Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa...

37
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HAM DAN HUKUM PIDANA Hak Asasi manusia (HAM) dan Hukum Pidana mempunyai keterkaitan yang erat , HAM membutuhkan hukum pidana untuk mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan hukum pidana dalam pelaksaannya harus berpedoman pada prinsip – prinsip HAM agar tidak terjadi kesewenang – wenangan para penegak keadilan dalam menjalankan kewajibannya. Bila HAM dikaitkan dengan hak tersangka atau terdakwa , penelitian ini akan membahas mengenai hak tersangka atau terdakwa di dalam hukum nasional kita (baca : KUHAP) bila di tinjau dari standar hukum internasional mengenai hak tersangka atau terdakwa. Di dalam BAB II penelitian ini akan dikemukakan konsep – konsep yang diharapkan bisa menjadi alat analisis untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah dari penelitian yang penulis lakukan, sebagai titik pijak penulis menduga bahwa perlindungan hak – hak tersangka atau terdakwa yang di atur di dalam hukum nasional (baca : KUHAP) belum sepenuhnya memenuhi standar perlindungan hak – hak tersangka atau terdakwa

Transcript of Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa...

Page 1: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. HAM DAN HUKUM PIDANA

Hak Asasi manusia (HAM) dan Hukum Pidana mempunyai

keterkaitan yang erat , HAM membutuhkan hukum pidana untuk

mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan hukum

pidana dalam pelaksaannya harus berpedoman pada prinsip – prinsip

HAM agar tidak terjadi kesewenang – wenangan para penegak

keadilan dalam menjalankan kewajibannya. Bila HAM dikaitkan

dengan hak tersangka atau terdakwa , penelitian ini akan membahas

mengenai hak tersangka atau terdakwa di dalam hukum nasional

kita (baca : KUHAP) bila di tinjau dari standar hukum internasional

mengenai hak tersangka atau terdakwa.

Di dalam BAB II penelitian ini akan dikemukakan konsep –

konsep yang diharapkan bisa menjadi alat analisis untuk

memperoleh jawaban atas rumusan masalah dari penelitian yang

penulis lakukan, sebagai titik pijak penulis menduga bahwa

perlindungan hak – hak tersangka atau terdakwa yang di atur di

dalam hukum nasional (baca : KUHAP) belum sepenuhnya

memenuhi standar perlindungan hak – hak tersangka atau terdakwa

Page 2: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

dalam hukum internasional yang dimuat dalam kompendium PBB.

Oleh sebab itu penulis akan meneliti dan mengkaji lebih dalam lagi

mengenai standar perlindungan hak – hak tersangka atau terdakwa

yang diatur di dalam hukum nasional maupun hukum internasional.

Uraian dari Bab II ini dimulai dari konsep yang mendasar

yaitu konsep HAM yang menyangkut pengertian , prinsip – prinsip

HAM serta pengaturan – pengaturan HAM yang berasal dari sumber

hukum nasional maupun sumber hukum internasional , kemudian

melihat konsep – konsep yang tidak kalah pentingnya dalam meneliti

hak tersangka atau terdakwa yaitu Hukum Pidana , mulai dari

pengertian hukum pidana formil, asas – asas hukum pidana, prinsip

– prinsip HAM yang terkait dengan Hukum Acara Pidana dalam

peradilan, hingga keterkaitan atau hubungan antara HAM dengan

hukum pidana serta HAM sebagai pembatas penegakan hukum

pidana dan seperti apa perlindungan terhadap tersangka atau

terdakwa , berikut mengenai konsep legislasi perlindungan hak

tersangka atau terdakwa dan yang terakhir yaitu pembahasan tentang

kompendium PBB yang meliputi pengertian dari kompendium,

munculnya kompendium , isi dan kekuatan mengikatnya

kompendium tersebut.

Page 3: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

1. HAM

a. Pengertian HAM

Dilihat dari sejarah peristilahan hak asasi manusia, pertama kali

dikenal adalah istilah Natural Right. Karena istilah ini kurang

membudaya dalam masyarakat internasional, maka dipakai istilah

Right of Man sebagai penggantinya. Namun istilah yang kedua ini

juga kurang populer. Alasannya adalah dengan istilah tersebut, maka

hak-hak kaum perempuan tidak ter-cover. Dan sebagai padanan istilah

yang dapat meng-cover hak-hak kaum laki-laki dan perempuan maka

digunakanlah istilah Human Right. Kesadaran hak asasi manusia

didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk

Tuhan mempunyai derajat dan martabat yang sama.

Hak asasi dalam pengertian umum adalah hak – hak dasar yang

dimiliki setiap pribadi manusia sebagai anugrah Tuhan yang dibawa

sejak lahir oleh karena itu hak asasi manusia merupakan hak dasar

yang melekat dan dimiliki setiap manusia sebagai anugrah Tuhan

Yang Maha Esa, berikut adalah beberapa pengertian HAM :

a. Black’s Law Dictionary

“human right = the freedoms, immunities, and benefits that, according

to moderen values (esp. At an international level) , all human beings

Page 4: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

should be able to claim as a matter of right in the society in which

they live. 1

b. Mahfud MD

Menurut Mahfud MD , Hak asasi manusia itu diartikan sebagai hak

yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan ,

dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga

hak tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan merupakan pemberian

manusia atau negara. 2

c. Bagir Manan

Bagir Manan mengatakan bahwa yang dimaksud dengan HAM adalah

: 3

1. Hak – hak asasi baik yang bersifat klasik maupun yang bersifat sosial

Hak yang bersifat klasik terdapat dalam pasal 27 ayat (1), pasal 28,

pasal 29 ayat (2) UUD 1945.4

Sementara hak yang bersifat sosial dirumuskan dalam pasal 27 ayat

(2), pasal 31 ayat (1), dan pasal 24 UUD 1945. 5

1 Bryan A. Black’s Law Dictionary Ninth Edition – Garder Edition in Chief, WEST, United States of America, 2009 2 Prof . Moeljatno, SH , Asas – asas Hukum Pidana , hlm 2 3 Bagir Manan, Demokrasi Pancasila, makalah, disampaikan pada Lokakarya Pengajar Pancasila di Bandung , Juli 1998, hlm 35 4 HAM klasik , seperti hak untuk hidup dengan pengertian larangan bagi negara untuk melakukan tindakan yang melanggar hak – hak tersebut. 5 HAM sosial memiliki pengertian kewajiban bagi negara untuk aktif .

Page 5: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

2. Hak asasi yang berlaku khusus pada warga negara atau hak asasi yang

timbul karena hukum

Hal ini dapat kita baca pada pasal 27 ayat (2), pasal 30 ayat (1), dan

pasal 31 ayat (1) UUD 1945.

Di Indonesia, pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) ditegaskan

dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM

“Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Oleh karena itu Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)

menunjukan nilai normatifnya Hak Asasi Manusia sebagai hak yang

fundamental. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1 “semua

manusia dilahirkan bebas dan sama dalam martabat dan hak.

Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan harus bertindak

sesama manusia dalam semangat persaudaraan” . Didalam pasal

55 piagam PBB (charter of the United nations) menjelaskan bahwa

adanya piagam ini adalah untuk memajukan penghormatan hak asasi

manusia dari seluruh manusia di dunia termasuk kebebasan –

kebebasan dasar bagi semua , tanpa adanya pembedaan ras, jenis

kelamin, bahasa atau agama.

Page 6: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

b. Prinsip – prinsip HAM

Prnsip – prinsip HAM meliputi : 6

- Bersifat universal dan tidak dapat dicabut

Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan seluruh umat manusia di

dunia memikinya. Hak-hak tersebut tidak bisa diserahkan secara

sukarela atau dicabut. Hal ini selaras dengan pernyataan yang

tercantum dalam pasal 1 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia :

“Setiap umat manusa dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan martabatnya.”

- Tidak bisa dibagi

Semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat, dan tidak

bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis.

- Saling bergantung dan berkaitan satu sama lain

Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan

hak lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian.

- Sederajat dan tanpa diskriminasi

Setiap umat manusia berhak sepenuhnya atas hak-haknya tanpa ada

pembedaan dengan alasan apapun, seperti yang didasarkan atas

perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, etnis, usia, bahasa, agama,

pandangan politik dan pandangan lainnya, kewarganegaraan dan latar

6 http://www.komnasham.go.id/pendidikan-dan-penyuluhan/848-prinsip-prinsip-pokok-hak-asasi-manusia . di unduh pada tgl 19/07/2012 . pukul 14.00 wib

Page 7: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

belakang sosial, cacat dan kekurangan, tingkat kesejahteraan,

kelahiran atau status lainnya

- Turut berpatisipasi dan berperan aktif

Setiap orang dan seluruh masyarakat berhak untuk turut berperan aktif

secara bebas dan berarti dalam partisipasi dan berkontribusi untuk

menikmati kehidupan pembangunan, baik kehidupan sipil, politik,

ekonomi, sosial, dan budaya demi terwujudnya hak asasi dan

kebebasan dasar.

- Ada pertanggungjawaban dan penegakan hukum

Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab

untuk menaati hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada

norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam instrumen-

instrumen hak asasi manusia.

2. Hukum Pidana

a. Pengertian Hukum Pidana Formil

Yang dimaksud hukum pidana formil adalah aturan-aturan yang

mengatur bagaimana alat-alat perlengkapan negara melaksanakan

haknya untuk mengenakan pidana.

Page 8: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

Berikut beberapa definisi hukum pidana formil menurut 7:

1. P.A.F. Lamintang

Tindak Pidana Formil adalah tindak pidana yang dianggap telah

selesai dengan hukuman oleh undang-undang.

2. Sudarto

Tindak Pidana Formil adalah merupakan tindak pidana yang

perumusannya dititik beratkan pada perbuatan yang dilarang.

tindak pidana tersebut telah selesai dengan dilakukannya

perbuatan yang dirumuskan dalam rumusan tindak pidana tersebut

(tanpa Melihat akibatnya)

b. Prinsip – prinsip hukum HAM universal yang terkait dengan Hukum

Acara

Berdasarkan prinsip – prinsip HAM yang universal berikut adalah

prinsip – prinsip yang terkait dengan hukum acara yang merupakan

hak – hak dasar yang harus dihormati , yaitu : 8

1. Non Diskriminasi

Pengadilan mengadili harus menurut hukum dengan tidak

membedakan orang (diatur dalam pasal 5 ayat (1) UU No. 4 tahun

2004 tentang Kekuasaan Kehakiman)

7 http://muhammadnurulhuda15.blogspot.com/2011/07/tindak-pidana-materiil-dan-tindak.html . diunduh pada tgl 22/10/2012 . pukul 22.47 wib 8 Prof. Dr . H . Muladi, SH . Hak Asasi Manusia Hakekat , Konsep dan Implikasi dalam Prespektif Hukum dan Masyarakat . 2009 . hlm . 104 - 109

Page 9: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

2. Prinsip yang memberikan Hak untuk hidup dan bebas dari

penyiksaan atau tindakan pemidanaan yang kejam , tidak

manusiawi atau merendahkan yang lain

3. Prinsip yang memberikan Hak atas kebebasan dan Hak – hak

terpidana

4. Prinsip mengenai Fair Trial

5. Prinsip mengenai peraturan tentang Juvenile Justice yaitu

pengaturan tentang batas minimum pertanggung jawaban pidana.

3. Hubungan antara HAM dengan Hukum Pidana

a. Hukum Pidana sebagai reaksi terhadap pelanggaran HAM

Indonesia yaang merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila

harus mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut: 9

- Pengakuan dan perlindungan hak asaasi yang mengandung persamaan

dalam bidng politik, hukum, sosial, ekonomi, kultural, dan

pendidikan.

- Peradilan yang bebas dan tidak memihak serta tidak terpengaruh oleh

suatu kekuasaan/kekuatan apapun;

9 Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hlm 74-75

Page 10: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

- Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan, yang dimaksud

kepastian hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat

dipahami, dapat dilaksanakan dan aman dalam melaksanakan.

Penegakan hukum pidana yang dilakukan para penegak hukum yang

mempunyai kewenangan untuk mengadili tersangka atau terdakwa

harus berpedoman pada HAM agar hak – hak tersangka atau terdakwa

tidak dilanggar oleh sebab itu perlu mengacu pada prinsip – prinsip

dalam peradilan yang meliputi :

1. Prinsip Legalitas

Dalam pasal 1 ayat (1) KUHP menegaskan “suatu perbuatan tidak

dapat dipidana , kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang –

undangan pidana yang telah ada” hal ini tercermin pula pada “nullum

delictum nulla poena sine praevia lege poenali” atau “nullum crimen

sine lege”

Prinsip ini juga terkandung di dalam berbagai intrumen HAM yaitu :

- DUHAM

Pasal 11 ayat (2): “Tidak seorang pun boleh dipersalahkan melakukan

tindak pidana karena perbuatan atau kelalaian yang tidak merupakan

suatu tindak pidana menurut undang-undang nasional atau

internasional, ketika perbuatan tersebut dilakukan...”

Page 11: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

- ICCPR

Pasal 15 ayat (1): “Tidak seorang pun dapat dinyatakan bersalah atas

suatu tindak pidana karena melakukan atau tidak melakukan tindakan

yang bukan merupakan tindak pidana pada saat dilakukannya, baik

berdasarkan hukum nasional maupun internasional...”

dan Indonesia sudah meratifikasi ICCPR sehingga terikat pada

ketentuan ini.

2. Prinsip Non Retroaktif

Prinsip ini biasanya dikaitkan dengan asas yang ada di dalam hukum

pidana yang berbunyi nullum delictum noela poena sinea pravea lege

poenali (tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan

aturan pidana dalam perundang – undangan yang telah ada sebelum

perbuatan dilakukan)

3. Prinsip Presumption of Innocence

Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau

dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah

sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya

dan memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 12: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

4. Prinsip Ne bis in Idem

Prinsip ini semata-mata melindungi hak asasi manusia seseorang, agar

seseorang tidak diadili untuk perkara yang sama dan mengedepankan

kepastian hukum karena seseorang tidak boleh diadili kedua kalinya

untuk dakwaan yang sama. Prinsip ini diatur didalam pasal 76 ayat (1)

dan (2) KUHP.

5. Prinsip in Dubio pro Reo

Menurut “Kamus Hukum” yang ditulis oleh Simorangkir et.al. (hlm.

73), frasa in dubio pro reo diartikan sebagai “jika ada keragu-raguan

mengenai sesuatu hal haruslah diputuskan hal-hal yang

menguntungkan terdakwa”. 10

Oleh karena itu bila dalam keadaan yang meragukan, hakim harus

mengambil keputusan yang menguntungkan terdakwa yaitu

dibebaskan dari dakwaan.

6. Prinsip Daluwarsa

Yang dimaksud daluarsa adalah berlakunya sesuatu waktu tertentu

atas keputusan adanya hukuman tanpa dilaksanakannya hukuman

tersebut.

10 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4142/penerapan-asas-in-dubio-pro-reo. diunduh pada tgl 21/07/2012 . pukul 20.58 wib

Page 13: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

7. Prinsip Fair Trial

Fair Trial atau Prinsip Keadilan dinyatakan dalam sebuah prinsip

dasar yang berlaku secara universal berikut ini :

"Tidak seorang pun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan

sewenang-wenang; setiap orang, dalam persamaan yang penuh,

berhak atas proses peradilan yang adil dan terbuka oleh pengadilan

yang adil dan terbuka oleh pengadilan yang bebas dan tidak memihak,

dalam menetapkan hak dan kewajiban-kewajibannya serta dalam

setiap tuntutan pidana yang dijatuhkan kepadanya." 11

Implementasi asas hukum pidana nasional dalam kriminalisasi

sebagaimana dikenal hukum pidana jangan untuk pembalasan semata

– mata maka bila memperhatikan pancasila yang pada dasarnya tidak

lepas dari hak – hak asasi manusia dengan pengakuan terhadap hukum

yang hidup dalam masyarakat sebagai sumber hukum pidana positif,

melakukan kriminalisasi terhadap contempt of court (menghina

pengadilan) untuk melindungi kebebasan peradilan, melakukan

kriminalisasi terhadap kejahatan genosida, melakukan kriminalisasi

terhadap perbuatan – perbuatan sebagaimana tercantum di dalam UN

declaration against torture (deklarasi PBB menentang penyiksaan) ,

menyempurnakan perumusan tentang kejahatan perkosaan dalam

kaitannya dengan perlindungan hak – hak asasi wanita dan anak.

11 http://www.tanyahukum.com/pidana/167/fair-trial/ . diunduh pada tgl 21/07/2012 . pukul 21. 08 wib

Page 14: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

Yang dimaksud pelanggaran HAM bila mengacu kepada UU

nomor 39 tahun 1999 dan UU nomor 26 tahun 2000 (Pengadilan

HAM), maka dikenal dua bentuk pelanggaran HAM, yaitu

palanggaran HAM biasa dan pelanggaran HAM berat.

Dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM, pengertian

Pelanggaran HAM terdapat dalam Pasal 1 butir 6 dan pengertian

Pelanggaran HAM Berat terdapat dalam penjelasan UU No. 39 tahun

1999 yaitu dalam Pasal 104 ayat 1.

Pasal 1 butir 6 menyatakan :

Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok

orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja

atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,

menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia

seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UU ini, dan tidak

mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian

hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang

berlaku.

Sedangkan Di dalam penjelasan UU No. 39 Tahun 1999 mengenai

pengertian pelanggaran HAM berat diuraikan dalam Pasal 104 ayat 1

menyatakan :

Pelanggaran HAM yang berat adalah pembunuhan massal (genoside),

pembunuhan sewenang-wenang atau diluar putusan pengadilan

Page 15: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

(arbitrary/extra judicial killing), penyiksaan, penghilangan orang

secara paksa, perbudakan, deskriminasi yang dilakukan secara

sistematis

Hal ini membuktikan bahwa hukum pidana dapat dijadikan

sarana untuk menindaklanjuti pelanggaran HAM baik itu pelanggaran

HAM biasa maupun pelanggaran HAM berat yang telah diatur di

dalam UU No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No.

26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

b. HAM sebagai pembatas penegakan Hukum Pidana

Pernyataan Hak Asasi Manusia (Universal Declaration Human

Right) ditegaskan dalam Pasal 11 UDHR yang berbunyi “setiap orang

yang dituntut karena disangka pelanggaran pidana dianggap tak

bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut undang-undang

dalam suatu pengadilan terbuka, dan di dalam sidang itu diberi segala

jaminan yang perlu untuk pembelaannya.” Dari pencantuman dan

ratifikasi beberapa ketentuan/ instrumen hukum internasional (ICCPR,

ICESCR, UDHR) berarti negara Indonesia sebagai negara hukum

(Pasal 1 ayat 3 UUD 1945) dan menganut sistem dualisme dalam

pengakuan ketentuan hukum internasional. Mutlak menjadikan sistem

negara hukum yang mengakui persamaan dan Hak Asasi Manusia (ciri

Page 16: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

negara hukum formil). Ketentuan/ regulasi Hak Asasi Manusia dapat

ditemukan baik dalam UUD 1945 (Pasal 28), Undang-undang Nomor

39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, maupun Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

sebagai prosedur penegakan hukum yang bertujuan mempertahankan

hukum materil (hukum pidana), dalam pertimbangan filsufisnya

menegaskan “bahwa negara Indonesia sebagai negara hukum

berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta yang menjamin segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya.” Ini mengindikasikan bahwa tujuan atau

esensi dari hukum acara pidana yang bersinggungan dengan

penegakan hak asasi terhadap pelaku tindak pidana terdapat dalam

KUHAP. Perlakuan terhadap tersangka atau terdakwa dalam due

process of law harus memperhatikan kepentingan dan hak asasi setiap

orang, yang menjadi bahagian dari due process of law. Pejabat yang

berwenang dalam melakukan penegakan hukum harus sesuai dengan

tugas dan kewenangannya dengan yang ditegaskan dalam Undang-

Undang (baca: KUHAP). Hak tersangka dan terdakwa dalam

KUHAP ditegaskan mulai dari Pasal 50 s/d Pasal 74. Pengakuan atau

perlindungan hak asasi tersangka di sini adalah kelanjutan dari Pasal

Page 17: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

11 UDHR, Pasal 28 UUD 1945, dan Pasal 18 butir 1 s/d 5 Undang-

undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM. Oleh sebab itu HAM

membutuhkan hukum pidana untuk dapat merespon dan memberikan

hukuman bagi pelanggaran HAM dan kejahatan internasional .

Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat sebenarnya sudah

diakui dalam KUHAP. Menurut ketentuan Pasal 117 ayat (1)

“keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa

tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.” Artinya dengan

adanya Pasal tersebut, pemeriksaan oleh penyidik untuk kepentingan

penyidikan harus sesuai dan menghormati HAM.

4. Perlindungan terhadap Tersangka atau Terdakwa

Menurut O.C Kaligis, konsep perlindungan dalam hukum

adalah pengakuan serta penerapan asas persamaan kedudukan dan

perlakuan dalam hukum (equality before the law). Asas ini

merupakan dasar dari perlindungan hukum yaitu menyangkut

bagaimana seseorang diperlakukan oleh hukum. Prinsip-prinsip

perlindungan ini erat kaitannya dengan kewajiban negara dalam

hukum. Selain menerapkan dan menegakan hukum, negara juga

memiliki kewajiban untuk melindungi setiap hak yang melekat dengan

hukum. Kewajiban ini berbentuk penyelenggaraan peradilan pidana

yang bertujuan menghukum pelaku tindak pidana sebagai upaya

Page 18: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

preventif pencegahan pelanggaran hak-hak tersebut. Di lain sisi,

wujud perlindungan ini berupa perlindungan hak-hak seorang (yang

diduga) pelaku tindak pidana agar dalam penyelenggaraan peradilan

pidana tidak terjadi pelanggaran hak-hak berikutnya.

Secara normatif sebenarnya KUHAP telah mengakomodasi hak

– hak tersangka atau terdakwa namun dalam prakteknya seringnya

dilanggar hak – hak tersangka atau terdakwa , masalahnya terletak

pada penegakan hak – hak tersangka yang dimaksudkan masalah

penegakan hak – hak tersangka atau terdakwa , berkaitan dengan : 12

a. Ketidaktahuan tersangka atau terdakwa akan hak – haknya yang

dilindungi oleh hukum dan undang- undang

b. Pejabat penegak hukum tidak memberitahukan informasi mengenai

hak – hak yang dimiliki tersangka atau terdakwa

c. Tidak ada ketentuan yang tegas mengatur mengenai konsekuensi

hukum apabila hak – hak tersangka atau terdakwa tidak diberitahukan

d. Peran serta penasehat hukum dalam pemerksaan yang bersifat pasif 13

Hak-hak tersangka adalah hak konstitusional seorang baik yang

didapat sejak mereka lahir (HAM) maupun hak-hak yang yang

diberikan undang-undang. Hak-hak yang diberikan undang-undang ini

12 Al Wisnubroto , G . Widiartana , Pembaharuan Hukum Acara Pidana , hlm 51 - 52 13 Pasal 115 ayat (1) KUHAP mengatur “Dalam hal penyidik sedang melakukan pemeriksaan terhadap tersangka , penasehat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan”

Page 19: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

terkait dengan statusnya sebagai tersangka. Hak-hak itu diatur dalam

KUHAP baik secara eksplisit maupun imflisit dalam rumusan pasal-

pasalnya yang antara lain; (a) Hak untuk mengetahui dasar alasan

penerapan Upaya Paksa; (b) Hak untuk memperoleh perlakuan yang

manusiawi; (c) Hak untuk mengungkapkan pendapat baik secara lisan

maupun tulisan; (d) Hak untuk diam, dalam pengertian tidak

mengeluarkan peryataan atau pengakuan; (d) Hak untuk mengajukan

saksi a-de charge mulai dari proses penyidikan; (e) Hak untuk

mendapatkan bantuan hukum, dan seterusnya lebih rinci akan dibahas

di dalam Bab III.

B. KONSEP LEGISLASI PERLINDUNGAN HAK ASASI

TERSANGKA / TERDAKWA

Sejarah keberadaan Hak Asasi Manusia (HAM) pada

hakikatnya sudah berlangsung sejak lama yaitu sepanjang sejarah

keberadaan manusia itu sendiri. Pemikiran ini didasarkan bahwa hak-

hak asasi yang kekal dan secara kodrati inherent atau melekat pada

diri manusia adalah hak-hak asasi yang diberikan oleh tuhan yang

menciptakan manusia sebagai anugerah-Nya, oleh karena itu harus

dihormati, dijunjung tinggi, dilindungi dan tidak boleh dikurangi,

dirampas, atau dilanggar kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun.

umumnya para pakar di Eropa berpendapat, bahwa lahirnya HAM

Page 20: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

dalam sebuah konsep yang tertulis dikenal sejak lahirnya Magna

Charta 1215 di Inggris. Dengan lahirnya Magna Charta tersebut

bahwa mereka yang mempunyai kekuasaan absolut dan selalu

bertindak sewenang-wenang, harus dibatasi menjadi kekuasaan yang

bersifat relatif agar dapat membatasi kesewenang-wenangannya.

Sehingga dengan konsep ini para raja mulai dapat dimintai

pertanggungjawabannya di muka hukum. Lahirnya Magna Charta ini

kemudian diikuti oleh perkembangan yang lebih baik (konkrit) yaitu

dengan lahirnya “Habeas Corpus Act” (1679) serta lahirnya “Bill of

Right” (1689) pada masa ini mulai nampak adagium yang intinya

bahwa semua manusia sama di muka hukum (all man equal before the

law). Dari adagium ini tidak hanya melahirkan hak-hak yang

fundamental, tapi mendorong juga lahirnya negara hukum dan

demokrasi. Bill of right yang melahirkan asas persamaan pada

prinsipnya akan melahirkan pula hak kebebasan jika asas persamaan

tersebut telah dapat diwujudkan, sebab hak kebebasan baru ada atau

dapat diwujudkan kalau ada hak persamaan.

Berikutnya di Perancis lahir apa yang dikenal The Franch Declaration

(1789) dimana hak-hak lebih diperinci lagi dan melahirkan asas “the

rule of law” antara lain dinyatakan tidak boleh ada penangkapan tanpa

alasan yang sah dan ditahan tanpa surat perintah yang dikeluarkan

oleh pejabat pemerintah yang sah. Dinyatakan pula prinsip

“presumption of innocence” artinya orang-orang yang ditangkap

Page 21: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah

sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dan

menyatakan bersalah.

Meskipun piagam PBB belum mengakui pentingnya sikap

tidak boleh ikut mencampuri urusan domestik negara lain namun

piagam ini juga menganggap bahwa HAM adalah masalah yang

menjadi perhatian dan keperihatinan internasional. Oleh karena itu

PBB terus memajukan dan mengembangkan pengkodifikasian HAM

ke dalam sebuah Bill of Rights dan berusaha mengimplementasikan

dan menguniversalisasikan HAM serta memanusiawikan Hukum

Internasional.

Tidak jauh dengan gagasan HAM di masa lalu, DUHAM-pun

telah memberikan acuan yang universal mengenai hak warga negara

yang dituduh melakukan pelanggaran. Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia (DUHAM) PBB Tahun 1948 menjadi tolok ukur bagi

pengaturan hukum dan Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh

konstitusi negara-negara di dunia. Terkait perlindungan terhadap hak-

hak tersangka/terdakwa, pasal-pasal relevan yang diatur dalam

DUHAM yaitu : hak untuk tidak disiksa atau diperlakukan secara

kejam, dihukum secara tidak manusiawi atau dihina (Pasal 5); hak

untuk diperlakukan sama di depan hukum dan berhak atas

Page 22: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

perlindungan hukum tanpa diskriminasi (Pasal 7); hak untuk tidak

ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang (Pasal 9);

hak atas pengadilan yang adil dan terbuka oleh pengadilan yang bebas

dan tidak memihak, dalam menetapkan hak dan kewajiban-

kewajibannya serta dalam setiap tuntutan pidana yang dijatuhkan

kepadanya (Pasal 10); hak untuk dianggap tidak bersalah, sampai

dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan

yang terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang

diperlukan untuk pembelaannya (Pasal 11 ayat 1); Hak untuk tidak

boleh dipersalahkan melakukan pelanggaran hukum karena perbuatan

atau kelalaian yang tidak merupakan suatu pelanggaran hukum

menurut undang-undang nasional atau internasional, ketika perbuatan

tersebut dilakukan. Juga tidak diperkenankan menjatuhkan hukuman

lebih berat daripada hukuman yang seharusnya dikenakan ketika

pelanggaran hukum itu dilakukan (Pasal 11 ayat 2); Hak untuk tidak

diganggu dengan sewenang-wenang urusan pribadinya, keluarganya,

rumah-tangganya atau hubungan surat-menyuratnya, juga tak

diperkenankan pelanggaran atas kehormatannya dan nama baiknya.

Setiap orang berhak mendapat perlindungan hukum terhadap

gangguan atau pelanggaran seperti itu (Pasal 12).

Page 23: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

C. Kompendium PBB

1. Pengertian Kompendium

Kompendium PBB dalam skripsi ini merujuk pada dokumen “UN

Compendium Norms and Standards in Criminal Justice 2006” yang

merupakan kumpulan pedoman, norma dan standar dalam penegakan

hukum pidana, termasuk norma dan standar dalam penahanan dan

pemenjaraan, yang mengatur tentang prisoner (termasuk untried

prisoner / tahanan) dan Deklarasi menentang penyiksaan yang bisa

dibahas bersama dengan Konvensi Antipenyiksaan, yang memuat

Aturan Standar Minimum untuk Perlakuan terhadap tahanan Disetujui

oleh Dewan Ekonomi dan Sosial, 31 Juli 1957 (resolusi 663 CI

(XXIV)), atas rekomendasi dari Kongres Pertama serta Deklarasi

Melawan Penyiksaan dan, Tidak Manusiawi atau Merendahkan

Martabat Diadopsi oleh Majelis Umum, 9 Desember 1975.

2. Latar belakang munculnya Kompendium

Munculnya Kompendium di picu dari keinginan PBB untuk dapat

memberikan pedoman atau standar dalam penegakan hukum pidana

yang mengatur tentang aturan standar minimum perlakuan terhadap

tahanan , tersangka atau terdakwa yang di dalamnya terdapat norma –

Page 24: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

norma dalam pencegahan kejahatan dan peradilan pidana yang berisi

prinsip-prinsip normatif yang diakui secara internasional dan standar

dalam pencegahan kejahatan dan peradilan pidana yang mencakup

berbagai isu seperti peradilan anak, perlakuan terhadap pelanggar,

kerjasama internasional, pemerintahan yang baik, perlindungan

korban dan kekerasan terhadap perempuan .

Sistem peradilan pidana berbeda dari satu negara ke negara

lain dan tanggapan mereka terhadap perilaku antisosial tidak selalu

homogen. Namun, selama bertahun - tahun standar dan norma PBB

dalam pencegahan kejahatan dan peradilan pidana telah memberikan

visi kolektif bagaimana sistem peradilan pidana harus terstruktur.

Meskipun bersifat "lunak-hukum", standar dan norma-norma telah

membuat kontribusi yang signifikan untuk mempromosikan lebih

efektif dan adil struktur peradilan pidana dalam tiga dimensi.

Pertama, standar dan norma di dalam Kompendium dapat

dimanfaatkan di tingkat nasional dengan meningkatkan mendalam

penilaian yang mengarah pada adopsi yang diperlukan reformasi

peradilan pidana. Kedua, Kompendium juga dapat membantu negara-

negara untuk mengembangkan strategi subregional dan regional.

Ketiga, secara global dan internasional, standar dan norma merupakan

Page 25: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

"praktek terbaik" yang dapat disesuaikan oleh Negara untuk

memenuhi kebutuhan nasional. 14

Untuk itu Kompendium ini disusun sesuai dengan sistem

pengelompokan dalam empat bagian:

1. Standar dan norma terkait terutama untuk orang-orang dalam tahanan,

non-penahanan sanksi, peradilan anak dan keadilan restoratif;

2. Standar dan norma terkait terutama untuk pengaturan hukum,

kelembagaan dan praktis bagi kerja sama internasional;

3. Standar dan norma terkait terutama untuk pencegahan kejahatan dan

masalah korban, dan

4. Standar dan norma terkait terutama untuk pemerintahan yang baik,

independensi peradilan dan integritas pegawai peradilan pidana.

Sehingga diharapkan Kompendium ini akan memberikan kontribusi

bagi kesadaran yang lebih luas dan penyebaran standar PBB dan

norma-norma dalam pencegahan kejahatan dan peradilan pidana dan

akibatnya akan memperkuat penghormatan terhadap aturan hukum

dan HAM dalam pemerintahan keadilan.

3. Isi Kompendium

Kompendium ini terdiri dari 4 bagian yang mana masing – masing

mengatur mengenai hal – hal berikut :

14 Di kutip dari introduction Kompendium PBB

Page 26: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

Bagian I mengatur mengenai Orang dalam tahanan, non-

penahanan sanksi, peradilan anak dan keadilan restoratif , yang

di bagi menjadi 4 sub pokok pengaturan norma, yaitu :

1. Pengobatan tahanan

a. Standar Minimum Peraturan bagi Perlakuan terhadap Narapidana

b. Prosedur untuk pelaksanaan yang efektif dari Standard Minimum

Aturan untuk Perlakuan terhadap Narapidana

c. Tubuh Prinsip untuk Perlindungan Semua Orang di bawah Setiap

Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan

d. Prinsip Dasar untuk Perlakuan terhadap Narapidana

e. Kampala Deklarasi tentang Kondisi Penjara di Afrika

f. Status warga negara asing dalam proses pidana

g. Deklarasi Arusha Praktek Penjara yang baik

2. Peradilan anak

a. Aturan Standar Minimum untuk Administrasi dari Peradilan Anak

(Beijing Rules)

b. Pedoman untuk Pencegahan Juvenile Kenakalan (Pedoman Riyadh)

c. Aturan untuk Perlindungan Remaja Kehilangan Liberty mereka

d. Pedoman Aksi Anak-anak dalam Sistem Peradilan Pidana

Page 27: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

3. Alternatif penjara dan keadilan restoratif

a. PBB Aturan Standar Minimum untuk Non-penahanan Tindakan

(Peraturan Tokyo)

b. Kadoma Deklarasi Layanan Masyarakat dan rekomendasi dari

seminar berjudul "Peradilan pidana: tantangan penjara kepadatan

penduduk ", diselenggarakan di San Jose 03-07 Februari 1997

c. Prinsip-prinsip dasar tentang penggunaan program keadilan restoratif

di hal – hal pidana

4. Penyiksaan dan perlakuan kejam, tidak manusiawi atau merendahkan

atau hukuman

a. Deklarasi tentang Perlindungan Semua Orang dari Penyiksaan dan

Perlakuan atau Merendahkan Manusiawi atau Merendahkan Martabat

b. Prinsip Etika Medis yang relevan dengan peran kesehatan personil,

khususnya dokter, dalam perlindungan tahanan dan tahanan terhadap

penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau

merendahkan martabat

c. Prinsip pada Investigasi Efektif dan Dokumentasi Penyiksaan dan

Kejam, Tidak Manusiawi atau Perlakuan atau hukuman

Page 28: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

5. Hukuman mati

a. Hukuman mati

b. Perlindungan menjamin perlindungan hak-hak mereka yang

menghadapi hukuman mati.

c. Pelaksanaan perlindungan perlindungan menjamin dari hak-hak

mereka yang menghadapi hukuman mati

d. Prinsip Pencegahan Efektif dan Investigasi Ekstralegal, Sewenang-

wenang dan Ringkasan Eksekusi

e. Perlindungan menjamin perlindungan hak-hak mereka yang

menghadapi hukuman mati

f. Pertanyaan tentang hukuman mati

Bagian II mengatur mengenai Hukum, kelembagaan dan praktis

pengaturan kerjasama internasional

Yang dibagi menjadi 2 sub pokok pengaturan norma , yaitu :

1. Model perjanjian

a. Model Perjanjian tentang Ekstradisi.

b. Model Perjanjian tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah

Pidana

c. Model Traktat tentang Pengalihan Prosiding dalam Masalah Pidana

d. Model Perjanjian Pengalihan Tahanan Luar Negeri dan rekomendasi

mengenai perlakuan terhadap tahanan asing

Page 29: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

e. Model Traktat tentang Pengalihan Pengawasan Pelanggar Persyaratan

Dihukum atau Persyaratan Rilis

f. Model perjanjian untuk pencegahan kejahatan yang melanggar hak

warisan budaya masyarakat dalam bentuk harta bergerak

g. Model Bilateral Perjanjian Pemulangan Dicuri atau Menggelapkan

Kendaraan

h. Model Bilateral Perjanjian tentang Berbagi Sitaan Hasil Kejahatan

atau Properti

2. Deklarasi dan rencana aksi

a. Pernyataan prinsip dan program aksi dari Amerika Bangsa

pencegahan kejahatan dan program peradilan pidana

b. Naples Politik Deklarasi dan Rencana Aksi Global melawan

Terorganisir Transnasional Crime

c. Wina Deklarasi tentang Kejahatan dan Peradilan: Rapat Tantangan

Abad Dua puluh satu

d. Rencana aksi untuk implementasi Deklarasi Wina pada Kejahatan dan

Peradilan: Memenuhi Tantangan Kedua Puluh Satu Century

e. Deklarasi Bangkok tentang Sinergi dan Tanggapan: Strategis

f. Aliansi dalam Pencegahan Kejahatan dan Peradilan Pidana

Page 30: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

Bagian III mengatur mengenai Pencegahan kejahatan dan

masalah korban , yang terdiri dari 3 sub pokok pengaturan norma ,

yaitu :

1. Pencegahan kejahatan

a. Pedoman kerjasama dan bantuan teknis di lapangan pencegahan

kejahatan perkotaan

b. Deklarasi PBB tentang Kejahatan dan Keamanan Publik

c. Senjata api regulasi untuk tujuan pencegahan kejahatan dan publik

kesehatan dan keselamatan

d. Pedoman untuk Pencegahan Kejahatan

2. Korban

a. Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban Kejahatan dan

Penyalahgunaan Kekuasaan

b. Implementasi Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan bagi Korban

Kejahatan dan Penyalahgunaan Kekuasaan

c. Rencana aksi untuk implementasi Deklarasi Prinsip Dasar Keadilan

bagi Korban Kejahatan dan Penyalahgunaan kekuasaan

d. Pedoman tentang Peradilan dalam Masalah melibatkan Korban Anak

dan Saksi Kejahatan.

Page 31: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

3. Kekerasan terhadap perempuan

a. Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan

b. Model Strategi dan Langkah-langkah Praktis tentang Penghapusan

Kekerasan terhadap Perempuan di Bidang Pencegahan Kejahatan dan

Peradilan Pidana

Bagian IV mengatur mengenai Tata pemerintahan yang baik,

kemandirian peradilan dan integritas pegawai peradilan pidana,

yang mengatur beberapa norma , yaitu :

a. Kode etik untuk aparat penegak hukum

b. Pedoman pelaksanaan efektif dari kode etik petugas penegak hukum

c. Prinsip-prinsip dasar tentang penggunaan kekerasan dan senjata api

oleh pejabat penegak hukum

d. Prinsip-prinsip dasar tentang Independensi peradilan

e. Prosedur pelaksanaan yang efektif dari Dasar prinsip tentang

Independensi peradilan

f. Prinsip-prinsip Dasar tentang Peran Pengacara

g. Pedoman Peran Jaksa

h. Internasional Kode Etik Pejabat Publik

i. Deklarasi PBB melawan Korupsi dan Suap di Internasional Komersial

Transaksi

Page 32: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

4. Kekuatan mengikat kompendium

Untuk mengetahui kekuatan mengikat Kompendium harus

membahas sumber – sumber hukum internasional dikarenakan pada

hakekatnya kompendium PBB bukan merupakan suatu perjanjian

internasional melainkan kumpulan norma – norma mengenai standar

penegakan hukum pidana dan perlindungan terhadap suatu praktek

perlakuan terhadap tahanan, tersangka atau terdakwa secara

internasional yang mengikat dan dipraktekan oleh negara – negara

secara luas walaupun demikian kompendium PBB ini mengikat

seluruh negara – negara dalam prakteknya untuk berpedoman kepada

isi aturan atau standar penegakan hukum pidana , perlakuan dalam

penegakan hukum pidana yang dimuat di dalam kompendium sesuai

dengan latar belakang munculnya Kompendium tersebut.

a. Sumber – sumber hukum internasional

Sumber hukum dalam arti formal yakni berupa peraturan –

peraturan hukum yang berlaku sebagai hukum positif , dapat

dibedakan menjadi dua golongan yaitu hukum yang tertulis dan hukum

yang tidak tertulis. Pada garis besarnya sumber hukum internasional

terdiri dari : 15

15 J . G . Starke , Pengantar Hukum Internasional edisi kesembilan , hlm 31

Page 33: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

1. Kebiasaan

2. Traktrat atau perjanjian internasional

3. Keputusan pengadilan atau badan – badan arbiterasi

4. Karya – karya hukum atau pendapat – pendapat para ahli hukum

5. Keputusan atau ketetapan organ – organ lembaga internasional

Dalam pasal 38 paragraf 1 Statuta Mahkamah Internasional ,

mengadili perkara – perkara menggunakan hal – hal berikut : 16

- Traktat Internasional

- Kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek umum dan

diterima sebagai hukum

- Asas – asas hukum umum yang diakui oleh bangsa – bangsa beradab

- Keputusan – keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana terkemuka

dari berbagai negara sebagai sumber tambahan untuk menetapkan

kaidah – kaidah hukum.

b. Kekuatan mengikat

Sesuai dengan pendapat Michael Akheurst , hukum kebiasaan

internasional dapat dilihat dan diamati serta di buktikan eksistensinya ,

misalnya dalam bentuk : 17

16 Ibid hlm 31-32 17 I Wayan Parhiana , SH , MH , Pengantar Hukum Internasional , hlm 245

Page 34: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

- Prilaku atau tindakan pejabat – pejabat negara

- Perjanjian – perjanjian internasional

- Perundang – undangan nasional negara – negara

- Keputusan – keputusan pengadilan internasional maupun nasional

- Tulisan – tulisan atau karya – karya yuridis para sarjana

Bila melihat dari sumber hukum internasional Kompendium

bukanlah suatu perjanjian internasionl namun eksistensi Kompendium

muncul dari adanya hukum kebiasaan internasional dan penerapan

prinsip – prinsip umum hukum yang diakui oleh masyarakat

internasional yang pada akhinya isi Kompendium ini menjadi standar

hukum atau norma – norma penegakan hukum pidana. Indonesia juga

mengikuti aturan di dalam Kompendium berdasarkan pada hukum

kebiasaan dan menerapkan prinsip – prinsip umum hukum

internasional. Berkenaan dengan hukum kebiasaan , praktek Indonesia

belum begitu menampakkan adanya kepastian , namun dalam

beberapa hal indonesia menerima hukum kebiasaan internasional

sebagai bagian dari hukum nasional indonesia di dalam bidang

perlakuan terhadap tersangka atau terdakwa yang menurut

Kompendium tersangka atau terdakwa harus diperlakukan sesuai

dengan prinsip – prinsip dan kaidah – kaidah hukum kebiasaan

internasional seperti misalnya berdasarkan prinsip equality before the

law atau persamaan dimuka hukum yang dimana perlakuan tersebut

Page 35: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

sesuai dengan standar minimum perlakuan tersangka atau terdakwa

menurut hukum internasional yang termuat di dalam Kompendium

PBB.

1. Hukum kebiasaan

Peraturan – peraturan ini pada umumnya telah mennjalani proses

historis yang panjang yang berpuncak pada pengakuannya oleh

masyarakat internasional. Istilah “kebiasaan” (costum) dan “adat

istiadat” (usage) sering digunakan secara bergantian namun diantara

keduanya terdapat suatu perbedaan teknis yang jelas, adat istiadat

mendahului kebiasaan sedangkan kebiasaan mulai dimana adat

istiadat berhenti. Kebiasaan , dalam hukum adalah adat istiadat yang

memperoleh kekuatan hukum. 18

Dalam pasal 38 ayat (1) sub b Statuta Mahkamah Internasional ,

mengemukakan bahwa international costum as evidence of a general

practice accepted as law artinya kebiasaan internasional dianggap

sebagai praktek umum yang diterima sebagai hukum, namun hanya

praktek – praktek yang diterima dan diakui oleh negara – negara atau

masyarakat internasionalsebagai hukum dalam hubungan satu sama

lainnya yang pada hakekat tertentunya telah memenuhi rasa keadilan

dan rasa prikemanusiaan masyarakat internasional. Agar dapat

18 Ibid hlm 33

Page 36: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

dikatakan hukum kebiasaan internasional merupakan sumber hukum

internasional harus memenuhi dua persyaratan atau unsur sebagai

berikut : 19

1. Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum

Maksudnya adalah perlu adanya suatu kebiasaan atau praktek dari

suatu pola tindakan yang berlangsung lama atau dilakukan secara

berulang kali yang merupakan rangkaian tindakan yang serupa

terhadap hal yang sama.

2. Kebiasaan itu harus diterima sebagai hukum

Adanya element yang merupakan persyaratan psikologis yang dikenal

dengan istilah Opinio Juris Sive Neces Sitatis , agar suatu kebiasaan

internasional itu dapat diterima sebagai hukum maka harus memenuhi

persyaratan antara lain : 20

o Memenuhi ketentuan kaidah atau memenuhi suatu kaidah hukum

o Harus ada keyakinan timbal balik bahwa kebiasaan internasional itu

adalah akibat dari peraturan yang memaksa

o Negara – negara sebagai bagian dari anggota masyarakat internasional

harus mengakui dan menerima kebiasaan internasional sebagai

ketentuan yang mengikat dalam hubungan internasional.

19 Alma Manupati , dkk , Hukum Internasional, hlm 130 20 Ibid hlm 131

Page 37: Standar Perlindungan Hak – Hak Tersangka atau Terdakwa ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2673/3/T1_312008059_BAB II… · mengkriminalisasikan pelanggaran HAM itu, sedangkan

2. Prinsip – prinsip umum hukum internasional

Sumber hukum internasional ketiga menurut pasal 38 ayat (1)

Statuta Mahkamah Internasional adalah prinsip – prinsip atau asas –

asas hukum umum moderen. Secara terminologi , penggunaan istilah

umum dalam menggambarkan hubungan yang terbentuk dengan

adanya hukum alam (hukum kodrat) yaitu asas- asas hukum yang

berlaku untuk segala waktu di semua tempat serta bagi semua bangsa

dan negara atau prinsip yang bersifat universal artinya hal tersebut

berlaku juga bagi hukum internasional sebagai suatu sistem hukum .

Asas – asas hukum umum mencangkup asas nullum delicum , asas

nebis in idem, asas teritorilaitet dan asas kompetensi peradilan. Asas –

asas hukum umum sebagai sumber hukum internasional primer yang

berdiri sendiri di samping sumber hukum internasional primer

lainnya, mempunyai kedudukan yang penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan hukum internasional sebagai sistem hukum positif.

Dengan adanya sumber hukum internasional mahkmah Internasional

dapat menggunakan asas –asas hukum umum sebagai dasar sumber

hukum formal dalam mengadili dan menyelesaikan secara sukarela

perkara yang diajukan kepadanya walaupun perkara tersebut belum

diatur atau tidak terdapat dalam sumber hukum formal lainnya

(kebiasaan internasional dan perjanjian internasional).