STANDAR PELAYANAN MINIMAL-BIDANG KESEHATAN (SPM- BK) KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

60
STANDAR PELAYANAN MINIMAL- BIDANG KESEHATAN (SPM- BK) KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

description

STANDAR PELAYANAN MINIMAL-BIDANG KESEHATAN (SPM- BK) KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH. DASAR HUKUM 1. UU 32/2004 2. PP 25/2000: 3. Kepmenkes No 1547 Th 2003. Kep Gub Jateng No. 71 Th 2004 Ttg SPM BK utk Kab./Kota di Prop Jateng. UU No 32 / 2004 Bab III Pasal 11. Ayat (3) - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of STANDAR PELAYANAN MINIMAL-BIDANG KESEHATAN (SPM- BK) KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

  • STANDAR PELAYANAN MINIMAL-BIDANG KESEHATAN (SPM- BK)KABUPATEN/KOTADI PROPINSI JAWA TENGAH

  • DASAR HUKUM 1. UU 32/2004 2. PP 25/2000: 3. Kepmenkes No 1547 Th 2003

    Kep Gub Jateng No. 71 Th 2004 Ttg SPM BK utk Kab./Kota di Prop Jateng

  • UU No 32 / 2004 Bab III Pasal 11Ayat (3) Urusan pemerintahan yg mjd kewenangan pemerintah daerah yg diselenggarakan berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan

  • Ayat (4)Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah.

  • KONSEP DASARPELAKSANAAN KEWENANGAN WAJIB DAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SURAT EDARAN MENDAGRI NO.100/757/OTDA, TGL 8-7-02 DITUJUKAN KPD GUB/BUPATI/WALIKOTA SURAT EDARAN MENDAGRI NO.100/756/OTDA, TGL 8-7-02, DITUJUKAN KPD SESJEN DEP/LPND

  • APA ARTI KEWENANGAN WAJIB?

    Kewenangan wajib merupakan kewenangan daerah otonom yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh Pemerintah.

    Kewenangan Wajib ditetapkan oleh Pemerintah. KEWENANGAN WAJIB TERKAIT DENGAN PELAYANAN DASAR

  • Pelaksanaan Kewenangan Wajib harus menjadi prioritas bagi Pemerintah Daerah

    Pelaksanaan Kewenangan Wajib oleh Daerah harus tercermin dalam perencanaan daerah dan pengalokasian APBD.

  • Kriteria Kewenangan Wajibmelindungi hak-hak konstitusional perorangan maupun kelompok masyarakat

    melindungi kepentingan nasional yang ditetapkan berdasarkan konsensus nasional, dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, kesejahteraan masyarakat, ketentraman dan ketertiban umum.

    memenuhi komitmen nasional yang berkaitan dengan perjanjian dan konvensi Internasional

  • PENGERTIAN STANDAR PELAYANAN MINIMALADALAH SUATU STANDAR DENGAN BATAS-BATAS TERTENTU UNTUK MENGUKUR KINERJA PENYELENGGARAAN KEWENANGAN WAJIB DAERAH YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR KEPADA MASYARAKAT

    YANG MENCAKUP : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN NILAI (BENCHMARK)KONSEP DASAR: SE MENDAGRI NO. 100/756/OTODA

  • APA Pengertian SPM?

    Standar Pelayanan Minimal adalah tolok ukur untuk mengukur kinerja Daerah dalam penyelenggaraan kewenangan wajib

    SPM diarahkan untuk pelayanan dasar yang terkait dengan kebutuhan pokok masyarakat

  • APA Prinsip-prinsip Penyelenggaraan SPM ?

    Standar Pelayanan Minimal diterapkan pada kewenangan wajib Daerah, namun untuk kewenangan lainnya, Daerah dapat mengembangkan standar kinerja.

    Standar Pelayanan Minimal ditetapkan secara nasional oleh Pemerintah dan diberlakukan untuk seluruh Daerah Kabupaten/Kota.

  • Standar Pelayanan Minimal harus dapat menjamin akses masyarakat terhadap pelayanan dasar yang harus disediakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka penyelenggaraan kewenangan wajibnya

    Standar Pelayanan Minimal bersifat dinamis dan perlu dikaji ulang dan diperbaiki dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan kebutuhan Nasional dan perkembangan kapasitas Daerah secara merata

  • SPM ditetapkan pada tingkat minimal yang diharapkan secara nasional untuk jenis pelayanan tertentu. Yang dianggap minimal dapat merupakan rata-rata kondisi Daerah-Daerah, merupakan konsensus nasional dll.

    Standar Pelayanan Minimal harus diacu dalam perencanaan daerah, penganggaran daerah, pengawasan, pelaporan dan merupakan salah satu alat untuk menilai Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Kepala Daerah, serta menilai kapasitas daerah.

  • Pemerintah Daerah yang tidak mencapai Standar Pelayanan Minimal diperkenankan untuk mencapainya dalam jangka waktu tertentu.

    Standar Pelayanan Minimal berbeda dengan Standar Teknis, Standar Teknis merupakan faktor pendukung untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal

  • KRITERIA MENETAPKAN KW BIDANG KESEHATAN1.MERUPAKAN PELAYANAN 2.PRIORITAS TINGGI, KARENA:a.MELINDUNGI HAK-HAK KONSTITUSIONAL PERORANGAN / MASYARAKATb.MELINDUNGI KEPENTINGAN NASIONALc.KOMITMEN NASIONAL /GLOBAL d. PENYEBAB UTAMA KEMATIAN & KESAKITAN

    (RAKORSTAF DEPKES AGUSTUS 2002)

  • KRITERIA MENETAPKAN KW BIDANG KESEHATAN (lanjutan . . . )

    3.ORIENTASI PADA OUTPUT YANG LANGSUNG DIRASAKAN MASYARAKAT4.TERUKUR5.TERUS MENERUS6.MUNGKIN DIKERJAKANCATATAN: dalam menyusun kewenangan ini, hal yang berkaitan mengenai manajemen (perencanaan, pembiayaan, pengorganisasian, perizinan, dukungan tenaga dan sebagainya) tidak dimasukkan, karena hal-hal tersebut merupakan kegiatan pendukung dalam melaksanakan kewenangan wajib,kecuali critical support function.

  • PEMERINTAH MENENTUKAN SPMSECARA JELAS DAN KONKRIT SESEDERHANA MUNGKIN TIDAK TERLALU BANYAK DAN MUDAH DIUKURUNTUK DIPEDOMANI OLEH SETIAP UNIT ORGANISASI PERANGKAT DAERAH/BUMD YANG MELAKSANAKAN KEWENANGAN DAERAH

  • S Simple, Standardized, & Affordable (at local level), Cost Effectivesederhana, dibakukan, terjangkau (terjangkau oleh tingkat daerah, dari segi biaya)

    M Measurable + Meaningful + Useful for decision making dapat diukur + berarti + bermanfaat untuk pengambilan keputusan

    A Attributable/Accountable (re performance of services by programs Bertanggungjawab (kinerja pelayanan program-program sektoral)

    R Reliable + Accurate (for MonEv performance & assessing trends) Dapat dipercaya + teliti/benar (untuk monitoring dan evaluasi kinerja serta menilai kecendurungan).

    T Timely (Data can be collected, analyzed + used for decision making within a reasonable/useful timeframe) (Data dapat dikumpulkan, dianalisa dan dipergunakan untuk pengambilan keputusan dalam kurun waktu yang tepat)

    INDIKATOR SPM HARUS SMART

  • DALAM MENETAPKAN JENIS PELAYANAN PERLU MEMPERHATIKAN KRITERIA pro poor service/international commitment, positive externalities/public goods dan feasible/cost effective

  • SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemda terhadap masyarakat. Masyarakat dapat mengukur sejauhmana Pemda dapat memenuhi kewajibannya untuk menyediakan pelayanan publik.

    SPM dapat merangsang rasionalisasi kelembagaan dan kepegawaian Pemda

  • INDIKATOR PELAKSANAAN SPMIndikator dapat berupa:Masukan bagaimana tingkat atau besaran sumberdaya yang digunakan contoh: peralatan, perlengkapan, uang, personil dll.

    Proses yang digunakan, termasuk upaya pengukurannya seperti program atau kegiatan yang dilakukan, mencakup waktu, lokasi, isi program atau kegiatan, penerapannya dan pengelolaannya.

    Hasil wujud pencapaian kinerja, termasuk pelayanan yang diberikan, persepsi publik terhadap pelayanan tersebut, perubahan perilaku publik.

  • Manfaat tingkat manfaat yang dirasakan sebagai nilai tambah, termasuk kualitas hidup, kepuasan konsumen/masyarakat, maupun Pemerintah Daerah.

    Dampak pengaruh pelayanan terhadap kondisi secara makro berdasarkan manfaat yang dihasilkan.

  • Instrumen Pemerintah untuk mendukung Pencapaian SPM dapat berupa:

    penyediaan dukungan peningkatan kapasitas daerah (capacity building).

    negosiasi antara Pemerintah dan Daerah yang tidak dapat melaksanakan kewenangan wajib dan mencapai SPM untuk merestruktur alokasi anggaran daerah dan/atau kegiatan untuk mencapai SPM dalam jangka waktu yang disetujui bersama. Untuk Kabupaten/Kota oleh Gubernur sebagai wakil Pemerintah di Daerah.

  • menyediakan bantuan keuangan khusus misalnya DAK dari Pemerintah Pusat. Bila dalam beberapa tahun pelaksanaan Kewenangan wajib dan SPM menunjukkan suatu pola permasalahan di seluruh daerah yang disebabkan oleh kekurangan dana, maka Pemerintah Pusat mempertimbangkan penyesuaian alokasi DAU atau formulanya (atau berdasarkan cost of function)

    Melalui SPM Pemerintah akan tahu pemberdayaan apa yang harus dilakukan terhadap Daerah; sistem, kelembagaan atau penguatan individu; termasuk sebagai dasar penyusunan dana perimbangan yang lebih obyektif.

  • Pengambilan keputusan oleh Instansi yang berwenang untuk menstransfer kewenangan tersebut kepada tingkat pemerintahan lainnya, dengan mengikuti proses sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan ( UU No. 32 tahun 2004 )Memutuskan apakah Daerah yang tidak mampu melaksanakan kewenangan wajib dan tidak mencapai SPM, baik berdasarkan inisiatif Daerah, maupun Pemerintah untuk melakukan merger/penggabungan Daerah agar kewenangan wajib dapat dilaksanakan dan Standar Pelayanan Minimal dapat terpenuhi.

  • APA PERANAN GUBERNUR?

    Gubernur selaku wakil Pemerintah menyepakati dengan Daerah kegiatan dan kurun waktu yang diperlukan untuk mencapai SPM sesuai dengan kondisi masing-masing Daerah Kabupaten/Kota.

    Gubernur selaku wakil Pemerintah melakukan supervisi, pemantauan dan monitoring terhadap pelaksanaan SPM di Daerah Kabupaten/Kota

  • Gubernur selaku wakil Pemerintah melaporkan isu strategis sebagai dampak pelaksanaan SPM di Daerahnya untuk mendapat pertimbangan PemerintahGubernur selaku wakil Pemerintah melakukan sosialisasi, diseminasi, pelatihan, bimbingan dalam rangka pelaksanaan SPM di Daerahnya.Gubernur melaporkan kepada Pemerintah Pusat secara berkala kinerja daerah Kabupaten/Kota terhadap pelaksanaan SPM

  • APA Peranan Kabupaten/Kota?

    Kabupaten/Kota menyusun dan menetapkan Peraturan Daerah tentang pelaksanaan SPMPada prinsipnya penyelenggaraan Kewenangan Wajib merupakan tanggungjawab Pemerintah Daerah namun dalam pelaksanaannya Kewenangan Wajib dapat dilaksanakan oleh perangkat daerah sendiri, BUMD dan/atau lembaga swasta.Unit organisasi perangkat daerah dalam penyusunan PERENCANAAN dan RAPBD memprio-ritaskan kewenangan wajib.

  • Unit organisasi perangkat daerah dalam penyusunan RENCANA DAERAH dan RAPBD memprioritaskan kewenangan wajib untuk bidang pemerintahan yang menyentuh langsung kepada pelayanan dasar

    Kajian pencapaian SPM untuk kewenangan wajib tertentu yang dilaksanakan Kabupaten/Kota berda-sarkan kondisi nyata, potensial dan kemampuannya

  • Sosialisasi, diseminasi penerapan SPM dalam penyelenggarakan Kewenangan Wajib Daerah Kabupaten/ Kota.

    Melakukan survei kepuasan masyarakat terhadap Standar Pelayanan Minimal yang sudah dicapai, sebagai salah satu alat monitoring.

  • PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KW/SPM HINGGA SAAT INI.

    Masih banyak Daerah yang belum mengerti mengenai Kewenangan Wajib dan SPM karena Pedoman SPM yang disusun Departemen masih bervariasi antara lain: - standar pelayanan bercampur dengan standar teknis; - format yang digunakan belum sama; - ada yang hanya memuat indikator belum ada standarnya; - kewenangan wajib belum ditentukan secara jelas.

  • KEPMENKES RI No.1457/MENKES/SK/X/2003tentang SPM BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTATanggal 10 Oktober 2003 MENGGANTIKAN Kepmenkes dan Kesos RI no. 1747/SK/XII/2000 tentang Pedoman Penetapan SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota

  • TERDIRI DARI : 9 KEWENANGAN WAJIB ( JUMLAH DIBANDING KEPMENKES 1457/MENKES/SK/X/2003 : TETAP )26 JENIS PELAYANAN (JUMLAH DIBANDING KEPMENKES S.D.A. : TETAP )5 JENIS PELAYANAN UTK KAB/KOTA TERTENTU (DALAM KEPMENKES 5, JUMLAH TETAP )63 INDIKATOR KINERJA SPM UTK SEMUA KAB/KOTA ( DALAM KEPMENKES : 47, JUMLAH BER+16 )8 INDIKATOR KINERJA SPM UTK KAB/KOTA TERTENTU (DALAM KEPMENKES : 7, JUMLAH BERTAMBAH 2) KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NO. 71 TAHUN 2004 TANGGAL 23 DES 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH

  • 9 KEWENANGAN WAJIBPenyelenggaraan Pelayanan Kesehatan DasarPenyelenggaraan Perbaikan Gizi MasyarakatPenyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit Menular Penyelenggaraan Kesehatan lingkungan dan Sanitasi Dasar Penyelenggaraan Promosi Kesehatandan Zat Adiktif (P3 Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkotika,Psikotropika Napza)Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian Penyediaan pembiayaan dan jaminan kesehatan

  • PENETAPAN PELAYANAN KESEHATAN DI KAB/KOTA1. Mungkin dikerjakan (feasible) dan terus menerus (sustainable) utk semua kab/kota2. Mempunyai daya ungkit untuk penurunan MMR dan IMRYang tidak memenuhi kriteria 1- 2 tersebut diberlakukan di Kab/Kota tertentu

  • PELAYANAN KESEHATAN DI SEMUA KAB/KOTA1. Pelayanan kesehatan ibu dan bayi Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah3. Pelayanan keluarga berencana4. Pelayanan imunisasi5. Pelayanan pengobatan/ perawatan6. Pelayanan kesehatan jiwa7. Pemantauan pertumbuhan balita 8. Pelayanan gizi 9. Pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar dan komprehensif

  • PELAYANAN KESEHATAN DI SEMUA KAB/KOTA (lanjutan . . . . )10 Pelayanan gawat darurat.11. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Gizi Buruk12. Pencegahan dan pemberantasan penyakit polio13. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru14. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA15. Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV-AIDS16. Pencegahan dan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue17. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare18. Pelayanan kesehatan lingkungan

  • PELAYANAN KESEHATAN DI SEMUA KAB/KOTA (lanjutan . . . . )19. Pelayanan pengendalian vektor 20. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum 21. Penyuluhan perilaku sehat22. Penyuluhan P3 NAPZA yang berbasis masyarakat23. Pelayanan Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan24. Pelayanan Penggunaan obat generik25. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan26. Penyelenggaraan pembiayaan untuk gakin dan masyarakat rentan

  • PELAYANAN KESEHATAN DI KAB/KOTA TERTENTUPelayanan Kesehatan Kerja Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit MalariaPencegahan dan Pemberantasan Penyakit KustaPencegahan dan Pemberantasan Penyakit Filariasis

  • STANDAR PELAYANAN MINIMAL KAB/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH1. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi % cakupan kunjungan ibu hamil K4 % cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yg memiliki kompetensi kebidanan % ibu hamil risiko tinggi yang dirujuk % cak kunj neonatus % cakupan kunjungan bayi % cakupan bayi BBLR yang ditangani

  • Pelayanan Kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia sekolah

    % cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah% cak pemeriksaan kes siswa SD dan setingkat oleh tenaga kes atau tenaga terlatih (guru UKS atau dokter kecil)% cak pemeriksaan kes siswa TK, SLTP, SLTA dan setingkat oleh tenaga kes atau tenaga terlatih (guru UKS atau dokter kecil)% cakupan pelayanan kesehatan remaja

  • Pelayanan Keluarga Berencana % cakupan peserta aktif KB 4. Pelayanan Imunisasi % desa/kelurahan UCI 5. Pelayanan Pengobatan/ Perawatan % cakupan rawat jalan % cakupan rawat inap 6. Pelayanan Kesehatan Jiwa % pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum

  • Pemantauan pertumbuhan balita % balita yang datang dan ditimbang (D/S) % balita yang naik berat badannya (N/D) % balita Bawah Garis Merah

    Pelayanan gizi % cakupan bayi (6-11 bulan) mendapat kapsul vitamin A 1 kali % cakupan balita (12-59 bulan) mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun % cakupan ibu nifas mendapat kapsul vit A % cakupan ibu hamil mendapat 90 tablet Fe % cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi BGM dari keluarga miskin % balita gizi buruk mendapat perawatan

  • 9. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif

    % akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus% ibu hamil risiko tinggi yang ditangani% ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani% neonatus resiko tinggi/komplikasi yg tertangani

  • 10. Pelayanan gawat darurat. % sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat % Pemenuhan darah di RS

    11. Penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan gizi buruk % desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani

  • 12. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk
  • 15. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV-AIDS % klien yang mendapatkan penanganan HIV/AIDS % Kasus infeksi menular seksual yang diobati 16. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) % penderita DBD yang ditangani Incident Rate DBD CFR ( Angka Kematian ) DBD17. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare % balita dengan diare yang ditangani CFR ( Angka Kematian ) Diare

  • 18. Pelayanan kesehatan lingkungan % Institusi yang dibina Rumah sehat Penduduk yang memanfaatkan jamban Rumah yang mempunyai SPAL19. Pelayanan Pengendalian vektor % rumah/bangunan bebas jentik nyamuk Aedes 20. Pelayanan Hygiene sanitasi di tempat umum % tempat umum yang memenuhi syarat21. Penyuluhan perilaku sehat % rumah tangga sehat % bayi yang mendapat ASI-Eksklusif % desa dengan garam beryodium baik % keluarga sadar gizi % posyandu Purnama % Posyandu Mandiri

  • 22. Penyuluhan Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif (P3 NAPZA)/Narkotik, Psikotropik dan Bahan Berbahaya(P3 Narkoba) berbasis masyarakat % upaya penyuluhan P3 NAPZA/P3 NARKOBA oleh petugas kesehatan

    23. Pelayanan Penyediaan obat dan perbekalan kesehatan % ketersediaan obat sesuai kebutuhan % pengadaan obat esensial % pengadaan obat generik Ketersediaan Narkotika, Psikotropika sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan : % Ketersediaan narkotika, psikotropika sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan

    24. Pelayanan Penggunaan obat generik % penulisan resep obat generik

  • 25. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan % cakupan penduduk yang menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar

    26. Penyelenggaraan pembiayaan untuk gakin dan masyarakat rentan % cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan Gakin dan masyarakat rentan

  • STANDAR PELAYANAN MINIMALDI KAB/KOTA TERTENTU 1. Pelayanan kesehatan kerja % cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal % cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja informal 2. Pelayanan kesehatan usia lanjut % cakupan pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut 3. Pelayanan gizi % cakupan Wanita Usia Subur yang mendapatkan kapsul Yodium di daerah endemis gaki

  • STANDAR PELAYANAN MINIMALDI KAB/KOTA TERTENTU4.Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV-AIDS % darah donor diskrining terhadap HIV/AIDS 5.Pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria % penderita malaria yang diobati 6.Pencegahan dan pemberantasan penyakit kusta % penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate)7.Pencegahan dan pemberantasan penyakit filariasis % Kasus filariasis yang ditangani

    Catatan : Indikator cetak tebal/ warna hijau adalah merupakan indikator tambahan Jawa Tengah

  • PENGORGANISASIANBupati/Walikota bertanggung jawab dalam pemenuhan SPMDinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan koordinasi operasionalPenyelenggaraan dilakukan oleh tenaga dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan

  • PELAKSANAANSPM merupakan acuan perencanaan programSPM dilaksanakan sesuai standar teknisSumber pembiayaan: APBD

  • PEMBINAAN DAN PENGAWASANFasilitasi dilakukan oleh Pemerintah dan Pemda PropinsiStandar Teknis, pedoman, bimbingan teknis, pelatihanBupati/Walikota melakukan pengawasanLaporan pencapaian kinerja kepada Mendagri dan Menkes

  • BEBERAPA PERMASALAHAN dalam HASIL PENCAPAIAN INDIKATOR SPM DAN PROFILTerdapat beberapa indikator dimana Definisi operasional dapat menimbulkan perbedaan persepsi sehingga data yang dihasilkan berbeda ataupun tidak masuk akal. Contoh :

    > Cakupan Rawat Jalan DO : Cakupan Rawat Jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di sarana pelayanan kesehatan pemerintah & swasta di satu wil kerja pd kurun wkt ttt.Rumus : Jml kunj kasus baru RJ di Sarkes dalam kurun waktu tertentu / Jumlah penduduk di satu wilayah dlm kurun waktu yg sama X 100%Pada kenyataannya Jml Kunjungan sering terisi dengan data seluruh kunjungan sehingga seringkali jumlahnya melebihi jml penduduk seharusnya 1 org dihitung 1 X kunjungan dalam 1 tahun. Demikian juga dg Cak. Kunj. Rawat Inap

  • Akses Ketersediaan darah dan komponen yg aman untuk menangani rujukan bumil dan neonatus

    DO : Ibu hamil post partum yg dirujuk dan mendapat darah yg aman dan sesuai kebut di RS pemt dan swasta Rumus : Jumlah Bumil & neonatus rujukan yg mendapat darah & komponen yg aman / Jumlah bumil & neonatus rujukan yg membutuhkan darah & komp yg aman X 100% Data ini pada kenyataannya sulit didapat karena pencataan yg ada seringkali hanya kebutuhan dan pemenuhan darah untuk seluruh kasus bukan hanya rujukan bumil dan neonatus saja.

  • Persentase penulisan resep obat generik DO : Yang dimaksud penulisan resep obat generik adalah penulisan resep obat generik di Sarkes pemerintahRumus : Jml resep obat generik yg ditulis / jml resep obat yg ditulis X 100 %

    Contoh perhitungan : Di Puskesmas Dlm bl Januari 2003 telah memberikan 200 lembar resep kpd pasien. 200 lb tsb memuat 800 R/ (resep) dimana 650 R/ diantaranya ditulis dg nama generik, selebihnya dg nama dagang. Jadi penulisan resep obat generik : 650/800 X 100 % = 81,25%

    Permasalahan : dalam kenyataannya terjadi kesalahan persepsi dalam pengisian tabel profil yang diisikan hanya penulisan resep obat generik di apotik swasta.

  • Perlu kesamaan persepsi dalam pemahaman definisi operasional Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat yang dapat diakses masyarakat.

  • TERIMA KASIHFile : C:/SPM/Materi presentasi SPM05