STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR...

32
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SEKSI PEMELIHARAAN TERNAK (PT) BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN BET B a l a i E m b r i o T e r n a k C i pe l a n g

Transcript of STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR...

Page 1: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)SEKSI PEMELIHARAAN TERNAK (PT)

BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANGDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN

KESEHATAN HEWAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

BET

Balai

Embrio Ternak C

ip

elang

Page 2: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

SEKSI PELAYANAN TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK

Tugas utama di dalam pemeliharaan ternak meliputi sanitasi ternak dan lingkungan

kandang, pemberian pakan ternak baik hijauan maupun pakan tambahan (konsentrat),

penyediaan air minum, pemeliharaan ternak berdasarkan umur atau status ternak (sapi

donor, resipien, dara, bunting, pejantan, dan pedet), melakukan pengukuran berat badan,

BCS (Body Condition Score), dan uji performance serta rekording segala kegiatan

berhubungan dengan kondisi ternak. Uraian kegiatan yang dilakukan unit perawatan

ternak sapi adalah sebagai berikut:

A. PROSEDUR PEMELIHARAAN SAPI DONOR DAN RESIPIEN

1. Prosedur Sanitasi Kandang

Secara umum kegiatan harian perawatan sapi donor dan resipien meliputi, pembersihan

kandang dan lingkungannya, pembersihan tempat pakan dan minum, memandikan sapi,

perawatan/pemotongan kuku dan bulu, serta melakukan pelepasan sapi untuk kegiatan

exercise.

Pembersihan atau sanitasi kandang dilakukan 2 kali dalam 1 hari oleh petugas kandang

yaitu pada pagi mulai jam 06.30 dan sore hari pada jam 14.30. Kegiatan pembersihan

kandang meliputi pembersihan kotoran ternak (faeces) yang ditampung pada tong ataupun

langsung dialirkan melalui saluran pembuangan menuju kebun rumput. Kotoran yang

ditampung di tong akan dijadikan sebagi pupuk organik untuk tanaman rumput. Kegiatan

selanjutnya adalah menyemprot dan menyikat lantai dan dinding kandang sampai bersih

dengan menggunakan sikat dan air yang diikuti oleh kegiatan membersihkan sisa pakan

dari tempat pakan dan mengganti dan membersihkan tempat air minum. Selain kegiatan

diatas dilakukan juga pembersihan langit-langit dan tembok di sekitar lingkungan kandang

satu minggu sekali.

2. Prosedur Sanitasi Ternak

Sanitasi ternak dilaksanakan bersamaan dengan proses sanitasi kandang dan dilakukan

dua kali setiap hari oleh petugas kandang pada pagi dan sore hari. Kegiatan yang

dilakukan meliputi pembersihan sisa kotoran/feces yang menempel pada tubuh ternak

Page 3: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 2

dengan cara menyemprot dan menyikat tubuh ternak mulai dari badan hingga kaki/kuku

ternak. Tujuannya yaitu agar performance dan kondisi ternak selalu dalam keadaan bersih

dan terawat.

3. Prosedur Pemberian Hijauan Pakan Ternak (HPT) da n Konsentrat.

Pemberian pakan hijauan dilakukan setelah pekerjan sanitasi kandang dan ternak telah

selesai dilakukan. Pemberian pakan hijauan dilakukan 2 kali dalam sehari. Pemberian

pagi hari dilakukan jam 08.00 dan pemberian sore hari dilakukan pada jam 15.00.

Pemberian pakan hijauan untuk sapi donor dan resepien sebanyak 10 % dari bobot badan

atau di sesuaikan dengan kondisi fisiologinya. Jenis pakan hijauan yang tersedia adalah

King grass, Brachia Decumbens, Star Grass dan rumput lapang lain. Pada saat terjadi

kekurangan HPT maka pakan hijauan akan ditambahkan silase tidak lebih dari 20%

hijauan.

Gambar 1. Pemberian HMT

Pemberian pakan konsentrat diberikan satu kali dalam sehari yaitu pada siang sekitar jam

13.00. Pemberian konsentrat untuk sapi donor dan resepien yaitu sebanyak 1 % dari bobot

badan atau disesuaikan dengan kondisi fisiologisnya. Pakan konsentrat yang diberikan

untuk sapi donor mempunyai kandungan protein kasar minimal 16% dan untuk sapi

resipien minimal 14%.

Page 4: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3

Gambar 2. Pemberian Konsentrat

4. Prosedur Pemberian Air Minum

Pemberian air minum dilakukan setelah bak air minum dibersihkan setiap hari. Air minum

diberikan secara adlibitum dan ketersediaannya harus selalu ada dalam kondisi bersih dari

kotoran atau sisa pakan yang tersisa.

B. PROSEDUR PEMELIHARAAN SAPI BUNTING DAN SAPI DARA (CALON BIBIT).

1. Prosedur Pemeliharaan Sapi Bunting

a) Perawatan Sapi Bunting

Pemelihraan sapi bunting merupakan hal yang penting dalam manejemen pemeliharaan.

Sapi yang telah dinyatakan bunting pada pemeriksaan kebuntingan dipisahkan dalam

kandang khusus sapi bunting. Hal ini diperlukan untuk mempermudah perawatan secara

intensif dan mencegah terjadinya trauma.

b) Pemberian Hijauan, Konsentrat dan Air Minum

Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sapi bunting adalah pemberian

pakan hijauan dan konsentrat yang baik dan sesuai. Hal ini sangat berkaitan dengan

proses perkembangan janin atau fetus yang sedang dikandung dan persiapan kelahiran

yang prima. Pada bulan pertama sampai tiga bulan sebelum melahirkan, ternak diberi

pakan hijauan dan konsentrat lebih banyak. Dua bulan sebelum melahirkan pakan

konsentrat dikurangi agar tidak menyebabkan kegemukan yang akan menghambat

proses kelahiran. Gerak jalan atau exercise diperlukan bagi ternak yang sedang bunting.

Prosedur pemberian pakan sapi bunting atau laktasi akan ditampilkan pada Tabel 1

Page 5: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 4

Tabel 1 . Prosedur Pemberian Pakan Sapi Bunting at au Laktasi

c) Prosedur Kelahiran

Proses kelahiran merupakan peristiwa penting untuk mempertahankan agar induk dan

pedet selamat. Beberapa prosedur yang dilakukan dalam proses kelahiran adalah

sebagai berikut:

a) Posisikan induk pada kandang individu

b) Siapkan beding (rumput kering/serbuk gergaji) pada lantai kandang

c) Siapkan peralatan dan obat obatan yang di butuhkan

d) Periksa kondisi induk dan pedet yang dikandungnya (posisi)

e) Kondisikan sapi pada posisi berbaring/rebah

f) Tarik pedet secara perlahan kearah keluar dan kearah bawah dari induk

g) Segera berikan cairan infuse apabila kondisi induk lemah dan berikan vitamin k-3

apabila induk mengalami pendarahan

h) Induk diberi injeksi Antibiotika dan analgesic serta vitamin tambahan

i) Apabila induk mengalami distokia, segera putuskan untuk melakukan tindakan

medik selanjutnya

Masa Fisiologis Hijauan (kg) Silase (kg) Konsentrat

(kg) Keterangan

1. Masa Kering

2 minggu sebelum partus

45 – 55

9-11

0

Atau setara dengan

10 % BB sapi

2. Awal La ktasi

0 – 20 hr pasca partus

20 – 90 hr pasca partus

50 – 60

50 – 60

10-12

0 – 4

6 – 8

Atau setara dengan

10 % dari BB sapi

3. Tengah Laktasi

90 – 120 hr pasca partus

120 – 210 hr pasca partus

45 – 55

45 – 55

9-11

8

6 – 4

4. Akhir Laktasi

210 – 305 hr pasca partus

45

9

Page 6: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 5

j) Pengamatan plasenta,pastikan plasenta keluar dengan sempurna

k) Apabila plasenta tidak keluar maksimal 48 jam,lakukan tindakan medik selanjutnya.

2. Prosedur Perawatan Sapi Dara (Calon Bibit)

a) Perawatan Sapi Dara

Sapi dara atau sapi calon bibit adalah sapi yang berumur antara 7 – 12 bulan. Pada

masa ini diperlukan perhatian yang khusus dalam sistem pemeliharaan dan sistem

pemberian pakan. Calon sapi bibit yang baik sangat tergantung dari perawatan saat

masa mulai lepas sapih sampai siap kawin (umur 12 - 16 bulan) dengan target bobot

badan sapi 285 – 300 kg. Perawatan sapi dara meliputi kegiatan sanitasi ternak,

kandang dan manajemen pemberian pakan. Pekerjaan sanitasi ternak meliputi kegiatan

membersihkan tubuh ternak minimal 1 kali setiap harinya dan pembersihan kandang

baik di dalam maupun diluar.

Gambar 3. Perawatan Sapi Dara - Resipien

b) Pemberian Pakan Hijauan, Konsentrat dan Air Minu m

Pemberian hijauan pakan ternak dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada jam 8.00 –

10.00 dan jam 15.00-16.00 dengan banyaknya pemberian antara 10 – 20 kg per hari

tergantung umur ternak dan bobot badan ternaknya. Pemberian konsentrat di berikan

dua kali sehari pada jam 8.00 – 10.00 dan jam 15.00-16.00dengan banyaknya

pemberian 1.5 – 2 kg per hari (sistem pemberian dapat dilihat di Tabel 2.

Page 7: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 6

Tabel 2. Pemberian Pakan pada Sapi Dara Calon Bibit

Umur Estimasi Pemberian Pakan dan Air

Berat badan Rumput Segar Konsentrat Air

7 bulan 175 kg 10 -12 kg 1.5 kg

Adlibitum

8 bulan 198 kg 12 - 14 kg 1.5 kg

9 bulan 224 kg 14 - 15 kg 1.5 kg

10 bulan 250 kg 15- 18 kg 1.5 kg

11 bulan 274 kg 18 - 20 kg 2.0 kg

12 bulan 297 kg > 20 kg 2.0 kg

C. PROSEDUR PEMELIHARAAN SAPI PEDET HASIL TRANSFER EMBRIO

Pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam suatu

proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Prosedur pemeliharaan sapi pedet dimulai dari

proses kelahiran pedet tersebut sampai ternak tersebut mengalami proses lepas sapih

( 4 bulan). Penanganan yang baik dan benar di saat sapi baru lahir sampai lepas sapih

sangat berpengaruh terhadap perkembangan ternak selanjutnya.

Gambar 4. Sapi Pedet Hasil Transfer Embrio

Page 8: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 7

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sapi pedet diantaranya :

1. Manajemen Penanganan Pedet pada saat Lahir

a) Membersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung demikian pula yang ada

pada tubuhnya dengan menggunakan handuk yang bersih sehigga pedet dalam

kondisi kering.

b) Membantu pernafasan pedet apabila pedet sulit bernafas dengan cara ; a).

Memasukkan jari ke dalam rongga mulut untuk mengeluarkan lendir, 2). Jika pedet

masih tidak bisa mengangkat kepalanya, angkat dan turunkan pedet berulang-ulang

(3-5 kali) melalui kaki belakangnya sehingga lendir keluar dari rongga hidung dan

rongga mulut, 3). Jika pedet masih tidak bisa mengangkat kepalanya, siram pedet

degan air dingin.

c) Memotong tali pusar dengan menyisakan ±2 cm dari pangkal pusar dan tali pusar

disuci hamakan (desinfeksi) dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat.

d) Berikan jerami (rumput kering) sebagai alas.

e) Beri kolostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir, pastikan induk

mengeluarkan susu/kolostrum yang cukup.

f) Bila susu/kolostrum induk kurang/tidak ada berikan susu dari induk lain.

g) Segera dilakukan penimbangan terhadap pedet yang baru lahir dan mencatat semua

data yang diperlukan.

Gambar 5. Penanganan Kelahiran Pedet

2. Manajemen Pemberian Kolostrum.

Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan,

berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal. Komposisi kolostrum

terdiri dari a). Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan

proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu

Page 9: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 8

normal, b).Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan

pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan), c).Kolostrum

mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare, d). Mengandung inhibitor

trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein, e). Kolostrum kaya akan zat

antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi, f). Kolostrum

dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena

mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.

Mutu Kolostrum dapat ditunjukkan dari warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya

(kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin).

Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4

minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan

puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah.

Kolostrum diberikan pada saat pedet baru lahir hingga pedet berusia 4 hari, rangkaian

kegiatan yang perlu dilakukan pada manajemen pemberian kolostrum adalah sebagai

berikut :

1. Segera bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan menggunakan

air hangat.

2. Usahakan pedet dapat segera menyusu pada induknya ( dalam waktu kurang dari 15

– 30 menit ). Induk dan pedet jangan dipisah dulu, agar pedet dapat langsung

menyusu pada induknya. Selain itu dengan menyusu, akan merangsang sekresi

oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga kotoran yang ada dalam

uterus induk setelah melahirkan dapat dibersihkan.

3. Bila pedet tidak dapat menyusu sendiri pada induknya maka induk diperah

kolostrumnya sebanyak 1 liter dan diberikan kepada pedet.

4. Berikan segera ke pedet dalam waktu 15 – 30 menit.

5. Berikan kembali kolostrum dalam dua kali pemberian berikutnya masing-masing 1-1,5

liter/pemberian dalam waktu 12 – 24 jam berikutnya sejak lahir.

6. Kapasitas normal pedet yang baru lahir adalah 1-1,5 liter, dengan demikian kolostrum

tidak dapat diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali dalam sehari.

g) Untuk hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6 liter/hari

dalam 3 kali pemberian (1.5 – 2 liter /pemberian).

Page 10: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 9

h) Kualitas kolostrum menentukan konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila kurang

memadai peluang hidup 30 % dan bila baik dapat menjadi 95%.

3. Prosedur Pemberian Susu dan Pakan Pedet

a. Pemberian susu, Milk Replacer, dan Milk Stater

Pedet yang dipelihara di BET semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang

optimal. Nutrisi yang baik saat pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara

dan siap jadi bibit yang prima sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.

Pemberian susu induk kepada pedet dimulai sejak hari ke-4 dimana masa pemberian

kolostrum telah berakhir. Pemberian susu dan pakan pedet dilakukan secara bertahap

sesuai umur pedet dan berat badan pedet tersebut. Standar prosedur pemberian susu

pada pedet tertera seperti dibawah ini

1. Pemberian susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 4 – 5 hari.

2. Pemberiannya perlu dibatasi berkisar 8 – 10 % bobot badan pedet. Misalnya pedet

bobot badannya 50 kg, maka air susu yang diberikan 4 – 5 liter/ekor/hari.

3. Pemberian susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari dilakukan 2 kali pemberian.

4. Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat sampai menginjak usia 2 bulan

(8 minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus menurun sampai ke fase

penyapihan di usia 4 bulan (16 minggu). (dapat dilihat di tabel 3.).

5. Hindari pemberian susu berlebih dan berganti-ganti waktu secara mendadak. Over

feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi bahan

kering dan akan mengakibatkan diare.

6. Jangan memberikan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena infeksi

(suhu tubuhnya meningkat).

Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan

susu pengganti (Milk Replacer). Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan

pertambahan bobot badan yang sama dengan jika diberi air susu sampai umur 4 minggu.

Namun kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa

kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari

bahan baku yang berasal dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak

susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat

pedet sudah berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia

Page 11: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 10

kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-

patian dan protein selain casein (protein susu).

Milk replacer yang baik mempunyai standar komposisi sebagi berikut :Protein 20%, lemak

12%, serat kurang dari 0.25% dan juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare.

Selain itu antibiotik juga dapat memberikan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu

yang halus, pertambahan bobot badan dan efisien penggunaan pakan. Anti biotik yang

sering digunakan adalah Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Frekuensi pemberian sama

dengan pemberian air susu harus lebih dari 1X dalam 1 hari dan yang terpenting harus

teratur waktu dan jumlahnya.

Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan).

Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan

padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 12 minggu. Tetapi untuk

sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan.

Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah

mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot

pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf starter yang baik

adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8

minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan: Protein Kasar 16 – 20%, TDN 75 – 80%,

Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked.

b) Pemberian Pakan Hijauan pada Pedet

Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, bertujuan untuk pengenalan atau

adaptasi guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum

dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.

Berikut adalah tahapan prosedur pengenalan pakan hijauan pada pedet:

1. Perkenalkan pemberian hay/rumput dapat dimulai sejak pedet berumur 2 – 3 minggu.

Berikan rumput yang berkualitas baik dan bertekstur halus.

2. Hijauan yang diberikan diusahakan dalam bentuk hijauan kering/hay.

3. Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa

memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.

4. Pemberian hijauan harus mulai ditingkatkan setelah memasuki fase penyapihan.

Page 12: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 11

Berikut ini adalah Tabel yang menyajikan pemberian pakan pededet berdasarkan umurnya:

Tabel 3. Pemberian Pakan untuk Pedet

Umur

Estimasi

Bobot

badan

Pemberian Pakan dan Air

Air susu Rumput

kering/hay

Rumput

segar

Konsentrat/

calf starter Air

Lahir 30-40 kg kolostrum - - -

1 minggu 30-40 kg 4 liter

adlibitum

2 minggu 34-44 kg 4 liter 0.1 kg

2-4 minggu 41-51 kg 4 liter 0.5 kg 0.2 kg

4-6 minggu 48-58 kg 5 liter 0.6 kg 0.3 kg

6-8 minggu 55-65 kg 6 liter 0.8 kg 0.5 kg

8-10 minggu 62-72 kg 6 liter 1.0 kg 5 kg 0.8 kg

10-12 minggu 69-79 kg 4 liter 2.0 kg 6 kg 1.0 kg

12-14 minggu 76-86 kg 2 liter 3.0 kg 7 kg 1.0 kg

14-16 minggu 83-93 kg 1 liter 4.0 kg 8 kg 1.0 kg

c) Prosedur Pemeliharaan Sapi Lepas Sapih (4 bul an – 6 bulan)

Awal masa sapih rumen sapi sudah mulai berfungsi layaknya hewan dewasa, namun

belum mencapai kapasitas maksimal. Sejak disapih pemberian calf starter diteruskan

sebanyak 1 kg, lalu ditingkatkan menjadi 2 kg sampai umur 6 bulan. Batasi pemberian calf

starter sampai 2 kg/ekor/hari, agar anak sapi jangan terlalu gemuk.

Konsumsi rumput akan meningkat dari hari ke hari perkiraan konsumsi rumput dimulai dari

6-8 kg/hari (sejak disapih) menjadi kurang lebih 10-12 kg/hari (pada umur 6 bulan).

Rumput yang diberikan harus berkualitas baik bisa dengan cara pemberian campuran

leguminosa dengan rumput lapangan. Selain itu anak sapi pada fase ini perlu diberi air

secara ad-libitum dan mineral jilat yang baik.

d) Prosedur Pemeliharaan Sapi 6 Bulan sampai dengan 1 Tahun

Setelah berusia 6 bulan, rumen akan berkembang dan berfungsi secara maksimal. Pada

saat ini konsumsi hijauan dapat dimaksimalkan. Kadar zat makanan yang dibutuhkan pada

saat pembesaran sapi ini adalah Protein kasar 9%, TDN = 56%,Ca 0.37 dan P 0.32.

Dengan kata lain rumput saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada fase

pertumbuhan ini maka diperlukan penambahan konsentrat. Pada umur 6 – 12 bulan

berikan konsentrat sebanyak 2 – 3 kg/ekor/hari dan air minun secara ad-libitum. Perkiraan

Page 13: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 12

konsumsi rumput adalah 15 – 25 kg/ekor/hari. Pemberian seperti ini memungkinkan

pertumbuhan sapi yang optimal. Prosedur pemberian pakan hijauan dan konsentrat dapa

dilihat pada Tabel 2.

Gambar 6. Pemeliharaan Sapi 6 Bulan sampai dengan 1 Tahun

D. Prosedur Pembuntingan

Program pembuntingan merupakn proses membuntingkan sapi dalam rangka

menyediakan bibit baik jantan maupun betina. Program pembuntingan dapat dilakukan baik

melalui Inseminasi Buatan (IB) pada donor yang diistirahatkan dan calon donor maupun

aplikasi Transfer Embrio (TE) pada resipien. Berikut adalah prosedur pembuntingan:

Aplikasi Inseminasi Buatan (IB)

1. Pengamatan birahi pada sapi donor yang di istirahatkan dari produksi dan calon

donor

2. IB dilaksanakan ± 8 jam setelah menunjukan gejala berahi

3. Posisikan ternak pada posisi diam

4. Thawing straw semen dengan menggunakan air hangat (34°C - 36°C) selama 25 –

30 detik

5. Straw semen di lap dengan menggunakan tissue kering

6. Masukan straw semen kedalam AI gun kemudian potong bagian penutup straw

7. selubungkan plastic shet IB pada AI gun

8. Posisikan tangan kiri memegang cervix

9. Vulva di lap menggunakan tissue non alcohol hingga bersih dari kotoran

10. Disposisikan semen pada posisi cincin ke 4 dari cervix

11. Melakukan pencatatan

Page 14: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 13

Aplikasi Transfer Embrio (TE)

1. Pengamatan berahi sapi resipien

2. Palpasi per rectal 7 hari ± 1 hari setelah berahi atau 5 hari setelah met estrus dan di

catat pada form seleksi resipien

3. Posisikan sapi pada posisi diam

4. Anastesia epidural (bius local) pada coccigea atau tulang ekor ke satu atau ke dua

dengan menggunakan jarum ukuran 18G dan lidocain HCl 2 % sebanyak 2 – 4 ml

5. Thawing straw embrio di udara selama 10 – 12 detik dilanjutkan dengan air hangat

(34°C - 36°C) selama 25 – 30 detik

6. Straw Embrio yang telah di thawing di lap dengan tissue, label embrio di ambil dan

dicatat pada form aplikasi transfer embrio

7. Masukan straw embrio kedalam ET gun kemudian bagian penutup straw embrio di

potong ± 5 mm

8. Selubungkan plastic sheet dan outer sheet pada ET gun

9. Posisikan tangan kiri memegang cervix

10. Vulva di lap menggunakan tissue non alcohol

11. Masukan ET gun secara intra uteri dan disposisikan embrio pada cornu uteri dimana

terdapat CL fungsional (TE tunggal), cross cornu uteri (TE twinning)

E. Prosedur Pengukuran Berat Badan dan Penilaian Body Condition Score (BCS)

Pengukuran berat badan dilakukan sejak sapi lahir hingga usia dewasa. Pengukuran berat

badan sangat penting artinya untuk pelaksanaan uji performans suatu individu ternak.

Pengukuran dilakukan 1 bulan 1 kali, untuk sapi yang baru lahir sampai denganvumur 1

tahun dilakukan pula pengukuran lingkar dada (LD), tinggi gumba (TG), Panjang Badan

(PB), dan tinggi panggul (TP). Alat untuk melaksanakan pengukuran berat badan dapat

dilakukan dengan pita ukur ataupun timbangan sapi elektrik.

Penilaian kondisi tubuh atau BCS dilakukan dengan pengamatan dan perabaan bagian

tulang belakang (backbone), loin dan pinggul (rump). Pengamatan dilakukan untuk melihat

deposit (cadangan) lemak dibagian punggung, pinggul dan ekor.

Nilai kondisi tubuh adalah 1.0 – 5.0 (Gambar 11.) dengan skala kenaikan 0.25. Sapi dengan

skor kondisi tubuh 1.0 adalah sangat kurus sekali dan tidak ada cadangan lemak sama

Page 15: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 14

sekali, sedangkan sapi dengan skor 5.0 kondisi tubuhnya sapi gemuk sekali dan

overcondition.

Gambar 7. Angka Score Penilaian BCS

Pada Gambar 12. diperlihatkan irisan punggung, yang terdiri dari kulit, tulang punggung

(backbone), lemak (fat cover), otot (muscle), tulang rusuk pendek (short rib). Bagian ini

paling ideal untuk diamati dalam melihat kondisi tubuh.

Gambar 11. Bagian tulang punggung dan lokasi perabaan

Gambar 8. Daerah pengamatan penilaian kondisi tubuh dari samping

Page 16: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 15

Pengamatan kondisi tubuh relatif mudah dilakukan. Pertama lakukan penekanan dengan

menggunakan tangan pada bagian punggung, pin bone dan hip bone. Pegang bagian loin

dimana tulang rusuk pendek bagian atas untuk merasakan seberapa banyak perlemakan

yang ada. Penekanan dengan tangan merupakan indikator yang baik untuk melihat

perlemakan tubuh.

Penilaian kondisi tubuh hendaknya dilakukan oleh orang yang bertanggungjawab dalam

pemberian pakan. Untuk menjadi agar sapi dalam kondisi tubuh yang baik, nilai kondisi

tubuh harus disesuaikan dengan standar (Factsheet) seperti pada Gambar 4, dan selalu

didiskusikan dengan akhli nutrisi dan veteriner. Penilaian kondisi tubuh harus dilakukan

secara teratur untuk melihat perkembangan cadangan lemak tubuh.

Dengan pengalaman, penilaian kondisi tubuh hanya membutuhkan waktu 10-15 detik tiap

sapi, namun dapat memberikan informasi yang baik dalam menentukan kesehatan dan

manajemen pemberian pakan.

F. Prosedur Penetapan Calon Pejantan dan Donor

a) Penetapan Calon Pejantan

1. Pendataan silsilah calon pejantan dua generasi keatas.

2. Seleksi awal dilakukan melalui uji performan dan kesehatan hewan yaitu pada umur 6

(enam) bulan.

3. Seleksi dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.

4. Dilakukan strandarisasi umur 205 dan 365 hari.

5. Setelah 365 hari dilakukan uji performan hingga umur 18 bulan.

6. Penetapan calon pejantan dilakukan oleh pengawas bibit ternak.

b) Penetapan Donor

1. Pendataan silsilah calon donor dua generasi keatas.

2. Seleksi awal dilakukan melalui uji performan dan kesehatan hewan yaitu pada umur 6

(enam) bulan

3. Status reproduksi baik dan normal yang diutamakan hasil palpasi rectal oleh petugas

yang ditunjuk

4. Seleksi dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.

5. Dilakukan standarisasi umur 205-365 hari untuk menentukan calon donor

Page 17: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 16

6. Setelah 365 hari dilakukan uji performan hingga umur 18 bulan.

7. Calon donor di IB pada umur 15-18 bulan

8. Setelah partus dilakukan kempali seleksi performan dan kesehatan.

9. Penetapan Donor dilakukan oleh wasbitnak.

G. Prosedur Pemotongan Tanduk

Pemotongan tanduk dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: secara manual dan

elektrik. Pemotongan tanduk secara manual biasanya menggunakan alat gergaji besi yaitu

dengan memotong tanduk jarak 2 cm dari pangkal tanduk, pamotongan dengan cara ini

dilakukan terhadap tanduk yang sudah tumbuh. Pemotongan dengan gergaji tidak

dilakukan pada pangkal tanduk untuk mencegah tanduk tumbuh kembali.

Sedangkan pemotongan tanduk secara elektrik adalah dengan menggunakan electric

dehorner. Alat ini digunakan untuk pencegahan tumbuhnya tanduk pada pedet umur

kurang lebih 3 minggu pada saat bakal tanduk mulai tampak dengan adanya pengerasan

kulit sebelumnya, dalam pelaksanaannya electric dehorner dipanaskan dengan aliran listrik

selama 15-20 menit, kemudian bakal tanduk yang sudah mulai mengeras ditekan dengan

electric dehorner selama 5-10 detik hingga bakal tanduk terbakar membentuk lingkaran

sedalam 2mm, sehingga tanduk tidak akan tumbuh. Dengan demikian, untuk memperoleh

hasil yang baik dalam melakukan pemotongan tanduk perlu dipahami pengetahuan akan

anatomi tanduk guna mengurangi resiko yang akan timbul.

Gambar 9. Pemotongan Tanduk secara Elektrik

H. Prosedur Pemotongan Kuku

Sapi yang dikandangkan kukunya cenderung akan cepat tumbuh. Apabila dibiarkan kuku

akan bertambah panjang, membengkok , atau melebar ke atas, Kondisi ini bisa

menyebabkan ketegangan otot kaki dan syaraf sehingga membuat sapi menjadi lemah,

berjalan pincang dan kakiknya menjadi sakit. Dampak lanjut dari kejadian ini adalah

Page 18: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 17

terjadinya gangguan pertumbuhan sapi, kuku sapi akan mudah keropos dan beercelah-

celah sehingga mudah terserang penyakit kuku (panaritium), bagi sapi bunting jika kuku

bermasalah maka akan membuat sapi tidak tahan berdiri lama dan mudah sekali terjatuh

yang dapat mengakibatkan terjadinya abortus, sementara pada sapi-sapi laktasi hasil susu

akan menurun. Oleh karena itu manajemen pemeliharaan kuku perlu diperhatikan.

Pelaksanaan pemotongan kuku pada sapi dewasa dilakukan 2 kali dalam satu tahun,

terkecuali untuk sapi-sapi yang mengalami masalah kesehatan. Berikut ini adalah tahapan

pemotongan kuku;

a) Sebelum melaksanakan pemotongan kuku, tempatkan sapi pada lantai yang datar,

kemudian dilakukan penilikkan dari depan, samping, dan belakang. Setelah itu sapi

dibawa berputar-putar kekiri dan kanan sehingga dapat diketahui kondisi sapi selama

berjalan dan dapat diputuskan cara pemotongan yang baik bagi sapi tersebut.

b) Setelah membuat keputusan, sapi dimasukkan dalam kandang jepit, bagian depan dan

belakang diikat dengan tali tambang dan usahakan seluruh kuku berpijak pada lantai.

c) Pemotongan dimulai pada bagian dinding kuku dengan menggunakan kampak dan

palu. Saat memotong, usahakan bidang kampak tegak lurus dengan bidang kuku. Kuku

dari depan dibentuk bulat telur, sedangkan kuku dari kaki belakang dibentuk oval

sehingga secara umum kuku yang baik telah terbentuk. Apabila kuku sudah terlalu

panjang dan tebal sebaiknya dilakukan secara bertahap dalam selang waktu 2 atau tiga

bulan,selain itu jangan memotong lebih dari 1.5 cm, karena kita belum dapat

mengetahui dimana white line berada. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendarahan.

Selain menggunakan kampak dapat juga menggunakan tang pemotong kuku. Jika

menggunakan alat ini kaki harus diangkat dan diikat di bagian bawah kuku asesoris

sebelum dilakukan pemotongan kuku.

d) Setelah seluruh kuku telah dipotong dengan kampak, angkatlah kakinya untuk melihat

bagian telapak. Agar sapi tidak cepat lelah, sebaiknya dimulai dari kaki belakang

kemudian secara diagonal ke kaki depan. Bersihkan telapak kaki dengan menggunakan

rennet. Dengan cara meletakkan jari telunjuk ndan jari tengah pada dinding kuku

sebelah atas, perhatikan bagian teracak kanan dan kiri dengan melakukan penilikan dari

titik tumit sehingga dapat diketahui seberapa jauh kemiringan kuku, ketebalan, dan

panjang dinding kuku.

Page 19: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 18

e) f) Gambar 14. Batasan Potong Kuku

g) Bagian teracak yang paling tebal dipotong terlebih dahulu dengan menggunakan kama

gata tei to. Pemotongan dilakukan dengan cara mengiris tipis-tipis searah dengan mata

pisau, pengirisan dilakukan sedikit demi sedikit hingga batas white line dapat dilihat.

Pengirisan dihentikan apabila telapak kuku terutama didaerah white line sudah berwarna

kemerahan.

h) Apabila kedua belah teracak sudah sama rata, dibuat cekungan dengan cara pengirisan.

i) Pada bagian dinding kuku yang lebar ditipiskan dengan menggunakan kikir hingga 0.5

cm - 1 cm dari batas white line. Penipisan dimulai dari dinding kuku sebelah belakang

menuju ke depan sejajar dengan batas white line.

Gambar 15. Cara Mengangkat Kaki

H. KESEHATAN HEWAN

Tugas utama dari bagian kesehatan hewan adalah melaksanakan tindakan pencegahan

dan pemberantasan penyakit hewan serta tindak karantina terutama bagi ternak baru

yang akan masuk, memeriksa status kesehatan setiap individu ternak, mencegah,

mengidentifikasi / mendiagnosa jenis penyakit yang terjadi pada ternak serta mengobati

Page 20: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 19

ternak jika ada ternak yang sakit dan melakukan tindakan isolasi bagi ternak yang diduga

menderita sakit yang membahayakan.

1. Perlakuan bagi ternak yang akan masuk ke BET Cipela ng

b) Untuk mencegah masuk, keluar dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina,

pemerintah dan pihak lain dapat menyediakan instalasi karantina didalam maupun

diluar tempat pemasukan atau pengeluaran. Sebelum hewan ternak datang perlu

adanya persiapan sarana dan prasarana. Sarana utama yang harus ada adalah

tempat isolasi Hewan, meliputi :

1. Kontruksi bangunan instalasi harus kuat dan memenuhi persyaratan sehingga

dapat menjamin keamanan hewan maupun petugas dan pekerja.

2. Dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum yang mudah dibersihkan

dan disuci hamakan

3. Memiliki sistem penampungan limbah cair dan limbah padat

4. Memiliki sarana pengolahan limbah, untuk menghindari pencemaran

lingkungan dan kemungkinan penyebaran hama penyakit hewan karantina.

5. Lantai Kandang harus kuat dan tidak licin untuk menjamin keselamatan hewan,

memudahkan pembersihan dan pensucihamaan

6. Atap Kandang terbuat dari bahan yang bisa menutupi sebagian atau

keseluruhan kandang dan tidak bocor, serta mempunyai ketinggian yang

menjamin sirkulasi udara berjalan dengan baik.

7. Pagar pembatas antara kandang terbuat dari bahan yang kuat dan menjamin

hewan karantina tidak lepas serta dilengkapi dengan pintu

8. Daya Tampung Kandang cukup untuk menampung hewan karantina secara

nyaman, leluasa, sehingga bisa mendapatkan pakan dan minum sesuai

kebutuhan.

c) Selama tindakan karantina/isolasi dilakukan pengambilan sampel darah untuk

dilakukan pemeriksaan secara laboratoris dan dikirim ke laboratorium penyidikan

penyakit hewan, untuk mencegah terjadinya penyakit yang berbahaya masuk ke

wilayah BET Cipelang.

d) Ternak-ternak yang akan masuk ke wilayah BET Cipelang harus terbebas penyakit –

penyakit yang dipersyaratkan dalam health protocol.

e) Perlakuan selama tindakan karantina/isolasi adalah pemberian multivitamin dan

pemberian obat-obatan lainnya yang mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang

merugikan.

Page 21: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 20

f) Memberikan izin/rekomendasi bagi ternak yang telah selesai dilakukan tindakan

karantina/isolasi.

g) Melakukan identifikasi status praesent setiap ternak baik catatan kesehatan ternak

ataupun status ternak secara individu.

2. Perlakuan pada ternak yang sudah ada

a) Melakukan pemeriksaan dan pengontrolan kesehatan ternak secara kontinyu dan

berkesinambungan setiap hari.

b) Memberikan obat-obatan pencegahan, seperti obat cacing yang diberikan setiap 6

(enam) bulan sekali, pemberian multivitamin lainnya seperti ADE sekurang-

kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

c) Melakukan diagnosa penyakit pada ternak yang sakit. Jika hasil dari diagnosa

menyatakan penyakit tersebut tidak menular maka tindakan selanjutnya adalah

melakukan pengobatan sesuai dengan jenis obat, dosis obat, dan jenis perlakuan

yang akan digunakan.

d) Melakukan Isolasi ternak sakit apabila terdapat ternak yang terdiagnosa penyakit

menular. Kemudian mempersiapkan tempat/kandang isolasi untuk ternak yang

terdiagnosa penyakit menular. Setelah itu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk

memastikan jenis penyakit. Selama masa isolasi harus tetap melakukan

pengamatan dan pengawasan sampai perlakuan akhir.

e) Melakukan pengambilan sampel darah, vagina swab, feces sekurang-kurangnya 2

(dua) kali dalam setahun atau bila dirasa ada yang diduga penyakit membahayakan

dilakukan pengambilan sampel darah setiap bulannya untuk identifikasi dan

pencegahan terutama untuk penyakit-penyakit yang membahayakan seperti

Brucellosis dll.

f) Melakukan tindak lanjut paling lambat 1 (satu) minggu setelah hasil laboratorium

diterima.

g) Tindakan pemeriksaan menggunakan metode pengujian yang lebih spesifik. Khusus

untuk sapi donor, apabila didapatkan hasil pengujian positif akan dilakukan

pengujian terhadap embrio untuk melihat tingkat infeksi penyakit.

h) Untuk penyakit tertentu, pengambilan sampel disesuaikan dengan kaidah kesehatan

hewan yang berlaku.

i) Hasil pemeriksaan laboratorium menjadi dasar rekomendasi bagi pengambilan

keputusan berikutnya.

Page 22: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 21

j) Melakukan pemotongan bulu, tanduk dan kuku sekurang-kurangnya 2 (dua) kali

dalam setahun .

k) Memberikan rekomendasi bagi setiap individu ternak yang akan dilakukan SOV

ataupun perlakuan lainnya yang secara medis dianggap perlu seperti tidakan caesar

dan tindakan-tindakan lainnya.

3. Biosecurity

a) Dalam rangka mencegah masuknya penyakit, maka dilakukan pembatasan dan

pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuk area Balai. Adapun prosedur yang

dilakukan sebelum memasuki/keluar Balai Embrio Ternak Cipelang adalah sebagai

berikut:

1. Setiap kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 atau lebih yang hendak memasuki

kawasan BET, wajib dilakukan desinfeksi di pos jaga

2. Desinfectan Sprayer harus selalu dalam keadan hidup

3. Tangki berisi cairan desinfeksi selalu terisi

4. Penggantian air desinfektan di bak sanitasi dilakukan setiap hari

b) Setiap petugas Balai Embrio Ternak Cipelang yang telah bertugas di kawasan

peternakan rakyat (Village Breeding Centre) melakukan prosedur sebagai berikut:

1. Wearpack, sepatu boot dan peralatan lapangan lainnya di suci hamakan

terlebih dahulu sebelum di pergunakan kembali di area kandang

2. Kendaraan oprasional harus di suci hamakan sebelum masuk Balai Embrio

Ternak Cipelang.

I . PENYEDIAAN PAKAN TERNAK

Penyediaan pakan ternak merupakan proses yang penting dalam manajemen

pemeliharaan ternak. Kebutuhan pakan yang tercukupi baik dari segi jumlah maupun

nutrisi menjadi factor utama dalam menghasilkan ternak yang memili produksi dan

reproduksi yang optimal. Penyediaan pakan ternak terdiri dari penyediaa HPT dan

konsentrat.

1. Hijauan Pakan Ternak

Tugas utama bagian Hijauan Pakan Ternak adalah melaksanakan dan menjamin

ketersediaan pakan ternak terutama Hijauan sepanjang tahun, melakukan pembukaan

lahan baru untuk pananaman hijauan, melaksanakan perawatan kebun secara kontinyu

yang meliputi perawatan saluran drainase, pengaturan pengairan, pembabatan gulma,

Page 23: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 22

pendangiran dan penyulaman serta melaksanakan pemupukan baik pupuk organik

maupun an-organik dan melaksanakan pengawetan hijauan makanan ternak baik secara

basah ( silase ) maupun secara kering (hay) sehingga menjamin ketersediaan hijauan

makanan ternak sepanjang tahun. Adapun tahapan standar operasional dalam kegiatan

penyediaan Hijauan Pakan Ternak adalah sebagai berikut :

c) Pembukaan Lahan Baru

1. Pembukaan lahan baru dilaksanakan pada saat akhir musim kemarau menjelang

awal musim penghujan hal ini bertujuan untuk mempercepat proses

pertumbuhan rumput yang akan ditanam karena pada saat musim hujan

ketersediaan air yang cukup akan berperan dalam proses pertumbuhan rumput

yang akan ditanam sedangkan pengolahan tanah dilakukan pada saat musim

kemarau bertujuan agar lahan yang telah disediakan sudah siap pakai pada saat

musim hujan tiba.

2. Pembersihan lahan , bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma sampai

mati sehingga memudahkan pada saat pembajakan (pencangkulan).

Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan cara kimia ataupun dengan cara

mekanis (manual), untuk pembersihan lahan secara kimia dapat dilakukan

dengan cara menyemprotkan herbisida sedangkan secara mekanis (manual)

dapat dilakukan dengan menggunakan alat pertanian ringan (sabit),

3. Pembajakan / pencangkulan , bertujuan untuk merubah tanah menjadi

bongkahan-bongkahan besar selain itu guna memperbaiki sistem aerasi dan

memutuskan air kapiler tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan

membalik tanah agar sinar matahari dapat masuk kedalam tanah sehingga

kandungan vitamin D dalam tanah semakin meningkat.

4. Pemupukan dasar / Pengapuran , bertujuan untuk memberikan unsur hara

pada tanah sehingga tanah menjadi lebih subur dan dilakukan sebelum

pelaksanaan penggaruan. Pemupukan dasar ini menggunakan pupuk organik

dengan dosis antara 3000 – 3500Kg/ ha atau lebih tergantung ketersediaan,

sedangkan untuk pengapuran dilakukan tergantung derajat keasaman (pH)

tanah, namun dosis yang dianjurkan antara 100 – 250 Kg/Ha lahan.

5. Penggaruan / Pelarikan , bertujuan untuk memecah bongkahan-bongkahan

besar tanah menjadi tekstur yang lebih gembur dan menjadi partikel lebih kecil,

selain itu bertujuan pula untuk mencampur pupuk dasar. Pada saat dilakukan

Page 24: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 23

penggaruan dilakukan pelarikan hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam

pengukuran dan pengaturan jarak tanam sehingga memudahkan dalam

penanaman rumput yang akan ditanam.

6. Penyediaan Bibit , dilakukan dengan pemilihan batang indukan yang kondisinya

bagus dan penyediaan bibit ini dapat dilakukan dengan stek, stolon ataupun

pols. Untuk penyediaan bibit stek biasanya untuk jenis rumput yang berbatang

(rumput gajah) dengan patokan 2 buka 3 mata, sedangkan untuk jenis stolon dan

pols biasanya untuk jenis rumput lapangan diantaranya Star Grass, Brachiaria

Decumbens (BD) dll. Adapun pengertian stolon adalah bagian tanaman yang

menjulur dari tanaman sedangkan pols adalah sobekan dari rumpun indukan.

7. Penanaman , dilakukan dengan jarak tanam 25 x 25 cm atau lebih tergantung

dari tingkat kesuburan tanahnya, jika tanah semakin subur maka jarak tanamnya

semakin lebar sedangkan jika kondisi tanahnya kurang subur maka jarak tanam

yang dianjurkan semakin dekat. Untuk penanaman dengan stek dapat dilakukan

dengan cara menancapkan stek dengan kemiringan antara 35 – 45o atau stek

dapat langsung ditidurkan lalu ditutup dengan tanah, sedangkan untuk jenis

rumput lapangan / bibit rumput berupa pols / stolon dilakukan dengan membuat

lubang dengan ukuran 30 x 30 cm atau lebih dekat tergantung dari tingkat

kesuburan tanahnya.

Gambar 10. Penanaman Kebun HMT

8. Pemupukan , pemupukan pertamakali dilakukan dengan menggunakan pupuk

TSP dan urea dengan perbandingan 2:1. Hal ini bertujuan untuk merangsang

pertumbuhan perakaran karena sifat dari TSP yang dapat merangsang

pertumbuhan perakaran, menguatkan batang sedangkan urea berfungsi untuk

merangsang pertumbuhan daun. Pemupukan pertama kali dilakukan dengan

Page 25: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 24

cara di tebar di samping setiap rumpun / batang yang ditanam. Untuk

pemupukan pertama kali dalam 1 Ha lahan menggunakan 100 Kg TSP dan 50

Kg Urea.

Gambar 11. Pemupukan

9 Potong paksa , dilakukan pada saat usia tanaman berumur antara 40 – 60 hari

apapun kondisi rumputnya harus tetap dilakukan pemotongan paksa, hal ini

bertujuan untuk mempercepat proses anakan sehingga akan mempercepat

proses pertumbuhan selanjutnya.

10. Perawatan , tanaman yang sudah ditanam perlu dilakukan perawatan dengan

cara membersihkan gulma atau tanaman penggangu lainnya, melarik di sela-

sela tanaman dengan tujuan untuk membunuh tanaman pengganggu/gulma,

sehingga penyerapan hara oleh tanaman inti dapat diserap dengan sempurna.

11. Pengaturan pemanenan , harus dilakukan dengan tujuan agar pertumbuhan

rumput menjadi lebih optimal dan memudahkan dalam perawatan serta

pencatatan produksinya. Tanaman yang kita tanam semakin hari semakin

kurang optimal pertumbuhannya demikian pula dengan kondisi tanah akan

semakin berkurang kesuburannya. Oleh karena itu idealnya perlu dilakukan

peremajaan tanaman setelah berumur antara 8-10 tahun.

b) Perawatan Kebun Hijauan Makanan Ternak, Meli puti:

1. Perbaikan dan pengaturan saluran drainase , bertujuan untuk merawat aliran

air dari kandang sehingga tanaman rumput yang ada terairi secara merata oleh

aliran air yang ada sehingga pertumbuhannya menjadi lebih optimal dan

menyebar secara merata.

Page 26: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 25

Gambar 12. Pengaturan saluran drainase

2. Pembersihan Gulma , biasanya dalam lahan yang ditanami banyak terdapat

gulma / tanaman pengganggu, hal tersebut akan mempengaruhi penyerapan

hara oleh tanaman inti sehingga pertumbuhannya menjadi kurang optimal. Maka

gulma tersebut perlu dibersihkan dan pembersihannya dilakukan dengan cara

mekanis (manual) dengan menggunakan alat pertanian ringan (sabit dan

cangkul) yaitu dengan cara membabat dan mencabut gulma sampai sistem

perakaran gulma tercabut dengan sempurna.

3. Penyulaman , dalam tanaman biasanya ada tanaman yang mati sehingga perlu

diganti dengan tanaman yang baru (disulam). Penyulaman ini bertujuan untuk

mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang baru sehingga dapat

tergantikan. Penyulaman ini dapat menggunakan stek ataupun pols.

4. Pendangiran , bertujuan untuk memperbaiki saluran drainase dan memperbaiki

sistem aerasi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan tanaman dapat

tumbuh secara optimal selain itu guna membunuh tanaman pengganggu

(gulma).

5. Pemanenan , dilakukan pada saat umur tanaman antara 60 – 70 hari atau

menjelang masa vegetasi (menjelang masa berbunga), hal ini bertujuan untuk

menjaga kualitas dari nutrisi yang terkandung dalam tanaman rumput karena jika

sudah berbunga nutrisi yang terkandung dalam rumput menjadi rendah

sedangkan serat kasarnya meningkat sedangkan jika masih terlalu muda kadar

airnya yang masih tinggi sehingga akan mengakibatkan mencret pada ternak.

Pemotongan rumput ini menyisakan sisa batang dengan ketinggian 2-3 cm. Hal

ini bertujuan untuk mempercepat proses anakan dari rumput tersebut.

Page 27: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 26

Gambar 13. Pemanenan

6. Pemupukan , kesuburan tanah setiap waktunya akan semakin menurun

sehingga perlu dilakukan pemupukan secara kontinyu. Pemupukan ini dibagi

menjadi dua cara yaitu dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk an-

organik (kimia). Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan pupuk

kandang, penggunaan pupuk kandang dilakukan dengan menggunakan pupuk

kotoran ayam dengan dosis sekitar 500 karung / ha sedangkan untuk

penggunaan pupuk kandang yang berasal dari ternak sapi diberikan dengan

dosis tidak terbatas dengan catatan semua lahan yang ada terbagi secara

merata. Pemupukan organik dengan pupuk kotoran sapi dapat dilakukan setiap

saat sedangkan untuk pemupukan organik menggunakan kotoran ayam

dilakukan pada saat ketersediaan air terpenuhi (musim hujan) karena sifat dari

kotoran ayam tersebut yang bersifat panas karena kadar N yang sangat tinggi

sehingga akan mengakibatkan kematian tanaman jika diberikan pada saat

ketersediaan air kurang. Pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia

diberikan pupuk urea dengan dosis antara 150-200Kg/Ha. Adapun cara

pemupukannya adalah dengan cara disebar merata pada tanaman rumput yang

telah dipanen pada saat tanaman berumur 7 hari setelah pemanenan.

Penyebaran pupuk an-organik harus dilakukan dengan cara mengikuti arah

angin karena jika berlawanan dengan arah angin penyebaran pupuknya tidak

akan tersebar dengan sempurna. Pemberian pupuk TSP diberikan jika kondisi

tanaman yang ada batangnya sudah rapuh dan ditandai dengan banyaknya

tanaman yang roboh, dan dosis yang dianjurkan sebanyak 50-100Kg/Ha dan

Page 28: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 27

pemberiannya menyesuaikan dengan kondisi rumput namun dapat dilakukan

setiap 3-4 tahun sekali. Perlu diperhatikan pemberian pupuk an-organik

(urea/kimia lainnya) lebih baik diberikan pada saat musin hujan sehingga

ketersediaan air cukup atau kondisi tanah yang basah karena jika dilakukan

pada saat kondisi tanah kering akan membunuh tanaman. Hal ini disebabkan

kandungan N pada urea yang tinggi yang akan mengakibatkan kematian pada

tanaman.

7. Pelaksanaan perawatan kebun rumput dilakukan secara kontinyu setiap

harinya terutama pengairan, pembersihan gulma, penyulaman dan pendangiran.

c) Pembuatan Silase

Pembuatan silase dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dibawah ini:

1. Pembuatan silase dapat dilakukan setiap saat tergantung dari

ketersediaan/produksi hijauan yang ada.

2. Jenis hijauan , jenis yang dipakai adalah semua hijauan makanan ternak yang

mempunyai batang seperti rumput gajah, jagung dll,

3. Umur panen , dilakukan pada saat menjelang masa vegetasi (menjelang

berbunga) atau biasanya pada saat tanaman berumur antara 60-70 hari, karena

pada saat tersebut kandungan nutirisi yang ada didalam rumput masih banyak

belum dipergunakan untuk perkembangbiakan (berbunga) bagi rumput tersebut,

karena jika sudah berbunga kandungan nutrisi (terutama protein) akan berkurang

dan jika umur panen melebihi batas waktunya kandungan serat kasar yang

meningkat.

4. Pelayuan , bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam rumput

tersebut dilakukan selama 24 jam, karena jika kandungan kadar airnya tinggi

maka akan mempengaruhi kualitas dari silase.

Gambar 14. Pelayuan

Page 29: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 28

5. Pencacahan (penchoperan) dilakukan dengan tujuan menghancurkan rumput

menjadi lebih kecil dengan ukuran 2-3 cm sehingga memudahkan dalam

pengisian silo dan pemadatan.

Gambar 15. Penchoperan

6. Pengisian silo dilakukan dengan cara menurunkan rumput yang sudah dichoper ke

dalam silo dengan ketebalan 15 – 20 cm.

7. Penambahan bahan lain , dengan menggunakan tetes yang telah diencerkan

dengan perbandingan 1:10. Penambahan ini dilakukan dengan cara menyebarkan

secara merata diatas permukaan rumput yang telah dicacah. penambahan tetes ini

dilakukan pada setiap ketebalan 15 – 50 cm rumput dan dilakukan secara berlapis-

lapis.

8. Pemadatan , dilakukan dengan cara menginjak-injak rumput yang telah dichoper

dengan tujuan untuk mengurangi / menghilangkan rongga udara yang ada didalam

rumput, karena jika ada rongga udara maka akan menurunkan kualitas dari silase

dan pada akhirnya akan meningkatkan kerusakan dari silase.

9. Penutupan , dilakukan setelah semua proses pengisian dan pemadatan silo selesai

dilaksanakan, penutupan ini harus dilakukan secepatnya dan serapat mungkin

sehingga tidak ada udara yang masuk karena jika ada udara yang masuk maka akan

mengganggu proses ensilase.

10. Penyimpanan , dilakukan selama 40 – 50 hari atau sampai proses ensilase telah

selesai dan siap untuk dipanen.

11. Pemanenan , dilakukan setelah proses ensilasi selesai dengan cara membuka silo

dan mengangin-anginkannya terlebih dahulu dengan tujuan mengurangi kandungan

gas nitrit yang akan merugikan bagi kesehatan ternak.

Page 30: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 29

d) Pembuatan Hay

Dalam pembuatan hay beberapa prosedur yang perlu diperhatikan adalah seperti

berikut ini:

1. Pembuatan Hay ini dilaksanakan pada saat musim kemarau, karena diperlukan

sinar matahari yang cukup untuk proses pengeringannya,

2. Jenis hijauan , yang dipergunakan dalam proses pembuatan hay ini adalah jenis

rumput lapangan atau hijauan yang mempunyai tekstur kecil yang mudah kering

contohnya adalah Star Grass, Brachiaria Decumbens, Setaria, Panicum maximum

dll,

3. Umur panen , dilakukan menjelang masa vegetasi (menjelang masa berbunga) atau

rumput berumur antara 40 – 60 hari, hal ini bertujuan agar kandungan nutrisi yang

terkandung didalam rumput masih tinggi karena jika terlalu tua serat kasarnya yang

tinggi kandungan nutrisinya yang rendah.

4. Penjemuran , dilakukan dengan menggunakan sinar matahari langsung dan jika

cuaca panas penjemuran dapat dilakukan selama 5 – 7 hari, dan penjemuran ini

dilakukan sampai kadar air mencapai 15-20%.

5. Pembalikan , hay yang dibuat perlu dibalik setiap harinya hal ini bertujuan agar

proses pengeringannya berlangsung secara merata.

6. Penyimpanan , hay yang telah selesai dibuat harus disimpan ditempat terlindungi

dari air dan lembab hal ini bertujuan agar kualitasnya tetap terjaga.

7. Penggunaan hay dapat diberikan secara langsung pada ternak tanpa ada perlakuan

apapun.

10. Penyediaan konsentrat

Tugas utama bagian penyedia konsentrat adalah menyediakan konsentrat sesuai

kebutuhan fisiologis ternak. Berikut adalah prosedur yang dilakukan dalam kegiatan

penyediaan konsentrat:

a) Penerimaan Bahan Baku

Setiap penerimaan bahan baku harus dilakukan pemeriksaan terhadap jenis bahan,

jumlah bahan, kualitas bahan pengemasan, pengambilan sampel untuk uji kualitas di

laboratorium.

b) Tahap Persiapan

1. Sebelum digunakan, mesin pencampur pakan (mixer) diperiksa kelayakannya

agar mixer benar-benar dalam kondisi prima saat dan setelah digunakan.

Page 31: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 30

2. Pemeriksaan mixer dilakukan dengan memeriksa volume dan kondisi

pelumas (oli) mesin dan oli gardan, Pastikan kondisi dan volume oli dalam

keadaan baik dan cukup volumenya.

3. Periksa juga kondisi roda pemutar mixer. Pastikan putarannya berjalan

normal.

4. Petugas pembuat konsentrat wajib menggunakan pakaian kerja (wearpack)

dan bersepatu lars serta menggunakan masker.

5. Bahan-bahan pakan yang akan digunakan dalam kondisi baik sesuai hasil

pemeriksaan bentuk, warna, bau (uji organoleptik).

c) Tahap Pembuatan Pakan

1. Timbang bahan pakan dan premix/feed additive yang akan digunakan sesuai

dengan jumlah/persentase yang tersusun dalam formulasi ransum yang telah

dibuat.

2. Masukkan bahan-bahan pakan dan premix/feed additive yang telah ditimbang

jumlahnya ke dalam mixer dan biarkan selama 30 menit sampai bahan-bahan

pakan dan premix/feed additive tersebut tercampur secara homogen.

3. Setelah bahan-bahan pakan dan premix/feed additive tercampur secara

homogen (konsentrat), kemudian dikeluarkan dari mixer dan dimasukkan ke

dalam karung bersih.

4. Konsentrat yang telah dimasukkan ke dalam karung tersebut selanjutnya

ditimbang seberat 40 kg, setelah itu karung dijahit menggunakan alat jahit

khusus.

5. Konsentrat yang telah ditimbang disimpan di dalam gudang penyimpanan

sebelum didistribusikan ke kandang.

6. Jumlah produksi konsentrat yang dihasilkan dicatat pada Buku Produksi

Konsentrat.

7. Konsentrat jadi dilakukan uji laboratorium setiap 4 (empat) bulan sekali.

d) Pasca produksi

1. Setelah proses pembuatan konsentrat selesai, petugas wajib memeriksa

kembali mixer yang telah digunakan. Bersihkan sisa-sisa konsentrat yang

Page 32: STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)betcipelang.ditjennak.pertanian.go.id/site/upload/common/file/SOP_PT.pdf · Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3 Gambar

Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 31

menempel pada roda pemutar mixer sampai bersih. Periksa juga volume

bahan bakar, pelumas, dan air

2. Petugas wajib membersihkan lingkungan sekitar tempat produksi dari sisa-

sisa konsentrat yang tercecer.

e) Distribusi Konsentrat

1. Konsentrat didistribusikan ke masing-masing kandang dengan jumlah yang

sesuai dengan kebutuhan masing-masing kandang.

2. Penanggungjawab kandang mengisi form penerimaan konsentrat dan

menandatangani form tersebut.