Srigati
-
Upload
umi-rosyidah -
Category
Documents
-
view
2.737 -
download
7
Transcript of Srigati
ALAS KETONGGO SRIGATI DI PARON
WISATA SPIRITUAL YANG BELUM TERJAMAH
PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Kepariwisataan
Yang Diampu Oleh Drs. Akhmad Arif Musadad, M. Pd
Disusun Oleh :
UMI ROSYIDAH
K4409059
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat diselesaikan. Tujuan utama penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Pariwisata Yang
Diampu Oleh Drs. Akhmad Arif Musadad, M. Pd.
Makalah ini tidak dapat selesai tepat waktu tanpa kerjasama dari
semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
Drs. Akhmad Arif Musadad, M. Pd. atas bimbingannya sehingga makalah
ini dapat selesai tepat waktu.
Orang Tua kami yang senantiasa selalu memberikan dukungan.
Teman – teman Pendidikan Sejarah angkatan 2009.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penampilan
dan penyajian makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca makalah ini akan kami terima dengan senang hati.
Surakarta, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Lokasi Alas Ketonggo 3
B. Legenda Seputar Keberadaan Alas Ketonggo 3
C. Keistimewaan Alas Ketonggo 4
D. Kisah – Kisah Unik di Alas Ketonggo 6
E. Upacara – Upacara yang Dilaksanakan di Alas Ketonggo 7
F. Renovasi serta Pembangunan Sarana dan Prasarana
di Alas Ketonggo 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Kritik dan Saran 11
Daftar Pustaka 12
Lampiran 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wilayah Kabupaten Ngawi sebenarnya kaya akan potensi tempat
wisata yang bisa diperdayakan. Satu di antaranya adalah Alas Ketonggo.
Tempat ini adalah hutan dengan luas 4.846 meter persegi, yang terletak 12
KM arah selatan dari Kota Ngawi, Jawa Timur. Menurut masyarakat Jawa,
Alas Ketonggo ini merupakan salah satu dari alas angker atau ‘wingit’ di
tanah Jawa. Kepercayaanya, di tempat ini terdapat kerajaan makhluk halus.
Sedangkan satu hutan lainnya yang juga dianggap angker adalah Alas Purwa
yang terletak di Banyuwangi, Jawa Timur. Alas Purwa disebut sebagai
Bapak, sedangkan Alas Ketonggo disebut sebagai Ibu. Kawasan Alas
Ketonggo mempunyai tempat pertapaan, di antaranya Palenggahan Agung
Srigati.
Eyang Srigati adalah Priyagung, seorang begawan dari Benua Hindia
yang datang ketanah jawa. Beliaulah yang menurunkan Kerajaan-kerajaan di
Indonesia mulai dari Pajajaran, Majapahit, Mataram dan seterusnya. Semua
kisah Spiritual tertuang di Punden Srigati yang terdapat di desa Babatan kec.
Paron. Kab. Ngawi.
Hutan Ketonggo, demikian sebutan masyarakat Ngawi untuk hutan
yang terletak 12 kilometer arah selatan Kota Ngawi itu. Meski sebetulnya
sama dengan hutan-hutan lainnya, namun Ketonggo lebih kesohor dibanding
hutan-hutan lain di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Apa yang membuat
Ketonggo termasyhur? Sampai-sampai kesebelasan perserikatan Ngawi yakni
Persatuan Sepak Bola Ngawi (Persinga), dijuluki "Laskar Ketonggo"?
B. Rumusan Masalah
1. Dimanakah lokasi dari Alas Ketonggo?
2. Bagaimana cerita legenda seputar keberadaan Alas Ketonggo?
3. Keistimewaan apa yang dimiliki oleh Alas Ketonggo?
4. Kisah – kisah unik apa saja yang terjadi di Alas Ketonggo?
5. Upacara – upacara apa saja yang dilaksanakan di Alas Ketonggo?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Pariwisata yang diampu oleh
Bpk. Drs. Akhmad Arif M, M.Pd.
2. Mengetahui dimanakah lokasi dari Alas Ketonggo.
3. Mengetahui bagaimana cerita legenda seputar keberadaan Alas Ketonggo.
4. Mengetahui keistimewaan apa yang dimiliki oleh Alas Ketonggo.
5. Mengetahui kisah – kisah unik apa saja yang terjadi di Alas Ketonggo.
6. Mengetahui upacara – upacara apa saja yang dilaksanakan di Alas
Ketonggo.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lokasi Alas Ketonggo
Lokasi Pesanggrahan Srigati yang terletak 12 km arah barat daya
Kota Ngawi, tepatnya di Desa Babadan Kecamatan Paron, dapat ditempuh
dengan berbagai macam kendaraan bermotor. Pesanggrahan Srigati
merupakan obyek wisata spiritual yang menurut penduduk setempat adalah
pusat keraton lelembut / makhluk halus. Dilokasi ini terdapat petilasan Raja
Brawijaya. Pada hari-hari tertentu seperti Jum’at Pon dan Jum’at Legi pada
bulan Syuro, Pesanggrahan Srigati banyak dikunjungi oleh para pesiarah
untuk menyaksikan diselenggarakannya upacara ritual tahunan “Ganti
Langse” sekaligus melaksanakan tirakatan / semedi untuk ngalap berkah.
Orbitasi :
1. Dengan ruas jalan Kabupaten Kecamatan Paron 6 Km
2. Dengan ruas jalan Provinsi Km 6 ( Ngawi – Solo )
3. Dengan Kota Ngawi 12 Km
B. Legenda Seputar Keberadaan Alas Ketonggo
Konon tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu
Brawijaya V setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh
bala tentara Demak dibawah pimpinan Raden Patah.
Dikisahkan, ditempat itulah dalam perjalananya ke Gunung Lawu,
Prabu Brawijaya V melepas semua tanda kebesaran kerajaan (jubah,
mahkota, dan semua benda Pusaka), namun kesemuanya raib atau mukso.
Petilasan Prabu Brawijaya V ini ditemukan mantan Kepala Desa Babadan,
Somo Darmojo (alm) tahun 1963 berupa gundukan tanah yang tumbuh setiap
hari dan mengeras bagaikan batu karang. Kemudian tahun 1974 didatangi
Gusti Dorojatun IX dari Kasunanan Surakarta yang menyatakan bahwa
petilasan tersebut bagian dari sejarah Majapahit dan petilasan tersebut diberi
nama Palenggahan Agung Srigati. Palenggahan Agung Srigati ini terdapat
berbagai benda-benda yang secara simbolik melambangkan kebesaran
Kerajaan Majapahit, baik berupa mahkota raja, tombak pusaka, gong, dan
lain-lainnya.
Di dalam ruangan ini sangat pekat aroma dupa dan wangi bunga, hal
yang sangat wajar kita temukan di sebuah tempat sakral. Dupa dan taburan
bunga ini berasal dari para pengunjung. Mbah Marji (juru kunci)
menerangkan bahwa ”Gundukan tanah tersebut biasanya terus tumbuh dan
bertambah tinggi, tapi pada saat tertentu tidak tumbuh,” terangnya. Gundukan
tanah tersebut bisa dipercaya dijadikan pertanda pada bumi Indonesia.
C. Keistimewaan Alas Ketonggo
Keberadaan Pesanggrahan Srigati-sebuah obyek wisata spiritual di
Ketonggo merupakan sebab utama kemasyhuran hutan seluas 4.846 meter
persegi itu. Kepercayaan masyarakat yang menganggap Ketonggo sebagai
pusat keraton lelembut atau makhluk halus, dikukuhkan dengan banyaknya
tempat-tempat pertapaan yang mistik dan sakral. Menurut catatan, di
Ketonggo terdapat lebih dari 10 tempat pertapaan. Mulai dari Pesanggrahan
Agung Srigati, Pundhen Watu Dhakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe,
Pundhen Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Drajat, Sendang
Panguripan, Sendang Mintowiji, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno.
Memasuki hutan Ketonggo, para tamu langsung dapat melihat
Pesanggrahan Agung Srigati, berupa sebuah rumah kecil berukuran 4×3
meter. Di dalamnya terdapat gundukan tanah, yang dari hari ke hari terus
tumbuh, sehingga makin lama makin banyak. Dinding rumah itu dikitari
bendera panjang Merah-Putih. Khas tempat sakral, Pesanggrahan Srigati
pekat dengan bau dupa. Di sekitar tanah, yang terlindung atap rumah itu, juga
berserakan bunga tabur yang selalu disebarkan para tamu.
“Seperti pada saat terjadi krisis moneter 1997, sebelumnya gundukan
tanah tersebut tidak tumbuh, sehingga sama sekali tidak ada gundukan yang
menyembul ke permukaan,” Mbah Marji mengisahkan sebelum terjadi
semburan lumpur Lapindo Sidoarjo, dan gelombang Tsunami Aceh,
gundukan tanah tersebut terlihat ‘cekung’, katanya, sembari mengungkapkan
bahwa tanah itu selalu dibawa tamu yang bertapa di situ, sehingga selalu
berkurang sedikit demi sedikit.
Pada hari-hari tertentu, seperti Jumat Pon dan Jumat Legi, serta pada
bulan Suro dalam kalender Jawa, ribuan masyarakat Jawa maupun luar Jawa
mendatangi tempat ini berbondong-bondong ke pesanggrahan ini untuk
merenung, tirakat dan berdo’a pada Sang Khaliq.. Pada saat-saat yang
dianggap keramat itu, warga berdoa dan bertapa untuk meminta berkah. Baik
itu berkah karier atau jabatan, keselamatan, kesehatan, jodoh, dan
sebagainya.Seperti pengakuan Iwan (38) warga Purwokerto, Jawa Tengah.
”Saya di sini sudah 4 bulan untuk merenung dan mencari petunjuk tentang
jati diri ,” tuturnya.
Tak hanya di Srigati. Beberapa lokasi sakral lain di Ketonggo, juga
diyakini dapat mengantarkan mereka menuju cita-cita yang diinginkan.
Misalnya, mandi di Kali Tempur Sedalem, sebuah sendang yang merupakan
pertemuan dua sungai, dan sesudah itu memanjatkan doa di tugu di dekatnya,
diyakini harapannya akan dapat terwujud. Adapun Pesanggrahan Soekarno,
disebut demikian karena konon Presiden pertama RI Ir Soekarno pernah
bertapa di tempat itu. Dikisahkan, ada seseorang tak dikenal yang pernah
membawa foto Bung Karno yang sedang bertapa di tempat berdirinya
Pesanggrahan Soekarno sekarang ini. Orang itu membawa foto Bung Karno
bertapa tersebut, tahun 1977.
Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya sejumlah tokoh tua
Ngawi menyepakati titik di mana Bung Karno bersemedi di Ketonggo itu
dijadikan Pesanggrahan Soekarno. Dibanding Pesanggrahan Srigati,
Pesanggrahan Soekarno terlihat lebih sederhana. Hanya ada lima tonggak
yang menopang bilik kecil beratap asbes yang tanpa dinding itu. Di
tengahnya ada beberapa batu.
Pesanggrahan Srigati yang masuk wilayah Desa Babadan,
Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, konon adalah tempat beristirahat Prabu
Brawijaya, setelah kalah perang dari Raden Patah, tahun 1293. “Sebelum
berkembang menjadi pesanggrahan dengan dibangunnya rumah kecil ini pada
tahun 1975, dulu gundukan tanah ini dikenal sebagai petilasan Prabu
Brawijaya dari Kerajaan Majapahit,” ujar Marji.
D. Kisah – Kisah Unik di Alas Ketonggo
Sebagai tempat sakral, banyak kisah-kisah unik yang terjadi di Alas
Ketonggo, terutama ketika muncul perubahan situasi politik nasional. Marji
mengisahkan, saat Soeharto akan lengser pada 21 Mei 1998, sebuah pohon
jati di Ketonggo tiba-tiba mengering. “Kemarin-kemarin, pohon itu tumbuh
seperti biasa. Waktu Pak Harto lengser, tiba-tiba mati dan mengering,”
katanya.
Pada 23 hari sebelum Ny Tien Soeharto meninggal, juga ada
kejadian aneh. Sebuah dahan pohon besar di Ketonggo tiba-tiba patah dan
jatuh ke tanah. Padahal, waktu itu tidak ada hujan dan tidak ada angin.
Peristiwa unik juga terjadi saat Megawati Soekarnoputri akan dilantik
menjadi Presiden RI, 23 Juli 2001. Tiga hari sebelum pengukuhan Mega
sebagai presiden, ada cahaya berwarna biru dan putih, bak lampu lentera, di
atas Kali Tempur Sedalem. Berhubungan atau tidaknya tanda-tanda itu
dengan tampilnya Presiden Megawati, Anda boleh percaya boleh tidak.
Beberapa cerita menarik juga dialami mereka yang bertapa di
Pesanggrahan Srigati. Sekarjati, seorang perempuan yang tinggal di Jakarta,
usai bertapa di Srigati, terus terbayang-bayang wajah seorang perempuan
cantik berpakaian kebaya. “Katanya, sampai sekian hari terus terbayang
wajah itu. Akhirnya, Mbak Sekarjati melukis wajah dalam bayangan itu,”
ucap Marji lagi.
Sekarang, lukisan tersebut dipajang di ruang pengunjung
Pesanggrahan Srigati. Seorang perempuan cantik mengenakan kebaya,
rambutnya bergelung konde, dengan bibir yang sedang mengembangkan
senyum. Kesakralan Pesanggrahan Srigati dan beberapa tempat penting di
hutan Ketonggo, membuat sudah banyak orang yang meminta berkah di sana.
Termasuk beberapa tokoh dan pejabat di negeri ini. Sayang memang, jalan
masuk menuju Pesanggrahan Srigati yang sakral itu tidak mulus. Hanya ada
jalan berbatu yang bergelombang sepanjang empat kilometer lebih. Ada
baiknya, perbaikan jalan menuju pesanggrahan itu segera dilakukan. Supaya
tamu-tamu dari jauh dapat merasakan nikmatnya perjalanan, sebelum mereka
meminta berkah di tempat mistis itu.
E. Upacara – Upacara yang Dilaksanakan di Alas Ketonggo
Alas Srigati ataupun dikenal dengan sebutan alas Ketonggo
merupakan tempat yang bersejarah menurut dari legendanya. Dengan adanya
daya tarik tersendiri itulah seperti biasanya pada saat 1 Muharam atau
pergantian malam bulan hijriyah selalu dipadati ribuan pengunjung dari
berbagai daerah. Sejak waktu mulai beranjak malam para pengunjung mulai
berdatangan, mereka ada yang datang dengan cara berkelompok dan
perseorangan. Terlihat dari plat nomor mobil yang dipakai pengunjung dapat
dinyatakan mereka berasal mulai daerah Yogyakarta, Solo, Semarang,
Surabaya dan daerah terdekat dengan Ngawi seperti Nganjuk, Kediri dan
Malang.
Acara ritual yang dilakukan para pengunjung di
Alas Srigati waktunya pun bervariasi mulai tengah malam sampai waktu
shubuh. Dan begitu juga tempatnya berlainan karena dilokasi Alas Srigati
sendiri ada sekitar 12 lebih tempat petilasan. Seperti Punden Krepyak Syeh
Dombo atau Palenggahan Agung Brawijaya, Padepokan Kori Gapit,
Palenggahan Watu Dakon, Sendang Drajat, Sendang Mintowiji, Goa Sido
Bagus, Sendang Suro, dan Kali Tempur. Menurut juru kunci Alas Srigati, Ki
Among Jati menjelaskan secara rinci, para pengunjung yang datang di Alas
Srigati biasanya mereka ingin napak tilas mengenang sejarah dimana Raja
Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V singgah terlebih dahulu di Alas Srigati
untuk melepaskan baju kebesarannya sebelum melanjutkan perjalanan ritual
ke puncak Gunung Lawu.
Lanjut Ki Among Jati, pengunjung di Alas Srigati tidak melakukan
hal-hal yang sifatnya syirik, seperti menyembah punden segala macam. Akan
tetapi para pengunjung melakukan ritual mengambil tempat Alas Srigati
hanya sebagai tempat perantara untuk menyambung segala permintaan
kepada Allah SWT. Seperti terlihat di Palenggahan Agung Brawijaya
pengunjung sambil membakar dupa sebagai bentuk permintaan dan do’a
kepada Yang Maha Kuasa. ‘’Disini pengunjung mempunyai berbagai
permintaan untuk dikabulkan dari Yang Maha Kuasa, seperti minta
kesehatan, keselamatan dan masih banyak lagi dan jangan dianggap di Alas
Srigati ini melakukan hal-hal yang menyimpang dan untuk hari biasa yang
ramai dikunjungi yaitu pada hari malam Jum’at Kliwon, Jum’at Legi dan
malam Selasa Kliwon’’ jelas Ki Among Jati.
Sementara kilas balik dari sejarah ditemukannya petilasan Srigati
merupakan dari jasa mantan Kepala Desa Babadan pada tahun 1963 yaitu
Somo Darmodjo kemudian tahun 1974 didatangai Gusti Dorodjatun IX dari
Kasunanan Surakarta dan menyatakan benar bahwa petilasan Punden
Krepyak Syeh Dombo merupakan bagian dari sejarah dari Majapahit. Yang
saat itu Prabu Brawijaya melakukan perjalanan menuju puncak Gunung Lawu
dan oleh Gusti Dorodjatun IX dinamakan dengan sebutan Srigati. Namun,
dengan adanya wisata religi Alas Srigati tidak dibarengi pengembangan
potensi yang ada seperti fasilitas jalan yang menuju lokasi Alas Srigati yang
kondisinya sangat rusak terlihat disana-sini berlubang.
F. Renovasi serta Pembangunan Sarana dan Prasarana di Alas
Ketonggo
Baik sarana dan prasarana mulai di pacu pembangunannya, termasuk
jalan akses serta gapura menuju Palenggahan Agung Srigati Ngawi. Meski
masih dalam tahap awal pengerjaan, Alas ketonggo seluas 4,846m2 ini boleh
dibilang mulai memanjakan para wisatawan yang kebanyakan berasal dari
luar kota bahkan hingga luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.
Seperti pada tanggal 5 November 2011, rombongan turis dari negeri
dengan maskot patung singa ini, mendatangi Palenggahan Agung Srigati guna
melakukan wisata ritual yang dipimpin langsung oleh Ki Juru Kunci, Marji.
lokasi Wisata Ritual alas Ketonggo atau alas Srigati ini sekitar 12 Km dari
arah Kota Ngawi tepatnya masuk Dusun Brendil, Desa Babadan Kec. Paron.
“Kalau jalan menuju kelokasi serta yang lainnya nanti nampak bagus, maka
saya akan berkunjung ke Srigati ini setiap tahun.” Ujar warga Singapura
tersebut yang diterjemahkan oleh Pramuwisata (Guide).
Seperti yang diungkap oleh Juru Kunci, Marji bahwa dengan adanya
pembangunan serta pembenahan ini, nanti akan mampu menarik perhatian
Wisatawan lokal maupun domestik sehingga lebih banyak lagi yang datang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lokasi Pesanggrahan Srigati yang terletak 12 km arah barat daya
Kota Ngawi, tepatnya di Desa Babadan Kecamatan Paron, dapat ditempuh
dengan berbagai macam kendaraan bermotor. Pesanggrahan Srigati
merupakan obyek wisata spiritual yang menurut penduduk setempat adalah
pusat keraton lelembut / makhluk halus. Dilokasi ini terdapat petilasan Raja
Brawijaya. Pada hari-hari tertentu seperti Jum’at Pon dan Jum’at Legi pada
bulan Syuro, Pesanggrahan Srigati banyak dikunjungi oleh para pesiarah
untuk menyaksikan diselenggarakannya upacara ritual tahunan “Ganti
Langse” sekaligus melaksanakan tirakatan / semedi untuk ngalap berkah.
Konon tempat ini dulunya adalah tempat peristirahatan Prabu Brawijaya V
setelah lari dari kerajaan Majapahit karena kerajaan diserbu oleh bala tentara
Demak dibawah pimpinan Raden Patah.
Keberadaan Pesanggrahan Srigati-sebuah obyek wisata spiritual di
Ketonggo - merupakan sebab utama kemasyhuran hutan seluas 4.846 meter
persegi itu. Kepercayaan masyarakat yang menganggap Ketonggo sebagai
pusat keraton lelembut atau makhluk halus, dikukuhkan dengan banyaknya
tempat-tempat pertapaan yang mistik dan sakral. Menurut catatan, di
Ketonggo terdapat lebih dari 10 tempat pertapaan. Mulai dari Pesanggrahan
Agung Srigati, Pundhen Watu Dhakon, Pundhen Tugu Mas, Umbul Jambe,
Pundhen Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Drajat, Sendang
Panguripan, Sendang Mintowiji, Kori Gapit, dan Pesanggrahan Soekarno.
Sebagai tempat sakral, banyak kisah-kisah unik yang terjadi di Alas
Ketonggo, terutama ketika muncul perubahan situasi politik nasional.
Alas Srigati ataupun dikenal dengan sebutan alas Ketonggo
merupakan tempat yang bersejarah menurut dari legendanya. Dengan adanya
daya tarik tersendiri itulah seperti biasanya pada saat 1 Muharam atau
pergantian malam bulan hijriyah selalu dipadati ribuan pengunjung dari
berbagai daerah. Sejak waktu mulai beranjak malam para pengunjung mulai
berdatangan, mereka ada yang datang dengan cara berkelompok dan
perseorangan. Terlihat dari plat nomor mobil yang dipakai pengunjung dapat
dinyatakan mereka berasal mulai daerah Yogyakarta, Solo, Semarang,
Surabaya dan daerah terdekat dengan Ngawi seperti Nganjuk, Kediri dan
Malang.
B. Kritik dan Saran
Baik sarana dan prasarana mulai di pacu pembangunannya, termasuk
jalan akses serta gapura menuju Palenggahan Agung Srigati Ngawi. Meski
masih dalam tahap awal pengerjaan, Alas ketonggo seluas 4,846m2 ini boleh
dibilang mulai memanjakan para wisatawan yang kebanyakan berasal dari
luar kota bahkan hingga luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.
Seperti yang diungkap oleh Juru Kunci, Marji bahwa dengan adanya
pembangunan serta pembenahan ini, nanti akan mampu menarik perhatian
Wisatawan lokal maupun domestik sehingga lebih banyak lagi yang datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://enchaovi.wordpress.com/wisata/ diakses pada 5 November 2011 Pukul
21.11 WIB
http://www.heribhaskara.com/2011/07/srigati-wisata-religi-paron-ngawi.html
diakses pada 5 November 2011 Pukul 20.11 WIB
http://www.lintasberita.com/Nasional/Berita-Lokal/wista-jawa-timur-srigati-
ngawi-menanti-sentuhan-pemkab.ngawi diakses pada 5 November 2011 Pukul
21.00 WIB
http://www.ngawikab.go.id/home/?p=1221 diakses pada 5 November 2011 Pukul
20.33 WIB
http://www.sinarngawi.com/2010/12/srigati-paron-wisata-spiritual-yang.html
diakses pada 5 November 2011 Pukul 20.01 WIB
http://www.sinarngawi.com/2011/10/wisata-spiritual-srigati-berbenah-diri.html
diakses pada 5 November 2011 Pukul 20.19 WIB
LAMPIRAN
1. Upacara ngalab berkah
2. Pesanggrahan
3. Juru Kunci Alas Ketonggo sekaligus Nara Sumber
4. Suasana waktu observasi
5. Karcis Masuk