Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

27
PROFESI KEPENDIDIKAN STANDAR PENGEMBANGAN PROFESIONAL UNTUK GURU SAINS CREATED BY: Ni Made R Mareta Dewi (0913021072) I Gede Okta Sutiada (0913021085) Karisma Aribuana (0913021083) Ni Luh Putu Widiasih (0913021086) Made Krisna Wisesa Yuda (0913021087) PHYSIC DEPARTEMENT FACULTY OF MATHEMATIC AND SCIENCE GANESHA UNIVERSITY OF EDUCATION SINGARAJA 2009

Transcript of Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Page 1: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

PROFESI KEPENDIDIKAN

STANDAR PENGEMBANGAN PROFESIONAL UNTUK GURU SAINS

CREATED BY:

Ni Made R Mareta Dewi (0913021072)

I Gede Okta Sutiada (0913021085)

Karisma Aribuana (0913021083)

Ni Luh Putu Widiasih (0913021086)

Made Krisna Wisesa Yuda (0913021087)

PHYSIC DEPARTEMENT

FACULTY OF MATHEMATIC AND SCIENCE

GANESHA UNIVERSITY OF EDUCATION

SINGARAJA

2009

Page 2: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi

Wasa karena atas berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Standar

Pengembangan Profesional untuk Guru Sains di Indonesia dan Internasional ”.

Dalam makalah ini dijelaskan mengenai bagaimana standar pengembangan profesional

untuk guru Sains di Indonesia dan Internasional beserta dengan perbandingan antara kedua

standar tersebut.

Makalah Proses penyusunan makalah ini tentunya tidak luput dari berbagai hambatan dan

permasalahan yang dihadapi. Berkat bantuan, saran maupun kritik yang bersifat konstruktif dari

berbagai pihak sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat waktu. Oleh karena itu,

sebagai rasa syukur dan hormat, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Suastra, M.Pd selaku dosen pengajar mata kuliah Profesi

Kependidikan

2. Teman-teman mahasiswa kelas II/A di Jurusan Pendidikan Fisika yang telah memberikan

bantuan maupun semangat dalam penyusunan makalah ini.

3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan baik secara material maupun nonmaterial dalam merampungkan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan dan

masih banyak hal yang harus dilengkapi. Sehingga, kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan

Singaraja, Maret 2010

Penulis

Page 3: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG ..........................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH .............................................................................. ........2

1.3. TUJUAN ...............................................................................................................2

1.4. MANFAAT ...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1. STANDAR PENGEMBANGAN PROFESIONAL UNTUK ...........................4

GURU SAINS INTERNASIONAL

2.1.1. Pengembangan Profesional untuk Guru Sains secara ..............................5

Berkelanjutan sebagai Proses Seumur Hidup

2.1.2. Perbedaan Klasik antara "Sasaran", "Sumber", .......................................6

dan "Pendukung" Pembangunan Guru dari Aktivitas

yang Artifisial

2.1.3. Pandangan Konvensional Pengembangan Profesional ............................7

bagi Guru Perlu Bergeser untuk Pelatihan Teknis

Keterampilan Khusus untuk Kesempatan-Kesempatan

dalam Pertumbuhan Profesional Intelektual

2.1.4. Proses Transformasi Sekolah Mewajibkan Kesempatan .........................7

Pengembangan Profesional Secara Jelas dan Tepat

Terhubung dengan Guru Bekerja dalam Konteks Sekolah

2.2. STANDAR ..........................................................................................................8

2.2.1. Pengembangan Professional Standar A ...................................................8

2.2.1.1. Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Sains ............................9

2.2.1.2. Belajar Sains ..............................................................................10

2.2.2. Pengembangan Profesional Standar B ....................................................11

2.2.2.1. Pengajaran Sains .......................................................................11

2.2.2.2. Belajar Mengajarkan Sains .......................................................13

Page 4: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

2.3. STANDAR PENGEMBANGAN PROFESIONAL .........................................14

UNTUK GURU SAINS INDONESIA

2.3.1. Pengembangan Profesionalisme Guru .....................................................14

2.3.2. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru ....................17

2.3.3. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru ...........................................19

2.3.4. Tabel Perbedaan Standar Profesionalisme Guru .....................................21

Di Indonesia Dan Amerika

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN ..................................................................................................22

3.2. SARAN ..............................................................................................................22

Page 5: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kita telah memasuki abad 21 yang dikenal dengan abad pengetahuan. Para peramal

masa depan (futurist) mengatakan sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi

landasan utama segala aspek kehidupan (Trilling dan Hood, 1999). Abad pengetahuan

merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan

spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan

kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat

pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi,

dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia

terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, perubahan peran orang tua/guru/dosen,

serta perubahan pola hubungan antar mereka.

Trilling dan Hood (1999) mengemukakan bahwa perhatian utama pendidikan di abad

21 adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Tibalah saatnya menoleh

sejenak ke arah pandangan dengan sudut yang luas mengenai peran-peran utama yang akan

semakin dimainkan oleh pembelajaran dan pendidikan dalam masyarakat yang berbasis

pengetahuan.

Kemerosotan pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun, dimana

kurikulum berkali-kali dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan adanya upaya

mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum 1984, kemudian diganti

lagi dengan kurikulum 1994. Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan

bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan

keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru dalam

melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu faktor internal yang

meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana

prasarana, serta berbagai latihan yang dilakukan guru.(Sumargi, 1996) Profesionalisme guru dan

Page 6: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya. Misalnya

guru Biologi dapat mengajar Kimia atau Fisika. Ataupun guru IPS dapat mengajar Bahasa

Indonesia. Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu

dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas

dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan

dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar berkualitas (Dahrin, 2000).

Banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru, sehingga

pemerintah berupaya agar guru yang tampil di abad pengetahuan adalah guru yang benar-benar

profesional yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan khususnya

dalam bidang sains.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah perbedaan standar professional untuk guru sains internasional

dengan standar professional guru sains di Indonesia?

2. Bagaimanakah relevansi standar professional untuk guru sains internasional

terhadap standar professional guru sains di Indonesia?

3. Apakah syarat yang harus dimiliki untuk menjadi guru professional di Indonesia?

4. Apakah faktor-faktor penyebab rendahnya profesionalisme guru pada kondisi

Pendidikan Nasional Indonesia?

5. Bagaimanakah upaya peningkatan professional guru sains di Indonesia?

1.3. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui perbedaan standar professional untuk guru sains internasional dengan

standar professional guru sains di Indonesia

2. Mengetahui relavansi standar professional untuk guru sains internasional terhadap

standar professional guru sains di Indonesia

Page 7: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

3. Menjelaskan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi guru professional di

Indonesia

4. Menguraikan faktor-faktor penyebab rendahnya profesionalisme guru pada kondisi

Pendidikan Nasional di Indonesia

5. Menjelaskan upaya peningkatan proesional guru sains di Indonesia

1.4. MANFAAT

Makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan profesionalisme

guru sains di Indonesia dengan mengetahui standar pengembangan professional guru sains

Internasional. Hal ini dapat membantu proses refleksi untuk mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan rendahnya profesionalisme guru di Indonesia serta upaya-upaya yang dilakukan

untuk mengatasi hal tersebut.

Page 8: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. STANDAR PENGEMBANGAN PROFESIONAL UNTUK GURU SAINS

INTERNASIONAL

Standar pengajaran dalam bab ini dimaksudkan untuk memberitahukan semua orang

yang mempunyai peran dalam pengembangan profesionalisme. Standar tersebut merupakan

kriteria untuk fakultas pendidikan dalam perguruan tinggi dan universitas yang memiliki

tanggung jawab utama untuk persiapan awal guru sains serta bagi para guru yang memilih dan

mendesain

Upaya reformasi saat ini memerlukan perubahan substantif dalam cara pengajaran

sains; perubahan substantif yang sama diperlukan dalam praktek pengembangan profesional.

kegiatan pengembangan profesional untuk pribadi dan untuk semua orang yang

merancang serta memimpin kegiatan-kegiatan pengembangan profesional.

Standar-standar ini juga sebagai kriteria untuk negara dan para pembuat kebijakan

nasional yang menentukan kebijakan penting dan prakteknya, seperti persyaratan sertifikasi bagi

guru dan anggaran untuk pengembangan profesional. Dalam visi pendidikan sains, kebijakan

harus berubah, sehingga terus-menerus efektivitas pengembangan profesional guru menjadi

sentral dalam kehidupan.

Saat ini upaya reformasi di bidang pendidikan sains memerlukan perubahan substantif

dalam cara pengajaran sains. Yang tersirat dalam reformasi ini juga merupakan perubahan

substantif dalam praktek pengembangan profesional di semua tingkatan. Saat ini banyak

melibatkan pengembangan profesional kuliah yang tradisional untuk menyampaikan konten

sains dan penekanan pada pelatihan teknis tentang mengajar. Sebagai contoh, pendidikan sarjana

ilmu pengetahuan lebih dianggap sebagai sekumpulan fakta dan aturan-aturan untuk dihafalkan,

daripada sebagai suatu cara untuk mengetahui tentang alam. Bahkan sebagian besar laboratorium

Page 9: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

ilmu di perguruan-perguruan tinggi gagal untuk mengajarkan ilmu pengetahuan sebagai

penyelidikan.

Visi ilmu pengetahuan dan bagaimana pembelajaran berlangsung seperti yang

dijelaskan dalam standar akan hampir mustahil untuk menyampaikan kepada siswa di sekolah

jika para guru sendiri tidak pernah mengalaminya. Secara sederhana, dalam preservice program

dan kegiatan pengembangan professional, guru harus berlatih menjadi model pengajaran ilmu

yang baik, seperti yang dijelaskan dalam standar pengajaran dalam bab 3.

Empat asumsi tentang sifat pengembangan profesional pengalaman dan konteks di

mana dikenal sebagai standar pengembangan profesi:

1. Pengembangan profesional untuk guru sains secara berkelanjutan sebagai proses

seumur hidup.

2. Perbedaan-perbedaan tradisional antara "target", "sumber", dan "pendukung" dari

kegiatan pengembangan guru buatan.

3. Pandangan konvensional pengembangan profesional bagi guru perlu bergeser dari

pelatihan teknis keterampilan khusus menuju pada kesempatan-kesempatan untuk

pertumbuhan profesionalisme intelektual.

4. Proses transformasi sekolah wajib ditujukan pada kesempatan pengembangan

profesional secara jelas dan tepat, dengan guru bekerja dalam konteks sekolah.

2.1.1. Pengembangan Profesional untuk Guru Sains secara Berkelanjutan sebagai

Proses Seumur Hidup

Konten sains selalu meningkat dan berubah, sehingga pemahaman guru sains harus

tetap bertahan, bahkan mengalami peningkatan. Pengetahuan tentang proses pembelajaran

juga terus berkembang, yang menuntut bahwa guru tetap terinformasi (ter-upgrade). Lebih

jauh lagi, kita hidup dalam kondisi lingkungan dan masyarakat yang selalu berubah, yang juga

sangat mempengaruhi kegiatan di sekolah-sekolah. Perubahan sosial mempengaruhi apa yang

mereka butuhkan. Selain itu, guru harus terlibat dalam pengembangan dan penyempurnaan

terhadap pendekatan baru untuk proses mengajar, penilaian, dan kurikulum.

Page 10: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Guru sains membangun keterampilannya secara bertahap, dimulai pada tahun-tahun

pendidikan sarjana mereka. Kemudian mereka menerapkan secara real profesionalismenya

pada saat tahun-tahun pertama mereka di dalam kelas, bekerja dengan guru lain, mengambil

keuntungan dari penawaran pengembangan profesional, dan belajar dari usaha mereka sendiri

dan orang-orang dari rekan-rekan mereka.

Sains konten meningkat dan perubahan, dan pemahaman guru sains harus tetap

bertahan.

sekolah, disertai dengan kolaborasi di antara mereka yang terlibat dalam kegiatan

pengembangan profesional.

2.1.2. Perbedaan Klasik antara "Sasaran", "Sumber", dan "Pendukung"

Pembangunan Guru dari Aktivitas yang Artifisial

Dalam visinya, pendidikan sains dapat diwujudkan dengan standar pelatihan guru

yang secara nasional ditujukan bagi pengembangan professional memiliki kesempatan

menjadi sumber pertumbuhan mereka sendiri serta pendukung pertumbuhan pertumbuhan

lain. Calon guru harus memiliki kesempatan untuk menjadi peserta aktif dalam sekolah

melalui program magang, studi klinis, dan penelitian. Guru harus memiliki kesempatan untuk

refleksi

Tantangan pengembangan profesional untuk guru ilmu pengetahuan adalah untuk

menciptakan situasi belajar kolaboratif yang optimal di mana saat ini dipandang sebagai

kebutuhan guru.

terstruktur dalam praktek mengajar mereka dengan rekan kerja, untuk perencanaan

kurikulum kolaboratif, dan untuk partisipasi aktif dalam profesional mengajar dan jaringan

ilmiah. Tantangan pengembangan profesional guru adalah menciptakan situasi pembelajaran

kolaboratif yang optimal di mana sumber keahlian terbaik dihubungkan dengan pengalaman

dan kebutuhan guru saat ini.

Kepala sekolah dan anggota masyarakat yang memenuhi syarat juga harus

berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan pengembangan profesional untuk meningkatkan

Page 11: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

pemahaman mereka sendiri tentang proses pembelajaran sains bagi siswa serta pemahaman

mengenai peran dan tanggung jawab guru.

2.1.3. Pandangan Konvensional Pengembangan Profesional bagi Guru Perlu Berubah

dari Pelatihan Teknis Keterampilan Khusus menuju Kesempatan-Kesempatan

dalam Pertumbuhan Profesional Intelektual

Asumsi ini menyoroti perlunya pergeseran dari melihat pengajaran sebagai suatu

kegiatan teknis menjadi sesuatu memerlukan teoritis maupun pemahaman dan kemampuan

praktis. Pengembangan profesional lebih terjadi dalam banyak cara daripada pengiriman

informasi dalam khas universitas, institut, atau guru lokakarya. Cara lain untuk mempelajari

lebih lanjut tentang pengajaran sains untuk melakukan riset berbasis kelas, dan cara yang

berguna untuk mempelajari isi ilmu adalah untuk berpartisipasi dalam penelitian di

laboratorium ilmiah. Dalam segala hal kegiatan pengembangan profesional harus

dipertahankan, kontekstual, dan membutuhkan partisipasi dan refleksi. Standar dewan

menganggap konsep bagaimana dalam format apa, dan dalam kondisi apa pengembangan

profesional dapat terjadi.

2.1.4. Proses Transformasi Sekolah Mewajibkan Kesempatan Pengembangan

Profesional Secara Jelas dan Tepat Terhubung dengan Guru Bekerja dalam

Konteks Sekolah

Bila memungkinkan pengembangan profesional guru harus terjadi dalam konteks di

mana pemahaman dan kemampuan guru akan digunakan. Walaupun belajar sains dapat terjadi

di laboratorium sains, belajar untuk mengajarkan ilmu pengetahuan perlu terjadi melalui

interaksi dengan para praktisi di tempat-tempat belajar siswa ilmu pengetahuan, seperti ruang

kelas sekolah.

2.2. STANDAR PENGEMBANGAN PROFESIONAL

Tiga standar pertama pengembangan profesi dapat diringkas sebagai belajar ilmu

pengetahuan, belajar untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, dan belajar untuk belajar. Masing-

masing diawali dengan sebuah deskripsi tentang apa yang harus dipelajari diikuti oleh sebuah

deskripsi tentang bagaimana kesempatan untuk belajar didesain terbaik. Standar keempat

Page 12: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

menandakan karakteristik kualitas program-program pengembangan profesional di semua

tingkatan.

2.2.1. Pengembangan Professional Standar A:

Pengembangan profesional untuk guru sains memerlukan pembelajaran isi sains

yang penting melalui perspektif dan metode penyelidikan. pengalaman belajar sains bagi para

guru harus:

1. Melibatkan guru dalam penyeledikan akif terhadap fenomena yang dapat dipelajari

secara ilmiah dalam menafsirkan hasil dan membuat rasa temuan konsisten dengan

pemahaman ilmiah yang diterima saat ini.

2. Isu-isu, peristiwa, masalah, atau topik yang signifikan dalam sains dan menarik

bagi peserta.

3. Guru memperkenalkan literatur ilmiah, media, dan sumber daya teknologi yang

mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan mereka untuk mengakses

pengetahuan lebih lanjut

4. Membangun pada pemahaman, kemampuan dan sikap guru sains saat ini.

5. Memasukkan refleksi berkelanjutan terhadap proses dan hasil dari pengertian sains

melalui penyelidikan

6. Mendorong dan mendukung para guru dalam upaya untuk berkolaborasi.

2.2.1.1. Pengetahuan dan Pemahaman Tentang Sains

Pembahasan berikut ini berfokus pada sifat dari kesempatan untuk belajar ilmu

pengetahuan yang diperlukan oleh para guru, bukan pada jam kredit. Dalam hal ini

diasumsikan bahwa guru-guru ilmu pengetahuan akan terus belajar ilmu pengetahuan

sepanjang karier mereka.

Page 13: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Untuk memenuhi standar, semua guru sains harus memiliki wawasan ilmiah yang

cukup luas dan memiliki dasar pengetahuan yang kuat. Karena pengetahuan tersebut

nantinya dapat digunakan untuk:

1) Memahami sifat penelitian ilmiah

2) Memahami fakta fundamental dan konsep dalam disiplin ilmu utama serta

matematika, teknologi dan mata pelajaran sekolah lain.

3) Mampu hubungan-hubungan yang konseptual dengan prinsip-prinsip sains

sebagai mana yang ada dalam matematika, tekhnologi atau mata pelajaran

yang lainnya.

4) Gunakan pemahaman ilmiah dan kemampuan ketika berhadapan dengan

masalah-masalah pribadi dan sosial

Menyiratkan luasnya wawasan sains yang berfokus pada ide-ide dasar ilmu

pengetahuan dan merupakan pusat ilmu pengetahuan guru untuk mengajar di semua

tingkatan kelas. Kedalaman wawasan tidak hanya mengacu pada pemahaman ide-ide dasar

dalam suatu disiplin ilmu pengetahuan, tetapi juga beberapa pendukung eksperimental dan

teoritis pengetahuan. Ide cara interkoneksi dan membangun satu sama lain di dalam dan di

seluruh wilayah konten aspek-aspek penting lainnya kedalaman pemahaman. Kedalaman

pemahaman tentang isi sains yang diperlukan bervariasi sesuai dengan tingkat kelas

tanggung jawab mengajar.

Guru-guru memiliki tugas untuk meletakkan pengalaman, konseptual, dan sikap

dasar untuk belajar masa depan dalam ilmu pengetahuan dengan membimbing siswa melalui

berbagai kegiatan penyelidikan. Untuk mencapai hal ini, guru ilmu pengetahuan dasar harus

memiliki kesempatan untuk mengembangkan konten dari ilmu pengetahuannya di samping

beberapa pengalaman yang pernah didapat. Seperti pengalaman mendalam akan

memungkinkan guru untuk mengembangkan pemahaman tentang penyelidikan serta struktur

dan produksi ilmu pengetahuan. Pengalaman sains memerlukan keterampilan penalaran

yang lebih canggih serta memerlukan peralatan tekhnologi yang memadai. Persyaratan ini

diperlukan ole guru sains tingkat menengah.

Page 14: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Di tingkat menengah, guru yang efektif memiliki ilmu pengetahuan yang luas dari

semua disiplin ilmu dan pemahaman mendalam dari disiplin ilmu yang mereka ajarkan. Ini

berarti menjadi cukup akrab dengan disiplin ilmu untuk ambil bagian dalam kegiatan

penelitian di lingkungan yang disiplin.

Guru harus memiliki keahlian yang diperlukan untuk membimbing siswa bertanya

berdasarkan pertanyaan. Ujian penting dari tingkat pemahaman yang sesuai untuk semua

kemampuan guru untuk menentukan apa yang siswa mengerti tentang ilmu pengetahuan dan

untuk menggunakan data ini untuk merumuskan kegiatan yang membantu pengembangan

ide-ide ilmiah mahasiswa mereka.

2.2.1.2. Belajar Sains

Calon guru dalam mempraktikkan ilmu mereka memperoleh banyak ilmu

pengetahuan formal melalui pelatihan yang didapat dari pergutuan tinggi tempat mereka

belajar. Semua guru, yang telah memiliki predikat sebagai sarjana dalam bidang sains faktor

utama dalam mendefinisikan apa sajakonten dalam belajar sains. Mereka menyediakan

model untuk bagaimana ilmu harus diajarkan. K-4 guru dan guru dengan 5-8 sertifikasi

umum, pengantar sarjana program studi ilmu pengetahuan seringkali merupakan satu-

satunya program studi ilmu pengetahuan diambil.

Belajar sains melalui penyelidikan harus juga menyediakan kesempatan bagi guru

untuk menggunakan literatur ilmiah, media, dan teknologi untuk memperluas pengetahuan

mereka di luar lingkup langsung bertanya. Penataran sains harus memungkinkan guru untuk

mengembangkan pemahaman tentang penalaran logis yang ditunjukkan dalam makalah

penelitian dan bagaimana penelitian spesifik yang dapat mengakumulasi ilmu pengetahuan

mereka. Penataran yang dilaksanakan juga harus mendukung para guru dalam menggunakan

berbagai peralatan teknologi, seperti komputerisasi database dan alat-alat laboratorium

khusus.

Fakultas keilmuan juga perlu didesain sebagai pelatihan bagi calon guru dengan

sara melibatkan mereka dalam aspek-aspek kolaboratif penyelidikan ilmiah. Beberapa aspek

upaya penyelidikan secara individual, tetapi banyak yang tidak, dan pengalaman guru perlu

Page 15: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

nilai dan manfaat dari koperasi bekerja sebagai perjuangan dan ketegangan yang dapat

menghasilkan.

2.2.2. Pengembangan Profesional Standar B:

Pengembangan profesional untuk guru sains memerlukan pengintegrasian

pengetahuan sains, pembelajaran, pedagogi, dan mahasiswa; ini juga memerlukan

menerapkan ilmu pengetahuan itu untuk mengajar. Pengalaman belajar bagi para guru ilmu

pengetahuan harus:

1. Menghubungkan dan mengintegrasikan semua aspek yang berhubungan ilmu

pengetahuan dan pendidikan sains

2. Terjadi dalam berbagai tempat-tempat pengajaran ilmu pengetahuan yang efektif

dapat digambarkan dengan model; memungkinkan para guru untuk berjuang

dengan situasi nyata dan mengembangkan keterampilan dalam konteks yang sesuai.

3. Gunakan pertanyaan, refleksi, interpretasi penelitian, dan model, untuk membangun

pemahaman dan keterampilan sains mengajar.

2.2.2.1. Pengajaran Sains

Mengajar sains yang efektif adalah lebih daripada mengetahui isi ilmu

pengetahuan dan beberapa strategi pengajaran. Guru terampil sains memiliki pemahaman

dan kemampuan khusus yang mengintegrasikan sains mereka tentang konten, kurikulum,

belajar, mengajar dan mahasiswa. Pengetahuan semacam itu memungkinkan guru untuk

menyesuaikan situasi belajar dengan kebutuhan individu dan kelompok. Ini merupakan

pengetahuan khusus, yang disebut "isi pedagogi pengetahuan", membedakan ilmu

pengetahuan dari guru-guru dari ilmuwan. Ini adalah salah satu unsur yang mendefinisikan

guru profesional sains.

Page 16: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Selain ilmu pengetahuan yang kokoh, guru sains harus memiliki landasan

perusahaan-teori belajar untuk memahami bagaimana belajar terjadi dan difasilitasi. Belajar

adalah sebuah proses aktif dimana siswa secara individual dan bersama-sama mencapai

pemahaman. Pengajaran yang efektif menuntut agar guru tahu sebatas mana kemampuan

siswa untuk memahami serta menangkap materi yang ia ajarkan sesuai dengan umur

mereka. Guru ilmu pengetahuan perlu untuk mengantisipasi kesalahpahaman dan khas

menilai kelayakan konsep untuk tingkat perkembangan siswa mereka. Selain itu, guru-guru

sains harus mengembangkan pemahaman tentang bagaimana siswa dengan berbagai latar

belakang, pengalaman, motivasi, gaya belajar, kemampuan dan minat belajar sains yang

berbeda. Guru menggunakan semua pengetahuan itu untuk membuat keputusan yang efektif

tentang tujuan belajar, strategi mengajar, penilaian tugas, dan bahan-bahan kurikulum.

Melalui kolaborasi dengan rekan kerja, guru harus menyelidiki praktek mereka

sendiri dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut:

1) Bagaimana seharusnya disusun jurnal laboratorium?

2) Apakah percobaan ini sesuai dengan pemahaman dan kemampuan siswa?

3) Apa jenis penelitian dilakukan para mahasiswa perlu dilakukan untuk

memperluas pemahaman mereka?

4) Apakah studi tertentu memungkinkan siswa cukup kesempatan untuk

merancang percobaan mereka sendiri?

5) Apakah semua partisipasi siswa sama?

Guru yang efektif adalah guru yang memiliki pengetahuan tentang berbagai tujuan

pendidikan untuk penilaian dan tahu bagaimana menerapkan dan menafsirkan berbagai

strategi penilaian.

Guru terampil ilmu juga tahu bagaimana membuat dan mengelola fisik, sosial, dan

lingkungan intelektual di komunitas kelas sains pelajar.

2.2.2.2. Belajar Mengajarkan Sains

Isi pedagogi yang mengembangkan ilmu pengetahuan mensyaratkan bahwa guru-

guru ilmu memiliki kesempatan untuk membawa bersama-sama pengetahuan yang

Page 17: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

dijelaskan di atas dan mengembangkan pandangan yang terpadu. Standar pengajaran dalam

Bab 3 ini dirancang untuk membimbing guru 'keputusan mengenai masing-masing kegiatan

yang kompleks yang terlibat dalam pengajaran ilmu pengetahuan. Dalam visi yang

digambarkan oleh Standar, guru juga mengembangkan konsep dan bahasa untuk terlibat

dalam wacana dengan teman sebaya mereka tentang konten, kurikulum, pengajaran,

pembelajaran, penilaian, dan mahasiswa.

Pengembangan isi pedagogi pengetahuan oleh para guru mencerminkan apa yang

kita ketahui tentang belajar oleh para mahasiswa itu dapat berkembang sepenuhnya hanya

melalui pengalaman terus-menerus. Tetapi pengalaman saja tidak cukup. Guru juga

memiliki kesempatan untuk terlibat dalam analisis masing-masing komponen isi pedagogi

pengetahuan sains.

Dalam visi, orang yang bertanggung jawab untuk pengembangan profesional

adalah dengan bekerja sama dengan satu sama lain dan dengan sesama guru ketika mereka

mengintegrasikan pengetahuan dan pengalaman mereka. Misalnya, pendidikan tinggi ilmu

pengetahuan dan pendidikan fakultas harus belajar untuk bekerja sama: Seorang instruktur

sains di universitas saja bisa mengundang anggota fakultas pendidikan sains untuk

berpartisipasi dalam diskusi rutin waktu dirancang untuk membantu siswa merefleksikan

bagaimana mereka datang untuk belajar konsep-konsep sains . Tidak hanya departemen

dalam institusi pendidikan tinggi bekerja sama, tetapi sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga

pendidikan tinggi harus masuk ke dalam kolaborasi benar.

2.3. STANDAR PENGEMBANGAN PROFESIONAL UNTUK GURU SAINS

INDONESIA

2.3.1. Pengembangan Profesionalisme Guru

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu

pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997)

mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen

tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan

Page 18: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang

dipersyaratkan.

Memperhatikan kualitas guru di Indonesia saat ini yang memang jauh berbeda

dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika Serikat

pengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan

Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat standar- standar pengembangan

profesi guru yaitu;

1. Standar pengembangan profesi A merupakan pembelajaran sains melalui

perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini

melalui sebuah proses observasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan

dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam.

2. Standar pengembangan profesi B merupakan pengintegrasian pengetahuan sains,

pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke

pengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga

tahu bagaimana mengajarkannya. Mereka juga memahami bagaimana siswa

mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu

dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan.

3. Standar pengembangan profesi C merupaka pembentukan pemahaman dan

kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu

bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar

sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan

terus untuk belajar.

4. Standar pengembangan profesi D yaitu program-program profesi untuk guru

sains harus koheren dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal

kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan

tidak berkelanjutan.

Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru seperti yang

berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia akan semakin

Page 19: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

membaik. Selain memiliki standar profesional guru seperti yang diuraian di atas, di Amerika

Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi

1998) dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima

hal yaitu:

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya,

2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta

cara mengajarnya kepada siswa,

3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui evaluasi,

4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari

pengalamannya,

5. Guru sekiranya merupakan bagian dari masyarakat pebelajar dalam lingkungan

profesinya.

Arifin (2000) mengemukakan bahwa guru Indonesia yang profesional harus

memenuhi beberapa syarat yaitu:

1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pesnyesuaian terhadap masyarakat teknologi dan

masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21

2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu

pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka.

Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta

riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat

Indonesia;

3. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru

merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara

LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan

disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan

birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.

Dengan demikian maka paradigma baru sangat diperlukan untuk dapat mencetak

atau melahirkan guru di Indonesia yang professional di abad 21 ini, paradigma tersebut yaitu:

1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang

Page 20: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

2. Penguasaan ilmu yang kuat

3. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi

4. Pengembangan profesi secara berkesinambungan.

Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan

dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang

profesional.

Selain keempat dimensi di atas juga perlu dikembangkan dimensi lain dari pola

pembinaan profesi guru yaitu:

1. Hubungan erat antara perguruan tinggi dengan pembinaan SLTA

2. Meningkatkan bentuk rekrutmen calon guru

3. Program penataran yang dikaitkan dengan praktik lapangan

4. Meningkatkan mutu pendidikan calon pendidik

5. Pelaksanaan supervise

6. Peningkatan mutu manajemen pendidikan berdasarkan Total Quality Management

(TQM)

7. Melibatkan peran serta masyarakat berdasarkan konsep linc and match

8. Pemberdayaan buku teks dan alat-alat pendidikan penunjang

9. Pengakuan masyarakat terhadap profesi guru

10. Perlunya pengukuhan program Akta Mengajar melalui peraturan perundangan

11. Kompetisi profesional yang positif dengan pemberian kesejahteraan yang layak.

Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu dapat terpenuhi, maka hal ini

akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini

sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional

akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi dinamis

dalam menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang kondusif dan inovatif. Dalam

rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator,

motivator, informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor,

evaluator, dan administrator (Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).

Page 21: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru

memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan

dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era

hiperkompetisi. Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi

terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya.

Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual,

sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru

harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus

mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional.

2.3.2. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru

Kondisi pendidikan nasional kita memang tidak secerah di negara-negara maju.

Baik institusi maupun isinya masih memerlukan perhatian ekstra pemerintah maupun

masyarakat. Dalam pendidikan formal, selain ada kemajemukan peserta, institusi yang cukup

mapan, dan kepercayaan masyarakat yang kuat, juga merupakan tempat bertemunya bibit-

bibit unggul yang sedang tumbuh dan perlu penyemaian yang baik. Pekerjaan penyemaian

yang baik itu adalah pekerjaan seorang guru. Jadi guru memiliki peran utama dalam sistem

pendidikan nasional khususnya dan kehidupan kita umumnya.

Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan hati

nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karena tidak

sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para guru tidak

dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu diinterpensi. Tidak adanya kemandirian

atau otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari sebagai pendidik menjadi pemberi

instruksi atau penatar. Bahkan sebagai penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama sekali.

Selain itu, ruang gerak guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat satuan pelajaran

(SP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar di atas lima tahun

sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali

mengajar membuat SP maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang

terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.

Page 22: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Akadum (1999) menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang

memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan

beberapa pihak terutama pengambil kebijakan; (1) profesi keguruan kurang menjamin

kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya gaji berimplikasi pada kinerjanya; (2)

profesionalisme guru masih rendah.

Selain faktor di atas faktor lain yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru

disebabkan oleh antara lain;

1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan

oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan

diri tidak ada;

2. Belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara

maju;

3. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak

guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan

sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi

keguruan;

4. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak

dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan

tinggi.

Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada lima penyebab rendahnya

profesionalisme guru;

1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,

2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan,

3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari

pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum

mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,

4. Masih belum adanya titik terang dari perbedaan pendapat tentang proporsi materi

ajar yang diberikan kepada calon guru,

Page 23: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

5. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara

maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI

bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure

group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di

masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para

anggo-tanya.

Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya

profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan

profesi guru.

2.3.3. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru

Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru diantaranya

meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga

pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma

II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru

SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut

secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan.

Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah

adalah program sertifikasi. Program sertifikasi untuk guru-guru MI dan MTs telah dilakukan

oleh Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (Dit Binrua) melalui proyek

Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar (ADB Loan 1442-INO) yang telah melatih 805 guru MI

dan 2.646 guru MTs dari 15 Kabupaten dalam 6 wilayah propinsi yaitu Lampung, Jawa Barat,

Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB dan Kalimantan Selatan (Pantiwati, 2001). Sedangkan untuk

guru-guru sekolah dasar dan menengah dilakukan oleh Rektorat perguruan tinggi negeri

(PTN)

Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan

profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru), dan KKG (Kelompok Kerja

Page 24: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan

masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).

Selain hal itu, untuk meningkatkan profesionalisme guru juga dapat dilakukan

dengan pemberian penataran atau pelatihan secara berkesinambung, agar pengetahuan guru-

guru terus berkembang dan ter-upgrade.

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses

ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari

organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,

penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara

bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.

Dengan demikian usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung

jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang membina guru (dalam hal

ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling

penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan

banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah

tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari

pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Tidak heran kalau guru-guru di negara

maju kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru

sangat tinggi. Dalam Journal PAT (2001) dijelaskan bahwa di Inggris dan Wales untuk

meningkatkan profesionalisme guru pemerintah mulai memperhatikan pembayaran gaji guru

diseimbangkan dengan beban kerjanya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku

sehingga tidak heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara

ketiga. Di Indonesia telah mengalami hal ini tetapi ketika jaman kolonial Belanda. Setelah

memasuki jaman orde baru semua ber ubah sehingga kini dampaknya terasa, profesi guru

menduduki urutan terbawah dari urutan profesi lainnya seperti dokter, jaksa, dll.

Page 25: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

2.3.4. Tabel Perbedaan Standar Profesionalisme Guru Di Indonesia Dan Amerika

No Indonesia Amerika

1. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan itu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep dasar

Pembelajaran sains melalaui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri

2. Pengembangan kemampuan professional berkesinambungan, profesi guru merupakanb profesi yang berkembang secara terus-menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan aspek pendidikan

Merupakan pengintegrasian standar sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa juga menanamkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains

Page 26: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

1. Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya

kemampuan profesionalisme guru dan keengganan belajar siswa. Profesionalisme

menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen

beserta strategi penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan

teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan

profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang

tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.

2. Guru yang profesional pada dasarnya ditentukan oleh attitudenya yang berarti pada

tataran kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara

intelektual maupun pada kondisi yang prima.

3.2. SARAN

1. Memperhatikan peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan

bagi keberhasilan pendidikan, maka keberadaan dan peningkatan profesi guru

menjadi wacana yang sangat penting. Pendidikan di abad pengetahuan menuntut

adanya manajemen pendidikan modern dan profesional dengan bernuansa

pendidikan.

2. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Usaha

meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara

LPTK sebagai pencetak guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini

Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

Page 27: Standar Pengembangan Profesional Untuk Guru Sains

DAFTAR PUSTAKA

B, Hamzah. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Surya, H.M. 1998. Peningkatan Profesionalisme Guru Menghadapi Pendidikan Abad ke-21n (I);

Organisasi & Profesi. Suara Guru No. 7/1998. Hlm. 15-17.

Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan Besar, Bukan Kurikulum.

Sumber: http://www.suara pembaharuan.com/News/1998/08/230898

Diaktivasi pada Senin, 14 Maret 2010.

Potret Guru Memasuki Milenium Ketiga. Suara Pembaharuan.

Sumber: http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd

Diaktivasi pada Rabu, 10 Maret 2010.

Profesionalisme Guru: Analisis Wacana Reformasi Pendidikan dalam Era Globalisasi.

Simposium Nasional Pendidikan di Universitas Muham-madiyah Malang, 25-26 Juli 2001.

Sumber: http://www.suara pembaharuan.com/News/1999/01/220199/OpEd

Diaktivasi pada Jumat, 12 Maret 2010.