Spesifikasi Teknis.docx

46
RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS ( R K S) Pekerjaan ; PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG KAMPUS I UNKHAIR AKEHUDA UNIVERSITAS KHAIRUN PEKERJAAN PERSIAPAN LINGKUP PEKERJAAN 1.Lokasi pekerjaan terletak di Kampus 1 UNKHAIR Akehuda. 2. Pelaksanaan Pekerjaan meliputi ; mengadakan, mengangkut bahan- bahan, mengadakan peralatan dan tenaga kerja untuk penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya. 3.Pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor kepada pemberi tugas, setelah pekerjaan selsesai, termasuk menyingkirkan dan membersihkan segala bahan-bahan sisa pekerjaan/pembongkaran dan lain-lain yang sudah tidak dipergunakan. MOBILISASI 1.2.1. Umum 1.Uraian Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi ; a)Ketentuan Mobilisasi untuk semua Kontrak Penyewaan sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Penyedia Jasa dan kegiatan pelaksanaan.

Transcript of Spesifikasi Teknis.docx

RENCANA KERJA DAN SYARAT TEKNIS ( R K S)Pekerjaan ;

PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNGKAMPUS I UNKHAIR AKEHUDA

UNIVERSITAS KHAIRUN

PEKERJAAN PERSIAPAN

LINGKUP PEKERJAAN

1. Lokasi pekerjaan terletak di Kampus 1 UNKHAIR Akehuda.2. Pelaksanaan Pekerjaan meliputi ; mengadakan, mengangkut bahan- bahan,

mengadakan peralatan dan tenaga kerja untuk penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

3. Pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor kepada pemberi tugas, setelah pekerjaan selsesai, termasuk menyingkirkan dan membersihkan segala bahan-bahan sisa pekerjaan/pembongkaran dan lain-lain yang sudah tidak dipergunakan.

MOBILISASI1.2.1.Umum1. Uraian

Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi ;

a) Ketentuan Mobilisasi untuk semua Kontrak Penyewaan sebidang lahan yang diperlukan untuk base camp Penyedia Jasa dan kegiatan pelaksanaan.1. Mobilisasi semua Personil Penyedia Jasa sesuai dengan struktur organisasi pelaksana

yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan pekerja yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dalam Kontrak.Rencana Kerja dan Syarat Teknis (RKS) Pekerjaan Pemilaharaan Bangunan Gedung Kampus I UNKHAIR Akehuda 2

2. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang tercantum dalam Penawaran, dari suatu lokasi asal ketempat pekerjaan dimana peralatan tersebut akan digunakan menurut Kontrak ini.

3. Penyediaan dan pemeliharaan base camp Penyedia Jasa, jika perlu termasuk kantor lapangan, tempat tinggal, bengkel, gudang, dan sebagainya.

b) Ketentuan Mobilisasi Kantor Lapangan dan Fasilitasnya untuk Direksi Pekerjaan. Kebutuhan ini akan disediakan dalam Kontrak lain.

c) Ketentuan Mobilisasi Fasilitas Pengendalian Mutu Penyediaan dan pemeliharaan laboratorium uji mutu bahan dan pekerjaan di lapangan harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. gedung laboratorium dan peralatannya, yang dipasok menurut Kontrak ini, akan tetap menjadi milik Penyedia Jasa pada waktu proyek selesai.

d) Kegiatan Demobilisasi untuk semua Kontrak Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir Kontrak, termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum Pekerjaan dimulai.

2. Pekerjaan Lain yang Berkaitan dengan Pekerjaan Inia. Syarat-syarat Kontrakb. Kantor Lapangan dan Fasilitasnyac. Pelayanan Pengujian Laboratoriumd. Rekayasa Lapangane. Jadwal Pelaksanaanf. Pekerjaan Pembersihang. Selokandan Saluran Airh. Semua pekerjaan yang termasuk dalam Spesifikasi iniRencana Kerja dan Syarat Teknis

(RKS) Pekerjaan Pemilaharaan Bangunan Gedung Kampus I UNKHAIR Akehuda 3

3. Periode Mobilisasi

Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar harus diselesaikan dalam jangka waktu 14 hari terhitung mulai tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan Fasilitas dan Pelayanan Pengendalian Mutu, harus diselesaikan dalam waktu 45 hari.

Setiap kegagalan Penyedia Jasa dalam memobilisasi Fasilitas dan Pelayanan Pengendalian Mutu sebagimana disebutkan di atas, akan membuat Direksi Pekerjaan melaksanakan pekerjaan semacam ini yang dianggap perlu dan akan membebankan seluruh biaya tersebut ditambah sepuluh persen pada Penyedia Jasa, dimana biaya tersebut akan dipotongkan dari setiap uang yang dibayarkan atau akan dibayarkan kepada Penyedia Jasa menurut Kontrak ini.

4. Pengajuan Kesiapan Kerja

Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu program mobilisasi menurut detil dan waktu kesiapan pekerjaan, yang disyaratkan point 3 (periode mobilisasi) agar dapat memperlancar pengangkutan peralatan, instalasi atau bahan milik Penyedia Jasa, pekerjaan ini juga harus diserahkan bersama dengan program mobilisasi sesuai dengan ketentuan yang berlakupada spesifikasi ini.

1.2.2. Program Mobilisasi1. Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Penandatangan Kontrak, Penyedia Jasa harus

melaksanakan Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang dihadiri Pengguna Jasa, Direksi Pekerjaan, Wakil Direksi Pekerjaan (bila ada), dan Penyedia Jasa untuk membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non teknis, namun tidak terbatas pada poin-poin sebagai berikut ini :

a) Pendahuluan.b) Sinkronisasi Struktur Organisasi.Rencana Kerja dan Syarat Teknis (RKS) Pekerjaan

Pemilaharaan Bangunan Gedung Kampus I UNKHAIR Akehuda 4 Struktur Organisasi Pemilik. Struktur Organisasi Penyedia Jasa. Struktur Organisasi Direksi Pekerjaan.

c) Masalah-masalah Lapangan : Sumber-sumber Bahan Lokasi Base Camp

d) Wakil Penyedia Jasae) Pengajuan f) Persetujuang) Dokumen Penyelesaian Pekerjaan/Penyerahan Pertama PekerjaanSelesaih) Rencana Kerja :

Bagan Jadwal Pelaksanaan kontrakyang menunjukkan waktu dan urutan kegiatan utama yang membentuk Pekerjaaan

Rencana Mobilisasi Rencana Relokasi Rencana Kesehatan dan Keselamatan Kerja Program Mutu Rencana Inspeksi dan Pengujian Komunikasi dan korespondensi Rapat Pelaksanaandan jadwal pelaksanaan pekerjaan Pelaporan dan pemantauan

2. Dalam waktu 14 hari setelah Rapat Persiapan Pelaksanaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan Program Mobilisasi dan Jadwal Kemajuan Pelaksanaan kepada Direksi Pekerjaan untuk dimintakan persetujuannya.

3. Program mobilisasi harus menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi yang disyaratkan dalam Sub-Divisi 1.2. dan harus mencakup informasi tambahan berikut ini :Rencana Kerja dan Syarat Teknis (RKS) Pekerjaan Pemilaharaan Bangunan Gedung Kampus I UNKHAIR Akehuda 5a) Lokasi base camp Penyedia Jasa dengan denah lokasi umum dan denah detil di

lapangan yang menunjukkan lokasi kantor Penyedia Jasa.b) Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan

yang tercantum dalam daftar peralatan yang diusulkan dalam Penawaran, bersama dengan usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan di lapangan.

c) Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam Penawaran harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

d) Suatu daftar detil yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan, usulan metodologi pelaksanaan dan jadwal tanggal mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur.

e) Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.

1.2.3.Pengukuran Dan Pembayaran1. Pengukuran

Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan atas dasar jadwal kemajuan mobilisasi yang lengkap dan telah disetujui pada Pasal tersebut diatas.

2. Dasar Pembayaran

Mobilisasi harus dibayar atas dasar lump sum menurut jadwal pembayaran yang diberikan, dimana pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, dan untuk semua pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan dalam spesifikasi ini. Walaupun demikian Direksi Pekerjaan dapat setiap saat selama pelaksanaan Rencana Kerja dan Syarat Teknis (RKS) Pekerjaan Pemilaharaan Bangunan Gedung Kampus I UNKHAIR Akehuda 6pekerjaan, memerintahkan Penyedia Jasa untuk menambah peralatan yang dianggap perlu tanpa menyebabkan perubahan harga lump sum untuk mobilisasi.

Pembayaran biaya lump sum ini akan dilakukan dalam tiga angsuran sebagai berikut:

a) 50 % (lima puluh persen) bila mobilisasi 50 % selesai, dan pelayanan atau fasilitas pengujian laboratorium telah lengkap dimobilisasi.

b) 20 % (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada di lapangan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

c) 30 % (tiga puluh persen) bila demobilisasi selesai dilaksanakan.

Bilamana Penyedia Jasa tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan salah satu dari kedua batas waktu yang disyaratkan, maka jumlah yang disahkan Direksi Pekerjaan untuk pembayaran adalah persentase angsuran penuh dari harga lump sum Mobilisasi dikurangi sejumlah dari 1 % (satu persen) nilai angsuran untuk setiap keterlambatan satu hari dalam penyelesaian sampai maksimum 50 (lima puluh) hari.

KANTOR LAPANGAN DAN FASILITASNYA

1.3.1. Umum1.Uraian Pekerjaan

Menurut Sub-Divisi ini, Penyedia Jasa harus membangun, menyediakan, memasang, memelihara, membersihkan, menjaga, dan pada saat selesainya Kontrak harus memindahkan atau membuang semua bangunan kantor darurat, gudang-gudang penyimpanan, barak-barak pekerja dan bengkel-bengkel yang dibutuhkan untuk pengelolaan dan pengawasan proyek.

2.Pekerjaan Lain yang Berkaitan a) Mobilisasi.b) Bahan dan Penyimpanan.c) Pekerjaan Pembersihan (awal dan ahkir).

3.Ketentuan Umuma) Penyedia Jasa harus mentaati semua peraturan-peraturan Nasional maupun Daerah.b) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan lokasi umum dan denah

lapangan yang telah disetujui dan merupakan bagian dari Program Mobilisasi, dimana penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

c) Bangunan untuk kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga terbebas dari polusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan.

d) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.

e) Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.

f) Sesuai pilihan Penyedia Jasa, bangunan dapat dibuat di tempat atau dirakit dari komponen-komponen pra-fabrikasi.

g) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan diatas pondasi yang mantap dan dilengkapi dengan penghubung dengan untuk pelayanan utilitas.

h) Penyedia Jasa harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) yang memadai di seluruh barak, kantor, gudang, dan bengkel.

1.3.2. Kantor Penyedia Jasa Dan Fasilitasnya1.Umum

Penyedia Jasa harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok dan memenuhi kebutuhan proyek sesuai dari spesifikasi ini.

2. UkuranUkuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum Penyedia Jasa dan

harus menyediakan sebuah ruangan yang digunakan untuk rapat terkait dengan pekerjaan yang dilaksanakan.

3. Alat Komunikasia) Penyedia Jasa harus menyediakan Telpon satu atau dua arah dan dapat beroperasi

selama periode kontrak.b) Bilamana sambungan saluran telepon tidak mungkin disediakan, atau tidak dapat

disediakan dalam periode mobilisasi, maka Penyedia Jasa harus menyediakan pengganti telpon satelit (menggunakan sistem satelit Inmarsat atau Iridium atau sejenis) yang dapat berkomunikasi 2 arah (2-way) dengan jelas dan dapat diandalkan antara kantor Pengguna Jasa di Ibukota Provinsi, kantor Tim Supervisi Lapangan dan titik terjauh di lapangan. Sistem telpon harus dipasang di kantor utama dan semua kantor cabang serta digunakan sesuai dengan petunjuk dari Direksi Pekerjaan.

4. Perlengkapan dalam Ruang Rapat dan Ruang Penyimpanan Dokumentasi Proyeka) Meja rapat dengan kursi untuk paling sedikit 8 orangb) Rak atau laci untuk penyimpanan gambar dan arsip untuk Dokumentasi Proyek secara

vertikal atau horisontal, yang ditempatkan di dalam atau dekat dengan ruang rapat.

5. Gudang Penyimpanan Bahan/Material

a) Penyedia Jasa harus menyediakan sebuah gudang lapangan yang diberi perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya listrik, untuk menyimpan dan menampung bahan/material yang akan digunakan dalam pekerjaan.

b) Penempatan lokasi gudang penyimpanan bahan/material ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan daerah pekerjaan.

c) Gudang penyimpanan bahan/material dibuat dengan menggunakan komponen-komponen pra-fabrikasi, atas persetujuan dari Tim Teknis.

1.3.3. Pengukuran Dan Pembayaran

Bangunan yang diuraikan dalam pekerjaan ini, akan dibayar menurut pembayaran lump sum untuk mobilisasi sesuai dengan spesifikasi ini, dimana pembayaran harus dianggap kompensasi penuh untuk pembuatan, penyediaan, pelayanan, pemeliharaan, pembersihan dan pembongkaran semua bangunan tersebut setelah pekerjaan selesai.

BANGUNAN GEDUNG

PEKERJAAN PASANGANBATU, PLESTERAN DAN ACIAN

2.1.1. Pasangan Dinding Batu Bata

Dalam proses adukan, diusahakan perekat selalu dalam keadaan belum mengeras. Jarak waktu pencampuran adukan perekat dengan pemasangan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) menit terutama untuk adukan kedap air. Penempatan klos kayu, angker, dan pemasangan alat-alat lain dalam pasangan ini harus diperhatikan dan disesuaikan dengan gambar yang ada dan petunjuk pengawas lapangan.

Selama pasangan dinding ini belum difinishing, kontraktor wajib untuk memelihara dan menjaga dari kerusakan atau pengotoran bahan. Jika pada saat akan difinishing, kontraktor harus memperbaikinya atas biaya tanggungan kontraktor sampai dinyatakan diterima oleh pengawas lapangan.

1. Pasangan dinding dibuat dari batu bata/semen dengan adukan 1 pc : 5 pasir.2. Dinding kedap air adukan 1 pc : 2 pasir, dipasang pada

Pasangan batu bata setinggi sampai dengan + 0,30 m dari atas lantai. Pasangan Saluran air hujan/air kotor dan septicktank Dinding KM/WC setinggi + 1,50 m dari atas lantai

3. Ukuran tebal dinding 15 cm setelah diplester4. Pada prinsipnya dinding harus diperkuat dengan kolom praktis, atau diperkuat setiap

luasan 12 m2

2.1.2. Pekerjaan Plesteran1. Kualitas dan gradasi pasir dan semen yang digunakan untuk pekerjaan plesteran harus

telah diteliti dan disetujui oleh Tim Teknis.2. Plesteran dilakukan setelah selesainya pemasangan pipa kabel listrik dan pipa air

atau instalasi lain yang akan dipasang dan ditentukan dalam persyaratan teknis khusus.3. Sebelum diplester, dinding harus disiram dengan air sehingga jenuh air.4. Campuran plester yang digunakan adalah sebagai berikut :

Plesteran dinding luar dan dalam menggunakan campuran 1 Pc : 3 Pasir Plesteran pondasi menggunakan campuran 1 Pc : 3 Pasir Plesteran beton menggunakan campuran 1 Pc : 2 Pasir Plesteran dinding WC/KM + Bak air menggunakan campuran 1 Pc : 2 Pasir.

5. Plesteran dan acian menggunakan campuran 1 pc : 5 ps digunakan untuk pekerjaan plesteran.

2.1.3. Pekerjaan Acian1. Seluruh bidang tembok/beton yang telah di pleleter harus diaci.2. Pekerjaan aci dilakukan setelah permukaan tembok bekas plester kering3. Bahan Aci adalah dari pasta semen dengan komposisi campuran semen dan air menurut

perintah direksi.4. Setelah diaci, permukaan bekas aci digosok sampai terlihat rata dan mengkilat.5. Tim teknis berhak meminta kontraktor untuk mengulangi pekerjaan acian atau

menggosok ulang apabila dirasakan pekerjaan tersebut kurang bagus.

PEKERJAAN RANGKA ATAP DAN PENUTUP ATAP

2.2.1. Rangka Atap

Yang termasuk dalam pekerjaan rangka atap adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Konstruksi kuda - kuda.Konstruksi dibuat dari konstruksi kayu klas I (kayu besi atau yang sejenis) ukuran 8/12 cm dan 6/12 cm atau disesuaikan dengan gambar rencana.

2. Gording.Gording menggunakan kayu klas II (kayu Matoa/kayu sejenis) ukuran 5/10 cm atau sesuaikan dengan gambar.

3. Usuk dan rengUsuk dan reng menggunakan kayu klas II dengan ukuran 3/5 cm untuk reng dan 5/7 cm untuk usuk.

4. Balok bubunganBalok bubungan digunakan kayu besi 8/12 cm atau kayu yang sejenis, untuk papan nok digunakan kayu besi 3/20 cm.

5. Papan tepi/listplang doublePapan tepi/listplang double digunakan kayu klas II ukuran 3/20 cm dan 3/25 cm atau sesuaikan dengan gambar. Papan ini harus diserut pada semua permukaan sehingga rata dan lurus, pada sambungan papan ini digunakan sambungan ekor burung, kemudian papan listplank ini dimeni serta dicat mengkilat.

6. Ikatan angin

Ikatan angin adalah kayu penguat/skoor antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda yang lainnya. Pemasangannya sesuaiakan dengan gambar rencana. Bahan kayu yang digunakan kayu Klas II sejenis Matoa ukuran 5/10 cm.

2.2.2. Penutup Atap

Penutup atap menggunakan spandeck berwarna, dipasang pada Semua Bangunan. Pihak Kontraktor/pelaksana harus menunjukkan contoh spandeck yang akan digunakan kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuannya. Pemasangan penutup atap harus rata, rapi dan lurus dengan menggunakan ukuran atau menggunakan benangan agargelombang menjadi satu garis lurus. Spesifikasi material yang digunakan dengan matrial zincalum dengan ketebalan minimum 0,3 mm.

Selain itu juga penggunaan material harus memberikan perlindungan terhadap cuaca, suara dan panas, lentur dan tahan lama dengan memiliki jaminan penggunaan 10 tahun serta tidak mudah berkarat, rapuh dan anti jamur.

PEKERJAAN KOSEN, DAUN PINTU DAN JENDELA

2.3.1. Kosen Pintu dan Kosen Jendela

Yang termasuk dalam pekerjaan kosen pintu dan kosen jendela adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Bahan kosen digunakan kayu kelas I/besi ukuran 7/11 cm.2. Semua kayu kosen yang berhubungan dengan dinding atau kolom beton harus

dilengkapi dengan angker besi diameter 8 mm panjang 12 cm, sebanyak 3 buah untuk setiap sisi. Untuk kosen pintu, tiang yang berhubungan dengan lantai harus dilengkapi dengan duk besi diameter 8 mm panjang 20 cm dan dicor dengan beton adukan 1pc : 2ps : 3 kr setinggi + 10 cm dari atas lantai.

3. Semua kosen dapat disetel dan dipasang apabila telah mendapat persetujuan secara tertulis dari Direksi.

2.3.2. Daun Pintu

Yang termasuk dalam pekerjaan daun pintu adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Daun pintu terdiri dari papan kayu klas I setera kayu Gofasa (pintu panel) ukuran rangka panil/papan tebal 3,00 cm. Konstruksi daun pintu panil disesuaikan dengan detail pada gambar.

2. Khusus untuk pintu KM/WC memakai pintu panel lapis aluminium atau Seng Plat 0.30 mm. tiap Daun pintu dipasang 3 (tiga) buah engsel kupu-kupu dari kuningan yang berkualitas baik.

3. Pintu Panel mempunyai ukuran bersih 150 cm x 210 cm dengan mempunyai dua bukaan, masing-masing bukaan dipasang 3 engsel.

4. Kunci pintu adalah kunci pintu dengan dua kali putaran. Direksi berhak menolak apabila kunci yang dipakai mengalami cacat.

5. Engsel untuk pintu adalah engsel ukuran 3” X 4”, dengan merek yang dipakai harus dengan persetujuan direksi.

6. Direksi berhak meminta kontraktor untuk mengganti engsel, kait angin, grendel, kunci dan kaca apabila ditemukan barang tersebut tidak sesuai spesifikasi atau cacat.

7. Semua daun pintu sebelum dicat harus dihaluskan lebih dahulu dengan kertas gosok serta apabila ada lubang-lubang kecil pada sambungan harus ditutup dengan dempul, perletakan daun pintu tersebut dapat dilihat pada gambar rencana.

2.3.3. Daun Jendela

Yang termasuk dalam pekerjaan daun jendela adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Daun jendela dilengkapi dengan 2 (dua) buah engsel kuningan yang berkualitas baik, dan dilengkapi dengan kait angin sebanyak 2 buah (sepasang). Untuk penguncian jendela digunakan kunci slot dengan kualitas baik atas persetujuan Tim Teknis.

2. Semua daun jendela digunakan bingkai jendela dan kaca, sedangkan untuk kayu yang digunakan pada bingkai/daun jendela adalah kayu besi 3/10 cm.

3. Kait Angin yang dipasang berjumlah 2 buah untuk tiap daun jendela dengan ukuran dan model harus dengan persetujuan Tim teknis.

4. Engsel jendela berukuran 2” X 3”, dengan merek yang dipakai harus dengan persetujuan direksi.

5. Engsel jendela yang dipakai berjumlah 2 pasang untuk tiap lembar daun jendela. Sedangkan grendel dengan ukuran 3” atau dengan persetujuan direksi dipasang 1 buah untuk tiap daun jendela.

6. Ukuran bingkai jendela sesuai gambar. 7. Lebar dan tebal les jendela kaca sesuai gambar atau sesuai pengarahan Tim Teknis.

PEKERJAAN PLAFOND

Cakupan yang termasuk dalam pekerjaan Plafond yang tertuang dalam kontrak ini harus dilaksanakan sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi. Adapun pekerjaan ini terdiri dari Rangka plafond, Penutup plafond.

2.4.1. Rangka plafond

Bahan dari rangka plafond adalah kayu klas II setara Kayu Matoaatau yang sejenis. Rangka utama digunakan kayu ukuran 5/10 cm, dipasang setiap jarak 2,4 m setiap jalur (atau

setiap luas 5,76 m2 ) Rangka pembaginya digunakan kayu ukuran 5/5 cm, dipasang setiap 0.72 m2, atau 1,2 x 0,6 m2. (atau sesuaikan gambar) Semua hubungan rangka digunakan klos kayu penyangga yang diperkuat dengan paku dan digantung pada balok gording atau balok kuda-kuda. Semua permukaan yang akan berhubungan dengan bahan penutup plafond harus diketam/diserut halus dan rata.

2.4.2. Penutup plafond

Penutup plafond digunakan triplek 5 mm, ukuran luas tripleks adalah 0,6 x 1.2 m2

, dipasang dengan nat 4 mm, dengan menggunakan tripleks utuh dengan kompensasi plafond tersebut dicat rapi. Pemasangan triplek digunakan paku triplek setiap jarak 10 cm, kepala paku dipipihkan sehingga kepala paku dapat masuk kedalam kemudian semua bekas kepala paku harus ditutup dengan plamir.

PEKERJAAN LANTAI/UBIN

2.5.1. Pekerjaan Pemasangan Keramik

Ubin/Lantai yang digunakan adalah yang memenuhi standar dengan kwalitas setara Ikad, untuk pelapis lantai yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sesuai dengan spesifikasi dari ruang yang digunakan. Ukuran yang digunakan adalah :

1. Lantai Keramik Laboratorium 40 X 40 Cm. (tekstur kasar)2. Lantai Keramik Ruang Kelas 30 X 30 Cm. (polos)3. Lentai meja keramik 20 X 20 Cm. (polos)4. Spesi 1 : 5 tebal 5 cm.

2.5.2. Pola Pemasangan Dan Warna Keramik

Pola pemasangan dan warna keramik yang digunakan ditentukan oleh pengawas lapangan atau ditentukan lain serta pemasangannya harus rata dan waterpass sesuai dengan ketinggian yang ditentukan. Nat-nat ubin tidak boleh lebih dari 4 mm yang diisi/dicor dengan cairan semen warna sesuai warna ubin maupun keramiknya. Nat-nat harus merupakan garis lurus.

2.5.3. Pemotongan Ubin

Pemotongan ubin maupun keramik harus dilakukan dengan menggunakan mesin pemotong tegel, bekas-bekas pemotongan harus dihaluskan dengan batu asah.

PEKERJAAN PENGECATAN

2.6.1. Pengecetan Permukaan Lama Dengan Cat Tembok

Yang termasuk dalam pekerjaan pengecetan permukaan lama dengan cat tembok adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Kualitas Cat yang digunakan setara dengan Matex2. Bidang yang di Cat terlebih dahulu harus dibersihkan hingga permukaannya rata dan

halus.3. Pengecatan tembok pada bidang yang luas mempergunakan roller, sedangkan pada

bidang yang sempit mempergunakan kuas dengan minimal 3 kali sapuan tiap lapisan, dan Pengecatan dilakukan sebanyak dua lapis

4. Penggunaan warna pada bidang yang di Cat disesuaikan dengan warna sebelumnya.5. Tim Teknis berhak meminta kontraktor untuk mengulangi kembali pekerjaan

pengecatan apabila dilihat kulitas cat belum memperlihaktkan hasil yang optimal. Batasan optimal ditentukan oleh Tim Teknis.

2.6.2. Pengecetan Permukaan Baru Eksterior Dengan Cat Tembok

Yang termasuk dalam pekerjaan pengecetan permukaan baru eksterior dengan cat tembok adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Bidang yang di Cat terlebih dahulu harus dibersihkan hingga permukaannya rata dan halus.

2. Kualitas Cat dasar menggunakan Cat Alkali Resisting Primer setara dengan Dulux.3. Kualitas Cat penutup setara dengan Dulux. 4. Pengecatan tembok pada bidang yang luas mempergunakan roller, sedangkan pada

bidang yang sempit mempergunakan kuas dengan minimal 3 kali sapuan tiap lapisan, dan Pengecatan dilakukan sebanyak dua lapis.

5. Penggunaan warna pada bidang yang di Cat disesuaikan dengan petunjuk Tim Teknis.6. Tim Teknis berhak meminta kontraktor untuk mengulangi kembali pekerjaan

pengecatan apabila dilihat kulitas cat belum memperlihaktkan hasil yang optimal. Batasan optimal ditentukan oleh Tim Teknis.

7. Pengupasan Cat lama pada dinding menggunakan larutan kimia soda api atau dengan persetujuan Tim Teknis.

2.6.3. Pengecetan Permukaan Baru Dengan Cat Kayu

Yang termasuk dalam pekerjaan pengecetan permukaan baru dengan cat kayu adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Bidang yang di Cat terlebih dahulu harus didempul, digosok dan dibersihkan hingga permukaannya rata dan halus.

2. Sebelum kayu dicat, dasar kayu harus sebelumnya di meni paling sedikit 2 kali, satu lapis cat dasar dan dua lapis cat penutup.

3. Kualitas Cat Kayu setara dengan Avian 4. Pengecatan kayu menggunakan kuas, minimal 3 kali sapuan tiap lapisan.5. Bagian kayu yang dicat adalah kosen pintu, jendela, bingkai pintu,bingkai jendela,

lisplank dan jalusi yang digunakan dari kayu. 6. Tim Teknis berhak meminta kontraktor untuk mengulangi kembali pekerjaan

pengecatan apabila dilihat kulitas cat belum memperlihaktkan hasil yang optimal. Batasan optimal ditentukan oleh Tim Teknis.

2.6.4. Pengecetan Permukaan Lama Dengan Cat Kayu

Yang termasuk dalam pekerjaan pengecetan permukaan lama dengan cat kayu adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Bidang yang di Cat terlebih dahulu harus dibersihkan hingga permukaannya rata dan halus.

2. Sebelum kayu dicat, dasar kayu harus di Cat dasar satu lapis dan satu lapis cat penutup.3. Penggunaan warna pada bidang yang di Cat disesuaikan dengan warna sebelumnya.4. Kualitas Cat Kayu setara dengan Avian 5. Pengecatan kayu menggunakan kuas, minimal 3 kali sapuan tiap lapisan.6. Bagian kayu yang dicat adalah kosen pintu, jendela, bingkai pintu, bingkai jendela,

lisplank dan jalusi yang digunakan dari kayu. 7. Tim Teknis berhak meminta kontraktor untuk mengulangi kembali pekerjaan

pengecatan apabila dilihat kulitas cat belum memperlihaktkan hasil yang optimal. Batasan optimal ditentukan oleh Tim Teknis.

PEKERJAAN KACA, KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG

2.7.1. Pekerjaan Kaca

Yang termasuk dalam pekerjaan kaca adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Penggunaan kaca untuk Laboratorium menggunakan kaca polos tebal 3 mm.2. Penggunaan kaca untuk Gedung Kantor menggunakan kaca polos tebal 5 mm.3. Kaca harus dipasang menurut ukuran kusen dengan kelonggaran cukup, sehingga pada

waktu kaca mengembang tidak pecah dan kaca yang telah dipasang harus tertanam rapih dan kokoh pada rangka terutama pada sudut sudutnya.

4. Kaca yang dipasang pada kusen semua sudutnya harus ditumpulkan dan sisi tepinya digosok hingga tidak tajam.

5. Setelah selesai dipasang, kaca harus dibersihkan dan yang sudutnya retak/pecah atau tergores harus diganti, selain itu, pada pemasangannya, pertemuan antara kaca dan kayu harus diberi pengaman/dempul kayu kemudian dijepit dengan list kaca, ukuran list kaca tebal 1 cm lebar 2 cm.

2.7.2. Pekerjaan Grendel Pintu/Jendela

Grendel pintu memakai grendel tanam. Grendel tanam dipasang tertanam dalam daun pintu ganda pada sisi ketebalan daun pintu yaitu pada daun pintu yang tidak dipasang kunci (bukan pada bidang pintu), sedangkan untuk penempatannya, menggunakan Grendel tanam dipasang 2 (dua) buah, satu diatas dan yang satunya dibawah, dan untuk Grendel jendela memakai grendel slot, dipasang 1 (satu) buah untuk setiap daun jendela.

2.7.3. Pekerjaan Engsel

Engsel yang digunakan adalah engsel kuningan ukuran 3" untuk daun jendela dan ukuran 4" untuk daun pintu, dimana untuk daun pintu digantung dengan engsel sebanyak 3 buah dan untuk daun jendela dipasang 2 buah engsel.

2.7.4. Pekerjaan Kunci

Kunci yang dimaksud adalah kunci tanam yang dipasang pada sisi ketebalan daun pintu dengan kwalitas baik. Kunci tanam dipasang harus lengkap dengan plat anak kunci sebanyak 3 buah dan plat-plat penyangkut lidah-lidah kunci.

PEKERJAAN PEMBONGKARAN

2.8.1. Pembongkaran Atap

Yang termasuk dalam pembongkaran atap adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Pembongkaran atap lama meliputi pembongkaran atap seng, bubungan dan listplank.

2. Pelaksanaan pembongkaran dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak merusak atap seng atau konstruksi lain.

3. Hasil bongkaran dirapihkan agar tidak mengganggu pemasangan kembali atap baru.

2.8.2. Pembongkaran Plafond

Yang termasuk dalam pembongkaran plafond adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Pembongkaran plafond ditujukan pada plafond yang mengalami kerusakan, meliputi pembongkaran rangka dan lembar plafond.

2. Pelaksanaan pembongkaran dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak plafond yang masih baik.

3. Hasil bongkaran dibuang diluar lokasi kerja agar tidak mengganggu pekerjaan lain.

2.8.3. Pembongkaran Lantai

Yang termasuk dalam pembongkaran lantai adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Pembongkaran lantai ditujukan pada lantai ubin semen pada ruang Kelas dan Laboratorium.

2. Pelaksanaan pembokaran perlu memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja3. Pelaksanaan pembongkaran dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi kerusakan

agar dapat digunakan kembali.4. Hasil bongkaran dirapihkan diluar lokasi kerja agar tidak mengganggu pekerjaan lain.

2.8.4. Pembongkaran Kosen

Yang termasuk dalam pembongkaran kosen adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Pembongkaran kosen ditujukan pada pada ruang Laboratorium.2. Pelaksanaan pembokaran perlu memperhatikan Kesehatan danKeselamatan Kerja (K3)3. Pelaksanaan pembongkaran kosen menggunakan gurinda dan dilakukan dengan hati-

hati agar tidak merusak dinding.4. Hasil bongkaran dirapihkan agar tidak mengganggu pekerjaan lain.

2.8.5. Pembongkaran Gording

Yang termasuk dalam pembongkaran gordin adalah meliputi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :

1. Pembongkaran gording ditujukan pada bagian yang mengalami kerusakan, meliputi pembongkaran rangka kuda-kuda, kasau dan gording.

2. Pelaksanaan pembongkaran dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak plafond yang masih baik.

3. Pelaksanaan pembokaran perlu memperhatikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)4. Hasil bongkaran dibuang di luar lokasi kerja agar tidak mengganggu pekerjaan lain.

MEKANIKAL & ELEKTRIKAL ENGINEERING

PEKERJAAN PENCAHAYAAN

3.1.1. Pencahayaan Pada Bangunan

Perencanaan pencahayaan buatan perlu memenuhi fungsi pokok dari pencahayaan penerangan buatan itu sendiri dalam kondisi pemakaian yang normal dengan pemeliharaan yang wajar. Adapun fungsi pokok penerangan (illuminasi) buatan di dalam gedung, baik diterapkan tersendiri maupun dalam kombinasi dengan penerangan alami siang hari adalah :

a) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan penghuni-penghuni melihat detail-detail dari tugas dan kegiatan visual secara mudah dan tepat,

b) Memungkinkan penghuni-penghuni berjalan dan bergerak secara mudah dan aman,c) Menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi.1. Pencahayaan Alami

Pencahayaan diperlukan karena kita tidak dapat sepenuhnya tergantung dari ketersediaan pencahayaan alami.Misalnya pada malam hari atau di ruang yang tak terjangkau oleh cahaya alami. Dengan demikian, sudah semestinya pencahayaan bersifat saling mendukung dengan pencahayaan alami.setiap lampu dibuat dengan tujuan tertentu dan mempunyai arah yang disesuaikan dengan tujuannya.

Secara sederhana, desain illuminasi menyangkut sejumlah fluks cahaya (lumen) dari sumber cahaya ke suatu permukaan yang perlu diterangi. Sementara itu lux adalah satuan fluks cahaya yang yang effektif mencapai tiap meter persegi daripada permukaan itu yang

tentu saja sebanding dengan kekuatan radiasi daripada sumber cahayanya yang dinyatakan dengan candles. Untuk mendapatkan illuminasi yang diinginkan, selain besarnya fluks cahaya minimal yang diperlukan, juga perlu diperhatikan distribusi cahayanya sendiri. Karakter distribusi cahaya itu di tetapkan oleh lampu beserta armatur (luminaire) yang dipakai, antara lain oleh reflektornya yang menghasilkan berkas cahaya yang sempit terarah ataupun berkas yang lebar diffuse.

Pada masing-masing armatur disediakan suatu tabel faktor utilisasi sebagai fungsi dari indeks ruang dan pemantulan oleh langit-langit, dinding dan permukaan yang perlu diterangi.Disamping itu kita juga perlu memperhatikan depresi dari pada lampu, reflektornya, permukaan permukaan yang memantulkan, karena defresi itu turut mengurangi taraf illuminasi.Pencahayaan buatan harus senantiasa dilihat dari sisi kualitas dan kuantitasnya.

2. Pencahayaan Buatan

Makna pencahayaan buatan bukanlah sekadar menyediakan lampu dan terangnya, tetapi lebih untuk membentuk suasana. Jadi pencahayaan bukan hanya masalah praktis tapi juga estetis. Dari titik tolak pandang tersebut, memilih bentuk, jenis, warna lampu, dan peletakannya dapat menjadi suatu pekerjaan yang mengandung unsur permainan yang sangat menyenangkan. Efek yang diberikan oleh lampu dapat melampaui apa yang kita harapkan. Dia tidak hanya memberikan terang untuk bekerja, tetapi juga membantu membentuk agar suasana kerja menjadi nyaman dan menyenangkan.

Dengan demikian, dalam merancang pencahayaan kita harus mengikuti standard kebutuhan cahaya dan memikirkan bagaiman suasana yang tercipta bias menyenangkan dan menambah keindahan. sistem pencahayaan dalam bangunan gedung kantor, laboratorium, ruang kelas dan lampu penerangan jalan serta taman dapat dikelompokkan menjadi :

a) Sistem pencahayaan merata

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan,digunakan jika tugas visual yang dilakukan di seluruh tempat dalam ruanganmemerlukan tingkat pencahayaan yang sama.Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secaramerata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit.

b) Sistem pencahayaan setempat

Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Ditempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur padalangit-langit di atas tempat tersebut.

c) Sistem pencahayaan gabungan merata dan setempat

Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual.

Dalam membangun sebuah gedung kantor, laboratorium, ruang belajar, mushola, gereja, lampu penerangan jalan dan taman para arsitek perlu memperhatikan konsumsi energy, seiring isu pemanasan global yang marak diperbincangkan, makna pencahayaan bukanlah sekadar menyediakan lampu, praktis dan terangnya, tetapi lebih untuk membentuk suasana yang estetis.

3. Sistem Pencahayaan Gabungan

Dalam penggunaan sistem pencahayaan gabungan pada tiap-tiap bangunan sebaiknya digunakan untuk :

a) Tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi.b) Memperlihatkan bentuk dan tekstur yang memerlukan cahaya datang dari arah

tertentu.c) Pencahayaan merata terhalang, sehingga tidak dapat sampai pada tempat

yangterhalang tersebutd) Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi diperlukan untuk orang tua atau yang

kemampuan penglihatannya sudah berkurang.4. Cakupan Pencahayaan

Dari segi cakupan pencahayaan pada tiap-tiap unit bangunan dapat dikelompokkan menjadi :

a) Pencahayaan umum

General lighting yaitu pencahayaan merata untuk seluruh ruangan dan dimaksudkan untuk memberikan terang merata, walau mungkin minimal,agar tidak terlalu gelap.

b) Pencahayaan kerja

Task lighting adalah pencahayaan fungsional untuk kerja visual tertentu, biasanya disesuaikan dengan standar kebutuhan penerangan bagi jenis kerja bersangkutan.

c) Pencahayaan aksen

Accent lighting adalah pencahayaan yang diarahkan langsung ke objek tertentu untuk memperkuat penampilannya

d) Pencahayaan Ambient

Ambient lighting adalah cahaya keseluruhan dalam suatu ruang yang merupakan efek gabungan dari pencahayaan umum, akseen, dan lain-lain.

5. Pencahayaan pada Lampu Penerangan Jalan

Tujuan utama dari pencahayaan penerangan lampu jalan bagi pengendara dan pejalan kaki adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif pada malam hari bagi kecepatan, keakuratan dan kenyamanan, dan prinsip dasar pencahayaan jalan adalah untuk menerangi bidang horizontal atau jalan itu sendiri sehingga pencahayaan dapat memberikan orientasi dan informasi visual kepada pengendara mengenai kondisi yang ada pada jalan tersebut dan arah yang dituju oleh jalan tersebut. Dalam mendesain pencahayaan jalan harus mempertimbangkan aspek sebagai berikut :

a) Tingkat penerangan

Hal ini tergantung pada lokasi, jumlah pejalan kaki, lalu lintas kendaraan, tingkat cahaya sekitar, dan peraturan pemerintah.

b) Keselamatan

Orang akan merasa aman jika bias melihat dengan jelas lingkungan sekitarnya, oleh karna itu pencahayaan harus dapat menciptakan pandangan yang jelas bagi penguna jalan.

c) Material

Material paving atau tempat berjalan dengan berbagai jenis, bentuk dan warna.

d) Pola lampu

Pencahayaan disepanjang jalur jalan disebut baik jika pencahayaan tersebut tidak membingungkan para penguna jalan. Maka perlu diatur pola penempatan lampu dan jenis lampu yang akan dipasang.

e) Pemilihan jenis armature

Hal ini mencakup dua hal, yaitu sebagai bagian dari dekorasi dan sebagai penyedia efek lampu dari lokasi yang tersembunyi.

6. Pencahayaan pada Taman

Pencahayaan pad ataman meliputi pencahayaan pada pohon, semak, bunga, dan jalur bahkan bila memungkin, pencahayaan kolam dan air mancur. Tujuan pencahayaan ini adalah untuk mendefinisikan elemen-elemen yang terdapat di taman, baik elemen vegetasi, elemen air maupun elemen pendukung lainya.

Untuk memilih teknik pencahayaan yang sesuai untuk tamanan tertentu, perancang perlu memperhatikan bagaimana tamanan membentuk komposisi cahaya dan juga efek visual yang ingin ditampilkan pada tamanan. 3 variabel yang dipakai untuk merancang pencahayaanpada tamanan:

a) Arah cahaya

Arah cahaya ini terdiri dari uplight, downlight,atau side light.

b) Lokasi pemasangan

Memerlukan pertimbangan letak terhadap tamanan, apakah didepan, disamping atau dibelakang tamanan atau kombinasinya, keputusan itu mempengaruhi bentuk, warna, detail, efek 3 dimensi dan tektur dari tamanan yang disinari

c) Jumlah cahaya

Variable ini menunjukan pentingnya tanaman pada desain secara keseluruhan.

Jenis material tanaman turut mempengaruhi desain pencahayaan yang ada, elemen-elemen tersebut adalah karakteristik fisik, penampilan fisik, dan pertumbuhan. Apakah pohon menjadi fokus utama dalam taman ? Tergantung dari seberapa besar cahaya yang mengenainya. Untuk menciptakan bentuk, mengikat area ke dalam kesatuan komposisi disebut pencahayaan frontlighting, sedangkan untuk menimbulkan keterarikan pada suasana dan dapat menambah kedalaman dengan memisahkan tanaman dari latar belakangnya disebut backlighting, sedangkan sidelighting memberikan tekanan tektur pada tanaman dan menciptakan bayangan, baik vertical maupun horizontal.

3.1.2. Tingkat Pencahayaan Minimum Yang Direkomendasikan

Tingkat pencahayaan minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagaifungsi ruangan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.2. Fungsi Ruang dan Tingkat Pencahayaan

No Fungsi Ruang Tingkat Kelompok KeteranganPencahayaan Redensi Warna

3.1.3. Spektrum Cahaya

Dalam pemilihan lampu, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu tampak warna yangdinyatakan dalam temperatur warna dan efek warna yang dinyatakan dalam indeksrenderasi warna.Temperatur warna yang lebih besar dari 5300 Kelvin tampak warnanya dingin, 3300 ~ 5300Kelvin tampak warnanya sedang dan lebih kecil dari 3300 Kelvin tampak warnanya hangat.

Untuk perkantoran di Indonesia disarankan memakai temperatur warna lebih besar dari 5300Kelvin atau antara 3300 ~ 5300 Kelvin.Indeks renderasi warna dinyatakan dengan angka 0 sampai dengan 100, dimana angka 100 menyatakan warna benda yang dilihat akan sesuai dengan warna aslinya. Lampu pijar dan lampu halogen mempunyai indeks renderasi warna mendekati 100.

3.1.4. Pengujian Tingkat Pencahayaan

Pengujian kinerja sistem pencahayaan dimaksudkan untuk mengetahui dan atau menilai kondisi suatu sistem pencahayaan apakah masih, sudah atau belum memenuhi

standar atau ketentuan pencahayaan yang berlaku.Pengujian dimaksudkan untuk memeriksa, mengamati danmengukur :

Tingkat pencahayaan (Lux). Indeks kesilauan.

Sebagaimana diuraikan terdahulu, tingkat pencahayaan dari suatu sumber cahaya buatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : posisi pemasangan, umur lampu, pemeliharaan dan tegangan listrik. Demikian juga tingkat kesilauan dipengaruhi oleh pemasangan dan penggunaan armatur, penempatan lampu, posisi pengamat terhadap sumber cahaya dan kontras serta luminansi. tingkat pencahayaan dapat diukur dengan Lux-meter, tingkat pencahayaan untuk bidang kerja diukur secara horizontal 75 cm di atas permukaan lantai, sedangkan untuk suatu luasan tertentu, tingkat pencahayaan diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata dari beberapa titik pengukuran.

Tingkat pencahayaan yang diperlukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan.Tingkat pencahayaan yang digunakan tidak boleh lebih kecil dari nilai yang ditetapkan dalamTabel diatas, perlu diperhatikan bahwa cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya tidak semua sampai pada bidang kerja karena sebagian dipantulkan dan diserap oleh dinding, lantai dan peralatan lain dalam ruangan tersebut. Juga cahaya yang dipancarkan itu fluks luminusnya akan menurun dari waktu ke waktu karena faktor kebersihan armatur dan lampu, umur dan pengaruh turunnya tegangan listrik.

3.1.5. Pengendalian Sistem Pencahayaan1) Semua sistem pencahayaan bangunan harus dapat dikendalikan secara manual atau

otomatis kecuali yang terhubung dengan sistem darurat.2) Pencahayaan luar bangunan dengan waktu pengoperasian terus menerus kurang dari

24 jam, sebaiknya dapat dikendalikan secara otomatis dengan timer, photocell, atau gabungan keduanya.

3) Armatur-armatur yang letaknya paralel terhadap dinding luar pada arah datangnya cahaya alami dan menggunakan sakelar otomatis atau sakelar terkendali harus juga dapat dimatikan dan dihidupkan secara manual.

4) Daerah dimana pencahayaan alami tersedia dengan cukup, sebaiknya dilengkapi dengan sakelar pengendali otomatis yang dapat mengatur penyalaan lampu sesuai dengan tingkat pencahayaan yang dirancang.

5) Berikut ini adalah hal-hal yang tidak diatur dalam ketentuan pengendalian system pencahayaan : Pengendalian pencahayaan yang mengatur suatu daerah kerja yang luas secara

keseluruhan dimana kebutuhan pencahayaan dan pengendali dipusatkan ditempat

lain (termasuk lobi umum dariperkantoran, Hotel, Rumah Sakit, Pusat belanja, dan gudang).

Pengendalian otomatis atau pengendalian yang dapat deprogram Pengendalian yang memerlukan operator terlatih Pengendalian untuk kebutuhan keselamatan dan keamanan daerah berbahaya.

PEKERJAAN LUMINANSI

3.2.1. Distribusi Luminansi

Distribusi luminansi didalam medan penglihatan harus diperhatikan sebagaipelengkap keberadaan nilai tingkat pencahayaan di dalam ruangan. Hal penting yang harusdiperhatikan pada distribusi luminansi adalah sebagai berikut :

a. Rentang luminasi permukaan langit-langit dan dinding.b. Distribusi luminansi bidang kerja.c. Nilai maksimum luminansi armatur (untuk menghindari kesilauan).

3.2.2. Luminansi Permukaan Dinding

Luminansi permukaan dinding tergantung pada luminansi obyek dan tingkat pencahayaanmerata di dalam ruangan. Untuk tingkat pencahayaan ruangan antara 500 - 2000 lux, maka luminansi dinding yang optimum adalah 100 kandela/m2, dengan cara pendekatan untuk mencapai nilai optimum ini, yaitu : Nilai reflektansi permukaan dinding ditentukan, tingkat pencahayaan vertikal dihitung, atau ; Tingkat pencahayaan vertikal diambil sebagai titik awal dan reflektansi yang diperlukan dihitung. Nilai tipikal reflektansi dinding yang dibutuhkan untuk mencapai luminansi dinding yang optimum adalah antara 0,5 dan 0,8 untuk tingkat pencahayaan rata-rata 500 lux, dan antara 0,4 dan 0,6 untuk 1000 lux.

3.2.3. Luminansi Permukaan Langit-Langit

Luminansi langit-langit adalah fungsi dari luminansi armatur, luminansi armatur kurang dari 120 kandela/m2 maka langit-langit harus lebih terang dari pada terang armatur. Nilai untuk luminansi langit-langit tidak dapat dicapai dengan hanya menggunakan armatur yang dipasang masuk ke dalam langit-langit sehingga langit-langit akan diterangi hampir melulu dari cahaya yang direfleksikandari lantai.

1. Klasifikasi Armatur

Klasifikasi armatur menurut arah distribusi cahayanya dibedakan menjadi :

a) Klasifikasi armatur berdasarkan arah dari distribusi intensitas cahaya, dapat dikelompokkan menurut prosentase dari jumlah cahaya yang dipancarkan ke arah atas dan ke arah bawah bidang horisontal yang meliwati titik tengah armatur, berikut

klasifikasi Armatur

Tabel 3.2.3 (1) klasifikasi Armatur Berdasarkan Jumlah Cahaya

Kelas Armatur Jumlah Cahaya %Kearah atas

Jumlah Cahaya %Kearah bawah

b) Klasifikasi berdasarkan proteksi terhadap debu dan air,Kemampuan proteksi menurut klasifikasi SNI 04-0202-1987 dinyatakan dengan IP ditambah dua angka.Angka pertama menyatakan perlindungan terhadap debu dan angka kedua terhadap air.Contoh IP 55 menyatakan armatur dilindungi terhadap debu dan semburan air.klasifikasi proteksi terhadap debu dan air sesuai SNI No. 04-0202 – 1987.

c) Klasifikasi berdasarkan cara pemasangan

Berdasarkan cara pemasangan, armatur dapat dikelompokkan menjadi :

Armatur yang dipasang masuk ke dalam langit-langit. Armatur yang dipasang menempel pada langit-langit. Armatur yang digantung pada langit-langit. Armatur yang dipasang pada dinding.

2. Bising yang dikeluarkan oleh Armatur

Komponen listrik yang dapat menimbulkan bising adalah balast. Sehingga dalam pemilihan balast perlu diperhatikan tingkat bising yang dikeluarkannya.Selain balast, bising dapat pula dikeluarkan oleh armatur yang terintegrasi dengan diffuser dari sistem tata udara (integrated armatur). Besarnya tingkat bising dipengaruhi oleh ukuran lubang

udara suplai dan kecepatan udara keluar melalui lubang udara tersebut. Tingkat bising yang dikeluarkan oleh seluruh armatur yang berada dalam suatu ruangan,tidak boleh melebihi kriteria bising (Noise Criteria, NC).

3.2.4. Distribusi Luminansi Bidang Kerja

Untuk memperbaiki kinerja penglihatan pada bidang kerja maka luminansi sekeliling bidang kerja harus lebih rendah dari luminansi bidang kerjanya, tetapi tidak kurang dari sepertiganya. Kinerja penglihatan dapat diperbaiki jika ada tambahan kontras warna

1. Kualitas Warna Cahaya

Kualitas warna suatu lampu mempunyai dua karakteristik yang berbeda sifatnya, yaitu :

a) Tampak warna yang dinyatakan dalam temperatur warnab) Renderasi warna yang dapat mempengaruhi penampilan obyek yang diberikan

cahaya suatu lampu.Sumber cahaya yang mempunyai tampak warna yang sama dapat mempunyai renderasi warna yang berbeda

2. Tampak Warna

Sumber cahaya putih dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok menurut tampak warnanya :

a) Tampak warna terhadap temperatur warna.b) Temperatur warna K (Kelvin)tampak warna dingin > 5300, terang 3300,sedang

5300 hangat < 3300. c) Pemilihan warna lampu bergantung kepada tingkat pencahayaan yang

diperlukan agar diperoleh pencahayaan yang nyaman.

Dari pengalaman secara umum, makin tinggi tingkat pencahayaan yang diperlukan, makin sejuk tampak warna yang dipilih sehingga tercipta pencahayaan yang nyaman. kesan umum yang berhubungan dengan tingkat pencahayaan yang bermacam-macam dan tampak warna yang berbeda dengan lampu fluoresen hubungan tingkat pencahayaan dengan tampak warna lampu.

3. Renderasi Warna

Renderasi warna suatu lampu tergantung warna obyek tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut. Nilai maksimum secara teoritis dari indeks renderasi warna adalah 100. Berikut daftar renderasi warna :

dingin1 Ra > 85 sedang, hangat dingin2 70 < Ra < 85 sedang, hangat3 40 < Ra < 04 Ra < 40 Contoh harga Ra dan temperatur warna untuk beberapa jenis lampu temperatur warna (K) Ra :

a) fluoresen standar White 4200 60,Cool daylight 6200 70b) Fluoresen superWarm white 3500 85, Cool white. 4000 85, Cool daylight. 6500

85c) Merkuri tekanan tinggi. 4100 50d) Natrium tekanan tinggi 1950 25e) Halida Metal 4300 65

PEKERJAAN PEMELIHARAAN INSTALASI LISTRIK

3.3.1. Efesiensi Lampu

Efisiensi lampu atau yang disebut juga efikasi luminus, menunjukkan efisiensi lampu dari pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam lumen per watt (lumen/watt). banyaknya cahaya yang dihasilkan oleh suatu lampu disebut Fluks luminus dengan satuan lumen. efikasi luminus lampu bertambah dengan bertambahnya daya lampu. rugi-rugi balast harus ikut diperhitungkan dalam menentukan efisiensi sistem lampu (daya lampu ditambah rugi-rugi balast).

3.3.2. Umur Lampu Dan Depresiasi

Secara ekonomis umur lampu berdasarkan fluks luminus dan umur teknik, yaitu banyaknya jam menyala pada kombinasi antara depresiasi/ pengurangan fluksluminus lampu dan kegagalan lampu. Umur lampu banyak dipengaruhi oleh hal-hal antara lain : temperatur ruang, perubahan tegangan listrik, banyaknya pemutusan dan penyambungan pada sakelar, dan jenis komponen bantunya (balast, starter dan kapasitor). Ada beberapa cara untuk menentukan umur lampu, diantaranya :

Umur individual teknik Umur rata-rata. Umur minimum. Umur rata-rata pengenal

3.3.3. Pemasangan Panel Listrik1. Panel yang dipasang adalah panel berkualitas baik atau standar SNI dan PUIL 2000.2. Ukuran Panel adalah 80 x 60 x 40 cm.

3. Panel dipasang pada gedung Aula Banau.4. Panel yang terpasang diberi atap/pelindung yang terbuat dari beton.5. Sebelum pengecoran atap/penutup, panel harus ditutup dengan plastic agar panel tidak

kotor/kena campuran beton.6. Bentuk cor beton pelindung panel sama dengan bentuk kanopi yang ada.7. KWH dan Box KWH yang ada sekarang ini dipindahkan kedalam panel telah dipasang.

3.3.4. Penggantian/Pemasangan Box MCB dan MCB1. Box MCB dan MCB yang digunakan adalah standar SNI dan PUIL 2000.2. Penggatian box MCB disesuaikan atau disamakan dengan box MCB sebelumnya.3. Penyambungan instalasi disesuaikan dengan pembagian group instalasi yang sudah ada.

3.3.5. Kabel

Kabel listrik yang digunakan adalah kabel NYA dan NYM kualitas baik standar SNI dan PUIL 2000, kabel NYA 4 mm, kabel NYM 2 x 2,5 mm dan 2 x 1,5mm. Penggunaan kabel yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Kabel NYA 4 mm digunakan untuk kabel intalasi dari KWH ke Box MCB.2. Kabel NYM 2 x 1,5 digunakan untuk saklar instalasi penerangan dan kipas angin.3. Kabel NYM 2 x 2,5 digunakan untuk instalasi tenaga/mekanik.

3.3.6. Pemasangan Lampu Teras

Jenis lampu dan cara pemasangan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;

1. Lampu dan saklar yang digunakan adalah kualitas baik atau standar SNI dan PUIL 2000.2. Lampu TL/ballast 40 watt dipasang pada sisi kiri, kanan dan depan gedung laboratorium

lingkungan.3. Dua buah lampu TL 40 watt dipasang pada bagian kanan gedung dengan sistem paralel

dua buah lampu menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu bagian kanan laboratorium.

4. Dua buah lampu TL 40 watt dipasang pada bagian kiri gedung dengan sistem paralel dua buah lampu menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu bagian kiri Laboratorium.

5. Satu buah lampu TL 40 watt dipasang pada bagian depan gedung menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu pada kantor lama bagian kanan Laboratorium.

3.3.7. Pemasangan Lampu Penerangan Laboratorium

Jenis lampu dan cara pemasangan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;

1. Lampu dan saklar yang digunakan adalah kualitas baik atau standar SNI dan PUIL 2000.2. Lampu TL TL Ulir 32 watt dipasang pada bagian dalam laboratorium dengan tiga

pemutus/saklar.3. Dua buah lampu TL TL Ulir 32 watt dipasang sejajar pada ¼ dari panjang ruangan

laboratorium dengan sistem paralel dua buah lampu menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu bagian kanan laboratorium.

4. Dua buah lampu TL Ulir 32 watt dipasang sejajar pada ½ dari panjang ruangan laboratorium dengan sistem paralel dua buah lampu menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu bagian kanan laboratorium.

5. Dua buah lampu TL Ulir 32 watt dipasang sejajar pada ¾ dari panjang ruangan laboratorium dengan sistem paralel dua buah lampu menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu bagian kanan laboratorium.

3.3.8. Pemasangan Lampu Penerangan Kantor Laboratorum

Jenis lampu dan cara pemasangan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;

1. Lampu dan sakalar yang digunakan adalah kualitas baik atau standar SNI dan PUIL 2000.2. Lampu TL Ulir 32 watt dipasang pada bagian dalam kantor laboratorium.

3. Satu buah lampu TL Ulir 32 watt dipasang pada bagian tengah kantor lama bagian kiri gedung laboratorium menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu masuk.

4. Satu buah lampu TL Ulir 32 watt dipasang pada bagian tengah kantor lama bagian kanan gedung laboratoriummenggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu masuk.

5. Satu buah lampu TL Ulir 32 watt dipasang pada bagian tengah kantor baru bagian kiri gedung laboratorium menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu masuk.

6. Satu buah lampu TL Ulir 32 watt dipasang pada bagian tengah kantor baru bagian kanan gedung laboratoriummenggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu masuk.

3.3.9. Pemasangan Lampu Penerangan WC Laboratorium

Jenis lampu dan cara pemasangan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;

1. Lampu dan sakalar yang digunakan adalah kualitas baik atau standar SNI dan PUIL 2000.2. Lampu TL Ulir 10 watt dipasang pada bagian dalam WC kantor laboratorium.3. Satu buah lampu TL Ulir 10 watt dipasang pada bagian tengah WC depan gedung

laboratorium menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu masuk.

4. Satu buah lampu TL Ulir 10 watt dipasang pada bagian tengah WC kantor lama bagian kanan gedung laboratorium menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Fitting yang digunakan adalah fitting gantung yang dipasang tergantung 1,5 meter dari plafon. Kabel

NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan adalah saklar tunggal yang dipasang pada samping pintu masuk.

3.3.10. Pemasangan Kipas Angin Gantung Ruangan Laboratorium

Jenis kipas angin dan cara pemasangan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;

1. Kipas angin gantung dan sakalar yang digunakan adalah kualitas baik atau standar SNI dan PUIL 2000.

2. Satu buah kipas angin gantung dipasang pada ¼ dari panjang ruangan laboratorium dengan menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan dipasang pada samping pintu bagian kanan laboratorium.

3. Satu buah kipas angin gantung dipasang pada ½ dari panjang ruangan laboratorium dengan menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan dipasang pada samping pintu bagian kanan laboratorium.

4. Satu buah kipas angin gantung dipasang pada ¾ dari panjang ruangan laboratorium dengan menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar yang digunakan dipasang pada samping pintu bagian kanan laboratorium.

3.3.11. Pemasangan Kipas Angin Kantor Laboratorum

Jenis kipas angin dan cara pemasangan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut ;

1. Kipas angin gantung dan sakalar yang digunakan adalah kualitas baik atau standar SNI dan PUIL 2000.

2. Satu buah kipas angin gantung dipasang pada bagian tengah kantor lama bagian kiri gedung laboratorium menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar dipasang pada samping pintu masuk.

3. Satu buah kipas angin gantung dipasang pada bagian tengah kantor lama bagian kanan gedung laboratoriummenggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang

menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar dipasang pada samping pintu masuk. Satu buah kipas angin gantung dipasang pada bagian tengah antara kantor baru bagian kiri dan kantor baru bagian kanan gedung laboratorium menggunakan kabel NYM 2 x 1,5 mm. Kabel NYM dipasang menggunakan klem kabel yang sesuai (nomor 10), dengan jarak antara klem kabel 50 cm. Saklar dipasang pada samping pintu masuk.

INSTALASI JARINGAN AIRPEMASANGAN INSTALASI AIR

4.1.1. Umum

Kontraktor harus menyediakan perpipaan dari semua material sebagaimana dirinci dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa dan perlengkapan lainnya harus sesuai dengan untuk pemakaian di daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara 320C. Tekanan kerja normal tidak akan lebih dari 8 bar dan uji tekanan di lapangan tidak lebih dari 10 bar.

4.1.2. Pemasangan Pipa Air Bersih dan Air Kotor1. Pemsangan pipa air bersih menggunakan pipa ½’2. Pemsangan pipa pembuangan menggunakan pipa 1 ½’3. Pemasangan kran air 4. Pemasangan floor drain5. Pekerjaan lain yang terkait dengan pemasangan pipa air bersih dan air kotor

dapat dilaksanakan atas persetujuan Tim Teknis.

PEKERJAAN PELENGKAPPENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Sebelum penyerahan pertama yang direncanakan, Kontraktor harus meneliti semua bagian pekerjaan. Pekerjaan yang belum sempurnaharus segera diperbaiki dengan penuh tanggung jawab.

2. Pada waktu penyerahan pekerjaan, ruangan-ruangan, halaman harussudah selesai dibersihkan dari segala macam sampah/kotoran.

3. Kontraktor harus mengusahakan penyelesaian pekerjaan seluruh pekerjaan ini sebaik-baiknya sehingga memuaskan Direksi sertaPemberi Pekerjaan, serta tidak memerlukan perbaikan.

4. Setelah penyerahan kedua (II), semua barang-barang dan peralatan milik Kontraktor harus segera disingkirkan dari lokasi bangunan, termasuk kantor lapangan (base camp dan gudang penyimpanan bahan/material dan fasilitasnya).

LAPORAN-LAPORAN

Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat, mempersiapkan serta menandatangani laporan-laporan yang berupa :

1. Laporan Harian

Laporan harian harus diserahkan kepada Direksi untuk diperiksa dan disahkan. Laporan harian yang disahkan yang merupakankan rekaman kejadian dan kenyataan disekitar pelaksanaan pekerjaan harus disimpan dengan baik oleh Direksi dan Kontraktor. Uraian dari isi laporan harian diantaranya :

Jumlah dan macam bahan/barang yang ada dilapangan danbelum dipakai/dipergunakan,

Jumlah dan jenis peralatan yang masih dapat digunakan danyang sudah rusak. Jenis bagian pekerjaan dan pekerjaan permanen yang dilaksanakan, Taksiran volume pekerjaan permanen yang dilaksanakan, Keadaan cuaca termasuk hujan, angin, banjir dan peristiwa-peristiwa alam lain

yang mempengaruhi kelangsunganpelaksanaan pekerjaan, Catatan lain yang berkenaan dengan pekerjaan, perubahandesign dan lain-lain.

2. Laporan Mingguan

Sama halnya dengan laporan harian, Kontraktor Pelaksanaberkewajiban untuk mempersiapkan dan menyediakan pelaporan dalam rekapan perminggu, dan uraian terkait dengan isi dari laporan mingguan diantaranya sebagai berikut :

Laporan mingguan yang mencatat perihal macam pekerjaandan laporan kemajuan pekerjaan,

Laporan bulanan yang mencatat perihal hasil pelaksanaan pekerjaan, Buku harian yang setiap saat harus tersedia dikantor lapangandimana sewaktu-

waktu Direksi dapat memberikan perintahdan catatan-catatan dan sebagainya dalam bukuharian tersebut.