sp3 puskesmask
-
Upload
ayu-putri-hitasari -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of sp3 puskesmask
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
1/9
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakangPemantauan Wilayah Setempat (PWS) telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun
1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat memberikan
data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang
cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam
perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS KIA)2.
Pelaksanaan PWS dengan indikator Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tidak secara
cepat dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) secara bermakna walaupun
cakupan pelayanan KIA meningkat, karena adanya faktor-faktor lain sebagai
penyebab kematian ibu (ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dsb). Dengan
demikian maka PWS KIA perlu dikembangkan dengan memperbaiki mutu data,
analisis dan penelusuran data2.
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228
per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000
kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatal
menyumbang lebih dari setengahnya kematian bayi (59,4%), sedangkan jika
dibandingkan dengan angka kematian balita, kematian neonatal menyumbangkan
(47,5%). Sedangkan, AKI dan AKN di puskesmas Denpasar Selatan (Densel) 4
menunjukan angka 01.
Berdasarkan data-data diatas, ditemukan perbandingan data AKI dan AKN di
Indonesia masih tinggi tetapi di daerah puskesmas densel 4 menunjukan angka 0.
Sehubungan dengan itu, kami tertarik mengenai pelaksanaan program Kesehatan Ibu
dan Anak di daerah Densel 4 yang akan dibahas dalam paper ini.
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
2/9
2
1.2.Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui dan memahami tentang program pelayanan neonatal dan
ibu nifas yang dilakukan di Puskesmas Denpasar Selatan 4 ( Densel 4)
1.2.2. Untuk mengetahui kendala dan masalah yang muncul dalam pelaksanaan
program
1.2.3. Untuk mengetahui hasil kegiatan pelaksanaan program pelayanan neonatal
dan ibu nifas yang dilakukan di Puskesmas Denpasar Selatan 4 ( Densel 4)
1.3.Manfaat1.3.1 Menambah wawasan dan informasi bagi pembaca mengenai pelayanan
kesehatan ibu nifas dan neonatal di puskesmas Densel 4
1.3.2 Sebagai evaluasi program pelayanan kesehatan ibu nifas dan neonatal yang
telah terlaksana di puskesmas Densel 4
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
3/9
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tujuan program KIAPelayanan ibu nifas dan pelayanan neonatus
Program KIA adalah upaya dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Adapun tujuan program
kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak
untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan
bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Sedangkan tujuan khusus program KIA
adalah:2
Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku), dalam mengatasi
kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat guna dalam
upaya pembinaan kesehatan keluarga, Posyandu dan sebagainya.
Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara
mandiri di dalam lingkungan keluarga, Posyandu, serta di sekolah Taman Kanak-
kanak.
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, ibu
menyusui bayi dan anak balita.
Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,
terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
2.2. Sasaran kegiatanData sasaran didapat dari survey langsung (data riil) atau dari perhitungan proyeksi dengan
rumus-rumus yang telah ditentukan. Adapun sasaran program KIA, yaitu3:
IBU HAMIL :
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
4/9
4
Jumlah semua bumil di suatu wilayah dalam 1 tahun angka sebenarnya dengan
cara cacah jiwa (sasaran riil).
Angka perkiraan / proyeksi :
= CBR (angka kelahiran kasar) x 1.1 x jumlah penduduk
= 3 % x jumlah penduduk setempat.
IBU BERSALIN3:
- CBR propinsi X 1.05 X jumlah penduduk setempat
- 2,8 % jumlah penduduk setempat
BAYI
3
:
CBR propinsi X jumlah penduduk setempat
2,7 % X jumlah penduduk setempat
Data sasaran didapat dari survey langsung (data riil) atau dari perhitungan proyeksi dengan
rumus-rumus yang telah ditentukan.
2.3. Proses pelaksanaanPrinsip pengelolaan program kesehatan ibu dan anak meliputi: pelayanan antenatal,pertolongan persalinan, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan kesehatan neonatus,
deteksi dini dan pelayanan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga kesehatan
dan masyarakat, penanganan komplikasi kebidanan, pelayanan neonatus dengan
komplikasi, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan anak balita, pelayanan
KB berkualitas2.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan
pemeriksaan terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan waktu yang
sudah ditentukan. Kunjungan pertama adalah 6 jam sampai dengan 3 hari pasca
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
5/9
5
persalinan, kunjungan kedua adalah 4 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan,
dan kunjungan ketiga adalah 29 sampai dengan 42 hari padca persalinan. Pelayanan
yang diberikan adalah2:
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian
kapsul Vitamin A pertama.
6. Pelayanan KB pasca salin.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan palayanan kesehatan kesehatan ibu nifas
adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan, dan perawat.
2.4. Hasil kegiatan2.4.1.Output:
Puskesmas IV Denpasar Selatan mencakup pelayanan ibu nifas dan neonatus dari
1 kelurahan terdiri dari 14 banjar yang diwilayahi. Walaupun beberapa ibu yang
melahirkan di luar puskesmas seperti di bidan swasta, namun Puskesmas IV
Denpasar selatan tetap mendapat data mengenai ibu pasca persalinan dari Bidan
Praktek Swasta (BPS), dokter spesialis kandungan, kader sukarela seperti
jumantik yang melaporkan data langsung ke puskesmas. Akan tetapi dalam
pelaksanaan program KIA khususnya mengenai ibu nifas dan neonatus
mengalami kendala seperti ibu hamil yang melahirkan dikampung halamannya
sehingga tidak terdata.
2.4.2. Outcome:Berdasarkan hasil grafik KPWS kunjungan nifas lengkap Puskesmas IV Denpasar
Selatan Tahun 2013 didapatkan kunjungan ibu nifas dan neonatus telah mencapai
dan melebihi target angka 50%. Pegawai puskesmas baik dokter umum, bidan
maupun perawat telah memberikan penyuluhan secara keseluruhan mengenai
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
6/9
6
perawatan ibu nifas pasca persalinan (ASI ekslusif, imunisasi, perawatan tali
pusat, pemeriksaan vital sign, fundus uteri, lokhia, pemberian vitamin A, dan
program KB pasca persalinan) sehingga untuk kedepannya ibu nifas mengetahui
dan memahaminya. (1)
2.4.3. Impact:
Data angka kematian ibu nifas dan neonatus di Puskesmas IV Denpasar Selatan
mecapai angka 0%. Hasil dari data tersebut menunjukkan bahwa kesehatan ibu
nifas dan neonatus di Puskesmas IV Denpasar Selatan sudah baik dan mencapai
target yang ditentukan.
2.5.KendalaSecara garis besar, pelaksanaan KIA di Puskesmas IV Denpasar Selatan sejauh ini
sudah terlaksana dengan baik. namun, ada pula beberapa kendala dan hambatan yang
terjadi yaitu, dari segi mobilisasi yang tinggi. Yang dimaksud dengan mobilisasi
disini adalah ketidakteraturan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dan juga
tempat memeriksanya pindah-pindah tempat sehingga sulit untuk di follow up. Dari
segi SDM yang rendah, yang dimaksud adalah pengetahuan dari pendatang yang
kurang, mungkin disini seperti contoh ada warga Kupang yang tidak bisa berbahasa
Indonesia dengan baik, sehingga petugas puskesmas susah untuk menjelaskan secara
rinci tentang apa itu ANC, apa itu program-program KIA, dari segi biaya dan juga
status kependudukan warga pendatang tersebut yang tidak jelas. Contoh lain,misalnya
dari segi pandangan masyarakat yang salah tentang KB pasca salin yang sedang
beredar dimasyarakat luas sehingga membuat masyarakat menjadi trauma dan tidak
mau untuk memasang KB pasca salin tersebut.
2.6.Solusi2.6.1. Jika masih dalam satu wilayah, dapat diatasi dengan pengambilan data pada
rapat bulanan di Dinkes. Pengambilan data melalui jumantik pada ibu yang
bersalin di dokter spesialis kebidanan, serta pengambilan data yang disetor oleh
bidan praktek swasta di wilayah cakupan puskesmas Densel IV
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
7/9
7
2.6.2.Pengaduan ke dinas kesehatan
2.6.3.Peningkatan promosi kesehatan
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
8/9
8
BAB III
PENUTUP
3.1.SimpulanProgram KIA dan perawatan neonatus secara teori, sangat membantu untuk
menurunkan AKI dan AKN. Pelaksanaan program KIA di lapangan khususnya
ibu nifas dan neonatus, jika dilakukan sesuai dengan teori maka tidak akan ada
AKI. Masalah yang muncul di lapangan yang tidak dapat diprediksi berdampak
pada kelancaran terlaksananya program di puskesmas.
3.2.SaranMemberdayakan warga setempat untuk berkontribusi membantu warga pendatang
memperoleh informasi tentang pelayanan kesehatan khususnya dalam hal
program KIA pada ibu nifas dan neonatal dengan cara memanfaatkan kader yang
telah dibina oleh puskesmas.
-
7/22/2019 sp3 puskesmask
9/9
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2013.Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Departemen
Kesehatan RI
2. Depkes RI. 2010.Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : Departemen Kesehatan RI
3. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota