Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

118
Standar Pelayanan Medis SKIZOFRENIA BATASAN Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai oleh penyimpangan yang mendasar dan khas dari proses berpikir dan persepsi serta afek yang tidak wajar. Kesadaran bisaanya tetap jernih dan kemampuan intelektual tetap baik walaupun pada perkembangan lebih lanjut dapat terjadi kemunduran kognitif. PEDOMAN DIAGNOSTIK 1. Harus ada satu gejala berikut yang jelas, atau dua atau lebih apabila kurang jelas a. Isi pikiran : Berulang atau bergema (Thought of echo) Pikiran disisipkan atau disedot keluar Pikiran disiarkan b. Waham dikendalikan : Waham dipengaruhi Waham bahwa dirinya tak berdaya terhadap kekuatan luar Perasaan inderawi tak wajar c. Halusinasi pendengaran yang: Berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien Mendiskusikan perilaku pasien Berasal dari salah satu anggota tubuh

description

Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Transcript of Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Page 1: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Standar Pelayanan Medis

SKIZOFRENIA

BATASAN

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai oleh penyimpangan yang

mendasar dan khas dari proses berpikir dan persepsi serta afek yang tidak wajar. Kesadaran

bisaanya tetap jernih dan kemampuan intelektual tetap baik walaupun pada perkembangan

lebih lanjut dapat terjadi kemunduran kognitif.

PEDOMAN DIAGNOSTIK1. Harus ada satu gejala berikut yang jelas, atau dua atau lebih apabila kurang jelas

a. Isi pikiran :

Berulang atau bergema (Thought of echo)

Pikiran disisipkan atau disedot keluar

Pikiran disiarkan

b. Waham dikendalikan :

Waham dipengaruhi

Waham bahwa dirinya tak berdaya terhadap kekuatan luar

Perasaan inderawi tak wajar

c. Halusinasi pendengaran yang:

Berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien

Mendiskusikan perilaku pasien

Berasal dari salah satu anggota tubuh

d. Waham-waham yang tak wajar menurut budaya setempat atau hal -hal yang

mustahil, misalnya memiliki kekuatan diatas manusia bisaa

2. Atau paling sedikit dua gejala harus selalu ada secara terus-menerus :

a. halusinasi disertai waham atau ide-ide berlebihan

b. arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan sehingga berakibat

inkoherensi, pembicaraan tidak relevan, mutisme dan stupor.

c. Gejala-gejala ‘negatif’ seperti : apatis, jarang bicara, respon emosional

tumpul atau tidak wajar, menarik diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial yang bukan disebabkan oleh depresi atau

medikasi neuroleptik.

3. Gejala-gejala tersebut telah berlangsung paling sedikit satu bulan .

Page 2: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

4. Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dari mutu keseluruhan aspek

perilaku pribadi.

PENGGOLONGAN

1. SKIZOFRENIA PARANOID (F.20.0)

PEDOMAN DIAGNOSTIK

Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia.

Halusinasi dan atau waham merupakan gejala yang menonjol: suara

ancaman, perintah, halusinasi pembauan, perasaan tubuh dll. Waham

dapat bermacam-macam tetapi yang khas : waham dikendalikan,

dipengaruhi atau waham kejar

2. SKIZOFRENIA HEBEFRENIK (F.20.1)

PEDOMAN DIAGNOSTIK :

Memenuhi kriteria umum diagnostik skizofrenia

Onset pertama : gejala bisaanya umur 15 – 25 tahun

Kepribadian premorbid bisaanya : pemalu dan penyendiri

Didapat gejala-gejala yang relatif menetap:

- Perilaku tak terduga, tak bertujuan, mannerisme.

- Afek dangkal, tak serasi, ketolol-tololan, sering disertai

tertawa cekikikan, senyum sendiri, grimasi, dan keluhan

hipokhondrikal.

- Proses berpikir mengalami disorganisasi.

● Gejala efektif, kemunduran kemauan dan gangguan proses berpikir

menonjol

● Halusinasi dan waham umumnya kurang menonjol.

3. SKIZOFRENIA KATATONIK (F.20.2)

PEDOMAN DIAGNOSTIK :

Page 3: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

o Memenuhi kriteria umum skizofrenia

o Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi

gambaran klinisnya :

i. Stupor

ii. Gaduh gelisah

iii. Posisi tubuh yang aneh atau tidak wajar yang dipertahankan

iv. Negativisme

v. Rigiditas

vi. Fleksibilitas serea

vii. Gejala-gejala lain seperti kepatuhan otomatis terhadap perintah

dan pengulangan kata atau kalimat.

4. SKIZOFRENIA RESIDUAL (F.20.5)

PEDOMAN DIAGNOSTIK

a. Gejala-gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol misalnya :

aktifitas menurun, afek yang tumpul, sikap pasif dan kurang inisiatif,

kemiskinan pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk serta

perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk

b. Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau

yang memenuhi kriteria skizofrenia

c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana

intensitas dan frekwensi gejala yang nyata dari skizorenia telah sangat

minimal

d. Tidak didapatkan adanya demensia atau gangguan otak organik dan

depresi yang menyebabkan disabilitas tersebut.

5. SKIZOFRENIA SIMPLEKS (F.20.6.)

PEDOMAN DIAGNOSTK :

a. Gejala negatif yang khas tanpa didahului riwayat halusinasi, waham atau

manifestasi lain dari episode psikotik

b. Disertai dengan perubahan perilaku pribadi yang bermanifestasi

kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tak ada tujuan

hidup dan penarikan diri secara sosial.

Page 4: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

6. GANGGUAN SKIZOAFEKTIF

PENATALAKSANAAN SKIZOFRENIA

1. FARMAKOTERAPI

o Neuroleptika dosis efektik rendah lebih bermanfaat untuk penderita

menahun atau dengan gejala-gejala psikotik yang menonjol

o Neuroleptik dosis efektif tinggi lebih bermanfaat gejala psikomotor

yang meningkat

o Neuroleptik dosis efektif tinggi (diberikan dalam dosis terbagi 2-3x

sehari)

o Neuroleptik generasi kedua untuk gejala negatif

Klorpromazin per oral 2-3 x (50-200 mg/hari)

Injeksi : 25-50 mg/kali i.m

Thioridazin 2-3 x (50-100 mg) hari

Untuk pasien dengan gangguan organ, misalnya hepar

Sulpiride 2 x 200 mg/hari

NEUROLEPTIK / ANTI PSIKOTIKNAMA DOSIS KETERANGANClozapin Dosis awal :

Hari pertama : 12,5 mg 1-2 x sehariHari kedua : 25-50 mg/ hari PONaikan dosis 25-50 mg hingga 300-450 mg/hari PO dosis terbagi dalam 14-21 hariJika diperlukan naikan dosis selanjutnya 50-100 mg setiap minggunya atau dua kali seminggu hingga dosis makisimal 900 mg per hariJika respon terapeutik tecapai dosis secara bertahap diturunkan ke dosis pemeliharaan 200 – 450 mg / hari PO

Reaksi yang merugikan:- Lihat klorpromazin-Granulositopeni dan granulositosis

pada kebanyakan kasus terjadi dalam 18 minggu pertama pengobatan, perlu monitoring jumlah sel leukosit (WBC)

- Capek, mengantuk,sedasi, pusing, sakit kapala mulut kering, hipersalivasi, penurunan ambang kejang, takikardia, hipotensi ortostik, pereubahan EKG,hipertensi,sinkop,kontipasi, kenaikan berat badan, diare, rasa perut sebah, mual-mual.

- EPS termasuk Tardif diskinesia jarang terjadi, demikain juga efek pada sekresi prolaktin

Petunjuk Khusus :- Sebelum memulai dengan clozapin,

Page 5: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

WBC dengan hitung jenis harus dilakukan, hanya pasien dengan jumlah WBC yang normal ≥ 3.500/mm 3 dan jumlah neotrofil absolute (ANC) ≥2.000/mm3 dapat diberkan obat

- Pasien dengan epilepsi yang tidak terkontrol, psikotik alkoholik atau toksik, riwayat gagal sirkulasi atau intoksikasi obat, supresi sumsum tulang, gangguan mieloproliferasi atau ketidaknormalan sel darah putih atau diferensial

- Pasien dengan riwayat neutropenia

atau agranulositosis yang diindikasi oleh obat, pasien dengan gangguan ginjal berat, penyakit hati atau gagal jantung berat.

Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal ringan – sedang

OlanzapinTablet 5 mg, 10 mg, Vial 10 mg

Dosis awal :10 mg PO sekali sehari. Dapat dinaikkan secara bertahap 5 mg sesuai respon pasien.Dosis : 5-20 mg/hariDosis maksimal : 20 mg/hari short acting IMDosis awal 5 – 10 mg IM dosis TunggalDilanjutkan dengan 5-10 mg IM setelah 24 jamDosis maksimal : 3 Inj/ 24 jam untuk jangka waktu 3 hari.Dilanjutkan dengan dosis peroral

Reaksi merugikan- sama dengan klorpromazin.

-Insidensi rendah EPS, sedasi, dapat terjadi efek antimuskarinik ringan dan sementara.

- Mengantuk, pening, peningkatan nafsu makan, kenaikan berat badan edema, hipotensi ortostatik, hiperprolaktinemia dapat terjadi tetapi pada ummnya asimptomatik,glucose hemostasis yang tidak dikatahui penyebabnya namun jarang terjadi.

Petunjuk khusus :- sama seperti klorpromazin- Pasien yang menerima injeksi IM

harus dipantau ketat sehubungan dengan efek hipotensi, perlambatan ritme jantung dan hiventilasi 2-4 jam setelah disuntik.

Quetiapine Dosis awal : Reaksi merugikan

Page 6: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Tablet 25 mg, 20 mg

Hari I : 50 mg/hari PO dosis terbagi ( 2 Kali sehari )Hari 2 : 100 mg.hari PO dosis terbagi (2 kali sehari)Hari 3 : 200 mg PO dosis terbagi (2 kali sehari )Dilanjutkan dengan peningkatan dosis sesuai respon pasien Dosis pemeliharaan : 300-450 mg/hari PO dosis terbagi (2 kali sehari )Rentan dosis : 150 – 750 mg PO 2 kali sehari

- Sama dengan klopromazin- sering kali terjadi mengantuk,

insidensi rendah EPS dan peningkatan prolaktin kurang dari klorpromazin

- Astenia ringan, cemas, pening, mialgia, rintis, dyspepsia, peningkatan kolesterol dan trigliserida. Pripismua, dan edema.

Petunjuk khusus :- Sama seperti klorpromazin

ZotepineTablet salut gula25 mg, 50 mg

Dosis awal :25 mg PO 3 x sehariDosis dapat dinaikkan sesuai respons pasien setiap 4 hariDosis maksimal : 300 mg/har PO dalam dosis terbagi

Reaksi merugikan:- sama dengan klorpromazin

--Pemanjangan interval QT, penurunan ambang kejang

- Astenia, sakit kepla, hipotensi, kenaikan berat badan, urikosuri

Petunjuk Khusus :- Sama denagan klorpromazin- Pasien dengan riwayat

pemanjanangan QT , Gout atau hiperurisemia

- Monitor EKG dan Elektrolit selama pegobatan- Hati-hati pemberian pada pasien

dengan risiko artiia, asien dengan riwayat penyakit arteri koronaria dan hipertensi berat.

Risperidon Dosis awal :2 mg/hari PO sekali sehari atau 2 kali sehariHari ke 2 : dapat dinaikkan menjadi 4 mg/hari PO. Sesuai dosis 1- 2 mg tergantung respons pasien; beberapa pasien mungkin membutuhkan kenaikan dosis yang lebih lambat.Rentang dosis lazim 4-6 mg/hari PODosis maksimal : 16 mg/hariLong acting IM 25 mg setiap 2 minggu

Reaksi merugikan :- Sama dengan klorpromazin

- Insidensi EPS dan sedasi lebih rendah dari pada klorpromazin tetapi agitasi dapat terjadi lebih sering.

- Dispepsia, nausea, sakit perut, cemas, sulit berkonsentrasi, insomnia, sakit kepala, cemas agitasi, hipertensi, hipotensi ortostatik, takikardia, fatigue, pening dan gelisah.

Petunjuk khusus :- Sama seperti klorpromazin

Sulpirid Dosis Awal : 100 – 400 mg PO 2 kali sehariDosis dapat dianikan sesuai respons pasien.Dosis maksimal pada pasien degan

Reaksi merugikan :- Sama dengan klorpromazin- Gangguan tidur, agitasi, stimulasi

yang berlebihan, EPS dapat terjadi sesering seperti pada

Page 7: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

gejala positif yang menonjol : 2.400mg/hariDosis maksimal pada pasien dengan gejala negatif yang menonjol : 800 mg/hari PO short acting IM : 300 – 600 mg sehari IM

klorpromazin. tapi lebih ringan- Kurang menyebabkan sedasi dan

hipotensi, efek antimuskarinik minimal

- dapat mencetuskan mania atau hipomania

Petunjuk khusus:- Sama seperti klorpromazin- Hati-hati penggunaan pada pasien

mania atau hipomania.Haloperidol Dosis 0,5 – 5 mg PO 2-3 kali sehari

Dosis dapat dinaikkan sampai ke dosis maksimal 100 mg/hariDosis pemeliharaan; 3 -10 mg/hari POShort acting IM/IV : 2-10 mg IM/IV setiap 4-8 jam hingga 1 jam atau sesuai kebutuhanPemberian Depo:Dosis awal : 10-20 kali pemberian PO diberikan dengan IM 100 mg/dosis jika dosis awal 100 mg

Reaksi yang merugikan :- Sama seperti klorpromazin

- kurang menyebabkan sedasi, hipotensi,dan efek samping antimuskarinik tetapi EPS lebih sering

Petunjuk khusus :- sama seperti klorpromazin

- hati-hati penggunaannya pada anak dan remaja

- dapat menyebabkan EPS yang berat pada pasien dengan hipertirodism

LoxapinPimozid Dosis awal : 2 mg PO sekali sehari

Dapat dinakan sesuai respons pasien 2-4 mg setiap mingguDosis pemeliharaan : 2-12 mg/hari PODosis maksimal : 20 mg/hari

Reaksi merugikan - Sama seperti klorpromazin-Kurang menyebabkan sedasi,hipotensi dan efek antimuskarinik daripada klorpromazin, tetapi EPS lebih sering

Klorpromazin Reaksi merugikan :- Sedasi, efek antikolinergis (Mulut

kering, retensi ringan, pandangan kabur, konstipasi) takikarrdia, aritmia jantung hipotensi (umumnya ortostatik) EPS (Distonia akut akatisia, sindroma malignan neoroleptik), diskinesia tardif, kejang, efek endokrin (galaktore dan oligomenore, kenaikan berat badan, gangguan fungsi seksual, rashes alergi, disfungsi hati, efek pada hematologi (agranulositosis, leukopenia) efek pada mata (retinopati pigmentosa, opasiti korenea), ketidaknormalan EEG, dan penurunan ambang kejang.

- Reaksi fotosensitivitas lebih

Page 8: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

sering terjadi pada klorpromazin dibanding antipsikotik lain.

Petunjuk khusus:- Kontraindikasi pada pasien

dengan depresi SSP atau coma, supresi sumsum tulang, pheokromasitoma, tumor prolactin-dependen.

- Penggunaan yang berhati-hati pada pasien dengan gangguan hati, ginjal, kardiovaskular, cerebrovaskular dan fungsi respirasi, glaucoma sudut tertutup, riwayat penyakit jaundis, penyakit Parkinson, hipotiroid, miastenia gravis, ileus paralitik, hyperplasia prostate, retensi urin, eplepsi, kejang, pada keadaan infeksi akut atau leukopenia.

- efek sedatif lebih dirasakan pada beberapa hari pertama pengobatan.

- pemeriksaan mata secara regular dianjurkan bagi pasien dengan pengobatan jangka panjang.

- memonitoring hitung darah lengkap pada pasien dengan demam atau infeksi yang tidak jelas penyebabnya.

- pasien harus dalam posisi terlentang sekuranya 30 menit setelah injeksi klorpromazin; monitor tekanan darah selama pemberian obat.

- hindari penghentian yang tiba-tiba.

M/inj. Dosis 2,5-10 mg/hari PO dibagi 3-4 kali sehari. Dapat dinaikkan sesuai kebutuhan hingga dosis pemeliharaan 20 mg/hari, kemudian secara bertahap diturunkan, hingga ke dosis pemeliharaan 1-5 mg/hari PO short acting IM: Dosis awal : 1,25 mg IM dosis dapat disesuaikan dengan respons pasien.Dosis lazim :2,5 -10 mg mg/hari IM dibagi setipa 6-8 jam atau sesuai kebutuhan :

Reaksi yang merugikan :- Sama dengan korpromazin- Kurang menyebabkan sedasi,

hipotensi atau efek samping antimuskarinik tetapi EPS lebih sering.

Petunjuk Khusus :- Sama seperti klorpromazin- pemberian injeksi depo

merupakan kontraindikasi pada pasien dengan depresi berat karena fluphenazin dapat mencetus depresi

Page 9: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Sediaan depo : Dosis awal 12,5 mg IM dosiis tunggal. Dosis dapat disesuaikan dengan respons pasien hingga ke dosis lazim 12,5 – 100 mg IM setiap 2-6 minggu. Dosis maksimal : 100 mg I

Perfenazin Reaksi merugikan : - Sama seperti klorpromazin- Kurang menyebabkan sedasi

dibandigkan klorpromazin, tetapi EPS lebih sering.

- Petunjuk khusus : - Sama seperti klorpromazin

TrifluperazinTablet 1 mgTablet 5 mg

Dosis awal : 2-5 mg PO 2 x sehariDapat dinaikkan sesuai dengan respons pasien hingga 15-20 mg/hari PODosis maksimal : 40 mg/hari Po

Reaksi yang merugikan :- Sama seperti klorpromazin- Kurang sering dalam menyebakan

sedasi, hipotensi, hipotensi hipotermia atau efek antimuskarinik, tetapi EPS lebih sering (khususnya jika dosis > 6 mg/hari).

Petunjuk khusus :- Sama seperti klorpromazin.

2. TERAPI ELEKTROKONVULSI

Bagi penderita skizofrenia katatonik gaduh gelisah atau stupor katatonik

3. PSIKOTERAPI

Psikotrerapi suportif diberikan agar pasien dapat lebih bersosialisasi.

4. MANIPULASI LINGKUNGAN

Dilakukan agar lingkungan dapat :

Memahami dan menerima keadaan pasien.

Membimbing, memberi kesibukan dan pekerjaan sehari-

hari kepada pasien.

Mengawasi minum obat secara teratur dan mengajak

pasien untuk kontrol ulang.

GANGGUAN PSIKOTIK AKUT

Page 10: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

BATASAN :

Yaitu sesuatu episode psikotik yang berlangsung kurang dari dua minggu dimana setelahnya

penderita dapat berfungsi kembali seperti semula

KRITERIA DIAGOSTIK :

a. Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk

ciri-ciri untuk terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai adalah :

- Onset yang akut (dalam masa dua minggu atau kurang = gejala waktu gejala- gejala

psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan

pekerjaan sehari hari. Tidak termasuk gejala prodromal yang gejala-gejalanya sering

tidak jelas sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok

- Adanya sindrom yang khas (berupa polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat

atau schizophrenia like = gejala skizofrenia yang khas)

- Adanya stres akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasikan dengan

karakter kelima XO = tanpa penyerta stres akut, XI = dengan penyerta stres akut).

Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukan sebagai sumber

stres dalam konteks ini)

- Tidak diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung

b. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik (F.30) atau

episode depresif (F.32) walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala efektif

individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.

c. Tidak ada penyebab organik, terutama kapitis, delirium atau demensia. Tidak merupakan

intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.

PENGGOLONGAN

F.23.0 : GANGGUAN PSIKOTIK POLIMORFIK AKUT TANPA GEJALA

SKIZOFRENIA

PEDOMAN DIAGNOSTIK :

Untuk diagnosis pasti, harus memenuhi kriteria :

Page 11: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

a. onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam

kurun waktu 2 minggu atau kurang

b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham,yang berubah dalam jenis dan

intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama.

c. Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya.

d. Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu secara cukup

konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F.20) atau episode manik (F.30) atau

episode depresi (F.32)

F.23.1 : GANGGUAN PSIKOTIK POLIMORFIK AKUT DENGAN GEJALA

SKIZOFRENIA

PEDOMAN DIAGNOSTIK :

a. Memenuhi kriteria a,b,c diatas yang khas untuk gangguan psikotik polimorfik akut

(F.23.0)

b. Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia (F.20) yang

harus ada pada sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara

jelas

c. Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus

diubah menjadi Skizofrenia (F.20).

F.23.2. GANGGUAN PSIKOTTIK LIR – SKIZOFRENIA (SCHIZOPHRENIA-LIKE)

AKUT

PEDOMAN DIAGNOSTIK :

1. Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :

a. Onset dari gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan non psikotik

sampai jelas psikotik )

b. Waham dan halusinasi harus ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya

keadaan psikotik yang jelas

c. Baik kriteria untuk skizofrenia (F.20) maupun untuk gangguan psikotik akut (F.23)

tidak terpakai.

2. Kalau waham-waham menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus

diubah menjadi : GANGGUAN PSIKOTIK NON-ORGANIK lainnya (F.23)

F. 23.8 : GANGGUAN PSKOTIK AKUT DAN SEMENTARA LAINNYA

Page 12: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Gangguan psikotik akut lainnya tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kategori manapun

dalam F. 23

F.23.9 : GANGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA YTT.

PENATALAKSANAAN :

1. Farmakoterapi :

a. Antipsikotik, terutama yang mempunyai potensi tinggi (Haloperidol,

Flufenazin) merupakan obat pilihan karena mempunyai efek yang rendah

terhadap risiko hipotensi dan dapat diberikan parenteral.

Dimulai dengan dosis rendah yang mengontrol gejala-gejala.

Diberikan haloperidol 2-5 mg i.m atau per oral ( 10 mg pada penderita yang

gelisah, diikuti dengan dosis yang sama setiap 1 atau 2 jam sampai keadaan

terkontrol. Dosis maksimal 15 mg perhari.

Dapat diberikan diazepam 5-10 mg pada penderita yang sangat gelisah.

Dapat diberikan klopromazin baik i.m atau per oral (lihat pengobatan

Skizofrenia) Turunkan segera dosis setelah gejala dapat diatasi.

b. Benzodiazepin

Dapat diberikan terutama bila gejala kecemasan yang menonjol atau jika

pemberian antipsikotik yang menurunkan ambang kejang harus dihindari

Bisaanya dipakai lorazepam 2 mg per oral setiap 2 jam selama diperlukan.

Turunkan dosis setiap 1 sampai 2 minggu. Jarang diperlukan dosis yang

melebihi 8 mg perhari.

2. Perawatan Lanjutan :

a. Psikotik bila sudah memungkinkan

b. Farmakoterapi : ditujukan pada depresi atau kecemasan. Antipsikotik dengan

potensi rendah (Misalnya Thioridazin atau klorpromazin 25-50 mg per oral)

lebih dapat ditoleransi dengan baik daripada antipsikotik potensi tinggi.

GANGGUAN WAHAM

BATASAN

Page 13: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Gangguan waham merupakan gangguan psikotik dengan gejala menonjol berupa

waham dimana tidak ditemukan dasar organik, tidak ditemukan gejala gangguan depresi berat

dan ciri wahamnya tidak “ bizarre” yang membedakannya dengan gangguan Skizofrenia.

Afek penderita sama dengan wahamnya.. Kepribadian penderita tetap utuh dan deteroriasi

minimal walaupun melewati jangka waktu yang cukup lama.

PEDOMAN DIAGNOSIS

1. Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas atau gejala yang paling menyolok.

Waham (baik tunggal maupun merupakan sistim waham) harus sudah ada sedikitnya

3 bulan lamanya, dan harus khas pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.

2. Gejala – gejala depresi atau bahkan suatu episode depresi yang lengkap (full-blown)

(F 32) mungkin terjadi secara intermiten dengan syarat bahwa waham tersebut

menetap pada saat tidak terjadi gangguan afektif itu.

3. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

4. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada dan bersifat

sementara.

5. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar pkiran,

penumpulan afek, dsb)

6. Termasuk : Paranoia, Psikosis Paraniod. Keadaan paranoid, parafrenia.

PENGGOLONGAN

Menurut DSM-IV-TR terdapat 6 sub-tipe dari gangguan waham ditinjau dari isi wahamnya:

1. Tipe erotomania dengan gejala utama waham erotik

2. Tipe kebesaran (grandiosa) dengan waham kebesaran

3. Tipe Cemburu (Jealousy)

4. Tipe Kejaran

5. Tipe Somatik

6. Tipe lain meliputi :Capgras Syndrome, Fregoli syndrome.

PENATALAKSANAAN

a. Farmakoterapi

Page 14: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Pada pasien kronis pemberian neuroleptika potensi tinggi merupakan pilihan

pertama walaupun efek klinisnya kurang. Pasien gangguan waham sering

menolak minum obat sehingga hubungan pasien –dokter harus diutamakan.

Dapat dimulai dengan pemberian :

1. Haloperidol 1-2 kali 2 mg perhari, secara pelan-pelan dapat

dinaikkan sampai 2 x 10 mg perhari

2. Trifluoperazin 2 x 2,5 mg – 10 mg / hari

● Bila pasien gelisah dapat diberikan secara i.m :

1. Haloperidol 5 mg i.m dapat di ulang setiap 30 menit dengan dosis

maksimal 2 x 10 mg perhari

2. Klorpromazin injeksi 25-100 mg i.m atau klorpromazin 3 x 100 – 200 mg

perhari

b. Psikoterapi:

- Psikoterapi yang efektif harus didasari kepercayaan pasien terhadap dokter

- Pada tahap awal tidak langsung menentang wahamnya

- Secara bertahap dan empatik terapis meyakinkan pasien bahwa waham dapat

menimbulkan penderitaan bagi pasien dan menghambat cara hidup yang

konstruktif

- Pada akhirnya terapis mengajak pasien memperbaiki persepsinya terhadap

realitas.

c. Terapi lingkungan/ sosioterapi

- Mengajak lingkungan membantu proses pengobatan pasien

SINDROMA DEPRESI

BATASAN

Page 15: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Depresi dapat merupakan gangguan tersendiri ataupun sebagai gejala penyerta dari suatu

gangguan lain. Baik sebagai gejala tersendiri ataupun sebagai gejala penyerta, depresi

merupakan gangguan yang banyak dijumpai. Dikatakan, bahwa sekitar 30-40 % penderita

yang dirawat di RSJ merupakan penderita depresi (Psikiatri bio. II.1).

GEJALA SINDROMA DEPRESI

1. Gejala Emosi :

Afek emosi disforik (tidak menenangkan) atau hilangnya minat/rasa senang,

rasa sedih, sering menangis, sering marah, rasa rendah diri, irritable, hancur

luluh.

2. Gejala Fisik :

- Kurang nafsu makan sehingga terjadi penurunan berat badan.

- Atau penambahan nafsu makan sehingga terjadi panambahan berat badan

- Insomnia atau malahan hiperinsomnia

- Agitasi atau bahkan retardasi psikomotor

- Hilangnya semangat, rasa letih, apatis, nafsu seks menghilang.

- Perasaan tak berguna, menyalahkan diri sendiri

- Kurangnya kemampuan berpikir atau konsentrasi

- Banyak keluhan fisik seperti :

Berdebar-debar

Sesak dan rasa sakit dada

Sakit perut, pusing

Buang air susah, berkeringat, dan lain-lain

- Pikiran berulang – ulang tentang kematian, gagasan bunuh diri, keinginan mati

atau usaha bunuh diri.

PENGGOLONGAN

PPDGJ II Menggolongkan gangguan depresi kedalam bebarapa kategori :

1.F30 – F39 : Ganguan suasana perasaan (Mood/afektif)

Page 16: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

2. F00 – F03.x3 : Demensia dengan gejala depresi

3. F06.3 : Gangguan suasana perasaan (mod/afektif) organik

4. F1x.54 : Ganguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif

dengan gangguan psikotik predominan gejala depresi

5. F25 : Gangguan skizoafektif

6. F41.2 : Gangguan campuran ansietas dan depresi

7. F43.20 : Gangguan penyesuaian reaksi depresi singkat

8. F43.21 : Gangguan reaksi depresi berkepanjangan

PENATALAKSANAAN

A. PSIKOTERAPI

Psikoterapi perlu diberikan bagi pasien yang mengalami depresi, terutama bila

insight sudah ada, Jenis psikoterapi diserahkan sepenuhnya kepada terapis.

B. TERAPI KEJANG LISTRIK (ECT)

Dipertimbangkan pemberiannya manakala:

Pasien depresi menunjukkan gejala bunuh diri. Gaduh gelisah,

stupor/apatis/mutisme, atau pasien tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi

medikamentosa antidepresan.

C. TERAPI MEDIKAMENTOSA

1. Prinsip dasar pengobatan :

a. Depresi dapat merupakan gejala primer dan gejala sekunder, bila

gejala sekunder maka gejala primer diatasi terlebih dahulu.

b. Intensitas depresinya sebaiknya diukur untuk mengetahui perubahan-

perubahn gejalanya.

c. Pemakaian obat antidepresi obat adekuat, jangan terlalu tinggi dan

jangan terlalu rendah.

d. Pemilhan obat harus dipertimbangkan secara individual.

e. Lama pemberian minimal 1-2 minggu dan obat distop satu sampai

beberapa bulan setelah gejala depresi hilang.

2. Sinonim obat antidepresi : thymolepticum,psychic energizer, anti depresants

3. Obat acuan : Anti depresan golongan trisiklik, SSRI

4. Penggolongan obat-obat anti depresan

Page 17: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

NAMA OBAT DOSIS KETERANGANMirtazapine Dosis awal :

15 mg per Hari PO sebagai dosis tunggal pada malam hari atau dosis terbagi 2Dosis dapat dinaikkan secara bertahap dalam jarak 1-2 minggu jika diperlukan hingga 45 mg per hari PO dalam dosis tunggal pada malam hari atau dibagi 2 dosis

Reaksi yang merugikan :- Sedasi, mulut kering nafsu makan,

kenaikan berat badan, konstipasi, pusing,mimpi buruk, xerostomia, kenaikan kadar kolesterol darah, jarang neutropenia,agnulositosis,hipotensi ortostatik.

- Disfungsi seksual umumnya lebih rendah dibandingkan SSRI

Petunjuk khusus- Mulailah dengan dosis rendah untuk

mengurangi efek samping dan naikan secara bertahap hingga dosis yang dikehendaki.

- Hati-hati penggunaan pada pasien-pasien dengan gangguan kejang, kerusakan hati dan ginjal, penyakit kardiovaskular dan riwayat gangguan bipolar.

- Monitor akan adanya neutropenia atau agranulositosis misalnya demam, tenggorokan rasa perih, atau tanda injeksi lain.

- Jangan hentikan pengobatan secara tiba-tiba; turunkan dosis secara bertahap dalam beberapa mnggu.

Escitalopram Dosis awal : 10 mg PO sekali sehari. Dosis dapat dinaikkan setelah 1 minggu menjadi dosis maksimal 20 mg/hari PO

Reaksi yang merugikan :- Pada umumnya efek hanya

sementara waktu : mual, berkeringat, ngantuk, pusing, insomnia, konstipasi, diare, nafsu makan menurun, disfungsi seksual, lelah, demam, menguap.

Petunjuk khusus :- Hai-hati pada pasien yang

menggunakan obat – obatan yang dapat mempengaruhi pembekuan darah.

- Lihat citalopram.

Fluoxetin Dosis awal : 20 mg PO sekali sehari pada pagi hari. Kalau tidak ada respons setelah beberapa minggu dosis dinaikkan

Reaksi yang merugikan :- Yang berhubungan dengan dosis

gelisah dan cemas, insomnia- Sakit kepala, pusing, lelah, gemetar,

perasaan tidak enak, mimpi buruk,

Page 18: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

secara bertahap.Dosis maksimal : 80 mg/hari PO.Dosis sehari > 20 mg per hari harus diberikan dalam 2 dosis terbagi

mania, mual, diare, hilang nafsu makan, mata kabur, disfungsi seksual.

Petunjuk khusus- Lihat citalopram

Sertralin Dosis awal : 50 mg PO sekali sehari .dosis dapat dinaikkan 50 mg setiap minggu.Dosis pemeliharan 500-100 mg per hari PoDosis maksimal : 20 mg mg/hari

Reaksi yang merugikan :- Ngantuk, pusing, insomnia, cemas,

mual, xerostomia, kehilangan berat badan, anoreksi, konstipasi, disre, disfungsi seksual, ansietas, mimpi buruk, menguap, tremor, pandangan kabur, berkeringat.

- Yang berhubungan dengan dosis : Vasodilatasi, Hipertensi.

Petunjuk khusus:- Mulailah dengan dosis rendah untuk

mengurangi efek samping dan naikan secara bertahap hingga respons yang dikehendaki.

- Hati-hati penggunaan pada pasien-pasien dengan kerusakan hati dan ginjal

Jangan hentikan pengobatan secara tiba-tiba turunkan secara bertahap setelah lebih dari beberapa minggu

Trazodone Dosis awal :150 mg/hari PO dosis tunggal pada malam hari atau dosis terbagi. Dapat dinaikkan secara bertahap 50 mg setiap 3-4 hari hingga 300- 400 mg per hari.Dosis maksimal : 600 mg/hari Po dalam dosis terbagi

Reaksi yang merugikan :- Mulut kering, mual, pening,

konstipasi, sedasi, kepala terasa ringan, hipotensi postural, inkoordinasi, konfusi, kerusakan memori, jarang hepatotoksik.

- Ngantuk/sedasi,yang umumnya serius risikonya adalah adanya priapismus.

Petunjuk khusus:- Mulailah dengan dosis rendah untuk

mengurangi efek samping dan naikan secara bertahap hingga respons yang dikehendaki.

- Hati-hati penggunaan pada pasien-pasien dengan kejang, penyakit kardisosvakular atau serebrovaskular atau riwayat mania, kerusakan hati atau ginjal berat.

- Hentikan pengobatan segera jika ada tanda-tanda diskasria darah, kerusakan hati atau priaoismucs.

- Jangan hentikan pengobatan secara

Page 19: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

tiba-tiba, turunkan dosis secara bertahap setelah lebih dari beberapa minggu.

Maproptilin Dosis awal : 25 -75 mg/hari PO dibagi 3Dosis dapat dinaikkan secara bertahap setelah 1-2 minggu hingga 150 mg/hariDapat diberikan sebagai dois tunggal pada malam hari.Dosis maksimal 150 mg/hari

Efek yang mereugikan:- Sama dengan TCA kecuali efek

antimuskarinik kurang sering tetapi ruam kemerahan (Rash) lebih sering

Petunjuk khusus :- Lihat TCA- Hati-hati pada pasien dengan kejang

ambang rendah

Amitriptilin

Clomipramin

Imipramin

Dosis awal : 50-150 mg/hari PO dalam dosis terbagi atau dosis tunggal pada malam hari.Dapat dinaikkan hingga dosis maksimal : 300 mg/hari dalam dosis terbagiDosis awal : 10-25 mg/hari PO. Dosis dapat dinaikkan secara bertahap hingga 30-150 mg PO dalam dosis terbagi atau dosis tunggalDosis maksimal : 250 mg/hari

Dosis awal : 25-75 mg/hari untuk pasien rawat jalan dan 75 mg/hari bagi pasien rawat inap.

Efek yang merugikan :- Efek samping terjadi berhubungan

dengan efek antimuskarinik dan akan menghilangkan jika dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan secara bertahap.

- Mulut kering,konstipasi yang dapat mengakibatkan terjadinya ileus paralitika, mata kabur,kenaikan tekanan bola mata, retensi urinary,hipertermia, Mengantuk,cemas, insomnia, sakit kepala, neuropati perifer, ataxia, tremor, bingung/delirium dapat terjadi khususnya pada usia lanjut, mual,muntah, iritasi pada lambung, kenaikan berat badan, hipotensi, takikardia, berkeringat.

Petunjuk khusus- mulailah dengan dosis rendah untuk

mengurangi efek samping dan naikan secara bertahap hingga respons yang dikehendaki.

- Hati – hati penggunaannya pada pasien dengan retensi urin, hiperplasi prostate, konstipasi kronik, glaucoma sudut tertutup yang tidak diobati, pasien dengan penyakit kardio vascular, riwayat epilepsy.,DM. kerusakan fungsi hati.

- Pasien usia lanjut mungkin peka terhadap efek samping, dianjurkan menggunakan dosis rendah.

- Jangan hentikan obat dengan tiba-

Page 20: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

tiba, turunkan bertahap dalam beberapa minggu.

5. Profil efek samping dan pemilihan obat :

Pada dosis ekuivalen semua obat antidepresan mempunyai efek primer sama,

perbedaan terutama pada efek sekunder, jadi pemilihan obat anti depresan

tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek

samping terhadap kondisi pasien (usia, penyakit fisik tertentu, jenis gangguan

depresinya)

6. Efek samping obat anti depresan yang utama :

a.Sedasi : Ngantuk, kurang waspada, kemampuan

kognitif menurun

b.Efek antikholinergik :Mulut kering, kontipasi, retensio urine

c. Efek antiadrenergik alfa : Perubahan EKG, hipotensi

d. Efek neurotoksik : Tremor, agitasi, insomnia

7. Efek samping spesifik dan pemberian :

a. Obat anti depresan trisiklik :

- Efek samping : sadasi, otonomik,kardiotoksik

- Diberikan pada pasien muda

- untuk meredakan depresi agitasi

- Pemberian :

* Amitriptilin,Imipramin : dimulai 2 x 25 – 50 mg / hari selama

1-2 minggu, bila kurang efektif dinaikkan sampai 3 x 50 mg/hr

(dosis anjuran 75-150 mg/hr

* Amineptin : 2 x 100 mg/hr pagi dan siang (d.a.100-200

mg/hari)

* Klomipramin : dimulai 10 mg/hr beberapa hari kemudian

ditingkatkan sampai 30 -150 mg/hr (d.a. 30 – 150 mg/hr

- Bila ada gejala gangguan lainnya seperti : gangguan psikotik, kecemasan,

epilepsi/mental organik, dll, dapat ditambah dengan obat-obat

gangguan lainnya tersebut.

b. Obat anti depresan tetrasiklik :

- Efek samping terutama sedasi, sedangkan efek terhadap otonomik

kardiologik sangat kurang

Page 21: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

- Diberikan pada pasien dengan kondisi kurang tahan terhadap efek otonomik

dan kardiologik trisiklik seperti orang lanjut usia

- Baik untuk deperesi dengan kecemasan dan insomnia

- Pemberian :

* Marprotilin : 2 – 3 x 25 mg/hr selama 1-2 minggu, kemudian

dapat ditingkatkan hingga 3 x 50 mg/hr )d.a. 75-150 mg/hr)

* Mianserin : 2-3 x 10 mg/hr atau 1 x 30 mg/hr malam hari.

Dapat ditingkatkan hingga 60 mg mg/hr (d.a.30-60 mg/hr

c. MAOI reversible (MOCLOBEMIDE) :

- Efek samping terutama hipotensi ortostatik, relatif aman

- Hati-hati pada pemakaian dengan obat-obat simpatomimetik atau makanan

yang mengandung tiramin (keju, anggur) karena bahaya

terjadinya krisis hipertensi.

- Pemberian :

* Moclobemide : 150 mg/hr dosis tunggal (d.a. 300-600 mg/hr)

d. Obat anti depresi : “atypical “

- Efek sedasi kuat tetapi efek anti kolinergik dan hipotensi ringan

- Pemberian :

Trazodone (Trazon) 1-2 x 50 mg/hr ( d.a. 100 – 200 mg/hr)

e. Obat anti depresi SSRI

- Efek sedasi, hipotensi, otonomik sangat minimal.

- Manfaat untuk pasien dengan “ retarded depression “ usia lanjut, pasien gangguan

jantung, berat badan berlebih.

- Relatif aman (dosis letal . 600 mg)

* Sertralin (Zoloft) : 1 x 50 mg/hr (d.a. 50 – 100 mg/hr)

* Paroxetine (Seroxat) : 1 x 20 mg/hr (d.a. 20-40 mg/hr)

* Fluoxetine (Prozac) : 1 x 20 mg/hr (d.a. 20-40 mg/hr)

* Flufoxamine (Luvox) : 1 x 50 mg/hr (d.a. 50 -100 mg/hr)

8. Pada pemakaian obat anti depresi, kematian dapat terjadi oleh karena Cardiac arrest

(terutama golongan trisiklik). Dosis letal Trisiklik sekitar 10 x dosis terapi. Golongan SSRI

relatif aman pada overdosis. Oleh karena itu bila memungkinkan pemilihan obat anti

deperesan sebaiknya mengikuti urutan :

Step I : Golongan SSRI

Step II : Golongan Trisiklik

Page 22: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Step III : Golongan tetrasiklik/ Atypical / MAOI reversible

9..Pada pemakaian obat anti depresan, bila dengan dosis adekuat belum tampak perbaikan,

jangan cepat-cepat mengganti dengan jenis lain, tapi pertahankan lebih dahulu sampai jangka

waktu yang cukup (2-3 bulan ) bila masih tetap tidak tampak perbaikan, baru beralih ke obat

anti depresan jenis lannya

SINDROMA MANIA

GEJALA KLINIS

1. Peningkatan aktivitas atau ketidak tenangan fisik.

2. Lebih banyak bicara atau adanya dorongan untuk bicara terus

menerus.

3. Flight of idea.

4. Rasa harga diri yang melambung

5. Kebutuhan tidur berkurang

6. Perhatian mudah dialihkan

7. Keterlibatan berlebihan pada aktivitas-aktivitas yang mengandung

risiko tinggi : Mengebut,boros, tingkah laku seksual terbuka , dll

PENATALAKSANAAN :

1. Psikokerapi.

2. Terapi kejang listrik.

Ad.1 dan Ad.2 sama dengan penatalaksanaan gangguan depresi.

3. Terapi dengan medikamentosa

a.Sinonim : Mood modulator, mood stabilizers, anti mania

b. Obat acuan : Lithium Carbonate, Asam Valproat, Oxcarbamazepin

c.Pemilihan obat dan dosis :

- Lithium Carbonate : sangat toksik, kurang tersedia di pasaran, sehingga

jarang dipakai.

- Asam valproat : 15-20mg/ kg bb hari, 250-500mg/hari

- Haloperidol : dosis sama seperti pemakaian pada pasien psikotik gelisah : 2-3x

2,5 – 5 mg/hg (d.a. 5-15 mg/hr)

- Karbamazepin : Pemakiannya harus pada pasien tanpa gangguan ginjal (tes

faal ginjal dulu ) dan kelainan darah (efek samping agranulositosis ). Dosis 2-3 x

200 mg/hr (d.a. 400 – 600 mg/hr).

Page 23: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

GANGGUAN NEROTIK, GANGGUAN SOMATOFORM DAN

GANGGUAN TERKAIT STRES

BATASAN

Gangguan nerotik, gangguan somatoform dan gangguan terkait stres merupakan

kelompok gangguan mental yang egosdistonik dengan gejala atau kumpulan gejala yang

tidak mempunyai dasar organik. Pasien tetap mempunyai tilikan (insight) dan daya nilai

terhadap realitas tidak terganggu. Perilakunya dapat terganggu namum masih dalam batas-

batas norma sosial dan kepribadianya tetap utuh.

PENGGOLONGAN:

Pengolongan berdasarkan gejala-gejala klinik yang menonjol.

Penggolongan menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut :

F40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK , antara lain :

F40.0 : Agorafobia dengan atau tanpa serangan panik

F40.1 : Fobia sosial

F40.2 : Fobia khas

F41. GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA, antara lain :

F41.0 : Gangguan panik

F41.1 : Gangguan anxietas menyeluruh

F41.2 : Gangguan campuran antara anxietas dan depresi

F41.3 : Gangguan anxietas campuran lainnya

F42. GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF, antara lain :

F42.0 : Ganguan obsesif-kompulsif predominan pikiran obsesif

F42.1 : Gangguan obsesif-kompulsif predominan tindakan kompulsif

F42.2 : Campuran pikiran obsesif dan tindakan kompulsi

F43.REAKSI TERHADAP STRES BERAT DAN GANGGUAN PENYESUAIAN

F43.0 : Reaksi stres akut

F43.1 : Gangguan stres pasca trauma

F43.2 : Gangguan penyesuaian

Page 24: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

F44. GANGGUAN DISOSIATIF

F44.0 : Amnesia disosiatif

F44.1 : Fugue disoisatif

F44.2 : Stupor disosiatif

F44.3 : Ganguan trans dan kesurupan

F44.4 : Gangguan motorik disosiatif

F44.5 : Konvulsif disosiatif

F44.6 : Amnesia dan kehilangan sensori disosiatif

F45. GANGGUAN SOMATOFORM

F45.0 : Gangguan somatisasi

F45.1 : Gngguan somatoform tak terinci

F45.2 : Gangguan hipokondrik

F45.3 : Disfungsi otonomik somatoform

F45.4 : Ganguan nyeri somatoform menetap

F48.GANGGUAN NEROTIK LAINNYA

F48.0 : Neurastenia

F48.1 : sindroma depresonalisasi-derealisasi

F48.8 : Ganguan neurotik lainnya YDT

F48.9 : Gangguan neurotik YTT

PEDOMAN DIAGNOSTIK

F.40. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK :

Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas, yang

sebenarnya pada saat kejadian tidak membahayakan.

Objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa terancam

F41.0. GANGGUAN PANIK :

Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe

attack of autonomic anxiety) dalam masa kira- kira 1 bulan:

Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya tidak berbahaya

Tidak terbatas pada situasi yang telah diduga atau diketahui sebelumnya

Pada periode antara serangan panik, relatif bebas dari anxietas

Page 25: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

F41.1 GANGGUAN CEMAS MENYELURUH :

Gejala kecemasan sebagai gejala primer hampir berlangsung setiap hari selama beberapa

minggu atau beberapa bulan dan tidak terbatas pada situasi tertentu. Gejala-gejala tersebut

mencakup :

Kecemasan (Khawatir akan nasib buruk , sulit konsentrasi, dsb)

Ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat santai)

Overaktifitas otonomik (berkeringat, jantung berdebar, sesak nafas, keluhan lambung,

pusing, mulut kering, dsb)

F42. GANGGUAN OBSESIF-KOMULSIF:

Gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau kedua-duanya harus ada mampir setiap

hari selama sediktnya 2(dua) minggu berturut-turut

Gejala obsesif harus mencakup sbb:

- Disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri

- Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan.

- Gagasan, bayangan, pikiran atau impuls diri sendiri tersebut merupakan pengalaman

yang tidak menyenangkan

F43. REAKSI TERHADAP STRES BERAT DAN GANGGUAN PENYESUAIAN :

F43.0. REAKSI STRES AKUT :

Harus ada kaitan waktu antara kejadian atau pengalaman stres dengan onset gejala

yaitu beberapa menit atau segera setelah kejadian.

Gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam)

F43.1 GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA :

Gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat.

Sebagai tambahan, didapat bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik

tersebut secara berulang.

F43.3 GANGGUAN PENYESUAIAN :

Onset bisaanya terjadi dalam 1 bulan setelah kejadian dan gejala bisaanya melebihi 6

bulan

Page 26: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

F44. GANGGUAN DISOSIATIF/KONVERSI :

Gejala utama ada kehilangan (sebagian atau seluruh) integrasi normal (dibawah

kendali kesadaran) antara lain:

- Ingatan masa lalu

- Kesadaran identitas dan penginderaan

- Kontrol terhadap gerakan tubuh

Pedoman diagnostik :

Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala tersebut

Terdapat bukti adanya penyebab psikologis dalam bentuk kaitan waktu yang jelas

dengan problem, kejadian-kejadian yang stresful atau hubungan interpersonal yang

terganggu

F45. GANGGUAN SOMATOFORM:

Pedoman diagnostik :

- Adanya keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak

dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik yang

berlangsung sedkitnya 2 tahun.

- Tidak mau menerima nasehat dan penjelasan beberapa dokter

bahwa tidak ada kelainan fisik

- Terdapat disabilitas fungsi dalam keluarga dan masyarakat.

PENATALAKSANAAN

A. PSIKOTERAPI, dengan tujuan :

- Meringankan gangguan emosional yang ada

- Mengubah perilaku yang terganggu dan mengembangkan kepribadian secara

positif

- Meningkatkan kemampuan dalam mengatasi persoalan hidup

-

B. SOMATOTERAPI

Farmakoterapi dengan anti cemas dan bila perlu dengan anti depresi.

Golongan Benzodiazepin.

ANSIOLITIKNama obat Dosis Keterengan

Alprazolam Dosis Awal :3 x 0,5 mg Po

Reaksi yang merugikan :- Ketergantungan dan gejala

Page 27: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Bromazepam

Klobazam

Klonazepam

Diazepam

Lorazepam

Nitrazepam

Dapat dinaikkan max 4 mg/hr atau berdasarkan respons pasienDosis pemeliharaan :GAD : 0,5 -4 mg/hr OralGangguan Panik: 0,5 mg/hr 3 x atau sebelum tidur naikkan dosis 0,25 – 1 mg setiap 3 hari tecapai dosis terapeutikDosis maksimal 1 mg/hr

Cemas ringan-sedang : 1,5-6 mg Po 3 x HrBerat : 6-12 mg PO 3 x HrDosis maksimal 60 mg/hr dalam dosis terbagi

10- 100 mg/hr PO dalam dosis terbagi 3-4 kali /hari

Dosis awal : 20 mg/hr PO

2 mg Po 3 x H Dapat ditingkatkan 15 -30 mg/H PO

Dosis awal : 2 mg/H PO dalam dosis terbagi naikan atau turunkan 0,5 mgDosis pemeliharaan : 1-4 mg/ H Po

5-10 mg PO saat akan tidur

putus zat dapat terjadi khususnya pada pasien dengan riwayat ketergantungan obat.

- Efek pada susunan syaraf pusat :

- sering sedasi , Ngantuk,, otot terasa lemas, gangguan keseimbangan (ataksia)

- jarang : bicara pelo, vertigo, sakit kepala, kebingunganGejala akan menghilang.

- dapat terjadi kegembiraan yang paradoks

Perhatian khusus :- Mulailah dengan dosis

rendah dan naikan dosis secara perlahan sesuai dengan respon pasien

- pasien dengan usia lanjut dimulai dengan dosis yang lebih rendah

-Penggunaan jangka pendek untuk menghindari ketergantungan dan gejala putus zat

- Untuk menghindari gejala rebound atau putus zat, hentikan pengobatan secara bertahap untuk beberapa minggu atau bahkan lebih

- Berhati-hati penggunaan pada pasien dengan kerusakan hati dan ginjal dalam dosis terbagi

Pedoman pemakaian golongan benzodiazepine :

Sebaiknya tidak lebih dari 2 minggu,untuk menghindari efek ketergantungan.

Penghentian secara bertahap

Hati-hati pada usia lanjut.

Golongan Non Benzodiazepin : Buspiron

Dosis : 20 – 30 mg/hr

Keuntungan :

Page 28: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

- Tidak ada efek ketergantungan

- Efek sedasi ringan/tidak ada

- Terutama pada gejala somatik yang menonjol

-

C. TERAPI PERILAKU

Terapi desensitisasi : Secara bertahap mulai dari yang ringan, melatih pasien

menghadapi stimulus yang membuat cemas.

Terapi relaksasi

TERAPI ANJURAN PADA BEBERAPA GANGGUAN NEUROTIK

1. GANGGUAN ANXIETAS FOBIK :

a. Psikoterapi

b. Terapi perilaku : desensitisasi

c. Farmakoterapi

- Alprazolam (Xanax) : 3 x 0,25 – 1 mg

- Amitriptilin : 2 x 25-50 mg

- Golongan benzodiazepin

2. GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH:

a. Psikoterapi

b. Terapi perlaku : relaksasi

c. Farmakoterapi :

- Buspiron

- Alprazolam : 3 x 0,25-1 mg

- golongan benzodiazepin

3. GANGGUAN DISOSIATIF

a. Pada saat “serangan “ dapat diberikan injeksi diazepam 5 – 10 mg secara i.v. pelan,

diturunkan dengan per os, selama paling lama 2 minggu.

b. . Psikoterapi

4. GANGGUAN SOMATOFORM

a. Psikoterapi

Page 29: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

b. Farmakoerapi:

- Benzodiazepin, setelah 2 minggu dilanjutkan buspiron

- Antidepresan

5. GANGGUAN PENYESUAIAN :

a. Psikoterapi

b. Farmakoterapi :

- Anti cemas : Diazepam

- Anti depresan : Golongan trisiklik

RETARDASI MENTAL

BATASAN

Merupakan suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang

timbul sebelum umur 18 tahun , yang ditimbulkan oleh fungsi intelektual umumnya (kognitif,

bahasa, motorik dan sosial) dibawah rata-rata serta adanya hendaya dalam perilaku adaptif.

Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan fisik dan gangguan jiwa.

ETIOLOGI

a. Faktor Biologis :

Kelainan kromosom (sondroma down)

Kelainan metabolik (Phenilketonuria)

Gangguan pre dan perinatal

b. Faktor Psikososial

Deprivasi psikososial

Kurangnya stimulasi yang disebabkan pendidikan orang tua rendah atau

orang tua sakit-sakitan

c. Kombinasi antara faktor-faktor: Genetika, lingkungan dan faktor biologis.

PEDOMAN DIAGNOSIS

Page 30: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Harus ada penurunan tingkat intelektual yang mengakibatkan berkurangnya

adaptasi terhadap tuntunan dari lingkungan sosial normal sehari –hari.

Gangguan fisik atau jiwa yang menyertai dapat mempunyai pengaruh besar

terhadap gambaran klinis dan tingkat keterampilannya. Penilaian harus

berdasarkan kemampuan global dan bukan atas suatu hendaya atau

keterampilan klinis.

PENGGOLONGAN / KLASIFIKASI

I.Q ( = Intelegensia Quotient ) bukanlah merupakan satu-satunya patokan untuk

menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat juga dipakai kemampuan

untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja (okasional).

PEMBAGIAN TINGKAT INTELEGENSIATINGKAT

RMISTILAH I.Q PATOKAN

SOSIALPATOKAN

PENDIDIKANRingan Debil/tolol 50 - 69 Dapat mencari

nafkah secara sederhana

Dapat dilatih dan dididik di sekolah khusus.

Sedang Imbisil/ dungu 35 - 49 Tidak apat mencari nafkah. Dapat mengenal bahaya

Dapat dilatih, tidak dapat di dididik

Berat 20 - 34 Tidak apat mencari nafkah. Dapat mengenal bahaya

Dapat dilatih, tidak dapat di dididik

Sangat berat Idiot/ pander < 20 Tidak mengenal bahaya. Tidak dapat mengurus diri

Tak dapat dididik dan tak dapat dilatih

PENATALAKSANAAN

1. Konseling pada orang tua dilakukan secara fleksible dan praktis dengan tujuan antara

lain membantu mereka mengatasi frustasi.

2. Pendidikan dan latihan khusus sebaiknya di sekolah luar bisaa (SLB – C untuk tuna

grahita):

- Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.

- Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau anti sosial.

Page 31: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

- Mengajarkan keterampilan (skill) agar anak kelak dapat mencari nafkah.

3. Pada keadaan gelisah, hiperaktif atau destruktif :

- Dapat diberikan Neuroleptikum : haloperidol degan dosis 0,075 mg/kg

BB/hr.

- - dapat diberikan obat-obat yang memperbaiki metabolisme sel otak.

GANGGUAN HIPERKINETIK

BATASAN

Gangguan Hiperkinetik adalah kelainan tingkahlaku, dengan gejala utama tak dapat

memusatkan perhatian, serta tingkah laku impulsif, yang tak sesuai dengan taraf

perkembangan.

ETIOLOGI

Disebabkan oleh disfungsi SSP. Akibat :

1. Kerusakan otak

2. Kelambatan kematangan otak

3. Genetika

4. Nerotransmiter

CARA PEMERIKSAAN

Heteroanamnesis orang tua mengenai riwayat psikososial dan tingkahlaku

anak

Laporan guru saat anak dalam kelas

Tes Bender Gestalt atau Tes Frostig, guna mengetahui gangguan persepsi

visual- motor

Pemerikasaan Neurologik, untuk mengetahui gangguan koordinasi motorik

kasar dan halus (Soft Neurological Sign)

Pemeriksaan EEG, terutama bila ada anamnesis gejala kejang atau epilepsi

PEDOMAN DIAGNOSTIK

Ciri utama: berkurangnya perhatian dan aktifitas berlebihan.

Page 32: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Berkurangnya perhatian , tampak dari dihentikannya tugas terlalu dini, dan

ditinggalkannya tugas sebelum selesai tuntas. Kegiatan mudah beralih dari

satu kegiatan ke kegiatan yang lain.

Hiperakitivitas , dinyatakan dalam kegiatan yang berlebihan, dalam situasi

yang menuntut keadaan yang relatif tenang.

Gambaran penyerta tak cukup/ perlu bagi diagnosis, namum dapat

mendukung.

Gangguan belajar dan kekakuan motorik sangat sering terjadi, harus dicatat

secara terpisah

PENATALAKSANAAN

1. Terapi obat-obatan

Stimulansia: Dekstroamphetamine 0,15 mg/kg BB/hr diberikan pagi dan

siang hari (jangan diberikan pada anak usia 6 tahun, dapat menghambat

pertumbuhan)

Antidepresan Trisklik : Imipramine 1,5 mg/kg BB/hr (jangan diberikan pada

anak dengan kelainan jantung atau epilepsi)

Benzodiazepin : Diazepam 0,2 – 0,5 mg/kg BB/hr

Antihistamin : Diphenhydramine 4-6 mg/kg BGB/hr

Neuroleptika : Haloperidol 0,025 – 0,075 mg/kg BB/hr (jangan diberikan

pada anak usia 6 tahun, karena efek samping berupa gejala ekstrapiramidal)

2. Psikoterapi suportif

3. Modifikasi tingkah laku

4. Bimbingan bagi orang tua

5. Bimbingan bagi guru

TATALAKSANA GANGGUAN BIPOLAR

Defenisi : Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan

ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depersi dan campuran , bisaanya

rekuren serta dapat berlangsung seumur hidup.

Manifestasi Klinik:

1. Episode manik

Page 33: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang

elasi, ekspansif atau iritabel. Pasien memiliki secara menetap tiga atau lebih gejala

berikut yaitu:

- Grandiositas atau percaya diri berlebihan

- Berkurangnya kebutuhan tidur

- Cepat dan banyaknya pembicaraan

- Lompatan gagasan atau pikiran berlomba

- Perhatian mudah teralih

- Peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor

- Meningkatnya akitivitas bertujuan( sosial,seksual,pekerjaan dan sekolah)

- Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros,investasi, tanpa perhitungan

yang matang)

Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengan penderita, gambaran psikotik,

hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya gangguan fungsi

sosial dan pekerjaan.

2. Episode Depresi Mayor

Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat symptom/tanda yaitu:

- mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang

- menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan

- Sulit atau banyak tidur

- Agitasi atau retardasi psikomotor

- Fatig atau berkurangnya tenaga

- Menurunnya harga diri

- Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi

- Pesimis

- Pikiran berulang-ulang tentang kematian, bunuh diri(dengan atau tanpa

rencana) atau tindakan bunuh diri

Gejala –gejala di atas menyebabkan penderita atau mengganggu fungsi personal,

sosial atau pekerjaan.

3. Episode Campuran

Page 34: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi

secara bersamaan. Misalnya , mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel,

marah, serangan panik, pembicaraan cepat,agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia

derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang

bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk

melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu

fungsi personal, sosial dan pekerjaan.

4. Episode Hipomanik

Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood,

ekspansif atau iritabel yang ringan, paling sedikit tiga gejala ( empat gejala bila mood

iritabel) yaitu:

- Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri

- Berkurangnya kebutuhan tidur

- Meningkatnya pembicaraan

- Lompat gagasan atau pikiran berlomba

- Perhatian mudah teralih

- Meningkatnya aktivitas atau agitasi psikomotor

- Pikiran menjadi lebih tajam

- Daya nilai berkurang

Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau perilaku atau pembicaraan

aneh), tidak memerlukan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi personal, sosial

dan pekerjaan.

Diagnosis GB menurut kritria diagnostik ICD-10

(F.30.0.) Hipomania

Paling sedikit, selama empat hari, secara persisten terjadi peningkatan mood atau mood

iritabel yang derajatnya ringan dan disertai dengan tiga gejala berikut yaitu meningkatnya

energi dan aktivitas, meningkatnya sosiabilitas, banyaknya bicara, lebih ramah, perilaku

ceroboh dan meningkatnya energy seksual, berkurangnya kebutuhan tidur, dan sulitnya

berkonsentrasi dan distraktibilitas. Gejala-gejala diatas tidak menyebabkan gangguan berat

Page 35: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

fungsi pekerjaan dan penolakan sosial. Gangguan mood dan perilaku tidak disertai oleh

adanya halusinasi atau waham.

(F.30.1.) Mania Tanpa Simtom Psikotik

Paling sedikit, selama 1 minggu (bisa kurang bila pasien mendapat perawatan), secara

persisten, terjadi peningkatan mood (elasi, ekspansif) atau iritabel yang tidak bergantung

kepada suasana lingkungan pasien. Paling sedikit ditemui tiga gejala berikut yaitu

meningkatnya aktivitas atau kegelishan fisik, desakan berbicara, lompatan gagasan atau

berlombanya isi pikiran, hilangnya inhibisi sosial, berkurangnya kebutuhan tidur,

distraktibilitas, berubah-ubahnya perencanaan, melambungnya harga diri, banyaknya ide-ide

kebesaran, perilaku ceroboh, dan meningkatnya gairah seksual.

(F.30.2) Mania dengan Simtom Psikotik

Sama dengan simtom-simtom di atas dan ditambah dengan adanya waham (bisaanya waham

kebesaran) atau halusinasi (bisaanya suara-suara yang berbicara langsung kepada pasien) atau

adanya gaduh gelisah, aktivitas motorik yang berlebihan, dan lompatan gagasan yang sangat

berlebihan sehingga pasien tidak mungkin melakukan komunikasi seperti bisaanya.

(F.31) Gangguan Afektif Bipolar

Episode mania atau hipomania multiple atau depresi dengan mania/hipomania, episode saat

ini seperti yang didefinisikan di atas atau di bawah ini.

(F.31.6) Gangguan Afektif Bipolar, Saat Ini episode Campuran

Sebelumnya, pasien mengalami, paling sedikit, satu episode campuran, depresi, mania atau

hipomania dan saat ini, mempertahankan suatu campuran atau pergantian yang cepat antara

simtom mania dengan depersi.

(F.32) Episode Depresi

Paling sedikit, selama dua minggu, pasien mengalami penurunan mood, pengurangan energi

dan aktivitas. Berkurangnya kemampuan merasakan rasa senang, penurunan konsentrasi dan

minat. Pasien merasa lelah, berkurangnya nafsu makan, dan gangguan tidur. Berkurangnya

rasa percaya diri, adanya rasa tidak berguna atau ide-ide bersalah. Mood tidak berespons

terhadap lingkungan, dan disertai dengan simtom somatik misalnya, hilangnya minat dan rasa

senang, terbangun dini hari, depresi memburuk di pagi hari, retardasi atau agitasi psikomotor,

berkurangnya nafsu makan dan libido.

Episode depresi dispesifikasi sebagai derajat ringan (paling sedikit empat gejala), sedang

(paling sedikit enam gejala dan kesulitan secara terus-menerus dalam berakitivitas rutin) atau

berat paling sedikit delapan gejala dan gejala tersebut sangat nyata dan menimbulkan

penderitaan).

Page 36: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Penatalaksanaan Kedaruratan Agitasi Akut pada Gangguan Bipolar

Lini I

Injeksi IM Aripiprazol efektif untuk pengobatan agitasi pada pasien dengan

episode mania atau campuran akut. Dosis adalah 9,75 mg/injeksi. Dosis

maksimum adalah 29,25 mg/hr (tiga kali injeksi per hari dengan interval dua

jam). Berespon dalam 45-60 menit.

Injeksi IM Olanzapin efektif untuk agitasi pada pasien dengan episode

mania atau campuran akut. Dosis 10 mg/ injeksi. Dosis maksimum adalah 30

mg/hr. berespons dalam 15-30 menit. Interval pengulangan injeksi adalah

dua jam. Sebanyak 90 % pasien menerima hanya satu kali injeksi dalam 24

jam pertama. Injeksi lorazepam 2 mg/injeksi. Dosis maksimum lorazepam 4

mg/hr. dapat diberikan bersamaan dengan injeksi IM Aripiazol atau

Olanzapin. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik karena mengganggu

stabilitas antipsikotika.

Lini II

injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi Dapat diulangi setelah 30

menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari

injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi, dapat diberikan bersamaan

dengan injeksi haloperidol IM. Jangan dicampur dalam satu jarum suntik.

Terapi farmakologi episode Mania

Rekomendasi Terapi farmakologi pada Mania Akut

Lini I : Litium, divalproat, olanzapin, risperdon, quetiapin XR, aripiprazol,litium atau

divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin, litium atau divalproat +

olanzapin, litium atau divalproat + aripiprazol

Lini II : Karbamazepin, TKL (terapi kejang listrik), litium + divalproat, paliperidon

Lini III: Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litum +

karbamazepin, klozapin.

Penatalaksanaan pada Episode Depesi Akut, GB I

Lini I Litium,lamotrigin, quetiapin,quetiapin XR, litium atau divalproat + SSRI, olanzapin + SSRI, litium + divalproat

Lini II Quetiapin + SSRI, divalproat, litium atau divalproat +

Page 37: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

lamotriginLini III Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin, litium atau

divalproat + venlafaksin, litium + MAOI, TKL, litium atau divalproat atau AA + TCA, litium atau divalproat atau karbamazepin + SSRI + lamotrigin, penambahan topiramat.

Rekomendasi Trerapi Rumatan pada GB ILini I Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin,

litium atau divalproat + quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang (RIJP), penambaan RIJP, ari[iazol

Lini Ii Karbamazepin,litium + divalproat,litium + karbamazepin, litium atau divalproat + olanzepin,litium + risperidon,litium + lamotrigin, olanzapin + fluoksetin

Lini III Penambahan fenitoin,penambhaan olanzapin, panambahan ECT, penambahan topiramat, penambahan asam lemak omega-3, penambahan okskarbazepin

Rekomenadsi Terapi Akut Depresi, GB IILini I QuetiapinLini II Litium,lamotrigin, divalproat,litum atau divalproat +

antidepresan, litium + divalproat, antipsikotika atipik + antidepresan

Lini III Antidepresan monoterapi (terutama untuk pasien yang jarang mengalami hipomania)

Rekomendasi Terapi Rumatan, GB II

Lini I Litium, lamotriginLini II Divalproat, litium atau divalproat atau antipsikotika atipik +

antidepresan, kombinasi dua dari: litium, lamotrigin, divalproat, atau antipsikotik atipik.

Lini III Karbamazepin, antipsikotika atipik, ECT.

Obat-obat yang dapat digunakan pada Gangguan Bipolar

Stabilisator mood

1. Litium

Litium sudah digunakan sebagai terapi mania akut sejak 50 tahun yang lalu. Ia lebih

superior bila dibandingkan dengan placebo.

Page 38: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Farmakologi : sejumlah kecil litium terkait dengan protein. Litium diekskresikan

dalam bentuk utuh hanya melalui ginjal.

Indikasi : Episode mania akut, depersi, mencegah bunuh diri dan bermanfaat

sebagai terapi rumatan GB.

Dosis :

- respons litium terhadap mania akut dapat dimaksudkan dengan mentitrasi

dosis hingga dosis terapeutik yang berkisar antara 1,0 – 1,4 mEq/L.

Perbaikan terjadi dalam 7-14 hari.

- Dosis awal yaitu 20 mg/kg/hr. dosis untuk mengatasi keadaan akut lebih

tinggi bila dibandingkan dengan untuk terapi rumatan

- Untuk terapi rumatan, dosis berkisar antara 0,4 – 0,8 ,Eql/L. Dosis kecil dari

0,4 mEq/L, tidak efektif sebagai terapi rumatan. Sebaliknya, gejala toksisitas

litium dapat terjadi bila dosis ≥1,5 mEq/L.

Efek samping

- mual, muntah, tremor, somnolen, penambahan berat badan, dan penumpulan

kognitif.

- Neurotoksisitas, delirium dan ensefalopati dapat terjadi akibat penggunaan

litium. Neurotoksisitas bersifat irreversible. Akibat intoksikasi litium.

- Defisit neurology permanent dapat terjadi misalnya, ataksia, defisit memori

dan gangguan pergerakan.

- Poliuri

Untuk mengatasi intoksikasi litium, hemodialisis harus segera dilakukan. Litium dapat

merusak tubulus ginjal. Faktor risiko kerusakan ginjal adalah intoksikasilitium, polifarmasi

dan adanya penyakit fisik lainnya, pasien dianjurkan untuk banyak meminum air.

Pemeriksaan Laboratorium.

Sebelum memberikan litium, fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) dan fungsi tiroid, harus

diperiksa terlebih dahulu. Untuk pasien yang berumur diatas 40 tahun, pemeriksaan EKG

harus dilakukan, Fungsi ginjal harus diperiksa setiap 2-3 bulan dan fungsi tiroid dalam enam

bulan pertama. Setelah enam bulan, fungsi ginjal dan tiroid diperiksa sejak dalam 6-12 bulan

atau bila ada indikasi.

Page 39: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Wanita hamil

Penggunaan litium pada wanita hamil dapat menimbulkan malformasi janin. Kejadiannya

meningkat bila janin terpapar pada kehamilan yang lebih dini. Wanita dengan GB yang

derajatnya berat, yang mendapat rumatan litium, dapat melanjutkan litium selama kehamilan

bila ada indikasi secara klinis. Kadar litium darahnya harus dipantau dengan seksama.

Pemeriksaan USG untuk memantau janin, harus dilakukan. Selama kehamilannya, wanita

tersebut harus disupervisi oleh ahli kebidanan dan psikiater. Sebelum kehamilan terjadi,

risiko litium terhadap janin dan efek putus litium terhadap ibu harus didiskusikan.

II. Valproat

Valproat merupakan obat antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai antimania.

Valproat tersedia dalam bentuk :

1. Preparat oral;

- Sodium divalproat,tablet salut, proporsi antara asam valproat dan sodium

valproat sama

- Asam valproat

- Sodium Valproat

- Sodium divalproat, kapsul yang mengandung partikel-partikel salut yang

dapat dimakan secara utuh atau terbuka dan ditaburkan kedalam makanan.

- Divalproat dalam bentuk lepas lambat, dosis sekali sehari.

2. Preparat intravena

3. preparat supositoria

Farmakologi

Terikat dengan protein. Diserap dengan cepat setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak

plasma valproat sodium dan asam valproat lepas lambat lebih cepat bila dibandingkan dengan

tablet bisaa. Absorbsi menjadi lambat bila obat diminum bersamaan dengan makan.

Ikatan valproat dengan protein meningkatkan bila mengandung rendah lemak dan menurun

bila diet mengandung tinggi lemak.

Dosis

Dosis terapeutik untuk mania : 45 – 125 µg/mL

Untuk GB II dan siklotimia : < 50 µg/mL

Page 40: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250-500 mg/hari dan

dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum 45-125 µg/mL

Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu makan, dan penurunan lekosit serta

trombosit dapat terjadi bila konsentrasi serum > 100 µg/mL. Untuk terapi rumatan,

konsentrasi valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah anatara 75-100 µg/mL..

Indikasi

Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor akut, terapi rumatan GB,

mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan litium, siklus cepat, GB pada anak dan

remaja, serta GB pada lanjut usia.

Efek Samping

Valproat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat terjadi, misalnya anoreksia, mual,

muntah, diare, dispepsia, peningkatan (derajat ringan) enzim transaminase, sedasi dan tremor.

Efek samping ini sering terjadi pada awal pengobatan dan berkurang dengan penurunan dosis

atau dengan berjalannya waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering terjadi pada

penggunaan asam valproat dan valproat sodium bila dibandingkan dengan tablet salut sodium

divalproat.

3.Lamotrigin

Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi, ia menghambat kanal Na+.

Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamate.

Farmakokinetik : Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati

sawar otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak

10 % lamotrigin diekskresikan dalam bentuk utuh.

Indikasi : Efek untuk mengobati episode depresi, GBI dan GB II, baik akut

maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.

Dosis : Berkisar antara 50-200 mg/hari

Efek Samping : Sakit kepala,mual,muntah,pusing,mengantuk, tremor dan berbagai

kemerahan di kulit.

Antipsikotik Atipik

Page 41: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Antipsikotik atipik, baik monoterapi maupun kombinasi terapi, efektif sebagai terapi lini

pertama untuk GB. Beberapa antipsikotika atipik tersebut adalah olanzapin, risperdon,

quetiapin, dan aripiprazol.

1.Risperidon

Risperidon adalah derivate benzisoksazol. Ia merupakan antipsikotika atipik pertama

yang mendapat persetujuan FDA setelah klozapin.

Absorbsi

Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Ia dimetabolisme oleh enzim

hepar yaitu CYP 2 D6.

Dosis

Risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan cairan.

- Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan hingga

mencapai dosis 4 mg/hr. sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hr.Risperidon

injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula digunakan untuk terapi rumatan GB.

- Dosis yang dianjurkan untuk dewasa atau orang tua adalah 25 mg setiap dua

minggu. Bila tidak berespons dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg – 50

mg per dua minggu.

Indikasi

Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi rumatan

Efek samping

Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitas, peningkatan berat badan, berkurangnya gairah

seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon bila dibandingkan dengan

pada placebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara bermakna dengan reseptor

kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan retensi urin, dapat terlihat pada

beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara. Peningkatan berat badan dan prolaktin

dapat pula terjadi pada pemberian risperidon.

Olanzapin

Olanzapin merupakan derivate tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas terhadap

dopamine, D2, D3,D4 dan D5, serotonin2 (5-HT2); muskarinik,histamine 1 (HI) dan α 1

Adrenergik.

Page 42: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Indikasi

Olanzapin untuk bipolar episode akut mania dan campuran, juga efektif untuk terapi rumatan

Gangguan Bipolar.

Dosis

Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari

Efek samping

Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah beberapa lama. Efek

antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat rendah dan tidak menyebabkan

penghentian pengobatan. Risiko terjadinya diabetes tipe -2 relatif tinggi bila dibandingkan

dengan antipsikotik atipik lainnya. Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan

psikoedukasi, misalnya merubah gaya hidup, diet dan latihan fisik.

Quetiapin

Quetiapin merupakan suatu derivate dibenzotiazepin yang bekerja sebaai antagonis 5- HTIA

dan 5-HT2A, dopamine D1,D2, histamin H1 serta reseptor adrenergic α 1 dan α 2.

Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap serotonin 5-HT2A

Dosis

Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hr.Tersedia dalam bentuk

tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg dan 300 mg, (2 x / hari)

Selain itu, juga tersedia quetiapin – XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.

Indikasi

Quetiapin efektif untuk GB1 dan II, episode manik, depresi, campuran, siklus cepat, baik

dalam keadaan akut maupun rumatan.

Efek Samping

Quetiapin secara umum ditolenrasnsi dengan baik. Sedasi merupakan efek samping yang

sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya waktu. Perubahan dalam

berat badan dengan quietiapin adalah sedang dan tidak menyababkan penghentian

pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila dibandingkan dengan antipsikotika

atipikal.

Aripiprazol

Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamine –serotonin.

Farmakologi

Page 43: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2,D3 dan 5- HTIA serta antagonis 5-

HT2A. ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D3, afinitas sedang pada D4, 5-

HT2c, 5-HT7, α 1 – adrenergic, histaminergik (H1), dan serotin reuptake site (SERT), dan

tidak terikat dengan reseptor muskarinik kolinergik.

Dosis

Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20 dan 30 mg. Kisaran dosis efektifnya

perhari yaitu antara 10-130 mg. Dosis awal yang direkomendasikan yaitu anatara10-15 mg

dan diberikan sekali sehari. Apabila ada rasa mual, insomnia dan akatisia, dianjurkan untuk

menurunkan dosis. Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat

meningkatkan tolerabilitas.

Indikasi

Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia juga efektif untuk

terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi tambahan pada GB!,epeisode

depresi.

Efek samping

Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anxietas dan mual merupakan kejadian yang

tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh kelempok yang mendapat aripiprazol.

Efek samping ekstrapiramidalnya tidak berbeda secara bermakna dangan plasebo.

Akatisia dapat terjadi dan kadang-kadang dapat sangat mengganggu pasien sehingga sering

mengakibatkan penghentian pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada

pengingkatan berat badan dan diabetes mellitus pada penggunaan aripiprazol. Selain itu,

peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebakan perubahan

interval QTc.

Antidepresan

Antidepresan efektif untuk mengobati GB,episode depresi. Penggunaannya harus dalam

jangka pendek. Penggunaan jangka panjang berpotensi menginduksi hipomania atau mania.

Untuk menghindari terjadinya hipomania dan mania, antidepresan hendaklah dikombinasi

dengan stabilisator mood atau dengan antipsikotika atipik.

Intervensi Psikososial

Intervensi Psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, cognitive behavioral therapy

(CBT), terapi keluarga,terapi interpersonal, terapi kelompok, psikoedukasi, dan berbagai

Page 44: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

bentuk terapi psikologi atau psikososial lainnya. Intervensi psikososial sangat perlu untuk

mempertahankan keadaan remisi.

TATALAKSANADIAGNOSIS DAN GANGGUAN ANXIETAS

DEFINISI ANXIETAS

“ Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu

dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa

reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan

ini di dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan,

sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai dengan rasa

ingin bergerak dan gelisah” (Harold I. LIEF)

“ Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan

bahaya atau frustasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa keamanan,

keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya” (J.J GROEN)

GEJALA UMUM

Gejala psikologik : ketegangan,kekuatiran,panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut “gila”,

takut kehilangan kontrol dan sebagainya.

Gejala fisik :Gemetar,berkeringat,jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing,

ketegangan otot, mual, sulit bernafas,baal, diare, gelisah, rasa gatal,

gangguan di lambung dan lain-lain.

Keluhan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-

kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada;jantung berdebar;

mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam

ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah;sehingga berjalan dirasakan

berat; kadang-kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit

tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan

gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala

1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan

bisaanya dirasakan cukup gawat.

BENTUK GANGGUAN ANXIETAS

Page 45: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Gangguan panik, gangguan fobik, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma,

gangguan stres akut, gangguan anxietas menyeluruh.

GANGGUAN PANIK

Ada dua kriteria gangguan panik: gangguan panik tanpa agorapobia dan gangguan panik

dengan agrofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panik.

GAMBARAN KLINIS :

- Serangan panik pertama sering kali spontan, tanpa tanda mau serangan

panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan

kegembiran, kelelahan fisik, aktifitas seksual atau trauma emosional. Klinisi

harus berusaha untuk mengetahui tiap kebisaaan atau situasi yang sering

mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala

yang meningkat dengan cepat selama 10 menit.

- Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman

kematian dan kiamat. Pasien bisaanya tidak mampu menyebabkan sumber

ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingunan dan mengalami kesulitan

dalam memusatkan perhatian.

- Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien

seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan bisaanya berlangsung

20 sampai 30 menit.

Agorafobia : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit

mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus

ditemani setiap kali mereka keluar rumah.

GEJALA PENYERTA:

Gejala depresi sering kali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada beberapa

pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian

telah menemukan bahwa risiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik

adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

PEDOMAN DIAGNOSTIK AGORAFOBIA

Page 46: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi dimana kemungkinan sulit meloloskan

diri.situasi dihindari, misalnya jarang bepergian, kecemasan atau penghindaran fobik bukan

karena gangguan mental lain, misal fobia sosial.

PEDOMAN DIAGNOSTIK GANGGUAN PANIK

Sering panik rekuren dan tidak diharapkan, sekurangnya satu serangan, diikuti satu atau

lebih: kekhawatiran menetap akan mengalami serangan tambahan, ketakutan tentang arti

serangan, perubahan perilaku bemakna berhubungan dengan serangan

Serangan panik bukan karena efek fisiologis langsung atau suatu kondisi medis umum.

Serangan panik tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain. Misal gangguan

obsesif-kompulsif. Gangguan panik bisa dengan agorafobia atau tanpa agrorafobia

TERAPI:

Konseling dan medikasi

Konseling: ajari pasien untuk diam ditempat sampai serangan panik berlalu, konsentrasikan

diri untuk mengatasi anxietas bukan pada gejala fisik, rileks, latihan pernafasan.

identifikasikan rasa takut selama serangan. Diskusikan cara menghadapi rasa takut saya tidak

mengalami serangan jantung, hanya panik akan berlalu.

Medikasi; Banyak pasien tertolong melalui konseling dan tidak membutuhkan medikasi. Bila

serangan sering dan berat, atau secara bermakna dalam keadaan depersi beri antidepresan

(imipramin 25 mg malam hari, dosis bisa sampai 100-150 mg malam selama 2 minggu).Bila

serangan jarang dan terbatas beri anti anxietas, jangka pendek (lorazepam 0,5- 1 mg 3 dd 1

atau alprazolam 0,25 1 mg 3 dd 1 ) hindari pemberian jangka panjang dan pemberian

medikasi yang tidak perlu.

GANGGUAN FOBIK

Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang

disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti.

Fobia spesifik : takut terhadap binatang, badai, ketinggian,penyakit, cedera,dsb

Fobia sosial : takut terhadap rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti

berbicara di depan umum, dsb.

PEDOMAN DIAGNOSTIK:

Page 47: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau tidak beralasan (obyek/situasi),

pemaparan dengan stimulus fobik hampir selau mencetuskan kecemasan.

Terapi

- Konseling dan medikasi : dorong pasien untuk dapat mengatur

pernafasan,membuat daftar situasi yang ditakuti atau dihinari, didikusikan

cara-cara menghadapi rasa takut tersebut.

- Bila ada depresi bisa diberi antidepresant Imipramin 50-150 mg/hr.

- Bila ada anxietas beri anti-anxietas dalam waktu singkat, karena bisa

menimbulkan ketergangungan.

- Beta bloker dapat mengurangi gejala fisik. Konsultasi spesialistik bila rasa

takut menetap.

GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF

Obsesif adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak

dikehendaki.

Kompulsif adalah tingkah laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan dan tidak dikehendaki.

PEDOMAN DIAGNOSIS

Pikiran, impuls, yang berulang. Perilaku yang berulang-ulang. Berlebihan atau tidak

beralasan, tidak disebabkan oleh suatu zat atau kondisi medis umum. Obsesif –kompulsif

menyebabkan penderitaan.

DIAGNOSIS BANDING

Kondisi fisik : - Gangguan neurologis (epilepsy lobul temporalis,kompilkasi trauma,

dsb)

Kondisi psikiatrik: - Skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif - kompulsif, fobia, gangguan

depresif.

TERAPI

- konseling dan medikasi: mengenali,menghadapi,menentang pikiran yang

berulang dapat mengurangi gejala obsesif, yang pada akhirnya mengurangi

perilaku kompulsif

- Latihan pernafasan. Bicarakan apa yang akan dilakukan pasien untuk

mengatasi situasi, kenali dan perkuat hal yang berhasil mengatasi situasi

Page 48: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

- Bila diperlukan bisa diberikan klomipramin 100-150 mg. atau golongan

selective serotonin reuptake inhibitors.

- Konsultasi spesialitstik bila kondisi tidak berkurang atau menetap.

GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA

Pasien dapat diklasifikasikan menderita gangguan stress pasca-trauma, bila mereka

mengalmai suatu stres yang akan bersifat traumatik bagi hampir semua orang. Trauma bisa

berupa trauma peperangan, bencana alam, penyerangan, pemerkosaan, kecelakaan.

Gangguan stress pasca-trauma terdiri dari : pengalamam kembali trauma melalui mimpi dan

pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma dan penumpulan

responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten. Gejala penyerta

yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan dan kesulitan

kognitif (contoh pemusatan perhatian yang buruk)

PEDOMAN DIANOSTIK:

Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapat:

- mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa

ancaman kematian, atau kematian yang sesungguhnya atau cedera yang

serius, atau ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain.

- Respons berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya

- Keadaan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih

cara berikut

- -Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian

- Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian

- Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali

- Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau

eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian

traumatik

- Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau aksternal

yang menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik.

Gejala menetap. Adanya peningkatan kesadaran, seperti dua atau lebih:

-Kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang

berlebihan.lama gangguan gejala lebih dari satu bulan.

Page 49: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

- Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna seara klinis atau gangguan dalam

fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.

REAKSI STRES AKUT

Suatau gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang tanpa

adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun mental

yang luar bisaa dan bisaanya menghilang dalam beberapa jam atau hari. Stresornya dapat

berupa pengalaman tramatik yang luar bisaa. Kerentanan individu dan kemauan

menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya suatu reaksi stres

akut.

PEDOMAN DIAGNOSTIK

-Harus ada kaitan waktu yang berlangsung dan jelas antara terjadinya pengalaman stresor luar

bisaa dengan onset dan gejala.

- Onset bisaanya setrelah bebrapa menit atau bahkan segera setelah kejadian.

- Ditemukan (a) terdapat gambaran gejala campuran yang bisaanya berubah-ubah;selain

gejala permulaan berupa keadaan “terpaku”, semua gejala berikut mungkin tampak:depresif,

anxietas,kemarahan,kekecewaan,oveaktif dan penarikan diri.akan tetapi tidak satupun dan

jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu lama (b) pada

kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresornya,gejala-gejalanya dapat menghilang dengan

cepat(dalam beberapa jam); dalam hal diamana stres tidak dapat dialihkan,gejal-gejala

bisaanya baru mulai mendekat setelah 24-48 jam dan bisaanya menghilang setelah 3 hari.

GANGGUAN ANXIETAS MENYELURUH

Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap

(bertahan lama), gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang

berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi,

pusing kepala dan keluhan epigastrik adalah keluhan-keluhan yang lazim dijumpai.

Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan menderita sakit atau mengalami

kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan yang seringkali diungkapkan.

Page 50: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

PEDOMAN DIAGNOSTIK:

Pasien harus menunjukkan gejala primer anxietas yang berlansung hampir setiap hari selama

beberapa minggu, bahkan bisaanya sampai beberapa bulan. Gejala-gejala ini bisaanya

mencakup hal-hal berikut:

Kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik, overaktivitas otonomik.

TERAPI:

- konseling : informasikan bahwa stres dan rasa khawatir keduanya

mempunyai efek fisik dan mental, mempelajari keterampilan untuk

mengurangi dampak stres merupakan pertolongan yang paling efektif.

Mengenali, menghadapi dan menantang kekhawatiran yang berlebihan dapat

mengurangi gejala anxietas. Kenali kekhawatiran yang berlebihan atau

pikiran yang pesimistik. Latihan fisik yang teratur sering menolong.

- Medikasi merupakan terapi sekunder,tapi dapat digunakan jika dengan

konseling gejala menetap.medikasi anxieas:misalnya diazepam 5 mg malam

hari, tidak lebih dari 2 minggu

- Beta bloker dapat membantu mengbati gejala fisik, antidepresan bila ada

depresi.

- Konsultasi spesialistik bila anxietas berat dan berlangsung lebih dari 3 bulan.

Page 51: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Pembuatan Surat Keterangan Ahli Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Untuk kepentingan penegakan hukum / visum et Repertum Psychiatricum

(VeRP)

A. TUJUAN

1. VeRP tersangka menilai kondisi kejiwaan terperiksa pada saat melakukan tindak pidana

dalam kaitan dengan pertanggung jawaban pidananya.

2. VeRP korban menilai kondisi kejiwaan korban tindak pidana dalam rangka membantu

hakim mengambil keputusan terhadap pelakunya.

B. RUANG LINGKUP

Sarana pelayanan kesehatan jiwa pemerintah meliputi : Rumah Sakit Jiwa Pemerinah

Pusat dan Daerah, bagian Kedokteran Jiwa Rumah Sakit Umum Pemerintah PUsat dan

Daerah, TNI dan Polri yang terjamin keamanannya dan memiliki prasarana untuk melakukan

pengawasan.

C.URAIAN

- Surat keterangan ahli dokter spesialis kedokteran jiwa (VeRP) adalah surat keterangan

yang di buat oleh dokter spesialis kedokteran jiwa (Psikiatri) sebagai hasil pemeriksaan

psikiatrik dan observasi pada seorang terperiksa di sarana pelayanan kesehatan jiwa,

yang di minta secara resmi oleh penegak hukun untuk kepentingan peradilan.

- Dokter spesialis kedokteran jiwa pembuat VeRP adalah Dokter SpKJ yang karena

pendidikannya sudah memiliki kompetensi untuk melakukan kegiatan di bidang

psikiatri forensic, khususnya VeRP sesuai standar profesi. Untuk dapat / boleh membuat

VeRP, harus memiliki Surat Izin Prakter (SIP) di sarana pelayanan kesehatan yang

bersangkutan.

- Pemeriksaan dan observasi psikiatrik dilakukan oleh Dokter SpKj. Dalam keadaan

tertentu.

- Pemeriksaan dan observasi psikiatrik dapat dilakukan dengan membentuk tim yang

terdiri dari beberapa Dokter SpKJ, psikolog klinis, dan dokter spesialis lainnya sesuai

dengan kebutuhan. Tim diketuai oleh Dokter SpKJ.

Page 52: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

D. PROSEDUR

1. Terperiksa dengan diantar penegak hukum sebagai pemohon datang ke sarana

pelayanan kesehatan jiwa dengan membawa surat permintaan resmi dari penegak

hukum sebagai pemohon kepada kepala/Direktur Sarana Pelayanan Kesehatan Jiwa.

2. Pemohon yang di layani adalah :

a. Penyidik polisi, Penyidik Komisi Pembarantasan Korupsi (KPK).

b. Penuntut Umum Kejaksaan dalam hal tindak khusus, Penuntut Umum KPK.

c. Hakim Pengadilan Negeri, Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

d.Tersangka/terdakwa/korban melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses

pemeriksaan.

e. Penasihat hukum / pengacara melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses

pemeriksaan.

3. Permintaan tertulis harus berisi :

a. Identitas lengkap pemohon (nsms,psngkst, NRP/NIP, jabatan, instansi, alamat

instansi)

b. Identitas lengkap terperiksa

c. Alasan permintaan pembuat VeRP

d. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sebagai lampiran

4. Terperiksa di periksa tanda-tanda vital dan ditempatkan pada sarana yang terjamin

keamanannya.

5. Terperiksa diperiksa dan diobservasi psikiatrik selama –lamnaya 14 (empat belas hari

dan dapat diperpanjang 14 (empat belas) hari lagi bila pemeriksaan dan observasi

psikiatrik belum selesai dengan persetujuan tertulis pemohon dan dengan

memperhatikan masa penahanan. Apabila di perlukan dapat di lakukan penunjang

antara lain tes psikometri.

6. Permohonan perpanjangan pemeriksaan dan observasi psikiatrik dilakukan secara

resmi dan tertulis kepada pemohon disertai alasannya.

7. Selama pemeriksaan dan observasi psikiatrik terperiksa harus mendapat penjagaan dari

polisi/instansi pemohon, termasuk terperiksa yang dibantar (penahannya di

tangguhkan)

8. Selama pemeriksaan dan observasi psikiatrik terperiksa tidak diperkenankan menerima

kunjungan kecuali dengan persetujuan tertulis instansi pemohon.

Page 53: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

9. Kunjungan dapat ditolak atau dihentikan oleh kepala sarana pelayanan kesehatan jiwa

atau dokter SpKJ apabila kunjungan tersebut dapat mengganggu jalannya

pemeriksaan dan observasi psikiatrik.

10. Kunjungan tersebut harus di bawah pengawasan dokter yang bertugas.

11. Yang berhak mendapat persetujuan tertulis untuk mengunjungi adalah penasihat

hukum, keluarga,(orang tua, suami/istri, anak dan saudara kandung)

12. Selama proses pemeriksaan dan observasi psikiatrik tidak dilakukan terapi, kecuali

dalam keadaan darurat medik tertentu, dokter dapat memberikan pengobatan

sementara, dalam hal ini diusahakan agar kualitas gejalanya dipertahankan dan

kuantitasnya dikurangi walaupun diagnosis belum ditegakkan. Setelah diagnosis

ditegakkan dapat diberikan pengobatan dengan persetujuan tertulis dari instansi

pemohon.

13. Selama proses pemeriksaan dan observasi psikiatrik tersangka tidak dapat dibawa

keluar dari saran pelayanan kesehatan jiwa kecuali untuk pemeriksaan penunjang

medis.

14. Setelah proses pemeriksan dan observsi psikatrik selesai, terperiksa harus diambil oleh

instansi pemohon.

15. VeRP sudah harus diserahkan kepada instansi pemohon paling lambat 7 (tujuh) hari

setelah pemeriksaan dan observasi psikiatrik selesai.

16. Rekam medis wajib disimpan oleh sarana kesehatan sampai 5 (lima) tahun setelah

pemeriksaan terakhir, kemudian dapat dimusnahkan kecuali ringkasan dan

persetujuan tindakan medisnya yang harus disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh )

tahun terhitung dari pembuatan ringkasan tersebut. (Permenkes

No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekaman Medis). Khusus untuk VeRP

disimpan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari diterbitkannya.

Page 54: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

LAMPIRAN I

Format Visum et Repertum Psychiatricum

Demi Keadlan Pro Justitia

Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa (Visum et Repertum Psychiatricum)

No:……………………………….

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Pangkat/NIP/NRP :

Jabatan :

Alamat Sarana Pelayanan Kesehatan Jiwa:

Atas permintaan tertulis dari

Nama :

Pangkat/NIP/NRP :

Jabatan :

Instansi :

Alamat :

No.Surat :

Tanggal :

Perihal :

Telah melakukan pemeriksaan dan observasi psikiatrik dari tanggal (ditulis dengan huruf,

misalnya Satu Januari tahun dua ribu Sembilan) sampai dengan tanggal ( empat belas jauari

tahun dua ribu Sembilan ) terhadap:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Alamat :

Pendidikan :

Status Perkawinan :

Pekerjaan :

Status Terperiksa :

Tersangka/terdakwakorban/narapidana

Tuduhan :

Page 55: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

KOP SARANA PELAYANAN KESEHATAN JIWA

Laporan hasil pemeriksaan.

1. Anamnesis diperoleh dari :

a. Berita acara pemeriksaan dari kepolisian

b. Auto anamnesis

c. Allo anamnesis (dari berbagai sumber)

2. Hasil pemeriksaan dan observasi psikiatrik:

3. Hasil pemeriksaan fisik ( yang bermakna)

4. Pemeriksaan penunjang (yang bermakna misalnya MMPI, evaluasi psikologik,

EEG, CT scan, mRI neuropsikologik, laboratorium dan lain-lain sesuai kebutuhan)

5. Kesimpulan

a.Ada/tidak ada gangguan jiwa (diagnosis dan deskriptif)

b. Apakah perilaku pelanggaran hukum merupakan gejala / bagian dari gangguan

jiwa?

c. Ada tidaknya unsur-unsur kemampuan bertanggung jawab berdasarkan:

1) Apakah terperiksa mampu memahami nilai dan risiko tindakannya?

2) Apakah terperiksa mampu memaksudkan suatu tujuan yang sadar?

3) Apakah terperiksa mampu mengarahkan kemauan/tujuan tindakannya?

6. Saran:

7. Penutup

Demikianlah Surat Keterangan Ahli Kesehatan Jiwa (Visum et repertum

Psychiatricum) ini dibuat dengan mengingat sumpah sewaktu menerima jabatan.

Tempat,tanggal,bulan,tahun (dengan huruf)

Dokter yang memeriksa,

Tanda tangan

Nama dokter

NIP/NRP

Stempel sarana kesehatan jiwa

*Upayakan VeRP ditulis dengan bahasa yang dapat / mudah dimengerti oleh petugas hukum

Page 56: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

I . D E L I R I U M

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

PengertianAdalah sindrom mental organik akut yang berakibat terjadinya hendaya kognitif menyeluruh.

Tujuan

1. Menegakkan diagnosis pasti delirium secepat dan setepat mungkin sesuai kriteria diagnostik, yaitu :

a. Gangguan kesadaran dan perhatian, dari taraf kesadaran berkabut hingga koma.

b. Gangguan kognitif umum, distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi seringkali visual.

Hendaya daya pikir, pengertian abstrak dengan atau tanpa waham yang sementara tetapi sangat khas yaitu terdapat inkoherensi yang ringan.

Hendaya dalam daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif utuh.

Disorientasi waktu, pada kasus berat juga terdapat disorientasi tempat dan orang.

c. Gangguan psikomotor, hipo atau hiperaktivitas.

d. Gangguan siklus tidur bangun, insomnia atau pada kasus berat tidak dapat tidur atau terbaliknya siklus tidur bangun.

Gejala yang memburuk pada malam hari dan mimpi yang mengganggu atau mimpi buruk yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun tidur.

e. Gangguan emosional, seperti depresi, ansietas, mudah marah, takut, euforia dan apatis.

f. Awitan biasanya cepat, perjalanan penyakit hilang timbul sepanjang hari, dan keadaan itu berlangsung kurang dari 6 bulan.

2. Melakukan pengelolaan secepat mungkin dengan maksud mencegah keadaan fatal yang diakibatkan oleh keadaan delirium.

Page 57: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Kebijakan

Delirium merupakan suatu petanda disfungsi otak akut dan oleh karena itu keadaan ini juga merupakan suatu keadaan kedaruratan medik yang memerlukan tindakan segera termasuk rawat inap.

Prosedur

1. Deteksi penyebab yang mungkin, dari riwayat pasien. Bila ada segera perbaiki.

2. Buat daftar semua obat yang dikonsumsi oleh pasien.

3. Bila diperlukan lakukan pengekangan fisik terutama pada pasien agitasi.

4. Periksa tanda vital pasien dan lakukan pemeriksaan fisik lengkap.

5. Lakukan pemeriksaan status mental, terutama evaluasi kesadaran, gangguan kognitif dan taraf kegiatan psikomotornya.

6. Lakukan pemeriksaan penunjang antara lain, laboratorium berupa darah lengkap, kima darah lengkap pemeriksaan fungsi organ, pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan EKG, CT Scan kepala dan bila ada indikasi lakukan pemeriksaan pungsi lumbal.

7. Mulai dengan terapi apabila diagnosis telah ditegakkan. Antipsikotik potensi tinggi merupakan pilihan utama, contohnya haloperidol 2-5 mg IM dapat diulangi setelah 30-45 menit.

8. Terapi atau tindakan lain terkait dengan penyebab.

Unit terkaitDepartemen Penyakit Dalam, Departemen Neurologi dan Departemen Radiologi.

Page 58: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

I I . G A N G G U A N P S I K O T I K O R G A N I K

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Adalah sindrom mental organik yang ditandai oleh adanya penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi disertai oleh adanya suasana afek yang tidak wajar atau tumpul tanpa adanya kemunduran dalam kesadaran, kemampuan intelektual dan kognitif.

Tujuan

1. Menegakkan diangosis pasti secepat dan setepat mungkin sesuai kriteria diagnostik, yaitu :

a. Adanya penyakit, kerusakan atau disfungi otak dan atau penyakit fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental.

b. Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental.

c. Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya penyebab yang mendasari.

d. Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh stres sebagai pencetus).

e. Halusinosis Organik Adanya halusinasi dalam segala bentuk (biasanya visual atau auditorik) yang menetap atau berulang. Kesadaran jernih tidak berkabut. Tidak ada penurunan fungsi intelektual yang bermakna, tidak ada gangguan afektif yang menonjol dan tidak jelas adanya waham (seringkali insight masih baik).

f. Gangguan katatonik organikAdanya stupor (berkurang atau hilang sama sekali gerakan spontan dengan mutisme parsial atau total, negativisme dan posisi tubuh yang kaku).Gaduh gelisah (hipermotilitas yang kasar dengan atau tanpa kecenderungan menyerang). Keduanya silih berganti secara cepat dan tak terduga dari hipo ke hiperaktivitas.

Page 59: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Tujuan

g. Gangguan waham organikAdanya waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang berubah, paranoid, penyakit atau kematian dirinya atau oranglain).Halusinasi, gangguan proses pikir atau fenomena katatonik mungkin ada.Kesadaran jernih tidah berkabut. Daya ingat tidak terganggu.

h. Gangguan afektif organikDisertai kondisi yang sesuai dengan salah satu diagnosis dari gangguan manik, gangguan bipolar, gangguan depresif.

i. Gangguan ansietas (cemas) organikDitandai oleh gambaran utama Gangguan cemas menyeluruh, Gangguan panik atau campuran, tetapi timbul sebagai akibat gangguan organik yang dapat menyebabkan disfungsi otak (seperti epilepsi lobus temporalis, tirotoksikosis atau feokromositoma)

2. Melakukan pengelolaan secepat mungkin dengan maksud mencegah memburuknya kondisi medis.

Kebijakan

Gangguan psikotik organik merupakan salah satu gangguan mental yang membahayakan baik bagi pasien maupun lingkungannya. Oleh karena itu gangguan ini merupakan keadaan kedaruratan medik yang perlu tindakan segera, termasuk rawat inap.

Prosedur

1. Deteksi penyebab yang mungkin, dari riwayat pasien. Bila ada segera perbaiki.

2. Buatlah daftar semua obat yang dikonsumsi oleh pasien.

3. Bila diperlukan lakukan pengekangan fisik terutama pada pasien agitasi.

4. Periksa tanda vital pasien dan lakukan pemeriksaan fisik lengkap.

5. Lakukan pemeriksaan status mental, terutama evaluasi kesadaran, gangguan kognitif dan taraf kegiatan psikomotornya.

6. Lakukan pemeriksaan penunjang antara lain, laboratorium berupa darah lengkap, kima darah lengkap pemeriksaan fungsi organ, pemeriksaan gula darah. Pemeriksaan EKG, CT Scan kepala dan bila ada indikasi lakukan pemeriksaan pungsi lumbal.

7. Mulai dengan terapi apabila diagnosis telah ditegakkan, yaitu haloperidol 2-5 mg IM (atau jenis lain yang setara).

Page 60: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

8. Terapi atau tindakan lain terkait dengan penyebab.

Unit terkaitDepartemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Neurologi dan Departemen Radiologi.

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung

Fatimah kota Batam

I I I . G A N G G U A N P S I K O T I K N O N O R G A N I K D E N G A N G E J A L A A K U T

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Adalah sindrom mental yang ditandai oleh adanya penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi disertai oleh adanya suasana afek yang tidak wajar atau tumpul, tanpa adanya kemunduran dalam kesadaran, kemampuan intelektual dan kognitif. Keadaan ini disertai dengan gambaran akut berupa antara lain agitasi dan mengamuk.

Page 61: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Tujuan

1. Menegakkan diagnosis pasti secepat dan setepat mungkin sesuai kriteria diagnostik sesuai PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) - III yaitu antara lain adanya (a). halusinasi (berupa suara yang berkomentar terus-menerus terhadap perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien, atau jenis suara lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh), (b). waham (waham kejar, dikendalikan, dipengaruhi, atau waham menetap jenis lain), (c). thought echo (pikiran yang menggema dalam kepalanya sendiri), atau thought broadcasting (merasa pikirannya dapat didengar oleh orang lain seperti sedang disiarkan di udara), atau thought insertion (merasa pikirannya ditanam oleh orang atau tenaga lain), thought withdrawal (merasa pikirannya dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain, (d). perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu yang tidak berubah dalam jangka waktu tertentu (posturing), atau flexibilitas cerea (sikap tubuh yang dapat diatur dalam posisi tertentu, yang kemudian dipertahankannya, dapat diubah oleh pemeriksa seakan-akan terbuat dari lilin), negativisme (tahanan tanpa motivasi terhadap semua upaya untuk menggerakkan atau terhadap semua instruksi), mutisme (tidak bersuara), stupor (sikap tubuh yang menetap dalam jangka waktu lama).

2. Melakukan pengelolaan dengan maksud mencegah berlanjutnya gangguan dan untuk mencapai prognosis secara keseluruhan yang baik.

Kebijakan

Gangguan psikotik non organik dengan gejala akut merupakan salah satu gangguan mental yang mempunyai dampak merugikan dan membahayakan baik bagi pasien maupun lingkungannya, karena itu merupakan suatu keadaan kedaruratan medik yang memerlukan tindakan segera termasuk rawat inap.

Prosedur 1. Singkirkan penyebab organik.

2. Periksa daftar semua obat yang dikonsumsi oleh pasien.

3. Bila diperlukan lakukan pengekangan fisik terutama pada pasien agitasi.

4. Periksa tanda vital pasien dan lakukan pemeriksaan fisik lengkap.

5. Lakukan pemeriksaan status mental, terutama evaluasi kesadaran, gangguan kognitif dan taraf kegiatan psikomotornya.

6. Perawatan inap biasanya diperlukan.

Page 62: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

7. Mulai dengan terapi apabila diagnosis telah ditegakkan sesuai target syntom yang dijumpai yaitu Haloperidol 2-5 mg IM (atau yang setara) yang dapat diulangi setelah 30-45 menit, olanzepin inj. 10 mg IM. Bila perlu dan dapat diuji setelah 30-45 menit.

Unit terkait Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Neurologi

Page 63: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

I V . U P A Y A B U N U H D I R I

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja. Etiologi: Gangguan mental organik yang disebabkan karena penyakit fisik seperti HIV, tumor otak, intoksikasi alkohol/obat, skizofrenia, depresi berat dan gangguan kepribadian.

TujuanPengelolaan pasien untuk mencegah kemungkinan adanya upaya bunuh diri.

KebijakanBila pasien secara aktif berusaha untuk bunuh diri dengan serius perawatan inap diwajibkan karena pasien membutuhkan pengawasan yang intensif.

Prosedur I. Wawancara- Apapun penyebab bunuh diri, dekati pasien secara empati

dan tidak bersikap menghakimi- Tanyakan secara rinci tentang ide-ide bunuh diri,- Jika potensi bunuh diri sangat tinggi, anjurkan rawat- Jika pasien menolak rawat, pasien diminta mengisi

informed consent dan menandatangani surat menolak rawat

- Jika tidak dirawat, minta pasien untuk berjanji menghubungi dokter jika pikiran bunuh diri memuncak, untuk memberi rasa jaminan pada pasien bawah terapis dapat dihubungi.

1. Bila mengevaluasi pasien yang cenderung bunuh diri jangan tinggalkan mereka sendiri. Singkirkan semua benda yang potensial berbahaya.

2. Tentukan apakah upaya tersebut telah direncanakan atau hanya kondisi impulsif saja. Tentukan derajat letalitasnya, adakah kemungkinan pasien untuk pulih kembali.

3. Pengelolaan bergantung diagnosis, pasien dengan depresi berat dapat berobat jalan bila keluarga dapat mengawasi dan terapi dapat dimulai segera. Bila tidak perlu rawat inap rumah sakit.

4. Rawat inap, diharuskan untuk kasus kecenderungan mutilasi diri.

Page 64: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

5. Saat pasien pulang, dokter menerangkan kepada pasien bahwa keingingan pasien untuk bunuh diri akan disampaikan pada orangtua atau suami/istri atau keluarga terdekat demi keselamatan pasien.

Terapi obat

- Injeksi Olanzepin 10 mg IM/hari atau injeksi Haloperidol 5 mg IM boleh diulang 30 -45 menit. Diazepam 10 mg IV

- ECT conventional bila tidak ada kontraindikasi.

- Antidepresi [mis. SSRI yaitu salah satu di antara fluoxetin (1 x 20 mg) atau, sertralin (1 x 50mg), atau fluvoxamin (1x 50mg) atau paroxetin (1 x 20mg)] - Anti cemas [mis. benzodiazepin: lorazepam (1-3 x 0,5 – 1 mg) selama 2 minggu

Catatan: iritabilitas mungkin meningkat dengan penggunaan teratur benzodiasepin, dan iritabilitas ini merupakan salah satu risiko untuk bunuh diri, sehingga penggunaannya harus hati-hati pada pasienm yang bersikap keras dan bermusuhan.

PsikoterapiMendengarkan dengan empati, reassurance (penenteraman).

Psikoterapi dilanjutkan pada saat dirawat dan waktu berobat jalan.

Unit terkaitDepartemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Bedah sesuai kasus

Page 65: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

V. D E P R E S I

No. Dokumen

…………………..

No. Revisi

…………………..

Halaman

…………………..

Page 66: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, adanya anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya serta gagasan bunuh diri.

Etiologi: Gangguan mental organik yang disebabkan karena penyakit

fisik seperti HIV, tumor otak, disregulasi hormonal, disregulasi heterogen pada amin biogenik (norepinefrin, serotonin, dopamin, asetilkolin),

Faktor genetika dan lain-lain. Zat/alkohol. Faktor psikososial berupa peristiwa kehidupan dan stres

lingkungan, faktor kepribadian pramorbid, faktor psikodinamik, ketidakberdayaan yang dipelajari. Depresi pasca skizofrenia.

Tujuan - Menegakkan diagnosis- Mengatasi akibat gejala depresi

Kebijakan Untuk gejala berat dan membahayakan jiwa dirawat (bila pasien cenderung secara aktif untuk bunuh diri atau pernah secara serius mencoba bunuh diri, perawatan inap diwajibkan dan pasien membutuhkan pengawasan intensif.

Prosedur I. Wawancara- Perlu empati tentang penderitaan dan rasa putus asanya.- Pertanyaan spesifik tentang sindrom depresi.- Beri komitmen untuk menolong pasien agar ia merasa

lebih baik, termasuk penggunaan obat dan psikoterapi walaupun perlu waktu untuk mencari cara yang paling efektif bagi pasien.

Page 67: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Obati masalah medik yang ada Evaluasi dan obati perilaku yang membahayakan pasien

dan kemugkinan gagasan bunuh diri. Singkirkan penyebab gejala depresi Jajaki adanya riwayat episode manik dan hipomanik pada

gangguan bipolar mengingat pengobatan dan prognosis yang berbeda.

Tegakkan diagnosis dan catat derajat beratnya depresi dan rencana terapi. (Depresi dapat merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa pasien yang mewajibkan perawatan inap secara paksa).

Bila ada kecenderungan bunuh diri rawat. Hati-hati justru pasien yang benar-benar bunuh diri tidak akan memberi tahu pada pemeriksa karena takut dicegah.

Ikutsertakan pasien dalam proses terapi dan jelaskanlah bahwa masalah dapat diselesaikan dan akan berlaku tidak lama lagi.

Page 68: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Farmakoterapi

- Antidepresi: pilih salah satu dari:

- a. SSRI, yaitu salah satu di antara fluoxetin (1 x 20 mg) atau, sertralin (1 x 50mg), atau fluvoxamin (1x 50mg) atau paroxetin (1 x 20mg);

- b. SNRI, yaitu salah satu diantara ventataxine 75 mg (epexor), duluxetine 60 mg 1x1. (cymbalta), Escitalopram 10-60 mg (ciptalex).

- c. gol. trisiklik (misalnya: amitriptilin 1 x 25 – 75 ng) atau tetrasiklik (misalnya maproptilin 1 x 10 – 75 mg)

- Agitasi/ansietas dan insomnia dapat diobati dengan: Benzodiazepin seperti lorazepam 1-2 mg/oral/IM,

atau triazolam 1 x 0,125 - 0,250 mg/oral atau olanzepin 3 kali 10 mg, clozapin 3 kali 25 mg.

- Semua diberikan tiap 4 jam dan seperlunyaDosis dapat diulang atau dinaikkan seperlunya kalau timbul toksisitas (ataksia, disartria, dan nistagmus)Bila perlu (agitasi tinggi), sedasi dapat dimulai dengan pemberian benzodiazepinJika timbul gejala psikotik Haloperidol 2-5 mg/oral/IM

(atau yang setara) Diberikan tiap 4 jam seperlunya

Jika ada kerusakan organik, pilihan obat bergantung pada kondisi pasien (antipsikotik dan benzodiazepin meningkatkan ambang kejang, hati-hati pada pasien epilepsi)

Psikoterapi Suportif dan Cognitive behavioral therapy (CBT), dilanjutkan pada saat berobat jalan.

Unit terkait Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Neurologi.

Page 69: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

VI. P A N I K

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan, episodik dan hebat, biasanya berlangsung hanya 30 menit. Serangan panik biasanya timbul 2 kali seminggu. Serangan dapat berupa berdebar-debar, nyeri dada, rasa tercekik, perasaan melayang seperti mau pingsan dan lain-lain.

DD/ Penyakit organik untuk gangguan panik :

- Penyakit kardiovaskular : anemia, angina, gagal jantung kongestif, hipertensi, prolapsus katup mitralis, infark miokard, takikardia atrium paradoksikal.

- Penyakit pulmonal : asma, hiperventilasi, emboli paru.

- Penyakit neurologis : penyakit serebrovaskular, epilepsi, tumor, penyakit Wilson.

- Penyakit endokrin: hipertiroidisme, hipoparatiroidis, feokromositoma, hipoglikemia.

- Intoksikasi obat : amfetamin, amylnitrit, antikolinergik, kokain.

- Keadaan putus zat.

- Halusinogen : mariyuana, nikotin, theophyline.

- Putus obat : alkohol, antihistamin, opiat dan opioid, hipnotik sedatif

- Kondisi lain : anafilaksis, deferensi B12, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, infeksi sistemik: uremia, asam laktat.

Tujuan - Menegakkan diagnosis- Mengatasi serangan panik

Kebijakan Setelah diobservasi dan disingkirkan semua penyebab kondisi medis umum, dianjurkan untuk berobat jalan karena kondisi medis umum merupakan pseudo darurat.

Page 70: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Prosedur

1. Singkirkan kemungkinan penyebab penyakit untuk gangguan panik. Pemeriksaan fisik terinci, EKG, pemeriksaan lengkap kimia darah, elektrolit, kalsium, magnesium, fungsi tiroid, skrining toksikologik urin, pemeriksaan lengkap sel darah, pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, ekokardiogram membantu mengarahkan pada prolapsis katup mitral.

2. Dapatkan riwayat rinci dari semua medikasi dan obat pasien.

3. Lakukan evaluasi psikiatrik lengkap. Periksa seksama untuk gejala gangguan depresi dan ansietas.

4. Rujuk pasien untuk terapi gangguan sesuai dengan kondisi pasien.

5. Bila sangat tegang, ajarkan teknik relaksasi6. Psikoterapi kognitif-perilaku atau yang berorientasi tilikan

pada saat berobat jalan.

Terapi

Farmakoterapi

- Benzodiazepin: alprazolam, lorazepam.

- SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor), untuk terapi jangka panjang: segera diberikan bersamaan dengan alprazolam karena baru efektif bekerja pada hari ke 7-14. Pemberian hingga 6 bulan dan dievaluasi kembali setelah itu (pasien harus tetap berobat jalan). SSRI misalnya salah satu di antara fluoxetin (1 x 20 mg) atau, sertralin (1 x 50mg), atau fluvoxamin (1x 50mg) atau paroxetin (1 x 20mg) atau venlafaxine (1x75 mg)

- Bila SSRI tidak tersedia, dapat digunakan Gol. Trisiklik: imipramin (1 x 25 mg), dengan catatan pemberiannya segera bersamaan dengan pemberian alprazolam karena baru efektif bekerja pada hari ke-7-14.

Alprazolam 0,25 – 0,5 mg dan Lorazolam 1-2 mg dimulai dengan dosis rendah. Diberikan peroral tiap 4 jam. Tingkatkan dosis seperlunya hingga jelas efektif .Tunjukkan pada pasien sedini mungkin bahwa terapi yang efektif kini telah tersedia

Psikoterapi

- Terapi relaksasi (dianjurkan agar pasien melatih sendiri di rumah setiap hari)

- Suportif

- Terapi kognitif-perilaku atau psikoterapi berorientasi tilikan (dilakukan pada saat berobat jalan).

Unit terkait

Departemen Penyakit Dalam, Neurologi, Kardiologi.

Rujukan dengan unit lain jika ada suatu kondisi medis umum yang berkaitan dengan serangan (menyingkirkan diagnosis dini)

Page 71: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

V I I . G A N G G U A N D I S O S I A T I F ( K O N V E R S I )

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Hal yang umum terlihat pada gangguan disosiatif (konversi) adalah adanya kehilangan (sebagian atau seluruh) integrasi yang normal antara ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas dan penghayatan dan kendali terhadap gerakan tubuh. Pada gangguan disosiatif diperkirakan bahwa kemampuan untuk mengendalikan secara sadar dan selektif terganggu, sampai suatu taraf yang bervariasi dari hari ke hari atau bahkan dari jam ke jam.

Istilah konversi digunakan secara luas dalam gangguan-gangguan ini dan menunjukkan bahwa afek yang tidak menyenangkan yang timbul karena problem dan konflik yang tidak dapat diatasi oleh individu, diubah menjadi gejala-gejala.

Tujuan

Menegakkan diagnosis Gangguan Disosiatif sesuai dengan PPDGJ III yaitu (a). ciri-ciri klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan berupa kehilangan sebagian/seluruh dari integrasi normal antara: ingatan masa lalu, kesadaran akan identitas, dan penghayatan, serta kendali terhadap gerakan tubuh (b). tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala-gejala tersebut (c). bukti adanya penyebab psikologis dalam bentuk hubungan waktu yang jelas dengan problem dan peristiwa yang “stressful” atau hubungan interpersonal yang terganggu (meskipun hal tersebut disangkal oleh pasien).

Page 72: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

KebijakanDianjurkan untuk berobat jalan karena kondisi ini merupakan false emergency.

Prosedur

Pemeriksaan status mental dan riwayat gangguan psikiatrik (dahulu dan sekarang).

Pemeriksaan fisik, tanda vital. Observasi adanya tanda-tanda gangguan organik yang mungkin menyebabkan gejala yang sama. Bila perlu lakukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkannya..

Terapi

Psikofarmaka: diberikan untuk membantu jalannya pemeriksaan psikiatrik, misalnya benzodiasepin oral (contoh: diazepam 2-5 mg, atau lorazepam (0,5-2 mg).

Psikoterapi: individual (suportif, atau hipnoterapi).

Dianjurkan untuk berobat jalan keesokan harinya, untuk melanjutkan psikoterapi indfividual, bila perlu ditambah dengan psikoterapi kelompok.

Unit terkait Departemen Neurologi

Page 73: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

V I I I . M A N I K

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

PengertianSuatu episode gangguan mood berupa peningkatan suasana perasaan dan kecepatan aktivitas fisik dan mental.

Tujuan

Menegakkan diagnosis dan menyingkirkan penyebab kondisi medis umum yang menyertai episode manik. Pengelolaan pasien untuk mengatasi gaduh gelisah.

Kebijakan

Indikasi rawat inap jika ditemukan adanya risiko bunuh diri atau membahayakan orang lain, sangat berkurangnya kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri, atau untuk keperluan prosedur diagnostik.

Page 74: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Prosedur

Ciptakan suasana lingkungan yang aman dan terlindungi bagi pasien.Pemeriksaan fisik, vital sign, perhatikan adanya gangguan medis akibat kondisi manik tersebut.Observasi adanya tanda-tanda gangguan organik, intoksikasi zat atau efek samping obat.Pemeriksaan laboratorium rutin, termasuk hitung jenis, fungsi tiroid, ginjal dan hepar, skrining toksikologi urin, kimia darah dan EKG.Pemeriksaan status mental dan riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.Koreksi bila terdapat gangguan kondisi medis dan masalah tiroid lainnya sesegera mungkin.Pada keadaan akut, dapat berikan Haloperidol injeksi IM sampai 60 mg perhari (24 jam) (atau yang setara), dan dapat ditambahkan benzodiazepin seperti lorazepam atau diazepam 20 mg IV perkali suntikan, maximal 40 mg/hari.Lithium, karbamazepin dan asam valproat diberikan untuk terapi pemeliharaan, dapat juga diberikan (clozepin), olanzepin Quitriapin, ariprilazole, palipiradone.

Unit terkait Departemen Psikiatri

Page 75: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

IX. INTOKSIKASI DAN KEADAAN PUTUS ZAT

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Intoksikasi akut merupakan kondisi peralihan yang timbul akibat menggunakan zat psikoaktif sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau perilaku atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya.

Keadaan putus zat merupakan sekelompok gejala dengan aneka bentuk dan keparahan yang terjadi pada penghentian penggunaan zat secara absolut atau sesudah penggunaan zat yang terus-menerus dan dalam jangka panjang dan/atau dosis tinggi.

Tujuan

Mengatasi kondisi medis umum yang ditimbulkan oleh intoksikasi dan gejala putus zat bersama dengan unit terkait. Menelusuri zat yang digunakan oleh pasien. Evaluasi dan penatalaksanaan intoksikasi dan sindrom putus zat.

Kebijakan

Rawat inap untuk evaluasi dan penatalaksanaan intoksikasi dan gejala putus zat pada lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien tersebut.

Page 76: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Prosedur

Pemeriksaan tanda vital.Perhatikan tanda-tanda intoksikasi atau putus zat yang nyata seperti ataksia, disartria, nistagmus, perubahan pupil, depresi SSP dan agitasi.Pertimbangkan kemungkinan overdose dan juga polysubstance use.Perhatikan gejala putus zat (pada pasien dengan intoksikasi), ketika dosis zat dalam darah mulai menurun.Segera nilai adanya bahaya atau pencegahan dampak buruk terhadap pasien dan orang di sekitarnya.Evaluasi dan atasi kondisi medis umum pasien, hindari pemakaian psikofarmaka yang menekan pusat pernapasan (Bendodiatepin)Tempatkan pasien sedapat mungkin dalam lingkungan yang sesuai bagi pengguna zat.

Khusus intoksikasi alcohol hindari psikofarmaka yang menekan pusat pernafasan (Benzodiazepin)

Unit terkait Departemen Psikiatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

X. EFEK SAMPING OBATX.1. AKATISIA (KEGELISAHAN

MOTORIK)

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Akatisia ialah salah satu gejala ekstrapiramidal yang disebabkan oleh pemberian antipsikotik potensi tinggi seperti Haloperidol, Trifluoperazin.Akatisia ditandai dengan kegelisahan motorik yang subyektif tidak nyaman dan tampak oleh orang lain, disebabkan karena medikasi antipsikotik, sering diikuti oleh agitasi dan iritabilitas. Sekitar 50% dari orang dengan akatisia juga menunjukkan gejala ekstrapiramidal lainnya, seperti parkinsonisme, distonia, kekakuan gerigi, rigiditas, dan afek yang tumpul.

Page 77: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Tujuan- Menegakkan diagnosis- Mengatasi akibat

Kebijakan

Pengelolaan pasien untuk mencegah kemungkinan komplikasi. Kondisi ini sukar diobati dan mungkin tidak mempan terhadap semua macam obat, namun memerlukan tindakan segera atau perawatan inap.

Prosedur

1. Dapatkan riwayat penggunaan obat antipsikotik pada pasien, terutama yang baru-baru ini dikonsumsi. Awitan (onset) subakut biasanya beberapa hari, kadang beberapa minggu setelah dimulainya medikasi antipsikotik.

2. Tanyakan kepada pasien tentang kegelisahan subjektif, dan amati kegelisahan motoriknya. Gerakan yang khas termasuk kecenderungan berdiri dan duduk yang terus-menerus, jalan mondar-mandir, duduk menyilangkan kaki dan melepaskan kembali, menggeser-geser dan mengetuk-ngetuk dengan kakinya. Gerakan berulang yang terus-menerus biasanya lebih merupakan akatisia dan bukan agitasi.

Terapi Obat

1. Apabila memungkinkan antipsikotik diturunkan2. Dapat diberikan Pemblok-beta (beta-blocker), seperti

Propranolol 10-40 mg 3 kali sehari3. Sebagai alternatif dapat digunakan Klonidin oral 0,1 mg 3 kali

sehari.4. Obat Antikolinergik juga dapat digunakan seperti

Triheksiphenidil 3 x 2 mg per hari, meskipun efektivitasnya tidak sebesar pada pengobatan sindrom extrapiramidal lain.

Unit terkait Neurologi, sesuai kasus

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

X.2. SINDROM NEUROLEPTIKA MALIGNA

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Page 78: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Sindrom neuroleptik maligna merupakan suatu sindrom yang jarang, yang terkait dengan pengobatan antipsikotik, tetapi berbahaya. Gejalanya demam tinggi, kekakuan otot, distonia, akinesia, mutisma, kesadaran berkabut dan agitasi.Sindrom neuroleptika maligna biasanya terjadi dalam beberapa hari pertama dimulainya atau ditingkatkannya dosis antipsikotik. Kebanyakan kasus terjadi dalam 10 hari pertama dari pengobatan antipsikotik. Kejadian ini sering pada pasien yang diberi antipsikotik potensi tinggi dalam dosis besar atau pada peningkatan dosis yang cepat. Gangguan ini dapat juga terjadi pada penghentian penggunaan agonis dopaminergik, contoh: karbidopa, levodopa, amantadin dan bromokriptin. Penggunaan kombinasi antara preparat litium dan antipsikotik (misalnya haloperidol) banyak menimbulkan sindrom ini.

Tujuan- Menegakkan diagnosis- Mengatasi dampak yang terjadi

Kebijakan

Karena sindrom neuroleptik maligna ditandai oleh adanya demam (hingga mencapai 39,5C), terdapat kekakuan seperti pisau lipat (lead-pipe rigidity) yang ringan hingga berat, ketidakstabilan autonomik (takikardia, tekanan darah labil, diaforesis), dan kesadaran yang terganggu maka segera atasi gejala tersebut secara simtomatik (misalnya turunkan demamnya, atasi kekakuan ototnya). Kekakuan yang hebat dapat menyebabkan rabdomiolisis dan akhirnya menjadi mioglobinuria dan gagal ginjal. Penyulit lain termasuk trombosis vena, emboli paru, renjatan (shock), dan kematian, sehingga memerlukan penanganan segera secara rawat inap.

Page 79: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Prosedur

1. Pasien yang mendapatkan antipsikotik yang kemudian mengalami demam tinggi dan kekakuan, patut dicurigai menderita Sindrom neuroleptika maligna.

2. Bila kekakuan pasien yang ringan itu tidak bereaksi terhadap pengobatan zat antikolinergik-seperti benztropin (Cogentin) 2 mg per oral atau IM – dan bila demamnya tidak jelas asal-usulnya, diagnosis tentatif sindrom neuroleptika maligna dapat dipertanggungjawabkan.

3. Hentikan penggunaan antipsikotik segera.

4. Pantaulah tanda vital pasien lebih sering.

5. Lakukan pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Kreatin fosfokinase (creatine phoshokinase, CPK) biasanya meningkat sangat hebat dan langsung terkait dengan beratnya sindrom neuroleptika maligna. Leukositosis juga sering dijumpai. Periksalah darah rutin, penghitungan sel darah putih dengan hitung diferensial, pemeriksaan kimia darah, ureum darah (BUN) dan kreatinin, faal hati.

6. Pendinginan dengan kompres es.

7. Jika perlu dilakukan rehidrasi untuk mencegah syok dan gangguan ginjal.

8. Sindrom neuroleptik maligna biasanya berlangsung 15 hari. Kesulitan setelah pasien sembuh ialah menentukan apakah antipsikotik tersebut dapat diberikan kembali. Langkah yang dapat diambil ialah mencoba dengan antipsikotik jenis yang berbeda tetapi harus mempertimbangkan risiko bahwa antipsikotik awal mungkin lebih efektif.

Farmakoterapi

Antikolinergika dan benzodiazepin biasanya tidak efektif terhadap sindrom neuroleptika maligna. Bromokriptin misalnya Parlodel 2,5 - 5 mg per os 3 x sehari melalui tuba nasogastrik dan ulangi bila tak efektif hingga 60 mg sehari merupakan zat agonis dopaminergik yang dapat membantu meredakan sindrom itu. Terapi suportif lain dan pemantauan yang ketat amat dianjurkan. Pasien sering membutuhkan terapi di ruang perawatan intensif.

- Bila tidak ada Congnetin diganti dengan dipenhidranine 30 mg IM. Bila tensi > 100 mmHg.

Berikan obat oral : Bromokriptin 2,5 – 53 ( parlodel)

Unit terkait Departemen Penyakit Dalam, Neurologi

Page 80: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

X.3. PARKINSONISME

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian

Parkinsonisme merupakan sindrom ekstrapiramidal yang ditandai oleh hipokinesia, tremor, dan rigiditas. Sindrom ini juga ditandai dengan wajah seperti topeng, air liur yang menetes, afek yang datar, postur tubuh yang agak membungkuk, berjalan diseret dengan langkah yang kecil-kecil. Tremor lebih menjadi-jadi dalam keadaan istirahat; sering mengenai tangan, yang bergerak-gerak berulang seperti membuat pil (pill rolling) atau seperti menghitung uang. Parkinsonisme dapat disebabkan oleh penyakit Parkinson (idiopatik), atau sebagai efek samping medikasi antipsikotik (biasanya disebabkan oleh antipsikotik yang berpotensi tinggi).

Tujuan- Menegakkan diagnosis- Mengatasi dampaknya

KebijakanKondisi parkinsonisme ini meskipun tidak berbahaya tetapi sangat mengganggu pasien, oleh karena itu perlu diberikan penjelasan kepada pasien agar merasa lebih tenang. Jika parkinsonisme parah atau berat mungkin pasien memerlukan pengawasan yang intensif.

Page 81: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

Prosedur

1. Tegakkan diagnosis pasti hal yang menyebabkan parkinsonisme.

2. Lakukan pemeriksaan neurologik, cari gejala fokal neurologik. Periksa pasien yang menggunakan zat antipsikotik untuk distonia dan sindrom neuroleptika maligna, khususnya bila kekakuannya hebat.

3. Periksa secara lengkap status psikiatrik, dan dapatkan riwayat pasien.

4. Evaluasi pemberian antipsikotik saat ini dan pertimbangkan apakah (a) dosis cukup, (b) lamanya terapi cukup, (c) pasien menunjukkan respons terhadap antipsikotik, (d) apakah dapat dilakukan penggantian obat atau perubahan dosis, dan (e) indikasi pemberian agonis dopaminergik atau antagonis kolinergik.

5. Pada parkinsonisme akibat antipsikotik, pertimbangkan untuk menurunkan dosis, ubah penggunaan antipsikotik yang berpotensi lebih rendah, atau menambah obat antikolinergik.

Farmakoterapi

Antihistamin: Difenhidramin 25-100 mg/hr

Antikolinergika: Triheksifenidil 4-16 mg/hr

Idiopatik diberikan levodopa 100 mg, amantadin,Cifrol, bensaracid 25 mg

Benzodiazepin 100 mg bila ………..dan ……………

Kombinasi kedua obat tersebut di atas

Unit terkait Neurologi

Page 82: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah

P R O S E D U R T E T A P ( S O P )

Rumah Sakit

Umum Daerah Embung Fatimah

kota Batam

XI. Pemeriksaan Kesehatan Mental

No. Dokumen

………………….

No. Revisi

………………….

Halaman

………………….

Prosedur Tetap

Tanggal terbit

………………….

Ditetapkan,

Direktur

………………….

Pengertian Pemeriksaan kesehatan mental .

Tujuan

- Menentukan taraf kesehatan mental seseorang pada saat tersebut- Mengetahui indeks kapasitas mental kepribadian (potensi kerja, kemampuan adaptasi, kendala psikologis, perilaku berisiko dan integritas moral).

- Menyaring gejala klinis gangguan jiwa (ansietas, depresi, psikotik, agresifitas dan lain-lain.)

Kebijakana. Pemeriksaan Kesehatan Mental dibutuhkan untuk

pemeriksaan calon legislatif, calon kepala daerah rekruitmen karyawan, persyaratan bekerja, melanjutkan pendidikan, keperluan pengampuan, dan lain-lain.

Prosedur

1. Klien melakukan pengisian kuesiner MMPI.

2. Dilakukan pengolahan data dengan program MMPI.

3. Pembacaan hasil MMPI.

4. Bila hasil invalid klien diharuskan mengulang tes 1 kali.

5. Dilakukan pembacaan hasil MMPI.

Page 83: Spm Dan Spo Psikiatri Rsud Embung Fatimah