Staf Profesional Gol III (1)
description
Transcript of Staf Profesional Gol III (1)
MODUL PILOT PROJECT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III
(Student’s Book)
Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia
2009
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang 1
B. Deskripsi Singkat 4
C. Tujuan Pembelajaran 4
D. Materi Pokok 5
E. Manfaat Modul 6
BAB II : KONSEP DAN PERANAN STAF DALAM
ORGANISASI 8
A. Pengertian organisasi, Staf dan pimpinan 9
B. Jenis-jenis staf 17
C. Tugas & peranan staf 18
BAB III: PENGERTIAN, KARAKTERISTIK & RUANG
LINGKUP TUGAS STAF PROFESIONAL 20
A. Pengertian staf profesional 21
B. Karakteristik staf profesional 22
C. Ruang lingkup tugas Staf profesional 25
BAB IV: TEKNIK MENJADI STAF PROFESIONAL 32
A. Menjaga Sikap dan Penampilan yang profesional 34
B. Menumbuhkan Kebiasaan Kerja yang Efektif 39
C. Menjunjung Komitmen dan Loyalitas kepada Organisasi 43
D. Menerapkan Komunikasi dan Kerjasama yang Efektif 48
E. Mengembangkan Inovasi & Kreatifitas 58
F. Melaksanakan Pembelajaran dan Pengembangan Diri secara
kontinu 63
BAB V: RENCANA TINDAK MENJADI STAF
PROFESIONAL 70
A. Identifikasi Kondisi Saat Ini 70
B. Analisis Kelemahan dan Prioritas Kegiatan 72
C. Jadwal Program Pengembangan dan Sumber Dayang
Yang Dibutuhkan 73
BAB VI : PENUTUP 75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Selamat datang di modul Staf Profesional!
Seorang calon pegawai negeri sipil dituntut untuk memahami
tentang peran apa yang akan dia mainkan ketika mereka mulai
bekerja pada instansi pemerintah. Identifikasi tentang peran ini
sangat penting karena hal ini akan menghasilkan gambaran kerja
yang harus dilakukan. Untuk itu, calon PNS harus dibekali tentang
bagaimana dia akan bekerja di instansi pemerintah.
Pada umumnya, peran anggota dalam organisasi, khususnya
dalam konteks instansi pemerintah, terbagi menjadi dua yaitu peran
pimpinan dan peran bawahan atau staf atau pembantu pimpinan.
Pemimpin adalah mereka yang menetapkan arah dan tujuan
organisasi, hendak dibawa kemana. Pemimpin merumuskan visi dan
misi organisasi, menetapkan sasaran jangka panjang dan pendek,
memberdayakan sumber daya untuk mencapai sasaran, dan
memonitor bagaimana seluruh sumber daya itu dialokasikan untuk
pencapaian tujuan organisasi. Di lain pihak, bawahan atau staf
pimpinan itu, berupaya sekuat tenaga untuk menjalankan berbagai
program organisasi yang telah digariskan. Mereka memberikan
kontribusi terbaiknya agar kegiatan yang telah direncanakan berjalan
efektif dan mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dua
1
2 Staf Profesional
peran dalam organisasi ini berjalan seiring dengan interkasi yang
harmonis agar visi organisasi dengat cepat dapat dicapai.
Gambaran dua peran anggota organisasi di atas inilah yang
mendorong timbulnya kajian tentang peranan kepemimpinan dan
peranan staf atau pelaksana. Yang pertama telah seringkali dibahas
dan berbagai buku telah ditulis untuk memberi rujukan bagaimana
menjadi seorang pemimpin yang efektif di organisasi pemerintah.
Dalam berbagai program diklat, peran kepemimpinan dilatihkan
dalam bentuk diklat epemimpinan baik dari Diklatpim Tingkat IV
sampai Diklatpim Tingkat I. Namun, kita belum banyak membahas
dan melatihkan bagaimana menjadi staf atau pelaksana yang efektif.
Secara khusus, kajian tentang menjadi staf atau pelaksana yang baik
belum banyak dilakukan dan masih berkutat pada bagaimana menjadi
pribadi atau pegawai yang efektif dan umumnya ditulis dalam
konteks organisasi swasta atau perusahaan. Untuk itu, modul ini
berupaya untuk menjembatani bagaimana sebenarnya harapan dan
peran yang harus dilakukan oleh seorang PNS ketika mereka masuk
ke instansi pemerintah sebagai seorang staf atau pelaksana. Tugas
tugas apa saja yang esensial yang harus diprioritaskan sebagai
seorang staf. Inilah yang menjadi dasar munculnya mata diklat “Staf
Profesional” dalam pelaksanaan Diklat Prajabatan baik di golongan II
maupun di golongan III.
Tugas tugas menjadi seorang pelaksana bukanlah hal yang
mudah. Keberhasilan pimpinan organisasi sangat bergantung kepada
kecakapan dan kemampuan para pelaksana yang bekerja di belakang
pucuk pimpinan. Staf pelaksana pada umumnya akan dihadapkan
pada situasi dan kondisi sulit baik yang diakibatkan oleh kendala
teknis sarana dan prasarana pekerjaan, maupun kendala hubungan
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 3
komunikasi antara staf dengan pimpinan. Dalam prinsip staf
paripurna, kita sering mendengar istilah “don’t bring half-baked
ideas to the leaders”, sehingga seorang staf harus mampu menyajikan
suatu gagasan dan konsep yang utuh yang siap diputuskan oleh
pimpinan. Dengan demikian, seorang pelaksana adalah orang yang
harus memiliki kompetensi yang prima dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan.
Modul ini ditulis sebagai panduan pembelajaran dalam mata
diklat Staf Profesional, dengan harapan bahwa berbagai pokok
bahasan dalam modul ini akan mendorong dan memberi gambaran
kepada calon PNS tentang bagaimana menjadi staf profesional di
instansi pemerintah. Tentunya masih ada pertanyaan kenapa diberi
judul “Staf Profesional? Semula modul ini akan diberi judul staf
paripurna, namun karena pertimbangan penggunaan bahasa yang
sering dipakai dalam dunia kerja adalah profesional, maka judul
modul diganti menjadi staf profesional. Pergantian judul ini juga
untuk memberikan substansi yang lebih luas, karena konsep
profesional atau profesionalisme memiliki dimensi yang luas. Konsep
profesionalisme dimaknai dan diarahkan kepada kemampuan generik
yang sifatnya soft-skills yang harus dimiliki pegawai ketika akan
memulai bekerja pada suatu organisasi.
Disamping itu, modul ini diarahkan untuk menyajikan
pembahasan yang sifatnya lebih praktikal daripada konspetual atau
teoritis. Ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pembahasan staf
profesional adalah pembahasan praktis yang berasal dari kegiatan-
kegiatan seorang staf dalam melaksanakan berbagai pekerjaanya.
Untuk itu, para peserta diklat yang membaca modul ini harus
4 Staf Profesional
mereflesikan dan berpikir tentang bagaimana mengaplikasikan pokok
bahasan ini ke dalam dunia kerja sehari-hari.
B. Deskripsi Singkat
Mata diklat staf profesional ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman dan penerapan untuk menjadi staf profesional di
organisasinya masing-masing, yang meliputi pemahaman tentang
konsep, ciri dan ruang lingkup tugas staf profesional, penerapan
teknik menjadi staf profesional di organisasi, dan penyusunan
rencana tindak untuk menjadi staf profesional di organisasi.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Hasil belajar yang ingin dicapai dari peserta dalam kegiatan
pembelajaran mata Diklat ini dijabarkan menjadi dua kategori
yaitu kompetensi dasar dan indikator kompetensi atau capaian
hasil belajar yang dapat diukur, dirinci di bawah ini.
2. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini peserta diharapkan
mampu menjadi staf profesional di organisasinya masing-
masing.
3. Indikator Kompetensi
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 5
Setelah mengikuti semua sesi pembelajaran staf profesional di
kelas, peserta menunjukkan indikator capaian hasil belajar
sebagai berikut.
Menjelaskan konsep organisasi, staf dan pimpinan
Menjelaskan konsep staf profesional
Menerangkan karakterisitk dan ruang lingkup tugas staf
profesional.
Menerapkan 6 teknik menjadi staf profesional dalam
organisasinya
Menyusun rencana tindak menjadi staf profesional
D. Materi Pokok
Materi pokok yang akan dipelajari oleh peserta adalah sebagai
berikut:
1. Konsep & peranan staf dalam organisasi
D. Pengertian organisasi, Staf dan pimpinan
E. Tugas & peranan staf
F. Jenis-jenis staf
2. Pengertian, karakteristik & ruang lingkup tugas Staf profesional
D. Pengertian staf profesional
E. Karakteristik staf profesional
F. Ruang lingkup tugas Staf profesional
6 Staf Profesional
3. Teknik Menjadi staf profesional
G. Menjaga Sikap dan Penampilan yang profesional
H. Menumbuhkan Kebiasaan Kerja yang Efektif
I. Menjunjung Loyalitas kepada Organisasi
J. Menerapkan Komunikasi dan Kerjasama yang
Efektif
K. Mengembangkan Inovasi & Kreatifitas
L. Melaksanakan Pembelajaran dan Pengembangan Diri
secara kontinu
6. Rencana Penerapan menjadi Staf profesional
A. Kondisi Saat Ini
B. Apa yang harus dilakukan
C. Rencana penerapan
E. Manfaat Modul
Manfaat materi diklat ini bagi peserta prajabatan golongan II
dan III calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang akan segera diangkat
menjadi pegawai negeri sipil (PNS) adalah sebagai berikut:
1. Membekali peserta tentang bagaimana seharusnya mereka
berperan sesuai dengan kapasitasnya dalam
mengaktualisasikan kinerja tinggi di satuan kerjanya masing-
masing.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 7
2. Meningkatkan pemahaman peserta mengenai konsep
organisasi, staf dan pimpinan di organisasi.
3. Meningkatkan keterampilan bagaimana meningkatkan
kemampuan dan kinerja sebagai staf agar bisa memenuhi
kriteria menjadi staf yang profesional.
4. Menyusun rencana tindak agar menjadi staf profesional di
organisasinya masing-masing.
BAB II
KONSEP DAN PERANAN STAF
DALAM ORGANISASI PUBLIK
Organisasi pemerintah dibentuk dan didirikan dengan tujuan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945, pemerintahan dalam
negara Republik Indonesia ini memiliki tugas untuk melindungi
segenap warga negara dan wilayahnya, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupapan bangsa dan ikut berpartisipasi
aktif untuk mewujudkan perdamaian dunia. Untuk itu, instansi
pemerintah memiliki tugas pokok utama yaitu memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan terhadap seluruh bangsa
Indonesia.
Karena memiliki tugas yang berat, organisasi pemerintah
harus dipimpin dan diisi oleh sumber daya manusia terpilih yang
memiliki semangat yang tinggi, komitmen yang utuh, dan
kompetensi yang mumpuni untuk melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan. Dengan kata lain, para pegawai
negeri sipil yang bekerja pada instansi pemerintah harus memiliki
profesionalisme yang tinggi, penuh dedikasi dalam melaksanakan
tugas, dan didasari oleh sifat amanah dan tanggung jawab yang besar
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsinya.
Untuk mencapai kualitas di atas, seorang Pegawai Negeri Sipil harus
mempersiapkan diri baik secara mental, emosional, dan intelektual
8
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 9
dalam pelaksanaan berbagai tugas-tugas pelayanan kepada
masyarakat. Salah satu pemahaman dasar yang harus dimiliki adalah
tentang tugas, peran, dan fungsi yang diemban baik secara organisasi,
bidang, maupun individual agar anda dapat memberikan kontribusi
yang nyata bagi organisasi dimana anda bekerja. Untuk itu, anda
harus mengenali, memahami, dan mendalami struktur dan kultur
organisasi dimana anda berada.
Salah satu hal mendasar dalam kehidupan organisasi yang anda harus
pahami adalah bahwa anda akan bekerja sebagai staf pada unit kerja
dimana anda di tempatkan. Untuk itu, pembahasan dalam bab ini
akan difokuskan pada bagaimana tugas, peranan, dan kompetensi
yang harus anda miliki sebagai seorang staf yang ditempatkan dalam
unit kerja baik itu di pemerintah daerah, departemen, maupun
lembaga non departemen.
A. Pengertian Organisasi, Pimpinan, dan Stafa. Pengertian Organisasi
Sebelum membahas tentang staf dan pimpinan, anda harus
memahami dahulu konsep organisasi. Para pakar administrasi
mendefinisikan organisasi sebagai wadah untuk sekelompok orang
yang terikat secara formal dalam hubungan atasan dan bawahan yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama pula (Siagian, 1992).
Dari defisnisi ini, organisasi setidaknya harus memiliki tiga
karakteristik yaitu 1) sebagai tempat berkumpulnya sekelompok
orang, 2) adanya ikatan formal antara orang-orang tersebut, 3)
adanya tujuan bersama yang ingin dicapai.
10 Staf Profesional
Untuk menganalisis organisasi, Siagian (1992) menggunakan tiga
cara pandang terhadap organisasi, yaitu analisis struktur, analisis tipe
atau jenis organisasi, dan analisis interaksi antar individu dalam
organsiasi. Secara struktur, organisasi memiliki lima karakteristik
yaitu:
Adanya jenjang hirarkhi jabatan manajerial dalam organisasi
sehingga akan jelas siapa yang bertanggung jawab kepada
siapa.
Pelembagaan berbagai jenis kegiatan operasional untuk
menjawab siapa melakukan apa.
Adanbya berbagai saluran komunikasi sebagai jawaban
untuk siapa berhubungan dengan siapa untuk kepentingan
apa.
Adanya jaringan komunikasi untuk berbagai kepentingan
organisasi.
Adanya hubungan antar satu satuan kerja dengan satuan kerja
lainya.
Menurut analisis tipe organisasi, Siagian (1992) mengidentifikasi 5
jenis atau tipe organisasi yaitu:
Tipe lini, yaitu organisasi yang jumlah orangnya sedikit,
dengan tugas yang relatif sederhana, dan produk
organisasinya bersifat homogen. Dalam tipe ini, struktur
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 11
organisasinya terdiri dari satu orang pimpinan dibantu oleh
beberapa staf / pelaksana saja.
Tipe lini dan staf, yaitu tipe organisasi yang jumlah
anggotanya besar, dengan tugas yang kompleks, pegawainya
harus memiliki keterampilan yang spesifik, adanya jenjang
jabatan manajerial. Dalam tipe ini, struktur organisasinya
lebih kompleks dengan adanya beberapa tingkatan jabatan
manajerial (struktural) dan masing-masing tingkatan jabatan
itu dibantu oleh staf dan pelaksana khusus. Pada umumnya,
organisasi pemerintah menggunakan tipe organisasi lini dan
staf.
Tipe fungsional, yaitu organisasi yang cocok untuk suatu
kegiatan tertentu yang khusus dan memerlukan banyak
pegawai fungsional dengan keahlian spesifik, misalnya
lembaga penelitian dan pengembangan yang memerlukan
banyak tenaga peneliti, dan perekayasa.
Tipe matriks, yaitu organisasi yang memadukan antara
berbagai program dengan satuan kerja dalam bentuk matriks,
sehingga kejelasan dan tanggung jawab antara satuan kerja
dengan program terlihat sangat jelas. Pada umunya,
organisasi tipe ini diadopsi oleh lembaga pendidikan yang
relatif tidak begitu besar seperti akademi, sekolah tinggi, atau
institut.
Tipe panitia, yaitu organisasi yang harus melakukan suatu
tugas tertentu yang spesifik dan belum bisa ditangani oleh
struktur organisasi yang ada sehingga diperlukan
12 Staf Profesional
pembentukan panitia untuk menangani masalah khusus
tersebut. Tipe panitia ini mungkin dibentuk karena adanya:
1) tugas tugas baru akibat perubahan organisasi baik internal
maupun eksternal, dan 2) timbulnya tugas yang sangat
penting namun tidak akan berlanjut, sehingga tidak perlu
dilembagakan secara permanen.
b. Pengertian Pimpinan
Dari berbagai tipe organisasi di atas, anda bisa melihat bahwa pada
umumnya suatu organisasi memiliki tingkatan pimpinan / manajerial
dan staf / pelaksana. Yang paling umum digunakan dalam instansi
pemerintah adalah struktur yang menggunakan tingkatan manajerial
dan staf, seperti dalam gambar berikut:
Dalam gambar di atas, organisasi memiliki tingakatan pimpinan dan
staf yang membantu pimpinan. Tingkatan pimpinan adalah mereka
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 13
yang bekerja sebagai manajer yang mengelola dan memimpin
organisasi. Jadi pimpinan adalah sekelompok orang yang menduduki
berbagai jabatan pimpinan dalam organisasi yang bertugas untuk
memimpin dan mengelola organisasasi agar mencapai tujuanya
secara efektif dan efisien. Jabatan manajerial ini atau seringkali
disebut sebagai jabatan struktural memiliki beberapa tingkatan. Pada
umumnya instansi pemerintah di negara kita memiliki lima
tingakatan jabatan struktural yang umum, yaitu:
Jabatan struktural eselon IV, merupakan jabatan manajerial
terendah yang bertugas sebagai supervisor yang memimpin
satu unit kerja di organisasi setingkat sub-bagian atau seksi.
Jabatan struktural eselon III, merupakan jabatan manajerial
menengah yang bertugas sebagai penyusun program kerja
organisasi sesuai dengan bidang atau bagian, dan memimpin
satu unit kerja di organisasi setingkat bagian atau bidang.
Jabatan struktural eselon II, merupakan jabatan manajerial
atas yang bertugas sebagai penyusun rencana stratejik
organisasi sesuai dengan sektornya, dan memimpin satu unit
kerja di organisasi setingkat dinas, badan, pusat atau biro.
Jabatan struktural eselon I, merupakan jabatan manajerial
puncak yang bertugas sebagai penyusun rencana jangka
panjang organisasi sesuai dengan sektornya, dan memimpin
satu unit kerja di organisasi setingkat direktur jenderal,
sekretariat jendral, atau deputi Jabatan eselon I hanya ada di
Propinsi (sekretaris daerah Propinsi) dan Departemen pusat.
14 Staf Profesional
Dalam melaksanakan kegiatanya, seorang pemimpin harus memiliki
kompetensi yang terdiri dari kemampuan manajerial, dan
kemampuan teknis operasional. Besaran kemampuan manajerial dan
operasional bergantung pada tingkatan eselon atau manajerial pejabat
tersebut. Umumnya makin tinggi jabatan eselon maka makin besar
tuntutan kemampuan manajerial yang konseptual dan strategis yang
harus dimiliki. Sebaliknya, makin rendah eselon yang diduduki,
maka makin sedikit kompetensi konseptual dan semakin besar
kompetensi teknis operasional. Besaran kompetensi yang harus
dimiliki manajer dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 6. Kompetensi Pejabat Eselon
KOMPETENSI MANAJERIAL & STRATEGIS
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 15
KOMPETENSI TEKNIS OPERASIONAL
MTA: Manajer tingkat atas (Eselon II) harus memiliki
kompetensi konseptual dan strategis yang paling besar
sehingga dapat menentukan arah tujuan organisasi.
MTM: Manajer tingkat menengah (Eselon III) harus memiliki
kompetensi yang seimbang antara konseptual dan teknis
operasional. Tujuannya adalah agar dia mampu
menerjemahkan kebijakan yang dikeluarkan MTA dan
membuatnya menjadi sesuatu yang operasional bagi MTB.
MTB: Manajer tingkat bawah (Eselon IV) harus memiliki
kompetensi teknis operasional yang tinggi karena dia akan
lebih banyak bekerja dengan staf pelaksana melaksanakan
pekerjaan teknis keseharian organisasi.
Secara umum, tugas pimpinan adalah:
Menyediakan sumber daya dan menghilangkan hambatan
Memberikan motivasi staf
Sinergi sasaran dan tujuan
Memberdayakan staf
Pendelegasian wewenang
Membagi tugas habis
Mengarahkan staf
16 Staf Profesional
Mewakili organisasi pada pertemuan
Menciptakan networking dng instansi/unit kerja lain
Mengembangkan karir staf
Mengambil tanggung jawab
Membimbing staf
Menjelaskan uraian tugas ke pada staf
Melindungi staf
Mengapresiasi, dan memberi penghargaan staf yang
berprestasi
c. Pengertian Staf
Dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi, seorang pemimpin
memerlukan orang-orang yang membantu pelaksanaan tugas-tugas
tersebut. Pada umumnya, pegawai yang membantu tugas pimpinan
tersebut disebut dengan staf. Siagian (1996) mendefinisikan staf
sebagai sekelompok orang bekerjasama membantu seorang Ketua
dalam menyelesaikan tugasnya. Kelompok ini tidak mempunyai hak
memberikan perintah, tetapi mempunyai kewajiban membantu
pimpinan, memberikan nasehat, solusi, dan sebagainya Fungsi utama
staf adalah membantu tugas Pimpinan terutama dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Staf didefinisikan
sebagai sekelompok orang yg bekerja sama membantu seorang ketua
dalam mengelola sesuatu pekerjaan. Staf diartikan juga sebagai
bagian dari organisasi yang tidak mempunyai hak untuk memberikan
perintah, namun mempunyai kewajiban untuk membantu pimpinan,
memberikan masukan kepada pimpinan.
B. Jenis-Jenis StafKonsep Staf mulai berkembang pada Organisasi Militer abad ke
19, terutama pada organisasi militer di Eropa Barat. Konsep staf
dalam militer ini kemudian diaplikasikan juga dalam organisasi sipil
dan pemerintahan. Dalam organisasi militer, misalnya, dikenal ada
tigas jenis staf, yaitu:
Aide De Camp (personel Staff)
Special Staff Officer (Staf khusus)
General staff Officer (staf Umum)
Dalam organisasi sipil, ketiga jenis staf ini kemudian dikenal dengan
istilah:
Staf Umum: Sekelompok orang yang tugasnya
membantu pimpinan dalam seluruh aspek adminstrasi
secara menyeluruh.
Staf Khusus/Teknis: Staf yang memiliki keahlian khusus
atau keahlian teknis tertentu untuk membantu pimpinan
dalam pekerjaan teknis tertentu.
18 Staf Profesional
Staf Pribadi: Staf yang memberikan bantuan kepada
pimpinan untuk urusan bersifat pribadi. Staf pribadi ini
umumnya mengurusi keperluan pribadi pimpinan seperti
pakaian dinas, penyediaan keperluan pribadi, dan lain-
lain.
Agar mampu melaksanakan tugas-tugas pembantuan, seorang staf
harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
Memahami visi dan misi organisasi
Memiliki wawasan yang luas
Berpikir sistemik
Menguasai berbagai tehnik pemecahan masalah
Memiliki human skill yang baik
Memiliki kemampuan teknis di bidangnya
Memiliki etika kerja yang baik
Memiliki integritas
C. Tugas & peranan stafSecara umum, tugas seorang staf adalah untuk:
Pengumpulan dan analisis data
Usulan rekomendasi alternatif tindakan
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 19
Sosialisasi kebijakan Pimpinan
Persiapan Rencana dan Pelaksanaannya
Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Operasional
BAB III
PENGERTIAN, KARAKTERISTIK
DAN LINGKUP TUGAS STAF
PROFESIONAL
Dalam bab I kita telah membahas tentang pengertian staf dan
pimpinan. Suatu organisasi entah itu bertipe lini, lini dan staf atau
matriks, tetap harus memiliki unsur pimpinan yang dibantu oleh
beberapa orang staf. Pimpinan organisasi berkonsentrasi untuk
mengarahkan seluruh sumber daya organisasi untuk mencapai visi
dan misi organisasi, sedangkan para pelaksana / staf membantu
pimpinan baik dalam hal penyediaan informasi, pelaksanaan kerja
sehari-hari, maupun tugas-tugas lain agar tugas pimpinan dapat
berjalan dengan baik.
Untuk membantu kelancaran tugas pimpinan, seroang staf
harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai agar
pelaksanaan tugas itu berjalan dengan efektif. Kualifikasi adalah latar
belakang pendidikan yang cukup sehingga staf tersebut memiliki
dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang baik sebagai seorang
pegawai. Sedangkan kompetensi adalah kemampuan yang mumpuni
untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan sehingga hasil kerja atau
kinerja pegawai itu mencapai standar yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, seorang staf atau pelaksana yang bekerja di instansi
pemerintah haruslah seorang staf yang profesional, yang mampu
melaksanakan tugas pekerjaanya secara tuntas, efektif, dan
memuaskan.
20
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 21
Bab ini akan membahas tentang apa yang dimaksud dengan
staf profesional, karakteristik seorang staf profesional, serta ruang
lingkup tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang staf
profesional.
A. Pengertian Staf Profesional
Pemahaman tentang apa itu staf profesional harus dimulai dengan
definisi kata “profesional” atau “ profesionalisme “. Dua kata ini
menjadi semacam istilah kunci bagi kehidupan modern, khususnya
dalam dunia pekerjaan. Untuk itu, kita harus memahami tiga kata
yang saling berhubungan yaitu profesi, profesional, dan
profesionalisme yang sering dipakai dalam hampir semua aspek
pekerjaan. Untuk itu, diperlukan penjelasan dan definisi yang
komprehensif tentang makna istilah tersebut, sebagai berikut:
Profesi adalah pekerjaan atau bidang pekerjaan yang
menuntut keahlian tinggi dan tanggung jawab etika yang
mandiri dalam pelaksanaan pekerjaanya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2004)
Profesional adalah bersangkutan dengan profesi, yang
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
contoh: ia seorang juru masak profesional.
Profesionalisme berkenaan dengan mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yg merupakan ciri suatu profesi atau orang yg
profesional.
22 Staf Profesional
Berdasaarkan definisi tersebut, maka seorang staf
profesional dapat diartikan sebagai pegawai yang membantu
pimpinan yang memiliki keahlian dalam bidangnya,
bertanggungjawab, dan berprilaku profesional dalam menjalankan
tugas pekerjaanya.
B. Karakteristik Staf Profesional
Dari definisi tersebut, staf yang profesional setidaknya
memuat 3 ( tiga ) karakteristik utama yang harus diperlihatkan
dalam perilaku kesehariannya, yaitu: 1) keahlian yang tinggi; 2)
tanggung jawab, dan 3) etika dan norma yang mengatur
perilakunya. Penjelasan dari ketiga hal tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Keahlian yang tinggi
Staf yang profesional adalah pegawai yang memiliki penguasaan
keahlian tertentu. Keahlian ini memungkinkan seorang pegawai
untuk memberikan bantuan dan pelaksanaan pekerjaan dengan
cepat, tuntas, dan berkualitas tinggi. Untuk mencapai keahlian ini,
seorang staf harus memiliki:
Pengetahuan tentang pekerjaanya. Seseorang yang mau
menjadi pegawai profesional dalam bidang pekerjaan
tertentu harus bisa menunjukkan bahwa ia menguasai
pengetahuan tentang pekerjaanya sampai tingkat yang
memadai. Penguasaan pengetahuan yang dimilikinya
dicapai melalui suatu proses pendidikan, latihan dan
belajar dari pengalaman.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 23
Keterampilan dan cara kerja yang efektif. Penguasaan
keterampilan dan cara kerja umumnya muncul setelah
penguasaan pengetahuan. Seorang staf profesional memiliki
keterampilan, dan cara kerja yang handal dan dapat
bekerja secara mandiri dalam bidangnya, artinya mereka
telah dianggap mampu dan bertanggung jawab penuh
untuk melaksanakan pekerjaanya.
b. Bertanggungjawab
Seseorang yang profesional artinya ia adalah orang yang
punya “ kewenangan profesional “. Mereka yang
mempunyai kewenangan profesional bertanggung jawab
untuk menunjukkan hasil kerja yang berkaitan
keunggulan mutu jasa dan pengembangan profesinya,
memberikan pelayanan keahlian yang terbaik bagi
kliennya, dapat menjalin hubungan baik dengan rekannya
dan mengutamakan kepentingan masyarakat.
Dalam kapasitasnya sebagai seorang pekerja profesional
harus senantiasa menawarkan mutu jasa yang terbaik
dalam bidang profesinya. Dalam kaitan dengan
keunggulan mutu jasa, seorang profesional harus secara
simultan mengembangkan keahlian dirinya yang dapat
dilakukannya bersama – sama para rekan – rekannya
dalam profesi yang sama.
Seorang profesional harus memberikan pelayanan yang
terbaik bagi organisasi tempatnya bernaung. Apalagi
dalam keadaan dimana organisasi atau klien sepenuhnya
24 Staf Profesional
sangat tergantung pada keahlian seorang pekerja
profesional. Namun, memberikan pelayanan terbaik tidak
berhubungan bahwa seorang profesional harus senantiasa
mengikuti keinginan klien atau organisasinya. Seorang
profesional tetap bertanggung jawab di dalam
mempertahankan kebebasan dan integritas dirinya.
Pekerja profesional bertanggung jawab di dalam
memelihara saling pengertian dan pertukaran pengalaman
dengan rekan seprofesinya. Karena kemajuan profesi
tergantung dari hubungan yang saling menghormati,
terbuka dan saling percaya amtara para pekerja
profesional dalam satu bidang profesi.
c. Etika dan norma yang tinggi
Perilaku staf profesional diatur oleh berbagai macam
kendali yaitu Undang – undang atau peraturan
pemerintah, peraturan atau kesepakatan dalam bidang
profesi, pengakuan masyarakat dan kesadaran pribadi.
Antara Undang – undang dan peraturan pemerintah,
peraturan dan kesepakatan bidang profesi, pengakuan
masyarakat dan kesadaran sikap pribadi saling terkairt
erat di dalam mengatur perilaku profesional, yaitu
mempunyai fungsi di dalam mencegah praktek orang
yang tidak punyai “ wewenang keahlian “ dan “
melindungi konsumen dari praktek yang tidak
bertanggung jawab “.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 25
Mengutamakan dua aspek regulasi yaitu menjamin mutu
dan membatasi persaingan. Para profesional yang
tergabung dalam suatu bidang profesi tertentu, bersepakat
untuk melakukan pengendalian dan peningkatan mutu jasa
profesinya sendiri dan memberikan batasan – batasan
tentang cara memasarkan jasa ( tidak boleh diiklankan )
yang mencerminkan prestise dan mutu jasa.
Di dalam rangka mengatur perilaku para profesional yang
dikendalikan dengan adanya pengakuan masyarakat,
karena pengkuan masyarakat yang menentukan tegak
runtuhnya suatu profesi. Kesadaran dan sikap pribadi perlu
dimiliki oleh para profesional di dalam mengatur
perilakunya. Dimana masing – masing profesional harus
mempunyai kejelasan normatif bahwa melayani
kepentingan umum adalah kewajiban utamanya yang
harus dinyatakan dalam perbuatan yang dapat diterima
dan dipercaya oleh masyarakat.
C. Ruang Lingkup Tugas Staf Profesional
Dari penjelasan tentang karakteristik staf profesional di atas, kita
sekarang mempunyai gambaran tentang bagaimana sosok seorang
staf yang profesional tersebut. Karakteristik itu kelihatannya sangat
berat untuk dijalankan, namun dalam praktek kesehariannya
karakteristik itu akan berjalan dan melekat dengan sendirinya,
apabila seorang staf menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Untuk
itu, seorang staf harus memiliki wawasan tentang tugas apa saja yang
26 Staf Profesional
harus dia jalankan, terutama tugas-tugas yang berkaitan dengan
bantuan kepada pimpinan organisasi.
Sebagaimana telah diangkapkan berkali-kali, tugas umum
seorang staf adalah untuk membantu pimpinan agar semua pekerjaan
pimpinan bisa diselesaikan secara efektif dan efisien. Berikut ini
adalah ruang lingkup tugas yang esensial dan melekat pada diri
seorang staf yaitu:
1. Staf wajib menyampaikan kepada pimpinan informasi berupa
apapun (yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan) yang diduga akan terkait dengan kinerja
pimpinan, kinerja staf atapun kinerja organisasi secara
keseluruhan.
2. Staf wajib mengkaji kecendungan yang akan diambil oleh
pemimpin secara kritis dan memaparkannya dalam format
pilihan dengan masing – masing konsekuensi dan resikonya,
apabila kemudian dipilih sebagai kebijakan organisasi.
3. Staf harus menyajikan hasil kerja yang optimal dan minimal
dari kesalahan, karena tidak seharusnya pimpinan menemukan
salah ketik atau salah eja dalam konsep yang akan di tanda
tangani oleh Pimpinan
4. Tugas staf adalah melaksanakan keputusan pimpinan dan
hanya dapat mengusulkan hal – hal dan ide-ide yang dianggap
baik bagi organisasi. Keputusan tetap ada dipimpinan sesuai
dengan kewenangan, kompetensi, dan informasi yang ada pada
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 27
pimpinan organisasi. Secara khusus, ruang lingkup tugas staf
profesional menyangkut tiga aspek yaitu:
Melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh pimpinan,
Kreatif menilai keadaan dan menyarankan langkah tindak
kepada pimpinan
Belajar dan menyiapkan diri menjadi pemimpin masa
depan.
5. Kalau setiap staf mendalammi satu bidang keahlian /
penugasan (Tugas dan kewajiban), maka kumpulan beberapa
staf dengan berbagai bidang kehalian dan bekerjasama secara
profesional membentuk teamwork, maka akan timbul sinergi,
meringankan tugas pimpinan, memberi kesempatan staf untuk
mengumpulkan pengalaman dan melestarikan kebijakan
oraganisasi secara berkesinambungan.
6. Staf harus bekerja dan sebanyak mungkin mengikuti dan
mengembangkan sistem karena akan mendapatkan manfaat
sebagai berikut:
Pekerjaan dikerjakan tidak tergantung mood seseorang
Mudah melatih orang untuk menguasai dan menjadi
bagian dari sistem daripada mencari orang pandai cerdas
dan rajin.
28 Staf Profesional
Sistem bisa diwariskan kepada pejabat berikutnya tanpa
menggangu / mengubah prestasi dan reputasi lama yang
sudah baik.
7. Staf wajib memelihara integritas pimpinan terhadap orang
orang di luar organisasi, namun memberikan saran dan usulan
untuk menutup dan mengurangi dampak negatif dari kesalahan
pimpinan.
Dari ketujuh tugas umum seorang staf tersebut, kita bisa
melihat bahwa pelaksanaan tugas-tugas staf ini bukanlah hal yang
mudah. Tugas-tugas ini menuntut keterampilan dan kemampuan staf
yang baik. Selama ini banyak pegawai yang mengklaim bahwa
dirinya adalah staf profesional. Misalnya, seorang pegawai yang
rajin bekerja dengan kedudukan yang cukup baik di organisasi, sudah
menganggap bahwa dirinya sudah profesional. Padahal untuk
menjadi profesional, seseorang tidak cukup hanya dengan rajin, tetapi
menuntut pembuktian bahwa kinerja dia sebagai staf benar-benar
mendorong kinerja pimpinan dan organisasi secara keseluruhan.
Menjadi staf yang profesional adalah tugas yang berat. Anda
perlu bekerja lebih keras lagi. Bukan itu saja, seorang staf profesional
harus memenuhi beberapa kriteria, baik teknis maupun non teknis
seperti persyaratan watak dan karakter. Berikut ini akan dijelaskan
syarat-syarat umum yang harus dimiliki untuk menjadi seorang staf
yang profesional:
Mampu bekerja keras. Bagaimana Anda bisa dikatakan
profesional jika Anda tidak terbiasa bekerja keras? Seorang
staf profesional senantiasa mampu bekerja keras untuk
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 29
menyelesaikan pekerjaannya, apalagi jika ditunggu tenggat
waktu (deadline) yang ditetapkan oleh pimpinan organisasi.
Untuk itu, staf profesional juga mempunyai daya juang yang
tinggi dan tidak mudah menyerah jika menghadapi kesulitan.
Kalau Anda selalu malas, tentu Anda bukanlah seorang staf
profesional.
Bisa bekerjasama. Selain mampu bekerja secara mandiri,
seorang profesional juga mampu bekerjasama untuk
mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Karena
seberapapun hebatnya seorang profesional, ia tetap tidak bisa
mengandalkan kekuatannya sendiri. Anda tetap
membutuhkan kehadiran orang lain untuk mencapai visi dan
misi organisasi.
Menguasai pekerjaan. Anda layak dikatakan profesional bila
menguasai dengan baik pekerjaan Anda. Maksudnya, Anda
tahu secara pasti bagaimana menyelesaikan pekerjaan,
seberapapun sulitnya. Anda juga tahu bagaimana mengatasi
setiap persoalan. Dan Anda memang benar-benar mengerti
apa yang Anda kerjakan. Intinya, seorang profesional adalah
seorang problem solver atau pemecah masalah bukan trouble
maker atau pencipta masalah.
Memiliki loyalitas. Dalam bekerja, seorang profesional harus
memiliki loyalitas yang tinggi. Artinya Anda akan bekerja
secara total dan tidak setengah-setengah. Dengan loyalitas,
Anda tidak akan merasa terbebani dengan pekerjaan Anda.
30 Staf Profesional
Dengan loyalitas pula Anda akan semakin mencintai
pekerjaan Anda.
Komitmen. Anda juga tidak bisa dikatakan profesional jika
tidak memiliki komitmen terhadap pekerjaan. Semakin tinggi
komitmen Anda terhadap pekerjaan, maka semakin tinggi
pula profesionalisme Anda. Karena dengan komitmen, Anda
akan menjalani pekerjaan dengan penuh rasa tanggung
jawab. Sehingga, seberapapun beratnya pekerjaan, anda akan
menjalaninya dengan penuh suka cita.
Integritas yang tinggi. Seorang profesional tidak akan
melakukan hal-hal yang dapat menodai profesionalismenya.
Dalam bekerja, Anda senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai
kejujuran dan moral positif. Untuk itulah, seorang
profesional harus memiliki integritas yang tinggi. Dengan
integritas, Anda tidak akan tergoda untuk melakukan sesuatu
yang dapat merusak moral dan nama baik Anda. Karena
memang, untuk menjadi profesional, seseorang tidak cukup
hanya dengan ahli dan pandai dalam pekerjaan saja, tetapi
juga harus didukung oleh moral dan akhlak yang positif.
Motivasi yang tinggi. Tanpa motivasi sulit rasanya bagi Anda
untuk mencapai tujuan. Dengan motivasi, akan membantu
Anda mencapai tujuan, harapan, dan cita-cita Anda. Anda
pun akan lebih bersemangat dalam bekerja dan berkarya.
Ingat, seorang profesional mampu menjadi motivator bagi
dirinya sendiri. Sehingga Anda tidak akan ‘down’ dan suntuk
jika menghadapi situasi yang sulit. Anda mampu
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 31
membangkitkan gairah dan semangat Anda sendiri, di saat
yang lain sudah nyaris kehilangan gairah kerja. Makanya
nggak jarang, seorang profesional juga bisa menjadi
motivator bagi yang lain.
Bisa membedakan mana kepentingan kantor dan pribadi.
Seorang staf profesional bisa membedakan secara jelas mana
kepentingan kantor dan mana yang menyangkut kepentingan
pribadi. Contohnya jika Anda menggunakan fasilitas kantor
untuk kepentingan pribadi, Anda sudah termasuk tipe
karyawan yan tidak profesional. Terlebih lagi, jika barang–
barang kantor sengaja Anda bawa ke rumah, Anda bukan
hanya tidak profesional, tetapi telah melakukan korupsi
kecil-kecilan.
Inilah beberapa kompetensi umum, agar anda mampu menjadi
seorang staf yang profesional. Mudah-mudahan, semua syarat itu
telah melekat dan ada dalam diri anda sebagai calon pegawai negeri
sipil.
BAB IV
TEKNIK MENJADI STAF
PROFESIONAL
Organisasi pemerintah adalah organisasi yang selalu menjadi sorotan
publik karena organisasi ini dibiayai oleh uang yang berasal dari
publik melalui pajak. Organisasi pemerintah saat ini sedang dituntut
untuk menunjukkan diri sebagai organisasi yang akuntabel dan
transparan. Kondisi ini menciptakan situasi yang menuntut para
pegawai yang ada di organisasi publik untuk berkinerja dengan baik,
terutama dalam melayani masyarakat. Kinerja para pegawai negeri
merupakan inti dari kinerja organisasi pemerintah secara
keseluruhan.
Untuk menciptakan kinerja PNS yang tinggi, pemerintah
berupaya terus memacu dan menciptakan lingkungan yang kondusif
yang akan mendorong para pegawai untuk bekerja secara profesional.
Salah satu contohnya adalah sistem remunerasi PNS – yang
walaupun belum diterapkan secara nasional - sistem ini merupakan
strategi untuk menjadikan “profesi” PNS sebagai pekerjaan
profesional. Selain itu, secara internal, prilaku PNS yang negatif
seperti melanggar peraturan, melakukan kecurangan terhadap
berbagai aturan, atau melakukan korupsi akan ditindak secara tegas
dengan sanksi dari yang paling ringan sampai sanksi terberat yaitu
pemecatan dengan tidak hormat.
32
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 33
Untuk menciptakan kinerja PNS yang profesional ini,
instansi pemerintah perlu mengembangkan kebijakan dan prosedur
internal yang bisa dijadikan pedoman oleh pegawai untuk berperilaku
yang baik di organisasi. Walaupun telah ada peraturan tentang
disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu PP No. 30 tahun
1980, tetapi peraturan tersebut perlu diterjemahkan ke dalam hal
yang spesifik dimana PNS bekerja, agar mereka mampu
menerapkannya dalam prilaku PNS yang beretika dan
profesionalisme yang tinggi.
Dalam bab sebelumnya, kita telah membahas tentang
karakteristik umum dan persyaratan yang harus dipenuhi apabila
seorang PNS ingin menjadi staf yang profesional. Dalam bab ini kita
akan membahas tentang beberapa teknik dasar untuk menjadi
profesional. Memang betul bahwa dimensi profesionalisme itu sangat
luas, tetapi yang akan kita bahas sekarang ini adalah bagaimana
mewujudkan penampilan PNS yang profesional ini.
Untuk mewujudkan seorang PNS yang profesional, dasar-dasar
yang harus ditumbuhkembangkan mencakup enam aspek utama
yaitu:
1. Menjaga Sikap dan Penampilan yang profesional
2. Menumbuhkan Kebiasaan Kerja yang Efektif
3. Menjunjung Komitmen dan Loyalitas kepada Organisasi
4. Menerapkan Komunikasi dan Kerjasama yang Efektif
5. Mengembangkan Inovasi & Kreatifitas
34 Staf Profesional
6. Melaksanakan Pembelajaran dan Pengembangan Diri secara
kontinu
Kita berharap bahwa keenam teknik untuk menjadikan PNS
profesional itu dapat dilakukan secara konsisten oleh organisasi
sehinga anda mampu mewujudkan diri anda sebagai tauladan yang
positif bagi orang-orang di sekitar anda. Penjelasan tentang keenam
teknik tersebut adalah sebagai berikut:
A. Menjaga Sikap dan Penampilan yang
Profesional
Aspek pertama yang harus ditunjukan oleh seorang staf yang
profesional adalah menjaga sikap dan penampilan. Bagaimana sikap
dan penampilan yang profesional itu? Sikap dan Penampilan yang
profesional merujuk kepada dua hal, yaitu menjaga sikap dan tutur
kata yang sopan dan penampilan fisik yang rapi dan menyenangkan.
Yang pertama dapat diwujudkan dengan menampilkan roman muka,
gerakan, serta tutur kata yang sopan, dan yang kedua ditampilkan
dalam hal-hal fisik seperti pakaian, atau aksesoris yang dapat dilihat
orang lain.
Apa sebenarnya sikap itu? Sikap bisa kita artikan sebagai
kecenderungan reaksi penilaian seseorang terhadap segala sesuatu di
dunia ini. Bisa saja sesuatu itu orang lain, peristiwa atau masalah,
ide-ide maupun suatu keadaan fisik. Di dalam sikap terkandung
aspek afeksi (emosi atau perasaan), aspek kognisi (keyakinan), dan
aspek perilaku (perilaku dalam bentuk nyata ataupun kecenderungan
berperilaku). Soetarno (1994), mendefinisikan sikap sebagai
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 35
bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada
sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada
benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-
lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian tentang sikap,
tetapi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial
dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau
kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan
kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
obyek atau situasi.
Sebagai contoh, apabila ada anggota masyarakat yang datang
meminta informasi pelayanan yang diberikan oleh instansi
pemerintah, sikap seperti apa yang seharusnya ditunjukkan PNS
kepada masyarakat itu? Tentunya, ini bergantung kepada pandangan
PNS itu terhadap masyarakat. Kalau PNS menganggap anggota
masyarakat itu lebih rendah kedudukannya, mengganggu rutinitas
kantor, maka PNS itu mungkin mengabaikannya, berkata seperlunya,
atau mengacuhkannya. Tetapi, apabila PNS itu menganggap anggota
masyarakat itu sebagai pelanggan yang berharga, orang yang perlu
dilayani, maka dia akan bertutur kata yang sopan, dan memenuhi
keperluannya. Inilah representasi sikap yang sangat dipengaruhi oleh
pandangan terhadap seseorang atau obyek tertentu.
Hal kedua yang harus dijaga seorang staf profesional adalah
penampilan fisik. Penampilan fisik tak bisa dipungkiri adalah
36 Staf Profesional
cerminan sosok dan citra diri yang sangat berperan terhadap
penilaian orang lain terhadap seseorang PNS. Bahkan, dalam
berbagai hal, penampilan fisik bisa menjadi 'modal utama' untuk
dipandang sebagai pegawai profesional. Pentingnya penampilan fisik
itulah yang membuat rangkaian menata penampilan fisik menjadi hal
yang harus mendapat porsi perhatian tersendiri oleh setiap pegawai.
Bahkan, penampilan fisik adalah satu bagian penting terkait
pembentukan citra profesional serta memberi rasa kepercayaan diri
yang tinggi untuk mengekspresikan kompetensi yang dimiliki.
Itu artinya, orang akan menilai seseorang pertama kali dari
penampilannya, baru pola pemikiran, perilaku, dan lainnya. Bahkan
dari penampilan fisik, orang bisa menilai bagaimana gaya hidup
seseorang. Itulah kenapa, penampilan fisik menjadi hal yang penting
dan harus diperhatikan dalam kehidupan pegawai. Walau cara
berpakaian atau berpenampilan sangat erat kaitannya dengan
pembangunan rasa kepercayaan diri, tapi rasa percaya diri yang
dilandasi penampilan fisik semata, sifatnya hanya sementara saja.
Karena penampilan fisik erat kaitanya dengan sikap yang harus
dibangun. Ada kecenderungan bahwa pegawai hanya memperhatikan
dan menjaga penampilan fisiknya semata, dan dia bangga dengan
penampilan fisiknya tersebut. Namun, ketika sesuatu yang
dibanggakan itu tidak memberikan apa-apa, maka pegawai itu akan
langsung merasa tidak percaya diri atau bahkan menarik diri dari
lingkungannya.
Untuk itu, penampilan fisik (physiscal performance) dan sikap
(attitude) ini adalah dua hal yang sulit dipisahkan, yang merupakan
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 37
cara seorang pegawai menampilkan dirinya kepada orang lain dengan
hal-hal yang bisa dideteksi dengan panca indera, seperti:
cara berpakaian yang rapi
raut muka yang ramah,
tutur kata yang sopan
sikap yang elegan.
Contoh nyata penampilan profesional yang anda sering lihat adalah
bagaimana para petugas teller di bank menampilkan dirinya dengan
pakaian yang rapi, raut muka yang selalu ramah, bertutur kata sopan,
dan menunjukan sikap yang elegan kepada para pelangganya. Kita
berharap bahwa seorang PNS seharusnya menunjukan penampilan
yang baik ketika melayani masyarakat, seperti para petugas teller
malayani pelangganya.
Mungkin anda bertanya apakah penampilan PNS ini masih perlu
diatur pada zaman sekarang ini? Bukankah yang penting adalah
karya dan hasil pemikiran? Pertanyaan itu mungkin ada benarnya
tetapi kita harus ingat bahwa penampilan seseorang memberikan
kesan yang mendalam, sebagaimana peribahasa Inggris menyatakan
bahwa “first impression lasts long” (kesan pertama menetap lama}!
Apalagi aparatur pemerintah adalah pelayan publik yang harus
memberikan citra yang baik kepada masyarakat, maka penampilan
fisik adalah hal yang penting.
Untuk itu, salah satu aspek penting seorang aparatur pemerintah yang
profesional adalah menjaga sikap dan penampilan mereka agar
38 Staf Profesional
terlihat profesional oleh masyarakat yang dilayaninya. Bagaimana
upaya kita agar mampu tampil secara profesional? Berikut beberapa
tips untuk meningkatkan penampilan anda:
1. Gunakan selalu pakaian yang rapi. Pakaian rapi tidak selalu
harus pakaian baru. Pakaian lama juga bisa terlihat rapi
asalkan disetrika dan serasi. Setiap istirahat rapikan kembali
pakaian anda. Apabila anda menggunakan pakaian seragam,
selalu jaga kerapihan pakaian seragam tersebut.
2. Apabila anda melayani masyarakat, usahakanlah selalu untuk
tersenyum dan memberi salam. Ingatlah dalam pikiran dan
pandangan anda, bahwa masyarakat adalah pihak yang harus
anda layani sebaik-baiknya. Masyarakat adalah “raja” yang
harus anda layani. Dalam istilah pelayanan, anda harus
mempraktekan 3S yaitu senyum, sapa, dan salam kepada
setiap masyarakat yang datang kepada anda untuk berbagai
keperluan.
3. Gunakanlah tutur kata yang sopan dengan intonasi yang baik
sehingga orang yang dilayani merasa senang. Tutur kata ini
akan muncul apabila kita sudah memiliki sikap positif
terhadap orang yang dilayani. Dengan kata lain, tanamkan
pandangan yang baik kepada masyarakat sebagai pihak yang
dilayani, sehingga anda akan berusaha untuk menggunakan
kata-kata yang sopan apabila berbicara dengan masyarakat
baik secara langsung, maupun tidak langsung, misalnya
melalui telepon.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 39
4. Bersikaplah wajar dan elegan baik kepada teman kerja
maupun kepada pelanggan / masyarakat. Sikap elegan ini
akan tercermin dengan prilaku yang sopan dan santun kepada
setiap orang yang memerlukan bantuan anda.
B. Menumbuhkan Kebiasaan Kerja yang Efektif
Seorang staf yang profesional harus memiliki kebiasaan kerja yang
efektif, karena dia membantu penyelesaian tugas-tugas pimpinan
yang begitu banyak. Sikap dan kebiasaan kerja merujuk kepada
bagaimana prilaku seorang pegawai yang secara berulang ditunjukan
di tempat kerja. Sikap dan kebiasaan kerja ini merupakan hasil dari
bagaimana pegawai tersebut mengelola dirinya sehingga pegawai
tersebut menunjukan sikap dan prilaku yang profesional. Salah satu
hal yang penting yang harus dimiliki pegawai yang profesional
adalah kemampuan mengelola diri (manajemen diri), mengelola
waktu untuk penyelesaian tugas secara tuntas.
a. Kemampuan Mengelola Diri
Kemampuan untuk mengelola diri sangat penting, terutama jika anda
akan bekerjasama dengan orang lain. Orang yang tidak mampu
mengelola dirinya, maka dia tidak akan mampu memenuhi peran
sebagai pegawai yang efektif. Agar anda dapat menganalisis diri
anda, maka perlu untuk melihat; bagaimana saat ini anda
menyelesaikan tugas anda, dan bagaimana anda dapat menyelesaikan
tugas di masa datang. Timms (1987) menyatakan bahwa terdapat
lima aspek untuk mengelola diri, yang kita sebut sebagai 5 (lima) P.
40 Staf Profesional
Kelima hal ini bisa dilihat sebagai tonggak-tonggak pengelolaan diri
yang sukses, sebagai berikut:
Perspective adalah perasaan mampu mengontrol kehidupan.
Menerima tanggung jawab dalam hidup adalah salah satu kunci
pegawai yang profesional.
Purpose adalah mengetahui tujuan kemana anda akan pergi;
memiliki fokus.
Planning adalah tentang keterampilan merencanakan. Peribahasa
mengatakan “Orang tidak merencanakan untuk gagal, tapi mereka
gagal untuk merencanakan”.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 41
Productivity adalah menggunakan waktu untuk bekerja secara
efektif.
Personality adalah bersikap asertif dan responsif terhadap masukan
dari orang lain
Kelima aspek pengelolaan diri ini merupakan inti agar seorang staf
menjadi orang yang efektif sekaligus profesional dalam pekerjaanya.
Berikut adalah contoh aplikasi penerapan kelima aspek itu ke dalam
pekerjaan sebagai staf yang profesional, sebagai berikut:
Perspective, menyangkut kemampuan staf untuk menerima
tanggung jawab dan tugas-tugas yang diberikan oleh
pimpinan. Ingatlah bahwa tugas-tugas yang diberikan
pimpinan adalah tugas-tugas organisasi yang akan
berpengaruh terhadap kinerja organisasi, sehingga anda harus
melakukanya dengan efektif dan berhasil.
Purpose, adalah selalu memiliki tujuan-tujuan dalam setiap
pelaksanaan pekerjaan. Tujuan ini bisa bersifat jangka
panjang sebagai seorang PNS, maupun tujuan-tujuan jangka
pendek dalam rangka penyelesaian tugas. Tuliskan tujuan
jangka pendek anda (mingguan atau bulanan) sebagai target
yang harus anda capai.
Planning, adalah kemampuan untuk merencanakan
pekerjaan yang akan anda lakukan baik harian, mingguan,
maupun bulanan. Dari target-target sebelumnya, anda harus
melakukan perencanaan agar target itu tercapai.
42 Staf Profesional
Productivity, anda harus pastikan bahwa waktu anda tidak
dipergunakan untuk hal-hal yang tidak produktif seperti
ngobrol, atau bermain game di komputer. Tetaplah fokus
pada pekerjaan anda dan ingatlah bahwa anda memiliki
target yang harus anda selesaikan.
Personality, adalah kemampuan anda untuk meminta
masukan secara aktif dalam pelaksanaan tugas-tugas anda.
Rekan kerja baik yang senior dan junior dapat diminta
masukanya untuk penyempurnaan tugas-tugas anda.
b. Kemampuan Mengelola Waktu
Manajemen waktu didefinisikan sebagai “kemampuan untuk
menetapkan prioritas secara efektif dan kemampuan melaksanakan
prioritas tersebut dalam waktu yang telah ditentukan”. Ingatlah suatu
peribahasa bahwa:
“Manajemen waktu yang baik sama dengan manajemen diri
yang baik”
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan anda
untuk selalu menyelesaikan beban kerja tepat waktu. Faktor ini
mungkin bersifat internal atau eksternal, seperti:
Tugas dan beban kerja mencakup tugas-tugas yang banyak
dan beragam
Sarana dan teknologi yang digunakan
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 43
Gangguan pekerjaan yang berasal dari tugas yang lebih
mendesak atau tidak direncanakan sebelumnya.
Ketidakmampuan untuk memperoleh akses terhadap sumber
daya yang diperlukan.
Untuk itu, staf yang profesional harus mampu membuat prioritas
pekerjaan, mana yang harus didahulukan dan mana yang bisa ditunda
untuk dikerjakan kemudian. Kemampuan melakukan prioritas kerja
adalah inti dari manajemen waktu seorang staf yang profesional.
Dalam penentuan prioritas ini, seorang pegawai harus mampu
menentukan tiga langkah utama, yaitu 1) identifikasi tugas, 2)
rencanakan tugas, dan 3) implementasi pelaksanaan tugas, seperti
tergambar dalam bagan berikut:
44 Staf Profesional
C. Menjungjung Komitmen dan Loyalitas
Kepada Organisasi
Staf yang profesional adalah mereka yang menjunjung komitmen
dan loyalitasnya terhadap organisasi. Dalam konteks sebagai PNS,
komitmen dan loyalitas terhadap organisasi merupakan hal yang
mutlak dituntut dari setiap PNS. Komitmen dan loyalitas adalah dua
hal yang saling berhubungan dan terkait dimana loyalitas akan
muncul manakala ada komitmen dan komitmen tidak akan berwujud
apabila tidak ada loyalitas.
Karena tugas staf membantu pimpinan, apakah komitmen dan
loyalitas staf kepada pimpinan juga secara otomatis juga kepada
organisasi? Kita harus membedakan loyalitas kepada pimpinan dan
kepada organisasi. Yang dituntut dari seorang staf profesional adalah
komitmen dan loyalitas pada tugas-tugas organisasi yang
diterjemahkan ke dalam tugas-tugas pimpinan. Apabila pimpinan
menuntut loyalitas staf, tetapi tugas yang diberikan melenceng dari
tugas-tugas organisasi, maka staf profesional berhak untuk menolak
dan mengingatkan pimpinan bahwa tugas-tugas tersebut tidak ada
kaitanya dengan tugas organisasi. Staf yang profesional adalah
mereka yang mampu membedakan mana tugas organisasi dan mana
kepentingan pribadi, termasuk kepentingan-kepentingan pribadi
seorang pimpinan.
Misalnya, apabila pimpinan meminta stafnya untuk mengantar
anak pimpinanya sekolah, atau bahkan mengantar saudara
pimpinanya, dan sama sekali tidak ada hubunganya dengan tugas
organisasi, maka hal itu bisa dikelompokan sebagai kepentingan
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 45
pribadi pimpinan, yang akan merusak pelaksanaan kerja dan tugas
organisasi. Dalam hal ini, staf berhak untuk menolak dan
mengingatkan bahwa tugas itu tidak ada relevansinya dengan tugas
dia sebagai seorang PNS.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan komitmen dan loyalitas?
Porter (dalam Kuntjoro, 2009) mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam
mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi.
Hal ini dapat ditandai dengan tiga hal, yaitu :
Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Kesiapan dan kesedian untuk berusaha dengan sungguh-
sungguh atas nama organisasi.
Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam
organisasi (menjadi bagian dari organisasi).
Sedangkan Richard M. Steers (1985 : 50) mendefinisikan
komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap
nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik
mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas (keinginan
untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang
dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap organisasinya. Steers
berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana
pegawai sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran
organisasinya. Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari
sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai
organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang
46 Staf Profesional
tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan.
Berdasarkan definisi ini, dalam komitmen organisasi tercakup unsur
loyalitas terhadap organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan
identifikasi terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi
Secara singkat pada intinya beberapa definisi komitmen
organisasi dari beberapa ahli diatas mempunyai penekanan yang
hampir sama yaitu proses pada individu (pegawai) dalam
mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan
tujuan organisasi. Disamping itu, komitmen organisasi mengandung
pengertian sebagai sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang
pasif terhadap organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi
menyiratkan hubungan pegawai dengan organisasi atau organisasi
secara aktif. Karena pegawai yang menunjukkan komitmen tinggi
memiliki keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab
yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan
organisasi tempatnya bekerja.
Sedangkan loyalitas pegawai terhadap organisasi memiliki
makna kesediaan seseorang untuk melanggengkan hubungannya
dengan organisasi, kalau perlu dengan mengorbankan kepentingan
pribadinya tanpa mengharapkan apapun (Wignyo-soebroto, 1987).
Kesediaan pegawai untuk mempertahankan diri bekerja dalam
organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen
pegawai terhadap organisasi dimana mereka bekerja. Hal ini dapat
diupayakan bila pegawai merasakan adanya keamanan dan kepuasan
di dalam organisasi tempat ia bergabung untuk bekerja.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 47
Dengan membaca uraian di atas, maka terlihat bahwa
komitmen individu terhadap organisasi bukanlah merupakan suatu
hal yang terjadi secara sepihak. Dalam hal ini organisasi dan pegawai
(individu) harus secara bersama-sama menciptakan kondisi yang
kondusif untuk mencapai komitmen yang dimaksud. Sebagai contoh:
seorang pegawai yang semula kurang memiliki komitmen, namun
setelah bekerja ternyata selain ia mendapat imbalan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku ternyata didapati adanya hal-hal yang
menarik dan memberinya kepuasan. Hal itu tentu akan memupuk
berkembangnya komitmen individu tersebut terhadap organisasi.
Apalagi jika tersedia faktor-faktor yang dapat memberikan
kesejahteraan hidup atau jaminan keamanan, misalnya ada koperasi,
ada fasilitas transportasi, ada fasilitas yang mendukung kegiatan
kerja maka dapat dipastikan ia dapat bekerja dengan penuh semangat,
lebih produktif, dan efisien dalam menjalankan tugasnya. Sebaliknya
jika iklim organisasi kerja dalam organisasi tersebut kurang
menunjang, misalnya fasilitas kurang, hubungan kerja kurang
harmonis, jaminan sosial dan keamanan kurang, maka secara
otomatis komitment individu terhadap organisasi menjadi makin
luntur atau bahkan mungkin ia cenderung menjelek-jelekkan tempat
kerjanya. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai gejolak
seperti korupsi, mogok kerja, unjuk rasa, pengunduran diri, terlibat
tindakan kriminal dan sebagainya.
Staf yang profesional adalah mereka yang memiliki
komitmen dan loyalitas untuk pencapaian tujuan organisasi.
Membantu tugas-tugas pimpinan merupakan salah satu cerminan dari
pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Bagaimana cara memupuk
komitmen dan loyalitas terhadap organisasi? Berikut beberapa cara
48 Staf Profesional
yang bisa dilakukan staf agar komitmen dan loyalitas tetap terjaga,
yaitu:
1. Integrasi tujuan pribadi dan organisasi.
Integrasi ini mewujud dalam ketersambungan antara harapan-
harapan pribadi dengan tujuan organisasi. Pegawai harus
memodifikasi tujuan pribadi sehingga sesuai dengan tujuan
organisasi. Hal ini akan membuahkan suasana saling mendukung
diantara para pegawai dengan organisasi. Lebih lanjut, suasana
tersebut akan membawa pegawai dengan rela menyumbangkan
sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi, karena pegawai
menerima tujuan organisasi yang dipercayai telah disusun demi
memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula.
2. Menjaga Keterlibatan yang tinggi dalam tim kerja.
Keterlibatan anda dalam aktivitas-aktivitas tim kerja sangat
penting untuk menjaga komitmen dan loyalitas anda sebagai
seorang pegawai. Keterlibatan anda akan menyebabkab anda
senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun dengan
sesama teman kerja. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk
teribat adalah secara proaktif mengikuti berbagai rapat dan
memberikan ide untuk pembuatan keputusan, yang dapat
menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang telah diputuskan
adalah merupakan keputusan bersama.
Disamping itu, dengan melakukan hal tersebut maka anda akan
merasakan bahwa anda diterima sebagai bagian yang utuh dari
organisasi, dan konsekuensi lebih lanjut, anda akan
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 49
melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya
rasa keterikatan dengan tim kerja.
D. Menerapkan Komunikasi & Kerjasama yang
Efektif
a. Komunikasi Efektif
“You cannot not communicate”, begitu para ahli komunikasi
menerangkan betapa pentingnya komunikasi. Kita tidak bisa tidak
pasti berkomunikasi. Bahkan diamnya kita juga adalah bagian
komunikasi. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% dari
waktu bangun kita, digunakan untuk berkomunikasi. Mulai dari
bangun tidur, interaksi dengan anggota keluarga; beraktivitas diluar
rumah, melibatkan aktifitas komunikasi. Di tempat kerja, kita
berkomunikasi dengan rekan kerja, konsultasi dengan atasan,
koordinasi dengan teman kerja. Di sekolah, pelajar berkomunikasi
dengan temannya, mendengar guru menerangkan pelajaran, dan lain
sebagainya. Dikampus, mahasiswa berdiskusi dalam perkuliahan juga
menggunakan komunikasi sebagai sarananya. Demikianlah, apapun
aktifitas kita seharian, tidak pernah terlepas dari kegiatan
komunikasi.
Komunikasi yang efektif merupakan suatu keterampilan yang
harus dimiliki seorang staf profesional. Komunikasi bukan hanya
sekedar penyampaian informasi dan gagasan, namun juga
pemahaman tentang situasi dan kondisi dimana komunikasi itu
terjadi. Pembicaraan belum menjadi suatu komunikasi sampai terjadi
pemahaman dalam diri orang yang berkomunikasi. Oleh karena itu
50 Staf Profesional
agar efektif, komunikasi memerlukan transfer informasi dan
pemahaman makna baik dari pengirim maupun penerima pesan.
Apabila anda memiliki tugas dan tanggungjawab di tempat kerja,
anda pasti sadar bahwa keberhasilan pelaksanaan tugas itu sangat
bergantung pada kualitas komunikasi anda dengan atasan atau teman
kerja anda. Komunikasi itu bisa disampaikan secara verbal, non-
verbal, dalam bentuk tulisan, atau melalui pendengaran, namun hal
yang paling penting adalah kinerja anda sangat ditentukan oleh
bagaimana anda berkomunikasi di tempat kerja.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah komunikasi yang kita
lakukan tersebut berhasil? Dengan kata lain, apakah sudah efektif
komunikasi yang kita lakukan? Seberapa efektifkah komunikasi yang
telah dilakukan? Secara sederhana, komunikasi efektif terjadi apabila
orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Menurut
Tubbs, (Yusrizal:2005) ”secara umum, komunikasi dinilai efektif bila
rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim
atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima”.
Bagaimana cara kita mengukur keefektifan suatu komunikasi?
Setidaknya ada lima hal yang dapat dijadikan sebagai ukuran bagi
komunikasi yang efektif, yaitu:
1. Pemahaman
Pemahaman yang dimaksud adalah penerimaan yang cermat
oleh komunikan (penerima pesan) terhadap kandungan
rangsangan yang dimaksudkan oleh komunikator (pengirim
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 51
pesan). Dalam hal ini, komunikasi dikatakan efektif jika
penerima pesan memperoleh pemahaman yang cermat
terhadap apa yang disampaikan oleh pengirim pesan.
2. Kesenangan
Komunikasi efektif terjadi jika diantara komunikator dan
komunikan terdapat rasa saling senang. komunikator merasa
senang menyampaikan informasi kepada komunikan, dan
sebaliknya komunikan juga senang menerima informasi dari
komunikator.
3. Mempengaruhi sikap
Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari. Dalam berkomunikasi, komunikator
berusaha untuk mempengaruhi sikap komunikan, dan
berusaha agar komunikan memahami ucapannya. Jika
komunikator dapat merubah sikap dan tindakan komunikan,
maka dapat dikatakan bahwa komunikasi efektif sudah
terjadi.
4. Memperbaiki hubungan
Salah satu hal yang menjadi kegagalan utama dalam
berkomunikasi adalah munculnya gangguan akibat dari
hubungan yang tidak baik antara komunikator dengan
komunikan. Hal ini terjadi karena adanya rasa frustasi,
kemarahan, atau kebingungan diantara keduanya. Oleh sebab
52 Staf Profesional
itu, ciri komunikasi efektif adalah adanya perbaikan
hubungan antara komunikator dengan komunikan sehingga
komunikasi menjadi lebih efektif.
5. Mendorong Tindakan
Mendorong komunikan untuk melakukan tindakan yang
sesuai dengan keinginan komunikator merupakan suatu hal
yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi. Namun,
keefektifan komunikasi sangat bergantung kepada tindakan
yang dilakukan oleh komunikan setelah berkomunikasi. Jika
komunikan melakukan tindakan seperti yang dikatakan
komunikatot, maka dapat dikatakan komunikasi efektif telah
terjadi.
Hal senada juga dikemukakan oleh Davis (1993). Davis
mengemukakan bahwa ciri komunikasi yang efektif adalah ketika
komunikator (pengirim pesan) ingin agar komunikan (penerima
pesan) menerima, memahami, menyambut baik, menggunakan pesan
yang disampaikan dan memberikan balikan. Apabila komunikan
melakukan kelima hal tersebut, maka komunikasi dapat dikatakan
efektif. Kelima langkah tersebut dalam komunikasi seringkali disebut
juga sebagai kaidah lima komunikasi (the rule of five)
Dalam bagian ini, komunikasi difokuskan terhadap keterampilan
yang harus anda miliki agar anda menjadi staf yang profesional.
Kemampuan komunikasi mungkin ditandai oleh lima hal di atas,
namun agar terjadi komunikasi efektif anda harus menguasai dasar-
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 53
dasar menjadi komunikastor efektif. Agar efektif, sebagai
komunikastor anda harus memperhatikan:
1. Memahami dengan pasti pesan yang ingin anda
sampaikan.
Ingatlah ketika anda berbicara dengan kolega atau pimpinan,
anda sedang menyampaikan sebuah pesan penting dan itu
sangat bergantung kepada bagaimana anda memahami pesan
itu dan menyampaikanya dengan cara yang efektif kepada
pimpinan anda. Jadi, pastikan bahwa anda betul-betul
memahami apa yang ingin anda sampaikan sebelum anda
berbicara kepada pimpinan anda.
2. Mendengar dengan baik informasi yang disampaikan
oleh lawan bicara anda.
Keterampilan mendengar sebenarnya lebih sulit daripada
keterampilan berbicara. Sebagian orang cenderung hanya
ingin didengarkan, tetapi tidak mau mendengarkan. Agar
menjadi staf yang efektif, anda harus mampu mendengarkan
dengan baik sehingga anda benar-benar memahami apa yang
disampaikan pimpinan kepada anda.
3. Bertanya untuk memastikan bahwa anda memahami
informasi yang disampaikan.
Pastikan bahwa anda mengecek pemahaman anda tentang
apa yang disampaikan pimpinan kepada anda. Bertanya
sebagai bentuk klarifikasi terhadap pemahaman anda perlu
dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pemahamanan atau
miskonsepsi tentang informasi yang anda terima. Untuk itu
54 Staf Profesional
bertanya adalah cara terbaik sebagai bentuk klarifikasi anda
terhadap informasi yang diterima.
4. Memilih cara komunikasi paling tepat untuk situasi
tertentu.
Dalam menyampaikan dan menerima suatu informasi, anda
harus memastikan bahwa cara anda mendengar dan bertanya
dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan situasi
pada saat itu. Kepada pimpinan, anda harus memastikan
bahwa cara anda bertanya tidak menyinggung perasaan
pimpinan. Apabila anda bertanya kepada teman kerja, anda
pastikan bahwa pertanyaan anda bukanlah seperti menguji
kemampuan teman kerja anda. Untuk itu, gunakanlah sikap
yang tepat ketika bertanya, mengkalirifikasi, atau
mendengarkan lawan bicara anda.
b. Hubungan Kerja Efektif
Membangun dan mengelola hubungan kerja efektif merupakan
ciri staf yang profesional. Dengan hubungan yang sehat kita berharap
meningkatkan kepercayaan dan percaya diri. Hasil hubungan yang
diinginkan ini dicapai dengan baik sekali melalui saling menerima
antar orang-orang tanpa pertimbangan negatif. Anggota tim harus
mendukung secara aktif dan melibatakan mereka ke dalam isu-isu
yang sesuai. Memahami anggota tim lain merupakan hal penting
untuk peningkatan hubungan kerja.
Hubungan kerja efektif sangat penting dalam membentuk tim
kerja yang efektif. Hubungan kerja yang efektif ditandai dengan:
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 55
Meningkatnya motivasi pegawai
Tingkat produktifitas yang lebih tinggi
Meningkatnya kepuasan pegawai
Komitmen terhadap organisasi yang tinggi
Mengembangkan keterampilan kerja
Sebaliknya, hubungan kerja yang tidak efektif biasanya ditandai
dengan:
Kurangnya tingkat saling percaya antar anggota organisasi,
Adanya konflik baik antara bawahan maupun bawahan
atasan yang tak pernah selesai,
Kurangnya komunikasi.
Ketidaksukaan terhadap gaya kepemimpinan atasan.
Hubungan-hubungan dalam dunia kerja adalah jejaring yang
kompleks. Karena itu, hubungan kerja membutuhkan semua pihak
untuk bersama-sama melakukan hal-hal yang baik. Apa yang bisa
membuat hubungan-hubungan itu menjadi lebih baik adalah dengan
adanya sikap-sikap positif, kooperatif dan saling menghargai.
Kerangka sikap ini mesti dilandasi untuk mencapai satu tujuan yang
sama. Inilah yang membutuhkan hubungan-hubungan efektif yang
berdasarkan pada kesepemahaman bersama.
Dalam membangun hubungan kerja yang efektif, anda harus
menciptakan situasi sehingga setiap pegawai mengungkapkan secara
56 Staf Profesional
terbuka perasaan mereka. Kadangkala terjadi, kita berharap orang
lain yang lebih dahulu memahami kita. Ini jelas harapan yang sangat
tidak realistis. Demi membuat hubungan efektif, kita harus
memperlakukan diri kita dan orang lain dengan penuh respek. Ingat,
bahwa respek adalah inti penting dari apapun hubungan yang baik.
Respek ditunjukkan dengan mendengarkan orang lain dan memahami
cara mereka melihat sesuatu. Menilai orang lain secara prematur
adalah sebuah tindakan yang bertolak belakang dari respek.
Rasa hormat (respek) adalah dasar dari hubungan kerja yang
efektif. ini berarti menghargai diri Anda sendiri sebagaimana
menghargai orang lain. Artinya, jika Anda menghargai diri Anda
bagus, maka mudah untuk menghargai dan memperlakukan orang
lain dengan bagus juga.
Kunci lain untuk membentuk hubungan kerja efektif adalah
berbesar hati menghadapi berbagai macam perbedaan. Letakkan
pemahaman bahwa perbedaan antara manusia-manusia adalah
sesuatu yang menarik dan alami. Mereka diciptakan berbeda-beda.
Mereka dibesarkan di lingkungan yang berbeda-beda. Tidak ada dua
manusia yang sama identik. Artinya, perbedaan musti disikapi secara
positif.
Dengan ‘mendengarkan’ Anda bisa menemukan ‘kebenaran’
baru yang terintegrasi diantara dua perspektif yang berbeda.
Bukankah, mustinya lebih menyenangkan daripada misalnya,
menyingkirkan, beradu pendapat, mengeluh, atau memusuhi. Belajar
menghadapi perbedaan membutuhkan waktu dan kadangkala
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 57
membuat situasi batin Anda tidak nyaman, tetapi hanya itu satu-
satunya jalan untuk memahami orang lain.
Hal-hal apa saja yang dapat anda lakukan untuk membangun
hubungan kerja yang efektif di organisasi anda? Berikut ini beberapa
tips yang bisa anda gunakan untuk bisa membangun hubungan kerja
yang positif:
1. Belajar mendengar tanpa prasangka
Salah satu keterampilan dasar membangun hubungan kerja
adalah dengan belajar mendengarkan orang lain dengan
penuh empati. Sikap ini akan menimbulkan kekuatan
kebersamaan sebagai suatu tim kerja. Lain lagi kalau anda
memperlakukan orang lain secara negatif. Coba perhatikan,
ketika orang lain mendengarkan Anda, dan Anda
menanggapinya dengan dingin dan penuh prasangka, ia akan
segera menilai Anda sama negatifnya dengan penilaian Anda
terhadap teman kerja itu. Menghakimi orang lain selalu
membuat jarak dan memunculkan kecurigaan dalam suatu
tim kerja.
2. Berdiskusilah dalam suasana informal
Kebanyakan orang merasa lebih rileks dalam situasi
informal. Ini akan jauh lebih efektif untuk tujuan
membangun hubungan yang lebih erat. Suasana informal
akan menciptakan suasana nyaman sehingga masing-masing
58 Staf Profesional
pihak bisa bebas untuk mengemukakan hal-hal penting untuk
mereka.
3. Membangun Suasana Positif
Pegawai umumnya saling berhubungan dengan berbagi ide
dan perasaan. Anda akan mengungkapkan rasa bahagia atau
kesedihan anda apabila anda merasa suasana dan hubungan
dengan teman kerja anda begitu positif. Ada kesempatan
untuk memunculkan suasana positif dalam berhubungan
dengan orang lain. Hal ini juga bisa diciptakan dalam dunia
kerja. Suasana kerja dengan hubungan yang positif akan
memunculkan komitmen pencapaian bersama.
4. Ubahlah diri anda dahulu, sebelum menuntut tim anda
berubah
Seandainya terjadi hubungan tidak efektif diantara dua orang
pegawai dan anda berupaya untuk mengubahnya, maka
prinsip di atas pasti berlaku. Jangan mengharapkan orang lain
berubah, ubahlah diri anda menjadi oragng yang secara
efektif membangun hubungan kerja dengan tim secara efektif
pula. Seorang pegawai yang efektif selalu melakaukan
perubahan dalam dirinya dahulu, sebelum meminta yang lain
untuk berubah. Hubungan kerja yang baik ditandai dengan
suasana saling percaya dan saling memberi motivasi agar
suasana kerja tetap terjaga dengan baik.
E. Mengembangkan Inovasi dan Kreatifitas
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 59
1. Pengertian Inovasi dan Kreatifitas
Inovasi adalah sebuah proses, yang dimulai dengan keinginan
untuk menjadi lebih baik, yang kemudian dilanjutkan dengan usaha
untuk mewujudkannya dan membuatnya berjalan dengan baik.
Inovasi sangat dekat dengan penemuan (invention). Secara umum
inovasi muncul dari sebuah proses trial and error, dan bukan dari
sebuah perencanaan besar. Pada umumnya, inovasi muncul dari para
pegawai yang memiliki semangat untuk melakukan hal-hal baru.
Inovasi dan kretifitas adalah dua konsep yang saliang berhubungan
dan mempengaruhi satu dengan lainnya.
Kreativitas adalah kemampuan seseorang menghasilkan ide baru.
Yang dimaksud ide baru bukan berarti benar-benar baru, atau dari
tidak ada menjadi ada, tetapi lebih bermakna sebagai modifikasi
berupa bentuk baru atau berbeda dari yang ada sebelumnya. Inovasi
ialah hasil dari kreativitas yang sudah diterima oleh masyarakat atau
bernilai secara ekonomis.
Para ahli kreatifitas mendefinisikan kreativitas sebagai salah satu
dari tiga unsur, yaitu melihat dengan sudut pandang (perspektif) yang
baru, menemukan hubungan baru, membentuk kombinasi baru dari
objek, konsep, atau fenomena. Apapun definisinya, Arman Hakin
Nasution (2006) dalam bukunya Creative Thinking, How to Get
Success in Your Future Career menyimpulkan, kreativitas adalah
kemampuan untuk mencapai kekuatan menarik sebuah ide dari diri
Anda melalui tahapan awal berupa pengamatan terhadap kondisi
sekeliling.
60 Staf Profesional
Kreativitas di organisasi lebih berorientasi kepada pengambilan
keputusan kreatif untuk menghadapi berbagai tantangan organisasi
dalam mencapai tujuan bersama. Karena itu ia menyarankan setiap
pegawai memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan kreatif
baik secara individu maupun kolektif, yang akhirnya berujung pada
inovasi.
Untuk menumbuhkan kreativitas dalam diri pegawai, pendekatan
melalui pelatihan, training, atau seminar saja tidaklah cukup. Paling
tidak dibutuhkan tiga elemen penting, yakni pondasi, proses, dan
imbalan (Nasution, 2006). Pondasi yang dibutuhkan untuk
menciptakan lingkungan yang kreatif adalah dukungan dari pimpinan
organisasi. Tanpa dukungan kepemimpinan, kreativitas hanya
tumbuh secara sporadis. Bisa jadi, kreativitas pegawai akan dianggap
sebagai ancaman organisasi. Kreatifitas akan lebih bagus bila inovasi
menjadi bagian dari visi-misi organisasi. Proses adalah aktivitas
berkelanjutan yang diarahkan bagi pertumbuhan dan pelestarian
kreativitas. Manifestasinya bisa beragam, mulai dari pelatihan
kreativitas internal/eksternal, pengambilan keputusan dengan cara-
cara kreatif (misalnya brainstorming dalam meeting), pengadaan
kotak ide bagi pegawai, majalah dinding, dan lingkungan yang
inovatif. Sedangkan imbalan adalah hal penting dalam pembentukan
budaya kreatif atau bisa disebut penguatan (reinforcement). Pegawai
yang kreatif di organisasi sudah selayaknya diberi insentif namun
tidak melulu berupa uang. Hal ini bisa menjadi cara ampuh untuk
mengabarkan ke seluruh organisasi bahwa menjadi kreatif adalah
bagian dari kebijakan organisasi.
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 61
2. Model Kreativitas di Organisasi
Menurut Charles Prather (2005), dalam bukunya Blueprint for
Innovation, gaya atau model kreativitas seseorang bersifat menetap.
Prather membagi 2 gaya kreativitas:
1. Adaptive Problem Solving. Orang-orang yang memiliki
gaya ini dalam bekerja cenderung menggunakan
kreativitas untuk menyempurnakan sistem dimana
mereka bekerja. Hal-hal yang terlihat pada orang yang
memiliki gaya ini adalah bahwa mereka akan berusaha
sebaik mungkin untuk membuat sistem menjadi lebih
baik, lebih cepat, lebih murah dan efisien. Apa yang
mereka lakukan akan dapat dilihat hasilnya secara cepat.
2. Innovative Problem Solving. Orang-orang yang memiliki
gaya ini dalam bekerja cenderung untuk menantang dan
mengubah sistem yang sudah ada. Mereka dapat disebut
sebagai "agent of change" karena lebih memfokuskan
pada penemuan sistem baru daripada menyempurnakan
yang sudah ada. Dalam organisasi mereka dapat dilihat
pada bagian-bagian yang melakukan riset, penciptaan
produk baru, mengantisipasi kebutuhan pelanggan tanpa
diminta, dan orang-orang yang menjaga kelangsungan
hidup organisasi di masa yang akan datang.
3. Hambatan untuk Berpikir Kreatif
62 Staf Profesional
Meskipun kreativitas dan inovasi sangat dihargai di banyak
organisasi, namun hal tersebut tidak selalu dikomunikasi kepada para
pegawainya. Perusahaan bahkan seringkali tidak memberikan ruang
gerak bagi para pekerjanya untuk berkreasi dan berinovasi. Banyak
organisasi di Indonesia merupakan contoh dimana ide-ide kreatif
hanya berakhir diruang-ruang rapat semata.
Hambatan lain yang mengganggu kreativitas adalah jika
pekerjaan yang kita jalani tidak sesuai dengan minat dan bakat yang
kita miliki. Selain itu gaya kreativitas yang dimiliki tidak "match"
dengan tuntutan pekerjaan sehari-hari. Contoh: gaya kreativitas
Anda adalah sebagai "agent of change" tetapi pekerjaan Anda lebih
bersifat rutin, mekanistik dan menuntut anda untuk melakukannya
sesuai dengan aturan atau prosedur yang sudah baku.
Hambatan lain datang dari unsur psikologis. Untuk menjadi
kreatif seseorang harus berani untuk dinilai aneh oleh orang lain.
Lihat saja para penemu dan seniman-seniman besar yang pada saat
menciptakan karyanya seringkali dianggap "gila". Nah, karena itu
tidak semua pegawai siap untuk berbeda pendapat/ide dengan orang
lain meskipun ide tersebut kemudian terbukti benar. Pola pendidikan
kita yang kurang mendorong adanya variasi atau perbedaan pendapat
juga sangat mendukung kurangnya kreativitas pegawai.
4. Menumbuhkan Inovasi dan Kreativitas
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 63
Pada dasarnya kreativitas dapat terjadi di semua bentuk
organisasi atau organisasi sejauh organisasi tersebut menghargai atau
mendorong individu-individu untuk berkreasi. Jika tidak, maka
individu yang kreatif akan menjadi frustrasi dan selanjutnya terjebak
dengan rutinitas yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk menciptakan kreativitas
dibutuhkan lingkungan kerja kondusif yang menyenangkan (fun),
penuh rasa humor, spontan, dan memberi ruang bagi individu untuk
melakukan berbagai permainan atau percobaan. Membentuk
lingkungan yang kondusif seperti itu sangatlah tidak mudah bagi
sebuah organisasi. Mendorong kreativitas dalam dunia kerja
menuntut iklim yang permissif terhadap existensi individualitas dan
penerimaan terhadap rasa humor, disamping tetap memegang teguh
rasa hormat, kepercayaan dan komitment sebagai norma yang
berlaku.
Salah satu cara terbaik untuk mendorong kreativitas dan inovasi
dalam sebuah organisasi adalah dengan cara mengukur sejauhmana
hal tersebut telah dilakukan. Perusahaan dianjurkan untuk
memasukkan unsur kreativitas dan inovasi ke dalam proses evaluasi
kerja. Sebagai contoh: masukan unsur penilaian tentang berapa
banyak ide dari seseorang atau kelompok (teamwork) yang dapat
diimplementasikan oleh organisasi. Jika hal ini terkomunikasi dengan
baik maka setiap individu akan berusaha untuk memberikan ide
secara konstruktif.
Penempatan pegawai dengan konsep the right people with the
right job juga merupakan cara yang tepat untuk menstimulasi
64 Staf Profesional
munculnya kreativitas dan inovasi. Hal ini karena penempatan
pegawai pada posisi yang tepat akan mengurangi supervisi sehingga
memberikan otonomi bagi individu dalam menyelesaikan masalah-
masalah pekerjaannya.
F. Melaksanakan Pembelajaran dan
Pengembangan Diri Secara Kontinu
Staf yang profesional adalah mereka yang selalu mengembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikapnya menjadi lebih baik di masa
yang akan datang. Mereka selelu menyadari bahwa dalam
pelaksanaan tugas-tugasnya, mereka tidak luput dari kekurangan dan
keterbatasan yang diakibatkan oleh kompetensi yang dimilikinya.
Untuk itu, staf yang profesional adalah yang selalu berupaya
meningkatkan kompetensinya melalui pembelajaran dan
pengembangan diri secara terus menerus.
Kata Pengembangan (development) mempunyai lingkup
pengertian yang luas yaitu pengertian yang mencakup berbagai
upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian pegawai (T. Hani
Handoko, 2000:104). Definisi lain pengembangan (development)
adalah mewakili suatu investasi yang berorientasi ke masa depan
dalam diri karyawan (Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah, 2003:176).
Pengembangan didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang
karyawan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian, dan
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 65
kemampuan yang berkembang supaya bekerja dengan baik dan
sukses posisi yang ditemui selama kariernya.
Sedangkan kata belajar memiliki makna sebagai perubahan
yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan. Belajar didefinisikan pula sebagai
suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat
konstan.
Perubahan prilaku akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai
ranah atau tataran, yaitu dari ranah kognitif, afektif, dan/atau
psikomotor. Belajar tidak hanya terbatas pada penambahan
pengetahuan saja, namun harus berdampak pada perubahan dalam
sikap dan prilaku secara keseluruhan.
Yang dimaksud dengan sifat perubahannya relatif permanen,
artinya bahwa prilaku itu tidak akan kembali kepada keadaan semula.
Perubahan akibat belajar tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat
situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk, dan
sebagainya. Perubahanya harus menetap dan permanen. Disamping
itu, perubahannya bisa langsung atau tidak harus langsung mengikuti
pengalaman dan latihan.
Yang harus dicatat adalah bahwa perubahan prilaku dalam
belajar terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda
dengan perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang
bersifat naluriah, perubahan akibat pengalaman dan latihan
cenderung menetap dan permanen. Perubahan pada umumnya akan
lebih mudah terjadi bila disertai adanya penguat, berupa ganjaran
66 Staf Profesional
yang diterima - hadiah atau hukuman - sebagai konsekuensi adanya
perubahan perilaku tersebut.
Dengan demikian, beberapa prinsip pokok belajar adalah:
Belajar adalah perubahan prilaku melalui pengalaman
Belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu karena
interaksi yang bersifat individu
Belajar adalah perubahan prilaku dan pengetahuan pada
individu yang bersifat permanen sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Harris & Desimone, 1994)
Belajar adalah perubahan yang menetap pada diri seseorang
sebagai hasil dari pengalamannya (Tovey & Lawlor, 2004)
Dari definisi dan penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan
bahwa belajar itu memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
Fokus belajar adalah perubahan prilaku (pengetahuan,
keterampilan, sikap)
Perubahan prilaku hasil belajar itu bersifat permanen
(menetap)
Belajar terjadi dalam, dengan, dan melalui pengalaman
Belajar terjadi dalam berbagai situasi (informal, semi-formal,
formal)
Belajar bersifat terus menerus (continuous) atau pengalaman
seumur hidup (lifelong experience).
Dari gambaran tentang belajar dan pengembangan itu, kita
dapat menarik kesimpulan bahwa pegawai akan tetap dianggap
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 67
kompeten manakala mereka secara terus menerus berupaya
mengembangkan diri melalui pembelajaran yang terus menerus.
Untuk melakukan ini, ada tiga tahapan yang harus dilakukan oleh staf
profesional dalam melaksanakan pengembangan diri ini, yaitu:
1. Analisis Kompetensi yang anda butuhkan dalam
pelaksanaan pekerjaan
Untuk mengetahui kompetensi apa yang anda butuhkan, anda
harus melakukan refleksi, evaluasi dan analisis kompetensi yang
anda butuhkan saat ini terutama dalam pelaksanaan pekerjaan
anda. Analisis ini penting untuk memunculkan prioritas tentang
apa yang hendak anda pelajari untuk pengembangan diri anda.
Terkadang pegawai mengikuti diklat tanpa mengetahui apa
relevansi dan kegunaan diklat tersebut untuk pelaksanaan
pekerjaanya. Dalam menganalisis kebutuhan ini, kita bisa
menggunakan tiga ranah kebutuhan kompetensi yaitu,
a. Kompetensi inti yang “must know / must be mastered”,
adalah kompetensi yang mesti / harus dikuasai seseorang
pegawai. Dengan kata lain, apabila pegawai bekerja,
kemampuan apa yang harus dan wajib dimiliki olehnya agar
pelaksanaan pekerjaanya menjadi efektif. Misalnya, staf
profesional harus menguasai bagaimana menulis surat
menyurat dinas, agar ketika menyusun surat tidak terjadi
keselahan. Dengan demikian, kompetensi korespondensi
merupakan kompetensi wajib bagi staf profesional.
b. Kompetensi umum yang “should know / should be
mastered”, yaitu kompetensi yang sebaiknya dikuasai oleh
68 Staf Profesional
pegawai agar dia dapat melaksanakan pekerjaanya dengan
efektif. Mislanya, seorang sekretaris kantor sebaiknya
menguasai kompetensi tentang penyusunan visi, misi, dan
tujuan serta struktur organisasi agar dia mampu memahmi
secara holistik peran dia sebagai sebagai seorang sekretaris.
Namun, perlu dicatat bahwa kompetensi ini bukanlah
kompetensi wajib, karena tanpa mengetahui cara penyusunan
visi, misi atau struktur organisasi pun, dia akan bisa
melaksanakan pekerjaanya.
c. Kompetensi penunjang yang “nice to know /nice to be
mastered”, adalah kompetensi tambahan yang akan
memperkaya dan memperdalam keahlian seorang pegawai.
Pegawai yang mengetahui perkembangan terkini tentang
teknologi perkantoran sangat bagus agar dia paham kontelasi
perkembangan teknologi informasi perkantoran. Tetapi
kompetensi ini tidak berpengaruh apa-apa bagi kinerja
seorang pegawai.
Jadi analisis kompetensi harus menghasilkan kebutuhan
kompetensi yang wajib dan sebaiknya dimiliki oleh pegawai di
masa yang akan datang. Sedangkan yang tambahan tidak usah
dimasukan sebagai kebutuhan kompetensi.
2. Iktuilah secara Aktif program pengembangan pegawai
Cermatilah oleh anda tentang berbagai program yang ditawarkan
organisasi terutama program pelatihan untuk meningkatkan
kompetensi anda. Apabila anda mempunyai daftar kompetensi
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 69
yang dibutuhkan oleh anda, maka anda bisa memilih dan
bernegosiasi dengan bagian kepegawaian tentang pelatihan atau
diklat yang anda ingin dan harus ikuti.
Salah satu kesulitan PNS adalah bahwa tugas mengikuti diklat
terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan. Dilema ini bisa diatasi
dengan melakukan komunikasi dengan bagian kepegawaian agar
penugasan yang diberikan kepada anda sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan anda dalam rangka meningkatkan kompetensi dan
pengembangan diri anda.
3. Evaluasi secara mandiri hasil pengembangan dan
pelatihan yang anda ikuti
Pada umunya, PNS jaranga melakukan evaluasi secara
mandiri tentang hasil-hasil yang diperoleh setelah mengikuti
program pelatihan atau diklat. Padahal evaluasi secara
mandiri tentang keterampilan yang diperoleh sangat baik
untuk melakukan prioritas kembali kebutuhan diklat yang
anda harus lakukan. Evaluasi yang dilakukan akan
merumuskan kembali kebutuhan pengembangan diri yang
harus anda lakukan.
BAB V
RENCANA TINDAK MENJADI STAF
PROFESIONAL
Setelah memahami tentang berbagai teknik agar menjadi staf yang
profesional, kita sekarang harus berupaya agar teknik tersebut benar-
benar diterapkan dalam pekerjaan kita sehari-hari. Untuk itu, bab ini
akan memberikan penjelasan bagaimana rencana tindak yang harus
dilakukan oleh anda sebagai seorang staf agar menjadi staf yang
profesional.
Dalam penyusunan rencana tindak kita mengenal adanya 3
tahapan pelaksanaan yaitu 1) mengidentifikasi kondisi anda saat ini
untuk menentukan apa saja kekuatan dan kelemahan anda, 2)
melakukan analisis kelemahan dan menentukan prioritas kegiatan apa
yang harus anda lakukan untuk menjadikan anda sebagai staf yang
profesional, dan 3) menyusun jadwal dan target pelaksanaan agar
anda mampu menjadi staf yang profesional. Penjelasan tentang setiap
tahapan adalah sebagai berikut:
A. Identifikasi Kondisi Saat ini
Mengidentifikasi adalah melakukan telaahan tentang apa yang
hendak dilakukan terkait dengan kondisi yang ada dengan kondisi
yang diharapkan. Dalam tahapan ini, anda harus menganalisis
70
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 71
kekuatan dan kelemahan anda dari enam teknik yang harus anda
lakukan.
Kekuatan merujuk kepada kelebihan yang anda miliki saat ini.
Misalnya, kalai anda merasa bahwa anda telah memiliki sikap dan
penampilan yang baik, maka itu menjadi kekuatan anda sebagai staf
profesional.
Kelemahan berkenaan dengan kekurangan, atau sifat dan sikap yang
belum anda miliki saat ini. Kelemahan umunya dinyatakan dengan
kalimat negatif seperti kata “belum memiliki, “kurangnya”, belum
optimalnya, dan lain-lain.
Analisis tentang identifikasi saat ini bisa digambarkan dalama bentuk
tabel berikut ini:
Tabel 5.1: Analisis Kondisi Saat ini
Aspek Kekurangan Kelebihan
Sikap dan Penampilan
yang profesional
Kebiasaan Kerja yang
Efektif
Komitmen & Loyalitas
kepada Organisasi
Komunikasi dan
Kerjasama yang
72 Staf Profesional
Efektif
Inovasi & Kreatifitas
Pembelajaran dan
Pengembangan Diri
secara kontinu
Analisis dilakukan dengan melihat apakah indikator untuk setiap
aspek tersebut sudah anda miliki atau belum. Apabila sudah maka itu
menjadi kekuatan anda, dan apabila belum maka itu menjadi
kelemahan anda.
B. Analisis Kelemahan dan Prioritas Kegiatan
Setalah mengetahui kelemahan dan kekuatan sendiri, maka langkah
selanjutnya adalah dengan melakukan analisis kelemahan anda dan
melakukan kegiatan untuk meningkatkan kelemahan anda menjadi
kekuatan. Dua kegiatan ini dijadikan satu untuk melihat keterkaitan
antara kelemahan dan strategi untuk mengatasi kelemahan ini yang
diwujudkan dan bentuk prioritas kegiatan yang akan anda lakukan.
Analisis kelemahan adalah upaya untuk melihat keterhubungan dari
berbagai kelemahan yang anda miliki dan mencari penyebab
mengapa kelemahan tersebut muncul. Pada umunya satu kelemahan
mungkin disebabkan oleh banyak faktor, namun anda harus
Modul Pilot Project Diklat Prajabatan Golongan III 73
menganalisis faktor apa yang dominan yang menyebabkan
kelemahan tersebut.
Setelah diketahui penyebabnya, maka anda harus menentukan
strategi dan kegiatan yang akan dilakukan untuk menutupi kelemahan
tersebut sehingga anda akan memiliki kekuatan dalam aspek tersebut.
Kegiatan yang anda lakukan merupakan kegiatan yang menurut
pemikiran anda akan menghapuskan penyebab dari kelamahan anda.
Tabel berikut memberi penjelasan tentang langkah-langkah dalam
tahapan ini:
Tabel 5.2: Analisis Kelemahan dan Prioritas Kegiatan
Kelemahan Penyebab Kegiatan Prioritas
kegiatan
C. Jadwal Program pengembangan dan Sumber
Daya yang dibutuhkan
Setelah menetapkan prioritas kegiatan, maka langkah selanjutnya
adalah dengan membuat jadwal atau rencana tindak dan penentuan
74 Staf Profesional
sumber daya yang anda perlukan untuk meningkatkan kompetensi
anda sebagai staf yang profesional.
Jadwal Program pengembangan merujuk pada apa saja kegiatan yang
akan anda lakukan berdasarkan prioritas kegiatan yang telah disusun
pada tahap ke -2. Sedangkan sumber daya berkenaan dengan apa
yang anda perlukan untuk melaksanakan program pengembangan
tersebut, apakah berupa sumber bacaan, nasihat dari senior, ataupun
dalam bentuk pelatihan.
Target waktu adalah perkiraan anda akan mampu menguasai
kompetensi yang anda programkan. Bisa berupa tenggat waktu atau
misalnya jangka waktu misalnya 2 bulan, atau 1 tahun bergantung
kepada kemampuan anda melaksanakan dan menerapkan kompetensi
baru tersebut.
Tabel berikut merinci bagaimana anda melakukan langkah ketiga ini:
Tabel 5.3: Jadwal Program Pengembangan
Program
Pengembangan
Sumber Daya Target Waktu
BAB VI
PENUTUP
Untuk menjadi staf profesional bukanlah pekerjaan mudah.
Staf profesional adalah mereka yang secara terus menerus melakukan
pengembangan dan pembelajaran seumur hidup sehingga dia akan
menjadi staf profesional dan paripurna. Seorang staf profesional
adalah meraka yang membantu pimpinan yang memiliki keahlian
dalam bidangnya, bertanggungjawab, dan berprilaku profesional
dalam menjalankan tugas pekerjaanya. Untuk itu, menjadi staf yang
profesional merupakan proses yang terus menerus agar ketika anda
menjadi pimpinan, kematangan emosional, intelektual dan spiritual
anda benar-benar teruji.
Menjadi staf yang profesional adalah tugas yang berat. Selama
ini banyak pegawai yang mengklaim bahwa dirinya adalah staf
profesional. Misalnya, seorang pegawai yang rajin bekerja dengan
kedudukan yang cukup baik di organisasi, sudah menganggap bahwa
dirinya sudah profesional. Padahal untuk menjadi profesional,
seseorang tidak cukup hanya dengan rajin, tetapi menuntut
pembuktian bahwa kinerja dia sebagai staf benar-benar mendorong
kinerja pimpinan dan organisasi secara keseluruhan.
Proses untuk menjadi staf yang profesional adalah jalan
panjang yang harus anda tempuh sebagai calon pegawai negeri sipil
(PNS). Selamat bekerja!
75