Stasus Psikiatri

66
BAB I STATUS PSIKIATRI I. IDENTITAS PASIEN No. Rekam Medik : 00.88.xx Nama : Nn. R Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 12 April 1971 Umur : 42 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Belum menikah Pendidikan Terakhir : Diploma Pekerjaan : Tidak bekerja Bangsa/Suku : Jawa Agama : Islam Alamat : Cempaka Putih Dokter yang merawat : Dr. Erie Dharmawan, Sp. KJ Tanggal Mauk RSIJ : 13 April 2013 pukul 22.30 II. RIWAYAT PSIKIATRIK Dilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 20 April 2013 pukul 10.00 WIB, 21 April 2013 pukul 10.00 WIB dan 23 April 2013 pukul 09.30 WIB. A. Keluhan utama Pasien mendengar adanya bisikan-bisikan tanpa sumber sejak 5 hari yang lalu. B. Riwayat Gangguan Sekarang 1

description

stase jiwa

Transcript of Stasus Psikiatri

BAB ISTATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN No. Rekam Medik: 00.88.xx Nama : Nn. R Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 12 April 1971 Umur: 42 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan: Belum menikah Pendidikan Terakhir: Diploma Pekerjaan : Tidak bekerja Bangsa/Suku: Jawa Agama: Islam Alamat: Cempaka Putih Dokter yang merawat : Dr. Erie Dharmawan, Sp. KJ Tanggal Mauk RSIJ: 13 April 2013 pukul 22.30

II. RIWAYAT PSIKIATRIKDilakukan autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal 20 April 2013 pukul 10.00 WIB, 21 April 2013 pukul 10.00 WIB dan 23 April 2013 pukul 09.30 WIB.A. Keluhan utama Pasien mendengar adanya bisikan-bisikan tanpa sumber sejak 5 hari yang lalu.B. Riwayat Gangguan SekarangPasien datang ke Rumah Sakit Jiwa Islam Bunga Rampai diantar oleh keluarganya pada tanggal 14 April 2013 karena menurut keluarga pasien menjadi aneh sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan ini timbul ketika pasien pulang ke rumah saat liburan semester tanggal 8 Februari 2013 pasien pulang ke rumah seorang diri dengan menggunakan kereta api, awalnya ibu pasien tidak melihat gejala keanehan tersebut. Pada tanggal 9 Februari 2013, menurut ibunya pasien pergi sholat berjamaah ke masjid dekat rumah dan pulang dengan keadaan seperti orang ketakutan dan gemetaran, lalu ibu pasien menanyakan kenapa seperti orang ketakutan dan beristigfar terus menerus, tetapi pasien hanya menjawab tidak ada apa-apa. Keesokan harinya, pasien menanyakan hal aneh kepada ibunya kenapa bumi ada?, tetapi ibunya tidak menjawab pertanyaannya, ibu pasien hanya bertanya-tanya kepada diri sendiri mengapa pasien menanyakan hal yang seharusnya dia mengetahui jawabannya. Semenjak saat itu pasien suka tidak nyambung jika diajak berbicara, dan suka mengeluarkan pertanyaan pertanyaan yang membuat bingung, pasien juga lebih banyak diam dan sering marah-marah. Pasien juga sering mundar-mandir dan terlihat seperti orang bingung. Pasien juga suka pergi dari rumah karena merasa bosan di rumah karena tidak ada hal yang bisa dilakukanMenurut keluarga pasien juga merasa kecewa karena mendapatkan 2 nilai C pada semester satu tetapi IPnya masih diatas 3. Menurut keluarga pasien juga lebih berani terhadap wanita yang dia suka, seperti mengajak berkenalan dan mengikutinya, sebelumnya pasien tidak pernah seperti ini, pasien juga tidak diketahui mempunyai pacar atau teman wanita yang dekat oleh ibunya.1 minggu sebelum masuk rumah sakit, gejala semakin parah pasien menjadi sering marah marah tanpa sebab, keluar rumah dan ingin mengendarai motor jika dilarang pasien mengamuk, pasien mundar mandir tanpa henti, dan menjadi sangat pendiam. Pasien mengaku suka mendengar suara seperti bisikan namun tidak jelas seperti suara gemuruh dan pasien merasa punya kekuatan yang lebih dari orang lain dan percaya akan reinkarnasi, pasien tidak pernah terlihat tersenyum atau berbicara sendiri. Selama kuliah pasien mengaku tidak mempunyai teman dekat, pasien juga mengaku selama di jogja dia tidak pernah pergi selain ke kampus dan pulang ke kosan, pasien juga tidak akrab dengan teman satu kos, pasien mengaku malu untuk berteman selama dia di jogjaPasien juga menjadi sulit tidur, pola makan dan minum tidak berkurang atau berlebih, kebiasaan mandi, BAK dan BAB normal.Keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Mitra untuk konsultasi ke Psikiater lalu diberikan obat namun sang ibu lupa nama obatnya, lalu pasien dibawa ke seorang kiai dan menurut kiai tersebut pasien menjadi seperti ini karena ada makhluk halus yang mengikuti dari jogja kemudian pasien tidak mendapatkan obat hanya dibacakan doa-doa.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Gangguan psikiatrikPerubahan sikap terhadap pasien belum pernah terjadi sebelumnya, hal ini yang pertama kali dirasakan keluarga.2. Riwayat Gangguan medikPasien tidak pernah menderita pasien yang serius saat kecil, pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit atau dioperasi sebelumnya. Riwayat kejang, epilepsi maupun keadaan yang menyebabkan luka di kepala atau gangguan pada fungsi otak yang ada hubungannya dengan gangguan kejiwaan saat ini dan adanya gangguan medik lain yang menyebabkan disangkal.3. Riwayat penggunaan Zat PsikoaktifPasien tidak pernah merokok, pasien tidak minum alkohol atau menyalahgunakan zat adiktif atau obat-obat terlarang.D. Riwayat Kehidupan Pribadi1. Riwayat Prenatal dan PerinatalSelama kehamilan, ibu pasien tidak pernah mengalami gangguan kesehatan. Pasien lahir normal dan cukup bulan, tidak ada komplikasi persalinan, trauma lahir atau cacat bawaan.2. Riwayat Perkambangan Kepribadiani. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)Masa ini dilalui dengan baik, pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan mendapatkan ASI sampai usia 1 tahun. Pasien tergolong anak yang sehat, dengan proses tumbuh kembang dan tingkah laku sesuai anak usianya. Pasien tidak pernah sakit yang serius, dan tidak pernah mengalami kejang dan trauma kepala.ii. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)Pasien merupakan anak pendiam. Pasien masuk SD saat berumur 5 tahun, dan tidak pernah tinggal kelas, saat masuk SD pasien sudah lancar membaca. Pasien tergolong anak yang baik dan patuh terhadap orang tua.iii. Masa Kanak Akhir (pubertas dan Remaja)Pasien dan berkembang seperti remaja usianya, pasien tidak mempunyai banyak teman, hanya mempunyai beberapa teman dekat di SMAnya, pasien belum pernah mempunyai pacar atau teman dekat wanita.3. Riwayat Pendidikan SD (5-11 tahun)Pasien bersekolah di SD daerah Bekasi dengan prestasi yang sangat baik, dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien memiliki cukup banyak teman. SMP (12-14 tahun)Pasien bersekolah di SMP Negri daerah Bekasi dengan prestasi yang sangat baik dan tidak pernah tinggal kelas. SMA (14-16 tahun)Pasien bersekolah di SMA Negeri daerah Bekasi. Selama SMA pasien selalu masuk kelas internasional dengan prestasi yang sangat baik. Kuliah (17 tahun)Pasien diterima di Universitas Gajah Mada melalui jalur prestasi undangan, selama 1 semester pasien mengaku menjadi mahasiswa kupu-kupu, pasien mendapatkan IP 3,2 disemester pertamanya dengan 2 nilai C.4. Riwayat PekerjaanPasien tidak bekerja hanya fokus dengan kuliahnya.5. Riwayat Kehidupan BeragamaPasien beragama islam. Menurut ibunya, sejak kecil sampai saat ini jika sedang di rumah pasien selalu berangkat sholat berjamaah ke masjid saat adzan berkumandang dan tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu.6. Riwayat kehidupan Perkawinan/PsikoseksualPasien belum pernah berpacaran ataupun menikah dan memiliki anak.7. Riwayat Pelanggaran HukumPasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum, tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hukum.E. Riwayat keluargaPasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, yang terdiri dari satu perempuan dan satu laki-laki dari pasangan Tn.D dan Ny. W. Tidak ada anggota keluarga yang pernah sakit atau mengalami gangguan jiwa sebelumnya.

: Laki-laki : Perempuan : Pasien

F. Situasi Kehidupan Sosial Ekonomi SekarangPasien tinggal di rumah orang tuanya, yang di huni oleh ayah dan ibu kandung, kakak kandung, om dan tante. Saat di Jogja pasien tinggal sendiri dan mengekos. Interaksi pada tetangga di rumah atau tetangga di kosan kurang. Biaya untuk kebutuhan sehari-hari pasien berasal dari ayahnya yang bekerja sebagai supir di sebuah perusahaan dan dari kakaknya yang bekerja sebagai karyawan swasta. Kesan kondisi sosial ekonomi keluarga adalah cukup.G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan KehidupannyaSaat datang tanggal 14 April 2013 pasien menyangkal bahwa dirinya sakit.Pada saat tanggal 16 April 2013 pasien bilang bahwa dirinya sakit, namun dia tidak mengetahui tentang penyakitnya.

III. STATUS MENTAL (Tanggal 16 April 2013, pukul 10.00 WIB)A. Deskripsi UmumKesadaran Neurologis: Compos mentisKeadaan psikiatri: Distraktibilitas ( Pasien tidak berhenti mundar mandir, terlihat gelisah dan bingung).

1. Penampilan UmumPasien seorang laki-laki berumur 18 tahun, berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh kurus dan tidak terlalu tinggi, berkulit kuning langsat, berambut hitam pendek bergelombang. Pada saat wawancara pasien tidak bisa duduk dengan tenang, saat di tanya pasien menjawab dengan suara yang kecil dan dengan kontak mata sedikit karena pasien lebih suka mengamati sekelilingnya. Sikap terhadap pemeriksa sedikit kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan walaupun dengan singkat.2. Perilaku dan Aktivitas MotorikPasien tidak bisa duduk lama di suatu tempat, mundar mandir seperti orang kebingungan, saat di ajak bicara pasien dapat memperhatikan namun dalam jangka waktu yang sangat sebentar.3. Sikap Terhadap PemeriksaPasien bersikap cukup kooperatif, wajar dan sedikit menutup diri.4. PembicaraanPasien berbicara sangat terbatas dengan intonasi cukup jelas dan nada suara yang kecil. Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.B. Alam Perasaan (Emosi)1. Suasana Perasaan (mood): Hipothym2. Afek / Ekspresi Afektif: Menyempit Stabilitas : Tidak stabil Kedalaman: Dangkal (Pasien tidak terlihat sedih maupun kecewa saat menceritakan masalahnya) Skala Diferensiasi: Menyempit Keserasian: Tidak serasi Pengendalian: Tidak baikC. Gangguan Persepsi1. Halusinasi Visual: Tidak ada Auditoris: Pasien mengaku pernah mendengar suara biskikan yang tidak jelas seperti suara gemuruh.2. Ilusi: Tidak ada3. Depersonalisasi: Tidak ada4. Derealisasi: Tidak adaD. Fungsi Intelektual1.Taraf PendidikanSesuai dengan tingkat pendidikan (Mahasiswa)

2.Pengetahuan UmumBaik

3.KecerdasanBaik

4.Konsentrasi dan PerhatianBaik

5.Orientas WaktuBaik

Tempat Baik

OrangBaik

SituasiBaik

6.Daya Ingat Jangka PanjangBaik

Jangka PendekBaik

Segera Baik

7.Pikiran AbstrakBaik

8.VisuospasialBaik

9.Bakat dan KreativitasBaik

10.Kemampuan Menolong DiriBaik

E. Proses Pikir1. Arus Pikira. Produktifitas: Cukupb. Kontinuitas: Koherenc. Hendaya Berbahasa: Tidak ada2. Isi Pikira. Gangguan Bentuk Pikir: Tidak adab. Waham: Pasien merasa punya kekuatan yang lebih dari orang lain dan percaya akan renkarnasi dan pasien mendengar bisikan namun tidak jelas.c. Obsesi : Tidak adad. Fobia: Tidak adaF. Pengendalian ImpulsBaik (saat pemeriksaan)G. Daya Nilaima. Daya Nilai Sosial: Baikb. Uji Daya Nilai: Baikc. Daya Nilai Realita: BaikH. TilikanPada tanggal 16 April 2013 : derajat 2I. ReliabilitasTaraf dapat dipercaya

IV. STATUS FISIK (Tanggal 16 April 2013, pukul 10.00 WIB)A. Status InternusKeadaan Umum : Baik, tampak tidak sakitKesadaran: Compos mentis

Tanda VitalTekanan Darah: 90/60 mmHgNadi: 72x/menitSuhu: 36,7 CPernafasan: 20 x/menitKulit: Kuning langsat, Ikterik (-), sianosis (-)Kepala: Normocephal, rambut hitam, distribusi merataMata: Pupil isokor, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)Hidung: Normal, deviasi septum (-)Telinga : Dalam batas normalMulut: Dalam batas normalLidah : Dalam batas normalGigi Geligi: BaikUvula: Dalam batas normalTonsil: Dalam batas normalTenggorokan: Dalam batas normalLeher: Dalam batas normalJantung: Dalam batas normalParu: Dalam batas normalAbdomen : Dalam batas normalEkstremitas: Dalam batas normal

B. Status NeurologisGCS: 15 ( E4, V5, M6 )Saraf Kranial (I-XII): BaikTanda Rangsang Meningeal: Tidak adaRefleks Fisiologis: NormalRefleks Patologis: Tidak adaMotorik : BaikSensorik: BaikFungsi Luhur: BaikGangguan Khusus: Tidak adaGejala EPS : akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), tonus otot (N), resting tremor (-), distonia (-)V. RESUMEPasien seorang laki-laki berumur 18 tahun, berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh kurus dan tidak terlalu tinggi, berkulit kuning langsat, berambut hitam pendek bergelombang diantar keluarganya datang ke RSJ Bunga Rampai.Dari pemeriksaan di dapatkan :Kesadaran compos mentis, menurut keluarga pasien menjadi aneh sejak + 2 bulan yang lalu. pasien suka tidak nyambung jika diajak berbicara, dan suka mengeluarkan pertanyaan pertanyaan aneh, pasien juga lebih banyak diam dan sering marah-marah. Pasien juga suka pergi dari rumah karena merasa bosan. Pasien juga sering mundar-mandir dan terlihat seperti orang bingung. Menurut keluarga pasien juga merasa kecewa karena mendapatkan 2 nilai C pada semester satu tetapi IPnya masih diatas 3. Menurut keluarga semenjak sakit pasien menjadi lebih berani terhadap wanita yang dia suka seperti meminta nomor handphone atau mengikuti wantia tersebut, saat ini pasien belum pernah mempunyai pacar atau teman wanita yang terlihat dekat. Pasien mengaku suka mendengar suara seperti bisikan namun tidak jelas seperti suara gemuruh dan pasien merasa punya kekuatan yang lebih dari orang lain dan percaya akan renkarnasi. Gejala ini semakin parah dalam 1 minggu ini, sampai keluarga kewalahan untuk mengawasinya karena pasien tidak bisa dilarang. Selama 1 minggu ini pasien jadi sulit tidur. Suasana Perasaan (mood): Hipothym Afek / Ekspresi Afektif: Menyempit Gangguan persepsi halusinasi Auditoris: Pasien mengaku pernah mendengar suara biskikan yang tidak jelas seperti suara gemuruh. Waham : pasien merasa punya kekuatan yang lebih dari orang lain dan percaya akan renkarnasiTilikan 2. Pemeriksaan status internus normal, neurologik normal.VI. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I: Skizofrenia Paranoid Aksis II: Tidak terdapat gangguan kepribadian dan retradasi mental Aksis III: Tidak terdapat gangguan fisik Aksis IV: Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial dan masalah pendidikan Aksis V: GAF 70-61 (beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.VII. DAFTAR MASALAHA. Organobiologik: Tidak ditemukan kelainan organik atau fisikB. Psikologik: Waham dan halusinasi auditorikC. Sosiobudaya: Penyebab steressor akibat adanya hendaya yang berkaitan dengan kelompok pendukung utama, disini yaitu lingkungan sosial dan pendidikan.VIII. PROGNOSISQuo ad vitam : BonamQuo ad functionam: BonamQuo ad sanationam: Dubia ad bonamIX. PENATALAKSANAAN1. Rawat InapDengan indikasi : Keluarga tidak sanggup mengawasi pasien di rumah2. Medikamentosa Hari pertama : Haloperidol 1amp Diazepam 1amp Hari kedua dan selanjutnya Clozapine 1 x 25mg Risperidon 2 x 2mg Triheksifenidil 2 x 2mg3. Nonmedikamentosa Psikoterapi suportif Psikoedukasi terhadap pasien dan keluarga Sosioterapi

BAB IITINJAUAN PUSTAKASKIZOFRENIADefinisi

Skizofrenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran yang abnormal dan menggangu kerja dan fungsi sosial Mengingat kompleksnya gangguan skizofrenia, untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal, klinisi perlu memperhatikan beberapa fase simptom gangguan skizofrenia, yaitu : fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Hasil akhir yang ingin dicapai adalah penderita skizofrenia dapat kembali berfungsi dalam bidang pekerjaan, sosial dan keluarga.

Epidemioiogi

Siapa saja bisa terkena skizofrenia, tanpa memandang jenis kelamin, status sosial maupun tingkat pendidikan. Prevalensi skizofrenia di Amerika Serikat dilaporkan bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 persen dengan angka insidens 1 per 10.000 orang per tahun. Usia terbanyak berdasarkan statistik adalah 15-30 tahun, dimana gejala skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun untuk pria, sedangkan untuk wanita gejala-gejala skizofrenia mulai muncul pada umur 20 tahun atau awal umur 30 tahun. Namun, pada saat ini juga mulai dikenal skizofrenia anak (sekitar usia 8 tahun, bahkan ada kasus usia 6 tahun) dan late-onset skizofrenia (usia lebih dari 45 tahun). Berbagai hal lain yang bisa meningkatkan seseorang untuk mengidap skizofrenia, yaitu memiliki garis keturunan skizofrenia, terjangkit virus saat dalam kandungan, kekurangan gizi saat dalam kandungan, stresor lingkungan yang tinggi, memakai obat-obatan psikoaktif saat remaja, dan lain-lain.Sementara itu menurut Kaplan, Sadock, & Grebb; Davison & Neale, onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki dibandingkan wanita. Sedangkan onset skizofrenia sebelum usia 10 tahun atau setelah usia 50 tahun sangat jarang terjadi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria lebih mungkin memunculkan simton negatif dibandingkan wanita, dan wanita tampaknya memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada pria.Pada kesimpulannya individu pada umur berapapun rawan menderita skizofrenia bila faktor biologis berinteraksi dengan faktor psikologis dan sosial.

Prevalensi (kemungkinan terjadi) gangguan skizofrenia dapat dilihat pada daftar di bawah ini:1. Populasi umum1%2. Saudara Kandung8%-10%3. Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia12%-15%4. Kembar 2 telur (dizigot)12%-15%5. Anak dengan kedua orang tua skizofrenia35%-40%6. Kembar monozigot47%-50%.Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi premorbid yang tinggi.Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30% sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3 kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Beberapa laporan mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi terhadap Skizofrenia.

Etiologi

Model diatesis-stress Menurut teori ini skizofrenia timbul akibat faktor psikososial dan lingkungan. Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi skizofrenia.Faktor Biologi Komplikasi kelahiran Bayi laki laki yang mengalami komplikasi saat dilahirkan sering mengalami skizofrenia, hipoksia perinatal akan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap skizofrenia. Infeksi Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia. Hipotesis Dopamin Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2, dengan terhalangnya transmisi sinyal di sistem dopaminergik maka gejala psikotik diredakan.1 Berdasarkan pengamatan diatas dikemukakan bahwa gejala gejala skizofrenia disebabkan oleh hiperaktivitas sistem dopaminergik.57 Hipotesis Serotonin Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT. Temyata zatini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik atipikal clozapine yang temyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih tinggi dibandingkan reseptordopamin D2.57 Struktur OtakDaerah otak yang mendapatkan banyak perhatian adalah sistem limbik dan ganglia basalis. Otak pada pendenta skizofrenia terlihat sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel teilihat melebar, penurunan massa abu abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktifitas metabolik. Pemenksaaninikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan dalam distnbusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya sel glia, biasa timbul pada trauma otak setelah lahir.

Faktor Genetika Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat pertama seperti orang tua, kakak laki laki ataupun perempuan dengan skizofrenia. Masyarakat yang mempunyai hubungan derajat ke dua seperti paman, bibi, kakek / nenek dan sepupu dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum.

Gambaran klinis

Skizofrenia adalah gangguan jiwa penderitanya tidak mampu menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA) dengan baik dan pemahaman diri (self insight) buruk. Gejala-gejala Skizofrenia tedapat 4 gejala klinis skizofrenia:1. Gejala negatif skizofrenia2. Gejala positif skizofrenia3. Gejala Prodromal dan Residual4. Kepribadian Pramorbit Skizofrenia

Gejala Positifa. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinannya itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.b. Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/bis-bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.c. Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.d. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.e. Merasa dirinya "Orang Besar", merasa serba mampu, serba hebat, dan sejenisnya.f. Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.g. Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala-gejala positif amat mengganggu lingkungan (keluarga) dan merupakan salah satu motivasi keluarga untuk membawa penderita berobat.

Gejala Negatifa. Alam perasaan (affect) "tumpul" dan "mendatar". Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.b. Menarik diri atau mengasingkan diri (with-drawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).c. Kontak emosional amat "miskin", sukar diajak bicara, pendiam.d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.e. Sulit dalam berpikir abstrak.f. Pola pikir stereotip.g. Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu).

Gejala-gejala negatif seringkali tidak disadari atau kurang diperhatikan pihak keluarga, karena dianggap tidak "menganggu" sebagaimana halnya pada penderita Skizofrenia gejala positif. Oleh karenanya pihak keluarga seringkali terlambat membawa penderita untuk berobat.Gejala positif baru muncul pada episode akut, sedangkan pada stadium kronis (menahun) gejala negatif lebih menonjol. Tetapi tidak jarang baik gejala positif maupun negatif saling berbaur, tergantung stadium penyakitnya.

Gejala Prodromal dan ResidualSebelum seseorang secara nyata aktif (manifes) menunjukkan gejala-gejala awal yang disebut gejala prodromal. Sebaliknya bila seorang penderita Skizofrenia tidak lagi aktif menunjukkan gejala-gejala Skizofrenia, maka yang bersangkutan menunjukkan gejala-gejala sisa yang disebut gejala residual.Gejala-gejala prodromal atau residual adalah sebagai berikut:a. Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial (withdrawn), enggan bersosialisasi dan enggan bergaul.b. Hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi peran sebagai pencari nafkah (tidak mau bekerja), siswa/mahasiswa (tidak mau sekolah/kuliah), atau pengatur rumah tangga (tidak dapat menjalankan urusan rumah tangga); kesemuanya itu terkesan malas.c. Tingkah laku aneh dan nyata, misalnya mengumpulkan sampah, menimbun makanan atau berbicara, senyum-senyum dan tertawa sendiri di tempat umum; atau berbicara sendiri tanpa mengeluarkan suara ("komat-kamit").d. Hendaya yang nyara dalam higiene (kebersihan/perawatan) diri dan berpakaian, misalnya tidak mau mandi dan berpakaian kumal (berpenampilan lusuh dan kumuh).e. Afek (alam perasaan) yang tumpul atau miskin, mendatar, dan tidak serasi (inappropriate), wajahnya tidak menunjukkan ekspresi dan terkesan dingin.f. Pembicaraan yang melantur (digressive), kabur, kacau, berbelit-belit, berputar-putar (circumstantial) atau metaformik (perumpamaan).g. Ide atau gagasan yang aneh dan tak lazim atau pikiran magis, seperti takhyul, kewaskitaan (clairvoyance), telepati, indera keenam, orang lain dapat merasakan perasaannya, ide-ide yang berlebihan, gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference).h. Penghayatan persepsi yang tak lazim, seperti ilusi yang selalu berulang, merasa hadirnya suatu kekuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak ada. Catatan: berbeda dengan halusinasi, yang dimaksud dengan ilusi adalah pengalaman panca indera dimana ada sumber atau stimulus, namun ditafsirkan salah.Baik gejala prodromal maupun gejala residual sebagaimana diuraikan di muka sewaktu-waktu dapat aktif kembali yang biasanya didahului oleh faktor pencetus, yaitu adanya stresor psikososial yang merupakan "provokator". Oleh karena itu pemberian obat (psikofarmaka) sebaiknya jangan terputus dan secara berkala kontrol kepada dokter (psikiater).

Kepribadian Pramorbit Skizofrenia1. kepribadian paranoid seseorang yang berkepribadian paranoid menunjukan gejala gejala sebagai berikut :a. kecurigaan dan ketidak percayaan yang perpasif yang tidak beralasan terhadap orang lain yang ditunjukan oleh sekurang kurangnya 3 dari 8 hal berikut merasa akan ditipu kewaspadaan yang berlebihan sikap berjaga jaga atau menutupi tidak mau dikritik meragukan kesetiaan orang lain secara intendif dan picik mencari cari kesalahan dan bukti tentang prasangkanya perhatian yang berlebihan cemburu yang pataologik

b. hipersensitivitas, 2 dari 4 hal berikut kecurangan untuk mudah merasa dihina dan diremehkan memberas besarkan kesulitan yang kecil siap mengadakan balasan bila merasa terancam tidak dapat santai dan tidak dapat tenang

c. keterbatasan alam perasaan(affective) 2 dari 4 gejala berikut penampakan yang dingin dan tanpa emosi, ekspresi wajah yang kosong (bagai topeng) merasa bangga bahwa dirinya selalu objective tidak ada rasa humor yang wajar terkesan serius tidak ada kehangatan emosional,lembut dan sentimental.

2. kepribadian schizoidgejala gejalanya adalah sebagai berikut :a. terdapat ciri emosionala yang tinggib. sikap yang acuh tak acuhc. hubungan dekat hanya satuatau dua orang saja, termasuk keluarganya.

pihak keluarga hendaknya mewaspadai manakala diantara anggota keluarga ada yang menunjukan gejala gejlaa kepribadian skizoid sebagaimana diuraikan.

3. kepribadian skizopital gejala gejalanya terdapat 4 dari 8 hal berikut :a. magical thinkingb. gagasan mirip waham yang menyangkut diri sendiric. isolasi sociald. ilusi ayng berulang ulang e. pembicaraan yang ganjilf. didalam interaksi dengan orang lain terdapat hubunga yanga kurang memadaig. kecemasan socialh. kecurigaan atau ide paranoid

4. kepribadian ambang gejala gejala terdapat 5 dari 8 hal sebagai berikut :a. impulsivitas atau perubahan yang tidak dapat diduga, msialnya dalam aspek yang dapat merugikan dirib. ada pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tridak stabil, seperti perubahan yang hebat dalam sikap, menyanjung, merendahkan , manipulasic. kemarahan hebat dan tidak wajard. ganguan identitas yang bermanifestasi dalam ketidakpastian mengenai hal hal yangberkaitan dengan identitase. alam perasaan (mood, affect)f. tidak tahan untuk berada sendirian g. tindakan yang mencederai diri sendirih. perasaan kosong atau rasa bosan yang berkepanjangan

Keempat kepribadian pramorbid sebagai faktor predisposisi bagi munculnya gangguan jiwa skizofrenia telah diuraikan dimuka, namun meskipun demikian mereka yang tidak berkepribadian pramorbid tadi tidak berarti tidak akan jatuh sakit. atau, dengan kata lain seseorang yang semula tidak berkepribadian pramorbid sebagaiman adiuraikan dimuka, katakanlah kepribadian normal pun dapat juga jatuh sakit manakala steresor psikososial demikian berat, sehingga yang berangkutan tidak mampu mengatasinya yang pada gilirannya ia dapat jatuh sakit menderita ganguan jiwa skizofrenia.

Kriteria Diagnositk

Pedoman Diagnostik PPDGJ-lll1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b. -delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat; c. Halusinasi auditorik: suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh.b. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus; arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor; gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal)

4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Tipe

Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai berikut :1. Skizofrenia Paranoid Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia Sebagai tambahan :Halusinasi dan atau waham harus menonjol :(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia Hebefrenik Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan : Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases); Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

3. Skizofrenia Katatonik Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif. Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).Seringkali Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu. Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut. Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia Simpleks Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTTSelain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain : Bouffe delirante (psikosis delusional akut).Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia. Skizofrenia laten.Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu. Oneiroid.Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut. Parafrenia.Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi. Pseudoneurotik.Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah. Skizofrenia Tipe I.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan. Skizofrenia tipe II.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia adalah: Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untuk skizofrenia. Artinya tidak ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia. Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe mungkin berubah. Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien

Diagnosis Banding

Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat ObatGejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat, diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum, atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis, bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara. Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap, termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.

Berpura-pura dan Gangguan buatanBaik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

Gangguan Psikotik LainGejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh (nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya atau suatu gangguan mood.

Gangguan MoodDiagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.

Gangguan KepribadianBerbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia; gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.

Penatalaksanaan Terapi Somatik (Medikamentosa)---- Pengobatan farmakologik1. Indikasi antipsikosis pada skizofernia yang pertma untuk menghilangkan gejala aktif yang ke dua untuk menjegah relaps2. Untuk antipsikosis generasi pertama/tipikal, belum ada bukti obat yang satu lebih baik dari yang lain untuk gejala2 tertentu3. Pengobatan gejala awal dalam 2-3 minggu pertama, lalu masuk tahap stabilisasi di minggu ke 4-8 , lalu masuk tahap maintenece pada bulan ke 64. Hasil pengobatan akan lebih baik bila antipsikosis diberikan dalam dua tahun pertama dari penyakit5. Pada wanita hamil dianjurkan haloperidol6. Pada pasien dengan efek samping ekstrapiramidal diberi antipsikosis atipik

Obat psikosis tipikal/generasi pertama (gejala EP nyata) (dominan gejala positif)A. Golongan fenotiazinChlorpromazin, Fluphenazine, Perphenazine, ThioridazineB. Golongan lainHaloperidol, Dorperidol, Loksapin, Molindon, Thiothixene

bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi seksual / peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur, gangguan iniksi, defekasi dan hipotensi.

Obat psikosis atipikal/generasi ke dua (gejala EP minimal) (dominan gejala negatif)Clozapine, Olanzapine, Risperidon, Quetiapine, Zotepin, Sulpiriddisebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif.

Obat psikosis generasi ketigaAripriprazole

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis AnjuranNo.Nama GenerikSediaanDosis

1.KlorpromazinTablet 25 dan 100 mg,injeksi 25 mg/ml150 - 600 mg/hari

2.HaloperidolTablet 0,5 mg, 1,5 mg,5 mgInjeksi 5 mg/ml5 - 15 mg/hari

3.PerfenazinTablet 2, 4, 8 mg12 - 24 mg/hari

4.FlufenazinTablet 2,5 mg, 5 mg10 - 15 mg/hari

5.Flufenazin dekanoatInj 25 mg/ml25 mg/2-4 minggu

6.LevomeprazinTablet 25 mgInjeksi 25 mg/ml25 - 50 mg/hari

7.TrifluperazinTablet 1 mg dan 5 mg10 - 15 mg/hari

8.TioridazinTablet 50 dan 100 mg150 - 600 mg/hari

9.SulpiridTablet 200 mgInjeksi 50 mg/ml300 - 600 mg/hari

10.PimozidTablet 1 dan 4 mg1 - 4 mg/hari

11.RisperidonTablet 1, 2, 3 mg2 - 6 mg/hari

ANTIPSIKOSISDosisEkivalen(mg)RentangDosis(mg/hari)ExtrapyramidalSyndrom (EPS)AntikolinergiksedasiHipotensi ortostatik

Klorpromazin

100200-800

++++

+++++

Tioridazin

100150-800++++++++++

Flufenazin

20,5-40++++++

Perfenazin

108-64++++++

Haloperidol

22-20++++++

Klozapin

50200-9000/++++++++++

Olanzapin

55-200/++/++++

Quetiapin

75150-6000/+0/+++

Risperidon

21-60/+0/+++

+++= tinggi, ++=sedang, +=ringan, 0=tidak berartiCara penggunaanPada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarangDalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 mingguo Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jamo Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggukualitas hidup pasien. Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stopUntuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan dapat diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu - 2bulan. Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari). Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.Penggunaan CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama----Newer atypical antipsycotic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardivedyskinesia lebih rendah.6---Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)----Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.----Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.----Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycalantipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.5Pengobatan Selama fase Penyembuhan----Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipsikotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita Skizofrenia lebih dari satu episode, atau belum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.Efek Samping Obat-obat Antipsikotik----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Skizofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera. Terapi Psikososiala. Terapi perilaku----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.b. Terapi berorientasi-keluarga----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.c. Terapi kelompok----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.d. Psikoterapi individual----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

Prognosis Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya, prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia1.KeluargaPasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.2.InteligensiPada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.3.PengobatanObat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.4.Reaksi PengobatanDalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.5.Stressor PsikososialApabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.6.Kekambuhanpenderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.7.Gangguan KepribadianPrognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.8.OnsetJenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.

9.ProporsiOrang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10.Perjalanan penyakitPada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.11.KesadaranKesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.Prognosis Baik Prognosis Buruk

1) Onset akut dengan faktor pencetus yang jelas2) Riwayat hubungan sosial & pekerjaan yang baik ( premorbid )3) Adanya gejala afektif ( depresi )4) Subtipe paranoid5) Subtipe katatonik6) Sudah menikah7) Banyak symptoms positif8) Kebingungan9) Tension, cemas hostilitas

1) Onset perlahan-lahan dengan faktor pencetus tidak jelas2) Riwayat hubungan sosial dan pekerjaan buruk ( premorbid )3) Menarik diri , tingka laku yang artistik 4) Tipe Hebepink dan tipe tak tergolongkan5) Belum menikah6) Riwayat skizofrenia dalam keluarga7) Adanya gejala neurologik8) Banyak symptom negatif9) Tidak ada gejala afektif atau hostilitas yang jelas

DAFTAR PUSTAKA1. Agus D, Difungsi kognitif pada skizofrenia, dalam : majalah psikiatri, Jakarta 2005: 51-672. Agus D, Pendekatan holistik terhadap Skizofrenia, dalam majalah psikiatri, Jakarta, 2005:1.3. American Psychiatric Association, Schizophrenia and other psychotic disorders, in diagnostic and statistical manual of mental disorders, 4th ed, Washington, DC, 1994:273-286.4. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in: Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109.5. Gur RE, Gur RC, Schizophrenia: Brain structure and function in: Kaplan and Sadock Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia : Lippincott Williams and wilkins, 2000:1117-11296. Hawari, Dadang. 2007. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.7. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1, 1997 : 685-729.8. Kendler KS, Schizophrenia : Genetics, in : Kaplan and Sadock Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins, 2000: 1147-11699. Maramis WF, Skizofrenia, dalam : Catatan ilmu kedokteran jiwa, ed 7, Surabaya, 1998 :215-235.10. Maslim R, Penggunaan kllnis obat psikotropik, ed 2, Jakarta, 2001 : 14-22.11. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam PPDGJ III, Jakarta, 1998 :46-57.12. National Institute of Mental Health, National Institutes of Health, www.nimh.nih.gov, what is schizophrenia?13. Norquist GS, Narrow WE, Schizophrenia : Epidemiology, in : Kaplan and Sadock Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia : Lippincott Williams and wilkins, 2000:1110-1117.14. Sapiie TWA, Patobiologi skizofrenia dan peranan serotonin dalam gejala negatif skizofrenia, dalam majalah psikiatri, Jakarta, 2007 : 77-8915. Sinaga BR, Skizofrenia dan Diagnosis banding, Jakarta 2007:12-137.16. Surilena, lntervensi psikososial dalam manajemen skizofrenia, dalam : majalah psikiatri, Jakarta 2005 :69-83.17. Umay M. Djafar Shiddieq. 2008. Ibadah Mahdhah & Ghairu Mhadhah. http://umayonline.wordpress.com/2008/09/15/ibadah-mahdhah-ghairu-mhadhah/18. World Health Organization Collaborating Centre for Mental Health and Substance Abuse, Schizophrenia : General lmformation, Australia, 1997.

2