Sosiologi Hukum - Penghakiman Massa
Transcript of Sosiologi Hukum - Penghakiman Massa
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS HUKUM
MATA KULIAH SOSIOLOGI HUKUM
ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM
PERSPEKTIF HUKUM DAN EKONOMI
Oleh :
Dedy Cahyo Nugroho
09/282760/HK/18169
YOGYAKARTA
2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................2
BAGIAN I. LATAR BELAKANG............................................................3
BAGIAN II. PERMASALAHAN..............................................................5
BAGIAN III. PEMBAHASAN.................................................................5
ASPEK HUKUM DALAM PENGHAKIMAN MASSA..................5
ASPEK EKONOMI DALAM PENGHAKIMAN MASSA...............11
KESIMPULAN......................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................15
2ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
I. LATAR BELAKANG
Keberadaan hukum diharapkan dapat merespon dan mengatasi
segala permasalahan yang terdapat dalam setiap segi kehidupan
masyarakat. Hukum sebagai salah satu sarana untuk mengatur
masyarakat, harus dapat mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat
yang sangat banyak dan kompleks. Untuk dapat mencapai tujuan
tersebut, diperlukan kepastian hukum sehingga terciptanya kebutuhan
dasar manusia berupa kesejahteraan, keselamatan, keamanan dan
keadilan, bukan hanya merupakan harapan yang semu belaka.
Dalam konteks analisis ini, sebuah kepastian hukum apakah
dapat menjadi sebuah kenyataan jika dikaitkan dengan banyaknya
fenomena yang terdapat dalam masyarakat yang masih melakukan
berbagai tindakan pelanggaran hukum itu sendiri. Sebuah masyarakat
yang belum memiliki kesadaran hukum yang tinggi akan mudah
terprovokasi oleh berbagai hal dari luar. Provokasi seolah-olah menjadi
sebuah kompor yang akan menyulut api yang lebih besar.
Penghakiman massa merupakan cerminan masyarakat yang
belum sadar akan hukum dan masih mengedepankan emosi dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan. Dengan melakukan penghakiman
massa, tidak lantas menyelesaikan perkara, malah yang terjadi adalah
timbulnya sebuah masalah baru dari penghakiman massa itu.
3ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
Seseorang yang disangka melakukan perbuatan pidana, entah itu
mencuri, mencopet atau memperkosa, sebelum dilakukan investigasi
lebih mendalam terhadap perbuatan itu, sudah dihakimi oleh masyarakat
tanpa ada pembelaan diri atas apa yang telah ia perbuat. Kalaupun ia
tertangkap basah melakukan perbuatan pidana itu, tentu ia memiliki
alasan mengapa ia melakukan hal itu. Dengan langsung dihakimi massa,
maka ia tidak akan dapat melakukan pemjelasan dan pembelaan diri
atas apa yang telah ia perbuat.
Masyarakat yang memiliki tingkat emosi yang tinggi akan mudah
terprovokasi. Masyarakat akan mudah panik dan dengan kepanikannya
itu akan dapat dengan mudah melakukan berbagai tindakan yang
seharusnya tidak perlu dilakukan.
Kekurang tanggapan aparat penegak hukum, dalam hal ini adalah
polisi, untuk mencegah adanya penghakiman massa ini merupakan
peluang akan terus terjadi penghakiman-penghakiman massa
selanjutnya. Bahkan aparat penegak hukum juga tidak segan-segan
memukuli tersangka disaat ia digelandang di depan umum.
Pembiaran juga dilakukan oleh aparat penegak hukum saat
penghakiman massa. Hampir dapat dipastikan bahwa polisi tidak akan
memproses para pelaku penghakiman massa yang kemungkinan dapat
dilakukan oleh warga satu RT atau bahkan sekampung.
Ketidakmampuan polisi untuk menindak tegas pelaku penghakiman
massa dan ketidaktahuan korban penghakiman massa adalah hal yang
4ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
menambah tumbuh subur tindakan penghakiman massa dalam
kehidupan masyarakat kita.
Berangkat dari fenomena sosial hukum yang akan dianalisis, yakni
mengenai tindakan penghakiman massa, akan dilihat dari sudut pandang
hukum dan ekonomi.
II. PERMASALAHAN
Bagaimanakah suatu tindakan penghakiman massa
dapat terjadi ?
Bagaimanakah suatu tindakan penghakiman massa
dilihat dari aspek hukum ?
Bagaimanakah suatu tindakan penghakiman massa
dilihat dari aspek ekonomi ?
III. PEMBAHASAN
A. ASPEK HUKUM DALAM PENGHAKIMAN MASSA
Berdasarkan ketentuan hukum pidana positif yang berlaku di
Indonesia saat ini, seseorang dapat dikatakan melakukan pebuatan
melawan hukum dan dapat dijatuhi pidana (sanksi) jika sudah memenuhi
5ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
unsur-unsur perbuatan pidana dan pertanggungjawaban dalam hukum
pidana (mempunyai kesalahan)1
Dengan demikian, menurut hukum pidana positif di Indonesia saat
ini, seseorang dapat dijatuhi pidana jika ia adalah orang yang tidak gila
atau berfikiran sehat. Dengan kata lain bahwa apabila seorang yang gila
melakukan tindakan melawan hukum, ia tetap tidak dapat dituntut untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Pada dasarnya setiap perbuatan melawan hukum atau
pelanggaran harus mendapat sanksi. Entah itu adalah rakyat jelata,
pejabat, tukang sayur, ibu rumah tangga, kepala desa, guru, kepala
sekolah atau siapapun. Hal ini dikarenakan adanya asas setiap orang
mempunyai kedudukan yang sama di muka hukum (equality before the
law). Hal ini juga termaktub dalam konstitusi negara ini, yaitu Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat (1)
yang bunyinya “segala warga negara bersamaan kedududkannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
Dengan adanya sanksi, diharapkan suatu masyarakat akan
menjadi tertib, aman dan teratur. Keadaan seperti ini dapat dicapai
karena berbagai kepentingan masyarakat yang beraneka ragam untuk
meraih kesejahteraannya akan terlindungi oleh hukum.2
1 Andi Hamzah, 1986, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 75.2 Agus Sudaryanto, 2000, Mimbar Hukum, FH UGM, hal. 108.
6ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
Dalam kehidupan masyarakat, penegakan hukum belum
sepenuhnya dilakukan. Berdasarkan fakta yang ada banyaknya tindakan
main hakim sendiri atau eigenrechting yang dilakukan tidak hanya oleh
orang secara perorangan namun juga dilakukan oleh sekelompok
massa.
Pada semester pertama tahun 2010, tampak bahwa terjadi
peningkatan jumlah insiden konflik dan kekerasan yang cukup signifikan
dibandingkan dengan jumlah total insiden pada tahun 2009. Total insiden
pada tahun 2009 sebanyak 600 insiden, sementara sampai pertengahan
tahun 2010 telah terjadi 752 insiden. Jika kita bagi per hari, maka telah
terjadi 4 insiden konflik dan kekerasan tiap hari. Jumlah yang sangat
mencengangkan!.3
Hal itu merupakan salah satu bukti bahwa semakin lama tingkat
kekerasan di masyarakat semakin tinggi.
Jenis kekerasan rutin, yang berupa tawuran, penghakiman massa,
dan pengeroyokan semakin meninggi. Hal ini dibuktikan adanya eskalasi
kekerasan dari sepanjang Tahun 2009: Tawuran 182 insiden (30%),
penghakiman massa 158 insiden (26%), dan pengeroyokan 33 insiden
(6%), menjadi Tawuran 231 (30%), penghakiman massa 171 insiden
(23%), dan 31 insiden (4%) pada Juni 2010. sedikit berbeda pada kasus
3 Dany Yuda Saputra, 2010, Analisis Konflik dan Kekerasan di Indonesia 2009-2010, Institut Titian Perdamaian, Jakarta, hal. 1.
7ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
pengeroyokan pada tahun ini, terjadi penurunan sementara, akan tetapi
sangat terbuka peluang untuk semakin meningkat.4
Hal itu masih saja terjadi padahal Negara Republik Indonesia ini
adalah sebuah negara berdasarkan atas hukum, sesuai Pasal 1 Ayat (3)
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Berbagai tindakan main
hakim sendiri masih marak terjadi karena penegakan hukum yang belum
maksimal dan kesadaran hukum masyarakat juga belum cukup matang.
Sesuai dengan Pasal 24 UUN Negara Republik Indonesia Tahun
1945, yang berhak mengadili pelanggar atau pelaku perbuatan melawan
hukum adalah Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Jadi secara
jelas bahwa perbuatan main hakim sendiri adalah perbuatan yang tidak
boleh dilakukan dan tidak dapat ditolerir.
Tabel distribusi Isu konflik dan kekerasan Tahun 2009 –
Juni 20105
Jenis KonflikTahun 2009 Tahun 2010 (Per Juni)
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Konflik Berbasis
Agama6 1% 10 1%
Konflik Berbasis Etnik 5 1 15 15
4 Ibid, hal 3.5 Ibid, hal. 2
8ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
Konflik Politik 74 12 117 16
Konflik Antaraparat
Negara5 1 4 1
Konflik Sumber Daya
Alam54 9 74 10
Konflik Sumber Daya
Ekonozmi30 5 59 8
Tawuran 182 30 231 30
Penghakiman Massa 158 26 171 23
Pengeroyokan 53 9 40 5
Lain Lain 33 6 31 4
Total 600 100% 752 100%
Dari tabel di atas jelas bahwa tindakan penghakiman massa
merupakan kekerasan yang sangat tinggi. Tindakan penghakiman massa
menempati posisi ke dua tertinggi diantara tindakan kekerasan lain. Hal
ini semakin dapat disimpulkan bahwa penghakiman massa merupakan
suatu masalah kekerasan yang tidak dapat disepelekan.
Peningkatan penghakiman massa di masyarakat dapat
ditimbulkan oleh kepercayaan masyarakat terhadap hukum yang
semakin lemah. Kepercayaan terhadap hukum dapat dilihat dari tiga hal,
yaitu pertama, produk hukumnya atau peraturan-peraturannya. Sampai
sejauh mana peraturan perundang-undangan tersebut mampu
9ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
memberikan rasa keadilan bagi masyarakat. Produk hukum seharusnya
bisa merepresentasikan rasa keadilan bagi masyarakat. Peraturan
sendiri, sifatnya tidak bisa berdiri sendiri harus ada pelaksana hukum.
Kedua, aparat penegak hukum. Sampai sejauh mana aparat
penegak hukum mampu menegakkan hukum sesuai dengan peraturan.
Telah menjadi rahasia umum bahwa hukum bisa ”dibeli”.
Masalah yang muncul adalah hukumnya yang bisa dibeli atau
pelaksana hukum (aparat penegak hukum). Hal ini berdampak pada
penegakan hukum. Seberapa besar penegakan hukum dapat
merepresentasikan keadilan masyarakat.
Ketiga, mengenai kesadaran hukum masyarakat. Seberapa besar
tingkat kesadaran hukum masyarakat di Indonesia untuk menyelesaikan
masalah melalui lembaga peradilan. Kesadaran hukum seharusnya
diupayakan oleh lembaga-lembaga pemerintah untuk masyarakat melalui
sosialisasi dan penyuluhan-penyuluhan hukum kepada masyarakat. akan
tetapi, proses ini ternyata tidak berjalan maksimal. Penyuluhan hukum
yang dilakukan pemerintah tidak bisa menyentuh sampai di level paling
bawah.
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia hingga saat
ini belum dijumpai sebuah ketentuan yang melarang tindakan main
hakim sendiri terhadap pelaku perbuatan melawan hukum. Kecuali
10ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
bahwa tindakan menghakimi sendiri itu merupakan perbuatan melawan
hukum atau tindak pidana, juga dapat dihukum.6
Pada pasal 84 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana menyatakan bahwa pengadilan berwenang
mengadili segala perkara mengenai tindak pidana yang terjadi dalam
wilayah hukumnya.
Tindakan main hakim sendiri seharusnya tidak terjadi apabila
masyarakat memiliki kesadaran hukum yang tinggi dan itu ditunjukkan
ketika terjadi sebuah pelanggaran hukum langsung dilaporkan kepada
pihak yang berwajib (polisi) agar nantinya masalah yang ada langsung
dapat diproses sesuai hukum yang berlaku.
B. ASPEK EKONOMI DALAM PENGHAKIMAN MASSA
Aspek ekonomi tidak bisa lepas dari segala hal dalam kehidupan,
termasuk dalam hal hukum. Seseorang akan melakukan apa saja demi
memenuhi kebutuhan ekonominya. Seseorang dapat bertahan hidup dan
melanjutkan hidup apabila memiliki perekonomian yang cukup. Oleh
karena itu ekonomi merupakan aspek yang sangat berpengaruh dalam
penentuan tindakan seseorang.
Seseorang akan dengan mudah dan sengaja melakukan tindakan
melawan hukum demi memenuhi kebutuhan hidup, entah itu dengan
6 Sudikno Mertokusumo, 1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hal. 311
ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
cara mencuri, menodong, menjambret hingga membunuh. Itu
dilakukannya karena adanya desakan kebutuhan ekonomi yang makin
lama semakin tinggi.
Krisis ekonomi adalah suatu hal yang membuat masyarakat akan
mudah melakukan berbagai hal negatif. Dengan adanya krisis ekonomi,
maka banyak masyarakat yang akan kehilangan perkerjaan karena
perusahaan tidak dapat menggaji mereka. Banyak karyawan/pegawai
yang berpenghasilan tetap menjadi miskin karena adanya inflasi yang
luar biasa sehingga nilai upah yang ia dapat tiap bulan semakin lama
semakin rendah karena tidak mampu lagi membeli barang-barang
kebutuhan hidup yang semakin mahal dikarenakan inflasi itu tadi.
Nilai uang yang berada di dalam tabungan (bank) akan semakin
kecil karena inflasi. Orang-orang akan berbondong-bondong menarik
uangnya yang ada di bank dan membelanjakan uang tersebut berupa
barang. Orang-orang akan lebih suka menyimpang barang daripada
menyimpang uang.
Sepeda motor yang bagi masyarakat miskin merupakan suatu
tanda meningkatnya derajat ekonomi keluarga merupakan barang yang
sangat berharga. Sepeda motor merupakan alat transportasi dan barang
kekayaan yang paling berharga bagi masyarakat miskin. Sepeda motor
mudah untuk dialihkan kepemilikannya. Sehingga sangat rawan
pencurian. Kehilangan sepeda motor bak kehilangan nyawa.
12ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
Dalam situasi krisis, pencurian merupakan hal yang sehari-hari
terjadi di dalam masyarakat. Harga kebutuhan hidup semakin tinggi
sehingga menuntut seseorang harus berupaya segala cara demi
memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk mencuri.
Seseorang mencuri sepeda motor karena barang itu mudah untuk
dijual dan diuangkan. Sehingga marak adanya pencurian sepeda motor
adalah merupakan resiko adanya krisis ekonomi. Seseorang yang
mencuri sepeda motor tidak akan segan-segan dihajar oleh massa dan
dihabisi nyawanya. Hal itu tak lain karena sepeda motor bagi masyarakat
miskin adalah suatu barang yang sangat berharga dalam masa-masa
krisi yang harus dilindungi bagaikan melindungi nyawanya. Sehingga
masyarakat akan mudah kalap dan melakukan tindakan penghakiman
massa yang membabi buta terhadap seseorang yang mencuri sepeda
motornya itu.
Hal itu tak lain juga karena desakan kebuutuhan ekonomi yang
menuntut seseorang harus melindungi barang berharga miliknya secara
maksimal dalam situasi krisis yang mengakibatkan ia akan mudah
tersulut emosi ketika barang berharga sebagai aset kekayaannya itu
terancam oleh orang lain. Sebagaimana dikemukakan Kwik Kian Gie,
bahwa dari sudut pandang aspek ekonomi mereka sebagai golongan
yang tertinggal secara ekonomi akan mempunyai potensi melakukan
tindakan kekerasan.7
7 Herlianto. 1997, Urbanisasi, Pembangunan Dan Kerusuhan Kota, Alumni. Bandung, hal. 78-79 dikutip dari Agus Sudaryanto. 2000. Mimbar Hukum, FH Ugm, Yogyakarta, hal. 113
13ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas mengenai beberapa hal yang
memungkinkan adanya tindakan penghakiman massa yang dilihat dari
aspek hukum dan aspek ekonomi adalah sebagai berikut :
Tindakan main hakim sendiri merupakan suatu tindakan dan
ekspresi dari ketidakpuasan masyarakat atas hukum yang berlaku di
republik ini. Masyarakat cenderung liar dan egoistis dalam
menyelesaikan masalah. Penegakan hukum yang masih tebang pilih
menambah buruk keadaan masyarakat yang kesadaran hukumnya
masih sangat kurang. Kesewenang-wenangan pemerintah dalam
membuat berbagai aturan yang kurang adil bagi masyarakat juga
menimbulkan berbagai tindakan diluar hukum yang dirasa masyarakat
lebih adil dan memuaskan batin mereka.
Di samping itu, dampak krisis ekonomi 12 tahun yang lalu masih
terasa hingga kini. Masyarakat masih banyak menemui kesulitan
ekonomi karena kebijakan pemerintah yang hanya menguntungkan
segelintir orang. Masyarakat berusaha sendiri memenuhi kebutuhan
hidup dengan cara mereka sendiri. Tuntutan hidup yang semakin mahal
dan menjepit mereka menambah mereka kalap untuk melakukan apapun
demi melanjutkan hidup. Himpitan ekonomi semakin memperburuk
masyarakat yang belum memiliki kesadaran hukum yang tinggi untuk
melakukan berbagai tindakan main hakim sendiri.14
ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
V. DAFTAR PUSTAKA
Hamzah, Andi. 1986. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana.
Ghalia: Jakarta.
Herlianto. 1997. Urbanisasi, Pembangunan Dan Kerusuhan Kota,
Alumni: Bandung.
Hamzah, Andi. 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua.
Sinar Grafika: Jakarta
Mertokusumo, Sudikno .1982, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty:
Yogyakarta.
Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta: Jakarta
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar
Bahasa Indonesia : Edisi Revisi. Balai Pustaka: Jakarta.
Rahardjo, Satjipto. 2009. Penegakan Hukum : Suatu Tinjauan Sosiologis.
Genta Publishing: Yogyakarta.
Saputra, Dany Yuda. 2010. Analisis Konflik dan Kekerasan di
Indonesia 2009-2010. Institut Titian Perdamaian: Jakarta.
Sudaryanto, Agus. 2000. Jurnal Mimbar Hukum. FH UGM: Yogyakarta.
15ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI
Utsman, Sabian. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum : Makna Dialog
Antara Hukum dan Masyarakat. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Undang Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
Kitab Undang Undang Hukum Pidana.
16ANALISIS MENGENAI FENOMENA PENGHAKIMAN MASSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN
EKONOMI