Standar Petani Swadaya RSPO Dokumen untuk Konsultasi ... · Dokumen ini meliputi Standar Petani...

59
Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10 th April 2019 1 Standar Petani Swadaya RSPO Dokumen untuk Konsultasi Publik 10 April 2019

Transcript of Standar Petani Swadaya RSPO Dokumen untuk Konsultasi ... · Dokumen ini meliputi Standar Petani...

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

1

Standar Petani Swadaya RSPO

Dokumen untuk Konsultasi Publik

10 April 2019

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

2

Daftar Isi

Pendahuluan ............................................................................................................................................ 3

1. Cakupan: Memahami aspek ‘siapa, apa, dan bagaimana’ dalam Standar Petani Swadaya RSPO .... 5

1.1 Siapa yang dapat menggunakan Standar Petani Swadaya RSPO? ............................................ 5

1.2 Hal apa yang diatur oleh Standar Petani Swadaya? ................................................................. 6

1.3 Bagaimana cara mendapatkan sertifikat di bawah Standar Petani Swadaya? ......................... 6

1.4 Standar mana yang digunakan jika Standar Petani Swadaya tidak berlaku? ........................... 7

2. Pendekatan Bertahap RSPO untuk Sertifikasi Petani Swadaya ........................................................ 7

2.1 Verifikasi, klaim, dan kredit ...................................................................................................... 8

2.1.1 Eligibilitas - tingkat awal ................................................................................................... 9

2.1.2 TC-A - perbaikan dan perkembangan terus menerus ....................................................... 9

2.1.3 TC-B - perbaikan dan kepatuhan penuh secara terus menerus ..................................... 10

3. Persyaratan Normatif dalam Standar Petani Swadaya RSPO ......................................................... 12

3.1 Prinsip, Kriteria, dan Indikator ................................................................................................ 12

3.1.1 Pedoman lebih jauh untuk menafsirkan PCI ................................................................... 12

3.1.2 Dukungan bagi petani dalam mencapai kepatuhan ....................................................... 13

3.1.3 Melewatkan indikator yang tidak berlaku/relevan ........................................................ 13

3.1.4 Pernyataan Petani .......................................................................................................... 13

3.1.5 Pertimbangan lainnya ..................................................................................................... 14

3.2 Persyaratan sistem untuk pembentukan kelompok ............................................................... 25

3.2.1 Dukungan bagi manajer kelompok untuk membentuk kelompok ................................. 26

4. Pedoman bagi Manajer Kelompok ................................................................................................. 30

Lampiran 1 – Definisi .............................................................................................................................. 53

Lampiran 2 .............................................................................................................................................. 55

Ringkasan Pendekatan dan Perangkat NKT RSPO yang Disederhanakan untuk Petani Swadaya .......... 55

Lampiran 3 .............................................................................................................................................. 58

Kerangka Kerja Kepastian untuk Standar Petani Swadaya RSPO ........................................................... 58

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

3

Standar Petani Swadaya RSPO Pendahuluan The Roundtable on Sustainable Palm Oil (“RSPO”) mengakui pentingnya posisi petani dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan peran serta petani dalam sistem RSPO. Strategi Petani RSPO yang telah disahkan oleh Dewan Gubernur RSPO pada tanggal 14 Juni 2017 mengamanatkan dilakukannya penyederhanaan sistem dan standar sertifikasi RSPO (prinsip, kriteria, dan indikator) agar dapat semakin memenuhi kebutuhan petani. Pada tahun 2018, Teori Perubahan (Theory of Change atau “ToC”) RSPO telah mengidentifikasi sasaran pengikutsertaan petani dalam jumlah yang lebih banyak untuk masuk ke dalam sistem demi produksi yang lestari sekaligus memperoleh penghasilan yang lestari dari minyak sawit. Standar Petani Swadaya (Independent Smallholder Standard/“Standar Petani Swadaya”) RSPO yang baru dikembangkan ini akan menanggapi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi para petani swadaya ketika hendak berperan serta di dalam sistem RSPO: yakni persyaratan yang sederhana dan mudah dipahami serta perangkat yang efektif dari segi biaya dan mempertimbangkan keanekaragaman, kemampuan, dan insentif. Standar ini berfungsi sebagai pelengkap bagi Prinsip & Kriteria (Principles & Criteria/“P&C”) RSPO 2018. Standar Petani Swadaya ini dikelola dalam tiga bidang dampak, dengan menggunakan ToC RSPO sebagai kerangka kerjanya.

Bidang Dampak ToC Standar Petani Swadaya Kesejahteraan

Sasaran Dampak: Sektor yang kompetitif,

berketahanan, dan berkelanjutan

Prinsip 1: Mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, dampak positif dan ketahanan

Masyarakat Sasaran Dampak:

Mata pencaharian yang berkelanjutan dan pengurangan

kemiskinan. Dilindungi, dihormati, dan dipulihkannya

Hak Asasi Manusia (“HAM”).

Prinsip 2 – Legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan masyarakat Prinsip 3 – Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja

Planet Sasaran Dampak:

Ekosistem yang dilestarikan, dilindungi, dan ditingkatkan

sebagai bekal bagi generasi yang akan datang

Prinsip 4 – Lindungi, lestarikan, dan tingkatkan ekosistem dan lingkungan

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

4

Standar Petani Swadaya ini merupakan bagian dari sistem RSPO yang lebih luas. Selain Standar Petani Swadaya, RSPO juga menyediakan informasi yang sesuai bagi petani pada situs webnya, termasuk keseluruhan strategi RSPO. Untuk mendukung petani swadaya dalam mencapai kelestarian dan perbaikan mata pencaharian, RSPO memiliki perangkat dan bahan pelatihan yang ditujukan secara khusus bagi petani, termasuk di dalamnya Akademi Petani RSPO. Terakhir, terdapat persyaratan sertifikasi yang spesifik untuk Standar Petani Swadaya (lih. Lampiran 3). Gambar berikut ini menyajikan ikhtisar mengenai semua dokumen yang sesuai dengan sertifikasi petani di bawah Standar Petani Swadaya.

Gambar 1 Dokumen-dokumen yang sesuai dengan Standar Petani Swadaya RSPO

Dokumen ini meliputi Standar Petani Swadaya beserta Prinsip, Kriteria dan Indikator dalam standar tersebut dan sertifikasi kelompok, dan pedoman untuk pengelolaan dan pelaksanaan kriteria dan indikator tersebut. Dokumen ini diatur sebagai berikut. Bagian Isi Pengguna Utama Bagian 1 Cakupan: Pemahaman terkait aspek ‘siapa, apa dan

bagaimana’ dalam Standar Petani Swadaya.

Semua pengguna standar: manajer kelompok, petani swadaya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), penyedia pendampingan teknis, pembeli kredit petani, badan sertifikasi (certification body atau “CB”), penjual, pembeli, pekebun sawit besar, dsb.

Bagian 2 Pendekatan bertahap RSPO untuk sertifikasi dan klaim petani swadaya.

Semua pengguna standar: manajer kelompok, petani swadaya, LSM, penyedia pendampingan teknis, pembeli kredit petani, CB, penjual, pembeli, pekebun sawit besar, dsb.

Bagian 3 Dokumen Normatif: a. Prinsip, Kriteria, dan Indikator Standar Petani

Swadaya. b. Persyaratan Sistem untuk Pembentukan dan

Pengelolaan Kelompok.

a. Manajer kelompok dan petani swadaya; penyedia pendampingan teknis.

b. Manajer kelompok.

Bagian 4 Pedoman bagi Manajer Kelompok mengenai cara pelaksanaan Standar Petani Swadaya.

Manajer kelompok.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

5

Bagian 5 Pedoman bagi anggota perorangan dalam kelompok mengenai cara pelaksanaan Standar Petani Swadaya (tidak dijelaskan dalam dokumen ini).

Manajer kelompok, petani swadaya, , penyedia pendampingan teknis.

Lampiran 1

Definisi

Semua pengguna

Lampiran 2

Ringkasan Pendekatan dan Perangkat NKT RSPO yang Disederhanakan untuk Petani Swadaya

Semua pengguna

Lampiran 3

Standar Kerangka Kepastian Petani Swadaya

Semua pengguna, khususnya CB

1. Cakupan: Memahami aspek ‘siapa, apa, dan bagaimana’ dalam Standar Petani Swadaya RSPO Bagian cakupan ini menentukan siapa yang dapat menggunakan standar dan sistem ini (serta siapa saja pihak lainnya yang tidak dapat menggunakannya), hal apa yang diatur standar ini, dan bagaimana standar ini berlaku. CATATAN: Untuk bagian tulisan yang diberikan sorot hijau, ini berarti bahwa istilah tersebut sudah dijelaskan dalam daftar definisi (Lampiran 1).

1.1 Siapa yang dapat menggunakan Standar Petani Swadaya RSPO?

Standar Petani Swadaya RSPO hanya berlaku bagi dan hanya dapat digunakan oleh petani yang memenuhi persyaratan selaku Petani Swadaya.

Saya adalah seorang petani swadaya jika:

Saya BUKAN petani skema/plasma (lih definisi Lampiran 1). Luas total areal produksi sawit saya:

≤ (lebih kecil atau sama dengan) 50 ha jika tidak ada batasan yang ditetapkan dalam Interpretasi Nasional; ATAU ≤ (lebih kecil atau sama dengan) luasan maksimal yang ditetapkan dalam Interpretasi Nasional (contoh: untuk Indonesia, berlaku batasan 25 ha atau di bawahnya; dan untuk Ekuador, 75 ha atau di bawahnya).

Saya memegang kewenangan pengambilan keputusan yang dapat saya laksanakan pada operasi areal tersebut dan praktik produksinya; dan/atau Saya memiliki kebebasan memilih bagaimana cara memanfaatkan lahan, apa jenis tanaman yang hendak ditanam, dan bagaimana cara mengelolanya (apakah dan bagaimana mereka mengatur, mengelola, dan membiayai lahan tersebut). Saya memenuhi semua kriteria lebih lanjut terkait keberlakuan standar ini sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional negara saya.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

6

Standar Petani Swadaya RSPO berlaku untuk produksi minyak sawit lestari di seluruh dunia.

1.2 Hal apa yang diatur oleh Standar Petani Swadaya? Jika luasan total areal tidak melebihi batasan (50 ha atau luasan lain sebagaimana ditetapkan Interpretasi Nasional), maka Standar Petani Swadaya ini akan berlaku untuk semua petak lahan yang: • merupakan petak tempat produksi sawit saat ini; • petak yang dialokasikan untuk penanaman kembali (replanting) atau perluasan; DAN/ATAU • petak yang, atau berpotensi untuk, dialokasikan untuk penanaman baru sawit.

Bagaimana cara menentukan ukuran suatu areal produksi sawit? Luas total suatu areal produksi sawit ditentukan dengan cara menjumlahkan luasan semua petak yang dimiliki oleh satu petani. Yang dijumlahkan ini adalah petak-petak lahan yang ada saat ini beserta kawasan-kawasan lainnya yang tersedia untuk perluasan penanaman sawit baru, atau kawasan-kawasan yang dialokasikan untuk penanaman baru, yang dimiliki oleh satu orang petani – di dalam unit sertifikasi (contoh: kelompok petani yang bersangkutan).

1.3 Bagaimana cara mendapatkan sertifikat di bawah Standar Petani Swadaya?

Unit Sertifikasi untuk Standar Petani Swadaya terdiri dari sekelompok petani, manajer kelompok, dan semua anggota perorangan. Yang memegang sertifikat adalah kelompok tersebut. Petani swadaya yang memenuhi persyaratan haruslah: • merupakan anggota dari suatu kelompok untuk sertifikasi Petani Swadaya Anggota yang memenuhi persyaratan haruslah: • merupakan entitas yang terdaftar resmi atau dibentuk secara legal, sebagaimana diatur oleh

hukum nasional yang berlaku di negara tempat kelompok tersebut berada; dan • menunjuk satu manajer kelompok yang memenuhi semua persyaratan dalam Prinsip 1. Apakah yang dimaksud dengan kelompok? Tidak semua kelompok mirip satu sama lainnya. ü Manajer kelompok dapat merupakan perwakilan dari suatu Pabrik Kelapa Sawit (“PKS”),

organisasi, atau perorangan. ü Kelompok dapat terdaftar secara legal sebagai perorangan atau organisasi. ü Kelompok dapat memiliki anggota berapa pun jumlahnya, termasuk jika hanya ada satu

anggota saja. ü Tidak ada batasan bagi jumlah maksimal luasan hektar suatu kelompok. Batasan maksimal

hanya berlaku bagi setiap anggota perorangan.

Lih. juga pedoman lebih lanjut pada Bagian 4 tentang pedoman bagi manajer kelompok dan persyaratan pengelolaan.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

7

1.4 Standar mana yang digunakan jika Standar Petani Swadaya tidak berlaku? Jika Standar Petani Swadaya tidak berlaku karena persyaratan Petani Swadaya atau Sertifikasi Kelompok tidak terpenuhi, masih memungkinkan untuk mendapatkan sertifikat RSPO dengan menggunakan salah satu dari pendekatan berikut ini.

a. Sertifikasi Kelompok untuk produksi Tandan Buah Segar (“TBS”) – lihat di sini. b. P&C RSPO 2018: Dokumen ini mencakup serangkaian prinsip, kriteria, dan indikator dari

P&C RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Lestari 2018 yang menentukan kelestarian kinerja produsen sawit besar, termasuk di dalamnya proses verifikasi dan kepastian.

2. Pendekatan Bertahap RSPO untuk Sertifikasi Petani Swadaya Standar Petani Swadaya RSPO memperkenalkan suatu pendekatan bertahap untuk membantu petani mencapai kepatuhan dalam jangka waktu tertentu sebagaimana disajikan dalam Gambar 2. Pendekatan ini mencakup tiga tahap sebagai berikut. 1) Pemenuhan Persyaratan (Eligibilitas/E) 2) Tonggak Capaian A (TC-A) 3) Tonggak Capaian B (TC-B, yang berarti kepatuhan penuh)

Gambar 2 Pendekatan bertahap untuk sertifikasi petani berdasarkan Standar Petani Swadaya. Pendekatan ini

membantu agar petani mampu masuk ke dalam sistem setelah bergabung dalam kelompok dan memenuhi semua Indikator Pemenuhan Persyaratan/Eligibilitas.

Pendekatan ini dirancang untuk menyeleksi petani dari praktik-praktik yang paling tidak lestari. Selanjutnya petani-petani yang memenuhi persyaratan akan mendapatkan waktu untuk melakukan perbaikan dan mencapai perkembangan secara terus menerus agar memenuhi semua persyaratan. Persyaratan kunci dari pendekatan ini adalah sebagai berikut.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

8

• Kelompok perlu menunjukkan perkembangan dalam bergerak dari pemenuhan indikator Eligibilitas menuju indikator-indikator yang ada dalam TC-A dan pada akhirnya memenuhi indikator-indikator dalam TC-B

• Harus ada perkembangan dalam jadwal yang telah ditetapkan, yaitu dua tahun untuk bergerak maju dari Eligibilitas menuju TC-A. Selanjutnya, akan diberikan waktu satu tahun untuk maju dari indikator TC-A ke TC-B

• Kepatuhan pada setiap tonggak capaian diukur dengan cara memenuhi semua persyaratan tonggak capaian pada saat ini dan semua tonggak capaian yang telah dilalui sebelumnya. Sebagai contoh, untuk dapat mematuhi TC-A, kelompok petani harus menunjukkan kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan pada tahap Eligibilitas dan TC-A.

• Akan diberikan waktu selambatnya dua tahun untuk melakukan perkembangan dari tahap Eligibilitas menuju TC-A, dan selambatnya satu tahun dari tahap TC-A ke TC-B. Namun demikian, petani dapat melakukan perkembangan langsung menuju TC-B jika dapat menunjukkan kepatuhan terhadap TC-A dan TC-B pada tahap Eligibilitas. Petani dapat bergerak maju dan diaudit untuk TC-A dan TC-B pada saat yang sama, di mana hal ini akan dinilai oleh manajer kelompok dan auditor pihak ketiga. Hal demikian juga berlaku bagi semua pelatihan (TC-A) di mana manajer kelompok akan menilai petani-petani yang telah memiliki kemampuan yang relevan.

Proses perbaikan terus menerus terikat pada insentif-insentif yang akan dijelaskan rinci pada sub-bagian berikut ini. 2.1 Verifikasi, klaim, dan kredit Sistem sertifikasi mencakup penilaian dan verifikasi yang dilakukan pada setiap tahap dalam ketiga tahap ini. Masing-masing tahap memiliki persyaratan kepastian sendiri untuk menilai kepatuhan, klaim yang dapat dilakukan petani, dan manfaat bagi petani. • Persyaratan kepastian mengacu pada tingkat verifikasi pada setiap tahap. • Klaim mengacu pada status yang dapat diberikan petani kepada TBS yang dihasilkannya. Hal ini

dinyatakan sebagai setara Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil/CPO)/Minyak Inti Sawit (Palm Kernel Oil/PKO) bersertifikat, dan dapat dijual sebagai minyak sawit bersertifikat melalui semua model rantai pasok, baik melalui penjualan fisik atau sebagai kredit petani.

• Manfaat mengacu pada insentif yang dapat diterima petani melalui penjualan TBS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik, yaitu Penjagaan Identitas (Identity Preserved/IP), Segregasi (SG) atau Kesetimbangan Massa (MB) yang masuk ke dalam PKS atau sebagai kredit RSPO. Pembeli dapat membeli minyak sawit bersertifikat dari petani dan menyampaikan sumber-sumbernya dalam komunikasi eksternal. à lih di sini untuk info lebih lanjut mengenai kredit RSPO.

Prinsip untuk mengonversi TBS bersertifikat menjadi minyak sawit lestari bersertifikat (Certified Sustainable Palm Oil/”CSPO") Petani dapat menjual TBS bersertifikatnya kepada PKS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik atau sebagai bentuk yang setara dengan kredit RSPO. Satu ton TBS ditransfer ke beberapa ton kredit CSPO menggunakan rendemen (Oil Extraction Rate/OER) 20%, dengan tunduk kepada hasil verifikasi dan konfirmasi dari auditor. Dengan demikian, 100 ton TBS lestari bersertifikat = 20 ton CSPO = 20 kredit. Rendemen Inti Sawit (Kernel Extraction Rate/"KER") juga ada untuk minyak inti sawit atau bungkil inti sawit (lih. gambar).

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

9

Bagian-bagian di bawah ini menjelaskan persyaratan kepastian, klaim, dan manfaat secara umum pada setiap tahap dalam ketiga tahap tersebut, sebagaimana dapat dilihat ringkasannya pada Gambar 3.

2.1.1 Eligibilitas - tingkat awal Persyaratan kepastian

• Kepatuhan kelompok terhadap indikator eligibilitas diaudit oleh auditor independen1 yang diakreditasi untuk menjalankan tugasnya di bawah skema RSPO. Lih. daftarnya di sini.

• Semua anggota perorangan dari kelompok wajib memenuhi Indikator Eligibilitas.

Klaim

• Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai TBS bersertifikat kepada PKS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik (IP, SG atau MB).

• Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai kredit RSPO, atau kredit CSPO, Minyak Inti Sawit Lestari Bersertifikat (Certified Sustainable Palm Kernel Oil/”CSPKO”) atau Bungkil Inti Sawit Lestari Bersertifikat (Certified Sustainable Palm Kernel Expeller/”CSPKE”) melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO.

• Setelah indikator eligibilitas diverifikasi, kelompok dapat melakukan klaim terhadap TBS sebagai hasil yang setara dengan CSPO dan menjualnya melalui semua model rantai pasok.

2.1.2 TC-A - perbaikan dan perkembangan terus menerus

Persyaratan kepastian

• Praktik yang dilakukan kelompok diverifikasi oleh audit internal yang dilakukan oleh manajer kelompok untuk membuktikan perkembangan dipenuhinya 100% indikator TC-A, sekaligus mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Eligibilitas.

• Auditor independen yang terakreditasi melakukan verifikasi dokumen terhadap audit internal yang diselenggarakan oleh manajer kelompok.

Klaim dan manfaat

• Kelompok dapat membuktikan dipenuhinya indikator-indikator TC-A selambatnya dalam waktu dua tahun setelah tingkat awal (yakni Eligibilitas).

• Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai TBS bersertifikat kepada PKS bersertifikat melalui model-model rantai pasok fisik (IP, SG atau MB).

1 Kelompok dapat meminta Dana Dukungan Petani RSPO (RSPO Smallholder Support Fund/RSSF) untuk menutupi biaya audit pertama Indikator Eligibilitas.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

10

• Jumlah sebanyak hingga 50% TBS dapat dijual sebagai Kredit RSPO atau kredit CSPO, CSPKO atau CSPKE melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO.

2.1.3 TC-B - perbaikan dan kepatuhan penuh secara terus menerus Persyaratan kepastian

• Kelompok diaudit oleh auditor independen yang terakreditasi. • Semua anggota perorangan dari kelompok wajib memenuhi 100% indikator TC-B sekaligus

mempertahankan kepatuhan terhadap 100% indikator Eligibilitas dan 100% indikator TC-A Klaim dan manfaat

• 100% TBS dapat dijual sebagai TBS bersertifikat kepada PKS bersertifikat melalui model rantai pasok fisik (IP, SG atau MB).

• 100% TBS dapat dijual sebagai Kredit RSPO, atau kredit CSPKO atau CSPKE melalui platform IT dan sistem perdagangan RSPO.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

11

Gambar 3 Kepastian dan sistem klaim kredit petani

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

12

3. Persyaratan Normatif dalam Standar Petani Swadaya RSPO Bagian ini mencakup komponen-komponen normatif Standar Petani Swadaya RSPO yang terdiri dari: • Prinsip, Kriteria, dan Indikator yang berlaku bagi petani swadaya maupun manajer kelompok; dan • Persyaratan Sistem untuk Pembentukan dan Pengelolaan Kelompok (termasuk di dalamnya SKI)

yang hanya berlaku bagi manajer kelompok [tidak bagi petani perorangan yang merupakan anggota kelompok].

3.1 Prinsip, Kriteria, dan Indikator

Prinsip, Kriteria, dan Indikator (Principles, Criteria and Indicators/“PCI”) Standar Petani Swadaya RSPO terdiri dari 4 prinsip, 23 kriteria, dan 58 indikator yang dikelola bersama bidang dampak RSPO, yakni Kesejahteraan, Masyarakat, dan Planet. Tabel berikut ini terdiri dari Prinsip, Kriteria dan Indikator yang harus dipertimbangkan sebagai berikut. ü Keempat Prinsip tersebut merupakan pernyataan mengenai hasil yang dikehendaki dan

berfungsi sebagai kerangka kerja keseluruhan. ü Kriteria adalah bagaimana cara manajer kelompok dan anggota kelompok perorangan

(petani) mencapai hasil tersebut. ü Indikator menetapkan apa yang anggota petani perorangan dan/atau kelompoknya harus

buktikan agar dapat mematuhi kriteria. Indikator disajikan dalam tiga kolom, sehingga mencerminkan ketiga tahap dalam mencapai kepatuhan penuh. • Indikator Eligibilitas harus dipenuhi sebelum masuk ke dalam sistem. • Indikator TC-A harus dipenuhi untuk membuktikan bahwa kelompok terus mencapai

perkembangan menuju pemenuhan kepatuhan penuh. • TC-B harus dipenuhi untuk mencapai kepatuhan penuh terhadap Standar Petani Swadaya

RSPO. • Indikator bersifat kumulatif, sehingga:

o pada tahap Eligibilitas, 100% indikator harus dipatuhi; o pada tahap TC-A, 100% indikator Eligibilitas + 100% indikator TC-A harus dipatuhi; dan o pada tahap TC-B, 100% indikator Eligibilitas + 100% indikator TC-A + 100% indikator TC-

B harus dipatuhi.

3.1.1 Pedoman lebih jauh untuk menafsirkan PCI Prinsip, Kriteria dan Indikator Standar Petani Swadaya RSPO harus dibaca dan digunakan bersama dengan perangkat, sumber daya, dan pedoman yang diatur lebih lanjut pada Bagian 4 dokumen ini (untuk manajer kelompok)2.

2 Versi akhir dokumen ini juga akan mencakup Panduan untuk anggota kelompok perorangan, untuk dimasukkan ke dalam Bagian 5.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

13

3.1.2 Dukungan bagi petani dalam mencapai kepatuhan Standar Petani Swadaya RSPO ini mengasumsikan bahwa tidak semua petani memiliki kemampuan dan sumber daya untuk mematuhi semua indikator ketika mereka masuk ke dalam sistem. Oleh karena itu, standar ini secara spesifik memasukkan indikator-indikator yang mengacu pada pelatihan, pada umumnya yang ada pada TC-A. Jika disebutkan pelatihan, RSPO mengasumsikan bahwa manajer kelompoklah yang pada prinsipnya bertanggung jawab menyediakan pelatihan. Diharapkan agar hal ini dapat dilakukan dengan dukungan dari PKS (beserta pembeli yang berada lebih ke hilir) sebagaimana diatur dalam Prinsip 5 P&C RSPO 2018 (P&C Generik). Tidak semua petani perlu ikut serta di semua pelatihan. Kepatuhan terhadap indikator-indikator yang mengacu pada pelatihan bergantung pada tingkat kebutuhan anggota kelompok akan kemampuan dan dukungan. Oleh karena itu, pada saat masuk ke dalam sistem, manajer kelompok akan melakukan penilaian terhadap kebutuhan anggota kelompok akan pelatihan. Sesuai dengan Strategi Petani RSPO, RSPO bermaksud agar dukungan lebih lanjut (dalam bentuk kemampuan teknis, perangkat, pedoman atau dukungan keuangan) disediakan melalui RSPO Smallholder Support Fund (RSSF), sebagai contohnya, bagi manajer kelompok dan para anggotanya. Ini mencakup sumber daya keuangan untuk audit pertama guna menilai eligibilitas. Selain itu, untuk membantu petani swadaya memenuhi praktik-praktik sawit lestari, RSPO telah mendirikan Akademi Petani RSPO yang akan menyediakan serangkaian modul pelatihan untuk manajer kelompok dan petani melalui suatu sistem pendekatan Pelatihan untuk Pelatih (ToT). Oleh karena itu, modul pelatihan tersebut (yang nantinya akan disediakan melalui Akademi Petani) lebih dirancang secara spesifik untuk para pelatih (yang dapat mencakup manajer kelompok) ketimbang petani.

3.1.3 Melewatkan indikator yang tidak berlaku/relevan Tabel Prinsip, Kriteria, dan Indikator berikut ini memberikan enam contoh di mana kriteria atau indikator dapat dilewatkan jika petani dapat membuktikan bahwa indikator tersebut tidak berlaku baginya. Sebagai contoh, jika petani hendak memperluas petak lahannya atau menanam sawit baru, maka ada beberapa kriteria tertentu untuk penanaman baru yang tidak berlaku sehingga dapat dilewatkan. Indikator sebagaimana dimaksud ditandai jelas dalam tabel di bawah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak ada indikator dalam tahap Eligibilitas yang dapat dilewatkan.

3.1.4 Pernyataan Petani Tabel 1 berikut ini, bersama dengan Prinsip, Kriteria, dan Indikator, beberapa kali mencakup acuan terhadap Pernyataan Petani. Hal ini mengacu pada suatu pernyataan pendek dan sederhana yang tidak mengikat secara hukum, yang akan diberikan manajer kelompok kepada para petani yang bergabung dengan, atau membentuk, suatu kelompok. Kandungan dan maksud dokumen tersebut akan dijelaskan kepada para petani sebelum mereka diminta untuk menandatangani dan berkomitmen pada isi pernyataan tersebut. Tujuan dari Pernyataan Petani adalah 1) memastikan bahwa petani memahami komitmen mereka dan apa yang diharapkan dari mereka di dalam sertifikasi Standar Petani Swadaya RSPO; dan 2) menyampaikan manfaat-manfaat yang akan diterima petani swadaya jika bergabung dalam sistem RSPO.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

14

3.1.5 Pertimbangan lainnya Kecuali dinyatakan berbeda, ‘Petani’ berarti petani perorangan yang menjadi bagian dari suatu kelompok. Untuk tujuan ketidaksesuaian, indikator-indikator yang ada tidak akan dibedakan satu sama lain. Sebagai contoh, tidak ada indikator yang ditentukan sebagai ‘penting’ dan ‘tidak penting’.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

15

Tabel 1 – Prinsip, Kriteria, dan Indikator (PCI) dalam Standar Petani Swadaya RSPO

KESEJAHTERAAN Sektor yang kompetitif, berketahanan, dan berkelanjutan Prinsip 1: Mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, dampak positif, dan ketahanan

Melaksanakan operasi yang profesional dan transparan untuk mendapatkan perbaikan mata pencaharian yang berkelanjutan. Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

1.1 Petani membentuk kelompok dan memiliki kapasitas kelembagaan untuk mematuhi Standar Petani Swadaya RSPO.

1.1.E Kelompok petani yang dibentuk secara legal memiliki bukti-bukti tercatat untuk memasukkan sebagai berikut. 1. Pembentukan secara legal (sesuai

negara). 2. Pengambilan keputusan dan tata

kelola yang adil dan transparan. 3. Pernyataan Petani yang

ditandatangani. 4. Dokumen lainnya sesuai

persyaratan untuk Pembentukan dan Pengelolaan Kelompok.

1.1.TC-A Manajer Kelompok beserta anggotanya memiliki Sistem Kendali Internal (SKI) yang memenuhi semua persyaratan Eligibilitas dan TC-A sistem tersebut, dan menyelesaikan pelatihan tentang pemasaran; dinamika kelompok; dan praktik terbaik untuk organisasi petani.

1.1.TC-B Kelompok petani menjalankan operasi sesuai dengan Praktik Pengelolaan Terbaik (“PPT”) bagi kelompok, termasuk: • pengambilan keputusan dan

tata kelola yang adil dan transparan; dan

• pengelolaan keuangan berkelanjutan.

1.2 Petani memiliki kemampuan untuk mengelola perkebunannya secara efektif.

1.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang membuatnya berkomitmen untuk: a. menyatakan semua kepemilikan

lahan dan memberikan informasi sebagai berikut kepada kelompok: i. lokasi semua petak petani

yang saat ini telah ditanami dengan sawit;

1.2.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai operasi, pemantauan, dan perencanaan usaha perkebunan. Pelatihan dimaksud mencakup pelatihan mengenai penyimpanan catatan untuk produksi dan transaksi, penelusuran data terkait luas, tahun tanam, jenis/varietas dan catatan produksi, termasuk di

1.2.TC-B Petani mengelola perkebunan mereka secara efektif dan mengelola catatan data produksi dan transaksi semua penjualan TBS.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

16

ii. lokasi semua petak petani yang tidak ditanami dengan sawit;

iii. informasi rinci mengenai rencana penanaman kembali (replanting) dan/atau perluasan sawit;

iv. segala konflik atas lahan yang masih ada saat ini;

v. status kepemilikan dan pemanfaatan lahan; dan

vi. sumber didapatkannya tenaga pekerja perkebunan.

b. melanjutkan untuk memenuhi tonggak capaian yang diwajibkan untuk terus melakukan perkembangan;

c. berperan serta secara aktif dalam kelompok dan berkontribusi terhadap kemajuan yang dicapai kelompok menuju produksi yang berkelanjutan, termasuk di dalamnya: • tidak ada penanaman baru

atau perluasan perkebunan yang ada saat ini, yang dilakukan di hutan primer, kawasan Nilai Konservasi Tinggi (NKT”), zona penyangga kawasan riparian/sungai, kawasan berlereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana diatur oleh Interpretasi Nasional);

• tidak ada penanaman baru di atas gambut;

• tidak ada praktik kerja paksa; • tidak ada praktik pekerja anak;

dan

dalamnya input/asupan produksi dan hasil panen.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

17

• berkonsultasi/musyawarah dengan masyarakat setempat mengenai segala perencanaan penanaman baru.

1.3 Petani melaksanakan Praktik Pertanian yang Baik (Good

Agricultural Practice/“GAP”) di perkebunannya.

TIDAK ADA 1.3.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang GAP dan memberitahukan manajer kelompok mengenai hasil panen saat ini.

1.3.TC-B Petani telah menerapkan GAP di perkebunannya dan terus melacak produktivitasnya.

MASYARAKAT Mata pencaharian yang berkelanjutan dan pengurangan kemiskinan. Dilindungi, dihormati, dan dipulihkannya HAM. Prinsip 2 - Legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan masyarakat

Mematuhi hukum yang berlaku dan menghormati hak-hak masyarakat

Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

2.1 Petani memiliki hak legal atau adat dalam memanfaatkan lahan sesuai dengan praktik nasional dan peraturan daerah.

2.1.E Petani memberikan informasi mengenai geolokasi petaknya dan status kepemilikan dan pemanfaatan lahan tersebut. (Lih. Indikator 1.2.E).

TIDAK ADA 2.1.TC-B Petani memberikan bukti-bukti kepatuhan terhadap hak-hak legal atau adat, terkait dengan pemanfaatan lahan.

2.2 Petani tidak membatasi hak yang sah atas lahan dan sumber daya yang dimiliki oleh pihak lain, khususnya (akan tetapi tidak terbatas pada) hak yang dimiliki kaum yang rentan seperti perempuan dan masyarakat adat.

2.2.E. Petani memberikan informasi mengenai segala konflik yang masih ada terkait dengan lahannya (lih. Indikator 1.2.E).

2.2.TC-A Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait pemanfaatan dan hak akses atas lahan dan sumber daya; atau diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat.

2.2.TC-B Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait pemanfaatan dan hak akses atas lahan dan sumber daya; atau diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

18

2.3 Petak petani berlokasi di luar kawasan-kawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung oleh hukum nasional, regional atau daerah, atau sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional.

2.3.E Petani tidak menjalankan operasi di dalam petak yang berada di kawasan-kawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung oleh hukum nasional, regional atau daerah, atau sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional.

TIDAK ADA 2.3.TC-B Semua petak petani ditandai batasannya dengan jelas dan terlihat, dan dilakukan pemeliharaan terhadap zona penyangga dan batas-batas yang berada di dekat petak anggota kelompok.

Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 2.4 Petani tidak pernah mendapatkan

lahan dari masyarakat setempat (termasuk, akan tetapi tidak terbatas pada, kelompok masyarakat adat dan perempuan) tanpa disertai Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior and Informed

Consent/“FPIC”) dari mereka, sebagaimana dinyatakan melalui lembaga perwakilan yang mereka pilih secara bebas.

2.4.E Untuk penanaman sawit baru, petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk berkonsultasi/musyawarah dengan masyarakat setempat untuk penanaman sawit baru (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) (lih. Bagian 1.2.E).

Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini.

2.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai cara melakukan pemetaan masyarakat sesuai dengan praktik-praktik dalam prinsip yang mengikuti FPIC.

Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 2.4.TC-B Berdasarkan praktik-praktik yang

mengikuti prinsip FPIC, petani dan masyarakat (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) menyepakati rencana pengembangan sawit baru jika praktik ini menyebabkan terjadinya perubahan pemanfaatan lahan.

Prinsip 3 – Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja

Melindungi HAM dan melindungi hak-hak pekerja, dengan memastikan kondisi kerja yang aman dan layak Standar Petani Swadaya ini berlaku bagi berbagai macam petani swadaya sehubungan dengan keadaan geografis, jenis, ukuran dan karakteristik demografis yang ada. Penggunaan tenaga kerja di perkebunan sawit dari luar pihak keluarga/rumah tangga petani adalah hal yang lebih biasa terjadi di beberapa negara. Contohnya, hal ini dikarenakan rerata usia petani yang memiliki lahan, atau karena rerata ukuran ekonomis dalam kepemilikan lahan. Risiko tidak diikutinya praktik-praktik ketenagakerjaan akan semakin meningkat di perkebunan-perkebunan petani yang menggunakan tenaga kerja dari luar rumah tangga/keluarganya. Risiko semacam ini terlebih khusus muncul pada situasi-situasi di mana petani selaku pemilik lahan mempekerjakan orang lain untuk bekerja di lahannya karena petani tidak secara aktif melakukan kegiatan perkebunan. Oleh karena itu, Standar Petani Swadaya ini memiliki persyaratan yang cukup ketat mengenai pekerja, yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekerasan pada pekerja dan memberlakukan standar ini pada berbagai jenis kelompok petani di semua kawasan. Hal ini akan meningkatkan penerapan praktik pekerja yang lebih baik pada skala besar dan juga meningkatkan dampak-dampak positif secara signifikan.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

19

Untuk petani yang hanya menggunakan pekerja keluarga yang berasal dari satu rumah tangga, standar ini menggunakan metode ‘skip logic’ untuk beberapa persyaratan kerja. Untuk bisa melewatkan indikator, petani harus menyatakan sumber tenaga kerjanya, sehingga menentukan mana saja kriteria yang sesuai dengannya dan mana yang tidak (lih. juga Bagian 3.1.3).

Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

3.1 Tidak ada penggunaan praktik kerja paksa.

3.1.E Manajer kelompok dan petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk tidak melakukan praktik kerja paksa, kerja ijon, perbudakan, kerja wajib, dan perdagangan manusia, serta memberikan informasi tentang sumber tenaga kerja yang ada di perkebunannya. (Lih. 1.2.E).

3.1.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang pemberian kerja yang adil serta melaksanakan dan membuktikan bahwa semua pekerjaan yang diberikannya dilakukan atas dasar sukarela, dan bahwa praktik-praktik berikut ini adalah hal yang dilarang.

• Penahanan dokumen identitas atau paspor.

• Kewajiban membayar biaya perekrutan.

• Pekerjaan lembur yang tidak sukarela.

• Tidak adanya kebebasan bagi pekerja untuk mengundurkan diri.

• Adanya hukuman/penalti jika pekerja.

• Kerja ijon. • Penahanan gaji • Gangguan/campur tangan

dalam pembentukan atau operasi organisasi atau asosiasi pekerja.

3.1.TC-B Pekerja di perkebunan, termasuk keluarganya, memiliki akses terhadap dokumen identitasnya, kebebasan untuk bergerak, dan dapat menyatakan bahwa mereka dapat memilih pekerjaan mereka dengan bebas.

3.2 Tidak ada praktik penggunaan pekerja anak.

3.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk tidak menggunakan pekerja anak, termasuk di dalamnya:

3.2.TC-A Manajer kelompok, petani dan pekerja menyelesaikan pelatihan dan memahami dampak negatif dari praktik pekerja anak.

3.2.TC-B Manajer kelompok dan petani menerapkan tindakan-tindakan sebagai berikut untuk melindungi anak.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

20

1. mematuhi usia minimum pekerja sebagaimana diatur oleh peraturan daerah, provinsi atau nasional.

2. tidak menempatkan anak pada pekerjaan berbahaya;

3. menempatkan pengawasan orang dewasa terhadap anak yang bekerja di perkebunan; dan

4. memastikan agar pekerjaan di perkebunan tidak mengganggu pendidikan anak.

(Lih. Bagian 1.2.E)

1. Tidak ada pekerja berusia 15 tahun atau lebih muda (sebagaimana diatur oleh peraturan daerah, provinsi atau nasional) di perkebunan petani.

2. Jika terdapat pemberian kerja kepada pekerja usia muda, mereka tidak diberikan pekerjaan yang berbahaya secara mental maupun fisik dan yang mengganggu kegiatan pendidikan mereka di sekolah, jika ada.

Apakah ada pekerja di perkebunan? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini.

3.3 Upah pekerja mematuhi persyaratan minimal dalam hukum yang berlaku, standar wajib industri, dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagaimana diatur oleh hukum nasional.

TIDAK ADA 3.3.TC-A Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan.

3.3. TC-B Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan.

Apakah ada pekerja di perkebunan? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini.

3.4 Pekerja diberikan hak dan peluang untuk menyampaikan pengaduan kepada manajer kelompok atau pihak ketiga yang sesuai (contoh: RSPO, pemerintah daerah setempat, dsb.).

TIDAK ADA 3.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai hak pekerja untuk menyampaikan pengaduan dan menyampaikan informasi kepada pekerja mengenai sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan pengaduan.

3.4.TC-B Pekerja memahami dan memiliki akses terhadap sarana yang efektif untuk menyampaikan pengaduan.

3.5 Kondisi dan fasilitas kerja yang aman tanpa risiko bagi kesehatan dan memenuhi ketentuan hukum yang minimal.

TIDAK ADA 3.5.TC-A Petani, pekerja, dan anggota keluarga petani menyelesaikan pelatihan dan memahami risiko-risiko kesehatan dan keamanan

3.5.TC-B Pekerja, termasuk juga anggota keluarga petani, memiliki akses terhadap kondisi kerja yang aman

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

21

yang berkaitan dengan pekerjaan di perkebunan (termasuk di dalamnya risiko yang timbul akibat penggunaan pestisida) dan cara untuk memitigasinya.

dan fasilitas yang harus mencakup:

• perumahan yang aman dan layak, jika ada;

• pelatihan dan peralatan kesehatan dan keselamatan, termasuk Alat Pelindung Diri (“APD”) minimum jika sesuai dengan jenis pekerjaan;

• persediaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dasar; dan

• air minum dan toilet yang layak.

Apakah ada pekerja di perkebunan? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini.

3.6 Tidak ada diskriminasi, pelecehan, atau kekerasan yang terjadi di perkebunan.

TIDAK ADA 3.6.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang diskriminasi, pelecehan dan kekerasan di tempat kerja, dan memahami kebutuhan akan tempat kerja yang aman.

3.6.TC-B Pekerja menyatakan dengan bebas bahwa mereka bekerja di tempat yang aman dan terbebas dari diskriminasi, pelecehan atau kekerasan.

PLANET Ekosistem yang dilestarikan, dilindungi, dan ditingkatkan sebagai bekal bagi generasi yang akan datang Pendahuluan Stok Karbon Tinggi (SKT) Standar Petani Swadaya ini bertujuan untuk memenuhi tujuan Strategi Petani RSPO untuk meningkatkan keterlibatan petani, memprioritaskan praktik-praktik yang ditingkatkan, yang turut

memberi manfaat bagi mata pencaharian petani, sekaligus menjunjung tinggi persyaratan inti keberlanjutan. Hal ini mencakup perlindungan bagi kawasan-kawasan NKT dan Stok Karbon

Tinggi (“SKT”).

Oleh karena itu, RSPO telah mengembangkan metodologi NKT yang telah disederhanakan untuk mengidentifikasi, melindungi dan mengelola NKT, di mana hal ini akan memberikan pedoman

bagi penanaman yang ada saat ini maupun penanaman baru (lih. di sini). Pedoman untuk penanaman yang ada saat ini didasarkan atas prinsip kehati-hatian. Untuk penanaman baru,

kombinasi antara risiko potensi NKT dan ukuran perluasan akan menentukan prosedur NKT mana yang dibutuhkan.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

22

Untuk memenuhi Kriteria 4.1 dan 4.2, Standar Petani Swadaya ini mengizinkan penggunaan metodologi NKT ini dengan menggunakan perangkat yang disederhanakan, termasuk aplikasi

telepon seluler yang memberikan pedoman untuk potensi keberadaan NKT 1-3 (melalui peta potensi NKT pada tingkat negara) dan potensi keberadaan NKT 4-6 (melalui kuesioner yang telah

ditentukan. Lampiran 2 memberikan ringkasan singkat mengenai cara kerja perangkat tersebut.

Sesuai dengan persyaratan-persyaratan SKT yang baru dalam P&C generik RSPO 2018, RSPO bekerja sama dengan HCSA Steering Group untuk mengembangkan suatu perangkat NKT-SKT

yang dikombinasikan dan disederhanakan untuk mengidentifikasi dan melindungi kawasan-kawasan SKT. Namun untuk sementara, hingga tersedianya perangkat dimaksud bagi petani

swadaya, Standar ini akan menggunakan pendekatan kehati-hatian untuk NKT dalam mengidentifikasi dan melindungi kawasan-kawasan SKT terkait dengan penanaman sawit baru. Untuk

kasus-kasus yang diidentifikasi berisiko tinggi, perlu untuk melibatkan penilai dari Skema Perizinan Penilai (Assessor Licencing Scheme/ALS), dan pada dasarnya SKT sudah dimasukkan

sebagai bagian dari penilaian tersebut.

Pendekatan NKT yang disederhanakan ini akan berlaku mulai tanggal diadopsinya Standar Petani Swadaya yang baru hingga pendekatan NKT-SKT yang dikombinasikan dan disederhanakan

siap dilaksanakan dan disetujui. Pendekatan kombinasi NKT-SKT hasil pengembangan untuk petani swadaya akan dibuka untuk konsultasi publik dan diharapkan untuk dipublikasikan

selambatnya bulan November 2020 (atau Majelis Umum 17 RSPO).

Prosedur Remediasi dan Kompensasi (Remediation and Compensation Procedure/RaCP) Remediasi dan kompensasi harus dilakukan untuk segala pembukaan lahan sejak bulan November 2005 yang tidak didahului kajian penilaian NKT (lih. Kriteria 4.2).

Persyaratan sebagaimana dijelaskan dalam RaCP (2015) tidak berlaku sepenuhnya bagi petani swadaya. Untuk petani swadaya, standar ini akan berfokus untuk mengembangkan suatu

mekanisme RaCP yang semestinya, seperti remediasi di lokasi (mekanisme pendanaannya akan ditentukan) karena ini secara kontekstual sesuai dengan skala produksi petani swadaya, dan

akan membantu agar petani swadaya mampu memaksimalkan dampak positif terhadap lingkungan di lokasi yang bersangkutan. Ketentuan ini berarti bahwa tanggung jawab yang terukur

akan diungkap dan dinilai melalui suatu analisis perubahan pemanfaatan lahan (Land Use Change Analysis/“LUCA”) yang didukung oleh Sekretariat RSPO.

Prinsip 4 - Lindungi, lestarikan, dan tingkatkan ekosistem dan lingkungan

Lindungi lingkungan, lestarikan keanekaragaman hayati, tingkatkan ekosistem, dan pastikan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

4.1 Kawasan NKT yang ada di petak lahan petani atau di dalam kelompok dikelola untuk memastikan agar kawasan-kawasan tersebut dipelihara dan/atau ditingkatkan.

TIDAK ADA 4.1.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai berikut ini dan memahaminya. - Pentingnya memelihara dan

melestarikan kawasan NKT. - Konflik antara manusia dan

satwa liar. - Mengenal spesies-spesies

langka, terancam, dan genting (Rare, Threatened and

Endangered – “RTE”) beserta ekosistem-ekosistem penting.

4.1.TC-B Petani melaksanakan praktik kehati-hatian dan menjaga spesies-spesies RTE beserta kawasan NKT, jika ada.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

23

4.2 Jika petak lahan petani yang ada saat ini berada dalam kawasan yang diidentifikasi memiliki NKT dan dibuka setelah bulan November 2005, maka akan berlaku proses remediasi dan kompensasi yang sebagaimana mestinya bagi petani-petani berdasarkan LUCA (lih. Pendahuluan bagian ini).

4.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua petak lahan petani yang telah dikonversi dan ditanami dengan sawit setelah tahun 2005, melalui penggunaan Aplikasi NKT untuk Petani (lih. Bagian 1.2.E).

4.2.TC-A Anggota kelompok mengembangkan rencana untuk mengidentifikasi luasan maksimum remediasi di lokasi untuk kawasan NKT yang hilang antara tahun 2005 dan November 2019 melalui proses partisipatif. Rencana ini disampaikan ke RSPO.

4.2.TC-B Petani (atau manajer kelompok) melaksanakan rencana yang telah disetujui RSPO untuk meremediasi kawasan NKT yang hilang antara tahun 2005 dan November 2019.

Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 4.3 Penanaman baru yang dilakukan petani

swadaya, sejak bulan November 2019: o tidak menggantikan hutan primer; o tidak menggantikan kawasan NKT

mana pun; o tidak dilakukan di lereng curam

(dengan kemiringan lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional); dan

o tidak berada di kawasan gambut, berapa pun kedalamannya.

4.3.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua rencana penanaman baru dan berkomitmen tidak akan melakukan penanaman baru yang dilakukan di hutan primer, kawasan NKT, kawasan berlereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional), atau di atas gambut (lih. Bagian 1.2.E).

TC-A Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? 4.3.TC-A Anggota kelompok

mengembangkan rencana kelola terintegrasi untuk memelihara atau meningkatkan NKT dan kawasan lainnya yang dicadangkan [sebagaimana diidentifikasi oleh NKT untuk Aplikasi Petani atau sarana lainnya] sebelum memulai segala kegiatan persiapan lahan melalui pendekatan partisipatif.

TC-B Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana melakukan penanaman sawit baru? 4.3.TC-B Petani memiliki rencana kelola

terintegrasi yang telah disetujui untuk penanaman baru yang direncanakannya dan membagikan pemberitahuan akan rencana ini kepada pihak-pihak yang terlibat dalam pemetaan partisipatif sebelum memulai segala kegiatan persiapan lahan.

Apakah ada petani di dalam kelompok yang memiliki petak lahan yang masih beroperasi di atas gambut? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 4.4 Jika ada petak lahan petani yang masih

beroperasi di lahan gambut, pelesakan/subsidensi dan degradasi tanah gambut tersebut diminimalkan melalui penerapan PPT.

TIDAK ADA 4.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk gambut, dan manajer kelompok memiliki rencana aksi/tindakan untuk meminimalkan risiko kebakaran dan mengelola sistem air* dan menerapkan PPT untuk penanaman di atas gambut yang dilakukan di dalam unit sertifikasi.

4.4.TC-B Petani melaksanakan rencana tindakan berdasarkan PPT untuk penanaman yang masih ada saat ini di atas gambut.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

24

Apakah ada petani di dalam kelompok yang berencana untuk menanam kembali petak lahan yang berada di atas gambut? Jika tidak, LEWATKAN bagian ini. 4.5 Petak lahan yang berada di atas

gambut ditanami kembali hanya pada kawasan-kawasan tertentu saja yang memiliki risiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi sebagaimana dibuktikan oleh penilaian risiko.

4.5.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua rencana untuk penanaman kembali dan berkomitmen bahwa penanaman kembali hanya akan dilakukan di kawasan-kawasan yang berisiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi (lih. Bagian 1.2.E).

4.5.TC-A Petani yang petak lahannya berada di atas gambut dan sudah lebih dari 15 tahun, menyelesaikan pelatihan tentang identifikasi risiko-risiko banjir di masa yang akan datang yang berkaitan dengan subsidensi dan alternatif strategi pengembangan lahan.

4.5.TC-B Sebelum melakukan penanaman kembali di atas gambut, petani menyelesaikan penilaian risiko terkait banjir yang berhubungan dengan subsidensi dan, jika terdapat risiko tinggi, menyampaikan rencana yang mencakup alternatif strategi pengembangan lahan.

4.6 Tidak ada penggunaan api di perkebunan untuk mempersiapkan lahan, untuk pengendalian hama, ataupun untuk pengelolaan limbah.

4.6 E Tidak ada bukti fisik penggunaan api oleh petani untuk persiapan lahan.

4.6.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang berikut ini dan memahaminya.

• Alternatif bagi penggunaan api untuk persiapan lahan dan pengelolaan limbah pertanian (jika memungkinkan).

• Alternatif bagi penggunaan api untuk pengendalian hama.

• Pencegahan kebakaran, bagaimana cara menangani dan mengelola kebakaran di masyarakat dan desa.

4.6.TC-B Petani tidak menggunakan api atau praktik bakar untuk persiapan lahan, pengelolaan limbah, atau pengendalian hama di perkebunan. Untuk pengendalian hama, api dapat digunakan hanya dalam keadaan luar biasa, di mana tidak ada tindakan lain yang efektif, dan hal demikian harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari otoritas pemerintah yang berwenang.

4.7 Dilindungi dan dikelolanya zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional).

4.7.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk tidak melakukan penanaman baru di zona kawasan sungai (lih. Bagian 1.2.E).

4.7.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai pengelolaan zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional) dan memahaminya.

4.7.TC-B Petani merehabilitasi, mengelola, dan memelihara zona penyangga kawasan sungai (sesuai dengan Interpretasi Nasional).

4.8 Petani meminimalkan dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah.

TIDAK ADA 4.8.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk melindungi tanah marjinal dan rentan,

4.8.TC-B Petani melaksanakan PPT untuk pemeliharaan dan perlindungan tanah.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

25

termasuk di dalamnya lereng curam, dan memahaminya.

4.9 Pestisida digunakan dengan cara yang

tidak membahayakan kesehatan pekerja, keluarga, masyarakat, atau pun lingkungan.

TIDAK ADA 4.9.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk pestisida, termasuk di dalamnya penggunaan, penyimpanan, dan pembuangan pestisida, serta mengenai pestisida yang dilarang digunakan (dan sesuai dengan Bagian 3.5).

4.9.TC-B Petani melaksanakan PPT untuk penggunaan pestisida yang mewajibkan untuk menghindari pestisida yang dikategorikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) dalam Kelas 1A atau 1B, atau yang masuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, dan menghindari paraquat, kecuali jika telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk menangani serangan hama.

4.10 Petani mengelola hama, penyakit,

gulma, dan spesies introduksi yang invasif dengan menggunakan teknik yang sebagaimana mestinya, termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) teknik-teknik Pengendalian Hama Terpadu (“PHT”).

TIDAK ADA 4.10.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) penggunaan bahan kimia yang aman, PHT, gulma, dan pengelolaan spesies invasif, serta memahaminya.

4.10.TC-B Petani memaksimalkan penggunaan pendekatan-pendekatan PHT untuk meminimalkan penggunaan pestisida di perkebunannya.

3.2 Persyaratan sistem untuk pembentukan kelompok

Sebagaimana disebutkan pada Bagian 3 Pendahuluan di atas, Standar Petani Swadaya RSPO terdiri dari dua komponen normatif. Tabel di bawah ini menyajikan Kriteria dan Indikator untuk Pembentukan dan Pengelolaan Kelompok. Manajer kelompok bertanggung jawab untuk memastikan agar semua sistem yang diatur dalam indikator dipatuhi pada setiap tahap yang dilalui (yakni tahap Eligibilitas, TC-A, dan TC-B).

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

26

3.2.1 Dukungan bagi manajer kelompok untuk membentuk kelompok RSPO mengakui bahwa pembentukan kelompok dan mengumpulkan petani merupakan langkah yang sangat penting ketika menuju sertifikasi. Pada saat yang sama, bagian proses ini juga penuh tantangan, khususnya dalam keadaan di mana petani masih belum terkelola. Meski demikian, agar dapat menghasilkan manfaat dan mengklaim kredit sebagai kelompok, ada beberapa persyaratan minimum dalam pembentukan kelompok yang harus dipenuhi. Persyaratan-persyaratan tersebut tercakup dalam indikator Eligibilitas pada Tabel 2 berikut ini. Di antara beberapa mekanisme dukungan lainnya, melalui Akademi Petani RSPO, RSPO bermaksud memberikan program pengembangan kemampuan, di mana program ini mencakup pelatihan mengenai pembentukan dan penguatan kelompok.

Tabel 2 – Kriteria dan indikator untuk pembentukan dan pengelolaan kelompok (hanya untuk manajer kelompok)

A – Persyaratan Entitas Kelompok dan Pengelolaan Kelompok

Alasan: Agar dapat memiliki hubungan dagang dalam transaksi TBS bersertifikat, kelompok mengemban tanggung jawab untuk memiliki identitas sesuai hukum yang berlaku.

Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

A1 Kelompok membuktikan bahwa pihaknya dibentuk sesuai hukum yang berlaku.

A1.1E Kelompok memiliki bukti-bukti identitas legal (dicatat

menggunakan templat RSPO).

TIDAK ADA A1.1.TC-B Kelompok mampu menunjukkan bukti-bukti tercatat mengenai identitas legal.

A1.2E Kelompok telah menunjuk manajer

kelompok.

TIDAK ADA TIDAK ADA

A1.3.E Kelompok memiliki persyaratan keanggotaan (berdasarkan model

standar Pernyataan Petani yang

diatur RSPO).

A1.3TC-A Semua anggota telah menandatangani dan menerima persyaratan keanggotaan.

A1.3.TC-B Semua anggota mampu membuktikan pemahamannya mengenai persyaratan keanggotaan.

A2.1.E Manajer kelompok telah

mendapatkan pelatihan untuk persiapan dan pelaksanaan SKI.

TIDAK ADA A.2.1.TC-B Manajer kelompok memastikan bahwa anggota perorangan yang dikelolanya mematuhi SKI.

A2 Manajer kelompok bertanggung

jawab mengelola Kelompok untuk sertifikasi.

A2.2.E Manajer kelompok membuktikan kemampuan dan sumber daya dasar dalam mengelola sertifikasi

A2.2.TC-A Manajer kelompok telah mendapatkan pelatihan tentang sertifikasi kelompok beserta

A2.3.TC-B Manajer kelompok mampu membuktikan kemampuan untuk mengelola dan

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

27

kelompok dan penilaian performa dengan cara yang efektif dan sistematik.

topik-topik terkait dan sumber daya yang cukup untuk menjalankan kelompok.

menjalankan sertifikasi kelompok dan persyaratan sertifikasi.

A2.4.E Manajer kelompok membuktikan

kompetensi, pengetahuan dan pemahaman akan persyaratan dan standar RSPO yang sesuai.

A2.4.TC-A Manajer kelompok telah mendapatkan pelatihan mengenai Standar Petani Swadaya serta persyaratan dan standar RSPO lainnya yang sesuai.

A2.4.TC-B Manajer kelompok mampu membuktikan kompetensi, pengetahuan dan pemahaman akan persyaratan dan standar RSPO yang sesuai.

A2.5.E Adanya rencana pelatihan tahunan kelompok (mengikuti templat

RSPO), di mana rencana ini mencakup Standar Petani, pengelolaan kelompok (termasuk tujuan dan struktur kelompok, serta prosedur dan proses sertifikasi terkait) dan topik-topik lainnya sebagaimana diatur dalam Standar Petani.

A2.5.TC-A Manajer kelompok melaksanakan pendekatan bertahap untuk memastikan agar anggota telah menghadiri secara progresif pelatihan Standar Petani, pengelolaan kelompok dan topik lainnya sebagaimana diatur dalam Standar Petani sesuai rencana pelatihan tahunan kelompok.

A2.5.TC-B Anggota mampu membuktikan pemahaman akan Standar Petani, pengelolaan kelompok, dan persyaratan sertifikasi, termasuk di dalamnya pemahaman akan PPT, NKT, perlindungan lingkungan, kesejahteraan sosial pekerja, dan operasi usaha.

B – SKI – Kebijakan dan pengelolaan

Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

B3 SKI kelompok berisi kebijakan-kebijakan dan prosedur yang tercatat untuk pengelolaan operasional.

B3.1.E Adanya SKI kelompok (mengikuti

templat RSPO).

B3.1.TC-A SKI dilaksanakan.

B3.1.TC-B Kelompok membuktikan kepatuhan terhadap standar ini.

B3.2.E Tersedianya informasi dasar untuk

perorangan, informasi geolokasi, dan Pernyataan Petani yang telah ditandatangani.

TIDAK ADA B3.2.TC-B Manajer kelompok mampu memberikan informasi dasar perorangan, informasi perkebunan, data produksi, dokumen-dokumen legal, dan Pernyataan Petani yang telah

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

28

ditandatangani kepada semua anggota.

C – Pengintegrasian SKI untuk sertifikasi dalam proses perencanaan usaha untuk kelompok

Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

C4 Kelompok memiliki Rencana Usaha Kelompok dengan partisipasi dari anggota kelompok.

C4.1.E Rencana Usaha Kelompok (mengikuti templat RSPO) tersedia dan mencakup: • pemeliharaan catatan dan akun

usaha; • perkiraan produksi dan

pendapatan; dan • rencana perluasan.

C4.1TC-A Rencana Usaha Kelompok ditingkatkan agar mencakup rencana kelola kelompok sebagai berikut. • Rencana

pelatihan/pengembangan kemampuan

• Semua rencana untuk perluasan perkebunan oleh anggota perorangan.

• Memperkuat mata rantai yang ada dalam rantai pasok.

• Penyediaan pelayanan bagi anggota.

• Pengadaan proyek peningkatan yang bersifat terus menerus (yaitu tentang limbah, tanah, dsb.)

C4.1.TC-B Kelompok membuktikan kestabilan dan pertumbuhan keuangan, serta kemampuan untuk mendukung dirinya sendiri.

C5 SKI kelompok diintegrasikan dengan rencana kelola kelompok tersebut.

TIDAK ADA C5.1.TC-A SKI diintegrasikan secara efektif dengan rencana kelola kelompok.

C5.1.TC-B Manajer kelompok membuktikan kepatuhan kelompok terhadap standar ini.

D – SKI Kelompok harus mencakup sistem yang bertujuan agar kelompok dapat memperjualbelikan produk-produk yang setara dengan kredit petani, yang dihasilkan oleh kelompok

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

29

Kriteria Indikator

Eligibilitas (E) Tonggak Capaian A (TC-A) Tonggak Capaian B (TC-B)

D6 Kelompok memiliki prosedur dan sistem berjalan untuk melacak dan menelusuri TBS.

D6.1.E Tersedianya lembar catatan untuk melacak produksi dan penjualan kredit, yang mencakup ketertelusuran pihak produsen dan/atau penjual.

D6.1.TC-A Manajer kelompok mampu mengidentifikasi sumber semua TBS bersertifikat.

D6.1.TC-B Manajer kelompok mengelola catatan semua sumber TBS.

D7 Kelompok mencatat dan melaksanakan sistem untuk pelacakan dan penelusuran TBS.

D7.1.E Manajer kelompok memelihara total produksi berdasarkan estimasi dan penjualan semua anggota berdasarkan informasi yang diberikan. DI dalam lembar catatan sebagaimana disediakan oleh RSPO

D7.1.TC-A Manajer kelompok memelihara total produksi berdasarkan penerimaan dan penjualan aktual yang dilakukan semua anggota dengan berdasarkan atas data aktual yang diberikan.

D7.1.TC-B Manajer kelompok mampu memberikan informasi rinci untuk total produksi berdasarkan atas penerimaan dan penjualan aktual semua anggota berdasarkan data aktual yang diberikan.

D8 Kelompok memiliki prosedur dan

sistem untuk pembagian premi.

D8.1.E Kelompok dan manajer kelompok telah menyepakati cara penggunaan premi, dan hal ini disampaikan kepada anggota kelompok.

D8.1.TC-A Pembayaran premi kepada anggota kelompok, termasuk besar/nilai dan waktu pembayarannya, dicatat dengan jelas.

D8.1.TC-B Premi anggota kelompok dibayarkan secara tepat waktu dan diterima dengan baik oleh anggota. Harga, premi, dan waktu pembayaran premi disampaikan dengan jelas dan transparan kepada anggota kelompok.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

30

4. Pedoman bagi Manajer Kelompok Tabel berikut ini menjelaskan secara rinci pedoman bagi manajer kelompok mengenai cara mematuhi PCI dalam Standar Petani Swadaya ini beserta tanggung jawabnya. KESEJAHTERAAN Prinsip 1 - Mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, dampak positif, dan ketahanan Melaksanakan operasi secara profesional dan transparan untuk mendapatkan peningkatan mata pencaharian yang lestari.

Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer

Kelompok

Pedoman bagi Manajer Kelompok

Pedoman, Perangkat dan Dokumen Pendukung

1.1 Petani membentuk

kelompok dan memiliki kemampuan kelembagaan untuk mematuhi Standar Petani Swadaya RSPO.

1.1.E Kelompok petani memiliki bukti-bukti tertulis yang mencakup: • pembentukan sesuai

ketentuan hukum yang berlaku (sesuai negara);

• tata kelola yang adil dan transparan;

• pernyataan petani secara perorangan yang ditandatangani; dan

• dokumen lainnya sesuai ketentuan SKI.

Daftarkan kelompok secara legal. Kumpulkan pernyataan masing-masing petani anggota kelompok, yang ditandatangani.

Periksa apa saja yang menjadi persyaratan nasional untuk pendaftaran secara legal, dan daftarkan kelompok secara resmi sesuai dengan ketentuan peraturan daerah setempat. Tingkatkan kesadaran sesama anggota kelompok akan perlunya menandatangani Pernyataan Petani dan pastikan agar mereka memahami apa yang diharapkan untuk mereka lakukan sebagai anggota kelompok. Pastikan agar setiap anggota kelompok menandatangani Pernyataan Petani dan menyimpan dokumen tersebut.

Templat Pernyataan Petani (yang mencakup serangkaian komitmen spesifik oleh anggota kelompok). Pedoman generik mengenai pembentukan kelompok dan SKI.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

31

1.1.TC-A Manajer kelompok dan anggota memiliki SKI yang sudah selesai dibuat dan berjalan, serta menyelesaikan pelatihan tentang pemasaran, dinamika kelompok, dan praktik terbaik untuk organisasi petani, dan memahaminya.

Masukkan rencana pelatihan dan rencana kelola perkebunan ke dalam kelompok. Fasilitasi pelaksanaan pelatihan tersebut. Berikan dukungan kepada anggota kelompok melalui templat.

Pastikan agar anggota kelompok memberikan informasi mengenai semua petak yang mereka miliki, termasuk di dalamnya petak yang berada di luar kelompok, di kabupaten lain, dan yang saat ini belum ditanami.

Panduan pelatihan untuk manajer kelompok mengenai pengelolaan keuangan dan penyimpanan catatan. Templat untuk Standar Operasional Prosedur (SOP)/ Pernyataan Petani

1.1.TC-B Kelompok petani melaksanakan operasinya sesuai dengan PPT untuk kelompok, termasuk:

• pengambilan keputusan yang

adil dan transparan; dan • pengelolaan keuangan

berkelanjutan.

Dukung anggota kelompok untuk mencatat dan melaporkan praktik-praktik produksi serta memverifikasinya sendiri terhadap SOP.

Pastikan agar anggota kelompok memberikan informasi mengenai semua petak lahan tertanam yang mereka miliki, bahkan yang berada di luar kelompok di kabupaten/kawasan lain.

1.2 Petani memiliki kemampuan untuk mengelola perkebunannya secara efektif.

1.2.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk: a. menyatakan/

menginformasikan semua kepemilikan lahan dan memberikan informasi sebagai berikut kepada kelompok: i. lokasi semua petak

lahan petani yang saat ini telah ditanami sawit;

ii. lokasi semua petak lahan petani yang tidak ditanami sawit;

iii. informasi rinci mengenai rencana penanaman kembali dan/atau perluasan sawit;

iv. konflik lahan yang ada saat ini;

Dukung anggota kelompok untuk: - mencatat semua penjualan TBS-

nya; - bekerja bersama RSPO dan

sistem IT RSPO yang menggabungkan informasi ini ke dalam suatu sistem untuk melacak dan menelusuri TBS yang diproduksi oleh anggota kelompok dan hendak dijual sebagai TBS bersertifikat RSPO.

Pencatatan harus mencakup: • tagihan dan tanda terima

(pembelian dan penjualan); • informasi mengenai

pengangkutan (yaitu plat nomor kendaraan);

• nomor identifikasi keanggotaan kelompok dari anggota yang terkait;

• klasifikasi TBS yang dijual (yaitu bersertifikat RSPO atau tidak), volume TBS, dan tujuannya;

• informasi harga TBS; dan • salinan semua dokumen dan

catatan yang akan disimpan selama 5 tahun.

Templat Pernyataan Petani Dukungan oleh Sekretariat RSPO untuk menyimpan data dan catatan terkait penjualan TBS bersertifikat

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

32

b. melanjutkan perkembangan untuk memenuhi tonggak capaian yang dipersyaratkan;

c. berpartisipasi aktif dalam kelompok dan berkontribusi dalam kemajuan yang dicapai kelompok menuju produksi yang berkelanjutan, termasuk: • tidak ada penanaman

baru di, atau perluasan perkebunan yang ada saat ini ke, hutan primer, kawasan NKT, lereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional);

• tidak ada penanaman baru di atas gambut;

• tidak ada praktik pekerja anak;

• berkonsultasi/ musyawarah dengan masyarakat tentang semua rencana penanaman baru.

1.2.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai operasi usaha perkebunan serta pemantauan dan perencanaan, termasuk di dalamnya penyimpanan catatan untuk produksi dan transaksi, pemantauan dan pelacakan data mengenai ukuran luas, tahun tanam, jenis varietas, dan

Materi pelatihan untuk anggota kelompok perorangan mengenai praktik usaha yang baik, termasuk di dalamnya penyimpanan catatan dan pengetahuan keuangan.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

33

catatan produksi, termasuk di dalamnya input dan hasil panen.

1.2.TC-B Petani mengelola

perkebunannya dengan efektif dan memelihara data catatan produksi dan transaksi dari semua penjualan TBS.

1.3 Petani melaksanakan GAP di perkebunannya.

1.3.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai GAP.

Panduan GAP (Buku Pedoman Agronomi) untuk anggota kelompok, termasuk video (bahan disediakan oleh Akademi Petani RSPO).

1.3.TC-B Petani telah mengadopsi GAP di perkebunannya dan meningkatkan produktivitasnya.

Pantau dan tinjau dampak dari kegiatan pengembangan kemampuan, sesuaikan rencana karena prioritas dan tujuan terus berkembang menuju sertifikasi dan peningkatan dalam produksi dan mata pencaharian petani.

MASYARAKAT

Prinsip 2 - Legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan masyarakat

Mematuhi hukum yang berlaku dan menghormati hak masyarakat

Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer Kelompok

Pedoman bagi Manajer Kelompok Panduan, Perangkat dan Dokumen Pendukung

2.1 Petani memiliki hak legal atau adat untuk memanfaatkan lahan sesuai dengan praktik yang dilakukan secara nasional dan peraturan daerah setempat.

2.1.E Petani memberikan informasi mengenai geolokasi petaknya dan status lahan tersebut.

Kumpulkan informasi mengenai lokasi dan batas perkebunan, dari semua anggota kelompok petani. Dukung para petani yang berkepentingan untuk belajar memetakan batas petak lahannya. Jika telah dilakukan pemetaan

Gunakan aplikasi Petani/ NKT RSPO untuk pemetaan dan pencatatan petak lahan petani. Sistem lain untuk pemetaan GPS juga dapat digunakan, akan tetapi hasilnya perlu disajikan dalam bentuk shapefile yang

Pelatihan manajer kelompok mengenai cara menggunakan aplikasi ponsel cerdas (smartphone) dan mengunggah data yang dikumpulkan ke dalam bagian situs yang menampilkan laporan-laporan (dashboard) dan

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

34

batas lahan, telaah hasil temuan mereka terhadap aplikasi NKT atau sumber lain yang diakui RSPO.

menunjukkan batas-batas petak setiap anggota kelompok. Manajer kelompok dapat melatih anggota kelompok mengenai penggunaan aplikasi NKT bagi petani sehingga hal ini dapat membantu pengumpulan data dari semua anggota kelompok. Data dan batas perlu tersedia untuk setiap petak yang dimiliki anggota kelompok yang telah ditanami sawit dan termasuk dalam bagian sertifikasi kelompok.

mengumpulkan hasil untuk semua anggota kelompok. Manajer kelompok harus melatih anggota kelompok untuk menggunakan aplikasi ponsel cerdas dalam memeriksa lokasi dan mengunggah berkas shapefile.

Pohon keputusan yang memandu manajer kelompok dalam menangani situasi terjadinya ketidakpatuhan.

2.1.TC-B Petani dapat memberikan bukti kepatuhan terhadap hak-hak legal atau adat terkait dengan pemanfaatan lahan.

Kelola buku catatan dan peta yang menunjukkan luasan, lokasi, dan batas-batas kepemilikan lahan semua anggota kelompok. Buku catatan setiap anggota dan petak lahannya juga harus memasukkan hak mereka untuk memanfaatkan lahan dan salinan fotokopi buku catatan tanah/jenis hak atas tanah atau hak pemanfaatan.

Untuk setiap anggota kelompok, manajer kelompok harus menyimpan catatan tentang berikut ini. • Informasi tentang lokasi, dalam

satu berkas/dokumen tunggal berdasarkan NKT untuk aplikasi petani.

• Peta yang menunjukkan batas tanah secara legal.

• Buku catatan hak atas tanah, termasuk di dalamnya fotokopi akta atau acuan pada catatan kadastral jika sesuai.

Praktik setempat digunakan untuk membuktikan hak adat atas tanah, termasuk acuan pada praktik setempat.

2.2 Petani tidak membatasi hak yang sah atas lahan dan sumber daya yang

2.2.E Petani memberikan informasi mengenai segala konflik yang

Kumpulkan informasi dari setiap anggota kelompok mengenai

Periksa apakah setiap anggota kelompok memberikan informasi mengenai konflik lahan sebagai

Templat Pernyataan Petani

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

35

dimiliki pihak lain, khususnya (akan tetapi tidak terbatas pada) hak yang dimiliki kaum yang rentan seperti perempuan dan masyarakat adat.

masih ada, terkait dengan lahannya.

pengetahuan mereka tentang konflik lahan yang ada.

bagian dari pernyataan petani yang ditandatangani.

2.2.TC-A Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait hak pemanfaatan dan akses terhadap lahan dan sumber daya; atau

diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat.

Berikan pedoman bagi anggota kelompok mengenai hukum adat maupun positif yang terkait, sehubungan dengan kepenguasaan lahan untuk lokasi tersebut. Jika diperlukan, kelola pemetaan partisipatif dengan semua anggota kelompok.

Pahami dan konsultasikan/ musyawarahkan dengan sumber-sumber terkait sebagaimana diperlukan, untuk semakin memahami sejarah semua konflik lahan di kawasan masing-masing.

Pedoman untuk pemetaan partisipatif (dimasukkan dalam pedoman dan perangkat NKT yang disederhanakan untuk petani. Pedoman Akademi Petani RSPO tentang FPIC.

2.2.TC-B 2.2.TC-A Tidak adanya konflik terbuka dengan perorangan atau masyarakat terkait hak pemanfaatan dan akses terhadap lahan dan sumber daya; atau

diterima dan dilaksanakannya proses penyelesaian konflik oleh semua pihak yang terlibat.

Kelola catatan semua konflik dan proses penyelesaian yang melibatkan anggota kelompok. Lakukan penilaian terhadap kepatuhan anggota kelompok terhadap ketentuan semua perjanjian yang telah mereka tanda tangani bersama masyarakat setempat mengenai hak pemanfaatan dan akses lahan. Jika terdapat konflik, maka berikan perangkat/sumber daya yang sesuai kepada petani untuk memfasilitasi pengelolaan dan penyelesaian konflik dengan belajar dari pengalaman organisasi masyarakat sipil (CSO) dan badan pemerintah.

Usahakan mendapatkan kesepakatan tertulis yang ditandatangani oleh semua pihak yang berkepentingan, sebagai hasil yang dapat bertahan lama dari proses negosiasi untuk menyelesaikan konflik hak atas lahan. Kesepakatan demikian dapat memasukkan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk alih bagi manfaat. Usahakan pula selama memungkinkan untuk mendaftarkan kesepakatan ini kepada otoritas setempat yang berwenang agar dapat diakui oleh hukum yang berlaku dan hindari keberulangan konflik yang sama.

Templat untuk pencatatan konflik. Kantor lokal RSPO akan memberikan daftar sumber daya setempat yang sesuai (organisasi masyarakat sipil/CSO, badan pemerintah).

2.3 Petak petani berada di luar kawasan-kawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung, sebagaimana diatur oleh peraturan nasional, regional atau

2.3.E Petani tidak menjalankan operasi di dalam kawasan-kawasan yang diklasifikasikan sebagai taman nasional atau kawasan lindung sebagaimana diatur oleh peraturan nasional, regional atau daerah atau

Tinjau peta petak lahan petani terhadap peta/lokasi kawasan lindung/aplikasi NKT atau catatan pemerintah daerah setempat.

Gunakan NKT untuk aplikasi petani ketika membandingkan batas petak petani dengan batas taman nasional dan kawasan lindung. Jika ada anggota kelompok yang petak lahannya terletak di dalam taman nasional atau kawasan

Untuk manajer kelompok akan disediakan peta kawasan lindung yang spesifik pada tingkat nasional sebagai bagian dari aplikasi manajer kelompok (saat ini peta ini diintegrasikan dalam peta potensi kawasan NKT)

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

36

daerah atau sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional.

sebagaimana diatur dalam Interpretasi Nasional.

lindung, lakukan kunjungan lokasi untuk memverifikasi. Jika terletak di lokasi yang diklasifikasikan sebagai kawasan lindung, petak tersebut tidak dapat disertifikasi dan harus dikeluarkan dari kelompok.

2.3.TC-B Semua petak petani ditandai batasannya dengan jelas dan terlihat, dan dilakukan pemeliharaan terhadap zona penyangga dan batas-batas yang berada di dekat petak anggota kelompok.

Simpan buku catatan anggota kelompok yang petak lahannya berada dekat zona penyangga dan simpan foto/catatan mengenai kawasan-kawasan yang mereka telah tandai batasnya.

Untuk petak lahan dalam kelompok, yang terletak dekat kawasan lindung atau NKT, lakukan kunjungan lapangan untuk memeriksa penandaan batas petak tersebut dan zona penyangga.

Pelatihan mengenai pengelolaan zona penyangga dan zona kawasan sungai.

2.4 Petani tidak mendapatkan lahan dari masyarakat setempat (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) tanpa FPIC, sebagaimana dinyatakan melalui lembaga perwakilan yang mereka pilih secara bebas.

2.4.E Untuk penanaman sawit baru, petani menandatangani Pernyataan yang berisi komitmen untuk berkonsultasi/musyawarah dengan masyarakat setempat untuk penanaman sawit baru (termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan).

Masukkan informasi yang diperlukan dan proses penanaman baru yang dilakukan oleh anggota kelompok ke dalam peraturan dan anggaran rumah tangga kelompok. Pastikan ditandatanganinya Pernyataan Petani dan mengelola catatan pernyataan yang telah ditandatangani untuk kelompok.

Berikan templat Pernyataan untuk ditandatangani petani. Jika diperlukan, jelaskan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok. Pernyataan yang telah ditandatangani ini tidaklah mengikat secara hukum, melainkan hanya dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman petani akan pentingnya komitmen ini.

Templat pernyataan petani. Daftar poin-poin yang perlu dibicarakan oleh manajer kelompok ketika memperkenalkan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok.

2.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai cara melakukan pemetaan masyarakat sesuai dengan praktik pelaksanaan prinsip yang mengikuti kaidah FPIC.

Gabungkan rencana pelatihan ke dalam Kelompok dan memfasilitasi pelaksanaan pelatihan.

Panduan teknik pemetaan partisipatif dan FPIC (akan

disediakan melalui Akademi Petani

RSPO).

2.4.TC-B Berdasarkan praktik-praktik yang mengikuti prinsip-prinsip FPIC, masyarakat setempat

Dukung anggota dan memastikan agar mereka melakukan pemetaan partisipatif terhadap hak-hak

Manajer kelompok harus mampu membuktikan kepada pihak ketiga bahwa proses FPIC dilakukan

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

37

(termasuk akan tetapi tidak terbatas pada masyarakat adat dan perempuan) bersama-sama menyepakati rencana pengembangan sawit baru dengan petani jika hal ini memerlukan perubahan pemanfaatan lahan.

kepenguasaan atas, akses terhadap, dan pemanfaatan sumber daya alam yang diklaim oleh masyarakat sekitar.

sebagaimana dikehendaki masyarakat. Diperlukan peta, akan tetapi tidak mencukupi untuk tujuan ini. Semua unsur FPIC harus diselesaikan, yaitu (i) ‘free’ (bebas, tanpa paksaan); (ii) ‘prior’ (sebelum melakukan pengembangan); (iii) ‘informed’ (menyediakan segala informasi yang sesuai dalam bentuk dan bahasa yang semestinya); dan (iv) ‘consent’ (hak untuk menyatakan tidak). Manajer kelompok harus: • menyimpan catatan semua

pertemuan dan peserta yang menghadirinya – dapatkan tanda tangan atau sidik ibu jari; dan

• meminta izin jika hendak mengambil foto.

MASYARAKAT Prinsip 3 – Penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja Lindungi HAM dan hak-hak pekerja dengan memastikan kondisi kerja yang aman dan layak

Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer Kelompok

Panduan bagi Manajer

Kelompok Panduan, Perangkat dan

Dokumen Pendukung 3.1 Tidak ada praktik

penggunaan pekerja paksa (lih. definisi pekerja paksa)

3.1.E Petani memberikan informasi mengenai sumber tenaga kerja yang digunakan di perkebunan dan berkomitmen untuk tidak melakukan praktik kerja

Pastikan agar semua anggota memahami persyaratan-persyaratan yang ada dalam standar ini terkait dengan praktik kerja paksa dan mampu menerjemahkannya ke dalam operasi mereka sendiri.

Jadikan pelatihan RSPO yang ada sebagai acuan dan, jika diperlukan, adaptasikan pelatihan dimaksud agar memberikan dukungan terbaik bagi kepatuhan.

Pelatihan Akademi Petani RSPO dan pemahaman akan bahan-bahan mengenai praktik kerja paksa.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

38

paksa, kerja ijon, perbudakan, dan perdagangan manusia.

Jelaskan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok; tanda tangani dan kelola catatan Pernyataan Petani untuk kelompok.

Templat kebijakan untuk berkomitmen kepada manajer kelompok mungkin akan membantu.

Video singkat untuk memperkenalkan konsep tersebut.

3.1.TC-A Semua pekerjaan yang diberikan bersifat sukarela dan praktik berikut ini dilarang:

• Penahanan dokumen identitas atau paspor.

• Kewajiban membayar biaya perekrutan.

• Substitusi kontrak kerja. • Pekerjaan lembur yang

tidak suka rela. • Tidak adanya kebebasan

bagi pekerja untuk mengundurkan diri.

• Adanya hukuman/penalti jika terjadi pemutusan hubungan kerja.

• Kerja ijon. • Penahanan gaji. • Gangguan/campur tangan

dalam pembentukan atau operasi organisasi atau asosiasi pekerja.

Pastikan adanya dukungan dan komitmen semua anggota kelompok untuk mematuhi kriteria ini. Wakili semua anggota dalam mengelola catatan penggunaan tenaga orang-orang yang dipekerjakan, jika: • dipekerjakan secara langsung atau

melalui kontraktor/agen; • dipekerjakan secara waktu tertentu

(PKWT) atau tetap (PKWTT). Catatan ini harus mencakup informasi mengenai: - cara perekrutan pekerja atau

penugasan kontraktor; - basis pembayaran – upah borong

atau upah harian. Catat semua pengaduan atau ketidakpatuhan yang terjadi dan selidiki sumbernya.

Manajer kelompok dapat menyusun satu kebijakan tunggal mengenai penggunaan tenaga kerja oleh anggota kelompok, yang mencakup semua kriteria terkait pekerja, dan harus memastikan adanya dukungan dan komitmen semua anggota kelompok melalui kebijakan ini.

Templat kebijakan ketenagakerjaan untuk anggota kelompok. Templat penilaian diri. Protokol mengenai bagaimana seharusnya manajer kelompok menangani situasi tertentu.

3.1.TC-B Pekerja di perkebunan, khususnya anggota keluarga pekerja, memiliki akses terhadap dokumen identitas mereka dan kebebasan bergerak, dan dapat menyatakan bahwa mereka dapat memilih pekerjaan mereka dengan bebas.

3.2 Tidak ada praktik pekerja anak.

3.2.E Petani berkomitmen bahwa tidak ada praktik penggunaan pekerja anak, termasuk untuk

Pastikan agar semua anggota memahami persyaratan-persyaratan dalam standar

Jadikan pelatihan RSPO yang ada sebagai acuan dan, jika diperlukan, adaptasikan

Templat Pernyataan Petani.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

39

melakukan hal-hal sebagai berikut. a. Mematuhi ketentuan usia

minimum pekerja dan ketentuan lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan daerah, provinsi atau nasional.

b. Tidak memaparkan anak pada pekerjaan berbahaya.

c. Memberikan pengawasan orang dewasa untuk anak yang bekerja di perkebunan.

d. Memastikan agar pekerjaan di perkebunan tidak mengganggu pendidikan anak.

ini dan mampu menerjemahkannya dalam operasi mereka sendiri. Perjelas kepada anggota mengenai persyaratan-persyaratan di mana orang-orang berusia di bawah 18 tahun dapat melakukan pekerjaan di perkebunan petani, dan pastikan agar anggota memiliki cukup pemahaman akan persyaratan usia yang diatur oleh peraturan yang berlaku di daerah tersebut. Pastikan dukungan dan komitmen semua anggota kelompok untuk mematuhi kriteria ini.

pelatihan dimaksud agar memberikan dukungan terbaik bagi kepatuhan. Templat kebijakan untuk berkomitmen kepada manajer kelompok mungkin akan membantu.

Video singkat untuk memperkenalkan konsep tersebut.

3.2.TC-A Manajer kelompok, petani dan pekerja menyelesaikan pelatihan dan memahami dampak-dampak negatif dari praktik pekerja anak.

Masukkan ke dalam rencana pelatihan kelompok dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan tersebut. Prioritaskan pengecekan terhadap penilaian diri.

Pelatihan Akademi Petani RSPO dan bahan-bahan peningkatan kesadaran akan praktik pekerja anak.

3.2.TC-B Manajer kelompok dan petani melaksanakan tindakan-tindakan sebagai berikut untuk melindungi anak.

a. Tidak ada pekerja di

perkebunan petani yang berusia di bawah 15 tahun atau di bawah ketentuan usia minimum yang diatur oleh peraturan daerah, provinsi atau nasional.

b. Jika terdapat pemberian kerja kepada pekerja usia muda, mereka tidak diberikan pekerjaan yang berbahaya secara mental

Lakukan pemeriksaan bukti-bukti dipenuhinya persyaratan usia minimum. Segera selidiki segala laporan mengenai ketidakpatuhan terhadap kriteria ini, lakukan tindakan yang sebagaimana mestinya untuk melakukan pemulihan segera jika terdapat kasus-kasus yang terbukti mengandung ketidakpatuhan, dan kelola catatan kasus-kasus tersebut.

Anak hanya dapat bekerja di bawah pengawasan dan tidak melakukan pekerjaan berbahaya. Anak hanya bekerja di perkebunan selama masa libur, di luar jam kegiatan belajar di sekolah, bekerja sebagai anggota keluarga, di bawah pengawasan, dan hanya melakukan pekerjaan yang tidak berbahaya. Jika peraturan daerah menetapkan pembatasan yang lebih ketat terhadap pemberian kerja kepada orang-orang yang belum mencapai usia 18 tahun

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

40

maupun fisik dan yang mengganggu kegiatan pendidikan mereka di sekolah, jika ada.

daripada yang diatur oleh Konvensi ILO, maka harus dipastikan untuk mematuhi peraturan daerah tersebut.

3.3 Upah pekerja mematuhi persyaratan minimal dalam hukum yang berlaku, standar wajib industri, dan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sebagaimana diatur oleh hukum nasional.

3.3.TC-A Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan.

Pastikan agar semua anggota memahami ketentuan untuk mencatat pembayaran kepada pekerja. Wakili semua anggota dalam menyusun dan mengelola catatan penggunaan tenaga kerja yang diupah, yang harus mencakup catatan pembayaran dan basis pembayaran (upah borong atau upah harian).

Tunjukkan acuan terhadap kebijakan kelompok kepada anggota dan beri pelatihan.

Pedoman mengenai keadaan di mana pekerja dianggap murni pekerja dan bukan pekerja dari kalangan anggota keluarga, karena ketentuan ini dapat dilewatkan dan akan diaudit.

3.3.TC-B Pekerja menerima pembayaran sebagaimana diharapkan dan disepakati, sekurangnya sesuai dengan upah minimum yang diatur hukum yang berlaku (tidak termasuk premi lembur), dan tanpa diskriminasi terhadap kelompok yang rentan, termasuk perempuan.

Pastikan agar semua anggota memahami persyaratan-persyaratan yang ada dalam standar terkait dengan hal ini, dan mampu menerjemahkannya ke dalam operasi mereka sendiri.

Untuk keperluan pemeriksaan kepatuhan, pembayaran upah borong harus dikonversi menjadi upah harian yang setara.

Pedoman untuk menjelaskan basis konversi pembayaran upah borong menjadi upah harian yang setara. Pedoman pengumpulan bukti dan pemenuhan persyaratan-persyaratan yang diberikan oleh Akademi Petani.

3.4 3.4 Pekerja diberikan hak dan peluang untuk menyampaikan pengaduan kepada manajer kelompok atau pihak ketiga yang sesuai (contoh: RSPO, pemerintah daerah setempat, dsb.).

3.4.TC-B Pekerja memahami dan memiliki akses terhadap sarana yang efektif untuk menyampaikan pengaduan.

Pastikan bahwa semua anggota memahami ketentuan-ketentuan dalam standar terkait hal ini serta mampu menerjemahkannya ke dalam operasi mereka sendiri dan untuk pekerjanya.

Manajer kelompok dapat menyusun satu kebijakan tunggal mengenai penggunaan tenaga kerja oleh anggota kelompok, yang mencakup semua kriteria terkait pekerja (lih. juga Bagian 3.1.TC-A). Kebijakan dimaksud harus: • menggabungkan mekanisme

untuk menerima dan menyelesaikan pengaduan dari pekerja terkait dengan

Templat pedoman untuk kebijakan dan SOP ketenagakerjaan tingkat kelompok. Bahan pelatihan Akademi Petani RSPO.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

41

kondisi kerja atau remunerasi. Kedua proses sengketa ini beserta cara penyelesaiannya harus dicatat.

• mewajibkan anggota kelompok untuk memastikan bahwa pekerjanya memahami dengan kemungkinan menyampaikan pengaduan.

3.5 Kondisi dan fasilitas kerja dalam keadaan aman, tanpa ada risiko bagi kesehatan, dan memenuhi persyaratan legal minimum.

3.5.TC-A Petani, pekerja dan anggota keluarga petani menyelesaikan pelatihan tentang risiko kesehatan dan keselamatan yang berhubungan dengan pekerjaan perkebunan (termasuk risiko dalam penggunaan pestisida) dan cara memitigasinya, dan memahami pelatihan tersebut.

Gabungkan kesehatan dan keselamatan ke dalam kebijakan dan rencana pelatihan tingkat kelompok. Fasilitasi pelaksanaan pelatihan.

Fasilitasi pelatihan untuk memastikan agar semua anggota memahami risiko-risiko utama yang berkaitan dengan kondisi kerja di perkebunan petani serta menggabungkan tindakan untuk memastikan kesehatan dan keselamatan pekerja yang dipekerjakan anggota kelompok. Pelatihan juga memastikan agar semua pekerja memahami prosedur kesehatan dan keselamatan tingkat kelompok serta memiliki akses terhadap kebutuhan akan P3K.

Bahan pelatihan Akademi Petani RSPO untuk manajer kelompok dan petani.

3.5.TC-B Pekerja, termasuk anggota keluarga petani, memiliki akses terhadap kondisi kerja yang aman, termasuk berikut ini.

• Perumahan yang aman dan layak, jika ada.

• Pelatihan dan peralatan kesehatan dan keselamatan, termasuk APD minimum jika sesuai dengan jenis pekerjaan.

• Persediaan P3K dasar. • Air minum dan toilet yang

layak.

Dorong anggota kelompok untuk melaporkan kecelakaan yang terjadi di perkebunannya dan catat semua kecelakaan yang dilaporkan. Tinjau catatan kecelakaan secara berkala dan dukung tindakan yang dilakukan kelompok untuk mengidentifikasi dan menangani segala risiko signifikan yang muncul dari tinjauan tersebut.

Kembangkan daftar jenis-jenis pekerjaan yang dianggap memiliki risiko kesehatan dan keselamatan tinggi. Fasilitasi ketersediaan dan keterjangkauan APD dan persediaan P3K tersebut.

Templat untuk mencatat kecelakaan. Pedoman mengenai yang harusnya dicakup/ada dalam ‘persediaan P3K dasar’.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

42

3.6 Tidak ada diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan di perkebunan.

3.6.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan di tempat kerja.

Gabungkan kesadaran akan diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan ke dalam rencana pelatihan kelompok dan fasilitasi pelaksanaan pelatihan kesadaran tersebut. Kenali kelompok masyarakat (perempuan, masyarakat adat) yang mungkin menjadi target diskriminasi/ pelecehan/kekerasan.

Manajer kelompok dapat menyusun satu kebijakan tunggal mengenai penggunaan tenaga kerja oleh anggota kelompok, yang mencakup semua kriteria terkait pekerja (lih. juga Bagian 3.1.TC-A). Kebijakan tersebut harus mewajibkan anggota kelompok untuk: • menawarkan kesetaraan

peluang kepada semua pekerjanya;

• memastikan agar semua pekerjanya memahami aspek ini dalam kebijakan ketenagakerjaan kelompok; dan

• berkomitmen untuk mencegah pelecehan, baik dalam bentuk seksual maupun lainnya, kekerasan, dan perlindungan hak reproduksi.

Templat kebijakan kelompok tentang praktik ketenagakerjaan yang baik. Modul/perangkat pelatihan Akademi Petani RSPO untuk manajer kelompok.

3.6.TC-B Pekerja menyatakan dengan bebas bahwa mereka bekerja di tempat yang aman dan terbebas dari diskriminasi, pelecehan atau kekerasan.

PLANET Prinsip 4 - Lindungi, lestarikan dan tingkatkan ekosistem dan lingkungan Lindungi lingkungan, lestarikan keanekaragaman hayati, tingkatkan ekosistem dan pastikan pengelolaan yang berkelanjutan untuk sumber daya alam

Kriteria Indikator Tanggung Jawab Manajer Kelompok Panduan bagi Manajer

Kelompok Panduan, Perangkat dan Dokumen

Pendukung 4.1 Kawasan NKT yang

ada di petak lahan petani atau di dalam kelompok dikelola untuk memastikan

4.1 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang hal-hal berikut ini dan memahaminya.

Pimpin kelompok melalui pelaksanaan pendekatan NKT yang disederhanakan bagi petani swadaya. Latih dan tingkatkan kesadaran di antara

Pendekatan NKT untuk petani swadaya menggunakan aplikasi ponsel cerdas dengan situs web yang menampilkan laporan-laporan (dashboard) untuk

Pelatihan manajer kelompok mengenai NKT (identifikasi, pengelolaan dan pemantauan). Perangkat:

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

43

agar nilainya dikelola dan/atau ditingkatkan.

- Pentingnya memelihara dan melestarikan kawasan NKT.

- Konflik manusia dan satwa liar.

- Mengakui spesies RTE, serta ekosistem penting.

para anggota kelompok akan prinsip-prinsip perlindungan melalui praktik kehati-hatian, baik untuk perkebunan yang masih beroperasi saat ini maupun penanaman baru berisiko rendah. Ikut serta dalam pelatihan mengenai penggunaan Aplikasi NKT dan/atau latih anggota kelompok mengenai cara menggunakannya. Pahami konsep dasar Konflik Manusia-Satwa Liar dan NKT. Ikuti pelatihan atau buktikan pengetahuan akan NKT dan spesies RTE.

mengumpulkan data mengenai anggota kelompok petani dan petak-petak lahannya. Pendekatan ini lebih mudah untuk diikuti, dengan adanya akses terhadap ponsel cerdas atau tablet. Namun jika tidak dapat dilakukan, dapat digunakan templat kertas secara offline (tanpa koneksi internet). Untuk perkebunan petani yang sudah mapan, pendekatan ini terdiri dari 4 tahap sebagai berikut. Tahap 1 – Perkenalkan konsep dan prosedur NKT kepada anggota kelompok Anda. Tahap 2 – Kunjungi dan catat semua petani yang ada di kelompok Anda. Tahap 3 – Kumpulkan informasi: survei lapangan, unggah data ke dashboard, unduh daftar petani dan peta dari dashboard. Tahap 4 – Laksanakan praktik kehati-hatian: penentuan cakupan & identifikasi spesies penting, dialog dengan anggota kelompok untuk menyepakati praktik kehati-hatian, dan verifikasi dan pemantauan. Lih. Dokumen Pedoman RSPO tentang Perangkat yang

Ponsel cerdas/Aplikasi NKT dan dashboard untuk mengumpulkan data yang diperoleh.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

44

Disederhanakan untuk Petani Swadaya – Aplikasi NKT, untuk perkebunan petani swadaya yang sudah mapan (https://rspo.org/publications/download/a48691dcf9dd573 https://www.rspo.org/publications/download/3b95ed16efc90d2)

4.1 TC-B Petani melaksanakan praktik

kehati-hatian serta mengelola dan menjaga spesies RTE dan kawasan NKT, jika ada.

Sama dengan bagian 4.1.TC-A.

Lih. tahap 4 NKT untuk pendekatan petani swadaya. Dapat menggunakan pendekatan yang terkalibrasi risiko untuk melibatkan anggota yang petak lahannya berdekatan dengan kawasan NKT secara lebih berkala.

Templat untuk memantau pelaksanaan (manajer kelompok)

4.2 Jika petak lahan petani yang ada saat ini berada dalam kawasan yang diidentifikasi memiliki NKT dan dibuka setelah bulan November 2005, maka akan berlaku proses remediasi dan kompensasi yang sebagaimana mestinya bagi petani-petani berdasarkan LUCA (lih. Pendahuluan bagian ini).

4.2.E Petani memberikan informasi mengenai semua petak lahan petani yang dikonversi dan ditanami sawit setelah tahun 2005, melalui penggunaan Aplikasi NKT untuk Petani.

Kumpulkan informasi dari anggota mengenai tanggal mulai melakukan penanaman kelapa sawit. Lakukan verifikasi jika memungkinkan. Kumpulkan dan catat informasi mengenai petak tempat terjadinya konversi lahan setelah tahun 2005 dan kumpulkan informasi tersebut untuk semua anggota kelompok.

Kumpulkan dan catat informasi dari semua anggota kelompok mengenai tanggal mulai melakukan penanaman.

Templat untuk menyatakan sejarah pembukaan lahan.

4.2.TC-A Dikembangkannya rencana untuk mengidentifikasi luasan maksimum agar dapat melakukan remediasi in situ untuk kawasan NKT yang hilang pada masa antara tahun 2005 dan bulan November 2019, melalui proses partisipatif oleh semua anggota kelompok

Dukung pemahaman anggota kelompok akan kriteria ini dan koordinasikan proses partisipatif yang dilakukan, dengan mengikuti pedoman dari Sekretariat RSPO.

LUCA berlaku bagi kelompok, bukan perorangan.

Peta LUCA. Pedoman remediasi dan kompensasi kawasan NKT untuk petani swadaya. Pelatihan mengenai cara melakukan proses partisipatif (untuk manajer kelompok dan petani)

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

45

perorangan yang terdampak, untuk kemudian disampaikan ke RSPO.

4.2.TC-B Dilaksanakannya rencana yang telah disetujui RSPO untuk meremediasi kawasan-kawasan NKT yang hilang antara tahun 2005 dan bulan November 2009.

Koordinasikan pengembangan rencana remediasi in situ dengan kelompok.

Jika memungkinkan, rencana remediasi in situ harus berlaku bagi para anggota, secara kolektif ataupun perorangan. Remediasi in situ secara kasus per kasus.

Pedoman RSPO untuk Prosedur Remediasi dan Kompensasi (Remediation and Compensation

Procedure/RaCP) (akan

dijelaskan). Kelompok petani swadaya tidak diharapkan untuk membayar kompensasi. Hanya remediasi in

situ. 4.3 Penanaman baru

yang dilakukan petani swadaya, sejak bulan November 2019: o tidak

menghilangkan hutan primer;

o tidak menghilangkan kawasan NKT mana pun;

o tidak dilakukan di lereng curam (dengan kemiringan lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional); dan

o tidak berada di kawasan gambut, berapa pun kedalamannya.

4.3.E Petani memberikan informasi mengenai semua penanaman baru yang direncanakan dan berkomitmen untuk tidak melakukan penanaman baru di hutan primer, kawasan NKT, lereng curam (lebih dari 25 derajat atau sebagaimana ditetapkan dalam Interpretasi Nasional), atau di atas gambut.

Catat dan kumpulkan data mengenai petak lahan yang direncanakan anggota kelompok untuk ditanami sawit. Kumpulkan batas petak lahan yang dialokasikan untuk penanaman baru, lengkapi pertanyaan aplikasi NKT untuk setiap petak. Terapkan pedoman dari pendekatan NKT yang disederhanakan dan laporkan dan catat untuk setiap plot, tingkat risiko, perlindungan yang tepat, dan praktik pengelolaan yang menentukan apakah: - NKT dapat dikelola melalui

pelaksanaan praktik kehati-hatian di mana risikonya rendah; atau

- harus ada kajian NKT yang dilakukan di bawah seorang penilai terakreditasi penuh Assessor Licensing Scheme (ALS).

Untuk penanaman baru oleh petani swadaya, NKT untuk pendekatan petani swadaya terdiri dari 4 tahap sebagai berikut. Tahap 1 – Perkenalkan konsep dan prosedur NKT kepada anggota kelompok Anda. Tahap 2 – Kunjungi dan catat semua petani yang ada di kelompok Anda. Tahap 3 – Kumpulkan dan olah informasi: survei lapangan, unggah informasi survei ke dashboard, tinjau data dan laporan, dan tindak lanjuti petak-petak yang memiliki risiko medium. Tahap 4 – Persiapan NPP dan pengelolaan NKT. Lih. Dokumen Pedoman RSPO mengenai Perangkat yang Disederhanakan untuk Petani

Templat untuk Pernyataan Petani Lih. Bagian 2.1.E.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

46

Swadaya – Aplikasi NKT untuk perkebunan petani swadaya yang telah mapan. https://rspo.org/publications/download/a48691dcf9dd573 https://rspo.org/publications/download/bdb07d1992be1e2 Jika NKT untuk pendekatan petani swadaya menunjukkan bahwa penanaman baru oleh petani swadaya dapat memunculkan risiko tinggi bagi NKT. Manajer kelompok perlu menyelenggarakan penilaian ALS secara penuh untuk petak-petak ini. Untuk penanaman baru, perlu diantisipasi agar pendekatan NKT untuk petani swadaya mengidentifikasi risiko tinggi dikarenakan adanya hutan primer, lereng yang terlalu curam, atau tanah gambut.

4.3.TC-A Sebelum memulai persiapan lahan di mana NKT dan kawasan pencadangan lainnya telah diidentifikasi [melalui Aplikasi NKT untuk Petani dan proses lainnya], rencana kelola terintegrasi untuk memelihara atau meningkatkan kawasan-kawasan ini dikembangkan melalui pendekatan partisipatif dengan semua anggota kelompok.

Dukung petani dalam memahami kriteria ini dan pengembangan rencana kelola terintegrasi.

Jika praktik kehati-hatian dilakukan di dalam pendekatan NKT untuk petani, maka tidak ada ‘kawasan NKT’ spesifik yang ditetapkan. Hanya sesuai dalam keadaan di mana kajian NKT ALS telah dilakukan, di mana ini adalah hal yang jarang.

Pedoman dan pelatihan mengenai cara mengembangkan rencana pengelolaan terintegrasi (bagian dari SOP)

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

47

4.3.TC-B Petani memiliki rencana

kelola terintegrasi yang telah disetujui untuk rencana penanaman barunya dan membagikan pemberitahuan mengenai rencana ini dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pemetaan partisipatif sebelum memulai persiapan lahan apa pun.

Dukung anggota dalam mengembangkan rencana penanaman baru jangka pendek dan menengah.

Lih. pedoman NKT untuk petani.

Lih. pedoman NKT untuk petani.

4.4 Jika ada petak lahan petani yang masih beroperasi di lahan gambut, pelesakan/subsidensi dan degradasi tanah gambut tersebut diminimalkan melalui penerapan PPT.

4.4.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk gambut, dan manajer kelompok memiliki rencana aksi untuk meminimalkan risiko kebakaran dan mengelola sistem air* dan menerapkan PPT untuk penanaman yang dilakukan di atas gambut di dalam unit sertifikasi.

Susun rencana dan SOP untuk pengelolaan perkebunan anggota kelompok yang ada di atas tanah gambut dan pastikan dukungan dan komitmen semua anggota kelompok untuk mengikuti rencana dan SOP tersebut.

Dalam mengembangkan rencana kelompok, manajer kelompok perlu mempertimbangkan: - pedoman RSPO mengenai

PPT untuk budi daya yang masih berjalan di atas gambut;

- protokol untuk petani sawit swadaya mengenai Pengelolaan Kawasan Gambut secara Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab; dan

- pedoman yang disederhanakan bagi petani mengenai sistem kelola air.

Pedoman yang disederhanakan untuk petani mengenai sistem kelola air (akan dijelaskan).

Pedoman dan pelatihan mengenai risiko kebakaran dan pengelolaan air di tanah gambut. Templat untuk pengelolaan dan pemantauan kebakaran, air dan gambut.

4.4.TC-B Petani melaksanakan rencana aksi berdasarkan PPT untuk perkebunan yang saat ini masih beroperasi di atas gambut.

Selenggarakan pelatihan untuk anggota kelompok sebagaimana diperlukan, dalam rencana pelatihan kelompok secara keseluruhan, agar rencana kelola gambut dapat dilaksanakan oleh kelompok. Pantau pelaksanaan rencana dan praktik kelola gambut di perkebunan anggota kelompok perorangan dan lakukan tindakan untuk memperbaiki segala hal yang menyimpang dari rencana.

Perangkat – Templat pemantauan (lih. Bagian 4.4.TC-A).

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

48

4.5 Petak lahan yang berada di atas gambut ditanami kembali hanya pada kawasan-kawasan tertentu saja yang memiliki risiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi sebagaimana dibuktikan oleh penilaian risiko.

4.5.E Petani menandatangani Pernyataan Petani yang berisi komitmen untuk memberikan informasi mengenai semua rencana untuk penanaman kembali dan berkomitmen bahwa penanaman kembali hanya akan dilakukan di kawasan-kawasan yang risiko rendah terjadinya banjir, intrusi air asin, dan subsidensi (lih. Bagian 1.2.E).

Pastikan agar semua anggota memahami ketentuan-ketentuan penanaman baru di atas gambut. Jelaskan Pernyataan Petani kepada anggota kelompok; melakukan penandatanganan dan pengelolaan catatan Pernyataan Petani yang telah ditandatangani, untuk kelompok.

Templat Pernyataan Petani.

4.5.TC-B Sebelum melakukan penanaman kembali di atas gambut, petani menyelesaikan penilaian risiko terkait banjir yang berhubungan dengan subsidensi dan, jika terdapat risiko tinggi, menyampaikan rencana yang mencakup alternatif strategi pengembangan lahan.

Dukung anggota kelompok dalam menentukan kapan diperlukan penilaian terhadap petak di atas gambut. Selenggarakan pelatihan untuk anggota kelompok sebagaimana diperlukan, di dalam rencana kelola kelompok.

4.5.TC-A Petani yang petak lahannya yang berada di atas gambut sudah lebih dari 15 tahun menyelesaikan pelatihan tentang identifikasi risiko-risiko banjir di masa yang akan datang, yang berkaitan dengan subsidensi dan alternatif strategi pengembangan lahan.

Beri dukungan atau selenggarakan pelatihan; dukung anggota yang perlu mengembangkan alternatif strategi pengembangan lahan.

Pedoman yang disederhanakan untuk PPT di atas gambut (sedang dalam pengembangan).

4.6 Tidak ada penggunaan api di perkebunan untuk mempersiapkan lahan, untuk pengendalian hama, ataupun untuk pengelolaan limbah.

4.6 E Tidak ada bukti fisik penggunaan api oleh petani untuk persiapan lahan.

Lakukan penilaian terhadap eligibilitas dengan mengikuti pedoman mengenai bukti pembakaran. Tindak lanjut di lapangan setiap kali muncul peringatan di dekat petak anggota kelompok untuk memastikan jika telah terjadi pelanggaran

Jika memungkinkan, dapat menggunakan Global Forest Watch Fire Alerts untuk menilai dan memantau kepatuhan.

Templat Pernyataan Petani

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

49

4.6 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang berikut ini dan memahaminya. •Alternatif bagi penggunaan api untuk persiapan lahan dan pengelolaan limbah pertanian (jika memungkinkan). •Alternatif bagi penggunaan api untuk pengendalian hama. •Pencegahan kebakaran, bagaimana cara menangani dan mengelola kebakaran di masyarakat dan desa.

Pastikan anggota kelompok memahami persyaratan ini. Masukkan pelatihan yang diperlukan ke dalam rencana pelatihan kelompok.

Bantu anggota kelompok untuk: -- sampaikan persyaratan ini kepada setiap pekerja yang dipekerjakan di perkebunan mereka; -- identifikasi teknik alternatif untuk persiapan lokasi penanaman, khususnya untuk penanaman kembali pada lokasi yang berisiko tinggi terhadap hama dan penyakit.

Pedoman dan pelatihan mengenai api untuk pengelolaan limbah perkebunan, pengendalian hama, pencegahan kebakaran, dan pengelolaan api. Perangkat: SOP mengenai pengendalian api

4.6 TC-B Petani tidak menggunakan api atau praktik bakar untuk persiapan lahan, pengelolaan limbah, atau pengendalian hama di perkebunan. Untuk pengendalian hama, api dapat digunakan hanya dalam keadaan luar biasa, di mana tidak ada tindakan lain yang efektif, dan hal demikian harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari otoritas pemerintah yang berwenang.

Pantau kepatuhan dan tindak lanjut (sama seperti di atas).

Sama seperti di atas.

4.7 Dilindungi dan dikelolanya zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional).

4.7.E Petani berkomitmen untuk tidak melakukan penanaman baru di zona kawasan sungai.

Atur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan, dan memasukkannya ke dalam rencana pelatihan kelompok.

Templat Pernyataan Petani.

4.7.TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai pengelolaan zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional) dan memahaminya.

Manajer kelompok harus mendukung anggota untuk menyusun rencana pengelolaan perkebunan untuk: • menyusun draf kebijakan kelompok dan SOP untuk perlindungan dan pengelolaan zona penyangga kawasan sungai; • memastikan dukungan dan komitmen dari semua anggota kelompok terhadap kebijakan dan SOP ini; • mengatur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan

Modul pelatihan Akademi Petani RSPO. Templat untuk SOP

4.7 TC-B Petani merehabilitasi, mengelola, dan memelihara zona penyangga kawasan sungai (berdasarkan Interpretasi Nasional).

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

50

agar melaksanakan kebijakan dan SOP ini; • memantau pelaksanaan SOP dan mengambil tindakan remediasi segala ketidakpatuhan.

4.8 Petani meminimalkan dan mengendalikan erosi dan degradasi tanah.

4.8 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk melindungi tanah marjinal dan rentan, termasuk di dalamnya lereng curam, dan memahaminya.

Atur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan, dan masukkan ke dalam rencana pelatihan kelompok.

Modul Pelatihan Akademi Petani RSPO

4.8 TC-B Petani melaksanakan PPT untuk pemeliharaan dan perlindungan tanah.

Manajer kelompok harus: • memperoleh peta tanah areal yang menjadi lokasi perkebunan anggota kelompok dan mengidentifikasi tanah rentan yang berisiko di dalam areal ini; • menyusun draf SOP untuk mencegah erosi dan degradasi tanah; • memastikan dukungan dan komitmen dari semua anggota kelompok terhadap SOP ini.

Untuk penanaman baru, pendekatan NKT untuk petani diharapkan dapat mengidentifikasi tingginya risiko dari keberadaan lereng yang terlalu curam dan tanah rentan. Untuk tanah di zona penyangga kawasan sungai, akan diberlakukan kebijakan dan SOP yang mengacu pada Bagian 3.6

Pedoman NKT untuk petani.

4.9 Pestisida digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan pekerja, keluarga, masyarakat, atau pun lingkungan.

4.9 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan mengenai PPT untuk pestisida, termasuk di dalamnya penggunaan, penyimpanan dan pembuangan pestisida, serta mengenai pestisida yang dilarang digunakan (dan sesuai dengan Bagian 3.5).

Atur pelatihan untuk anggota kelompok dan pekerjanya jika diperlukan, dan memasukkannya ke dalam rencana pelatihan kelompok, baik mengenai penanganan dan penggunaan pestisida maupun prinsip dasar PHT.

Fasilitasi atau memberikan pelatihan kepada anggota kelompok mengenai PPT.

Modul pelatihan Akademi Petani RSPO.

4.9.TC-B Petani melaksanakan PPT untuk penggunaan pestisida yang mewajibkan untuk menghindari pestisida yang dikategorikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) dalam Kelas 1A atau 1B, atau yang masuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, dan menghindari paraquat, kecuali jika telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk menangani serangan hama.

Lakukan pemeriksaan berkala untuk memastikan anggota kelompok melaksanakan praktik-praktik yang mereka pelajari pada saat pelatihan. Masukkan kebijakan dan SOP untuk pengelolaan hama, penyakit, gulma, dan spesies invasif ke dalam rencana pengelolaan perkebunan. • Pastikan dukungan dan komitmen dari

Kebijakan dan SOP kelompok harus mengatur prinsip-prinsip berikut ini. • Penerapan pendekatan PHT untuk meminimalkan segala penggunaan pestisida. • Tidak ada pestisida yang digunakan untuk tujuan

Modul pelatihan Akademi Petani RSPO.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

51

semua anggota kelompok terhadap kebijakan dan SOP ini. • Kelola catatan atas nama kelompok mengenai semua pestisida yang digunakan di perkebunan anggota kelompok, termasuk: o sumber produk; o tujuan penggunaan (mis. gulma dan hama yang membutuhkan adanya pengendalian); o kuantitas penggunaan; o tanggal penggunaan; o metode dan tingkat penerapan; o metode pembuangan wadah pestisida; • pantau pelaksanaan SOP dan mengambil tindakan remediasi segala ketidakpatuhan.

profilaksis (pencegahan), kecuali dalam keadaan tertentu. • Pestisida hanya digunakan sesuai dengan label produknya. • Disediakannya penyimpanan yang aman dan terkendali, dan persoalan penggunaan pestisida. • Pestisida hanya ditangani dan diaplikasikan hanya oleh orang-orang yang telah menyelesaikan pelatihan yang diperlukan. • Penyediaan dan penggunaan peralatan keamanan dan aplikasi yang tepat. • Tidak ada penggunaan pestisida yang dikategorikan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO) dalam Kelas 1A atau 1B, atau yang masuk dalam daftar Konvensi Stockholm atau Konvensi Rotterdam, atau paraquat kecuali dalam keadaan tertentu sebagaimana diidentifikasi dalam pedoman praktik terbaik nasional. Penggunaan pestisida tersebut harus diminimalkan dan dihapus dari bagian suatu rencana dan hanya boleh digunakan pada keadaan luar biasa.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

52

• Hindari penggunaan pestisida oleh perempuan hamil atau menyusui. • Disediakannya pemeriksaan medis untuk petani dan pekerjanya yang sering bersentuhan dengan pestisida. • Umpan balik dari perkebunan perorangan dan kemudian menganalisis data tersebut untuk meningkatkan kinerja. Beberapa kelompok dapat memilih untuk tidak menggunakan pestisida. Jika hal ini terjadi, maka manajer kelompok harus menuliskan penjelasan sederhana yang menyatakan hal tersebut beserta alasannya.

4.10 Petani mengelola hama, penyakit, gulma, dan spesies introduksi yang invasif, dengan menggunakan teknik yang sebagaimana mestinya, termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) teknik-teknik PHT.

4.10 TC-A Petani menyelesaikan pelatihan tentang PPT termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada) penggunaan bahan kimia yang aman, PHT, gulma, dan pengelolaan spesies invasif, serta memahaminya.

Lih. Bagian 4.8 TC-A

Lih. Bagian 4.8 TC-A di atas

4.10 TC-B Petani memaksimalkan penggunaan pendekatan-pendekatan PHT untuk meminimalkan penggunaan pestisida di perkebunannya.

Lih. Bagian 4.8 TC-B Lih. Bagian 4.8 TC-B di atas

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

53

Lampiran 1 – Definisi

Praktik Pekerja Anak

Praktik pekerja anak merupakan pekerjaan yang merampas masa kecil, potensi, dan harga diri dari anak-anak, dan berbahaya bagi perkembangan fisik dan mentalnya. Istilah ini berlaku untuk:

• semua anak berusia kurang dari 18 tahun yang terlibat dalam “bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak” (sesuai dengan Konvensi ILO No. 182);

• semua anak berusia kurang dari 12 tahun yang turut andil dalam kegiatan ekonomi; dan

• semua anak berusia 12 hingga 14 tahun yang terlibat dalam pekerjaan yang tidak ringan.

ILO mendefinisikan pekerjaan ringan sebagai pekerjaan yang tidak memiliki kemungkinan membahayakan kesehatan atau perkembangan anak dan tidak pula memiliki kemungkinan untuk menghalangi anak untuk dapat terus bersekolah atau mengikuti pelatihan kejuruan.

Anak berusia kurang dari 18 tahun tidak boleh terlibat dalam pekerjaan berbahaya yang dapat mengganggu kesejahteraan fisik, mental, atau moralnya, baik karena sifat pekerjaan ataupun kondisi ketika pekerjaan tersebut berlangsung. Bagi pekerja muda yang berusia lebih dari usia minimum legal akan tetapi kurang dari 18 tahun, harus ada batasan jam kerja dan lembur, yaitu tidak bekerja: di ketinggian yang berbahaya; dengan mesin, peralatan, dan alat-alat berbahaya; memindahkan beban berat; terpapar unsur atau proses berbahaya; dan dengan kondisi sulit seperti bekerja di malam hari. Sumber: Konvensi Usia Minimum Bekerja ILO, 1973 (No. 138)

Kerja Paksa Semua pekerjaan atau jasa yang dipaksakan untuk dilakukan seseorang dengan disertai ancaman hukuman, dan yang bersangkutan melaksanakan pekerjaan atau jasa tersebut tidak dengan sukarela. Definisi ini mencakup tiga unsur.

1. Pekerjaan atau jasa mengacu pada semua tipe pekerjaan yang dilakukan dalam segala kegiatan, industri, atau sektor, termasuk sektor ekonomi informal.

2. Ancaman hukuman mengacu pada berbagai macam hukuman yang digunakan untuk memaksa seseorang bekerja.

3. Ketidaksukarelaan: Istilah “dengan sukarela” mengacu pada persetujuan atas dasar informasi tanpa paksaan dari seorang pekerja untuk mengambil pekerjaan serta kebebasannya untuk meninggalkan pekerjaan kapanpun. Istilah ini tidak berlaku ketika pemberi kerja atau perekrut memberi janji palsu sehingga pekerja mengambil pekerjaan yang seharusnya tidak mereka terima.

Sumber: Definisi Kerja Paksa ILO Konvensi Kerja Paksa ILO, 1930 (No. 29) Protokol ILO Tahun 2014 untuk Konvensi Kerja Paksa Tahun 1930 (P029)

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

54

Konvensi Penghapusan Kerja Paksa ILO, 1957 (No. 105) Rekomendasi Kerja Paksa ILO, 2014 (No. 203)

P&C Generik Mengacu pada Prinsip dan Kriteria RSPO untuk Produksi Minyak Sawit Lestari

(2018), produksi oleh pekebun dan PKS besar disetujui oleh Majelis Umum RSPO pada tahun 2018.

Manajer Kelompok

Perorangan, kelompok atau organisasi yang bertanggung jawab menjalankan SKI dan mengelola kelompok tersebut. Manajer kelompok dapat berupa PKS, organisasi, atau perorangan.

Petani Petani Swadaya

Semua petani yang tidak dikategorikan sebagai Petani Plasma [lih. definisi untuk Petani Plasma di bawah ini] dikategorikan sebagai Petani Swadaya.

Petani Plasma

Petani, pemilik lahan, atau perwakilannya yang tidak memiliki:

• kekuasaan untuk mengambil keputusan mengenai operasi lahan dan praktik produksi; dan/atau

• kebebasan untuk memilih bagaimana mereka memanfaatkan lahannya, jenis tanaman komoditas yang ditanam, dan bagaimana mereka mengelolanya (apakah dan bagaimana mereka mengatur, mengelola, dan membiayai lahan tersebut).

Kebun petani

Perorangan atau keluarga (besar) yang memproduksi sawit di petak petani perorangan atau gabungan, berdasarkan ambang batas yang saat ini ditetapkan oleh RSPO untuk petani.

Petak petani Lahan yang dimiliki petani dan ditanami dengan sawit atau dialokasikan untuk perluasan atau penanaman kembali sawit.

Unit sertifikasi untuk Standar Petani Swadaya

Entitas yang menandatangani perjanjian sertifikasi dan memegang sertifikat RSPO. Entitas ini bertanggung jawab atas pengembangan dan pelaksanaan sistem pengelolaan internal kelompok dan sistem pengelolaan perkebunan semua anggota kelompok. Pihak manajemen kelompok harus memastikan perkebunan anggota kelompok patuh terhadap Standar tersebut.

Pekerja Lelaki dan perempuan, migran, transmigran, pekerja kontrak, pekerja harian lepas, dan karyawan dari semua tingkat di perusahaan, di perkebunan, dan di SKI, yang bukan merupakan anggota keluarga (di mana keluarga didefinisikan sebagai satu kesatuan rumah tangga).

Orang usia muda

Pekerja muda berusia 15 tahun, atau lebih dari usia minimum untuk bekerja, akan tetapi masih kurang dari 18 tahun. Menurut ILO, “pekerja ini masih dianggap ‘anak-anak’ walaupun secara legal mereka boleh melakukan pekerjaan tertentu.”

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

55

Lampiran 2 Ringkasan Pendekatan dan Perangkat NKT RSPO yang Disederhanakan untuk Petani Swadaya RSPO menyadari bahwa petani swadaya menghadapi tantangan dalam memenuhi kriteria untuk mengidentifikasi, memelihara, dan meningkatkan kualitas NKT, lih. Kriteria 4.1 sampai dengan 4.3. Untuk membantu petani swadaya melaksanakan kriteria-kriteria ini, RSPO mengembangkan Pendekatan NKT yang Disederhanakan. Pendekatan ini mengakui bahwa potensi keberadaan NKT dan dampaknya berbeda antara penanaman sawit yang sudah ada (Kriteria 4.1 dan 4.2) dan penanaman baru (Kriteria 4.3). Hal ini didasari pada dan menyatukan pekerjaan sebelumnya mengenai metodologi NKT untuk petani oleh Conservation Internasional (CI), High Conservation Value Resource Network (HCVRN), dan Program SHARP. Dalam perkebunan yang ada saat ini, vegetasi alami telah dibabat untuk sawit. Pemanfaatan hutan secara tradisional telah berakhir dan sebagian besar tumbuhan dan hewan asli tidak ada lagi di sini. Akibatnya, risiko rusaknya NKT dalam perkebunan yang telah ditanami dianggap rendah. Untuk areal yang ditanami setelah pembukaan lahan setelah tahun 2005, maka berlaku prosedur Remediasi dan Kompensasi bagi petani swadaya (lih. Kriteria 4.2). NKT cenderung ditemukan dalam habitat alami, sehingga jika lahan tersebut dibuka untuk penanaman sawit (Kriteria 4.3), maka risiko terhadap NKT akan lebih tinggi. Untuk penanaman baru, risiko rusaknya NKT bergantung pada hal-hal sebagai berikut.

• Potensi kehadiran NKT: Semakin tinggi kecenderungan adanya NKT, maka risiko dampak negatif dari penanaman sawit di lokasi tersebut akan semakin besar. NKT 1-3 tergantung pada jenis, ukuran, dan kualitas habitat alaminya (mis. hutan) dan spesies yang ada di lokasi tersebut, sedangkan NKT 4-6 berkaitan dengan ketergantungan masyarakat setempat terhadap lokasi tersebut untuk kebutuhan subsisten atau identitas budayanya.

• Ukuran/skala perluasan: Pembangunan perkebunan sawit skala besar cenderung menimbulkan lebih banyak dampak terhadap NKT daripada perluasan skala kecil. Oleh karena itu, rencana ukuran total perkebunan sawit baru juga merupakan faktor yang menentukan risiko dan semua penanaman baru sawit yang lebih dari 500 ha dianggap berisiko tinggi. Jika luasannya kurang dari 500 ha, maka penggolongan risiko (apakah termasuk rendah, sedang, atau tinggi) tergantung pada potensi keberadaan NKT.

Gabungan antara potensi dan ukuran perluasan menentukan prosedur NKT yang diperlukan untuk penanaman baru. Pendekatan ini juga berfungsi sebagai Prosedur Penanaman Baru (New Planting Procedures/NPP) bagi petani swadaya (lih. juga gambar di bawah ini).

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

56

Gambar di bawah ini menyajikan gambaran umum mengenai usulan prosedur penanaman baru bagi petani swadaya.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

57

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

58

Lampiran 3 Kerangka Kerja Kepastian untuk Standar Petani Swadaya RSPO Lampiran ini menetapkan ringkasan mengenai sistem yang harus diikuti dalam pelaksanaan sertifikasi terhadap persyaratan Standar Petani Swadaya RSPO dan Interpretasi Nasionalnya. Untuk keperluan konsultasi publik, dokumen ini harus ditelaah sehubungan dengan Sistem Sertifikasi RSPO versi 2017. Saat ini, dokumen ini mengalami penyempurnaan dan sistem yang harus diikuti untuk Standar Petani Swadaya akan diintegrasikan ke dalam versi terbaru akhir tahun ini. Beberapa pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam sertifikasi Kelompok Petani Swadaya adalah sebagai berikut.

● Entitas Kelompok harus merupakan anggota RSPO. ● Sertifikat kepatuhan RSPO diberikan kepada Entitas Kelompok. ● Penjual TBS yang menangani TBS antara anggota kelompok dan PKS harus:

○ disertifikasi secara independen oleh Standar Sertifikasi Rantai Pasok RSPO; atau ○ bagian dari struktur Kelompok dengan sistem lacak balak di bawah kendali Manajer

Kelompok yang mematuhi bagian-bagian yang berlaku dalam Standar Sertifikasi Rantai Pasok RSPO.

Sistem sertifikasi ini mencakup penilaian dan verifikasi pada masing-masing dari ketiga tahap ini. Setiap tahap memiliki persyaratan kepastiannya sendiri untuk menilai kepatuhan, klaim yang dapat dilakukan petani, dan manfaat bagi petani sebagaimana disajikan pada gambar di bawah ini. Penilaian Kepatuhan untuk Standar Petani Swadaya Persyaratan ini dijelaskan dalam tiga tahap (Eligibilitas, Tonggak Capaian A, Tonggak Capaian B) dan persyaratan pada SKI yang dicantumkan dalam Standar Petani Swadaya dapat diaudit pada tingkat indikator. Semua ketidakpatuhan terhadap indikator-indikator ini dianggap ketidakpatuhan mayor. Persyaratan di setiap tahap diaudit secara kumulatif. Sebagai contoh, audit Kelompok Petani Swadaya pada Tonggak Capaian A akan melibatkan audit kelompok ini untuk semua indikator tahap Eligibilitas dan semua indikator Tonggak Capaian A. Sertifikat Kepatuhan RSPO Sertifikat tunggal diberikan kepada Kelompok jika tidak ada ketidakpatuhan mayor. Kelompok diberi waktu selama 90 hari untuk mengatasi adanya ketidakpatuhan mayor yang diangkat dalam sertifikasi atau audit pengawasan berikutnya. Jika ketidakpatuhan yang diangkat saat audit untuk Tonggak Capaian A, atau Tonggak Capaian B atau pengawasan/sertifikasi kembali berikutnya tidak ditutup dalam waktu 90 hari, maka sertifikat akan ditangguhkan, dan selanjutnya akan ditarik. Sebagai contoh, Kelompok Petani yang tidak berhasil menutup ketidakpatuhan yang diangkat pada saat audit untuk Tonggak Capaian A dalam waktu 90 hari, maka kelompok tersebut tidak lagi bersertifikat dan produknya tidak dapat dijual sebagai produk bersertifikat. Nomor sertifikat dipakai secara bersama oleh semua anggota Kelompok di mana setiap anggotanya memiliki kode identifikasi unik yang disebut sebagai Nomor Registrasi Unik Anggota.

Public Consultation RSPO Independent Smallholder Standard 10th April 2019

59

Maksimal masa berlaku sertifikat P&C RSPO adalah tiga tahun, mulai dari Eligibilitas hingga Tonggak Capaian B. CB harus melakukan audit jarak jauh untuk meninjau laporan penilaian diri pada Tonggak Capaian A guna memastikan berlanjutnya keberlakuan sertifikat tersebut. Setelah mencapai Tonggak Capaian B, sertifikat tunggal diberikan kepada kelompok dengan masa berlaku maksimal lima tahun. CB harus melakukan audit pengawasan tahunan selama sertifikat masih berlaku, dan audit sertifikasi kembali dilakukan secara penuh sebelum periode lima tahun ini berakhir. Pelibatan anggota baru dalam Kelompok setelah sertifikasi Anggota baru dapat bergabung dalam kelompok kapan pun dan akan dinilai berdasarkan kesiapannya untuk mematuhi standar tersebut. Sebagai contoh, anggota baru yang berada pada tahap Eligibilitas boleh bergabung dengan kelompok petani yang berada pada tahap Tonggak Capaian A. Kelompok ini memang akan dinilai bersama-sama, tetapi persyaratan yang dipakai untuk menilai anggota akan tergantung pada Tonggak Capaian yang telah mereka patuhi. Pengambilan Sampel untuk Penilaian Kelompok oleh CB Guna menentukan sampel yang mewakili anggota Kelompok untuk audit pada tingkat Eligibilitas dan Tonggak Capaian B, CB wajib melaksanakan penilaian risiko terhadap anggota Kelompok. Penilaian risiko ini harus mempertimbangkan keragaman anggota Kelompok (yakni kisaran luasan, struktur pengelolaan, keragaman medan, dsb.) dan setiap risiko yang dirasakan terkait kegiatan yang akan dilakukan (misalnya seberapa banyak penanaman kembali atau perluasan yang terjadi, seberapa banyak anggota yang baru, dan, untuk penilaian selanjutnya, apakah ada riwayat ketidakpatuhan). Risiko dan ukuran sampel berikutnya akan ditentukan berdasarkan informasi dari konsultasi bersama Pemangku Kepentingan.