Ss4008 Implementasi+KBK+Dalam+Proses+Pembelajaran+Aqidah+Akhlak+Di+SDI+DARUNNAJAH+ULUJAMI

of 73 /73
IMPLEMENTASI KBK DALAM PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI SDI DARUNNAJAH ULUJAMI Disusun Oleh : GUSTI SARI NADIA ULFAH NIM: 102011023447 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/ 2007 M

Embed Size (px)

Transcript of Ss4008 Implementasi+KBK+Dalam+Proses+Pembelajaran+Aqidah+Akhlak+Di+SDI+DARUNNAJAH+ULUJAMI

IMPLEMENTASI KBK DALAM PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI SDI DARUNNAJAH ULUJAMI

Disusun Oleh : GUSTI SARI NADIA ULFAH NIM: 102011023447

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1428 H/ 2007 M

IMPLEMENTASI KBK DALAM PROSES PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI SDI DARUNNAJAH ULUJAMI

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh : Gusti Sari Nadia Ulfah NIM : 102011023447

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I ,

Pembimbing II ,

Drs. H. Paimun NIP: 150 012 567

Akhmad Sodiq, M. Ag. NIP: 150 289 321

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1427 H/ 2006 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Implementasi KBK Dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak Di SDI DARUNNAJAH ULUJAMI, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 November 2006. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program Strata 1 (S 1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Jakarta, 15 November 2006

Sidang Munaqasyah Dekan / Ketua merangkap anggota Pembantu Dekan I Sekretaris merangkap anggota

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 150 231 356

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 150 202 343

Anggota Penguji I Penguji II

Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA NIP. 150 202 343

Dra.Hj. Eri Rosatria, M. Ag NIP. 150 007 315

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah bagi Allah SWT, zat yang Maha Rahman dan Maha Rahim terhadap seluruh makhluk-Nya. Dia-lah yang menganugerahkan bernagai nikmat dan karunia khususnya kepada penulis, sehingga dengan hidayah dan inayah-Nya yang tidak pernah berhenti mencurahkan itu semua dan memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tiada terlupakan shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurahkan kepada pahlawan revolusi Islam se-Dunia, penyelamat ummat manusia di dunia, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, sebagai insan utama pilihan Allah yang telah memancarkan cahaya kebenaran dalam setiap sisi kehidupan manusia. Setelah sekian lama mengikuti proses bimbingan, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini terwujud bukan semata-mata atas upaya pribadi penulis, melainkan berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak. Dan tentunya tidak sedikit kendala, hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat keyakinan, kesungguhan hati dan kerja keras yang optimal serta bantuan dari semua pihak, segala kesulitan tersebut dapat penulis hadapi dan atasi sebaik-baiknya. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang terdalam dan tak terhingga kepada :

i

1. Bapak Prof. Dr. Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Bapak Drs. Abdul Fatah Wibisono, MA., Ketua Jurusan PAI, Bapak Drs. Safiuddin Shidik, MA., sebagai Sekretaris Jurusan PAI, Bapak Drs. H. Akyas Azhari, Dosen Penasehat Akademik serta seluruh Bapak dan Ibu dosen

Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan mendewasakan penulis dengan pelbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang sangat berguna selama mengikuti studi di kampus. 2. Bapak Drs. H. Paimun dan Bapak Akhmad Sodiq, M. Ag., yang dengan ketulusan dan keikhlasan beliau berkenan menjadi dosen pembimbing, dan telah meluangkan waktu serta kesabaran beliau yang tidak pernah merasa lelah sedikitpun untuk memberikan bimbingan, membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Drs. H. Sofwan Manaf. M. Si., Pimpinan Pesantren Darunnajah, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penelitian ini 4. Bapak Subadi Sw., S.Pd., Kepala SD Islam Darunnajah Ulujami Jakarta beserta staf-stafnya yang dengan sabar dan keikhlasannya selalu mendampingi penulis semasa riset dan observasi. 5. Bapak Jeny Heriyanto, Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak kelas VI Sekolah Dasar Islam Darunnajah yang dengan sabar dan keikhlasannya telah bersedia sebagai ujung tombak penelitian sehingga penulis memperoleh data dengan mudah.

ii

6. Syukron Asyari, S.Pd.I., dan staf-staf Bagian Kurikulum Sekolah Dasar Islam Darunnajah yang dengan kesabaran dan keikhlasannya telah bersedia membantu penulis dalam memperoleh data dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Ibunda tercinta (Zuhdiati), atas segala doa, usaha, kerja keras, motivasi serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini. Adik tercinta Gusti Lia Muliati, terimakasih atas doa, motivasi dan humornya. 8. Teman-teman keluarga besar jurusan PAI khususnya kelas A angkatan 2002, teman-teman kostan, ibu Sumilah (ibu kos), teman-teman dheliema khususnya (Ical, Mbed, Ifin, Lukman) serta kanda Ahmad Syauqi, yang tidak pernah lelah dan bosan-bosannya memberikan motivasi, bantuan, keikhlasan, kesabaran, cinta dan kasih sayangnya kepada penulis, baik dikala suka dan duka.

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangatlah diharapkan, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuannya kepada penulis. Amin ya Rabbal Alamin. Ciputat, November 2006 Penulis

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .. DAFTAR ISI . DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN . BAB I

i iv

: PENDAHULUAN 1 B. Masalah Penelitian ................................................... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .. 8 D. Sistematika Penyusunan ... 9

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

BAB II

: KAJIAN TEORI .. 10 A. Kurikulum Berbasis Kompetensi . 10 1. Pengertian Kurikulum ............................................ 10 2. Pengertian Kompetensi .. 13 3. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi . 17 4. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi . 20 5. Komponen-komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi .. 22 6. Komponen-komponen dalam Penyusunan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi .. 23

B. Pelajaran Aqidah Akhlak ... 26 1. Pengertian Pelajaran 26 2. Ruang lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak . .. 27 3. Fungsi Pelajaran Aqidah Akhlak . 27 4. Pendekatan Pelajaran Aqidah Akhlak . 28 5. Alokasi Waktu . 29 6. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak 29 7. Kemampuan Dasar . 29 C. Implementasi KBK .. 30

BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN . 37 A. Variabel Penelitian .. 37 B. Populasi dan Sampel Penelitian .. 37 C. Metode Penelitian 38 D. Teknik Pengumpulan Data .. 39 E. Waktu dan Tempat Penelitian . 41

BAB IV

: HASIL PENELITIAN .. 42 A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami . 42 1. Sejarah Berdirinya .. 42 2. Visi dan Misi Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami 43 3. Program-program yang sedang dikembangkan oleh

Sekolah Dasar Islam Darunnajah . 44 4. Kegiatan ekstra kurikuler Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami . 46 5. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami 48 6. Keadaan Guru dan Karyawan Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami 7. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami 8. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami B. Analisis terhadap Implementasi KBK dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami . 54 1. Model Kurikulum Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami .. 54 2. Standar kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak ................. 55 3. Pengembangan materi pokok 56 4. Perencanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak .. 60 5. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak .............................. 60 6. Penilaian dalam pembelajaran Aqidah Akhlak . 64 52 49 50

BAB V

: PENUTUP . 66 A. Kesimpulan 66 B. Saran . 67

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Secara istilah dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah penentu masa depan karena ia merupakan dapur peradaban yang siap menggodok generasi baru dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan adalah lokomotif bagi gerbang modernitas yang terus melaju melalui rel ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut H. Sukiman AR; pendidikan sebagai suatu sistem pada dasarnya merupakan sistematisasi dari proses perolehan pengalaman oleh karena itu secara filosofis pendidikan diartikan sebagai proses perolehan belajar yang berguna bagi peserta didik. Pengalaman tersebut diharapkan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga siap digunakan untuk mengilhami mereka ketika menghadapi problema kehidupan yang dialaminya.1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan ialah; proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2

H. Sukiman AR., Pembelajaran di sekolah Berorientasi Kecakapan Hidup, Majalah Akrab, No.231/XVIII/2002, h. 16 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai pustaka, 1994), edisi kedua, h. 232

1

2

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan secara terus menerus sebagai akumulasi respon terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi selama ini serta pengaruh perubahan global. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum. Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah yang terkait yang mengamanatkan tentang adanya standar nasional pendidikan yang berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan dan standar kurikulum oleh pemerintah. Upaya penyempurnaan kurikulum ini guna mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni aspekaspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian

kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan yang akan datang. Dengan demikian, peserta didik memiliki ketangguhan, kemandirian, dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Oleh

3

karena itu diperlukan penyempurnaan kurikulum sekolah dan madrasah yang berbasis pada kompetensi peserta didik, yang dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan serta keadaan daerah dan sekolah. Penyempurnaan kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu : Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional; Pasal 35 ayat (1) tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi, proses dan kompetensi lulusan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala; Pasal 36 ayat (1) dan (2) tentang pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional dan tujuan pendidikan, serta memperhatikan prinsip diversifikasi sesuai dengan potensi peserta didik; Pasal 37 ayat (1) tentang muatan wajib pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah; dan Pasal 38 ayat (1) tentang penetapan Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum oleh Pemerintah dan ayat (2) tentang peran dinas pendidikan atau Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah untuk melakukan koordinasi dan supervisi dalam pengembangan kurikulum. Seiring dengan lahirnya UU SISDIKNAS Nomor 20 Pasal 3 tahun 2003, yakni pendelegasian otoritas pendidikan pada daerah dan mendorong otonomisasi di tingkat sekolah, maka pada akhirnya segala kewenangan dan kebijakan dalam proses belajar mengajar siswa merupakan tanggung jawab seorang guru. Guru lah yang bertugas merencanakan bagaimana proses belajar mengajar akan

4

berlangsung; bagaimana menerapkan kurikulum; menentukan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Tujuan Pendidikan Nasional juga merupakan Tujuan Pendidikan Agama Islam, tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu. Bagi bangsa Indonesia, manusia yang baik adalah manusia pembangunan yang pancasilais, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan keceradasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsa dan sesama manusia. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa. Karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia, E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi; menyatakan bahwa masyarakat Indonesia dengan laju pertumbuhan pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan.3 Secara substansial pendidikan mempunyai 2 fungsi utama, yaitu konservasi nilai-nilai dan kultur yang dijunjung tinggi masyarakat, dan adaptasi

5

terhadap berbagai tuntutan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian pendidikan mempunyai peran dan fungsi strategis sebagai agen perubahan sosial, tak terkecuali pendidikan yang dilaksanakan oleh institusi yang berada dalam naungan Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat dan terkait dalam proses pendidikan perlu terus menerus berupaya meningkatkan relevansi pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.4 Dalam konteks pendidikan dan pengajaran di Indonesia yang masih perlu untuk ditelusuri secara kritis tentang bagaimana eksistensi kurikulum dan bagaimana implementasinya di sekolah-sekolah, terutama menentukan metode apa yang pas-selaras dengan ruh KBK, secara garis besar mempunyai tujuan yaitu bagaimana menciptakan proses belajar mengajar yang berkonsentrasi pada kegiatan siswa, dengan mengembangkan seluruh bakat, minat, dan kompetensi yang sudah dimilikinya untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehariharinya, sesuai dengan kondisi masyarakat di mana ia tinggal.5 Berpijak dari uraian latar belakang yang telah diutarakan penulis di atas, dan melihat bahwa keberhasilan pendidikan itu sangat penting, maka penulis tertarik untuk meneliti Implementasi KBK dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Gemawindu Panca Perkasa, 2000), cet. Ke-1, h. 17 5 Ad. Rooijakkers, Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: PT. Gramedia), Indonesia, Cet. 10, Nov, 2003, h. XX-XXI

4

6

B. Masalah Penelitian 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk itu perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti sehingga tidak terlalu luas dan terarah. Untuk itu penelitian ini dibatasi pada tinjauan empiris tentang : Implementasi KBK dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Pondok Pesantren Darunnajah tentang : a. Perencanaan pembelajaran b. Pelaksanaan pembelajaran c. Sistem penilaian

2. Perumusan masalah Berdasarkan batasan di atas, maka rumusan masalah dapat di formulasikan seputar : Bagaimana Implementasi KBK dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Pondok Pesantren Darunnajah ? Dari perumusan masalah tersebut mengandung empat pertanyaan penelitian, diantaranya : a. Bagaimana perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah c. Bagaimana sistem evaluasi/penilaian Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah

7

C. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian 1. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan KBK di SDI khususnya pada bidang studi Aqidah Akhlak b. Untuk mengetahui bagaimana implementasi KBK dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah. Dari tujuan tersebut dapat diungkap tiga hal yaitu tentang : 1) Apakah perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah sudah sesuai dengan KBK ? 2) Apakah pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah sudah sesuai dengan KBK ? 3) Apakah sistem evaluasi/penilaian Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah sudah sesuai dengan KBK ? 2. Kegunaan hasil penelitian Dan hasil penelitian ini diharapkan berguna : a. Sebagai bahan masukan kepada SDI Darunnajah dalam implementasi KBK pada semua bidang studi b. Sebagai bahan masukanuntukpenelitian lebih lanjut c. Sebagai bahan referensi ilmiah yang dapat digunakan para akademisi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan untuk meneliti lebih jauh tentang implementasi KBK dalam proses pembelajaran. Darunnajah.

8

D. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah terdiri dari 5 bab yaitu : BAB I : PENDAHULUAN; Bab ini terdiri dari; latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan hasil penelitian, dan sistematika penyusunan. BAB II : KAJIAN TEORI; Bab ini terdiri dari : A. Kurikulum Berbasis Kompetensi, meliputi :Pengertian Kurikulum, Pengertian Kompetensi, Pengertian KBK, Karakteristik KBK, Komponen-Komponen KBK, Komponen-komponen dalam

penyusunan Silabus KBK. B. Pelajaran AQIDAH AKHLAK : Pengertian aqidah akhlak, Tujuan Pembelajaran aqidah akhlak, Ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak C. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, yang terdiri dari : Variabel penelitian, Populasi dan sampel, Metode penelitian, Teknik

pengumpulan data serta Tempat dan waktu penelitian. BAB IV : HASIL PENELITIAN, yang terdiri dari : Gambaran umum SDI Darunnajah Ulujami Jakarta, Deskripsi data, analisis data dan interpretasi data. BAB V : PENUTUP, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

10

BAB II KAJIAN TEORI A. Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Pengertian Kurikulum Kurikulum merupakan variabel pendidikan yang menjadi salah satu faktor dominan terjadinya proses pembelajaran. Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni curriculum yang mulanya digunakan dalam dunia olahraga berasal dari kata curer artinya pelari dan curere tempat berpacu.1 Di Indonesia istilah kurikulum boleh dikatakan baru menjadi populer sejak tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka yang memperoleh pendidikan di Amerika Serikat. Bahkan kini istilah kurikulum dikenal orang di luar pendidikan. Kata kurikulum itu sama artinya dengan rencana pelajaran. Dalam Undang-Undang RI N0. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai pengganti UU No. 2 Tahun 1989, pada Bab I Pasal 1 Ayat (19) menjelaskan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2

Nana Sudjana, Pembinan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, 1996), Cet. Ke-3, h. 4 2 Departemen Pendidikan Nasional, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2003

1

11

Dalam perkembangannya, kurikulum mendapat penafsiran yang beragam dan semakin luas yang tidak terbatas pada mata pelajaran tertentu. Pengertian yang lebih luas tersebut misalnya diberikan oleh para pendidik, yaitu: segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar di dalam kelas, di halaman sekolah, maupun di luarnya atau segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya.3 Dari beberapa definisi mengenai kurikulum, maka penulis menyimpulkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana atau suatu cita-cita dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan ajar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dan proses pencapaian tujuan pendidikan atau sekolah yang diaktualisasikan di kelas maupun di luar kelas sebagai pengalaman murid. Isi kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk menentukan isi kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi di masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di samping juga tidak terlepas dari kaitannya dengan kondisi anak didik (psikologis anak) pada setiap jenjang pendidikan. Beberapa alasan perlunya pilihan isi kurikulum yang didasarkan pada luasnya ilmu pengetahuan (ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan humaniora, dan sebagainya) sehingga tanpa adanya pilihan isi

Team Didaktik Metodik atau Kurikulum IKIP Surabaya., Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM, (Jakarta: Rajawali, 1989), Cet. Ke-4, h. 103

3

12

kurikulum, bisa mengaburkan dalam pelaksanaan pendidikan, karena dapat terjadi apa yang dipelajari di sekolah beraneka ragam coraknya, sehingga apa yang ditetapkan dalam tujuan umum pendidikan tidak tercapai sebagaimana semestinya.4 Dalam pemilihan isi kurikulum, Oemar Hamalik membuat kriteria pemilihan isi kurikulum yakni dengan berpatokan pada karakteristik masyarakat (social science). Kriteria tersebut adalah sebagai berikut : a. Isi kurikulum harus bersifat kekinian, artinya isinya harus memuatkan pengetahuan, penemuan-penemuan baru. b. Isi kurikulum dapat memberi kontribusi pengembangan keterampilan, kecakapan hidup, berfikir bebas, dan disiplin berdasarkan pengetahuan. Individu harus mampu menggunakan kemampuan rasional, berfikir logis, serta membedakan fakta dan perasaan. c. Isi kurikulum menyumbang terhadap pengembangan moralitas yang esensial dan yang berkenaan dengan evaluasi dan penggunaan pengetahuan. Pendidikan profesional harus mampu membuat keputusan yang berjangka panjang. d. Isi kurikulum menyediakan suatu ukuran keberhasilan dan suatu tantangan. Belajar mempengaruhi tingkah laku dan mengembangkan keinginan untuk

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : PT. Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-III, h. 53-54

4

13

belajar terus, karena itu pemilihan kurikulum harus berdasarkan tingkat kematangan dan pengalaman siswa.5 Setelah mengetahui pengertian kurikulum, penulis akan memaparkan pengertian kompetensi yang mana kompetensi merupakan kata kunci dari kurikulum berbasis kompetensi. 2. Pengertian Kompetensi Kata Kompetensi berasal dari bahasa Inggris yaitu Competency yang berarti ability, capability, proficiency, qualification, eliqibilty, readness, and skill.6 yang artinya kemampuan, kesanggupan, keahlian, kecakapan, memenuhi syarat, kesiapan, dan kepadanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kompetensi memiliki arti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan.7 Dalam hubungannya dengan pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Dengan demikian kompetensi merupakan hasil yang menunjukkan perbuatan yang bisa diamati. Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi merupakan gambaran kualifikasiMartinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implememntasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), Cet. Ke-1, H. 68 6 David Marshall., Dictionary Of Synonym and Antonym, (Kuala Lumpur: Golden Books Centre SDN. BHD, 1999), h. 66 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-3, h. 4535

14

seseorang, baik yang sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif dalam melaksanakan profesi yang digelutinya berdasarkan pendidikannya secara bertanggung jawab dan professional. Gardon menjelaskan sebagaimana yang dikutip Mulyasa, menjelaskan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut : a. Pengetahuan; adalah kesadaran dalam kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. b. Pemahaman; yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. c. Kemampuan; adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada siswa. d. Nilai; adalah sesuatu standar prilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. e. Sikap; yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. f. Minat; adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.8

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya, 2003), Cet. Ke-1, h. 38

8

15

Sedangkan dasar pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah : a. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks b. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten c. Kompetensi merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses pembelajaran d. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang dapat diukur9 Konsep kompetensi yang dikemukakan oleh Gardon mencakup

pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai, sikap dan minat terdapat hubungan konseptual terhadap konsep kompetensi dalam kurikulum. Dimana aspek atau ranah kompetensi tersebut dioperasionalkan dalam kompetensi kurikulum antara lain kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, kemampuan menjelaskan pengalaman belajar, kompetensi yang menunjukkan hasil belajar (learning outcomes), menekankan pada ranah psikomotorik atau untuk kerja siswa, memprioritaskan proses dan hasil belajar. Terlihat jelas bahwa kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai oleh para lulusan, tidak saja kompetensi bidang

Puskur, Depdiknas, Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi, Dokumen Edisi 2002, (Jakarta : Balitbang Depdiknas, 2002), h. 3

9

16

studi melainkan juga sikap, kepribadian, dan nilai-nilai yang harus diembannya sebagai seorang professional. Seseorang dianggap kompeten apabila telah memenuhi persyaratan : a. Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why) b. Kemampuan berkarya (how to do) c. Kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be) d. Dapat hidup bermasyarakat dengan bekerjasama saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme dan kedamaian (to live together) 10

3. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi Setelah menjelaskan pengertian kurikulum dan kompetensi di atas, maka penulis akan menjelaskan pengertian kurikulum berbasis kompetensi. Menurut E. Mulyasa kurikulum berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai; Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan (kompetensi) melakukan tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Kurikulum berbasis kompetensi diarahkan

Suprodjo-Pusposutardjo, Panduan Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Tinggi Berbasis Kompetensi, Handout Direktorat Pengembangan Akademis dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti, Depdiknas dalam seminar di Universitas Widya Mandala Surabaya, 27 Agustus 2002

10

17

untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab11 Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi menurut Depdiknas adalah : Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam

pengembangan kurikulum sekolah12 Kurikulum berbasis kompetensi merupakan wujud dari perubahan kurikulum yang dikehendaki pada era otonomi dan demokrasi pendidikan. Penyempurnaan kurikulum ini dilandasi oleh kebijakan-kebijakan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. UUD 1945 dan perubahannya 2. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan 4. Peraturan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom13 Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasi pada : (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman yang

E. Mulyasa, Op.Cit., h. 39 Puskur, Depdiknas, Loc.Cit, h. 3 13 Puskur, Balitbang Depdiknas, Kerangka dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Balitbang Depdiknas, 2004), h. 112

11

18

belajar yang bermakna, dan (2) keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya.14 Terdapat tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yaitu : a. Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Dalam pembelajaran individual setiap peserta didik dapat belajar sendiri dengan cara dan kemampuan masing-masing, serta tidak tergantung kepada orang lain. Maka dari itu diperlukan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana dan prasarana b. Pengembangan konsep belajar tuntas atau belajar sebagai penguasaan adalah suatu falsafah pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat, semua peserta didik dapat mempelajari semua bahan yang diberikan dengan hasil yang baik. c. Mendefinisikan kembali terhadap bakat. Sebagaimana Hall menyatakan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, jika diberikan waktu yang cukup Hal tersebut memberikan implikasi terhadap pembelajaran. Pertama, Pembelajaran perlu lebih menekankan pada kegiatan individual meskipun dilaksanakan secara klasikal. Kedua, Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan media yang bervariasi, sehingga memungkinkan setiap peserta didik belajar dengan tenang dan menyenangkan. Ketiga, Perlu14

Ibid., h. 2

19

diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas atau praktek, agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajarnya dengan baik.15 Kurikulum berbasis kompetensi tahun 2004, memiliki muatan keilmuan umum, akademis, keterampilan dan kejuruan. Keilmuan ini untuk membekali para lulusan untuk memasuki dunia kerja dalam berbagai bidang keahlian, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan masing-masing individu. Disamping itu, rumusan tujuan pembelajaran yang tercermin dalam indikator keberhasilan sedapat mungkin mencakup aspek afektif sebagai upaya pengembangan kepribadian siswa disamping kognitif yang selama ini cukup dominan. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan agama tidak hanya memberikan bekal pengetahuan agama kepada siswa, tetapi juga memiliki pengaruh pada pembentukan kepribadian siswa. 4. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah dalam menerapkan kurikulum berbasis kompetensi perlu mengetahui karakteristik kurikulum berbasis kompetensi agar tidak terjadi kerancuan dalam pelaksanaannya. Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut : a. Menekankan pada tercapainya kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman15

E. Mulyasa, Loc.Cit., h. 41

20

c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dengan metode yang bervariasi d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.16 Karakteristik kompetensi yang kurikulum sesuai, berbasis kompetensi mencakup evaluasi seleksi untuk

spesifikasi

indikator-indikator

menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pembelajaran. Karakteristik pertama dari kurikulum berbasis kompetensi berdasarkan pada spesifikasi dan penilaian keluaran (sebagai acuan kompetensi). Berorientasi pada hasil belajar, dimana dalam pembelajaran siswa mempunyai beberapa pengalaman yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam KBK, guru dituntut mempunyai kompetensi dan kreativitas sehingga dapat merangsang gairah belajar siswa, guru menerapkan metode belajar inquiry dan konstruktivisme serta metode lain yang bervariatif dan menantang. Memanfaatkan sumber belajar yang beragam sesuai dengan kebutuhan pembelajaran dan dari pengalaman siswa yang beragam akan menghasilkan suatu wawasan baru bagi siswa. Penekanan KBK tidak hanya pada kompetensi akademik, akan tetapi kompetensi emosional dimana siswa dapat bekerja sama dengan orang lain dan dapat bersosialisasi dengan baik.16

Depdiknas, Puskur, Op. Cit., h. 4

21

5. Komponen-komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum Berbasis Kompetensi disusun dengan kekinian dan

kemasadepanan. Karena itu kurikulum harus fleksibel, relevan dan dapat dipertanggung jawabkan baik secara akademik maupun publik. Pertanggung jawaban ini menuntut kejelasan orientasi kurikulum, yakni lebih pada hasil belajar siswa pada setiap pembelajaran. Dengan orientasi ini ditetapkan kompetensi dasar siswa pada setiap jenjang pendidikan yang dapat dicapai melalui berbagai cara sesuai dengan keadaan sekolah atau daerah.17 Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kerangka inti yang memiliki empat komponen, yaitu Kurikulum dan Hasil Belajar, Penilaian Berbasis Kelas, Kegiatan Belajar Mengajar, dan Pengelolaan Kurikulum Berbasis Sekolah. Penjelasan Depdiknas (2002), tentang komponen kurikulum berbasis kompetensi sebagai berikut : a. Kurikulum dan Hasil Belajar memuat perencanaan pengembangan kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak lahir sampai 18 tahun. Kurikulum dan hasil belajar ini memuat kompetensi, hasil belajar, dan indikator dari TK dan RA sampai dengan kelas XII (TK dan RA 12) b. Penilain Berbasis Kelas memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui penilaian terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasisSadiyo, Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan, JIlid. VIII, (November, 2001), h. 27417

22

kelas), mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (product), penugasan (proyek), kinerja (performance) dan tes tulis. c. Kegiatan Belajar Mengajar memuat gagasan-gagasan pokok tentang pembelajaran dan pengajaran untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan serta gagasan-gagasan paedagogis dan andragogis yang mengelola

pembelajaran agar tidak mekanistik d. Pengelolaan pemberdayaan Kurikulum tenaga Berbasis kependidikan Sekolah dan memuat sumber berbagai lain pola untuk

daya

meningkatkan mutu hasil belajar. Pola ini dilengkapi pula dengan gagasan pembentukan jaringan kurikulum (curriculum council), pengembangan perangkat kependidikan dan pengembangan sistem informasi kurikulum.18 6. Komponen-komponen dalam Penyusunan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum 2004 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan Negara. Kurikulum 2004 diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini. Lebih dari itu, Kurikulum 2004 diharapkan mampu membawa bangsa dan negara ke luar dari krisis multidimensional yang sudah tujuh tahun belum menunjukkan adanya pemulihan. Karena salah satu kelebihan Kurikulum 2004 adalah memberikan kesempatan yang lebih luas terhadap18

Depdiknas, Puskur, Op.cit., h. 6-7

23

sekolah dan daerah

dalam pengembangan

kurikulum, terutama dalam

pengembangan silabus yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Implikasi pendidikan berbasis kompetensi berupa pengembangan silabus yang berbasis kemampuan dasar. Yang dimaksud dengan kemampuan dasar disini adalah kemampuan minimal yang harus dikuasai oleh siswa. Setiap standar kompetensi dapat dijabarkan menjadi sejumlah kemampuan dasar. Dengan demikian, kemampuan dasar merupakan bagian dari standar kompetensi. Silabus adalah suatu produk pengembangan kurikulum yang berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi yang ingin dicapai menjadi kemampuan dasar dan materi pembelajaran serta uraian materi-materi yang terdapat di dalam kurikulum. Di dalam kurikulum tersebut ditentukan kompetensi yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, prilaku, dan keterampilan yang ingin dicapai, pengalaman belajar yang harus dilakukan dan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum, yang mencakup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian berbasis kelas. Silabus merupakan kerangka inti dari Kurikulum 2004 yang berisikan tiga komponen utama, yang dapat menjawab permasalahan: (1) kompetensi apa yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajran, (2) kegiatan apakah yang harus dilakukan untuk menanamkan kompetensi tersebut,

24

dan (3) upaya apakah yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah dimiliki peserta didik. 19 Silabus merupakan seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta penilaiannya, oleh karena itu silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar. Beberapa komponen silabus minimal yang dapat membantu dan memandu para guru dalam mengelola pembelajaran, tersebut antara lain. a. Kompetensi Dasar, penempatan komponen Kompetensi Dasar dalam silabus sangat disarankan, hal ini berguna untuk mengingatkan para guru terhadap seberapa jauh tuntutan target kompetensi yang harus dicapai. b. Hasil Belajar, yang mencerminkan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu Kompetensi Dasar. c. Indikator, merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah tercapai, berarti target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi. d. Langkah Pembelajaran, memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh guru secara berurutan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal itu sangat penting artinya bagi materi-materi yang memerlukan prasyarat tertentu.

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. Ke- III, h. 35-36

19

25

Selain itu pendekatan pembelajaran yang bersifat spiral juga memerlukan urutan pembelajaran yang terstruktur.20 B. Pelajaran Aqidah Akhlak 1. Pengertian Aqidah Akhlak Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa : Pendidikan Agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara ummat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pada kurikulum madrasah, pendidikan agama dibagi menjadi lima mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan penjelasan ayat (3) : ..satu unsur dapat dibagi menjadi lebih dari satu mata pelajaran. Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran dari unsur pendidikan agama yang ada di madrasah. Mata pelajaran ini membahas kajian tentang peristiwa-peristiwa penting berkenaan dengan perkembangan agama Islam yang memungkinkan terjadinya pengenalan, penghayatan dan penanaman nilai pada peserta didik atas ajaran dan semangat Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Pengembangan Sialbus Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Juni 2002), h. 12

20

26

2. Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak Ruang lingkup pelajaran Aqidah Akhlak ini meliputi : a. Masalah keimanan seperti rukun iman (iman kepada Allah), Rasul-rasul Allah, hari akhir dan iman kepada qodo dan qodar) b. Cerita para Nabi dan Rasul Allah yang shaleh c. Masalah akhlak. Pembahasan masalah akhlak ini meliputi akhlak mahmudah yang harus diupayakan menjadi kebiasaan dan akhlak madzmumah yang mutlak harus dihindari. 3. Fungsi Pelajaran Aqidah Akhlak Di Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran Aqidah Akhlak ini memiliki fungsi sebagai berikut : a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa dalam meyakini kebenaran ajaran Islam yang telah dilaksanakan dalam lingkungan keluarga b. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan

pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari c. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari siswa dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya d. Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara membaca dan menulis Al-Quran, serta kandungan Al-Quran dan Hadis

27

4. Pendekatan Pelajaran Aqidah Akhlak Pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak ini adalah : a. Pendekatan rasa(kalbu), yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan siswa dalam memahami dan meyakini kebenaran ajaran dan syariat Islam dengan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah Islam b. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio (akal) dalam memahami peristiwa sejarah dan perkembangan peradaban Islam c. Pendekatan keteladanan, yaitu usaha menanamkan nilai melalui keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antar personal sekolah, perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan lain, maupun dengan menampilkan kisah-kisah teladan. Adapun pendekatan yang tepat untuk pelajaran Akhlak adalah pendekatan keteladanan, pembiasaan dan pengalaman. Sedangkan pendekatan yang cocok untuk Aqidah adalah pendekatan emosional dan rasional. Atas dasar penentuan pendekatan-pendekatan tersebut, guru dapat menentukan metode pengajaran/pembelajaran yang dianggap tepat dan efektif. Beberapa metode yang dapat digunakan antara lain : 1. Metode ceramah/bercerita 2. Metode tanya jawab 3. Metode sosiodrama 4. Metode diskusi

28

5. Alokasi Waktu Di Madrasah Ibtidaiyah, mata pelajaran Aqidah Akhlak dibagi menjadi 2 semester. Pengaturan waktu yang tersedia tidak merupakan sesuatu yang kaku, tetapi bersifat luwes dengan menyesuaikan pada taraf perkembangan siswa dan kondisi sekolah. 6. Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak Sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam di Madrasah, pelajaran Aqidah Akhlak bertujuan : a. Mengetahui dan meyakini rukun iman yang enam b. Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang kuat untuk mau

mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk c. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak sebagai bekal untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi 7. Kemampuan Dasar Kemampuan dasar yang diharapkan dari siswa setelah menamatkan pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah adalah : a. Mengetahui dan meyakini rukum iman yang enam b. Dapat mengamalkan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela c. Mengetahui sopan santun senantiasa mengamalkannya, baik dalam hubungan manusia dengan Allah, dengan diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan.

29

C. Implementasi KBK Secara sederhana Implementasi dapat diartikan Pelaksanaan/Penerapan.21 E. Mulyasa berpendapat bahwa implementasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,

keterampilan maupun nilai dan sikap.22 Dalam Oxford Advance Leaners Dictionary dikemukakan bahwa Implementasi adalah :Put something into effect, yakni penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak.23 Hall mengungkapkan bahwa implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang dilakukan dengan terencana dan sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.. Definisi lain tentang implementasi kurikulum yaitu implementasi sebagai proses pengajaran. Biasanya pengajaran dikemukakan sebagai kurikulum disain, yang mencakup aktivitas pengajaran dalam bentuk interaksi antara guru dan siswa dibawah naungan sekolah. Esensinya implementasi adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/gagasan, program, atau harapanharapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum disain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan disain tersebut.Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), ed.3. Cet. Ke-3, h. 427 22 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2003), Cet. Ke-3, h. 93 23 Ibid21

30

Sebagaimana uraian di atas tentang pengertian implementasi kurikulum, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi kurikulum adalah proses aktualisasi kurikulum potensial menjadi kurikulum aktual oleh guru/ staf pengajar di dalam proses belajar mengajar. Implementasi dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari pengembangan kurikulum. Kurikulum dan silabus atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang telah tersusun sedemikian rupa, tidak ada artinya sama sekali bilamana belum teraktualisasikan menjadi kurikulum aktual (real). Melalui fungsi dan peranan guru/ staf pengajarlah kurikulum itu dapat dijabarkan,

dikembangkan, diperluas sehingga dapat ditransformasikan kepada peserta didik dengan sebaik-baiknya. Melalui guru/ staf pengajar, nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum dapat disampaikan kepada peserta didik, dan aktualisasi serta transformasi nilai-nilai/ sikap, pengetahuan yang terkandung di dalam kurikulum tersebut dilakukan oleh guru/ staf pengajar melalui implementasi kurikulum di dalam proses belajar mengajar. Jelas kelihatan bahwa peranan guru/ staf sangat menentukan dalam pencapaian hasil belajar atau harapan yang diinginkan oleh kurikulum. Karena, sebagai implementator dan pengembang kurikulum guru/ staf pengajar berfungsi serta berperan untuk (1) memperkaya kurikulum, (2) meningkatkan relevansi

31

kurikulum dengan kebutuhan anak, masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. 24 Sedikitnya terdapat tujuh jurus yang perlu diperhatikan dalam

menyukseskan implementasi kurikulum 2004 (KBK). Ketujuh jurus tersebut adalah mensosialisasikan perubahan kurikulum di sekolah, menciptakan lingkungan yang kondusif, mengembangkan fasilitas dan sumber belajar, mendisiplinkan peserta didik, mengembangkan kemandirian kepala sekolah, merubah paradigma (pola pikir) guru, serta memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah. Dalam garis besarnya implementasi KBK mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program kurikulum, pelaksanaan kurikulum dan penilaian. A. Pengembangan program kurikulum Sesuai dengan kebijakan otonomi daerah yang berimplikasi pada kebijakan pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke desentralistik, maka masing-masing lembaga tingkat pusat, daerah dan sekolah serta madrasah mempunyai tanggung jawab tertentu. Pengembangan program Kurikulum Berbasis Kompetensi mencakup : 1. Program tahunan, mingguan dan harian Penyusunan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak siswa. Kalender pendidikan untuk

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : PT. Ciputat Press, 2005), h. 70-74

24

32

setiap tahun pelajaran memuat hari efektif belajar antara 200 sampai dengan 240 hari. Penetapan hari efektif belajar dilakukan setelah mempertimbangkan hari libur nasional dan keagamaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hari efektif belajar dalam satu tahun pelajaran dilaksanakan dengan menggunakan sistem semester (satu tahun pelajaran terdiri atas dua kelompok penyelenggaraan pendidikan) yang terdiri atas 34 minggu. 2. Program pengayaan dan remedial Sekolah perlu memberikan perlakuan khusus bagi siswa yang mendapat kesulitan belajar dengan melalui kegiatan remedial. Siswa yang cemerlang diberikan kesempatan untuk tetap mempertahankan kecepatan belajarnya yang di atas rata-rata dengan melalui kegiatan pengayaan. Kedua program itu dilakukan oleh sekolah karena sekolah lebih mengetahui dan memahami pencapaian kemajuan masing-masing siswanya. 3. Program bimbingan dan konseling Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa yang menyangkut tentang pribadi, sosial, belajar dan karier. Selain guru pembimbing, guru mata pelajaran diperkenankan memfungsikan diri sebagai guru pembimbing dengan syarat memenuhi kriteria pelayanan bimbingan dan karier. Oleh karena itu, guru mata pelajaran harus senantiasa berdiskusi dan berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling secara rutin dan berkesinambungan.

33

B. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Pembelajaran harus lebih menekankan pada praktek b. Pembelajaran harus dapat menjalin hubungan sekolah dan masyarakat c. Perlu dikembangkan iklim pembelajaran yang demokratis dan terbuka melalui pembelajaran terpadu d. Pembelajaran perlu lebih ditekankan kepada masalah-masalah aktual yang ada di masyarakat e. Perlu dikembangkan suatu model pembelajaran moving class C. Evaluasi Hasil Belajar Evaluasi hasil belajar dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dilakukan dengan : a. Penilaian kelas Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar dan penentuan kenaikan kelas. Penilaian kelas terdiri atas ulangan, harian, pemberian tugas dan ulangan umum. Bahkan penilaian kelas dikembangkan berdasarkan pada kurikulum dan dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan.

34

b. Penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh pencapaian ketuntasan belajar siswa dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah. c. Benchmarking Benchmarking merupakan suatu penilaian terhadap proses dan hasil untuk menuju ke suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah atau nasional. Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan sehingga siswa dapat mencapai satu tahap keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletannya. Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu dapat diadakan secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan. D. Penilaian program Penilaian program dilakukan secara berkala dan terus menerus oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya dengan tuntutan

perkembangan yang terjadi dalam masyarakat.

35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ataupun riset menurut rumusan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bahwa riset ialah semua kegiatan penelaahan penyelidikan dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru dalam ilmu dan teknologi. 1 A. Variabel Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian skripsi ini yang menjadi variabel adalah : Implementasi KBK dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Pondok Pesantren Darunnajah. Adapun dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat mendeskripsikan masalah secara utuh sesuai setting masalah yang diteliti. B. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang memiliki sifat dan karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.2

1

Aminuddin Rasyad, Metode Riset Pendidikan, (Jakarta: Fak. Tarbiyah IAIN, 2004), Cet. 5,

h.1 Herwan Rasito, Pengantar Metododologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 422

36

Sampel adalah sebagian populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama sehingga benar-benar mewakili populasi.3 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDI Darunnajah yang berjumlah 162 orang. Dari populasi yang ada, sampel yang peneliti ambil adalah 22% yaitu 35 orang. C. Metode Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, metode yang digunakan dalam pembahasan adalah metode deskriptif analitis, yaitu menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa data dan informasi yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Sedangkan metode penelitian dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan tehnik sebagai berikut : 1. Libtrary research (penelitian kepustakaan) Yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan meneliti literatur-literatur yang relevan dengan judul skripsi ini yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan menganalisa suatu pengertian yang bersifat teoritis. 2. Field research (penelitian lapangan) Yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian, yaitu masuk ke dalam lingkungan sekolah SDI Pondok Pesantren Darunnajah.3

Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung : Sinar Baru, 1989), h. 84

37

D. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian untuk lapangan, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.4 Observasi yang dilakukan dengan cara peneliti datang langsung ke SDI Pondok Pesantren Darunnajah, yaitu untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan materi penelitian. 2. Wawancara (interview) Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data yang sesuai berdasarkan laporan verbal dimana pada wawancara ini terdapat dialog yang dilakukan oleh interviewer (pewawancara) untuk memperoleh informasi dari interviewee (orang yang diwawancarai).5 Adapun interviewee yang peneliti wawancarai adalah kepala sekolah, kepala bagian kurikulum dan guru bidang studi Aqidah Akhlak. Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi secara umum mengenai hal-hal yang berkaitan dengan SD Islam Darunnajah. Wawancara dengan Kepala Sekolah untuk memperoleh informasi tentang Sekolah Dasar Islam Darunnajah, wawancara dengan bagian kurikulum untuk memperolehSutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Ardi Offset, 1992), h. 136 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), h. 1155 4

38

informasi tentang kurikulum di SDI Darunnajah, dan wawancara dengan guru bidang studi Aqidah Akhlak untuk memperoleh informasi tentang implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah. 3. Angket (kuesioner) Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.6 Kuesioner atau angket ini penulis susun kemudian sebarkan kepada 35 siswa. Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda (tertutup), dimana item-item dalam kuesioner tersebut berisi tentang pelajaran Aqidah Akhlak. Angket siswa tidak untuk menggali bagaimana implementasi KBK, akan tetapi bertujuan untuk menjaring data mengenai sejauhmana hasil dari implementasi KBK dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar Islam Darunnajah khususnya pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. 4. Kajian Dokumenter Yaitu penulis mengumpulkan dokumen-dokumen di Pondok Pesantren Darunnajah, tentang sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam Darunnajah serta hal-hal yang terkait dengan penelitian ini.

6

Ibid, h. 140

39

E. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SDI Pondok Pesantren Darunnajah yang berlokasi di jalan Ulujami Raya 86, Pesanggrahan Jakarta Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 September sampai dengan 31 Oktober 2006.

Adapun pedoman penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Dan Disertasi UIN, STAIN Perguruan Tinggi Islam swasta (PERTAIS).

40

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami 1. Sejarah Berdirinya Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami berdiri sejak tahun 1973 yang berciri khas Islam. Berciri khas Islam dimaksud adalah bimbingan, pembinaan dan materi pelajaran dikaitkan dengan al-Quan dan al-Hadits. Materi pelajaran agama diberikan secara rinci sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran agama Islam yakni al-Quran, hadits, aqidah akhlak, fiqih, sejarah kebudayaan Islam (Tarikh) dan Bahasa Arab, ditambah dengan kegiatan penunjang pelajaran di luar jam pelajaran, seperti : Iqra/tartil Quran dan doa-doa pendek sebelum jam pelajaran dimulai. Kurun waktu perkembangan dunia pendidikan, Sekolah Dasar Islam Darunnajah berusaha beradaptasi dengan perkembangan dunia pendidikan pada zamannya. Dengan berkembangnya dunia pendidikan, berkembang pula ide dan kreativitas para pendidik serta praktisi pendidikan yang ada di Pesantren Darunnajah, salah satunya perhatian khusus dan serius terhadap lembaga pendidikan tingkat dasar. Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami merupakan lembaga pendidikan yang menggunakan sistem pembelajaran terpadu antara ilmu pengetahuan umum

41

dan pendidikan agama Islam. Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami tepatnya berlokasi di Jl. Ulujami Raya 86, Pesanggrahan Jakarta Selatan.

2. Visi dan Misi Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami a. Visi Visi Sekolah Dasar Islam Darunnajah yaitu membina insan terdidik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, mandiri, cerdas, kreatif dan inovatif serta menyiapkan calon pemimpin masa depan. b. Misi Adapun misi Sekolah Dasar Islam Darunnajah adalah : 1) Menciptakan budaya sekolah yang penuh keakraban dan kekeluargaan yang Islami 2) Membina perkembangan dan pengembangan akhlakul karimah pada diri siswa dan semua komponen sekolah 3) Menyediakan sarana dan prasarana belajar yang menyenangkan 4) Menerapkan prinsip-prinsip manajemen pendidikan modern berbasis sekolah 5) Menerapkan kurikulum berbasis kompetensi 6) Belajar tuntas dan aktif dengan pendekatan terpadu 7) Menyiapkan tenaga pendidik yang profesional dengan sistem perekrutan dan pembinaan yang sistematis

42

8) Menerapkan prinsip-prinsip panca jiwa Pondok Pesantren Darunnajah (keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah Islamiyah dan bebas merdeka) dan melahirkan lulusan yang sanggup bersaing untuk memasuki lembaga-lembaga yang terbaik pada jenjang berikutnya 9) Menerapkan sistem pendidikan dengan pendekatan Full Day School 10) Memberikan pelayanan pengembangan minat, bakat, dan potensi setiap siswa 3. Program-program yang sedang dikembangkan oleh Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami Dalam teknologi yang serba modern sekarang ini, Sekolah Dasar Islam Darunnajah berusaha mensejajarkan dengan sekolah-sekolah lain yang cukup maju dengan memasukkan materi khusus muatan lokal Bahasa Inggris dan Komputer yang diberikan sejak dini, mulai dari kelas I. sebagai ilmu pengetahuan dasar bagi anak dalam era teknologi sekarang ini baik sebagai tuntutan maupun kebutuhan. Dengan maraknya situasi dan kondisi kota yang sedemikian kompleksnya, maka Sekolah Dasar Islam Darunnajah ditantang untuk mencarikan solusi. Berikut akan diuraikan tentang program Sekolah Dasar Islam Darunnajah yang sedang dikembangkan dalam rangka mengantisipasi kekomplekan situasi dan kondisi tersebut yang merupakan program khusus, diantaranya :

43

a. Learning by doing Program ini dimaksudkan agar siswa/peserta didik dapat menerapkan ilmu pengetahuannya melalui perbuatan/tindakan yang sesuai dengan materi/pokok bahasan yang sedang dipelajari. Metode pembelajaran yang sesuai adalah demonstrasi dan active learning (siswa aktif dalam pembelajaran seperti diskusi, tanya jawab, dll). Program ini menitikberatkan pada aspek kognitif dan psikomotorik yang diintegrasikan. Program ini diterapkan pada mata pelajaran : umum (matematika, PKn, IPA, Penjaskes), agama (Fiqih, Aqidah Akhlak), muatan lokal (computer) b. Boarding school Program ini dimaksudkan untuk menjawab tantangan situasi dan kondisi lingkungan kota yang demikian kompleksnya, di mana pengaruh lingkungan sekitar sangat dominan. Orang tua/wali siswa yang sebagian mempunyai lingkungan kurang tepat untuk anak-anaknya, mengambil jalan keluar dengan memondokkan anaknya di pondok peantren. Sebagai lembaga pendidikan Islam, merasa terpanggil untuk melaksanakan program tersebut. Tahun 1999 dibukalah progam ini dari kelas IV sampai dengan kelas VI. Program ini terus dikembangkan sesuai dengan perjalanan waktu, terus ditingkatkan sebagai layanan pendidikan non stop (24 jam) kepada masyarakat yang membutuhkannya. Program boarding school ini diramu sedemikian rupa agar siswa/santri dapat :

44

1) Mengenal dirinya sendiri secara keseluruhan seperti dapat mengarahkan dirinya sendiri, dapat menolong dirinya sendiri, dapat

mempertanggungjawabkan dirinya sendiri, dan memiliki kepercayaan diri 2) Berani berkomunikasi 3) Melaksanakan proses belajar 4) Berani membuat keputusan 5) Belajar ilmu-ilmu dasar agama (al-Quran, hadits, fiqih, aqidah akhlak) 6) Bekerja sama atau belajar kelompok 7) Belajar ilmu pengetahuan dan teknologi dasar 8) Memiliki kedisiplinan yang tinggi 9) Memiliki akhlaqul karimah Yang lebih dipentingkan lagi adalah penanaman sedini mungkin kepada peserta didik/santri dalam hal ruhul mahad yaitu menanamkan jiwa keihklasan, jiwa kebebasan, jiwa kemandirian, jiwa kesederhanaan, jiwa ukhuwah diniyah atau solidaritas sosial yang tinggi. 4. Kegiatan ekstra kurikuler Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami Di Sekolah Dasar Islam Darunnajah dilengkapi dengan kegiatan ekstra kurikuler yang merupakan kegiatan di luar jam pelajaran sekolah, kegiatan ekstra kurikuler berguna untuk menerapkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, dan dapat menerapkannya didalam kehidupan yang nyata. Kegiatan ekstra kurikuler juga bertujuan membantu siswa untuk menjadikan kreatif, mandiri dan dapat

45

menumbuh kembangkan bakat yang terpendam pada diri mereka, kegiatan ini dilaksanakan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh kelompok siswa, kegiatan tersebut antara lain : Pramuka, Marching Band, Silat Tapak Suci, Bidang olah raga : Tenis meja, Sepak Bola, Senam Santri setiap pagi, Renang, Volly, Basket, dll. Bidang kesenian : Melukis, Menari. Paskibra, Manasik Haji, dan Siswa Peduli. 5. Keadaan Guru dan Karyawan Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami Keadaan guru suatu lembaga pendidikan merupakan faktor yang sangat penting karena guru merupakan figur bergerak yang aktivitasnya selalu dimonitor dan diperhatikan oleh siswa. Oleh karena itu salah satu faktor untuk meninjau keberhasilan program pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan diperlukan tenaga-tenaga edukatif yang berkompetensi tinggi. Dengan demikian latar belakang seorang guru itu akan mewarnai kelancaran proses belajar mengajar di sekolah yang bersangkutan. Di Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami

terdapat 39 guru. Guru-guru tersebut ada yang berstatus sebagai guru kelas dan guru pelajaran. Adapun guru bidang studi Aqidah Akhlak adalah bapak Jeni Heriyanto. Sedangkan karyawan dan tata usaha (TU) berjumlah 19 orang. 7. Keadaan Siswa Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami Adapun jumlah siswa secara keseluruhan adalah 772 orang, terdiri dari putra dan putri. Siswa kelas I berjumlah 143 orang, siswa kelas II berjumlah 118 orang, siswa kelas III berjumlah 112 orang, siswa kelas IV berjumlah 113 orang, siswa kelas V berjumlah 124 orang dan siswa kelas VI berjumlah 162 orang.

46

8. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami Sarana dan prasarana yang dimilki SDI Darunnajah meliputi : 21 ruang belajar yang dalam keadaan baik, satu ruang kepala sekolah, satu ruang kurikulum, tiga ruang laboratorium, satu ruang perpustakaan dan sebagainya yang mana semua ruangan dilengkapi dengan AC. B. Analisis terhadap Implementasi KBK dalam Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami 1. Model Kurikulum Sekolah Dasar Islam Darunnajah Ulujami Secara umum model kurikulum yang digunakan oleh Sekolah Dasar Islam Darunnajah adalah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan penyelarasan kurikulum Depag dan Diknas yang diperkaya dengan pendekatan pembelajaran agama Islam. Kurikulum Sekolah Dasar Islam Darunnajah dikembangkan dengan mengacu dan didasarkan pada dokumen kurikulum yang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, sebagai konsekuensi logis eksistensi sekolah sebagai bagian yang integral dalam satu sistem pendidikan nasional. Tujuan pengembangan kurikulum adalah sebagai media yang tidak hanya berfungsi Transfer of Knowledge atau pemindahan pengetahuan dari buku ke murid, melainkan juga Transfer of Value atau pengenalan nilai-nilai kehidupan yang kemudian menjadi sesuatu yang intern pada diri anak didik, sehingga dapat bermanfaat bagi diri anak didik dalam kehidupannya. Oleh karenanya, para pelaksana kurikulum dapat mengembangkan ciri khas keislaman dari berbagai

47

bidang studi yang diajarkan dan selanjutnya diperkenalkan nilai-nilai Islam melalui konsep-konsep keilmuan khususnya. Sebagai salah satu realisasi dari konsep kurikulum yang diterapkan harus terdapat berbagai ketentuan, yaitu : a. Konsep kurikulum harus mencerminkan keterpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum b. Mencerminkan keterpaduan filosofi pendidikan yaitu : antara aspek afektif, kognitif dan psikomotorik c. Mencerminkan perpaduan kecerdasan intelektual, emosional dan moral d. Mencerminkan perpaduan tanggung jawab pendidikan, sekolah, orang tua dan masyarakat 2. Standar kompetensi mata pelajaran Aqidah Akhlak Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran Sekolah Dasar Islam Darunnajah sesuai dengan ketentuan nasional. Kompetensi dasar mata pelajaran berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di SD. Kemampuan ini berorientasi pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Standar kompetensi dikembangkan dengan menganalisa struktur keilmuan suatu bidang studi, perkembangan psikologi peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Standar kompetensi dan kompetensi dasar nasional menjadi acuan pihak sekolah untuk mengembangkan silabus dan sistem penilaian. Pihak sekolah atau

48

guru memiliki tugas menentukan indikator pencapaian kompetensi dasar. Sebagaimana diketahui, silabus tidak hanya mencakup materi dan uraiannya yang akan diajarkan, serta bagaimana mengajarkannya, tetapi juga mencakup teknik dan instrumen penilaian untuk mengevaluasi ketercapaian kompetensi. Dengan demikian, pengembangan silabus tidak dapat dipisahkan dari pengembangan sistem penilaian, yang di dalamnya mencakup jenis tagihan dan bentuk soal. Adapun wawancara dengan guru bidang studi Aqidah Akhlak, Bapak Jeny Heriyanto menyatakan bahwasanya silabus yang digunakan pada pelajaran ini sudah disediakan langsung dari sekolah yakni oleh bidang kurikulum di sekolah itu sendiri. Kompetensi dasar mata pelajaran Aqidah Akhlak Sekolah Dasar Islam Darunnajah yang harus dicapai kelas VI yaitu : a. Siswa mengetahui bahwa sikap bertanggung jawab dan berani menegakkan kebenaran termasuk akhlak terpuji serta dapat

mengamalkannya dengan baik b. Siswa menyadari pentingnya persaudaraan sesama muslim dan

persaudaraan Islami (ukhuwah Islamiyah) dalam kehidupan dan persatuan, juga menyadari bahaya perpecahan c. Siswa mampu menghindari perilaku-perilaku tercela d. Siswa mengetahui dan meyakini adanya makhluk ghaib selain Malaikat e. Dapat meneladani kisah Ashabul Kahfi

49

3. Pengembangan materi pokok Materi pokok ditentukan berdasarkan kompetensi dasar. Kompetensi dasar hanya memuat kemampuan utama yang ingin dicapai, sedang materi pokok berisi tentang materi pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai kompetensi dasar. Untuk itu guru diberi kebebasan dalam menguraikan lebih lanjut materi pokok sesuai dengan karakter anak didik. Adapun kompetensi dasar kelas VI materi pokok (tema dan sub tema) Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah dapat dilihat pada tabel 5 . 4. Perencanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak Perencanaan terdiri dari perencanaan per satuan waktu dan perencanaan per satuan bahan ajar. Perencanaan per satuan waktu terdiri dari program tahunan dan program semester. Perencanaan per satuan bahan ajar dibuat berdasarkan satu kebulatan bahan ajar yang disampaikan dalam satu atau beberapa kali pertemuan. Sesuai dengan wawancara dengan guru bidang studi Aqidah Akhlak bahwasanya sebelum pembelajaran, guru sudah menyiapkan rancangan pembelajaran untuk satu kali pertemuan, adapun dalam pembuatan rancangan pembelajaran Aqidah Akhlak , bapak Jeny Heriyanto membuat rancangan pembelajaran sebanyak satu semester . Akan tetapi dalam hal perencanaan pembelajaran untuk satu kali pertemuan, bapak Jeny sendiri mengalami kesulitan atau terdapat kendala dalam pembuatan perencanaan, khususnya dalam merumuskan indikator pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar. Seperti kendala dalam hal merumuskan indikator, dikarenakan pelajaran Aqidah Akhlak sangat merujuk

50

kepada masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekeliling siswa. Terutama dalam hal penyampaian bahan pelajaran, bapak Jeny sendiri menemukan kendala, karena apabila salah dalam pengucapan kalimat dan tingkah laku maka akan berakibat fatal bagi siswa terutama. 5. Pelaksanaan Pembelajaran Aqidah Akhlak a. Waktu pelaksanaan Pelajaran Aqidah Akhlak secara tematik di kelas VI terdapat 2 semester dan tiap pertemuan 1 jam (45 menit). Selama di kelas VI siswa mempelajari berbagai macam tema yang dibagi dalam beberapa sub tema yang berkaitan dengan unsur pokok pengajaran Aqidah Akhlak. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4. b. Pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak Pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak di SDI DARUNNAJAH yaitu sejauh ini hasil yang peneliti lihat adalah bahwasanya proses belajar mengajar di kelas masih belum sesuai dengan KBK, dikarenakan beberapa faktor yang ada, salah satunya seperti : siswa yang belum menyiapkan pelajaran yang akan dipelajari di kelas. Sedangkan dari wawancara dengan guru bidang studi Aqidah Akhlak, diketahui bahwasanya pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah pertama materi dibaca oleh salah satu siswa dan yang lain mendengarkan, kemudian guru menjelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya setelah penjelasan materi, kemudian di akhir pelajaran guru memberikan tugas kepada semua siswa.

51

Adapun Pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang mana sesuai dengan standar kompetensi yang ingin dicapai,maka perlu diperhatikan halhal sebagai berikut : a. Pembelajaran harus lebih menekankan pada praktek b. Pembelajaran harus dapat menjalin hubungan sekolah dan masyarakat c. Perlu dikembangkan iklim pembelajaran yang demokratis dan terbuka melalui pembelajaran terpadu d. Pembelajaran perlu lebih ditekankan kepada masalah-masalah aktual yang ada di masyarakat e. Perlu dikembangkan suatu model pembelajaran moving class c. Metode pengajaran Metode yang digunakan dalam mengajarkan suatu pelajaran sangat membantu keberhasilan pelajaran itu, terlebih pelajaran Aqidah Akhlak yang materinya harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang sering digunakan Sekolah Dasar Islam Darunnajah dalam penyampaian pelajaran Aqidah Akhlak menurut Bapak Jeny Heriyanto selaku guru bidang studi ini adalah metode ceramah , sosiodrama, tanya jawab, dan diskusi. Dalam pelajaran Aqidah Akhlak menurut beliau tidak menggunakan satu metode saja tetapi tergantung kepada materi yang akan disampaikan, serta menjadikan suasana pembelajaran menjadi asyik dan tidak membosankan. Metode ceramah dan sosiodrama merupakan metode yang hampir selalu digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak. Metode ceramah mudah

52

digunakan dan dalam waktu yang relatif singkat dapat menyampaikan materi yang cukup sesuai tingkat kemampuan anak didik, dalam penyampaian materi dengan metode ceramah guru berusaha memberikan penjelasan yang mudah difahami siswa serta berusaha memotivasi siswa untuk dapat menerapkan pelajaran yang diterimanya. Semua metode yang digunakan dalam

pembelajaran Aqidah Akhlak sangat mendukung dan dapat memberikan pengalaman kepada siswa mengenai materi yang dipelajarinya. c. Penentuan strategi pembelajaran Kegiatan dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah Dasar Islam Darunnajah berupa Pembelajaran berbasis masalah, yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak ini adalah : a. Pendekatan rasa(kalbu), yaitu pendekatan untuk menggugah perasaan siswa dalam memahami dan meyakini kebenaran ajaran dan syariat Islam dengan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah Islam b. Pendekatan rasional, yaitu usaha untuk memberikan peranan rasio (akal) dalam memahami peristiwa sejarah dan perkembangan peradaban Islam c. Pendekatan keteladanan, yaitu usaha menanamkan nilai melalui

keteladanan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang

53

akrab antar personal sekolah, perilaku para pendidik dan tenaga kependidikan lain, maupun dengan menampilkan kisah-kisah teladan. Adapun pendekatan yang tepat untuk pelajaran Akhlak adalah pendekatan keteladanan, pembiasaan dan pengalaman. Sedangkan pendekatan yang cocok untuk Aqidah adalah pendekatan emosional dan rasional. Ditinjau dari peran guru, ada dua strategi pembelajaran yaitu melalui tatap muka dan melalui pengalaman belajar. a. Tatap muka Pada pembelajaran tatap muka peran guru sangat dominan, yaitu mengatur kegiatan belajar peserta didik. Pembelajaran pada tatap muka, guru menggunakan berbagai metode mengajar dan alat bantu. Pembelajaran dengan tatap muka pada umumnya dilaksanakan di kelas, di mushalla atau di laboratorium. Tujuan pembelajaran adalah seperti tercantum pada kompetensi dasar yang ingin dicapai peserta didik. Keberhasilan pembelajaran tatap muka sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas dan memotivasi peserta didik belajar. Pembelajaran dengan tatap muka pada bidang studi Aqidah Akhlak, menurut bapak Jeny umumnya dilaksanakan di kelas, di mushalla dan di laboratorium. b. Pengalaman belajar Pengalaman belajar adalah interaksi antara peserta didik dengan bahan ajar tanpa dihadiri guru. Ditinjau dari kompetensi yang ingin dicapai, pengalaman belajar peserta didik meliputi pengalaman belajar kognitif,

54

psikomotorik dan afektif. Kompetensi ranah kognitif meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesakan, dan menilai. Pengalaman belajar untuk pelajaran Aqidah Akhlak sesuai dengan realita yang ada bahwasanya cukup rumit untuk merumuskannya, yang sangat dominan pada pelajaran ini yaitu berkenaan dengan ranah afektif, kompetensi yang ingin dicapai antara lain meliputi tingkatan pemberian respon (responding), apresiasi (apreciating), penilaian (valuing), dan internalisasi (internalization). Pengalaman belajar yang relevan dengan berbagai jenis tingkatan afektif tersebut antara lain : berlatih memberikan respon atau reaksi terhadqap nilai-nilai yang dihadapkan kepadanya, berlatih menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai etika dan estetika: berlatih menilai ditinjau dari segi baik buruk, adil tidak adil, indah tidak indah terhadap objek studi; berlatih

menerapkan/mempraktekkan nilai, norma, etika dan estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari. 6. Penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran Aqidah Akhlak Dari hasil wawancara dengan guru bidang studi Aqidah akhlak, penulis mengungkapkan beberapa hal dalam sistem penilaian pada pelajaran ini diantaranya :

55

a. Penilaian berbasis kelas Penilaian dalam pembelajaran Aqidah Akhlak dilakukan dengan berbasis kelas. Karena untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki kompetensi atau kemampuan yang diharapkan oleh guru bidang studi. Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan, yakni mencakup semua kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh guru. Berkesinambungan dalam arti semua komponen indikator dibuat soalnya, hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi yang telah dimiliki dan yang belum. Contohnya yaitu : pertanyaan lisan di kelas kuis tugas kelompok ulangan blok - tugas rumah - tugas individu - ulangan harian dan

Dalam hal ini bapak Jeny melakukan sistem penilaian berbasis kompetensi mengacu pada kompetensi yang ingin dicapai dan kemudian hasilnya ditindak lanjuti dengan program remedial atau pengayaan. Tingkat berfikir yang digunakan dalam mengerjakan soal penilaian mencakup mulai yang rendah sampai yang tinggi. Pada jenjang di SDI ini, tingkat berfikir yang terlibat mencakup pemahaman, aplikasi dan analisis.

56

b. Monitoring dan bimbingan terhadap efektivitas proses pembelajaran perlu dilakukan secara individu dan berkelanjutan. Penilaian ini berguna untuk mengetahui kedudukan atau posisi siswa dalam kompetensi yang ditetapkan secara nasional. c. Evaluasi hasil belajar Penilaian terhadap hasil belajar disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karenanya, bentuk dan teknik penilaian dipastikan dapa mengukur ranah yang dimaksud yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 1) Evaluasi pencapaian hasil belajar aspek kognitif digunakan agar guru mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan yang telah disajikan oleh guru, agar mengetahui bagian mana yang belum dikuasai oleh siswa sehingga ada usaha untuk mempelajari lagi sebagai upaya perbaikan, dan berguna untuk penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi serta menjadi dorongan untuk belajar lagi. Caranya yaitu dengan membuat label spesifikasi yang mampu menunjukkan konsep/subkonsep atau tema/subtema kompetensi dasar mana yang belum dikuasai oleh siswa. Contohnya pada bidang studi Aqidah Akhlak, dilihat dari tes lisan di kelas dan hasil ulangan harian yang telah dilaksanakan.

57

2) Evaluasi pencapaian hasil belajar aspek psikomotorik pada bidang studi Aqidah Akhlak yaitu dilakukan dengan menilai keterampilan siswa di kelas sehari-hari 3) Evaluasi pencapaian hasil belajar aspek afektifpada bidang studi Aqidah Akhlak yaitu dengan menilai minat siswa pada mata pelajaran ini. Beberapa indikator yang dapat dinilai dari minat siswa diantaranya : rajin mengikuti pelajaran, rajin mengajukan pertanyaan, catatan rapi dan lengkap, memiliki buku selain buku wajib, dan senang membicarakan dan membaca buku pelajaran Aqidah Akhlak.

Dapat ditarik benang merah dalam wawancara dengan Bapak Jeny Heriyanto guru mata pelajaran Aqidah Akhlak bahwasanya proses pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak untuk kelas VI belum sepenuhnya sesuai dengan KBK, beberapa faktor kendala dalam pelaksanaan KBK pada bidang studi Aqidah Akhlak diantaranya : 1) Sistem penilaian yang mencakup tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, yang mana belum terealisasi sepenuhnya. 2) Dalam hal kegiatan belajar mengajar di kelas belum sesuai dengan KBK, yang mana bukan hanya guru yang aktif akan tetapi siswa yang dituntut untuk lebih aktif. 3) Kemudian kendala dalam hal media, yaitu kurangnya penggunaan media dalam KBM pelajaran Aqidah Akhlak di SDI ini.

58

Akan tetapi usaha para guru tidak putus asa dalam hal ini. Segala macam bentuk pelatihan-pelatihan tentang kependidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi pun sudah sering diadakan dan diikuti oleh para guru di sekolah ini. Sedangkan dari hasil belajar siswa pada pelajaran Aqidah Akhlak menurut Bapak Jeny Heriyanto tidak dapat disimpulkan dengan cepat, karena pelajaran ini berkaitan langsung dengan perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan dalam hal ilmu pengetahuan/materi pelajaran Aqidah Akhlak, disini dapat dinilai bahwasanya hasil belajar siswa ada yang meningkat dan ada juga yang menurun, dikarenakan kemampuan anak didik dalam memahami pelajaran terlihat pada hasil angket yang penulis sebarkan kepada siswa kelas VI SDI Darunnajah, yang mana angket tersebut penulis gunakan sebagai pembuktian hasil dari pembelajaran Aqidah Akhlak siswa kelas VI. Akan tetapi dari data angket yang penulis peroleh tentang pemahaman siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak tidak banyak siswa yang hasil belajarnya menurun dalam pelajaran ini, dapat diformulasikan berkisar hanya 10%, sedangkan siswa yang hasil belajarnya meningkat sebanyak 90%.

59

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dari data-data yang diperoleh maka dapat penulis simpulkan bahwa : Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak pada Sekolah Dasar Islam Darunnajah sudah berjalan. Terlihat pada tiga hal yang telah dilaksanakan sekolah yaitu dalam hal pembelajaran Aqidah Akhlak antara lain : 1. Perencanaan Pembelajaran Sesuai dengan wawancara dengan guru bidang studi Aqidah Akhlak bahwasanya sebelum pembelajaran, guru sudah menyiapkan rancangan pembelajaran untuk satu kali pertemuan, adapun dalam pembuatan rancangan pembelajaran Aqidah Akhlak , bapak Jeny Heriyanto membuat rancangan pembelajaran sebanyak satu semester . Akan tetapi dalam hal perencanaan pembelajaran untuk satu kali pertemuan, bapak Jeny sendiri mengalami kesulitan atau terdapat kendala dalam pembuatan perencanaan, khususnya dalam merumuskan indikator pembelajaran yang ingin dicapai dalam proses belajar mengajar. Seperti kendala dalam hal merumuskan indikator, dikarenakan pelajaran Aqidah Akhlak sangat merujuk kepada masalahmasalah yang ada di dunia nyata atau di sekeliling siswa.

60

2. Pelaksanaan KBK Dalam pelaksanaan secara umum model kurikulum yang digunakan oleh Sekolah Dasar Islam Darunnajah adalah menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan penyelarasan kurikulum Depag dan Diknas yang diperkaya dengan pendekatan pembelajaran agama Islam. Dalam hal ini proses pembelajaran pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di SDI Darunnajah bahwasanya proses belajar mengajar di kelas masih belum sesuai dengan KBK, dikarenakan beberapa faktor yang ada, salah satunya seperti : siswa yang belum menyiapkan pelajaran yang akan dipelajari di kelas. Sedangkan dari wawancara dengan guru bidang studi Aqidah Akhlak, diketahui bahwasanya pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak adalah pertama materi dibaca oleh salah satu siswa dan yang lain mendengarkan, kemudian guru menjelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk bertanya setelah penjelasan materi, kemudian di akhir pelajaran guru memberikan tugas kepada semua siswa. 3. Penilaian KBK Penilaian dalam konteks KBK dilakukan berbasis kelas, penilaian yang dilakukan mencakup semua kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang ditetapkan oleh guru. Sistem penilaian berbasis kompetensi yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berksinambungan, dalam arti semua komponen indikator dibuat soalnya, hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi yang telah dimiliki dan yang belum. Karena itu

61

digunakan berbagai jenis penilaian, yaitu : pertanyaan lisan di kelas, kuis ulangan harian, tugas rumah, tugas individu, tugas kelompok dan ulangan semester. Dalm hal penilaian, guru bidang studi Aqidah Akhlak sudah mampu dalam mengevaluasi hasil belajar dengan mengarah kepada tiga aspek, yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VI di SDI Darunnajah belum sepenuhnya sesuai dengan ruh KBK, yakni dalam perencanaan dan pelaksanaan. Yang mana pada kedua hal tersebut terdapat beberapa kendala. Baik dalam perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran (KBM). B. Saran 1. Pendidikan merupakan aspek yang paling penting dan benar-benar harus diperhatikan oleh segenap instansi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan demi mencerdaskan dan memajukan kehidupan suatu bangsa. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah kuikulum yang memang pada saat ini menjadi objek penelitian. Saran yang penulis sampaikan terhadap proses pembelajaran yang mengacu pada Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah Dasar Islam Darunnajah, antara lain : dalam rangka memudahkan pemahaman pelajaran yang menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi hendaknya para pengajar lebih memperhatikan indikator-indikator

perencanaan pembelajaran, metode-metode pembelajaran dan media yang dibutuhkan oleh para siswa dalam pembelajaran.

62

2. Pihak sekolah hendaknya mengadakan perbaikan dalam hal pelaksanaan pembelajaran di kelas (KBM), pengadaan media untuk para siswa dalm KBM dengan cara pelatihan khusus untuk para pengajar. 3. Dalam hal penilaian, memang sudah sesuai dengan KBK, akan tetapi hendaknya ada perbaikan yakni dalam merealisasikan sistem penilaian kepada para guru, agar para guru sendiri tidak mengalami kendala yang

berlebihan/kewalahan dalam sistem penilaian di SDI Darunnajah. Dengan terealisasinya sistem penilaian dengan baik, maka akan memberikan kemudahan bagi para guru sendiri dalam memberikan laporan hasil belajar siswa di akhir pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Gemawindu Panca Perkasa, 2000), cet. Ke-1 Abudin Nata. Drs. MA. Akhlak Tasawuf, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-7 Aminuddin Rasyad, Metode Riset Pendidikan, (Jakarta: Fak. Tarbiyah IAIN, 2004), Cet. 5 Anas Sudjono, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), Cet. 5 Alexander Jatmiko Wibowo & Fandi Tjiptono., Pendidikan Berbasis Kompetensi, (Yogjakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2002), cet. 1 Arifin. H.M., Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: bulan Bintang, 1978) Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Rajawali Press, 1992) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sek. Jen., Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 1995 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta 2003

Herwan Rasito, Pengantar Metododologi Penelitian, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992) Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), Cet. Ke-2 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000) Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru dan Implememntasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006), Cet. Ke-1 Mulyasa. E., Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, (Bandung; PT. Remaja Rosda Karya, 2003), cet.1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1996), Cet. Ke-3 ______, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung : Sinar Baru, 1989) Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Juni 2002) ______, Buku Kurikulum Berbasis Kompetensi, Dokumen Edisi 2002, (Jakarta : Balitbang Depdiknas, 2002) Rooijakkers, Ad. Mengajar Dengan Sukses, (Jakarta: PT. Gramedia), Indonesia, Cet. 10, Nov, 2003 Sadiyo, Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Kompetensi, Jurnal Ilmu Pendidikan, JIlid. VIII, (November, 2001)

Syafruddin Nurdin. H & M. Bsyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputata Press, 2003), Cet. Ke-2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993) Sukiman AR. H., Pembelajaran di sekolah Berorientasi Kecakapan Hidup, Majalah Akrab, No.231/XVIII/2002

Suprodjo-Pusposutardjo, Panduan Penyusunan Kurikulum dan Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Tinggi Berbasis Kompetensi, Handout Direktorat Pengembangan Akademis dan Kemahasiswaan, Ditjen Dik