SSP Nasriatul

download SSP Nasriatul

of 21

Transcript of SSP Nasriatul

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENGANALISIS CERITA PENDEK DENGAN METODE TALKING STIK

Abstrak Abstrak: Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya. Jika kenyataannya seperti itu, maka jelaslah bahwa sastra (cerpen) telah berperan sebagai pemekat, sebagai karikatur dari kenyataan, dan sebagai pengalaman kehidupan, seperti yang diungkapakan Saini K.M. (1989:49). Oleh karena itu, jika cerpen dijadikan bahan ajar di kelas tentunya akan membuat pembelajarannya lebih hidup dan menarik.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada umumnya, yang menjadikan siswa menuju keadaan yang lebih baik. Pendidikan dalam hal ini sekolah tidak dapat lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam penyampaian materi. Profesionalisme seorang guru sangatlah dibutuhkan guna terciptanya suasana proses belajar mengajar yang efisien danPage 1

efektif dalam pengembangan siswa yang memiliki kemampuan beragam. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilakau kearah yang lebih baik. Jadi kegiatan sastra di sekolah-sekolah dapat dipastikan masih tertumpu pada teori, terutama teori-teori lama. Padahal, guru sebagai fasilitator kelas semestinya mampu mengaplikasikan teori tersebut sehingga tatkala ada kendala pada siswa semisal mentok ide/materi dapat diantisipasi berdasarkan pengalaman si guru. Kasus kakunya pembelajaran menulis sastra di sekolah cenderung saat campur tangan guru dalam memberikan tema atau topik kepada siswa. Soal penetapan tema bagi siswa mesti dipikirkan dengan saksama. Manakala siswa belum pernah sama sekali diminta membuat perencanaan pembelajaran cerpen, tema mestinya tidak ditetapkan oleh guru. Berikan terlebih dahulu kesempatan kepada siswa mengembangkan pemikirannya dengan bebas, baru kemudian diarahkan.

Cerita pendek adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang bentuknya relatif pendek; tidak sepanjang novel. Namun demikian kependekan sebuah cerita pendek itu tidak berarti dangkal dalam hal maknanya. Sebuah cerita pendek yang panjangnya hanya sekitar 3-4 halaman dapat mengandung makna yang dalam yang menghabiskan waktu berhari-hari untuk memahaminya. Unsur-unsur pembangun cerita pendek secara garis besar dibedakan menjadi dua; (1) unsur pembangun dari dalam berupa alur, tokoh dan penokohan, setting, sudut pandang penceritaan, bahasa, dan tema, (2) unsur pembangun dari luar antara lain, latar belakang pengarang, gaya penulisan, dan gejala/situasi sosial tertentu. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin majemuk baik dari sudut pola pikir maupun pola perilaku, gejala sosial yang ditangkap oleh para pengarang cerita pendek itu semakin beragam. Keberagaman ini, oleh pengarang diwujudkan dalam berbagai bentuk kreativitas penulisan cerita pendek yang diharapkan dapat berperan dalam proses mengubah, membangun, dan mengembangkan masyarakat, termasuk di dalamnya mempengaruhi perubahan nilai, norma, dan pola bermasyarakat. Mereka mencoba berperan dalam perubahan sosial tersebut dengan gaya khas cerita pendek yang mereka hasilkan. Mereka secara terus-menerus mencoba melihat, mencermati, dan menganalisis dinamika sosial dan fenomena sosial yang terjadi dan sekaligus mempengaruhinya dengan ide-ide mereka yang dibungkus dalam kekuatan kata yang mereka rangkaikan.

Sebagai sebuah bangsa yang ingin maju perlulah kiranya berkenalan dengan kebudayaan dan kesusastraan asing. Mengenal dan memahami kebudayaan dan kesuastraan asing sesungguhnya tidak sekadar menambah wawasan, membuka cakrawala baru tentang kebudayaan dan tata hehidupan di belahan dunia lain, mengilhami untuk menghasilkan karya yang mirip atau punya kesamaan, tetapi juga melebarkan peluang terjadinya akulturasi, adaptasi, bahkan juga adopsi. Ini sangatlah beralasan mengingat kekayaan karya sastra akan meningkat dan terwarnai dengan bersikap terbuka terhadap sastra dan budaya asing, yang tentu saja melalui proses penyaringan yang disesuaikan dengan kondisi sosio kultural. Kesusastraan banyak dipengaruhi dinamika perubahan yang terjadi dimasyarakatnya. Sisi kehidupan manusia, kesantunan sebuah masyarakat, peperangan, konflik ideologi, traumatik mewarnai tulisan-tulisan para pengarang di lingkungannya. Perkembangan yang terjadi dihadirkan melalui karya-karya sastra.

Untuk memahami dinamika dan fenomena sosial yang terwujud dalam sebuah cerita pendek tersebut, diperlukan proses apresiasi. Dengan langkah ini diharapkan pembelajar dapat mengikuti perubahan sosial yang terjadi. Sebagai langkah awal proses ini, diperlukannya pengenalan apresiasi di sekolah-sekolah. Untuk memahami dinamika dan fenomena sosial yang terwujud dalam sebuah cerita pendek tersebut, diperlukan proses apresiasi. Dengan langkah ini diharapkan pembelajar dapat mengikuti perubahan sosial yang terjadi. Sebagai langkah awal proses ini, diperlukannya pengenalan apresiasi di sekolah-sekolah. Sekolah, sebagai salah satu lembaga yang ada dalam masyarakat, diharapkan turut berperan dalam pengembangan masyarakat. Di lembaga ini pulalah, pengarang dengan kekhasan mereka pada karya-karya cerpennya, diperkenalkan kepada pembelajar lewat pembelajaran apresiasi sastra. Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk mencapai beberapa tujuan di atas adalah mendorong pembelajar untuk mengapresiasi karya sastra. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana apresiasi sastra itu dapat dipergunakan pengajar untuk membantu pembelajar memahami perubahan sosial yang terjadi.

Page 3

II. PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Cerita Pendek Pembelajaran sastra di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dalam mengapresiasikan suatu karya sastra. Dari proses apresiasi ini, diharapkan muncul daya nalar, daya kritis, dan daya khayal dari diri pembelajar. Penalaran yang runtut dan didukung oleh ketajaman analisis akan membantu pembelajar untuk mempunyai kepekaan terhadap gejala atau fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini diharapkan dapat terwujud karena dalam kurikulum pembelajaran sastra, tertera pembelajaran sastra yang memang diarahkan pada kegiatan apresiasi sastra sekaligus pemahaman sosial budaya yang terkandung dalam karya sastra termasuk di dalamnya cerita pendek. Di dalam KTSP telah diketengahkan beberapa butir pembelajaran sastra yang bertujuan agar pembelajar (1) mampu memahami dan menghayati karya sastra, (2) mampu menulis prosa, puisi, dan drama, (3) mampu menggali nilai-nilai moral, sosial dan budaya dalam karya sastra Indonesia dan karya sastra terjemahan, (4) mampu menulis krestif, (5) mampu membuat tanggapan terhadap tulisan kreatif, dan mampu membuat kritik dan esai sastra. Berkaitan dengan pembelajaran sastra ini, Rahmanto menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat membangun dan membantu pendidikan secara utuh bila pembelajaran itu selain dapat meningkatkan keterampilan berbahasa juga dapat mengembangkan cipta rasa, menunjang pembentukan watak pembelajar, dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman budaya. Tujuan-tujuan itu dapat dicapai setelah pembelajar menjalani proses apresiasi terhadap karyakarya sastra. Sebuah alternatif usulan langkah kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan apresiasi siswa terhadap cerpen, yaitu dengan menjalani tiga langkah dalam proses pembelajarannya. Langkah pertama adalah keterlibatan jiwa. Langkah kedua adalah pemahaman dan penghargaan atas penguasaan sastrawan dalam menyajikan pengalaman dalam karya sastra. Langkah ketiga adalah langkah analisis. Berikut diuraikan langkah-langkah pembelajaannya. Langkah pertama adalah keterlibatan jiwa. Dalam langkah ini pembelajar diharapkan dapat memahami masalah yang diangkat sastrawan/ penulis dalam karya sastra. Selain itu, pembelajar diharapkan dapat merasakan perasaan yang dimunculkan atau yang dialami tokoh-tokohnya

sekaligus sebagai usaha membayangkan dunia yang dikreasikan oleh sastrawan. Hal penting yang perlu diketahui oleh pembelajar dalam tahap ini adalah penerapan nilai-nilai estetika sastra pada pengalaman hidup yang tertuang dalam bahasa. Dengan kata lain, tahap ini diarahkan pada pemahaman atas penerapan unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Langkah kedua adalah pemahaman dan penghargaan atas penguasaan sastrawan dalam menyajikan pengalaman dalam karya sastra. Pada langkah ini pembelajar diharapkan mengetahui dan memahami cara atau teknik sastrawan menerapkan asas keserasian, keutuhan, dan tekanan pada pengalamannya sehingga lahir suatu karya dan cara mereka memilih, mengolah, dan menyusun lambang-lambang yang dipakai dalam karyanya. Langkah ini memungkinkan pembelajar untuk bersikap kritis terhadap setiap karya sastra yang dihasilkan pengarang sekaligus menguji kepekaan pembelajar dalam menghubungkan dua fenomena yaitu fenomena dalam karya sastra dan fenomena yang terjadi dalam masyarakat nyata. Langkah ketiga adalah langkah analisis. Pada langkah ini pembelajar diharapkan dapat mempermasalahkan fakta-fakta yang tertuang dalam karya sastra dan menemukan hubungan fakta-fakta tersebut dengan realitas kehidupan yang ada dalam kehidupan mereka. Dalam langkah inilah nantinya, pembelajar dapat terbantu menemukan kesesuaian dunia rekaan dalam karya sastra dengan dunia nyata dalam kehidupan sekaligus memahami perubahan yang terjadi. Langkah-langkah apresiasi di atas dapat membantu pembelajar mengapresiasi secara optimal bila dalam pelaksanaannya mengikuti asas kewajaran dan keterpaduan. Asas kewajaran memungkinkan dijalaninya proses apresiasi sesuai dengan kesiapan mental pembelajar, termasuk juga dalam pemilihan karya sastra yang akan diparesiasi. Asas keterpaduan menyarankan keterkaitan langkah-langkah apresiasi yang dilakukan. Langkah-langkah itu tidak boleh dipisahpisah karena merupakan satu kesatuan proses.

2. Model pembelajaran Talking Stik

Langkah-langkah 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat

Page 5

2. Guru menyiapkan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya. 3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya. 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian unuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. 5. Guru memberikan kesimpulan 6. Evaluasi 7. penutup

Tujuan Pembelajaran Agar siswa dapat membaca dan menganalisis cerpen dengan baik dan benar Dengan media seperti ini pembelajaran semakin menarik tidak hanya monoton karena diselingi dengan permainan sehingga tidak membuat siswa menjadi jenuh dan malas. Mengajarkan siswa agar selalu siap kapanpun karena sewaktu-waktu bisa dipanggil untuk maju membaca dan menganalisis cerpen yang telah dibacanya, sehingga tidak ada siswa yang tidak maju dan menyepelekan, karena biasanya lebih banyak siswa yang pintar atau siswa yang aktif yang selalu di panggil oleh guru untuk menerangkan atau menceritakan apa yang telah disampaikan sehingga dengan metode seperti ini siapa saja harus siap karena tidak hanya yang sering bertanya atau yang merasa paling pintar.

Menurut saya media pembelajaran seperti ini sudah cocok dengan kompetensi dasar yang digunakan karena dengan media seperti ini siswa akan lebih merasa nyaman dari pada hanya metode-metode yang selama ini hanya itu-itu saja karena dengan motode seperti ini siswa tidak akan merasa bosan karena diselingi permainan.

Puji syukur patut kalian panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya kalian memperoleh kesempatan untuk melanjutkan belajar dari SD ke SMP/MTs. Kalian tentu sudah mengenal bahasa Indonesia sejak kecil. Dalam kehidupan sehari-hari, baik sengaja maupun tidak sengaja kalian sering menggunakan bahasa Indonesia. Misalnya, ketika kalian berusia balita, kalian belajar berbahasa Indonesia dengan cara mendengarkan apa saja yang kalian dengar. Kemudian dari tahap mendengar, kalian dapat mengucapkan atau berbicara kata-kata, kalimat, sampai dengan bercerita. Menginjak usia sekolah, kalian mulai belajar berbahasa Indone sia dengan cara membaca huruf, kata, kemudian kalimat, dan terakhir bacaan. Pada tahap terakhir kalian dapat menulis apa saja yang telah kalian dengar, bicarakan, dan baca. Pada zaman globalisasi ini keterampilan berbahasa yang mencakup mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis tersebut harus kalian miliki. Dengan memiliki keterampilan berbahasa, kalian akan dapat menerima dan menyampaikan segala informasi secara benar dan cepat. Buku ini ditulis untuk memenuhi kebutuhan kalian akan keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia. Materi yang disajikan dalam buku ini telah disesuaikan dengan kurikulum terbaru yang harus diterapkan untuk anak usia kelas VII SMP/ MTs. Buku ini disajikan dengan bahasa yang sederhana serta menyajikan topik- topik permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mudah untuk kalian pahami. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantuPage 7

tersusunnya buku ini. Akhirnya, semoga buku ini bermanfaat bagi kalian dalam memperoleh keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia, dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selamat belajar, semoga sukses.

Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Di antaranya dapat memberikan pengalaman pengganti, kenikmatan, mengembangkan imajinasi, mengembangkan pengertian tentang perilaku manusia, dan dapat menyuguhkan pengalaman yang universal. Pengalaman yang universal itu tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia bisa berupa masalah perkawinan, percintaan, tradisi, agama, persahabatan, sosial, politik, pendidikan, dan sebagainya. Jadi tidaklah mengherankan jika seseorang pembaca cerpen, maka sepertinya orang yang membacanya itu sedang melihat miniatur kehidupan manusia dan merasa sangat dekat dengan permasalahan yang ada di dalamnya. Akibatnya, si pembacanya itu ikut larut dalam alur dan permasalahan cerita. Bahkan sering pula perasaan dan pikirannya dipermainkan oleh permasalahan cerita yang dibacanya itu. Ketika itulah si pembacanya itu akan tertawa, sedih, bahagia, kecewa, marah , dan mungkin saja akan memuja sang tokoh atau membencinya. Jika kenyataannya seperti itu, maka jelaslah bahwa sastra (cerpen) telah berperan sebagai pemekat, sebagai karikatur dari kenyataan, dan sebagai pengalaman kehidupan, seperti yang diungkapakan Saini K.M. (1989:49). Oleh karena itu, jika cerpen dijadikan bahan ajar di kelas tentunya akan membuat pembelajarannya lebih hidup dan menarik. Sementara itu, tujuan umum pengajaran sastra seperti yang tercantum dalam kurikulum 1994 yaitu agar siswa mampu menikmati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Lalu, di dalam rambu-rambunya pada butir 10 ditegaskan pula bahwa pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

untuk mengapresiasikan karya sastra. Kegiatan mengapresiasi nalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Dengan demikian peran pelajaran sastra menjadi sangat penting. Mengingat perannya yang sedemikian itu, maka terselenggaranya pembe-lajaran sastra yang menarik dan menyenangkan akan menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Hal ini dimungkinkan karena pelajaran seperti ini akan dapat mendidik siswa untuk dapat mengenal dan menghargai nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsanya, juga untuk dapat menghargai hidup, menikmati pengalaman orang lain, serta dapat menemukan makna hidup dan kehidupan. Bukankah karya sastra (cerpen) itu merupakan miniatur kehidupan manusia di sekitar pembaca?. Jadi, dengan mempelajari cerpen (sastra) berarti siswa diajak untuk mempelajari manusia dan lingkungannya. Biasanya siswa akan sangat antusias jika diajak untuk membicarakan atau mendiskusikannya juga akan mengeluarkan segala pengalaman dan pengetahuannya. Sayangnya, kendala pembelajaran itu sering terletak pada guru. Sebab, masih saja guru yang terlalu mengandalkan LKS (Latihan Kerja Siswa), tidak menyukai sastra, dan tidak bisa memilih bahan ajar yang tepat dan menarik untuk seusia siswa yang dididiknya. Kenyataan inilah yang sering dianggap orang sebagai kegagalan. Gagal karena siswa tidak memiliki daya apresiasi dan kepekaan rasa serta tidak menyukai sastra. Berangkat dari permasalahan yang sudah diuraikan di atas, saya mencoba mengkaji keterkaitan cerpen dalam kegiatan pembelajaran dan berusaha menemukan kemungkinankemungkinannya cerpen dijadikan bahan ajar di kelas. Dengan harapan, hasil pengkajian ini dapat memberikan solusi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran apresiasi sastra (cerpen). Unsur Unsur Cerpenl: 1) Unsur Intrinsik a. Tema b. Setting c. Sudut Pandang d. Alur / PlotPage 9

e. Penokohan f. Gaya Bahasa

CERPEN SEORANG KAKEK DI TROTOAR

Seorang lelaki tua dengan rambut dikepang satu dan kepala yang selalu terkulai, telah menyita seluruh perhatianku. Bagaimana tidak tertari?? Lelaki itu yang hampir setiap hari berdiri di pinggir pagar jembatan di trotoar sebuah jalan seakan tak peduli pada terik matahari yang garang atau pada hujan yang bisa membuat dirinya basah kuyup. Ia selalu tegak disana, mengamati orang yang sibuk mengejar waktu dan mobil yang lalu lalang. Begitulah, aku selalu menemukannya bila melewati tempat itu menuju ke tempat kerja atau sepulang kerja. Aku berangkat kerja pukul 08.00 dan pulang pukul 14.00. Mengamati si kakek dari mobil walau sekilas-sekilas, kini seakan menjadi pekerjaan yang mengasikkan. Jika sehari saja aku tak melihatnya aku merasa kehilangan. Ia kerap memakia jaket warna hijau dan bercelana jeans kumal dan lusuh. Rambut yang gondrong beruban, selalu ia kepang dan ia tutupi dengan peci tentara. Ketertarikanku pada laki-laki itu sebenarnya bukan tanpa sebab. Aku teringat pada Bu. Ety guru sastraku sewaktu sekolah dulu, seorang guru yang sempat menjadi idolaku karena wawasannya luas dan selalu membuat pengajaran menarik. Waktu itu bu. Ety membawa seorang pemuda aneh ke kelas. Ia bernama Yanto,seorang pemain teater.

Pakaianya kumal, celananya bolong sana sini, dilehernya terlilit sehelai syal, rambutnya ikal gondrong dan dibiarkannya terurai. Ia kelihatanya tidak risih dengan penampilan yang seperti itu, karena ketika kami, murid-murid dikelas secara spontan menertawakannya, ia nampak biasa-bisa saja. Tidak nampak tersinggung. Yanto berbicara banyak tentang dunia teater dengan gaya yang ringan, bebas dan ceplas-ceplos. Ternyata bukan hanya penampilannya yang mengundang perhatian kami tapi juga gaya bicaranya. Ia seniman. Seniman cenderung begitu, cenderung eksentrik. Cendrung ingin bebas. Aku perhatikan kakek itu apakah seorang seniman juga? Bu Eti pernah bercerita mengenai seorang pengarang terkenal yang sering tidur di stasiun sekedar untuk mencari inspirasi, ada juga yang berlama-lama duduk dikakus. Mungkin kakek itu pun begitu sekedar mencari inspirasi. Waktu itu bu. Ety menceritakan tentang kegilaan seniman. Tentang gaya hidup yang aneh, tentang penampilannya yang mengundang perhatian orang, menurut Bu Ety, itu semua dilakukan si seniman bukan tanpa alsan, tergantung penghayatan si seniman itu sendiri terhadap hidup. Andai ia seniman, seniman apa sebenarnya? Pengarangkah dia seperti halnya Guy De Maupassant, cerpenis prancis yang kata Bu Eti hidupnya aneh . Aku jadi ingin tahu apa sebenarnya yang dicorat-coretan kakek itu di atas notesnya. Mungkinkah ia seorng penyair?? Kesibukan itu bisa menjadi inspirasinya buat syairsyairnya. Siapa tahu dengan berlama-lama di tempat itu, dengan penampilan aneh-aneh itu syair-syairnya menjadi ampuh. Karena, toh ada pula penyair yang bergaya hidup agak gila seperti tigore, sstrawan dari indianita , tak kalah anehnya.a atau seperti artur, penyair terkemuka perancis yang bahkan menurut b eni tela menjadikan hidupnya sebagai eksperimen. Kabarnya, chairil anwar yang sajaknya cintaku jauh dipulau pernh ku bacakan disebuah lomba tingkat SMA dan membuat seorang wanita menyatakan jatuh cinta padaku. Tak kala anehnya. Ia hidup bohemian dan tingkah lakunya tak jarang menjengkelkan teman temanya. O, ya, guru seni rupaku,pernah bercerita tentang seorang pelukis surealis bernama Salvador Dali yang hidupnya edan. Jangan-jangan kakek itu seorang pelukis. Ia sering mencoret-coret notesnya dengan skets-skets. Mngkinkah kakek itu seorang pematung, yangPage 11

ingin menciptakan patung-patung sperti Thinker buatan August robin, atau seorang fisuf yang juga sastrawan seperti Nietzsche yang mengenai hidupnya pernah tau dari buku yang kupinjam dari teman. Nietzsche sengaja membuat hidupnya sengsara dan mengasingkan diri. Siapa tahu dia sebenarnya seorang seniman yang karya-karyanya dikenal orang, tetapi aku tidak mengetahuinya. Tapi, rasanya hanya aku yang memperhatikan dia, orang lain tak pernah peka dengan pada keunikan kakek itu. kepenasaranku pada laki-laki itu semakin memuncak. Dan ketika rasa penasaranku itu tadk dapat dibendung lagi, aku nekad menghampiri kakek itu dan menyapanya. Ia sedang duduk di besi jembatan dan mencoret-coret notesnya. Ia bergumam dan tak acuh menjawab sapaanku dan terus asyik dengan catatan dibuku kecilnya. Aku jadi ragu untuk menyapanya lagi. Barangkali ia merasa terganggu dengan kedatanganku. Jadi, aku harus mengambil waktu yang tepat. Esok harinya, aku mendapat kesempatan untuk mengobrol dengan dia. Seperti biasa mula-mula aku hanya menyapa. Si kakek yang sedang asyik sedang memperhatikan orangorang yang menumpang mobil, menoleh padaku dan tiba-tiba tertawa riang. Ia menarik lenganku. Sini kau! Ini lihat! Lihat! Apa kek? Ini gambar! Ini gambar! bersemangat sambil menunjukan coretan yang tak kumengerti di notesnya. Melihat gelagat ini, yakinlah aku sekarang, bahwa dia mungkin seorang pelukis. Bukan pengarang, penyair atau pematung seperti dugaanku semula. Aku mengamati coretan di atas notes itu sejenak. Gambar apa kek? Aku tak mengerti?tanyaku ingin tahu si kakek tertawa-tawa lagi. Ini gambar, ini gambar! Aku semakin tak mengerti. Tetapi kakek itu tiba-tiba berteriak, ada bom! Bom! Tiaraaapp! Ia memegang lenganku dan menarikku untuk tiarap. Meskipun tak mengerti apa maksudnya, aku tiarap juga. Setelah agak lama, si kakek

mengajakku bangun lagi. Tetapi kemudian aku merasakan keganjilan. Orang-orang yang lewat, menatapku dan si kakek secara bergantian dengan mimik heran. Ada juga di antara mereka yang tertawa cekikikan. Dalam keadaan begitu, aku merasa bahuku ditepuk seorang dengan keras. Hei Dod! teriak orang yang menepuk bahuku. Aku menoleh, ternyata teman kerjaku. Sedang apa kau di sini?tanyanya. Belum aku menjawab, Sidik sudah menyahut tinggi sambil terbahak, Mainan dengan orang gini? Aku terperangah ketika melihat temanku menyilangkan telunjuknya diatas dahinya.

Page 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama sekolah Mata pelajaran Kelas/semester Standar kompetensi

: MAN Gondanglegi : Bahasa Indonesia : X/I : Membaca Mampu membaca dan memahami berbagai teks bacaan sastra melalui membacakan puisi, membaca serta mendiskusikan isi naskah sastra melayu klasik dan menganalisis cerpen.

Kompetensi dasar Indikator

: Membaca dan menganalisis cerpen : 1. Menceritakan kembali isi cerpen yang dibaca. 2. Mengungkapkan latar dan penokohan dalam cerpen dengan menunjukkan kutipan yang mendukung. 3. Mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan sehari-hari.

Alokasi waktu I.

:

Tujuan pembelajarana

1. Peserta didik dapat menceritakan kembali isi cerpen yang sudah dibaca. 2. Peserta didik mampu mengungkapkan latar dan penokohan dalam cerpen dengan menunjukkan kutipan yang mendukung.

3. Peserta didik mampu mengaitkan isi cerpen dengan kehidupan sehari-hari. II. Model pembelajaran Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran membaca dan menganalisis cerpen adalah metode Talking Stik III. Materi Pembelajaran

1. Membaca cerpen yang benar 2. Unsur-unsur cerpen 3. Mengaitikan isi cerpen dengan kehidupan sehari-hari

IV.

Langkah Pembelajaran

A. Kegiatan Awal Salam pembuka Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan secara umum tentang materi pembelajaran yang akan dibahas Guru mengaitkan pembelajaran yang terdahulu dan memancing pemahaman peserta didik dengan memberikan pertanyaan tentang pembacaan cerpen yang benar. B. Kegiatan Inti Guru menyajikan materi sebagai pengantar Guru memberikan cerpen kepada siswa untuk dibaca dan di analisis Peserta didik maju bergantian menurut tongkat yang diberikan untuk membacakan cerpen dan membacakan hasil analisisnya Peserta didik diajak menyimpulkan hasil analisis dan pembacaan cerpen

Page 15

C. Kegiatan Akhir V. Peserta didik diajak menyimpulkan pembelajaran hari ini Refleksi Salam penutup Evaluasi Jenis Tugas individu Bentuk instrument Uraian bebas

RANCANGAN PENILAIAN

LEMBAR PENGAMATAN SIKAP

Mata Pelajaran Semester Kelas

: Bahasa dan Sastra Indonesia :2 : X Bahasa

ASPEK PENILAIAN SIKAP

JML NO NAMA SISWA M i n a t M o t i v a s i K o m i t m e n t u g a s R a s i o n a l i t a s b e r p i k i r 1 2 3Page 17

SKOR K e d i s i p l i n a n K e j u j u r a n

NILAI

Nilai = (jml skor x 100): 18

4 5 6 7 8 9 10

Pedoman Penskoran :

- Tinggi - Sedang

=3 =2 - Rendah =1

LEMBAR PENILAIAN SIKAP*)

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia Nama Siswa : ________________

Semeter Kelas/Abs

:2

:____/__

Isilah dengan tanda (X) atau () pada kolom tersedia ASPEK PENILAIAN Minat Selalu bertanya di kelas dan di rumah Selalu mencari referensi lain melalui internet Memiliki buku sumber lebih dari 3 judul Bangga terhadap tokoh bidang sains Selalu mengerjakan PR hari ini (bukan nanti) Motivasi Pelajaran ini bermanfaat untuk masa depan Pelajaran ini bermanfaat untuk kemanusiaan Saya ingin menjadi ahli dalam bidang sains Belajar adalah amanat dari Tuhan Belajar untuk diri sendiri dan orang tua Komitmen tugas PR dan tugas dikerjakan tepat waktu SS S N TS STS Skor Nilai

Page 19

Menunda jawab

pekerjaan=

tidak

bertanggung

Tugas kelompok selalu dikerjakan bersama Melaksanakan mungkin Berusaha melaksanakan dengan rapi dan benar Rasionalitas Berpikir Menerima kebenaran dengan landasan kuat Mengakui perbedaan pendapat Tidak suka pada tahayul dan paranormal Berbicara berdasarkan dalil dan atau fakta akurat Tidak bersandar pada pendapat umum tanpa alasan kuat Kedisiplinan Tepat waktu tidur dan bangun di rumah Tepat waktu datang di kelas Selalu berpakaian rapi sesuai tata tertib Tepat waktu beribadah Tepat waktu menghadiri pekerjaan semaksimal

pertemuan/undangan Kejujuran Tidak mau nyontek walau terpaksa Selalu jujur pada orang tua Selalu jujur pada teman dan sahabat Jujur dalam menyajikan data/pengukuran

Memahami kelemahan dan kelebihan diri *) Diisi sendiri dengan saksi orang tua Semua data saya isi dengan sebenarnya dan bersedia diberi sangsi bila tidak sesuai.

2011 Mengetahui Orang Tua/Wali Siswa

____________________ Keterangan SS S N TS STS : sangat setuju : setuju : netral : tidak setuju : sangat tidak setuju

______________________

Page 21