staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/07102014 LAPORAN PERAN... · Web...

48
Abstrak Penelitian bertujuan mengetahui: 1. Kegiatan perempuan pada ranah publik dan domestik. 2. Upaya yang dilakukan perempuan untuk pengentasan kemiskinan. 3. Kendala yang dihadapi perempuan dalam melakukan pengentasan kemiskinan penelitian. Pemilihan lokasi dilakukan sesuai topik penelitian terkait perempuan dan pengentasan kemiskinan, maka dipilih sebagai lokasi penelitian kawasan perdesaan yakni di Dusun Gabugan, Donokerto, Turi, Sleman. Pemilihan sampel tidak dilakukan karena seluruh populasi perempuan yang telah berumah tangga di wilayah penelitian dan termasuk dalam rumah tangga miskin dijadikan responden penelitian. Pengumpulan data untuk memperoleh data primer dan data sekunder meliputi, studi Pustaka, observasi dan penjajagan, wawancara menggunakan instrumen untuk menjaring potensi non fisik, dan identifikasi dan klasifikasi potensi wilayah untuk kegiatan desa wisata. Variabel Penelitian meliputi profil rumah tangga perempuan, kegiatan rumah tangga, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan, pendapatan rumah tangga, dan pengentasan Kemiskinan. Analisis data bersifat deskriptif kuantitatif dikenakan untuk menganalisis data primer dan data sekunder berkaitan dengan variabel demografi meliputi umur, mata pencaharian, pendidikan, penguasaan lahan, pendapatan, dan pemanfaatan fasilitas transportasi, komunikasi, kesehatan. Digunakan tabel frekuensi untuk menjelaskan mengenai pola dan karakteristik variabel-variabel tersebut. Perempuan sebagai istri di rumah tangga dusun penelitian memiliki kegiatan utama sebagai ibu rumah tangga. Sebagian waktu dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan ekonomi di bidang pertanian, peternakan, pariwisata, perdagangan namun bukan sebagai kegiatan utama. Kemiskinan yang banyak dialami rumah tangga di dusun penelitian tidak serta merta mendorong perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi untuk melepaskan lilitan kemiskinan yang dialami. Rendahnya tingkat pendidikan, sempitnya luas penguasaan lahan mendominasi 0 PENELITIAN MANDIRI LAPORAN PENELITIAN PERAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA WISATA GABUGAN KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dr. Hastuti, M.Si Pendidikan Geografi FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2014 Kegiatan PPM ini dibiayai dengan Dana DIPA FIS UNY SK Dekan FIS UNY Nomor : 94b/UN34.14/KU/2014 Tahun 2014, tanggal 2 Mei 2014 Surat Perjanjian Pelaksana Kegiatan Program PPM Nomor 1113u/UN34.34/PM/2014

Transcript of staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/07102014 LAPORAN PERAN... · Web...

Abstrak

Penelitian bertujuan mengetahui: 1. Kegiatan perempuan pada ranah publik dan domestik. 2. Upaya yang dilakukan perempuan untuk pengentasan

kemiskinan. 3. Kendala yang dihadapi perempuan dalam melakukan pengentasan kemiskinan penelitian.

Pemilihan lokasi dilakukan sesuai topik penelitian terkait perempuan dan pengentasan kemiskinan, maka dipilih sebagai lokasi penelitian kawasan perdesaan

yakni di Dusun Gabugan, Donokerto, Turi, Sleman. Pemilihan sampel tidak dilakukan karena seluruh populasi perempuan yang telah berumah tangga di wilayah

penelitian dan termasuk dalam rumah tangga miskin dijadikan responden penelitian. Pengumpulan data untuk memperoleh data primer dan data sekunder meliputi,

studi Pustaka, observasi dan penjajagan, wawancara menggunakan instrumen untuk menjaring potensi non fisik, dan identifikasi dan klasifikasi potensi wilayah

untuk kegiatan desa wisata. Variabel Penelitian meliputi profil rumah tangga perempuan, kegiatan rumah tangga, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan, pendapatan

rumah tangga, dan pengentasan Kemiskinan. Analisis data bersifat deskriptif kuantitatif dikenakan untuk menganalisis data primer dan data sekunder berkaitan

dengan variabel demografi meliputi umur, mata pencaharian, pendidikan, penguasaan lahan, pendapatan, dan pemanfaatan fasilitas transportasi, komunikasi,

kesehatan. Digunakan tabel frekuensi untuk menjelaskan mengenai pola dan karakteristik variabel-variabel tersebut.

Perempuan sebagai istri di rumah tangga dusun penelitian memiliki kegiatan utama sebagai ibu rumah tangga. Sebagian waktu dimanfaatkan untuk

melakukan kegiatan ekonomi di bidang pertanian, peternakan, pariwisata, perdagangan namun bukan sebagai kegiatan utama. Kemiskinan yang banyak dialami

rumah tangga di dusun penelitian tidak serta merta mendorong perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi untuk melepaskan lilitan kemiskinan yang dialami.

Rendahnya tingkat pendidikan, sempitnya luas penguasaan lahan mendominasi karakteristik perempuan sebagai istri di rumah tangga dusun penelitian. Upaya yang

dilakukan perempuan untuk meelepaskan lilitan kemskinan mulai dari melakukan diversifikasi usaha (meskipun haya ddilakukan oleh sebagian kecil perempuaan),

mensiasati pengeluaran terkait pangan, sandang, dan keperluan sosial. Saat ini kebutuhan transportasi, komunikasi, dan informasi telah menjadi kebutuhan penting

bagi manusia. Kenyataan di dusun penelitian kendala upaya pengentasan kemiskinan antara lain adanya keterbatarsan akses terhadap kesehatan oleh rumah tangga

miskin, keterbatasan rumah tangga miskin memperoleh pendidikan yang memadai, keterbatasan kesempatan berusaha dan memperoleh sumber pendapatan, kondisi

sanitasi yang masih memprihatinkan, dan ketidaksetaraan gender.

Kata Kunci: Perempuan dan Pengentasan Kemiskinan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

0

PENELITIAN MANDIRI

LAPORAN PENELITIAN

PERAN PEREMPUAN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI DESA WISATA GABUGAN

KABUPATEN SLEMAN

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Dr. Hastuti, M.Si

Pendidikan GeografiFAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TAHUN 2014

Kegiatan PPM ini dibiayai dengan Dana DIPA FIS UNY SK Dekan FIS UNY Nomor : 94b/UN34.14/KU/2014 Tahun 2014, tanggal 2 Mei 2014 Surat Perjanjian

Pelaksana Kegiatan Program PPM Nomor 1113u/UN34.34/PM/2014

Geografi menyoroti berbagai aspek kehidupan terkait perempuan mulai kegiatan domestik, publik mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya,

politik, kesehatan, pendidikan, sumberdaya, dinamika, dan spasialitas perempuan. Pemikiran tentang perempuan dari perspektif geografi telah merubah

pemikiran pengembangan teori yang awalnya cenderung patriarki. Penelitian-penelitian tentang perempuan terkait aspek kegiatan sosial sehari-hari seperti

upah produktif, migrasi, kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan kemudian banyak dilakukan oleh ahli-ahli geografi.

Pemenuhan kebutuhan dasar manusia terkait erat dengan perempuan seperti sebagai tempat tinggal, pendidikan, makanan, dan perawatan

kesehatan sebagai wawasan baru geografi kearah transformasi global, regional, dan lokal. Geografi dengan kajian aspek manusia pada lingkungan hidupnya,

tentu saja aspek perempuan dikaji sebagai aspek yang tidak dapat dilepaskan dengan lingkungan hidupnya. MDG's 2010 memperhatikan perempuan, dari

sepertiga penduduk dunia yang hidup di bawah garis kemiskinan, sekitar 70 persennya perempuan. Di Indonesia, dari jumlah penduduk miskin yang mencapai

31,02 juta jiwa, sebesar 70 persen dari mereka adalah perempuan (BPS, 2011). Kemiskinan sebagai kondisi yang terkait erat dengan aspek lingkungan

menjadi fokus kajian perempuan dan kemiskinan dalam perspektif geografi.

Perempuan sebagai sumberdaya manusia, seharusnya tidak ada perbedaan antara keduanya. Di masyarakat peran ini memiliki implikasi pada

terjadinya ketimpangan dalam pembagian kerja dan penguasaan sumberdaya antara laki-laki dan perempuan. Ketimpangan yang memarjinalkan perempuan

sehingga perempuan mengalami subordinasi. Tugas utama laki-laki adalah mencari nafkah untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Perkembangan saat ini

perempuan tidak hanya mengelola rumah tangga karena berbagai alasan harus ikut mencari nafkah meskipun tugas rumah tangga tetap harus menjadi

tanggung jawab perempuan. Keterlibatan perempuan bekerja memperoleh pendapatan tidak serta merta mampu meningkatkan posisi tawar perempuan

sehingga hal ini diperlukan kajian lebih mendalam melalui penelitian, diskusi ilmiah, bahkan internalisasi melalui institusi pemerintah.

Program pengentasan kemiskinan seharusnya menempatkan masyarakat miskin sebagai subjek dalam setiap program agar segera dapat diwujudkan

kesejahteraan masyarakat. Pendekatan pengentasan kemiskinan selama ini kurang memperhatikan peran masyarakat miskin itu sendiri. Langkah ini kurang

memberikan hasil signifikan sehingga diperlukan pendekatan pengentasan kemiskinan yang menempatkan masyarakat miskin sebagai subjek bukan sebagai objek

(Vidhyandika, 1996). Peningkatan peran masyarakat miskin harus menjadi salah satu bagian dalam upaya pengentasan kemiskinan di perdesaan. Perempuan

merupakan kelompok masyarakat yang memiliki peran penting dalam pengentasan kemiskinan.

B. Rumusan Masalah

Mendasarkan pada latar belakang yang telah disampaikan maka dikemukakan masalah penelitian sebagai berikut

1. Apa saja kegiatan perempuan pada ranah publik dan domestik di daerah penelitian?

2. Upaya apa saja yang dilakukan perempuan untuk pengentasan kemiskinan di daerah penelitian?

3. Kendala apa saja yang dihadapi perempuan dalam melakukan pengentasan kemiskinan di daerah penelitian?

C. Tujuan Penelitian

1

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah mengetahui

1. Kegiatan perempuan pada ranah publik dan domestik di daerah penelitian

2. Upaya yang dilakukan perempuan untuk pengentasan kemiskinan di daerah penelitian

3. Kendala yang dihadapi perempuan dalam melakukan pengentasan kemiskinan di daerah penelitian

D. Manfaat Penelitian

1. Memberi perhatian untuk membantu kelompok perempuan dalam pengentasan kemiskinan sehingga perempuan mempunyai pendapatan secara

wajar sesuai dengan harkat dan martabat manusia.

2. Mendorong perempuan mampu melakukan kegiatan produktif agar memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus

bergantung pada orang lain. Dengan mempunyai pendapatan sendiri diharapkan masyarakat miskin menjadi mandiri secara ekonomi. Mandiri

untuk memanfaatkan pendapatan yang dimiliki dan membuat mereka lebih leluasa menentukan apa yang seharusnya dilakukan untuk

mewujudkan peningkatan kesejahteraannya dan semakin jauh dari kemiskinan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian tinjauan pustaka memuat ulasan terkait teori dan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Karakteristik kegiatan

perempuan di sektor domestik dan publik maupun ulasan kemiskinan dikaji dalam tinjauan pustaka.

A. Telaah Pustaka

Penduduk miskin di perdesaan 69 persen lebih penduduk perdesaan tergolong miskin dan bekerja di sektor pertanian (BPS, 2010). Upaya pengentasan

kemiskinan sesuai dengan program dari Bank Dunia dilakukan melalui tiga strategi pengentasan kemiskinan (UNDP, 2006). Tiga strategi pengentasan kemiskinan:

1. Memperluas kesempatan (promoting opportunity) kegiatan ekonomi masyarakat miskin. 2. Memperlancar proses pemberdayaan (facilitating empowerment)

dengan pengembangan kelembagaan untuk masyarakat miskin dengan penghapusan hambatan sosial bagi pengentasan kemiskinan. 3. Memperluas dan

memperdalam jaring pengaman (enhancing security) agar masyarakat miskin memiliki kemampuan dalam pengelolaan resiko efek negatif dari penguatan kebijakan

stabilitasi makroekonomi. Chambers (1983) menyampaikan konsep perangkap deprivasi (concept of devrivation trap) yang menganalisa penyebab kemiskinan

2

sebagai hubungan sebab akibat yang saling kait mengkait bak lingkaran setan (vicious circle) antara ketidakberdayaan (powerless), kemiskinan (poverty),

kerapuhan (vulnerability), kelemahan fisik (physical weakness), dan keterasingan (isolution). Memisahkan mata rantai merupakan upaya yang dianggap dapat

membebaskan masyarakat miskin dari ketidakberdayaan sehingga menumbuhkan kekuatan dan memiliki kemandirian.

Kemiskinan, menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi keselamatan hidup, safety life (James. C.Scott, 1981), mempertaruhkan

tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi tengkulak lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya tenaga yang dikeluarkan. Philippe, et al.,

(2008) bahwa pemberdayaan dilakukan bukan karena tidak memiliki kekuatan sama sekali tetapi semata karena belum tercipta organisasi sosial dari kelompok

marjinal. Keterbatasan pengetahuan, pendidikan, keterampilan, modal, dan sistem nilai di perdesaan menjadi kendala utama masyarakat miskin dalam akses

dan kontrol terhadap sumber daya yang ada termasuk sumberdaya untuk pengembangan agrowisata. Kemauan yang keras untuk mampu melepaskan diri dari

belenggu kemiskinan, kegigihan, kesungguhan, dan keuletan masyarakat miskin menjadi salah satu modal dasar bagi masyarakat miskin di perdesaan.

Ketersediaan lahan yang masih luas dengan penggunaan lahan, pengelolaan pertanian, peternakan, dan sumberdaya belum optimal, maka diperlukan

partisipasi masyarakat miskin secara aktif untuk mengelola potensi tersebut.

Upaya penguatan perempuan dalam penelitian geografi telah dimulai sejak feminisme masuk dalam pemikiran geografi. Hasil penelitian

menunjukkan adanya dokumentasi tentang kegiatan, penderitaan, perjuangan, pandangan, subordinasi, reproduksi, aktivitas domestik, budaya informal,

ketidakberdayaan, dan perlawanan perempuan untuk eksistensi kehidupannya. Hubungan yang setara antara laki-laki dan perempuan yang dikenal sebagai

kajian gender mulai mewarnai penelitian geografi.

Sumberdaya alam, sosial, dan budaya seperti hamparan sawah, tanaaman salak dan buah-buahan di tegal dan pekarangan, berbagai kegiatan sosial dan

budaya yaang dilakukan kelompok remaja, karang taruna, ibu-ibu dan kelompok bapak-bapak dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata yang dikemas

sebagai kegiatan yang memberikan sumbangan pendapatan rumah tangga. Pariwisata di Yogyakarta dengan model pengembangan wisata alam masih banyak

diminati wisatawan baik domestik maupun manca negara. Kombinasi usaha inovatif sumberdaya fisik dapat dikombinasikan dengan usahatani dengan

pengembangan agrowisata salak pondoh, agrowisata tanaman hias, perkemahan, panjat tebing, wisata alam lain, dan penelitian menjadi sumber pendapatan bagi

masyarakat dan memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan daerah (lihat Baiquni, 2006).

BAPPENAS menggunakan beberapa pendekatan antara lain; pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach), pendekatan pendapatan (income

approach), kemudian pendekatan kemampuan dasar (human capability approach) dan yang terakhir adalah pendekatan objective  and  subjective. Masyarakat desa

dapat dikatakan miskin jika salah satu indikator berikut ini terpenuhi seperti; (1) kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan; (2) memiliki lahan dan

modal pertanian yang terbatas; (3) tidak adanya kesempatan menikmati investasi di sektor pertanian; (4) kurangnya kesempatan memperoleh kredit usaha; (4)

tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar (pangan, papan, perumahan); (5) berurbanisasi ke kota; (6) menggunakan cara-cara pertanian tradisional; (7)

kurangnya produktivitas usaha; (8) tidak adanya tabungan; (9) kesehatan yang kurang terjamin; (10) tidak memiliki asuransi dan jaminan sosial; (11)

terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme dalam pemerintahan desa; (12) tidak memiliki akses untuk memperoleh air bersih; (13) tidak adanya partisipasi

dalam pengambilan keputusan publik.

3

Dinamika kegiatan sosial tersebut dapat memberikan dampak ekonomi penduduk yang berperan penting untuk peningkatan pendapatan sebagai

langkah awal pengentasan kemiskinan di perdesaan. Sebagai diketahui saat ini banyak dikembangkan perdesaan dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki

desa tersebut dikembangkan desa wisata.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian diperlukan untuk mengarahkan langkah penelitian agar sistematis dan optimal dalam melakukan penelitian meliputi

A. Pemilihan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi dilakukan sesuai topik penelitian terkait perempuan dan pengentasan kemiskinan, maka dipilih sebagai lokasi penelitian kawasan

perdesaan yakni di Dusun Gabugan, Donokerto, Turi, Sleman

B. Pengambilan Sampel.

Pemilihan sampel tidak dilakukan karena seluruh populasi perempuan yang telah berumah tangga di wilayah penelitian dan termasuk dalam rumah tangga

miskin dijadikan responden penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk memperoleh data primer dan data sekunder meliputi,

(a) Studi Pustaka:

(b) Observasi dan penjajagan.

(c) Wawancara menggunakan instrumen untuk menjaring potensi non fisik

(d) Identifikasi dan klasifikasi potensi wilayah untuk kegiatan desa wisata

D. Jenis Data Penelitian

(a) Data primer mengenai potensi perdesaan meliputi data tentang perempuan miskin dan perdesaan

(b) Data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji informasi data dari berbagai lembaga terkait mulai tingkat dusun hingga nasional sebagai acuan

gambaran potensi desa (fisik dan non fisik).

4

(c) Data tentang masyarakat miskin dan potensi wilayah yang diperoleh berupa data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara

langsung di lapangan dengan instrumen dan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya kepada perempuan dan tokoh masyarakat.

Data sekunder yang diperoleh dengan mengkaji informasi data dari berbagai lembaga terkait.

E. Variabel Penelitian

1. Profil rumah tangga perempuan

2. Kegiatan rumah tangga, ekonomi, dan sosial kemasyarakatan

3. Pendapatan rumah tangga

4. Pengentasan Kemiskinan

F. Definisi Operasional Penelitian

1. Profil rumah tangga perempuan meliputi umur, pendidikan, mata pencaharian, pendapatan, penguasaan lahan, jumlah anggota rumah tangga dan

kegiatan sosial kemasyarakatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2006; BPS, 2005)

2. Kegiatan rumah tangga meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan di rumah dan di luar terkait dengan penyediaan pangan, sandang, dan papan meliputi

kegiatan memasak, mencuci (pakaian dan alat rumah tangga), membersihkan rumah dan perabotan rumah, membersihkan halaman rumah, mengasuh

anak dan merawat orangtua; mencuci dan menyeterika pakaian; berbelanja kebutuhan sehari-hari dan mengelola keuangan; maupun mencari bahan

bakar rumah tangga atau kayu bakar (Sajogyo,1983).

3. Kegiatan domestik meliputi kegiatan untuk kelancaran di rumah tangga dan di luar rumah tangga terkait dengan penyediaan pangan, sandang, dan

papan meliputi kegiatan memasak, mencuci (pakaian dan alat rumah tangga), membersihkan rumah dan perabotan rumah, membersihkan halaman

rumah, mengasuh anak dan merawat orangtua; mencuci dan menyeterika pakaian; berbelanja kebutuhan sehari-hari dan mengelola keuangan; mencari

bahan bakar rumah tangga atau kayu bakar termasuk didalamnya kegiatan investasi, dan perbaikan rumah (Sajogyo,1983 dan Mangkuprawiro, 1984).

4. Kegiatan publik adalah kegiatan yang dilakukan terkait dengan kepentingan publiknya termasuk kegiatan memperoleh pendapatan untuk pemenuhan

kebutuhan rumah tangga dan kegiatan yang tidak memberikan pendapatan yakni sosial kemasyarakatan (Mangkuprawiro, 1984).

5. Kegiatan pertanian adalah kegiatan pengelolaan pertanian mulai dari pengolahan lahan sampai pasca panen (Muryani, 1985).

6. Kegiatan peternakan adalah kegiatan pengelolaan ternak mulai dari penyediaan makanan ternak sampai pengambilan produksi (Muryani, 1985).

7. Kegiatan diluar pertanian peternakan atau kegiatan diluar usahatani adalah kegiatan yang memberikan pendapatan dari kegiatan diluar pertanian

peternakan (Sulastri, 1993)

8. Kegiatan sosial kemasyarakatan adalah seluruh kegiatan meliputi silahturahmi (kondangan, melayat, menengok orang sakit, menengok bayi dan

berkunjung lainnya), arisan, ritual tradisi, upacara adat, dan keagamaan, kerja bakti, gotong royong, dan kegiatan yang dilakukan dalam kelompok

masyarakat (Sajogyo, 1983).

5

9. Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh dari kepala rumah tangga, perempuan, anak dan anggota rumah tangga lainnya berasal

dari usaha tani dan diluar usaha tani (Sajogyo, 1983; BPS, 2005).

10. Pengentasan Kemiskinan adalah upaya yang dilakukan perempuan untuk melepaskan rumahtangganya dari kemiskinan.

G. Analisis Data

Analisis data penelitian dibedakan menjadi analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Analisis data bersifat deskriptif kuantitatif dikenakan untuk

menganalisis data primer dan data sekunder berkaitan dengan variabel demografi meliputi umur, mata pencaharian, pendidikan, penguasaan lahan, pendapatan, dan

pemanfaatan fasilitas transportasi, komunikasi, kesehatan. Digunakan tabel frekuensi untuk menjelaskan mengenai pola dan dperempuanbusi karakteristik variabel-

variabel tersebut. Nilai frekuensi relatif diperoleh dari frekuensi tiap kelas dibagi jumlah keseluruhan observasi kali 100. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan

mendasarkan pada asosiasi untuk mengetahui pola dan distribusi fenomena, yang diperkuat dari hasil observasi di lapangan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Wilayah penelitian secara geografis termasuk wilayah Kabupaten Sleman, Desa Wisata Gabugan termasuk dalam wilayah Desa Donokerto merupakan salah

satu desa di Kecamatan Turi. Penggunaan lahan didominasi lahan pertanian berupa lahan tegal, pekarangan, dan sawah dengan tanaman pangan guna memenuhi

konsumsi sendiri dan sebagian dijual agar memperoleh pendapatan rumah tangga untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari- hari. Tanaman Salak menjadi

tanaman yang mendominasi diupayakan pada lahan pertanian baik pada lahan tegal, pekarangan, dan sawah.

Dusun Gabugan di Desa Donokerto dikembangkan sebagai desa wisata dengan orientasi utama sebagai andalan wisata agro tanaman salak pondoh.

Kegiatan ekonomi penduduk mulai bervariasi dengan pengembangan desa wisata dan peningkatan aksesibilitas sehingga berdampak pada dinamika sosial ekonomi

dan pergerakan penduduk masuk dan keluar wilayah tersebut. Desa wisata menjadi alternatif kegiatan yang diharapkan mampu memberikan peningkatan

pendapatan di dusun penelitian.

A. Deskripsi Rumah Tangga Perempuan

Bagian ini dibahas karakteristik rumah tangga perempuan terkait tujuan penelitian tentang karakteristik ekonomi sosial perempuan di dusun

penelitian.

1. Karakteristik Perempuan Dusun Penelitian

Karakteristik demografi dikaji agar memudahkan dalam memahami tentang dperempuanbusi umur, pendidikan, dan mata pencaharian; penguasaan

lahan setiap rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga di dusun penelitian.

a. Perempuan Berdasarkan Umur

Di perdesaan yang didominasi oleh kegiatan pertanian secara tradisional hanya mengandalkan tenaga kerja untuk pengelolaan usahatani. Kekuatan

fisik sebagai sumberdaya utama yang menentukan penghasilan usahatani, maka kekuatan fisik secara langsung akan terkai dengan produktifitas usahatani. Kegiatan

6

pertanian mengandalkan kekuatan fisik manusia untuk menyelesaikan seluruh kegiatan mulai dari mengolah lahan dengan cara mencangkul, membajak, dan

menanam serta memelihara tanaman meliputi pengairan, penyiangan, pemupukan, dan pemberantasan hama. Pada kegiatan panen hingga pasca-panen diperlukan

banyak tenaga kerja karena kegiatan masih dilakukan secara tradisional seperti panen padi dengan sabit kemudian pengelolaan pasca panen dengan merontokkan

bulir padi kemudian dikeringkan dengan memanfaatkan sinar matahari. Pada kegiatan pertanian dan peternakan, maka usia ikut menentukan kemampuan dalam

menyelesaikan pekerjaan tersebut. Pada usia relatif muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik akan lebih berpotensi dapat menyelesaikan pekerjaan

pertanian dan peternakan dengan lebih baik katimbang kelompok usia yang lebih tua dengan kondisi fisik yang kurang optimal.

Tabel 1: Perempuan Menurut Umur

No Umur (tahun) f %

1 < 30 3 7,5

2 30 – 39 6 15

3 40 – 49 18 45

4 50 – 59 8 20

5 > 60 5 12,5

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

Wilayah penelitian berkembang ke arah kegiatan ekonomi di luar pertanian dan peternakan, tenaga kerja dari golongan muda justru enggan

menjadikan pertanian dan peternakan sebagai tumpuan pendapatan rumah tangganya. Kelompok usia muda memilih bekerja di luar pertanian dan peternakan

dengan alasan pendapatan diluar kegiatan tersebut lebih memadai. Mereka yang telah berstatus pada kelompok usia relatif muda juga memilih bekerja di luar

pertanian dan peternakan, untuk menjadi buruh, berdagang, dan kegiatan jasa untuk memperoleh pendapatan. Keterjangkauan yang baik berarti penduduk

memiliki kemudahan untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas pemenuhan sosial, ekonomi, pendidikan, transportasi, informasi, dan

komunikasi. Usia harapan hidup keterjangkauan relatif kurang menguntungkan dan kesulitan ekonomi, kesulitan untuk menjangkau fasilitas kesehatan,

pendidikan yang memadai, dan fasilitas pelayanan lainnya.

b. Mata Pencaharian Perempuan

Pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan kegiatan di pertanian, peternakan, dan kegiatan diluar pertanian peternakan. Bekerja identik dengan

memiliki mata pencaharian sebagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan perempuan untuk memperoleh pendapatan. Mata pencaharian yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah pekerjaan pokok menurut pengakuan perempuan. Mata pencaharian penduduk di suatu wilayah terkait dengan ketersediaan sumberdaya

di wilayah tersebut. Ketika sumberdaya terbatas penduduk akan berupaya melakukan diversifikasi kegiatan agar kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi.

Tabel 2: Perempuan Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Pokok f %

1 Petani/peternak 29 72,5

2 Buruh pertanian/peternakan 1 2,5

3 Pegawai negeri dan swasta 0 0

4 Wiraswasta/perdagangan 6 15

7

5 Buruh,selain buruh pertanian/ peternakan 3 7,5

6 Lain-lain/tidak bekerja 1 2,5

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

Perempuan di dusun penelitian mengemukakan bahwa sebenarnya mereka memiliki pekerjaan pokok sebagai ibu rumah tangga, namun sebagian

waktu mereka gunakan untuk membantu laki-laki bekerja di pertanian terutama ketika musim labuh. Mereka menyiapkan bibit tanaman untuk penyemaian

dan membantu menanam. Ketika panen dilakukan menggunakan sabit, perempuan membantu merontokkan bulir padi dari tangkai. Mata pencaharian

didominasi dengan kegiatan pertanian dengan dukungan lahan pertanian yang subur. Kegiatan utama perempuan di wilayah penelitian adalah sebagai ibu

rumaah tangga, namun pada saat- saat tertenttu sebagian perempuan melakukan pekerjaan tertentu seperti pada kegiatan pertanian, perdagangan, dan

serabutan. Kegiatan di pertanian menjadi pilihan pekerjaan yang banyak dilakukan perempuan mencapai 75 persen responden.

Saat ini lahan pertanian semakin terbatas seiring dengan semakin terbukanya kegiatan ekonomi diluar pertanian sehingga terjadi perubahan mata

pencaharian penduduk. Penduduk yang awalnya menggantungkan pertanian sebagai sumber pendapatan rumah tangga tidak memiliki lahan pertanian

kemudian kelompok ini mencari alternatif kegiatan ekonomi diluar pertanian sebagai sumber pendapatan. Kesulitan memperoleh alternatif sumber pendapatan

dari kegiatan diluar pertanian dan peternakan seringkali memaksa kelompok ini kembali lagi pada kegiatan semula yakni melakukan kegiatan pertanian dan

peternakan. Ketika kelompok ini kembali ke pertanian mereka telah kehilangan lahan pertanian sehingga mereka harus menjadi buruh di pertanian.

c. Pendidikan Perempuan

Pendidikan merupakan investasi masa depan dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Melalui pendidikan diharapkan dapat

memberikan ruang untuk perubahan berpikir agar dapat mengatasi setiap problem di masa depan. Dengan pendidikan yang memadai menjadikan seseorang mampu

menganalisis setiap informasi secara kritis dan menciptakan iklim berpikir kreatif dan inovatif. Dengan kemampuan berpikir setiap kesempatan yang tersedia dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Kesempatan untuk mengelola sumber daya secara arif, berdaya guna, dan berkelanjutan sehingga

bermanfaat bagi kehidupan masa kini dan masa depan.

Tabel 3: Perempuan Menurut Pendidikan

No Tingkat Pendidikan f %

1 Tidak Lulus SD 4 10

2 SD dan sederajat 9 22,5

3 SLTP dan sederajat 19 47,5

4 SLTA dan sederajat 8 20

5 Perguruan Tinggi 0 0

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

8

Wajib belajar 9 tahun yang diselenggarakan pemerintah dirasakan manfaatnya hingga ke pelosok perdesaan. Kemudahan memperoleh pendidikan

tanpa biaya pendidikan hingga tingkat SLTP sederajat, membantu mewujudkan pencapaian pendidikan lebih baik untuk semua lapisan. Perempuaan di

wilayah penelitian didominasi dengan pendidikan SLTP dan sederajat yang mencapai 47,5 persen, hanya 20 persen perempuan yang memiliki pendidikan

lebih tinggi dari SLTP meskipun tanpa ada yang memiliki pendidikan sampai perguruan tinggi. Penelusuran di lapangan tentang tidak dijumpainya perempuan

yang memiliki pendidikan tinggi terlibat dalam kegiatan desa wisata karena kelompok ini memilih melakukan urbanisasi dan tinggal di luar wilayah

penelitian.

d. Penguasaan Lahan

Lahan merupakan modal penting di perdesaan untuk pengembangan usahatani. Lahan merupakan variabel yang ikut menentukan pendapatan dari

kegiatan pertanian dengan penguasaan lahan yang luas dengan pengelolaan optimal berarti kegiatan pertanian akan mampu menjamin pendapatan rumah tangga.

Tabel 4 : Penguasaan Lahan Pada Rumah Tangga Dusun Penelitian

No Luas Penguasaan Lahan f %

1 <0,1 ha 25 62,5

2 0,1– <0,25 ha 14 35

3 0,25– 0,5 ha 0 0

4 >0,5 ha 1 2,5

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

Penguasaan lahan di dusun penelitian relatif sempit dengan penguasaan dibawah 0,1 ha mencapai 62,5 persen. Lahan menjadi modal penting bagi

rumah tangga perdesaan, terutama bagi rumah tangga yang menggantungkan sumber pendapatannya dari kegiatan pertanian. Penguasaan lahan merupakan variabel

penting dalam menentukan keadaan sosial-ekonomi di perdesaan. Perdesaan yang sedang mengalami perkembangan kegiatan sosial-ekonomi yang lebih bervariasi.

Pendapatan sebagian besar rumah tangga mulai mengalami perluasan, tidak hanya bertumpu pada kegiatan pertanian. Terutama dengan dikembangkan dusun

penelitian menjadi desa wisata ternyata membawa mayarakat lebih dinamis dengan memanfaatkan wisatawan yang datang kee wilayah tersebut.

e. Jumlah Anggota Rumah Tangga

Pemanfaatan pendapatan rumah tangga ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan. Kesejahteraan rumah tangga

ditentukan oleh jumlah anggota rumah tangga yang harus ditanggung. Rumah tangga dengan pendapatan sama, apabila jumlah tanggungannya lebih sedikit

tentu lebih sejahtera dibandingkan rumah tangga dengan jumlah tanggungan lebih besar. Jumlah tanggungan rumah tangga mencerminkan seberapa besar

alokasi pendapatan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota rumah tangga. Jumlah tanggungan mencerminkan seberapa besar pendapatan

rumah tangga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota rumah tangga yang menjadi tanggungannya, mulai dari pemenuhan kebutuhan

pangan, pakaian, dan kebutuhan lain. Rumah tangga dengan pendapatan rendah, sebagian besar pendapatan bahkan seluruh pendapatan seringkali harus habis

9

untuk pemenuhan konsumsi. Rumah tangga yang memiliki pendapatan kecil dengan beban tanggungan lebih banyak akan menghadapi kesulitan untuk

meningkatkan kesejahteraan. Pendapatan yang kecil berarti hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan untuk meningkatkan kualitas hidup,

seperti meningkatkan kesehatan, pendidikan, bahkan untuk investasi.

Pemenuhan kebutuhan rumah tangga berupa pemenuhan pangan, sandang, dan kebutuhan lain yang diperlukan setiap anggota rumah tangga,

pendapatan yang relatif kecil sebagian besar pendapatan bahkan seringkali seluruh pendapatan harus dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Pada

rumah tangga miskin dengan pendapatan yang relatif kecil alokasi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pangan dapat mencapai proporsi yang lebih banyak

bahkan dapat mencapai seluruh pendapatan rumah tangga.

Tabel 5. Jumlah Anggota Rumah Tangga

No Jumlah Anggota Rumah Tangga f %

1 Kurang atau sama dengan 3 orang 1 2,5

2 4 – 5 orang 27 67,5

3 Lebih dari 5 orang 12 30

Jumlah 40 100

(Sumber: Data primer tahun 2014)

Anggota rumah tangga merupakan tenaga kerja yang diharapkan membantu menyelesaikan pekerjaan pertanian dan peternakan. Anggota rumah

tangga perempuan ikut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Masyarakat perdesaan telah menerapkan konsep anak, bahwa anak bukan lagi sebagai tenaga

kerja. Di perdesaan, umumnya masyarakat dengan kultur petanian bahwa seluruh anggota rumah tangga dewasa umumnya membantu kegiatan produksi di

pertanian, peternakan, maupun bidang lain. Jumlah anak yang lebih banyak berarti semakin banyak tenaga yang dapat membantu menyelesaikan pekerjaan

rumah tangga, pertanian, peternakan, dan produksi.

Rumah tangga di dusun penelitian didominasi oleh rumah tangga inti yakni rumah tangga yang terdiri dari, laki-laki, perempuan, dan anak oleh

karena itu jumlah tanggungan relatif kecil. Jumlah anggota rumah tangga antara 4 sampai dengan 6 orang mencapai 67,5 persen responden. Semakin banyak

anak tanpa didukung kemampuan ekonomi hanya menjadi beban berat bagi rumah tangga. Jumlah tanggungan yang banyak, diperlukan modal lebih besar

untuk membangun masa depan yang lebih baik. Modal harus disediakan untuk setiap anggota rumah tangga mulai dari biaya untuk pendidikan, perawatan

kesehatan, dan memenuhi kebutuhan konsumsi.

2. Pendapatan Rumah Tangga Dusun Penelitian

Sumber pendapatan rumah tangga di perdesaan umumnya didominasi kegiatan pertanian dan peternakan. Dinamika di perdesaan berdampak pada

keanekaragaman kegiatan di perdesaan termasuk kegiatan ekonomi. Selanjutnya dimanfaatkan masyarakat untuk melalukan diversifikasi sumber pendapatan

rumah tangga tidak hanya bertumpu pada kegiatan pertanian peternakan tetapi juga pada kegiatan di luar pertanian peternakan. Dalam pembahasan

pendapatan di dusun penelitian ditujukan untuk memahami pendapatan rumah tangga berasal dari kegiatan pertanian peternakan maupun kegiatan di luar

pertanian peternakan.

10

a. Pendapatan Rumah Tangga

Awalnya dusun penelitian didominasi kegiatan pertanian dan peternakan. Saat ini mulai terjadi variasi mata pencaharian karena ketersediaan

lahan pertanian yang semakin terbatas dengan kesempatan berusaha diluar pertanian dan peternakan yang semakin terbuka. Kondisi demikian ikut

menentukan perubahan kegiatan untuk memperoleh pendapatan. Di wilayah dengan keterjangkauan relatif buruk disertai dengan keterbatasan modal,

pendidikan, dan keterampilan, pendapatan yang diperoleh hanya mengandalkan pemanfaatan sumberdaya sekitar. Kebutuhan yang semakin meningkat tanpa

disertai peningkatan sumberdaya manusia pada wilayah dengan keterjangkauan kurang menguntungkan tentu saja berdampak pada tekanan terhadap

sumberdaya sekitar yang semakin kuat. Tentu saja dalam jangka panjang gejala tersebu dapat menjadi ancaman terhadap keberadaan sumberdaya.

Tabel 6. Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun

No Total Pendapatan Rumah Tangga per tahun F %

1 < Rp 15 000 000 8 20

2 Rp 15 000 000 – Rp 25 000 000 21 52,5

3 > Rp 25 000 000 11 27,5

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

Total pendapatan rumah tangga per tahun didominasi antara Rp15 000 000 sampai dengann Rp 25 000 000 mencapai 52,5 persen responden.

Kelompok rumah tangga miskin tidak memiliki sumber produksi, yakni pendidikan yang rendah, tanpa modal, dan tanpa lahan pertanian. Kelompok ini

benar-benar tidak berdaya dalam kemiskinan. Berbeda dengan kelompok miskin yang memiliki kesempatan hampir sama untuk memperoleh pendapatan

dengan memanfaatkan sumberdaya sekitar. Kesempatan memperoleh lahan garapan dari pemerintah dimanfaatkan rumah tangga miskin untuk memperoleh

tambahan pendapatan. Sumber pendapatan relatif homogen, yakni dari kegiatan pertanian, peternakan, dan memanfaatkan sumberdaya sekitar.

b. Pendapatan Per Kapita

Pendapatan rumah tangga berupa seluruh pendapatan dari kegiatan pertanian, peternakan, dan diluar kegiatan tersebut dari seluruh pendapatan

kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga lainnya. Setelah diketahui pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga yang menjadi

tanggungan setiap rumah tangga kemudian ditentukan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita per tahun ditentukan berdasarkan pendapatan rumah

tangga per tahun berbanding dengan jumlah anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan. Pada umumnya, perdesaan yang memiliki penduduk

menggantungkan kegiatan pertanian maka lahan pertanian merupakan faktor produksi penting serta menentukan tingkat pendapatan rumah tangga. Rumah

tangga memiliki pendapatan bervariasi dari pertanian, peternakan, dan kegiatan diluar pertanian dan peternakan. Kegiatan pertanian dan peternakan tidak lagi

menjadi sumber pendapatan utama rumah tangga.

Tabel 7. Rumah Tangga Berdasarkan Pendapatan Per Kapita Per Tahun

No Pendapatan per kapita per tahun f %

1 Kurang atau sama dengan dan kurang dari Rp 1 980.000 (setara 180 kg beras per kapita per tahun) 15 37,5

2 Antara Rp 1. 980.000 hingga kurang dari dan sama dengan Rp 2.640.000 (setara 180 kg hingga 240 kg 17 42,5

11

beras per kapita per tahun)

3 Lebih dari Rp 2.640.000 (setara 240 kg beras per kapita per tahun) 8 20

Jumlah 40 100 %

(Sumber :Data Primer tahun 2014)

Pendapatan per kapita per tahun setara beras paling banyak setara dengan 240 kg beras, setara nilai Rp 2 640 000 per kapita per tahun mencaai 42,5

persen responden, dengan pendapatan per kapita per tahun kurang dari atau sama dengan 180 kg beras setara dengan Rp 1 980 000 mencapai 37,5 persen. Sesuai

dengan kriteria dari Sayogjo bahwa rumah tangga di dusun penelitian masih didominasi rumah tangga miskin. Pendapatan per kapita dapat dijadikan salah satu

indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penduduk. Pendapatan per kapita yang semakin baik, berarti kesempatan peningkatan sumberdaya manusia

menjadi lebih terbuka.

Peningkatan sumberdaya dilakukan melalui peningkatan pendidikan, perbaikan kesehatan, peningkatan pendapatan, dan peningkatan kualitas hidup.

Pendidikan dapat membuka wawasan serta menjadi lebih bijak untuk memanfaatkan kesempatan guna meningkatkan kesejahteraan. Kesehatan yang terjamin

memberi kesempatan melakukan berbagai kegiatan secara optimal. Pendapatan yang memadai membuka kesempatan untuk melakukan investasi, peningkatan

kualitas pangan, gizi, papan, serta mendukung terciptanya lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan kualitas hidup. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

seperti melalui peningkatan pendidikan, keterampilan, perbaikan kesehatan, dan pemenuhan kebutuhan lainnya. Peningkatan kesejahteraan akan dapat dilakukan

lebih mudah apabila rumah tangga memiliki pendapatan per kapita tinggi. Pendapatan per kapita yang memadai memberi kesempatan untuk menyisihkan sebagian

pendapatan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

Perbaikan pendapatan rumah tangga semakin meningkat, terutama bagi kelompok yang menguasai modal maka peningkatan pendapatan juga semakin

terbuka. Namun, perbaikan ekonomi tidak merata di setiap rumah tangga, hanya beberapa rumah tangga saja yang mampu berkompetisi sehingga ketimpangan

pendapatan antarrumah tangga semakin nyata. Pendapatan rumah tangga untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dipengaruhi oleh berbagai faktor, meliputi

pola konsumsi, jumlah tanggungan, latar belakang, dan lingkungan sosial ekonomi. Peningkatan pendapatan rumah tangga berdampak pada pola pengeluaran

konsumsi rumah tangga. Manusia akan berusaha meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Peningkatan kesejahteraan dilakukan dengan mengupayakan peningkatan

kualitas hidup, mulai dari pemenuhan kebutuhan pangan, pakaian, kesehatan, pendidikan, dan hiburan. Masing-masing individu memiliki kebutuhan bervariasi,

tergantung pada ketersediaan sumber pendapatan. Rumah tangga yang memiliki pendapatan semakin tinggi maka pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi menjadi

lebih kecil dibandingkan dengan pendapatannya. Sebaliknya, rumah tangga dengan pendapatan semakin kecil maka sebagian besar dari pendapatannya digunakan

untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Dilihat dari bagian pendapatan yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, sebagian besar pendapatan dari

rumah tangga miskin dan rumah tangga cukupan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga.

Kebutuhan primer manusia berupa kebutuhan sandang terkait dengan pola hidup individu, pendapatan rumah tangga, jenis pekerjaan, dan

pergaulan di lingkungannya. Perdesaan dengan mata pencaharian utama di pertanian dan peternakan diperlukan pakaian yang lebih sederhana dibandingkan

dengan mereka yang mempunyai mata pencaharian formal di luar pertanian dan peternakan.

12

B. Kegiatan Perempuan Dalam Domestik Dan Publik

Kegiatan di luar rumah meliputi bekerja pada pertanian, peternakan, dan bekerja di luar pertanian dan peternakan serta kegiatan sosial. Perempuan

yang mencari nafkah, maka waktu perempuan untuk bekerja cenderung lebih panjang. Pembagian kerja terkait dengan curahan waktu untuk kegiatan di rumah

tangga dan di luar rumah. Pada pembagian kerja seperti ini, tentu saja merupakan ketidakadilan terhadap perempuan yang harus menanggung beban lebih berat.

Kesempatan perempuan memperoleh pendapatan dan melakukan kegiatan publik lainnya berkurang karena sebagian waktu dimanfaatkan melakukan kegiatan

rumah tangga. Perempuan yang ikut mencari nafkah bukan merupakan kegiatan utama, meskipun perempuan berperan penting dalam menopang rumah tangga

karena pendapatan perempuan lebih besar dari pendapatan laki-lakisebagai pencari nafkah utama.

1. Kegiatan Perempuan Di Sektor Domestik

Kegiatan rumah tangga meliputi seluruh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan domestik seluruh anggota rumah tangga terkait dengan persiapan keperluan

pangan, sandang, dan pengelolaan rumah tangga. Perempuan identik dengan pekerjaan tidak menyumbang pendapatan, sedangkan laki-laki identik dengan

pekerjaan yang menghasilkan pendapatan. Perempuan dituntut menyediakan waktu lebih banyak untuk kegiatan domestik, demikian pula laki-laki dibenarkan

untuk menyediakan waktu lebih banyak untuk kegiatan publik. Perempuan yang ikut bekerja mencari nafkah seringkali sebagai penopang utama menyumbang

pendapatan rumah tangga (Suratiyah dan Hariadi, 1991). Perempuan yang mempunyai pendapatan lebih besar bukan berarti dapat melepaskan tanggung jawab

mengelola pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya, laki-laki yang memiliki pendapatan lebih kecil bahkan ketika tidak memiliki pendapatan karena alasan tertentu,

seperti sedang mengalami pemutusan hubungan kerja tidak serta merta laki-laki dituntut menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, meskipun perempuan

menggantikan tugas laki-laki untuk mencari nafkah.

Tuntutan ekonomi, peningkatan pendidikan, penguasaan modal, keterampilan, dan semakin terbukanya kesempatan perempuan pada arena publik ikut

mendorong perempuan terlibat dalam kegiatan mencari nafkah di samping tugas domestik di rumah tangga. Kebebasan perempuan bekerja untuk memperoleh

pendapatan bukan berarti pembebasan perempuan dari tanggung jawab mengelola pekerjaan rumah tangga. Bergulirnya kesempatan, perempuan ikut mencari

nafkah sebagai bagian tugas publik karena pilihan atau keterpaksaan menjadikan perempuan sebagai sosok yang memiliki banyak peran di domestik dan publik.

Perempuan pandai dalam membagi waktu dan tenaganya, serta kemampuan mengatur tugas domestik agar berjalan lancar tanpa mengabaikan tugas publik.

a. Kegiatan Rumah Tangga Perempuan

Pekerjaan rumah tangga meliputi kegiatan memenuhi kebutuhan pangan, yakni menyediakan makan dan minum, berbelanja kebutuhan sehari-hari,

menentukan pilihan menu makanan, memasak, membersihkan peralatan memasak, membersihkan peralatan makan dan minum, serta memenuhi kebutuhan

sandang, seperti merawat pakaian; mulai dari mencuci, merapikan dengan menyetrika, menyimpan pakaian, menjaga kebersihan rumah, dan segala perabotan

rumah; pengasuhan, meliputi menjaga, merawat, dan mengasuh anak maupun menjaga orang tua. Pekerjaan domestik masih dianggap bukan sebagai bagian dari

kegiatan produksi, sudah sepatutnya peran domestik perempuan diperhitungkan sebagai bagian penting yang mendukung keberhasilan dan kesuksesan di bidang

publik.

13

Pekerjaan domestik di rumah tangga dapat dilakukan setiap anggota rumah tangga tanpa pembedaan jenis kelamin. Kenyataannya, pekerjaan ini

banyak dibebankan kepada perempuan, sekurang-kurangnya dilihat dari korbanan waktu perempuan. Bahkan perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktu

dan tenaga sering dianggap tidak bekerja, hanya semata-mata karena pekerjaan yang dilakukan tidak memberikan hasil berupa barang atau uang. Terkait dengan

keberhasilan anggota rumah tangga melakukan kegiatan di luar rumah, diperlukan dukungan kelancaran pengelolaan rumah tangga, seperti kelancaran pelayanan

kebutuhan makan, minum, dan pakaian, namun dukungan tersebut seringkali dianggap bukan bagian penting dari pekerjaan yang mempunyai nilai ekonomi.

Apabila tugas domestik tidak dapat diselesaikan sendiri oleh perempuan cenderung diselesaikan anggota rumah tangga perempuan, sedangkan anggota rumah

tangga laki-laki jarang terlibat melakukan pekerjaan rumah tangga. Laki-laki akan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga apabila terpaksa, bagi laki-laki untuk

melakukan pekerjaan rumah tangga hanya bersifat membantu karena bukan tanggung jawab dan pekerjaan rutin laki-laki.

Kesepakatan ikut menentukan curahan waktu untuk kegiatan domestik dan publik. Di samping kesepakatan, adanya sistem nilai budaya yang

menempatkan perempuan bertanggung jawab di rumah tangga mendorong perempuan dituntut dapat menyediakan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan

domestik. Sistem nilai budaya di Jawa menjadikan perempuan yang ikut bekerja mencari nafkah sekalipun, tidak menuntut laki-laki untuk meluangkan waktu

terlibat pada kegiatan domestik. Umumnya dalam masyarakat Jawa menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah utama dibenarkan apabila laki-laki tidak

dilibatkan dalam kegiatan domestik. Sistem nilai budaya menempatkan perempuan melakukan kegiatan domestik, maka beban perempuan menjadi lebih berat

ketika perempuan harus membantu mencari nafkah karena kesulitan ekonomi. Perempuan dari rumah tangga dengan keterbatasan ekonomi ketika harus ikut

mencari nafkah tetap bertanggung jawab sendiri untuk menyelesaikan kegiatan domestiknya. Berbeda ketika perempuan dari rumah tangga kaya atau rumah

tangga yang lebih mampu secara ekonomi, untuk melakukan kegiatan publik terutama ikut mencari nafkah bukan sebagai keharusan secara ekonomi tetapi

lebih bersifat sebagai sebuah pilihan. Pekerjaan domestik dapat dibantu perempuan dari rumah tangga lain dengan cara memberikan upah untuk mengerjakan

pekerjaan rumah tangganya. Beban pekerjaan rumah tangga yang harus ditanggung perempuan dari rumah tangga yang memiliki kemampuan ekonomi / kaya

menjadi berkurang. Beban domestik akan dipikulkan pada perempuan dari rumah tangga lain. Laki-lakibaru melakukan kegiatan domestik ketika perempuan

tidak dapat menyelesaikan sendiri karena perempuan sakit atau alasan lain dan tidak ada perempuan di rumah tangga tersebut. Selama ada perempuan yang

masih mampu melakukan kegiatan domestik maka hampir tidak pernah melibatkan laki-laki dan anggota rumah tangga laki-laki.

Menyediakan air bersih merupakan salah satu kegiatan domestik yang penting di rumah tangga. Air bersih untuk keperluan memasak, sumber air

minum, keperluan mandi dan mencuci, yakni mencuci pakaian, mencuci peralatan memasak, peralatan makan dan minum, serta keperluan domestik lainnya

mudah diperoleh dari sumur gali yang dangkal.

Rumah tangga di perdesaan Jawa, maka kegiatan domestik menjadi tanggung jawab perempuan, demikian juga yang berlaku pada rumah tangga

di dusun penelitian. Kegiatan rumah tangga dilakukan perempuan meskipun tanpa memanfaatkan orang lain secara rutin dengan memberikan upah yang

berupa barang atau uang. Pola hidup di dusun penelitian relatif sederhana sehingga untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga diperlukan waktu lebih

sedikit. Pola makan yang sederhana menjadikan pekerjaan menyiapkan makan/minum, mencuci peralatan makan/minum, diperlukan waktu dan tenaga yang

lebih sedikit.

14

Kegiatan yang banyak memerlukan waktu adalah mengasuh anak dan mencari kayu bakar, melibatkan laki-laki dengan intensitas waktu sedikit. Pada

waktu yang bersamaan perempuan seringkali menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Ketika pekerjaan rumah tangga telah diselesaikan perempuan

dapat melakukan kegiatan di luar rumah tangga. Pada awalnya untuk penyediaan air bersih memerlukan waktu relatif banyak, tetapi saat ini air bersih dapat

diperoleh melalui penyaluran langsung ke rumah-rumah penduduk.

Di seluruh rumah tangga, pekerjaan mencuci peralatan makan, minum, serta peralatan memasak diperlukan waktu perempuan yang relatif banyak.

Perempuan melakukan pekerjaan mencuci peralatan makan, minum, serta peralatan memasak dalam rumah tangga miskin paling kecil, kemudian rumah tangga

kaya, dan paling banyak di rumah tangga cukupan. Dalam rumah tangga kaya, meskipun pekerjaan ini diperlukan banyak waktu, tetapi dengan adanya orang lain

yang membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga maka waktu perempuan untuk pekerjaan mencuci peralatan makan, minum, serta peralatan memasak

menjadi sedikit. Berbeda dengan perempuan di rumah tangga miskin dan cukupan yang tidak dibantu orang lain, pekerjaan mencuci peralatan makan, minum, serta

peralatan memasak dilakukan perempuan sendiri atau dibantu anggota rumah tangga perempuan.

Pembagian kerja untuk membersihkan dan mencuci peralatan memasak, makan, minum, serta peralatan memasak paling timpang tampak dalam

rumah tangga cukupan, paling setara justru pada rumah tangga miskin. Berarti tanggung jawab antara di rumah tangga miskin lebih setara untuk menanggung

pekerjaan membersihkan peralatan makan, minum, serta peralatan memasak.

Waktu yang digunakan perempuan untuk menjaga dan mengasuh anak, secara pasti sulit diperkirakan ketika anak masih kecil, perempuan

menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga sambil menjaga dan mengasuh anak. Waktu yang diperlukan untuk pengasuhan anak lebih banyak terdapat di

rumah tangga dengan strata yang lebih baik. Seluruh rumah tangga, laki-laki membantu mengasuh anak apabila perempuan atau anggota rumah tangga lain harus

menyelesaikan pekerjaan rumah yang tidak dapat dilakukan sambil menjaga dan mengasuh anak. Pembagian kerja untuk pengasuhan anak dalam rumah tangga

kaya paling timpang; paling setara pada rumah tangga miskin. Berarti pembagian kerja untuk pengasuhan anak semakin timpang pada keadaan ekonomi yang lebih

baik. Pengasuhan anak diperhatikan perempuan sehingga diperlukan waktu perempuan paling banyak dibandingkan kegiatan domestik lainnya. Sesuai dengan nilai

budaya yang berlaku pada masyarakat setempat bahwa perilaku anak merupakan cermin dari keberhasilan perempuan dalam mengelola rumah tangga. Di seluruh

rumah tangga, dilihat dari rerata waktu untuk pengasuhan anak relatif diperlukan waktu lebih banyak daripada kegiatan domestik lainnya.

Memasak dan menyiapkan makan dan minum melibatkan laki-laki dengan waktu relatif kecil. Rumah tangga dengan pola hidup sederhana, waktu

untuk menyelesaikan kegiatan domestik menjadi lebih sedikit. Seluruh rumah tangga, waktu perempuan lebih banyak untuk melakukan pekerjaan memasak dan

menyiapkan makan/minum. Perempuan yang bekerja mencari nafkah atau tidak ikut mencari nafkah, pekerjaan rumah tangga dibebankan kepada perempuan.

Memasak dan menyiapkan makan/minum termasuk pekerjaan rumah tangga yang mendapat perhatian penting setelah pengasuhan anak, dilihat dari pengorbanan

waktu yang diberikan perempuan untuk pekerjaan tersebut. Pekerjaan ini seringkali tetap dilakukan perempuan meskipun ada anggota rumah tangga perempuan

termasuk tanaga upah (pembantu) di rumah tangga bersangkutan.

15

Perempuan dari rumah tangga miskin yang ikut mencari nafkah beban kerjanya lebih berat karena kesulitan ekonomi, diperlukan partisipasi

perempuan dan anggota rumah tangga lainnya untuk membantu mencari nafkah serta harus menyelesaikan kegiatan domestik sendiri. Diperlukan dukungan laki-

laki dan anggota rumah tangga lainnya agar perempuan tetap bekerja mencari nafkah tanpa mengabaikan kegiatan domestik.

Kegiatan domestik yang dilakukan perempuan dari rumah tangga kaya diutamakan pada pengasuhan anak dan menyiapkan makan / minum untuk

seluruh anggota rumah tangga. dari rumah tangga kaya umumnya memiliki modal, seperti pendidikan, keterampilan, uang, lahan, serta modal dalam bentuk lain

sehingga memiliki kesempatan memilih pekerjaan. Keadaan ekonomi rumah tangga kaya tidak mengharuskan perempuan ikut mencari nafkah. Perempuan dari

rumah tangga kaya dapat memilih ikut mencari nafkah atau berperan tunggal sebagai ibu rumah tangga agar lebih banyak mempunyai waktu untuk keluarga.

Pilihan perempuan dari rumah tangga kaya melakukan kegiatan publik semata-mata bukan hanya karena alasan ekonomi tetapi untuk mengembangkan karier,

memperluas pergaulan, dan alasan lainnya.

Laki-laki dibiasakan tanpa melakukan kegiatan domestik sejak anak-anak di seluruh rumah tangga tanpa perbedaan miskin, cukupan, maupun kaya.

Perbedaan pola asuh terhadap laki-laki dan perempuan tampak pada pembagian kerja, anak perempuan diarahkan melakukan kegiatan domestik sejak kecil,

sementara anak laki-laki dibebaskan dari kegiatan domestik. Tugas utama sebagai perempuan adalah mengasuh anak-anak dan merawat dengan pengasuhan yang

tepat agar anak dapat bermanfaat di masa depan. Perempuan yang tidak ikut mencari nafkah memiliki kesempatan lebih leluasa dalam mengasuh dan membimbing

anak maupun untuk menyelesaikan kegiatan domestik lainnya. Anak perempuan yang mulai mandiri dapat membantu orang tua kegiatan domestik sehingga

meringankan beban yang harus ditanggung perempuan.

Kegiatan domestik menjadi tanggung jawab perempuan telah ditanamkan kepada perempuan sejak kecil oleh orang tua mereka. Setelah dewasa,

pandangan tentang kegiatan domestik identik dengan perempuan telah tertanam sejak masih anak-anak. Setelah menjadi seorang perempuan, kegiatan domestik

dianggap sebagai kewajiban yang harus diselesaikan perempuan. Apabila perempuan memilih ikut bekerja, harus mampu membagi waktu dan tenaga dengan baik,

terjadinya perbaikan ekonomi rumah tangga namun kegiatan domestik terbengkalai dianggap merupakan kegagalan perempuan sebagai perempuan. Diperlukan

toleransi laki-laki untuk membantu kegiatan domestik agar kegiatan di rumah tangga tetap lancar ketika perempuan ikut mencari nafkah. Apabila perempuan ikut

mencari nafkah, selayaknya perempuan tidak harus menyelesaikan kegiatan domestik sendiri karena dapat saja diselesaikan bersama oleh seluruh anggota rumah

tangga tanpa pembedaan laki-laki atau perempuan.

b. Kegiatan Perempuan Pada Sektor Publik Bidang Ekonomi

Pada awalnya, pertanian peternakan menjadi sumber pendapatan penting di kedua dusun penelitian. Pengelolaan pertanian intensif untuk tanaman padi

pada musim penghujan dan palawija, sayur-sayuran, serta tembakau menjadi pilihan tanaman musim kemarau. Perubahan penggunaan lahan pertanian untuk

kegiatan diluar pertanian menjadikan semakin terbatasnya lahan pertanian. Rumah tangga yang mengandalkan sumber pendapatan dari kegiatan pertanian dan

peternakan dengan pengelolaan yang dilakukan saat ini belum mampu memberikan pendapatan yang memadai. Dijumpai dalam sebagian rumah tangga masih

menguasai lahan pertanian luas, tetapi rumah tangga ini juga memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan kegiatan diluar pertanian. Rumah tangga yang

16

menguasai lahan pertanian luas memiliki sumber pendapatan diluar pertanian yang memadai. Rumah tangga dengan pendapatan utama dari pertanian didominasi

oleh buruh tani dan petani dengan penguasaan lahan garapan sempit.

Kegiatan pertanian masih dijadikan tumpuan pendapatan sebagian rumah tangga di meskipun dengan semakin terbukanya kegiatan diluar pertanian

memberi peluang bagi untuk memperoleh pendapatan diluar pertanian. Di sisi lain, terbukanya kesempatan kerja diluar pertanian berdampak pada semakin sulitnya

mencari tenaga kerja untuk kegiatan pertanian. Mengelola lahan pertanian sambil bekerja diluar pertanian menjadi alternatif yang dilakukan untuk memperoleh

pendapatan rumah tangga dari pertanian dan diluar pertanian. Rumah tangga yang mengandalkan pendapatan utama dari pertanian didominasi oleh petani berlahan

sempit dan buruh tani sehingga kelompok ini banyak mengalami kesulitan ekonomi. Petani berlahan sempit dihadapkan dengan kesulitan modal untuk

mengembangkan pertanian serta desakan ekonomi, seringkali memaksa petani ini harus menjual lahannya dengan harapan dapat memperbaiki keadaan ekonomi.

Mereka mencoba berusaha dan bekerja diluar pertanian, setelah lahan pertanian sebagai satu-satunya sumber pendapatan terpaksa dijual. Kegagalan usaha di luar

pertanian memaksa mereka kembali lagi pada kegiatan pertanian, sementara lahan sebagai satu-satunya modal sebagai petani tidak dimiliki lagi, kemudian

kelompok ini menjadi buruh tani.

Pengolahan lahan dengan mencangkul dan membajak melibatkan tenaga kerja laki-laki. Kegiatan penanaman tanaman padi dilakukan

perempuan, selain untuk tanaman padi, kegiatan penanaman ini juga melibatkan laki-laki. Pemupukan, pemberantasan hama, membersihkan tanaman

pengganggu, irigasi, panen, dan pascapanen melibatkan tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Irigasi dan pemberantasan hama lebih banyak melibatkan laki-

laki. Kegiatan panen dan pascapanen untuk tanaman padi lebih banyak melibatkan perempuan, panen untuk tanaman selain padi melibatkan laki-laki dan

perempuan. Ternak dimanfaatkan untuk keperluan membajak ketika mempersiapkan lahan tanaman padi. Pengolahan lahan menggunakan cangkul banyak

dilakukan pada saat musim kemarau untuk persiapan tanaman palawija, tembakau, dan tanaman lain. Tenaga kerja laki-laki di rumah tangga miskin terlibat

dalam pengolahan tanah pada lahan sendiri dan lahan orang lain. Kegiatan pengolahan lahan tidak pernah melibatkan perempuan karena pengolahan lahan

dianggap pekerjaan berat yang hanya pantas dilakukan laki-laki.

Kegiatan untuk memperoleh bibit tanaman melalui pembibitan sendiri atau membeli, waktu laki-laki untuk pembibitan pada rumah tangga miskin

paling sedikit dibandingkan rumah tangga cukupan dan kaya. Pembibitan dilakukan sendiri tanpa melibatkan tenaga kerja upahan sehingga rumah tangga

dengan lahan garapan lebih luas memerlukan waktu lebih banyak untuk pembibitan. Pada dasarnya kegiatan pembibitan di dilakukan lebih berimbang antara

bahkan perempuan melakukan pekerjaan pembibitan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Pembibitan dilakukan bersama-sama oleh, dari rumah tangga

miskin yang menguasai lahan garapan sempit tentu saja tidak banyak dilibatkan tenaga kerja untuk pembibitan meskipun dilakukan sendiri tanpa tenaga

upahan tidak berbeda dengan rumah tangga yang menguasai lahan pertanian lebih luas.

Kegiatan penanaman terutama untuk tanaman padi lebih banyak melibatkan perempuan terutama perempuan. Kegiatan penanaman dianggap pekerjaan

ringan sehingga banyak melibatkan perempuan, laki-laki juga terlibat dalam terutama penanaman palawija, tembakau, sayur-sayuran. Pemeliharaan tanaman

diperlukan banyak tenaga sehingga waktu dan tenaga banyak untuk melakukan kegiatan ini. Pemeliharaan tanaman pada rumah tangga cukupan diperlukan

17

curahan waktu laki-laki paling banyak dan paling sedikit pada rumah tangga kaya. Pemeliharaan tanaman pada rumah tangga cukupan banyak dilakukan

sendiri tanpa melibatkan tenaga upahan, berbeda dengan rumah tangga kaya memanfaatkan tenaga upahan untuk pemeliharaan tanaman.

Pupuk tanaman mengandalkan pupuk buatan yang dibeli dengan mudah di kios pertanian, pasar, dan koperasi, disamping memanfaatkan pupuk

kandang. Pemupukan dilakukan oleh, untuk kegiatan pemupukan rerata waktu laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Pemberantasan hama dan

pembelian peralatan pertanian melibatkan laki-lakidengan rerata waktu relatif sedikit. Laki-laki dari rumah tangga miskin seringkali membantu pemberantasan

hama di rumah tangga lain.

Panen padi menggunakan sabit lebih banyak melibatkan tenaga kerja laki-laki, perempuan juga dilibatkan pada kegiatan panen yang menggunakan

ketam atau ani-ani. Panen dengan alat ini hanya melibatkan tenaga kerja perempuan. Pengambilan hasil untuk tanaman tembakau, palawija, dan sayur-sayuran

dilakukan beberapa kali sehingga diperlukan waktu memanen yang lebih banyak. Tanaman jagung, kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang kedelai, kacang

panjang, tomat, dan lombok tanpa dilakukan pengelolaan pascapanen karena langsung dijual ke pasar atau ke pengepul. Tanaman tembakau menjadi tanaman

pilihan di pada musim kemarau. Khusus tanaman tembakau, kegiatan panen dan pengelolaan pascapanen diperlukan waktu lebih banyak. dari rumah tangga

miskin banyak terlibat dalam kegiatan panen dan pascapanen dengan membantu di rumah tangga lain.

Pemupukan mengandalkan pemakaian pupuk kandang yang diperoleh dari hasil sampingan peternakan yang diusahakan di setiap rumah tangga. Pada

seluruh rumah tangga rerata waktu perempuan untuk kegiatan pemupukan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Pemupukan tanaman diperlukan waktu paling

banyak dalam rumah tangga kaya, sebaliknya paling sedikit waktu dari rumah tangga miskin. Pembelian peralatan pertanian diperlukan waktu sedikit, hanya

dilakukan oleh laki-lakidi seluruh rumah tangga. Peralatan pertanian yang digunakan untuk kegiatan pertanian relatif sederhana berupa cangkul dan sabit. Untuk

pengolahan lahan hanya menggunakan cangkul, cangkul juga dimanfaatkan untuk keperluan di peternakan, yakni untuk membersihkan kandang. Pemanenan dan

pascapanen dilakukan tanpa melibatkan tenaga upahan waktu yang digunakan untuk kegiatan pertanian berbanding lurus dengan luas lahan garapan.

Seluruh anggota rumah tangga tanpa membedakan umur dan jenis kelamin ikut terlibat dalam kegiatan pertanian dan peternakan, laki-laki dan

perempuan bekerja mencari nafkah tanpa membedakan jenis pekerjaan ringan maupun berat. Laki-laki dibantu perempuan dalam mengerjakan lahan pertanian dan

bekerja untuk mengelola peternakan, laki-laki menjadi penanggung jawab utama sebagai pencari nafkah. Topografi kasar dengan beban kerja yang berat selalu

dihadapi sehingga kemampuan fisik berperan penting untuk memperoleh pendapatan. Pemanfaatan lahan kering untuk kegiatan pertanian dengan menanam

tanaman pangan.

Di perdesaan kegiatan peternakan juga menjadi tumpuan pendapatan disamping pertanian, masih dijumpai rumah tangga yang memelihara ternak

untuk memperoleh tambahan pendapatan. Ternak dimanfaatkan sebagai tenaga untuk membantu pengolahan lahan pertanian dan penghasil pupuk kandang untuk

menjaga kesuburan lahan. Ternak juga sebagai cara berinvestasi di perdesaan didukung kemudahan memperoleh hijauan, maka memelihara ternak menjadi pilihan

untuk memperoleh tambahan pendapatan. Rumah tangga yang memiliki modal memilih ternak sebagai cara untuk investasi dengan cara digaduhkan, dipelihara

sendiri, atau dengan memanfaatkan tenaga upahan, pada musim labuh ternak yang dipelihara menjadi sumber pendapatan tambahan untuk membantu pengolahan

lahan di rumah tangga lain. Memadukan pertanian dengan peternakan merupakan cara meningkatkan pendapatan rumah tangga di perdesaan. Ketika musim panen

18

batang tanaman padi (damen) dimanfaatkan untuk cadangan makanan ternak juga residu penggilingan padi (dedak), dan memanfaatkan hijauan makanan ternak

yang diperoleh di lahan sekitar dusun atau membeli dari tetangga dan kerabat.

Kegiatan diluar pertanian dan peternakan mulai menjadi pilihan sumber pendapatan di perdesaan. Semakin terbukanya kesempatan kerja di luar

pertanian dan peternakan serta desakan kebutuhan rumah tangga yang meningkat dihadapkan dengan lahan pertanian yang semakin terbatas ikut menjadi pemicu

berkembangnya diversifikasi ekonomi di perdesaan. Kemudahan melakukan mobilitas dan tuntutan pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat

dihadapkan dengan pendapatan pertanian dan peternakan yang semakin terbatas menjadikan pendapatan di luar pertanian dan peternakan semakin penting untuk

menopang kebutuhan rumah tangga. Terbukanya kesempatan memperoleh pendapatan diluar pertanian dan peternakan juga berhadapan dengan semakin ketatnya

kompetisi mencari pendapatan diluar pertanian dan peternakan menjadi lebih ketat sehingga hanya kelompok yang memiliki modal, memiliki pendidikan,

pengetahuan, serta keterampilan memadai yang mampu memperoleh pendapatan dari luar pertanian peternakan yang memadai pula.

Keterjangkauan wilayah terkait dengan dinamika kegiatan masyarakatnya, termasuk munculnya variasi kegiatan ekonomi, sosial, dan kegiatan lain. Di

wilayah dengan keterjangkauan yang baik, dapat melakukan kegiatan ekonomi yang lebih bervariasi. Di sisi lain, keterjangkauan yang baik ikut mendorong

percepatan perubahan penggunaan lahan pertanian untuk kepentingan diluar pertanian seperti kegiatan perdagangan, pelayanan jasa, pendidikan, dan kesehatan.

Dusun yang semula mengandalkan pertanian sebagai penopang pendapatan mulai memanfaatkan kegiatan diluar pertanian dan peternakan. Perkembangan kegiatan

diluar pertanian terkait dengan lahan yang semakin terbatas tanpa disertai pengelolaan pertanian secara optimal. Pendapatan pertanian semakin sulit untuk

memenuhi kebutuhan, sementara kesempatan memperoleh pendapatan diluar pertanian semakin terbuka. Berkembangnya kegiatan diluar pertanian dan peternakan

menjadikan sektor ini memiliki peran penting menyumbang pendapatan rumah tangga. Ketatnya kompetisi memaksa mencari nafkah dengan pekerjaan seadanya

seperti bekerja serabutan dengan pendapatan sangat kecil sehingga perempuan juga harus bekerja untuk memperoleh pendapatan karena pendapatan pencari nafkah

utama semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Kegiatan sebagai pedagang berbagai kebutuhan sehari-hari, menjual makanan dan minuman

secara berkeliling atau menetap dengan membuka warung, sebagai buruh seperti pembantu rumah tangga, tukang, buruh serabutan.

Perubahan penggunaan lahan untuk berbagai kegiatan ekonomi diluar pertanian dan peternakan kurang tampak di wilayah dengan keterjangkauan

kurang menguntungkan. Pendapatan dari kegiatan diluar pertanian dan peternakan lebih diorientasikan dengan pemanfaatan sumberdaya sekitar. Intensitas tekanan

terhadap sumberdaya sekitar untuk pemanfaatan sumberdaya sekitar semakin tinggi. Pemanfaatan sumberdaya sekitar dengan mencari hasil hutan, pasir, dan batu

menjadi kegiatan utama diluar pertanian dan peternakan. Selain memperoleh pendapatan dengan memanfaatkan sumberdaya sekitar, kegiatan diluar pertanian dan

peternakan yang dapat dilakukan di wilayah dengan keterjangkauan kurang menguntungkan relatif terbatas. Mereka yang bekerja di luar dusun masuk ke sektor

dengan pendapatan kurang memadai karena ketatnya kompetisi diluar pertanian dan peternakan.

Kegiatan diluar pertanian peternakan lebih bervariasi terutama pada kegiatan jasa seperti buruh bangunan, buruh serabutan, keamanan, bekerja pada

jasa angkutan, perantara jual beli; jual beli kendaraan bermotor, tanah, dan barang- barang kebutuhan lainnya, serta bergerak pada pelayanan jasa. Perempuan tidak

seluruhnya ikut bekerja mencari nafkah dengan melakukan kegiatan ekonomi diluar pertanian dan peternakan, meskipun kesempatan kerja diluar pertanian dan

peternakan di dusun ini lebih terbuka.

19

C. Kegiatan Publik Perempuan Bidang Sosial Kemasyarakatan

Hubungan antara anggota masyarakat dalam kehidupan di perdesaan relatif masih erat dengan keadaan sosial ekonomi antarrumah tangga yang relatif

homogen serta belum banyak terkontaminasi pengaruh dari luar. Kegiatan sosial kemasyarakatan semakin longgar di wilayah dengan keterjangkauan yang baik.

Sebaliknya pada dusun dengan keterjangkauan kurang menguntungkan menjadikan kegiatan sosial kemasyarakatan masih dipertahankan dalam kehidupan

bermasyarakat. Kegiatan sosial kemasyarakatan masih merupakan kegiatan penting dalam kehidupan bermasyarakat di perdesaan merupakan salah satu cara untuk

memelihara hubungan baik dengan komunitas mereka. Masyarakat masih memandang penting kegiatan sosial kemasyarakatan, anggota masyarakat yang kurang

memperhatikan kegiatan sosial kemasyarakatan dapat memperoleh sanksi sosial.

Kegiatan sosial kemasyarakatan mengalami dinamika sesuai dengan perkembangan masyarakat meliputi kegiatan keagamaan, silaturahmi,

penyelenggaraan pesta, kegiatan kelompok, upacara adat, gotong royong, kerja bakti, ronda, melayat, menengok kelahiran, menengok orang sakit, dan mendatangi

hajatan. Kegiatan sosial kemasyarakatan disesuaikan dengan dinamika masyarakat melalui kesepakatan agar tidak memberatkan. Keterbatasan waktu, tenaga, dan

variasi kegiatan individu terkait dengan kesempatan melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Beberapa tradisi seperti kenduri (selamatan) untuk memperingati

peristiwa kehidupan; kelahiran, perkawinan, dan peristiwa lain telah mengalami perubahan. Oleh-oleh pada acara selamatan terkait dengan peristiwa tertentu berupa

bahan mentah untuk mengurangi pekerjaan memasak ketika mengundang tetangga atau kerabat saat diadakannya selamatan. Kesulitan mencari tenaga kerja untuk

menyiapkan hidangan dan oleh-oleh ketika diadakan selamatan, bahan mentah menjadi pilihan karena lebih tahan lama dan lebih bermanfaat.

Pelaksanaan kegiatan sosial kemasyarakatan mulai disesuaikan dengan dinamika masyarakat. Banyaknya bantuan berupa uang atau barang terkait peristiwa

kelahiran, perkawinan, kematian, dan peristiwa lainnya bergantung pada kedekatan hubungan antarindividu. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilaksanakan

untuk kepentingan umum maka waktu, tenaga, dan besarnya bantuan bergantung pada kesepakatan bersama. dari rumah tangga dengan kemampuan materi juga

memberikan bantuan tenaga. Saling membantu secara bergantian untuk meringankan beban ketika menghadapi kesusahan dan berbagi kebahagian ketika

memperoleh kesenangan. Kegiatan sosial kemasyarakatan secara individual kepada kerabat atau tetangga dengan memberikan bantuan material dan spiritual

dilakukan sebagai upaya meringankan beban tetangga atau kerabat ketika sedang memerlukan bantuan. Pada rumah tangga miskin yang memiliki keterbatasan

ekonomi, kegiatan sosial kemasyarakatan seringkali menjadi beban karena harus menyediakan dana untuk kepentingan tersebut.

Berbeda dengan yang terjadi kebersamaan antaranggota masyarakat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan masih menjadi bagian penting dalam

kehidupan masyarakat perdesaan. Kegiatan sosial kemasyarakatan seperti silaturahmi, upacara adat terkait peristiwa kehidupan, dan gotong royong masih lebih

banyak dilakukan sebagai bagian kegiatan yang sarat dilakukan setiap saat secara rutin. Penggalangan dana dan bantuan tenaga digerakkan untuk pengadaan dan

perawatan fasilitas umum seperti jalan, tempat ibadah, serta fasilitas umum lain. Dana dari pemerintah dan penyandang dana dimanfaatkan untuk membeli semen

dan bahan-bahan lain yang tidak dapat diperoleh di sekitar dusun seperti pasir maupun batu dicari secara gotong royong. Pembangunan rumah pun masih dilakukan

dengan gotong royong atau sambatan, terutama untuk membangun rumah dari papan dan bambu dilakukan bersama tanpa harus mengeluarkan upah untuk tenaga

20

kerja atau tukang. Untuk rumah permanen dari batu bata dan semen di rumah tangga yang lebih mampu secara ekonomi, tahap memberi atap juga dilakukan secara

gotong royong.

Kegiatan keagamaan yang dilakukan di dusun berupa kegiatan keagamaan berupa ceramah dan doa bersama yang diselenggarakan secara individual

di rumah tangga atau di mushola. Kegiatan keagamaan diikuti oleh warga masyarakat dari satu dusun atau oleh warga dari luar dusun sesuai komunitas berdasarkan

ikatan kerja, kekerabatan, dan ikatan sosial yang diikuti. Kegiatan keagamaan yang bersifat rutin juga dilakukan pada waktu tertentu terkait peristiwa kehidupan,

seperti syukuran karena memperoleh karunia dari Tuhan dan doa bersama juga dilakukan secara individual ketika memiliki permohonan tertentu.

Kegiatan silaturahmi diperlukan curahan waktu paling banyak pada rumah tangga kaya dan paling sedikit curahan waktu pada rumah tangga miskin.

Rumah tangga kaya memiliki komunitas dan relasi yang lebih lebih luas dan lebih bervariasi sehingga diperlukan curahan waktu lebih banyak untuk menjaga

keharmonisan hubungan dengan komunitasnya di lingkungan kerja, kerabat, tetangga, serta ikatan lain seperti kegiatan kesenian, olahraga, dan kegiatan sosial.

Terkait peristiwa kehidupan, seperti kelahiran, perkawinan, dan peristiwa tertentu dalam rangka ungkapan rasa terima kasih atas keberhasilan yang dicapai anggota

rumah tangga melibatkan pihak lain untuk membantu mempersiapkan hidangan, kegiatan rewang atau tugur selama berhari-hari mulai jarang dilakukan karena

keterbatasan waktu, tenaga, dan variasi kegiatan dari masing-masing individu. Penyelenggaraan pesta dilaksanakan lebih praktis dengan upacara sederhana berupa

kenduri, terkait dengan peristiwa kelahiran, perkawinan, kematian, dan peristiwa lain yang dianggap penting. Terkait peristiwa kelahiran, perkawinan, dan kematian

pada malam hari juga diadakan acara jagongan dilanjutkan dengan berjaga-jaga (lek-lekan). Kegiatan jagongan dan berjaga-jaga (lek-lekan) diadakan ketika

menyambut kelahiran sejak hari kelahiran hingga berusia selapan (35) hari, saat ini dilakukan hanya seminggu atau sampai masa puputan. Rangkaian upacara

sesuai tradisi sebagaimana telah dilakukan pendahulu mereka secara turun temurun saat ini mulai jarang dilakukan pada ritual menyambut kelahiran sejak bayi

dalam kandungan, khususnya untuk anak pertama diadakan upacara pada saat usia kandungan 5 bulan dan 7 bulan dengan kenduri. Pesta khitanan sebagian rumah

tangga melaksanakan secara sederhana. Pesta pernikahan sesuai tradisi untuk penyelenggaraannya diperlukan waktu berhari-hari untuk serangkaian acara

menjelang pernikahan mulai dari lamaran, tarub, midodareni, , sebagian rumah tangga telah melaksanakan dengan cara lebih praktis. Peristiwa kematian dilakukan

peringatan dengan doa bersama, kenduri dan tahlil setiap malam, selama 7 malam, methuk 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun, dan 1000 hari sesudah peristiwa

kematian dan haul. Sesuai penanggalan Jawa, dilakukan kenduri pada malam 1 Asyura, 20 Maulid, 1 Sya’ban, 21 Ramadhan, dan 1 Syawal dan pada acara bersih

desa.

Menjaga hubungan dengan tetangga atau kerabat, seperti memberikan sumbangan waktu untuk tetangga atau kerabat masih diperhatikan di perdesaan.

Biaya yang harus disediakan untuk menghadiri acara hajatan dapat mengalahkan pemenuhan kebutuhan lain, kepentingan lain dapat ditunda tetapi untuk

kepentingan kegiatan sosial kemasyarakatan harus dipenuhi. Berbagai cara dilakukan dengan mencari pinjaman, menggadaikan atau menjual barang berharga, serta

menjual persediaan padi atau hasil usaha tani lainnya semata-mata untuk memenuhi kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan sosial kemasyarakatan diterapkan di

perdesaan tanpa perbedaan antara rumah tangga miskin, cukupan, dan kaya dengan bentuk bantuan menyesuaikan kemampuan masing-masing. Perempuan dari

rumah tangga miskin menyediakan lebih banyak waktu dan tenaganya sebagai bentuk sumbangan, karena keterbatasan sumbangan materi yang dapat disediakan.

21

Meskipun uang tetap disediakan, khususnya untuk kepentingan sumbangan secara individu kepada tetangga atau kerabat mereka yang sedang menyelenggarakan

pesta atau sedang hajatan.

Pranata sosial yang dipengaruhi ekonomi pasar telah terjadi di perdesaan sehingga untuk kegiatan sosial kemasyarakatan telah dilakukan dengan uang

tunai yang sebelumnya dapat dilakukan cukup dengan produk pertanian (Abdullah, 2001). Di dusun penelitian untuk kegiatan sosial kemasyaratan terkait dengan

tradisi sumbangsih dilakukan dengan menyediakan uang tunai. Meskipun demikian, memberikan bahan kebutuhan pokok seperti beras, gula, teh, mi, minyak

goreng, dan telur masih diberikan ketika menghadiri perhelatan tetangga atau kerabat dekat mereka maupun ketika sedang mengalami peristiwa lain seperti sakit

dan kematian. Pertemuan dalam kelompok tani terkait peningkatan kegiatan pertanian dan peternakan diselenggarakan atas inisiatif masyarakat dan lembaga,

seperti Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan dengan acara penyuluhan, simulasi, serta membahas masalah yang memerlukan pemecahan bersama. Seluruh rumah

tangga, untuk kegiatan terkait dengan kelompok tani lebih banyak melibatkan laki-laki pada kegiatan kelompok tani, ketika laki-laki tidak dapat menghadiri acara

tersebut akan diwakilkan kepada perempuan.

Kegiatan sosial kemasyarakatan seperti kenduri, jagongan dan berjaga-jaga (lek-lekan) dilakukan lebih longgar pada setiap rumah tangga karena

berbagai alasan terutama intensitas kesibukan yang berbeda antaranggota masyarakat. Tuntutan pekerjaan menjadikan laki-lakisebagai pencari nafkah dituntut

melakukan pembatasan kegiatan pada malam hari agar dapat beristirahat kemudian bekerja lebih optimal di siang harinya. Kebutuhan rumah tangga yang

meningkat, menyita banyak waktu dan tenaga sehingga kesulitan melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan.

Kegiatan sosial kemasyarakatan terkait kepentingan umum, seperti gotong royong, kerja bakti, dan ronda dilakukan secara rutin maupun ketika

terdapat peristiwa tertentu, seperti menyambut hari kemerdekaan, menyambut lebaran, tahun baru, lomba desa, dan kunjungan sering melibatkan perempuan,

bahkan seluruh anggota rumah tangga untuk bergotong royong dan kerja bakti. Ronda untuk menjaga kemanan di malam hari melibatkan laki-laki. Kerja bakti dan

gotong royong dilakukan seperti membersihkan atau memperbaiki jalan kampung, saluran pembuangan, saluran irigasi, bendungan, pos ronda, mushola atau

masjid, dan makam. Setiap rumah tangga harus ikut bertanggung jawab dengan mengikutsertakan salah satu anggota rumah tangga mereka. Apabila anggota rumah

tangga seluruhnya tidak dapat melakukannya karena alasan yang dapat diterima masyarakat maka dapat diganti dengan memberikan sumbangan uang atau makan

dan minum untuk mereka yang sedang melakukan kerja bakti serta gotong royong. Apabila secara terus-menerus anggota masyarakat tidak dapat terlibat secara

langsung karena alasan keterbatasan waktu dan tenaga dapat memperoleh sanksi sosial dari masyarakat. Gotong royong dan kerja bakti lebih banyak melibatkan

laki-laki. Mengikuti gotong royong, kerja bakti, dan ronda dalam rumah tangga miskin diperlukan waktu laki-laki paling banyak, meskipun waktu perempuan justru

paling banyak di rumah tangga cukupan. Perempuan dan perempuan lain pada kegiatan kerja bakti, gotong royong, dan ronda ditekankan pada kegiatan

menyiapkan makanan dan minuman.

Peristiwa terkait dengan kematian sebagai upaya dapat meringankan beban rumah tangga yang sedang mengalami kesusahan, yakni dengan melayat.

Kegiatan melayat dilakukan dengan intensitas waktu yang bervariasi, tergantung pada kedekatan individu. Kegiatan melayat melibatkan secara bersama-sama

maupun salah satu laki-laki atau perempuan, tergantung pada kedekatan hubungan dan kesempatan yang dimiliki masing-masing. Kegiatan sosial kemasyarakatan

yang terkait dengan peristiwa kelahiran, ketika menengok biasanya dengan memberi sumbangan berupa uang atau barang. Sumbangan ketika menengok kelahiran

22

berupa uang. Ketika anak yang baru dilahirkan berusia 35 hari diadakan kenduri dan memberikan hantaran untuk kerabat atau tetangga yang telah datang menengok

kelahiran serta memberikan sumbangan. Menengok kelahiran umumnya hanya melibatkan perempuan, tetapi laki-lakijuga terlibat dalam kegiatan ini. Di seluruh

rumah tangga, waktu diperlukan untuk menengok kelahiran lebih banyak dilakukan perempuan dibandingkan laki-laki. Ketika ada kelahiran, laki-laki melakukan

acara lek-lekan pada malam hari hingga puputan. Saat ini lek-lekan dilakukan hanya beberapa malam setelah hari kelahiran, tanpa disertai dengan permainan judi

sebagaimana beberapa waktu yang lalu.

Sanksi sosial berlaku untuk masyarakat yang mengabaikan kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan sosial kemasyarakatan terkait dengan kelahiran,

khitanan, perkawinan, kematian, sakit, kegiatan keagamaan, silaturahmi, melakukan kegiatan pertemuan di kelompok tani, mengikuti upacara adat berupa kenduri,

lek-lekan atau jagongan, kerja bakti, dan ronda. Kegiatan sosial kemasyarakatan terkait tradisi yang berlaku apabila dicermati sering tidak sesuai dengan keadaan

ekonomi mereka. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga harus bekerja keras, meskipun pendapatan yang diperoleh kurang memadai mereka tetap melakukan

rangkaian ritual-ritual tradisi yang sudah biasa dilakukan oleh nenek moyang mereka secara turun-temurun. Ketakutan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan

akan menimpa jika meninggalkan tradisi atau ketetapan menjadikan mereka memegang tradisi. Kegiatan sosial kemasyarakatan yang masih dilakukan masyarakat

perdesaan untuk menjaga hubungan antarindividu adalah silaturahmi dengan kerabat, tetangga, dan relasi lainnya.

C. Upaya Perempuan Dalam Pengentasan Kemiskinan

Perempuan di dusun penelitian selalu berupaya untuk membantu laki-lakidalam mengaatasi kesulitan ekonomi. Kegiatan ekonomi di dusun penelitian

yang dapat dilakukan perempuan relatif terbatas. Perempuan melakukan upaya untuk mengatasi kesulitan ekonomi di rumah tangga mereka antara lain dengan

diversifikasi usaha (pertanian, perdagangan, jasa, pariwisata), mengerahkan kekuatan untuk menambah pemasukan atau penghasilan rumah tangga dengan

mengerahkan semua anggota rumah tangganya untuk ikut bekerja, berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup, menghemat pengeluaran agar dapat menabung,

mengurangi jatah makan, mengurangi kualitas konsumsi makanan, melakukan migrasi untuk memperoleh pekerjaan, dan meminta bantuan dari famili.

Tabel 7. Upaya Pengentasan Kemiskinan Melalui Diversifikasi Usaha

No Diversifikasi Usaha f %

1 Pertanian 4 10

2 Perdagangan 6 15

3 Jasa 3 7,5

4 Pariwisata 7 17,5

5 Lain-lain 1 2,5

6 Tidak Melakukan Diversifikasi Usaha 19 47,5

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

Dilihat dari kondisi rumah tangga di dusun penelitian sebenarnya masih dijumpai dominasi rumah tangga yang masih hidup dalam kategori

rumah tangga miskin ( ukuran pengeluaran setara beras per kapita per tahun). Kondisi rumah tangga miskin akan menyulitkan bagi perempuan larena dampak

23

kemiskinan akan dirasakan paling berat oleh perempuan. Perempuan akan berusaha untuk mengatasi kemiskinan dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan

karena perempuan menyadari ketika rumah tangganya dalam kesulitan ekonomi terutama lilitan kemiskinan mereka yang paling menderita. Perempuan yang

memiliki waktu untuk melakukan kegiatan pada ranah domestik akan mencoba masuk ke ranah publik dalam kegiatan ekonomi apa saja dengan keterbatasan

modal yang dimiliki, yang penting dapat menyelamatkan rumahtangganya dari lilitan kemiskinan. Keterbatasan modal dan keeterbatasan kesempatan kerja

yang tersedia memaksa perempuan di dusun penelitiantidak dapat melakukan diversifikasi usaha dalam mengatasi lilitan kemiskinan yang harus dialaminya.

Perempuan yang tidak melakukan diversifikasi usaha di dusun penelitian mencapai 47,5 persen.

Pengembangan dusun penelitian menjadi Desa Wisata Gabugan mulai menolong perempuan di wilayah tersebut dalam membebaskan

rumahtangganya dari belenggu kemiskinan. Dijumpai 17,5 persen perempuan menjatuhkan pilihan melakukan diversifikasi usaha dengan memanfaatkan

wisatawan yang datang ke dusun penelitian dengan berbagai usaha seperti menyediakan aneka makanan tradisional dan membuat souvenir untuk wisatawan.

Perempuan melakukan diversifikasi usaha terkait pariwisata dengan telah melibatkan 17,5 persen perempuan di dusun penelitian melalui usaha pemenuhan

keperluan wisatawan mulai dari kuliner, souvenir, dan penginapan.

Tabel 8. Upaya Pengentasan Kemiskinan Melalui Penghematan Pengeluaran

No Penghematan Pengeluaran f %

1 Pangan 24 60

2 Pakaian 10 25

3 Sosial 4 10

4 Lain-lain 2 5

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

Perempuan di dusun penelitian sebaagian besar (60 persen) melakukaa upaya pengentasan kemskinan dengan menekan pengeluaran untuk

keperluan pangan. Pangan yang dikonsumsi ditekan kualitas maupun kuantitas nya agar anggaran rumah tangga dapat mencukupi untuk pemenuhan

kebutuhan pangan seluruh anggota rumah tangga

Tabel 9. Alternatif Upaya Pengentasan Kemiskinan

No Alternatif Pengentasan Kemiskinan f %

1 Mengerahkan seluruh anggota rumah tangga untuk ikut memperoleh

pendapatan

8 20

2 Berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidup 18 45

3 Melakukan migrasi untuk memperoleh pendapatan 11 27,5

4 Meminta bantuan dari famili 5 12,5

Jumlah 40 100 %

(Sumber: Data primer tahun 2014)

D. Kendala Perempuan Dalam Pengentasan Kemiskinan

24

Pendekatan kebutuhan dasar, melihat kemiskinan sebagai suatu ketidakmampuan (lack of capabilities) seseorang, keluarga dan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan minimum, antara lain pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi. Kenyataan di dusun

penelitian kendala upaya pengentasan kemiskinan antara lain adanya keterbatarsan akses terhadap kesehatan oleh rumah tangga miskin, keterbatasan rumah tangga

miskin memperoleh pendidikan yang memadai, keterbatasan kesempatan berusaha dan memperoleh sumber pendapatan, kondisi sanitasi yang masih

memprihatinkan, dan ketidaksetaraan gender.

1. Pemenuhan Kebutuhan Transportasi Komunikasi dan Informasi

Saat ini kebutuhan transportasi, komunikasi, dan informasi telah menjadi kebutuhan penting bagi manusia. Demikian pula bagi dusun penelitian

pemenuhan transportasi, komunikasi, dan informasi semakin diperlukan untuk menunjang kegiatan sehari-hari.

a. Menurut Pemenuhan Kebutuhan Transportasi

Kedua dusun penelitian dengan keterjangkauan yang berbeda berdampak pada ketersediaan fasilitas transportasi, komunikasi, dan informasi.

Transportasi merupakan kebutuhan penting untuk mendukung kegiatan manusia yang memerlukan mobilitas tinggi. Fasilitas transportasi dengan kendaraan

pribadi maupun angkutan umum menjadi pertimbangan dalam memilih kegiatan yang dilakukan karena menyangkut biaya yang harus dikeluarkan untuk

transportasi. Pengeluaran rumah tangga untuk kepentingan transportasi diperlukan, terutama untuk melakukan kegiatan di luar dusun. Semakin banyak

anggota rumah tangga yang melakukan kegiatan di luar dusun, berarti anggaran yang harus disediakan untuk transportasi semakin banyak pula. Bahkan pada

saat ini diperlukan anggaran untuk transportasi lebih banyak seiring dengan kemajuan dan ketersediaan alat transportasi yang memudahkan orang untuk

berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Biaya transportasi dalam pengeluaran rumah tangga merupakan anggaran rutin yang relatif banyak sesudah biaya

konsumsi.

Alat transportasi sepeda, sepeda motor, mobil pribadi dan angkutan umum banyak dimanfaatkan di dusun penelitian. Kegiatan sehari- hari banyak

dilakukan dengan berjalan kaki karena harus melintasi lereng-lereng terjal untuk menuju ke lahan garapannya. Untuk melakukan kegiatan ke luar dusun sebagian

memanfaatkan sepeda motor dan sebagian memanfaatkan angkutan umum sebagai sarana transportasi. Aksesibilitas yang relatif baik memudahkan penduduk

untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan konsumsi yang banyak tersedia di sekitar tempat tinggal, mulai dari yang dijajakan oleh pedagang keliling, warung-

warung dusun, di pasar, atau tempat belanja yang lebih jauh dari tempat tinggal, tetapi masih mudah dijangkau. Kebutuhan konsumsi rumah tangga lebih

sederhana, sebagian konsumsi pangan diperoleh dari memanfaatkan hasil pekarangan. Pedagang dan warung yang menyediakan barang- barang pemenuhan

kebutuhan sehari-hari sangat terbatas. Mobilitas penduduk dilakukan menggunakan transportasi umum yang mudah diperoleh setiap saat serta menggunakan

kendaraan pribadi, untuk melakukan mobilitas dalam jarak dekat maupun jarak jauh.

b. Komunikasi dan Informasi

Pertukaran gagasan dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas komunikasi dan informasi, meskipun cara penyebaran secara langsung juga

masih banyak dijumpai di perdesaan. Penduduk di dusun penelitian telah banyak memanfaatkan sarana komunikasi dan sumber informasi, seperti telepon

25

rumah, telepon genggam, jasa pos, televisi, radio, dan surat kabar untuk keperluan sosial, ekonomi, hiburan, dan kepentingan lain. Fasilitas komunikasi dan

informasi (telepon, pos, televisi, surat kabar, majalah, dan sebagainya) telah menjadi kebutuhan untuk memperoleh berbagai informasi di kedua dusun

penelitian. Sarana komunikasi telepon rumah dan seluler telah banyak dimanfaatkan di tetapi belum dijangkau seluruh. Alat komunikasi ini banyak

digunakan untuk berkomunikasi dengan relasi meskipun dalam jumlah yang masih terbatas. Sumber informasi yang dimanfaatkan untuk memperoleh

informasi tentang peristiwa di sekitarnya pada tingkat lokal hingga global diperoleh dari televisi, radio, dan media massa. Di dusun dengan keterjangkauan

lebih baik sarana komunikasi informasi yang telah dimanfaatkan lebih bervariasi dibandingkan dusun dengan keterjangkauan relatif buruk. Keterjangkauan

relatif buruk menjadikan kendala memanfaatkan sarana komunikasi informasi, komunikasi dilakukan dengan telepon seluler karena jaringan telepon kabel

belum menjangkau hingga ke seluruh pelosok perdesaan.

Mass media telah dapat dibaca penduduk setiap hari di rumah tangga dan di tempat bacaan untuk umum yang dikelola pemuda. Berbeda dengan

penduduk di untuk memperoleh informasi dari media massa secara rutin masih mengalami kendala karena belum media menjangkau hingga ke secara rutin.

Rumah tangga miskin memanfaatkan sarana komunikasi informasi lebih sedikit. Pemanfaatan sarana komunikasi informasi terkait dengan biaya yang harus

dikeluarkan untuk pengadaan, perawatan, pemakaian, dan tagihan. Sarana komunikasi informasi telah banyak masuk ke wilayah perdesaan terutama telepon

genggam.

Perbedaan kegiatan yang dilakukan menjadikan mobilitas berbeda, yang banyak melakukan mobilitas, memilih memanfaatkan sarana

komunikasi telepon genggam untuk keperluan komunikasi. Pemanfaatan telepon rumah antara memiliki persamaan karena alat komunikasi ini tidak dapat

dibawa atau berpindah-pindah tempat. Sarana telekomunikasi dan informasi yang paling banyak dimanfaatkan adalah televisi, surat kabar, telepon genggam,

dan radio. Pos dan surat-menyurat sedikit dimanfaatkan karena komunikasi menggunakan alat elektronik lebih banyak dimanfaatkan. Sejauh komunikasi

masih dapat dijangkau menggunakan telepon maka sarana komunikasi telepon menjadi pilihan utama. Seluruh rumah tangga, laki-laki lebih banyak

memanfaatkan sarana komunikasi dan informasi dibandingkan perempuan. Telepon rumah belum banyak dimanfaatkan oleh di untuk sarana komunikasi

karena faktor keterbatasan jaringan di dusun tersebut.

Sarana komunikasi melalui pos dan surat-menyurat banyak dimanfaatkan laki-lakidari rumah tangga kaya. Perempuan yang memanfaatkan pos

dan surat- menyurat lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Sarana komunikasi dan informasi paling banyak dimanfaatkan di adalah televisi, radio, pos, surat

kabar, dan telepon genggam.

Keterbatasan sarana dan prasarana transportasi yang tersedia. Di dusun dengan keterjangkauan kurang menguntungkan, sebagian telah

memanfaatkan sarana komunikasi dan sumber informasi meskipun dalam jumlah dan jenis yang terbatas. Perbedaan pemanfaatan sarana komunikasi dan

sumber informasi antara rumah tangga kaya, cukupan, dan miskin tampak jelas. Demikian juga pemanfaatan sarana komunikasi dan sumber informasi antara

laki-laki dan perempuan juga tampak adanya perbedaan. Sarana komunikasi dan informasi yang dimanfaatkan. Disamping lebih bervariasi sarana komunikasi

dan sumber informasi lebih banyak yang telah memanfaatkan.

26

c. Perawatan Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan, dengan kesehatan yang terjamin, seseorang dapat meningkatkan sumberdaya pribadi melalui

pendidikan, keterampilan, pendapatan, dan melakukan kegiatan lainnya. Kegiatan setiap hari dapat berjalan lancar apabila didukung dengan kesehatan memadai.

Kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan berarti terjaminnya kesehatan akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Aksesibiltas yang menguntungkan

dengan kemudahan menjangkau tempat pelayanan kesehatan setiap saat dengan mudah dapat diperoleh penduduk .

Biaya yang harus disediakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan menjadi kendala dari rumah tangga miskin untuk memperoleh pelayanan

kesehatan sesuai dengan pilihan yang diharapkan. Hanya rumah tangga yang memiliki kemampuan ekonomi dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih

baik. Kesulitan ekonomi menyebabkan perbedaan kesempatan memperoleh pelayanan kesehatan bagi setiap rumah tangga. Rumah tangga miskin hanya mampu

menjangkau pelayanan kesehatan yang kurang memadai berbeda dengan rumah tangga kaya yang dapat mencari pilihan pelayanan kesehatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki. Rumah tangga dengan kemampuan ekonomi terbatas kemudian kurang memperhatikan kesehatan karena keterbatasan biaya yang harus

disediakan untuk biaya kesehatan.

Fasilitas kesehatan telah tersedia cukup baik dengan keterjangkauan yang mudah seperti Puskesmas, bidan, dokter praktik, dan rumah sakit untuk

rawat inap yang tersedia di dekat dusun penelitian. Pemeliharaan kesehatan masyarakat dapat dengan mudah dan cepat memperoleh di Rumah sakit, dokter praktek,

dan Puskesmas sebagai pilihan pelayanan kesehatan. Keringanan biaya yang telah diberikan untuk masyarakat, pada kenyataannya tidak seluruh anggota

masyarakat mampu memanfaatkan kesempatan tersebut.

Pengobatan alternatif masih diminati penduduk dan dimanfaatkan karena alasan biaya. Penduduk yang mampu secara ekonomi masih tetap

memanfaatkan pengobatan alternatif untuk penyembuhan. Pelayanan kesehatan juga dimanfaatkan seperti bidan, perawat, dan mantri, kemudian puskesmas

(puskesmas pembantu dan pengobatan secara tradisional). Puskesmas pembantu lebih mudah dijangkau, meskipun pelayanan dianggap kurang memadai

dibandingkan puskesmas yang berada dekat pusat pemerintahan kecamatan. Pelayanan kesehatan dari dokter bukan sebagai tujuan memperoleh pelayanan

kesehatan karena kesulitan kesulitan menjangkau.

d. Kondisi Sanitasi dan Lingkungan

Sanitasi dan lingkungan menjadi instrumen penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat, ketika sanitasi dan lingkungan buruk maka

kesehatan masyarakat akan terganggu karena ancaman berbagai penyakit. Biaya kesehatan dan gangguan kesehatan yang harus dibayar menjadi kendala yang

menghambat seseorang untuk mengalokasikan biaya dan waktu untuk memperbaiki kesejahteraannya.

e. Ketidaksetaraan Dan Ketidakadilan Gender

Laki-laki dan perempuan memiliki pengalaman kemiskinan yang berbeda. Dampak yang diakibatkan oleh kemiskinan terhadap kehidupan laki-

laki juga berbeda dari perempuan. Sumber dari permasalahan kemiskinan perempuan terletak pada budaya patriarki yang bekerja melalui pendekatan,

metodologi, dan paradigma pembangunan. Praktek pemerintahan yang bersifat hegemoni dan patriarki, serta pengambilan keputusan yang hirarkis telah

27

meminggirkan perempuan secara sistematis dalam beberapa kebijakan, program dan lembaga yang tidak responsif gender. Angka yang menjadi basis

pengambilan keputusan, penyusunan program dan pembuatan kebijakan, tidak mampu mengungkap dinamika kehidupan perempuan dan laki-laki. Kenyataan

secara terpusat tanpa memperhatikan kontekstualitas dan tidak mampu mengungkap dinamika kehidupan perempuan-laki-laki sehingga kebijakan, program,

dan lembaga yang dirancang menjadi netral gender dan menimbulkan kesenjangan gender di berbagai bidang kehidupan.

BAB V

PENUTUP

Perempuan sebagai istri di rumah tangga dusun penelitian memiliki kegiatan utama sebagai ibu rumah tangga. Sebagian waktu dimanfaatkan untuk

melakukan kegiatan ekonomi di bidang pertanian, peternakan, pariwisata, perdagangan namun bukan sebagai kegiatan utama. Kemiskinan yang banyak dialami

rumah tangga di dusun penelitian tidak serta merta mendorong perempuan terlibat dalam kegiatan ekonomi untuk melepaskan lilitan kemiskinan yang dialami.

Rendahnya tingkat pendidikan, semakin sempitnya luas penguasaan lahan mendominasi karakteristik perempuan sebagai istri di rumah tangga dusun penelitian.

Upaya yang dilakukan perempuan untuk meelepaskan lilitan kemskinan mulai dari melakukan diversifikasi usaha (meskipun haya ddilakukan oleh sebagian kecil

perempuaan), mensiasati pengeluaran terkait pangan, sandang, dan keperluan sosial. Saat ini kebutuhan transportasi, komunikasi, dan informasi telah menjadi

kebutuhan penting bagi manusia. Kenyataan di dusun penelitian kendala upaya pengentasan kemiskinan antara lain adanya keterbatarsan akses terhadap kesehatan

oleh rumah tangga miskin, keterbatasan rumah tangga miskin memperoleh pendidikan yang memadai, keterbatasan kesempatan berusaha dan memperoleh sumber

pendapatan, kondisi sanitasi yang masih memprihatinkan, dan ketidaksetaraan gender.

DAFTAR PUSTAKA

Amsikan Yohanes Gabriel, 2006, Manfaat Kearifan Ekologi Terhadap Pelestarian Lingkungan Suatu Studi Etnoekologi di Kalangan Orang Biboki,

Akademika, Jurnal Kebudayaan Vol. 4, No. 1, April 2006

Baiquni, 2006, Pengelolaan Sumberdaya Perdesaan Dan Strategi Penghidupan Rumahtangga di DIY Masa Krisis (1998- 2003), Disertasi, UGM Yogjakarta

Biro Pusat Statistik. 2010. Biro Pusat Statistik : Jakarta

28

Chambers, 1983, Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang, Jakarta: LP3ES

David A Cotter, 2002, Poor people in poor places: Local opportunity structures and household poverty, Rural Sociology; Dec 2002; 67, 4; Agriculture

Journals, pg. 534

Fandeli, C, 2001, Perencanaan Kepariwisataan Alam, Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta

Geertz, Clifford, 1997. ”Cultural Tourism: Tradition, Identity and Heritage Construction”. dlm Wiendu Nuryanti (ed.), 1997. Tourism and Heritage

Management. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp 14-24.

Suparmoko, 1994, Ekonomi Sumberdaya alam dan Lingkungan,BPFE, UGM

Suyanto, Bagong, Perangkap Kemiskinan, Problem dan strategi Pengentasannya dalam Pembangunan Desa, Yogyakarta: Aditya Media, 1996, hal. 49-51.

UNDP, 2006. Era Baru Dalam Pengentasan Kemiskinan : The World Bank Office, Jakarta.

Vidhyandika Moeljarto, 1996, Pemberdayaan Kelompok Miskin Melalui IDT dalam Onny S Priyono dan AMW Pranarka, Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan

Implementasi, Jakarta: CSIS

29

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Peran Perempuan Dalam Pengentasan Kemiskinan di Desa Wisata Gabugan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Bidang Penelitian : Ilmu Sosial 3. Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. Hastuti, M.Si. b. NIP : 19620627 198702 2 001 c. NIDN : 0027 06 62 06d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e. Jabatan Struktural : Ketua Jurusanf. Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial, Pendidikan Geografi g. Alamat Institusi : Kampus Karangmalang Yogyakarta 55281h. Telpon/Faks/E-mail : Telp. (0274) 586168 psw 386

4. Lama Penelitian : 6 bulan 5. Pembiayaan : Rp.7 500.000,00

Yogyakarta, 20 Oktober 2014Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan GeografiFIS UNY Ketua Peneliti,

Dr. Hastuti, M.Si.NIP. 19620627 198702 2 001

Dr. Hastuti, M.Si.NIP. 19620627 198702 2 001

Mengetahui,

Dekan FIS UNY

Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag.

NIP. 19620321 198903 1 001

30