Spesifikasi Teknis PLTGU Gresik
-
Author
masicure-alam-mahardika -
Category
Documents
-
view
212 -
download
78
Embed Size (px)
description
Transcript of Spesifikasi Teknis PLTGU Gresik

Gambaran Umum PT. PLN
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang
mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Direktur Utamanya
adalah Nur Pamudji, menggantikan Dahlan Iskan Dirut sebelumnya yg di lantik
menjadi menteri BUMN
Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa
perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga listrik untuk keperluan
sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak
perusahaan swasta Belanda NV. NIGM memperluas usahanya di bidang tenaga
listrik, yang semula hanya bergerak di bidang gas. Kemudian meluas dengan
berdirinya perusahaan swasta lainnya.
Visi, Misi dan Nilai PT. PLN (Persero) yaitu :
Visi : diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul
dan Terpercaya dengan bertumpu pada potensi Insani.
Misi :
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait berorientasi
pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
Nilai : Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar (SIPP)

Ruang lingkup jenis usaha PT. PLN (Persero) yaitu: dalam anggaran Dasar
disebutkan bahwa jenis-jenis usaha adalah:
1. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik : Pembangkitan, Penyaluran, Distribusi,
Perencanaan dan Pembangunan Sarana Penyediaan Tenaga Listrik dan
Pengembangan Penyediaan Tenaga Listrik
2. Usaha penunjang tenaga listrik : Konsultasi yang berhubungan ketenaga
listrikan, pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan,
pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan dan pengembangan teknologi
peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.
3. Usaha lain : Kegiatan usaha dan pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber energi terkait penyediaan ketenagalistrikan, jasa operasi dan
pengaturan bidang pembangkit, penyaluran, distribusi dan retail tenaga
listrik, kegiatan perindustrian perangkat keras dan luas bidang
ketenagalistrikan, kerjasama dengan badan lain dan usaha lainnya.
Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah
sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan
Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai
Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.
1. Bidang Persegi Panjang Vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman
3. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
Pertimbangan dalam desain organisasi :
a. Struktur ;
- Terkait kebijakan sentralisasi dan desentralisasi penanganan fungsi pengelolaan
sistem pembangkit, transmisi, distribusi dan niaga serta pekerjaan penunjang,
maka diperlukan pemilahan secara jelas strategi sentralisasi dan desentralisasi
pekerjaan tersebut.
- Meminimalkan duplikasi proses, roles dan tanggungjawab dengan membagi
proses, sistem, peran dan tanggungjawab pada setiap bagian.

b. Proses ;
- Penjabaran workflow atau alur kerja untuk menghasilkan produk atau layanan
dalam mutu yang lebih baik, perkembangan teknologi, bagaimana aliran proses
dalam internal departemen atau bidang antar unit.
- Menciptakan bagian-bagian yang mengelola peningkatan kompetensi inti dan
daya saing perusahaan.
c. Sistem ;
- Terkait dengan model staffing, sistem reward yang dipergunakan yang dapat
mempengaruhi dalam pengaturan panjang hirarki/ levelling jenjang jabatan.
- Mendukung pengembangan SDM dan akuisisi kompetensi
d. Budaya ;
- Terkait dengan budaya perusahaan yang berlaku sebagai pertimbangan dalam
menentukan model interaksi antar unit/bidang.
- Nilai-nilai budaya yang diberlakukan yang dapat mempengaruhi karakteristik
budaya dan perilaku pegawai.
Proses dalam penyusunan desain organisasi :
1. Identifikasi Bisnis Perusahaan
Pemetaan visi,tujuan perusahaan dan strategi perusahaan
Arahan dan visi leader
Tanggungjawab utama yang dikelola masing-masing organisasi
Identifikasi interface antar organisasi
Peta proses bisnis berbasis value chain sebagai pedoman penentuan
kegiatan kunci perusahaan dalam mencapai visi perusahaan

2. Identifikasi CSF dan prinsip desain
Filosofi organisasi yang akan dituju
Identifikasi critical success factor bagi perusahaan untuk mencapai
visi/strategic intent
Identifikasi fungsi-fungsi utama yang mengelola proses utama untuk
mencapai visi perusahaan.
3. Pilihan Desain Organisasi
Pilihan desain organisasi berdasarkan pada pengetahuan prinsip desain,
best practice, visi leader, analisa dan evaluasi organisasi
Struktur organisasi dapat berupa matrik, geografis, fungsional, hybrid.
4. Proses assessment dari pilihan desain alternatif
Diskusi dengan leader/direksi/pimpinan perusahaan terhadap kesesuaian
desain organisasi dengan visi dan strategi yang akan di tempuh
Pertimbangan sumber daya dalam menilai ukuran organisasi
5. Pengujian pilihann desain alternatif organisasi
Pengujian desain dengan filosofi organisasi ditetapkan
Pengujian desain terhadap kesesuaian dengan strategi, proses bisnis,
tuntutan bisnis, value chain serta sumber daya yang dimiliki
Breakdown susunan ke organisasi ke dalam layout detail
organisasi/formasi jabatan
6. Penetapan tanggungjawab
Validasi tanggungjawab utama pada setiap formasi
Mengecek semua aspek terkait value chain sudah di addres dengan benar
di dalam formasi
7. Menyusun job description pada posisi kunci/struktural
Menyusun job description setiap formasi jabatan kunci

8. Menyusun level organsisasi
Menyusun level/ jenjang dalm suatu organsisi untuk melaksanakan
tanggungjawab/ job description yang telah di desain
Model Desain Organisasi
Desain organsisi PLN masa depan adalah wadah untuk mencapai tujuan masa
depan.
1. Prinsip dasar : Mendukung Metamorfosa (transformasi PLN)
Deskripsi :
- mendukung strategi perusahaan dalam menjalankan misi dan mencapai visi
perusahaan
- memberi kemampuan pada PLN untuk mencapai tujuan-tujuan strategis serta
mengelola bisnis yang berkembang pesat secara eksponensial
2. Organisasi ramping, efektif dan Efisien
Deskripsi :
- organisasi pusat korporasi (Corporate center) ramping, mengupayakan
economies of scale namun tetap menjaga kualitas pelayanan (mis:SDM,Keu)
- organisasi bisnis inti operasi pembangkit-transmisi-distribusi yang dapat
mengupayakan sinergi serta sesuai dengan kondisi Indonesia
3. Sesuai Dengan Peraturan
Deskripsi :
- mempunyai fleksibilitas cukup untuk mengakomodasi perubahan pada UU
Ketenagalistrikan Baru
- konsisten/ tidak bertentangan dengan peraturan
- mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan
Pola organisasi di lingkungan PT.PLN (Persero)
1. Unit Pembangkitan

Mengusahakan pembangkitan dan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan
mutu yang memadai serta melakukan usaha sesuai dengab kaidah ekonomi yang
sehat; memperhatikan kepentingan stake holder; serta meningkatkan kepuasan
pelanggan.
2. Unit Transisi (P3B)
Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal, mengelola penyaluran tenaga
listrik tegangan tinggi secara efisien, andal dan akrab lingkungan, mengelola
transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan, dan adil mengelola
pembangunan kelengkapan instalasi sistem transmisi tenaga listrik Jawa Bali.
3. Unit Wilayah
Melakukan pengelolaan kegiatan pendistribusian, penjualan tenaga listrik serta
pengusahaan pembangkitan (skala kecil) di wilayahnya, dalam jumlah dan mutu
yang memadai secara efisien sesuai dengan tata kelola yang baik untuk
memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional; melakukan usaha sesuai
dengan kaidah ekonomi yang sehat; memperhatikan kepentingan stake holder
serta meningkatkan kepuasan pelanggan.
4. Unit Distribusi
Pengusahaan pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu
yang memadai untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional;
melakukan usaha sesuai dengan kaidah ekonomi yang sehat; memperhatikan
kepentingan stake holder; serta meningkatkan kepuasan pelanggan.
5. Unit Proyek Induk
Melakukan pengendalian konstruksi dan pengelolaan kegiatan proyek serta
melaksanakan administrasi konstruksi yang bertindak sebagai wakil pemiliki
(owner) sehingga menghasilkan pembangkit dan jaringan dengan mutu yang
memadai melalui proses pelaksanaan yang efisien untuk mencapai sasaran kinerja
sesuai ketetapan direksi.
6. Unit Jasa
Jasa Sertifikasi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jasa dan Produksi
Jasa Managemen Konstruksi
Penelitian dan Pengembangan
Jasa Enginering


Gambaran PT. Pembangkitan Jawa – Bali (PJB)
PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) sejak berdiri tahun 1995 senantiasa
mengabdikan diri untuk bangsa dan negara Indonesia, serta mendorong
perkembangan perekonomian nasional dengan menyediakan energi listrik yang
bermutu tinggi, andal dan ramah lingkungan. Dengan visi menjadi perusahaan
pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia,
PJB tiada henti berbenah dan melakukan inovasi dengan tetap berpegang pada
kaidah tata pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance/GCG). Berkat dukunganshareholders dan stakeholders, PJB tumbuh
dan berkembang dengan berbagai bidang usaha, tanpa meninggalkan tanggung
jawab sosial perusahaan demi terwujudnya kemandirian masyarakat dan
kelestarian lingkungan hidup.
Awalnya PJB hanya menjalankan bisnis membangkitkan energi listrik dari
enam Unit Pembangkitan (UP) yang dimiliki, yaitu : UP Gresik (2.219 MW), UP
Paiton (800 MW), UP Muara Karang (908 MW), UP Muara Tawar (920
MW), UP Cirata (1.008 MW) dan UP Brantas (281 MW). Kini, PJB berkembang
dan menjalankan berbagai usaha yang terkait dengan bidang pembangkitan yang
antara lain: jasa Operation and Maintenance (O&M) Pembangkit, Engineering,
Procurement and Construction (EPC), konsultan bidang pembangkitan,
pendidikan dan pelatihan tata kelola pembangkitan, pendidikan dan pelatihan
energi terbarukan, serta usaha lain yang dalam rangka memanfaatkan secara
maksimal potensi yang dimiliki perusahaan. PJB mendirikan anak perusahaan di
bidang Operation and Maintenance, perusahaan di bidang EPC pembangkit, serta
melakukan joint venture commpany untuk mengembangkan pembangkit baru
ataupun menjalankan bisnis O&M pembangkit.
Guna mewujudkan visi menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik
Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia, PJB menjalankan misi
antara lain :

Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing
Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola
pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practise dan ramah
lingkungan
Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi
tehnik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis
Untuk itu PJB mengimplementasikan berbagai sistem manajemen best practice,
yang antara lain: Manajemen Asset Pas 55, Manajemen SDM berbasis
Kompetensi, Manajemen Risiko, Manajemen Mutu ISO 9000, Manajemen
Lingkungan ISO 14000 dan K3 OHSAS 18000, Manajemen GCG, Manajemen
Teknologi Informasi, Knowledge Management, Manajemen Baldrige,
Manajemen House Keeping 5S, Manajemen Pengamanan, dan Sistem
Manajemen Terpadu (PJB Integrated Management System).

PERJALANAN PT.PJB
1995 :
1. PJB berdiri dengan aset berupa enam unit pebangkitan, total kapasitas 6.500 MW.
2. Menetapkan visi dan misi perusahaan.
Visi
Menguasai pangsa pasar di Indonesia.
Menjadi perusahaan kelas dunia.
Memiliki SDM profesional.
Peduli lingkungan.
Misi
Menjadikan PJB sebagai perusahaan publik yang maju dan dinamis dalam bidang
pembangkitan tenaga listrik.
Memberi hasil terbaik kepada pemegang saham, pegawai, pelanggan, pemasok,
pemerintah dan masyarakat.
Memenuhi tuntutan pasar.
3. Pengelolaan perusahaan hanya menekankan pada aset fisik.
1997 :
4. Mulai mengimplementasikan Sistem Informasi Terpadu (pertama kali di
Indonesia untuk katagori perusahaan pembangkitan).
2002 :
5. Perubahan paradigma, dari paradigma operator menjadi
paradigma enterpreneur. Pengelolaan perusahaan tidak hanya menekankan pada
aset fisik, tetapi juga aset manusia, aset knowledge dan aset capital.
6. Mengimplementasikan Maintenance Optimization Program (MOP).

2004 :
7. Men-set up Asset Optimization Program.
2007 :
8. Mengimplementasikan manajemen aset.
9. Membangun Tata Kelola Unit Pembangkitan dan Tata Kelola Unit pemeliharaan.
10. Tata kelola unit ditetapkan sebagai kontrak kinerja, diasesmen setiap semester
dengan konsep maturity level.
11. Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi.
2008
12. Mengadopsi mengadopsi Kriteria Baldridge sebagai panduan untuk mencapai
performance excellence.
13. Baldrige band level Early Improvement (skor 396).
2009
14. Baldrige Band Level Early Improvement (skor 437).
15. Melakukan perubahan visi dan misi perusahaan.
Visi
Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan
standar kelas dunia.
Misi
Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing.
Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola
pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practise dan ramah
lingkungan.
Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi
tehnik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis.

2010
16. Tahun 2009 Baldrige Band Level Early Improvement (skor 512).
2011
17. Mengintegrasikan sistem manajemen dalam PJB IMS (PJB Integrated
Management System).
18. Men-set up Asset Management PAS 55.
19. Baldrige Band Level Good Performance (skor 556).
2012
20. Sertifikasi Asset Management PAS 55.
21. Tercapainya target 2012 Baldrige Band Level Emerging Industry Leader (skor
586).
2013
22. Meraih Platinum Achievement Award (Highest Score) dan Gold Achievement
Award (Big Company Criteria) Baldrige Criteria, band Emerging Industry Leader
dari Indonesia Quality Award (IQA) Foundation.
23. Realisasi penjualan 5,84% di atas target dan naik 6,95% dari realisasi 2012.
24. Bauran energi lebih baik terutama berhasil memaksimalkan pemakaian Gas (naik
dari 67,71% di 2012 menjadi 75% pada tahun 2013) dan Hidro (11%) dan
penurunan pemakaian BBM dari 8,62% di tahun 2012 turun menjadi 1,17% di
2013.
25. UB JOM Rembang meraih penghargaan 1st WINNER ASSET OPERATOR
AWARD 2013 dan UB JOM Indramayu meraih penghargaan 3rd WINNER
ASSET OPERATOR AWARD 2013 dari PLN UPJB.
26. PJB melalui PJB Academy menjadi Pusat RLA (Remaining Life Assessment)
Pembangkit dan siap menerima penugasan PLN untuk pembangkit existing.
27. PJB melalui anak perusahaan, Rekadaya Elektrika telah membangun PLTU
Kendari Unit 2 dan Kepri Unit 2, dan telah menghasilkan produksi listrik 160
GWh setara 43.200 KiloLiter BBM.

28. PJB meraih Kategori GCG Sangat Baik dengan nilai 92,70% berdasarkan SK-
16/S.MBU/2012 dan kategori Trusted Company dengan nilai 82,13 berdasarkan
CGPI (Corporate Governance Perception Index).
29. PJB meraih Kategori GCG Sangat Baik dengan nilai 92,70% berdasarkan SK-
16/S.MBU/2012 dan kategori Trusted Company dengan nilai 82,13 berdasarkan
CGPI (Corporate Governance Perception Index).
30. Perolehan sertifikat bertaraf internasional di Jepang 15 ahli Overhaul Steam/Gas
Turbin dan Pengembangan kompetensi baru operator CNG di AKAMIGAS Cepu,
sebanyak 16 orang.
31. Aplikasi Sistem Inventory Stockiest berhasil di-launching tanggal 30 Oktober
2013. Sistem Inventory Stockiest merupakan program pengadaan parts PLTU
FTP-1 dengan handal dan tepat waktu.
32. Optimasi Pengelolaan Working Capital Rp1,64Trilyun, lebih baik dari sasaran
Rp1,21Trilyun.
33. Implementasi ICoFR di seluruh unit untuk segmen Biaya Operasi,
Perbendaharaan, dan Pelaporan Keuangan. ICoFR bertujuan untuk membantu
proses bisnis berjalan sesuai ketentuan mulai dari penganggaran sampai dengan
penyajian Laporan Keuangan agar Laporan Keuangan akurat, bebas salah saji
material, tepat waktu.
34. Pengendalian kas terpusat melalui implementasi Bank Imprest di seluruh unit
pada 1 rekening bank untuk memudahkan kontrol kas pada Unit Pelaksana.
35. Dua program CSR PJB memperoleh GKPM awards 2013 kategori Gold. GKPM
awards adalah penghargaan pemerintah melalui Menko Kesra kepada perusahaan
dan perorangan yang telah berjasa atau berprestasi dalam melaksanakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat.

STRUKTUR ORGANISASI PT.PJB

TATA KELOLA UNIT PEMBANGKITAN
Tata Kelola Unit Pembangkitan merupakan sistem manajemen unit pembangkitan
sebagai pedoman kerja dalam mengelola unnit pembangkitan. Kegiatan Tata
Kelola Unit Pembangkitan PJB meliputi implementasi beberapa program antara
lain:
Generation Plan
Reliability Management.
Operation Management
Efficiency Management
Work Planning and Control
Outage Management
Material and Fuel Management
Performance Management based on Balanced Scorecard
Risk Management
Integrated Management System
Human and Organization Competence (People and Work Culture)
Enterprise Asset Management System (ERM) dan Energy Management
System (EMS).

TATA KELOLA UNIT PELAYANAN
PEMELIHARAAN
Tata Kelola Unit Pemeliharaan merupakan sistem manajemen unit pembangkitan
sebagai pedoman kerja dalam mengelola unnit pembangkitan. Kegiatan Tata
Kelola Unit Pemeliharaan meliputi implementasi beberapa program antara lain:
Generation Plan
Outage Management
Logistic /Suplay Chain Management
Turnaround Management
Process Engineering Management
Risk Management
Integrated Management System
Human and Organization Competence
Enterprise Asset Management System dan Energy Management System
Performance Management Based on Balance Scorecard.

UNIT PEMBANGKITAN PJB
PJB memiliki enam unit pembangkitan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Barat
dan DKI Jakarta, yaitu Gresik, Paiton, Muara Karang, Muara Tawar, Cirata dan
Brantas. Total kapasitas terpasang mencapai 6.977 MW, yang terdiri dari
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas
(PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) dan Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA).
Unit Pembangkitan Gresik
Unit Pembangkitan Paiton
Unit Pembangkitan Muara Karang
Unit Pembangkitan Muara Tawar
Unit Pembangkitan Cirata
Unit Pembangkitan Brantas
Daya Terpasang pada tiap unit pembangkit (2008 – 2012)
Unit
Pembangkit
2008 2009 2010 2011 2012
MW % MW % MW % MW % MW %
UP. Brantas 281 4,34 281 4,34 281 4,34 281 4,58 281 4,03
UP. Cirata 1.008 15,56 1.008 15,56 1.008 15,56 1.008 16,42 1.008 14,45
UP. Gresik 2.259 34,88 2.259 34,88 2.259 34,88 2.219 36,16 2.219 31,80
UP. Paiton 800 12,35 800 12,35 800 12,35 800 13,04 800 11,47
UP. M. Karang 1.209 18,67 1.209 18,67 1.209 18,67 909 14,81 909 13,03
UP. M. Tawar 920 14,20 920 14,20 920 14,20 920 14,99 1.760 25,23
TOTAL PJB 6.477 100 6.477 100 6.477 100 6.137 100 6.977 100

Produksi Energi Listrik untuk tiap Unit Pembangkit
Unit
Pembangkit
2008 2009 2010 2011 2012
GWh % GWh % GWh % GWh % GWh %
UP. Brantas 1.160 3,83 1.066 3,46 1.573 5,27 1.206 4,11 1.064 3,98
UP. Cirata 1.217 4,02 1.290 4,18 2.399 8,04 1.061 3,61 1.166 4,36
UP. Gresik 12.367 40,84 11.654 37,78 12.165 40,77 12.495 42,57 10.899 40,79
UP. Paiton 5.740 18,96 5.810 18,83 5.748 19,26 6.186 21,07 4.107 15,37
UP. M. Karang 5.991 19,78 5.423 17,58 3.038 10,18 3.380 11,52 3.829 14,33
UP. M. Tawar 3.807 12,57 5.608 18,18 4.917 16,48 5.025 17,12 5.653 21,16
TOTAL PJB 30.282 100 30.852 100 29.841 100 29.353 100 26.718 100
Penjualan Energi Listrik untuk tiap Unit Pembangkit
Unit
Pembangkit
2008
GWh %
2009 2010
GWh %
2011 2012
GWh %GWh % GWh %
UP. Brantas
UP. Cirata
UP. Gresik
UP. Paiton
UP. M. Karang
UP. M. Tawar
1.137 3,92
1.182 4,08
11.983 41,33
5.307 18,30
1.032 3,49
1.242 4,20
11.290 38,21
5.375 18,19
1.541 5,38
2.323 8,11
11.787 41,17
5.304 18,53
1.163 4,13
1.033 3,67
12.122 43,03
5.725 20,32
1.042 4,06
1.132 4,41
10.537 41,08
3.786 14,76
TOTAL PJB 28.996 100 29.550 100 28.630 100 28.170 100 25.654 100

Data Operasi PJB (2008 – 2012)

Pemakaian Bahan Bakar

UNIT PEMBANGKITAN PAITON
Unit Pembangkit Daya Terpasang
PLTU Unit 1 400 MW
PLTU Unit 2 400 MW
UP Paiton dioperasikan menggunakan bahan bakar batu bara, setiap tahun
membangkitkan energi listrik rata-rata 5.606,18 GWh yang disalurkan melalui
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi Jawa,
Madura dan Bali. Alamat : Jl. Raya Surabaya - Situbondo km 142 Paiton,
Probolinggo 67291, Telepon : 62-335-771805-9, Fax : 62-335-771810

UNIT PEMBANGKITAN MUARA
KARANG
UP Muara Karang berperan utama dalam memenuhi kebutuhan listrik Ibukota
Jakarta, terutama daerah-daerah VVIP seperti Istana Presiden, Gedung
MPR/DPR. Setiap tahun membangkitkan energi listrik rata-rata 7.900 GWh yang
disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV dan Saluran
Udara Tegangan Tinggi 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa Bali. Alamat Jl. Raya
Pluit Utara Nomor 2A Jakarta Utara 14450, Telepon : 62-21-6600054, 6692784,
Fax : 62-21-6692806
Unit Pembangkit Daya Terpasang
PLTU 2 x 200 MW
PLTGU Blok 1 508 MW

UNIT PEMBANGKITAN MUARA
TAWAR
UP Muara Tawar setiap tahun mampu membangkitan energi listrik rata-rata 3.130
GWh, disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV dan
Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-
Bali. Alamat : Desa Segara Jaya, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi
Propinsi Jawa Barat, Telepon : 62-21-88990052, Fax : 62-21-88990055
UNIT
PEMBANGKITAN CIRATA
Unit Pembangkit Daya Terpasang
PLTG Blok 1 640 MW
PLTG Blok 2 280 MW
PLTG Blok 3 420 MW
PLTG Blok 4 420 MW

UP Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power
House 4 lantai di bawah tanah yang terletak di bawah gunung. Setiap tahun Unit
Pembangkitan Cirata mampu membangkitkan energi listrik rata-rata 1.428 GWh,
disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 KV ke sistem
interkoneksi Jawa Bali. Alamat Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered
Purwakarta 41162, Telepon : 62-264-270840, 270928, Fax : 62-264-270859
Unit Pembangkit Daya Terpasang
PLTA Cirata 8 x 126 MW

UNIT PEMBANGKITAN BRANTAS
UP Brantas mengoperasikan 12 PLTA yang tersebar di sepanjang aliran Sungai
Konto dan Sungai Brantas Jawa Timur, sebagian besar peninggalan jaman
Belanda. Setiap tahun Unit Pembangkitan membangkitkan energi listrik rata-rata
1.033,56 GWh, disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV
ke sistem interkoneksi Jawa Bali. Alamat Jl. Basuki Rakhmad No. 271
Karangkates-Sumberpucung, Malang 65165, Telepon : 62-341-385545, 385546,
Fax : 62-341-385462
Unit Pembangkit Daya Terpasang
PLTA Sengguruh Unit 1 dan 2 2 x 14,5 MW
PLTA Sutami 3 x 35 MW
PLTA Wlingi 2 x 27 MW
PLTA Lodoyo 4,5 MW
PLTA Tulungagung 2 x 18 MW

PLTA Selorejo 4,48 MW
PLTA Mendalan Unit 1 5,6 MW
PLTA Mendalan Unit 2, 3 dan 4 3 x 5,8 MW
PLTA Siman Unit 1, 2 dan 3 3 x 3,6 MW
PLTA Giringan Unit 1 dan 2 2 x 0,9 MW
PLTA Giringan Unit 3 1,4 MW
PLTA Golang Unit 1, 2 dan 3 3 x 0,9 MW
PLTA Ngebel 2,2 MW
PLTA Wonorejo 6,5 MW

UNIT PEMBANGKITAN GRESIK
1. Visi dan Misi Perusahaan
Dalam melaksanakan usahanya PT PJB UP Gresik mengusung
filosofi ”Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap sasaran yang hendak
dicapai dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai asset penting bagi
perusahaan”.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengelola
perusahaan, komitmen tersebut merupakan aspek yang harus selalu dijaga.
Dalam menjaga komiten tersebut PT PJB UP Gresik memiliki Visi :
To Be Indonesian Leading Power Generation Company
Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia
terkemuka dengan standart kelas dunia
Sedangkan misi yang diusung PT PJB UP Gresik dalam menjalankan
perusahaannya adalah :
Memproduksi tenag listrik yang handal dan berdaya saing.
Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi
tatakelola pembangkitan dan sinergi bisiness partner dengan
metode best practice dan ramah lingkungan
Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai
kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan
bisnis.

2. Struktur Organisasi
Sejak 2 Januari 1998 struktur organisasi UP Gresik mengalami
perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PLN PJB II yang
fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan
situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan ini terjadi seiring dengan
dilakukannya program efisiensi di tubuh PT PJB UP Gresik. Perbedaan
yang mendasar dari Unit Pembangkitan adalah dipisahkannya fungsi
operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga Unit Pembangkitan menjadi
organisasi yang learn dan clean dan hanya mengoperasikan pembangkit
untuk mengghasilkan energi listrik.
Struktur organisasi PT PJB Unit Pembangkitan telah disempurnakan
pada tanggal 21 Oktober 1999, kemudian disempurnakan lagi pada 25
Februari 2003, dan kemudian mendapat penyempurnaan kembali pada 19
Januari 2006. Penyempurnaan terakhir dapat dilihat pada gambar dibawah
ini, dimana struktur organisasi ini yang digunakan saat ini.
Struktur Organisasi PT. PJB UP Gresik
GENERAL MANAGERUNIT PEMBANGKITAN GRESIK
ENGINEERING & QUALITY
ASSURANCEOPERASI PEMELIHARAAN LOGISTIK KEUANGAN &
ADMINISTRASI

Tugas dan Wewenang
A. General Manager Unit
Manager Unit Pembangkitan Gresik adalah pimpinan tertinggi
PT. PJB UP Gresik. Tugas utama UP Gresik dibawah kendali manager
UP Gresik adalah sebagai berikut :
a. Mengelola pembangkit tenaga listrik dengan mengoptimalkan
seluruh potensi sumber daya yang ada , serta memastikan kinerja
unit andal, efisien, dan dikelola menurut prinsip-prinsip manajemen
operasi.
b. Menyusun dan menjabarkan kebijakan perusahaan ke dalam
ketentuan-ketentuan atau peraturan sebagai pedoman pelaksanaan
tugas.
c. Melakukan inovasi secara berkesinambungan dalam peningkatan
kinerja unit pembangkit.
d. Meningkatkan mutu dan kendala unit pembangkitan.
e. Menyelenggarakan operasional program Manajemen Energi (ME)
yang terintegrasi pada sistem informasi terpadu PJB.
f. Memastikan bahwa sasaran kinerja bidang operasi yang ditetapkan
dapat dicapai dengan baik.
g. Merencanakan, memonitor, dan mengendalikan rencana anggaran
operasi dan anggaran investasi unit pembangkitan untuk
memastikan kegiatan operasi berlangsung secara ekonomis dan
mencegah panyimpangan-penyimpangan penggunaan anggaran
yang mungkin terjadi.
h. Memastikan tercapainya sasaran kinerja unit pembangkitan
sehingga dapat memberikan konstribusi yang optimal dalam
penyediaan tenaga listrik.

i. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan
pengambilan keputusan lebih lanjut.
j. Merencanakan, mengendalikan, menganalisa dan mengevaluasi
setiap aspek kimia yang secara langsung dan tidak langsung
mempunyai dampak terhadap kinerja unit pembangkitan agar
keandalan unit dapat tetap terjaga.
k. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan.
Dalam melaksanakan tugasnya, manajer operasi dibantu oleh
supervisor atau spesialis yang menangani fungsi-fungsiyang menjadi
lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah akan
ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan serta dinamika bisnis.
B. Manajer Pemeliharaan
Manajer Pemeliharaan mempunyai tugas pokok sebagai berikut :
a. Mengelola kegiatan operasionalpembangkitan tenaga listrik dan
unit dengan sasaran mutu, keandalan dan efisiensi yang optimal.
b. Merencanakan, menganalisa dan mengevaluasi persiapan
kebutuhan, menyusun jadwal pemeliharaan pembangkit dengan
menerapkan sistem “outage management” secara optimal
c. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan rencana stok atau
material cadang, kebutuhan pengadaan material, yang paling
ekonomis dengan menerapkan sistem inventory control dan
manajemen material secara baik
d. Memastikan bahwa sasaran kinerja bidang pemeliharaan yang
ditetapkan dapat dicapai dengan baik
e. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan Rencana Anggaran
Pemeliharaan dan Anggaran Investasi Unit Pembangkitan untuk
memastikan kegiatan pemeliharaan berlangsung secara ekonomis
dan mencegah penyimpangan-penyimpangan penggunaan anggaran
yang mungkin terjadi

f. Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan Rutin dan Non Rutin
termasuk menyediakan lebutuhan supportingnya (material,
spesifikasi part dsb)
g. Membuat kontrak-kontrak kerja kesepakatan antara UP dengan
UPHT agar kerjasama dapat dilakukan dengan batasan-batasan
yang jelas dan menguntungkan kedua belah pihak
h. Melakukan update terhadap daftar riwayat dan realisasi
pemeliharaan Unit Pembangkitan untuk kepentingan pembuatan
laporan
i. Membuat laporan mengenai hasil inspeksi Unit Pembangkit,
reaisasi fisik program pemeliharaan, efisiensi drive program serta
realisai pemakaian anggaran pemeliharaan dan investasi untuk
dijadikan bahan evaluasi bagi peningkatan kualitas pemeliharaan
dan optimalisasi biaya pemeliharaan pada tahun-tahun mendatang
j. Memastikan tercapainya sasaran kinerja Unit Pembangkitan
sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam
penyediaan tenaga listrik
k. Mengelola kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
kegiatan produksi untuk mencapai angka kecelakaan kerja nihil
(zero accident) melalui penerapan SMK3 (Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
l. Merencanakan, mengendalikan program konservasi Unit
Pembangkitan untuk mencegah terjadinya kerusakan mental pada
Unit Pembangkitan karena korosi agar keandalan unit tetap dapat
dijaga
m. Merencanakan dan mengendalikan kualitas limbah produksi agar
memenuhi peraturan lingkungan yang berlaku melalui penerapan
sistem manajemen lingkungan ISO 14001
n. Menjamin pelaksanaan manajemen LK3 agar sesuai ISO 14001 dan
SMK3 pembangkitan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan
o. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan
pengambilan keputusan lebih lanjut

p. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan
Dalam melaksanakan tugasnya, Manajer Pemeliharaan dibantu
oleh Supervisor atau Spesialis yag menangani fungsi-fungsi yang
menjadi lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah akan
ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan serta dinamika bisnis.
C. Manajer Operasi
Menjaga keandalan dalam seluruh pengoperasian unit pembangkit
dan power quality dari energy listrik yang dibangkitkan.
D. Manajer Enjiniring dan Quality Assurance
Manajer Enjiniring dan Quality Assurance mempunyai tugas
pokok sebagai berikut:
a. Mengevaluasi penyelenggaraan O&M pusat pembangkitan tenaga
listrik beserta instalasi pendukungnya
b. Merencanakan resources (expert O&M, referensi, waktu dan
tempat) untuk kegiatan FAILURE DEFENCE yang meliputi:
Audit (assessment) dan prioritisasi pemeliharaan peralatan
unit pembangkit (SERP)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Root Cause Failure Analysis (RCFA)
Failure Defence Task (FDT)
Task Execution
c. Sebagai moderator dan memfasilitasi kegiatan FAILURE
DEFENCE peralatan Unit Pembangkit
d. Merekomendasikan kegiatan task execution (CONTINOUS
IMPROVEMENT) beserta KPI-nya berupa:
Perbaikan SOP/IK bidang O&M
Penambahan SOP/IK bidang O&M
Perubahan desain dari peralatan dan proses produksi
Penambahan atau pengurangan task preventive maintenance
Penambahan task predictive maintenance
Perbaikan kompetensi personil O&M

Perbaikan kualitas dan kuantitas ketersediaan material O&M
Over Haul cycle extention peralatan pembangkit
Life extention peralatan pembangkit, termasuk analisis COST
BENEFIT
Proses eksekusi dari rekomendasi tersebut tetap menjadi
kewenangan dari Manajer Operasi dan Manajer Pemeliharaan
dengan jajaran fungsi-fungsi dibawahnya
e. Mengevaluasi implementasi task execution yang direkomendasikan
f. Melaksanakan kegiatan FAILURE DEFENCE untuk
mengembangkan dan memperbaiki task execution yang belum
berhasil
g. Menggunakan laporan keberhasilan atau kegagalan implementasi
task execution sebagai bahan analisa serta program pengembangan
secara berkesinambungan (proses siklus review dan inovasi)
h. Melakukan update data pemeliharaan peralatan pembangkitan
untuk keperluan analisa pemeliharaan lebih lanjut
i. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan
pengambilan keputusan lebih lanjut
j. Merencanakan dan menyusun program Condition Base Monitoring
peralatan utama, mengevaluasi dan membuat “work package”
program pemeliharaan serta memberikan rekomendasi
k. Merencanakan dan menyusun dan memonitoring implementasi
sistem owner, technology owner dan knowledge owner sehingga
sistem berjalan optimal serta lebih menjamin tercapainya kinerja
unit pembangkitan yang lebih baik
l. Merencanakan, menganalisa dan mengevaluasi penyiapan
kebutuhan sistem informasi guna memenuhi kebutuhan “sistem
informasi manajemen” yang tepat, akurat serta real time sehingga
menunjang kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan
serta pemantauan kinerja unit pembangkitan
m. Melakukan uji kepatuhan atas setiap rancangan kebijakan dalam
RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan), RKAP (Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan) serta Tata Kelola Unit
sebagaimana tersurat dalam Uraian Tugas Pokok Unit, Program
Kerja, Strategi, Sasaran, Prosedur, Kaidah Hukum, Peraturan dan
Bisnis Proses, terhadap standar maupun potensi resiko
n. Melakukan uji kepatuhan terhadap batasan kewenangan dalam
pengelolaan usaha maupun pengadaan barang dan jasa berdasarkan
check list yang dikembangkan oleh Bidang Kepatuhan
o. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan (post review) secraa
berkala atas pelaksanaan hasil uji kepatuhan, khususnya kepatuhan
terhadap perintah dan larangan, antara lain sebagaimana tertulis
dalam SOP (Standard Operation Procedure)
p. Melakukan uji kepatuhan terhadap aktivitas usaha non core
q. Bekerja secara independent sehingga mampu mengungkapkan
pandangan serta pemikiran sesuai dengan profesi, dengan tidak
memihak terhadap kepentingan pihak lain yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip kehati-
hatian dalam pengelolaan unit
r. Menetapkan langkah-langkah, antara lain menyiapkan prosedur
kepatuhan (compliance procedure) pada setiap satuan kerja,
menyesuaikan pedoman intern unit terhadap setiap perubahan
ketentuan yang berlaku di perusahaan dan menyiapkan proses
pengambilan keputusan oleh manajemen
s. Memberikan saran, masukan serta rekomendasi kepada manajemen
untuk penyempurnaan sistem dan prosedur kerja di Unit, maupun
langkah-langkah antisipatif terhadap dampak yang signifikan
terhadap operasi unit maupun dampak tingkat kesehatan Unit atau
yang potensial menimbulkan permasalahan
t. Membuat laporan atau rekomendasi secara berkala sehingga
informasi yang dibutuhkan semua manajemen untuk evaluasi kerja
dan pembuatan keputusan dapat tersedia dengan cepat dan akurat
u. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan

Dalam tugasnya, Manajer Enjiniring dan Quality Assurance dapat
dibantu oleh Profesional atau Spesialis yang menangani fungsi-fungsi
yang menjadi lingkup tanggung jawabnya dengan formasi serta jumlah
akan ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan dan dinamika
bisnis.
E. Manajer Logistik
Manajer Logistik mempunyai tugas pokok:
a. Memeriksa setiap hari ketersediaan bahan baku yang ada dalam
gudang
b. Menerima pengiriman bahan baku yang dikirim oleh supplier dan
memastikan jumlah pengirimannya dan kondisi bahan baku sesuai
c. Mengawasi keluar masuknya bahan baku yang ada dalam gudang
d. Membuat laporan dan rekomendasi secara berkala sehingga
informasi yang dibutuhkan semua manajemen untuk evaluasi
kerja dan pembuatan keputusan dapat tersedia dengan cepat dan
akurat
e. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan
Dalam tugasnya, Manajer Logistik dapat dibantu oleh
Profesional atau Spesialis yang menangani fungsi-fungsi yang menjadi
lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah akan
ditentukan kemudian sesuai dengan lebutuhan serta dinamika bisnis.
F. Manajer Keuangan dan Administrasi
Manajer Sumber Daya Manusia mempunyai tugas pokok sebagai
berikut:
a. Menyiapkan kebijakan program pelatihan dan pengembangan
bagi seluruh sumber daya manusia Unit Pembangkitan
berdasarkan konsep optimasi biaya dan jumlah tenaga kerja
b. Merencanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi Anggaran
Biaya Kepegawaian dan fasilitas kerja yang mendukung RKAP

dan terselenggaranya kegiatan kepegawaian sesuai kebijakan
manajemen Unit Pembangkitan
c. Menyiapkan dan mengkoordinir perencanaan dan pengelolaan
organisasi dan tata laksana sistem manajemen agar sesuai dengan
fungsinya di dalam Perusahaan
d. Melaksanakan pembinaan Sumber Daya Manusia yang meliputi
perencanaan anggaran, penyelesaian administrasi kepegawaian
dan penyuluhan kepada pegawai agar terjadi kelancaran
pelayanan pegawai
e. Melaksanakan pembinaan pengemdalian mutu karyawan Unit
Pembangkitan secara terpadu agar dicapai produktivitas pegawai
sesuai dengan ketetapan manajemen
f. Mengelola dan mengembangkan manajemen Sumber Daya
Manusia sehingga dapat mengakomodasi seluruh permasalahan
yang berkembang agar didapat SDM yang maju, kuat, sehat
jasmani dan rohani sesuai visi dan misi perusahaan
g. Melakukan pengelolaan serta pengambilan langkah-langkah
strategis di unit satuan kerjanya dalam melakukan hubungan
industrial sehingga menciptakan suasana kerja yang kondusif
h. Mengelola pelaksanaan sistem manajemen kinerja sehingga
terjadi keselarasan antara kinerja unit dengan kinerja individu
karyawan serta menciptakan obyektivitas
i. Mengelola administrasi pembayaran penghasilan karyawan
j. Melaksanakan penyusunan aggaran tahunan untuk dijadikan
bahan acuan penggunaaan keuangan Unit Pembangkitan
k. Mengelola administrasi keuangan Unit Pembangkitan sehingga
berjalan sesuai dan memenuhi ketentuan serta prinsip-prinsip
mengenai keuangan
l. Menganalisa dan membuat laporan realisasi keuangan, sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengadakan
kebijakan penggunaan keuangan selanjutnya

m. Melakukan penilaian investasi Unit Pembangkitan untuk
digunakan sebagai bahan acuan penilaian terhadap peningkatan
kinerja atau keuntungan Unit Pembangkitan secara keseluruhan
n. Mengarahkan dan mengkoordinasi pelaksanaan proses audit yang
komprehensif sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, untuk
mendukung kemampuan perusahaan mencapai hasil kinerja
operasional yang maksimum
o. Memberikan saran-saran perbaikan untuk memastikan semua
kebijakan dan ketentuan dilaksanakn sebagaimana mestinya
sesuai dengan standar atau ketentuan yang berlaku
p. Menyelenggarakab kegiatan kesekretariatan dan rumah tangga
perkantoran untuk memperlancar kinerja Unit Pembagkitan
q. Merencanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi anggaran
biaya administrasi
r. Melaksanakan fungsi kehumasan untuk membina hubungan serta
“community development” dengan stakeholder sehingga
menciptakan citra yang baik tentangperusahaan serta menunjang
kinerja unit dan perusahaan
s. Mengadakan pengelolaan bisnis non inti sebagai penunjang bisnis
inti Unit Pembangkitan
t. Menyelenggarakan kegiatan pengadaan material berdasarkan
permintaan fungsi Inventory Control serta pengadaan jasa
berdasarkan permintaan fungsi Perencanaan dan Pengendalian
Pemeliharaan untuk mendukung Pemeliharaan Rutin serta
kebutuhan material Non instalasi lainnya
u. Menjamin terlaksananya kegiatan keamanan lingkungan dengan
baik sehingga terciptanya lingkungan kerja yang aman dan
kondusif bagi karyawan
v. Menyelenggarakan kegiatan proses administrasi gudang serta
material handling-nya untuk semua
w. Mengkoordinasikan pembuatan laporan audit secara berkala
sehingga informasi audit yang dibutuhkan semua pihak untuk

evaluasi kerja dan pembuatan keputusan dapat tersedia dengan
cepat dan akurat
x. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan
Dalam tugasnya, Manajer Keuangan dan Administrasi dapat
dibantu oleh Supervisor atau Spesialis yang menangani fungsi-fungsi
yang menjadi lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah
akan ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan serta dinamika
bisnis.
Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam
perusahaan. Oleh karena itu, UP Gresik memberikan kesempatan
kepada seluruh karyawannya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan
agar menjadi SDM yang profesional sehingga tercipta lingkungan kerja
yang menggairahkan dan memotivasi untuk selalu bertanggungjawab
terhadap perkerjaan. Sikap profesional para pegawai terlihat dari hasil
kinerjanya dengan jumlah pegawai saat ini sejumlah 399 orang.
3. Spesifikasi Teknis PLTGU Gresik
Unit Pembangkitan Gresik memiliki total daya terpasang sebesar
2255 MW, unit ini mampu memproduksi listrik rata-rata 10.859 GWh tiap
tahunnya dan disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra
Tinggi 500 kV dan Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi 150 kV. Unit
Pembangkitan Gresik Terdiri atas beberapa pembangkit termal yaitu 3 unit
PLTG, 4 unit PLTU, dan 3 unit PLTGU. Blok 1 PLTGU Gresik mulai
beroperasi pada 10 April 1993, blok 2 mulai beroperasi pada 5 Agustus 1993,
dan blok 3 pada 30 Nopember 1993 [4].
Kapasitas total Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Gresik
dapat mencapai 1575 MW. PLTGU Gresik blok 1 dan blok 2 dapat
menggunakan dua macam bahan bakar yaitu HSD (High Speed Diesel Oil) yang
dipasok oleh PERTAMINA dan gas alam yang dipasok langsung dari lapangan

gas milik HESS dan KODECO yang disalurkan melalui pipa bawah laut dari
wilayah Madura utara. Kedua bahan bakar ini digunakan secara bergantian sesuai
dengan tingkat ketersediaan bahan bakar. Sedangkan PLTGU Gresik blok 3
didesain hanya dapat menggunakan bahan bakar gas alam saja yang dipasok oleh
pemasok yang sama dengan blok 1 dan blok 2 [4].
Spesifikasi umum PLTGU Gresik untuk setiap blok pembangkit
adalah:
a. Turbin : 4 Unit
• Turbin gas : 3 Unit
• Turbin uap : 1 Unit
b. HRSG : 3 unit
c. Generator : 4 Unit
• Turbin gas : 3 x
112MW• Turbin uap : 1 x
189MW
Area PLTGU Gresik
PLTGU Gresik belum dapat bekerja secara maksimal sesuai dengan
kapasitasnya apabila pasokan bahan bakar utama yaitu berupa gas alam masih
kurang atau belum dapat memenuhi kebutuhan optimal PLTGU. Output PLTGU

Gresik ketika menggunakan bahan bakar HSD akan lebih kecil daripada ketika
menggunakan bahan bakar gas al


Infrastuktur masing – masing komponen pembangkit.
1. PLTG
No.
Unit
TURBINEGenerator COD MWManufacturer Type Serial No
1 GE MS 5001 P 244351 GE 1993 20,102 GE MS 5001 P 244443 GE 1993 20,10
TOTAL 40.20
2. PLTGU
No.
Unit
TURBINEGenerator COD MWManufacturer Type Serial No
GT 11 MITSUBISHI MW 701 D T-292 SIEMENS 1992 112,45GT 12 MITSUBISHI MW 701 D T-293 SIEMENS 1992 112,45
GT 13 MITSUBISHI MW 701 D T-294 SIEMENS 1992 112,45
ST 10 MITSUBISHI TC2F-33.5 T-826 SIEMENS 1992 188,91
GT 21 MITSUBISHI MW 701 D T-295 SIEMENS 1992 112,45
GT 22 MITSUBISHI MW 701 D T-296 SIEMENS 1992 112,45
GT 23 MITSUBISHI MW 701 D T-297 SIEMENS 1992 112,45
ST 20 MITSUBISHI TC2F-33.5 T-827 SIEMENS 1993 188,91
GT 31 MITSUBISHI MW 701 D T-298 SIEMENS 1993 112,45
GT 32 MITSUBISHI MW 701 D T-299 SIEMENS 1993 112,45
GT 33 MITSUBISHI MW 701 D T-300 SIEMENS 1993 112,45
ST 20 MITSUBISHI TC2F-33.5 T-28 SIEMENS 1993 188,91
3. PLTU
No.
Unit
TurbineGenerator COD MWManufacturer Type Serial No
1 TOSHIBA SC-26 T 5726 TOSHIBA 1981 1002 TOSHIBA SC-26 T 5726 TOSHIBA 1981 100
3 TOSHIBA TC DF T 5898 TOSHIBA 1988 200
4 TOSHIBA TC DF T 5899 TOSHIBA 1988 200
TOTAL 600

4. Komponen Mekanis dan Elektris
Unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas
a. Turbin Gas
Pada PLTGU Gresik terdapat tiga blok pembangkit listrik dimana
untuk setiap blok memiliki 3 unit turbin gas. Prinsip kerja dari turbin gas
adalah energi panas hasil pembakaran didalam combustor diubah menjadi
energi gerak / mekanik dalam bentuk putaran. Energi mekanik tersebut
digunakan untuk menggerakkan prime mover generator sinkron kecepatan
tinggi yang terkopel satu poros. Turbin gas yang terdapat dalam pembangkit
tenaga listrik ini memiliki 4 tingkat, adapun putaran yang dapat dihasilkan oleh
masing-masing turbin tersebut dapat mencapai kecepatan putaran 3000rpm.
Komplek Turbin Gas
b. Inlet Air Filter
Inlet air filter adalah peralatan yang berfungsi untuk menyaring udara
dari lingkungan sekitar yang akan dimasukkan kedalam turbin gas.

c. Inlet Guide Vanes (IGV)
Inlet Guide Vanes
Inlet Guide Vanes (IGV) merupakan sudu diam pertama, posisinya
terpasang pada sisi masuk dari kompresor. IGV berfungsi untuk mengatur jumlah
aliran udara yang akan masuk ke dalam kompresor. IGV dapat menambah
kemampuan akselerasi pada saat terjadi start dan mencegah rotor mengalami
surge dan stall.
d. Compressor
Compressor adalah sebuah peralatan yang berfungsi untuk menekan
udara yang masuk pada ruang pembakaran, hal ini dilakukan agar udara
nantinya memiliki rasio tekanan yang tinggi. Jumlah tingkatan compressor yang
terdapat pada turbin gas di PLTGU Gresik adalah sebanyak 17 tingkat.

Compressor
e. Combustor
Combustor adalah tempat terjadinya proses pembakaran. Combustor
basket pada unit pembangkit turbin gas Gresik ada 18 buah, dimana antara
combustor basket yang satu dengan combustor lainnya dihubungkan dengan
cross flame tube (sebagai media perambatan panas). Pada combustor no 8
dan 9 dipasang igniters / spark plugs, yang berfungsi untuk menyulut
panas di ruang pembakaran. Igniters adalah dua elektroda (serupa dengan
busi) yang mendapat suplai tegangan AC dari transformator igniters. Pada
saat penyalaan (ignition), igniters didorong masuk ke combuster dan suplai
listrik ”on” sehingga mengeluarkan percikan api (busur api). Setelah beberapa
detik (sekitar 20 detik) pasok listrik putus dan igniters akan padam, igniters
ditarik keluar dari combustion chamber. Pada combustor basket no 17 dan 18
diletakkan flame detector. Flame detector berfungsi untuk mendeteksi
pembakaran pada combustor, alat ini bekerja secara automatis mendeteksi api,
apabila pada combustor ke 17 dan 18 terdeteksi tidak terjadi pembakaran maka
dipastikan tidak terjadi pembakaran sempurna pada combuster basket yang lain
dan akan terjadi trip (stop proses).
f. Pre-mix Fuel Nozzle
Pre-mix Fuel Nozzle berfungsi mengatur suplai bahan bakar yang
disemprotkan ke ruang pembakar (combustor chamber) terdiri dari pilot nozzle
dan main nozzle. Pilot nozzle berfungsi untuk menjaga kestabilan nyala api
menggunakan 5% dari bahan bakar gas atau 10% dari bahan bakar minyak.
Pada PLTGU Gresik menggunakan tipe dual nozzle yang bisa mengatur
penggunaan dua jenis bahan bakar (gas dan minyak).
g. Generator
Generator adalah suatu alat yang berfungsi mengubah energy
mekanik menjadi energi listrik. Pada PLTGU Gresik untuk setiap blok

pembangkit listrik terdapat 3 unit generator berpenggerak turbin gas dengan
kapasitas daya masing-masing 112 MW. Generator yang digunakan
adalah generator sinkron kutub silindris (non salient pole) dengan dua buah
kutub dan dijaga pada putaran 3000 rpm.
Spesifikasi teknis generator pada PLTGU Gresik untuk
setiap blok turbin gas
Turbin Turbin Gas
Tipe
Siemens TLRI
Daya Output 153,75 MVA
Tegangan
Output
10,5±5% kV
Arus Output 8454-SI
Cos Φ 0,8
Frekuensi 50 Hz
Sambungan YY
Jumlah Fasa 3
h. Heat Recovery Steam Generator (HRSG)
Secara umum HRSG atau Heat Recovery Steam Generator berfungsi
sebagai alat untuk memanaskan air hingga menjadi uap dengan menggunakan gas
sisa dari hasil pembakaran gas pada PLTG, dimana uap ini yang
memiliki tekanan dan temperatur yang tinggi akan digunakan untuk memutar
turbin pada pembangkit listrik tenaga uap.

Heat Recovery Steam Generator
Beberapa komponen yang membangun HRSG, yaitu:
a. Preheater
Merupakan alat pemanas bagi air yang berasal dari condensate water
tank, yang akan dialirkan menuju daerator. Preheater berfungsi sebagai pemanas
awal untuk menaikkan suhu air agar tidak terjadi perubahan suhu yang drastis
pada saat air menuju pemanasan tahap selanjutnya karena hal itu bisa merusak
komponen-komponen pipa akibat thermal stress. Preheater terletak paling atas
dari HRSG.
b. Economizer
Fungsi dari economizer adalah sebagai pemanasan air pengisi yang
berasal dari feed water pump dengan memanfaatkan energi panas gas
buang dari turbin gas yang dilewatkan pada cerobong HRSG untuk
memanaskan air yang nantinya akan menjadi uap. Hasil pemanasan pada
economizer akan dialirkan menuju steam drum.
c. Steam Drum
Berfungsi memisahkan air dan uap dari hasil pemanasan pada
economizer. Pada PLTGU Gresik sirkulasi uap dan air menggunakan sistem
natural circulation, yaitu sirkulasi yang terjadi akibat adanya perbedaan suhu.
Uap basah yang memiliki massa lebih ringan dari air akan bergerak ke atas dan
disalurkan ke superheater sedangkan yang masih berwujud air akan turun ke
evaporator.
d. Evaporator
Sebagai tempat pemanasan air dari steam drum hingga menjadi uap.
Uap yang dihasilkan akan disalurkan kembali ke steam drum.

e. Superheater
Terletak pada bagian bawah dari HRSG dan dibuat dari pipa-pipa yang
disusun secara paralel, berfungsi menaikkan suhu uap air menjadi lebih panas.
Pada superheater ini uap air yang masuk masih bersifat basah dan dalam
pemanasan tahap akhir keluarannya berupa uap air kering. Hal ini bertujuan
agar tidak merusak komponen turbin uap. Pada bagian ini terdiri atas dua
tingkat yaitu 1st superheater dan 2nd superheater.
Unit Pembangkit Turbin Uap
a. Steam Turbin
Pada PLTGU Gresik terdapat tiga blok pembangkit listrik dimana untuk
setiap blok memiliki 1 unit turbin uap. Prinsip kerja dari turbin uap adalah
energi panas gas buang PLTG diubah menjadi energi gerak / mekanik dalam
bentuk putaran. Energi mekanik tersebut digunakan untuk menggerakkan prime
mover generator sinkron kecepatan tinggi yang terkopel satu poros. Turbin uap
yang terdapat dalam pembangkit tenaga listrik ini memiliki 2 bagian, yaitu
turbin tekanan rendah dan turbin tekanan tinggi. Adapun putaran yang dapat
dihasilkan oleh turbin tersebut dapat mencapai kecepatan putaran 3000rpm
b. Generator
Sama halnya pada generator turbin gas, generator pada turbin uap
berfungsi sebagai alat untuk mengubah energi mekanik yang dilakukan oleh
turbin menjadi energi listik. Uap yang dihasilkan dari HRSG setelah melalui
superheater akan menggerakkan turbin, kemudian gerakan turbin akan memutar
generator. Pada PLTGU Gresik untuk setiap blok terdapat 1 unit generator
berpenggerak turbin uap dengan kapasitas daya masing-masing 189 MW.
Generator yang digunakan adalah generator sinkron kutub silindris (non salient
pole) dengan dua buah kutub dan dijaga pada putaran 3000 rpm.

Spesifikasi teknis generator pada PLTGU Gresik untuk setiap blok
turbin uap
Unit Gardu Induk Pembangkit
a. Gardu Induk Pembangkit 150 kV
Unit gardu induk pembangkit 150 kV pada PLTGU Gresik
merupakan unit gardu induk pasangan dalam yang
berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dengan tegangan 150
kV. Bahan isolasi yang digunakan oleh peralatan yang terdapat
pada gardu induk ini adalah gas SF6. Unit ini merupakan unit
Gardu Induk Tanpa Operator (GITO) dimana semua proses yang
terjadi pada gardu induk dapat dimonitor dan dikontrol melalui
unit P3B di masing- masing wilayah atau CCR yang terdapat di
PLTGU. Unit gardu induk ini terhubung secara langsung dengan
gardu induk Tandes melalui saluran transmisi udara 150 kV yang
berjumlah dua unit. Unit pembangkit yang menyalurkan daya
output-nya langsung melalui gardu induk ini adalah PLTGU blok 1
yang terdiri dari GT1.1, GT1.2, GT1.3, dan ST 1.0. Output daya
yang disalurkan pada gardu induk ini juga disalurkan kepada gardu
induk pembangkit 500 kV melalui sebuah transformator step up
150 kV/500 kV dan juga disalurkan untuk pemakaian sendiri
Turbin Turbin Uap
Tipe
Siemens THRI
Daya Output 251,75 MVA
Tegangan
Output
15,75±5% kV
Arus Output 9228-SI
Cos Φ 0,8
Frekuensi 50 Hz
Sambungan YY
Jumlah Fasa 3

melalui sebuah transformator step down 150 kV/6 kV.
b. Gardu Induk Pembangkit 500 kV
Unit gardu induk pembangkit 500 kV pada PLTGU Gresik
merupakan unit gardu induk pasangan dalam yang
berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dengan tegangan 500
kV. Bahan isolasi yang digunakan oleh peralatan pada gardu induk
ini adalah gas SF6. Unit ini merupakan unit Gardu Induk Tanpa
Operator (GITO) dimana semua proses yang terjadi pada gardu
induk dapat dimonitor dan dikontrol melalui unit P3B di
masing-masing wilayah atau CCR yang terdapat di PLTGU. Unit
gardu induk ini terhubung secara langsung dengan gardu induk
Krian melalui saluran transmisi udara 500 kV yang berjumlah
dua unit. Unit pembangkit yang menyalurkan daya output- nya
langsung melalui gardu induk ini adalah PLTGU blok 2 yang
terdiri dari GT2.1, GT2.2, GT2.3, dan ST 2.0 serta LTGU blok 3
yang terdiri dari GT3.1, GT3.2, GT3.3, dan ST 3.0.

Gam
bar
2.4
Sin
gle
Lin
e D
iagr
am G
ard
u I
nd
uk
Pem
ban
gkit
150
kV

Gam
bar
2..1
0 S
ingl
e L
ine
Dia
gram
Gar
du
In
du
k P
emb
angk
it 5
00 k
V
Gam
bar
2.4
Sin
gle
Lin
e D
iagr
am G
ard
u I
nd
uk
Pem
ban
gkit
500
0 k
V

Unit Pendukung
ƒ Water Intake
Berfungsi sebagai saluran air pendingin utama Condenser dan juga
sebagai saluran masuk air laut yang akan diolah menjadi air tawar
untuk kepentingan pembangkitan tenaga listrik pada PLTGU.
ƒ Desalination Plant
Merupakan kumpulan peralatan yang digunakan untuk mengolah
air laut menjadi air tawar.
ƒ Demineralized Plant
Merupakan kumpulan peralatan yang berfungusi untuk menghilangkan
kadar-kadar mineral dari air laut yang telah dijadikan air tawar pada
desalination plant.
ƒ Make Up Water Tank dan Raw Water Tank
Berfungsi sebagai wadah penampungan air dari hasil pegolahan air
dari air laut (asin) menjadi air tawar yang mana kandungan mineralnya
sudah di hilangkan.
ƒ Waste Water Treatment
Berfungsi untuk mengolah limbah air yang berasal dari proses yang
terdapat pada unit PLTGU, dimana pH (toleransi pH yang
ditentukan adalah 6,5-8) dan zat-zat kimia lainnya yang berbahaya di
netralkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.
ƒ Hidrogen Plant
Pendinginan pada generator sangat diperlukan. Pada generator milik
PT PJB Unit Pembangkitan PLTGU Gresik menggunakan gas
hidrogen sebagai pendingannya, untuk itulah dibangun hidrogen plant

yang berfungsi sebagai tempat untuk memproduksi gas hidrogen.
Proses Pembangkitan Listrik PLTGU
Pengoperasian pembangkit PLTGU Gresik pada kondisi normal
dikenal dengan istilah operasi 3-3-1.Operasi3-3-1 (merupakan pengoperasian
di PLTGU Gresik pada saat daya maksimal) adalah pengoperasian dengan tiga
(3) pembangkit turbin gas, tiga (3) HRSG, dan satu (1) pembangkit turbin uap.
Proses produksi tenaga listrik secara garis besar di PT PJB Unit
Pembangkitan PLTGU Gresik dibagi menjadi dua proses pembangkitan yaitu:
1. Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
a. Gas alam yang dipasok langsung dari lapangan gas HESS dan
KODECO dijadikan sebagai bahan bakar utama selain minyak. Pada
PLTGU dikenal istilah segitiga pembakaran dimana mencakup udara,
bahan bakar (gas dan minyak) dan suhu. Proses pembakaran terjadi di
combuster, disini akan terjadi peningkatan tekanan dan suhu.
b. Semburan gas panas hasil pembakaran digunakan untuk memutar
turbin gas.
c. Putaran turbin gas dimanfaatkan untuk memutar generator.
d. Putaran generator menghasilkan listrik dengan tegangan 10,5
kV yang kemudian dinaikkan menjadi tegangan 150 kV dan 500 kV
dan disalurkan kepada pelanggan melalui saluran transmisi.
2. Proses Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
a. Gas buang hasil pembakaran dari PLTG yang memiliki suhu
sangat tinggi (± 500 deg C) dapat langsung dibuang jika PLTU
tidak dioperasikan melalui by pass stack. Namun karena
pengoperasian saat ini menggunakan turbin uap maka gas buang
disalurkan ke HRSG (Heat Recovery Steam Generator). HRSG
digunakan untuk menguapkan air.
b. Di dalam siklus yang terjadi dalam pemanas HRSG, pada air yang
akan diuapkan diinjeksikan bahan kimia sebagai berikut:
1. Hydrazine, diinjeksikan ke condensate dan daerator untuk
menghilangkan kandungan dissolved oxygen yang mungkin

terdapat di dalam air.
2. Ammonia, diinjeksiken ke condensate untuk mengontrol pH air
selama start up, pada kondisi ini air mulai diuapkan.
Phosphate, diinjeksikan ke dalam boiler drum dengan tujuan untuk
menghilangkan komponen hardness dan mengontrol pH uap
air yang terdapat di dalam boiler.
c. Uap air bertekanan yang merupakan hasil pemanasan air digunakan
untuk memutar steam turbin. Uap air yang bertekanan tinggi dialirkan
pada high pressure steam turbine, dan uap air yang bertekanan rendah
dialirkan pada low pressure steam turbine.
d. Kondensasi merupakan proses pendinginan terhadap uap air yang
telah digunakan untuk memutar steam turbine. Kondensasi terjadi di
dalam kondensor dan pendingin yang digunakan adalah air laut yang
telah dinetralkan.
e. Putaran generator yang terkopel dengan steam turbine menghasilkan
listrik dengan tegangan 15,7 kV yang kemudian dinaikkan menjadi
tegangan 150 kV dan 500 kV yang kemudian disalurkan kepada
pelanggan melalui saluran transmisi.
Pengoperasian pembangkitan di PLTGU Gresik dilakukan secara
otomatis, dimana semua peralatan dikontrol dari satu ruang yang disebut
sebagai Command and Control Room (CCR), namun pengamatan secara
manual tetap dilakukan oleh 3 orang pengamat untuk setiap blok PLTGU.

Skema Pembangkitan PLTGU
Batasan dari Pembangkit yang dikelola oleh Unit Usaha PT. PJB UP. Gresik
Batasan wilayah kerja unit usaha PLN
Pada unit pembangkit PT. PJB UP. Gresik selain memproduksi energy listrik, UP.
Gresik mengelola dan melakukan pemeliharaan terhadap semua proses
pembangkitan, mulai dari sumber bahan bakar yaitu Gas yang di supplay dari
Madura dan bahan bakar minyak yang di supplay dari pertamina, komponen
pembangkitan seperti boiler, HRSG, generator, prime mover, trafo step up dll di
kelola dan dipelihara oleh pembangkit itu sendiri. Sedangkan untuk gardu induk
yang berada di dekat pembangkit itu dikelola oleh PT. P3B.
Proses Bisnis Pembangkit PT. PJB dengan PT. P3B
Proses Bisnis dari PT. PJB dengan PT. P3B yaitu dengan melakukan setiap
bulannya melakukan pertemuan untuk membahas daya atau energy yang akan
disalurkan. Semua dengan acuan data yang diterima dari PT. P3B, semua
pembangkit yang akan di bangkitkan tidak akan di bangkitkan penuh dengan
kapasitas generator setiap pembangkit. Bisnis dari Pembangkit yaitu melihat dari
berapa sumber bahan bakar yang akan masuk dalam proses pembangkitan dan
melihat outputan dari proses pembangkitan apakah sesuai dengan perhitungannya.
Apabila tidak sesuai maka didalam proses pembangkitan tersebut terdapat
kesalahan atau kerusakan dalam proses pembangkitan. Untuk lebih detail dapat
dilihat cara akad jual beli tenaga listrik dibawah ini :
PT. PJB PT. P3B DISTRIBUSI

Sistem Akad Jual Beli Pada PT. PLN
Saat ini PLN dengan dua anak perusahaan pembangkitnya merupakan pelaku
bisnis terbesar di sistem Jawa-Bali. Beberapa perusahaan pembangkit swasta
telah beroperasi dan mulai menyalurkan tenaga listrik ke sistem tenaga listrik
Jawa Bali. Jual beli tenaga listrik antara PLN dan perusahaan pembangkit baik
swasta maupun anak perusahaan PLN dilakukan melalui kontrak pembelian
tenaga listrik (Power Purchase Agreement, PPA). Ketentuan-ketentuan
operasional, legal dan komersial pada kontrak-kontrak tersebut sangat bervariasi.
Belum terdapat kontrak transmisi dan kontrak penjualan tenaga listrik kepada
perusahaan distribusi, kecuali kontrak konsumen besar dengan PLN, sebab
pengusahaan transmisi dan distribusi dilakukan oleh unit operasional yang masih
menjadi satu institusi secara hukum dengan PLN. Pemisahan biaya transmisi
yang dikenakan kepada distribusi hanya terbatas pada transfer pricing tanpa
menggunakan suatu kontrak.
Dapat dikatakan bahwa struktur saat ini merupakan struktur “Single Buyer”,
dimana PLN Pusat bertindak sebagai Single Buyer. Sampai dengan tahun 1999,
beban pembelian tenaga listrik ini dilimpahkan kepada PLN P3B sebagai unit
operasional yang menjalankan ketentuan kontrak yang ada. Mulai tahun 2000,
pembebanan tersebut dialihkan ke PLN Pusat, sehingga dalam laporan
keuangannya PLN P3B hanya menerima pendapatan dari penyediaan jasa
transmisi.
3.2. Pasar Single Buyer
Market Rules atau Aturan Pasar Listrik dimaksudkan sebagai acuan bekerjanya
pasar listrik. Isi Market Rules Single Buyer (SB) ini terdiri atas: definisi, latar
belakang, tujuan pasar listrik dan tujuan aturan pasar listrik, peran dan tanggung
jawab pelaku pasar, penyambungan ke grid, metering, mekanisme pasar seperti

proses bidding dan penanganan ancillary services, penagihan dan setelmen,
interpretasi aturan pasar listrik, penyimpanan dokumen, dan publikasi informasi.
1. Model Pasar
Pada fase SB, perusahaan transmisi yang juga menjalankan fungsi dispatch
berperan sebagai agen Pembeli Tunggal (Single Buyer), yang membeli listrik dari
pembangkit dan menjualnya kepada perusahaan distribusi atau konsumen besar
melalui sistem transmisi (lihat Gambar-1). Dispatch pembangkit dilakukan
berdasarkan konsep biaya variabel termurah, yang meliputi biaya bahan bakar
serta biaya variabel operasi dan pemeliharaan pembangkit.
Perusahan transmisi juga bertanggung-jawab dalam perencanaan sistem,
mengupayakan investasi sistem yang optimal dan melakukan koordinasi
pengembangan sistem transmisi dan pembangkitan. Sentralisasi fungsi
perencanaan, operasi transmisi dan dispatch dianggap akan memfasilitasi operasi
yang efisien dan perencanaan yang efektif.
Pengadaan pembangkit baru akan dilaksanakan secara transparan dan melalui
tender yang kompetitif (competitive bidding).
Pengaturan Komersial
Pelaku pasar pada fase SB terdiri atas perusahaan pembangkit, transmisi,
distribusi dan konsumen besar.
Badan Pengatur memegang peranan penting pada masa ini, khususnya dalam
bidang usaha transmisi dan distribusi. Peranan badan pengatur pada sisi
pembangkitan akan tidak signifikan sebab interaksinya telah diatur dalam kontrak
jual beli tenaga listrik (power purchase agreement, PPA) antara pembangkit dan
perusahaan transmisi.
PPA mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam berbagai aspek seperti
finansial serta aspek operasional pembangkit dan sistem tenaga listrik.
Pembayaran akan dihitung berdasarkan dua komponen pembayaran: fixed
(pembayaran kapasitas) dan variabel (pembayaran energi). Pembayaran kapasitas
merupakan pembayaran atas biaya-biaya tetap tahunan pembangkit seperti biaya
investasi, return atas investasi, biaya tetap operasi dan pemeliharaan, dan biaya

tetap lainnya. Pembayaran ini tidak tergantung pada tingkat pembebanan
(dispatch) pembangkit. Sedangkan pembayaran energi, yang tergantung pada
dispatch pembangkit, dimaksudkan untuk mengkompensasi biaya bahan bakar
serta biaya variabel operasi dan pemeliharaan pembangkit.
Pembayaran dengan dua komponen tarif ini mengalokasikan resiko sedemikian
sehingga perusahaan transmisi akan menanggung resiko dispatch serta
pertumbuhan beban, dan perusahaan pembangkit menanggung resiko operasi dan
pemeliharaan pembangkit, sehingga memberikan insentif yang jelas bagi operasi
yang efisien oleh kedua belah pihak.
Pada fase SB ini juga telah terdapat proses bidding biaya variabel untuk
pembelian energi dari pembangkit. Namun, penawaran dari pembangkit yang
disampaikan kepada SMO ini akan dibatasi oleh suatu tingkat harga (price cap)
tertentu yang diatur dalam PPA. Pembangkit akan menerima pembayaran untuk
komponen fixed (kapasitas) sesuai PPA dan pembayaran energi sesuai hasil
penawaran mereka. Captive Power dalam hal ini juga dibenarkan untuk ikut serta
dalam proses bidding. Namun mereka hanya akan menerima pembayaran energi
atas excess power yang disalurkan ke grid, sebab mereka tidak memiliki kapasitas
yang firm.
Untuk pembangkit skala kecil (small power plants, SPP) diusulkan suatu tarif dan
model kontrak yang standar untuk menghindari biaya administratif yang tinggi,
memudahkan investor SPP dan mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan
dalam interaksi dengan SPP.
Single Buyer akan mengenakan tarif tenaga listrik curah (bulk supply tariff, BST)
kepada konsumennya. BST ini merupakan harga transfer dari perusahaan
transmisi ke konsumennya, yang dihitung berdasarkan biaya energi dan kapasitas
pembangkitan. BST bisa terpisah dari biaya transmisi tergantung dari penanganan
biaya transmisi yang diadopsi. BST harus dirancang sedemikian rupa agar
diperoleh keseimbangan antara kebutuhan konsumen akan harga yang stabil dan

kebutuhan perusahaan transmisi terhadap fleksibilitas dalam menanggapi
perubahan pola beban dan konsumsi.
Biaya sistem transmisi dirancang untuk menutupi biaya investasi, operasi dan
pemeliharaan transmisi dan return yang dibutuhkan. Biaya ini harus mampu
memberi sinyal kepada pengguna sistem mengenai dampak dari perilaku mereka
terhadap efisiensi sistem serta biaya pengembangan sistem. Karena komponen
terbesar dari biaya operasi dan pemeliharaan transmisi tergantung pada tingkat
pembebanan maksimum, lokasi beban dan penggunaan sistem, maka tarif dengan
dua komponen, biaya beban dan biaya energi, diusulkan untuk diadopsi. Biaya
beban dikaitkan dengan kapasitas MW yang digunakan oleh pembangkit dan
konsumen, sedangkan biaya energi didasarkan pada pengukuran kWh yang
disalurkan. Biaya transmisi dapat dihitung berdasarkan biaya marginal atau
accounting cost recovery.
Kontrak penyambungan merupakan pengaturan komersial yang juga penting pada
pasar SB. Kontrak ini mengatur penyambungan antara pengguna grid dan
perusahaan transmisi. Pengguna grid berkewajiban untuk membayar sebagian atau
seluruh biaya peralatan baru yang diperlukan untuk penyambungan ke grid serta
biaya operasi dan pemeliharaan dari fasilitas penyambungan yang diperuntukkan
bagi mereka.
Tarif kepada konsumen akhir (retail tariff) idealnya merupakan penjumlahan dari
BST dan biaya transmisi/distribusi.
Mengingat perusahaan transmisi melakukan pembelian dan penjualan, maka pada
tahap ini perusahaan transmisi bisa juga berfungsi sebagai administrator bagi
subsidi yang terdapat pada sistem.
3.3. Pasar Multi Buyer Multi Seller
Isi Aturan Pasar untuk fase Multi Buyer Multi Seller (MBMS) meliputi
interpretasi dari Aturan Pasar, partisipasi pelaku pasar, adiministrasi, supervisi

dan pelaksanaan aturan, ketentuan penyambungan grid, reliability sistem tenaga,
wholesale metering, operasi sistem dan pasar bilateral, kontrak bilateral fisik dan
energy forward market, penagihan dan setelmen, pelayanan, perencanaan dan
pengadaan transmisi, dan definisi. Aturan Pasar ini hanya mengatur interaksi dan
operasi pada tingkat wholesale market saja.
Pada tahap ini perusahaan distribusi akan memisahkan bidang usaha jaringan
(monopoli) dengan usaha retail (kompetitif). Distribusi akan menyediakan
pelayanan jaringan distribusi, dan Perusahaan Retail akan menyediakan jasa
suplai tenaga listrik, metering, penagihan, dsb. Gambar-2 menunjukkan fungsi-
fungsi yang ada pada struktur pasar MBMS.(Struktur yang menggambarkan
seluruh pelaku pasar.
Perusahaan distribusi akan menyediakan jasa penyaluran melalui sistem distribusi
juga dengan mekanisme kontrak baik dengan perusahaan retail, konsumen besar,
maupun perusahaan pembangkit. Karena penyediaan jasa penyaluran untuk suatu
kawasan itu dikelola secara monopoli maka harga penyediaan jasa akan diatur
oleh suatu badan regulasi (Regulatory Body). Perusahaan-perusahaan retail akan
bersaing satu sama lain dalam memperoleh konsumennya. Konsumen akhir akan
bebas memilih siapa saja yang menjadi pemasok listriknya.
Akan terdapat Wholesale Market Power Pool yang merupakan pasar jual beli
tenaga listrik. Perusahaan transmisi /dispatch melakukan penyediaan jasa
transmisi, dan jasa lainnya untuk keperluan operasi sistem. Perusahaan-
perusahaan pembangkit akan bersaing satu sama lain dalam menjual tenaga listrik
yang diproduksinya. Penjualan tenaga listrik dapat dilakukan dengan bidding
melalui atau langsung kepada perusahaan retail atau konsumen besar dengan
mekanisme kontrak bilateral. Konsumen besar dapat membeli tenaga listrik
melalui perusahaan retail, langsung ke perusahaan pembangkit atau lewat Pool.
Kepemilikan transmisi dan fungsi operasi pasar listrik, operasi sistem serta
administrasi setelmen diusulkan untuk dilaksanakan oleh satu entitas yang disebut

sebagai SMO (System & Market Operator), setidaknya pada tahap awal.
Argumentasi terhadap hal ini adalah sebagai berikut :
(i) pemisahan fungsi-fungsi tersebut pada tahap awal akan merupakan sumber
inefisiensi,
(ii) keberadaan SMO sebagai satu entitas dengan wewenang penuh terhadap
sistem transmisi akan menghasilkan operasi sistem yang lebih andal dan
efisien,
(iii) wewenang penuh terhadap kepemilikan dan operasi sistem akan
menghasilkan pengembangan sistem transmisi yang lebih baik, khususnya
bila melihat proyeksi pertumbuhan beban sistem yang cukup tinggi (lebih
dari 9% per tahun). Untuk memudahkan pengaturan dan pengawasan
terhadap fungsi-fungsi tersebut, maka fungsi sistem operasi, administrasi
setelmen dan kepemilikan transmisi pada SMO harus berada dalam struktur
manajemen (departemen) dengan pembukuan yang terpisah.
SMO akan mengoperasikan power pool/pasar spot yang menentukan operasi
sistem dan harga listrik. Untuk dapat menghindari munculnya conflict of interests,
SMO tidak dibenarkan untuk berafiliasi dengan salah satu pelaku pasar.
Pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi SMO dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti pengawasan langsung oleh pelaku pasar, pengawasan melalui Komite
yang mewakili semua kepentingan, atau melalui pengawasan langsung oleh badan
regulator atau pemerintah. Konsultan mengusulkan pengawasan yang berbentuk
Komite yang disebut dengan SMO Advisory Group, sebab bisa memastikan
pelaku pasar memperoleh dan memberikan masukan mengenai pelaksanaan pasar
listrik secara langsung. Di samping itu perlu pula dibentuk suatu komite
pemantauan perilaku pelaku pasar (Market Surveillance Committee) khususnya
pada tahap awal implementasi pasar listrik. Keberadaan Komite ini haruslah
memiliki kekuatan hukum dan dikenal oleh peraturan perundangan yang berlaku.
Garis besar desain pasar listrik MBMS yaitu sbb :

Pasar Energi
Terdapat pasar energi real-time (spot market) yang dicacah setiap setengah jam.
Pembangkit dan dispatchable load melakukan penawaran dan akan didispatch
secara fisik oleh SMO berdasarkan harga termurah. Selanjutnya pelaku pasar akan
menerima informasi market clearing price dari SMO.
Pelaku pasar boleh untuk menawarkan hingga 20 pasang harga-kuantitas dan 5
ramping up/down rate. Harga Penawaran mencakup seluruh biaya (single price),
seperti biaya energi, biaya start up, dll.
Terdapat pula day-ahead forward market untuk energi, yang bersifat voluntary.
SMO akan melakukan lelang (auction) atas penawaran dari sisi pembangkit dan
beban. Pasar ini murni bersifat finansial. Harga yang muncul merupakan indikasi
atas ekspektasi harga energi real time, sehingga akan membantu pengaturan
strategi hedging dan penanganan kontrak bilateral fisik.
Di samping kedua pasar tersebut di atas, pelaku pasar boleh pula melakukan
kontrak bilateral antar mereka dan dapat secara voluntary menyampaikan data
kontrak kepada SMO untuk keperluan setelmen.
Ancillary Services
Penyediaan ancillary services seperti cadangan operasi, pengaturan frekuensi,
daya reaktif, black start dan layanan reliability must-run diperoleh melalui kontrak
dengan jangka waktu maksimum 18 bulan. Pemenuhan kebutuhan ancillary
services harus diupayakan dilakukan melalui proses yang kompetitif. Akan
diadopsi model kontrak standar yang disetujui oleh Regulator dengan prinsip cost-
reimbursement.
Dalam kondisi darurat, SMO berwenang untuk mendapatkan ancillary services
dari pelaku pasar yang tidak terikat kontrak atau yang mampu menyediakan
layanan di luar kewajiban penyambungan mereka, dengan kompensasi full
opportunity payment. Pengembalian stranded costs ini diperoleh melalui

pengenaan Competition Transition Charge (CTC) kepada konsumen dalam
rentang beberapa tahun.
Pembangkit Hidro
Pembangkit hidro akan dikelola oleh suatu entitas independen, yaitu Operator
Hidro. Operator Hidro akan menyampaikan penawaran setelah
mempertimbangkan kegunaan air bagi keperluan lainnya, seperti irigasi. Profit
yang diperoleh dari pengelolaan pembangkit hidro ini akan digunakan untuk
membantu pendanaaan subsidi bagi sektor ketenagalistrikan.
Kongesti Transmisi
Konsultan mengusulkan agar biaya kongesti transmisi (Biaya kongesti transmisi
yaitu perbedaan antara biaya solusi dispatch optimum dan solusi dispatch akibat
adanya kongesti transmisi) dialokasikan secara merata baik kepada pembangkit
maupun beban. Perhitungan biaya ini mengacu pada sistem Jawa-Bali sebagai
single zone. Saat ini sistem Jawa-Bali dibagi dalam 3-zonal sistem transmisi,
namun dengan selesainya loop transmisi 500 kV jalur selatan maka kendala
transmisi menjadi minimal dan sistem Jawa-Bali secara elektrikal dapat dilihat
sebagai single node system, sehingga tidak diperlukan untuk mengadopsi sistem
perhitungan yang lebih kompleks seperti locational based (nodal) pricing.
Stranded Costs
Stranded Costs didefinisikan sebagai selisih antara sunk cost (dari capital
investment dan PPA) dan net operating income (pendapatan dari penjualan
layanan pembangkit dikurangi modal dan biaya operasi masa datang yang belum
dikeluarkan).
Pembayaran Pelaku Pasar
Pembangkit yang didispatch sesuai dengan merit order penawaran akan
memperoleh pembayaran atas energi yang disalurkan sesuai dengan market
clearing price. Market clearing price merupakan hasil dari optimasi pembangkitan
dengan kondisi sistem yang unconstrained (tanpa kongesti).

Pembangkit yang terpaksa dijalankan akibat kongesti transmisi meskipun out of
merit (constrained-on unit) akan menerima pembayaran sebesar penawaran
mereka. Sedangkan pembangkit yang terpaksa tidak dijalankan (constrained-off
unit) akan menerima pembayaran sebesar selisih antara market clearing price dan
penawaran mereka. Biaya-biaya ini akan diperoleh dari seluruh pelaku pasar
melalui Biaya Uplift. Hasil optimasi pembangkitan dengan kondisi yang
constrained akan digunakan untuk menentukan Biaya Uplift.
Setelmen untuk setiap selang ½ jam akan meliputi, pembayaran untuk energy
forward market, pasar energi real time, pengelolaan kongesti dan uplift.
Sedangkan yang tidak dihitung berdasarkan selang ½ jam adalah biaya transmisi,
pembayaran ancillary services, biaya administrasi SMO, penalti, denda dan CTC.
Pengembalian biaya ancillary services akan diperoleh dari konsumen berdasarkan
jumlah MWh yang dikonsumsi.
Ekspansi Sistem Transmisi
SMO bertanggung jawab dalam perencanaan dan identifikasi kebutuhan sistem
transmisi, mengevaluasi alternatif pengembangan yang ada, dan melaksanakan
proses pengadaan sesuai ketentuan. Pelaku pasar bisa mengajukan upgrade dari
sistem transmisi untuk dipertimbangkan dalam proses evaluasi SMO. SMO akan
mendokumentasi evaluasi dari fasilitas eksisting dan yang direncanakan, serta
dampak dari alternatif yang secara teknis feasible dalam Laporan Tahunan SMO.
Pengembalian biaya transmisi akan ditentukan oleh regulator sebagaimana diatur
dalam Aturan Tarif (Tariff Code) yang berlaku.
Struktur Pasar
Dari hasil simulasi terhadap aturan pasar yang telah dirumuskan, maka untuk
menghindari timbulnya market power yang memungkinkan tidak efektifnya pasar
listrik Konsultan merekomendasikan bahwa pembangkit PLN tidak
dikelompokkan dalam satu perusahaan melebihi 5.000 hingga 6.000 MW (dengan
asumsi beban puncak sistem lebih dari 16.000 MW dan kapasitas tersedia sekitar
22 GW) . Setidak-tidaknya harus terdapat 3 perusahaan pembangkit yang

menangani pembangkit PLN eksisting dan konsentrasi kepemilikan terhadap
peaking plant harus dihindari.
IV. Kendala Implementasi Restrukturisasi
Berbagai kendala implementasi restrukturisasi yang dihadapi saat ini dapat
dirangkum sebagai berikut:
(i) adanya kendala transmisi antara bagian barat dan timur sistem Jawa-Bali,
(ii) kondisi suplai dalam memenuhi beban yang cukup terbatas,
(iii) masalah kontrak listrik swasta,
(iv) pasar energi primer yang belum kompetitif (kecuali batu bara pad saat ini),
(v) peraturan perundangan yang belum mendukung,
(vi) tarif yang belum mencerminkan tingkat keekonomian sesungguh-nya,
(vii) belum adanya aturan pentarifan untuk usaha yang monopoli,
(viii) belum terdapat kejelasan mekanisme subsidi pada industri yang telah di-
unbundling,
(ix) belum terbentuknya Badan Pengatur yang independen dan kredibel,
(x) belum tersedianya sistem metering dan MOS yang memadai.
V. Rekomendasi Implementasi
Dari uraian di atas dan mengacu pada berbagai kendala yang ada, maka langkah
implementasi berikut sebaiknya perlu dilakukan:
1. Mengimplementasikan pasar listrik model SB dengan terlebih dahulu
melakukan:
(i) pemisahan entitas bisnis sesuai fungsi pembangkitan, transmisi (SMO)
dan distribusi;
(ii) persiapan kelengkapan perangkat pendukung seperti kontrak jual beli
listrik, kontrak transmisi / penyambungan Grid Code, prosedur
perencanaan dan pengembangan sistem (Planning & Competitive
Tendering Code);

(iii) penyempurnaan terhadap Aturan Pasar SB hasil studi konsultan;
(iv) persiapan sistem metering dan MOS untuk pasar SB;
(v) integrasi PPA listrik swasta dengan pasar SB (PPA eksisting tidak
mewajibkan Listrik Swasta untuk berpartisipasi pada pasar listrik. Jika
proses renegosiasi belum selesai, Listrik Swasta pada tahap Single Buyer
bisa dianggap sebagai suatu system constraint, sehingga dioperasikan
sesuai ketentuan kontrak. Namun, hal ini tentu saja akan mengurangi
efektifitas mekanisme pasar yang ada. Alternatif lainnya adalah
membentuk “PPA Trader” yang akan ikut proses bidding untuk
pembangkit Listrik Swasta dan diberi insentif untuk memaksimal-kan
nilai PPA) ;
(vi) kejelasan mekanisme subsidi, dan
(vii) penentuan entitas yang berfungsi sebagai regulator.
2. Mengimplementasikan wholesale market sebagai transisi menuju pasar
MBMS setelah terlebih dahulu memastikan:
(i) minimalnya kendala transmisi dengan diselesaikannya saluran
transmisi 500 kV jalur selatan;
(ii) kondisi sistem yang telah over supply;
(iii) pasar energi primer yang telah diliberalisasi;
(iv) tarif listrik yang telah mencapai tingkat keekonomiannya;
(v) terdapatnya peraturan per-undangan yang mendukung;
(vi) dibentuknya Badan Regulator yang independen dan kredibel;
(vii) dapat di integrasikannya PPA listrik swasta dengan pasar MBMS;
(viii) penyempurnaan Aturan Pasar MBMS hasil studi konsultan telah
dilakukan; dan
(ix) adanya kesiapan sistem metering dan MOS yang memadai untuk pasar
MBMS.
3. Mengimplementasikan pasar listrik kompetitif penuh setelah:

(i) diperoleh keyakinan bahwa wholesale market telah bekerja dengan
baik;
(ii) pemisahan bisnis jaringan dan retail perusahaan distribusi telah terjadi;
(iii) disusunnya aturan rinci dari kerja retail market; dan
(iv) pengaturan pentarifan bagi bidang usaha yang bersifat monopoli
seperti distribusi (jaringan) dan layanan terhadap franchised customers
telah terdefinisi.
RUU Ketenagalistrikan yang sedang dibahas saat ini mengatur batasan waktu
implementasi pasar listrik sejak berlakunya RUU tersebut sebagai UU, yaitu:
1. Paling lama 1 tahun sesudahnya dibentuk Badan Pelaksana penanganan
subsidi (Dana Pembangunan Ketenagalistrikan Sosial, DPKS);
2. Paling lama 2 tahun sesudahnya dibentuk Badan Pengatur;
3. Paling lama 3 tahun sesudahnya telah ada daerah yang menerapkan sistem
kompetisi pasar pembeli tunggal;
4. Paling lama 7 tahun sesudahnya telah ada daerah yang menerapkan
mekanisme pasar kompetisi penuh.
Dari banyaknya persiapan yang perlu dilakukan, tampaknya batasan waktu yang
digariskan dalam RUU Ketenagalistrikan merupakan kerangka implementasi yang
sangat ketat. Seandainya RUU ini diundangkan, maka rangkaian kegiatan yang
akan dilakukan seperti diuraikan di atas harus benar-benar dicermati
pelaksanaannya. Implementasi restrukturisasi bukanlah suatu pekerjaan yang
sederhana. Dan meskipun terlihat bahwa tanggung jawab sebagian besar kegiatan
berada di tangan Pemerintah, kesuksesannya membutuhkan kerja keras dari
berbagai pihak. Disamping itu, hal ini tentu saja sangat tergantung dengan kondisi
perekonomian bangsa dalam beberapa tahun mendatang.
Implementasi seyogyanya dilakukan dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.
Setiap prasyarat/ kondisi yang harus ada serta aturan main yang jelas dalam semua
sendi operasi sektor ketenagalistrikan haruslah disiapkan secara matang agar
sistem Jawa-Bali dapat terhindar dari malapetaka sebagaimana terjadi pada sistem
di California di penghujung tahun 2000 setelah deregulasi yang dilakukan mereka
mulai tahun 1998.