spondio

20
1 BAB I PENDAHULUAN Spondilosis servikal merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut, dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi). Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri servikal, nyeri tengkuk atau cervical syndrome merupakan keluhan yang sering di jumpai di praktik klinik. Tiap tahun 16,6% populasi dewasa mengeluh rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% berlanjut menjadi nyeri leher yang berat. Incidence nyeri leher meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih sering mengenai pria daripada Wanita dengan perbandingan 1,67:1. Meskipun dapat sebagai akibat adanya proses patologis pada jaringan lunak, namun lebih sering akibat kondisi yang berhubungan dengan cervical spine. Sumber nyeri leher yang berhubungan dengan cervical spine antara lain cervical spondylosis, radiculapathy atau kompresi pada radix saraf, myelopathy atau kompresi pada medulla spinalis cervical, cedera, iritasi pada otot- otot paraspinal. Spondilosis servikal disebabkan karena proses penuaan. Perubahan radiologis ditemukan pada 75% pasien diatas 50 tahun yang tidak mempunyai keluhan spontan yang berkaitan dengan leher. Karena perubahan tampaknya lebih dini pada pria, diperkirakan sebagian berhuhungan dengan cedera kerja, namun jarang ditemukan adanya kejadian yang berhubungan langsung. Namun cedera jelas merupakan faktor yang mempresipitasi gejala pada pasien penderita spondilosis. Pengobatan atau perawatan pada spondilosis servikalis biasanya konservatif, yang yang paling sering digunakan adalah obat anti inflamasi (NSAIDs), modalitas fisik, dan modifikasi gaya hidup. Untuk tindakan pembedahan kadang- kadang dilakukan. Tindakan pembedahan dianjurkan untuk radikulopaty servikal pasien dengan klinis yang berat, gejala progresif, atau kegagalan dengan terapi konservatif. BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN II.1 DEFINISI Spondilosis servikalis merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut, dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi). II.2 ANATOMI

Transcript of spondio

Page 1: spondio

1

BAB I

PENDAHULUAN

Spondilosis servikal merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut,

dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi).

Nyeri leher atau dikenal juga sebagai nyeri servikal, nyeri tengkuk atau cervical syndrome

merupakan keluhan yang sering di jumpai di praktik klinik. Tiap tahun 16,6% populasi dewasa mengeluh

rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% berlanjut menjadi nyeri leher yang berat. Incidence nyeri leher

meningkat dengan bertambahnya usia. Lebih sering mengenai pria daripada Wanita dengan perbandingan

1,67:1. Meskipun dapat sebagai akibat adanya proses patologis pada jaringan lunak, namun lebih sering

akibat kondisi yang berhubungan dengan cervical spine. Sumber nyeri leher yang berhubungan dengan

cervical spine antara lain cervical spondylosis, radiculapathy atau kompresi pada radix saraf, myelopathy

atau kompresi pada medulla spinalis cervical, cedera, iritasi pada otot-otot paraspinal.

Spondilosis servikal disebabkan karena proses penuaan. Perubahan radiologis ditemukan pada 75%

pasien diatas 50 tahun yang tidak mempunyai keluhan spontan yang berkaitan dengan leher. Karena

perubahan tampaknya lebih dini pada pria, diperkirakan sebagian berhuhungan dengan cedera kerja, namun

jarang ditemukan adanya kejadian yang berhubungan langsung. Namun cedera jelas merupakan faktor yang

mempresipitasi gejala pada pasien penderita spondilosis.

Pengobatan atau perawatan pada spondilosis servikalis biasanya konservatif, yang yang paling sering

digunakan adalah obat anti inflamasi (NSAIDs), modalitas fisik, dan modifikasi gaya hidup. Untuk tindakan

pembedahan kadang- kadang dilakukan. Tindakan pembedahan dianjurkan untuk radikulopaty servikal

pasien dengan klinis yang berat, gejala progresif, atau kegagalan dengan terapi konservatif.

           BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II.1 DEFINISI

Spondilosis servikalis merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut,

dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi).

II.2 ANATOMI

                                               

SPONDILOSIS SERVIKALIS

Page 2: spondio

2

            Cervical spine terdiri atas 7 vertebra dan 8 saraf servikal. Fungsi utama leher adalah menghubungkan

kepala dengan tubuh. Stabilitas kepala tergantung pada 7 buah vertebra servikal. Hubungan antara vertebra

servikal melalui suatu susunan persendian yang cukup rumit. Gerakan leher dimungkinkan karena adanya

berbagai pensendian, facet joint yang ada di posterior memegang peranan penting.Sepertiga gerakan fleksi

dan ekstensi dan setengah dari gerakan laterofleksi terjadi pada sendi atlantooccipitalis (dasar tengkorak

dengan VC1).Sendi atlantoaxialis (VC1-VC2) memegang peranan pada 50% gerakan rotational. VC2

hingga VC7 memegang peranan pada dua per tiga gerakan fleksi dan ekstensi, 50% gerakan rotasi dan 50%

gerakan laterofleksi.

Delapan saraf servikal berasal dari medulla spinalis segmen servikal, 7 saraf servikal keluar dari

medula spinalis di atas vertebra yang bersangkutan, namun saraf servikal ke 8 keluar dari medulla spinalis di

bawah VC7 dan di atas VTh1 serta costa pertama. Saraf-saraf ini memberikan layanan saraf sensorik pada

tubuh bagian atas dan ekstremitas superior berdasarkan pola dermatom. Sedangkan layanan motoris dan

refleks dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 1. Layanan innervasi motorik dan refleks dari akar saraf servikal

Cervical spine dalam kehidupan sehari-hari bekerja sangat berat, tidak terhitung jumlah gerakan yang harus

dilakukan dalam proses menunjang fungsi kepala. Fungsi kepala antara lain berbicara, melihat, membau,

mendengar, makan / minum dan menahan keseimbangan sewaktu tubuh bergerak. Setiap gerakan dari

bagian tubuh tertentu harus diimbangi gerakan servikal, maka tidak mengherankan nyeri servikal sering

timbul.

 II.3 PENYEBAB NYERI SERVIKAL

Struktur ini bila terkena proses penyakit dapat menimbulkan rasa nyeri termasuk di antaranya adalah

otot, ligamentum, facet joint, periosteum, jaringan fibrous, discus intervertebralis, osteofit. Penyakit yang

mendasarinya (underlying disease) antara lain : rheumatoid arthritis, spondyloarthritis, polymyalgia

rheumatica, metastasis tumor ke tulang, diffuse idiopahtic skeletal hyperostosis, ankylosing spondylitis,

reactive cervical strain, osteoporosis, diabetes mellitus, alergi. infeksi oleh virus atau bakteri, stress

psikologis, kebiasaan tidur yang jelek.

 Selain itu dapat pula berhubungan dengan salah sikap : hiperekstensi pada usia lanjut, trauma akut :

whiplash injury akibat tabrakan mobil, olahraga kontak badan. trauma menahun : tukang cat plafon,

overuse / penyalahgunaan : menoleh terlalu lama saat memundurkan mobil.

Beberapa kondisi yang berhubungan dengan nyeri servikal :

Saraf Innervasi motorik Refleks

VC 3-5 Diafragma

VC5 otot deltoid, biceps

VC6 ekstensor wrist, abduktor dan

ekstensor thumb

VC 5-6 biceps, brachioradialis

VC7 triceps, fleksor wrist, ekstensor jari

VC 6-7 Tricpes

VC8 fleksor jari

VTh1 otot-otot intrinsik tangan

Page 3: spondio

3

1. Degeneratif arthritis

Merupakan salah satu kondisi yang sangat sering mengenai leher pada orang setelah umur pertengahan dan

menimbulkan rasa nyeri, dikenal juga sebagai CERVICAL SPONDYLOSIS. Termasuk di antaranya adalah

OA pada facet joint, degenerasi discus intervertenralis. Keluhan yang sangat sering diungkapkan pada

kondisi ini adalah kaku kuduk (neck stiffness) atau rasa nyeri, yang timbul akibat kapsul sendi yang

mengandung serabut saraf sangat sensitif terhadap peregangan atau distorsi, selain itu ligamentum dan

tendon di leher sensitif juga terhadap regangan dan torsi oleh gerakan yang keras atau overuse leher atau

bagian atas punggung, juga osteofit dapat menekan akar saraf atau medulla spinalis.

Radiologis tampak perubahan discus intervertebralis, pembentukan osteofitparavertebral dan facet joint serta

perubahan arcus laminalis posterior.Osteofit yang terbentuk seringkali menonjol ke dalam foramen

intervertebrale dan mengadakan iritasi atau menekan akar saraf. Ekstensi servikal dapat meningkatkan

intensitas rasa nyeri. Perubahan-perubahan ini sering tampak di antrara VC5 dan VTh1, yang menyebabkan

timbulnya gejala kaku (stiffness) pada cervical spine bawah dan tidak jarang menimbulkan hipermobilitas

kompensatorik cervical spine atas..

2. Cervical radiculopathy

Merupakan nyeri neurogenik. Nyeri terasa tajam dengan intensitas tinggi atau terasa panas seperti terbakar.

Pasien mengatakan seperti terkena setrom listrik yang menjalar ke lengan sesuai dengan dermatom akar

saraf.

Disebabkan oleh adanya kompresi satu atau lebih akar saraf, 70 – 90% akibat penyempitan foramen

intervertebralis, sisanya akibat kompresi oleh HNP, 0,1% radiculopathy akibat spinal stenosis kongenital.

Foramen intervertebrale menyempit akibat membesarnya osteofit paravetebral dan facet joint. Bila ukuran

lubang foramen perlahan-lahan mengecil, hanya butuh strain cervical yang ringan saja sudah dapat

membangkitkan gejala radikuler berapa nyeri atau rasa kebas, yang menjalar dari lateral leher, turun menuju

bahu, lengan dan pergelangan tangan. Tergantung akar saraf mana yang mengalami kompresi, tangan sisi

radial atau ulnar juga dapat merasakan. Biasanya gejala berlangsung singkat dan dapat muncul pada posisi

tertentu. Banyak pasien merasakan peredaan keluhan bila tangan yang terkena diletakkan di belakang kepala

(the arm abduction sign).

Gejala yang timbul akibat iritasi atau kompresi pada akar saraf akan berbeda-beda sesuai dengan akar saraf

mana yang terkena :

a. VC1 & VC2 : menimbulkan nyeri kepala oksipital. Nyeri terasa tumpul dan difus.   Nyeri dapat sangat

hebat sampai kepala dipegang dengan dua tangan, hal ini disebabkan goyangan kepala sedikit saja akan

menambah rasa nyeri.

b. VC3 : terasa tebal / kesemutan di pipi posterior dan daerah temporal.                                   VC4   : nyeri

meliputi tengah sevikal ke bahu, spina scapula, tengah  deltoid dan  clavicula.

 c. VC3 & VC4 : nyeri terasa tumpul dan dalam, merujuk ke bahu. Rasa nyeri bertambah karena gerakan

spinal atau perubahan cairan serebrospinal sewaktu batuk atau bersin.

 d.  VC5: nyeri servikal yang berasal dari iritasi akar saraf VC5 hanya 5%

    VC5 - VTh1 : dapat melibatkan traktus piramidal.

 VC6 - VC8 : paling sering terjadi dan umumnya dicetuskan oleh keadaan tertentu    berdasarkan adanya

spondilosis. Rasa nyeri dapat merujuk ks dada depan dan disangka nyeri akibat adanya iskemia miokard.

Page 4: spondio

4

3.       Cervical disk herniation (HNP cervical)

Biasanya ditemukan pada usia muda. Herniasi terjadi akibat adanya kelainan diskus intervertebralis, nucleus

pulposus yang berupa material gelatinous yang ada di bagian dalam mengalami prolaps melalui lapisan

annulus fibrosus yang serupa ligamentum yang ada di luarnya. Protrusi ini dapat menekan akar saraf dan

menimbulkan inflamasi (melibatkan interleukin dan substance P) yang mendasari terjadinya radiculopathy.

Herniasi terjadi melalui lesi yang timbul pada annulus posterior di samping kanan dan kiri ligamentum

longitudinale posterior. Herniasi ke anterior dan lateral jarang terjadi. Penyebab HNP umumnya karena

trauma. Kelainan bawaan annulus jarang ditemukan.

Rasa nyeri terasa tumpul dan dalam atau ngilu.dirujuk ke scapula medial, bahu atas / belakang,

bagian posterior lengan bawah, siku, hingga pergelangan tangan. Fleksi servekal ke depan menambah rasa

nyeri. Rasa nyeri dapat unilateral atau bilateral tergantung lokasi dan luasanya protrusi. Sebagian besar HNP

cervical timbul di antara VC5 dan VTh1, akar saraf VC7 yang paling sering terkena. Khas ditemukan

kelemahan otot triceps dan penurunan atau hilangnya refleks disertai nyeri pada sisi medial lengan bawah,

serta rasa kebas pada dua jari sisi ulnar.

Pada beberapa kasus, gejala radikuler dapat disertai rasa berat pada kedua tungkai, kesulitan berjalan

melalui garis lurus (barefoot heel-to-toe walking), gangguan fine motor skills (memasang kancing baju,

memanipulasi benda-benda kecil), Lhermitte phenomenon (fleksi – ekstensi leher diikuti timbulnya rasa

nyeri tajam seperti tersengat listrik turun melalui spinal menuju ke lengan dan tungkai). Dapat pula

ditemukan penurunan tonus otot-otot tungkai, hiperrefleksi, clonus pergelangan kaki dan refleks patologis

(Hoffmann sign dan Babinsky sign), gejala-gejala ini mirip dengan gejala-gejala akibat adanya spinal

stenosis yang disertai myelopathy.

Tabel 2. Temuan klinik pada HNP sesuai dengan letaknya

Level HNP Temuan klinikVC 5 – 6 Nyeri : puncak bahu; otot trapezius, dengan

radiasi ke bagian anterior lengan atas; sisi radial lengan bawah; ibu jari tangan.Gangguan sensorik : area yang sama di atas.Kelemahan : fleksi lengan bawahRefleks : menurun atau hilangnya refleks biceps dan supinator

VC 6 – 7 Nyeri : scapula; area pectoral, medial axilla, dengan radiasi ke posterolateral lengan atas; dorsal siku dan lengan bawah; jari telunjuk dan jari tengah (atau seluruh jari-jari).Gangguan sensorik : area sama di atas.Kelemahan : ekstensi lengan bawah, kadang-kadang pergelangan tangan.Refleks : menurun atau hilangnya refleks triceps.

VC7 – VTh1 (saraf ke 8) Nyeri : sisi medial lengan bawah.Gangguan sensorik : medial lengan bawah dan sisi ulnar tangan.Kelemahan : otot-otot intrinsic tangan.

Page 5: spondio

5

4. Myelopathy

Menimbulkan nyeri mielogenik. Rasa nyeri terasa seperti gelombang shock merujuk ke bagian bawah

spinal, adakalanya merujuk ke keempat ekstremitas. Myelopathy timbul akibat adanya HNP dan servikal

spondylosis yang menekan medulla spinalis. Myelopathy pada umumnya berkembang lambat dan gejala

memburuk secara perlahan-lahan. Namun pada beberapa kasus dapat berkembang progresif cepat. Tanpa

pembedahan, dua per tiga akan memburuk, secara bertahap akan terjadi gangguan BAB dan BAK, pasien

akan hidup di atas kursi roda akibat gangguan koordinasi, kelemahan dan sering jatuh. Adanya HNP,

osteofit, sklerosis dan hipertrofi kapsul, jaringan lunak dan ligamentum flavum dapat menyempitkan kanalis

servikalis, hal ini dapat menekan medulla spinalis secara langsung atau menekan arteri spinalis anterior dan

posterior dengan akibat timbul mielopati.

II.4 PATOFISIOLOGI

            Spondilosis servikal merupakan hasil dari degenerasi diskus intervertebralis. Umur diskus, fragmen

dan fraktur. Awalnya terjadi dalam nucleus pulposus yang menyebabkan lamella annular pusat tekuk

kedalam sedangkan band luar konsentris tonjolan luar annulus fibrosis. Hal ini menyebabkan peningkatan

stress mekanik pada kartilago vertebral.

Pembentukan tulang subperiosteal terjadi berikutnya, membentuk bar osteofit yang memperpanjang aspek

ventral dari kanal tulang belakang kadang dapat juga melewati batas jaringan saraf. Ini kemungkinan besar

untuk menstabilkan vertebra yang berdekatan, yang pergerakkannya berlebihan sebagai hasil dari hilangnya

material diskus. Selain itu hipertropi dari proses uncinate terjadi, sering melewati dibagian ventrolateral dari

foramina intervertebralis. Iritasi saraf dapat juga terjadi sebagai proteoglikan diskus intervertebralis yang

terdegradasi.

Patologi

yang mengenai Lesi  primer mungkin kolapsnya diskus  dengan  protrusi anuler  sekitar  kelilingnya. 

Ligamen  terdorong  dari  perlekatannya  pada  tepi badan ruas  tulang  belakang, terbentuk  osteofit  reaktif,

dan  ligamennya  sendiri menebal. Bersamaan dengan protrusi anuler, osteofit dan ligament megurangi

diameter anteroposterior kanal spinal. Perubahan  osteoartritik pada sendi neuro-sentral, yang berdekatan

dengan foramina C3 hingga C7, menyebabkan proliferasi tulang selanjutnya, yang  mempersempit foramina

intervertebral yang sudah sempit oleh protrusi diskus dan osteofit. Mobilitas tulang belakang sendiri juga 

terganggu,  terbatas karena perubahan diskus memberat dan meluas pada tingkat  yang  tidak terkena diatas

dan dibawahnya. Beberapa  faktor berperan pada terbentuknya  tanda dan  gejala. Kord spinal, terletak

terikat pada kanal spinal yang menyempit, terancam akan tambahan  kompresi bahkan saat gerak leher

normal. Misalnya pada ekstensi, ligamen  flava  melipat  dan  dapat menjadi penyebab kompresi posterior. 

Karena gerakan ekstrem yang mencapai kord  merupakan bahaya yang besar, gejala mendadak bisa terjadi

setelah fleksi atau ekstensi  berlebihan  akibat  kecelakaan  atau  endoskopi  dengan anesthesia

Myelopathy spondylotik servikal terjadi akibat dari beberapa faktor patofisiologi penting. Ini merupakan

statis-mekanis, dinamis-mekanis, iskemia saraf tulang belakang. Pada osteofit, saraf servikal menjadi

menyempit yang cenderung untuk mengembangkan terjadinya myelopathy spondylotic servikal.

II.5GEJALA

Spondilosis servikalis menyebabkan menyempitnya kanal spinalis (tempat lewatnya medula spinalis) di

leher dan menekan medula spinalis atau akar saraf spinalis, sehingga menyebabkan Kelainanfungsi. 

Page 6: spondio

6

Gejalanya bisa menggambarkan suatu penekanan medula spinalis maupun kerusakan akar sarafnya. Jika

terjadi penekanan medula spinalis, maka pertanda awalnya biasanya adalah

·         perubahan pada cara berjalan.

·         Gerakan kaki menjadi kaku dan penderita berjalan dengan goyah.

·         Leher terasa nyeri, teutama jika akar sarafnya terkena.

·         Abnormalitas reflex

·         Mati rasa dan kelemahan pada lengan, tangan, dan kaki

·         Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus atau retensi urin

Kelemahan dan penciutan otot pada salah satu atau kedua lengan bisa terjadi sebelum maupun sesudah

timbulnya gejala penekanan medula spinalis. Pasien biasanya berumur 40 tahun, mengeluh nyeri leher dan

kekakuan. Gejala timbul perlahan – lahan dan sering semakin buruk pada saat bangun tidur. Nyeri dapat

menjalar luas kebelakang kepala, otot scapula dan turun kesalah satu atau kedua lengan. Parestesia,

kelemahan dan kekakuan kadang- kadang timbul. Secara khas terjadi eksaserbasi gangguan yang semakin

berat, dan terdapat periode reda yang relatif lama. Penampilan pasien adalah normal. Nyeri tekan terasa pada

otot leher posterior dan daerah scapula, semua gerakan terbatas dan nyeri. Pada salah satu atau kedua lengan

kadang-kadang dapat ditemukan baal atau kelemahan dan salah satu refleknya dapat tertekan.

Tanda-tanda Radiologi

1.      Penyempitan ruang diskus, hanya mengenai satu ruang pada 40%, dua ruang pada 40 %, dan lebih dari

pada sisanya. Lebih sediikit dari sepertiga mengenai C5/C6 dan sedikit kurang dari sepertiganya mengenai

C6/C7 atau C4/C5, jarang pada C3/C4 terkena dan C7/T1 jarang terjadi.

2.      Perubahan kurva normal, umumnya hilangnya lordosis normal, mungkin terbatas hingga dua tulang

belekang berdekatan, dan mobilitas yang terbatas harus dibandingkan saat pengambilan posisi fleksi dan

ekstensi.

3.      Osteofit lebih nyata dianterior, namun pertumbuhan berlebihan diposterior lebih penting, penyempitan

foraminal tampak hanya pada tampilan oblik.

4.      Indentasi mielografik dura anterior tidak selalu mendukung tingkat maksimal kolaps diskus dan osteofit.

Indentasi posterior akibat ligament flava tampak bila film diiambil saat ekstensi. Blok total jarang, naamun

bila terjadi bisa berarti proolaps diskus akut.

5.      CT scan yang dilakukan dalam beberapa jam setelah mielogram bisa lebih tepat menentukan tempat dan

perluasan kompresi. Perubahan serupa  dapat tampak pada MRI scan sagital.

Pada pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri leher, tanda-tanda radicular, dan tanda-tanda myelopathi. Pasien

dengan nyeri leher dari spondilosis sering hadir dengan leher kaku. Ini merupakan tanda spesifik dan

penyebab lain dari nyeri leher dan kekakuan (misalnya nyeri miopasial, patologi bahu intrinsik) harus

dipertimbangkan.

·         Uji kompresi leher, jika positif sangat berguna untuk menilai pasien dengan radikulopati servikal

Tes ini sebaiknya dilakukan dengan memiliki pasien aktif, mengikuti intruksi untuk menegakkan leher,

lateral fleksi, dan memutar ke sisi yang sakit.selanjutnya pada kompresi perlu kehati-hatian dalam

memberikan beban aksial. Maneuver ini bekerja dengan mempersempit foramina syaraf ipsilateral selama

fleksi dan rotasi sedangkan ekstensi menyebabkan awal diskus posterior menonjol.

Page 7: spondio

7

·         Dalam myelopathy spondilosis servikal, temuan pemeriksaan yang paling khas adalah disfungsi motorik

atas, termasuk hiperaktif reflex tendon dalam, pergelangan kaki dan atau klonus patella, kelenturan

( terutama bagiab bawah kaki), tanda babizki, tanda tanda Hoffman

·         Sebuah tes lain kadang – kadang berguna seperti tes otot pectoralis reflexs.

-Hal ini dilakukan dengan menekan tendon pectoralis dialur deltopektoralis, yang menyebabkan adduksi dan

internal rotasi bahu jika hiperaktif. Hasil yang positif menunjukkan kompresi ditulang belakang leher bagian

atas (C2-C4).

II.6 FAKTOR RISIKO

Penuaan dan keausan pada tulang belakang adalah faktor risiko utama untuk spondylosis

servikal. Selain usia dan jenis kelamin, beberapa faktor risiko untuk spondilosis servikalis adalah Trauma

yang berulang – ulang ( membawa beban aksial, menari professional,senam dll)

II.7 PEMERIKSAAN PENCITRAAN

Poto polos tulang belakang leher yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosa adanya spondilosis

servikal namun pencitraan pilihan tetap MRI karena MRI membantu menunjukkan lokasi penyempitan

kanalis spinalis, beratnya penekanan dan penyebaran akar saraf yang terlibat.

§  Foto polos dapat membantu menilai kontribusi aligment tulang belakang dan spondylolisthesis degeneratif

stenosis kanal.

§  MRI adalah prosedur non – invasive dan bebas radiasi yang menyediakan pencitraan yang sangat baik dari

sumsum tulang belakang dan ruang subarachnoid dan merupakan metode yang sangat sensitive untuk

menentukan keterlibatan patologi extradural.

II.8 KOMPLIKASI

spondilosis servikal merupakan penyebab paling umum dari disfungsi saraf tulang belakang pada

orang dewasa yang lebih tua. Pada sejumlah kecil kasus, spondilosis servikal dapat memampatkan satu atau

lebih saraf tulang belakang - sebuah kondisi yang disebut radikulopati servikal. Taji tulang dan

penyimpangan lain yang disebabkan oleh spondilosis servikal juga dapat mengurangi diameter kanal yang

saraf tulang belakang. Ketika saluran spinalis menyempit ke titik yang menyebabkan cedera tulang

belakang, kondisi yang dihasilkan disebut sebagai myelopathy serviks. Kedua radikulopati servikalis dan

myelopathy serviks dapat mengakibatkan cacat permanen.

a.Radikulopati Spondilotik Servikal

               Nyeri  merupakan keluhan utama,tumpul dan sakit pada leher dan bahu dengan nyeri menjalar dari

lengan kesiku atau pergelangan. Walau hanya satu akar terkena, nyeri menyebar kesekitar distribusi

dermatom, mungkin karena nyeri  juga terjadi didalam otot yang dicatu akar bersangkutan. Nyeri  mungkin

juga timbul dari diskus sendiri, menyebabkan nyeri pada leher, daerah trapezius  dan skapuler. Spasme  dan

nyeri otot menambah  penyebaran nyeri sekunder, terutama kedaerah oksipital, yang dikeluhkan sebagai

nyeri kepal. Parestesia  sering dialami pada lengan  dan ujung jempol (akar C6 akibat lesi C5/6) atau pada

jari tengah(C7  akibat  lesi C6/7). Gangguan  sensori,  kelemahan, pengecilan otot dan perubahan refleks

biasanya ringan.Keluhan mungkin tampil relatif mendadak, terkadang dipresipitasi oleh trauma, atau dapat

terjadi perlahan- lahan;  serangan  berulang  nyeri  akut terjadi pada beberapa  pasien. Terkadang nyeri 

Page 8: spondio

8

berhubungan dengan pergerakan dan posisi. Keadaan ini harus dibedakan dari neuritis  brakhial  postviral,

kompresi  pintu  torasik terhadap  pleksus brakhial, dan jeratan  perifer  saraf median  atau ulnar. Yang

terakhir ini terkadang tampak bersamaan dengan spondilosis, sindroma 'double crush'.

Tindakan

Mengistirahatkan bagian yang terkena merupakan dasar dari semua metoda.  Gerakan yang memperparah

harus dicegah, walaupun ini.merupakan kasus yang  individual. Lengan harus disangga dari bahu yang sehat

dengan saling disertai dengan analgesik; pemanasan lokal dan diatermi gelombang pendek mungkin cukup

memberikan perbaikan. Fisioterapi aktif dikontra-indikasikan, selain  latihan  penguatan gelang bahu. Anti-

inflamatori non- steroidal mungkin bermanfaat. Kolar memberikan immobilisasi yang lebih efektif, terbaik

menggunakan kolar jenis  Philadelphia dengan penyangga oksipital dan mental. Kolar cincin sederhana

dapat dipakai, namun kolar lembut hanya membuang waktu. Agar efektif, kolar harus dipakai  dengan 

benar  dan konsisten. Bila terjadi perbaikan, pemakaian kolar bisa dihentikan secara bertahap. Pasien  bisa 

dianjurkan  kembali  bekerja dengan kolar terpasang, dan ini akan bermanfaat karena immobilisasi harus

diteruskan  hingga  3  atau 4 minggu setelah nyeri berkurang; pergerakaan normal yang dilakukan secara

prematur sering  berakibat kambuhnya penyakit.

 

b. Mielopati Spondilotik Servikal

         Timbulnya spastisitas tungkai secara perlahan adalah bentuk onset yang paling sering, diketahui

pertama-tama bisa berupa kelambatan atau kekakuan  dalam  berjalan. Kelemahan kurang parah bila

dibanding peninggian  tonus dan peninggian refleks dalam. Lebih dari duapertiga mengalami gangguan

sensori, namun kecuali mielopati memburuk, jarang  mencapai  tingkat  yang  jelas,  dan sering terjadi  pada

torasik sebelah atas dari pada servikal;  defisit  lain adalah  jenis radikuler, dan terkadang dijumpai kelainan

yang menyerupai  siringo-  mielia.  Banyak yang mengeluh nyeri dan kaku leher, dengan kekakuan tangan

serta parestesia pada  osteofit C3/4.Perburukan mendadak mielopati servikal, atau bahkan tampilnya

sindroma kord spinal mendadak untuk pertama kalinya, mungkin timbul setelah trauma.  Cedera

hiperekstensi   yang  tidak  cukup  untuk   menyebabkan fraktura atau dislokasi adalah yang paling

bertanggung jawab untuk mempresipitasi lesi spinal transversa  pada pasien dengan spondilosis servikal,

bahkan walau  tetap asimtomatis. Tergelincir atau jatuh pada kepala (dengan akibat abrasi frontal) adalah

mekanisme yang umum, tapi juga  hiperekstensi  pada saat tindakan  bedah  seperti tonsilektomi, 

bronkhoskopi  dan  esofagoskopi;  bahkan manipulasi untuk memasang pipa endotrakheal oleh ahli anestesi

dapat membahayakan kord, terutama ketika semua spasme  otot protektif dihilangkan oleh obat  relaksan.

Sindroma  kord  sentral yang terjadi  menimbulkan  lesi neuron  motor  bawah  pada  tangan  serta  

spastisitas tungkai.  Setelah  berjalan  18  bulan,  sekitar   50 %  membaik.

Tindakan

        Riwayat sebenarnya, tidak akan mengarahkan  perjalanan biasanya lambat. Sekali gejala tampil,

dekompresi beda harus  dipertimbangkan,  baik mewlalui  jalur anterior maupun posterior. Pada pendekatan

anterior dilakukan pengangkatan disk bersangkutan bersama dengan  batang  osteofit. Dekompresi harus

diperluas  kelateral yaitu keproksimal kanal akar. Pasak  tulang  allograf  atau tulang  yang  disterilkan 

dengan  cara  radiasi  serta  diliofilisasi  dipakai  menggantikan lubang jaringan dengan ukuran yang sama,

mengisi badan ruas tulang belakang  berseberangan dan disk yang berdegenerasi diantaranya (operasi

Page 9: spondio

9

Cloward). Ini bisa dilakukan  pada dua atau tiga tingkat bila diperlukan. Terkadang fiksasi  anterior

tambahan dengan memakai  pelat  metal diperlukan. Dengan seleksi yang teliti, 70-80 % pas membaik.

 

 

II.9PENATALAKSANAAN

Tanpa pengobatan, tanda-tanda dan gejala spondilosis servikalis biasanya menurun atau stabil. Kadang –

kadang ada yang memburuk. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi nyeri, membantu untuk

mempertahankan kegiatan yang biasa dilakukan dan mencegah ke sumsum tulang belakang dan saraf.

Ada 3 jenis penanganan :

-          Ringan

-          Serius

-          Operasi

·         Penanganan kasus – kasus ringan

-          Memakai penjepit leher ( collar neck) untuk membantu membatasi gerakan leher dan mengurangi iritasi

saraf.

-          Minum obat penghilang rasa sakit seperti aspirin, ibuprofen, (advil, Motrin) atau asetaminofen.

-          Melakukan latihan yang diintruksi oleh ahli terapi fisik untuk merengangkan leher dan bahu. Latihan

oerobik juga dapat dilakukan seperti berjalan dll.

·         Pengobatan kasus yang lebih serius

Untuk kasus yang lebih berat, perawatan nonsurgical mungkin termasuk:

-          Traksi pada leher untuk satu atauu dua minggu untuk mengurangi tekanan pada saraf tulang belakang.

-          Modifikasi latihan dengan istirahat berselang. Orang- orang yang tetap aktif dianjurkan tetap istirahat

dalam posisi yang nyaman agar tidak memperburuk rasa sakit dan pulih lebih cepat.

-          Mengambil relaksan otot, saraf atau pil penghilang rasa sakit (methocarbaamol/ robaxin  atau

cyslobenzaprine terutama jika terjadi kekejangan otot leher.

-          Penyuntikan obat kortikosteroid di sekitar diskus dan saraf antara tulang belakang. Injeksi kortikosteroid

mengkombinasikan  obat dengan obat bius local untuk mengurangi rasa sakit dan perandangan. Obat- obat

ini dapat membantu mencegah kebutuhan operasi.

-          Rawat inap untuk mengontrol rasa nyeri intravena mungkin diperlukan dalam kasus-kasus yang jarang

terjadi ketika perawatan nonsurgigal lain gagal.

·         Operasi

           

Jika pengobatan konservatif gagal atau jika tanda-tanda dan gejala neurologis ada seperti kelemahan di

lengan atau kaki yang semakin memburuk, perlu pembedahan. Prosedur bedah akan tergantung pada kondisi

yang mendasari seperti tulang menonjol atau stenosis tulang belakang. Pilihan bedah yang paling umum

mencakup:

·         Pendekatan frontal (anterior).

Dokter bedah akan membuat sebuah irisan di bagian depan leher dan bergerak kesamping tenggorokan

(trakea) dan kerongkongan untuk mengekpos tulang belakang leher. Ini dilakukan agar dapat mencabut

diskus hernia atau tonjolan tulang, tergantung masalah yang mendasarinya.

Page 10: spondio

10

·         Pendekatan posterior

Dokter bedah dapat melakukan pembedahan dari belakang, terutama jika beberapa bagian sarat telah

menyepit. Operasi ini disebut laminectomy, untuk mrnghilangkan bagian tulang belakang diatas kanal tulang

belakang melalui insisi belakang leher.

Risiko operasi

Resiko dari prosedur ini termasuk infeksi, pendarahan, gumpalan darah di vena kaki dan kerusakan saraf.

Selain itu, operasi tidak mungkin menghilangkan semua masalah yang terkait dengan kondisi, karena

beberapa saraf pada medulla spinalis mengalami kerusakan yang menetap.

                                                            BAB III

KESIMPULAN

·         Spondilosis servikalis merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan dan usia lanjut,

dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran (degenerasi).

·         Cervical spine terdiri atas 7 vertebra dan 8 saraf servikal. Fungsi utama leher adalah menghubungkan

kepala dengan tubuh. Stabilitas kepala tergantung pada 7 buah vertebra servikal.

·         Spondilosis servikalis menyebabkan menyempitnya kanal spinalis (tempat lewatnya medula spinalis) di

leher dan menekan medula spinalis atau akar saraf spinalis, sehingga menyebabkan Kelainan  fungsi. 

Gejalanya bisa menggambarkan suatu penekanan medula spinalis maupun kerusakan akar sarafnya. Jika

terjadi penekanan medula spinalis, maka pertanda awalnya biasanya adalah

o   perubahan pada cara berjalan.

o   Gerakan kaki menjadi kaku dan penderita berjalan dengan goyah.

o   Leher terasa nyeri, teutama jika akar sarafnya terkena.

o   Abnormalitas reflex

o   Mati rasa dan kelemahan pada lengan, tangan, dan kaki

o   Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus atau retensi urin

·         Faktor risiko spndilosis adalah penuaan dan keausan pada tulang belakang . Selain usia dan jenis kelamin,

ada beberapa faktor risiko untuk spondilosis servikalis seperti Trauma yang berulang – ulang ( membawa

beban aksial, menari professional)

·         Pemeriksaan yang digunakan selain foto polos, MRI juga menjadi modalitas karean MRI membantu

menunjukkan lokasi penyempitan kanalis spinalis, beratnya penekanan dan penyebaran akar saraf yang

terlibat.

·         Pengobatan pada spondilosis servikal berupa tindakan konservatif, Jika pengobatan konservatif gagal atau

jika tanda-tanda dan gejala neurologis ada seperti kelemahan di lengan atau kaki yang semakin memburuk,

perlu pembedahan.

Page 11: spondio

11

SPONDILOSIS LUMBALIS

1.      Definisi

Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat

diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus

intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan

berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang

posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). Secara singkat, sponsylosis adalah

kondisi dimana telah terjadi degenerasi pada  sendi intervertebral yaitu antara diskus dan corpus vertebra .

2.      Etiologi dan Faktor Resiko

Spondylosis lumbal muncul karena proses penuaan atau perubahan degeneratif.  Spondylosis lumbal

banyak pada usia 30 – 45 tahun dan paling banyak pada usia 45 tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang

pada wanita daripada laki-laki. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondylosis lumbal adalah :

a.    Kebiasaan postur yang jelek

b.   Stress mekanikal akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan gerakan mengangkat,

twisting dan membawa/memindahkan barang.

c.    Tipe tubuh

Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya progresi degenerasi pada vertebra lumbal yaitu:

a.       Faktor usia , beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa proses penuaan merupakan

faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi tulang khususnya pada tulang vertebra. Suatu penelitian

otopsi menunjukkan bahwa spondylitis deformans atau spondylosis meningkat secara linear sekitar 0% -

72% antara usia 39 – 70 tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan

sekitar 98% pada usia 70 tahun.

b.      Stress akibat aktivitas dan pekerjaan, degenerasi diskus juga berkaitan dengan aktivitas-aktivitas tertentu.

Penelitian retrospektif menunjukkan bahwa insiden trauma pada lumbar, indeks massa tubuh, beban pada

lumbal setiap hari (twisting, mengangkat, membungkuk, postur jelek yang terus menerus), dan vibrasi

seluruh tubuh (seperti berkendaraan), semuanya merupakan faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan

spondylosis dan keparahan spondylosis.

c.       Peran herediter, Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi diskus. Penelitian

Spector and MacGregor menjelaskan bahwa 50% variabilitas yang ditemukan pada osteoarthritis berkaitan

dengan faktor herediter. Kedua penelitian tersebut telah mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif

yang menunjukkan bahwa sekitar ½ (47 – 66%) spondylosis berkaitan dengan faktor genetik dan

lingkungan, sedangkan hanya 2 – 10% berkaitan dengan beban fisik dan resistance training.

d.      Adaptasi fungsional, Penelitian Humzah and Soames menjelaskan bahwa perubahan degeneratif pada

diskus berkaitan dengan beban mekanikal dan kinematik vertebra. Osteofit mungkin terbentuk dalam proses

degenerasi dan kerusakan cartilaginous mungkin terjadi tanpa pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat

terbentuk akibat adanya adaptasi fungsional terhadap instabilitas atau perubahan tuntutan pada vertebra

lumbar.

Page 12: spondio

12

3.      Patofisiologi

Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain:

a.    Annulus fibrosus  menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul retak pada berbagai sisi.

b.   Nucleus pulposus kehilangan cairan

c.    Tinggi diskus berkurang

d.   Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan

adanya tanda-tanda dan gejala.

Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan

oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus

fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush

fracture.

Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada daerah yang

sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu

selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis

intervertebralis.

Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan pada

osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama dengan penebalan

kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen

intervertebralis.

4.      Gejala klinis

Gambaran klinis yang terjadi tergantung pada lokasi yang terjadi baik itu cervical, lumbal dan

thoracal. Untuk spondylosis daerah lumbal memberikan gambaran klinis sebagai berikut:

a.    Onset, biasanya awal nyeri dirasakan tidak ada apa-apa dan tidak menjadi suatu masalah sampai beberapa

bulan. Nyeri akut biasanya ditimbulkan dari aktivitas  tidak sesuai.

b.   Nyeri, biasanya nyeri terasa disepanjang sacrum dan sacroiliac joint. Dan mungkin menjalar ke bawah

(gluteus) dan aspek lateral dari satu atau kedua hip. Pusat nyeri berasal dari tingkat L4, L5, S1.

c.    Referred pain:

1)   Nyeri mungkin saja menjalar ke arah tungkai karena adanya iritasi pada akar persarafan. Ini cenderung

pada area dermatomnya

2)   Paha (L1)

3)   Sisi anterior tungkai (L2)

4)   Sisi anterior dari tungkai knee (L3)

5)   Sisi medial kaki dan big toe (L4)

6)   Sisi lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial (L5)

7)   Jari kaki kecil, sisi lateral kaki dan sisi lateral bagian posterior kaki (S1)

8)   Tumit, sisi medial bagian posterior kaki (S2)

d.   Parasthesia, biasanya mengikuti daerah dermatom dan terasa terjepit dan tertusuk, suatu sensasi

”kesemutan” atau rasa kebas (mati rasa).

Page 13: spondio

13

e.    Spasme otot, biasanya ada peningkatan tonus erector spinae dan m. quadratus lumborum. Seringkali

terdapat tonus yang berbeda antara abduktor hip dan juga adductor hip. Kadang-kadang salah satu otot

hamstring lebih ketat dibanding yang lainnya.

f.    Keterbatasan gerakan, semua gerakan lumbar spine cenderung terbatas. Gerakan hip biasanya terbatas

secara asimetrical. Factor limitasi pada umumnya disebabkan oleh ketetatan jaringan lunak lebih dari spasm

atau nyeri.

g.   Kelemahan otot, terjadi biasanya pada otot abdominal dan otot gluteal. Kelemahan mungkin terjadi karena

adanya penekanan pada akar saraf myotomnya. Otot-otot pada tungkai yang mengalami nyeri menjalar

biasanya lebih lemah dibandingkan dengan tungkai satunya.

h.   Gambaran radiografi, terdapat penyempitan pada jarak discus dan beberapa lipping pada corpus vertebra.

5.      Pemeriksaan pencitraan

X-ray, CT scan, dan MRI digunakan hanya pada keadaan dengan komplikasi. Pemeriksaan densitas

tulang (misalnya dual-energy absorptiometry scan [DEXA]) memastikan tidak ada osteofit yang terdapat di

daerah yang digunakan untuk pengukuran densitas untuk pemeriksaan tulang belakang. Osteofit

menghasilkan gambaran massa tulang yang bertambah, sehingga membuat hasil uji densitas tulang tidak

valid dan menutupi adanya osteoporosis.

Foto X-ray polos dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique berguna untuk menunjukkan

lumbalisasi atau sakralisasi, menentukan bentuk foramina intervertebralis dan facet joint, menunjukkan

spondilosis, spondiloarthrosis, retrolistesis, spondilolisis, dan spondilolistesis. Stenosis spinalis centralis atau

stenosis recessus lateralis tidak dapat ditentukan dengan metode ini.

CT adalah metode terbaik untuk mengevaluasi penekanan osseus dan pada saat yang sama juga

nampak struktur yang lainnya. Dengan potongan setebal 3 mm, ukuran dan bentuk canalis spinalis, recessus

lateralis, facet joint, lamina, dan juga morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum

clavum juga terlihat.

MRI dengan jelas lebih canggih daripada CT dalam visualisasi struktur non osseus dan saat ini

merupakan metode terbaik untuk mengevaluasi isi canalis spinalis. Disamping itu, di luar dari penampakan

degradasi diskus pada T2 weighted image, biasanya tidak dilengkapi informasi penting untuk diagnosis

stenosis spinalis lumbalis. Bagaimanapun juga, dengan adanya perkembangan pemakaian MRI yang cepat

yang merupakan metode non invasif, peranan MRI dalam diagnosis penyakit ini akan bertambah.

Khususnya kemungkinan untuk melakukan rangkaian fungsional spinal lumbalis akan sangat bermanfaat. 

Sangat penting bahwa semua gambaran radiologis berhubungan dengan gejala-gejala, karena

penyempitan asimptomatik yang terlihat pada MRI atau CT sering ditemukan baik stenosis dari segmen

yang asimptomatik atau pasien yang sama sekali asimptomatik dan seharusnya tidak diperhitungkan.

6.      Komplikasi

Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri punggung

bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih

nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra

yang sakit.

Page 14: spondio

14

7.      Penatalaksanaan

a.    Penatalaksanaan Medis

Terdiri dari pengobatan konservatif dan pembedahan. Pada pengobatan konservatif, terdiri dari

analgesik dan memakai korset lumbal yang mana dengan mengurangi lordosis lumbalis dapat memperbaiki

gejala dan meningkatkan jarak saat berjalan. Percobaan dalam 3 bulan direkomendasikan sebagai bentuk

pengobatan awal kecuali terdapat defisit motorik atau defisit neurologis yang progresif.

Terapi pembedahan diindikasikan jika terapi konservatif gagal dan adanya gejala-gejala permanen

khususnya defisit motorik.  Pembedahan tidak dianjurkan pada keadaan tanpa komplikasi. Terapi

pembedahan tergantung pada tanda dan gejala klinis, dan sebagian karena pendekatan yang berbeda

terhadap stenosis spinalis lumbalis, tiga kelompok prosedur operasi yang dapat dilakukan anatara lain:

Operasi dekompresi,Kombinasi dekompresi dan stabilisasi dari segmen gerak yang tidak stabil, dan Operasi

stabilisasi segmen gerak yang tidak stabil

b.   Penatalaksanaan Fisioterapi

Tujuan tindakan fisioterapi pada kondisi ini yaitu untuk meredakan nyeri, mengembalikan gerakan,

penguatan otot, dan edukasi postur. Pada pemeriksaan (assessment) yang perlu diidentifikasi adalah:

1)      gambaran nyeri

2)      factor pemicu pada saat bekerja dan saat luang

3)      ketidaknormalan postur

4)      keterbatasan gerak dan faktor pembatasannya.

5)      Hilangnya gerakan accessories dan mobilitas jaringan lunak dengan palpasi.

Program intervensi fisioterapi hanya dapat direncanakan setelah melakukan assessment tersebut. Adapun

treatment yang bias digunakan dalam kondisi ini, adalah sebagai berikut:

1)      Heat , heat pad dapat menolong untuk meredakan nyeri yang terjadi pada saat penguluran otot yang

spasme.

2)      Ultrasound, sangat berguna untuk mengobati thickening yang terjadi pada otot erector spinae dan

quadratus lumborum dan pada ligamen (sacrotuberus dan saroiliac)

3)      Corsets, bisa digunakan pada nyeri akut

4)      Relaxation, dalam bermacam-macam posisi dan juga pada saat istirahat, maupun bekerja. Dengan

memperhatikan posisi yang nyaman dan support.

5)      Posture education, deformitas pada postur membutuhkan latihan pada keseluruhan alignment tubuh.

6)      Mobilizations, digunakan untuk stiffness pada segment lumbar spine, sacroiliac joint dan hip joint.

7)      Soft tissue technique, pasif stretching pada struktur yang ketat sangat diperlukan, friction dan kneading

penting untuk mengembalikan mobilitas supraspinous ligament, quadratus lumborum, erector spinae dan

glutei.

8)      Traction, traksi osilasi untuk mengurangi tekanan pada akar saraf tetapi harus dipastikan bahwa otot

paravertebral telah rileks dan telah terulur.

9)      Hydrotherapy, untuk relaksasi total dan mengurangi spasme otot. Biasanya berguna bagi pasien yang takut

untuk menggerakkan spine setelah nyeri yang hebat.

10)  Movement, hold relax bisa diterapkan untuk memperoleh gerakan fleksi. Bersamaan dengan mobilitas,

pasien melakukan latihan penguatan untuk otot lumbar dan otot hip. 

Page 15: spondio

15

11) Advice , Tidur diatas kasur yang keras dapat menolong pasien yang memiliki masalah sakit punggung dan

saat bangun, kecuali pada pasien yang nyeri nya bertambah parah pada gerakan ekstensi. Jika pasien

biasanya tidur dalam keadaan miring, sebaiknya menggunakan kasur yang lembut.