SPSS

39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian dengan menggunakan studi kuesioner maka pembahasan hasil penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) topik, yaitu: (1) karakteristik responden, (2) variabel yang diteliti, dan (3) hubungan antara variabel yang diteliti. Hasil penelitian dan pembahasannya akan dibahas sebagai berikut: 4.1.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden yang akan dijabarkan dan dijelaskan dari penelitian ini meliputi: (1) umur responden, (2) pendidikan terakhir, (3) jenis pekerjaan, (4) jumlah anak, dan (5) alamat. Berikut adalah tabel yang menyangkut hal di atas: 4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat diperoleh distribusi umur responden yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

description

referat

Transcript of SPSS

Page 1: SPSS

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan studi kuesioner maka pembahasan

hasil penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) topik, yaitu: (1) karakteristik responden, (2)

variabel yang diteliti, dan (3) hubungan antara variabel yang diteliti. Hasil penelitian dan

pembahasannya akan dibahas sebagai berikut:

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang akan dijabarkan dan dijelaskan dari penelitian ini

meliputi: (1) umur responden, (2) pendidikan terakhir, (3) jenis pekerjaan, (4) jumlah

anak, dan (5) alamat. Berikut adalah tabel yang menyangkut hal di atas:

4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat

diperoleh distribusi umur responden yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden

Umur Frekuensi (N) Persentase (%)

15-19 2 4.9

20-24 12 29.3

25-29 12 29.3

30-34 12 29.3

>34 3 7.3

Total 41 100.0

Dari hasil penelitian mengenai distribusi umur responden, menunjukkan 3 orang

responden (7,3%) memiliki usia > 34 tahun, 2 orang responden (4,9%) pada sebaran usia

Page 2: SPSS

15-19 tahun, dan masing-masing 12 orang responden (29,3%) pada sebaran usia 20-24

tahun, 25-29 tahun dan 30-34 tahun.

4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat

diperoleh distribusi tingkat pendidikan responden yang dapat dilihat dalam tabel berikut

ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan Frekuensi (N) Persentase (%)

Tidak sekolah/tidak tamat SD 7 17.1

Tamat SD atau sederajat 7 17.1

Tamat SMP atau sederajat 11 26.8

Tamat SMA atau sederajat 11 26.8

Tamat Perguruan Tinggi 5 12.2

Total 41 100.0

Dari hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan responden menunjukkan

masing-masing 7 orang responden (17,1 %) dengan tingkat pendidikan tidak

sekolah/tidak tamat SD dan tamat SD atau sederajat, masing-masing 11 orang responden

(26,8%) tamat SMP atau sederajat dan tamat SMA atau sederajat dan 5 orang responden

(12,2%) tamat Perguruan Tinggi.

4.1.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaannya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat

diperoleh distribusi pekerjaan responden yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Page 3: SPSS

Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Frekuensi (N) Persentase (%)

Pegawai Negeri 1 2.4Pegawai Swasta 3 7.3

Wiraswasta 9 22.0Penjahit 1 2.4Buruh 1 2.4Pembantu rumah tangga 1 2.4Ibu rumah tangga 25 61.0Total 41 100.0

Dari hasil penelitian mengenai pekerjaan responden didapatkan 25 orang

responden (61 %) sebagai ibu rumah tangga, 9 responden (22%) bekerja sebagai

wiraswasta, 3 responden (7,3 %) sebagai pegawai swasta, dan masing-masing 1 orang

responden (2,4 %) sebagai pegawai negeri, penjahit, buruh dan pembantu rumah tangga.

4.1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anaknya

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden maka dapat

diperoleh distribusi jumlah anak yang dimiliki responden yang dapat dilihat dalam tabel

berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Jumlah Anak Responden

Jumlah Anak Frekuensi (N) Persentase (%)

Sedikit 21 51,2

Sedang 19 46,3

Banyak 1 2,4

Total 41 100 %

Keterangan:

Sedikit = memiliki 1 orang anak

Page 4: SPSS

Sedang = memiliki 2-3 orang anak

Banyak = memiliki lebih atau sama dengan 4 orang anak

Dari hasil penelitian mengenai jumlah anak responden didapatkan 21 orang

responden (51,2 %) memiliki jumlah anak dalam kategori sedikit, 19 orang responden

(46,3 %) memiliki jumlah anak dalam kategori sedang dan 1 orang responden (2,4 %)

memiliki jumlah anak dalam kategori banyak.

4.1.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 41 orang responden di wilayah

kerja Puskesmas Karang Taliwang dan Puskesmas Pagesangan, maka dapat diperoleh

distribusi alamat responden yang dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Alamat Responden

Alamat Responden Frekuensi (N) Persentase (%)

Timrah 6 14.6Kekalik 2 4.9Selagalas 3 7.3Kamasan 3 7.3Fajar timur 1 2.4Sayang daye 1 2.4Sayang-sayang 2 4.9Marong 1 2.4Cakranegara 4 9.8Tohpati 1 2.4Sweta selatan 1 2.4Sindu 1 2.4Karang taliwang 3 7.3Singrahan 1 2.4Kekalik kebon 1 2.4Dasan agung 2 4.9Monjok culik 2 4.9Monjok kebon bawah 1 2.4BTN pengsong 1 2.4

Page 5: SPSS

Monjok 1 2.4Kampung jawa 1 2.4Pejarakan 1 2.4BTN pepabri 1 2.4

Total 41 100.0

Dari hasil penelitian mengenai distribusi alamat responden didapatkan 6 orang

responden (14,6 %) beralamat di Timrah, 4 orang responden (9,8%) beralamat di

Cakranegara, masing-masing 3 orang responden (7,3 %) beralamat di Selagalas,

Kamasan, dan Karang Taliwang, masing-masing 2 orang responden (4,9 %) beralamat di

Kekalik, Sayang-Sayang, Dasan Agung dan Monjok Culik, serta masing-masing 1 orang

responden (2,4%) beralamat di Fajar Timur, Sayang Daye, Marong, Tohpati, Sweta

Selatan, Sindu, Singrahan, Kekalik Kebon, Monjok Kebon Bawah, BTN Pengsong,

Monjok, Kampung Jawa, Pejarakan dan BTN Pepabri.

4.1.2 Variabel yang Diteliti

4.1.2.1 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 10 (sepuluh) aspek pertanyaan

mengenai pengetahuan Ibu tentang MP-ASI diperoleh gambaran jawaban yang diberikan

oleh responden. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.6 Jawaban Responden Terkait Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

NOAspek pengetahuan ibu tentang MP-

ASIJawaban Responden (% Responden)

1. Ibu pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI

Ya Tidak

21 (51,2) 20 (48,8)

2.Sumber informasi mengenai MP-ASI

Koran / majalah

TVTenaga

KesehatanSaudara / teman

5 (23,8) 1 (4,7) 14 (66,7)1 (4,7)

3. Ya Tidak

Page 6: SPSS

Kebutuhan gizi bayi hingga usia 6 bulan dapat tercukupi hanya dengan pemberian ASI saja

35 (85,4) 6 (14,6)

4. Anak yang berusia 6 bulan harus mulai diberi MP-ASI

Ya Tidak

38 (92,7) 3 (7,3)

5. Telur, tahu, tempe, daging banyak mengandung protein

Ya Tidak

35 (85,4) 6 (14,6)

6. Jeruk banyak mengandung vitamin CYa Tidak

38 (92,7)3 (7,3)

7. ASI sebaiknya diberikan pada bayi hingga berusia 2 tahun

Ya Tidak

38 (92,7) 3 (7,3)

8.Ibu member MP-ASI karena sudah waktunya dan merupakan anjuran dari petugas kesehatan

Ya Tidak

20 (48,8) 21 (51,2)

9.Memberikan MP-ASI sebelum anak berusia 6 bulan dapat menyebabkan diare

Ya Tidak

14 (34,2) 27 (65,8)

10. MP-ASI diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak selain ASI

Ya Tidak

32 (78,1)9 (21,9)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa 21 responden (51,2%)

pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI dan 20 responden (48,8%)

tidak pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI. Sebanyak 5

responden (23,8%) mendapatkan informasi tersebut dari majalah/koran, 1 orang

responden (4,7%) dari TV, 14 orang responden (66,7%) dari tenaga kesehatan dan 1

orang responden (4,7%) mendapatkan informasi dari saudara atau teman. Untuk

pertanyaan mengenai pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi bayi hingga usia 6 bulan

dapat tercukupi hanya dengan pemberian MP-ASI saja, sebanyak 35 orang responden

(85,4%) menjawab ya dan 6 orang lainnya (14,6%) menjawab tidak. Pada pertanyaan

Page 7: SPSS

selanjutnya apakah anak yang berumur 6 bulan harus mulai diberikan MP-ASI, hampir

semua responden menjawab ya, yaitu 38 orang responden (92,7%) dan hanya 3 orang

responden (7,3%) yang menjawab tidak. Pada pertanyaan nomer 5 dan 6 mengenai

kandungan gizi makanan, sebanyak 35 responden (85,4%) menjawab benar bahwa telur,

tempe, tahu, daging merupakan bahan makanan yang banyak mengandung protein dan

sebanyak 38 orang responden (92,7%) menjawab benar bahwa jeruk adalah makanan

yang banyak mengandung vitamin C. Sebanyak 38 responden yang mengetahui bahwa

ASI sebaiknya diberikan hingga anak berusia 2 tahun. Dalam pemberian MP-ASI,

sebanyak 20 responden (48,8%) memberikan MP-ASI kepada anaknya karena sudah

waktunya dan merupakan anjuran dari petugas kesehatan dan sebanyak 21 orang

responden (51,2%) memberikan MP-ASI karena inisiatif sendiri dan bukan merupakan

anjuran dari petugas kesehatan dengan menjawab tidak pada point pertanyaan tersebut.

Pada pertanyaan nomer 9, lebih banyak pasien yang tidak mengetahui bahwa pemberian

MP-ASI sebelum anak berusia 6 bulan dapat menyebabkan diare yaitu sebanyak 27 orang

(65,8%) sedangkan sebanyak 14 orang (34,2%) menjawab pernah mendengar atau

mengetahui. Pada pertanyaan terakhir, sebanyak 32 orang (78,1%) mengetahui bahwa

MP-ASI diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak selain ASI dan sebanyak 9

orang responden (21,9%) tidak mengetahui dengan menjawab tidak pada pertanyaan

tersebut.

Berdasarkan berbagai aspek pengetahuan yang telah ditanyakan, maka didapatlah

hasil penelitian tingkat pengetahuan responden tentang MP-ASI yang dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 8: SPSS

Tabel 4.7 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Tentang MP-ASI

Tingkat PengetahuanSebaran responden

Jumlah (orang) Persentase (%)Kurang 14 34,2Cukup 9 21,9Baik 18 43,9

Total 41 100

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tertinggi pada

tingkat baik yaitu sebanyak 18 orang (43,9%), disusul oleh tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 14 orang (34,2%) dan tingkat pengetahuan cukup sebanyak 9 orang (21,9%).

4.1.2.2 Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 10 (sepuluh) aspek pertanyaan

mengenai sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI diperoleh gambaran jawaban

yang diberikan oleh responden. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.8 Jawaban Responden Terkait Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MPASI

NO Aspek sikap dan perilakuJawaban Responden (% Responden)

1. Ibu masih memberikan ASI kepada anaknya

Ya Tidak

27 (65,8) 14 (34,2)

2. Anak sudah diberikan MP-ASIYa Tidak

41 (100)- (0)

3. Usia anak saat pertama kali diberikan MP-ASI

< 6 bulan > 6 bulan

18 (43,9) 23 (56,1)

4. Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari.

< 3 kali 3 kali >3 kali

7 (17,1)29 (70,7) 5 (12,2)

5. Bentuk atau tekstur makanan yang diberikan pada anak saat ini.

Sesuai teori Tidak sesuai teori

31 (75,6) 10 (24,4)

Page 9: SPSS

6. Buah Pisang sebaiknya pertama kali diberikan saat anak berumur >6 bulan.

Ya Tidak

18 (43,9)23 (56,1)

7. Porsi makanan yang diberikan pada anak per tiap kali pemberian.

Sesuai teori Tidak sesuai teori

27 (65,8) 14 (34,2)

8.Ibu memberikan MP-ASI secara bertahap mulai dari bentuk cair kemudian menjadi lebih kental

Ya Tidak

21 (51,2) 20 (48,8)

9.Ibu selalu menjaga kebersihan serta menyimpan makanan di tempat yang tertutup.

Ya Tidak

33 (80,5) 8 (19,5)

10.Makanan yang telah dibuat dan disimpan dalam suhu ruangan tidak boleh diberikan kembali ke anak setelah >1 jam

Ya Tidak

24 (58,5)17 (41,5)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 27 orang

responden (65,8%) masih memberikan ASI kepada anaknya dan sebanyak 14 responden

(34,2%) sudah tidak memberikan ASI kepada anaknya. Namun, semua responden yaitu

sebanyak 41 orang (100%) sudah memberikan atau memperkenalkan MP-ASI kepada

anaknya. Sebanyak 23 responden (56,1%) memberikan MP-ASI pertama kali pada usia >

6 bulan dan 18 orang responden (43,9%) yang memberikan MP-ASI pertama kali kepada

anak saat anak berusia < 6 bulan. Untuk frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari, 29

responden (70,7%) memberikan 3 kali sehari, 7 responden (17,1%) memberikan < 3 kali

sehari dan 5 responden (12,2%) memberikan >3 kali sehari. Sedangkan untuk pertanyaan

mengenai bentuk atau tekstur makanan yang diberikan pada anak saat ini, 31 responden

(75,6%) menjawab sesuai teori dan 10 orang responden (24,4%) memberikan tidak sesuai

teori. Pemberian buah pisang pertama kali sebaiknya diberikan kepada anak setelah

berusia > 6 bulan, sebanyak 18 responden (43,9%) menjawab ya dan 23 responden

Page 10: SPSS

(56,1%) menjawab tidak. Untuk pertanyaan mengenai porsi makanan per tiap kali

pemberian, sebanyak 27 responden (65,8%) memberikan sesuai teori dan 14 responden

(34,2%) tidak sesuai teori. Sebanyak 21 orang responden (51,2%) memberikan MP-ASI

secara bertahap dan sebanyak 20 responden (48,8%) memberikan secara tidak bertahap.

Sebanyak 33 responden (80,5%) selalu menjaga kebersihan makanan dan tempat

memasak dan 8 orang responden (19,5%) lainya menjawab tidak. Sebanyak 24 responden

(58,5%) menjawab tidak lagi memberikan makanan yang telah dibuat dan disimpan

dalam suhu ruangan selama > 1 jam kepada anak dan sebanyak 17 responden (41,5%)

masih memberikan kembali.

Berdasarkan penjabaran berbagai aspek di atas, maka didapatlah hasil penelitian

tingkat sikap dan perilaku responden dalam pemberian MP-ASI yang dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.9 Sebaran Responden Menurut Tingkat Sikap dan Perilaku tentang Pemberian

MP-ASI

Tingkat Sikap dan Perilaku

Sebaran responden

Jumlah (orang) Persentase (%)Kurang 12 29,3Cukup 20 48,8Baik 9 21,9

Total 41 100

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, tingkat sikap dan perilaku responden dalam

pemberian MP-ASI terbanyak pada tingkat cukup yaitu sebanyak 20 orang responden

(48,8%), lalu disusul oleh tingkat sikap dan perilaku kurang yaitu sebanyak 12 orang

responden (29,3%) dan tingkat sikap dan perilaku baik yaitu sebanyak 9 orang responden

(21,9%).

Page 11: SPSS

4.1.3 Hubungan antara Variabel yang Diteliti:

Pada analisi hubungan antara variabel yang diteliti ini akan dibahas mengenai 3

hubungan antar variabel, yakni: (1) hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

MP-ASI dengan angka kejadian diare, (2) hubungan antara sikap dan perilaku ibu tentang

pemberian MP-ASI dengan angka kejadian diare, dan (3) hubungan antara pengetahuan

ibu tentang MP-ASI dengan sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI.

4.1.3.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Angka

Kejadian Diare

Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut, maka diperlukan

suatu uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi-Square, dan didapatkan

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.10 Sebaran Kejadian Diare pada Anak dalam Setahun Terakhir Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

Kejadian Diare dalam Setahun TerakhirTotalTingkat Pengetahuan Ibu

tentang MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali

Count 57.9

84.4

11.7

1414.0Kurang Expected Count

CukupCount

Expected Count6

5.02

2.91

1.19

9.0

Baik Count 1210.1

35.7

32.2

1818.0Expected Count

TotalCount

Expected Count 2323.0

1313.0

55.0

4141.0

Page 12: SPSS

Tabel 4.11 Tes Chi-Square

Value dfAsymp. Sig. (2-

sided)Pearson Chi-Square 6.568a 4 .161Likelihood Ratio 6.460 4 .167Linear-by-Linear Association .663 1 .416N of Valid Cases 41

*5 cells (55,6%) have expected countless than 5. The minimum expected countis 1.10

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis kedua variabel

dengan menggunakan perhitungan Chi-square (Kai Kuadrat) didapatkan hasil yang tidak

memenuhi syarat untuk uji Chi-square dikarenakan masih terdapat sel dengan nilai

expected kurang dari lima yaitu sebanyak 5 sel (55,6%). Untuk itu perlu dilakukan

penggabungan sel dan kemudian dilakukan kembali uji hipotesis dengan menggunakan

perhitungan Chi-square, hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.12 Uji Chi-square Hasil Penggabungan Sel

Kejadian Diare dalam Setahun Terakhir

TotalTingkat Pengetahuan Ibu tentang

MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali

Kurang+cukup Count11

12.9107.3

22.8

2323.0

Expected Count

Baik Count12

10.13

5.73

2.218

18.0Expected

Count

TotalCount

Expected Count

2323.0

1313.0

55.0

4141.0

Tabel 4.13 Tes Chi-Square

Value dfAsymp. Sig. (2-

sided)Pearson Chi-Square 3.454a 2 .178Likelihood Ratio 3.610 2 .164

Page 13: SPSS

Linear-by-Linear Association .237 1 .626N of Valid Cases 41

*2 cell (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected countins 2.20

Setelah dilakukan penggabungan sel, didapatkan hasil yang tidak memenuhi

syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan perhitungan Chi-square karena masih

terdapat 2 sel (33,3%) dengan nilai expected kurang dari lima, maka dilakukan uji

hipotesis alternative berupa uji Kolmogorov-Smirnov, hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Kejadian diare dalam setahun terakhir

Most Extreme Differences Absolute .188Positive .080Negative -.188

Kolmogorov-Smirnov Z .599Asymp. Sig. (2-tailed) .866

Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-

tailed)) = 0,866. Oleh karena p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan angka

kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan.

4.1.3.2 Hubungan antara Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI dengan

Kejadian Diare

Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut, maka diperlukan

suatu uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi-Square, dan didapatkan

hasil sebagai berikut:

Page 14: SPSS

Tabel 4.15 Sebaran Kejadian Diare pada Anak Berdasarkan Sikap dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI

Kejadian Diare dalam Setahun TerakhirTotalSikap dan Perilaku Ibu

Tentang Pemberian MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali

Count 56.7

53.8

21.5

1212.0Kurang Expected Count

CukupCount

Expected Count13

11.27

6.30

2.420

20.0

Baik Count 55.0

12.9

31.1

99.0Expected Count

TotalCount

Expected Count 2323.0

1313.0

55.0

4141.0

Tabel 4.16 Tes Chi-Square

Value dfAsymp. Sig. (2-

sided)Pearson Chi-Square 8.310a 4 .081Likelihood Ratio 10.059 4 .039Linear-by-Linear Association .010 1 .922N of Valid Cases 41

*5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected caountis 1.10

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis kedua variabel

dengan menggunakan perhitungan Chi-square (Kai Kuadrat) didapatkan hasil yang tidak

memenuhi syarat untuk uji Chi-square dikarenakan masih terdapat sel dengan nilai

expected kurang dari lima yaitu sebanyak 5 sel (55,6%). Untuk itu perlu dilakukan

penggabungan sel dan kemudian dilakukan kembali uji hipotesis dengan menggunakan

perhitungan Chi-square, hasilnya sebagai berikut:

Page 15: SPSS

Tabel 4.17 Uji Chi-square Hasil Penggabungan Sel

Kejadian Diare dalam Setahun Terakhir

TotalTingkat Pengetahuan Ibu

tentang MP-ASI0-2 kali 3-5 kali >5 kali

Kurang Count 56.7

53.8

21.5

1212.0Expected Count

Cukup+Baik Count18

16.38

9.23

3.529

29.0Expected Count

TotalCount

Expected Count23

23.013

13.05

5.041

41.0

Tabel 4.18 Tes Chi-Square

Value dfAsymp. Sig. (2-

sided)Pearson Chi-Square 1.439a 2 .487Likelihood Ratio 1.434 2 .488Linear-by-Linear Association 1.206 1 .272N of Valid Cases 41

*3 cells (50,0%) have expected countless than 5. The minimum expected count is 1,46.

Setelah dilakukan penggabungan sel, didapatkan hasil yang tidak memenuhi

syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan perhitungan Chi-square karena masih

terdapat 3 sel (50,5%) dengan nilai expected kurang dari lima, maka dilakukan uji

hipotesis alternative berupa uji Kolmogorov-Smirnov, hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.19 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Kejadian diare dalam setahun terakhir

Most Extreme Differences Absolute .204Positive .204Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z .594Asymp. Sig. (2-tailed) .872

Page 16: SPSS

Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-

tailed)) = 0,872. Oleh karena p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak

terdapat hubungan antara sikap dan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI dengan

angka kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan.

4.1.3.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Sikap dan Perilaku

Ibu dalam Pemberian MP-ASI.

Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut, maka diperlukan

suatu uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Chi-Square, dan didapatkan

hasil sebagai berikut:

Tabel 4.20 Sebaran Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI

Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI

TotalTingkat Pengetahuan Ibu

tentang MP-ASI Kurang Cukup Baik

Count 74.1

56.8

23.1

1414.0Kurang Expected Count

CukupCount

Expected Count3

2.66

4.40

2.09

9.0

Baik Count 25.3

98.8

74.0

1818.0Expected Count

TotalCount

Expected Count 1212.0

2020.0

99.0

4141.0

Tabel 4.21 Tes Chi-Square

Value dfAsymp. Sig. (2-

sided)Pearson Chi-Square 9.923a 4 .042Likelihood Ratio 11.767 4 .019Linear-by-Linear Association 6.451 1 .011N of Valid Cases 41

*6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.98.

Page 17: SPSS

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis kedua variabel

dengan menggunakan perhitungan Chi-square (Kai Kuadrat) didapatkan hasil yang tidak

memenuhi syarat untuk uji Chi-square dikarenakan masih terdapat sel dengan nilai

expected kurang dari lima yaitu sebanyak 6 sel (66,7%). Untuk itu perlu dilakukan

penggabungan sel dan kemudian dilakukan kembali uji hipotesis dengan menggunakan

perhitungan Chi-square, hasilnya sebagai berikut:

Tabel 4.22 Uji Chi-square Hasil Penggabungan Sel

Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI

TotalTingkat Pengetahuan Ibu tentang

MP-ASI Kurang Cukup Baik

Kurang+cukup Count106.7

1111.2

25.0

2323.0

Expected Count

Baik Count2

5.39

8.87

4.018

18.0Expected

Count

TotalCount

Expected Count

1212.0

2020.0

99.0

4141.0

Tabel 4.23 Tes Chi-Square

Value dfAsymp. Sig. (2-

sided)Pearson Chi-Square 7.818a 2 .020Likelihood Ratio 8.353 2 .015Linear-by-Linear Association 7.607 1 .006N of Valid Cases 41

*1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.95.

Setelah dilakukan penggabungan sel, didapatkan hasil yang tidak memenuhi

syarat untuk dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan perhitungan Chi-square

karena masih terdapat 1 sel (16,7%) yang nilai expected-nya kurang dari lima, maka

Page 18: SPSS

dilakuakan uji hipotesis alternative berupa uji Kolmogorov-Smirnov, hasilnya sebagai

berikut:

Tabel 4.24 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Sikap Dan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI

Most Extreme Differences Absolute .324Positive .324Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z 1.029Asymp. Sig. (2-tailed) .241

Pada uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-

tailed)) = 0,241. Oleh karena p > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan sikap dan

perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Angka

Kejadian Diare.

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan antara tingkat

pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan angka kejadian diare pada balita usia 0-24

bulan di Puskesmas Karang Taliwang dan Puskesmas Pagesangan Mataram. Berdasarkan

tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden banyak yang

berpendidikan sedang (tamat SMP-SMA) yaitu sebesar 53,6%, diikuti oleh kategori

pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD dan tamat SD atau sederajat) yaitu

sebesar 34,2%. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam mempengaruhi pikiran

seseorang. Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pendidikan seseorang dapat

Page 19: SPSS

meningkatkan pengetahuannya tentang kesehatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Pendidikan akan memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Menurut

Widyastuti (2005), orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi

pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan

memiliki status kesehatan yang lebih baik. Namun hasil pengujian pada penelitian ini

menunjukkan tidak ada hubungan tingkat pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan

angka kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Karang

Taliwang dan Puskesmas Pagesangan dengan hasil uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan

nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) = 0,866 (p > 0,05).

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang terdahulu

(Wulandari,2009) tentang hubungan antara faktor lingkungan dan faktor sosiodemografi

dengan kejadian diare pada balita di Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Sragen tahun

2009, bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian

diare pada anak balita, dengan hasil uji statistic Chi-square menunjukkan nilai p = 0,080

(p > 0,05). Tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Yulisa (2008),

yang menunjukkan ada pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada

balita dengan nilai p = 0,001. Hal ini mungkin karena karakteristik responden disuatu

daerah dengan daerah lain berbeda-beda, sehingga hasil yang dperoleh pun juga berbeda.

4.2.2 Hubungan antara Sikap dan Perilaku Ibu tentang Pemberian MP-ASI dengan

Kejadian Diare

Makanan pendamping ASI mempunyai fungsi sebagai asupan tambahan bagi

anak selain ASI. Pemberiannya sangat bergantung kepada sikap dan perilaku Ibu.

Page 20: SPSS

Menurut Walgito (2003), banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku

manusia, begitu pun juga sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI, baik berasal

dari diri sendiri seperti factor fisiologis (umur, kesehatan), pengalaman, pendidikan

maupun faktor yang berasal dari luar seperti faktor lingkungan.

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan didapatkan nilai signifikansi

(Asymp. Sig. (2-tailed)) = 0,872. (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pada analisis ini, tidak

terdapat hubungan antara sikap dan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI dengan

angka kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Anastasya (2010), tentang hubungan pemberian MP-ASI dini dan food believe

terhadap kejadian diare pada balita kurang gizi di Kelurahan Ujung, Kecamatan

Semampir, Surabaya, bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI dini

dengan terjadinya diare pada balita dengan nilai p > 0,05. Perbedaan penelitian ini

terletak pada kriteria populasi yaitu Balita yang diberikan MP-ASI dini serta mempunyai

indeks BB/U < -2 SD. Serta jumlah sampel yang lebih banyak yaitu 54 sampel yang

dipilih berdasarkan simpel random sampling.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nutrisiani (2010) yang

menunjukkan ada hubungan antara pemberian MP-ASI pada anak usia 0-24 bulan dengan

kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Dengan

nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini mungkin karena terdapat beberapa perbedaan dalam hal

metode penelitian, dimana metode yang digunakan Nurtisiani yaitu rancangan case

control dengan jumlah sampel yang jauh lebih banyak yaitu 80 sampel. Walaupun

penelitian ini sama-sama meneliti kejadian diare pada balita usia 0-24 bulan, namun

Page 21: SPSS

kenyataanya dalam penelitian yang dilakukan tidak ditemukan bayi < 6 bulan yang

menderita diare, sehingga kemungkinan menyebakan tidak meratanya sebaran umur

sampel penelitian. Jumlah sampel yang kurang banyak (41 sampel) juga kemungkinan

menyebabkan hasil penelitian menjadi tidak bermakna.

4.2.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan Sikap dan Perilaku

Ibu dalam Pemberian MP-ASI.

Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat pengetahuan kurang+cukup tentang MP-ASI sebanyak 23 responden (56,1%) dan

sebagian besar lainnya memiliki tingkat pengetahuan baik tentang MP-ASI yaitu

sebanyak 18 responden (43,9%). Faktor pendidikan dan informasi memegang peranan

penting dalam memperoleh pengetahuan, makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah pula menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Begitu juga dalam hal informasi, semakin sering seseorang mendapatkan

informasi, maka pengetahuan seseorang tersebut juga semakin bertambah. Gambaran

tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini tercermin dari hampir samanya

jumlah responden yang pernah mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI,

yaitu sebanyak 21 orang responden (51,2%) dengan responden yang tidak pernah

mendengar atau mengetahui informasi tentang MP-ASI sebanyak 20 (48,8%).

Pada tabel yang sama juga menunjukkan bahwa tingkat sikap dan perilaku

responden tentang pemberian MP-ASI terbanyak pada kategori cukup yaitu 20 responden

(48,8%). Sebagian besar dari ibu-ibu memang sudah menunjukan perilaku yang positif

terhadap apapun yang berhubungan dengan anak mereka, tetapi walaupun pengetahuan

ibu baik belum tentu perilaku ibu baik pula.

Page 22: SPSS

Hasil analisis variabel yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan sikap dan perilaku ibu

dalam pemberian MP-ASI dengan didapatkannya nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2-

tailed)) = 0,241 (p > 0,05) pada uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil penelitian ini sejalan

dengan hasil penelitian Faturrahman (2007) tentang beberapa factor yang berhubungan

dengan pemberian MP-ASI pada bayi 0-6 bulan oleh Ibu-Ibu di pedesaan di Kabupaten

Hulu Sungan Selatan, dimana dari hasil analisis statistik ditemukan bahwa tidak tedapat

hubungan antara pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan pemberian MP-ASI di

pedesaan (p > 0,05). Hal ini kemungkinan karena seseorang dengan pengetahuan baik,

belum tentu secara otomatis berperilaku baik. Untuk dapat mempengaruhi perilaku dan

sikap, pengetahuan masih tergantung pada variabel lain seperti fasilitas, perilaku petugas,

dan tersedianya kesempatan untuk mempraktikkan sikap dan perilaku tersebut.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2009)

tentang hubungan pengetahuan dengan perilaku Ibu tentang pemberian MP-ASI pada

balita usia 6-24 bulan di Posyandu Dusun Tlangu Desa Bulan Kec. Wonosari Klaten,

dimana didapatkan hasil penelitian menunjukkan nilai probabilitas 0,000 < 0,05 yang

berarti ada hubungan pengetahuan dengan sikap Ibu tentang MP-ASI pada anak usia 6-24

bulan. Berbeda pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kodiyah (2009) tentang

hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan pemberian MP-ASI di Desa Jatirejo

Kecamatan Jumapolo, dengan hasil penelitian ada hubungan yang cukup antara tingkat

pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI di Desa Jatirejo Kecamatan Jumapolo

dengan nilai p = 0,013 (p < 0,05). Menurut Notoatmodjo (2003) hal ini dapat disebabkan

oleh faktor pengetahuan yang memegang peranan penting dalam menentukan perilaku

Page 23: SPSS

karena pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan

perspektif pada manusia dalam mempersiapkan kenyataan, memberikan dasar bagi

pengambilan keputusan dan menentukan perilaku terhadap obyek tertentu.

Adanya pengetahuan yang baik dan ditunjang dari berbagai macam faktor seperti

pengetahuan, pendidikan, informasi dan pengalaman mempunyai dampak dalam

menentukan perlakuan ibu terhadap anak mereka sehingga antara pengetahuan dan sikap

perilaku akan saling berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan demikian meningkatnya pengetahuan seseorang baik dengan cara

meningkatkan perolehan informasi serta pendidikan dan pengalaman maka akan

terbentuklah sikap dan perilaku orang tersebut terhadap suatu obyek yang dihadapinya.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang dan semakin sering pula orang tersebut

mendapatkan informasi, maka semakin positif pula sikap dan perilaku yang akan

terbentuk.

Page 24: SPSS

4.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:

4.3.1 Faktor responden:

1. Tingkat kejujuran, kesungguhan, ketelitian dan tingkat obyektifitas responden

dalam pengisian kuesioner saat proses wawancara tidak diketahui.

2. Recall memory responden, meliputi daya ingat responden akan jawaban dari

pertanyaan yang sifatnya mengingat kembali.

4.3.2 Faktor kuesioner seperti:

1. Daftar pertanyaan yang diajukan belum dapat mewakili keseluruhan dari

aspeek yang diteliti (tingkat pengetahuan serta sikap dan perilaku).

2. Meskipun kuesioner yang digunakan diadopsi dari kuesioner yang telah

dipublikasikan (artinya telah melalui uji validitas yang tepat) namun karena

yang diadopsi tidak secara keseluruhan, maka kuesioner ini dirasa masih

belum dapat mewakili aspek pertanyaan yang diteliti.

3. Pada penelitian ini tidak ditanyakan tentang besar penghasilan keluarga dan

faktor sosial budaya subyek penelitian yang mungkin akan sangat

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI.

Page 25: SPSS

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Tidak terdapat hubungan antara tingkap pengetahuan Ibu tentang MP-ASI dengan

angka kejadian diare

2. Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) terhadap ketepatan waktu pemberiannya

3. Profil tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI adalah sebagian besar

responden memiliki tingkat pengetahuan kurang, yaitu sejumlah 37 orang

responden (52,9 %), 25 orang responden (35,7 %) memiliki pengetahuan cukup

dan sisanya yaitu sejumlah 8 orang responden (11,4 %) memiliki pengetahuan

yang baik.

4. Profil pemberian MP-ASI di Desa Jenggik wilayah kerja puskesmas Terara

Kabupaten Lombok Timur adalah sebagian besar responden yakni sejumlah 42

orang responden (60 %) memberikan MP-ASI tepat pada waktunya, sedangkan 28

orang responden lainnya (40 %) memberikan MP-ASI tidak tepat pada waktunya.

Page 26: SPSS

5.2 Saran

Berdasarkan pada simpulan hasil penelitian tersebut, maka peneliti mencoba memberikan

saran- saran sebagai berikut:

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan perbaikan terhadap istrumen dan

penggunaan metode penelitian yang berbeda.

2. Pada penelitian berikutnya perlu dikaji faktor lainnya yang dapat mempengaruhi

variabel sikap dan perilaku seperti faktor sosial budaya serta tingkat ekonomi.

3. Diperlukan penambahan jumlah sampel untuk meningkatkan ketepatan hasil

penelitian.

4. Pada penelitian berikutnya perlu digunakan kuisioner dengan tingkat kevalidan

lebih tinggi.

Page 27: SPSS

DAFTAR PUSTAKA