Srigati

17
ALAS KETONGGO SRIGATI DI PARON WISATA SPIRITUAL YANG BELUM TERJAMAH PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepariwisataan Yang Diampu Oleh Drs. Akhmad Arif Musadad, M. Pd Disusun Oleh : UMI ROSYIDAH K4409059 PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of Srigati

Page 1: Srigati

ALAS KETONGGO SRIGATI DI PARON

WISATA SPIRITUAL YANG BELUM TERJAMAH

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepariwisataan

Yang Diampu Oleh Drs. Akhmad Arif Musadad, M. Pd

Disusun Oleh :

UMI ROSYIDAH

K4409059

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: Srigati

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas

rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan. Tujuan utama penulisan

makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Pariwisata Yang

Diampu Oleh Drs. Akhmad Arif Musadad, M. Pd.

Makalah ini tidak dapat selesai tepat waktu tanpa kerjasama dari

semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :

Drs. Akhmad Arif Musadad, M. Pd. atas bimbingannya sehingga makalah

ini dapat selesai tepat waktu.

Orang Tua kami yang senantiasa selalu memberikan dukungan.

Teman – teman Pendidikan Sejarah angkatan 2009.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penampilan

dan penyajian makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

dari para pembaca makalah ini akan kami terima dengan senang hati.

Surakarta, November 2011

Penulis

Page 3: Srigati

DAFTAR ISI

Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Lokasi Alas Ketonggo 3

B. Legenda Seputar Keberadaan Alas Ketonggo 3

C. Keistimewaan Alas Ketonggo 4

D. Kisah – Kisah Unik di Alas Ketonggo 6

E. Upacara – Upacara yang Dilaksanakan di Alas Ketonggo 7

F. Renovasi serta Pembangunan Sarana dan Prasarana

di Alas Ketonggo 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 10

B. Kritik dan Saran 11

Daftar Pustaka 12

Lampiran 13

Page 4: Srigati

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wilayah Kabupaten Ngawi sebenarnya kaya akan potensi tempat

wisata yang bisa diperdayakan. Satu di antaranya adalah Alas Ketonggo.

Tempat ini adalah hutan dengan luas 4.846 meter persegi, yang terletak 12

KM arah selatan dari Kota Ngawi, Jawa Timur. Menurut masyarakat Jawa,

Alas Ketonggo ini merupakan salah satu dari alas angker atau ‘wingit’ di

tanah Jawa. Kepercayaanya, di tempat ini terdapat kerajaan makhluk halus.

Sedangkan satu hutan lainnya yang juga dianggap angker adalah Alas Purwa

yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur. Alas Purwa disebut sebagai

Bapak, sedangkan Alas Ketonggo disebut sebagai Ibu. Kawasan Alas

Ketonggo mempunyai tempat pertapaan, di antaranya Palenggahan Agung

Srigati.

Eyang Srigati adalah Priyagung, seorang begawan dari Benua Hindia

yang datang ketanah jawa. Beliaulah yang menurunkan Kerajaan-kerajaan di

Indonesia mulai dari Pajajaran, Majapahit, Mataram dan seterusnya. Semua

kisah Spiritual tertuang di Punden Srigati yang terdapat di desa Babatan kec.

Paron. Kab. Ngawi.

Hutan Ketonggo, demikian sebutan masyarakat Ngawi untuk hutan

yang terletak 12 kilometer arah selatan Kota Ngawi itu. Meski sebetulnya

sama dengan hutan-hutan lainnya, namun Ketonggo lebih kesohor dibanding

hutan-hutan lain di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Apa yang membuat

Ketonggo termasyhur? Sampai-sampai kesebelasan perserikatan Ngawi yakni

Persatuan Sepak Bola Ngawi (Persinga), dijuluki "Laskar Ketonggo"?

Page 5: Srigati

B. Rumusan Masalah

1. Dimanakah lokasi dari Alas Ketonggo?

2. Bagaimana cerita legenda seputar keberadaan Alas Ketonggo?

3. Keistimewaan apa yang dimiliki oleh Alas Ketonggo?

4. Kisah – kisah unik apa saja yang terjadi di Alas Ketonggo?

5. Upacara – upacara apa saja yang dilaksanakan di Alas Ketonggo?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Pariwisata yang diampu oleh

Bpk. Drs. Akhmad Arif M, M.Pd.

2. Mengetahui dimanakah lokasi dari Alas Ketonggo.

3. Mengetahui bagaimana cerita legenda seputar keberadaan Alas Ketonggo.

4. Mengetahui keistimewaan apa yang dimiliki oleh Alas Ketonggo.

5. Mengetahui kisah – kisah unik apa saja yang terjadi di Alas Ketonggo.

6. Mengetahui upacara – upacara apa saja yang dilaksanakan di Alas

Ketonggo.

Page 6: Srigati

BAB II

PEMBAHASAN

A. Lokasi Alas Ketonggo

Lokasi Pesanggrahan Srigati yang terletak 12 km arah barat daya

Kota Ngawi, tepatnya di Desa Babadan Kecamatan Paron, dapat ditempuh

dengan berbagai macam kendaraan bermotor. Pesanggrahan Srigati

merupakan obyek wisata spiritual yang menurut penduduk setempat adalah

pusat keraton lelembut / makhluk halus. Dilokasi ini terdapat petilasan Raja

Brawijaya. Pada hari-hari tertentu seperti Jum’at Pon dan Jum’at Legi pada

bulan Syuro, Pesanggrahan Srigati banyak dikunjungi oleh para pesiarah

untuk menyaksikan diselenggarakannya upacara ritual tahunan “Ganti

Langse” sekaligus melaksanakan tirakatan / semedi untuk ngalap berkah.

Orbitasi :

1. Dengan ruas jalan Kabupaten Kecamatan Paron 6 Km

2. Dengan ruas jalan Provinsi Km 6 ( Ngawi – Solo )

3. Dengan Kota Ngawi 12 Km

B. Legenda Seputar Keberadaan Alas Ketonggo

Konon tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu

Brawijaya V setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh

bala tentara Demak dibawah pimpinan Raden Patah.

Dikisahkan, ditempat itulah dalam perjalananya ke Gunung Lawu,

Prabu Brawijaya V melepas semua tanda kebesaran kerajaan (jubah,

mahkota, dan semua benda Pusaka), namun kesemuanya raib atau mukso.

Petilasan Prabu Brawijaya V ini ditemukan mantan Kepala Desa Babadan,

Page 7: Srigati

Somo Darmojo (alm) tahun 1963 berupa gundukan tanah yang tumbuh setiap

hari dan mengeras bagaikan batu karang. Kemudian tahun 1974 didatangi

Gusti Dorojatun IX dari Kasunanan Surakarta yang menyatakan bahwa

petilasan tersebut bagian dari sejarah Majapahit dan petilasan tersebut diberi

nama Palenggahan Agung Srigati. Palenggahan Agung Srigati ini terdapat

berbagai benda-benda yang secara simbolik melambangkan kebesaran

Kerajaan Majapahit, baik berupa mahkota raja, tombak pusaka, gong, dan

lain-lainnya.

Di dalam ruangan ini sangat pekat aroma dupa dan wangi bunga, hal

yang sangat wajar kita temukan di sebuah tempat sakral. Dupa dan taburan

bunga ini berasal dari para pengunjung. Mbah Marji (juru kunci)

menerangkan bahwa ”Gundukan tanah tersebut biasanya terus tumbuh dan

bertambah tinggi, tapi pada saat tertentu tidak tumbuh,” terangnya. Gundukan

tanah tersebut bisa dipercaya dijadikan pertanda pada bumi Indonesia.

C. Keistimewaan Alas Ketonggo

Keberadaan Pesanggrahan Srigati-sebuah obyek wisata spiritual di

Ketonggo merupakan sebab utama kemasyhuran hutan seluas 4.846 meter

persegi itu. Kepercayaan masyarakat yang menganggap Ketonggo sebagai

pusat keraton lelembut atau makhluk halus, dikukuhkan dengan banyaknya

tempat-tempat pertapaan yang mistik dan sakral. Menurut catatan, di

Ketonggo terdapat lebih dari 10 tempat pertapaan. Mulai dari Pesanggrahan

Agung Srigati, Pundhen Watu Dhakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe,

Pundhen Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Drajat, Sendang

Panguripan, Sendang Mintowiji, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno.

Memasuki hutan Ketonggo, para tamu langsung dapat melihat

Pesanggrahan Agung Srigati, berupa sebuah rumah kecil berukuran 4×3

meter. Di dalamnya terdapat gundukan tanah, yang dari hari ke hari terus

tumbuh, sehingga makin lama makin banyak. Dinding rumah itu dikitari

Page 8: Srigati

bendera panjang Merah-Putih. Khas tempat sakral, Pesanggrahan Srigati

pekat dengan bau dupa. Di sekitar tanah, yang terlindung atap rumah itu, juga

berserakan bunga tabur yang selalu disebarkan para tamu.

“Seperti pada saat terjadi krisis moneter 1997, sebelumnya gundukan

tanah tersebut tidak tumbuh, sehingga sama sekali tidak ada gundukan yang

menyembul ke permukaan,” Mbah Marji mengisahkan sebelum terjadi

semburan lumpur Lapindo Sidoarjo, dan gelombang Tsunami Aceh,

gundukan tanah tersebut terlihat ‘cekung’, katanya, sembari mengungkapkan

bahwa tanah itu selalu dibawa tamu yang bertapa di situ, sehingga selalu

berkurang sedikit demi sedikit.

Pada hari-hari tertentu, seperti Jumat Pon dan Jumat Legi, serta pada

bulan Suro dalam kalender Jawa, ribuan masyarakat Jawa maupun luar Jawa

mendatangi tempat ini berbondong-bondong ke pesanggrahan ini untuk

merenung, tirakat dan berdo’a pada Sang Khaliq.. Pada saat-saat yang

dianggap keramat itu, warga berdoa dan bertapa untuk meminta berkah. Baik

itu berkah karier atau jabatan, keselamatan, kesehatan, jodoh, dan

sebagainya.Seperti pengakuan Iwan (38) warga Purwokerto, Jawa Tengah.

”Saya di sini sudah 4 bulan untuk merenung dan mencari petunjuk tentang

jati diri ,” tuturnya.

Tak hanya di Srigati. Beberapa lokasi sakral lain di Ketonggo, juga

diyakini dapat mengantarkan mereka menuju cita-cita yang diinginkan.

Misalnya, mandi di Kali Tempur Sedalem, sebuah sendang yang merupakan

pertemuan dua sungai, dan sesudah itu memanjatkan doa di tugu di dekatnya,

diyakini harapannya akan dapat terwujud. Adapun Pesanggrahan Soekarno,

disebut demikian karena konon Presiden pertama RI Ir Soekarno pernah

bertapa di tempat itu. Dikisahkan, ada seseorang tak dikenal yang pernah

membawa foto Bung Karno yang sedang bertapa di tempat berdirinya

Pesanggrahan Soekarno sekarang ini. Orang itu membawa foto Bung Karno

bertapa tersebut, tahun 1977.

Page 9: Srigati

Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya sejumlah tokoh tua

Ngawi menyepakati titik di mana Bung Karno bersemedi di Ketonggo itu

dijadikan Pesanggrahan Soekarno. Dibanding Pesanggrahan Srigati,

Pesanggrahan Soekarno terlihat lebih sederhana. Hanya ada lima tonggak

yang menopang bilik kecil beratap asbes yang tanpa dinding itu. Di

tengahnya ada beberapa batu.

Pesanggrahan Srigati yang masuk wilayah Desa Babadan,

Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, konon adalah tempat beristirahat Prabu

Brawijaya, setelah kalah perang dari Raden Patah, tahun 1293. “Sebelum

berkembang menjadi pesanggrahan dengan dibangunnya rumah kecil ini pada

tahun 1975, dulu gundukan tanah ini dikenal sebagai petilasan Prabu

Brawijaya dari Kerajaan Majapahit,” ujar Marji.

D. Kisah – Kisah Unik di Alas Ketonggo

Sebagai tempat sakral, banyak kisah-kisah unik yang terjadi di Alas

Ketonggo, terutama ketika muncul perubahan situasi politik nasional. Marji

mengisahkan, saat Soeharto akan lengser pada 21 Mei 1998, sebuah pohon

jati di Ketonggo tiba-tiba mengering. “Kemarin-kemarin, pohon itu tumbuh

seperti biasa. Waktu Pak Harto lengser, tiba-tiba mati dan mengering,”

katanya.

Pada 23 hari sebelum Ny Tien Soeharto meninggal, juga ada

kejadian aneh. Sebuah dahan pohon besar di Ketonggo tiba-tiba patah dan

jatuh ke tanah. Padahal, waktu itu tidak ada hujan dan tidak ada angin.

Peristiwa unik juga terjadi saat Megawati Soekarnoputri akan dilantik

menjadi Presiden RI, 23 Juli 2001. Tiga hari sebelum pengukuhan Mega

sebagai presiden, ada cahaya berwarna biru dan putih, bak lampu lentera, di

atas Kali Tempur Sedalem. Berhubungan atau tidaknya tanda-tanda itu

dengan tampilnya Presiden Megawati, Anda boleh percaya boleh tidak.

Page 10: Srigati

Beberapa cerita menarik juga dialami mereka yang bertapa di

Pesanggrahan Srigati. Sekarjati, seorang perempuan yang tinggal di Jakarta,

usai bertapa di Srigati, terus terbayang-bayang wajah seorang perempuan

cantik berpakaian kebaya. “Katanya, sampai sekian hari terus terbayang

wajah itu. Akhirnya, Mbak Sekarjati melukis wajah dalam bayangan itu,”

ucap Marji lagi.

Sekarang, lukisan tersebut dipajang di ruang pengunjung

Pesanggrahan Srigati. Seorang perempuan cantik mengenakan kebaya,

rambutnya bergelung konde, dengan bibir yang sedang mengembangkan

senyum. Kesakralan Pesanggrahan Srigati dan beberapa tempat penting di

hutan Ketonggo, membuat sudah banyak orang yang meminta berkah di sana.

Termasuk beberapa tokoh dan pejabat di negeri ini. Sayang memang, jalan

masuk menuju Pesanggrahan Srigati yang sakral itu tidak mulus. Hanya ada

jalan berbatu yang bergelombang sepanjang empat kilometer lebih. Ada

baiknya, perbaikan jalan menuju pesanggrahan itu segera dilakukan. Supaya

tamu-tamu dari jauh dapat merasakan nikmatnya perjalanan, sebelum mereka

meminta berkah di tempat mistis itu.

E. Upacara – Upacara yang Dilaksanakan di Alas Ketonggo

Alas Srigati ataupun dikenal dengan sebutan alas Ketonggo

merupakan tempat yang bersejarah menurut dari legendanya. Dengan adanya

daya tarik tersendiri itulah seperti biasanya pada saat 1 Muharam atau

pergantian malam bulan hijriyah selalu dipadati ribuan pengunjung dari

berbagai daerah. Sejak waktu mulai beranjak malam para pengunjung mulai

berdatangan, mereka ada yang datang dengan cara berkelompok dan

perseorangan. Terlihat dari plat nomor mobil yang dipakai pengunjung dapat

dinyatakan mereka berasal mulai daerah Yogyakarta, Solo, Semarang,

Surabaya dan daerah terdekat dengan Ngawi seperti Nganjuk, Kediri dan

Malang.

Page 11: Srigati

Acara ritual yang dilakukan para pengunjung di

Alas Srigati waktunya pun bervariasi mulai tengah malam sampai waktu

shubuh. Dan begitu juga tempatnya berlainan karena dilokasi Alas Srigati

sendiri ada sekitar 12 lebih tempat petilasan. Seperti Punden Krepyak Syeh

Dombo atau Palenggahan Agung Brawijaya, Padepokan Kori Gapit,

Palenggahan Watu Dakon, Sendang Drajat, Sendang Mintowiji, Goa Sido

Bagus, Sendang Suro, dan Kali Tempur. Menurut juru kunci Alas Srigati, Ki

Among Jati menjelaskan secara rinci, para pengunjung yang datang di Alas

Srigati biasanya mereka ingin napak tilas mengenang sejarah dimana Raja

Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V singgah terlebih dahulu di Alas Srigati

untuk melepaskan baju kebesarannya sebelum melanjutkan perjalanan ritual

ke puncak Gunung Lawu.

Lanjut Ki Among Jati, pengunjung di Alas Srigati tidak melakukan

hal-hal yang sifatnya syirik, seperti menyembah punden segala macam. Akan

tetapi para pengunjung melakukan ritual mengambil tempat Alas Srigati

hanya sebagai tempat perantara untuk menyambung segala permintaan

kepada Allah SWT. Seperti terlihat di Palenggahan Agung Brawijaya

pengunjung sambil membakar dupa sebagai bentuk permintaan dan do’a

kepada Yang Maha Kuasa. ‘’Disini pengunjung mempunyai berbagai

permintaan untuk dikabulkan dari Yang Maha Kuasa, seperti minta

kesehatan, keselamatan dan masih banyak lagi dan jangan dianggap di Alas

Srigati ini melakukan hal-hal yang menyimpang dan untuk hari biasa yang

ramai dikunjungi yaitu pada hari malam Jum’at Kliwon, Jum’at Legi dan

malam Selasa Kliwon’’ jelas Ki Among Jati.

Sementara kilas balik dari sejarah ditemukannya petilasan Srigati

merupakan dari jasa mantan Kepala Desa Babadan pada tahun 1963 yaitu

Somo Darmodjo kemudian tahun 1974 didatangai Gusti Dorodjatun IX dari

Kasunanan Surakarta dan menyatakan benar bahwa petilasan Punden

Krepyak Syeh Dombo merupakan bagian dari sejarah dari Majapahit. Yang

saat itu Prabu Brawijaya melakukan perjalanan menuju puncak Gunung Lawu

Page 12: Srigati

dan oleh Gusti Dorodjatun IX dinamakan dengan sebutan Srigati. Namun,

dengan adanya wisata religi Alas Srigati tidak dibarengi pengembangan

potensi yang ada seperti fasilitas jalan yang menuju lokasi Alas Srigati yang

kondisinya sangat rusak terlihat disana-sini berlubang.

F. Renovasi serta Pembangunan Sarana dan Prasarana di Alas

Ketonggo

Baik sarana dan prasarana mulai di pacu pembangunannya, termasuk

jalan akses serta gapura menuju Palenggahan Agung Srigati Ngawi. Meski

masih dalam tahap awal pengerjaan, Alas ketonggo seluas 4,846m2 ini boleh

dibilang mulai memanjakan para wisatawan yang kebanyakan berasal dari

luar kota bahkan hingga luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Seperti pada tanggal 5 November 2011, rombongan turis dari negeri

dengan maskot patung singa ini, mendatangi Palenggahan Agung Srigati guna

melakukan wisata ritual yang dipimpin langsung oleh Ki Juru Kunci, Marji.

lokasi Wisata Ritual alas Ketonggo atau alas Srigati ini sekitar 12 Km dari

arah Kota Ngawi tepatnya masuk Dusun Brendil, Desa Babadan Kec. Paron.

“Kalau jalan menuju kelokasi serta yang lainnya nanti nampak bagus, maka

saya akan berkunjung ke Srigati ini setiap tahun.” Ujar warga Singapura

tersebut yang diterjemahkan oleh Pramuwisata (Guide).

Seperti yang diungkap oleh Juru Kunci, Marji bahwa dengan adanya

pembangunan serta pembenahan ini, nanti akan mampu menarik perhatian

Wisatawan lokal maupun domestik sehingga lebih banyak lagi yang datang.

Page 13: Srigati

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lokasi Pesanggrahan Srigati yang terletak 12 km arah barat daya

Kota Ngawi, tepatnya di Desa Babadan Kecamatan Paron, dapat ditempuh

dengan berbagai macam kendaraan bermotor. Pesanggrahan Srigati

merupakan obyek wisata spiritual yang menurut penduduk setempat adalah

pusat keraton lelembut / makhluk halus. Dilokasi ini terdapat petilasan Raja

Brawijaya. Pada hari-hari tertentu seperti Jum’at Pon dan Jum’at Legi pada

bulan Syuro, Pesanggrahan Srigati banyak dikunjungi oleh para pesiarah

untuk menyaksikan diselenggarakannya upacara ritual tahunan “Ganti

Langse” sekaligus melaksanakan tirakatan / semedi untuk ngalap berkah.

Konon tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V

setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh bala tentara

Demak dibawah pimpinan Raden Patah.

Keberadaan Pesanggrahan Srigati-sebuah obyek wisata spiritual di

Ketonggo - merupakan sebab utama kemasyhuran hutan seluas 4.846 meter

persegi itu. Kepercayaan masyarakat yang menganggap Ketonggo sebagai

pusat keraton lelembut atau makhluk halus, dikukuhkan dengan banyaknya

tempat-tempat pertapaan yang mistik dan sakral. Menurut catatan, di

Ketonggo terdapat lebih dari 10 tempat pertapaan. Mulai dari Pesanggrahan

Agung Srigati, Pundhen Watu Dhakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe,

Pundhen Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Drajat, Sendang

Panguripan, Sendang Mintowiji, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno.

Sebagai tempat sakral, banyak kisah-kisah unik yang terjadi di Alas

Ketonggo, terutama ketika muncul perubahan situasi politik nasional.

Page 14: Srigati

Alas Srigati ataupun dikenal dengan sebutan alas Ketonggo

merupakan tempat yang bersejarah menurut dari legendanya. Dengan adanya

daya tarik tersendiri itulah seperti biasanya pada saat 1 Muharam atau

pergantian malam bulan hijriyah selalu dipadati ribuan pengunjung dari

berbagai daerah. Sejak waktu mulai beranjak malam para pengunjung mulai

berdatangan, mereka ada yang datang dengan cara berkelompok dan

perseorangan. Terlihat dari plat nomor mobil yang dipakai pengunjung dapat

dinyatakan mereka berasal mulai daerah Yogyakarta, Solo, Semarang,

Surabaya dan daerah terdekat dengan Ngawi seperti Nganjuk, Kediri dan

Malang.

B. Kritik dan Saran

Baik sarana dan prasarana mulai di pacu pembangunannya, termasuk

jalan akses serta gapura menuju Palenggahan Agung Srigati Ngawi. Meski

masih dalam tahap awal pengerjaan, Alas ketonggo seluas 4,846m2 ini boleh

dibilang mulai memanjakan para wisatawan yang kebanyakan berasal dari

luar kota bahkan hingga luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Seperti yang diungkap oleh Juru Kunci, Marji bahwa dengan adanya

pembangunan serta pembenahan ini, nanti akan mampu menarik perhatian

Wisatawan lokal maupun domestik sehingga lebih banyak lagi yang datang.

Page 15: Srigati

DAFTAR PUSTAKA

http://enchaovi.wordpress.com/wisata/ diakses pada 5 November 2011 Pukul

21.11 WIB

http://www.heribhaskara.com/2011/07/srigati-wisata-religi-paron-ngawi.html

diakses pada 5 November 2011 Pukul 20.11 WIB

http://www.lintasberita.com/Nasional/Berita-Lokal/wista-jawa-timur-srigati-

ngawi-menanti-sentuhan-pemkab.ngawi diakses pada 5 November 2011 Pukul

21.00 WIB

http://www.ngawikab.go.id/home/?p=1221 diakses pada 5 November 2011 Pukul

20.33 WIB

http://www.sinarngawi.com/2010/12/srigati-paron-wisata-spiritual-yang.html

diakses pada 5 November 2011 Pukul 20.01 WIB

http://www.sinarngawi.com/2011/10/wisata-spiritual-srigati-berbenah-diri.html

diakses pada 5 November 2011 Pukul 20.19 WIB

Page 16: Srigati

LAMPIRAN

1. Upacara ngalab berkah

2. Pesanggrahan

Page 17: Srigati

3. Juru Kunci Alas Ketonggo sekaligus Nara Sumber

4. Suasana waktu observasi

5. Karcis Masuk