Spiritual, Tugas Proses Kep & Dok

download Spiritual, Tugas Proses Kep & Dok

of 43

description

spiritual

Transcript of Spiritual, Tugas Proses Kep & Dok

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DISTRESS SPIRITUAL

PENGKAJIANIdentitas PasienNama: Ny.SaraUmur: 40 tahunJenis Kelamin: PerempuanPekerjaan: pengacaraRiwayat Kesehatan0. Keluhan UtamaPasien mengalami gangguan emosionalTanggal JamData FokusMasalahEtiologi

DS : Sangat merasa kehilangan Merasa kecewa karena Anne menentutnya ke pengadilan

DO : Marah. Ny. Sara berkata Bawa anak keluar, saya tidak mau melihatnya lagi Menangis Bertikai dengan suaminya, Ny. Sara berkata Aku mau cerai

Distress spiritual

Menghadapi anak menjelang ajal

ANALISA DATAPrioritas Diagnosa Keperawatan : Distress spiritual b.d menghadapi anak menjelang ajal yang ditandai dengan kemarahan dan menangis. No.Diagnosa keperawatanTujuan dan kriteria hasilIntervensi

11. Distress spiritual b.d menghadapi anak menjelang ajalSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan koping spiritualKriteria hasil : Mengurangi tingat kecemasan Mengurangi tingkat kelelahan Meningktkan kualitas hidup Mengurangi tingkat stress

Memberikan bimbingan konseling kepada pasien Melakukan metode guide imajinary Memberikan peluang kepada pasien untuk menceritakan apa yang dirasakannya Memberikan terapi dengan menampilan program tv dan musik

NCP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Kate DENGAN Gagal Ginjal

1. PENGKAJIAN1. IdentitasPasienNama: Ny.KateUmur: 16 tahunJenis Kelamin: PerempuanRiwayatKesehatan1. KeluhanUtamaPasien mengalami muntah darah yang berlebihan1. RiwayatKeluargaDi dalam keluarga pasien tidak ada keluarga yang mengalami penyakit gagal ginjalHARI/ TANGGAL, JAMDATA FOKUSMASALAHETIOLOGI

WAKTU SEKARANGDS : pasien mengatakan nyeri dengan skala 6 merasa lelah

DO : Pasien muntah darah Pucat Sistem imun nol Membutuhkan donor ginjal Dying Pasien dalam kondisi terminal

Ketidakberdayaan

Tahapan akhir penyakit (gagal ginjal)

1. ANALISA DATAPrioritas Diagnosa Keperawatan :1. Ketidakberdayaan berdasarkan tahapan akhir penyakit (gagal ginjal).

No.Diagnosa keperawatanTujuan dan kriteria hasilIntervensiRasional

1Ketidakberdayaan b.d tahapan akhir penyakit (gagal ginjal)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan keberdayaan yang efektif. KriteriaHasil : Memberikan dukungan sosial Membantu mengatur koping personal diri Menggunakan metode non farmakologi untuk mengurangi kecemasan Menggunakan pendekatan internal melalui dukungan emosionalManajemen tahapan akhir penyakit (gagal ginjal)1. Berikan dukungan pasien untuk partisipasi di lingkungan sosial dan komunitas1. Kaji respon psikologikal pasien dan dukungan dari keluarga1. Bari perawatan dengan perilaku empati1. Kaji kebutuhan pasien untuk identifikasi kemampuan dan ketidakberdayaannya1. dengarkan keluhan pasien untuk identifikasi perasaan1. beri perawatan dengan metode keputusan mandiri1. fasilitasi pasien agar mampu mengidentifikasi ketakutan yang sering muncul1. kaji pengalaman spiritual pasien1. evaluasi pasien mengenai makna hidup1. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi pasien1. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan1. Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif

NCPAsuhan keperawatanPengkajian1. Individual Umur dan jenis kelamin Kelompok religius : kehadiran di tempat ibadah, pentingnya agama dalam kehidupan pasien, kepercayaan akan kehidupan setelah kematian Tingkat pengetahuan atau pendidikan. Cara individu untuk mengakses informasi. Bahasa dominan pasien, apakah fasih? Pola komunikasi dengan orang terdekat, dengan pemberi perawatan. Bagaimana gaya bicaranya? Persepsi akan tubuh dan fungsi-fungsinya. Pada waktu sehat? Pada waktu sakit? Pada waktu sakit sekaranng? Bagaimana pasien merasakan dan menentukan sakit. Bagaimana pasien mengalami penyakit dan bagaimana sebenarnya penyakitnya. Bagaimana respons emosional terhadap pengobatan saat ini dan hospitalisasi. Pernah mengalami sakit, hospitalisasi, dan sistem perawatan kesehatan. Menggambarkan reaksi emosional dalam istilah perasaan (sensori): misalnya pernyataan saya merasa takut. Tingkah laku pada waktu cemas, takut, tidak sabar ataupun marah.2. Pengkajian psikologisa. Status emosional Apakah emosi sesuai perilaku? Apakah pasien dapat mengendalikan perilaku? Bagaimana perasaan pasien yang tampil sepertibiasanya? Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas pasien? Apa yanng pasien lakukan jika marah atau sedih?b. Konsep diri Bagaimana pasien menilai dirinya sebagai manusia? Bagaimana orang lain menilai diri pasien? Apakah pasien suka akan dirinya?c. Cara komunikasi Apakah pasien sudah merespons? Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya? Bagaimana perilaku nonverbal pasien dalam berkomunikasi?d. Pola interaksi Kepada siapa pasien mau berinteraksi? Siapa yang penting atau berpengaruh bagi pasien? Bagaimana sifat asli pasien : mendominasi atau positif?3. Pengkajian sosiala. Pendidikan dan pekerjaan Pendidikan terakhir Ketrampilan yang mampu dilakukan. Pekerjaan pasien Status keuanganb. Hubungan sosial Teman dekat pasien Bagaimana pasien menggunakan waktu luang? Apakah pasien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?c. Faktor kultur sosial Apakah agama dan ebudayaan pasien? Bagaimana tingkat pemahaman pasien tentang agama? Apakah bahasa pasien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?d. Pola hidup Dimana tempat tinggal pasien? Bagaimana tempat tinggal pasien? Dengan siapa pasien tinggal? Apa yang pasien lakukan untuk menyenangkan diri?e. Keluarga Apakah pasien sudah menikah? Apakah pasien sudah mempunyai anak? Bagaimana status kesehatan pasien dan keluarga? Masalah apa yang teritama dalam keluarga? Bagaimana tingkat kecemasan pasien?Diagnosa keperawatan dan intervensi2. BerdukaKemungkinan berhubungan dengan: Aktual atau perasaan kehilangan; penyakit kronis dan/atau fatal Penghalangan respons berduka terhadap kehilangan; kurangnya resolusi dari respons berduka sebelumnya/hilangnya rasa duka diantisipasi.Kemungkinan data yang ditemukan: Menunjukan ekspresi terhadap hal-hal yang berbahaya/ takterpecahkan. Penolakan terhadap kehilangan. Perubahan perilaku makan, pola tidur/mimpi, tingkat aktivitas, libido. Menangis; efek labil; rasa sedih, bersalah, marah. Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan; perubahan konsentrasi dan/atau pencarian tugas.Kriteria hasil: Menunjukkan rasa pergerakan ke arah resolusi dari rasa duka dan harapan untuk masa depan. Fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan.3. Gangguan konsep diri: citra tubuh negatifDefinisi: kondisi dimana seseorang mengalami kerusakan/tidak mau menerima keadaan tubuhnya.Kemungkinan berhubungan dengan: Perubahan menetap pada tubuh pasien. Amputasi Mastektomi Kolostomi Luka bakar Efek pengobatanKemungkinan data yang ditemukan: Secara verbal mengatakan membenci/tidak menyukai bagian tubuhnya Menghindari bagian tubuh tertentu Perubahan struktur/fungsi tubuh Perasaan negatif terhadap bagian tubuhnyaKondisi klinis kemungkinan terjadi pada: Amputasi Mastektomi Stroke Trauma medulla spinalis Efek kemoterapi/radioterapi KolostomiKriteria hasil: Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnyaIntervensiRasional

1. Binalah hubungan saling percaya2. Kajilah penyebab gangguan citra tubuh3. Kajilah kemampuan yang dimiliki pasien4. Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan5. Dorong ekspresi ketakutan; perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh.6. Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.7. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif, penggunaan peny angkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang diterima.8. Kolaborasi, diskusikan tersedianya berbagai sumber, contoh konseling psikiatrik/seksual, terapi kejujuran.1. Dasar mengembangkan tindakan keperawatan2. Merencanakan intervensi lebih lanjut3. alternatif memanfaatkan kemampuan dengan menutupi kekurangan4. Memfasilitasi dengan memanfaatkan kelebihan5. Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hibup tanpa tungkai.6. Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan realitas hidup tanpa bagian tubuh tertentu.7. Mengidentifikasi tahap berduka/kebutuhan untuk intervensi8. Dibutuhkan pada masalah ini untuk membantu adaptasi lanjut yang optimal dan rehabilitasi.

Implementasi1) Membina hubungan saling percaya2) Mengkaji penyebab gangguan citra tubuh3) Mengkajil kemampuan yang dimiliki pasien4) Mengeksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan5) Mendorong ekspresi ketakutan; perasaan negatif, dan kehilangan bagian tubuh.6) Mengkaji derajat dukungan yang ada untuk pasien.7) Memperhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tentang hal negatif, penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan nyata/yang diterima.8) Kolaborasi, mendiskusikan tersedianya berbagai sumber, contoh konseling psikiatrik/seksual, terapi kejujuran.Evaluasi Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya4. CemasDefinisi: perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas/tidak spesifik.Kemungkinan dihubungkan dengan: Ancaman perubahan status kesehatan dan status ekonomi. Situasi krisis Ancaman kematian Kurang pengetahuanKemungkinan data yang ditemukan: Perilaku takut Meningkatnya tekanan darah dan sulit tidur Eajah tegang Perasaan kacau Menangis Marah Menarik diriKondisi klinis kemungkinan terjadi pada: Keadaan rumah sakit Penyakit terminal Pembedahan Pobia Psikozoprenia PsikotikKriteria hasil: Pasien dapat menurunkan kecemasan Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan.IntervensiRasional

1. Lakukan pengkajian kembali mengenai riwayat pasien masuk rumah sakit.2. Monitor hubungan perilaku cemas, aktivitas, dan kejadian setiap 2 jam.3. Yakinkan bahwa cemas adalah reaksi normal. Bantu identifikasi tanda-tanda kecemasan seperti nafas lebih cepat, nadi cepat, dan berkeringat dingin.4. Berikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang nyaman.5. Jelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.6. Turunkan input sensori yang mengganggu seperti lampu yang silau, gaduh dan udara panas.7. Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien sebelum tidur.8. Monitor tanda vital setiap 4 jam.9. Perhatikan kebutuhan fisik selama mengalami kecemasan.10. Lakukan pengkajian mengenai kemungkinan adanya penyimpangan perilaku; perkelahian, merokok, alkohol, dan lain-lain.11. Kolaborasi dengan psikater: hal-hal yang mengganggua seperti lampu yang silau, suasana yang gaduh, dan cuaca yang panas.1. Identifikasi faktor penyebab cemas.2. Ketika cemasmeningkat, pasien kurang kooperatif dan mungkin ada perubahan rencana keperawatan.3. Membatu mengidentifikasi hubungan antara partisipasi dengan kecemasan.4. Lingkungan yang nyaman membantu memfokuskan pikiran dan aktivitas.5. Pasien yang kooperatif.6. Menurunkan kecemasan yang sedang dialami pasien.7. Menimbulkn kepercayaan dan pasien merasa nyaman.8. Membantu menentukan efek cemas.9. Cemas menimbulkan kegagalan pemenuhan kebutuhan fisik.10. Mencegah penyimpangan perilaku.11. Untuk mengatasi masalah kecemasan.

Implementasi1) Mekukan pengkajian kembali mengenai riwayat pasien masuk rumah sakit.2) Memonitor hubungan perilaku cemas, aktivitas, dan kejadian setiap 2 jam.3) Meyakinkan bahwa cemas adalah reaksi normal. Bantu identifikasi tanda-tanda kecemasan seperti nafas lebih cepat, nadi cepat, dan berkeringat dingin.4) Memberikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang nyaman.5) Menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.6) Menurunkan input sensori yang mengganggu seperti lampu yang silau, gaduh dan udara panas.7) Melakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien sebelum tidur.8) Memonitor tanda vital setiap 4 jam.9) Memperhatikan kebutuhan fisik selama mengalami kecemasan.10) Melakukan pengkajian mengenai kemungkinan adanya penyimpangan perilaku; perkelahian, merokok, alkohol, dan lain-lain.11) Kolaborasi dengan psikater: hal-hal yang mengganggu seperti lampu yang silau, suasana yang gaduh, dan cuaca yang panas.Evaluasi Pasien dapat menurunkan kecemasan Pasien dapat mendemonstrasikan cara penurunan kecemasan.5. Ansietas/ketakutanDefinisi: perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang dapat diidentifikasi oleh pasien.Kemungkinan berhubungan dengan: Konflik yang tidak disadari mengenai nilai-nilai esensial Krisis situasional dan/atau maturasional; transmisi dan penularan interpersonal. Ancaman terhadap konsep diri; ancaman kematian;ancaman kehilangan bagian dan fungsi tubuh. Terpisah dari sistem pendukung; kurang pengetahuan. Ketidakseimbangan sensori; stimuli lingkungan.Kemungkinan data yang ditemukan: Keluhan peningkatan tegangan ; perasaan tidak dapat ditolong Inadekuat; keprihatinan, ketidakpastian, ketakutan, terlalu gembira. Menunjukan perhatian mengenai perubahan di dakam peristiwa kehidupan; ketakutan akan masalah yang tidak teridentifikasi yang dikenali oleh pasien; ketakutan akan konsekuensi yang tidak spesifik. Fokus pada diri sendiri; tingkah laku yang melawan/bertingkat. Wajah tegang; stimulasi simpatis; pergerakan ekstraneus.Kriteria hasil: Pasien memahami dan mendiskusikan rasa takut. Menunjukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke tingkat yang dapat diatasi. Menunjukan kewaspadaan akan perasaan ansietas dan cara-cara sehat untuk menghadapinya. Menunjukkan pemecahan masalahdan menggunakan sumber-sumber secara efektif.IntervensiRasional

1. Catat palpitasi, peningkatan denyut/ frekuensi pernafasan2. Pahami rasa takut/ansietas. Validasi observasi dengan pasien, misalnya, apakah anda takut?3. Catat pembatasan fokus perhatian (mis.,konsentrasi pasien terhadap suatu hal pada waktu tertentu).4. Observasi isi dan pola pembicaraan: cepat/lambat, tekanan, kata-kata yang digunakan, repitisi, tertawa.5. Identifikasi persepsi pasien/orang terdekat terhaadap situasi.6. Nyatakan realita dari situasa seperti apa yang dilihat pasien. Tanpa mempertanyakan apa yang dipercaya.7. Evaluasi mekanisme koping/ pertahanan selama digunakan untuk berhadapan dengan perasaan ataupun ancaman yang sesungguhnya.8. Pertahankan kontak sering dengan pasien/orang tedekat. Selalu sedia untuk mendengarkan dan bicara jika dibutuhkan.1.Perubahan pada tanda tanda vital mungkin menunjukkan tingkat ansietas yang dialami pasien atau merefleksikan gangguan-gangguan faktor psikologis, misalnya ketida seimbangan endokrin.2. Perasan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga dapat mendiskusikann dan menghadapinya.3. Penyempitan vokus umumnya merefleksikan rasa takut/kepanikan yang luar biasa.4. Menyediakan petunjuk mengenai faktor-faktor seperti tingkat ansietas, kemampuan untuk memahami kerusakan otak ataupun kemungkinan pebedaan bahasa.5. Tanpa memperhatikan realitas situasi, persepsi akan mempengaruhi bagaimana setiap individu menghadapi penyakit/stres.6. Pasien mungkin perlu menolak realitas sampai siap untuk menghadapinya. Sangat tidak berguna untuk memaksa pasien menghadapi kenyataan.7. Mugkin dapat menghadapi situasi dengan baik pada waktu itu: misalnya penolakan dan regresi mungkin dapat membantu mekanisme koping untuk suatu waktu tertentu. Meskipun demikian, pengguna mekanisme seperti ini akan mengalihkan energi yang diperlukan oleh pasien untuk kesembuhan dan masalah-masalah harus dihadapi.8. Memantapkan hubungan, meningkatkan ekspresi perasaan dan membantu pasien dan orang tedekat untuk melihat realitas dari penyakit/pengobatan tanpa mengemukakanMasalah yang belum untuk dihadapi.

Implementasi1) Mencatat palpitasi, peningkatan denyut/ frekuensi pernafasan2) Memahami rasa takut/ansietas. Validasi observasi dengan pasien, misalnya, apakah anda takut?3) Mencatat pembatasan fokus perhatian (mis.,konsentrasi pasien terhadap suatu hal pada waktu tertentu).4) Mengobservasi isi dan pola pembicaraan: cepat/lambat, tekanan, kata-kata yang digunakan, repitisi, tertawa.5) Mengidentifikasi persepsi pasien/orang terdekat terhaadap situasi.6) Menyatakan realita dari situasa seperti apa yang dilihat pasien. Tanpa mempertanyakan apa yang dipercaya.7) Mengevaluasi mekanisme koping/ pertahanan selama digunakan untuk berhadapan dengan perasaan ataupun ancaman yang sesungguhnya.8) Mempertahankan kontak sering dengan pasien/orang tedekat. Selalu sedia untuk mendengarkan dan bicara jika dibutuhkan.Evaluasi Pasien memahami dan mendiskusikan rasa takut. Menunjukan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke tingkat yang dapat diatasi. Menunjukan kewaspadaan akan perasaan ansietas dan cara-cara sehat untuk menghadapinya. Menunjukkan pemecahan masalahdan menggunakan sumber-sumber secara efektif.6.1Kecemasan3.3.1 DefinisiKecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).Kecemasan adalah suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktifitas sistem syaraf otonom. Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal (Kusuma W, 1997).Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar atau konfliktual (Kaplan, Sadock, 1997).3.3.2Penggolongan Ansietas1. Ansietas ringanAnsietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.a. Respon Fisiologis Nadi dan tekanan darah naik. Gejala ringan pada lambung. Muka berkerut dan bibir bergetar. Ketegangan otot ringan. Rileks atau sedikit gelisahb. Respon Kognitif Mampu menerima rangsang yang kompleks. Menyelesaikan masalah secara efektif. Perasaan gagal sedikit. Waspada dan memperhatikan banyak hal. Terlihat tenang dan percaya diri.c.Respon Perilaku dan Emosi Tidak dapat duduk tenang. Tremor halus pada tangan. Suara kadang-kadang meninggi. Sedikit tidak sabar. Aktivitas menyendiri.2.Ansietas SedangAnsietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya.Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain.a. Respon fisiologis Ketegangan otot sedang. Tanda-tanda vital meningkat. Pupil dilatasi, mulai berkeringat. Sering mondar-mandir, memukulkan tangan. Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi. Kewaspadaan dan ketegangan meningkat. Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggungb. Respon kognitif Tidak perhatian secara selektif. Fokus terhadap stimulus meningkat. Rentang perhatian menurun. Penyelesaian masalah menurun. Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan.c.Respon prilaku dan emosi Tidak nyaman. Mudah tersinggung. Kepercayaan diri goyah. Tidak sadar. Gembira.3. Ansietas beratAnsietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu.a. Respon fisiologis Ketegangan otot berat. Hiperventilasi. Kontak mata buruk. Pengeluaran keringat meningkat. Bicara cepat, nada suara tinggi. Tindakan tanpa tujuan dan serampangan. Rahang menegang, menggetakkan gigi Kebutuhan ruang gerak meningkat. Mondar-mandir, berteriak. Meremas tangan, gemetarb. Respon kognitif Lapang persepsi terbatas. Proses berfikir terpecah-pecah. Sulit berfikir. Penyelesaian masalah buruk. Tidak mampu mempertimbangkan informasi. Hanya memerhatikan ancaman. Egosentris.b. Respon prilaku dan emosi Sangat cemas. Agitasi. Takut. Bingung. Merasa tidak adekuat. Menarik diri. Penyangkalan. Ingin bebas.3.3.3Teori KecemasanKecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku.Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau fisik. Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan.Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut :a. Teori PsikodinamikFreud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi.Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama.Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari diri untuk menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan.b. Teori PerilakuMenurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.c. Teori InterpersonalMenjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga.d. Teori KeluargaMenjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.e. Teori BiologikBeberapa kasus kecemasan (5 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).3.3.4Gejala KecemasanPenderita yang mengalami kecemasan biasanya memiliki gejala-gejala yang khas danterbagi dalam beberapa fase, yaitu :a. Fase satuKeadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin dan nor adrenalin.Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang, menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung.Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada jari-jari tangan (Wilkie, 1985). Pada fase ini kecemasan merupakan mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah informasi yang ada secara benar (Asdie, 1988).b. Fase duaDisamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie, 1985).Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa. Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui. Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua (Asdie, 1988).Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang yang jatuh tanpa berbuat sesuatu (Asdie, 1988).c. Fase tigaKeadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres.Pada fase tiga ini dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris, kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian (Asdie, 1988).3.3.5Asuhan KeperawatanPengkajianPengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.a. Kaji faktor predisposisiFaktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan seperti: Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.b. Kaji stressor presipitasiStressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi: Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil). Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.c. Kaji perilakuSecara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan. Respon fisiologis.Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis). Respon psikologologis.Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal. Respon kognitif.Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung. Respon afektif.Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.d. Kaji penilaian terhadap stressor.e. Kaji sumber dan mekanisme koping.f. Rentang perhatian menurun.g. Gelisah, iritabilitas.h. Kontrol impuls buruk.i. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya.j. Deficit lapangan persepsi.k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verba.Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.3. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian saudara kandung.4. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.Intervensi KeperawatanDiagnosa keperawatan 1Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan.Kriteria hasil: Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain. Klien akan berkomunikasi dengan efektif. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik. Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri.Intervensi:1. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik.2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik.4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan telah terlatih.5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan ansietas.Diagnosa keperawatan 2 :Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.Kriteria hasil: Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.Intervensi :1. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, ,menjadi pendengar yang baik.2. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.3. Melakukan kominikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic yang ringan.4. Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap sters.Diagnosa keperawatan 3 :Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung.Kriteria hasil: Klien memiliki koping terhadap ancaman. Strategi koping positif. Untuk mengetahui sebab biologis. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.Intrvensi:1. Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil digunakan pada masa lampau.2. Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.3. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.4. Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab biologis.5. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat.Diagnosa keperawatan 4 :Ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.Kriteria hasil: Meningkatkan kesadaran diri klien. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.Intervensi:1. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi kecemasan klien.2. Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.3. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.ImplementasiPelaksanaan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan

Asuhan Keperawatan Pasien Terminal Kanker Payudara Stadium 41.PengkajianSecara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang:1)Identitas pasienIdentitas yang kita kaji disini ialah identitas pasien dan identitas penanggung jawab. Identitaspasienberisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, status, suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis.Selain identitas pasien hal yang perlu dikaji ialah identitas penanggung jawab pasien. Identitas penanggung jawab setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien. Identitas penanggung jawab perlu untuk dikaji untuk mendapatkan kemudahan baik terhadap perawat maupun pasien.2)Riwayat kesehatana.Riwayat penyakit sekarangSaat ini klien menderita kanker payudara stadium IV dan hampir tidak memiliki harapan untuk hidup. Pada saat ini tumor sudah meluas dalam payudara dan melekat pada kulit atau dinding dada dan juga sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila supra-klavikula. Selain itu pada kondisi ini metastasis kanker sudah sangat jauh dan sel-sel kanker sudah sangat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker tersebut menyerang bagian tubuh lainnya yaitu tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, dan kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher.b.Riwayat penyakit dahuluHal yang perlu dikaji ialah apakah klien memiliki penyakit payudara lainnya sebelum ia menderita kanker payudara ataupun penyakit lain pada payudara yang dapat mengakibatkan resiko kanker payudara. dikarenakan dengan adanya penyakit pada payudara, berarti payudara tersebut telah terganggu. Komplikasi yang terburuk dari hal ini adalah kanker payudara. Selain itu seseorang yang payudaranya pernah ditangani mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker payudara. Selain penyakit payudara terdahulu hal lain yang perlu dikaji ialah siklus menstruasi klien dan kapan kehamilan atau melahirkan anak pertama. Pada siklus menstruasi yang perlu dikaji disini ialah kapan menstruasi pertama dialami oleh klien dan kapan klien mengalami menopause (pada klien yang berusia lanjut). Selain tu perlu juga dikaji kapankah klien mengalami kehamilan atau melahirkan anak pertama.c.Riwayat penyakit keluargaKaji apakah klien memiliki keluarga yang menderita kanker payudara sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan karena salah satu faktor resiko kanker payudara adalah faktor genetik. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita kanker payudara memiliki risiko 2-3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. Kemungkinan ini lebih besar apabila keluarga tersebut menderita kanker bilateral atau pramenopause.3)Pemeriksaan FisikPemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan Head to Toe dan hasil yang didapat pada pemeriksaan ini adalah:a.Pasien kurang rensponsifb.Fungsi tubuh melambatc.Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengajad.Rahang cendrung jatuhe.Pernafasan tidak teratur dan dangkalf.Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemahg.Kulit pucath.Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya4)Kaji masalah kebutuhan fisiologis yang dihadapi pasien.Masalah fisiologis yang mungkin dihadapi adalah:Problem Oksigenisasi: respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental; agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, nadi ireguler.Problem Nutrisi dan Cairan: asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.Problem suhu:terjadi penurunan suhu tubuh terutama pada bagianekstremitasyang terasadingin.Problem Sensori: Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilangsaat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurunpenglihatan kabur,pendengaran berkurang, sensasi menurun.Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukansecara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkanmasalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.5)Faktor-faktor lain yang perlu dikajia.FaktorfisikPada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.b.Faktor psikologiPerubahan psikologi tentunya akan dihadapi oleh klien terminal.Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan.Disini peran perawat sangat diperlukan sebagai pendamping bagi klienc.Faktor SosialPerawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan sosial bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.d.Faktor SpiritualPerawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakinmenolak dan tidak menerima keadaannya.Perawat juga harus mengetahui apakah pasien memerlukan bantuan dari pemuka agama untuk membimbing klien6)Analisa DataNoDataEtiologiMasalah

1DS: Pasien mengatakan khawatir dengan penyakitnya dan cemas menghadapi kematian.DO: pasien terlihat bingung, terlihat pucat, dan terkadang menunduk sambil menangis.Ancaman kematianAnsietas

2DS: Pasien mengatakan dirinya merasa lelah dengan penyakit yang ia hadapi.

DO: pasien nampak murung, sulit mengungkapkan perasaan, dan berdiam diriPenyakit yang dideritaKeputusasaan

3DS: pasien mengatakan dirinya sedih dikarenakan ia tidak memiliki harapan untuk hidup.

DO: pasien mengalami kesedihan, menutup diri, dan bingungKematian yang akan dihadapiBerduka

4DS: pasien hanya sesekali bicara dan mengatakan dia takut dan merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya dan akan berpisah dengan keluarganya.

DO: pasien menjadi tertutup, hanya berdiam diri, dan terkadang menunjukkan kesedihanKesedihan tentang diri sendiriDepresi

2.Diagnosa keperawatanDiagnosa yang dapat muncul pada pasien terminal kanker payudara stadium IV adalah:1.Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian2.Keputusasaan berhubungan dengan penyakityang diderita3.Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi4.Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminalSelain pada pasien, diagnosa pada asuhan keperawatan pasien terminal kanker payudara stadium IV juga ditujukan pada keluarga pasien. Diagnosa yang dapat diangkat ialah:1.Ansietasberhubungan dengan semakin dekatnya kematian anggota keluarga2.Berdukaberhubungan dengan kondisi anggota keluarga3.Kurangnya pengetahuan mengenai keadaan anggota keluarga dan kemungkinan yang akan terjadi berhubungan dengan kurangnya informasi.

3.IntervensiIntervensi keperawatan pada pasien:Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 1Ansietas berhubungan dengan ancaman kematianTujuan: ansietas klien dapat berkurang dan klien merasa lebih tenangKriteria HasilIntervensiRasional

1.Klien mampu mengungkapkan kecemasannya2.Terjadi perubahan psikologis ke arah yang lebih baik3.Klien menunjukkan sikap tenang terhadap penyakitnya1.Kaji tingkat ansietas klien1.Mengetahui tingkat ansietas klien yang digunakan sebagai pertimbangan tindakan selanjutnya

2.Dorong klien mengungkapkan ketakutannya2.Membuat klien lebih nyaman dan untuk mengetahui apa yang ditakutkan klien

3.Berikan kepastian dan kenyamanan3.Kepastian dan kenyamanan membuat klien percaya untuk mengungkapkan perasaan

4.Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif4.klien yang cemas mempunyai penyempitan lapang persepsi denganpenurunan kemampuan untuk belajar

5.Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka5.Memaksimalkan peran keluarga dan memungkinkan adanya kesempatan saling berbagi

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 2Keputusasaan berhubungan dengan penyakit yang dideritaTujuan: klien tidak lagi merasa putus asa dan mempertahankan harapan yang ia milikiKriteria HasilIntervensiRasional

1.Keputusasaan klien berkurang2.Klien kembali ke kondisi psikologis normal3.Klien tetpap menjaga keyakinan yang dimilikinya mengenai penyakitnya1.Tetap memberikan harapan yang terbaik bagi si pasien1.Klien harus diberikan harapan sebaik mungkin sampai akhir hayatnya

2.Sampaikan hal yang bersifat positif yang bertujuan untuk tidak membuat pasien menjadi cemas dan berkecil hati2.Tidak menambah beban pasien dan tidak membuat pasien berada pada keadaan yang lebih buruk

3.Berikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun3.Dapat meningkatkan semangat pasien dalam mempertahankan hidupnya

4.Maksimalkan peran keluarga pasien dalam memberikan dorongan kepada pasien4.Adanya orang terdekat pasien dapat membuat psikologi pasien menjadi lebih baik

5.Selalu dampingi pasien dalam menghadapi kondisinya5.Akan memberikan pasien ketenangan dan kenyamanan

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 3Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapiTujuan: mengurangi perasaan berduka klien dan membuat klien mulai menerima keadaannyaKriteria HasilIntervensiRasional

1.Klien mampu mengungkapkan perasaannya2.Kesedihan klien yang berhubungan dengan penyakitnya dapat berkurang3.Klien mampu menerima keadaan yang terjadi npadanya dan masih mempertahankan harapan yang ia miliki1.Berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan diskusikan secara terbuka1.Diskusi terbuka dan jujur dapat membantu klien dan keluargamenerima dan mengatasi situasi dan menetukan respon mereka terhadap situasi tersebut

2.Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif

2.Strategi koping positif membantu penerimaan dan pemecahan masalah

3.Berikan dorongan pada klien untuk mengekspresikan hal yang positif3.Memfokuskan hal yang positif meningkatkan penerimaan diridan penerimaan kematian yang terjadi

4.Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi4.Proses berduka dan berkabung yang adaptif tidak dapat dimulai samapi kematian yang akan terjadi dapat diterima

5.Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan dan memberikan dukungan5.Perhatian dapat membuat klien lebih nyaman dan dukungan dapat membuat klien memiliki rasa percaya diri dalam memepertahankan harapannya.

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 4Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminalTujuan: klien tidak lagi merasa depresi, takut, dan kesepianKriteria HasilIntervensiRasional

1.Klien mampu mengungkapkan perasaan yang membuatnya depresi2.Depresi klien berkurang3.Terjadi perubahan sikap pada klien dari menutup diri menjadi terbuka1.Bantu klien mengungkapkan perasaan sedih, marah yang membuat ia depresi

1.Mengetahui hal yang membuat klien sedih dan mengurangi beban perasaan pada klien

2.Berikan simpati pada klien2.Klien akan merasa lebih nyaman denan perhatian yang diberikan

3.Bantu klien mengidentifikasi sumber koping3.Mekanisme koping yang tepat dapat membantu klien menyelaesaikan masalahnya

4.Gunakan sentuhan ketika klien menunjukkan sikap depresi4.Sentuhan merupakan salah satu cara menunjukkan perhatian pada klien

5.Lakukan hubungan interpersonal yang baik5.Memungkinkan adanya hubungan saling percaya yang membuat klien lebih mudah mengungkapkan perasaannya

6.Maksimalkan peran keluarga dalam mengurangi depresi klien6.Hadirnya keluarga dapat membuat klien lebih tenang dan nyaman

Intervensi keperawatan pada keluarga pasienIntervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 1Ansietasberhubungan dengan semakin dekatnya kematian anggota keluargaTujuan: Keluarga akan mendapat dukungan yang adekuatKriteria HasilIntervensiRasional

1.Keluarga mengungkapkan ketakutan, kekhawatiran, dan setiap keinginannya yang berhubungan dengan pasien.2.Anggota keluarga mendiskusikan perasaannya

1.Ada untuk keluarga

1.Memberikan keluarga tempat untuk berbagi

2.Diskusikan proses berduka dengan keluarga

2.Keluarga dapat berbagi dan menjelaskan perasaan sehingga perasaannya menjadi lebih baik

3.Berikan kesempatanpada keluarga untuk mengungkapkan emosi.3.Memberikan kesempatan kepada untuk mengekspresikan perasaannya

4.Bantu keluarga mengatasi perasaan mereka

4.Perasaan sedih diatasi dan membuat keluarga lebihfokus kepada pasien

5.Pertahankan sikap tidak menghakimi terhadap prilaku keluarga

5.Setiap keluarga mempunyai ekspresi yang berbeda-beda terhadap kematian dan merupakan suatu hal yang wajar

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 2Berdukaberhubungan dengan kondisi anggota keluargaTujuan:Kesedihan keluarga berkurang dan keluarga mampu merawat anggota keluarganyaKriteria HasilIntervensiRasional

1.Keluarga mampu mengungkapkan perasaannya2.Kesedihan keluarga berkurang3.Keluarga berperan aktif dalam merawat pasien1.Dorong keluarga untuk membagi perasaannya dengan pasien

1.Memberikan keluarga dan pasien kesempatan untuk saling berbagi

2.Dorong keluarga untuk berada sedekat mungkin denganpasien

2.Kehadiran keluarga memberikan dampak psikologis yang baik terhadap pasien

3.Berikan dukungan emosional dan kenyamanan pada keluarga3.Dukungan yang tepat dan kenyamanan yang baik dapat membuat perasaan keluarga menjadi lebih baik

4.Fasilitasi bantuan keluarga saat akan melakukan perawatan terhadap pasien

4.Mempermudah keluarga merawat pasien

5.Berikan privasi kepada keluarga

5.Untuk menjaga kerahasiaan pasien dan keluarga

Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan 3Kurangnya pengetahuan mengenai keadaan anggota keluarga dan kemungkinan yang akan terjadi berhubungan dengan kurangnya informasiTujuan: memberi informasi mengenai kondisi pasien dan kemungkinan yang akan terjadiKriteria HasilIntervensiRasional

1.Keluarga memahami kondisi pasien2.Kelurga mengetahui keadaan yang akan terjadi dan mampu menindaklanjutinya

1.Informasikan pada keluarga tentang apa yang mungkin terjadi pada saat proses kematian

1.Membuatkeluarga siap dengan kondisi yang akan terjadi

2.Berikan informasi mengenai keadaan pasien

2.Mengurangi kecemasan keluarga

3.Dukung dan bantu keluarga dalam memberikan informasi kepada anggota keluarga yang lain

3.Memberikan informasi kepada semua anggota keluarga mengenai kondisi pasien

4.ImplementasiImplementasi yang dilakukan disesuaikan dengan intervensi5.EvaluasiEvaluasi yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil, termasuk di dalamnya evaluasi proses. Evaluasi dilakukan melalui catatan perkembangan.

Catatan perkembangan hari pertamaNoHari/Tanggal/JamDiagnosaKeperawatanImplementasiEvaluasi

1Rabu,31 Oktober 2012, 08.00 WIBAnsietas berhubungan dengan ancaman kematian

08.30 WIBKaji tingkat ansietas klien09.00 WIBDorong klien mengungkapkan ketakutannya11.00 WIBBerikan kepastian dan kenyamanan

S: Pasien mengatakan cemas dan takut keadaannya memburukO: KU sedang, pasien tampak gelisah, bingung, kurang konsentrasiA: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensiIdentifikasi dan dukungmekanisme koping efektifKolaborasi dengan keluarga

2Keputusasaan berhubungan dengan penyakityang diderita

08.45 WIBMemberikan harapan yang terbaik bagi si pasien10.00 WIBSampaikan hal yang bersifat positif11.00 WIBBerikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun

S: Pasien mengatakan sedih karena ia tidak memiliki harapan untuk hidupO: KU sedang, pasien mengalami kesedihan, menutup diri, dan bingungA: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensiBerikan motivasiKolaborasi dengan keluarga

3Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi

09.00 WIBBerikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan11.00 WIB Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi12.00 WIBTingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian

S: pasien mengatakan dirinya lelah dan takut dengan kematian dan akan berpisah dengan keluarganyaO: KU sedang, pasien nampak murung, bingung, dan sedih dengan keadaannyaA: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensiBantu klien mengungkapkan perasaannyaLakukan perawatan penuh perhatianKolaborasi dengan keluarga

4Depresi berhubungan dengan kesedihan tentang dirinya dalam keadaan terminal

09.00 WIBBantu klien mengungkapkan perasaan10.00 WIBBerikan simpati pada klien11.00 WIBHibur dan motivasi pasien

S: Pasien sering mengatakan khawatir dan cemas dengan penyakitnyaO: KU sedang, pasien terlihat bingung, pucat, dan terkadang menunduk sambil menangisA: masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensiLakukan hubungan interpersonal yang baikIdentifikasi sumber kopingKolaborasi dengan keluarga

Catatan perkembangan hari keduaNoHari/Tanggal/JamDiagnosaKeperawatanImplementasiEvaluasi

1Kamis, 1 November 2012, 08.00 WIBAnsietas berhubungan dengan ancaman kematian

08.00 WIBDorong klien mengungkapkan ketakutannya09.00 WIBDukung mekanisme kopingefektif pasien10.00 WIBBerikan kepastian dan kenyamananS: Pasien mengatakan cemas dan ketakutannya mulai berkurangO: KU memburuk Kegelisahan pasien berkurang, mulai tenangA: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensiBerikan kenyamananKolaborasi dengan keluarga

Keputusasaan berhubungan dengan penyakityang diderita

08.45 WIBMemberikan harapan yang terbaik bagi si pasien10.00 WIBSampaikan hal yang bersifat positif11.00 WIBBerikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun

S: pasien mengatakan dirinya mulai bisa menerima keadaanO:KU memburuk, pasien masih tertutup, putus asa mulai berkurangA: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensiBerikan motivasiKolaborasi dengan keluarga

1.Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi

08.00 WIBBerikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan10.00 WIB Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi11.00 WIBTingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian

S: Pasien mengatakan ia sudah bisa menerima dan mengerti tentang keadaannyaO: KU memburuk, kesedihan, kebingungan dan sikap murung pasien mulai berkurangA: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensiBantu klien mengungkapkan perasaannyaLakukan perawatan penuh perhatianKolaborasi dengan keluarga

2.Depresi berhubungan dengan kesedihn tentang dirinya dalam keadaan terminal

09.00 WIBLakukan hubungan interpersonal yang baik10.00 WIBBerikan simpati pada klien10.30 WIBIdentifikasi sumber koping11.00 WIBHibur dan motivasi pasien

S: Pasien sering mengatakan kesedihan, keputusasaan, dan kemurungannya mulai berkurangO:KU memburuk, pasien masih bingung dan cenderung menutup diriA: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensiBerikan simpati pada pasienHibur dan motivasi pasienKolaborasi dengan keluarga

Catatan perkembangan hari ketigaNoHari/Tanggal/JamDiagnosaKeperawatanImplementasiEvaluasi

1Jumat, 1 November 2012, 08.00 WIB1.Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

08.20 WIBDorong klien mengungkapkan ketakutannya08.45 WIBDukung mekanisme kopingefektif pasien09.30 WIBBerikan kepastian dan kenyamananS: pasien mengatakan dirinya takut dan cemas dengan kematian yang semakin mendekat.O: KU buruk, wajah pucat, turgor kulit menurun .A: Masalah teratasi sebagianP: lanjutkan intervensi.Kolaborasi dengan keluargaberi kenyamanan dan kepastian .

2.Keputusasaan berhubungan dengan penyakityang diderita

08.45 WIBMemberikan harapan yang terbaik bagi si pasien10.00 WIBSampaikan hal yang bersifat positif11.00 WIBBerikan motivasi kepada pasien yang bersifat membangun

S: pasien mengatakan dirinya ikhlas dengan apa yang akan terjadi pada dirinya.O:KU memburuk, gerakan tubuh mulai terbatas, tanda-tanda vital mulai menurunA: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensiBerikan motivasiKolaborasi dengan keluarga

3.Berduka berhubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi

08.00 WIBBerikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan10.00 WIB Bantu pasien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi11.00 WIBTingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian

S: Pasien mengatakan siap menerima semua keadaan yang akan terjadi pada dirinya.O: KU memburuk, kesedihan berkurang, mampu mengungkapkan perasaannya dan berbagi pada keluarga dan perawat.A: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensiBantu klien mengungkapkan perasaannyaLakukan perawatan penuh perhatianKolaborasi dengan keluarga

4.Depresi berhubungan dengan kesedihn tentang dirinya dalam keadaan terminal

09.00 WIBLakukan hubungan interpersonal yang baik10.00 WIBBerikan simpati pada klien10.30 WIBIdentifikasi sumber koping11.00 WIBHibur dan motivasi pasien

S:Pasien mengatakan kesedihan yang dialaminya berkurang.O:KU memburuk, pasien masih sulit mengungkapkan perasaannya dan cenderung menutup diri.A: Masalah teratasi sebagianP: Lanjutkan intervensiBerikan simpati pada pasienHibur dan motivasi pasienKolaborasi dengan keluarga