Ssk Aceh Barat Bab III Final

88
Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Barat 2011 BAB III ISU STRATEGI DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN 3.1ASPEK NON TEKNIS 3.1.1. KEBIJAKAN DAERAH DAN KELEMBAGAAN Dalam aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah: Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah memuat kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam pembangunan sanitasi Pemerintah Kabupaten telah mulai memisahkan fungsi regulator dan operator untuk pengelolaan sanitasi, yang ditujukan untuk mengoptimalkan layanan sanitasi bagi masyarakat Kabupaten Aceh Barat. Saat ini Pemerintah Kabupaten belum memiliki kebijakan dasar yang memuat substansi yang tegas untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik Pemerintah, masyarakat maupun swasta dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kabupaten Aceh Barat. Sistem penegakan aturan yang terkait dengan pengelolaan sanitasi, air bersih dan pengembangan prilaku hidup bersih dan sehat yang dijalankan saat ini masih kurang III - 65

description

no

Transcript of Ssk Aceh Barat Bab III Final

PEMERINTAH KOTA LANGSA

Strategi Sanitasi Kabupaten Aceh Barat 2011

BAB IIIISU STRATEGI DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KABUPATEN

3.1 ASPEK NON TEKNIS3.1.1. KEBIJAKAN DAERAH DAN KELEMBAGAANDalam aspek kebijakan daerah dan kelembagaan, isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah:

Adanya dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang sudah memuat kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat dalam pembangunan sanitasi Pemerintah Kabupaten telah mulai memisahkan fungsi regulator dan operator untuk pengelolaan sanitasi, yang ditujukan untuk mengoptimalkan layanan sanitasi bagi masyarakat Kabupaten Aceh Barat. Saat ini Pemerintah Kabupaten belum memiliki kebijakan dasar yang memuat substansi yang tegas untuk mengarahkan pola tindak seluruh pihak baik Pemerintah, masyarakat maupun swasta dalam pembangunan dan pengelolaan sanitasi di Kabupaten Aceh Barat. Sistem penegakan aturan yang terkait dengan pengelolaan sanitasi, air bersih dan pengembangan prilaku hidup bersih dan sehat yang dijalankan saat ini masih kurang optimal. Saat ini pemerintah kabupaten belum memiliki desain pola kerjasama yang spesifik akan dijalankan dengan pemerintah kabupaten lain dan pihak ketiga dalam pengelolaan layanan sanitasi di Kabupaten Aceh Barat.Untuk pencapaian sasaran pengelolaan sanitasi yang terpadu, perlu adanya pembaharuan kebijakan pembangunan di bidang sanitasi dan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan organisasi lokal melalui proses pendukung yang mengarah pada pengembangan kapasitas dan penguatan kelembagaan. Dalam pelaksanaan pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat perlu dilengkapi dengan perangkat dan mekanisme kerja berupa pedoman manajemen aspek kelembagaan dan pembiayaan yang disepakati dan dipahami oleh semua stakeholder, untuk menjamin sistem pengelolaan yang optimal dan berkelanjutan. Kebijakan pembangunan sanitasi diarahkan pada peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana sanitasi, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat, peningkatan peran serta seluruh pemangku kepentingan, serta pembangunan sarana dan prasarana sanitasi yang berbasis partisipasi masyarakat.

Dalam upaya penyusunan pedoman kerja perlu terlebih dulu mengkaji terhadap kendala-kendala dan faktor-faktor keberhasilan di masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan sanitasi yang menyangkut aspek, yaitu pola-pola kelembagaan, pembiayaan, operasional, dan peran serta masyarakat yang dilandasi oleh kearifan lokal yang ada.A. SASARAN DALAM PEMBANGUNAN SANITASI ADALAH : Pola-pola kelembagaan, pembiayaan, operasional, dan peran serta masyarakat yang dilandasi oleh kearifan lokal yang ada.

Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat.

Pembangunan dan perbaikan infrastruktur dasar serta drainase melalui peningkatan jumlah anggaran pemerintah daerah.

Pembangunan kawasan kumuh slum area menjadi kawasan teratur dan indah melalui kerjasama pemerintah daerah dengan masyarakat dan pihak swasta.B. INSTITUSI DAN ORGANISASI

Setelah adanya perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) di Pemerintah Kabupaten Aceh Barat berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 2 Tahun 2008 Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRK Aceh Barat, Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kabupaten Aceh Barat dan Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Aceh Barat didapatkan bahwa organisasi yang terlibat langsung dalam penanganan sanitasi adalah Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Pengairan, Dinas Kesehatan, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan.Adapun bagan Struktur Organisasi dari masing-masing dinas/badan adalah sebagai berikut:

STRUKTUR 3.1. ORGANISASI DINAS KESEHATAN KABUPATEN ACEH BARATI. Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat memiliki Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan sebagai berikut :(1) Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dalam bidang pelayanan kesehatan;

(2) Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui SEKDA;

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat mempunyai tugas umum Pemerintah Daerah serta bertanggung jawab di bidang pelayanan Kesehatan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat mempunyai fungsi:

a. perumusan kebijakan teknis dalam bidang kesehatan;b. pelaksanaan pembinaan teknis dalam bidang kesehatan;

c. pelaksanaan pedoman dan petunjuk teknis dalam bidang kesehatan;

d. pengkajian dan penyusunan konsep kebijakan dalam bidang kesehatan;

e. pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan perencanaan, penyiapan konsep Qanun yang berhubungan dengan kesehatan serta mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil-hasilnya;

f. penyusunan program jangka panjang, menengah, dan tahunan Dinas Kesehatan;

g. pelaksanaan pelayanan kesehatan umum bagi masyarakat;

h. pembinaan terhadap unit pelaksana teknis Dinas dalam bidang Kesehatan;

i. pengelolaan urusan ketatausahaan Dinas;

j. pelaksanaan pembinaan dan pengendalian di bidang kesehatan meliputi bidang peningkatan upaya pelayanan kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan dan permukiman dan perkabupatenan, promosi kesehatan, pemulihan kesehatan dan penelitian kesehatan;k. pelaksanaan pembinaan teknis di bidang peningkatan Sumber Daya Tenaga Kesehatan, registrasi dan akreditasi tenaga dan sarana kesehatan;l. pelaksanaan hubungan kerjasama dengan Instansi Pemerintah, lembaga swasta dan organisasi kemasyarakatan dalam bidang kesehatan;m. pelaksanaan uji kompetensi tenaga kesehatan;n. pengawasan dan pengendalian internal pelaksanaan program-program kesehatan;o. pemantauan, evaluasi dan pelaporan;p. pembinaan terhadap Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD); q. pelaksanaan pembinaan operasional di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;r. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

STRUKTUR 3.2. ORGANISASI DINAS CIPTA KARYA DAN PENGAIRAN KABUPATEN ACEH BARAT

II. Susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya & Pengairan di Pemerintah Kabupaten Aceh Barat berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut:

a. mengevaluasi pelaksanaan pembangunan fisik sarana dan prasarana;

b. mengelola pengujian bahan bangunan;

c. menetapkan standar Pengelolaan Pengairan lintas Kabupaten;

d. menyelenggarakan dan melakukan pengawasan pengembangan konstruksi bangunan sipil dan arsitektur;

e. menyelenggarakan dan melakukan pengawasan prasarana dan sarana pengairan serta pengembangannya;

f. menyelenggarakan dan melakukan pengawasan prasarana dan sarana bendungan besar serta pengembangannya;

g. menyelenggarakan dan melakukan pengawasan prasarana dan sarana jembatan dan jalan beserta simpul-simpulnya serta pengembangannya;

h. menyelenggarakan dan melakukan pengawasan serta pengembangan prasarana dan sarana jalan bebas hambatan yang di bangun atas prakarsa daerah sendiri;

i. menyelenggarakan dan melakukan pengawasan tata ruang;

j. mengeluarkan rekomendasi izin dan pengawasan pembangunan jalan bebas hambatan non lintas daerah yang di bangun atas prakarsa daerah;

k. mengeluarkan rekomendasi izin dan pengawasan untuk mengadakan perubahan dan pembongkaran bangunan-bangunan dan saluran jaringan prasarana dan sarana pekerjaan umum non lintas daerah;

l. menetapkan kebijakan untuk mendukung pembangunan bidang pekerjaan umum dan pertambangan energi;

m. menetapkan standar pelayanan minimal dalam bidang pekerjaan umum dan pertambangan energi yang wajib dilaksanakan oleh daerah;

n. menetapkan perjanjian atau persetujuan internasional dalam bidang Pekerjaan Umum dan pertambangan energi;

o. mengeluarkan rekomendasi izin bidang permukiman dan prasarana wilayah daerah;

p. menetapkan pengawasan kerjasama di bidang pekerjaan umum dan pertambangan energi;

q. menyelenggarakan dan melakukan pengawasan pencadangan areal;

r. mengeluarkan rekomendasi izin penggunaan daerah marka jalan;

s. mengatur dan menyelenggarakan pembangunan perumahan dan pemukiman;

t. mengatur dan menyelenggarakan pembangunan konservasi, arsitektur bangunan dan pelestarian kawasan bangunan bersejarah.

STRUKTUR 3.3. ORGANISASI KANTOR PENGENDALI DAMPAK LINGKUNGAN KABUPATEN ACEH BARAT

III. Kantor Pengendali Dampak Lingkungan Kabupaten Aceh Barat memiliki Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan sebagai berikut:(1) Kantor Pengendali Dampak Lingkungan Kabupaten Aceh Barat merupakan unsur pelaksana Pemerintahan Daerah dalam bidang Lingkungan Hidup dan Kebersihan;

(2) Kepala Kantor berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui SEKDA;

Kantor Pengendali Dampak Lingkungan Kabupaten Aceh Barat mempunyai tugas melaksanakan sebagian kewenangan Bupati di bidang lingkungan hidup dan kebersihan, melaksanakan koordinasi, pembinaan, pelaksanaan kebijakan umum dan teknis lingkungan hidup dan kebersihan serta melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Kantor Pengendali Dampak Lingkungan Kabupaten Aceh Barat mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan penyusunan pedoman petunjuk teknis di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

b. perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;c. pelaksanaan pedoman petunjuk teknis di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

d. pengkajian dan penyusunan konsep kebijakan di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

e. pelaksanaan tugas, penyiapan rancangan Qanun yang berhubungan dengan pembangunan di bidang lingkungan hidup dan kebersihan serta mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil-hasilnya;

f. penyiapan bahan penyusunan pedoman petunjuk teknis di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

g. penyusunan rencana kerja (renja) dan kebutuhan anggaran Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan;

h. pengelolaan sistem informasi dan pelayanan dalam bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

i. pengkoordinasian kegiatan fungsional dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup dan kebersihan dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan instansi terkait lainnya di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

j. penyusunan laporan keuangan dan kinerja serta laporan pertanggung jawaban Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan;

k. pelayanan penunjang penyelenggaraan pengendalian dampak lingkungan hidup;

l. pengelolaan urusan ketatausahaan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan;

m. penyelenggaraan pelayanan di bidang pelayanan lingkungan hidup dan kebersihan yang meliputi pengawasan terhadap kebersihan, jaringan sanitasi, penataan pertamanan kabupaten, penghijauan kabupaten serta pengawasan lingkungan hidup;

n. pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengendalian dampak lingkungan daerah;

o. pengembangan program kelembagaan dan peningkatan kualitas dan kapasitas pengendalian dampak lingkungan hidup dan kebersihan;p. pembinaan dan pengawasan di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

q. penyiapan rekomendasi dan perizinan usaha di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

r. pelaksanaan pelayanan umum di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

s. pelaksanaan pemetaan, konservasi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang lingkungan hidup dan kebersihan;

t. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas pokok dan fungsinya.

IV. Selain Kapedal, terdapat instansi kedinasan di bawah pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang telah memiliki tupoksi yang jelas sebagai pemegang wewenang pengelolaan sub-sub sektor sanitasi, yaitu BAPPEDA sebagai leading sector perencanan secara makro, yaitu:

a. Bappeda mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun dan melaksanakan kebijakan dalam bidang perencanaan pembangunan daerah.b. Merumuskan rencana dan program kerja Bappeda.

c. Mengkoordinasikan penyusunan program perencanaan pembangunan daerah.

d. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dalam bidang perencanaan pembangunan daerah.

e. Menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah yang terdiri dari RPJP,RPJM,RKPD dan Restra serta kebijakan penyusunan dokumen daerah yang berhubungan dengan perencanaan.

f. Merumuskan dan menyusun program-program tahunan sebagai pelaksana rencana yang dibiayai oleh derah ataupun yang disulkan kepada pemerintah tingkat atasan untuk dimasukan ke dalam program tahunan propinsi dan nasional.

g. Menyusun dan menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Plafon Pagu Anggaran Sementara (PPAS) ke Bupati dan kemudian diteruskan oleh DPRK.

h. Melaksanakan kegiatan penatausahaan Bappeda.

i. Melaksanakan pembinaan, pengendalian dan fasilitasi dalam bidang perencanaan pembangunan SDM dan sosial budaya, perencanaan pembangunan ekonomi dan infrastruktur, perencanaan pembangunan daerah bawahan serta dalam bidang pengendalian dan penelitian.

j. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Bupati melalui SEKDA sesuai dengan tugas dan fungsinya.Berikut susunan organisasi dan tata kerja BAPPEDA di Pemerintah Kabupaten Aceh Barat berdasarkan Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Kabupaten Aceh Barat.STRUKTUR 3.4. ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ACEH BARAT

3.1.2. KEUANGAN3.1.2.1. Gambaran Umum Keuangan Kabupaten Aceh BaratTotal pendapatan Kabupaten Aceh Barat selama periode 2010 Rp. 417.795.408.594,00 pertahun. Pendapatan tersebut masih didominasi oleh sumber-sumber pendapatanyang diperoleh dari dana perimbangan, baik pos bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak, DAU maupun DAK serta dari Provinsi diperoleh dari dana perimbangan Pemerintah Pusat dan Provinsi. Oleh karena itu upaya untuk menggali perolehan pendapatan secara optimal saat ini Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melakukan kegiatan secara sistematis dan terarah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki seoptimal mungkin melalui riset potensi daerah, realisasi pendapatan Kabupaten Aceh Barat terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1Pertumbuhan Realisasi APBD Kabupaten Aceh Barat (dalam Milyar) Tahun 2010No.PendapatanTarget TA. 2010 Dasar Hukum

1PENDAPATAN417.795.408.594,00

1.1Pendapatan Asli Daerah29.161.552.147.00

1.1.1Pajak Daerah4.545.062.685,00

1.1.2Retribusi Daerah8.862.499.600,00

1.1.3Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan4.200.000.000,00

1.1.4Lain-lain PAD Yang Sah7.208.753.331,00

1.1.5Zakat Infaq dan Sadaqah4.345.236.531,00

1.2Dana Perimbangan380.405.947.537,00

1.2.1Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak35.379.981.537,00

1.2.2Dana Alokasi Umum (DAU)311.356.765.000,00

1.2.3Dana Alokasi Khusus (DAK)33.669.200.000,00

1.3Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah8.227.909.910,00

1.3.1Dana Hibah0,00

1.3.2Dana Darurat0,00

1.3.3DBH Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya8.227.909.910,00

1.3.4Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus0,00

1.3.5Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainya0,00

JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 417.795.408.594,00

Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Barat, 2009

Berdasarkan tabel di atas, maka pendapatan Daerah tahun 2010 sesuai dengan berbagai sumber pendapatan yang telah dijelaskan di atas adalah sebesar Rp. 417.795.408.594,00,- yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp. 29.161.552.147.00,- Dana Perimbangan sebesar Rp. 380.405.946.537,00,-, untuk Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah diperkirakan sebesar Rp. 8,227,909,910.00. Dana penyesuaian dan Otonomi Khusus dan Bantuan Keuangan dari Pemerintah Provinsi atau Pemerintah daerah lainnya hal ini belum dimasukkan dalam proyeksi pendapatan karena kedua hal tersebut merupakan bantuan keuangan / hibah dari pemerintah lebih atas yang ditetapkan sesuai ketentuan untuk penyesuaian dana APBK.Proyeksi Belanja Kabupaten Aceh Barat tahun 2010 adalah sebesar Rp. 425.703.853.356,00. Kebijakan Belanja Daerah tahun 2010 masih didominasi oleh Belanja Tidak Langsung yang naik menjadi sebesar Rp. 302.036.559.382,00 dibanding tahun 2009 yang berjumlah Rp. 295,596,305,552.06. Sedangkan untuk Belanja Langsung turun menjadi sebesar Rp 123,667,293,974 dari tahun 2009 yang berjumlah Rp. 193,745,455,077.44.

Tabel 3.2 Realisasi Belanja Kabupaten Aceh Barat Tahun 2010

No.Jenis BelanjaProyeksi TA. 2010 (Rp)Dasar Hukum

1234

IBELANJA425.703.853.356,00.

2.1BELANJA TDAK LANGSUNG 302.036.559.382,00

2.1.1Belanja Pegawai265.266.323.319

2.1.2Belanja Bunga 0,00

2.1.3Belanja Subsidi0,00

2.1.4Belanja Hibah3.275.000.000,00

2.1.5Belanja Bantuan Sosial8.860.236.063.00

2.1.6Belanja bagi hasil kepada provinsi/ kabupaten/kabupaten dan pemerintahan desa0.00

2.1.7Belanja bantuan keuangan kepada provinsi/ kabupaten/kabupaten dan pemerintahan desa24.385.000.000,00

2.1.8Belanja tidak terduga250.000.000,00

2.2BELANJA LANGSUNG123,667,293,974,00

2.2.1Belanja pegawai25.603.589.700,00

2.2.2Belanja barang dan jasa55.891.735.608,00

2.2.3Belanja modal42.171.968.666,00

Sumber: DPKKD Kabupaten Aceh Barat, 20103.1.2.2. Besaran Pendanaan Sanitasi PerkapitaPerkembangan APBK Aceh Barat sumber datanya berasal dari Penjabaran APBK tahun 2007 s/d 2010 dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat perkembangan APBK. Sedangkan Perkembangan Total Belanja Kabupaten Aceh Barat dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan belanja Kabupaten dilihat dari aspek Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan pendapatan Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2007 s/d 2010 dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel. 3.3Besaran Pendanaan Sanitasi di Kabupaten Aceh Barat.

NoTahunDana Sanitasi (Rp)Jumlah Penduduk (Jiwa)Pendanaan Sanitasi Per Kapita (Rp)

120079.439.169.958153.29461.576

220089.627.953.357182.26552.824

3200910.013.071.491185.85153.877

4201010.113.202.206187.71053.877

Sumber : Bappeda Kabupaten Aceh Barat, 2010Dari tabel di atas jelas tergambarkan bagaimana perkembangan pendanaan sanitasi per kapita di Kabupaten Aceh Barat. Pada tahun 2007 dana sanitasi sebesar Rp 9.349.169.958 dengan jumlah penduduk mencapai 153.294 jiwa, maka pendanaan sanitasi perkapita sebesar Rp 61.576. Pada tahun 2008 terjadi penurunan dana sanitasi perkapita. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat mempunyai anggaran sanitasi sebesar Rp 9.627.953.357. Hal ini berdampak pada terjadinya penurunan dana sanitasi perkapita menjadi Rp 52.824. Pada tahun 2009, angka pendanaan sanitasi per kapita di Kabupaten Aceh Barat sedikit terjadi peningkatan yaitu Rp 53.877. Pada Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Aceh Barat tidak meningkatkan anggaran bidang sanitasi per kapita dan masih sama seperti pada tahun 2009.

Dalam menganalisa pendanaan sanitasi di Kabupaten Aceh Barat, maka cara yang dilakukan adalah dengan melakukan pendataan dari dari dinas-dinas yang terkait dengan masalah sanitasi. Satuan Kerja Perangkat Daerah Aceh Barat yang berkaitan dengan masalah sanitasi adalah Dinas Kesehatan, Dinas Cipta Karya dan Pengairan, dan Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan. Dari tiga dinas terkait tersebut kemudian dilakukan penelusuran terhadap program dan kegiatan apa saja yang berkaitan dengan sanitasi.

Data mengenai berbagai program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkaitan dengan sanitasi tergambarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.3.1. Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2007.

Tabel 3.3.2. Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2008.

Tabel 3.3.3. Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2009.

Tabel 3.3.4. Rekapitulasi Pendanaan Kegiatan Sanitasi 2010.

Dari tabel diatas maka kita dapat mengetahui perkembangan pembiayaan sanitasi di Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2007-2010. Pada tahun 2007 Dana Sanitasi yang terdapat pada tiga SKPD berjumlah Rp 9.439.169.958,- yang terakomodir dalam 8 program dan 17 kegiatan. Pada tahun 2008 dana sanitasi kabupaten yang terakomidir dalam SKPK tidak jauh berbeda pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 9.627.953.357,-. Pada tahun 2009 terjadi peningkatan sedikit terhadap dana sanitasi. Anggaran Sanitasi Kabupaten Aceh Barat Rp 10.013.071.491,- yang terdistribusikan dalam 7 Program dan 10 Kegiatan. Artinya terjadi peningkatan sebanyak 1%. Pada tahun 2010, Anggaran Sanitasi terjadi peningkatan sebesar Rp100.130.715,- di mana total dana sanitasi berkembang menjadi Rp 10.113.202.206.-

3.1.2.3. Besaran Realisasi Dan Potensi Pendapatan Layanan SanitasiDalam dokumen laporan realisasi DPKKD Kabupaten Aceh Barat, tercatat hanya 1 jenis retribusi yang berkaitan dengan layanan sanitasi yaitu Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Data mengenai tingkat realisasi dari jenis retribusi ini disajikan dalam tabel berikut ini :Tabel 3.4Target dan Realisasi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan di Kabupaten Aceh Barat

Dari tabel diatas terlihat bahwa retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan mempunyai tingkat rasio efektivitas yang cukup baik. Tingkat realisasi dari retribusi ini pada tahun 2006 sebesar 128,00%. Pada tahun 2006 tingkat penerimaan retribusi mencapai Rp 40.000.000,- dari target yang hanya Rp 31.250.000,-. Tingkat pencapaian yang kurang efektif terjadi pada tahun 2007 dengan target yang diinginkan adalah Rp 62.000.000,- namun pencapainnya hanya mampu menyentuh angka Rp 45.236.000,- saja sehingga angka rasio efektivitas hanya 72,96%. Pada tahun 2008 rasio efektivitasnya mencapai 108,33% dan tahun 2009 sebesar 110,35%. Dari dua tahun tersebut menunjukkan bahwa angka realisasi diatas angka target retribusi yang telah direncanakan. Dengan pencapaian yang cukup efektif tersebut, maka retribusi ini dapat lebih dioptimalkan untuk menunjang tingkat Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Aceh Barat di masa yang akan datang.

3.1.3. KOMUNIKASIDinas teknis yang terlibat dalam kegiatan sanitasi memiliki anggaran untuk melakukan kegiatan komunikasi (termasuk di dalamnya membuat materi komunikasi yang biasanya berbentuk buletin, leaflet, spanduk maupun spot di radio). Untuk produksi materi komukasi, SKPD/dinas membuat sendiri dan juga bisa bekerja sama dengan bagian komunikasi dan informatika, seperti halnya Kantor Pengendali Dampak Lingkungan, yang akan mempublikasikan tentang lingkungan hidup dan pengelolaan sampah melalui pembuatan film dokumenter.

1. Isu yang diangkat oleh SKPD/dinas tergantung dari tupoksi masing-masing. Misalnya saja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, dalam buletinnya secara berkala menerbikan Epidemonologi yang berisikan tentang penyakit-penyakit menular yang yang diakibatkan rendahnya kualitas sanitasi lingkungan yang ada. 2. Tiap SKPD/dinas cukup dekat dengan media massa lokal dalam menjaga hubungan mempromosikan kegiatan dinas terkait.

Kabupaten Aceh Barat terdapat beberapa media lokal diantaranya Harian Serambi Indonesia, Seuramo Aceh, Pro Haba, Rakyat Aceh, Kompas, Haba Rakyat.Hasil survey EHRA menemukan bahwa sebagian besar masyarakat (terutama ibu-ibu) menyatakan tidak pernah membaca informasi tentang sanitasi yang ditempelkan di papan pengumuman di kelurahan / desa / Gampong. Untuk detainya dapat dilihat pada tabel berikut ini:Tabel 3.5

Jumlah Pembaca Mengenai SanitasiNo PembacaFrekuensiPersen

1.Hanya satu kali17210.7

2.Antara satu hingga tiga kali20412.7

3.Seringkali573.6

4.Tidak Pernah117773.0

Total1610100.0

Sumber : Survey EHRA, 2010Untuk frekuansi membaca pengumuman di papan pengumuman sangat kecil hanya 12,7%, hanya satu kali 10,7% dan seringkali hanya 3,6%.Selebihnya tidak pernah membaca pengumuman sebanyak 73%.

Untuk pertanyaan yang ditanyakan dari siapa Ibu mendapatkan informasi tentang masalah sanitasi (sampah, air limbah, drainase dan air bersih)?, hasil rekapitulasi perhitungannnya dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 3.6Informasi Mengenai Sanitasi

NoSumber InformasiFrekuensiPersen

1.Kepala Lingkungan1157.2

2.Kepala Lorong50431.4

3.Lurah / Kepala Desa atau Stafnya39724.8

4.Kader Posyandu /Jumantik / Karang Taruna805.0

5.Sanitarian Puskesmas493.1

6.Lainnya (sebutkan)1267.9

7.Tidak Tahu33720.7

Total1610100.0

Sumber : Survey EHRA, 2010Tabel di atas menerangkan tentang responden mendapatkan informasi tentang masalah sanitasi (sampah, air limbah, drainase dan air bersih) yaitu: sebanyak 31,4% mendapat informasi dari Kepala Lorong, dari Lurah sebanyak 24,8% dan Kepala Lingkungan 7,2%.

Untuk jenis pertemuan yang sering diikuti, dijaring dari kuisioner dengan pertanyaan sebagai berikut pertemuan apa yang paling sering ibu ikuti di RT/ RW/Kelurahan/Gampong tempat tinggal Ibu?.Tabel 3.7

Petermuan yang sering di Ikuti di LingkungannyaNoPetermuanFrekuensiPersen

1.Arisan37423.3

2.Pengajian104765.3

3.Rapat RT4.2

4.Penyuluhan Kesehatan664.1

5.Lainnya (sebutkan)6.4

6.Tidak pernah1136.6

Total1610100.0

Sumber : Survey EHRA, 2010

Data table diatas menerangkan tentang Pertemuan apa yang paling sering ibu ikuti di RT / RW / Kelurahan / Gampong tempat tinggal Ibu. Sebanyak 65,3% pertemuan dilakukan dalam bentuk kegiatan pengajian, sebanyak 23,3% dalam bentuk kegiatan Arisan dan hanya 4,1% dalam bentuk kegiatan penyuluhan.Tabel 3.8

Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti ibu ibuNoJenis PenyuluhanFrekuensiPersen

1.Masalah sampah dan kebersihan lingkungan18911.8

2.Air limbah dan jamban keluarga664.1

3.Saluran air kotor (drainase)181.1

4.Air Bersih865.4

5.Lainnya (sebutkan)372.3

6.Tidak Tahu121075.3

Total1610100.0

Sumber : Survey EHRA, 2010

Tabel diatas mencerminkan tentang persoalan atau topik yang dibicarakan, persoalan sampah dan kebersihan lingkungan sebanyak 11,8%, Air Bersih 5,4% dan Air Limbah dan Jamban Keluarga 4,1%.3.1.4. KETERLIBATAN PELAKU BISNISAdanya perubahan paradigma terhadap cara pandang pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh Barat, paradigma itu adalah bagaimana sampah merupakan barang yang tidak berguna, kini menjadi potensi yang bisa dikelola dan memiliki nilai ekonomis dan bermanfaat. Peran swasta atau individu dan kelompok yang melihat bahwa sampah adalah sesuatu hal yang membawa hasil secara ekonomis. Mereka mengumpulkan dari berbagai jenis sampah seperti, besi, plastik, karton, kertas, botol, kaca, alma, kuningan dan lain-lain. Beberapa pengusaha Penampung (Pengepul) dan Pengusaha Produksi Daur Ulang Barang Bekas yang tersebar di dalam Wilayah Kabupaten Aceh Barat adalah sebagai berikut :

1.Nama

: SupriadiBerdiri

: 1980Alamat

: MeureboTelp

: 0813600257512Jumlah Karyawan: Karyawan Tetap Laki=7 Org, Perempuan =2 Org

Karyawan Tdk Tetap Perempuan = 1 OrgTabel 3.9

Jenis dan volume rongsokan yang ditampungNo.JenisJumlah/BlnHarga Beli

(Rp)Harga Jual

(Rp)

1.Besi30 Ton2.7003.300

2.Plastik6 Ton1.5002.500

3.Atom Oli12 Ton2.0004.000

4.Kertas10 Ton1.5002.300

5.Karton25 Ton1.1001.550

6.Botol Kaca100 Karung600800

Sumber : Survey EHRA, 2010

Dijual pada CV. Kusuma Jaya Medan dengan Alamat Jl. Binjai Km 7,6 No.75 Telp.8451258, 8451636 Medan-Sumatea Utara.

Kendala yang dihadapi saat ini adalah :

Harga yang tidak stabil.

Mahalnya jasa angkut dan biaya-biaya siluman (pungli).

2. Nama

: CV.Lestari IndahBerdiri

: 1992Alamat

: Kuta Padang MeulabohTelp

: 085260158942Jumlah Karyawan: Karyawan Tetap Laki= 5 Org, Perempuan = 3 OrgTabel 3.10Jenis dan volume rongsokan yang ditampung

No.JenisJumlah/BlnHarga Beli

(Rp)Harga Jual

(Rp)

1.Besi15 Ton2.3002.700

2.Plastik2 Ton1.3002.000

3.Atom Oli2 Ton1.6002.500

4.Kertas8 10 Ton9501.650

5.Karton2 Ton1.2001.750

Sumber : Survey EHRA, 2010Dijual ke PT. Alam Jaya dengan alamat Jl. Belawan Km.8,5 Medan.

Kendala yang dihadapi saat ini adalah :

Harga yang tidak stabil.

Mahalnya jasa angkut dan biaya-biaya siluman (pungli).Secara umum sektor swasta yang sudah berpartisipasi adalah mereka yang memandang keberadaan sampah merupakan peluang usaha. Adapun permasalahan berkenaan dengan patisipasi swasta dan masyarakat dalam Sub Sektor Persampahan di Kabupaten Aceh Barat adalah belum adanya kerangka hukum yang jelas terkait dengan peran Sektor swasta dan Lembaga Non Pemerintah.

Dengan demikian kondisi yang diharapkan atas partisipasi swasta dan masyarakat ini adalah:

Semua timbulan sampah dapat disalurkan dan dimanfaatkan secara optimal.

Unsur Pemerintah Kabupaten lebih banyak berperan sebagai regulator. Kalau ada peran sebagai operator lebih banyak pada aktivitas yang memang merupakan kewajiban sektor publik. Bahkan aktivitas inipun sedapat mungkin disubkontrakkan kepada sektor swasta sehingga pihak Pemerintah Kabupaten cukup menetapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang harus dipenuhi oleh subkontraktor tersebut.

Beberapa jenis pekerjaan yang sebaiknya di subkontrakkan antara lain : (1). Penanganan kebersihan area publik (jalan umum, taman kabupaten, dll), (2). Pengangkutan sampah dari TPS/transfer depo/kontainer ke TPA.

Sedangkan Partisipasi Sektor Swasta dan Lembaga Non Pemerintah dalam Sub Sektor Air Limbah Domestik Sampai saat ini belum ada pihak swasta yang terlibat langsung dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Aceh Barat baik berupa sub-kontrak maupun dalam bentuk kerjasama yang lainnya.Permasalahan yang timbul antara lain : Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang air limbah permukiman, karena rendahnya tingkat pemulihan biaya investasi. Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari sektor swasta dan yang melibatkan masyarakat melalui community development.Kondisi yang diharapkan dalam peningkatan partisipasi sektor swasta dan lembaga non pemerintah dalam sub sektor air limbah domestik adalah dengan mengidentifikasi segmen-segmen aktivitas tertentu yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

Memberikan peluang terjadinya transaksi komersial (memberikan laba)

Memberikan prospek berkembangnya volume bisnis

Meminimalisasi biaya operasional

Menghasilkan manfaat non finansial, baik kepada masyarakat atau kepada pengusaha swasta

Memanfaatkan program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).

Beberapa potensi kegiatan yang diharapkan bisa dikembangkan melalui partisipasi pihak swasta dan masyarakat antara lain adalah :

Masyarakat sebagai penghasil air limbah rumah tangga diharapkan mampu berperan dalam pengolahan air limbah rumah tangga. Hasil pengolahan lumpur tinja dapat bernilai ekonomi jika diolah dengan baik yaitu dapat sebagai pupuk tanaman dan campuran bahan pelengkap bangunan seperti bataco.

Khusus untuk grey water jika diolah dengan baik dapat digunakan untuk mengairi sawah atau kebutuhan hidup sehari-hari.

Dengan memperluas pasar sanitasi on-site.

3.1.5. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, ASPEK JENDER DAN KEMISKINAN Masyarakat yang merupakan komponen dalam suatu komunitas dan mempunyai posisi penting dalam pengelolaan sanitasi. Namun sejauh ini partisipasi mereka belum mendapat perhatian yang proporsional dari pihak pemerintah. Oleh karena itu perlu disusun suatu studi penilaian mengenai partisipasi masyarakat dan peran jender dalam pengelolaan sanitasi, baik dalam skala kabupaten maupun dalam skala nasional. Studi ini melibatkan masyarakat sebagai subyek secara langsung dan partisipatif akan sangat berguna dalam menyusun strategi pembangunan sistem sanitasi. Untuk mendapatkan sebuah penilaian yang kredibel dibutuhkan data dan informasi yang valid dan kredibel pula. Untuk itu diperlukan serangkaian survey dan observasi langsung yang terencana dan komprehensif terhadap kondisi partisipasi masyarakat dan jender dalam penanganan sistem sanitasi dalam skala kabupaten beserta prospek pengembangannya di masa depan. Masyarakat diharapkan mampu mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi rumah tinggal dan lingkungan mereka, merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, serta melakukan evaluasi dan pengembangan kegiatan program secara mandiri.

Sementara itu pelaksanaan program sanitasi juga diharapkan dapat secara partisipatif, tanpa harus menunggu perintah dari pemerintah. Untuk memampukan masyarakat agar memiliki kemampuan seperti di atas, penilaian tentang kondisi sanitasi masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengadopsi Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA merupakan metodologi yang mendorong keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi yang dikembangkan dari metodologi partisipatif yang sudah ada sebelumnya Participatory Rural Assessment (PRA) yang dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program, termasuk di dalamnya program air bersih dan sanitasi, di tingkat komunitas. MPA terbukti sangat bermanfaat untuk pembangunan di berbagai sektor, yang mengaitkan keberlanjutan pelayanan program dengan kegiatan peka jender, berpihak pada kaum miskin, pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive Approach = DRA), menyatakan pola asosiasi antara pelayanan yang baik bisa dimanfaatkan dan berkelanjutan, hingga munculnya berbagai institusi dan pengambil kebijakan mendukung pendekatan ini. Studi tentang Partisipasi Masyarakat dan Jender (PMJ) dilakukan dengan tujuan:

a. Terkumpulnya informasi sanitasi secara kuantitatif-sistematis dengan menggunakan alat alat partisipatori, untuk menilai kesinambungan dan ketanggapan terhadap kebutuhan;

b. Teridentifikasinya pengalaman masyarakat dalam kegiatan/proyek perbaikan sanitasi, baik yang dilakukan secara swadaya atau gotong royong maupun bantuan dari instansi lain;c. Teridentifikasinya kebutuhan dan kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi dalam perbaikan sanitasi;d. Teridentifikasinya peran perempuan pada tahap perencanaan pembangunan sarana sanitasi dan beberapa perubahan tugas antara perempuan dan laki-laki;e. Teridentifikasi keberadaan, manfaat, peranan dan hubungan berbagai lembaga yang ada di kelurahan. Sementara itu, hasil yang diharapkan dari studi PMJ adalah:

Peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemerintah kabupaten baik laki-laki dan perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan; Munculnya kebutuhan masyarakat laki-laki dan perempuan disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi; Teridentifikasinya daerah setingkat Kelurahan yang berpotensi untuk pelaksanaan program program sanitasi berbasis masyarakat secara berkelanjutan. Dari kegiatan Observasi & Survei PMJ di kelurahan-kelurahan yang termasuk area beresiko tinggi dengan melibatkan masyarakat secara langsung.

3.1.6. ASPEK MONITORING DAN EVALUASIUntuk menjamin penyelenggaraan pembangunan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif di bidang pembangunan sanitasi, diperlukan adanya tahapan pemantauan dan evaluasi perencanaan pembangunan sanitasi. Maksud dari kegiatan pemantauan dan evaluasi adalah untuk mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Sedangkan tujuan yang diharapkan dari kegiatan pemantauan dan evaluasi ini adalah untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta berhasil guna dan berdaya guna yang manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyrakat dan standar pelayanan minimum yang ada sudah dilaksanakan dengan efektif. Pemantauan dan evaluasi ini dilakukan secara efisien dan terfokus. Instrumen dan mekanisme yang digunakan harus berdasarkan sistem yang telah ada untuk mempermudah akses informasi dan memperkecil biaya. Kegiatan pemantauan dan evaluasi selanjutnya dilakukan pelaporan, agar lebih mudah bagi otoritas yang bertanggung-jawab untuk mengumpulkan informasi yang handal mengenai kebutuhan akan peningkatan kapasitas yang lebih akurat. 3.2 ASPEK TEKNIS DAN PHBS

Dalam upaya mencapai visi dan melaksanakan misi yang telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, perlu dirumuskan strategi pelaksanaan pembangunan. Perumusan strategi tersebut harus didasarkan pada kondisi strategis internal dan lingkungan strategis eksternal. Ditinjau dari kondisi strategis internal, strategi pelaksanaan pembangunan harus memperhatikan potensi dan kelemahan yang dimiliki oleh Kabupaten Aceh Barat, yang meliputi kondisi geografi, sosial budaya, sumberdaya alam, tata ruang dan, prasarana dan sarana, industri, perdagangan, keuangan. Untuk mewujudkan capaian target dari pembangunan sanitasi pada sub bidang air limbah tersebut perlu di susun dalam Strategi Teknis, diantaranya :

a) Memenuhi kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi.

b) Menentukan spesifikasi teknis minimum prasarana dan sarana dasar sanitasi.

c) Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

d) Memperbaiki kemampuan daya dukung lingkungan.

e) Menentukan standar baku mutu lingkungan permukiman yang sehat.

f) Mendorong terlaksananya operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana dasar sanitasi.3.2.1 SUB SEKTOR AIR LIMBAHInstansi Pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang menangani masalah Limbah Cair adalah, Kantor Pengendali Dampak Lingkungan (KAPEDAL) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat. Pada umumnya masyarakat di wilayah Kabupaten Aceh Barat menggunakan dua sistem yaitu sistem terpisah dan sistem gabungan. Sistem terpisah yaitu terjadinya pemisahan antara penyaluran air limbah dan air hujan. Air limbah dialirkan ke dalam SPAL yang berbentuk septic tank. Air hujan umumnya disalurkan melalui saluran drainase kabupaten. Sistem gabungan yaitu semua air limbah tersebut masuk ke dalam satu wadah (septic tank). Pemerintah Kabupaten telah melakukan pengadaan sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pengelolaan limbah ini. Dari data Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan bahwa Kabupaten Aceh Barat telah memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sebanyak 1 unit, tetapi IPLT ini sudah tidak berfungsi secara maksimal lagi setelah dilanda oleh tsunami pada tahun 2004 yang lalu. Upaya rehabilitasi sudah dilakukan, tetapi belum dapat memberikan hasil pengolahan secara optimal, sehingga direncanakan akan dilakukan pemindahan dan pembangunan kembali (pembangunan baru) unit IPLT ini. Pemerintah pun telah memiliki satu (1) unit mobil penyedot dan pengangkut tinja. Volume lumpur tinja yang dibuang ke ILPT ini berkisar 3 m3/hari. Masyarakat mempunyai perannya masing-masing sesuai dengan tingkat kesadaran akan kesehatan lingkungan dan kemampuan finansialnya masing-masing. Masyarakat yang telah mampu, umumnya telah memiliki fasilitas penanganan limbah cair dengan baik. Namun masyarakat yang belum memiliki kemampuan finansial, penyediaan sarana ini menjadi sulit bagi mereka. Sehingga dapat kita katakan dengan kondisi masyarakat dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya, penanganan limbah ini belum maksimal. Hal yang dipelajari EHRA adalah tempat pembuangan isi tangki septik. Pada umumnya mereka yang menggunakan truk sedot tinja tidak ditanya tentang tempat pembuangan tinja dengan asumsi bahwa mereka sulit mengetahui ke mana truk itu pergi dan membuang/mengolah tinja hasil sedotannya.Tetapi ada juga sebagian dari responden yang menyatakan sekitar 46% melaporkan isi tangki septik ke sungai/kali/parit/got, tidak dapat diidentifikasikan dalam studi ini apakah yang dimaksud tersebut adalah truk sedot tinja yang membuang isi septic tank ke sungai/kali/parit/got atau bukan. Sisanya sekitar 54% temuan lain juga mengkhawatirkan, ketika responden menjawab tidak tahu.Untuk penangganan air limbah ini ada beberapa permasalahan yang dijumpai, diantaranya adalah :1. Masih ada pandangan dari masyarakat yang beranggapan bahwa pengelolaan limbah ini tidak begitu mendesak atau tidak menjadi focus utama bagi mereka. Masyarakat masih menggunakan cara yang tidak sehat yaitu dengan memanfaatkan badan sungai atau saluran drainase untuk memenuhi kebutuhan sarana prasarana pengelolaan limbah cair ini.

2. Untuk wilayah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan juga ketersediaan lahan yang tidak begitu luas bagi penyediaan SPAL, tentunya sistem SPAL berskala rumah tangga lebih sulit diterapkan karena keterbatasan lahan yang dimiliki. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian kita semuanya. Target pengelolaan air limbah diarahkan melalui upaya-upaya intensif baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kondisi sanitasi lingkungan yang baik, dalam hal ini perlu dilanjutkan terus dengan memperhatikan kegiatan penyuluhan secara intensif serta menggunakan cara yang sesuai dengan lingkungan setempat. Tabel 3.11Rencana Pelayanan Air Limbah Kabupaten Aceh BaratNoKecamatanTarget Pelayanan Air Buangan (m3)

20092010201120122013

1Kaway XVI1441014958155281611916732

2Johan Pahlawan5708159254615096385166281

3Meureubo2916030270314233261933860

4Samatiga2592926916279412900430108

TOTAL126580131398136401141593146981

Sumber : RPIJM Kabupaten Aceh Barat, 2009Strategi peningkatan pengelolaan air limbah di Aceh Barat juga ikut mengacu pada target-target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat yaitu:

3.2.1.1. Limbah MedisSelain penanganan dari komponen sanitasi yang tersebut diatas, keberadaan komponen sanitasi lainnya seperti limbah rumah sakit baik berupa limbah gas, cair dan padat juga sudah menjadi perhatian pemerintah kabupaten Aceh Barat dan penanganannya dilakukan oleh setiap pelaku masyarakat dalam pengawasan Kantor Pengendali Dampak Lingkungan (KAPEDAL) dan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat.

Menurut Depkes Republik Indonesia berbagai jenis buangan yang dihasilkan rumah sakit dan unit-unit pelayanan kesehatan yang mana dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehataan bagi pengunjung, masyarakat terutama petugas yang menanganinya disebut sebagai limbah klinis. Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan atau penelitian. Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik, farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastik

a. Limbah Benda Tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif

b. Limbah Infeksius Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ).

c. Limbah Jaringan Tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat pembedahan dan autopsi. Limbah jaringan tubuh tidak memerlukan pengesahan penguburan dan hendaknya dikemas khusus, diberi label dan dibuang ke incinerator.

d. Limbah Citotoksik Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1.000C.

e. Limbah Farmasi Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan limbah hasil produksi obat-obatan.

f. Limbah Kimia Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.

g. Limbah Radio Aktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.

h. Limbah Plastik Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

a. Penimbulan (Pemisahan Dan Pengurangan ) Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinue yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan: kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.

b. Penampungan Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik.

c. Pengangkutan Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.

d. Pengolahan dan Pembuangan Metoda yang digunakan untuk mengolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat.

A. Kebijaksanaan dan Strategi Penanganan Air Limbah Domestik:a) Peningkatan pembangunan, pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi, untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan menjaga kelestarian lingkungan;b) Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi yang terjangkau oleh masyarakat luas sampai kepada yang berpenghasilan rendah;c) Pengembangan rekayasa teknis untuk mendapatkan teknologi tepat guna yang sederhana;d) Penyelenggaraan pembangunan yang berwawasan Iingkungan dan berkelanjutan;e) Penetapan dan penerapan pemberlakuan harus memenuhi baku mutu lingkungan di kawasan perumahan dan pemukiman;f) Peningkatan peran serta swasta dan masyarakat;g) Pengembangan sistem pendanaan;h) Pemantapan kelembagaan;i) Peningkatan pemanfaatan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi yang telah dibangun;j) Penyelenggaraan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi yang terpadu dengan program/sektor lain;k) Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penyediaan dan penye!enggaraan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi;l) Menyiapkan rencana pengelolaan secara terpadu sebelum pelaksanaan.B.Strategi Finansial/Pendanaan:a) Menciptakan iklim pendanaan yang memungkinkan dan menarik dunia usaha untuk ikut membiayai penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar;b) Menggali sumber dana masyarakat untuk ikut membiayai dan pengelolaan prasarana dan sarana dasar sanitasi;c) Menyempurnakan mekanisme sistem bantuan keuangan untuk penyediaan prasarana dan sarana dasar sanitasi.C.Strategi Kelembagaan/Peraturan Perundang-undangan:a) Meningkatkan fungsi kelembagaan yang sudah ada;b) Mendorong terbentuknya lembaga pengelola sarana dan prasarana sanitasi;c) Mendorong pelaksanaan perundang-undangan;d) Melengkapi peraturan dan perundangan yang ada;e) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia;f) Meningkatkan jumlah tenaga ahli sanitasi.D.Strategi Pencapaian Sasaran Sub Program Air Limbah;a) Mengembangkan teknologi sanitasi dasar tepat guna yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah;b) Mengembangkan sistem pengelolaan air Iimbah terpusat terutama di kawasan potensial, serta mengembangkan sistem perpipaan air limbah sederhana bagi kawasan kumuh dan padat;c) Mengembangkan dan memantapkan kelembagaan pengelolaan air limbah melalui pembentukan unit pengelola air limbah, dinas atau perusahaan daerah serta mendorong kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat;d) Mengembangkan percontohan sarana pengelolaan air limbah pedesaan serta memasyarakatkan pembuatan sarana sanitasi sederhana;e) Menentukan tolak ukur mutu lingkungan air di dalam kawasan perumahan dan pemukiman;f) Mengembangkan sistem pendanaan subsidi silang, sistem bantuan keuangan dan peran serta dunia usaha;g) Mempercepat terwujudnya peraturan dan perundang-undangan yang menyangkut pengelolaan air limbah.E.Strategi Promosi:a) Melaksanakan apresiasi maupun pelatihan untuk meningkatkan pengelola sarana dan prasarana sanitasi;b) Melaksanakan training untuk meningkatkan pengelola prasarana dan sarana air limbah;c) Melaksanakan pelatihan teknis;d) Melaksanakan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam rangka mencapai hasil pengelolaan yang optimal;e) Meningkatkan peran pemerintah daerah dalam penyediaan dan pengelolaan prasarana dan sarana sanitasi;f) Meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat akan kesehatan Iingkungan permukiman;g) Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pengadaan prasarana dan sarana sanitasi;Pembangunan prasarana dan sarana air Iimbah harus memperhatikan dampak samping yang mungkin timbul akibat penyebaran wabah melalui pencemaran dan bidang resapan dan konstruksinya harus benar-benar diperhatikan agar tidak mencemari air tanah.3.2.2 SUB SEKTOR PERSAMPAHANA. SUMBER-SUMBER SAMPAH KABUPATEN ACEH BARATSumber-sumber sampah di Kabupaten Aceh Barat antara lain berasal dari :

1. Sampah Permukiman Sampah ini berasal dari rumah tangga. Sampah ini berasal dari aktivitas dapur, sampah pohon di halaman maupun kegiatan rumah tangga lain;2. Sampah Pasar Sampah ini berasal dari kegiatan pasar, yang kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan;3. Sampah Hotel dan Penginapan Sampah ini berasal dari semua kegiatan hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas, makanan. sampah dapur dan lain-lain;4. Sampah Rumah Sakit Sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit baik termasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3;5. Sampah Jalan Sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani oleh penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan;6. Sampah Perbengkelan Sampah ini berasal dari kegiatan usaha perbengkelan yang berada di Kabupaten Aceh Barat. Sampah ini dapat berupa limbah cair seperti oli dan juga limbah padat seperti berbagai macam sisa onderdil kendaraan;7. Sampah Perkantoran Jumlah sarana perkantoran yang ada di kabupaten memberikan kontribusi sampah yang umumnya berwujud kertas;8. Sampah Sarana Pendidikan Jenis sampah dari sarana pendidikan terdiri dari berbagai macam jenis sampah antara lain plastik, organik, kertas dan lain-lain.B. SARANA PENGOLAHANSaat ini pelayanan persampahan secara terpusat masih mencakup sebagian kecil daerah terbangun kabupaten, terutama di lokasi pertokoan/jalan utama kabupaten Aceh Barat dan di jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan pengangkut sampah. Pengelolaan persampahan individual memerlukan peralatan untuk pewadahan sampah dan pemusnahan sampah. Pada kondisi eksisting 38,7% penduduk melakukan sendiri pewadahan dan pengelolaannya, Sebagaimana disebutkan diatas, pewadahan dilakukan pada kantong-kantong plastic dan dibuang dihalaman atau dikubur di lubang sampah. Menurut data dari Kantor Pengendali Dampak Lingkungan Kabupaten Aceh Barat, prioritas pelayanan sampah saat ini adalah pertokoan, perkantoran, pasar dan pelabuhan dengan tingkat pelayanan mencapai 46%, sedangkan data yang diperoleh dari hasil survey EHRA ditemukan bahwa pelayanan baru mencapai 21,4%. ditinjau dari jumlah penduduk yang dilayani dan jumlah penduduk total kecamatan pelayanan terpusat di Kabupaten Meulaboh dan sekitarnya.a. Berikut ini 4 kunci strategi didalam menajemen pengelolaan sampah di Kabupaten Aceh Barat: Mengurangi jumlah sampah yang di kirim ke tempat pembungan akhir sampah dengan cara sosialisasi peningkatkan penggunaan kembali sampah plastic untuk di kembalikan ke perusahaan dengan didaur ulang kepada masyarakat dan perusahaan.

Yakin dapat melayani sampah-sampah dari pemukiman masyarakat dan pertokoan/pasar

Melakukan manajemen TPA dengan tujuan perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan serta

Mengurangi biaya operasional pengelolaan sampah.

b. Area Pengumpulan sampah dan rata-rata sampah yang ada di Kabupaten Aceh Barat

Tiga dari dua belas kecamatan yang terlayani dari pengumpulan sampah yaitu : Kecamatan Meureubo, Johan Pahlawan dan Kawai XVIl .Tabel dibawah ini menunjukkan jumlah penduduk yang terlayani berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat.Tabel 3.12 Jumlah Penduduk Terlayani Dalam 12 Kecamatan di Kabupaten Aceh BaratKecamatanRata-rata PengumpulanJumlah PendudukJumlah Terlayani

Meureubo52%19.47210.221

Johan Pahlawan76%64.03948.283

Kawai XVI3%17.880454

Samatiga0%14.177-

Woyla0%11.414-

Arongan Lambalek0%11.212-

Pante Ceuremen0%9.361-

Woyla Barat0%7.203-

Panton Reu0%5.949-

Bubon0%5.733-

Woyla Timur0%4.457-

Sungai Mas0%3.521-

Total174.41559.498

Sumber : UNDP, 2009

Total Jumlah penduduk yang terlayani berdasarkan tabel diatas saat ini sebanyak 59.498 jiwa dengan jumlah armada truck sampah 15 unit. Jam pengumpulan sampah dilakukan pada pagi hari yaitu antar jam 5.00 10.00 WIB dimana sampah sampah sudah ditempat kan pada tong sampah yang telah disediakan dan diletakkan pada jalan - jalan utama, seperti pertokokan, tempat tempat umum dan pusat kesehatan masyarakat.

Rute Pengumpulan Sampah

Rute pengumpulan sampah dibagi dalam beberapa ruas jalan yaitu:Tabel 3.13Rute Pengumpulan Sampah Berdasarkan Wilayah di Kab. Aceh BaratNoRute JalanNo. Unit ArmadaKeterangan

1Jl. Sisingamangaraja - kompi lapang02 (truck Dyna)

2Jl. Cut Nyak Dhien dan sekitarnya05 (truck Dyna)

3Jl. Manek Roo

Jl. Kopri

Jl. Cut Mutia07 (truck Dyna)

4Jl. Singgah Mata I Singgah Mata II

Jl. Geureute

Jl. Syah Kuala (Suak Ribe)08 (truck Dyna)

5Jl. Imam Bonjol

Jl. Gajah Mada

Jl. Bakti Pemuda

Jl. Beringin Jaya

Jl. Swadaya10 (truck Dyna)

6Jl. Imam Bonjol

Jl. Gajah Mada

Jl. Sentosa

Jl. Purnama

11(truck Dyna)

7Makorem,

Batalyon 116,

LP Peunaga Rayeuk, Komp.Perumahan Polisi,

Perumahan Budha Tsuchi12 (truck Dyna)Kecamatan Meureubo

8Pasar Bina Usaha 13 (truck Dyna)2 Kontainer

9Jl. Nasional

Jl. Merdeka

Jl. Teuku Umar

Jl. Iskandar Muda16 (truck Dyna)

10Jl. Nasional-

Jl. Teuku Umar

Jl. Merdeka-

Jl. Sudirman-

Jl. Blang Meuria17 (truck Dyna)

11Jl. H. Daud Dariah-

Jl. Teuku Dirundeng-

Jl. Makam Pahlawan-

Jl. Abadi-

19 (truck Dyna)Wilayah Gampong Rundeng

12Komplek Perumahan Tsunami Blang Beurandang20 (truck Dyna)

13Khusus lorongL300Lr. Nangka I & II

Lr. Apel-

Lr. Kuini-

Lr. Anggur-

Sumber : KAPEDAL Kabupaten Aceh Barat, 2011

Tabel 3.14 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Persampahan di Kab. Aceh BaratNoGolongan Wajib RetribusiTarif/Bulan

1Hotel BerbintangRp. 50.000,-

2Hotel MelatiRp. 50.000,-

3PT/CVRp. 15.000,-

4Kios/LosRp. 15.000,-

5Toko Besar/SwalayanRp. 20.000,-

6Toko Sedang/kecilRp. 15.000,-

7Rumah Tangga sedang/besarRp. 10.000,-

8Rumah Tangga kecilRp. 7. 500,-

9Warung kecil/nasiRp. 20.000,-

10Warung kopiRp. 15.000,-

11Bengkel/DosmirRp. 15.000,-

12PDAM, PLN, Bank, dan ApotikRp. 30.000,-

13RSU, PAnti dan AsramaRp. 250.000,-

14Pemotongan Hewan (per ekor)Rp. 15.000,-

Sumber : KAPEDAL Kabupaten Aceh Barat, 2011

Sudah ada instalasi pengkomposan, dan instalasi daur ulang sampah tapi masih dalam skala kecil dan masih perlu adanya pengembangan kedepan dengan meningkatkan kapasitasi pengolahan dan berbasiskan masyarakat. Tabel 3.15Jumlah Timbulan dan Jumlah Sampah Per KecamatanNOKECAMATANTOTAL TIMBULAN

1JOHAN PAHLAWAN5,69 kg/hari/rumah

2MEUREUBO2,02 kg/hari/rumah

3KAWAY XVI2,16 kg/hari/rumah

4SAMATIGA2,37 kg/hari/rumah

Sumber: KAPEDAL Kabupaten Aceh Barat, 2011

Tabel di atas memberikan gambaran bagaimana tingkat timbulan sampah tiap kecamatan di Kabupaten Aceh Barat per rumah tangga. Kecamatan Johan Pahlawan menyumbang timbulan sampah tertinggi di Kabupaten Aceh Barat dengan tingkat timbulan sampah mencapai 5,69 kg/hari/rumah. Hal ini didukung dengan jumlah kepadatan penduduk yang tinggi di kecamatan tersebut. Kecamatan Samatiga menyumbang timbulan sampah kedua terbesar yaitu 2,37 kg/hari/rumah. Dua kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Kaway XVI dan Kecamatan Meureubo masing-masing menyumbang timbulan sampah sebesar 2,16 kg/hari/rumah dan 2,02 kg/hari/rumah. Tabel 3.16Perkiraan Total Timbulan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga

NOJenis SampahTOTAL TIMBULAN

1Sampah Perbengkelan332,76 kg/hari

2Sampah Perhotelan1.412,50 kg/hari

3Sampah Rumah Sakit85,06 kg/hari

4Sampah Perkantoran325,66 kg/hari

5Sampah sarana Pendidikan2.447,25 kg/hari

6Sampah Pasar11.100 kg/hari

Sumber: KAPEDAL Kabupaten Aceh Barat, 2011

Sampah pasar adalah sampah yang paling banyak menimbulkan timbulan sampah di Kabupaten Aceh Barat. Sampah yang berasal dari pasar menghasilkan timbulan sampah sampai 11.100 kg/hari. Pada posisi kedua, sampah sarana pendidikan menyumbangkan timbulan sampah mencapai 2.447,25 kg/hari. Secara berturut-turut terlihat bahwa sampah perhotelan, sampah rumah sakit, sampah perbengkelan dan sampah perkantoran menyumbangkan timbulan sampah dengan nilai 1.412,50 Kg/hari, 885,06 Kg/hari, 332,76 Kg/hari, dan 325,66 Kg/hari.

Tabel 3.17Perkiraan Total Timbulan Sampah Spesifik NOJenis sampahTOTAL TIMBULAN

1Plastik17.137.6 kg/hari

2Organik89.183,54 kg/hari

3Kertas.132,67 kg/hari

4Kaca5.157,38 kg/hari

5Besi1.651,15 kg/hari

6Jenis lainnya209.85 kg/hari

Sumber: KAPEDAL Kabupaten Aceh Barat, 2011

Sistem penanganan akhir sampah di Kabupaten Aceh Barat masih menggunakan open dumping dengan TPA yang terletak di Cot Mata Ie. Sedangkan untuk membantu pengumpulan sampah, di rencanakan pengembangan TPS di setiap pusat kecamatan. Ada beberapa faktor yang melatar belakangi kegiatan pengelolaan sampah yaitu : 1. Kebijakan pemerintah daerah untuk mengurangi produksi sampah mulai dari sumber;

2. Mengurangi beban TPA;

3. Menutup system TPA open dumping4. Mengatasi pengelolaan pupuk organic.

Sejalan dengan latar belakang tersebut Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melalui Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan melakukan pengelolaan sampah dengan membuat TPA sampah Cot Mata Ie dengan titik lokasi koordinat LU : 465507.762 BT : 187584.174 dimana bangunan TPA tersebut berasal dari sumber dana Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang memiliki kapasitas daya tampung 547.196 m dan mampu melayani 184,147 jiwa penduduk Kabupaten Aceh Barat (Red : Data jumlah penduduk tahun 2009, sumber BPS Meulaboh). Luas lahan TPA yang di berikan direncanakan dapat melayani daya tampung sampah sampai 2030 dengan luas areal lahan 20 Ha dan system yang pengolahan yang digunakan dengan menggunakan metode sanitary landfill. Berikut ini alur proses terbentuknya sampah dan tabel asumsi perhitungan peningkatan produksi sampai periode 2008 s/d 2030 :Gambar 1 : Alur Proses Terbentuknya Sampah

Tabel 3.18 Peningkatan Produksi Sampah Periode 2008 2030

TahunPeningkatan Sampah (m3/tahun)

200835.770

200937.230

201038.690

201140.150

201241.975

201343.678

201445.382

201547.085

201649.129

201751.173

201853.217

201955.261

202057.305

202159.787

202262.269

202364.751

202467.233

202569.715

202672.708

202775.701

202878.694

202981.687

203084.680

Total1.313.270

Sumber : Asumsi Perhitungan Desain TPA Meulaboh Kerjasama BRR dengan UNDP District Pre-Feasibility Study, 2009.

Strategi program pengembangan pengelolaan sistem persampahan antara lain:

1. Pengembangan dan peningkatan kinerja TPA

2. Memenuhi kebutuhan sarana & prasarana dasar persampahan dengan menambah jumlah armada seperti truk sampah,bin container dll.

3. Mengadaan edukasi dan kampanye PLP serta bantek kelembagaan bidang PLP

4. Melakukan studi peningkatan kelembagaan retribusi sampah.

5. Menentukan spesifikasi teknis sarana & prasarana dasar persampahan

6. Mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

7. Menentukan standar baku mutu lingungan permukiman yang sehat.

8. Mendorong terlaksananya operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana dasar persampahan.

Selain strategi di atas dapat juga dilakukan beberapa program sebagai berikut:

a. Meningatkan SDM yang ada, yaitu kemampuan manajerial dan operasional staf institusi manajemen pengelolaan sampah perlu ditingkatkan secara berlanjut melalui pelatihan dan kursus-kursus.

b. Penerapan sanksi terhadap pelanggar ketentuan pembuangan sampah perlu ditegakkan, sehingga pengelolaan sampah secara intensif baik oleh pemerintah maupun masyarakat dapat terwujud.

c. Melibatkan secara aktif semua elemen yang ada di masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan persampahan.GAMBAR 3.5PETA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) KABUPATEN ACEH BARAT

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Barat, 2011

3.2.3 SUB SEKTOR DRAINASE LINGKUNGANDalam rangka pengembangan dan penataan kawasan permukiman dan peningkatan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Aceh Barat, penanganan drainase merupakan salah satu prioritas yang perlu mendapatkan perhatian. Karena gangguan dan kerugian akan masalah banjir dan genangan telah mengakibatkan dampak penurunan kondisi sosial ekonomi masyarakat, kerusakan lingkungan pemukiman dan sektor-sektor ekonomi yang potensial.

Sistem drainase Kabupaten Aceh Barat saat ini masih jauh dari memadai, terutama untuk menanggulangi genangan air dalam wilayah kabupaten serta pengendalian banjir. Kondisi ini dapat dilihat terutama di daerah pusat kabupaten, yaitu masih adanya daerah-daerah genangan air pada beberapa kawasan pemukiman, begitupun dengan banyaknya rumah tangga yang masih belum memiliki saluran drainase. Dinas yang terkait dengan pengelolaan drainase adalah Dinas Cipta Karya dan Pengairan. Hasil pengamatan terhadap ada atau tidaknya genangan air di jalan didepan rumah terpilih dalam survey EHRA yang dibandingkan dengan kondisi permukaan jalan, indikator ini merupakan faktor risiko yang lebih dekat untuk terjadinya penyakit bersumber binatang dan bakteri yang berkembang biak pada genangan air yang tidak mengalir dan sulit mengering. Untuk lebar jalan, Survey EHRA menjumpai bahwa yang pertama mayoritas rumah di Kabupaten Aceh Barat berada di depan jalan yang lebarnya antara 2 sampai dengan 10 meter. Hasil pengukuran emunerator menunjukkan bahwa cakupannya adalah sekitar 85% dari total rumah atau lebih setengah dari rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat. Yang kedua adalah rumah yang terletak di jalan berlebar antara 10 meter atau lebih dengan cakupan sekitar 14%. Yang ketiga adalah rumah yang terletak di jalan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 1 meter, dengan cakupan sekitar 1%. Pengamatan emunerator terhadap lingkungan rumah menemukan bahwa sekitar 20% rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat memiliki lingkungan yang terdapat genangan air. Seperti dapat dibaca pada diagram di bawah ini, sekitar 80% rumah tangga dijumpai tidak memiliki genangan air di sekitar 10 m dari rumahnya. Di sini, secara umum dapat digambarkan bahwa risiko lingkungan akibat genangan air dilingkungan rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat dapat dikategorikan rendah.

Gambar 3.6 Diagram 1 : Genangan Air

Keterangan:Ya = ada genangan air

Tidak = tidak ada genangan airTabel 3.19Distribusi Genangan Air Per Gampong Kabupaten Aceh BaratNOGAMPONGKondisi Saluran (Genangan Air)

AdaTidak AdaTotal

(%)(%)(%)

JOHAN PAHLAWAN

1Suak Indra Puri4159100

2Pasar Aceh4753100

3Padang Seurahet1387100

4Panggong4258100

5Gampong Belakang1486100

6Ujung Kalak3565100

7Ujung Baroh3565100

8Rundeng1882100

9Kuta Padang2179100

10Suak Ribee1486100

11Blang Beurandang3169100

12Suak Raya496100

13Suak Nie1486100

14Leuhan2773100

15Gampa2575100

16Drien Rampak1981100

17Suak Sigadeng5743100

18Kampung Darat1486100

19Seuneubok1783100

SAMATIGA

20Suak Timah991100

21Cot Darat1090100

22Cot Pluh496100

MEUREUBO

23Pasi Pinang2971100

24Ujong Drien0100100

25Meureubo793100

KAWAY XVI

26Marek3268100

27Pasie Jambu2773100

28Alue Tampak1288100

Sumber : Survey EHRA, 2010Drainase sebagai masalah utama lebih disebabkan karena belum terintegrasinya saluran drainase yang ada di Kabupaten Aceh Barat, sehingga terjadi genangan yang cukup besar saat terjadi hujan dan pasang air laut. Ancaman untuk masalah drainase ini adalah adanya sebagian kawasan yang berada 150 cm lebih rendah dari tinggi permukaan laut pasang. 3.2.4 SEKTOR AIR BERSIH/MINUM

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat untuk tahun 2011 berjumlah 164.859 jiwa, jumlah tersebut pasti akan mengalami peningkatan, dengan adanya peningkatan tersebut maka, kebutuhan akan air bersih semakin meningkat, sementara sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan tersebut saat ini masih menggunakan sumber dari Krueng Meurebo, Air Tanah dan Air Permukaan dimasing-masing pemukiman masyarakat.

Berikut ini tabel proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat berbanding dengan jumlah kebutuhan air bersih dengan menggunakan pendekatan proyeksi geometric, rumus : Pn=Po* (1+r)^n rasio pertumbuhan penduduk yang digunakan : 0.073.Tabel 3.20Asumsi Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Air Domestik Kabupaten Aceh BaratTahun ProyeksiJumlah Penduduk Proyeksi (Jiwa)Kebutuhan Air Bersih dalam (M/hari)

2011164.85917194.82676

2012170.96517831.6682

2013178.59118627.08851

2014187.92019600.03359

2015199.17920774.35206

2016212.65422179.76768

2017228.69723853.12766

2018247.74725839.9998

2019270.34228196.71491

2020292.15230992.98133

2021329.00534315.23915

2022366.39238270.97612

2023412.21842994.29999

2024466.47348653.16077

2025531.72355458.74924

2026610.52563677.78024

2027706.12373648.61681

2028822.65185802.53276

2029965.406100691.8812

20301.141.204119027.5887

20311.358.862141729.3027

20321.629.845169992.789

20331.969.137205380.9611

20342.396.458249947.4432

20352.937.729306405.142

20363.267.588378357.4012

20374.512.144470616.6112

Sumber : KAPEDAL Kabupaten Aceh Barat, 2011Penggunaan air bersih di Kabupaten Aceh Barat pada layanan PDAM Tirta Meulaboh pendistribusian air bersih ke semua kawasan masih sangat terbatas. Layanan PDAM baru mendistribusikan sebagian besar desa-desa yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan saja, sementara 93% desa-desa lainnya masih memanfaatkan sumur sebagai sumber air minum. Dengan demikian sudah selayaknya Pemerintah memiliki fokus khusus mengenai air bersih secara keseluruhan. Proyeksi kebutuhan air minum Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat untuk layanan Kecamatan Johan Pahlawan sesuai proyeksi tingkat dan jenis pelayanan di tunjukkan pada Tabel berikut ini:Tabel 3.21 Proyeksi Kebutuhan Air di Kecamatan Johan Pahlawan Kab. Aceh Barat

PROYEKSI KEBUTUHAN DAN PELAYAN AIR MIUM KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

NOURAIANSATUAN20062011201620212026

1Jumlah penduduk

Jumlah PendudukJiwa45,89755,84164,73573,24180,864

% Terlayani SR%38%60%59%58%57%

Jumlah Penduduk Terlayani SRJiwa17,54733,61542,33242,33245,767

% Terlayani HU%10%10%18%18%22%

Jumlah Penduduk Terlayani HUJiwa48005400129001290017500

2Pelayanan

Domestik

SRUnit350667017,9729,24310514

HUUnit495489129201

Non Domestik KecilUnit7191340159418492103

Non Domestik KhususUnit1011182640

3Tingkat Pemakaian Air

Tingkat Pemakaian Air SRLt/org/hari100105110115

Tingkat Pemakaian Air HULt/org/hari4040404040

Non Domestik Kecilm3/hari11111

Non Domestik Besarm3/hari33333

4Pemakaian Air

Pemakaian Air SRm3/hari1754,73529.64201.148685492.0

Pemakaian Air HUm3/hari192216356516700

Non Domestik Kecilm3/hari719.2140.21594.41848.62102.8

Non Domestik Besarm3/hari29.432.453.477.4120.6

Totalm3/hari2695.35118.26204.97310.18415.4

Totallpd31.259.271.884.697.4

5Angka Kebocoran (UFW)%20%20%20%20%20%

lpd6.2411.8514.3616.9219.48

6Total Kebutuhan Air

Kebutuhan Air Rata-rata (Qr)lpd37.4371.0986.18101.53116.88

Kebutuhan Air Max. (1.1 Qr)lpd41.1878.1994.80111.68128.57

Kbthn Air pd Jam Puncak (1,.5 Qr)lpd56.15106.63129.27152.29175.32

6Unit Produksi Air

Jam Operasijam1224242424

Kebutuhan Kapasitaslpd74.971.186.2101.5116.9

IPA yang adalpd4080100130130

Susplus/deficitlpd-34.98.913.828.513.1

Penambahanlpd402030

Sumber : PDAM Kabupaten Aceh Barat, 2010Proyeksi kebutuhan air Indonesia dalam studi ini di bagi berdasarkan kebutuhan di wilayah perkabupatenan dan perdesaan. Dalam studi ini proyeksi kebutuhan air lebih dikhususkan untuk keperluan domestik, jadi tidak termasuk keperluan air irigasi/pertanian, yang mencakup 80-90 % dari total kebutuhan air. Berdasarkan proyeksi penduduk di masa yang akan datang sebagai mana di bahas sebelumnya, maka proyeksi pelayanan dapat dihitung dengan mempertimbangkan beberapa asumsi urgensi kebutuhan yang dilayani melalui sistem perpipaan,kemudahan atas penjangkauan sistim daerah pelayanan, jenis pelayanan, asumsi kehilangan air dan sebagainya. Mengingat bahwa bagian terbesar dari pelayanan air minum perpipaan belum ada pengelolanya, maka perlu tinjauan khusus terhadap pembentukan unit pengelola ini. Sedangkan untuk non perpipaan, dicirikan sebagai sistem pedesaan karena umumnya tidak memerlukankan input teknologi tinggi, sebagai contohnya :

Sumur gali

Sumur pompa tangan

Perlindungan mata air

Penampungan air hujan

Sistem penyediaan air minum dikelola oleh PDAM Aceh Barat. Layanan tingkat pelayanan dengan sistem non perpipaan /individu, diperkabupatenan diasumsikan cenderung meningkat sampai tahun 2015 dan peningkatan ini di dasarkan pada perkembangan penduduk dimana hampir semua wilayah kecamatan dilayani secara merata. Mengingat bahwa bagian terbesar dari pelayanan air minum belum ada pengelolanya, maka tinjauan khusus terhadap pembentukan unit pengelola ini. Sedangkan untuk non perpipaan, dicirikan sebagai sistem perdesaan karena umumnya tidak memerlukan input teknologi tinggi, seperti dijelaskan diatas. Secara umum lokasi pelayanan air minum dibagi 3 zone dimana masing-masing zone dilayani oleh sebuah sumber air yang berupa mata air. Pembagian zone tersebut adalah sebagai berikut:

Zone Utara : Daerah pelayanan s/d desa Marek-Blang Beuregang Kec. Kaway XVI

Zone Tengah : Daerah Pelayanan di Kabupaten Meulaboh. Zone Barat : Daerah pelayanan s/d desa Suak Timah kec. Samatiga.

Sumber air DAS Meurebo cukup besar yaitu antara 160-210 Km dengan demikian sumber air ini sedikit dipengaruhi oleh musim. Beberapa masalah yang ada pada intake yang ada adalah :

Adanya Indikasi interusi air laut pada intake

Intake terkontaminasi oleh alur sungai dari rawa/organik tinggi yang ada diseberang intake.

Endapan Lumpur cukup tinggi.

Untuk mengatasi hal itu Spanish Red Cross merehabilitasi intake dan menambah prasedimentasi dengan membangun intake baru 1 km kearah hulu dengan pertimbangan :

Mengurangi efek endapan sungai

Intake terhindar dari interusi air laut pada masa kering 1 bulan.

Terhindarnya intake dari terkontaminasi air dengan kadar organic tinggi dari rawa.

Untuk mengantisipasi pelayanan di daerah utara yaitu di desa Marek-Beureugang dan menjaga kemungkinan akan terjadi interusi air laut ke lokasi ini maka perlu dibuat lagi intake 5 km kearah hulu ke desa Pasi Jambu. Intake tersebut akan melayani IPA 20 lpd yang akan melani daerah pelayanan terdekat.. Selain itu, sebagian besar penduduk juga menggunakan sumur dangkal, secara umum sumber air yang dipakai oleh penduduk adalah sumur dangkal, untuk dapat memanfaatkan air sumur tersebut dengan aman kriteria sebagai tersebut harus diikuti :

Sumur harus dalam kondisi :

Air jernih < 1 NTU

Tidak berwarna

Tidak berbau

Jarak sumur dari septic tank harus minimal 12 meter.

Untuk sumur dengan Fe yang tinggi/kuning harus diolah dengan saringan pasir 2 tahap.

Sedangkan untuk sumur dengan kekeruhan yang tinggi harus dilakukan perbaikan dasar sumur/dilapisi sampai 0,5 m sehingga menghasilkan air yang relatif jernih.

Pemanfaatan pengambilan air dapat dilakukan dengan menggunakan :

Ember dan timba

Pompa tangan

Atau dengan pompa listrik 100-125W

Sumur gali ini dilakukan inspeksi secara berkala dan diberikan sertifikasi untuk sumur yang layak pakai sebagai sumber air minum. Jumlah sumur yang ada di lokasi perencanaan diperkirakan ada 2000 unit pada tahun 2011 dan akan berkembang menjadi 3000 pada tahun 2026. Berdasarkan standar nasional yaitu SK mendagri nomor 47 Tahun 1999, setiap sambungan hidran umum ( kran Umum ) digunakan untuk 100 orang dan sambungan rumah tangga digunakan untuk 6 (enam) orang, dengan demikian berikut rincian pertahun Cakupan pelayanan PDAM Tirta MeulabohTabel 3.22Jumlah Pelayan PDAM Tirta MeulabohNoGolonganPusatIKK Rantau PanjangIKK Kaway XVI

200820092010200820092010200820092010

1Sosial161919322000

2Rumah Tangga445447544710113472743336329328

3Instansi Pemerintah404241115888

4Niaga251345343000000

5Industri422000000

6Non Aktif95911871234344448711215

Total572463496349114111741337345349351

Sumber: PDAM Kabupaten Aceh Barat, 2010

Dari Tabel diatas jumlah pelanggan yang dilayani untuk Kabupaten Aceh Barat oleh PDAM Tirta Meulaboh meningkat setiap tahunnya dan pada tahun 2010 jumlah pelayanan meningkat 30%. Permasalahan air bersih di Kabupaten Aceh Barat dapat kita lihat dari bagaimana pola masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya. Masyarakat menggunakan berbagai macam cara dalam memenuhi kebutuhan airnya. Dari data profil kesehatan lingkungan terlihat bahwa sebanyak 6.731 atau 42.437% rumah menggunakan sumur gali (pada kategori memenuhi syarat). Sedangkan ada juga rumah yang menggunakan sumur gali yang tidak memenuhi syarat sebanyak 8. 451 atau 53.282% rumah. Metode lain yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya adalah dengan mengandalkan sumur pompa. Masyarakat yang menggunakan sumur pompa sebanyak 121 rumah atau 7,6% yang berada dalam kondisi memenuhi syarat. Namun ada juga masyarakat yang menggunakan sumur pompa ini pada kategori tidak memenuhi syarat sebanyak 0,8 % atau 13 rumah. Sumber air bersih lainnya yang digunakan oleh masyarakat adalah PAH (penampungan air hujan). Menurut hasil survei, wilayah yang banyak menggunakan fasilitas ini adalah masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Samatiga dengan jumlah rumah adalah 545 (34%) rumah dengan kondisi memenuhi syarat.

Tabel 3.23Hasil Rekapitulasi Pendataan Sumber Air Bersih (SAB) Di Wilayah Kerja Di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2008

NOKECAMATANJumlah Rumah yang di pantauJenis Sarana Air Bersih

Sumur GaliSumur PompaPAH

MSTMSMSTMSMSTMS

1Johan Pahlawan516470460000

2Meureubo213420081260000

3Samatiga1981997305121135450

4Kaway XVI11230325679740000

JUMLAH1586167318451121135450

Sumber : Dinas Kesehatan, 2010

MS: Memenuhi Syarat

TMS: Tidak Memenuhi Syarat

Menurut survey EHRA yang dilakukan pada awal Desember 2010, data terkait dengan keamanan sumber air minum, menunjukkan bahwa mayoritas atau sekitar 98,5% rumah tangga di Kabupaten Aceh Barat memiliki sumber air minum relatif aman. Pengguna sumber air minum yang relatif tidak aman sekitar 2%. Sekitar 55% melaporkan mengeluarkan uang untuk mendapatkan air minum. Sekitar 43% melaporkan sebaliknya, yakni tidak mengeluarkan dana untuk mendapatkan air minum.Gambar 3.7

Rencana Sistem Air Bersih Kabupaten Meulaboh Kabupaten Aceh Barat

Sumber : PDAM Tirta Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, 2010

3.2.5 ASPEK PHBSPada tahun 2009 , Dinas kesehatan kabupaten Aceh Barat melakukan pembinaan terhadap 193 sarana pendidikan, dari jumlah tersebut jumlah sekolah dan madrasah yang masuk dalam kelompok pembinaan Dinas kesehatan Kabupaten Aceh Barat sebanyak 156 sekolah yang teridiri pendidikan pra sekolah (TK), Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta, Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik negeri ataupun swasta dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 25 sekolah (negeri dan swasta). Dari hasil survei diketahui bahwa:

a. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di Kabupaten Aceh Barat sudah ada toilet guru dan murid;b. Sebagian besar SD, SMP, SMU yang ada di empat kecamatan di Kabupaten Aceh Barat belum terpisah antara toilet guru (laki-laki dan perempuan) dan murid (laki-laki dan perempuan);c. Ratio jumlah toilet tidak berimbang dengan jumlah murid yang ada di sekolah tersebut;d. Sumber air tersedia cukup baik yang bersumber dari PDAM dan sebagian besar menggunakan sumur gali;e. Petugas untuk membersihkan jamban di sekolah umumnya adalah pesuruh sekolah;f. Pengetahuan mengenai Higiene dan Sanitasi belum dimasukkan dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani;g. Umumnya sekolah telah memiliki anggaran untuk pengadaan air bersih, sanitasi dan higiene namun dirasakan masih adanya kekurangan;h. Sampah hanya dikumpulkan di tempat sampah belum ada upaya untuk diadakannya pemilahan dan pengolahan lanjutan dari sampah;i. Air limbah/kotor dari toilet di buang ke dalam septic tank dan air dari kamar mandi dibuang ke saluran drainase;j. Kondisi higiene sekolah umumnya sehat dan bersih.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian baik pada masyarakat maupun keluarga artinya masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan.

Dengan adanya pembinaan dan penyuluhan PHBS diharapkan :

a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan;b. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan penyakit dan upaya penyehatan lingkungan;c. Meningkatkan kemampuan dan kemauan masyarakat, institusi untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat;d. Meningkatkan derajat kesehatan terutama kesehatan ibu, bayi dan balita;e. Meningkatkan kemampuan penyebaran informasi bagi petugas kesehatan.

KEPALA DINAS

SEKRETARIS

Kasubbag. Umum

Kasubbag Keuangan

Kasubbag Kepagawaian

Kabid. Yankesmas

Kabid P2 & PL

Kabid. Farmasi dan Makanan

Kelompom Jabatan Fungsional

Kabid. Program & Pelaporan

Kasie. Perencanaan, Pemantauan Evaluasi & Pelaporan

Pj.Kasie Promosi Kesehatan Pada Bidang Program dan Pelaporan

Kasie. Kesga dan Gizi

Kasie. Penyehatan Lingkungan

Kasie. Kefarmasian

Kasie. Kesehatran Khusus

Kasie. Pencegahan Penyakit

Kasie Pengawasan Makan dan minuman

UPTD

KEPALA DINAS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKRETARIS

Pj. Kasubbag Umum

Kasubbag Keuangan

Kabid Cipta Karya

Pj. Kabid Pengairan

Pj. Kabid Program

Kasi. Perencanaan dan Pengawasan

Kasi. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Kasi. Tata Ruang & Pembangunan Wilayah

ND. Kasi. Tata Bangunan & Pemukiman

Kasi. Irigasi dan Rawa

ND. Kasi. Pengendalian Banjir, Sungai & Pantai

UPTD

KEPALA KANTOR

SUB BAGIAN

TATA USAHA

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN

SEKSI PENGAWASAN, PEMANTAUAN DAN PENGENDALIANLINGKUNGAN

SEKSI

KONSERVASI DAN PEMULIHAN LINGKUNGAN

KEPALA BAPEEDA ACEH BARAT

SEKRETARIS

KASUBBAG UMUM

KASUBBAG PERENCANAAN DAN EVALUASI

KASUBBAG KEUANGAN

JABATAN FUNGSIONAL

KABID. PP SARANA DAN PRASARAN

KASUBBID INFRA STRUKTUR IPTEK DAN ENERGI

KASUBBID SUMBER DAYA DAN PEMETAAN WILAYAH

KABID. PP EKONOMI DAN KETENAGAKERJAAN

KASUBBID EKONOMI

KASUBBID KETENAGAKERJAAN

KABID. PP SOSBUD KEISTIMEWAAN ACEH DAN SOSPOL

KASUBBID KEISTIMEWAAN DAN SOSPOL

KASUBID SOSILA BUDAYA

KEPALA BIDANG PP

KASUBBID PENELITIAN DATA DAN INFORMASI

KASUBBID PENGENDALIAN & EVALUASI PEMBANGUNAN

UPT

Pembelian Bahan Konsumsi

Pemakaian Barang Konsumsi

Terbentuknya bahan-bahan yang tidak terpakai

Produksi Sampah

Dijual, diberikan recycling

III - 65

_1382509131.xlsSheet1

NOSKPDPROGRAM DAN KEGIATANDANA

1DINAS KESEHATANProgram: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT

Kegiatan: 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat67,800,000

: 2. Penyuluhan Malaria11,100,000

: 3. Penyuluhan DBD11,100,000

: 4. Penyuluhan Scabies11,100,000

: 5. Penyuluhan Diare21,900,000

: 6. Penyuluhan Penyakit TBC11,100,000

: 7. Penyuluhan Penyakit Kusta11,100,000

Program: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

Kegiatan: 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk441,168,000

: 2. Pelayanan pencegahan & penanggulangan penyakit menular10,800,000

: 3. Pemusnahan/ karantina sumber penyebab penyakit menular79,480,000

: 4. Peningkatan survelece epidemologi & penanggulangan wabah43,127,500

2Dinas Cipta Karya dan PengairanProgram: PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG

Kegiatan: 1. Pembangunan saluran air limbah1,969,960,000

ProgramPENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH

Kegiatan: 1. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 20082,553,100,000

: 2. Pembangunan saluran air bersih318,450,000

ProgramPROGRAM LANJUTAN

Kegiatan: 1. Pembangunan saluran air limbah1,122,134,240

: 2. Pembangunan jaringan air bersih191,985,200

Program: LINGKUNGAN SEHAT PERUMAHAN

Kegiatan: 1. Pembangunan jalan lingkungan1,352,461,658

3KapedalProgram: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH

Kegiatan: 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK)148,496,803

: 2. Bimbingan teknis persampahan50,000,000

: 3. Penyedian sarana prasarana tempat pembuangan akhir151,350,500

Program: PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan: 1. Koordinasi penyusunan AMDAL50,000,000

Program: PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM

Kegiatan: 1. Konservasi sumber daya air & pengendalian kerusakan sumber- sumber air105,286,956

: 2. Pemantauan kualitas air sumur penduduk69,000,000

Program: NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR

Kegiatan: 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor694,452,500

Program: PENINGKATAN KUALITAS SDM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan: 1. Diklat teknis aparatur pengelolaan lingkungan hidup100,000,000

ProgramPROGRAM LANJUTAN

Kegiatan: 1. Penyediaan sarana prasarana pengelolaan persampahan (DAK)31,500,000

Total Dana Sanitasi$9,627,953,357

Sumber : Penjabaran APBK, 2008

0.0

_1382509133.xlsSheet1

NOSKPDPROGRAM DAN KEGIATANDANA

1DINAS KESEHATANProgram: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT

Kegiatan: 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat9,000,000

Program: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

Kegiatan: 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk112,820,000

2DINAS Cipta Karya dan PengairanProgram: PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE / GORONG-GORONG

Kegiatan: 1. Pembangunan saluran air limbah1,050,712,079

Program: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN AIR MINUM DAM AIR LIMBAH

Kegiatan: 1. Kegiatan penyediaan prasarana dan sarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah1,342,983,000

: 2. Pengembangan sistem distribusi air minum (DAK) 20091,525,115,301

Program: LANJUTAN

Kegiatan: 1. Kegiatan Pengembangan Saluran Drainase / Gorong - gorong612,895,000

: 2. Kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum (DAK 2009)32,497,400

Program: LINGKUNGAN SEHAT PERUMAHAN

Kegiatan: 1. Pembangunan Jalan Lingkungan4,919,475,926

3KapedalProgram: PENGEMBANGAN KINERJA PENGELOLAAN SAMPAH

Kegiatan: 1. Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK)137,606,000

: 2. Bimbingan teknis persampahan10,000,000

: 3. Kegiatan Sosialisasi kebijakan Pengelolaan Persampahan10,000,000

: 4. Penyedian sarana prasarana tempat pembuangan akhir19,071,250

Program: PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Kegiatan: 1. Kegiatan Koordinasi, Penilaian Kota Sehat / Adipura27,000,000

: 2. Pengelolaan B 3 dan Limbah B 328,000,000

: 3. Koordinasi Penyusunan AMDAL37,500,000

Program: PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM (DAK)

Kegiatan: 1. Konservasi Sumber daya Air dan pengendalian Kerusakan sumber- sumber air (DAK)25,101,250

Program: NORMALISASI JARINGAN AIR LIMBAH / KOTOR

Kegiatan: 1. Pengerukan / pembersihan jaringan air limbah / kotor213,425,000

Total Dana Sanitasi$10,113,202,206

Sumber : Penjabaran APBK, 2010

0.0

_1382509134.xlsSheet1

TahunRet.Pelayanan Persampahan/ Kebersihan

TargetRealisasiRasio Efektivitas

2006$31,250,000$40,000,000128.00

2007$62,000,000$45,236,00072.96

2008$97,500,000$105,622,000108.33

2009$122,000,000$134,630,000110.35

2010$172,000,000$174,000,000101.16

Sumber : Realisasi DPKKD 2006 s/d 2010 (data diolah)

_1382509132.xlsSheet1

NOSKPDPROGRAM DAN KEGIATANDANA

1DINAS KESEHATANProgram: PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT

Kegiatan: 1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat33,940,000

Program: PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

Kegiatan: 1. Penyemprotan/ fogging sarang nyamuk250,232,000

: 2. Pelayanan pencegahan