Standar Operating Procedure

35
 STANDAR OPERATING PROCEDURE 1. Penanganan syok haemoragik a. Defenisi Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan b. Tujuan 1) Memulihkan perfusi pada jaringan 2) Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh 3) Mencegah kematian c. Indikasi 1) Syok haemoragik d. Persiapan 1) Alat - Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort) - Neck collar - Balut cepat - Infus set - Plester - Ringer lactat yang hangat - Monitor EKG - Pulse oksimeter - Oksigen set - Kateter - Urin bag 2) Pasien Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard. 3) Lingkungan Tenang dan aman e. Pelaksanaan 1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

Transcript of Standar Operating Procedure

Page 1: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 1/35

 

STANDAR OPERATING PROCEDURE 

1.  Penanganan syok haemoragik 

a.  Defenisi

Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang disebabkan karena adanya perdarahan

b.  Tujuan

1)  Memulihkan perfusi pada jaringan

2)  Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh

3)  Mencegah kematian

c.  Indikasi

1) Syok haemoragik 

d.  Persiapan

1)  Alat

-  Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

-  Neck collar

-  Balut cepat

-  Infus set

-  Plester

-

  Ringer lactat yang hangat-  Monitor EKG

-  Pulse oksimeter

-  Oksigen set

-  Kateter

-  Urin bag

2)  Pasien

Pasien disiapkan sesuai dengan kebutuhan tindakan di atas brankard.

3)  Lingkungan

Tenang dan aman

e.  Pelaksanaan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

Page 2: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 2/35

 

2)  Airway dan C spine dijamin aman

3)  Breathing dijamin aman, berikan oksigen

4)  Circulation

o  Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL 1.000-2.000 ml sesuai dengan kebutuhan atau kelasnya

syok.

o  Periksa laboratorium darah : golongan darah, Hb/Ht, AGD

o  Transfusi spesifik type atau golongan O

o  Stop sumber perdarahan

o  Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk menghentikan perdarahan

5)  Pasang monitor EKG

6)  Pasang gastric tube

7)  Pasang kateter dan nilai produksi urin

Hal yang perlu diperhatikan :

1)  Harus dapat dilakukan di pusat gawat darurat tingkat IV sampai tingkat I

2)  Pasien dengan perdarahan yang masih aktif tidak dapat atau tidak boleh dievakuasi / medevak 

3)  Metabolisme anaerob

4)  Kematian sel, translokasi bakteri, SIRS

5)  Gagal organ multipel (MOF) dan kematian

2.  Thorak Masif 

a.  Defenisi

Terkumpulnya darah secara cepat sebanyak > 1500 ml di rongga toraks akibat trauma tajam atau

tumpul yang menyebabkan terputusnya arteri intercostalis, pembuluh darah hilus paru atau

robek parenkim paru atau jantung.

b.  Tujuan

1)  Mengurangi rasa sesak 

2) 

Mempertahankan pasien tetap hidupc.  Indikasi

1)  Pasien dengan trauma tumpul dada

2)  Perdarahan pada rongga dada

3)  Luka tusuk pada dada

d.  Persiapan alat

Page 3: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 3/35

 

1)  Alat pelindung diri (kacamata safety, masker, handscoen, scort)

2)  Neck coller

3)  Obat anasthesia lokal

4)  Syringe

5)  Infus set

6)  Cairan ringar lactat yang hangat

7)  Chest tube

8)  Botol WSD

9)  Oksigen set

10)  Pulse oksimeter

e.  Pelaksanaan tindakan

1)  Petugas gunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)  Bersihkan jalan nafas, kontrol servical dengan pemasangan semi rigid cervical collar

3)  Berikan oksigenasi 12 lt/menit

4)  Membantu dokter untuk pemasangan chest tube dan WSD

5)  Monitor WSD : undulasi, jumlah darah dan bubble

6)  Lakukan resusitasi cairan secara stimulan

7)  Pasang infus RL hangat dengan 2 jalur lumen besar

8)  Pasang pulse oximetry9)  Pasang monitor EKG

f.  Hal yang perlu diperhatikan

1)  Nilai kesadaran, nadi, pernafasan, pengisian vena capiler, akral dan produksi urine

2)  Cegah jangan sampai hipoksia

3)  Adanya empisema toraks

3.  Flail Chest

a.  Defenisi

Adanya bagian dari dinding dada yang kehilangan kontinuitas dengan dinding dada sisanya (ada

bagian yang melayang). Terdapat multiple fraktur iga dengan garis fraktur lebih dari satu pada

satu iga.

Page 4: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 4/35

 

b.  Tujuan

1)  Mengurangi rasa sakit

2)  Mencegah kerusakan lebih lanjut pada dinding dada

c.  Indikasi

1) Flail chest

d.  Persiapan alat

1)  Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)  Oksigen lengkap

3)  Intubasi set

4)  Suction lengkap

5)  Infus set

6)  Cairan ringer lactate

7)  Pulse oksimetri

e.  Pelaksanaan tindakan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)  Bersihkan jalan nafas, hisap cairan / darah dan kontrol C spine

3)  Pasang intubasi

4)  Berikan oksigenasi yang adekuat

5)  Jamin breathing-ventilasi dengan baik 6)  Infus RL, 2 jalur dengan jarum besar

7)  Monitoring dengan pulse oximetry

f.  Hal yang perlu diperhatikan

1)  Hipoksia sebab kontusio paru

2)  Nyeri pada pergerakan dada

4.  Trauma Abdomen

a.  Defenisi

Suatu keadaan dimana abdomen mengalami benturan

b.  Tujuan

1)  Mencegah kerusakan lebih lanjut organ di rongga abdomen

2)  Mencegah terjadinya syok 

c.  Indikasi

Page 5: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 5/35

 

Cedera pada daerah abdomen

d.  Persiapan alat :

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)  Oksigen lengkap

3)  Gurita

4)  Infus set

5)  Cairan ringer lactat hangat

6)  Kassa steril

e.  Pelaksanaan tindakan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)  Pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan imobilisasi C spine

3)  Pasien diberikan oksigen 6 ltr/menit

4)  Pasang infus ringer lactat hangat dengan jarum yang besar

5)  Pasang gurita jika terjadi perdarahan internal

6)  Jika terdapat organ yang keluar tutup dengan kasa steril yang lembab

7)  Membantu dokter untuk mempersiapkan pasien untuk dilakukan operasi

8)  Monitor tanda-tanda vital pasien

f.  Hal yang perlu diperhatikan

1)  Syok hemoraghik / hipovolemik 2)  Koagulopati

3)  Cegah hipoglikemi

4)  Asidosis

5)  Cega jantung sampai hipotermi

5.  Cedera Kepala

a.  Defenisi

Suatu keadaan dimana kepala mengalami cedera akibat adanya suatu trauma

b.  Tujuan

1)  Mencegah kerusakan otak sekunder

2)  Mempertahankan pasien tetap hidup

c.  Indikasi

1)  Contusio cerebri

Page 6: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 6/35

 

2)  Commotio cerebri

d.  Persiapan alat

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort)

2)  Neckcollar

3)  Suction lengkap

4)  Oksigen lengkap

5)  Intubasi set

6)  Long spine board

7)  Infus set

8)  Cairan ringer lactat hangat

9)  Pulse oksimetri

10)  Monitor EKG

11)  Gastric tube

12)  Folley chateter + urine bag

e.  Pelaksanaan tindakan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata safety, masker, handscoen, scort

2)  Bersihkan jalan nafas dari kotoran (darah, secret, muntah) dengan suction)

3)  Imobilisasi C spine dengan neck collar

4)  Jika tiba-tiba muntah miringkan dengan teknik “Log Roll”.  5)  Letakkan pasien di atas long spine board

6)  Bila pasien mengorok pasang oropharingeal airway dengan ukuran yang sesuai oropharingeal

 jangan difiksasi

7)  Membantu dokter pasang intubasi (jika ada indikasi)

8)  Pertahankan breathing dan ventilation dengan memakai masker oksigen dan berikan oksigen 100

% diberikan dengan kecepatan 10-121/menit

9)  Monitor circulasi dan stop perdarahan, berikan infus RL 1-2 liter bila ada tanda-tanda syok dan

gangguan perfusi, hentikan perdarahanluar dengan cara balut tekan.

10)  Periksa tanda lateralisasi dan nilai Glasgow Coma Scale nya

11)  Pasang foley cateter dan pipa nasogastrik bila tak ada kontraindikasi

12)  Selimuti tubuh penderita setelah diperiksa seluruh tubuhnya, jaga jangan sampai kedinginan.

13)  Persiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik / foto kepala

Page 7: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 7/35

 

f.  Hal yang perlu diperhatikan

1)  Gangguan kesadaran dan perubahan kesadaran dengan skala koma galasgow lebih kecil dari 9

yaitu E-1, M-5, V= 1-2

2)  Pupil anisokor, dengan perlambatan reaksi cahaya

3)  Hemifarese

4)  Monitor tanda-tanda vital secara ketat

6.  Penanganan open pneumothorak 

a.  Defenisi

Adalah defek yang lebar pada dinding dada yang tetap terbuka yang menyebabkan terjadinya

pneumothorak terbuka/sucking chest wound, diamater >2/3 diameter trachea

b.  Indikasi

Pasien dengan open pneumothorak 

c.  Tujuan

Menghilangkan sesak nafas dan mempertahankan pasien tetap hidup

d.  Pelaksanaan tindakan1)  Alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)  Kassa steril

3)  Plastik tipis

4)  Plester

5)  Cairan infus

6)  Infus set

e.  Pelaksanaan tindakan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)  Jaga ABC tetap stabil dan imobilisasi tulang servical

3)  Tutup defek dengan kassa steril dan plastic, sampai melewati tepi defek 

4)  Plester pada tiga sisi saja (flutte type valve effect)

5)  Kolaborasi dengan dokter untuk memasang chest tube dan WSD

Page 8: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 8/35

 

6)  Berikan oksigen 8 lt/menit

7)  Berikan infuse RL 2 jalur dengan jarum yang besar

f.  Hal penting yang perlu diperhatikan

1)  Pasang monitor EKG

2)  Pasang pulse oksimeter

7.  Merawat/memandikan pasien luka bakar

a.  Pengertian

Membersihkan pasien luka bakar dengan menggunakan cairan fisiologis dan cairan desinfektan

b.  Tujuan

Mencegah terjadinya infeksi

Mengangkat jaringan nekrotik 

c.  Indikasi

Luka bakar derajat dua ke atas dengan luas luka > 20 %

d.  Persiapan

1)  Alat

a)  Alat pelindung diri (masker, handscoen, scortb)  Alat-alat steril

(1)  Alat tenun

(2)  Set ganti balutan

(3)  Semprit 10 cc

(4)  Kain kasa

(5)  Verband sesuai dengan ukuran kebutuhan

(6)  Sarung tangan

c)  Alat-alat tidak steril

(1)  Bengkok 

(2)  Ember

d)  Obat-obatan

(1)  Zalp kulit sesuai program (silver self)

Page 9: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 9/35

 

(2)  Obat penenang (bila diperlukan

e)  Cairan

(1)  NaCl 0,9 % / aquadest

(2)  Cairan desinfektan

2)  Pasien

Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.

3)  Lingkungan

Ruang khusus

4)  Petugas

Petugas memakai celemek dan sarung tangan steril

e.  Pelaksanaan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen, scort)

2)  Memandikan pasien di ruang khusus dengan fasilitas khusus

a)  Sebelum tindakan

-  Bak mandi dibersihkan dengan desinfeksi

-  Bak mandi diisi dengan air dengan suhu 37-430

derajat celcius

-  Memasukkan desinfektan ke dalam bak mandi dengan konsentrasi sesuai aturan

b)  Selama tindakan

-  Pasien diantar ke ruang mandi-  Pasien dipersiapkan dengan menanggalkan baju

-  Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien

(a)  Merendam pasien ke dalam bak mandi

(b)  Mengambil cairan bullae sebelum pasien dimandikan

(c)  Membuang jaringan neokroktik 

(d)  Memecahkan bullae

3)  Memindahkan pasien di atas kereta dorong yang sudah dialas dengan perlak dan alat tenun steril

4)  Mengeringkan badan pasien dengan handuk steril kemudian diberi zalf sesuai program dokter

5)  Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke tempat perawatan luka

bakar

6)  Melakukan observasi terhadap :

a)  Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

Page 10: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 10/35

 

b)  Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.

c)  Reaksi pemberian cairan dan reaksi pasien setelah dimandikan

7)  Mencatat segala perkembangan dan hasil observasi

8)  Memandikan pasien di ruang tindakan

a)  Pasien dipersiapkan, baju ditanggalkan.

b)  Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien :

(1)  Mencuci daerah luka bakar dengan cairan NaCl 0,9 % yang sudah dicampur dengan desinfektan

(2)  Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang menempel

(3)  Membuang jaringan neokrotik 

(4)  Memecahkan bullae dengan memakai semprit

(5)  Membilas luka bakar dengan cairan steril tanpa desinfektan

c)  Mengeringkan daerah luka bakar/bagian yang dicuci dengan kasa steril kemudian diberi zalf 

sesuai program pengobatan

d)  Memindahkan pasien ke kereta dorong yang sudah diberi alas/alat tenun steril

e)  Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien diantar ke ruang perawatan luka bakar

f)  Mengobservasi terhadap :

1)  Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan

2)  Posisi jarum infus, kelancaran tetesan infus.

3)  Reaksi pasien setelah dimandikang)  Memberikan suntikan analgetik sesuai program bila diperlukan

h)  Melaporkan segera kepada dokter bila terdapat perubahan keadaan umum

f.  Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)  Melaksanakan teknik aseptik secara benar

2)  Respons pasien

3)  Pola pernafasan pasien

4)  Menghindari terjadinya hypotermia

8.  Penanganan infark miokard akut

a.  Pengertian

Page 11: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 11/35

 

Penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin diperkuat

dengan adanya gambaran ECG st elevasi

b.  Tujuan

Agar penderita yang mendapat serangan ima dapat diselamatkan

c.  Indikasi

1)  Nyeri dada lebih dari 20 menit

2)  ST elevasi > 0,1 mv pada sekurang-kurangnya 2 sedapan usia < 70 tahun

d.  Persiapan

1)  Alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)  Monitoring EKG

3)  Defibrilator

4)  Syiring pump

5)  Infuse pump

6)  Oksigen

e.  Pelaksanaan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)  Penderita dilayani sesuai dengan prosedur layanan unit gawat darurat.

3)  Baringkan dengan posisi semi fowler

4)  Berikan oksigen 4 lt/menit5)  Pasang EKG monitor

6)  Pasang infuse

7)  Ambil sampel darah untuk pemeriksaan enzim jantung

8)  Berikan acetosal 160-325 mg/oral

9)  Berikan cedocard 5 mg sub lingual

10)  Berikan morphin sesuai indikasi

11)  Berikan nitrogliserida 5 gamma titrasi

12)  Kolaborasi dengan tim medis

13)  Siapkan ICU

Hal penting yang diperhatikan :

1)  Observasi keadaan umum pasien

2)  Observasi tanda-tanda vital

Page 12: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 12/35

 

9.  Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

a.  Pengertian

Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan

 jantung guna kelangsungan hidup pasien

b.  Tujuan

Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru

c.  Indikasi

1)  Henti nafas

2)  Henti jantung

d.  Persiapan

1)  Alat

a)  Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)  Trolly emergency yang berisi :

(1)  Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)

(2)  Magil force

(3)  Pipa trakhea berbagai ukuran

(4)  Trakhea tube berbagai ukuran

(5)  Gudel berbagai ukuran

(6)  CVP set(7)  Infus set/blood set

(8)  Papan resusitasi

(9)  Gunting verband

(10)  Bag resuscitator lengkap

(11)  Semprit 10 cc – jarum no. 18

c)  Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai

d)  Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai

e)  EKG record

f)  EKG monitor bila memungkinkan

g)  DC shock lengkap

2)  Pasien

a)  Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Page 13: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 13/35

 

b)  Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras

c)  Baju bagian atas pasien dibuka

e.  Pelaksanaan

a)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)  Mengecek kesadaran pasien dengan cara :

1)  Memanggil nama

2)  Menanyakan keadaannya

3)  Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien

c)  Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, aktifkan SPGDT

d)  Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

e)  Menilai pernafasan dengan cara :

1)  Melihat pergerakan dada/perut

2)  Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung

3)  Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan

f)  Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara

perlahan

g)  Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba cukup

berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali

h)  Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luardengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus.

i)  Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernafasan

 j)  Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung luar.

f.  Hal-hal yang perlu diperhatikan

a)  Evaluasi pernafasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi

b)  Lakukan RJP BC sampai :

1)  Timbul nafas spontan

2)  Diambil alih alat/petugas lain

3)  Dinyatakan meninggal

4)  Penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon

c)  Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :

Page 14: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 14/35

 

1)  Dewasa

(a)  Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu

(b)  Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas proses xyphoideus

(c)  Kedalaman tekanan 3-5 cm

(d)  Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit

2)  Anak 

(a)  Penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan

(b)  Kedalaman tekanan 2 – 3 cm

(c)  Frekuensi penekanan 80 – 100 kali per menit

3)  Neonatus

(a)  Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan kiri memegang

lengan atas bayi sambil meraba arteri brakhialis sebelah kiri

(b)  Jari tangan dan telunjuk tangan penolong menekan dada bayi pada posisi sejajar putting susu 1

cm ke bawah

(c)  Kedalaman tekanan 1-2 cm

(d)  Perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 : 1

10.  Kejang Demam

a.  Pengertian

Memberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera bernafas.

b.  Tujuan

Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru

c.  Indikasi

1)  Bayi lahir tidak menangis

2)  Ketuban pecah bercampur mekonium

3)  Bayi tidak bernafas

d.  Persiapan alat :

a)  Alat pelindung diri (masker, hanscoen)

Page 15: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 15/35

 

b)  Deelic

c)  Masker bayi

d)  Bag resuscitator bayi

e)  Oksigen lengkap

f)  Thermometer

e.  Pelaksanaan

1)  Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat dan dangkal,

pucat atau biru dan atau lemas, maka :

a)  Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit setengah ekstensi

agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting sekali untuk mencegah

hypotermi pada bayi baru lahir.

b)  Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara lembut

dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu dalam pada

kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang

tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.

c)  Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi, keduanya aman dan

efektif untuk menstimulasi bayi)

d)  Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak diperlukan

tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.e)  Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi (40-60)

kali/permenit

f)  Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir

g)  Letakkan bayi dipermukaan yang datar, diselimuti dengan baik.

h)  Periksa kembali posisi bayi baru lahir, kepala harus sedikit ditengadahkan.

i)  Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuai

 j)  Periksa pelekatannya dan berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit

2)  Jika dada bayi tidak mengembang :

a)  Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh

b)  Periksa hidung dan mulut apakahj ada darah, mucus atau cairan ketuban, lakukan penghisapan

 jika perlu

c)  Remas BVM lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi

Page 16: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 16/35

 

d)  Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah bayi bernafas dengan

spontan dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut.

Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.

3)  Kompresi dada :

a)  Jika memungkinkan 2 tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan

kompresi dada

b)  Kebanyaka bayi akan membaik dengan ventilasi

c)  Jika ada 2 tenaga kesehatan yang terampil dan pernafasan bayi lemah atau < 30 kali/menit dan

detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan yang

kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 : 1

d)  Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih peka dan mudah

patah, jantung dan paru-parunya mudah terluka

e)  Lakukan tekanan pda jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah garis putih bayi,

ditengah dada. Dengan jari-jaring lurus, tekan dada sedalam 1-1,5 cm

4)  Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,50

celcius atau punggung sangat

dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit, pernafasan dan nadi bayi

selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga normal (36,50C – 37

0C)

5)  Catat dengan seksama semua tindakan yang dilakukan

11.  Penanganan perdarahan post partum primera.  Pengertian

Memberikan pertolongan pada perdarahan per vaginam setelah melahirkan lebih dari 500 cc atau

perdarahan disertai dengan gejala dan tanda-tanda syok 

b.  Tujuan

Stabilisasi kondisi korban segera dirujuk ke rumah sakit

c.  Indikasi

1)  Atonia uteri

2)  Robekan jalan lahir

3)  Retensi plasenta

d.  Persiapan

1)  Alat

a)  Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

Page 17: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 17/35

 

b)  Obat emergency

c)  Obat-obatan anti perdarahan

d)  Cairan infuse

e)  Tampon

f)  VC set

g)  Hecting set

2)  Pasien

3)  lingkungan

e.  Pelaksanaan

1)  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massage uterus supaya

berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpalan darah. Sambil

melakukan massase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan

plasenta utuh dan lengkap.

2)  Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit oksitosin IM

3)  Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kantung kemih

4)  Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang

terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri dan jahit laserasi

dengan menggunakan anastesi local (lidokain I %)

5)  Jika uterus mengalami atoni atau perdarahan terus terjadi. Berikan masases uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah.

6)  Periksa lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan

 jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.

7)  Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, pasang kateter ke dalam kandung kemih.

8)  Lakukan kompresi bimanual internal maksimal lima menit atau hingga perdarahan bisa

dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik 

9)  Anjurkan keluarga untuk memulai mempersiapkan kemungkinan rujukan

10)  Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :

a)  Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih

b)  Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati

c)  Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan massase uterus untuk 

memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tenakan darah dan nadi.

Page 18: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 18/35

 

11)  Jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah

dimulainya kompresi bimanual pada uterus maka keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati.

12)  Jika tidak ada hipertensi pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM

13)  Mulai IV ringer laktat 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau

18 G) dengan teknik aseptik. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV

ringer laktat + 20 unit oksitosin yang kedua.

14)  Jika uterus tetap atoni dan atau perdarahan terus berlangsung

15)  Ulangi kompresi bimanual internal

16)  Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala empat persalinan

dengan cermat.

17)  Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan

18)  Bila perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan

terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang nampak keluar,

abdomen teraba keras dan fundus mulai baik), lakukan kolaborasi dengan OBSGYN)

19)  Bila kompresi bimanual tidak berhasil, cobalah kompresi aurta. Cara ini dilakukan pada keadaan

darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.

20)  Perkirakan jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur denyut nadi, pernafasan dan

tekanan darah

21)  Buat catatan yang saksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan pengobatanyang dilakukan

12.  Penanganan perdarahan post partum sekunder

a.  Pengertian

Memberikan pertolongan pada korban dengan perdarahan pervaginam atau lochea berlebihan

pada 24 jam-42 hari setelah persalinan.

b.  Tujuan

Stabilisasi kondisi korban untuk mendapat penanganan

c.  Indikasi

1)  Sisa plasenta

2)  Robekan jalan lahir

Page 19: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 19/35

 

3)  Kelainan plasenta dan selaput ketuban

4)  Persalinan lama

5)  Infeksi uterus

6)  Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat

7)  Terbukanya luka setelah bedah caesar dan luka setelah episiotomi

d.  Persiapan

a)  Alat

(a)  Alat pelindung diri (masker, hanscoen, scort)

(b)  Obat emergensi

(c)  Obat anti perdarahan

(d)  Cairan infus

(e)  Infus set

(f)  Tampon

(g)  Hecting set

b)  Pasien

Memberitahukan prosedur yang akan dilakukan

e.  Pelaksanaan

1)  Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)  Petugas menggunakan3)  Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan post partum sekunder paling

sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya.

4)  Jika mungkin mulai berikan ringer laktat / IV menggunakan jarum berlubang besar

5)  Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan

6)  Pasang IV line

7)  Buat campuran yang akurat, observasi tanda perdarahan, vital sign, dan tanda-tanda syok.

13.  Menerima pasien dengan kedaruratan psikiatri

a.  Pengertian

Suatu kegiatan menerima pasien baru dengan gangguan atau perubahan perilaku alam pikir atau

alam perasaan yang timbul secara tiba-tiba untuk mendapat pertolongan segera.

b.  Tujuan

Page 20: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 20/35

 

Untuk menghindari ancaman integritas fisik atau psikis terhadap diri pasien/orang lain maupun

ancaman integritas sosial

c.  Indikasi

1)  Pasien dengan perilaku bunuh diri

2)  Pasien ganas menyerang (violence)

3)  Panik/fuque

d.  Persiapan

1)  Alat-alat/obat

a)  Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

b)  Diagnosa test

c)  Emergency trolley

d)  Jaket pengaman (dwang jas)

e)  Manset

f)  Obat psikotropik)

2)  Pasien

Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

3)  Lingkungan

Diusahakan tempat tersendiri4)  Petugas

Lebih dari satu orang

e.  Pelaksanaan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)  Mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan/wawancara

3)  Melakukan orientasi minimal dengan memanggil nama pasien dan menyebut nama perawat

4)  Meminta kepada pasien untuk mencoba mengendalikan diri dengan kata-kata sederhana dan

mudah dimengerti.

5)  Mengajak pasien ke tempat tenang dan memotivasi untuk mengungkapkan perasaan secara

verbal

6)  Pasien gasuh gelisah yang tidak dapat dikendalikan, selanjutnya disilangkan kedepan dada

7)  Memegang tangan kanan dan kiri pasien selanjutnya disilangkan kedepan dada

Page 21: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 21/35

 

8)  Membimbing menuju tempat yang telah disediakan atau bila gadu bisa dipasang jaket pengaman

9)  Bila pasien tetap meronta dan kalau dianggap perlu, petugas I menutup muka pasien, petugas II

dan III memegang kaki kanan dan kiri pasien kemudian mengangkat ke tempat tidur yang telah

disediakan.

10)  Memasang manset tangan dan kaki kanan kiri pasien disisi tempat tidur sambil menjelaskan

bahwa tindakan tersebut adalah untuk membantu mengontrol perilakunya dan akan dibuka jika

sudah mampu mengendalikan diri

11)  Mengobservasi pasien sebelum dan sesudah tindakan meliputi :

-  Tekanan darah

-  Nadi

-  Pernafasan

-  Respon dan perilaku pasien

12)  Melaksanakan program pengobatan

13)  Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi

14)  Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene dan eliminasi

f.  Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)  Petugas tetap menjaga jarak fisik dengan pasien.

2)  Pada saat satu orang petugas berkomunikasi dengan pasien, petugas lain mengawasi dari jauh

bila pasien tidak dapat mengendalikan diri.3)  Ikat pasien dengan posisi yang sopan, kaki tidak terbuka lebar.

4)  Pada saat pemasangan manset, posisi tangan/kaki tidak seperti disalib

5)  Segera manset dibuka apabila pasien sudah dapat mengendalikan diri.

14.  Memasang manset pad apasien kedaduratan psikiatri

a.  Pengertian

Adalah suatu tindakan pengekangan pada kedaduratan psikiatri

b.  Tujuan

1)  Membantu pasien mengontrol perilakunya

2)  Pasien dapat kooperatif pada saat dilakukan pengobatan.

3)  Keamanan lingkungan dan petugas tidak terganggu

c.  Indikasi

1)  Pasien agresif 

Page 22: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 22/35

 

2)  Psikosa akut

3)  Pasien gasuh gelisah

4)  Pasin hiperaktif 

d.  Persiapan

1)  Alat

a)  Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, hanscoen, scort)

b)  Manmset

c)  Selimut/alas tempat tidur

d)  Perlak 

e)  Sabuk pengaman

2)  Obat

Obat-obat sesaui program (obat psikotropik)

3)  Pasien

Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

4)  Lingkungan

Tenang dan aman

5)  Petugas

Petugas lebih dari 2 orang

e.  Pelaksanaan1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2)  Mengusahakan agar pasien dapat terlentang di tempat tidur

3)  Petugas I memegang tangan kanan pasien, petugas II memengang tangan kiri pasien, petugas III

memegang kaki kanan, petugas IV memegang kaki kiri.

4)  Memasang manset pada tangan dan kaki kemudian diikatkan pada tempat tidur.

5)  Memasang selimut

6)  Mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian obat trasquiliser sesuai program

7)  Mengobservasi pemberian obat dan pengikatan

8)  Mencatat seluruh tindakan

f.  Hal-hal yang perlu diperhatikan

1)  Hindari adanya perlukaan akibat pengikatan

2)  Pengikatan tidak boleh terlalu ketat atau longgar dan periksa kembali setiap setengah jam

Page 23: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 23/35

 

3)  Hindari bahaya jatuh

4)  Observasi emosi pasien

5)  Pengikatan segera dibuka jika pasienj sudah mengendalikan diri

15.  Menerima pasien dengan kesadaran menurun

a.  Pengertian

Kesadaran menurun adalah menurunnya respon pasien terhadap rangsangan verbal dan

rangsangan nyeri

b.  Tujuan

Mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan mencegah terjadinya cacat tetap

c.  Indikasi

Semua pasien dengan kesadaran menurun

d.  Persiapan

1)  Alat

a)  Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b)  Emergency trolley

c)  Set terapi oksigen

d)  Set penghisap sekresi

e)  EKG record

f)  Blood gas kitg)  Set venaseksi

h)  Folley kateter

i)  Lampu senter

2)  Obat-obatan/cairan infus

a)  Adrenalin

b)  Sulfas atropin

c)  Dextrose 5 %, 10 %, 40 %

d)  NaCl 0,9 %

e)  Ringer lactat

f)  Bicarbonat nutrikus

g)  Plasma expander

h)  Obat-obatan lain sesuai kebutuhan

Page 24: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 24/35

 

3)  Pasien

Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

4)  Petugas

Lebih dari 2 orang

e.  Pelaksanaan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)  Menidurkan dan mengatur posisi pasien sesuai kondisi

3)  Menilai kesadaran pasien dengan cara :

a)  Memanggil nama pasien/menanyakan keadaannya

b)  Mencubit pasien

16.  Pemasangan Needle Thoracosintesis

a.  Pengertian

Menusukkan jarum dengan lumen yang besar ke rongga pleura

b.  Tujuan

-  Mengurangi rasa sesak nafas

-  Mengeluarkan udara dari rongga pleura

-  Mengurangi rasa sakit

c.  Indikasi

Pasien dengan tension pneumatoraxd.  Persiapan

Alat :

-  Alat pelindung diri (masker, handscoen)

-  Jarum IV line No. 14

-  Betadine

-  Kassa

-  Handscoen

-  Plester

Pasien :

-  Inform consent

-  Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

Page 25: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 25/35

 

-  Pasien tidur terlentang / sesuai kebutuhan

Petunjuk :

-  2 orang

e.  Pelaksanaan

1.  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2.  Petugas I mengamankan jalan nafas sambil mengamankan servicall

3.  Petugas II mendesinfeksi daerah yang akan dilakukan penusukan, yaitu pada daerah dada yang

mengalami tension pneumatorax

4.  Melakukan penusukan dengan jarum yang sudah disiapkan di daerah mid clavicula pada sela iga

ke tiga

5.  Setelah jarum ditusukkan pada sela iga ke tiga miringkan jarum 30-45 derajat ke arah atas.

6.  Jika jarum sudah masuk ditandai oleh suara keluarnya udara. Mandrain dicabut dan kateternya

ditinggal.

7.  Tutup ujung IV cath. Dengan klap buatan dari potongan sarung tangan telah diberikan lubang

pada ujungnya.

8.  Fiksasi IV cath dengan memberikan plester pada persambungan antara sarung tangan dengan IV

cath

9.  Catat seluruh tindakan yang sudah dilakukan dan monitor respon pasien

f.  Hal-hal yang perlu diperhatikan1.  Jumlah nafas dan kualitas pernafasan

2.  Keluhan pasien

3.  Segera lanjutkan dengan pemasangan WSD

17.  Pemasangan Needle Crico Thyroidotomy

a.  Pengertian

Menusukkan jarum yang berlumen pada membran crictohiroidea

b.  Tujuan

1.  Membuat jalan nafas

Page 26: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 26/35

 

2.  Menjaga jalan nafas tetap lancar

3.  Memberikan oksigen

c.  Indikasi

Sumbatan jalan nafas tidak biasa diatasi secara manual.

d.  Persiapan

Alat :

-  Alat pelindung diri (masker, handscoen)

-  IV catheter No. 14

-  Handschoen

-  Jet insuflation

-  Oksigen set lengkap

-  Spuit 5 ml

-  Cairan RL

Pasien :

-  Tidurkan terlentang

Petugas :

-  1 orang

e.  Pelaksanaan tindakan

1)  Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)2)  Tidurkan pasien terlentang

3)  Fiksasi trahcea pada posisi bagian lateral dekstra dan sinistra

4)  Spuit diisi dengan cairan ½ nya kemudian IV catheter pasang pada spuit.

5)  Tusukkan jarum pada membran coroctyroidea ke arah caudal

6)  Aspirasi spuit, bila keluar gelembung udara berarti benar tempat penusukan, kemudian lepaskan

spuit serta mandarin dicabut.

7)  Hubungan jarum cricityroidotomy dengan jet insuflation untuk memberikan O2 

8)  Oksigen diberikan dengan cara 1 detik ditutup dengan 4 detik dibuka

f.  Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.  Observasi pasien

2.  Jet insuflation dipasang paling lama 45 menit

3.  Segera lanjutnya pemasangan tracheostube

Page 27: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 27/35

 

18.  Operasi krikotiroidotomi

a.  Pengertian

Membuat jalan nafas melalui trachea dengan memasang kanul trachea

b.  Tujuan

Memperlancar jalan nafas pada klien yang mengalami sumbatan jalan nafas bagian atas.

c.  Indikasi

Sumbatan total jalan nafas atas

d.  Persiapan

-  Alat

1)  Alat pelindung diri (masker, handscoen)

2)  Disposible calpel no. 11

3)  Instrumen dasar

4)  Antiseptic

5)  Silocain 2 % injeksi

6)  Dysposible syring 20 cc

7)  Kanul trachea / ETT (nomor sesuai kebutuhan)

-  Pasien

1.  Inform consent

2.  Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan pada pasien dan keluarga3.  Posisi pasien terlentang dengan leher netral

-  Petugas

2 orang dokter dan perawat

e.  Pelaksanaan

(a)  Petugas menggunakan masker, handscoen

(b)  Posisi pasien terlentang dengan leher dalam posisi netral, lakukan palpasi tiroid, notch

cricothiroid internal dan eksternal notch untuk orientasi

(c)  Disinfeksi dengan propidone, iodine 10 % dan anastesi local daerah operasi

(d)  Buat insisi transversal di atas membran cricothyroid

(e)  Buka jalan nafas dengan klem atau dengan spreader trachea atau dengan pegangan scalpel

dengan memutar 90 derajat

Page 28: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 28/35

 

(f)  Balon tube dikembangkan

(g)  Observasi pengembangan paru dan auskultasi dada untuk menilai ventailasi 8. lakukan fiksasi

tube agar posisi tidak berubah

f.  Hal-hal yang perlu diperhatikan

1.  Monitor keadekuatan ventilasi

2.  Siapkan ventilator dan suction set

3.  Cek AGD

Perawatan Pasien dengan Hiperglikemia

HIPERGLIKEMIA 

1.  Pengertian

Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah daripoada rentang kadar puasa

normal 80  –  90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140  –  160 mg /100 ml darah (

Elizabeth J. Corwin, 2001 ) 

2.  Etiologi

  Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah

penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting.

  Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. 

  Faktor predisposisi herediter, obesitas 

  Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu

respon autoimun. Respon ini mereupakan repon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan

asing 

3.  Manifestasi klinik 

-  Gejala awal umumnya yaitu ( akibat tingginya kadar glukosa darah) polipagi, polidipsi, dan

poliuri. -  Kelainan kulit, gatal-gatal, kulit kering 

-  Rasa kesemutan, kram otot 

-  Visus menurun 

-  Penurunan berat badan 

-  Kelemahan tubuh dan luka yang tidak sembuh-sembuh 

Page 29: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 29/35

 

4.  Komplikasi hiperglikemia :

Dibagi menjadi 2 kategori yaitu :

a.  Komplikasi akut

1)  Komplikasi metabolic

-  Ketoasidosis diabetic

-  Koma hiperglikemik hiperosmoler non ketotik 

-  Hipoglikemia

-  Asidosis laktat

2)  Infeksi berat

b.  Komplikasi kronik 

1)  Komplikasi vaskuler

-  Makrovaskuler : PJK, stroke, pembuluh darah perifer

-  Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

2)  Komplikasi neuropati

Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare, diabetic, buli-buli

neurogenik, impotensi, gangguan reflex kardiovaskuler.

3)  Campuran vascular neuropati

-  Ulkus kaki

4)  Komplikasi pada kulit5.  Pemeriksaan penunjang

Diagnosis dapat dibuat dengan gejala-gejala diatas + GDS > 200 mg% (Plasma vena). Bila GDS

100  –  200 mg%, maka perlu pemeriksaan toleransi glukosa oral. Kriteria baru penentuan

diagnostic DM menurut ADA menggunakan GDP > 126 mg/dl. Pemeriksaan lain yang perlu

diperhatikan pada pasien DM adalah :

-  Hb

-  Gas darah arteri

-  Insulin darah

-  Elektrolit darah

-  Urinalisis

-  Ultrasonografi

6.  Penatalaksanaan

Page 30: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 30/35

 

Tujuan utama terapi Hiperglikemia adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah dan upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropati. Ada 4

komponen dalam penatalaksanaan hiperglikemia : 

a.  Diet 

1)  Komposisi makanan : 

a)  Karbohidrat = 60 – 70% 

b)  Protein 10 – 15%

c)  Lemak 20 – 25%

2)  Jumlah kalori perhari

a)  Antara 1100 – 2300 kkal

b)  Kebutuhan kalori basal : laki-laki : 30 kkal/kg BB, Perempuan : 25 kkal/kg BB

3)  Penilaian status gizi

BB

BBR = x 100 %

TB – 100

Kurus : BBR 110%

Obesitas bila BBRR > 110%

Obesitas ringan 120 – 130%

Obesitas sedang 130 – 140%Obesitas berat 140 – 200%

Obesitas morbit > 200%

Jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita DM yang bekerja biasa adalah :

Kurus : BB x 40 – 60 kalori / hari

Normal (ideal) : BB x 30 kalori / hari

Gemuk : BB x 20 kalori / hari

Obesitas : BB x 10 – 15 kalori / hari.

b.  Latihan Jasmani

c.  Penyuluhan

Dilakukan pada kelompok resiko tinggi; umur diatas 45 tahun, kegemukan lebih dari 120% BB

idaman atau IMT > 27 kg/m, hipertensi > 140/90 mmHg, riwayat keluarga DM, dislipidemia,

Page 31: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 31/35

 

HDL 250 mg/dl, parah TGT atau GPPT (TGT : > 140 mg/dl  –  2200 mg/dl), glukosa plasma

puasa derange / GPPT : > 100 mg/dl dan < 126 mg/dl).

d.  Obat berkaitan hiperglikemia

7.  Pengkajian keperawatan

a.  Aktivitas/istirahat

Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan

tidur/istirahat.

Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas

b.  Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas,

ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda : takikardia, perubahan tekanan darah postural; hipertensi, nadi yang menurun/tak ada,

disritmia, krekels : DVJ (GJK), kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata cekung

c.  Integritas ego

Gejala : stres; tergantung pada orang lain, masalah financial yang berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

d.  Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih

(infeksi) ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria jika

terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi). abdomen keras, adanya asites,

bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare). 

e.  Makanan/cairan

Gejala : hilang nafsu makan, mual / muntah, tidak mengikuti diet ; peningkatan masukan glukosa

 / karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu, haus,

penggunaan diuretik (tiazid). 

Tanda : kulit kering / bersisik, tugor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah, pembesaran

tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halotosis / manis,

bau buah (napas aseton). 

f.  Neurosensori

Page 32: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 32/35

 

Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia,

gangguan penglihatan.

Tanda : disorientasi; mengantuk, letargi, stupor/koma (tahap lanjut), gangguan memori (baru,

masa lalu); kacau mental, reflex tendon dalam (RTD) menurun (koma), aktivitas kejang (tahap

lanjut dari DKA).

g.  Nyeri/kenyamanan

Gejala : abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).

Tanda : wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.

h.  Pernapasan

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya

infeksi / tidak).

Tanda : lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan.

i.  Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal; ulkus kulit.

Tanda : demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang

gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan

cukup tajam).

 j.  Seksualitas

Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme padawanita.

k.  Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : faktor risiko keluarga; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi, penyembuhan yang

lambat, penggunaan obat seperti steroid, diuretic (tiazid); Dilantin dan fenobarbital (dapat

meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai

pesanan. 

Pertimbangan

Rencana pemulangan : Mungkin mmerlukan bantuan dalam pengarturan diet, pengobatan,

pwerawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah 

8.  Pemeriksaan Diagnostik 

-  Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih 

-  Aseton plasma ; Positif secara mencolok. 

Page 33: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 33/35

 

-  Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.  

-  Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l. 

-  Elektrolit :

Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

Kalium ; Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller), selanjutnya akan menurun.

Fospor : Lebih sering menurun. 

-  Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan

kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM ) dan karenanya sangat

bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA yang

berhubungan dengan insiden. 

-  Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis

metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik. 

-  Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis, hemokonsentrasi,

merupakan respon terhadap stress atau infeksi. 

-  Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal). 

-  Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut sebagai

penyebab dari DKA. 

-  Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1) atau normal sampai

tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan dalam penggunaannya (

endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan

antibodi. (auto antibodi). 

-  Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa

darah dan kebutuhan akan insulin. 

-  Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat. 

-  Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan

dan infeksi pada luka. 

9.  Diagnosa keperawatan yang sering muncul : 

1)  Kekurangan volume cairan 

2)  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 

3)  Risiko tinggi terhadap infeksi 

Page 34: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 34/35

 

4)  Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori 

5)  Kelelahan 

6)  Ketidakberdayaan 

7)  Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan pengobatan. 

Page 35: Standar Operating Procedure

5/17/2018 Standar Operating Procedure - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/standar-operating-procedure-55ab58f08000c 35/35