebesar 1260.33 mL (60%) dan

konsumsi cairan dari makanan sebesar 515.077 mL (24.5%).

Bila dibandingkan dengan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada laki-

laki yaitu sebesar 2200 mL, konsumsi cairan pada siswa laki-laki hanya

sebesar 1934.81 mL dan AKG (Angka Kecukupan Gizi) pada perempuan

yaitu sebesar 2100 mL, konsumsi cairan pada siswa perempuan hanya sebesar

1775.31 mL. Sehingga, hal ini menunjukkan bahwa konsumsi cairan pada

siswa laki-laki dan perempuan kuramg dari angka kecukupan gizi air dan

Page 87: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

67

persentase yang didapatkan merupakan persentase yang dibandingkan dengan

angka kecukupan gizi berdasarkan jenis kelamin.

6. Gambaran pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Distribusi pengetahuan tentang air dan dehidrasi pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini

Tabel 5.11

Distribusi Pengetahuan Tentang Air dan Dehidrasi Pada Remaja Kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Pengetahuan tentang air

dan dehidrasi Jumlah (n) Persentase (%)

Rendah 48 64

Tinggi 27 36

Total 75 100

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa sebanyak 48 siswa (64%)

memiliki pengetahuan yang rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa memiliki pengetahuan yang rendah. Dari 48 siswa (64%)

didapatkan bahwa ada sebanyak 33 siswa berjenis kelamin perempuan

memiliki pengetahuan yang rendah. Adapun gambaran distribusi frekuensi

pengetahuan air dan dehidrasi berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Page 88: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

68

Tabel 5.12

Distribusi Pengetahuan Air dan Dehidrasi Berdasarkan Jenis

Kelamin

Pengetahuan Air dan

Dehidrasi

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

n % n %

Rendah 15 57.7 33 67.3

Tinggi 11 42.3 16 32.7

Total 26 100 49 100

B. Hasil Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara masing-

masing variabel independen dengan variabel dependen yang dianalisis melalui

uji chi square.

1. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015

Hasil analisis bivariat antara obesitas dengan status dehidrasi jangka

pendek, dapat dilihat pada tabel 5.13 dibawah ini :

Tabel 5.13

Hubungan Obesitas dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek

pada Remaja Kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Obesitas

Status Dehidrasi

Total

P-value Dehidrasi

Tidak

Dehidrasi

OR

(95%CI)

N % N % N %

Obesitas 5 83.3 1 16.7 6 100 7.321

(0.811-66.086) 0.026 Tidak Obesitas 28 40.6 41 59.4 69 100

Total 33 44.0 42 56.0 75 100

Page 89: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

69

Hasil analisis hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi

jangka pendek diperoleh siswa yang obesitas sebanyak 5 siswa (83.3%)

yang mengalami dehidrasi jangka pendek, sementara pada siswa yang tidak

obesitas diperoleh sebanyak 28 siswa (40.6%) yang mengalami dehidrasi

jangka pendek. Hasil uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai Pvalue =

0.026 yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara

obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek.

Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 7.321 (0.811-66.086),

artinya siswa yang obesitas memiliki peluang 7.321 kali untuk mengalami

dehidrasi dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas.

2. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015

Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan status dehidrasi

jangka pendek dapat dilihat tabel 5.14 berikut ini :

Tabel 5.14

Hubungan Jenis Kelamin dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek

pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Jenis

Kelamin

Status Dehidrasi

Total

P-

value Dehidrasi Tidak

Dehidrasi

OR

(95% CI)

N % N % N %

Laki-laki 13 50 13 50 26 100 1.333

(0.513-3.463)

0.728

Perempuan 21 42.9 28 57.1 49 100

Total 34 45.3 41 54.7 75 100

Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan status

dehidrasi diperoleh sebanyak 13 siswa (50%) dengan jenis kelamin laki-

Page 90: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

70

laki mengalami dehidrasi jangka pendek dan siswa dengan jenis kelamin

perempuan diperoleh sebanyak 21 siswa (42.9%) yang mengalami

dehidrasi jangka pendek. Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0.728

maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 1.333 (0.513-3.463),

artinya siswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang 1.333 kali

untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang berjenis kelamin

perempuan.

3. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015

Hasil analisis bivariat antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi

jangka pendek dapat dilihat pada tabel 5.15 berikut ini :

Tabel 5.15

Hubungan Aktivitas Fisik dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek

pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Aktivitas

Fisik

Status Dehidrasi

Total

P-

value Dehidrasi

Tidak

Dehidrasi

OR 95% CI

N % n % N %

Ringan 27 42.9 36 57.1 63 100

Sedang 6 60 4 40 10 100 1.333 0.080-22.288 0.594

Berat 1 50 1 50 2 100 0.667 0.032-14.033

Total 34 45.3 41 54.7 75 100

Page 91: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

71

Dari hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan status dehidrasi

diperoleh hasil siswa dengan aktivitas fisik ringan ada sebanyak 27 siswa

(42.9%), sedangkan siswa dengan aktivitas fisik sedang ada sebanyak 6

siswa (60%) dan siswa dengan aktivitas fisik berat ada sebanyak 1 siswa

(50%) yang mengalami dehidrasi. Dari uji statistik diperoleh Pvalue =

0.594 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik

dengan status dehidrasi. Sementara itu nilai OR nya adalah 1.333 (0.080-

22.288) dan 0.667 (0.032-14.033) yang artinya siswa yang aktivitas

fisiknya berat memiliki risiko 0.667 kali lebih besar daripada siswa yang

aktivitas fisiknya ringan dan siswa yang aktivitas fisiknya sedang memiliki

risiko 1.333 lebih besar dibandingkan siswa yang aktivitas fisiknya ringan.

4. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta tahun 2015

Hasil analisis bivariat antara konsumsi cairan dengan status

dehidrasi jangka pendek dapat dilihat pada tabel 5.16 dibawah ini :

Tabel 5.16

Hubungan Konsumsi Cairan dengan Status Dehidrasi Jangka Pendek

pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Konsumsi

Cairan

Status Dehidrasi

Total

P-value Dehidrasi

Tidak

Dehidrasi

OR

(95% CI)

n % N % N %

Kurang 30 62.5 18 37.5 48 100 9.583

(2.852-32.201) 0.000 Cukup 4 14.8 23 85.2 27 100

Total 34 45.3 41 54.7 75 100

Page 92: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

72

Dari analisis hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi

jangka pendek diperoleh hasil bahwa siswa dengan konsumsi cairan yang

kurang ada sebanyak 30 (62.5%), sementara siswa dengan konsumsi cairan

yang cukup ada sebanyak 4 (14.8%). Dari hasil analisis diperoleh Pvalue =

0.000 yang berarti ada hubungan signifikan antara konsumsi cairan dengan

status dehidrasi.

Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 9.583 (2.852-32.201),

artinya siswa yang konsumsi cairannya kurang memiliki peluang 9.583

kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan siswa yang konsumsi

cairannya cukup.

5. Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan

status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja

kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Hasil analisis bivariat antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi

dengan status dehidrasi jangka pendek dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut

ini :

Tabel 5.17

Hubungan Pengetahuan tentang Air dan Dehidrasi dengan Status Dehidrasi

Jangka Pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Pengetahuan

tentang air dan

dehidrasi

Status Dehidrasi

Total

P-value Dehidrasi

Tidak

Dehidrasi

OR

(95% CI)

N % N % N %

Rendah 31 64.6 17 35.4 48 100 14.588

(3.827-55.606) 0.000 Tinggi 3 11.1 24 88.9 27 100

Total 34 45.3 41 54.7 75 100

Page 93: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

73

Dari analisis hubungan antara pengetahuan tentang air dan

dehidrasi dengan status dehidrasi jangka pendek diperoleh hasil bahwa

siswa dengan pengetahuan yang rendah ada sebanyak 31 (64.6%),

sementara siswa dengan pengetahuan yang tinggi ada sebanyak 3

(11.1%). Dari hasil analisis diperoleh Pvalue = 0.000 yang berarti ada

hubungan signifikan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi

dengan status dehidrasi jangka pendek.

Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR= 14.588 (3.827-

55.606), artinya siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi rendah

memiliki peluang 14.588 kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan

siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi tinggi.

Page 94: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

74

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki beberapa kekurangan akibat keterbatasan

dari peneliti, antara lain :

1. Total pengeluaran air lainnya tidak diteliti karena terlalu sulit dihitung

sebab terdapat beberapa sumber pengeluaran air seperti feses, kulit

(keringat), dan paru-paru (pernapasan) yang membutuhkan alat dan biaya

yang mahal serta pengawasan dalam pengambilan data pengeluaran air

tersebut.

2. Pada penelitian ini pengumpulan data survei konsumsi cairan dilakukan

dengan menggunakan metode recall menggunakan food model pada saat

pengumpulan data sehingga food model yang digunakan akan menimbulkan

bias karena food model belum tentu sama dengan ukuran yang responden

makan.

B. Gambaran status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran

PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada

remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Dehidrasi jangka pendek adalah kehilangan cairan dari jaringan tubuh

yang berlebihan dalam jangka waktu yang pendek. Dehidrasi terjadi bila

keluaran airnya adalah cairan hipotonik, yaitu volume air keluar jauh lebih

Page 95: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

75

besar dari jumlah natrium yang keluar. Hal ini mengakibatkan peningkatan

tonisitas plasma oleh karena adanya peningkatan kadar natrium plasma

hipernatremia. Akibat peningkatan tonisitas plasma, air intrasel akan bergerak

menuju ektrasel sehingga volume cairan intrasel berkurang yang disebut

sebagai dehidrasi (Santoso dkk, 2012).

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status dehidrasi jangka

pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami

dehidrasi jangka pendek lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak

dehidrasi. Status dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN

63 Jakarta didapatkan bahwa 45.3% mengalami dehidrasi jangka pendek, hasil

penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian

Hardinsyah dkk (2009) yang menunjukkan bahwa 41.67% remaja di dataran

rendah yang mengalami dehidrasi. Sedangkan, penelitian The Indonesian

Regional Hydration Study (THIRST) tahun 2010, dehidrasi jangka pendek

atau dehidrasi ringan terjadi pada kelompok usia remaja (15-18 tahun) sebesar

49,5%.

Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, tingkat kejadian

dehidrasi jangka pendek cukup tinggi jika dibandingkan dengan penelitian

sebelumnya. Apabila kejadian dehidrasi jangka pendek ini tidak diatasi pada

anak usia sekolah, maka kondisi dehidrasi dapat mempengaruhi fungsi

kognitif yaitu menurunnya kemampuan konsentrasi, kewaspadaan dan memori

jangka pendek. Menurut Janice et al (2008) dalam Santoso dkk (2012),

kehilangan berat badan 3-5% akan menimbulkan konsentrasi lebih sulit. Hal

ini akan berdampak buruk pada kecerdasan dan pendidikannya. Hal ini juga

Page 96: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

76

diperkuat oleh D’Anci et al (2006) yaitu anak yang dehidrasi memiliki

kemampuan mengingat jangka pendek (short term memory) yang berkaitan

dengan otak.

Otak adalah bagian yang paling rentan terhadap kondisi dehidrasi dan

merupakan bagian tubuh yang mengatur sistem perhatian, kesadaran,

psikomotor, menganalisis, berpikir, mengingat dan sebagainya. Semakin parah

tingkat dehidrasi, semakin banyak pula bagian otak yang terganggu

(Hardinsyah dkk, 2009). Terdapat hubungan yang bermakna pada responden

yang mengalami dehidrasi kaitannya dengan otak seperti melemahnya

konsentrasi, daya ingat, kelelahan, bergerak lamban, masalah keseimbangan,

pusing dan sakit kepala. Sehingga dehidrasi dapat mempengaruhi konsentrasi

belajar siswa dikelas (Akshay et al, 2007).

Apabila tubuh mengalami dehidrasi maka terdapat juga beberapa

gangguan yang timbul seperti gangguan pada kesehatan, performa fisik dan

kebugaran (Hardinsyah dkk, 2009). Gangguan lain yang timbul akibat

dehidrasi yaitu berpengaruh juga pada perubahan termoregulator suhu pada

tubuh (Murray, 2007). Dehidrasi jangka pendek juga berdampak buruk bagi

tubuh karena dehidrasi bisa melemahkan anggota gerak, hipotonia, hipotensi

dan takikardia, kesulitan berbicara, bahkan sampai pingsan. Dehidrasi yang

terjadi terus menerus juga bisa meningkatkan risiko batu ginjal, infeksi saluran

kencing, kanker usus besar dan konstipasi (Popkin et al, 2010).

Pengaruh teknik pengukuran dehidrasi jangka pendek pada penelitian

ini dan sebelumnya merupakan salah satu alasan terjadinya perbedaan pada

hasil penelitian ini. Teknik pengukuran dehidrasi yang digunakan pada

Page 97: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

77

penelitian Hardinsyah dkk (2009) menggunakan teknik pengukuran gejala atau

tanda dehidrasi, berat jenis urin, warna urin dan mikroskopik urin. Gejala dan

tanda dehidrasi meliputi volume urin yang sedikit, jarang berkemih, konsistensi

feses yang keras, frekuensi buang air besar yang rendah, keringat berlebih,

haus, pusing dan lemas. Dehidrasi juga dapat diukur dengan urine specific

gravity atau berat jenis urin. Teknik urine specific gravity ini membutuhkan

perlengkapan alat yang tidak mudah sebab teknik ini membutuhkan alat

laboratorium (Santoso dkk, 2012).

Adapun pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengukuran

warna urin. Teknik ini mudah dan tidak membutuhkan alat laboratorium

sebagai alat pengukuran. Urin yang diambil adalah urin pada jam 08.00-12.00

yaitu pada saat responden berada di sekolah. Alat yang digunakan sebagai alat

ukur dehidrasi pada penelitian ini adalah kartu PURI (Periksa Urin Sendiri).

Penggunaan metode warna urin akurat sebagai indikasi adanya dehidrasi

jangka pendek. Hal tersebut karena disebabkan ginjal menyaring urin dengan

konsentrasi yang tinggi sehingga warna urin menjadi semakin gelap. Semakin

gelap warna urin, tubuh berada dalam kondisi yang semakin asam dan semakin

membahayakan sel di dalam tubuh, sehingga mengalami risiko dehidrasi yang

semakin berat. Warna ekstrim urin yaitu warna jingga dan cokelat. Jika

seseorang terhidrasi dengan baik maka warna urin akan semakin jernih dan

transparan (Feltz dkk, 2006).

Page 98: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

78

C. Hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015

Pada hasil analisis univariat diketahui bahwa siswa yang mengalami

obesitas lebih sedikit daripada siswa yang tidak mengalami obesitas. Pada

penelitian ini presentase siswa yang obesitas ada sebanyak 6 siswa (8%) dan

siswa yang tidak obesitas ada sebanyak 69 siswa (92%). Dari 6 siswa (8%)

yang mengalami obesitas, didapatkan bahwa ada sebanyak 4 siswa yang

berjenis kelamin laki-laki mengalami obesitas.

Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan seseorang,

yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih tinggi pada orang

kurus. Jumlah air di luar sel pada orang kurus, kurang lebih 25 % berat badan.

Pada orang yang memiliki berat badan sedang 20 % berat badan. Sedangkan

pada orang yang gemuk hanya 15 % berat badan (Almatsier dkk, 2011).

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0.026 yang

artinya menunjukkan ada hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi

jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta dengan kejadian

dehidrasi jangka pendek lebih banyak dialami pada remaja obesitas yaitu

sebesar 83.3%. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 7.321 (0.811-

66.086), artinya siswa yang obesitas memiliki peluang 7.321 kali untuk

mengalami dehidrasi dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas.

Page 99: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

79

Batmanghelidj (2007) menjelaskan fenomena ini melalui respon lapar

dan haus yaitu pada penderita kegemukan dan obesitas sinyal lapar dan haus

sulit untuk dibedakan, orang obesitas lebih terbiasa menanggapi sinyal lapar

bila dibandingkan dengan sinyal haus. Kedua sinyal tersebut termasuk respon

subyektif dan dikeluarkan oleh sumber yang sama yaitu histamin. Makanan

dianggap memberikan efek yang lebih besar sebagai sensasi rasa kenyang bila

dibandingkan hanya dengan minum air. Padahal makanan biasanya cenderung

berkontribusi menyumbang energi lebih besar. Energi yang banyak lalu

ditumpuk menjadi timbunan lemak pada beberapa organ tertentu.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno dkk

(2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi

observasional dengan desain studi cross sectional didapatkan bahwa terdapat

perbedaan status hidrasi antara obesitas dan non obesitas dengan nilai Pvalue =

0.024 dengan kejadian dehidrasi lebih banyak dialami pada remaja obesitas

yaitu sebesar 83,9%. Hal tersebut juga didukung oleh penjelasan Santoso dkk

(2012) bahwa tanda-tanda kekurangan air dalam tubuh pada seseorang yang

obesitas dan kegemukan jarang terlihat jelas. Pada orang obesitas dan

kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih banyak jika dibandingkan

dengan seseorang yang tidak obesitas.

Dengan demikian, kekurangan air lebih cenderung terjadi pada

seseorang yang gemuk dan obesitas. Disamping itu, seseorang yang gemuk dan

obesitas memiliki total air tubuh yang lebih kecil. Defisit cairan akan lebih

besar terjadi pada seseorang yang memiliki total air tubuh yang lebih kecil.

Total air tubuh dibutuhkan untuk menjaga kardiovaskular dan sistem

Page 100: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

80

termoregulator. Oleh karena itu, pada penelitian ini untuk siswa yang

mengalami obesitas sebaiknya melakukan penurunan berat badan rata-rata

sebesar 20-30 kg untuk mencapai berat badan ideal sebagai upaya untuk

mengurangi risiko terjadinya dehidrasi jangka pendek dan pada siswa yang

mengalami overweight sangat penting untuk mencegah agar tidak menjadi

obesitas dan berisiko untuk dehidrasi jangka pendek sehingga siswa yang

mengalami kegemukan (overweight) sebaiknya melakukan penurunan berat

badan rata-rata sebesar 9-15 kg untuk mencapai berat badan ideal.

D. Hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015

Total air tubuh dipengaruhi oleh jenis kelamin dan ukuran tubuh. Usia

lebih dari 12 tahun akan mempengaruhi total air tubuh antara laki-laki dan

perempuan, dimana pada laki-laki lebih banyak kandungan air tubuhnya

dibandingkan perempuan (Briawan dkk, 2011). Wanita secara proporsional

mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang kurang

dibanding pria (Berman dkk, 2009). Sehingga adanya kecenderungan dehidrasi

terjadi pada perempuan.

Pada analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi siswa yang

berjenis kelamin perempuan lebih banyak sebesar 49 siswa (65.3%) dan siswa

yang berjenis kelamin laki-laki ada sebanyak 26 siswa (34.7%). Selain itu

diketahui bahwa adanya kecenderungan perempuan untuk terjadinya dehidrasi

Page 101: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

81

karena perempuan mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh

yang kurang dibanding laki-laki.

Hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan status dehidrasi diperoleh

sebanyak 13 siswa (50%) dengan jenis kelamin laki-laki mengalami dehidrasi

jangka pendek dan siswa yang berjenis kelamin perempuan diperoleh sebanyak

21 siswa (42.9%) yang mengalami dehidrasi jangka pendek. Berdasarkan hasil

uji statistik menunjukkan bahwa diperoleh nilai Pvalue = 0.728 maka dapat

disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan

status dehidrasi jangka pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang

menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional

yang diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan status hidrasi berdasarkan jenis

kelamin dengan Pvalue = 0,186.

Menurut Prayitno dkk (2012) menyatakan mulai usia remaja awal

komposisi tubuh antara laki-laki dan perempuan berbeda, yaitu kandungan air

pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan karena laki-laki

mempunyai massa tubuh yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sehingga

adanya kecenderungan perempuan untuk terjadinya dehidrasi karena

perempuan mempunyai lemak tubuh yang lebih banyak dan air tubuh yang

kurang dibanding laki-laki.

Hubungan status dehidrasi dengan jenis kelamin menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan dan diketahui bahwa status dehidrasi

jangka pendek lebih tinggi terjadi pada laki-laki. Terdapat peluang risiko 1.333

Page 102: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

82

kali siswa yang berjenis kelamin laki-laki memiliki peluang untuk mengalami

dehidrasi dibandingkan siswa yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini

mungkin disebabkan karena adanya pengaruh obesitas, kejadian obesitas lebih

tinggi terjadi pada remaja laki-laki yaitu sebesar 15.4% dibandingkan

perempuan yang hanya 4.1% sehingga pada kondisi obesitas sangat rentan

terhadap kehilangan air. Orang dengan persentase lemak tubuh lebih tinggi

mempunyai cairan tubuh yang lebih sedikit karena sel lemak mengandung

sedikit atau tidak ada air, dan jaringan tidak berlemak mengandung banyak air.

Konsumsi cairan yang kurang juga lebih tinggi terjadi pada remaja laki-laki

yaitu sebesar 65.4% bila dibandingkan dengan perempuan sebesar 63.3%.

Hal tersebut juga didukung oleh penjelasan Santoso dkk (2012) yaitu

pada orang obesitas dan kegemukan kandungan lemak dalam tubuhnya lebih

banyak jika dibandingkan dengan seseorang yang tidak obesitas. Dengan

demikian, kekurangan air lebih cenderung terjadi pada seseorang yang gemuk

dan obesitas. Jumlah air di luar sel berbeda menurut tingkat kegemukan

seseorang, yaitu jumlah air lebih rendah pada orang gemuk dan lebih tinggi

pada orang kurus.

Page 103: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

83

E. Hubungan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka pendek

menggunakan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) dengan

grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh karena otot meningkatkan

pengeluaran melalui tenaga dan energi (kalori). Aktivitas fisik akibat kontraksi

otot rangka mengakibatkan pengeluaran tenaga. Aktivitas hidup seseorang

sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas

menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh.

Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar

siswa memiliki aktivitas fisik ringan. Aktivitas fisik ringan ada sebanyak 63

siswa (84%), aktivitas sedang ada sebanyak 10 siswa (13.3%) sedangkan

aktivitas fisik berat sebanyak 2 siswa (2.7%).

Baik aktivitas tinggi maupun rendah, keduanya memiliki peluang

terhadap dehidrasi. Aktivitas fisik yang rendah juga dapat menyebabkan

berkurangnya konsumsi minum sehingga terdapat peluang untuk terjadinya

dehidrasi (Briawan, dkk, 2011). Beberapa kejadian dehidrasi dan lemah

performa fisik ditemui pada seseorang yang beraktivitas berat dalam durasi

yang lama. Hal ini menyebabkan pengeluaran yang tidak disadari melalui kulit

(keringat) dan paru-paru (pernafasan) berupa peningkatan kecepatan respirasi.

Hal ini mengakibatkan peningkatan keluaran cairan melalui keringat. Dengan

demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,

kehilangan cairan yang tidak disadari (inseble water loss) juga mengalami

Page 104: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

84

peningkatan akibat peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat

(Tamsuri, 2009).

Berdasarkan penelitian ini menunjukkan hasil analisis hubungan antara

aktivitas fisik dengan status dehidrasi, yang paling banyak mengalami

dehidrasi jangka pendek yaitu siswa yang memiliki aktivitas berat sebanyak 1

orang (50%) dan siswa yang memiliki aktivitas fisik ringan sebesar 27 siswa

(42.9%) sedangkan siswa yang memiliki aktivitas fisik sedang ada sebanyak 6

siswa (60%). Pada penelitian ini jumlah siswa yang memiliki aktivitas berat

lebih sedikit ada sebanyak 2 siswa (7.7%) dan siswa yang mengalami dehidrasi

jangka pendek hanya ada sebanyak 1 siswa (50%) sehingga persentase aktivitas

berat lebih besar.

Hasil uji chi square diperoleh Pvalue = 0.594 yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka

pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian Hardinsyah dkk (2012) yang

dilakukan di Indonesia menggunakan desain cross sectional study didapatkan

bahwa tidak terdapat hubungan antara status dehidrasi dengan tingkat aktivitas

fisik dengan nilai P value sebesar 0.918.

Menurut Kant et al (2009) aktivitas yang tinggi memiliki hubungan

dengan air dari minuman dan total asupan airnya. Aktivitas fisik memiliki

hubungan dengan asupan air, remaja lebih sering mengalami dehidrasi

dikarenakan banyaknya aktivitas fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan

cairan tubuh, sehingga menyebabkan kurangnya konsumsi cairan (Briawan

dkk, 2011). Apabila terjadi ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh, akan

timbul kejadian dehidrasi (Almatsier, 2009).

Page 105: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

85

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

status dehidrasi jangka pendek dengan aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan

dehidrasi jangka pendek lebih tinggi terjadi pada laki-laki dibandingkan

dengan perempuan, dehidrasi jangka pendek banyak terjadi pada laki-laki

disebabkan karena obesitas lebih tinggi pada laki-laki. Hal ini juga sejalan

dengan penelitian Sudikno dkk (2010) didapatkan hasil bahwa risiko obesitas

lebih tinggi pada laki-laki yang aktivitas fisiknya kurang (OR=1,59)

dibandingkan dengan perempuan yang aktivitas fisiknya kurang (OR=1,29).

Sehingga diduga pengaruh obesitas lebih besar untuk terjadinya dehidrasi bila

dibandingkan dengan pengaruh dari aktivitas fisik.

F. Hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015

Konsumsi cairan sangat dibutuhkan oleh tubuh karena air memiliki

banyak fungsi yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai medium transportasi,

pengatur suhu tubuh, pembentuk sel dan cairan tubuh serta sebagai pelarut

(Santoso dkk, 2012). Apabila air yang keluar dari tubuh tidak digantikan

dengan jumlah konsumsi cairan yang cukup maka sel-sel tubuh akan

kehilangan air, kehilangan air inilah yang menyebabkan dehidrasi (Brenna dkk,

2012).

Pada hasil univariat diketahui bahwa sebagian besar siswa memiliki

konsumsi cairan yang kurang. Persentase siswa yang memiliki konsumsi

Page 106: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

86

cairan yang kurang ada sebanyak 48 siswa (64%) sedangkan siswa yang

konsumsi cairannya yang cukup ada sebanyak 27 siswa (36%).

Hasil penelitian mengenai hubungan konsumsi cairan dengan status

dehidrasi jangka pendek pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta

diperoleh bahwa dari hasil analisis hubungan diperoleh Pvalue = 0.000 yang

berarti ada hubungan signifikan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi

jangka pendek. Dari analisis hubungan antara konsumsi cairan dengan status

dehidrasi jangka pendek diperoleh siswa yang konsumsi cairan yang kurang

ada sebanyak 30 (62.5%), sementara siswa dengan konsumsi cairan yang

cukup ada sebanyak 4 (14.8%).

Adanya hubungan konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka

pendek pada penelitian karena konsumsi cairan yang kurang lebih banyak

dibandingkan konsumsi cairan yang cukup. Siswa yang konsumsi cairannya

kurang memiliki risiko peluang 9.583 kali untuk mengalami dehidrasi

dibandingkan siswa yang konsumsi cairannya cukup. Apabila air yang keluar

dari tubuh tidak digantikan dengan jumlah konsumsi cairan yang cukup maka

sel-sel tubuh akan kehilangan air, sehingga hal ini akan menyebabkan dehidrasi

karena terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi cairan dengan pengeluaran

air. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dkk (2012)

didapatkan bahwa santriwati yang berstatus dehidrasi banyak dijumpai pada

santriwati yang jumlah konsumsi cairannya kurang. Hal ini menunjukkan

adanya kecenderungan hubungan antara jumlah konsumsi cairan terhadap

status dehidrasi.

Page 107: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

87

Menurut Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa tubuh manusia terus

menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika

bernafas. Tubuh juga kehilangan air melalui keringat, produksi urin dan ketika

buang air besar. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prayitno

dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang menggunakan metode studi

observasional dengan desain studi cross sectional bahwa terdapat perbedaan

total konsumsi cairan pada remaja obesitas dan non obesitas (p=0.035) karena

orang yang obesitas lebih mudah mengalami kekurangan air dibandingkan

dengan orang yang tidak obesitas.

G. Hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan status

dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa

Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2

di SMAN 63 Jakarta tahun 2015

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pada hasil analisis univariat diketahui bahwa sebagian besar siswa

memiliki pengetahuan yang rendah. Diketahui sebanyak 48 siswa (64%) yang

memiliki pengetahuan yang rendah dan sebanyak 27 siswa (36%) yang

memiliki pengetahuan yang tinggi.

Page 108: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

88

Berdasarkan hasil analisis hubungan pengetahuan tentang air dan

dehidrasi didapatkan bahwa dehidrasi jangka pendek lebih banyak terjadi pada

siswa yang pengetahuannya rendah sebanyak 31 siswa (64.6%) dibandingkan

dengan siswa yang memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 3 siswa

(11.1%). Hasil uji statistik bahwa diperoleh nilai Pvalue = 0.000 yang berarti

ada hubungan signifikan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi dengan

status dehidrasi jangka pendek. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=

14.588 (3.827-55.606), artinya siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi

rendah memiliki peluang 14.588 kali untuk mengalami dehidrasi dibandingkan

siswa yang pengetahuan air dan dehidrasi tinggi.

Pada penelitian ini pengetahuan yang kurang lebih banyak

dibandingkan dengan pengetahuan yang cukup sehingga kurangnya

pengetahuan mengenai manfaat lebih dari air putih bagi kesehatan tubuh juga

memberikan peluang bagi remaja untuk tidak memperhatikan air putih bagi

tubuhnya (Maulana, 2010). Pengetahuan yang baik dapat mempengaruhi

konsumsi cairan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, serta dalam

kebiasaan minum sehari-harinya. Pengetahuan yang semakin baik akan

mendorong seseorang untuk mengkonsumsi cairan sesuai kebutuhan dan

memiliki kebiasaan minum yang lebih baik pula sehingga risiko mengalami

dehidrasi lebih kecil (Hardinsyah dkk, 2009).

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Hardinsyah dkk (2012) di

Indonesia dengan desain cross sectional study didapatkan bahwa pada remaja

dan total subyek menunjukkan terdapat hubungan antara status dehidrasi dan

tingkat pengetahuan subyek. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang

Page 109: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

89

dilakukan oleh Prayitno dkk (2012) di SMP Islam Al Azhar 14 Semarang

menggunakan metode studi observasional dengan desain studi cross sectional

menyatakan bahwa pengetahuan tentang cairan diketahui signifikan

mempengaruhi perbedaan status hidrasi (p=0,003).

Page 110: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

90

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami dehidrasi

jangka pendek hanya sebanyak 34 siswa (45.3%).

2. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta yang mengalami obesitas lebih

sedikit daripada siswa yang tidak mengalami obesitas.

3. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar berjenis kelamin

perempuan.

4. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar memiliki

aktivitas fisik ringan.

5. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar memiliki

konsumsi cairan yang kurang.

6. Remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta sebagian besar memiliki

pengetahuan tentang air dan dehidrasi yang rendah.

7. Terdapat hubungan antara obesitas dengan status dehidrasi jangka pendek

berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri) menggunakan

grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun

2015.

Page 111: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

91

8. Tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.

9. Tidak terdapat hubungan aktivitas fisik dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.

10. Terdapat hubungan antara konsumsi cairan dengan status dehidrasi jangka

pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI (Periksa Urin Sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di SMAN 63

Jakarta tahun 2015.

11. Terdapat ada hubungan antara pengetahuan tentang air dan dehidrasi

dengan status dehidrasi jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran PURI

(Periksa Urin Sendiri) menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1

dan 2 di SMAN 63 Jakarta tahun 2015.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

a. Pihak sekolah disarankan untuk melakukan perencanaan program

berbasis kesehatan dengan memasukkan materi dehidrasi pada mata

pelajaran di sekolah seperti mata pelajaran pendidikan jasmani dan

rohani (penjaskes) untuk menambah pengetahuan siswa dan

menanggulangi masalah dehidrasi pada siswa/i SMA.

b. Adanya penyediaan sarana dan prasarana tempat air minum di sekolah.

Page 112: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

92

2. Bagi Siswa di SMAN 63 Jakarta

a. Remaja disarankan untuk meningkatkan pengetahuan tentang

pencegahan dan dampak kekurangan cairan pada tubuh dan siswa

disarankan jangan menunggu haus terlebih dahulu baru minum agar

terhindar dari risiko dehidrasi.

b. Anjuran untuk melakukan penurunan berat badan berdasarkan

perhitungan berat badan dari responden yang dihitung untuk mencapai

berat badan idealnya. Diharapkan untuk siswa yang mengalami

obesitas melakukan penurunan berat badan rata-rata sebesar 20-30 kg

dan pada siswa yang mengalami kegemukan (overweight) sebaiknya

melakukan penurunan berat badan rata-rata sebesar 9-15 kg untuk

mencapai berat badan ideal agar tidak terjadi obesitas sebagai upaya

untuk mengurangi risiko untuk terjadinya dehidrasi.

c. Disarankan agar siswa meningkatkan konsumsi cairannya berdasarkan

angka kecukupan gizi, kecukupan air untuk laki-laki sebesar 2200

ml/hari dan perempuan sebesar 2100 ml/hari. Anjuran Tumpeng Gizi

Seimbang untuk minimal minum 2 liter atau 8 gelas sehari bagi

penduduk usia remaja dan dewasa. Siswa juga disarankan untuk

meningkatkan konsumsi cairan dari makanan berupa konsumsi buah

dan sayur yang mengandung banyak air.

3. Bagi Peneliti Lain

a. Peneliti selanjutnya dalam mengukur status dehidrasi jangka pendek

sebaiknya dapat menggunakan metode lain, seperti penurunan berat

badan, berat jenis urin, volume urin 24 jam dan rasa haus.

Page 113: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

93

b. Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti total pengeluaran lainnya

seperti pengeluaran air yang berasal dari keringat dan feses yang

kemungkinan berhubungan dengan kejadian dehidrasi menggunakan

alat laboratorium dengan biaya yang memungkinkan peneliti

selanjutnya.

c. Peneliti lain yang akan menggunakan food model diharapkan dapat

mengikuti responden atau meminta responden membawa peralatan

yang biasa digunakan di rumah untuk melihat ukuran rumah tanggga

(URT) agar persepsi yang digunakan sama.

Page 114: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

94

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia

Pustaka Utama.

Almatsier, Sunita, Susirah Soetardjo & Moesijanti Soekarti. 2011. Gizi Seimbang

dalam daur kehidupan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Akshay et al. 2007. Neuropsychological performance, postural stability,

symptomps after dehydration. Journal of atheletic training vol 42 (1), 66-75.

Altman, Gaylene B. 2010. Fundamental and advancede nursing skills third

edition. USA: Delmar cengage Learning.

Amstrong et al, 2005. Hydration Assessment Techniques. Journal Nutrition

Reviews, Vol 63(6).

Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan.

Depok: Jurusan Biostatistik dan kependudukan, Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Arisman. 2007. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bandmann, Elin. 2008. Physical Activity Questionnaire- A critical review of

methods used in validity and reproducibility studies. Sport Science and

Health Science.

Batmanghelidj, F. 2007. Air Untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan

Penyakit. Jakarta:Gramedia.

Page 115: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

95

Berman, Audrey, Shirlee Snyder, Barbara Kozier, Glenora Erb. 2009. Buku Ajar

Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Brenna H, dkk. 2012. Nutrition made incredibly easy second edition. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran.

Briawan,dkk. 2011. Kebiasaan minum dan asupan cairan di perkotaan. Jurnal

Klinik Gizi Indonesia Vol 8(1), 36-41.

Diyani, Dika Aning. 2012. Hubungan Pengetahuan, Aktivitas Fisik dan Faktor

Lain terhadap Konsumsi Air Minum Pada Mahasiswa FKM UI Tahun 2012.

Depok : Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi.

D’Anci, K. et al. 2006. Hydration and cognitive function in children. Nutrition

reviews. Vol 64(10), 457-464.

_______________. 2009. Voluntary Dehydration and Cognitive Performance in

Trained College Athletes. Perceptual and Motor Skills, 109, pp. 251-269.

Ega, dkk. 2012. Perbedaan Konsumsi Cairan, Status Gizi, Aktifitas Fisik, Dan

Persen Lemak Tubuh Pada Murid Kelas Vii Sltpn 69 Jakarta. Forum ilmiah

VOL 9(3).

FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requirement, Report of a join

FAO/WHO/UNU Expert Consultation.

Feltz, Brian D, Ferra, Joe. 2006. Dehydration’s hidden symptoms. Chiropractic

Journal vol 20 (10), 1-2.

Gibson MD. 2002. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 116: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

96

Gibson S, Rosalind. 2005. Princeples Nutritional of Assessment second edition.

New York : Oxpord University Press.

Grandjean, Ann C. 2007. Dehydration and cognitive performance. Journal of the

American College of Nutrition Vol 26(5), 549-554.

Hany, Alfrina. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Harmanto, N. 2006. Herbal Untuk Keluarga Ibu Sehat Dan Cantik Dengan

Herbal, Jakarta, Pt. Elex Media Komputindo.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan perencanaan asupan pangan.

Bogor: Fakultas Pertanian, IPB.

Hardinsyah, Dodik Briawan, dkk. 2009. Studi Kebiasaan Minum dan Status

Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Wilayah Ekologi yang Berbeda. Bogor :

Perhimpunan Peminat Gizi dan Pangan Indonesia (PERSAGI), Departemen

Gizi Masyarakat FEMA IPB.

Hardinsyah, Gustam dan Briawan. 2012. Faktor risiko dehidrasi pada remaja dan

dewasa Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan Vol 8.

Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Kant, Ashima K, Barry I Graubard. 2009. Contributors of water intake in US

Children and Adolescent: Associations with Dietary and Meal

Characteristics-National Health and Nutrition Examination Survey 2005-

2006. American Journal Clinical Nutrition Vol 92, 887-96.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia nomor :1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri

Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Bina Gizi.

Page 117: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

97

Kit, Leong Wai dan Karen Tong. 2008. Fluid The Forgetten Factor. In A

Singapore General Hospital Bi-monthly Publication Journal, Issue 6.

Maulana, Bayu. 2010. Kampanye Minum Air Putih di Kalangan Remaja. Bandung

Mitchell, Kumar, Abbas & Fausto 2006. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit

Edisi 7, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran.

Murray, Bob. 2007. Hydration and physical performance. Journal of the

American College of Nutrition Vol 26(5), 542-548.

Muscari, M. E. 2005. Keperawatan Pediatrik, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka

Cipta.

Nursita, Annisa A. 2013. Hubungan Status Gizi dan Faktor lainnya dengan Status

Hidrasi Pada Remaja Di 3 SMA Kota Bekasi Tahun 2013. Depok : Skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi Universitas Indonesia.

Prayitno, S. O. & Fillah Dieny. F. 2012. Perbedaan Konsumsi Cairan Dan Status

Hidrasi Pada Remaja Obesitas Dan Non Obesitas. Journal Of Nutrition

College, 1(1)

Popkin, M. Barry, D'anci KE, Rosenberg IH. 2010. Water, hydration and health.

Nutrition reviews 68(8) : 439-458.

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses,

dan praktik edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ratnasari, Moesijanti Soekarti. 2012. Hubungan Pola Minum Dan Jumlah

Konsumsi Cairan Dari Minuman Terhadap Status Dehidrasi Santriwati

Page 118: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

98

Usia 16-18 Tahun di Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta Selatan

Tahun 2012. Gizi Indon 35(2) : 120-125.

Riance, Maya. 2012. Gambaran Status Hidrasi Pada Siswa/i SMA Triguna Utama

Tahun 2011. Jakarta : Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan Masyarakat

Jurusan Gizi.

Sacher, Ronald. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Santoso, B. I., Hardinsyah, Siregar, P. & Pardede, S. O. 2012. Air Bagi

Kesehatan, Jakarta, Centra Communications.

Sharp Rick. 2007. Role of whole foods in promoting hydration after exercise in

humans american. College of Nutrition 26(5):592S–596S.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Simerville et al. 2005. Urinalysis: A comprehensive review. Journal American

Family Physician vol 71(6).

Slonane, Ethel. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sudikno, dkk. 2010. Hubungan Aktivitas Fisik dengan kejadian Obesitas pada

orang Dewasa di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007). Journal of The

Indonesian Nutrition Association 33 : 37-49.

Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status

Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Page 119: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

99

Tamsuri, Anas. 2009. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit : Seri

Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Tate, Deborah F, et al. 2012. Replacing Caloric Beverages with Water or Diet

Beverages for Weight Loss in Adults: Main Results of the Choose Healthy

Options Consciously Everyday (CHOICE) Randomized Clinical Trial.

American Journal Clinical Nutrition. 555-63.

Umar, Efrizon. 2008. Buku Pintar Fisika. Jakarta : Penerbit Media Pusindo, Grup

Puspa Swara, Anggota Ikapi.

Weta, Wayan dan NL Pratiwi W. 2009. Kecukupan Zat Gizi dan Perubahan

Status Gizi Pasien selama dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

Denpasar. Jurnal Gizi Indonesia Vol 32(2): 139-149.

WHO (World Health Organization). 2007. Growth reference 5-19 years.

Yaswir, Rismawati dan Ira Ferawati. 2012. Fisiologi dan gangguan keseimbangan

Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal

Kesehatan Andalas Vol 1(2).

Page 120: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

100

LAMPIRAN

Page 121: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK BERDASARKAN HASIL

PENGUKURAN PURI (PERIKSA URIN SENDIRI) MENGGUNAKAN

GRAFIK WARNA URIN PADA REMAJA KELAS 1 DAN 2 DI SMAN 63

JAKARTA TAHUN 2015

KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum Wr.Wb, perkenalkan nama saya Donna Pertiwi,

mahasiswi kesehatan masyarakat peminatan gizi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

angkatan 2011. Saya sedang melakukan penelitian mengenai status dehidrasi

jangka pendek berdasarkan hasil pengukuran puri (periksa urin sendiri)

menggunakan grafik warna urin pada remaja kelas 1 dan 2 di sman 63 jakarta

tahun 2015. Saya meminta kesediaan anda untuk menjadi responden (orang yang

diteliti) dalam penelitian saya dan mengisi kuesioner semua pertanyaan pada

kuesioner ini. Kuesioner ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya diketahui oleh

saya sebagai peneliti. Kejujuran dan kelengkapan data dari anda dalam mengisi

kuesioner ini sangat membantu kelancaran penelitian ini. Untuk itu, saya ucapkan

terimakasih atas kesediaan anda. Waalaikumsalam Wr.Wb

Lembar Persetujuan Responden

Dengan ini saya bersedia menjadi responden yang akan diukur berat badan dan

tinggi badan dan pengambilan urin serta bersedia mengisi kuesioner penelitian ini

dengan jawaban sebenar-benarnya dan apabila ada kekurangan di kemudian hari,

maka saya bersedia dihubungi kembali untuk dimintai informasi lebih lanjut.

Tanda Tangan

Page 122: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Petunjuk pengisian kuesioner :

Isilah identitas responden pada kuesioner yang telah disediakan dan beri lingkaran

pada kolom jenis kelamin.

NO. RESPONDEN

A. IDENTITAS RESPONDEN Koding diisi oleh

peneliti

A1 Nama

A2 Tanggal Lahir ........./ ....... /............

A4 Umur ......... tahun ....... bulan

A5 Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

[ ]

A6 No Hp

A7 Kelas

B. PENGUKURAN STATUS DEHIDRASI

B1 Warna urin (diisi oleh

peneliti)

C. PENGUKURAN ANTROPOMETRI (Diisi oleh Peneliti)

C1 Berat badan ......, .....Kg

C2 Tinggi Badan ........, ....Cm

C3 IMT .............Kg/m2

Page 123: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Petunjuk pengisian :

Lingkari salah satu jawaban yang sesuai dan dianggap benar.

D. PENGETAHUAN Koding diisi oleh

Peneliti

D1 Manakah yang memiliki fungsi penting bagi tubuh

manusia?

1. Air

2. Karbohidrat

3. Kedua jawaban diatas benar

[ ]

D2 Apakah fungsi air bagi tubuh?

1. Regenerasi sel dan pengatur suhu tubuh

2. Memenuhi kebutuhan minum

3. Sumber energi

[ ]

D3 Manakah yang merupakan sumber cairan tubuh?

1. Makanan

2. Minuman

3. Semua Jawaban Benar

[ ]

D4 Manakah yang kandungan airnya paling banyak?

1. Jeruk, mangga, pepaya

2. Selai, madu, minyak

3. Ikan, ayam, telur

[ ]

D5 Apakah yang membuat kebutuhan air setiap orang

berbeda-beda?

1. Jenis kelamin

[ ]

Page 124: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

2. Aktivitas fisik

3. Kedua jawaban benar

D6 Kebutuhan air untuk atlet..... dibandingkan yang bukan

atlet

1. Lebih banyak

2. Sama

3. Lebih sedikit

[ ]

D7 Kapankah saat yang tepat untuk minum?

1. Saat haus

2. Sebelum merasa haus

3. Saat mulut terasa kering

[ ]

D8 Berapa gelas dalam sehari anjuran minum yang baik?

1. 6 gelas

2. 7 gelas

3. 8 gelas

[ ]

D9 Pada suhu tinggi, lewat cara apakah air paling banyak

keluar?

1. Urin

2. Kulit (keringat)

3. Pernafasan

[ ]

D10 Maksimal berapa lama tubuh mampu bertahan tanpa air?

1. 3 hari

2. 2 hari

3. 1 hari

[ ]

Page 125: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

D11 Apa gejala awal dehidrasi?

1. Haus

2. Pusing

3. Sakit tenggorokkan

[ ]

D12 Apa akibatnya bila tubuh kekurangan air terus menerus?

1. Dehidrasi

2. Nafsu makan meningkat

3. Denyut nadi menurun

[ ]

Sumber :

Diyani, dika aning. 2012. Hubungan pengetahuan, aktivitas fisik, dan faktor lain

terhadap konsumsi air minum pada mahasiswa FKM UI tahun 2012. Depok

:Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Page 126: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

FORM KUESIONER AKTIVITAS FISIK 1X24 JAM

Berikut ini adalah daftar aktivitas fisik yang rutin dilakukan. Kegiatan apa saja

yang anda lakukan setipa hari selama 24 jam?

No Jam (Waktu) Jenis Kegiatan

Alokasi waktu

melakukan kegiatan

(menit)

Jumlah

Sumber : Kuesioner Physical Activity Level recall

Page 127: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Form Food Recall

Hari ke:

Waktu Menu Bahan

Makanan

Ukuran rumah

tangga (URT)

Berat (gram)

Sumber : Kuesioner Riset Kesehatan Dasar tahun 2010

-SELESAI-

TERIMA KASIH ATAS KESEDIAAN ANDA UNTUK MENGISI

KUESIONER

Page 128: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Lampiran 2

Tabel Physical Activity Ratio (PAR) Berbagai Aktivitas Fisik

Aktivitas Physical Activity Ratio/

satuan waktu

Tidur 1.0

Melakukan pekerjaan rumah 2.8

Berkendaraan dalam bus/mobil 1.2

Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1.4

Makan 1.5

Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1.5

Mengendarai kendaraan/berjalan 2.0

Memasak 2.1

Berdiri, membawa barang yang ringan 2.2

Mandi dan berpakaian 2.3

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2.8

Berjalan 3.2

Berkebun 4.1

Olahraga ringan (jalan kaki) 4.2

Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1.5

Transportasi dengan bus 1.2

Kegiatan ringan 1.4 Sumber : FAO/WHO/UNU. 2001. Human Energy Requiment. WHO Technical Report

Series, no. 724. Geneva: World Health Organization

Contoh perhitungan aktivitas fisik

Jenis Aktivitas Fisik Alokasi

waktu

(menit)

PAR Alokasi

x PAR

Rata-rata PAL

Tidur 480 1.0 480

Berpakaian dan mandi 60 2.3 138

Makan 60 1.5 90

Memasak 60 2.1 126

Duduk 480 1.5 720

Mengendarai kendaraan 60 2.0 120

Melakukan pekerjaan rumah 60 2.8 168

Berjalan 60 3.2 192

Menonton 120 1.4 168

Total 1440 2.202/1440= 1.52

(aktivitas fisik ringan)

Page 129: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Lampiran 3. Data berat badan dan tinggi badan responden

No Nama BB TB IMT Ambang Batas Z score Status Gizi

1 Haryalfa Razy 77.05 175.0 25.16 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

2 M.Haekal 49.7 166.0 18.04 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

3 Lucki anjani 68.55 158.0 27.46 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

4 Tisnaeny 88.6 158.7 35.18 >2SD Obesitas

5 Erina 44.4 157.0 18.01 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

6 karina candana 64.65 155.0 26.91 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

7 sakina 61.6 158.5 24.52 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

8 Shelva 40.7 155.0 16.94 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

9 Gusti 56.95 172.0 19.25 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

10 Farhan 57.7 173.0 19.28 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

11 Ahmad iftihar 47.4 155.0 19.73 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

12 dita puspita 61.9 154.0 26.1 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

13 M. zidanne 75.7 164.0 28.15 >2SD Obesitas

14 Fikka Diaz 53.25 156.0 21.88 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

15 Dinar Amanda 42.7 161.0 16.47 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

16 Fitri rahma danti 75.2 161.0 29.01 >2SD Obesitas

17 siti mutmainah 49.6 163.0 18.67 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

18 meirizka 48.3 164.0 17.96 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

19 Aprillya Sekar 40.05 156.0 16.46 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

20 Fida Alfilliana 56.06 156.5 22.89 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

21 nurrizky bening 38.15 160.0 14.9 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

22 Dewi yanti 41.3 157.0 16.76 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

23 Elvira Nelvi 49.45 155.0 20.58 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

24 Eko aprianto 71.25 172.0 24.08 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

25 metha rosalina 55.85 155.0 23.25 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

26 Silvina Amelia 42.0 159.0 16.61 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

27 siti anastasia 40.35 154.0 17.01 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

28 yulitha aulia 70.2 162.0 26.75 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

29 laila siti 68.55 164.0 25.49 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

30 nelly marta sari 53.0 166.5 19.12 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

31 shania putri 61.9 167.0 22.2 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

32 irman fahrezy 57.15 178.5 17.94 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

33 syifa febriani 42.8 152.0 18.52 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

34 Ocha dilawati 41.25 157.0 16.73 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

35 alma lutfiani 41.7 159.0 16.49 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

36 hari camel 44.8 170.0 15.5 -3 SD sampai dengan < -2 Kurus

37 gilang lian 53.4 167.5 19.03 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

38 yudha kusdiantara 82.95 174.5 27.24 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

Page 130: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

39 nur atikah 68.45 157.0 27.77 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

40 andika yudha 90.0 165.0 33.06 >2SD Obesitas

41 erni 58.35 165.0 21.43 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

42 M.arvin 50.5 167.0 18.11 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

43 yosua ivan 64.75 162.0 24.67 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

44 wisnu satria budi 49.0 163.0 18.44 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

45 eka syahfitri 38.6 158.0 15.46 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

46 dessy armadanie 59.25 160.0 23.14 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

47 laras adinda 61.0 161.0 23.53 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

48 vidia 41.65 148.0 19.01 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

49 annisa defita 55.55 155.0 23.12 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

50 lydia augustina 55.35 166.5 19.97 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

51 alma reyhania 58.55 157.0 23.75 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

52 suci witri 45.7 148.5 20.72 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

53 novita rahmah 43.75 158.0 17.53 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

54 syifa maharani 54.0 158.0 21.63 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

55 alfiyan dwi ariyanto 55.0 160.0 21.48 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

56 amirah putri 58.8 167.5 20.96 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

57 iva agustariani 57.0 156.0 23.42 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

58 Rizal Fadlur rahman 49.0 163.0 18.44 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

59 Rasheila N 48.35 162.0 18.42 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

60 sultan Purba 96.35 176.0 31.1 >2SD Obesitas

61 Anisa Chika 64.4 172.0 21.7 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

62 rayhan 59.85 176.0 19.32 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

63 fajar 95.0 160.0 37.11 >2SD Obesitas

64 dede wahyu 60.8 170.0 21.04 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

65 vieri 48.5 165.0 17.81 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

66 tsabita Z.D 38.25 157.0 15.52 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

67 Lithania 39.65 150.0 17.62 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

68 Sri Wati 52.5 155.0 21.85 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

69 Lutfiatul Nabila 47.75 160.0 18.65 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

70 Nadia Zhafirah 63.45 168.0 22.48 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

71 Imanda Azizah 47.6 154.0 20.07 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

72 Anggraini Anisa 48.4 154.5 20.28 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

73 Dennisa 65.4 163.0 24.62 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal

74 Ulil Amri 70.55 164.0 26.23 > 1 SD sampai dengan 2 SD Overweight

75 Farel 41.15 166.0 14.93 -3 SD sampai dengan < -2 Kurus

Page 131: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Lampiran 4. OUTPUT SPSS

Analisis Univariat

status dehidrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Dehidrasi, jika skala warna

urin 4-8 34 45.3 45.3 45.3

Tidak dehidrasi, jika skala

warna urin 1-3 41 54.7 54.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 2 (FILTER) *

status dehidrasi 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

jenis_kelamin = 2 (FILTER) * status dehidrasi Crosstabulation

status dehidrasi

Total

Dehidrasi, jika

skala warna

urin 4-8

Tidak

dehidrasi, jika

skala warna

urin 1-3

jenis_kelamin = 2

(FILTER)

Selected Count 21 28 49

% within jenis_kelamin =

2 (FILTER) 42.9% 57.1% 100.0%

Total Count 21 28 49

% within jenis_kelamin =

2 (FILTER) 42.9% 57.1% 100.0%

Page 132: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 1 (FILTER) *

status dehidrasi 26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

jenis_kelamin = 1 (FILTER) * status dehidrasi Crosstabulation

status dehidrasi

Total

Dehidrasi, jika

skala warna

urin 4-8

Tidak

dehidrasi, jika

skala warna

urin 1-3

jenis_kelamin = 1

(FILTER)

Selected Count 13 13 26

% within jenis_kelamin =

1 (FILTER) 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 13 13 26

% within jenis_kelamin =

1 (FILTER) 50.0% 50.0% 100.0%

Obesitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ya, obesitas Z score > 2

SD 6 8.0 8.0 8.0

Tidak obesitas Z score ? 2

SD 69 92.0 92.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 133: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin * obesitas 26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

jenis_kelamin = 1 (FILTER) * obesitas Crosstabulation

obesitas

Total

Ya, obesitas

Z score > 2

SD

Tidak obesitas

Z score ? 2

SD

jenis_kelamin = 1

(FILTER)

Selected Count 4 22 26

% within jenis_kelamin =

1 (FILTER) 15.4% 84.6% 100.0%

Total Count 4 22 26

% within jenis_kelamin =

1 (FILTER) 15.4% 84.6% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JK = 2 (FILTER) * obesitas 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

Page 134: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

jenis_kelamin = 2 (FILTER) * obesitas Crosstabulation

obesitas

Total

Ya, obesitas Z

score > 2 SD

Tidak obesitas

Z score ? 2

SD

jenis_kelamin = 2

(FILTER)

Selected Count 2 47 49

% within

jenis_kelamin = 2

(FILTER)

4.1% 95.9% 100.0%

Total Count 2 47 49

% within

jenis_kelamin = 2

(FILTER)

4.1% 95.9% 100.0%

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 26 34.7 34.7 34.7

perempuan 49 65.3 65.3 100.0

Total 75 100.0 100.0

aktivitas fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ringan, apabila 1,40 ≤ PAL

≤ 1,69 63 84.0 84.0 84.0

Sedang, apabila 1,70 ≤ PAL

≤ 1,99 10 13.3 13.3 97.3

Berat, apabila 2,00 ≤ PAL ≤

2,40 2 2.7 2.7 100.0

Total 75 100.0 100.0

Page 135: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 1 (FILTER) *

aktivitas fisik 26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

jenis_kelamin = 1 (FILTER) * aktivitas fisik Crosstabulation

aktivitas fisik

Total

Ringan,

apabila

1,40 ? PAL

? 1,69

Sedang,

apabila 1,70

? PAL ?

1,99

Berat,

apabila 2,00

? PAL ?

2,40

jenis_kelamin = 1

(FILTER)

Selected Count 20 4 2 26

% within jenis_kelamin

= 1 (FILTER) 76.9% 15.4% 7.7% 100.0%

Total Count 20 4 2 26

% within jenis_kelamin

= 1 (FILTER) 76.9% 15.4% 7.7% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 2 (FILTER) *

aktivitas fisik 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

Page 136: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

jenis_kelamin = 2 (FILTER) * aktivitas fisik Crosstabulation

aktivitas fisik

Total

Ringan,

apabila 1,40 ?

PAL ? 1,69

Sedang,

apabila 1,70 ?

PAL ? 1,99

jenis_kelamin = 2

(FILTER)

Selected Count 43 6 49

% within jenis_kelamin = 2

(FILTER) 87.8% 12.2% 100.0%

Total Count 43 6 49

% within jenis_kelamin = 2

(FILTER) 87.8% 12.2% 100.0%

Statistics

konsumsi cairan

N Valid 26

Missing 0

Mean 1934.81

Minimum 1000

Maximum 2450

Statistics

konsumsi cairan

N Valid 49

Missing 0

Mean 1775.31

Minimum 950

Maximum 2540

Page 137: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

konsumsi cairan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang: laki-laki <2200 ml,

Perempuan <2100 ml 48 64.0 64.0 64.0

Cukup: Laki-laki ≥ 2200 ml

Perempuan ≥ 2100 ml 27 36.0 36.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 2 (FILTER)

* konsumsi cairan 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

jenis_kelamin = 2 (FILTER) * konsumsi cairan Crosstabulation

konsumsi cairan

Total

Kurang: laki-

laki <2200 ml,

Perempuan

<2100 ml

Cukup: Laki-

laki ?2200 ml

Perempuan

?2100 ml

jenis_kelamin = 2

(FILTER)

Selected Count 31 18 49

% within jenis_kelamin =

2 (FILTER) 63.3% 36.7% 100.0%

Total Count 31 18 49

% within jenis_kelamin =

2 (FILTER) 63.3% 36.7% 100.0%

Page 138: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 1 (FILTER) *

konsumsi cairan 26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

jenis_kelamin = 1 (FILTER) * konsumsi cairan Crosstabulation

konsumsi cairan

Total

Kurang: laki-

laki <2200 ml,

Perempuan

<2100 ml

Cukup: Laki-

laki ?2200 ml

Perempuan

?2100 ml

jenis_kelamin = 1

(FILTER)

Selected Count 17 9 26

% within jenis_kelamin = 1

(FILTER) 65.4% 34.6% 100.0%

Total Count 17 9 26

% within jenis_kelamin = 1

(FILTER) 65.4% 34.6% 100.0%

pengetahuan air dan dehidrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah skor ≤ 80% 48 64.0 64.0 64.0

Tinggi skor > 80% 27 36.0 36.0 100.0

Total 75 100.0 100.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Page 139: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 1 (FILTER) *

pengetahuan air dan

dehidrasi

26 100.0% 0 .0% 26 100.0%

jenis_kelamin = 1 (FILTER) * pengetahuan air dan dehidrasi Crosstabulation

pengetahuan air dan dehidrasi

Total

Rendah skor ?

80%

Tinggi skor >

80%

jenis_kelamin = 1

(FILTER)

Selected Count 15 11 26

% within jenis_kelamin =

1 (FILTER) 57.7% 42.3% 100.0%

Total Count 15 11 26

% within jenis_kelamin =

1 (FILTER) 57.7% 42.3% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis_kelamin = 2 (FILTER) *

pengetahuan air dan

dehidrasi

49 100.0% 0 .0% 49 100.0%

Page 140: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

jenis_kelamin = 2 (FILTER) * pengetahuan air dan dehidrasi Crosstabulation

pengetahuan air dan dehidrasi

Total

Rendah skor ?

80%

Tinggi skor >

80%

jenis_kelamin = 2

(FILTER)

Selected Count 33 16 49

% within jenis_kelamin =

2 (FILTER) 67.3% 32.7% 100.0%

Total Count 33 16 49

% within jenis_kelamin =

2 (FILTER) 67.3% 32.7% 100.0%

Page 141: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Analisis Bivariat

Variabel Obesitas

obesitas * status dehidrasi Crosstabulation

status dehidrasi

Total

Dehidrasi, jika

skala warna urin

4-8

Tidak dehidrasi,

jika skala warna

urin 1-3

Obesitas Ya, obesitas Z score > 2

SD

Count 5 1 6

% within obesitas 83.3% 16.7% 100.0%

Tidak obesitas Z score ? 2

SD

Count 28 41 69

% within obesitas 40.6% 59.4% 100.0%

Total Count 33 42 75

% within obesitas 44.0% 56.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.095a 1 .043

Continuity Correctionb 2.544 1 .111

Likelihood Ratio 4.292 1 .038

Fisher's Exact Test .026 .015

N of Valid Casesb 75

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,64.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 142: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for obesitas (Ya,

obesitas Z score > 2 SD /

Tidak obesitas Z score ? 2

SD)

7.321 .811 66.086

For cohort status dehidrasi =

Dehidrasi, jika skala warna

urin 4-8

2.054 1.299 3.246

For cohort status dehidrasi =

Tidak dehidrasi, jika skala

warna urin 1-3

.280 .046 1.696

N of Valid Cases 75

Variabel Jenis Kelamin

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

jenis kelamin * status

dehidrasi 75 100.0% 0 .0% 75 100.0%

Page 143: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

jenis kelamin * status dehidrasi Crosstabulation

status dehidrasi

Total

Dehidrasi, jika

skala warna

urin 4-8

Tidak dehidrasi,

jika skala warna

urin 1-3

jenis kelamin laki-laki Count 13 13 26

% within jenis

kelamin 50.0% 50.0% 100.0%

perempuan Count 21 28 49

% within jenis

kelamin 42.9% 57.1% 100.0%

Total Count 34 41 75

% within jenis

kelamin 45.3% 54.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .350a 1 .554

Continuity Correctionb .121 1 .728

Likelihood Ratio .349 1 .555

Fisher's Exact Test .629 .363

Linear-by-Linear Association .345 1 .557

N of Valid Casesb 75

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,79.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 144: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jenis kelamin

(laki-laki / perempuan) 1.333 .513 3.463

For cohort status dehidrasi =

Dehidrasi, jika skala warna

urin 4-8

1.167 .706 1.928

For cohort status dehidrasi =

Tidak dehidrasi, jika skala

warna urin 1-3

.875 .555 1.378

N of Valid Cases 75

Variabel Aktivitas Fisik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

aktivitas fisik * status

dehidrasi 75 100.0% 0 .0% 75 100.0%

aktivitas fisik * status dehidrasi Crosstabulation

status dehidrasi

Total

Dehidrasi, jika

skala warna urin

4-8

Tidak dehidrasi,

jika skala warna

urin 1-3

aktivitas fisik Ringan, apabila

1,40 ≤ PAL ≤

1,69

Count 27 36 63

% within aktivitas

fisik 42.9% 57.1% 100.0%

Sedang, apabila

1,70 ≤ PAL ≤

1,99

Count 6 4 10

% within aktivitas

fisik 60.0% 40.0% 100.0%

Page 145: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Berat, apabila

2,00 ≤ PAL ≤

2,40

Count 1 1 2

% within aktivitas

fisik 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 34 41 75

% within aktivitas

fisik 45.3% 54.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.041a 2 .594

Likelihood Ratio 1.039 2 .595

Linear-by-Linear Association .707 1 .400

N of Valid Cases 75

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is ,91.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a kat_aktivitas_fisik 1.016 2 .602

kat_aktivitas_fisik(1) .288 1.437 .040 1 .841 1.333 .080 22.288

kat_aktivitas_fisik(2) -.405 1.555 .068 1 .794 .667 .032 14.033

Constant .000 1.414 .000 1 1.000 1.000

a. Variable(s) entered on step 1: kat_aktivitas_fisik.

Page 146: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Variabel Konsumsi Cairan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

konsumsi cairan * status

dehidrasi 75 100.0% 0 .0% 75 100.0%

konsumsi cairan * status dehidrasi Crosstabulation

status dehidrasi

Total

Dehidrasi, jika

skala warna

urin 4-8

Tidak

dehidrasi, jika

skala warna

urin 1-3

konsumsi cairan Kurang: laki-laki <2200

ml, Perempuan <2100

ml

Count 30 18 48

% within konsumsi

cairan 62.5% 37.5% 100.0%

Cukup : Laki-laki ?2200

ml Perempuan ?2100

ml

Count 4 23 27

% within konsumsi

cairan 14.8% 85.2% 100.0%

Total Count 34 41 75

% within konsumsi

cairan 45.3% 54.7% 100.0%

Page 147: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 15.855a 1 .000

Continuity Correctionb 13.989 1 .000

Likelihood Ratio 17.156 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 15.644 1 .000

N of Valid Casesb 75

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,24.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for konsumsi

cairan (Kurang: laki-laki

<2200 ml, Perempuan <2100

ml / Cukup: Laki-laki ?2200

ml Perempuan ?2100 ml)

9.583 2.852 32.201

For cohort status dehidrasi =

Dehidrasi, jika skala warna

urin 4-8

4.219 1.663 10.699

For cohort status dehidrasi =

Tidak dehidrasi, jika skala

warna urin 1-3

.440 .296 .655

N of Valid Cases 75

Page 148: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Variabel Pengetahuan tentang air dan dehidrasi

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan air dan

dehidrasi * status dehidrasi 75 100.0% 0 .0% 75 100.0%

pengetahuan air dan dehidrasi * status dehidrasi Crosstabulation

status dehidrasi

Total

Dehidrasi, jika

skala warna urin

4-8

Tidak dehidrasi,

jika skala warna

urin 1-3

pengetahuan air dan

dehidrasi

Rendah

skor ?

80%

Count 31 17 48

% within pengetahuan

air dan dehidrasi 64.6% 35.4% 100.0%

Tinggi

skor >

80%

Count 3 24 27

% within pengetahuan

air dan dehidrasi 11.1% 88.9% 100.0%

Total Count 34 41 75

% within pengetahuan

air dan dehidrasi 45.3% 54.7% 100.0%

Page 149: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pengetahuan

air dan dehidrasi (Rendah

skor ? 80% / Tinggi skor >

80%)

14.588 3.827 55.606

For cohort status dehidrasi =

Dehidrasi, jika skala warna

urin 4-8

5.812 1.960 17.240

For cohort status dehidrasi =

Tidak dehidrasi, jika skala

warna urin 1-3

.398 .266 .597

N of Valid Cases 75

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 19.937a 1 .000

Continuity Correctionb 17.838 1 .000

Likelihood Ratio 22.082 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 19.671 1 .000

N of Valid Casesb 75

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,24.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 150: STATUS DEHIDRASI JANGKA PENDEK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37940...Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Gizi Masyarakat

Lampiran 5. Foto/Dokumentasi