Spesifikasi Teknis PLTGU Gresik

99
Gambaran Umum PT. PLN Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Direktur Utamanya adalah Nur Pamudji, menggantikan Dahlan Iskan Dirut sebelumnya yg di lantik menjadi menteri BUMN Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak perusahaan swasta Belanda NV. NIGM memperluas usahanya di bidang tenaga listrik, yang semula hanya bergerak di bidang gas. Kemudian meluas dengan berdirinya perusahaan swasta lainnya. Visi, Misi dan Nilai PT. PLN (Persero) yaitu : Visi : diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada potensi Insani. Misi :

description

dokumen

Transcript of Spesifikasi Teknis PLTGU Gresik

Gambaran Umum PT. PLN

Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah sebuah BUMN yang

mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia. Direktur Utamanya

adalah Nur Pamudji, menggantikan Dahlan Iskan Dirut sebelumnya yg di lantik

menjadi menteri BUMN

Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa

perusahaan Belanda mendirikan pembangkitan tenaga listrik untuk keperluan

sendiri. Pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dimulai sejak

perusahaan swasta Belanda NV. NIGM memperluas usahanya di bidang tenaga

listrik, yang semula hanya bergerak di bidang gas. Kemudian meluas dengan

berdirinya perusahaan swasta lainnya.

Visi, Misi dan Nilai PT. PLN (Persero) yaitu :

Visi : diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul

dan Terpercaya dengan bertumpu pada potensi Insani.

Misi :

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait berorientasi

pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

3. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan

Nilai : Saling percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar (SIPP)

Ruang lingkup jenis usaha PT. PLN (Persero) yaitu: dalam anggaran Dasar

disebutkan bahwa jenis-jenis usaha adalah:

1. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik : Pembangkitan, Penyaluran, Distribusi,

Perencanaan dan Pembangunan Sarana Penyediaan Tenaga Listrik dan

Pengembangan Penyediaan Tenaga Listrik

2. Usaha penunjang tenaga listrik : Konsultasi yang berhubungan ketenaga

listrikan, pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan,

pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan dan pengembangan teknologi

peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.

3. Usaha lain : Kegiatan usaha dan pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber energi terkait penyediaan ketenagalistrikan, jasa operasi dan

pengaturan bidang pembangkit, penyaluran, distribusi dan retail tenaga

listrik, kegiatan perindustrian perangkat keras dan luas bidang

ketenagalistrikan, kerjasama dengan badan lain dan usaha lainnya.

Bentuk Lambang

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah

sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan

Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai

Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

1. Bidang Persegi Panjang Vertikal

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lalnnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

2. Petir atau Kilat

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir pun mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman

3. Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oteh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

Pertimbangan dalam desain organisasi :

a. Struktur ;

- Terkait kebijakan sentralisasi dan desentralisasi penanganan fungsi pengelolaan

sistem pembangkit, transmisi, distribusi dan niaga serta pekerjaan penunjang,

maka diperlukan pemilahan secara jelas strategi sentralisasi dan desentralisasi

pekerjaan tersebut.

- Meminimalkan duplikasi proses, roles dan tanggungjawab dengan membagi

proses, sistem, peran dan tanggungjawab pada setiap bagian.

b. Proses ;

- Penjabaran workflow atau alur kerja untuk menghasilkan produk atau layanan

dalam mutu yang lebih baik, perkembangan teknologi, bagaimana aliran proses

dalam internal departemen atau bidang antar unit.

- Menciptakan bagian-bagian yang mengelola peningkatan kompetensi inti dan

daya saing perusahaan.

c. Sistem ;

- Terkait dengan model staffing, sistem reward yang dipergunakan yang dapat

mempengaruhi dalam pengaturan panjang hirarki/ levelling jenjang jabatan.

- Mendukung pengembangan SDM dan akuisisi kompetensi

d. Budaya ;

- Terkait dengan budaya perusahaan yang berlaku sebagai pertimbangan dalam

menentukan model interaksi antar unit/bidang.

- Nilai-nilai budaya yang diberlakukan yang dapat mempengaruhi karakteristik

budaya dan perilaku pegawai.

Proses dalam penyusunan desain organisasi :

1. Identifikasi Bisnis Perusahaan

Pemetaan visi,tujuan perusahaan dan strategi perusahaan

Arahan dan visi leader

Tanggungjawab utama yang dikelola masing-masing organisasi

Identifikasi interface antar organisasi

Peta proses bisnis berbasis value chain sebagai pedoman penentuan

kegiatan kunci perusahaan dalam mencapai visi perusahaan

2. Identifikasi CSF dan prinsip desain

Filosofi organisasi yang akan dituju

Identifikasi critical success factor bagi perusahaan untuk mencapai

visi/strategic intent

Identifikasi fungsi-fungsi utama yang mengelola proses utama untuk

mencapai visi perusahaan.

3. Pilihan Desain Organisasi

Pilihan desain organisasi berdasarkan pada pengetahuan prinsip desain,

best practice, visi leader, analisa dan evaluasi organisasi

Struktur organisasi dapat berupa matrik, geografis, fungsional, hybrid.

4. Proses assessment dari pilihan desain alternatif

Diskusi dengan leader/direksi/pimpinan perusahaan terhadap kesesuaian

desain organisasi dengan visi dan strategi yang akan di tempuh

Pertimbangan sumber daya dalam menilai ukuran organisasi

5. Pengujian pilihann desain alternatif organisasi

Pengujian desain dengan filosofi organisasi ditetapkan

Pengujian desain terhadap kesesuaian dengan strategi, proses bisnis,

tuntutan bisnis, value chain serta sumber daya yang dimiliki

Breakdown susunan ke organisasi ke dalam layout detail

organisasi/formasi jabatan

6. Penetapan tanggungjawab

Validasi tanggungjawab utama pada setiap formasi

Mengecek semua aspek terkait value chain sudah di addres dengan benar

di dalam formasi

7.  Menyusun job description pada posisi kunci/struktural

Menyusun job description setiap formasi jabatan kunci

8.  Menyusun level organsisasi

Menyusun level/ jenjang dalm suatu organsisi untuk melaksanakan

tanggungjawab/ job description yang telah di desain

Model Desain Organisasi

Desain organsisi PLN masa depan adalah wadah untuk mencapai tujuan masa

depan.

1. Prinsip dasar : Mendukung Metamorfosa (transformasi PLN)

Deskripsi :

- mendukung strategi perusahaan dalam menjalankan misi dan mencapai visi

perusahaan

- memberi kemampuan pada PLN untuk mencapai tujuan-tujuan strategis serta

mengelola bisnis yang berkembang pesat secara eksponensial

2. Organisasi ramping, efektif dan Efisien

Deskripsi :

- organisasi pusat korporasi (Corporate center) ramping, mengupayakan

economies of scale namun tetap menjaga kualitas pelayanan (mis:SDM,Keu)

- organisasi bisnis inti operasi pembangkit-transmisi-distribusi yang dapat

mengupayakan sinergi serta sesuai dengan kondisi Indonesia

3. Sesuai Dengan Peraturan

Deskripsi :

- mempunyai fleksibilitas cukup untuk mengakomodasi perubahan pada UU

Ketenagalistrikan Baru

- konsisten/ tidak bertentangan dengan peraturan

- mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan

Pola organisasi di lingkungan PT.PLN (Persero)

1. Unit Pembangkitan

Mengusahakan pembangkitan dan penyediaan tenaga listrik dalam jumlah dan

mutu yang memadai serta melakukan usaha sesuai dengab kaidah ekonomi yang

sehat; memperhatikan kepentingan stake holder; serta meningkatkan kepuasan

pelanggan.

2. Unit Transisi (P3B)

Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal, mengelola penyaluran tenaga

listrik tegangan tinggi secara efisien, andal dan akrab lingkungan, mengelola

transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan, dan adil mengelola

pembangunan kelengkapan instalasi sistem transmisi tenaga listrik Jawa Bali.

3. Unit Wilayah

Melakukan pengelolaan kegiatan pendistribusian, penjualan tenaga listrik serta

pengusahaan pembangkitan (skala kecil) di wilayahnya, dalam jumlah dan mutu

yang memadai secara efisien sesuai dengan tata kelola yang baik untuk

memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional; melakukan usaha sesuai

dengan kaidah ekonomi yang sehat; memperhatikan kepentingan stake holder

serta meningkatkan kepuasan pelanggan.

4. Unit Distribusi

Pengusahaan pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu

yang memadai untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional;

melakukan usaha sesuai dengan kaidah ekonomi yang sehat; memperhatikan

kepentingan stake holder; serta meningkatkan kepuasan pelanggan.

5. Unit Proyek Induk

Melakukan pengendalian konstruksi dan pengelolaan kegiatan proyek serta

melaksanakan administrasi konstruksi yang bertindak sebagai wakil pemiliki

(owner) sehingga menghasilkan pembangkit dan jaringan dengan mutu yang

memadai melalui proses pelaksanaan yang efisien untuk mencapai sasaran kinerja

sesuai ketetapan direksi.

6. Unit Jasa

Jasa Sertifikasi

Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Jasa dan Produksi

Jasa Managemen Konstruksi

Penelitian dan Pengembangan

Jasa Enginering

Gambaran PT. Pembangkitan Jawa – Bali (PJB)

PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) sejak berdiri tahun 1995 senantiasa

mengabdikan diri untuk bangsa dan negara Indonesia, serta mendorong

perkembangan perekonomian nasional dengan menyediakan energi listrik yang

bermutu tinggi, andal dan ramah lingkungan. Dengan visi menjadi perusahaan

pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia,

PJB tiada henti berbenah dan melakukan inovasi dengan tetap berpegang pada

kaidah tata pengelolaan perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance/GCG). Berkat dukunganshareholders dan stakeholders, PJB tumbuh

dan berkembang dengan berbagai bidang usaha, tanpa meninggalkan tanggung

jawab sosial perusahaan demi terwujudnya kemandirian masyarakat dan

kelestarian lingkungan hidup.

Awalnya PJB hanya menjalankan bisnis membangkitkan energi listrik dari

enam Unit Pembangkitan (UP) yang dimiliki, yaitu : UP Gresik (2.219 MW), UP

Paiton (800 MW), UP Muara Karang (908 MW), UP Muara Tawar (920

MW), UP Cirata (1.008 MW) dan UP Brantas (281 MW). Kini, PJB berkembang

dan menjalankan berbagai usaha yang terkait dengan bidang pembangkitan yang

antara lain: jasa Operation and Maintenance (O&M) Pembangkit, Engineering,

Procurement and Construction (EPC), konsultan bidang pembangkitan,

pendidikan dan pelatihan tata kelola pembangkitan, pendidikan dan pelatihan

energi terbarukan, serta usaha lain yang dalam rangka memanfaatkan secara

maksimal potensi yang dimiliki perusahaan. PJB mendirikan anak perusahaan di

bidang Operation and Maintenance, perusahaan di bidang EPC pembangkit, serta

melakukan joint venture commpany untuk mengembangkan pembangkit baru

ataupun menjalankan bisnis O&M pembangkit.

Guna mewujudkan visi menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik

Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia, PJB menjalankan misi

antara lain :

Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing

Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola

pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practise dan ramah

lingkungan

Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi

tehnik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis

Untuk itu PJB mengimplementasikan berbagai sistem manajemen best practice, 

yang antara lain: Manajemen  Asset Pas 55, Manajemen  SDM berbasis

Kompetensi,  Manajemen  Risiko, Manajemen  Mutu ISO 9000, Manajemen 

Lingkungan ISO 14000 dan K3 OHSAS 18000, Manajemen  GCG, Manajemen 

Teknologi Informasi, Knowledge Management, Manajemen  Baldrige,

Manajemen  House Keeping 5S, Manajemen Pengamanan, dan Sistem

Manajemen Terpadu (PJB Integrated Management System).

PERJALANAN PT.PJB

1995  :

1. PJB berdiri dengan aset berupa enam unit pebangkitan, total kapasitas 6.500 MW.

2. Menetapkan visi dan misi perusahaan.

Visi

Menguasai pangsa pasar di Indonesia.

Menjadi perusahaan kelas dunia.

Memiliki SDM profesional.

Peduli lingkungan.

Misi

Menjadikan PJB sebagai perusahaan publik yang maju dan dinamis dalam bidang

pembangkitan tenaga listrik.

Memberi hasil terbaik kepada pemegang saham, pegawai, pelanggan, pemasok,

pemerintah dan masyarakat.

Memenuhi tuntutan pasar.

3. Pengelolaan perusahaan hanya menekankan pada aset fisik.

1997 :

4. Mulai mengimplementasikan Sistem Informasi Terpadu (pertama kali di

Indonesia untuk katagori perusahaan pembangkitan).

2002  :

5. Perubahan paradigma, dari paradigma operator menjadi

paradigma enterpreneur. Pengelolaan perusahaan tidak hanya menekankan pada

aset fisik, tetapi juga aset manusia, aset knowledge dan aset capital.

6. Mengimplementasikan Maintenance Optimization Program (MOP).

2004 :

7. Men-set up Asset Optimization Program.

2007 :

8. Mengimplementasikan manajemen aset.

9. Membangun Tata Kelola Unit Pembangkitan dan Tata Kelola Unit pemeliharaan.

10. Tata kelola unit ditetapkan sebagai kontrak kinerja, diasesmen setiap semester

dengan konsep maturity level.

11. Mengimplementasikan Manajemen SDM Berbasis Kompetensi.

2008

12. Mengadopsi mengadopsi Kriteria Baldridge sebagai panduan untuk mencapai

performance excellence.

13. Baldrige band level Early Improvement (skor 396).

2009

14. Baldrige Band Level Early Improvement (skor 437).

15. Melakukan perubahan visi dan misi perusahaan.

Visi

Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan

standar kelas dunia.

Misi

Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing.

Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola

pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practise dan ramah

lingkungan.

Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi

tehnik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis.

2010

16. Tahun 2009 Baldrige Band Level Early Improvement (skor 512).

2011

17. Mengintegrasikan sistem manajemen dalam PJB IMS (PJB Integrated

Management System).

18. Men-set up Asset Management PAS 55.

19. Baldrige Band Level Good Performance (skor 556).

2012

20. Sertifikasi Asset Management PAS 55.

21. Tercapainya target 2012 Baldrige Band Level Emerging Industry Leader (skor

586).

2013

22. Meraih Platinum Achievement Award (Highest Score) dan Gold Achievement

Award (Big Company Criteria) Baldrige Criteria, band Emerging Industry Leader

dari Indonesia Quality Award (IQA) Foundation.

23. Realisasi penjualan 5,84% di atas target dan naik 6,95% dari realisasi 2012.

24. Bauran energi lebih baik terutama berhasil memaksimalkan pemakaian Gas (naik

dari 67,71% di 2012 menjadi 75% pada tahun 2013) dan Hidro (11%) dan

penurunan pemakaian BBM dari 8,62% di tahun 2012 turun menjadi 1,17% di

2013.

25. UB JOM Rembang meraih penghargaan 1st WINNER ASSET OPERATOR

AWARD 2013 dan UB JOM Indramayu meraih penghargaan 3rd WINNER

ASSET OPERATOR AWARD 2013 dari PLN UPJB.

26. PJB melalui PJB Academy menjadi Pusat RLA (Remaining Life Assessment)

Pembangkit dan siap menerima penugasan PLN untuk pembangkit existing.

27. PJB melalui anak perusahaan, Rekadaya Elektrika telah membangun PLTU

Kendari Unit 2 dan Kepri Unit 2, dan telah menghasilkan produksi listrik 160

GWh setara 43.200 KiloLiter BBM.

28. PJB meraih Kategori GCG Sangat Baik dengan nilai 92,70% berdasarkan SK-

16/S.MBU/2012 dan kategori Trusted Company dengan nilai 82,13 berdasarkan

CGPI (Corporate Governance Perception Index).

29. PJB meraih Kategori GCG Sangat Baik dengan nilai 92,70% berdasarkan SK-

16/S.MBU/2012 dan kategori Trusted Company dengan nilai 82,13 berdasarkan

CGPI (Corporate Governance Perception Index).

30. Perolehan sertifikat bertaraf internasional di Jepang 15 ahli Overhaul Steam/Gas

Turbin dan Pengembangan kompetensi baru operator CNG di AKAMIGAS Cepu,

sebanyak 16 orang.

31. Aplikasi Sistem Inventory Stockiest berhasil di-launching tanggal 30 Oktober

2013. Sistem Inventory Stockiest merupakan program pengadaan parts PLTU

FTP-1 dengan handal dan tepat waktu.

32. Optimasi Pengelolaan Working Capital Rp1,64Trilyun, lebih baik dari sasaran

Rp1,21Trilyun.

33. Implementasi ICoFR di seluruh unit untuk segmen Biaya Operasi,

Perbendaharaan, dan Pelaporan Keuangan. ICoFR bertujuan untuk membantu

proses bisnis berjalan sesuai ketentuan mulai dari penganggaran sampai dengan

penyajian Laporan Keuangan agar Laporan Keuangan akurat, bebas salah saji

material, tepat waktu.

34. Pengendalian kas terpusat melalui implementasi Bank Imprest di seluruh unit

pada 1 rekening bank untuk memudahkan kontrol kas pada Unit Pelaksana.

35. Dua program CSR PJB memperoleh GKPM awards 2013 kategori Gold. GKPM

awards adalah penghargaan pemerintah melalui Menko Kesra kepada perusahaan

dan perorangan yang telah berjasa atau berprestasi dalam melaksanakan kegiatan

pemberdayaan masyarakat.

STRUKTUR ORGANISASI PT.PJB

TATA KELOLA UNIT PEMBANGKITAN

Tata Kelola Unit Pembangkitan merupakan sistem manajemen unit pembangkitan

sebagai pedoman kerja dalam mengelola unnit pembangkitan. Kegiatan Tata

Kelola Unit Pembangkitan PJB meliputi implementasi beberapa program antara

lain:

Generation Plan

Reliability Management.

Operation Management

Efficiency Management

Work Planning and Control

Outage Management

Material and Fuel Management

Performance Management based on Balanced Scorecard

Risk Management

Integrated Management System

Human and Organization Competence (People and Work Culture)

Enterprise Asset Management System (ERM) dan Energy Management

System (EMS).

TATA KELOLA UNIT PELAYANAN

PEMELIHARAAN

Tata Kelola Unit Pemeliharaan merupakan sistem manajemen unit pembangkitan

sebagai pedoman kerja dalam mengelola unnit pembangkitan. Kegiatan Tata

Kelola Unit Pemeliharaan meliputi implementasi beberapa program antara lain:

Generation Plan

Outage Management

Logistic /Suplay Chain Management

Turnaround Management

Process Engineering Management

Risk Management

Integrated Management System

Human and Organization Competence

Enterprise Asset Management System dan Energy Management System

Performance Management Based on Balance Scorecard.

UNIT PEMBANGKITAN PJB

PJB memiliki enam unit pembangkitan yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Barat

dan DKI Jakarta, yaitu Gresik, Paiton, Muara Karang, Muara Tawar, Cirata dan

Brantas. Total kapasitas terpasang mencapai 6.977 MW, yang terdiri dari

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas

(PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) dan Pembangkit

Listrik Tenaga Air (PLTA).

Unit Pembangkitan Gresik

Unit Pembangkitan Paiton

Unit Pembangkitan Muara Karang

Unit Pembangkitan Muara Tawar

Unit Pembangkitan Cirata

Unit Pembangkitan Brantas

Daya Terpasang pada tiap unit pembangkit (2008 – 2012)

Unit

Pembangkit

2008 2009 2010 2011 2012

MW % MW % MW % MW % MW %

UP. Brantas 281 4,34 281 4,34 281 4,34 281 4,58 281 4,03

UP. Cirata 1.008 15,56 1.008 15,56 1.008 15,56 1.008 16,42 1.008 14,45

UP. Gresik 2.259 34,88 2.259 34,88 2.259 34,88 2.219 36,16 2.219 31,80

UP. Paiton 800 12,35 800 12,35 800 12,35 800 13,04 800 11,47

UP. M. Karang 1.209 18,67 1.209 18,67 1.209 18,67 909 14,81 909 13,03

UP. M. Tawar 920 14,20 920 14,20 920 14,20 920 14,99 1.760 25,23

TOTAL PJB 6.477 100 6.477 100 6.477 100 6.137 100 6.977 100

Produksi Energi Listrik untuk tiap Unit Pembangkit

Unit

Pembangkit

2008 2009 2010 2011 2012

GWh % GWh % GWh % GWh % GWh %

UP. Brantas 1.160 3,83 1.066 3,46 1.573 5,27 1.206 4,11 1.064 3,98

UP. Cirata 1.217 4,02 1.290 4,18 2.399 8,04 1.061 3,61 1.166 4,36

UP. Gresik 12.367 40,84 11.654 37,78 12.165 40,77 12.495 42,57 10.899 40,79

UP. Paiton 5.740 18,96 5.810 18,83 5.748 19,26 6.186 21,07 4.107 15,37

UP. M. Karang 5.991 19,78 5.423 17,58 3.038 10,18 3.380 11,52 3.829 14,33

UP. M. Tawar 3.807 12,57 5.608 18,18 4.917 16,48 5.025 17,12 5.653 21,16

TOTAL PJB 30.282 100 30.852 100 29.841 100 29.353 100 26.718 100

Penjualan Energi Listrik untuk tiap Unit Pembangkit

Unit

Pembangkit

2008

GWh %

2009 2010

GWh %

2011 2012

GWh %GWh % GWh %

UP. Brantas

UP. Cirata

UP. Gresik

UP. Paiton

UP. M. Karang

UP. M. Tawar

1.137 3,92

1.182 4,08

11.983 41,33

5.307 18,30

1.032 3,49

1.242 4,20

11.290 38,21

5.375 18,19

1.541 5,38

2.323 8,11

11.787 41,17

5.304 18,53

1.163 4,13

1.033 3,67

12.122 43,03

5.725 20,32

1.042 4,06

1.132 4,41

10.537 41,08

3.786 14,76

TOTAL PJB 28.996 100 29.550 100 28.630 100 28.170 100 25.654 100

Data Operasi PJB (2008 – 2012)

Pemakaian Bahan Bakar

UNIT PEMBANGKITAN PAITON

   

Unit Pembangkit Daya Terpasang

PLTU Unit 1 400 MW

PLTU Unit 2 400 MW

UP Paiton dioperasikan menggunakan bahan bakar batu bara, setiap tahun

membangkitkan energi listrik rata-rata 5.606,18 GWh yang disalurkan melalui

Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV ke sistem interkoneksi Jawa,

Madura dan Bali.  Alamat : Jl. Raya Surabaya - Situbondo km 142 Paiton,

Probolinggo 67291, Telepon : 62-335-771805-9, Fax : 62-335-771810

UNIT PEMBANGKITAN MUARA

KARANG

   

UP Muara Karang berperan utama dalam memenuhi kebutuhan listrik Ibukota

Jakarta, terutama daerah-daerah VVIP seperti Istana Presiden, Gedung

MPR/DPR. Setiap tahun membangkitkan energi listrik rata-rata 7.900 GWh yang

disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV dan Saluran

Udara Tegangan Tinggi 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa Bali. Alamat Jl. Raya

Pluit Utara Nomor 2A Jakarta Utara 14450, Telepon : 62-21-6600054, 6692784,

Fax : 62-21-6692806

Unit Pembangkit Daya Terpasang

PLTU 2 x 200 MW

PLTGU Blok 1 508 MW

 UNIT PEMBANGKITAN MUARA

TAWAR

   

UP Muara Tawar setiap tahun mampu membangkitan energi listrik rata-rata 3.130

GWh, disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV dan

Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV ke sistem interkoneksi Jawa-Madura-

Bali. Alamat : Desa Segara Jaya, Kecamatan Taruma Jaya, Kabupaten Bekasi

Propinsi Jawa Barat, Telepon : 62-21-88990052, Fax : 62-21-88990055

UNIT

PEMBANGKITAN CIRATA

Unit Pembangkit Daya Terpasang

PLTG Blok 1 640 MW

PLTG Blok 2 280 MW

PLTG Blok 3 420 MW

PLTG Blok 4 420 MW

UP Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara, dengan bangunan Power

House 4 lantai di bawah tanah yang terletak di bawah gunung. Setiap tahun Unit

Pembangkitan Cirata mampu membangkitkan energi listrik rata-rata 1.428 GWh,

disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 KV ke sistem

interkoneksi Jawa Bali. Alamat Desa Cadas Sari, Kecamatan Tegal Waru, Plered

Purwakarta 41162, Telepon : 62-264-270840, 270928, Fax : 62-264-270859

Unit Pembangkit Daya Terpasang

PLTA Cirata 8 x 126 MW

UNIT PEMBANGKITAN BRANTAS

   

UP Brantas mengoperasikan 12 PLTA yang tersebar di sepanjang aliran Sungai

Konto dan Sungai Brantas Jawa Timur, sebagian besar peninggalan jaman

Belanda. Setiap tahun Unit Pembangkitan membangkitkan energi listrik rata-rata

1.033,56 GWh, disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV

ke sistem interkoneksi Jawa Bali.  Alamat Jl. Basuki Rakhmad No. 271

Karangkates-Sumberpucung, Malang 65165, Telepon : 62-341-385545, 385546,

Fax : 62-341-385462

Unit Pembangkit Daya Terpasang

PLTA Sengguruh Unit 1 dan 2 2 x 14,5 MW

PLTA Sutami 3 x 35 MW

PLTA Wlingi 2 x 27 MW

PLTA Lodoyo 4,5 MW

PLTA Tulungagung 2 x 18 MW

PLTA Selorejo 4,48 MW

PLTA Mendalan Unit 1 5,6 MW

PLTA Mendalan Unit 2, 3 dan 4 3 x 5,8 MW

PLTA Siman Unit 1, 2 dan 3 3 x 3,6 MW

PLTA Giringan Unit 1 dan 2 2 x 0,9 MW

PLTA Giringan Unit 3 1,4 MW

PLTA Golang Unit 1, 2 dan 3 3 x 0,9 MW

PLTA Ngebel 2,2 MW

PLTA Wonorejo 6,5 MW

UNIT PEMBANGKITAN GRESIK

1. Visi dan Misi Perusahaan

Dalam melaksanakan usahanya PT PJB UP Gresik mengusung

filosofi ”Mempunyai komitmen yang tinggi terhadap sasaran yang hendak

dicapai dan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai asset penting bagi

perusahaan”.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mengelola

perusahaan, komitmen tersebut merupakan aspek yang harus selalu dijaga.

Dalam menjaga komiten tersebut PT PJB UP Gresik memiliki Visi :

To Be Indonesian Leading Power Generation Company

Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia

terkemuka dengan standart kelas dunia

Sedangkan misi yang diusung PT PJB UP Gresik dalam menjalankan

perusahaannya adalah :

Memproduksi tenag listrik yang handal dan berdaya saing.

Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi

tatakelola pembangkitan dan sinergi bisiness partner dengan

metode best practice dan ramah lingkungan

Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai

kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan

bisnis.

2. Struktur Organisasi

Sejak 2 Januari 1998 struktur organisasi UP Gresik mengalami

perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PLN PJB II yang

fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan

situasi bisnis yang selalu berubah. Perubahan ini terjadi seiring dengan

dilakukannya program efisiensi di tubuh PT PJB UP Gresik. Perbedaan

yang mendasar dari Unit Pembangkitan adalah dipisahkannya fungsi

operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga Unit Pembangkitan menjadi

organisasi yang learn dan clean dan hanya mengoperasikan pembangkit

untuk mengghasilkan energi listrik.

Struktur organisasi PT PJB Unit Pembangkitan telah disempurnakan

pada tanggal 21 Oktober 1999, kemudian disempurnakan lagi pada 25

Februari 2003, dan kemudian mendapat penyempurnaan kembali pada 19

Januari 2006. Penyempurnaan terakhir dapat dilihat pada gambar dibawah

ini, dimana struktur organisasi ini yang digunakan saat ini.

Struktur Organisasi PT. PJB UP Gresik

GENERAL MANAGERUNIT PEMBANGKITAN GRESIK

ENGINEERING & QUALITY

ASSURANCEOPERASI PEMELIHARAAN LOGISTIK KEUANGAN &

ADMINISTRASI

Tugas dan Wewenang

A. General Manager Unit

Manager Unit Pembangkitan Gresik adalah pimpinan tertinggi

PT. PJB UP Gresik. Tugas utama UP Gresik dibawah kendali manager

UP Gresik adalah sebagai berikut :

a. Mengelola pembangkit tenaga listrik dengan mengoptimalkan

seluruh potensi sumber daya yang ada , serta memastikan kinerja

unit andal, efisien, dan dikelola menurut prinsip-prinsip manajemen

operasi.

b. Menyusun dan menjabarkan kebijakan perusahaan ke dalam

ketentuan-ketentuan atau peraturan sebagai pedoman pelaksanaan

tugas.

c. Melakukan inovasi secara berkesinambungan dalam peningkatan

kinerja unit pembangkit.

d. Meningkatkan mutu dan kendala unit pembangkitan.

e. Menyelenggarakan operasional program Manajemen Energi (ME)

yang terintegrasi pada sistem informasi terpadu PJB.

f. Memastikan bahwa sasaran kinerja bidang operasi yang ditetapkan

dapat dicapai dengan baik.

g. Merencanakan, memonitor, dan mengendalikan rencana anggaran

operasi dan anggaran investasi unit pembangkitan untuk

memastikan kegiatan operasi berlangsung secara ekonomis dan

mencegah panyimpangan-penyimpangan penggunaan anggaran

yang mungkin terjadi.

h. Memastikan tercapainya sasaran kinerja unit pembangkitan

sehingga dapat memberikan konstribusi yang optimal dalam

penyediaan tenaga listrik.

i. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan

pengambilan keputusan lebih lanjut.

j. Merencanakan, mengendalikan, menganalisa dan mengevaluasi

setiap aspek kimia yang secara langsung dan tidak langsung

mempunyai dampak terhadap kinerja unit pembangkitan agar

keandalan unit dapat tetap terjaga.

k. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan.

Dalam melaksanakan tugasnya, manajer operasi dibantu oleh

supervisor atau spesialis yang menangani fungsi-fungsiyang menjadi

lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah akan

ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan serta dinamika bisnis.

B. Manajer Pemeliharaan

Manajer Pemeliharaan mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

a. Mengelola kegiatan operasionalpembangkitan tenaga listrik dan

unit dengan sasaran mutu, keandalan dan efisiensi yang optimal.

b. Merencanakan, menganalisa dan mengevaluasi persiapan

kebutuhan, menyusun jadwal pemeliharaan pembangkit dengan

menerapkan sistem “outage management” secara optimal

c. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan rencana stok atau

material cadang, kebutuhan pengadaan material, yang paling

ekonomis dengan menerapkan sistem inventory control dan

manajemen material secara baik

d. Memastikan bahwa sasaran kinerja bidang pemeliharaan yang

ditetapkan dapat dicapai dengan baik

e. Merencanakan, memonitor dan mengendalikan Rencana Anggaran

Pemeliharaan dan Anggaran Investasi Unit Pembangkitan untuk

memastikan kegiatan pemeliharaan berlangsung secara ekonomis

dan mencegah penyimpangan-penyimpangan penggunaan anggaran

yang mungkin terjadi

f. Menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan Rutin dan Non Rutin

termasuk menyediakan lebutuhan supportingnya (material,

spesifikasi part dsb)

g. Membuat kontrak-kontrak kerja kesepakatan antara UP dengan

UPHT agar kerjasama dapat dilakukan dengan batasan-batasan

yang jelas dan menguntungkan kedua belah pihak

h. Melakukan update terhadap daftar riwayat dan realisasi

pemeliharaan Unit Pembangkitan untuk kepentingan pembuatan

laporan

i. Membuat laporan mengenai hasil inspeksi Unit Pembangkit,

reaisasi fisik program pemeliharaan, efisiensi drive program serta

realisai pemakaian anggaran pemeliharaan dan investasi untuk

dijadikan bahan evaluasi bagi peningkatan kualitas pemeliharaan

dan optimalisasi biaya pemeliharaan pada tahun-tahun mendatang

j. Memastikan tercapainya sasaran kinerja Unit Pembangkitan

sehingga dapat memberikan kontribusi yang optimal dalam

penyediaan tenaga listrik

k. Mengelola kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam

kegiatan produksi untuk mencapai angka kecelakaan kerja nihil

(zero accident) melalui penerapan SMK3 (Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

l. Merencanakan, mengendalikan program konservasi Unit

Pembangkitan untuk mencegah terjadinya kerusakan mental pada

Unit Pembangkitan karena korosi agar keandalan unit tetap dapat

dijaga

m. Merencanakan dan mengendalikan kualitas limbah produksi agar

memenuhi peraturan lingkungan yang berlaku melalui penerapan

sistem manajemen lingkungan ISO 14001

n. Menjamin pelaksanaan manajemen LK3 agar sesuai ISO 14001 dan

SMK3 pembangkitan agar sesuai dengan standar yang ditetapkan

o. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan

pengambilan keputusan lebih lanjut

p. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan

Dalam melaksanakan tugasnya, Manajer Pemeliharaan dibantu

oleh Supervisor atau Spesialis yag menangani fungsi-fungsi yang

menjadi lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah akan

ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan serta dinamika bisnis.

C. Manajer Operasi

Menjaga keandalan dalam seluruh pengoperasian unit pembangkit

dan power quality dari energy listrik yang dibangkitkan.

D. Manajer Enjiniring dan Quality Assurance

Manajer Enjiniring dan Quality Assurance mempunyai tugas

pokok sebagai berikut:

a. Mengevaluasi penyelenggaraan O&M pusat pembangkitan tenaga

listrik beserta instalasi pendukungnya

b. Merencanakan resources (expert O&M, referensi, waktu dan

tempat) untuk kegiatan FAILURE DEFENCE yang meliputi:

Audit (assessment) dan prioritisasi pemeliharaan peralatan

unit pembangkit (SERP)

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Root Cause Failure Analysis (RCFA)

Failure Defence Task (FDT)

Task Execution

c. Sebagai moderator dan memfasilitasi kegiatan FAILURE

DEFENCE peralatan Unit Pembangkit

d. Merekomendasikan kegiatan task execution (CONTINOUS

IMPROVEMENT) beserta KPI-nya berupa:

Perbaikan SOP/IK bidang O&M

Penambahan SOP/IK bidang O&M

Perubahan desain dari peralatan dan proses produksi

Penambahan atau pengurangan task preventive maintenance

Penambahan task predictive maintenance

Perbaikan kompetensi personil O&M

Perbaikan kualitas dan kuantitas ketersediaan material O&M

Over Haul cycle extention peralatan pembangkit

Life extention peralatan pembangkit, termasuk analisis COST

BENEFIT

Proses eksekusi dari rekomendasi tersebut tetap menjadi

kewenangan dari Manajer Operasi dan Manajer Pemeliharaan

dengan jajaran fungsi-fungsi dibawahnya

e. Mengevaluasi implementasi task execution yang direkomendasikan

f. Melaksanakan kegiatan FAILURE DEFENCE untuk

mengembangkan dan memperbaiki task execution yang belum

berhasil

g. Menggunakan laporan keberhasilan atau kegagalan implementasi

task execution sebagai bahan analisa serta program pengembangan

secara berkesinambungan (proses siklus review dan inovasi)

h. Melakukan update data pemeliharaan peralatan pembangkitan

untuk keperluan analisa pemeliharaan lebih lanjut

i. Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan

pengambilan keputusan lebih lanjut

j. Merencanakan dan menyusun program Condition Base Monitoring

peralatan utama, mengevaluasi dan membuat “work package”

program pemeliharaan serta memberikan rekomendasi

k. Merencanakan dan menyusun dan memonitoring implementasi

sistem owner, technology owner dan knowledge owner sehingga

sistem berjalan optimal serta lebih menjamin tercapainya kinerja

unit pembangkitan yang lebih baik

l. Merencanakan, menganalisa dan mengevaluasi penyiapan

kebutuhan sistem informasi guna memenuhi kebutuhan “sistem

informasi manajemen” yang tepat, akurat serta real time sehingga

menunjang kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan

serta pemantauan kinerja unit pembangkitan

m. Melakukan uji kepatuhan atas setiap rancangan kebijakan dalam

RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan), RKAP (Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan) serta Tata Kelola Unit

sebagaimana tersurat dalam Uraian Tugas Pokok Unit, Program

Kerja, Strategi, Sasaran, Prosedur, Kaidah Hukum, Peraturan dan

Bisnis Proses, terhadap standar maupun potensi resiko

n. Melakukan uji kepatuhan terhadap batasan kewenangan dalam

pengelolaan usaha maupun pengadaan barang dan jasa berdasarkan

check list yang dikembangkan oleh Bidang Kepatuhan

o. Melakukan pemeriksaan dan pemantauan (post review) secraa

berkala atas pelaksanaan hasil uji kepatuhan, khususnya kepatuhan

terhadap perintah dan larangan, antara lain sebagaimana tertulis

dalam SOP (Standard Operation Procedure)

p. Melakukan uji kepatuhan terhadap aktivitas usaha non core

q. Bekerja secara independent sehingga mampu mengungkapkan

pandangan serta pemikiran sesuai dengan profesi, dengan tidak

memihak terhadap kepentingan pihak lain yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip kehati-

hatian dalam pengelolaan unit

r. Menetapkan langkah-langkah, antara lain menyiapkan prosedur

kepatuhan (compliance procedure) pada setiap satuan kerja,

menyesuaikan pedoman intern unit terhadap setiap perubahan

ketentuan yang berlaku di perusahaan dan menyiapkan proses

pengambilan keputusan oleh manajemen

s. Memberikan saran, masukan serta rekomendasi kepada manajemen

untuk penyempurnaan sistem dan prosedur kerja di Unit, maupun

langkah-langkah antisipatif terhadap dampak yang signifikan

terhadap operasi unit maupun dampak tingkat kesehatan Unit atau

yang potensial menimbulkan permasalahan

t. Membuat laporan atau rekomendasi secara berkala sehingga

informasi yang dibutuhkan semua manajemen untuk evaluasi kerja

dan pembuatan keputusan dapat tersedia dengan cepat dan akurat

u. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan

Dalam tugasnya, Manajer Enjiniring dan Quality Assurance dapat

dibantu oleh Profesional atau Spesialis yang menangani fungsi-fungsi

yang menjadi lingkup tanggung jawabnya dengan formasi serta jumlah

akan ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan dan dinamika

bisnis.

E. Manajer Logistik

Manajer Logistik mempunyai tugas pokok:

a. Memeriksa setiap hari ketersediaan bahan baku yang ada dalam

gudang

b. Menerima pengiriman bahan baku yang dikirim oleh supplier dan

memastikan jumlah pengirimannya dan kondisi bahan baku sesuai

c. Mengawasi keluar masuknya bahan baku yang ada dalam gudang

d. Membuat laporan dan rekomendasi secara berkala sehingga

informasi yang dibutuhkan semua manajemen untuk evaluasi

kerja dan pembuatan keputusan dapat tersedia dengan cepat dan

akurat

e. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan

Dalam tugasnya, Manajer Logistik dapat dibantu oleh

Profesional atau Spesialis yang menangani fungsi-fungsi yang menjadi

lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah akan

ditentukan kemudian sesuai dengan lebutuhan serta dinamika bisnis.

F. Manajer Keuangan dan Administrasi

Manajer Sumber Daya Manusia mempunyai tugas pokok sebagai

berikut:

a. Menyiapkan kebijakan program pelatihan dan pengembangan

bagi seluruh sumber daya manusia Unit Pembangkitan

berdasarkan konsep optimasi biaya dan jumlah tenaga kerja

b. Merencanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi Anggaran

Biaya Kepegawaian dan fasilitas kerja yang mendukung RKAP

dan terselenggaranya kegiatan kepegawaian sesuai kebijakan

manajemen Unit Pembangkitan

c. Menyiapkan dan mengkoordinir perencanaan dan pengelolaan

organisasi dan tata laksana sistem manajemen agar sesuai dengan

fungsinya di dalam Perusahaan

d. Melaksanakan pembinaan Sumber Daya Manusia yang meliputi

perencanaan anggaran, penyelesaian administrasi kepegawaian

dan penyuluhan kepada pegawai agar terjadi kelancaran

pelayanan pegawai

e. Melaksanakan pembinaan pengemdalian mutu karyawan Unit

Pembangkitan secara terpadu agar dicapai produktivitas pegawai

sesuai dengan ketetapan manajemen

f. Mengelola dan mengembangkan manajemen Sumber Daya

Manusia sehingga dapat mengakomodasi seluruh permasalahan

yang berkembang agar didapat SDM yang maju, kuat, sehat

jasmani dan rohani sesuai visi dan misi perusahaan

g. Melakukan pengelolaan serta pengambilan langkah-langkah

strategis di unit satuan kerjanya dalam melakukan hubungan

industrial sehingga menciptakan suasana kerja yang kondusif

h. Mengelola pelaksanaan sistem manajemen kinerja sehingga

terjadi keselarasan antara kinerja unit dengan kinerja individu

karyawan serta menciptakan obyektivitas

i. Mengelola administrasi pembayaran penghasilan karyawan

j. Melaksanakan penyusunan aggaran tahunan untuk dijadikan

bahan acuan penggunaaan keuangan Unit Pembangkitan

k. Mengelola administrasi keuangan Unit Pembangkitan sehingga

berjalan sesuai dan memenuhi ketentuan serta prinsip-prinsip

mengenai keuangan

l. Menganalisa dan membuat laporan realisasi keuangan, sehingga

dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengadakan

kebijakan penggunaan keuangan selanjutnya

m. Melakukan penilaian investasi Unit Pembangkitan untuk

digunakan sebagai bahan acuan penilaian terhadap peningkatan

kinerja atau keuntungan Unit Pembangkitan secara keseluruhan

n. Mengarahkan dan mengkoordinasi pelaksanaan proses audit yang

komprehensif sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, untuk

mendukung kemampuan perusahaan mencapai hasil kinerja

operasional yang maksimum

o. Memberikan saran-saran perbaikan untuk memastikan semua

kebijakan dan ketentuan dilaksanakn sebagaimana mestinya

sesuai dengan standar atau ketentuan yang berlaku

p. Menyelenggarakab kegiatan kesekretariatan dan rumah tangga

perkantoran untuk memperlancar kinerja Unit Pembagkitan

q. Merencanakan, mengkoordinasi dan mengevaluasi anggaran

biaya administrasi

r. Melaksanakan fungsi kehumasan untuk membina hubungan serta

“community development” dengan stakeholder sehingga

menciptakan citra yang baik tentangperusahaan serta menunjang

kinerja unit dan perusahaan

s. Mengadakan pengelolaan bisnis non inti sebagai penunjang bisnis

inti Unit Pembangkitan

t. Menyelenggarakan kegiatan pengadaan material berdasarkan

permintaan fungsi Inventory Control serta pengadaan jasa

berdasarkan permintaan fungsi Perencanaan dan Pengendalian

Pemeliharaan untuk mendukung Pemeliharaan Rutin serta

kebutuhan material Non instalasi lainnya

u. Menjamin terlaksananya kegiatan keamanan lingkungan dengan

baik sehingga terciptanya lingkungan kerja yang aman dan

kondusif bagi karyawan

v. Menyelenggarakan kegiatan proses administrasi gudang serta

material handling-nya untuk semua

w. Mengkoordinasikan pembuatan laporan audit secara berkala

sehingga informasi audit yang dibutuhkan semua pihak untuk

evaluasi kerja dan pembuatan keputusan dapat tersedia dengan

cepat dan akurat

x. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasan

Dalam tugasnya, Manajer Keuangan dan Administrasi dapat

dibantu oleh Supervisor atau Spesialis yang menangani fungsi-fungsi

yang menjadi lingkup tanggung jawabnya, dengan formasi serta jumlah

akan ditentukan kemudian sesuai dengan kebutuhan serta dinamika

bisnis.

Sumber daya manusia merupakan aset terpenting dalam

perusahaan. Oleh karena itu, UP Gresik memberikan kesempatan

kepada seluruh karyawannya untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan

agar menjadi SDM yang profesional sehingga tercipta lingkungan kerja

yang menggairahkan dan memotivasi untuk selalu bertanggungjawab

terhadap perkerjaan. Sikap profesional para pegawai terlihat dari hasil

kinerjanya dengan jumlah pegawai saat ini sejumlah 399 orang.

3. Spesifikasi Teknis PLTGU Gresik

Unit Pembangkitan Gresik memiliki total daya terpasang sebesar

2255 MW, unit ini mampu memproduksi listrik rata-rata 10.859 GWh tiap

tahunnya dan disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra

Tinggi 500 kV dan Jaringan Transmisi Tegangan Tinggi 150 kV. Unit

Pembangkitan Gresik Terdiri atas beberapa pembangkit termal yaitu 3 unit

PLTG, 4 unit PLTU, dan 3 unit PLTGU. Blok 1 PLTGU Gresik mulai

beroperasi pada 10 April 1993, blok 2 mulai beroperasi pada 5 Agustus 1993,

dan blok 3 pada 30 Nopember 1993 [4].

Kapasitas total Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Gresik

dapat mencapai 1575 MW. PLTGU Gresik blok 1 dan blok 2 dapat

menggunakan dua macam bahan bakar yaitu HSD (High Speed Diesel Oil) yang

dipasok oleh PERTAMINA dan gas alam yang dipasok langsung dari lapangan

gas milik HESS dan KODECO yang disalurkan melalui pipa bawah laut dari

wilayah Madura utara. Kedua bahan bakar ini digunakan secara bergantian sesuai

dengan tingkat ketersediaan bahan bakar. Sedangkan PLTGU Gresik blok 3

didesain hanya dapat menggunakan bahan bakar gas alam saja yang dipasok oleh

pemasok yang sama dengan blok 1 dan blok 2 [4].

Spesifikasi umum PLTGU Gresik untuk setiap blok pembangkit

adalah:

a. Turbin : 4 Unit

• Turbin gas : 3 Unit

• Turbin uap : 1 Unit

b. HRSG : 3 unit

c. Generator : 4 Unit

• Turbin gas : 3 x

112MW• Turbin uap : 1 x

189MW

Area PLTGU Gresik

PLTGU Gresik belum dapat bekerja secara maksimal sesuai dengan

kapasitasnya apabila pasokan bahan bakar utama yaitu berupa gas alam masih

kurang atau belum dapat memenuhi kebutuhan optimal PLTGU. Output PLTGU

Gresik ketika menggunakan bahan bakar HSD akan lebih kecil daripada ketika

menggunakan bahan bakar gas al

Infrastuktur masing – masing komponen pembangkit.

1. PLTG

No.

Unit

TURBINEGenerator COD MWManufacturer Type Serial No

1 GE MS 5001 P 244351 GE 1993 20,102 GE MS 5001 P 244443 GE 1993 20,10

TOTAL 40.20

2. PLTGU

No.

Unit

TURBINEGenerator COD MWManufacturer Type Serial No

GT 11 MITSUBISHI MW 701 D T-292 SIEMENS 1992 112,45GT 12 MITSUBISHI MW 701 D T-293 SIEMENS 1992 112,45

GT 13 MITSUBISHI MW 701 D T-294 SIEMENS 1992 112,45

ST 10 MITSUBISHI TC2F-33.5 T-826 SIEMENS 1992 188,91

GT 21 MITSUBISHI MW 701 D T-295 SIEMENS 1992 112,45

GT 22 MITSUBISHI MW 701 D T-296 SIEMENS 1992 112,45

GT 23 MITSUBISHI MW 701 D T-297 SIEMENS 1992 112,45

ST 20 MITSUBISHI TC2F-33.5 T-827 SIEMENS 1993 188,91

GT 31 MITSUBISHI MW 701 D T-298 SIEMENS 1993 112,45

GT 32 MITSUBISHI MW 701 D T-299 SIEMENS 1993 112,45

GT 33 MITSUBISHI MW 701 D T-300 SIEMENS 1993 112,45

ST 20 MITSUBISHI TC2F-33.5 T-28 SIEMENS 1993 188,91

3. PLTU

No.

Unit

TurbineGenerator COD MWManufacturer Type Serial No

1 TOSHIBA SC-26 T 5726 TOSHIBA 1981 1002 TOSHIBA SC-26 T 5726 TOSHIBA 1981 100

3 TOSHIBA TC DF T 5898 TOSHIBA 1988 200

4 TOSHIBA TC DF T 5899 TOSHIBA 1988 200

TOTAL 600

4. Komponen Mekanis dan Elektris

Unit Pembangkit Listrik Tenaga Gas

a. Turbin Gas

Pada PLTGU Gresik terdapat tiga blok pembangkit listrik dimana

untuk setiap blok memiliki 3 unit turbin gas. Prinsip kerja dari turbin gas

adalah energi panas hasil pembakaran didalam combustor diubah menjadi

energi gerak / mekanik dalam bentuk putaran. Energi mekanik tersebut

digunakan untuk menggerakkan prime mover generator sinkron kecepatan

tinggi yang terkopel satu poros. Turbin gas yang terdapat dalam pembangkit

tenaga listrik ini memiliki 4 tingkat, adapun putaran yang dapat dihasilkan oleh

masing-masing turbin tersebut dapat mencapai kecepatan putaran 3000rpm.

Komplek Turbin Gas

b. Inlet Air Filter

Inlet air filter adalah peralatan yang berfungsi untuk menyaring udara

dari lingkungan sekitar yang akan dimasukkan kedalam turbin gas.

c. Inlet Guide Vanes (IGV)

Inlet Guide Vanes

Inlet Guide Vanes (IGV) merupakan sudu diam pertama, posisinya

terpasang pada sisi masuk dari kompresor. IGV berfungsi untuk mengatur jumlah

aliran udara yang akan masuk ke dalam kompresor. IGV dapat menambah

kemampuan akselerasi pada saat terjadi start dan mencegah rotor mengalami

surge dan stall.

d. Compressor

Compressor adalah sebuah peralatan yang berfungsi untuk menekan

udara yang masuk pada ruang pembakaran, hal ini dilakukan agar udara

nantinya memiliki rasio tekanan yang tinggi. Jumlah tingkatan compressor yang

terdapat pada turbin gas di PLTGU Gresik adalah sebanyak 17 tingkat.

Compressor

e. Combustor

Combustor adalah tempat terjadinya proses pembakaran. Combustor

basket pada unit pembangkit turbin gas Gresik ada 18 buah, dimana antara

combustor basket yang satu dengan combustor lainnya dihubungkan dengan

cross flame tube (sebagai media perambatan panas). Pada combustor no 8

dan 9 dipasang igniters / spark plugs, yang berfungsi untuk menyulut

panas di ruang pembakaran. Igniters adalah dua elektroda (serupa dengan

busi) yang mendapat suplai tegangan AC dari transformator igniters. Pada

saat penyalaan (ignition), igniters didorong masuk ke combuster dan suplai

listrik ”on” sehingga mengeluarkan percikan api (busur api). Setelah beberapa

detik (sekitar 20 detik) pasok listrik putus dan igniters akan padam, igniters

ditarik keluar dari combustion chamber. Pada combustor basket no 17 dan 18

diletakkan flame detector. Flame detector berfungsi untuk mendeteksi

pembakaran pada combustor, alat ini bekerja secara automatis mendeteksi api,

apabila pada combustor ke 17 dan 18 terdeteksi tidak terjadi pembakaran maka

dipastikan tidak terjadi pembakaran sempurna pada combuster basket yang lain

dan akan terjadi trip (stop proses).

f. Pre-mix Fuel Nozzle

Pre-mix Fuel Nozzle berfungsi mengatur suplai bahan bakar yang

disemprotkan ke ruang pembakar (combustor chamber) terdiri dari pilot nozzle

dan main nozzle. Pilot nozzle berfungsi untuk menjaga kestabilan nyala api

menggunakan 5% dari bahan bakar gas atau 10% dari bahan bakar minyak.

Pada PLTGU Gresik menggunakan tipe dual nozzle yang bisa mengatur

penggunaan dua jenis bahan bakar (gas dan minyak).

g. Generator

Generator adalah suatu alat yang berfungsi mengubah energy

mekanik menjadi energi listrik. Pada PLTGU Gresik untuk setiap blok

pembangkit listrik terdapat 3 unit generator berpenggerak turbin gas dengan

kapasitas daya masing-masing 112 MW. Generator yang digunakan

adalah generator sinkron kutub silindris (non salient pole) dengan dua buah

kutub dan dijaga pada putaran 3000 rpm.

Spesifikasi teknis generator pada PLTGU Gresik untuk

setiap blok turbin gas

Turbin Turbin Gas

Tipe

Siemens TLRI

Daya Output 153,75 MVA

Tegangan

Output

10,5±5% kV

Arus Output 8454-SI

Cos Φ 0,8

Frekuensi 50 Hz

Sambungan YY

Jumlah Fasa 3

h. Heat Recovery Steam Generator (HRSG)

Secara umum HRSG atau Heat Recovery Steam Generator berfungsi

sebagai alat untuk memanaskan air hingga menjadi uap dengan menggunakan gas

sisa dari hasil pembakaran gas pada PLTG, dimana uap ini yang

memiliki tekanan dan temperatur yang tinggi akan digunakan untuk memutar

turbin pada pembangkit listrik tenaga uap.

Heat Recovery Steam Generator

Beberapa komponen yang membangun HRSG, yaitu:

a. Preheater

Merupakan alat pemanas bagi air yang berasal dari condensate water

tank, yang akan dialirkan menuju daerator. Preheater berfungsi sebagai pemanas

awal untuk menaikkan suhu air agar tidak terjadi perubahan suhu yang drastis

pada saat air menuju pemanasan tahap selanjutnya karena hal itu bisa merusak

komponen-komponen pipa akibat thermal stress. Preheater terletak paling atas

dari HRSG.

b. Economizer

Fungsi dari economizer adalah sebagai pemanasan air pengisi yang

berasal dari feed water pump dengan memanfaatkan energi panas gas

buang dari turbin gas yang dilewatkan pada cerobong HRSG untuk

memanaskan air yang nantinya akan menjadi uap. Hasil pemanasan pada

economizer akan dialirkan menuju steam drum.

c. Steam Drum

Berfungsi memisahkan air dan uap dari hasil pemanasan pada

economizer. Pada PLTGU Gresik sirkulasi uap dan air menggunakan sistem

natural circulation, yaitu sirkulasi yang terjadi akibat adanya perbedaan suhu.

Uap basah yang memiliki massa lebih ringan dari air akan bergerak ke atas dan

disalurkan ke superheater sedangkan yang masih berwujud air akan turun ke

evaporator.

d. Evaporator

Sebagai tempat pemanasan air dari steam drum hingga menjadi uap.

Uap yang dihasilkan akan disalurkan kembali ke steam drum.

e. Superheater

Terletak pada bagian bawah dari HRSG dan dibuat dari pipa-pipa yang

disusun secara paralel, berfungsi menaikkan suhu uap air menjadi lebih panas.

Pada superheater ini uap air yang masuk masih bersifat basah dan dalam

pemanasan tahap akhir keluarannya berupa uap air kering. Hal ini bertujuan

agar tidak merusak komponen turbin uap. Pada bagian ini terdiri atas dua

tingkat yaitu 1st superheater dan 2nd superheater.

Unit Pembangkit Turbin Uap

a. Steam Turbin

Pada PLTGU Gresik terdapat tiga blok pembangkit listrik dimana untuk

setiap blok memiliki 1 unit turbin uap. Prinsip kerja dari turbin uap adalah

energi panas gas buang PLTG diubah menjadi energi gerak / mekanik dalam

bentuk putaran. Energi mekanik tersebut digunakan untuk menggerakkan prime

mover generator sinkron kecepatan tinggi yang terkopel satu poros. Turbin uap

yang terdapat dalam pembangkit tenaga listrik ini memiliki 2 bagian, yaitu

turbin tekanan rendah dan turbin tekanan tinggi. Adapun putaran yang dapat

dihasilkan oleh turbin tersebut dapat mencapai kecepatan putaran 3000rpm

b. Generator

Sama halnya pada generator turbin gas, generator pada turbin uap

berfungsi sebagai alat untuk mengubah energi mekanik yang dilakukan oleh

turbin menjadi energi listik. Uap yang dihasilkan dari HRSG setelah melalui

superheater akan menggerakkan turbin, kemudian gerakan turbin akan memutar

generator. Pada PLTGU Gresik untuk setiap blok terdapat 1 unit generator

berpenggerak turbin uap dengan kapasitas daya masing-masing 189 MW.

Generator yang digunakan adalah generator sinkron kutub silindris (non salient

pole) dengan dua buah kutub dan dijaga pada putaran 3000 rpm.

Spesifikasi teknis generator pada PLTGU Gresik untuk setiap blok

turbin uap

Unit Gardu Induk Pembangkit

a. Gardu Induk Pembangkit 150 kV

Unit gardu induk pembangkit 150 kV pada PLTGU Gresik

merupakan unit gardu induk pasangan dalam yang

berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dengan tegangan 150

kV. Bahan isolasi yang digunakan oleh peralatan yang terdapat

pada gardu induk ini adalah gas SF6. Unit ini merupakan unit

Gardu Induk Tanpa Operator (GITO) dimana semua proses yang

terjadi pada gardu induk dapat dimonitor dan dikontrol melalui

unit P3B di masing- masing wilayah atau CCR yang terdapat di

PLTGU. Unit gardu induk ini terhubung secara langsung dengan

gardu induk Tandes melalui saluran transmisi udara 150 kV yang

berjumlah dua unit. Unit pembangkit yang menyalurkan daya

output-nya langsung melalui gardu induk ini adalah PLTGU blok 1

yang terdiri dari GT1.1, GT1.2, GT1.3, dan ST 1.0. Output daya

yang disalurkan pada gardu induk ini juga disalurkan kepada gardu

induk pembangkit 500 kV melalui sebuah transformator step up

150 kV/500 kV dan juga disalurkan untuk pemakaian sendiri

Turbin Turbin Uap

Tipe

Siemens THRI

Daya Output 251,75 MVA

Tegangan

Output

15,75±5% kV

Arus Output 9228-SI

Cos Φ 0,8

Frekuensi 50 Hz

Sambungan YY

Jumlah Fasa 3

melalui sebuah transformator step down 150 kV/6 kV.

b. Gardu Induk Pembangkit 500 kV

Unit gardu induk pembangkit 500 kV pada PLTGU Gresik

merupakan unit gardu induk pasangan dalam yang

berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dengan tegangan 500

kV. Bahan isolasi yang digunakan oleh peralatan pada gardu induk

ini adalah gas SF6. Unit ini merupakan unit Gardu Induk Tanpa

Operator (GITO) dimana semua proses yang terjadi pada gardu

induk dapat dimonitor dan dikontrol melalui unit P3B di

masing-masing wilayah atau CCR yang terdapat di PLTGU. Unit

gardu induk ini terhubung secara langsung dengan gardu induk

Krian melalui saluran transmisi udara 500 kV yang berjumlah

dua unit. Unit pembangkit yang menyalurkan daya output- nya

langsung melalui gardu induk ini adalah PLTGU blok 2 yang

terdiri dari GT2.1, GT2.2, GT2.3, dan ST 2.0 serta LTGU blok 3

yang terdiri dari GT3.1, GT3.2, GT3.3, dan ST 3.0.

Gam

bar

2.4

Sin

gle

Lin

e D

iagr

am G

ard

u I

nd

uk

Pem

ban

gkit

150

kV

Gam

bar

2..1

0 S

ingl

e L

ine

Dia

gram

Gar

du

In

du

k P

emb

angk

it 5

00 k

V

Gam

bar

2.4

Sin

gle

Lin

e D

iagr

am G

ard

u I

nd

uk

Pem

ban

gkit

500

0 k

V

Unit Pendukung

ƒ Water Intake

Berfungsi sebagai saluran air pendingin utama Condenser dan juga

sebagai saluran masuk air laut yang akan diolah menjadi air tawar

untuk kepentingan pembangkitan tenaga listrik pada PLTGU.

ƒ Desalination Plant

Merupakan kumpulan peralatan yang digunakan untuk mengolah

air laut menjadi air tawar.

ƒ Demineralized Plant

Merupakan kumpulan peralatan yang berfungusi untuk menghilangkan

kadar-kadar mineral dari air laut yang telah dijadikan air tawar pada

desalination plant.

ƒ Make Up Water Tank dan Raw Water Tank

Berfungsi sebagai wadah penampungan air dari hasil pegolahan air

dari air laut (asin) menjadi air tawar yang mana kandungan mineralnya

sudah di hilangkan.

ƒ Waste Water Treatment

Berfungsi untuk mengolah limbah air yang berasal dari proses yang

terdapat pada unit PLTGU, dimana pH (toleransi pH yang

ditentukan adalah 6,5-8) dan zat-zat kimia lainnya yang berbahaya di

netralkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut.

ƒ Hidrogen Plant

Pendinginan pada generator sangat diperlukan. Pada generator milik

PT PJB Unit Pembangkitan PLTGU Gresik menggunakan gas

hidrogen sebagai pendingannya, untuk itulah dibangun hidrogen plant

yang berfungsi sebagai tempat untuk memproduksi gas hidrogen.

Proses Pembangkitan Listrik PLTGU

Pengoperasian pembangkit PLTGU Gresik pada kondisi normal

dikenal dengan istilah operasi 3-3-1.Operasi3-3-1 (merupakan pengoperasian

di PLTGU Gresik pada saat daya maksimal) adalah pengoperasian dengan tiga

(3) pembangkit turbin gas, tiga (3) HRSG, dan satu (1) pembangkit turbin uap.

Proses produksi tenaga listrik secara garis besar di PT PJB Unit

Pembangkitan PLTGU Gresik dibagi menjadi dua proses pembangkitan yaitu:

1. Proses Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

a. Gas alam yang dipasok langsung dari lapangan gas HESS dan

KODECO dijadikan sebagai bahan bakar utama selain minyak. Pada

PLTGU dikenal istilah segitiga pembakaran dimana mencakup udara,

bahan bakar (gas dan minyak) dan suhu. Proses pembakaran terjadi di

combuster, disini akan terjadi peningkatan tekanan dan suhu.

b. Semburan gas panas hasil pembakaran digunakan untuk memutar

turbin gas.

c. Putaran turbin gas dimanfaatkan untuk memutar generator.

d. Putaran generator menghasilkan listrik dengan tegangan 10,5

kV yang kemudian dinaikkan menjadi tegangan 150 kV dan 500 kV

dan disalurkan kepada pelanggan melalui saluran transmisi.

2. Proses Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

a. Gas buang hasil pembakaran dari PLTG yang memiliki suhu

sangat tinggi (± 500 deg C) dapat langsung dibuang jika PLTU

tidak dioperasikan melalui by pass stack. Namun karena

pengoperasian saat ini menggunakan turbin uap maka gas buang

disalurkan ke HRSG (Heat Recovery Steam Generator). HRSG

digunakan untuk menguapkan air.

b. Di dalam siklus yang terjadi dalam pemanas HRSG, pada air yang

akan diuapkan diinjeksikan bahan kimia sebagai berikut:

1. Hydrazine, diinjeksikan ke condensate dan daerator untuk

menghilangkan kandungan dissolved oxygen yang mungkin

terdapat di dalam air.

2. Ammonia, diinjeksiken ke condensate untuk mengontrol pH air

selama start up, pada kondisi ini air mulai diuapkan.

Phosphate, diinjeksikan ke dalam boiler drum dengan tujuan untuk

menghilangkan komponen hardness dan mengontrol pH uap

air yang terdapat di dalam boiler.

c. Uap air bertekanan yang merupakan hasil pemanasan air digunakan

untuk memutar steam turbin. Uap air yang bertekanan tinggi dialirkan

pada high pressure steam turbine, dan uap air yang bertekanan rendah

dialirkan pada low pressure steam turbine.

d. Kondensasi merupakan proses pendinginan terhadap uap air yang

telah digunakan untuk memutar steam turbine. Kondensasi terjadi di

dalam kondensor dan pendingin yang digunakan adalah air laut yang

telah dinetralkan.

e. Putaran generator yang terkopel dengan steam turbine menghasilkan

listrik dengan tegangan 15,7 kV yang kemudian dinaikkan menjadi

tegangan 150 kV dan 500 kV yang kemudian disalurkan kepada

pelanggan melalui saluran transmisi.

Pengoperasian pembangkitan di PLTGU Gresik dilakukan secara

otomatis, dimana semua peralatan dikontrol dari satu ruang yang disebut

sebagai Command and Control Room (CCR), namun pengamatan secara

manual tetap dilakukan oleh 3 orang pengamat untuk setiap blok PLTGU.

Skema Pembangkitan PLTGU

Batasan dari Pembangkit yang dikelola oleh Unit Usaha PT. PJB UP. Gresik

Batasan wilayah kerja unit usaha PLN

Pada unit pembangkit PT. PJB UP. Gresik selain memproduksi energy listrik, UP.

Gresik mengelola dan melakukan pemeliharaan terhadap semua proses

pembangkitan, mulai dari sumber bahan bakar yaitu Gas yang di supplay dari

Madura dan bahan bakar minyak yang di supplay dari pertamina, komponen

pembangkitan seperti boiler, HRSG, generator, prime mover, trafo step up dll di

kelola dan dipelihara oleh pembangkit itu sendiri. Sedangkan untuk gardu induk

yang berada di dekat pembangkit itu dikelola oleh PT. P3B.

Proses Bisnis Pembangkit PT. PJB dengan PT. P3B

Proses Bisnis dari PT. PJB dengan PT. P3B yaitu dengan melakukan setiap

bulannya melakukan pertemuan untuk membahas daya atau energy yang akan

disalurkan. Semua dengan acuan data yang diterima dari PT. P3B, semua

pembangkit yang akan di bangkitkan tidak akan di bangkitkan penuh dengan

kapasitas generator setiap pembangkit. Bisnis dari Pembangkit yaitu melihat dari

berapa sumber bahan bakar yang akan masuk dalam proses pembangkitan dan

melihat outputan dari proses pembangkitan apakah sesuai dengan perhitungannya.

Apabila tidak sesuai maka didalam proses pembangkitan tersebut terdapat

kesalahan atau kerusakan dalam proses pembangkitan. Untuk lebih detail dapat

dilihat cara akad jual beli tenaga listrik dibawah ini :

PT. PJB PT. P3B DISTRIBUSI

Sistem Akad Jual Beli Pada PT. PLN

Saat ini PLN dengan dua anak perusahaan pembangkitnya merupakan pelaku

bisnis terbesar di sistem Jawa-Bali. Beberapa perusahaan pembangkit swasta

telah beroperasi dan mulai menyalurkan tenaga listrik ke sistem tenaga listrik

Jawa Bali. Jual beli tenaga listrik antara PLN dan perusahaan pembangkit baik

swasta maupun anak perusahaan PLN dilakukan melalui kontrak pembelian

tenaga listrik (Power Purchase Agreement, PPA). Ketentuan-ketentuan

operasional, legal dan komersial pada kontrak-kontrak tersebut sangat bervariasi.

 

Belum terdapat kontrak transmisi dan kontrak penjualan tenaga listrik kepada

perusahaan distribusi, kecuali kontrak konsumen besar dengan PLN, sebab

pengusahaan transmisi dan distribusi dilakukan oleh unit operasional yang masih

menjadi satu institusi secara hukum dengan PLN. Pemisahan biaya transmisi

yang dikenakan kepada distribusi hanya terbatas pada transfer pricing tanpa

menggunakan suatu kontrak.

Dapat dikatakan bahwa struktur saat ini merupakan struktur “Single Buyer”,

dimana PLN Pusat bertindak sebagai Single Buyer. Sampai dengan tahun 1999,

beban pembelian tenaga listrik ini dilimpahkan kepada PLN P3B sebagai unit

operasional yang menjalankan ketentuan kontrak yang ada. Mulai tahun 2000,

pembebanan tersebut dialihkan ke PLN Pusat, sehingga dalam laporan

keuangannya PLN P3B hanya menerima pendapatan dari penyediaan jasa

transmisi.

3.2.    Pasar Single Buyer

Market Rules atau Aturan Pasar Listrik dimaksudkan sebagai acuan bekerjanya

pasar listrik. Isi Market Rules Single Buyer (SB) ini terdiri atas: definisi, latar

belakang, tujuan pasar listrik dan tujuan aturan pasar listrik, peran dan tanggung

jawab pelaku pasar, penyambungan ke grid, metering, mekanisme pasar seperti

proses bidding dan penanganan ancillary services, penagihan dan setelmen,

interpretasi aturan pasar listrik, penyimpanan dokumen, dan publikasi informasi.

1. Model Pasar

 

Pada fase SB, perusahaan transmisi yang juga menjalankan fungsi dispatch

berperan sebagai agen Pembeli Tunggal (Single Buyer), yang membeli listrik dari

pembangkit dan menjualnya kepada perusahaan distribusi atau konsumen besar

melalui sistem transmisi (lihat Gambar-1). Dispatch pembangkit dilakukan

berdasarkan konsep biaya variabel termurah, yang meliputi biaya bahan bakar

serta biaya variabel operasi dan pemeliharaan pembangkit.

Perusahan transmisi juga bertanggung-jawab dalam perencanaan sistem,

mengupayakan investasi sistem yang optimal dan melakukan koordinasi

pengembangan sistem transmisi dan pembangkitan. Sentralisasi fungsi

perencanaan, operasi transmisi dan dispatch dianggap akan memfasilitasi operasi

yang efisien dan perencanaan yang efektif.

Pengadaan pembangkit baru akan dilaksanakan secara transparan dan melalui

tender yang kompetitif (competitive bidding).

Pengaturan Komersial

Pelaku pasar pada fase SB terdiri atas perusahaan pembangkit, transmisi,

distribusi dan konsumen besar.

Badan Pengatur memegang peranan penting pada masa ini, khususnya dalam

bidang usaha transmisi dan distribusi. Peranan badan pengatur pada sisi

pembangkitan akan tidak signifikan sebab interaksinya telah diatur dalam kontrak

jual beli tenaga listrik (power purchase agreement, PPA) antara pembangkit dan

perusahaan transmisi.

PPA mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak dalam berbagai aspek seperti

finansial serta aspek operasional pembangkit dan sistem tenaga listrik.

Pembayaran akan dihitung berdasarkan dua komponen pembayaran: fixed

(pembayaran kapasitas) dan variabel (pembayaran energi). Pembayaran kapasitas

merupakan pembayaran atas biaya-biaya tetap tahunan pembangkit seperti biaya

investasi, return atas investasi, biaya tetap operasi dan pemeliharaan, dan biaya

tetap lainnya. Pembayaran ini tidak tergantung pada tingkat pembebanan

(dispatch) pembangkit. Sedangkan pembayaran energi, yang tergantung pada

dispatch pembangkit, dimaksudkan untuk mengkompensasi biaya bahan bakar

serta biaya variabel operasi dan pemeliharaan pembangkit.

 

Pembayaran dengan dua komponen tarif ini mengalokasikan resiko sedemikian

sehingga perusahaan transmisi akan menanggung resiko dispatch serta

pertumbuhan beban, dan perusahaan pembangkit menanggung resiko operasi dan

pemeliharaan pembangkit, sehingga memberikan insentif yang jelas bagi operasi

yang efisien oleh kedua belah pihak.

Pada fase SB ini juga telah terdapat proses bidding biaya variabel untuk

pembelian energi dari pembangkit. Namun, penawaran dari pembangkit yang

disampaikan kepada SMO ini akan dibatasi oleh suatu tingkat harga (price cap)

tertentu yang diatur dalam PPA. Pembangkit akan menerima pembayaran untuk

komponen fixed (kapasitas) sesuai PPA dan pembayaran energi sesuai hasil

penawaran mereka. Captive Power dalam hal ini juga dibenarkan untuk ikut serta

dalam proses bidding. Namun mereka hanya akan menerima pembayaran energi

atas excess power yang disalurkan ke grid, sebab mereka tidak memiliki kapasitas

yang firm.

 

Untuk pembangkit skala kecil (small power plants, SPP) diusulkan suatu tarif dan

model kontrak yang standar untuk menghindari biaya administratif yang tinggi,

memudahkan investor SPP dan mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan

dalam interaksi dengan SPP.

 

Single Buyer akan mengenakan tarif tenaga listrik curah (bulk supply tariff, BST)

kepada konsumennya. BST ini merupakan harga transfer dari perusahaan

transmisi ke konsumennya, yang dihitung berdasarkan biaya energi dan kapasitas

pembangkitan. BST bisa terpisah dari biaya transmisi tergantung dari penanganan

biaya transmisi yang diadopsi. BST harus dirancang sedemikian rupa agar

diperoleh keseimbangan antara kebutuhan konsumen akan harga yang stabil dan

kebutuhan perusahaan transmisi terhadap fleksibilitas dalam menanggapi

perubahan pola beban dan konsumsi.

 

Biaya sistem transmisi dirancang untuk menutupi biaya investasi, operasi dan

pemeliharaan transmisi dan return yang dibutuhkan. Biaya ini harus mampu

memberi sinyal kepada pengguna sistem mengenai dampak dari perilaku mereka

terhadap efisiensi sistem serta biaya pengembangan sistem. Karena komponen

terbesar dari biaya operasi dan pemeliharaan transmisi tergantung pada tingkat

pembebanan maksimum, lokasi beban dan penggunaan sistem, maka tarif dengan

dua komponen, biaya beban dan biaya energi, diusulkan untuk diadopsi. Biaya

beban dikaitkan dengan kapasitas MW yang digunakan oleh pembangkit dan

konsumen, sedangkan biaya energi didasarkan pada pengukuran kWh yang

disalurkan. Biaya transmisi dapat dihitung berdasarkan biaya marginal atau

accounting cost recovery.

 

Kontrak penyambungan merupakan pengaturan komersial yang juga penting pada

pasar SB. Kontrak ini mengatur penyambungan antara pengguna grid dan

perusahaan transmisi. Pengguna grid berkewajiban untuk membayar sebagian atau

seluruh biaya peralatan baru yang diperlukan untuk penyambungan ke grid serta

biaya operasi dan pemeliharaan dari fasilitas penyambungan yang diperuntukkan

bagi mereka.

Tarif kepada konsumen akhir (retail tariff) idealnya merupakan penjumlahan dari

BST dan biaya transmisi/distribusi.

Mengingat perusahaan transmisi melakukan pembelian dan penjualan, maka pada

tahap ini perusahaan transmisi bisa juga berfungsi sebagai administrator bagi

subsidi yang terdapat pada sistem.

  

3.3.      Pasar Multi Buyer Multi Seller

Isi Aturan Pasar untuk fase Multi Buyer Multi Seller (MBMS) meliputi

interpretasi dari Aturan Pasar, partisipasi pelaku pasar, adiministrasi, supervisi

dan pelaksanaan aturan, ketentuan penyambungan grid, reliability sistem tenaga,

wholesale metering, operasi sistem dan pasar bilateral, kontrak bilateral fisik dan

energy forward market, penagihan dan setelmen, pelayanan, perencanaan dan

pengadaan transmisi, dan definisi. Aturan Pasar ini hanya mengatur interaksi dan

operasi pada tingkat wholesale market saja.

Pada tahap ini perusahaan distribusi akan memisahkan bidang usaha jaringan

(monopoli) dengan usaha retail (kompetitif). Distribusi akan menyediakan

pelayanan jaringan distribusi, dan Perusahaan Retail akan menyediakan jasa

suplai tenaga listrik, metering, penagihan, dsb. Gambar-2 menunjukkan fungsi-

fungsi yang ada pada struktur pasar MBMS.(Struktur yang menggambarkan

seluruh pelaku pasar.

Perusahaan distribusi akan menyediakan jasa penyaluran melalui sistem distribusi

juga dengan mekanisme kontrak baik dengan perusahaan retail, konsumen besar,

maupun perusahaan pembangkit. Karena penyediaan jasa penyaluran untuk suatu

kawasan itu dikelola secara monopoli maka harga penyediaan jasa akan diatur

oleh suatu badan regulasi (Regulatory Body). Perusahaan-perusahaan retail akan

bersaing satu sama lain dalam memperoleh konsumennya. Konsumen akhir akan

bebas memilih siapa saja yang menjadi pemasok listriknya.

 

Akan terdapat Wholesale Market Power Pool yang merupakan pasar jual beli

tenaga listrik. Perusahaan transmisi /dispatch melakukan penyediaan jasa

transmisi, dan jasa lainnya untuk keperluan operasi sistem. Perusahaan-

perusahaan pembangkit akan bersaing satu sama lain dalam menjual tenaga listrik

yang diproduksinya. Penjualan tenaga listrik dapat dilakukan dengan bidding

melalui atau langsung kepada perusahaan retail atau konsumen besar dengan

mekanisme kontrak bilateral. Konsumen besar dapat membeli tenaga listrik

melalui perusahaan retail, langsung ke perusahaan pembangkit atau lewat Pool.

 

Kepemilikan transmisi dan fungsi operasi pasar listrik, operasi sistem serta

administrasi setelmen diusulkan untuk dilaksanakan oleh satu entitas yang disebut

sebagai SMO (System & Market Operator), setidaknya pada tahap awal.

Argumentasi terhadap hal ini adalah sebagai berikut :

(i) pemisahan fungsi-fungsi tersebut pada tahap awal akan merupakan sumber

inefisiensi,

(ii) keberadaan SMO sebagai satu entitas dengan wewenang penuh terhadap

sistem transmisi akan menghasilkan operasi sistem yang lebih andal dan

efisien,

(iii) wewenang penuh terhadap kepemilikan dan operasi sistem akan

menghasilkan pengembangan sistem transmisi yang lebih baik, khususnya

bila melihat proyeksi pertumbuhan beban sistem yang cukup tinggi (lebih

dari 9% per tahun). Untuk memudahkan pengaturan dan pengawasan

terhadap fungsi-fungsi tersebut, maka fungsi sistem operasi, administrasi

setelmen dan kepemilikan transmisi pada SMO harus berada dalam struktur

manajemen (departemen) dengan pembukuan yang terpisah.

 

SMO akan mengoperasikan power pool/pasar spot yang menentukan operasi

sistem dan harga listrik. Untuk dapat menghindari munculnya conflict of interests,

SMO tidak dibenarkan untuk berafiliasi dengan salah satu pelaku pasar.

Pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi SMO dapat dilakukan dengan berbagai

cara, seperti pengawasan langsung oleh pelaku pasar, pengawasan melalui Komite

yang mewakili semua kepentingan, atau melalui pengawasan langsung oleh badan

regulator atau pemerintah. Konsultan mengusulkan pengawasan yang berbentuk

Komite yang disebut dengan SMO Advisory Group, sebab bisa memastikan

pelaku pasar memperoleh dan memberikan masukan mengenai pelaksanaan pasar

listrik secara langsung. Di samping itu perlu pula dibentuk suatu komite

pemantauan perilaku pelaku pasar (Market Surveillance Committee) khususnya

pada tahap awal implementasi pasar listrik. Keberadaan Komite ini haruslah

memiliki kekuatan hukum dan dikenal oleh peraturan perundangan yang berlaku.

 

Garis besar desain pasar listrik MBMS yaitu sbb :

 

Pasar Energi

Terdapat pasar energi real-time (spot market) yang dicacah setiap setengah jam.

Pembangkit dan dispatchable load melakukan penawaran dan akan didispatch

secara fisik oleh SMO berdasarkan harga termurah. Selanjutnya pelaku pasar akan

menerima informasi market clearing price dari SMO.

 

Pelaku pasar boleh untuk menawarkan hingga 20 pasang harga-kuantitas dan 5

ramping up/down rate. Harga Penawaran mencakup seluruh biaya (single price),

seperti biaya energi, biaya start up, dll.

 

Terdapat pula day-ahead forward market untuk energi, yang bersifat voluntary.

SMO akan melakukan lelang (auction) atas penawaran dari sisi pembangkit dan

beban. Pasar ini murni bersifat finansial. Harga yang muncul merupakan indikasi

atas ekspektasi harga energi real time, sehingga akan membantu pengaturan

strategi hedging dan penanganan kontrak bilateral fisik.

 

Di samping kedua pasar tersebut di atas, pelaku pasar boleh pula melakukan

kontrak bilateral antar mereka dan dapat secara voluntary menyampaikan data

kontrak kepada SMO untuk keperluan setelmen.

 

Ancillary Services

Penyediaan ancillary services seperti cadangan operasi, pengaturan frekuensi,

daya reaktif, black start dan layanan reliability must-run diperoleh melalui kontrak

dengan jangka waktu maksimum 18 bulan. Pemenuhan kebutuhan ancillary

services harus diupayakan dilakukan melalui proses yang kompetitif. Akan

diadopsi model kontrak standar yang disetujui oleh Regulator dengan prinsip cost-

reimbursement.

 

Dalam kondisi darurat, SMO berwenang untuk mendapatkan ancillary services

dari pelaku pasar yang tidak terikat kontrak atau yang mampu menyediakan

layanan di luar kewajiban penyambungan mereka, dengan kompensasi full

opportunity payment. Pengembalian stranded costs ini diperoleh melalui

pengenaan Competition Transition Charge (CTC) kepada konsumen dalam

rentang beberapa tahun.

 

Pembangkit Hidro

Pembangkit hidro akan dikelola oleh suatu entitas independen, yaitu Operator

Hidro. Operator Hidro akan menyampaikan penawaran setelah

mempertimbangkan kegunaan air bagi keperluan lainnya, seperti irigasi. Profit

yang diperoleh dari pengelolaan pembangkit hidro ini akan digunakan untuk

membantu pendanaaan subsidi bagi sektor ketenagalistrikan.

 

Kongesti Transmisi

Konsultan mengusulkan agar biaya kongesti transmisi (Biaya kongesti transmisi

yaitu perbedaan antara biaya solusi dispatch optimum dan solusi dispatch akibat

adanya kongesti transmisi) dialokasikan secara merata baik kepada pembangkit

maupun beban. Perhitungan biaya ini mengacu pada sistem Jawa-Bali sebagai

single zone. Saat ini sistem Jawa-Bali dibagi dalam 3-zonal sistem transmisi,

namun dengan selesainya loop transmisi 500 kV jalur selatan maka kendala

transmisi menjadi minimal dan sistem Jawa-Bali secara elektrikal dapat dilihat

sebagai single node system, sehingga tidak diperlukan untuk mengadopsi sistem

perhitungan yang lebih kompleks seperti locational based (nodal) pricing.

 

Stranded Costs

Stranded Costs didefinisikan sebagai selisih antara sunk cost (dari capital

investment dan PPA) dan net operating income (pendapatan dari penjualan

layanan pembangkit dikurangi modal dan biaya operasi masa datang yang belum

dikeluarkan).

 

Pembayaran Pelaku Pasar

Pembangkit yang didispatch sesuai dengan merit order penawaran akan

memperoleh pembayaran atas energi yang disalurkan sesuai dengan market

clearing price. Market clearing price merupakan hasil dari optimasi pembangkitan

dengan kondisi sistem yang unconstrained (tanpa kongesti).

 

Pembangkit yang terpaksa dijalankan akibat kongesti transmisi meskipun out of

merit (constrained-on unit) akan menerima pembayaran sebesar penawaran

mereka. Sedangkan pembangkit yang terpaksa tidak dijalankan (constrained-off

unit) akan menerima pembayaran sebesar selisih antara market clearing price dan

penawaran mereka. Biaya-biaya ini akan diperoleh dari seluruh pelaku pasar

melalui Biaya Uplift. Hasil optimasi pembangkitan dengan kondisi yang

constrained akan digunakan untuk menentukan Biaya Uplift.

Setelmen untuk setiap selang ½ jam akan meliputi, pembayaran untuk energy

forward market, pasar energi real time, pengelolaan kongesti dan uplift.

Sedangkan yang tidak dihitung berdasarkan selang ½ jam adalah biaya transmisi,

pembayaran ancillary services, biaya administrasi SMO, penalti, denda dan CTC.

Pengembalian biaya ancillary services akan diperoleh dari konsumen berdasarkan

jumlah MWh yang dikonsumsi.

 

Ekspansi Sistem Transmisi

SMO bertanggung jawab dalam perencanaan dan identifikasi kebutuhan sistem

transmisi, mengevaluasi alternatif pengembangan yang ada, dan melaksanakan

proses pengadaan sesuai ketentuan. Pelaku pasar bisa mengajukan upgrade dari

sistem transmisi untuk dipertimbangkan dalam proses evaluasi SMO. SMO akan

mendokumentasi evaluasi dari fasilitas eksisting dan yang direncanakan, serta

dampak dari alternatif yang secara teknis feasible dalam Laporan Tahunan SMO.

Pengembalian biaya transmisi akan ditentukan oleh regulator sebagaimana diatur

dalam Aturan Tarif (Tariff Code) yang berlaku.

 

Struktur Pasar

Dari hasil simulasi terhadap aturan pasar yang telah dirumuskan, maka untuk

menghindari timbulnya market power yang memungkinkan tidak efektifnya pasar

listrik Konsultan merekomendasikan bahwa pembangkit PLN tidak

dikelompokkan dalam satu perusahaan melebihi 5.000 hingga 6.000 MW (dengan

asumsi beban puncak sistem lebih dari 16.000 MW dan kapasitas tersedia sekitar

22 GW) . Setidak-tidaknya harus terdapat 3 perusahaan pembangkit yang

menangani pembangkit PLN eksisting dan konsentrasi kepemilikan terhadap

peaking plant harus dihindari.

IV.      Kendala Implementasi Restrukturisasi

Berbagai kendala implementasi restrukturisasi yang dihadapi saat ini dapat

dirangkum sebagai berikut:

(i) adanya kendala transmisi antara bagian barat dan timur sistem Jawa-Bali,

(ii) kondisi suplai dalam memenuhi beban yang cukup terbatas,

(iii) masalah kontrak listrik swasta,

(iv) pasar energi primer yang belum kompetitif (kecuali batu bara pad saat ini),

(v) peraturan perundangan yang belum mendukung,

(vi) tarif yang belum mencerminkan tingkat keekonomian sesungguh-nya,

(vii) belum adanya aturan pentarifan untuk usaha yang monopoli,

(viii) belum terdapat kejelasan mekanisme subsidi pada industri yang telah di-

unbundling,

(ix) belum terbentuknya Badan Pengatur yang independen dan kredibel,

(x) belum tersedianya sistem metering dan MOS yang memadai.

 

V.     Rekomendasi Implementasi

Dari uraian di atas dan mengacu pada berbagai kendala yang ada, maka langkah

implementasi berikut sebaiknya perlu dilakukan:

1.  Mengimplementasikan pasar listrik model SB dengan terlebih dahulu

melakukan:

 

(i) pemisahan entitas bisnis sesuai fungsi pembangkitan, transmisi (SMO)

dan distribusi;

(ii) persiapan kelengkapan perangkat pendukung seperti kontrak jual beli

listrik, kontrak transmisi / penyambungan Grid Code, prosedur

perencanaan dan pengembangan sistem (Planning & Competitive

Tendering Code);

(iii) penyempurnaan terhadap Aturan Pasar SB hasil studi konsultan;

(iv) persiapan sistem metering dan MOS untuk pasar SB;

(v) integrasi PPA listrik swasta dengan pasar SB (PPA eksisting tidak

mewajibkan Listrik Swasta untuk berpartisipasi pada pasar listrik. Jika

proses renegosiasi belum selesai, Listrik Swasta pada tahap Single Buyer

bisa dianggap sebagai suatu system constraint, sehingga dioperasikan

sesuai ketentuan kontrak. Namun, hal ini tentu saja akan mengurangi

efektifitas mekanisme pasar yang ada. Alternatif lainnya adalah

membentuk “PPA Trader” yang akan ikut proses bidding untuk

pembangkit Listrik Swasta dan diberi insentif untuk memaksimal-kan

nilai PPA) ;

(vi) kejelasan mekanisme subsidi, dan

(vii) penentuan entitas yang berfungsi sebagai regulator.

 

 

2.   Mengimplementasikan wholesale market sebagai transisi menuju pasar

MBMS setelah terlebih dahulu memastikan:

(i) minimalnya kendala transmisi dengan diselesaikannya saluran

transmisi 500 kV jalur selatan;

(ii) kondisi sistem yang telah over supply;

(iii) pasar energi primer yang telah diliberalisasi;

(iv) tarif listrik yang telah mencapai tingkat keekonomiannya;

(v) terdapatnya peraturan per-undangan yang mendukung;

(vi) dibentuknya Badan Regulator yang independen dan kredibel;

(vii) dapat di integrasikannya PPA listrik swasta dengan pasar MBMS;

(viii) penyempurnaan Aturan Pasar MBMS hasil studi konsultan telah

dilakukan; dan

(ix) adanya kesiapan sistem metering dan MOS yang memadai untuk pasar

MBMS.

 

3.  Mengimplementasikan pasar listrik kompetitif penuh setelah:

(i) diperoleh keyakinan bahwa wholesale market telah bekerja dengan

baik;

(ii) pemisahan bisnis jaringan dan retail perusahaan distribusi telah terjadi;

(iii) disusunnya aturan rinci dari kerja retail market; dan

(iv) pengaturan pentarifan bagi bidang usaha yang bersifat monopoli

seperti distribusi (jaringan) dan layanan terhadap franchised customers

telah terdefinisi.

RUU Ketenagalistrikan yang sedang dibahas saat ini mengatur batasan waktu

implementasi pasar listrik sejak berlakunya RUU tersebut sebagai UU, yaitu:

1. Paling lama 1 tahun sesudahnya dibentuk Badan Pelaksana penanganan

subsidi (Dana Pembangunan Ketenagalistrikan Sosial, DPKS);

2. Paling lama 2 tahun sesudahnya dibentuk Badan Pengatur;

3. Paling lama 3 tahun sesudahnya telah ada daerah yang menerapkan sistem

kompetisi pasar pembeli tunggal;

4. Paling lama 7 tahun sesudahnya telah ada daerah yang menerapkan

mekanisme pasar kompetisi penuh.

Dari banyaknya persiapan yang perlu dilakukan, tampaknya batasan waktu yang

digariskan dalam RUU Ketenagalistrikan merupakan kerangka implementasi yang

sangat ketat. Seandainya RUU ini diundangkan, maka rangkaian kegiatan yang

akan dilakukan seperti diuraikan di atas harus benar-benar dicermati

pelaksanaannya. Implementasi restrukturisasi bukanlah suatu pekerjaan yang

sederhana. Dan meskipun terlihat bahwa tanggung jawab sebagian besar kegiatan

berada di tangan Pemerintah, kesuksesannya membutuhkan kerja keras dari

berbagai pihak. Disamping itu, hal ini tentu saja sangat tergantung dengan kondisi

perekonomian bangsa dalam beberapa tahun mendatang.

Implementasi seyogyanya dilakukan dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.

Setiap prasyarat/ kondisi yang harus ada serta aturan main yang jelas dalam semua

sendi operasi sektor ketenagalistrikan haruslah disiapkan secara matang agar

sistem Jawa-Bali dapat terhindar dari malapetaka sebagaimana terjadi pada sistem

di California di penghujung tahun 2000 setelah deregulasi yang dilakukan mereka

mulai tahun 1998.