Squamous Cell Carcinoma

33
LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN Nama: Tn. T Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: 2 Agustus 1948 Usia: 65 tahun Agama: Islam Bangsa: Indonesia Nomor Rekam Medis: 653477 Alamat: Toli-toli Tanggal Pemeriksaan: 06 Maret 2014 Tempat Pemeriksaan: Poliklinik Mata RSWS Dokter Pemeriksa: dr. R ANAMNESIS Keluhan utama : Benjolan merah pada mata kanan Anamnesis terpimpin : dialami sejak 2 tahun yang lalu pada mata kanan, secara perlahan-lahan, semakin lama semakin membesar. Pertamanya seperti selaput di bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata berlebihan (+), kotoran mata berlebihan (+), rasa mengganjal (+),nyeri (-), riwayat nyeri sebelumnya (+), riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan (+), riwayat mata merah (-), gatal (-),silau (-), rasa berpasir (-), riwayat trauma (-), riwayat pengobatan 1

Transcript of Squamous Cell Carcinoma

Page 1: Squamous Cell Carcinoma

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama: Tn. T

Jenis Kelamin: Laki-laki

Tanggal Lahir: 2 Agustus 1948

Usia: 65 tahun

Agama: Islam

Bangsa: Indonesia

Nomor Rekam Medis: 653477

Alamat: Toli-toli

Tanggal Pemeriksaan: 06 Maret 2014

Tempat Pemeriksaan: Poliklinik Mata RSWS

Dokter Pemeriksa: dr. R

ANAMNESIS

Keluhan utama : Benjolan merah pada mata kanan

Anamnesis terpimpin : dialami sejak 2 tahun yang lalu pada mata kanan,

secara perlahan-lahan, semakin lama semakin membesar. Pertamanya seperti

selaput di bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata berlebihan (+),

kotoran mata berlebihan (+), rasa mengganjal (+),nyeri (-), riwayat nyeri

sebelumnya (+), riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan (+),

riwayat mata merah (-), gatal (-),silau (-), rasa berpasir (-), riwayat trauma (-),

riwayat pengobatan sebelumnya diberikan C. Xytrol, riwayat penyakit kencing

manis (-), riwayat penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat alergi (-), riwayat

pemakaian kacamata (-).

1

Page 2: Squamous Cell Carcinoma

STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Sakit sedang, Gizi kurang, Composmentis

Tanda vital : Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi: 88 x/menit

Pernafasan: 20 x/menit

Suhu : 36,8 C

PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

Inspeksi

Pemeriksaan OD OS

Palpebra edema (-) edema (-)

Apparatus lakrimalis lakrimasi (+) lakrimasi (-)

Silia sekret (+) sekret (-)

Konjungtiva hiperemis (+), injeksio (+), benjolan di bagian

temporal dan nasal mata

hiperemis (-)

Mekanisme muskular

Kornea Tertutup dengan selaput Jernih

Bilik Mata Depan Sulit dievaluasi Normal

Iris Sulit dievaluasi Coklat, kripte (+)

Pupil Sulit dievaluasi bulat, sentral

Lensa Sulit dievaluasi Jernih

2

-2

-2

-2

-2-2-2

-2-2

Page 3: Squamous Cell Carcinoma

FOTO KLINIS PASIEN

Gambar 1 : Kedua mata pasien dari depan.

Gambar 1.1 : Mata kanan pasien kelihatan selaput merah menutupi sebagian

konjungtiva pada daerah temporal dan nasal mata kanan pasien.

3

Page 4: Squamous Cell Carcinoma

Palpasi

Palpasi OD OS

Tensi Okuler Tn Tn

Nyeri Tekan (+) (-)

Massa Tumor (+) (-)

Glandula Preaurikuler Pembesaran (-) Pembesaran (-)

Tonometri :

TOD : Sulit dievaluasi

TOS : 12 mmHg

Pemeriksaan Visus :

VOD : 1/∞

VOS : 6/6

Penyinaran Oblik

Pemeriksaan OD OS

Konjungtiva hiperemis (+), Injeksio konjungtiva (+), benjolan berukuran 5x3cm dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas pada

daerah temporal mata. Benjolan berukuran

3x2cm dengan permukaan tidak rata dan tidak berbatas tegas pada

daerah nasal mata.Terfiksir,

pendarahan akut (-)

Hiperemis (-)

Kornea Tertutup dengan selaput Jernih

Bilik Mata Depan Sulit dievaluasi Normal

Iris Sulit dievaluasi Coklat, kripte (+)

Pupil Sulit dievaluasi Bulat, sentral, RC (+)

Lensa Sulit dievaluasi Jernih

4

Page 5: Squamous Cell Carcinoma

Color Sense

Tidak dilakukan pemeriksaan

Light Sense

Tidak dilakukan pemeriksaan

Campus visual

Tidak dilakukan pemeriksaan

Slit Lamp

SLOD : Konjungtiva Hiperemis (+), Sekret (+), tampak benjolan di

superotemporal dan di bagian nasal berukuran 5x3cm dan 3x2 cm dengan

permukaan tidak rata dan berbatas tidak tegas, kornea tertutupi dengan selaput,

detail lain sulit dievaluasi.

OFTALMOSKOPI

Tidak dilakukan pemeriksaan

FOTO ROENTGEN DADA

Pulmo normal dan cardiomegaly

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal satuanWBC : 6,2 (4,00 – 11,00) × 103/uLRBC : 5,18 (4,50 – 5,50) × 106/uLHGB : 13,5 (13,0 – 16,0) g/dLHCT : 40,8 (40,0 – 50,0) %PLT : 309 (150 – 450) × 103/uLCT : 7’30” (4 – 10) MenitBT : 3’00” (3 – 7) MenitPT : 11,7 INR 0,97 (10,8 – 14,4) DetikaPTT : 24,1 (26,4 – 37,6) DetikNa : 136 (136 – 145) mmol/LK : 3,9 (3,5 – 5,1) mmol/LCl : 104 (97 - 111) mmol/L

5

Page 6: Squamous Cell Carcinoma

SGOT : 21 <35 U/LSGPT : 13 <45 U/LUreum : 30 mg/L 0 – 53Creatinine : 1 mg/L 0,6 – 1,3HbsAg (ELISA) : < 0,13 (-) < 0,13 (-); ≥ 13,0 (+)Anti HCV (rapid) (-) NegatifGDS : 101 (200) mg/L

Resume :

Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke poliklinik mata RSWS dengan

keluhan benjolan merah pada mata kanan dialami sejak 2 tahun yang lalu secara

perlahan-lahan, semakin lama semakin membesar. Pertamanya seperti selaput di

bagian mata putih dan semakin membesar. Air mata berlebihan (+), kotoran mata

berlebihan (+), rasa mengganjal (+), nyeri (-), riwayat nyeri sebelumnya (+),

riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan tangan (+), riwayat mata merah

(-), gatal (-),silau (-), rasa berpasir (-), riwayat trauma (-), riwayat pengobatan

sebelumnya diberikan C. Xytrol, riwayat penyakit kencing manis (-), riwayat

penyakit tekanan darah tinggi (-), riwayat alergi (-), riwayat pemakaian kacamata

(-).

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,

composmentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan

oftalmologi, Visus VOD : 1/∞, VOS : 6/6. Segmen anterior mata kanan ditemukan

konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian superotemporal dan nasal

mata. Berukuran 5x3cm dan 3x2 cm dengan permukaan tidak rata dan tidak

berbatas tegas. Kornea, iris dan pupil mata kanan sulit dievaluasi. Segmen anterior

mata kiri dalam batas normal. TOD sulit dievaluasi dan TOS dalam batas

normal.Hasil foto roentgen dada dalam batas normal.

Diagnosis Kerja

6

Page 7: Squamous Cell Carcinoma

OD Tumor Konjungtiva Suspek Squamous Cell Carcinoma Conjunctiva

Diagnosis Banding

- Pyterigium, pinguekula, Kista Konjungtiva dan Tumor Glandula

Lakrimalis.

Penatalaksanaan :

– C. Xytrol 3x1

– Rencana OD Ekstirpasi Tumor + Biopsi

Anjuran

- Pemeriksaan Histopatologis jaringan

Prognosis

• Quo ad Vitam: Bonam

• Quo ad Visam : Dubia et. Malam

• Quo as Sanationam : Dubia et. Bonam

• Quo ad Comesticam: Dubia et. Malam

7

Page 8: Squamous Cell Carcinoma

Diskusi

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami benjolan di

mata kanan yang dialami sejak 2 bulan yang lalu semakin lama semakin

membesar. Pertamanya seperti selaput di bagian mata putih dan semakin

membesar. Terdapat keluhan air mata berlebihan, kotoran mata berlebihan dan

rasa mengganjal pada mata kanan pasien. Tidak terdapat keluhan nyeri, riwayat

nyeri sebelumnya. Terdapat riwayat mengorek-gorek lapisan tersebut dengan

tangan.Tidak terdapat riwayat mata merah, gatal, silau, rasa berpasir dan riwayat

trauma disangkal. Terdapat riwayat pengobatan sebelumnya diberikan C. Xytrol.

Riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, riwayat alergi dan riwayat

pemakaian kacamata disangkal.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien sakit sedang, gizi kurang,

composmentis dengan tanda vital dalam batas normal. Dari pemeriksaan

oftalmologi, Visus VOD : 1/∞, VOS : 6/6. Segmen anterior mata kanan ditemukan

konjungtiva hiperemis dengan benjolan merah di bagian temporal dn nasal mata.

Benjolan berukuran 5x3cm dan 3x2cm dengan permukaan tidak rata dan tidak

berbatas tegas. Kornea, iris dan pupil mata kanan sulit dievaluasi .Segmen anterior

mata kiri dalam batas normal. TOD sulit dievaluasi dan TOS dalam batas

normal.Hasil foto roentgen dada dalam batas normal.

Sehingga berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang telah

dilakukan, pasien sesuai untuk didiagnosis OD Tumor Konjungtiva Suspek

Squamous Cell Carcinoma Conjungtiva.Pada saat ini pasien direncanakan untuk

ekstirpasi tumor untuk pengangkatan tumor dan dibiopsi untuk menegakkan

diagnosis.

8

Page 9: Squamous Cell Carcinoma

BAB I

PENDAHULUAN

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan

keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika Serikat.

Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5 kasus per 100.000

penduduk, tergantung lokasi geografik. Beberapa tahun terakhir

didapatkan peningkatan insiden Karsinoma Sel Skuamosa

Konjungtiva di Rwanda Uganda dan Malawi yang berkaitan

dengan infeksi HIV. Sinar ultraviolet sebelumnya diduga

merupakan faktor resiko utama tumor ini. Faktor lain yang

diduga juga berkaitan dengan penyakit ini adalah Human

papilomavirus (HPV).1,3,4

Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura

palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.

Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki

permukaan seperti gelatin. Jika ada keratinisasi abnormal pada epitel, dapat

menyebabkan lesi leukoplakia. Pertumbuhannya lambat, invasi dan metastasis

yang dalam sangat jarang terjadi, sehingga prosedur eksisi lengkap dilakukan

untuk tujuan kuratif. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna dieksisi.

Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau fluorouracil dapat

membantu untuk mencegah kekambuhan.1,2

Displasia konjungtiva adalah suatu kondisi jinak yang terjadi sebagai lesi

terisolasi atau kadang-kadang lebih seperti pterygia dan pingueculae dan dapat

menyerupai karsinoma in situ secara klinis dan bahkan secara histologis. Istilah

neoplasia intraepithelial konjungtiva disebutkan pada semua lesi epitel mulai dari

displasia sampai karsinoma yang terbatas pada epitel. Biopsi eksisi akan

menegakkan diagnosa dan memberikan penyembuhan pada sebagian besar lesi.2

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki

laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai

umur yang lebih tua dekade ke lima dan enam, dapat juga terjadi

9

Page 10: Squamous Cell Carcinoma

pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum. Karsinoma Sel

Skuamous Invasif merupakan displasia progresif yang menembus

membran basal sampai ke substantia propria dan dapat

menginvasi kornea dan sklera. Diagnosis ditegakkan dari

pemeriksaan histopatologi.2,4

Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini

sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau

temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena

munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa terlambat.1,2

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade

malignancy. Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang

tidak komplit, tapi perluasan ke intraokuler dan metastase jauh

jarang Pilihan terapi pada keganasan epitel konjungtiva adalah

eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,

dan kemoterapi topical. Dengan eksisi lengkap, biasanya

prognosisnya baih dan angka rekurensinya kurang dari 10 %.2,5,6

10

Page 11: Squamous Cell Carcinoma

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Gambar 2.1: Bagian eksternal mata dari depan.Kelihatan bagian sclera yang tertutupi

oleh lapisan konjungtiva

11

Page 12: Squamous Cell Carcinoma

Gambar 2.2: Bagian eksternal mata dari samping.Keliatan bagian sclera yang tertutupi

oleh lapisan konjungtiva

Gambar 2.3: Potongan melintang bagian anterior bola mata

12

Page 13: Squamous Cell Carcinoma

Anatomi Konjungtiva

Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak

mata bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui

konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel

Goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri

atas tiga bagian, yaitu konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal

sukar digerakkan dari tarsus.2

Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di

bawahnya. Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva

tarsal dengan konjungtiva bulbi.Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan

dengan sangt longgar dengan jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah

bergerak.2

Tidak seperti membrana mukus lain yang terdapat di dalam tubuh, struktur

ini jelas kelihatan langsung. Oleh kerna itu, segala lesi dan tumor pada daerah

konjungtiva dianggap masih di derajat awal. Ini kerna kebanyakan dari tumor ini

mempunyai cii-ciri yang tipikal, dimana suatu diagnose yang akurat dapat dibuat

dengan hanya pemeriksaan ocular eksternal dan lampu slit biomikroskop, dengan

syarat seorang dokter itu mengetahui karekteristiknya dari penyakit yang

didiagnosa.12

2.2 SQUAMOUS CELL CARCINOMA PADA MATA

2.2.1 Definisi dan Epidemiologi

Karsinoma sel skuamosa adalah suatu keganasan

konjungtiva primer yang sering di dapat. Insidennya bervariasi

berdasarkan geografis, ras, usia dan kaitannya dengan HIV/AIDS.

Secara internasional insidennya bervariasi secara geografis, 0,03

hingga 3,5 per 100.000 penduduk per tahun. Di Amerika Serikat,

insidennya dilaporkan 0,13 per 100.000 penduduk. Di Australia,

insidennya diperkirakan 1,9 per 100.000 penduduk. Penelitian di

Afrika selama sepuluh tahun terakhir menunjukkan peningkatan

yang drastis jumlah kasus yang didiagnosa sebagai karsinoma

13

Page 14: Squamous Cell Carcinoma

sel skuamosa konjungtiva. Di Uganda, terdapat peningkatan

resiko 10 kali lipat karsinoma konjungtiva pada individu dengan

HIV, di Zimbabwe dilaporkan angka. Karsinoma sel Skuamosa

adalah 2 dari 100 pasien yang diperiksa. Diduga ini berkaitan

dengan infeksi virus HIV.4,5,6

Individu yang tinggal dekat khatulistiwa cenderung muncul

pada usia yang lebih muda dari pada yang tinggal jauh dari

khatulistiwa. Karsinoma sel skuamosa lebih dominan mengenai

orang Kaukasian.4,7

Lesi neoplastik epitel konjungtiva meliputi displasia,

neoplasma intraepitel, dan karsinoma sel skuamosa. Lesi ini

dibedakan secara histopatologi berdasarkan invasi ke membran

basal epitel. Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan

displasia progresif yang menembus membran basal sampai ke

substantia propria dan dapat menginvasi kornea dan sklera.2,4,8

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki

laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cendrung mengenai

umur yang lebih tua yaitu dekade ke lima dan enam (rata rata 60

tahun), dapat terjadi di usia lebih muda pada pasien dengan

xeroderma pigmentosum dan daerah tropis. Pasien dengan AIDS

mempunyai resiko 13 kali untuk berkembangnya keganasan

epitel ini.4,7

2.2.2 Patofisiologi dan Etiologi

Etiologi Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva belum

diketahui, namun diduga bahwa maturasi abnormal epitel

konjungtiva akibat kombinasi dari beberapa faktor, seperti:2,4,10

- Paparan sinar ultra violet yang berlebihan

Conjungtival sun exposure terlihat dengan adanya solar

elastosis di substantia propria. Tulvatana et al.

14

Page 15: Squamous Cell Carcinoma

menemukan bahwa solar elastosis lebih sering ditemukan

(53,3%) pada kasus neoplasma dan merupakan faktor

resiko untuk kasus neoplasma di konjungtiva.

- HPV tipe 16 dan 18. Human Papilloma Virus khususnya tipe

16 dan 18, sudah diidentifikasi pada neoplasma epitel

konjungtiva dengan immunohistochemical dan analisis

molekuler, namun peranannya masih belum jelas.

Karcioglu dan Isa telah mengidentifikasi DNA tipe 16 dan

18 pada 57% spesimen CIN, 55% dari KSSK dan 32 % pada

konjungtiva normal selama operasi katarak.

- Individu dengan HIV positive dan pasien dengan

Xeroderma Pigmentosum lebih mungkin diserang akibat

status imunologisnya.

- Faktor resiko lainnya diduga karena inflamasi yang lama,

asap rokok dan pemakaian lensa kontak yang lama.

Gambar 3 : Neoplasia epitel konjungtiva.

2.2.3 Gejala Klinis dan Diagnosis

Diagnosis karsinoma sel skuamosa ditegakkan dari

pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi

memperlihatkan perubahan dari polaritas sel dengan gangguan

maturasi seluler. Akantosis, sel atypia, dan peningkatan rasio

nukleus dan sitoplasma dapat diketahui. Karsinoma sel

skuamosa terdiri dari sel sel dengan nucleus yang besar dan

15

Page 16: Squamous Cell Carcinoma

sitoplasma eosinofilik yang banyak, dan biasanya mengenai

lapisan epitel bagian dalam. Sel tumor dapat well diferentiated

atau mudah dikenali sebagai squamous atau moderately

differentiated atau poorly differentiated atau sulit dibedakan

dengan dari keganasan lain seperti carcinoma sebaseus.8,9

Gambar 4 : Gambaran klinis karsinoma sel skuamosa pada

konjungtiva.

Sebagian besar pasien mempunyai keluhan adanya

pertumbuhan massa di mata, yang bertambah ukurannya

dengan cepat. Sering pula ditemui keluhan kemerahan atau

iritasi. Tumor ini sering terdapat di daerah inter palpebral dekat

nasal atau temporal limbus, namun bisa juga mengenai

konjungtiva palpebra atau kornea.4,9,11

Pertumbuhannya bisa berbentuk nodular, gelatin,

leukoplakia dengan pembuluh darah di sekitarnya. Tumor yang

muncul terlokalisir dapat menyerupai degenerasi konjungtiva

dan diragukan dengan pterigium, pingecula. Tipe difus juga bisa

ditemukan dan klinis menyerupai konjungtivitis kronis.Karena

16

Page 17: Squamous Cell Carcinoma

kemunculannya bervariasi, ia dapat merupakan suatu

masquerade syndrome.10,12

Dalam analisa 60 kasus karsinoma sel skuamosa

konjungtiva, Tunc dkk mendapatkan mata merah (68%) dan

iritasi okuler (57%) sebagai gejala terbanyak. Mc Kelvie dkk yang

meneliti 26 kasus lainnya, mendapatkan 77% kasus dengan

munculan suatu massa dan diagnosis preoperatif dibuat hanya

pada 3% kasus. Mauriello dkk yang mengobservasi l4 kasus

karsinoma sel skuamosa adenoid konjungtiva mendapatkan

bahwa tumor ini dapat muncul dengan tanda- tanda peradangan,

sedangkan yang lainya berupa massa yang tidak nyeri dan

pertumbuhannya lambat.4,6,7

Van Dessel pernah melaporkan kasus karsinoma sel

skuamosa konjungtiva yang memperlihatkan masquerade

syndrome uveitis. Diagnosis diketahui dari pemeriksaan sitologi

cairan COA. Dari anamnesa didapatkan bahwa beberapa minggu

sebelum terjadinya uveitis, pasien menjalani operasi pterigium

pada mata yang sama. Lesinya sedikit meninggi, bulat putih,

dikelilingi oleh pembuluh darah yang melebar dan berlokasi di

kuadran temporal atas mata kiri. Hasil patologis menunjukkan

suatu perubahan actinic atypical ringan. Spesimen biopsi

diulang, dan histopatologis mendiagnosa suatu karsinoma sel

skuamosa.13

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva bisa juga terlihat

tanpa adanya pertumbuhan massa yang jelas. Mahmood dkk

melaporkan tiga kasus dengan gambaran klinik yang tidak biasa

dari peradangan jaringan dan penipisan kornea atau sklera tanpa

adanya massa. Pada satu kasus, didapatkan riwayat trauma

sebelumnya sehingga pasien didiagnosa awal dengan ulkus

Moren's dan setelah dilakukan tap COA baru diketahui karsinoma

17

Page 18: Squamous Cell Carcinoma

sel skuamosa sedangkan pada dua kasus lainnya, didapatkan

riwayat operasi pterigium sebelumnya.2,4

Jika terdapat kecurigaan suatu keganasan sel skuamosa

konjungtiva, biopsi eksisional merupakan pemeriksaan gold

standar. Untuk lesi yang sangat besar, biopsi insisional dapat

dilakukan, namun cara yang tepat dan manipulasi minimal dari

jaringan sekitarnya penting untuk mencegah penyebaran

tumor.2,4\

Beberapa pemeriksaan dapat dilakukan pada Karsinoma

sel skuamosa konjungtiva. Pewarnaan Rose Bengal dapat

membantu untuk menentukan perluasan lesi yang tepat.

Pemeriksaan dengan slitlamp, gonioskopi dilakukan jika curiga

adanya keterlibatan intraokuler. Palpasi pembesaran kelenjar

limfe dilakukan untuk mencari metastase regional. CT Scan dan

MRI dapat membantu jika ada invasi ke orbita.2,4,8

2.2.4 Diagnosa Banding

Diagnosis banding dari karsinoma sel skuamosa pada mata

adalah sebagai berikut:4,5,8

- Pterygium : adalah selaput berdaging, penambahan

segitiga sebuah ke kornea, biasanya di sisi hidung bilateral.

Hal ini dianggap fenomena iritasi akibat sinar ultraviolet,

pengeringan, dan lingkungan berangin, karena sering

terjadi pada orang-orang yang menghabiskan sebagian

besar hidup mereka di luar rumah di cerah, berdebu, atau

berpasir, lingkungan tertiup angin. Temuan patologis di

konjungtiva adalah sama dengan pinguecula. Dalam

kornea, ada penggantian lapisan Bowman oleh hialin dan

jaringan elastis.

18

Page 19: Squamous Cell Carcinoma

Gambar 5 : Pterygium dengan penambahan kearah kornea

- Pinguekula : sangat umum pada orang dewasa. Muncul

sebagai nodul kuning di kedua sisi kornea (lebih sering di

sisi hidung) di daerah apertura palpebra. Nodul, terdiri dari

hialin dan jaringan elastis kuning, jarang bertambah besar,

tetapi peradangan umum. Secara umum, tidak ada

perawatan yang diperlukan, tetapi dalam kasus-kasus

tertentu pingueculitis, steroid topikal yang lemah

(misalnya, prednisolon 0,12%) atau obat anti-inflamasi

nonsteroid topikal dapat diberikan.

19

Page 20: Squamous Cell Carcinoma

Gambar 6 : Pinguekula

- Melanoma Maligna : Melanoma maligna dari konjungtiva

jarang terjadi. Sebagian besar berasal dari daerah melanosis

diperoleh primer, beberapa muncul dari nevi konjungtiva,

beberapa tampaknya muncul de novo. Beberapa melanositik,

sementara yang lain sangat berpigmen

-

Gambar 7 : Melanoma maligna Konjungtiva

- Tumor Kelenjar Lakrimal : Kelenjar lakrimal adalah

kelenjar yang mengeluarkan air mata dan terletak di atas

dan di samping mata. Ketika sel-sel kelenjar lakrimal

menjadi abnormal dan berkembang biak, mereka

membentuk pertumbuhan jaringan yang disebut tumor.

Sebuah tumor kelenjar lakrimal bisa jinak (non kanker)

20

Page 21: Squamous Cell Carcinoma

atau ganas (kanker, yang berarti dapat menyebar ke

bagian lain dari tubuh)

Gambar 8 : Sebuah tumor di bagian superior.

2.2.5 Penatalaksanaan

Terapi Bedah

Terapi pilihan dari karsinoma sel skuamous konjungtiva

adalah eksisi luas. Dianjurkan untuk batas eksisi 2-3 mm dari

tumor yang terlihat. Frozen section dapat menilai batas lateral

eksisitapi tidak dapat membantu menentukan batas dalam.

Setelah eksisi dapat dilakukan krioterapi pada batas konjungtiva

yang tinggal dan dasar lesi untuk menurunkan angka rekurensi.

Krioterapi dapat menghancurkan sel tumor melalui

penghancuran oleh dingin sama seperti yang diakibatkan oleh

iskemia lokal.2,4,8

Radiasi dapat digunakan sebagai terapi adjuvant, pada lesi

yang luas dengan batas yang tidak jelas dan sebagai terapi

paliatif pada kasus yang tidak dapat ditoleransi dengan operasi.

21

Page 22: Squamous Cell Carcinoma

Kearsley dkk, melaporkan 140 kasus yang diteraoi dengan

radioterapi strontium 90 dengan angka rekurensi 2,3%.2,4,7

Enukleasi diindikasikan jika terdapat perluasan ke

intraokuler dan untuk kasus lanjut dengan keterlibatan orbit4

eksenterasi adalah prosedur pilihan.4,8

Terapi Medis

Terapi dengan anti metabolit 5FU (5 Fluorouracil),

Mytomicin C (MMC) telah digunakan sebagai terapi adjuvant

dalam manajemen keganasan konjungtiva. Obat ini diindikasikan

pada lesi lesi rekuren setelah eksisi primer, batas yang tidak

bebas tumor pada pemeriksaan histopatologi dan lesi yang difus

dan luas.4,8

Midena dkk menunjukkan bahwa kemoterapi konjungtiva

topical 5 FU l% tetes mata, efektif sebagai terapi adjur'.ctif

karsinoma sel skuamosa konjungtiva dan tidak didapatkan

komplikasi yang serius. Kemp yang memberikan mitomicin C

0,04 % tetes mata sebelum operasi dan pemberian MMC 0,4

mg/ml intra operasi, dalam manajemen keganasan konjungtiva

yang rekuren dan difus mendapatkan hasil yang memuaskan.13,17

Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa Konjungtiva

menurut Kelompok Seminar Onkologi Mata, Bedah Plastik dan

Rekonstruksi Mata adalah sebagai berikut:

1. Bila tumor di konjungtiva bulbi

- Diameter tumor l-2 mm : Eksisi 2-3 mm dari batas

makroskopik tumor, diikuti dengan pengobatan krioterapi -

700oC

- Diameter tumor 2 -5 mm : Bila eksisi luas tidak

memungkinkan dianjurkan enukleasi atau eksenterasi

- Diameter >5 mm : Eksenterasi.

22

Page 23: Squamous Cell Carcinoma

2. Bila tumor sudah menginvasi orbita

- Tanpa pembesaran KGB regional : Eksenterasi, dan bila

operasi tidak bebas tumor diberikan radioterapi loco

regional.

- Dengan pembesaran KGB regional: Eksenterasi, Diseksi

KGB dan radioterapi loco regional.

3. Bila didapat invasi tumor ke intrakranial, sinus

paranasal, pembesaran KGB tanpa metastase jauh:

- Operasi bersama dengan bagian lain jika memungkinkan

- Bila inoperabel, dapat dilakukan debulking tumor yang

dilanjutkan dengan radioterapi

4. Bila didapatkan metastase jauh:

- Pemberian Sitostatika

- Radioterapi Loco regional

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi utama adalah rekurensi, yang umumnya terjadi

dalam tahun pertama setelah eksisi, tapi juga bisa terlambat

sampai 5 tahun. Rekurensinya jarang terutama pada eksisi yang

komplit. Temuan histopatologi dan batas eksisi juga

mempengaruhi angka rekurensi. Tunc dkk mendapatkan angka

rekurensi 4,5% dan 5,3% masing-masing untuk neoplasma

intraepitel dan karsinoma sel skuamosa konjungtiva. Dengan

eksisi lengkap, angka rekurensi kurang dari 10%.4,8

Invasi intraokuler dilaporkan 2-8% kasus dan invasi orbita

l2 – 18% kasus. Tunc, mendapatkan angka lebih tinggi yaitu l3%,

invasi orbita 11%. Mc Kelvie, mendapatkan invasi intraokuler l3%

dan invasi ke orbita 15%.4,6

Metastase karsinoma sel skuamosa ke kelenjar limfe

preaurikuler dan servikal, pemah dilaporkan insidennya 0-4%.

23

Page 24: Squamous Cell Carcinoma

Zimmerman dkk, hanya mendapatkan 4 kasus dari 87 kasus

karsinoma sel skuamosa. Metastase ke kelenjar parotis, paru dan

tulang juga pernah dilaporkan.9

2.2.7 Prognosis

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan

keganasan tipe low grade malignancy. Prognosis umumnya baik,

namun hal itu juga terganrung pada ukuran lesi, temuan

histopatologis, eksisi yang komplit. Angka kematian yang

dilaporkan bervariasi, Tunc yang menganalisa 60 kasus

karsinoma sel skuamosa konjungtiva mendapatkan angka

kematian 0%, beberapa melaporkan tinggi sampai 4-8%.4,6,8

BAB III

KESIMPULAN

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva merupakan

keganasan konjungtiva yang paling sering di Amerika Serikat.

Insidennya bervariasi dari 0,03 hingga 3,5 kasus per 100.000

penduduk, tergantung lokasi geografik.

Karsinoma konjungtiva paling sering muncul pada limbus di daerah fisura

palpebra dan jarang muncul pada daerah konjungtiva yang tidak terpapar.

Beberapa jenis tumor dapat menyerupai pterigium. Sebagian besar memiliki

permukaan seperti gelatin. Kekambuhan umum terjadi jika lesi tidak sempurna

dieksisi. Penggunaan adjunctive cryotherapy, mitomycin C topikal, atau

fluorouracil dapat membantu untuk mencegah kekambuhan.

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva lebih sering pada laki

laki (75%) dibandingkan wanita (25%) dan cenderung mengenai

umur yang lebih tua dekade ke lima dan enam, dapat juga terjadi

pada usia muda dengan xeroderma pigmentosum. Diagnosis

ditegakkan dari pemeriksaan histopatologi.

24

Page 25: Squamous Cell Carcinoma

Gejala klinis keganasan ini sangat bervariasi. Tumor ini

sering terdapat di daerah interpalpebral dekat nasal atau

temporal limbus. Pertumbuhannya bisa lokal dan difus. Karena

munculannya bervariasi, sehingga diagnosa bisa terlambat.

Karsinoma sel skuamosa konjungtiva umumnya low grade

malignancy. Rekurensi lokal sering terutama pada eksisi yang

tidak komplit, tapi perluasan ke intraokuler dan metastase jauh

jarang. Pilihan terapi pada keganasan epitel konjungtiva adalah

eksisi massa tumor dengan atau tanpa krioterapi, radioterapi,

dan kemoterapi topical.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, S. 2008. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.

2. Vaughan, D.G., Asbury, T., et al. 2007. General Oftalmologi. Edisi 17. London: McGraw Hill.

3. Midena E et al. Treatment of Conjunctival Squamous Cell Carcinoma With Topical 5 Fluorouracil. Br J Ophthalmology 2000 ;84 :268-272.

4. Tunc M, et al. Intraepithelial and Invasive Squamous Cell Carcinoma of The Conjunctiva : analysis of 60 cases. Br J Ophthalmology 1999; 83 : 98-103.

5. Poole, TRG. Conjunctival squamous cell carcinoma in Tanzania. British Joumal of Ophthalmology 1999 ; 83 (2) : 177-179.

6. McKelvie PA et al. Squamous cell carcinoma of the conjunctiva : a series of 26 cases. British Journal of Ophthalmology 2002; 86 : 168-173.

25

Page 26: Squamous Cell Carcinoma

7. Mauriello JA. Adenoid Squamous Carcinoma of the conjunctiva – a clinicopathological study of 14 cases. British Journal of Opthalmology 1997; 81(11): 1001-1005.

8. American Academy of Ophtalmology. Clinical Approach to Neoplastic Disorder of the Conjunctiva and Cornea. In : External Disease and Cornea. BCSC Section 8, 2003-2004:241-246.

9. Jacoebiec FA et al. 2005. Secondary and Metastatic Tumours of The Orbit. In: Duane's Clinical Ophthalmology. Vol 2. Chap 46. Philladelphia: Lippincott Raven.

10. Tulvatana, W. et al. Risk factors for conjungtival squamous cell neoplasia : a matched case-control study. British Journal of Ophthalmology 2003 ; 87 : 396-398.

11. Crawford, JB. 2005. Conjunctival Tumours. In: Duane's Clinical Ophthalmology. Vol 4. Chap. 10. Philladelphia: Lippincott Raven.

12. Squamous Carcinoma and Intraepithelial Neoplasia of the Conjunctiva. Diakses dari: www. eye cancer.com. 2013.

13. Van Dessel P, et al. Invasive Squamous Cell Carcinoma of The Conjunctiva. Bull. Soc. Gelge Ophthalmol 2000 ;278;43-47

26