Spec 2(Beton)

38
BETON A. UMUM 2.01. KETENTUAN UMUM Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton yaitu pada pekerjaan dermaga. Semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan beton mulai dari material, proses pembuatan serta cara pengujiannya harus mengikuti persyaratan-persyaratan dan standar yang terdapat dalam Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI 1971 NI-2 atau Pedoman Beton 1989 SKBI 1.4.53.1988, sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini. Apabila ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh PBI 1971 NI-2 atau PB 1989 SKBI - 1.4.53.1988, maka peraturan atau standard internasional yang umum dipakai bisa digunakan. Apabila terjadi kontradiksi, maka yang menentukan berturut- turut adalah faktor teknik dan kemudian biaya. Kontraktor diwajibkan menggunakan perusahaan jasa untuk quality control (q.c) dan quality assurance (q.a) yang telah berpengalaman, dan seluruh pembiayaan menjadi beban kontraktor. Perusahaan q.c dan q.a ini bertanggung jawab dan menyerahkan hasil penyelidikannya kepada Direksi Pengawas. Prosedur pelaporan dan hal-hal yang perlu dilaporkan harus disesuaikan dengan dokumen spesifikasi teknis ini. 2.02. PELAPORAN B - II - 1 B A B II

description

spesifikasi teknis pekerjaan beton

Transcript of Spec 2(Beton)

Page 1: Spec 2(Beton)

BETON

A. UMUM

2.01. KETENTUAN UMUM

Spesifikasi ini meliputi semua pekerjaan beton yaitu pada pekerjaan

dermaga.

Semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan beton mulai dari material,

proses pembuatan serta cara pengujiannya harus mengikuti

persyaratan-persyaratan dan standar yang terdapat dalam Peraturan

Beton Bertulang Indonesia PBI 1971 NI-2 atau Pedoman Beton 1989

SKBI 1.4.53.1988, sepanjang tidak diatur lain dalam spesifikasi ini.

Apabila ada hal-hal yang tidak terjangkau oleh PBI 1971 NI-2 atau PB

1989 SKBI - 1.4.53.1988, maka peraturan atau standard internasional

yang umum dipakai bisa digunakan.

Apabila terjadi kontradiksi, maka yang menentukan berturut-turut

adalah faktor teknik dan kemudian biaya.

Kontraktor diwajibkan menggunakan perusahaan jasa untuk quality

control (q.c) dan quality assurance (q.a) yang telah berpengalaman, dan

seluruh pembiayaan menjadi beban kontraktor.

Perusahaan q.c dan q.a ini bertanggung jawab dan menyerahkan hasil

penyelidikannya kepada Direksi Pengawas.

Prosedur pelaporan dan hal-hal yang perlu dilaporkan harus disesuaikan

dengan dokumen spesifikasi teknis ini.

2.02. PELAPORAN

Sebelum mulai melakukan pekerjaan beton, Kontraktor harus

mengajukan usulan rencana campuran (mix design) kepada Direksi

Pengawas/Ahli Teknik sebagai bahan pertimbangan dan persetujuan.

Laporan hasil-hasil pengujian juga harus diserahkan kepada Direksi

Pengawas/Ahli Teknik untuk dikaji ulang. Penyerahan laporan hasil

pengujian tersebut tidak membebaskan Kontraktor dari kewajibannya

untuk mengintrepretasikan hasil-hasil pengujian dan melakukan koreksi

serta penyesuaian terhadap konstruksi maupun rencana campurannya

(mix design).

B - II - 1

B A B II

Page 2: Spec 2(Beton)

Paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pekerjaan beton,

Kontraktor harus menyerahkan laporan mengenai sumber-sumber

material yang diusulkannya serta laporan atau sertifikat pengujian

kepada Direksi Pengawas untuk mendapat persetujuan.

Apabila diminta oleh Direksi Pengawas, Kontraktor harus menyerahkan

contoh material yang diusulkannya.

Paling lambat 6 (enam) minggu sesudah dimulainya pekerjaan,

Kontraktor harus menyerahkan draft usulan metode pengendalian mutu

beton kepada Direksi Pengawas/Ahli Teknik sebagai bahan diskusi dan

persetujuan. Laporan final metode pengendalian mutu tersebut harus

diserahkan paling lambat 2 (dua) minggu setelah mendapatkan

persetujuan. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas metode

yang diusulkan serta hasil-hasil pekerjaannya.

B. SEMEN

2.03. SUMBER BAHAN-BAHAN

Jenis semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam

pekerjaan ini adalah portland semen Type I dan admixture atau

Pozzolan Portland Cement (PPC) yang memenuhi ketentuan dan

syarat-syarat dalam

SII 0013-81.

2.04. JENIS SEMEN

Jenis semen yang mempunyai sifat cepat mengeras atau mempunyai

sifat ekstra cepat mengeras, juga yang mempunyai kadar calcium

chloride TIDAK BOLEH DIGUNAKAN.

2.05. SEMEN ALTERNATIF

Direksi Pengawas dapat mempertimbangkan usulan jenis semen yang

sama yang memenuhi Standar Nasional seperti tersebut dalam pasal 2.04

di atas atau jenis semen lain yang mempunyai karakteristik yang bisa

dipertimbangkan untuk dapat digunakan, setiap persetujuan untuk

Kontraktor yang mengajukan alternatif tidak akan ada TAMBAHAN biaya !

Setiap usulan yang mengacu pada pasal ini harus dilampiri dengan

spesifikasi lengkap termasuk cara-cara / pengujian, disampaikan kepada

Direksi Pengawas rangkap 3 (tiga).

B - II - 2

Page 3: Spec 2(Beton)

2.06. KANDUNGAN ALKALI

Jumlah kandungan Alkali (Na2O + 0.658 K2O) dari semen yang ditentukan

berdasarkan ASTM C150-94 tidak boleh melebihi 0.60% dari beratnya, kecuali

jika disetujui lain sesuai dengan persyaratan. Jika disetujui dengan

menggunakan semen yang mempunyai kandungan alkali melebihi batasan

maksimum ini, maka harus dipertimbangkan usulan agregat yang tidak

reaktif terhadap alkali ini. Kontraktor harus memberikan data pengujian yang

memuaskan kepada Direksi Pengawas/Ahli Teknik untuk menyakinkan bahwa

mutu beton yang diinginkan dapat tercapai.

2.07. SERTIFIKAT UJI DAN ANALISA SEMEN

Setiap semen yang didatangkan di lapangan harus disertai sertifikat dari

pabrik pembuat yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah

diadakan pengujian dan analisa, hasil uji serta analisa harus memenuhi

SII 0013-81 atau standard ASTM C150-94.

Kantong setiap semen yang sampai di lapangan harus dalam kondisi

baik dan utuh serta diberi tanda yang jelas dan secara detil dari tanda

itu disebutkan pada sertifikat uji.

2.08. PEMASOKAN

Direksi Pengawas harus selalu diberitahu tentang setiap kedatangan semen,

dan setiap kedatangan harus disertai sertifikat pabrik pembuat yang

disatukan dengan dokumen pengiriman yang mana menyatakan jumlah

semen yang datang, nama, serta alamat pabrik pembuat semen tersebut.

2.09. TEST SETELAH PEMASOKAN

Setiap semen yang didatangkan di lapangan dan atas pertimbangan

Direksi Pengawas, harus diambil contoh untuk diadakan pengujian dan

peng-analisaan mengacu kepada Standard Nasional SII 0013-81 atau

ASTM C 183-88.

Contoh semen secukupnya untuk bahan pengujian sesuai dengan

standard tidak kurang dari 5 kg harus disediakan dan dikerjakan atas

biaya Kontraktor.

2.10. PERSEDIAAN SEMEN

Untuk menjamin kelancaran serta kemajuan pelaksanaan,

kesinambungan (kontinuitas) persediaan semen di lapangan dari waktu

ke waktu harus tetap dijaga.

Tidak ada semen yang dipergunakan untuk pekerjaan tanpa persetujuan

dan memuaskan Direksi Pengawas /Ahli teknik.

B - II - 3

Page 4: Spec 2(Beton)

2.11. PENYIMPANAN SEMEN

Semen mungkin bisa dipasok dalam keadaan curah sehingga

memerlukan silo sebagai gudang semen curah.

Semen yang disimpan dalam silo harus terlindung dari hujan,

kelembaban dan embun. Seluruh lubang untuk bongkar muat pada silo

harus benar-benar terlindung. Perlengkapan aerasi dari silo harus

disediakan untuk mencegah dan menjaga kelembaban yang ada.

Bila semen tidak dalam bentuk curah, maka Kontraktor harus

menyediakan gudang tertutup dengan ventilasi sebaik-baiknya. Desain

gudang harus disetujui Direksi Pengawas dan harus memenuhi artikel

3.9 PBI 1971 NI-2.

Ukuran gudang harus dibuat cukup besar untuk menyimpan persediaan

yang menjamin kesinambungan (kontinuitas) pekerjaan.

Semen harus dilindungi sebaik-baiknya terhadap cuaca dan kelembaban

serta ditumpuk diatas alas yang betul-betul kedap air serta paling

sedikit 30 cm diatas tanah.

Tumpukan semen tidak diperkenankan melampaui ketinggian 2 meter.

Jenis semen lain harus disimpan secara terpisah.

Jenis semen yang serupa tetapi berbeda tanggal sampainya di lapangan,

agar ditumpuk sedemikian sehingga mudah dikenal dan dibedakan.

Semen-semen harus diatur sedemikian rupa sehingga semen-semen

yang datang terlebih dulu dalam gudang, bisa dipakai terlebih dulu.

2.12. PEMILAHAN JENIS SEMEN

Tidak diperkenankan mencampur berbagai-bagai type semen, atau

menambah campuran untuk mempercepat pengerasan dan sebagainya,

kecuali diijinkan oleh spesifikasi atau oleh Direksi Pengawas/Ahli Teknik.

2.13. PENOLAKAN SEMEN

Direksi Pengawas akan menolak semen yang setelah diadakan

pengujian di laboratorium lapangan ternyata tidak memenuhi syarat,

walaupun pabrik pembuat telah menyertakan sertifikat uji.

Direksi Pengawas juga berhak menolak semen yang telah rusak /

kadaluwarsa disebabkan karena cuaca, kurang terlindung atau sebab-

sebab lain.

B - II - 4

Page 5: Spec 2(Beton)

Semua semen yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari daerah /

lapangan kerja.

2.14. LAPORAN BULANAN

Kontraktor harus membuat laporan bulanan kepada Direksi Pengawas yaitu

pada tanggal sehubungan dengan tanggal penagihan/pembayaran,

mengenai jumlah semen yang diterima di lapangan dan pemakaian semen

pada bulan itu, serta sisa persediaan pada aklhir bulan itu.

C. AGREGAT

2.15. UMUM

Agregat halus dan kasar untuk semua mutu beton harus memenuhi

Standard Industri Indonesia SII-0052-80 atau harus memenuhi

ketentuan ASTM C33-93 “Standard Specification for Concrete

Aggregates”.

Agregat tersebut harus keras, kuat ,awet dan bersih tidak tercampur

bahan-bahan humus, karang, serpihan mika, bahan organik, alkali atau

bahan-bahan sampah dan lumpur yang dapat mempengaruhi kekuatan

dan keawetan dari beton, atau mempengaruhi tulangan beton.

Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% sedang

agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %

(ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur

adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,060 mm. Apabila

kadar lumpur lebih besar dari ketentuan yang diatas maka agregat

harus dicuci.

2.16. DERAJAT UKURAN BUTIR / GRADING

Untuk beton, agregat kasar harus memenuhi persyaratan derajad

ukuran butir (grading) sesuai dengan SKSNI S-04-1989 F yaitu 5

mm - 40 mm.

Derajad ukuran butir dari agregat halus harus memenuhi standard ASTM

C33-93, atau SKSNI S-04-1989-F, kecuali Direksi Pengawas menyetujui

derajad ukuran yang lain sebagai hasil dari test dan percobaan mutu

beton.

Perbedaan derajad ukuran butir (grading) antara agregat kasar mungkin

diijinkan setelah diadakan test dan percobaan campuran beton dan

disetujui Direksi Pengawas, tetapi untuk batu pecah halus

B - II - 5

Page 6: Spec 2(Beton)

dipersyaratkan untuk memenuhi derajad ukuran untuk mutu beton yang

ditetapkan.

2.17. PERSYARATAN PHISIK

Agregat halus dan kasar harus memenuhi ketentuan syarat phisik sesuai

dengan SII 0052-80 “ Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”, dan dalam hal

yang tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka aggregat juga harus

memenuhi ketentuan ASTM C33-93 “Standard Spesification for Concrete

Aggregates”.

Secara umum persyaratan fisik untuk aggregat adalah sebagai berikut :

(1) Berat dari bagian yang lemah dari agregat kasar bila diuji dengan

goresan batang tembaga tidak boleh melebihi 5%.

(2) Lempung (clay), silt dan kadar debu (yang lebih halus dari saringan

0,060 mm), harus tidak melebihi batas-batas berikut :

agregat kasar ...........................1 % dari berat

pasir alam .................................2 % dari berat

batu pecah halus ......................3 % dari berat

(3) Agregat kasar yang mengandung butir pipih dan panjang hanya

dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir yang pipih dan panjang

tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya.

(4) Agregat halus dan kasar harus bersifat kekal (sesuai SKSNI S-04-

1989 F),

Untuk agregat halus :

Jika diuji dengan larutan Natrium sulfat, bagian yang hancur

maksimum 10%.

Jika diuji dengan larutan Magnesium sulfat, bagian yang hancur

maksimum 15%.

Untuk agregat kasar :

Jika diuji dengan larutan Natrium sulfat, bagian yang hancur

maksimum 12%.

Jika diuji dengan larutan Magnesium sulfat, bagian yang hancur

maksimum 18%.

(5) Kekerasan dari agregat kasar dan halus harus sesuai dengan SII

0052-80, SK SNI-04-1989 F atau ASTM C 131.

B - II - 6

Page 7: Spec 2(Beton)

(6) Kekerasan agregat kasar bila diuji dengan bejana geser Los Angelos

harus memenuhi tabel 1 Bab II judul No. 6 SKSNI-S-04-1989 F.

(7) Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak

beton, seperti zat organik dan zat-zat yang reaktif terhadap alkali,

maupun alkali reaktif.

(8) Agregat halus harus bebas dari bahan organik dan bahan yang

merusak beton, sesuai standard SKSNI S-04-1989-F.

(9) Kepadatan dan ruang kosong dari agregat harus ditentukan di

lapangan, sesuai standard ASTM C29/C29 M.

2.18. AGREGAT HALUS UNTUK ADUKAN SPESI DAN GROUT SEMEN

Agregat halus untuk adukan spesi dan grout harus memenuhi dalam segala

hal sesuai yang dipersyaratkan oleh standard ASTM C 937-80 (1991) atau

SKSNI-04-1989 F ayat 2.1.

2.19. PERSYARATAN KIMIAWI

Kandungan zat-zat yang berbahaya untuk agregat halus dan kasar

harus sesuai dengan Standard ASTM C 33-93 atau SKSNI S-04-1989 F.

Reaksi agregat dengan alkali harus negatif.

Batas pengaruh (contamination) chloride dan sulphate harus memenuhi

persyaratan berikut :

(1) Jumlah berat chloride dalam agregat halus tidak lebih dari 0.06%

(2) Jumlah berat chloride dalam agregat kasar tidak lebih dari 0.03%

(3) Untuk beton dipersyaratkan tidak boleh mengandung Cl lebih dari

0.3% jumlah berat standard.

(4) Dalam agregat halus dan kasar kandungan sulphat tidak lebih dari

0.5% jumlah berat SO3.

(5) Untuk beton dipersyaratkan kandungan sulphat tidak lebih dari

0.4% jumlah berat semen.

Bahan-bahan yang bisa merusakkan

(1) Jumlah bahan-bahan yang merusakkan dalam agregat halus harus

tidak melebihi batas-batas yang ditentukan sesuai dengan standar

ASTM C33-93.

(2) Bahan organik yang kotor :

- Agregat halus harus bebas dari sejumlah bahan organik yang

merusakkan, kecuali disini dijelaskan bahwa agregat yang diuji

untuk bahan organik yang kotor dan menghasilkan warna lebih

gelap dari pada standard harus ditolak.

B - II - 7

Page 8: Spec 2(Beton)

- Agregat halus yang gagal dalam pengujian bisa dipakai, bila

perobahan warna itu dikarenakan oleh adanya sejumlah kecil

dari coal, lignit atau partikel-partikel serupa yang mempunyai

ciri-ciri tersendiri.

- Agregat halus yang gagal dalam pengujian bisa dipakai, tapi bila

pengujian untuk pengaruh dari bahan-bahan organik yang kotor

pada kekuatan adukan, maka kekuatan relatif pada umur 7

(tujuh) hari di-hitung menurut Methode Pengujian C87, tidak

kurang dari 95%.

(3) Agregat halus yang digunakan untuk beton yang akan dibasahi,

atau bersinggungan dengan tanah lembab harus tidak

mengandung bahan-bahan yang reaktif dengan alkali dalam

semen dengan jumlah yang cukup untuk menyebabkan kerusakan

yang lebih luas dalam adukan atau beton, kecuali bahwa bila

bahan-bahan itu berada dalam jumlah yang merugikan, agregat

halus mungkin bisa digunakan dengan semen yang mengandung

alkali kurang dari 0.60%, dihitung sebagai sodium oxide

equivalent

(Na2O + 0.658 K2O) atau dengan tambahan bahan yang bisa

menahan kerusakan yang meluas, dikarenakan reaksi dari

agregat-alkali.

2.20. CONTOH DAN TEST

(1) Agregat yang akan digunakan untuk beton tidak boleh mengandung

alkali atau unsur lain yang mempunyai sifat-sifat reaktif bila

berhubungan dengan ion-ion alkali dari sumber apapun.

Untuk maksud dan tujuan ini, agregat harus sesuai dengan Standard

ASTM C 33-93 atau SKSNI S-04-1989 F.

(2) Agregat yang akan digunakan untuk campuran yang tidak memenuhi

persyaratan di ayat (1) atau yang tidak dapat diterima dalam kaitannya

dengan ayat (1) harus diadakan analisa petrography menurut standard

ASTM C295-90 dan kemudian diadakan pengujian dengan cara kimiawi

seperti yang disyaratkan dengan ASTM C289-94 .

(3) Enam (6) buah contoh acak dari agregat, dimana masing-masing

berberat 25 kg, diambil dari tempat persediaan material agregat yang

berjumlah 100 ton.

Contoh akan dikombinasikan dan dibagi empat untuk menghasilkan

contoh berberat 25 kg, yang akan dikirimkan ke laboratorium untuk

bahan pengujian.

B - II - 8

Page 9: Spec 2(Beton)

Laboratorium harus memperoleh contoh bahan tersebut untuk analisa

petrographi dan kimiawi dan membuat perbandingan untuk test

MORTAR BAR.

(4) Sebagai alternatif, agregat yang dinyatakan tidak berbahaya untuk

dipakai, setelah hasil uji sesuai dengan Standard ASTM C 289-94, bisa

diterima.

(5) Agregat yang semula diterima sesuai dengan ayat (3), kemudian

diadakan pengujian dengan cara MORTAR BAR.

Pembuatan contoh harus seperti diuraikan dalam ayat (3), yaitu enam

(6) buah MORTAR BAR yang akan diuji sesuai dengan standard ASTM

C227-90.

Agregat akan diterima, bila rata-rata pengembangan dari 6 (enam) buah

MORTAR BAR tidak melebihi 1% setelah disimpan selama 26 minggu

sesuai dengan standard test C 227-90.

Direksi Pengawas mengijinkan penggunaan agregat itu, setelah MORTAR

BAR tersebut disimpan selama 13 minggu, dan pengembangan MORTAR

BAR setelah 26 minggu tidak lebih dari 1% seperti yang dipersyaratkan,

tetapi hal ini harus dipastikan dengan pengukuran MORTAR BAR setelah

disimpan selama 26 minggu.

(6) Test yang diuraikan pada ayat tersebut diatas harus dilaksanakan di

laboratorium resmi yang disetujui dan atas biaya Kontraktor.

(7) Direksi Pengawas dapat minta pengulangan dari test setiap waktu,

untuk memastikan hal tersebut benar-benar telah memenuhi ayat (1)

2.21. PENCUCIAN AGREGAT

Setiap agregat yang kotor harus dibersihkan dengan mencuci secara mekanis

dalam air yang bersih oleh Kontraktor untuk menghilangkan lempung, debu,

lumpur dan sebagainya.

2.22. PENYERAHAN CONTOH AGREGAT

Segera setelah kontrak dan pelaksanaan pekerjaan dimulai, maka

sebelum memulai dengan pekerjaan pembetonan, Kontraktor harus

menyerahkan kepada Direksi Pengawas contoh-contoh agregat yang

diusulkan akan dipakai dalam pekerjaan untuk bahan test.

Direksi Pengawas akan mengadakan pemeriksaan ke tempat / sumber

dari agregat yang diusulkan, dan harus puas dengan melihat cara-cara

B - II - 9

Page 10: Spec 2(Beton)

kerja, cara-cara pencucian agregat, yang akan menghasilkan agregat

yang memenuhi persyaratan.

Sebelum ada persetujuan dari Direksi Pengawas terhadap agregat yang

akan didatangkan di lapangan, Kontraktor tidak dibenarkan

mendatangkan bahan agregat tersebut.

2.23. PENOLAKAN AGREGAT

Direksi Pengawas berhak setiap waktu menolak agregat yang tidak

memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan.

Kontraktor berhak atas biaya sendiri untuk membuktikan dengan meng-

adakan test-test dari contoh agregat tersebut, tetapi bila setelah itu

agregat tetap ditolak maka agregat harus segera dikeluarkan dari

daerah/lapangan kerja oleh Kontraktor, walaupun mungkin telah

diberikan persetujuan se-belumnya berdasarkan persyaratan.

2.24. PERBANDINGAN AGREGAT

Agregat halus dan agregat kasar, masing-masing harus diadakan

pengukuran dalam suatu perbandingan sesuai dengan masing-masing

mutu beton yang di-persyaratkan / mix desain yang dipakai.

Derajad ukuran masing-masing dan derajad ukuran campuran harus

atas persetujuan Direksi Pengawas.

2.25. PENUMPUKAN AGREGAT

Kontraktor secara terus-menerus harus melihat dan mengamati tempat

penumpukan agregat, jumlah setiap jenis dan ukuran dari agregat,

apakah masih mencukupi atau kurang untuk menjamin kelangsungan

dan kelancaran pekerjaan.

Setiap jenis dan derajad butiran dari agregat harus ditumpuk dalam

kotak-kotak berlantai beton cor atau dari bahan lain yang cukup

kemiringannya untuk mengalirkan genangan air.

Agregat basah yang tiba di lapangan harus ditumpuk dan dibiarkan

selama 24 jam, untuk meyakinkan apakah agregat tersebut cukup

kering untuk dapat digunakan sebagai bahan beton.

B - II - 10

Page 11: Spec 2(Beton)

Selama cuaca hujan terus-menerus, kotak-kotak tumpukan agregat

harus ditutup dengan kain terpal atau bahan penutup lain yang disetujui

Direksi Pengawas.

Agregat kasar dan halus harus ditimbun pada tempat-tempat terpisah

sesuai artikel 3.9. PBI 1971 NI - 2 agar memudahkan pelaksanaan

pengawasan oleh Direksi.

D. AIR

2.26. PERSYARATAN MUTU AIR

Air yang dipakai untuk pekerjaan beton harus memenuhi

ketentuan yang ada pada SKSNI S-04-1989 F

Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh

mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan organis

atau bahan-bahan yang bisa merusak beton dan / atau baja tulangan.

Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum,

kecuali air yang berasal dari PDAM, maka sebelum dipakai untuk

pekerjaan beton air harus diperiksa atau diuji apakah sesuai atau tidak

dengan ketentuan yang ditetapkan pada SKSNI S-04-1989 F.

Bila terdapat keragu-raguan mengenai air, disarankan untuk

memeriksakan air tersebut ke laboratorium pemeriksaan air bersih (air

minum), untuk mengetahui sampai berapa jauh kandungan air tersebut

terhadap bahan-bahan atau zat-zat yang merusak beton dan / atau baja

tulangan.

Apabila pada pemeriksaan contoh air seperti disarankan di atas

tidak dapat dilaksanakan, maka dalam hal adanya keragu-raguan

mengenai air harus diadakan percobaan perbandingan antara kekuatan

tekan mortar semen + pasir dengan memakai air itu dan dengan

memakai air suling. Air tersebut dapat dianggap dipakai, bila kekuatan

tekan mortar dengan memakai air itu pada umur 7 dan 28 hari minimal

adalah 90 % dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air suling

pada umur yang sama, sesuai dengan ketentuan SKSNI S-04-1989 F.

Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton

ditentukan dengan ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya

terutama untuk beton dengan nilai f’c > 20 Mpa, sesuai dengan SKSNI

S-04-1989 F .

B - II - 11

Page 12: Spec 2(Beton)

E. MUTU BETON

2.27. MUTU BETON

Mutu dan kelas beton yang dipakai dalam pekerjaan ini harus memenuhi

standard PBI 1971 NI-2, SK SNI T-15-1991-03, SNI 03-2847-2002 atau

memenuhi ASTM.

Mutu dan kelas beton yang mengacu pada PBI 1971 NI-2 adalah mutu K

350.

Kekuatan karakteristik beton 350 kg/cm2 dengan pemakaian PC

minimum 400 Kg untuk tiap 1 m3 beton, faktor air semen maksimum

0,45 dan slump beton maksimum 7 cm, untuk ini pemborong harus

membuat mixed design dengan persetujuan.

Sebelum pelaksanaan pembetonan, pemborong terlebih dahulu harus

mengadakan percobaan campuran (Mixed Design) untuk membuat mutu

karakteristik beton seperti yang disyaratkan dan untuk mengetahui

komposisi campuran beton (pasir, semen dan batu pecah).

Dalam menentukan atau untuk mendapatkan mutu beton sesuai dengan

karakteristik yang sudah ditentukan, harus dilakukan dengan

menggunakan ukuran yang sudah tertentu, baik untuk material

betonnya maupun ukuran penggunaan air (ember tertentu) yang mana

ukuran tersebut nantinya akan digunaka selama pelaksanaan konstruksi

percobaan ini dilakukan sampai mendapatkan mutu beton yang sesuai

dengan karakteristik yang sudah ditentukan yaitu K > K Syarat (K =

350)

Pekerjaan konstruksi pengecoran/beton boleh dilaksanakan, tetapi kalau

K < K syarat (K = 350), maka percobaan ini harus terus dilakukan

dengan komposisi lain, sampai mendapatkan mutu beton sesuai dengan

yang disyaratkan. Bilamana kekuatan karakteristik telah dicapai dengan

komposisi agregrat tersebut diatas dan telah disetujui oleh Direksi harus

digunakan dalam pemakaian selanjutnya.

Segala perubahan dalam masa pelaksanaan terhadap campuran

agregat yang telah disetujui harus mendapat persetujuan Direksi.

Campuran beton kedap air harus sedemikian rupa agar kedap air dapat

dicapai tanpa mengandalkan material lain.

Beton kedap air tersebut harus dapat dibuktikan sesuai dengan

persyaratan yang ada pada SK SNI S - 36 - 1990 - 03, untuk air agresif

kuat.

B - II - 12

Page 13: Spec 2(Beton)

Pembuatan campuran beton dengan mutu dan kelas tersebut harus

dibawah pengawasan yang ketat dari Kontraktor. Maksud pengawasan

ketat adalah terhadap mutu dan jenis agregat halus dan kasar serta

terhadap agregat campuran.

Rencana campuran (mix design) dan hasil dari pengujian kubus di

laboratorium untuk 7 hari dan 28 hari harus dilaporkan kepada Direksi

Pengawas jauh sebelum setiap kali akan diadakan pekerjaan

pengecoran.

2.28. PERCOBAAN PENDAHULUAN

Setidak-tidaknya 42 hari sebelum memulai pengecoran beton,

Kontraktor harus mengusulkan kepada Direksi Pengawas desain

campuran serta faktor air semen dan harus membuat percobaan

pendahuluan campuran meng-gunakan contoh agregat dan jenis semen

yang disetujui.

Bila mungkin tempat mencampur beton dan alat transportnya bisa

dicoba untuk membuat campuran beton dan untuk mengangkut ke

suatu jarak tertentu.

Alat pengaduk beton yang dipakai harus bersih, dan sisa-sisa adukan

beton harus dibuang jauh-jauh.

Kelecakan (workability) dari setiap campuran harus ditentukan pada

mesin pencampur dan setelah diangkut sampai pada jarak yang

representatif.

Kontraktor harus melakukan pemeriksaan mutu beton pada

laboratorium yang telah disetujui oleh Direksi Pengawas, dan

menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk pembuatan

contoh benda uji, serta pembuatannya harus dilakukan oleh petugas-

petugas yang terlatih.

Kriteria penerimaan mutu beton harus sesuai dengan PBI 1971 NI - 2.

Kubus berukuran sisi-sisinya 150 mm harus dibuat dan diadakan

pengujian terhadap kelas dan mutu beton sebagai berikut :

a) 6 (enam) buah kubus dibuat dari contoh beton yang diambil dari

tiga kali adukan masing-masing berturut-turut (3 set benda uji atau

sama dengan 18 benda uji).

b) Dari setiap set yang terdiri dari 6 (enam) buah kubus, 3 (tiga) buah

akan diuji pada umur 7 hari dan 3 (tiga) buah lagi pada umur 28

hari.

B - II - 13

Page 14: Spec 2(Beton)

Tekanan hancur rata-rata dari setiap set kubus tersebut minimal

harus melampaui 35% tekanan hancur untuk masing-masing mutu

beton. Semua kubus yang dibuat, dirawat, disimpan dan dibawa

ketempat pengujian sesuai dengan ketentuan yang ada pada PBI

1971 N.I-2 .

Perbandingan dari agregat halus , kasar dan semen untuk beton harus

sedemikian, sehingga menghasilkan kekuatan yang diinginkan dengan

kepadatan setinggi mungkin secara konsisten dan kelecakan yang

cukup (workability).

Segera setelah pengujian pendahuluan tersebut selesai dan

memuaskan, Kontraktor harus menyerahkan laporan secara detil kepada

Direksi Pengawas mengenai percobaan campuran tersebut dan cara

pengujiannya.

Sebelum memulai pada setiap pembetonan, Kontraktor harus

menyerah-kan kepada Direksi Pengawas untuk persetujuannya secara

terperinci, ter-masuk jenis agregat dan derajad butirannya serta

perkiraan kekuatan rata-rata, dari setiap campuran yang diusulkan /

untuk pekerjaan. Semua perincian tersebut harus berdasarkan hasil dari

pengujian pendahuluan.

Bila desain campuran tersebut disetujui, maka perbandingannya tidak

akan berubah, sumber dari semen dan agregat dalam hal jenis, ukuran

dan zona derajad butiran dari agregat, yang lain tanpa persetujuan

Direksi Pengawas harus bergantung pada hasil yang memuaskan dari

pengujian selanjutnya sesuai dengan persyaratan diatas.

Percobaan pendahuluan juga harus dilakukan setiapkali akan

diadakannya perubahan-perubahan dalam jenis dari bahan-bahan atau

dalam perbandingannya di dalam campuran.

2.29. BAHAN CAMPURAN TAMBAHAN (ADMIXTURES)

Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan

untuk memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, jumlah bahan

yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan campuran tambahan

tersebut harus disetujui terlebih dulu oleh Direksi Pengawas.

Manfaat bahan campuran tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil

pengujian dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang sama

dengan jenis semen dan agregat yang akan dipakai dalam pelaksanaan

pekerjaan beton yang sesungguhnya (permanen).

B - II - 14

Page 15: Spec 2(Beton)

Kalsium Chlorida atau bahan campuran tambahan yang mengandung

chlorida tidak boleh dipakai.

Fly ash atau pozolan lainnya yang dipakai sebagai bahan campuran

tambahan harus memenuhi standard ASTM C618-94a : “Specification for

Fly ash and Raw or Calcined Natural Pozzolan for use as Mineral

Admixtures in Portland Cement Concrete” atau memenuhi standard

SKSNI S 15-1990 F.

Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah

air pencampur atau untuk menambah workability beton dapat

digunakan sepanjang memenuhi standar ASTM C494 - 92 “ Standard

Specification for chemical Admixtures for concrete” atau memenuhi

standard umum Bahan Bangunan Indonesia.

2.30. KELECAKAN (WORKABILLITY)

Beton dibuat cukup kelecakan (workability) dan konsistensinya,

sehingga memungkinkan pengerjaan beton (pengecoran, percobaan,

pemadatannya) secara mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan

serta sudut-sudut acuan, sehingga tanpa menimbulkan kemungkinan

segregasi agregat dan terpisahnya air secara berlebihan.

Faktor air semen sejauh mungkin minimum, karena hal ini berhubungan

dengan pekerjaan pemadatannya dengan alat yang dipersyaratkan.

Bila jenis, derajad butiran dan perbandingan agregat dalam campuran

telah disetujui, percobaan-percobaan harus dilakukan untuk faktor air

semen minimal dan Kontraktor akan terikat oleh hal itu.

Faktor kepadatan akan ditentukan sesuai dengan standar BS 1881. Bila

nilai optimal telah ditentukan dan Direksi Pengawas telah menyetujui

campuran tersebut untuk dapat dipakai, maka nilai harus dipertahankan

dalam batas toleransi + 0.03.

Selain itu pengujian slump sesuai dengan standar PBI 1971 NI-2 akan

dipakai bila rata-rata slump dari beton itu sedemikian ditentukan adalah

sama atau lebih besar dari yang tertera dalam Tabel 2.1.

Dalam hal ini slump harus dipertahankan dalam batas toleransi 25

mm dari optimal yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Apabila Kontraktor berkeinginan merubah dengan jenis agregat lain dan

perobahan itu telah disetujui Direksi Pengawas, maka prosedur tersebut

di atas untuk menentukan minimum faktor air semen harus diulangi.

2.31. PENGUKURAN BAHAN-BAHAN BETON

B - II - 15

Page 16: Spec 2(Beton)

Sesuai dengan SKSNI T-15 - 1991 - 03 pada saat pencampuran bahan-

bahan beton, harus diadakan pengukuran berat masing-masing (SKSNI

T-15-1991-03), dengan peralatan untuk mencampur yang telah

disetujui, yang dapat mengukur berat semen secara teliti sampai + 1%

dan berat agregat secara teliti sampai + 2% .

Ketelitian itu justru dibuat untuk berat air yang dikandung di agregat,

sehingga jumlah sebenarnya yang ditambahkan pada adukan bila perlu

disesuaikan.

Bila semen tersedia dalam kantong-kantong, pencampuran untuk

berbagai-bagai mutu dan kelas dari beton, spesi / adukan atau grout,

harus dibuat perbandingan sedemikian untuk menghindari perlunya

membagi isi dari kantong.

2.32. ALAT PENCAMPUR BETON

Alat pencampur beton harus sesuai dengan jenis dan kapasitasnya,

serta desainnya harus sesuai dengan tujuan yang bersangkutan.

Peralatan ini harus dilengkapi dengan alat pendingin air dan harus

mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas.

Beton harus diaduk dalam alat pengaduk beton (concrete mixer), jenis

dan kapasitasnya harus disetujui Direksi Pengawas dan harus sesuai

dengan ketentuan pada PBI 1971 NI-2 atau SKBI 1.4.53.1988.

Semua alat pengaduk beton harus mengacu kepada manual pabrik

pembuat dan waktu pengadukan (setelah semua bahan-bahan beton di-

dalam mixer) adalah minimal 1.5 menit sesuai dengan ketentuan pada

PBI 1971 NI-2 atau SKBI 1.4.53.1988.

Waktu pengadukan harus ditambah jika tidak didapatkan hasil adukan

yang merata dan warna yang seragam.

Pengadukan yang berlebih-lebihan dan membutuhkan penambahan air

untuk mendapatkan konsisten beton yang dikehendaki, tidak

diperbolehkan.

Beton tidak boleh dicampur atau diaduk hanya dengan tangan (Hand

Mixing).

2.33. PROSEDUR PENGUJIAN KUBUS UJI

Contoh beton untuk bahan pengujian harus diambil dan dibuat serta

diuji atas petunjuk Direksi Pengawas / Ahli Teknik.

Jumlah benda uji yang diambil pada setiap pengecoran pada prinsipnya

harus sesuai dengan ketentuan PBI 1971 Pasal 4.7 atau bila ditentukan

lain oleh Direksi Pengawas/Ahli Teknik.

B - II - 16

Page 17: Spec 2(Beton)

Jika volume pembetonan < 60 m3 maka ketentuan yang berlaku sesuai

pada PBI 1971 NI-2 pasal 4.7.

Direksi Pengawas akan memvariasi jumlah kubus untuk setiap kelas dan

mutu beton, bila diperlukan diadakan pengujian tambahan .

Kubus-kubus beton harus dicuring oleh Kontraktor dan kemudian

diangkut ke laboratorium untuk dilaksanakan pengujian.

Agar dalam waktu yang singkat sudah ada gambaran tentang mutu dari

beton dalam pelaksanaan, maka disarankan untuk membuat 4 (empat)

kubus diuji untuk diuji pada umur 3 (tiga) hari dan 4 (empat) kubus

untuk diuji pada umur 7 (tujuh) hari dan (dua puluh) kubus lainnya diuji

setelah berumur 28 hari. Hasil pemeriksaan benda uji ini dengan

mengacu pada pasal 4.1 ayat 4 PBI 1971 NI-2, dapat dijadikan dasar

untuk mempertimbangkan apakah perlu diadakan perubahan dalam

campuran beton dan/atau cara pelaksanaan. Sebagai penilaian yang

menentukan bagi mutu beton tetap harus diambil berdasarkan

pemeriksaan benda-benda uji pada umur 28 hari.

Kubus beton tersebut harus diberi tanda dengan nomor kontrak khusus

pekerjaan bersangkutan, nomor seri dan tanggal pengecoran.

Prosedur pengujian dari kubus beton tersebut harus mengikuti

ketentuan yang ada pada PBI 1971 NI-2.

Hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada PBI

1971 NI-2 Bab 4.

2.34. PENERIMAAN HASIL PENGUJIAN KUBUS BETON

Penerimaan hasil pengujian kubus beton mengikuti ketentuan yang ada

pada PBI-1971 NI-2 sebagai berikut :

1. Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan

benda uji berturut-turut terjadi kurang dari ‘bk.

2. Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda

uji berturut-turut terjadi kurang dari (‘bk + 0.82 Sr), Sr adalah

deviasi standard rencana beton sesuai pasal 4.5 ayat 3, PBI 1971

NI-2.

3. Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil

pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari

4.3 Sr.

4. Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-turut

harus memenuhi pasal 4.5 PBI 1971 NI-2.

Kontraktor diminta untuk menyerahkan hasil rekaman pekerjaan beton

yang pernah dilaksanakan untuk proyek-proyek sebelumnya minimal 3

B - II - 17

Page 18: Spec 2(Beton)

(tiga) proyek yang meliputi besarnya Sr (Standard Deviasi) yang bisa

dicapai oleh tim pelaksana di lapangan, sebagai kontrol dari kualitas

pekerjaannya.

2.35. PENGUJIAN CONTOH BETON DARI PEKERJAAN BETON YANG SUDAH

MENGERAS

Dalam hal dimana kualitas pekerjaan beton dianggap mencurigakan

oleh Direksi Pengawas, dimana hasil uji kubus beton seperti disyaratkan

di pasal 2.33 belum dapat memuaskan sesuai dengan pasal 2.34, maka

apabila pengecoran beton belum selesai, pengecoran harus segera

dihentikan dan dalam waktu singkat harus diadakan percobaan non

destruktif pada bagian konstitusi yang kekuatan betonnya meragukan

itu untuk memeriksa kekuatan beton yang benar-benar terjadi.

Untuk itu Direksi Pengawas dapat memerintahkan pengujian mutu

dengan palu beton atau dengan pengambilan spesimen bor inti (core

drilled) berbentuk silinder dengan diameter nominal 150 mm dan tinggi

disarankan 300 mm yang diambil (dibor) dari bagian konstruksi yang

meragukan itu. Metode pengambilan dan pengujian spesimen bor inti

tersebut mengacu pada ASTM C42 “ Method of Obtaining and Testing

Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete”. Dalam hal ini harus

diambil minimum 3 (tiga) buah spesimen bor inti pada bagian konstruksi

yang mutunya meragukan itu.

Alat-alat tes palu beton serta pemotong beton dan cara untuk

mengerjakannya harus disediakan oleh Kontraktor, agar Direksi

Pengawas dapat terlebih dulu memeriksa sebelum pengujian, dan

semua peralatan dan pengujian yang diperlukan harus mengikuti

ketentuan yang ada pada PBI 1971 NI-2, ASTM C42 atau standar lain

yang relevan.

Apabila dalam masa layannya bagian beton dalam struktur tersebut

akan selalu kering, maka spesimen inti yang didapatkan harus dikering

udarakan (temperatur antara 15° C hingga 30° C, kelembaban relatif

kurang dari 60%) selama 7 (tujuh) hari sebelum diuji tekan dan harus

diuji dalam keadaan kering. Bila bagian beton tersebut ternyata pada

masa layannya lebih dari sekedar basah permukaan saja, maka

spesimen bor inti tersebut harus direndam di dalam air minimal selama

40 jam dan kemudian diuji dalam keadaan basah.

Beton yang diwakili oleh hasil uji bor inti harus dianggap secara

struktural cukup bila rata-rata kuat tekan dari ketiga spesimen bor inti

tersebut paling kurang sama dengan 85% dari f’c (kuat tekan silinder)

B - II - 18

Page 19: Spec 2(Beton)

seperti yang disyaratkan pada pasal 2.27 dan tidak satupun dari

spesimen bor inti tersebut mempunyai kekuatan tekan kurang dari 75%

f’c. Untuk memeriksa akurasi dari hasil pengujian bor inti, lokasi yang

diwakili oleh kuat tekan spesimen bor inti yang tidak menentu (eratik)

boleh diuji ulang.

Bila kekuatan spesimen silinder yang diambil dari pekerjaan beton yang

sudah mengeras tersebut kurang dari kekuatan beton minimum yang

dipersyaratkan pada PBI 1971 NI-2 pasal 4.8, atau bila menurut

pendapat Direksi Pengawas beton tersebut gagal memenuhi

persyaratan yang ditentukan dan beton pada bagian pekerjaan yang

diambil contohnya itu dianggap tidak memenuhi spesifikasi, maka dapat

diperintahkan pada Kontraktor untuk mengadakan percobaan

pembebanan langsung sesuai dengan ketentuan yang ada pada Bab 21.

PBI 1972-NI-2, dengan semua biaya ditanggung oleh Kontraktor.

Hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada PBI

1971 NI-2 Bab 4, SKBI-1.4.53.1988 atau peraturan lain yang relevan.

2.36. GAGAL MEMENUHI PERSYARATAN YANG DITENTUKAN

Bila persyaratan yang ditentukan belum dapat dipenuhi, Kontraktor

harus segera memperbaikinya seperti yang diperintahkan Direksi

Pengawas. Sebelum melanjutkan pekerjaan pembetonan, Kontraktor

harus minta persetujuan Direksi Pengawas mengenai rincian dari

kegiatan yang diusulkan untuk meyakinkan bahwa beton yang akan

dicor untuk pekerjaan itu telah sesuai dengan spesifikasi.

2.37. CATATAN / REKAMAN

Rekaman semua pekerjaan pembetonan tentang mutu dan kelas beton

dari semua hasil pengujian kubus beton, inti atau spesimen yang

diambil dari pekerjaan beton yang sudah mengeras, harus disimpan

baik-baik oleh Kontraktor.

Salinan (copy) dari rekaman tersebut harus disampaikan kepada Direksi

Pengawas.

2.38. SPESI / ADUKAN DAN SPESI SEMEN (CEMENT GROUT)

Adukan dan spesi semen (cement grout) harus dari susunan semen

portland type I dan pasir yang disetujui dan harus dicampur dalam

perbandingan berdasarkan contoh bahwa 50 kg semen dan 0.07 m3

pasir memberikan perbandingan 1 semen : 2 pasir.

B - II - 19

Page 20: Spec 2(Beton)

Jumlah air yang digunakan dalam campuran harus disetujui Direksi

Pengawas dan harus seminimal mungkin untuk maksud tersebut.

Spesi semen (cement grout) harus dicampur sedemikian sehingga

berbentuk koloid dalam jenis alat pencampur koloidal.

2.39. PERALATAN BETON YANG SIAP DI LAPANGAN

Pada waktu pelaksanaan pekerjaan beton yang terus-menerus,

Kontraktor harus selalu mengusahakan kesiapan peralatan beton di

lapangan, seandainya terjadi kerusakan/kemacetan dalam alat

pencampur beton, pengangkutan, pengecoran dan pemadatan beton,

maka Kontraktor karus menyiapkan penggantinya dan harus dapat

segera dioperasikan agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan.

F. BETON SIAP PAKAI

(READY MIXED CONCRETE)

2.40. BAHAN - BAHAN HARUS SESUAI

Pemakaian beton siap pakai (Ready mixed concrete) seperti yang

ditentukan dalam standard ASTM C94-94, penggunaannya harus

dengan persetujuan Direksi Pengawas dan harus sesuai dengan

persyaratan yang tercantum dalam spesifikasi tersebut.

2.41. PENGANGKUTAN

Beton harus diangkut dalam suatu truk alat pengaduk beton (mixer

truck). Bila menggunakan truck mixers, maka mixers tersebut harus

terus-menerus berputar. Kecuali Direksi Pengawas menyetujui lain maka

truk pengangkut adukan, mengaduk dan mengecor dari alat itu harus

sesuai dengan persyaratan standard ASTM C94-94 dan pengadukan

harus terus-menerus dengan kecepatan perputarannya mengacu pada

standard ASTM C94-94.

2.42. PEMBERIAN AIR DI LAPANGAN

Bila digunakan truk adukan beton, air harus diukur dan dituangkan di

lapangan dibawah pengawasan.

Pemberian tambahan air dilarang pada beton yang sudah diaduk dan

siap untuk dicor.

B - II - 20

Page 21: Spec 2(Beton)

G. PENGANGKUTAN DAN PENGECORAN

2.43. PERSIAPAN PEMBETONAN

Sebelum pekerjaan pembetonan dimulai, baja tulangan dan cetakan

beton harus dibersihkan dari kotoran termasuk sisa-sisa beton dari

pengecoran sebelumnya, (baja tulangan baru yang telah berkarat harus

dibersihkan dengan cara Sand Blasting)

Semua cetakan beton, penguat cetakan, as-as kelurusan dan

sebagainya harus diperiksa dan diteliti, ruangan dimana beton akan

dicor harus sebersih-bersihnya.

Lobang-lobang antara sambungan cetakan atau disudut-sudut cetakan

harus ditutup dengan material yang disetujui Direksi Pengawas.

Bagian dalam cetakan harus dilapisi dengan bahan yang disetujui untuk

menghindari pelekatan beton pada dinding cetakan dan dijaga agar

bahan lapisan itu tidak menempel pada baja tulangan.

Lagi pula dimana perlu untuk mencegah terhisapnya air dari beton,

maka cetakan harus dibasahi seluruhnya, sebelum pekerjaan

pembetonan dimulai dan air yang berlebihan dicetakan itu harus

dikeluarkan.

Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang

ada pada PBI 1971 NI-2 Bab 5.

2.44. MULAI PEKERJAAN PEMBETONAN

Tidak ada pekerjaan pembetonan yang dapat dimulai sebelum

persiapan serta ijin untuk itu disetujui oleh Direksi Pengawas.

Pemberitahuan yang cukup jelas kepada Direksi Pengawas, bahwa suatu

bagian pekerjaan sudah dapat dicor, sehingga dengan demikian

Pengawas dapat hadir dan mengadakan pengujian, memeriksa, meneliti

dan sebagainya yang mungkin sangat diperlukan.

Paling lambat 12 jam setelah ada persetujuan dari Direksi Pengawas

pekerjaan pembetonan harus segera dimulai untuk menghindari proses

terjadinya karat pada tulangan. Apabila tulangan telah berkarat maka

sebelum dilakukan pengecoran harus dibersihkan terlebih dahulu dari

karat tersebut dengan sistem sand blasting.

Pengecoran hanya boleh dilakukan jika Direksi Pengawas atau wakilnya

yang ditunjuk ada ditempat pekerjaan.

2.45. PENGANGKUTAN BETON

B - II - 21

Page 22: Spec 2(Beton)

Segera bila tidak ada suatu hal maka paling lama 2 jam setelah mulai

pengadukan, beton harus sudah dituang dari alat pengaduk ketempat

pekerjaan dengan suatu alat yang dapat melindungi dari pengaruh

kontaminasi, segregasi atau hilangnya bahan-bahan utama dari beton.

Penggunaan pompa untuk pengecoran beton hanya dapat diijinkan oleh

Direksi Pengawas.

Setiap perubahan (modifikasi) yang mungkin dibuat terhadap

perbandingan bahan-bahan beton untuk menggunakan pompa dalam

pengecoran harus mendapat persetujuan dari Direksi Pengawas dan

atas biaya Kontraktor.

Dalam hal dimana menyangkut faktor air semen yang dipersyaratkan

untuk suatu kelas dan mutu beton sehingga, beton tidak diperkenankan

untuk dipompakan, maka beton harus diangkut dengan suatu alat kedap

air yang jenis dan ukurannya disetujui oleh Direksi Pengawas.

Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang ada

pada PBI 1971 NI-2 Bab 6.

2.46. PENGECORAN BETON

Semua beton harus dituang sesuai dengan posisi dan urutan yang

ditunjukkan dalam gambar, spesifikasi atau yang ditunjukkan oleh

Direksi Pengawas dengan suatu alat yang dapat mencegah kontaminasi,

segregasi atau hilangnya bahan-bahan utama beton.

Beton harus dituang sedekat mungkin ke dalam posisinya di cetakan

dan akan diratakan secara horizontal serta dipadatkan pada ketebalan

(setinggi) antara 150 s/d 300 mm.

Penyebaran dan perataan beton dalam cetakan sangat perlu, dan ini

dilakukan dengan suatu alat yang disetujui dan harus dibantu dengan

vibrator (Mechanical Vibrator).

Penuangan Beton kedalam cetakan tidak boleh melebihi dari ketinggian

1.0 m.

Desain dan kemiringan dari corong penuangan yang dipakai dalam

pengecoran beton harus disetujui Direksi Pengawas.

Jika beton dituang dengan menggunakan pompa, maka biaya

ditanggung oleh Kontraktor sendiri, Kontraktor harus mengatur

kecepatan penuangan beton untuk menghindari segregasi atau

kerusakan dan gangguan pada baja tulangan, cetakan dan sebagainya.

Kecuali disyaratkan, tidak boleh ada kemiringan sehubungan dengan

penuangan beton.

B - II - 22

Page 23: Spec 2(Beton)

Penghentian pengecoran harus direncanakan dan harus mendapat

persetujuan Direksi Pengawas. Tempat dan bentuk pemberhentian

pengecoran harus mengikuti ketentuan pada PBI 1971 NI - 2 Bab 6.5

atau SKBI -1.4.53.1988.

Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh

tanah, harus diberi lantai dasar dari beton tak bertulang dengan

campuran 1PC : 3PS : 5 KR setebal minimum 5 cm, untuk menjamin

duduknya tulangan dengan baik dan tidak ada penyerapan air semen ke

dalam tanah .

Selama hujan yang dapat berpengaruh pada campuran beton, maka

pengecoran harus diberhentikan atau apabila Kontraktor telah

menyediakan suatu sarana pelindung khusus yang memungkinkan

pekerjaan pengecoran tidak terganggu oleh hujan. Semua prosedur dan

persiapan harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Direksi

Pengawas/Ahli Teknik untuk mendapar persetujuan.

Selama pengecoran beton agar tidak mengganggu posisi penulangan,

maka tukang pemasang baja tulangan harus selalu berada di pekerjaan

itu atau berturut-turut hadir dalam kegiatan pengecoran beton tersebut

untuk membetulkan posisi dari baja tulangan.

Jadwal waktu untuk pengecoran beton haruslah diatur sedemikian,

sehingga tidak ada permukaan beton yang dibiarkan lebih dari 30 menit

sebelum pengecoran beton selanjutnya.

Istirahat makan, penggantian kelompok (shifting group) dan sebagainya,

serta pemberhentian posisi pengecoran haruslah diatur secara simultan

yang cermat dan hati-hati untuk meyakinkan bahwa interval diatas tidak

akan mengganggu mutu pelaksanaan serta pekerjaan.

Hal lain diluar ketentuan diatas harus mengikuti ketentuan yang

ada pada PBI 1971 NI-2 Bab 6 atau SKBI-1.4.53.1988.

2.47. PENTINGNYA PEMADATAN

Beton harus selalu dipadatkan dan disempurnakan permukaannya

terutama untuk bagian sambungan-sambungan. Sangatlah penting

untuk memadatkan keseluruhan dari beton dan meyakinkan kondisi

homogenitas beton serta bebas dari porositas, selain itu bagian

permukaan sambungan itu harus segera dihubungkan dengan beton

baru.

Pemadatan tidak terbatas pada permukaan atas dari lapisan-lapisan

penuangan, tetapi harus keseluruhan, sehingga semua beton menjadi

padat, dan dapat dilihat seperti permukaan jelly.

B - II - 23

Page 24: Spec 2(Beton)

Hal-hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada

PBI 1972-NI-2 Bab 6.

2.48. PENGGETARAN BETON

Semua beton harus digetar kecuali ada persyaratan atau perintah yang

lain dan penggetaran adalah merupakan permintaan Direksi Pengawas

sebagai tambahan terhadap pemadatan beton jadi bukan sebagai

pengganti pemadatan yang telah dicantumkan dalam pasal lain.

Semua pekerjaan penggetaran harus dilaksanakan berdasarkan rencana

yang disetujui oleh Direksi Pengawas.

Tidak ada orang yang diijinkan untuk mengoperasikan alat penggetar

tanpa instruksi dan latihan lebih dulu bagaimana menggunakan

peralatan tersebut.

Alat penggetar (immersion vibrator) yang digunakan minimal harus

mempunyai frekuensi 8000 cycles/ menit dan harus mengacu pada pola

dan pengaturan yang telah disetujui.

Pelaksanaan harus hati-hati untuk menghindari segregasi dan

penggetaran yang berlebihan.

Hal-hal lain diluar ketentuan diatas mengikuti ketentuan yang ada pada

PBI 1971 NI-2 Bab 6.

2.49. PENGECORAN PADA PASANG SURUT

Semua pengecoran beton diantara permukaan pasang surut harus

dilaksanakan dalam keadaan kering.

Dalam hal pengecoran di sambungan konstruksi, pelindung / penutupan

harus segera diambil, setelah itu sambungan harus dibersihkan dan

dibuat kasar serta diberi bonding agent seperti yang dipersyaratkan dan

pengecoran beton dilanjutkan pada air surut.

Semua tulangan, cetakan dan permukaan sambungan harus bersih

seperti yang dipersyaratkan dan seluruh beton yang baru dicor harus

dipadatkan.

Kesempatan maksimum yang menguntungkan harus diambil dari air

surut paling rendah (pasang perbani), untuk menghindari pengecoran

pada waktu air pasang.

2.50. PERATAAN PERMUKAAN DAN FINISHING

B - II - 24

Page 25: Spec 2(Beton)

Semua permukaan dari plat beton atau bagian-bagian lain yang tidak

harus ditutup harus diratakan dengan cara yang disetujui Direksi

Pengawas sampai rata dan padat dengan peralatan berupa alat perata

dari baja.

Pelaksanaannya harus hati-hati untuk meyakinkan, bahwa beton benar-

benar merata dan padat.

Pada prinsipnya finishing untuk permukaan beton yang akan mendapat

tambahan beton di atasnya (concrete topping) harus dikasarkan dengan

cara sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.

Sedangkan untuk permukaan beton yang terbuka (exposed), finishing

yang disyaratkan adalah finishing halus atau apabila ditentukan lain

oleh Direksi Pengawas.

2.51. KEDUDUKAN SIAR PELAKSANAAN (CONSTRUCTION JOINT)

Siar pelaksanaan harus dinyatakan dalam gambar atau seperti yang

disetujui oleh Direksi Pengawas.

Semua pekerjaan pembetonan pada sambungan konstruksi harus

menerus.

Pada permukaan yang terlihat, siar pelaksanaan harus dengan hati-hati

dibentuk agar didapatkan garis lurus yang rapi atau dimana ditunjukkan

pada gambar, harus dibentuk dengan bentuk khusus antara permukaan

beton yang terdahulu dicor dan pengecoran kelanjutannya. Agar

pertemuan antara dua permukaan konstruksi tersebut dapat benar-

benar bersatu dan monolit, maka antara permukaan beton lama dan

baru harus dipersiapkan sebaik-baiknya, atau diberi bonding agent yang

sesuai dengan persyaratan, bila memang diperlukan.

Siar pelaksanaan harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa

sehingga tidak mengurangi kekuatan dan keawetan konstruksi , dan

mampu meneruskan gaya geser dan gaya lainnya.

Spesi semen (cement grout) yang berbentuk celah berukuran lebar 25

mm dan tinggi 40 mm harus disediakan pada semua siar pelaksanaan

datar dimana bentuk khusus diatas tidak dipersyaratkan.

Bahan perekat yang sesuai harus diberikan pada akhir atau permukaan-

permukaan lain dari bagian-bagian yang melebihi 200 mm tebal untuk

tujuan mengunci bagian-bagian itu terhadap sambungan.

Bahan perekat itu harus diberikan pada seluruh permukaan sambungan

dan harus mempunyai kemiringan kesamping seperti pada gambar detil.

B - II - 25

Page 26: Spec 2(Beton)

Hal lain yang tidak termasuk dalam ketentuan diatas , mengikuti

ketentuan yang ada pada PBI 1971 NI - 2 Bab. 6 atau SKBI-1.4.53.1988

Bab. 6.

2.52. PROSEDUR PADA SIAR PELAKSANAAN

Pada siar pelaksanaan datar, pembersihan lapisan bekas cetakan dan

tonjolan-tonjolan batu pada permukaan harus dilaksanakan, secara

praktis dengan cara pencucian dan penyikatan setelah pengecoran,

harus dilaksanakan hati-hati agar adukan tidak ter-erosi.

Setelah pembersihan, kelebihan air harus segera dikeluarkan agar tidak

terhisap oleh semen.

Dalam hal dimana beton mulai proses mengikat tetapi belum mulai

mengeras, pembersihan dari lapisan bekas cetakan dan membuat kasar

permukaan beton sambungan harus dilaksanakan dengan sikat kawat

dan mencucinya harus sangat hati-hati, agar tidak merusak lapisan

dibawahnya.

Baik pada sambungan vertikal atau horizontal, dimana beton telah mulai

mengeras, setiap kulit atau lapisan bekas cetakan harus dibersihkan dan

permukaan dibuat kasar memakai palu dengan kekuatan tertentu dan

dilanjutkan dengan sikat kawat untuk membersihkan semua partikel.

Bila memakai prosedur ini, maka pelaksanaannya harus amat sangat

hati-hati untuk menghindari keretakan permukaan sambungan dan

sekitar tempat batu-batu yang menonjol.

Cara manapun yang dipakai untuk pembersihan permukaan yang

kelihatan, bahan-bahan yang asing-asing harus dibersihkan dari

permukaan itu dengan sikat kawat lebih lanjut bila perlu, sebelum

pemasangan beton selanjutnya.

Kemudian keseluruhannya harus dicuci bersih dengan air bersih dan

dihembus.

Sangatlah penting bahwa beton harus dituang / dicor pada permukaan-

permukaan yang telah disiapkan, pemadatan dan penggetaran dimana

perlu, harus dilakukan pada permukaan lama dan kesudut-sudut

cetakan beton.

Hal lain yang tidak termasuk ketentuan diatas, mengikuti ketentuan

yang ada pada PBI 1971 NI-2 Bab 6 atau SKBI - 1.4.5.3.1988 Bab 6.

2.53. SIAR SAMBUNGAN

Siar-siar sambungan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam

gambar atau bila tidak harus atas petunjuk Direksi Pengawas.

B - II - 26

Page 27: Spec 2(Beton)

2.54. PARIT / ALUR, LOBANG

Parit, lekukan, rabat dan lobang-lobang harus diisi dengan beton seperti pada

detil dan posisinya digambar.

2.55. JADWAL WAKTU PEMBETONAN

Kontraktor harus menyerahkan jadwal secara detil mengenai rencana

pembetonan semua bagian dari pekerjaan sebelum memulai pengecoran.

2.56. BETON TIDAK BOLEH DIGANGGU

Harus selalu hati-hati, jangan sampai mengganggu beton dengan

pembebanan, dengan memukul-mukul / mengetuk-ketuk cetakan secara

langsung maupun tidak langsung pada saat proses pengerasan beton.

2.57. PENGERINGAN

Seluruh beton harus dilindungi selama proses pengerasan terhadap

sinar matahari dan hembusan angin kering, lingkungan harus dalam

keadaan lembab.

Semua permukaan beton yang terlihat harus terus-menerus dibasahi

dengan air bersih selama 14 (empat belas) hari setelah pengecoran.

Dalam hal pelat beton atau pengecoran beton pada luas permukaan

yang sangat besar, rangka kayu dibalut dengan karung goni basah

untuk menutup beton.

Bila beton telah mengeras, kerangkanya tadi diambil dan penutup

karung goni yang dibasahi langsung menutupi beton, atau dilakukan

pembasahan pada permukaan beton dengan cara menggenangi air .

Selama 14 (empat belas) hari beton harus tetap terus-menerus dibasahi

dengan menyemprot penutup tadi dengan air bersih.

Curing compound bisa digunakan apabila disetujui oleh Direksi

Pengawas.

Bila disetujui, maka harus secara mutlak mengikuti instruksi dan

rekomendasi dari pabrik pembuat.

Persetujuan sewaktu-waktu akan dibatalkan bila ternyata hasilnya tidak

memuaskan dan pengeringan untuk pengecoran beton yang kurang dari

14 (empat belas) hari harus dilanjutkan dengan cara seperti diatas.

Penggunaan curing compound tidak akan diijinkan untuk permukaan

yang akan ditutup dengan bahan bitumen atau untuk permukaan yang

menuntut pengikatan secara struktural dengan cor beton selanjutnya

dikemudian hari.

B - II - 27

Page 28: Spec 2(Beton)

Lembaran polythene mungkin bisa digunakan dengan seijin Direksi

Pengawas.

Lembaran harus bebas dari permukaan cetakan dan sambungan harus

ditutup untuk menahan penguapan, lembaran seperti itu harus tetap

ditempat selama 14 (empat belas) hari setelah pengecoran.

Hal lain diluar ketentuan diatas, mengikuti ketentuan yang ada pada PBI

1971-NI-2 Bab 6 atau SKBI-1.4.53.1988 Bab 5.

2.58. PERAWATAN PERMUKAAN NORMAL

Semua permukaan beton harus benar-benar halus. Setiap permukaan

yang bersisik harus dibersihkan, dan lobang berisi udara (keropos) harus

diisi campuran spesi 1PC : 1½ PS.

Setiap permukaan yang memerlukan perawatan setelah dibuka, seperti

yang diuraikan diatas, kemudian harus digosok dengan balok

carborundum dan dicuci sampai bersih.

Tidak pada pelaksanaan perawatan permukaan sebelum ada

pemeriksaan permukaan itu oleh Direksi Pengawas.

Pelaksanaan perawatan permukaan normal harus dibawah pengawasan

Direksi Pengawas atau wakilnya yang ditunjuk.

2.59. PENOLAKAN DARI PEKERJAAN YANG RUSAK

Walaupun telah ada persetujuan Direksi Pengawas akan cara-cara

pengecoran dan pemadatan beton dan hasil yang memuaskan atau

hasil uji kubus yang relevan, Direksi Pengawas berhak menolak setiap

pengerasan beton yang ternyata tidak padat, poreus dan keropos.

Kerusakan-kerusakan kecil mungkin bisa diperbaiki dengan mengisi

spesi / plester dengan pertimbangan dan kebijaksanaan Direksi

Pengawas.

Bila tidak, beton yang telah ditolak atau yang tidak sesuai dengan

spesifikasi harus dihancurkan dan diganti dengan beton baru, yang

semuanya atas biaya Kontraktor.

2.60. PENCEGAHAN SELAMA CUACA YANG BURUK

Selama cuaca yang berangin, perlindungan yang efisien harus

dilaksanakan untuk menghindari semen terhembus angin, selama

proses pembagian dan pencampuran.

Selama musim hujan beton harus cukup terlindung, demikian juga

setelah proses pengecoran.

B - II - 28

Page 29: Spec 2(Beton)

Pada waktu hujan lebat tidak ada pekerjaan pembetonan, kecuali

terlindung total pada waktu mencampur, mengangkut dan menuang,

demikian juga setelah proses penuangan.

2.61. PENGECORAN BETON PADA CUACA PANAS

Tidak ada pembatasan untuk pengecoran beton pada cuaca panas, akan

tetapi bila suhu pada waktu itu melebihi 28 derajad Celcius, dan bila

Kontraktor tetap akan mencampur serta mengecor beton pada cuaca

yang sedemikian itu, maka haruslah mengikuti ketentuan sebagai

berikut :

(1). Seluruh bahan-bahan untuk beton harus terlindung dari sinar

matahari secara langsung, demikian juga sebelum, selama dan

setelah pen-campuran.

(2). Air pencampur harus melalui alat pendingin atau sebagian dari air

pencampur harus ditambah dengan air es.

Untuk maksud ini, es harus disediakan dalam keadaan hancur

(pecah-pecah).

Harus hati-hati untuk meyakinkan bahwa es tersebut telah mencair

seluruhnya.

Agar diusahakan menutup, mengisolasi dan / atau mengecat putih

semua tanki-tanki, pipa-pipa dan truk mixer.

(3). Seluruh penutup, cetakan dan tulangan harus disemprot dengan air

dingin segera sebelum pengecoran beton.

(4). Perhatian khusus harus dilakukan terhadap perlindungan dan

pengeringan beton; seluruh penutup dan cetakan harus tetap

dalam keadaan dingin dan terlindung dari sinar matahari langsung

dengan penutup kain goni basah atau bahan-bahan isolasi lain

yang disetujui.

(5). Bila suhu dari campuran beton sebelum dicor melebihi 35 derajad

celcius maka seluruh pekerjaan pembetonan harus dihentikan.

(6). Beton dapat dibuat dan dicor pada waktu malam hari, asalkan

disetujui oleh Direksi Pengawas sesuai pasal pada Persyaratan

Kontrak, dan bila penerangan dari cahaya lampu memuaskan.

(7). Harus dibuat slump test pada suhu saat itu yang berpengaruh dan

Kontraktor diminta untuk menyimpan rekaman dari slump dan

suhu dari berbagai kelas dan mutu beton dengan faktor air semen

yang sama.

Pada kondisi apapun faktor air semen tidak boleh ditambah pada

saat suhu naik.

B - II - 29

Page 30: Spec 2(Beton)

B - II - 30