Stabilitas Kelompok 5 Fiks

31
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA PERCOBAAN IV STABILITAS OBAT Disusun Oleh: KELOMPOK 5 31113112 ANNISA NURUL HAQ HAMZAH 31113125 IQLIMA SARAH 31113132 M. ANDI YUSUF 31113145 RESTA RIZQI DZULHIJJAH 31113148 SANI NURLELA FARMASI 2C

description

stabilitas farmasi fisika

Transcript of Stabilitas Kelompok 5 Fiks

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PERCOBAAN IV

STABILITAS OBAT

Disusun Oleh:KELOMPOK 5 31113112ANNISA NURUL HAQ HAMZAH

31113125IQLIMA SARAH

31113132M. ANDI YUSUF

31113145RESTA RIZQI DZULHIJJAH

31113148SANI NURLELA

FARMASI 2C

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2015I.1 Tujuan percobaan

a. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zatb. Menentukan enaergi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat

c. Menetukan usia simpan suatu zatI.2 Latar BelakangKestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum. Apabila bentuk sediaan dari suatu obat diubah, (misalnya dengan dilarutkan dalam suatu cairan, diserbuk atau pun ditambahkan bahan-bahan penolong lain), atau juga dilakukan modifikasi terhadap kondisi lingkungan dari obat itu sendiri yaitu misalnya dengan mengubah-ubah kondisi penyimpanannya dan lain sebagainya, maka dengan demikian stabilitas obat yang bersangkutan mungkin juga akan terpengaruh. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain adalah panas, cahaya, kelembaban, oksigen, pH, mikroorganisme dan lain-lain. (Howard : 1989).

Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia. Cara ini memerlukan waktu yang ama sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat kinetika kimia adalah:1.Kecepatan reaksi

Kecepatan atau laju suatu reaksi diberikan sebagai dC/dt. Artinya terjadi penambahan (+) atau pengurangan (-) konsentrasi C dalam selang waktu dt. Menurut hokum aksi massa, laju suatu reaksi kimia sebanding hasil kali dari konsentrasi molar reaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan angka yang menunjukkan jumlah molekul dari zat-zatyang ikut serta dalam reaksi. Dalam reaksi :

aA + bB + .. = Produk

laju reaksinya adalah :

Laju = - 1/a d(A)/dt

= -1/b d(B)/dt = = k(A)a(B)b

k adalah konsentrasi laju. Laju berkurang masing-masing komponen reaksi diberikan dalam bentuk jumlah mol ekuivalen masing-masing komponen yang ikut serta dalam reaksi.

2.Orde reaksi

Dari hukum aksi massa, suatu garis lurus di dapat bila laju reaksi diplot sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan dipangkatkan dengan bilangan tertentu. Orde reaksi keseluruhan adalah jumlah pangkat konsentrasi-konsentrasi yang menghasilkan seluruh garis lurus. Orde bagi tiap reaktan adalah pangkat dari tiap konsentrasi reaktan.

3.Temperatur

Sejumlah faktor lain, selain konsentrasi dapat mempengaruhi kecepatan reaksi. Diantaranya adalah temperature, pelarut, katalis dan sinar. Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira dua atau tiga kalinya tiap kenaikan 10C. Pengaruh temperature terhadap laju ini diberikan dengan persamaan yang pertama kali dikemukakan oleh Arrhineus.

k = Ae-Ea/RTatau

log k = log A Ea . 12,303 RT

Dimana laju spesifik, A adalah konstanta yang disebut factor frejuensi, Es asalah energi aktifasi R adalah konstanta gas, 1,987 kalori/derajat mol, dan T adalah temperature absolute. Konstanta itu dapat dicari dengan menentukan k pada berbagai temperature dan memplot 1/T terhadap log k.

4.Kekuatan ion

Pengaruh kekuatan ion terhadap kecepatan reaksi dapat dilihat dari persamaan berikut :

Log K = log ko + 1,02 zAzB

Dimana :

K = Konstanta kecepatan penguraian pada kekuatan ion tertentu

ko = Konatanta kecepatan penguraian pada kekuatan ion = 0

z = Muatan ion

= Kekuatan ion5. Pengaruh pH

Reaksi penguraian beberapa larutan obat dapat dipercepat dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-). Katalisator ini disebut katalisator asam basa khusus. Misalnya pada reaksi hidrolisa ester (S) dalam air (R).

S + R ---------- P

S + H+ ---------- SH+SH+ + R ====== P

Skema reaksi umum ini menganggap bahwa hasil reaksi P pada reaksi hidrolisis ini tidak bergantung kembali membentuk ester.Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paro suatu obat. Waktu paro suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatandegradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya,kelembabandan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi

Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R., 1994).

Kestabilan suatu sediaan farmasi dapat dievaluasi dengan test stabilitas dipercepat dengan mengamati perubahan kosentrasi pada suhu yang tinggi. Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian. Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam rantai peristiwa ini:a.Kestabilan dan tak tercampurkan

Proses laju umumnya adalah sesuatu yang menyebabkan ketidakaktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kima yang kurang diinginkan dari obat tersebut.

b.Disolusi

Yang perlu diperhatikan dari faktor disolusi adalah kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.

c.Proses absorpsi, distribusi, dan eliminasi

Beberapa proses ini berkaitan dengan laju absorbs obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh, dan laju pengeluaran obat setalah proses ditribusi dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh, dan melalui jalur-jalur pelepasan.

d.Kerja obat pada tingkat molekular obat

Obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju. (Martin, 1990)Kecepatan dekomposisi obat ditunjukkan oleh kecepatan perubahan mula-mula satu atau lebih reaktan dan ini dinyatakan dengan tetapan kecepatan reaksi k, yang untuk orde ke satu dinyatakan sebagai harga resiprok dari detik, menit, dan jam. Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu:

a.Metode Substitusi

Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika persamaan itu menghasilkan harga k yang tetap konstan dalam batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde reaksi tersebut.

b.Metode Grafik

Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus, reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (Co X) terhadap t menghasilkan garis lurus bila 1 / (Co X) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 / (Co X)2terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan konsenrasi mula-mulanya, reaksi adalah orde ketiga.

c.Metode Waktu Paruh

Waktu yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk terurai setengahnya dari konsentrasi mula-mula adalah waktu paruh. Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal (Co) seperti pada tabel waktu paruh:

I.3 Uraian Bahan

1. Air Suling (Ditjen POM, 1979)Nama resmi : AQUA DESTILLATANama lain : Air sulingRM/BM : H2O / 18,02Pemerian : Cairan jernih; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.Kegunaan : Sebagai pelarut

2. NaOH (Ditjen POM, 1979) Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM Nama lain : Natrium Hidroksida RM/BM :NaOH / 40,00Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur, keeping, rapuh, higroskopis.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Sebagai pelarut parasetamol

3. Paracetamol (DIH, 2009)Indikasi :Nyeri ringan sampai sedangKontra indikasi :Hipersensitivitas terhadap paracetamol dan komponen obat.Golongan :Analgesik Non NarkotikDosis : Dewasa dan anak > 12 tahun : oral 650 mg atau 1 g tiap 4-6

jam bila perlu maksikum 4 gr/hari.Farmakologi :Memiliki afinitas sebagai analgesik dan antipiretik.Stabillitas : Sediaan harus disimpan pada suhu 15-30o. Efek Samping :Ruam kulit, kelainan darah, pankretis akut.Mekanisme Kerja : Bekerja pada pusat pengendalian panas d hipotalamus.1.4 Alat dan Bahan

Alat :

Bahan:

- Spektrometer UV/Vis - Paracetamol Tablet - Beaker glass

- Paracetamol Syrup

- Kuvet

- Aquadest

- Labu Takar10 ml

- NaOH

- Labu Takar50 ml

- Labu Takar100 ml

- Sendok Tanduk

- Mikro Volume

- Timbangan Analitik

- Vial

- Oven

1.5 Prosedur Kerja

a.) Penyiapan Larutan Uji

b.) Penentuan Panjang Gelombang Max Paracetamol

Lakukan perlakuan yang sama untuk larutan berkonsentrasi 20 ppm, 60 ppm, 80 ppm

dan 100 ppm. c.) Buat Kurva Kalibrasi

ukur serapan yang terbentuk pada larutan paracetamol dengan konsentrasi 20 ppm,

60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm. Agar diperoleh persamaan linier. d.) Penentuan Kadar Sirup Paracetamol

Hitung bobot dalam mg di sirup dengan rumus sbb :

x = x fp ( x = x 50 x 10 e.) Penentuan Umur Simpan Sirup Paracetamol

Lakukan perlakuan yang sama untuk suhu 750C. Pada hari 0,1,2,3,4 diambil dan

diukur kadar paracetamolnya 1.6Data Hasil Pengamatan A. Penentuan Kurva Kalibrasi Konsentrasi (ppm) (x)Absorban (y)

201,372

402,259

602,593

802,654

1002,663

Kurva Kalibrasi Larutan Induk B. Penetapan Kadar Sirup Parasetamol

X

Data Suhu 40oCx1 = 36340 ppm = 36,340 mg/mlx230245 ppm = 30,245 mg/mlx3 = 30972 ppm = 30,972 mg/ ml

x4 = 19775 ppm = 19,775 mg/ml

x5 = 12145 ppm = 12,145 mg/ml

x6= 38120 ppm =38,120 mg/ml

x7 = 30435 ppm = 30,435 mg/ml

x8 = 41100 ppm = 41,100 mg/ml

x9 = 0

x10 = 12315 ppm = 12,315 mg/mlData Suhu 75oCx1 = 36340 ppm = 36,340 mg/ml

x2 = 30460ppm = 30,460 mg/ml

x3 = 30972 ppm = 30,972 mg/ml

x4 = 19425ppm = 19,425 mg/ml

x5 = 10335 ppm = 10,335 mg/ml

x6= 38120 ppm =38,120 mg/ml

x7 = 30604ppm = 30,604 mg/ml

x8 = 33959 ppm = 33,959 mg/mlx9 = 0 ppm = 0 mg/ml

x10 = 11174 ppm = 11,147 mg/ml C. Penentuan Umur Simpan Sirup Parasetamol

HARI KEKONSENTRASI (ppm)

SUHU 40OC (mg/mL)Rata-RataSUHU 70OC (mg/mL)Rata-Rata

01) 36,3406) 38,1237,2301) 36,3406) 38,12037,230

12) 30, 2457) 30,43530,3402) 30,4607) 30,60430,532

23) 30,9728) 41,10030,9723) 30,9728) 33,95932,465

34) 19,7759) 019,7754) 19,4259) 019,425

45) 12,14510) 12,31512,2305) 10,33510) 11,17410,754

D. Penentuan Orde Reaksi Penguraian Data untuk suhu 400 CHari ke-Konsentrasi (C)Log C1/C

0 037,231,57080,026

130,341,48200,032

230,4721,48390,032

319,7751,29600,050

412,231,08740,081

Kurva Orde Reaksi Penguraian 400C

Data untuk suhu 750C Hari ke-Konsentrasi (C)Log C1/C

037,231,5780,026

130,5321,4840,032

230,9721,49090,032

319,4251,28830,051

410,75751,0310,092

Kurva Orde Reaksi Penguraian 750C

Orde reaksi penguraian

OrdeKoefisien kolerasi (r)

Suhu 40oC Suhu 75oC

00,92180,8843

10,87650,8361

20,80460,7584

Nilai yang paling mendekati 1 berarti laju penguraian parasetamol mengikuti

orde tersebut.oleh karena itu orde reaksi parasetamol adalah orde nol.E. Penentuan Nilai K

SuhuBK

40-6,05656,0565

75-6,38876,3887

F. Grafik Antara Log K Terhadap 1/T

1/TLog K

1/ (40+273)Log 6,0565

1/ (75+273)Log 6, 3887

G. Penentuan Harga K Pada Suhu 25oC

Diperoleh persamaan Y=-71,58x + 1,010y = -71,58x (1/2+273) + 1,010y = -71,58 (0,003355) + 1,010y = -0,240151 + 1,010y = 0,7696409 Log K(25) = 0,7696409 K(25) = 5,8863

H. Mencari Waktu Kadaluarsa Dengan Ct = 0,9 CO

Ct = CO Kt

0,9 = CO 5,8863 t

t = = 0,6325 hari1.7 Pembahasan Stabilitas produk jadi sangat tergantung pada stabilitas bahan-bahan obat yang terkandung didalamnya. Pada waktu yang sama perlu diketahui bahwa formulasi dan kemasan dapat menimbulkan pengaruh negatif atau positif pada stabilitas zat aktif. Masa edar obat harus ditetapkan berdasarkan uji stabilitas. Sejumlah faktorlain yang mempengaruhi stabilitas adalah temperatur, pelarut, katalis,dansinar.Kecepatan berbagai reaksi bertambah kira-kira dua atau tiga kalinya tiap kenaikan 10C.

untuk penentuan umur simpan tablet Paracetamol dan menggunakan instrumen spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu suhu 400C dan 750C . Dimana panjang gelombang untuk paracetamol adalah 243 nm, sehingga spektroforometer ditempatkan pada panjang gelombang antara 200 nm-300 nm agar daerah panjang gelombang yang diperlukan dapat terliputi. Spektrofotometri UV-Vis adalah gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu 450C dan 750C adalah dimaksudkan untuk membedakan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat. Jika menggunakan suhu yang tinggi kita mampu mengetahui penguraian obat dengan cepat. Sedangkan jika menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh waktu yang lama untuk dapat terurai. Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin mengetahui batas kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada jangka waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal ini tentu tidak bisa dilakukan karena keterbatasan waktu, sehingga kita menggunakan suhu yang tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan suhu atau menggunakan suhu yang tinggi. Semakin tinggi suhunya maka akan semakin cepat bahan obat tersebut untuk terurai.Dalam percobaan ini kita akan menentukan energi aktivasi (Ea) dimana Ea yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus ditentukkan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membadingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat ditentukkan energi aktivasinya. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat. Hal pertama yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah menentuan panjang gelombang maksimum atau kurva kalibrasi. Hasil yang didapat pada penentuan panjang gelombang maksimum ini adalah 248nm, tetapi diketahui bahwa dalam literatur panjang gelombang maksimum pada paracetamol yaitu 246nm. Hal itu dapat terjadi karena kesalahan pengerjaannya kurang teliti sehingga hasil yang didapat juga kurang valid. Pada saat uji kestabilan obat hari ke nol pada suhu kamar di dapat kadar paracetamol 37,23 mg/ml. Namun seharusnya kadar yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 24mg/ml karena sampel yang digunakan mengandung paracetamol 24 mg/ml. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan kesalahan pada saat percobaan penentuan kurva sehingga dapat berpengaruh pada perhitungan kadar. Selanjutnya yaitu pada perlakuan hari ke-1. Pada perlakuan ini, suhu yang digunakan adalah suhu 40C dan 75C. Pada suhu 40C, konsentrasi obat paracetamol dihasilkan 30,34 mg/ml. Hal ini bisa dibandingkan dengan kadar paracetamol pada perlakuan hari ke nol sebesar 37,23 mg/ml dimana perlakuan hari ke 1 lebih kecil dibandingkan hari ke nol. Hal ini membuktikan bahwa kadar zat paracetamol pada saat dipanaskan dengan waktu yang lama akan berkurang. Namun, data untuk suhu 75C pada hari ke 1 menghasilkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan suhu yang 40C yaitu 30,53C. Dimana seharusnya pada perlakuan hari ke-1 pada suhu 75C menghasilkan kadar paracetamol yang lebih sedikit dibandingkan dengan suhu yang 40C hal itu dapat terjadi terjadi karena kesalahan dalam pengerjaan yang kurang teliti sehingga data yang kurang valid. Pada hari selanjutnyapun menunjukan hal serupa dimana pada hari kedua kadar paracetamol pada suhu 40C adalah 30,97 ; suhu 75C adalah 32,46. Hari ke tiga kadar paracetamol pada suhu 40C adalah 19,77 ; suhu 75C adalah 19,42. Pada hari ke empat kadar paracetamol pada suhu 40C adalah 12,23 ; suhu 75C adalah 10,75 Hal ini membuktikan bahwa kadar zat paracetamol pada saat dipanaskan dengan waktu yang lama akan berkurang dan dalam suhu yang lebih tinggi akan semakin cepat terdegradasi.

Selanjutnya melakukan penentuan orde reaksi, dimana sebelumnya telah dilakukan perhitungan nilai regresinya dan didapatkan sebesar 0,9218pada suhu 40C dan 0,8843pada suhu 75C yang berasal dari orde nol karena hasilnya paling mendekati 1. Setelah itu kemudian menentukan K pada masing-masing suhu yaitu untuk K pada suhu 40C yaitu 6,0565. Hal ini dapat dilihat dari persamaan orde nol yang didapat yaitu y=-6,056x + 38,2224 dan suhu 75C menghasilkan nilai K sebesar 6,3887 dari persamaan y= -6,3887x +38,5232. Kemudian hitung nilai log K untuk membuat kurva log K terhadap 1/t dimana t yang digunakan yaitu suhu yang ditentukan pada perlakuan (40C dan 75C). Dimana dari kurva yang terbentuk akan muncul persamaan, dan dari hasil percobaan kali ini persamaannya adalah Y=-71,58x + 1,010. Setelah itu menentukan nilai K pada suhu kamar, dimana nilai K adalah nilai x pada persamaan tadi dan dari percobaan kali ini didapat hasil sebesar 5,8863. Kemudian mencari waktu kadaluarsa dengan rumus Ct = CO Kt dimana Ct=0,9C0 dengan K 5,8863 hingga ditemukan nilai t yang menunjukkan nilai kadaluarsa, dan t yang didapat yaitu 0,6325 hari. 1.8 KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa faktor yang nempengaruhi stabilitas suatu obat salah satunya adalah temperatur karena kadar zat paracetamol pada saat dipanaskan dengan waktu yang lama akan berkurang dan dalam suhu yang lebih tinggi akan semakin cepat terdegradasi. pada percobaan kali ini laju penguraian parasetamol mengikuti orde nol karena Nilai yang paling mendekati 1 yakni 0,9218 dengan nilai K pada suhu 400C sebesar 6,0565 dan 6,3887 pada suhu 750C dan di dapat persamaan Y=-71,58x + 1,010 dari 1/T log K dan didapatkan nilai k sebesar 5,8863 sehingga waktu kadaluarsa sirup paracetamol dapat di tentukan yakni pada 0,6325 hari. DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Depkes.

Ansel C. Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Martin, Alfred, 1990, Farmasi Fisika Edisi I, Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Voight, R, 1994 . Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University Press : Yogyakarta