SPON sehatt.doc

24
TASK READING ” SPONDILITIS ” Kelompok V1 : Herlinawati harini RR Putri ayu hapsari Imam Hadi kurnianto Riono Pinasthi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

description

jadahh

Transcript of SPON sehatt.doc

Page 1: SPON sehatt.doc

TASK READING

” SPONDILITIS ”

Kelompok V1 :

Herlinawati harini

RR Putri ayu hapsari

Imam Hadi kurnianto

Riono Pinasthi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

MATARAM

2010

Page 2: SPON sehatt.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang

berjudul“ SPONILITIS ” dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis banyak mendapatkan

bantuan,bimbingan,masukan dan motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung

maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini,penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi arahan dan penjelasan tentang tata

cara penulisan makalah ini.

Penulis menyadari,penulisan ini masih banyak kekurangannya,untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan

laporan ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Islam Al-Azhar Mataram secara khusus dan bagi masyarakat pada umumnya.

Mataram,13 Juni 2010

Penyusun ,

Page 3: SPON sehatt.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Spondilitis adalah Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam

tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan

ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam

sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang.

Page 4: SPON sehatt.doc

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………….......….i

Daftar isi …………………………………………………………………...............ii

BAB I …………………………………………………………………………........1

Pendahuluan ……………………………………………………………...…...1

BAB II ……………………………………………………………………….…..…2

Pembahasan….……………………………………………………..………….2

BAB III………………………………………………………………………….....14

Penutup.…………………………………………………………………….....15

Daftar Pustaka……………………………………………………………….....16

Page 5: SPON sehatt.doc

BAB II

PEMBAHASAN

Spondilitis adalah Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas.

Patogenesis

Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering

membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar

tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan,

menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang.

pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Tulang, yang biasanya

terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:

Aliran darah

Penyebaran langsung

Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.

ANKYLOSING SPONDYLITIS

Berasal dari bahasa Yunani, dari kata;

Ankylosing spondylitis adalah penyakit inflamasi kronis yang terutama

menyerang pada persendian kerangka aksial (spine, sacroiliac joints, dll) dan juga

sendi perifer.

Page 6: SPON sehatt.doc

Kelengkungan Ankylosing Spondylitis bisa sampa 110º

Etiologi

Masih belum diketahui secara pasti, namun di duga karena dipenaruhi oleh faktor

genetik, yaitu adanya HLA – B27. Dan, Penelitian baru-baru ini juga ditemukan karena

adanya gen-gen ARTS1 dan IL23R yang menyebabkan Ankylosing Spondylitis ini.

Epidemiologi dan Faktor Resiko

Laki-Laki lebih rentan dibanding pada perempuan

Dapat mengenai semua kelompok umur, termasuk anak-anak, biasanya dimulai dari usia

remaja sampai 40 tahun.

Orang-orang yang mempunyai gen HLA –B27 Riwayat penyakit AS dalam keluarga.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada AS dibagi menjadi;

a. Manifetasi Skeletal

Nyeri pinggang pada ankylosing spondylitis ditandai oleh :

1) dimulai dengan adanya rasa nyaman di pinggang dan penderita sebelum berumur

40 tahun.

2) Permulaannya insidious (perlahan-lahan).

3) nyeri menetap paling sedikit selama 3 bulan;

4) berhubungan dengan kaku pada pinggang waktu pagi hari;

Page 7: SPON sehatt.doc

5) nyeri berkurang/membaik dengan olah raga.

Rasa sakit mula-mula dirasakan pada daerah gluteus bagian dalam, sulit untuk

menentukan titik asal sakitnya dengan permulaan yang insidious. Kadang-kadang pada

stadium awal nyeri dirasakan hebat di sendi sacroiliacs, dapat menjalar sampai kista,

iliaca atau daerah trochanter mayor, atau ke paha bagian belakang. Nyeri menjalar ini

sangat menyerupai nyeri akibat kompresei nervus ischiadicus. Rasa sakit bertambah pada

waktu batuk, bersin atau melakukan gerakan memutar punggung secara tiba-tiba.

Pada awalnya rasa sakit tidak menetap dan hanya menyerang satu sisi (unilateral);

sesudah beberapa bulan nyeri biasanya akan menetap dan menyerang secara bilateral

disertai rasa kaku dan sakit pada bagian di bawah lumbal. Rasa sakit dan kaku ini

dirasakan lebih berat pada pagi hari yang kadang- kadarig sampai membangunkan

penderita dari tidurnya. Sakit/ kaku pagi hari ini biasanya menghilang sesudah 3 jam. Di

samping itu kaku/sakit pagi hari ini akan berkurang sampai hilang dengan kompres

panas, olah raga atau aktivitas jasmani lain.

Pada penyakit yang ringan biasanya gejala timbul hanya di pinggang saja dan

apabila penyakitnya bertambah berat, maka gejala berawal dari daerah lumbal, kemudian

thorakal akan akhirnya sampai pada daerah servikal : untuk mencapai daerah servikal

penyakit ini memerlukan waktu selama 12-25 tahun. Penyakit ini kadang-kadang

dirasakan sembuh sementara atau untuk selamanya, akan tetapi kadang-kadang akan

berjalan terus dan mengakibatkan terserangnya seluruh tebrae.

Selama perjalanan penyakitnya dapat terjadi nyeri radi-kuler karena terserangnya

vertebra thorakal atau servikal dan apabila telah terjadi ankylose sempurna, keluhan nyeri

akan menghilang.

Nyeri dada

Dengan terserangnya vertebra thorakalis termasuk sendi kostovertebra dan adanya

enthesopati pada daerah persendian kostosternal dan manubrium sternum, penderita akan

merasakan nyeri dada yang bertambah pada waktu batuk atau bersin. Keadaan ini sangat

Page 8: SPON sehatt.doc

menyerupai pleuritic pain. Nyeri dada karena terserangnya persendian costovertebra dan

costotranver-sum sering kali disertai dengan nyeri tekan daerah costosternal junction.

Pengurangan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang sering kali dijumpai pada

stadium awal. Keluhan nyeri dada sering ditemukan pada penderita dengan HLA-B27

positif walaupun secara radiologis tidak tampak adanya kelainan sendi sacroiliaca

(sacroiliitis).

Nyeri tekan pada tempat tertentu

Nyeri tekan ekstra-artikuler dapat dijumpai di daerah- daerah tertentu pada

beberapa penderita. Keadaan ini disebab-kan oleh enthesitis, yaitu reaksi inflamasi yang

terjadi pada inserasi tendon tulang. Nyeri tekan dapat dijumpai pada daerah-daerah

sambungan costosternal, prosesus spinosus, krista iliaca, trochanter mayor, ischial

tuberosities atau tumtit (achiles tendinitis atau plantar fasciitis). Pada pemeriksaan

radiologis kadang-kadang dapat ditemukan osteofit

Nyeri sendi lutut dan bahu

Sendi panggul dan bahu merupakan persendian ekstra- axial yang paling sering

terserang (35%). Kelainan ini merupakan manifestasi yang sering dijumpai pada juvenile

ankylosing spondylitis. Pada ankylosing spondylitis yang menyerang anak-anak antara

umur 8-10 tahun, keluhan pada sendi panggul sering dijumpai, terutama pada penderita

dengan HLA-B27 positif atau titer ANA negatif. Sendi lutut juga sering terserang,

dengan manifestasi efusi yang intermitten. Di samping itu sendi temporomandibularis

juga dapat terserang (10%).

b. Manifestasi Ekstra sekeletal

1) Mata

Uveitis anterior akut atau iridocyclitis merupakan manifestasi ekstra skeletal yang

sering dijumpai (20-30%). Permula-annya biasanya akut dan unilateral, akan tetapi yang

terserang dapat bergantian. Mata tampak merah dan terasa sakit disertai dengan adanya

Page 9: SPON sehatt.doc

gangguan penglihatan, kadang-kadang ditemukan fotopobia dan hiperlakrimasi.

2) Jantung

Secara klinis biasanya tidak menunjukkan gejala. Manifestasinya adalah : ascending

aortitis, gangguan katup aorta, gangguan hantaran, kardiomegali dan perikarditis.

3) Paru-paru

Terserangnya paru-paru pada penderita ankylosing spondylitis jarang terjadi dan

merupakan manifestasi lanjut penyakit. Manifestasinya dapat berupa: fibrosis baru lobus

atas yang progresif dan rata-rata terjadi pada yang telah menderita selama 20 tahun. Lesi

tersebut akhirnya menjadi kista yang merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan

aspergilus. Keluhan yang dapat timbul pada keadaan ini antara lain: batuk, sesak nafas

dan kadang-kadang hemoptisis. Ventilasi paru-paru biasanya masih terkompensasi

dengan baik karena meningkatnya peran diafragma sebagai kompensasi terhadap

kekakuan yang terjadi pada dinding dada. Kapasitas vital dan kapasitas paru total

mungkin menurun sampai tingkat sedang akibat terbatasnya pergerakan dinding dada.

Walaupun demikian residual volume dan function residual capacity biasanya meningkat.

4) Sistem saraf

Komplikasi neurologis pada ankylosing spondylitis dapat terjadi akibat fraktur,

persendian vertebra yang tidak stabil, kompresi atau inflamasi. Subluksasi persendian

atlanto- aksial dan atlanto-osipital dapat terjadi akibat inflamasi pada persendian tersebut

sehingga tidak stabil. Kompresi, termasuk proses osifikasi pada ligamentum longitudinal

posterior akan mengakibatkan terjadinya mielopati kompresi; lesi destruksi pada diskus

intervertebra dan stenosis spinal. Sindrom cauda equina merupakan komplikasi yang

jarang terjadi tetapi merupakan keadaan yang serius. Sindrom ini akan menyerang saraf

lumbosakral, dengan gejala-gejala incontinentia urine et alvi yang berjalan perlahan-

lahan, impotensi, saddle anesthesia dan kadang-kadang refleks tendon achiles

menghilang. Gejala motorik biasanya jarang timbul atau sangat ringan. Sindrom ini dapat

Page 10: SPON sehatt.doc

ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan CT scan atau MRI. Apabila tidak ditemukan lesi

kompresi, maka perlu dipikirkan kemungkinan adanya arach-noiditis atau perlengketan

pada selaput arachnoid.

5) Ginjal

Nefropati (lgA) telah banyak dilaporkan sebagai kom-plikasi ankylosing

spondylitis. Keadaan ini khas ditandai oleh kadar 1gA yang tinggi pada 93% kasus

disertai dengan gagal ginjal 27%.

Diagnosis

Anamnesis

Sangat penting untuk diketahui adanya Low back pain dan riwayat keluarga

dengan AS

Pemeriksaan Fisik

1. Sikap/postur tubuh

Selama perjalanan penyakitnya, sikap tubuh yang normal akan hilang. Lordosis

lumbal yang menghilang umumnya merupakan tanda awal. Apabila vertebra cervical

terserang, maka pergerakan leher akan terbatas serta menimbulkan rasa nyeri. Leher

penderita mengalami pergeseran ke depan dan hal ini dapat dibuktikan dengan cara :

penderita diminta berdiri tegak, apabila terjadi pergeseran maka occiput tidak dapat

menempel pada dinding.

2. Mobilitas tulang belakang

Pertama kali yang diperiksa adalah apakah ada keterbatasan gerak. Biasanya

ditemukan adanya keterbatasan gerak pada tulang vertebra lumbal, yang dapat dilihat

dengan cara melakukan gerakan fleksi badan ke depan, ke samping dan ekstensi.

Tes Schober atau modifikasinya, berguna untuk mendeteksi keterbatasan gerak fleksi

badan ke depan. Caranya : penderita diminta untuk berdiri tegak, pada prosesus spinosus

lumbal V diberi tanda (titik), kemudian 10 cm lurus di atasnya diberi tanda ke dua.

Page 11: SPON sehatt.doc

Kemudian penderita diminta melakukan gerakan membungkuk (lutut tidak boleh

dibengkokkan). Pada orang normal jarak kedua titik tersebut akan bertambah jauh; bila

jarak kedua titik tersebut tidak mencapai 15 cm, hal ini menandakan bahwa mobilitas

tulang vertebra lumbal telah menurun (pergerakan vertebra lumbal mulai terbatas). Di

samping itu fleksi lateral juga akan menurun dan gerak putar pada tulang belakang akan

menimbulkan rasa sakit.

3. Ekspansi dada

Penurunan ekspansi dada dari yang ringan sampai sedang, sering dijumpai pada

kasus ankylosing spondylitis stadium dini dan jangan dianggap sebagai stadium lanjut.

Pada pengukuran ini perlu dilihat bahwa nilai normalnya sangat bervariasi dan tergantung

pada umur dan jenis kelamin. Sebagai pedoman yang dipakai adalah : ekspansi dada

kurang dari 5 cm pada penderita muda disertai dengan nyeri pinggang yang dimulai

secara perlahan-lahan, harus dicurigai mengarah ke adanya ankylosing spondylitis.

Pengukuran ekspansi dada ini diukur dari inspirasi maksimal sesudah melakukan

ekspirasi maksimal

4. Enhesitis

Adanya enthesitis dapat dilihat dengan cara menekan pada tempat-tempat tertentu

antara lain : ischial tuberositas, troc-hanter mayor, processus spinosus, costochondral dan

manu-briosternal junctions serta pada iliac fasciitis plantaris juga merupakan manifestasi

dari enthesitis.

4. Sacroilitis

Pada sacroiliitis penekanan sendi ini akan memberikan rasa sakit, akan tetapi hal ini

tidak spesifik karena pada awal penyakit atau pada stadium lanjut sering kali tanda-tanda

ini tidak ditemukan. Pada stadium lanjut tidak ditemukan nyeri tekan pada sendi

sacroiliaca oleh karena telah terjadi fibrosis atau, bony ankylosis.

Page 12: SPON sehatt.doc

Gambaran inflamasi pada AS

Pemeriksaan Penunjang

1.Radiologi

2. Tes Darah Rutin

3. Tes HLA – BR 27

Menentukan diagnosis AS menurut Kriteria New York odifikasi kriteria New York

(1984) terdiri dari :

1) Nyeri pinggang paling sedikit berlangsung selama 3 bulan, membaik dengan olah raga

dan tidak menghilang dengan istirahat.

2) Keterbatasan gerak vertabra lumbal pada bidang frontal maupun sagital.

3) Penurunan relatif derajat ekspansi dinding dada terhadap umur dan jenis kelamin.

4) Sacroiliitas bilateral grade 2-4.

5) Sacroiliitis unilateral grade 3-4.

Diagnosis ankylosing spondylitis definitif apabila terdapat sacroiliitis unilateral

grade 3-4 atau sacroiliitis bilateral grade 2-4 disertai dengan salah satu gejaia klinis di

atas

Page 13: SPON sehatt.doc

Menentukan grade nya yaitu :

Grade 0 = normal spine;

Grade 1 = indicates suspicious changes;

Grade 2 = indicates sclerosis with some erosion;

Grade 3 = indicates severe erosions, pseudodilatation of the joint space, and partial

ankilosis;

Grade 4 = denotes complete ankylosis.

Tatalaksana

Nonmedikamentosa

Mobilitas yang baik dan teratur (olahraga dan latihan), Penerangan/penyuluhan

Radio terapi.

Medikamentosa

Bisa menggunakan Indometacyn, naproxen ataupun ibuprofen.

Dosis untuk dewasa Indometacyn yaitu 100-150 mg/hari dalam dua atau tiga dosis.

Sedangkan untuk anak-anak 1,5-3 mg/kg BB/hari dalam dua atau tiga dosis.

Sulfasaladzin

Mekanisme obat ini mengurangi gejala-gejala inflamasi dari ankylosing spondylitis,

dengan dosis untuk dewasa 2-3 gram/hari dibagi dalam dua atau tiga dosis. Sedangkan

untuk anak-anak 40-60 mg/kg BB/hari dibagi dalam dua atau tiga dosis. Efek

sampingnya yaitu, mual, muntah, diare, dan timbul reaksi hipersensitivitas. Kontra

indikasi pada orang-orang yang mempunyai riwayat hipersensitivitas dan prophyria.

Page 14: SPON sehatt.doc

Prognosis

Pada umunya prognosis untuk Ankylosing Spondylitis berlangsung baik dengan

pemberian obat anti inflamasi nonsteroid secara berkala. Kematian dapat terjadi pada

penyakit yang sudah lama dan telah terjadi komplikasi yang parah pada manifestasi

ekstraartikular

SPONDILITIS TUBERCULOSA

Spondilitis TB adalah peradangan granulonatosa yang bersifat kronis, destruktif

oleh mikrobakterium TB. TB tulang belakang selalu merupakan infeksi sekunder dari

focus ditempat lain dalam tubuh. Percivall (1973) adalah penulis pertama tentang

penyakit ini dan menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penyakit ini dengan

deformitas tulnag belakang yang terjadi, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai

penyakit Pott.

Spondilitis tuberculosa adalah infeksi yang sifatnya kronis berupa infeksi

granulomatosis di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu mycubacterium tuberculosa yang

mengenai tulang vertebra .

Spondilitis TB disebut juga penyakit Pott bila disertai paraplegi atau defisit

neurologis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra Th 8-L3 dan paling

jarang pada vertebra C2. Spondilitis TB biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga

jarang menyerang arkus vertebra..

Etiologi

Tuberkulosis tulang belakang merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis di

tempat lain di tubuh, 90-95% disebabkan oleh mikobakterium tuberkulosis tipik (2/3 dari

tipe human dan 1/3 dari tipe bovin) dan 5-10% oleh mikobakterium tuberkulosa atipik.

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada

pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB

cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di

Page 15: SPON sehatt.doc

tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur

lama selama beberapa tahun.

Patofisiologi

Spondilitis tuberkulosa merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya sekunder

dari TBC tempat lain di tubuh. Penyebarannya secara hematogen, di duga terjadinya

penyakit tersebut sering karena penyebaran hematogen dari infeksi traktus urinarius

melalui leksus Batson. Infeksi TBC vertebra di tandai dengan proses destruksi tulang

progresif tetapi lambat di bagian depan (anterior vertebral body).Penyebaran dari jaringan

yang mengalami pengejuan akan menghalangi proses pembentukan tulang sehingga

berbentuk "tuberculos squestra". Sedang jaringan granulasi TBC akan penetrasi ke

korteks dan terbentuk abses para vertebral yang dapat menjalar ke atas / bawah lewat

ligamentum longitudinal anterior dan posterior. Sedang diskus Intervertebralis oleh

karena avaskular lebih resisten tetapi akan mengalami dehidrasi dan terjadi penyempitan

oleh karenadirusak jaringan granulasi TBC. Kerusakan progresif bagian anterior vertebra

akan menimbulkan kiposis

Manifestasi Klinis

Secara klinik gejala tuberkulosis tulang belakang hampir sama dengan gejala

tuberkulosis pada umumnya, yaitu badan lemah/lesu, nafsu makan berkurang, berat

badan menurun, suhu sedikit meningkat (subfebril) terutama pada malam hari serta sakit

pada punggung. Pada anak-anak sering disertai dengan menangis pada malam hari.

Pada awal dapat dijumpai nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau

perut,kemudian diikuti dengan paraparesis yang lambat laun makin memberat, spastisitas,

klonus,, hiper-refleksia dan refleks Babinski bilateral. Pada stadium awal ini belum

ditemukan deformitas tulang vertebra, demikian pula belum terdapat nyeri ketok pada

vertebra yang bersangkutan. Nyeri spinal yang menetap, terbatasnya pergerakan spinal,

dan komplikasi neurologis merupakan tanda terjadinya destruksi yang lebih lanjut.

Page 16: SPON sehatt.doc

Kelainan neurologis terjadi pada sekitar 50% kasus,termasuk akibat penekanan medulla

spinalis yang menyebabkan paraplegia, paraparesis, ataupun nyeri radix saraf. Tanda

yang biasa ditemukan di antaranya adalah adanya kifosis (gibbus), bengkak pada daerah

paravertebra, dan tanda-tanda defisit neurologis seperti yang sudah disebutkan di atas.

Pada tuberkulosis vertebra servikal dapat ditemukan nyeri di daerah belakang

kepala, gangguan menelan dan gangguan pernapasan akibat adanya abses retrofaring.

Harus diingat pada mulanya penekanan mulai dari bagian anterior sehingga gejala klinis

yang muncul terutama gangguan motorik. Gangguan sensorik pada stadium awal jarang

dijumpai kecuali bila bagian posterior tulang juga terlibat.

Page 17: SPON sehatt.doc

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Spondilitis adalah Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh

beberapa hal, misalnya proses infeksi, imunitas. Spondilitis ini dibagi dua yaitu

ankylosing dal tuberulosa.penyebab spondilitis ini belum diketahui tapi diduga karena

faktor genetik.

Page 18: SPON sehatt.doc

DAFTAR PUSTAKA

Klippel J H, Seronegative Spondyloarthropathies, Ankylosing Spondylitis in Primer on

The Rheumatic Desease Edition 12. Arthritis Fondation. Atlanta Georgia.

2001: 250-4.

Tierney LM, Mc Pheel S J, Papaclalut MA. Seronegative Spondyloarthropathies,

Ankylosing Spondylitis in 2004 Current Medical Diagnosis and Treatment,

Lange Medical Book Forty Third Edition. Mc Graw Hill. New York.

2004.819-20.