Staffing
-
Upload
susan-susyanti -
Category
Documents
-
view
64 -
download
13
Transcript of Staffing
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGPelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mempunyai kontribusi yang besar terhadap pelayanan
kesehatan, selain itu keperawatan merupakan armada terbesar dalam pelayanan
kesehatan di suatu rumah sakit sehingga pelayanan keperawatan mempunyai posisi
yang sangat penting dan strategis dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Dan salah faktor utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan adalah tenaga keperawatan yang efektif dan efisien sebagai
sumber daya manusia.
Sebuah organisasi dalam mewujudkan eksistensinya dalam rangka mencapai
tujuan memerlukan perencanaan Sumber daya manusia yang efektif. Suatu organisasi,
menurut Riva’i( 2004:35) “tanpa didukung pegawai/karyawan yang sesuai baik segi
kuantitatif,kualitatif, strategi dan operasionalnya ,maka organisasi/perusahaan itu
tidak akan mampu mempertahankan keberadaannya, mengembangkan dan
memajukan dimasa yang akan datang”. Perencanaan tenaga kerja merupakan
kegiatan penentuan jumlah dan jenis tenaga ahli yang diperlukan oleh suatu
organisasi untuk masa yang akan datang. Sehingga, perencanaan tenaga kerja adalah
serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja di
masa datang meliputi penyediaan tenaga kerja baru dan pendayagunaan yang sudah
tersedia (Irawan, 2000).
Dewasa ini biaya pelayanan kesehatan meningkat dengan tajam. Organisasi
pelayanan kesehatan telah mengakui bahwa mengendalikan biaya tenaga kerja
merupakan salah satu strategi yang paling efektif untuk mengurangi biaya
keseluruhan. karena gaji perawat merupakan salah satu pendorong utama biaya
tenaga kerja dalam organisasi pelayanan kesehatan, pemimpin perawat semakin
tertantang untuk mengelola secara ketat staf dan penjadwalan dalam pusat biaya
keperawatan. Manajer perawat harus membuat staf terampil dan memutuskan
penjadwalan untuk memastikan bahwa perawatan yang aman dan biaya yang efektif
disediakan oleh tingkat yang tepat dari pemberi asuhan. Tidak peduli area setting
praktik apakah perawatan akut, perawatan rumah atau perawatan jangka panjang. ada
peningkatan fokus pada akuntabilitas manajer untuk menetapkan dan memantau
sistem kepegawaian yang efektif dan efisien.
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa konsep dan issue
tentang pemberdayaan dan pengelolaan staff dalam tatanan keperawatan kritis.
C. METODEMetode penulisan adalah dengan studi literature dan pemecahan kasus
berdasarkan sumber – sumber dari buku, jurnal dan hasil penelitian
D. SISTIMATIKA PENULISAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengelolaan Staff
Pengelolaan merupakan fungsi organic manajemen yang merupakan dasar dan
titik tolak dari kegiatan pelakasanaan tertentu dalam usaha mencapai tujuan
organisasi apabila proses pengelolaan dilakukan dengan baik akan memberikan
jaminan pelaksaaan kegiatan menjadi baik sehingga mencapai tujuan organisasi yang
berdaya guna dan berhasil guna.
Pengelolaan tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
tujuan pelayanan Keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi. Pengelolaan
ketenagaan, menjadi permasalahan besar diberbagai organisasi keperawatan, seperti
ditatanan Rumah Sakit, perawatan dirumah, dan tempat-tempat pelayanan
keperawatan lain. Oleh karena itu, pengelolaan ketenagaan harus sesuai dengan
ketentuan atau pedoman yang berlaku, tenaga yang dibutuhkan dalam memberikan
pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standar keperawatan yang ada.
Pengelolaan ketenagaan merupakan sesuatu proses yang kompleks, yang
memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah tenaga yang ada
perlu ditata atau dikelolah dalam melaksanakan kegiatan melalui penjadwalan
sistematis dalam terencana secara matang sehingga kegiatan dapat dilakukan secara
optimal.
B. Pengelolaan Tenaga Keperawatan
Pengelolaan tenaga keperawatan merupakan salah satu fungsi utama seorang
pemimpin organisasi termasuk organisasi keperawatan. Keberhasilan suatu organisasi
salah satunya ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Hal ini berhubungan
erat dengan bagaimana seorang pimpinan mengelola ketenagaan di Unit kerjanya.
Langkah pengelolaan tenaga keperawatan yaitu :
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan
diberikan.
2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan.
3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.
4. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
5. Melakukan seleksi calon-calon yang ada.
6. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shift.
7. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan.
Penentuan tenaga keperawatan dipengaruhi oleh keinginan untuk menggunakan
tenga keperawatan yang sesuai. Untuk lebih akuratnya dalam perencanaan tenaga
keperawatan, maka pimpinan keperawatan harus mempunyai keyakinan tertentu
dalam organisasinya seperti:
1. Rasio antara perawat dan klien didalam ruangan perawatan intensif adalah 1:1
atau 1:2.
2. Perbandingan perawat ahli dan terampil diruang medical bedah,kebidanan,anak
dan psikiatri adalah 2:1 atau 3:1.
C. Perkiraan Kebutuhan Tenaga
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang
akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit.beberapa pendekatan
dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan
kategori klien yang dirawat,rasio perwat dan klien untuk memenuhi standar praktek
keperawatan.
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai
berikut:
1. Rasio perawat – klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien
sesuai data.
2. Pendekatan system ketenagaan dapat menentukan jumlah optimal yang sesuai
dengan kategori perawat untuk setaiap unit serta mempertimbangkan
komponen input-proses-output-umpan balik.
Kebutuhan tenaga dapat ditinjau berdasarkan waktu perawatan langsung, waktu
perawatan tidak langsung, dan waktu pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja
perawat,yaitu:
1. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut.
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan.
3. Rata-rata hari perawatan.
4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan pendidikan
kesehatan.
5. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhksn klien.
6. Rata-rata waktu perawatan langsung,tidak lansung, dan pendidikan kesehatan.
Dengan mengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan klien,pimpinan keperawatan dapat memperhitungkan
jumlah tenaga keperawatn yang dibutuhkan untuk masing-masing unit.
D. Pembagian Tenaga Keperawatan dan Penyusunan Jadwal
Penyusunan jadwal dinas merupakan tanggung jawab kepala ruangan atau
pengawas, teatapi lebih diutamakan kepala ruangan karena lebih mengetahui tingkat
kesibukan ruangan dan karakteristik sifatnya. hal ini akan memudahkan dalam
menerapkan orang yang tepat untuk setiap periode jaga atau shift.
Prinsip penyusunan jadwal hendaknya memenuhi beberapa prinsip,diantaranya
harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf.prinsip
berikutnya,setaiap staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi pagi-sore-malam:metode
yang dipakai harus sesuai dengan kuantitas staf dalam suatu unit kerja.siklus yang
digunakan mengikuti metode penugasan yang dipakai. Dan setiap staf harus dapat
mencatat hasil dinas,libur dan shift.
E. Modifikasi Kerja Mingguan
Pendekatan tersebut dilihat dari karakteristik tugas dan karakteristik staf yang
ada dalam tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi;
1. Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari kerja
per 24 jam, dimana jam-jam dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan,
penyelesaian rencana keperawatan atau kegiatan lainnya. Kelemahan cara ini
adalah memerlukan staf yang banyak.
2. Perincian 12 jam dalam satu shift, yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur, dan 4 hari kerja.
System ini sama dengan sistem pertama yang membutuhkan tenaga yang banyak.
3. Perician 70 jam dalam 2 minggu, adalah 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari
libur).
4. Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak
disukai karena mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap dapat
dipertahankan.
F. Standar Ketenagaan di Unit Pelayanan Keperawatan Intensif
NO JENIS
KETENAGAAN
PELAYANAN ICU
PRIMER SEKUNDER TERSIER
A
1
Persyaratan :
Kepala Perawatan Min. Lulusan D3
Keperawatan
pengalaman min.
3 thn di ICU
Sertifikat ICU
(termasuk BLS,
BTLS), sertifikat
ACLS *)
Sertifikat
manajemen ruang
perawatan
D3 Keperawatan
pengalaman ≥ 5 thn
di ICU atau S1
Keperawatan
pengalaman min. 3
thn di ICU
Sertifikat ACLS
Sertifikat
manajemen ruang
perawatan
Minimal S1 Keperawatan
pengalaman ICU 5 thn
Lulus S2 spesialis critical
care *) pengalaman di ICU
minimal 2 thn
Sertifikat ICU
(BLS/BTLS)
Sertifikat keterampilan
khusus (ventilasi
mekanik,hemodinamik,IA
BP,hemodialisis CRRT,
dll)
Sertifikat manajemen
ruang perawatan
2 Pembimbing
Klinik
Minimal lulusan
D3 keperawatan
Pengalaman 5 thn
di ICU
Sertifikat BLS,
BTLS, ACLS*)
Sertifikat Clinical
Instructur (CI)
Minimal S1
Keperawatan
Pengalaman
minimal 5 thn di
ICU
Sertifikat BLS,
BTLS, ACLS,
ICU, CI
Minimal S1 Keperawatan
penglaman minimal ICU 5
thn
Lulus S2 critical care *)
Pengalaman di ICU
minimal 2 thn
Sertifikat BLS/BTLS,
ACLS, ICU, Sertifikat
keterampilan khusus
(ventilasi
mekanik,hemodinamik,IA
BP,hemodialisis CRRT,
dll)
3 Pelaksana
perawat
Minimal lulusan
D3 keperawatan
pengalaman di
ruang rawat inap
Minimal lulusan
D3 keperawatan
pengalaman di
ruang rawat inap 3
Minimal lulusan D3
keperawatan, pengalaman
di ruang rawat inap 3
tahun di high care, 2 thn di
internediate ward,
2 tahun
Sertifikat
BLS,BTLS, ICU
*)
tahun
Sertifikat
BLS,BTLS, ACLS,
ICU
pendidikan S1
Keperawatan pengalaman
kerja minimal 2 thn di
ruang rawat
Sertifikat BLS,BTLS,
ACLS, ICU
B Rasio perawat :
pasien
1 : 3 atau 1: 2 1 : 1 atau 1 : 2 1 : 1 atau 2 : 1
1. Staf di ruangan ICU :
a. Kelompok dokter
b. Perawat
c. Tenaga penunjang : elektro medik, laboratorium, fisioterapis, farmasis,
ahli gizi, radiografer, pekerja sosial
d. Tenaga administrasi
2. Karakteristik perawat ICU
a. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan
konsisten
b. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
c. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan ketrampilan khusus serta
diikuti oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan
d. Berespon secara terus menerus dengan perubahan lingkungan
e. Menerapkan komunikasi yang efektif
f. Mendemonstrasikan kemampuan ketrampilan klinis yang tinggi
g. Menginterpretasikan analisa situasi yang komplek
h. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga
i. Berpikir kritis
j. Mampu menghadapi tantangan (challenging)
k. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian
l. Berpikir ke depan (visionary)
m. Inovatif
G. Penetapan Jumlah Tenaga
1. Cara menghitung
Formula : A X B X C X D X E
F X G
Keterangan : (Sumber : Managment of Intensive Care. Guidelines for Better Use
of Resources, 2000)
A = Jumlah shift perhari
B = Jumlah tempat tidur di unit
C = Jumlah hari di unit yang dipakai dalam satu minggu
D = Jumlah pasien yang menginap
E = Tenaga tambahan untuk libur, sakit (dalam %) biasanya 20 – 25%
F = Jumlah pasien yang dibantu oleh seorang perawat (rasio pasien : perawat)
G = Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam satu minggu. Rasio
perawat pasien tergantung kompleksitas kondisi pasien (1 : 1. 1 : 2. 1 : 3
atau 2 : 1)
2. Kompetensi Perawat Intensif
KOMPETENSI DASAR
MINIMAL
KOMPETENSI
KHUSUS/LANJUT
1. Memahami konsep keperawatan
intensif
2. Memahami issue etik dan hukum
pada perawatan intnsif
3. Mempergunakan ketrampilan
komunikasi yang efektif untuk
mencapai asuhan yang optimal
4. Melakukan pengkajian dan
menganalisa data yang didapat
khususnya mengenai : henti nafas
dan jantung, status pernafasan,
gangguan irama jantung, status
hemodinamik pasien dan status
kesadaran pasien.
5. Mempertahankan bersihan jalan
nafas pada pasien yang terpasang
EndoTracheal Tube (ETT).
6. Mempertahankan potensi jalan
nafas dengan menggunakan ETT
7. Melakukan fisioterapi dada
1. Seluruh kompetensi dasar no 1
s/d 23
2. Mengelola pasien yang
menggunakan ventilasi mekanik
3. Mempersiapkan pemasangan
kateter arteri
4. Mempersiapkan pemasangan
kateter vena sentral
5. Mempersiapkan pemasangan
kateter arteri pulmonal
6. Melakukan pengukuran curah
jantung
7. Melakukan pengukuran tekanan
vena sentral
8. Melakukan persiapan
pemasangan Intra Aortic Baloon
Pump (IABP)
9. Melakukan pengelolaan asuhan
keperawatan pasien yang
terpasang IABP
8. Memberikan terapi inhalasi
9. Mengukur saturasi oksigen dengan
menggunakan pulse oximetri
10. Memberikan terapi oksigen dengan
berbagai metode
11. Melakukan monitoring
hemodinamik non invasive
12. Memberikan BLS (Basic Life
Support) dan ALS (Advanced Life
Support)
13. Melakukan perekaman
elektrokardiogram (EKG)
14. Melakukan interpretasi hasil
rekaman EKG :
a. Gangguan Sistem Konduksi
b. Gangguan irama
c. Pasien dengan gangguan
miocard (iskemik, injury dan
infark)
15. Melakukan pengambilan contoh
darah untuk pemeriksaan analisa
gas darah (AGD)
16. Melakukan interpretasi hasil
pemeriksaan AGD
17. Melakukan pengambilan terhadap
hasil analisa untuk pemeriksaan
elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil
10. Melakukan persiapan
pemasangan alat hemodialisa,
hemofitrasi (Continous Arterial
Venous Hemofiltration (CAVH),
Continous Venous Venous
Hemofiltration (CVVH)
11. Melakukan pengelolaan
pengukuran tekanan intra kranial
12. Melakukan pengelolaan pasien
yang terpasang kateter invasive
(Arteri line, Cup line, kateter
Swan Ganz)
13. Melakukan pengelolaan pasien
yang menggunakan terapi
trombolitik
14. Melakukan pengukuran PETCO2
(konsentrasi CO2 pada akhir
ekspirasi)
analisa gas darah yang tidak
normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto
thorax
20. Melakukan persiapan pemasangan
water seal drainage (WSD)
21. Mempersiapkan pemberian terapi
melalui syringe pump dan infus
pump
22. Melakukan pengelolaan pasien
dengan nutrisi parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien
dengan terapi cairan intra vena
24. Melakukan pengelolaan pasien
dengan sindroma koroner akut
25. Melakukan penanggulangan
infeksi nosokomial di ICU
H. Pengembangan Staf
Pengembangan staf di unit perawatan intensif merupakan faktor pendukung
yang sangat penting bagi peningkatan kinerja individu. Kemajuan teknologi
kesehatan yang berkembang sangat cepat dan perubahan praktek medis dan praktek
keperawatan, perlu diadakan pengembangan profesional di lingkungan pelayanan
kesehatan intensif, karena jika tidak didukung dengan sistem pengembangan SDM
yang baik dapat menimbulkan stres, time over perawat yang tinggal dan rendahnya
kinerja secara langsung dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan. Pengembangan staf dapat dilaksanakan melalui :
1. In-service education
Upaya ini dilakukan di ICU dan bertujuan untuk memperbaharui kemampuan
dan ketrampilan sesuai dengan perubahan tekhnologi dalam lingkungan kerja
dan praktek keperawatan maupun metodologi baru dalam memberikan
pelayanan
2. Pendidikan berkelanjutan melalui program sertifikasi
Pendidikan berkelanjutan dan pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan
kompetensi perawat (pengetahuan, ketrampilan dan perilaku) sehingga
mampu mengambil keputusan klinik secara cepat dan tepat. Pengembangan
program sertifikasi dapat dilakukan berdasarkan kebijakan institusi
pelayananan dengan berkolaborasi dengan organisasi profesi keperawatan dan
Departemen Kesehatan
3. Pendidikan lanjut melalui program pendidikan formal keperawatan
spesialistik
Pendidikan lanjut sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan spesialistik
serta analisis dalam proses pengambilan keputusan klinik secara cepat dan
tepat. Selain itu upaya ini dapat memperluas wawasan dan meningkatkan
jenjang karir perawat.
4. Performance Appraisals
Performance appraisals atau penilaian kinerja adalah evaluasi individual
terhadap penampilan kerja. evaluasi biasanya dilakukan tahunan namun juga
dibperlukan setelah periode orientasi untuk pegawai baru. Idealnya, evaluasi
dilakukan secara berkelanjutan. Performance appraisals meliputi promosi,
kenaikan gaji, dan tindakan disiplin. Performance appraisal dapat dilakukan
formal ataupun informal. Penilaian informal misalnya dengan memuji
penampilan individu yang terlihat saat itu, sedangkan penilaian formal melalui
dokumentasi tertulis berdasarkan pedoman organisasi. Alat penilaian kinerja
dapat berupa metode terstruktur atau metode tradisional, ataupun metode
fleksibel atau metode kolaborasi. Metode terstruktur meliputi forced
distribution scale dan graphic rating scale. Sedangkan metode fleksibel
terdiridari BARS (behaviorally anchored rating scales), MBO (management
by objectives), dan peer review.
I. Cara Perhitungan Jumlah dan Kategori Tenaga Keperawatan
a. Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan
klasifikasi klien, dimana masing- masing kategori mempunyai nilai
standar per shift nya, yaitu sebagai berikut :
Klasifikasi Klien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
dst
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal Partial total Jumlah
Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang
Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang
Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang
b. Metode Sistem Akuitas
Kelas I : 2 jam/hari
Kelas II : 3 jam/hari
Kelas III :
4,5 jam/hari Kelas
IV : 6
jam/hari
Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%
Contoh :
Rata rata jumlah klien
1. kelas I = 3 orang x 2 jam/hari = 6 jam
2. kelas II = 8 orang x 3 jam/hari = 24 jam
3. kelas III = 4 orang x 4.5 jam/hari = 18 jam
4. kelas IV = 2 orang x 6 jam/hari = 12 jam
Jumlah jam : 60 jam
- pagi/sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)
8 jam
- Malam = 60 jam x 30% 2.25 orang (2 orang )
8 jam
jadi jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.
c. Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu
unit perawatan adalah sebagai berikut :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
Yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jumlah jam kerja
Masing masing tiap perawat
jumlah keperawatan yang
dibutuhkan /tahun
= jumlah jam keperawatan yang di berikan perawat/tahun
= jumlah perawat di satu unit
Prinsip perhitungan rumus Gillies :
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. Waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5jam/klien/hari) dengan
spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4
= 1 jam , keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam ,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan
intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.
2. Waktu keperawatan tidak langsung
- menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
- menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25
jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit
berdasarkan rata rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR)
dengan rumus :
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
- Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari
minggu/libur = 52 hari (untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu
juga sebaliknya), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
- Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja
efektif 6 hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari
maka 40/5 = 8 jam per hari)
- Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah
20% (untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
- Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %
Contoh :
Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
- Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total)
- Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi
jumlah jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
- Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
· Jumlah jam keperawatan langsung
- Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
- Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
- Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
· Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
· Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
- Sehingga Jumlah total jam keperawatan/klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 Orang
- Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 30.776,8 = 15,06 orang
( 15 orang ) (365 – 73) x 7 2044
- Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
- Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang
/hari
- Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 :
8 orang
d. Metode Swansburg
Contoh :
Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari . Jumlah
jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam /klien/hari.
1. Total jam perawat /hari : 17 x 5 jam = 85 jam
jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang)
perawat/hari
2. Total jam kerja /minggu = 40 jam
jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift/minggu jumlah staf
yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang
(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7
jam/shift)
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),
merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari → pagi
: siang : malam = 47 % : 36 % : 17 % Sehingga jika jumlah total staf
keperawatan /hari = 14 orang
- Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang
- Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang
- Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang
BAB III
PEMBAHASAN
A. Trend dan Isu
B. Pembahasan
BAB IV
KESIMPULAN
Pengelolaan merupakan suatu proses pemikiran dan penetuan hal-hal yang
dilaksanakan dimasa yang akan datang. Pengelolaan juga termasuk penggunaan
sumber-sumber dan kebijakan yang dirumuskan dalam rencana yang mencakup
p[engaturan tenaga sehingga pengelolaan harus betul-betul akurat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani dan Suprianto, 2005. Manajemen Keperawatan : Pengelolaan Tenaga Keperawatan. Jakarta: EGC Kedokteran.
Galley & O’riordan, 2000. Guidance for Nursing Staffing in Critical Care. British Association of Critical Nursing.
Jones, Rebecca A. Patronis. 2007. Nursing leadership and management : theories, processes, and practice. Philadelphia : F.A Davis Company.
Patricia & Wise. 2003. Leading and Managing In Nursing. 3rd ed. Philadelphia : Mosby.
Swansburg, Russel C. 2001. Pengembangan Staf Keperawatan : Suatu Komponen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : EGC Kedokteran
Fitzpatrick, et.al. 2011. Critical Care Staff Nurses: Empowerment, Certification, and Intent to Leave. Diakses pada tanggal 17 April 2013 melalui http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=6341c8e3-25a4-4b63-945d-edd158e00728%40sessionmgr198&vid=1&hid=122
Wahlin, et. Al. 2008. Journal of Clinical Nursing: Empowerment from the perspective of next of kin in intensive care. Diakses tanggal 17 April 2013 melalui http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?sid=2a6859dd-5413-4b96-8ff8-d6824d50aca8%40sessionmgr111&vid=1&hid=122.