Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

download Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

of 42

Transcript of Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    1/42

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    2/42

    STATISTIK DAERAH

    KOTA YOGYAKARTA

    2013

    BADAN PUSAT STATISTIK

    KOTA YOGYAKARTA

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    3/42

    STATISTIK DAERAH

    KOTA YOGYAKARTA

    2013ISSN : 0215.2479

    No Publikasi : 34710.13.24

    Katalog BPS : 1102001.3471

    Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm

    Jumlah Halaman : 44 halaman

    Naskah/Penyunting : Anda Triyanto, SSI. MSI.

    Gambar Kulit : Anda Triyanto, SSI. MSI

    Diterbitkan oleh : BPS Kota Yogyakarta

    Dicetak oleh : CV. Kreasi Utama

    Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    4/42

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

    Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta telah menyelesaikan penerbitan

    buku Statistik Daerah. Penerbitan buku Statistik Daerah dimaksudkan

    untuk melengkapi ragam publikasi statistik di daerah diantaranya

    Yogyakarta Dalam Angka (YDA) yang telah terbit secara rutin dalam

    memotret kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih

    yang dapat menggambarkan secara ringkas namun menyeluruh tentang

    kondisi kota Yogyakarta dalam bentuk analisis sederhana dan dengan

    tampilan yang lebih menarik.

    Melalui publikasi ini dapat dicermati secara berkesinambungan pelaksanaan pembangunan

    seluruh sektor dan gerak perubahannya khususnya di kota Yogyakarta. Dengan demikian, data

    yang tersaji dapat digunakan sebagai informasi dasar bagi seluruh lapisan masyarakat dan

    diharapkan dapat ikut berperan serta untuk memantapkan perencanaan, evaluasi, dan

    pengendalian pembangunan yang terpadu serta berkelanjutan sebagai upaya mendukung

    otonomi daerah.

    Akhirnya, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada semua

    pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya buku ini. Tanggapan dan saran sangat

    diharapkan untuk menambah kesempurnaan penerbitan di masa-masa yang akan datang.

    Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita dan memberikan kemudahan

    kepada kita semua dalam mengupayakan hasil yang lebih baik.

    Yogyakarta, September 2013BADAN PUSAT STATISTIK

    Kota YogyakartaKepala,

    Ir. Arina Yuliati

    NIP. 19620731 198703 2 001

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    5/42

    Hal

    SAMBUTAN iii

    KATA PENGANTAR v

    DAFTAR ISI vii

    Bab 1 Geografi dan Iklim 1

    Bab 2 Sejarah Singkat Yogyakarta 2

    Bab 3 Pemerintahan 6

    Bab 4 Penduduk 8

    Bab 5 Ketenagakerjaan 11

    Bab 6 Pendidikan 12

    Bab 7 Kesehatan 13

    Bab 8 Perumahan 14

    Bab 9 Pembangunan Manusia 15

    Bab10 Pertanian 16

    Bab 11 Energi Listrik dan Air 19

    Hal

    Bab 12 Industri Pengolahan 20

    Bab 13 Kemahalan Konstruksi 21

    Bab 14 Hotel dan Pariwisata 22

    Bab 15 Transportasi dan Komunikasi 24

    Bab 16 Perbankan dan Investasi 26

    Bab 17 Harga-harga 27

    Bab 18 Pengeluaran Penduduk 28

    Bab 19 Perdagangan 29

    Bab 20 Pendapatan Regional 30

    Bab 21 Perbandingan Regional 31

    Bab 22 PDRB Kecamatan 32

    Bab 23 PDRB Penggunaan 33

    Bab 24 ICOR 35

    DAFTAR ISI

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    6/42

    Kota Yogyakarta terletak antara

    110o2419"-110o2853" Bujur Timur dan antara

    07o4926"-07o1524" Lintang Selatan, dengan luas

    sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah

    Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak

    terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih 7,5

    Km dan dari Barat ke Timur kurang lebih 5,6

    Km.Kota Yogyakarta yang terletak di daerah

    dataran lereng aliran gunung Merapi memiliki

    kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0 - 2

    %) dan berada pada ketinggian rata-rata 114

    meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian

    wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada

    ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya

    (1.593 hektar) berada pada ketinggian antara 100

    199 meter dpa. Sebagian besar jenis tanahnya

    adalah regosol.

    Terdapat 3 sungai yang mengalir dari arah

    Utara ke Selatan yaitu : Sungai Gajahwong yang

    mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di

    bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian

    barat kota.

    Secara umum, rata-rata curah hujan tertinggi

    selama tahun 2011 terjadi pada bulan Januari,

    yaitu sebanyak 351,3 mm dan terendah terjadi

    pada bulan Juni (1,5 mm). Rata-rata hari hujan

    per bulan adalah 114,8 hari. Kelembaban udara

    rata-rata cukup tinggi, tertinggi terjadi pada bulan

    April sebesar 85,0 persen dan terendah pada

    bulan Oktober sebesar 70,9 persen. Tekanan

    udara rata-rata 995,32 mb dan suhu udara rata-

    rata 25,9o C.

    Peta Yogyakarta

    1Luas wilayah Yogyakarta sebesar 1,02 persen dari total IuasProvinsi DI Yogyakarta, mengalami hari hujan sebanyak 114hari pada tahun 2011 dengan tingkat kelembaban udara tara

    70 persen sampai dengan 85 persen.

    Geografi danIklim

    Selama empat bulan Yogyakarta diguyu r hujan

    Uraian Satuan 2012

    Luas km2 32,5

    Kecepatan Angin knot 4,1

    Kelembaban % 80,2

    Jumlah hari hujan hari 114,2

    Tekanan Udara mb 1014,1

    Suhu Udara oC 27,0

    Ketinggian dpa 114

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    7/42

    2Sejarah SingkatBerdirinya Pemerintahan

    Yogyakarta

    Kota Yogyakarta didirikan pada tahun

    1755, bersamaan dengan dibangunnya Kraton

    Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan

    Hamengku Buwono I di Bekas Hutan Bering,

    suatu kawasan diantara Sungai Winongo dan

    Sungai Code dimana lokasi tersebut nampak

    srtategis menurut segi pertahanan keamanan

    pada waktu itu.

    Pemerintah Kotamadya Yogyakarta baru

    dibentuk sejak tanggal 7 Juni 1947 dimana

    saat berdirinya disebut sebagai Kota Praja.

    Berbeda dengan kota lainnya, dijaman

    penjajahan Belanda kota Yogyakarta memang

    belum pernah menjadi kota otonom. Jadi kota

    Yogyakarta belum pernah memiliki

    pemerintahan tersendiri. Kota Praja

    Yogyakarta yang lahir dengan ditetapkannya

    Undang-undang Nomor 17 Tahun 1947 yag

    membentuk kota Yogyakarta sebagai Haminte

    Kota atau Kota Otonom. Undang-undang

    tersebut merupakan produk perundang-

    undangan di jaman kemerdekaan tertanggal 7

    Juni 1947. Kotamadya Yogyakarta yang

    dikenal sebagai kota perjuangan itu, bukan

    dilahirkan oleh penjajahan, melainkan

    dilahirkan pada masa kemerdekaan, bahkan

    lahir pada saat perjuangan nasional, ketika

    bagsa Indonesia sedang menegakkan

    kedaulatan negara setelah Proklamasi 17

    Agustus 1945.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    8/42

    2

    Sesudah Proklamasi Kemerdekaan tangga 17

    Agusutus 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX

    maupun Sri Paduka Paku Alam VIII menerima

    piagam pengangkatan menjadi Gubernur dn Wakil

    Gubernur Propinsi DIY dari Presiden Republik

    Indonesia, maka pada tanggal 5 September 1945,

    beliau mengeluarkan amanatnya yang pertama

    yang menyatakan, bahwa daerah Kasultanan dan

    daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa

    dan menjadi bagian dari Republik Indonesia

    menurut pasal 18 UUD 1945 dan atas keadaan

    Daerah Is t imewa Yogyakarta be l iau

    bertanggungjawab langsung kepada Presiden

    Republik Iindonesia. Selanjutnya pada tanggal 30

    Oktober 1945 beliau mengeluarkan amanatnya

    yang kedua yang menyatakan, bahwa

    pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa

    Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan

    Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam

    VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite

    Nasional Indonesia.

    Kota Yogyakarta, baik yang menjadi bagian

    dari Kasultanan maupun menjadi bagian dari

    Pakualaman telah dapat dibentuk satu DPR Kota

    dan Dewan pemerintahan Kota yang dipimpin oleh

    Kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman ,

    akan tetapi kota Yogyakarta belum menjadi Kota

    Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan

    otonom yang meliputi bidang pemerintahan masih

    tetap di Pemerintahan Daerah Istimewa

    Yogyakarta.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    9/42

    2

    Secara Yuridis formal Kota Yogyakarta pada

    tanggal 7 Juni 1947 telah sah menjadi Kota

    Otonom yang telah dibentuk berdasarkan

    Undang-undang Persngkst Pemerintahan

    sudah ada seperti: DPRD, Walikota,

    wewenangnya telah jelas dan APBD

    pertamanya juga telah dilampirkan pada

    Undang-undang pembentukan tersebut.

    Hanya penyerahan wewnang dari Daerah

    Istimewa Yogyakarta kepada Kota Praja

    Yogyakarta yang menjadi haknya menurutUndang-undang belum dilaksanakan.

    Jika kita melihat keluarnya Undang-

    undang Pembentukan Haminte Kota

    Yogyakarta pada tangga 7 Juni 1947, maka

    kota Yogyakarta dibentuk sebagai Kota Praja

    sebelum clash I. Akan tetapi jika kita melihat

    penyerahan wewenang itu secara riil dari

    Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Kota

    Praja Yogyakarta baru terjadi dalam tahun

    1951, maka untuk melaksanakan penyerahanwewenang otonomi tersebut disebabkan

    terjadinya clash I dan clash II setelah

    keluarnya Undang-undang Nomor 17 Tahun

    1947, selain itu juga disebabkan oleh

    berbagai hal diantaranya; pertama

    membentuk Kota Yogyakarta sebagai kota

    otonomi harus melalui Undang-undang ,

    kedua, dengan terbentuknya Kota

    Yogyakarta, maka akan merupakan bagian

    yang terpisah dari daerah Kasultanan dan

    Pakualaman serta memiliki otonomi sendiri.

    Nampaknya dalam pembentukan

    Haminte kota Yogyakarta kurang

    memperhatikan hal tersebut. Sebab pada

    tanggal 7 Juni 1947 itu status Daerah

    Istimewa Yogyakarta belum diatur dengan

    Undang-undang oleh pemerintah pusat

    sesuai dengan pasal 18 UUD1945, padahal

    kota Yogyakarta lebih dahulu dibentuk oleh

    Pemerintah Pusat sebagai Haminte Kota

    dengan Undang-undang.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    10/42

    2

    Ini akan berakibat bahwa pemerintah

    Daerah Istimewa Yogyakarta akan

    kehilangan kekuasaan dan pengawasan

    terhadap pemerintah Haminte Kota

    Yogyakarta. Sehubungan dengan hal itu

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

    belum bersedia menyerahkan sebagian

    wewenangnya, sebelum status Daerah

    Istimewa Yogyakarta ditentukan, makaHaminte Kota Yogyakarta tetap menjadi

    bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta

    dan tetap mempunyai wewenang untuk

    mengawasi jalannya Pemerintahan

    Haminte Kota Yogyakarta.

    Masalah itu bisa diatasi setelah

    dikeluarkan Undang-undang Nomor 22

    Tahun 1948 yang mengatur tentang Pokok

    -pokok Pemerintahan Daerah di seluruh

    wilayah dan berdasarkan Undang-undang

    Pokok Pemerintahan Daerah tersebut

    dikeluarkan Undang-undang Pembentukan

    Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 3

    jo.19 tanggal 15 Agustus 1950 dan

    bersamaan dengan itu dikeluarkan Undang

    -undang Nomor 16 Tahun 1950 yang

    merubah Undang-undang Nomor 17 Tahun

    1947, dengan demikian Daerah Istimewa

    Yogyakarta maupun Kota Pradja

    Yogyakarta sama-sama ditetapkan sebagai

    Daerah Otonom berdasarkan Undang-

    undang Pokok Pemerintahan Daerah

    Nomor 22 Tahun 1948, Daerah Istimewa

    Yogyakarta sebagai Daerah Tingkat I dan

    Kota Praja Yogyakarta sebagai Daerah

    Tingkat II sekaligus menjadi bagian dari

    Daerah Istimewa Yogyakarta.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    11/42

    3

    Jumlah Pegawai Menurut

    Jumlah WilayahAdministrasi di Yogyakarta

    Tidak seperti kabupaten/kota lain, sejak

    otonomi daerah diberlakukan pada tahun 2001,

    jumlah wilayah administrasi di Yogyakarta tidak

    mengalami perubahan baik yang diakibatkan

    pemekaran maupun penggabungan. Jumlah

    kecamatan sebanyak 14 kecamatan.

    Sementara itu, jumlah kelurahan di kota

    Yogyakarta sebanyak 45 kelurahan, 615 rukunwarga (RW) dan 2529 rukun tetangga (RT).

    Banyaknya keputusan politik pada tahun

    2012 secara total mencapai 135 keputusan

    atau mengalami kenaikan 48,4 persen.

    Keputusan politik terbanyak terkait dengan

    kebijakan anggaran yaitu mencapai 45

    keputusan lebih banyak dibandingkan dengan

    tahun sebelumnya sebanyak 17 keputusan.

    Keputusan DPRD juga mengalami kenaikan

    dari sebanyak 20 keputusan pada tahun 2011

    menjadi sebanyak 31 keputusan pada tahun

    2012. Untuk keputusan kegiatan panitia

    musyawarah juga mengalami kenaikan hingga

    mencapai 24 keputusan pada tahun 2012.

    Jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan

    Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2011

    tercatat 9.641 orang, yang terdiri dari 87,78

    persen pegawai pemerintah daerah dan 12,22

    persen pegawai pemerintah pusat.

    Berdasarkan golongan kepangkatan, di Kota

    Yogyakarta terdapat pegawai negeri sipil

    daerah golongan I sebanyak 3,15 persen,

    golongan II mencapai 20,41 persen, golongan

    III sebanyak 44,97 persen dan sisanya

    golongan IV sebanyak 31,46 persen.

    PemerintahanYogyakarta lebih aman dari gejolak perubahan

    wi layah admin istrasi

    Pemekaran wilayah terjadi baik di t ingkat propins i maupun kabupaten/kota. Namun dem ikian

    Kota Yogy akarta termasuk salah satu daerah tingkat dua sejak diberlakukannya otonom i

    daerah pada 2001, t idak terjadi p emekaran/penggabungan wilayah adm inistrasi.

    Wilayah

    Administrasi2011 2012 2013

    Kecamatan 14 14 14

    Kelurahan 45 45 45

    Rukun Warga 614 614 615

    Rukun

    Tetangga2 524 2 524 2 529

    Jenis Kelamin 2010 2011 2012

    1 2 3 4

    Laki-laki 4 917 4 689 4 860

    Perempuan 5 046 4 952 5 056

    Jumlah 9 963 9 641 9 916

    0 10 20 30 40 50

    Perda

    Keptsn DPRD

    Pansus

    Keg Panitia

    Pan. Anggaran

    Kpts.Pimp

    2012

    2011

    2010

    Banyaknya Keputusan DPRD KotaYogyakarta 2010 2013

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    12/42

    3

    Anggaran PendapatanBelanja Daerah

    Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

    kota Yogyakarta mengalami penurunan dari

    9963 orang pada tahun 2010 menjadi

    sebanyak 9916 orang pada tahun 2012.

    Demikian juga halnya untuk PNS di

    lingkungan internal pemerintah kota

    Yogyakarta mengalami penurunan dari 8463

    orang pada tahun 2011 menjadi 8026 orang

    pada tahun 2012. Dilihat berdasarkan rasiopegawai pemkot menurut jenis kelamin,

    jumlah pegawai laki-laki sebanyak 88,14

    persen yang berarti jumlah pegawai laki-laki

    labih sedikit dibanding perempuan.

    Keseimbangan ini terjadi baik pegawai

    dilingkungan pemerintah kota Yogyakarta

    maupun di luar pemerintah kota Yogyakarta.

    Pada tahun 2012 telah terjadi peningkatan

    kualitas tingkat pendidikan para PNS,

    ditandai dengan semakin berkurangnya

    jumlah pegawai yang berpendidikan SMA ke

    bawah, sementara jumlah pegawai yang

    berpendidikan tinggi (diploma ke atas)

    semakin bertambah. Data tahun 2012

    menunjukkan bahwa sekitar 46,20% PNS di

    Yogyakarta berpendidikan D4/sarjana,

    sementara masih ada 5,36 % di antara

    mereka yang berpendidikan SD dan SMP.

    Untuk membiayai pembangunan,

    pemerintah kota Yogyakarta pada tahun 2012

    menghabiskan anggaran sekitar 1023 milyar

    rupiah seperti yang tercatat pada realisasi

    APBD Yogyakarta. Sedangkan dari total

    penerimaan APBD sebesar 1158 milyar, PAD

    menyumbang sebesar 339 milyar atau sekitar

    27%, dan sebagian besar penerimaan

    bersumber dari dana DAU mencapai 536

    milyar sekitar 42%.

    Kon tr ibusi PAD terhadap APBD meningkat

    Peningkatan APBD Kota Yogy akarta selama periode

    2009-2011 di ikut i p eningk atan k ontr ibu si PAD secara

    signi f ik an. APBD ditop ang oleh PAD seki tar 24% sementara

    kon tr ibus i DAU terhadap APBD mencapai 46%.

    Pemerintahan

    SD

    2,16%

    SLTP

    3,20%

    SMA

    24,74%

    Diploma

    19,41%

    D4/S1

    46,20%

    S 2

    4,29%

    S 3

    0,01%

    Jumlah PNS MenurutTingkat Pendidikan, 2012

    Anggaran 2010 2011 2012

    Realisasi Penerimaan APBD (Milyar Rp)

    Pendapatan 815,49 951,68 1158,13

    Pembiayaan 636,62 857,09 95,48

    Realisasi Pengeluaran APBD (Milyar Rp)

    Belanja 839,87 932,02 1023,95

    Pembiayaan 0,76 0,56 5,36

    DAU (Milyar Rp) 395,44 436,13 536,47

    PAD (Milyar Rp) 179,42 228,87 338,84

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    13/42

    Distribusi Persentase Penduduk KecamatanKota Yogyakarta, 2010

    Piramida PendudukYogyakarta, 2012Berdasarkan hasil pengolahan akhir

    Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk

    kota Yogyakarta adalah 388.627 orang yang

    terdiri dari 189.137 laki-laki dan 199.490

    perempuan. Dari jumlah tersebut, secara

    kewilayahan terkonsentrasi di dua kecamatan

    besar yaitu Umbulharjo sebanyak 76.743

    orang dan kecamatan Gondokusuman

    sebanyak 45.293 orang. SedangkanKecamatan Ngampilan, Gondomanan, dan

    Pakualaman merupakan tiga kecamatan

    urutan terbawah yang memiliki penduduk

    paling sedikit masing-masing berjumlah

    16.320 orang, 13.029 orang, dan 9.316

    orang.

    Secara umum jumlah penduduk

    perempuan lebih banyak dibandingkanjumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat

    ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih

    kecil dari 100. Perbandingan laki-laki dan

    perempuan atau sex ratio di kota Yogya

    mencapai angka 94,81. Diantara 14

    kecamatan di kota Yogyakarta terdapat satu

    kecamatan yaitu Wirobarajan memiliki sex

    ratio sebesar 102,48.

    Dengan luas wilayah 32,5 Km2, rata-rata

    kepadatan penduduk kota Yogyakarta adalah

    sebesar 11.957 jiwa perkilometer persegi.

    Kecamatan dengan tingkat kepadatan

    penduduk paling tinggi adalah Ngampilan

    yaitu sebanyak 19.902 jiwa/km2, sedangkan

    yang memiliki kepadatan penduduk paling

    rendah yaitu Umbulharjo mencapai 9.451

    jiwa/km2.

    4Penduduk Perubahan arah perkembangan p endudu k yang

    Keberhasilan kota Yogyakarta dalam menurunkan laju

    pertumbuhan penduduk selama beberapa tahun kebelakang terancam dengan adanya kenaikan lajupertumbuhan penduduk di provinsi DI Yogyakarta padatahun-tahun terakhir.

    -45 -30 -15 0 15 30 45

    0 - 4

    5 - 9

    10 - 14

    15 - 19

    20 - 24

    25 - 29

    30 - 34

    35 - 39

    40 - 44

    45 - 49

    50 - 54

    55 - 59

    60 - 64

    65 - 69

    70 - 74

    75 +

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    14/42

    Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatandi Kota Yogyakarta, 2000 - 2010

    Kepadatan Penduduk Menurut KecamatanKota Yogyakarta, 2010

    Dengan jumlah penduduk hasil Sensus

    Penduduk tahun 2000 sebesar 396.711 jiwa,

    maka jumlah penduduk pada tahun 2010

    justru mengalami pertumbuhan negatif yaitu

    sebesar -0,22 persen pertahun selama

    kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jika

    dilihat per kecamatan, laju pertumbuhan

    penduduk tertinggi terjadi di kecamatan

    Kotagede yakni sebesar 1,10 persen.Sedangkan untuk laju pertumbuhan paling

    rendah terjadi di kecamatan Pakualaman

    yaitu sebesar -1,28 persen pertahun.

    Kecamatan Umbulharjo yang mempunyai

    jumlah penduduk terbesar berjalan linier

    dengan laju pertumbuhanya yaitu 1,02

    persen per tahun.

    4Penduduk

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    15/42

    Sex Ratio PendudukKota Yogyakarta, 2010

    Jumlah Penduduk Menurut Kecamatandan Jenis Kelamin di Yogyakarta, 2012

    Sex ratio penduduk kota Yogyakarta

    hasil Sensus Penduduk 2012 sebesar 94,51

    yang berarti jumlah penduduk laki-laki lima

    persen lebih sedikit dibandingkan dengan

    jumlah penduduk perempuan. Sex ratio

    terbesar adalah kecamatan Wirobrajan

    yakni sebesar 102,48 yang berarti jumlah

    penduduk laki-laki dua persen lebih banyak

    d iband ingkan dengan pendudukperempuan. Sedangkan sex ratio paling

    kecil berada di kecamatan Ngampilan yakni

    sebesar 87,16.

    Jumlah Penduduk Yogyakarta Th 2012

    394.012 jiwa

    SEX RATIO = 94,51

    4Penduduk

    Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah

    Mantrijeron 15.389 16.306 31.695

    Kraton 8.370 9.191 17.561

    Mergangsan 14.445 15.003 29.448

    Umbulharjo 37.922 40.909 78.831

    Kotagede 15.948 16.104 32.052

    Gondokusuman 22.022 23.504 45.526

    Danurejan 9.061 9.372 18.433

    Pakualaman 4.541 4.825 9.366

    Gondomanan 6.123 6.974 13.097

    Ngampilan 7.633 8.769 16.402

    Wirobrajan 12.635 12.334 24.969

    Gedongtengen 8.215 9.058 17.273

    Jetis 11.504 12.066 23.570

    Tegalrejo 17.637 18.152 35.789

    YOGYAKARTA 191.445 202.567 394.012

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    16/42

    Sasaran utama pembangunan di bidang

    ketenagakerjaan adalah terciptanya lapangan

    kerja baru dengan jumlah dan kualitas yang

    memadai sehingga dapat menyerap angkatan

    kerja yang memasuki pasar kerja.

    Keterlibatan penduduk dalam kegiatan

    ekonomi diukur dengan jumlah penduduk

    yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau

    mencari kerja) yang biasanya disebut sebagai

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

    Kesempatan kerja memberikan gambaran

    besarnya tingkat penyerapan tenaga kerja.

    Keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas

    dalam kegiatan ekonomi di kota Yogyakarta

    pada tahun 2012 mencapai 66,97 persen

    atau mengalami penurunan dibandingkan

    dengan tahun 2011 yang mencapai 68,26

    persen.

    Pada tahun 2012, di kota Yogyakarta

    kelompok lapangan usaha services

    (perdagangan, angkutan, dan jasa) sangat

    dominan dalam menyerap tenaga kerja. Lebih

    dari 80 persen tenaga kerja yang bekerja

    terserap pada kelompok lapangan usaha ini.

    Sementara peringkat kedua dalam

    penyerapan tenaga kerja terjadi pada

    kelompok lapangan usaha manufacture

    (industri, listrik, gas, air, dan konstruksi) yang

    mencapai 15,32 persen dan sisanya sekita

    0,37 persen berkerja di sektor pertanian.

    Beberapa Indikator KetenagakerjaanYogyakarta

    Tingkat Pengangguran Terbuka

    5Ketenagakerjaan

    Kesemp atan ker ja di Yogy akarta terus

    meningkat .

    Tingkat kesempatan kerja di Yogy akarta mengalami fluktuasi selama

    perio de 2010-2012. Pors i terbesar yang menj adi pil ihan m asyarakat

    Yogyakarta adalah lapangan kerja sektor services yaitu perd agangan,

    angk utan, dan jasa pada tahun 2012 mencap ai 84,30 persen .

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    17/42

    6Pendidikan Penduduk Yogyaka r ta menye lesa i kan jen jangpendidik an kelas 2 SLTA

    Rata-rata lama sekolah di kota Yogy akarta terl ihat cuk up

    tinggi yaitu hanya s ekitar 11 tahun. Art iny a, secara rata-rata

    pendud uk Yogyakarta menyelesaikan jenjang pendidikan

    pal ing tingg i sampai dengan kelas 2 SMA

    Beberapa Indikator PendidikanKota Yogyakarta

    Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid2012 / 2013

    Penduduk laki-laki di kota Yogyakarta

    seperti juga di daerah lain memiliki

    kemampuan baca tulis lebih tinggi di banding

    penduduk perempuan. Dibandingkan

    kabupaten lainnya di provinsi DI Yogyakarta,

    ternyata penduduk Yogyakarta bersekolah

    lebih lama. Indikator ini ditunjukkan dengan

    tingkat pendidikan cukup tinggi yaitu untuklaki-laki mencapai 62,31 persen sedangkan

    untuk perempuan mencapai 57,41 persen

    yang memiliki ijazah SLTA atau lebih tinggi.

    Secara umum, angka melek huruf di kota

    Yogyakarta pada tahun 2012 mencapai 98,04

    persen atau mengalami sedikit penurunan

    dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

    97,38 persen. Sementara penduduk laki-laki

    mempunyai tingkat kemampuan membaca

    dan menulis lebih tinggi dibandingkan dengan

    perempuan. Tercatat angka melek huruf laki-

    laki mencapai 99,34 persen sedangkan

    perempuan mencapai angka sebesar 96,83

    persen.

    Capaian di bidang pendidikan terkait erat

    dengan ketersediaan fasilitas pendidikan.

    Pada jenjang pendidikan SD untuk tahun

    ajaran 2012/2013 seorang guru di kota

    Yogyakarta rata-rata mengajar 16 murid SD.

    Semakin tinggi jenjang pendidikan maka

    beban seorang guru semakin sedikit, untuk

    jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang

    guru mengajar 13 murid dan di jenjang SLTA

    beban seorang guru mengajar 9 murid.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    18/42

    7Kesehatan

    Beberapa Indikator KesehatanKota Yogyakarta

    Persentase Jumlah KeluargaMenurut Tingkat Kesejahteraan, 2012

    Ketersediaan sarana kesehatan dan

    tenaga kesehatan sangat penting untuk

    meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

    kepada masyarakat. Pada tahun 2012

    jumlah dokter praktek di Kota Yogyakarta

    masih menggunakan informasi tahun

    sebelumnya, yaitu dari 1.458 orang pada

    tahun 2010 menjadi 1.581 orang pada tahun

    2012. Hal ini tidak diimbangi dengan jumlahapotek/toko obat dari 152 pada tahun 2010

    menjadi 158 toko pada tahun 2011 dan turun

    menjadi 155 toko pada tahun 2012.

    Untuk menekan pertumbuhan penduduk

    pemerintah daerah mencanangkan program

    Keluarga Berencana (KB). Respon

    masyarakat terhadap program tersebut

    cukup positif. Hal ini terlihat dari tingginya

    jumlah penduduk yang aktif menjadiakseptor. Pada tahun 2012 jumlah akseptor

    tercatat 34737 orang atau 72,07 persen dari

    pasangan usia subur (PUS) yang terdapat di

    Kota Yogyakarta. yaitu sebanyak 47.399

    pasang. Sedangkan alat kontrasepsi yang

    banyak digunakan warga masyarakat

    Yogyakarta adalah STK (30,39 persen).

    Sedangkan persentase keluarga

    menurut tingkat kesejahteraan di kotaYogyakarta pada tahun 2012, tercatat

    sebanyak 8,50 persen termasuk kategori

    keluarga pra sejahtera. Untuk kategori

    keluarga sejahtera (KS 1) mencapai 23,38

    persen, keluarga sejahtera (KS 2) mencapai

    20,72 persen, keluarga sejahtera (KS 3)

    mencapai 38,70 persen dan sisanya KS 3

    plus mencapai 8,71 persen.

    Dokter sebagai penolong kelahiran utama.

    Sebagian besar pros es kelahiran di Yogyakarta

    mengandalkan tenaga medis k husus nya dok ter ,

    sementara kelah i ran yang d i to long d ukun

    persentasenya semakin menurun .

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    19/42

    8Perumahan Sebagian besar pendudu k di kota Yogyakarta masihmengggu nakan sum ur sebagai sumb er ai r minum.

    Tahun 2012 sebanyak 48 persen lebih m asyarakat

    Yogyakarta menjadikan sumur sebagai sum ber air

    minum mereka, dan seki tar 9 persen m enggunakan

    air ledin g.

    Selain sandang dan pangan, papan juga

    merupakan salah satu kebutuhan dasar

    manusia. Rumah tidak hanya berfungsi

    sebagai tempat berlindung tetapi lebih

    banyak digunakan sebagai tempat tinggal.

    Bahkan terkadang rumah sudah menjadi

    bagian dari gaya hidup dan simbol status

    dari pemiliknya. Oleh karenanya aspek

    kesehatan, kenyamanan dan kelengkapanfasilitasnya perlu diperhatikan karena

    menggambarkan tingkat kesejahteraan

    penghuninya.

    S a l a h s a t u i n d i k a t o r y a n g

    menggambarkan peningkatan kesejahteraan

    masyarakat yaitu penggunaan air minum

    sehari-hari. Semakin rendah kualitas

    penggunaan air minum rumah tangga maka

    salah satu faktor penunjang kesejahteraan

    masyarakat belum terpenuhi. Pada tahun

    2012, penggunaan sumber air minum

    terbesar masyarakat kota Yogyakarta masih

    berasal dari sumur yaitu mencapai 48,58

    persen. Sedangkan air ledeng pada tahun

    2012mencapai 9,06persen atau mengalami

    penurunan dari tahun 2011 yaitu sebesar

    9,06 persen. Indikator lainnya adalah jarak

    sumber air minum ke tempat penampungan

    kotoran. Semakin dekat sumber air minum

    dengan penampungan kotoran akan

    berpengaruh terhadap kualitas air untuk

    keperluan rumah tanggan. Pada tahun 2012,

    sebanyak 70,27 persen rumah tangga jarak

    penampungan kotoran dengan sumber air

    minum lebih dari 10 meter, dan hanya 21,59

    persen yang berjarak kurang dari 10 meter.

    Persentase rumah tangga menurutSumber Air Minum, 2009 - 2012

    Jarak Sumber Air Minum ke tempatPenampungan Kotoran, 2012

    < 10 m

    21,59%

    10 m

    70,27%

    tt

    8,14%

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    20/42

    9Perumahan

    Indeks Pembangunan ManusiaYogyakarta dan DI Yogyakarta,

    Tahun 2006 - 2012

    Keterbandingan Indeks Pembagunan ManusiaKab/Kota di DI Yogyakarta,

    Tahun 2011 - 2012

    Kemajuan pembangunan manusiasecara umum dapat ditunjukkan denganmelihat perkembangan indeks pembangunanmanusia (IPM) yang mencerminkan capaiankemajuan di bidang pendidikan, kesehatandan ekonomi. Dengan melihat perkembanganangka IPM sejak tahun 2006 sampai dengan2012, kemajuan yang dicapai kota Yogyakartadalam pembangunan manusia cukupsignifikan. Angka IPM kota Yogyakarta

    mengalami peningkatan cukup berarti dari77,8 pada tahun 2006 menjadi 80,24 padatahun 2012. Sedangkan di tingkat Provinsi,angka IPM pada tahun 2006 mencapai angkasebesar 73,7 menjadi 76,8 pada tahun 2012.

    Dibandingkan dengan kabupaten lain di

    DI Yogyakarta, Kota Yogyakarta mempunyai

    angka IPM relatif lebih tinggi. Tercatat pada

    tahun 2012, IPM kabupaten Sleman mencapaiangka 80,24, kabupaten Bantul sebesar

    75,58, kabupaten Kulonprogo sebesar 75,33

    dan kabupaten Gunung Kidul sebesar 71,11.

    Indeks pembangunan manusia kota

    Yogyakarta selama kurun waktu satu tahun

    terakhir telah mengalami kenaikan dari 79,89

    pada tahun 2011 menjadi 80,24 pada tahun

    2012.

    Sedangkan perkembangan PDRB per

    kapita sejak tahun 2006 hingga tahun 2012

    mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada

    tahun 2006 PDRB perkapita Yogyakarta

    mencapai angka 20,78 juta rupiah per tahun,

    sedangkan pada tahun 2012 menigkat

    menjadi 36,36 juta rupiah per tahun.

    Tingkat kemiskin an di kot a Yogyakarta

    masih t inggi

    Dibandingkan d engan angka kemisk inan n asional yang

    menc apai seki tar 17 persen, t ingk at kemisk inan Yogy akarta

    terb i lang cuku p rendah. Persentase penduduk misk in di

    Yogyakarta pada tahun 2011 berkisar lebih dar i 10 persen.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    21/42

    Penggunaan lahan dibedakan menjadi

    lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan

    bukan sawah meliputi lahan untuk bangunan

    dan sekitarnya, tegal/kebun, ladang/huma,

    padang rumput, tambak, kolam/tebat/

    empang, lahan yang sementara tidak

    diusahakan, lahan untuk tanaman kayu-

    kayuan dan perkebunan negara/swasta.

    Pada tahun 2012 luas penggunaan lahan

    di Kota Yogyakarta tercatat 3.250 hektar,

    terdiri dari 76 hektar lahan sawah dan 3.174

    hektar lahan bukan sawah. Data tanaman

    pangan meliputi tanaman padi, palawija dan

    buah-buahan. Luas panen tanaman padi

    sawah pada tahun 2012 mencapai 169 hektar

    dengan produksi 112,98 ton gabah.Dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

    produksi padi sawah mengalami penurunan

    sekitar 14,03 persen. Hal ini terjadi karena

    adanya pengaruh musim sehingga

    menghasilkan luas panen yang lebih rendah

    dibanding tahun sebelumnya.

    Produksi palawija yang terdiri dari

    kacang tanah dan jagung pada tahun 2012

    masing-masing adalah 1 ton dan 19 ton.

    Dibandingkan dengan tahun 2011, produksi

    jagung mengalami penurunan cukup

    signifikan. Produktivitas tanaman kacang

    tanah menempati angka paling tinggi yaitu

    mencapai 10 kwintal per hektar. Untuk

    komoditas jagung mempunyai produktivitas

    mencapai 633 kwintal per hektar.

    10 PertanianPertumbuhan p rodu ksi padi ber ja lan l in ier

    Sebagai kota budaya dan pendidikan,

    pertumbuhan produksi tanaman pangan di

    Yogyakarta kurang begitu menggembirakan.

    Produktivitas Tanaman Pangan (Kwintal/Ha), 2012

    Beberapa Indikator Tanaman Pangan

    Uraian Satuan 2010 2011 2012

    Padi

    Luaspanen

    ( ha ) 215,0 218,0 169,0

    Produksi ( ton ) 1 319,0 1 304,0 1 121,0

    Jagung

    Luaspanen

    ( ha ) - 4,0 3,0

    Produksi ( ton ) - 68,0 19,0

    Kacang tanah

    Luaspanen

    ( 000ha)

    1,0 1,0 1,0

    Produksi(000ton)

    1,0 1,0 1,0

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    22/42

    Berdasarkan angka sementara hasil

    pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013,

    jumlah usaha pertanian di kota 2.481 seban-

    yak 2.477 dikelola oleh rumah tangga, se-

    banyak 2 dikelola oleh perusahaan pertanian

    berbadan hukum dan sebanyak 2 dikelola

    oleh selain rumah tangga dan perusahaan

    berbadan hukum.

    Umbulharjo, Kotagede, dan Mantrijeron

    merupakan tiga kecamatan dengan urutan

    teratas yang mempunyai jumlah rumah

    tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu

    masing-masing 584 rumah tangga, 358

    rumah tangga, dan 330 rumah tangga.

    Sedangkan kecamatan Pakualaman dan

    Gondomanan merupakan wilayah yang palingsedikit jumlah rumah tangga usaha

    pertaniannya, yaitu sebanyak 12 rumah

    tangga.

    Sementara itu jumlah perusahaan

    pertanian berbadan hukum dan usaha

    pertanian selain perusahaan dan rumah

    tangga di kota Yogyakarta untuk perusahaan

    sebanyak 2 unit dan lainnya 2 unit. Jumlahperusahaan pertanian berbadan hukum

    berlokasi di kecamatan umbulharjo yaitu

    sebanyak 1 perusahaan dan kecamatan

    Mantrijeron 1 perusahaan. Sedangkan jumlah

    perusahaan tidak berbadan hukum atau

    bukan usaha rumah tangga usaha pertanian

    terdapat di kecamatan Mergangsan dan

    kecamatan Kotagede masing-masing 1 unit.

    10SensusPertanian 2013Sukses Sensus Pertanian 2013

    Potensi rumah tangga pertanian di kota

    Yogyakarta berada di kecamatan Umbulharjo,

    Kotagede, dan Mantrijeron

    Gambaran Umum Usaha

    Pertanian di

    Kota Yogyakarta

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    23/42

    Berdasarkan angka sementara hasil

    pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013,

    jumlah rumah tangga usaha pertanian di kota

    Yogyakarta mengalami penurunan sebanyak

    4.309 rumah tangga dari 6.786 rumah tangga

    pada tahun 2003 menjadi 2.477 rumah

    tangga pada tahun 2013, yang berarti

    menurun sebesar 6,35 persen per tahun.

    Penurunan terbesar terjadi di kecamatan

    Mergangsan dan penurunan terendah terjadidi kecamatan Ngampilan, yaitu masing-

    masing sebesar 89,2 persen dan - 35,6

    persen selama sepuluh tahun. Sementara

    kecamatan Gondomanan, Mantrijeron, dan

    Umbulharjo mengalami kenaikan masing-

    masing 1.200 persen, 15,4 persen, dan 5,8

    persen/

    Pelaksanaan Pendataan Sapi Potong,

    Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang

    dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia

    mulai 1-30 Juni 2011, mencatat populasi sapi

    dan kerbau kondisi 1 Juni 2011. Populasi sapi

    dan kerbau hasil PSPK di Kota Yogyakrta

    mencapai 367 ekor. Sementara itu, dari hasil

    sensus pertanian 2013, populasi sapi dan

    kerbau mencapai 279 ekor.

    Berdasarkan hasil sensus pertanian

    2013 apabila dirinci menurut wilayah, ke-

    camatan yang memiliki sapi dan kerbau pal-

    ing banyak adalah kecamatan Kotagede den-

    gan jumlah populasi sebanyak 100 ekor, ke-

    mudian kecamatan Umbulharjo (78 ekor), dan

    kecamatan Tegalrejo (49 ekor). Sedangkan

    kecamatan yang tidak memiliki sapi dan ker-

    bau adalah kecamatan Gondokusuman, Da-

    nurejan, Pakualaman, Gondomanan, Ge-

    dongtengen, dan Jetis.

    10 SensusPertanianSukses Sensus Pertanian 2013

    Rumah tangga pertanian mengalami penurunan

    dari 6786 menjadi 2477 atau turun sebesar 6,35

    persen pertahun.

    Perbandingan Jumlah Sapi-KerbauDi Yogyakarta, Tahun 2011 - 2013

    Jumlah Rumah Tangga Pertanian danPerusahaan Pertanian di Yogyakarta

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    24/42

    11Energi Listrik

    dan Air

    Persediaan energi l istr ik dan air di Yog yakarta

    relat i f aman

    Energi listrik terjual di Yogyakarta lebih banyak digunakan

    untuk keperluan rumah tangga dan kepentingan bisnis, dan

    sebagian kecilnya digunakan untuk industri.

    Energi Listrik Terjual di Yogyakarta (MWh)

    Energi Listrik Terjual Menurut Pelanggandi Yogyakarta, 2012

    Jumlah pelanggan listrik PLN di Kota

    Yogyakarta pada tahun 2012 tercatat

    103.582 pelanggan atau mengalami

    peningkatan mencapai 2,97 persen

    dibandingkan dengan keadaan tahun

    sebelumnya yaitu mencapai 100.585

    pelanggan. Sedangkan untuk jumlah energi

    listrik terjual dari tahun ke tahun terusmengalami peningkatan. Pada tahun 2010

    mencapai 399,4 MWh dan meningkat

    menjadi 477,4 MWh pada tahun 2011 dan

    mengingkat menjadi 495,9 MWh pada tahun

    2012. Energi listrik di Yogyakarta mayoritas

    masih digunakan oleh pelanggan

    rumahtangga dengan jumlah pemakaian

    181,58 MWh atau 36,61 persen dari total

    pemakaian.

    Berdasarkan data dari PDAM Tirtamarta,

    produksi air minum pada tahun 2012

    mencapai 17,54 juta m3 atau naik 4,59

    persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Volume air yang disalurkan mencapai 8,79

    juta m2 atau 50,15 persen dari total produksi.

    Jumlah pelanggan pada tahun 2012 tercatat33.675 pelanggan dan sebagian besar

    adalah kelompok pelanggan non niaga yang

    terdiri dari rumahtangga dan instansi

    pemerintah. Kelompok pelanggan non niaga

    berjumlah 31.445 pelanggan atau 93,37

    persen dari total pelanggan, dengan rincian

    30.349 pelanggan rumahtangga dan 1.096

    instansi pemerintah.

    63,58

    181,58178,18

    29,40

    25,6717,55

    Distribusi listrik

    ( MWh)

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    25/42

    12 IndustriPengolahanProdukt iv i tas peker ja sektor in dustr i di Yogy akarta

    cenderung membaik

    Trend produktivitas pekerja industri yang diukur dengan

    nilai tambah per pekerja di Yogyakarta selama kurun waktu

    2009-2011 cenderung meningkat, hingga pada tahun 2012

    mencapai angka sebesar 28,18 juta rupiah per pekerja .

    Sektor Industri PengolahanKota Yogyakarta

    Industri dibedakan atas industri besar,

    sedang, kecil dan rumahtangga. Informasi

    mengenai industri kecil diperoleh dari Dinas

    Perekonomian Kota Yogyakarta. Pada tahun

    2012 jumlah industri kecil tercatat 6.565 unit

    dengan jumlah tenaga kerja 34.560 orang dan

    nilai investasi sebesar Rp. 170,7 milyar rupiah.

    Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah

    usahanya tidak banyak mengalami

    perubahan. Jumlah tenaga kerja yang

    terserap mengalami penurunan 0,03 persen

    dan nilai investasinya naik 0,005 persen.

    Industri kecil yang paling banyak adalah

    industri pengolahan hasil pertanian dan

    kehutanan.Industri besar adalah industri dengan

    jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih dan

    industri sedang adalah industri dengan jumlah

    tenaga kerja antara 20-99 orang. Perusahaan

    industri besar dan sedang di Kota Yogyakarta

    pada tahun 2012 sebanyak 81 perusahaan

    dengan 11.773 tenaga kerja. Dibandingkan

    dengan tahun 2011 jumlah perusahaan

    industri besar dan sedang mengalami

    penurunan sebesar 4,7 persen. Penyerapan

    tenaga kerja industri besar/sedang terbesar

    berada pada klasifikasi industri kulit (kode 19)

    sebesar 17 persen, klasifikasi industri barang

    dari logam (kode28/29) sebesar 17 persen;

    sektor makanan, minuman/tembakau (kode

    15/16) mencapai 17 persen; dilanjutkan

    dengan sedangkan klasifikasi 36/37 atau

    furniture mencapai 14 persen.

    Produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai besarnya nilai tambah yang

    tercipta dibagi dengan jumlah pekerja

    Persentase Tenaga KerjaIndustri Besar/Sedang

    Kode 15/16=makanan,minuman/tembakau; 17=tekstil;18=pakaian jadi; 19=kulit; 20=kayu; 22=penerbitan;

    24/25=kimia/karet; 26=bhn galianbkn logam; 28/29=brg drlogam; 33=alat kedokteran; 36=furniture

    Indikator Industri 2010 2011 2012

    Agro Industri 6 616 6 650 6 646

    Besar danSedang

    81 85 81

    Kecil 6 535 6 565 6 565

    Tenaga Kerja 43 105 40 513 46 333

    Besar dan

    Sedang8 635 5 943 11 773

    Kecil 34 470 34 570 34 560

    Investasi Industri

    Kecil169,9 170,7 170,7

    (Milyar)

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    26/42

    13KemahalanKonstruksiTingkat Kemahalan Konstruk si di Yog yakarta

    semakin melambun g.

    Ukuran kemahalan konstruksi yang terus meningkat

    menggambarkan bahwa rata-rata harga bahan bangunan di

    Yogyakarta meningkat lebih cepat dibandingkan dengan

    kabupaten lain di Provinsi DI Yogyakarta.

    Indeks Kemahalan KonstruksiKab-Kota di DI Yogyakarta, Tahun 2011

    Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)

    merupakan angka indeks yang dapat

    menggambarkan perbandingan tingkat

    kemahalan harga bahan bangunan/konstruksi

    (TKK) suatu kabupaten/kota terhadap TKK

    kota Balikpapan yang dipilih sebagai acuan.

    Perbedaan model penyajian IKK 2009 dan

    IKK 2011 menyebabkan angka tersebut tidak

    dapat diperbandingkan secara langsung.

    Indeks Kemahalan Konstruksi kota

    Yogyakarta tahun 2011 berada pada angka

    80,75 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa

    harga barang-barang konstruksi di

    Yogyakarta relatif lebih rendah 19,25 persen

    dibandingkan dengan harga-harga konstruksi

    sejenis di Balikpapan. Demikian juga di

    Gunung Kidul, harga barang-barang

    konstruksi lebih murah 14,99 persen

    dibandingkan dengan harga-harga di

    Balikpapan. Namun demikian diantara

    kabupaten/kota di DI Yogyakarta, harga-

    harga kebutuhan konstruksi di Yogyakarta

    relatif paling murah. Tercatat IKK di Bantul

    mencapai 82,61 persen, Kulonprogo sebesar

    81,75 persen, dan Sleman sebesar 83,04

    persen.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    27/42

    14HotelPariwisata

    Sampai dengan tahun 2012 jumlah hotel

    dan penginapan yang ada di wilayah kota

    Yogyakarta tercatat sebanyak 397 buah yakni

    terdiri dari 37 hotel berbintang dan 360 hotel

    non bintang. Jumlah hotel yang terbanyak

    terletak di wilayah kecamatan Gedongtengen

    yakni sebanyak 134 hotel.

    Produktivitas suatu hotel/akomodasidapat diukur dari tingkat penghunian kamar.

    Faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat

    penghunian kamar hotel adalah banyaknya

    kunjungan wisatawan baik wisatawan

    mancanegara maupun dalam negeri yang

    menginap di hotel. Semakin banyak jumlah

    wisatawan yang datang diharapkan jumlah

    tamu yang menginap di hotel semakin

    meningkat pula.

    Pada tahun 2012 tingkat penghunian

    kamar di kota Yogyakarta secara keseluruhan

    mencapai 51,22 persen yang berarti bahwa

    rata-rata dari seluruh kamar yang dipakai

    setiap malam mencapai 51,22 persen. Bila

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya

    Tingkat Penghunian Kamar mengalami

    peningkatan yakni sebesar 11,13 persen.

    Tingkat penghunian kamar tertinggi terjadi

    pada bulan Desember yaitu sebesar 58,07

    persen dan terendah pada bulan Agustus

    dengan tingkat penghunian kamar sebesar

    40,19 persen. Secara umum tingkat hunian

    kamar hotel berbintang mencapai 57,49

    persen, sementara hotel non bintang

    mencapai 34,15 persen.

    Indikator Hotel dan PariwisataKota Yogyakarta

    Jumlah Wisatawan dan Lama MenginapKota Yogyakarta

    Hotel berbintang lebih dip i l ih untuk m enginap

    dibanding h otel t idak berbintang

    Meskipun jumlah kamar hotel berbintang sekitar sepertiga

    dari total kamar hotel non berbintang, namun tingkat hunian

    kamar hotel berbintang lebih tinggi dibandingkan hotel non

    berbintang atau sekitar 57,49 persen berbanding 34,2 persen.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    28/42

    14HotelPariwisata

    Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap

    di Yogyakarta

    Sebagai ibukota Daerah Istimewa

    Yogyakarta, Kota Yogyakarta memiliki daya

    tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik

    maupun mancanegara. Keberadaan kraton

    Yogyakarta yang masih kental sarat dengan

    budaya jawa, di tengah-tengah kehidupan

    masyarakat moderen merupakan salah satu

    keunikan yang mampu menarik minat

    wisatawan untuk berkunjung di kotaYogyakarta. Pusat perbelanjaan pasar

    tradisional seperti Pasar Beringharjo dan

    selaras panjang jalan Malioboro pada

    umumnya juga menjadi sasaran utama bagi

    wisatawan yang ingin membeli berbagai

    kerajinan. Di samping itu terdapat juga

    tempat yang menyajikan makanan khas

    Kota Yogyakarta seperti Gudeg, Bakpia

    Pathuk, dan Yangko. Bagi wisatawan yang

    ingin mengetahui sejarah di kota Yogyakarta

    terdapat beberapa museum diantaranya

    Museum Sono Budoyo, Vredeburg, dan

    Sasmita loka.

    Pada tahun 2012 jumlah wisatawan

    yang berkunjung di Kraton mencapai

    sebanyak 686.282 pengunjung meningkat

    bila dibandingkan tahun sebelumnya yang

    mencapai 587.041 pengunjung. Jumlah

    pengunjung kraton paling banyak terjadi

    pada bulan Juli dimana terdapat hari liburan

    sekolah. Jumlah pengunjung Tamansari di

    tahun 2012 mencapai 227,483 pengunjung

    sedangkan jumlah pengunjung Sitihinggil

    mencapai sebesar 444.306 wisatawan.

    Museum kereta kraton yang menyimpan

    koleksi beberapa kereta kraton, di tahun

    2012 ini telah dikunjungi oleh 37.817

    wisatawan.

    TAHUN 2010 2011 2012

    % Jml Tamu yg menginap

    Wisatawan Mancanegara 8,99 9,19 7,95

    Wisatawan Nusantara 91,01 90,81 92,05

    Rata-rata Lama Menginap

    (mlm)

    Wisatawan Mancanegara 2,25 2,05 2,15

    Wisatawan Nusantara 1,54 1,63 1,54

    Jumlah Pengunjung Menurut

    Lokasi Wisata, Tahun 20102012

    di Kota Yogyakarta

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    29/42

    15TransportasiKomunikasi

    Tersedianya prasarana/infrastruktur yang

    memadai merupakan salah satu modal dasar

    untuk meningkatkan kegiatan masyarakat

    suatu daerah, baik untuk kegiatan yang

    si fatnya sosial maupun kegiatan

    perekonomian. Salah satu prasarana/

    infrastruktur yang pokok adalah jalan. Makin

    meningkatnya usaha pembangunan menuntutpula peningkatan pembangunan jalan untuk

    memudahkan mobilitas penduduk dan

    memperlancar perdagangan antar daerah.

    Panjang jalan di seluruh wilayah Kota

    Yogyakarta pada tahun 2012 mencapai

    248,09 km. Panjang jalan dalam kondisi baik

    mengalami kenaikan dari 99,44 km menjadi

    111,43 km atau mengalami kenaikan

    mencapai 12,06 persen. Sedangkan jalan

    dengan kondisi rusak mengalami penurunan

    dari sepanjang 44,44 km menjadi 36,93 km

    atau mengalami penurunan mencapai 8,68

    persen.

    Untuk memenuhi transportasi darat,

    tersedia dua jenis kendaraan angkutan daratutama yaitu kendaraan bermotor dan kereta

    api. Pada tahun 2012 jumlah kendaraan

    mobil penumpang mencapai 7.610 unit atau

    mengalami kenaikan mencapai 3,55 persen

    dari jumlah kendaraan pada tahun

    sebelumnya. Kendaraan truk dan bus pada

    tahun 2012 juga mengalami kenaikan masing

    -masing mencapai 6,09 persen dan 5,58persen.

    Panjang Jalan dan Jumlah Kendaraan BermotorKota Yogyakarta

    Kondis i jalan di Yogy akarta sebagian besar

    dalam keadaan baik dan sedang

    Jalan paling panjang di Yogyakarta memiliki kelas tiga

    dan paling sering dilalui oleh moda kendaraan roda

    dua yang mencapai 77 persen jumlah kendaraan.

    Indikator 2010 2011 2012

    Panjang Jalan (km)

    Baik 99,4 4 99,4 4 111,4 3

    Sedang 104,2 2 108,2 1 99,7 3

    Rusak 44,4 3 40,4 4 36,9 3Rusak Berat 0 0 0

    Jum lah Kendaraan wajib uj i (unit)

    Mobil Penumpang 7 114 7 349 7 610

    Pick Up 2 210 2 275 2 334

    Truk 193 197 209

    Bus 1 126 1 164 1 229

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    30/42

    15TransportasiKomunikasi

    Angkutan kereta api yang ada di Kota

    Yogyakarta meliputi angkutan untuk

    penumpang dan barang, yang terdiri dari

    dua stasiun yaitu stasiun Tugu yang khusus

    diperuntukkan bagi pemberangkatan

    penumpang kereta bisnis dan eksekutif,

    dan stasiun Lempuyangan yang

    diperuntukan bagi pemberangkatan

    penumpang kereta ekonomi serta barang.

    Lalu lintas surat pos dan giro selama

    kurun waktu 2012 mencapai 10,85 juta surat

    yang dikirim melalui kantor pos yang ada di

    wilayah kota Yogyakarta. Dibandingkan

    dengan tahun sebelumnya jumlah surat

    yang dikirim mengalami penurunan

    mencapai 6,93 persen.

    Sarana komunikasi radio merupakan

    sarana komunikasi elektronik massal yang

    sampai saat ini masih banyak digemari

    masyarakat. Jumlah stasiun radio swasta di

    wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2012

    mencapai 11 stasiun. Stasiun-stasiun

    tersebut tersebar di wilayah kecamatan Kota

    Yo g y a k a r t a d e n g a n Ke c a m a t a n

    Umbulharjo , Kotagede, dan Pakualaman

    yang menjadi wilayah konsentrasi stasiun

    radio swasta.

    Surat Pos yang dikirim di Kantor Pos dan GiroBesar Yogyakarta

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    31/42

    16Perbankan danInvestasi

    Posisi Kredit Mikro, Kecil, MenengahMenurut Jenis Penggunaan

    Proporsi Kredit Mikro, Kecil dan MenengahMenurut Sektor Ekonomi, 2012

    Sejak tahun 2008 hingga 2012,

    penyerapan terbesar dari kredit mikro, kecil,

    dan menengah yang diberikan bank umum

    dan BPR di kota Yogyakarta berasal dari

    sektor perdagangan. Angka pada tahun 2012

    menunjukkan besaran mencapai 3615 milyar

    rupiah atau sekitar 46 persen. Sektor

    ekonomi yang menempati urutan kedua

    dalam penyerapan besaran kredit bankumum dan BPR adalah sektor Keuangan,

    sewa dan jasa perusahaan yaitu mencapai

    2129 milyar rupiah atau berkisar 27 persen

    dari keseluruhan kredit mikro di Yogyakarta.

    Sedangkan sektor perindustrian mampu

    menyerap kredit mencapai 905 milyar rupiah

    atau berkisar 11persen dari total kredit mikro,

    kecil dan menengah. Sektor jasa-jasa dengan

    besaran angka kredit mencapai 797 milyar

    rupiah menempati urutan berikutnya yaitu

    berkisar 10persen dari total kredit.

    Menurut jenis penggunaannya posisi kredit

    mikro, kecil, dan menengah yang diberikan

    bank umum dan BPR di kota Yogyakarta,

    sejak tahun 2008 hingga 2012 terbanyak

    digunakan untuk konsumsi. Pada tahun 2012

    jenis penggunaan untuk konsumsi mencapai

    5811 milyar rupiah atau mencapai 41,45

    persen dari total kredit yang diberikan.

    Sedangkan yang digunakan untuk modal

    kerja pada tahun 2012 mencapai 5717 milyar

    rupiah meningkat sebesar 1077 milyar rupiah

    dari tahun 2011 atau berkisar 23,2 persen.

    Dan selebihnya digunakan untuk investasi,

    pada tahun 2011 mencapai 1898 milyar

    rupiah menjadi 2490 milyar rupiah di tahun

    2012 atau meningkat sebesar 31,2 persen.

    Sektor Perdagangan m enyerap besaran kredi t

    mikro , keci l , dan menengah

    Selama kurun waktu 2008-2012 kredit mikro, kecil,

    dan menengah di Yogyakarta lebih banyak digunakan

    untuk konsumsi.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    32/42

    17Harga-harga

    IHK Beberapa Kota di Sekitar Yogyakarta

    Laju inflasi Yogyakarta, 2009 - 2013

    Indeks harga konsumen yang sering

    digunakan sebagai indikator kenaikan harga-

    harga terlihat meningkat dari tahun ke tahun

    di beberapa kota terpilih di Yogyakarta dan

    sekitarnya. Diantara kota sekitar Yogyakarta,

    kenaikan IHK tertinggi terjadi di Surakarta

    yang meningkat dari 124,45 pada tahun 2012

    menjadi 135,24 pada tahun 2013. KenaikanIHK yang tinggi juga terlihat di Kota

    Semarang dari 134,29 tahun 2012 menjadi

    145,11 tahun 2013 atau mengalami inflasi

    sebesar 8,45 persen.

    Kebijakan pemerintah menaikkan harga

    BBM sekitar bulan Juni 2013, berdampak

    langsung terhadap naiknya harga harga pada

    bulan Juli 2013. Tingkat inflasi di Yogyakarta

    tercatat meningkat secara drastis dari 4,31

    persen pada tahun 2012 menjadi 6,81 persen

    pada tahun 2013 (sampai dengan bulan

    Agustus 2012).

    Dari tahun 2009 hingga 2013, ada

    kecenderungan berulang yaitu terjadinya

    inflasi yang cukup tinggi pada pertengahan

    tahun. Pada tahun 2009, inflasi tertinggi

    terjadi pada bulan September yaitu sebesar0,80 persen. Sedangkan pada tahun 2010

    inflasi cukup tinggi terjadi pada bulan Juli

    yaitu mencapai 1,40 persen. Sedangkan

    pada tahun 2011, angka inflasi tertinggi

    terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu mencapai

    angka sebesar 0,90 persen. Sampai

    September 2013, Inflasi tertinggi pada tahun

    ini terjadi pada bulan Juli 2012 yaitu sebesar2,58 persen.

    Laju inf lasi Yogy akarta lebih terkendal i

    Inflasi Yogyakarta mencapai angka yang tinggi pada

    tahun 2009 mencapai 0,80 persen. Akan tetapi pada bulan

    bulan berikutnya inflasi semakin terkendali. Inflasi

    tertinggi pada tahun 2013 tercatat mencapai 2,58 persen.

    Indikator 2011 2012 2013

    Kota Semarang 128,08 134,29 145,11

    Kota Surakarta 120,98 124,45 135,24

    Kota Purwokerto 128,01 134,06 144,75

    Kota Yogyakarta 130,11 135,72 144,58

    Kota Tegal 130,23 134,27 142,35

    Kota Kediri 128,65 134,62 144,87

    Kota Madiun 133,50 138,18 148,55

    Kota Surabaya 129,36 135,04 144,22

    Keterangan: Tahun 2013 s/d bulan Agustus 2013

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    33/42

    18 PengeluaranPenduduk

    Salah sa tu ind ika tor t ingkat

    kesejahteraan masyarakat adalah ukuran

    pengeluaran rumah tangga yang dalam hal ini

    terbagi menjadi dua golongan pengeluaran

    yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan

    makanan. Semakin tinggi pendapatan

    masyarakat akan berdampak pada porsi

    pengeluaran yang bergeser dari pengeluaran

    untuk makanan menjadi pengeluaran untukbukan makanan (Engel, 1875).

    Proporsi pengeluaran non makanan

    masyarakat kota Yogyakarta pada tahun

    2008-2012 menunjukkan kecenderungan

    meningkat. Terlihat bahwa pada tahun 2008

    proporsi pengeluaran non makanan sebagian

    besar masyarakat kota Yogyakarta mencapai

    57,93 persen dan selebihnya sebesar 42,07

    persen digunakan untuk pengeluaran non

    makanan. Sedangkan pada tahun 2012

    proporsi pengeluaran untuk non makanan

    sudah mencapai 60,79 persen dan

    selebihnya 39,21 persen digunakan untuk

    pengeluaran non makanan.

    Pada kelompok pengeluaran untuk

    makanan, masyarakat kota Yogyakarta pada

    tahun 2012 mengeluarkan porsi terbesar

    adalah untuk makanan dan minuman jadi

    yaitu sebesar 21,13 persen. Persentase

    pengeluaran terbesar kedua yaitu untuk ikan,

    daging, telur dan susu yaitu mencapai angka

    5,96 persen. Sedangkan untuk pengeluaran

    non makanan, masyarakat kota Yogyakarta

    mengeluarkan porsi terbesar adalah untuk

    perumahan yaitu mencapai 25,75 persen.

    Kemudian dilanjutkan untuk keperluan barang

    jasa mencapai sekitar 22,89 persen.

    Pola pengeluaran m akanan masy arakat

    Yogyakarta terus mening kat

    Tingkat pendapatan penduduk yang didekati dengan ukuran

    pengeluaran khususnya untuk makanan menunjukkan

    adanya peningkatan dari tahun ke tahun.

    Pengeluaran Makanan dan Non MakananDi Kota Yogyakarta, 20082012

    Persentase pengeluaran per kapita (Rp/bulan)

    Di Kota Yogyakarta, 2012

    2012 (%)

    MAKANAN 39,21

    1 Padi-padian 3,9

    2 Ikan, daging, telur, susu 5,96

    3 Sayur-sayuran 1,73

    4 Buah-buahan 2,32

    5 Kacang-kacangan 0,786 Minyak dan lemak lain 0,97

    7 Mie instan, makaroni 2,42

    8 Makanan dan minuman jadi 21,13

    BUKAN MAKANAN 60,79

    1 Perumahan 25,75

    2 Barang dan Jasa 22,89

    3 Pakaian 2,07

    4 Barang Tahan lama 7,77

    5 Pajak dan asuransi 1,56

    6 Keperluan pesta 0,75

    Komposisi

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    34/42

    19Perdagangan

    Ekspor komoditas bukan migas Kota

    Yogyakarta pada tahun 2012 mengalami

    peningkatan dibandingkan ekspor tahun

    sebelumnya, yaitu dari 117,68juta US $ di

    tahun 2011 menjadi 120,74 juta US$.

    Sebagian besar ekspor Kota Yogyakarta

    berasal dari industri kerajinan meubel yang

    pada umumnya memiliki ciri khas dari suatu

    daerah sehingga sulit untuk ditiru dan

    menjadikan komoditas tersebut dapat

    bersaing di pasar Amerika maupun Eropa.

    Komoditas mebel kayu memiliki kontribusi

    terbesar dengan nilai total ekspor mencapai

    95,82 juta US $ atau 79,36 persen dari total

    ekspor Kota Yogyakarta. Kontribusi terbesar

    kedua dimiliki oleh komoditas atsiri dengan

    nilai 12,11 juta US $ atau mencapai 10,03

    persen, dan komoditas teh menempati urutan

    ketiga dengan nilai ekspor mencapai 2,10jutaUS $ atau 1,74 persen.

    Kebutuhan dasar manusia akan pangan,

    terutama pada makanan pokok yaitu beras

    menjadi perhatian pemerintah, untuk itu

    pemerintah selalu menjaga ketersediaannya.

    Ketersediaan pangan yang diidentikkan

    dengan ketersedian beras selama kurun

    waktu tahun 2012 dapat dikatakan cukup,

    bahkan melebihi kebutuhan yang dikonsumsi

    masyarakat Kota Yogyakarta.Persediaan beras pada gudang dolog

    terutama ditujukan untuk menjaga tingkat

    harga konsumen maupun produsen. Total

    penyaluran beras pada tahun 2012 mencapai

    56,41 ton dan total pengadaan mencapai

    70,84 ton, sedangkan persedian beras pada

    akhir bulan Desember tahun 2012 mencapai

    18,41 ton. Jumlah penyaluran beras terbesar

    yang dilakukan oleh Dolog yaitu terjadi padabulan Juli 2012 yang mencapai 10,53 ton.

    Ket idakseimbangan Ekspor dan Impor

    di Yogyakarta

    Nilai impor Yogyakarta jauh melebihi nilai ekspornya.

    Perbedaan antara iekspor dan impor tampaknya

    cenderung semakin besar dari tahun ke tahun.

    Beberapa Indikator Sektor Perdagangan

    Harga Beras dan Penyaluran

    0

    15

    30

    45

    60

    75

    90

    105

    120

    135

    2008 2009 2010 2011 2012

    29,9520,94 21,06

    117,68 120,74

    Impor (cif ) juta US$

    Ekspor (fob) juta US$

    20

    40

    60

    2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

    PenyaluranBeras

    41,88

    49,49

    54,6458,33

    69,20

    76,16

    83,74

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    35/42

    20 PendapatanRegional

    PDRB sebagai ukuran produktifitas

    mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa

    yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu

    tahun. Kota Yogyakarta sebagai salah satu

    Kabupaten/kota di Provinsi DI Yogyakarta

    pada menduduki peringkat ke dua di

    bandingkan empat kabupaten lainnya dan

    juga dibandingkan kabupaten/kota di sekitar

    provinsi DI Yogyakarta.Sementara pendapatan perkapita yang

    mencerminkan tingkat produktifitas tiap

    penduduk menunjukkan bahwa penduduk kota

    Yogyakarta lebih produktif dibandingkan

    dengan empat kabupaten lainnya di provinsi

    DI. Yogyakarta. Bahkan dibandingkan dengan

    kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah

    menduduki peringkat ke empat setelah

    Cilacap, Kudus dan Kota Semarang.

    Selama 10 tahun terakhir, PDRB kota

    Yogyakarta naik dua kali lipat seiring dengan

    naiknya pendapatan per kapita masyarakat

    kota Yogyakarta. Pada tahun 2012 PDRB per

    kapita kota Yogyakarta telah menunjukkan

    besaran 36,4 juta rupiah per tahun jauh di atas

    rata-rata pendapatan per kapita penduduk DI

    Yogyakarta pada tahun 2012 menunjukkan

    angka 16,28 juta per tahun.

    Secara umum pertumbuhan ekonomi kota

    Yogyakarta menunjukkan kecenderungan

    moderat dan berada pada kisaran di atas

    pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta.

    Berbeda dengan distribusi PDRB nasional,

    dominasi sektor perdagangan, hotel, dan

    restoran sebesar 24 persen juga menjadi ciri

    khas perekonomian kota Yogyakarta disusul

    oleh sektor jasa-jasa kemudian sektor

    keuangan pada peringkat berikutnya.

    8 Tahun terakhir pendapatan per kapi ta

    pendu duk Yog yakarta naik dua kal i lipat

    Tingkat produktifitas nilai tambah barang dan Jasa

    yang dihasilkan di Yogyakarta menduduki peringkat ke

    dua di provinsi DI Yogyakarta

    Perkembangan PDRB Yogyakarta

    Distribusi PDRB Menurut SektorDi Yogyakarta, 2012

    INDIKATOR 2010 2011 2012

    PDRB ADHK(2000=100)(Milyar Rp)

    5505,9 5816,6 6151,7

    PDRB ADHB (Milyar Rp) 11777,6 12962,4 14327,6

    PDRB/ Kapita ADHK (Ribu Rp) 14177,2 14893,1 15612,9

    PDRB/ Kapita ADHB (Ribu Rp) 30326,0 33189,9 36363,3

    Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,98 5,64 5,76

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    36/42

    21PerbandinganRegional

    Perbandingan antar kabupaten/kota di

    propinsi DI Yogyakarta untuk beberapa

    indikator terpilih memperlihatkan variasi yang

    cukup besar. Dilihat berdasarkan perbedaan

    PDRB per kapita, terlihat ketimpangan yang

    sangat tinggi. PDRB Total Atas Dasar harga

    Berlaku tertinggi tercatat di Yogyakarta yang

    mencapai 36,4 juta rupiah pada tahun 2012.Angka ini berkisar hampir empat kali lipat

    dibandingkan angka Kulonprogo yang

    mencapai 10,6 juta rupiah pertahun.

    Sedangkan dibandingkan dengan kabupaten

    Sleman tercatat mencapai angka PDRB

    berlaku sebesar 14,97 juta rupiah. PDRB

    perkapita atas dasar harga konstan di

    Yogyakarta pada tahun 2012 mencapai

    angka 14,32 juta rupiah pertahun.

    PDRB per kapi ta Yogyakarta hampir mendekati

    rata-rata Nasion al

    Tiga kota di Jawa Tengah dengan PDRB per kapita di

    atas kota Yogyakarta adalah Cilacap, Kudus, dan kota

    Semarang.

    Perbandingan PDRBProvinsi DI Yogyakarta

    PDRB per KapitaAtas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan

    Kota Yogyakarta, 2007 - 2012

    10.000

    15.000

    20.000

    25.000

    30.000

    35.000

    2007 2008 2009 2010 2011 2012

    12.190,315.612,9

    21.947,4

    36.363,3

    ADHK

    ADHB

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    37/42

    22PDRBKecamatan

    Pada tahun 2012 kecamatan Umbulharjomampu menciptakan nilai tambah brutosebesar 3,26 milyar rupiah dan menjadipenyumbang terbesar PDRB kota Yogyakarta.Kecamatan ini memberikan kontribusi sebesar22,78 persen dan yang menjadi sektor

    andalannya adalah industri pengolahan, jasa-jasa, bangunan, angkutan dan komunikasi.Penyumbang kedua dalah kecamatan

    Gondokusuman sebesar 17,07 persen dansektor andalannya adalah perdagangan , hotelrestoran, dan jasa-jasa. Selanjutnya adalahkecamatan Danurejan dengan jumlahpenduduk 18,443 jiwa mampu menyumbangkontribusi ekonomi sebesar 9,19 persen.

    Gambaran tentang pola dan strukturpetumbuhan Ekonomi masing-masingkecamatan di Kota Yogyakarta dapat diketahuidengan menggunakan analisis TipologiKlassen. Pada dasarnya Tipologi Klassen

    membagi daerah berdasarkan dua indikatorutama, yaitu pertumbuhan ekonomi danpendapatan perkapita daerah. Melalui analisisini diperoleh empat karakteristik pola danstruktur pertumbuhan ekonomi yangberbeda, yaitu:I. daerah cepat maju dan cepat tumbuhyaitu

    Gondokusuman, Danurejan dan Jetis yangmempunyai pertumbuhan ekonomi danpendapatan perkapita yang lebih tinggi

    dibanding dengan rata-rata Kota Yogyakarta ;II Daerah maju tapi tertekan, yaitu memiliki

    pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkatpertumbuhan ekonominya lebih rendah; IIIDaerah berkembang cepat, yaitu Kraton,

    Mergangsan, Kotagede dengan pertumbuhantinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebihrendah; IV Daerah relatif tertinggal adalahMantrijeron, Pakualaman, Wirobrajan, Kraton,Nagmpilan, dan Kotagede yang memilikipertumbuhan ekonomi dan pendapatanperkapita

    PDRB Kecamatan di YogyakartaAtas dasar harga berlaku, 2012

    Penyumb ang terbesar terhadap ekon om i

    Yogyakarta adalah Umbulh ar jo, Gond oku sum an

    dan Danurejan.

    Umbulharjo dan Danurejan merupakan kec. maju dan

    cepat tumbuh, sedangkan Mantrijeton, Pakualaman

    dan Gedongtengen merupakan kec. tertinggal.

    Klasifikasi Kecamatan di YogyakartaMenurut Tipologi Klassen, 2012

    1 Mantrijeron 8 Pakual aman

    2 Kraton 9 Gondomanan

    3 Mergangsan 10 Ngampilan

    4 Umbulharjo 11 Wirobrajan

    5 Kotagede 12 Gedongtengen

    6 Gondokusuman 13 Jetis

    7 Danurejan 14 Tegalrejo

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    38/42

    23PDRBPenggunaan

    Tingkat pertumbuhan riil PMTB kota

    Yogyakarta tahun 2012 sebesar 4,63 persen,

    lebih lambat 0,37 poin bila dibandingkan

    dengan pertumbuhan tahun sebelumnya.

    Salah satu indikator yang menggambarkan

    hubungan antara PDRB dengan PMTB

    adalah Incremental Capital Output Ratio

    (ICOR).ICOR merupakan indikator yangmenunjukkan tingkat laju pertumbuhan

    ekonomi relatif akibat adanya investasi.

    Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi

    terjadinya inefisiensi dalam penggunaan

    investasi.

    Nilai PDRB yang dihasilkan di wilayah

    kota Yogyakarta sebesar 12,96 triliun rupiah

    pada harga berlaku, dimana sekitar 75,00

    persen diantaranya digunakan untuk

    keperluan komponen permintaan akhir,

    25,00 persen digunakan untuk pembentukan

    modal tetap bruto.

    Selama 2007 2012 persentase

    komponen permintaan akhir terus meningkat.

    Hal ini menunjukan perekonomian Kota

    Yogyakarta masih didominasi untuk

    konsumsi, terutama untuk konsumsirumahtangga dan konsumsi pemerintah.

    Komponen investasi yang dalam hal ini

    dicerminkan oleh besarnya pembentukan

    Modal Tetap Bruto juga mengalami

    peningkatan yang berarti.

    Persentase Konsumsi Rumah TanggaAtas dasar harga berlaku, 2007 - 2012

    Persentase Pembentukan Modal Tetap BrutoAtas dasar harga berlaku, 2007 - 2012

    Bahagian terbesar dar i PDRB kota Yogy akarta

    d igunakan untuk pemenuhan konsum si rumah

    tangga dan pemerintah

    39 persen dari PDRB digunakan untuk konsumsi sumah

    tangga dan 30 persen untuk konsumsi pemerintah, sekitar 25

    persen dialokasikan untuk PMTB

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    39/42

    23PDRBPenggunaan

    Pada tahun 2012 pengeluaran konsumsi

    lembaga non profit mencapai 5,52 persen dari

    total PDRB atau sebesar 791,03 milyar rupiah.

    Meskipun nilai pengeluaran kelompok ini

    paling kecil diantara seluruh kelompok

    pengeluaran yang ada, namun dari tahun ke

    tahun kontribusinya cenderung meningkat.

    Pada tahun 2012 pertumbuhan kelompok ini

    mencapai 8,93 persen. Namun sebesar

    apapun pertumbuhan kelompok ini kurang

    cukup berarti karena peranannya terhadap

    total penggunaan PDRB relatif kecil.

    Pada tahun 2012 pengeluaran

    konsumsi pemerintah mencapai 4,38 triliun

    rupiah atau sebesar 30,56 persen dari total

    PDRB. Bila dibandingkan dengan keadaan

    pada tahun sebelumnya mengalami

    peningkatan sebesar 5,73 persen.

    Seiring dengan perkembangan yang

    ada, dari tahun ke tahun pengeluaran

    konsumsi pemerintah cenderung meningkat.

    Besarnya realisasi penggunaan APBD

    merupakan salah satu indikator yang dapat

    digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan

    pengeluaran konsumsi pemerintah. Selama

    lima tahun terakhir andil konsumsi pemerintah

    terhadap tota l PDRB mengalami

    kecenderungan meningkat dari 29,11 persen

    pada tahun 2008 menjadi sebesar 30,56persen tahun 2012.

    Persentase Pengeluaran Konsumsi LembagaSwasta / Nirlaba, 2007 - 2012

    Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,2007 - 2012

    Kon tr ibus i lemb aga sw asta / nir laba dan sektor

    pemerintah terus mengalami pening katan

    Konsumsi lembaga swasta meningkat dari 3,41 persen

    menjadi 5,29 persen, sedangkan konsumsi pemerintah

    dari 27,29 persen menjadi 30,36 persen

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    40/42

    24ICOR

    Yogyakarta

    Selama lima tahun terakhir, rata-rata

    pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta

    mencapai 5,19 persen. Hampir semua sektor

    ekonomi mengalami pertumbuhan positif,

    kecuali sektor Pertanian. Sektor yang

    mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi

    tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan

    dan komunikasi tumbuh sebesar 6,87 persen.Kemudian diikuti sektor keuangan, real

    estate dan jasa perusahaan 6,35 persen;

    sektor perdagangan, hotel dan restoran

    sebesar 5,59 persen; sektor bangunan

    sebesar 4,03, sektor jasa-jasa sebesar 4,64

    persen dan sektor listrik, gas dan air bersih

    sebesar 3,43 persen. Sedangkan tiga sektor

    lainnya tumbuh relatif lambat, dengan rata-

    rata pertumbuhan ekonomi terendah terjadi

    pada sektor pertanian mencapai -3,52

    persen, sektor penggalian rata-rata tumbuh

    sebesar 1,31 persen dan sektor listrik, gas

    dan air bersih tumbuh mencapai 2,14 persen.

    Pada periode 20082012, rata-rata porsi

    pengeluaran konsumsi rumah tangga per

    tahun di Kota Yogyakarta mencapai 39,42

    persen dari total PDRB. Meskipun demikianperanan pengeluaran konsumsi rumah

    tangga pada tahun 2012 mengalami

    penurunan, yaitu dari 39,67 persen pada

    tahun 2010 menjadi sebesar 39,28 persen di

    tahun 2011. Komponen terbesar kedua

    adalah pengeluaran konsumsi pemerintah,

    tercatat secara rata-rata selama periode 2008

    - 2012 sebesar 30,04 persen.

    Rata-rata Pertumbuhan EkonomiMenurut Penggunaan, Tahun 2008 - 2012 (%)

    Rata-rata Pertumbuhan EkonomiMenurut Sektor, Tahun 2008 - 2012 (%)

    ICOR merupakan indikator yang menunjukkan tingkat

    laju pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya

    investasi. Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi

    terjadinya inefisiensi dalam penggunaan investasi.

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    41/42

    Pada tahun 2014, untu k m encapai

    pertumb uhan ekonomi sebesar 5,0 persen di

    Yogyakarta dibutu hkan inv estasi mencapai 3,89

    tr i lyun rupiah.24 ICORYogyakarta

    Dengan koefisien ICOR tersebut, pada

    tabel berikut disajikan kebutuhan investasi

    untuk beberapa skenario pertumbuhan

    ekonomi. Sebagai ilustrasi untuk skenario

    pertumbuhan ekonomi 5,00 persen maka

    diperlukan investasi sebesar 3,89 trilyun

    rupiah pada tahun 2014. Skenario

    pertumbuhan 5,75 persen diperlukan

    investasi sebesar 4,55 triliun rupiah pada

    tahun yang sama. Kebutuhan investasi

    tersebut tentu saja bukan menjadi tanggung

    jawab Pemerintah Kota Yogyakarta sendiri.

    Oleh karena itu, pemerintah kota Yogyakarta

    perlu menciptakan iklim investasi yang

    kondusif untuk swasta dan rumah tangga

    baik dari dalam maupun luar kota serta luar

    negeri.

    Investasi dan Skenario Pertumbuhan KotaYogyakarta, Tahun 2014

    ICOR Sektoral Kota YogyaMetode Standar Lag 0, Pendekatan

    Investasi=PMTB, 2010 - 2012

    Sektor/Subsektor 2010 2011 2012

    1. Pertanian 3,18 2,78 2,68

    2. Pertambangan & Penggalian 1,98 1,36 1,76

    3. Industri Pengolahan 3,45 3,13 3,17

    4. Listrik, Gas & Air Bersih 10,87 7,45 6,90

    5. Konstruksi 4,46 3,15 3,16

    6. Perdag., Hotel & Restoran 3,29 2,53 2,41

    7. Pengangkutan & Komunikasi 8,04 6,14 5,91

    8. Keuangan, Real Estat & JasaPerusahaan 4,50 3,58 3,69

    9. Jasa-Jasa 3,20 2,66 2,96

    PDRB 4,37 3,85 3,74

  • 7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013

    42/42