Sptb Em Technology

47
PERAN MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAH ORGANIK Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista, dan alga renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu memperbanyak diri secara mitosis. Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan

description

ddddddddddddddddddddddd

Transcript of Sptb Em Technology

PERAN MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAHORGANIKMikroorganisme atau mikroba adalahorganismeyang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali berseltunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapaprotistabersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihatmatatelanjang.Virusjuga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak bersifat seluler. Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiolog. Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semuaprokariota,protista, danalgarenik.Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentukhifa, dapat pula dianggap sebagai bagiannya, meskipun banyak yang tidak menyepakatinya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan dalam cawan petri atauinkubatordi dalamlaboratoriumdan mampu memperbanyak diri secaramitosis.Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.

MACAM-MACAM MIKROORGANISME DALAM PEMBUSUKAN SAMPAHProses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutaneffective microorganismeyang disingkat EM. EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya. Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus microorganisme fermentor. Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri fotosintetik,Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast),Actinomycetes.Teknologi EM (Effective Mikroorganism) dapat digunakan dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan, lingkungan, kesehatan dan industri. Meski sudah banyak kalangan masyarakat yang menggunakan tapi tidak banyak yang tahu tentang EM, komposisi kandungan, fungsi dan jenis-jenis EM.EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok, 10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah. Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar tanaman.Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.Actinomicetes menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan organik secara cepat yang menghasilkan alkohol ester anti mikroba, menghilangkan bau busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan dengan menghilangkan pakan.Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanahlactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah, menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging, meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.Jenis-jenis EM yang ada seperti EM1 yang berupa media padat berbentuk butiran yang mengandung 90% actinomicetes. Berfungsi untuk mempercepat proses pembentukan kompos dalam tanah. EM2 terdiri dari 80 species yang disusun berdasarkan perbandingan tertentu.Berbentuk kultur dalam kaldu ikan dengan pH 8,5. dalam tanah mengeluarkan antibiotik untuk menekan patogen. EM3 terdiri dari 95% bakteri fotosintetik dengan pH 8,5 dalam kaldu ikan yang berfungsi membantu tugas EM2. Sakarida dan asam amino disintesa oleh bakteri fotosintetik sehingga secara langsung dapat diserap tanaman. EM4 terdiri dari 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. EM5 berupa pestisida organik.SAMPAH ORGANIKPersampahan merupakan masalah yang tidak dapat diabaikan, karena di dalam semua aspek kehidupan selalu dihasilkan sampah, disamping produk utama yang diperlukan. Sampah akan terus bertambah seiring dengan banyaknya aktifitas manusia yang disertai semakin besarnya jumlah penduduk di Indonesia.Sampah merupakan bahan padat sisa proses industri atau sebagai hasil sampingan kegiatan rumah tangga. Sampah telah banyak menimbulkan masalah, utamanya di negara berkembang. Masalah yang lazim muncul akibat keberadaan sampah misalnya dampak pencemaran lingkungan, seperti timbulnya bau yang kurang sedap, sanitasi air yang berbahaya dan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Disamping itu dari sudut pandang estetika, tidak baik (kumuh). Namun apabila dikelola dengan baik dan benar maka sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya alam yang berguna.Di dalam semua aspek kehidupan manusia selalu menghasilkan sampah (by-product) disamping produk utama yang diperlukan atau digunakan. Untuk daerah pedesaan, dimana pertanian merupakan kegiatan/ pekerjaan utama dimana sampah yang dihasilkan jumlahnya sedikit yang mana sampah tersebut dapat diuraikan sendiri oleh alam, dimana hewan memakan sisa makanan dan bahan- bahan lain dapat dibuang ke tanah dengan demikian dapat menguraikan sampah tersebut.Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.Proses dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara, tanah, air, dan sumber lainnya, lalu di dalamnya terjadi proses mikrobiologis. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses tersebut berjalan lancar adalah perbandingan nitrogen dan karbon (C/N rasio) di dalam bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan didalamnya. Indikator yang menunjukkan bahwa proses dekomposisi senyawa organik berjalan lancar adalah adanya perubahan pH dan temperatur. Proses dekomposisi akan berjalan dalam empat fase, yaitumesofilik,termofilik, pendinginan, dan masak.Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dsb (Pramatmaja, 2008).Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakanlimbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan- perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomis tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga setengah padat, dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun benda bukan logam, yang dapat terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-benda tersebut dapat berubah menurut cara pengangkutannya atau cara pengolahannya (Pramatmaja, 2008).Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. sampah organik dibedakan menjadi sampah organik yang mudah membusuk (misal: sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah) dan sampah organik yang tidak mudah membusuk (misal : plastik dan kertas). Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan yang tanpa akhir. Oleh karena itu diperlukan sistem pengelolaan sampah yang baik. Sementara itu, penanganan sampah perkotaan mengalami kesulitan dalam hal pengumpulan sampah dan upaya mendapatkan tempat atau lahan yang benar-benar aman. Maka pengelolaan sampah dapat dilakukan secarapreventive, yaitu memanfaatkan sampah salah satunya seperti usaha pengomposan (Sulistyorini, 2005).Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea. Sampah kota bisa juga digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah kota harus terlebih dahulu dipilah- pilah, kompos yangrubbishharus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi yang nantinya dimanfaatkan sebagi kompos hanyalah sampah-sampah jenis garbagesaja. Berbeda dengan proses pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Kompos dapat digunakan untuk tanaman hias, tanaman sayuran, tanaman buah-buahan maupun tanaman padi disawah. Bahkan hanya dengan ditaburkan diatas permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah tersebut dapat dipertahankan atau dapatditingkatkan. Apalagi untuk kondisi tanah yang baru dibuka, biasanya tanah yang baru dibuka maka kesuburan tanah akan menurun. Oleh karena itu, untuk mengembalikan atau mempercepat kesuburannya maka tanah tersebut harus ditambahkan kompos (Sulistyorini, 2005).PERAN BAKTERI TERHADAP PEMBUSUKAN SAMPAHPada hakekatnya sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang bernilai ekonomis. Proses pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 12 minggu, sedang apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik tersebut ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan cacing). Cara ini biasanya memerlukanwaktu relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Pembuatan pupuk organik (kompos) dengan cara baru, telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pupuk organik hasil pemrosesan secara konservatif (Asngad, 2005)Penanganan sampah menjadi pupuk organik memberikan banyak keuntungan, misalnya dapat memberdayakan ekonomi masyarakat,sebagai alternatif pengadaan lapangan kerja, bahannya melimpah dan mudah diperoleh, serta peluang pasarnya sangat baik. Dengan adanya cara yang baru, yaitu pemberian inokulan ( EM-4, Kotoran ayam dan cacing) pada pengolahan pembuatan pupuk organik dapat mempercepat dan meningkatkan kualitas pupuk organik. Dengan adanya beberapa keuntungan tersebut maka dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah lingkungan, juga dapatdigunakan sebagai bahan penyubur tanah. Pupuk organik sendiri bukanlah pupuk utama tetapi apabila diberikan pada tanah dapat memperbaiki tekstur tanah, karena pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas biologis dalam tanah, yang menyebabkan cacing tanah dapat hidup subur dan menyebabkan tanah lebih gembur sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Struktur tanah dapat diperbaiki dengan meningkatnya porositas tanah, sehingga tanah menjadi gembur. Perbedaan teknik tersebut berkaitan dengan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguraian (dekomposisi) bahan bahan sampah, yaitu pengaturan aerasi, suhu, kelembaban, jenis jasad pengurai (dekompucer), jenis sampahnya, kondisi sampah (utuh atau dipotong terlebih dahulu dan ukuran potongan) serta adanya bahan bahan tambahan seperti abu dan kapur. Untuk jenis jasad pengurai dan metode pembuatan pupuk organik perlu dikaji lebih lanjut, mengingat kedua hal tersebut cukup relevan dengan kualitas pupuk organik, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada peranan pupuk organik (Asngad, 2005)Sampah organik dan limbah organik dapat memberi manfaat kepada manusia setelah terlebih dahulu dirobah menjadi pupuk organik oleh peranan bakteri menguntungkan bagi manusia. Bakteri saprofit berperanan menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, sisa-sisa atau kotoran organisme. Bakteri sahabat manusia (probiotik) tersebut menguraikan protein, karbohidrat dan senyawa organik lainnya.Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen (anaerobik), material organik akan menjadi gas amoniak, hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4) dan senyawa lain yang lebih sederhana. Sementara dalam kondisi cukup oksigen (aerobik), penguraian akan menghasilkan H2O dan CO2, serta senyawa lain dalam bentuk nutrisi. Oleh karenanya, keberadaan bakteri jenis saprofit ini, sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan, dengan cara ini, bakteri membersihkan dunia dari sampah dan limbah organik. Tanpa kehadiran si jasad renik ini, niscaya bumi kita akan penuh oleh sampah organik dan limbah organik, yakni segala material yang berasal dari jasad mati, berdampingan dengan jasad hidup.

Bakteri, agar dapat dikelola pemanfaatannya, dapat diisolat kemudian dibiakan di laboratorium serta kemudian disimpan dalam media, dengan ditambahkan nutrisi secukupnya, tergantung masa dorman yang diinginkan. Makin banyak sediaan nutrisinya, masa hidup bakteri dalam media ini akan lebih lama dibanding jika nutrisi terbatas. Salah satunya yang kini ada di pasaran adalah konsorsium aneka jenis bakteri, ragi dan fungi dalam aktivator Green Phoskko (GP-1), yang diketahui dan telah dirasakan bermanfaat membantu manusia dalam peranannya sebagai pengurai (dekomposer) sampah dan segala material organik. Konsorsium mikroba probiotik (sahabat manusia) ini disajikan dalam bentuk tepung ( powder), dikemas dalam pack per 250 gram, sehingga bisa dimobilisasi atau dibawa dengan mudah. Berisi bakteri aktinomycetes- spesies aktinomyces naeslundii, Lactobacillus spesies delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, Cellulolytic Bacillus Sp, ragi, dan jamur dengan populasi 10 pangkat 7 per gram Cfu. Konsorsium bakteri, dalam aktivator bagi pembuatan pupuk organik ini, tergolong mesofilik hingga termofilik, artinya hidup optimal pd suhu 30 sd 55 serta 60 sd 80 derajat Celcius.Mikroba pengurai, atau dekomposer ini berfungsi melapukan atau mendekomposisi sampah organik dan bahan organik (limbah kota, pertanian, peternakan, tinja, urine, sisa makanan, dan material organik lainnya). Pada kondisi kelembaban, suhu, porositas dan aerasi yang sesuai dengan kebutuhannya, bakteri ini akan bekerja terus menerus tanpa henti, atau akan mendekomposisi material organik dengan cepat. Misal, pada penggunaan dalam penguraian bahan organik (pengomposan) didalam komposter atau skala alat rotary kiln, 5 hari bisa menyelesaikan tugasnya mengurai aneka bahan organik tersebut.Cepatnya proses pengkomposan sebagai bentuk penguraian kembali bahan organik menjadi material bersifat tanah, akan meningkatkan daya tarik dalam pembuatan kompos. Bakteri, yang bekerja tanpa henti, akan menghilangkan kesempatan bakteri lawannya atau merugikan (patogen) memproduksi amoniak, methan dan H2S -yang kemudian dipersepsikan masyarakat sebagai bau busuk sampah. Dengan bakteri bekerja terus menerus, akan menekan pertumbuhan mikroba patogen, atau berbeda dengan apa yang terjadi pada kondisi tanpa oksigen (anaerobik). Dengan saling melengkapi peranan (simbiosis) antara teknologi mikrobiologi dan alat mesin rotary kiln, akan menurunkan biaya pengomposan karena efisiensi dari aspek waktu, tenaga kerja dan luas lahan bagi keperluan penumpukan sampah. Resistensi (penolakan) tetangga akan suatu pembuatan kompos berbahan sampah dan limbah organik di sekitar pemukiman pun tidak terjadi lagi, karena memang tidak berbau.

Bekerjanya bakteri tanpa henti ini akan berlangsung, ketika lingkungan mikro dikelola oleh fungsi rotary kiln dalam hal menjamin kecukupan oksigen (aerasi), menjaga kestabilan PH, menjaga temperatur, dan kelembaban. Namun persisnya kebutuhan lingkungan mikro, berbeda bagi tiap jenis bakteri satu dengan bakteri lainnya. Untuk itu, pada teknologi Biophoskko, dibuatlah desain komposter dan rotary kiln, sedemikian rupa, hasil perhitungan yang cermat berdasar kebutuhan aneka jenis bakteri khusus sebagaimana terdapat dalam Green Phoskko (GP-1) tersebut. Karenanya, dalam kepentingan mengolah sampah dan membuat kompos secara sempurna ( cepat, higienis, tidak berbau, tidak menghidupkan hewan kecil dan serangga, serta bermutu baik yakni CN ratio< 20, gembur tanpa harus dihancurkan oleh mesin) diperlukan kesesuaian ( compatible) antara alat ( media komposter) dan jenis bakterinya sebagai satu kesatuan. Tanpa itu, membuat pupuk organik (kompos) akan beresiko menimbulkan gas methan dan H2S sebagai polutan ( bau, cairan lindi, binatang) dan akan dipersepsikan rumit, lama, merugikan, menjijikan dan berbau. Itulah pangkal masalah banyaknya instalasi pengolahan sampah maupun produksi pupuk organik di perkotaan mendapat penolakan warga sekitar.PRODUK-PRODUK BIO SUPER ACTIVE (BSA)

BSA POC BSA DECOMPOSER BSA PENETRALISIR LIMBAH BSA PUPUK HAYATIBSA POC

Sudah dikenal secara luas oleh konsumen khususnya para petani tanaman pangan maupun para pehobis, hasilnya tidak diragukan lagi, bisa dilihat posting yang lalu Pupuk Organik Cair Bio Super Active BSA DECOMPOSER

Dibuat dengan menggunakan teknik pencampuran bakteri yang menguntungkan diantaranya mikroba selulolitik, fotosintetik, pemantap agregat tanah, lignolitik , pengurai , anti pathogen dll.Hasilnya tentu saja dapat digunakan untuk mempercepat proses decomposisi limbah organik, meningkatkan tersedianya nutrisi tanaman dan mampu menekan aktivitas mikro organisme yang merugikan (pathogen).MANFAAT dan KEUNGGULAN Memperbaiki sifat fisik , kimia, dan biologi tanah. Sebagai katalisator dalam proses fermentasi bahan organik dalam tanah. Melapukkan bahan organik serta mempercepat proses pembuatan kompos. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah yang menguntungkan tanaman. Menetralisir kadar racun tanah akibat dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida Menguraikan bahan organik menjadi senyawa dasar hara yang siap diserap tanaman. Menetralisir kadar pH tanah. Menekan dan menghilangkan mikro organisme yang merugikan (pathogen). Sebagai media starter dalam proses fermentasi pembuatan pestisida nabatiBSA PENETRALISIR LIMBAH

Di buat dengan menggunakan bakteri (mikroba) : selulolitik, lignolitik, proteolitik, pengurai, ragi , anti pathogen dll.MANFAAT & KEUNGGULANDengan cepat menetralisir bau tidak sedap pada limbah buangan organik padat/ cair (limbah ternak, pabrik, hotel, rumah sakit, sampah kota, rumah makan, sampah rumah tangga, dll) Mempercepat penguraian dan menurunkan kapasitas tinja dalam septik tank sehingga tidak cepat penuh. Digunakan untuk perawatan WC/ Wastafel agar tidak mampet dan berbau. Mampu menurunkan dan menekan kadar polusi dan kadar racun dalam proses penguraian bahan organik. Menetralisir air dari zat yang merugikan di tambak/kolam, sehingga dapat menyehatkan dan menekan tingkat kematian ikan/ udang. Aman digunakan karena tidak beracun dan ramah lingkungan.BSA PUPUK HAYATI

Dibuat dengan menggunakan mikroba penambat N, pelarut K, Penghasil hormon, anti pathogen, pelarut P, pemantap agregat tanah, bakteri pengurai dll.MANFAAT Dan KEUNGGULAN Mengandung mikro organisme penambat N, pelarut P dan K, vitamin dan asam amino yang bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan tanaman. Melindungi akar dari mikroorganisme pathogen serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Berfungsi sebagai pengurai bahan organik sehingga dapat memperbaiki struktur tanah dan tersedianya unsur hara bagi tanaman. Mempercepat proses penyerapan unsur hara sehingga meningkatkan produktivitas tanaman. Digunakan sebagai inokulasi bakteri Rhizobium sp pada tanaman kedelai atau kacang2an. Bersinergi positif dengan lingkungan dan tidak membunuh musuh alami. Dapat diaplikasikan kesemua jenis tanaman .PERAN KONSORSIUM MIKROORGANISME DALAM LIMBAH KOTORAN SAPI MENJADI KOMPOSMemanfaatkan limbah sapi yang berupa kotoran atau feses dan air seni diolah menjadi kompos atau pupuk organik sangat berguna bagi tanaman dan ini sangat membantu Pemerintah dalam menangulangi pencemaran lingkungan hasil limbah kotoran sapi tersebut. Arti dari pengkomposan adalah proses penguraian limbah padat organik menjadi materi yang stabil oleh mikroorganisma dalam kondisi terkendali. Proses penguraian tersebut dilakukan oleh konsorsium mikroorganisma, jasad renik yang kasat mata. Mikroorganisma yang bekerja merupakan organisme yang memerlukan udara/ oksigen sehingga tidak timbul bau yang menyengat. Untuk mengoptimalkan kerja mikroorganisma tersebut diperlukan beberapa pengendalian antara lain pengendalian terhadap kelembaban, aerasi, dan temperatur untuk menghindari terjadinya proses yang dapat menimbulkan bau busuk.Limbah padat organik biasanya mengandung berbagai mikroorganisma yang mampu melakukan proses pengkomposan. Ketika limbah organik dipaparkan di udara dan kandungan airnya sesuai, maka mikroorganisma mulai bekerja. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisma memerlukan pasokan makan yang mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk pertumbuhan dan reproduksi mereka. Kebutuhan makanan tersebut disediakan oleh limbah organik . Mikroorganisma kemudian melepaskan karbondioksida, air dan energi dan berkembang biak.Energi dilepaskan sebagai panas. Akibat dari Energi yang dilepaskan, tumpukan bahan yang dikomposkan akan melewati tahap penghangatan. Pada minggu pertama dan kedua proses pengomposan, energi panas yang dilepaskan oleh bakteri termofilik dapat mengakibatkan suhu tumpukan kompos mencapai 70 derajat celcius. Kemudian sejalan dengan waktu suhu kompos akan menurun karena aktivitas mikroorganisme termofilik mulai menurun dan digantikan oleh mikroorganisme mesotilik. Penurunan suhu pada akhir minggu ke-enam biasanya telah mencapai 40 derajat celcius dan kompos sudah dapat dipanen. Tempat yang digunakan adalah ruangan terbuka yang beratap lantai, proses aerasinya alamiah dan pembuatan tumpukannya dibuat memanjang dengan ukuran yang tertentu. Untuk mengendalikan proses tersebut, setiap waktu tertentu tumpukan dibalik dan disiram dengan air seperlunya.Limbah peternakan sebagian besar berupa bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa apabila dikelola dengan cara yang benar dan tepat peruntukkannya, limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial bermanfaat. Sejak dahulu limbah peternakan sudah digunakan oleh petani sebagai bahan sumber pupuk organik, namun karena pengaruh intensifikasi pertanian, pemanfaatan tersebut semakin berkurang. Selain itu juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi pengolahan limbah peternakan yang masih belum mampu memenuhi tuntutan kebutuhan petani pada masa itu. Pengolahan limbah sebagai pupuk masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Teknologi yang tepat dan benar belum dikembangkan.Konsorsium Bakteri Bagi Pengolahan Sampah Green Phoskko Activator Kompos Phoskko A per container 250 gr bahan organik limbah kota pertanian peternakan dan lain lainnyaLimbah peternakan khususnya ternak sapi merupakan bahan buangan dari usaha peternakan Bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang mengandung bahan organik sepertiEM 4 Peternakan mampu memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak bakteri pengurai bahan organic menekan pertumbuhan bakteri pathogenTeknik pengomposan merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk menanggulangi limbah feses sapi potong. Dengan cara ini, biaya operasional relatif lebih murah dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Selain itu dengan pengomposan juga dapat memperkaya unsur hara pupuk organik yang dihasilkan dari pengolahan limbah peternakan tersebut, namun demikian data mengenai pengomposan yang tepat untuk menangani limbah peternakan, khususnya limbah sapi potong belum diperoleh informasi yang lengkap.Teknik pengomposan merupakan salah satu cara pengolahan limbah yang memanfaatkan proses biokonversi atau transformasi mikrobial. Biokonversi itu sendiri adalah proses-proses yang dilakukan oleh mikroorganisme untuk merubah suatu senyawa atau bahan menjadi produk yang mempunyai struktur kimiawi yang berhubungan. Proses biokonversi limbah dengan cara pengomposan menghasilkan pupuk organik yang merupakan hasil degradasi bahan organik. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah bahan organik limbah sudah terdegradasi dengan baik adalah perubahan bahan organik limbah menjadi unsur hara, terutama unsur hara makro, seperti N total, P2O5dan K2O.Dari berbagai produk beternak sapi tersebut, salah satu yang menjadi masalah, sehingga bisa merepotkan pemilik ternak adalah kotoran sapi. Betapa tidak. Untuk seekor sapi betina bisa menghasilkan kotoran antara 8 sampai 10 kilogram/harinya. Jika sapi yang diperlihara jumlahnya banyak dan cara pemeliharaannya dibiarkan berkeliaran di berbagai tempat, tanpa pengkandangan dan pemeliharaan yang baik, dapat dipastikan kotoran sapi akan berceceran dimana-mana. Hal tersebut tentu tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena selain mengganggu dan mengotori lingkungan, juga sangat berpotensi untuk menimbulkan penyakit bagi masyarakat sekitarnya.Agar kotoran sapi tidak terbuang dengan sia sia, maka kotoran ini dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang baik untuk tanaman. Pembuatan pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Penggunaan mikroba sebagai aktiVator untuk memperoleh kompos dengan kualitas yang baik tergantung kepada bahan bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama pengomposan.Salah satu aktivator atau dekomposer yang sering digunakan adalah Stardec atau Starbio. AktivatorStardecberisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebutlignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitikdan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik.Mikroba mikroba tersebut mempunyai peran peran tersendiri hingga mampumemperbaiki dan mempercepat proses pengomposan yang kita lakukan. Mikroba tersebut adalah sebagai berikut:Mikroba lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan lignoselulose menjadi selulose dan lignin. Lignin ini kemudian diuraikan lagi oleh enzim lignase menjadi derivate lignin yang lebih sederhana sehingga mampu mengikat NH4.Mikroba selulotik akan mengeluarkan enzim selulose yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi selulosa lalu dihidrolisis lagi menjadi D-glukosa dan akhirnya didokumentasikan sehingga menghasilkan asam laktat, etanol, CO2 dan ammonia.

(Gbr.Clustridium sp)Bakteri proteolitik adalah bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler.Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok: Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, tidak membentuk spora, misalnyaPseudomonasdanProteus. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif, membentuk spora, misalnyaBacillus. Bakteri anaerobik pembentuk spora, misalnya sebagian spesiesClostridium.Mikroba proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak proteinmenjadi polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan air.

(Gbr.Pseudomonas sp)Mikroba lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakanlemak.

(Gbr.Cellulomonas sp)Mikroba amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah karbohidrat menjadi volatile fatty acids dan keto acids yang kemudian akanmenjadi asam amino.Pada mikroba fiksasi nitrogen merupakan bakteri yang hidup pada bintil-bintil akar tanaman kacang-kacangan ini hidup bersimbiosis, dan bintil akar tumbuh karena rangsangan dari zat tumbuh yang dihasilkan oleh bakteri tersebut dan juga dapat menyuburkan tanah. Selain itu ada pula beberapa jenis bakteri yang mampu memfiksasi N2(nitrogen bebas dari udara) di atmosfer ke dalam tanah, yang kemudian N2ini akan dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam pembentukan protein. Bakteri tersebut antara lain,Azotobactervinelandii,ClostridiumpasteurianumdanRhodospirillumrubrum. Mikroba bakteri fiksasi nitrogen non simbiotik diperkirakan dapat mengikat 5 20 gram nitrogen dari 1.000 gram bahan organik yang dirombak.

(Gbr. Azotobacter vinelandii)

( Gbr.Rhodospirillum sp)Proses PengomposanProses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o 70oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 40% dari volume/bobot awal bahan.Pada proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S.

Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan.

Skema Proses Pengomposan Aerobik

Kelebihan dan KekuranganKelebihan bakteri ini adalah dapat menguraikan sampah berupa botol plastik. Plastik sangat sulit untuk didaur ulang dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Penemuan ini sangat berguna karena dapat menekan angka sampah berupa botol plastik. Selain mengurangi jumlah sampah botol plastik, bakteriPseudomonastersebut dapat menghasilkan alat-alat kedokteran. Selain itu, penemuan ini merupakan gerbang bagi para peneliti untuk penemuan-penemuan selanjutnya mengenai daur ulang sampah berupa botol plastik.Akibat Sampah yang Bertumpuk

Sampah perkotaan adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari bahan organic dan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan, yang timbul di kota.Lingkungan menjadi terlihat kumuh, kotor dan jorok yang menjadi tempat berkembangnya organisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan manusia, merupakan sarang lalat, tikus dan hewan liar lainnya. Dengan demikian sampah berpotensi sebagai sumber penyebaran penyakit.Sampah yang membusuk menimbulkan bau yang tidak sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Air yang dikeluarkan (lindi) juga dapat menimbulkan pencemaran sumur, sungai maupun air tanah.Sampah yang tercecer tidak pada tempatnya dapat menyumbat saluran drainase sehingga dapat menimbulkan bahaya banjir.Pengumpulan sampah dalam jumlah besar memerlukan tempat yang luas, tertutup dan jauh dari pemukiman.Berdasarkan uraian tersebut pengelolaan sampah tidak cukup hanya dilakukan dengan manajemen 3P (Pengumpulan, Pengangkutan dan Penimbunan di TPA). Sampah dikumpulkan dari sumbernya kemudian diangkut ke TPS dan terakhir ditimbun di TPA, tetapi reduksi sampah dengan mengolah sampah untuk dimanfaatlkan menjadi produk yang berguna perlu dipikirkan.Faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah perkotaan, antara lain:1) Kepadatan dan penyebaran penduduk.2) Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.3) Karakteristik sampah.4) Budaya sikap dan perilaku masyarakat.5) Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).6) Rencana tata ruang dan pengembangan kota.7) Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.8) Biaya yang tersedia.9) Peraturan daerah setempat.Paradigma Penanganan SampahPenumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di Indonesia masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan, karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi. Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan pembuangan akhir. pengurangan sumber sampah untuk industri berarti perlunya teknologi proses yang nirlimbah sertapackingproduk yang ringkas/ minim serta ramah lingkungan. Sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak boros dalam penggunaan barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik, alumunium, gelas, logam dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik diolah, salah satunya dengan pengkomposan.CARA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK KOMPOS

Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EMPupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri (microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EMPembuatan bakteri penghancur (EM).Bahan-bahan :Susu sapi atau susu kambing murni. Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus. Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir (perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.Alat-alat yang diperlukan :Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.Cara pembuatan : Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain yang tidak diperlukan mati. Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan. Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing. Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung. Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket. Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang. Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri.Cara Pembiakan BakteriUntuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:Bahan dan Komposisi 1 liter bakteri 3 kg bekatul (minimal) kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu) kg terasi 5 liter airAlat dan Sarana: Ember Pengaduk Panci pemasak air Botol penyimpan Saringan (dari kain atau kawat kasa)

Cara Pembiakan: Panaskan 5 liter air sampai mendidih. Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu), lalu aduk hingga rata. Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan). Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari. Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10 menit. Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari udara). Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini. Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.MEMBUAT KOMPOS SKALA RUMAH TANGGA

Salah satu dari pola hidup hijau yang dapat kita laksanakan adalah mengelola sampah organic rumah tangga, dengan membuatnya menjadi kompos. Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organic organic.Pembuatannya tidak terlalu rumit, tidak memerlukan tempat luas dan tidak memerlukan banyak peralatan dan biaya. Hanya memerlukan persiapan pendahuluan, sesudah itu kalau sudah rutin, tidak merepotkan bahkan selain mengurangi masalah pembuangan sampah, kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sendiri, tidak perlu membeli.Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah, zat makanan yang diperlukan tumbuhan akan tersedia. Mikroba yang ada dalam kompos akan membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Tanah akan menjadi lebih gembur. Tanaman yang dipupuk dengan kompos akan tumbuh lebih baik. Hasilnya bunga-bunga berkembang, halaman menjadi asri dan teduh. Hawa menjadi segar karena oksigen yang dihasilkan oleh tumbuhan.Bagaimana Kompos TerjadiSampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.PeralatanDi dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.Cara Pengomposan Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengola Sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan . Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.

Cara Membuat Pupuk Cair OrganikBahan dan Alat: 1 liter bakterI 5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu, dan lain-lainnya) 0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya 1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air 30 kg kotoran hewan Air secukupnya Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapatCara Pembuatan: Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember. Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember. Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat. Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka. Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan. Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air, terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.Kegunaan: Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari. Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur), tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan. Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain, terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.Cara Membuat Pupuk Hijau OrganikPupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses dengan bantuan bakteri.Bahan dan Komposisi: 200 kg hijau daun atau sampah dapur. 10 kg dedak halus. kg gula pasir/gula merah. liter bakteri. 200 liter air atau secukupnya.Cara Pembuatan: Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi. Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun. Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air. Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah Aduk hingga rata. Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat. Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan

PERTANIAN TERPADU DENGAN TEKNOLOGI EFFECTIVE MICROORGANISM (EM)

Pertanian terpadu merupakan suatu metode pertanian dimana lahan yang tersedia dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menghasilkan produk pertanian yang beragam dengan kualitas tinggi.

Metode ini biasanya dilakukan dengan cara konvensional, yaitu limbah komoditas pertanian tertentu didaur ulang secara maksimal sebagai sumber masukan energi untuk melakukan aktivitas pertanian lainnya.

Dalam prosesnya, masih banyak energi yang dimasukkan dari luar untuk menunjang terlaksananya seluruh aktivitas untuk menghasilkan produk pertanian, sehingga dapat disimpulkan masing-masing unit pertanian belum sepenuhnya terpadu.

Siklus dalam pertanian terpadu secara konvensional ada yang terputus, dimana pakan ternak masih berasal dari luar sistem dan limbah yang berasal dari ternak tidak termanfaatkan sebagai sumber energi untuk proses selanjutnya. Limbah organik tersebut banyak yang terbuang, mengalami proses pembusukan yang akhirnya menjadi pupuk organik.

Pada pertanian terpadu dengan menggunakan Teknologi EM, limbah organik yang berasal dari kotoran ternak dan sisa tanaman di fermentasi menjadi pupuk organik ( Bokashi ) dalam waktu singkat. Kotoran ayam dan kambing dapat difermentasi menjadi pakan ternak ( bokashi pakan ternak ) untuk makanan ayam, babi dan bebek Kotoran ayam masih mengandung protein 14 %, sedangkan kotoran kambing mengandung protein 12 % dan 80% serat kasar dari hijauan pakan ternak.

Dengan menggunakan Teknologi EM, masukan energi dari luar sistem pertanian dapat diperkecil atau ditiadakan sama sekali, karena melalui proses fermentasi kandungan nutrisi pakan ternak menjadi lebih tinggi.

Model pertanian terpadu dengan Teknologi EM ini sudah diterapkan di Pusdiklat Teknologi EM yang berlokasi di Kabupaten Buleleng, Bali.

Berdasarkan hasil percobaan, pemberian bokashi pakan ternak ( fermentasi bahan organik dari kotoran ayam dan kambing ) pada ayam petelur, biaya pakan ternak dapat ditekan 53.6 % dan meningkatkan keuntungan 47.6 % terhadap pemberian pakan ternak konvensional.

Pemberian bokashi pakan ternak pada babi dapat menekan biaya pakan sebesar 69.2 % dengan meningkatkan keuntungan 178.4 % terhadap pemberian pakan konvensional.

Penelitian terhadap kualitas telur ayam, tidak ditemukan perbedaan yang berarti pada kandungan protein dan vitamin A antara perlakuan bokashi pakan ternak dengan pakan ternak konvensional. Dan kandungan kolesterol lebih sedikit daripada perlakuan pakan ternak konvensional.

Air limbah pertanian digunakan untuk mengairi dan memupuk lahan pertanian lainnya. Dimana lahan pertanian tersebut ditanami berbagai jenis sayur, kelapa, pisang, cengkeh, rambutan, kopi dan padi. Hasil pengamatan menunjukkan tanaman tanaman tersebut, yang tidak dipupuk bahan kimia mengalami peningkatan produksi. Produksi padi meningkat 60 % dibandingkan metode konvensional.

Di dalam kolam penampungan air limbah dibudidayakan eceng gondok yang berguna sebagai hijauan pakan ternak ayam dan babi.Pertanian terpadu dengan Teknolgi EM dapat menjadi solusi di tengah sulitnya upaya petani menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan, yang selama ini sangat mengandalkan masukan energi dari luar seperti pakan ternak, obat-obatan, pestisida dan pupuk kimia.

Pertanian terpadu konvensional juga kurang memuaskan, karena begitu banyaknya energi yang terbuang dari proses pembusukan , berupa panas dan gas.

Teknologi EM dalam pertanian terpadu diharapkan juga dapat diterapkan di tengah-tengah masyarakat khususnya petani sehingga perbaikan ekonomi dan kondisi lingkungan bersih dan sehat dapat tercapai

MODEL SISTEM PERTANIAN TERPADU DENGAN TEKNOLOGI EFFETIVE MICROORGANISMS (EM) DI PULAU BALI Oleh : GN Wididana1. I.Permasyarakatan Teknologi EM di IndonesiaTeknologi EM di Indonesia telah di masyarakatkan kepada petani sejak tahun 1993, setelah dilakukan usaha-usaha penelitian dan pengujian dalam skala terbatas oleh lembaga penelitan swasta dan universitas dari tahun 190 sampai 1993. Upaya pemasyarakatan Teknologi EM di Indonesia pada awalnya diprakasai oleh Yayasan Indonesia Kyusei Nature Farming Societes, merupakan sebuah lembaga non pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan petanian akrab lingkungan yang berkelanjutan dengan masukan rendah (Wididana & Higa,1995)Melihat penerapan Teknologi EM di kalangan petani yang semakin pesat sejak tahun 1995, Badan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian, Departemen Pertanian dan Pusat Penyuluhan Kehutanan, Departemen Kehutanan mendukung penyebarluasan Teknologi EM kepada petani melalui program pelatihan dan pendidikan. Selanjutnya Yayasan Bumi Lestari, sebuah yayasan yang didirikan oleh pemerhati pertanian dan lingkungan dari berbagai kalangan dan disiplin ilmu mendukung gagasan pemasyarakatan Teknologi EM melalui berbagai usaha yang mencakup: penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, seminar dan penerbitan informasi.Usaha-usaha pemasyarakatan Teknoklogi EM tersebut dilakukan melalui:1. Penelitian dasar dan terapan yang dilakukan oleh peneliti dari berbagai lembaga penelitian swasta dan pemerintah.2. Penerbitan informasi Teknologi EM dalam bentuk brosur, leflet, buku dan jurnal ilmiah secara berkala3. Mengadakan seminar dan pertemuan ilmiah lainnya yang diselenggarakan oleh lembaga penelitian dan universitas.4. Mengadakan pelatihan dan pendidikan kepada petani, penyuluh pertanian dan guru pertanian.5. Mengadakan kerjasama antara lembaga pemerintah khususnya alam bidang pendidikan dan pelatihan kepada petani dan generasi muda dalam bidang pertanian6. Mengadakan demonstrasi lapangan dan petak-petak percontohan tentang penerapan Teknologi EM yang dilakukan oleh petani.7. Mengadakan studi banding ke pusat pelatihan Kysei Nature Farming di Saraburi,Thailand yang dilakukan oleh petani dan penyuluh pertanian8. Mengadakan studi banding ke daerah-daerah penerapan teknologi EM di Jepang yang dilakukan oleh pengambil keputusan.Keberadaan Kontak Tani dan Badan Diklat Pertanian dalam program pelatihan dan pendidikan Teknologi EM kepada petani dan masyarakat luas sangatlah besar peranannya. Sampai saat ini telah dikirim lebih dari 150 orang untuk belajar Teknologi EM yang terdiri dari kontak tani, petani, peneliti, pegawai pemerintah, guru pertanian dan pengambil keputusan untuk belajar Teknologi EM ke Kyusei Nature Farming Center, Saraburi, Thailand.Dalam waktu 2 tahun peserta pelatihan yang telah dilatih di Saraburi, umumnya kontak tani, penyuluh pertanian dan guru pertanian telah berhasil mendidik dan melatih petani-petani di Indonesia lebih dari 10.000 orang.Para kontak tani umumnya mempunyai sarana pelatihan, lahan dan usaha pertanian yang tetap untuk komoditi pertanian tertentu. Lahan pertanian tersebut dipergunakan oleh kontak tani untuk melakukan uji coba penerapan Teknologi EM pada berbagai komoditi pertanian yang diusahakannya (Wididana & Higa, 1996).Dalam usaha mengimbangi aktifitas kontak tani dan penyuluh pertanian yang berkembang sangat pesat dalam tahun terakhir ini, perlulah kiranya dipikirkan untuk mendirikan suatu pusat penyebaran informasi Teknologi EM di Pulau Bali di bawah lembaga non pemerintah yang bernama Institut Pengembangan Sumber Daya Alam (IPSA)1. II.Model Pertanian Terpadu KonvesionalDewasa ini sering sekali istilah pertanian terpadu digunakan oleh ahli pertanian, petani dan pengambil keputusan. Pertanian terpadu merupakan suatu metode pertanian dengan memanfaatkan lahan yang tersedia semaksimal mungkin untuk menghasilkan suatu produk pertanian yang beragam, mampu berproduksi dan berkualitas tinggi.Praktek pertanian terpadu umumnya diterapkan secara konvesional, dimana limbah komoditas pertanian tertentu dapat didaur ulang secara maksimal sebagai sumber masukan energi untuk melakukan aktivitas pertanian lainnya. Dengan kata lain pertanian terpadu konvesional belum sepenuhnya terpadu karena masing-masing unit pertanian berdiri sendiri. Dengan demikian untuk menghasilkan produk pertanian diperlukan lebih banyak masukan energi dari luar sistem pertanian.Model pertanian terpadu konvensional yang dikembangkan oleh petani adalah sistem tumpang sari, dimana kebutuhan pupuk kebanyakan berasal dari kotoran ternak dan kotoran ikan. Sebaliknya sumber energi untuk ternak dihasilkan dari limbah pertanian dan sumber energi untuk perikanan berasal dari limbah peternakan.Dewasa ini pengembangan pertanian terpadu mendapat perhatian yang serius bagi petani dan ahli pertanian karena dapat menekan biaya produksi. Akan tetapi, karena penerapan sistem pertanian terpadu konvesional dilakukan dalam siklus yang terputus, dimana sumber-sumber makanan ternak masih banyak yang berasal dari luar sistem pertanian, dilain pihak limbah organik yang berasal dari ternak banyak yang terbuang percuma mengalami proses pembusukan yang akhirnya digunakan untuk pupuk organik tanaman (Higa, 1993)III . Model Pertanian Terpadu Dengan Teknologi EMLimbah organik dari kotoran ternak dan sisa tanaman difermentasi dengan Teknologi EM menjadi pupuk organik terfermentasi (Bokashi) dalam waktu singkat. Demikian juga kotoran ayam dan kotoran kambing dapat difermentasi menjadi pakan ternak (bokashi pakan ternak) untuk makanan ayam, babi dan bebek. Ide dari pemanfaatan kotoran ternak untuk bokashi pakan adalah karena kotoran ayam masih mengandung protein sebesar 14%, sedangkan kotoran kambing mengandung protein sebesar 12%, dan 80% serat kasar dari hijauan pakan ternak.Pengembangan pertanian terpadu dengan Teknologi EM dilakukan di Pusdiklat Teknologi EM sejak tahun 1996. Tujuan mendirikan Pusdiklat Teknologi EM adalah untuk menyebarkan informasi Teknologi EM kepada petani, kontak tani, peneliti, penyuluh pertanian dan pengambilan keputusan serta masyarakat luas di Indonesia. Juga tidak tertutup kemungkinan untuk memperkenalkan Teknologi EM kepada tamu-tamu asing, khususnya yang berasal dari Benua Asia dan Pasifik yang menaruh minat terhadap perkembangan pertanian dan lingkungan yang berkelanjutan.Penerapan pertanian terpadu dengan Teknologi EM dapat menggurangi masukan energi dari luar sistem pertanian untuk menghasilkan produk pertanian, karena melalui proses fermentasi kandungan nutrisi pakan ternak yang berasal dari kotoran ternak menjadi lebih tinggi, sehingga masukan energi dari luar sistem pertanian dapat diperkecil atau ditiadakan sama sekali. Penerapan Sistem Pertanian Terpadu dengan Teknologi EM yang dilakukan di Pusdiklat Teknologi EM dijelaskan dalam Gambar 1. Cara membuat Bokashi pakan ternak dijelaskan dalam (Tabel 1).IV Daur Ulang Limbah Organik Dengan Teknologi EM : Menuju Pertanian Berkelanjutan Dengan Masukan RendahPertanian berkelanjutan dengan pemasukan rendah dilakukan dengan mendaur ulang limbah organik melalui proses konvesional (pembusukan). Limbah yang terurai melalui proses pembusukan akan banyak melepaskan energi organik melalui proses pelepasan panas dan gas, sehingga energi yang tersisa sangatlah sedikit. Secara umum hasil akhir dari proses pembusukan tersebut digunakan sebagai sumber nutrisi oleh tanaman.Berdasarkan hasil percobaan pemberian fermentasi bahan organik dan kotoran kambing dan dan kotoran ayam (bokashi pakan ternak) pada ayam petelur dapat menekan biaya pakan sebesar 53,6 %, dengan meningkatkan keuntungan sebesar 47,6 % terhadap pemberian pakan ternak konvesional. (Tabel 2).Pemberian bokashi pakan ternak pada babi dapat menekan biaya pakan sebesar 69,2 % dengan meningkatkan keuntungan sebesar 178,4 % terhadap pemberian pakan ternak konvesional (Tabel 3). Penelitian dilanjutkan dengan menganalisa kualitas ayam. Tidak ditemukan perbedaan yang berarti pada kandungan protein dan vitamin A antara perlakuan bokashi pakan ternak dengan pakan konvesional. Akan tetapi, telur ayam pada perlakuan bokashi pakan ternak mengandung lebih sedikit kolesterol daripada perlakuan pakan ternak konvesional (Tabel 4).Air limbah peternakan digunakan untuk mengairi dan memupuk lahan pertanian lainnya. di mana pada lahan pertanian tersebut dibudidayakan berbagai jenis sayur, kelapa, pisang, cengkeh, rambutan kopi dan padi. Berdasarkan hasil pengamatan dapatlah disimpulkan bahwa pengairan dengan air limbah peternakan, ada tanaman padi walaupun tidak diberi pupuk kimia, produksi padi meningkat 60 % dibandingkan dengan metode konvesional. Di dalam kolam penampungan air limbah dibudidayakan eceng gondok yang dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak untuk ayam dan babi. Di dalam kolam tersebut juga dibudidayakan ikan air tawar dimana kotoran babi dapat digunakan sebagai sumber makananya.1. V. Penyebarluasaan Informasi Teknologi EM di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi EMPenerapan Teknologi EM pada berbagai bidang di pusdiklat Teknologi EM4 memberi peranan yang sangat penting, hal ini dilakukan dengan cara memberikan contoh nyata kepada petani dalam bidang pertanian dan peternakan, dimana masukan energi (pakan ternak, obat-obatan, pestisida dan pupuk kimia) yang umumnya berasal dari luar sistem pertanian dan sangatlah sukar diterapkan untuk menekan biaya prouksi serta meningkatkan keuntungan. Dengan demikian, praktek pertanian dewasa ini dilakukan berdasarkan pada prinsip biaya tinggi. Akan tetapi dengan penerapan Teknologi EM, fermentasi bahan organik dapat segera dimanfaatkan untuk pupuk organik (Bokashi) dan fermentasi kotoran kambing serta kotoran ayam dapat digunakan untuk pakan babi, ayam dan bebek. Melaluio Teknologi EM penerapan pertanian terpadu dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dengan biaya rendah bukanlah teori belaka.Program pelatihan dan penddikan Teknologi EM di Pudisklat Teknologi EM khususnya kepada petani, kelompok tani, penyuluh pertanian, ilmuwan, mahasiswa dan pengambil keputusan telah dilakukan sejak tahun 1997.Pendirian Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknologi EM merupakan suatu kebutuhan, dimana dalam memasyarakatkan Teknologi EM haruslah dilakukan pelatihan dan pendidikan secara kontinyu, sistematis dan terencana. Di dalam Pusdiklat Teknologi EM, peneliti bebas berkreasi untuk meneliti dan mengembangkan Teknologi EM secara lebih luas untuk diterapkan dalam bidang pertanian secara terpadu dan akrab lingkungan guna menghasilkan produksi yang lebih tinggi dengan biaya rendah. Dengan adanya Pusdiklat Teknologi EM, Informasi materi pelatihan lebih mudah dipahami oleh peserta pelatihan karena mereka dapat melihat secara nyata hasil-hasil positif yang telah diterapkan dilapangan.

http://em4-indonesia.com/model-sistem-pertanian-terpadu-dengan-teknologi-effetive-microorganisms-em-di-pulau-bali-oleh-gn-wididana/https://books.google.co.id/books?id=XfGjtRE69yQC&pg=PA60&lpg=PA60&dq=teknologi+EM+dalam+peternakan+berkelanjutan&source=bl&ots=g2k6d-QlF_&sig=ZSRRZ2hVaBcg3bPbhoYqGpxLUn0&hl=id&sa=X&ei=rlBbVfC6NMyjugTX7YGwAg&ved=0CCwQ6AEwAg#v=onepage&q=teknologi%20EM%20dalam%20peternakan%20berkelanjutan&f=false