Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandungskp.bdg.ppid.pertanian.go.id/doc/130/Laporan...
Transcript of Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandungskp.bdg.ppid.pertanian.go.id/doc/130/Laporan...
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 i
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayahNya , Laporan Tahunan Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Bandung Tahun 2017 dapat tersusun dengan baik dan lancar. Laporan
Tahunan ini menggambarkan bentuk pertanggung jawaban atas kinerja
kegiatan yang telah dilaksanakan dengan anggaran sesuai Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Tahun 2017.
Sebagai unit kerja yang memberikan pelayanan, SKP Kelas I Bandung
berupaya untuk melakukan peningkatan kinerja yang lebih terukur secara
berkesinambungan sehingga pelayanan kepada publik dapat lebih
optimal. Berbagai hambatan dan rintangan yang muncul menjadikan
tantangan untuk selalu meningkatkan kinerja sesuai dengan target yang
telah ditetapkan guna mencapai Visi dan Misi.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih perlu disempurnakan, oleh
karena itu saran dan masukan demi perbaikan laporan ini dari semua
pihak sangat kami harapkan, dalam upaya memberikan
pertanggungjawaban pemanfaatan anggaran yang lebih akuntabel dimasa
mendatang.
Pada akhirnya kami berharap penyajian laporan ini dapat bermanfaat
sebagai bahan masukan bagi pengelolaan, penataan serta peningkatan
kinerja penyelenggaraan pemerintah khususnya Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung. Amin.
Bandung, Januari 2018 Ir. Iyus Hidayat, MP NIP. 196505031994031001
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 ii
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Grafik v
Daftar Gambar vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Visi dan Misi 3
C. Tujuan 4
D. Keadaan Umum SKP Kelas I Bandung 4
1. Struktur Organisasi 4
2. Sumber Daya (SDM, Sarana/Prasarana dan
Anggaran)
6
3. Wilayah Kerja 9
BAB II KEGIATAN UMUM 10
A. Perencanaan dan Keuangan 10
1. Pengelolaan Anggaran Tahun 2017 10
2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) 15
B. Kepegawaian dan Tata Usaha 16
C. Perlengkapan Sarana dan Prasarana 20
BAB III. KEGIATAN PELAYANAN OPERASIONAL 22
A. Standar Pelayanan Publik (SPP)
B. Tindakan Karantina Hewan
22
28
1. Tindakan Karantina Ekspor-Impor 30
2. Tindakan Karantina Antar Area Domestik Keluar 30
3. Tindakan Karantina Antar Area Domestik Masuk 31
4. Penilaian Instalasi Karantina Hewan 31
5. Pemantauan Hama Penyakit Hewan Karantina 32
C. Tindakan Karantina Tumbuhan 35
1. Tindakan Karantina Ekspor 37
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 iii
2. Tindakan Karantina Impor 37
3. Tindakan Karantina Antar Area 38
4. Pemantauan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina
38
D. Pemusnahan Media Pembawa 46
BAB IV. KEGIATAN UPAYA KHUSUS SWASEMBADA PADI,
JAGUNG DAN KEDELAI DI PROPINSI JAWA BARAT
49
1. Padi 53
2. Jagung 55
3. Kedelai 56
BAB V. PENUTUP 59
A. Kesimpulan 59
B. Saran 60
Lampiran
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Perbandingan Realisasi Anggaran TA 2016 dan TA 2017 11
Tabel 2. Realisasi Anggaran Belanja DIPA TA 2017 12
Tabel 3. Perbandingan Realisasi Pendapatan Tahun 2017 dan
Tahun 2016
15
Tabel 4. Target dan Realisasi PNBP di SKP Kelas I Bandung 16
Tabel 5. Status dan situasi HPHK di daerah sebar tahun 2017 32
Tabel 6. Target Pemantauan OPTK Tahun 2017 40
Tabel 7. Data Primer (Hasil pengujian di laboratorium) 42
Tabel 8. Daftar OPTK A2 yang terdeteksi positif, tanaman inang
dan lokasinya
43
Tabel 9. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Tahun 2017 di Propinsi Jawa Barat
53
Tabel 10. Perbandingan Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Padi 5 Tahun Terakhir (2013-2017) di Propinsi
Jawa Barat
54
Tabel 11. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Jagung Tahun 2017 di Propinsi Jawa Barat
55
Tabel 12. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Jagung 5 Tahun Terakhir (2012-2016) di Propinsi Jawa
Barat
56
Tabel 13. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Kedelai Tahun 2017 di Propinsi Jawa Barat
57
Tabel 14. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Kedelai 5 Tahun Terakhir (2013-2017) di Propinsi Jawa
Barat
58
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 v
DAFTAR GRAFIK
Hal
Grafik 1. Komposisi Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja DIPA
TA 2017
12
Grafik 2. Realisasi Belanja Pegawai TA 2017 13
Grafik 3. Realisasi Belanja BarangTA 2017 14
Grafik 4. Realisasi Belanja Modal TA 2017 14
Grafik 5. Target dan Realisasi PNBP di SKP Kelas I Bandung 16
Grafik 6. Pemakaian Dokumen Utama Karantina Hewan 28
Grafik 7. Frekuensi Sertifikasi Karantina Hewan tahun 2017 29
Grafik 8. Frekuensi Ekspor, Impor, dan Antar Area 29
Grafik 9. HPHK Yang Perlu Diwaspadai 33
Grafik 10. Pemakaian Dokumen Utama Karantina Tumbuhan 36
Grafik 11. Frekuensi sertifikasi Karantina Tumbuhan tahun 2017 36
Grafik 12. Frekuensi impor, ekspor dan antar area Karantina
Tumbuhan
37
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 vi
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Struktur organisasi SKP Kelas I Bandung 5
Gambar 2. Peta HPHK di daerah sebar 35
Gambar 3. Pemusnahan media pembawa HPHK dan OPTK 48
Gambar 4. Rapat Koordinasi Upsus Jawa Barat Dengan Instansi
Terkait
50
Gambar 5. Konsolidasi dengan Bupati Ciamis, Dinas Pertanian
Kabupaten Ciamis Dalam Rangka Persiapan Panen
Raya di Kabupaten Ciamis
51
Gambar 6. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian dalam rangka
panen raya dan percepatan tanam pajale di Kabupaten
Ciamis
52
Gambar 7. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian dalam rangka
panen raya, pemberian bantuan, dan temu petani
muda di Kabupaten Bandung
52
Gambar 8. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian dalam rangka
panen raya dan percepatan tanam padi, jagung dan
kedelai di Kabupaten Indramayu
54
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 yang menetapkan
sektor pertanian sebagai sektor penting dalam pembangunan ekonomi
nasional. Sektor pertanian berkontribusi nyata dalam penyediaan
bahan pangan dan bahan baku industri kecil dan menengah,
penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), penghasil devisa negara,
menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan rumah tangga pedesaan,
penyediaan bahan pakan dan bioenergi serta berperan dalam upaya
penurunan emisi gas rumah kaca (GRK).
Sedangkan sasaran strategis pembangunan pertanian yang
dilakukan oleh Kementerian Pertanian adalah 1) peningkatan
ketahanan atau kedaulatan pangan, 2) peningkatan nilai tambah, daya
saing, ekspor dan subtitusi impor, 3) penyediaan dan peningkatan
bahan baku bioindustri dan bioenergi, 4) peningkatan kesejahteraan
petani.
Badan Karantina Pertanian (Barantan) merupakan instansi
pemerintah di bawah Kementerian Pertanian yang melaksanakan
amanat dari Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Barantan bertugas dalam menjaga
kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan melalui
penyelenggaran perkarantinaan.
Salah satu fungsi utama Kementerian Pertanian yang
diperankan oleh Barantan adalah berkaitan dengan penyediaan
sumberdaya pertanian yang berkelanjutan guna menjamin keamanan
pangan.
Pembangunan perkarantinaan pertanian dilakukan dengan
tujuan untuk mendukung tercapainya swasembada, swasembada
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 2
berkelanjutan serta mewujudkan pelestarian sumberdaya hayati nabati
dan hayati hewani. Terkait dengan upaya tersebut diatas, maka
karantina pertanian berperan sebagai garda terdepan dalam
mencegah masuk dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina
(HPHK) dan organisme penggangu tumbuhan karantina (OPTK), ke
dalam/dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
penyebarannya dari satu area ke area lain.
Sesuai dengan Renstra Badan Karantina Pertanian Tahun
2015-2019, saat ini ancaman yang dapat mengganggu kelestarian
sumberdaya alam, ketentraman dan kesehatan masayarakat,
kesehatan pangan, gangguan terhadap produksi sektor pertanian
serta lingkungan telah didefinisikan sebagai ancaman yang perlu
dicegah masuk dan penyebarannya. Ancaman yang secara global
telah diidentifikasi dapat dikendalikan secara efektif melalui
penyelenggaraan perkarantinaan, antara lain yaitu :1) ancaman
terhadap kesehatan hewan dan tumbuhan, 2) jenis asing invansif
(invansive species), 3) penyakit zoonosis, 4) bioterorism, 5) pangan
yang tidak sehat, 6) keanekaragaman hayati, 7) hambatan teknis
perdagangan, dan 8) ancaman terhadap kestabilan perekonomian
nasional.
Oleh karena itu, dalam upaya mendukung program
pembangunan pertanian di Indonesia pada umumnya dan di Provinsi
Jawa Barat pada khususnya, maka ditempatkan Stasiun Karantina
Pertanian (SKP) Kelas I Bandung, yang senantiasa terus melakukan
pembenahan secara internal maupun ekternal dalam rangka
tercapainya tugas dan fungsinya.
Adapun capaian kinerja yang telah dilacapai oleh SKP Kelas I
Bandung pada tahun anggaran 2017 adalah sebagai berikut :
1. Capaian serapan anggaran sebesar 98,42%
2. Capaian pendapatan negara bukan pajak (PNBP) tahun 2017
sebesar Rp.1.761.540.289 (146,80%) dari target sebesar Rp.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 3
1.200.000.000 yang terdiri dari pendapatan sensor/ karantina,
pengawasan/ pemeriksaan sebesar Rp.1.706.884.790 dan
pendapatan lain-lain sebesar Rp. 54.655.499
3. Terselenggaanya pelaksanaan kegiatan pelayanan karantina
pertanian dan keamanan hayati dengan rincian sebagai berikut :
a. Pelayanan sertifikasi karantina hewan sebanyak 4.480
permohonan, dengan rincian ekspor sebanyak 174 set (3,88%),
impor sebanyak 10 set (0,22%), antar area keluar sebanyak
2.196 set (49,02%) dan antar area masuk sebanyak 2.100 set
(46,88%).
b. Pelayanan sertifikasi karantina tumbuhan sebanyak 28.346
permohonan, dengan rincian ekspor sebanyak 7.734 set
(27,5%), impor sebanyak 316 set (1,1%), antar area keluar
sebanyak 19.785 set (70,2%) dan antar area masuk sebanyak
331 st (1,2%).
4. Mendapat nilai predikat Sangat Baik mengenai Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) dari pengguna jasa sebesar 82,65.
B. VISI DAN MISI
Visi
Menjadi UPT Karantina yang Tangguh dan Terpercaya dalam
Perlindungan Kelestarian Sumberdaya Alam Hayati Hewan dan
Tumbuhan, Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati serta
Keamanan Pangan di Propinsi Jawa Barat dan wilayah sekitarnya.
Misi
1. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati hewan dan
tumbuhan dari serangan hama dan penyakit hewan karantina
(HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) di
Propinsi Jawa Barat dan wilayah sekitarnya;
2. Mendukung terwujudnya keamanan pangan di Propinsi Jawa Barat
dan wilayah sekitarnya;
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 4
3. Memfasilitasi perdagangan dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan akses pasar komoditas pertanian Propinsi Jawa
Barat dan wilayah sekitarnya;
4. Memperkuat kemitraan perkarantinaan di Propinsi Jawa Barat dan
wilayah sekitarnya;
5. Meningkatkan citra dan kualitas layanan publik
C. TUJUAN
Penyusunan Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2017
bertujuan sebagai laporan pertanggungjawaban atas kinerja yang
telah dicapai dan sebagai bahan evaluasi serta bahan informasi
kegiatan di SKP Kelas I Bandung yang telah dilaksanakan selama
Tahun 2017
D. KEADAAN UMUM SKP KELAS I BANDUNG
1. Struktur Organisasi
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dari Badan Karantina Pertanian-
Kementerian Pertanian. Dalam pelaksanaan Kegiatan operasional
teknis maupun administrasi pertanggungjawabannya dilaporkan
kepada Badan Karantina Pertanian.
SKP Kelas I Bandung dipimpin oleh Ir. Iyus Hidayat, MP selaku
Kepala Unit Pelayanan Teknis dengan dibantu dua jabatan
struktural di bawahnya yaitu Kepala Urusan Tata Usaha oleh R.
Murtini, SE yang menangani operasional 3M dan Kepala Sub
Seksi Pelayanan Operasional yaitu Drh. Lussy Silvianingrum yang
menangani kegiatan operasional teknis karantina hewan
tumbuhan, dan keamanan pangan hayati hewani dan nabati.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 5
Gambar 1. Struktur Organisasi Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
SKP Kelas I Bandung mempunyai tugas pokok melaksanakan
kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta
pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, SKP Kelas I
Bandung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan
2. Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan,
perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan
pembebasan media pembawa hama penyakit hewan
karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina (OPTK) tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan
3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK
5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan
nabati
6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina
hewan dan tumbuhan
Kepala Urusan Tata Usaha
Kepala Sub Seksi Pelayanan Operasional
Kelompok Jabatan Fungsional Tertentu
Kepala Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Bandung
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 6
7. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan
keamanan hayati hewani dan nabati
8. Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi, dan sarana teknik
karantina hewan dan tumbuhan
9. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan,
karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati
10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
2. Sumberdaya (SDM, Sarana/Prasarana dan Anggaran)
a) Sumber Daya Manusia
Sampai dengan akhir tahun 2017 sumber daya manusia di
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung berjumlah 50
orang yang tersebar di kantor induk dan 4 wilayah kerja,
dengan komposisi sebagai berikut :
b. Berdasarkan Jabatan :
- Pejabat struktural : 3 orang
- Medik/Paremedik Veteriner : 11 orang
- POPT : 22 orang
- Fungsional Umum : 14 orang
c. Berdasarkan Pendidikan :
- Strata-2 (S2) : 4 orang
- Strata-1 (S1) : 22 orang
- Diploma 3 (D3) : 7 orang
- SLTA : 16 orang
- SLTP : 1 orang
d. Berdasarkan Golongan/Ruang :
- Pembina Tk I/ IV b : 1 orang
- Pembina/IV a : 3 orang
- Penata Tingkat I/III d : 10 orang
- Penata/III c : 8 orang
- Penata Muda Tingkat I/III b : 6 orang
- Penata Muda/ III a : 1 orang
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 7
- Pengatur Tingkat I/II d : 9 orang
- Pengatur /II c : 1 orang
- Pengatur Muda Tingkat I/II b : 6 orang
- Pengatur Muda / II a : 4 orang
- Juru Tingkat I/I d : 1 orang
e. Berdasarkan Gender
- Pria : 25 orang - Wanita : 25 orang
b) Sarana dan Prasarana
SKP Kelas I Bandung telah dilengkapi dengan 1 (satu) unit
gedung kantor dengan status hak milik di Jalan Soekarno
Hatta nomor 725 C Bandung, dengan luas tanah 840 m2,
dengan bangunan kantor seluas 600 m2 terdiri dari 3 lantai.
Lantai I dengan ruangan yang ada yaitu ruang pelayanan,
ruang laboratorium Karantina Tumbuhan dan Karantina
Hewan, ruang POPT, ruang laktasi, lantai 2 dipergunakan
untuk ruang pimpinan beserta staf, mushollah dan Lantai 3
dipergunakan untuk ruang rapat, ruang arsip, dan ruang
server, ruang gudang persediaan dan ruang koleksi karantina
tumbuhan.
Kantor Wilker Pelabuhan Laut Cirebon menempati bangunan
milik ex.Kantor Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Cirebon
di atas tanah seluas 446 m2 milik PT. Pelabuhan Indonesia II
Cabang Cirebon dengan status sewa. Pada lantai I terdapat
ruang pelayanan, ruang penanggung jawab wilker, ruang
administrasi pegawai, mushollah, dapur dan gudang. Pada
lantai II meliputi ruang rapat, ruang laboratorium, ruang arsip.
Kemudian ada pula ruang screen house untuk penahanan
atau sample komidi karantina tumbuhan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 8
Kantor Wilker Terminal Peti Kemas Gedebage Bandung
ditempatkan menjadi satu dengan kantor induk. Sebelumnya
menempati bangunan seluas 50 m2 milik ex wilker BKT
Tanjung Priok yang berada ditanah milik PT. KAI (Kereta Api
Indonesia) dengan status difasilitasi.
Wilker Bandara Husein Sastranegara Bandung menempati
bangunan seluas 42 m2 status sewa dari Primer Koperasi
Angkatan Udara, dengan kondisi ruangan kurang nyaman
untuk pelayanan masyarakat yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan publik, ruangan yang tesedia yaitu untuk
ruang pelayanan, ruang pegawai karena terbatasnya ruangan
terasa sesak sebagai kantor pelayanan.
Kantor Wilker Kantor Pos MPC Bandung berlokasi di Jl.
Soekarno Hatta No 558 Bandung menempati bangunan milik
PT. Pos Indonesia dengan status difasilitasi.
Untuk mendukung mobiltas pelaksanaan kegiatan di SKP
Kelas I Bandung, baik di kantor induk maupun kantor wilker
telah dilengkapi dengan 4 (empat) unit kendaraan dinas roda
4 (empat), yaitu :
- Toyota Kijang LGX tahun 2000, untuk kegiatan
operasional;
- Toyota Kijang LGX tahun 2002, untuk kegiatan
operasional; dan
- Toyota Kijang Innova tahun 2014 untuk kendaraan dinas
Kepala UPT
- Mitshubisi Triton Tahun 2016 untuk kendaraan dinas
operasional
Kendaraan dinas roda 2 (dua) sebanyak 11 (sebelas) unit
yang telah dipegang oleh masing-masing penanggungjawab.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 9
c) Anggaran
Perolehan pagu anggaran pada kurun waktu lima tahun
terakhir, secara umum mengalami kencerungan yang
meningkat. Hal ini merupakan sesuatu yang logis mengingat
adanya perubahan dasar perhitungan harga satuan yang terus
mengalami peningkatan seiring dengan semakin
meningkatnya harga barang dan jasa, bertambahnya sarana
dan prasarana sehingga biaya pemeliharaan juga mengalami
peningkatan, serta meningkatnya kegiatan pelayanan
operasional dan tindakan karantina pertanian.
3. Wilayah Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
22/Permentan/Ot.140/4/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian, SKP Kelas I Bandung
mempunyai wilayah kerja meliputi :
1) Wilayah Kerja Bandara Husein Sastranegara Bandung
2) Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Cirebon
3) Wilayah Kerja TPK Gedebage Bandung
4) Wilayah Kerja Kantor Pos Besar MPC Bandung
Masing-masing wilayah kerja karantina pertanian dipimpin oleh
seorang Penanggungjawab Wilayah Kerja. Penanggungjawab
Wilayah Kerja diangkat dan ditetapkan oleh Kepala Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung, termasuk di dalamnya
mengenai uraian kerja yang harus dilaksanakan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 10
BAB II
KEGIATAN UMUM
B. PERENCANAAN DAN KEUANGAN
1. Pengelolaan Anggaran Tahun 2017
Laporan keuangan SKP Kelas I Bandung Tahun 2017 merupakan
laporan yang menyajikan seluruh aspek keuangan di SKP Kelas I
Bandung yang didukung oleh ketersediaan anggaran yang
tertuang dalam DIPA Tahun 2017.
Dalam perencanaan anggaran dilakukan dengan menjaga setiap
kegiatan di masing-masing bagian yaitu di sub seksi pelayanan
operasional dan sub bagian tata usaha dapat berjalan
sebagaimana yang direncanakan sesuai dengan anggaran DIPA
TA 2017. Setiap perencanaan kegiatan disertai dengan adanya
Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference) dan Rencana
Operasional Kegiatan (ROK).
SKP Kelas I Bandung pada tahun 2017 memperoleh anggaran
sebesar Rp. 6.867.445,000. Jika dibandingkan dengan pagu
anggaran TA 2016 sebesar Rp. 8.015.550.000 maka anggaran
TA 2017 mengalami penurunan Rp 1.148.105.000. Selama
Tahun 2017, DIPA mengalami revisi yang mengubah anggaran
dari Rp 9.302.878.000 menjadi Rp 6.867.445.000. DIPA tersebut
mengalami 6 (enam) kali revisi karena terjadinya penghematan,
penambahan dan realokasi anggaran, yaitu :
1) Revisi 1 DIPA, tanggal 20 April 2017 adanya pengoptimalan
belanja modal berupa penambahan 1 unit layanan berupa
oven sterilisasi glassware dan sewa bandara
2) Revisi 2 DIPA, tanggal 22 Mei 2017 adanya
pengurangan/pengambilan anggaran belanja modal tanah
dan penambahan belanja modal berupa rehab gedung dan
bangunan dari Rp 9.302.878.000,00 menjadi Rp
6.352.798.000;
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 11
3) Revisi 3 DIPA, tanggal 3 Agustus 2017 adanya perubahan
pejabat perbendaharaan, pergeseran antar keluaran satu
kegiatan satu satker, pergeseran antar jenis belanja (antar
akun), ralat renkas dalam hal III DIPA serta pengalihan
belanja perjalanan dinas (531111) pengadaan tanah dalam
belanja modal yang sudah terealisasi ke belanja perjalanan
dinas (524111)
4) Revisi 4 DIPA, tanggal 31 Oktober 2017 adanya
penambahan anggaran untuk pembayaran kekurangan gaji,
dan revisi pagu PNBP (bertambah Rp.300.000.000,00)
sehingga anggaran DIPA menjadi Rp 6.867.445.000,00;
5) Revisi 5 DIPA, tanggal 14 November 2017 dilakukan untuk
optimalisasi sisa anggaran
6) Revisi 6 DIPA, tanggal 28 Desember 2017 merupakan Revisi
terakhir untuk mentiadakan pagu minus dan memaksimalkan
realisasi
Realisasi belanja TA 2017 mencapai Rp. 6.758.659.767 (98,42%)
dari pagu anggaran Rp. 6.867.445.000 dengan rincian : belanja
pegawai dengan pagu Rp. 2.900.433.000 realisasi sebesar Rp.
2.887.665.949 atau (99,56%), belanja barang dengan pagu Rp.
3.043.252.000 realisasi sebesar Rp. 2.957.326.199 atau (97,8%),
dan belanja modal dengan pagu sebesar Rp. 923.760.000
realisasi sebesar Rp. 913.667.619 atau (98,91%).
Tabel 1. Perbandingan Realisasi Anggaran TA 2016 dan TA 2017
No Uraian TA 2016 TA 2017
1 Belanja Pegawai 2.948.264.828 2.887.665.949
2 Belanja Barang 3.006.318.765 2.957.326.199
3 Belanja Modal 587.838.360 913.667.619
Jumlah 6.542.421.953 6.758.659.767
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 12
Tabel 2. Realisasi Anggaran Belanja DIPA SKP Kelas I Bandung TA 2017
No Uraian Pagu Realisasi %
1 Belanja Pegawai 2.900.433.000 2.887.665.949 99,56
2 Belanja Barang 3.043.252.000 2.957.326.199 97,18
3 Belanja Modal 923.760.000 913.667.619 98,91
Jumlah 6.867.445.000 6.758.659.767 98,42
Grafik 1. Komposisi Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja
SKP Kelas I Bandung TA 2017
a. Belanja Pegawai
Anggaran Tahun 2017 untuk belanja pegawai di SKP Kelas I
Bandung, terealisasi sebesar Rp. 2.887.665.949 atau sebesar
99,56% dari pagu anggaran sebesar Rp. 2.900.433.000, yang
terdiri dari pagu belanja gaji dan tunjangan PNS serta belanja
lembur. Realisasi belanja pegawai dapat dilihat dapat dilihat
dalam grafik dibawah ini.
0
500.000.000
1.000.000.000
1.500.000.000
2.000.000.000
2.500.000.000
3.000.000.000
3.500.000.000
Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal
Pagu 2.900.433.000 3.043.252.000 923.760.000
Realisasi 2.887.665.949 2.957.326.199 913.667.619
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 13
Grafik 2. Realisasi Belanja Pegawai TA 2017
b. Belanja Barang
Anggaran Tahun 2017 untuk belanja barang, dari pagu
anggaran sebesar Rp. 3.043.252.000 terealisasi sebesar Rp.
2.957.326.199 (97,8%), dengan rincian sebagai berikut :
belanja barang operasional terealisasi Rp.818.250.700,
belanja barang non operasional terealisasi Rp. 49.141.425,
belanja barang persediaan terealisasi sebesar Rp.
444.006.535, belanja jasa terealisasi Rp. 590.590.700, biaya
pemeliharaan terealisasi Rp. 535.234.300, biaya perjalanan
dalam negeri terealisasi Rp. 520.102.539. Realisasi belanja
barang dapat dilihat dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.
Pagu Realisasi
Belanja Lembur 32.064.000 31.940.000
Belanja gaji dan Tunjangan PNS
2.868.369.000 2.855.725.949
-
500.000.000
1.000.000.000
1.500.000.000
2.000.000.000
2.500.000.000
3.000.000.000
3.500.000.000
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 14
Grafik 3. Realisasi Belanja Barang TA 2017
c. Belanja Modal
Belanja modal TA 2017 di SKP Kelas I Bandung dari pagu
anggaran Rp. 923.760.000 terealisasi sebesar Rp.
913.667.619 (98,91%). Belanja modal dialokasikan untuk
belanja modal peralatan dan mesin, belanja modal gedung
dan bangunan serta belanja modal jaringan. Realisasi belanja
modal dapat dilihat dapat dilihat dalam grafik dibawah ini.
Grafik 4. Realisasi Belanja Modal TA 2017
-
100.000.000
200.000.000
300.000.000
400.000.000
500.000.000
600.000.000
700.000.000
800.000.000
900.000.000
Belanja Barang
Operasional
Belanja Barang
Non Operasio
nal
Belanja Barang
Persediaan
Belanja Jasa
Belanja Pemelihar
aan
Belanja perjalanan dalam negeri
Pagu 821.129.00 55.523.000 448.823.00 593.272.00 564.884.00 559.621.00
Realisasi 818.250.70 49.141.425 444.006.53 590.590.70 535.234.30 520.102.53
-
100.000.000
200.000.000
300.000.000
400.000.000
500.000.000
600.000.000
Belanja Modal Peralatan dan
Mesin
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Belanja Modal Jaringan
Pagu 500.600.000 373.160.000 50.000.000
Realisasi 493.544.619 370.348.000 49.775.000
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 15
2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
SKP Kelas I Bandung merupakan salah satu Satuan Kerja Badan
Karantina Pertanian yang memungut Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP). PNBP) merupakan penerimaan Pemerintah yang
tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 yang diperbaharui
dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2016,
SKP Kelas I Bandung memungut PNBP jasa tindakan karantina
hewan dan karantina tumbuhan.
Realisasi PNBP sampai dengan 31 Desember 2017 adalah
sebesar Rp. 1.761.540.289 atau mencapai 146,80% dari estimasi
pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.1.200.000.000. Rincian
perbandingan realisasi pendapatan pada SKP Kelas I Bandung
adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Perbandingan Realisasi Pendapatan Tahun 2017 dan Tahun 2016
Uraian Tahun 2016 Tahun 2017
Pendapatan Jasa 1.048.760.431 1.706.884.790
Pendapatan Lain-lain 3.299.075 54.655.499
Jumlah 1.052.059.506 1.761.540.289
Peningkatan pendapatan PNBP pada tahun 2017 disebabkan
antara lain :
a. Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2016
tentang Tarif dan Jenis PNBP pada Kementerian Pertanian
atas pendapatan jasa atas pendapatan sensor/karantina,
pengawasan/pemeriksaan (423215) meningkat dari tahun
sebelumnya;
b. Meningkatnya kegiatan belanja online komoditas tumbuhan
melalui Wilker Kantor Pos MPC Bandung
c. Meningkatnya jumlah sertifikasi melalui wilker Bandara
Husein Sastranegara terutama komoditas tumbuhan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 16
Data selengkapnya mengenai target dan realisasi PNBP di SKP
kelas I Bandung selama 6 tahun terakhir seperti terlihat pada
tabel 4 dan grafik 4 di bawah ini.
Tabel 4. Target dan realisasi PNBP di SKP Kelas I Bandung
No Uraian Target Realisasi %
1 TA 2012 210.004.000 363.511.984 173,10
2 TA 2013 299.350.000 426.973.168 142,63
3 TA 2014 350.000.000 544.348.376 155,53
4 TA 2015 470.591.000 861.093.132 182,98
5 TA 2016 528.966.365 1.052.059.506 198,89
6 TA 2017 1.200.000.000 1.761.540.289 146,80
Grafik 5. Target dan realisasi PNBP di SKP Kelas I Bandung
C. KEPEGAWAIAN DAN TATA USAHA
1. Komposisi Jumlah Pegawai
Pegawai di SKP Kelas I Bandung sampai dengan akhir tahun
anggaran 2017 berjumlah 50 (lima puluh) orang Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang ditempatkan di kantor induk dan 4 wilayah kerja.
0
200.000.000
400.000.000
600.000.000
800.000.000
1.000.000.000
1.200.000.000
TA 2012 TA 2013 TA 2014 TA 2015 TA 2016
Target 210.004.000 299.350.000 350.000.000 470.591.000 528.966.365
Realisasi 363.511.984 426.973.168 544.348.376 861.093.132 1.052.059.506
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 17
Komposisi pegawai menurut golongan di SKP kelas I Bandung
yaitu : Golongan IV ada 4 orang, Golongan III ada 25 orang,
Golongan II ada 20 orang, dan Golongan I ada 1 orang.
Komposisi pegawai menurut jabatan (struktural dan fungsional ) di
SKP kelas I Bandung yaitu : Pejabat Eselon IV sejumlah 1 orang,
Pejabat Eselon V sejumlah 2 orang, Pejabat Fungsional
Medik/Paramedik Veteriner/ Calon Fungsional Medik/Paramedik
Veteriner sebanyak 11 orang, Pejabat fungsional POPT sebanyak
22 orang, dan Fungsional Umum sebanyak 14 orang.
2. Daftar Urutan Kepangkatan (DUK)
Keadaan pegawai SKP Kelas I Bandung pada tahun 2017
menurut Daftar Urutan kepangkatan (DUK) dapat dilihat pada
lampiran 1.
3. Pendidikan Formal/ Pelatihan Teknis/ Administrasi
a. Pendidikan Formal
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di SKP
Kelas I Bandung terus dilakukan melalui pendidikan formal
dan non formal. Di Tahun 2017, ada 1 (satu) orang pegawai
yang melaksanakan Tugas Belajar S2, yaitu di Institut
Pertanian Bogor (IPB)
b. Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal yang telah diikuti oleh para pegawai di
SKP kelas I Bandung meliputi kegiatan pelatihan /magang di
lingkup Badan Karantina Pertanian atau instansi lain.
Pelatihan yang diikuti pegawai pada tahun 2017 meliputi
pelatihan yang bersifat teknis maupun administrasi. Secara
garis besar pelatihan/magang yang telah diikuti oleh pegawai
adalah :
1) Pelatihan yang bersifat teknis antara lain mengikuti Bimtek
dan desiminasi tindakan karantina terhadap hewan
pembawa rabies dan pemantauan hama penyakit hewan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 18
karantina, diklat dasar fungsional, pelatihan teknis dasar
perkarantinaan, bimtek IKT, bimtek dan desiminasi
penilaian tempat pemrosesanrumah walet ke negara RRT
dan TKH terhadap unggas, AROPT, training of biosecurity
treatment system in Indonesia, bimtek dan desiminasi
tindakan karantina terhadap bahan pakan asal hewan,
serta diklat manajemen intelejen pola 60 JP.
2) Pelatihan yang bersifat administrasi antara lain pelatihan
calon bendahara pengeluaran dan pelatihan calon
bendahara penerimaan.
4. Kenaikan Pangkat
Pada tahun 2017, kenaikan pangkat pegawai SKP I Bandung
sebanyak 12 (dua belas) orang. Data lengkap terlampir.
5. Pegawai Purna Tugas (Pensiun)
Pada Tahun 2017 di SKP Kelas I Bandung terdapat 1 (satu)
orang pegawai yang purna tugas, yaitu atas nama Syaefudin
(Paramedik Veteriner).
6. Mutasi Pegawai
Pada tahun 2017, terdapat pegawai yang mutasi keluar 1 orang,
atas nama Choirul Anam, SP.MM (kepala SKP I Bandung)
Sedangkan mutasi yang masuk sebanyak 6 orang, yang terdiri
dari Kepala yaitu Ir. Iyus Hidayat, MP, POPT sebanyak 4 orang
(Ir. Yanni Purbani Pandji, Asep Husni Saleh, MP, Deden Syaeful
Hidayah, dan Yoga Rahman Herdiana) serta 1 orang Calon
Medik Veteriner (drh. Laeli Zuhroida).
7. Tenaga outsourching
Pada Tahun 2017 terdapat 14 orang tenaga outsourching di SKP
Kelas I Bandung, yang terdiri dari tenaga kebersihan sebanyak 8
orang, dan tenaga keamanan sebanyak 6 orang yang
ditempatkan di kantor induk dan kantor wilker
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 19
8. Penghargaan/Tanda Jasa/Hukuman/Sanksi
Pada tahun 2017, SKP Kelas I Bandung telah menjatuhkan
hukuman disiplin kepada 10 orang pegawai, dengan jenis
hukuman peringatan lisan (berita acara wawancara) dan
pembinaan. Data terlampir.
Sebagai upaya untuk meningkatkan disiplin pegawai dan
motivasi kerja, maka pada tahun 2017 telah dilakukan langkah-
langkah antara lain :
a. Meningkatkan pengawasan kehadiran pegawai dengan
menerapkan absen finger print dan manual
b. Pemasangan CCTV Online seluruh ruangan kantor induk
dan wilayah kerja.
9. Jabatan Fungsional
a. Jumlah Pegawai Fungsional
Pada Tahun 2017, pejabat Fungsional POPT yang ada di
SKP Kelas I Bandung sebanyak 22 (dua puluh dua) orang
dan pejabat fungsional medik/paramedik veteriner sebanyak
11 orang
b. Pegawai Yang Mengajukan DUPAK
Tahun 2017, seluruh pejabat fungsional telah mengajukan
berkas Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) ke
pusat (Badan Karantina Pertanian) untuk pejabat fungsional
Medik/Paramedik Veteriner dan POPT.
10. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
Penilaian indeks kepuasan masyarakat (IKM) atas kinerja SKP
Kelas I Bandung mengalami kemajuan yang sangat berarti. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan kesadaran masyarakat akan
pentingnya karantina dalam ikut menjaga produk-produk
pertanian yang akan dilalulintaskan. Penilaian IKM dilakukan
untuk mengukur unsur pelayanan, diantaranya prosedur dan
persyaratan pelayanan, kejelasan petugas pelayanan,
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 20
kedisiplinan, tanggung jawab, kemampuan, kecepatan, keadilan,
kesopanan, keramahan, kewajaran, kepastian, keamanan, serta
kenyamanan dalam memberikan pelayanan jasa maupun tarif
karantina yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Nilai IKM
SKP Kelas I Bandung semester I sebesar 82,56 dan semester II
sebesar 82,65, sehingga rata-rata nilai IKM Tahun 2017 adalah
sebesar 82,60. Nilai rata-rata tertinggi adalah untuk unsur
kepastian biaya pelayanan dan kepastian jadwal pelayanan.
11. Ketatausahaan (Surat menyurat, agenda/disposisi dan arsip)
Pelaksanaan surat-menyurat dilaksanakan dengan mengacu dan
berpedoman pada Tata Naskah Dinas yang dikeluarkan oleh
Badan Karantina Pertanian maupun Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian. Sedangkan pelaksaaan pengagendaan
dan pendisposisian surat masih dilakukan dengan
mencantumkan dalam agenda surat masuk dan surat keluar.
Jumlah surat masuk sebanyak 862 surat, sedangkan surat keluar
sebanyak 2.155 surat. Pengarsipan surat masih dilakukan
secara manual, arsip dipisahkan menjadi arsip aktif dan in aktif.
D. Perlengkapan Sarana dan Prasarana
1. Kondisi Sarana dan Prasarana
Kondisi sarana dan prasarana yang ada di SKP Kelas I Bandung
pada tahun 2017, pada umumnya dalam kondisi baik serta dapat
digunakan untuk mendukung kegiatan pelaksanaan tindakan
operasional perkarantinaan dan administrasi perkantoran,
meskipun terdapat beberapa jenis sarana dan prasarana yang
harus diperbaiki dan direnovasi untuk memperbaiki/meningkatkan
fungsinya.
SKP Kelas I Bandung memiliki beberapa sarana gedung
penunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, yaitu bangunan
gedung kantor, laboratorium karantina hewan, laboratorium
karantina tumbuhan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 21
Sarana penunjang lainnya yaitu kendaraan roda 4 sejumlah 4 unit
dan kendaraan roda 2 sejumlah 11 unit
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana
Pada tahun anggaran 2017, telah dilakukan pengadaan sarana
dan prasarana yang bersumber dari anggaran DIPA TA 2017
SKP Kelas I Bandung sebesar Rp 913.667.619 yang
direalisasikan dalam :
a. Pengadaan alat pengolah data, yaitu tripod, server, rak
server, UPS, Laptop, PC Unit, Printer dot matrix dan laser
jet, infocus, camcoder
b. Pengadaan alat komunikasi, yaitu HT, TV LCD dan mesin
fax
c. Pengadaan peralatan dan mesin, yatu oven strerilisasi
glassware, hotplate stirer, vortex, PH Meter,
Themohygrometer, Thermometer Couple, UPS 20 KVA,
lemari laboratorium, alat sterilisasi ruangan
d. Belanja Modal jaringan, yaitu IP Pabx
e. Pembangunan/rehab/renovasi gedung dan bangunan, yaitu :
renovasi atap gedung wilker Pelabuhan Laut Cirebon (407
m2), perbaikan kamar mandi kantor induk (30 m²), perbaikan
toilet Wilker Pelabuhan Laut Cirebon (12 m²), perbaikan
tempat parkir (30 m²), penataan interior Wilker Pelabuhan
Laut Cirebon (30 m²) dan renovasi rumah jaga Wilker
Pelabuhan Laut Cirebon (22 m²).
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 22
BAB III
KEGIATAN PELAYANAN OPERASIONAL
Kegiatan pelayanan operasional Stasiun Karantina Pertanian Kelas
I Bandung mencakup kegiatan Tindakan Karantina Hewan dan kegiatan
Karantina Tumbuhan yang dilaksanakan di tempat-tempat pemasukan
dan pengeluaran yang terdapat di Wilayah Kerja Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung. Selain kegiatan pelayanan operasional
tersebut pada tahun 2017 juga, SKP I Bandung mendukung dan
melaksanakan program pemerintah terkait Upaya Khusus peningkatan
produksi Padi, Jagung dan Kedelai (UPSUS Pajale) di Provinsi Jawa
Barat.
A. Standar Pelayanan Publik (SPP)
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan pubik (Undang-undang nomor 25 tahun
2009).
Dalam rangka menerapkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun
2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, maka SKP Kelas I Bandung sebagai salah
satu intansi pelayanan publik wajib meningkatkan kinerjanya.
Standar pelayanan merupakan pedoman bagi pelaksana pelayanan di
lingkungan SKP Kelas I Bandung dalam melaksanakan tugas
pelayanan dan sebagai informasi bagi masyarakat pengguna
pelayanan di lingkungan SKP Kelas I Bandung dan/atau diluar SKP
Kelas I Bandung, baik berasal dari instansi terkait maupun masyarakat
luas.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 23
Sebagai upaya untuk meningkatkan pencegahan masuk dan
tersebarnya Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar negeri dan dari
suatu area ke area lainnya di dalam serta keluarnya dari wilayah
Republik Indonesia dan pengawasan terhadap keamanan hayati, SKP
Kelas I Bandung, menetapkan dan mengimplementasikan Standar
Pelayanan Publik (SPP) dalam memberikan pelayanan secara cepat,
tepat, transparan dan akuntabel sesuai kebutuhan dan harapan
pelanggan.
Pelayanan yang diberikan SKP Kelas I Bandung berupa tindakan
karantina terhadap hewan dan produk hewan atau tindakan karantina
terhadap benih/bibit tumbuhan atau tindakan terhadap hasil tumbuhan
atau pengawasan keamanan hayati dan penerbitan sertifikat
kesehatan hewan atau tumbuhan serta laporan hasil uji laboratorium.
Sebagai salah satu upaya menerapkan standar pelayanan publik
(SPP), maka SKP Kelas I Bandung telah melaksanakan kegiatan
public hearing standar pelayanan publik sebanyak 2 kali, yaitu :
1. Public Hearing pertama
Public hearing standar pelayanan publik yang pertama
dilaksanakan pada tanggal 25 Nopember 2014. Kegiatan
dilaksanakan dengan membahas penyusunan standar pelayanan
publik pada SKP Kelas I Bandung, yang dihadiri oleh
masyarakat/pengguna jasa, asosiasi, akademisi, Kepala Badan
Karantina Pertanian, Ombudsman dan pejabat serta pegawai
lingkup SKP Kelas I Bandung.
Pada kegiatan ini dihasilkan beberapa hasil sebagai berikut :
a. Maklumat pelayanan : “Kami akan memberikan pelayanan
sesuai prosedur dan siap menerima sanksi apabila tidak
sesuai dengan janji layanan kami”
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 24
b. Jam layanan :
No Tempat Pelayanan
Jam Pelayanan Jam Istirahat
1 Kantor Induk SKP Kelas I Bandung
08.00 – 15.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB (pelayanan oleh petugas piket)
2 Wilker Kantor Pos MPC Bandung
07.30 – 14.30 WIB
12.00 – 13.00 WIB (pelayanan oleh petugas piket)
3 Wilker TPK Gedebage
08.00 -15.30 WIB
12.00 – 13.00 WIB (pelayanan oleh petugas piket)
4 Wilker Bandara Husein Sastranegara
08.00 – 18.00 WIB
12.00 – 13.00 WIB (pelayanan oleh petugas piket)
5 Wilker Pelabuhan Laut Cirebon
08.00 – 15.30 WIB
12.00 – 13.00 WIB (pelayanan oleh petugas piket)
Keterangan : Hari libur (Sabtu, minggu dan hari libur nasional) tidak melakukan aktivitas pelayanan kecuali Wilker Bandara Husein Sastranegara
c. Standar waktu pelayanan:
Layanan Karantina Hewan
No Jenis MP Gol Resiko Kode HS SLA Range Wkt Pelayanan
Perubahan kesepakatan
waktu layanan
Resiko Tinggi
1 HPR (anjing, kucing, dsb) A Tinggi 0106.19.00.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
2 HPAI (ayam, burung, DOC, dll)
A Tinggi 0105.94.00.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
3 Sarang burung walet A Tinggi 0410.00.10.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
4 Vaksin A Tinggi 3002.30.00.00 14 hari 1-14 hari 14 hari
Resiko Sedang
1 Daging hewan B Sedang 0207.13.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
2 Daging unggas B Sedang 0207.13.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
Resiko Rendah
1 Bakso C Rendah 1602.50.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
2 Tepung daging ular C Rendah 1603.00.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
3 Kulit jadi C Rendah 4105.00.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
4 Wool C Rendah 4106.00.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 25
Layanan Karantina Tumbuhan
No Jenis MP Gol Resiko Kode HS SLA Range Wkt Pelayanan
Perubahan kesepakatan
waktu layanan
Resiko Tinggi
1 Benih sayuran A Tinggi 1209.10.90.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
2 Benih kentang A Tinggi 0701.10.00.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
3 Bonsai A Tinggi 4403.10.90.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
4 Tanaman air A Tinggi 0604.20.90.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
Resiko Sedang
1 Tanaman hias B Sedang 0910.11.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
2 Jahe B Sedang 1401.20.19.10 3 hari 1-3 hari 3 hari
3 Rotan furniture B Sedang 1901.12.10.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
4 Kopi arabica B Sedang 0603.19.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
5 Bunga melati B Sedang 3 hari 1-3 hari 3 hari
6 Wood palet B Sedang 3 hari 1-3 hari 3 hari
7 Buah strawberry B Sedang 2 hari 1-2 hari 3 hari
8 Anggrek B Sedang 2 hari 1-2 hari 3 hari
9 Sayuran segar B Sedang 2 hari 1-2 hari 3 hari
Resiko Rendah
1 Kapas C Rendah 6305.20.00.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
2 Kayu olahan C Rendah 1401.20.19.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
3 Food stuff C Rendah 1105.10.00.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
4 Ijuk (arange fibre) C Rendah 9603.10.20.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
5 Bunga potong C Rendah 2 hari 1-2 hari 2 hari
Keterangan : 1. Sumber SK Kepala Badan Nomor : 1953/Kpts/OT.160/L/10/2012 2. Untuk media pembawa tertentu yang melalui tindakan karantina pengasingan dan pengamatan
waktu layanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Untuk media pembawa tertentu yang melalui tindakan perlakuan (fumigasi) waktu layanan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
2. Public hearing kedua
Publik Hearing Standar Pelayanan Publik (SPP) SKP Kelas I
Bandung kedua telah dilaksanakan pada tanggal 23 November 2016.
Publik Hearing ini dilaksanakan karena adanya beberapa agenda
perubahan bentuk pelayanan.
Kegiatan dihadiri oleh Ombudsman RI Wilayah Jawa Barat, Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Kota Bandung, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bandung Barat, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 26
Bandung, PT. Angkasa Pura II Husein Sastranegara, Kantor Pos
MPC Bandung, BIB Lembang dan pengguna jasa.
Pada kegiatan ini dihasilkan beberapa kesepakatan, yaitu :
1) Pelayanan di Kantor Wilker Gedebage dipindahkan ke Counter
Pelayanan di Kantor Induk SKP Kelas I Bandung dikarenakan
adanya permasalahan dalam penyediaan jaringan internet,
efisiensi petugas fungsional tertentu dan jarak yang cukup dekat
antara TPK Gedebage dengan kantor induk. Alasan terakhir ini
juga yang sudah dilakukan oleh instansi lainnya antara lain
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya
Bandung dan Kantor Dinas Perhubungan Kota Bandung.
2) Perubahan jam layanan di kantor Wilker Husein Sastranegara
yang semula dari jam 06.00-16.00 WIB diubah menjadi 3
kategori yaitu jam 08.00-16.00 WIB untuk pelayanan outgoing
kargo, jam 05.00- 20.00 WIB untuk hand carry outgoing dan
05.00-21.00 WIB untuk incoming.
3) Penambahan jenis media pembawa baru yang ditangani oleh
petugas karantina antara lain pemasukan Sapi Potong ke Wilker
pelabuhan Laut Cirebon dan Pemasukan Lilium ke Wilker Kantor
Pos MPC Bandung.
Layanan Karantina Hewan
No Jenis MP Gol Resiko Kode HS SLA Range Wkt Pelayanan
Perubahan kesepakatan
waktu layanan
Resiko Tinggi
1 HPR (anjing, kucing, dsb) A Tinggi 0106.19.00.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
2 HPAI (ayam, burung, DOC, dll)
A Tinggi 0105.94.00.00 21 hari 1-21 hari 21 hari
Resiko Sedang
1 Daging hewan B Sedang 0207.13.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
2 Daging unggas B Sedang 0207.13.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
3 Sarang burung walet B Sedang 0410.00.10.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
4 Bakso B Sedang 1602.50.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
5 Tepung daging ular B Sedang 1603.00.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
6 Kulit jadi B Sedang 4105.00.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
7 Wool B Sedang 4106.00.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
Resiko Rendah
1 Vaksin C Rendah 3002.30.00.00 3 hari 1-3 hari 1 hari
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 27
Layanan Karantina Tumbuhan
No Jenis MP Gol Resiko Kode HS SLA Range Wkt Pelayanan
Perubahan kesepakatan
waktu layanan
Resiko Tinggi
1 Benih sayuran A Tinggi 1209.10.90.00 14 hari 1-14 hari 14 hari
2 Umbi bunga lilium A Tinggi 14 hari 1-14 hari 14 hari
3 Benih kentang A Tinggi 0701.10.00.00 14 hari 1-14 hari 14 hari
3 Bonsai A Tinggi 4403.10.90.00 14 hari 1-14 hari 14 hari
4 Tanaman air A Tinggi 0604.20.90.00 14 hari 1-14 hari 14 hari
Resiko Sedang
1 Tanaman hias B Sedang 0602.10.90.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
2 Jahe B Sedang 0910.11.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
3 Rotan furniture B Sedang 1401.20.19.10 3 hari 1-3 hari 3 hari
4 Kopi arabica B Sedang 1901.12.10.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
5 Bunga melati B Sedang 0603.19.00.00 3 hari 1-3 hari 3 hari
6 Wood palet B Sedang 3 hari 1-2 hari 2 hari
7 Buah strawberry B Sedang 2 hari 1-2 hari 2 hari
8 Anggrek B Sedang 2 hari 1-2 hari 2 hari
9 Sayuran segar B Sedang 2 hari 1-2 hari 2 hari
Resiko Rendah
1 Kapas C Rendah 6305.20.00.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
2 Kayu olahan C Rendah 1401.20.19.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
3 Food stuff C Rendah 1105.10.00.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
4 Ijuk (arange fibre) C Rendah 9603.10.20.00 2 hari 1-2 hari 2 hari
5 Bunga potong C Rendah 2 hari 1-2 hari 2 hari
Keterangan : 1. Sumber SK Kepala Badan Nomor : 1953/Kpts/OT.160/L/10/2012 2. Untuk media pembawa tertentu yang melalui tindakan karantina pengasingan dan pengamatan
waktu layanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 3. Untuk media pembawa tertentu yang melalui tindakan perlakuan (fumigasi) waktu layanan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
Dengan telah dilaksanakannya kegiatan public hearing tersebut diatas,
maka didapatkan hasil yang positif dalam penerapan standar pelayanan
publik di SKP Kelas I Bandung. Beberapa hasil tersebut antara lain :
1. Terbentuknya komitmen SKP kelas I Bandung dalam menjalankan
Undang- Undang nomor 25 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah
nomor 96 tahun 2012 tentang Pelayanan Publik
2. Terselenggaranya pelayanan publik di bidang perkarantinaan yang
tepat waktu dan tepat biaya
3. Adanya pengawasan dan pencegahan gratifikasi dan pungutan liar
yang dilakukan secara bersama antara pengawas eksternal dengan
internal melalui komunikasi dan koordinasi dalam bentuk pengelolaan
pengaduan yang diawasi oleh Ombudsman RI Wilayah Jawa Barat
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 28
4. Tersedianya data/informasi tentang pelayanan karantina, antara lain
persyaratan, mekanisme pelayanan, waktu pelayanan, produk
layanan, serta tarif yang transparan bagi masyarakat pengguna jasa
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat yang akan melalulintaskan
media pembawa untuk melaporkannya ke karantina pertanian
6. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) tahun 2017 sebesar 82,60
yang termasuk kategori A (sangat baik). Nilai IKM ini merupakan
penilaian dari masyarakat pengguna jasa terhadap pelayanan dari
SKP Kelas I Bandung
7. Menurunnya tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat
yang akan melalulintaskan media pembawa melalui tempat
pemasukan/pengeluaran di lingkungan SKP Kelas I Bandung
B. Tindakan Karantina Hewan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung telah memberikan
pelayanan sertifikasi karantina hewan sebanyak 4.480 permohonan pada
tahun 2017. Pelayanan sertifikasi karantina hewan terdiri dari sertifikat
kesehatan hewan (KH-9) sebanyak 1.379 set, sertifikat sanitasi produk
hewan (KH-10) sebanyak 853 set, surat keterangan untuk benda lain (KH-
11) sebanyak 148 set dan sertifikat pelepasan (KH-12) sebanyak 2.100
set.
1379
853
148
2100
GRAFIK 6. PEMAKAIAN DOKUMEN UTAMA KHKH 9 KH 10 KH 11 KH 12
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 29
Pelayanan sertifikasi karantina hewan dilihat dari wilayah kerja yaitu
Bandara Husein Sastranegara yaitu sebesar 4.270 set (95,31%), Terminal
Peti Kemas Gede Bage sebesar 99 set (2,21%), Pelabuhan Laut Cirebon
sebesar 26 set (0,58 %) dan Kantor Pos MPC Bandung sebesar 85 set
(1,90%).
Pelayanan sertifikasi karantina hewan dilihat dari jenis pelayanannya
yaitu ekspor sebanyak 174 kali (3,88%), impor sebanyak 10 kali (0,22%),
antar area keluar sebanyak 2.196 kali (49,02%) dan antar area masuk
sebanyak 2.100 kali (46,88%).
99
4270
85 26
GRAFIK 7. FREKUENSI SERTIFIKASI KH TAHUN 2017
TPK Gede Bage Bandara Husein Sastranegara
Kantor POS MPC Bandung Pelabuhan Laut Cirebon
13 125
2375
2090
GRAFIK 8. FREKUENSI IMPOR, EKSPOR DAN ANTAR AREA
Impor Ekspor Antar Area Masuk Antar Area Keluar
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 30
1. Tindakan Karantina Ekspor - Impor
Ekspor sebanyak 125 kali terdiri dari Bakso Sapi, Madu, Nuget
Ayam, Sarang Burung Walet, Susu Kambing SkimTelur bebek, Abon
Sapi, Sosis Sapi, Tanduk, Daging Ular Kering. Negara tujuan ekspor
Malaysia, Vietnam, China, Hong Kong, Singapore, Jepang, Swedia,
Thailand, USA.
Impor sebanyak 13 kali terdiri dari ofsetan kupu-kupu, tarantula,
daging sapi, Tepung Kroto berasal dari negara India, Australia, Malaysia,
Hungary dan Polandia.
Pemeriksaan terhadap media pembawa yang diekspor oleh
petugas karantina hewan sudah sesuai dengan standar pelayanan publik
yang ditetapkan. Pelayanan terhadap sertifikasi HBAH di atas rata-rata
dilayani dalam 1-2 hari ditempat pengeluaran yang sudah ditetapkan
2. Tindakan Karantina Antar Area Domestik Keluar
Domestik keluar sebanyak 2.090 kali terdiri dari Anjing, Ayam,
Burung, Hamster, Iguana, Kelinci, Kucing, Landak Mini, Marmut , Mencit,
Musang Akar, Sugar Glider, Tikus, Tokek, Buntut Sapi, Daging Ayam,
Daging Babi, Daging Bebek, Daging Domba, Daging Kambing, Daging
Kelinci, Daging Sapi, Kulit Ayam, Sarang Burung Walet, Semen Beku
(Sperma Sapi), Telur Ayam Kampung, Tenderloin, Abon Sapi, Bakso
Sapi, Cingur Sapi, Daging Ayam Olahan, Daging Bebek Olahan, Daging
Burger, Daging Puyuh, Olahan Daging Sapi, Olahan Hemato Burger,
Kebab Ayam, K e j u, Kikil Sapi, Kue Keju, Kulit Ayam, Kulit Domba Jadi,
Nuget Ayam, Rendang, Smoke Beef, Sosis Ayam, Sosis Sapi, Susu
kambing, Cacing Tanah, Cacing Sawah Beku, Kroto, Obat Hewan, Pakan
Hewan, Vaksin, Vitamin.
Daerah tujuan meliputi Batam, Makassar, Medan, Padang,
Palangkaraya, Pekanbaru, Pontianak, Banjarmasin, Palembang,
Denpasar, Belitung, Pangkal Pinang, Bandar Lampung, Surabaya, Jambi,
Banda Aceh.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 31
Pengujian laboratorium dilakukan terhadap Media Pembawa HPHK
BAH dan HBAH yaitu daging, bakso, sosis, susu dan produk olahan.
Pengujian terhadap BAH dan HBAH dengan pemeriksaan TPC.
3. Tindakan Karantina Antar Area Domestik Masuk
Domestik masuk sebanyak 2.375 kali terdiri dari Anjing, Ayam,
Burung, Doc Ayam Arab, Hamster, Kelinci, Kucing, Kura sulcata, Musang
Akar, Reptil, Sugar Glider, Ular Phyton, Daging Ayam, Daging Ayam,
Beku Daging Ayam Olahan, Daging Babi, Daging Babi Beku, Daging Babi
Olahan, Daging Kerbau, Daging Sapi, Daging Sapi Olahan, Madu, Sarang
Burung, Bakso Sapi, Daging Ayam Olahan, Daging Babi Olahan, Daging
Bebek Olahan, Daging Sapi Olahan, Daging Unggas Olahan, Sosis Babi,
Sosis Sapi, Cacing Nipah, Kroto, Obat Hewan, Vaksin.
Media Pembawa itu berasal dari daerah Medan, Pekanbaru, Jambi,
Padang, Palembang, Pontianak, Balikpapan, Palangkaraya, Banjarmasin,
Makasar, Manado, Denpasar, Kupang.
4. Penilaian Instalasi Karantina Hewan
Pada tahun 2017 SKP I Bandung melaksanakan kegiatan Penilaian
Instalasi Karantina Hewan (IKH) dan Evaluasi penilaian kelayakan IKH
terhadap IKH untuk Hewan Hidup dan IKH untuk produk hewan.
Penilaian IKH dan evaluasi penilaian kelayakan IKH dilaksanakan
berdasarkan penugasan khusus dari Badan Karantina Pertanian. Petugas
tim penilai terdiri dari medik veteriner dan paramedik veteriner yang
dibekali quisioner dan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan
Karantina Pertanian.
Penilaian IKH dilaksanakan terhadap beberapa perusahaan terdiri
dari IKH Ruminansia, IKH DOC, IKH Tikus Transgenik , IKH Ferret
Transgenik, IKH Unggas Kesayangan, IKH Telur Tetas, IKH HBAH untuk
Pakan dan IKH Daging Jeroan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 32
5. Pemantauan Hama Penyakit Hewan Karantina
Pemantauan daerah sebar HPHK dilaksanakan berpedoman pada
Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.
1531/Kpts/KR.110/K/10/2016 tentang pedoman Pemantauan Daerah
Sebar HPHK Tahun Anggaran 2017 dan Surat Keputusan Kepala Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung No. 241.a/KR.110/K.47.D/2/2017
perihal Tim Pelaksana Pemantauan Daerah Sebar HPHK Tahun
Anggaran 2017.
Hasil pengamatan status dan situasi HPHK diperoleh dari 13 dinas
yang membidangi fungsi keswan, sedangkan 5 dinas belum menyerahkan
kuisioner. Data status dan situasi HPHK disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 5. Status dan Situasi HPHK yang di Daerah Sebar Tahun 2017.
No. Daerah Sebar Jenis HPHK Status/Situasi
HPHK
Jumlah Hasil
Uji Positif
1. Kab. Sumedang Avian influenza
Bovine Viral Dearrhea
Infectious Bovine Diarrhea
New Castle Disease
Pullorum
Rabies
Tertular
Tertular
Tertular
Tertular
Tertular
Tertular
HA HI 57
PCR 4
Elisa 48
Elisa 38
HA HI 57
HE Staining 1
Aglutinasi 108
Elisa 227
2. Kab. Cirebon Avian influenza
Theileriosis
Tertular
Tertular
HA HI 46
PCR 1
Ulas darah 2
3. Kota Cirebon Nihil nihil Nihil
4. Kab.
Tasikmalaya
Avian influenza Tertular PCR 1
5. Kab. Ciamis Brucellosis
Bovine Viral Dearrhea
Bovine TB
Infectious Bovine Diarrhea
Para TB
Pullorum
Tertular
Tertular
Tertular
Tertular
Tertular
Tertular
CFT 4
Elisa 8
Elisa 8
Elisa 53
Elisa 1
Aglutinasi 98
6. Kota Bandung Nihil nihil Nihil
7. Kab. Cianjur Brucellosis Tertular CFT 10
8. Kab. Kuningan Avian influenza
Brucellosis
Infectious Bovine Diarrhea
Tertular
Tertular
Tertular
PCR 15
Elisa 7
Elisa 2
Sumber; Data Kuisioner dari dinas yang membidangi fungsi keswan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 33
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa belum semua metode pengujian yang
digunakan merupakan gold standart untuk mengidentifikasi agen HPHK.
Oleh karena itu belum dapat digunakan untuk menyatakan bahwa status
daerah sebar tersebut bebas, tertular atau wabah.
Walaupun data – data di atas belum bisa memastikan adanya agen
HPHK tertentu, namun kewasdapaan terhadap HPHK tersebut harus tetap
menjadi perhatian baik bagi petugas karantina maupun dari dinas yang
membidangi fungsi keswan di daerah sebar. HPHK yang perlu diwaspadai
berdasarkan pengumpulan informasi data status dan situasi di daerah
sebar disajikan dalam grafik 9.
Grafik 9. HPHK Yang Perlu Diwaspadai
Berdasarkan grafik 9 di atas, Rabies menjadi HPHK utama yang perlu
diwaspadai bagi petugas karantina Stasiun Karantina Pertanian Kelas I
Bandung. Kesadaran untuk melakukan vaksinasi rabies maupun
penanganan Hewan Penular Rabies liar masih perlu ditingkatkan.
Meskipun hasil positif Elisa rabies tersebut merupakan hasil pengujian
Avian influenza16%
Brucellosis3% Infectious
Bovine Diarrhea
12%
Bovine Viral Dearrhea
7%
Bovine TB1%
Para TB0%
Rabies28%
Theileriosis0%
Pullorum26%
New Castle
Disease7%
HPHK YANG PERLU DIWASPADAI
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 34
sampel dari pengambilan darah post vaksinasi, bukan dari infeksi alam.
Penerapan pengujian antibodi terhadap rabies tentunya akan lebih
meyakinkan dalam penerbitan sertifikat kesehatan hewan.
Penyakit yang menyerang unggas ditemukan antara lain Pullorum,
Avian Influenza (AI) dan New Castle Disease (ND) di Propinsi Jawa Barat.
Pullorum ditemukan hanya pada dua peternakan di 2 (dua) kabupaten,
Sumedang dan Ciamis. Sampai saat ini uji pullorum (Rapid Whole Blood
Test) merupakan deteksi dini untuk mendapatkan reaktor pullorum.
Pencegahan penyakit hanyalah dengan manajemen yang baik. Penularan
penyakit terjadi melalui telur tetas yang berasal dari induk yang sakit. Di
dalam tubuh induk yang sakit, sebagian bakteri tinggal di dalam alat
reproduksi, yaitu ovarium dan oviduk. Pada ayam jantan, berada pada
testes. Sebagian kecil bakteri Salmonella pullorum tinggal di dalam
saluran pencernakan.
Kerugian ekonomi akibat penyakit pullorum terutama bersifat tidak
langsung sehubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium pada breeder untuk memastikan bahwa
breeder bebas terhadap infeksi Salmonella. Kadang-kadang terjadi infeksi
saluran pencernaan pada manusia akibat mengkonsumsi makanan yang
tercemar oleh Salmonella pullorum dalam jumlah yang besar (Tabbu,
2000).
AI berada diurutan ketiga setelah Pullorum. Pemasukan unggas dari
luar daerah maupun biosekuriti yg kurang serta musim penghujan bisa
menjadi pemicu munculnya penyakit ini . Pengujian menggunakan PCR
untuk hewan yang akan dilalu lintaskan diharapkan mampu mengurangi
penyebaran AI. Penyakit ini jika dibandingkan dengan ND, AI relatif lebih
aktif bermutasi dengan munculnya strain virus AI yang baru. Meskipun
demikian penyakit ND masih perlu diwaspadai karena tingkat kematian
akibat serangan ND bervariasi dari yang ringan (1%) sampai 100%. Selain
itu, infeksi virus ND juga dapat menurunkan bahkan menghentikan
produksi telur
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 35
Sementara itu, pada Ruminansia ditemukan kasus Bovine Viral
Diarrhea, Bovine Tb, Brucellosis, Infectious Bovine Diarrhea, Para Tb
dan Theileriosis. Kasus Brucellosis di Propinsi Jawa Barat juga masih
tinggi terutama pada hewan sapi perah. Pengawasan di tempat – tempat
pengeluaran yang memungkinkan sapi bisa keluar antar area seperti
Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Tanjung Priok juga harus ditingkatkan.
Secara umum, HPHK di daerah sebar yang terdata adalah Avian
influenza, Bovine Viral Diarrhea, Bovine Tb, Brucellosis, Infectious Bovine
Diarrhea, New Castle Disease, Para Tb, Pullorum, Rabies dan
Theileriosis. Distribusi HPHK tersebut disajikan dalam bentuk peta HPHK
yang disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2. Peta HPHK di Daerah Sebar
C. Tindakan Karantina Tumbuhan
SKP Kelas I Bandung telah memberikan pelayanan sertifikasi
karantina Tumbuhan sebanyak 28.346 permohonan pada tahun 2017.
Pelayanan sertifikasi karantina tumbuhan terdiri dari Sertifikat Sanitasi
AI &
Theilerriosis
AI,IBR &
Brucellosis
BVD, Brucellosis,
IBR, ParaTB,
Pullorum & Bovine
TB
Brucellos
is
AI, ND,
BVD,
Pullorum,
IBR &
Rabies
AI
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 36
Pelepasan Karantina Tumbuhan/PSAT (KT- 9) sebanyak 647 set,
Phytosanitary Certificate (KT-10) sebanyak 7.734 set, Sertifikat
Kesehatan Tumbuhan Antar Area (KT-12) sebanyak 19.785 set.
Dokumen utama KT ada yang batal dikarenakan kesalahan dalam
pengetikan ataupun saat print dokumen sebanyak 180 set.
Pelayanan sertifikasi karantina tumbuhan dilihat dari wilayah kerja
terdiri dari Bandara Husein Sastranegara yaitu sebesar 20.645 set
(73,3%), Terminal Peti Kemas Gede Bage sebesar 3.285 set (11,7%),
Pelabuhan Laut sebesar 1.617 set (5,7%) dan Kantor Pos MPC Bandung
sebesar 2.619 set (9,3%).
Pelayanan sertifikasi karantina tumbuhan dilihat dari jenis
pelayanannya terdiri dari ekspor sebanyak 7.734 kali (27,5%), impor
sebanyak 316 kali (1,1%), antar area keluar sebanyak 19.785 kali (70,2%)
dan antar area masuk sebanyak 331 kali (1,2%).
2198
10329
14031
GRAFIK 10. PEMAKAIAN DOKUMEN UTAMA KT KT 9 KT 10 KT 12
3183
11492
33731457
GRAFIK 11. FREKUENSI SERTIFIKASI KT TAHUN 2017TPK Gede Bage Bandara Husein SastranegaraKantor POS MPC Bandung Pelabuhan Laut Cirebon
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 37
Selain melaksanakan kegiatan sertifikasi impor, ekspor dan antar
area, SKP I Bandung juga melaksanakan kegiatan pengawasan perlakuan
dan pemantauan OPTK. Pengawasan perlakuan yaitu pengawasan
tindakan membebaskan media pembawa OPT/OPTK. Pengawasan pada
perlakuan ini dilakukan oleh pihak ketiga, antara lain pengawasan
fumigasi, pelakuan panas dan penetapan instalasi karantina.
1. Tindakan Karantina Ekspor
Kegiatan ekspor tahun 2017, merupakan pelayanan sertifikasi yang
dilakukan empat wilayah kerja lingkup SKP I Bandung yaitu Wilker
Pelabuhan Laut Cirebon, Wilker Terminal Peti Kemas Gedebage, Wilker
Bandara Husein Sastranegara dan Wilker Kantor Pos MPC Bandung
serta di SKP I Bandung. Media Pembawa OPTK yang banyak di ekspor
sebanyak 7.734 kali adalah perabot rotan, kakao bubuk, kayu albasia,
kakao pasta, bibit tanaman hias, bibit kaktus, kopra, bawang merah, buah
manggis, buah jambu, pakcoy, sayuran buncis, biji kopi dll. Negara tujuan
ekspor yaitu Singapura, Malaysia, Vietnam, Philipina, Jepang, India,
Thailand, Taiwan, China, Hongkong, Pakistan, Libanon, Mesir, Lybia, Arab
Saudi, Spanyol, Hongkong, Belanda, Inggris, Brazil, Jerman, New
Zealand, Australia, Amerika, Yunani, Norwegia, Prancis, Aprika, Arab, dll.
2. Tindakan Karantina Impor
Kegiatan impor SKP Kelas I Bandung sebanyak 316 kali melalui
SKP I Bandung dan wilker Pelabuhan Laut Cirebon, wilker Terminal Peti
Kemas Gede Bage, wilker Kantor Pos MPC Bandung dengan komoditi
260
7109
217
11919
GRAFIK 12. FREKUENSI IMPOR, EKSPOR DAN ANTAR AREA KT 2016
Impor Ekspor Antar Area Masuk Antar Area Keluar
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 38
kapas serat, bawang merah, lilium, baby pakcoy, jamu-jamuan, benih
kubis. Negara yang mengimpor adalah Australia, Malaysia, Brazil, India,
Belanda, Singapura, Burkino Faso, USA, Inggris.
3. Tindakan Karantina Antar Area
Kegiatan operasional antar area dilakukan empat wilayah kerja
lingkup SKP I Bandung yaitu Wilker Pelabuhan Laut Cirebon, Wilker
Terminal Peti Kemas Gedebage, Wilker Bandara Husein Sastranegara
dan Wilker Kantor Pos MPC Bandung serta di SKP I Bandung, terdiri dari
domestik masuk dan domestik keluar.
Kegiatan domestik masuk sebanyak 331 kali yaitu tepung sagu, buah
durian, paprika, buah salak, buah duku berasal dari Riau, Selat Panjang,
Padang, Medan, Bali, Batam, Pekanbaru, Palembang dan Lampung.
Kegiatan domestik keluar sebanyak 19.785 kali yaitu benih semangka,
benih paria, benih kubis, bibit kentang, baby pakcoy, buah strawberry,
bibit tanaman hias, bunga mawar, sayuran segar , bibit anggrek oncidium,
bibit mangga, sayuran brokoli, paprika, bibit anggrek dan bibit kaktus.
Adapun daerah tujuannya meliputi wilayah Jawa, Bali, Lombok, Sumatra,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Kupang, Ambon, Papua.
4. Pemantauan Daerah Sebar OPTK
Wilayah Pemantauan daerah sebar Organisme Pengganggu Tumbuhan
pada Balai dan Stasiun Karantina Pertanian telah diatur dalam Surat
Kepala Badan karantina Pertanian No. 204/Kpts/OT.140/07/2009, tentang
wilayah pemantauan hama penyakit hewan dan Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina (HPHK/OPTK) pada Balai Besar, Balai dan Stasiun
Karantiuna Pertanian.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung mempunyai wilayah
pemantauan 17 kabupaten/kota, sedangkan yang terakomodir di dalam
DIPA 2017 hanya 4 kabupaten. Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
51/Permentan/KR.010/9/2015 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 39
Pertanian Nomer 93/Permentan/OT.140/12/2011 jenis-jenis OPTK.
Pedoman Pemantauan OPT/OPTK tahun 2017 berdasarkan Surat Kepala
Badan Karantina Pertanian Nomor 225/ KR.010/K/1/2017 tentang Arahan
Pemantauan OPT/OPTK tahun 2017. Pemantauan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) tahun anggaran 2017, dengan
arahan sebagai berikut :
1. Selaras Program Kementan maka Pemantauan OPTK tahun 2017
dilakukan terhadap tanaman padi, jagung, kedelai, cabai, bawang
merah, tebu, tanaman ex-impor serta tanaman unggulan daerah
berorientasi ekspor.
2. Pemantauan merujuk juga pada dugaan temuan OPTK pada tahun
sebelumnya sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat Kepala
Badan Karantina Pertanian Nomor 225/ KR.010/K/1/2017.
Tujuan Pemantauan
Tujuan pemantauan yaitu untuk memperoleh atau mengetahui data
perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan/Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPT/OPTK) golongan I dan II,
kategori A1 dan A2.
Tempat Pelaksanaan Pemantauan
Lokasi pemantauan disesuaikan dengan target OPTK yang akan dipantau;
Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Majalengka, dan Garut.
Waktu Pelaksanaan Pemantauan
Pelaksanaan kegiatan pemantauan daerah sebar Organisme Pengganggu
Tumbuhan/Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPT/OPTK)
dilaksanakan bulan Maret - April 2017.
Pelaksana Pemantauan
Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Stasiun Karantina Pertanian
Kelas I Bandung Nomor 241/KR.010/L.47.D/02/2017 Tanggal 13 Februari
2017 tentang Penunjukan Tim Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) Stasiun Karantina
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 40
Pertanian Kelas I Bandung tahun 2017, yaitu Petugas Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) yang ada di Stasiun karantina
Pertanian Kelas I Bandung.
Sasaran dan Target Pemantauan
Berdasarkan Surat Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 225/
KR.010/K/1/2017, mengenai target OPTK, dipilih target komoditi dan
OPTK disesuaikan dengan komoditi unggulan daerah pemantauan yang
akan dipantau dan ketersediaan anggaran.
Tabel 6. Target Pemantauan OPTK Tahun 2017
No. Komoditi Target OPTK Status OPTK
1 Padi Aphelenchoides besseyi OPTK A2
2 Padi Meloidogyne graminicola OPTK A2
3 Padi Balansia oryzae OPTK A2
4 Padi Burkholderia glumae OPTK A2
5 Padi Pantoea ananatis OPTK A2
6 Padi, Jagung, Cabai, Terung
Pseudomonas syringae pv. Syringae OPTK A1
7 Padi Paraeucosmetus pallicornis OPTK A2
8 Jagung Maize Dwarf Mosaic Potyvirus (MDMV) OPTK A2
9 Jagung Pantoea stewartii subsp. Stewartii OPTK A2
10 Jagung Peronosclerospora sorghi OPTK A1
11 Jagung Peronosclerospora phillipinensis OPTK A1
12 Jagung Fusarium avenaceum OPTK A2
13 Kedelai Peronospora manshurica OPTK A1
14 Cabai Brevipalpus californicus, Calacarus carinatus
OPTK A2
15 Cabai, Terung, Tomat Clavibacter michiganensis subsp. michiganensis
OPTK A2
16 Kentang Pectobacterium atrocepticum OPTK A1
17 Kentang Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus
OPTK A1
18 Kentang Helminthosporium solani OPTK A2
19 Kentang Globodera rostochiensis, G. pallida
20 Karet Mycrocyclus ulei OPTK A1
21 Mangga Sternochetus mangiferae, S. frigidus OPTK A2
22 Sengon Uromycladium tepperianum OPTK A2
23 Semangka, Mentimun CGMMV OPTK A2
24 Mentimun Pseudomonas syringae pv. lachryman OPTK A2
25 Strawberry Rhodococcus fascians OPTK A1
26 Tebu Ustilago scitaminea OPTK A2
27 Tebu Stagonospora sacharry OPTK A2
28 Lalat buah Bactrocera occipitalis, B. bryoniae, B. tryoni
OPTK A2
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 41
Metode
Metode yang digunakan dalam pemantauan daerah sebar Organisme
Pengganggu Tumbuhan / Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPT/OPTK) yaitu dengan pengambilan data sekunder dan data primer.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan menghubungi instansi terkait diantaranya
perihal waktu tanam dan sentra produksi tanaman target pemantauan. Hal
tersebut penting untuk mementukan kabupaten/kota mana yang akan
dipantau berdasarkan ketersedian tanaman (sentra produksi) daerah
tersebut, serta mengetahui kapan sebaiknya pemantauan dilakukan terkait
fase tanam yang sedang berlangsung di lapangan yang dikaitkan dengan
target OPTK yang akan dipantau. Instansi yang dihubungi diantaranya
dinas pertanian kab. Bandung, Bandung Barat, Garut, Majalengka dan
perusahaan pengimpor kentang.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, komoditi padi, jagung, tomat, cabe,
terung dan sengon tersebar di setiap kabupaten. Namun untuk komoditi
tertentu tidak semua kabupaten memiliki sentra pertanamannya. Target
pemantauan pada tanaman tebu, kedelai dan mangga dapat dilakukan di
kab. Majalengka sedangkan tanaman hias seperti lilium dan strawberry
dapat dipantau di kab. Bandung dan Bandung Barat. Adapun tanaman
Kentang dapat dipantau pada fase generatif pada bulan Maret dan April di
kab. Bandung, Bandung Barat, Garut dan Majalengka. Pemantauan tahun
2016, SKP Bandung mendeteksi adanya OPTK A1 dari kentang
(Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus dan Pectobacterium
atrosepticum), sehingga pada tahun 2017 tanaman kentang merupakan
prioritas untuk dipantau kembali untuk memastikan keberadaan OPTK
tersebut. Komoditi lain yang tidak penting yaitu karet. Hal tersebut
dikarenakan adanya target OPTK A1 Microcyclus ulei yang sangat ditakuti
oleh negara kita sebagai penghasil karet dunia, berdasarkan data
sekunder tanaman karet ini ada di kabupaten Bandung Barat.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 42
Tabel 7. Data Primer (Hasil pengujian di laboratorium)
No. Target OPTK Hasil uji lab
1 Aphelenchoides besseyi Negatif
2 Meloidogyne graminicola Negatif
3 Balansia oryzae Positif
4 Burkholderia glumae Positif
5 Pantoea ananatis Negatif
6 Pseudomonas syringae pv. syringae Negatif*
7 Paraeucosmetus pallicornis Negatif
8 Maize Dwarf Mosaic Potyvirus (MDMV) Negatif
9 Pantoea stewartii subsp. Stewartii Negatif
10 Peronosclerospora sorghi Negatif
11 Peronosclerospora phillipinensis Negatif
12 Fusarium avenaceum Negatif
13 Peronospora manshurica Negatif
14 Brevipalpus californicus, Calacarus carinatus Negatif
15 Clavibacter michiganensis subsp. michiganensis Positif
16 Pectobacterium atrocepticum Negatif*
17 Clavibacter michiganensis subsp. sepedonicus Negatif*
18 Helminthosporium solani Positif
19 Globodera rostochiensis, G. pallida Negatif
20 Mycrocyclus ulei Negatif
21 Sternochetus mangiferae, S. frigidus Negatif
22 Uromycladium tepperianum Positif
23 CGMMV Negatif
24 Pseudomonas syringae pv. lachryman Positif
25 Rhodococcus fascians Negatif
26 Ustilago scitaminea Positif
27 Stagonospora sacharry Negatif
28 Bactrocera occipitalis, B. bryoniae, B. tryoni Negatif Keterangan : * Pengujian dengan ELISA di SKP Bandung POSITIF tapi NEGATIF setelah uji
konfirmasi ke BBUSKP dengan metode PCR.
Pembahasan
Target OPTK A1
Hasil pemeriksaan sampel dari lapangan yang diduga terserang OPTK A1
di laboratorium SKP kelas I Bandung ada yang menunjukkan hasil positif
yaitu Clavibacter michiganensis subsp sepedonicus dan Pectobacterium
atrosepticum pada tanaman kentang dan Pseudomonas syringae pv.
syringae pada tanaman padi. Ketiga target tersebut POSITIF saat diuji
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 43
dengan metode ELISA, namun kemudian dilakukan uji konfirmasi dengan
metode PCR ke BBUSKP dan hasilnya negatif.
Hal tersebut diatas dibahas di seminar Nasional dengan beberapa
kemungkinan diantaranya; adanya cross reaksi, yaitu antisera bakteri
target mendeteksi bakteri lain yang memiliki kemiripan; kemungkinan
proses pengiriman dari SKP Bandung ke BBUSKP perlu dikaji ulang,
disarankan SKP Bandung membeli kit ekstraksi PCR untuk memastikan
sampel yang dikirim ke BBUSKP tidak rusak; kemungkinan adanya zat
yang menghalangi proses PCR, karena walaupun PCR lebih akurat
namun lebih banyak hal yang perlu diperhatikan sehingga target dapat
terdeteksi. Disarankan untuk dipantau kembali tahun depan dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas.
Target OPTK A2
Target OPTK A2 yang ditemukan dari golongan bakteri yaitu Clavibacter
michiganensis subsp. michigenensis, Burkholderia glumae, Pseudomonas
syringae pv. lachryman dan cendawan yaitu Balansia oryzae,
Helminthosporium solani, Ustilago scitaminea dan Uromycladium
tepperianum.
Ketiga target bakteri diuji dengan metode ELISA dan cendawan secara
morfologi. Adapun lokasi temuan OPTK A2 tersebut sebagai berikut :
Tabel 8. Daftar OPTK A2 yang terdeteksi positif, tanaman inang dan lokasinya.
No. OPTK Target Tanaman
inang Lokasi
1. Clavibacter michiganensis subsp. Michigenensis
Cabe 1. Kab. Garut, kec. Wanaraja, ds. Wanamekar (-7.181639 107.985972).
2. Kab. Garut, kec. Malangbong, ds. Barudua (-7.108083 108.072583).
3. Kab. Majalengka, kec. Argapura, ds. Argalingga (-6.903472 108.342028).
4. Kab. Majalengka, kec. Kertajati, ds. Sukamulya (-6.644111 108.148861).
5. Kab. Majalengka, Kec. Maja, ds. Maja Selatan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 44
2. Clavibacter michiganensis subsp. Michigenensis
Tomat 6. Kab. Majalengka, kec. Argapura, ds. Argalingga (-6.903472 108.342917)
7. Kab. Majalengka, kec. Argapura, ds. Argalingga (-6.888972 108.342917)
8. Kab. Garut, kec. Wanaraja, ds. Wanamekar (-7.181639 107.985972).
9. Kab. Garut, kec. Malangbong, ds. Barudua (-7.108083 108.072583).
10. Kab. Bandung, kec. Pangalengan, ds. Pulosari (-7.188250 107.560278)
11. Kab. Bandung Barat, kec. Cisarua ds. Tugu Mukti (-6.812194 107.541417)
12. Kab. Bandung Barat, kec. Lembang, ds. Cikidang (-6.811167 107.624639)
13. Kab. Bandung Barat, kec. Lembang, ds. Cikadung (-6.808806 107.670778)
3. Clavibacter michiganensis subsp. Michigenensis
Terong 14. Kab. Majalengka, kec. Kertajati, ds. Sukamulya (-6.640750 108.149556).
15. Kab. Majalengka, kec. Kertajati, ds. Pasir Ipis (-6.641472 108.189139).
16. Kab. Garut, kec. Wanaraja, ds. Wanamekar (-7.180694 107.986306).
17. Kab. Bandung Barat, kec. Lembang, ds. Cikadung (-7.188917 107.560500)
18. Kab. Bandung Barat, kec. Cipatat, ds. Cirawamekar (-6.808556 107.435306).
4. Burkholderia glumae
Padi 19. Kab. Garut, kec. Bayongbong, ds. Mekarsari (-7.108417 108.072917)
20. Kab. Garut, kec. Bayongbong, ds. Mekarsari (-7.259861 107.825194)
21. Kab. Garut, kec. Malangbong, ds. Barudua (-7.107389 108.079750)
22. Kab. Bandung, kec. Soreang, ds. Soreang (-7.031389 107.528194)
23. Kab. Bandung, kec. Banjaran, ds. Kamasan (-7.046278 107.573111)
24. Kab. Bandung Barat, kec. Cipendeuy, ds. Sukahaji (-6.737222 107.372778)
25. Kab. Majalengka, kec. Maja, ds. Maja Selatan (-6.899972 108.313056)
5. Pseudomonas syringae pv. Lachryman
Mentimun 26. Kab. Garut, kec. Wanaraja, ds. Sindangratu (-7.178917 107.992639)
27. Kab.Bandung, kec. Soreang, ds. Sadu (-7.031417 107.511028)
28. Kab. Bandung, kec. Kutawaringin, ds. Kopo (-6.991833 107.533194)
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 45
6. Balansia oryzae syn. Ephelis oryzae
Padi 29. Kab. Garut, kec. Bayongbong ds. Mekarsari (-7.259861 107.825194)
30. Kab. Majalengka, kec. Maja, ds. Maja Selatan (-6.899972 108.313056)
31. Kab. Bandung, kec. Soreang, ds. Soreang (-7.031389 107.528194)
32. Kab. Bandung Barat, kec. Cipeundeuy, ds. Sukahaji (-6.737222 107.372778)
7. Ustilago scitaminea
Tebu 33. Kab. Majalengka, kec. Kertajati, ds. Pasir Ipis (-6.641306 108.181667)
34. Kab. Majalengka, kec. Jati tujuh, ds. Jati raga (-6.615528 108.242833)
35. Kab. Majalengka, kec. Jati tujuh, ds. Sumber (-6.613611 108.248083)
8. Helminthosporium solani
Kentang 36. Kab. Majalengka, kec. Argalingga ds. Argapura (-6.897528 108.354917)
9. Uromycladium tepperianum
Sengon/Albasia
37. Kab. Bandung Barat, kec. Cipatat, ds. Cirawamekar (-6.808444 107.435472)
Kesimpulan :
1. Ditemukan 3 OPTK A2 Bakteri; Clavibacter michiganensis subsp.
michiganensis (cabe, tomat dan terung) Burkholdera glumae (padi),
Pseudomonas syringae pv. lachryman (mentimun) dengan uji ELISA.
2. Ditemukan 4 OPTK A2 Cendawan Balansia oryzae (padi),
Helminthosporium solani (kentang), Ustilago scitaminea (tebu),
Uromycladium tepperianum (albasia), dengan identifikasi secara
morfologi di 4*) kabupaten yang dipantau (*Tabel 4.2).
3. Ditemukan POSITIF 3 OPTK A1 (Kentang (Clavibacter michiganensis
subsp. sepedonicus, Pectobacterium atrospeticum) dan Padi
(Pseudomonas syringae pv. syringae) dengan metode ELISA namun
NEGATIF setelah dikonfirmasi ke BBUSKP dengan metode PCR.
Saran :
1. Perlu penambahan wilayah pemantauan daerah sebar opt/optk yang
akan dipantau tahun yang akan datang mengingat banyaknya wilayah
pemantauan SKP Bandung, sementara yang dapat diakomodir setiap
tahunnya baru 4 kabupaten.
2. Keberhasilan pemantauan sangat ditunjang oleh kemampuan POPT
dalam mendeteksi target/gejala OPTK di lapangan, keterampilan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 46
mengemas sampel dan pengujian di laboratorium. Dengan demikian
Desiminasi Pemantauan daerah sebar OPTK perlu dilakukan setiap
tahunnya untuk mempertahankan dan meningkatkan SDM pelaksana
pemantauan sehingga pemantauan di seluruh UPT dapat dilakukan
secara efektif, tepat sasaran dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan.
D. PEMUSNAHAN MEDIA PEMBAWA
Pada tahun 2017, telah dilaksanakan tindakan pemusnahan terhadap
media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina/ hama
penyakit hewan karantina (MP OPTK/HPHK) yang tidak memenuhi
persyaratan karena melanggar Undang-undang Nomor 16 Tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, PP Nomor 14
Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan serta PP Nomor 82 Tahun
2000 tentang Karantina Hewan.
Tindakan pemusnahan dilaksanakan sebanyak 4 kali, yaitu :
1. Tanggal 21 April 2017
Kegiatan pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa OPTK
dan media pembawa HPHK yang tidak memenuhi persyaratan
pemasukan ke wilayah Republik Indonesia dari wilayah kerja
Kantor Pos MPC Bandung dan Bandara Husein Sastranegara.
Media pembawa ini kemudian dimusnahkan di incerator SKP
Kelas I Bandung
Media pembawa OPTK yang dimusnahkan berupa benih, bibit
tanaman dan bunga impor sebanyak 55 paket, yang berasal dari
Israel, Ceko, Thailand, Malaysia, Jerman, China, Singapura,
Hongkong, USA, Brasil, Polandia, Hungaria, dan Bosnia.
Sedangkan media pembawa HPHK yang dimusnahkan berupa
BAH dan HBAH, antara lain daging ayam, daging sapi, daging
babi, keju, sosis ayam, kaki sapi dan itik kering yang berasal dari
Singapura dan Kualalumpur.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 47
2. Tanggal 29 September 2017
Kegiatan pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa
OPTK yang tidak memenuhi persyaratan pemasukan ke wilayah
Republik Indonesia dari wilayah kerja Kantor Terminal Peti
Kemas Gedebage Bandung.
Media pembawa OPTK yang dimusnahkan berupa umbi lilium
varietas Concador, Corvara, Deep Impact dan La Manca yang
positif terinfestasi OPTK A1 Rhodococcus fasians, setelah
dilakukan serangkaian uji laboratorium.
Media pembawa yang berasal dari Belanda sebanyak 751 cases
ini kemudian dimusnahkan di tempat pemilik di Kecamatan
Pangalengan, Kabupaten Bandung.
3. Tanggal 9 November 2017
Kegiatan pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa
OPTK yang tidak memenuhi persyaratan pemasukan ke wilayah
Republik Indonesia dari wilayah kerja Kantor Terminal Peti
Kemas Gedebage Bandung.
Media pembawa OPTK yang dimusnahkan berupa umbi lilium
varietas sorbone sebanyak 75 cases yang positif terinfestasi
OPTK A1 Rhodococcus fasians, setelah dilakukan serangkaian
uji laboratorium.
Media pembawa yang berasal dari Belanda ini kemudian
dimusnahkan di tempat pemilik di Kecamatan Cikajang
Kabupaten Garut.
4. Tanggal 8 Desember 2017
Kegiatan pemusnahan dilakukan terhadap media pembawa
OPTK yang tidak memenuhi persyaratan pemasukan ke wilayah
Republik Indonesia dari wilayah kerja Kantor Pos MPC Bandung.
Media pembawa OPTK yang dimusnahkan sebanyak 61 paket,
yang berasal dari Thailand, China, Inggris, Turki, Amerika
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 48
Serikat, Malaysia, Australia, Spanyol, Canada, Jerman, Ukraina
dan Israel. Sedangkan media pembawa HPHK yang
dimusnahkan sebanyak 1 paket yang berupa telur tetes ayam
dari Taipei
Media pembawa ini kemudian dimusnahkan di incerator SKP
Kelas I Bandung
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 49
BAB IV KEGIATAN UPAYA KHUSUS SWASEMBADA PADI, JAGUNG DAN
KEDELAI DI PROPINSI JAWA BARAT
Pembangunan pertanian menjadi perhatian serius pemerintah dalam
setiap tahapan pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam rangka
menuntaskan kompleksnya permasalahan, tantangan dan peluang yang
dihadapi. Sasaran program dan kebijakan pengembangan sektor tanaman
pangan merupakan salah satu strategi kunci dalam memacu pertumbuhan
ekonomi pada masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber
penghasil devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi
sebagian besar penduduk Indonesia.
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
berkembangnya industri pangan dan pakan sehingga dari sisi ketahanan
pangan nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.
Provinsi Jawa Barat berperan penting dalam pangan nasional, baik
sebagai produsen terbesar maupun konsumen terbesar. Jumlah
penduduk di Jawa Barat merupakan yang terbesar nasional sebanyak 46
juta jiwa. Di sisi lain, kontribusi produksi padi yang dihasilkan adalah yang
terbesar di tingkat nasional (peringkat ke-2 setelah Provinsi Jawa Timur)
sebanyak ±16%.
Pembangunan pertanian difokuskan pada 3 (tiga) komoditas yaitu
melalui program Upaya khusus padi, jagung, dan kedelai (Upsus Pajale).
Pada kegiatan Upsus pajale, strategi dan upaya dilakukan untuk
peningkatan luas tanam dan produktivitas di daerah-daerah sentra
produksi pangan. Operasioanalisasi pencapaian target di lapangan
dilaksanakan secara all in untuk mensukseskan program yaitu dengan
penyediaan anggaran, tenaga, perbaikan jaringan irigasi yang rusak,
bantuan pupuk, ketersedian benih unggul yang tepat (jenis/varietas,
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 50
jumlah, tempat, waktu, mutu, harga), bantuan traktor dan alsintan lainnya
untuk mendukung persiapan, panen dan pasca panen termasuk kepastian
pemasarannya.
Upsus pajale dilaksanakan serentak di hampir seluruh provinsi
antara lain Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Tengah, Jawa Barat dan
Jawa Timur.
Pendampingan/pengawalan Upsus merupakan faktor penting
dalam pencapaian target produksi yaitu dengan mengerahkan sumber
daya yang tersedia di Kementerian Pertanian. Setiap eselon di
Kementerian mendapat tugas untuk mengawal pelaksanaan Upsus di
Kabupaten sentra produksi pajale. Dukungan dari TNI Angkatan Darat
juga diperoleh dengan ditandatanganinya MOU antara Menteri Pertanian
RI dengan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) bahwa seluruh Babinsa
akan membantu petani agar program swasembada pangan ini dapat
terwujud pada tahun 2017. Dukungan dari jajaran TNI ini telah diwujudkan
sejak persiapan pertanaman sampai pengawalan benih dan pupuk. Selain
itu, dukungan dari Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam melakukan
penyerapan hasil panen para petani sangat mendukung suksesnya
program ini.
Gambar.4. Rapat Koordinasi Upsus Jawa Barat Dengan Instansi Terkait
Stasiun Karantina Pertanian (SKP) Kelas I Bandung merupakan
salah satu Unit Pelaksana Teknis lingkup Badan Karantina Pertanian yang
mendapat tugas mendukung peningkatan produksi pangan khususnya
padi, jagung dan kedelai di Jawa Barat. Kepala Stasiun Karantina
Pertanian Kelas I Bandung merupakan salah satu anggota Tim kegiatan
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 51
UPSUS Pajale wilayah Jawa Barat, dimana ketua Tim adalah Kepala
Badan Karantina Pertanian. Tugas yang diberikan kepada Stasiun
Karantina Pertanian Kelas I Bandung antara lain membantu
operasionalisasi, konsolidasi dan koordinasi Tim Upsus Pajale Jawa Barat
yang antara lain dalam meningkatkan percepatan pencapaian target luas
tambah tanam, mempercepat pencapaian serapan gabah oleh Bulog,
mengatasi kendala di pertanaman maupun penyediaan bantuan-bantuan,
mobilisasi alsintan, gerakan-gerakan tanam dan panen raya untuk
memberi semangat para insan pertanian dan mengkaunter berita - berita
yang merugikan upaya upsus pajale dan juga membantu mengendalikan
serangan hama maupun OPT yang relevan dengan tugas-tugas POPT
yang dimiliki Karantina Pertanian Bandung.
Anggaran Upsus Tahun 2017 sebesar Rp.31.500.000,-
dialokasikan untuk kegiatan konsolidasi yaitu menghadiri rapat koordinasi
antar instansi terkait dan pusat dalam kegiatan mengumpulkan data
serapan gabah (padi), jagung dan kedelai, menghadiri kegiatan gerakan
percepatan luas tambah tanam (LTT) dan kegiatan kunjungan kerja
Presiden atau Menteri Pertanian dalam rangka konsolidasi, kegiatan
gerakan panen raya padi, jagung, dan kedelai.
Gambar 5. Konsolidasi dengan Bupati Ciamis, Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis Dalam Rangka Persiapan Panen Raya di Kabupaten Ciamis
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 52
Gambar 6. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian dalam rangka panen raya dan percepatan tanam pajale di Kabupaten Ciamis
Gambar 7. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian dalam rangka panen raya,
pemberian bantuan, dan temu petani muda di Kabupaten Bandung
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 53
I. Padi
Pada tahun 2017, dengan adanya program Upsus Pajale telah
berhasil diperoleh produksi padi di Jawa Barat sebesar 12.517.736 ton
GKG dari luas tanam seluas 2.122.781 hektar. Secara rinci pencapaian
produksi padi di Jawa Barat pada tahun 2017 sebagaimana tabel 9 di
bawah ini.
Tabel 9. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Tahun 2017 di Propinsi Jawa Barat
Kabupaten/Kota Jan-Des
Luas Panen Produktivitas Produksi (ha) (ku/ha) (ton)
JAWA BARAT 2.122.781 58,97 12.517.736
Kab. Bogor 96.631 61,38 593.165
Kab. Sukabumi 162.304 52,95 859.470
Kab. Cianjur 157.454 53,90 848.599
Kab. Bandung 102.805 58,97 606.288
Kab. Garut 158.586 63,56 1.008.010
Kab. Tasikmalaya 137.468 66,81 918.445
Kab. Ciamis 77.718 59,11 459.400
Kab. Kuningan 64.612 61,57 397.785
Kab. Cirebon 88.979 56,83 505.624
Kab. Majalengka 124.109 59,83 742.565
Kab. Sumedang 97.279 60,76 591.102
Kab. Indramayu 235.461 59,30 1.396.259
Kab. Subang 201.237 59,79 1.203.208
Kab. Purwakarta 41.737 56,90 237.490
Kab. Karawang 186.530 58,78 1.096.478
Kab. Bekasi 85.370 51,72 441.570 Kab. Bandung Barat 46.395 60,78 281.964
Kab. Pangandaran 31.075 56,25 174.787
Kota Bogor 772 56,12 4.330
Kota Sukabumi 3.702 61,67 22.827
Kota Bandung 1.644 61,60 10.124
Kota Cirebon 422 42,53 1.793
Kota Bekasi 503 56,01 2.816
Kota Depok 153 54,74 838
Kota Cimahi 283 56,90 1.612
Kota Tasikmalaya 13.077 55,06 71.998
Kota Banjar 6.479 60,49 39.189
Ket : Berdasarkan angka ramalan (ARAM) II BPS Tahun 2017
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 54
Sedangkan apabila dibandingkan dengan tahun 2016, capaian luas
panen, produktivitas dan produksi tanaman padi di Jawa Barat adalah
seperti pada tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Perbandingan Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi 5 Tahun Terakhir (2013-2017) di Propinsi Jawa Barat
No Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Ku/Ha) (Ton GKG)
1 2013 2.029.891,00 59,53 12.083.162
2 2014 1.979.799,00 58,82 11.644.899
3 2015 1.857.612,00 61,22 11.373.144
4 2016 2.073.202,50 60,49 12.540.550
5 2017 2.122.781.00 58,97 12.517.736
6 Rerata 5 tahun 2.012.657,10 59,81 12.031.898
Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa luas panen tahun 2017
lebih luas 49.578,50 ha apabila dibandingkan dengan luas panen tahun
2016 dan luas panen rerata lima tahun. Ini merupakan salah satu bukti
kesuksesan program Upaya Khusus (Upsus) yang telah dilakukan tahun
2017 ini.
Gambar 8. Kunjungan Kerja Menteri Pertanian dalam rangka panen raya dan percepatan tanam padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Indramayu
Keberhasilan pencapaian kinerja tahun 2017 merupakan bukti nyata
suksesnya kinerja Kementerian Pertanian secara umum. Keberhasilan
kinerja tersebut merupakan buah kerja keras seluruh tim yang terlibat
dalam Tim Upsus Pajale.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 55
II. Jagung
Sama seperti komoditas padi, pada tahun 2017 telah dicapai
produksi jagung sebesar 1.431.486 ton GKG. Data rinci dapat dilihat pada
tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung Tahun 2017 di Propinsi Jawa Barat
Kabupaten/Kota
Jan-Des
Luas Panen Produktivitas Produksi (ha) (ku/ha) (ton)
Kab. Bogor 277 44,91 1.244
Kab. Sukabumi 10.133 52,62 53.322
Kab. Cianjur 7.477 63,09 47.176
Kab. Bandung 14.467 80,25 116.102
Kab. Garut 81.797 88,35 722.679
Kab. Tasikmalaya 14.054 67,19 94.436
Kab. Ciamis 4.058 66,65 27.046
Kab. Kuningan 3.541 66,26 23.463
Kab. Cirebon 1.627 72,59 11.812
Kab. Majalengka 19.828 85,88 170.281
Kab. Sumedang 11.526 81,63 94.086
Kab. Indramayu 2.648 68,86 18.233
Kab. Subang 125 49,60 619
Kab. Purwakarta 469 63,79 2.990
Kab. Karawang 342 69,70 2.385
Kab. Bekasi 1 50,00 5
Kab. Bandung Barat 4.184 64,91 27.158
Kab. Pangandaran 2.158 74,11 15.993
Kota Bogor 0 0,00 0
Kota Sukabumi 31 79,29 245
Kota Bandung 0 0,00 0
Kota Cirebon 0 0,00 0
Kota Bekasi 21 41,90 88
Kota Depok 9 53,33 48
Kota Cimahi 12 50,83 61
Kota Tasikmalaya 20 55,50 111
Kota Banjar 361 52,71 1.903
JAWA BARAT 179.167 79,90 1.431.486
Ket : Berdasarkan angka ramalan (ARAM) II BPS Tahun 2017
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 56
Sedangkan capaian luas panen, produktivitas dan produksi tanaman
jagung 5 tahun terakhir adalah seperti pada tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung 5 Tahun Terakhir (2012-2016) di Propinsi Jawa Barat
Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Ku/Ha) (Ton GKG)
2013 152.923 72,06 1.101.998
2014 142.964 73,24 1.047.077
2015 126.828 75,69 959.933
2016 187.701 81,76 1.534.612
2017 179.167 79,90 1.431.486 Rerata 5
tahun 157.917 76,53 929.104,60
Berdasarkan tabel 12, dapat diketahui bahwa luas panen tahun 2017
lebih rendah 8.534 ha apabila dibandingkan dengan luas panen tahun
2016, akan tetapi masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rerata 5
tahun.
III. Kedelai
Kedelai merupakan komoditas utama ketiga setelah padi dan jagung
karena perannya yang penting sebagai pemenuh kebutuhan pangan
pokok masyarakat. Komoditas ini meskipun bukan sebagai bahan
makanan pokok, akan tetapi merupakan bahan makanan pendamping,
seperti: tempe, tahu, kecap, dan lain-lain, tingkat permintaan pasarnya
sangat tinggi setiap tahunnya.
Tingginya permintaan pasar, sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan tingkat pendidikan masyarakat, sehingga bahan pangan
yang diperlukan semakin beragam.
Produksi kedelai di Jawa Barat lima tahun terakhir mengalami
fluktuasi, dan mencapai nilai produksi tertinggi pada tahun 2014. Untuk
mengatasi hal ini, pemerintah telah berupaya untuk memenuhi kebutuhan
kedelai dengan beberapa kebijakan, diantaranya dengan upaya
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 57
peningkatan produktivitas dan produksi maupun dengan menjaga
stabilitas harga dengan menerbitkan harga pembelian pemerintah (HPP).
Tabel 13. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Tahun 2017 di Propinsi Jawa Barat
Kabupaten/Kota Jan-Des
Luas Panen Produktivitas Produksi
(ha) (ku/ha) (ton)
Kab. Bogor 289 0,00 356
Kab. Sukabumi 3.589 16,72 6.001
Kab. Cianjur 3.941 17,24 6.794
Kab. Bandung 437 18,38 803
Kab. Garut 6.194 18,39 11.391
Kab. Tasikmalaya 4.629 16,46 7.620
Kab. Ciamis 1.546 18,23 2.819
Kab. Kuningan 236 16,66 393
Kab. Cirebon 173 0,00 189
Kab. Majalengka 704 18,86 1.327
Kab. Sumedang 863 16,53 1.427
Kab. Indramayu 6.574 17,93 11.784
Kab. Subang 241 13,98 337
Kab. Purwakarta 70 17,71 124
Kab. Karawang 797 20,18 1.609
Kab. Bekasi 0 0,00 0
Kab. Bandung Barat 692 17,61 1.219
Kab. Pangandaran 981 16,72 1.640
Kota Bogor 0 0,00 0
Kota Sukabumi 0 0,00 0
Kota Bandung 0 0,00 0
Kota Cirebon 0 0,00 0
Kota Bekasi 1 10,00 1
Kota Depok 0 0,00 0
Kota Cimahi 0 0,00 0
Kota Tasikmalaya 452 13,58 614
Kota Banjar 220 16,32 359
JAWA BARAT 32.628 17,41 56.807
Pada tahun 2017, luas panen kedelai tahun 2017 seluas 32.628 ha.
Secara rinci pencapaian produksi kedelai di Propinsi Jawa Barat dalam 5
(lima) tahun terakhir (2013-2017) sebagaimana tercantum pada tabel 14 di
bawah ini.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 58
Tabel 14. Realisasi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai 5
Tahun Terakhir (2013-2017) di Propinsi Jawa Barat
No Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi
(Ha) (Ku/Ha) (Ton GKG)
1 2013 32.813 14,82 48.636
2 2014 70.719 16,3 115.261
3 2015 60.172 16,44 98.938
4 2016 54.679 16,81 91.908
5 2017 32.628 17,41 56.807
6 Rerata 5 tahun 50.202,20 16,36 82.310,00
Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa Produktivitas kedelai
tahun 2017 lebih besar dibandingkan tahun 2016 dan rerata lima tahun.
Produksi kedelai yang belum maksimal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya kondisi iklim sepanjang tahun 2017 yang
tidak mendukung upaya budidaya kedelai.
Berdasar data pada tabel 10, dapat diketahui bahwa luas panen
tanaman padi pada tahun 2017 di Propinsi Jawa Barat sudah melampaui
target. Wilayah Jawa Barat sudah dapat dikatakan berhasil melaksanakan
sebagian swasembada pangan utamanya padi. Beberapa indikator
membuktikan bahwa Indonesia pada tahun 2017 tidak melakukan impor
beras, padahal sebelumnya Indonesia selalu impor beras
Pada tahun 2017 juga, Jawa Barat telah berhasil melakukan ekspor
beras ke beberapa negara serta adanya pendistribusian beras ke luar
Provinsi Jawa Barat yang pengeluarannya melalui pemeriksaan Karantina
Pertanian di Pelabuhan Laut Cirebon antara lain ke Provinsi Sumatera
Selatan.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 59
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pelaksanaan kegiatan SKP Kelas I Bandung yang telah
dipaparkan dan disajikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Selama Tahun 2017, kegiatan operasional dan administrasi di
SKP Kelas I Bandung secara umum telah berjalan dengan baik
dan banyak mengalami kemajuan.
2. Sampai akhir tahun 2017, jumlah pegawai SKP Kelas I Bandung,
sebanyak 50 orang. Jumlah pegawai tersebut,masih belum cukup
memenuhi beban kerja,sehingga masih terjadi perangkapan
tugas.
3. SKP Kelas I Bandung mengelola anggaran DIPA TA 2017 sebesar
Rp. 6.867.445 dengan realisasi sebesar Rp. 6.758.659.767 atau
sebesar 98,42%.
4. Realisasi PNBP sampai dengan 31 Desember 2017 adalah
sebesar Rp. 1.761.540.289 atau mencapai 146,8% dari estimasi
pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.1.200.000.000.
5. Pada tahun 2017, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
telah memberikan pelayanan sertifikasi karantina hewan sebanyak
4.603 permohonan. Pelayanan sertifikasi karantina hewan terdiri
dari sertifikat kesehatan hewan (KH-9) sebanyak 1.346 set,
sertifikat sanitasi produk hewan (KH-10) sebanyak 743 set, surat
keterangan untuk benda lain (KH-11) sebanyak 156 set dan
sertifikat pelepasan (KH-12) sebanyak 2.407 set.
6. Pada tahun 2017, Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
telah memberikan pelayanan sertifikasi karantina tumbuhan
sebanyak 19.505 permohonan. Pelayanan sertifikasi karantina
tumbuhan terdiri dari Sertifikat Sanitasi Pelepasan Karantina
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 60
Tumbuhan/PSAT (KT-9) sebanyak 647 set, Phytosanitary
Certificate (KT-10) sebanyak 7.734 set, Sertifikat Kesehatan
Tumbuhan Antar Area (KT-12) sebanyak 19.785 set. Dokumen
utama KT yang batal dikarenakan kesalahan pengetikan atau saat
print dokumen sebanyak 180 set.
7. Dalam rangka mendukung peningkatan produksi pangan
khususnya padi, jagung dan kedelai yang menjadi prioritas utama
swasembada pangan nasional, SKP I Bandung telah ikut
melaksanakan kegiatan UPSUS Pajale yang kegiatannya antara
lain berupa operasionalisasi, konsolidasi dan koordinasi Tim
Upsus Pajale Jawa Barat dalam upaya meningkatkan percepatan
pencapaian target luas tambah tanam, mempercepat pencapaian
serapan gabah oleh Bulog, mengatasi kendala di pertanaman
maupun penyediaan bantuan-bantuan, mobilisasi alsintan,
gerakan-gerakan tanam dan panen raya untuk memberi semangat
para insan pertanian dan mengkaunter berita - berita yang
merugikan upaya upsus pajale dan juga membantu
mengendalikan serangan hama maupun OPT yang relevan
dengan tugas-tugas POPT yang dimiliki Karantina Pertanian
Bandung.
B. SARAN
1. Perlunya penambahan jumlah pelatihan/magang/in house
training untuk pegawai teknis dan non teknis sehingga
kemampuan mendiagnosa/ mengidentifikasi hama dan penyakit
tumbuhan/hewan menjadi lebih akurat dan pelatihan administrasi
yang berkesinambungan dalam upaya mencapai kinerja yang
optimal.
2. Perlunya peningkatan peran serta masyarakat pengguna jasa
karantina dan kerjasama yang baik dengan instansi terkait dalam
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 61
rangka kegiatan akreditasi laboratorium serta untuk menghindari
terjadinya pelanggaran pada komoditi yang dilalulintaskan.
3. Perlunya penambahan SDM fungsional tertentu (POPT, Medik
Veteriner dan Paramedik Veteriner) sebagai benteng terdepan
cegah tangkal Hama Penyakit Hewan dan Tumbuhan (HPHK dan
OPTK).
4. Perlunya penambahan sarana prasarana untuk menunjang
peningkatan pelayanan publik.
Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung
Laporan Tahunan 2017 62