STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN STROKE · TIM PENYUSUN ... Clinical Pathway: alur penangan pasien ....

70
STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN STROKE Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2012

Transcript of STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN STROKE · TIM PENYUSUN ... Clinical Pathway: alur penangan pasien ....

STANDAR PELAYANAN KEPERAWATAN

STROKE

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik

Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI

2012

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya Standar Pelayanan

Keperawatan Stroke di rumah sakit. Standar ini disusun bertujuan untuk

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan stroke di rumah sakit yang

berpengaruh dalam pencapaian mutu pelayanan kesehatan yang baik.

Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak setelah penyakit

jantung. Indonesia saat ini merupakan Negara dengan jumlah penderita

stroke terbesar di Asia. Dalam upaya peningkatan, pencegahan,

penyembuhan maupun pemulihan kesehatan, pelayanan keperawatan

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap menurunkan angka

kematian dan kesakitan akibat penyakit stroke. Untuk memberikan

pelayanan keperawatan yang optimal bagi pasien stroke perlu adanya

suatu standar pelayanan keperawatan stroke.

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik mempunyai

tupoksi menyusun standar dan salah satunya adalah standar pelayanan

keperawatan stroke. Standar ini terdiri dari beberapa bab antara lain bab

pertama latar belakang yang membahas masalah, dasar hukum, tujuan dan

sasaran, bab ke dua mengenai pelayanan klinis keperawatan stroke, bab

ke tiga membahas administrasi dan manajemen pelayanan keperawatan

stroke, bab ke empat mengenai pembinaan dan pengawasan serta terakhir

adalah bab ke lima yaitu penutup.

Standar ini diharapkan dapat diterapkan di rumah sakit khusus stroke

sedangkan khusus mengenai pelayanan klinis keperawatan stroke yang

berisikan antara lain asuhan keperawatan, keterpaduan pelayanan

keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan kepada pasien serta

pendokumentasian keperawatan dapat diterapkan di rumah sakit umum

yang memiliki unit stroke.

iii

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah meluangkan waktu dan fikirannya untuk mendukung dan

berperan serta dalam penyusunan Standar Pelayanan Keperawatan stroke

ini. Semoga menjadi amal dan kebaikan bagi kita semua. Akhirnya dengan

tersusunnya dan diterapkannya standar ini diharapkan pelayanan

keperawatan stroke dapat meningkat kualitasnya secara optimal.

Jakarta, Maret 2012

Direktur Bina Pelayanan Keperawatan

dan Keteknisian Medik

Suhartati,S.Kp.,M.Kes

NIP.196007271985012001

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

TIM PENYUSUN .................................................................................................... v

TIM KONTRIBUTOR

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Dasar Hukum ................................................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................................. 3

D. Sasaran .......................................................................................................... 3

BAB II PELAYANAN KLINIS KEPERAWATAN STROKE

A. Asuhan Keperawatan Stroke ........................................................................... 4

B. Akses dan Kesinambungan Keperawatan Stroke ............................................ 10

C. Pendidikan kesehatan kepada Pasien dan Keluarga ....................................... 14

D. Dokumentasi Keperawatan .............................................................................. 15

BAB III ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN

A.Tatanan Pelayanan Asuhan Keperawatan dan Stroke ...................................... 17

B. Manajemen Sumber Daya ................................................................................ 20

C. Manajemen Fasilitas dan Keamanan Lingkungan ............................................ 30

D. Manajemen Komunikasi ................................................................................... 33

E. Manajemen Kualitas / Mutu .............................................................................. 36

BAB IV PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

A.Tujuan ............................................................................................................... 39

B. Sasaran .......................................................................................................... 39

C. Mekanisme ...................................................................................................... 39

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

v

TIM PENYUSUN

Suhartati S.Kp.,M.Kes (Direktur Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik)

Ns. Sunardi, M.Kep., Sp.KMBNeuro (HIPMEBI)

Ns MG Enny Mulyatsih, M.Kep, Sp.KMB (RSCM)

dr. Andi, Sp.S (Perdosi)

dr. Syaiful, Sp.S (RSUD Soetomo)

dr. Ferdi, Sp.S (RS Stroke Padang)

Dr. dr. Airiza Ahmad, Sp.S (Dep.Neurologi RSCM)

dr. Marwatal Hutajuluk Sp.S (RS Fatmawati)

Pastina Sihotang, S.Kp., M.Kes (Direktorat Kep)

Siti Rochani, S.Kp (Unit Stroke RSUD Soetomo)

Luh Gede Agustini, AMK (RS Sanglah)

dr. Ida Bagus Kusuma Putra Sp.S (RS Sanglah)

Medi Sameko (IFI)

Yuniarti, S.Kp (RSPP)

Ns. Dyah Untari S.Kep (RSPAD)

Tri Johan Agus Yuswanto,S.Kp.,M.Kep (PPNI DKI Jakarta)

Ns. Harti Budi Lestari, S.Kep (RS. POLRI)

Iin Hodijah (RS Husada)

Ns. Winda Yuniarsih, M.Kep.,Sp.KMB neuro (RS. Fatmawati)

Ns. Dame Elysabeth. T.A Tarihoran, M.Kep.,SpKMBneuro (UPH)

Prayetni S.Kp.,M.Kes (Kasubdit Bina Pelayanan Keperawatan di RS Khusus)

Tutty Aprianti, S.Kp.,M.Kes (Kasi Standarisasi Subdit Bina Pelayanan Keperawatan di RS Khusus)

Wahyu Wulandari, S.Kp (Kasi Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Pelayanan Keperawatan

di RS Khusus

Wiwi Triani,S.Kp.,M.Kes (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik)

Juarini, SST (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik)

TIM KONTRIBUTOR

Pawit Rodiyah, SKp. (PP-PPNI)

Ns. Elmi, Skep, M.Kep (RS Stroke Padang)

Siti Fatimah, AMK (Uni Stroke RS Fatmawati)

Ns. Dede Suhartini, S.Kep (Neurologi RSCM)

Aderia Rintani, S.Kep.,Ns (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik)

Ns. Nia Ayu Suridaty, M.Kep., Sp.Kep. MB (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan

Keteknisian Medik)

Prima Ardian, S.Kep (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik

vi

DAFTAR ISTILAH

Fisioterapis: adalah bentuk pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang rentang kehidupan.

Terapis Wicara: adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapi wicara baik di

dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang

berlaku/ tindakan yang dilakukan oleh terapis wicara untuk membantu seseorang yang

mengalami gangguan bahasa bicara dan menelan.

Terapis Okupasi: adalah profesi kesehatan yang merupakan bagian dari rehabilitasi

medik, bertujuan membantu individu dengan kelainan dan atau gangguan fisik, mental

maupun sosial, dengan penekanan pada aspek sensomotorik dan proses neurologis.

Ahli Gizi: adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik

dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas dan tanggung jawab

dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang

pelayanan gizi, makanan dan dietik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit.

National Instute of Health Stroke Scale (NIHSS): adalah format standar unutk

mendokumentasikan tingkatan stroke di ruang emergensi.

Disfasia: adalah kesulitan menelan

STR: adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada tenaga kesehatan yang

telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan

Glascow Coma Scale (GCS): adalah skala yang digunakan untuk mengukur tingkat

kesadaran terhadap reflek , membuka mata , motorik, dan verbal

Pelayanan Klinis Keperawatan (clinical services): pelayanan asuhan keperawatan

melalui metode proses keperawatan secara komprehensif dan berkesinambungan.

vii

Akses dan Kesinambungan Keperawatan (access and continuity care): alur

pemberian pelayanan keperawatan mulai dari pasien masuk RS (Poliklinik atau

emergensi) sampai pasien masuk rawat inap.

Keamanan Lingkungan: menyediakan lingkungan safety baik bagi pasien ataupun

pegawai yang bersangkutan.

Basic Neurology Nursing Care: pelatihan dasar perawatan pasien dengan masalah

sistem persarafan

Advanced Neurology Nursing: pelatihan lanjutan perawatan pasien dengan masalah

sistem persarafan

Manajemen Komunikasi: adalah suatu aturan tentang penyampaian pesan secara dua

arah,

Manajemen Kualitas: suatu tindakan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

sistem persarafan

Paliative care: perawatan pasien terminal

Rt-PA: Recombinant Tissue Plasminogen Activator

Kolegium: kumpulan ahli dibidangnya

Neuro Rehabilitasi Nursing: perawatan dibidang rehabilitasi neuro.

Paralel Bar: palang berjajar untuk latihan jalan

Clinical Pathway: alur penangan pasien

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan Pasien

Stroke

Lampiran 2 Daftar Standar Prosedur Operasional (SPO)

Lampiran 3 Intruksi Kerja dan Standar Minimal Jenis Alat Medik yang

Tersedia

Lampiran 4 Skala Jatuh ( Format Morse)

Lampiran 5 Skala Norton (Skala Penilaian Resiko Luka Tekan)

Lampiran 6 Format Skrining Disfagia (Skala Massey & Jedlicka)

Lampiran 7 Format NIHSS

Lampiran 8 Contoh Format Pengkajian Keperawatan Stroke

Lampiran 9 Contoh Format Asuhan Keperawatan Pasien Stroke

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) akan meningkatkan

pembangunan di segala bidang. Hal ini akan menimbulkan perilaku yang

berubah di masyarakat. Peningkatan upaya kesehatan akan meningkatkan

pemenuhan usia harapan hidup. Hal ini akan menimbulkan transisi demografi

dengan banyaknya lansia dan akan terjadi transisi epidemiologi dimana

penyakit infeksi belum dapat ditanggulangi namun disisi lain terjadi pula

peningkatan penyakit degeneratif diantaranya: stroke, jantung dan pembuluh

darah, diabetes melitus, hipertensi dan sebagainya.

Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

jantung, juga merupakan penyebab kecacatan nomor satu baik di negara maju

maupun berkembang (AHA, 2010). Beban akibat stroke terutama disebabkan

kecacatan yang akan menimbulkan masalah kesehatan di masyarakat

sehingga beban biaya yang tinggi oleh penderita, keluarga, masyarakat dan

negara. Penelitian epidemiologi stroke di wilayah Asia Timur (Cina, Hongkong,

Taiwan, Japan, Korea Selatan, Korea Utara dan negara-negara ASEAN)

selama tahun 1984- 2004, menemukan 4995 kasus baru di Cina, Taiwan dan

Jepang. Insiden stroke di Cina sebesar 483/100.000 dan Jepang 201/100.000.

Pada Tahun 2005 di Asia Tenggara, dilaporkan bahwa prevalensi stroke

di Singapura sebesar 4,05%, sementara di Thailand sebesar 6.9%.

Di Asia seperti Singapura, dengan meningkatnya mutu pelayanan dan teknologi

kesehatan, angka kematian menurun dari 99 menjadi 55 per 100.000 penduduk,

sedangkan di Thailand dilaporkan kematian akibat stroke 11 per 100.000 penduduk.

Hal ini mengakibatkan jumlah penderita paska stroke yang selamat dengan

kecacatan (disability) meningkat di masyarakat.

2

Data di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian peringkat ketiga tahun

2011 (AHA,2010) Pasien rawat inap dengan stroke sebanyak 23.636 orang

dengan Case Fatality Rate (CFR) 17,8 %, pada pasien rawat jalan di tahun

yang sama berjumlah 26.195 orang, sedangkan ditahun 2005 jumlah pasien

rawat jalan sebanyak 96.095 orang (Depkes RI, 2005). Menurut Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008 angka prevalensi stroke di Indonesia

pada tahun 2007 sebesar 8,3 per 1000 penduduk dan yang telah didiagnosa

oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan

sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah didiagnosa oleh tenaga

kesehatan. Prevalensi stroke tertinggi dijumpai di NAD ( 16,6 ‰) dan terendah

di Papua ( 3,8 ‰ ). Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di seluruh

pelosok Indonesia, pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, Kementerian

Kesehatan RI telah menyelenggarakan berbagai upaya pembangunan

kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan,

yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sakit

maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan

keperawatan memberi pengaruh yang cukup besar terhadap mutu pelayanan

secara keseluruhan termasuk pelayanan keperawatan pasien dengan stroke.

Pelayanan keperawatan pasien stroke dilakukan melalui kegiatan promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif, secara terpadu, terintegrasi dan

berkesinambungan di pelayanan dasar maupun spesialistik. Oleh karena itu

perlu disusun standar pelayanan keperawatan rumah sakit khusus stroke.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan,

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit,

3

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen,

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintah antara Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah Provinsi dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota,

5. Permenkes RI Nomor:HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Perawat,

6. Permenkes RI Nomor :1796/MENKES/PER/8/2011 tentang Registrasi

Tenaga Kesehatan,

7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/MENKES/SK/II/2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

C. Tujuan

Tujuan Umum :

Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan stroke di rumah sakit sesuai

standar.

Tujuan Khusus :

1. Terselenggaranya pelayanan klinis keperawatan stroke,

2. Terselenggaranya kegiatan administrasi dan manajemen pelayanan

Keperawatan,

3. Terselenggaranya pembinaan dan pengawasan berjenjang dari pusat

sampai ke daerah.

D. Sasaran

1. Pengelola pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/

Kota

2. Direktur rumah sakit,

3. Pemerintah daerah,

4. Pengelola pelayanan keperawatan di rumah sakit,

5. Institusi pendidikan keperawatan,

6. Organisasi profesi keperawatan,

7. Perawat pelaksana.

4

BAB II

PELAYANAN KLINIS KEPERAWATAN STROKE

A. Asuhan Keperawatan Stroke

1. Pengkajian Keperawatan

a. Proses Pengkajian

Pernyataan:

Proses pengumpulan data terfokus tentang status kesehatan pasien

yang mengalami stroke di rumah sakit secara komprehensif, sistematik,

akurat dan berkesinambungan yang bermanfaat untuk menyusun

rencana tindakan keperawatan yang tepat dan cermat sesuai standar

yang telah ditetapkan.

Indikator:

1) Adanya kerangka waktu dalam melakukan pengkajian keperawatan:

a) Pengkajian keperawatan awal pasien di ruang emergensi harus

dilakukan dalam 30 menit pertama pasien masuk ruang emergensi.

b) Pengkajian keperawatan awal pasien rawat jalan harus dilakukan

dalam 2 jam pertama pasien datang ke poliklinik.

2) Adanya pengkajian lanjutan dilakukan sesuai kondisi pasien.

a) Pengkajian keperawatan pasien rawat inap harus dilakukan dalam

24 jam pertama pasien masuk,

b) Pasien pre operasi pengkajian keperawatan lanjutan dilakukan

sesaat sebelum pasien diantar ke kamar operasi, pada pasien

paska operasi atau pasien dengan status kardiovaskuler tidak stabil

dilakukan asesmen setiap 15 menit pada 1 jam pertama, setiap 30

menit 1 jam berikutnya, dan setiap 60 menit pada 4 jam berikutnya.

3) Adanya perawat yang bertanggung jawab secara langsung terhadap

pasien, berkolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain

(fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, ahli gizi) untuk

menganalisa dan mengintegrasikan data dan informasi hasil

pengkajian.

5

4) Adanya perawat yang bertanggung jawab secara langsung terhadap

pasien memprioritaskan kebutuhan pasien berdasarkan hasil

pengkajian,

5) Adanya perawat yang bertanggung jawab secara langsung terhadap

pasien, memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang

hasil pengkajian, rencana keperawatan dan pengobatan, serta

memberi kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk

berpartisipasi dalam memprioritaskan kebutuhan pasien berdasarkan

pengkajian, untuk selanjutnya memutuskan bersama.

b. Lingkup dan Isi

Pernyataan:

Lingkup dan isi pengkajian keperawatan terdiri dari pengkajian awal dan

pengkajian lanjutan.

Indikator:

1) Adanya data pengkajian keperawatan awal meliputi :

a) Data demografi: Nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

alamat, dan status marital.

b) Riwayat penyakit mencakup keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit yang lalu dan riwayat penyakit keluarga.

c) Kondisi fisik: Tanda – tanda vital; Tingkat kesadaran (kualitatif dan

kuantatif atau GCS); status neurologis (saraf kranial, motorik,

sensorik, saraf otonom, refleks, kognitif); status kardiovaskular;

fungsi respirasi (jalan nafas, pola nafas); fungsi gastrointestinal

(mual, muntah, penurunan bising usus, konstipasi); fungsi

perkemihan (perubahan pola berkemih, inkontinensia, retensi urin,

distensi abdomen, distensi bladder).

d) Sosial: Latar belakang sosial dan budaya.

e) Ekonomi: Pendapatan perbulan, jaminan kesehatan, hambatan

keuangan.

f) Pola Spiritual: Agama, keyakinan dan pola beribadah.

6

g) Psikologis: Tingkat pengetahuan, tingkat kecemasan, koping,

berduka, fungsi peran, bahasa yang digunakan, hambatan

pembelajaran.

h) Nyeri: menggunakan Visual Analog Scale (kualitas nyeri, jenis

nyeri, intensitas, penyebab nyeri dengan skor 0-10) dan gambar

ekspresi wajah.

i) Risiko dekubitus: Menggunakan skala Norton.

j) Risiko jatuh: Menggunakan skala Morse.

k) Status Gizi: Berat badan, tinggi badan, skrining gizi malnutrisi,

(dilakukan oleh perawat dan ahli gizi) serta apakah ada

pembatasan diet.

l) Status fungsional: Kemampuan pasien dalam makan, berpakaian,

mandi, duduk, berpindah dan berjalan 3 meter serta apakah

memerlukan penolong, bila ya jumlah penolong yang diperlukan.

m) Kebutuhan akan edukasi: Bahasa yang digunakan, apakah perlu

penterjemah, materi pembelajaran: diagnosa, manajemen, obat-

obatan, perawatan, kontrol faktor risiko: tekanan darah tinggi, DM,

penyakit jantung, penggunaan obat kontrasepsi, merokok, obesitas,

stress.

n) Perencanaan pasien pulang (discharge planning): Apakah perlu

dirujuk ke fisioterapis, terapis wicara, terapis okupasi, gizi, pekerja

sosial medik atau apakah perlu pengasuh.

2) Adanya data pengkajian keperawatan lanjutan yang dilakukan

secara periodik terhadap pasien dengan status kardiovaskuler yang

tidak stabil, pasien dengan penurunan tingkat kesadaran, pasien

dengan peningkatan tekanan intra kranial, pasien pre dan paska

operasi, atau pasien yang mengalami perburukan.

3) Adanya pengkajian pada pasien stroke fase hiperakut, sebelum

melakukan pengkajian secara lengkap:

a) Survei Primer (ABCD),

b) Pemantauan kadar gula darah sewaktu,

c) Mengatur posisi elevasi kepala 15 - 30 derajat (head and trunk),

kecuali pada pasien yang berisiko muntah,

d) Menilai National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS).

7

2. Diagnosa Keperawatan

Pernyataan:

Masalah/ diagnosa keperawatan stroke merupakan keputusan klinis

perawat tentang respon pasien terhadap masalah keperawatan, terdiri dari

masalah aktual, risiko dan mengancam kehidupan. Diagnosa keperawatan

yang ditegakkan merupakan dasar penyusunan rencana keperawatan.

Indikator:

a. Adanya masalah keperawatan yang dirumuskan berdasarkan hasil

pengkajian,

b. Adanya prioritas masalah keperawatan ditetapkan bersama pasien dan

atau keluarga,

c. Adanya diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah

keperawatan,

d. Adanya penetapan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan

prioritas masalah.

3. Perencanaan Tindakan Keperawatan

Pernyataan:

Serangkaian langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan

masalah/diagnosa keperawatan stroke berdasarkan prioritas masalah yang

telah ditetapkan baik secara mandiri maupun melibatkan tenaga kesehatan

lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Rencana tindakan

keperawatan stroke digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

tindakan keperawatan yang sistematis dan efektif.

Indikator:

a. Adanya rencana bersifat individual sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

pasien,

b. Adanya rencana tersebut dikembangkan bersama pasien, orang-orang

terdekat klien dan perawat lain,

c. Adanya rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan terkini,

8

d. Adanya rencana keperawatan mengandung unsur SMART (Specific/

spesifik, Measurable/ terukur. Achievable/ dapat dicapai, Reliable/ dapat

dipercaya, Time/ batasan waktu),

e. Adanya rencana tindakan keperawatan stroke yang mandiri dan

kolaboratif berdasarkan prioritas,

f. Adanya rencana yang didokumentasikan,

g. Adanya rencana yang menunjukkan perawatan yang berkelanjutan,

h. Adanya standar asuhan keperawatan tentang:

1) Asuhan keperawatan pasien stroke fase hiperakut di ruang

emergensi,

2) Asuhan keperawatan pasien stroke fase akut di unit stroke,

3) Asuhan keperawatan stroke dengan peningkatan TIK di ruang kritikal

atau ruang Neuro-ICU,

4) Asuhan keperawatan pasien dengan penurunan tingkat kesadaran,

5) Asuhan keperawatan pasien stroke dengan kejang,

6) Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan fungsi kandung

kemih,

7) Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan menelan,

8) Asuhan keperawatan pasien dengan gangguan psikologis dan sosial.

4. Implementasi Keperawatan

Pernyataan

Perawat melaksanakan tindakan keperawatan yang telah dibuat dalam

rencana asuhan keperawatan Stroke. Perawat mengimplementasikan

rencana asuhan keperawatan stroke untuk mencapai tujuan dan kriteria

hasil yang telah ditetapkan.

Indikator :

a. Adanya kebijakan tentang informed consent disertai format yang baku,

b. Adanya kebijakan di rumah sakit tentang pendelegasian tindakan

medis,

c. Adanya kebijakan SPO dan atau instruksi kerja tindakan keperawatan,

9

d. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat,

meminimalkan komplikasi dan situasi yang dapat mengancam

kehidupan.

Implementasi Pasien Terminal

Pernyataan:

Perawat memberikan asuhan perawatan pasien fase terminal dengan

mempertahankan harkat dan martabat pasien dalam damai sejahtera

meliputi kebutuhan fisiologi, psikologi, sosial dan spiritual dengan

mempertimbangkan budaya dan agama.

Indikator :

a. Adanya nilai-nilai, agama, dan kepercayaan pasien.

1) Pelayanan rohani diberikan sesuai dengan agama atau kepercayaan

pasien,

2) Menghargai dan mengakomodasi hak dan pilihan pasien,

3) Menghargai hak pasien atau keluarga untuk tidak dilakukan

resusitasi,

4) Pilihan pasien atau keluarga yang akan mendonorkan organ atau

bagian tubuh lain harus dihargai dan difasilitasi sesuai dengan

hukum, aturan dan perundangan yang berlaku.

b. Adanya pengkajian dan intervensi terhadap nyeri atau rasa tidak nyaman

pasien dilakukan secara berkelanjutan sesuai harapan pasien dan

keluarga. pengkajian nyeri, intervensi dan evaluasi terhadap nyeri harus

termonitor dan tercatat,

c. Adanya pengkajian dan intervensi terhadap kebutuhan personal hygiene

diberikan berdasarkan kebutuhan pasien,

d. Adanya pengkajian dan intervensi terhadap kebutuhan nutrisi harus

terpenuhi dan termonitor,

e. Tersedianya tempat khusus untuk keluarga,

f. Adanya keterlibatan pasien dan keluarga dalam penatalaksanaan dan

membuat keputusan.

10

5. Evaluasi Tindakan Keperawatan

Pernyataan

Penilaian perkembangan kondisi pasien setelah dilakukan tindakan

keperawatan stroke mengacu pada kriteria hasil. Hasil evaluasi

menggambarkan tingkat keberhasilan tindakan keperawatan yang

dilakukan pada masalah stroke.

Indikator :

a. Adanya evaluasi terhadap respon pasien pada setiap tindakan yang

diberikan dan berorientasi pada waktu, metode dan hasilnya,

b. Adanya hasil evaluasi yang terdokumentasi sesuai standar dokumentasi

keperawatan,

c. Adanya perkembangan pasien dan efektifitas keperawatan di evaluasi

secara sistematik dan berkelanjutan serta harus terlihat pada status

keperawatan pasien,

d. Adanya lingkup hasil evaluasi meliputi bio, psiko sosial dan spiritual.

e. Adanya evaluasi hasil dilakukan sesuai kriteria waktu yang telah

ditetapkan dalam rencana keperawatan,

f. Adanya revisi rencana asuhan keperawatan harus tercatat pada status

keperawatan pasien.

B. Akses dan Kesinambungan Keperawatan Stroke

1. Akses Pelayanan Keperawatan

Pernyataan:

Pelayanan keperawatan membuat kebijakan dan proses pasien untuk

mendapat pelayanan perawatan stroke yang disahkan oleh rumah sakit.

Indikator :

Adanya kebijakan dan proses bagi pasien yang membutuhkan perawatan,

meliputi :

a. Tersedianya pelayanan perawatan klinik selain rumah sakit,

b. Triase dan primary survey,

c. Kriteria pasien rawat jalan,

d. Sistem pendaftaran pasien rawat jalan,

11

e. Terdapat ruangan untuk mengobservasi pasien,

f. Manajemen pasien bila tidak tersedia tempat tidur atau ruang rawat.

2. Pelayanan Emergensi

Pernyataan:

Pasien dengan kondisi emergensi atau mengalami kedaruratan diberikan

prioritas untuk dikaji dan dilakukan tindakan keperawatan oleh perawat.

Indikator :

a. Adanya bukti bahwa pasien dengan kebutuhan emergensi mendapatkan

prioritas untuk dilakukan pengkajian dan tindakan keperawatan,

b. Adanya bukti bahwa perawat berespon pada pasien dengan

melaksanakan respon time sesuai standar penanganan stroke,

c. Adanya bukti perawat emergensi telah mengikuti pelatihan.

3. Pelayanan Rawat Inap

Pernyataan:

Kebutuhan masuknya pasien di stroke unit meliputi usaha preventif, kuratif,

rehabilitatif dan paliatif sesuai dengan hasil pengkajian dan prioritas

berdasarkan kebutuhan/ kondisi pasien.

Indikator :

a. Adanya bukti hasil pengkajian berfokus kepada usaha promotif,

preventif, kuratif, rehabilitatif, paliatif dan prioritas berdasarkan

kebutuhan/ kondisi pasien,

b. Adanya bukti perawat dalam menyediakan informasi yang relevan untuk

pasien dan keluarga.

4. Pelayanan Keperawatan Pasien Stroke di Neuro-ICU

Pernyataan:

Pelayanan keperawatan telah mempersiapkan kriteria masuk atau transfer

untuk pasien yang membutuhkan Neuro-ICU khususnya untuk pemberian

rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator).

12

Indikator:

a. Adanya bukti kriteria pasien masuk atau pindah ke Neuro-ICU,

b. Adanya bukti kriteria pasien yang memerlukan ventilator atau gangguan

hemodinamik,

c. Adanya bukti perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

yang membutuhkan pelayanan intensif, yang dilakukan oleh perawat

dengan kualifikasi bersertifikat Keperawatan Neuro-Intensif.

5. Keterpaduan Pelayanan Keperawatan

Pernyataan:

Bidang keperawatan memiliki kebijakan dan pedoman untuk perawatan

lanjutan yang dilakukan oleh rumah sakit yang berkolaborasi dengan

tenaga atau pelayanan kesehatan profesional lainnya.

Indikator :

a. Adanya kebijakan dan pedoman perawatan lanjutan dan

diimplementasikan,

1) Prosedur pasien di ruang emergensi,

2) Prosedur pasien untuk pemeriksaan diagnostik,

3) Prosedur pasien untuk konsultasi ke bagian penyakit dalam dan

bedah,

4) Prosedur pelayanan di ruang Neuro-ICU,

5) Program pemulangan pasien,

6) Pelayanan kesehatan lainnya.

b. Adanya bukti tindakan keperawatan dilakukan oleh seseorang yang

kompeten, terdaftar sebagai Penanggung jawab terhadap perawatan

pasien dan didokumentasikan pada rekam medik pasien,

c. Adanya bukti perawatan lanjutan,

d. Adanya kebijakan home care setelah pasien pulang dari rumah sakit.

6. Pelayanan Pasien Pulang, Meninggal, Rujukan dan Follow Up

Pernyataan:

Bidang keperawatan membuat kebijakan dan pedoman pasien discharge

dan pemulangan pasien.

13

Indikator:

a. Adanya kebijakan, prosedur dan petunjuk tertulis untuk discharge

planning, pasien pulang dan sistem rujukan, khusus pasien stroke

b. Adanya alur yang jelas dalam pelaksanaan discharge pasien, pasien

pulang dan sistem rujukan khusus pasien stroke

7. Pemindahan Pasien

Pernyataan:

Bidang keperawatan membuat kebijakan, prosedur dan petunjuk tentang

pasien pindah rawat atau yang dirujuk.

Indikator :

a. Adanya kebijakan, prosedur dan petunjuk tertulis untuk pasien pindah

rawat atau yang dirujuk,

b. Adanya kriteria/ check list pasien yang telah siap untuk pindah rawat,

c. Adanya sistem rujukan pasien pindah rawat ke institusi lain,

d. Adanya resume medik pasien pindah rawat harus dipersiapkan oleh

Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) dan resume keperawatan

oleh perawat primer.

1) Resume keperawatan meliputi:

a) Diagnosis medik dan penyakit penyerta,

b) Kondisi (tingkat kesadaran dan tanda vital) 30 menit sebelum

dipindahkan,

c) Daftar obat,

d) Diet,

e) Mobilisasi dan Aktifitas,

f) Masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang telah

dilakukan,

g) Hasil pemeriksaan penunjang.

e. Persiapan transportasi yang memenuhi standar keselamatan pasien.

14

C. Pendidikan dan Konseling Kesehatan kepada Pasien

a. Pengkajian Kebutuhan Pendidikan Kesehatan Stroke

Pernyataan:

Bidang keperawatan menetapkan program dan rencana edukasi dengan

tujuan memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga untuk

berpartisipasi dalam memutuskan dan menjalani proses keperawatan

dalam mencapai tujuan utama mengembalikan pasien ke kondisi optimal.

Indikator :

a. Adanya bukti tertulis yang menunjukkan perawat melaksanakan

pengkajian terhadap kebutuhan pendidikan setiap pasien dan keluarga

meliputi :

1) Keyakinan dan nilai,

2) Bahasa yang digunakan,

3) Tingkat pendidikan,

4) Keterbatasan fisik dan kognitif pasien,

5) Kesiapan untuk mendapatkan informasi.

b. Adanya pendidikan kesehatan dengan metode yang sesuai.

b. Perencanaan Program Pendidikan

Pernyataan :

Kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan dengan terprogram secara

terarah dan disesuaikan kondisi pasien,dengan harapan pendidikan

kesehatan bertujuan terhadap pemahaman tentang penyakit yang dialami

pasien dan bagaimana tindak lanjut terhadap kondisi saat ini dan akan

datang.

Indikator :

a. Pengobatan yang aman dan efektif serta efek samping obat,

b. Cara mencegah interaksi antara obat satu dengan obat lain atau obat

dengan makanan,

c. Manajemen nyeri,

d. Penggunaan alat kesehatan secara aman dan efektif,

e. Teknik rehabilitasi,

15

f. Prosedur pengobatan dan diagnostik,

1) Kontrol faktor risiko: Hipertensi, DM, penyakit jantung, obesitas,

merokok, dislipidemia, stres ,

2) Cara transfer pasien, latihan menelan, perawatan diri dan kontrol

inkontinensia,

3) Memodifikasi ruangan yang mendukung untuk perawatan dirumah.

D. Dokumentasi Keperawatan

1. Struktur Data

Pernyataan:

Struktur data dokumentasi keperawatan stroke tiap pasien secara akurat

dan secara lengkap berdasarkan hukum yang aplikatif dan berbagai

peraturan, standar profesional dan kebutuhan institusional.

Indikator :

a. Adanya dokumentasi rekam medik yang akurat dan lengkap dari struktur

pasien di dalam format yang aplikatif meliputi: alamat, nama, umur, jenis

kelamin, status marital, agama, bahasa, dan asuransi kesehatan,

b. Adanya dokumentasi tanggal , waktu masuk dan keluar dari rumah sakit,

c. Adanya dokumentasi cara kedatangan/ transportasi (kendaraan)/ keluar

rumah sakit.

2. Data Klinik

Pernyataan:

Perawat mendokumentasikan data klinik dasar dari tiap pasien secara

akurat dan secara lengkap berdasarkan rencana keperawatan individual

dari penerimaan dalam fasilitas pelayanan kesehatan.

Indikator :

a. Adanya dokumentasi keperawatan relevan, akurat dan lengkap meliputi :

1) Pengkajian fisik,

2) Riwayat kesehatan,

3) Data psikologis, sosial, spiritual dan ekonomi.

b. Adanya dokumentasi masalah dan kebutuhan kesehatan aktual maupun

risiko,

16

c. Adanya intervensi diagnostik dan terapeutik,

d. Adanya manajemen farmakologi, meliputi :

1) Pengelolaan terapi obat dengan menggunakan prinsip-prinsip minimal

6 benar,

2) Terdapat sistem pengendalian obat (pengelolaan resep dokter,

pengadaan/penerimaan obat, penyimpanan sementara dan

pengeluaran obat),

3) Intervensi keperawatan yang berhubungan dengan pemberian terapi

obat-obatan,

4) Pendidikan Kesehatan terkait obat-obatan bagi pasien dan keluarga,

5) Respon pasien terhadap obat dan penanganannya.

6) Setiap pemberian obat harus ada tanda tangan.

3. Bentuk dan Prinsip Dokumentasi Keperawatan

Pernyataan:

Kebijakan terhadap bentuk dan prinsip-prinsip dari pendokumentasian yang

terstandar, terhadap tindakan keperawatan yang diberikan. Prinsip dalam

pendokumentasian memiliki suatu model yang sesuai dengan karakteristik

pasien dilakukan dengan tepat dan akurat. kualitas, karateristik dan

penampilan dokumentasi didasarkan proses keperawatan.

Indikator:

1. Pengumpulan data sistematis tentang status kesehatan klien kemudian

data yang diperoleh didokumentasikan dalam format pengkajian

keperawatan,

2. Diagnosa keperawatan dari data status kesehatan dan anamnesis,

3. Rencana keperawatan dan hasil yang diharapkan diperoleh dari

diagnosa keperawatan,

4. Rencana keperawatan termasuk pendekatan untuk mengukur kemajuan

penyakit yang didapat dari diagnosa keperawatan,

5. Adanya kemajuan dan kemunduran dicatat dan didokumentasi serta

revisi untuk rencana keperawatan selanjutnya,

6. Adanya aspek legal dalam pendokumetasian (tanggal, tanda tangan,

dan nama jelas).

17

BAB III

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN

STROKE

A. Pengorganisasian dan Pengarahan Pelayanan Keperawatan

1. Struktur Pengorganisasian

Pernyataan:

Struktur organisasi departemen/ bidang pelayanan keperawatan

mempunyai garis tegas otonomi, tanggung jawab dan tanggung gugat serta

mekanisme komunikasi dan koordinasi baik dengan pelayanan

keperawatan maupun dengan departemen dalam pelayanan kesehatan.

Indikator:

a. Adanya struktur departemen/ bidang pelayanan keperawatan, meliputi:

Bidang pelayanan keperawatan, Kepala seksi (Kasie) keperawatan,

manager keperawatan (kepala keperawatan instalasi), supervisor,

kepala ruangan (Karu), perawat primer, perawat pelaksana (Asosiate),

b. Adanya dokumen standar asuhan keperawatan,

c. Adanya unit yang mengatur tentang keselamatan pasien dan

peningkatan kualitas,

d. Adanya sarana komunikasi profesional, seperti: Journal reading, siang

klinik, pre-post conference, studi kasus,

e. Adanya bukti perkembangan kebijakan pemerintah.

2. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Pengorganisasian

Pernyataan:

Tanggung jawab dan tanggung gugat dalam setiap dokumen yang dibuat

dan dikeluarkan oleh rumah sakit.

Indikator :

a. Adanya tugas pokok dan fungsi yang jelas dari struktur yang ada,

b. Adanya nama unit sesuai dengan kebutuhan pelayanan keperawatan,

c. Adanya pertanggungjawaban sesuai dengan struktur (administrasi,

manager, staf teknis profesional dan asisten perawat),

18

d. Adanya dokumen tertulis tentang kejadian dengan kriteria yang spesifik.

3. Arah Organisasi Pelayanan Keperawatan Stroke

Pernyataan:

Bidang keperawatan harus mempunyai visi, misi, filosofi, nilai dasar dan

kualitas yang objektif yang sama sesuai dengan visi rumah sakit dan

organisasi profesi keperawatan.

Indikator:

a. Adanya tanggung jawab bidang keperawatan untuk mengarahkan dan

memformulasi visi, misi, filosofi, nilai dasar dan kualitas objektif sesuai

dengan visi rumah sakit dan organisasi profesi keperawatan,

b. Adanya visi, misi, filosofi dan nilai dasar yang ditulis (spesifik, terukur,

tercapai, realitas, kode etik dan tersimpan) dapat dikaji ulang oleh tim,

terkini, di desiminasi secara luas, dapat diintepretasikan dan

dilaksanakan.

4. Strategi dan Rencana Operasional

Pernyataan:

Bidang perawatan mempunyai dokumentasi tentang rencana strategik dan

operasional yang konsisten sesuai dengan rencana strategik (Renstra)

rumah sakit.

Indikator :

a. Adanya rencana strategik bidang keperawatan dalam mencapai tujuan,

b. Adanya tinjau ulang rencana strategik secara periodik dan

berkesinambungan yang berisi tujuan yang objektif, rencana aktifitas

dan penyusun POA sesuai dengan sumber,

c. Adanya pedoman manajemen perawatan pasien, ketenagaan perawat

dan unit operasional sesuai dengan areanya.

19

5. Rencana Pembiayaan dan Alokasi Sumber Daya

Pernyataan:

Bidang perawatan mempunyai rencana anggaran dan alokasi sumber daya

sesuai tujuan dan operasional.

Indikator:

a. Adanya tanggung jawab dari perencanaan keuangan dan alokasi

sumber daya yang jelas sesuai dengan kebutuhan bidang pelayanan

keperawatan,

b. Adanya perencanaan operasional biaya implementasi perorangan

ataupun instansi dan monitoring pertanggungjawaban keuangan,

c. Adanya rencana anggaran keuangan unit keperawatan tersendiri dan

secara periodik dilakukan monitoring,

d. Adanya perencanaan kebutuhan alat yang disesuaikan dengan sumber-

sumber yang memiliki otoritas.

6. Pengembangan Kebijakan dan Prosedur

Pernyataan:

Kebijakan dan prosedur bidang perawatan yang dituangkan dalam standar

pelayanan keperawatan, praktik keperawatan dalam perkembangan pasien

dan dikomunikaskan dalam acuan pelayanan operasional.

Indikator :

a. Adanya pertanggungjawaban dari perkembangan organisasi,

implementasi kebijakan dan prosedur menjadi dasar ketersediaan

standar penyelenggaraan pelayanan dan administrasi keperawatan

dalam perawatan pasien,

b. Adanya petunjuk dari kebijakan dan prosedur pelayanan keperawatan

terkini dan secara langsung meningkatkan personil keperawatan pada

level yang berbeda dari fungsi dan pertanggungjawaban pelayanan

pasien.

20

7. Etika, Moral dan Legal

Pernyataan:

Bidang perawatan mempunyai aspek legal, etika profesi dalam area klinikal

dan aplikasi sesuai dengan aturan dan regulasi (undang-undang).

Indikator :

a. Adanya pedoman etika moral (kode etik) terhadap pasien,

b. Adanya respon bidang pelayanan keperawatan terhadap statuta

(aturan), regulasi dan standar,

c. Adanya laporan atau data tenaga keperawatan yang mempunyai

sertifikasi dan Surat Tanda Registrasi (STR),

d. Adanya laporan tentang pelaksanaan etika profesi dan keselamatan

pasien,

e. Adanya laporan penyelesaian masalah etika profesi dan hukum.

8. Keterlibatan Organisasi dan Asosiasi Profesi (Kolegialitas)

Pernyataan:

Bidang perawatan bekerjasama dengan organisasi profesi dan ikut terlibat

dalam kegiatan pengembangan profesi terutama organisasi profesi sesuai

keahlian untuk meningkatkan kualitas perubahan pelayanan keperawatan

yang berkaitan dengan area neurologi terutama kasus stroke.

Indikator :

Adanya tanggung jawab dari bidang keperawatan mengenai standar

keperawatan dan praktik keperawatan, hubungan profesional dan

interprofesional dan hubungan dengan unit lain.

B. Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Pemberi Pelayanan Keperawatan

Pernyataan:

Departemen/ bidang pelayanan keperawatan rumah sakit khusus stroke

dilaksanakan oleh seorang perawat neurologi yang memiliki kualifikasi,

lisensi, sertifikasi dan pendidikan yang sesuai, pengalaman dan memiliki

kompetensi dalam praktek keperawatan dan administrasi serta

21

bertanggung jawab penuh dan bertanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanan keperawatan neurologi

Indikator:

a. Adanya bukti tertulis yang menyatakan bahwa perawat neurologi

memiliki kualifikasi sesuai dengan aturan organisasi profesi (PPNI) dan

kolegium keperawatan medikal bedah,

b. Adanya kebijakan pimpinan rumah sakit khusus stroke tentang kualifikasi

perawat sesuai standar,

c. Adanya jenjang karier perawat neurologi sesuai kelompok, yaitu:

perawat manajer, perawat klinik neurologi, perawat rehabilitasi neurologi,

1) Perawat Manajer

Adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan diberikan tugas,

tanggung jawab serta kewenangan untuk mengelola pelaksanaan

pelayanan keperawatan pada suatu institusi pelayanan keperawatan

rumah sakit khusus stroke.

Jenis dan kualifikasi

a) Kepala Bidang Keperawatan, Direktur Pelayanan Keperawatan

(1) Spesialis keperawatan, masa kerja minimal 5 tahun dalam

pelayanan keperawatan dengan tambahan pendidikan dan

pelatihan bidang manajemen keperawatan, dan atau

(2) Magister keperawatan (kekhususan kepemimpinan dan

manajemen keperawatan), dan atau

(3) Magister manajemen administrasi rumah sakit dan atau

pendidikan formal S2 kesehatan lainnya dan ditambah

dengan pelatihan manajemen bidang keperawatan yang

berhubungan dengan pengelolaan pelayanan kesehatan.

b) Kepala Ruangan (Karu), Supervisor dan Kepala Seksi (Kasie),

minimal Ners, masa kerja minimal 5 tahun dalam pelayanan

keperawatan dengan tambahan sertifikasi bidang manajemen

keperawatan.

22

2) Perawat Klinik Neurologi

Seseorang perawat klinik neurologi yang memiliki kemampuan dan

diberikan tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk mengelola

kasus stroke dan gangguan neurologi.

Jenis dan kualifikasi

a) Perawat Klinik I (PK I)

Perawat Klinik I (Novice) adalah: Perawat lulusan D-III

Keperawatan dengan pengalaman kerja 2 tahun di ruang

neurologi atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan + pendidikan

profesi) dengan pengalaman kerja 0 tahun memiliki sertifikat PK-I.

b) Perawat Klinik II (PK II )

Perawat Klinik II (Advanced Beginner) adalah: perawat lulusan

D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja 5 tahun di ruang

neurologi atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan + pendidikan

profesi) dengan pengalaman kerja 3 tahun, memiliki sertifikat PK-

II dan memiliki sertifikasi neurologi dasar (Basic Neurology Life

Support) yang masih berlaku.

c) Perawat Klinik III ( PK III )

Perawat Klinik III (Competent) adalah: Perawat lulusan D-III

Keperawatan dengan pengalaman kerja 9 tahun dengan lulus uji

kompetensi atau Ners (lulusan S-1 keperawatan + pendidikan

profesi) dengan pengalaman klinik 6 tahun atau Ners spesialis

KMB bidang neurologi dengan pengalaman kerja 2 tahun dan

memiliki sertifikat PK-III dan memiliki sertifikasi neurology

advanced yang masih berlaku.

d) Perawat Klinik IV ( PK IV )

Perawat Klinik IV (Proficient) adalah: Ners (lulusan S-1

Keperawatan + pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja 9

tahun atau Ners spesialis (pendidikan Ners spesialis KMB bidang

neurologi) dengan pengalaman kerja 5 tahun, dan memiliki

sertifikat PK-IV atau Ners spesialis konsultan bidang neurologi

stroke dengan pengalaman kerja 5 tahun dan memiliki sertifikasi

neurology advanced yang masih berlaku.

23

e) Perawat Klinik V (PK V )

Perawat Klinik V (Expert) adalah: Ners spesialis KMB bidang

neurologi dengan pengalaman kerja 7 tahun atau Ners spesialis

konsultan neurologi stroke dengan pengalaman kerja 10 tahun

dan memiliki sertifikat PK-V dan memiliki sertifikasi neurology

advanced yang masih berlaku.

3) Perawat Rehabilitasi Neurologi

Seseorang perawat rehabilitasi neurologi yang memiliki kemampuan

dan diberikan tugas, tanggung jawab dan kewenangan untuk

mengelola kasus stroke dan gangguan neurologi.

Jenis dan kualifikasi

b. Perawat Klinik I (PK I)

Perawat Klinik I (Novice) adalah: Perawat lulusan D-III

Keperawatan telah memiliki pengalaman kerja 3 tahun di ruang

neurologi atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan + pendidikan

profesi) dengan pengalaman kerja 1 tahun, memiliki sertifikat

PK-I dan sertifikat pelatihan neurologi dasar.

c. Perawat Klinik II (PK II )

Perawat Klinik II (Advanced Beginner) adalah: perawat lulusan

D-III Keperawatan dengan pengalaman kerja 6 tahun di ruang

neurologi atau Ners (lulusan S-1 Keperawatan + pendidikan

profesi) dengan pengalaman kerja 4 tahun, memiliki sertifikat

PK-II dan memiliki sertifikasi neuro rehabilitation nursing yang

masih berlaku.

d. Perawat Klinik III ( PK III )

Perawat Klinik III (Competent) adalah:

(1) Perawat lulusan D-III Keperawatan dengan pengalaman

kerja 9 tahun lulus uji kompetensi atau Ners (lulusan S-1

Keperawatan + pendidikan profesi) dengan pengalaman

klinik 6 tahun atau Ners Spesialis KMB bidang neurologi

dengan pengalaman kerja 2 tahun dan memiliki sertifikat

24

PK-III dan memiliki sertifikasi neurologi intermediet dan

sertifikasi neuro rehabilitation nursing yang masih berlaku.

(2) Bagi lulusan D-III Keperawatan yang tidak melanjutkan

ke jenjang pendidikan ners tidak dapat melanjutkan ke

jenjang PK-IV.

e. Perawat Klinik IV ( PK IV )

Perawat Klinik IV (Proficient) adalah: Ners (lulusan S-1

Keperawatan + pendidikan profesi) dengan pengalaman kerja

9 tahun atau Ners spesialis (pendidikan Ners spesialis KMB

bidang neurologi) dengan pengalaman kerja 5 tahun dan

memiliki sertifikat PK-IV atau Ners spesialis Konsultan bidang

neurologi dengan pengalaman kerja 5 tahun dan memiliki

Sertifikasi neurologi lanjut dan sertifikasi neuro rehabilitation

nursing yang masih berlaku.

f. Perawat Klinik V (PK V )

Perawat klinik V (Expert) adalah: Ners Spesialis KMB bidang

Neurologi dengan pengalaman kerja 7 tahun atau Ners Spesialis

Konsultan neurologi stroke dengan pengalaman kerja 10 tahun

dan memiliki sertifikat PK-V dan memiliki sertifikasi neurologi

lanjut dan sertifikasi neuro rehabilitation nursing yang masih

berlaku.

2. Perencanaan Staf Keperawatan Stroke

Pernyataan:

Mapping staf tenaga keperawatan yang disesuaikan dengan jenjang karir,

perencanaan kebutuhan pelayanan keperawatan dari institusi rumah sakit

khusus stroke. Unit pelayanan keperawatan rumah sakit khusus stroke

memiliki perencanaan yang jelas mengenai jumlah, jenis, kualifikasi dan

selalu diperbaharui sesuai kebutuhan.

25

Indikator:

a. Adanya perencanaan ketenagaan sesuai jumlah, jenis dan kualifikasi

yang diperbaharui secara periodik sesuai kebutuhan,

b. Adanya perencanaan ketenagaan yang tertuang dalam rencana strategis

rumah sakit.

3. Rekrutmen dan Seleksi

Pernyataan:

Proses kegiatan untuk mengisi formasi kebutuhan tenaga keperawatan

pada periode tertentu secara kuantitas dan kualitas antara lain penerimaan/

seleksi yang didasarkan dengan kebutuhan dan kualifikasi dengan

mengunakan metode pemilihan terkait, pengangkatan dan penempatan

yang disesuaikan dengan kompetensi dan kebutuhan tenaga di bagian-

bagian sesuai perencanaan yang didahului dengan tahapan orientasi di

berbagai bagian yang telah ditetapkan.

Indikator :

a. Adanya metode seleksi tenaga keperawatan dalam bentuk pedoman

yang jelas yang didalamnya mengandung unsur kebutuhan setiap

tahunnya, kualifikasi tenaga dan metode seleksi yang jelas,

b. Adanya surat keputusan pengangkatan tenaga keperawatan sesuai

dengan jenis, dan kualifikasi pendidikan yang sesuai dengan standar.

c. Adanya kebijakan tentang penempatan tenaga keperawatan

disesuaikan dengan kompetensi dan kebutuhan tenaga keperawatan

dalam bentuk surat keputusan

4. Kredensial : Akreditasi dan Sertifikasi

Pernyataan:

Proses penilaian profesionalisme dan berkelanjutan dari tenaga

keperawatan oleh tim yang berwewenang, departemen/ bidang pelayanan

keperawatan secara efektif melakukan proses pertemuan, verifikasi dan

evaluasi terhadap kinerja staf keperawatan.

26

Indikator:

a. Adanya program kredensial yang dibuat oleh departemen pelayanan

keperawatan terhadap pertemuan, verifikasi dan evaluasi staf

keperawatan yang bertanggung jawab dalam pemberian pengakuan

kredensial (lisensi, pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja) secara

aktif dan efektif,

b. Adanya perencanaan kredensial secara jelas, periodik dan efektif

tentang pertemuan, verifikasi dan evaluasi sesuai standar,

c. Adanya bukti tentang SPO yang dilakukan oleh seluruh staf,

d. Adanya catatan/dokumentasi yag selalu dimutahirkan tentang lisensi,

pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja setiap staf keperawatan.

5. Penempatan Staf

Pernyataan:

Penempatan staf disesuaikan dengan rencana kebutuhan bagian-bagian

dihubungkan dengan kompetensi dan peminatan dari tenaga yang telah

melalui proses krendensial, Unit pelayanan keperawatan rumah sakit

khusus stroke memiliki kriteria indicator yang menjamin pengetahuan dan

keterampilan staf sesuai dengan kebutuhan pasien.

Indikator :

a. Adanya indikator kompetensi inti yang ditetapkan oleh pimpinan

organisasi,

b. Adanya indikator kompetensi inti yang tertulis untuk setiap jabatan,

c. Adanya penempatan staf berdasarkan kebutuhan pasien, ketersediaan

tenaga dan kompetensinya.

6. Uraian Tugas Staf

Pernyataan:

Seorang perawat harus mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab

sesuai dengan kedudukan dan kompetensinya yang diatur sesuai kode etik

dan etika keperawatan, Standar Prosedur Operasional (SPO) dan Standar

Asuhan Keperawatan (SAK) yang diberlakukan terkini.

27

Indikator:

a. Adanya uraian tugas, tanggung jawab dan kewenangan dari tenaga

keperawatan rumah sakit khusus stroke sesuai dengan jenjang dan

kualifikasinya,

b. Adanya SPO yang didalamnya tercantum jenis dan kualifikasi tenaga

keperawatan yang melakukan prosedur yang ditetapkan,

c. Adanya SAK yang didalamnya tercantum tanggung jawab tenaga

keperawatan sesuai jenis dan kualifikasi yang telah ditetapkan.

7. Pengembangan Staf

Pernyataan:

Pengembangan tenaga keperawatan merupakan salah satu program

penting untuk mendukung pengembangan keperawatan secara mandiri,

pengembangan tenaga keperawatan di rumah sakit khusus stroke

diarahkan menciptakan tenaga keperawatan yang profesional dan

kompeten sesuai perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan neurologi

khususnya stroke.

Indikator:

a. Adanya penyusunan dan pelaksanakan program pengembangan semua

perawat neurologi berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan dan

pendidikan formal,

b. Adanya program pengembangan semua perawat selama 1 tahun

meliputi:

1) Program orientasi perawat baru,

2) Program keselamatan untuk pasien, staf dan lingkungan,

3) Pendidikan berkelanjutan dan pelatihan keperawatan neurologi.

c. Adanya konseling dan jenjang karir,

d. Adanya tujuan pengembangan yang sesuai dengan arah tujuan

pengembangan profesionalisme perawat pada rumah sakit khusus

stroke,

e. Adanya sasaran dari pengembangan jelas dan memiliki syarat,

kualifikasi tenaga yang ditetapkan oleh pimpinan,

28

f. Adanya pelaksanaan pengembangan mengacu pada aturan dan pola

pendidikan profesi, formal maupun informal,

g. Adanya pengorganisasian pengembangan tenaga keperawatan tertata

dengan baik dan jelas, biaya, perencanaan dan produktifitas

pengembangan jelas,

h. Adanya pengembangan kepemimpinan dan pendidikan staf melalui

pendidikan berkelanjutan yang telah ditentukan oleh organisasi profesi.

8. Tanggung Jawab Etik – Moral dan Legal

Pernyataan:

Tatanan pelayanan dalam asuhan keperawatan neurologi harus memiliki

kerangka kerja yang jelas dalam manajemen etik moral dan legal dalam

mendukung pengambilan keputusan etik di area klinik, dan sesuai dengan

hukum, aturan dan regulasi/perundang-undangan yang berlaku.

Indikator:

a. Memiliki tanggung jawab dalam membuat kebijakan dan prosedur

institusi yang dibuat sebagai petunjuk terkait dengan masalah-masalah

asuhan keperawatan pasien yang bertentangan dengan etik dan moral,

b. Memiliki tanggung jawab terhadap masalah-masalah di institusi dengan

hukum yang menetap, regulasi dan standar yang dapat diterapkan,

c. Memiliki panduan kode etik perilaku (Code of Ethical Behaviour) tertulis

untuk memantau hak dan keamanan pasien, dan pemberi pelayanan

kesehatan.

9. Prinsip Etika

Pernyataan:

Perawat menerapkan prinsip etika, etiket dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan neurologi.

Indikator

a. Menggunakan Kode Etik Perawat (PPNI, 2001) sebagai acuan dalam

praktik,

29

b. Memberikan asuhan keperawatan dengan cara yang tepat untuk

menjaga dan melindungi otonomi pasien, harga diri dan haknya,

c. Mempertahankan rahasia pasien dalam sistem legal dan aturan yang

berlaku,

d. Bertindak sebagai advokat pasien untuk membantu pasien dalam

mengembangkan kemampuan advokasi diri,

e. Mempertahankan hubungan perawat-pasien secara terapeutik dan

profesional pada lingkup peran profesional yang tepat,

f. Mendemonstrasikan suatu komitmen dalam praktik perawatan diri,

penanganan stress dan yang berhubungan dengan diri sendiri dan orang

lain,

g. Berkontribusi dalam memecahkan isu-isu etik pasien, kolega, atau

sistem sebagai bukti dalam partisipasi pada komite etik,

h. Melaporkan praktik yang melanggar hukum, tidak kompeten, atau praktik

yang tidak sesuai,

i. Menginformasikan kepada pasien tentang risiko, manfaat, dan hasil,

j. Berpartisipasi dalam interdisiplin tim dalam mengatasi dilema etik,

manfaat, dan hasil,

k. Mengembangkan atau memfasilitasi penelitian keperawatan

berhubungan dengan isu-isu etik yang timbul selama pasien dirawat.

10. Praktik Legal

Pernyataan:

Perawat yang berada di keperawatan neurologi dalam melakukan praktik

keperawatan profesional sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku.

Indikator :

a. Melakukan praktik secara profesional sesuai dengan keahlian, undang-

undang dan regulasi yang sesuai, termasuk pada area praktik spesialis

yang spesifik,

b. Melakukan praktik sesuai dengan yurisdiksi, kebijakan internal dan SPO,

c. Menyadari dan menindaklanjuti pelanggaran hukum, terkait dengan

peran dan/ atau kode etik profesional.

30

C. Manajemen Fasilitas dan Keamanan Lingkungan

1. Perencanaan Fasilitas

Pernyataan:

Untuk efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan, departemen/ bidang

pelayanan keperawatan mengupayakan fasilitas pendukung yang aman

dan fungsional kepada pasien dan keluarganya, staf dan pengunjung

terkait dengan rencana utama organisasi.

Indikator:

a. Adanya tanggung jawab instansi terkait dengan hukum, regulasi dan hal-

hal lain yang dapat diterapkan,

b. Adanya tim perencanaan dan pengadaan peralatan medik/ keperawatan

di rumah sakit,

c. Adanya tim penerimaan peralatan medik dan keperawatan di rumah

sakit,

d. Tersedianya peralatan keperawatan sesuai dengan standar,

e. Tersedianya dokumen perencanaan dan inventarisasi alat keperawatan.

2. Keamanan Lingkungan

Pernyataan:

Departemen/ bidang pelayanan keperawatan berpartisipasi aktif pada

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi seluruh kegiatan rumah sakit

untuk menjamin lingkungan fisik yang aman dan tidak membahayakan.

Indikator:

a. Adanya dokumen tertulis mengenai perencanaan, implementasi, dan

evaluasi setiap saat,

b. Adanya Program dan kegiatan manajemen resiko lingkungan yang

selalui diperbaharui, sebagai berikut;

1) Keselamatan dan keamanan .

a) Identitas pasien dan keluarga, pengunjung, staf, dan lainnya,

b) Mekanisme monitoring setiap tempat beresiko dan menjamin

keamanan pasien dari intervensi luar tanpa kewenangan,

31

c) Adanya kebijakan tentang manajemen resiko di rumah sakit

khusus Stroke.

2) Bahan dan Limbah berbahaya

a) Terdapat daftar dan penanganan yang aman dari bahan dan

limbah berbahaya seperti : obat kemoterapi, bahan dan limbah

radio aktif,

b) Terdapat protap tertulis mengenai penanganan, pemberian label,

penyimpanan, penggunaan, penelusuran dan pemusnahan bahan

dan limbah berbahaya,

c) Sistem dokumentasi dan pelaporan untuk investigasi setiap

paparan dan kejadian di luar dugaan terkait bahan dan limbah

berbahaya,

d) Adanya SPO tentang universal precaution dan penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD),

e) Adanya tenaga perawat dalam tim manajemen resiko Kesehatan

dan Keselamatan Kerja (K3) : pengendalian infeksi rumah sakit

(PIRS), patient safety,

f) Tersedianya lingkungan dan peralatan pelayanan keperawatan

yang mendukung sesuai dengan stándar patient safety.

c. Adanya Peralatan Medik

1) Kebijakan dan proses terkini pada penyediaan alat medik,

penelusuran, pemeriksaan rutin, perawatan alat, dan sistem

penggantian alat,

2) Monitor fungsi dan pemakaian alat untuk perencanaan dan

pengembangan selanjutnya.

d. Adanya Utilisasi kebutuhan umum

1) Protap ketersediaan air, kelistrikan, dan gas medik yang tersedia 24

jam, terus menerus,

2) Protap penanggulangan keadaan tak terduga seperti terputusnya

aliran air, listrik, dan gas,

3) Sistem monitoring ketersediaan tersebut dipergunakan untuk

perencanaan dan penyempurnaan.

e. Adanya sistem Kedaruratan

32

Rencana dan proses penanggulangan kedaruratan menjadi masukan

bagi kedaruratan komunitas/institusi, epidemiologi dan bencana.

f. Adanya Penanggulangan Kebakaran

Terdapat rencana dan program mengenai penanggulangan kebakaran

yang diterapkan secara menyeluruh dan berkesinambungan bagi

keamanan pasien dan lingkungan kerja.

g. Adanya Pengontrolan Infeksi

1) Kebijakan, prosedur dan panduan pengontrolan infeksi telah

dilakukan,

2) Terdapat program penelusuran infeksi, pencegahan dan

pengontrolan untuk mengidentifikasi dan membatasi resiko paparan

dan penularan infeksi pada pasien dan staf keperawatan,

3) Staf keperawatan telah mendapatkan pendidikan praktek

pengontrolan infeksi.

h. Adanya perencanaan ruangan dan fasilitas

Adanya standar perencanaan ruangan dan fasilitas yang sesuai dengan

kebutuhan pasien dengan gangguan neurologi ( stroke ) meliputi :

1) Pencahayaan,

2) Lantai,

3) Paralel bar,

4) Kamar mandi,

5) Bel pasien,

6) Bantal minimal 4 buah,

7) Guling minimal 1 buah,

8) Tempat tidur fungsional (3 engkol),

9) Meja pasien.

3. Pendidikan Staf

Pernyataan:

Departemen/ bidang keperawatan memastikan pendidikan dan pelatihan staf

untuk secara efektif dapat meningkatkan perannya untuk mengupayakan

dan memperhatikan lingkungan pasien dan staf.

33

Indikator:

a. Adanya pendidikan dan pelatihan staf mengenai manajemen fasilitas

dan program keamanan dan keselamatan lingkungan,

b. Adanya Staf yang dapat mendeskripsikan dan mendemonstrasikan

perannya dalam program keamanan dan keselamatan lingkungan,

c. Adanya pelatihan staf untuk mengoperasikan peralatan medik sesuai

dengan uraian tugasnya.

D. Manajemen Komunikasi

1. Komunikasi Informasi

Pernyataan:

Departemen/ bidang keperawatan memiliki sistem komunikasi yang efektif

dan efisien dengan komunitas, pasien dan keluarganya personel

keperawatan dan profesi medik lainnya dalam suatu tata organisasi.

Indikator:

Adanya sistem komunikasi yang efektif dan efisien, termasuk hal sebagai

berikut :

a. Komunitas

1) Pelayanan keperawatan pasien/ keperawatan,

2) Program promosi kesehatan,

3) Proses/ mekanisme akses pelayanan keperawatan.

b. Pasien dan keluarga

1) Kondisi kesehatan pasien,

2) Pelayanan keperawatan pasien,

3) Respons pasien terhadap pelayanan keperawatan,

4) Tersedia pelayanan pasien dan keluarga,

5) Sumber alternatif pelayanan keperawatan,

6) Proses untuk akses pelayanan keperawatan,

7) Materi dan metode pendidikan dalam format dengan bahasa yang

mudah dipahami.

c. Personel keperawatan

1) Adanya peralihan tanggungjawab keperawatan saat pergantian giliran

tugas,

34

2) Adanya dokumentasi keperawatan,

3) Adanya rujukan personel keperawatan (referal),

4) Adanya filosofi, visi, misi, dan nilai dasar pelayanan keperawatan,

5) Adanya standar kebijakan, prosedur, panduan,

6) Adanya kegiatan yang terarah, tercatat dan berkesinambungan.

d. Profesi kesehatan lain

1) Adanya pelayanan keperawatan pasien dan respons terhadap

pelayanan (rujukan),

2) Adanya data kilinis pasien ( prosedur uji diagnosis dan terapi),

3) Adanya kerjasama dengan profesi kesehatan lainnya.

2. Catatan Klinis Pasien

Pernyataan:

Departemen/ bidang keperawatan telah memiliki kebijakan, prosedur dan

panduan catatan klinis pasien.

Indikator:

a. Adanya kebijakan, prosedur, dan panduan tertulis mengenai catatan

klinis pasien termasuk hal sebagai berikut :

1) Catatan klinis setiap pasien rawat inap maupun rawat jalan,

2) Kerahasiaan catatan klinis,

3) Keamanan catatan klinis

a) Perlindungan dari kehilangan, kerusakan, akses dan peggunaan

data oleh pihak yang tidak berwenang,

b) Adanya monitoring kelengkapan catatan klinis di setiap unit

keperawatan.

4) Integritas data

Adanya protap penggunaan keamanan dari penyalahgunaan data

b. Penggunaan dan monitoring mengenai singkatan, simbol, kode prosedur

dan definisi yang terstandar,

c. Periode penyimpanan catatan klinis sesuai peraturan dan perundangan

yang berlaku.

35

3. Catatan Administrasi

Pernyataan:

Departemen/ bagian keperawatan memiliki kebijakan atau protokol dalam

menyimpan dan memelihara catatan administrasi dan menentukan

kebutuhan pengembangan prosedur dan kebijakan.

Indikator:

a. Adanya kebijakan dan protokol tertulis mengenai penyimpanan dan

pemeliharaan catatan administrasi dari departemen keperawatan

mengenai hal hal berikut :

1) Adanya pengorganisasian dan kebijakan prosedur acuan

departemen/ bagian keperawatan,

2) Adanya standar,

3) Adanya rencana induk ketenagaan,

4) Adanya pola ketenagaan,

5) Adanya sensus pasien dan penyakit,

6) Adanya tingkat kapasitas dan penggunaan tempat tidur,

7) Adanya rencana pembiayaan,

8) Adanya program pengembangan staf,

9) Adanya komite, keperawatan dan Organisasi,

10) Adanya jadwal pertemuan dari departemen/ bidang keperawatan,

11) Adanya program peningkatan kualitas dan program lainnya,

12) Adanya petunjuk standar prosedur operasional organisasi

termasuk: Sistem kualitas, kontrol kejadian infeksi, Kesiagaan

kedaruratan, manual pelaksana.

b. Terdapat dokumen tertulis mengenai kebijakan dan protokol serta

kebijakan berkelanjutan dan prosedur yang mencakup hal berikut :

1) Pengkajian dan pengesahan semua kebijakan dan prosedur sebelum

diterapkan,

2) Proses dan frekuensi pengkajian dan pengesahan setiap kebijakan

dan prosedur,

3) Kontrol aturan dan SPO,

4) Identifikasi perubahan dalam aturan dan prosedur,

36

5) pretensi terhadap keabsayahan aturan dan prosedur,

6) Referensi terhadap pengeluaran/output dari organisasi,

7) Sistem penelusuran prosedur dan kebijakan dalam suatu kontinuitas

seperti gelar, waktu penulisan, penanggungjawab.

E. Manajemen Kualitas/ Mutu

1. Kepemimpinan dan Pendidikan Staf

Pernyataan:

Pelayanan keperawatan melakukan peningkatan kualitas yang terus

menerus terhadap program keselamatan pasien dan staf dengan monitoring

dan analisa data

Indikator:

a. Adanya tanggung jawab dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan

yang meliputi aktifitas perencanaan, pengawasan, analisa dan

meningkatkan kualitas implementasi pelayanan keperawatan pasien dan

staf sesuai program,

b. Adanya informasi peningkatan kualitas dan program keselamatan pasien

dan staf dikomunikasikan kepada staf secara teratur,

c. Adanya Program pengembangan pendidikan staf secara regular,

d. Adanya sistem pencatatan dan pelaporan,

e. Adanya rekomendasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan

keperawatan misalnya : akreditasi, ISO 9001-2008.

2. Kualitas Program

Pernyataan:

Pelayanan keperawatan mempunyai program prioritas untuk menurunkan

peningkatan volume, masalah dan faktor resiko tinggi.

Indikator:

a. Adanya dokumen atau catatan yang baik atau modifikasi proses yang

konsisiten yang sesuai dengan praktek terkini, guidline, standar klinik,

literatur dan bukti informasi yang relevance (clinical pathway),

b. Adanya program untuk menurunkan resiko infeksi nosokomial,

37

c. Adanya bukti perbaikan kualitas dan program keselamatan yang sudah

diterima oleh pemerintah yang telah diimplementasikan dan

dimonitoring penggunaannya secara konsisten dan efektif.

3. Pemantauan, Analisis dan Implementasi Kualitas

Pernyataan:

a. Unit perawatan ditetapkan sebagai indikator kunci dan memonitor struktur

manajerial dan klinikal, sedangkan proses, hasil, data, diperkuat,

dianalisa dan ditransformasikan ke dalam suatu informasi

Indikator:

1) Adanya monitoring klinis termasuk didalamnya:

a) Riset klinis,

b) Dokumentasi perawat,

c) Kesalahan pengobatan,

d) Pemberian cairan intra vena,

e) Transfusi,

f) TPN (Total Parenteral Nutrisi),

g) Keselamatan tindakan,

h) Pengontrolan infeksi,

i) Prosedur isolasi,

j) Audit keperawatan.

2) Adanya pelaksanaan monitoring termasuk:

a) Diagnosa klinik dan demografi pasien,

b) Keluhan pasien,

c) Daftar obat dan alat life saving,

d) Dana,

e) Sumber Daya Manusia (SDM),

f) Kepuasan staf,

g) Laporan kejadian insiden seperti Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) dan

Kejadian Nyaris Cedera (KNC),

h) Aspek legal.

3) Terdapat bukti data dan analisis

a) Terdapat bukti perbaikan,

38

b) Terdapat perencanaan, pelaksanaan dan implementasi dan evaluasi

bukti pelaksanaan.

b. Perawat rumah sakit khusus stroke meningkatkan kualitas dan efektifitas

praktik keperawatan secara sistematis dengan melakukan audit

keperawatan di Rumah Sakit Khusus Stroke.

Indikator:

1) Adanya kebijakan pembentukan tim audit keperawatan di rumah

sakit

2) Adanya pedoman / instrumen pelaksanaan audit keperawatan

di rumah sakit.

3) Adanya laporan hasil dan tindak lanjut pelaksanaan audit

keperawatan di rumah sakit,

4) Adanya analisa hasil audit keperawatan di rumah sakit,.

5) Adanya perencanaan perubahan di dalam hasil implementasi audit

keperawatan.

39

BAB IV

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pembinaan dan pengawasan pelayanan keperawatan merupakan suatu proses

penilaian, memberikan umpan balik, bimbingan serta perbaikan seluruh kegiatan

pelayanan keperawatan secara komprehensif dan berkesinambungan. Pembinaan

dan pengawasan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Pembinaan secara

internal dilakukan oleh unsur-unsur didalam rumah sakit, sedangkan pembinaan

dan pengawasan secara eksternal dilakukan oleh unsur-unsur dari luar rumah

sakit.

A. TUJUAN

Tujuan pembinaan dan pengawasan pelayanan keperawatan adalah untuk

meningkatkan kualitas dan kompetensi perawat dalam memberikan pelayanan

keperawatan di rumah sakit.

B. SASARAN

Sasaran pembinaan dan pengawasan meliputi :

1. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik

2. Dinas Kesehatan Provinsi

3. Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota

4. Rumah sakit khusus

C. MEKANISME

Pembinaan dan pengawasan dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat

pusat/ Kementerian Kesehatan (Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan

Keteknisian Medik), Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/

Kota dan rumah sakit khusus. Adapun mekanisme pembinaan dan

pengawasan yang dilakukan sebagai berikut :

1. Tim Pusat/ Kementerian Kesehatan:

a. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Dinas Kesehatan

Provinsi dan atau Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Rumah Sakit,

mencakup penerapan kebijakan, Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria

(NSPK).

40

b. Membuat laporan hasil pembinaan dan pengawasan,

c. Menyusun rencana tindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan.

2. Tim Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota

a. Memfasilitasi pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di RS Khusus,

b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap Dinas Kesehatan

kabupaten/kota, Rumah Sakit,

c. Memantau dan mengevaluasi hasil pelaksanaan pembinaan dan

pengawasan,

d. Membuat laporan hasil pembinaan dan pengawasan di rumah sakit,

e. Menyusun rencana tindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan.

3. Tim Pelaksana di Rumah sakit

a. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan,

b. Melakukan analisis hasil pembinaan dan pengawasan,

c. Membuat laporan hasil pembinaan dan pengawasan di rumah sakit,

d. Menyusun rencana tindak lanjut hasil pembinaan dan pengawasan.

41

BAB V

PENUTUP

Dengan ditetapkannya standar pelayanan keperawatan stroke diharapkan

dapat menjadi acuan nasional dalam perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, asuhan keperawatan stroke dan pembinaan pelayanan

keperawatan stroke.

Dalam penerapan standar pelayanan keperawatan stroke di rumah sakit

perlu dilengkapi Standar Prosedur Operasional (SPO) dikuti dengan

pemantauan dan evaluasi yang dilakukan secara berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, M.F., Fawcett, J.N., and Runciman, Pj. (2006) Nursing Practice,

Hospital and Home The Adult.Second edition. London: Churchill

Livingstone.

Barker, E. (2009). Neurosciense nursing; St Louis: Mosby.

Bayer, M. & Dusdas, S. (1994). The Clinical Practice of Medical Surgical Nursing.

Boston: Littlebrown.

Black, J.M. and Jacobs, E.M. (1997) Lucman & Sorensens Medical Surgical

Nursing A Psychophysiologi Approach. USA: WB Saundess Co.

Brunner & Suddarths. (2010) Textbook of Medical Nursing. 4th ed Philadelphia:

Lipponcot

Burrel, at.al (1997). Adult Nursing Acute and Community Care. Second Edition.

New Jersey USA: A Simon & Schuster Company

Doenges, Moorhouse, Murr (2010) Nursing Care Plans; Guidelines for

individualizing clien care across the life span, 8 edition. Philadelphia: F.A

Davis Company

Hickey, J.V., (2007). The clinical practice; Neurological and neurosurgical nursing;

6th edition. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins.

Ignatavicius, D.D. & Beyne M.W. (1999). Medical Surgical Nursing a Nursing

Proccess Approach. Philadelphia WB Sounders Company

LeMone, P and Burke, K.M. (2000). Medical Surgical Nursing, Critical Thinking In

Client Care. New Jersey: Prentice Hall Health Upper Sadle River

Lewis, S.M. at.al (2000). Medical Surgical Nursing, Assesment and Manajement of

Clinical Problems. St. Louis: CV Mosby

Luckman’s, J. & Sorensen, K.C. (1993).Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologi Approach. 2nd ed. Philadelphia: WB Saonders Company.

Potter, A. P., & Perry, A. (2006), Clinical Prosedur of Nursing; Philadelphia: WB

Saonders Company.

Riskesdas (2005)

National Stroke Foundation (2010) Clinical Guidelines for Stroke Manajement;

William, Perry and Watkins (2010) Acute Stroke Nursing, Blackell Pusblishing

Lampiran 1

CONTOH DIAGNOSA DAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN STROKE

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan

Gangguan perfusi

jaringan serebral

berhubungan dengan

terganggunya aliran

darah ke otak

(trombus, embolus,

perdarahan serebral

danspasme atau

kompresi pembuluh

darah)

Tujuan :

Perfusi jaringan serebral

baik

TIK normal

Kriteria

1. Tingkat kesadaran

membaik, fungsi

kognitif, memori dan

motorik baik

2. Tanda-tanda vital stabil

dan tidak

memburuknya status

neurologis

1. Kaji setiap 1-4 jam

Status neurologis

Tingkat kesadaran dengan GCS

Respon pupil

Pergerakkan bola mata

Fungsi motorik dan sensorik

Kemampuan bicara

Observasi TTV setiap 1-4 jam

2. Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan

3. Berikan oksigen sesuai program

4. Pertahankan dan tinggikan kepala tempat tidur 15-

30 derajat

5. Observasi respon pasien terhadap pemberian obat

( efek samping/keracunan)

6. Catat intake dan output secara teratur

7. Pantau hasil pemeriksaan (laboratorium dan

pemeriksaan diagnostik lain) untuk identifikasi

perubahan kondisi pasien Lakukan persiapan

pemeriksaan penunjang (CT Scan, MRI) dan

pemeriksaan lainnya

Bersihan jalan nafas

tidak efektif

berhubungan dengan

tersumbatnya jalan

nafas. Tidak ada

reflek batuk,

perubahan tingkat

kesadaran

Tujuan :

Pasien mampu

mempertahankan jalan

nafas yang paten

Kriteria

1. Bunyi nafas vesikuler

2. RR (resoiratory rate)

normal

3. Tidak ada tanda-tanda

sianosis dan pucat

1. Kaji setiap 1-4 jam

2. Irama

3. Frekuensi

4. Bunyi nafas

5. Reflex batuk

6. Lakukan suctioning sesuai indikasi

7. Lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam

8. Berikan obat sesuai program pengobatan

9. Berikan oksigen sesuai kebutuhan

10. Anjurkan untuk latihan batuk dan nafas dalam

11. Pantau hasil analisa gas darah

12. Observasi tanda-tanda sianosis

Gangguan mobilisasi

fisik berhubungan

dengan gangguan

Tujuan :

Fungsi optimal motorik

tercapai

1. Kaji tingkat kemampuan mobilisasi/ aktivitas

pasien, motorik, sensorik dan reflex untuk

menetapkan kemampuan dan keterbatasan.

Lampiran 1

2

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan

fungsi neurofisiologi

Kriteria

1. Dapat melakukan

ROM pasif

2. Tidak terjadi

kontraktur, foot drop

2. Pertahankan posisi tubuh lurus sejajar dengan

kepala bahu dan pinggul, pasang kasur deanti

dekubitus, papan penahan kaki untuk mencegah

foot drop

3. Rubah posisi setiap 2 jam

4. Latih pergerakkan sendi pada semua ektremitas

secara pasif/aktif setiap 2-4 jam untuk mencegah

kontraktur dan atrofi

5. Bantu pasien menggunakan alat bantu : tongkat,

kursi roda dengan menggunakan alat bantu untuk

berjalan

6. Latih dan anjurkan pasien menggunakan sisi yang

lemah dengan mempertahankan berat badan pada

sisi yanglebih kuat

7. Anjurkan pasien untuk sisi yang lemah dengan

melakukan aktivitas secepatnya (mandi, sikat gigi,

menyisir rambut dan makan )

Gangguan

pemenuhan

kebutuhan nutrisi

berhubungan dengan

disfagia

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi

terpenuhi selama masa

perawatan

Kriteria

1. Berat badan normal

2. Tonus otot baik

3. Albumin daran normal,

BUN normal

1. Lakukan tes menelan untuk mengidentifikasi

tingkat gangguan menelan dan menentukan jenis

makanan

2. Observasi intake dan output cairan

3. Berikan program diet sesuai kebutuhan

4. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit )

untuk mengidentifikasi deficit cairan dan ketidak

seimbangan

5. Bantu pasien dalam pemenuhan nutrisi (makan ,

minum ) atau bantu pemberian makanan melalui

naso gastric tube (NGT)

6. Pantau berat badan dengan menimbang berat

badan setiap 3 hari

Kerusakan integritas

kulit berhubungan

dengan immobilisasi

Tujuan :

Kondisi kulit tidak

mengalami ganguan

inegritas

Kriteria:

Tidak kemerahan pada

daerah yang lama

mengalami penekanan

seperti daerah punggung,

siku, tumit dan tulang ekor

1. Kaji kondisi kulit

2. Jaga kulit tetap bersih dan kering

3. Tingkatkan sirkulasi darah melalui rubah posisi,

massage kulit pada daerah yang mengalami

penekan yang lama seperti daerah punggung, siku,

tumit dan tulang ekor

4. Ganti pakaian/alat tenun pasien setiap kali basah

dan kotor

5. Gunakan bahan linen dan katun

Lampiran 1

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan

Gangguan eliminasi

urin, inkontinensia,

berhubungan dengan

hilangnya

kemampian control

eleminasi urin.

Tujuan:

Urinasi normal

Kriteria:

miksi lancar, pasien dapat

menyatakan keinginan

miksi dan tidak ada

tanda_tanda infeksi pada

system saluran kemih.

1. Kaji tingkat kesadaran pasien

2. Observasi tanda – tanda non – verbal seperti

kegelisahan

3. Observasi inkontinensia, catat tipe dan polanya.

4. Rangsang miksi, bila perlu dengan metoda Crede’s

5. Beri perawatan kateter (bila menggunakan kateter)

6. Lakukan bladder training pada pasien yang

menggunakan dower cather,sesuai kondisi.

Gangguan eleminasi

defikasi berhubungan

dengan hilangnya

kemampuan control

eliminasi, perubahan

peristaltik dan

imobilisasi.

Tujuan:

Defekasi lancar dan norma

1. Kaji kondisi pasien apakah dapat merasakan atau

mampu menyatakan kebutuhan untuk defikasi.

2. Kaji kebiasaan defikasi pasien sebelumnya.

3. Bantu mobilisasi dan tingkatkan aktivitas sesuai

kebutuhan untuk merangsang peristaltik.

4. Kaji status nutrisi pasien dan anjurkan untuk makan

makanan tinggi serat dan makanan yang kasar.

5. Berikan cairan ekstra bila dapat ditoleransi pasien.

6. Observasi inkontenensia paling sedikit setiap shift.

7. Kaji dan catat karakter dan frekuensi dari fungsi

pencernaan.

8. Berikan obat laxatif sesuai program pengobatan.

Gangguan

komunikasi verbal

berhubungan dengan

apasiadan disatria.

Tujuan:

Pasien mampu

mengekspresikan diri dan

berkomunikasi dengan

baik

1. Kaji sifat dan apasia pasien

2. Kaji tingkat kemampuan bicara, membaca dan

menulis

3. Melakukan komunikasi dengan bahasa jelas ,

singkat, Sederhana,dan mudah dimengerti bila

perlu diulang.

4. Tunjukan pertanyaan yang dapat dijawab dengan

respon “ ya “ dan “tidak “

5. Berikan kesempatan kepada pasien untuk

bertanya.

6. Dengarkan dan berikan perhatian bila pasien

berusaha bicara bila perlu pakai metode menulis.

7. Latih otot bicara secara optimal sesuai dengan

program terapi bicara.

8. Turut sertakan keluarga (Keluarga diharapkan

mengerti komunikasi dan upaya komunikasi )

Risiko terjadi cedera

/jatuh berhubungan

dengan kelemahan

otot atau kelumpuhan

Tujuan:

Pasien terhindar dari

cedera/jatuh dan dapat

berhadaptasi dengan

1. Identifikasi lingkungan yang dapat menyebabkan

cedera

2. Kaji kembali proses patogenis yang mendasari

terjadinya stroke

Lampiran 1

4

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan

kerusakan motorik /

sensorik yang dialaminya.

3. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk

membedakan panas / dingin, gangguan persepsi

penglihatan dan taktil, serta posisi dan propriseptik

(kehilangan rasa/sensori pada sisi tertentu )

4. Identifikasi adanya proses hilang perhatian pada

salah satu sisi tubuh, dan anjurkan keluarga untuk

membantu mengingatkan.

5. Pasang papan pengaman tempat tidur.

6. Beri stimulasi pada rasa sentuhan .

7. Lindungi pasien dari suhu panas berlebihan dan

sebaliknya.

8. Hilangkan stimulus berlebihan seperti bising,

agitasi dll.

9. Ingatkan untuk menggunakan sisi tubuh yang

terlupakan (parese )

10. Letakan barang-barang pribadi dan bel (nurse call )

di tempat yang mudah dijangkau pasien sesuai

dengan kondisinya.

11. Sediakan alat bantu mobilisasi (tongkat / alat bantu

lain ) untuk berjalan.

12. Latih pasien untuk menggunakan alat bantu

mobilisasi.

13. Lakukan validasi terhadap persepsi klien dan

lakukan orientasi kembali.

Ketidakmampuan

merawat diri

berhubungan dengan

gangguan mobilisasi

fisik

Tujuan:

Kebutuhan kebersihan diri,

makan dan eliminasi (

activity daily living /ADL )

terpenuhi.

1. Kaji tingkat ketidakmampuan melakukan perawatan

diri, mandi, makan, defikasi dan miksi (ADL)

2. Berikan bantuan untuk melaksanakan ADL sesuai

kondisi

3. Latih eliminasi secara teratur.

4. Bantu pasien menggunakan alat bantu diri untuk

kegiatan ADL (alat bantu jalan, sikat gigi, sisir

rambut tangkai panjang)

Kurangnya

pengetahuan

pasien/keluaraga

tentang stroke dan

perawatannya

berhubungan

dengan kurangnya

pengetahuan dan

keterbatasab

Tujuan :

Pasien berpartisipasi

dalam proses belajar dan

mampu mengungkapkan

pemahaman tentang

penyakit, pengobatan dan

perubahan pola hidup

Kriteria

Pasien dan keluarga

1. Kaji derajat gangguan persepsi sensori

2. Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit dan

pengobatan serta dan kesinambungan program

rehabilitasi

3. Diskusikan bersama pasien dan keluarga

mengenai kebutuhan perawatan diri dirumah dan

rumah sakit

Lampiran 1

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan

informasi mampu menyebutkan

dan memahami tentang

penyakit, pengobatan dan

perubahan pola

4. Sarankan pada keluarga untuk menurunkan

stimulasi lingkungan untuk mencegah terjadinya

cedera

Kecemasan

berhubungan dengan

akan dilaksanakan

tindakan

pemeriksaan

diagnostik (CT Scan,

MRI, Arteriografi

serebral, EEG)

Tujuan :

Kecemasan pasien

berkurang

Kriteria

Pasien memberikan respon

positif dan kooperatif

terhadap tindakan

pemeriksaan diagnostik

yang akan dilakukan

1. Kaji kesiapan pasien tentang kekhawatiran

menghadapi pemeriksaan fisik

2. Berikan penjelasan tentang

3. Prosedur tindakan yang akan dilakukan

4. Waktu dan lamanya pemeriksaan

5. Bila menggunakan zat kontras melalui IV akan

timbul reaksi setelah 1-2 menit rasa panas di

wajah, dan mual

6. Observasireaksi tanda-tanda alergi (dispnoe,

palpitasi, tahikardi, hipotermi, gatal)

7. Anjurkan dan latih menggunakan tehnik relaksasi

Koping individu

tidak efektif

berhubungan

dengan kehilangan

hidup normal

Gangguan konsep

diri : body image ,

penghargaan diri,

penampilan peran,

identifikasi diri

berhubungan

dengankehilanag

fungsi tubuh,

perubahan fisik,

perubahan peran

dan

ketergantungan

Tujuan :

Pasien secra efektif

beradaptasi terhadap

perubahan penampilan,

kecacatan dan perubahan

peran

Kriteria

Pasien dapat beradaptasi

dengan perubahan fisik

yang dialaminya, mampu

melihat dirinya di cermin,

berpartisipasi dalam

pemberian asuhan agar

memeperluas

kemungkinan

penyembuhan

1. Kaji kesiapan pasien dan keluarga tentang

kekhawatiran menghadapi kematian, kehilangan

kebebasan, kehilangan control terhadap fungsi

tubuh, cacat permanenserta kehilangan

kemampuan berbicara

2. Anjurkan pasien untuk mengekpresikan dan

menyampaikan perasaan (marah, depresi, frustasi,

kegelisahan dan ketidakmampuan)

3. Konsultasi ke pelayanan sosial , konseling dan

pelayanan rohani sesuai kebutuhan

4. Informasikan pasien dan keluarga bahwa kemajuan

akan lambat tetapi tetap memungkinkan untuk

normal kembali, bersikap positif untuk kemajuan

sekecil apapun karena akan memperbaiki kondisi

pasien, menyempurnakan keadaan pasien untuk

menjadi sembuh.

Lampiran 2

DAFTAR STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

1. Manajemen Tekanan Tinggi Intra Kranial (TTIK).

2. Manajemen kejang

3. Manajemen demam

4. Manajemen nyeri.

5. Manajemen Pre dan Pasca Angiografi Serebral

6. Manajemen Pre dan Pasca Kraniotomi

7. Manajemen pasien disfasia.

8. Manajemen pasien dengan inkontinensia dan atau retensi urin.

9. Uraian tugas, tugas pokok dan fungsi

10. Prosedur pasien di ruang emergensi

11. Prosedur pasien untuk pemeriksaan diagnostik

12. Prosedur pasien untuk konsultasi ke bagian penyakit dalam dan bedah

13. Prosedur pelayanan di ruang Neuro-ICU

14. Program pemulangan pasien

15. Pengaturan posisi pasien,

16. Mempertahankan jalan nafas,

17. Perawatan trakeostomi,

18. Fisioterapi dada/ chest physiotherapy,

19. Latihan menelan,

20. Monitoring terapi antikoagulan,

21. Monitoring terapi antihipertensi parenteral,

22. Pencegahan dan penanggulangan konstipasi,

23. Pencegahan dekubitus,

24. Manajemen perawatan luka dekubitus,

25. Pencegahan cedera jatuh,

26. Transfer pasien: dari tempat tidur ke kursi; dari kursi ke tempat tidur;

dari kursi ke kendaraan,

27. Manajemen gangguan psikologis dan sosial: konseling, manajemen cemas,

manajemen koping.

Lampiran 3

INSTRUKSI KERJA

1. Pengaturan posisi pasien.

2. Mempertahankan jalan nafas

3. Perawatan trakeostomi

4. Fisioterapi dada/ chest physiotherapy.

5. Latihan menelan.

6. Monitoring terapi antikoagulansia.

7. Monitoring terapi antihipertensi parenteral.

8. Pencegahan dan penanggulangan konstipasi.

9. Pencegahan dekubitus.

10. Manajemen perawatan luka dekubitus.

11. Pencegahan cedera jatuh.

12. Latihan rentang gerak sendi

13. Transfer pasien: dari tempat tidur ke kursi; dari kursi ke tempat tidur; dari kursi

ke kendaraan.

STANDAR MINIMAL JENIS ALAT MEDIK YANG TERSEDIA

1. Tempat tidur fungsional 3 crank

2. Bed side monitor EKG

3. Seizure monitor

4. Bladder Scanner

5. Set kateterisasi intermiten

6. Nebulizer

7. Set mouth care

8. Set wound care

9. Kursi roda

10. Commode

11. Kasur anti dekubitus

12. Bed scale

Lampiran 4

2

SKALA JATUH ( FORMAT MORSE)

Variabel Nilai

numerik

Skor

1. Sejarah jatuh Tidak 0

Ya 25

_______

2. Sekunder diagnosis Tidak 0

Ya 15

_______

3. Ambulatory bantuan

Tidak ada / tempat tidur istirahat / perawat

membantu

Kruk / tongkat / walker

Mebel

0

15

30

_______

4 IV atau. IV Akses Tidak 0

Ya 20

_______

5. Kiprah

Normal / tempat tidur istirahat / kursi roda

Lemah

Gangguan

0

10

20

_______

6. Status mental

Berorientasi pada kemampuan sendiri

Overestimates atau lupa keterbatasan

0

15

_______

Morse Jatuh Skor Skala = Total ______

Lampiran 5

SKALA NORTON (SKALA PENILAIAN RESIKO LUKA TEKAN )

SKALA NORTON

CATATAN: Skor dari 14 atau kurang tingkat pasien sebagai "berisiko"

FISIK KONDISI

Baik 4

Adil 3

Miskin 2

Buruk 1

BATIN KONDISI

Waspada 4

Apatis 3

Bingung 2

Keadaan pingsan 1

AKTIVITAS

Bersifat ambulans 4

Berjalan / membantu 3

Pemakai kursi roda 2

Terbaring di tempat tidur 1

MOBILITAS

Kendali 4

Sedikit Terbatas 3

Sangat Terbatas 2

Bergerak 1

INKONTINENSIA

Tidak 4

Kadang-kadang 3

Biasanya-urin 2

Ganda 1

Total Skor :

Lampiran 6

FORMAT SKRINING DISFAGIA (SKALA MASSEY & JEDLICKA)

PROSEDUR SKRINING DISFAGIA

Nama Pasien : Tanggal Dilakukan :

Usia : Diagnosa Medis :

1. Pasien sadar dan dapat mengikuti perintah

2. Disatria (bersuara atau menjawab pertanyaan)

3. Apasia (gangguan dalam berbicara atau tidak mengerti pembicaraan

Jika jawaban 1-3 “Ya”, lanjutkan skrining,

Jika salah satu dari jawaban “Tidak” hentikan skrining dan NPO(puasakan)

o Ya

o Ya

o Ya

o Tidak

o Tidak

o Tidak

4. Dapat merapatkan gigi

5. Dapat merapatkan bibir

6. Wajah simetris

7. Letak lidah ditengah

8. Uvula ditengah

Jika jawaban 1-3 “Ya”, lanjutkan skrining,

Jika salah satu dari jawaban “Tidak” hentikan skrining dan NPO

o Ya

o Ya

o Ya

o Ya

o Ya

o Tidak

o Tidak

o Tidak

o Tidak

o Tidak

9. Refleks muntah ada

10. Batuk spontan

11. Dapat menelan saliva (no drolling)

12. Refleks menelan baik

Jika jawaban 1-3 “Ya”, lanjutkan skrining,

Jika salah satu dari jawaban “Tidak” hentikan skrining dan NPO

o Ya

o Ya

o Ya

o Ya

o Tidak

o Tidak

o Tidak

o Tidak

Posisi pasien tegak lurus

13. Berikan air putih 5 ml (satu sendok teh)

a. Tersedak setelah menelan air

b. Terdengar bunyi ‘gurgly’

c. Batuk setelah minum air

d. Air keluar dari mulut

Jika jawaban 13 a-d “Tidak”, lanjutkan skrining,

Jika salah satu jawaban “Ya” hentikan skrining dan NPO, konsul terapi wicara

o Ya

o Ya

o Ya

o Ya

o Tidak

o Tidak

o Tidak

o Tidak

14. Berikan 60 ml air putih secara bertahap (tanpa sedotan)

a. Tersedak setelah menelan air

b. Terdengar bunyi ‘gurgly’

c. Batuk setelah minum air

d. Air keluar dari mulut

Jika jawaban 13 a-d “Tidak”, hasil skrining disfagia negatif atau fungsi

menelan normal. Diit dapat diberikan sesuai toleransi

Jika salah satu dari jawaban “Ya” Hasil skrining disfagia positif, pasien

tidak mampu menelan cairan.

Berikan modifikasi diet sesuai toleransi, pasang NGT bila diperlukan untuk

asupan cairan, kolaborasi dengan dokter, terapis wicara, dan ahli gizi; latih

otot mengunyah dan menelan

o Ya

o Ya

o Ya

o Ya

o Tidak

o Tidak

o Tidak

o Tidak

(Modifikasi Screening Dysphagia (Massey & Jedlicka, 2002)

Lampiran 7

FORMAT NIHSS

No Komponen dan Cara Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Diagnosa Keperawatan

Aktual

1. a. Derajat kesadaran Pemeriksa harus menilai apapun respon pasien jika saat pemeriksaan terdapat halangan pada pasien seperti selang endotrakeal, trauma/ balutan orotrakeal. NIlai 3 hanya diberikan jika pasien tidak bergerak dalam merespon stimulus berbahaya/ menyakitkan.

0 = sadar penuh

1 = somnolen

2 = stupor

3 = koma

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan tidak efektifnya reflekbatuk akibat sekunder dari ketidaksadaran.

2. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan iskemia, edema otak atau peningkatan TIK

3. Perubahan persepsi/ sensori (penglihatan, perabaan,kinestik) berhubungan dengan penurunan kesadaran.

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan kesadaran

5. Inkontinensia uri dan alvi total berhubungan dengan disfungsi neurologi, penurunan kesadaran

2

.

b. Menjawab pertanyaan Tanyakan pada pasien tentang bulan dan tanggal kelahirannya. Jawaban haruslah benar. Pasien apasia dan stupor yang tidak dapat menjawab dengan benar diberi nilai 2. Pasien yang tidak mampu bicara karena intubasi endotrakeal, trauma endotrakeal, trauma orotrakeal, disartria berat dari penyebab lain, gangguan bahasa atau penyebab lain bukan dari akibat apasia diberi nilai 1

0 = dapat menjawab dua pertanyaan dengan benar (misalnya bulan apa sekarang dan usia pasien) 1 = hanya dapat menjawab satu pertanyaan dengan benar atau tidak dapat berbicara karena terpasang pipa endotrakea atau disartria. 2 = tidak dapat menjawab kedua pertanyaan dengan benar atau afasia atau stupor menjawab kedua pertanyan dengan benar atau afasia atau stupor.

1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kerusakan otak atau ketidakmampuan mengikuti perintah

2. Tidak ada diagnosa aktual

c. Mengikuti perintah Anjurkan pasien menutup dan membuka mata kemudian menggenggam dan melepaskan tangan pada tangan yang tidak

0 = dapat melakukan dua perintah dengan benar (misalnya buka dan tutup mata, kapal dan buka tangan pada

1. Gangguan proses pikir berhubungan dengan kerusakan otak atau ketidakmampuan mengikuti perintah

Lampiran 7

No Komponen dan Cara Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Diagnosa Keperawatan

Aktual

paresis. Mengganti salah satu perintah dapat dilakukan jika tangan tidak dapat digunakan. Penilaian dapat diberikan jika usaha maksimal sudah dilakukan walaupun tidak lengkap karena kelemahan. Jika pasien tidak berespon terhadap perintah, tugas itu harus dicontohkan kepada dia (tanpa suara) dan hasilnya dinilai ( seperti tidak mengikuti, mengikuti satu atau dua perintah). Pasien dengan trauma amputasi atau halangan fisik harus diberikan penyesuaian dengan salah satu perintah. Hanya jawaban pertama yang dinilai

sisi yang sehat) 1 = hanya dapat melakukan satu perintah dengan benar 2 = tidak dapat melakukan kedua perintah dengan benar

2. Tidak ada diagnosa aktual

2. Gerakan mata konyugat horizontal Hanya gerakan horizontal mata yang diperiksa. Jika pasien mempunyai deviasi konyugat pada mata yang terjadi secara reflek dapat dibri nilai 1. Jika pasien mempunyai paresis saraf perifer yang terisolasi (N III, N IV,N VI) diberi nilai 1. Gerakan mata konyugat horizontal dapat dilakukan pada semua pasien apasia. Pasien dengan trauma mata yang diperban sebelum terjadi kebutaan atau penyakit ketajaman penglihatan atau lapang pandang harus dilakukan omeriksaan dengan grakan reflek yang disesuaikan oleh pemeriksa. Kemampuan mempertahankan kontak mata dan diikuti gerakan dari sisi ke sisi akan sangat membantu dalam melihat adanya kelemahan gerakan mata konyugat sebagian.

0 = normal 1 = gerakan abnormal hanya pada satu mata 2 = deviasi konyugat yang kuat atau paresis konyugat tota pada kedua mata

1. Perubahan persepsi/ sensori (penglihatan, perabaan, kinesthetik) berhubungan dengan gangguan penglihatan

2. Tidak ada diagnosa aktual

3. Lapangan pandang Lapangan pandang ( bagian atas dan bawah) diuji dengan menggunakan hitungan jari. Jika pasien dapat melihat pada sisi jari yang bergerak dengan tepat, bisa beri nilai normal. Jika terdapat kebutaan sebelah atau enuklasi dapat diberi nilai apa adanya. Nilai 1 diberikan jika mlihat dengan jelas tetapi tidak simetris termasuk jika trdapat quadranopia. Jika pasien buta oleh penyebab lain diberi nilai 3. Jika hal ini terkait dengan tingkat kesadaran (somnolen) hasilnya bisa untuk menilai point unilateral neglect

0 = tidak ada gangguan 1 = kuadranopia 2 = hemianopia total 3 = hemianopia bilateral atau buta kortikal

1. Perubahan persepsi/ sensori (pnglihatan, perabaan kinesthetic) berhubungan dengan gangguan penglihatan

2. Unikateral negleg (pengabaian sepihak) berhubungan dengan efk gangguan kemampuan penglihatan atau hemianopsia

4. Paresis Wajah Gunakan pertanyaan atau gunakan pantomime untuk mendorong pasien menunjukkan gigi atau mengangkat alias mata dan menutup mata. Nilai

0 = normal 1 = paresis ringan 2 = paresis sebagian 3 = paresis total

1. Perubahan persepsi/ sensori (penglihatan, perabaan, kinestetik) berhubungan dengan gangguan sensasi.

Lampiran 7

No Komponen dan Cara Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Diagnosa Keperawatan

Aktual

simetris wajah yang menyeringai adalah respon dari stimulus yang berbahaya terhadap kurangnya respon atau ketidakpahaman pasien. Jika wajah trauma atau terbalut selang orotrakeal atau penghalang lainnya pada wajah harus dianggap normal terhadap penilaian.

2. Tidak ada diagnosa aktual

5. a. Motorik lengan kanan Pasien mengangkat tangan 90O

C

(jika duduk) atau 45OC (jika baring

terlentang). Penilaian adanya gangguan apabila tangan tidak bisa mengapung dan jatuh sebelum 10 detik. Pasien apasia dianjurkan menggunakan alat bantu suara atau pantomime. Setiap lengan di uji dengan diputar, dimulai dengan lengan yang tidak paresis. Hanya pada kasus amputasi atau bahu yang mengalami penyambungan, pemeriksa harus memberikan penilaian tidak dapat diperiksa

0 = tidak ada kelainan bila pasien bisa mengangkat kedua lengannya selama 10 detik 1 = lengan jatuh ke bawah sebelum 10 detik. 2 = lengan terjatuh ke kasur atau badan atau tidak dapat diluruskan secara penuh. 3 = tidak dapat melawan gravitasi 4 = tidak ada gerakan X = tidak dapat diperiksa

1. Self care deficit (kebersihan diri, nutrisi, eliminasi) berhubungan dengan dampak stroke.

2. Tidak ada diagnosa aktual

b. Motorik lengan kiri Pasien mengangkat tangan 90O

C

(jika duduk) atau 45OC (jika baring

terlentang). Penilaian adanya gangguan apabila tangan tidak bisa mengapung dan jatuh sebelum 10 detik. Pasien apasia dianjurkan menggunakan alat bantu suara atau pantomime. Setiap lengan di uji dengan diputar, dimulai dengan lengan yang tidak paresis. Hanya pada kasus amputasi atau bahu yang mengalami penyambungan, pemeriksa harus memberikan penilaian tidak dapat diperiksa

0 = tidak ada kelainan bila pasien bisa mengangkat kedua lengannya selama 10 detik 1 = lengan jatuh ke bawah sebelum 10 detik. 2 = lengan terjatuh ke kasur atau badan atau tidak dapat diluruskan secara penuh. 3 = tidak dapat melawan gravitasi 4 = tidak ada gerakan X = tidak dapat diperiksa

1. Self care deficit (kebersihan diri, nutrisi, eliminasi) berhubungan dengan dampak stroke.

2. Tidak ada diagnosa aktual

6. a. Motorik tungkai kanan Pasien mengangkat kaki 30

OC (diuji

dengan posisi terlentang). Penilaian adanya gangguan apabila kaki jatuh sebelum 5 detik. Pasien apasia dianjurkan menggunakan alat bantu suara atau pantomime, tetapi tidak dengan stimulus yang berbahaya. Setiap tungkai di uji dengan diputar, di mulai dengan lengan yang tidak paresis, Pada kasus amputasi/ kaki yang mengalami penyambungan maka tidak dapat diperiksa

0 = tidak ada gangguan bila pasien bisa mengangkat kedua tungkai selama 10 detik dan diangkat bergantian. 1 = kaki jatuh ke bawah sebelum 5 detik 2 = kaki terjatuh ke kasur dan tidak dapat diluruskan secara penuh 3 = tidak dapat melawan gravitasi 4 = tidak ada gerakan

1. Gangguan mobiilitas fisik berhubungan dengan deficit neurologi

2. Tidak ada diagnosa aktual

Lampiran 7

No Komponen dan Cara Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Diagnosa Keperawatan

Aktual

X = tidak dapat diperiksa

b. Motorik tungkai kiri Pasien mengangkat kaki 30

OC (diuji

dengan posisi terlentang). Penilaian adanya gangguan apabila kaki jatuh sebelum 5 detik. Pasien apasia dianjurkan menggunakan alat bantu suara atau pantomime, tetapi tidak dengan stimulus yang berbahaya. Setiap tungkai di uji dengan diputar, di mulai dengan lengan yang tidak paresis, Pada kasus amputasi/ kaki yang mengalami penyambungan maka tidak dapat diperiksa

0 = tidak ada gangguan bila pasien bisa mengangkat kedua tungkai selama 10 detik dan diangkat bergantian. 1 = kaki jatuh ke bawah sebelum 5 detik 2 = kaki terjatug ke kasur dna tidka dapat diluruskan secara penuh 3 = tidak dapat melawan gravitasi 4 = tidak ada gerakan X = tidak dapat diperiksa

1. Gangguan mobiilitas fisik berhubungan dengan deficit neurologi

2. Tidak ada diagnosa aktual

7. Ataksia anggota badan Bagian ini bertujuan untuk menemukan lesi serbral sepihak. Saat pmeriksaan pasien membka mata. Pemeriksaan dilakukan dngan cara gerakan tangan pasien dari jari – hidung – jari dan tumit – mata – kaki – lutut. Pemeriksaan dilakukan oada kedua sisi dan penilaian adanya ataksia ditemukan jika adanya kelemahan yang terlalu kuat. Ataksia tidka ditemukan pada pasien yang tidak paham terhadap instruksi atau paralisis. Hanya pada kasus amputasi atau penyambungan, pemeriksa harus memberikan penilaian tidka dapat diperiksa. Pada kasus kebutaan pemeriksaan dilakukan dengan pasien menyentuh hidung dari posisi tangan dibentangkan.

1 = tidak ada 1 = pada satu ektremitas 2 = pada dua atau lebih ektrmitas X = tidak dapat diperiksa jika amputasi penyambungan

1. Gangguan mobiilitas fisik berhubungan dengan deficit neurologi

2. Tidak ada diagnosa aktual

8. Sensorik Adanya sensasi atau menyeringai apaila dilakukan tes dengan ujung jarum. Pemeriksa harus menguji pada banyak bagian tubuh, seperti pada lengan, kaki, wajah dan badan untuk mndapatkan hasil yang akurat terhadap kehilangan hemisensorik. Nila 2 ‘ berat atau kehilangan sensorik total” diberikan pada pasien yang mengalami kehilangan sensorik total atau sangat parah. Pasien stupor dan aphasia diberi nilai 1 atau 0. Pasien dengan stroke yang memeiliki kehilangan sensasi bilateral diberi nilai 2. Jika pasien tidak berespon atau koma atau quadriplegi diberi nilai 2.

0 = normal 1 = defisit parsial yaitu merasa tetapi berkurang 2 = defisit berat yaitu jika pasien tidak merasa atau terdapat gangguan bilateral

1. Perubahan persepsi/ sensori (penglihatan, perabaan, kinestethiik) dengan gangguan sensasi.

2. Tidak ada diagnosa aktual

Lampiran 7

No Komponen dan Cara Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Diagnosa Keperawatan

Aktual

9. Bahasa terbaik Instruksikan pasien untuk melihat gambar dari pemeriksa. Tanyakan apa – apa yang terjadi terkait dengan gambar,nama dari gambar tersebut dan membaca apa yang terdapat pada gambar tersebut. Pemahaman bahasa didapat dari respon seperti halnya perintah – perintah pada proses pemeriksaan neurologi secara umum. Jika terdapat kekurangan penglihatan saat pemeriksaan, tanyakan kepada pasien untuk mengidentifikasi benda yang diletakkan di tangan, ulangi dan hasilkan pembicaraan. Pasien yang mengalami intubasi sebaiknya ditanya dengan tulisan. Pasien dengan koma, otomatis diberi nilai 3. Nilai 3 diberikan jika pasien bisu dan tidak dapat mengikuti perintah apapun

0 = tidak ada afasia 1 = afasia ringan sedang 2 = afasia berat 3 = tidak dapat bicara (bisu) atau global afasia atau koma

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cidera otak atau penurunan kesadaran

2. Inkontinensia uri dan BAB total berhubungan dengan disfungsi neurologi, gangguan komunikasi.

10. Disartria Kekurangan saat bicara dapat terlihat dengan menganjurkan untuk membaca atau mengulang kalimat yang ada di bacaan. Jika pasien memiliki afasia berat, kejelasan artikulasi dapat dinilai dari pembicaraan secara sponan. Jika pasien mempunyai intubasi atau halangan fisisk lain terkait dengan bicara, pemeriksa harus mencatat tidak dapat diperiksa.

0 = artikulasi normal 1 = disartria ringan – sedang 2 = disartria berat X = tidak dapat diperiksa jika intubasi atau hadangan fisik lain terkait bicara.

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cidera otak

2. Kelemahan menelan berhubungan dengan kelemahan neuromuskular.

11. Unilateral negleg atau tidak ada atensi Kekurangan informasi untuk mengidentifikasi adanya negleg perlu diprioritaskan selama pemeriksaan. Jika pasie mempunyai masalah penglihatan yang berat dan stimulus pada kulit normal maka nilainya adalah normal. Jika pasien apasia tetapi mampu mengenali adanya benda di kdua sisinya berabrti nilainya normal. Adanya pengabaian sepihak atau anosagnosia adalah suatu tanda yang tidak normal.

0 =tidak ada 1 = parsial 2 = total

1. Unilateral negleg (pengabaian sepihak) berhubungan dengan efek gangguan kemampuan penglihatan atau hemianopsia

2. Tidak ada diagnosa aktual

Total perolehan diagnosa aktual: …………………… buah