Standard Chartered and Deloitte Case

21

Click here to load reader

description

Review of Standard Chartered and Deloitte Case related to Iranian fund

Transcript of Standard Chartered and Deloitte Case

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menyatakan menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata Ajaran: Pengauditan 1Judul Tugas: Kasus Pelanggaran Etika Oleh Deloitte dan Standard CharteredTanggal: 27 September 2013Pengajar : Arief Achmad Dhani S.E., M.M., CPA & Dudi Hadi Santoso S.E., M.Ak.Nama & Tandatangan :

Inez BelindaIrawati Susanti

Nathanael MuljanaLouis Bernardus Dupa Sangkrista

Dionisius Denizar

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, kami hendak menyampaikan rasa syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga hendak menyampaikan rasa terima kasih kami kepada Bapak Arief Achmad Dhani S.E., M.M., CPA, karena atas bimbingan Beliau selama di kelas kami dapat memahami dasar-dasar pengauditan dengan baik.Dalam rangka mengaplikasikan pemahaman dasar-dasar pengauditan, terutama dalam masalah etika profesi auditor, kami menyusun sebuah makalah yang berisikan tentang pengamatan terhadap kasus-kasus pelanggaran etika profesi auditor serta tanggapan kami atas kasus-kasus yang terjadi. Tentu saja harapan dari dibuatnya makalah ini adalah agar kami memahami apa yang dimaksud dengan pelanggaran etika profesi auditor dan agar jika kedepannya kami akan menjalani profesi sebagai auditor, kami tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi, sehingga tidak mencoreng nama profesi auditor.Tiada gading yang tak retak. Sebuah peribahasa yang menggambarkan bahwa upaya manusia, sebaik apapun itu, tak luput dari kesalahan. Begitu pula dengan hasil kerja kami ini, tentu saja tak mungkin luput dari kesalahan. Kami berharap bahwa para pembaca makalah ini dapat memberikan saran-saran dan kritik yang membangun, agar kedepannya kami dapat bekerja dengan lebih baik lagi. Kami juga menyampaikan rasa terima kasih kami atas perhatian yang telah diberikan atas hasil kerja kami.

Depok, 27 September 2013

Tim Penulis

DAFTAR ISI

Statement of Authorship 1Kata Pengantar ... 2Daftar Isi 3Landasan Teori .. 4Latar Belakang ... 6Pembahasan .. 11Kesimpulan .. 13

1

LANDASAN TEORI

Auditor adalah seseorang pekerja professional yang bertugas melakukan auditing. Auditing merupakan suatu proses memeriksa laporan keuangan sebuah entitas dengan mengakumulasi serta mengevaluasi bukti-bukti yang terkait dengan informasi untuk dapat menentukan korespondensi antar informasi yang tersaji dengan kriteria tertentu.Sebagai seorang pekerja professional, auditor membutuhkan pedoman sebagai pegangan dalam melakukan pekerjaannya. Maka dari itulah muncul etika rofesional. Etika merupakan kumpulan dari prinsip moral dan nilai-nilai. Dalam bermasyarakat, etika dibuat sebagai pedoman bagi masyarakat agar setiap angota masyarakat dapat menjalankan funginya dengan baik, demikian pula dalam dunia auditing. Josephson Institute merumuskan bahwa ada 6 prinsip besar etika, yaitu trustworthiness, respect, responsibility, fairness, caring, dan citizenship. Trustworthiness, artinya rasa dapat dipercaya, termasuk di dalamnya adalah kejujuran, integritas, keandalan, dan kesetiaan. Respect atau menghargai, artinya kita memperlakukan seseorang dengan memperhatikan berbagai pertimbangan serta menerima segala perbedaan dan kepercayaan tanpa merendahkan. Responsibility artinya berusaha mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan tekun dan maksimal, serta penuh dengan pengendalian diri. Fairness, artinya menunjukan kesamaan dan keadilan, proposional serta terbuka. Fairness akan memberikan cara penanganan yang konsisten terhadap kondisi yang sama. Caring artinya peduli dengan kesejahteraan orang lain, dan citizenship menunjukan kepatuhan terhadap hukum dan Negara.Seorang auditor memiliki tanggung jawab untuk membuktikan secara beralasan apakah suatu laporan keuangan bebas dari material misstatement yang bisa jadi disebabkan akibat kesalahan (error) atau karena kesengajaan (fraud). Oleh karena itu, ada beberapa prinsip dasar etika professional yang harus dipatuhi oleh seorang auditor. Prinsip-prinsip itu adalah : Integrity. Dalam hal ini seorang auditor harus berlaku lurus dan jujur dalam melakukan pekerjaannya sehigga dapat dipercaya sebagai seorang professional. Objectivity. Seorang auditor dalam memberikan opini atas laporan keuangan yang diperiksanya, harus bersikap objektif, artinya tidak boleh dipengaruhi oleh pihak atau kepentingan tertentu. Professional competence and due care. Selain memiliki integritas dan objektivitas, yang tidak kalah penting dari seorang auditor adalah kompetensinya. Auditor dapat memeriksa dan memberi opini yang baik atas laporan keuangan yang ditanganinya jika auditor tersebut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Confidentiality. Salah satu tantangan yang sangat besar sebagai seorang auditor adalah harus mampu menjaga kerahasiaan informnasi yang diperoleh dari pekerjaannya. Seorang auditor tidak boleh membocorkan informasi apapun kepada siapapun tanpa izin dari pihak yang bersangkutan, kecuali diwajibkan oleh hukum yang berlaku. Professional behavior. Perilaku yang professional harus dimiliki oleh auditor untuk mempertahankan kredibilitasnya. Seorang auditor tidak boleh melebih-lebihkan kemampuannya, serta tidak boleh merendahkan kemampuan kompetitornya.

LATAR BELAKANG

Amerika memiliki hukum mengenai Anti Money-Laundering sejak tahun 1970. Peraturan ini adalah bentuk tindakan preventif dan sebagai aturan resmi yang mengatur sanksi bagi yang melanggar. Anti Money-Laundering Law melarang adanya kegiatan pencucian uang di dalam Amerika dan berfokus pada sektor keuangan. New York State Banking Department adalah lembaga yang memiliki tugas untuk mengawasi kegiatan sektor jasa keuangan di dalam Amerika, termasuk kegiatan kegiatan mencurigakan yang melanggar hukum seperti pencucian uang tersebut. Standard Chartered Bank, sebuah bank asal Inggris yang juga beroperasi di Amerika, dicurigai oleh New York State Banking Department karena ditemukannya beberapa kegiatan yang berpotensi melanggar hukum mengenai pencucian uang. Hal ini berlanjut pada tanggal 7 Oktober 2004, dimana Standard Chartered Bank menandatangani perjanjian yang menyatakan bahwa bank tersebut harus segera melakukan tindakan perbaikan, salah satunya adalah kewajiban untuk menunjuk firma konsultasi independen yang disetujui oleh Federal Reserve Bank of New York dan New York State Banking Department untuk melakukan kajian menyeluruh terhadap aktivitas mencurigakan yang meliputi transaksi dan akun akun bank tersebut pada cabang New York. Semua pihak selanjutnya setuju atas ditunjuknya Deloitte sebagai lembaga independen yang akan melakukan transaction review terhadap kasus ini.Setelah penyelidikan berjalan selama setahun, tepatnya pada tanggal 30 Agustus 2005, anggota senior dari tim Deloitte mengirimkan dua buah email yang berisi laporan keuangan, sebagai contoh metode untuk menyembunyikan aktivitas mencurigakan terkait money laundering. Hal ini adalah upaya Standard Chartered dan Deloitte untuk menyembunyikan transaksi yang berujung pada pencucian uang di antara rekening nasabah nasabah berkewarganegaraan Iran. Tindakan ini dianggap berbahaya oleh Amerika karena dapat menjadi sarana untuk melakukan kegiatan terorisme yang mengancam kondisi keamanan dan stabilitas Amerika.Email itu juga merupakan bukti tertulis yang menyatakan bahwa Deloitte menyarankan agar laporan tersebut dijadikan sebagai contoh atau template bagi Standard Chartered. Saran yang tidak independen dan pengungkapan laporan keuangan yang bersifat rahasia kepada pihak lain oleh Deloitte telah melanggar kode etik.Pada awal bulan Oktober 2005, Deloitte mengemukakan di dalam draft Transaction Review Report bahwa terdapat metode metode keuangan menggunakan wire messages yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana manipulasi bagi bank untuk menghindari hukum anti pencucian uang yang dimiliki oleh Amerika. Deloitte juga menyarankan agar transaksi seperti ini dibatasi atau bahkan dilarang dengan hukum.Deloitte kemudian menghapus rekomendasi tersebut dari laporan resmi yang diserahkan kepada New York State Banking Department atas permintaan dari Standard Chartered Bank. Hal hal mencurigakan diatas menimbulkan pertanyaan dan penyelidikan pun selanjutnya dilakukan oleh Department of Financial Service New York atas Deloitte dan Standard Chartered yang memutuskan bahwa kedua pihak bersalah dan Deloitte harus membayar denda dan sanksi lainnya.

Siapakah Yang Terlibat?Standard Chartered BankStandard Chartered Bank (SCB) adalah sebuah bank yang didirikan pada tahun 1969 dan berkantor pusat di London. SCB telah beroperasi di lebih dari 70 negara dan melayani jasa perbankan ritel, korporat, dan institusional. SCB adalah salah satu bank yang berkedudukan di Inggris, namun mereka tidak menjalankan bisnis perbankan ritel di Inggris. Awal dari bisnis SCB adalah merger antara Standard Bank dan Chartered Bank of India, Australia and China yang dimana kedua bank tersebut terbentuk pada abad ke-19 dan menjadi bank yang berdiri di banyak negara jajahan Inggris seperti India, Australia, Afrika Selatan dan lain-lain.

SCB juga melakukan ekspansi bisnis ke negara-negara di Asia dengan membeli beberapa bank seperti di Pakistan, Vietnam, India, Bangladesh, dan Indonesia. Di Indonesia, SCB dan Astra International membentuk konsorsium dalam pembelian saham Bank Permata dari BPPN sebesar 89,01% dan menjadikan konsorsium SCB-Astra menjadi pemegang saham mayoritas di Permata Bank.SCB berdasarkan beberapa sumber memiliki beberapa kasus kontroversial seperti yang terjadi pada tahun 1992, dimana beberapa karyawan SCB di India dituduh memainkan dana simpanan nasabah untuk dispekulasikan di pasar modal sehingga terjadi kerugian dan dikenai denda oleh pihak regulator perbankan di India. Lalu pada tahun 1994 dilaporkan oleh sebuah harian di Inggris, yakni Sunday Times bahwa beberapa karyawan bagian logam mulia SCB di Filipina dan Malaysia memberi suap kepada pejabat di negara-negara tersebut untuk kepentingan pemenangan tender bisnis. Selain itu di tahun yang sama regulator pasar modal di Hong Kong menemukan bahwa divisi perbankan investasi SCB di Asia memanipulasi harga saham enam perusahaan yang dijamin emisinya oleh SCB pada saat penawaran perdana saham dari Juli 1991 hingga Maret 1993.

Deloitte Financial Advisory Service LLPDeloitte adalah salah satu jaringan penyedia layanan profesional terbesar di dunia dan masuk ke dalam Big Four bersama dengan Ernst & Young, Pricewaterhouse Coopers, dan KPMG. Deloitte menyediakan layanan audit, perpajakan, konsultan manajemen, konsultan resiko usaha dan financial advisory. Deloitte berkedudukan hukum di Inggris dengan bentuk limited company dan memiliki kantor pusat global di New York. Deloitte hingga kini memiliki kira-kira lebih dari 200.000 karyawan di lebih dari 150 negara dengan pelayanan yang khusus di masing-masing negara.Deloitte Financial Advisory Service LLP (DFAS) merupakan salah satu anak usaha Deloitte di Amerika Serikat yang menangani masalah merger dan akuisisi, fraud, litigasi, dan reorganisasi perusahaan. DFAS berkedudukan di New York dan juga memiliki anak perusahaan yakni Deloitte Corporate Finance LLC yang khusus menangani kasus merger dan akuisisi, divestasi, dan perencanaan modal bagi klien

Apa Yang Dilanggar Deloitte?Berdasarkan perjanjian yang dilaksanakan antara New York Department of Financial Services dengan Deloitte Financial Advisory Service LLP, Deloitte dinyatakan terkait New York Banking Law Section 36.10 serta New York Financial Service Law Section 302 (a). Dalam Banking Law, Deloitte melanggar kerahasiaan dokumen yang seharusnya tidak boleh dipublikasikan tanpa seijin Department of Financial Services. Sedangkan pada Financial Services Law, Deloitte diharuskan mengikuti superintendant, dalam hal ini adalah Department of Financial Service.Berikut adalah kutipan dari New York Banking Law Section 36.10:"All reports of examinations and investigations, correspondence and memoranda concerning or arising out of such examination and investigations, including any duly authenticated copy or copies thereof in the possession of any banking organization, bank holding company or any subsidiary thereof (as such terms "bank holding company" and "subsidiary" are defined in article three-A of this chapter), any corporation or any other entity affiliated with a banking organization within the meaning of subdivision six of this section and any non-banking subsidiary of a corporation or any other entity which is an affiliate of a banking organization within the meaning of subdivision six-a of this section, foreign banking corporation, licensed lender, licensed casher of checks, licensed mortgage banker, registered mortgage broker, licensed mortgage loan originator, licensed sales finance company, registered mortgage loan servicer, licensed insurance premium finance agency, licensed transmitter of money, licensed budget planner, any other person or entity subject to supervision under this chapter, or the department, shall be confidential communications, shall not be subject to subpoena and shall not be made public unless, in the judgment of the superintendent, the ends of justice and the public advantage will be subserved by the publication thereof, in which event the superintendent may publish or authorize the publication of a copy of any such report or any part thereof in such manner as may be deemed proper or unless such laws specifically authorize such disclosure. For the purposes of this subdivision, "reports of examinations and investigations, and any correspondence and memoranda concerning or arising out of such examinations and investigations", includes any such materials of a bank, insurance or securities regulatory agency or any unit of the federal government or that of this state any other state or that of any foreign government which are considered confidential by such agency or unit and which are in the possession of the department or which are otherwise confidential materials that have been shared by the department with any such agency or unit and are in the possession of such agency or unit."Berikut adalah kutipan dari New York Financial Service Law Section 302 (a):" (a) The superintendent shall have the power to prescribe and from time to time withdraw or amend, in writing, rules and regulations and issue orders and guidance involving financial products and services, not inconsistent with the provisions of this chapter, the banking law, the insurance law and any other law in which the superintendent is given authority: (1) effectuating any power given to the superintendent under the provisions of this chapter, the insurance law, the banking law, or any other law to prescribe forms or make regulations; (2) interpreting the provisions of this chapter, the insurance law, the banking law, or any other applicable law; and (3) governing the procedures to be followed in the practice of the department."

PEMBAHASAN

Berdasarkan kronologi yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis melihat adanya tiga prinsip etika profesional yang dilanggar, terutama prinsip etika profesional seorang akuntan. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa prinsip utama seorang akuntan dalam memberikan jasa audit dan assurance ialah independensi, yang berarti seorang akuntan harus independen dalam memberikan kedua jasa tersebut. Akan tetapi, prinsip utama ini telah dilanggar oleh Deloitte. Ketika New York State Department of Financial Services (NY DFS) menghimbau Standard Chartered supaya menyewa jasa konsultan finansial untuk memantau kegiatan transaksi Standard Chartered antara tahun 2002 sampai 2004, yang terjadi justru Deloitte membantu Standard Chartered menyembunyikan ribuan transaksi dengan nominal jutaan US dollar. Standard Chartered meminta Deloitte untuk menghilangkan transaksi transaksi yang terjadi antara Standard Chartered dengan orang Iran dan Deloitte setuju untuk melakukan hal tersebut. Sangat jelas terlihat bahwa Deloitte tidak independen dalam menyediakan jasanya ke Standard Chartered, bahkan dengan sadar Deloitte juga menyetujui permintaan Standard Chartered sebagai pihak pemakai jasanya.Bukan hanya prinsip independensi saja yang dilanggar oleh Deloitte, dalam kasus ini Deloitte juga telah melanggar prinsip compliance atau kepatuhan terhadap peraturan. Amerika pada dasarnya telah menetapkan peraturan tentang anti money laundering terutama aliran kas atau proses transaksi dari Amerika ke Iran. Aliran uang dari proses money laundering dari Amerika ke Iran ini dianggap berbahaya dan mengancam keamanan Amerika sendiri. Hal ini dikarenakan dana tersebut diperkirakan digunakan Iran untuk pembangunan sistem kekuatan nuklir dan pengembangan terorismenya. Dalam kasus ini, Deloitte tidak mematuhi peraturan anti money laundering dengan membantu Standard Chartered menghilangkan transaksi jutaan US dollar.Deloitte juga tidak menjalankan kewajibannya. Deloitte ditugaskan untuk memonitor transaksi yang dilakukan oleh Standard Chartered, oleh karena itu sudah seharusnya Deloitte menyampaikan transaksi ilegal yang dilakukan Standard Chartered ke New York State Department of Financial Statement. Namun hal ini tidak diindahkan oleh Deloitte. Bahkan Deloitte yang seharusnya menjadi mata mata dari NY DFS yang bertugas memastikan bahwa Standard Chartered tidak lagi melakukan praktik money laundering, malah membantu Standard Chartered dalam melanggar aturan.Prinsip lain yang dilanggar oleh Deloitte adalah confidentiality, yang berarti kerahasiaan klien. Dari sumber yang diperoleh penulis, Deloitte membocorkan nama dan informasi dua kliennya (dalam hal ini bank), yang juga memiliki hubungan monitor engagement. Deloitte setelah itu ditugaskan untuk memonitor dua bank lainnya yang ternyata juga melakukan praktik money laundering. Hasil dari memonitor dua bank tersebut kemudian dibocorkan oleh Deloitte. Informasi rahasia tersebut disampaikan seorang karyawan senior Deloitte kepada pimpinan Standard Chartered. Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan oleh Deloitte, tidak sepantasnya Deloitte memberitahukan informasi rahasia kliennya kepada pihak ketiga karena perbuatan pemberitahuan informasi klien kepada pihak ketiga dianggap tidak etis dan profesional.

KESIMPULAN

Kasus pelanggaran etika selalu terjadi, dan sering kali kasus-kasus ini dilakukan oleh perusahaan besar. Enron dengan Arthur Andersen, Satyam dengan PricewaterhouseCoopers, dan Standard Chartered dengan Deloitte. Nama besar tidak menjadi jaminan bahwa perusahaan-perusahaan akan beroperasi sesuai dengan standar etika bisnis.Walaupun upaya penyelesaian kasus pelanggaran etika yang dituduh dilakukan oleh Standard Chartered dan Deloitte ini masih berlangsung, keterkaitan nama mereka dalam kasus ini secara langsung dan tidak langsung sudah merusak nama baik mereka di mata publik. Dalam sebuah artikel, disebutkan bahwa beberapa petinggi bank menyebutkan bahwa mereka tidak ingin bekerja sama dengan perusahaan (layanan finansial) yang tersangkut kasus fraud atau merusak keamanan sistem perbankan atau keamanan negara. Bahkan, sanksi satu tahun yang dikenakan kepada Deloitte bukan hanya menghambat kinerja mereka sekarang, namun akan menjadi hambatan dalam mencari klien-klien baru. Tentu saja, hal seperti ini akan menjadi kerugian bagi Standard Chartered dan Deloitte.Namun, ada satu hal yang menarik. Disebutkan bahwa Standard Chartered di Amerika Serikat pernah mengingatkan kantor pusat Standard Chartered di Inggris tentang resiko jika Standard Chartered terus menerus mengeksploitasi skema U-Turn dan bertransaksi dengan nasabah dari Iran, dan kantor pusat mengabaikan peringatan tersebut, mengatakan bahwa orang-orang Amerika tidak punya hak untuk melarang orang lain dari bertransaksi dengan orang Iran. Mungkin tidak pernah terpikirkan bahwa suatu hari, sistem standar yang mereka gunakan untuk menyembunyikan transaksi-transaksi dari Iran ini akan terbongkar, dan mereka terancam kehilangan lisensi untuk beroperasi di New York (yang sebenarnya sangat mengancam operasi mereka di Amerika Serikat).Di sisi yang lain, gagalnya Deloitte dalam mempertahankan etika profesionalitas sebagai konsultan bagi perbankan menjadi hal yang sangat memalukan. Kasus ini mempengaruhi nama baik Deloitte di Amerika, mengakibatkan hilangnya pelanggan lama dan pelanggan potensial.Kasus-kasus yang telah terjadi menjadi pelajaran bagi semua. Bayaran yang besar yang dijanjikan oleh nasabah untuk kita berbuat tidak sesuai dengan etika profesionalitas terkadang tidak sesuai dengan kerugian yang akan kita alami jika tindakan kita terungkap ke publik. Sanksi-sanksi diberikan, baik yang berupa denda, hingga hilangnya kepercayaan atas kinerja kita, yang semakin memperburuk keadaan.