SPKD KABUPATEN MAJENE
-
Upload
lesliewaruwu -
Category
Documents
-
view
2.229 -
download
2
description
Transcript of SPKD KABUPATEN MAJENE
SAMBUTAN BUPATI KABUPATEN MAJENE
Assalamu‘alaikum Wr. Wb, Salam sejahtera bagi kita semua,
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua, sehingga saat ini kita masih dapat menjalankan berbagai kegiatan kehidupn sosial, ekonomi dan dan politik.
Awal dari Kepemimpinan saya sebagai Bupati Kabupaten Majene, saya mengeluarkan SK 230/2007 tentang Pembentukan Tim Perumus Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah sebagai bagian dari wujud komitment politik saya untuk menjadikan Majene bebas dar masalah kemiskinan dan pemiskinan dalam 5 tahun kedepan.
Kerja keras Tim yang dipimpin dan berada dibawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene ini patut saya berikan penghargaan yang sedalam-dalamnya karena Tim ini telah mampu menerjemahkan gagasan dan komitmen saya serta gagasan dan prakarsa masyarakat khususnya masyarakat Miskin yang selama ini termaginal dari pelayanan publik yang berkualitas oleh Pemerintah Daerah.
Apa yang dihasilkan oleh Tim Perumus ini akan menjadi bahan utama Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk Program Kerja Pemerintah selama 5 tahun kedepan. Dan untuk ini saya meminta jajaran Pemerintah Daerah yang terkait langsung dengan program pelayanan publik dan penanggulangan Kemiskinan untuk segera menjadikan dokumen ini sebagai acuan dasar dalam penyusunan RKPD dan APBD ditahun 2008 sampai dengan 2012.
Mengapa kita perlu memprioritas penanggulangan Kemiskinan selama 5 tahun kedepan?
Data UNDP dan Bappenas tahun 2004, dalam Indeks Pembangunan Manusia menunjukkan bahwa Kabupaten Majene saat ini berada diperingkat 1 dari 5 Kabupaten di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, namun jika dilihat ditingkat Nasional Kabupaten Majene berada diperingkat 321 dari 440 Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. Untuk ini saya menetapkan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah dengan Peraturan Bupati Kabupaten Majene untuk menjadi kebijakan dasar Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan selama 5 tahun kedepan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene i
Data BPS menunjukkan pula bahwa jumlah pendudukan miskin saat ini mencapai 50 % dari jumlah penduduk Kabuoaten Majene. Dan untuk ini saya dengan mendasari dokumen ini saya bertekad untuk menurunkan angka kemiskinan ditahun 2011 tinggal 10 % dari jumlah Penduduk Majene.
Dokumen ini telah menentukan prioritas dan pendekatan yang dugunakan untuk menanggulangi Kemiskinan dalam 5 tahun kedepan yakni dengan pendekatan berbasis pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar Warga. Untuk ini secara bertahap akan kita implementasikan dalam Rencana Kerja Tahunan Daerah (RKPD) yang dimulai dari RKPD 2008.
Terkait dengan pedeketan tersebut, maka ada 7 (tujuh) prioritas hak dasar Masyarakat Miskin yang segera akan kita wujudkan secara bertahap sesuia dengan kemampuan keuangan daerah yakni; (1) Hak atas Keadilan dan keseteraan Gender, (2) Hak atas Pangan, (3) Hak atas Pendidikan, (4) Hak atas Kesehatan, (5) Hak atas Pekerjaan dan berusaha, (6) Hak atas Tanah, dan (7) Hak atas Rasa Aman. Dengan prioritas ini kita bersama-sama menuju Majene menjadi daerah baru dan maju secara ekonomi, sosial, budaya, dan politik.
Untuk ini diperlukan kerjasama yang baik diantara para pemangku kepentingan Pembangunan mulai dari Jajaran Pemerintah Daerah, DPRD, Masyarakat, Dunia Usaha, Perguruan Tinggi, dan Organisasi-organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Karena dengan kita saling membahu dalam memberantas Kemiskinan apa yang dituangkan dalam dokumen ini akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil guna.
Akhirnya, saya ucapkan terima kasih kepada Tim Perumus dibawah Koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan kemiskinan Kabupaten Majene, Rekan-rekan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majene, khususnya kepada Warga saya (Komunitas Miskin Kota, Komunitas Petani Hutan, Komunitas, Komunitas Nelayan, dan Komunitas petani kebun) yang telah bersama-sama Tim Perumus memberikan gagasan dan harapannya sehingga lahirnya dokumen ini.
Semoga niat baik dan upaya kita semua untuk memperbaiki kualitas hidup sumberdaya manusia di Majene ini diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Dengan mengucapkan Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Majene, Januari 2008
Bupati Kepala Daerah Kabupaten Majene
H. KALMA KATTA
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene ii
SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN MAJENE
Assalamu‘alaikum Wr. Wb, Salam sejahtera bagi kita semua,
Alhamdulillah kita panjatkan keharibaan Allah SWT, semoga rahmat dan karuniaNya, dapat kita amalkan untuk kebaikan dan kemajuan kita semua sebagai bangsa Indonesia dan warga masyarakat di Majene.
Saya menyambut baik inisiatif Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk menyusun dokumen Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan daerah termasuk warga masyarakat Miskin. Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Majene sangat serius dan sungguh-sungguh membangun kesejehteraan Warga Masyarakat Majene.
Kita semua tahu bahwa Kemiskinan di daerah kita ini sudah merupakan masalah yang serius dan menjadi problema sosial kemasyarakatan yang sangat komplek dan atau multidimensi. Sudah saatnya kita tidak lagi melihat Kemiskinan dari sisi pendapatan/penghasilan warga masyarakat sehari-hari, melainkan juga harus dilihat dari sisi hak-haknya sebagai warga masyarakat yang bermartabat. Oleh karenanya kebijakan dan program yang dijalankan haruslah mampu memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak dasar warga masyarakat secara adil dan holistik.
Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, DPRD selalu memberikan perhatian pada kebijakan Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat Majene. Dukungan yang selama ini dilakukan melalui Peraturan Daerah tentang Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah yang setiap tahunnya meningkat alokasinya untuk program-program yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Daerah, DPRD selalu melakukan dialog dan konsultasi dengan warga masyarakat miskin termasuk para pemangku kepentingan. Untuk ini, Saya bersama anggota dewan lainnya sangat berharap warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengawasi program-program yang dijalankan oleh Pemerintah Daerah.
Dewan juga sangat menyadari bahwa penerimaan daerah dari pendapatan asli daerah (PAD) masih belum mampu menjadi andalan sumber pendapatan daerah, dan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene iii
Kita masih bergantung pada kucuran Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dari Pemerintah Pusat. Untuk ini Saya berpendapat dan meminta kepada Pemerintah Daerah untuk tetap memberikan perhatian khusus dan prioritas terhadap program-program peningkatan derajat kesejahteraan warga masyarakat secara bertahap. Peningkatan alokasi tersebut juga harus sejalan dengan menurunnya jumlah warga masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.
Akhirnya, saya meminta kepada Pemerintah Daerah untuk menggunakan dokumen Kebijakan ini sebagai acuan dasar dalam merumuskan Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan RAPBD setiap tahunnya. Demikian harapan yang dapat Saya sampaikan, semoga kita semua dapat mewujudkan Masyarakat Majene yang mandiri sebagai warga masyarakat yang bermartabat. Selamat bekerja.
Wassalamu ‘alaikum Wr Wb.
Majene, Januari 2008.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Majene
H. SUDARMIN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene iv
PENGANTAR
Dengan Rakhmat dan HidayahNya dipanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Inayah-Nya-lah, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Majene ini, dalam bentuk buku/dokumen strategis.,buku/dokumen ini memberikan gambaran kondisi kemiskinan berdasarkan pandangan masyarakat-komunitas di Kabupaten Majene dalam rangka rencana aksi dalam penanggulangan-pengurangan kemiskinan di kabupaten Majene.
Strategi Daerah Penanggulangan Kemiskinan atau disebut dengan SPKD ini dapat memberikan gambaran tentang penyebab kemiskinan masyarakat berdasarkan kondisi yang dialami oleh komunitas, sehingga sangat diharapkan untuk dapat menjadi dasar rujukan pada penyusunan perencanaan pembangunan secara komprehensif yang lebih terencana serta terintegrasi kedalam arah kebijakan Kabupaten Majene baik dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), RPJMD dan RPJPD, sehingga secara bertahap dapat menekan angka kemiskinan dari tahun ke tahun menurun, dengan sendirinya Kabupaten Majene kedepan dapat keluar dari garis kemiskinan dan pemerintahannya dapat berjalan dinamis sesuai dengan arah kebijakan secara Nasional dalam mewujudkan pemerintahan yang berwibawa dan memihak pada pemenuhan hak-hak dasar warga masyarakat.
Akhirnya dengan penerbitan buku/dokumen ini semoga bermanfaat dan dapat menjadi dasar perencanaan dan penganggaran pembangunan kedepan yang lebih memihak kepada rakyat miskin.
Majene, Januari 2008 Ketua TKPKD Kabupaten Majene
H. SUFYAN SAGENA, SH, MSi
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene v
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene vi
DAFTAR ISI
SAMBUTAN BUPATI MAJENE i SAMBUTAN KETUA DPRD KABUPATEN MAJENE iii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL ix BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan 3 1.3 Proses Penyusunan 3 1.4 Ruang Lingkup 6 1.5 Sistematika 6 BAB II DIAGNOSIS KEMISKINAN-PEMISKINAN 9 2.1 Ringkasan Geografi dan Peta Umum Infrastruktur Pemenuhan Hak-
hak Dasar Warga 9 2.2 Pandangan Masyarakat Miskin tentang Kemiskinan 11 2.3 Fakta Kemiskinan-Pemiskinan 12 2.4 Masalah Utama Kemiskinan-Pemiskinan 12 2.4.1. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Kesehatan untuk
Kaum Miskin 12 2.4.2. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Pendidikan untuk
Kaum Miskin 13 2.4.3. Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha 14 2.4.4. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Sanitasi dan Air
Bersih 16 2.4.5. Rendahnya kapasitas Pelayanan Hak atas Rasa Aman 17 2.4.6. Ternbatasnya Ruang Partisipasi Warga 17 2.4.7. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Hak atas Pangan 18 2.5 Definisi Kemiskinan-Pemiskinan 19 BAB III KAJIAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN 21 3.1 Kebijakan Dasar Pembangunan 21 3.1.1. Rencana Strategis Daerah 2001 – 2005 21 3.1.2. Arah Kebijakan Umum (AKU) 24 3.1.3. Peraturan Daerah (PERDA) 25 3.1.4. Kebijakan Keuangan (Anggaran) Daerah untuk Pembangunan 27 3.2 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam 30 3.3 Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar Warga 33
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene vii
BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN
KEMISKINAN 37 4.1 Dasar Hukum Penanggulangan Kemiskinan 38 4.2 Tujuan 40 4.3 Target 40 4.4 Strategi Penanggulangan Kemiskinan 40 4.4.1. Kebijakan Pemenuhan Hak-hal Dasar Kaum Miskin 41 4.4.2. Reformasi Sistem Pelayanan Publik 43 4.4.3. Kebijakan Anggaran Berbasis Hak Warga 44 BAB V RENCANA AKSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN 45 5.1 Hak atas Keadilan dan Kesetaraan gender 45 5.2 Hak atas Pangan 46 5.3 Hak atas Layanan Kesehatan 47 5.4 Hak atas Layanan Pendidikan 47 5.5 Hak atas Pekerjaaan 48 5.6 Hak atas Tanah 49 5.7 Hak atas Rasa Aman 50 BAB VI MEKANISME PELAKSANAAN SDPK 51 6.1 Prasyarat Pelaksanaan SDPK 51 6.2 Kelembagaan Pelaksanaan Rencana Aksi SDPK 51 6.3 Fungsi Pelaksana Rencana Aksi SDPK 53 BAB VII SISTEM PEMANTUAN DAN EVALUASI 57 7.1 Prinsip-Prinsip 57 7.2 Tatalaksana Pelaksana Pemantauan 58 7.2.1. Pengumpulan Data 58 7.2.2. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi 58 7.2.3. Laporan dan Diseminasi 61 7.3 Integrasi ke dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran 61 LAMPIRAN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene viii
DAFTAR TABEL
TABEL DATA & INFORMASI PENDUKUNG 64 Tabel 1. Peta Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin 64 Tabel 2. Angkatan Kerja Berusia 10 Tahun ke Atas 64 Tabel 3. Peta Sarana Pendidikan 65 Tabel 4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan 66 Tabel 5. Tenaga Kesehatan 66 Tabel 6. Banyaknya Keluarga Pra-Sejahtera menurut Kecamatan 66 Tabel 7. Tenaga Kerja dan Bidang Usaha HASIL PPA PADA KOMUNITAS MISKIN 69
1. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Nelayan 70 2. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Petani Kebun 71 3. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Petani Hutan 72 4. Ciri Tiap Kelas Sosial Pada Komunitas Urban 73
HASIL ANALISIS PAPAN CATUR TENTANG SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN 75
1. Sebab-Akibat Pemiskinan-Pemiskinan pada Komunitas Petani Hutan 76 2. Sebab-Akibat Pemiskinan-Pemiskinan pada Komunitas Petani Kebun 77 3. Sebab-Akibat Pemiskinan-Pemiskinan pada Komunitas Miskin Kota 78
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene ix
BAB I
PENDAHULUAN
Renungan Bung Karno sang Proklamator “Orang tidak dapat mengabdi kepada Toehan dengan tidak mengabdi kepada
sesama Manusia.Toehan bersemayam digoeboeknya si miskin”.
(dalam Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda 29 Oktober 1949)
1. 1. Latar Belakang
Setelah 50 tahun Indonesia merdeka, sebelum krisis pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup “baik” mencapai rata-rata 7 % namun ketika krisis pada tahun 1997, kondisinya berubah drastis (1998) hingga anjlok mencapai angka minus 13 % dan ini mengakibatkan meluasnya gejala dan derajat kemiskinan-pemiskinan, mendalamnya kualitas kemiskinan-pemiskinan, dan meningkatnya dampak krisis terhadap perempuan dan anak-anak jika dilihat dari sudut padang korban dan sifat kemiskinan-pemiskinan. Situasi kemiskinan-pemiskinan saat ini bukan saja dapat dilihat dari sudut pandang angka kemiskinan, angka pertumbuhan ekonomi, dan income perkapita, tapi juga harus dilihat dari sudut pandang hak-hak sosial ekonomi dan hak-hak politik warga.
Laporan UNDP dalam Human Development Index tahun 2002, kualitas hidup warga negara Indonesia cenderung menurun, HDI Indonesia di urutan 110 dan pada tahun 2003 turun ke urutan 112. Dan jika dilihat dari Index Pembangunan Manusia Indonesia 2004, Kabupaten Majene berada pada peringkat 321 dari 440 Kabupaten/Kota dan urutan 1 dari 5 Kabupaten di Sulawesi Barat. Satu sisi memberikan gambaran dan tolok ukur bagai Pemerintah Daerah Majene dalam memajukan kehidupan warga kearah yang lebih sejahtera dengan menempatkan pembangunan berbasis hak sebagai tumpuannya. Dan sisi lain Kabupaten Majene dapat menjadi pusat rujukan pembangunan manusia dalam menanggulangi kemiskinan di wilayah Sulawesi Barat.
Dari pandangan Kaum Marginal (komunitas miskin) Kemiskinan tidak saja dilihat dari aspek/sisi pendapatan, kepemilikan aset produksi dan harta benda, melainkan Kemiskinan juga mencakup kerentanan dan kerawanan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 1
orang/kelompok orang (laki-laki dan perempuan) menjadi miskin (pemiskinan), dan keterbatasan akses kaum miskin pada keseluruhan proses kebijakan publik yang berdampak pada kehidupan mereka. Itu artinya, masalah kemiskinan bukan lagi menjadi tanggungjawab Pemerintah untuk menyelesaikannya secara sektoral, terpusat, seragam dan berbasis proyek. Masalah Kemiskinan juga menjadi tanggungjawab semua pemangku kepentingan (stakeholder) pembangunan atas hak-hak dasar kaum miskin melalui kebijakan dan program Penanggulangan Kemiskinan itu sendiri. Dengan demikian, secara definisi kemiskinan adalah suatu kondisi kehidupan warga yang dimarginalkan/dilumpuhkan hak-hak sosial, ekonomi, budaya dan politiknya sehingga hak hidupnya sebagai manusia yang bermartabat menjadi hilang/luruh.
Satu hal yang perlu menjadi titik tumpu Pemerintah Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan jika mengacu pada pemahaman Kemiskinan di atas adalah Pemerintah Daerah sebagai salah satu unsur Negara berkewajiban menghormati hak-hak sosial, politik dan ekonomi masyarakat. Pemerintah Daerah juga harus melindungi hak-hak dasar warga terutama Kaum Miskin, dan memastikan adanya kebijakan pemenuhan hak-hak dasar tersebut. Inilah yang disebut sebagai perubahan paradigma Penanggunalangan Kemiskinan dari berbasis proyek dan sektoral menjadi berbasis hak-hak dasar kaum Miskin.
Paradigma Penanggulangan Kemiskinan yang berbasis hak-hak dasar Warga sangat relevan dengan perkembangan yang terjadi di Indonesia saat ini. Melalui paradigma ini diharapkan terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat terutama kaum Miskin (baik laki-laki maupun perempuan). Pengakuan terhadap hak-hak dasar memberikan penegasan bahwa seluruh program Penanggulangan Kemiskinan tidak lagi menjadi beban atau biaya pembangunan (cost of development) melainkan sebagai investasi pembangunan (development of investment) dalam jangka panjang.
Dengan sistem pemerintah daerah saat ini yang memiliki kewenangan otonom dalam membangun daerahnya, menjadikan pemerintah Daerah berpeluang besar untuk mengembangkan inovasinya dalam mengurangi kemiskinan dengan pendekatan berbasis hak. Artinya, dengan sistem pemerintahan yang otonom, pendekatan hak dasar adalah penegasan atas komitmen/kewajiban pemerintah kabupaten dan kota untuk dapat memberi pelayanan dasar yang mudah, murah dan bermutu bagi masyarakat.
Selain itu, dengan dikeluarkannya kebijakan Pemerintah untuk Penanggulangan Kemiskinan yakni SNPK (Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan), maka Pemerintah Daerah bersama Legislatif, Kelompok Masyarakat Sipil dan Kelompok Masyarakat Bisnis menjadikan SNPK acuan
Bab I - Pendahuluan 2
dalam merumuskan kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene.
Itu artinya, dokumen strategi penanggulangan kemiskinan ini tidak saja menjadi bagian dari dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Majene, tetapi juga menjadi turunan SNPK sebagai kebijakan Pemerintah dalam penanggulangi kemiskinan dan pemiskinan secara terpadu, bertahap, terencana, dan berkesinambungan, yang melibatkan semua stakeholder (pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, maupun masyarakat miskin) dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan dan pemiskinan di Kabupaten Majene.
1. 2. Maksud dan Tujuan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) merupakan turunan dari Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK), landasan kebijakan daerah, dan wujud konsensus politik stakeholder pembangunan daerah (pemerintah, swasta, masyarakat, dan berbagai pihak) dalam mendorong gerakan penanggulangan kemiskinan daerah.
Tujuan SPKD adalah:
1) Penegasan komitmen stakeholder Pembangunan Daerah (pemerintah daerah, dewan perwakilan daerah, lembaga-lembaga non pemerintah/organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat bisnis, dan kelompok masyarakat marginal/miskin) untuk penanggulangan kemiskinan dan pemiskinan
2) Wujud konsensus bersama penanggulangan kemiskinan-pemiskinan melalui penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar kaum marginal dengan pendekatan partisipatif.
3) Landasan harmoni berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, organisasi masyarakat sipil, kelompok masyarakat bisnis, dan lembaga internasional.
1. 3. Proses penyusunan
Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Majene untuk meningkatkan kualitas hidup/kesejahteraan Masyarakat di wilayah Kabupaten Majene khususnya pengurangan angka kemiskinan telah dimulai sejak orde reformasi bergulir. Berbagai kebijakan telah disusun dan dijalankan, namun hasilnya belum
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 3
maksimal. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Majene bersama DPRD dan Masyarakat Sipil, dan didasari pada surat edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, mengambil langkah-langka pembaharuan dengan menyusun dokumen Penanggulangan Kemiskinan; Strategi Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan yang berbasiskan pada pendekatan partisipasi seluruh masyarakat utamanya Kaum Miskin.
Penyusunan dokumen ini sepenuhnya dikoordinir oleh Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene atas dukungan pendanaan APBD Kabupaten Majene tahun anggaran 2006 dan kerjasama dengan Masyarakat Sipil berdasarkan SK Bupati nomor 23 tahun 2006.
Proses perumusan dokumen dilakukan dalam 6 tahapan dan proses legislasi dokumen dilakukan dalam 4 tahapan. Secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. 3. 1. Pembentukan Tim Perumus
Suatu tim kerja yang anggotanya berasal dari unsur pemerintah, legislatif, dunia usaha, LSM, Universitas, yang akan merumuskan SDPK. Tim bekerja berlandaskan pada SK Bupati No. 23/2006, dengan komposisi Tim terdiri dari;
1. Busri K. SE, Msi 2. A. Adlyna Basharoe, SP, MM 3. Muzrifah Noer 4. Sadikin Sy, 5. Lukman, SPd 6. Fakhrulsyah Mega 7. Mulyadi Prayitno 8. Khudri Arsyad 9. M. Ikhsan Welly 10. Opy MA 11. Nur Alam 12. Abd Wahab Nur 13. Harmiah 14. Gafur
1. 3. 2. Analisis Kemiskinan dan Kebijakan
Analisis Kebijakan adalah tahapan awal tim penyusun dalam merumuskan dokumen SDPK. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebijakan-kebijakan pembangunan yang mendukung penanggulangan
Bab I - Pendahuluan 4
kemiskinan dan menghambat proses penanggulangan kemiskinan. Proses analisis dilakukan dengan metode; kajian dokumen kebijakan, kajian laporan-laporan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, dan konsultasi publik.
Sedangkan untuk pendalaman permasalahan kemiskinan yang dihadapi masyarakat dilakukan dengan metode Participatory Poverty Assessment (PPA) /Analisis Kemiskinan berbasis Komunitas (AKK). Proses ini dilakukan oleh Tim bekerjasama antara FIK-ORNOP Sulsel – JARI CSR dan PEMDA (TKPKD) Kabupaten Majene, atas dukungan pendanaan DFID melalui Oxfam G.B dan anggaran PEMDA.
PPA dilakukan dilakukan pada Komunitas Petani Kebun, Komunitas Petani Hutan, Komunitas Pesisir, dan Komunitas Miskin Kota dengan melibatkan kaum perempuan dan laki-laki selama 2 bulan.
1. 3. 3. Identifikasi Potensi Lokal
Pemetaan potensi lokal dilakukan melalui pengkajian dokumen Majene dalam Angka tahun 2004 dan PPA bersama kaum miskin. Hal ini memberikan gambaran sesungguhnya sumberdaya lokal yang ada sangat potensial untuk dikembangkan dan menjadi andalan penangulangan kemiskinan.
1. 3. 4. Analisis Issue Strategis Daerah
Dengan mendasari pada hasil kajian dokumen pembangunan, pemetaan potensi sumberdaya lokal, dan hasil PPA kaum miskin, tim merumuskan issue strategis yang relevan dengan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Proses analisis dilakukan melalui FGD stakeholder pembangunan. Melalui proses ditemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah kemiskinan secara holistik.
1. 3. 5. Penulisan Dokumen
Penulisan dilakukan oleh tiga tahap oleh 2 orang penulis dengan mendasasri pada hasil-hasi ltahapan di atas. Tahap pertama adalah Penulisan draft I yang sisinya berupa out line SPKD dan Bab I yang hasilnya dibahas bersama tim Perumus, Tahap II penulisan draft II yang isinya berupa BAB I yang telah dilengkapi dengan masukan tim Perumus, BAB II, dan BAB III untuk selanjutnya dibahas oleh tim Perumus. Dan tahap III adalah penulisan Final Draft yang isinya berupak; BAB I sampai dengan BAB VII dokumen SPKD. Keseluruhan proses penulisan dilakukan dalam waktu 3 bulan sejak September sampai Desember 2006.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 5
1. 4. Ruang lingkup
Dokumen ini secara konsepsi mencakup empat hal, yaitu (1) diagnosis kemiskinan yang didasari pada hasil PPA (suara kaum miskin), (2) Program Strategis jangka panjang (10 tahun) dan Program Aksi Tahunan yang memuat prioritas program dan kebijakan jangka menengah termasuk sasaran dan indikator kinerja, (3) Landasan Filosopi (visi dan missi), konstitusi dan kebijakan, (4) Sistem pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi penanggulangan kemiskinan (social Audit Program Penanggulangan Kemiskinan), dan (5) Mekanisme Kerja Pemangku Kepentingan (stakeholder) pembangunan/penanggulangan kemiskinan-pemiskinan.
1. 5. Sistematika
Bab I : Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, proses Penyusunan, Runag Lingkup, dan Sistematika Dokumen
Bab II : Diagnosa Kemiskinan-Pemiskinan di Kabupaten Majene tentang sebab-musabab kemiskinan berdasarkan hasil kajian Kemiskinan oleh Kaum Marginal (Si Miskin), data statistik dan hasil kajian akademik/penelitian yang terkait dengan pembangunan Kabupaten Majene.
Bab III : Kajian kebijakan dan program yang telah dikeluarkan dan dijalankan oleh Pemerintah daerah dan Nasional untuk mengatasi masalah Kemiskinan di Kabupaten Majene. Kajian tersebut juga memberikan gambaran kebijakan strategis dan rekomendasi kebijakan kedepan.
Bab IV : Kebijakan Strategis Daera untuk Penanggulangan Kemiskinan, Landasan yuridis, paradigma, tujuan dan target, prinsip-prinsip dan strategi penanggulanan kemiskinan-pemiskinan yang berbasiskan penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak-hak dasar kaum marginal.
Bab V : Rencana Aksi Program Strategis Penanggulangan Kemiskinan Jangka Panjang dan Program Aksi Tahunan Penanggulangan Kemiskinan-Pemiskinan (2007-2012).
Bab VI : Mekanisme pelaksanaan SDPK meliputi tatalaksana (kelembagaan) pelaksana.
Bab I - Pendahuluan 6
Bab VII : Sistem Pemantauan dan Evaluasi; sistem pengawasan/sosial audit yang didasari pada safeguarding, dan tatalaksana transparansi dan akuntabilitas publik
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 7
Bab I - Pendahuluan 8
BAB II
DIAGNOSA KEMISKINAN - PEMISKINAN
"Kalau kita harapkan tabib dari luar, kita akan menunggu orang yang tidak akan datang, yang sanggup mengobatinya banyak atau sedikit ialah rakyat kita sendiri.
Dan pokok segala usaha ialah kemauan yang tetap. Kemauan itulah yang harus kita bangkitkan. Itulah dasarnya self help yang senantiasa menjadi buah bibir kita.
Rakyat kita sebagian besar adalah rakyat yang kena sugesti (pukau) ketidakmampuan. Pukul dan bunuh sugesti itu dengan propaganda dan contoh"
(Hatta, 1933)
2. 1. Ringkasan Geografi dan Peta Umum Infrastruktur Pemenuhan Hak-hak Dasar Warga
Kabupaten Majene adalah satu dari 5 Kabupaten dalam wilayah Propinsi Sulawesi Barat dangan panjang pantai 125 Km yang terletak di pesisir pantai Sulawesi Barat memanjang dari Selatan ke Utara dengan luas 947,84 km. Kabupaten Majene terdiri dari 4 Kecamatan yaitu; Banggae, Pamboang, Sendana dan Malunda, yang meliputi 40 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Majene terletak di Kecamatan Banggae dengan luas Perkotaan 5.515 km, yang berada di posisi Selatan Kabupaten Majene, dengan jam tempuh sekitar 3 jam sampai 4 jam dari ibukota Sulawesi Barat (Mandar Raya) yaitu ±120 km.
Secara geografis Kabupaten Majene terletak pada posisi 2’ 38’ 45’ sampai dengan 3’ 38’ 1’ Lintang Selatan dan 118’45’00” bujur Timur, dengan berbatasan disebelah Utara Kabupaten Mamuju, sebelah Timur kabupaten Polmas, sebelah Selatan Teluk Mandar, dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Klasifikasi kemiringan tanah secara keseluruhan relative miring dengan presentase wilayah yang mengalami erosi sebesar 3,41% dan luas wilayah Kabupaten, dengan jumlah suhu udara antara 21ºC sampai 34ºC, serta jumlah hari hujan 208 hari.
Dilihat dari sebaran penduduk berdasarkan territorial kepemerintahan, masyarakat Majene bermukim di 4 Kecamatan, Grafik berikut menggambarkan sebaran pendudulk dalam 4 kecamatan dimaksud:
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 9
P e t a S e b a r a n P e n d u d u k K a b M a je n e ( d a la m r ib u a n o r a n g ) B P S 2 0 0 4
5 8 , 4 8 1
2 0 , 7 3 33 6 , 4 5 0
2 1 , 8 1 0
-1 0 , 0 0 02 0 , 0 0 03 0 , 0 0 04 0 , 0 0 05 0 , 0 0 06 0 , 0 0 07 0 , 0 0 0
Ban
ggai
Pam
boan
g
Sed
ana
Mal
unda
Jum
lah
Pend
uduk
Data diatas menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Majene adalah 137.474 jiwa yang terdiri dari perempuan 70.980 dan laki-laki 66.494. Tingkat kepadatan penduduk rata-rata 1.060 jiwa per km2 untuk Kota Majene (Kecamatan Banggae). Tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Majene adalah 0,21% pertahun. Dan 1.40% pertahun untuk Kota Majene.
Dilihat dari sebaran Penduduk (Tabel 1 terlampir) menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk terpusat di Kecamatan Banggai mencapai 1.060, sementara di 2 kecematan lainnya hanya berkisar 200 sampai dengan 300. Dan hanya 1 kecamatan yang kepadatan penduduknya masih rendah yakni Kecamatan Malunda. Jika dilihat dari gerder populasi, dapat dikatakan bahwa angka laki-laki dan perempuan relatif sama.
Angkatan kerja masyarakat yang berusia di atas 10 tahun masih didominasi pada sektor Pertanian, kemudian sektor perdagangan dan jasa. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 (terlampir).
Dilihat dari infrastruktur pemenuhan hak atas pendidikan, data statistik menunjukkan jumlah sekolah yang tersedia mulai dari tingkat TK sampai dengan SLTA/SMTA, maka di Kabupaten Majene saat ini sudah tersedia 340 unit sekolah yang tersebar di 4 kecamatan. Jumlah murid yang dapat ditampung pada sekolah-sekolah tersebut mencapai 38.984 orang anak usia sekolah atau baru 76 % dari jumlah anak yang berhak sekolah yakni 50.654 orang. Data lengkap dapat dilihat pada Tabel 3 (terlampir).
Adapun jumlah guru yang dapat menjalankan tugasnya hingga saat ini 3.952 orang, itu artinya seorang guru harus mengawasi anak didiknya setiap hari dengan jumlah murid rata-rata 11 orang. Jika demikian keadaannya maka kualitas anak didik di Kabupaten Majene seharusnya lebih baik dari kualitas anak didik di daerah Pulau Jawa yang rata-rata seorang guru harus mengawasi anak didiknya mencapai 20 hingga 25 orang.
Bab II - Pendahuluan 10
Dilihat dari ketersediaan infrastruktur pemenuhan hak atas kesehatan, dapat dikatakan masih jauh dari jumlah ideal. Saat ini hanya ada 1 rumah sakit (rumah sakit umum) yang melayani 130 Ribu lebih penduduk dengan segala keterbatasan fasilitas medis dan para medis atau jauh dibawah Standar Pelayanan Minimum Kesehatan yang telah ditetapkan Pemerintah (Menteri Kesehatan).
Terkait dengan kualifikasi dan atau kapasitas tenaga medis saat ini di Kabupaten Majene dilayani oleh 18 orang Dokter Umum, 9 orang Dokter Gigi, 3 Dokter Ahli, 2 orang Apoteker, 11 orang Sarjana Kesehatam Masyarakat. Dan dibantu oleh para 117 orang Perawat, 31 orang Paramedis non perawat, 30 orang Tenaga non medis dan 30 orang paramedis pembantu.
Dilihat dari sisi jenis penyakit yang diderita masyarakat, berdasarkan data statistic 2004, adalah: 5.706 kasus penyakit diare, 96 kasus malaria, diduga rabies 79 kasus , ada 2.093 kasus cacingan, terdapat 414 penderita TBC dan 97 Kusta, dan 419 kasus Typus.
Dengan kondisi statistik tersebut, jika dilihat dari tingkat/derajat kesejahteraan masyarakat saat ini, dapat disimpulkan bahwa kehidupan masyarakat khusus kelompok masyarakat miskin rentan terhadap penurunan kualitas hidup sekalipun posisi Kabupaten Majene saat ini berada diperingkat 1 IPM/HDInya ditingkat SUlawesi Barat. Kerentanan ini disebabkan karena kapasitas pelayanan public yang dapat dijangkau masyarakat belum ada kemajuan/peningkatan baik dari aspek jumlah maupun kualitas pelayanannya. Selain itu, kapasitas/daya kemampuan masyarakat yang belum mengalami peningkatan karena faktor struktural ekonomi dan kebijakan pemerintah secara nasional.
Hal ini juga berpengaruh pada penerimaan asli daerah yang belum mengalami peningkatan secara signifikan. Tabel 7 (terlampir) menunjukkan peta sumber-sumber produksi masyarakat yang menjadi andalan pendapatan asli daerah dari Industri yang masih dikelola dengan teknologi konvensional dan semi konvensional.
2. 2. Pandangan Masyarakat Miskin Tentang Kemiskinan
(Hasil PPA yang Dilakukan di 4 Sektor/Karakteristik Komunitas)
Dalam diskusi terfokus dengan metode PPA (Partisipatory Poverty Assessment) diperoleh pandangan masyarakat/komunitas nelayan tentang kelas sosial yang dibagi dalam 3 (tiga) golongan masyarakat dengan ciri-cirinya/indikatornya (Lihat lebih lanjut lampiran hasil PPA pada tiga komunitas miskin).
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 11
2. 3. Fakta Kemiskinan-Pemiskinan
Sebab-Akibat Kemiskinan-Pemiskinan (Analisa Papan Catur). Disarikan dari matrik PPA (terlampir).
2. 4. Masalah Utama Kemiskinan-Pemiskinan
Participatory Poverty Assessment (PPA) dilakukan terhadap 4 sektor/karakteristik masyarakat miskin (Miskin Kota, Petani Kebun, Petani Hutan, dan Nelayan) ditemukan masalah utama kemiskinan-pemiskinan berdasarkan cara pandang dan pengalaman masyarakat miskin sendiri. Dalam hal ini penyebab kemiskinan dilihat dari aspek pernghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar warga adalah;
2. 4. 1. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Kesehatan untuk Kaum Miskin
Data statistik Pelayanan Kesehatan menggambarkan penyakit menular selama tahun 2003-2004 menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan. Data statistik berikut ini menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat di Majene.
P e t a P e n y a k i t M e n u la r D id e r i t a P e n d u d u k d a la m t a h u n 2 0 0 3
5 6 4 8
3 4 3 9 5
2 0 9 9
6 1 78 6 2 8 1
01 0 0 02 0 0 03 0 0 04 0 0 05 0 0 06 0 0 0
D ia r e M a la r ia R a b ie s C a c in g a n T b c K u s t a T y p u s
Jum
lah
Pend
uduk
Jumlah penduduk yang tenderita penyakit menular mencapai 9.169 jiwa, dan 122 diantaranya meninggal dunia.
Dan dalam tahun 2004 jumlah penderita penyakit menular mencapai 8.904 jiwa dan 146 diantaranya meninggal dunia.
Jika ditelaah kondisi kesehatan masyarakat dalam dua tahun tersebut dapat dikatakan bahwa, perlindungan masyarakat atas ancaman penyakit menular sangat minimal. Sekalipun peningkatan jumlah penderita penyakit menular tidak begitu mencolok, namun angka kematian meningkat 20 orang dari jumlah tahun 2003.
Bab II - Pendahuluan 12
Resiko kematian ibu melahirkan juga sangat memprihatinkan dalam dua tahun terakhir. Ditahun 2003 tercatat 28 orang ibu melahirkan meninggal dari 195 ibu melahirkan, dan ditahun 2004 angka kematian ibu melahirkan meningkat menjadi 50 orang dari 3.308 total ibu melahirkan.
P e t a P e n y a k i t M e n u la r D id e r i t a P e n d u d u k d a la m t a h u n 2 0 0 4
5 7 0 6
9 6 7 9
2 0 9 3
4 1 4 9 7 4 1 90
1 0 0 02 0 0 03 0 0 04 0 0 05 0 0 06 0 0 0
D ia r e M a la r ia R a b ie s C a c in g a n T b c K u s t a T y p u s
Jum
lah
Pend
uduk
2. 4. 2. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Pendidikan untuk Kaum Miskin
Dari hasil PPA menunjukan rendahnya tinggkat pendidikan di komunitas tani kebun, matrik berikut ini menggambarkan tingkat pendidikan peserta PPA
NO. INDIKATOR JUMLAH PERSENTASE (%)
1. 2. 3. 4. 5.
Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Buta Hurup Sarjana Muda
10 6 3 - 1
50 % 30 % 19 % 0 % 1 %
Sumber: Diolah dari hasil FGD
Dari tabel di atas menunjukkan tingkat pendidikan peserta PPA masih relatif rendah. Walaupun diketahui bahwa itulah tingkatan pendidikan formal yang kualitas pemahamannya belum bisa dijamin.
Rendahnya akses masyarakat miskin terhadap pendidikan formal dan non formal. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, terbatasnya jumlah dan mutu prasarana dan sarana pendidikan, terbatasnya jumlah guru yang bermutu, terbatasnya jumlah sekolah yang layak untuk proses belajar-mengajar, terbatasnya jumlah SLTP dan SLTA, serta terbatasnya jumlah, sebaran dan mutu program kesetaraan pendidikan dasar melalui pendidikan non formal.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 13
Rendahnya akses masyarakat terhadap pendidikan sudah dimulai sejak dari jenjang pendidikan terendah (TK dan SD), hingga menengah atas (SLTP dan SLTA). Data Depdiknas Kabupaten Majene 2006/2007 menunjukkan bahwa dari 50.654 anak berhak sekolah, baru 38.984 orang (76 %) yang memperoleh layanan pendidikan dan perawatan melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
2. 4. 3. Terbatasnya Kesempatan Bekerja dan Berusaha
Dari hasil assesmen menunjukkan bahwa kesempatan masyarakat miskin dalam memperoleh pekerjaan dan berusaha sangat terbatas. Regulasi yang ada belum memberikan ruang dan jaminan perlindungan hak atas pekerjaan dan berusaha. Hak masyarakat tentang kepemilikan serta penguasaan tanah (tempat tinggal maupun lahan tani) tidak terpenuhi dengan baik. Demikian juga halnya dengan ruang-ruang tempat berusaha (kaum miskin kota) yang selalu menjadi sasaran aparat penegak ketentraman kota.
Akibat terbatasnya ruang dan akses bagi kaum miskin dalam memperoleh hak atas pekerjaan dan berusaha maka mendorong keluarga miskin memperjakan (memaksa) anak dan perempuan (istrinya) untuk bekerja. Pekerja perempuan sebagai buruh migrant, dan pembantu rumahtangga. Sementara anak-anaknya menjadi “korban” trafficking untuk menjadi pekerja sek. dan dieksplotasi secara berlebihan dan digaji sangat murah, bahkan seringkali diperlakukan secara tidak manusiawi. Sekalipun sudah tersedia regulasi yang melindungi hak-hak perempuan dan anak dari ancaman eksploitasi, tapi belum sepenuhnya efektif berjalan.
Dikelompok tani hutan misalnya, dari 20 peserta PPA 100 %-nya menjadi petani penggarap dan membagi hasil kebun dengan pemilikan lahan. Demikian pula dengan lahan tempat tinggal mereka yang hanya merupakan hak pakai, bukan hak milik, padahal diketahui bahwa peserta PPA semua adalah pendudukan asli kampung tersebut. Tabel berikut menggambar angka statistik kepemilikan lahan oleh petani yang 0 %.
TABEL KONDISI (STATUS) TERHADAP LAHAN
No. Indikator Orang Persentase (%)
1. 2.
hak milik hak garap
0 20
0 % 100 %
Total 20 100 % Sumber: Data Diolah dari Tools Klasifikasi Kesejahteraan
Bab II - Pendahuluan 14
Temuan saat dilakukan FGD terkait dengan system garapan lahan ini telah berlangsung secara turun temurun (sekarang sudah lapisan ketiga dalam sturuktur keturunan keluarga). Pola garapan yang selama ini berjalan adalah untuk tanaman jangka panjang hasil dibagi tiga dimana satu bagian untuk penggarap dan dua bagian untuk untuk pemilik. Untuk tanaman tanaman jangka pendek bagi hasinya adalah 2 bagian untuk penggarap dan satu bagian untuk pemilik lahan. Berikut adalah ungkapan salah seorang peserta PPA.
”bahwa hasil yang kita dapatkan dari usaha tani kami sangatlah minim disebabkan oleh hal tersebut, disisi lain kami harus menghidupi keluarga, innapa Tia harga BBM anna’ sembako lewa’ masuli’na…! I’da tiapami nakasi-asi tau ” Saharuddin (31 tahun/petani)
Umumnya lahan garapan yang dikelola oleh peserta PPA adalah lahan
yang tidak produktif. Tingkat kemiringan lahan yang membentuk lereng-lereng gunung dan dalam hamparan alang-alang serta bebatuan, Kondisi ini menjadikan para petani yang rata-rata adalah petani konvensional alat kerjanya (tradisional) mengalami kesulitan dalam menggarap. Disisi lain sumber pengairan bagi lahan mereka hanyalah mengandalkan air tadah hujan, itu disebabkan oleh kondisi topografi dan kapasitas warga (keterampilan maupun segi finansial untuk itu memang sangatlah kurang.
Dari sisi lain akses masyarakat miskin terhadap pengembangan usaha kecil/kewirausahaan juga sangat terbatas. Masalah utamanya adalah sulitnya mengakses modal dengan suku bunga rendah, sulit dalam memperoleh ijin usaha, kurangnya perlindungan regulasi atas usaha-usaha yanmg dikelolal, rendahnya kapasitas kewirausahaan dan terbatasnya akses terhadap informasi: (pasar dan bahan baku), tidak terjangkaunya bantuan-teknis dan teknologi.
Salah satu penyebab kemiskinan kami adalah karena mulai dari leluhur kami memang sudah merasakan dengan keadaan lahan yang tidak terlalu menguntungkan, innamo lita’mawatu, tanah yang memang kurang subur, alapagi salama di’e mai bapak-bapak penyuluh sangat kurang untuk mengunjungi kami untuk memberikan penyuluhan bagaimana mengolah lahan yang kondisinya seperti itu, jari parallu sanna’i tu’tau penyuluhan iyaatopapole’ mua’ malai kami bisa dibantu pengadaan pompanisasi untuk pengairan. Karena sampai saat sekarang ini kami hanya mengandalkan air hujan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 15
2. 4. 4. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Sanitasi Lingkungan dan Air Bersih untuk Kaum Miskin
Hak dasar warga yang harus dilindungan dan dipenuhi oleh negara selain pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan ádalah hak atas Air bersih dan lingkungan yang sehat. Semakin lama semakin sulit masyarakat miskin mendapatkan air bersih dan aman. Hal ini disebabkan karena terbatasnya sarana-prasarana dan penguasaan sumber air.
Kesulitan memperoleh air bersih dan aman umumnya dihadapi oleh sekitar mayoritas masyarakat di Kabupaten Majene, selain musim kemarau yang panjang juga persediaan air di sungai-sungai sudah tidak mampu mengairi aliran air lewat jalur disktribuasi PDAM.
Secara nasional data Susenas 2003 menunjukkan bahwa rumahtangga yang belum mampu mengakses air bersih sangat besar jumlahnya. Dalam mengatasi kesulitas air bersih masyarakat kelas tengah keatas menggunakan mesin pompa untuk menarik air dalam tanah. Sementara itu rumah tinggal masyarakat miskin yang menggunakan air bersih kurang dari 12% antara lain tinggal di Ibu kota Kabupaten/Banggai. Rumahtangga tersebut sebagian besar tinggal di daerah perdesaan yang tidak terjangkau layanan distribusi air bersih.
Masyarakat miskin yang tinggal di pinggiran sungai sangat tergantung pada perubahan permukaan air sungai. Pada saat musim kemarau, mereka terpaksa harus membeli air minum yang cukup mahal. Bagi masyarakat miskin yang tidak mampu membeli, mereka terpaksa mengambil air dari sungai pada malam hari untuk diendapkan dan digunakan keesokan harinya. Kesulitan air juga dialami oleh masyarakat miskin sektor Nelayan. Mereka setiap tahun mengalami kesulitan untuk mengakses air bersih dan aman yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Kesulitan memperoleh air bersih dan aman untuk keperluan rumahtangga menyebabkan kaum perempuan harus berjalan jauh mencari sumber-sumber air.
Rumahtangga yang tinggal di daerah perkotaan sebagian besar dapat menikmati layanan air bersih dari perusahaan daerah air minum (PDAM) atau dengan memanfaatkan air tanah. Bagi masyarakat miskin yang tinggal pada permukiman kumuh dan pinggiran sungai, mereka menghadapi kesulitan untuk dapat menjangkau layanan PDAM, sehingga masih banyak yang memanfaatkan air sungai dan sumur galian yang sudah tercemar untuk mandi, memasak, mencuci, dan air minum. Kondisi sanitasi dan lingkungan yang buruk berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan mereka terutama anak-anak dan ibu. Selain itu, masyarakat miskin juga kurang memahami pengelolaan sanitasi dan lingkungan hidup sebagai bagian dari perilaku hidup sehat.
Bab II - Pendahuluan 16
Kesulitan dalam mengakses air bersih dan aman, dan sanitasi akan menjadi beban berat bagi masyarakat miskin. Upaya pemenuhan hak dasar atas air bersih dan aman perlu menjadi perhatian terutama dalam penyediaan dan distribusi air bersih, terbangunnya mekanisme subsidi penyediaan air bersih dan sanitasi bagi masyarakat miskin, serta peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat miskin terhadap pentingnya air bersih dan sanitasi.
2. 4. 5. Rendahnya Kapasitas Pelayanan Hak atas Rasa aman
Kaum miskin selain marginal atas hak-hak dasarnya juga dimarginalkan dari aspek perlindungan hak atas rasa aman. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu kondisi yang selalu dialami keluarga masyarakat miskin. Ini sebagai akibat dari kebuntuan dan frustrasinya masyarakat mengahadapi masalah-masalah kemiskinan. Dilingkungan luar rumah; ditempat kerja dan berusaha ancama kekerasan juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dihadapi Masyarakat miskin. Tindak kekerasan tersebut disebabkan oleh perebutan sumber-sumber ekonomi dan produksi, konflik sosial, ancaman dan terorisme, termasuk ancaman non kekerasan seperti kerusakan lingkungan, bencana alam, perdagangan manusia (human trafficking), krisis ekonomi, penyebaran penyakit menular, dan peredaran obat-obat terlarang. Berbagai tindak kekerasan dan non kekerasan tersebut mengancam rasa aman dan menyebabkan hilangnya akses masyarakat terhadap hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
Apa yang terjadi dikabupaten tentangga (Mamasa) adalah sebuah fenomena social yang dapat terjadi di Majene. Demikian pula hal dengan tidakan kekerasan sesama masyarakat miskin,masyarakat miskin dengan aparat penegak hukum.
Kaum perempuan adalah orang pertama dan terberat yang menanggung beban akibat kekerasan dilingkungan masyarakat miskin. Bagi kaum perempuan, kekerasan dan atau hilangnya hak atas rasa aman dapat menyebabkan hilangnya akses pada mata pencaharian, tempat tinggal yang hancur, dan masa depan yang tidak pasti. Kondisi ini memaksa kaum perempuan menjadi pencari nafkah utama dan menanggung beban keluarga yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena tidak mampuan negara menjamin hak-hak warga atas rasa aman.
2. 4. 6. Terbatasnya Ruang Partisipasi Warga (kaum Miskin) dalam Pembangunan
Lemahnya penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga terutama bagi kaum miskin mengindikasikan terbatasnya ruang partisipasi warga dalam keseluruhan proses pembangunan. Ini juga menandakan gagalnya
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 17
system Negara menjamin dan menghormati ruang partsipasi warga sebagai hak warga.
Sebagai contoh masih banyaknya proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang memposisikan masyarakat miskin sebagai “obyek” dan mengabaikan keterlibatan masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan. Apa yang menjadi masalah dilingkungan kaum miskin tidak mampu direspon dengan humanis dan holistik.
Jika ditelaah lebih jauh, kegagalan kebijakan dan program pembangunan dalam mengatasi masalah kemiskinan adalah sebagai salah satu akibat dari lemahnya ruang partisipasi masyarakat miskin, Kasus-kasus penggusuran di perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran petani dari wilayah garapan menunjukkan tidak adanya ruang dialogis yang adil dan terbuka dalam menyelesaikan masalah.
2. 4. 7. Terbatasnya Akses dan Kapasitas Pelayanan Hak atas Pangan untuk Kaum Miskin.
Kemampuan kaum miskin memenuhi kebuthan pangan sehari-hari adalah sebuah tantangan yang sekaligus anacaman kelaparan bagi kaum miskin. Hal yang sama juga dialami oleh petani penghasil pangan adalah terbatasnya dukungan produksi pangan, tata niaga yang tidak efisien, rendahnya penerimaan usaha tani pangan dan maraknya penyelundupan.
Ancaman kekurangan pangan dan atau kelaparan bagi kaum miskin juga menjadi ancaman bagi Negara sebagai sebuah kegagalan negara dalam melindungi dan memenuhi hak-hak warga atas pangan yang telah dijamin dalam konstitusi negara. Secara umum gejalan kekurangan pangan dilingkungan kaum miskin terlihat banyaknya balita dan ibu melahirkan dilingkungan kaum miskin yang rendahnya asupan kalori dan buruk gizinya.
Dari temuan PPA di e sektor komunitas 70 % peserta PPA masuk katagori rawan dan atau terancam rendah kalori dan gizi terutama bagi kaum perempuan, balita dan anak-anak. Selain hal ketidakmampuan masyarakat memenuhi asupan gizi dan kalori secara mandiri juga disebabkan oleh pola konsumsi yang bertumpu pada beras sebagai bahan pangan pokok. Pola konsumsi seperti itu menyebabkan ketergantungan masyarakat pada beras dan peralihan konsumsi pangan dari bukan beras menjadi beras. Dalam jangka panjang, hal ini akan mengganggu ketahanan pangan masyarakat. Selain itu, ketergantungan pada beras juga melemahkan inisiatif untuk melakukan diversifikasi produksi dan konsumsi pangan selain beras seperti jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu dan bahan pangan lainnya yang tumbuh secara lokal.
Bab II - Pendahuluan 18
Dan dilingkungan petani penghasil pangan termasuk petani padi juga masuk dalam katagori komunitas rentan rawan pangan yang disebabkan oleh fluktuasi harga yang terjadi pada saat musim panen dan musim paceklik yang tidak menguntungkan mereka. Impor beras yang dilakukan untuk menutup kebutuhan beras dan menjaga stabilitas harga seringkali tidak tepat waktu sehingga merugikan petani penghasil beras
Dengan mengacu pada pandangan kaum miskin/masyarakat miskin di atas sebagai sebuah gambaran/apresiasi terhadap kehidupan sosial dan atau kelas sosial yang ada disekitar mereka sehari-hari atas kondisi ketidak-berdayaan masyarakat miskin keluar dari lingkaran kemiskinan dan ketidak-adilan yang terus-menerus mereka hadapi selama ini. Dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut kaum miskin, kemiskinan dan atau pemiskinan yang terjadi di Majene dikarenakan (1) Luruhnya peran negara/pemerintah dalam melindungi, mengormati dan memenuhi hak-hak dasar warga (2) Ketidak-berdayaan masyarakat (pranata-pranata sosial) mengahadapi masalah kemiskinan yang multidimensi, yang berakibat pada terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi yang semakin jauh. Kedua sebab tersebut merupakan akibat dari:
1. Keterbatasan akses masyarakat miskin dalam memenuhi hak-hak dasarnya seperti; hak atas pekerjaan, hak pelayanan kesehatan, hak atas permukiman, hak atas pelayanan pendidikan, hak atas rasa aman, dan hak atas lingkungan hidupyang sehat.
2. Lemahnya akses masyarakat atas haknya berpartisipasi dalam keseluruhan proses pembangunan seperti hak berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan.
3. Lemahnya regulasi yang menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat atas sumberdaya alam seperti tanah, hasil hutan, hasil bumi, home industri, dan akses pada pasar dan sumber bahan baku.
4. Terbatasnya kapasitas masyarakat miskin dalam meningkatkan produktivitasnya dalam mempertahankan hak-haknya atas sumber-sumber produksi yang ada.
5. Adanya tekanan psikologis sebagai akibat dari ketidak-berdayaan masyarakat dalam mempertahankan ”modal sosial” dan atau pranata sosial karena dorongan perubahan secara struktural (kebijakan) yang tidak berbasiskan nilai-nilai sosial masyarakat yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat dalam mempertahankan hak-haknya.
2. 5. Definisi Kemiskinan-Pemiskinan
Dalam diskusi terfokus bersama Kaum Miskin saat dilakukan PPA (Participatory Poverty Assessment) diperoleh pandangan kaum Miskin tentang Arti
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 19
kemiskinan-pemiskinan adalah segala sesuatu yang tidak dapat terpenuhinya baik kesehatan, ekonomi, pemukiman, pendidikan, alat nelayan dan lainnya; tidak bisa menyekolahkan anaknya juga kalau sakit setengah mati mau berobat tapi tidak ada biaya; orang yang tidak dapat memenuhi sandang, pangan dan papan; perlengkapan alat nelayannya tidak terpenuhi, tidak mampu berobat, ekonominya sangat kurang, tempat pemukimannya tidak layak untuk ditempati, pendidikannya kurang dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Dari sudut pandang perempuan, kemiskinan-pemiskinan diartikan sebagai sebuah keadaan “Perabotan rumah tangga yang minim, tidak ada simpanan uang, dan Perasaan yang tetekan beban hidup”. Sementara dokumen SNPK mendefinisikan kemiskinan adalah “kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat” Dengan mengacu pada pemahaman kaum Miskin tentang Kemiskinan dan definisi Kemiskinan dalam dokumen SNPK dalat diberikan batasan definisi Kemiskinan di Majene adalah sebuah kondisi hidup keluarga (anak, Ibu, dan Bapak) yang hak-hak dasarnya tidak diperolehnya secara bermartabat dan mampu meningkatkan daya sosial, ekonomi, dan politiknya sebagai warga negara yang merdeka dan berdaulat.
Bab II - Pendahuluan 20
BAB III
KAJIAN KEBIJAKAN DAN PROGRAM PANANGGULANGAN KEMISKINAN
Review kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan difokuskan pada: (1). Kebijakan Pembangunan Daerah (Renstra, Arah Kebijakan Umum (AKU), Perda-perda yang terkait dengan Penanggulangan Kemiskinan-Pemiskinan, Analisis APBD dalam 5 tahun terakhir yaitu APBD tahun 2001, 2006; (2). Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam; dan (3). Kebijakan Pembangunan Hak-hak Dasar Warga (hak atas Kesehatan, hak atas Pendidikan, hak atas Pangan, hak atas Rasa Aman, hak atas Kesempatan Bekerja dan Berusaha, hak atas Sanitasi Lingkungan dan Air Bersih, dan hak atas Partisipasi Warga dalam pembangunan).
3. 1 Kebijakan Pembangunan Daerah
3. 1. 1. Rencana Strategis Daerah 2001 – 2005
Renstra Kabupaten Majene masih menggunakan produk tahun 2001-2005, sedangkan Renstra atau RPJMD 2006-2011 masih disusun setelah pemilihan Bupati dan Wakil Bupati saat dokumen SDPK/SPKD ini disusun. Untuk ini kajian kebijakan dilakukan atas Dokumen Renstra 2001-2005.
Visi Pemerintahan Daerah Kab. Majene adalah “Terwujudnya Kab. Majene yang memiliki kemandirian dalam tatanan kehidupan masyarakat madani yang agamis dan berbudaya serta berilmu dan berwawasan lingkungan”.
Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, maka misi yang dirumuskan adalah:
1. Meningkatkan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
2. Meningkatkan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keamanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang maha Esa.
3. Mewujudkan peran Pemerintahan Daerah yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat yang professional, berdaya guna, produktif,
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 21
aspiratif, transparan dan bertanggungjawab, serta jauh dari praktek KKN.
4. Memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi terutama pengusaha kecil, kelompok tani/nelayan dan KUB dengan peengembangan system ekonomi kerakyatan yang berbasis pada SDA produktif.
5. Mencapai taraf hidup kesejahteraan rakyat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan memprioritaskan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
6. Menciptakan iklim pendidikan yang bermutu guna mempertegas ahlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan luas, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab serta menguasai iptek.
7. Mengelola potensi daerah yang ditandai dengan kemampuan berkompetisi di pasar global
8. mewujudkan kelestarian sumber daya alam sebagai implementasi kepedulian terhadap lingkungan.
Untuk mewujudkan Visi dan Missi tersebut, Pemda Kab. Majene menetapkan 10 sasaran utama Pembangunan Daerah yakni; (1) Bidang Politik dan Pemerintahan; (2) Bidang Keagamaan; (3) Bidang social budaya; (4) Bidang social ekonomi; (5) Bidang Pendidikan; (6) Bidang Kesehatan; (7) Bidang Kesra; (8) Bidang peranan wanita; (9) Bidang pemuda dan Olahraga; (10) Bidang SDA, Lingkungan dan Penataan Wilayah.
Secara sektoral, program dikelola oleh masing-masing dinas sektoral yang diprioritaskan pada sektor;
a. Pertanian Tanaman pangan (1) Peningkatan ketahanan pangan (2) Peningkatan produksi perkebunan (3) Peningkatan sarana dan prasarana (4) Pemulihan ekonomi dan ketahanan pangan
b. Kehutanan (1) Rehabilitasi hutan dan lahan kritis (2) Perlindungan hutan dan konservasi tanah (3) Optimalisasi fungsi dan pemanfaatan hutan (4) Pemantapan prakondisi pengelolaan hutan (5) Pengembangan SDM dan teknologi kehutanan (6) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 22
c. Pelayanan Kesehatan (1) Peningkatan kualitas pelayaanan kesehatan di rumah sakit (2) Peningkatan sarana dan prasarana (3) Peningkatan kesehatan lingkungan, pemukiman, tempat kerja dan
tempat-tempat umum serta tempat pariwisata. (4) Pemberantasan penyakit menular (5) Pelayanan kesehatan dasar (6) Peningkatan status kesehatan masyarakat (7) Penyuluhan (8) Peningkatan sumberdaya kesehatan
d. Kelautan dan Perikanan (1) Pemberdayaan masyarakat nelayan/petani ikan (2) Pengembangan agribisnis dan agroindustri perikanan berbasis
masyarakat dan potensi local diarahkan pada orientasi pasar diversifikasi produk
(3) Pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan dan menegakkan hukum
(4) Pengembangan jaringan kerjasama antara pemerintah, swasta dalam peningkatan mutu pelayanan dan penyajian informasi yang akurat dan bertanggungjawab dalam bidang kelautan dan perikanan
e. Kesejahteraan Rakyat dan Perlindungan Masyarakat (1) Pengembangan social (2) Bantuan kesra (3) Pelayanan dan rehabiltasi social (4) Pembinaan kesra
Jika dilihat dari focus Kebijakan Pembangunan Daerah di atas,
seharusnya keadaan angka Kemiskinan di Kabupaten Majene sudah berada dibawah 20 %. Namun sampai saat dilakukan Pilkada Langsung pada tahun 2006, jumlah penduduk Miskin menghampiri masih 50 % yang menjadi tantangan Pemerintah berikutnya. Ini menggambarkan bahwa kebijakan tersebut belum sepenuhya berkorelasi dengan meningkatnya derajat kesejahteraan rakyat di Kabupaten Majene.
Dilihat dari focus rencana strategis sesungguhnya sudah mencerminkan keberpihakan pada peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat Miskin. Hanya saja dalam prakteknya belum terjadi perubahan yang signifikan atas derajat kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan tantangan
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 23
strategis Pemerintah kedepan untuk menjadi issue peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat sebagai agenda utama pembangunan Kabupaten Majene.
3. 1. 2. Arah Kebijakan Umum (AKU)
Mencermati issu strategis dan prioritas pembangunan Kabupaten Majene dalam AKU tahun 2006 terlihat dengan jelas bahwa Pemerintah Kabupaten telah memberikan perhatian yang cukup serius terhadap pengurangan kemiskinan. Adapun issu strategis yang dimaksud
1. Jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan dan yang rentan untuk jatuh ke bawah garis kemiskinan masih sangat besar.
2. Masih adanya ketimpangan pembangunan antar wilayah.
3. Tingkat pengangguran terbuka, masih tinggi.
4. Tingkat kesejahteraan sebagian besar tenaga kerja masih rendah.
5. Penduduk Kabupaten Majene masih menghadaoi kesulitan untuk mengakses layanan pendidikan dan kesehatan serta kualitas pelayanan publik masih rendah.
6. Kondisi dan struktur perekonomian yang ada tidak cukup untuk mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
7. Proses desentralisasi masih belum berjalan sepenuhnya.
Sendangkan prioritas pembangunan daerah Kabupaten Majene adalah sebagai berikut :
1. Penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan.
2. Peningkatan kesempatan kerja dan investasi.
3. Revitalisasi pertanian, perikanan, kehutanan dan pedesaan.
4. Peningkatan aksesibilitis dan kualitas pendidikan dan kesehatan.
Prioritas AKU ditahun 2006 dapat dikatakan sudah koheren dengan Renstra yang menjadi acuan dasar Pembangunan, pertanyaannya adalah apakah AKU juga koheren dengan target capaian dan APBD ditahun yang berjalan? Koherensi antara dokumen kebijakan Pembangunan merupakan prastarat untuk mencapai capaian akhir tujuan pembangunan daerah. Hal ini belum tercermin
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 24
dalam AKU 2006 karena target-target capaian belum terumuskan secara jelas dan terukur.
3. 1. 3. Peraturan Daerah (PERDA)
Peraturan daerah merupakan instrumen kebijakan yang memberikan kekuatan hukum untuk menjalankan roda pembangunan daerah. Dalam UU 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mendefinisikan PERDA adalah “ peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh dewan perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama kepala daerah”. Materi utama PERDA sebagaimana diatur dalam pasal 12 UU no 10 tahun 2004 adalah “seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peranturan perundang-undangan yang lebih tinggi”. Mendasari pada definisi dan muatan materi di atas, maka PERDA yang dihasilkan oleh daerah tidak saja mengatur tata laksana kepemerintahan, visi-misi dan komitmen yang ada dari seluruh dokumen perencanaan pembangunan daerah, melainkan juga harus menjadi turunan dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi sehingga koherensi vartikal dan horizontal peraturan perundang-undangan merupakan keniscayaan sebuah peraturan daerah.
Berdasarkan Dokumen Himpunan Peraturan Daerah tahun 2001 – 2005 nampaknya dokumen perencanaan pembangunan daerah belum koheren secara subtansi baik secara vertical maupun horizontal dengan dokumen perencanaan pembangunan. Perda/regulasi yang dihasilkan lebih mengatur hal-hal yang bersifat teknis dan sektoral. Tabel berikut ini menggambarkan Perda yang dimaksud;
TAHUN NOMOR PERDA PRIHAL
2001 No.5 tahun 2001 Pola dasar pembangunan Kab. Majene No.6 tahun 2001 Kedudukan keuangan Kepala Desa & Perangkat
Desa No.7 tahun 2001 Penyusunan APBDesa No.8 tahun 2001 Peraturan Desa No. 9 tahun 2001 Kerjasama Antar Desa No.10 tahun 2001 Lembaga Kemasyarakat di Desa No.11 tahun 2001 Susunan Organisasi pemerintah Desa No.12 tahun 2001 Badan Perwakilan Desa
2002 No.1 tahun 2002 Retribusi biaya cetak peta No.3 tahun 2002 Retribusi pengelolaan hasil hutan non kayu No.6 tahun 2002 Retribusi izin usaha jasa konstruksi
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 25
2003 No.1 tahun 2003 Retribusi izin perubahan penggunaan tanah No. 3 tahun 2003 Retribusi izin kelayakan lingkungan No.8 tahun 2003 Retribusi terminal No.9 tahun 2003 Pembentukan Susunan organisasi & tatakerja
lembaga teknis daerah lingkup Pemda Majene N0.10 tahun 2003 Pembentukan susunan organisasi dan tatakerja
pemerintah kecamatan dan pemerintah kelurahan
No. 14 tahun 2003 Pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah 2004 No.1 tahun 2004 Retribusi penerbitan tanda kebangsaan kapal
dan sertifikat kesempurnaan kapal ukuran isi kotor lebih kecil dari GT.7
No.2 tahun 2004 Pengelolaan usaha industri dan perdagangan No.3 tahun 2004 Retribusi izin usaha industri & perdagangan No.6 tahun 2004 Pedoman pembinaan penyidik pegawai negeri No.7 tahun 2004 Pedoman operasional penyidik pegawai negeri No.8 tahun 2004 Pedoman penyelenggaraan pendidikan penyidik
PNS No.9 tahun 2004 Retribusi pelayanan ketatausahaan No.10 tahun 2004 Usaha kelautan dan perikanan N0.11 tahun 2004 Retribusi izin usaha kelautan dan perikanan No.12 tahun 2003 Usaha angkutan & retribusi izin usaha angk.
Khusus No.13 tahun 2004 Jabatan eselon
2005 No.1. tahun 2005
Petunjuk teknis pelaksanaan perda No.11 tahun 2004
No.2 tahun 2005
Pedoman system dan procedure pengelolaan keuangan daerah
No.3 tahun 2005 Petunjuk teknis perda No.9 tahun 2004 No.4 tahun 2005 Petunjuk teknis pelaksanaan perda No.12 tahun
2004 No.5 tahun 2005 BPD No.6 tahun 2005 Pemerintahan desa No.7 tahun 2005 Penjabaran APBD 2005
Jika ditelaah secara mendalam, kebijakan-kebijakan yang dilahirkan
sebagai Peraturan Daerah (PERDA) yang telah ditetapkan dan dilembar-daerahkan, lebih banyak mengatur tata kelola pemerintahan (Pemda, Kecamatan dan desa), sumber-sumber penerimaan daerah (pajak dan retribusi) dan tata
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 26
kelola sumberdaya alam dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Pertanyaannya adalah apakah kebijakan-kebijakan tersebut memiliki koherensi positif dalam keseluruhan proses penanggulangan Kemiskinan dan pemiskinan, terutama dalam menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak dasar kaum Miskin?
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan yang ada belum sepenuhnya memberikan akses dan arah penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar dasar warga Negara terutama kaum Miskin. Kebijakan yang ada lebih banyak mengatur tatalaksana kewajiban warga Negara atau hak atas partisipasi warga Negara dalam keseluruhan proses pembangunan. Dan ini menjadi suatu tantangan Pemerintah untuk melakukan reformasi dan reorientasi peratuan perundang-undangan daerah agar koherenbaik secara vertical maupun horizontal atas peningkatan derajat kesejahteraan social masyarakat khususnya masyarakat Miskin.
3. 1. 4. Kebijakan Keuangan (Anggaran) Daerah untuk Pembangunan
Instrumen kebijakan yang strategis dan menentukan apakah terjadinya peningkatan derajat kesejahteraan rakyat atau tidak adalah Kebijakan Anggaran Pembangunan Daerah (APBD). Perumusannya dimulai dari aras paling bawah yakni Desa melalui Musyawarah Pembangunan Desa sampai di aras Kabupaten, yang dilengkapi dengan rencana kerja masing-masing dinas dan badan sektoral ditingkat Kabupaten. Dilihat dari proses perumusannya sesungguhnya sudah mencerminkan kondisi dan kebutuhan riil masyarakat dan daerah, namun mengapa belum terjadi perubahan yang siginifikan kualitas derajat kesejahteraan rakyat khususnya masyarakat miskin?
Kebijakan Keuangan Daerah diarahkan untuk mempertahankan keberlanjutan Keuangan Daerah dan memberikan stimulus terbatas sesuai kemampuan atau kapasitas keuangan daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Keuangan Daerah dikelola dengan mengacu pada prinsip-prinsip (1) intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan dan retribusi daerah serta sumber-sumber penerimaan lainnya yang sah, (2) peningkatan efisiensi dan optimalisasi alokasi pengeluaran daerah, serta (3) perbaikan kualitas pengelolaan anggaran. Efisiensi dan efektivitas anggaran yang dimaksud tidak mengurangi kualitas pelayanan publik khususnya yang terkait dengan peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat.
Berikut ini adalah peta anggaran pembangunan daerah yang berjalan di tahun 2005.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 27
a. Peta Anggaran Industri - Perdagangan - Tambang - Energi
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELANJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT) Belanja Aparatur Rp. 860 Jt Pelatihan pembuatan kripik melinjo Rp 8 jt Adum Rp. 784 Jt Pelatihan pembuatan batu bata Rp 15 jt Barang & Jasa Rp 94 Jt Pengemasan makan & minuman Rp 17.5 jt Belanja Modal Rp 411Jt Sumber APBD 2005
b. Peta Anggaran Perikanan & Kelautan
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELANJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT) Belanja Aparatur Rp. 891 Jt Pelatihan keterampilan pengemudian
nelayan Rp 25 jt
Adum Rp. 735 Jt Barang & Jasa Rp 41 Jt Perjalanan Dinas Rp 72 Jt Belanja Modal Rp 155 Jt Sumber: APBD 2005
c. Peta Anggaran Kehutanan & perkebunan
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELAJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT) Belanja Aparatur Rp. 2,01 M Pelatihan dinamika kelompok Rp 18 jt Adum Rp. 1,89 M Pembinaan kebun induk Rp 15 Jt Barang & Jasa Rp 87,3 Jt Sekolah lapang peng. Hama kakao Rp 53 jt Perjalanan Dinas Rp 78 Jt Pelatihan pengend. Hama PBK Rp 53 jt Belanja Modal Rp 120 Jt Pelatihan PRA Rp 10 jt Sumber: APBD 2005
d. Peta Anggaran Koprasi, UKM & Penanaman Modal
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELANJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT) Belanja Aparatur Rp. 763 jt Pelatihan dinamika kelompok Rp 18 jt Adum Rp. 751 jt Pembinaan kebun induk Rp 15 Jt Barang & Jasa Rp 39 Jt Sekolah lapang peng. Hama kakao Rp 53 jt Perjalanan Dinas Rp 85 Jt Pelatihan pengend. Hama PBK Rp 53 jt Belanja Modal Rp 12 Jt Pelatihan PRA Rp 10 jt Sumber: APBD 2005
e. Peta Anggaran Transmigrasi dan tenaga kerja
BELANJA PEGAWAI ALOKASI BELAJA PUBLIK (UNTUK RAKYAT) Belanja Aparatur Rp. 893 Jt Pelatihan dinamika kelompok Rp 18 jt Adum Rp. 868 jt Pembinaan kebun induk Rp 15 Jt Barang & Jasa Rp 40 jt Sekolah lapang peng. Hama kakao Rp 53 jt Perjalanan Dinas Rp 88 Jt Pelatihan pengend. Hama PBK Rp 53 jt Belanja Modal Rp 25 Jt Pelatihan PRA Rp 10 jt Sumber: APBD 2005
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 28
Jika dilihat dari peta anggaran berbagai sektor di atas, menggambarkan bagaimana kebijakan anggaran lebih berorientasi pada pengembangan sumberdaya kerja aparat pemerintah, belum seimbang dengan alokasi untuk pengembangan sumberaya dan teknologi yang terkait langsung dengan produksi itu sendiri. Sehingga ini menjadi salah satu kendala yang perlu diatasi agar produktivitas masyarak dapat lebih ditingkatkan.
Dilihat dari aspek Penerimaan Daerah yang diterima setiap tahunnya dan tercermin dalam APBD menunjukkan jumlah kapasitas atau kemampuan keuangan suatu daerah untuk membiayai setiap pengeluaran pembangunan. Sumber Pendapatan daerah terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) (2) dana perimbangan, (3) Dana Alokasi Khusus dan (4) lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Berikut peta pendapatan daerah dalam 6 tahun terakhir yakni tahun 2001 – 2006.
Keadaan Penerimaan Daerah
15,00%10,00%
5,00%
70,00%
DAUDAKPADLain-lain
Dilihat dari peta kontribusi di atas maka dana APBN merupakan
sumber penerimanaan utama daerah melalui dana alokasi umum 70 % dan dana alokasi khusus 15 % . Sementara dana yang bersumber dari PAD baru sekitar 10 % dari total penerimaan APBD dan sumber lainnya 5 %. Ini menujukkan bahwa pembangunan daerah masih bertumpu pada dukungan keuangan APBN.
Disisi lain juga menunjukkan bahwa belum koherennya kebijakan pembangunan daerah dalam Renstra dengan kebijakan penganggaran yang disusun dalam APBD maupun APBN yang terus meningkat dan berdampak langsung dengan meningkatnya derajat kesejahteraan rakyat.
Peta statistik berikut ini menggambarkan bahwa pelayanan sosial dasar menjadi perhatian utama Pemerintah Daerah;
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 29
5053
51
26 26 26
68 8
23 3
41 4346
0
10
20
30
40
50
60
Billions
Pelayanan Dasar Fasilitas Umum PembangunanEkonomi
Sosial &Keamanan
AdministrasiUmum &
Pemerintahan
BELANJA BIDANG PEMERINTRAHAN KEWENANGAN DAN FUNGSIMajene 2003 P, 2004 P, 2005
Secara umum kebijakan anggaran kalau dilihat dari sisi kewajiban daerah (Pasal 167 ayat (1) UU No.32/2004, mencakup; perlindungan masyarakat, peningkatan kualitas hidup masyarakat peningkatan pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan dan infra struktur umum lainnya dapat dikatakan lebih maju dan berpihak pada peningkatan kesejahteraan rakyat, namun belum terintegrasi dan berkelanjutan atas perlindungan, pemajuan dan pemenuhan hak-hak dasar Masyarakat, khususnya dalam penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. Dan menjadi prioritas Pemerintah kedepan untuk menempatkan issue kemiskinan sebagai dasar perumusan kebijakan daerah berupa peraturan perundang-undangan.
3. 2 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam
Memperhatikan letak geografis dan kondisi alam Kabupaten Majene yang bergaris pantai sepanjang 125 km dan memanjang dari selatan ke utara dengan luas 947,84 km. Struktur wilayah Kabupaten Majene terdiri atas kawasan pesisir, pegunungan dan dataran rendah.
Sesuai dengan potensi sumber daya alam maka secara alamiah pula pembangunan ekonomi Kabupaten Majene bertumpu pada sektor pertanian (tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), perdagangan dan jasa. Hal ini dapat dilihat pada data statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai (54,83%) berasal dari sumbangan sektor pertanian, 11,95% dari sektor perdagangan dan 13,42 dari sektor jasa. Dengan fakta tersebut, PDRB Kabupaten Majene 3 tahun terakhir (tahun 2002 – 2004) rata-rata mencapai 3.132.661 (BPS Kab. Majene 2004)
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 30
Pertanian, 54.83%
Perdangan, 11.95%
Jasa, 13.42%
PertanianPerdanganJasa
Disektor pertanian dan perkebunan komoditi produksi tanaman
pangan, perkebunan, perikanan dan kehutanan menjadi sumber daya potensial yang selama ini menjadi andalan warga, antara lain kelapa sawit, kakao, cengkeh dan vanili.
Jika ditelaah secara mendalam, untuk meningkatkan produktivitas komoditi tersebut ada sejumlah kendala yang harus diselesaikan, terutama terhadap kesuburan tanah, karena topografi dan sifat fisik-kimia tanah yang dimiliki tidak begitu menguntungkan bagi pengembangan komoditas pertanian. Di sisi lain, berdasarkan sifat fisik-kimia tanah yang umumnya terdiri atas bahan induk Ultra Basic, yang dikenal sering berasosiasi dengan berbagai logam berat seperti nikel dan besi, amat tidak menguntungkan bagi pengembangan tanaman pertanian, khususnya tanaman perkebunan. Dengan kondisi fisik lahan seperti itu, Masyarakat dan Pemerintah Daerah perlu melakukan kajian mendalam agar tingkat kesuburuan lahan dapat dipertahankan agar keberlanjutan produkdivitas dapat berkelanjutan.
Kendala lain adalah sarana dan prasarana produksi yang masih terbatas atau relatif minim, teknik dan metode produksi yang masih tradisional, kualitas penanganan pasca panen yang relatif rendah dan pemanfaatan teknologi yang relatif terbatas. Untuk ini diperlukan upaya inovatif agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sebagai komoditi andalan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan yang signifikan bagi keberlanjutan pembangunan daerah dan pemenuhan hak-hak dasar warga.
Disektor perikanan dan kelautan, selama ini menjadi sumber pendapatan warga di Kabupaten Majene, terutama komiditi budidaya laut dan perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat pada sebaran permukiman penduduk yang berada di sepanjang garis pantai 125 km, yang terdiri dari 4 Kecamatan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 31
Kecamatan yang terluas ádalah Malunda dengan luas 643,65 km2 dengan jumlah penduduk 21.810 jiwa. Kecamatan Sendana dengan luas 178,81 km dengan jumlah penduduk 36.450 jiwa. Kecamatan Pamboang, 70,19 km dengan jumlah penduduk 20.733 jiwa dan Kecamatan Banggae dengan luas 55,19 km 58.481 jiwa.
Dari data di atas terlihat bahwa meskipun Kecamatan Malunda yang paling terluas wilayahnya dan yang paling sempit adalah Kecamatan Banggae (ibukota Kabupaten) akan tetapi jumlah penduduknya yang paling padat. Jika dihubungkan dengan banyaknya nelayan pada 4 kecamatan nampaknya dengan kepadatan Kecamatan Banggae berkorelasi langsung dengan banyaknya nelayan sedangkan di Kecamatan Malunda dengan penduduk yang sedikit maka jumlah nelayannya pun hanya sedikit, Nelayan yang ada di Kecamatan Sendana juga cukup banyak bahkan lebih mayoritas dibandingkan dengan 2 kecamatan tersebut tadi.
Dengan sebaran penduduk tersebut, dan jika dikaitkan dengan data analisis Dinas Kelautan dan Perikanan tahun 2003 dan 2004 terhadap produksi perikanan di Kabupaten Majene adalah; ikan bandeng 316,6 ton, Udang 45,4 ton ikan lain-lain, 146,5 ton dengan jumlah keseluruhan 508,5 (tahun 2003), sementara pada tahun 2004 sebanyak; Bandeng 145,9 ton, Udang 33,0 ton dan Ikan lain tidak ada sama sekali, jadi jumlah secara keseluruhan hasil tangkapan berdasarkan jenis sepesis sebanyak 178,9. (data BPS 2004 Kabupaten Majene dalam angka hal.118). Data ini belum memasukkan jenis ikan Tuing yang menjadi andalan warga mampu menghasilkan ikan dalam setahun mencapai 1.100 ton ikan terbang (data Dinas Perikanan Kabupaten Majene 2005) Itu artinya Kabupaten merupakan wilayah produksi perikanan potensial bagai pemenuhan kebutuhan pasokan Ikan di wilayah Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan.
0
100
200
300
400
500
600
BANDENGUDANGIKAN LAINJUMLAH
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 32
Sarana yang digunakan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan adalah mulai dari perahu yang kecil sampai yang paling besar, ada juga yang menggunakan motor tempel dan kapal motor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat data statistik Dinas kelautan dan perikanan yaitu : Jukung sebanyak 2.129, Perahu Kecil 105, Perahu Sedang 113, Perahu Besar 56, Motor Tempel 884 dan Kapal Motor sebanyak 919, berdasakan data tahun 2003. Sedangkan statistic tahun 2004 yaitu; Jukung sebanyak 2.244, Perahu Kecil sebanyak 105, Perahu Sedang sebanyak 113, Perahu Besar sebanyak 56, Motor Tempel sebanyak 937 dan Kapal Motor sebanyak 942. (hal. 120 BPS Majene 2004 )
Sementara jenis alat tangkap yang sering digunakan bagi komunitas nelayan di Kabupaten Majene adalah; Payang sebanyak 290, Pukat Pantai sebanyak 2, Jaring Insan Hanyut 1.618, Saring Insang Lingkar 128 dan Jaring Insang Tetap sebanyak 230, Bagan Perahu sebanyak 12, Pancing Rawat sebanyak 1.803, Pancing yang lain 3.287, Pancing Tonda sebanyak 1.803, Bubu sebanyak tidak ada dan Penangkap lainnya sebanyak 620, berdasarkan data statistik tahun 2003. Sementara data statistik tahun 2004 yaitu; Payang sebanyak 308, Pukat Pantai sebanyak 21, Jaring Insang Hanyut sebanyak 1.628, Jaring Insang Lingkar 128, Jaring Insang Tetap 230, Bagan Perahu 9, Pancing Rawat sebanyak 1.973, Pancing Yang Lain sebanyak 3.287, Pancing Tonda sebanyak 1.803, Bubu tidak ada sama sekali dan Penangkap lainnya sebanyak 620. (hal. 121) data BPS.
Dengan mendasari pada data dan analisis di atas, Produktivitas andalan kedua yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat adalah industri perikanan. Namun jika dilihat dari aspek regulasi berbasis hak-hak dasar, masih belum ditemukan secara khusus kebijakan daerah yang dapat memberikan perlindungan atas keberlanjutan produksi. Ancaman atas masuknya pemilik modal besar dan teknologi terbaru untuk mengeploitasi sumsber daya alam Majene menjadi masalah baru yang bagi Pemerintah Daerah dalam menanggulangi Kemiskinan-Pemiskinan.
3. 3 Kebijakan Pemenuhan Hak-hak Dasar Warga
Di sektor pendidikan misalnya, sarana dan prasarana pendidikan khususnya pendidikan dasar masih relative amat terbatas. Dalam banyak kasus, rasio guru dengan murid atau rasio guru dengan jumlah kelas masih relative rendah. Ketidakmerataan penyebaran sarana dan prasarana pendidikan di berbagai wilayah juga menjadi permasalahan lainnya. Implikasi lebih lanjut dari situasi ini adalah rendahnya kualitas pendidikan yang selanjutnya berdampak lebih jauh terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 33
Dalam kaitan dengan politik anggaran pada sektor pendidikan, belum menggambarkan suatu skenario yang memadai dalam mengatasi masalah pada sektor pendidikan. Demikian pula dalam pengembangan SDM untuk kebutuhan ketenagakerjaan, di masing-masing instansi ataupun dinas belum mencerminkan penguatan SDM. Hal ini dapat dilihat dari sektor-sektor bidang usaha yang terbesar digeluti masyarakat, kurang mendapat perhatian yang memadai dalam pengembangannya, jika dibandingkan analisis SWOT dan rencana strategis RENSTRA dan prioritas aktivitas program.
Dari sisi pendidikan dasar, data menunjukan adanya penurunan jumlah sekolah dari tahun 2003 sebanyak 173 SD menjadi 170 SD tahun 2004, sementara guru dan murid bertambah meskipun tidak signifikan penambahan jika dibanding ketersediaan guru dan murid cukup berimbang, sehingga kualitas pendidikan di kabupaten Majene setingkat SD, seharusnya meningkat pula. Demikian pula halnya dengan pembangunan sektor (hak atas ) kesehatan, (hak atas )pangan, (hak atas) perumahan, (hak atas) rasa aman, (hak atas) kesempatan kerja dan berusaha.
Data statistik Pelayanan Kesehatan atas penyakit menular selama tahun 2003 – 2004 menunjukkan keadaan yang cukup memprihatinkan. Di tahun 2003 penderita Diare mencapai 5.648 jiwa/kasus, Malaria 343 jiwa, dugaan Rabies 95 jiwa/kasus, penderita cacingan 2.099 jiwa, TBC Paru-paru 617 jiwa.kasus, Kusta 86 jiwa/kasus dan penderita typus mencapai 281 jiwa/kasus. Dan pada tahun 2004, penderita Diare mencapai 5.706 jiwa/kasus, Malaria 96 jiwa/kasus, dugaan Rabies 79 jiwa/kasus, penderita Cacingan 2.093 jiwa/kasus, TBC Paru-paru 414, Kusta 97 dan Typus 419. Dari data tahun 2003, 122 orang diantaranya meninggal dan di tahun tahun 2004, 146 orang meninggal. Data berikut ini juga menggambarkan peta statistik keadaan Ibu dan anak di Kabupaten Majene.
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Diare Malaria rabies Cacingan TBC Kusta Typus
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 34
Banyaknya pengunjung pelayanan kesehatan ibu dan anak pada unit-unit pelayanan kesehatan di Kabupaten Majene tahun 2004. Pada tahun 2003 Ibu hamil 3.526, ibu menyusui 2.875, bayi 867, anak para sekolah tidak ada, persalinan ibu bersalin sehat 195, persalinan kelahiran bayi mati 1, lahir hidup 195, lahir mati 28, Banyaknya balita tidak ada, balita ditimbang tidak ada. Data untuk tahun 2004 Ibu hamil 4.222, ibu menyusui 3.124, bayi 3.124, anak para sekolah 1.573, ibu bersalin sehat 3.308, mati 6, lahir hidup 3.334, lahir mati 50, banyaknya balita 14.218, balita ditimbang 9.583. Resiko kematian pada kelahiran cukup meningkat dari tahun 2003 hanya 28,sementara thn 2004 50, angka ini cukup menakutkan bagi Ibu melahirkan,ini persoalan serius jika dilihat dari sisi kesehatan Ibu dan Anak, resiko melahirkan sangat tinggi.
Ibu hamil
Ibu menyu
sui
Bayi
Anak pd usia
seko
lah
Ibu bersalin
sehat
Persalin
an bay
i mati
Lahir
hidup
Lahiir
mati
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
Ibu hamil
\ibu m
enyu
suii
Bayi
anak
para se
kolah
Ibu bersali
n sehat
Persali
nan bay
i mati
lahir h
idup
lahiir
mati
Balita
ditimban
g
0100020003000400050006000700080009000
10000
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 35
Kebijakan anggaran tahun 2003, menunjukkan bahwa pengadaan sarana menjadi prioritas untuk pengadaan fasilitas kendaraan (pengadaan mobil puskesmas dan Motor petugas kesehatan) dan pada tahun 2004 pengadaan 6 mobil puskesmas 21 Motor, ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan masyarakat. Angka statistik HDI Majene memang mengalami perubahan positif sekalipun perlahan. Dalam tiga tahun terakhir trend HDI menunjukkan pergerakan angka dari 64,0 (tahun 2002), 65,7 (tahun 2004) dan 66,9 (tahun 2005). Angka ini akan lebih baik lagi jika kebijakan anggaran pembangunan kesehatan dapat ditingkatkan lagi terutama dalam rangka meningkatkan keterjangkuan/akses pelayanan kesehatan masyarakat di kantong-kantong kemiskinan melalui perluasan dan peningkatan kulaitas pelayann Pusksesmas Pembantu (PUSTU) di setiap Desa.
Dengan mengacu pada data di atas, kebijakan strategis yang perlu dilakukan oleh Pemerintah bersama stakeholder pembangunan kesehatan adalah menata sistem dan kelembagaan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi setiap orang dan bermutu. Kebijakan lainnya adalah dalam jangka panjang agar upaya pemenuhi hak dasar warga miskin atas layanan kesehatan diarahkan pada pengembangan mekanisme perlindungan dan jaminan kesehatan yang bermutu, sebagaimana yang diamanatkan dalam arah kebijakan pembangunan kesehatan adalah mencapai Indonesia Sehat 2010, dan Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Bab III - Kajian Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan 36
BAB IV
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
(SPKD)
Sudah saatnya merubah cara pandang atas kemiskinan yang terjadi dan melihatnya tidak saja dari aspek ekonomi semata melainkan, melihatnya dalam dimensi yang lebih holistik yakni dimensi hak asasi manusia. Cara pandang ini didasari pada analisis kemiskinan dalam Bab II dokumen ini.
Mengapa melihat kemiskinan dari dimensi hak asasi manusia? Karena melalui dimensi ini diyakini bahwa ketidakberdayaannya kaum miskin secara politik, ekonomi dan sosial budaya dapat dipulihkan secara bertahap sehingga mandiri sebagai manusia yang bermartabat . Dengan cara pandang tersebut pula maka paradigma penanggulangan kemiskinan di Majene adalah menempatkan masalah kemiskinan sebagai tantangan bersama para pemangku kepentingan di daerah dan menjadikan penanggulangan kemiskinan berbasis hak-hak dasar warga sebagai pilar utama penanggulangan Kemiskinan di Majene dalam 5 tahun kedepan.
Paradigma ini menjadi dasar pula dilakukannya pembaharuan sistem pelayanan publik secara bertahap dengan berbasiskan pada nilai-nilai lokal dan universal/umum. Nilai-nilai dimaksud adalah;
1. Kaum miskin merupakan stakeholder/pemangku kepentingan utama dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan. Artinya, kaum miskin tidak lagi menjadi kelompok sasaran dan atau objek pembangunan melainkan sebagai pelaku/subjek dalam penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Majene.
2. Menempatkan Pranata Sosial sebagai sistem perlindungan sosial dan pemberdayaan hak-hak kaum miskin. Dengan demikian maka keseluruhan proses penanggulangan
kemiskinan, kebijakan pembangunan, termasuk anggaran pembangunan di Kabupaten Majene berbasiskan pada penghormatan/pemajuan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar warga khususnya kaum miskin.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 37
4.1. Dasar Hukum Penanggulangan Kemiskinan
Mengacu pada paradigma di atas, konstitusi Negara kita (UUD’45) dengan tegas menyebutkan bahwa Negara wajib ”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Dan secara khusus landasan kebijakan Penanggulangan kemiskinan dalam Undang-undang Dasar 1945 yang tertuang dalam beberapa pasal yakni:
1. Pasal 27 ayat 2: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”;
2. Pasal 28 H Ayat 1: “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”,
3. Pasal 28 H Ayat 2: ”Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan”,
4. Pasal 28 H Ayat 3: “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat”,
5. Pasal 28 H Ayat 4: “Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
6. Pasal 31 ayat 1: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan”
7. Pasal 33 Ayat 1: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”
8. Pasal 33 Ayat 2: “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”
Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 38
9. Pasal 33 Ayat 3: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”
10. Pasal 33 Ayat 4: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”
11. Pasal 34: Ayat 1: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
12. Ayat 2: ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.
13. Ayat 3: ”Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan umum”.
Sebagai turunan UUD’45, landasan yuridis yang relevan dengan
kebijakan penanggulangan secara langsung adalah;
1. UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2. Perpres No 7/2004 tantang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
NASIONAL, Bab XVI tentang Penanggulangan Kemiskinan. 3. UU 11/2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional tentang Hak-
hak Sosial, Budaya, dan Ekonomi 4. UU 12/2005 tentang Pengesahan Konvensi Internasional tentang Hak-
hak Sipil dan Politik 5. UU 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia 6. Peranturan Presiden No. 54/2005 tentang Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan. 7. Peraturan Bupati tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Majene 2006 - 20011.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 39
4.2. Tujuan
Mendasari pada paradgima dan kondisi kemiskinan-pemiskinan di Kabupaten Majene, maka kebijakan ini disusun bertujuan untuk meningkatkan derajat kesejahteraan hidup masyarakat Miskin dengan menurunkan jumlah penduduk miskin dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin melalui kebijakan daerah atas penghargaan/pemajuan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin agar dapat menjalani kehidupan yang bermartabat.
4.3. Target
Dengan mendasari pada target penurunan angka kemiskinan dan pengangguran pada dokumen RPJM Nasional dan RPJM Daerah maka target pencapaian kebijakan penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Majene dalam 5 tahun kedepan (2007 – 2012) adalah;
1. Menurunnya jumlah penduduk miskin dari 81.074 (62.53 %) menjadi 10 % dari Jumlah pendudukan Majene tahun 2012.
2. Adanya tatakelola sistem perlindungan dan pemenuhan pangan yang bermutu, terjangkau bagi, dan mandiri.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi kaum Miskin yang bermutu dan terjangkau kaum miskin.
4. Tepenuhinya hak-hak kaum Miskin atas pelayanan pendidikan dasar yang bermutu.
5. Adanya sistem perlindungan dan terbukanya kesempatan hak kaum atas pekerjaan dan berusaha.
6. Terpenuhinya hak kaum miskin atas air bersih dan aman. 7. Adanya sistem pengelolaan SDA yang adil bagi semua warga khususnya
kaum miskin. 8. Terpenuhinya hak kaum miskin atas rasa aman dari tindak kekerasan
dalam berusaha dan hidup. 9. Adanya ruang partisipasi kaum miskin dalam kesleuruhan proses
pembangunan.
4.4. Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Dengan mendasari pada Bab II dan Bab IV dokumen ini, kebijakan strategis/strategi utama Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Majene dalam 5 tahun kedepan adalah penghormatan, perlindungan dan
Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 40
pemenuhan hak-hak dasar kaum Miskin secara bertahap. Untuk mewujudkan strategi utama tersebut ditetapkan 3 pilar utama Penanggulangan Kemiskinan yaitu;
4. 4. 1. Kebijakan Pemenuhan Hak-hak Dasar Kaum Miskin
Memilih dan menjadikan hak-hak dasar sebagai prioritas yang harus dipenuhi untuk menanggulangi kemiskinan adalah sebuah keputusan yang tepat. Hasil PPA dan review kebijakan yang dilakukan menunjukkan bahwa marginalnya kondisi hak-hak dasar kaum miskin adalah sebab utama kemiskinan di Kabupaten di Indonesia, khususnya di Majene.
Dalam waktu lima tahun kedepan Tujuh hak dasar yang menjadi prioritas Kabupaten Majene yang penting dihormati, dilindungi dan dipenuhi untuk menjamin pertumbuhan ekonomi lokal dan demokrasi yang berkelanjutan, yaitu: (1) hak atas keadilan dan kesetaraan gender, (2) hak atas pangan, (3) hak atas kesehatan, (4) hak atas pendidikan, (5) hak atas pekerjaan, (6) hak atas tanah dan (7) hak atas rasa aman. Ketujuh hak-hak dasar tersebut merupakan hak dasar sosial ekonomi yang melengkapi hak dasar budaya dan politik yang akan dicapai melalui proses yang transparan, akuntable, partisipatif, dan demokratisasi.
(1) Kebijakan Hak atas keadilan dan kesetaraan Gender
Kebijakan penghormatan dan perlindungan hak atas keadilan dan kesetaraan gender adalah wujud affirmative action pemerintah Kabupaten Majene untuk menghapus kesenjangan/ketidakadilan gender dan diskriminasi gender yang menjadi salah satu sebab terjadinya kemiskinan dan pemiskinan. Untuk ini kebijakan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar perempuan tanpa diskriminasi mencakup (1) Memperluas akses dan kesempatan kaum perempuan/pengembangan kebijakan responsif gender. (2) Meningkatkan sistem perlindungan kekerasan terhadap perempuan berbasis keadilan dan kesetaraan gender, (3) Peningkatan alokasi anggaran untuk pemberdayaan perempuan (4) Memperkuat pranata sosial/kelembagaan masyarakat sebagai bagian dari peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan dalam keseluruhan proses pembangunan.
(2) Kebijakan Hak atas Pangan
Perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan bagi keluarga masyarakat miskin adalah suatu keniscayaan. Kebijakan ini dimulai dari (1) Diversifikasi komoditi pangan melalui kebijakan yang diarahkan pada perluasan areal produksi pangan dan jenis komoditi pangan termasuk
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 41
penyempurnaan sistem penyediaan dan distribusi pangan yang dapat dijangkau masyarakat miskin, (2) Penguatan pranata sosial/kelembagaan masyarakat sebagai upaya perlindungan ketahanan pangan kaum miskin secara mandiri melalui kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kapasitas kelembagaan pendukung ketahanan pangan berbasis masyarakat, dan (3) Peningkatan kapasitas keluarga masyarakat miskin melalui penataan sistem kewaspadaan dini atas rawan gizi dan rawan pangan.
(3) Kebijakan Hak atas Kesehatan
Perlindungan dan pemenuhan hak keluarga masyarakat miskin atas kesehatan mencakup (1) Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan. (2) Penguatan pranata sosial/kelembagaan masyarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat miskin, dan (3) Peningkatkan pengetahuan dan kapasitas keluarga masyarakat miskin melalui penyuluhan-penyuluhan pola hidup sehat dan mandiri atas masalah kesehatan masyarakat miskin seperti TBC, malaria, gizi buruk, lingkungan hidup sehat, dan akses pelayanan kesehatan reproduksi, dan (4) Peningkatan kualitas asupan gizi bagi balita dan ibu hamil.
(4) Kebijakan Hak atas Pendidikan
Perlindungan pemenuhan hak keluarga masyarakat miskin atas pendidikan yang bermutu dan tanpa diskriminasi gender. Kebijakan ini mencakup (1) Penyediaan alokasi khusus dana pendidikan dasar (SD sampai dengan SMA) untuk keluarga miskin (asuransi pendidikan) tanpa diskriminasi gender. (2) Penguatan pranata sosial/kelembagaan masyarakat melalui peningkatan partisipasi masyarakat untuk penyelenggaraan pendidikan alternatif. (3) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas dan terjangkau keluarga masyarakat miskin. Dan (3) Penguatan sistem perlindungan sosial bagi kelompok rentan atas pendidikan khusus bagi anak-anak dengan kemampuan berbeda (diffable), pekerja anak dan anak jalanan tanpa diskriminasi gender.
(5) Kebijakan Hak atas Pekerjaan dan Berusaha
Penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak keluarga masyarakat miskin atas pekerjaan dan berusaha mencakup (1) Memperluas kesempatan keluarga miskin melalui kebijakan yang menjamin peningkatan akses masyarakat miskin terhadap kesempatan kerja dan mengembangkan usaha-usaha produktif sesuai dengan kapasitasnya. (2) Penguatan kapasitas pengetahuan kewirausahawan masyarakat miskin. (3) Perlindungan dan pemenuhan hak Keluarga Miskin atas sumber-sumber
Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 42
ekonomi produktif, serta (4) Mengembangkan kemitraan usaha produktif keluarga miskin dengan mitra bisnis menengah dan besar secara adil dan mandiri.
(6) Kebijakan Hak atas Tanah
Perlindungan dan pemenuhan hak atas pengelolaan tanah (perorangan dan komunal) mencakup (1) Deregulasi yang menjamin perlindungan dan kesempatan keluarga Miskin mendapatkan kepastian hukum hak atas tanah dan tanpa diskriminasi gender. Untuk ini pemerintah daerah akan mengembangkan sistem redistribusi tanah secara adil dan tanpa diskriminasi. (2) Memperkuat pranata sosial/kelembagaan masyarakat untuk pengelolaan sumberdaya komunal (tanah adat) melalui peningkatan peranserta lembaga-lembaga adat dalam pengelolaan lahan produktif untuk peningkatan kesejahteraan warga khususnya keluarga miskin. (3) Peningkatan kapasitas keluarga masyarakat miskin khususnya peningkatan pengetahuan masyarakat miskin tentang aspek hukum pertanahan dan tanah ulayat, serta (4) Peningkatan sistem perlindungan sosial dan keluarga masyarakat miskin dengan pengembangan mekanisme perlindungan terhadap hak atas tanah bagi kelompok rentan.
(7) Pemenuhan Hak atas Rasa Aman
Perlindungan dan pemenuhan hak atas rasa aman bagi keluarga masyarakat miskin mencakup (1) Peningkatan sistem perlindungan dan kebijakan atas rasa aman bagi masyarakat miskin, (2) Meperkuat pranata sosial/kelembagaan masyarakat sebagai bagian dari sistem perlindungan hak atas rasa aman, serta (3) Memperkuat sistem perlindungan sosial bagi keluarga masyarakat miskin khususnya masyarakat rentan, perempuan, pekerja anak dan anak jalanan dari ancaman perdagangan manusia.
4. 4. 2. Reformasi Sistem Pelayanan Publik
Penghapusan kemiskinan merupakan tujuan utama dari pembangunan sebagaimana amanah konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 yang dengan jelas menyatakan kehendak tersebut. Untuk memastikan tercapainya tujuan tersebut maka reformasi sistem pelayanan publik merupakan keniscayaan. Hasil PPA dan review kebijakan pembangunan dan program penanggulangan kemiskinan salah satu sebab lainnya yang harus ditata adalah kualitas pelayanan pubik khususnya terkait dengan perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar warga seperti sektor pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik sektor administrasi kewarganegaraan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 43
Dalam hal ini pelayanan public tidak hanya dikaitkan dengan urusan administrasi kewarganegaraan dan urusan birokrasi pelayanan masyarakat, melainkan pelayanan public harus dikaitkan dengan pemenuhan hak-hak dasar warga Negara. Itu artinya pelayanan public akan sangat berpengaruh terhadap penghapusan dan atau pengentasan kemiskinan.
Ada dua hal mendasar yang dapat menjadi prioritas reformasi pelayanan publik adalah; (i) penataan sistem informasi publik dan data based pembangunan/kemiskinan, dan (ii) restrukturisasi birokrasi pelayanan publik dan sistem pengelolaan aset daerah dengan menetapkan standar pelayanan minimum.
4. 4. 3. Kebijakan Anggaran Berbasis Hak-hak Warga
Hasil review kebijakan pembangunan khususnya kebijakan anggaran pembangunan (APBD)Kabupaten Majene, menunjukkan bahwa 85 % dana APBD terserap untuk belanja rutin, sedangkan belanja pembangunan hanya 15 % dan secara spesifik alokasi anggaran yang terkait langsung dengan pemenuhan hak-hak dasar warga hanya 7 – 10 % dari total APBD.
Dengan mendasari pada hasil kajian tersebut maka sebagai wujud komitmen Pemerintah Daerah untuk penanggulangan kemiskinan adalah restrukturisasi alokasi anggaran (APBD) dengan prioritas utamanya adalah pemenuhan hak-hak dasar warga yakni hak atas pendidikan, kesehatan, pangan, rasa aman, dan hak atas pekerjaan. Untuk ini dimulai dari APBD tahun 2008, alokasi anggaran pembangunan khususnya pemenuhan hak-hak dasar warga antara 25 sampai dengan 30 % dari total APBD.
Tiga pilar utama ini tidak saja menjadi landasan kebijakan Penanggulangan kemiskinan, juga sebagai salah satu landasan kebijakan Pembangunan Kabupaten Majene melalui Perda Nomor 7 tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2006 – 2011 secara holistik untuk memperkuat kelembagaan sosial, politik, ekonomi dan budaya masyarakat, serta perluasan ruang partisipasi masyarakat miskin dan keluarganya.
Strategi Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan ini secara lengkap akan dijabarkan dalam rencana aksi daerah sebagai bagian tak terpisahkan dari dokumen ini.
Bab IV - Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Daerah 44
BAB V
RENCANA AKSI PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Setelah suksesnya Pemilihan Bupati Langsung sebagai bagian dari
demokrasi daerah dan wujud reformasi sistem Politik di Daerah, maka sejalan dengan itu, pemerintah daerah Kabupaten Majene juga mulai melakukan upaya-upaya reformasi dibidang pelayanan publik terutama upaya penanggulangan Kemiskinan sebagai wujud dari Visi, Missi dan “Kontrak Politik” Bupati terpilih dalam Pilkada di Kabupaten Majene.
Dokumen SDPK/SPKD dan rencana Aksi SDPK/SPKD ini akan menjadi kebijakan dasar Pemerintah Kabupaten Majene untuk Penanggulangan Kemiskinan secara bertahap dan terfokus. Dalam hal ini kebijakan Penanggulangan Kemiskinan diarahkan pada pemajuan/penghormatan, perlindungan dan pemenuhan (selanjutnya disebut Program) (1) hak atas keadilan dan kesetaraan gender, (2) hak atas pangan, (3) hak atas kesehatan, (4) hak atas pendidikan, (5) hak atas pekerjaan dan berusaha, (6) hak atas tanah, dan (7) hak atas rasa aman.
Secara umum Program Penanggulangan kemiskinan dalama 5 tahun kedepan bertujuan untuk meningkatkan derjata kesejahteraan masyarakat dan atau menurunkan/memperkecil jumlah masyarakat Miskin secara kuantitas mencapai 10 % dari jumlah penduduk Majene pada tahun 2012 dengan indikator-indikator yang terukur.
5. 1. Hak atas Keadilan dan Kesetaraan Gender
Tujuan
1. Meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender atas marginalisasi hak-hak kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
2. Adanya kebijakan yang menjamin penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar perempuan sama dengan laki-laki.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan Bupati tentang sistem Penguatan Kapasitas Perempuan sebagai Aktor Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Keluarga.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 45
2. Peraturan Daerah (PERDA) yang menjamin kebijakan daerah berbasiskan pada nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender.
3. Kebijakan yang menjamin pelayanan publik tidak diskriminatif terhadap kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
4. Kebijakan yang menata organisasi dan usaha kaum perempuan.
Dampak (outcome)
1. Meningkatnya kapasitas perempuan dan partisipasinya dalam pemenuhan hak-hak dasarnya atas keseluruhan proses pembangunan daerah dan kesejahteraan keluarga.
2. Kebijakan (Peraturan Daerah, dan Peraturan Bupati) yang dikeluarkan menghormati nilai-nilai keadilan dan keseteraan gender berdasarkan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Indeks Keberdayaan Gender (IKG)
3. Pelayanan publik (semua sektor) terjangkau dan tidak diskriminatif terhadap kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
4. Organisasi Perempuan yang aktif dalam keseluruhan proses pembangunan daerah
5. 2. Hak atas Pangan
Tujuan
Meningkatkan ketersediaan pangan dan gizi masyarakat miskin khususnya kaum perempuan, bayi/balita dan anak-anak usia sekolah dasar.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan Daerah yang menjamin sistem katahanan pangan Warga berbasiskan sumberdaya dan pranata sosial Lokal
2. Revitalisasi Produksi Pangan berbasiskan potensi pangan Lokal
3. Pemberdayaan Petani tanaman pangan Lokal
Dampak (outcome)
1. Sistem Katahan Pangan Warga yang berbasiskan sumberdaya dan pranata sosial Lokal (tapang, sikalulu/sirondo-rondoang/makalompok)
2. Kemandirian Pangan Warga berbasiskan produksi pangan Lokal
3. Keberdayaan Petani produkksi pangan dalam memajukan dan memenuhi hak atas pangan untuk kemandirian pangan Lokal
Bab V - Rencana Aksi Penanggulangan Kemiskinan Daerah 46
5. 3. Hak atas Kesehatan
Tujuan
Melindungi dan memenuhi hak dasar masyarakat miskin atas layanan kesehatan yang bermutu.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan Daerah tentang Majene Sehat 2020
2. Pemberdayaan Masyarakat dibidang kesehatan (Peraturan Bupati sebagai turunan dari PERDA Maneje Sehat 2020)
3. Program Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau melalui sistem perlindungan kesehatan masyarakat miskin
4. Program Peningkatan kualitas gizi ibu hamil, Ibu menyusui, bayi dan anak balita
5. Tataruang permukiman masyarakat Miskin yang sehat, bersih dan berkelanjutan berbasiskan sumberdaya dan kemandirian warga
Dampak (outcome)
1. Kebijakan yang menjamin akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang berkualitas dan terjangkau.
2. Berdayanya kemandirian masyarakat dalam kesehatan keluarga secara berkelanjutan
3. Berdayanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, dan murah bagi semua masyarakat miskin.
4. Meningkatnya derajat kesehatan dan produktivitas nasyarakat miskin.
5. 4. Hak atas Pendidikan
Tujuan
Memenuhi hak masyarakat miskin untuk memperoleh layanan pendidikan yang bebas biaya dan bermutu, tanpa diskriminasi gender.
Sasaran Kebijakan
1. Kebijakan Daerah yang menata sistem Pendidikan dan pengembangan sumberdaya manusia dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi berbasiskan nilai-nilai lokal dan universal untuk peningkatan produktivitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 47
2. Peraturan Bupati tentang Pengembangan/Peningkatan Prasarana dan sarana Pendidikan yang terjangkau dan berkualitas sampai ke daerah terpncil dan pedalaman.
3. Peraturan Bupati tentang standar kopetensi Guru mulai dari sekolah Dasar sampai dengan Menengah atas berbasiskan standar regional dan nasional
4. Peraturan Bupati tentang Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah berbasiskan nilai-nilai budaya bangsa dan sumberdaya alam Lokal
5. Pemberdayaan organisasi masyarakat/stakeholder pendidikan.
6. Peningkatan Kapasitas dan strata Satuan Pendidikan sampai perguruan Tinggi berbasiskan standar Pendidikan Nasional .
Dampak (outcome)
1. Sismtem Pendidikan yang berbasiskan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Majene tanpa diskriminasi RAS, Gender, dan Status Sosial Ekonomi dengan Semboyan: PENDIDIKAN UNTUK SEMUA WARGA MAJENE.
2. Prasarana dan Sarana Pendidikan terjangkau dan berkualitas untuk senua warga masyarkat sampai ditingkat daerah terpencil/pedalaman.
3. Pengembangan Kurikulum Pendidikan berbasiskan nilai-nilai budaya bangsa dan sumberdaya alam Lokal.
4. Berdayanya organisasi pendidikan; Komite sekolah dan dewan pendidikan dalam memajukan dan memenuhi hak atas pendidikan semua warga Majene
5. Kota Kabupaten Majene menjadi Pusat Pendidikan/ "Kota Pelajar" Wilayah Sulawesi Barat.
5. 5. Pemenuhan Hak atas Pekerjaan
Tujuan
Memenuhi hak masyarakat miskin atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak.
Sasaran Kebijakan
1. Peraturan daerah tentang sistem perlindungan hak-hak pekerja dan kesempatan berusaha.
Bab V - Rencana Aksi Penanggulangan Kemiskinan Daerah 48
2. Pemberdayaan para pekerja produktiv dan kelompom usaha kecil/menengah dan sektor informal
3. Penguatan organisasi para pekerja produktif 4. Penguatan organisasi kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat
miskin
Dampak (outcome)
1. Sistem perlindungan hak atas pekerjaan dan kesempatan berusaha yang berbasiskan pranata ekonomi rakyat dan pertumbuhan ekonomi lokal
2. Berdayanya pekerja produktiv dan kelompok usaha sektor informal dan kecil/menengah sebagai pilar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan daerah.
3. Organisasi Para Pekerja produktif berkembang dan menjadi pranata sosial pembangunan daerah.
4. Kelompok usaha ekonomi masyarakat miskin berkembang dan menjadi pranata ekonomi pembangunan daerah.
5. 6. Pemenuhan Hak atas Tanah
Tujuan
Menjamin dan melindungi hak perorangan dan komunal atas tanah
Sasaran Kebijakan
1. Pemberdayaan masyarakat/keluarga Miskin dalam pengelolaan sumberdaya lahan/tanah untuk produktivitas pertanian
2. Reformasi agraria untuk kemajuan keadilan sosial bagi masyarakat miskin
3. Pemberdayaan Pranatasosial dalam mengelola sumberdaya tanah komunal untuk keadilan sosial dan ekonomi masyarakat Miskin.
Dampak (outcome)
1. Keberdayaan masyarakat miskin atas pengelolaan tanah sebagai sumber produktivitas ekonomi dan sosial
2. Sistem kepemilikan tanah komunal dan perseorangan khususnya bagi masyarakat Miskin
3. Keberdayaan pranata sosial dalam pengelolaan hak atas tanah komunal sebagai sumber produktivitas ekonomi dan sosial.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 49
5. 7. Pemenuhan Hak atas Rasa Aman
Tujuan
Memenuhi hak masyarakat miskin atas rasa aman dari gangguan keamanan, tindak kekerasan dan konflik.
Sasaran Kebijakan
1. Sistem dan mekanisme perlindungan masyarakat Miskin atas ancaman kekerasan; ekonomi, politik, sosial, dalam rumah tangga, dan kriminal.dalam berusaha dan bekerja.
2. Partisipasi pranata sosial dalam melindungi dan memenuhi hak warga atas rasa aman dari ancaman kekerasan; ekonomi, politik, sosial, dalam rumah dan kriminal.
Dampak (outcome)
1. Terciptanya tatapemerintahan yang mampu melindungan hak masyarakat dari ancaman kekerasan (ekonomi, sosial, politik,dlam rumah tangga dan kriminal)
2. Berdayanya social security system/sistem perlindungan sosial masyarakat miskin
3. Berdayanya kelembagaan/pranata sosial dan ekonomi masyarakat miskin
Bab V - Rencana Aksi Penanggulangan Kemiskinan Daerah 50
BAB VI
MEKANISME PELAKSANAAN SPKD
Pelaksanaan secara keseluruhannya dilakukan oleh stakeholder
pembangunan yang terdiri dari Masyarakat Sipil, Masyarakat Politik, dan masyarakat Bisnism karena masalah kemiskinan yang multi dimensi ini tidak saja menjadi tangguangjawab Pemerintah daerah dan DPRD melain sudah menajdi tanggung jawab seluruh stakeholder pembangunan. Terkait dengan hal tersebut, Bab ini akan mengatur tata laksana kerja para stakeholder pembangunan atas dokumen SPKD sesuai dengan fungsi dan kapasitas masing-masing.
6. 1. Prasyarat Pelaksanaan SPKD
Secara programatik SPKD akan dituangkan dalam Rencana Aksi SPKD yang dijalankan secara periodik dengan mendasari prasyarat sebagai berikut.
1). Adanya konsensus bersama antara stakeholder pembangunan untuk menanggulangi kemiskinan di Kabupaten Majene yang didukung oleh Pemerintah Provinsi dan Pemerintah “Pusat” untuk melaksanakan secara konsisten peraturan daerah dan kebijakan daeran termasuk perundang-undangan yang mengatur tentang penghargaan, pemenuhan dan perlindungan hak-hak dasar kaum miskin, dan membatalkan peraturan dan kebijakan daerah termasuk perundang-undangan yang bertentangan dengan pemenuhan hak-hak dasar kaum miskin.
2). Adanya Komitmen bersama dari pemerintah daerah dengan dewan perwakilan daerah Majene..
3). Adanya Komitmen dan keinginan pemerintah baik pemerintah daerah dengan pelaku usaha dan berbagai pihak untuk menghapuskan berbagai bentuk penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme, pungutan liar, penggusuran paksa dan marginalisasi hak baik dengan dengan tindak kekerasan maupun tidak.
6. 2. Kelembagaan Pelaksanaan Rencana Aksi SPKD
Penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan hak-hak dasar memerlukan pemihakan dari organisasi dan lembaga pemerintah mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten. Sementar tingkat provinsi dan pemerintah
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 51
pusat diharapkan memberikan dukungan struktural untuk menghargai, melindungi dan memenuhi hak-hak dasar masyarakat. Dengan mendasari Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 412.6/3186/SJ perihal Tindak Lanjut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Majene tahun 2006 tentang pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD), maka yang menjadi pengendali implementasi kebijakan dasar penanggulagan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam dokumen SPKD ini adalah TKPKD Kabupaten Mejene. Dan sebagai implemntator program sepenuhnya dijalankan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Majene (Dinas-dinas sektoral sesuai dengan nomenklatur/tupoksi masing-masing).
TKPKD Kabupaten Majene adalah forum lintas sektor dan lintas pelaku sebagai wadah koordinasi dan sinkronisasi strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penanggulangan kemiskinan yang berkedudukan di ibu kota Kabupaten dan bertanggung jawab kepada Bupati.
Tugas utama TKPKD Kabupaten Majene adalah melakukan koordinasi kerja antar sektor dan lintas pelaku, harmonisasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, dan pengendalian atas seluruh kebijakan dan program penanggulangan Kemiskinan di daerah Kabupaten Majene baik dilakukan oleh Pemerintah daerah dan Pusat, Dunia Usaha, dan Kelompok Masyarakat Sipil.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, TKPKD Kabupaten Kabupaten Majene memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten/Kota.
2. Peningkatan responsivitas, akuntabilitas dan efektivitas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sesuai karakteristik dan potensi lokal.
3. Pengendalian atas :
a. Kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten/Kota; dan
b. Perkembangan kondisi kemiskinan di Kabupaten/Kota.
Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan SPKD 52
6. 3. Fungsi Pelaksana SPKD
Pelaksanaan Dokumen SPKD yang terdiri dari berbagai stakeholder ini dapat dirumuskan fungsinya sebagai berikut;
(1) Pemerintah Provinsi
Ada 4 peran Pemerintah provinsi dalam mendukung pelaksaaan SPKD di Kabupaten Majene;
1. Menetapkan kebijakan dan regulasi yang mendukung pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin,
2. meningkatkan jumlah dan mutu pelayanan dasar sesuai standar nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah (SPM),
3. Mendorong kemitraan di aras Provinsi dalam penanggulangan kemiskinan.
4. Bersama pemerintah kabupaten Majene dan Kabupaten lainnya dalam wilayah Sulawesi Barat menetapkan prioritas dan target pencapaian penanggulangan kemiskinan daerah.
5. Melakukan supervisi dan pemantauan tentang pencapaian dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
6. Menempatkan dokumen SPKD Kabupaten Majene sebagai bagian integral dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.
7. Meningkatkan pemanfaatan data kuantitatif dan kualitatif sebagai acuan dalam diagnosa kemiskinan dan perumusan kebijakan ditingkat Provinsi dan Nasional
(2) Pemerintah Daerah Kabupaten Majene
Peran utama yang harus dijalankan oleh Pemerintah kabupaten memastikan dokumen SPKD sebagai salah satu acuan dasar kebijakan pembangunan Mejene dalam 5 tahun kedepan. Peran lainnya adalah;
1. Merengintegrasikan isi dokumen SPKD dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah setiap tahunnya melalui rencana-rencana kerja dinas, badan dan kantor.
2. Memfasilitasi dan atau mediator bagi pelaku pembangunan lain untuk berpartisipasi aktif dalam penanggulangan kemiskinan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 53
3. Melakukan pembaharuan tata pemerintahan dan reformasi birokrasi di daerah sebagai upaya peningkatan pelayan publik bagi masyarakat Miskin.
4. Bersama DPRD memprioritaskan anggaran dan sumberdaya guna mencapai tujuan dan sasaran penanggulangan kemiskinan secara bertahap dalam APBD dan Peraturan-peraturan daerah..
5. Menciptakan lingkungan yang mendukung melalui penetapan peraturan daerah tentang penanggulangan kemiskinan.
6. Meningkatkan pemanfaatan data kuantitatif dan kualititatif sebagai acuan dalam diagnosa kemiskinan dan perumusan kebijakan,
7. Melakukan survei tiga bulanan, survei enam bulanan dan survei tahunan tentang jumlah dan mutu pelayanan pemerintah dalam pemenuhan hak-hak dasar seperti layanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan sanitasi, air bersih dan sebagainya.
8. Melakukan sosialisasi, diseminasi dan kampanye tentang tujuan dan sasaran penanggulangan kemiskinan.
9. Memasukkan pemecahan masalah kemiskinan sebagai dasar penilaian laporan pertanggung jawaban pimpinan daerah.
10. Mengembangkan dialog dan jejaring sebagai pembelajaran melalui pengembangan e-government, penyebaran lewat website, dan peran asosiasi.
(3) Pelaku Usaha
Peran Pelaku usaha dalam penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat ruang dan akses lapangan kerja dan berusaha bagi kaum miskin.
2. Meningkatkan pertanggungjawaban sosial dalam berbagai bentuk (beasiswa, pengembangan masyarakat, dukungan kepada lembaga pendidikan dan penelitian)
3. Mengembangkan semangat kewira-usahawan bagi kelompok masyarakat Miskin sebagai salah satu pilar ekonomi daerah.
4. Bersama Pemerintanh Daerah dan stakeholder lainnya mengembangkan iklim usaha yang berpihak pada masyarakat miskin.
Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan SPKD 54
(4) Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Profesi dan Perguruan Tinggi
Lembaga-lembaga non pemerintah sebagai salah satu stakeholder juga sangat berperan strategis dalam pelaksanaan dokumen SPKD ini. Untuk ini peran yang dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga non pemerintah adalah;
1. Memperkuat kapasitas organisasi kaum miskin (pendampingan) bagi kelompok miskin, kaum perempuan, anak-anak, kelompok marjinal lainnya yang seringkali tidak terwakili atau tidak cukup memiliki sumberdaya untuk memperjuangkan hak-haknya.
2. Advokasi kebijakan dan program bagi keluarga masyarakat miskin dalam negosiasi langsung dengan para pengambil keputusan dan bantuan perlindungan hukum.
3. Memfasilitasi peningkatan kapasitas pengetahuan masyarakat miskin agar mereka dapat hidup mandiri.
4. Memfasilitasi organisasi masyarakat untuk melakukan kontrol sosial terhadap kinerja dan mutu layanan dasar yang dilakukan oleh pemerintah dan pelaku usaha.
5. Mendorong keterbukaan pemerintah dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pengelolaan anggaran.
6. Memantau, mengawasi dan melakukan evaluasi kritis terhadap pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan Kemiskinan yang dijalankan oleh para stakeholder daerah.
7. Bersama dengan pemerintah, mengembangkan dan mendorong pelembagaan forum warga dan forum lintas pelaku sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 55
Bab VI - Mekanisme Pelaksanaan SPKD 56
BAB VII
SISTEM PEMANTUAN DAN EVALUASI
Untuk memastikan rencana aksi penanggulangan kemiskinan berjalan sesuai dengan dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), maka perlu disusun pulan sebuah sistem pemantuan dan evaluasi berbasiskan dokumen SPKD. Sistem pemantuan dan evaluasi atau dengan kata lain sosial audit juga dimaksudkan sebagai instrumen pendukung dalam penataan sistem data based Kemiskinan dan pembanguna Kabupaten Majene nantinya. Bab ini terdiri dari; Prinsip-prinsi pemantauan dan evaluasi, Mekanisme dan prosedur Pemantuan dan evaluasi, Organisasi dan kelembagaan kerja pemantuan dan evaluasi, Koherensi Hasil pemantauan dan evaluasi dalam Sistem Perencanaan dan pengaagaran, dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan pemantau dan evaluasi.
7. 1. Prinsip-Prinsip
Secara prinsipal, sistem pemantuan dan evaluasi kebijakan penanggulangan kemiskinan didasarkan pada nilai-nilai; kejujuran dan kebenaran. Nilai-nilai tersebut mensyarakat harus dipenuhinya 7 prinsip pemantuan dan evaluasi.
1) Transparan
Sistem pemantauan dan evaluasi dilakukan secara terbuka, luas, dan mudah diakses oleh masyarakat terutama kaum miskin.
2) Akuntabel Seluruh hasil pemantauan dan evaluasi harus disampaikan kepada masyarakat, pemerintah, dan wakil-wakil rakyat di DPRD secara resmi dan bertanggungjawab.
3) Partisipatif Keseluruhan proses pemantuan dan evaluasi dilakukan berbasiskan partisipasi masyarakat khususnya kaum miskin.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 57
4) Obyektif Dalam menggali dan mengolah informasi hasil pemantauan dan evaluasi dilakukan secara benar dan objective dengan berdasarkan pada data yang lengkap dan akurat agar.
5) Berkelanjutan dan mandiri. Sistem pemantuan dan evaluasi harus dapat berkelanjutan dan independen/mandiri atas intervensi semua stakholeder/pemangku kepentingan program penanggulangan kemiskinan.
6) Berbasis indikator Lokal dan nasional. Sistem pemantauan dan evaluasi dibangun dengan mendasari pada indikator lokal dan nasional sebagai alat ukur pencapaian target dan dampak program bagi masyarakat.
Selain enam prinsip di atas yang menjadi dasar pemantauan dan evaluasi, juga ada safeguarding sebagai instrumen pendukung kerja Pokja Pemantauan dan Evaluasi yang meliputi: (1) Adanya sistem transparansi dan penyebarluasan informasi yang seluas-luasnya; (2) Adanya penanganan pengaduan masyarakat; (4) Adanya mekanisme verifikasi independen atas laporan; dan (5) Adanya mekanisme pelibatan berbagai komponen masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan program.
7. 2. Tatalaksana Pelaksanaan Pemantauan
7. 2. 1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi didasari pada indikator sosial ekonomi lokal yang mennggambarkan dampak dan kondisi keluarga masyarakat miskin atas penghormatan, perlindugan dan pemenuhan hak-hak dasar. Data dan informasi diperoleh melalui (1) Laporan rutin para pelaku program penanggulangan kemiskinan; dinas sektoral dan lembaga-lembaga yang terlibat dan menjadi mitra pemerintah Kabupaten Majene dalam program penanggulangan kemiskinan. (2) Laporan reguler Kantor Badan Pusat Statistik. (3) Sosial audit yang dilakukan oleh masyarakat; perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat dan lembaga-lembaga penelitian; (4) Investigasi dan pemberitaan media massa; dan (5) Pengaduan masyarakat atas pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.
7. 2. 2. Pelaksana Pemantauan dan Evaluasi
Untuk menjalankan pemantauan dan evaluasi program Penanggulangan Kemiskinan, akan dibentuk satu Kelompok Kerja yang terdiri dari wakil unsur masyarakat, wakil unsur pemerintah, wakil unsur perguruan tinggi, wakil unsur
Bab VII - Sistem Pemantauan dan Eavaluasi 58
kaum miskin dan wakil unsur kelompok bisnis. Pokja ini dibentuk oleh SK Bupati dan langsung bertanggungjawab kepada Bupati. Sebagai mitra kerjanya adalah Kaum miskin, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Bawasdakab, BPKP, KPK, Bappeda, dinas-dinas sektoral dan DPRD.
Selain Kelompok Kerja Pemantaian dan Evaluasi, program SPKD ini juga pantau dan evaluasi secara internal oleh Bawasda, DPRD, dan instansi pengawasan fungsional lainnya.
Untuk pendataan, Badan Pusat Statistik Kabupaten akan berfunsi sebagai koordinator Kelompok Kerja bidang Data dan Informasi yang bertugas untuk memperbaharuai data based baik data makro maupun data mikro dengan mengacu pada hasil pemantuan dan evaluasi yang disampaikan oleh Pokja Pemantauan dan Evaluasi.
Selain dibentuk Pokja Pemantauan dan Evaluasi juga disediakan ruang partisipasi masyarakat dalam melakukan pemantauan dan evaluasi secara independen. Laporan hasilnya menjadi masukan utama bagi Pokja Pemantauan dan Evaluasi.
Hasil pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Pokja dan masyarakat akan dibahas dalam Forum Masyarakat secara reguler sebagai bentuk akuntabilitas kerja Pokja dan kelompok independen atas pelaksanaan program SDPK. Dan hasil hasil pembahasan dalam forum tersebut menjadi dasar Pemerintah Daerah dan DPRD untuk merumuskan kebijakan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan untuk tahun berikutnya.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 59
BAGAN TATALAKSANA PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Forum Akuntabilitas SDPK oleh
TKPKD
Konsolidasi Hasil Pemantauan dan Evaluasi internal. - Pokja
Pemantauan/Eva - Badan2 Pengawasan
Pemantuan oleh Pokja dan Instansi Pengawasan PEMDA
Konsolidasi Hasil Pemantuan dan Evaluasi eksternal - Pokja
pemantuan/Eva - Tim-2 Independen
Pemantauan oleh lembaga Non Pemerintah/tim independen
Forum Akuntabilitas
Desa oleh TKPKD
Laporan Masyarakat dan Kaum miskin atas pelaksanaan program PK di Desa; Dikonsolidasi oleh Tim kerja Desa Pokja pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan oleh Pokja dan instansi Pengawasan Pemerintah
Laporan masyarakat dan kaum miskin atas pelaksanaan program PK di Desa; Dikonsolidasi oleh Tim Kerja Pokja Independen/Non pemerintah.
Pemantaun dan Evaluasi oleh lembaga-2 Non Pemerintah
Aras Desa Badan Perwakilan Desa dan Kepala
Desa; rakorbang Desa
Rakorbang Kabupaten
Bupati Majene DPRD Mejene
Dengan dinas2/sektoral Dengan Komisi2/anggota DPRD
Bab VII - Sistem Pemantauan dan Eavaluasi 60
7. 2. 3. Laporan dan Diseminasi
Laporan hasil pemantauan dan evalusi dilakukan secara reguler sesuai dengan waktu pelaksanaan pemantauan dan evaluasi. Laporan ini disampaikan kepada masyarakat secara terbuka untuk mendapatkan respon/masukan dan mendorong partisipasi masyarakat melakukan pemantauan dan evaluasi secara mandiri.
Tim koordinasi Penanggulangan Kemiskinan memfasilitasi Forum Akuntabilitas SPKD diaras Kabupaten dan Forum Akuntabilitas Desa. Hasil pembahasan forum akuntabilitas tersebut akan menjadi salah satu dokumen pembahasan di forum rakorbang Desa dan Rakorbang Kabupaten. Selain itu, laporan dan hasil pemantauan dan evaluasi SPKD juga menjadi salah satu dokumen pembahasan perumusan RAPBD Kabupaten dan RAPB Desa.
Keselurah hasil pemantauan dan evaluasi akan dikemas dalam bentuk media publikasi dan didiseminasi secara reguler kepada seluruh masyarakat. Untuk ini laporan pemantauan dan evaluasi penanggulangan kemiskinan perlu didesiminasikan melalui media massa dan masyarakat diluar wilayah Kabupaten Majene dan masih dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat dalam bentuk media cetak dan elektronik.
7. 3. Integrasi ke dalam Sistem Perencanaan dan Penganggaran
Hasil pemantuan dan evaluasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sangat penting sebagai masukan bagi penyusunan rencana kerja daerah (RKPD) dan anggaran (APBD). Integrasi ke dalam sistem perencanaan dan penganggaran diperlukan seluruh program penanggulangan kemiskinan dapat dipertanggungjawabakan secara politik dan administratif. Untuk ini siklus pemantauan dan evaluasi penanggulangan kemiskinan harus sejalan dengan siklus perencanaan dan penganggaran pembangunan.
Panduan pemantuan dan evaluasi termasuk indikatornya akan dirumuskan tersendiri dan menjadi bagian dari dari Dokumen SPKD ini.
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 61
Bab VII - Sistem Pemantauan dan Eavaluasi 62
LAMPIRAN
TABEL DATA & INFORMASI PENDUKUNG
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 63
Tabel 1. Peta Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin
KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN
BANGGAE
PAMBOANG
SENDANA
MALUNDA
28.065
10.075
17.630
10.724
30.416
10.658
18.820
11.086
58.481
20.733
36.450
21.810
1060
295
204
34
TOTAL 66.494 70.980 137.474 145
Sumber data: Kabupaten Majene dalam Angka BPS 2004.
Tabel 2. Angkatan Kerja Berusia 10 Tahun ke Atas
LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA 2003 2004
1. Pertanian 59.02 55,29
2. Industri 5,16 4,97
3. Konstruksi 1,13 1,53
4. Perdagangan 15,15 15,25
5. Angkutan & Komunikasi 4,77 4,73
6. Jasa 13,87 14,54
7. Pertambangan, penggalian, listrik, gas, air dan keuangan 0,89 3,70
48,311 52,179
Sumber data : Kabupaten Majene dalam Angka BPS 2004. h. 58. (berdasarkan hasil susenas)
Lampiran 64
Tabel 3: Peta Sarana Pendidikan
KECAMATAN TINGKATAN PENDIDIKAN JUMLAH/UNIT
Banggae
TK RA SD MIN/MTS SMP MTs SMA SMK MA
32 3
57 10
7 6 3 3 6
Pamboang
TK RA SD MIN/MTS SMP MTs SMA SMK MA
17 -
34 2 4 2 1 1 1
Sendana
TK RA SD MIN/MTS SMP MTs SMA SMK MA
21 -
50 3 5
10 2 1 3
Malunda
TK RA SD MIN/MTS SMP MTs SMA SMK MA
11 -
33 2 4 3 1 1 1
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 65
Tabel 4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
KECAMATAN RSU PUSKESMAS PUSTU PUSKEL RODA 2
PUSKEL RODA 4
BANGGAE
PAMBOANG
SENDANA
MALUNDA
1
-
-
-
2
1
3
1
8
6
10
8
2
1
2
1
8
4
6
3
Tabel 5. Tenaga Kesehatan
KECAMATAN PRAKTEK SORE POSYANDU
BANGGAE
PAMBOANG
SENDANA
MALUNDA
9
-
2
-
54
36
41
41
Tabel 6. Banyaknya Keluarga Pra-Sejahtera menurut Kecamatan
Kecamatan PS- Ekonomi
PS- Non Ekonomi KS-I KS-II KS III/III+ Jumlah
Banggae
Pamboang
Sendana
Malunda
1.726
470
2.266
1.623
507
0
522
46
6.454
2.814
3.521
2.283
2.905
782
2.034
994
1.382
302
300
187
12.975
4.368
8.643
5.133
2004
2003
6.085
6.104
1.075
1.063
15.072
13.943
6.716
6.941
2.171
2.047
31.118
30.098
Lampiran 66
Tabel 7. Tenaga Kerja dan Bidang Usaha
JENIS USAHA JUMLAH USAHA
TENAGA KERJA
1. Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan 2. Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka 3. Home Ind. Penggaraman/Pengeringan Ikan 4. Home Ind. Minyak Goreng 5. Home Ind. Pengawetan Ikan 6. Home Ind. Penggilingan dan Pembersihan Padi-Padian 7. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kopi 8. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kakao 9. Ind. Pengupasan dan Pembersihan Kemiri 10. Ind. Pati Palma (Sagu) 11. Ind. Kopra 12. Ind. Roti 13. Ind. Gula Merah 14. Ind. Kopi 15. Ind. Percetakan 16. Ind. Anyaman 17. Ind. Penggergajian, 18. dst
3.565 752 881 942
15 14 35
320 138
6 295
27 197
22 18 81 49
6.068 2.122
900 1.257
101 64
104 495 276
18 585
80 350
36 64
150 131
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 67
Lampiran 68
LAMPIRAN
HASIL PPA PADA KOMUNITAS MISKIN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 69
1. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS NELAYAN
KAYA = TO SUGI =
SEDANG = SIRUA – RUA =
MISKIN = KASI – ASI =
1. Punya lemari Es 2. Banyak Harta 3. Suka-suka hati 4. Mampu membiayai
anaknya sekolah 5. Rumah mewah 6. Tidak menggantungkan
diri pada orang lain 7. Punya motor 8. Dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya 9. Hidup berkecukupan 10. Mempunyai perkebunan 11. Tidak pernah merasa
susah 12. Punya pekerjaan tetap
1. Hidup sederhana 2. Punya perahu dan mesin 3. Tidak terlalu mampu
membiayai anak sekolah 4. Pakaiannya sederhana 5. Makan sehari-hari cukup
sederhana 6. Baju yang layak dipakai 7. Tidak terlalu boros 8. Hidup tidak berfoya-foya 9. Bisa memenuhi kebutuhannya
atau kehidupannya berantai 10. Punya televisi tapi kurang
memuaskan 11. Tidak terlalu memaksakan diri
untuk bekerja
1. Kehidupannya melarat (susah)
2. Tidak punya uang 3. Tidak mampu memenuhi
kebutuhannya sehari-hari 4. Kurang pendidikan/ tidak
mampu membiayai anak sekolah
5. Biasa tidak makan 6. Kebutuhannya sangat
terbatas 7. Tidak punya barang-
barang 8. Rumah Kecil 9. Tidak punya motor 10. Tidak punya Televisi 11. Mengharapkan bantuan
dari orang lain 12. memaksakan diri untuk
bekerja
Lampiran 70
2. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS PETANI KEBUN
M I S K I N SEDERHANA K A Y A
• Pendidikan rendah • 1 x makan sehari semalam • Hanya petani penggarap
tidak punya lahan • Tidak pas-pasan • Hidup susah • Pinjam uang, bayar utang • Makan seadanya • Tempat tinggal kurang
layak huni • Berjalan tanpa alas kaki • Tidak ada penghasilan
tetap • Hasil kebun tidak
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari
• Tidak terpenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
• Hidup serba kekurangan • Tidak ada modal untuk
usaha tani • Rumah beratap daun
rumbia (daun sagu)
• Pendidikan cukup (bisa baca tulis)
• Rumah layak huni untuk keluarga
• Penghasilan pas-pasan • Bisa membiayai hidup
walaupun secara sederhana
• Tidak punya hutang • Punya hewan dan
kebun sendiri • Penghasilan cukup
untuk kebutuhan keluarga
• Hidup sederhana • Cukup untuk makan
sehari semalam • Bisa menyesekolahkan
anak sampai SMA
• Hidup bercukupan • Punya mobil sendiri • Rumah mewah • Serba cukup • Punya lahan bebera Ha • Banyak kebun yang
digarap orang • Mampu memberi modal
kepada orang lain • Naik haji • Punya kendaraan • Berpendidikan cukup • Punya banyak modal
untuk usaha tani, mampu dari segi usaha dagang.
• Hidup mewah • Tidak punya utang • Punya alat komunikasi
yang cukup • Punya tabungan yang
banyak • Punya ternak
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 71
3. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS PETANI HUTAN
M I S K I N SEDERHANA K A Y A
• Atas rumahnya daun sagu / rumbia
• Dinding pake bambu • Lantai rumah bambu • Pakaian 1 kali di ganti dalam
1 tahun • Tidak mampu bayar pajak • Anak sebagian sekolah
sebagian tidak • Tanah tidak punya (kebun) • Keluar kampung jalan kaki • Sakit berobat kedukun • Piring tidak cukup • Tidak pernah keluar kota • Makan ubi kayu (jepa, kundo) • Jarang beli beras • Tidak ada hewan piaraannya • Banting tulang bekerja • Ikan, pake garam (lauk hanya
garam) • Tidak punya televisi • Pakai pelita (tidak ada listrik) • Selalu sakit-sakit • Tidak ada lemari • Tidak ada rusmang (tempat
tindur) • Tidak ada emas • Tidak ada tabungan • Tidak ada kamar mandi • Tidak pernah menyambang • Tidak mampu beli sabun • Tidak pakai sandal / sepatu • Baju sekolah anaknya hanya
satu • Banyak utang • Mandinya di sungai (MCK) • Rumah kecil • Tangga rumah pakai bambu • Tidak pandai • Bantal tidak cukup • Tidak pakai kasur • Minum kopi pakai gula merah • Pakaian cakar • Selalu mengharap bantuan • Masak pakai kayu
• Tidak terlalu bekerja keras • Bisa membangun rumah • Bisa berkebun • Menyesekolahkan anak • Memelihara ternak • Bisnis kecil / jualan • Mampu berpartisivasi dalam
pembangunan • Punya televisi 14 inci • Berpakaian sederhana • Mampu belanja dalam hari-
harinya • Tidak terlalu berhutang • Berobat di Pustu • Tidak terlalu butuh jaminan
orang lain • Punya lemari • Punya kursi • Punya kompor hok • Punya gorden • Punya peralatan dapur
sederhana • Buat gula merah • Bisa melunasi pajak • Mandi di sungai • Sekali-kali mandi di pasar • Menyesekolahkan anak
sampai SMP/MTs • Punya motor cicilan • Atap rumah pakai daun
rumbia • Minumannya kopi • Dinding rumah pakai papan
kayu • Pesta sederhana • Kadang-kadang makan ikan
kering • Kadang-kadang
menyumbang • Punya tabungan sedikit • Punya ternak kurang dari 3
ekor • Punya usaha kecil • Punya tanah dua hektar • Istri satu
• Banyak tanah dan hasil • Ibunya penghasilan yang
cukup • Tidak punya hutang • Bisa menyekolahkan anak • Bisa bangun rumah yang
cukup baik (bagus) • Penghasilan tidak habis
digunakan dalam kebutuhan pokok (ada simpanan)
• Bisa naik haji • Bisa memberi upah orang
lain • Memiliki pasilitas seperti
motor, sengso, generator • Bisa memelihara anak
orang lain • Bisa mendapat hasil
tampa kerja banting tulang • Punya ternak banyak • Belanjanya ke kota • Anak sekolah tinggi • Ternak punya kandang • Ada modal dagang • Punya televisi • Punya rumah dua • Dua istrinya • Punya pakaian bagus • Pola pikirannya bagus • Tiap minggu pergi ke
pasar • Sering makan di warung • Berobat ke dokter • Pajak bisa dilunasi • Lunas IMB • Selalu menyumbang
kemesjid • Memelihara anak yatim • Pesta kawin mengundang
Bend • Pesta kawin potong
kerbau
Lampiran 72
4. CIRI TIAP KELAS SOSIAL PADA KOMUNITAS URBAN
KAYA SEDANG MISKIN
• Ada modal • Tidak ada hutang • Mampu segala-galanya • Banyak harta • Keperluan tiap hari
selalu terpenuhi • Banyak tanah • Ada perusahaan besar • Kebutuhan semua
mencukupi • Naik haji • Pikiran tenang • Banyak kambing • Banyak sapi • Banyak ayam
• Selama kerja disini kurang mencukupi
• Segala kebutuhan sehari-hari baik yang sekarang maupun kebutuhan mendadak tetap terpenuhi tetapi pas-pasan
• Punya fasilitas masih kredit misalnya : Motor Kulkas TV
• Punya usaha tapi modal kurang mencukupi misalnya : Mempunyai pengrajin tapi sebatas pesanan dan Ingin memperbanyak hasil pengrajin tapi modal kurang
• Tidak pernah cukup modal selama menjual diterminal dan selalu meminjam uang koperasi untuk tambahan modal
• Tidak bisa membeli • Tidak cepat bekerja • Menghambat pekerjaan • Pekerjaan terbangkalai • Tidak mempunyai apa-apa • Punya pekerjaan tapi tidak
mencukupi • Tidak ada modal • Tidak tetap mata
pencaharian • Serba kekurangan • Kadang kurang-Kadang pas-
pasan - Kadang lebih • Tidak mencukupi sehari-hari • Tidak ada tempat mengadu • Tidak terpenuhinya
kebutuhan baik sandang maupun pangan
• Juga tidak pas memenuhi sarana
• Prasarana seperti tempat tinggal
• Kurang mencukupi kebutuhan sehari-hari
• Kurangnya pemasukan tiap hari untuk kebutuhan keluarga
• Penghasilan dalam setiap hari tidak pernah cukup malah biaya anak-anak untuk kesekolah besoknya pas-pasan pokok untuk makan saja seadanya
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 73
Lampiran 74
LAMPIRAN
HASIL ANALISIS PAPAN CATUR TENTANG SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 75
1. SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN PADA KOMUNITAS PETANI
HUTAN
AKIBAT SEBAB
LINGKUNGAN
KEBIJAKAN
KETERAMPILAN
INFORMASI MODAL USAHA
PENDIDIKAN
FORMAL
INFORMASI
PEMASARAN
SKOR
RANG
KING
LINGKUNGAN X X X X X 1 V
KEBIJAKAN ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 2 I
KETERAMPILAN ✔ X X X X 3 IV
INFORMASI MIODAL USAHA
X X ✔ X X 3 IV
PENDIDIKAN ✔ X ✔ ✔ ✔ 5 II
INFORMASI PEMASARAN X X X X X 4 III
Keterangan; X = tidak ada ✔ = ada
Lampiran 76
2. SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN PADA KOMUNITAS PETANI KEBUN
AKIBAT SEBAB
LINGKUNGAN KEBIJAKAN KETERA
MPILAN INFORMASI
MODAL USAHA
PENDIDIKAN FORMAL
INFORMASI PEMASARAN
SKOR
RANGKIN
G
LINGKUNGAN X X X X X 1 V
KEBIJAKAN ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 2 I
KETERAMPILAN ✔ X X X X 3 IV
INFORMASI MIODAL USAHA
X X ✔ X X 3 IV
PENDIDIKAN ✔ X ✔ ✔ ✔ 5 II
INFORMASI PEMASARAN X X X X X 4 III
Keterangan; X = tidak ada ✔ = ada
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 77
3. SEBAB-AKIBAT PEMISKINAN-PEMISKINAN PADA KOMUNITAS MISKIN
KOTA
AKIBAT SEBAB
LAP. KERJA
KETERAMPILAN
MODAL USAHA
PENDIDIKA
N
INFORMA
SI
KESEHATA
N
KEBIJAKAN
PERUMAHA
N
SKOR
RANGKIN
G
Lap. Kerja X X X X X X ✔ 1 VI
Keterampilan ✔ X X X X X ✔ 2 V
Modal usaha ✔ ✔ X X X X ✔ 3 IV
Pendidikan ✔ ✔ ✔ X X X X 3 IV
Informasi ✔ ✔ ✔ ✔ X ✔ X 5 II
Kesehatan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ X X 4 III
Kebijakan ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ ✔ 7 I
Perumahan X X X X X ✔ X 1 VI
Keterangan; X = tidak ada ✔ = ada
Lampiran 78
REKAPITULASI BIDANG PEMERINTAHAN DAN PERANGKAT DAERAH TAHUN ANGGARAN 2003 dan 2005
Kelompok Bidang
Bidang dan Unit Organisasi 2003 P 2004 P 2005
Bidang Pendidikan dan Budaya 43,068,816,087 44,265,914,000 42,538,018,056 Pelayanan
Dasar Bidang Kesehatan 6,461,677,181 8,526,652,000 8,439,619,700
Pelayanan Dasar 49,530,493,268 52,792,566,000 50,977,637,756
Bidang PU dan Perhubungan 1,088,304,930 1,615,171,000 1,756,970,303 Fasilitas
Umum Bidang Kepariwisataan 1,057,975,639 1,508,827,421 1,598,718,221
Bidang Perindustrian & Perdagangan 1,402,357,097 1,509,697,000 1,557,674,000
Bidang Tata ruang dan Pemukiman 22,781,062,930 21,071,527,610 21,164,102,610
Fasilitas Umum 26,329,700,596 25,705,223,031 26,077,465,134 Bidang Kehutanan & Perkebunan 1,154,654,290 2,274,828,000 2,590,811,100
Bidang Pertanian & Peternakan 2,149,427,863 911,128,000 951,987,800
Bidang Kelautan & Perikanan 939,200,730 2,920,193,000 2,963,402,900
Pembangunan Ekonomi
Bidang Ketengakerjaan 1,286,790,614 1,413,073,600 1,429,402,200 Pembangunan
Ekonomi 5,530,073,497 7,519,222,600 7,935,604,000
Bidang Kessos & Linmas 1,345,381,108 2,414,791,000 2,113,758,200 Sosial dan
Keamanan Bidang Lingkungan Hidup 321,938,694 904,642,250 940,892,250
Sosial & Keamanan 1,667,319,802 3,319,433,250 3,054,650,450
Administrasi Umum &
Pemerintahan 41,294,433,223 43,319,877,281 45,872,379,884
Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Majene 79
REKAPITULASI BIDANG PELAYANAN PUBLIK
TAHUN ANGGARAN 2003 dan 2005
Kelompok Bidang
Bidang Dan Unit Organisasi 2003 P 2004 P 2005
Bidang Pendidikan dan Budaya 37,495,764,362 40,661,880,000 38,681,415,056 Pelayanan
Dasar Bidang Kesehatan 5,537,475,146 2,512,306,000 2,641,440,000
Pelayanan Dasar 43,033,239,508 43,174,186,000 41,322,855,056
Perhubungan 410,800,000 950,000,000 1,057,050,000 Fasilitas Umum Bidang Kepariwisataan 348,750,000 365,930,421 365,930,421
Perindag 525,300,000 16,284,914,292 5,492,455,217
Bidang Pemukiman 21,692,758,000 19,840,049,610 19,965,049,610
Fasilitas Umum 22,977,608,000 37,440,894,323 26,880,485,248 Bidan Kehutan, Perkebunan 327,122,000 12,223,225,712 11,520,874,092
Bidang Kelautan, Perikanan 421,400,000 4,435,299,021 5,800,863,000
Bidan Koperasi 84,400,000 19,201,385,040 3,395,976,594
Pembangunan Ekonomi
Bidang Ketengakerjaan 760,000,000 3,797,867,156 5,027,967,333 Pembangunan
Ekonomi 1,592,922,000 39,657,776,929 25,745,681,019
Bidang Sosial 971,800,000 6,526,188,125 8,214,862,680 Sosial dan Keamanan Bidang Lingkungan
Hidup 43,200,000 465,400,000 500,400,000
Sosial & Keamanan 1,015,000,000 6,991,588,125 8,715,262,680
Administrasi Umum &
Pemerintahan 101,230,312,923 111,592,624,047 167,270,088,505
Lampiran 80
TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH
KABUPATEN MAJENE
Surat Keputusan Bupati Nomor : 279 Tahun 2007, Tertanggal 3 Juni 2007
Pengarah : Bupati Majene (H. Kalma Katta, S.Sos, MM) Pengarah : Wakil Bupati Majene (Drs.H.Itol Syaiful, T, MM) Penanggungjawab : Sekretaris Daerah (Drs.H. Muh. Rizal, S. M.Si) Ketua : Ka. Kantor PMD ( H.Sufyan Sagena, SH, M.Si) Wakil Ketua : M. Ikhsan Welly (ORNOP) Sekretaris : Kasi Ketmas & Sosbud PMD (Azis Said, S.Sos, M.Si) Anggota :
• Kepala Bappeda (Busri, SE, M.Si) • Diknas (Abd. Rasyid, S. Sos) • Dinkes (Munawar, SKM, M.Kes) • Kimpraswil (Burhanuddin, S.Sos) • Dinkesos & KB (Hj. Nasriah, M.SE) • Dinkop-UKM & PM (A.AdlinaBasharoe, SP,
M.Si) • Dinas DKP (Drs. Safri Bahuddin) • Ketua Komite Akselerasi Persatuan Peduli
Masyarakat Adat Mandar (Drs. A. Muis Mandra) • Ba’du Said (Unsur Tokoh Masyarakat) • M. Said ( Tokoh Agama)
Staf Sekretariat :
• Darussalam, S.Sos (PMD) • Nuzul Kori, S.Sos (PMD) • Asdaluddin, A.Md (PMD) • Hasnur, S.Sos (PMD) • Fitriani (PMD)
LAMPIRAN
MATRIK RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN KEMISKINAN
KABUPATEN MAJENE
PILAR I : PEMAJUAN, PERLINDUNGAN, DAN PEMENUHAN HAK ATAS KEADILAN DAN KESETARAAN GENDER
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN Peran Para Pemangku Kepentingan DAMPAK
Kebijakan Kegiatan II 2008
III 2009
IV 2010
V 2011/12
Penerima Manfaat Pemerintah Masyarakat
Bisnis Masyarakat
Sipil 1. Meningkatnya
kapasitas perempuan dan partisipasinya dalam pemenuhan hak-hak dasarnya atas keseluruhan proses pembangunan daerah dan kesejahteraan keluarga
Peraturan Bupati tentang sistem Penguatan Kapasitas Perempuan sebagai Aktor Pembangunan Daerah dan Kesejahteraan Keluarga
Pelatihan Home industri; Pelatihan Kepemimpinan; Pelatihan Kewirausahaan; Pendidikan Kesejahteraan Keluarga; dan Pendidikan Politik;
10% dari Perempuan yang berhak meningkat
kapasitasnya
25% dari Perempu-an yang berhak mening-
kat kapasitas-
nya
50% dari Perempu-an yang berhak mening-
kat kapasitas-
nya
80% dari Perempu-an yang berhak mening-
kat kapasitas-
nya
100%
Dinas/Biro Pemberdaya-an sebagai Regulator Kebijakan (Ranperda/ Perbup) dan Fasilitator Pemberdaya-an Perempuan.
Membuka ruang/akses perempuan dalam memajukan produksitivitas ekonomi daerah dan keluarga
Fasilitator dan Pengawas Kebijakan Daerah untuk Penguatan kapasitas Perempuan menjadi aktor utama Pembangunan Daerah dan Keluarga
2. Kebijakan (Peraturan Daerah, dan Peraturan Bupati) yang dikeluarkan menghormati nilai-nilai keadilan dan keseteraan gender berdasarkan Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan Index Keberdayaan Gender (IKG)
Peraturan Daerah (PERDA) yang menjamin kebijakan daerah berbasiskan pada nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender.
Penerbitan PERDA tentang Keadilan dan Kesetaraan Gender; dan Pembetukan kelembagaan/Unit Kerja Daerah yang mengharmonikan/mengawasi kebijakan daerah atas nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender;
Pembentukan Kelompok Kerja yang teridir dari
Wakil Pemerintah, Wakil Masy.
Sipil, dan Wakil Masy.
Bisnis
Sosialisa-
si gagasan
& pembahasan draft PERDA
Implement
asi PERDA
Implementasi
PERDA
Review PERDA
dan Implement
asi PERDA
Kaum Perempuan
di Pedesaan
dan Perkotaan
Dinas/Biro Pemberdaya-an Perempuan memfasilitasi stakeholder /para pemang-ku kepenting-an dalam perumusan PERDA
Menghormati dan
Menjalankan Kebijakan
daerah dalam lingkungan
bisnis.
Fasilitator pemberdaya-
an organsisasi dan usaha
kaum perempuan; Pengawas Kebijakan Daerah.
3 Pelayanan publik (semua sektor) terjangkau dan tidak diskriminatif terhadap kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
Kebijakan yang menjamin pelayanan publik tidak diskriminatif terhadap kaum perempuan dalam pemenuhan hak-hak dasarnya.
Peningkatan Pelayanan kesehatan; Pelayanan pendidikan; pelayanan sanitasi dan air bersih; pelayanan usaha ekonomi produktif; pelayanan SEMBAKO; dan pelayanan perlindungan dari tindakkekerasan dalam rumah tangga,
20% dari perempuan yang berhak
atas pelayanan publik yang berkualitas
dan tdk diskriminatif
40% dari perempu-an yang berhak
atas pelaya-
nan publik yang
berkuali-tas dan
tdk diskrimina
-tif
60% dari perempu-an yang berhak
atas pelayanan
publik yang
berkuali-tas dan
tdk diskrimina
-tif
80 % dari perempu-an yang berhak
atas pelayanan
publik yang
berkuali-tas dan
tidk diskrimina
-tif
100% dari perempu-an yang berhak
atas pelayanan
publik yang
berkuali-tas dan
tdk diskrimina
-tif
Seluruh SKPD Kabupaten Majene menjalankan kebijakan ini sesuai dengan target capain dan TUPOKSI masing-masing
4 Organisasi Perempuan yang aktif dalam keseluruhan proses pembangunan daerah
Kebijakan yang menata organisasi dan usaha kaum perempuan.
Pengorganisasian dan pemberdayaan usaha kaum perempuan sesuai dengan kapasitasnya.
Pembentukan Kelompok
Kerja Pemberdaya-an Organisasi
dan Usaha kaum
Perempuan
Organisa-si
Perempu-an aktif dalam
kegiatan pemba-ngunan
dan usaha
ekonomi
usaha dan kepemimpinan lokal 30 % oleh perempu-
an
usaha dan kepemim-pinan lokal 50 % oleh perempu-
an
Tidak adanya dikotomi
peran perempu-
an dan laki-laki dalam
keseluruh-an
pemba-ngunan daerah
Dinas/Biro Pemberdaya-an Perempuan memfasilitasi stakeholder/ para pemangku kepentingan dalam perumusan PERDA
Membuka akses dan menghormati kebijakan daerah dilingkungan bisnis.
PILAR II : PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN DAMPAK
Kebijakan Kegiatan I 2007
II 2008
III 2009
IV 2010
V 2011/12
Penerima Manfaat
Para Pemangku Kepentingan yang
Berperan
1. Sismtem Pendidikan yang berbasiskan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Majene tanpa diskriminasi RAS, GENDER, dan Status Sosial ekonomi dengan semboyan; PENDIDIKAN UNTUK SEMUA WARGA MAJENE.
Kebijakan Daerah yang menata sistem Pendidikan dan pengembangan sumberdaya manusia dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi berbasiskan nilai-nilai lokal dan universal untuk peningkatan produktivitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
a. Penerbitan Peraturan Daerah dan Peraturanb Bupati tentang sistem pendidikan daerah yang menjamin adanya peningkataan kulaitas sumberdaya manusia.
b. Alokasi APBD yang
mencerminkan amanah UU Sistem Pendidikan Nasional untuk peningkatan kualitas dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi
Pokja Sistem Pendidikan Daerah Majene: Alokasi Dana Pendidikan dlm APBD 20 % dan integrasi dalam RKPD 2008
Gagasan, Draft dan Penerbitan Kebijakan Sistem Pendidikan Daerah yang menjadi acuan Pemerintah Daerah untuk Memajukan dan memenuhi Hak Warga atas Pendidikan Alokasi Dana Pendidikan dlm APBD 30 %
APBD dan Pelayanan Pendidikan sudah mendasari pada Kebijakan Sistem Pemndidikan Daerah dan Nasional secara utuh sampai tingkat menengah atas [WAJAR 12 THN]
Sistem Pendidikan Daerah yang dijalankan
secara utuh sampai perguruan tinggi
[WAJAR 17 TAHUN]
2. Prasarana dan Sarana Pendidikan terjangkau dan berkualitas untuk senua warga masyarkat sampai ditingkat daerah terpencil/pedalaman
Peraturan Bupati tentang Pengembangan/Peningkatan Prasarana dan sarana Pendidikan yang terjangkau dan berkualitas sampai ke daerah terpncil dan pedalaman.
(1) Pengadaan Sekolah [satuan pendidikan] untuk memenuhi WAJAR/BERHAK SEKOLAH 12 tahun.
(2) Peningkatan Kapsitas Guru-guru dalam memenuhi kulaitas pendidikan WAJAR 12 tahun.
(3) Peningkatan buku pelajaran dan perpustakaan sekolah.
(4) (4) Pengembangan pusat kegiatan belajar siswa dan labotarium
Peraturan Bupati tentang Prioritas Pembanguna Saran dan Prasarana Pendidikan untuk memenuhan Hak atas Pelayanan pendidikan untuk semua warga
Sarana dan Prasana Pendidikan WAJAR/BERHAK SEKOLAH 9 tahun dapat diakses oleh Masyarakat miskin sampai daerah terpencil/ pedalaman dengan guru yang berkualitas
Sarana dan Prasarana pendidikan WAJAR/BERHAK SEKOLAH 12 dapat diakses oleh Masyarakat miskin sampai kedaerah terpencil/ pedalaman
(1) Berkmebngannya Sarana dan Prasaran Satuan pendidikan WAJAR 12 tahun
(2) Tersedianya fasilitas beasiswa pendidikan tinggi [WAJAR/BERHAK SEKOLAH+A1 17 tahun] bagi anak-anak kaum miskin [25 %] dari jumlah anak kaum miskin yang berhak
Anak-anak Kaum Miskin Kota, Pedesaan,
Nelayan dan Kebun/ Hutan
(1) Pemerintah Daerah; Dinas Pedidikan
(2) Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan
(3) DPRD (4) Pelaku Bisnis
sektor Pendidikan dan
(5) Masyarakat Sipil; NGO/LSM, Klp Masyarakat, Klp Perempuan, Ormas, dan Tokoh agama/adat.
3. Peningkatan/ pengembangan Kapasitas Para Pendidik/Guru-guru berbasis kompetensi standar regional dan nasional
Peraturan Bupati tentang standar kopetensi Guru mulai dari sekolah Dasar sampai dengan Menengah atas berbasiskan standar regional dan nasional
(1) Pendidikan khusus untuk peningkatan kompetensio Guru berbasiskan Undang-Undang Guru .
(2) Beasiswa Guru berprestasi untuk promosi pendidikan Tinggi [S2].
(3) Insentive/tunjangan khsus bagi guru-guru daerah terpencil/ pedalaman
Peraturan Bupati tentang Standar Kompetensi Guru untuk memenuhan Hak atas Pelayanan pendidikan untuk semua warga dan integrasi dalam RKPD 2008
(1) 25% guru mendapatkan peningkatan kapasitas dengan standar kompetensi regional dan nasional
(2) 25 % guru daerah terpencil/ pedalaman mendapatkan insentive khusus dan integrasi dalam RKPD 2009
(1) 50 % Guru mendapatkan peningkatan kapasitas dengan standar kompetensi regional dan nasional
(2) 50 % guru daerah terpencil/ pedalaman mendapatkan insentive khusus,
(3) beasiswa untuk 10 % guru berprestasi dan integrasi dalam RKPD 2010
(1) 75 sd 100 % Guru mendapatkan peningkatan kapasitas dengan standar kompetensi regional dan nasional
(2) 75 sd 100 % guru daerah terpencil/ pedalaman mendapatkan insentive khusus,
(3) beasiswa untuk 15 sd 25 % guru berprestasi melanjukan pendidikan strata 2 [S2] dan integrasi dalam RKPD 2011 sd 2012
Para Guru
4. Pengembangan Kurikulum Pendidikan berbasiskan nilai-nilai budaya bangsa dan sumberdaya alam Lokal.
Peraturan Bupati tentang Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah berbasiskan nilai-nilai budaya bangsa dan sumberdaya alam Lokal
(1) Kajian nilai-nilai budaya bangsa dan sumberdaya alam Lokal untuk pengembangan Kurikulum Pendidikan
(2) Penerapan Kurikulum yang dikembangkan berbasiskan nilai-nilai budaya bangsa pada sekolah-sekolah umum
(3) Penerapan Kurikulum berbasiskan Sumberdaya Alam Lokal di sekolah-sekolah kejuruan.
Peraturan Bupati tentang Pengembangan kurikulum Pendidikan berbasiskan nilai-nilai budaya bangsa dan sumberdaya alam Lokal dan integrasi dalam RKPD 2008
Penerapan Kurikulum Lokal yang terintegrasi dengan kurikulum nasional di 25 % sekola-sekolah umum dan kejuruan dan integrasi dalam RKPD 2009
Penerapan kurikulum Lokal yang terintegarasi dengan kurikulum nasional di 50 % sekolah-sekola umum dan kejuruan dan integrasi dalam RKPD 2010
Penerapan kurikulum Lokal yang terintegrasi
dalam kurikulum nasional di 100 %
sekolah-sekolah umum dan kejuruan dan
integrasi dalam RKPD 2011 sd 2012
5. Berdayanya organisasi pendidikan; Komite sekolah dan dewan pendidikan dalam memajukan dan memenuhi hak atas pendidikan semua warga Majene
Pemberdayaan organisasi masyarakat/stakeholder pendidikan.
(1) Peningkatan kapasitas dan partisipasi Komite Sekolah dalam memajukan dan pemenuhan hak atas pendidikan masyarakat miskin
(2) Peningkatan kapasitas dewan pendidikan dalam memajukan sistem pendidikan di Majene
(3) Penguatan kapasitas pelaku bisnis pendidikan; perlengkapan/peralatan satuan pendidikan.
Perumusan Rencana Kerja Pemberdayaan stakeholder Pendidikan dan integrasi dalam RKPD 2008
Implementasi program pemberdayaan stakeholder pendidikan dan integrasi dalam RKPD 2009 sd 2012 stakholder
6. Kota Kabupaten Majene menjadi Pusat Pendidikan/ "Kota Pelajar" Wilayah Sulawesi Barat
Peningkatan Kapasitas dan strata Satuan Pendidikan sampai perguruan Tinggi berbasiskan standar Pendidikan Nasional .
Peraturan Daerah tentang Penetapat kota Kabupaten Majene sebagai pusat Pendidikan berbabasikan standar Pendidikan Nasional di wilayah Sulawesi Barat
Rumusan Konsep Kota Majene sebagai pusat pendidikan diwilayah Sulawesi Barat berstandar Pendidikan Nasional dan Integrasi dalam RKPD 2008
Implementasi Konsep Kota Majene "Kota Pelajar" Sulawesi Barat tahap I dan integrasi dalam RKPD 2009
Implementasi Konsep Kota Majene "Kota Pelajar" Sulawesi Barat tahap II dan integrasi dalam RKPD 2010
Kota Majene "Kota Pelajar" Sulawesi Barat dan integrasi dalam RKPD 2011
Warga Majene
PILAR III: PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS PANGAN
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN Pemangku
Kepentingan/Peran Stakeholder DAMPAK
Kebijakan Kegiatan I 2007
II 2008
III F8 2009
IV 2010
V 2011/2012
Penerima Manfaat
Pemerintah
1. Sistem Katahan Pangan Warga yang berbasiskan sumberdaya dan pranata sosial Lokal [tapang, sikalulu/sirondo-rondoang/makalompok]
Peraturan Daerah yang menjamin sistem katahanan pangan Warga berbasiskan sumberdaya dan pranata sosial Lokal
(1) Pemberdayaan Pranata sosial Lokal untuk ketahanan pangan Warga.
(2) Penataan/revitalisasi sumber-sumber pangan warga berbasiskan sumberdaya lokal. Dan
(3) Penataan/ restrukturisasi tataruang Pertanian tanaman Pangan
Pokja Penataan/ Reformasi
Sistem Pangan Warga dan
integrasi rencana kerja Pokja dalam RKPD 2008
Regulasi/ PERDA
Ketahanan Pangan Warga dan integrasi dalam RKPD
2009
Implementasi regulasi/ PERDA
Ketahanan Pangan Warga
tahap I dan integrasi dalam
RKPD 2010
(1) Kemandirian Pangan Warga berbasiskan sumberdaya Lokal.
(2) Kemandirian Pranata sosial Lokal untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas pangan warga. Dan
(3) Tata ruang yang menjamin lahan pangan mandiri. Dan berkelanjutan dalam RKPD setiap tahunnya
2. Kemandirian Pangan Warga berbasiskan produksi pangan Lokal A19
Revitalisasi Produksi Pangan berbasiskan potensi pangan Lokal
(1) Peningkatan produksi pangan lokal
(2) Diversifikasi Pangan (3) Penataan sistem
distribusi pangan untuk meningkatkan akses pangan warga yang berkualitas dan terjangkau; dan
(4) Peningkatan infrastruktur pertanian tanaman pangan
Peraturan Bupati tentang
Revitalisasi Produksi
Pangan dan Intergrasi
dalam RKPD 2008
Implementasi Peraturan
Bupati tahap I dan integrasi dalam RKPD
2009
Implementasi Peraturan
Bupati tahap II dan integrasi dalam RKPD
2010
Kapasitas produksi pangan Lokal memenuhi Hak Warga atas pangan dan berkelanjutan dalam RKPD setiap tahunnya
Seluruh warga
khususnya Kaum Miskin
Pemerintah/ Dinas Pertanian-tanaman pangan; DPRD; Petani; Pelaku bisnis pangan; LSM/NGO; Tokoh adat dan Kelompok Petani dan Usaha Kecil/ pelaku bisnis Produk-produk pangan
3. Keberdayaan Petani produksi pangan dalam memajukan dan memenuhi hak atas pangan untuk kemandirian pangan Lokal
Pemberdayaan Petani tanaman pangan Lokal
(1) Penguatan kapasitas petani dalam peningkatan kualitas dan jumlah produksi pangan
(2) Pengorganisasian Petani Pangan
Rencana Kerja SKPD untuk
Pemberdayaan Petani
tanaman pangan Lokal
yang terintegrasi
dalam RKPD 2008
Implementasi Rencana Kerja Pemberdayaan Petani Pangan
tahap I dan integrasi dalam
RKPD 2009
Implementasi Rencana Kerja Pemberdayaan Petani Pangan
tahap II dan integrasi dalam
RKPD 2010
Mandirinya Petani dan organisasi Petani Pangan
dalam memajukan keamann/kedaulatan
pangan Lokal
Petani
Petani; Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian; Pelaku Bisnis Pangan; LSM/NGO; Tokoh adat; dan Kelompok Petani pangan
PILAR IV : PENGHORMATAN DAN PERLINDUNGAN HAK ATAS PEKERJAAN DAN BERUSAHA
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN DAMPAK
Kebijakan Kegiatan I 2007
II 2008
III 2009
IV 2010
V 2011/2012
Penerima Manfaat
Para Pemangku Kepentingan yang
berperan
1 Sistem perlindungan hak atas pekerjaan dan kesempatan berusaha yang berbasiskan pranata ekonomi rakyat dan pertumbuhan ekonomi lokal
Peraturan daerah tentang sistem perlindungan hak-hak pekerja dan kesempatan berusaha.
(1) Inisiasi PERDA perlindungan hak-hak Pekerja dan kesempata bersuaha kelompok masyarakat miskin.
(2) Pembentukan Lembaga Perlindungan Hak pekerja dan pengusaha kecil/menengah dan sektor informal.
(3) Fasilitasi pengaduan para pekerja dan pengusaha kecil/menengah dan sektor informal [pedagang K5, asongan, warungan, dan pedagang keliling
Draft PERDA perlindungan
hak-hak pekerja dan kesempatan
berusaha masyarakat
miskin
Uji coba PERDA Perlindungan
hak-hak pekerja dan pengusaha kecil dan sektor
informal; Berfungnya
lembaga perlindungan pekerja dan kesempatan berusahal
Implementasi PERDA Perlindungan Hak-hak pekerja dan kesempatan bersuha sektor informal dan usaha
kecil secara utuh dan berkelanjutan.
2. Berdayanya pekerja produktiv dan kelompok usaha sektor informal dan kecil/menengah sebagai pilar pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan daerah.
Pemberdayaan para pekerja produktiv dan kelompom usaha kecil/menengah dan sektor informal
(1) Penciptaan lapangan pekerjaan berbasis sumberdaya alam Lokal;
(2) Peningkatan kapasitas pekerja produktif; dan
(3) Membuka aksesibilitas/ kesempatan berusaha kelompok miskin pada sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan dan kelautan/ nelayan.
25 % angkatan kerja dan
usaha produktif
mendapatkan fasilitasi
pemberdayaan
40% angakatan kerja dan usaha
produktif kelompok miskin mencdapatkan
fasilitasi pemberdayaan
60 % angakatan kerja dan
usaha produktif kelompok
miskin mendapatkan
fasilitasi pemberdayaan
75 % sd 90 % angkatan kerja dan usaha produktif kelompok miskin mendapatkan fasilitasi
pemberdayaan
Para pekerja produktive
dan pengusaha
sektor informal
[Pedagang K5, Keliling, Warungan,
dan Asongan]
Pemerintah Daerah; Dinas Tenaga Kerja; Dinas Sosial; Dinas
Pemberdayaan Masyarakat; Pelaku
bisnis; pekerja produktiv; pengusaha
kecil dan sektor informal; LSM/NGO.
3. Organisasi Para Pekerja produktif berkembang dan menjadi pranata sosial pembangunan daerah.
Penguatan organisasi para pekerja produktif
(1) Pengembangan organisasi pekerja produktif;
(2) Perluasan jaringan kelembagaan organisasi pekerja
Tumbuhnya organisasi
pekerja sebagai prata
sosial
Berkembangnya organisasi
pekerja dan
Terbangungnya jaringan
organisasi pekerja
produktif diaras Provinsi
Sulawesi Barat
Berkembangnya jaringan pekerja produtif di aras regional
dan nasional; Mandirinya organisasi Pekerja produktif
sebagai pranata sosial
4. Kelompok usaha ekonomi masyarakat miskin berkembang dan menjadi pranata ekonomi pembangunan daerah.
Penguatan organisasi kelompok usaha ekonomi produktif masyarakat miskin
(1) Pengembangan Kelompok usaha ekonomi masyarakat miskin;
(2) Perluasan jaringan kelompok usaha ekonomi masyarakat miskin
organisasi usaha
ekonomi masyarakat
miskin sebagai pranata ekonomi daerah
usaha ekonomi masyarakat
miskin berbasiskan sektor usaha
Terbangungnya jaringan usaha
ekonomi masyarakat
Miskin diaras Provinsi
Sulawesi Barat
Berkembangnya jaringan ekonomin masyarakat miskin di
aras regional dan nasional sebagai pranata ekonomi
regional dan nasional
PILAR V : PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS KESEHATAN
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN DAMPAK
Kebijakan Kegiatan I 2007
II 2008
III 2009
IV 2010
V 2011/2012
Penerima Manfaat
Para Pemangku kepentingan
yang Berperan
1. Kebijakan yang menjamin akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang berkualitas dan terjangkau.
Peraturan Daerah tentang Majene Sehat 2020
(1) Review kebijakan yang terkait dengan pelayanan kesehatan (2) Inisiasi Pemda/ DPRD PERDA Majene Sehat 2020. (3) Peraturan Bupati tentang Standar Pelayanan Minimum Kesehatan;
POKJA Stakoheloder untuk Inisiasi
PERDA Majene Sehat 2020
PERDA Majene Sehat 2020 dan Peraturan Bupati tentang Standar
Pelayanan Minimum Kesehatan
Implementasi PERDA dan SPM Kesehatan yang terintegrasi dalam RKPD 2009 sd 2012
(tahap I)
2. Berdayanya kemandirian masyarakat dalam kesehatan keluarga secara berkelanjutan
Pemberdayaan Masyarakat dibidang kesehatan [Peraturan Bupati sebagai turunan dari PERDA Maneje Sehat 2020]
(1) Pendidikan dan Sosialisasi Budaya Hidup Sehat (2) Revitasliasi Pos Yandu dan PL KB; (3) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan Desa
Peraturan Bupati ttg
Pemberdayaan Masyarakat
dibidang kesehatan dan integrasi dalam RKPD 2008 sd
2012
(1) 40 % masyarakat miskin memiliki budaya hidup sehat (2) 50 % Pos Yandu berfungsi; (3) 40 % desa memiliki fasilitas pelayanan kesehatan yang baik dan terjangkau
(1) 60 % masyarakat miskin memiliki budaya hidup sehat; (2) 70 % Pos Yandu berfungsi; dan (3) 60 % desa memiliki pelayanan kesehatan yang baik dan terjangkau
(1) 70 - 80 % masyarakat miskin
memiliki budaya hidup sehat;
(2) 80 - 100 % Pos Yandu berfungsi;
dan (3) 70 - 100 % desa memiliki pelayanan
kesehatan yang baik dan terjangkau
3. Berdayanya pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, dan murah bagi semua masyarakat miskin.B15
Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau dan sistem perlindungan kesehatan masyarakat miskin
(1) Penguatan kapsitas para medis; (2) Pengembangan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan; (3) Pengembangan sistem perlindungan sosial/asuransi kesehatan masyarakat miskin; (4) Pengadaan sistem peringatan dini dan cegah tangkal atas wabah penyakit menular dan (5) Pengembangan peralatan medis medik dan non medik
Peraturan Bupati tentang Standar
Pelayanan Kesehatan yang
berkualitas, terjangkau, dan
murah bagi masyarakat miskin yang
terintegrasi dalam RKPD 2008 sd
2012
(1) Meningkatnya Kapasitas 30 % dari jumlah para medis (2) 30 % masyarakat miskin terjangkau pelayanan kesehtan yang berkualitas (3) Fasilitasi Asuransi kesehatan bagi 50 % masyarakat Miskin dan (4) Berfungsi siste peringatan dini dan cegah tangkal wabah/penyakit menular
(1) Meningkatnya Kapasitas 60 % dari jumlah para medis
(2) 50 % masyarakat miskin terjangkau
pelayanan kesehatan yang berkualitas
(3) Fasilitasi Asuransi kesehatan
bagi 75 % masyarakat Miskin
(1) Meningkatnya Kapasitas 75 - 90 %
dari jumlah para medis
(2) 60 - 90 % masyarakat miskin
terjangkau pelayanan
kesehatan yang berkualitas (3) Fasilitasi
Asuransi kesehatan bagi 80 - 95 %
masyarakat Miskin
Prioritas Masyarakat miskin dan
masyarakat yang rentan atas kemiskinan
Pemerintah Daerah; Dinas
Kesehatan. BKKBN; Pelaku
Bisnis Kesehatan; LSM/NGO;
Tokoh agama/adat
4. Meningkatnya derajat kesehatan dan produktivitas nasyarakat miskin
Peningkatan kualitas gizi ibu hamil, Ibu menyusui, bayi dan anak balita
(1) Menurunkan prevalensi empat masalah gizi utama Ibu hamil dan menyusui. (2) Menurunkan prevalensi empat masalah gizi bagi bayi dan anak balita; (3) Meningkatkan keaneka-ragaman pangan yang berkualitas dan gizi baik keluarga masyarakat Miskin
Peraturan tentang Konsep
Peningkatan kulaitas/derajat kesehatan dan produktivitas masyarakat Miskin yang
terintegrasi dalam RKPD 2008 sd
2012
(1) 30 % Ibu hamil dan melahirkan kualitas gizinya baik; (2) 30 % bayi dan anak balita kualitas gizinya baik (3) berkembang gizi dan keragaman pangan masyarakat miskin.
(1) 50 % Ibu hamil dan melahirkan
kualitas gizinya baik; (2) 50 % bayi dan
anak balita kualitas gizinya baik
(3) berkembang gizi dan keragaman
pangan masyarakat miskin.
(1) 60 - 80 % Ibu hamil dan
melahirkan kualitas gizinya baik;
(2) 60 - 80% bayi dan anak balita
kualitas gizinya baik (3) berkembang gizi
dan keragaman pangan masyarakat
miskin.
5. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan permukiman masyarakat miskin
Tataruang permukiman masyarakat Miskin yang sehat, bersih dan berkelanjutan berbasiskan sumberdaya dan kemandirian warga
(1) Regulasi yang menjamin tataruang permukiman masyarakat yang sehat, bersih dan berkelanjutan dan (2) Penataan kawasan permukiman masyarakat Miskin yang sehat dan bersih
Peraturan Bupati tentang Penataan permukiman masyarakat Miskin yang sehat dan berkelanjutan
(1) Standar Pemukiman Sehat (2) 30 % Lingkungan permukiman masyarakat miskin sehat dan berkelanjutan
50% lingkungan permukiman
masyarakat sehat dan berkelanjutan
70 sd 85 % Lingkungan permukiman
masyarakat sehat dan berkelanjutan
PILAR VI : PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS TANAH
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN DAMPAK
Kebijakan Kegiatan I 2007
II 2008
III 2009
VI 2010
V 2011/2012
Penerima Manfaat
Para Pemangku Kepentingan yang
berperan
1. Keberdayaan masyarakat miskin atas pengelolaan tanah sebagai sumber produktivitas ekonomi dan sosial
Pemberdayaan masyarakat/keluarga Miskin dalam pengelolaan sumberdaya lahan/tanah untuk produktivitas pertanian
(1) Penataan tataguna lahan untuk keberdayan masyarakat miskin dalam peningkatan kesejataraan keluarga dan ekonomi daerah; (2) Penguatan kapasitas masyarakat miskin dalam pengelohan tanah/sumber daya lahan;
2. Sistem kepemilikan tanah komunal dan perseorangan khususnya bagi masyarakat Miskin
Reformasi agraria untuk kemajuan keadilan sosial bagi masyarakat miskin
(1) Penataan sistem pengelolaan tanah-tanah komunal (2) Penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat miskin dalam pengelohan tanah komunal
(1) Sistem tataguna lahan yang berjalan secara efektif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakay
dan ekonomi daerah; (2) Berdayanya kapasitas masyarakat miskin dalam
meningkatkan produktivitas hasil pertanian; (3) Terintegrasinya seluruh kegiatan dalam RKPD
2009 sd 2012
3. Keberdayaan pranata sosial dalam pengelolaan hak atas tanah komunal sebagai sumber produktivitas ekonomi dan sosial
Pemberdayaan Pranatasosial dalam mengelola sumberdaya tanah komunal untuk keadilan sosial dan ekonomi masyarakat Miskin.
(1) Penguatan organisasi/pranata sosial masyarakat; (2) Pengembangan sistem pengelolaan sumberdaya alam/tanah dalam menggerakkan roda ekonomi dan modal sosial masyarakat miskin
(1) Peratuan Bupati yang mengatur tataguna
sumberdaya alam/lahan
pertanian produktif untuk masyarakat
miskin. (2) Integrasi
kegiatan dalam RKPD 2008
(1) Berdayanya peran pranata sosial dan ekonomi masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam;
(2) Meningkatnya derjata kesejhataraan rakyat dan ekonomi daerah melalui peningkatan produktivitas pengelolaan sumberdaya alam secara mandiri oleh
masyarakat; (3) Terintegrasinya kegiatan dalam RKPD 2009 sd
2012
Masyarakat dan kelompok
masyarakat Miskin
Pemerintah daerah; Dinas terkiat dengan pengelolaan
sumberdaya alam dan ekonomi; Pelaku Bisnis;
Ormas; LSM dan Perguruan Tinggi.
Ke
ut
n
h
ana
:
1
2
3
H
e
-
-
ak p
PILAR VII : PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK ATAS RASA AMAN
SASARAN PROGRAM INDIKATOR PENCAPAIAN DAMPAK
Kebijakan Kegiatan I 2007
II 2008
III 2009
IV 2010
V 2011/2012
Penerima Manfaat
Para pemangku kepentingan yang
berperan
1. Terciptanya tatapemerintahan yang mampu melindungan hak masyarakat dari ancaman kekerasan [ekonomi, sosial, politik,dlam rumah tangga dan kriminal]
(1) Penataan palayanan publik yang menjamin rasa aman warga dalam bekerja dan berusaha; (2) Penguatan kapsitas aparatur pemerintah; SATPOL PP, aparat penegak hukum, dan dinas terkait dengan kesempatan kerja dan berusaha untuk perlindungan hak atas rasa aman warga
(1) Implementasi kebijakan daerah untuk perlindungan hak warga atas rasa aman;
(2) Berkuranganya korban kekerasan warga dari kekerasan ekonomi (penggusuran, diskriminasi hak, pemalakan) politik
(kebijakan yang tdk pro poor) konflik sosial/komunal, kekerasan dlm rumah tangga, gangguan kriminalitas;
(3) Integrasi kebijakan dalam RKPD 2009 sd 2012
2. Berdayanya social security system/sistem perlindungan sosial masyarakat miskin
Sistem dan mekanisme perlindungan masyarakat
Miskin atas ancaman kekerasan; ekonomi, politik, sosial, dalam rumah tangga, dan
kriminal.dalam berusaha dan bekerja.
(1) Penataan sistem perlindungan sosial/ social security system bagi masyarakat miskin (2) Fasilitasi perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.
(1) Berfungsinya sistem perlidnunagn sosial yang terintegrasi dalam RKPD 2008 sd 2021
(2) Dipenuhi nya hak-hak masyarakat atas santunan kematian dan bencana alam yang menimpa masyarakat miskin
3. Berdayanya kelembagaan/pranata sosial dan ekonomi masyarakat miskin
Partisipasi pranata sosial dalam melindungi dan memenuhi hak warga atas rasa aman dari ancaman kekerasan; ekonomi, politik, sosial, dalam rumah dan kriminal.
(1) Penguatan kapasitas organisasi/ pranata sosial dan ekonomi dalam melindungi hak warga atas rasa aman; (2) Pengembangan pengetahuan dan wawasan kebangsaan berbasiskan nilai-nilai sosial dan budaya lokal dan nasional
(1) Peraturan Bupati tentang
Sistem dan Mekanisme
perlindungan masyarakat
atas ancaman kekerasan; ekonomi,
politik, sosial, dlm rumah
tangga, dan kriminal
(2) Integrasi kebijakan
dalam RKPD 2008
(1) Adanya partisipasi pranata sosial dalam melindungi hak warga atas rasa aman dari ancaman kekerasan; ekonomi,
politik, sosial, dan kriminal (2) Terintegrasinya kegiatan perlindungan hak atas rasa aman
dalam RKPD 2009 sd 2012
Masyarakat miskin di
perdesaan dan perkotaan
Pemerintah Daerah, aparat penegak hukum; Ormas; Tokoh Agama dan adat; LSM; Pelaku
bisnis; orgamnisasi sosial dan politik.