GAIN SCORE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
STAD DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN ... · matematika pada kompetensi standar...
Transcript of STAD DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN ... · matematika pada kompetensi standar...
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN
KUADRAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS X SMA NEGERI DI SURAKARTA
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
UNTARI SETYAWATI
S 850907123
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2008
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN
KUADRAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS X SMA NEGERI DI SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
UNTARI SETYAWATI
S 850907123
Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada Tanggal :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dr. Mardiyana, M.Si
NIP : 132 046 017
Drs. Imam Sujadi, M. Si
NIP : 132320663
MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Dr. Mardiyana , M.Si
NIP: 132 046 017
iii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI DASAR PERSAMAAN
KUADRAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS X SMA NEGERI DI SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
UNTARI SETYAWATI
S 850907123
Telah Disetujui dan Disyahkan oleh Tim Penguji
Pada Tanggal :
Jabatan Nama Tanda tangan
Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ………………………..
Sekretaris Drs. Tri Atmojo, M.Sc., Ph.D. ………………………..
Anggota
Penguji
1. Dr. Mardiyana .M.Si
2. Drs. Imam Sujadi, M. Si
…………………………
…………………………
Surakarta, November 2008
Mengetahui
Direktur PPs UNS
Ketua Progdi. Pendidikan Matematika
Prof. Drs Suranto, M.Sc. Ph.D
NIP: 131 472 192
Dr. Mardiyana .M.Si
NIP: 132 046 017.
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama : Untari Setyawati
N I M : S 850907123
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul EKSPERIMENTASI
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW PADA
KOMPETENSI STANDAR PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI DI
SURAKARTA. adalah betul-betul karya saya sendiri . Hal – hal yang bukan karya
saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Oktober 2008
Yang membuat pernyataan
(Untari Setyawati)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dengan segala keikhlasan dan ketulusan hati tesis ini saya persembahkan kepada:
1. Ibu H. Sri Oetami yang selalu memberiku restu.
2. Suamiku Deddy Yose Rizal yang tercinta
3. Anak-anakku Atta, Ikke dan Ichal yang aku banggakan
4. Rekan-rekan pengajar
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, atas rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul:
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
DAN TIPE JIGSAW PADA KOMPETENSI STANDAR PERSAMAAN
KUADRAT DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
KELAS X SMA NEGERI DI SURAKARTA.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Drs Suranto, M.Sc. Ph.D, sebagai Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah berkenan memberi kesempatan untuk
mengikuti studi di PPs Program Studi Pendidikan Matematika.
2. Dr. Mardiyana, M,Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan pembimbing
pertama dimana beliau dengan tidak henti-hentinya memberi dorongan moral
untuk segera menyelesaikan tesis ini.
3. Drs. Imam Sujadi, M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah dengan sabar,
tekun dan tulus hati membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis.
4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. dan Drs. Tri Atmojo, M.Sc., Ph.D., selaku penguji
tesis yang telah memberikan masukan dalam kesempurnaan tesis.
vii
5. Kepala SMA N 3, SMA N 4 , SMA N 7 dan SMA N 8 beserta guru yang
telah memberikan ijin serta membantu penulis mengumpulkan data
penelitian.
6. Peserta didik yang telah menjawab setiap instrumen penelitian yang penulis
butuhkan dengan kesungguhan hati.
7. Teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bantuan dan dorongan pada penulis dalam menyelesaikan studi.
8. Suami dan anak-anakku tercinta, yang telah memberikan dorongan moral
dalam menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Ibuku serta adik-adikku yang telah memberikan dorongan moral dalam
menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan
yang tidak tersebutkan satu persatu.
Atas segala jasa dari semua pihak yang telah membantu penulis selama
mengikuti pendidikan, kiranya Tuhan YME akan memberikan limpahan pahala
kepadanya. Amin.
Surakarta, Oktober 2008
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................. ii
PENGESAHAN TESIS ..................................................................... iii
PERNYATAAN ................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii
ABSTRAK ........................................................................................ xiv
ABSTRACT ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................ 8
D. Perumusan Masalah ............................................................. 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................ 11
A. Tinjauan Pustaka. ................................................................. 11
ix
1. Prestasi Belajar Peserta didik ........................................... 11
a. Teori Belajar .............................................................. 11
b. Prestasi Belajar .......................................................... 15
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .... 16
2. Pembelajaran Matematika ............................................... 19
3. Model Pembelajaran ....................................................... 28
a. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan
Jigsaw........................................................................ 33
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD .............. 39
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ............ 42
3. Motivasi Belajar Peserta Didik ........................................ 44
a. Pengertian Motivasi ................................................... 44
b. Macam-macam Motivasi ........................................... 45
c. Motivasi Belajar ........................................................ 45
d. Peranan Motivasi Belajar Dalam Pencapaian Prestasi
Belajar ....................................................................... 49
B. Penelitian Yang Relevan .................................................... 50
C. Kerangka Berpikir ............................................................... 51
D. Hipotesis ............................................................................. 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 55
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................. 55
B. Model Penelitian ................................................................. 56
C. Variabel Penelitian .............................................................. 57
x
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............. 59
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian............ 60
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen..................................... 62
G. Uji Keseimbangan…………………………………………… 70
H. Teknik Analisis Data ........................................................... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 82
A. Hasil Uji Coba Instrumen .................................................... 82
B. Diskripsi Data ..................................................................... 83
C. Uji Keseimbangan ............................................................... 85
D. Uji Persyaratan Analisis ...................................................... 86
E. Pengujian Hipotesis ............................................................ 89
F. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 92
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................ 96
A. Kesimpulan ......................................................................... 96
B. Implikasi ............................................................................. 97
C. Saran ................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 100
LAMPIRAN ...................................................................................... 103
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Belajar Kelompok Kooperatif dengan Belajar
Kelompok Tradisional......................................................... 36
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 57
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi ............ 75
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ................................................. 75
Tabel 4.1 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika dan Skor Nilai
Motivasi Belajar Peserta didik ............................................ 81
Tabel 4.2 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan
Model Pembelajaran .......................................................... 83
Tabel 4.3 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan
Motivasi Belajar Peserta didik ............................................ 83
Tabel 4.4 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan
Gabungan antara Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar
Peserta Didik ...................................................................... 84
Tabel 4.5 Rangkuman Uji .................................................................. 85
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Homogenitas ............................................. 86
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi ............................................. 87
Tabel 4.8 Rangkuman Keputusan Uji Komparasi Ganda .................... 88
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian .............................. 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pembelajaran .................................................... 103
Lampiran 2. Kisi-kisi Motivasi Belajar dan Angket Motivasi Belajar . 138
Lampiran 3. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar dan Instrumen Tes Prestasi
Belajar............................................................................ 142
Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Motivasi Belajar
dan Tes Prestasi Belajar Matematika ............................ 149
Lampiran 5. Uji Keseimbangan .......................................................... 154
Lampiran 6. Data Penelitian dan Diskripsi Data ................................. 158
Lampiran 7. Uji Normalitas ................................................................ 172
Lampiran 8. Uji Homogenitas ............................................................ 210
Lampiran 9. Uji Anava dan Komparasi Ganda ................................... 213
Lampiran 10. Tabel Nilai Uji Lilliefors .............................................. 223
Lampiran 11. Tabel Tabel Distribusi χ2 ............................................. 224
Lampiran 12. Tabel Distribusi F ......................................................... 225
Lampiran 13. Tabel Distribusi t .......................................................... 226
xiv
ABSTRAK
UNTARI SETYAWATI, S 850907123. 2008: Eksperimentasi Pembelajaran
Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD dan Tipe JIGSAW Pada Kompetensi Standar Persamaan Kuadrat
Ditinjau Dari Motivasi Belajar Peserta didik Kelas X SMA Negeri di
Surakarta. Tesis, Surakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1). Apakah pembelajaran matematika pada kompetensi standar Persamaan Kuadrat dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik dari tipe STAD. (2).
Apakah peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi akan mempunyai prestasi
belajar lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai motivasi
sedang dan peserta didik yang mempunyai motivasi sedang akan mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik dari peserta didik yamg bermotivasi rendah. (3).
Apakah perbedaan prestasi belajar dari masing-masing model pembelajaran
konsisten terhadap masing-masing tingkat motivasi dan apakah perbedaan antara
masing-masing tingkat motivasi belajar konsisten pada setiap model
pembelajaran.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain faktorial
2 x 3. Populasi penelitian adalah peserta didik SMA Negeri Kota Surakarta kelas
X semester I tahun pelajaran 2008/2009. Teknik pengambilan sampel penelitian
adalah Cluster Random Sampling dengan sampel adalah peserta didik SMA Negeri 3, SMA Negeri 4 dan SMA Negeri 7 Surakarta semester I kelas X tahun
pelajaran 2008/2009 pada bulan Juli sampai dengan Oktoberr 2008 yang diambil dua kelas dari masing-masing sekolah tersebut secara random. Instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data adalah angket motivasi belajar dan tes prestasi belajar matematika dengan pokok bahasan Persamaan Kuadrat dalam
bentuk pilihan ganda. Sebelum angket motivasi belajar dan tes prestasi digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen. Pada uji coba tes prestasi belajar
matematika pada kompetensi standart Persamaan Kuadrat diuji tentang
konsistensi, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda. Sedangkan uji coba
instrumen angket motivasi belajar peserta didik diuji tentang konsistensi dan
reliabilitas. Hasil uji coba instrumen diperoleh nilai uji reliabilitas dengan metode
KR-20 pada tes prestasi belajar adalah 0,785 dan nilai uji reliabilitas dengan
metode Alpha pada angket motivasi belajar adalah 0,858. Pengujian hipotesis
menggunakan Anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, dengan taraf
signifikan 5%. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu: uji keseimbangan
menggunakan uji rerata t, uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji
homogenitas menggunakan uji Bartlett. Hasil uji prasyarat adalah antara peserta
didik pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw adalah
seimbang, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, rataan kemampuan
awal dan populasi homogen. Hasil analisis pada Anava dua jalan dengan frekuensi sel tak sama
menunjukkan: (1) Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
xv
kooperatif antara tipe STAD dan Jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika
yang tidak berbeda secara signifikan (Fa = 2,638 dengan nilai Ftabel = 3,84); (2)
Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah mempunyai
prestasi belajar matematika yang berbeda (Fb = 112,981 dengan nilai Ftabel = 3,00). Berdasarkan uji komparasi ganda perbedaan tersebut adalah prestasi belajar
matematika antara peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi lebih baik dengan peserta didik yang bermotivasi belajar sedang dan rendah (F.1-.2 = 163,052 dan F.1-
.3 = 174,194 dengan Fkritik 6,000), serta prestasi belajar matematika antara peserta didik yang bermotivasi belajar sedang lebih baik dengan peserta didik yang
bermotivasi rendah (F.2-.3 = 26,743 dengan Fkritik 6,000); (3) Prestasi belajar matematika antara peserta didik pada setiap tingkat motivasi belajar untuk
masing-masing model pembelajaran atau prestasi belajar matematika antara
peserta didik pada masing-masing model pembelajaran untuk setiap tingkat
motivasi belajar adalah berbeda (Fab = 7,840 dengan nilai Ftabel = 3,00).
Berdasarkan uji komparasi ganda perbedaan tersebut adalah pada model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw hanya peserta didik yang bermotivasi belajar
tinggi yang mempunyai perbedaan prestasi belajar matematika dengan peserta
didik bermotivasi sedang dan rendah (F11-12 = 65,325; F11-13 = 77,670 dan F12-13 =
5,855 dengan Fkritik = 11,05), sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe
STAD peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi, sedang dan rendah masing-
masing mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda (F21-22 = 99,710;
F21-23 = 105,107 dan F22-23 = 28,944 dengan Fkritik = 11,05)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa: (1) Peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif antara tipe STAD dan Jigsaw
mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda secara signifikan ( AX
= 79,38; BX = 80,07); (2) Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada peserta didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah, begitu juga peserta didik dengan
motivasi belajar sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada peserta didik dengan motivasi belajar rendah ( 1MX = 87,97; 2MX =
72,90; 3MX = 62,73); (3). Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan motivasi tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada peserta didik dengan motivasi sedang dan rendah begitu juga peserta didik dengan motivasi sedang mempunyai prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada juga peserta didik dengan motivasi rendah, sedangkan pada tipe Jigsaw peserta didik dengan motivasi tinggi
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada peserta didik dengan motivasi sedang dan rendah tetapi peserta didik dengan motivasi sedang
dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak berbeda. Tetapi untuk masing-masing kelompok motivasi belajar antara peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw
mempunyai prestasi belajar matematika yang sama ( 1AX =89,47; 2AX = 73,21;
3AX = 55,43; 1BX = 86,91; 2BX = 72,39; 3BX = 66,13).
xvi
ABSTRACT
Untari Setyawati. S850907123. The Experimentation of Mathematics Learning
with the Competency-Standard of Quadrate Equation by Using Cooperative
Learning Models of STAD and Jigsaw Viewed from the Learning Motivation of Students in Class X of State Senior Secondary School in Surakarta. Thesis,
Surakarta: The Graduate Program in Mathematics Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2008.
This research is aimed at finding out: (1) whether or not the learning
achievement in Mathematics in the Competency-Standard of Quadrate Equation
using the learning model of Jigsaw type is better than that of STAD type; (2) whether
or not the students with a high learning motivation have a better learning
achievement in Mathematics than those with a moderate learning motivation, and
whether or not the students with a moderate learning motivation have a better
learning achievement in Mathematics than those with a low learning motivation; and
(3) whether or not the differences in the learning achievements of each learning
model are consistent to each level of the learning motivations, and whether or not
the differences in each level of the learning motivations are consistent to each
learning model.
This research is an experimental one with the factorial design of 2 x 3. Its
population was the students of State Senior Secondary Schools in Surakarta, in Grade
X, Semester I, in the Academic Year of 2008/2009. Its samples were taken by using a Cluster Random Sampling technique. The samples included the students of State
Senior Secondary School 3, State Senior Secondary School 4, and State Senior Secondary School 7 in Surakarta in Grade X, Semester I, in the Academic Year of
2008/2009, from July to October 2008 by taking two classes from each school randomly. The instruments used to gather its data were the questionnaire of learning
motivation and the test of Mathematics learning achievement in the topic of Quadrate Equation in the multiple choice form. Prior to their implementation, both the
instruments were tested. The former was tested in terms of consistency and
reliability, and the latter was tested in terms of consistency, reliability, difficulty
index, and difference index. Based on the test, which used the method of KR-20, the
reliability test on the test of Mathematics learning achievement was 0,785.
Meanwhile based on the test which used the method of Alpha, the reliability test on
the questionnaire of learning motivation was 0,858. Hypotheses of the research were
tested by using a two-way Analysis of Variants with unequal cell frequency at the
significance of 5%. Beforehand, pre-requisite tests were done. The tests included
balance test by using t average test, normality test by using Liliefors test, and
homogeneity test by using Bartlett test. The results of the pre-requisite test were as
follows: the learning achievement in Mathematics of the students who used the
cooperative learning models of STAD and Jigsaw were balanced; the samples had a
normal distribution; and the average of the students’ preliminary ability was homogenous.
xvii
The results of the test by using the unbalanced two-way Analysis of Variance.
(1) There is not any significant difference of learning achievement in Mathematics
between the students who used the cooperative learning model of STAD type and
those who used the cooperative learning model of Jigsaw (Fa = 2.638 with the value of Ftable = 3.84). (2) The students with low, moderate, and high learning motivations
have a different learning achievement in Mathematics (Fb = 112.981 with the value of Ftable = 3. 00). Based on the multiple comparative test, the difference indicate that
the students with high a learning motivation have a better learning achievement Mathematics than those with a moderate learning motivation and a low learning
motivation. (F.1-.2 = 163.052 and F.1-.3 = 174.194 with Fk = 6.000), and the students with a moderate learning motivation have a better learning achievement in
Mathematics than those with a low learning motivation (F.2-.3 = 26..743 with Fk =
6.000). (3) The Mathematics learning achievements of the students in every level of
the learning motivations in each cooperative learning model are different (Fab =
7.840 with the value of Ftable = 3.00). Based on the multiple comparative test, the
difference indicates that in the cooperative learning model of Jigsaw, only the
students with a high learning motivation have a different learning achievement in
Mathematics compared to those with a moderate learning motivation and a low
motivation (F11-12 = 65.325; F11 – 13 = 77.670, and F12-13 = 5.855 with Fk = 11.05).
Meanwhile, in the cooperative learning model of STAD, the students with high,
moderate, and low learning motivations each have a different learning achievement
in Mathematics (F21-22 = 99.710; F21-23 = 105.107 and F22-23 = 28.944 with Fk =
11.05).
Based on the results above, conclusions are drawn: (1) There is not any significant difference of learning achievement in Mathematics between the students
with the cooperative learning model of STAD and those with the cooperative
learning model of Jigsaw ( AX = 79.38; BX = 80.07) (2) The students with high a
learning motivation has a better learning achievement in Mathematics than those
with moderate and low learning motivations, and the students with a moderate
learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those
with a low learning motivation. ( 1MX = 87.97; 2MX = 72.90; and 3MX = 62.73).
(3) In the cooperative learning of STAD, the students with a high learning motivation
have a better learning achievement in Mathematics than those with moderate and low learning motivation, and the students with a moderate learning motivation have a
better learning achievement in Mathematics than those with a low learning motivation. Meanwhile, in the cooperative learning model of Jigsaw, the students
with a high learning motivation have a better learning achievement in Mathematics than those with moderate and low learning motivation, and the students with a
moderate learning motivation have a better learning achievement in Mathematics
than those with a low learning motivation. However, for each level of the learning
motivations, the students with the cooperative learning model of STAD have similar
learning achievement in Mathematics to those with the cooperative learning model of
Jigsaw ( 1AX =89.47; 2AX = 73.21; 3AX = 55.43; 1BX = 86.91; 2BX = 72.39; 3BX =
66.13).
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah dalam sistem pendidikan nasional adalah masih
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya
pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas,2001). Sementara dari pengamatan
penulis dilapangan, banyak dijumpai masih redahnya mutu pendidikan nasional
kita, diantaranya: kurikulum yang tumpang tindih dan sangat berlebihan
muatannya, banyak guru dan peserta didik tidak pernah memanfaatkan sarana
pembelajaran sekolah, banyak buku-buku penunjang pelajaran hanya ditumpuk di
almari perpustakaan, dan mungkin masih banyak lagi jenisnya. Dalam hal ini,
perlu adanya perubahan-perubahan yang memberi arah bahwa pendidikan
merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan.
Mengingat hal tersebut, pemerintah telah melakukan upaya
penyempurnaan sistem pendidikan. Diantara upaya tersebut, Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk menyempurnakan
Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004, belum lama kurikulum ini
diperlakukan kemudian muncul lagi yang namanya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang diberlakukan mulai awal tahun pelajaran 2006/2007.
Kurikulum ini diharapkan dapat membekali peserta didik dengan berbagai
kemampuan (competency) yang sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan
reformasi. Sasaran utama pemberlakuakn KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
2
Pendidikan) adalah membangun ketrampilan individual peserta didik.Untuk itu
tidak semudah membalik tangan, guru harus memikirkan atau memilih strategi
yang tepat untuk kondisi yang berbeda beda.
Hasil pendidikan dianggap tinggi mutunya apabila kemampuan dan sikap
para lulusannya berguna bagi perkembangan selanjutnya baik di lembaga
pendidikan yang lebih tinggi maupun di masyarakat. Pendidikan merupakan
proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Segera setelah anak dilahirkan mulai terjadi proses belajar pada diri
anak dan hasil yang diperoleh adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan pemenuhan kebutuhannya. Pendidikan membantu agar proses itu
berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna. Membicarakan pendidikan
tidak bisa terlepas dengan masalah pengajaran atau proses belajar mengajar,
karena keduanya tidak bisa terlepas dari satu dengan yang lainnya untuk mencapai
tujuan akhir dari pada pendidikan.
Mutu pendidikan yang baik baru akan tercapai apabila proses belajar
mengajar di kelas diselenggarakan benar-benar efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan pendidikan. Salah satu usaha pencapaian dari tujuan pendidikan adalah
melalui program pengajaran. Pendidikan dan pengajaran bukanlah dua hal yang
sama kedudukannya, pendidikan mempunyai arti yang lebih luas, yaitu pengaruh,
bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang betanggung jawab kepada
anak didik. Pengajaran mempunyai pengertian yang lebih sempit daripada
pendidikan.
3
Proses belajar mengajar mempunyai banyak faktor penunjang yang satu
sama lain saling berkaitan. Seperti dikemukakan oleh M. Shalahudin (1990:23)
sebagai berikut: Prestasi belajar dalam hal ini output dicapai melalui proses
belajar mengajar dimana proses tersebut akan bisa berjalan apabila mendapat
dukungan atau sumbangan dari berbagai faktor diantaranya peserta didik, proses
belajar mengajar, sarana dan prasarana pendidikan serta faktor-faktor lingkungan.
Seorang peserta didik dikatakan telah mengikuti kegiatan belajar
mengajar apabila telah terjadi perubahan tertentu yang berupa dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mampu berbuat sesuatu menjadi mampu berbuat sesuatu.
Perubahan ini harus terjadi disebabkan adanya usaha yang disengaja, dan
perubahan ini berlaku dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya tujuan
yang ingin dicapai dalam proses belajar belum dapat tercapai dengan
memuaskan, khususnya untuk mata pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan
dalam dunia modern yang berhubungan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi. Matematika selalu berhubungan dengan mata pelajaran yang lain.
Dilain pihak, matematika dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit oleh
peserta didik SD, SMP, maupun SMA, bahkan ada peserta didik yang merasa
takut, bosan dan tidak tertarik.Ini terlihat dari rendahnya prestasi belajar peserta
didik pada mata pelajaran matematika.
Matematika diajarkan di sekolah melalui matematika sekolah. Matematika
sekolah dimaksudkan sebagai bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari
oleh peserta didik (formal), yaitu peserta didik SD, SMP dan SMA. Pada
4
matematika sekolah, peserta didik mempelajari matematika yang sifat materinya
masih elementer tetapi merupakan konsep esensial sebagai dasar untuk prasyarat
konsep yang lebih tinggi dan banyak aplikasinya dalam kehidupan di masyarakat.
Tujuan pendidikan matematika di sekolah:1) untuk mempersiapkan anak
didik agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan di dalam
kehidupan dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat, objektif, kreaktif, efektif dan
diperhitungkan secara analitis-sintetis, 2) untuk mempersiapkan anak didik agar
menggunakan matematika secara fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan di
dalam menghadapi ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu sebagai guru matematika perlu memahami dan
mengembangkan berbagai tipe pembelajaran dalam pengajaran matematika.
Dalam hal ini hendaknya guru dapat menyusun program pengajaran yang dapat
membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar sehingga membuat peserta
didik merasa terlibat langsung dan merasa memiliki pembelajaran tersebut dalam
proses belajar mengajar. Sebagaimana diungkapkan oleh Soedjadi (1995:12),
betapapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum
menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk
mencapai tujuan tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada
keterlibatan peserta didik secara optimal. Dengan demikian penghayatan terhadap
matematika akan lebih mantap dan terhindar dari anggapan peserta didik yang
memandang sulit terhadap matematika.
5
Selama ini, masih ada guru yang terpaku pada satu atau dua model
mengajar yang digunakan terus menerus tanpa pernah memodifikasinya atau
menggantikannya dengan model lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para peserta
didik tidak optimal. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan
menggunakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pengajaran matematika
hendaknya disesuaikan dengan kekhasan standar kompetensi/kompetensi dasar
dan perkembangan berpikir peserta didik
Masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional
dalam kegiatan belajar mengajar. Model konvensional adalah model pembelajaran
yang bersifat klasikal yaitu hanya berpusat pada guru dimana guru dalam
menularkan pengetahuan pada peserta didik secara lisan atau ceramah, diselingi
dengan tanya jawab dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah. Dalam metode ini
guru mendominasi kegiatan belajar mengajar, guru langsung membuktikan dalil
dan menurunkan rumus kemudian memberikan contoh soal dan dikerjakan sendiri
oleh guru. Sementara itu peserta didik hanya duduk dengan rapi, mengikuti guru
dengan teliti dan mencatat sehingga peserta didik cenderung pasif, kurang
mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kreatifitas dan inisiatif.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran matematika di sekolah misalnya model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dan Jigsaw, yaitu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan peserta
6
didik untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok belajar selama satu pokok
bahasan. Proses Belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif,
menghasilkan peserta didik dalam satu kelas mampu menguasai materi pelajaran
dalam waktu yang sama.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat membuat peserta didik
lebih termotivasi untuk belajar. Dengan demikian akan tercipta pembelajaran yang
lebih menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran
tidak hanya sekedar menekankan pada penguasaan pengetahuan (logos), tetapi
terlebih pada penekanan internalisasi tentang apa yang dipelajari, sehingga
terbentuk dan terfungsikan sebagai milik nurani peserta didik yang berguna dalam
kehidupannya (etos). Motivasi seperti ini akan tercipta jika guru mengkondisikan
situasi pembelajaran yang tidak membosankan. Melalui kreativitasnya, guru dan
siswa mengkondisikan pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktivitas yang
menyenangkan.
Motivasi yang merupakan variabel yang sangat penting untuk menentukan
keberhasilan dalam belajar. Seorang peserta didik atau peserta didik yang gagal
dalam tugas akademisnya disebabkan tidak termotivasi dengan memadai. Begitu
pula S. Nasution (1986: 79) mengatakan bahwa untuk belajar diperlukan motivasi.
Hasil belajar pun banyak ditentukan oleh motivasi. Semakin tepat motivasi yang
diberikan kepada peserta didik, akan dapat semakin berhasil dalam pelajaran itu.
Demikian juga Sardiman (1992: 75) mengatakan bahwa seorang peserta didik
yang memiliki inteligensi cukup tinggi, bisa jadi gagal karena kekurangan
motivasi. Hasil belajar akan optimal bila ada motivasi yang tepat.
7
Selanjutnya Wayan Ardhana (1990: 5) mengatakan bahwa dalam dunia
pendidikan motivasi dapat dipandang baik sebagai variabel bebas maupun sebagai
variabel tak bebas. Sebagai variabel bebas, motivasi seringkali dianggap
mempengaruhi atau sekurang-kurangnya ikut mempengaruhi prestasi belajar.
Rendahnya prestasi belajar peserta didik seperti banyak diungkapkan oleh
berbagai media massa akhir-akhir ini sebagian besar terjadi akibat motivasi
belajarnya yang rendah.
Berdasarkan latar belakang seperti yang dikemukakan di atas,
menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian mengenai keefektifan penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw dalam pembelajaran
matematika ditinjau dari motivasi belajar peserta didik.
B. Identifikasi Masalah
1. Masih rendahnya pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep yang
terdapat pada pelajaran matematika sehingga peserta didik kesulitan dalam
belajar matematika dan berakibat prestasi matematika peserta didik menjadi
rendah.
2. Masih banyak peserta didik yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar
matematika sehingga diperlukan metode pembelajaran yang dapat mendorong
peserta didik berpikir dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar
dalam rangka meningkatkan kemampuan pemahaman matematika.
Penggunaan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara
langsung dengan cara bekerjasama dalam kelompok belajar selama proses
8
belajar mengajar suatu pokok bahasan dapat menghasilkan peserta didik dalam
satu kelas mampu menguasai materi pelajaran dalam waktu yang sama. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw.
3. Masih rendahnya prestasi belajar matematika peserta didik mungkin
disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar matematika peserta didik.
4. Pada penerapan metode pembelajaran matematika yang sesuai dengan pokok
bahasan yang diajarkan diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik sehingga prestasi belajar matematika peserta didik juga akan
meningkat.
C. Pembatasan Masalah
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw.
2. Motivasi belajar peserta didik adalah petunjuk pada tingkah laku belajar yang
menggerakkan aktivitas belajar pada peserta didik. Motivasi belajar peserta
didik dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu tinggi, sedang
dan rendah.
3. Prestasi belajar matematika peserta didik yang dimaksud adalah hasil belajar
matematika peserta didik pada standar kompetensi Persamaan Kuadrat yang
telah dicapai pada akhir penelitian ini.
9
D. Perumusan Masalah
1. Apakah pembelajaran matematika pada standar kompetensi Persamaan
Kuadrat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
lebih baik dari tipe STAD?
2. Apakah peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi akan mempunyai
presatasi belajar lebih baik dibanding dengan peserta didik yang mempunyai
motivasi sedang dan peserta didik yang mempunyai motivasi sedang akan
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari peserta didik yamg
bermotivasi rendah?
3. Apakah perbedaan prestasi belajar dari masing-masing model pembelajaran
konsisten terhadap masing-masing tingkat motivasi dan apakah perbedaan
antara masing-masing tingkat motivasi belajar konsisten pada setiap model
pembelajaran?
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan prestasi matematika bagi peserta didik yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif antara tipe
STAD dengan Jigsaw.
2. Mengetahui perbedaan prestasi matematika bagi peserta didik yang
mempunyai tingkat motivasi belajar yang berbeda.
3. Mengetahui perbedaan prestasi matematika pada penerapan model
pembelajaran kooperatif antara tipe STAD dengan Jigsaw bagi peserta didik
yang mempunyai tingkat motivasi belajar yang berbeda.
10
F. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada tenaga pengajar dalam penggunaan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.
2. Memberikan masukan kepada tenaga pengajar pada saat menerapkan model
pembelajaran dapat memotivasi peserta didik dalam belajar matematika.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan serta tambahan referensi
bagi guru matematika guna memperluas wawasan pembelajarannya.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Peserta didik
a. Teori Belajar
Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan
mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan (Jujun S.
Suriasumantri, 1985 : 143). Secara khusus, teori memberikan dua kelebihan
daripada sumber-sumber pengetahuan yang lain. Yang pertama bahwa teori
dapat diuji. Eksperimen dapat dilakukan untuk menentukan apakah teori itu
cocok pada kenyataannya. Yang kedua ialah, bahwa teori mengandung
generalisasi tentang gejala-gejala dan dengan demikian dapat diterapkan pada
beberapa keadaan (Margaret. E. Bell. Gredler 1994 : 5).
Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku
dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. (Dimyati : 1999 : 295).
Dalam belajar, individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Akibat belajar tersebut, maka kemampuan individu dalam
ketiga ranah itu makin bertambah baik. Menurut konsep Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), belajar merupakan perubahan dari tidak bisa menjadi bisa
melakukan (E. Mulyasa, 2003 : 53). Tujuan, sasaran dan penilaian semuanya
terfokus pada kompetensi yang dimiliki peserta didik atau pekerjaan yang
mampu dilakukannya setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadi belajar
12
merupakan perilaku yang kompleks. Kompleksnya perilaku belajar tersebut
menimbulkan berbagai teori belajar.
Teori-teori belajar yang dikembangkan selama abad 20
dikelompokkan menjadi dua keluarga, yaitu keluarga perilaku (behavioristics)
yang meliputi teori-teori stimulus – respons (S – R) conditioning, dan
keluarga Gestalt – field yang meliputi teori-teori kognitif (Ratna Wilis Dahar,
1989 : 19). Para penganut teori-teori perilaku berpendapat, bahwa sudah
cukup bagi peserta didik untuk mengasosiasikan stimulus-stimulus dan
respons-respons yang benar. Tidak perlu dipersoalkan apakah yang terjadi
dalam pikiran peserta didik sebelum dan sesudah respons terbentuk. Penganut
teori-teori kognitif berkeyakinan, bahwa perilaku yang tidak tampak atau yang
tidak dapat diamati adalah sangat memungkinkan untuk dipelajari secara
ilmiah, misalnya pikiran-pikiran (thoughts) dari peserta didik.
Seorang guru yang menganut teori perilaku berkeinginan untuk
mengubah perilaku-perilaku peserta didiknya yang tampak secara signifikan.
Sedangkan guru yang berorientasikan teori kognitif berkeinginan untuk
menolong para peserta didiknya mengubah pemahaman mereka tentang
masalah-masalah dan situasi-situasi secara signifikan (Ratna Wilis Dahar,
1989 : 21).
Ornstein (1984) menyatakan bahwa pandangan yang paling
menyeluruh tentang perkembangan kognitif adalah yang dikemukakan oleh
Jean Piaget, berupa teori tentang perkembangan pengetahuan. Pengetahuan
tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman pengetahuan akan
13
berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan
pengalaman baru. Menurut Piaget (1977), manusia memiliki struktur
pengetahuan dalam otaknya. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak
manusia melalui tiga cara, yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi
(Margaret E. Bell Gredler, 1994 : 311). Asimilasi maksudnya, struktur
kognitif baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah
ada. Akomodasi maksudnya, struktur pengetahuan yang sudah ada di
modifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya
pengalaman dan situasi baru. Ekuilibrasi ialah penyesuaian kembali yang terus
menerus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi. Penerapan filosofi ini
dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita sebagai guru membuat
rancangan pembelajaran (RP) dalam bentuk peserta didik melakukan
kegiatan, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih, mendemonstrasikan,
menciptakan ide baru dan sebagainya.
Pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget adalah model
konstruksivisme. Model konstruksivisme telah mendapatkan perhatian yang
besar dikalangan peneliti pendidikan sains pada masa akhir-akhir ini,
walaupun sebenarnya model konstruksivisme tidak hanya cocok untuk
pendidikan sains, tapi juga dapat berdaya guna dalam pendidikan ilmu sosial.
(Mulyasa, 2003 : 237).
Fokus pendekatan konstruksivisme bukan pada rasionalitas, tapi pada
pemahaman. Konstruksivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas
oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu. Dalam pandangan
14
konstruktivis “strategi memperoleh“ lebih diutamakan dibandingkan seberapa
banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Landasan
filosofi konstruktivisme, menurut Depdiknas (2002), adalah filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghapal, peserta
didik harus mengonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Pengetahuan dikonstruksi (dibangun dalam pikiran) dari hasil interpretasi atas
suatu peristiwa, sehingga pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pola pikir
orang tersebut (Mulyasa, 2003 : 238). Jadi esensi dari teori konstruktivis
adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi
itu menjadi milik mereka sendiri. Peserta didik perlu untuk dibiasakan
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide. Peserta didik harus mengkonstruksikan pengetahuan
dibenak mereka karena interpretasi mereka sendiri.
Strategi pokok dari model pembelajaran konstruktivisme adalah
meaningful learning (pembelajaran bermakna). Hanya meaningful learning –
lah yang sesungguhnya pembelajaran, kata Ausubel (Mulyasa, 2003 : 237).
Dalam meaningful learning, peserta didik digalakkan untuk aktif. Setiap unsur
materi pelajaran harus diolah dan diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga
masuk akal (make senses) bagi diri peserta didik. Dengan pendekatan
pembalajaran yang seperti ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih
baik , karena pengetahuan tersebut masuk otak setelah melalui proses masuk
akal. Strategi seperti ini memerlukan pertukaran pikiran, diskusi dan
15
perdebatan dalam rangka mencapai pengertian yang sama atas materi
pelajaran.
Dalam pendekatan konstruktivisme, pembelajaran melibatkan
negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi (proses berpikir yang singkat
dan cepat yang terjadi dalam otak kita). Wacana penyesuaian pikiran ini dapat
dilakukan antara peserta didik dengan guru, atau antara sesama peserta didik.
Oleh karena itu strategi pembelajaran kooperatif (kerjasama) adalah sangat
ideal (Mulyasa, 2003 : 239). Dalam pendekatan konstruktivisme harus tercipta
hubungan kerjasama antara guru dengan peserta didik, dan antara sesama
peserta didik. Untuk itu guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna,
sedemikian sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk
belajar. Motivasi ini akan tercipta jika guru dapat meyakinkan peserta didik
akan kegunaan materi pelajaran bagi kehidupan peserta didik. Dengan
demikian guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi pelajaran
tidak membosankan peserta didik.
b. Prestasi Belajar
Winkel mengartikan prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang
dapat dicapai (Winkel, 1993). Prestasi dikatakan juga merupakan hasil yang
telah dicapai oleh peserta didik dalam belajar (Muhibbin Syah, 1995).
Dari beberapa teori belajar dan pengertian prestasi, dapat disimpulkan
tentang pengertian prestasi belajar, yaitu merupakan hasil pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
16
setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen lain yang relevan.
Prestasi belajar ini selalu berkaitan dengan pengukuran dan penilaian.
Keduanya bertujuan untuk mengetahui hasil dari pendidikan yang telah
diberikan. Dengan pengukuran dan penilaian didapatkan suatu hasil, dan hasil
ini dapat menjadi landasan bagi usaha-usaha yang lebih lanjut. Bila seseorang
mengadakan penilaian pasti melakukan pengukuran. Pengukuran merupakan
proses yang kuantitatif dan mendapatkan hasil yang kuantitatif pula, sehingga
diperlukan sustu standart ukuran tertentu. Hasil pengukuran akan menjadi
lebih berarti kalau dapat dibandingkan dengan kelompok yang ukurannya
sejenis.
Bila pengukuran menghasilkan hal yang bersifat kuantitatif, maka
untuk penilaian akan mendapatkan hasil yang bersifat kualitatif. Usaha
penilian terhadap hasil pendidikan adalah sejalan dengan usaha mendidik anak
itu sendiri. Pendidik pada sutu saat ingin mengetahui sampai sejauh mana
tujuan yang ingin dicapai itu dimiliki atau berada pada anak didik, dengan kata
lain ingin mengetahui kemajuan anak didik.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Tinggi rendahnya prestasi belajar peserta didik merupakan cerminan
kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi belajar
peserta didik menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran makin baik pula.
Dalam pembelajaran yang berkualitas terjadi proses belajar yang efektif pada
17
diri peserta didik. Seorang peserta didik yang belajar secara efektif akan
memiliki prestasi belajar yang baik. Jadi prestasi belajar seseorang sangat
tergantung pada tingkat keefektifan proses belajar yang telah berlangsung
pada dirinya.
Newell (1989 : 126) mengutip Ausabel menyatakan bahwa faktor
penting yang mempengaruhi belajar seseorang adalah apa yang telah ia
ketahui. Hasil-hasil belajar yang telah dikuasai akan sangat berguna dalam
membantu keberhasilan proses belajar berikutnya. Dick & Carey ( 1990: 85)
menyatakan bahwa pengetahuan yang telah dikuasai seseorang sebelum
proses pembelajaran berlangsung disebut kemampuan awal atau entry
behavior.
Banyak faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam mencapai
prestasi belajar, antara lain faktor dari dalam diri peserta didik (faktor internal)
dan faktor dari luar (faktor eksternal). Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono
(1991:130-131) menjelaskan tentang faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, sebagai berikut:
1) Faktor dari dalam diri peserta didik (faktor internal)
a. Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh.
Faktor ini terdiri dari :
18
1). Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan.
2). Faktor non intelektif, yaitu unsur - unsur kepribadian tertentu seperti
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian
diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor dari luar diri peserta didik (faktor internal)
a. Faktor sosial, terdiri dari :
1). Lingkungan keluarga.
2). Lingkungan sekolah.
3). Lingkungan masyarakat.
4). Lingkungan kelompok.
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah faktor
keefektifan pembelajaran (Aiken, 1997: 109). Keefektifan pembelajaran akan
ditentukan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Apabila
model pembelajaran yang dipilih tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran,
maka pembelajaran akan menjadi efektif sehingga prestasi belajar peserta
didik diharapkan optimal.
19
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
penting sekali artinya dalam rangka membantu peserta didik untuk mencapai
prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Dari uraian di atas, di antara faktor-
faktor yang berpengaruh dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar
peserta didik adalah faktor motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dan
faktor model pembelajaran.
2. Pembelajaran Matematika
Hakikat pembelajaran adalah pengaturan kondisi eksternal untuk
mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Fokus utama setiap
program pendidikan atau pembelajaran adalah untuk mendorong terjadinya
proses belajar. (Gagne dan Driscoll, 1989: v & 1). Oleh karenanya,
menyelenggarakan pembelajaran termasuk pembelajaran matematika harus
mendasarkan diri pada paradigma belajar sesuai hakikat pembelajaran serta
maksud dari program pendidikan tersebut yakni mendorong terjadinya proses
belajar pada diri peserta didik. Program pembelajaran matematika harus mengarah
pada penyelenggaraan pembelajaran yang efektif. Tolok ukur pembelajaran yang
efektif adalah keberhasilannya dalam menciptakan suasana belajar pada diri
peserta didik bukan semata-mata telah dilakukannya kegiatan mengajar oleh guru.
Hakikat belajar itu sendiri adalah terjadinya perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap akibat dari terjadinya interaksi aktif
dengan lingkungan (Winkel, 1996: 53). Oleh karenanya, guru sebagai
penyelenggara proses pembelajaran harus mampu mengatur lingkungan
20
sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya perubahan pada diri peserta
didik sebagai bukti bahwa para peserta didik sudah melakukan proses belajar.
Menurut Nana Sudjana dan Daeng Arifin (1987: 20), agar dalam proses
pembelajaran tercipta perubahan perilaku pada diri peserta didik sebagai hasil
belajar, maka peran guru bukan semata-mata sebagai pengajar, melainkan sebagai
pembimbing belajar, atau pemimpin belajar atau fasilitator belajar. Dikatakan
sebagai pembimbing belajar karena dalam proses tersebut guru memberikan
bantuan kepada peserta didik agar mereka itu sendiri yang melakukan kegiatan
belajar. Dikatakan sebagai pemimpin belajar karena guru menentukan ke mana
kegiatan belajar peserta didik akan diarahkan; dan dikatakan sebagai fasilitator
belajar karena guru harus menyediakan fasilitas setidak-tidaknya menciptakan
kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber pendorong bagi peserta didik
dalam melakukan kegiatan belajar.
Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru harus
mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator belajar bagi para
peserta didik. Dalam hal ini guru harus melakukan pilihan pendekatan atau model
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat terlibat aktif sebagai
pelaku utama dalam proses belajar.
Mata pelajaran matematika selama ini dianggap oleh sebagian peserta
didik sebagai mata pelajaran yang menakutkan, baik di jenjang pendidikan dasar
maupun pendidikan menengah. Bahkan ada peserta didik yang merasa bosan,
tidak tertarik, bahkan tidak suka pada mata pelajaran ini. Hal ini biasanya
21
disebabkan karena matematika diajarkan dengan strategi atau model pembelajaran
yang kurang tepat.
Kekurangtepatan pemilihan model atau strategi pembelajaran matematika
bersumber dari masih kuatnya pengaruh paradigma lama dalam pembelajaran.
Anita Lie (2002: 2-6) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, paradigma
lama pembelajaran bersumber pada teori tabula rasa John Locke yang
mengatakan bahwa pikiran seorang anak adalah seperti kertas kosong yang bersih
dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Berdasarkan teori ini, paradigma
lama pembelajaran adalah paradigma mengajar yang diibaratkan seperti mengisi
kertas kosong dengan coretan-coretan. Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah
banyak berubah. Paradigma lama yang tidak mendorong keaktifan peserta didik
dalam belajar tidak dapat dipertahankan lagi.
Dalam proses pembelajaran, yang harus aktif adalah peserta didik karena
merekalah yang paling bertanggungjawab atas kegiatan pembelajaran dan yang
akan menerima akibat langsung dari proses pembelajaran. Paradigma baru
pembelajaran adalah paradigma belajar. Dengan paradigma baru tersebut pendidik
perlu menyusun kegiatan pembelajaran berdasarkan beberapa pokok pikiran,
yaitu:
1). Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh peserta didik;
guru harus menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan peserta didik
membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar
untuk disimpan dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan
dikembangkan lebih lanjut.
22
2). Peserta didik membangun pengetahuan secara aktif melalui suatu proses
belajar yang mereka lakukan sendiri bukan sesuatu yang dilakukan oleh guru
terhadap peserta didik. Peserta didik tidak menerima pengetahuan secara pasif
dari guru. Peserta didik mengaktifkan struktur kognitif mereka dan
membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasikan masukan
pengetahuan baru.
3). Guru perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan peserta
didik. Kegiatan pembelajaran harus lebih menekankan pada proses daripada
hasil. Setiap peserta didik memiliki potensi dan kompetensi yang dapat
ditingkatkan melalui usaha pembelajaran. Tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi sampai setinggi yang mampu diraih peserta didik.
4). Pendidikan merupakan interaksi pribadi di antara para peserta didik dan antara
guru dengan peserta didik. Kegiatan pendidikan merupakan proses sosial yang
tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi, mereka membangun
pengertian dan pengetahuan bersama.
Frans Susilo (1998: 235) mengemukakan bahwa sesungguhnya
matematika dapat diapresiasi secara baik oleh para peserta didik apabila
matematika dipelajari secara manusiawi. Cara yang dimaksudkan adalah dengan
membangun sendiri pemahaman mereka akan unsur-unsur matematika.
Pemahaman harus dapat diperoleh bukan dengan cara menghafal rumus-rumus
atau langkah-langkah yang diberikan guru, melainkan dibentuk dengan
membangun makna dari apa yang dipelajari, misalnya dengan memberikan
interpretasi terhadap apa yang sedang dipelajari dengan mempergunakan
23
informasi baru yang mereka peroleh yang akan mereka gunakan untuk mengubah,
melengkapi atau menyempurnakan pemahaman yang telah tertanam sebelumnya.
Hal ini akan dapat terwujud apabila para peserta didik diberi keleluasaan untuk
melakukan eksperimen termasuk kemungkinan berbuat salah agar mereka dapat
belajar dari kesalahan tersebut. Proses pembelajaran seperti itu dikenal dengan
proses belajar melalui tahap-tahap asimilasi dan akomodasi, dengan proses seperti
itu pemahaman akan terjadi secara mengakar dan para peserta didik akan belajar
untuk menghargai dan mencintai matematika karena pada diri mereka akan
tumbuh keyakinan tentang bagaimana caranya merumuskan dan menggunakan
matematika manakala diperlukan.
Marpaung (1998: 247) menyatakan bahwa pembelajaran matematika
didasarkan pada pendekatan konstruktivisme yang dipelopori oleh Ernst von
Glasserfeld dan strategi pembelajarannya adalah doing. Konstruktivisme menurut
Paul Suparno (2002: 14 -15) adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
berpendapat bahwa pengetahuan itu merupakan konstruksi (bentukan) dari
orang yang sedang belajar.
Pengetahuan bukanlah kumpulan dari fakta-fakta tetapi merupakan
kumpulan konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya. Pengetahuan bukanlah “sesuatu yang sudah ada di sana” dan kita
tinggal mengambilnya, melainkan merupakan suatu bentukan terus menerus dari
orang yang belajar dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya
pemahaman yang baru.
24
Menurut Von Glasserfeld tokoh konstruktivisme dari Amerika Serikat
seperti dikutip oleh Paul Suparno (2002: 2), dinyatakan bahwa pengetahuan
bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran seorang
guru ke pikiran seorang peserta didik. Bahkan bila seorang guru bermaksud
memindahkan suatu konsep, ide, dan pengertian kepada peserta didik,
pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dibentuk oleh peserta didik sendiri.
Tanpa keaktifan peserta didik dalam membentuk pengetahuan, pengetahuan tidak
akan terjadi. Terdapat beberapa hal yang dapat membatasi proses konstruksi
pengetahuan manusia, antara lain: (1) konstruksi yang lama, (2) domain
pengalaman, dan (3) jaringan struktur kognitif.
Menurut konstruktivisme, pengalaman akan fenomena yang baru akan
menjadi unsur yang sangat penting dalam pengembangan pengetahuan; dan
kekurangan dalam hal ini akan membatasi pengetahuan itu pula. Misalnya, dalam
bidang ilmu sains peranan pengalaman ataupun percobaan-percobaan dalam
pengembangan hukum, teori, maupun konsep-konsep ilmu tersebut sangat besar.
Bagi aliran kontruktivisme, belajar adalah lebih merupakan suatu proses
untuk menemukan sesuatu dari pada suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu.
Belajar bukanlah suatu kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, melainkan
pengembangan suatu pemikiran dengan membuat kerangka pengertian yang baru.
Peserta didik harus memperoleh pengalaman dengan membuat hipotesis, prediksi,
mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari
jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi,
25
mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk
membentuk kontruksi yang baru.
Lebih lanjut, Paul Suparno (2002: 3-4) menjelaskan hal-hal berikut.
Karena pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun sosial, maka
kesempatan untuk studi kelompok dapat dikembangkan. Dalam studi kelompok,
peserta didik yang mengerjakan bersama suatu persoalan harus mengungkapkan
bagaimana mereka melihat persoalan itu dan apa yang ingin mereka buat dengan
persoalan itu. Inilah salah satu jalan menciptakan refleksi, yang menuntut
kesadaran akan apa yang sedang dipikirkan dan sedang dibuat. Selanjutnya ini
akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk aktif membuat abstraksi.
Bagi peserta didik, menjelaskan sesuatu kepada kawan-kawan dapat membantu
untuk melihat sesuatu lebih jelas terutama inkonsistensi pandangan mereka
sendiri. Seseorang yang diberi kesempatan untuk menjelaskan bahan pada seluruh
kelas, biasanya terpacu untuk belajar lebih bersungguh-sunggguh. Menurut
prinsip konstruktivisme, seorang guru mempunyai peranan sebagai mediator dan
fasilitator yang membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan baik.
Tekanan diletakkan pada peserta didik yang belajar dan bukan pada guru yang
mengajar. Fungsi sebagai mediator dan fasilitator ini dapat dijabarkan dalam
beberapa tugas antara lain sebagi berikut:
1) Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik ikut
bertanggung jawab dalam membuat desain, proses, dan penelitian. Di sini jelas
bahwa memberikan pelajaran dengan model ceramah bukanlah hal yang tepat
yang harus dilakukan oleh seorang guru.
26
2) Guru menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang ke-
ingintahuan peserta didik, membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan
mereka dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, menyediakan sarana yang
merangsang berpikir peserta didik secara produktif, menyediakan kesempatan
dan pengalaman yang mendukung belajar mereka. Guru hendaknya
menyemangati peserta didik dan bukan sebaliknya. Kadang-kadang guru perlu
menyediakan pengalaman konflik. Pengalaman konflik ini dapat berwujud
pengalaman anomali yang bertentangan dengan pemikiran atau pengalaman
awal peserta didik. Pengalaman seperti ini akan menantang mereka untuk
berpikir mendalam.
3) Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran peserta didik
itu jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan mempertanyakan apakah
pengetahuan peserta didik itu berlaku untuk menghadapi persoalan baru yang
berkaitan. Guru membantu dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan
yang dibuat oleh mereka.
Kaum konstruktivistik menurut Driscoll (1994: 362-363) menyatakan
bahwa pengetahuan yang diperoleh peserta didik harus didasarkan atas
pengembangan sendiri dan hal ini hanya dapat diperoleh dalam konteks kegiatan
yang bermakna. Harus dilakukan pengembangan dan perubahan terus menerus
atas pengetahuan melalui kegiatan aktif dari peserta didik. Dengan demikian,
proses belajar bersifat menerus, merupakan proses sepanjang hayat. Sebenarnya
hal ini sejalan dengan belajar melalui penemuan. Belajar dengan melalui
mengembangkan sendiri pengetahuan oleh peserta didik harus dimulai dari
27
aktivitas penalaran mereka, termasuk menggunakan cara-cara penalaran
matematika. Berdasarkan pendapat kaum konstruktivistik, terdapat tiga tujuan
mendasar dari pendidikan, yakni menyangkut ingatan, pemahaman, dan
penggunaan secara aktif pengetahuan dan keterampilan.
Stein, Silbert, dan Carnine (1997: 3) menyatakan bahwa dengan
pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran matematika mengandung arti
bahwa peserta didik harus belajar secara bermakna dari sebuah lingkungan
belajar. Guru dituntut agar mampu mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa
sehingga para peserta didik berhasil membangun makna mengenai hal-hal yang
disampaikan oleh guru. Pembelajaran matematika yang efektif akan
ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1) rancangan pembelajaran, (2) teknik atau model
pembelajaran, dan (3) pengorganisasian pembelajaran. Ketiga-tiganya saling
tergantung satu sama lain dan tidak dapat ditinggalkan sebagai faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan pembelajaran. Rancangan yang baik dan teknik
pembelajaran dipilih secara tepat tidak akan berhasil baik apabila waktu yang
disediakan sangat terbatas. Rancangan baik, waktu yang disediakan cukup juga
tidak menjamin keberhasilan apabila guru tidak mampu memilih model yang
tepat. Demikian pula, waktu mencukupi, guru mampu memilih model yang tepat,
namun bila materi pembelajaran tidak dirancang dengan baik juga tidak akan
menjamin keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran matematika mempunyai obyek yang abstrak. Herman
Hudoyo (1990: 4-5) menyatakan bahwa hakekat matematika berkenaan dengan
ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan teratur menurut aturan logis
28
sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran
matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis dengan menggunakan
pembuktian deduktif. Matematika sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-
hubungannya memerlukan simbul-simbul. Simbol-simbol diperlukan untuk
membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang ditetapkan dan
dengan simbul-simbul akan menjamin adanya komunikasi yang mampu
memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru
terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya karena
matematika memiliki konsep-konsep yang tersusun secara hierarkis. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan konsep-konsep
abstrak yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya menggunakan logika
deduktif. Semua ini membawa akibat perlunya menentukan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika.Di samping itu, Gagne
(1989: 110) menyatakan bahwa kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran
seperti matematika dan bahasa asing harus dilaksanakan dengan memperhatikan
beberapa hal: (a) peserta didik disediakan isyarat atau arahan, (b) terdapatnya
partisipasi peserta didik dalam kegiatan, (c) ada program penguatan bagi peserta
didik, dan (d) terdapat umpan balik yang mencakup pula tindakan korektif.
3. Model Pembelajaran
Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama
pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah
29
upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi
terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran
meliputi model, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian
informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan model, media,
dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab
dari guru untuk merancang atau mendesainnya.
Dengan demikian, model pembelajaran adalah bagian dari proses
pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Menururt Joyce, Weil
dan Calhoun (2000: 10) model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara
atau pola yang digunakan untuk membantu peserta didik mengembangkan potensi
dirinya sebagai pembelajar. Peserta didik tidak hanya menguasai materi perihal
pengetahuan dan keterampilan melainkan juga harus memperoleh peningkatan
kemampuan untuk menghadapi tugas-tugas di masa depan dan untuk keperluan
belajar mandiri. Dick dan Carey (1990 :1) menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu pendekatan dalam mengelola secara sistematis
kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai isi pelajaran atau
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Terdapat lima tahapan
dalam proses pembelajaran yaitu: (1) kegiatan pra instruksional, (2) penyajian
informasi, (3) mendorong partisipasi peserta didik, (4) menyelenggarakan tes, dan
(5) tindak lanjut. Agak sedikit berbeda, Nana Sudjana (1996: 53) mendefinisikan
pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan rencana pembelajaran. Dalam
melaksanakan rencana pembelajaran guru mengoptimalkan pengkombinasian
30
beberapa variabel pengajaran (tujuan, bahan, model dan alat, serta evaluasi) agar
dapat membantu peserta didik mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, model pembelajaran pada dasarnya adalah tindakan
nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran dengan cara tertentu yang
dianggap paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran adalah taktik atau strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran
di kelas. Model tersebut hendaknya mencerminkan langkah-langkah secara
sistemik dan sistematik. Sistemik mengandung pengertian bahwa setiap
komponen pembelajaran saling berkaitan satu sama lain sehingga terorganisasi
secara terpadu dalam mencapai tujuan. Sistematik mengandung pengertian, bahwa
langkah-langkah yang dilakukan guru pada waktu pembelajaran berurutan secara
rapi dan logis sehingga mendukung tercapainya tujuan. Menurut Borich dan
Houston dalam Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra (1997: 151)
istilah model digunakan dalam pengertian yang sama untuk menggambarkan
keseluruhan prosedur yang sistematis kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Atwi Suparman (1996: 157), model pembelajaran merupakan
perpaduan dari urutan kegiatan dan cara pengorganisasian berbagai unsur yang
meliputi: materi pelajaran, peserta didik, peralatan, bahan, serta waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Salah satu keterampilan dalam pembelajaran yang harus dimiliki
seorang guru adalah dapat memilih berbagai model pembelajaran dan
31
menggunakan model tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai. Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik
tanpa memilih dan menggunakan model yang sesuai dengan tujuan dan materi
tersebut. Model pembelajaran mengandung kegiatan-kegiatan peserta didik dalam
proses belajar dan kegiatan guru yang mengelola pembelajaran.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gerlach dan Ely seperti dikutip Sri
Anitah dan Noorhadi (1989:1) yang menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu. Model pembelajaran meliputi: sifat, lingkup,
dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
Model yang dipilih guru dalam proses pembelajaran harus dapat memberikan
kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Menurut Gagne (2000: 114-115) peristiwa pembelajaran mencakup
sembilan tahapan, yaitu: (1) Membangkitkan perhatian; (2) Menyampaikan tujuan
pembelajaran kepada peserta didik; (3) Membangkitkan ingatan dari pemahaman
awal (hasil belajar terdahulu); (4) Menyajikan rangsangan; (5) Menyediakan
arahan belajar; (6) Memancing tampilan peserta didik; (7) Memberikan balikan;
(8) Menilai hasil belajar peserta didik; (9) Meningkatkan perolehan hasil belajar
(retensi) dan transfer. Sembilan tahapan peristiwa belajar tersebut dapat
menunjang/mendukung proses internal dari belajar (proses internal sendiri tidak
dapat diamati); keberadaan setiap tahapan peristiwa belajar tersebut menambah
kemungkinan keberhasilan capaian belajar.
32
Pertimbangan tentang memudahkan peserta didik dalam belajar haruslah
diperhatikan oleh guru dalam mengambil keputusan mengenai model tertentu
yang hendak dipakai. Tidak ada model pembelajaran yang paling baik untuk
semua materi pembelajaran. Semua model pembelajaran mempunyai kelebihan
dan kelemahan, sehingga yang paling penting adalah perlunya guru mampu
memilih model dengan tepat disesuaikan dengan materi, tujuan, sumber,
kemampuan, pengetahuan sebelumnya, umur peserta didik dan alat pelajaran yang
tersedia.
Untuk menentukan atau memilih model, hendaknya berangkat dari
perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditetapkan, kemudian
model pembelajaran yang dipandang efisien dan efektif dipilih. Jadi, pemilihan
model pembelajaran ini harus memenuhi kriteria efisiensi dan keefektifan.
Kriteria yang lain dalam memilih model pembelajaran adalah tingkat keterlibatan
peserta didik; dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dituntut tingkat
keterlibatan yang optimal.
Jocye, Weil dan Calhoun (2000: 16-18) mengemukakan bahwa tiap model
pembelajaran yang dipilih haruslah mengungkapkan berbagai realita yang sesuai
dengan situasi kelas dan tujuan yang ingin dicapai melalui kerjasama guru dengan
peserta didik. Sangat sulit untuk menentukan suatu model pembelajaran yang
sempurna, yang dapat memecahkan semua masalah pembelajaran sehingga
dapat membantu peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran. Gaya
mengajar yang dimiliki guru banyak dipengaruhi oleh situasi, kondisi, kebutuhan
33
peserta didik, dan tujuan yang hendak dicapai. Penerapan model pembelajaran
didasari kepada asumsi bahwa model pembelajaran sebagai sarana membimbing
peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran agar lebih produktif. Agar
peserta didik lebih produktif dalam belajar, guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan gaya
sendiri sehingga pemilihan model mengajar juga harus mengikuti kebutuhan atau
kondisi peserta didik.
Model pembelajaran yang dipilih oleh guru harus mengarahkan
pembelajaran menjadi efektif. Pembelajaran yang efektif menurut Dunne dan
Wragg (1996: 12-14) mempunyai dua karakteristik. Pertama, pembelajaran efektif
memudahkan peserta didik belajar sesuatu yang bermanfaat meliputi fakta,
keterampilan, nilai-nilai, konsep atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.
Kedua, pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang diakui keandalannya oleh
mereka yang berkompeten memberikan penilaian seperti guru-guru, pengawas,
tutor, dan juga peserta didik. Keterandalan itu sendiri antara lain adalah dapat
diterapkannya keterampilan penggunaan model pembelajaran secara konsisten
pada tempat dan waktu yang berbeda.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil peserta didik
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai
34
tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih
dan asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (Learning community). Peserta
didik tidak hanya belajar dari guru tetapi juga dari sesama peserta didik.
Menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2007:11), pembelajaran kooperatif
memuat elemen-elemen yang saling berkaitan, yaitu:
1). Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar peserta didik merasa saling membutuhkan. Hubungan
yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat dicapai
melalui: (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling
ketergantungan menyelesaiakn tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau
sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan
hadiah.
2). Interaksi tatap muka
Interaksi tatap muka akan memaksa peserta didik saling tatap muka dalam
kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan
dengan guru tetapi juga dengan sesama peserta didik. Interaksi semacam
ini sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari
sesamanya.
3). Akuntabilitas individual
35
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi
pelajarn secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengethui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata
hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus
memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok
yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara
individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4). Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa. sikap sopan terhadap teman,
mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan
pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat
lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi
(interpersonal relationship) tidak hanya diaumsikan tetapi secara sengaja
diajarkan.
Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal adanya belajar
kelompok, tetapi ada perbedaan antara belajar kelompok kooperatif dengan
belajar kelompok tradisional.
36
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw
No STAD Jigsaw
1. Guru menyajikan materi Guru membagi satuan Informasi
2. Peserta didik tidak bertanggung
jawab terhadap kelompok
Setiap peserta didik bertanggung
jawab terhadap materi yang
ditugaskan oleh guru
3. Pemahaman materi secara
berkelompok
Setiap peserta didik harus mampu
menerangkan kepada peserta didik lainnya.
4. Membedakan peserta didik dalam hal kemampuan.
Tidak membedakan dalam hal kemampuan peserta didik.
5. Keberhasilan tidak tergantung
pada peserta didik yang lain.
Keberhasilan tergantung dengan
peserta didik lainnya.
Keunggulan model pembelajaran kooperatif menurut Martinis Yamin
dan Bansu I Ansari (2008:79) adalah:
1). Mengajarkan peserta didik menjadi percaya pada guru dan lebih percaya
lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari
sumber lain dan belajar dari peserta didik lain.
2). Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan
membandingkan dengan ide temannya.
3). Membantu peserta didik menghormati peserta didik yang lebih pintar dan
peserta didik yang lebih lemah mau menerima perbedaan ini.
37
4). Merupakan strategi efektif bagi peserta didik untuk mencapai hasil
akademik dan sosial termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri dan
hubungan anterpersonal positif antar peserta didik, meningkatkan
keterampilan manajemen waktu dan sikap positif terhadap sekolah.
5). Banyak menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk
membandingkan jawabannya dan menilai ketepatan jawaban tersebut.
6). Merupakan strategi yang dapat digunakan secara bersama dengan orang
lain seperti pemecahan masalah.
7). Mendorong peserta didik yang lemah untuk tetap berbuat dan membantu
peserta didik yang pintar mengidentifikasikan celah-celah dalam
pemahamannya.
8). Membantu memotivasi peserta didik dan mendorong pemikirannya.
9). Dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
ketrampilan bertanya dan mengomentari suatu masalah.
10). Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
ketrampilan diskusi.
11). Memudahkan peserta didik melakukan interaksi sosial.
12). Menghargai ide orang lain yang dirasa lebih baik.
13). Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
38
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran
yang telah dikembangkan, antara lain STAD (Student Team Achievement
Division) dan Jigsaw.
Hakekat belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division) yaitu: menitik beratkan pada
pencapaian kemampuan penguasaan materi pelajaran secara bersama,
sedangkan Jigsaw selain menitik beratkan pada kebersamaan juga pada
keterampilan antarpersonal dalam pelaksanaan pembelajaran.
Pengembangan tipe pembelajaran kooperatif STAD, menekankan pada
struktur tutorial teman sebaya. Semua peserta didik dalam kelompok saling
membantu. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan penekanan
pada peran masing-masing peserta didik dalam kelompoknya (kelompok asal)
dan saling bertukar pengetahuan. Pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw
antar peserta didik dalam kelompok memiliki ketergantungan yang sangat
besar, karena masing-masing peserta didik dalam kelompok mendapatkan
bagian tugas yang berlainan antara peserta didik yang satu dengan peserta
didik yang lain.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student Team Achievement Division), merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E, Slavin
39
(2008.) di Universitas John Hopkins, AS. STAD terbentuk dari empat fase,
yaitu:
1) Presentasi kelas
Pada komponen ini, guru memberikan materi dengan
mengemukakan konsep-konsep, keterampilan-keterampilan dengan
menggunakan buku siswa, buku guru, bahan untuk audio visual dan
sebagainya. Guru harus mampu mendesain materi pembelajaran untuk
model pembelajaran kooperatif STAD yang berbeda ketika guru mengajar
dengan menggunakan pembelajaran tradisional yaitu dengan membuat
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk masing-masing sub kompetensi dasar..
2) Kelompok belajar
Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-
kelompok heterogen dengan jumlah anggota 4 – 5 orang peserta didik.
Pada pembentukan kelompok guru harus memperhatikan keanekaragaman
gender, latar belakang sosial, etnik, serta tingkat kemampuan akademik
peserta didik dalam keanggotaan kelompok. Dalam hal kemampuan
akademik, tiap kelompok terdiri dari satu peserta didik berkemampuan
tinggi, dua orang berkemampuan sedang dan satu atau dua orang
berkemampuan rendah. Fungsi utama kelompok belajar ini adalah peserta
didik belajar dalam kelompoknya serta mempersiapkan anggotanya untuk
belajar dengan baiak dalam menghadapi tes individu.
40
Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok
bertemu untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan mengoreksi
jika ditemukan salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain.
Kelompok-kelompok belajar merupakan hakekat belajar yang
sangat penting dalam model pembelajaran kooperatif STAD. Keberhasilan
pembelajaran sangat ditekankan pada para anggota kelompok untuk
melakukan hal terbaik untuk kelompoknya, seperti saling memberikan
semangat, dukungan, perhatian dan penghargaan diri untuk keberhasilan
belajar.
3) Evaluasi belajar
Setelah satu pokok bahasan guru mempresentasikan materi
pelajaran, maka kemudian dilakukan evaluasi perorangan dengan tujuan
untuk mengukur pengetahuan yng diperoleh selama KBM.
4) Skor/ nilai peningkatan perorangan
Pemberian evaluasi secara individu mempunyai tujuan untuk
membandingkan skor/ nilai yang diperoleh pada tes dengan skor dasar/
awal yang dimiliki peserta didik sebelumnya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut
Sugiyanto (2007:14):
1) Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan
anggota 4 – 5 orang peserta didik. Tiap kelompok memiliki anggota yang
41
heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik maupun kemampuan akademik
(tinggi, sedang, rendah).
2) Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan
kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya
jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
3) Secara individual atau kelompok, tiap minggu atau tiap dua minggu guru
mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan
akademik yang telah dipelajari.
4) Tiap peserta didik dan tiap kelompok dievaluasi dan diberi skor atas
penguasaannya terhadap bahan ajar dan kepada peserta didik secara
individu atau kelompok yang meraih prestai tinggi atau memperoleh skor
sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua
kelompok memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria
atau standar tertentu.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
pertama kali oleh Eliot Aronson tahun 1971. Dalam model pembelajaran
kooperatif Jigsaw, setiap peserta didik menjadi anggota kelompok asal (home
group) dan juga sebagai kelompok ahli (expert group). Peserta didik dalam
kelompok ahli bertanggung jawab terhadap penguasaan materi yang menjadi
bagian yang dipelajari dan berkewajiban mengajarkan kepada peserta didik
lain dalam kelompoknya (Arend, 1997).
42
Seperti pada tipe pembelajaran Kooperatif STAD, pada tipe
pembelajaran kooperatif Jigsaw peserta didik dalam satu kelas dibagi ke
dalam kelompok-kelompok heterogen dengan anggota 4 – 5 orang peserta
didik. Pada tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw setiap peserta didik dalam
satu kelompok asal akan menerima LKS yang berbeda. Setiap peserta didik
bertanggung jawab terhadap penguasaan LKS yang menjadi bagian tugasnya.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
1). Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan
anggota 4 – 5 orang peserta didik dengan karakteristik heterogen dan
disebut kelompok asal.
2). Setiap peserta didik pada kelompok asal memperoleh LKS yang berbeda
3). Peserta didik yang memperoleh LKS yang sama berkumpul membentuk
kelompok ahli untuk mendiskusikan LKS dan kemudian menjadi ahli pada
tugasnya. Tunjuklah seorang pemimpin diskusi pencatat, pembaca materi
dan pengoreksi.
4). Masing-masing peserta didik dari kelompok ahli kembali ke kelompok
asal untuk menjelaskan LKS yang menjadi tugasnya ke anggota
kelompoknya secara bergantian dan berbagi informasi. Tekankan pada
masing-masing peserta didik bahwa setiap peserta didik mempunyai
tnggung jawab pada kelompok asal dan menjadi tutor yang baik
sebagaimana halnya dia menjadi pendengar yang baik. Para peserta didik
harus dapat menyakinkan bahwa mereka telah memahami seluruh pokok
bahasan dan siap untuk mengikuti tes perseorangan.
43
5). Pada akhir pelajaran, para peserta didik diberikan tes perseorangan yang
mencakup semua kompetensi dasar yang telah dipelajari dan diberi skor
seperti pada tipe STAD.
Pada pelaksanaan tipe pembelajaran kooperatif Jigsaw pada awalnya
akan terjadi proses yang kurang lancar. Hal ini terjadi karena beberapa
masalah yang muncul selama KBM, antara lain:
1) Peserta didik yang pandai akan mendominasi pembicaraan, sebaliknya
peserta didik yang kurang pandai akan kesulitan memberikan presentasi
2) Peserta didik yang pandai akan merasa bosan dengan anggota kelompok
yang lamban.
Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan jalan keluar diantaranya:
1) Anggota kelompok hendaknya terdiri dari peserta didik yang
berkemampuan akademiknya beragam yaitu dari tingkat akademik tinggi
samapi rendah.
2) Tidak menganut keanggotaan permanen, artinya peserta didik dapat
bergantian kelompok dalam kurun waktu tertentu.
4. Motivasi Belajar Peserta didik
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin ”mover“ yang berarti
menggerakkan. Rumusan McDonald dalam Oemar Hamalik (2001:106)
bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
44
mencapai tujuan. Menurut Beck (1990:2-4) motivasi adalah dorongan,
yaitu dorongan-dorongan baik dari luar diri manusia itu sendiri yang
menyebabkan seseorang melakukan perbuatan. Sedangkan menurut
Ngalim Purwanto (1990:73), motivasi merupakan usaha yang disadari
untuk menggerakkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia
terdorong untuk bertindak dan beraktifitas sehingga dapat mencapai hasil
atau tujuan tertentu. Menurut Sardiman (2001: 71 ), motif diartikan
sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai tujuan.
Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Berawal dari kata “Motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif.
b. Macam-macam Motivasi
Peter dalam Entwistle (1981:193) mengemukakan bahwa dilihat
dari sumbernya, ada dua jenis motivasi, yaitu : 1) motivasi intrinsik, jika
motivasi berasal dari dalam dirinya sendiri, dan 2) motivasi ekstrinsik,
apabila motivasi berasal dari luar dirinya sendiri. Menurut Sardiman
(2001:88) motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi
yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar.
45
Dari dua jenis motivasi tersebut motivasi intrinsik lebih besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Pada umumnya motivasi
intrinsik lebih kuat dan lebih tahan karena motif yang timbul atas
kesadaran sehingga mempunyai daya dorong lebih kuat dari pada atas
dasar simbolik. Pada kasus-kasus kegagalan belajar di suatu jurusan
tertentu umumnya berkaitan dengan hal ini.
c. Motivasi Belajar
Dimyati dan Mudjiono (1999:80 ), menjelaskan bahwa motivasi
belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar.
Menurut Galloway dalam Toeti Soekamto dan Udin S. Winataputra
(1997:39) bahwa dengan mengatur kondisi dan situasi belajar menjadi
kondusif, serta diberikan penguatan-penguatan diharapkan akan dapat
merubah motivasi ekstrinsik menjadi motivasi intrinsik. Sebagian guru
berpendapat bahwa motivasi belajar bersumber dari peserta didik itu
sendiri, dan peserta didiklah yang harus berusaha untuk mengatasi
masalahnya sendiri dalam meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga
guru tidak atau kurang peduli bagaimana merangsang, meningkatkan dan
memelihara motivasi belajar peserta didik.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu
tentang pembelajaran, ternyata justru gurulah yang sangat berperan untuk
dapat merangsang, meningkatkan dan memelihara motivasi belajar peserta
didik, sebagaimana prinsip-prinsip motivasi yang disusun oleh Keller yang
46
dikutip Driscoll (1994:312) yang disebut dengan model ARCS. Dalam
model yang dikemukakan Keller tersebut seorang guru dituntut dapat
menciptakan empat kategori motivasional, untuk dapat menghasilkan
kondisi pembelajaran yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan
bagi peserta didik. Keempat kondisi motivasional tersebut adalah: 1)
Attention (perhatian), agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran
dengan penuh perhatian, harus dirangsang rasa ingin tahunya; 2)
Relevance (relevansi), tunjukkan bahwa apa yang dipelajari ada
hubunganya atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik; 3) Confidence
(rasa percaya diri), berikan harapan dan keyakinan kepada peserta didik
bahwa mereka dapat berhasil; 4) Satisfaction (kepuasan), ciptakan rasa
puas pada peserta didik dengan memberi kesempatan dapat berhasil dalam
mempraktekkan pengetahuannya. Keempat kondisi motivasional tersebut
diharapkan seorang guru dapat merangsang, membangkitkan dan
memelihara motivasi di dalam mengikuti proses pembelajaran.
Untuk menimbulkan motivasi dari peserta didik, seorang guru
harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan, karakteristik dan perilaku peserta
didik. Untuk mengetahui hal tersebut, maka guru perlu merancang
pendekatan pembelajaran yang tepat dengan mengidentifikasi karakteristik
dan kebutuhan belajar peserta didik. Dengan melakukan rancangan
pendekatan yang baik, maka guru bisa memberi motivasi yang sesuai
dengan kondisi peserta didiknya. Salah satu pendekatan yang dapat
dilakukan guru untuk merangsang, memelihara dan meningkatkan
47
motivasi belajar peserta didik yaitu dengan menyusun program pengajaran
yang baik.
Terry (1997:390) mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan
didalam diri seorang individu yang mendorongnya untuk bertindak.
Menurut Koontz, O’Donnel dan Wcihrich yang diikuti Sondang P. Siagian
(1980:634) bahwa motivasi adalah suatu dorongan dan usaha unrtuk
memenuhi atau memuaskan ssuatu kebutuhan atau mencapai suatu tujuan.
Pendapat lain diutarakan Ahmad Rivai (2001:146) motivasi adalah
pemberian motif, menimbulkan motif atau hal yang menimbulkan
dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan, motivasi dapat pula
diartikan sebagai faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan
cara tertentu.
Adanya motivassi diharapkan peserta didik dapat belajar dengan
lebih giat dan tidak merasa terpaksa sehingga tujuan organisasi sekolah
secara instruksional dapat tercapai. Menurut Onong Uchana Effendi
(1993:69) motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya gerak yang
mendorong seseorang berbuat sesuatu. Arti dari motivasi menurut Effendi
adalah membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak atau
menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam
rangka mencapai kepuasan atau suatu tujuan. Menurut Sukadi Ds
(1989:53) motivasi adalah suatu proses kegiatan untuk memberikan
dorongan kepada seseorang (atau dapat juga pada diri sendiri), untuk
48
mengambil tindakan atau berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Menurut Oemi Abdurrachman (1995:93) arti motivasi belajar
adalah semangat atau dorongan untuk belajar dan bertanggung jawab
untuk melaksanakan dan menyelesaikan suatu demi kepentingan dirinya.
Moekijat(1997:27) mengemukakan bahwa motivasi diartikan sebagai
pengaruh, suatu kekuatan yang menimbulkan perilaku. Lebih lanjut
Moekijat (1997:30) kunci utama kegiatan belajar adalah motivasi,
memotivasikan para peserta didik untuk belajar giat berdasarkan
kebutuhan mereka secara memuaskan, yakni kebutuhan akan nilai yang
cukup bagi keperluan hidup, kebahagiaan, kemajuan diri, dan sebagainya.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan arti motivasi
belajar adalah dorongan dari dalam diri peserta didik agar berperilaku mau
mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan seperti apa yang
dikehendaki. Jadi motivasi belajar adalah dorongan yang berhubungan
kesediaan suatu organisme untuk belajar sesuatu dalam mencapai tujuan
perubahan dari tidak biasa menjadi biasa. Bisa juga dikatakan bahwa
motivasi belajar adalah usaha memberikan dorongan yang dilakukan oleh
guru terhadap muridnya dengan tujuan agar mereka mau belajar dengan
rasa penuh kesadaran, semangat tinggi, keikhlasan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Dalam melaksanakan pembelajaran agar efektif dan
efisien yang terpenting adalah memotivasikan para peserta didik untuk
belajar giat berdasarkan kebutuhan sendiri.
49
d. Peranan Motivasi Belajar Dalam Pencapaian Prestasi Belajar
Setiap peserta didik dalam dirinya terdapat kekuatan mental yang
menjadi penggerak belajar. Kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian, kemauan, dan termasuk didalamnya cita-cita. Dalam psikologi
pendidikan, kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar itu
disebut sebagai motivasi belajar.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan
dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam
motivasi terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan,
menyalurkan, dan menggairahkan sikap dan perilaku individu belajar
(Kuswara,1989; Siagian, 1989 ). Jadi motivasi merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan keaktipan pembelajaran.
Callahan dan Clark (1988) mengemukakan bahwa motivasi adalah
tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah suatu tujuan tertentu. Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki
kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta didik sehingga
dapat mencapai tujuan belajar (Mulyasa 2003:112). Menurut Howard
(1968), seorang guru sebaiknya memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan
bagaimana peserta didik belajar dan menyesuaikan dirinya dengan
kondisi-kondisi belajar dalam lingkungannya.
50
B. Penelitian Yang Relevan
1. Mujafar (2005) dengan hasil penelitian: prestasi belajar matematika peserta
didik pokok bahasan peluang dipengaruhi oleh model pembelajaran Jigsaw
serta motivasi yang tinggi menghasilkan prestasi yang baik.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model
pembelajaran Jigsaw dan motivasi, sedangkan perbedaannya terletak pada
model STAD.
2. Suhamto (2006) dengan hasil penelitian: siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD memperoleh prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran
Konvensional.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model
pembelajaran STAD, sedangkan perbedaannya terletak pada model Jigsaw.
3. Henny Ekana C (2005) dengan hasil penelitian: metode STAD dan
Konvensional dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap
kemampuan problem solving pada mata pelajaran matematika pada pokok
bahasan Logaritma.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model
pembelajaran STAD, sedangkan perbedaannya terletak pada model Jigsaw.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan suatu kerangka pemikiran yang bertujuan
untuk memperoleh kejelasan variabel-veriabel yang berpengaruh terhadap
51
penelitian. Adapun kerangka pemikiran penelitian dalam penulisan tesis ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir Penelitian
Penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang
tidak sesuai dengan pokok bahasan tertentu akan berpengaruh terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar. Guru yang hanya mengusai satu atau
beberapa model pembelajaran tertentu saja akan mengalami kesulitan dalam
proses belajar mengajar dan dapat dipastika bhwa prestasi belajar peserta didik
akan rendah. Untuk itu pengajar/ guru harus memiliki pengetahuan mengenai
jenis-jenis model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi pokok bahasan.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
didasarkan pada teori belajar konstruktivisme, dimana peserta didik secara aktif
membina pengetahuannya dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep
pengetahuan yang sulit dan menstransformasi informasi yang kompleks,
mengecek informai baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila
aturan-aturan tersebut tidak sesuai lagi. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Model Pembelajaran
Motivasi Belajar
Prestasi Belajar Peserta didik
52
Jigsaw merupakan model pembelajaran yang menekankan peserta didik
bekerjasama dalam kelompok-kelompok belajar dan Jigsaw didesain bahwa
peserta didik selain bertanggung jawab kepada dirinya sendiri juga harus
bertanggung jawab terhadap pembelajarnnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat
diperkirakan bahwa model pembelajaran kooperatif Jigsaw akan dapat
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
Motivasi belajar matematika memegang peranan penting dalam
mewujudkan perkembangan intelektual untuk memperoleh hasil belajar secara
optimal. Motivasi belajar matematika bagi seorang peserta didik merupakan
kebutuhan untuk mencintai atau menaruh minat pada pelajaran matematika. Tanpa
rasa cinta atau minat pada pelajaran matematika maka peserta didik sulit untuk
mencapai hasil yang baik. Tuntutan untuk menyenangi pelajaran matematika ini
merupakan modal dasar keberhasilan peserta didik itu sendiri dalam belajar
matematika. Peserta didik jika mempunyai motivasi belajar matematika yang
tinggi baik di sekolah maupun di rumah, dimungkinkan peserta didik dapat
mengikuti proses belajar mengajar matematika dengan baik dan lancar, sehingga
bila dilakukan evaluasi maka peserta didik cenderung akan memperoleh prestasi
yang tinggi.
Sebaliknya jika peserta didik malas belajar karena motivasi belajar rendah,
baik di sekolah maupun di rumah, tidak pernah bertanya kepada teman atau guru
bila mengalami kesulitan, tidak pernah mengerjakan latihan soal, sehingga jika
dilakukan evaluasi belajar, kemungkinan peserta didik akan memperoleh prestasi
53
belajar matematika yang rendah. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan
antara motivasi belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar
akan memberikan pengaruh yang makin baik terhadap capaian prestasi belajar
peserta didik. Penggunaan model pembelajaran yang tepat tersebut perlu juga
memperhatikan pemanfaatan motivasi belajar yang telah dimiliki oleh peserta
didik.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan masalah yang diajukan, serta kerangka
berpikir yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada
peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD.
2. Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan motivasi
belajar sedang dan rendah, demikian juga dengan peserta didik dengan
motivasi sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi dengan
peserta didik dengan motivasi rendah.
3. Perbedaan prestasi belajar matematika antara peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw tidak
54
konsisten pada masing-masing tingkat motivasi belajar dan perbedaan
antara masing-masing tingkat motivasi belajar tidak konsisten pada setiap
model pembelajaran.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat danWaktu Penelitian
1. Tempat penelitian.
Penelitian dilaksanakan di 3 SMA Negeri Kota Surakarta kelas X semester I
tahun pelajaran 2008/2009, yaitu SMA Negeri 3, SMA Negeri 4 dan SMA
Negeri 7 Surakarta. Sedangkan untuk uji coba instrumen dilaksanakan di
SMA Negeri 8 Surakarta. Pemilihan tempat tersebut dengan
mempertimbangkan bahwa sekolah ini termasuk kelas besar yaitu terdiri dari
30 kelas paralel dan karena sekolah ini mempunyai peringkat yang sama
2. Waktu penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan semester gasal tahun pelajaran 2008-2009 pada
bulan Juli 2008, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan proposal
penelitian, konsultasi proposal dan pengajuan ijin tempat penelitian
berlangsung pada bulan Februari sampai Juli 2008
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi uji coba instrumen dan pengambilan dat
dengan instrument yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya pada bulan
Juli sampai Oktober 2008
56
c. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi mengolah data dan membuat laporan
penelitian pada bulan Oktober sampai Nopember 2008.
B. Model Penelitian
Model penelitian ini adalah merupakan penelitian eksperimental semu.
Alasan digunakan penelitian eksperimental semu adalah peneliti tidak mungkin
mengontrol semua variabel yang relevan. Seperti yang dikemukakan Budiyono
(2003:82), ”Tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan
atau memanipulasi semua variabel yang relevan”. Langkah dalam penelitian ini
adalah dengan cara mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya
dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar matematika sebagai
variable terikat. Sedangkan variabel bebas yang dimaksud yaitu metode
pembelajaran dan motivasi belajar peserta didik.
Sebelum memulai perlakuan, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui bahwa peserta didik yang akan dikenai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai kemampuan matematika
yang sama. Data yang digunakan untuk uji keseimbangan adalah nilai matematika
pada Ujian Akhir Nasional ketika masuk di SMA.
57
Pada akhir penelitian, kedua kelompok tersebut diukur dengan
menggunakan alat ukur yang sama, yaitu soal tes prestasi belajar matematika.
Hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisis dengan uji statistika.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 2x3. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Motivasi Belajar Peserta didik
Model Pembelajaran
Motivasi
tinggi
( b1)
Motivasi
sedang
(b2)
Motivasi
rendah
(b3)
Tipe STAD (a) ab11 ab12 ab13
Tipe Jigsaw(a) ab21 ab22 ab23
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) variabel
yaitu variabel bebas (Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar) dan variabel
terikat (Prestasi belajar matematika).
1. Variabel Bebas : Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar
i). Model Pembelajaran
a. Definisi operasional
Model pembelajaran adalah cara penyampaian bahan pelajaran
kepada peserta didik meliputi pembelajaran dengan STAD dan
Jigsaw.
58
b. Skala pengukuran
Nominal dengan dua kategori yaitu pembelajaran dengan STAD dan
Jigsaw.
c. Simbol : X1
2). Motivasi belajar peserta didik
a. Definisi operasional
Motivasi belajar adalah dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajar
guna memenuhi kebutuhan psikologisnya.
b. Indikator
Skor hasil angket motivasi belajar peserta didik
c. Skala pengukuran
Skala interval yang kemudian ditransformasikan ke dalam skala
ordinal dengan cara mengelompokkan tinggi, sedang dan rendah.
Motivasi belajar tinggi : X > sX21+
Motivasi belajar sedang : sX21− ≤ X ≤ sX
2
1+
Motivasi belajar rendah : X < sX2
1−
d. Simbol : X2
2. Variabel terikat : Prestasi belajar matematika
a. Definisi operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil tes prestasi belajar matematika
peserta didik pada pokok bahasan Persamaan Kuadrat
59
b. Indikator
Nilai tes prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Persamaan
Kauadrat
c. Skala pengukuran
Skala interval
d. Simbol : Y
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (1996:104) menyatakan bahwa, “populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian”. Semua anggota, sekelompok orang, kejadian,
maupun obyek yang telah dirumuskan secara jelas.
Berdasarkan pendapat tersebut maka populasi dalam penelitian ini
adalah SMA Negeri Kota Surakarta kelas X semester I tahun pelajaran
2008/2009.
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 117), sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik
SMA Negeri 3, SMA Negeri 4 dan SMA Negeri 7 Surakarta semester I kelas
X tahun pelajaran 2008/2009 pada bulan Juli sampai dengan Desember 2008
yang diambil dua kelas dari masing-masing sekolah tersebut secara random.
60
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Cluster Randam
Sampling. Secara acak terpilih 3 sekolah dari seluruh sekolah SMA Negeri
Kota Surakarta. Kemudian dipilih lagi secara acak 2 kelas yang akan
diperlakukan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada
masing-masing sekolah yang terpilih menjadi sampel penelitian dengan cara
pengundian. Sehingga didapatkan sampel yang terdiri dari 6 kelas dan terbagi
dalam 2 kelompok, yaitu 3 kelas sebagai kelompok eksperimen dan 3 kelas
sebagai kelompok kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari teknik dokumentasi, teknik angket dan teknik tes. Teknik dokumentasi
digunakan untuk memperoleh nilai UAN yang akan digunakan untuk
mengetahui keseimbangan keadaan prestasi belajar dari kedua kelompok,
angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi belajar,
sedangkan teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar.
2. Instrumen Penelitian
a. Angket
Budiyono (2003: 47) berpendapat, ”Metode angket adalah cara
pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis
kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya
61
diberikan pula secara tertulis”. Metode angket yang akan digunakan
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar peserta didik
dalam mata pelajaran matematika. Metode angket yang akan digunakan
dalam penelitian ini merupakan angket bentuk pilihan ganda dengan lima
alternatif jawaban, yaitu:
Untuk angket dengan pernyataan bernilai positif
i). Jawaban STS (sangat tidak setuju) dengan skor 1 menunjukkan
motivasi belajar matematika sangat rendah.
ii). Jawaban TS (tidak setuju) dengan skor 2 menunjukkan motivasi
belajar matematika rendah.
iii). Jawaban TT (tidak tahu) dengan skor 3 menunjukkan motivasi
belajar matematika sedang.
iv). Jawaban S (setuju) dengan skor 4 menunjukkan motivasi belajar
matematika tinggi.
v). Jawaban SS (sangat setuju) dengan skor 5 menunjukkan motivasi
belajar matematika sangat tinggi.
Untuk angket dengan pernyataan bernilai negatif
i). Jawaban STS (sangat tidak setuju) dengan skor 5 menunjukkan
motivasi belajar matematika sangat rendah.
ii). Jawaban TS (tidak setuju) dengan skor 2 menunjukkan motivasi
belajar matematika rendah.
iii). Jawaban TT (tidak tahu) dengan skor 3 menunjukkan motivasi
belajar matematika sedang.
62
iv). Jawaban S (setuju) dengan skor 4 menunjukkan motivasi belajar
matematika tinggi.
v). Jawaban SS (sangat setuju) dengan skor 5 menunjukkan motivasi
belajar matematika sangat tinggi.
b. Tes
Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 100) menjelaskan bahwa, ”Tes
adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan
jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau secara lisan
atau secara perbuatan”. Metode tes yang akan digunakan bertujuan untuk
mengukur kemampuan peserta didik berupa prestasi belajar matematika.
Sehingga tes yang akan dilaksanakan berupa tes prestasi belajar.
Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 100) kembali berpendapat
bahwa, ”Tes prestasi belajar mengukur penguasaan atau abilitas tertentu
sebagai hasil dari proses belajar”. Berdasarkan tujuan tes prestasi belajar,
pada penelitian ini akan dilaksanakan tes prestasi belajar yang dapat
mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi Persamaan Kuadrat.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data menggunakan
instrumen tes prestasi belajar dan angket motivasi belajar peserta didik yang akan
disusun dalam bentuk soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban.
Penyusunan tes maupun angket perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
63
1. Menyusun kisi-kisi intrumen
Kisi-kisi yang akan dibuat meliputi kisi-kisi pada materi Persamaan
Kuadrat untuk instrumen tes prestasi belajar, sedangkan kisi-kisi motivasi
belajar matematika peserta didik untuk angket motivasi belajar matematika
peserta didik.
2. Menyusun butir-butir soal instrumen
Butir-butir soal instrumen akan disusun berupa soal pilihan ganda
dengan masing-masing terdiri dari lima alternatif jawaban untuk tes prestasi
belajar dan angket motivasi belajar matematika peserta didik
3. Mengadakan uji coba instrumen
Setelah penyusunan instrumen penelitian selesai dilaksanakan,
langkah selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen yang telah tersusun
sebelum dikenakan pada sampel penelitian. Tujuan uji coba adalah untuk
lihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar reliabel dan konsisten
atau tidak. Atau dengan kata lain tujuan uji coba adalah untuk mengetahui
apakah instrumen telah disusun memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik
atau belum. Syarat-syarat tersebut antara lain:
a. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Instrumen tes prestasi belajar matematika yang disusun berupa tes
pilihan ganda dan terdiri dari 30 butir soal dengan masing-masing butir
soal terdiri dari lima alternatif jawaban dengan materi Persamaan Kuadrat.
64
1) Validitas Isi
Suatu instrumen dikatakan valid menurut validitas isi apabila
isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari
keseluruhan isi hal yang diukur. Validitas tidak dapat ditentukan
dengan mengkorelasikan instrumen dengan suatu kriteria sebab tes itu
adalah kriteria dari suatu kinerja. Agar memiliki validitas isi,
instrumen tes prestasi belajar menurut Budiyono (2003:58) harus
diperhatikan hal-hal berikut ini:
a) Bahan uji (tes) harus merupakan sampel yang representatif untuk
mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai
ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses
belajar.
b) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik
berat bahan yang telah diajarkan.
c) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum
diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar.
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi
yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement
atau penelitian yang dilakukan oleh para pakar dan semua kriteria
penelaahan instrumen tes harus disetujui oleh validator dalam hal ini
oleh Dra Endang Sulistyawati sebagai guru inti dan Mamik Dasanti,
S.Pd, M.Pd.
65
2) Uji Konsistensi Internal
Konsistensi internal tiap butir soal dapat dilihat dari korelasi
antara skor tiap butirnya dengan skor totalnya. Tujuan uji konsistensi
internal ini adalah untuk mengetahui apakah instrumen tes telah
konsisten, artinya instrumen tes mempunyai indeks konsisten atau
daya pembeda yang dapat membedakan anak yang pandai dan yang
kurang pandai.
Untuk menghitung konsistensi internal butir ke-i, rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson
sebagai berikut:
))((
)()(
)()(2222
∑ ∑
∑∑∑
∑−∑−
−=
YYXXr
nn
YXXYn
xy
dengan :
XYr : indeks konsistensi internal suatu butir tes.
N : banyaknya subyek yang dikenai tes.
X : skor butir soal tertentu.
Y : skor total.
Berdasarkan perhitungan, jika indeks konsistensi internal suatu butir
tes kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.
(Budiyono, 2003: 65)
3) Uji Reliabilitas
Suatu instrumen disebut reliabel, menurut Budiyono (2003:
65), jika seseorang melakukan pengukuran instrumen yang sama pada
66
waktu yang berbeda maka hasil pengukurannya adalah sama. Atau jika
dilakukan oleh orang yang berbeda tetapi dengan kondisi yang sama,
maka pengukuran dengan instrumen yang sama akan memberi hasil
yang sama pula.
Tes prestasi belajar dalam penelitian ini menggunakan tes
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban, dengan setiap jawaban
benar akan diberi skor 1 dan setiap jawaban salah akan diberi skor 0.
Sehingga untuk mengukur reliabilitas dari tes prestasi belajar
menggunakan teknik Kuder-Richardson atau biasa disebut dengan KR-
20, yaitu:
11r =
−
−
∑2
112
1 t
t
s
qps
n
n
dengan :
11r : reliabilitas tes secara keseluruhan
n : banyaknya item
2ts : variansi total
1p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
1q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah ( 1q = 1 - 1p )
(Budiyono, 2003: 69)
Instrumen dengan indeks reliabilitasnya lebih dari 0.7 atau
7,011 >r saja yang dapat dianggap baik atau dapat digunakan dalam
kaitannya dengan uji reliabilitas.
(Budiyono, 2003: 72)
67
4) Daya Beda
Dalam menghitung daya beda terlebih dahulu ditetapkan
masing- masing 27 % dari kelompok atas yng mempunyai skor
tertinggi dan menetapkan pula 27 % dari kelompok bawah yang
mempunyai skor rendah. Kemudian baru dimasukkan ke dalam rumus:
( )( )
( )( )RN
Rn
TN
Tnd −=
Keterangan:
d = daya pembeda item.
n(T) = banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok atas.
N(T) = banyaknya subyek kelompok tinggi.
n(R) = banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok
bawah.
N(R) = banyaknya subyek kelompok bawah.
Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut :
D ≥ 0,40 : Butir sangat memuaskan.
0,30 ≤ D ≤ 0,39 : Butir memerlukan revisi kecil atau tidak sama sekali.
0,20 ≤ D ≤ 0,29 : Butir perlu direvisi.
D ≤ 0,19 : Butir harus disisihkan atau revisi total.
Nilai daya beda yang digunakan adalah D ≥ 0,30.
(Muhamad Nur, 1987:140)
68
5) Tingkat Kesukaran
Indeks kesukaran didapat dengan menggunakan rumus:
JS
BTK =
TK = Indeks kesukaran setiap butir soal.
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal.
JS = Banyaknya siswa yang memberi jawaban.
(Suharsimi Arikunto, 1998:208)
Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut :
0,70 < TK ≤ 1,00 : soal uji terlalu mudah.
0,30 < TK ≤ 0,70 : soal uji sedang.
0,00 < TK ≤ 0,30 : soal uji terlalu sukar.
Dalam penelitian ini soal dianggap baik jika tingkat kesukaran antara
0,30 – 0,70.
b. Instrumen Angket Motivasi Belajar Matematika Peserta Didik
Angket motivasi belajar matematika yang akan digunakan
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana motivasi peserta didik dalam
mengikuti pelajaran matematika. Jumlah butir soal yang akan digunakan
dalam angket sejumlah 30 butir soal yang berisi tentang motivasi belajar
matematika peerta didik dengan lima alternatif jawaban yang akan
dijawab oleh peserta didik sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
69
Angket motivasi belajar matematika peserta didik dapat dikatakan baik
jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Validitas Isi
Angket motivasi belajar peserta didik dapat mempunyai
validitas isi jika memenuhi:
a) Butir-butir angket sudah sesuai dengan kis-kisi angket.
b) Kesesuaian kalimat dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
c) Kalimat pada butir-butir angket merupakan kalimat yang mudah
dipahami oleh siswa sebagai responden.
d) Ketepatan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angket.
e) Kalimat pada butir angket tidak menimbulkan makna ganda.
f) Butir angket tidak memerlukan pengetahuan yang lain dalam
menjawab.
Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas isi
yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui experts judgement
atau penelitian yang dilakukan oleh para pakar dan semua kriteria
penelaahan instrumen tes harus disetujui oleh validator dalam hal ini
divalidator Dra Sri Hastutiningsih dan Dra Susini sebagai guru inti.
2) Uji Konsistensi Internal
Uji konsistensi internal yang digunakan dalam angket motivasi
belajar matematika menggunakan korelasi produk Karl Pearson, sama
dengan uji konsistensi internal pada instrumen tes prestasi belajar
matematika.
70
3) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dilakukan untuk mengetahui apakah butir
soal pada angket reliabel atau tidak, dengan menggunakan rumus
Alpha. Suharsimi Arikunto (2002: 171) berpendapat bahwa, ”Rumus
Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya
bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”. Adapun
rumus Alpha adalah:
−
−=
∑2
2
11 11
t
i
s
s
n
nr
dengan:
11r = indeks reliabilitas instrumen.
n = banyak butir instrumen.
2
is = variansi butir ke-i, i = 1,2,...,n.
2
ts = variansi skor total yang diperoleh subyek uji coba.
(Budiyono, 2003: 70)
4. Tahap Revisi
Instrumen yang telah diujicobakan direvisi dengan menghilangkan
atau mengganti butir-butir instrumen yang tidak memenuhi syarat-syarat
instrumen yang baik.
5. Penetapan Instrumen
Butir-butir instrumen yang memenuhi syarat-syarat instrumen yang
baik ditetapkan sebagai instrumen penelitian.
71
G. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan matematika antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Uji keseimbngan dilakukan dengan metode uji beda mean t sebagai berikut:
1) Menetapkan hipotesis
H0 : tidak terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi
H1 : terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi
2) Statistik Uji
21
21
11
nns
xxt
+
−=
dengan
standart deviasi gabungan: ( ) ( )
2
11
21
2
22
2
11
−+
−+−=
nn
snsns
dan derajat bebas: db = n1 + n2 – 2
3) Daerah Kritik
DK = { t| | t |> tα;db}
4) Keputusan Uji
Ho ditolak jika t ∈DK
(Budiyono, 2004)
72
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
varians dua jalan. Sebelum melakukan analisa akan dilakukan uji prasyarat yaitu
uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Normalitas
Prosedur uji normalitas populasi dengan menggunakan Lilliefors adalah
sebagai berikut:
1). Hipotesis
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2). Statistik uji
L = Maks ( ) ( )ii zSzF −
Dengan:
( ) ( )ii zZPzF ≤=
Z ~N(0,1)
( ) =izS proporsi cacah izz ≤ terhadap seluruh zi.
s
XXz i
i
−=
73
3). Daerah Kritik ( DK )
DK= { };nLLL α>
Harga n;Lα dapat diperoleh dari tabel Lilliefors pada tingkat
signifikansi α dan derajat bebas n (ukuran sampel) .
4). Keputusan uji :
Ho ditolak bila L ∈ DK
(Budiyono, 2004:168)
b. Uji Homogenitas
Tujuan uji homogenitas adalah untuk menguji apakah sampel-
sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi
homogen atau mempunyai variansi yang sama. dengan uji Bartlett
dengan prosedur sebagai berikut :
1). Hipotesis
H0 : 22
2
2
1 k... σσσ === (populasi homogen)
H1 : paling sedikit satu variansi yang berbeda (bukan
populasi yang homogen).
2). Statistik Uji
( )22 2032jjerror slogfMSlogf
c
,∑−=χ
74
dengan :
χ2 terdistribusi ( )1
2
−kχ
k = Cacah kelompok sampel
j = 1, 2, …, k.
N = Cacah semua pengukuran.
f = N – k = Derajat bebas untuk MSerror
fj = nj - 1 = Derajat bebas untuk 2js
nj = cacah pengukuran pada sampel ke-j
j
jj
f
SSS
∑
∑=2
SSj = ( )
n
22 Χ
Χ∑
−∑
MSerror = ( ) f/SS j∑
c = ( )
−∑
−+
ffk j
11
13
11
3). Daerah Kritik
DK = { }2
1
22
−>k;αχχχ
4). Keputusan Uji
H0 ditolak jika DK2 ∈χ
(Budiyono, 2004:175)
75
2. Pengujian Hipotesis dengan Anava Dua Jalan
Tujuan melaksanakan analisis varian dua jalan ini adalah untuk
menguji perbedaan efek baris, kolom dan efek interaksi baris dan kolom
terhadap variable terikat. Analisis variansi dua jalan yang digunakan adalah
analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
a. Model :
Xijk = ( ) ijkijji εαββαµ ++++
dengan :
Xijk = data amatan ke-k yang dikenai faktor A (model pembelajaran)
ke-i dan faktor B (motivasi belajar) ke-j.
µ = rerata besar dari seluruh data amatan ( pada populasi ).
αi = efek faktor A baris ke-i pada variabel terikat.
βj = efek faktor B kolom ke-j pada variabel terikat.
( )ij
αβ = kombinasi efek faktor A baris ke-i dan faktor B kolom ke-j pada
variabel terikat.
ijkε = deviasi data amatan terhadap rataan populasi ( µij ) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0. Deviasi amatan terhadap
rataan populasi juga disebut galat ( error )
i = 1, 2 ; 1 = model pembelajaran tipe STAD
2 = model pembelajaran tipe Jigsaw
j = 1, 2, 3 ; 1 = motivasi tinggi
76
2 = motivasi sedang
3 = motivasi rendah
k = 1, 2, …, n ; n = banyaknya data amatan pada sel ij.
b. Tata letak data
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Motivasi Belajar Peserta didik Faktor B
Faktor A Tunggi
(b1)
Sedang
(b2)
Rendah
(b3)
STAD
(a1)
11n
∑ 11X
11X
112∑ X
11C
11SS
12n
∑ 12X
12X
122∑ X
12C
12SS
13n
∑ 13X
13X
132∑ X
13C
13SS Model
Pembelajaran
Jigsaw
(a2)
21n
∑ 21X
21X
212∑ X
21C
21SS
22n
∑ 22X
22X
222∑ X
22C
22SS
23n
∑ 23X
23X
232∑ X
23C
23SS
dengan :
( )
;
2
ij
ij
ijn
XC
∑= ijijij CXSS −=∑ 2
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
Faktor b
Faktor a b1 b2 b3 Total
a1
11X 12X 13X 1A
a2
21X 22X 23X 2A
total 1B 2B 3B G
77
c. Prosedur
1). Hipotesis.
H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2.
H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol.
H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3.
H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol.
H0AB : ( )ij
αβ =0 untuk setiap i = 1, 2 dan j = 1, 2, 3.
H1AB : paling sedikit ada satu ( )αβ ij yang tidak nol.
2). Komputasi
a). Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
didefinisikan notasi - notasi sebagai berikut :
nij = banyaknya data amatan pada sel ij.
nh = rataan harmonik frekuensi seluruh sel = pq
1
niji, j
∑
N = niji, j
∑ = banyaknya seluruh data amatan.
SSij = X
X
nijk
2
k
ijkk
ijk
∑∑
−
2
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij.
ABij = rataan pada sel ij.
A ABi ijj
= ∑ = jumlah rataan pada baris ke-i.
78
B ABj iji
= ∑ = jumlah rataan pada baris ke-j.
G ABiji, j
=∑ = jumlah rataan semua sel.
Didefinisikan :
( )pq
G1
2
= ; ( ) ∑=ji,
ijSS2 ; ( ) ∑=i
2i
q
A3 ; ( ) ∑=
j
2j
p
B4 ; ( ) ∑=
ji,
2ijAB5
b). Jumlah kuadrat
JKA = ( ) ( ){ }nh 3 1−
JKB = ( ) ( ){ }nh 4 1−
JKAB= ( ) ( ) ( ) ( ){ }nh 1 5 3 4+ − −
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB +JKG
c). Derajat kebebasan
dkA = p-1
dkB = q-1
dkAB = (p-1)(q-1)
dkG = N-pq
dkT = N-1
d). Rataan kuadrat
RKAJKA
dkA=
RKBJKB
dkB=
79
RKABJKAB
dkAB=
RKGJKG
dkG=
3). Statistik Uji
FRKA
RKGa = FRKB
RKGb = FRKAB
RKGab =
4). Daerah Kritik
Daerah kritik untuk Fa adalah DK = { }pqN1,p;aa FFF −−> α
Daerah kritik untuk Fb adalah DK = { }pqN1,q;bb FFF −−> α
Daerah kritik untuk Fab adalah DK = ( )( ){ }pqN,1q1p;abab FFF −−−> α
5). Keputusan Uji
Ho ditolak jika F ∈ DK
6). Rangkuman Analisis
Sumber Variansi JK Db RK F P
Baris (A)
Kolom (B)
Interaksi (AB)
Galat
JKA
JKB
JKAB
JKG
p – 1
q – 1
(p-1)(q-1)
N – pq
RKA
RKB
RKAB
RKG
Fa
Fb
Fab
-
< α
atau
> α
Total JKT N – 1 - - -
(Budiyono; 2004 : 207 - 213)
80
3. Uji Perbandingan
Jika hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nolnya ditolak, maka
dilakukan uji komparasi ganda dengan menggunakan Scheffe (1953). Tujuan
utama dari komparasi ganda adalah untuk mengetahui perbedaan rerata setiap
pasangan baris, setiap pasangan kolom dan setiap pasangan sel. Adapun prosedur
uji komparasi ganda dengan Scheffe adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
c. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1). Komparasi Rataan Antar Kolom ke-i dan ke-j :
( )
+
−=−
ji
2j.i.
j.i.
n.
1
n.
1RKG
XXF
2). Komparasi Rataan Antar Sel Pada Kolom yang Sama :
( )
+
−=
kjij
2kjij
kj-ij
n
1
n
1RKG
XXF
3). Komparasi Rataan Antar Sel Pada Baris yang Sama :
( )
+
−=
ikij
2ikij
ik-ij
n
1
n
1RKG
XXF
81
Keterangan :
F.i-.j : nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
Fij-jk : nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel
kj
:.iX rataan pada kolom ke-i
:. jX rataan pada kolom ke-j
RKG : rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi
n.i. : ukuran sampel kolom ke-i
n.j : ukuran sampel kolom ke-j
nij : ukuran sel ij
nkj : ukuran sel kj
nik : ukuran sel ik
d. Menentukan daerah kritik ( DK )dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
DK.i-.j = { }pqN1,q;.j-.i.j-.i F)1(FF −−−> αq
DKij-kj = { }pqN1,pq;kj-ijkj-ij F)1(FF −−−> αpq
DKij-ik = { }pqN1,pq;ik-ijik-ij F)1(FF −−−> αpq
e. Menentukan keputusan uji (beda rerata) untuk setiap pasang komparasi rerata
atau Ho ditolak jika F ∈ DK.
f. Menentukan kesimpulan dari uji yang sudah ada.
(Budiyono, 2004:213)
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan disajikan tentang hasil penelitian yang telah
dilaksanakan. Adapun hasil penelitian yang akan disajikan adalah hasil uji coba
instrumen, diskripsi data, pengujian syarat analisis, pengujian hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian.
A. Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dikenakan pada tes prestasi belajar matematika pada
materi Persamaan Kuadrat dan angket motivasi belajar peserta didik. Pada uji
coba tes prestasi belajar matematika pada materi Persamaan Kuadrat diuji tentang
konsistensi, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda. Hasil uji coba instrumen
prestasi belajar matematika pada materi Persamaan Kuadrat untuk uji konsistensi
adalah tes yang terdiri dari 30 item soal, hasilnya 25 item soal konsisten dan 5
item soal tidak konsisten. Adapun soal yang tidak konsisten adalah item soal no 3,
6, 15, 16 dan 24. Untuk uji reliabilitasnya diperoleh indeks reliabilitasnya sebesar
0,785 yang berarti bahwa instrumen tes prestasi belajar matematika dianggap
baik. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal tes prestasi belajar
digunakan indeks kesukaran. Berdasarkan indeks kesukaran dapat dilihat bahwa
semua soal dianggap baik karena mempunyai indeks kesukaran antara 0,30 – 0,70.
Untuk soal-soal yang dianggap tidak efektif untuk digunakan dalam tes dapat
dilihat dari indeks daya beda. Berdasarkan indeks daya beda nampak bahwa item
83
soal no 16, 23 dan 24 adalah tidak efektif digunakan dalam tes karena mempunyai
indeks daya beda di bawah 0,30. Jadi jumlah soal yang dapat digunakan ada 24
item soal. Dengan mempertimbangkan waktu untuk tes prestasi diperlukan 25
item soal, maka perlu 1 item soal lagi yang digunakan dalam tes. Pemilihan 1 item
soal tersebut adalah soal no 23 karena mempunyai daya beda mendekati 0,3 dan
merupakan perwakilan salah satu indikator tes prestasi meskipun masih
diperlukan revisi sehingga bisa digunakan dalam tes. Untuk perhitungan
selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.
Pada uji coba instrumen angket motivasi belajar peserta didik diuji tentang
konsistensi dan reliabilitas. Angket motivasi belajar peserta didik terdiri dari 30
item soal, hasilnya 26 item soal konsisten dan 4 item soal tidak konsisten. Adapun
soal yang tidak konsisten adalah soal no 4, 14, 16 dan 23. Jadi banyaknya item
angket motivasi belajar yang digunakan adalah 26 item soal, yaitu item-item soal
yang konsisten saja. Sedangkan hasil uji reliabilitas diperoleh indeks reliabilitas
sebesar 0,858 yang berarti bahwa instrumen angket motivasi belajar dianggap
baik. Untuk perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.
B. Deskripsi Data
Data penelitian yang digunakan dalam pembahasan ini adalah data prestasi
belajar matematika pada materi Persamaan Kuadrat yang dikategorikan atas
model pembelajaran dan kelompok motivasi belajar peserta didik.
84
1. Data Prestasi Belajar Matematika dan Skor Nilai Motivasi Belajar
Peserta didik
Rangkuman diskripsi tentang data prestasi belajar matematika dan skor
nilai motivasi belajar peserta didik disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika dan Skor Nilai
Motivasi Belajar Peserta didik
Variabel N Mean St Deviasi Median Maksimum Minimum
Prestasi 221 79,73 12,311 80 100 52
Motivasi 221 108,76 13,553 116 126 65
2. Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan ada dua, yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Rangkuman diskripsi tentang prestasi belajar
matematika berdasarkan model pembelajaran disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model
Pembelajaran
Variabel Model N Mean Median St Deviasi Maksimum Minimum
STAD 109 79,38 80 13,34 100 52 Prestasi
Jigsaw 112 80,07 80 11,28 100 56
3. Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Motivasi Belajar
Motivasi belajar peserta didik dibagi atas 3 kelompok, yaitu kelompok
motivasi belajar tinggi, kelompok motivasi belajar sedang dan kelompok motivasi
85
rendah. Rangkuman diskripsi data tentang prestasi belajar matematika
berdasarkan motivasi belajar peserta didik disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Motivasi
Belajar Peserta didik
Variabel Motivasi N Mean Median St Deviasi Maksimum Minimum
Tinggi 115 87,97 88 7,56 100 68
Sedang 84 72,90 72 9,32 96 56
Prestasi
Rendah 22 62,73 62 8,59 80 52
Sedangkan untuk rangkuman diskripsi data tentang prestasi belajar
matematika berdasarkan gabungan antara model pembelajaran dan motivasi
belajar disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan
Gabungan antara Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar Peserta didik
Variabel Model Motivasi N Mean St Dev Median Maksimum Minimum
Tinggi 49 89,47 7,60 92 100 68
Sedang 53 73,21 10,06 72 96 56
STAD
Rendah 7 55,43 4,86 52 64 52
Tinggi 66 86,85 7,38 88 100 72
Sedang 31 72,39 8,02 72 84 56
Prestasi
Jigsaw
Rendah 15 66,13 7,84 64 80 56
C. Uji Keseimbangan
Sebelum melakukan penelitian perlu diketahui terlebih dahulu bahwa
kelompok peserta didik yang akan dikenai model pembelajaran yang berbeda
mempunyai kemampuan matematika yang sama. Untuk mengetahui bahwa
kelompok peserta didik yang akan dikenai model pembelajaran yang berbeda
86
mempunyai kemampuan matematika yang sama maka dilakukan uji
keseimbangan dengan metode uji beda rerata t. Pada penelitian ini uji
keseimbangan digunakan data nilai UAN. Hasil uji keseimbangan diperoleh nilai
uji t sebesar 0,155 dengan nilai tabel t sebesar 1,645. Karena nilai uji lebih kecil
dari nilai tabel t maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan
rerata antar kelompok model pembelajaran atau dapat dikatakan bahwa antara
kelompok peserta didik yang dikenai model pembelajaran yang berbeda, yaitu
STAD dan Jigsaw mempunyai kemampuan matematika yang sama. Hasil uji
selengkapnya disajikan pada Lampiran 5.
D. Uji Persyaratan Analisis
Analisis data yang akan digunakan adalah teknik analisis variansi. Adapun
syarat yang harus dipenuhi agar dapat menggunakan teknik ini adalah data
prestasi belajar harus terdistribusi normal dan populasinya homogen. Dengan
demikian perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas terlebih dahulu
sebelum melakukan anailis variansi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dikenakan pada data prestasi belajar matematika. Teknik
yang digunakan dalam uji normalitas adalah uji Lilliefors. Rangkuman hasil
analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar matematika disajikan dalam
Tabel 4.5, sedangkan hasil analisis selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.
87
Tabel 4.5 Rangkuman Uji Normalitas
No Nama Variabel Nilai
Uji
Nilai
Tabel
Keputusan
Uji
Kesimpulan
1. Prestasi belajar matematika
keseluruhan
0,057 0,060 H0 Tidak
ditolak
Normal
2. Prestasi belajar matematika
pada tipe STAD
0,056
0,085 H0 Tidak
ditolak
Normal
3. Prestasi belajar matematika
pada tipe Jigsaw
0,068
0,084 H0 Tidak
ditolak
Normal
4. Prestasi belajar matematika
untuk motivasi belajar tinggi
0,077
0,083 H0 Tidak
ditolak
Normal
5. Prestasi belajar matematika
untuk motivasi belajar sedang
0,088
0,097 H0 Tidak
ditolak
Normal
6. Prestasi belajar matematika
untuk motivasi belajar rendah
0,169
0,190 H0 Tidak
ditolak
Normal
7. Prestasi belajar matematika
pada tipe STAD untuk motivasi
belajar tinggi
0,093
0,127 H0 Tidak
ditolak
Normal
8. Prestasi belajar matematika
pada tipe STAD untuk motivasi
belajar sedang
0,118
0,122 H0 Tidak
ditolak
Normal
9. Prestasi belajar matematika
pada tipe STAD untuk motivasi
belajar rendah
0,235
0,300 H0 Tidak
ditolak
Normal
10. Prestasi belajar matematika
pada tipe Jigsaw untuk
motivasi belajar tinggi
0,106
0,109 H0 Tidak
ditolak
Normal
11. Prestasi belajar matematika
pada tipe Jigsaw untuk
motivasi belajar sedang
0,131
0,159 H0 Tidak
ditolak
Normal
12 Prestasi belajar matematika
pada tipe Jigsaw untuk
motivasi belajar rendah
0,143
0,220 H0 Tidak
ditolak
Normal
88
Dari tabel di atas tampak bahwa semua nilai uji lebih kecil dari nilai tabel
sehingga semua Ho tidak di tolak. Hal ini berarti prestasi belajar matematika
secara keseluruhan, pada tipe STAD, pada tipe Jigsaw, untuk motivasi belajar
tinggi, untuk motivasi belajar sedang, untuk motivasi belajar rendah, rendah, pada
tipe STAD untuk motivasi belajar tinggi, pada tipe STAD untuk motivasi belajar
sedang, pada tipe STAD untuk motivasi belajar rendah, pada tipe Jigsaw untuk
motivasi belajar tinggi, pada tipe Jigsaw untuk motivasi belajar sedang dan pada
tipe Jigsaw untuk motivasi belajar rendah berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Teknik yang digunakan dalam uji homogenitas adalah uji Barttlet dimana
variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika dengan faktor-faktornya
adalah model pembelajaran dan motivasi belajar. Rangkuman hasil uji
homogenitas disajikan dalam Tabel 4.6, sedangkan hasil analisis selengkapnya
disajikan pada Lampiran 8.
Tabel 4.6 Rangkuman Uji Homogenitas
No Nama Variabel Banyak
Kelompok
Nilai
Uji
Nilai
Tabel
Keputusan
Uji
Kesimpulan
1. Prestasi belajar
matematika pada
faktor model
pembelajaran
k = 2 2,927
3,841
H0 Tidak
ditolak
Homogen
2. Prestasi belajar
matematika pada
faktor motivasi belajar
k = 3 4,088
5,991
H0 Tidak
ditolak
Homogen
89
Dari tabel di atas tampak bahwa semua nilai uji lebih kecil dari nilai tabel
sehingga semua Ho tidak di tolak. Hal ini berarti prestasi belajar matematika
untuk faktor model pembelajaran dan faktor motivasi belajar peserta didik berasal
dari populasi homogen.
E. Pengujian Hipotesis
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Jumlah Sel Tak Sama
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh variabel–variabel bebas (faktor) yaitu model pembelajaran dan motivasi
belajar peserta didik serta interaksi antara variabel-variabel bebas tersebut
terhadap variabel terikatnya, yaitu prestasi belajar matematika. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan teknik analisis variansi dua jalan dengan jumlah
sel tidak sama dan hasilnya disajikan dalam Tabel 4.7, sedangkan hasil analisis
selengkapnya disajikan pada Lampiran 9.
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Sumber2 Variansi db JK RK F Tabel Keputusan
Uji
Model Pembelajaran 1 222,719 222,719 3,337 3,84 H0 tdk ditolak
Motivasi Belajar 2 14540,031 7270,015 108,921 3,00 H0 ditolak
Interaksi antara Model Pembe-
lajaran dengan Motivasi Belajar
2 1054,983 527,492 7,903 3,00 H0 ditolak
Galat 215 14350,314 66,746
Total 220 30168,047
Dari tabel di atas tampak bahwa H0a tidak ditolak karena nilai uji Fa hitung =
3,337 lebih kecil dari nilai Ftabel = 3,84. Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh
90
faktor model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika. Sedangkan H0b
dan H0ab ditolak karena nilai uji Fb hitung = 108,921 dan Fab hitung = 7,903 lebih besar
dari nilai Ftabel = 3,00 . Hal ini berarti terdapat pengaruh faktor motivasi belajar
terhadap prestasi belajar matematika dan terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika.
2. Uji Komparasi Ganda
Karena terdapat H0 yang ditolak, yaitu H0b dan H0ab maka untuk melacak
perbedaan rerata setiap pasangan kolom dan antar sel dilakukan uji komparasi
ganda pada kolom dan antar sel dengan menggunakan metode Scheffe′.
Rangkuman hasil ujinya disajikan pada Tabel 4.8, sedangkan perhitungan
selengkapnya disajikan pada lampiran 9.
Tabel 4.8. Rangkuman Keputusan Uji Komparasi Ganda
Jenis Komparasi Komparasi F hitung F kritik Keputusan uji
µ.1 vs µ.2 159,508
6,00 H0 ditolak
µ.1 vs µ.3 166,694
6,00 H0 ditolak
Antar kolom
µ.2 vs µ.3 24,759
6,00 H0 ditolak
µ11 vs µ12 60,854
11,05 H0 ditolak
µ11 vs µ13 73,069
11,05 H0 ditolak
µ12 vs µ13 5,634
11,05 H0 tidak ditolak
µ21 vs µ22 99,942
11,05 H0 ditolak
µ21 vs µ23 102,797
11,05 H0 ditolak
Antar sel pada
baris yang sama
µ22 vs µ23 27,672
11,05 H0 ditolak
µ11 vs µ21 2,762
11,05 H0 tidak ditolak
µ12 vs µ22 0,018
11,05 H0 tidak ditolak
Antar sel pada
kolom yang sama
µ13 vs µ23 8,548
11,05 H0 tidak ditolak
91
Keterangan:
µ.1 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi tinggi
µ.2 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi sedang
µ.3 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi rendah
µ11 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi tinggi pada
model pembelajaran Jigsaw
µ12 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi sedang pada
model pembelajaran Jigsaw
µ13 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi rendah pada
model pembelajaran Jigsaw
µ21 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi tinggi pada model pembelajaran STAD
µ22 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi sedang pada model pembelajaran STAD
µ23 : rerata prestasi belajar matematika untuk kelompok motivasi rendah pada model pembelajaran STAD
Dari tabel di atas tampak bahwa pada komparasi ganda untuk kolom
semua H0 ditolak karena F.1-.2, F.1-.3 dan F.2-.3 lebih kecil dari Fkritik. Hal ini berarti
terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika pada kelompok motivasi
belajar.
Pada komparasi ganda antar sel untuk baris yang sama hanya 1 H0 yang
tidak ditolak karena F12-13 lebih kecil dari Fkritik, yaitu pada sel baris ke-1 antara
kolom 2 dan 3. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang mendapatkan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak terdapat perbedaan rerata prestasi
belajar matematika antara peserta didik dengan motivasi sedang dengan rendah.
Pada komparasi ganda antar sel untuk kolom yang sama semua H0 tidak
ditolak karena F11-21, F12-22 dan F13-23 lebih kecil dari Fkritik. Hal ini berarti tidak
terdapat perbedaan rerata prestasi belajar matematika antara peserta didik yang
mendapatkan model pembelajaran tipe STAD dengan Jigsaw pada masing-masing
tingkat motivasi belajar peserta didik.
92
F. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama
diperoleh nilai uji Fa = 3,337 dengan nilai Ftabel = 3,84. Hal ini berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan faktor model pembelajaran pada prestasi belajar
matematika atau peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dan Jigsaw memperoleh prestasi belajar matematika yang sama atau
hampir sama. Berdasarkan diskripsi data juga nampak bahwa rerata prestasi
belajar matematika antara peserta didik yang mendapatkan model Cooperative
Learning tipe STAD dengan Jigsaw mempunyai nilai yang hampir sama, yaitu
pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebesar 79,45sedangkan pada
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebesar 80,39. Jadi dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw memberikan prestasi
belajar matematika peserta didik yang sama.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama
diperoleh nilai uji Fb = 108,921 dengan nilai Ftabel = 3,00. Hal ini berarti terdapat
pengaruh yang signifikan faktor motivasi belajar pada prestasi belajar matematika
atau antara peserta didik dengan motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah
mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda. Berdasarkan hasil uji
komparasi ganda antar kolom pada Tabel 4.8 nampak juga bahwa semua nilai uji
93
Fhitung lebih besar dari nilai Fkritik, yang berarti prestasi belajar matematika antara
peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi berbeda dengan peserta didik yang
bermotivasi belajar sedang dan rendah, serta prestasi belajar matematika antara
peserta didik yang bermotivasi belajar sedang berbeda dengan peserta didik yang
bermotivasi rendah.
Selain itu dengan melihat diskripsi data nampak bahwa peserta didik
dengan motivasi belajar tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika
sebesar 88,00 lebih tinggi/baik daripada rerata prestasi belajar matematika peserta
didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah, yaitu 73,19 dan 63,46. Jadi
peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar
matematika yang lebih tinggi/baik daripada peserta didik yang bermotivasi sedang
dan rendah. Begitu juga peserta didik yang bermotivasi belajar sedang
memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik daripada peserta
didik yang bermotivasi belajar rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan dengan jumlah sel tak sama
diperoleh nilai uji Fab = 7,903 dengan nilai Ftabel = 3,00. Hal ini berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran dengan motivasi belajar
pada prestasi belajar matematika atau terdapat perbedaan prestasi belajar
matematika antara peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi, sedang dan
rendah untuk masing-masing model pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan
hasil uji komparasi ganda antar sel untuk baris yang sama pada Tabel 4.8 nampak
94
bahwa hanya terdapat satu nilai uji Fhitung lebih kecil dari nilai Fkritik yaitu antara
peserta didik bermotivasi belajar sedang dan rendah pada model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw. Hal ini berarti pada model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw hanya peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi yang mempunyai
perbedaan prestasi belajar matematika dengan peserta didik bermotivasi sedang
dan rendah, sedangkan pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD peserta
didik yang bermotivasi belajar tinggi, sedang dan rendah masing-masing
mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda. Untuk hasil uji komparasi
ganda antar sel untuk kolom yang sama pada Tabel 4.8 nampak bahwa semua
nilai uji Fhitung lebih kecil dari nilai Fkritik. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang
mendapatkan model pembelajaran kooperatif antara tipe STAD dengan Jigsaw
tidak ada perbedaan pada prestasi belajar matematika yang diperoleh untuk
masing-masing kelompok motivasi.
Selain itu dengan melihat diskripsi data nampak bahwa peserta didik yang
mendapatkan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan motivasi belajar
tinggi mempunyai rerata prestasi belajar matematika sebesar 86,91 yang
tinggi/baik daripada peserta didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah,
yaitu sebesar 73,03 dan 66,13; sedangkan peserta didik dengan motivasi sedang
dan rendah dapat dianggap mempunyai prestasi belajar matematika yang tidak
berbeda. Untuk peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran kooperatif
STAD dengan motivasi belajar tinggi mempunyai rerata prestasi belajar
matematika sebesar 89,47 yang tinggi/baik daripada peserta didik dengan motivasi
belajar sedang dan rendah, yaitu sebesar 73,28 dan 56,00; begitu juga peserta
95
didik dengan motivasi sedang dapat dikatakan mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih tinggi/baik daripada peserta didik dengan motivasi belajar
rendah. Sedangkan peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran
kooperatif antara tipe STAD dengan Jigsaw berdasarkan nilai rerata yang tersebut
di atas dapat dikatakan mempunyai prestasi belajar matematika yang hampir sama
untuk masing-masing kelompok motivasi belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai rerata prestasi yang
diperoleh, untuk peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi dan sedang dapat
diterapkan model pembelajaran STAD dan Jigsaw, sedangkan untuk peserta didik
dengan motivasi belajar rendah dapat diterapkan model pembelajaran Jigsaw.
96
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan pada Bab IV, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif antara tipe
STAD dan Jigsaw mempunyai prestasi belajar matematika yang berbeda secara
signifikan.
2. Peserta didik dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik dengan motivasi belajar
sedang dan rendah, begitu juga peserta didik dengan motivasi belajar sedang
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi daripada peserta didik
dengan motivasi belajar rendah.
3. Peserta didik yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
untuk kelompok motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih tingggi daripada untuk kelompok motivasi belajar sedang dan
rendah, begitu juga untuk kelompok motivasi belajar sedang mempunyai
prestasi belajar matematika yang lebih tingggi daripada untuk kelompok
motivasi belajar rendah, sedangkan tipe Jigsaw untuk peserta didik dengan
motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih tinggi
daripada peserta didik dengan motivasi belajar sedang dan rendah. Tetapi untuk
masing-masing kelompok motivasi belajar antara peserta didik yang
97
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Jigsaw
mempunyai rerata prestasi belajar matematika yang sama/hampir sama.
B. Implikasi
Berdasarkan pada landasan teori pada hasil penelitian ini, maka penulis akan
menyampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar matematika.
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis yang penting dalam penelitian ini adalah bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika karena kedua tipe tersebut memberikan rerata prestasi
belajar matematika yang hampir sama. Hal ini dapat dilihat pada interaksi antara
model pembelajaran dengan motivasi belajar peserta didik, yaitu untuk masing-
masing kelompok motivasi belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan Jigsaw keduanya memberikan rerata prestasi belajar matematika
yang hampir sama.
Selain itu motivasi belajar menunjukkan ada pengaruhnya pada prestasi belajar
matematika, yaitu peserta didik yang bermotivasi belajar tinggi cenderung
memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik. Hal ini dapat dilihat
pada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar peserta didik,
yaitu pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD peserta didik
dengan motivasi belajar tinggi dan sedang cenderung memperoleh prestasi belajar
98
matematika yang lebih tinggi/baik, begitu juga pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw peserta didik dengan motivasi belajar tinggi dan sedang
cenderung memperoleh prestasi belajar matematika yang lebih tinggi/baik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam
upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan prestasi belajar mengajar
dan prestasi belajar yang dicapai peserta didik.
Pengajaran dengan model pembelajaran tipe STAD dan Jigsaw dapat
dijadikan petunjuk bagi guru sebagai alternative untuk menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik. Selain itu guru harus memperhatikan Motivasi
peserta didik dalam rangka meningkatkan prestasi belajar matematika karena
motivasi sebagai salah satu faktor pendukung yang mempengaruhi prestasi belajar.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu
disarankan, yaitu:
1. Kepada Peserta didik
a. Hendaknya peserta didik yang berasal dari kelompok motivasi belajar
rendah dapat meningkatkan motivasi belajarnya dengan salah satu cara
berusaha menyukai pelajaran matematika.
b. Hendaknya peserta didik ikut berperan aktif pada saat proses belajar
mengajar sehingga dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan.
99
2. Kepada Guru
a. Hendaknya guru melaksanakan proses belajar mengajar yang dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
b. Hendaknya guru lebih memantau peserta didik yang mempunyai motivasi
belajar rendah terhadap pelajaran matematika. Pendidik memberikan
kesempatan yang lebih luas bagi kelompok peserta didik ini untuk
menyelesaikan berbagai soal dan berusaha tidak menimbulkan kesan bahwa
pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan dan menjenuhkan.
c. Hendaknya guru dapat menciptakan suasana agar peserta didik mau
melakukan diskusi dan melatih peserta didik untuk berkomunikasi dengan
menyampaikan ide mereka dalam menyelesaikan persoalan matematika.
d. Hendaknya guru berani mencoba model pembelajaran yang mengasikkan
sehingga peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar tidak
merasa jenuh dan takut pada pelajaran matematika.
3. Kepada Orang Tua
a. Hendaknya orang tua selalu memantau kegiatan anak-anaknya di luar
sekolah termasuk kegiatan belajar di rumah.
b. Hendaknya orang tua membantu anak-anaknya jika mengalami kesulitan
dalam belajar dengan salah satu cara memberikan guru privat.
c. Hendaknya orang tua selalu memotivasi semangat belajar dan membantu
mengilangkan rasa takut terhadap pelajaran matematika.
101
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Ahmad Rivai. 2001. Suatu Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo
Aiken, L R. 1997. Psychological Testing and Assessment. Boston: Allyn and Bacon.
Anita Lie. 2002. Cooperative Learning: Mempraktekkan Cooperative
Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI-Universitas Terbuka.
Beck. R. C. 1990. Motivation: Theories and Principles. New Jersey: Prentice
Hall, Inc.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta : UNS Press.
________. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press.
Departemen Pendidikan Nasional,2001. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah.Jakarta. DIKMENUM
Dick. Walter. & Lou Carey. 1990. The Systematic Design of Instruction. 3th. Ed.
[t.t]: Harper Collins Publishers.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Driscoll. Marcy P. 1994. Psychologi of Learning for Intruction. Boston: Allyn
and Bacon.
Dunne R. & Ted W. 1996. Pembelajaran Efektif. Terjemahan Anwar Jasin. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Entswistle, N. 1981. Styles of Learning and Teaching. New York: John Willey &
Sons Ltd.
Frans Susilo, S.J. 1998. “Matematika yang Manusiawi”. dalam Sumaji, et al. (Eds). Pendididkan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
102
Gagne. R. M., & Driscoll. Marcy P. 1989. Essentials of Learning for Instruction.
Englewood Clifffs, N.J.: Prentice-Hall, Inc.
Herman Hudoyo. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Joyce. Bruce. Marsha Weil. & Emily Calhoun. 2000. Models of Teaching.
Boston: Allyn and Bacon.
Jujun S. Suriasumantri. 1985. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Sinar Harapan.
Marpaung, Y. 1998. “Pendekatan Sosio Kultural dalam Pembelajaran Matematika
dan Sains“, dalam Sumaji, et al. Pendididkan Sains yang Humanitis.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Martinis Yamin dan Bansu I Ansari. 2008. Taktik Mengembangkan
Kemampuan Individual Siswa. Jakarta : Gaung Persada Press.
Moekijat. 1997. Manajemen Kependidikan, Bandung: Alumni.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nana Sudjana. 1996. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Nana Sudjana & Daeng Arifin. 1987. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Sinar Baru.
Nana Sudjana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Penerbit Sinar Baru Aglensindo.
Newell. John. 1989. “Advance Organizers: Their Construstion and Use in
Instructional Development”. Dalam Wayan Ardhana dan Verna Willis
(Eds.). Reading in Instructional Development – vol. 5. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan – Ditjen Dikti –
Depdikbud.
Oemar Hamalik. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Onong Uchana Effendi. 1993. Human Relation. Surabaya: Erlangga.
Paul Suparno. 2002. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
103
Piaget. J. 1977, Psycology and Epistemology, New York; The Viking Press
Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-teori Belajar, Jakarta : Erlangga.
Sardiman A.M. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Shalahudin, M. 1990. Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu.
Slavin R. E. 1994. Educational Psychology : Theory and Practise Fourth
Edition. Massachusets : Allyn and Bacon Publishers.
Soedjadi.1995. Memantapkan Matematika Sekolah sebagai Wahana
Pendidikan dan Pemberdayaan Penalaran.(Upaya Menyongsong dan
Menopang Pelaksanaan Kurikulum 1994). Makalah Program Pasca
Sarjana IKIP Surabaya.
Sondang P. Siagian. 1980. Dasar-dasar Managemen Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyanto. 2007. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
„Model-model Pembelajaran Inovatif“. Panitia Setifikasi Guru Rayon
13 Surakarta.
Suharsimi Arikunto. 1996. Statistik Terapan. Jakarta: Rineka Cipta.
_______________. 1998. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta.
_______________. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sri Anitah dan Noorhadi. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Toeti Soekamto, & Udin Sarifudin Winataputra. 1997. Teori Belajar dan Model-
model Pembelajaran. Jakarta: PAU-UT.
Winkel, WS. 1993. Psikologi Pengajaran, Jakarta : Grasindo.
Lampiran 1
RENCANA PEMBELAJARAN I
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menentukan akar akar persamaan kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
1. Persamaan Kuadrat
Bentuk umum persamaan kuadrat adalah ax2 +bx +c = 0 dengan a ≠ 0 dan a , b, c
∈ R dengan a adalah koefisien x2
b adalah koefisien x
c adalah konstanta
B. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam nenggunakan
sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C. Metode Pembelajaran Model : Diskusi kelompok
Tipe : Jigsaw
Ketrampilan Kooperatif yang dilakukan :
1. Berbagi tugas
2. Menentukan giliran
3. Berada dalam kelompok
4. Bekerja sama dalam kelompok
5. Mengajukan pertanyaan
6. Mendengarkan dengan aktif
7. Menghargai pendapat orang lain
8. Menyelesaikan tugas pada waktunya
D. Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pokok pembelajaran pada setiap RP mengikuti langkah langkah
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yaitu pembagian tugas para ahli, membaca
tugas, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, mengerjakan LKS.
Uraian kegiatan pembelajaran pertemuan I:
Kegiatan guru Kegiatan Peserta didik Waktu dalam
menit
Pendahuluan
• Menyampaikan tujuan
pembelajaran
• Mengingatkan kepada
peserta didik bahwa mereka
belajar dalam kelompok.
• Membagi tugas yang berupa
materi kelompok untuk 3
kelompok ahli. Yaitu
kelompok A, B, C
Kegiatan Inti
• Menyuruh para ahli
membaca tugas masing
masing dalam kelompok yang sejenis.
• Menyuruh para ahli
berdiskusi dalam kelompok
ahli.Dilanjutkan dengan
mengerjakan latihan A-1, B-
1, dan C-1.
• Setelah kelompok ahli
selesai berdiskusi guru
meminta para ahli kembali
kelompok asal untuk
berdiskusi dengan teman
teman yang dilanjutkan membagi LKS I yang
mencakup materi A_1, B-1
dan C-1.
• Memerintahkan ahli A-1
untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok (diharapkan
kooperatif dapat berjalan).
Dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS A-1.
Penutup
• Guru mengingatkan bahwa
para ahli materi B-1, dan C-
1 untuk menjelaskan dan
berdiskusi pada
kelompoknya pada
pertemuan berikutnya.
• Memperhatikan dan
mendengarkan penyampaian guru.
• Memperhatikan dan mengingat
penjelasan guru.
• Para ahli menerima tugas
sesuai dengan kelompoknya.
• Para ahli membaca tugasnya
dalam kelompok ahli.
• Para ahli berdiskusi dalam kelompok ahli
• Para ahli kembali kekelompok
asal dan tiap peserta didik
menerima LKS 1 .
• Ahli materi A-1 menjelaskan
pada teman anggota kelompok
sambil berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal LKS
A-1.
• Peserta didik mendengarkan
penjelasan guru.
10
10
15
40
5
RENCANA PEMBELAJARAN II
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menentukan akar akar persamaan kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
Akar akar persamaan Kuadrat
Ada 3 cara menyelesaikan akar persamaan kuadrat
a. Memfaktorkan
b. Melengkapkan bentuk kuadrat sempurna
c. Menggunakan rumus abc
B. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menungkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam nenggunakan
sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C. Metode Pembelajaran
Model : Diskusi kelompok
Tipe : Jigsaw
Ketrampilan Kooperatif yang dilakukan :
1. Berbagi tugas
2. Menentukan giliran
3. Berada dalam kelompok
4. Bekerja sama dalam kelompok
5. Mengajukan pertanyaan
6. Mendengarkan dengan aktif
7. Menghargai pendapat orang lain
8. Menyelesaikan tugas pada waktunya
D. Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pokok pembelajaran pada setiap RP mengikuti langkah langkah
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yaitu pembagian tugas para ahli, membaca
tugas, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, mengerjakan LKS.
Uraian kegiatan pembelajaran pertemuan II.
Kegiatan guru Kegiatan Peserta didik Waktu dalam
menit
Pendahuluan
• Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
• Memberitahukan kepada
para peserta didik ahli B-1
dan C-1 untuk menjelaskan
pada kelompoknya sambil
berdiskusi.
• Mengingatkan kepada
kepada peserta didik bahwa mereka akan belajar dengan
cara diskusi dalam
kelompok.
Kegiatan Inti
• Memerintahkan ahli materi
B-1 untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok(diharapkan
kooperatif dapat
berjalan).Dilanjutkan dengan mengerjakan LKS
B-1.
• Memerintahkan ahli materi
C-1 untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok(diharapkan
kooperatif dapat
berjalan).Dilanjutkan
dengan mengerjakan LKS
C-1.
Penutup
• Guru menjelaskan bahwa
materi berikutnya akan
disampaiakn pada
pertemuan berikutnya.
• Memperhatikan dan
mendengarkan
penyampaian guru.
• Mempersiapkan diri untuk
berdiskusi.
• Memperhatikan dan
mengingat penjelasan
guru.
• Ahli materi B-1
menjelaskan pada teman
anggota kelompok sambil
berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal
beserta LKS B-1.
• Ahli materi C-1
menjelaskan pada teman
anggota kelompok sambil
berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal
LKS C-1.
10
60
10
RENCANA PEMBELAJARAN III
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Rumus Jumlah dan hasil kali akar akar persamaan kuadrat.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A.Materi Pembelajaran
• Jumlah dan Hasil kali akar persamaan kuadrat.
ax2 +bx+c = 0 maka akar akarnya x1 dan x2 dimana
x1 +x2 = -b/a dan x1x2 = c/a
B. Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok
• Tipe : Jigsaw
• Ketrampilan Kooperatif yang dilakukan :
1. Berbagi tugas 2. Menentukan giliran
3. Berada dalam kelompok
4. Bekerja sama dalam kelompok
5. Mengajukan pertanyaan
6. Mendengarkan dengan aktif
7. Menghargai pendapat orang lain
8. Menyelesaikan tugas pada waktunya
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pokok pembelajaran pada setiap RP mengikuti langkah langkah
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yaitu pembagian tugas para ahli, membaca
tugas, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, mengerjakan LKS.
Uraian kegiatan pembelajaran pertemuan III:
Kegiatan guru Kegiatan Peserta didik Waktu dalam
menit
Pendahuluan
• Menyampaikan tujuan
pembelajaran
• Mengingatkan kepada
peserta didik bahwa mereka belajar dalam kelompok.
• Membagi tugas yang
berupa materi kelompok
untuk 3 kelompok ahli.
Yaitu kelompok A, B, C
Kegiatan Inti
• Menyuruh para ahli
membaca tugas masing
masing dalam kelompok
yang sejenis.
• Menyuruh para ahli berdiskusi dalam kelompok
ahli.Dilanjutkan dengan
mengerjakan latihan A-2,
B-2, dan C-2.
• Setelah kelompok ahli
selesai berdiskusi guru
meminta para ahli kembali
kelompok asal untuk
berdiskusi dengan teman
teman yang dilanjutkan
membagi LKS 2 yang
mencakup materi A-2, B-2 dan C-2.
• Memerintahkan ahli A-2
untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok (diharapkan
kooperatif dapat berjalan).
Dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS A-2
Penutup
• Guru mengingatkan bahwa
para ahli materi B-2, dan C-2 untuk menjelaskan dan
berdiskusi pada
kelompoknya pada
pertemuan berikutnya.
• Memperhatikan dan
mendengarkan
penyampaian guru.
• Memperhatikan dan mengingat penjelasan guru.
• Para ahli menerima tugas
sesuai dengan
kelompoknya.
• Para ahli membaca
tugasnya dalam kelompok
ahli.
• Para ahli berdiskusi dalam
kelompok ahli
• Para ahli kembali
kekelompok asal dan tiap
peserta didik menerima
LKS 2 .
• Ahli materi A-2
menjelaskan pada teman
anggota kelompok sambil
berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal
LKS A-2
• Peserta didik
mendengarkan penjelasan guru.
10
10
15
40
5
RENCANA PEMBELAJARAN IV
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menggunakan rumus jumlah dan hasil kali akar persamaan
kuadrat.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
• Rumus Jumlah dan Hasil kali akar persamaan kuadrat.
Misal x1 dan x2 adalah akar akar persamaan ax2 +bx +c = 0 maka berlaku:
X1 + X2 = -b/a
X1 X2 = c/a
B.Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menungkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam nenggunakan
sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
Model : Diskusi kelompok
Tipe : Jigsaw
Ketrampilan Kooperatif yang dilakukan :
1. Berbagi tugas
2. Menentukan giliran
3. Berada dalam kelompok
4. Bekerja sama dalam kelompok
5. Mengajukan pertanyaan
6. Mendengarkan dengan aktif
7. Menghargai pendapat orang lain 8. Menyelesaikan tugas pada waktunya
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pokok pembelajaran pada setiap RP mengikuti langkah langkah
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yaitu pembagian tugas para ahli, membaca
tugas, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, mengerjakan LKS.
Uraian kegiatan pembelajaran pertemuan IV.
Kegiatan guru Kegiatan Peserta didik Waktu dlm
menit
Pendahuluan
• Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
• Memberitahukan kepada
para peserta didik ahli B-
2dan C-2 untuk menjelaskan
pada kelompoknya sambil
berdiskusi.
• Mengingatkan kepada
kepada peserta didik bahwa mereka akan belajar dengan
cara diskusi dalam
kelompok.
Kegiatan Inti
• Memerintahkan ahli materi
B-2 untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok(diharapkan
kooperatif dapat
berjalan).Dilanjutkan dengan mengerjakan LKSB-2.
• Memerintahkan ahli materi
C-2 untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok(diharapkan
kooperatif dapat
berjalan).Dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS C-2.
Penutup
• Guru menjelaskan bahwa
materi berikutnya akan disampaiakn pada pertemuan
berikutnya.
• Memperhatikan dan
mendengarkan penyampaian
guru.
• Mempersiapkan diri untuk
berdiskusi.
• Memperhatikan dan
mengingat penjelasan guru.
• Ahli materi B-2 menjelaskan
pada teman anggota kelompok
sambil berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal
beserta LKS B-2.
• Ahli materi C-2 menjelaskan
pada teman anggota kelompok
sambil berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal LKS
C-2.
10
60
10
RENCANA PEMBELAJARAN V
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Membedakan jenis jenis akar persamaan kuadrat..
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A.Materi Pembelajaran
• Jenis akar persamaan kuadrat..
B. Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat menungkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok
• Tipe : Jigsaw
• Ketrampilan Kooperatif yang dilakukan :
1. Berbagi tugas
2. Menentukan giliran
3. Berada dalam kelompok
4. Bekerja sama dalam kelompok
5. Mengajukan pertanyaan
6. Mendengarkan dengan aktif
7. Menghargai pendapat orang lain
8. Menyelesaikan tugas pada waktunya
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pokok pembelajaran pada setiap RP mengikuti langkah langkah
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yaitu pembagian tugas para ahli, membaca
tugas, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, mengerjakan LKS.
Uraian kegiatan pembelajaran pertemuan V
Kegiatan guru Kegiatan Peserta didik Waktu dlm
menit
Pendahuluan
• Menyampaikan tujuan
pembelajaran
• Mengingatkan kepada
peserta didik bahwa mereka
belajar dalam kelompok.
• Membagi tugas yang berupa
materi kelompok untuk 3
kelompok ahli. Yaitu
kelompok A, B, C
Kegiatan Inti
• Menyuruh para ahli
membaca tugas masing
masing dalam kelompok
yang sejenis.
• Menyuruh para ahli
berdiskusi dalam kelompok
ahli.Dilanjutkan dengan
mengerjakan latihan A-3, B-
3, dan C-3.
• Setelah kelompok ahli
selesai berdiskusi guru meminta para ahli kembali
kelompok asal untuk
berdiskusi dengan teman
teman yang dilanjutkan
membagi LKS 3 yang
mencakup materi A-3, B-3
dan C-3.
• Memerintahkan ahli A-3
untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok (diharapkan kooperatif dapat berjalan).
Dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS A-3
Penutup
• Guru mengingatkan bahwa
para ahli materi B-2, dan C-
2 untuk menjelaskan dan
berdiskusi pada
kelompoknya pada
pertemuan berikutnya.
• Memperhatikan dan
mendengarkan penyampaian
guru.
• Memperhatikan dan
mengingat penjelasan guru.
• Para ahli menerima tugas
sesuai dengan kelompoknya.
• Para ahli membaca tugasnya
dalam kelompok ahli.
• Para ahli berdiskusi dalam
kelompok ahli
• Para ahli kembali kekelompok
asal dan tiap peserta didik menerima LKS 3 .
• Ahli materi A-3 menjelaskan
pada teman anggota kelompok
sambil berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal LKS
A-3
• Siswa mendengarkan
penjelasan guru.
10
10
15
40
5
RENCANA PEMBELAJARAN VI
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Jenis akar persamaan kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
• Jenis akar persamaan kuadrat.
B.Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat menungkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok
• Tipe : Jigsaw
• Ketrampilan Kooperatif yang dilakukan :
1. Berbagi tugas
2. Menentukan giliran
3. Berada dalam kelompok
4. Bekerja sama dalam kelompok
5. Mengajukan pertanyaan
6. Mendengarkan dengan aktif
7. Menghargai pendapat orang lain
8. Menyelesaikan tugas pada waktunya
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E.Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pokok pembelajaran pada setiap RP mengikuti langkah langkah
pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw yaitu pembagian tugas para ahli, membaca
tugas, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, mengerjakan LKS.
Uraian kegiatan pembelajaran pertemuan VI.
Kegiatan guru Kegiatan Peserta didik Waktu dlm
menit
Pendahuluan
• Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
• Memberitahukan kepada
para peserta didik ahli B-
3dan C-3 untuk menjelaskan
pada kelompoknya sambil
berdiskusi.
• Mengingatkan kepada
kepada peserta didik bahwa
mereka akan belajar dengan cara diskusi dalam
kelompok.
Kegiatan Inti
• Memerintahkan ahli materi
B-3 untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok(diharapkan
kooperatif dapat
berjalan).Dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS B-3.
• Memerintahkan ahli materi
C-3 untuk menjelaskan dan
berdiskusi dengan anggota
kelompok(diharapkan
kooperatif dapat
berjalan).Dilanjutkan dengan
mengerjakan LKS C-3.
Penutup
• Guru menjelaskan bahwa
materi berikutnya akan
disampaiakn pada pertemuan
berikutnya.
• Memperhatikan dan
mendengarkan penyampaian
guru.
• Mempersiapkan diri untuk
berdiskusi.
• Memperhatikan dan
mengingat penjelasan guru.
• Ahli materi B-3 menjelaskan
pada teman anggota kelompok
sambil berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal
beserta LKS B-3.
• Ahli materi C-3 menjelaskan
pada teman anggota kelompok
sambil berdiskusi. Dilanjutkan
mengerjakan latihan soal LKS
C-3.
10
60
10
RENCANA PEMBELAJARAN I
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menentukan akar-akar persamaan kuadrat dan himpunan
penyelesaiannya.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
• Persamaan Kuadrat.
Bentuk umm persamaan kuadrat adalah ax2 + bx + c = 0 dengan a ≠ = 0 dan a,b,c R,
dimana a adalah koefisien x2
b adalah koefisien x dan
c adalah konstanta
B.Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok Tanya jawab dan Penugasan.
• Tipe : STAD
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E. Kegiatan Pembelajaran.
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik Alokasi Metode
Persiapan:
Materi, Pembagian kelompok
yang heterogin (beranggotakan 4-
5 peserta didik) , kerja kelompok dan kuis.
Penyajian Materi :
Pendahuluan
• Menyampaiakn tujuan
pembelajaran.
• Memotivasi peserta didik
dengan menjelaskan
manfaat materi
Persamaan kuadrat yang
berhubungan dengan
• Berkumpul sesuai
dengan kelompok
yang ditentukan.
• Memperhatikan
penyampaian dan
informasi, serta
menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
8 menit
Ceramah
disertai
Tanya jawab
mencari akar-akarnya.
• Menginformasikan
kepada peserta didik
bahwa mereka akan
bekerja dalam kelompok
dan setiap kelompok
bertanggung jawab
terhadap kelompoknya
dan dirinya sendiri.
Kegiatan Inti
• Menggali apa yang
diingat peserta didik
tentang koefisien dari
bentuk umum persamaan
kuadrat.
• Memina peserta didik
untuk menuliskan
beberapa contoh tentang
pengertian bentuk umum
persamaan kuadrat.
• Sesekali guru tidak
mengomentari pekerjaan
peserta didik
• Guru memberikan
kesempatan untuk
mendiskusikannya
melalui LKS 1.
• Membagi LKS !
• Menugaskan peserta
didik untuk menentukan
contoh dan bukan contoh
seperti yang ada dalam
LKS ! masalah 1, 2 dan
3.
• Memantau kerja
kelompok dan
memberikan motivasi,
sekaligus melatih
ketramplan kooperatif.
• Meminta perwakilan
masing-masing kelompok
untuk menjawab
pertanyaan yang diajkan
guru pada masalah 1, 2
dan 3.
• Meminta kelompok lain
untuk memberikan
tanggapan.
• Memberikan kuis 1 untuk
dikerjakan peserta didik
secara individu
Kegiatan Akhir.
• Menegaskan kembali
materi yang baru saja
dupelajari
• Mengingat pelajaran
yang didapat di SMP
• Menuliskan dipapan
tulis.
• Menggunakan
kesempatan untuk
mendiskusikan LKS
1.
• Menerima LKS 1
• Menyelesaikan
masalah 1 , 2, dan 3
dari LKS secara
kelompok untuk
berdiskusi.
• Bertanya jika ada
kesulitan.
• Melakukan apa yag
diinstruksikan guru.
• Memperhatikan
jawaban dan
memberikan
tanggapan atau
komentar.
• Mengerjakan kuis-1
• Memperhatikan
penjelasan guru.
• Mencatat tugas yang
7 menit
60 menit
10 menit
5menit
Ceramah ,
disertai Tanya jawab
Diskusi,
penugasan,
disertai
Tanya jawab
Penugasan
Penugasan
• Memberikan tugas rumah
(PR).
• Penghargaan kelompok
dilakukan pada
pertemuan berikutnya..
akan dikerjakan
dirumah.
F. Penilaian
Tehnik : Kuis
Bentuk Instrumen : Uraian
RENCANA PEMBELAJARAN II
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menentukan akar akar persamaan kuadrat..
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
• Persamaan Kuadrat.
Mencari akar akar persamaan kuadrat dengan 3 cara yaitu
a. Memfaktorkan.
b. Melengkapi bentuk kuadrat sempurna
c. Menggunakan rumus abc
B.Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat menungkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok Tanya jawab dan Penugasan.
• Tipe : STAD
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E. Kegiatan Pembelajaran.
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik Alokasi Metode
Persiapan:
.
Penyajian Materi :
Pendahuluan
• Menyampaikan tujuan pembelajaran.
• Memotivasi peserta didik
dengan menjelaskan
manfaat materi
Persamaan kuadrat yang
berhubungan dengan
• Berkumpul sesuai
dengan kelompok
yang ditentukan.
• Memperhatikan penyampaian dan
informasi, serta
menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
5 menit
Ceramah
disertai
Tanya jawab
mencari akar-akarnya.
• Menginformasikan
kepada peserta didik
bahwa mereka akan
bekerja dalam kelompok
dan setiap kelompok
bertanggung jawab
terhadap kelompoknya
dan dirinya sendiri.
Kegiatan Inti
• Menggali apa yang
diingat peserta didik
tentang koefisien dari
bentuk umum persamaan
kuadrat.
• Memina peserta didik
untuk menuliskan
beberapa contoh tentang
pengertian bentuk umum
persamaan kuadrat.
• Sesekali guru tidak
mengomentari pekerjaan
peserta didik
• Guru memberikan
kesempatan untuk
mendiskusikannya
melalui LKS 2.
• Membagi LKS 2
• Menugaskan peserta
didik untuk menentukan
contoh dan bukan contoh
seperti yang ada dalam
LKS 2 masalah 1, 2 dan
3.
• Memantau kerja
kelompok dan
memberikan motivasi,
sekaligus melatih
ketramplan kooperatif.
• Meminta perwakilan
masing-masing kelompok
untuk menjawab
pertanyaan yang diajkan
guru pada masalah 1, 2
dan 3.
• Meminta kelompok lain
untuk memberikan
tanggapan.
• Memberikan kuis 2 untuk
dikerjakan peserta didik
secara individu
Kegiatan Akhir.
• Menegaskan kembali
materi yang baru saja
dupelajari
• Mengingat materi
pada pertemuan sebelumnya
• Menuliskan dipapan
tulis.
• Menggunakan
kesempatan untuk
mendiskusikan LKS
2.
• Menerima LKS 2
• Menyelesaikan
maslah 1 , 2, dan 3
dari LKS secara
kelompok untuk
berdiskusi.
• Bertanya jika ada
kesulitan.
• Melakukan apa yag
diinstruksikan guru.
• Memperhatikan
jawaban dan
memberikan
tanggapan atau
komentar.
• Mengerjakan kuis-2 .
• Memperhatikan
penjelasan guru.
• Mencatat tugas yang
10 menit
60 menit
10 menit
5menit
Ceramah ,
disertai Tanya jawab
Diskusi,
penugasan,
disertai
Tanya jawab
Penugasan
Penugasan
• Memberikan tugas rumah
(PR).
• Penghargaan kelompok
dilakukan pada
pertemuan berikutnya..
akan dikerjakan
dirumah.
F. Penilaian
Tehnik : Kuis
Bentuk Instrumen : Uraian
RENCANA PEMBELAJARAN III
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menggunakan rumus Jumlah dan Hasil kali akar
persamaan kuadrat.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
• Persamaan Kuadrat.
Jumlah dan Hasil kali akar-akar persamaan kuadrat
Misal x1 dan x2 adalah akar akar persamaan ax2 +bx +c = 0 maka berlaku:
X1 + X2 = -b/a
X1 X2 = c/a
B.Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok Tanya jawab dan Penugasan.
• Tipe : STAD
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E. Kegiatan Pembelajaran.
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik Alokasi Metode
Persiapan:
Materi.
Penyajian Materi :
Pendahuluan
• Menyampaiakn tujuan
pembelajaran.
• Memotivasi peserta didik
dengan menjelaskan
manfaat materi
• Berkumpul sesuai
dengan kelompok
yang ditentukan.
• Memperhatikan
penyampaian dan
informasi, serta
menjawab
pertanyaan yang
5 menit
Ceramah
disertai
Tanya jawab
Persamaan kuadrat yang
berhubungan dengan
mencari akar-akarnya.
• Menginformasikan
kepada peserta didik
bahwa mereka akan
bekerja dalam kelompok
dan setiap kelompok
bertanggung jawab
terhadap kelompoknya
dan dirinya sendiri.
Kegiatan Inti
• Menggali apa yang
diingat peserta didik
tentang koefisien dari
bentuk umum persamaan
kuadrat.
• Memina peserta didik
untuk menuliskan
beberapa contoh tentang
pengertian bentuk umum
persamaan kuadrat.
• Sesekali guru tidak
mengomentari pekerjaan
peserta didik
• Guru memberikan
kesempatan untuk
mendiskusikannya
melalui LKS 3.
• Membagi LKS 3
• Menugaskan peserta
didik untuk menentukan
contoh dan bukan contoh
seperti yang ada dalam LKS-3masalah 1, 2 dan
3.
• Memantau kerja
kelompok dan
memberikan motivasi,
sekaligus melatih
ketramplan kooperatif.
• Meminta perwakilan
masing-masing kelompok
untuk menjawab
pertanyaan yang diajkan guru pada masalah 1, 2
dan 3.
• Meminta kelompok lain
untuk memberikan
tanggapan.
• Memberikan kuis 3 untuk
dikerjakan peserta didik
secara individu
Kegiatan Akhir.
• Menegaskan kembali
diajukan guru.
• Mengingat materi
yang telah
disampaiakn
sebelumnya
• Menuliskan dipapan
tulis.
• Menggunakan
kesempatan untuk
mendiskusikan LKS
3.
• Menerima LKS 3
• Menyelesaikan
maslah 1 , 2, dan 3
dari LKS secara kelompok untuk
berdiskusi.
• Bertanya jika ada
kesulitan.
• Melakukan apa yag
diinstruksikan guru.
• Memperhatikan
jawaban dan
memberikan
tanggapan atau
komentar.
• Mengerjakan kuis-3 .
• Memperhatikan
10 menit
60 menit
10 menit
5menit
Ceramah ,
disertai
Tanya jawab
Diskusi,
penugasan,
disertai
Tanya jawab
Penugasan
Penugasan
materi yang baru saja
dupelajari
• Memberikan tugas rumah
(PR).
• Penghargaan kelompok
dilakukan pada
pertemuan berikutnya..
penjelasan guru.
• Mencatat tugas yang
akan dikerjakan
dirumah.
F. Penilaian
Tehnik : Kuis
Bentuk Instrumen : Uraian
RENCANA PEMBELAJARAN IV
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Menggunakan rumus Jumlah dan Hasil kali akar
persamaan kuadrat.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
• Persamaan Kuadrat.
B.Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok Tanya jawab dan Penugasan.
• Tipe : STAD
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E. Kegiatan Pembelajaran.
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik Alokasi Metode
Persiapan:
Materi.
Penyajian Materi :
Pendahuluan
• Menyampaiakn tujuan
pembelajaran.
• Memotivasi peserta didik
dengan menjelaskan
manfaat materi Persamaan kuadrat yang
berhubungan dengan
mencari akar-akarnya.
• Menginformasikan
• Berkumpul sesuai
dengan kelompok
yang ditentukan.
• Memperhatikan
penyampaian dan
informasi, serta
menjawab
pertanyaan yang diajukan guru.
5 menit
Ceramah
disertai
Tanya jawab
kepada peserta didik
bahwa mereka akan
bekerja dalam kelompok
dan setiap kelompok
bertanggung jawab
terhadap kelompoknya
dan dirinya sendiri.
Kegiatan Inti
• Menggali apa yang
diingat peserta didik
tentang koefisien dari
bentuk umum persamaan kuadrat.
• Memina peserta didik
untuk menuliskan
beberapa contoh tentang
pengertian bentuk umum
persamaan kuadrat.
• Sesekali guru tidak
mengomentari pekerjaan
peserta didik
• Guru memberikan
kesempatan untuk
mendiskusikannya
melalui LKS 4
• Membagi LKS 4
Menugaskan peserta
didik untuk menentukan
contoh dan bukan contoh
seperti yang ada dalam
LKS-4 masalah 1, 2 dan
3.
• Memantau kerja
kelompok dan
memberikan motivasi,
sekaligus melatih
ketramplan kooperatif.
• Meminta perwakilan
masing-masing kelompok
untuk menjawab
pertanyaan yang diajkan
guru pada masalah 1, 2
dan 3.
• Meminta kelompok lain
untuk memberikan
tanggapan.
• Memberikan kuis 4 untuk
dikerjakan peserta didik
secara individu
Kegiatan Akhir.
• Menegaskan kembali
materi yang baru saja
dupelajari
• Memberikan tugas rumah
(PR).
• Mengingat materi
yang telah
disampaiakn
sebelumnya
• Menuliskan dipapan
tulis.
• Menggunakan kesempatan untuk
mendiskusikan LKS
4
• Menerima LKS 4
• Menyelesaikan
masalah 1 , 2, dan 3
dari LKS secara
kelompok untuk
berdiskusi.
• Bertanya jika ada
kesulitan.
• Melakukan apa yag
diinstruksikan guru.
• Memperhatikan
jawaban dan
memberikan
tanggapan atau
komentar.
• Mengerjakan kuis-4 .
• Memperhatikan
penjelasan guru.
• Mencatat tugas yang
akan dikerjakan
10 menit
60 menit
10 menit
5menit
Ceramah ,
disertai
Tanya jawab
Diskusi, penugasan,
disertai
Tanya jawab
Penugasan
Penugasan
• Penghargaan kelompok
dilakukan pada
pertemuan berikutnya..
dirumah.
F. Penilaian
Tehnik : Kuis
Bentuk Instrumen : Uraian
RENCANA PEMBELAJARAN V
Satuan Pendidikan : Sekolah menengah Atas
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Smt : X / Satu
Standar Kompetensi : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi
persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang persamaan dan
pertidaksamaan kuadrat.
Indikator : Jenis akar akar persamaan kuadrat.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
A. Materi Pembelajaran
• Persamaan Kuadrat.
B.Tujuan Pembelajaran
• Siswa dapat meningkatkan dan mengembangkan pemahaman dalam
nenggunakan sifat sifat dan aturan persamaan kuadrat.
C.Metode Pembelajaran
• Model : Diskusi kelompok Tanya jawab dan Penugasan.
• Tipe : STAD
D.Alat dan Sumber Belajar : Buku Pegangan dan LKS
E. Kegiatan Pembelajaran.
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik Alokasi Metode
Persiapan: Materi.
Penyajian Materi :
Pendahuluan
• Menyampaiakn tujuan
pembelajaran.
• Memotivasi peserta didik
dengan menjelaskan
manfaat materi
Persamaan kuadrat yang
berhubungan dengan
mencari akar-akarnya.
• Menginformasikan kepada peserta didik
• Berkumpul sesuai dengan kelompok
yang ditentukan.
• Memperhatikan
penyampaian dan
informasi, serta
menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
5 menit
Ceramah disertai
Tanya jawab
bahwa mereka akan
bekerja dalam kelompok
dan setiap kelompok
bertanggung jawab
terhadap kelompoknya
dan dirinya sendiri.
Kegiatan Inti
• Menggali apa yang
diingat peserta didik
tentang koefisien dari
bentuk umum persamaan
kuadrat.
• Memina peserta didik
untuk menuliskan
beberapa contoh tentang
pengertian bentuk umum
persamaan kuadrat.
• Sesekali guru tidak
mengomentari pekerjaan
peserta didik
• Guru memberikan
kesempatan untuk
mendiskusikannya
melalui LKS 5.
• Membagi LKS 5
• Menugaskan peserta
didik untuk menentukan
contoh dan bukan contoh
seperti yang ada dalam
LKS-5 masalah 1, 2 dan
3.
• Memantau kerja
kelompok dan
memberikan motivasi, sekaligus melatih
ketramplan kooperatif.
• Meminta perwakilan
masing-masing kelompok
untuk menjawab
pertanyaan yang diajkan
guru pada masalah 1, 2
dan 3.
• Meminta kelompok lain
untuk memberikan
tanggapan.
• Memberikan kuis 5 untuk
dikerjakan peserta didik
secara individu
Kegiatan Akhir.
• Menegaskan kembali
materi yang baru saja
dupelajari
• Memberikan tugas rumah
(PR).
• Penghargaan kelompok
• Mengingat materi
yang telah
disampaiakn
sebelumnya
• Menuliskan dipapan
tulis.
• Menggunakan
kesempatan untuk mendiskusikan LKS
5.
• Menerima LKS 5
• Menyelesaikan
maslah 1 , 2, dan 3
dari LKS secara
kelompok untuk
berdiskusi.
• Bertanya jika ada
kesulitan.
• Melakukan apa yag
diinstruksikan guru.
• Memperhatikan
jawaban dan
memberikan
tanggapan atau
komentar.
• Mengerjakan kuis-5 .
• Memperhatikan
penjelasan guru.
• Mencatat tugas yang
akan dikerjakan
dirumah.
10 menit
60 menit
10 menit
5menit
Ceramah ,
disertai
Tanya jawab
Diskusi,
penugasan, disertai
Tanya jawab
Penugasan
Penugasan
dilakukan pada
pertemuan berikutnya..
F. Penilaian
Tehnik : Kuis
Bentuk Instrumen : Uraian
,
1. Mencari akar akar persamaan kuadrat
Dalam pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat :
• Mencari akar akar persamaan kuadrat dengan memfaktorkan.
• Mencari akar akar persamaan kuadrat dengan melengkapi kuadrat
• Mencari akar akar persamaan kuadrat dengan rumus
Petunjuk : Bekerjalah dengan teman dalam kelompok.
2. Tanyakan pada guru atau teman jika ada hal yang kurang jelas.
MASALAH 1
1. Tentukan akar akar persamaan kuadrat dengan memfaktorkan !
a. x2- 3x + 2 = 0
b. 5 x2 -30 x + 45 = 0
c. 21 = 4 x2 +8x
d. (x + 1 ) (3 x – 2) = 1 + x
MASALAH 2
Tentukan akar akar persamaan kuadrat dengan melengkapi kuadrat! a. 4x – 5x2 = -12
b. 3x2 – 2 = 5x
c. 6 y2 = 9 y -15
d. w(w-3) = 4 e. 4(2x+1) – 4(2x-1) = 4x2-1
f. (1-2x)(3x-1) = (x-2)(3 –x)
MASALAH 3
Tentukan akar akar persamaan kuadrat dengan cara rumus!
a. 4x2 = 5(3x+5)
b. 2x(x+1) = 15 + x
c. (4x+2)(x-1) = x2 + 7x + 10
d. 5x(4-3x) = 20x -135
e. 2(x-p)2 = px + 3p(p-2x)
f. (b-c)x2 + (c-a)x = b-a
Kelompok :
Nama :
Kelas :
Nama :
Kelompok :
Tanggal :
Petunjuk:
1. Tulislah nama dan kelompokmu pada sudut kanan atas
2. Bacalah soal dengan baik dan cermat sebelum menjawab
3. Waktu menjawab 15 menit
Soal 1. Tulislah bentuk umum persamaan kuadrat
2. Tentukan akar akar persamaan kuadrat dengan ketiga cara dari soal 2x(5x+2) – 3(2x-1) = 8x + 23
1. Pengertian Dasar bentuk umum persamaan kuadrat.
Petunjuk : 1. Bekerjalah dengan teman dalam kelompok.
2. Tanyakan pada guru atau teman jika ada hal yang kurang jelas.
Nyatakan setiap persamaan berikut ini kedalam bentuk umum kemudian tentukan nilai a, b, dan c.
MASALAH I
a. 3x – 4 = x2 c. x(2x-5)+10 =0
b. (x-5)(x+6) =2 d. (x-5)(x+3) =x(2x-6)
MASALAH II
a. 53
1
4
1=
++
− xx c. 3
1
23
34
702
−−
=+− xxx
b. 2x + x
1=3 d. 42
8
22
=−
−x
x
MASALAH III
a. 4
1
4
1
3
1
+=
−+
xx c. 014
89
82
=+
−−
−
xx
xx
b. pxpx +
=+411
Nama :
Kelompok:
Tanggal :
Petunjuk:
1. Tulislah nama dan kelompokmu pada sudut kanan atas
2. Bacalah soal dengan baik dan cermat sebelum menjawab
3. Waktu menjawab 15 menit
Soal
Ubahlah kedalam bentuk umum persamaan kuadrat .
1. 12
12
=
+x
2. x2 = (1-x)(2+x)
3. 22
2 1
1 xx
a=
+
4. 11
2
1
4=
++
− xx
Nama :
Kelompok : Tanggal :
1. Rumus Jumlah dan hasil kali akar
Dalam pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat :
• Menghitung Jumlah dan hasil kali akar akar.
• Menentukan hubungan antara jumlah dan hasil kali akar akar. Petunjuk : 1. Bekerjalah dengan teman dalam kelompok.
2. Tanyakan pada guru atau teman jika ada hal yang kurang jelas.
MASALAH I
Diberikan Persamaan kuadrat berikut dengan akar akarnya a dan b, hitunglah
jumlah dan hasil kali akar akarnya .
1. x2 -2x =0
2. 2x2 – 7x =15
3. (2x-5)(x+4) =9
4. 6x2 + x 7 -3x -7 - 7 =0
MASALAH II
Jika x1 dan x2 adalah akar akar persamaan kuadrat x2 -4x +6 =0 , Hitunglah
1. x1+x2
2. x1x2
3. x12 + x2
2
4. (x1-x2)2
MASALAH III
Jika x1dan x2 akar akar dari persamaan (x-2)(x-6) =9 hitunglah.
1. 21
55
xx+ 3.
1
2
2
1
x
x
x
x+
2. 1
1
1
1
21 −+
− xx
Nama :
Kelompok:
Tanggal:
Petunjuk:
1.Tulislah nama dan kelompokmu pada sudut kanan atas
2. Bacalah soal dengan baik dan cermat sebelum menjawab
3. Waktu menjawab 15 menit
1. Jika p dan q akar akar persamaan x2 -2x +4 =0, tentukan :
a. p+q dan pq
b. p2 + q
2
c. (p-q)2
d. qp
11+
e. 1
1
1
1
++
+ qp
Nama:
Kelompok:
Tanggal:
1. Rumus Jumlah dan hasil kali akar
Dalam pembelajaran ini peserta didik diharapkan dapat :
• Menggunakan rumus jumlah dan hasil kali akar persamaan kuadrat dalam perhitungan ..
Petunjuk : 1. Bekerjalah dengan teman dalam kelompok.
2. Tanyakan pada guru atau teman jika ada hal yang kurang jelas.
MASALAH I
Akar – akar persamaan 9x2 – 15x + a = 0 dengan akar akar x1 dan x2,
hitunglah a jika
a. x12 + x2
2+x1x2 =2
b. x1 + x2 = x12 + x2
2
MASALAH II
1. Akar akar persamaan kuadrat x2 – px = 2p -2x adalah α dan β
Jika 2022 =+ βα hitunglah nilai p
2. Persamaan kuadrat x2 + (m-3)x +m =0 mempunyai akar akar α
dan β . Jika 211
=+βα
hitunglah m
MASALAH III
1. Diketahui persamaan x2 + 8x + a + 3 = 0 dengan akar akar p dan q,
Jika p=3q tentukan nilai a!
2. Persamaan 4x2 -16x + m = 0, salah satu akarnya 3 lebihnya dari
akar yang lain tentukan nilai m!
Nama :
Kelompok:
Tanggal:
.
Petunjuk:
1.Tulislah nama dan kelompokmu pada sudut kanan atas
2. Bacalah soal dengan baik dan cermat sebelum menjawab
3. Waktu menjawab 15 menit
Jika p dan q merupakan akar-akar persamaan kuadrat 3x2 – 6x + 2 =0
tentukan :
a. p + q b. p q
c. 1/p + 1/q d. (p2 – q2)
e. p/q + q/p
Nama :
Kelompok:
Tanggal:
Lampiran 2
KISI-KISI MOTIVASI BELAJAR
ITEM JUMLAH NO ASPEK INDIKATOR
POSITIF NEGATIF
1. Menghadapi
tugas
Tekun dalam
mengerjakan tuga
1, 8 3, 28 4
2. Menghadapi
kesulitan
Tidak cepat putus
asa
2, 10, 19,
22, 23
25 6
3. Minat
terhadap
pelajaran
Minat pada
pelajaran
matematika
7, 16, 18 9, 26 5
4. Kemandirian
belajar
Belajar
matematika secara
mendiri
11, 17, 21 24 4
5. Rutinitas
belajar
Semangat belajar 15 13, 20 3
6. Menghadapi
tantangan
Mencari dan
memecahkan soal-
soal matematika
12 5, 6, 27 4
7. Sifat pribadi
siswa
Kepuasan belajar 29, 30 4, 14 4
Jumlah 17 13 30
ANGKET MOTIVASI BELAJAR
Petunjuk Pengisian:
1. Berilah tanda √√√√ pada kotak dialog ( di belakang pernyataan) SS=Sangat
setuju; S=Setuju; TT=Tidak Tahu; TS=Tidak Setuju dan STS=Sangat
Tidak Setuju apabila pernyataan yang diberikan sesuai dengan hati
nurani anda.
2. Angket ini tidak akan berpengaruh pada penilaian guru anda, akan tetapi
akan digunakan sebagai usulan kemajuan pendidikan di masa yang akan
datang.
3. Terima kasih atas kesediaan anda untuk mengisi angket ini dengan tulus
dan jujur.
NO PERNYATAAN STS TS TT S SS
1 Saya mendahulukan tugas
matematika dari sekolah daripada kegiatan yang lain.
2 Saya tetap bersemangat dalam mengerjakan soal matematika
sekalipun kelihatan sulit.
3 Saya memilih untuk pergi bersama
teman-teman daripada mengerjakan tugas matematika.
4 Saya tidak memperdulikan suasana kelas saat pembelajaran matematika.
berlangsung, sekalipun saya tahu suasanya monoton dan
membosankan.
5 Saat ulangan matematika baik
ulangan harian maupun ulangan umum, saya mencontek pekerjaan
teman karena saya tidak bisa.
6 Saat mengerjakan tugas matematika
yang diberikan guru, saya lebih
senang mencontek pekerjaan teman
daripada berusaha sendiri.
7 Saya merasa bersemangat jika akan
ada pelajaran matematika.
8 Saya senang apabila guru
memberikan pekerjaan rumah (PR)
dan saya akan selalu mengerjakan
PR tersebut.
9 Setiap jam pelajaran matematika, saya telah menyiapkan banyak
alasan agar dapat meninggalkan
kelas saat pelajaran matematika
sedang berlangsung.
10 Saya selalu menanyakan materi
matematika yang belum saya
mengerti kepada guru atau teman.
11 Saya membeli buku-buku
matematika selain yang dipakai di
sekolah atau meminjam buku-buku
matematika di perpustakaan untuk
menunjang pengetahuan saya
tentang matematika.
12 Saya berusaha mencari soal-soal
matematika dari buku lainnya selain
yang ada dalam buku yang dipakai
saat pelajaran metmatika.
13 Jika saya merasa lelah, maka saya
memilih istirahat daripada belajar.
14 Saya merasa puas jika mendapatkan
nilai ulangan matematika tertinggi,
meskipun bukan hasil murni
pekerjaan saya atau hasil mencontek
teman.
15 Setiap hari saya belajar matematika
agar sewaktu-waktu ada ulangan
saya siap.
16 Saya akan duduk di bangku depan
saat pelajaran matematika.
17 Saya akan belajar mandiri apabila
guru matematika tidak datang dan pelajaran kosong.
18 Saya tertarik untuk mempelajari pengetahuan atau sesuatu yang baru
tentang matematika.
19 Untuk mencapai prestasi yang tinggi
saya berusaha mengikuti bimbingan
matematika di luar sekolah.
20 Saya menjadi malas mengikuti
pelajaran matematika jika guru tidak
mengadakan variasi dalam mengajar.
21 Saya berusaha menciptakan suasana
belajar di rumah meskipun tidak ada
tempat khusus untuk belajar.
22 Saya akan belajar bersama dengan
teman-teman untuk membahas soal-soal dan materi matematika yang
belum saya pahami.
23 Saya akan berusaha sendiri terlebih
dahulu sebelum menanyakan kepada
guru atau teman jika saya
menemukan keulitan pada materi
pelajaran matematika.
24 Jika ada acara televisi kesukaan
saya, maka saya memilih untuk
melihatnya daripada belajar atau
mengerjakan tugas.
25 Saya tidak senang jika guru
matematika memberikan tugas untuk
mengerjakan soal matematika yang
jumlahnya banyak.
26 Saya memilih untuk bolos sekolah
daripada mengikuti pelajaran
matematika.
27 Saya tidak mengulang lagi untuk
mengerjakan soal-soal matematika
yang sudah di bahas di sekolah
karena sudah berlalu.
28 Jika guru memberikan tugas
matematika saat liburan, maka saya
memilih untuk mengabaikannya.
29 Dalam setiap ulangan matematika
saya akan berusaha mendapatkan nilai yang terbaik.
30 Saya selalu bersaing untuk mendapatkan nilai matematika yang
tertinggi.
Lampiran 3
Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar
Standart Kompetensi : Menggunakan operasi dan sifat sertas
memanipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
pangkat, akar, dan logaritma, persamaan kuadrat, dan fungsi kuadrat,
sistim persamaan linier-kuadrat, pertidaksamaan satu variabel, logika
matematika.
Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat dan aturan tentang akar persamaan
kuadrat, diskriminan.
Tabel
Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar
Materi Jumlah
soal
Indikator No Soal
Bentuk
Umum
persamaan
kuadrat
2
4
Menentukan sifat-sifat
dari PK
Menentukan nilai b jika
salah satu akarnya
diketahui
1,2
3,13,26,27
Akar-akar
Persamaan
Kuadrat
9
1
1
Menentukan akar-akar
persamaan kuadrat dengan
memfaktorkan, rumus abc,
dan melengkjapi kuadrat
Menentukan nilai
( )qp + jika p dan q
akar-akar PK
Menentukan akarPK
dengan bentuk
4,5,6,7,8,9,10,11,14
12
15
2
a
a
x
a
a
x 12 +=+
Menentukan nilai b jika
selisih akar PK diketahui
16,28
Jumlah dan
Kasil kali
akar
11 Menentukan nilai-nilai
hasil kali dan jumlah akar
17,18,19,20,21,22,23,
24,25,29, 30
30
TES PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
POKOK BAHASAN : PERSAMAAN KUADRAT
SMA KELAS X SEMETER I TAHUN AJARAN 2008/2009
Nama Siswa : _________________________
Kelas : ___________ Nomor Urut : ___________
Pilih satu jawaban yang paling tepat dengan cara memberi tanda silang (x)
pada huruf di depan jawaban yang tersedia!
1. Persamaan (a-2)x2 + (a+1)x – (a-3) = 0 adalah persamaan kuadrat dalam x,
jika:
a. a ≠ 2
b. a = 2
c. a = -1
d. a ≠ -1
e. a = 3
2. Dengan mengubah ke bentuk persamaan kuadrat, koefisien suku x dari bentuk
pecahan 3=+
−2x
1
3-x
2 adalah:
a. -5 atau 5
b. -4 atau 4
c. -3 atau 3
d. -2 atau 2
e. -1 atau 1
3. Jika 3 merupakan salah satu akar persamaan kuadrat 2x2 – bx – 3 = 0 maka
akar yang lain adalah...
a. 1/3
b. 2/3
c. -1/2
d. -1/9
e. -4/9
4. Akar-akar persamaan kuadrat (x – 2)2 = 2x – 4 adalah ...
a. -2 atau 2
b. -2 atau 4
c. -4 atau -2
d. -2 dan 4
e. -2 dan 2
5. Akar persamaan kuadrat 3x2 – 7x – 6 = 0 adalah ...
a. 3/2 dan 2
b. 2/3 dan 3
c. -2/3 dan -3
d. 2/3 dan -3
e. -2/3 dan 3
6. Akar-akar persamaan kuadrat x(x+3) = 2 adalah ...
a. 1 dan 3
b. -1 dan 3
c. 1 dan -3
d. -1 dan -3
e. -2 dan 3
7. Untuk -10 < x < 0 himpunan penyelesaian dari x2 + 15x + 36 = 0 adalah ...
a. {-12, -3}
b. {3, 12}
c. {-5}
d. {-3}
e. {-12}
8. Akar-akar persamaan x(x+1) = 3(x+1) adalah ...
a. 1 dan 3
b. -1 dan 3
c. 1 dan -3
d. 1- dan -3
e. -2 dan -3
9. Persamaan kuadrat (x+2)2 + 5(x+2) + 6 = 0 akar-akarnya adalah ...
a. 0 dan -1
b. -1 dan 1
c. -2 dan -3
d. -1 dan -3
e. -2 dan 3
10. Jika p dan q akar-akar persamaan kuadrat 2x2 – 3x – 5 = 0 dengan p < q, maka
nilai dari (2p – 2) (2q – 2) = ...
a. -10
b. -8
c. -6
d. 6
e. 10
11. Himpunan penyelesaian dari ( ) 062
82 =−
+++
kk adalah ...
a. {0,2}
b. {0}
c. {2}
d. {0,-2}
e. {-2}
12. Jika p dan q akar-akar x2 – 12x + 4 = 0 maka nilai ( )qp + = ...
a. 2
b. 3
c. 4
d. 22
e. 32
13. Jika 2 merupakan akar 3x2
+ px – 4 = 0 maka penyelesaian dari persamaan (2p
+ 5)x2 + px – 1 = 0 adalah ...
a. -3 dan 1
b. -1/3 dan -1
c. -1/3 dan -3
d. 1 atau 3
e. -1 atau 3
14. Akar-akar dari ¼ - 3x2 = 0 adalah ...
a. ± ¼
b. 32
1±
c. 23
1±
d. 33
1±
e. 36
1±
15. Akar-akar persamaan kuadrat a
a
x
a
a
x 12 +
=+ adalah ...
a. 2 atau a
b. ½ atau 1/a
c. 2 atau 1/a
d. ½ atau 2/a
e. a atau 2
16. Selisih akar-akar persamaan x2 – mx + 24 = 0 adalah 5, maka nilai m adalah...
a. -11 atau 11
b. -9 atau 9
c. -6 atau 9
d. -4 atau 6
e. 4 atau 8
17. Jika x1 dan x2 akar-akar peramaan kuadrat x2 – 3x – 2 = 0 maka nilai 21
11
xx+
adalah ...
a. -3/2
b. -2/3
c. -1/3
d. 2/3
e. 3/2
18. Akar-akar persamaan kuadrat 2x2 + 11x – 21 = 0 adalah p dan q. Jika p > q
maka nilai dari 2p + q = ...
a. -4
b. -3
c. -2
d. 4
e. 2
19. Jika α dan β akar-kar persamaan kuadrat x2 + 4x + p = 0 dan α = 3β, maka
nilai p = ...
a. 2/3
b. 3/2
c. 2
d. 3
e. 6
20. Jika m dan n merupakan akar-akar persamaan kuadrat x2 + ax + b = 0 maka
nilai dari (n-m)2 adalah ...
a. b2 – 4a
b. b2 + 4a
c. a2 + 4b
d. a2 – 4b
e. a2 – 4b
2
21. Akar-akar x2 + 4x + k = 0 adalah α dan β. Jika α2 + β2 = 10 maka nilai k
adalah ...
a. 2
b. 3
c. 5
d. 7
e. 13
22. Jika p dan q akar-akar persamaan ½ x2 – 3x + 4 = 0 maka ...
q
p
p
q=+
a. 30
b. 25
c. 25
d. 20
e. 16
23. Jika akar-akar x2 + 3x – p = 0 adalah x1 dan x2, sedangkan x1 + 3x2 = 5, maka
nilai p adalah ...
a. 10
b. -4
c. 8
d. -28
e. 28
24. Akar-akar persamaan 3x2 – 5x + a = 0 adalah x1 dan x2. Jika x12+x22 +x1x2
= 2 maka nilai a adalah ...
a. 7
b. 3
c. 7/9
d. -7/9
e. -9/7
25. Jika x1 dan x2 akar-akar persamaan kuadrat x2 – 3x + 2 = 0 maka x1
3 + x2
3 =
…
a. 27 c. 72 e. -3
b. -27 d. 9
26. Apabila salah satu akar dari persamaan kuadrat ax2 + 5x – 12 =0 adalah 2
maka...
a. a = ¼, akar yang lainnya adalah 12
b. a = ½, akar yang lainnya adalah 12
c. a = 2/3, akar yang lainnya adalah 10
d. a = ½, akar yang lainnya adalah -12
e. a = 1/3, akar yang lainnya adalah – 12
27. Salah satu akar 2x2 – ( 3a-1)x + 5a + 4 = 0 adalah 2 untuk a=…
a. 14
b. 10
c. -2
d. 10
e. -14
28. Apabila selisih akar-akar persamaan kuadrat x2 – nx + 24 = 0 adalah 5, maka
Nilai n yang positif adalah...
a. 3
b. 5
c. 7
d. 11
e. 24
29. Jumlah kedua akar dari persamaan x2 – 6x + 2 = 0 adalah...
a. -6
b. -2
c. 0
d. 2
e. 6
30. Jika hasil kali kedua akar persamaan x2 – 3x + k = 10 adalah – 2, nilai k
adalah ...
a. -8
b. -4
c. -2
d. 8
e. 12
Lampiran 4
UJI COBA INSTRUMENT
ANGKET MOTIVASI BELAJAR
SOAL NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 2 1 3 1 3
2 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2
3 2 4 3 3 3 3 2 2 4 2 2 2 1 3 2
4 2 3 2 3 3 3 2 1 4 3 2 2 2 4 1
5 2 1 2 2 3 3 2 3 4 1 2 2 1 3 2
6 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 4 3
7 2 3 2 2 4 2 2 1 4 2 2 2 1 4 2
8 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 3 3 2 2 2
9 2 4 2 3 4 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2
10 4 3 3 4 4 3 2 2 4 3 2 2 2 4 1
11 2 3 2 4 4 4 3 3 4 4 1 3 1 1 4
12 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 1 1 3 1
13 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 1 3 1
14 2 4 3 4 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 2
15 4 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 4 2 2 4
16 3 4 2 3 3 3 2 2 4 4 2 2 2 3 1
17 2 4 3 3 4 4 3 2 4 4 2 2 1 4 2
18 3 4 3 1 4 4 3 3 4 4 3 3 2 4 4
19 2 3 3 3 4 4 2 2 4 2 2 2 1 3 1
20 3 4 2 3 4 4 3 2 4 2 2 3 3 4 2
21 3 4 3 3 4 4 2 2 4 3 2 2 3 4 3
22 3 4 3 3 4 3 3 2 4 4 2 2 2 4 3
23 2 3 3 1 3 3 3 3 4 4 2 4 3 2 2
24 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 2 1 3 1
25 3 4 3 4 4 3 2 2 4 3 2 3 2 4 2
26 2 4 3 4 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 2
27 2 4 3 3 3 3 3 2 4 4 2 2 3 4 1
28 2 4 4 3 4 4 3 2 4 4 2 2 1 4 1
29 3 3 3 3 4 3 3 2 4 2 2 2 2 4 4
30 3 4 3 3 1 1 3 1 4 3 1 2 2 4 3
31 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 4 2
32 2 4 2 3 3 3 3 2 3 1 4 1 3 1 3
33 2 3 2 3 3 3 2 1 3 2 2 2 3 4 1
34 2 3 2 4 3 3 2 1 4 3 1 2 2 2 1
35 2 2 2 1 3 2 3 2 4 2 3 3 2 4 3
36 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4
37 3 4 3 2 3 4 3 2 4 3 2 2 1 4 3
38 2 4 3 2 4 4 3 2 4 4 1 1 3 4 1
39 2 2 3 3 4 3 2 2 4 2 2 2 2 4 1
40 3 4 4 3 4 3 3 2 4 4 2 3 1 4 2
41 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 2 3 4 4
42 2 3 3 2 3 3 3 2 4 4 2 2 3 3 2
43 2 4 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 1 3 2
44 2 3 3 2 2 3 3 2 4 4 1 2 1 4 1
45 2 3 2 3 3 3 3 1 4 3 1 2 1 4 2
46 3 4 4 2 4 3 3 2 4 3 2 2 3 3 2
47 3 3 3 3 4 4 2 1 4 3 3 2 2 4 2
48 2 3 3 4 4 3 3 2 4 3 4 2 1 4 3
49 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 1 3 2
50 3 4 3 3 3 3 2 1 4 3 1 2 2 3 1
51 2 3 1 4 3 3 2 2 4 3 3 2 1 1 2
52 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 2 4 3
53 2 3 2 2 4 2 2 1 4 2 2 2 1 4 2
54 3 3 4 2 3 3 2 2 4 4 3 3 2 2 2
55 2 4 2 3 4 4 2 2 4 2 2 2 2 4 2
56 2 3 3 1 3 3 3 3 4 4 2 4 3 2 2
57 2 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 2 1 3 1
58 3 4 3 4 4 3 2 2 4 3 2 3 2 4 2
59 2 4 3 4 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 2
60 2 4 3 3 3 3 3 2 4 4 2 2 3 4 1
61 2 3 2 3 3 1 2 1 1 2 2 2 3 4 1
62 2 3 2 4 3 1 2 1 4 3 1 2 2 2 1
63 2 2 2 1 3 2 3 2 4 2 3 3 2 4 3
64 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4
65 3 4 3 2 3 4 3 2 4 3 2 2 1 4 3
66 2 4 3 2 4 4 3 2 4 4 1 1 3 4 1
67 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 1 3 1
68 2 4 3 4 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 2
69 4 3 3 4 3 5 3 2 4 4 4 4 2 2 4
70 3 4 2 3 3 5 2 2 4 4 2 2 2 3 1
Total 184 238 200 201 237 215 192 152 274 210 155 165 140 236 146
rxy 0,553 0,429 0,631 0,088 0,350 0,367 0,576 0,570 0,329 0,366 0,448 0,519 0,302 0,098 0,514
Variansi 0,556 0,446 0,530 0,693 0,356 0,618 0,426 0,463 0,166 0,667 0,548 0,552 0,638 0,817 0,949
Keputusan Konst Konst Konst Tdk Konst Konst Konst Konst Konst Konst Konst Konst Konst Tdk Konst
Reliabilitas 0,858
SOAL NO
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total
1 1 3 3 3 4 2 2 4 2 2 2 4 3 4 3 80
2 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 4 89
3 1 3 2 2 4 2 4 4 3 3 3 4 3 3 3 82
4 1 2 2 1 4 2 4 4 2 1 2 4 3 2 4 75
5 3 2 2 4 1 2 1 3 3 3 4 2 2 3 3 71
6 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 90
7 1 2 2 3 2 2 3 3 1 1 4 4 3 3 1 70
8 2 3 3 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 93
9 2 2 2 2 3 2 4 4 1 3 2 4 4 2 3 81
10 3 1 2 1 4 2 4 4 3 4 1 4 3 1 4 84
11 1 4 2 4 1 4 4 3 1 1 4 4 3 4 1 84
12 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 4 84
13 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 4 85
14 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 93
15 2 4 4 4 4 2 3 2 3 2 4 4 3 4 4 98
16 1 3 3 4 4 3 2 4 2 1 4 4 3 3 4 85
17 1 4 2 3 3 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 91
18 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 104
19 1 4 2 2 2 2 4 4 3 1 4 4 3 3 3 80
20 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 87
21 2 2 2 2 3 2 2 4 3 3 2 4 4 3 4 88
22 1 1 3 2 2 2 4 3 3 2 4 4 3 4 4 88
23 4 4 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 89
24 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 4 4 3 3 2 73
25 1 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 89
26 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 93
27 2 2 2 2 1 2 2 4 4 3 2 4 3 3 3 82
28 1 4 4 1 3 2 4 3 2 3 2 4 2 3 4 86
29 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 85
30 3 2 3 2 3 1 3 4 3 2 2 4 2 3 2 77
31 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 2 4 94
32 1 2 4 2 4 2 2 4 3 2 2 4 3 3 3 79
33 2 1 2 3 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 66
34 1 2 2 3 1 1 2 4 1 1 2 3 2 2 3 65
35 2 1 3 1 2 2 3 4 1 2 2 4 3 2 3 73
36 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 111
37 1 1 2 2 3 2 2 4 1 1 3 4 3 3 3 78
38 1 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 90
39 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 4 3 2 4 74
40 1 4 2 1 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 93
41 2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 3 4 105
42 1 4 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 81
43 2 4 2 3 2 3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 84
44 1 3 3 2 2 3 3 1 3 2 3 4 2 3 3 75
45 3 2 3 2 3 2 3 4 1 1 3 4 3 3 3 77
46 1 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 87
47 1 4 2 2 4 4 4 3 2 2 4 3 2 3 3 86
48 1 2 3 1 2 4 4 3 3 3 3 4 3 2 4 87
49 2 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 4 1 3 3 87
50 2 2 1 1 2 2 3 4 2 3 2 4 3 3 3 75
51 1 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 4 4 3 2 78
52 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 90
53 1 2 2 3 2 2 3 3 1 1 4 4 3 3 1 70
54 2 3 3 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 93
55 2 2 2 2 3 2 4 4 1 3 2 4 4 2 3 81
56 4 4 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 89
57 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 4 4 3 3 2 73
58 1 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 89
59 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 93
60 2 2 2 2 1 2 2 4 4 3 2 4 3 3 3 82
61 2 1 2 3 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 62
62 1 2 2 1 1 1 2 4 1 1 2 3 2 2 3 61
63 2 1 3 1 2 2 3 4 1 2 2 4 3 2 3 73
64 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 111
65 1 1 2 2 3 2 2 4 1 1 3 4 3 3 3 78
66 1 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 90
67 2 2 2 2 3 2 3 4 3 3 3 4 2 3 4 84
68 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 93
69 2 4 4 4 4 2 3 2 3 2 4 4 3 4 4 100
70 1 3 3 4 4 3 2 4 2 1 4 4 3 3 4 87
Total 121 186 179 167 195 168 207 251 182 173 208 273 206 206 233
rxy 0,217 0,632 0,605 0,358 0,627 0,535 0,455 0,060 0,659 0,655 0,401 0,442 0,425 0,445 0,637
Variansi 0,577 0,982 0,511 0,791 0,924 0,591 0,708 0,391 0,910 0,833 0,637 0,120 0,373 0,402 0,688 104,439
Keputusan Tdk Konst Konst Konst Konst Konst Konst Tdk Konst Konst Konst Konst Konst Konst Konst
TES PRESTASI BELAJAR
SOAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
2 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0
3 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
4 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0
5 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1
6 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1
7 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1
8 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
9 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0
10 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0
11 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1
12 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
13 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
14 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1
15 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0
16 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
17 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0
18 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1
19 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
20 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0
21 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1
22 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1
23 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1
24 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1
25 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
26 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1
27 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
28 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0
29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
30 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
31 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0
32 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0
33 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
34 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0
35 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0
36 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
37 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0
38 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1
39 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
40 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
41 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0
42 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0
43 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0
44 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
45 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0
46 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0
47 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
48 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0
49 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0
50 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1
51 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
52 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0
53 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1
54 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0
55 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1
56 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1
57 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0
58 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
59 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0
60 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
61 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
62 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
63 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0
64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
65 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1
66 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
68 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
69 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1
70 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1
Total 45 42 36 39 42 33 36 42 41 47 32 35 33 41 32
rxy 0,439 0,435 0,290 0,434 0,339 0,243 0,405 0,328 0,411 0,387 0,332 0,420 0,463 0,363 0,285
p 0,643 0,600 0,514 0,557 0,600 0,471 0,514 0,600 0,586 0,671 0,457 0,500 0,471 0,586 0,457
q 0,357 0,400 0,486 0,443 0,400 0,529 0,486 0,400 0,414 0,329 0,543 0,500 0,529 0,414 0,543
p*q 0,230 0,240 0,250 0,247 0,240 0,249 0,250 0,240 0,243 0,221 0,248 0,250 0,249 0,243 0,248
Variansi 0,233 0,243 0,253 0,250 0,243 0,253 0,253 0,243 0,246 0,224 0,252 0,254 0,253 0,246 0,252
Keputusan Konst Konst Tdk Konst Konst Tdk Konst Konst Konst Konst Konst Konst Konst Konst Tdk
Reliabilitas 0,785
SOAL NO
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total
1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 14
2 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 15
3 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 11
4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 16
5 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12
6 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 14
7 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 15
8 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 14
9 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 15
10 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 13
11 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 14
12 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 17
13 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 11
14 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 20
15 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 16
16 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 14
17 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 18
18 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 14
19 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 11
20 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 18
21 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 17
22 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 16
23 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 15
24 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 9
25 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 20
26 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 13
27 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 24
28 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 11
29 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 23
30 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 24
31 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8
32 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 13
33 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 26
34 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 22
35 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 9
36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
37 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 11
38 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 11
39 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 6
40 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27
41 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 18
42 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 11
43 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 15
44 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 17
45 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 17
46 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 13
47 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 15
48 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 15
49 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 18
50 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 12
51 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 20
52 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 16
53 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 14
54 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 16
55 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 18
56 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 17
57 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 23
58 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 22
59 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 11
60 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 21
61 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 26
62 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
63 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 23
64 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 26
65 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 13
66 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6
67 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 25
68 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
69 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 7
70 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 25
Total 41 32 34 34 39 31 41 36 33 38 30 43 32 41 38
rxy 0,162 0,443 0,373 0,399 0,434 0,349 0,353 0,326 0,138 0,396 0,382 0,416 0,374 0,411 0,537
p 0,586 0,457 0,486 0,486 0,557 0,443 0,586 0,514 0,471 0,543 0,429 0,614 0,457 0,586 0,543
q 0,414 0,543 0,514 0,514 0,443 0,557 0,414 0,486 0,529 0,457 0,571 0,386 0,543 0,414 0,457
p*q 0,243 0,248 0,250 0,250 0,247 0,247 0,243 0,250 0,249 0,248 0,245 0,237 0,248 0,243 0,248
Variansi 0,246 0,252 0,253 0,253 0,250 0,250 0,246 0,253 0,253 0,252 0,248 0,240 0,252 0,246 0,252 30,391
Keputusan Tdk Konst Konst Konst Konst Konst Konst Konst Tdk Konst Konst Konst Konst Konst Konst
KELOMPOK BAWAH
Soal No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total
1 62 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
2 39 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 6
3 66 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 6
4 69 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 7
5 31 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 8
6 24 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 9
7 35 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 9
8 68 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 9
9 3 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 11
10 13 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 11
11 19 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 11
12 28 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 11
13 37 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 11
14 38 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 11
15 42 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 11
16 59 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 11
17 5 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 12
18 50 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 12
19 10 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 13
Total 8 7 7 7 8 5 7 8 7 7 5 6 5 7 5 9 3 5 5 5 6 6 8 6 6 5 5 5 7 4
KELOMPOK ATAS
Soal No Resp
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Total
1 55 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 18
2 14 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 20
3 25 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 20
4 51 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 20
5 60 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 21
6 34 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 22
7 58 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 22
8 29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 23
9 57 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 23
10 63 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 23
11 27 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 24
12 30 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 24
13 67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 25
14 70 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 25
15 33 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 26
16 61 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 26
17 64 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 26
18 40 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 27
19 36 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28
Total 17 18 14 17 16 11 16 16 17 17 13 17 15 15 14 9 13 14 13 17 14 15 13 11 16 13 15 14 17 16
DAYA BEDA DAN TINGKAT KESUKARAN
NO SOAL N BENAR KEL. ATAS N BENAR KEL BAWAH N KEL. ATAS N KEL. BAWAH D KET N BENAR N TK KET
1 17 8 19 19 0,474 Memuaskan 45 70 0,643 Sedang
2 18 7 19 19 0,579 Memuaskan 42 70 0,600 Sedang
3 14 7 19 19 0,368 Revisi kecil 36 70 0,514 Sedang
4 17 7 19 19 0,526 Memuaskan 39 70 0,557 Sedang
5 16 8 19 19 0,421 Memuaskan 42 70 0,600 Sedang
6 11 5 19 19 0,316 Revisi kecil 33 70 0,471 Sedang
7 16 7 19 19 0,474 Memuaskan 36 70 0,514 Sedang
8 16 8 19 19 0,421 Memuaskan 42 70 0,600 Sedang
9 17 7 19 19 0,526 Memuaskan 41 70 0,586 Sedang
10 17 7 19 19 0,526 Memuaskan 47 70 0,671 Sedang
11 13 5 19 19 0,421 Memuaskan 32 70 0,457 Sedang
12 17 6 19 19 0,579 Memuaskan 35 70 0,500 Sedang
13 15 5 19 19 0,526 Memuaskan 33 70 0,471 Sedang
14 15 7 19 19 0,421 Memuaskan 41 70 0,586 Sedang
15 14 5 19 19 0,474 Memuaskan 32 70 0,457 Sedang
16 9 9 19 19 0,000 Disisihkan 41 70 0,586 Sedang
17 13 3 19 19 0,526 Memuaskan 32 70 0,457 Sedang
18 14 5 19 19 0,474 Memuaskan 34 70 0,486 Sedang
19 13 5 19 19 0,421 Memuaskan 34 70 0,486 Sedang
20 17 5 19 19 0,632 Memuaskan 39 70 0,557 Sedang
21 14 6 19 19 0,421 Memuaskan 31 70 0,443 Sedang
22 15 6 19 19 0,474 Memuaskan 41 70 0,586 Sedang
23 13 8 19 19 0,263 Revisi 36 70 0,514 Sedang
24 11 6 19 19 0,263 Revisi 33 70 0,471 Sedang
25 16 6 19 19 0,526 Memuaskan 38 70 0,543 Sedang
26 13 5 19 19 0,421 Memuaskan 30 70 0,429 Sedang
27 15 5 19 19 0,526 Memuaskan 43 70 0,614 Sedang
28 14 5 19 19 0,474 Memuaskan 32 70 0,457 Sedang
29 17 7 19 19 0,526 Memuaskan 41 70 0,586 Sedang
30 16 4 19 19 0,632 Memuaskan 38 70 0,543 Sedang
Lampiran 5
UJI KESEIMBANGAN
1. Hipotesis
H0 : tidak terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi
H1 : terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
t = 0,155
4. Daerah kritik
DK = { t| | t |> tα;db = 1,645}
5. Keputusan uji
t hitung ∉ DK
Maka H0 tidak ditolak
Jadi : tidak terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi.
Tabel Perhitungan Uji t
No. Resp. UAN Jigsaw UAN STAD
1 9,25 9,5
2 9,25 10
3 9 7,75
4 8,5 9
5 9,5 8,75
6 8,75 9
7 9,25 9,25
8 8,5 9,25
9 9,5 7,5
10 9,5 9,5
11 9,5 8,5
12 9,25 9,5
13 8,25 9
14 8,75 9,75
15 8,5 7,75
16 9 9
17 8,75 7,75
18 9,25 9,5
19 9,75 9,5
20 8,25 9,5
21 9,75 9,5
22 9 9,25
23 8,75 8,25
24 7,5 9
25 9 9,75
26 8,75 8,25
27 9,75 9,25
28 9,75 9,5
29 8,5 9
30 8,75 9
31 9 9
32 9 9
33 9,75 7,75
34 8,75 8,75
35 9,25 9,75
36 8 9,75
37 8,75 8,5
38 9 9
39 9,5 9,25
40 9,25 9,25
41 9 9
42 9 8,5
43 9,75 9,5
44 8,5 8,75
45 9 9,25
46 7,75 8,5
47 9 9,5
48 9 9,5
49 9,5 9,5
50 9,25 9,25
51 8,25 8,25
52 9,75 8,75
53 9 8,5
54 8,25 9
55 9,25 8,75
56 9 9,25
57 9,5 9,75
58 9 8,25
59 9,5 9,75
60 7,75 9
61 9 8,75
62 9,25 7,5
63 9,75 9
64 9 8,75
65 9,5 9,75
66 8,5 9,75
67 9,5 8,5
68 7,5 8,75
69 9,25 9
70 9 9
71 8,75 9,75
72 9 8,75
73 7,75 9,25
74 10 8
75 9,75 8,75
76 8,25 9
77 9,25 9,5
78 9,5 9,25
79 9 8,75
80 9 9
81 9 10
82 9 8,5
83 7,75 9
84 8,75 9,25
85 9,75 10
86 9,75 8,5
87 8,5 9,25
88 9 9,75
89 9,25 8
90 9,25 9,25
91 9 9,5
92 8,5 9
93 9,25 9,25
94 9,25 6
95 7,5 9
96 9,5 9
97 8,5 9
98 9,5 7,75
99 9 9
100 9,75 9,25
101 7,75 9
102 9,5 7,75
103 9 9,75
104 8 9
105 8,25 9
106 9 9
107 9 9,75
108 9 8,75
109 7,75 8,5
110 9
111 9,25
112 8,75
N 112 109
Rataan 8,960 8,972
St Deviasi 0,574 0,640
Variansi 0,329 0,410
s gab 0,608
t hitung 0,155
t tabel 1,645
Lampiran 6
DATA PENELITIAN DAN DISKRIPSI DATA
RESP NO NIS METODE MOTIVASI SKOR MOTIVASI PRESTASI UAN
1 1 18185 STAD 2 105 84 9,5
2 2 18186 STAD 3 70 64 10
3 3 18187 STAD 2 103 88 7,75
4 4 18188 STAD 1 116 88 9
5 5 18189 STAD 2 103 96 8,75
6 6 18190 STAD 2 104 68 9
7 7 18191 STAD 1 117 96 9,25
8 8 18192 STAD 1 123 88 9,25
9 9 18193 STAD 1 116 88 7,5
10 10 18194 STAD 1 120 88 9,5
11 11 18195 STAD 1 118 88 8,5
12 12 18196 STAD 2 103 76 9,5
13 13 18197 STAD 1 121 88 9
14 14 18198 STAD 1 121 100 9,75
15 15 18199 STAD 1 116 88 7,75
16 16 18200 STAD 1 125 96 9
17 17 18201 STAD 2 103 76 7,75
18 18 18202 STAD 2 105 88 9,5
19 19 18203 STAD 2 110 84 9,5
20 20 18204 STAD 3 70 60 9,5
21 21 18205 STAD 2 103 80 9,5
22 22 18206 STAD 2 103 92 9,25
23 23 18207 STAD 1 118 92 8,25
24 24 18208 STAD 2 103 84 9
25 25 18209 STAD 2 105 80 9,75
26 26 18210 STAD 1 116 96 8,25
27 27 18211 STAD 1 117 100 9,25
28 28 18212 STAD 1 116 88 9,5
29 29 18213 STAD 1 116 80 9
30 30 18214 STAD 2 103 84 9
31 31 18215 STAD 1 116 96 9
32 32 18215 STAD 1 120 96 9
33 33 18216 STAD 2 103 80 7,75
34 34 18217 STAD 2 103 80 8,75
35 35 18218 STAD 1 116 76 9,75
36 36 18219 STAD 1 117 88 9,75
37 1 18033 Jigsaw 2 103 84 9,25
38 2 18034 Jigsaw 1 120 96 9,25
39 3 18035 Jigsaw 1 116 84 9
40 4 18036 Jigsaw 1 118 96 8,5
41 5 18037 Jigsaw 2 104 76 9,5
42 6 18038 Jigsaw 3 71 68 8,75
43 7 18039 Jigsaw 2 103 84 9,25
44 8 18040 Jigsaw 2 104 80 8,5
45 9 18041 Jigsaw 1 120 80 9,5
46 10 18042 Jigsaw 2 103 68 9,5
47 11 18043 Jigsaw 3 66 72 9,5
48 12 18044 Jigsaw 2 103 76 9,25
49 13 18045 Jigsaw 2 104 64 8,25
50 14 18046 Jigsaw 1 119 92 8,75
51 15 18047 Jigsaw 3 67 56 8,5
52 16 18047 Jigsaw 1 117 84 9
53 17 18048 Jigsaw 1 117 88 8,75
54 18 18049 Jigsaw 2 104 80 9,25
55 19 18050 Jigsaw 1 124 84 9,75
56 20 18051 Jigsaw 2 105 76 8,25
57 21 18052 Jigsaw 3 78 56 9,75
58 22 18053 Jigsaw 3 65 60 9
59 23 18054 Jigsaw 1 120 84 8,75
60 24 18055 Jigsaw 1 122 88 7,5
61 25 18056 Jigsaw 2 103 76 9
62 26 18057 Jigsaw 1 124 80 8,75
63 27 18058 Jigsaw 2 103 84 9,75
64 28 18059 Jigsaw 1 119 92 9,75
65 29 18060 Jigsaw 1 116 88 8,5
66 30 18061 Jigsaw 2 103 68 8,75
67 31 18062 Jigsaw 3 87 72 9
68 32 18063 Jigsaw 1 116 80 9
69 33 18064 Jigsaw 3 84 64 9,75
70 34 18065 Jigsaw 1 116 80 8,75
71 35 18066 Jigsaw 1 118 96 9,25
72 36 18067 Jigsaw 1 124 80 8
73 37 18068 Jigsaw 2 103 68 8,75
74 1 18385 STAD 1 118 92 8,5
75 2 18386 STAD 1 118 88 9
76 3 18387 STAD 2 103 80 9,25
77 4 18388 STAD 2 104 76 9,25
78 5 18389 STAD 3 75 52 9
79 6 18390 STAD 1 119 92 8,5
80 7 18391 STAD 2 103 72 9,5
81 8 18392 STAD 1 116 92 8,75
82 9 18393 STAD 1 116 76 9,25
83 10 18394 STAD 1 118 96 8,5
84 11 18395 STAD 1 116 96 9,5
85 12 18396 STAD 1 118 84 9,5
86 13 18397 STAD 3 70 52 9,5
87 14 18398 STAD 1 116 100 9,25
88 15 18399 STAD 2 103 76 8,25
89 16 18400 STAD 1 121 88 8,75
90 17 18401 STAD 2 103 72 8,5
91 18 18402 STAD 1 123 76 9
92 19 18403 STAD 1 123 76 8,75
93 20 18404 STAD 2 103 72 9,25
94 21 18405 STAD 1 118 96 9,75
95 22 18406 STAD 2 106 96 8,25
96 23 18407 STAD 1 119 96 9,75
97 24 18408 STAD 1 117 96 9
98 25 18409 STAD 1 122 80 8,75
99 26 18410 STAD 1 117 96 7,5
100 27 18411 STAD 2 103 72 9
101 28 18412 STAD 1 117 84 8,75
102 29 18413 STAD 1 120 88 9,75
103 30 18414 STAD 1 117 76 9,75
104 31 18415 STAD 1 116 92 8,5
105 32 18416 STAD 2 103 60 8,75
106 33 18417 STAD 3 74 56 9
107 34 18418 STAD 2 104 64 9
108 35 18419 STAD 2 105 76 9,75
109 36 18420 STAD 1 118 84 8,75
110 37 18421 STAD 1 125 84 9,25
111 1 18422 Jigsaw 1 117 92 9
112 2 18423 Jigsaw 1 119 72 9,5
113 3 18424 Jigsaw 1 117 92 9,25
114 4 18425 Jigsaw 1 116 88 9
115 5 18426 Jigsaw 1 120 76 9
116 6 18427 Jigsaw 2 104 64 9,75
117 7 18428 Jigsaw 2 103 64 8,5
118 8 18429 Jigsaw 1 119 84 9
119 9 18430 Jigsaw 1 116 84 7,75
120 10 18431 Jigsaw 2 103 64 9
121 11 18432 Jigsaw 2 105 72 9
122 12 18433 Jigsaw 1 116 92 9,5
123 13 18434 Jigsaw 1 118 84 9,25
124 14 18435 Jigsaw 1 116 76 8,25
125 15 18436 Jigsaw 1 119 92 9,75
126 16 18437 Jigsaw 2 103 64 9
127 17 18438 Jigsaw 1 119 76 8,25
128 18 18439 Jigsaw 1 122 76 9,25
129 19 18440 Jigsaw 1 118 84 9
130 20 18441 Jigsaw 1 118 92 9,5
131 21 18442 Jigsaw 1 120 88 9
132 22 18443 Jigsaw 1 119 80 9,5
133 23 18444 Jigsaw 1 117 76 7,75
134 24 18445 Jigsaw 1 117 92 9
135 25 18446 Jigsaw 1 116 88 9,25
136 26 18447 Jigsaw 3 85 80 9,75
137 27 18448 Jigsaw 1 122 92 9
138 28 18449 Jigsaw 1 124 96 9,5
139 29 18450 Jigsaw 1 119 88 8,5
140 30 18451 Jigsaw 2 105 60 9,5
141 31 18452 Jigsaw 1 118 80 7,5
142 32 18453 Jigsaw 1 116 72 9,25
143 33 18454 Jigsaw 1 126 88 9
144 34 18455 Jigsaw 1 116 72 8,75
145 35 18456 Jigsaw 1 118 72 9
146 36 18457 Jigsaw 1 125 92 7,75
147 37 18458 Jigsaw 2 108 64 10
148 1 11010 STAD 2 104 60 8
149 2 11011 STAD 2 105 60 8,75
150 3 11012 STAD 2 103 60 9
151 4 11013 STAD 2 103 64 9,5
152 5 11014 STAD 2 106 72 9,25
153 6 11015 STAD 1 118 100 8,75
154 7 11016 STAD 2 104 72 9
155 8 11017 STAD 2 104 88 10
156 9 11018 STAD 2 106 68 8,5
157 10 11019 STAD 2 110 76 9
158 11 11020 STAD 2 107 60 9,25
159 12 11021 STAD 2 105 56 10
160 13 11022 STAD 2 105 68 8,5
161 14 11023 STAD 2 108 68 9,25
162 15 11024 STAD 1 116 68 9,75
163 16 11025 STAD 2 105 64 8
164 17 11026 STAD 2 103 68 9,25
165 18 11027 STAD 2 103 68 9,5
166 19 11028 STAD 2 105 76 9
167 20 11029 STAD 2 107 68 9,25
168 21 11030 STAD 2 106 68 6
169 22 11031 STAD 3 76 52 9
170 23 11032 STAD 1 116 92 9
171 24 11033 STAD 3 81 52 9
172 25 11034 STAD 2 103 84 7,75
173 26 11035 STAD 2 104 60 9
174 27 11036 STAD 2 108 56 9,25
175 28 11037 STAD 2 103 60 9
176 29 11038 STAD 2 106 72 7,75
177 30 11039 STAD 1 118 92 9,75
178 31 11040 STAD 2 105 68 9
179 32 11041 STAD 1 118 100 9
180 33 11042 STAD 1 117 92 9
181 34 11043 STAD 1 118 92 9,75
182 35 11044 STAD 2 103 72 8,75
183 36 11045 STAD 2 104 68 8,5
184 1 11046 Jigsaw 2 105 68 9,75
185 2 11047 Jigsaw 1 116 96 8,25
186 3 11048 Jigsaw 1 117 92 9,25
187 4 11049 Jigsaw 1 120 100 9,5
188 5 11050 Jigsaw 1 117 96 9
189 6 11051 Jigsaw 1 121 96 9
190 7 11052 Jigsaw 1 117 96 9
191 8 11053 Jigsaw 2 103 80 9
192 9 11054 Jigsaw 3 65 76 7,75
193 10 11055 Jigsaw 3 73 64 8,75
194 11 11056 Jigsaw 3 84 64 9,75
195 12 11057 Jigsaw 2 104 84 9,75
196 13 11058 Jigsaw 1 121 84 8,5
197 14 11059 Jigsaw 1 118 92 9
198 15 11060 Jigsaw 1 120 96 9,25
199 16 11061 Jigsaw 2 105 68 9,25
200 17 11062 Jigsaw 3 83 60 9
201 18 11063 Jigsaw 2 106 68 8,5
202 19 11064 Jigsaw 1 116 100 9,25
203 20 11065 Jigsaw 1 117 84 9,25
204 21 11066 Jigsaw 1 118 84 7,5
205 22 11067 Jigsaw 2 103 76 9,5
206 23 11068 Jigsaw 3 70 56 8,5
207 24 11069 Jigsaw 1 119 92 9,5
208 25 11070 Jigsaw 1 125 92 9
209 26 11071 Jigsaw 2 103 72 9,75
210 27 11072 Jigsaw 2 107 84 7,75
211 28 11073 Jigsaw 3 80 76 9,5
212 29 11074 Jigsaw 3 69 68 9
213 30 11075 Jigsaw 1 125 96 8
214 31 11076 Jigsaw 2 103 72 8,25
215 32 11077 Jigsaw 1 116 84 9
216 33 11078 Jigsaw 1 116 84 9
217 34 11079 Jigsaw 2 105 80 9
218 35 11080 Jigsaw 1 119 92 7,75
219 36 11081 Jigsaw 1 118 80 9
220 37 11082 Jigsaw 2 103 56 9,25
221 38 11083 Jigsaw 1 119 88 8,75
N 221 221 221
Mean 109 80 9
St Deviasi 13,553 12,311 0,606
Median 116 80 9
Maksimum 126 100 10
Minimum 65 52 6
Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model
Pembelajaran
No STAD Jigsaw
1 84 84
2 64 96
3 88 84
4 88 96
5 96 76
6 68 68
7 96 84
8 88 80
9 88 80
10 88 68
11 88 72
12 76 76
13 88 64
14 100 92
15 88 56
16 96 84
17 76 88
18 88 80
19 84 84
20 60 76
21 80 56
22 92 60
23 92 84
24 84 88
25 80 76
26 96 80
27 100 84
28 88 92
29 80 88
30 84 68
31 96 72
32 96 80
33 80 64
34 80 80
35 76 96
36 88 80
37 92 68
38 88 92
39 80 72
40 76 92
41 52 88
42 92 76
43 72 64
44 92 64
45 76 84
46 96 84
47 96 64
48 84 72
49 52 92
50 100 84
51 76 76
52 88 92
53 72 64
54 76 76
55 76 76
56 72 84
57 96 92
58 96 88
59 96 80
60 96 76
61 80 92
62 96 88
63 72 80
64 84 92
65 88 96
66 76 88
67 92 60
68 60 80
69 56 72
70 64 88
71 76 72
72 84 72
73 84 92
74 60 64
75 60 68
76 60 96
77 64 92
78 72 100
79 100 96
80 72 96
81 88 96
82 68 80
83 76 76
84 60 64
85 56 64
86 68 84
87 68 84
88 68 92
89 64 96
90 68 68
91 68 60
92 76 68
93 68 100
94 68 84
95 52 84
96 92 76
97 52 56
98 84 92
99 60 92
100 56 72
101 60 84
102 72 76
103 92 68
104 68 96
105 100 72
106 92 84
107 92 84
108 72 80
109 68 92
110 80
111 56
112 88
N 109 112
Rata-rata 79,376 80,071
St Dev 13,335 11,275
Median 80 80
Maks 100 100
Min 52 56
Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Motivasi Belajar
NO TINGGI SEDANG RENDAH
1 88 84 64
2 96 88 60
3 88 96 68
4 88 68 72
5 88 76 56
6 88 76 56
7 88 88 60
8 100 84 72
9 88 80 64
10 96 92 52
11 92 84 52
12 96 80 56
13 100 84 80
14 88 80 52
15 80 80 52
16 96 84 76
17 96 76 64
18 76 84 64
19 88 80 60
20 96 68 56
21 84 76 76
22 96 64 68
23 80 80
24 92 76
25 84 76
26 88 84
27 84 68
28 84 68
29 88 80
30 80 76
31 92 72
32 88 76
33 80 72
34 80 72
35 96 96
36 80 72
37 92 60
38 88 64
39 92 76
40 92 64
41 76 64
42 96 64
43 96 72
44 84 64
45 100 60
46 88 64
47 76 60
48 76 60
49 96 60
50 96 64
51 96 72
52 80 72
53 96 88
54 84 68
55 88 76
56 76 60
57 92 56
58 84 68
59 84 68
60 92 64
61 72 68
62 92 68
63 88 76
64 76 68
65 84 68
66 84 84
67 92 60
68 84 56
69 76 60
70 92 72
71 76 68
72 76 72
73 84 68
74 92 68
75 88 80
76 80 84
77 76 68
78 92 68
79 88 76
80 92 72
81 96 84
82 88 72
83 80 80
84 72 56
85 88
86 72
87 72
88 92
89 100
90 68
91 92
92 92
93 100
94 92
95 92
96 96
97 92
98 100
99 96
100 96
101 96
102 84
103 92
104 96
105 100
106 84
107 84
108 92
109 92
110 96
111 84
112 84
113 92
114 80
115 88
N 115 84 22
Rata-rata 87,965 72,905 62,727
St Dev 7,558 9,321 8,587
Median 88 72 62
Maks 100 96 80
Min 68 56 52
Diskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model
Pembelajaran dan Motivasi Belajar
Jigsaw STAD NO
TINGGI SEDANG RENDAH TINGGI SEDANG RENDAH
1 96 84 68 88 84 64
2 84 76 72 96 88 60
3 96 84 56 88 96 52
4 80 80 56 88 68 52
5 92 68 60 88 76 56
6 84 76 72 88 76 52
7 88 64 64 88 88 52
8 84 80 80 100 84
9 84 76 76 88 80
10 88 76 64 96 92
11 80 84 64 92 84
12 92 68 60 96 80
13 88 68 56 100 84
14 80 64 76 88 80
15 80 64 68 80 80
16 96 64 96 80
17 80 72 96 76
18 92 64 76 72
19 72 60 88 76
20 92 64 92 72
21 88 68 88 72
22 76 80 92 96
23 84 84 92 72
24 84 68 76 60
25 92 68 96 64
26 84 76 96 76
27 76 72 84 60
28 92 84 100 60
29 76 72 88 60
30 76 80 76 64
31 84 56 76 72
32 92 96 72
33 88 96 88
34 80 96 68
35 76 80 76
36 92 96 60
37 88 84 56
38 92 88 68
39 96 76 68
40 88 92 64
41 80 84 68
42 72 84 68
43 88 100 76
44 72 68 68
45 72 92 68
46 92 92 84
47 96 100 60
48 92 92 56
49 100 92 60
50 96 72
51 96 68
52 96 72
53 84 68
54 92
55 96
56 100
57 84
58 84
59 92
60 92
61 96
62 84
63 84
64 92
65 80
66 88
N 66 31 15 49 53 7
Rata-rata 86,848 72,387 66,133 89,469 73,208 55,429
St Dev 7,384 8,024 7,836 7,602 10,064 4,860
Median 88 72 64 92 72 52
Maks 100 84 80 100 96 64
Min 72 56 56 68 56 52
Lampiran 7
UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
A. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika berasal dari populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika tidak berasal dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 97,928
SD = 12,132
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,057
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,060
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika berasal dari populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika dengan metode
Lilliefors
NO xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 52
2 52
3 52 -2,302 0,011 0,014 0,003
4 56
5 56
6 56
7 56
8 56
9 56
10 56
11 56 -1,972 0,024 0,050 0,025
12 60
13 60
14 60
15 60
16 60
17 60
18 60
19 60
20 60
21 60
22 60 -1,643 0,050 0,100 0,049
23 64
24 64
25 64
26 64
27 64
28 64
29 64
30 64
31 64
32 64
33 64 -1,313 0,095 0,149 0,055
34 68
35 68
36 68
37 68
38 68
39 68
40 68
41 68
42 68
43 68
44 68
45 68
46 68
47 68
48 68 -0,983 0,163 0,217 0,054
49 72
50 72
51 72
52 72
53 72
54 72
55 72
56 72
57 72
58 72
59 72
60 72
61 72
62 72
63 72
64 72
65 72
66 72
67 72
68 72
69 72 -0,653 0,257 0,312 0,055
70 76
71 76
72 76
73 76
74 76
75 76
76 76
77 76
78 76
79 76
80 76
81 76
82 76
83 76
84 76
85 76
86 76
87 76
88 76
89 76
90 76
91 76
92 76
93 76
94 76
95 76 -0,324 0,373 0,430 0,057
96 80
97 80
98 80
99 80
100 80
101 80
102 80
103 80
104 80
105 80
106 80
107 80
108 80
109 80
110 80
111 80
112 80
113 80
114 80
115 80 0,006 0,502 0,520 0,018
116 84
117 84
118 84
119 84
120 84
121 84
122 84
123 84
124 84
125 84
126 84
127 84
128 84
129 84
130 84
131 84
132 84
133 84
134 84
135 84
136 84
137 84
138 84
139 84
140 84
141 84
142 84 0,336 0,631 0,643 0,011
143 88
144 88
145 88
146 88
147 88
148 88
149 88
150 88
151 88
152 88
153 88
154 88
155 88
156 88
157 88
158 88
159 88
160 88
161 88
162 88
163 88
164 88
165 88
166 88 0,665 0,747 0,751 0,004
167 92
168 92
169 92
170 92
171 92
172 92
173 92
174 92
175 92
176 92
177 92
178 92
179 92
180 92
181 92
182 92
183 92
184 92
185 92
186 92
187 92
188 92
189 92
190 92
191 92
192 92 0,995 0,840 0,869 0,029
193 96
194 96
195 96
196 96
197 96
198 96
199 96
200 96
201 96
202 96
203 96
204 96
205 96
206 96
207 96
208 96
209 96
210 96
211 96
212 96
213 96
214 100 1,654 0,951 0,968 0,017
215 100
216 100
217 100
218 100
219 100
220 100
221 100 1,654 0,951 1,000 0,049
Rata-rata 79,928 Maks 0,057
St Dev 12,132 Tabel 0,060
B. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE JIGSAW
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw berasal dari
populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw tidak berasal dari
populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 80,393
SD = 11,068
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,056
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,084
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw berasal dari
populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Tipe
Jigsaw dengan Metode Lilliefors
NO Xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 56
2 56 3 56
4 56 -2,204 0,014 0,036 0,022
5 60
6 60
7 60 -1,842 0,033 0,063 0,030
8 64
9 64
10 64
11 64
12 64
13 64
14 64 -1,481 0,069 0,125 0,056
15 68
16 68
17 68
18 68
19 68
20 68 -1,120 0,131 0,179 0,047
21 72
22 72
23 72
24 72
25 72
26 72
27 72
28 72
29 72
30 72
31 72 -0,758 0,224 0,277 0,053
32 76
33 76
34 76
35 76
36 76
37 76
38 76
39 76
40 76
41 76
42 76
43 76
44 76
45 76 -0,397 0,346 0,402 0,056
46 80
47 80
48 80
49 80
50 80
51 80
52 80
53 80
54 80
55 80
56 80
57 80
58 80 -0,035 0,486 0,518 0,032
59 84
60 84
61 84
62 84
63 84
64 84
65 84
66 84
67 84
68 84
69 84
70 84
71 84
72 84
73 84
74 84
75 84
76 84 0,326 0,628 0,679 0,051
77 88
78 88
79 88
80 88
81 88
82 88
83 88
84 88
85 88 0,687 0,754 0,759 0,005
86 92
87 92
88 92
89 92
90 92
91 92
92 92
93 92
94 92
95 92
96 92
97 92
98 92
99 92
100 92 1,049 0,853 0,893 0,040
101 96
102 96
103 96
104 96
105 96
106 96
107 96
108 96
109 96 1,410 0,921 0,973 0,052
110 100
111 100
112 100 1,771 0,962 1,000 0,038
Rata-rata 80,393 Maks 0,056
StDev 11,068 Tabel 0,084
C. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE STAD
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD berasal dari
populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD tidak berasal dari
populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 79,450
SD = 13,171
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,068
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,085
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD berasal dari
populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika pada Tipe
STAD dengan metode Lilliefors
NO xi Zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 52
2 52
3 52 -2,084 0,019 0,028 0,009
4 56
5 56
6 56
7 56 -1,780 0,038 0,064 0,027
8 60
9 60
10 60
11 60
12 60
13 60
14 60
15 60 -1,477 0,070 0,138 0,068
16 64 17 64
18 64
19 64 -1,173 0,120 0,174 0,054
20 68
21 68
22 68
23 68
24 68
25 68
26 68
27 68
28 68 -0,869 0,192 0,257 0,065
29 72
30 72
31 72
32 72
33 72
34 72
35 72
36 72
37 72
38 72 -0,566 0,286 0,349 0,063
39 76
40 76
41 76
42 76
43 76
44 76
45 76
46 76
47 76
48 76
49 76
50 76 -0,262 0,397 0,459 0,062
51 80
52 80
53 80
54 80
55 80
56 80
57 80 0,042 0,517 0,523 0,006
58 84
59 84
60 84
61 84
62 84
63 84
64 84
65 84
66 84 0,345 0,635 0,606 0,030
67 88
68 88
69 88
70 88
71 88
72 88
73 88
74 88
75 88
76 88
77 88
78 88
79 88
80 88
81 88 0,649 0,742 0,743 0,001
82 92
83 92
84 92
85 92
86 92
87 92
88 92
89 92
90 92
91 92
92 92 0,953 0,830 0,844 0,014
93 96
94 96
95 96
96 96
97 96
98 96
99 96
100 96
101 96
102 96
103 96
104 96 1,257 0,896 0,954 0,059
105 100
106 100
107 100
108 100
109 100 1,560 0,941 1,000 0,059
Rata-rata 79,450 Maks 0,068
StDev 13,171 Tabel 0,085
D. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA MOTIVASI TINGGI
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi tinggi berasal dari
populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi tinggi tidak berasal
dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 88,
SD = 7,604
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,077
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,083
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi tinggi berasal dari
populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Untuk
Motivasi Tinggi dengan Metode Lilliefors
NO xi Zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 68 -2,630 0,004 0,009 0,004
2 72
3 72
4 72
5 72 -2,104 0,018 0,043 0,026
6 76
7 76
8 76
9 76
10 76
11 76
12 76
13 76
14 76
15 76 -1,578 0,057 0,130 0,073
16 80
17 80
18 80
19 80
20 80
21 80
22 80
23 80
24 80
25 80 -1,052 0,146 0,217 0,071
26 84
27 84
28 84
29 84
30 84
31 84
32 84
33 84
34 84
35 84
36 84
37 84
38 84
39 84
40 84
41 84
42 84 -0,526 0,299 0,365 0,066
43 88
44 88
45 88
46 88
47 88
48 88
49 88
50 88
51 88
52 88
53 88
54 88
55 88
56 88
57 88
58 88
59 88
60 88
61 88
62 88
63 88 0,000 0,500 0,548 0,048
64 92
65 92
66 92
67 92
68 92
69 92
70 92
71 92
72 92
73 92
74 92
75 92
76 92
77 92
78 92
79 92
80 92
81 92
82 92
83 92
84 92
85 92
86 92
87 92 0,526 0,701 0,757 0,056
88 96
89 96
90 96
91 96
92 96
93 96
94 96
95 96
96 96 1,052 0,854 0,835 0,019
97 96
98 96
99 96
100 96
101 96
102 96
103 96
104 96
105 96
106 96
107 96 1,052 0,854 0,930 0,077
108 100
109 100
110 100
111 100
112 100
113 100
114 100
115 100 1,578 0,943 1,000 0,057
Rata-rata 88,000 Maks 0,077
StDev 7,604 Tabel 0,083
E. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA MOTIVASI SEDANG
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi sedang berasal dari
populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi sedang tidak berasal
dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 73,190
SD = 9,142
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,088
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,097
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi sedang berasal dari
populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Untuk
Motivasi Sedang dengan Metode Lilliefors
NO Xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 56
2 56
3 56 -1,880 0,030 0,036 0,006
4 60
5 60
6 60
7 60
8 60
9 60
10 60
11 60 -1,443 0,075 0,131 0,056
12 64
13 64
14 64
15 64
16 64
17 64
18 64
19 64
20 64 -1,005 0,157 0,238 0,081
21 68
22 68
23 68
24 68
25 68
26 68
27 68
28 68
29 68
30 68
31 68 -0,568 0,285 0,369 0,084
32 72
33 72
34 72
35 72
36 72
37 72
38 72
39 72
40 72
41 72
42 72
43 72
44 72
45 72 -0,130 0,448 0,536 0,088
46 76
47 76
48 76
49 76
50 76
51 76
52 76
53 76
54 76
55 76
56 76
57 76
58 76
59 76 0,307 0,621 0,702 0,082
60 80
61 80
62 80
63 80
64 80
65 80
66 80
67 80
68 80 0,745 0,772 0,810 0,038
69 84
70 84
71 84
72 84
73 84
74 84
75 84
76 84
77 84
78 84 1,182 0,881 0,929 0,047
79 88
80 88
81 88 1,620 0,947 0,964 0,017
82 92
83 92
84 96 2,495 0,994 1,000 0,006
Rata-rata 73,190 Maks 0,088
StDev 9,142 Tabel 0,097
F. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA MOTIVASI RENDAH
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi rendah berasal dari
populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi rendah tidak berasal
dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 63,455
SD = 8,667
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,169
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,190
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada motivasi rendah berasal dari
populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Untuk
Motivasi Rendah dengan Metode Lilliefors
NO xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 52
2 52
3 52 -1,322 0,093 0,136 0,043
4 56
5 56
6 56
7 56
8 56 -0,860 0,195 0,364 0,169
9 60
10 60
11 60 -0,399 0,345 0,500 0,155
12 64
13 64 0,063 0,525 0,591 0,066
14 68
15 68
16 68 0,524 0,700 0,727 0,027
17 72
18 72
19 72 0,986 0,838 0,864 0,026
20 76
21 76 1,447 0,926 0,955 0,028
22 80 1,909 0,972 1,000 0,028
Rata-rata 63,455 Maks 0,169
StDev 8,667 Tabel 0,190
G. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE JIGSAW UNTUK MOTIVASI TINGGI
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
tinggi berasal dari populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
tinggi tidak berasal dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 86,909
SD = 7,477
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,106
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,109
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
tinggi berasal dari populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Tipe
Jigsaw Untuk Motivasi Tinggi dengan Metode Lilliefors
NO xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 72
2 72
3 72
4 72 -1,994 0,023 0,061 0,038
5 76
6 76
7 76
8 76
9 76 -1,459 0,072 0,136 0,064
10 80
11 80
12 80
13 80
14 80
15 80
16 80
17 80 -0,924 0,178 0,258 0,080
18 84
19 84
20 84
21 84
22 84
23 84
24 84
25 84
26 84
27 84
28 84
29 84
30 84 -0,389 0,349 0,455 0,106
31 88
32 88
33 88
34 88
35 88
36 88
37 88
38 88
39 88 0,146 0,558 0,591 0,033
40 92
41 92
42 92
43 92
44 92
45 92
46 92
47 92
48 92
49 92
50 92
51 92
52 92
53 92
54 92 0,681 0,752 0,818 0,066
55 96
56 96
57 96
58 96
59 96
60 96
61 96
62 96
63 96 1,216 0,888 0,955 0,067
64 100
65 100
66 100 1,751 0,960 1,000 0,040
Rata-rata 86,909 Maks 0,106
StDev 7,477 Tabel 0,109
H. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE JIGSAW UNTUK MOTIVASI SEDANG
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
sedang berasal dari populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
sedang tidak berasal dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 73,032
SD = 7,931
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,131
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,159
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
sedang berasal dari populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Tipe
Jigsaw Untuk Motivasi Sedang dengan Metode Lilliefors
NO Xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 56 -2,148 0,016 0,032 0,016
2 60 -1,643 0,050 0,065 0,014
3 64
4 64
5 64
6 64
7 64
8 64 -1,139 0,127 0,258 0,131
9 68
10 68
11 68 -0,635 0,263 0,355 0,092
12 72
13 72
14 72
15 72 -0,130 0,448 0,484 0,036
16 76
17 76
18 76
19 76
20 76
21 76
22 76 0,374 0,646 0,710 0,064
23 80
24 80
25 80
26 80 0,879 0,810 0,839 0,029
27 84
28 84
29 84
30 84
31 84 1,383 0,917 1,000 0,083
Rata-rata 73,032 Maks 0,131
StDev 7,931 Tabel 0,159
I. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE JIGSAW UNTUK MOTIVASI RENDAH
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
rendah berasal dari populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe Jigsaw untuk motivasi
rendah tidak berasal dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 66,933
SD = 7,923
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,143
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,220
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika berasal dari populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Tipe
Jigsaw Untuk Motivasi Rendah dengan Metode Lilliefors
NO xi Zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 56
2 56
3 56 -1,380 0,084 0,200 0,116
4 60
5 60 -0,875 0,191 0,333 0,143
6 64 -0,370 0,356 0,400 0,044
7 68
8 68
9 68 0,135 0,554 0,600 0,046
10 72
11 72
12 72 0,639 0,739 0,800 0,061
13 76
14 76 1,144 0,874 0,933 0,060
15 80 1,649 0,950 1,000 0,050
Rata-rata 66,933 Maks 0,143
StDev 7,923 Tabel 0,220
J. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE STAD UNTUK MOTIVASI TINGGI
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
tinggi berasal dari populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
tinggi tidak berasal dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 89,496
SD = 7,602
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,093
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,127
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
tinggi berasal dari populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Tipe
STAD Untuk Motivasi Tinggi dengan Metode Lilliefors
NO Xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 68 -2,824 0,002 0,020 0,018
2 76
3 76
4 76
5 76
6 76 -1,772 0,038 0,122 0,084
7 80
8 80 -1,246 0,106 0,163 0,057
9 84
10 84
11 84
12 84 -0,719 0,236 0,245 0,009
13 88
14 88
15 88
16 88
17 88
18 88
19 88
20 88
21 88
22 88
23 88
24 88 -0,193 0,423 0,490 0,066
25 92
26 92
27 92
28 92
29 92
30 92
31 92
32 92
33 92 0,333 0,630 0,673 0,043
34 96
35 96
36 96
37 96
38 96
39 96
40 96
41 96
42 96
43 96
44 96 0,859 0,805 0,898 0,093
45 100
46 100
47 100
48 100
49 100 1,385 0,917 1,000 0,083
Rata-rata 89,469 Maks 0,093
StDev 7,602 Tabel 0,127
K. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE STAD UNTUK MOTIVASI SEDANG
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
sedang berasal dari populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
sedang tidak berasal dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 73,283
SD = 9,853
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,118
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,122
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
sedang berasal dari populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Tipe
STAD Untuk Motivasi Sedang dengan Metode Lilliefors
NO xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 56
2 56 -1,754 0,040 0,038 0,002
3 60
4 60
5 60
6 60
7 60
8 60
9 60 -1,348 0,089 0,170 0,081
10 64
11 64
12 64 -0,942 0,173 0,226 0,053
13 68
14 68
15 68
16 68
17 68
18 68
19 68
20 68 -0,536 0,296 0,377 0,081
21 72
22 72
23 72
24 72
25 72
26 72
27 72
28 72
29 72
30 72 -0,130 0,448 0,566 0,118
31 76
32 76
33 76
34 76
35 76
36 76
37 76 0,276 0,609 0,698 0,089
38 80
39 80
40 80
41 80
42 80 0,682 0,752 0,792 0,040
43 84
44 84
45 84
46 84
47 84 1,088 0,862 0,887 0,025
48 88
49 88
50 88 1,494 0,932 0,943 0,011
51 92
52 92 1,900 0,971 0,981 0,010
53 96 2,305 0,989 1,000 0,011
Rata-rata 73,283 Maks 0,118
StDev 9,853 Tabel 0,122
L. UJI NORMALITAS DATA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
PADA TIPE STAD UNTUK MOTIVASI RENDAH
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
rendah berasal dari populasi normal
H1 : data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
rendah tidak berasal dari populasi normal
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
x = 56,000
SD = 4,619
L = maks | F*(Zi) - S(Zi) | = 0,235
4. Daerah kritik
L tabel Lilliefors = LLilliefors(0,05; 152) = 0,300
5. Keputusan uji
L hitung < L tabel Lilliefors
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika pada tipe STAD untuk motivasi
sedang berasal dari populasi normal.
Tabel Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Matematika Pada Tipe
STAD Untuk Motivasi Rendah dengan Metode Lilliefors
NO Xi zi F(zi) S(zi) | F(zi) - S(zi) |
1 52
2 52
3 52 -0,866 0,193 0,429 0,235
4 56
5 56 0,000 0,500 0,714 0,214
6 60 0,866 0,807 0,857 0,050
7 64 1,732 0,958 1,000 0,042
Rata-rata 56,000 Maks 0,235
StDev 4,619 Tabel 0,300
Lampiran 8
UJI KESAMAAN VARIANSI (HOMOGENITAS) NILAI PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP FAKTOR MODEL
PEMBELAJARAN DAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK
a. Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar matematika
terhadap faktor model pembelajaran
1. Hipotesis
H0 : data prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran
mempunyai variansi yang sama (homogen)
H1 : data prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran
tidak mempunyai variansi yang sama (tidak homogen)
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
RKG = 147,642
c = 1,005
χ2 = 3,143
4. Daerah kritik
χ2 tabel = χ
2(k-1; α) = χ
2(1; 0,05) = 3,841
DK = { χ2 | χ2 > χ2(1; 0,05) = 3,841 }
5. Keputusan uji
χ2 = 3,143 ∉ DK
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor model pembelajaran
mempunyai variansi yang sama (homogen)
b. Uji kesamaan variansi (homogenitas) nilai prestasi belajar matematika
terhadap faktor motivasi belajar
1. Hipotesis
H0 : data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor motivasi belajar
mempunyai variansi yang sama (homogen)
H1 : data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor motivasi belajar
tidak mempunyai variansi yang sama (tidak homogen)
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel di bawah diperoleh:
RKG = 69,295
c = 1,011
χ2 = 3,202
4. Daerah kritik
χ2 tabel = χ2(k-1; α) = χ2
(2; 0,05) = 5,991
DK = { χ2 | χ
2 > χ
2(2; 0,05) = 5,991 }
5. Keputusan uji
χ2 = 3,202∉ DK
Maka H0 tidak ditolak
Jadi data nilai prestasi belajar matematika terhadap faktor motivasi belajar
mempunyai variansi yang sama (homogen)
Tabel. Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar matematika
terhadap faktor model pembelajaran METODE nj fj sj sj
2 SSj log(sj
2) fj log sj
2 RKG f log(RKG) c χ2
STAD 109 108 13,171 173,472 18734,972 2,239 241,837 147,642 475,057 1,005 3,143
JIGSAW 112 111 11,068 122,511 13598,714 2,088 231,787
JUMLAH 221 219 24,239 295,983 32333,687 4,327 473,624
Tabel. Uji kesamaan variansi (homogenitas) prestasi belajar matematika
terhadap faktor motivasi belajar MOTIVASI nj fj sj sj
2 SSj log sj
2 fj log sj
2 RKG f log (RKG) c χ2
Tinggi 115 114 7,6042 57,825 6592,000 1,762 200,881 69,295 401,274 1,011 3,202
Sedang 84 83 9,1421 83,578 6936,952 1,922 159,534
Rendah 22 21 8,667 75,117 1577,455 1,876 39,390
JUMLAH 221 218 25,413 216,519 15106,407 5,560 399,805
Lampiran 9
ANAVA DAN UJI KOMPARASI GANDA
a. Anava
1. Hipotesis
H0a : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran pada prestasi belajar
matematika
H1a : terdapat pengaruh model pembelajaran pada prestasi belajar matematika
H0b : tidak terdapat pengaruh motivasi belajar pada prestasi belajar
matematika
H1b : terdapat pengaruh motivasi belajar pada prestasi belajar matematika
H0ab : tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan
motivasi belajar pada prestasi belajar matematika
H1ab : terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi
belajar pada prestasi belajar matematika
2. Taraf signifikansi
α = 0,05
3. Statistik uji
Berdasarkan perhitungan pada tabel 1 sampai tabel 8 diperoleh:
Fa hitung = 3,337
Fb hitung = 108,921
Fab hitung = 7,903
4. Daerah kritik
Fa hitung > Fa tabel = F(α; q-1; N-pq) = F(0,05; 1; 215) = 3,84
Fb hitung > Fb tabel = F(α; p-1; N-pq) = F(0,05; 2; 215) = 3,00
Fab hitung > Fab tabel = F(α; (p-1)(q-1); N-pq) = F(0,05; 2; 2,15) = 3,00
5. Keputusan uji
i. Fa hitung < Fa tabel
Maka H0a tidak ditolak
Jadi tidak terdapat pengaruh model pembelajaran pada prestasi belajar
matematika
ii. Fb hitung > Fb tabel
Maka H0b ditolak
Jadi terdapat pengaruh motivasi belajar pada prestasi belajar matematika
iii. Fab hitung > Fab tabel
Maka H0ab ditolak
Jadi terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan
motivasi belajar pada prestasi belajar matematika
Berdasarkan data pada lampiran 6, data prestasi belajar matematika dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 1. Pengelompokkan Data Prestasi Belajar Matematika
Jigsaw STAD NO
TINGGI SEDANG RENDAH TINGGI SEDANG RENDAH
1 96 84 68 88 84 64
2 84 76 72 96 88 60
3 96 84 56 88 92 52
4 80 80 56 88 68 52
5 92 68 60 88 76 56
6 84 76 72 88 76 52
7 88 64 64 88 88 56
8 84 80 80 100 84
9 84 76 76 88 80
10 88 76 68 96 92
11 80 84 68 92 84
12 92 68 60 96 80
13 88 68 56 100 84
14 80 64 76 88 80
15 80 64 72 80 80
16 96 64 96 80
17 80 72 96 76
18 92 64 76 72
19 72 60 88 76
20 92 64 92 72
21 88 72 88 72
22 76 80 92 96
23 84 84 92 72
24 84 72 76 60
25 92 72 96 64
26 84 76 96 76
27 76 76 84 60
28 92 84 100 60
29 76 76 88 60
30 76 80 76 64
31 84 56 76 72
32 92 96 72
33 88 96 88
34 80 96 68
35 76 80 76
36 92 96 60
37 88 84 56
38 92 88 68
39 96 76 68
40 88 92 64
41 80 84 68
42 72 84 68
43 88 100 76
44 72 68 68
45 72 92 68
46 92 92 84
47 96 100 60
48 92 92 56
49 100 92 60
50 96 72
51 96 72
52 96 72
53 84 72
54 92
55 96
56 100
57 84
58 84
59 92
60 92
61 100
62 84
63 84
64 92
65 80
66 88
Tabel 2. Rangkuman Data Sel
Jigsaw STAD
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
n 66 31 15 49 53 7
∑x 5736 2264 1004 4384 3884 392
x 86,909 73,032 66,933 89,469 73,283 56,000
∑x2 502144 167232 68080 395008 289680 22080
C 498510,545 165345,032 67201,067 392233,796 284631,245 21952,000
SS 3633,455 1886,968 878,933 2774,204 5048,755 128,000
Tabel 3. Rerata Sel
Tinggi Sedang Rendah Motivasi
Model Pembelajaran b1 b2 b3
Total
Jigsaw a1 86,909 73,032 66,933 226,875 A1
STAD a2 89,469 73,283 56,000 218,752 A2
176,378 146,315 122,933 445,627 G Total
B1 B2 B3
Tabel 4. Perhitungan Komponen Jumlah Kuadrat
Komponen Perhitungan Hasil
(1) G′2/pq 33097,250
(2) ∑ji,
ijSS 14350,314
(3) q/Ai
2
i∑ 33108,246
(4) p/Bj
2
j∑
33815,066
(5) 2
ij
ji )BA(∑
33878,144
Tabel 5. Perhitungan Jumlah Kuadrat
Jumlah kuadrat Perhitungan Hasil
JKa hn [(3′) – (1′)] 222,719
JKb hn [(4′) – (1′)] 14540,031
JKab hn [(5′) − (4′) – (3′) + (1′)] 1054,983
JKg ∑ij
ijSS 14350,314
JKt 30168,047
∑∑
=
ij ij
h
n
1
pq n = 20,256
Tabel 6. Perhitungan Derajat Bebas
Derajat bebas Perhitungan Hasil
dba p - 1 1
dbb q - 1 2
dbab (p – 1) (q – 1) 2
dbg N - pq 215
dbt N - 1 220
Tabel 7. Perhitungan Rerata Kuadrat
Rerata Kuadrat Perhitungan Hasil
RKa JKa / dba 222,719
RKb JKb / dbb 7270,015
RKab JKab / dbab 527,492
RKg JKg / dbg 66,746
Tabel 8. Statistik Uji
Statistik Uji Perhitungan Hasil
Fa RKa / RKg 3,337
Fb RKb / RKg 108,921
Fab RKab / RKg 7,903
Tabel 9. Rangkuman Analisis Variansi
Sumber Variansi JK db RK F hitung F tabel Keputusan Uji
Model Pembelajaran 222,719 1 222,719 3,337 3,84 H0 tidak ditolak
Motivasi Belajar 14540,031 2 7270,015 108,921 3,00 H0 ditolak
Interaksi antara Model
Pembelajaran dengan
Motivasi Belajar
1054,983 2 527,492 7,903 3,00 H0 ditolak
Galat 14350,314 215 66,746
Total 30168,047 220
b. Komparasi ganda
Karena ada H0 yang ditolak, yaitu H0b dan H0ab maka untuk melacak perbedaan
rerata setiap pasangan kolom dan antar sel dilakukan komparasi ganda pada
kolom dan antar sel dengan menggunakan metode Scheffe′, sebagai berikut:
1. Komparasi
Komparasi pada kolom: µ.1 vs µ.2
µ.1 vs µ.3
µ.2 vs µ.3
Komparasi antar sel: µ11 vs µ12
µ11 vs µ13
µ12 vs µ13
µ21 vs µ22
µ21 vs µ23
µ22 vs µ23
µ11 vs µ21
µ12 vs µ22
µ13 vs µ23
2. Hipotesis
Tabel 10. Komparasi dan Hipotesis
Komparasi H0 H1
µ.1 vs µ.2 µ.1 = µ.2 µ.1 ≠ µ.2
µ.1 vs µ.3 µ.1 = µ.3 µ.1 ≠ µ.3
µ.2 vs µ.3 µ.2 = µ.3 µ.2 ≠ µ.3
µ11 vs µ12 µ11 = µ12 µ11 ≠ µ12
µ11 vs µ13 µ11 = µ13 µ11 ≠ µ13
µ12 vs µ13 µ12 = µ13 µ12 ≠ µ13
µ21 vs µ22 µ21 = µ22 µ21 ≠ µ22
µ21 vs µ23 µ21 = µ23 µ21 ≠ µ23
µ22 vs µ23 µ22 = µ23 µ22 ≠ µ23
µ11 vs µ21 µ11 = µ21 µ11 ≠ µ21
µ12 vs µ22 µ12 = µ22 µ12 ≠ µ22
µ13 vs µ23 µ13 = µ23 µ13 ≠ µ23
3. Taraf signifikan
α = 0,05
4. Statistik uji
Berdasarkan tabel 1 dan tabel 2 diperoleh data sebagai berikut:
Rerata Nilai rerata n
.1x 88,000 115
.2x 73,190 84
.3x 63,455 22
11x 86,909 66
12x 73,032 31
13x 66,933 15
21x 89,469 49
22x 73,283 53
32x 56,000 7
Dengan RKg = 66,746
Berdasarkan data di atas maka dilakukan perhitungan nilai F untuk komparasi
kolom serta antar sel dan hasilnya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 11. Perhitungan Nilai F untuk Komparasi pada Baris dan Kolom
Jenis komparasi Nilai F
Kolom (F.1 – . 2) 159,508
Kolom (F.1 – . 3) 166,694
Kolom (F.2 – . 3) 24,759
Antar sel (F11 – F12) 60,854
Antar sel (F11 – F13) 73,069
Antar sel (F12 – F13) 5,634
Antar sel (F21 – F22) 99,942
Antar sel (F21 – F23) 102,797
Antar sel (F22 – F23) 27,672
Antar sel (F11 – F21) 2,762
Antar sel (F12 – F22) 0,018
Antar sel (F13 – F23) 8,548
Nilai F pada komparasi kolom = )n/1n/1(RK
x x
.j.ig
.j.i
+
−
Nilai F pada komparai antar sel pada baris yang sama
= )n/1n/1(RK
x x
ikijg
ikij
+
−
Nilai F pada komparai antar sel pada kolom yang sama
= )n/1n/1(RK
x x
kijig
kiji
+
−
5. Daerah kritik
DK.i – .j = (q-1) F(α; q-1; N-pq) = 2.F(0,05; 2; 215) = 6,00
DKij – ik = (pq-1) F(α; pq-1; N-pq) = 5.F(0,05; 5; 215) = 11,05
DKji – ki = (pq-1) F(α; pq-1; N-pq) = 5.F(0,05; 5; 215) = 11,05
6. Keputusan uji
H0 ditolak jika F hitung pada komparasi kolom > DKi. – j. dan F hitung pada
komparasi antar sel > DKij – ik dan > DKji – ki. Hasil selengkapnya disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 55. Hasil Keputusan Uji terhadap H0
Komparasi F hitung F kritik Keputusan uji
µ.1 vs µ.2 159,508 6,00 H0 ditolak
µ.1 vs µ.3 166,694 6,00 H0 ditolak
µ.2 vs µ.3 24,759 6,00 H0 ditolak
µ11 vs µ12 60,854 11,05 H0 ditolak
µ11 vs µ13 73,069 11,05 H0 ditolak
µ12 vs µ13 5,634 11,05 H0 tidak ditolak
µ21 vs µ22 99,942 11,05 H0 ditolak
µ21 vs µ23 102,797 11,05 H0 ditolak
µ22 vs µ23 27,672 11,05 H0 ditolak
µ11 vs µ21 2,762 11,05 H0 tidak ditolak
µ12 vs µ22 0,018 11,05 H0 tidak ditolak
µ13 vs µ23 8,548 11,05 H0 tidak ditolak
Semua H0 ditolak pada kolom, sehingga terdapat perbedaan mean pada nilai
prestasi belajar matematika untuk komparasi kolom. Sedangkan pada
komparasi antar sel pada baris yang sama hanya pada sel a1b2 dengan a1b3 H0
tidak di tolak, sehingga mean pada sel a1b2 dengan a1b3 tidak berbeda. Untuk
komparasi antar sel pada kolom yang sama semua H0 tidak ditolak, sehingga
tidak terdapat perbedaan mean pada nilai prestasi belajar matematika antar sel
kolom yang sama.